karakteristik tanah dengan horison penimbunan liat yang ... · di indonesia tanah-tanah yang...

158
KARAKTERISTIK TANAH DENGAN HORISON PENIMBUNAN LIAT YANG BERKEMBANG DARI BATUAN SEDIMEN DAN VOLKANIK OLEH : AFRA D. N. MAKALEW SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Upload: lamkhuong

Post on 16-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

KARAKTERISTIK TANAH DENGAN HORISON

PENIMBUNAN LIAT YANG BERKEMBANG DARI BATUAN SEDIMEN DAN VOLKANIK

OLEH : AFRA D. N. MAKALEW

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 2: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

ii

ABSTRAK AFRA D.N. MAKALEW. Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang Berkembang dari Batuan Sedimen dan Volkanik. Dibimbing oleh SARWONO HARDJOWIGENO, SUDARSONO, BUDI MULYANTO, dan SUBAGYO HARDJO-SUBROTO. Pemanfaatan tanah-tanah yang memiliki horison akumulasi atau penimbunan liat banyak menghadapi faktor pembatas produksi. Horison yang relatif padat di bawah lapisan olah dan dekat dengan permukaan tanah mengakibatkan laju perkolasi terhambat, tanah cepat jenuh air dan mudah tererosi, serta terbatasnya daerah perakaran tanaman, sehingga produktivitas tanah menjadi terbatas. Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha), dan Inceptisol (70,5 juta ha) merupakan alternatif untuk pengembangan usaha pertanian. Tanah-tanah tersebut dapat berkembang dari bahan induk sedimen (batuliat dan batukapur) maupun pada bahan induk bahan volkan (volkanik). Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi sifat-sifat tanah dengan horison penimbunan liat dan proses-proses pembentukannya, yang berkembang dari batuan sedimen (batuliat dan batukapur) dan batuan volkanik (andesitik dan dasitik); (2) membandingkan sifat-sifat horison penimbunan liat dan proses-proses pembentukannya pada tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol, baik pada regim kelembaban tanah akuik, perudik, maupun ustik; (3) mengetahui sifat-sifat horison penimbunan liat yang penting kaitannya dengan pengelolaan tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol, baik yang berkembang dari batuliat, batukapur, maupun batuan volkanik (andesitik dan dasitik). Penelitian dilaksanakan pada 10 pedon pewakil yang tersebar di daerah Kabupaten Bogor dan Banten. Lokasi pedon-pedon pewakil tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol yang terletak di desa Cendali, Cijayanti-1, Cijayanti-2, Pasircabe-Jonggol, Ciampea dan Jasinga (Kabupaten Bogor), dan Cipocok-Serang (Kabupaten Banten). Parameter yang diamati meliputi sifat-sifat fisika, kimia, mineralogi, dan mikromorfologi (irisan tipis) tanah, penentuan horison penimbunan liat merupakan argilik atau bukan argilik menggunakan kriteria dalam Taksonomi tanah (Soil Survey Staf, 2003). Hasil penelitian diperoleh bahwa : (1) Karakteristik tanah dengan horison penimbunan liat berbeda-beda pada setiap jenis bahan induk, baik yang berkembang dari batuan sedimen maupun batuan volkanik, jumlah peningkatan kandungan liat, ketebalan horison penimbunan liat, dan bukti adanya iluviasi liat sebagai kriteria argilik, hanya dijumpai pada pedon AM7 dan AM8 (perudik) yang berkembang dari bahan Volkanik-Andesitik, serta pedon AM10 (akuik) berkembang dari bahan Volkanik-Dasitik. Horison penimbunan liat pedon-pedon AM1, AM2, dan AM3 (batuliat), AM4,AM5, dan AM6 (batukapur), dan AM9 (bahan volkanik-dasitik diidentifikasi sebagai horison kambik. (2) Horison argilik relatif lebih tebal terdapat pada pedon AM8 (125 cm) dengan letak 20 cm dari permukaan tanah, pada pedon AM10 (114 cm) terletak relatif lebih dalam, yakni pada 26 cm dari permukaan tanah, sedangkan pedon AM7 (86 cm) terletak pada

Page 3: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

iii

kedalaman 19 cm. Sedangkan ketebalan horison kambik paling tebal terdapat pada pedon AM1 dan AM3 yang berkembang dari batuliat, yakni 120 cm. Paling tipis dijumpai pada pedon AM2 (perudik) yang berkembang dari batuliat, yakni 99 cm dari permukaan tanah. Rata-rata jumlah peningkatan liat total 48,9%, merupakan peningkatan tertinggi yang dijumpai pada pedon-pedon yang berkembang dari bahan volkanik-dasitik. Diikuti oleh pedon-pedon yang berkembang dari batuliat sebesar 37,9%, volkanik-andesitik sebesar 34,4%. Sementara peningkatan paling rendah, sebesar 19,9%, terdapat pada pedon-pedon dari batukapur. Peningkatan liat total tersebut cenderung lebih tinggi pada pedon yang memiliki regim kelembaban akuik dibanding perudik dan ustik. Hasil pengamatan irisan tipis pada horison argilik mendapatkan bahwa selaput liat (berdasarkan ada tidaknya laminasi) terlihat dengan urutan tingkat perkembangan : dari sangat berkembang sampai kurang berkembang. Urutan tingkat perkembangannya dari yang sangat berkembang adalah bahan volkanik-dasitik (AM10) kemudian volkanik-andesitik (AM8). Selaput liat yang paling tebal dijumpai pada pedon AM10 (volkanik-dasitik), kemudian AM8 (volkanik-andesitik). Berdasarkan pengamatan ketiga sifat horison penimbunan liat (terutama ketebalan dan jumlah peningkatan liat halus), dapat disimpulkan bahwa genesis horison argilik dan bukan argilik sangat dipengaruhi oleh faktor bahan induk, yang berinteraksi dengan faktor pembentuk tanah lainnya seperti iklim dan topografi. (3) Adanya horison argilik dapat menimbulkan aliran air bawah permukaan, sehingga sifat-sifat penting horison penimbunan liat yang berkaitan dengan pengelolaan tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol adalah letak dan ketebalannya.

Page 4: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

iv

ABSTRACT

AFRA D. N. MAKALEW. Characteristics of Soil with Clay Accumulation Horizons in Sedimentary and Volcanic Rocks. Under Supervision of SARWONO HARDJOWIGENO, SUDARSONO, BUDI MULYANTO, and SUBAGYO HARDJOSUBROTO. A study of soil with clay accumulation horizon was conducted on 10 pedons of Ultisols, Alfisols, Inceptisols derived from sedimentary and volcanic rocks. The investigation was aimed to study the characteristics of soil with clay accumulation horizons through the use of physical, chemical, mineralogical, macro- and micro-morphological data. Soil morphology and particle size distributions indicated that not all of the B horizons of pedons sampled meet the argillic horizon definition. Microscopic study resulted that, not all pedons sampled have visible clay skins as the evidence of clay transportation. Kinds of parent materials affect morphology and physical characteristics of soil with clay accumulation horizon, i.e. on the thickness, depth, position of maximum fine and total clay content. Thin sections of Bt horizons of AM8 and AM10 pedons showed illuvial features, confirming the presence of an argillic. Clay position is lying adjacent to voids, occur as a limpid clay coating, some superimposed with ferruginous coating. Kaolinite, smectite, and haloysite were dominant clay minerals of the clay accumulation horizons, which are also found at the upper horizons of the observed pedons. Similarity in characteristics of the surface and subsurface horizons, especially on the composition of soil sand fraction mineral and clay mineral, proved that the clay comes from the same soil material. It was also concluded that the formation of clay accumulation horizons as Bt in the studied pedons dominated by elluviation and illuviation processes, and the formation of clay accumulation horizons as Bw were dominated by the sedimentation processes . Some important results of this research showed that (1) Not all of the sampled pedons have argillic horizons. Only AM7, AM8 and AM10 pedons meet all requirements of argillic criterias ; The uppper boundary of argillic was found at 26 cm from the soil surface on AM10 pedon, on AM8 it was at 20 cm, and at 19 cm from the soil surface found on AM7 pedon; Pedons derived from volcanic rocks have the highest average total clay contents, i.e. 48.9%, followed respectively by pedons developed from claystone 37,9%, andesitic-volcanic rocks 34.4%, and limestone 19.9%; Development of clay skins was found strongest on soils derived from dasitic-volcanic rocks; (2) Types of parent material together with other soil forming factors (climate and topography) affect characteristics of clay accumulation horizons, especially on the thickness and content of fine clay; (3) Thickness and position of clay accumulation horizons from the soil surface are the main properties that most related to management of Alfisols, Ultisols, and Inceptisols. Key words : Clay accumulation horizon, Elluviation, Illuviation, Argillic, Cambic, Ultisols, Alfisols, Inceptisols, Sedimentary and Volcanic rocks.

Page 5: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

v

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

Page 6: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

vi

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Karakteristik

Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang Berkembang dari Batuan

Sedimen dan Volkanik adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi

Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Desember 2006

Afra Donatha Nimia Makalew NRP 995032

Page 7: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

vii

KARAKTERISTIK TANAH DENGAN HORISON PENIMBUNAN LIAT YANG BERKEMBANG DARI

BATUAN SEDIMEN DAN VOLKANIK

OLEH : AFRA D. N. MAKALEW

Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Ilmu Tanah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 8: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

viii

Judul : Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang Berkembang dari Batuan Sedimen dan Volkanik

Nama : Afra Donatha Nimia Makalew N r p : 995032 Program Studi : Ilmu Tanah

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. Sarwono Hardjowigeno,MSc Prof.Dr.Ir. Sudarsono,MSc Ketua Anggota

Dr.Ir. Budi Mulyanto,MSc Dr.Ir. Subagyo Hardjosubroto,MSc.APU Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Ilmu Tanah 3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir. Komaruddin Idris,MS Dr.Ir. Khairil A.Notodiputro,MS

Tanggal Ujian : 12 September 2006 Tanggal Lulus :

Page 9: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tomohon-Minahasa pada tanggal 19 Januari 1965 sebagai anak ke-8 dari pasangan P.D.Makalew (Alm) dan Chatarina Wanget (Almh). Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado, lulus pada tahun 1988. Pada tahun 1992, penulis diterima di Agricultural and Food Engineering Program, Asian Institute of Technology (AIT) Bangkok, Thailand dan menamatkannya pada tahun 1993. Kesempatan untuk melanjutkan program doktor pada program studi Ilmu Tanah Sekolah Pascasarjana IPB Bogor diperoleh pada tahun 1999. Beasiswa pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Universitas Mercu Buana Jakarta dan BPPS Dikti (Tahun 2000 – 2003).

Penulis bekerja sebagai Dosen Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) Manado sejak 1988 sampai 1994, dan sebagai Dosen KOPERTIS Wilayah III ditempatkan di Fakultas Pertanian (sekarang Fakultas Manajemen Agribisnis) Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta sejak tahun 1995 sampai sekarang.

Page 10: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

x

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Kuasa, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini berhubungan dengan sifat-sifat dan pembentukan horison penimbunan liat pada tanah-tanah yang berkembang dari batuan sedimen dan volkanik.

Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Sarwono Hardjowigeno, MSc. sebagai Ketua Komisi

Pembimbing 2. Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc. sebagai Anggota Komisi Pembimbing 3. Dr. Ir. Budi Mulyanto, MSc. Sebagai Anggota Komisi Pembimbing 4. Dr. Ir. Subagyo Hardjosubroto, MSc. APU. sebagai Anggota Komisi

Pembimbing 5. Rektor, Dekan SPs, Ketua Program Studi Ilmu Tanah SPs IPB 6. Program Beasiswa BPPS-Dikti 7. Rektor Universitas Mercu Buana, Dekan, Ketua Jurusan Agronomi,

seluruh Staf Pengajar, dan Karyawan Fakultas Managemen Agrbisinis UMB Jakarta

8. Seluruh Staf Pengajar dan Mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah SPs IPB 9. Ketua dan seluruh Staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Fakultas Pertanian IPB 10. Staf Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya

Lahan Fakultas Pertanian IPB 11. Staf Laboratorium Mineral, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor 12. Staf Laboratorium Tanah, Fakultas Geografi UGM Yogyakarta 13. Mahasiswa HIMPIT, Mahasiswa Program Ilmu Tanah SPs-IPB Angkatan

’99, dan rekan-rekan kelompok G-8 14. Orangtua, suami, dan anak-anak Akhirnya penulis mengharapkan disertasi ini dapat menjadi tambahan informasi bagi ilmu yang terkait dan bagi para pembaca.

Bogor, Desember 2006 Penulis

Page 11: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

xi

DAFTAR ISI

Halaman PRAKATA.…………………………………………………………...........…....... x DAFTAR TABEL.…….…………………..……………………...........…............ xii DAFTAR GAMBAR ...……………………………………………….................. xiii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………............ xiv PENDAHULUAN Latar Belakang..…………………………………………………............. 1 Tujuan…………………………………………………………........…..... 4 Hipotesis.…………………………………………………………….......... 4 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Horison Penimbunan Liat…………………………….………… 5 Genesis Horison Penimbunan Liat.…………………….……………….. 9 Mikromorfologi Horison Penimbunan Liat………………………............ 14 Bahan Induk Tanah.……..……………………………………….…...…... 18

Tanah-tanah dengan Horison Penimbunan Liat.…..…........................ 20 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ..………………………………………...…............. 25 Bahan Penelitian……………………………………………….......…....... 28 Metodologi Penelitian……………………………………………......…... 28 Analisis Data……………………………………………………......……... 31 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian.................................................................................... 33 Geologi.................................................................................................. 33 Topografi................................................................................................ 36 Iklim........................................................................................................ 37 Penggunaan Lahan............................................................................... 38 Vegetasi................................................................................................. 40 HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Morfologi dan Fisika tanah.....………………………….................. 42 Sifat Kimia Tanah..................................……………………....…........ 56 Mineralogi Horison Permukan dan Penimbunan Liat........………...… 75 Horison Diagnostik................................................................................. 94 Klasifikasi Tanah Pedon-Pedon Pewakil............................................... 104 Karakteristik Horison Argilik dan Kambik.............................................. 106 Implikasi Adanya Horison Penimbunan Liat.......................................... 121 KESIMPULAN DAN SARAN ….………………………………………. .............. 124 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….……….............. 126 LAMPIRAN…………………………………………………………………...............130

Page 12: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

xii

DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Lokasi, Jenis Bahan Induk, dan Regim Kelembaban Tanah

Pedon-Pedon Pewakil…………………………………………….........…. 25

2. Jenis-jenis Analisis Tanah, Metode dan Kegunaannya dalam Penelitian 30

3. Curah Hujan (mm) Bulanan ( Rata-rata 10 tahun) di daerah penelitian ................................................................................ 39

4. Data Suhu Udara Maksimum Minimum, dan Rata-rata Bulanan di daerah Kabupaten Bogor , diwakili stasiun Darmaga (259 dpl) (1989-1999)............................................................................................. 40

5. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah Masing-masing Horison Pedon Pewakil yang Berkembang dari Batuliat........................................................... 43 6. Siifat Morfologi dan Tanah Masing-masing Horison Pedon Pewakil yang Berkembang dari Batukapur......................................................… 47 7. Siifat Morfologi dan Tanah Masing-masing Horison Pedon Pewakil yang Berkembang dari Bahan Volkanik-Andesitik.............................……51 8. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah Masing-masing Horison Pedon Pewakil yang Berkembang dari Bahan Volkanik-Dasitik.................................……53 9. Beberapa Sifat Kimia Masing-masing Horison dari

Pedon Pewakil (Batuliat)…….…………………………………...………......57 10. Beberapa Sifat Kimia Masing-masing Horison dari

Pedon Pewakil (Batukapur)………………………………………..…….. ....63 11. Beberapa Sifat Kimia Masing-masing Horison dari

Pedon Pewakil Bahan Volkanik-Andesitik………………….………… ......67 12. Beberapa Sifat Kimia Masing-masing Horison dari

Pedon Pewakil Bahan Volkanik-Dasitik....…………………….………........70 13. Penyebaran Mineral Fraksi Pasir Total pada Horison Eluviasi

dan Horison Iluviasi…...............................................................................76

Page 13: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

xiii

14. Jenis Mineral Liat pada Horison Eluviasi dan Iluviai Maksimum setiap Pedon Pewakil................................................................................79 15. Mineral Liat yang Dominan pada Horison Iluviasi dan

Horison di Atasnya pada Masing-masing Pedon Pewakil…………..…… 94 16. Jumlah Liat Total pada Horison Eluviasi dan Horison Iluviasi, serta Jumlah Minimal Liat Total sebagai Horison Penimbunan liat

(Argilik)......................................................................................................98 17. Batas Atas dan Bawah, serta Ketebalan Horison Iluviasi pada Masing-masing Pedon Pewakil………………………………………….......99 18. Tebal, Jumlah, dan Perkembangan Selaput Liat pada masing-masing

Horison Iluviasi Masing-masing Pedon Pewakil AM8 dan AM10………101 19. Hasil Identifikasi Horison Penimbunan Liat (Argilik) Berdasarkan Kriteria Jumlah Kandungan Liat, Ketebalan Horison, dan Selaput Liat pada

Pedon Pewakil............................................................... ........................103 20. Pedon Pewakil dan Klasifikasi Tanahnya…………………………..……..104 21. Kandungan Liat Halus dan Liat Total Maksimum (%) pada Masing-masing Kedalaman Pedon Pewakil............................................109 22. Mikromorfologi Horison Penimbunan Liat Beberapa Pedon Pewakil…..110

Page 14: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

xiv

DAFTAR GAMBAR No. Halaman

1. Peta Lokasi Pedon Pewakil di Kabupaten Bogor....................................26 2. Peta Lokasi Pedon Pewakil di Kabupaten Serang…………….................27 3. Peta Geologi Lokasi Penelitian (Daerah Bogor)...........………..…………34 4. Peta Geologi Lokasi Penelitian (Daerah Serang)...........…………………35

5. Lokasi setiap Pedon Pewakil dalam Topografi........................................37 6. Distribusi C-organik, Fe-bebas, dan Liat Total dalam Tanah pada

Pedon AM1, AM2, dan AM3 yang Berkembang dari ..............................60 7. Distribusi C-organik, Fe-bebas, dan Liat Total dalam Tanah pada

Pedon AM4, AM5, dan AM6 yang Berkembang dari ..............................64 8. Distribusi C-organik, Fe-bebas, dan Liat Total dalam Tanah pada

Pedon AM7 dan AM8 yang Berkembang dari Bahan Volkanik- Andesitik..................................................................................................68

9. Distribusi C-organik, Fe-bebas, dan Liat Total dalam Tanah pada

Pedon AM9 dan AM10 yang Berkembang dari Bahan Volkanik-Dasitik...72

10a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap) Pedon AM1 Berkembang dari Batuliat …......…..…..................................81

10b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Penimbunan Liat (Bt2)

Pedon AM1 Berkembang dari Batuliat ..........…..…..................................81

11a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap) Pedon AM2 Berkembang dari Batuliat................……………………….….82

11b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Penimbunan Liat (Bt3) Pedon AM2 Berkembang dari Batuliat.................……………………….…82

12a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap)

Pedon AM3 Berkembang dari Batuliat......................…………………..….83

Page 15: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

xv

12b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Penimbunan Liat (Bt3) Pedon AM3 Berkembang dari Batuliat................…………………..….......83

13a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Peralihan (AB) Pedon AM4 Berkembang dari Batukapur................…………………..…...85

13b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Penimbunan Liat (Bt2) Pedon AM4 Berkembang dari Batukapur.................…………………..…..85 14a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap)

Pedon AM5 Berkembang dari Batukapur.............…………………..…......86 14b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Penimbunan Liat (Bt3)

Pedon AM5 Berkembang dari Batukapur..................…………………..….86 15a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap)

Pedon AM6 Berkembang dari Batukapur.....................………………..….87

15b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Penimbunan Liat (Bt2) Pedon AM6 Berkemban dari Batukapur.....................………………..…...87

16a. HasilAnalisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (A)

Pedon AM7 Berkembang dari Bahan Volkanik-Andesitik……………...….89 16b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Penimbunan Liat (Bt3)

Pedon AM7 Berkembang dari Bahan Volkanik-Andesitik……………...….89 17a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap)

Pedon AM8 Berkembang dari Bahan Volkanik-Andesitik..…………....….90

17b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Penimbunan Liat (Bt3) Pedon AM8 Berkembang dari Bahan Volkanik-Andesitik.…………....…..90

18a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (A)

Pedon AM9 Berkembang dari Bahan Volkanik-Dasitik......…………....….91 18b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Penimbunan Liat (Bt3)

Pedon AM9 Berkembang dari Bahan Volkanik-Dasitik………………....…92 19a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap)

Pedon AM10 Berkembang dari Bahan Volkanik-Dasitik...………………..93 19b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Penimbunan Liat (Bt4)

Pedon AM10 Berkembang dari Bahan Volkanik-Dasitik………….........…93

Page 16: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

xvi

20. Selaput Liat (Coklat kekuningan) pada Irisan Tipis Horison Bt4 dari Pedon AM8 Berkembang dari Bahan Volkanik–Andesitik...............101

21. Selaput Liat pada Irisan Tipis Horison Bt4 Pedon AM10 yang Berkembang dari Bahan Volkanik – Dasitik ..........................................102 22. Distribusi Liat Halus dan Liat Total pada Tanah Inceptisol serta Batas Argilik (Argillic line) pada Pedon AM8 dan AM10.........................108 23. Irisan Tipis Horison Bt dari Pedon AM2 dan AM3 yang Berkembang dari

Batuliat....................................................................................................111 24. Irisan Tipis Horison Bt dari Pedon AM5 yang Berkembang dari Batukapur................................................................................................112

Page 17: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

xvii

DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Deskripsi Profil Pedon AM1………………………………………......... 131 2. Deskripsi Profil Pedon AM2………………………………………......... 132 3. Deskripsi Profil Pedon AM3………………………………………........ 133 4. Deskripsi Profil Pedon AM4………………………………………........ 134 5. Deskripsi Profil Pedon AM5………………………………………........ 135 6. Deskripsi Profil Pedon AM6………………………………………........ 136 7. Deskripsi Profil Pedon AM7………………………………………........ 137 8. Deskripsi Profil Pedon AM8……………..........…………………......... 138 9. Deskripsi Profil Pedon AM9………………………………………......... 139 10. Deskripsi Profil Pedon AM10………………………………………....... 140 11. Regim Temperatur dan Kelembaban Tanah.........….....………......... 142 11.1 Stasiun Cimulang.................................................................... 142 11.2 Stasiun Pasirmaung.................................................................144 11.3 Stasiun Jonggol....................................................................... 146 11.4 Stasiun Dramaga..................................................................... 148 11.5 Stasiun Jasinga........................................................................150 11.6 Stasiun Serang........................................................................ 152

Page 18: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

PENDAHULUAN

Latar belakang

Horison penimbunan liat merupakan horison dengan kandungan liat

filosilikat yang lebih tinggi daripada bahan tanah yang terletak di atasnya.

Horison ini dapat terbentuk akibat proses iluviasi liat horison di atasnya

atau dari hasil proses pelapukan in situ, atau tertimbunnya bahan tanah

dengan kandungan liat tinggi oleh bahan tanah dengan kandungan liat

yang lebih rendah. Ada tidaknya bukti iluviasi liat berupa selaput liat (clay

skin) pada horison penimbunan liat, merupakan salah satu dasar dalam

identifikasi horison argilik atau bukan argilik. Horison argilik merupakan

horison iluviasi liat yang digunakan sebagai horison bawah penciri untuk

mengklasifikasi dan interpretasi proses-proses yang dominan pada

pembentukan tanah Alfisol dan Ultisol. Selanjutnya horison penimbunan

liat tanpa bukti selaput liat, kecuali pada tanah dengan sifat vertik

termasuk dalam horison kambik yang digunakan sebagai salah satu

horison bawah penciri untuk mengklasifikasi dan interpretasi proses

pembentukan tanah Inceptisol (Soil Survey Staff, 2003).

Pemanfaatan tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat

banyak menghadapi faktor pembatas produksi. Horison penimbunan liat

yang relatif padat di bawah lapisan olah dan dekat dengan permukaan

tanah mengakibatkan laju perkolasi terhambat, tanah cepat jenuh air dan

mudah tererosi, serta terbatasnya daerah perakaran tanaman, sehingga

produktivitas tanah menjadi terhambat (Afandi et al., 1997).

Page 19: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

2

Di daerah tropika, tanah Alfisol, Ultisol, dan Inceptisol merupakan

tanah-tanah yang umum di jumpai. Penyebaran tanah-tanah ini di

Indonesia adalah Inceptisol 70,5 juta ha (37,5%), Ultisol sekitar 45,8 juta

ha (24,3%), dan Alfisol 5,2 juta ha (3%) dari luas daratan. Lahan-lahan

tersebut merupakan alternatif untuk pengembangan usaha pertanian

(Subagjo et al., 2003).

Horison penimbunan liat ditemukan pada tanah-tanah yang

berkembang dari bahan induk sedimen dan volkanik, pada beberapa

regim kelembaban tanah (akuik, perudik/udik, dan ustik). Proses

pembentukan horison penimbunan liat yang menghasilkan horison argilik

meliputi proses dispersi liat di lapisan atas, dilanjutkan dengan proses

pemindahan liat oleh air dari lapisan atas (eluviasi), dan pengendapannya

di lapisan bawah (iluviasi). Banyak faktor yang berpengaruh agar liat lebih

mudah terdispersi dalam air, sehingga lebih mudah dipindahkan. Demikian

pula, banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses pemindahan dan

pengendapan liat di lapisan bawah. Tiga tahap proses pembentukan

horison penimbunan liat, yang meliputi proses dispersi, pemindahan, dan

akumulasi liat, masing-masing memerlukan kondisi yang khusus (Buol et

al., 1980). Sedangkan proses pembentukan horison penimbunan liat yang

tidak menghasilkan argilik apabila (1) jumlah penimbunan liat tidak

memenuhi argilik, meskipun ada selaput liat, (2) jumlah penimbunan liat

memenuhi argilik tapi tidak ada selaput liat, atau (3) jumlah penimbunan

liat tidak memenuhi argilik dan tidak ada selaput liat.

Page 20: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

3

Tanah Alfisol dan Ultisol keduanya mempunyai horison

penimbunan liat (argilik), tetapi Ultisol bersifat lebih masam dan Alfisol

lebih alkalis. Kedua tanah ini dapat berkembang dari batuan sedimen

ataupun bahan volkanik, pada regim kelembaban tanah akuik, udik, ustik,

dan xerik. Horison penimbunan liat yang tidak memenuhi kriteria argilik,

dapat sebagai horison kambik yang dimiliki oleh tanah Inceptisol.

Permasalahan yang menarik untuk diteliti adalah bagaimana sifat-sifat

horison penimbunan liat dan proses-proses pembentukannya dapat terjadi

pada lingkungan yang berbeda-beda tersebut.

Kebanyakan penelitian yang telah dilakukan adalah mengenai

horison penimbunan liat yang memiliki selaput liat (argilik). Namun

demikian, Allbrook (1973) masih mempertanyakan adanya horison argilik

pada tanah-tanah Ultisol di Malaysia. Penelitian tentang sifat-sifat dan

genesis horison argilik telah dilakukan pada tanah Aridisol berbahan induk

sedimen (Nettleton et al., 1975; Southard dan Southard , 1985), pada

tanah Alfisol berbahan induk sedimen oleh Smith dan Wilding (1972).

Demikian pula penelitian tentang mikromorfologi horison argilik pada tanah

Alfisol dengan regim kelembaban tanah akuik telah dilakukan antara lain

oleh : Smeck et al. (1981), Cremeens dan Mokma (1986), serta Stolt dan

Rubenhorst (1991). Selain itu terbentuknya horison argilik pada tanah

yang berdrainase baik sudah dilakukan Rostad et al. (1976). Tetapi

adanya horison argilik pada tanah-tanah berdrainase buruk atau pada

regim kelembaban tanah akuik masih diperdebatkan (Smeck et al., 1981).

Page 21: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

4

Penelitian tentang proses pembentukan horison penimbunan liat

dengan atau tanpa selaput liat di daerah tropika basah khususnya di

Indonesia masih sangat sedikit. Hasil penelitian Cahyono (1992) pada

Ultisol Lampung dan Alfisol di Jawa Barat menunjukkan bahwa, liat iluviasi

pada Ultisol umumnya lebih banyak (2-5%) dibandingkan dengan liat

iluviasi pada Alfisol (1-2%). Kenampakan mikromorfologi yang berbeda

menurut Goenadi dan Tan (1998) dapat membantu menjelaskan proses-

proses pembentukan tanah pada masing-masing tanah. Demikian juga

penelitian tentang mikromorfolgi horison penimbunan liat di Indonesia

masih sangat kurang.

Dari uraian di atas tampak bahwa penelitian tentang karakteristik

horison penimbunan liat pada bahan induk dan regim kelembaban tanah

yang berbeda masih perlu dilakukan. Demikian juga, ditemukannya

horison penimbunan liat dengan atau tanpa selaput liat pada tanah

Insceptisol, Alfisol, dan Ultisol masih perlu diteliti. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam

pengembangan ilmu pengetahuan genesis tanah dan sistem klasifikasi

tanah, serta pengelolaan tanah di Indonesia.

Tujuan

(1) Mengidentifikasi sifat-sifat tanah dengan horison penimbunan liat

dan proses-proses pembentukannya, yang berkembang dari batuan

sediment (batuliat, dan batukapur) dan batuan volkanik.

Page 22: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

5

(2) Membandingkan sifat-sifat horison penimbunan liat dan proses-

proses pembentukannya pada tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol

yang berkembang dari bahan induk sedimen atau volkanik, baik

pada regim kelembaban tanah akuik, perudik, maupun ustik.

(3) Mengetahui sifat-sifat horison penimbunan liat yang berkaitan

dengan pengelolaan tanah, baik pada tanah Ultisol, Alfisol, maupun

Inceptisol.

Hipotesis

(1) Bahan induk yang berbeda akan mempengaruhi sifat-sifat dan

pembentukan horison penimbunan liat, baik letak dari permukaan,

ketebalan, adanya tidaknya selaput liat maupun tingkat

perkembangannya.

(2) Sifat-sifat horison penimbunan liat dan proses pembentukannya

berbeda antara tanah Alfisol, Ultisol, dan Inceptisol, baik pada

regim kelembaban tanah akuik, perudik, maupun ustik.

(3) Terdapat sifat-sifat horison penimbunan liat yang penting kaitannya

dengan pengelolaan tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol, baik yang

berkembang dari batuliat, batukapur, maupun bahan volkanik.

Page 23: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Horison Penimbunan Liat

Macam-macam horison penimbunan liat (argilik atau kambik) merupakan

horison yang terbentuk dari hasil iluviasi liat horizon di atasnya. Disebut horison

argilik apabila jumlah penimbunan liat memenuhi kriteria argilik disertai bukti

iluviasi liat berupa selaput liat. Disebut horison kambik apabila jumlah

penimbunan liat tidak memenuhi argilik walaupun ada selaput liat. Atau Jumlah

memenuhi argilik tapi tidak ada selaput liat, atau jumlah tidak memenuhi argilik

dan tidak ada selaput liat .

Horison Argilik

Di dalam Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 2003) disebutkan bahwa

horison argilik harus memenuhi syarat dalam hal : (1) Tebal horison yang sesuai

dengan tekstur tanahnya, (2) Bukti adanya iluviasi liat sebagai akibat eluviasi liat

dari horison di atasnya, dan (3) Jumlah liat yang tertimbun, sesuai dengan

kandungan liat horison eluviasi.

Sifat-sifat yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi syarat sebagai suatu

horison argilik (Soil Survey Staff,1998) adalah sebagai berikut :

1. Horison argilik harus memiliki kedua hal sebagai berikut :

(a) Salah satu dari : (1) Jika horison argilik mempunyai kelas besar

butir berlempung kasar, berlempung halus, berdebu kasar,

berdebu halus, halus, atau sangat halus, maka keteba lan

minimum 7,5 cm, atau paling kurang sepersepuluh bagian dari

seluruh tebal horison di atasnya, dipilih yang lebih tebal, atau (2)

Jika horison argilik mempunyai kelas besar butir berpasir atau

skeletal berpasir, maka ketebalan minimum 15 cm; atau (3) Jika

Page 24: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

6

horison argilik seluruhnya tersusun dari lamella, maka ketebalan

gabungan dari lamella yang tebalnya 0,5 cm atau lebih, harus 15

cm atau lebih; dan

(b) Tanda, atau bukti, adanya iluviasi liat sekurang-kurangnya berupa

salah satu bentuk berikut : (1) Adanya liat terorientasi yang

menghubungkan butir-butir pasir; atau (2) Adanya selaput liat

menyelaputi dinding pori; atau (3) Adanya selaput liat pada kedua

permukaan ped horisontal dan vertikal; atau (4) Pada irisan tipis,

memiliki bentukan liat terorientasi, yang secara mikromorfologi

berjumlah lebih dari 1 persen; atau (5) Apabila koefisien

pemuaian linier sebesar 0,004 atau lebih, dan tanah berada pada

wilayah dengan musim hujan dan kemarau yang nyata, maka

rasio liat halus terhadap liat total pada horison iluviasi adalah 1,2

kali atau lebih, dibanding rasionya pada horison eluviasi; dan

2. Apabila horison eluviasi masih ada dan tidak terdapat diskontinuitas litologi

(lithologic discontinuity ) antara horison eluviasi dan iluviasi, serta tidak terdapat

lapisan tapak bajak yang berada langsung di atas lapisan iluviasi, maka horison

iluviasi harus mengandung lebih banyak liat total dibanding horison eluviasi, di

dalam jarak vertikal 30 cm atau kurang, sebagai berikut :

(a) Apabila salah satu bagian dari horison eluviasi, dalam fraksi tanah

halusnya mengandung liat total kurang dari 15 persen, maka

horison argilik harus mengandung minimal 3 persen (absolut) liat

lebih banyak (misalnya 10 persen vs 13 persen) ; atau

(b) Apabila horison eluviasi, dalam fraksi tanah halus mengandung

liat total antara 15 sampai 40 persen, maka horison argilik harus

mengandung liat 1,2 kali lebih banyak dibandingkan horison

eluviasi; atau

Page 25: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

7

(c) Apabila horison eluviasi, dalam fraksi tanah halusnya

mengandung liat total 40 persen atau lebih, maka horison argilik

harus mengandung minimal 8 persen (absolut) liat lebih banyak

(misalnya 42 persen vs 50 persen).

Horison Kambik

Horison kambik merupakan horison yang terbentuk sebagai hasil proses

alterasi secara fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan bahan, atau

merupakan hasil kombinasi dari dua atau lebih proses-proses tersebut.

Di dalam Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 2003) dikatakan bahwa

horison kambik merupakan horison alterasi yang ketebalannya 15 cm atau lebih.

Apabila horison tersebut tersusun dari lamela-lamela, ketebalan gabungan dari

lamela harus 15 cm atau lebih. Sebagai tambahan, horison kambik harus

memenuhi semua syarat berikut:

1. Mempunyai tekstur pasir sangat halus, pasir sangat halus berlempung,

atau yang lebih halus; dan

2. Menunjukkan gejala-gejala atau bukti adanya alterasi, dalam salah satu

bentuk berikut :

a. Kondisi akuik di dalam 50 cm dari permukaan tanah, atau telah

didrainase, dan semua sifat berikut:

(1) Memiliki strutur tanah,atau tidak memiliki strutur batuan

pada lebih dari setengah volume tanah; dan

(2) Warna-warna yang tidak berubah saat terbuka di udara;

dan

(3) Warna dominan, lembab, pada permukaan ped atau di

dalam matriks sebagai berikut:

(a) Value warna 3 atau kurang dan kroma 0; atau

Page 26: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

8

(b) Value warna 4 atau lebih dan kroma satu atau

kurang; atau

(c) Sebarang value warna, kroma 2 atau kurang, dan

terdapat konsentrai redoks; atau

b. Tidak mempunyai kombinasi kondisi akuik di dalam 50 cm dari

permukaan tanah, atau telah didrainase, dan warna, lembab,

sebagaimana didefinisikan dalam butir 2.a.(3) di atas; serta

memiliki struktur tanah atau tidak memiliki struktur batuan pada

lebih dari setengah volume tanah, dan memenuhi satu atau lebih

sifat berikut:

(1) Menunjukkan kroma lebih tinggi, value warna lebih tinggi,

warna hue lebih merah, atau kandungan liat lebih tinggi

dibanding horison yang terletak di bawahnya, atau

horison yang berada di atasnya; atau

(2) Gejala atau bukti adanya pemindahan senyawa karbonat

atau gipsum; dan

3. Memiliki sifat-sifat yang tidak memenuhi persyaratan untuk epipedon

antropik, histik, folistik, melanik, molik, plagen, atau umbrik, duripan atau

fragipan, atau horison argilik, kalsik, gipsik, natrik, oksik, petrokalsik,

petrogipsik, placik, atau spodik; dan

4. Bukan suatu bagian dari suatu horison Ap, warnanya tidak cukup gelap

(tidak memenuhi persyaratan epipedon molik atau umbrik), dan tidak

bersifat rapuh.

Genesis Horison Penimbunan Liat

Dalam Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1999) horison argilik

merupakan penciri utama untuk tanah Alfisol dan Ultisol. Namun demikian, kedua

Page 27: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

9

ordo tanah ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Alfisol adalah tanah yang

relatif muda, sehingga pencucian basa-basa dan pelapukan mineral belum begitu

lanjut. Sedangkan Ultisol adalah tanah yang relatif tua, sehingga pencucian

basa-basa dan pelapukan mineral sudah cukup lanjut. Karena itu, Alfisol

mempunyai kejenuhan basa (berdasarkan jumlah kation) yang lebih tinggi, yaitu

35% atau lebih pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah atau kedalam

125 cm dari batas atas argilik. Sementara Ultisol mempunyai kejenuhan basa

(berdasarkan jumlah kation) lebih kecil yaitu kurang dari 35% pada kedalaman

180 cm dari permukaan tanah atau 125 cm dari batas atas argilik, dengan

kandungan mineral mudah lapuk lebih rendah.

Alfisol dan Ultisol dapat berkembang dari bahan induk batuan sedimen

maupun bahan volkanik. Soil Survey Staff (1975 ; 1999) mendefinisikan tanah

Alfisol sebagai ”tanah-tanah yang mempunyai horison akumulasi liat (argilik),

dengan kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 1,8 meter dari

permukaan tanah, atau 1,25 meter dari batas atas horison argilik, lebih besar

atau sama dengan 35%. Sedangkan tanah Ultisol adalah ”tanah-tanah dengan

horison akumulasi liat (argilik), dengan kejenuhan basa (jumlah kation) pada

kedalaman 1,8 meter dari permukaan tanah, atau 1,25 meter dari batas atas

horison argilik, lebih kecil dari 35%.

Horison penimbunan liat dihasilkan oleh satu atau lebih proses yang

terjadi secara bergantian ataupun berlangsung tahap demi tahap. Proses

tersebut dapat mempengaruhi horison permukaan, horison bawah permukaan,

ataupun keduanya. Selain itu, proses-proses tersebut berbeda-beda untuk setiap

tanah. Pada beberapa tanah iluviasi liat terjadi secara nyata, sementara pada

tanah yang lain, sulit dibedakan dengan liat yang dihasilkan dari proses

pelapukan in situ. Namun menurut Soil Survey Staff (1999) tidak semua proses

dapat dipahami, atau dijelaskan secara lengkap. Tanah-tanah yang menunjukkan

Page 28: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

10

perbedaan pada sifat-sifat horison argiliknya seperti kandungan liat terakumulasi,

serta ketebalan dan letak horison penimbunan liat dari permukaan, mungkin

akan berpengaruh pada pengelolaan tanah.

Allbrook (1973) menyatakan bahwa di daerah tropika basah, di mana

tidak ada periode kering yang menghambat aktivitas biologi, adanya horison

argilik masih diragukan. Bukti-bukti iluviasi liat di daerah tropika basah sering

tidak dijumpai dalam horison, sebagai akibat dari proses pencucian yang

ekstensif (Buol et al., 1980), ataupun tidak dijumpai oleh karena kegiatan

aktivitas fauna tanah (Rust, 1983; Buurman, 1980).

Walaupun dengan intensitas yang berbeda, proses pembentukan horison

argilik, baik pada Alfisol ataupun Ultisol, mencakup dua proses utama yaitu (1)

eluviasi, dan (2) iluviasi liat. Kedua proses tersebut dapat terjadi melalui tiga

tahapan proses yang berlangsung secara berturut-turut yaitu (1) dispersi butir-

butir tanah primer di lapisan atas; (2) translokasi, atau pemindahan liat, dari

lapisan atas ke lapisan bawah, dan (3) immobilisasi (pengendapan) liat di

lapisan bawah (Buol et al., 1980)

Birkeland (1974) menyatakan beberapa proses yang diduga dapat

menyebabkan terbentuknya penimbunan liat adalah: (1) terjadinya hancuran

iklim dengan intensitas tinggi pada bagian atas solum tanah, sehingga terjadi

disintegrasi mineral primer menjadi mineral sekunder (liat), yang selanjutnya

terangkut ke bawah oleh air perkolasi, dan diendapkan di horison B, dan (2)

terjadinya pembentukan liat in situ pada horison B.

Dispersi

Dispersi adalah proses terpencarnya partikel-partikel tanah di dalam

suatu larutan. Partikel-partikel tanah tersebut, yakni liat halus, liat kasar, debu

halus, debu kasar dan lainnya, pada mulanya terikat satu sama lain dengan

Page 29: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

11

bahan perekat karbonat, seskuioksida (Al dan Fe), atau bahan organik, sehingga

liat sulit dipindahkan oleh air ke horison lain. Dispersi akan berjalan dengan baik,

bila air tersedia dalam jumlah cukup, dan kondisi memungkinkan terjadinya

penghancuran bahan-bahan perekatnya (Buol et al., 1980).

Agar butir-butir tanah dapat terdispersi, maka bahan-bahan perekat

seperti karbonat (kapur), besi, dan bahan organik harus tercuci lebih dulu dari

permukaan tanah. Buol et al. (1980) mengatakan bahwa karbonat (dan

bikarbonat) merupakan flokulan yang kuat, sehingga dalam pembentukan Alfisol

perlu dicuci lebih dulu, agar plasma (liat) menjadi lebih mudah bergerak bersama

dengan air perkolasi. Dengan pencucian karbonat ini, tanah di lapisan atas

menjadi lebih masam, kadang-kadang sampai mencapai pH 4,5. Besi sebagai

flokulan lain mengalami pencucian dari lapisan atas, setelah karbonat

dibebaskan.

Pada tanah Ultisol, pencucian basa -basa berjalan ekstensif dan sangat

lanjut, sehingga tanah bereaksi masam dan kejenuhan basa rendah sampai di

lapisan bawah tanah (1,8 m dari permukaan tanah). Di wilayah tropika basah,

karena suhu yang cukup tinggi (>22 0C) dan pencucian yang kuat dalam waktu

yang cukup lama, maka terjadilah pelapukan yang kuat terhadap mineral-mineral

yang mudah lapuk.

Translokasi

Proses mobilisasi dan translokasi liat dipengaruhi, antara lain oleh jenis

pori (Mohr et al., 1972). Biasanya air tidak tertahan dalam pori non kapiler, akan

tetapi akan bergerak masuk ke dalam bagian tanah yang memiliki pori kapiler.

Jika horison bagian bawah memiliki tekstur lebih kasar, maka air cenderung

tertahan pada bagian atas. Selanjutnya diuraikan pula bahwa bila elektrolit dalam

larutan rendah, maka liat dapat terdispersi. Rendahnya elektrolit dalam tanah

Page 30: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

12

dapat disebabkan oleh pelapukan dan pencucian tanah yang terjadi secara

kontinyu, atau disebabkan oleh proses pemasaman lapisan permukaan tanah,

akibat tercucinya kation kalsium digantikan oleh hidrogen.

Air merupakan medium utama dalam proses pemindahan partikel tanah.

Eswaran dan Sys (1979) menyatakan bahwa proses pemindahan liat berjalan

lebih baik pada tanah yang mengalami kering dan basah bergantian, dibanding

dengan tanah yang terus menerus kering atau terus menerus basah. Selain itu

juga disebutkan bahwa horison argilik terbentuk lebih baik pada tanah

berlempung (loamy) daripada tanah berpasir atau berliat. Kadar liat yang terlalu

rendah pada tanah berpasir kurang mendukung pembentukan horison argilik,

sedang kadar liat yang terlalu tinggi pada tanah berliat, menghambat pergerakan

air dan proses pemindahan liat.

Pergerakan liat tersebut dapat terjadi dari satu horison ke horison-horison

lainnya, atau hanya pada satu horison saja. Kesamaan susunan mineralogi dari

liat halus antara horison eluviasi dan horison iluviasi , terlihat jelas. Sehingga

kesamaan tersebut mendukung pendapat, bahwa liat secara dominan berpindah

dari bahan tanah di atas, dan bukan hasil dekomposisi yang kemudian tersintesa

membentuk partikel yang berukuran liat.

Proses pelarutan liat filosilikat dapat mengakibatkan kehilangan liat dalam

tanah. Kehilangan tersebut biasanya terjadi pada horison atas, dimana proses

pelapukan terjadi sangat intensif. Dengan demikian, akibat proses tersebut maka

perbedaan tekstur secara vertikal dapat terjadi.

Menurut Buol et al., (1980), translokasi liat pada Alfisol terjadi pada

lingkungan yang agak masam atau dalam lingkungan “sodik-alkalin”, sedangkan

pada Ultisol terjadi dalam lingkungan yang lebih masam. Selama pemindahan

liat, pada Ultisol sering disertai pemindahan seskuioksida (Al2O3 dan Fe2O3) dan

bahan organik.

Page 31: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

13

Pengendapan

Pengendapan (immobilisasi) liat dapat disebabkan oleh (1) air perkolasi

tidak cukup banyak, sehingga tidak dapat meresap lebih jauh ke dalam tanah; (2)

butir-butir tanah yang mengembang dan menutup pori-pori tanah, sehingga air

perkolasi lambat bergerak; (3) penyaringan oleh pori-pori halus yang tersumbat;

(4) flokulasi liat bermuatan negatif oleh besi oksida yang bermuatan positif di

horison Bt, dan (5) oleh kejenuhan basa yang lebih tinggi. Pada tanah masam,

kation Al3+ memiliki kemampuan yang kuat dalam memflokulasi liat. Mobilitas liat

dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor.

Soil Survey Staff (1999) mengemukakan bahwa liat dapat bergerak,

apabila bahan pengikat (seskuioksida atau lainnya) terlarut lebih dahulu. Proses

pembasahan tanah yang kering, dapat memicu kerusakan fabrik tanah dan

mendispersi liat. Dikatakan pula bahwa pada tanah-tanah yang kering secara

periodik, suspensi liat akan bergerak ke bagian bawah, dan berhenti di bagian

tanah yang kering dimana larutan tanah akan diserap oleh butir-butir struktur

tanah (ped). Selama penyerapan tersebut permukaan ped berlaku sebagai filter,

agar liat tidak masuk ke bagian dalam ped. Dengan demikian, liat tersebut akan

menyelaputi ped tanah, membentuk suatu lapisan yang terorientasi dan dikenal

dengan selaput liat (clay skin).

Khalifa dan Buol (1968) menyatakan bahwa terjadinya selaput liat

berkaitan dengan akumulasi liat dalam bentuk koloid, selaput liat, atau selaput

tipis liat (clay film). Selaput tipis liat tersusun dari kristal-kristal liat alumino-silikat

iluviasi yang terorientasi, yang oleh Buol dan Hole (1961) disebut dengan ”clay

skin” dan oleh Brewer (1976) disebut ”illuviation argillan” untuk mendeskripsi

adanya alumino-silikat liat yang mengalami translokasi.

Page 32: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

14

Mikromorfologi Horison Penimbunan Liat

Tanah Ultisol

Bullock dan Thompson (1985) menyatakan ekspresi sifat-sifat

mikromorfologi horison argilik tergantung dari distribusi ukuran butir tanah secara

keseluruhan, bukan hanya ditentukan oleh ukuran butir yang tersedia untuk

translokasi, tetapi juga pengaruh dari ukuran pori yang dapat dile wati oleh

partikel iluviasi.

Federoff dan Eswaran (1985) menyebutkan bahwa terdapat perbedaan

kenampakan mikromorfologi argilik pada Ultisol berdrainase baik, dan Ultisol

berdrainase buruk. Pada tanah Ultisol yang berdrainase baik, terbentuk horison

iluviasi yang baik, terdiri dari free packing skeleton grain yang sebagian besar

diselaputi oleh plasma. Seringkali dijumpai kenampakan tekstur yang berkaitan

dengan pengolahan tanah yang disebut agricutan. Horison B umumnya

mengandung argilan, tetapi jumlah atau presentasi banyaknya sangat bervariasi,

dari sangat sedikit sampai sangat tinggi persentasinya. Juga dijumpai, setiap pori

diselaputi atau diisi oleh liat, sedangkan pada bagian lainnya kandungan argilan

dijumpai secara sporadik. Argilan dijumpai juga pada bidang permukaan pori di

antara vugh dan packing void, tapi agak jarang pada channel voids . Argillan

tersebut terdapat sebagai selaput pada pori yang berukuran besar, dan sebagai

pengisi pada pori yang berukuran kecil.

Fedoroff dan Eswaran (1985) menyatakan bahwa, argilan pada horison

B, seringkali dalam bentuk microlaminated yang secara umum bentuk

laminasinya sempurna. Warnanya berkaitan dengan warna plasma, warna

interferensinya (interference colour) lemah sampai sedang, dari abu-abu sampai

kuning pucat. Bila liat kaolinit dominan, keteraturan susunan atau struktur bahan

halus atau plasmik fabriknya (plasmic fabric ) cenderung insepik atau undulik,

Page 33: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

15

plasmanya tampak berlilin (waxy). Bila matriks tanahnya kaya seskuioksida,

maka insepik plasmik fabrik akan tertutup dan berubah menjadi isotik. Warna

plasma berkisar dari merah ke kuning. Butiran kasarnya (skeleton grain) terdiri

dari mineral yang resisten, didominasi oleh kuarsa dan sedikit mineral mudah

lapuk yang dapat dihitung, seperti biotit, feldspar, dan muskovit.

Pada tanah Ultisol yang berdrainase buruk, pada zona dimana air tanah

berfluktuasi, horison bagian bawah tereduksi, maka argilan umumnya berwarna

pucat, dari kelabu sampai kuning pucat. Pada zona dimana terjadi oksidasi besi,

maka argilan tampak berwarna merah atau bintik-bintik merah. Laminasi dari

argilan tidak dijumpai, atau kalaupun tampak, bentuknya menggulung. Warna

interferensi sedang, dari kelabu putih sampai kuning pucat.

Sebagian besar argilan berlokasi pada bidang pori, atau menyusup/

mengisi ke dalam pori (infilling vugh dan channel void). Plasma yang selalu ada,

berwarna kelabu sampai kuning. Plasmik fabrik umumnya lebih berkembang

pada Ultisol yang berdrainase baik, dengan warna interferensi kuat. Pada tanah

yang selalu jenuh air (permanen), ion ferro dijumpai dan memberi warna

kehijauan dan kebiruan. Pada horison yang jenuh air, textural feature seringkali

dijumpai dalam bentuk interkalasi, yakni tidak berkaitan dengan pori, dan

merupakan bentuk eksternal yang fleksibel (dapat membengkok) dan

memanjang. Hal tersebut menunjukkan tidak dapat terjadi penyelaputan (coating)

akan tetapi proses berintegrasi ke dalam matriks ataupun mengisi pori.

Tanah Alfisol

Bullock dan Thompson (1985) menyatakan ada perbedaan kenampakan

mikromorfologi yang jelas pada horison argilik yang ditemukan di tanah Alfisol

berpasir, berlempung, dan berliat. Pada tanah Alfisol yang teksturnya berpasir,

butiran partikel pada horison argilik diselaputi dan dihubungkan oleh liat yang

Page 34: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

16

teriluviasi. Beberapa kasus penyelaputan memiliki warna interferensi yang kuat,

tapi pada beberapa tanah penyelaputan dapat berupa campuran partikel yang

memberikan warna interferensi yang lemah. Sering dijumpai bahwa seluruh liat

yang berada pada horison bawah merupakan asli akibat iluviasi.

Pada tanah dengan tekstur berlempung, dijumpai distribusi ukuran

partikel yang jelas antara selaput liat dan matriks tanah, yang disertai dengan

bireferen yang baik dari selaput, dan mudah untuk diidentifikasi. Kenampakan

mikromorfologi selaput liat dari horison argilik pada tanah bertekstur sedang ini

adalah adanya orientasi liat yang jelas, tekstur yang kontras, dan batas yang

sangat jelas dengan matriks tanah.

Pada tanah yang berliat, identifikasi selaput liat sulit dilakukan. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal berikut: (1) Sulit membedakan matriks tanah

dengan liat yang diiluviasi, karena memiliki tekstur yang sama; (2) Adanya

kembang kerut tanah (pada tanah yang mengandung mineral 2:1), selaput liat

terintegrasi dalam matriks; (3) Penyelaputan pada slikenside (stress coating)

hampir sama dengan penyelaputan pori oleh liat iluviasi. Khalifa dan Buol (1968)

mempelajari genesis selaput liat pada tanah Typic Hapludult menemukan bahwa,

komposisi selaput liat pada horison argilik sama dengan yang berada pada

horison A. Dikatakan pula bahwa, selaput liat berada secara kontinyu pada

permukaan ped dan sekitar lubang akar.

Kenampakan mikromorfologi pada tanah-tanah yang berdrainase sangat

buruk berbeda dengan tanah-tanah yang berdrainase agak buruk sampai agak

baik. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Nettleton et al. (1968), bahwa

pada tanah yang berdrainase sangat buruk keberadaan argilan sangat sedikit,

sebaliknya meningkat pada tanah yang berdrainase buruk sampai agak baik.

Dikatakan pula bahwa papule umum dijumpai pada tanah yang berdrainase

sangat buruk, sebaliknya sangat sedikit pada tanah-tanah yang berdrainase baik.

Page 35: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

17

Tanah Inceptisol

Aurousseau et al.(1985) mengatakan bahwa, kenampakan genetik secara

mikromorfologi pada horison kambik sangatlah lemah. Berdasarkan hal tersebut,

maka studi mikromorfologi pada horison ini sangat jarang dilakukan. Namun

sesuai dengan definisi dari horison tersebut, maka struktur tanah merupakan

kriteria utama untuk dapat mengidentifikasi horison kambik. Beberapa bentuk

keberadaan horison kambik secara mikromorfologi yang ada, dibedakan sebagai

berikut:

Mikromorfologi horison kambik yang bersifat masam memiliki tekstur

struktur gumpal halus yang terbagi lagi menjadi mikrogranular struktur.

Ditemukan pula struktur gumpal membulat dengan ukuran halus. Terdapat

porositas interagregat yang tinggi (50%) akibat adanya struktur mikrogranular.

Sedangkan pada daerah yang memiliki struktur gumpal porositas interagregatnya

adalah tubular.

Selanjutnya dikatakan bahwa kenampakan mikromorfologi pada tanah-

tanah yang memiliki horison kambik berkapur biasanya dijumpai skeleton yang

mengandung butir-butir kalsit dengan jumlah yang bervariasi. Penelitian yang

dilakukan oleh Kowalinski (1969, 1974, dan 1978), Durand(1979) dalam

Aurosseau et al., 1985, menjumpai bahwa, pada horison kambik pada tanah

berkapur memiliki jenis pori packing void, planes, dan vughs. Terdapat banyak

channel pori akibat intensifnya aktivitas mikroorganisme. Memiliki agregat yang

membulat dengan retakan halus, dan banyak pori channel. Kenampakan

pedologi adalah fecal pelet, glabulae, dan tidak terdapat argillan.

Pada horison kambik yang memiliki sifat andik, dijumpai mikroagregat

yang membulat yang tersebar secara random dalam horison. Biasanya

mengandung fragmen besi yang berwarna merah, fragment bahan organik yang

Page 36: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

18

berwarna abu-abu atau hitam. Plasma berwarna kecoklatan dengan birefringen

lemah. Memiliki free packing fabric dan close packing fabric.

Bahan Induk Tanah

Bahan induk dianggap sebagai faktor pembentuk tanah yang amat

penting oleh perintis pedologi (Dokuchaev, 1887 dalam Hardjowigeno, 1993). Di

katakan pula oleh Jenny (1941) bahwa bahan induk adalah keadaan tanah pada

waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah. Di daerah tropika basah,

selain faktor iklim, bahan induk merupakan faktor pembentuk tanah yang paling

dominan pengaruhnya, yang akhirnya menentukan jenis tanah yang terbentuk

dan potensinya untuk pertanian.

Birkeland (1974) menyatakan bahwa, penyebaran partikel liat pada tanah

yang mengalami perkembangan sedang sampai kuat ditandai oleh rendahnya

kandungan liat pada horison A dan C, maksimum pada horison B. Kandungan

liat dapat dipengaruhi oleh bahan induk. Jika bahan induk mengandung mineral

yang mudah lapuk maka akan menghasi lkan banyak liat, sebagian liat akan

terakumulasi pada horison B sehingga teksturnya lebih halus, sebaliknya bila

bahan induk sukar dilapuk maka hanya sedikit liat yang terakumulasi pada

horison B. Karena horison argilik terbentuk dengan laju yang relatif lambat, maka

permukaan geomorfik haruslah relatif stabil dan dalam periode yang lama.

Hasil observasi mikromorfologi pada tanah Planosol berbahan induk

volkanik oleh Jongmans et al. (1991) menunjukkan bahwa, perubahan fragmen

batuan volkanik dan biotit menjadi sumber utama fraksi liat. Perbedaan tekstur

pada tanah tersebut akibat iluviasi liat, selain pelapukan dan pembentukan baru

(neoformation).

Dewayany (1984), mengklasifikasikan tanah Orthoxic Tropudult di daerah

Darmaga, yang terbentuk dari bahan induk volkan dengan batas atas horison Bt

Page 37: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

19

pada kedalaman 36 cm dan batas bawah 113 cm dari permukaan. Dikatakan

horison argilik tersebut terjadi secara kontinu dan tidak diselingi batuan, mineral

liat yang dominan adalah haloisit. Tirtoso (1984) mengklasifikasikan tanah di

daerah Cikarawang yang berbahan induk volkanik sebagai Tropudult dengan

tebal horison argilik sekitar 40 cm dan mineral liat yang dominan adalah haloisit.

Alghan (1980) mengklasifikasi tanah pada suatu lereng yang berasal dari bahan

induk volkanik di daerah Cigudeg, berturut-turut dari puncak lereng sampai

lereng paling bawah, sebagai Orthoxic Tropohumult, Typic Tropohumult,

Epiaquic Tropohumult, dan Aquic Tropudalf.

Pada daerah yang berbahan induk sedimen kapur (Jonggol dan

sekitarnya) Witjaksono (1986) mengklasifikasikan tanah-tanah Typic Tropaqualf

dan Aquic Tropudalf (Bt 10-51 cm), dan Vertic Tropudalf (Bt 10 – 55 cm), mineral

yang dominan adalah montmorilonit. Namun demikian Penelitian pada tanah-

tanah berargilik dengan bahan induk sedimen dan volkanik di Indonesia masih

sangatlah terbatas.

Tanah-tanah dengan Horison Penimbunan Liat

Tanah Alfisol

Buol et al. (1980) menjelaskan pembentukan tanah Alfisol diawali oleh

terjadinya pencucian yang intensif terhadap karbonat pada horison permukaan.

Kemudian terjadi eluviasi liat di horison A dan liat tersebut di endapkan di horison

B. Selain itu di horison B juga terjadi pembentukan liat melalui pelapukan

feldspar, mika, dan mineral ferromagnesium. Proses eluviasi berlanjut terus

sehingga menyebabkan horison A lebih terdeplesi (khususnya liat) dibanding

horison B. Proses terakhir adalah tersusunnya bahan kasar di atas bahan halus

membentuk tanah Alfisol.

Page 38: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

20

Morfologi yang menonjol pada tanah Alfisol adalah adanya horison

eluviasi dan iluviasi. Thorp dan Smith (1959) menyimpulkan bahwa eluviasi liat di

horison A dan iluviasi liat di horison B merupakan faktor penyebab utama

terjadinya perbedaan tekstur antara kedua horison ini. Rust (1983) menyatakan

bahwa horison permukaan pada tanah Alfisol ditandai dengan warna tanah yang

terang. Pada tanah yang tidak diolah seperti hutan, jatuhan daun merupakan

sumber bahan organik tanah. Pada horison ini belum terjadi perkembangan

struktur yang jelas.

Horison argilik pada tanah Alfisol, sebagaimana yang ditemukan pada

tanah-tanah lain, membutuhkan periode waktu dimana solum atau bagian solum

mengalami proses kekeringan. Dengan demikian hasil pelapukan maupun koloid-

koloid yang terlarut di bagian atas solum kemudian dapat terendapkan pada

permukaan struktur, di dalam pori, maupun pada lubang akar. Bartelli dan Odell

(1960) mengatakan bahwa zona pengendapan akan bervariasi, umumnya

menjadi lebih dalam pada tanah-tanah yang bertekstur kasar. Penelitian tentang

horison argilik oleh Nettleton et al. (1975) diperoleh bahwa jika horison argilik

terbentuk akibat proses translokasi liat, maka pada horison tersebut tidak hanya

mengandung lebih banyak liat dari horison A tetapi harus lebih banyak

mengandung liat halus. Selanjutnya dikatakan pula bila pada horison tersebut

tidak terjadi proses pengembangan dan pengkerutan yang jelas maka harus

memiliki selaput liat.

Tanah Ultisol

Beberapa proses dan reaksi secara individu terlibat dalam proses

pembentukan Ultisol. McCaleb (1959) dalam Buol et al. (1980) membicarakan

tentang pembentukan tanah Podsolik Merah Kuning yang kemudian diketahui

sebagai Ultisol.

Page 39: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

21

Banyak Ultisol terutama yang terletak pada lahan yang stabil tidak

memiliki selaput liat seperti yang dikemukakan oleh Gamble et al. (1970). Ultisol

di daerah tropik cenderung memiliki horison E yang bertekstur agak lebih halus,

mengandung lebih banyak bahan organik dan besi, dibanding Ultisol yang

berasal dari subtropik.

Pencucian yang ekstensif terjadi pada Ultisol telah mengakibatkan

berpindahnya basa-basa, konsentrasi basa berkurang dengan bertambahnya

kedalaman. Hal ini menunjukkan bahwa siklus biologi terjadi bersamaan dengan

proses pencucian. Permukaan tanah Ultisol yang berdrainase baik berwarna

terang (epipedon okrik). Biasanya dijumpai lapisan yang hitam (10 cm) yang

menunjukkan adanya proses melanisasi pada Ultisol. Proses ini disertai proses

mineralisasi yang sangat cepat pada tanah Ultisol yang berdrainase baik.

Kandungan bahan organik yang relatif tinggi dijumpai pada Ultisol yang

berdrainase buruk (Umbraaquults). Saat permukaan yang berwarna gelap

berkembang di bawah kondisi alamiah maka, kejenuhan basanya (NH4OAc)

biasanya kurang dari 50%, dan diklasifikasikan sebagai epipedon umbrik.

Kebanyakan epipedon umbrik yang telah dikapur dapat berubah menjadi

epipedon molik. Tanah yang mempunyai epipedon molik akibat pengapuran

dapat diklasifikasikan ke dalam ordo Ultisol jika bahan yang berada di lapisan

bawahnya merupakan horison argilik dan memiliki kejenuhan basa (jumlah

kation) yang cukup rendah (< 35%).

Kedalaman diagnostik untuk menentukan kejenuhan basa pada Ultisol

adalah 125 cm (50 inci) di bawah permukaan argilik atau pada kedalaman 180

cm (72 inci) di bawah permukaan tanah, pilih mana yang lebih dangkal, bila

tanah tidak ada kontak litik atau paralitik yang lebih dangkal dari kedalaman

tersebut. Kriteria ini dibuat untuk menggambarkan pencucian yang ekstensif

pada Ultisol dan juga menempatkan kedalaman yang cukup untuk

Page 40: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

22

mengantisipasi perubahan dalam klasifikasi tanah karena praktek pengelolaan

tanah.

Dua kenampakan yang umum tapi tidak harus ada pada Ultisol adalah

plintit dan fragipan. Plintit dapat muncul pada horison bawah permukaan di

Ultisol yang berkembang pada lansekap yang tua dan stabil. Gamble et al.

(1970). Sumber daripada plintit adalah bercak yang berwarna merah terang,

umumnya dengan pola retikulasi (reticulate) di dalam tanah. Saat terjadi

pembasahan dan pengeringan yang berulang, beberapa dari bercak merah

tersebut mengeras dan tidak dapat balik (irreversible). Namun tidak semua

bercak merah di dalam tanah akan mengeras menjadi plintit. Dari banyak

pengamatan plintit di Ultisol mengindikasikan bahwa plintit dijumpai pada

kedalaman dimana terdapat fluktuasi air tanah musiman. Walaupun plintit

dijumpai pada banyak Ultisol, hanya apabila menjadi pembatas drainase yang

dimasukkan pada sistem taksonomi, yakni berada sekitar 10 – 15% dari volume

horison tanah.

Fragipan dapat dijumpai pada Ultisol, khususnya pada Ultisol yang

berdrainase buruk. Fragipan sama halnya dengan lapisan plintit, dapat menjadi

sebagai pembatas pergerakan air di dalam tanah. Pada Ultisol fragipan menjadi

baur dengan lapisan plintit dimana bercak kelabu terjadi pada zona seperti

bercak plintit yang berwarna merah. Fragipan juga dapat ditemukan tanpa

adanya plintit, dimana terdapat dalam bentuk warna kelabu. Adanya fragipan

pada Ultisol telah dilaporkan oleh Daniels et al. (1966); Nettleton et al. (1968);

Soil Survey Staff, (1960) namun genesis daripada fragipan masih belum jelas.

Morfologi tanah Ultisol sama dengan tanah Alfisol dalam hal adanya

horison eluviasi dan iluviasi liat. Typic Hapludult paling banyak ditemukan.

Epipedon okrik terdapat di atas horison argilik yang berwarna merah, coklat

kekuningan, dan coklat kemerahan. Secara ideal horison yang ada pada tanah

Page 41: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

23

Ultisol adalah A, E, BE, Bt, BC, dan C. Peningkatan liat bertambah secara

berangsur dari bagian atas horison B menjadi maksimum pada bagian atas

horison argilik, kemudian berkurang dengan bertambahnya kedalaman ke

horison C. Ketebalan solum tanah sekitar 1,5 sampai 2 meter.

Proses pembentukan Ultisol menekankan adanya pelapukan yang

ekstensif dan pencucian basa -basa, pembentukan dan translokasi liat, akumulasi

seskuioksida, dan perkembangan warna tanah. Jenis, jumlah, dan distribusi

mineral sangat berpengaruh pada morfologi dan sifat-sifat lain dari Ultisol.

Faktor-faktor seperti komposisi mineral, proses pelapukan dan transformasi

mineral sangat berpengaruh pada perkembangan Ultisol.

Page 42: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 10 pedon pewakil yang tersebar di daerah

Kabupaten Bogor dan Banten (Gambar 1 dan 2). Pedon-pedon pewakil tanah Ultisol

Alfisol, Inceptisol yang berada di Kabupaten Bogor (Tabel 1 dan Gambar 1)) dan

berkembang dari Batuliat diambil di desa Cendali, Cijayanti-1, dan Cijayanti-2; yang

dari Batu kapur di desa Pasircabe (Jonggol) ; dan yang dari bahan Volkanik-Andesitik

diambil di desa Ciampea dan Jasinga. Sementara dua pedon pewakil yang

berkembang dari bahan Volkanik-Dasitik, berada di Kabupaten Serang (Tabel 1,

Gambar 2) diambil di desa Cipocok. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Genesis, Klasifikasi, dan Mineralogi Tanah, dan Laboratorium Kesuburan Tanah,

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor. Analisis mineral liat dilakukan di Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Analisis irisan tipis dilakukan

di Labortorium Tanah, Fakultas Geografi, UGM Yogyakarta. Waktu penelitian mulai

pada bulan Juni 2003 – Juni 2004.

Tabel 1. Lokasi, Jenis Bahan Induk, dan Regim Kelembaban Tanah Pedon-pedon

Pewakil. No. Pedon Lokasi Bahan Induk Regim Kelembaban

Tanah AM1 AM2 AM3 AM4 AM5 AM6 AM7 AM8 AM9 AM10

Kabupaten Bogor : Cendali Cijayanti-1 Cijayanti-2 Pasircabe-Jonggol Pasircabe-Jonggol Pasircabe-Jonggol Jasinga Ciampea Kabupaten Serang : Cipocok Cipocok

Batuliat Batuliat Batuliat Batukapur Batukapur Batukapur Volkanik-Andesitik Volkanik-Andesitik Volkanik-Dasitik Volkanik-Dasitik

Akuik

Perudik Akuik

Perudik Perudik Akuik

Perudik Perudik

Ustik Akuik

Page 43: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

25

Gambar 1. Peta Lokasi Pedon Pewakil di Kabupaten Bogor.

Page 44: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

26

Gambar 2. Peta Lokasi Pedon Pewakil di Kabupaten Serang.

Page 45: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

27

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 pedon pewakil tanah

Alfisol dan Ultisol, terdiri dari 65 contoh tanah berasal dari masing-masing horison.

Regim kelembaban tanah Ultisol, Alfisol, atau Inceptisol yang berkembang dari bahan

induk batuan sedimen (Batu liat dan Batukapur) dan bahan Volkanik-Andesitik, di

daerah Kabupaten Bogor adalah akuik dan perudik. Sedangkan Ultisol, Alfisol, atau

Inceptisol dari bahan Volkanik-Dasitik yang berada di daerah Kabupaten Serang

mempunyai regim kelembaban tanah ustik dan akuik.

Metodologi Penelitian

Penelitian Lapangan

Penentuan lokasi pedon pewakil masing-masing tanah yang diteliti didasarkan

pada kegiatan pendahuluan, yakni pengamatan tanah dengan menggunakan Peta

Tanah Tindjau Mendalam Kabupaten Bogor dan sekitarnya, skala 1: 50.000

(Hardjono, dan Soepraptohardjo, 1966), Peta Tanah Tinjau Kabupaten Bogor, skala 1

: 250.000 (Lembaga Penelitian Tanah, 1966), Peta Geologi Lembar Bogor , skala 1:

100.000 (Effendi et al., 1998) dan Peta Rupabumi Lembar Bogor, Cileungsi,

Leuwiliang, dan Serang, skala 1:25.000 (Bakosurtanal, 1998).

Kegiatan pengamatan lapang dilakukan untuk menentukan pedon pewakil.

Kegiatan pengamatan diawali dengan melakukan pemboran tanah dan pembuatan

mini pit, dan akhirnya menentukan titik pedon yang memenuhi syarat sebagai

pewakil. Pedon pewakil yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini, adalah yang

memiliki horison penimbunan liat (Bt) dan berkembang dari bahan induk batuan

sedimen dan/atau bahan volkanik, serta mempunyai regim kelembaban akuik,

perudik/udik, atau ustik. Selanjutnya dilakukan pembuatan profil tanah, yang

kemudian dideskripsikan dan diambil contoh tanah dari masing-masing horison

Page 46: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

28

mengikuti prosedur yang diuraikan dalam Soil Survey Manual (Soil Survey Division

Staff, 1993).

Pedon-pedon pewakil yang diambil tersebut, telah disesuaikan dengan

keadaan penyebaran jenis tanah dan bahan induk di lokasi penelitian. Profil tanah

dibuat dengan ukuran sekitar 2 X 1,5 meter (panjang x lebar), dengan kedalaman

sampai 2 meter. Deskripsi morfologi lapang dibuat pada masing-masing profil meliputi

semua horison tanah berikut sifat-sifatnya, antara lain, tekstur, struktur, konsistensi,

warna, karatan, selaput liat, dan kedalaman perakaran, serta sifat-sifat fisik dan

lingkungan lain yang berkaitan dengan kondisi profil.

Dari setiap horison yang didesripsi diambil contoh tanah sekitar 2 kg , untuk

kebutuhan analisis fisika, kimia, dan mineralogi tanah. Contoh tanah utuh (tidak

terganggu) untuk keperluan analisis irisan tipis (thin section), diambil pada horison

argilik, mengikuti metode Kubiena (1938), dan interpretasinya berdasarkan metode

deskripsi irisan tipis oleh Bullock et al. (1985). Data morfologi tanah dan keadaan fisik

lingkungan di sekitar pedon (nama tempat, ketinggian, iklim, kedudukan pedon dalam

topografi, dan informasi penunjang lainnya) didokumentasikan pada lembar isian

yang sudah disiapkan sebelumnya

Berdasarkan sifat-sifat morfologi tanah yang diperoleh dan hasil analisis sifat

tanah di laboratorium, maka tanah di klasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi

tanah Soil Taxonomy USDA (Soil Survey Staff, 1998; 1999) sampai tingkat famili

tanah.

Penelitian Laboratorium :

(1) Analisis fisika dan kimia

Untuk keperluan analisis fisika dan kimia tanah digunakan contoh tanah

terganggu yang berasal dari masing-masing horison dari setiap pedon pewakil.

Contoh-contoh tanah tersebut setelah dikering-anginkan, dicampur agar merata,

Page 47: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

29

kemudian diayak dengan ayakan ukuran 2 mm, untuk memperoleh tanah halus <

2mm, yang siap untuk bahan analisa laboratorium. Jenis analisis dan metode yang

dilakukan, disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis-jenis Analisis Tanah, Metode dan Kegunaannya dalam Penelitian.

No. Sifat tanah Metode Kegunaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tekstur C-Organik Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kemasaman terekstrak (Extractable Acidity ) Kation dapat tukar (Ca, Mg, K, dan Na-dd) Kemasaman dapat tukar (Exchangeable Acidity) Besi Bebas (Fe 2O3) Mineral liat Mineral pasir total Mikromorfologi tanah

Pipet Walkley and Black 1N NH4OAc, pH7 BaCl2-TEA, pH 8,2 1N NH4Oac, pH7 1 N KCl Ditionit-sitrat- bikarbonat X-ray Diffraction Line counting Irisan tipis (Bullock et al., 1985)

Distribusi ukuran partikel(liat halus/liat total); genesis dan klasifikasi tanah Genesis & Klasifikasi tanah Klasifikasi tanah Klasifikasi tanah Klasifikasi tanah Klasifikasi tanah Akumulasi besi, (Genesis tanah ) Jenis liat (Genesis dan klasifikasi tanah ) Jenis mineral pasir (Genesis tanah) Sifat mikromorfologi (Genesis dan klasifikasi tanah)

(2) Analisis mineralogi

Identifikasi mineral liat menggunakan analisa X-ray diffraction (XRD) dilakukan

pada masing-masing contoh tanah terpilih, yang mewakili horison eluviasi dan iluviasi

maksimum dari setiap pedon pewakil. Analisis terhadap contoh liat dilakukan

menggunakan 4 perlakuan standar yaitu penjenuhan dengan kation (1) Mg, (2) Mg,

ditambah gliserol, (3) K, dan (4) K dan pemanasan 550 oC.

Page 48: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

30

(3) Analisis Mikromorfologi

Contoh tanah yang tidak terganggu diambil dari horison Bt pada masing-

masing pedon pewakil menggunakan metode kotak Kubiena (Kubiena, 1938; Bullock

et al., 1985) dengan beberapa modifikasi. Cara pengambilan contoh tanah untuk

kebutuhan analisis irisan tipis ini dilakukan dengan menentukan titik pengambilan

yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, mempelajari karakteristik horison

penimbunan liat. Dengan demikian, contoh diambil pada horison Bt pada masing-

masing pedon.

Ukuran contoh yang digunakan adalah ukuran Mammoth (20X10 cm) yang

dimodifikasi berdasarkan metode Jongerius dan Heintzberger (1975). Orientasi

contoh irisan tipis, sesuai dengan tujuan mempelajari tentang iluviasi liat, adalah

orientasi horizontal.

Pengamatan dan deskripsi selaput liat serta kenampakan mikromorfologi

lainnya pada horison penimbunan liat, didasarkan pada konsep bahan kasar dan

halus dari ”soil fabric ” dikaitkan dengan pola distribusinya dan bireference fabric (b-

fabric) dari bahan halus (Brewer, 1976; Bullock et al., 1985).

Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif/kualitatif. Cara kualitatif dilakukan

terhadap data sifat-sifat horison penimbunan liat hasil pengamatan di lapang, data

sifat fisika, kimia, mineralogi, dan mikromorfologi hasil analisis laboratorium horison

penimbunan liat yang diperoleh.

Page 49: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

(pedon AM1 s/d AM8), dan Kabupaten Serang Propinsi Banten (pedon AM9 dan

AM10) disajikan pada Peta lokasi penelitian (Gambar 1 dan Gambar 2).

Geologi

Keadaan geologi lokasi penelitian diuraikan berdasarkan data dari peta

geologi Daerah Bogor dan Sekitarnya yang bersumber pada Peta Geologi Jawa

dan Madura, Lembar Jawa Barat, Skala 1 : 500.000 (Direktorat Geologi, 1968), dan

Geologi Lembar Serang skala 1 : 100.000 (Rusmana et al., 1991) dan disajikan

pada Gambar 3 dan 4.

Lokasi pedon-pedon pewakil di Kabupaten Bogor (Gambar 3) : Daerah

Cendali (pedon AM1) terbentuk dari formasi Bojongmanik Tmb (Tertiary miosen

Bojongmanik), yakni endapan tersier zaman Miosen yang terdiri dari endapan

batugamping, tuff batuapung, dan batuliat. Daerah Cijayanti (pedon AM2 dan AM3)

merupakan endapan batu napal dan batu serpih berumur awal Miosen dari formasi

Jatiluhur Tmj (Tertiary Miosen Jatiluhur). Pedon AM1, AM2, dan AM3 pada Gambar

3 berada pada fasies Sedimen Pliosen (warna kuning). Daerah Pasircabe, Jonggol

(pedon AM4, AM5, dan AM6) berasal dari bahan endapan laut dan sungai

(kuarter), serta kapur pada tertier muda. Di daerah Jasinga (pedon AM7) terbentuk

dari bahan Volkanik-Andesitik. Daerah Ciampea (pedon AM8) terbentuk dari batuan

volkan (Qvst) (gunung Salak) merupakan endapan kuartier. Pada Gambar 3, pedon

AM8 dan AM7 berada pada batuan Andesit (warna merah bata).

Page 50: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

34

Gambar 3. Peta Geologi Lokasi Penelitian (Daerah Bogor)

Page 51: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

35

Gambar 4. Peta Geologi Lokasi Penelitian (Daerah Serang)

Page 52: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

36

Lokasi pedon pewakil di Kabupaten Serang, Banten: daerah Cipocok Serang

(Pedon AM9 dan AM10). Geologi di daerah Serang dipengaruhi oleh aktivitas

gunung berapi sejak akhir tersier (late Tertiary). Berdasarkan peta geologi Serang

dan sekitarnya, skala 1:100.000 oleh Rusmana et al. (1991) (Gambar 4), daerah

penelitian dimana pedon AM9 dan AM10 tersebut, umumnya terbentuk dari bahan

volkanik pada masa kuarter (Quaternary), yang membentuk kompleks bahan

volkanik, berupa bahan tufa Banten Qpvb (Quarternary pleistosin volkanik Banten)

atau dikenal dengan “ Tuf Banten” yang terbentuk dari bahan-bahan tuf, breksi batu-

apung dan batupasir tufan.

Topografi

Topografi wilayah penelitian di Kabupaten Bogor: Daerah Cendali (AM1)

terdiri dari topografi yang agak datar sampai bergelombang. Daerah Cijayanti, Bukit

Sentul bertopografi berbukit (AM2) dan agak datar (AM3). Daerah Pasircabe,

Jonggol (AM4, AM5, dan, AM6), memiliki topografi yang berombak yang merupakan

kompleks perbukitan kapur. Di daerah Jasinga (AM7)dan Ciampea (AM8)

merupakan daerah berbukit.

Topografi di daerah Serang (AM9 dan AM10) merupakan bagian dataran

rendah pantai Utara Jawa Barat, yang berketinggian kira-kira 25 meter dpl, dan

umumnya memiliki topografi datar sampai berombak. Lokasi pengambilan contoh

tanah merupakan daerah yang datar (AM10) dan berombak (AM9). Adapun posisi

topografi masing-masing pedon pewakil disajikan pada Gambar 5.

Page 53: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

37

Gambar 5. Lokasi Setiap Pedon Pewakil dalam Topografi

Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses

pembentukan tanah, melalui faktor suhu dan curah hujan. Dimana keduanya secara

langsung berpengaruh terhadap bahan induk sebagai sumber utama bahan

pembentuk tanah. Data iklim diambil dari stasiun yang terdekat dengan daerah

lokasi pengambilan pedon dalam penelitian dan disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Menurut perhitungan dengan pendekatan model yang dikemukakan oleh

Newhall (1972), dalam Wambeke (1985) maka, regim suhu tanah daerah penelitian

memiliki regim suhu tanah isohipertermik (Lampiran 12). Pendekatan tersebut

diperoleh dengan rumus Suhu tanah = 2,5 + suhu udara rata-rata tahunan (oC).

Isohipertemik adalah regim suhu tanah di mana, suhu tanah rata-rata tahunan

Cendali (AM1) Cijayanti-1 (AM2) Cijayanti-2

(AM3)

Pasircabe (AM4)

Jasinga (AM7)

Ciampea (AM8)

Cipocok (AM9)

(AM5) (AM6)

AM10

Page 54: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

38

adalah 22 oC atau lebih tinggi, dan perbedaan antar suhu tanah musim panas rata-

rata dan musim dingin rata-rata, adalah kurang dari 6 oC.

Pada daerah penelitian di Kabupaten Bogor, regim kelembaban tanah yang

ada adalah akuik, dan perudik serta ustik di Kabupaten Serang. Akuik (bahasa Latin,

aqua, atau air) adalah suatu regim reduksi dalam tanah yang jenuh oleh air dan

bebas oksigen. Lamanya waktu tanah jenuh air sekurang-kurangnya beberapa hari

(Soil Survey Staff, 2003).

Perudik (bahasa Latin, per atau pada keseluruhan waktu dan udus, atau

lembab) apabila penggal penentu (control section) kelembaban tanah tidak pernah

kering (lebih basah dari udik) di sebarang bagiannya, selama 90 hari kumulatif

dalam setahun (Soil Survey Staff, 1999). Dalam klasifikasi tanah, regim kelembaban

perudik jarang digunakan, sehingga dalam penelitian ini digunakan udik sebagai

regim kelembaban tanah. Ustik adalah regim kelembaban tanah (bahasa Latin,

ustus, terbakar, menyatakan kekeringan) di mana penampang kontrol kelembaban

kering pada sebagian atau semua bagiannya selama 90 hari kumulatif atau lebih,

dalam setahun.

Penggunaan lahan

Di daerah penelitian Kabupaten Bogor, penggunaan lahan umumnya untuk

usahatani padi sawah, bila ketersediaan air cukup (air tanah dangkal). Sedangkan

pada lokasi yang memiliki air tanah dalam, usahatani umumnya palawija.

Di daerah penelitian Kabupaten Serang, khususnya di daerah dataran (plain)

yang sering dijenuhi air, musim basah dimanfaatkan untuk usahatani

Page 55: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

Tabel 3. Data Curah Hujan (mm) Bulanan Daerah Sekitar Penelitian (Rata-rata 10 Tahun).

Keterangan: Sumber data Badan Geofisika dan Meteorologi Jakarta, Tahun 1977-1986 Regim KT = Regim Kelembaban Tanah, Regim ST = Regim Suhu Tanah (lihat Lampiran 12).

Stasiun RegimNo Ketinggian☺an Feb Mar Apr Mei ☺un ☺ul Ags Sep Okt Nov Des TahunKT

Pedon AM1 :1 Cimulang 150m dpl 513 380 507 398 330 235 217 245 337 320 369 313 4164 Akuik

Pedon AM2 dan AM3 :2 Pasir Maung 218m dpl 475 311419 359 402 190 273 293 380 490 405 467 4464 Perudik (AM2)

Akuik (AM3)Pedon AM4,AM5, dan AM6 :

3 ☺onggol 34m dpl 388 248 297 361210 284 213 151178 225 249 3113115 Perudik (AM4,5)Akuik

Pedon AM7 :4 ☺asinga 50m dpl 310 173 216 370 242 170 215 178 216 247 262 253 2852 Perudik

Pedon AM8 :5 Dramaga 220m dpl 382 303 409 415 338 264 275 191 285 339 360 341 3902 Perudik

Pedon AM9 dan AM10 : Ustik (AM9)6 Serang 25m dpl 289 225 191 130 115 68 75 69 67 99 120 185 1633 Akuik (AM10)

Curah Hujan (mm)

Page 56: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

40

Tabel 4. Data Suhu Udara Maksimum, Minimum, dan Rata-rata Bulanan Daerah Kabupaten Bogor, Diwakili Stasiun Darmaga (250 dpl) (1989-1999).

Bulan Suhu udara (oC) maksimum minimum Rata-rata Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata

29 30 31 31 32 31 32 32 32 32 30 32

31

23 22 22 23 23 22 21 21 22 22 23 22

22

26 26

26,5 27

27,5 26,5 26,5 26,5 27 27

26,5 27

26,5

padi sawah. Pada musim kering, penggunaan tanah beralih ke industri bata

atau genteng. Untuk lokasi yang bertopografi berombak di mana air tanah

dijumpai lebih dalam, penggunaan lahan umumnya adalah usahatani palawija

serta buah-buahan.

Vegetasi

Di semua lokasi penelitian, baik di Kabupaten Bogor maupun Serang

sudah tidak dijumpai vegetasi asli, kecuali di perbukitan kapur di dekat lokasi

pedon AM-4 dan AM-5 (Pasircabe, Jonggol) masih terdapat vegetasi rumput

alami, berupa tumbuhan babadotan (Ageratum conyzoides), harendong

(Melastoma malabatricum), kirinyuh (Eupathorium odoratum), dan alang-alang

(Imperata cylindrica). Selain lokasi tersebut, vegetasi yang dijumpai umumnya

berupa tanaman pertanian seperti padi, palawija, dan tanaman tahunan (buah-

buahan). Pada saat penelitian di daerah Pasircabe, Jonggol, yang merupakan

kebun percobaan Fakultas Peternakan IPB, tidak diusahakan untuk tanaman

Page 57: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

41

pertanian, karena lokasi tersebut digunakan untuk peternakan dengan vegetasi

rumput. Selain itu tanaman di sekitar kebun percobaan yang dijumpai

umumnya padi sawah, singkong, dan kelapa.

Page 58: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat-sifat Tanah

Sifat Morfologi dan Fisika Tanah

Pedon Berbahan Induk Batuliat

Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil

berbahan induk batuliat disajikan pada Tabel 5. Adapun deskripsi profil tanah masing-

masing pedon disa jikan pada Lampiran 1, 2, dan 3.

Pedon AM1. Susunan horison pedon ini terdiri dari horison Ap yang sangat tipis

(10 cm), dan horison Bt pada kedalaman 10 cm sampai 130 cm, serta horison

peralihan BC pada kedalaman 130-200 cm. Hasil pengamatan terhadap warna tanah

menunjukkan bahwa horison permukaan (Ap) memiliki warna kelabu kecoklatan

(10YR 5/1), sama dengan warna horison Bt bagian atas. Sedangkan bagian bawah

Bt, berwarna kelabu sampai kelabu terang kecoklatan (10YR 6/1–6/2), warna yang

sama dijumpai sampai pada horison peralihan BC. Dapat dikatakan bahwa, warna

horison Bt dan BC pedon ini, dipengaruhi oleh kondisi reduksi dengan dijumpainya air

tanah yang dangkal pada kedalaman kurang dari 100 cm. Karatan berwarna coklat dan

merah kekuningan ditemukan pada horison permukaan sampai di bagian tengah

horison Bt. Hal tersebut menunjukkan adanya kondisi oksidasi dan reduksi pada

bagian pedon tersebut, didukung oleh penggunaan lahannya sebagai sawah tadah

hujan. Perbedaan warna yang tidak menonjol antara horison permukaan dan bagian

atas horison Bt membuat batas horison terlihat berangsur, sedangkan batas horison

jelas terlihat pada keseluruhan horison Bt.

Adapun tekstur pada horison permukaan adalah lempung berliat (CL) dan pada

horison Bt adalah liat (C), sedangkan tekstur pada horison peralihan adalah liat

berdebu (SiC). Perubahan tekstur tanah yang jelas terlihat antara horison permukaan

dan horison Bt.

Page 59: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

41

Tabel 5. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah Masing-masing Horison Pedon Pewakil Berbahan Induk Batuliat.

Horison Kedalaman Warna Tekstur Karatan Struktur Batas Selaput Kerapatan Liat halus Kelas Tekstur(Cm) (lembab) liat Lindak (cc/g) Pasir Debu Liat Kasar Liat Halus Liat Total / liat total

AM1 - Fluvaquentic Epiaquept (akuik)Ap 0-10 10YR5/1 CL 2.5YR4/6, m f bs 2 m sbk gs - 1.15 38.45 31,83 3,39 26.33 29.72 0.89 Lempung berliat

Bt1 10-30 10YR5/1 C 5YR 5/8, m f bs 2 m/c abk cs - 1.31 29,73 27,58 9,41 33.18 42.69 0.78 LiatBt2 30-55 10YR6/1 C 7.5YR5/8, m f bs 2 m abk cs ada 0.94 22,75 31,25 4,17 41.83 46.00 0.91 Liat

Bt3 55-95 10YR6/2 C 7.5YR5/6, m f bs 2m/c abk cs ada 1.31 25,38 23,65 4,09 46.88 50.97 0.92 LiatBtg 95-130 10YR6/2 C - 2m/c abk gs ada 1.04 11,22 35,90 11,91 40.97 52.88 0.77 Liat

BCg 130-200 10YR6/2 SiC - 2m/c abk - ada 0.88 2,47 42,70 14,46 40.37 54.83 0.74 Liat berdebu

AM2 - Fluventic Dystrudept (perudik)

Ap 0-18 10YR5/4 SiC - 2 f sbk gs - 1.32 10,09 44,12 14,66 31.13 45.79 0.68 Liat berdebu

BA 18-37 10YR5/8 C - 2 f/m sbk cs - 1.14 9,56 37,85 16,28 36.31 52.59 0.69 LiatBt1 37-65 7.5YR5/8 C - 2 m sbk cs ada 1.32 7,25 38,74 13,61 40.00 54.01 0.74 LiatBt2 65-103 10YR5/8 C 5YR5/6, m f bs 2 m/c sbk cs ada 1.51 10.83 30,34 13.38 45.45 58.82 0.77 Liat

Bt3 103-130 10YR5/6 C 10Y2/1, m m bs 1 f/m sbk cs ada 1.30 8,30 28,75 21,44 41.51 62.91 0.66 LiatBC 130-200 10YR5/6 C 2,5YR4/8, m m bs 2 f /m sbk cs ada 1.24 3,91 47,30 16,15 32.64 48.79 0.67 Liat berdebu

AM3 - Fluvaquentic Epiaquept (akuik)

Ap 0-15 10YR4/6 C - 1 f sbk - 1.19 10.58 47,59 15,39 20.44 40.83 0.50 Liat berdebuBt1 15-30 10YR4/6 C - 1/2 f/m sbk - 0.92 3,53 44,12 16,39 35.65 52.04 0.69 Liat berdebu

Bt2 30-50 10YR5/2 C 5YR5/8 1 m sbk ada 1.16 8.75 40.35 15.73 35.17 50.90 0.69 Liat berdebuBt3 50-85 10YR5/2 C 5YR5/8 2 m sbk ada 1.20 6.16 38.33 16.09 39.42 55.51 0.71 Liat berdebu

Btg1 85-115 10YR5/1 C 2.5YR3/6 2 m sbk ada 1.14 11.24 38.11 18.23 32.42 50.65 0.64 Liat berdebuBtg2 115-135 10YR5/1 C 7.5YR5/8 2 m sbk ada 1.20 9.12 34.43 19.89 36.56 56.45 0.65 LiatBC 135-200 10YR4/1 C - 2 m sbk ada 0.88 3,53 47,44 18,43 27.93 46.36 0.60 Liat berdebu

Keterangan : C=liat, CL=lempung berliat, SiC=liat berdebu; m=banyak, f=halus, m=medium, bs=bintik berganda; abk=gumpal bersudut, sbk=gumpal membulat; gs=berangsur rata, cs=jelas rata.

Tekstur (%)

Page 60: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

43

Adapun struktur tanah horison Bt adalah gumpal bersudut dengan konsi stensi

teguh, sebaliknya struktur gembur dijumpai pada horison Ap yang berada di atasnya.

Nilai kerapatan lindak horison Ap adalah relatif lebih rendah dibandingkan dengan

kerapatan lindak horison Bt (bagian tengah sampai bawah) dan menurun pada horison

BC. Peningkatan tersebut seiring dengan terjadinya peningkatan liat terutama

kandungan liat halus pada horison Bt tersebut.

Pedon AM2. Pedon dengan regim kelembaban tanah perudik ini tersusun oleh

horison permukaan (Ap) dengan ketebalan 18 cm, yang diikuti dengan horison

peralihan BA sampai kedalaman 37 cm. Horison Bt dijumpai dari 37 cm sampai pada

kedalaman 130 cm, serta horison peralihan BC dijumpai pada kedalaman 130-200 cm.

Peralihan horison terjadi secara berangsur dan rata pada horison Ap ke horison BA,

kemudian secara nyata dan rata pada horison Bt dan BC. Warna coklat kekuningan

(10YR 5/4) terlihat pada horison Ap, dan warna coklat (7,5YR 5/8) sampai coklat

kekuningan 10YR 5/6-5/8 dijumpai pada seluruh bagian horison Bt maupun horison

BC di bawahnya. Warna tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi oksidatif pedon ini di

mana air tanah tidak dijumpai sampai kedalaman pengamatan (200 cm). Namun

demikian, karatan besi dan mangan, dijumpai pada bagian bawah pedon yang

berkembang dari batuliat ini. Hal ini diduga bahwa pada bagian bawah pedon, ada

saat, dimana air tertahan dan menjenuhi bagian-bagian tanahnya sehingga, terjadi

kondisi reduktif, dan pada saat adanya udara, dapat memungkinkan terjadi oksidasi

terhadap besi dan mangan.

Tekstur dijumpai berbeda pada setiap horison. Pada horison Ap liat berdebu

(SiC) dan pada Bt liat (C), sedangkan pada horison BC adalah liat berdebu (SiC).

Struktur gumpal membulat dengan ukuran halus sampai medium terjadi pada seluruh

horison, dengan tingkat perkembangannya sedang. Adapun konsistensi gembur

dijumpai pada horison Ap, dan agak teguh sampai teguh pada horison Bt dan BC. Nilai

kerapatan lindak horison Bt meningkat pada bagian tengah horison, dan relatif lebih

Page 61: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

44

tinggi dari horison Ap. Sedangkan pada bagian atas dan bawah horison Bt cenderung

lebih rendah dibanding dengan kerapatan lindak horison Ap.

Pedon AM3. Susunan horison pedon ini adalah horison Ap yang berwarna

coklat kekuningan (10YR 4/6) dengan ketebalan 15 cm, dan di bawahnya diikuti

langsung oleh horison Bt sampai kedalaman 135 cm, yang bagian atasnya memiliki

warna masih sama dengan horison Ap. Warna coklat kelabu sampai kelabu (10YR

5/1–5/2) dijumpai pada bagian tengah Bt sampai pada horison BCg. Warna horison Bt

mendukung keadaan reduksi, dimana terdapat air tanah agak dangkal, yakni kurang

dari 150 cm. Kondisi akuik jelas terlihat dengan adanya warna tanah berkroma rendah,

≤ 2 dan value yang tinggi ≥ 4. Pedon ini memiliki tekstur liat berdebu mulai horison Ap

sampai pada bagian tengah Bt, dan liat pada bagian bawah horison Bt sampai dengan

horison BCg.

Struktur pada horison Ap adalah gumpal membulat berukuran halus, dengan

perkembangan yang sedang. Struktur yang sama terdapat pada horison Bt maupun

horison-horison BCg, namun ukuran lebih besar (medium) daripada struktur horison

permukaan. Konsistensi gembur pada horison Ap dan teguh sampai sangat teguh di

horison Bt dan BCg yang masif. Nilai kerapatan lindak pedon ini cenderung hampir

sama dengan pedon AM1 di mana pada bagian atas Bt cenderung lebih rendah dari

horison atas. Nilai kerapatan lindak terlihat meningkat pada bagian tengah horison Bt,

dan cenderung menurun tidak teratur pada bagian bawah horison Bt sampai BCg.

Dapat dikatakan bahwa pedon AM1 dan AM3 sama-sama memiliki regim

kelembaban akuik, karena pada kedua pedon tersebut terdapat sifat morfologi yang

sesuai dengan sifat akuik. Perbedaan terlihat pada penyebaran kroma yang rendah

berbeda, pada pedon AM1 berada di bagian atas, sedangkan pada AM3 terjadi pada

bagian bawah solum. Hal tersebut menunjukkan penyebaran zona reduksi terjadi pada

kedalaman yang berbeda. Dibandingkan dengan pedon AM2, maka pedon AM1 dan

Page 62: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

45

AM3 jelas lebih tereduksi, karena ditunjukkan oleh adanya air tanah yang dangkal,

serta terlihat dari warna tanahnya.

Perbedaan tekstur antara horison permukaan (Ap) dan horison Bt pada semua

pedon pewakil berbahan induk batuliat ini, bukan merupakan perbedaan bahan

(lithologic discontinuity). Hal tersebut didukung oleh hasil analisis mineralogi, baik

mineral fraksi pasir (total) maupun mineral liat (dibahas kemudian) yang, membuktikan

bahwa terjadi kesamaan jenis mineral yang menyusun tanah, baik horison Bt maupun

Ap di atasnya.

Peningkatan kerapatan lindak pada bagian tengah horison Bt terlihat pada

ketiga pedon pewakil berbahan induk batuliat. Peningkatan tersebut seiring dengan

terjadinya peningkatan liat, terutama kandungan liat halus pada horison Bt. Pada tanah

yang memiliki regim kelembaban tanah akuik (AM1 dan AM3), nilai kerapatan lindak

relatif lebih rendah, dibandingkan dengan pada tanah yang memiliki regim kelembaban

perudik (AM2). Dengan demikian perbedaan regim kelembaban tanah pada pedon-

pedon yang berkembang dari bahan induk batuliat ini berpengaruh terhadap beberapa

sifat tanah. Perbedaan tersebut terutama pada warna tanah dan kerapatan lindak, baik

pada horison Bt maupun horison lainnya.

Pedon Berbahan Induk Batukapur

Data sifat morfologi dan fisika tanah pedon berbahan induk batukapur disajikan

pada Tabel 6. Adapun deskripsi pedon-pedon pewakil diuraikan pada Lampiran 4, 5,

dan 6.

Pedon AM4. Pedon ini tersusun dari horison permukaan (A) dengan ketebalan

agak tipis yaitu 15 cm, yang diikuti oleh horison peralihan AB sampai kedalaman 31

cm,

Page 63: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

46

Tabel 6. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah Masing-masing Horison Pedon Pewakil Berbahan Induk Batukapur.

Horison Kedalaman Warna Tekstur Karatan Struktur Batas Selaput Kerapatan Liat halus Kelas Kelas Ukuran

(Cm) (lembab) liat Lindak (cc/g) Pasir Debu Liat Kasar Liat Halus Liat Total / liat total Tekstur Butir

AM4 Dystric Fluventic Dystrudept (perudik)

A 0-15 10YR4/4 C - 1 f/m sbk gs - 0,97 13,6 22,3 11,94 52,1 64,1 0,81 Liat Sangat Halus

AB 15-31 10YR5/4 C 7.5YR5/8, f f bs 1 f/m sbk cs - 1,03 8,6 29,24 12,83 49,3 62,2 0,79 Liat Sangat Halus

Bt1 31-45 10YR4/6 C 5 YR 5/8, m f bs 2 m/c sbk cs ada 1,06 8,0 18,0 7,8 65,2 73,0 0,89 Liat Sangat HalusBt2 45-66 10YR5/4 C 5 YR 5/8, m s bs 2 m/c sbk cs ada 1,23 4,3 16,3 9,3 70,0 79,3 0,88 Liat Sangat Halus

Bt3 66-130 10YR7/2 C 7.5YR 6/8, m s bs 2 m/c abk cs ada 1,25 5,4 19,7 11,0 64,0 75,0 0,85 Liat Sangat Halus

BC 130-200 10YR7/2 C 7,5YR5/8, f f/m bs 2 m/c abk - - 1,00 5,3 19,3 11.8 63,6 74,0 0,86 Liat Sangat Halus

AM5 Dystric Fluventic Dystrudept (perudik)

A 0-16 10YR3/2 C - 1 f/m sbk cs - 1,32 8,8 29,7 4,3 57,3 61,5 0,93 Liat Sangat Halus

Bt1 16-38 10YR4/6 C 7.5YR5/8, m f bs 2 m/c sbk cs ada 1,25 5,91 21,1 8,8 64,3 73,0 0,88 Liat Sangat Halus

Bt2 38-86 10YR5/4 C 5 YR 5/8, m f bs 2 m/c sbk cs ada 1,18 4,52 28,8 6,1 60,6 66,7 0,91 Liat Sangat HalusBt3 86-122 10YR5/2 C 5 YR 5/8, m f bs 2 m/c sbk cs ada 0,91 0,52 21,7 4,2 73,6 77,8 0,95 Liat Sangat Halus

BC 122-200 2.5Y6/4 C 2 m/c sbk cs - 0,91 0,7 31,4 17,9 50,0 67,9 0,74 Liat Sangat Halus

AM6 - Fluvaquentic Epiaquept (akuik)

Ap 0-18 10YR3/2 C - 1 f/m sbk - 1,00 4,6 39,9 8,1 47,5 55,5 0,85 Liat HalusBt1 18-50 2.5Y4/0 C 2.5YR 4/6, m f bs 1 m sbk - 1,50 7,1 26,1 5,5 61,4 66,8 0,92 Liat Sangat halus

Bt2 50-77 2.5Y6/0 C 5 YR 5/8, m f bs 2 f/m sbk ada 0,99 6,5 23,7 8,9 61,0 69,9 0,87 Liat Sangat halus

Bt3 77-107 2.5Y5/0 C 10R 4/8, m f bs 2 m sbk ada 1,01 8,9 26,2 8,2 56,8 64,9 0,87 Liat Sangat halus

Bt4 107-136 2.5Y5/0 C 10R 4/8, m f bs 2 m sbk ada 1,02 5,5 29,7 6,0 58,9 64,8 0,91 Liat Sangat halusBC 136-200 2.5Y5/0 C - - - 0,97 6,8 19,0 7,4 66,8 74,2 0,92 Liat Sangat halus

Keterangan : C=liat; m=banyak, f=halus, m=medium, bs=bintik berganda; abk=gumpal bersudut, sbk=gumpal membulat; gs=berangsur rata, cs=jelas rata.

Tekstur (%)

Page 64: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

47

dan horison Bt dari 31 cm sampai 130 cm, serta horison peralihan BC sampai

kedalaman 200 cm.

Warna horison permukaan adalah coklat gelap kekuningan (10YR 4/4),

sedangkan warna horison Bt adalah coklat kekuningan sampai coklat gelap

kekuningan 10YR 4-5/4-6. Warna kelabu terang (10YR 7/2) dijumpai pada bagian

bawah horison Bt sampai horison BC. Warna tersebut tidak diiringi oleh adanya kondisi

reduktif maupun air tanah dangkal, sehingga disimpulkan warna tersebut lebih

dipengaruhi oleh warna bahan induk batukapur. Adanya sejumlah karatan pada

keseluruhan horison Bt dan BC, menunjukkan bahwa ada saat dimana air pernah

tertahan pada bagian horison tersebut.

Tekstur tanah pada seluruh horison yang berkembang dari bahan induk

batukapur ini adalah liat (C). Struktur gumpal membulat terdapat dari horison A sampai

pada BC. Horison permukaan memiliki konsistensi gembur, sedangkan horison Bt dan

BC berkonsistensi teguh dan sangat teguh. Nilai kerapatan lindak cenderung

meningkat dengan bertambahnya kedalaman horison Bt, dan menurun pada horison

BC.

Pedon AM5. Pedon ini terdiri dari horison permukaan A yang agak tipis (16

cm), dan Bt yang berada langsung di bawahnya, sampai kedalaman 122 cm dan

horison peralihan BC sampai kedalaman 200 cm. Warna coklat kelabu (10YR 4-5/2-6)

dijumpai pada horison Bt, coklat sangat gelap keabuan (10YR 3/2) pada horison

permukaan, dan coklat terang kekuningan (2,5Y 6/4) pada horison BC. Hal tersebut

menunjukkan bahwa horison Bt dan horison di atasnya lebih bersifat oksidatif,

sedangkan bagian bawahnya bersifat reduktif. Dijumpai karatan terutama pada horison

Bt. Namun sama halnya dengan pedon AM4, pada pedon ini tidak dijumpai air tanah

yang dangkal, sehingga rendahnya kroma dan atau warna tanah pucat cenderung

lebih disebabkan oleh pengaruh dari warna bahan induk batukapur.

Page 65: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

48

Tekstur masing-masing horison adalah liat (C). Struktur tanah horison

permukaan gumpal membulat dengan ukuran sedang sampai kasar dengan

konsistensi gembur. Struktur yang sama juga dijumpai pada horison Bt dan BC, tetapi

konsistensinya teguh.

Pada pedon ini nilai kerapatan lindak cenderung menurun dengan

meningkatnya kedalaman. Adanya rekahan-rekahan yang cukup besar sampai

kedalaman 100 cm, tapi secara morfologi tidak terlihat adanya struktur baji pada pedon

ini. Hal ini menandakan bahwa pedon ini belum memenuhi kriteria sifat vertik.

Pedon AM6. Susunan horisonnya terdiri dari Ap dengan ketebalan 18 cm,

horison Bt langsung di bawahnya sampai pada kedalaman 136 cm, dan BC sampai

kedalaman 200 cm. Warna horison Ap adalah coklat kelabu sangat gelap (10YR3/2),

sedangkan keseluruhan horison Bt berwarna kelabu (2,5YR 5/0) dengan kroma sangat

rendah dan value tinggi, yang menunjukkan ciri-ciri kondisi akuik. Hal ini didukung oleh

adanya air tanah dangkal (77 cm) sehingga dikategorikan memiliki regim kelembaban

tanah akuik. Karatan merah kekuningan dijumpai pula pada semua pedon yang

terbentuk dari bahan induk batukapur, terutama pada horison Bt. Hal ini menunjukkan

bahwa pada horison tersebut cenderung terjadi kondisi basah dan kering yang

bergantian, atau ada kondisi di mana air sempat tertahan. Demikian pula antara Bt dan

horison atasnya terdapat kecenderungan yang sama, yakni horison permukaan

memiliki konsistensi gembur, dan horison Bt ke bawah berkonsistensi teguh dan

sangat teguh.

Tekstur tanah pada keseluruhan horison adalah liat (C). Pada pedon yang

memiliki regim kelembaban akuik ini mempunyai nilai kerapatan lindak yang tinggi,

yang dijumpai di bagian atas horison Bt. Penggunaan tanah pedon ini adalah

disawahkan, sehingga dijumpai lapisan yang padat dan keras, yang mungkin sebagai

lapisan tapak bajak, selain merupakan horison penimbunan liat. Perbedaan yang

terlihat menonjol antara AM4 dan AM5, dan pedon AM6 adalah horison Bt pedon AM6

Page 66: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

49

terdapat kroma rendah (yakni 0), sedangkan pada AM4 dan AM5 memiliki kroma 2-6.

Hal tersebut menunjukkan pengaruh regim kelembaban tanah terhadap warna tanah.

Kondisi akuik cenderung memiliki warna tanah yang pucat dibanding kondisi perudik.

Pedon Pewakil Berbahan Induk Volkanik-Andesitik

Data sifat morfologi dan fisika tanah pedon pewakil disajikan pada Tabel 7.

Sedangkan deskripsi profil diuraikan dalam Lampiran 7 dan 8.

Pedon AM7. Pedon ini tersusun oleh horison A yang agak tipis (19 cm), horison

Bt dari 19 cm sampai kedalaman 105 cm, dan horison BC sampai kedalaman 130 cm.

Horison C dijumpai sampai kedalaman 200 cm. Warna tanah horison A adalah coklat

kemerahan (5YR 3/2). Horison Bt bervariasi dari coklat kemerahan (2,5YR4/4) sampai

coklat gelap (7,5YR 4-6/2-4). Sedangkan horison BC dan C warnanya sama, adalah

Kelabu-merah muda (7,5YR 6/2). Karatan dijumpai pada bagian tengah horison Bt

sampai bagian bawah.

Adapun tekstur horison permukaan adalah liat berdebu (SiC), horison Bt adalah

liat (C), horison BC dan C adalah liat berdebu (SiC). Struktur gumpal membulat terjadi

pada horison Bt maupun horison lainnya. Konsitensi gembur pada horison permukaan

dan agak teguh sampai teguh pada horison Bt, serta teguh pada bagian bawah pedon

ini. Kerapatan lindak horison pada pedon ini terlihat relatif yang paling rendah di antara

pedon-pedon lain dalam penelitian ini.

Pedon AM8. Pedon ini tersusun oleh horison Ap dengan tebal 20 cm, yang

berwarna coklat gelap kemerahan (5YR 3/3), horison Bt sampai pada kedalaman 145

cm berwarna coklat kemerahan (5YR 3-4/2-4), dan horison BC sampai kedalaman 200

cm. Pada bagian tengah horison Bt dijumpai adanya mangan dalam bentuk konkresi,

menunjukkan adanya pengaruh air dimana pedon ini pernah disawahkan.

Page 67: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

50

Tabel 7. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah Masing-masing Horison Pedon Pewakil Berbahan Induk Volkanik-Andesitik.

Horison Kedalaman Warna Tekstur Karatan Struktur Batas Selaput Kerapatan Tekstur (%) Rasio liat Kelas Tekstur Kelas Ukuran

(Cm) (lembab) liat Lindak(g/cc) Pasir Debu Liat kasar Liat halus Liat total halus/total Butir

AM7 - Andic Dystrudept (perudik)

A 0-19 5YR3/2 C - 2 f sbk cs - 0,81 3,5, 43,0 39,64 13,8 53.5 0,26 Liat berdebu Halus

Bt1 19-47 5YR3/4 C - 2 m sbk gs ada 0,90 4,9 26,5 21,12 47,5 68.6 0,69 Liat Sangat Halus

Bt2 47-80 5YR4/4 C 7.5YR6/2, f f bs 2 m sbk gs ada 0,97 3,7 37,2 27,84 31,4 59.2 0,53 Liat Halus

Bt3 60-105 2.5YR4/4 C 7.5YR6/2, f f bs 2 m sbk gs ada 0,88 1,8 14,9 11,84 71,4 83.3 0,86 Liat Sangat HalusBt4 105-130 7.5YR6/2 SiC 2.5YR4/8, m c bs 1 f/m sbk gs ada 0,96 1,9 42,8 22,00 34,0 55.3 0,61 Liat berdebu Halus

C 130-200 7.5YR6/2 SiC 7.5YR 5/8 dan - - - 0,96 1,8 52,6 23,68 21,9 45.6 0,48 Liat berdebu Halus

10 YR 3/3 m c bs

AM8 - Typic Haplohumult (perudik)

Ap 0-20 5YR3/3 SiC - 1/2 f sbk cs - 1,00 6,2 48,1 15,9 29,8 45,7 0,65 Liat berdebu Halus

Bt1 20-40 5YR4/4 C mangan 1 f/m sbk cs ada 1,07 5,9 38,8 19,4 35,9 55,2 0,65 Liat Halus

Bt2 40-65 5YR3/2 C mangan 2 f/m sbk cs ada 1,1 5,4 32,2 6,5 55,9 64,4 0,87 Liat Sangat HalusBt3 65-90 5YR4/3 C mangan 2 m sbk cs ada 1,08 3,9 19,3 6,0 70,8 76,8 0,92 Liat Sangat Halus

Bt4 90-110 5YR4/4 SiCL - 2 m sbk gs ada 0,97 3,6 28,5 15,8 52,3 68,1 0,77 Liat Halus

Bt5 110-145 5YR4/4 C - 2 m sbk ds ada 0,91 4,7 15,1 16,5 63,7 80,2 0,79 Liat Sangat Halus

Bt6 145-200 5YR4/4 C - 2 m sbk - ada 1,07 3,2 36,6 12,3 48,2 60,2 0,80 Liat Sangat Halus

Keterangan : C=liat, SiC=liat berdebu, SiCL=Lempung liat berdebu; m=banyak, f=halus, m=medium, bs=bintik berganda; sbk=gumpal membulat; gs=berangsur rata, cs=jelas rata, ds=baur rata.

Page 68: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

51

Pedon ini memiliki tekstur liat berdebu (SiC) pada horison permukaan, sedangkan

pada horison Bt adalah liat (C) dan lempung liat berdebu (SiCL). Struktur tanah adalah

gumpal membulat, baik pada horison Bt maupun horison di atas dan bawahnya.

Konsistensi gembur pada horison permukaan dan teguh pada horison Bt, sedangkan

pada horison di bawah Bt memiliki konsistensi yang agak teguh. Kerapatan lindak

cenderung meningkat sampai bagian tengah dan menurun di bagian bawah horison Bt.

Dengan demikian walaupun kedua pedon ini memiliki bahan induk dan regim

kelembaban tanah yang sama (perudik), cenderung memiliki sifat morfologi dan fisika

yang hampir sama. Perbedaan terlihat bahwa pedon AM7 memiliki kerapatan lindak

yang relatif rendah dibanding AM8. Demikian pula adanya konkresi mangan pada pada

horison Bt, dikarenakan bahwa tanah tersebut adalah lahan bekas sawah.

Pedon Pewakil Berbahan Induk Volkanik-Dasitik

Data sifat morfologi dan fisika tanah pedon pewakil berbahan induk Volkanik-

dasitik disajikan pada Tabel 8. Adapun deskripsi profil disajikan pada Lampiran 9 dan

10.

Pedon AM9. Susunan horison pedon ini adalah horison A dengan tebal 22 cm,

Bt dari 22 cm sampai kedalaman 140 cm, dan BC sampai kedalaman 200 cm. Horison

permukaan memiliki warna coklat gelap kemerahan (5YR 3/4), horison Bt coklat

kemerahan sampai merah (2,5YR 3/6-4/6) dan horison peralihan BC merah

(2,5YR4/6).

Tekstur liat (C) terlihat dominan pada seluruh horison dari pedon ini. Struktur

gumpal bersudut dijumpai hampir pada seluruh horisonnya. Konsistensi gembur pada

horison permukaan dan agak teguh sampai sangat teguh pada horison Bt. Horison BC

memiliki konsistensi yang sama, yakni sangat teguh, dengan bagian bawah horison Bt.

Kenyataan ini diiringi dengan kandungan liat yang relatif tinggi. Nilai kerapatan lindak

Page 69: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

52

Tabel 8. Beberapa Sifat Morfologi dan Fisika Tanah Masing-masing Horison Pedon Pewakil Berbahan Induk Volkanik-Dasitik.

Horison Kedalaman Warna Tekstur Karatan Struktur Batas Selaput Kerapatan Tekstur (%) Rasio liat Kelas Tekstur Kelas Ukuran

(Cm) (lembab) liat Lindak(g/cc) Pasir Debu Liat kasar Liat halus Liat total halus/total Butir

AM9 - Fluventic Dystrudept (ustik)

A 0-22 5YR4/3 C - 2 f sbk cs - 0,98 15,5 28,6 12,6 43,3 55,9 0,77 Liat Halus

AB 22-35 2.5YR3/6 C - 2 f/m sbk gs - 1,08 8,6 18,9 13,6 58,9 72,4 0,81 Liat Sangat Halus

Bt1 35-57 2.5YR3/6 C - 2 f/m sbk cs ada 1,22 6,5 17,2 9,2 67,0 76,3 0,88 Liat Sangat Halus

Bt2 57-80 2.5YR4/6 C - 2 m abk gs ada 1,19 4,0 11,9 9,9 74,2 84,1 0,88 Liat Sangat Halus

Bt3 80-110 2.5YR4/6 C mangan 2 f/m abk gs ada 1,16 2,8 8,2 8,4 80,6 89,0 0,91 Liat Sangat Halus

Bt4 110-140 2.5YR4/4 C mangan 2 m abk cs ada 1,06 6,0 11,0 7,1 75,9 83,0 0,91 Liat Sangat Halus

BC 140-200 2.5YR4/6 C 10YR4/6, m f/m bs 1/2 m sbk - - 1,06 10,9 13,7 12,8 62,5 75,4 0,83 Liat Sangat Halus

AM10 - Aeric Epiaqualf (akuik)

A 0-12 5Y7/1 L - 1 f abk as - 1,13 37,4 42,4 1,4 18,8 20,2 0,93 Lempung Berlempung Halus

Adir 20-Dec 10YR5/6 L - 2 f/m sbk cs - 1,44 42,6 38,7 1,0 17,7 18,7 0,95 Lempung Berlempung Halus

BMn 20-26 7.5YR2/0,5/0 L - 2 f/m sbk cs - 1,53 31,7 48,2 1,1 19,1 20,2 0,95 Lempung Berlempung Halus

Bt1 26-59 7.5YR2/0,5/0 CL 7.5YR5/6 2 m abk ds ada 1,53 24,7 41,5 6,5 27,3 33,8 0,81 Lempung berliat Berlempung Halus

Bt2 59-75 2.5YR6/0 CL - ds ada 1,44 21,5 43,6 8,6 26,3 34,8 0,75 Lempung berliat Berlempung Halus

Bt3 75-120 5YR5/1 CL 5YR5/8,m m/c bs cs ada 1,45 28,8 33,4 9,8 28,1 37,8 0,74 Lempung berliat Halus

Bt4 120-143 5YR5/1 C 5YR5/8,m f/m bs cs ada 1,44 33,1 25,6 3,8 37,5 41,3 0,91 Liat Halus

BCg1 143-168 5YR5/1 SCL 5YR5/8,m f/m bs cs - 1,41 58,0 8,8 3,0 30,3 33,2 0,91 Lem.liat berpasir Berlempung Halus

BCg2 168-200 5YR5/1 SCL 5YR5/8,m f/m bs - - 1,41 60,2 18,0 3,0 18,8 21,8 0,86 Lem.liat berpasir Berlempung Halus

Keterangan : C=liat, CL=lempung berliat, L=lempung;SCL=Lempung liat berpasir; m=banyak, f=halus, m=medium, bs=bintik berganda;

sbk=gumpal membulat, abk=gumpal bersudut; as=sangat jelas dan rata, gs=berangsur rata, cs=jelas rata, ds=baur rata.

Page 70: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

53

meningkat pada bagian tengah horison Bt dan kemudian menurun sampai ke bawah

solum.

Pedon AM10. Pedon ini memiliki susunan horison yang terdiri dari horison

permukaan A dan Adir, dengan ketebalan 20 cm. Warna 5Y 7/1 terlihat pada horison A

dan perubahan warna menonjol pada Adir yakni berwarna 10YR 5/6, di mana warna

tersebut merupakan pengaruh dari adanya karatan besi.

Di bawah horison A terdapat horison Bmn yang berwarna kelabu (7,5YR 5/0)

dan adanya massa terkonsentrasi berwarna hitam (7,5YR 2/0) yang diidentifikasi

sebagai akumulasi karatan mangan. Horison berikutnya adalah Bt dengan hue 2,5-

7,5YR dengan kroma yang rendah dan value tinggi, sedangkan horison BCg yang

masif dengan warna yang tidak berbeda dengan horison di atasnya. Pada pedon ini

dijumpai air tanah yang dangkal, pada kedalaman 130 cm. Karatan besi dijumpai pada

horison Bt terutama pada bagian bawahnya sampai pada kedalaman 200 cm. Pada

horison BC dijumpai adanya warna glei.

Tekstur horison A adalah lempung (L), horison Bt memiliki tekstur lempung

berliat (CL) seiring dengan peningkatan jumlah liatnya, dan pada bagian bawah

horison Bt teksturnya adalah liat (C). Horison peralihan BC memiliki tekstur lempung

liat berpasir (SCL). Perbedaan tekstur yang agak menonjol pada horison-horison

tersebut, berdasarkan hasil analisis mineral liat pada fraksi pasir total dan fraksi liat,

tidak terbukti oleh karena adanya perbedaan bahan sehingga dapat dikatakan tidak

ada indikasi perbedaan bahan induk (lithologic discontinuity).

Pedon ini memiliki struktur gumpal membulat hanya pada horison Adir dan Bmn

yang sangat tipis, sedangkan pada horison lainnya memiliki struktur gumpal bersudut.

Pada bagian bawah horison BC dijumpai struktur yang masif dan konsistensi sangat

teguh.

Keadaan struktur gumpal bersudut ini didukung oleh kerapatan lindak yang

relatif lebih tinggi (Tabel 8). Pedon AM10 yang bersifat akuik ini memiliki kerapatan

Page 71: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

54

lindaknya relatif tertinggi, baik di antara pedon pewakil berbahan volkanik, maupun

terhadap pedon-pedon dari bahan induk lainnya. Hal tersebut sangat didukung oleh

hasil pengamatan di lapang, bahwa pedon ini memiliki konsistensi yang teguh sampai

sangat teguh, dengan struktur tanah gumpal bersudut hampir di seluruh bagian horison

Bt.

Perbedaan tekstur tanah terjadi sangat menonjol pada dua pedon yang

berkembang dari bahan induk volkanik dasitik (AM9 dan AM10). Pedon AM10 memiliki

tekstur lempung (L) pada bagian atas solum atau horison Ap, sedangkan pada horison

Bt adalah lempung berliat (CL), dan bagian bawah solum atau peralihan BC bertekstur

lempung liat berpasir (SCL). Perbedaan tekstur yang sangat nyata ini (abrupt) tidak

disertai bukti jenis mineral yang berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa

komposisi mineral memang relatif sama. Dengan demikian perbedaan tekstur tersebut,

bukan sebagai perbedaan bahan induk (lithology discontinuity). Bila dibandingkan

dengan AM10, lokasi pedon ini tidak terlalu jauh, tetapi secara topografi kedua pedon

ini terletak pada kondisi yang sangat berbeda. Pedon AM9 dijumpai di bagian atas

lereng dengan regim kelembaban tanah ustik, dan AM10 terletak pada bagian bawah

lereng dengan regim kelembaban tanah akuik. Sehingga perbedaan kandungan liat

yang sangat menonjol antara kedua pedon ini ditunjang oleh lingkungan pembentukan

yang berbeda pula. Diduga pedon AM9 lebih terlapuk daripada AM10.

Berdasarkan hasil pengamatan sifat-sifat fisik dan morfologi seluruh pedon

dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan warna horison Bt

ternyata berkaitan erat dengan kondisi regim kelembaban tanah. Regim kelembaban

akuik cenderung memberi warna kelabu pada horison Bt dari semua jenis bahan induk.

Jenis bahan induk terlihat menonjol, berpengaruh memberi warna berbeda pada

horison Bt dari tanah-tanah dengan regim kelembaban perudik. Warna horison Bt pada

pedon-pedon berbahan induk batuan sedimen (batuliat dan batukapur) adalah

kekuningan, sedangkan pada tanah berbahan induk volkanik (baik dasitik maupun

Page 72: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

55

andesitik) adalah kemerahan. Hal tersebut terlihat pada hue yang lebih merah pada

tanah-tanah yang berkembang dari bahan volkanik. Sedangkan pedon yang me miliki

regim kelembaban akuik, cenderung menunjukkan warna pucat dengan pengaruh

bahan induk tetap terlihat, yakni hue lebih merah pada tanah berbahan induk volkanik.

Dengan demikian, jenis bahan induk yang berbeda memperlihatkan perbedaan

yang menonjol. Antara lain, sifat-sifat morfologi tanah pada bahan induk batukapur

yang cenderung lebih seragam dibanding sifat-sifat morfologi tanah yang berkembang

dari batuliat. Konsistensi antara horison Bt dengan horison A di permukaan jelas

sangat berbeda, yakni lebih teguh pada horison Bt dan yang gembur pada horison A

atau Ap. Perbedaan tersebut cenderung sama pada semua pedon yang diteliti, dan

digunakan sebagai dasar penamaan horison Bt pada semua subhorison yang

diidentifikasi.

Sifat Kimia Tanah

Pedon Berbahan Induk Batuliat

Analisis beberapa sifat kimia tanah masing-masing pedon pewakil dalam

penelitian ini bertujuan antara lain, untuk mengetahui apakah sifat-sifat kimia tanah

yang ada berkaitan dengan proses-proses pedogenesis pedon yang diamati. Selain itu

untuk mengetahui sifat-sifat seperti distribusi C-organik dan Fe-bebas yang erat

hubungannya dengan proses iluviasi liat. Hasil analisis terhadap sifat-sifat kimia tanah

masing-masing horison disajikan pada Tabel 9. Pedon AM1 dengan regim

kelembaban tanah akuik, memiliki nilai pH yang tergolong masam (4,2 – 4,6) pada

keseluruhan horisonnya. Horison permukaan memiliki pH yang paling rendah (4,2) dan

sedikit meningkat (4,5-4,6) pada horison Bt. Peningkatan nilai pH tersebut terlihat

berkurang pada bagian bawah profil, yaitu pada horison Btg dan horison peralihan BC.

Sebaliknya, nilai pH yang relatif tinggi (4,6) dijumpai di horison permukaan pada pedon

Page 73: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

56

Tabel 9. Beberapa Sifat Kimia Tanah Masing-masing Horison Pedon Pewakil Berbahan Induk Batuliat.

Pedon Kedalaman pH-tanah C-organik Jumlah Kemasaman Kejenuhan KTK-tanah/ Fe2O3 -

Ca Mg K Na Basa-dd terekstrak Al H pH-7 Jum.Kat. KTK Ef. Liat Al (%) % liat total pH-7 Jum.Kation bebas

(cm) Tabel 16.Beberapa sifat kimia tanah masing-masing horison pedon pewakil berbahan induk Batuliat.(%) ------------------------cmol(+)/kg tanah---------------------- %

AM1 - Fluvaquentic Epiaquept (akuik)

Ap 0 - 10 4,2 1,14 4,0 2,1 0,2 0,5 6,8 41,0 4,0 0,3 21,3 49,0 11,1 68,1 37 0,72 31 14 2,19

Bt1 10-30 4,2 0,94 3,5 2,1 0,2 0,4 6,2 41,4 3,6 0,3 21,1 49,9 10,1 47,3 36 0,49 29 13 2,61

Bt2 30-55 4,5 1,02 3,9 1,3 0,2 0,3 5,7 41,8 4,9 0,5 23,8 48,8 11,0 49,5 46 0,52 24 12 3,31

Bt3 55-95 4,6 0,78 5,7 1,8 0,4 0,5 7,4 42,6 2,2 0,3 54,4 52,4 10,9 105,2 22 1,6 16 16 3,25

Btg 95-130 4,5 0,63 0,7 0,3 0,1 0,2 1,3 50,9 13,4 0,8 51,0 53,7 15,4 95,2 91 0,96 2 2 4,60

BCg 130-200 4,4 0,43 0,9 0,5 0,1 0,3 1,8 51,7 11,5 0,6 49,5 68,5 14,0 89,6 86 0,90 4 3 2,85

AM2 - Fluventic Dystrudept (perudik)

Ap 0-18 4,4 0,47 3,3 1,1 0,3 0,4 5,1 40,2 3,7 0,3 17,2 46,8 9,1 34,4 42 0,50 29 11 3,13

BA 18-37 4,6 1,41 1,2 0,4 0,1 0,2 1,9 41,4 3,6 0,3 17,0 44,8 5,8 29,6 65 0,32 11 4 3,13

Bt1 37-65 4,7 1,14 1,0 0,3 0,1 0,2 1,6 40,5 3,9 0,4 15,1 43,5 5,9 25,8 70 0,28 10 4 3,22

Bt2 65-103 4,8 1,06 1,0 0,3 0,2 0,2 1,9 40,6 3,6 0,3 29,4 43,7 5,5 32,9 65 1,01 8 4 3,40

Bt3 103-130 4,7 0,43 1,0 0,5 0,2 0,3 2,0 40,2 3,2 0,2 21,1 43,6 5,4 32,9 61 0,34 10 5 3,67

BC 130-200 4,7 0,55 1,5 0,5 0,2 0,3 2,5 40,6 2,4 0,3 17,5 44,3 5,1 34,7 48 0,36 14 6 3,39

AM3 - Fluvaquentic Epiaquept (akuik)

Ap 0-15 4,6 1,22 5,2 2,9 0,2 0,4 6,7 36,6 3,0 0,2 22,8 46,7 11,9 46,2 30 0,56 38 19 2,97

Bt1 15-30 4,5 1,10 3,4 2,0 0,2 0,3 5,9 37,4 4,8 9,4 22,8 42,6 11,0 41,7 44 0,44 26 14 2,83

Bt2 30-50 4,4 0,90 3,2 1,1 0,2 0,3 4,8 34,6 7,0 0,5 22,6 40,6 12,3 42,6 59 0,44 21 12 3,03

Bt3 50-85 4,4 0,94 3,6 2,7 0,2 0,3 6,8 35,0 5,3 0,5 22,3 42,9 12,4 38,6 43 0,40 30 16 2,94

Btg1 85-115 4,5 1,25 3,6 2,4 0,2 0,4 6,6 35,4 4,0 0,3 21,6 43,1 10,8 40,2 37 0,43 30 15 3,41

Btg2 115-135 4,7 1,25 3,0 2,8 0,2 0,4 6,4 35,0 2,1 0,3 25,3 42,6 8,8 42,5 24 0,60 26 15 3,48

BCg 135-200 4,5 1,29 4,1 3,3 0,2 0,4 8,0 35,8 2,6 0,2 27,2 44,9 10,7 55,9 24 0,59 29 18 3,18

Kemasaman dapat tukarBasa-basa dapat tukar

------(%)------

Kejenuhan Basa (KB)Kapasitas Tukar Kation (KTK)

------------------------cmol(+)/kg tanah----------------------

Page 74: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

57

AM3 yang sama-sama memiliki regim kelembaban tanah akuik. Nilai pH tergolong

masam dijumpai pada seluruh horison, yakni berkisar antara 4,4 – 4,7. Terjadi

penurunan pH pada horison Bt bagian atas, namun kemudian naik pada bagian

bawah, dan menurun kembali pada horison terbawah (BC). Walaupun nilai pH

cenderung sedikit lebih tinggi berkisar antara 4,4 – 4,8, pada pedon AM2 yang memiliki

regim kelembaban perudik, namun sama halnya dengan kedua pedon sebelumnya,

kemasaman tanahnya tergolong masam. Nilai pH horison Ap relatif paling rendah,

dibanding pH horison Bt dan BC. Nilai tertinggi terlihat pada bagian tengah horison Bt,

dan menurun kembali sampai pada horison terbawah (BC). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa, nilai pH horison Bt pada ketiga pedon berbahan induk batuliat ini

cenderung lebih tinggi dibanding, baik nilai pH horison A di atasnya maupun horison

BC di bawahnya. Perbedaannya adalah bahwa, tanah-tanah dari bahan induk batuliat

yang regim kelembabannya akuik (AM1 dan AM3) cenderung sedikit lebih masam

dibanding tanah dengan regim kelembaban perudik (AM2). Dari data yang ada dapat

dikatakan bahwa nilai pH tanah cenderung masam, karena asal bahan induk yang

masam, terlihat dari kandungan Al-dd dan ion H yang relatif tinggi (Tabel 9).

Kejenuhan basa (KB-jumlah kation) dari pedon pewakil yang berasal dari

batuliat ini secara keseluruhan lebih kecil dari 35%. Namun demikian, jelas terlihat

bahwa terdapat perbedaan nilai KB antara pedon yang memiliki regim akuik dengan

perudik. Pedon AM1 dan AM3 (akuik) memiliki nilai KB yang relatif lebih tinggi, masing-

masing 2 - 31% (rata-rata = 17,7%) dan 21 – 38% (rata-rata = 26,8%) dibanding pedon

AM2 (perudik) yaitu 4 – 11% (rata-rata = 13,6%). Terlihat pula (Tabel 9) bahwa jumlah

basa-basa pedon AM2 lebih rendah dibanding jumlah basa-basa pedon AM1 dan AM3.

Untuk melihat adanya kemungkinan terjadinya penimbunan C-organik

bersamaan dengan penimbunan liat di horison Bt, maka dilakukan analisis di setiap

horison (Tabel 9). Penyebaran C-organik, Fe-bebas, dan total liat menurut kedalaman

di dalam pedon AM1, AM2, dan AM3 diilustrasikan pada Gambar 6. Secara

Page 75: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

58

keseluruhan kandungan C-organik pada setiap horison di masing-masing pedon yang

berkembang dari batuliat, cenderung memiliki pola yang tidak teratur. Pada pedon AM1

kandungan C-organik tertinggi dijumpai pada horison A dan menurun pada horison

peralihan BA di bawahnya. Sedangkan pada horison Bt, kandungan C-organik terlihat

meningkat dan selanjutnya menurun secara teratur sampai bagian bawah solum.

Berbeda dengan pedon AM2, kandungan C-organik relatif rendah terdapat pada

horison Ap, dan meningkat mulai pada horison peralihan BA sampai bagian tengah

horison Bt. Selanjutnya secara tidak teratur dari bagian bawah Bt sampai pada horison

peralihan BC. Pola sebaran C-organik pada pedon AM3 agak berbeda dengan kedua

pedon sebelumnya, di mana kandungan C-organik relatif tinggi terdapat pada horison

permukaan kemudian menurun sampai pada bagian atas Bt, dan selanjutnya

meningkat terus dengan semakin meningkatnya kedalaman (Tabel 9).

Kandungan C-organik yang tidak beraturan dengan meningkatnya kedalaman

tersebut, merupakan ciri bahan sedimen, yang mana bahan-bahanya terbentuk akibat

sedimentasi atau pengendapan. Penimbunan C-organik pada AM1, terjadi pada

horison Bt1 pada kedalaman 30 - 55 cm, sedangkan pada AM2 pada horison BA pada

kedalaman 18 - 37 cm dan 130 - 200 cm. Penimbunan C-organik pada pedon AM3

terjadi pada bagian bawah profil, yakni pada kedalaman 50 – 85 cm, 85 – 135 cm, dan

135 – 200 cm (Gambar 6). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi

penimbunan bahan organik, walaupun dalam jumlah relatif sedikit, seiring dengan

meningkatnya kandungan liat pada horison Bt. Penimbunan tersebut dijumpai pada

semua pedon, baik yang memiliki regim kelembaban tanah akuik, maupun perudik.

Sama halnya dengan kandungan C-organik, maka dilakukan pula analisis

kandungan Fe-bebas dalam tanah (Tabel 9, Gambar 6), untuk melihat apakah terjadi

penimbunan besi seiring dengan penimbunan liat. Kandungan besi pada tanah-tanah

yang berkembang dari bahan induk batuliat, cenderung meningkat dan menumpuk

Page 76: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

59

Gambar 6. Distribusi C-organik, Fe-bebas, dan Liat Total Tanah pada Pedon AM1,

AM2, dan AM3 yang Berkembang dari Bahan Induk Batuliat.

Page 77: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

60

pada bagian bawah horison Bt. Pedon AM1 dan AM2 terlihat memiliki kecenderungan

distribusi Fe-bebas yang sama, di mana kandungan besi bebas memiliki pola yang

meningkat dari horison A sampai bagian bawah horison Bt, kemudian menurun pada

horison peralihan BC. Berbeda dengan pedon AM3, peningkatan kandungan Fe-

bebas memiliki pola yang tidak teratur, yaitu peningkatan Fe-bebas terjadi pada bagian

atas dan bawah Bt, sedangkan penurunan terlihat pada bagian tengah Bt dan juga

pada horison BC. Dapat disimpulkan bahwa pada pedon-pedon dari batuliat

penimbunan Fe-bebas yang cenderung terjadi, dan penimbunan tertinggi terdapat

pada horison Bt. Penimbunan tersebut berturut-turut untuk pedon AM1, AM2, dan,

AM3 (Gambar 9) terdapat sebesar 4,60% pada horison Btg (95-130 cm); 3,67% pada

horison Bt3 (103-130 cm), dan 3,48% pada horison Btg2 (115-135 cm).

Nilai KTK liat pedon AM1 (Tabel 9) menunjukkan bahwa, KTK-liat horison A

lebih rendah dibanding KTK-liat pada horison Bt2 yang cenderung tinggi mencapai

105,2 cmol(+)/kg liat, dan sedikit menurun pada bagian bawah solum. Sangat berbeda

dengan AM1, secara keseluruhan horison-horison pada pedon AM2 memiliki nilai KTK

liat cenderung lebih rendah, yakni sebesar 25,8-32,9 cmol(+)/kg liat. Pada pedon ini

horison Bt bagian atas memiliki nilai KTK liat yang lebih rendah dibanding horison A di

atasnya, namun kemudian meningkat sampai horison peralihan BC. Pada pedon AM3

dijumpai kisaran nilai KTK liat antara 38,6-42,62 cmol(+)/kg liat, dan horison Bt memiliki

nilai relatif lebih rendah dibanding horison permukaan maupun horison peralihan BC.

Terlihat bahwa nilai KTK liat pada ketiga pedon tersebut sangat berkaitan dengan jenis

mineral liatnya (dibahas pada sifat mineralogi).

Pedon Berbahan Induk Batukapur

Data hasil analisis sifat-sifat kimia tanah masing-masing horison pada pedon

pewakil tanah-tanah berbahan induk batukapur disajikan pada Tabel 10.

Page 78: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

61

Tabel 10. Beberapa Sifat Kimia Tanah Masing-Masing Horison Pedon Pewakil Berbahan Induk Batukapur.

Pedon Kedalaman pH-tanah C-organik Jumlah Kemasaman Kejenuhan KTK-tanah/ Fe2O3-

Ca Mg K Na basa-dd terekstrak Al H pH-7 Jum.Kat. KTK Ef. Liat Al (%) % liat total pH-7 Jum.Kation bebas

(cm) (H2O) (%) (%)

AM4 - Dystric Fluventic Eutrudept (perudik)

A 0-15 5,0 0,94 24,7 5,6 0,4 0,6 31,3 39,8 0 0,2 42,2 72,2 31,5 64,5 0 0,66 74 43 3,29

AB 15-31 5,1 0,63 20,7 4,2 0,4 0,5 25,8 38,5 0 0,2 44,4 65,6 26,0 70,5 0 0,71 58 39 3,59

Bt1 31-45 4,8 0,63 31,3 3,6 0,6 0,9 36,4 35,4 0 0,1 48,3 72,7 36,4 65,3 0 0,74 75 50 3,38

Bt2 45-66 5,4 0,63 42,4 5,0 0,4 0,7 48,45 24,6 0 0,2 51,2 73,7 48,6 63,9 0 0,65 95 66 2,48

Bt3 66-130 5,0 0,78 48,4 6,3 0,5 0,7 55,9 23,6 0 0,1 50,7 80,3 56,0 66,7 0 0,68 100 70 3,47

BC 130-200 5,8 0,71 55,3 1,1 0,4 0,8 57,6 20,4 0 0,1 50,4 0 0,68 100 74 3,30

AM5 - Dystric Fluventic Eutrudept (perudik)

A 0-16 5,8 0,55 44,8 6,2 0,5 0,9 61,4 21,8 0 0,1 44,4 74,7 52,4 71,3 0 0,72 100 70 2,61

Bt1 16-38 6,5 0,71 52,7 6,5 0,6 1,0 61,0 21,4 0 0,1 56,6 82,9 60,9 76,5 0 0,73 100 73 3,27

Bt2 38-86 6,1 1,25 46,3 5,7 0,5 0,9 53,4 22,2 0 0,1 51,0 76,2 53,3 75,0 0 0,68 100 70 2,66

Bt3 86-122 5,9 1,18 70,4 8,2 0,6 1,1 80,3 23,0 0 0,1 49,8 104,0 80,3 63,0 0 0,64 100 77 1,76

BC 122-200 6,3 0,55 65,6 7,6 0,5 1,1 74,9 24,0 0 0,1 54,6 99,5 74,7 80,0 0 0,80 100 75 2,85

AM6 - Fluvaquentic Epiaquent (akuik)

Ap 0-18 5,8 1,49 71,4 5,4 0,6 1,0 78,4 21,2 0 0,1 55,4 100,2 78,5 97,0 0 1,0 100 78 2,37

Bt1 18-50 6,2 1,02 50,6 5,0 0,4 0,5 56,5 21,8 0 0,1 44,4 78,9 56,5 65,1 0 0,66 100 72 3,59

Bt2 50-77 5,9 0,78 52,4 5,7 0,4 0,9 59,4 21,0 0 0,1 46,6 81,0 59,4 65,6 0 0,67 100 73 2,67

Bt3 77-107 5,4 0,86 50,0 5,3 0,4 0,8 56,5 22,0 0 0,1 48,1 79,1 56,6 72,7 0 0,74 100 72 2,81

Bt4 107-136 5,2 1,65 58,4 6,0 0,5 0,9 65,8 23,0 0 0,1 53,9 89,3 65,9 80,7 0 0,83 100 74 2,38

BC 136-200 5,3 0,78 55,2 5,5 0,5 0,6 61,8 25,2 0 0,1 52,2 87,7 61,8 69,3 0 0,70 100 70 1,97

Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kejenuhan Basa (KB)

------(%)---------------------cmol(+)/kg tanah---------------------------------------cmol(+)/kg tanah ----------------------

Basa-basa dapat tukar Kemasaman dapat tukar

Page 79: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

62

Nilai pH tanah pada pedon AM4, AM5, dan AM6 cenderung tergolong agak masam

sampai netral (pH 4,8 – 6,5). Nilai pH pada pedon AM4 adalah agak masam, dan

cenderung naik-turun secara tidak teratur di dalam pedon. Pada bagian tengah horison

Bt, pH tanah terlihat lebih tinggi dibanding pada bagian atas maupun bawahnya,

kemudian meningkat pada horison BC. Nilai pH pada pedon AM5 bervariasi antara 5,8

- 6,5. Nilai pH pada horison A lebih rendah dibanding horison Bt, yang kemudian

menurun pada bagian bawahnya, tetapi kemudian meningkat lagi pada horison

peralihan BC. Nilai pH tertinggi yaitu 6,5 dijumpai pada horison Bt1. Pedon AM6

dengan regim kelembaban akuik memiliki pH 5,2-6,2. Pada pedon ini terlihat

penurunan nilai pH secara teratur dengan kedalaman dimulai dari bagian atas horison

Bt sampai bagian bawahnya, namun terdapat sedikit peningkatan pada horison

peralihan BC. Nilai pH tertinggi, yakni 6,2, dijumpai pada horison Bt bagian atas (Bt1).

Gambar 7 menunjukkan distribusi kandungan C-organik, Fe-bebas, dan liat

total dalam tanah pada pedon AM4, AM5, dan AM6 yang berkembang dari batukapur.

Terlihat bahwa terjadi penimbunan C-organik pada setiap pedon, baik yang memiliki

regim kelembaban akuik maupun perudik. Kandungan C-organik horison A pada pedon

AM4, cenderung lebih tinggi daripada horison Bt, namun peningkatan yang relatif kecil

terlihat pada bagian bawah horison Bt, dan menurun kembali pada horison peralihan

(BC) paling bawah. Kandungan C-organik tertinggi sebesar 0,78%, terjadi pada horison

Bt3 (66 - 130 cm). Pada pedon AM5, kandungan C-organik pada horison permukaan

(A) lebih rendah dari horison Bt secara menyeluruh. Nilai tertinggi sebesar 1,25%

terjadi pada horison Bt2 (38 – 86 cm), sementara penurunan yang nyata terlihat pada

horison peralihan BC. Sama halnya dengan pedon sebelumnya, maka pada pedon

AM6 kandungan C-organik yang cukup tinggi ditemukan pada horison Ap dan Bt

bagian atas, yang kemudian menurun dan meningkat kembali pada bagian bawah

horison Bt. Penimbunan tertinggi dijumpai pada kedalaman 107 – 136 cm (horison Bt4)

sebesar 1,65%. Data di atas dapat disimpulkan bahwa penimbunan C-organik pada

Page 80: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

63

Gambar 7. Distribusi C-organik, Fe-bebas, dan Liat Total Tanah pada Pedon AM4, AM5, dan AM6 yang Berkembang dari Bahan Induk Batukapur.

Page 81: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

64

tanah berbahan induk kapur terjadi pada kedalaman yang berbeda-beda. Penimbunan

pada kedalaman terdalam ditemukan pada pedon AM6 (akuik). Pada keadaan regim

kelembaban tanah perudik penimbunan C-organik terjadi pada kedalaman yang lebih

dangkal.

Kandungan Fe-bebas pada pedon yang berkembang dari batukapur (AM4,

AM5, dan AM6) (Tabel 10 dan Gambar 7) memperlihatkan bahwa penimbunan Fe-

bebas terjadi pada kedalaman yang berbeda-beda dan umumnya terjadi pada horison

Bt. Kandungan Fe-bebas pada horison A atau Ap, cenderung rendah. Peningkatan

kandungan Fe-bebas terjadi pada horison Bt bagian atas, kemudian menurun pada

bagian tengahnya. Penimbunan Fe-bebas tertinggi pada pedon AM4, AM5, dan AM6

berturut-turut terjadi pada horison Bt3 (66 – 130 cm) sebesar 3,47%, Bt1(16 – 38 cm)

sebesar 3,27%, dan Bt3 (77-107 cm) sebesar 2,81%.

Nilai KTK-liat secara keseluruhan terlihat sangat berbeda, yakni relatif lebih

tinggi dibanding dengan pedon berbahan induk lainnya. Kenyataan ini sangat didukung

oleh diidentifikasi adanya jenis mineral liat 2:1 (smektit) yang mendominasi setiap

horison Bt. Nilai KTK-liat horison Bt bervariasi antara 63,9 -70,5 cmol(+)/kg liat pada

pedon AM4, antara 63,0 – 80,0 cmol(+)/kg liat pedon AM5 dan antara 65,1 – 97,0

cmol(+)/kg liat pedon AM6. Tingginya nilai KTK-liat pada pedon-pedon ini terlihat relatif

sama pada kondisi akuik maupun perudik, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pengaruh jenis bahan induk terhadap nilai KTK-liat lebih menonjol dibandingkan

dengan pengaruh regim kelembaban tanah.

Pedon Berbahan Induk Volkanik-Andesitik

Data sifat-sifat kimia masing-masing horison pada pedon AM7 dan AM8 yang

berkembang dari bahan Volkan-Andesitik disajikan pada Tabel 11.

Pedon AM7 (perudik) memiliki reaksi tanah seluruh horison yang tergolong

masam, yakni pH 4,7 – 5,1. Pada horison A dijumpai nilai pH yang paling rendah dan

Page 82: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

65

Tabel 11. Beberapa Sifat Kimia Tanah Masing-masing Horison Pedon Pewakil Berbahan Insuk Volkanik-Andesitik.

Pedon Kedalaman pH-tanah C-organik Jumlah Kemasaman Kejenuhan KTK-tanah/ Fe2O3-

Ca Mg K Na basa-dd terekstrak Al H pH-7 Jum.Kat. KTK Ef. Liat Al (%) % liat total pH-7 Jum.Kation bebas(cm) (H2O) (%) -------cmol(+)/kg tanah------- (%)

AM7 - Andic Dystrudept (perudik)

A 0-19 4,5 1,25 3,6 2,4 0,2 0,4 6,6 33,0 15,4 0,6 41,0 40,7 22,5 97,0 70 0,77 16 70 2,93Bt1 19-47 4,8 1,10 3,8 1,4 0,2 0,3 5,7 33,0 20,1 0,8 40,8 39,8 26,6 65,0 78 0,59 14 52 3,47

Bt2 47-80 4,8 0,94 0,6 0,2 0,1 0,1 1,0 33,8 18,6 0,8 43,5 35,9 20,4 65,6 94 0,73 2 11 3,38Bt3 80-105 4,7 1,73 1,1 0,5 0,1 0,2 1,9 29,0 28,7 0,9 45,2 31,9 31,4 72,7 94 0,54 4 13 2,99BC 105-130 4,7 0,78 0,7 0,3 0,1 0,2 1,3 31,8 30,0 1,0 47,6 34,2 32,3 80,7 96 0,86 3 9 4,82

C 130-200 5,1 0,78 0,9 0,3 0,1 0,1 1,4 31,8 25,5 0,8 51,0 34,2 27,7 69,3 95 1,12 3 9 4,96

AM8 - Typic Haplohumult (perudik)

Ap 0-20 4,8 1,76 4,3 1,1 0,3 0,4 6,1 21,3 0.0 0.1 49.5 27,3 6,1 104,6 0 1,08 12 22 4,18

Bt1 20-40 5,5 1,65 6,0 1,1 0,2 0,3 7,6 21,0 0.0 0.2 15.3 28,5 7,7 24,7 0 0,28 49 26 3,69Bt2 40-65 5,6 1,10 6,7 1,3 0,3 0,4 8,7 21,9 0.0 0.1 17.7 30,6 8,8 25,8 0 0,27 49 29 3,59

Bt3 65-90 5,7 0,78 8,3 2,0 0,3 0,4 11,0 22,3 0.0 0.1 16.8 33,3 11,1 20,8 0 0,22 66 33 4,40Bt4 90-110 5,8 0,71 6,2 2,0 0,2 0,4 8,8 23,1 0.0 0.1 14.8 31,8 8,8 36,6 0 0,22 59 27 4,04Bt5 110-145 5,8 0,63 6,3 2,0 0,3 0,4 9,0 18,9 0.0 0.1 16.8 27,9 9,1 20,1 0 0,21 54 32 3,96

BC 145-200 5,8 0,55 5,5 2,1 0,3 0,5 8,4 18,0 0.0 0.1 14.3 26,4 8,5 22,9 0 0,24 59 32 3,69

--------------------------------cmol(+)/kg tanah---------------------- ------(%)------

Basa-basa dapat tukar Kemasaman dapat tukar Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kejenuhan Basa (KB)

Page 83: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

66

meningkat dengan kedalaman. Hal yang sama juga dijumpai pada pedon AM8

(perudik), di mana nilai pH relatif rendah terdapat pada horison permukaan (Ap) dan

meningkat dengan kedalaman. Nilai pH tergolong agak masam, baik pada horison Ap,

Bt, maupun horison C, dengan kisaran 5,5 - 5,8.

Nilai kejenuhan basa (KB-jumlah kation) pada pedon AM7 cenderung tinggi

pada horison A, namun dengan meningkatnya kedalaman, nilainya menurun sangat

rendah, yakni 3%. Sedangkan pada pedon AM8, nilai KB-jumlah kation masing-masing

horison hampir tidak jauh berbeda, berkisar 22 – 32%.

C-organik pada pedon AM7 terlihat relatif tinggi pada bagian atas permukaan

yakni pada horison Ap dan sedikit menurun pada bagian atas horison Bt. Pada

Gambar 8, terlihat bahwa penumpukan C-organik sebesar 1,73% terjadi pada Bt3

dengan kedalaman 80 – 105 cm. Sedangkan pada AM8 tidak terlihat penimbunan

seiring dengan menurunnya kandungan C-organik dengan meningkatnya kedalaman,

yakni tertinggi dijumpai pada horison Ap dan sedikit menurun pada horison Bt sampai

pada horison C. Kandungan Fe-bebas terlihat pola yang berbeda antara pedon AM7

dan AM8. Kandungan Fe-bebas pada pedon AM7 terlihat relatif rendah pada horison

A, yang kemudian meningkat pada bagian atas horison Bt. Selanjutnya terjadi

penurunan kembali pada horison Bt bagian bawah, dan meningkat pada horison

peralihan BC sampai C. Berbeda dengan AM8 dimana pada bagian permukaan tanah

besi bebas relatif tinggi dibanding dengan horison Bt bagian atas dan bawah, namun

pada bagian tengah horison Bt terlihat meningkat. Dengan demikian terjadi

penumpukan Fe-bebas sejumlah 3,47% pada Bt1 (19 – 47 cm) dan sebesar 4,40%

pada Bt3 (65 – 90 cm) berturut-turut untuk pedon AM7 dan AM8. Jumlah penumpukan

besi tersebut dapat dikatakan tertinggi di antara semua pedon yang diteliti. Hal ini

Page 84: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

67

Gambar 8. Distribusi C-organik, Fe-bebas, dan Liat Total Tanah pada Pedon AM7 dan AM8 yang Berkembang dari Bahan Induk Volkanik-Andesitik.

Page 85: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

68

dapat dikatakan bahwa pedon-pedon ini mengalami pelapukan yang menghasilkan

besi relatif lebih banyak.

Pengaruh perbedaan jenis mineral liat yang mendominasi horison permukaan A

atau Ap dan horison Bt terhadap nilai KTK-liat dijumpai pula pada pedon-pedon yang

berkembang dari bahan induk bahan volkanik andesitik ini. Pada pedon AM7 dijumpai

nilai KTK-liat cenderung tinggi pada semua horisonnya. Tertinggi terjadi pada horison

A kemudian menurun pada bagian atas horison Bt. Terjadi kenaikan KTK-liat di bagian

bawah horison Bt dan pada horison BC dan menurun kembali pada horison C. Pada

horison Bt dijumpai KTK liat sebesar 65,0 - 72,7 cmol(+)/kg liat dan pedon AM8 dijumpai

lebih rendah yakni sebesar 20,1 - 36,6 cmol(+)/kg liat. Kedua pedon ini memiliki

dominasi mineral liat yang berbeda yakni pada AM7 mineral liat campuran dan pada

AM8 didominasi oleh kaolinit (1:1). Sehingga nilai KTK-liat pada kedua pedon ini

didukung oleh jenis mineralnya (dibahas kemudian pada mineral liat).

Pedon Berbahan Induk Volkanik-Dasitik

Pada Tabel 12 disajikan data sifat-sifat kimia pedon AM9 dan AM10 yang

berke mbang dari bahan induk volkanik dasitik. Pedon AM9 (ustik) nilai pH relatif

tergolong agak masam dengan pH adalah 5,2-5,4. Nilai pH horison A relatif lebih tinggi

dibanding pada horison Bt maupun BC. Perbedaan kemasaman tanah terlihat jelas

pada pedon AM10 (akuik) yang memiliki nilai pH yang relatif tinggi dan tergolong netral

yakni 5,7 - 6,1, dimana pada horison Ap nilai pH cenderung rendah dibanding dengan

horison Bt dan horison BC. Jelas terlihat bahwa pH pada horison Bt relatif tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan regim kelembaban tanah mempengaruhi

kemasaman horison Bt pada tanah berbahan induk bahan volkanik-dasitik di mana

pengaruh yang sama kurang menonjol pada bahan induk batuan sedimen.

Hubungan antara kemasaman tanah (pH) dengan horison Bt dapat terjadi

dalam kaitannya dengan pencucian liat. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh Buol et

Page 86: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

69

Tabel 12. Beberapa Sifat Kimia Tanah Masing-masing Horison Pedon Pewakil Berbahan Induk Volkanik-Dasitik.

Pedon Kedalaman pH tanah C-organik Jumlah Kemasaman Kejenuhan KTK-tanah/ Fe2O3-Ca Mg K Na basa-dd terekstrak Al H pH-7 Jum.Kat. KTK Ef. Liat Al (%) % liat total pH-7 Jum.Kation bebas

(cm) (H2O) (%) ------cmol(+)/kg tanah------ (%)

AM9 - Fluventic Dystrudept(ustik)A 0-22 5,5 1,02 4,0 1,7 0,3 0,4 6,4 18,8 0.0 0,1 16,0 25,2 6,5 26,8 0 0,29 40 25 3,41

Bt1 22-35 5,3 0,78 1,9 0,7 0,2 0,2 3,0 18,3 0,4 0,3 12,1 21,3 3,6 15,7 11 0,17 24 14 3,30

Bt2 35-57 5,4 0,71 1,4 0,6 0,1 0,2 2,3 15,9 1,0 0,4 13,1 18,1 3,6 16,3 30 0,17 17 12 3,64Bt3 57-80 5,2 0,47 2,9 0,5 0,1 0,2 3,7 17,2 0,6 0,3 14,1 20,8 4,5 16,2 13 0,17 26 18 3,59B4 80-110 5,4 0,39 2,4 0,9 0,2 0,3 3,8 16,3 9,9 0,9 15,5 19,9 14,4 17,0 72 0,18 23 18 3,57Bt5 110-140 5,3 1,41 1,9 0,5 0,2 0,2 2,8 18,1 26,2 1,0 14,6 20,8 29,8 15,9 90 0,18 18 13 3,60

BC 140-200 5,2 0,94 1,3 0,3 0,1 0,2 1,8 18,3 30,3 1,5 8,3 20,2 33,6 9,7 94 0,11 23 9 4,25

AM10 - Aeric Epiaqualf (akuik)Ap 0-12 4,6 2,16 1,0 0,4 0,2 0,3 1,9 8,4 3,4 0,5 6,3 6,8 10,2 31,4 35 0,31 29 18 0,32

Adir 12-20 5,5 1,68 2,9 0,8 0,3 0,4 4,4 6,1 1,8 0,3 7,1 7,3 10,4 37,8 29 0,38 62 55 0,26Bmn 20-26 6,1 2,03 5,2 2,0 0,4 0,5 8,1 7,4 0,5 0,2 9,2 9,3 11,8 45,4 6 0,46 48 37 0,34Bt1 26-59 6,2 1,92 5,5 2,3 0,3 0,4 8,5 7,5 0,0 0,2 8,6 8,8 15,5 25,5 0 0,25 93 37 0,32Bt2 59-75 6,0 1,60 5,4 2,4 0,3 0,4 8,5 8,8 0,0 0,1 9,4 9,5 17,3 27,0 0 0,27 91 52 0,49Bt3 75-120 6,0 1,43 8,5 3,2 0,4 0,5 12,6 12,9 0,0 0,2 15,6 15,8 21,8 41,3 0 0,41 54 50 0,36

Bt4 120-143 5,7 2,00 9,5 4,1 0,4 0,5 14,5 12,9 0,4 0,2 18,6 18,9 25,4 45,1 0 0,45 67 40 0,36BCg1 143-168 5,6 2,32 7,6 3,9 0,3 0,5 12,3 9,8 0,5 0,2 13,9 14,1 24,2 41,9 2 0,42 100 60 0,09BCg2 168-200 5,7 1,54 5,4 2,8 0,3 0,4 8,9 7,3 1,0 0,3 15,5 15,9 19,6 71,1 11 0,71 79 63 0,35

--------------------------------cmol(+)/kg tanah----------------------

Basa-basa dapat tukar Kemasaman dapat tukar

------(%)------

Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kejenuhan Basa (KB)

Page 87: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

70

al. (1973) bahwa terjadinya proses dispersi liat berkaitan dengan pencucian basa-basa

yang mengikat partikel tanah. Pencucian basa-basa akan menurunkan nilai pH tanah

dan memungkinkan terbentuknya proses penimbunan liat ke horison B.

Kejenuhan Basa-jumlah kation pada pedon yang berkembang dari bahan induk

volkanik-dasitik ini sangat berbeda. Pada pedon AM9 dijumpai nilai KB-jumlah kation

yang sangat rendah terutama di bawah horison permukaan A. Sedikit peningkatan

terjadi pada bagian bawah horison Bt, kemudian menurun pada horison BC.

Sebaliknya pada pedon AM10 jelas terlihat bahwa, nilai KB-jumlah kation adalah

rendah pada horison Ap, kemudian meningkat sampai pada horison Bt3. Penurunan

terjadi pada bagian bawah horison Bt dan meningkat kembali pada horison BC. Hal ini

menunjukkan bahwa pedon ini memenuhi KB- jumlah kation sebesar lebih atau sama

dengan 35% pada kedalaman 180 cm sehingga dapat digolongkan pada tanah Alfisol.

Perbedaan bahan induk jelas berpengaruh pada kemasaman horison Bt, dimana tanah

yang berasal dari bahan induk masam (batuliat dan volkanik-dasitik) cenderung

menghasilkan tanah dengan pH yang masam. Kecuali pada AM10 (akuik) dengan nilai

pH 6,2 sampai 6,4. Sedangkan tanah yang berkembang dari bahan induk batukapur

tergolong pada agak-masam sampai netral.

Horison Bt pada pedon yang memiliki regim kelembaban tanah akuik memiliki

KB relatif lebih tinggi dibanding dengan tanah yang memiliki regim kelembaban tanah

perudik. Sebaliknya pengaruh regim kelembaban tanah cenderung mempengaruhi nilai

KB horison Bt. Pada pedon dengan regim kelembaban tanah akuik nilai KB cenderung

lebih tinggi daripada perudik.

Kandungan C-organik pada pedon berbahan induk volkanik dasitik (Tabel 12

dan Gambar 9), terlihat bahwa pada horison A pedon AM9 (ustik) memiliki nilai yang

tinggi dibanding horison Bt bagian atas dan tengah. Penurunan kandungan C-organik

terjadi sampai pada bagian bawah horison Bt4. Sedangkan pada bagian bawah Bt

terjadi penumpukan C-organik sebesar 1,41% pada horison Bt5 (110-140 cm). Pada

Page 88: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

71

pedon AM10 (akuik) kandungan C-organik relatif tinggi hampir di setiap horisonnya,

yakni sebesar 2%, dan tertinggi dibanding dengan pedon-pedon lainnya. Penimbunan

tersebut dijumpai pada horison Bt4 (120-143 cm). Dengan demikian terlihat bahwa

perbedaan regim kelembaban tanah berpengaruh pada kandungan C-organik terutama

pada tanah yang berbahan induk bahan volkanik dasitik ini. Hal tersebut menunjukkan

bahwa penimbunan C-organik berbeda antara pedon yang berbahan induk bahan

volkanik-dasitik maupun-andesitik (yang terjadi pada kedalaman yang lebih dangkal).

Pada beberapa pedon terlihat terjadi penimbunan C-organik yang tidak teratur,

yang pada ordo tanah Inceptisol dapat termasuk dalam kriteria ’fluventic’ yakni adanya

pengaruh perbedaan penimbunan bahan oleh air. Pada tanah Ultisol, kandungan C-

organik digunakan sebagai kriteria dalam mengklasifikasikan sub-ordonya.

Disimpulkan bahwa penimbunan C-organik yang relatif sangat sedikit, terjadi seiring

dengan terjadinya penimbunan liat. Hal tersebut terlihat pada pedon berbahan induk

batuliat yang hanya terjadi pada pedon AM1 dan AM3 keduanya akuik, kemudian pada

semua pedon berbahan batukapur (AM4, AM5, dan AM6), dan juga pada pedon yang

berbahan induk volkanik-andesitik (AM7), serta berbahan induk volkanik-dasitik yakni

AM9 dan AM10.

Hasil analisis terhadap kandungan Fe-bebas pada pedon AM9 (Tabel 12 dan

Gambar 9), menunjukkan bahwa kandungan besi bebas pada horison A cenderung

lebih rendah dibanding dengan Bt dan BC. Terlihat bahwa penumpukan besi bebas

terjadi pada horison Bt2 (35 -57 cm) sebesar 3,64% dan pada Bt5 (110 -140 cm)

maupun pada horison peralihan (BC) sebesar masing-masing 3,60% dan 4,25%. Hal

yang sangat berbeda terlihat pada pedon AM10 yang berkembang dari bahan induk

yang sama dengan AM9, tetapi memiliki regim kelembaban tanah akuik. Secara

keseluruhan pedon ini memiliki kandungan Fe- bebas yang sangat rendah dibanding

dengan semua pedon pewakil yang ada.

Page 89: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

72

Gambar 9. Distribusi C-organik, Fe-bebas, dan Liat Total Tanah pada Pedon AM9 dan AM10 yang Berkembang dari Bahan Induk Volkanik-Dasitik.

Page 90: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

73

Namun demikian terlihat bahwa horison Ap memiliki kandungan besi bebas yang lebih

rendah dibanding dengan horison Bt, dan cenderung lebih tinggi dari horison peralihan

BC. Penimbunan terlihat pada horison Bt2 (59 – 75 cm) sebesar 0,49%. Kandungan

jumlah besi bebas yang relatif sangat sedikit pada AM10 diduga akibat jenis bahan

induk yang mengandung sedikit besi (tufa Banten) seperti yang diungkapkan dalam

Djunaedi (1976).

Fe-bebas merupakan salah satu indikator ciri perkembangan tanah. Senyawa

ini berkaitan erat dengan aktifitas air dalam tanah. Hasil analisis terhadap senyawa

Fe2O3 disimpulkan bahwa, terjadi akumulasi dengan jumlah yang berbeda-beda pada

setiap pedon pewakil. Akumulasi dapat merupakan akibat dari perbedaan

permeabilitas tanah yang dari cepat menjadi lambat pada daerah dimana kandungan

liat tinggi. Dengan adanya perbedaan tekstur tersebut mengakibatkan air sering

tertahan pada batas lapisan yang berbeda ini dan mengakibatkan tertumpuknya besi.

Jumlah Fe-bebas yang relatif tinggi terlihat pada pedon-pedon yang berasal dari bahan

induk volkanik kecuali pedon AM10, dan menunjukkan tanah tersebut lebih

berkembang dibanding lainnya. Pedon yang berasal dari bahan dasitik terlihat memiliki

nilai KTK-liat yang berbeda. Nilai KTK-liat pada pedon AM9 cenderung rendah, dan

ditemukan relatif tinggi pada horison permukaan Ap, dan menurun sampai

pertengahan Bt, juga pada BC. Sedangkan pada bagian bawah Bt terlihat adanya

penumpukan sebesar 17,0 cmol(+)/kg liat pada Bt4. Pada horison Ap sebesar 26,8

cmol(+)/kg liat. Pada pedon AM10 dijumpai cenderung lebih tinggi dan bervariasi antara

horisonnya, yakni sebesar 25,5-45,12 cmol(+)/kg liat.

Nilai KTK-liat yang relatif lebih tinggi pada pedon AM10 dipengaruhi oleh

mineral campuran antara liat 2:1 dan 1:1 dibanding dengan AM9 yang mineral liatnya

didominasi oleh tipe 1:1 (kaolinit). Hubungan antara nilai KTK-liat dengan horison

penimbunan liat lebih kepada jenis mineral liat yang mendominasi horison tersebut.

Sedangkan nilai KTK-tanah (pH-7) digunakan untuk mendapatkan kelas KTK pada

Page 91: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

74

klasifikasi tanah pedon pewakil yang dijumpai dominasi mineral liat campuran pada

penelitian ini. Dari data -data tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan regim

kelembaban tanah terlihat tidak langsung mempengaruhi sifat tanah ini, melainkan

akibat pengaruh perbedaan jenis mineral liat yang dijumpai pada masing-masing

pedon.

Mineralogi Horison Eluviasi dan Iluviasi

Mineral Fraksi Pasir

Data hasil analisis mineral fraksi pasir total dengan menggunakan metode Line

Counting pada contoh tanah yang mewakili horison pencucian liat dan penimbunan liat

maksimum disajikan pada Tabel 13.

Analisis mineral fraksi pasir total bertujuan, antara lain, untuk mengetahui

komposisi dan cadangan mineral yang ada dalam tanah, juga untuk menduga jenis

bahan induk tanah (Hendro, 1990). Pada penelitian ini, analisis mineral fraksi pasir

total dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai komposisi dan cadangan

mineral yang ada pada horison permukaan (A atau Ap) dan horison Bt, dan untuk

menduga proses-proses pelapukannya.

Secara keseluruhan dijumpai bahwa susunan mineral fraksi pasir pada horison

Bt masing-masing pedon pewakil adalah sama dengan horison permukaan (A atau

Ap), yakni horison pencucian yang berada di atas horison penimbunan liat tersebut.

Hasil analisis menunjukkan bahwa cadangan mineral, yaitu mineral mudah lapuk

(weatherable mineral), yang dikandung masing-masing horison bervariasi satu sama

lain. Mineral-mineral mudah lapuk yang dijumpai pada pedon-pedon pewakil, antara

lain, adalah gelas volkan, oligoklas, andesine, labradorit, orthoklas, sanidin,

hornblende, augit, dan hiperstin.

Page 92: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

75

Tabel 13. Penyebaran Mineral Fraksi Pasir Total pada Horison Eluviasi dan Iluviasi.

Keterangan : OP=opak, Zi=sirkon, KK=kuarsa keruh, KB=kuarsa bening, KF= K-feldspar, LI=limonit, OS=organik silika, ZE=zeolit, WM= mineral lapuk, WR= batuan lapuk, VG=gelas volkan, OL=oligoklas, AN=anortit, LB=labradorit, OR=ortoklas, SA=sanidin, HO=hornblende, AU=augit, HY=hiperstin, dan TM=total mineral mudah lapuk.

Pedon Berbahan Induk Batuliat

Pada pedon yang berkembang dari batuliat (AM1, AM2, dan AM3), jumlah

mineral mudah lapuk di horison Bt lebih sedikit ataupun berkurang, dibanding dengan

horison eluviasi. Pada pedon AM1 penurunan tersebut sangat nyata dari 12% menjadi

2% dan pada pedon AM3 dari 30% menjadi 18%. Penurunan tersebut terlihat juga

Pedon/Hor. OP ZI KK

KB

KF

LI OS

ZE WM

WR

VG

OL

AN

LB OR

SA

HO

AU

HY

TM

Pedon AM1:

Ap (0-10 cm) 24 1 10 39 0 0 0 0 1 13 2 3 1 2 0 1 0 1 2 12

Bt2 (55-95 cm) 46 1 8 31 0 0 0 0 1 11 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2

Pedon AM2:

Ap (0-18 cm) 35 0 27 13 0 1 0 0 4 11 1 0 0 1 0 0 0 1 6 9

Bt3 (103-130 cm) 28 0 29 8 16 1 1 1 5 7 1 0 1 0 0 0 0 1 1 4

Pedon AM3:

Ap (0-15 cm) 9 1 19 16 0 0 2 0 7 15 1 0 2 6 1 1 1 7 12 30

Bt2 (30-50 cm) 1 0 29 27 0 1 2 0 8 14 1 1 1 5 1 1 0 5 3 18

Pedon AM4:

AB (15-31 cm) 28 1 21 19 5 1 0 0 7 14 0 0 1 0 0 2 0 0 1 4

Bt2 (45-66 cm) 29 1 23 19 1 1 0 0 7 15 0 0 2 0 0 2 0 0 0 4

Pedon AM5:

A (0-16 cm) 17 0 11 34 0 0 0 0 3 11 0 7 11 3 0 2 0 0 1 24

Bt3 (86-122 cm) 16 0 15 34 0 0 0 0 7 16 0 3 6 1 0 2 0 0 0 8

Pedon AM6:

Ap (0-16 cm) 15 0 13 28 0 0 0 0 0 26 1 2 0 11 1 2 0 0 1 18

Bt2 (50-77 cm) 10 1 13 23 0 1 0 0 1 33 1 3 1 11 0 2 0 0 1 19

Pedon AM7:

A (0-19 cm) 46 0 9 13 0 0 0 0 12 17 2 2 0 0 0 1 0 0 0 5

Bt3 (80-105 cm) 49 0 7 9 1 0 0 0 16 16 2 1 1 0 0 0 0 0 0 4

Pedon AM8:

A (0-20 cm) 63 1 2 7 0 0 0 0 2 4 2 0 0 7 0 0 1 3 8 21

Bt3 (65-90 cm) 64 0 1 4 0 0 0 0 2 6 1 0 0 5 0 0 1 5 10 23

Pedon AM9:

A (0-10 cm) 35 0 5 46 0 0 0 0 2 3 1 2 0 4 0 0 0 0 1 8

Bt3 (57-80 cm) 30 1 16 42 0 0 0 0 2 3 1 3 0 1 0 1 0 0 0 6

Pedon AM10:

Page 93: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

76

pada pedon AM2 dari 9% menjadi 4%. Pedon AM1 didominasi oleh kuarsa bening,

yang relatif lebih tinggi daripada AM2, yang lebih didominasi oleh kuasa keruh. Hal ini

menunjukkan bahwa tanah-tanah ini sudah mengalami pelapukan yang intensif, karena

kuarsa adalah mineral merupakan mineral yang tahan terhadap pelapukan. Jumlah

kuarsa (bening dan keruh) meningkat pada horison Bt dibanding dengan horison di

atasnya, terlihat sangat menonjol pada pedon AM3. Hal ini sejalan dengan pendapat

Nettleton et al. (1975) yang mengatakan bahwa pelapukan yang cukup memadai untuk

menghasilkan horison Bt adalah ditunjukkan oleh peningkatan kandungan kuarsa

dalam fraksi non liat yang diiringi dengan berkurangnya jumlah mineral lapuk.

Pedon Berbahan Induk Batukapur

Kuarsa merupakan mineral fraksi pasir yang mendominasi pedon AM4 dengan

jumlah kuarsa keruh hampir sama dengan horison pencucian di atasnya. Pedon AM5

terjadi penurunan jumlah mineral lapuk sangat nyata, yaitu dari 24% pada horison

pencucian dan menjadi 8% pada horison Bt. Sedangkan pada pedon AM6, kuarsa

bening terlihat relatif lebih tinggi sama halnya pada pedon AM5. Pada pedon-pedon

dari bahan induk batukapur ini, memiliki kandungan batuan lapuk yang relatif tinggi dari

pedon-pedon lainnya, baik pada horison Bt maupun horison di atasnya.

Pedon Berbahan Induk Volkanik-Andesitik

Pada tanah yang berkembang dari bahan induk volkanik-andesitik (pedon AM7

dan AM8), terlihat bahwa dominasi mineral opak sangat menonjol dibanding pedon-

pedon lainnya, yaitu melebihi 60%. Sebaliknya, kuarsa bening relatif lebih sedikit

dibanding pada pedon yang berasal dari batuliat dan batukapur. Dengan dijumpainya

mineral tahan lapuk dalam jumlah relatif lebih kecil, maka dapat disimpulkan bahwa,

tanah-tanah ini relatif belum mengalami pelapukan lanjut dibanding pedon yang

Page 94: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

77

berkembang dari batuan sedimen. Hal ini seiring dengan sifat bahan induk intermedier

dengan kandungan Fe-bebas yang relatif tinggi dibanding pedon lainnya.

Pedon Berbahan Induk Volkanik-Dasitik

Kandungan kuarsa bening dijumpai relatif sangat tinggi pada pedon AM9, baik

pada horison Bt maupun horison A. Dilihat dari regim kelembaban tanah yang

tergolong ustik, seharusnya tanah relatif belum mengalami pencucian lanjut.

Kandungan kuarsa yang tinggi diperkirakan lebih disebabkan oleh pengaruh bahan

induk yang mengandung kuarsa tinggi, yaitu tufa Banten. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa susunan mineral fraksi pasir tanah-tanah yang diteliti lebih

dipengaruhi bahan induknya, bukan pengaruh regim kelembaban tanah yang berbeda.

Kesamaan susunan mineral pada horison Bt dan horison permukaan (A atau Ap) pada

masing-masing pedon pewakil, mendukung pendapat bahwa bahan penyusun horison-

horison tersebut adalah sama. Hal ini berarti juga mendukung kesimpulan bahwa

sumber liat sebagai bahan iluviasi pada horison Bt berasal dari horison pencucian di

atasnya.

Dominasi kuarsa bening tertinggi terdapat pada pedon yang berasal dari bahan

volkanik-dasitik, kemudian batukapur, batuliat, dan paling rendah pada bahan volkanik-

andesitik. Dapat dikatakan bahwa tanah-tanah yang berasal dari bahan volkanik-dasitik

telah mencapai tingkat hancuran iklim yang lanjut, sehingga mempengaruhi tingkat

perkembangan horison Bt pada tanah tersebut. Namun demikian, banyak sedikitnya

jumlah kandungan kuarsa tidak lepas daripada pengaruh jenis bahan induk itu sendiri.

Adanya pengaruh bahan induk volkanik terlihat pada pedon-pedon yang berkembang

dari batuan sedimen dengan melihat susunan mineral fraksi pasirnya yang tidak

dijumpai lagi mineral-mineral penciri batuan sedimen. Mohr dan Van Baren (1972)

mengatakan bahwa, mineral resisten seperti kuarsa banyak dijumpai pada batuan

sedimen, selain zirkon, rutil, turmalin, dan magnetit yang tidak ditemukan pada

Page 95: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

78

penelitian ini. Hal ini menyebabkan sulitnya menginterpretasi asal bahan induk yang

sebenarnya. Sebagai dasar penen tuan jenis bahan induk dalam penelitian ini adalah

menggunakan informasi dalam peta geologi daerah Bogor dan Serang, Banten.

Mineralogi Horison Eluviasi dan Iluviasi

Data hasil analisis mineral liat pada horison pencucian (A atau Ap) dan horison

penimbunan liat maksimum (Bt) setiap pedon pewakil disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Jenis Mineral Liat pada Horison Eluviasi dan Iluviasi Setiap Pedon Pewakil.

Pedon Horison /Kedalaman (cm) Smektit Illit Kaolinit Haloisit Kuarsa Kristobalit Gibsit Goethit Feldspar

AM1 Ap (0-10 cm) +++ - + - (+) + - - -Bt3 (55-95 cm) +++ - ++ - - + - - -

AM2 Ap (0-18 cm) - - ++++ - + - (+) (+) -Bt3 (103-130 cm) - - ++++ - + - - - -

AM3 Ap (0-15 cm) - - ++++ - + - - (+) +Bt3 (30-50 cm) + (+) ++++ - (+) - - - (+)

AM4 AB (15-31 cm) ++++ - + - - (+) - - -Bt2 (45-66 cm) ++++ + + - - - - - -

AM5 A (0-16 cm) ++++ - + - - - - - -Bt3 (86-122 cm) ++++ + + - - - - - -

AM6 Ap (0-18 cm) ++++ (+) + - - - - - -Bt2 (50-77 cm) ++++ (+) + - - - - - -

Volkanik-andesitik :AM7 A (0-19 cm) ++++ - + - (+) - - - -

Bt3 (60-105 cm) ++++ - + - - - - - -

AM8 Ap (0-20 cm) - - - ++++ (+) - (+) (+) -Bt3 (65-90 cm) - - - ++++ (+) - (+) (+) -

Volkanik-dasitik :AM9 A (0-22 cm) - - - ++++ - ++ - - +

Bt3 (57-80 cm) - - - ++++ - + - - -

AM10 A (0-12 cm) - - +++ - + ++ - - +Bt4 (120-143 cm) - - +++ - + ++ - - +

Keterangan : ++++ = dominan; +++ = banyak; ++ = sedang; + = sedikit; (+) = sangat sedikit

Jenis Mineral Liat

Batuliat :

Batukapur :

Page 96: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

79

Pedon Berbahan Induk Batuliat

Difraktogram Sinar-X (X-ray Difactogram, XRD) fraksi liat dari horison A

atau Ap dan horison argilik (Bt) masing-masing pedon disajikan pada Gambar 10

(AM1) sampai Gambar 19 (AM10). Perlakuan standar fraksi liat yang digunakan adalah

dengan penjenuhan Mg 2+, Mg2+ + gliserol, K+, dan K+ plus 500 0C. Adapun identifikasi

jenis mineral berdasarkan puncak difraksi sinar-X (X-ray Difraction peaks) seperti yang

dikemukakan dalam Dixon et al. (1989).

Horison Bt dan horison Ap pada tanah yang berkembang dari batuliat di daerah

Cendali (AM1), yang mempunyai regim kelembaban akuik didominasi mineral liat

smektit (2:1) dan sedikit kaolinit. Hal ini ditunjukkan oleh puncak 16 Å pada perlakuan

dengan penjenuhan kation Mg 2+, yang berubah menjadi 18 Å pada penjenuhan

kation Mg2+ ditambah pemberian gliserol. Selanjutnya puncak smektit mengecil

menjadi 12,5 Å pada perlakuan penjenuhan dengan kation K, dan menjadi 10 Å

setelah dipanaskan pada 550 oC (Gambar 10).

Kecuali itu, ditemukan juga sedikit kaolinit (1:1) di horison Ap, yang meningkat

jumlahnya di horison Bt2. Adanya mineral liat kaolinit ditunjukkan oleh puncak 7,2 Å

pada penjenuhan dengan Mg 2+, Mg2+ - gliserol, dan penjenuhan dengan K+. Namun

dengan perlakuan pemanasan 550 oC, puncak tersebut hilang.

Dua pedon lain, AM2 dan AM3 yang juga berkembang dari batuliat, baik

yang mempunyai regim kelembaban perudik maupun akuik, didominasi oleh mineral

liat kaolinit (Gambar 11 dan 12). Puncak 7,2 Å sangat nyata terlihat pada perlakuan

dengan Mg2+, Mg2+ - gliserol, maupun penjenuhan dengan K+. Adanya kaolinit

diperkuat oleh intensitas kuat dari puncak ordo kedua kaolinit yakni 3,59 Å. Selain itu,

mineral kuarsa (3,34 Å) terlihat sangat jelas. Juga pada pedon AM2 ditemukan gibsit

(4,5 Å) dan goethite (4,21 Å) dalam jumlah sedikit. Hal lain yang menarik adalah

ditemukannya sedikit mineral smektit di horison Bt pada pedon AM3 yang memiliki

regim kelembaban akuik (AM3) dan sedikit kristobalit pada AM1.

Page 97: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

80

Gambar 10a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap) Pedon AM1 Berbahan Induk Batuliat.

Gambar 10b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Bt2 Pedon AM1 Berbahan Induk

Batuliat.

Page 98: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

81

Gambar 11a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap) Pedon AM2 Berbahan Induk Batuliat.

Gambar 11b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Bt3 Pedon AM2 Berbahan Induk Batuliat.

Page 99: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

82

Gambar 12a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison (Ap) Pedon AM3 Berbahan Induk Batuliat.

Gambar 12b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Bt2 Pedon AM3 Berbahan Induk Batuliat.

Page 100: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

83

Pedon Berbahan Induk Batukapur

Tanah yang berkembang dari bahan induk kapur, AM4, AM5, dan AM6,

dijumpai di daerah Pasircabe, Jonggol, memiliki regim kelembaban tanah perudik dan

akuik. Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa mineral liat smektit dan sedikit kaolinit

mendominasi susunan fraksi liat, baik pada horison Bt maupun horison pencucian (A

atau Ap), Tabel 14.

Gambar 13 (AM4), 14 (AM5), dan 15 (AM6) menunjukkan bahwa pada

perlakuan penjenuhan dengan kation Mg 2+, puncak difraksi sinar X yang didentifikasi

adalah sebesar 15,3 – 16 Å, yang dengan penambahan gliserol meningkat menjadi 18

Å. Puncak tersebut bergeser menjadi 12 Å setelah diperlakukan dengan penjenuhan

kation K+, dan kemudian menjadi 10 Å setelah pemanasan pada 550 oC. Puncak

difraksi berikutnya yang teridentifikasi adalah kaolinit (7,26 Å) yang relatif stabil terlihat

pada tiga perlakuan, terkecuali pada perlakuan penambahan kation K+ plus

pemanasan dengan 550 oC, puncak ini menghilang.

Adanya orde kedua dari kaolinit yang ditunjukkan oleh puncak 3,58 Å

memperkuat adanya mineral tersebut pada horison Bt dan horison A/Ap. Selain kedua

mineral utama tersebut ditemukan pula dalam jumlah sedikit mineral illit (10 Å), kuarsa

(3,34 Å) dan kristobalit (4,05 Å). kaolinit yakni 3,59 Å. Selain itu, mineral kuarsa (3,34

Å) terlihat sangat jelas.

Page 101: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

84

Gambar 13a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (AB) Pedon AM4 Berbahan Induk Batukapur.

Gambar 13b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Bt2 Pedon AM4 Berbahan Induk Batukapur.

Page 102: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

85

Gambar 14a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (A) Pedon AM5 Berbahan Induk Batukapur. Gambar 14b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Bt3 Pedon AM5 Berbahan Induk Batukapur.

Page 103: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

86

Gambar 15a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap) Pedon AM6 Berbahan Induk Batukapur. Gambar 15b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Bt2 Pedon AM6 Berbahan Induk Batukapur.

Page 104: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

87

Pedon Berbahan Induk Volkanik-Andesitik

Hasil analisis mineral liat dengan XRD pada pedon yang berkembang dari

bahan induk volkanik-andesitik, AM7 dan AM8, yang berasal dari daerah Jasinga dan

Ciampea disajikan pada Tabel 14. Puncak-puncak difraksi sinar X-nya disajikan pada

Gambar 16 (AM7) dan 17 (AM8). Pada pedon AM7 (Gambar 16) dengan perlakuan

penjenuhan dengan kation Mg2+, mineral liat yang diidentifikasi adalah smektit dengan

puncak difraksi 15,8 Å, yang meningkat menjadi 18 Å dengan penambahan gliserol.

Puncak tersebut bergeser menjadi 10 Å setelah penjenuhan dengan kation K+

ditambah pemanasan pada 550 oC. Puncak berikutnya yang teridentifikasi adalah 7,26

Å yang relatif stabil pada tiga perlakuan, kecuali pada perlakuan penambahan kation

K+ plus pemanasan 550 oC puncak tersebut hilang. Mineral liat tersebut adalah

kaolinit (1:1) . Keberadaan mineral ini diperkuat dengan adanya puncak difraksi ordo

kedua 3,6 Å, yang jelas terlihat pada horison Bt dan horison A. Analisis XRD pada

pedon AM7 dengan demikian menunjukkan bahwa fraksi liat horison Bt dan A

didominasi oleh smektit dan sedikit kaolinit.

Pedon AM8 (Ciampea) menunjukkan XRD yang agak berbeda. Gambar 17

menunjukkan bahwa mineral liat yang diidentifikasi adalah haloisit (7,3 Å) sebagai

mineral liat dominan. Di samping itu dalam jumlah yang sangat sedikit, dijumpai

mineral kuarsa (3,34 Å), gibsit (4,5Å), dan goethit (4,12 Å), baik pada horison Bt

maupun horison Ap. Fraksi liat horison Bt dan Ap dengan demikian (Tabel 21),

didominasi oleh mineral haloisit dengan sedikit kuarsa, gibsit, dan goethit.

Page 105: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

88

Gambar 16a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (A) Pedon AM7 Berbahan Induk Bahan Volkanik-Andesitik. Gambar 16b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Bt3 Pedon AM7 Berbahan Induk Bahan Volkanik-Andesitik.

Page 106: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

89

Gambar 17a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap) Pedon AM8 Berbahan Induk Bahan Volkanik-Andesitik. Gambar 17b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Bt3 Pedon AM8 Berbahan Induk Bahan Volkanik-Andesitik.

Page 107: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

90

Pedon Berbahan induk Volkanik-Dasitik

Hasil analisis XRD pada mineral liat pedon AM9 dan AM10 dari Cipocok,

Serang yang berkembang dari bahan volkanik-dasitik, disajikan pada Gambar 18

(AM9) dan 19 (AM10). Pada kedua Gambar tersebut terlihat bahwa, puncak-puncak

difraksi XRD cenderung sama antara horison Bt dan horison A/Ap di atasnya. Pada

Gambar 18 (AM9) terlihat bahwa, pada perlakuan penjenuhan dengan kation Mg2+,

puncak difraksi yang teridentifikasi adalah haloisit (7,3 Å) yang relatif stabil pada tiga

perlakuan, terkecuali pada perlakuan penambahan kation K+ plus pemanasan 550 oC

puncak tersebut menghilang. Adanya difraksi ordo kedua dari mineral tersebut pada

3,6 Å memperkuat keberadaan mineral haloisit pada horison Bt dan horison A. Mineral

lainnya dalam jumlah lebih sedikit yang teridentifikasi adalah adalah kristobalit (4,05 Å)

dan kuarsa (3,34 Å).

Gambar 18a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (A) Pedon AM9 Berbahan Induk Bahan Volkanik-Dasitik.

Page 108: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

91

Gambar 18b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Bt3 Pedon AM9 Berbahan Induk Bahan Volkanik-Dasitik.

Pada pedon AM10 (Gambar 19) menunjukkan XRD yang agak berbeda.

Gambar 19 menunjukkan bahwa mineral kaolinit (7,2 Å) terdapat dalam jumlah yang

dominan, baik pada horison Bt maupun horison Ap di atasnya. Dalam jumlah yang

agak banyak terdapat kristobalit (4,05 Å ), dan kuarsa (3,34 Å) dalam jumlah yang

sedikit.

Page 109: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

92

Gambar 19a. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Permukaan (Ap) Pedon AM10 Berbahan Induk Bahan Volkanik-Dasitik. Gambar 19b. Hasil Analisis XRD Fraksi Liat Horison Bt4 Pedon AM10 Berbahan Induk Bahan Volkanik-Dasitik.

Page 110: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

93

Berdasarkan hasil analisis mineral liat dengan XRD seperti telah diuraikan di

atas, maka dapat disimpulkan jenis-jenis mineral liat yang dominan pada horison Bt

dan horison A/Ap pada semua pedon yang diteliti, seperti tertera pada Tabel 15.

Tabel 15. Mineral Liat yang Dominan pada Horison Penimbunan Liat dan Horison

di Atasnya pada Masing-masing Pedon Pewakil. Pedon Jenis Mineral liat yang dominan

Horison eluviasi Horison iluviasi Batuliat : AM1(akuik) AM2 (perudik) AM3 (akuik) Batukapur: AM4 (perudik) AM5 (perudik) AM6 (akuik) Bahan Volkanik-Andesitik : AM7 (perudik) AM8 (perudik) Bahan Volkanik-Dasitik: AM9 (ustik) AM10 (akuik)

Smektit dan kaolinit Smektit dan kaolinit Kaolinit Kaolinit Kaolinit Kao linit dan smektit

Smektit dan sedikit kaolinit Smektit dan sedikit kaolinit Smektit dan sedikit kaolinit Smektit dan sedikit kaolinit Smektit dan sedikit kaolinit Smektit dan sedikit kaolinit Smektit dan sedikit kaolinit Smektit dan sedikit kaolinit Haloisit Haloisit Haloisit Haloisit Kaolinit Kaolinit

Horison Diagnostik

Horison Permukaan

Dalam Soil Survey Staff (1999) dinyatakan bahwa, horison permukaan tanah

dapat diklasifikasikan sebagai epipedon okrik, apabila horison tersebut tidak memenuhi

syarat untuk tujuh epipedon lainnya. Sifat morfologi utama yang mempengaruhi

adalah karena horison permukaan bersifat terlalu tipis, terlalu kering, warnanya

memiliki value dan kroma terlalu tinggi, dan atau kandungan C-organiknya terlalu

rendah. Dari kriteria ketebalan, warna tanah, dan lain-lain maka disimpulkan horison

permukaan seluruh pedon pewakil adalah okrik.

Page 111: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

94

Horison Bawah Permukaan

Identifikasi horison Bt pada seluruh pedon dalam penelitian ini bertujuan untuk

membuktikan apakah horison tersebut adalah horison argilik. Kriteria yang digunakan

sebagai dasar identifikasi ini adalah sifat-sifat argilik seperti yang disampaikan dalam

Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1999). Sifat-sifat tersebut adalah sifat morfologi

dan fisika (kandungan liat dan ketebalan masing-masing horison), serta sifat

mikromorfologi (selaput liat).

Kandungan Liat

Data tekstur tanah berupa kandungan liat halus dan liat total, serta rasio liat

halus terhadap liat total masing-masing horison disajikan pada Tabel 5, 6, 7, dan 8.

Banyaknya liat halus yang dipindahkan oleh proses iluviasi terlihat pada data rasio liat

halus terhadap liat total dan merupakan indikasi intensitas proses iluviasi liat. Rasio liat

ini merupakan salah satu hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam identifikasi

horison argilik (Cremeens et al., 1986). Menurut Smith dan Wilding (1972) rasio liat

halus terhadap liat total merupakan salah satu kriteria pembanding yang dapat

membedakan antara horison argilik dengan horison di atasnya.

Bahan Induk Batuliat. Tabel 5 (halaman 38) menyajikan peningkatan

kandungan liat halus dari horison Ap ke horison Bt1 pada pedon yang berbahan induk

batuliat mencapai berturut-turut 6,9% dan 15,3% untuk pedon AM1 dan AM3 yang

memiliki regim kelembaban tanah akuik, dan 9,3% pada pedon AM2 yang memiliki

regim kelembaban tanah perudik. Dapat dikatakan bahwa proses iluviasi pada ketiga

pedon tersebut hampir sama tingkat intesitasnya, yang didukung oleh rasio liat halus

terhadap liat total yang tinggi. Peningkatan kandungan liat halus yang relatif paling

rendah di antara ketiga pedon pewakil dari bahan induk batuliat dijumpai pada AM1,

dan tertinggi pada pedon AM3. Dapat disimpulkan bahwa perbedaan regim

kelembaban tanah yang ada saat ini, tidak terlihat mempengaruhi perbedaan jumlah

Page 112: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

95

liat yang teriluviasi, dimana pada kondisi regim kelembaban tanah yang sama

memberikan peningkatan liat yang jumlahnya berbeda.

Bahan induk Batukapur. Pada Tabel 6 (halaman 42) disajikan bahwa, pedon-

pedon berbahan induk batukapur memiliki peningkatan kandungan liat halus dari

horison cenderung hampir sama antara pedon yang memiliki regim kelembaban tanah

perudik dan akuik. Pedon AM4 (perudik) memiliki peningkatan kandungan liat halus

dari horison A ke horison Bt1 yang lebih tinggi, yakni 15,9% dibanding pedon AM6 (dari

horison Ap ke horison Bt1) yakni 13,9%. Pedon AM5 yang memiliki regim kelembaban

perudik, peningkatan kandungan liat halus dari horison A ke horison Bt1 adalah 7,0%,

paling rendah di antara ketiga pedon tersebut. Sehingga sama halnya pada pedon-

pedon berbahan induk batuliat, regim kelembaban tanah yang berbeda tidak

memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah perpindahan liat.

Bahan induk Volkanik-Andesitik . Tabel 7 (halaman 46) menunjukkan bahwa,

peningkatan kandungan liat halus pada pedon yang berasal dari bahan Volkanik-

andesitik sangat menonjol pada pedon AM7. Hal ini sangat didukung oleh data tekstur

bahwa peningkatan kandungan liat halus dari horison A ke horison Bt1 sekitar 33,3%

terjadi pada pedon AM7. Tingginya kandungan liat halus pada pedon AM7 ini

menunjukkan telah terjadinya pelapukan yang intensif dan ekstensif yang

menghasilkan penimbunan liat yang relatif tinggi. Pada pedon AM8 yang berbahan

induk bahan volkanik andesitik, peningkatan kandungan liat halus dari horison Ap ke

horison Bt1 sebesar 6,1% dan tidak terlalu menonjol seperti pada pedon pewakil

lainnya.

Bahan induk Volkanik-Dasitik. Tabel 8 (halaman 48) menyajikan, pedon

berbahan induk volkanik dasitik AM9 dan AM10 yang memiliki regim kelembaban

tanah ustik dan akuik, menunjukkan bahwa penimbunan liat pada horison Bt1 relatif

lebih tinggi pada AM9 yaitu 15,6% dan pada AM10 relatif sedikit yakni 8,2%.

Disimpulkan bahwa bahan induk volkanik yang berbeda memberi pengaruh yang

Page 113: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

96

berbeda terhadap jumlah peningkatan liat. Bahan volkanik-dasitik cenderung memiliki

peningkatan liat yang lebih banyak dibanding andesitik. Secara keseluruhan bahan

volkanik memiliki peningkatan liat yang relatif tinggi dibanding bahan induk batukapur,

dan batuliat. Rata-rata jumlah peningkatan liat paling rendah dimiliki oleh pedon-pedon

berbahan induk Batuliat.

Jumlah liat total pada horison iluviasi harus lebih banyak dibanding horison

eluviasi di atasnya di dalam jarak kurang dari 30 cm (Soil Survey Staff, 2003). Dengan

demikian, penentuan jumlah liat total yang harus dipenuhi sebagai horison argilik pada

masing-masing pedon dapat ditentukan berdasarkan jumlah liat total pada horison

A/Ap atau AB. Berdasarkan jarak kurang dari 30 cm dari horison eluviasi setiap pedon

pewakil, maka horison Bt1 digunakan sebagai dasar pembandingan.

Berdasarkan data tekstur tanah masing-masing pedon, maka diperoleh data

kandungan liat total pada horison eluviasi yang berada di antara 15% - 40%, adalah

pedon AM1 dan AM10. Untuk kedua pedon ini kandungan liat total sebagai

horison argilik harus minimal 1,2 kali kandungan liat total pada horison eluviasinya.

Pedon yang memiliki kandungan liat di atas 40%, adalah pedon AM2, AM3, AM4, AM5,

AM6, AM7, AM8, dan AM9. Pada masing-masing pedon tersebut, kandungan liat total

sebagai horison argilik harus minimal 8% (absolut) lebih banyak, dari kandungan liat

total pada horison eluviasinya.

Data jumlah liat total pada Tabel 16 menunjukkan bahwa, kandungan liat total

pada horison Bt seluruh pedon yang diteliti, melebihi batas minimal kandungan liat total

sebagai horison argilik.

Page 114: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

97

Tabel 16. Jumlah Liat Total pada Horison Eluviasi dan Horison Iluviasi, Serta Jumlah Minimal Liat Total Sebagai Horison Argilik.

Pedon Liat Total (%) Hor. Eluviasi Hor.Iluviasi (A atau Ap) (Bt1)

Minimal Liat Total sebagai horison

Argilik (%) Batuliat : AM1 (akuik) AM2 (perudik) AM3 (akuik) Batukapur: AM4 (perudik) AM5 (perudik) AM6 (akuik) Bahan Volkanik-andesitik : AM7(perudik) AM8(perudik) Bahan Volkanik-dasitik : AM9(ustik) AM10 (akuik)

29,7 45,8 40,8

64,1 61,5 55,5

53,5 45,7

55,9 20,2

42,7 54,0 52,0

73,0 73,0 66,8

68,6 55,2

72,4 33,8

35,6 53,8 48,8

72,1 69,5 63,5

61,5 53,9

63,9 24,2

Ketebalan Horison Iluviasi

Data pada Tabel 17 terlihat bahwa, pada tanah-tanah yang berkembang dari

bahan induk batuliat dengan regim kelembaban tanah akuik (AM1 dan AM3)

menunjukkan kedalaman horizon iluviasi yang relatif sama, yakni pada kedalaman 10

cm dan 15 cm dari permukaan tanah. Dijumpai pula bahwa, batas bawah horison

iluviasi terletak pada kedalaman lebih dari 100 cm, yakni 135 cm (AM1) dan 135 cm

(AM3). Masih pada bahan induk yang sama, tetapi regim kelembaban tanah perudik,

pedon AM2 memiliki letak horison iluviasi terletak lebih dalam yakni 37 cm, dari

permukaan. Sedangkan batas bawahnya dijumpai pada kedalaman 130 cm atau sama

dengan AM1 dan relatif lebih dangkal dibandingkan pedon AM3.

Dengan demikian terlihat bahwa ketebalan horison iluviasi pada tanah

berbahan induk batuliat berbeda. Pada pedon dengan regim kelembaban tanah akuik

memiliki ketebalan sama, yaitu 10-130 cm = 120 cm dan 15-135 cm = 120 cm,

Page 115: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

98

Tabel 17. Batas Atas dan Bawah, serta Ketebalan Horison Penimbunan Liat pada Masing - masing Pedon Pewakil.

Pedon Pewakil Batas atas dari

permukaan tanah (cm)

Batas bawah dari permukaan

tanah (cm)

Ketebalan horison

penimbunan liat

(cm) Batuliat : AM1 (akuik) AM2 (perudik) AM3 (akuik) Batukapur: AM4 (perudik) AM5 (perudik) AM6 (akuik) Bahan Volkanik: AM7 (andesitik-perudik) AM8 (andesitik-perudik) AM9 (dasitik-ustik) AM10 (dasitik-akuik)

10 37 15

31 16 18

19 20 22 26

130 130 135

130 122 136

105 145 140 143

120 93

120

99 106 118

86 125 118 114

sedangkan dengan pedon yang memiliki regim kelembaban tanah perudik relatif lebih

dangkal yaitu 37 - 130 cm = 93 cm.

Pada tanah-tanah yang berkembang dari bahan induk batukapur, batas atas

horison iluviasi ditemukan pada kedalaman lebih bervariasi. Pada pedon yang memiliki

regim kelembaban tanah perudik, batas atas horison iluviasi dijumpai pada kedalaman

31 cm (AM4) dan 16 cm (AM5) dengan batas bawah pada kedalaman 130 cm (AM4)

dan 122 cm (AM5). Sedangkan pedon yang memiliki regim kelembaban tanah akuik

(AM6), batas atas horison iluviasi berada pada kedalaman 18 cm, dengan batas bawah

pada kedalaman 136 cm dari permukaan tanah. Sehingga dapat dikatakan bahwa

horison iluviasi pada ketiga pedon yang berkembang dari bahan induk batukapur ini

memiliki ketebalan yang berbeda satu sama lain. Pedon AM4 (perudik) memiliki tebal

31 - 130 cm = 113 c m, pedon AM5 (perudik) adalah 16 - 122 cm = 106 cm, sedangkan

pedon AM6 (akuik) 18 -126 cm = 118 cm.

Page 116: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

99

Batas atas horison iluviasi pada pedon-pedon yang berbahan induk bahan

volkanik dijumpai berbeda satu sama lain. Pada pedon AM7 dan AM8 yang bersifat

andesitik dengan regim kelembaban tanah perudik, batas atas horison iluviasi terdapat

pada kedalaman 19 cm (AM7) dan 20 cm (AM8) dari permukaan tanah. Sedangkan

batas bawahnya masing-masing pada kedalaman 105 cm dan 145cm.

Tanah-tanah yang berkembang dari bahan volkanik-dasitik, menunjukkan letak

batas atas dan batas bawah horison iluviasi pada kedalaman 22 cm dan 140 cm untuk

AM9. Ketebalan horison iluviasi pada pedon ini yakni relatif agak tipis, yakni 118 cm.

Dibandingkan dengan pedon AM10 yang memiliki regim kelembaban tanah akuik,

batas atas horison iluviasinya dijumpai pada kedalaman 26 cm dari permukaan tanah,

atau lebih dalam dari AM9. Sedangkan batas bawah horison iluviasinya terletak pada

kedalaman 143 cm dari permukaan tanah, se hingga ketebalan horison iluviasi adalah

114 cm.

Selaput Liat (Clay Skin)

Hasil analisis irisan tipis pada beberapa horison iluviasi yang teridentifikasi

memiliki selaput liat (pedon AM8 dan AM10) disajikan pada Tabel 18.

Menurut salah satu kriteria horison argilik (Soil Survey Staff, 2003), bahwa pada

irisan tipis, memiliki bentukan liat terorientasi, yang secara mikromorfologi, berjumlah

lebih dari 1%. Identifikasi irisan tipis pada penelitian ini dilakukan pada pedon AM8

(bahan Volkanik–Andesitik), dan AM10 (bahan Volkanik-Dasitik).

Karakterisasi horison iluviasi pada tanah berbahan induk batuan Volkanik-

Andesitik dengan regim kelembaban perudik (AM-8), menunjukkan adanya selaput liat

dengan jumlah sedikit sampai sedang, orientasi tidak kontinyu (Gambar 22). Dalam

Brewer (1974) dikatakan bahwa, orientasi selaput liat yang tidak kontinyu tersebut

mengindikasikan perkembangan yang lemah. Selanjutnya dikatakan bahwa, liat iluviasi

(argilan) yang orientasinya tidak kontinu menunjukkan laminasi yang kurang jelas.

Page 117: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

100

Tabel 18. Tebal, Jumlah, dan Perkembangan Selaput Liat pada Horison Penimbunan Liat Masing- masing Pedon Pewakil AM8 dan AM10. Pedon Tebal

selaput (mikron)

Jumlah selaput

Perkembangan (laminasi)

AM8 Bt2 Bt3 Bt4 Bt5

AM10

Bt2 Bt3 Bt4

60-80 60

40-100 60

80-200 80-200 80-200

sedang -banyak sedikit banyak sedikit

sedikit-sedang sedang banyak

Tidak jelas Tidak jelas Tidak jelas Tidak jelas

Ada/jelas Ada/sangat jelas Ada/sangat jelas

Keterangan: Kt=kuning terang, Kp=kuning , Ca=Coklat keabu-abuan. Sedikit = <5%, sedang= 5-10%, banyak= >10%. PPL=Plane Polarized Light, XPL=Cross Polarized Light. Sama halnya dengan pola perkembangan argilan yang diperoleh Cremeens

dan Mokma (1986) yang menunjukkan adanya penurunan tingkat orientasi dari kuat

pada tanah yang berdrainase baik (perudik), sampai lemah pada tanah yang

berdrainase buruk (akuik). Hal demikian tidak tercermin pada pedon AM10, sehingga

dapat disimpulkan bahwa regim kelembaban tanah yang ada sekarang tidak

mempengaruhi perkembangan selaput liat pada tanah tersebut. Dengan kata lain,

terbentuknya horison iluviasi liat pada pedon AM10 tidak terjadi pada lingkungan regim

kelembaban tanah yang ada saat ini.

Page 118: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

101

Gambar 20. Irisan Tipis Horison Bt dari Pedon AM3 Berbahan Induk Batuliat.

Gambar 21. Irisan Tipis Horison Bt dari Pedon AM5 Berbahan Induk Batukapur.

Page 119: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

102

Gambar 22. Selaput Liat pada Irisan Tipis Horison Bt dari Pedon AM8 Berbahan Induk Volkanik-Andesitik (PPL = atas, XPL = bawah).

Page 120: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

103

Gambar 23. Selaput Liat pada Irisan Tipis Horison Bt dari Pedon AM10 Berbahan Induk Volkanik-Dasitik (PPL = atas, XPL = bawah).

Page 121: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

104

Pada Tabel 19 disajikan ringkasan hasil identifikasi horison argilik pada semua

pedon pewakil. Berdasarkan hasil identifikasi horison argilik yang menggunakan

kriteria jumlah kandungan liat total, ketebalan horison iluviasi, dan adanya selaput liat

sebagai bukti iluviasi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, tidak semua

horison iluviasi (Bt) pada pedon-pedon pewakil adalah horison argilik. Namun demikian

kriteria adanya selaput liat yang dijumpai atau terlihat di lapang, tidak dapat dibuktikan

secara mikromorfologi kecuali pedon AM8 dan AM10.

Tabel 19. Hasil Identifikasi Horison Penimbunan Liat (Argilik) Berdasarkan Kriteria Jumlah Kandungan Liat Total, Ketebalan Horison Iluviasi, dan Selaput Liat pada Pedon Pewakil.

Bahan Induk/ Pedon

Liat Total %

Tebal Horison (cm)

Selaput Liat

Batuliat : AM1 AM2 AM3 Batukapur: AM4 AM5 AM6 Volkanik-Andesitik: AM7 AM8 Volkanik-Dasitik: AM9 AM10

42,7 (35,6)* 54,0 (53,8) 52,0 (48,8)

73,0 (72,1) 73,0 (69,5) 66,8 (63,5)

68,6 (61,5) 55,2 (53,9)

72,4 (63,9) 33,8 (24,2)

120 93

120

99 106 118

86 125

118 114

- - - - - - -

ada -

ada * Angka dalam kurung adalah minimal argilik.

Hasil identifikasi horison Bt yang ada pada masing-masing pedon pewakil

menunjukkan bahwa hanya pedon AM8 (Volkanik-Andesitik) dan AM10 (Volkanik–

Dasitik) yang memenuhi seluruh kriteria sebagai horison argilik. Dengan demikian

maka, pedon pewakil lainnya hanya memenuhi syarat kenaikan liat dan ketebalan

horison saja, sehingga horison penimbunan liat tersebut tanpa adanya argilik atau

Page 122: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

105

yang disimbolkan dengan Bt cenderung merupakan horison kambik. Menurut Soil

Survey Staff (1999 dan 2003), horison kambik merupakan hasil proses perubahan

(alterasi) secara fisika, proses transformasi kimia, perpindahan, ataupun kombinasi dari

proses-proses tersebut. Dapat disimpulkan bahwa horison kambik yang ada pada

pedon pewakil dalam penelitian ini cenderung terbentuk dari akumulasi liat.

Klasifikasi Tanah Pedon-Pedon Pewakil

Berdasarkan hasil pengamatan sifat-sifat tanah yang ada, maka dapat

disimpulkan bahwa masing-masing pedon pewakil memiliki horison diagnostik berupa

epipedon okrik, horison bawah kambik (AM1, AM2, AM3, AM4, AM5, AM6, AM7) dan

horison argilik (AM8 dan AM10). Menurut klasifikasi tanah USDA Soil Taxonomy (Soil

Survey Staff, 2003) semua pedon termasuk dalam beberapa famili tanah ordo

Inceptisol, Ultisol, dan Alfisol, dengan regim kelembaban tanah akuik, perudik, dan

ustik, seperti disajikan pada Tabel 20.

Hasil identifikasi horison Bt (dibahas sebelumnya) menunjukkan bahwa pedon

pewakil yang memiliki horison kambik dapat diklasifikasikan sebagai Inceptisol.

Sedangkan Ultisol atau Alfisol bagi pedon yang memiliki horison argilik. Pedon AM1,

AM2, AM3, AM4, AM5, AM6, dan AM7 termasuk dalam ordo Inceptisol, sedangkan

AM8 sebagai ordo Ultisol, dan AM10 sebagai ordo Alfisol. Sub-ordo tanah Inceptisol

digolongkan berdasarkan regim kelembaban tanah (Aquept, Udept, dan Ustept).

Pedon AM8 digolongkan sebagai ordo Ultisol karena, memiliki KB-jumlah kation pada

kedalaman 125 cm dari batas atas argilik, atau pada kedalaman 145 cm dari

permukaan tanah adalah 32% atau kurang dari 35%. Sedangkan pedon AM10

termasuk Alfisol, karena KB-jumlah kation pada kedalaman 125 cm dari permukaan

argilik atau 151 cm dari permukaan tanah adalah 60% atau lebih dari 35%.

Page 123: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

106

Tabel 20. Pedon Pewakil dan Klasifikasi Tanahnya.

Pedon Bahan induk tanah

Klasifikasi tanah / Famili tanah

Regim kelembaban tanah

AM1 AM2 AM3 AM4 AM5 AM6 AM7 AM8 AM9 AM10

Batuliat Batuliat Batuliat Batukapur Batukapur Batukapur Volkanik-Andesitik Volkanik-Andesitik Volkanik-Dasitik Volkanik-Dasitik

Fluvaquentic Epiaquept, halus, campuran, aktif, isohipertermik. Fluventic Dystrudept, halus, campuran, semi-aktif, isohipertermik. Fluvaquentic Epiaquept, halus, campuran aktif, isohipertermik. Dystric Fluventic Eutrudept, sangat halus, smektitik, isohipertermik Dystric Fluventic Eutrudept, sangat halus, smektitik, isohipertermik Fluvaquentic Epiaquept, sangat halus, smektitik, isohipertermik Andic Dystrudept, sangat halus, smektitik, isohipertermik Typic Haplohumult, sangat halus, haloisitik, isohipertermik Fluventic Dystrudept, sangat halus, haloisitik, isohipertermik Aeric Epiaqualf, berlempung halus, campuran, semi-aktif, isohipertermik

Akuik

Perudik

Akuik

Perudik

Perudik

Akuik

Perudik

Perudik

Ustik

Akuik

Penentuan sub-ordo berdasarkan pada regim kelembaban tanah mendapatkan

bahwa pedon AM1, AM3, AM6, dan AM10 tergolong memiliki regim kelembaban akuik;

pedon AM2, AM4, AM5, dan AM8 termasuk dalam regim kelembaban perudik;

sedangkan pedon AM9 termasuk regim kelembaban ustik.

Selanjutnya penentuan tingkat great group pada tanah yang tergolong pada

aquept adalah berdasarkan jenis saturasi (episaturasi). Sedangkan pada udept dan

Ustept didasarkan pada kejenuhan basa (NH4OAc) yang kurang dari 60% (Dystric)

dan yang sama atau lebih dari 60% (Eutro). Tanah yang memilik argilik didasarkan

pada ada tidaknya penurunan jumlah liat sebesar 20% dari kandungan maksimum

horison argilik pada kedalaman 150 cm. Bila tidak terjadi penurunan lebih dari 20%,

Page 124: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

107

maka termasuk pada great group ”Pale”, dan bila terjadi penurunan termasuk great

group ”Haplo”. Pengklasifikasian selanjutnya pada tingkat sub group, didasarkan sifat

penciri lain yang memenuhi syarat. Antara lain, sub group Aeric, bila warna kroma

adalah 3 atau lebih pada satu horison di antara A/Ap atau kedalaman 25 cm, mana

saja yang lebih dalam, dan kedalaman 75 cm. Dikelompokkan pada Humic , bila warna

value 3 atau kurang (lembab) dan 5 atau kurang (kering) pada horison Ap setebal 18

cm atau lebih, atau bagian atas lapisan permukaan setebal 18 cm setelah dicampur.

Termasuk sub group Typic, bila tidak ada penciri lain yang menonjol.

Klasifikasi sampai tingkat famili tanah dilakukan berdasarkan pembeda famili

yaitu kelas ukuran butir, kelas mineralogi, kelas regim suhu tanah, dan kelas reaksi

tanah pada penampang kontrol dari masing-masing pedon.

Karakteristik Horison Argilik dan Kambik

Tebal Horison

Berdasarkan data batas dan ketebalan horison argilik pada Tabel 17 (halaman

94), disimpulkan bahwa perbedaan jenis bahan induk memberikan pengaruh yang

berbeda pada letak atau posisi horison argilik dari permukaan tanah. Letak horison

kambik dari permukaan tanah cenderung lebih seragam, yakni pada kedalaman 19–29

cm, dibanding dengan tanah yang berkembang dari batukapur 20–37 cm, maupun

batuliat 13–48 cm. Pada tanah-tanah yang berasal dari batuliat, batas bawah horison

kambik rata -rata terletak lebih dalam, 146–162 cm, dibanding dengan tanah-tanah

berkembang dari batukapur yakni 49–150 cm, dan tanah-tanah berbahan induk

volkanik 105–179 cm.

Tanah-tanah yang berkembang dari bahan volkanik cenderung memiliki

ketebalan horison bawah permukaan (kambik atau argilik) yang bervariasi, dari agak

tipis sampai tebal, yakni dari 86 cm sampai 125 cm. Ketebalan horison argilik yang

Page 125: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

108

agak tebal dijumpai pada pedon yang berbahan induk bahan volkanik-dasitik (AM10),

yakni mencapai 114 cm, sedangkan lebih tebal ditemukan pada pedon yang berbahan

induk bahan Volkanik-Andesitik (AM8) yakni 125 cm. Hal tersebut diduga disebabkan

karena bahan volkanik didominasi oleh gelas volkan yang cenderung lebih mudah

melapuk serta menghasilkan solum yang relatif tebal dan homogen. Laju pelapukan

yang tinggi mempengaruhi ketebalan tanah sehingga cenderung memiliki profil yang

dalam. Keadaan tersebut menyebabkan iluviasi liat dapat terjadi dan terakumulasi

sampai ke bagian pedon yang lebih dalam.

Pengaruh regim kelembaban tanah terlihat berbeda pada masing-masing jenis

bahan induk tanah. Perbedaan antara regim kelembaban perudik dan akuik pada

pedon yang berasal dari batuliat berpengaruh pada ketebalan horison kambik yang

relatif lebih tebal pada regim kelembaban tanah akuik daripada perudik. Sebaliknya

pada pedon yang berasal dari batukapur, regim kelembaban tanah perudik

menghasilkan horison bawah relatif lebih tebal. Sedangkan pada pedon dari bahan

volkanik, horison argilik dijumpai lebih tebal, pada pedon yang memiliki regim

kelembaban tanah akuik, dibanding ustik, dan perudik.

Kandungan Liat

Pada Gambar 24 disajikan distribusi liat total dalam tanah-tanah yang termasuk

Inceptisol dan batas argiliknya (argillic line) pada pedon berargilik (AM8 dan AM10).

Dengan jelas terlihat bahwa penurunan kandungan liat di dalam tanah terjadi pada

kedalaman yang berbeda-beda. Pada pedon AM1 dan AM3 yang yang memiliki regim

kelembaban tanah akuik, menunjukkan tidak terjadi penurunan penimbunan liat yang

melebihi 20% (dari nilai kandungan liat maksimum), pada kedalaman 150 cm dari

permukaan tanah. Berbeda

Page 126: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

109

Gambar 24. Distribusi Liat Halus dan Liat Total dalam Tanah Inceptisol dan Batas

Argilik (argillic line) pada Pedon AM8 dan AM10.

Page 127: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

110

dengan pedon AM2, penurunan kandungan liat terjadi pada kedalaman 146 cm dari

permukaan tanah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada pedon yang berkembang

dari bahan induk batuliat, memiliki letak penurunan jumlah liat berbeda-beda, yang

disebabkan oleh regim kelembaban tanah yang berbeda. Letak penurunan kandungan

liat tersebut terlihat lebih dalam pada pedon yang memiliki regim kelembaban tanah

akuik dibanding perudik. Letak kedalaman dimana liat dapat dipindahkan

dimungkinkan oleh adanya air yang dapat meresap ke dalam tanah melalui pori-pori

tanah. Pada tanah yang memiliki regim kelembaban perudik, letaknya relatif dangkal

tergantung sampai sejauh mana ketersediaan air yang masih memungkinkan. Pada

tanah yang memiliki regim kelembaban tanah akuik, kemungkinan keberadaan air

dalam tanah selalu tersedia dan dalam jangka waktu yang lebih lama, baik saat

periode kering maupun basah.

Data pada Tabel 21 menunjukkan bahwa, letak kedalaman penimbunan liat

halus dan liat total maksimum berbeda-beda pada setiap pedon. Pada pedon AM1 dan

AM3 yang berbahan induk batuliat dan memiliki regim kelembaban tanah akuik,

penimbunan maksimum terjadi pada kedalaman yang relatif dangkal dibandingkan

dengan pedon AM2 yang memiliki regim perudik. Sebaliknya, pada pedon yang

berbahan induk batukapur terlihat bahwa penimbunan maksimum terjadi relatif lebih

dangkal pada pedon AM4 (perudik) dan AM6 (akuik) daripada AM5 (perudik). Pada

pedon yang berkembang dari bahan induk Volkanik-Andesitik, penimbunan liat

maksimum terjadi lebih dangkal pada AM8 dibanding AM7.

Pada pedon berbahan volkanik-dasitik penimbunan maksimum terdapat

pada pedon AM10 (akuik) pada posisi lebih dalam dibanding dengan pedon AM9 yang

memiliki regim ustik. Hal tersebut diduga berkaitan dengan tekstur horison argilik pada

AM10 lebih kasar daripada pedon AM9 sehingga proses translokasi liat berlangsung

lebih dalam.

Page 128: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

111

Tabel 21. Kandungan Liat Halus dan Liat Total Maksimum (%) pada Masing-masing Kedalaman Pedon Pewakil.

Pedon Pewakil Kedalaman (cm)

Kandungan liat maks.(%) Rasio Liat halus /total Liat halus Liat total H.argilik H.eluviasi

Batuliat : AM1 (akuik) AM2 (perudik) AM3 (akuik) Batukapur: AM4 (perudik) AM5 (perudik) AM6 (akuik) Bahan Volkanik: AM7 (perudik) AM8 (perudik) AM9 (ustik) AM10 (akuik)

55 - 95 65 - 103 50 – 85

45 – 66 86 – 122 50 – 77

80 – 105 65 – 90 80 - 110 120 - 143

46,9 51,0 0,92 0,89 45,6 58,8 0,77 0,68 39,4 55,5 0,71 0,50

70,0 79,3 0,88 0,81 73,6 77,8 0,95 0,93 61,0 69,9 0,87 0,85

71,4 83,3 0,86 0,26 70, 8 76,8 0,92 0,65 80,6 89,0 0,91 0,77

37, 5 41,3 0,91 0,93

Mikromorfologi Horison Argilik dan Kambik

Hasil deskripsi terhadap contoh irisan tipis tanah pada beberapa pedon pewakil

berdasarkan metoda analisis Brewer (1976) dan Bullock et al. (1985), disajikan pada

Tabel 22. Contoh irisan tipis yang diteliti diwakili oleh pedon AM2 dan AM3 (batuliat),

AM5 (batukapur), AM8 (bahan Volkanik-Andesitik), serta AM9 dan AM10 (bahan

Volkanik-Dasitik) .

Pedon Berbahan Induk Batuliat

Hasil pengamatan terhadap contoh irisan tipis tanah pada horison kambik

pedon AM2 yang berbahan induk batuliat menunjukkan bahan kasar didominasi oleh

mineral opak, plagioklas, kuarsa dan fragmen lapukan batuan sebagai bahan

kasarnya. Bahan halus tersusun oleh liat dengan warna coklat kekuningan, dan b-

fabrik yang tidak memiliki warna interferensi (undifferentiated b-fabric). Adapun

mikrostruktur dari horison ini adalah gumpal membulat dengan jenis pori-pori

berbentuk planar, chamber dan vughy . Ciri-ciri khusus (pedofeatures ) yang

Page 129: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

112

teridentifikasi adalah adanya selaput liat yang berwarna cerah (limpid clay coating)

pada dinding pori, serta adanya liat sebagai pengisi pori-pori (clay infilling of voids ).

Tabel 22. Mikromorfologi Horison Penimbunan Liat Beberapa Pedon Pewakil.

Pedon pewakil Mikrostruktur Jenis pori b-fabrik Ciri khusus Batu liat: AM2 (perudik) Horison Bt2 AM3 (akuik) Horison Bt1, Bt2, dan Btg Batukapur: AM5 (perudik) Volkanik - Andesitik AM8 (perudik) Volk.- Dasitik AM10 (akuik)

Gumpal membulat; - channel - tdk ber- - Selaput liat Remah - plannar bintik - Liat pengisi - chamber pori - vughy Gumpal membulat - channel - berbintik - selaput liat - plannar kasar - selaput besi - chamber - vughy Gumpal membulat; - plannar - berbintik - selaput liat Vesicular - channel halus - - selaput besi - vughy kasar - nodul - chamber Gumpal membulat - channel kasar - selaput liat - chamber Butiran - single void - selaput besi - vesicular - selaput liat - vughy - nodul

Pengamatan pada pedon AM3 yang memiliki regim kelembaban akuik

menunjukkan bahwa, penyusun bahan kasar adalah mineral opak yang berukuran

halus, plagioklas, piroksin, kuarsa, dan fragmen lapukan batuan. Sebagai penyusun

bahan halus adalah liat berwarna coklat kekuningan (speckled) dan adanya orientasi

liat pada b-fabrik (stipple-speckled b-fabric).

Dijumpai banyak agregat-berupa nodul yang terimpregnasi berwarna coklat

gelap dan semakin banyak dengan kedalaman tanah. Dijumpai adanya selaput besi

yang sudah memasuki struktur tanah (ferruginous hypo dan quasi-coating) dan pada

dinding pori channels. Kenampakan ini sangat dipengaruhi oleh adanya air tanah yang

dangkal.

Page 130: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

113

Pedon Berbahan Induk Batukapur

Penyusun bahan kasar pada pedon AM5 adalah opak, fragmen lapukan

batuan, plagioklas dan piroksen. Dijumpai adanya residu organik dijumpai pada

horison kambik. Sedangkan massa halus tersusun oleh liat coklat kekuningan, dan b-

fabrik yang berbintik-bintik sama dari bagian atas kambik ke bagian bawah.

Mikrostruktur yang dominan adalah gumpal membulat dengan perkembangan

sedang (moderate). Sedangkan pori yang dominan adalah planar (accommodated),

chamber, vughy dan channel. Sifat mikromorfologi lainnya adalah adanya ferran atau

selaput besi dan liat yang saling menumpuk (superimposed) pada dinding pori, nodul,

dan selaput besi yang sudah memasuki bidang struktur (hypocoating).

Pedon Berbahan Induk Volkanik-Andesitik

Penyusun bahan kasar pedon AM8 adalah opak berukuran halus, fragmen

batuan volkanik (halus sampai sedang), fragmen lapukan batuan, plagioklas, piroksen,

dan kuarsa. Bahan organik pada horison argilik berupa residu jaringan organik.

Adapun massa halus tersusun oleh liat dengan warna antara coklat kekuningan di

bagian atas argilik sampai coklat gelap pada bagian bawahnya. Pada pedon ini

dijumpai b-fabrik yang berbintik lemah.

Adapun mikrostrukturnya adalah remah dan gumpal membulat, dengan

perkembangan yang lemah pada bagian atas horison argilik dan struktur remah serta

vughy dijumpai pada bagian tengah sampai ke bawah. Pori yang dominan pada

horison argilik bagian atas adalah planar, chamber, dan vughy di atas, serta pori

channel di bagian bawah daripada argilik.

Ciri khusus pedogenesis berupa selaput yang berwarna gelap (yang diduga

bahan organik) dan selaput liat yang saling menumpuk (superimposed) pada dinding

pori, juga terlihat adanya penyelaputan besi (ferran), dan juga terdapat nodul-nodul

terimpregnasi. Semakin ke bawah keberadaan selaput liat semakin berkurang.

Page 131: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

114

Pedon Berbahan Induk Volkanik-Dasitik

Pengamatan irisan tipis pada pedon AM10, menunjukkan bahwa bahan kasar

pada horison argilik tanah ini tersusun oleh mineral opak yang cenderung berukuran

kasar, kuarsa, plagioklas, piroksen, dan dijumpai batu apung (pumice). Sedangkan

penyusun bahan halus adalah massa halus berwarna kelabu terang pada b-fabrik yang

berbintik lemah. Adapun mikrostrukturnya berupa butiran yang kompak, vughy dan

vesicular.

Kenampakan pedofeatures yang ditemukan adalah selaput besi yang

memasuki bidang struktur , dan adanya selaput liat berwarna cerah yang sangat

kontras. Terdapat juga nodul yang terimpregnasi terutama di bagian bawah argilik.

Proses Genesis Horison Penimbunan Liat

Genesis Pedon berbahan induk batuliat

Hasil analisis terhadap sifat-sifat kimia horison kambik pada pedon yang

tergolong pada tanah Inceptisol yang berkembang dari batuliat antara lain, adalah nilai

pH tanah yang sangat masam sampai masam (pH 4,2-4,8), yang menunjukkan bahwa

pedon-pedon tersebut telah mengalami pencucian basa-basa yang sangat intensif.

Pencucian intensif terhadap basa-basa sebagai pengikat partikel tanah tentu akan

mempermudah terjadinya pergerakan (translokasi) liat. Buol et al . (1980) menyatakan

bahwa pencucian yang ekstensif terhadap basa-basa, merupakan prasyarat

pembentukan tanah Ultisol. Namun demikian kriteria adanya selaput liat pada hampir

seluruh pedon pewakil dalam penelitian ini tidak terpenuhi.

Pembentukan tanah pada pedon-pedon yang berkembang dari batuliat ini tidak

menunjukkan adanya horison pencucian (E) yang jelas, terlihat horison kambik berada

langsung di bawah horison Ap, kecuali pada pedon AM2 berada setelah horison

peralihan BA. Berdasarkan beberapa pengamatan terhadap pedon yang mewakili

bahan induk batuliat diuraikan genesis horison kambik sebagai berikut:

Page 132: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

115

Pada pedon AM1 dan AM3 (Fluvaquentic Epiaquept), pembentukan horison

kambik pada kedua pedon yang memiliki regim kelembaban tanah akuik ini,

dipengaruhi oleh kondisi drainase yang terhambat. Tidak dijumpainya selaput liat

walaupun terdapat bukti terjadinya iluviasi liat dari horison pencucian di atasnya.

Proses genesis terlihat dengan adanya ciri khusus (pedofeature) berupa selaput besi

(ferran) pada pori-pori yang jumlahnya meningkat semakin banyak ke lapisan bawah.

Hasil identifikasi mineral liat yang mendominasi pedon AM1 adalah campuran

mineral smektit (2:1) dan kaolinit (1:1), sementara pada pedon AM3 adalah kaolinit.

Menurut Borchardt (1989), bahwa smektit menjadi tidak stabil apabila terjadi pencucian

yang intensif. Dikatakan pula bahwa, kondisi drainase yang lebih baik dapat

menyebabkan pembentukan mineral liat kaolinit. Dengan kata lain drainase buruk

memungkinkan dijumpainya smektit dalam tanah. Hal tersebut mencerminkan bahwa

pedon AM3 lebih intensif terlapuk dibanding pedon AM1. Pada pedon terakhir ini

terdapat lingkungan drainase yang memungkinkan untuk dijumpai mineral smektit,

walaupun berada dalam kondisi yang relatif masam.

Analisis mikromorfologi tidak dilakukan pada semua pedon yang berkembang

dari batuliat, namun dari data distribusi liat total horison permukaan dan horison Bt

cukup mencerminkan terjadinya iluviasi liat.

Pedon AM2 (Fluventic Dystrudept) berbeda dengan kedua pedon

sebelumnya. Pembentukan horison kambik pada pedon yang memiliki regim

kelembaban tanah perudik ini, dipengaruhi oleh kondisi drainase yang relatif baik.

Ditemukan adanya kesamaan jenis mineral kaolinit pada horison Bt dengan mineral liat

dari horison Ap di atasnya, sehingga disimpulkan bahwa liat yang diduga sebagai

sumber pembentukan horison ini berasal dari hasil iluviasi liat dari horison permukaan

Ap.

Pengaruh adanya horison penimbunan liat terhadap sifat kimia dari horison-

horison yang diidentifikasi tidak begitu jelas perbedaannya. Seperti antara lain,

Page 133: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

116

kemasaman tanah, Kejenuhan Basa, dan KTK-tanah yang tidak jauh berbeda antara

horison pencucian dan iluviasi (Tabel 9). Sehingga dapat dikatakan bahwa sifat-sifat

kimia masing-masing pedon, yang diamati, cenderung merupakan pengaruh dari

bahan induk. Hal ini jelas pada kandungan C-organik serta penurunan yang tidak

teratur sampai ke bagian bawah pedon.

Genesis Pedon Berbahan Induk Batukapur

Pembentukan horison kambik pada tanah berbahan induk batukapur (AM4,

AM5, dan AM6), tidak terlepas dari adanya pencucian karbonat yang cukup intensif,

agar plasma menjadi lebih mudah bergerak bersama air perkolasi. Buol et al. (1980)

menyatakan bahwa pencucian karbonat menjadikan tanah lebih masam. Data

kemasaman tanah ketiga pedon tersebut menunjukkan pH yang cenderung agak

masam (pH 5,0 – 6,5), walaupun bahan induk relatif alkalis. Dengan demikian diduga

bahwa telah terjadi pencucian karbonat, yang memungkinkan terjadinya proses

pergerakan liat ke horison Bt. Tidak dijumpai horison eluviasi (E) yang jelas. Letak

horison kambik langsung berada di bawah horison A atau Ap. Kecuali pada pedon

AM4, horison kambik terletak di bawah horison peralihan AB.

Pembentukan horison kambik pada pedon AM4 dan pedon AM5 yang

diklasifikasikan sebagai Dystric Fluventic Eutrudept, terjadi pada lingkungan yang

relatif alkalis, dan drainase tanah agak terhambat (AM5), serta drainase tanah baik

(AM4). Fluvaquentic Epiaquept (pedon AM6) memiliki regim kelembaban tanah akuik,

dimana horison kambiknya terbentuk pada lingkungan dengan drainase tanah yang

buruk. Mineral liat yang dominan adalah smektit (2:1), mencerminkan bahwa pengaruh

bahan induk batukapur sangat menonjol pada genesi s horison argilik ketiga pedon

tersebut. Ciri khusus mikromorfologi adalah adanya selaput besi (feran) menumpuk

(superimposed) di dinding pori, sehingga membuat lapisan yang kokoh (Gambar 7)

yang menyelaputi pori. Kenampakan tersebut mencerminkan adanya proses akumulasi

Page 134: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

117

besi pada pori-pori tanah. Mekanismenya dapat merupakan hasil iluviasi dari horison di

atasnya, dapat juga berupa hasil lapukan in situ yang kemudian teroksidasi. Adanya

oksida besi yang menyelaputi dinding pori memungkinkan pori tersebut tahan terhadap

rombakan.

Khusus pada pedon AM5, dijumpai adanya rekahan-rekahan yang nyata di

permukaan tanah, sampai pada kedalaman 86 cm, yang belum memenuhi persyaratan

sifat vertic karena tidak didukung oleh adanya struktur baji (Soil Survey Staff, 2003).

Rekahan tersebut terbentuk oleh adanya kandungan mineral liat 2:1 yang

mendominasi fraksi liat. Pada tanah yang berkembang dari bahan volkanik, seperti

pada AM7, walaupun terdapat kandungan liat 2:1 yang tinggi, rekahan-rekahan ini

tidak muncul. Hal ini diduga karena dominasi kation yang bervalensi tinggi, seperti Al

dan Fe yang tinggi pada pedon ini. Dikatakan bahwa Al dan Fe mensubstitusi kation

Ca, Mg, dan Na dalam kompleks pertukaran, sehingga secara drastis menurunkan

batas plastisitas tanah dan dapat mempengaruhi sifat kembang-kerut tanah

(Karathanasis dan Hajek, 1985).

Sifat-sifat kimia tanah pada pedon-pedon yang berkembang dari batukapur

terlihat jelas sangat dipengaruhi oleh bahan induknya. Contoh yang nyata adalah

kandungan basa-basa tinggi teru tama kalsium dan magnesium dapat tukar. Demikian

pula kadar natrium yang relatif lebih tinggi dibanding dengan pedon-pedon lainnya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa, pembentukan horison kambik pada pedon-pedon ini

dipengaruhi oleh lingkungan pembentukan yang relatif agak masam (pH 5,0-6,5).

Sehingga diduga pula bahwa dispersi liat dapat terjadi dalam lingkungan alkalis

tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Buol et al . (1973) bahwa,

translokasi liat dapat terjadi, baik pada kondisi masam maupun alkalis. Dikatakan pula

bahwa, peranan garam (Na) sangat penting dalam proses dispersi dan mobilisasi liat.

Namun kondisi ideal yang memungkinkan terhadap pembentukan horison argilik pada

Page 135: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

118

pedon-pedon yang berkembang dari batukapur ini tidak diiringi oleh adanya selaput

liat.

Genesis Pedon Berbahan Induk Bahan Volkanik-Andesitik

Pedon AM7 (Andic Dystrudept), tidak adanya selaput liat merupakan bukti

bahwa horison bawah permukaan adalah kambik. Pembentukan horison kambik

dipengaruhi oleh keadaan drainase baik dan lingkungan yang masam. Perbedaan

dominasi mineral liat terlihat bahwa pedon AM7 mengandung mineral smektit.

Kemungkinan proses pelapukan dan pencucian telah terjadi secara intensif pada

pedon ini, seperti ditunjukkan oleh data tekstur dengan kandungan liat halus dan liat

total yang relatif tinggi. Dengan demikian, proses pencucian dan penimbunan liat

sangat dominan pada pembentukan horison kambik.

Kandungan Fe yang sangat tinggi seperti terlihat dari hasil analisis terhadap

besi bebas yang relatif tinggi mempengaruhi warna tanah yang kemerahan pada

pedon ini. Proses desilikasi ini disertai dengan pembentukan konkresi yang juga

dijumpai di lokasi pengambilan pedon pewakil ini. Buol et al. (1961) menyatakan

bahwa akumulasi besi (feritisasi) terjadi, karena besi bersifat tidak mobil, kemudian

teroksidasi menjadi ferrioksida. Siifat andik dijumpai pada pedon ini terlihat dari

kerapatan lindak di bawah satu pada hampir semua horison. Hal ini sangat

memungkinkan karena pedon ini terbentuk dari bahan induk volkan (Andesitik).

Pedon AM8 (Typic Haplohumult), proses pembentukan horison argilik pada

pedon ini, sangat dipengaruhi oleh kondisi drainase yang agak baik (peralihan akuik

dan perudik), dengan bahan induk yang bersifat intermedier (andesitik). Hasil analisis

mineral fraksi pasir menunjukkan bahwa komposisi bahan dasar secara keseluruhan

pedon ini berkembang dari bahan volkanik andesitik dan mineral liat dominan adalah

haloisit. Bahan induk ini cenderung mudah melapuk dibandingkan dengan bahan induk

volkanik dasitik, dengan demikian menghasilkan profil tanah yang dalam. Selaput liat,

Page 136: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

119

atau liat pengisi pori di horison argilik mencerminkan pembentukan horison akibat

adanya translokasi dan akumulasi liat. Hasil analisis mikromorfologi menunjukkan

selaput liat yang dijumpai relatif banyak, tetapi belum mengalami perkembangan yang

berarti (tidak ada laminasi). Namun demikian dengan diidentifikasinya selaput liat pada

horison Bt, menunjukkan bahwa, horison argilik telah terbentuk pada pedon ini.

Genesis Pedon Berbahan Induk Bahan Volkanik-Dasitik

Lingkungan pembentukan horison argilik pada tanah yang berkembang dari

bahan induk volkanik-dasitik ini terlihat berbeda satu sama lain. Letak horison argilik

langsung terdapat di bawah horison permukaan (A) pada AM9, dan pada AM10

horison argilik terletak di bawah Ap.

Pedon AM9 (Fluventic Dystrustept), secara topografi terletak di bagian atas

lereng, atau di atas lokasi pedon AM10. Dengan melihat jumlah liat halus dan total

yang sangat tinggi proses penimbunan liat terjadi secara intensif pada pedon ini.

Bahan induk tufa Banten merupakan bahan utama pembentuk tanah ini.

Jumlah liat dan rasio liat halus terhadap liat total yang tinggi membuktikan

bahwa telah terjadi proses iluviasi dan eluviasi. Proses akumulasi liat adalah faktor

yang mempengaruhi pembentukan horison kambik. Pembentukan tersebut terjadi

pada lingkungan masam serta pencucian yang intensif. Sehingga dapat dikatakan

bahwa, proses dispersi liat memungkinkan menjadi tahap awal dalam pembentukan

horison bawah permukaan pedon ini.

Pedon AM10 (Aeric Epiaqualf), proses pembentukan horison argilik pada

pedon yang bersifat akuik dan berasal dari bahan induk tufa masam ini, dipengaruhi

oleh kondisi drainase buruk. Hasil pengamatan mikromorfolgi menunjukkan bahwa

hasil proses pelapukan, berupa liat halus bersama besi, terjadi terutama di daerah pori

dan sebagian terangkut oleh air ke bagian lebih bawah horison. Hal tersebut didukung

oleh meningkatnya kandungan liat di bagian bawah horison Bt.

Page 137: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

120

Dijumpainya selaput liat yang terbentuk baik dan sempurna dengan

perkembangan laminasi yang nyata, menunjukkan bahwa pembentukan horison argilik

telah terjadi di bawah kondisi topografi yang stabil (datar). Pada pedon ini terlihat

adanya proses gleisasi, yang terjadi karena posisi pedon dalam topografi yang datar,

sehingga menyebabkan muka air tanah yang dangkal.

Hasil identifikasi mineral fraksi pasir (Tabel 13) menunjukkan bahwa pada

horison Bt mengandung kuarsa yang relatif sangat tinggi dibanding dengan pedon-

pedon lainnya. Adanya kondisi drainase yang buruk diduga menyebabkan proses

pelapukan relatif lambat. Tingginya kandungan kuarsa diduga berasal dari silikasi

bahan induk, melalui aliran di bawah permukaan secara lateral (perched water table)

yang berasal dari lereng yang berada di atasnya. Sedangkan tingginya basa-basa di

bagian bawah pedon AM10, diduga berasal dari bahan induk dan retensi basa-basa

pada bidang pertukaran, yang meningkatkan nilai kejenuhan basa dan nilai pH.

Menurut Moniz et al. (1982), kondisi kelembaban tanah akuik berperan dalam

pembentukan horison argilik, dimana akibat proses resilikasi, tanah tersebut secara

mineralogi menjadi agak terhambat tingkat pelapukannya (dibanding tanah Oksisol).

Pada kondisi ini, pembentukan horison argilik bukan dipengaruhi oleh komposisi

mineraloginya, tetapi lebih karena adanya suplai air yang banyak, sehingga dalam

keadaan jenuh proses resilikasi terjadi secara dominan, yang akhirnya mempengaruhi

sifat horison argilik, seperti adanya lapisan yang padat (kerapatan lindak lebih tinggi

dari horison argilik pada pedon lainnya), dengan struktur gumpal. Mineral yang

dominan adalah kaolinit.

Pengaruh adanya horison argilik terhadap sifat-sifat kimia pada pedon ini,

seperti pada pedon lainnya tidak begitu jelas. Terutama sifat-sifat kimia dari horison

argilik dibanding horison di atasnya tidak begitu berbeda. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa sifat-sifat tanah, terutama sifat kimia lebih diakibatkan oleh sifat bahan induk

masing-masing pedon yang diamati.

Page 138: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

121

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, masing-masing pedon

pewakil memiliki perbedaan dalam sifat-sifat horison penimbunan liatnya (argilik dan

kambik) yang terutama tercermin pada, (1) tebal dan letak horison di dalam profil, (2)

jumlah penimbunan liat, dan (3) ada tidaknya selaput liat. Perbedaan tersebut tidak

lepas akibat pengaruh dari bahan induk yang berbeda-beda serta faktor lain (iklim dan

topografi). Dalam penelitian ini terlihat bahwa, proses pembentukan horison

penimbunan liat pada semua pedon yang diamati dapat dikatakan melalui proses yang

relatif sama. Yang berbeda adalah faktor-faktor pembentukan lainnya, terutama bahan

induk, iklim (kelembaban tanah), dan topografi.

Implikasi Adanya Horison Penimbunan Liat

Erosi dan Longsor

Erosi dan longsor adalah proses berpindahnya tanah atau batuan dari satu

tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat dorongan air, angin, atau

gaya gravitasi. Perbedaan yang menonjol antara erosi dan longsor adalah volume

bahan yang dipindahkan, waktu yang dibutuhkan, dan kerusakan yang ditimbulkan

(Anonim, 2006).

Faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi dan longsor dikelompokkan ke

dalam dua faktor utama, yaitu faktor alam dan manusia. Faktor alam di antaranya

adalah curah hujan, sifat tanah, bahan induk, elevasi, dan lereng. Faktor manusia

adalah semua tindakan manusia yang dapat mempercepat terjadinya erosi dan

longsor.

Salah satu bukti adanya pengaruh horison penimbunan liat ini terhadap

kepekaan tanah terhadap erosi seperti yang sudah diteliti oleh Dariah (2004), yang

menyatakan bahwa horison Bt ini merupakan salah satu faktor penentu kepekaan

tanah pada erosi, karena berpengaruh pada proses peresapan air ke dalam tanah.

Page 139: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

122

Pencegahan yang dapat mengurangi resiko yang berkaitan dengan erosi dan

longsor dengan adanya horison penimbunan liat, antara lain dengan memperbaiki

kawasan tanah yang memiliki horison penimbunan liat. Perbaikan dapat melalui usaha

pengokohan permukaan lapisan permukaan di atas batas atas horison tersebut melalui

tindakan konservasi tanah yang tepat. Sehingga dapat mengurangi aliran permukaan

maupun aliran bawah permukaan, melalui sistem tata air yang baik.

Tindakan pencegahan lainya adalah, perlunya pendataan penyebaran tanah-

tanah yang memiliki horison ini. Langkah tersebut merupakan awal dari perencanaan

penggunaan lahan pada kawasan yang berisiko. Dengan demikian penataan ruang

untuk pembangunan lebih diarahkan pada kawasan yang memiliki resiko

ketidakstabilan longsor rendah atau sangat rendah.

Banjir dan Kekeringan

Banjir dan kekeringan sangat berkaitan dengan karakteristik iklim dan tanah.

Iklim melalui curah hujan, temperatur, kecepatan angin dan lain-lain, yang memiliki

fungsi yang terkait dengan ketersediaan dan kehilangan air di dalam tanah dan juga

dari tanaman. Tanah berfungsi sebagai media penyimpan dan penyalur bagi

kebutuhan tanaman.

Adanya horison penimbunan liat dapat menyebabkan masalah yang serius bagi

pertumbuhan akar tanaman. Hal ini terjadi apabila terdapat penimbunan liat yang

menimbulkan perubahan tekstur sangat nyata (abrupt textural change ). Perubahan

tersebut dapat menghasilkan aliran air secara lateral (perched water table) di atas

horison argilik. Smith (1986) mengatakan bahwa, dampak tersebut dapat dijumpai

pada tanah-tanah Alfisol baik yang memiliki regim kelembaban tanah udik (Udalf)

maupun akuik (Aqualf).

Dampak yang lebih serius dapat terjadi adalah terjadinya banjir akibat

terjebaknya air di permukaan tanah terutama pada pedon yang terletak pada topografi

Page 140: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

123

datar. Infiltrasi sangat kecil, karena lapisan yang relatif padat oleh pengaruh

penimbunan liat yang menyebabkan perbedaan tekstur yang nyata dan akibat

berkurangnya volume pori tanah oleh adanya selaput liat. Sebaliknya pada pedon-

pedon yang terletak pada topografi berlereng akan menimbulkan cepat hilangnya air

dari lapisan permukaan. Kekeringan pada zona dimana air tidak bisa ditahan lebih

lama. Kebanyakan zona tersebut adalah merupakan zona perakaran tanaman atau

pada horison permukaan tanah.

Adapun usaha pencegahan kekeringan yang perlu dilakukan khusus pada

tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat adalah mengetahui jarak atau

ketebalan lapisan permukaan di atas horison iluviasi. Karena lapisan tersebut berkaitan

dengan potensi tanah menyimpan air dan melepaskan untuk tanaman. Terutama pada

kedalaman akar efektif yang berkisar antara 0-30 cm dan 30-60 cm.

Penelitian ini tidak bertujuan untuk mengetahui secara langsung dampak

adanya horison penimbunan liat (baik sebagai argilik ataupun bukan argilik) bagi

pengelolaan tanah di daerah tr opika basah, terutama di Indonesia. Namun dengan

diketahuinya sifat-sifat horison tersebut, yakni jumlah penimbunan liat (letak

penimbunan maksimum), ketebalan horison, serta letak horison dalam profil (batas

atas dan batas bawah), dan ada tidaknya selaput liat yang terorientasi pada dinding

pori, akan sangat bermanfaat sebagai informasi penting bagi pengelolaan tanah di

Indonesia dimana tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol yang berkembang dari bahan

induk batuan sedimen maupun bahan volkanik tersebar luas.

Fenomena adanya horison iluviasi (Bt) dapat menjadi hal yang penting untuk

diketahui bukan saja hanya dalam interpretasi genesis dan klasifikasi tanah tapi lebih

kepada efeknya bagi pengelolaan tanah dan kaitannya terhadap pertumbuhan

tanaman.

Page 141: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sifat-sifat morfologi, fisika, kimia,

mineralogi, dan mikromorfologi tanah, serta identifikasi sifat-sifat spesifik horison

penimbunan liat (peningkatan jumlah liat, ketebalan, selaput liat dan

perkembangannya) dari masing-masing pedon pewakil dalam penelitian ini,

maka dapat disimpulkan bahwa :

(1) Jumlah peningkatan kandungan liat, ketebalan horison Bt, dan adanya

selaput liat sebagai bukti adanya iluviasi liat sebagai kriteria horison

argilik, hanya dijumpai pada pedon AM8 (perudik) berbahan induk

Volkanik-Andesitik dan AM10 (akuik) berbahan induk Volkanik-Dasitik.

Pedon lainnya tidak menunjukkan bukti selaput liat. Sehingga horison Bt

pada pedon-pedon tersebut bukan argilik.

(2) Horison argilik relatif lebih tebal terdapat pada pedon AM8 (125 cm)

dengan letak 20 cm dari permukaan tanah, pedon AM10 (114 cm) yang

terletak relatif lebih dalam, yakni pada 26 cm dari permukaan tanah.

Sedangkan ketebalan horison Bt tanpa argilik terdapat pada pedon AM1

dan AM3 yang berbahan induk Batuliat, yakni 120 cm. Paling dangkal

dijumpai pada pedon AM7 (perudik) berbahan induk Volkanik-Andesitik,

yakni 85 cm dari permukaan tanah.

(3) Jumlah peningkatan rata-rata liat total 48,9%, merupakan peningkatan

tertinggi yang dijumpai pada pedon-pedon yang berkembang dari bahan

induk Volkanik-Dasitik. Diikuti oleh pedon-pedon yang berkembang dari

bahan induk batuliat sebesar 37,9%, dan Volkanik-Andesitik sebesar

34,4%. Sementara peningkatan paling rendah, sebesar 19,9%, terdapat

pada pedon-pedon dari bahan induk batukapur. Peningkatan liat total

Page 142: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

124

tersebut cenderung lebih tinggi pada pedon yang memiliki regim

kelembaban akuik dibanding perudik dan ustik.

(4) Hasil pengamatan irisan tipis pada horison argilik mendapatkan bahwa

selaput liat (berdasarkan ada tidaknya laminasi ) terlihat dengan urutan

tingkat perkembangan yang sangat berkembang sampai kurang

berkembang. Urutan tingkat perkembangan selaput liat dari yang sangat

berkembang adalah pedon berbahan induk Volkanik-Dasitik (AM10),

kemudian AM8 Volkanik-Andesitik (AM8). Ketebalan selaput liat yang

paling tebal dijumpai pada pedon AM10 (Volkanik-Dasitik), kemudian

AM8 (Volkanik-Andesitik)

(5) Berdasarkan pengamatan ketiga sifat argilik (terutama ketebalan dan

jumlah peningkatan liat halus), maka dapat disimpulkan bahwa genesis

horison argilik dan non argilik sangat dipengaruhi secara dominan oleh

faktor bahan induk, yang bertinteraksi dengan faktor pembentuk tanah

lainnya seperti iklim dan topografi. Proses genesis yang dominan adalah

eluviasi dan iluviasi liat.

(6) Adanya horison penimbunan liat dapat menimbulkan aliran air di bawah

permukaan, sehingga sifat-sifat horison tersebut penting yang berkaitan

dengan pengelolaan tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol adalah letak dan

ketebalannya.

SARAN

Untuk menghindari dampak adanya horison argilik maka, letak dan

ketebalan horison argilik merupakan sifat-sifat utama/penting yang perlu

dipertimbangkan untuk dijadikan kriteria dalam penilaian kesesuaian lahan

Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol terutama dalam bidang pertanian.

Page 143: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

DAFTAR PUSTAKA Afandi, R. Widiastuty, dan M. Utomo. 1997. Upaya rehabilitasi sifat fisik tanah

Ultisol melalui pencampuran tanah lapisan atas, lapisan bawah, dan bahan organik. Jurnal Tanah Tropika II (4): 83-88.

Allbrook, R.F. 1973. The argillic horizon – Does it exist in Malaysia? The Second

Asean Soil Conference. Proceedings Vol. 1:51-55. The Soil Research Institute. Bogor. Indonesia.

Alghan, S. 1980. Hubungan satuan lereng dengan satuan tanah sampai kategori

kelompok di wilayah Cigudeg, Jawa Barat. Tesis S1 Departemen Ilmu Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Bartelli, L.J., and R.T. Odell. 1960. Field studies of a clay-enriched horizon in the

lowest part of the solum of some Brunizem and Gray-Brown Podzolic soils in Illinois. Soil Sci. Soc. Am. Proc. Vol. 24:388-390.

Birkeland. P.W. 1974. Pedology, Weathering and Geomorphological Research.

Oxford University. New York. London. Toronto. Brewer, R. 1976. Fabric and mineral analysis of soil. Robert E. Krieger Publ.

Comp., Huntington, New York. 482 pp. Bullock, P., N. Federoff, A. Jongerius, G. Stoops, and T. Tursina. 1985.

Handbook for soil thin section description. Waine Research Publication, Wolherhampton, UK.

Bullock, P. , and M.L. Thompson. 1985. Micromorphology of Alfisols. p.17-47. In

L.A. Douglas and M.L. Thompson (ed.) Soil Micromorphology and soil classification. SSSA Special Publication No.15. Madison, WI.

Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. Mc Craken. 1973. Soil genesis and classification.

Iowa State Univ. Press. Ames. Iowa. Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. Mc Craken. 1980. Soil genesis and classification.

Iowa State Univ. Press. Ames. 404 pp. Buol, S.W., and F.D. Hole. 1961. Clay skin genesis in Wisconsin soils. Soil Sci.

Soc. Am. Proc. Vol 25:377-379. Buurman, P. 1980. Red soils in Indonesia. Soil Research Institute, Bogor. 169 pp. Buurman, P., and A.G. Jongmans. 1994. Amorphous clay coating in a lowland

Oxisol and other andesitic soils of West Java, Indonesia. p. 115-124. In A.G. Jongmans (ed.) Aspects of mineral transformation during weathering of volcanic materials. Den Haag.

Cahyono. B.E. 1992. Sifat-sifat mikromorfologi dan hubungannya dengan

pedogenesis beberapa tanah Ultisol Lampung Selatan dan Alfisol Jawa Barat. Tesis S2, Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Page 144: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

126

Cremeens, D.L. and D.L. Mokma. 1986. Argillic horizon expression and classification in the soils of two Michigan hydrosequences. Soil Sci. Soc. Am. J. 50:1002-1007.

Culver, J.R., and F. Gray. 1968. Morphology and genesis of some grayish

claypan soils in Oklohama. I. Morphology, chemical and physical measurements. Soil Sci. Soc. Am. Proc. Vol. 32:845-851.

Daniels, R.B., W.D.Nettleton, R.J. McCraken, and E.E.Gamble.1966. Morphology

of soils with fragipans in parts of Wilson County, North Carolina. Soil Sci. Soc. Am. Proc. Vol. 30:376-380.

Dewayany. 1984. Sifat sifat dan klasifikasi tanah Latosol pada beberapa

kemiringan lereng di Darmaga Kabupaten Bogor. Skripsi Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Direktorat Geologi. 1968. Peta Geologi Jawa dan Madura, Lembar Jawa Barat,

skala 1:500.000. Jakarta. Dixon J.B. and S.B. Weed. 1989. Mineral in Soil Environments. Book 1 Second

Edition. Soil Sci. Soc. Of America. Madison, Wisconsin. USA. Djunaedi. 1976. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Planosol dari

dua tempat di Jawa Barat. Tesis S1, Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Effendi. 1998. Peta Geologi lembar Bogor, skala 1: 100.000. Bandung. Eswaran. H. and C. Sys. 1979. Argillic horizon in LAC soils formation and

significance to classification. Pedology Vol.29 : 175-190 Fedoroff. N. and H. Eswaran.1985. Micromorphology of Ultisols. p.145-164. In

L.A. Douglas and M.L. Thompson (ed.) Soil Micromorphology and soil classification. SSSA Special Publication No.15. Madison, WI.

Foth, H.D. and L.M. Turk. 1972. Fundamental of soil science. 5th edition. John

Wiley and Sons, Inc. New York. Gamble, E.E., R.B. Daniels, and W.D. Nettleton. 1970. Geomorphic surfaces

and soils in the Black Creek Valley, Jonsthon County, North Carolina. Soil Sci. Soc. Am. Proc., 34: 276-281.

Goenadi, D.H., and K.H. Tan. 1989. Mineralogy and micromorphology of soil from

volcanic tuff in the humid tropics. Soil Sci. Soc. Am. J. Vol. 53:1907-1911. Hardjowigeno. S. 1993. Klasifikasi tanah dan pedogenesis. Edisi Pertama.

Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. Hendro B. P. 1990. Penuntun analisa mineral tanah. Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat. Bogor. Jenny, H. 1941. Factors of soil formation. Mc Graw Hill, New York.

Page 145: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

127

Jongerius, A., and G. Heintberger. 1975. Methods in soil micromorphology. A technique for the preparation of large thin section. Soil Survey Institute, Wageningen, The Netherlands, 98 pp.

Jongmans, A.G., J. Mulder, K. Groenesteijn, and P. Buurman. 1996. Soil surface

coating at Costa Rican recently active volcanoes. Soil Sci. Soc. Am.J. 60:1871-1880.

Karathanasis,A.D., and B.F. Hajek. 1985. Shrink – swell potensial of

monmorillonitic soil in udic moisture regimes. Soil Sci.Soc.Am.J. Vol. 49:159-166.

Khalifa, E.M., and S.W. Buol. 1968. Studies of clay skins in a Cecil (Typic

Hapludults) soil : I. Composition and genesis. Soil Sci. Soc. Amer. Proc. 32 :857-861.

Kubiena, W.L. 1938. Micropedology. Collegiate Press, Inc. Ames, Iowa, 243 pp. Miller,B.J. 1983. Ultisols. p. 283-324. Pedogenesis and soil taxonomy . II. The soil

orders. Elsevier Amsterdam-Oxford-New York-Tokyo. Mohr, E.C.J., F.A. van Baren, and J. van Schuylenborgh. 1972. Tropical soils. A

comprehensive study of their genesis. 3rd edition The Hague-Paris-Djakarta. Moniz. A.C,. S.W. Buol, and S.B. Weed. 1982. Formation of an Oxisol – Ultisol in

Sao Paulo, Brazil: II. Lateral dynamics of chemical weathering. Soil Sci. Soc. Am. J, 46:1234–1239.

Nettleton, W.D., R.J. McCraken, and R.B. Daniels. 1968. Two North Carolina

coastal plain catenas: Micromorphology, composition, and fragipan genesis. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 32 :582-587.

Nettleton, W.D., R.J. Witty, R.E. Nelson. and J.W. Hawley. 1975. Genesis of

argillic horizons in soils of desert areas of the Southwestern United States. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 39 :919-926.

Rostad, H.P.W., N.E. Smeck, and L.P. Wilding. 1976. Genesis of argilic horizons

in soils derived from coarse textured calcareous gravels. Soil Sci. Soc. Am. J. 40:739-744.

Rusmana E., K. Suwitodirdjo, dan Suharsono. 1991. Peta Geologi Lembar

Serang, skala 1:100.000. Jakarta. Rust, R.H. 1983. Alfisols. p. 253-282. In Wilding et al. (ed.) Pedogenesis and soil

taxonomy. II. The soil orders. Elsevier Amsterdam-Oxford-New York-Tokyo. Smeck, N.E., A. Ritchie, L.P. Wilding, and L.R. Drees. 1981. Clay accumulation

in sola of poorly drained soils of Western Ohio. Soil Sci. Soc. Am. J. 45:95-102.

Smith, H., and L.P. Wilding. 1972. Genesis of argillic horizon in Ochraqualfs

derived from fine textured till deposits of Northwestern Ohio and Southeastern Michigan. Soil. Sci. Soc. Am. Proc. 36 :808-815.

Page 146: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

128

Soil Survey Staff. 1960. Soil Classification.7 th Approximation. US Dept. Agric.

Washington DC. Soil Survey Staff. 1975. Soil taxonomy : A basic system of soil classification for

making and interpreting soil surveys. USDA-SCS Agric. Handb. 436, U.S. Gov. Print. Office, Washington, DC.

______________. 1993. Soil Survey Manual. Handbook No. 18. Soil Survey

Divison Staff. USDA. Washington DC. _______________. 1998. Keys to soil taxonomy. 8th ed. USDA-NRCS.

Washington, DC. ______________. 1999. Soil taxonomy : A basic system of soil classification for

making and interpreting soil surveys. Second Edition. USDA-NRCS Agric. Handb. 436, U.S. Gov. Print. Office, Washington, DC.

______________. 2003. Keys to soil taxonomy. 9th ed. USDA-NRCS.

Washington, DC. Southard, R.J., and A.R. Southard. 1985. Genesis of cambic and argilic horizons

in two northern Utah Aridisols. Soil Sci. Soc. Am. J. 49:167-171. Stolt, M.H., and M.C. Rabenhorst. 1991. Micromorphology of argillic horizons in

an upland/tidal marsh catena. Soil Sci. Soc. Am. J. 55:443-450. Thorp, J. and G.D. Smith. 1949. Higher categories of soil classification; order,

suborder, and great soil groups. Soil Science 67:117-126. Tirtoso, R. 1984. Klasifikasi tanah dan hubungan beberapa jenis vegetasi

terhadap sifat-sifat Latosol Coklat Kemerahan di Cikarawang Bogor. Skripsi S1, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Verbeek dan Fennema. 1886. Peta Geologi Jawa dan Madura, skala 1:100.000.

Jakarta. Wambeke V.A. 1985. Calculated soil moisture and temperature regimes of Asia.

A compilation of soil climatic regime by using a mathematical model developed by Newhall (1972). SMSS Technical Monograph No. 9. Ithaca. New York.

Witjaksono, F. 1986. Pemetaan tanah detil dan evaluasi kesesuaian lahan untuk

Peternakan pada lahan Sistem Peternakan Terpadu di daerah Jonggol Bogor. Skripsi, S1 Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Page 147: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

LAMPIRAN

Page 148: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

130

Lampiran 1. Deskripsi profil Pedon AM1 Pedon : AM1 Klasifikasi Tanah : Fluvaquentic Epiaquept, halus, campuran, aktif,

isohipertermik. Lokasi : Bangkungreang, Cendali, Kec.Cimulang Fisiografi : Kaki bukit (G.Paok) Relief : Agak berombak Lereng : 4% Bahan Induk : Batuliat (Tmb) Drainase : Buruk Permeabilitas : Agak lambat Air tanah : Dangkal (<100 Cm) Penggunaan tanah : Sawah tadah hujan (diteras) Simbol Horison

Kedalaman (cm)

U r a i a n

Ap

Bt1

Bt2

Bt3

Btg

BCg

0 – 10

10 – 30

30 – 55

55 – 95

95 – 130

130 - 200

Kelabu (10 YR 5/1); lempung berliat; gumpal membulat, sedang, sedang; agak lekat, gembur; karatan merah (2,5 YR 4/6), banyak, kecil, nyata, bintik berganda; perakaran halus, sedang; batas berangsur, rata. Coklat (10 YR 5/1); liat; gumpal bersudut, sedang, sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh; karatan merah kekuningan (5 YR 5/8), banyak, kecil, nyata, bintik berganda; perakaran halus, sedang; batas nyata, rata. Kelabu (10 YR 6/1); liat; gumpal bersudut, sedang, sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh; karatan Coklat kuat (7,5 YR 5/8), banyak, kecil, nyata, bintik berganda; batas nyata, rata. Kelabu terang kecoklatan (10 YR 6/2); liat; gumpal bersudut, sedang, sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh; karatan Coklat kuat (7,5 YR 5/6), banyak, kecil, nyata, bintik berganda; perakaran halus, sedang; batas nyata, rata. Kelabu terang kecoklatan (10YR 6/2); liat, gumpal bersudut, sedang, sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh; batas berangsur, rata. Kelabu terang kecoklatan (10 YR 6/2); liat berdebu; gumpal bersudut, sedang, sedang sampai kasar, lekat, teguh.

Page 149: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

131

Lampiran 2. Deskripsi profil Pedon AM2 Pedon : AM2 Klasifikasi Tanah : Fluventic Dystrudept, halus, campuran, semi-aktif,

isohipertermik Lokasi : Bukit Sentul, Cijayanti 1, Kecamatan Sentul Fisiografi : Perbukitan Relief : Berombak Lereng : 9% Bahan Induk : Batuliat (Tmj) Drainase : Sedang Permeabilitas : Sedang Air tanah : Dalam Penggunaan tanah : Kebun (Ketela pohon) Simbol Horison

Kedalaman (cm)

U r a i a n

Ap

BA

Bt1

Bt2

Bt3

BC

0 – 18

18 - 37

37 - 65

65 - 103

103 - 130

130 - 200

Coklat kekuningan (10 YR 5/4); liat berdebu; gumpal membulat, agak kuat, halus; agak lekat, gembur; perakaran halus, sedikit; batas berangsur, rata. Coklat kekuningan (10 YR 5/8); liat; gumpal membulat, sedang, halus sampai sedang; sangat lekat, gembur sampai teguh; perakaran halus, sedikit; batas nyata, rata. Coklat kuat (7,5YR 5/8); liat; gumpal membulat, sedang, sedang; sangat lekat, teguh; batas nyata, rata. Coklat kekuningan (10 YR 5/8); liat; bahan kasar besi; gumpal membulat, sedang, sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh; karatan Merah kekuningan (5 YR 5/6), banyak, kecil, nyata, bintik berganda; batas nyata, rata. Coklat kekuningan (10YR 5/6); liat; bahan kasar mangan; gumpal membulat, lemah, halus sampai sedang; gembur sampai teguh; bercak hitam (10 YR 2/1), banyak, sedang, nyata, bintik berganda; batas nyata, rata. Coklat kekuningan (10 YR 5/6); liat; gumpal membulat, sedang, halus sampai sedang; sangat lekat, teguh; karatan merah (2,5 YR 4/8), banyak, sedang, jelas sampai nyata, bintik berganda.

Page 150: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

132

Lampiran 3. Deskripsi profil Pedon AM3. Pedon : AM3 Klasifikasi Tanah : Fluvaquentic Epiaquept, halus, campuran, aktif,

isohipertermik Lokasi : Babakan, Desa Cijayanti 2, Kecamatan Sentul Fisiografi : Dataran (Sungai Cikeas) Relief : Datar Lereng : 1% Bahan Induk : Batuliat (Tmj) Drainase : Agak Buruk-Buruk Permeabilitas : Buruk - Sedang Air tanah : Agak dangkal (<150 cm) Penggunaan tanah : Kebun (Ketela pohon) Simbol Horison

Kedalaman (cm)

U r a i a n

Ap

Bt1

Bt2

Bt3

Btg1

Btg2

BCg

0 – 15

15 - 30

30 - 50

50 - 85

85 - 115

115 - 135

135 - 200

Coklat gelap kekuningan (10 YR 4/6); liat berdebu; gumpal membulat, lemah, halus; agak lekat, gembur; perakaran halus, sedikit; batas berangsur, rata. Coklat gelap kekuningan (10 YR 4/6); liat berdebu; gumpal membulat, lemah sampai sedang, halus sampai sedang; agak lekat, teguh; perakaran halus, sedikit; batas nyata, rata. Coklat kelabu (10 YR 5/2) dan Coklat (10YR 5/3); liat berdebu; gumpal membulat, lemah, sedang; lekat, teguh; karatan Merah kekuningan (5 YR 5/8), sedang, kecil, nyata, bintik berganda dan lidah; batas nyata, rata. Coklat kelabu (10 YR 5/2); liat berdebu; gumpal membulat, sedang, sedang; lekat, teguh; karatan Merah kekuningan (5 YR 5/8), banyak, kecil sampai besar, nyata, bintik berganda; perakaran halus, sedikit; batas nyata, rata. Kelabu (10YR 5/1); liat berdebu; gumpal membulat, sedang, sedang; lekat, teguh; karatan Merah gelap (2,5 YR 3/6), sangat banyak, besar, nyata, bintik berganda; perakaran halus sedikit; batas nyata, rata. Kelabu (10 YR 5/1); liat; gumpal membulat, sedang, sedang; sangat lekat, sangat teguh; karatan Coklat kuat (7,5 YR 5/8), sedikit, kecil, jelas, bintik berganda; batas nyata, rata. Kelabu gelap (10 YR 4/1); liat berdebu; gumpal membulat, sedang, sedang; sangat lekat, sangat teguh.

Page 151: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

133

Lampiran 4. Deskripsi profil Pedon AM4 Pedon : AM4 Klasifikasi Tanah : Dystric Fluventic Eutrudept, sangat halus, smektitik,

isohipertermik Lokasi : Peternakan IPB Jonggol, Desa Pasircabe, Kec. Jonggol Fisiografi : Perbukitan kapur Relief : Berbukit, lereng 4% Bahan Induk : Batukapur dan napal Drainase : Baik Permeabilitas : Baik Air tanah : Dalam Penggunaan tanah : Lahan Peternakan Vegetasi : Harendong, melastoma, alang-alang. Simbol Horison

Kedalaman (cm)

U r a i a n

A

AB

Bt1

Bt2

Bt3

BC

0 – 15

15 - 31

31 - 45

45 - 66

66 - 130

130 - 200

Coklat gelap kekuningan (10 YR 4/4); liat; gumpal membulat, lemah, halus sampai sedang; agak lekat, gembur; perakaran halus, banyak; batas berangsur, rata. Coklat kekuningan (10 YR 5/4); liat; gumpal membulat, lemah, halus - sedang; agak lekat, gembur; karatan Coklat kuat (7,5 YR 5/8), sedikit, kecil, nyata, bintik berganda; perakaran halus, sedang; batas nyata, rata. Coklat gelap kekuningan (10 YR 4/6); liat; gumpal membulat, sedang, sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh; karatan Merah kekuningan (5 YR 5/8), sedang, kecil, nyata, bintik berganda; pori bekas lubang cacing; batas nyata, rata. Coklat kekuningan (10 YR 5/4); liat; gumpal membulat, sedang, sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh; karatan Merah kekuningan (5 YR 5/8), sangat banyak, kecil, nyata, bintik berganda; pori bekas lubang cacing; batas nyata, rata. Kelabu terang (10YR 7/2); liat, gumpal bersudut, sedang,sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh; karatan Kuning kemerahan (7,5 YR 6/8) sangat banyak, kecil, nyata, bintik berganda; bahan kasar kalsium; batas nyata, rata. Kelabu terang (10 YR 7/2); liat; gumpal bersudut, sedang, sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh; karatan Coklat kuat (7,5 YR 5/8), sedikit, kecil – sedang, nyata, bintik berganda, banyak bahan sedang lapuk, warna beralih terang sampai hitam(10 YR 2/0).

Page 152: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

134

Lampiran 5. Deskripsi profil Pedon AM5. Pedon : AM5 Klasifikasi Tanah : Dystric Fluventic Eutrudept, sangat halus, smektitik,

isohipertermik Lokasi : Peternakan IPB, Desa Pasir Cabe, Kec. Jonggol Fisiografi : Perbukitan kapur Relief : Berbukit Lereng : 5 % Bahan Induk : Batukapur dan napal Drainase : Baik Permeabilitas : Baik Air tanah : Dalam Penggunaan tanah : Lahan Peternakan Vegetasi : Harendong, melastoma, alang-alang. Simbol Horison

Kedalaman (cm)

U r a i a n

A

Bt1

Bt2

Bt3

BC

0 – 16

16 - 38

38 - 86

86 - 122

122 - 200

Coklat gelap kelabu (10 YR 3/2); liat; gumpal membulat, lemah, halus sampai sedang; agak lekat, gembur; perakaran halus, banyak; rekahan vertikal (3 cm) batas berangsur, rata. Coklat gelap kekuningan (10 YR 4/6); liat; gumpal membulat, sedang, sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh; karatan Coklat kuat (7,5 YR 5/8), sedang, kecil, nyata, bintik berganda; pori bekas lubang cacing; rekahan vertikal (6 cm); batas nyata, rata. Coklat kekuningan (10 YR 5/4); liat; gumpal membulat, sedang, sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh; karatan Merah kekuningan (5 YR 5/8) dan Kelabu gelap (10 YR 4/1), banyak, kecil, nyata, bintik berganda; pori bekas lubang cacing; rekahan vertikal (vertic) 4-6 cm lebar; batas nyata, rata. Coklat kelabu (10YR 5/2); liat, gumpal membulat, sedang, sedang sampai kasar; lekat, teguh; karatan Merah kekuningan (5 YR 5/8) sedang, kecil, nyata, bintik berganda; bahan kasar kalsium; batas nyata, rata. Coklat terang kekuningan (2,5 Y 6/4); liat; gumpal membulat, sedang, sedang sampai kasar; sangat lekat, teguh, bahan sedang lapuk, warna beralih terang sampai hitam (2,5Y 2/0).

Page 153: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

135

Lampiran 6. Deskripsi profil Pedon AM6. Pedon : AM6 Klasifikasi Tanah : Fluvaquentic Epiaquept, sangat halus, smektitik,

isohipertermik. Lokasi : Peternakan IPB, Desa Pasir Cabe, Kec. Jonggol Fisiografi : Perbukitan kapur Relief : Berbukit Lereng : 2 % Bahan Induk : Batukapur dan napal Drainase : Buruk Permeabilitas : Lambat Air tanah : Dangkal Penggunaan tanah : Sawah diteras. Simbol Horison

Kedalaman (cm)

U r a i a n

Ap

Bt1

Bt2

Bt3

Bt4

BC

0 – 18

18 - 50

50 - 77

77- 107

107 - 136

136 - 200

Coklat gelap kelabu (10 YR 3/2); liat; gumpal membulat, lemah, halus sampai sedang; agak lekat, gembur; perakaran halus, banyak; rekahan vertikal (3 cm) batas nyata, rata. Kelabu gelap (2,5 Y 4/0); liat; gumpal membulat, lemah, sedang; lekat, teguh; karatan Merah (2,5 YR 4/6), sedang, kecil, nyata, bintik berganda; batas nyata, rata. Kelabu (2,5 Y 6/0); liat; gumpal membulat, sedang, halus sampai sedang; sangat lekat, teguh; karatan Merah kekuningan (5 YR 5/8), banyak, kecil, nyata, bintik berganda; batas nyata, rata. Kelabu (2,5 Y 5/0); liat, gumpal membulat, sedang, sedang; lekat, teguh; karatan Merah kekuningan (10 R 4/8) banyak, kecil, nyata, bintik berganda; batas berangsur, rata. Kelabu (2,5 Y 5/0); liat, gumpal membulat, sedang, sedang; lekat, teguh; karatan Merah kekuningan (10 R 4/8) sedang, kecil, nyata, bintik berganda; batas berangsur, rata. Kelabu (2,5 Y 5/0); liat, massif, lemah.

Page 154: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

136

Lampiran 7. Deskripsi profil Pedon AM7. Pedon : AM7 Klasifikasi Tanah : Andic Dystrudept, sangat halus, isohipertermik Lokasi : Kebun Perc.Konservasi Puslittanak, Kebon Panas Desa Jasinga, Kec.Jasinga. Fisiografi : Perbukitan Relief : Berombak Lereng : 9% Bahan Induk : Bahan Volkan-Andesitik Drainase : Sedang Permeabilitas : Sedang Air tanah : Dalam Penggunaan tanah : Melastoma Simbol Horison

Kedalaman (cm)

U r a i a n

A

Bt1

Bt2

Bt3

BC

C

0 – 19

19 - 47

47 - 80

80 - 105

105 - 130

130 - 200

Coklat gelap kemerahan (5 YR 3/2); liat berdebu; gumpal membulat, agak kuat, halus; agak lekat, gembur; perakaran halus, banyak; batas nyata, rata. Coklat gelap kemerahan (5 YR 3/4); liat ; gumpal membulat dan bersudut, sedang, sedang; lekat, gembur sampai teguh; perakaran halus, banyak; selaput liat; batas berangsur, rata. Coklat kemerahan (5YR 4/4); liat; gumpal membulat, sedang, sedang; lekat, gembur sampai teguh; karatan Kelabu merah mudah (7,5 YR 6/2), sedikit, bintik berganda, kecil; selaput liat; batas berangsur, rata. Coklat kemerahan (2,5 YR 4/4); liat; gumpal membulat, sedang, sedang; lekat, gembur sampai teguh; karatan Kelabu merah muda (7,5 YR 6/2), sedikit, kecil, nyata, bintik berganda; selaput liat; batas berangsur, rata. Kelabu merah muda (7,5 YR 6/2); liat berdebu; gumpal membulat, lemah, halus sampai sedang; gembur sampai teguh; karatan Coklat gelap (10 YR 3/3) dan 2,5 YR 4/8, banyak, besar, jelas, bintik berganda; batas berangsur, rata. Kelabu merah muda (7,5 YR 6/2); liat berdebu; masif, lekat, teguh; karatan Coklat gelap (10 YR 3/3) dan Coklat tua 7,5 YR 5/8, banyak, besar, jelas, rata, bintik berganda.

Page 155: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

137

Lampiran 8. Deskripsi profil Pedon AM8. Pedon : AM8 Klasifikasi Tanah : Typic Haplohumult, sangat halus, haloisitik,

isohipertermik Lokasi : Kebun Bukit Firdaus Ciampea, Desa Ciampea, Kec. Ciampea Fisiografi : Perbukitan Relief : Agak datar Lereng : 3% Bahan Induk : Bahan Tuf Volkan (Andesitik) Drainase : Agak baik Permeabilitas : Sedang Air tanah : Dalam Penggunaan tanah : Ketela pohon Simbol Horison

Kedalaman (cm)

U r a i a n

Ap

Bt1

Bt2

Bt3

Bt4

Bt5

BC

0 – 20

20 - 40

40 - 65

65 – 90

90 - 110

110 - 145

145 - 200

Coklat gelap kemerahan (5 YR 3/3); liat berdebu; gumpal membulat, lemah sampai agak kuat, halus; agak lekat, gembur; perakaran halus, sedikit; batas nyata, rata. Coklat kemerahan (5 YR 4/4); liat; gumpal membulat, sedang, halus-sedang; agak lekat, teguh; perakaran halus, sedikit; bahan kasar Mangan warna hitam(2,5 YR 2/0), sangat banyak; selaput liat; batas nyata, rata. Coklat gelap kemerahan (5YR 3/2); liat; gumpal membulat, sedang, sedang; lekat, teguh; bahan kasar Mangan warna hitam (2,5 YR 2/0), sedang, bintik berganda, kecil; selaput liat; batas jelas, rata. Coklat kemerahan (5 YR 4/3); liat; gumpal membulat, sedang, sedang; lekat, teguh; bahan kasar Mangan warna hitam (2,5 YR 2/0), sedikit, kecil, nyata, bintik berganda; selaput liat; batas jelas, rata. Coklat kemerahan (5 YR 4/4); lempung liat berdebu; gumpal membulat, sedang, sedang; sedang, halus sampai medium; agak lekat, agak teguh; selaput liat; batas berangsur, rata. Coklat kemerahan (5 YR 4/4); liat; gumpal membulat, sedang, sedang; agak lekat, agak teguh; selaput liat; batas baur, Coklat kemerahan (5 YR 4/4); liat; gumpal membulat, sedang, sedang; agak lekat, agak teguh.

Page 156: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

138

Lampiran 9. Deskripsi profil Pedon AM9. Pedon : AM9 Klasifikasi Tanah : Fluventic Dystrustept, sangat halus, haloisitik,

isohipertermik Lokasi : Perumahan RSS Mancang, Desa Cipocok, Serang Fisiografi : Perbukitan Relief : Agak berombak Lereng : 3% Bahan Induk : Bahan Tuf Volkan (Dasitik) Drainase : Baik Permeabilitas : Sedang Air tanah : Dalam Penggunaan tanah : Alang-alang Simbol Horison

Kedalaman (cm)

U r a i a n

A

Bt1

Bt2

Bt3

Bt4

Bt5

BC

0 – 22

22 - 35

35 - 57

57 - 80

80 - 110

110 - 140

140 - 200

Coklat kemerahan (5 YR 4/3); liat; gumpal membulat, sedang, halus; agak lekat, gembur; perakaran halus, banyak; lubang rayap, batas nyata, rata. Coklat gelap (2,5 YR 3/6); liat; gumpal membulat, sedang, halus-sedang; agak lekat, gembur; perakaran halus dan kasar, sedang; batas berangsur, rata. Coklat gelap (2,5YR 3/6); liat; gumpal membulat, sedang, halus-sedang; lekat, teguh; perakaran kasar, banyak; batas nyata, rata. Merah (2,5 YR 4/6); liat; gumpal bersudut, sedang, sedang; halus sampai medium; lekat, teguh; batas berangsur, rata. Merah (2,5 YR 4/6); liat; gumpal bersudut, sedang, sedang, halus sampai sedang; lekat, teguh ; bahan kasar Mangan warna hitam (2,5 YR 2,5/0); batas berangsur, rata. Coklat kemerahan (2,5 YR 4/4); liat; gumpal bersudut, sedang, sedang; sangat lekat, sangat teguh; bahan kasar Mangan warna hitam (2,5 YR 2,5/0); batas jelas, rata. Merah (2,5 YR 4/6); liat; gumpal membulat, sedang, lemah sampai sedang, sangat lekat, sangat teguh, karatan bintik berganda, Coklat gelap kekuningan (10 YR 4/6), banyak, kecil sampai sedang; banyak bahan sedang melapuk.

Page 157: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

139

Lampiran 10. Deskripsi profil Pedon AM10. Pedon : AM10 Klasifikasi Tanah : Aeric Epiaqualf, berlempung halus, campuran, semi-

aktif, isohipertermik Lokasi : Perusahaan genteng, Desa Cipocok, Serang Fisiografi : Dataran aluvium Relief : Datar Lereng : 0 % Bahan Induk : Tufa Banten (Dasit) Drainase : Baik Permeabilitas : Sedang Air tanah : Dangkal 130 cm Penggunaan tanah : Sawah tadah hujan Simbol Horison

Kedalaman (cm)

U r a i a n

A

Adir

BMn

Bt1

Bt2

Bt3

Bt4

0 – 12

12- 20

20 - 26

26 - 59

59 - 75

75 - 120

120 – 143

Kelabu terang (5 Y 7/1); lempung; gumpal bersudut, lemah, halus; agak lekat, gembur; perakaran halus, banyak; batas kontras, rata. Coklat kekuningan (10 YR 5/6); lempung berdebu; gumpal membulat, sedang, halus-sedang; agak lekat, gembur; perakaran halus, banyak; batas nyata, rata. Kelabu (7,5YR 5/0) dan Hitam (7,5 YR 2/0) ; liat berdebu; gumpal membulat, sedang, halus-sedang; lekat, teguh; perakaran kasar, sedikit; batas nyata, rata. Kelabu (7,5YR 5/0); karatan Coklat kuat (7,5 YR 5/6) dan Mn hitam (7,5 YR 2/0) liat berdebu; gumpal bersudut, sedang, sedang; halus sampai sedang; lekat, teguh ; selaput liat; batas berangsur, rata. Kelabu (2,5 YR 6/0); liat berdebu; gumpal bersudut, kasar, sedang, halus sampai sedang; lekat, teguh ; selaput liat; batas nyata, rata. Kelabu (5 YR 5/1); liat berdebu; gumpal bersudut, kasar, sedang; sangat lekat, sangat teguh; dan karatan merah kekuningan (5 YR 5/8), banyak, sedang; selaput liat; batas berangsur, rata. Kelabu (5 YR 5/1); liat berdebu; gumpal membulat, kasar, lemah sampai sedang, sangat lekat, sangat teguh, karatan bintik berganda, merah kekuningan (5 YR 5/8), banyak, sedang sampai kasar; batas jelas, rata.

Page 158: Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat yang ... · Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha),

140

Lanjutan Lampiran

10

BCg1

BCg2

143 – 148

148 - 200

Kelabu (5 YR 5/1); lempung berdebu; gumpal bersudut, kasar, lemah sampai sedang, sangat lekat, sangat teguh, karatan bintik berganda, merah kekuningan (5 YR 5/8), sedikit, kasar; banyak bahan glei berwarna kelabu terang ( 5 YR 7/1), batas berangsur, rata Kelabu (5 YR 5/1); lempung berdebu ; masif sedang, sangat lekat, sangat teguh, karatan bintik berganda, Merah kekuningan (5 YR 5/8), banyak, kecil sampai sedang; banyak bahan glei berwarna kelabu terang ( 5 YR 7/1)