rencana teknis pembongkaran tanah liat

141
RENCANA TEKNIS PENAMBANGAN TANAH LIAT PADA KUARI PT.SEMEN KUPANG UNIT II (PERSERO) UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI 96.000 TON/TAHUN SKRIPSI Oleh : DAVID LITTIK 112980038 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2004

Upload: dea-ngapokin

Post on 12-Aug-2015

382 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Teknis Pembongkaran Tanah Liat

TRANSCRIPT

Page 1: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

RENCANA TEKNIS PENAMBANGAN TANAH LIAT PADA KUARI

PT.SEMEN KUPANG UNIT II (PERSERO) UNTUK MEMENUHI

TARGET PRODUKSI 96.000 TON/TAHUN

SKRIPSI

Oleh :

DAVID LITTIK

112980038

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2004

Page 2: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

RENCANA TEKNIS PENAMBANGAN TANAH LIAT PADA KUARI

PT.SEMEN KUPANG UNIT II (PERSERO) UNTUK MEMENUHI

TARGET PRODUKSI 96.000 TON/TAHUN

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar SarjanaTeknik Di Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Oleh :

DAVID LITTIK

112980038

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2004

Page 3: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

RENCANA TEKNIS PENAMBANGAN TANAH LIAT PADA KUARI

PT.SEMEN KUPANG UNIT II (PERSERO) UNTUK MEMENUHI

TARGET PRODUKSI 96.000 TON/TAHUN

SKRIPSI

Oleh :

DAVID LITTIK

112980038

Disetujui Untuk Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Teknologi Mineral

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Tanggal : ............. ......................

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Singgih Saptono, MT Ir. Dwi Poetranto W.A, M.T

Page 4: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

“ Gembala baik bersuling nan merdu

membimbing aku pada air tenang

dan membaringkan aku berteduh

di padang rumput hijau berkenan“ (Kidung Jemaat 415)

Saya persembahkan tulisan ini untuk : Orang-orang yang dengan tulus mencintai saya ............

Bapa dan Mama di Rumah ..............................

(Doa, cinta, keringat, dan air mata kalian iringi jalanku)

Adik-adik saya, Yacob dan Ani .......................

(Just be yourself, not somebody else .... even it’s though)

Page 5: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Semen Kupang (Persero) Unit II adalah sebuah Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang diresmikan pada 14 Mei 2002 oleh Presiden Megawati

Soekarnoputri dengan kapasitas terpasang sebesar 240.000 ton semen per tahun.

Dengan kemampuan produksi ini diharapkan mampu mencukupi kebutuhan

semen di daerah Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya.

Pembuatan semen portland pada umumnya menggunakan bahan baku

batugamping dengan prosentase 75 % sebagai penyedia Kalsium Oksida (CaO)

dan tanah liat dengan prosentase 25 % sebagai penyedia Alumina (Al2O3) dan

Silika (SiO2) sedangkan pasir besi dan pasir silika digunakan sebagai bahan

tambahan atau koreksi jika terjadi kekurangan Alumina (Al2O3) atau Silika (SiO2).

Bahan baku tanah liat untuk produksi semen portland pada PT.Semen

Kupang Unit II dihasilkan oleh kuari tanah liat PT.Semen Kupang yang terletak di

desa Alak, kecamatan Kupang, propinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas 27 Ha

dan jumlah cadangan sebesar ± 8.800.000 ton tanah liat.

Untuk mencukupi pasokan material tersebut maka perlu disusun sebuah rencana

penambangan yang baik diperlukan untuk mengoptimalkan kegiatan

penambangan guna memenuhi target produksi sebesar 96.000 ton tanah liat per

tahun

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun suatu rencana teknis

kegiatan penambangan tanah liat guna memenuhi target produksi sebesar 96.000

ton tanah liat per tahun

1.3. Metode Penelitian

Pendekatan masalah yang dilakukan dengan mempelajari keadaan daerah

penambangan baik dari segi teknis maupun lingkungan, kemampuan kerja alat

mekanis, efisiensi kerja operator, serta hal-hal lainnya yang mempengaruhi

Page 6: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

rencana suatu kegiatan penambangan. Dengan memperhatikan aspek-aspek

tersebut diatas serta mempertimbangkannya berdasarkan teori-teori yang ada,

maka akan dikembangkan menjadi suatu rencana teknis kegiatan penambangan.

1.4. Pelaksanaan Penelitian

1.4.1. Studi Literatur

Sebelum melaksanakan penelitian, hal pertama yang dilakukan adalah

mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan bagaimana membuat

suatu rencana penambangan. Literatur yang dipakai yaitu buku-buku, brosur, peta

serta data dari penelitian-penelitian terdahulu serta data yang disediakan oleh

perusahaan.

1.4.2. Pengamatan Lapangan

Pengamatan di lapangan berguna untuk mengetahui kondisi lingkungan

kerja alat, unjuk kerja alat, serta memperoleh gambaran langsung dari lokasi

penambangan.

1.4.3. Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data tergantung dari jenis data yang dibutuhkan, yaitu :

Ø Data mengenai spesifikasi alat, jam kerja, dan data lain yang berhubungan

dengan alat berat diperoleh dari laporan-laporan pada Sie. Alat Berat

PT.Semen Kupang (persero).

Ø Data mengenai peta topografi, peta cadangan, kondisi tanah liat diperoleh dari

Sie. Raw Material Engineering PT.Semen Kupang (persero).

Ø Data mengenai target produksi, prosentase material diperoleh dari laporan-

laporan pada Sie.Laboratorium Proses PT.Semen Kupang (persero).

1.4.4. Analisis Data

Untuk perencanaan perlatan mekanis yang digunakan, jenis alat mekanis

yang dipilih disesuaikan dengan inventaris alat mekanis yang dimiliki oleh

PT.Semen Kupang (persero) serta target produksi tanah liat.

Rencana penambangan yang dibuat juga meliputi perhitungan desain geometri

pembongkaran yang akan dibuat, dimana ukuran blok dan jenjang yang akan

dibuat harus benar efektif dan efisien untuk mendukung kinerja alat bongkar.

Page 7: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Perbaikan jalan angkut serta pembuatan paritan untuk mengatasi air limpasan

menjadi alternatif dalam peningkatan produksi dan efisiensi alat angkut.

Diharapkan dari rencana penambangan yang dibuat akan memenuhi target

produksi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 96.000 ton tanah liat per tahun.

1.5. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan dapat dihasilkan :

Ø Metode pembongkaran tanah liat yang baik dan efisien.

Ø Kemajuan kegiatan penambangan tanah liat

Ø Produksi dari alat bongkar, muat dan angkut tercapai

Ø Jenjang penambangan yang stabil guna mendukung kinerja operasi

Ø Dimensi paritan untuk mengatasi air limpasan

Ø Konstruksi jalan angkut yang memadai guna mendukung kegiatan

pengangkutan

Page 8: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

BAB II

TINJUAN UMUM

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Kuari tanah liat PT.Semen Kupang (persero) terletak di desa Alak,

Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Batas-batas

administratif wilayah penambangan adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan

• Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Timor

• Sebealah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Rote

• Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sawu

Luas areal penambangan tanah liat berdasarkan SIPD Nomor 87/SIPD/83

adalah 27 Ha dengan posisi geografisnya adalah 10°11’ 35’’ LS sampai 10°11’ 40’’

LS dan 123°35’ 45’’ BT sampai 123°35’ 50’’ BT. Peta Lokasi dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

Kuari tanah liat terletak kurang lebih 7 km di sebelah selatan Kota Kupang. Kuari

tanah liat dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor dengan dua jurusan, yaitu :

• Dari Kupang ke Pelabuhan Tenau lewat Naimosain melalui jalan aspal

kondisi baik, berjarak kurang lebih 7 km dan dapat dilalui oleh angkutan

umum.

• Dari Kupang ke Manulai lewat Bakunase melalui jalan aspal dan

diteruskan melewati jalan desa sejauh 9,5 km dan hanya dapat dilalui oleh

sepeda motor saja.

2.2. Iklim dan Curah Hujan

Daerah penambangan beriklim tropis, dengan 2 musim dominan yaitu Musim

Hujan dan Musim Kemarau.

Musim hujan berlangsung dari bulan November sampai bulan April, dan

musim kemarau berlangsung dari bulan Mei sampai Oktober.

Page 9: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Peta Indeks

P. Timor

P. Sumba

P. FloresP. Alor

TIMOR LESTE

LAUT TIMOR

LAUT SAWU

P. TIMOR

ATAMBUA

KEFAMENANU

SOE

KUPANGP. SEMAU

TIMOR LESTE

125°124°30’

9°1

10°

30

124°123°30’Lintang Selatan

Buju

r Tim

ur

LOKASIPENELITIAN

10°

10°3

0’

125°124°30’123°30’ 124°

U

0 2010 30 Km

KETERANGANIbukota Propinsi

Ibukota Kabupaten

Jalan Raya

Batas Propinsi

Gambar 2.1

Lokasi Daerah Penelitian

Page 10: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Data curah hujan diperoleh dari hasil pengamatan Dinas Klimatologi Stasiun

Lasiana, Kecamatan Kelapa Lima, Kupang dari tahun 1993-2002.

Dari hasil pengamatan diperoleh curah hujan rata-rata pada musim Hujan 279,17

mm per tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata adalah 17,6 hari. Sedangkan

pada musim Kemarau adalah 6,15 mm per tahun dengan rata-rata hari hujan

adalah 9,92 hari.(lihat lampiran A).

2.3. Keadaan Geologi

2.3.1. Morfologi

Secara umum keadaan morfologi daerah kuari tanah liat milik PT.Semen

Kupang adalah daerah yang berlereng landai. Bentuk relief permukaan tidak rata

dengan ketinggian yang berangsur angsur naik ke arah selatan kuari. Daerah

terendah adalah Pantai Selatan Semau dan daaerah tertinggi perbukitan

batugamping pada daerah selatan dengan ketinggian 270 m dpal. Sungai-sungai

periodik yang hanya berair pada musim hujan banyak dijumpai di sekitar kuari

dengan arah aliran dari timur ke barat-daya. Areal tanah liat ini umumnya

ditumbuhi oleh rumput dan semak, dengan lapisan tanah penutup yang sangat tipis

dengan ketebalan antara 10-25 cm. Bongkah (boulder) batugamping banyak

dijumpai di areal kuari. Di sekitar kuari tanah liat digunakan oleh penduduk

sekitar untuk pertanian, namun kurang menghasilkan.

2.3.2. Stratigrafi

Menurut penyelidikan dari Leube Portlandzementwerke pada tahun 1982,

struktur geologi yang dibahas hanya struktur yang berkaitan dengan cadangan

batugamping dan tanah liat. Formasi batuan yang ada pada lokasi penambangan

yaitu :

1. Formasi SoE

Formasi batuan ini adalah batugamping terumbu yang berumur Pleitocene.

Formasi ini mencakup daerah yang cukup luas sepanjang pantai selat Semau

dengan struktur terumbu yang jelas terlihat dimana ada endapan fosil,

formainifera dan berongga-rongga. Bagian teratas formasi ini telah mengalami

proses karstifikasi sampai kedalaman ± 5 m dan tidak mengalami perlipatan.

Page 11: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

2. Formasi Watuputieh

Formasi ini tersusun atas batulempung dan marmer, namun tak ada laporan

geologi yang jelas menunjukan bagaimana marmer bisa terbentuk di daerah ini..

3. Formasi Boponaro

Formasi ini dibentuk oleh struktur batugamping dan batulempung. Formasi ini

tersingkap di Pangkase, Kisbaki, sampai di kuburan kampung Airmata.

2.3.3. Struktur Geologi

Dari hasil Eksplorasi Geologi pada tahun 1982 tidak diketemukan adanya

struktur geologi yang berarti, kecuali di sebelah selatan lokasi pabrik diketemukan

adanya struktur “grabben”.

Singkapan batugamping yang ditemukan mempunyai arah umum N 1300 dengan

dip sebesar 10° dari arah Tenggara ke Barat Laut. Singkapan yang ada umumnya

telah mengalami pengikisan oleh aliran air (stream cutting).

Gambar 2.2 Stratigrafi Daerah Penambangan Tanah Liat

PT.Semen Kupang (persero)

Umur

Zaman Kala

Stratigrafi Lithologi Deskripsi

Kwarter Pleistoce

ne

Formasi

SoE

Batugamping

terumbu

Formasi

Watuputie

h

Batulempung,

Batupasir, Napal,

Marmer (dalam

bentuk bongkah)

Tersier Miocene

Formasi

Boponaro

Batugamping,,

Batulempung

(Sumber : Laporan Leuber Portlandzementwerke, 1982)

2.4. Karakteristik Tanah Liat

Dari hasil analisa secara fisik (megaskopis) dan hasil analisa laboratorium

oleh Direktorat Eksplorasi Seksi Bukan Logam dan Bahan Bakar pada tahun 1977

dikorelasikan sebagai berikut :

Page 12: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

2.4.1. Sifat Fisik dan Mekanik

Terdapat 4 (empat) jenis tanah liat pada endapan yang ada di desa Manulai

dan Pangkase, yaitu :

- Tanah liat abu-abu kehijauan sampai kecoklatan

- Tanah liat napalan, berwarna abu-abu kehijauan, agak lunak

- Tanah liat abu- abu dengan struktur sisik ikan

- Tanah liat abu-abu dengan kerikil napal gampingan

Dengan sifat mekanik, yaitu :

- Bobot isi : 1,80 ton/m3 = 17.651 KN/m3

- Daya Kohesi : 7,12 ton/m2 = 69.822 KN/m3

- Sudut Geser Dalam (θ) : 34°

Endapan tanah liat di kuari PT.Semen Kupang (persero) memiliki overburden

yang tipis (± 10-25 cm) dengan perlapisan yang sangat heterogen dimana pada

kedalaman 2-4 m tanah liat bercampur dengan fragmen-fragmen batugamping

(diameter ± 5 cm), tetapi semakin dalam (≥ 4 meter) endapan tanah liat mulai

homogen dengan warna abu-abu.

2.4.2. Sifat Kimia

Komposisi kimia material yang dipakai dalam pembuatan semen portland di

PT.Semen Kupang adalah :

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Material

Unsur Material

CaO %

SiO2 %

Al2O3 %

Fe2O3 %

Gamping 62,43 4,5 2,25 0,75 Tanah liat 4,31 57,4 17,31 4,34 Silika 11,98 80,54 4,75 2,24 Pasir besi 3,85 10,73 3,6 60,54

(Sumber : Laboratorium Proses PT.Semen Kupang (persero)) 2.5. Target Produksi

Target produksi PT. Semen Kupang (persero) pada tahun 2002-2003 adalah

sebesar 240.000 ton semen. Jumlah tanah liat yang harus ditambang untuk

memenuhi target produksi ini adalah sebesar 96.000 ton tanah liat per tahun atau

Page 13: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

63.60 LCM tanah liat per jam atau 101,76 ton tanah liat per jam (lihat lampiran

D), dimana kegiatan penambangan tidak dilaksanakan pada musim hujan karena

kondisi kuari yang tergenang air sehingga tidak memungkinkan mobilitas alat.

2.6. Kegiatan Penambangan

Sistem penambangan tanah liat pada PT.Semen Kupang (persero) yaitu sistem

tambang terbuka (kuari) dengan metode side hill quarry.

Tahapan penambangan tanah liat pada PT.Semen Kupang (persero) secara

garis besar meliputi kegiatan pembersihan lahan, penggalian, pemuatan, dan

pengangkutan.

2.6.1. Pembersihan Lahan

Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan areal dari tumbuh-tumbuhan yang ada

pada lokasi dengan menggunakan Bulldozer. Kegiatan pengupasan tanah penutup

tidak dilakukan secara khusus karena lapisan tanah penutup sangat tipis yaitu

antara 10-25 cm.

2.6.2. Penggalian

Kegiatan penggalian dilakukan oleh 1 (satu) unit Bulldozer Komatsu type D-275

A yang dilengkapi dengan giant ripper dengan kapasitas blade 12,8 m3.

2.6.3. Pemuatan

Kegiatan pemuatan di kuari dilakukan oleh 1 (satu) unit Backhoe Komatsu type

PC 200-5 dengan kapasitas bucket 0,36 m3 sedangkan untuk kegiatan pemuatan

pada storage dipakai 1 (satu) unit Wheel Loader Komatsu type WA-90 dengan

kapasitas bucket 2,5 m3.

2.6.4. Pengangkutan

Pengakutan material dari kuari ke storage menggunakan Dump truck Nissan type

CWB-520 HDN sebanyak 1 (satu) unit dengan kapasitas bak 17,6 m3.

2.6.5. Penimbunan

Penimbunan dengan luas 100 m2 ini berfungsi untuk menampung tanah liat yang

ditambang dengan tinggi timbunan rata-rata 5 meter, dimana kegiatan

pembongkaran hanya berlangsung selama musim kemarau saja. Sehingga untuk

menjaga kontinuitas produksi semen perlu melakukan penampungan.

Page 14: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

2.6.6. Peremukan

Peremukan dilakukan dengan unit peremuk dengan kapasitas terpasang 250

ton/jam.

Gambar 2.3.

Kegiatan Penambangan di Kuari Tanah Liat

Page 15: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

BAB III

DASAR TEORI

3.1. Perencanaan dan Desain Tambang Terbuka

3.1.1. Desain Pit

Tugas penting rekayasa teknik dalam pembangunan tambang permukaan

adalah perencanaan open pit. Ada tiga kelompok utama dalam faktor yang terlibat

dalam perencaanaan open pit yaitu : (Soderberg dan Rausch, 1968 ; Atkinson,

1983)

1. Faktor alam dan geologi.

Kondisi geologi, jenis endapan, kondisi hidrogeologi, topografi, dan

karakteristik unsur-unsur kimia.

2. Faktor ekonomi

Kadar endapan, tonase endapan, stripping ratio, cut-off grade, biaya operasi,

biaya investasi, keuntungan yang diharapkan, tingkat produksi dan kondisi pasar.

3. Faktor teknologi

Peralatan, kemiringan lereng pit (pit slope), tinggi jenjang, grade jalan, dan

batas pit (pit limit)

Mathieson (1982) menekankan pentingnya penjadwalan produksi dan

pembuatan urut-urutan (sequence) penambangan yang optimal.

Selain petimbangan ekonomi, hal-hal teknis yang perlu diperhatikan ialah :

Ø Menjaga kelangsungan operasi, dimana lebar jenjang cukup untuk

permuka kerja dan jalan angkut yang baik untuk peralatan

Ø Menjaga jumlah endapan yang terkupas untuk mengantisipasi kesalahan

perhitungan dan kekurangan data dari eksplorasi

Ø Mempertahankan kebutuhan pengupasan selama mungkin tanpa

memaksakan kemampuan alat, manusia, atau menggangu jadwal produksi

Ø Memaksimumkan desain kemiringan lereng sambil meminimumkan resiko

keruntuhan dengan penerapan mekanika batuan.

Page 16: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Perencanaan tambang berdasarkan jangka waktu pelaksanaan terbagi atas 2 yaitu :

Perencanaan Jangka Panjang, dan Perencanaan Jangka Pendek.

Hal-hal penting dalam penentuan desain sebuah tambang terbuka :

a. Tinggi jenjang

Gambar 3.1

Tinggi Jenjang

Penentuan tinggi jenjang tergantung dari :

- Karakteristik endapan

- Tingkat selektivitas alat

- Iklim

Jenjang harus dibuat setinggi mungkin di dalam jangkauan peralatan yang

digunakan dan dalam batas keamanan lereng agar tidak menimbulkan bahaya

keruntuhan.

b. Kemiringan Lereng (Pit Slope)

Kemiringan dari dinding pit merupakan elemen utama yang mempengaruhi

ukuran dan bentuk dari pit. Kemirngan lereng biasanya dinyatakan dalam

derajat (°) yang besarnya diukur dari bidang datar.

Dinding pit harus tetap stabil selama ada aktivitas penambangan pada daerah

tersebut.

c. Keadaan geologi

Keadaan geologi yang berpengaruh terhadap sebuah perencanaan berupa ada

tidaknya struktur sesar, arah umum bidang kekar, serta perlapisan endapan.

Struktur-struktur seperti sesar dan kekar akan memperlemah kekuatan material

baik tanah maupun batuan.

Page 17: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

d. Tingkat produksi

Tingkat produksi yang ditetapkan akan sangat berpengaruh kepada kapasitas

alat yang dipilih. Semakin besar target produksi yang ditetapkan maka akan

semakin besar pula kapasitas alat yang digunakan.

e. Grade jalan

Grade (tanjakan) dari jalan angkut yang direncanakan berdampak terhadap

kinerja dari alat angkut yang dipakai. Grade yang terlalu besar akan

menghambat dan menurunkan kinerja alat, oleh karena itu dalam perencanaan

jalan angkut tidak boleh terlalu curam.

f. Topografi

Bentuk topografi berupa kelandaian tempat kerja seperti lereng yang curam,

paritan, rawa, atau perbukitan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja alat

mekanis yang digunakan.

g. Tata guna lahan.

Adanya dampak negatif dari kegiatan penambangan perlu diminimalkan

dengan perencanaan jangka panjang yang berwawasan lingkungan. Adanya

pemukiman penduduk, atau fasilitas umum yang ada di sekitar lokasi tambang

juga perlu diperhatikan.

3.1.2. Penentuan Pit Limit (Batas Pit)

Ada banyak metode yang dipakai dalam merancang sebuah open pit.

Metode yang dipakai dapat berbeda-beda menurut ukuran endapan, kuantitas dan

kualitas dari endapan, ketersediaan bantuan komputer serta asumsi yang dipakai

oleh sang rekayasawan.

Langkah awal yang umumnya ditempuh baik dalam perencanaan jangka pendek

dan jangka panjang adalah menentukan batas dari pit (pit limit). Batas ini merujuk

pada jumlah endapan yang tertambang, jumlah overburden yang harus dikupas

selama umur tambang. Selanjutnya ukuran, geometri, dan lokasi dari batas pit

akhir ini yang akan menjadi patokan dalam merencanakan penimbunan

overburden, jalan masuk, pabrik pengolahan dan sebagainya. Batas akhir pit ini

dapat berubah sesuai dengan perubahan pasar atau kemajuan dalam teknologi

penambangan.

Page 18: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Metode perancangan pit terdiri dari 2 (dua) metode, yaitu : metode perancangan

manual dan metode perancangan dengan bantuan komputer

3.2. Pemilihan Sistem dan Peralatan Penambangan

Penentuan peralatan penambangan yang digunakan sebenarnya hampir sama

dengan penentuan metode pengupasan yang digunakan, karena bagaimana

menangangi material (material handling) adalah kunci dari tambang terbuka.

Dalam memilih metode pengupasan dan peralatan yang akan digunakan yang

bertujuan untuk mengupas material dengan biaya seminimal mungkin, maka

faktor–faktor seperti yang telah disebutkan diatas harus dipertimbangkan dan

dievaluasi.

Geometri dari pit sangat berpengaruh pada jenis dan ukuran peralatan yang akan

digunakan agar peralatan tersebut dapat bekerja secara efektif dan efisien. Target

produksi juga menjadi parameter pentin dalam pemilihan sistem dan peralatan

penanganan material.

Sebagai rujukan dalam memilih dan menentukan baik sistem dan peralatan

penambangan yang digunakan, terdapat 3 (tiga) sistem utama dalam pemberaian

batuan (rock breakage) dan 6 (enam) sistem penanganan material, yang dapat

dipilih berdasarkan kesesuaiannya dengan kondisi kerja yang dihadapi.

3.2.1. Pemberaian Batuan (Rock Breakage)

Sistem yang dipakai dalam alternatif pemilihan pemberaian batuan

berhubungan erat dengan karakteristik batuan yang ditangani (Pfleider, 1973).

a. Tidak memakai peralatan khusus untuk menguraikan batuan (contoh

material : tanah).

b. Pemboran dan Peledakan (Peralatan : roller bit rotary, dan ANFO. Contoh

material : batuan).

c. Ripping (contoh material : tanah yang keras, dan batuan yang lemah).

Sebagai panduan umum dalam memilih metode pemberaian batuan atau material

dimana perlu tidaknya memakai pemboran dan peledakan adalah kecepatan

rambat gelombang seismik dalam batuan tersebut.

Page 19: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

3.2.2. Penanganan Material

Tabel 3.1 Panduan dalam Memilih Sistem Penanganan Material

Alat Mekanis Excavator -Dozer - Dozer Dragline Excavator - Hopper - Crusher - Wheel Excavator -

Front end loader Scrapper (direct casting) Truck Conveyor ConveyorJenis Pekejaan

Produksi Maksimum Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Tingkat Produksi Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Tinggi

Umur Pit Pendek Pendek Panjang Menengah Panjang Panjang

Kedalaman Pit Sedang Datar, Dangkal Menengah Dalam Dalam Menengah

Cadangan Tidak Tidak Terkonsolidasi Terkonsolidasi Terkonsolidasi Seragam, tanpaTerkonsolidasi Terkonsolidasi boulder yg besar

Persiapan Ripping Ripping Pemboran dan Pemboran dan Pemboran dan Pemboran danPeledakan Peledakan Peledakan Peledakan

Kerumitan Sistem Rendah Sedang Rendah Tinggi Rendah Rendah

Fleksibilitas Operasi Tinggi Sedang Rendah Tinggi Rendah Rendah

Kapasitas Blending Tinggi Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah

Selektivitas Penem- Baik Sangat Baik Buruk Baik Sedang Sedangpatan Waste

Dampak Kondisi Hu- Tinggi Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendahjan

Kebutuhan Penjadwa- Rendah Tinggi Rendah Tinggi Sedang Sedanglan

Ketersediaan Sistem Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah

Peralatan Pendukung Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi

Kemudahan Start-up Sederhana Sederhana Menengah Sederhana Kompleks Kompleks

Investasi Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi

(Sumber : Martin et al, 1982)

Secara umum dalam sistem penanganan material (material handling) ada 2

(dua) sistem utama yaitu Operasi Siklus (cyclic operation) dan Operasi Menerus

(continous operation), dimana dalam operasi siklus terdiri dari 2 (dua) kegiatan

utama yaitu pemuatan (loading) dan pengangkutan (hauling), sedangkan dalam

operasi kontinyu kegiatan pemberaian (breakage) dan penanganan material

terintegrasi menjadi satu karena dilakukan oleh peralatan yang sama (lihat tabel

3.2)

Page 20: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Tabel 3.2. Klasifikasi Metode dan Peralatan Gali-Muat pada Tambang Terbuka

Operasi Kategori Peralatan (aplikasi)

Siklus Shovel Power shovel, front end loader, hydraulic excavator, backhoe (untuk menambang, membongkar overburden)

Dragline Crawler, frame (mengupas overburden)

Dozer Ban karet, crawler (blade)

Scraper Ban karet, crawler

Peledakan Pengupasan dengan peledakan (untuk overburden)

Menerus Excavator mekanis Bucket wheel (overburden), cutting head (tanah, batu-bara

Highwall mining Auger, highwall miner (batubara)

Hydraulicking Monitor

Dredging Bucket dengan ban jalan, hydraulic (placer) (Sumber Martin et. al, 1982)

3.2.3. Analisa Tempat Kerja (Job Condition)

Dalam pembuatan rencana kerja, agar rencana tersebut dapat berjalan

rapih, teratur, efektif dan efisien maka harus diamati dan dipelajari elemen dan

keadaan tempat kerja (Partanto, 1995)

3.2.3.1. Jalan dan Sarana Pengangkutan

Hal ini penting untuk mengeahui dengan cara apa alat mekanis dan logistik

untuk keperluan penambangan diadakan dan diangkut.

3.2.3.2. Tumbuh-tumbuhan

Dengan mengetahui jenis tumbuhan yang ada pada lokasi kerja apakah

teridiri dari hutan belukar, semak, rawa, pohon besar dengan akar yang kuat, dan

sebagainya maka dapat ditentukan alat mekanis apa yang perlu dipakai,

kapasitasnya, cara pembersihan, dan biaya operasionalnya.

3.2.3.3. Jenis Material dan Perubahan Volume

Terdapat berbagai jenis material dan batuan dengan karakteristiknya

masing-masing, baik itu sifat fisik dan minerologinya atau keadaan material

tersebut seperti kering atau basah, lengket atau tidak, keras atau lunak dan

sebagainya. Sifat-sifat ini akan berpengaruh terhadap hasil kerja perlatan mekanis

yang digunakan dan lamanya waktu pengerjaan.

3.2.3.4. Daya Dukung Material (Bearing Capacity)

Daya dukung material adalah kemampuan material untuk mendukung

peralatan mekanis yang berada di atasnya. Apabila suatu alat mekanis berada di

Page 21: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

atas permukaan batuan atau tanah maka peralatan mekanis tersebut menyebabkan

terjadinya daya tekan (ground pressure) sedangkan tanah atau batuan tersebut

akan memberikan gaya perlawanan yang disebut daya dukung (load capacity).

Bila daya tekan lebih besar dari daya dukung maka peralatan tersebut akan

amblas.

3.2.3.5. Iklim

Di Indonesia hanya dikenal 2 (dua) musim yaitu musim hujan dan musim

kemarau, jika hujan sangat lebat maka tanah akan menjadi becek sehingga

menghambat mobilitas peralatan mekanis. Oleh karena itu perlu dibuat suatu

sistem penyaliran yang baik. Sedangkan pada musim kemarau tanah menjadi

kering dan berdebu.

3.2.3.6. Ketinggian dari Air Laut

Ketinggian tempat kerja dari permukaan air laut mempengaruhi

kemampuan peralatan yang dipakai, karena semakin tinggi letak tempat kerja

maka kerapatan udara akan semakin turun. Berdasarkan pengalaman, tenaga

diesel yan hilang karena semakin tingginya tempat kerja dari permukaan air laut

adalah 3% setiap naik 1000 ft.

3.2.3.7. Kemiringan Jalan Angkut dan Keadaan Jalan

Keadaan jalan yang akan dilalui akan sangat berpengaruh terhadap

produksi alat angkut yang dipakai. Jika jalan angkut memiliki kondisi yang baik

maka produksi alat angkut dapat meningkat karena waktu tempuhnya akan

semakin pendek.

3.2.3.8. Efisiensi Kerja

Dalam kenyataanya, pekerja dan mesin tidak mungkin secara penuh

berkerja selama 60 menit dalam satu jam karena hambatan-hambatan yang selalu

terjadi, seperti : menunggu alat, pemeliharaan dan pelumasan mesin (service and

maintenance), dan lain-lain. Jenis hambatan ini perlu dibedakan dengan hambatan

yang timbul akibat pengaruh iklim. Efisiensi kerja adalah perbandingan antara

waktu produktif dengan waktu kerja yang teredia.

Page 22: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

3.2.3.9.Syarat-syarat Penimbunan

Timbunan material mungkin perlu diratakan atau dipadatkan dengan alat-

alat khusus dan harus dilakukan pada kelembaban tertentu agar tidak mudah

terjadi amblesan serta kemantapan lerengnya terjamin.

3.2.3.10. Waktu

Pada umumnya, pekerjaan pemindahan tanah direncanakan dan dilakukan

dalam jangka waktu tertentu. Oleh sebab itu kapasitas produksi harian yang sudah

ditentukan harus terpenuhi.

3.3. Desain dan Konstruksi Jalan Angkut

Jalan angkut yang baik merupakan salah satu kunci untuk keberhasilan suatu

kegiatan penambangan. Jalan angkut dengan desain dan perawatan yang buruk

adalah penyebab utama dari tingginya biaya pengangkutan dan penyebab

kecelakaan. Faktor yang diperhitungkan dalam pembuatan jalan angkut yaitu

panjang, lebar, besarnya tikungan, safety berm maupun kemiringan dari jalan

angkut serta konstruksinya.

3.3.1. Konstruksi Jalan Angkut

Umumnya konstruksi jalan terdapat empat lapisan, yaitu ; Sub-grade

(pondasi), Sub-base, Base, dan permukaan (wearing surface) (lihat gambar 3.2)

Sub-grade, adalah lapisan pondasi. Lapisan ini harus mampu menyangga semua

beban yang ada diatasnya, tetapi umumnya untuk lapisan ini digunakan batuan

atau tanah yang dipadatkan.

Sub-base, lapisan ini terletak antara base dan sub-grade. Lapisan ini pada

umumnya memiliki material penyusun yang sama dengan lapisan base.

Base, lapisan ini umumnya tersusun dari material yang sangat stabil dan kompak.

Tujuannya adalah untuk mendistribusikan gaya yang ditimbulkan oleh beban

muatan diatasnya. Sehingga tidak menyebabkan perpindahan atau perubahan

secara drastis pada lapisan dibawahnya.

Wearing surface, lapisan ini menyediakan tarikan, mengurangi tahanan tarik,

melindunsi lapisan dibawahnya dari pengikisan air permukaan dan meneruskan

Page 23: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

gaya tekan ke lapisan pondasi. Lapisan ini dapat diaspal atau disemen, tetapi yang

umumnya dipakai adalah batuan hasil peremukan.

Kekuatan jalan angkut ditentukan oleh daya dukung jalan dan beban

kendaraan terhadap permukaan jalan. Kekuatan jalan angkut dapat diupayakan

agar mampu mengatasi beban kendaraan dengan cara perkerasan. Permukaan

jalan harus dapat menahan gesekan roda kendaraan, pengaruh air dan hujan

Gambar 3.2

Struktur Lapisan Jalan

3.3.1.1.Material Pengerasan

Untuk dapat mengetahui kemampuan atau kekuatan jalan angkut terhadap

berat beban kendaraan dan muatan yang melaluinya perlu diketahui daya dukung

material dan beban kendaraan yang akan diteruskan roda terhadap permukaan

jalan angkut. Untuk mengetahui jenis pengeras jalan angkut terhadap beban

kendaraan yang akan melaluinya perlu diketahui daya dukung material terhadap

beban kendaraan pada permukaan jalan angkut. (lihat tabel 3.3)

Tabel 3.3 Daya Dukung Material Pengerasan

Material 1000 psf

Hard, sound rock 120Medium hard rock 80Hard pan overlaying rock 24

Compact gravel and boulder-gravel formation;very compact - 20sandy gravelSoft rock 16Loose gravel and sandy gravel; compactsand and gravelly - 12

sand;very compact-inorganic silt soil Hard dry consolidated clay 10Loose coarse to medium sand;medium compact fine sand 8Compact sand-clay soils 6

Loose find sand; medium compact sand- inorganic silt soils 4Firm or stiff clay 3Loose saturated sand cly soils, medium soft clay 2

(Sumber : Kaufman & Ault, 1977)

Page 24: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

3.3.1.2.Berat Beban Terhadap Jalan

Distribusi beban pada roda dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

jumlah ban, ukuran ban, tekanan ban serta berat total kendaraan. Beban pada

roda untuk setiap kendaraan dapat diketahui berdasarkan spesifikasi dari pabrik

pembuatnya (Hustrulid, 1995). Sedangkan untuk menghitung luas bidang kontak

(contact area) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

(psi)bandalamTekanan(lb)rodapadapembebananBeratx0,9

)(in AreaContact 2 = ………….. (3.1)

Setelah luas bidang kontak (contact area) antara roda kendaraan dengan

permukaan jalan diketahui, maka besarnya beban dari kendaraan yang diterima

oleh permukaan jalan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

)(inareacontact(lb)rodatiappadaBeban

(psi)jalan permukaan padaBeban 2

= ………... (3.2)

Dalam setiap perhitungan, beban pada roda yang terbesar yang digunakan sebagai

dasar penentuan kesesuaian daya dukung tanah dengan beban yang melintas di

atasnya (lihat gambar 3.3), karena jika lapisan dasar sudah mampu mendukung

beban pada roda yang terbesar maka beban pada roda yang lebih kecil tidak perlu

diperhitungkan lagi.

(Sumber : Hustrulid, 1995)

Gambar 3.3 Distribusi Beban pada Jalan

Page 25: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

3.3.1.3.Tahanan Gulir (Rolling Resistance)

Tahanan gulir adalah gaya penahan gerakan yang terjadi pada kendaraan

yang terkonsentrasi pada ban. Faktor-faktor yang menimbulkan tahanan gulir

adalah :

a. “Internal Friction”

Merupakan friksi yang terjadi akibat putaran-putaran mulai dari engine

flywheel sampai ke velg roda yang disebabkan oleh komponen mesin. Komponen

mesin merupakan faktor internal dari alat, dimana besarnya rimpull engine akan

ditransfer sebagian atau seluruhnya ke under carriage untuk memutar ban.

b. “Tire Flexing”

Merupakan tahanan yang terjadi pada roda ban dikarenakan “kembangan”

ban. Besar kecilnya kembangan ban tergantung pada : desain ban, tire inflation,

tekanan udara pada ban, keadaan permukaan jalan lintasnya.

c. “Tire Inflation”

Tekanan udara pada ban keadaan permukaan jalan lintasnya. Faktor tekanan

udara dalam ban tidak bisa diabaikan, karena kehilangan tenaga engine makin

besar jika tekanan angin kurang, karena bidang kontak makin besar sehingga gaya

tahan juga makin besar.

d. “Tire Penetration”

Tire penetration adalah amblasnya ban pada permukaan jalan lintas, dan hal

ini akan menambah besar nilai dari tahan gulir. Setiap amblas 1 inchi maka akan

memperbesar nilai tahanan gulir sebesar 30 lbs/ton. Tekanan ban bisa diatasi

dengan cara memelihara permukaan jalan lintas yang terbuat dari tanah.

Dalam perhitungan tahan gulir, yang harus diperhitungkan hanyalah untuk alat

berat/besar yang beroda ban. Tetapi untuk alat-alat beroda rantai (track type

vehicles) untuk keperluan praktis tidak diperhitungkan adanya tahan gulir

(meskipun sebetulnya ada, yaitu tahanan gulir dikarenakan internal friction).

Besarnya tahanan gulir dinyatakan dalam lbs dari rimpull yang diperlukan untuk

menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada jalur mendatar

dengan kondisi jalan tertentu (lihat tabel 3.4)

Page 26: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Tabel 3.4

Tahanan Gulir Tahanan Gulir

(%)Jalan terawat dengan baik, permukaan datar dan rata, tidak - ada amblasan roda dari kendaraanKondisi jalan sama seperti diatas, namun sepintas terdapat amblasan roda dari kendaraanPerawatan jalan kurang / jarang dilakukan, tanpa penyiraman, terjadi amblasan roda dari kendaraanPerawatan jalan tidak baik, dasar jalan tanpa kompaksi dan stabilisasi, jejak roda mudah sekali terbentukJalan pasir dan kerikil tanpa pemadatan 10Seluruh bagian jalan tak terawat, lembek, berlumpur, pene - 15 - 20trasi roda cukup dalam

8

Kondisi Jalan Angkut

2

3,5

5

(Sumber Komatsu Application Hanbook 24bd, sec.17)

3.3.2. Geometri Jalan Tambang

Geometri jalan tambang yang memenuhi syarat adalah bentuk dan ukuran

dari jalan tambang tersebut sesuai dengan alat angkut yang digunakan dan kondisi

medan yang ada sehingga menjamin serta menunjang segi keamanan dan

keselamatan operasi pengangkutan.

3.3.2.1. Lebar Jalan Angkut

Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus dengan dua jalur

didasarkan pada “rule of thumb” yang digunakan pada tambang terbuka kurang

lebih 4 kali lebar alat angkut terbesar yang digunakan (Couzens,1979) (lihat

gambar 3.4)

Lebar Jalan

Safety Berm

Wt = Lebar Alat Angkut

ParitanWt

½ Wt ½ Wt ½ Wt½ Wt

Wt

Gambar 3.4

Lebar Jalan Angkut

Page 27: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

3.3.2.2. Safety Berm

Safety berm (guardrails) atau pagar pengaman berfungsi untuk menjaga

alat angkut agar tetap berada pada jalurnya sehingga kecelakaan akibat

keteledoran pengemudi dapat dikurangi. Material yang digunakan untuk

pembuatan berm umumnya adalah batuan hasil peremukan dan pasir.

Dimensi safety berm (lihat gambar 3.5) didasarkan pada “rule of thumb” dimana

tinggi berm (B) adalah sama atau lebih besar dari static rolling radius (SRR).

Hubungan SRR dan tinggi ban dinyatakan sebagai berikut (Hustrulid, 1995) :

SRRx 2 x 1,05 TH = ..........................................................................................(3.3)

Dimana,

TH = Tinggi ban (in)

SRR = Static rolling radius (in)

Sedangkan lebar berm (A) adalah 1,5 kali tinggi berm

A

1 ½ :

1 Slope

1 ½ : 1 SlopeB

Gambar 3.5

Dimensi Safety Berm

3.3.2.3. Radius Tikungan

Jari-jari tikungan (belokan) berhubungan langsung dengan bentuk dan

konstruksi alat angkut yang digunakan.. Untuk itu dalam keperluan perencanaan

jalan angkut diperhitungkan alat angkut yang terbesar yang akan melewati jalan

angkut tersebut Dalam penerapannya, jari-jari lingkaran yang dijalani oleh roda

belakang dan roda depan berpotongan di suatu titik pusat dengan sudut yang sama

dengan besarnya penyimpangan roda (lihat gambar 3.6).

Jari-jari tikungan minimum umumnya digunakan untuk mementukan besarnya

area manuver di permuka kerja. Sedangkan untuk menentukan jari-jari tikungan

pada jalan angkut (haulage road), besarnya sangat tergantung pada berat alat

angkut yang melewati jalan angkut tersebut. Semakin berat alat angkut yang

Page 28: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

digunakan maka jari-jari tikungan yang dibutuhkan oleh alat angkut tersebut

untuk membelok akan semakin besar.

(Sumber: Sukirman ,1994)

Gambar 3.6 Radius Putar.Truk

Besarnya jari-jari tikungan minimum dapat ditentukan dengan persamaan :

αsinmin

WbR = ………………………………………………………… (3.4)

dimana,

Rmin = Radius putar minimum (meter)

Wb = Jarak antar gardan depan dan belakang (meter)

α = Sudut penyimpangan roda (°)

Tabel 3.5 Radius Tikungan Minimum

Berat Kendaraan Radius Tikungan Minimum(lbs) (ft)

1 < 100.000 192 100 - 200.000 243 200 - 400.000 314 > 400.000 39

Klasifikasi Berat Kendaraan

(Sumber Hustrulid , 1995) 3.3.2.4.Lebar pada Tikungan

Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari lebar jalan angkut

pada jalan lurus, dan lebar jalan pada tikungan dapat bertambah sesuai dengan

juntai (overhang) kendaraan dan kesulitan manuver.

CZFbFaUnW ++++= )( ………………………………………... (3.5)

Page 29: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

)(2/1 FbFaUZC ++== …………………………………………… (3.6)

Dimana,

W = Lebar jalan angkut pada tikungan

n = Jumlah jalur

U = Jarak antara ban kanan dan kiri

Fa = Lebar juntai depan

Fb = Lebar juntai belakang

C = Jarak antar dua alat angkut

Z = Jarak dari tepi jalan ke sisi luar alat angkut F b

Fb

Fa

Fa Z

Z

C

U

U

W

W=2(U+Fa+Fb+Z)+C C=Z=0,5(U+Fa+Fb) (Sumber : Indonesianto, 2000)

Gambar 3.7 Lebar Jalan pada Tikungan

3.3.3. Kemiringan Jalan

3.3.3.1.Keniringan pada Tikungan (Super Elevasi)

Super elevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk

oleh batas antara tepi jalan terdalam karena perbedaan ketinggian (lihat gambar

3.8). Berdasarkan teori A.T. Atkinson D.I.C. pada kondisi jalan kering nilai

super elevasi merupakan harga maksimum yaitu 90 mm/m sedangkan pada

kondisi jalan berlumpur atau licin nilai super elevasi terbesar adalah 60 mm/m.

Page 30: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

NN Cos θ

θ

N Sin θ

(m.V ) /R2

Gambar 3.8

Super Elevasi

Bagian tikungan jalan perlu diberi super elevasi, yakni dengan cara

meninggikan jalan pada bagian luar tikungan. Hal tersebut bertujuan untuk

mencegah kendaraan tergelincir ke luar jalan atau terguling.

Kemiringan jalan secara matematis merupakan perbandingan antara kenaikan

tinggi jalan dengan lebar jalan. Untuk menentukan besarnya kemiringan tikungan

jalan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata kendaraan dan koefisien friksinya.

Persamaan yang dipakai untuk menghitung sudut super elevasi yaitu :

GRV.

tan2

=θ …………………………………………………………. (3.7)

Dimana,

V = Kecepatan kendaraan saat melewati tikungan, m/s

R = Radius tikungan, m

G = Gravitasi bumi = 9,8 m/s2.

3.3.3.2.Kemiringan Jalan Angkut

Kemiringan atau “grade” jalan angkut merupakan faktor penting yang

harus diamati secara detail dalam kegiatan pengkajian terhadap kondisi jalan

tambang tersebut. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan

langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dalam pengereman maupun dalam

mengatasi tanjakan.

Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dalam

pengertiannya, kemiringan (α) 1 % berarti jalan angkut tersebut naik atau turun 1

m atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 m atau 100 ft.

Page 31: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Kemiringan “grade” jalan angkut dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan :

xh

Grade∆∆=)(α ……………………………………………………… (3.8)

Dimana,

∆h = Beda tinggi antar dua titik yang diukur

∆x = Jarak datar antar dua titik yang diukur

Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik

oleh alat angkut berkisar antara 10% -18%. Akan tetapi untuk jalan tanjakan atau

turunan pada bukit, kemiringan jalan maksimum yang aman adalah 8%.

3.3.3.3.Kemiringan Badan Jalan (Road Cross Slope)

Untuk mengatasi tergenangnya air pada badan jalan maka badan jalan

dibuat miring lebih rendah ke arah luar, dan pada bagian terluar dari jalan dibuat

paritan untuk menampung air limpasan (lihat gambar 3.9)

(Sumber : Hustrulid , 1995)

Gambar 3.9 Road Cross Slope

3.4. Saluran Penyaliran

Dalam rancangan pembuatan jalan angkut dan struktur pendukung

diperlukan adanya saluran air untuk mengalirkan air dari permukaan jalan dan

sekitarnya yang dapat memberikan pengaruh buruk terhadap jalan angkut itu

sendiri dan struktur pendukung dalam operasi penambangan. Air yang berasal dari

hujan yang jatuh di atas permukaan tanah harus diantisipasi sehingga jalan angkut

dan bangunan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Page 32: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Oleh karena itu, data curah hujan yang akurat sangat diperlukan untuk

rancangan pembuatan saluran penirisan. Dalam menentukan dimensi saluran air

harus diperhitungkan periode ulang hujan, yaitu berulangnya hujan dengan

intensitas yang sama pada masa mendatang.

Terdapat beberapa harga acuan periode ulang hujan dalam merancang saluran

penirisan pada tambang terbuka dan koefiein limpasan , seperti terlihat pada Tabel

3.6 dan 3.7

Tabel 3.6 Periode Ulang Hujan untuk Sarana Penirisan Tambang

Letak / Fungsi Periode Ulang Hujan (Tahun)Daerah Terbuka 0.5Sarana Tambang 2 - 5Lereng Tambang dan Penimbunan 5 - 10Sumuran Utama 10 - 20Penirisan Keliling Tambang 25Pemindahan Aliran Sungai 100

(Sumber : Gautama, 1999) Tabel 3.7

Koefisien Limpasan

Kemiringan Tutupan Koefisien Limpasan< 3 % Sawah, Rawa 0.2

Hutan, Perkebunan 0.3Perumahan dengan Kebun 0.4

3 - 15 % Hutan, Perkebunan 0.4Perumahan 0.5Tumbuhan jarang 0.6Tanpa Tumbuhan, Daerah Penimbunan 0.7

>15 % Hutan 0.6Perumahan, Kebun 0.7Tumbuhan jarang 0.8Tanpa Tumbuhan, Daerah Tambang 0.9

(Sumber : Gautama, 1999) Berdasarkan data-data curah hujan yang ada maka dapat dilakukan pengolahan

data curah hujan yang langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Penentuan harga rata-rata tinggi curah hujan maksimum :

n

x X ∑= ….……………………………………………………………. (3.9)

Dimana :

X = Curah hujan rata-rata maksimum, mm/hari

∑x = Jumlah curah hujan maksimum, mm/hari

n = Jumlah data

Page 33: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

2. Penentuan curah hujan harian maksimum :

( )nrx

r YY

X X −+=nδ

δ ………………………………………………… (3.10)

Dimana :

Xr = Curah hujan harian maksimum (R24), mm/hari

X = Curah hujan rata-rata maksimum, mm/hari

δx = Expected standart deviasi

δn = Standart deviasi

Yr = Variasi reduksi

Yn = Expected Mean

3. Perhitungan intensitas curah hujan:

3/2

c

24

t24

24R

I

= (Metode Manonobe) ……………………….. (3.11)

382,077,00195,0 −= SLtc (Rumus Kirpich) …………………………… (3.12)

Dimana :

I = Intensitas curah hujan

R24 = Curah hujan harian maksimum, mm/hari

tc = Waktu konsentrasi, jam

L = Jarak terjauh dalam daerah penyaliran ke titik perhitungan

S = Gradien

4. Perhitungan debit air limpasan :

AICQ ...278,0= …………………………………………………….… (3.13)

Dimana :

Q = Debit air limpasan, m3/detik

C := Koefisien limpasan

I = Intensitas curah hujan, mm/jam

A := Luas daerah tangkapan hujan, km2

Setelah debit air limpasan yang mungkin terjadi diketahui, maka dimensi

saluran penirisan yang akan digunakan dapat ditentukan.

Page 34: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Untuk menentukan dimensi saluran penirisan dapat digunakan rumus sebagai

berikut :

2/13/21SR

nAQ ×××= (Persamaan Manning) ………………………. (3.14)

Dimana :

Q = Debit air limpasan, m3/detik

n = Koefisien kekasaran dinding saluran (lihat Tabel 3.8)

R = Jari-jari hidrolis, m

S = Kemiringan dasar saluran, % (0,1 – 0,25 %)

A = Luas penampang saluran, m2

Untuk luas penampang saluran (A) mempunyai beberapa komponen yaitu :

- Jari-jari hidrolis (R)

- Kedalaman aliran (d)

- Lebar dasar saluran (b)

- Panjang sisi saluran (a)

- Lebar permukaan aliran (B)

- Kemiringan dinding saluran (m)

Mempunyai hubungan dengan persamaan

A = b.d + m.d2 ……………………………………………………………….(3.15)

R = 0,5.d ……………………………………………………………………..(3.16)

B = b + 2.m.d ………………………………………………………………...(3.17)

a = d.sinβ …………………………………………………………………….(3.18)

m = cotg β …………………………………………………..………………..(3.19)

d

B

b

β

a

Gambar 3.10

Penampang Saluran Penirisan

Page 35: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Untuk penampang saluran berbentuk trapesium, besarnya β adalah 60°.

Maka harga m

= Cotg 60° = 0.58

Untuk mencari harga b dipakai persamaan

b/d = ( ){ }m -m121/22+ ………………………………………………….(3.20)

= 1,152

Maka, b = 1,152.d ( disubtitusikan ke persamaan 3.14)

A = b.d + m.d2

= 1,152.d2 + (0,58.d2)

= 1,732 d2

Untuk koefisien kekasaran dan kemiringan dinding saluran dapat dilihat pada

tabel 3.8 dan 3.9

Tabel 3.8 Koefisien Kekasaran Dinding Saluran (n)

Tipe Dinding Saluran Koefisien Kekasaran DindingSaluran (n)

Semen 0.010 - 0.014Beton 0.011 - 0.016Bata 0.012 - 0.020Besi 0.013 - 0.017Tanah 0.020 - 0.030Gravel (kerikil) 0.022 - 0.035

(Sumber : Gautama, 1999) Tabel 3.9

Kemiringan Dinding Saluran untuk Berbagai Jenis Material

Bahan / Material Kemiringan Dinding SaluranBatu, Cadas Hampir vertikalTanah Gambut, Rawa 1/4 : 1Lempung Teguh, Tanah berlapis beton 1/2 : 1 sampai 1 : 1Tanah berlapis batu 1 : 1Lempung kaku tanah bagi parit kecil 1,5 : 1Tanah berpasir lepas 2 : 1Lempung berpasir atau lempung berpori 3 : 1

(Sumber : Gautama, 1999)

Page 36: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

3.5. Kemantapan Lereng (Slope Stability)

Kemantapan lereng dalam suatu kegiatan penambangan merupakan suatu

kegiatan yang penting, karena hal ini menyangkut keselamatan kerja didaerah

sekitar lereng tersebut. Pada tambang terbuka lereng yang tidak mantap akan

mengganggu kelancaran kegiatan penambangan.

Tanah atau batuan pada keadaan alami umumnya berada dalam keadaan

setimbang (equilibrium), artinya keadaan dimana distribusi tegangan pada batuan

atau tanah dalam keadaan mantap (stabil). Apabila ada gangguan terhadap batuan

atau tanah tersebut, seperti pembongkaran, penggalian, pengangkutan,

penimbunan, erosi ataupun kegiatan lain sehingga menyebabkan

kesetimbangannya terganggu, maka batuan atau tanah itu akan berusaha mencapai

kesetimbangan baru secara alami.

Demikian halnya yang terjadi pada sebuah bidang miring yang diatasnya terdapat

sebuah balok maka akan terlihat gaya gaya yang berkerja pada balok tersebut

terhadap bidang miring. (lihat gambar 3.11)

Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan

adalah dengan menentukan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan

antara gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil dengan gaya pnggerak

yang menyebabkan terjadinya longsor.

W cos αW

R

W sin α

α

Gambar 3.11

Mekanisme Luncuran Blok Pada Bidang

Maka berdasarkan gaya geser Mohr-Coulomb adalah sebagai berikut :

Page 37: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

τ = c + σn tanφ, dimana; ……………………………..….… (3.21)

σn = w cos α / A, maka ; τA

wc

αcos+= tanθ ………………..(3.22)

Adapun gaya geser (R) yang bekerja untuk menahan geseran pada blok

dinotasikan sebagai ( R = τ A ), dimana akan diperoleh persamaan :

R= c A + w cos α tan φ ...................................................................... (3.23)

Dalam keadaan seimbang atau dalam keadaan kritis, maka dapat dijabarkan

sebagai berikut ;

W sin α = c A + W cos α tan φ …………………………………..… (3.24)

Dimana :

τ = Kekuatan geser ( KN / m2 )

σn = Tegangan normal ( KN / m2 )

φ = Sudut geser dalam ( 0 )

c = Kohesi ( KN / m2 )

A = Luas area ( m2; ft2 ) Pengaruh keberadaan air pada massa batuan dapat berpengaruh terhadap

kesetimbangan pada blok tersebut. Air akan menimbulkan gaya angkat air sebesar

U sehingga dapat memperkecil tegangan normal pada bidang luncur (σn = w cos α

- U), maka dapat dijabarkan sebagai berikut :

R = c A + = w cos α tan φ ………………………………………….. (3.25)

R = (W cos α - U ) tan φ ………………………………………….... (3.26)

Dengan memasukkan gaya dorong air sebesar V yang bekerja di atas blok maka

akan memperbesar kuat geser pada bidang luncur (τ = w sin α + V ) maka dapat

dijabarkan sebagai berikut ;

R = c A + w cos α tan φ .................................................................... (3.27)

w sin α + V = c A + w cos α tan φ .................................................. (3.28)

Dari uraian di atas maka persamaan antara gaya geser dan gaya normal yang

bekerja pada blok terhadap sebuah bidang miring dengan memperhitungkan

kondisi air dapat dijabarkan dengan menggabungkan persamaan yaitu :

w sin α + V = c A + ( w cos α – U ) tan φ ......................................... (3.29)

Page 38: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Dimana :

V = Gaya dorong air terhadap blok ( KN/m2 )

U = Gaya angkat air terhadap blok ( KN/m2 )

3.5.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng

Faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisa kemantapan suatu

lereng antara lain

a. Relief permukaan bumi

Faktor ini mempengaruhi laju erosi dan pengendapan serta juga menentukan

arah aliran air permukaan dan air tanah. Hal ini disebabkan karena untuk suatu

daerah yang curam, kecepatan aliran air permukaan tinggi dan mengakibatkan

pengikisan lebih intensif dibandingkan pada daerah yang landai. Erosi yang

intensif, banyak dijumpai singkapan batuan dan ini menyebabkan pelapukan

yang lebih cepat. Material yang lapuk mempunyai kekuatan yang rendah

sehingga kemantapan lereng menjadi berkurang.

b. Geometri lereng

Geometri mencakup tinggi lereng dan sudut kemiringan lereng. Lereng yang

terlalu tinggi akan mengakibatkan lereng kurang mantap dan cenderung lebih

mudah longsor dibandingkan dengan lereng yang tidak terlalu tinggi bila

susunan batuannya sama. Demikian pula dengan sudut lereng, lereng menjadi

kurang mantap jika kemiringannya besar. Jadi semakin besar kemiringan dan

ketinggian suatu lereng, maka kestabilannya semakin berkurang.

c. Struktur geologi

Struktur geologi yang sangat berpengaruhi kestabilan lereng adalah bidang-

bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur geologi tersebut merupakan

bidang-bidang lemah (diskontinuitas) dan sekaligus sebagai tempat

merembesnya air sehingga dapat menurunkan kemantapan lereng.

d. Sifat fisik dan mekanik material

Sifat fisik yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah bobot isi (density),

porositas dan kandungan air. Sedangkan sifat mekanik batuan antara lain kuat

tekan, kuat geser dan sudut geser dalam batuan.

Page 39: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

- Bobot isi material

Semakin besar bobot isi material, maka gaya penggerak yang

menyebabkan lereng longsor semakin besar.

- Porositas material

materialyang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air,

dengan demikian bobot isinya akan semakin besar. Adanya air dalam

material juga akan menimbulkan tekanan air pori yang akan memperkecil

kuat geser material. Material yang mempunyai kuat geser kecil akan lebih

mudah longsor.

- Kandungan air dalam material

Semakin besar kandungan air dalam matrial, maka tekanan air pori

menjadi semakin besar, dengan demikian berarti bahwa kuat geser

material akan semakin kecil, sehingga kestabilannya berkurang.

- Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser material

Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (comfined and

uncomfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat

geser (shear strength).

- Sudut geser dalam

Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser material akan semakin

besar, dengan demikian lereng akan lebih stabil.

e. Iklim

Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena iklim mempengaruhi

perubahan temperatur. Temperatur yang cepat berubah dalam waktu yang

singkat akan mempercepat proses pelapukan material. Untuk daerah tropis

singkapan batuan akan lebih cepat lapuk dan mengakibatkan lereng mudah

longsor.

f. Gaya dari luar

Gaya luar juga mempengaruhi kemantapan lereng, dapat berupa getaran-

getaran yang berasal dari sumber yang berada di dekat lereng tersebut seperti

gempa, peledakan dan pemakaian alat-alat mekanis yang berat didekat lereng,

pemotongan dasar (toe) lereng tersebut.

Page 40: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

3.5.2. Gaya yang Mempengaruhi Nilai Faktor Keamanan

Secara prinsip, pada suatu lereng bekerja dua macam gaya yang membuat

massa batuan atau tanah bergerak dalam hal ini khususnya batuan sesuai dengan

kondisi lapangan penelitian yang disebut dengan gaya penggerak, dan gaya yang

menahan massa tersebut dari pergerakan yaitu yang disebut gaya penahan. Lereng

akan longsor jika gaya penggerak lebih besar dari gaya penahannya.

3.5.2.1.Faktor Pembentuk Gaya Penahan

a. Jenis Material

Jenis material dengan struktur mineral tertentu akan memberikan nilai

kemantapan lereng yang lebih besar, misalnya batuan beku .

b. Kekuatan Material

Material utuh (intact) yang mempunyai kuat tekan uniaksial tinggi dan

mempunyai sudut geser dalam yang tinggi merupakan material yang sangat

stabil terhadap longsoran. Material dengan kekuatan tinggi seperti ini

umumnya adalah batuan beku dan batuan metamorf. Sudut lereng pada batuan

tersebut bisa mencapai 90 derajat dan tinggi lereng yang besar.

3.5.2.2.Faktor Pembentuk Gaya Penggerak

Gaya penggerak umumnya dipengaruhi oleh gravitasi, sehingga berat dari

pada beban/bagian lereng ya ng bersangkutan adalah merupakan salah satu gaya

penggerak terjadinya longsoran:

a. Bobot isi

Batuan dengan bobot isi yang besar akan memberikan beban/gaya yang lebih

besar daripada lereng

b. Kandungan air tanah

Keberadaan air sebagai moisture tanah pada lereng yang bersangkutan akan

memberikan tambahan beban yang besar pada lereng.

c. Sudut lereng

Sudut lereng yang besar akan memberikan volume material atau batuan besar,

yang merupakan beban lereng yang lebih besar.

Page 41: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Kestabilan lereng diwakili oleh suatu angka Faktor Keamanan (FK) yaitu

perbandingan antara besarnya gaya penahan dan gaya penyebab longsoran. Secara

matematis faktor kestabilan lereng dinyatakan sebagai berikut :

F = R / Fp ……………………………………………………………….

(3.30)

Dimana :

F = Faktor kestabilan lereng.

R = Gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap

stabil.

Fp = Gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan lereng

longsor.

Pada keadaan :

F > 1.0 a lereng dianggap mantap

F = 1.0 a lereng dalam keadaan setimbang atau keadaan kritis

F < 1.0 a lereng dianggap tidak mantap

Untuk menentukan faktor keamanan lereng diambil suatu pedoman dalam

penentuan suatu angka faktor keamanan .

Tabel 3.10 Nilai Faktor Keamanan untuk Perancangan Lereng

Nilai FK Keadaan lereng < 1,0 Tidak mantap 1,0 – 1,2 Kemantapan diragukan 1,3 – 1,4

Memuaskan untuk pemotongan ataupun Penimbunan

1.5 – 1.7 Mantap untuk bendungan

3.5.3. Klasifikasi Longsoran

Berdasarkan proses longsornya batuan, longsoran batuan dapat dibadakan

menjadi 4 (empat) macam, yaitu :

3.5.3.1. Longsoran Bidang (Plane Failure)

Faktor yang mempengaruhi terjadinya longsoran bidang (khususnya untuk

bidang gelincir tunggal) adalah :

- Bidang gelincir mempunyai strike sejajar atau hampir sejajar (maksimal 20°)

dengan strike lereng.

Page 42: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

- Kemiringan bidang gelincir lebih kecil daripadi kemiringan lereng.

- Kemiringan bidang gelincir lebih besar daripada sudut geser dalamnya.

- Harus ada bidang release yang menjadi pembatas di kanan-kiri blok yang

menggelincir.

Gambar 3.12

Bentuk Longsoran Bidang

3.5.3.2.Longsoran Baji (Wedge Failure)

Longsoran baji terjadi apabila terdapat dua bidang lemah atau lebih saling

berpotongan sedemikian rupa sehingga membentuk baji.Kondisi yang

menyebabkan terjadinya longsoran baji adalah :

- Sudut lereng lebih besar daripada sudut garis potong kedua bidang lemah

- Sudut garis potong kedua bidang lemah lebih besar daripada sudut geser

dalamnya.

Gambar 3.13

Bentuk Longsoran Baji

Page 43: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

3.5.3.3.Longsoran Guling (Toppling Failure)

Longsoran guling terjadi apabila bidang-bidang lemah yang hadir dalam

lereng mempunyai kemiringan yang berlawanan dengan kemiringan lereng.

Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok yang diletakan diatas

sebuah bidang miring.

Gambar 3.14

Bentuk Longsoran Guling

3.5.3.4. Longsoran Busur (Circular Failure)

Longsoran busur ini biasanya banyak terjadi pada lereng batuan lapuk atau

sangat terkekarkan dan di lereng-lereng timbunan. Bentuk bidang gelincir pada

longsoran jenis ini akan menyerupai busur bila digambarkan pada penampang

melintang.

Dalam analisis busur ini harus memperhatikan pada :

- Jenis tanah /batuan, dalam hal ini batuan dianggap homogen dan kontinyu

- Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur lingkaran

- Tinggi permukaan air tanah pada lereng

Gambar 3.15

Bentuk Longsoran Busur

Page 44: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

3.5.4. Metode Analisa Kemantapan Lereng

Metode analisa kemantapan lereng yang digunakan adalah Metode Bishop

(lihat gambar 3.16). Metode ini dipilih karena material penyusun lereng adalah

tanah.

Analisa metode ini menguraikan gaya-gaya vertikal untuk memperoleh besarnya :

k

k

Fásin ötan

á cos

cosu F

ásin c' l-W

ul - P+

+

...................................................... (3.31)

Maka,

( )[ ]∑∑ ++=

kF tan ''tan

1

á sec ötanub -W b c'

ásin W 1

Fk αφ ............... (3.32)

Dimana,

Fk = Nilai faktor keamanan

c’ = Kohesi tanah dalam kondisi tegangan efektif

l = Panjang busur segmen

W = Berat segmen tanah

u = Tegangan air pori

φ = Sudut geser dalam tanah

α = Sudut antara garis vertikal dan jari-jari R

b = Lebar segmen

Untuk membantu permodelan dan perhitungan nilai kemantapan lereng,

penggunaan program komputer sangat disarankan.

Software SlopeW versi 5 dari GeoSlope International digunakan untuk

menganalisa nilai kemantapan lereng dari desain yang direncanakan. Sedangkan

untuk penggambaran model digunakan AutoCAD 2002 dari Autodesk.

Page 45: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Gambar 3.16

Model Longsoran Busur

Page 46: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

BAB IV

RENCANA TEKNIS PEMBONGKARAN TANAH LIAT

DI KUARI PT.SEMEN KUPANG (PERSERO) UNIT II

4.1. Sistem Penambangan Tanah Liat

Dalam kegiatan penambangan tanah liat yang dilakukan pada PT.Semen

Kupang (persero), sistem penambangan yang digunakan adalah sistem kuari tipe

side hill quarry dengan jalan masuk langsung karena cadangan tanah liat terletak

pada daerah yang miring berupa punggungan bukit

FRONT

JALAN MASUK

(Sumber : Partanto, 1990)

Gambar 4.1

Side Hill Quarry

Sistem side hill quarry cocok untuk penerapan kegiatan penambangan dengan

bench (jenjang), dimana jalan masuk dibuat pada sisi samping atau depan jenjang

langsung menuju permuka kerja

Tanah liat adalah endapan dengan kadar dan penyebaran yang relatif seragam

(homogen) sehingga pada kegiatan pembongkarannya, material langsung

dibongkar dan digusur dengan alat mekanis serta urut-urutan penambangannya

(mining sequence) mengikuti kontur atau bentuk topografi lahan penambangan

Sistem penambangan yang dipilih ini akan sangat menentukan dalam aplikai

peralatan mekanis nantinya. Bentuk dan geometri kuari yang akan dibuat

umumnya terbatas pada jangkauan dan kemampuan alat mekanis yang akan

digunakan

Page 47: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

4.2. Pemilihan Peralatan Mekanis

Pemilihan peralatan mekanis sangat tergantung dari sistem penambangan

yang dipilih dan telah dipertimbangkan baik secara teknis dan ekonomis.

Pemilihan peralatan mekanis sangat berpengaruh pada geometri kuari yang akan

dibuat. Tinggi dan lebar jenjang permuka kerja akan dipengaruhi oleh jangkauan

dan kemampuan alat mekanis yang dipilih.

Berbagai aspek yang terlibat dalam kegiatan penambangan baik teknis dan

ekonomis memiliki peran signifikan dalam menentukan peralatan mekanis (sistem

penanganan material) yang akan dipakai.

Pemilihan sistem penanganan material berdasarkan sistem penambangan, bentuk

endapan yang relatif seragam dan homogen serta inventaris alat mekanis yang

dimiliki oleh PT. Semen Kupang (persero).

Dari berbagai pertimbangan tadi maka metode penanganan material yang dipilih

adalah Metode Dozer Ripper-Front End Loader-Truck yang merupakan

kombinasi dari bulldozer sebagai alat bongkar, front end loader dalam hal ini

backhoe yang menjadi alat muat dan dump truck sebagai alat angkutnya..

Gambar 4.2 Metode Dozer Ripper - Front End Loader-Truck

Pada sistem penambangan side hill quarry, pembuatan permuka kerja awal

berhubungan langsung dengan geometri jenjang yang akan dibuat.

Geometri front penambangan meliputi :

Page 48: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

1. Tinggi Front penambangan

Tinggi front penambangan yang dibuat di kuari PT.Semen Kupang (persero)

sama dengan tinggi jenjang yaitu 5 meter,

Untuk membuat jenjang dengan tinggi 5 meter, proses pembuatannya tidak

sekaligus melainkan secara bertahap.

Pertama-tama bulldozer melakukan pemotongan awal (initial cut) untuk landasan

kerja baik bagi dozer itu sendiri dan bagi backhoe serta jalan akses untuk truck,

lalu meneruskan dengan penggaruan dengan ripper dan menggusur tanah liat

secara down hill.

Proses penurunan ketinggian (leveling) ini dibuat bertahap dan disesuaikan

dengan keadaan topografi yang ada dimana kemiringannya cukup aman untuk

mencegah bulldozer tidak terjungkal saat menggusur material ke ujung jenjang.

1

2

3

Gambar 4.3

Proses Pemotongan Awal (Intial Cut)

Page 49: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

2. Lebar Front Penambangan

Lebar front kerja pada kuari tanah liat dibuat sesuai dengan lebar alat muat

dan angkut yang bekerja pada jenjang serta jangkauan dari alat angkut yang

digunakan (lihat gambar 4.4)

45°

Wmin

Lmin Gambar 4.4

Dimensi Minimum Front Penambangan

Untuk Lebar minimum (Wmin) front adalah 19 meter, sedangkan Panjang

minimum (Lmin) adalah 12 meter (lihat lampiran I)

4.3. Kemajuan Penambangan

Dalam menentukan arah kemajuan penambangan, salah satu pertimbangan

yang diambil adalah keadaan topografi daerah penambangan.

Kuari tanah liat PT.Semen Kupang (persero) terletak pada punggungan bukit

maka arah kemajuan disesuaikan dengan metode penggusuran dari bulldozer

yakni metode down hill dozing dengan arah penggusuran dari Timur ke Barat (N

270°E)

4.4. Sasaran Produksi

Kuari tanah liat PT.Semen Kupang unit II dengan jumlah cadangan

sebesar 8.837.567,76 ton (lihat lampiran B) merupakan sumber pemasok material

mentah (raw material) sebagai bahan baku pembuatan semen portland dengan

Page 50: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

target sebesar 63,60 LCM tanah liat per jam atau 101,76 ton per jam (lihat

lampiran D)

4.5. Kegiatan Penambangan Tanah Liat

4.5.1. Kegiatan Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Keadaan topografi kuari tanah liat terletak di punggungan bukit dengan

kemiringan rata-rata sekitar ± 10 % umumnya ditumbuhi oleh rerumputan dan

tumbuhan semak dengan ketinggian rata-rata sekitar ± 1 meter

Untuk kegiatan land clearing, alat mekanis yang digunakan yaitu bulldozer

Komatsu D-65E 12 sebanyak 1 (satu) unit untuk menyingkirkan tumbuhan semak,

dan bongkahan batu (boulder) serta meratakan lahan untuk pekerjaan selanjutnya.

4.5.2. Kegiatan Pembongkaran

Kegiatan pembongkaran terbagi atas 2 (dua) kegiatan yaitu :

a. Kegiatan Pembongkaran Tanah Penutup

b. Kegiatan Pembongkaran Tanah Liat

4.5.2.1. Kegiatan Pembongkaran Tanah Penutup

Tanah penutup endapan tanah liat pada kuari PT.Semen Kupang (persero)

cukup tipis dengan ketebalan ± 10-25 cm.Tanah penutup ini digaru dengan ripper

lalu digusur dengan bulldozer ke samping front kerja.

Dari pengamatan yang dilakukan, sering terjadi tercampurnya tanah penutup

dengan tanah liat. Walaupun sering terjadi, akan tetapi hal ini tidak terlalu

berpengaruh karena volume tanah penutup yang relatif sedikit terhadap tanah liat.

Jika material kekurangan kadar Alumina (Al2O3) dikoreksi dengan pasir besi, dan

bila material kekurangan Silika (SiO2) akan dikoreksi dengan pasir kuarsa.

4.5.2.2. Kegiatan Pembongkaran Tanah Liat

Kegiatan pembongkaran tanah liat dilakukan dengan 1 (satu) unit

bulldozer D-275 A yang dilengkapi dengan ripper, dengan produksi sebesar 96,62

m3/jam (lihat lampiran Q) untuk memenuhi target produksi sebesar 63,60

LCM/jam atau 101,76 ton/jam.

Metode penggusuran yang dipakai adalah down-hill dozing. Metode penggusuran

ini dianggap paling efektif untuk front kerja yang terletak pada tempat yang

Page 51: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

miring dan kemampuan bulldozer dapat meningkat karena dibantu oleh gaya

gravitasi.

Untuk kemajuan penambangan, pembagian blok berdasarkan ketinggian kontur

dengan waktu pekerjaan dibagi per 3 (tiga) bulan.

4.5.3. Kegiatan Pemuatan Tanah Liat

Untuk mengangkut tanah liat ke alat angkut maka material gusuran

bulldozer membutuhkan alat mekanis untuk memuatnya. Alat muat yang dipakai

adalah 1 (satu) unit Excavator (backhoe) Komatsu type PC 200 dengan produksi

sebesar 295,61 m3/jam (lihat lampiran R)

Backhoe sebagai alat muat pada front kerja diposisikan diatas material hasil

gusuran sehingga pola pemuatannya adalah top loading.

4.5.4. Kegiatan Pengangkutan Tanah Liat

Pengangkutan tanah liat yang dibongkar dari front kerja ke stockpile

dilakukan dengan 1 (satu) unit dump truck Nissan CWB-520 HDN dengan

kapasitas 17,6 m3.

Dengan panjang jalan angkut dari kuari ke stockpile sebesar 2.453 m maka

produksi alat angkut tersebut sebesar 97,13 m3/jam.(lihat lampiran S)

4.6. Jadwal Jam Kerja

Kegiatan pembongkaran tanah liat di kuari tanah liat PT. Semen Kupang

Unit II dilaksanakan sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan, yaitu

sebanyak 1 shift per hari dengan jumlah jam kerja per shift adalah 8 (delapan)

jam kerja kecuali pada hari sabtu 1 (satu) shift hanya 5 jam kerja. (lihat lampiran

C dan tabel 4.1))

Kegiatan pembongkaran pada kuari tanah liat PT. Semen Kupang Unit II hanya

berlangsung selama 6 (enam) bulan saja dalam satu tahun yaitu pada musim

kemarau,

Operasi penambangan ini dilaksanakan secara bergantian dengan kegiatan

pembogkaran batugamping. Hal ini disebabkan karena pada musim hujan, kuari

tanah liat tergenang oleh air hujan dan menyebabkan terhambatnya mobilitas alat

mekanis yang bekerja.

Page 52: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Jika dalam pelaksanaannya terdapat kekurangan produksi, maka jumlah jam

kerja ditambah sampai produksi tercapai.

Tabel 4.1. Jadwal Jam Kerja

Senin - Jum'at Sabtu1 Persiapan dan Pemberangkatan 7.00 - 8.00 7.00 - 8.00

(meliputi persiapan alat mekanis dan perjalanan dari workshop ke kuari)

2 Mulai kerja I 8.00 - 12.00 8.00 - 12.003 Istirahat 12.00 - 13.00 12.00 - 13.004 Mulai Kerja II 13.00 - 16.00 -

Kegiatan Waktu

4.7. Kegiatan Pendukung Penambangan

Sebuah kegiatan penambangan melibatkan berbagai jenis kegiatan lain

yang sifatnya sebagai pendukung dan saling terkait antara satu dengan lainnya.

Akan tetapi dalam pembahasan ini penulis hanya menyorot kepada aspek

pendukung yang bersifat teknis saja dalam pembuatan rencana teknis suatu

kegiatan pembongkaran yaitu jalan angkut dan sistem penyalirannya.

4.7.1. Jalan Angkut

Dalam kegiatan pengangkutan material tanah liat dari front ke stockpile

jalan angkut memegang peranan yang sangat vital dalam sukses tidaknya kegiatan

pengangkutan.

Jalan angkut yang menghubungkan kuari tanah liat dengan stockpile PT.Semen

Kupang (persero) sepanjang 2453 m memiliki kondisi yang kurang baik karena

tidak terdapatnya saluran penyaliran yang memadai pada samping badan jalan ,

pengerasan badan jalan dan perawatannya yang kurang baik sehingga pada musim

hujan badan jalan mengalami kerusakan yang cukup serius.

Hal ini dapat menghambat proses pengangkutan dan dapat menimbulkan

kecelakaan.

4.7.2. Sistem Penyaliran

Sistem penyaliran dalam kegiatan penambangan juga memegang peranan

penting dan terkait dengan kegiatan lainnya dalam suatu kegiatan penambangan.

Air limpasan yang timbul akibat hujan menjadi masalah utama dalam kegiatan

penambangan. Walaupun kegiatan penambangan tidak berlangsung pada saat

Page 53: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

musim hujan namun air limpasan ini dapat merusak jenjang akhir (final bench)

pada front kerja dan jalan angkut.

Tidak adanya sistem penyaliran yang memadai pada sekitar kuari dan di samping

badan jalan menyebabkan jenjang pada kuari mengalami longsor dan permukaan

jalan angkut menjadi rusak

Kuari tanah liat PT.Semen Kupang (persero) terletak pada punggungan bukit dan

arah aliran air limpasan (lihat pada gambar 4.5) sehingga peran saluran penirisan

untuk mengalihkan aliran air menjadi sangat penting untuk menjaga kestabilan

jenjang penambangan, jalan angkut dan mencegah fasilitas pabrik yang terletak

lebih rendah dari kuari terkena dampak negatif air limpasan kegiatan

penambangan.

Gambar 4.5

Arah Aliran Air Limpasan

Page 54: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

BAB V

PEMBAHASAN

Suatu perencanaan yang baik dan menyeluruh dalam suatu kegiatan

penambangan harus memperhatikan tahapan kelanjutan dari kegiatan yang akan

dilakukan, baik itu dalam perencanaan jangka pendek atau jangka panjang.

5.1.Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Kegiatan land clearing merupakan kegiatan pendahuluan dan perintis

(pioneering) dalam sebuah kegiatan penambangan meliputi pembersihan vegetasi

dan perataaan lahan serta merintis dalam pembuatan permuka kerja dan jalan

akses, dimana kegiatan ini termasuk dalam perencanaan jangka pendek.

5.1.1. Survey Lahan

Berdasarkan pengamatan di lapangan, kuari tanah liat PT. Semen

Kupang Unit II pada umumnya ditumbuhi oleh semak dan rerumputan

sehingga memberikan kemudahan pada kegiatan land clearing dengan

jumlah pepohonan relatif sedikit. Pohon yang ada di lokasi umumnya adalah

pohon lontar dan tergolong kayu lunak dengan diameter rata-rata 30 cm

Lahan yang akan dibersihkan dibagi ke dalam blok clearing dengan ukuran 100 x

100 meter dan dibagi lagi ke dalam lintassan dengan ukuran 100 x 5 meter (± 1

lintasan = 0,1 Ha) jadi dalam 1 blok clearing terdapat 20 lintasan (lihat lampiran

J). Jumlah pohon ada dalam lintasan tersebut dihitung jumlahnya. Karena tidak

lengkapnya data jumlah pohon per-lintasan maka diasumsikan berdasarkan

pengamatan di lapangan yaitu rata-rata 1 (satu) batang pohon per lintasan

5.1.2. Metode Clearing dan Peralataan Mekanis

Peralatan mekanis yang dipakai dalam kegiatan land clearing disesuaikan

dengan inventaris alat mekanis yang dimiliki oleh PT.Semen Kupang Unit II yaitu

memakai 1 unit bulldozer Komatsu D-65E 12 dengan kapasitas blade 6,8 m3

Pada kegiatan menggusur semak dan rumput yang ada pada lahan cukup didorong

dengan blade dan untuk merobohkan pohon yang ada pada jalur gusur, bulldozer

Page 55: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

menggunakan blade mendorongnya pada batang pohon tersebut tetapi secara

bertahap, sedikit demi sedikit sampai kekuatan pohon tersebut berkurang lalu

didorong sampai roboh (lihat gambar 5.1)

A). Pembabatan Pohon B). Pembabatan Semak

Gambar 5.1

Metode Pembabatan Vegetasi

Jika dalam lintasan terdapat bongkahan batu yang besar maka seperti halnya

pohon, bulldozer mendorongnya dengan blade tetapi secara perlahan-lahan.

Untuk batang pohon yang besar sebelum dikumpulkan sebaiknya dipotong-potong

dahulu agar mudah dalam penggusurannya.

Perhitungan produksi aktual dari kegiatan land clearing agak sukar karena

tidak konstannya kecepatan gusur, hambatan topografi, dan lain-lain. Produksi

alat mekanis untuk kegiatan land clearing sangat sulit untuk ditentukan tetapi

dapat diestimasi.(Caterpillar Performance Handbook 31st, 2000).

Untuk pembabatan semak, produksi alat mekanis sebesar 1,6 Ha / jam, sedangkan

pembabatan pohon memerlukan waktu 51,45 menit / hektar (lihat lampiran J)

dengan waktu yang dijadwalkan selama 1 minggu.

5.1.3. Pembuatan Jalan Masuk dan Front Awal

Kegiatan pembersihan lahan merupakan pioneer (perintis) dalam suatu

rencana pembongkaran, selain membabat vegetasi, menyingkirkan boulder serta

meratakan lahan, kegiatan land clearing juga membuat jalan akses pada front

untuk pertama kali.

Rencana jalan masuk ke permuka kerja sepanjang 323 m ke front awal dengan

sifat jalan ini hanya bersifat sementara, dimana arah dan panjangnya dapat

Page 56: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

berubah-ubah sewaktu-waktu sesuai dengan kemajuan penambangan, dimana arah

umum kemajuan penambangan yaitu dari arah timur ke barat (N 270° E).

Jalan akses tidak memerlukan pengerasan tetapi tingkat perawatannya lebih

intensif dibandingkan .jalan angkut yang memakai pengerasan.

5.2. Jalan Angkut

Peranan jalan angkut dalam sebuah kegiatan penambangan sangat vital,

sehingga desain jalan angkut yang benar akan menentukan berhasil tidaknya

sebuah kegiatan penambangan.

5.2.1. Lebar Jalan Angkut

Jalan angkut yang direncanakan memakai 2 (dua) jalur, walaupun jumlah alat

angkut yang digunakan hanya 1 (satu) buah dump truck Nissan CWB 520

HDN. Perencanaan dengan 2 (dua) jalur bertujuan untuk mengatasi

peningkatan sasaran produksi dan terjadi penambahan alat angkut maka lebar

jalan angkut yang dipakai telah memadai.

5.2.1.1. Lebar pada Segmen Lurus

Pada jalur lurus, lebar badan jalan dihitung dengan persamaan

(AASHO Manual for Rural Highway Design, 1965) :

W = ( ) [ ] Wt 1)(n n.Wt 21++

dimana,

W = Lebar jalan angkut

n = Jumlah jalur

Wt = Lebar alat angkut (lihat lampiran H)

Diketahui,

n = 2 dan Wt = 2,49 m ≈ 2,5 m

maka,

W = 2,5] 1)[(2 (2.2,5) 21++ = 8,75 m

maka, lebar jalan angkut pada segmen lurus adalah 8,75 meter

5.2.1.2. Lebar pada Tikungan

Lebar jalan pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar jalan pada

segmen lurus, dihitung dengan persamaan (3.4)

Page 57: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

CZFbFaUnW ++++= )(

Dimana,

W = Lebar jalan angkut pada tikungan

n = Jumlah jalur

U = Jarak antara ban kanan dan kiri

Fa = Lebar juntai depan (lihat lampiran H)

Fb = Lebar juntai belakang (lihat lampiran H)

C = Jarak antar dua alat angkut

Z = Jarak dari tepi jalan ke sisi luar alat angkut

Diketahui :

n = 2

U = 1.860 mm ≈1,8 m

Fa = 1.400 mm ≈1,4 m

Fb = 1.400 mm ≈1,4 m

Z = C = ½ .Wt = 1,25 m

Maka,

W = 25,11,25)1,41,4(1,8 2 ++++ = 12,95 m

maka, lebar jalan pada tikungan sebesar 12,95 m

5.2.2. Safety Berm

Safety berm (guardrails) atau pagar pengaman berfungsi untuk menjaga

alat angkut agar tetap berada pada jalurnya sehingga kecelakaan akibat

keteledoran pengemudi dapat dikurangi. Material yang digunakan untuk

pembuatan berm umumnya adalah batuan hasil peremukan dan pasir.

Dimensi berm diasumsikan mempunyai tinggi sama atau lebih besar dari static

rolling radius (SRR) yang dinyatakan dalam persamaan 3.3

SRRx 2 x 1,05 TH =

Dimana,

TH = Tinggi roda = 680 mm (0,68 m) = 35,77 in (lihat lampiran H),

Maka :

SRR = 1,2

77,35 in

1,05 x 2TH = = 17 in ≈ 43,1 cm

Page 58: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Jadi, tinggi berm (B) minimum adalah 0,43 m

Sedangkan lebar berm (A) mengacu tinggi berm dengan perbandingan 1 ½ : 1,

maka lebar berm (A) adalah :

A = 1,5 x B = 1,5 x 0,43 = 0,64 m

Jadi, lebar berm (A) minimum adalah 0,64 m (lihat gambar 5.2)

A

1 ½ :

1 Slope

1 ½ : 1 Slope

0,43

m B

0,64 m

Gambar 5.2

Dimensi Safety Berm

5.2.3. Radius Tikungan dan Super Elevasi

Perancangan tikungan dan superelevasi yang tepat pada jalan angkut

diperlukan untuk membantu manuver alat angkut agar tidak tergelincir atau

terguling ke luar badan jalan

Desain radius tikungan adalah 20 meter (65,61 ft) (lihat peta jalan angkut)

dianggap sudah memenuhi syarat (lihat tabel 3.5). Nilai super elevasi pada

tikungan dihitung dengan asumsi 90 mm/m lebar jalan pada tikungan (Atkinson),

maka

= 0,09 x 12,95 m = 1,16 m (lihat gambar 5.3)

h = 1 ,16 m

12 ,95 m

R = 20 m

8 ,7 5 m

Gambar 5.3

Desain Tikungan dan Superelevasi

Page 59: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

5.2.4. Kemiringan Jalan

Perancangan kemiringan badan jalan angkut disebabkan oleh 2 hal yaitu

karena bentuk topografi dan disengaja untuk keperluan penyaliran agar air

limpasan tidak mengenang pada badan jalan.

5.2.4.1.Kemiringan Melintang (cross slope)

Kemiringan melintang ini didesain untuk kepentingan penyaliran.

Besarnya kemiringan jalan dipengaruhi oleh lebar badan jalan dimana, besarnya ¼

sampai ½ inchi per feet lebar jalan ( 0,02-0,04 ft/ft)

Harga cross slope yang diambil adalah 0,04 ft/ft (harga untuk jalan angkut

tambang) (Hustrulid, 1995) dengan lebar jalan 28,707 ft (8,75 m) maka,

kemiringan melintang (lihat gambar 5.3) :

= 0,04 x 28,707 ft

= 1,148 ft ≈ 0,34 m

Garis tengah jalan

h = 0,34 m

W = 8,75 m

Gambar 5.3

Desain Penampang Melintang

5.2.4.2. Kemiringan Tanjakan (grade)

Grade jalan angkut ini didesain sedemikian rupa agar alat angkut tidak

mengalami hambatan untuk melaluinya. Kemiringan tanjakan yang ideal untuk

alat angkut adalah 8 % (yang berarti jalan tersebut naik 8 meter per 100 meter

jarak mendatar)

Jalan angkut dari stockpile ke kuari tanah liat PT. Semen Kupang Unit II dibagi ke

dalam 4 (empat) segmen berdasarkan nilai % grade dan tikungan, (lihat peta jalan

angkut) yaitu

1. Segmen I , dengan panjang 355 meter, grade 0 % dan nilai rolling resistance

3,5 %

Page 60: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

2. Segmen II, dengan panjang 1045 meter, grade 3,2 %, dan nilai rolling

resistance 3,5 %

3. Segmen III, dengan panjang 266 meter, grade 0 %, dan nilai rolling resistance

3,5 %

4. Segmen IV, dengan panjang 787 meter, grade 3.1 %, dan nilai rolling

resistance 3,5 %

Segmen IPanjang = 355 mGrade = 0 %RR = 3,5 %

Segmen IIIPanjang = 266 mGrade = 0 %RR = 3,5 %

Bermuatan

Segmen IVPanjang = 787 m

Grade = 3,12 %

RR = 3,5 %Segmen IIPanjang = 1045 mGrade = 3,2 %RR = 3,5 %

Gambar 5.4

Segmen Jalan Angkut

5.2.5. Perlapisan Jalan

Keadaan perlapisan jalan angkut yang dibuat harus mampu menahan

beban atau berat alat angkut yang lewat diatasnya.

Beban yang ditimbulkan oleh dump truck Nissan CWB 52 HDN dengan berat

bermuatan 20 ton yaitu 35.342 lb (16 ton) (lihat lampiran K). Untuk mengatasi

beban tersebut maka, rancangan jalan harus memiliki ketebalan yang tepat.

Ketebalan perlapisan jalan dapat diketahui dengan menggunakan kurva California

Bearing Ratio (CBR) untuk beban kendaraan dan jenis material pengerasan yang

dipakai.

Penentuan jenis material pengerasan berdasarkan ketersediaan material pada

lokasi penambangan, yaitu :

- Material untuk subgrade, Jenis material : tanah liat dengan plastisitas tinggi

(lapisan asli topografi lahan) dengan angka CBR = 5

- Material untuk sub base, Jenis material : pasir dengan angka CBR 15

- Material untuk base, Jenis material : batugamping kasar dengan angka CBR

60

Page 61: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

- Material untuk wearing surface, Jenis material : batugamping seperti base

material tetapi fragmen yang lebih besar (akan lebih baik jika memakai batuan

yang lebih kompak dengan angka CBR yang lebih besar misalnya andesit)

Selanjutnya tebal masing-masing lapisan pada jalan dapat diketahui yaitu : 13 in

(0,33 m) untuk sub-base, 6 in (0,15 m) untuk base, 6 in (0,15 m) untuk wear

surface (lihat gambar 5.5) (lihat lampiran K).

.

25 in

ch

12 in

ch 6 in

chWearing Surface

Base

Sub-Base

Sub-Grade

Gambar 5.5

Lapisan Badan Jalan

5.3. Saluran Penyaliran

Saluran penyaliran juga memiliki peran yang penting guna mendukung suatu

kegiatan penambangan agar berlangsung secara efektif.

Pada kuari tanah liat PT.Semen Kupang Unit II memiliki 2 (dua) daerah

tangkapan hujan (DTH) atau catchment area, dengan luas masing-masing DTH

yaitu 0,14 km2 dan 3,93 km2 (lihat peta sistem penyaliran).

5.3.1. Hujan Rencana

Untuk perhitungan hujan rencana, Periode Ulang Hujan (PUH) yang

diambil adalah 10 tahun, maka besarnya expected mean (Yn), expected standar

variasi (δn), dan variasi reduksi (Yx) adalah 0,4952, 0,9496, dan 2,2502 sehingga

besarnya hujan rencana/hari (R24) adalah 32,843 mm/hari (lihat lampiran L)

Waktu konsentrasi untuk DTH I dan DTH II ialah 37,69 menit dan 34,15 menit

sehingga intensitas hujan/hari (I) tiap DTH ialah 13,938 mm/hari dan 15,792

mm/hari.

Page 62: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

5.3.2. Debit Air Limpasan

Debit (Q) untuk DTH I dan DTH II yaitu 0,163 m3/detik dan 5,155

m3/detik (lihat lampiran L)

5.3.3. Dimensi Saluran

Dari lampiran L, dimensi masing-masing saluran dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 5.1. Dimensi Saluran Penyaliran

No Q d b A B aSaluran m3/detik m m m2 m m

1 0.163 0.171 0.197 0.050 0.394 0.1482 5.155 0.623 0.718 0.673 1.441 0.5403 5.318 0.631 0.727 0.689 1.458 0.546

Sedangkan untuk dimensi gorong-gorong :

d = 1,04 m, B = 2,08 m, R = 0,540 m, A = 0,84 m, sehingga diamater gorong-

gorong yang dipakai adalah 1,5 m

Maka dimensi saluran dapat digambar sebagai berikut :

0,171 m

0,394 m

0,197 m

60°

0,148 m

Gambar 5.6

Dimensi Saluran 1

0,623 m

1,141 m

0,718 m

60°

0,540 m

Gambar 5.7

Dimensi Saluran 2

Page 63: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

0,631 m

1,458 m

0,727 m

60°

0,546 m

Gambar 5.8

Dimensi Saluran 3

1,04 m1,5 m

Gambar 5.9

Dimensi Gorong-gorong 5.3.4. Posisi Saluran

Posisi masing-masing saluran penyaliran dapat dilihat pada gambar 5.10.

Dari gambar nampak bahwa saluran 3 menampung aliran air yang berasal dari

saluran 1 dan 2, dimana untuk mengalirkan air dari saluran 1 ke saluran 3

melewati badan jalan angkut membutuhkan gorong-gorong.dengan panjang 9,5

meter. Gorong-gorong yang dipakai diasumsikan mampu menahan beban yang

timbul oleh badan jalan angkut yang berada diatasnya. Untuk saluran 1, 2 dan 3

mempunyai panjang masing-masing 4.770 m, 2.454 m dan 1.412 m.

Saluran 3 ini langsung berhubungan dengan saluran penirisan jalan raya yang

terletak di sebelah barat pabrik dan bermuara pada laut.

Air limpasan yang masuk ke dalam saluran penirisan jalan raya diasumsikan tidak

menggangu saluran tersebut dan ekosistem laut karena debit air yang kecil serta

tidak mengandung partikel terlarut yang berbahaya (hanya air hujan yang

bercampur dengan tanah liat).

Page 64: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Alternatif penggunaan kolam pengendapan tidak dipakai karena keterbatasan alat

mekanis untuk kegiatan perawatan kolam dan aliran air tidak mengandung

padatan berbahaya bagi lingkungan yang harus diendapkan.

Gambar 5.10 Posisi Saluran Penyaliran

S a lura n 2

Sa lu ra n 3

G or o ng - go r on g

K e la u t

S alu ra n 1

Ba da n Ja la n

Gambar 5.11

Layout Saluran dan Gorong-Gorong

5.4. Kestabilan Lereng (Slope Stability)

Jenjang akhir penambangan (ultmate pit slope) pada kuari tanah liat PT.Semen

Kupang Unit II mempunyai tinggi 10 meter dengan overall pit slope sebesar 70°

(lihat gambar 5.12).

Page 65: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Dalam penentuan dimensi jenjang, selain pertimbangan teknis berupa jangkauan

alat mekanis, pertimbangan perundang-undangan pun harus dijadikan acuan yaitu

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1999, dimana tinggi jenjang maksimum

untuk tanah liat adalah 10 meter dengan sudut 70°.

Untuk menghitung nilai faktor keamanan (FK) dari model jenjang digunakan

software Slope-W versi 5.(lihat lampiran M). Dari hasil run model lereng pada

software didapat faktor keamanan (FK) model jenjang sebesar 5,186 (Metode

Bishop), sehingga jenjang dinilai aman

Soil 1ClaySoil Model Mohr-CoulombUnit Weight 7.651 KN/m3Cohesion 64.434 KN/m2Phi 34

Jarak (m)0 10 20 30

Ting

gi(m

)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

70°

5 m

10 m

Gambar 5.12

Geometri Jenjang Penambangan

5.5. Jadwal Perawatan (Maintenance Schedule)

Untuk memcapai suatu kegiatan pembongkaran yang sukses maka kinerja alat

mekanis yang terlibat di dalamnya sangat menentukan. Kinerja alat yang baik

dipengaruhi oleh banyak faktor, baik oleh manusia sebagai operatornya maupun

oleh alat mekanis itu sendiri.

Jika suatu alat yang seharusnya bekerja tetapi tidak bekerja karena rusak maka

akan mengganggu jalannya keseluruhan sistem kerja. Untuk mencegah hal

semacam ini, maka jadwal perlakuan perawatan yang baik dan benar akan

menentukan tingkat kesediaan alat mekanis itu

Page 66: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Selain perawatan mesin, perawatan jalan angkut juga memegang peranan penting

dalam menunjang produksi alat mekanis, khususnya produksi alat angkut..

5.5.1. Perawatan Alat Mekanis.

Secara umum panduan dalam penyusunan jadwal perawatan alat penulis

merujuk pada PAMA Basic Machine System, dan sebagai parameter jadwal

perawatan alat mekanis yaitu waktu kerja alat dan hour meter.

Perawatan terbagi atas 2 (dua) yaitu perawatan harian dan perawatan berkala.

Perawatan harian yaitu pemeriksaaan suatu alat sebelum dan sesudah dioperasikan

tiap harinya, sedangkan perawatan berkala adalah pemeriksaan dan pergantian

suku cadang tertentu yang telah aus dalam jangka waktu tertentu. Jenis perlakuan

perawatan terhadap alat mekanis dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Jadwal Penggantian Suku Cadang

Bagian Mesin Nama Suku Jumlah Jadwal PenggantianCadang

Elemen saringan Elemen saringan 1 Setiap 250 jam kerjafull flow (Gasket) (1)Elemen saringan Elemen saringan 1 Setiap 250 jam kerjapernapasan keter engineSaringan bahan Saringan 1 Setiap 500 jam kerjabakar (O - ring) (1)

(Seal washer) (1)Saringan bypass Elemen saringan 1 Setiap 500 jam kerja

(O - ring) 1Saringan anti karat Catridge 1 Setiap 500 jam kerjaSaringan hidrolis Elemen saringan 1 Setiap 1000 jam kerjaSaringan udara Elemen saringan 1 Setiap 2000 jam kerja

(Sumber : Basic Machine System PAMA)

5.5.2. Perawatan Jalan Angkut

Perawatan jalan angkut angkut perlu dilakukan mengingat jalan angkut

akan mengalami kerusakan akibat air hujan, dan lalu-lintas alat mekanis yang

melaluinya. Tindakan perawatan yang dilakukan dapat berupa perataan badan

jalan dan penimbunan lubang-lubang pada badan jalan, serta penyemprotan air

untuk mengurangi debu.

Alat mekanis yang digunakan untuk perataan dan penimbunan lubang pada badan

jalan yaitu Bulldozer Komatsu D-65, sedangkan pada musim kemarau peran truk

Page 67: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

penyemprot air diperlukan untuk mengurangai debu sehingga tidak menggangu

jarak pandang pengemudi dan lingkungan sekitar.

5.6. Kemajuan Penambangan

5.6.1. Front I

Arah pembongkaran di kuari tanah liat PT.Semen Kupang Unit II dari

timur ke barat (N 270°E) mengikuti ketinggian dan digusur dengan bulldozer

Komatsu D-275 secara down hill.

Front I ini merupakan permuka kerja awal dalam kegiatan pembongkaran tanah

liat pada ketinggian 170 m sampai 165 m Sesudah kegiatan land clearing maka

jalan akses dibuat ke arah front kerja sepanjang 297,5 m.

Waktu yang dibutuhkan untuk membongkar tanah liat pada front I sebanyak

61.344 ton adalah 3,38 bulan (lihat lampiran U)

Tabel 5.4

Volume Material pada Front I

NO LUAS JARAK LUAS VOLUMEPENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA

(m2) (m) (m2) (m3)A - A' 55.703 25 248.734 6218.35B - B' 441.765 25 399.267 9981.675C - C' 356.769 25 281.763 7044.075D - D' 206.757 25 144.4805 3612.0125E - E' 82.204 25 41.102 1027.55

GRS.BANTU 0 16.227883.6625

TONASE (TON) 61344.0575 5.6.2. Front II

5.6.2.1.Front II-1

Front II-1 adalah front awal pada front II dengan ketinggian

pembongkaran 165 m.sampai 160 m. Jalan akses untuk front II-1 memakai jalan

akses yang dibuat untuk front I, dengan panjang 197,2 m.

Waktu yang dibutuhkan untuk membongkar tanah liat pada front II-1 sebanyak

35.136, 14 ton adalah 1,93 bulan (lihat lampiran U)

Page 68: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Tabel 5.5

Volume Material pada Front II-1

N O L U A S J A R A K L U A S V O L U M EP E N A M P A N G P E N A M P A N G P E N A M P A N G R A T A - R A T A

( m 2 ) ( m ) ( m 2 ) ( m 2 )A - A ' 5 5 . 6 6 0 25 .0 1 5 6 . 0 3 6 3 9 0 0 . 8 8 8B - B ' 2 5 6 . 4 1 1 25 .0 2 3 3 . 3 1 6 5 8 3 2 . 8 8 8C - C ' 2 1 0 . 2 2 0 25 .0 1 6 2 . 9 5 8 4 0 7 3 . 9 3 8D - D ' 1 1 5 . 6 9 5 25 .0 6 7 . 2 3 9 1 6 8 0 . 9 7 5E - E ' 1 8 . 7 8 3 25 .0 1 5 . 3 9 2 3 8 4 . 7 8 8F - F ' 1 2 . 0 0 0 16 .3 6.000 9 7 . 5 0 0

G R S . B A N T U 0.000 12 .61 5 9 7 0 . 9 7 5

T O N A S E ( T O N ) 3 5 1 3 6 . 1 4 5

5.6.2.2.Front II-2

Front II-2 mulai dibongkar setelah front II-1 selesai dibongkar dengan

ketinggian pembongkaran 165 m sampai 160 m. Front II-2 terletak

dibelakang II-1 dijangkau dengan jalan akses dengan panjang 284,5 m.

Waktu yang dibutuhkan untuk membongkar tanah liat pada front II-2

sebanyak 69.174 ton adalah 3,81 bulan (lihat lampiran U)

Tabel 5.6 Volume Material pada Front II-2

NO LUAS JARAK LUAS VOLUMEPENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA

(m2 ) (m) (m 2) (m2)A - A ' 231.158 25.0 248.169 6204.213B - B ' 265.179 25.0 266.907 6672.663C - C ' 268.634 25.0 275.950 6898.738D - D ' 283.265 25.0 252.630 6315.750E - E ' 221.995 25.0 161.331 4033.275F - F' 100.667 25.0 51.529 1288.213G - G ' 2.390 25.0 1.195 29.875

GRS.BANTU 0.000 4.831442.725

TONASE (TON) 69173.995

5.6.2.3.Front II-3

Front II-3 adalah front terakhir pada tahun ke-2 kegiatan penambangan

tanah liat di PT.Semen Kupang Unit II dengan ketinggian 165-160 m.

Front ini terletak di sebelah utara front II-2, dihubungkan dengan jalan akses

dengan panjang keseluruhan 336,3 m. Dalam pembuatan jalan akses ini melewati

daerah cekungan sepanjang 36 m antara front II-2 dan II-3 sehingga untuk

membuat jalan akses menemui kesulitan.

Page 69: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Untuk itu cekungan tersebut ditimbun terlebih dahulu.. Volume tanah yang

dibutuhkan 276,48 m3 tanah yang dipadatkan (lihat lampiran T). Waktu yang

dibutuhkan untuk membongkar tanah liat pada front II-3 sebanyak 27.154 ton

adalah 1,49 bulan (lihat lampiran U).

Tabel 5.7

Volume Material pada Front II-3 NO LUAS JARAK LUAS VOLUME

PENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA(m 2) (m) (m 2) (m 2)

GRS.BANTU 0.000 19.0 18.108 344.133A - A ' 36.215 25.0 75.201 1880.025B - B ' 114.187 25.0 136.696 3417.388C - C ' 159.204 25.0 144.605 3615.113D - D ' 130.005 25.0 88.733 2218.313E - E ' 47.460 25.0 29.221 730.513F - F' 10.981 25.0 5.491 137.263

GRS.BANTU 0.000 8.812342.746

TONASE(TON) 27154.040

Page 70: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian pada bab pembahasan dan bab sebelumnya maka, dapat

diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

6.1. Kesimpulan

1. Sebagai kegiatan awal dalam penambangan tanah liat, kegiatan land clearing

pada kuari tanah liat menggunakan bulldozer Komatsu D-65E 12 dengan

produksi pembabatan semak sebesar 1,6 Ha/jam, produksi perebahan pohon

(tree felling) sebesar 51,45 menit/Ha dan membutuhkan waktu 1 (satu)

minggu.

2. Metode pembongkaran material yang dipakai adalah dengan ripper yang di-

attach pada bulldozer dan sistem penanganan material yang dipakai adalah

metode Dozer-Front End Loader-Truck.

3. Jumlah peralatan mekanis yang dipakai dalam kegiatan penambangan ialah

bulldozer tipe Komatsu D-275 A (kapasitas blade 12,8 m3) dengan produksi

96,62 m3/jam sebanyak 1 (satu) unit, Excavator (backhoe) tipe Komatsu PC-

200-5 (kapasitas bucket 1,3 m3) dengan produksi 295,61 m3/jam sebanyak 1

(satu) unit, dan Dump Truck tipe Nissan CWB-520 HDN (gross payload 20

ton) dengan produksi 97,13 m3/jam sebanyak 1 (satu) unit.

4. Jalan angkut yang didesain mempunyai panjang keseluruhan 2453 m, lebar

pada jalur lurus sebesar 8,75 m, lebar pada tikungan sebesar 12,95 m, harga

super elevasi pada tikungan sebesar 1,16 m dan besarnya kemiringan

melintang (cross slope) jalan sebesar 0,34 m

5. Untuk mendukung beban alat angkut maka tebal lapisan jalan dari lapisan

terbawah ke yang paling atas sebagai berikut yaitu lapisan sub-base dengan

tebal 13 in (0,33 m), lapisan base dengan tebal 6 in (0,15 m) dan lapisan wear

surface dengan tebal 6 in (0,15 m)

6. Kuari tanah liat PT.Semen Kupang Unit II mempunyai 2 (dua) daerah

tangkapan hujan (DTH) dengan luas dan debit masing-masing 0,14 km2

Page 71: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

mempunyai debit 0,163 m3/detik dan 3,93 km2 mempunyai debit 5,155

m3/detik

7. Untuk mengalirkan air limpasan memakai 3 (tiga) saluran dan 1 (satu)

gorong-gorong

8. Jenjang penambangan yang didesain mempunyai tinggi 10 m dan kemiringan

sebesar 70° (overall pit slope) mempunyai nilai faktor keamanan (FK) 5,186

dinilai aman.

9. Tonase tanah liat tertambang oleh kegiatan penambangan tanah liat pada

tahun I sebanyak 96.480,20 ton dan tahun II sebanyak 96.328 ton telah

mampu untuk memenuhi target produksi tanah liat yaitu 96.000 ton/tahun

6.2. Saran

Usaha yang perlu dilakukan agar rencana penambangan yang dibuat dapat

dilaksanakan dengan baik dan efisien :

1. Peningkatan etos kerja dari karyawan PT.Semen Kupang (persero) agar lebih

tepat waktu dalam melaksanakan tugas, dimana dengan pemberian bonus bagi

yang berperestasi serta hukuman bagi yang melakukan pelanggaran (punish

and reward) merupakan alternatif yang baik.

2. Pelaksanaan perawatan alat mekanis baik secara harian dan periodik dilakukan

sesuai dengan apa yang telah dijadwalkan sehingga produkstivitas alat baik

dan memperpanjang umur pakai alat mekanis.

3. Untuk kegiatan perawatan jalan angkut sebaiknya menggunakan motor grader

daripada bulldozer karena motor grader mampu meratakan dan mengatur

kemiringan badan jalan lebih baik dari bulldozer.

Page 72: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

DAFTAR PUSTAKA

1. Abramson Lee W, Lee Thomas S, Sharma Sunil, Boyce Glenn M, 1995,

“Slope Stability and Stabilization Methods”, A Wiley Interscience Publication, Canada, Hal 38-57, 373-374

2. Gautama Rudi Sayoga, 1999, “Diktat Kuliah Sistem Penyaliran”, Institut Teknologi Bandung, Bandung

3. Hartman Howard L, 1988, “Introductory Mining Engineering”, A Wiley Interscience Publication, Hal 134-142, 154-167

4. Hustrulid W, Kutcha M, 1995, “Open Pit Planning and Design ”, A.A. Balkema, Rotterdam Brookfield, Hal 338-350

5. Indonesianto Yanto, 2000, “Pemindahan Tanah Mekanis”, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta, Hal 42-46 6. Kennedy B.A, 1990, “Surface Mining”, 2nd Edition, SME Inc, Littleton

Colorado, Hal 459 – 469

7. Partanto Prodjosumarto, 1990, “Tambang Terbuka”, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Hal 23-24

8. Partanto Prodjosumarto, 1995, “Pemindahan Tanah Mekanis”, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Hal 4-10

9. _______, 1996, “PAMA Basic Machine System”, United Tractor Training Center Departement, Jakarta, Hal II 03 09 – 09 09

10. _______, 2000, “Caterpillar Performance Handbook 31st Edition”, Caterpillar Inc, Peoria Illinois, Hal 26-1 – 26-7

11. _______, 2003, “Komatsu Application Handbook 24th Edition”, Komatsu Publication, Japan, Hal 1B 12, 3A-19, 17A-4 – 17A-17

Page 73: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 74: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

1

LAMPIRAN A

CURAH HUJAN

Tabel A.1

Intensitas Curah Hujan di Kupang

dari Tahun 1993 - 2002

Bulan

Tahun mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm1 1993 215 499 59 178 21 2 0 3 12 5 56 952 1994 541 311 255 25 13 14 2 0 0 10 8 2053 1995 303 309 317 157 1 0 0 0 0 0 38 2054 1996 434 317 629 198 24 2 0 0 3 0 122 4055 1997 374 516 260 58 0 0 1 2 0 0 120 1016 1998 310 708 183 3 12 2 2 0 0 0 59 1917 1999 441 173 84 132 28 4 39 0 0 59 158 3078 2000 408 787 489 84 0 0 0 0 0 34 186 1579 2001 572 598 492 113 65 0 0 0 1 0 144 18910 2002 296 344 104 29 0 0 9 0 0 3 416 276

389.4 456.2 287.2 97.7 16.4 2.4 5.3 0.5 1.6 11.1 130.7 213.1

NO JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL DESAGS SEP OKT NOP

(Sumber : Dinas Meterologi dan Geofisika Sta. Lasiana, Kupang)

Page 75: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Tabel A.2

Jumlah Hari Hujan di Kupang

dari Tahun 1993 – 2002

Bulan

Tahun Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari1 1993 14 24 13 9 4 4 0 1 3 2 13 152 1994 24 20 18 7 1 5 3 0 0 4 7 183 1995 24 25 17 17 2 0 0 0 0 0 4 204 1996 29 23 20 12 7 4 0 0 2 0 16 245 1997 23 18 17 8 4 0 1 4 0 0 13 236 1998 16 22 11 2 2 5 2 0 0 0 10 197 1999 20 17 16 15 5 3 4 0 0 5 17 238 2000 25 27 24 16 0 0 0 2 0 4 14 229 2001 27 25 21 17 15 0 0 0 0 0 17 1210 2002 24 19 18 5 0 0 6 0 0 4 17 21

22.6 22 17.5 10.8 4 2.1 1.6 0.7 0.5 1.9 12.8 19.7

NO JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL DESAGS SEP OKT NOP

Sumber : Dinas Meterologi dan Geofisika Sta. Lasiana, Kupang)

Page 76: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Grafik Curah Hujan Rata-rata di PT.Semen Kupang dari Tahun 1993-2002

0

100

200

300

400

500

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

Bulan

Cur

ah H

ujan

(mm

)

Gambar A.1

Grafik Curah Hujan dari Tahun 1993-2002

Page 77: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Grafik Hari Hujan Rata-rata di PT.Semen Kupang dari Tahun 1993-2002

0

5

10

15

20

25

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

Bulan

Har

i Huj

an (h

ari)

Gambar A.2

Grafik Hari Hujan dari Tahun 1993-2002

Page 78: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

1

LAMPIRAN B

VOLUME CADANGAN TANAH LIAT

Maka, total tonase endapan tanah liat tertambang dengan ultimate pit slope

sebesar 70° adalah = 5.253.567,350 BCM x 1,6 t/m3

= 8.837.707,76 ton

BLOK PENAMPANG LUAS JARAK VOLUMEPENAMPANG BLOK

M2 M M3

I A - A' 2537.195B - B' 2354.957 100 244607.600

II B - B' 2354.957C - C' 3584.596 100 296977.650

III C - C' 3584.596D - D' 2275.780 100 293018.800

IV D - D' 2275.780E - E' 4622.411 100 344909.550

V E - E' 4622.411F - F' 4193.975 100 440819.300

VI F - F' 4193.975G - G' 6518.840 100 535640.750

VII G - G' 6518.840H - H' 10175.662 100 834725.100

VIII H - H' 10175.662I - I' 9921.213 100 1004843.750

IX I - I' 9921.213J - J' 7917.529 100 891937.100

X J - J' 7917.529K - K' 6725.981 50 366087.750

TOTAL 5253567.350

Page 79: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN C

PERHITUNGAN WAKTU KERJA

Kegiatan pembongkaran yang dilakukan oleh Sie.Penggalian PT Semen

Kupang Unit II (Persero) dilakukan dalam 1 shift kerja selama 8 jam tiap hari

kerja kecuali pada hari Sabtu, 1 shift kerja hanya 5 jam kerja.

Perinciannya :

• Hari Senin s/d Jum’at

Jam 7.00-12.00 5 jam (kerja)

Jam 12.00-13.00 1 jam (istirahat)

Jam 13.00-16.00 3 jam (kerja) +

8 jam kerja

• Hari Sabtu

Jam 7.00-12.00 5 jam (kerja)

Jam 12.00-13.00 1 jam (istirahat) +

5 jam kerja

Jumlah hari kerja per tahun = 300 hari kerja

Maka, jumlah hari kerja per bulan = ( 300 / 12 bulan ) hari

= 25 hari kerja.

Maka, jumlah jam kerja yang tersedia per bulan :

= 20 hari kerja x 8 jam kerja = 160 jam kerja

= 5 hari kerja x 5 jam kerja = 25 jam kerja +

= 185 jam kerja per bulan

Page 80: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN D

PERHITUNGAN TARGET PRODUKSI

Target produksi PT. Semen Kupang (persero) pada tahun 2003-2004 dengan

unit produksi SK II yang baru adalah sebesar 240.000 ton semen.*).

Diagram alir Produksi

Dari diagram alir diatas, diketahui bahwa target produksi tanah liat untuk

satu tahun yaitu 96.000 ton tanah liat/tahun, maka :

1. Kehilangan akibat proses pengangkutan dan penambangan sampai ke fasilitas

crusher yaitu sebesar 15%, maka:

= 000.96%)15100(

%100x

− = 112.942 ton tanah liat/tahun

2. Diketahui bobot isi tanah liat pada lokasi penambangan yaitu 1,60 ton/LCM,

maka, volume tanah liat yang harus ditambang per tahun yaitu :

*) Sumber : Raw Material Enggineering PT. Semen Kupang (persero)

240.000 ton semen

230.400 ton klinker

Ditambah 4% Gypsum

288.000 ton gamping 96.000 ton tanah liat

75 % Batugamping 25 % Tanah liat

384.000 ton white mill

Looses 40%

Page 81: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

= ton/LCM60,1

ton112.942Clay IsiBobot ton112.942

=

= 70.588,75 LCM/tahun

3. Kegiatan penambangan tidak dilaksanakan pada musim hujan, karena kondisi

kuari yang tergenang air sehingga tidak memungkinkan untuk mobilitas alat

dan pemakaian alat yang bergantian dengan penambangan batugamping,

sehingga kegiatan penambangan tanah liat efektif hanya berlangsung selama

6 bulan.

= bulan6

LCM 75,588.70 = 11.764,8 LCM/bulan

Sehingga :

= kerja jam 185

LCM/bulan8,764.11

= 63,60 LCM /jam

= 101,76 ton/jam

Page 82: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN E

VOLUME MATERIAL YANG TERBONGKAR

Dari lampiran target produksi didapat target produksi per tahun sebesar

70.588,75 LCM maka,

- Volume material (in bank) yang terbongkar adalah

= 70.588,75 LCM x Faktor Pemadatan

= 70.588,75 LCM x 0,7

= 49.412,125 BCM/tahun

- Looses sebesar 10% akibat proses penambangan dan pembuatan jenjang,

maka volume material yang harus dibongkar per tahun sebesar :

= 0,9

BCM125,412.94 = 54.902,36 BCM/tahun

- Waktu penambangan tanah liat efektif untuk kuari tanah liat adalah 6 bulan

dalam satu tahun, maka target produksi per bulan :

= 6

BCM 54.902,36 = 9.150,4 BCM/bulan

Page 83: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN F

SPESIFIKASI ALAT GALI

A. Kegiatan Pembongkaran

Spesifikasi Umum

Jenis Alat : Bulldozer

Merk dan Model : Komatsu D-275 A

Model Engine : Komatsu S6-D 170, 6 Piston

Type Engine : 4-cycle, Direct Injection, Turbocharged

Daya Mesin : 400 HP at 1800 Rpm

Berat Siap Operasi : 44.480 Kg (98.060 lb)

Kapasitas Tanki Bahan Bakar : 840 liter

Transmisi : 3 forward gear, 3 reverse gear, Torque-flow

Dimensi

Panjang : 9.085 mm

Lebar : 7.085 mm

Tinggi : 3.955 mm

Blade

Jenis : Semi U-tiltdozer

Kapasitas : 12,8 m3

Kedalaman Gusur Maksimum : 640 mm

Attachment

Ripper

- Jenis : Giant Ripper

- Type : Variable type, Long Ripper Point

- Berat : 3550 Kg (7.830 lb)

- Kedalaman Penetrasi Maksimum : 1300 mm, sudut : 42°

Page 84: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Gambar F.1

Bulldozer Komatsu D-275 A

Page 85: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

B. Kegiatan Land Clearing

Spesifikasi Umum

Jenis Alat : Bulldozer

Merk dan Model : Komatsu D-65E-12

Model Engine : Komatsu 6D125E-2, 6 Piston

Type Engine : 4-cycle, Direct Injection

Daya Mesin : 179 HP at 2200 Rpm

Berat Siap Operasi : 18.500 Kg (14.800 lb)

Transmisi : 3 forward gear, 3 reverse gear, Torque-flow

Dimensi

Panjang : 5.440 mm

Lebar : 3.460 mm

Tinggi : 2.990 mm

Blade

Jenis : Semi U-tiltdozer

Kapasitas : 6.8 m3

Lebar Blade : 3.460 mm

Kedalaman Gusur Maksimum : 440 mm

Gambar F.2 Bulldozer Komatsu D-65E-12

Page 86: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN G

SPESIFIKASI ALAT MUAT

Kegiatan Pemuatan

Spesifikasi Umum

Jenis Alat : Excavator Backhoe

Merk dan Model : Komatsu PC-200-5

Model Engine : Komatsu S-6D95L, 6 piston

Type Engine : 4-cycle, water cooled, Direct Injection,

Turbocharged

Range KapasitasBucket : 0,5 - 1,41 m3 (0,65 -1,8 Cu.yd)

Berat Siap Operasi : 18.930 Kg (41,730 lb)

System Hydraulic : Piston (with engine control)

Max Oil Flow : 2x190 liter/min, 50 us gallon/min

Ground pressure : 0,37 kg/cm2 (5,26 PSI)

Dimensi

Panjang : 9390 mm

Lebar : 2780 mm

Tinggi : 3005 mm (overall height)

Boom dan Bucket

Panjang Boom : 5700 mm (17’8” ft.in)

Panjang Arm : 2.410 mm (6’3” ft.in)

Max Swing Radius : 9700 mm (31’10” ft.in)

Type Bucket : General Purpose

Kapasitas Bucket : 1,3 m3 (1,7 cu.yd)

Page 87: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

A

B

D

C

KETERANGAN

A : Tinggi bucket maksimum saat bermuatan

B : Jangkauan maksimum untuk permukaan

C : Tinggi maksimum D : Kedalaman gali maksimum

Gambar G.1

Jangkauan Komatsu PC-200-5 A = 7.110 mm

B = 9.700 mm (swing radius)

C = 10.000 mm

D = 6.620 mm

Gambar G.2

Backhoe Komatsu PC-200-5

Page 88: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN H

SPESIFIKASI ALAT ANGKUT

Spesifikasi Umum

Jenis Alat : Dump Truck

Merk dan Model : Nissan CWB 520 HDN

Model Engine : Nissan Motor RD 8

Type Engine : 4-cycle, Direct Injection, V-Type Engine

Output HP : 335 HP at 2200 Rpm

Berat tanpa Bak (Net Weight) : 7.300 Kg

Kapasitas Tanki Bahan Bakar : 200 liter

Kecepatan Maksimal : 130 Km/jam

Jumlah Roda : 10, 16-20 PR

Transmisi : 6 transmisi dengan 1 gigi mundur

Dimensi

Panjang : 7.365 mm

Lebar : 2.490 mm

Tinggi : 2.885 mm

Juntai Depan : 1.400 mm

Juntai Belakang : 1.400 mm

Tread Roda Depan : 2.045 mm

Tread Roda Belakang : 1.860 mm

Jarak antar Sumbu : 1.860 mm

Tinggi Roda : 680 mm

Sudut Penyimpangan Roda : 35°

Bak

Type : DV-20

Tebal Dinding : 4,5 mm

Page 89: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Tebal Lantai : 6 mm

Frame : 6 mm

Volume Peres : 14,2 m3

Volume Munjung : 17,6 m3

Gross Payload : 20.000 Kg

Kecepatan Gigi (Travel Speed) :

- Gear 1 : 5 MpH

- Gear 2 : 10 MpH

- Gear 3 : 25 MpH

- Gear 4 : 55 MpH

- Gear 5 : 85 MpH

Gambar H.1

Dump Truck Nissan CWB-52 HDN

Page 90: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN I

DIMENSI MINIMUM FRONT PENAMBANGAN

1. Lebar Minimum Front

45°

Rs½ Rs

½ Rs

½ Rs

½ Rs

a

a a

Mt

Wmin

Wm

Lmin

Lt sin α

Lt

Lt cos α

Wt sin α

Wt

Gambar I.1

Dimensi Front Penambangan

Lebar minimum front dihitung dengan persamaan :

tsmin M a )R (0,5 2 W ++=

Page 91: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Dimana,

Rs = Swing radius dari PC-200-5 (lihat lampiran G)

a = Jarak tambahan

Mt = Lebar truck pada saat membentuk sudut α

= Lt cos α + Wt sin α (Lt : Panjang truck dan Wt : Lebar truck)

= (7,36 m cos 45o + 2,49 m sin 45o)

= 6,96 m ≈ 7 meter

α = Sudut yang dibentuk oleh truck pada waktu spotting = 45o

Diketahui,

Rs = 9700 mm = 9,7 meter

a = 1 meter

Mt = 7 meter

maka,

Wmin = 7 1 m) 9,7 x (0,5 2 ++

= 17,7 m ≈ 18 meter

2. Panjang Minimum Front

Untuk panjang minimum jenjang dihitung dengan persamaan :

2a R L smin +=

maka,

Lmin = 9,7 meter + (2x1 m)

= 11,7 meter ≈ 12 meter

Untuk perhitungan ini, lebar tumpukan material (Wm) tidak dimasukan karena

lebar tumpukan dianggap berada dalam jangkauan backhoe (berada dalam swing

radius backhoe).

Page 92: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN J

RENCANA LAND CLEARING

1. Blok Clearing

Daerah yang akan dibersihkan dibagi ke dalam blok-blok clearing seluas

masing-masing 1 (satu) Ha dan tiap blok di-grid dengan ukuran 100 x 5 meter,

dan grid-grid ini merupakan lintasan bulldozer serta dijadikan ukuran populasi

pohon yang ada dalam lahan.

Dari peta diketahui terdapat 8 (delapan) blok clearing (Blok A-H) dan 160

lintasan clearing. (lihat peta land clearing)

BLOK B BLOK A

Ket. :: Arah Clearing : Arah Gusuran Tumpukan

: Arah Gerak Bulldozer : Tumpukan Hasil Ckearing

BLOK CBLOK D

100 m

100

m

BLOK E BLOK F BLOK G BLOK H

Gambar J.1

Skema Blok Clearing

Arah clearing dilakukan mulai dari blok D sampai ke blok H (gambarJ.1).

Material hasil clearing kemudian ditimbun pada blok H.

2. Estimasi Produksi

2.1. Produksi Umum

Untuk menghitung produksi umum land clearing dimana kegiatannya hanya

menggusur semak belukar menggunakan nomograph produksi alat gusur dan lebar

Page 93: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

lintasan (width of cut) dengan asumsi kecepatan konstan dan efisiensi kerja 82,5%

(Sumber : Caterpilar Performance Handbook 31st, 2000)

Diketahui :

Kecepatan gusur = 4 km/jam (3-5 km/jam)

Lebar limtasan = 5 m (disesuaikan dengan grid yang telah dibuat)

Maka, angka-angka ini diplot ke dalam nomograph

2

3

4

5

6

7

89

10

0,5

1

1,6

2

3

4

567

2

3

4

5

6

789

10

Kecepatan (km/jam)

Produksi(Hektar/jam)

Lebar Lintasan(meter)

1

* Berdasarkan efisiensi kerja 82,5%

(Sumber : Caterpillar Performance Handbook 31st) Gambar J.2.

Nomograph Produksi Land Clearing

Maka, didapat produksi land clearing adalah sebesar 1,6 Ha/jam

2.2. Produksi Perebahan (Felling) Pohon

Untuk menghitung produksi perebahan pohon menggunakan persamaan :

[ ]DFNMNMNMNMA(B)X T 44332211 +++++=

Dimana :

T = Waktu yang dibutuhkan untuk luasan 1 Ha (menit)

Page 94: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

X = Tingkat kekerasan kayu yang memepengaruhi total waktu

A = Tingkat kepadatan pohon per hektar

B = Waktu dasar untuk type tractor per hektar

M = Waktu per pohon untuk tumbang dalam tiap range diameter (menit)

N = Jumlah pohon per hektar dalam tiap range diameter

D = Jumlah diamter keseluruhan pohon diatas 180 cm

F = Waktu per pohon untuk tumbang diatas 180 cm

Pengaruh kekerasan kayu untuk waktu total :

Ø 75 - 100 % kayu keras : X =1,3

Ø 25 - 75 % kayu keras : X = 1,0

Ø 0 – 25 % kayu keras : X = 0,7

Tabel J.1 Faktor Produksi Perebahan

Waktu dasar Diamter per hektar 30-60 cm 60-90 cm 90-120 cm 120-180 cm > 180 cm

B M1 M2 M3 M4 F165 Hp 85 menit 0.7 menit 3.4 menit 6.8 menit - -230 Hp 58 menit 0.5 menit 1.7 menit 3.3 menit 10.2 menit 3.3 menit305 Hp 45 menit 0.2 menit 1.3 menit 2.2 menit 6 menit 1.8 menit405 Hp 30 menit 0.1 menit 0.4 menit 1.3 menit 3 menit 1 menit

TractorDiamater Range

(Sumber : Caterpillar Performance Handbook 31st) Untuk nilai A :

Ø Padat : 1480 atau lebih pohon/hektar, maka nilai A = 2,0

Ø Medium : 990-1480 pohon/hektar, maka nilai A = 1,0

Ø Jarang : kurang dari 990 pohon /hektar maka nilai A = 0,7

Dengan asumsi tiap grid (lintasan) terdapat 1 (satu) pohon lontar (kayu

lunak) dengan diameter 30 cm maka, untuk 1 hektar terdapat 20 pohon lontar dan

memakai tractor (Bulldozer Komatsu D65E-12) dengan output Hp = 179 Hp

(diasumsikan 165 Hp)

Maka,

X = 0,7 (pohon lontar termasuk kayu lunak)

A = 0,7 ( kepadatan pohon jarang <990 batang pohon.hektar)

B = 85 menit (output Hp asumsi =165 Hp)

M = 0,7 menit (diameter pohon = 30 cm)

Page 95: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

N = 20 batang pohon

Sehingga,

T = 11NM [A(B) X + ]

= 0,7 [0,7.(85) + (0,7.20)]

= 51,45 menit/hektar

Maka,

Produksi perebahan pohon ialah 51,45 menit/ hektar

Page 96: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN K

KONSTRUKSI BADAN JALAN ANGKUT

1. Perhitungan Luas Bidang Kontak

Diketahui :

Ø Berat truk (bermuatan) : 20.000 kg (44092 lb)

Ø Jumlah ban : 6 buah (2 buah depan, 4 buah belakang)

Ø Takanan ban : 100 psi

Ø Distribusi beban yaitu : 33 % untuk ban depan dan 67 % untuk ban

belakang dengan 2 pasang ban (dual rear tire) (Hustrulid, 1995)

a. Untuk Ban Depan

Distribusi beban pada tiap roda depan (LT)

= 2

lb 44092 x % 33 = 7.275,18 lb

Maka, luas bidang kontak (in2)

= ban pada udaratekanan

roda padabeban x 9,0=

psi 100lb 7275,18 x 0,9

= 65,47 in2

Sehingga, jari-jari bidang kontak (r) yang dianggap berbentuk lingkaran

adalah

π r2 = 65,47 in2 ⇒ r = 4.56 in

b. Untuk Ban Belakang

Distibusi beban pada tiap pasang roda belakang (LT)

= 2

lb 44092 x 67% = 29.541,64 lb

Maka, luas bidang kontak (in2)

= ban pada udaratekanan

roda padabeban x 9,0=

psi 100lb 29541,64 x 0,9

= 265,87 in2

Sehinga, jari-jari bidang kontak (r)

π r2 = 265,87 in2 ⇒ r = 9.19 in

Page 97: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

2. Perhitungan Beban Equivalen Roda Tunggal (LE)

Untuk menghitung tebalnya lapisan jalan angkut, berlaku asumsi :

- Besarnya beban roda (LT) yang dipakai adalah ban belakang yang memiliki 2

pasang roda, dimana beban terbesar yang diterima badan jalan yaitu pada

jarak antar garis tengah dua ban

Jarak antarsumbu roda

Diamater rodaTebalroda

45°45°

Roda 1 Roda 2

Surface

Base

Sub-grade

Daerah interaksibeban roda

Gambar K.1

Interaksi Beban dengan 2 Roda

- Besarnya beban equivalen roda tunggal (LE) adalah 20% lebih besar dari

beban roda (LT)

Dari asumsi diatas, maka

Beban equivalen roda tunggal (LE) adalah

LE = 1,2 x LT ban belakang ⇒ LE = 1,2 x 29.451,64 lb

= 35.342 lb ≈ 16 ton

3. Penentuan Tebal Lapisan Jalan Angkut Menggunakan Kurva CBR

(California Bearing Ratio)

Untuk menentukan tebal lapisan jalan angkut, terlebih dahulu kita tentukan

jenis material yang digunakan untuk tiap lapisan dari jalan angkut.

Penentuan jenis material ini, biasanya berdasarkan ketersediaan material pada

lokasi penambangan.

Maka, jenis material yang dipilih adalah :

Page 98: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

- Material untuk subgrade

Jenis material : tanah liat dengan plastisitas tinggi (lapisan asli topografi

lahan) dengan angka CBR = 51

- Material untuk sub base

Jenis material : pasir dengan angka CBR 15

- Material untuk base

Jenis material : batugamping kasar dengan angka CBR 60

- Material untuk wearing surface

Jenis material : batugamping seperti base material tetapi fragmen yang lebih

besar (akan lebih baik jika memakai batuan yang lebih kompak dengan angka

CBR yang lebih besar)2

1 3 4 5 6 7

HIGHLY PLASTIC

CLAY

SILTY CLAYMEDIUM

PLASTICITY

SANDY CLAYLOW

PLASTICITY

SANDY CLAY MIXTURE

POORLY GRADED

SANDY CLAY MIXTUREWELL GRADED

ROUND TO ANGULAR

GRAVEL WITH CLAYPOORLY GRADED

GOOD GRAVELWELL GRADED

CRUSHEDROCK

SAND FAIRLY CLEAN

SU

B B

ASE

TH

ICK

NE

SS, I

nches

0

10

20

30

40

50

60

70

8 9 10 15 20 25 30 40 50 60 70 80 100

VEH

ICLE

< 10

0.00

0 lb

VE

HIC

LE

100.

000

- 400

.000

lbV

EH

ICL

E>

400.

000

lb

WHEEL LOADIN POUNDS

120

. 00

01

00. 0

00

7 0.0 00

40.000

25.000

1 2.000

7 .00 0

4.0 00

CALIFORNIA BEARING RATIO (PERCENT)

Gambar K.2

Kurva CBR (California Bearing Ratio)

Penggunaan Kurva CBR

1. Untuk alat angkut dengan 20 ton payload maka beban equivalen roda tunggal

sebesar 34.342 lb diplotkan terhadap nilai CBR material yaitu tanah liat

1 Dari kurva CBR 2 Hustrulid, 1995, hal 343-344 sect.4.9 Road Contruction

Page 99: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

dengan CBR 5. Setelah itu ditarik garis mendatar dari titik perpotongan tadi

ke arah sumbu y (ketebalan lapisan, inchi) maka didapat angka 25 inchi

sebagai tebal lapisan antara wear surface dan subgrade

2. Untuk tebal lapisan berikutnya, kita mengulang langkah 1 tetapi dengan jenis

material yang nilai CBR-nya 15 maka akan didapat angka 12 inchi sebagai

tebal antara lapisan wear surface dengan sub-base

3. Demikian juga untuk material lanjutannya dengan nilai CBR 60 didapat

angka 6 inchi sebagai tebal antara lapisan wear surface dengan base

4. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada ilustrasi berikut.

1 3 4 5 6 7

HIGHLY PLASTIC

CLAY

SILTY CLAYMEDIUM

PLASTICITY

SANDY CLAYLOW

PLASTICITY

SANDY CLAY MIXTURE

POORLY GRADED

SANDY CLAY MIXTUREWELL GRADED

ROUND TO ANGULAR

GRAVEL WITH CLAYPOORLY GRADED

GOOD GRAVELWELL GRADED

CRUSHEDROCK

SAND FAIRLY CLEAN

SUB

BA

SE T

HIC

KN

ESS,

Inch

es

0

10

20

30

40

50

60

70

8 9 10 15 20 25 30 40 50 60 70 80 100

VE

HIC

LE

< 10

0.00

0 lb

VE

HIC

LE

100.

000

- 400

.000

lbV

EH

ICL

E>

400

.000

lb

WHEEL LOADIN POUNDS

120.

000

100.0

0070

.000

40.000

25. 000

12.000

7.000

4.000

CALIFORNIA BEARING RATIO (PERCENT)

Beban equivalen roda tunggal (L)untuk 20 t payload = 35.342 lb

E

6

12

25

Gambar K.3

Hasil Plot Beban Roda dengan Indeks CBR

Maka, tebal tiap lapisan yaitu 13 in untuk sub-base, 6 in untuk base, 6 in untuk

wear surface.

Page 100: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN L

PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN

Data curah hujan disusun dalam tabel J.1, dimana untuk tiap bulannya dalam

interval waktu 10 tahun diambil nilai maksimumnya baik curah hujan dan hari

hujannya.

Tabel L.1 Nilai Maksimum Curah Hujan dan Hari Hujan

CH HH CH(mm) (hari) (mm/hari)

1 JAN 572 27 21.1852 FEB 787 27 29.1483 MAR 629 20 31.4504 APR 198 12 16.5005 MEI 65 15 4.3336 JUN 14 5 2.8007 JUL 39 4 9.7508 AGS 3 1 3.0009 SEP 12 3 4.000

10 OKT 59 5 11.80011 NOP 416 17 24.47112 DES 405 24 16.875

NO Bulan

Tabel L.2 Pengolahan Data Curah Hujan

No Xi Xi - x (xi-x)2

1 31.450 16.841 283.6072 29.148 14.539 211.3773 24.471 9.861 97.2444 21.185 6.576 43.2425 16.875 2.266 5.1336 16.500 1.891 3.5757 11.800 -2.809 7.8928 9.750 -4.859 23.6139 4.333 -10.276 105.597

10 4.000 -10.609 112.55811 3.000 -11.609 134.77712 2.800 -11.809 139.461

175.3123 1168.076

Page 101: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Tabel L.3

Expected Mean dan Expected Standar Variasi

N Yn σ n

10 0.4952 0.9496 11 0.4996 0.9676 12 0.5035 0.9833 13 0.5070 0.9971 14 0.5100 1.0095 15 0.5128 1.0206 16 0.5157 1.0316 17 0.5181 1.1411 18 0.5202 1.0493 19 0.5220 1.0565 20 0.5236 1.0625

Tabel L.4

Periode Ulang Hujan Sebagai Fungsi Dari Variasi Reduksi

Periode Ulang Hujan (PUH) Variasi Reduksi (Yr)

2 0.3665

5 1.4999

10 2.2502

25 3.1985

50 3.9019

100 4.6001

Hujan Rencana

Dari data pengolahan curah hujan didapat,

12175,312

n

Xi R x ==∑ = 14,069 mm/hari

121168,076

N

x)- (Xi ó

2

x ==∑ = 9,866

σ n = 0,9496

Yr (untuk PUH 10 tahun) = 2,2502

Yn = 0,4952

Page 102: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Maka,

)(24 nrn

xx YYRR −

+=

δ

δ

R24 = 0,4952) - (2,202 0,94969,866

14,069

+

= 32,843 mm/hari

Perhitungan Waktu Konsentrasi (tc)

Untuk menghitung waktu konsentrasi (tc) menggunakan persamaan Kirpich

382,077,00195,0 −= SLtc

Dimana,

tc = Waktu konsentrasi (menit)

L = Titik terjauh dalam daerah penyaliran ke titik perhitungan (meter)

S = Gradien (%)

Untuk masing-masing Daerah Tangkapan Hujan (DTH) dibuat ke dalam tabel

Tabel L.5

Waktu konsentrasi.

DTH L S tc(m) (%) (menit)

1 4748 0.04212 37.6902 3113 0.02891 34.150

Perhitungan Intensitas Curah Hujan

Perhitungan intensitas curah hujan menggunakan Metode Manonobe.

3/2

24 2424

=

CtR

I

Besarnya intensitas curah hujan untuk tiap DTH disusun dalam tabel

Tabel L.6

Intensitas Curah Hujan (mm/jam)

DTH R24 tc I(mm) (Jam) (mm/jam)

1 32.843 0.738 13.9382 32.843 0.616 15.729

Page 103: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Perhitungan Debit Air Limpasan

Debit air limpasan dihitung menggunakan persamaan :

AICQ ...278,0=

Dimana,

Q = Debit air limpasan (m3/jam)

C = Koefisien Limpasan (Lihat tabel 3.12)

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

A = Luas Daerah Tangkapan Hujan (Km2)

Besarnya harga koefisien limpasan (C) tergantung dari keadaan topografi

(kemiringan lahan) serta keadaan vegetasi. Untuk perhitungan ini, penulis

mengambil harga 0,3 karena gradien rata-rata daerah penyaliran ± 2- 4 % dan

daerah penyaliran diasumsikan seperti daerah perkebunan

Untuk tiap DTH disusun dalam tabel

Tabel L.7

Debit Air Limpasan

NO C I A QDTH (mm/jam) Km2 m3/detik

1 0.3 13.938 0.14 0.1632 0.3 15.729 3.93 5.155

Perhitungan Dimensi Saluran

Dimensi sauran penirisan dihitung dengan persamaan Manning :

2/13/21SR

nAQ ×××=

Dimana,

Q = Debit aliran

R = Jari-jari hidrolik (A/P)

S = Gradien

A = Luas penampang basah

P = Keliling basah

n = Koefisien Kekasaran Manning

Mempunyai hubungan yang dinyatakan dalam :

- Untuk penampang saluran berbentuk trapesium, besarnya β adalah 60°.

Page 104: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Maka harga m (kemringan dinding saluran) = Cotg 60° = 0.58

Untuk mencari harga b dipakai persamaan

b/d = ( ){ }m -m121/22+

= 1,152

Maka, b = 1,152.d

− A = b.d + m.d2

= 1,152.d2 + (0,58.d2)

= 1,7321 d2

− R = 0.5 d

− B = b + 2.m.d

− Besarnya koefisien kekasaran saluran yang diambil adalah 0,003 karena

dinding saluran terbuat dari tanah (Lihat tabel 3.13).

− Harga S (kemiringan dasar saluran) = 0,25 % (Pfleider).

Saluran tanah

Untuk Saluran I (posisi saluran dapat dilihat pada peta penyaliran), dimensi

saluran sebagai berikut :

Q = 2/13/21SR

nA ×××

0,163 m3/detik = 2/13/2

2 (0,0025)x 2003,0

1d 732,1

××d

1,732 d2 x 0,5 d2/3 = ( ) 0.0025 x

163,0

.0,0031

1,09109 d8/3 = 0,00978

d = 83

1,091090,00978

d = 0,171 m

Maka, perhitungan dapat dilanjutkan dan disusun ke dalam tabel

Page 105: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Tabel L.8

Dimensi Saluan Penirisan

No Q d b A B aSaluran m3/detik m m m2 m m

1 0.163 0.171 0.197 0.050 0.394 0.1482 5.155 0.623 0.718 0.673 1.441 0.5403 5.318 0.631 0.727 0.689 1.458 0.546

Gorong-gorong

Untuk mengalihkan arah aliran saluran 2 ke arah saluran 3 (yang menjadi

tempat bertemunya aliran saluran 1 dan 2) maka dibutuhkan gorong-gorong untuk

melewatkan arah aliran air melewati bawah badan jalan angkut.

Untuk saluran gorong-gorong, hubungan antar komponen saluran ialah :

A = 24

1 d ð dan R =0,5 d2, n =0,015, S = 0,25 %

Maka, dimensi gorong-gorong yang dibutuhkan, yaitu :

Q = 2/13/21SR

nA ×××

5,155 m3/detik = 2/13/2

24

1 (0,0025)x 2015,0

1d

××d

π

0,7853 d2 x 0,5 d2/3 = ( ) 0.0025 x

155,5

.0,0151

1,392699 d8/3 = 1,5465

d = 83

1,3926991,5465

d = 1,04 m

maka,

B = 2d

= 2.(1,04) = 2,08 m

R = 0,5 d2

= 0,5 .(1,04)2 = 0,540 m

A = 24

1 d ð

= 24

1 (1,04) π = 0,84 m

Page 106: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN M

PERHITUNGAN NILAI KEAMANAN LERENG

Jenjang akhir penambangan yang dibuat dengan geometri sebagai berikut

H = 10 m

70°

Gambar M.1

Geometri Jenjang

Untuk memudahkan perhitungan nilai faktor keamanan, maka penulis

memakai bantuan software komputer yaitu SlopeW dari GeoSlope International.

Langkah-langkah pemodelan :

1. Untuk akurasi gambar dalam model lereng, digunakan program AutoCAD

2002 dari Autodesk. Model lereng di-export dengan file extension *.wmf

2. Sebelum memasukan model ke stage (wilayah gambar) dalam SlopeW, maka

satuan (dalam meter), halaman dan skala harus disesuaikan dengan model

(ukuran dan koordinatnya).

3. Model tersebut di-import ke SlopeW, karena terjadi perbedaan skala maka

disesuaikan dengan skala yang telah dibuat.

4. Memasukan Soil Property dari masing-masing lapisan tanah yang ada (baik

bobot isi, kohesi dan sudut geser dalam) dimana semua satuannya harus dalam

KN/m3 untuk bobot isi, KN/m2 untuk kohesi dan derajat untuk sudut geser

dalam.

5. Menentukan point-point batas antar lapisan dan menggambar grid dan radius

dri slip surface serta muka air tanah. Setelah selesai model di-run untuk

melihat hasilnya, atau dapat dilihat pada diagram berikut :

Page 107: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Pembuatan Modeldengan AutoCAD 2000

dari Autodesk

Nilai FK modellereng

RUNMengecek model

(debugging)

Menentukan titik bataslapisan,

, serta metode yang dipilih

grid dan radiusslip surface

Meng- yaitu bobot isi ( ), kohesi (c), dan

sudut geser dalam (°)

input soil propertyγ

Menyesuaikan skala dan koordinat model pada bidang

gambar

Meng- model keSlope-Wimport

Model di- denganextensi *.wmf ( )

exportwindows metafile

Menyesuaikan skala dan satuanpada Slope-W dengan KN/m ( ),

KN/m(c), ° ( )

3

φ

Gambar M.2

Langkah Pemodelan Lereng dengan Slope-W

Page 108: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

1

1

2

1 2

3 4

5 6

7

8 9

10

11 12

13

Soil 1ClaySoil Model Mohr-CoulombUnit Weight 7.651 KN/m3Cohesion 64.434 KN/m2Phi 34°Piezometric Line # 0Ru 0Pore-Air Pressure 0

Jarak (m)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Ting

gi (

m)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Gambar M.3

Single Slope Model 70°

Page 109: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

10.374

ParameterMethod BishopFactor of Safety 10.374Total Volume 27.025 m3Total Mass 206.77 KNTotal Resisting Moment 7086Total Activating Moment 615.78Total Resisting Force ---Total Activating Force ---

Soil 1ClaySoil Model Mohr-CoulombUnit Weight 7.651 KN/m3Cohesion 64.434 KN/m2Phi 34°Piezometric Line # 0Ru 0Pore-Air Pressure 0

Jarak (m)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Ting

gi (m

)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Gambar M.4

Nilai FK untuk Single Slope Model 70° dengan Metode Bishop

Page 110: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

1,21 2

3 4

5 6

78

9

1011

12

13 14

15

Soil 1ClaySoil Model Mohr-CoulombUnit Weight 7.651 KN/m3Cohesion 64.434 KN/m2Phi 34Piezometric Line # 0Ru 0Pore-Air Pressure 0

Jarak (m)0 10 20 30

Ting

gi (m

)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Gambar M.5

Overall Slope Model 70°

Page 111: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

5.186

ParameterMethod BishopFactor of Safety 5.186Total Volume 45.322 m3Total Mass 346.76 KNTotal Resisting Moment 16263 Total Activating Moment 3136.2Total Resisting Force ---Total Activating Force ---Soil 1

ClaySoil Model Mohr-CoulombUnit Weight 7.651 KN/m3Cohesion 64.434 KN/m2Phi 34Piezometric Line # 0Ru 0Pore-Air Pressure 0

Jarak (m)

0 10 20 30

Ting

gi (m

)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Gambar M.6

Nilai FK untuk Overall Slope Model 70° dengan Metode Bishop

Page 112: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

1

LAMPIRAN N

WAKTU EDAR BULLDOZER KOMATSU D-275 A

Tabel N.1

Data Waktu Edar Bulldozer Komatsu D-275 A

N o M a j u A n g k a t B i l a h M u n d u r M e n u r u n k a n C y c l e t i m eB i l a h

( d e t i k ) ( d e t i k ) ( d e t i k ) ( d e t i k ) ( d e t i k )1 4 8 2 3 8 2 9 02 4 3 2 2 7 3 7 53 4 5 2 3 2 2 8 14 4 6 3 3 6 5 9 05 4 7 2 3 4 2 8 56 4 8 2 3 7 3 9 07 5 2 4 4 7 5 1 0 88 5 6 5 4 8 5 1 1 49 4 3 4 2 8 2 7 7

1 0 4 8 4 3 6 2 9 01 1 5 9 5 4 5 3 1 1 21 2 4 2 3 3 2 2 7 91 3 4 7 4 3 4 3 8 81 4 4 6 3 3 6 3 8 81 5 5 6 4 4 5 3 1 0 81 6 5 5 4 4 7 2 1 0 81 7 5 4 4 4 1 3 1 0 21 8 4 9 3 3 4 2 8 81 9 4 5 3 2 8 2 7 82 0 4 7 3 3 4 3 8 72 1 5 1 3 4 3 2 9 92 2 5 0 4 4 1 2 9 72 3 4 4 3 3 8 3 8 82 4 4 2 2 2 7 5 7 62 5 5 4 3 4 5 2 1 0 42 6 5 6 4 4 6 3 1 0 92 7 4 7 3 3 1 2 8 32 8 5 4 2 3 6 2 9 42 9 5 7 3 4 4 3 1 0 73 0 4 3 4 3 6 2 8 5

Dari data-data tersebut diatas, diurutkan dari nilai terkecil ke terbesar dan dibuat

dalam tabel distribusi frekwensi

k = 1 + 3,322 log n (n = jumlah data)

= 1 + 3,322 log 30

= 5.9069 ≈ 6 kelas

h = k

terendahnilai - tertingginilai

= 9069,5

635,6) - (720 = 14,2881 ≈ 15

Page 113: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Jadi, interval per kelas adalah 15

Tabel N.2

Distribusi Frekwensi Cycle Time Bulldozer Komatsu D-275 A

No Kelas Frek (fi) xi fi.xi1 71 - 78 5 74.5 372.52 79 - 86 8 82.5 6603 87 - 94 6 90.5 5434 95 - 102 3 98.5 295.55 103 - 110 6 106.5 6396 111 - 118 2 114.5 229

30 2739 Maka,

= ∑

∑xi

fi.xi =

302739

= 91,3 detik

Page 114: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN O

WAKTU EDAR BACKHOE KOMATSU PC-200

Tabel O.1

Data Waktu Edar Backhoe Komatsu PC-200

N o Waktu Muat Swing time Dumping Swing time Cycle t ime(Bermuatan) (Kosong)

1 5.8 2 3.6 2 13.42 4.2 2 2.8 3 1 23 4.4 2 3.4 2 11.84 3.6 2 3.6 3 12.25 3.4 3 3.8 3 13.26 3.6 3 2.6 3 12.27 3.2 2 4.2 3 12.48 3.6 4 4.8 3 15.49 4.4 2 3.6 2 1 2

1 0 3.6 2 4.2 3 12.81 1 3.6 3 4.4 2 1 31 2 3.4 3 3.6 2 1 21 3 3.4 3 3.4 4 13.81 4 4.2 4 3.6 3 14.81 5 4.4 2 3.6 4 1 41 6 4.6 4 4.2 4 16.81 7 3.2 4 3.6 3 13.81 8 3.6 2 3.6 5 14.21 9 3.6 2 4.4 2 1 22 0 4.2 3 3.6 3 13.82 1 3.6 3 3.6 4 14.22 2 3.6 2 2.8 2 10.42 3 2.8 2 4.2 2 1 12 4 4.8 3 3.6 3 14.42 5 3.4 2 3.4 3 11.82 6 4.4 3 4.4 3 14.82 7 3.6 2 3.6 3 12.22 8 3.8 2 3.8 4 13.62 9 4.2 2 4.2 4 14.43 0 3.6 3 4.4 2 1 3

Dari data-data tersebut diatas, diurutkan dari nilai terkecil ke terbesar dan dibuat

dalam tabel distribusi frekwensi

k = 1 + 3,322 log n (n = jumlah data)

= 1 + 3,322 log 30

= 5.9069 ≈ 6 kelas

h = k

terendahnilai - tertingginilai

= 9069,5

10,4) - (16,8 = 1

Jadi, interval per kelas adalah 1

Page 115: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Tabel O.2

Distribusi Frekwensi Cycle Time Backhoe Komatsu PC-200

No Kelas Frek (fi) xi fi.xi1 10.2 - 11.2 2 10.7 21.42 11.4 - 12.4 10 11.9 1193 12.6 -13.6 6 13.1 78.64 13.8 -14.8 10 14.3 1435 15 - 16 1 15.5 15.56 16.2 -17.2 1 16.7 16.7

30 394.2 Maka,

= ∑

∑xi

fi.xi =

302,394

= 13,14 detik

Page 116: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN P

CYCLE TIME DUMP TRUCK NISSAN CWB 520 HDN

Diketahui :

- Daya mesin = 335 Hp (efisiensi 85 %)

- Kecepatan maksimum tiap gear

Gear Kecepatan Rimpull(MPH) (lb)

1 5 21,356.2502 10 10,678.1253 25 4,271.2504 55 1,941.4775 85 1,256.250

- Berat kosong = 7.300 kg = 7,3 ton (16.060 lb)

- Berat muatan = (1,3 m3 x 6 x 1,6 t/m3) (jumlah isian = 6 kali)

= 12,48 ton

- Berat total bermuatan = 19,78 ton (43.516 lb)

- Terdapat 4 segmen jalan dengan perincian

a. Segmen 1 ; panjang 355 m (1.164,755 ft), GR = 0 %, RR = 3,5 %

b. Segmen 2 ; panjang 1045 m (3.428,645 ft), GR = 3,2 %, RR = 3,5 %

c. Segmen 3 ; panjang 266 m (872,746 ft), GR = 0 %, RR = 3,5 %

d. Segmen 4 ; panjang 787 m (2.582,147 ft), GR = 3,12 %, RR = 3,5 %

Segmen IPanjang = 355 mGrade = 0 %RR = 3,5 %

Segmen IIIPanjang = 266 mGrade = 0 %RR = 3,5 %

Bermuatan

Segmen IVPanjang = 787 m

Grade = 3,12 %

RR = 3,5 %Segmen IIPanjang = 1045 mGrade = 3,2 %RR = 3,5 %

Gambar P.1 Segmen Jalan Angkut

Page 117: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

- Perhitungan waktu yang diperlukan untuk menempuh segmen jalan dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel P.1 Waktu Tempuh Segmen Jalan Angkut

RR GR Percepatan Total (menit)Segmen 1 562.10 0.00 146 708.10 5 0.16Segmen 2 562.10 467.20 146 1175.30 5 0.46

Kosong Segmen 3 562.10 0.00 146 708.10 5 0.12(Pergi) Segmen 4 562.10 455.52 146 1163.62 5 0.35

1.08Segmen 4 1523.06 -455.52 146 1213.54 4 0.53

Bermuatan Segmen 3 1523.06 0 146 1669.06 4 0.18(Kembali) Segmen 2 1523.06 -467.2 146 1201.86 4 0.71

Segmen 1 1523.06 0 146 1669.06 4 0.241.66

KeadaanRimpull (lb)

GearWaktu Tempuh

- Waktu tempuh untuk jalan masuk front

Untuk perhitungan ini , karena jarak jalan masuk yang berubah-ubah

sesuai dengan kemajuan penambangan maka diambil jarak jalan masuk front

yang terjauh yaitu 336,3 m (jalan masuk ke front II-3) dengan perincian :

a. Segmen 1 ; panjang 91,1 m (298,89 ft), GR = 4,37 %, RR = 8 %

b. Segmen 2 ; panjang 107,3 m (352,05 ft), GR = 5,23 %, RR = 8 %

c. Segmen 3 ; panjang 52,7 m (172,90 ft), GR = 0 %, RR = 8 %

d. Segmen 4 ; panjang 86,7 m (284,46 ft), GR = 0 %, RR = 8 %

Panjang : 91,1 mGR : 4,37 %RR : 8 %

Panjang : 107,3 mGR : 5,23 %RR : 8 %

Panjang : 52,7 mGR : 0 %RR : 8 %

Panjang : 86,7 mGR : 0 %RR : 8 %

Segmen I Segmen II

Segmen III Segmen IV

Bermuatan

Gambar P.2 Segmen Jalan Masuk ke Front II-3

Page 118: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Tabel P.2 Waktu Tempuh Segmen Jalan Angkut

RR GR Percepatan Total (menit)Segmen 1 562.10 638.02 146 1346.12 4 0.06Segmen 2 562.10 776.72 146 1484.82 4 0.07

Kosong Segmen 3 562.10 0.00 146 708.10 5 0.02(Pergi) Segmen 4 562.10 0.00 146 708.10 5 0.04

0.20Segmen 4 1523.06 0.00 395.6 1918.66 4 0.06

Bermuatan Segmen 3 1523.06 0 395.6 1918.66 4 0.04(Kembali) Segmen 2 1523.06 -2104.6 395.6 -185.93 3 0.16

Segmen 1 1523.06 -1728.8 395.6 189.89 3 0.140.39

KeadaanRimpull (lb)

GearWaktu Tempuh

Sehingga, cycle time dump truck =

- Waktu pergi (t1) = (1,08 +0,2) menit = 76,8 detik

- Waktu spotting muat (t2) = 8 detik3

- Waktu muat (t3) = cycle time backhoe

= 13,14 detik

- Waktu kembali (t4) = (1,66 + 0,39) menit = 123 detik

- Waktu spotting (t5) = 10 detik*

- Waktu dumping (t6) = 6 detik*

- Jadi, cycle time dump truck Nissan CWB 520 HDN adalah =

= t1 + t2 + t3 + t4 + t5 + t6

= (76,8 + 8 + 13,14 + 123 + 10 + 6) detik

= 236,94 detik

3 Berdasarkan pengamatan di lapangan

Page 119: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN Q

PRODUKSI BULLDOZER KOMATSU D-275 A

A. Produksi Gusur (Dozing)

Untuk menghitung produksi bulldozer menggunakan persamaan

E x e x Cm60

x q Q =

Dimana

Q = Produksi bulldozer perjam (m3/jam, yd3/jam)

q = Produksi per siklus (m3, yd3)

= q1 x a ; (q1 : Kapasitas blade, a : bucket factor)

Cm = Waktu edar atau cycle time

e = Grade factor

E = Faktor koreksi

Maka,

Kapasitas blade (q1) = 12,8 m3, blade factor (a) = 0,9

Cycle time = 91,3 detik (lihat lampiran N)

Grade = 14,28 % (-); Grade Factor (e) = 1,18 ( lihat gambar Q.1)

Faktor koreksi = Eff.Kerja

= 0,83

Untuk menentukan nilai blade factor, grade factor dan faktor koreksi dapat

dilihat sebagai berikut :

Ø Untuk menentukan blade factor dapat dilihat pada tabel Q.1

Dari tabel Q.1, tanah liat digolongkan sebagai material average dozing, karena

tidak bisa digusur secara full blade dengan nilai blade factor 0,9

Ø Untuk menentukan grade factor, pertama kita harus mengetahui

kemiringan lokasi kerja berdasarkan peta.

Dari peta didapat ketinggian tertinggi yaitu 172 m dan ketinggian terendah

yaitu 136 m dengan jarak datar sebesar 252 m

Page 120: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Tabel Q.1 Blade Factor (a)

Kondisi kerja Blade factor

Easy dozing

Tanah biasa, material stockpile, tanah berpasir tak kompak, Kadar air pada material rendah, Blade dengan mudah menggusur material (full blade)

1,1 - 0,9

Average dozing

Tanah gembur (loose) tapi tidak bisa full blade Tanah berkerikil, pasir, batuan halus (fine crushed)

0,9 – 0,7

Rather difficult dozing

Batuan hasil peledakan, batu bongkahan 0,6 – 0,4

(Sumber : Komatsu Application Handbook 24nd Edition, Sec.17)

Maka, kemiringan (grade) lokasi kerja yaitu :

= 100% x m 252

m ) 136- (172 = 14,28 % (-), bernilai minus karena bentuk

permukaannya turun sehingga memberi keuntungan mekanis.

Setelah itu nilai kemiringan ini dimasukan ke dalam grafik grade factor

-10-15 -5 0 +5 +10 +150,7

0,8

0,9

1

1,1

1,2

Fac

tor

Grade (%)

(Sumber : Komatsu Application Handbook 24nd, sec.17)

Gambar Q.1 Grade Factor

Dari Gambar Q.1 didapat nilai grade factor sebesar 1,18

Ø Untuk faktor koreksi, diasumsikan kondisi kerja adalah baik (good)

dengan nilai 0,83

Page 121: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Tabel Q.2 Efisiensi Kerja

Kondisi Kerja Efisiensi Kerja

Baik 0,83 Rata-rata 0,75 Agak buruk 0,67 Buruk 0,58

(Sumber : Komatsu Application Handbook 24nd, Sec. 17)

Maka,

Produksi per cycle (q) = q1 x a

= 12,8 x 0,8 = 10,24 m3

Produksi per jam (Q) = q x Ct

3600 x e x E

= 10,24 m3 x 3,91

3600 x 1,14 x 0,83

= 299,74 m3/jam = 300 m3/jam

B. Produksi Garu (Ripping)

Type = Single Shank Ripper (Giant Ripper)

Kedalaman penetrasi = 50 cm = 0,5 m

Jarak ripping = 20 meter

Kec. Maju pd gear 1 = 0 – 3,7 km/jam = 61,66 m/menit

Kec. Mundur pd gear 1 = 0 – 4,6 km/jam = 76,66 m/menit

Waktu tetap = 0,1 menit

Faktor koreksi = 0,6512

Maka,

Q = 6512,01,0

66,7620

66,6120

6020)5,05,0( 2

xxxmx

++

= 142,54 m3/jam

C. Produksi gabungan Ripping dan Dozing

Qgab = DR

DR

QQQxQ

+ =

30054,14230054,142

+

x

= 96,62 m3/jam

Page 122: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN R

PRODUKSI KOMATSU PC 200-5

Untuk menghitung produksi Backhoe Komatsu PC-200 5 menggunakan

persamaan :

E x Cm

3600 x q Q =

Dimana

Q = Produksi perjam (m3)

q = Produksi per siklus (m3)

= q1 x K (q = kapasitas bucket ; K = bucket fill faktor)

Cmt = Waktu edar (detik)

E = Efisiensi kerja

Maka,

q = q1 x K (untuk nilai K lihat tabel)

= 1,3 m3 x 1 = 1,3 m3

Cm = 13,14 detik (lihat lampiran cycle time backhoe)

E = Efisiensi kerja = 0,83 (lihat tabel )

Tabel R.1 Bucket Fill Factor (K)

Kondisi Penggalian Bucket fill factor

Mudah Menggali tanah berlempung, lempung dan tanah lunak 1,0 Rata-rata Menggali tanah berpasir atau tanah kering 0,95 Sulit Menggali tanah pasir dengan kerikil dan memuat bataun hasil

peledakan 0,9

(Sumber : Komatsu Application Handbook 24nd, Sec.17)

Tabel R.2 Efisiensi kerja

Kondisi Kerja Tingkat penggunaan waktu Baik 0,83 Rata-rata 0,75 Agak buruk 0,67 Buruk 0,58

(Sumber : Komatsu Application Handbook 24nd, Sec.17)

Maka, produksi backhoe PC-200 sebesar :

Page 123: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Q = E x Cm3600

x q

= 0,83 x 13,143600

x 1,3

= 295,61 m3/jam

Page 124: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN S

PRODUKSI NISSAN CWB 520 HDN

Untuk menghitung produksi Dump truck Nissan CWB 520 HDN menggunakan

persamaan :

E x Cmt3600

x C Q =

Dimana

Q = Produksi perjam (m3)

C = Produksi loader per truck (m3)

= n x q x K (n : jumlah isian ; q = kapasitas loader ; K = bucket fill faktor)

Cmt = Waktu edar truck (detik)

E = Efisiensi kerja

Maka,

C = n x q x K (untuk nilai K lihat tabel)

= n x 1,3 m3 x 1 ( n = 6 kali isian)

= 6 x 1,3 x 1 = 7,8 m3

Cmt = 239,94 detik

E = Efisiensi kerja = 0,83 (lihat tabel )

Tabel S.1 Efisiensi kerja

Kondisi Kerja Tingkat penggunaan waktu Baik 0,83 Rata-rata 0,75 Agak buruk 0,67 Buruk 0,58

(Sumber : Komatsu Application Handbook 22nd, Sec.17)

Maka, produksi backhoe CWB 520 HDN sebesar :

Q = E x Cmt3600

x C

= 0,83 x 239,943600

x 7,8

= 97,13 m3/ jam

Page 125: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN T

JALAN PENGHUBUNG ANTARA FRONT II-2 DAN II-3

Setelah front II-2 selesai dibongkar maka kegiatan pembongkaran

dilanjutkan ke front II-3 yang terletak di sebelah utaranya. Agar alat angkut

dapat masuk ke front kerja maka perlu dibuat jalan akses, tetapi karena

bentuk topografi yang terdapat cekungan maka harus ditimbun terlebih

dahulu

Gambar T.1

Posisi Jalan Masuk dari Font II-2 ke II-3

Material yang digunakan untuk menimbun berasal dari tanah penutup hasil

land clearing yang ditimbun di sebelah barat kuari.

Untuk membuat timbunan sepanjang 36 m, volume material yang dibutuhkan

sebanyak 276,48 m3 tanah yang dipadatkan

Timbunan yang diberi penguat pada samping luar badan jalan dan diasumsikan

cukup kuat untuk menahan beban alat angkut yang lewat diatasnya.

Page 126: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LUAS : 15,36 m2

LUAS : 15,36 m2

: Tanah timbunan

Keterangan :

: Penguat sisi jalan

Jarak antar penampang = 36 meterVolume timbunan = 276,48 m3

0 6 12 18 meter

Gambar T.2

Penampang Sayatan untuk Timbunan

Page 127: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

LAMPIRAN U

KEMAJUAN PENAMBANGAN

Pembongkaran tanah liat di kuari PT.Semen Kupang Unit II (persero) mempunyai

arah kemajuan penambangan dari timur ke barat (N 270° E).

Untuk perhitungan waktu pembongkaran, asumsi yang dipakai yaitu waktu kerja /

bulan 185 jam kerja (lihat lampiran C), target produksi per jam sebesar 63,60

m3/jam (lihat lampiran D) dan faktor pemadatan tanah liat = 0,7

1. Front I

NO LUAS JARAK LUAS VOLUMEPENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA

(m2) (m) (m2) (m3)A - A' 55.703 25 248.734 6218.350B - B' 441.765 25 399.267 9981.675C - C' 356.769 25 281.763 7044.075D - D' 206.757 25 144.481 3612.013E - E' 82.204 25 41.102 1027.550

GRS.BANTU 0 16.227883.663

TONASE (TON) 61344.058 Panjang jalan akses = 297,5 m

Waktu pembongkaran = 0,7 x /jamm 63,60 x jam 185

m 27.883,6633

3

= 3,38 bulan

2. Front II

2.1. Front II-1

NO LUAS JARAK LUAS VOLUMEPENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA

(m2) (m) (m2) (m2)A - A' 55.660 25.0 156.036 3900.888B - B' 256.411 25.0 233.316 5832.888C - C' 210.220 25.0 162.958 4073.938D - D' 115.695 25.0 67.239 1680.975E - E' 18.783 25.0 15.392 384.788F - F' 12.000 16.3 6.000 97.500

GRS.BANTU 0 12.615970.975

TONASE (TON) 35136.145

Page 128: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat

Panjang jalan akses = 197,2 m

Waktu pembongkaran = 0,7 x /jamm 63,60 x jam 185

m 15.970,9753

3

= 1,93 bulan

2.2. Front II-2

NO LUAS JARAK LUAS VOLUMEPENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA

(m2) (m) (m2) (m2)A - A' 231.158 25.0 248.169 6204.213B - B' 265.179 25.0 266.907 6672.663C - C' 268.634 25.0 275.950 6898.738D - D' 283.265 25.0 252.630 6315.750E - E' 221.995 25.0 161.331 4033.275F - F' 100.667 25.0 51.529 1288.213G - G' 2.390 25.0 1.195 29.875

GRS.BANTU 0.000 4.831442.725

TONASE (TON) 69173.995 Panjang jalan akses = 284,5 m

Waktu pembongkaran = 0,7 x /jamm 63,60 x jam 185

m 31.442,7253

3

= 3,81 bulan

2.3. Front II-3

NO LUAS JARAK LUAS VOLUMEPENAMPANG PENAMPANG PENAMPANG RATA-RATA

(m2) (m) (m2) (m2)GRS.BANTU 0.000 19.0 18.108 344.133

A - A' 36.215 25.0 75.201 1880.025B - B' 114.187 25.0 136.696 3417.388C - C' 159.204 25.0 144.605 3615.113D - D' 130.005 25.0 88.733 2218.313E - E' 47.460 25.0 29.221 730.513F - F' 10.981 25.0 5.491 137.263

GRS.BANTU 0.000 8.812342.746

TONASE(TON) 27154.040

Panjang jalan akses = 336,3 m

Waktu pembongkaran = 0,7 x /jamm 63,60 x jam 185

m 12.342,7463

3

= 1,49 bulan

Page 129: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 130: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 131: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 132: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 133: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 134: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 135: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 136: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 137: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 138: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 139: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 140: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat
Page 141: Rencana Teknis Pembongkaran Tanah Liat