karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di klinik yoshua lubuk pakam periode 01 januari...
DESCRIPTION
karakteristik ibu bersalinTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di
Indonesia 2001-2010 disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan
Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, Making Pregnancy Safer
mempunyai misi dan visi untuk mencapai Indonesia sehat 2010. Visi Making
Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indosenia dapat menjalani
kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahikan hidup sehat.
Sedangkan misinya adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin ASKES
terhadap intervensi yang cost-effective berdasarkan bukti ilmiah yang
berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat dan
mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu
prioritas dalam program pembangunan nasional. Dan tujuan Making
Pregnancy Safer adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2001).
Ekstraksi vakum merupakan tindakan untuk melahirkan bayi.dengan
ekstraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum.
Tehnik melahirkan bayi menggunakan alat vakum yang telah diperkenalkan
sejak tahun 1840 oleh Simpson, dan model alat ini terus berubah demi
1
mengurangi resiko pada bayi yang diperkenalkan Malmstrom tahun 1954.alat
ekstraksi vakum dibuat dalam 2 bentuk. Ada yang terbuat dari bahan
stainless dan silastic yang masing-masing punya keunggulan.Prinsip kerja
alat ekstraksi vakum adalah dengan memberikan tekanan negatif, sehingga
akan membentuk kaput dikulit kepala bayi yang berguna sebagai tempat
tarikan saat ibu mengejan (Cuningham F, 2002).
Adanya beberapa faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan
ekstraksi vakum dilakukan yaitu ketidakmampuan mengejan, keletihan,
penyakit jantung, section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang
lama, dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan
persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Maka perlu tindakan
ekstraksi vakum. Ekstraksi vakum dapat mengakibatkan terjadinya toleransi
pada servik uteri dan vagina ibu sehingga mengakibatkan perdarahan yang
dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB). Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat
mengakibatkan pendarahan intrakranial.(Depkes RI,2005)
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran yang terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di Negara-negara bekembang merupakan yang tertinggi dengan
450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan
rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran.
2
Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh
pendarahan (30%), infeksi (12%), eklampsia (25%), partus lama (11%),
komplikasi abortus (12%) dan penyebab lainnya (Depkes RI, 2001)
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan AKI dari 307 menjadi 390 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2005).
persalinan yang didapat dari WHO kejadian ekstraksi vakum berkisar
antara 38% dan pervaginam berkisar 62% pada presentase belakang-kepala.
Sekalipun kejadian kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka
kematian ibu 90% disebabkan oleh perdarahan yaitu (Mochtar 1998) atonia
uteri 50% - 60 %, retensio plasenta 16% -17 %, laserasi jalan lahir 4% - 5%,
kelainan darah 0,5% - 0,8%, infeksi, partus lama dan komplikasi lain (Depkes
RI, 2002).
Alasan pemilihan alat ekstraksi vakum (alat bantu persalinan
pervaginam) adalah untuk menghindari tingginya angka operasi caesar yang
sudah membutuhkan biaya relatif lebih besar dan resiko dari tindakan operasi
terhadap ibu bila dibandingkan dengan tindakan ekstraksi vakum, selain itu
komplikasi yang terjadi pada partus buatan dengan ekstraksi vakum biasanya
timbul akibat terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan kadang juga operator
sering menemukan kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang
tidak siap operasi dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir
pervaginam.
3
Berdasarkan penelitian pada periode 01 Januari – 31 Mei 2009 di
Klinik Yoshua Lubuk Pakam ditemukan kasus ekstraksi vakum sebanyak 67
(19,6%) dari 341 jumlah ibu bersalin.
Sebagian kasus ekstraksi vakum yang ditolong di Klinik Yoshua adalah
partus lama (55%), dan sebagian terbesar adalah kiriman bidan dengan
angka tertinggi primigravida (66,5%).
Berdasarkan data dan penjelasan diatas maka penullis tertarik
mengetahui “Karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di Klinik
Yoshua Lubuk Pakam periode 01 Januari – 31 Mei 2009.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut maka penulis merumuskan
masalah bagaimana karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di
Klinik Yoshua Lubuk Pakam Periode 01 Januari – 31 Mei Tahun 2009.
4
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di
Klinik Yoshua Lubuk Pakam Periode 01 Januari – 31 Mei Tahun 2009.
C.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum
berdasarkan umur ibu.
2. Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum
berdasarkan pendidikan ibu.
3. Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum
berdasarkan pekerjaan ibu.
4. Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum
berdasarkan pritas
5. Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum
berdasarkan cara persalinan yang lalu.
5
D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
penerapan ilmu yang didapat di masa pendidikan di Akademi
Kebidanan Nauli Husada Sibolga.
D.2. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan informasi yang dijadikan referensi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian lebih lanjut bagi
yang membutuhkannya.
D.3. Bagi Instansi
Meningkatkan mutu pelayanan yang telah dicanangkan oleh
pemerintah supaya pertumbuhan dan perkembangan pada anak
semakin optimal dan dapat tercapai seoptimal mungkin.
6
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
a. Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan dengan ekstraksi (vakum) pada kepalanya. Alat ini
dinamakan ekstrator vakum atau ventouse.(Depkes RI,2002)
b. Ekstraksi vakum adalah metode pelatihan dengan memasang sebuah
mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif
(Mansjoer,Arif 1999).
c. Ekstraksi vakum adalah tindakan obstetri yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu
dan ekstraksi pada bayi (Cuningham F 2002).
d. Ekstraksi vakum adalah suatu alat yang dipakai untuk memegang
kepala janin yang masih berada dalam jalan lahir (manuaba, 1998).
B. Etiologi
Ekstrakator vakum hanya digunakan pada persentasi belakang-
kepala. Dalam keadaan terpaksa, ekstraksi dengan ekstraktor vakum
dapat dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap tetapi sedikit-
dikitnya 7 cm. Begitu pula ekstraksi vakum masih boleh digunakan,
apabila pada presentasi belakang-kepala, kepala janin sudah sampai
7
hodge II tetapi belum sampai hodge III, asal tidak ada diproporsi
sefalipelvik. Dalam pemakaian ekstraktor vakum, mangkok yang dipilih
harus sesuai dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunya
kepala janin dan tenaga untuk tarikan yang dipelukan. Umumnya yang
dipakai ialah mangkok dengan diameter 50 mm (Cuningham F 2002).
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya ekstraksi vakum yaitu :
a. Waktu Kala II yang memanjang ( partus lama ) atau gawat janin
( masih kontroversi ).
Pada umumnya kala II yang lama merupakan indikasi untuk
melakukan ekstraksi dengan cunam berhubung dengan
meningkatnya bahaya ibu dan janin.
Pada presentasi belakang-kepala dengan kepala belum sampai
didasar panggul, dan persentase muka setelah kala II lamanya 3
jam pada seorang primigravida dan 2 jam pada multipara dilakukan
pemeriksaan dengan seksama ( jika perlu dengan memasukkan 4
jari atau seluruh tangan kedalam vagina ) apakah sungguh-
sungguh kepala sudah masuk dalam rongga panggul dengan
ukuran terbesar, dan apakah tidak ada rintangan apapun pada
panggul untuk melahirkan kepala. Dalam hal kepala janin sudah
melewati pintu atas panggul dengan ukuran terbesar, putaran paksi
dalam kepala sudah atau hampir selesai, dan dalam hal tidak
8
adanya kesempitan pada bidang bawah panggul, persalinan
diselesaikan dengan ekstraksi cunam (mansjoer Arif, 1999).
C. Indikasi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan
tindakan ekstraksi forsef/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan
mengejan, kelebihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada
persalinan sebelumnya, Kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin
oksiput posterior atau oksiput transverse menyebablan persalinan tidak dpat
dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara pervaginam, maka perlu
tindakan ekstraksi vakum/tindakan ekstraksi vakum menyebabkan terjadinya
toleransi pada servik uteri dan vagian ibu. Di samping itu terjadi laserasi pada
kepala janin yang dapat mengeakibatkan perdarahan intrakranial.
9
D. Komplikasi Ekstraker Vakum
Pada ibu, perdarahan, trauma jalan lahir dan infeksi. Pada janin
seperti ekskoriasi kulit kepala, fetal hematoma, subgaleal hematoma.
Hematoma ini cpat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai
fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak
berat, nekrosis kulit kepala (Scapnerosis), dapat menimbulkan alopesia.
Syarat dari Ekstraksi Vakum
1. Janin aterm
2. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi)
3. Pembukaan serviks sudah lengkap
4. Kepal janin sudah engnged.
5. Selaput ketuban sudah pecah atau jika belum, dipecahkan.
6. Harus ada kontraksi uterus atau his dan tenaga mengejan ibu.
E. Prosedur Ekstraksi Vakum
Ibu tidur dalam posisi lithotomi Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis
umum. Bila waktu pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri, diberi
anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak
berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu
memasang mangkuk saja. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum
terpasang, maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks.
10
Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5.
Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang
pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada
mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator. Dilakukan
penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga -0,2 kg/cm2 dengan
interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : -0,7 sampai -0,8
kg/cm2. ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit.
Dengan adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk
kaput suksedaneum artifisial (chignon). Sebelum mulai melakukan traksi,
dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang
ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya HIS, ibu disuruh mengejan, dan
mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul.
Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara
tangan kiri dan tangan kanan penolong. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri
menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan
memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah
agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu
mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kearah muka penolong.
Traksi dilakukan terus selama ada HIS dan harus mengikuti putaran apksi
dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis.
11
Bila HIS berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan
secara intermitten, bersama-sama dengan HIS. Kepala janin dilahirkan
dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan
gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut
lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya.
Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri
penolong segera menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka,
udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk
lepas. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan
mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva. Kriteria Ekstraksi Vakum
Gagal waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk
lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan:
a. Tenaga vakum terlalu rendah
b. Tenaga negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput
suksedaneum sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.
c. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga
mangkuk tidak dapat mencengkram dengan baik.
d. Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam
mangkuk.
e. Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan
baik.
f. Traksi terlalu kuat
12
g. Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran
penghubung.
h. Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu
traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan
diusahakan melakukan koreksi. Dalam waktu setengah jam dilakukan
traksi, janin tidak lahir.
F. Keunggulan dan Kerugian Ekstraksi Vakum
Keunggulan
1. Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)
2. Tidak diperlukan narkosis umum
3. Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang ahrus melalui
jalan lahir
4. Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan
pembukaan serviks belum lengkap
5. Trauma pada kepala janin lebih ringan
Kerugian
1. Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama
2. Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini
dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari
traksi dengan tenaga yang berlebihan.
13
3. Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak
terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara.
G. Karakteristik Ibu Bersalin
1. Umur Ibu
Usia ibu mempunyai pengaruh terhadap kehamilan, di usia kurang dari
20 tahun adalah umur yang dianggap terlalu muda untuk hamil dan
melahirkan karena endometrium belum siap menerima hasil konsepsi
dan bila fungsi organ tubuh lainnya sudah mulai menurun dan
kesehatan ibu tidak sebaik dulu. ( Jame R, Scoot, 2002 )
2. Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu dapat mempengaruhi tingkat terjadinya ekstraksi
vakum, dimana ibu yang berpendidikan rendah kurang memperhatikan
perkembangan dan kesehatan kehamilannya, karena kurang
pengetahuan ibu sehingga pada umumnya ibu tidak perduli dengan
keadaannya. Semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi
kesadaran ibu akan kesehatan dirinya dan kehamilannya. ( Merge
Koblinsky, 2002 )
3. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan ibu yang dilakukan sehari-hari tanpa dibatasi atau istrahat
yang cukup, hal ini akan mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan janin. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya ibu akan
14
mengalami kelemahan dan kekurangan tenaga sehingga harus
dilakukan ekstraksi vakum. ( Mac Donal YC, 1994 )
4. Paritas
Frekwensi ekstraksi vakum berkisar 10 – 15 % seringa terjadi pada
kehamilan primigravida. ( Derek L. Jones, 2002 ).
5. Cara persalinan yang lalu
Ibu dengan riwayat sudah pernah mengalami secsio sesarea, Untuk
kehamilan berikutnya dapat terjadi ekstraksi vakum.
15
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian tentang karakteristik ibu bersalin
dengan ekstraksi vakum di Klinik Yhosua Lubuk Pakam Periode 01Januari –
31 Mei 2009 adalah sebagai berikut :
B. Defenisi Operasional
1. Usia ibu merupakan lamanya hidup sejak dilahirkan sampai dengan
waktu penelitian yang dinyatakan dengan tahun, yang dikategorikan
atas :
a. < 20 tahun
b. 20-35 tahun
16
Independen
1. Karakteristik ibu bersalina. Umur ibub. Pendidikan
ibuc. Pekerjan ibud. Paritase. Cara
persalinan yang lalu
V. Dependen
Ekstraksi Vakum
c. 35 tahun
2. Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah didapat oleh ibu
yang dikategorikan atas :
a. Pendidikan Dasar : SD, SLTP
b. Pendidikan Menengah : SLTA
c. Perguruan Tinggi : D-III, S-1
3. Pekerjaan ibu adalah suatu kegiatan rutin yang dilakukan untuk
mencukupi kebutuhan rumah tangga yang dikategorikan atas :
a. PNS / POLRI / TNI
b. Pegawai swasta / BUMN
c. Wiraswasta
d. Petani
e. Tidak bekerja
4. Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilalui oleh ibu baik yang
hidup dan meninggal, yang dikategorikan atas :
a. Primigravida
b. Secondygravida
c. Multigravida
d. Grandemultigravida
5. Cara persalinan yang lalu adalah pada penelitian di Klinik Yhosua
Lubuk Pakam yang tercatat dalam data – data yang diperoleh bahwa
cara persalinan didapat dengan cara :
17
1) Partus Vaginal
a. Partus spontan adalah janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri atau lebih lazim disebut mentode Brach.
b. Manual aid adalah : janin yang dilahirkan sebagian dengan
tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
c. ekstraksi vakum adalah : suatu tindakan bantuan persalinan
dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi vakum yang dipasang
dikepalanya janin.
2) Sectio Sesarea adalah : Operasi abdomen untuk mengeluarkan
anak dari kandungan
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriftif yaitu menggambarkan karakteristik ibu
dan bayi di Klinik Yhosua Lubuk Pakam periode 01 Januari – 31 Mei tahun
2009.
18
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian
D.1. Lokasi
Penelitian dilakukan di Klinik Yhosua Lubuk Pakam dengan
pertimbangan :
1. Adanya kasus ekstraksi vakum di Klinik Yhosua Lubuk Pakam.
2. Klinik Yhosua Lubuk Pakam merupakan tepat mahasiswa program
studi kebidanan sibolga melaksanakan praktek.
D.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Juni 2009
E. Populasi Dan Sampel
E.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan
ekstraksi vakum di Klinik Yhosua Lubuk Pakam Periode 01 Januari – 31 Mei
2009 sebanyak 67 orang.
E.2. Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah
populasi di Klinik Yhosua Lubuk Pakam Periode 01 Januari – 31 Mei 2009
sebanyak 67 orang.
19
F. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian dikumpulkan dengan
menggunakan data sekunder didapat berdasarkan status dari pasien.
Pengumpulan dari analisa data dilakukan secara manual dengan langkah
sebagai berikut :
Proses Editing
Dilakukan pengecekan kelengkapan data yang telah dikumpulkan. Bila
terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data kembali.
Bertujuan agar data yang diperoleh dapa diolah dengan baik untuk
mendapat informasi yang benar.
Proses Coding
Pembuatan code data yang telah diperiksa sehingga dapat diubah dalam
bentuk data.
Proses Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data dan analisa data serta
pengambilan keputusan maka data tersebut disajikan dalam distribusi
frekuensi
G. Pembahasan Data
20
Setelah data ditabulasi maka data deskriptif diolah dengan persentase
data yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
fp = x 100 %
n
Keterangan :
p : Presentase
f : Frekuensi kejadian berdasarkan hasil penelitian yang dikategorikan
n : Jumlah sampel
21
MASTER TABELKARAKTERISTIK IBU BERSALING DENGAN EKSTRAKSI VAKUM DI KLINIK YHOSUA LUBUK PAKAM PERIODE 01 JANUARI – 31 MEI 2009
No. No Register
Nama Pasien
Tanggal Masuk
Umur(Tahun)
Gravida Cara Persalinan
Penanganan Ibu Bersalin
22