karakterisasi ekstrak air daging buah asam jawa
TRANSCRIPT
i
MAN
KARAKTERISASI EKSTRAK AIR DAGING BUAH
ASAM JAWA (Tamarindus indica L.)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Marlisa Bustan
NIM : 058 114 108
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
HALAMAN JUDUL
KARAKTERISASI EKSTRAK AIR DAGING BUAH ASAM JAWA
(Tamarindus indica L.)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Marlisa Bustan
NIM : 058 114 108
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
v
“ Manusia memikir-mikir jalannya tetapi
Tuhan menentukan arah langkahnya “
(Amsal 16 : 9)
“ Percayakanlah kepada TUHAN semua rencanamu, maka kau akan berhasil
melaksanakannya “
(Amsal 16:3)
“…Di saat ku tak berdaya kuasaMu yang sembuhkan..ketika ku percaya mujizat
itu nyata..bukan karena kekuatanku namun karena rohMu yang menguatkanku…”
Persembahanku untuk
Papi Jesus, Mama, Papa, Koko
keluarga yang kucintai
Sebagai ungkapan kasih dan baktiku
serta untuk almamaterku yang mulia
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
bimbingan dan kasih-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Karakterisasi Ekstrak Air Daging Buah
Asam Jawa (Tamarindus indica L.).
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
kesarjanaan pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Yohanes Dwiatmaka M.Si., selaku dosen pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna demi
terselesaikannya skripsi ini.
2. Ibu Erna Tri Wulandari M.Si.,Apt. selaku dosen pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan yang sangat berguna demi terselesaikannya skripsi
ini.
3. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si.,Apt. selaku dosen penguji atas masukan dan
sarannya.
4. Drs. Antonius Tri Priantoro, MFor.,Sc. selaku dosen penguji atas masukan
dan sarannya.
5. Tim penelitian payung jamu kunyit asam, dosen pembimbing proyek dan
teman-teman seperjuangan proyek (Linboy, Wisely, Siska, Dewi,Yesika,
Ika).
viii
6. Seluruh staff laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium
Kimia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta: Mas Wagiran, Mas Sigit,
Mas Parlan, Mas Kunto, yang telah menemani dan membantu selama
penelitian.
7. Teman–teman seperjuangan praktikum dan makalah Monchu, Weli,
Bembi, Jerry, Imel, Vita, Vica, Rony dan all of FKK 05 crew.
8. Keluarga yang kucintai yang menjadi semangat dan tujuan perjuanganku.
9. Para Romo, Frater, Bruder SCJ yang telah memberikan dukungan,
nasehat, dan doa dalam proses belajar penulis.
10. Mas Probo, Mas Riant yang banyak membantu dalam proses revisi.
11. Saudari-saudari dan keluargaku di Asrama Syantikara, Sr. Benedict, Kak
Anna, Kak N’ciz, Acong, Etox, Bella, Putri, UBB creww (Cindy Piu,
Bertha, Siska, Windy, Lisa, Clara) dan semua warga asramaku.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu terwujudnya skripsi ini.
Penulis menyadari atas keterbatasan dan kekurangan penulis, maka ini
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari segenap pembaca, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal penelitian di bidang Farmakognosi dan
berguna bagi pembaca.
Penulis
x
INTISARI
Masyarakat banyak yang mengenal obat tradisional seperti daging buah asam jawa (Tamarindus indica L.) sebagai salah satu tanaman obat yang sering digunakan dalam sediaan jamu kunyit asam. Pada industri obat tradisional standarisasi bahan baku perlu dilakukan untuk menjaga kontinuitas kualitas dari segi SQE (Safety, Quality, Efficacy). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter dari ekstrak air daging buah asam jawa sebagai salah satu bahan baku penyusun jamu kunyit asam, sehingga diperoleh produk yang mempuyai standar kualitas yang seragam dan terulang.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental, berupa karakterisasi ekstrak yang mengikuti parameter standar umum ekstrak tanaman obat. Parameter yang diuji meliputi penetapan kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, identitas ekstrak, organoleptik ekstrak, dan uji kandungan kimia ekstrak. Selain itu dilakukan juga pengukuran pH dan penetapan angka asam.
Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif diperoleh organoleptik ekstrak berwarna hitam pekat, berbau khas asam, dan rasa asam; identitas ekstrak; nilai kadar air 22,5 % b/b; kadar abu 1,1 % b/b; kadar abu tidak larut asam 0,6 % b/b; pH 2,25; angka asam ekstrak 25,75 mg/g; dan uji kandungan kimia dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menunjukkan kandungan asam tartrat yang lebih besar dari asam malat dan asam sitrat.
Kata kunci: karakterisasi, ekstrak air daging buah asam jawa, asam tartrat, asam malat, asam sitrat.
xi
ABSTRACT
Many people are familiar with traditional medicine such as tamarind (Tamarindus indica L.) as one of medicinal herbs that is mostly used in sour turmeric acid. In traditional medicine industry, the basic material standardization is required to maintain the quality continuity from SQE (Safety, Quality, Efficacy) side . This research aims to find out the character of the tamarind’s water extract as one of the basic materials of sour turmeric tonic, so it is able to get the product that has the same and continual quality standard.
This is a non experimental research, namely characterization the extract that refers to general standard parameter of medicinal herbs extract. The general standard parameter includes the determination of water degree, ashes degree, acid dissoluble ashes degree, extract identity, extract organoleptic, the test of the extract’s chemical contents, and also pH measurement, and acid number determining.
The results were analyzed descriptively. As results, the water degree score was 22.5 % w/w; the ashes degree was 1.1 % w/w; acid dissoluble ashes degree was 0.6 % w/w; extract identity; organoleptic extract that was one of the characteristics of the tamarind’s water extract; the score of pH was 2.25; the acid number was 25.75mg/g; and the test of chemical contents with High Performence Liquid Chromatography method resulted that the acid of tartaric was more than the acid of malic and citric.
Key words : the characterization, Tamarind’s water extract, tartaric acid, citric acid, malic acid.
xii
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
INTISARI ................................................................................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENGANTAR ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Keaslian Penelitian ............................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3
1. Manfaat teoritis ............................................................................................. 3
2. Manfaat praktis.............................................................................................. 3
E. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
A. Asam Jawa ......................................................................................................... 4
1. Keterangan botani ......................................................................................... 4
2. Deskripsi ....................................................................................................... 4
3. Nama daerah.................................................................................................. 4
xiii
4. Kandungan kimia .......................................................................................... 5
B. Angka Asam ....................................................................................................... 7
C. Ekstrak ................................................................................................................ 9
1. Definisi ekstrak ............................................................................................. 9
2. Pengelompokan ekstrak ................................................................................ 9
3. Metode ekstraksi ......................................................................................... 10
4. Penguapan ................................................................................................... 11
D. Standarisasi ...................................................................................................... 12
1. Pembakuan simplisia ................................................................................... 12
2. Pembakuan ekstrak...................................................................................... 13
3. Pembakuan sediaan obat tradisional ........................................................... 15
E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ..................................................... 15
F. Keterangan Empiris .......................................................................................... 16
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 17
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................................... 17
1. Jenis Penelitian ............................................................................................ 17
2. Rancangan Penelitian .................................................................................. 17
B. Definisi Operasional ......................................................................................... 18
C. Alat ................................................................................................................... 19
D. Bahan ................................................................................................................ 19
E. Jalannya Penelitian ........................................................................................... 19
1. Pembuatan ekstrak cair daging buah asam jawa ......................................... 19
2. Pengentalan ekstrak ..................................................................................... 20
xiv
3. Penetapan kadar air ..................................................................................... 20
4. Penetapan kadar abu .................................................................................... 20
5. Penetapan kadar abu tidak larut asam ......................................................... 21
6. Identitas ekstrak .......................................................................................... 21
7. Organoleptik ekstrak ................................................................................... 21
8. Penetapan pH .............................................................................................. 21
9. Penetapan angka asam................................................................................. 22
10. Uji kandungan kimia ekstrak .................................................................... 22
F. Analisis Hasil .................................................................................................... 24
BAB IV ................................................................................................................. 25
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 25
A. Pembuatan Ekstrak ........................................................................................... 25
B. Penetapan Kadar Air......................................................................................... 27
C. Penetapan Kadar Abu ....................................................................................... 27
D. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ........................................................ 28
E. Identitas Ekstrak ............................................................................................... 29
F. Organoleptik Ekstrak ........................................................................................ 30
G. Penetapan pH.................................................................................................... 31
H. Penetapan Angka Asam ................................................................................... 32
I. Uji Kandungan Kimia Ekstrak ......................................................................... 33
BAB V ................................................................................................................... 42
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 42
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 42
xv
B. Saran ................................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43
LAMPIRAN .......................................................................................................... 45
A. Data Pengentalan Ekstrak Cair ......................................................................... 45
B. Penetapan Kadar Air......................................................................................... 46
C. Penetapan Kadar Abu ....................................................................................... 48
C. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ......................................................... 50
D. Identitas Ekstrak ............................................................................................... 52
E. Organoleptik Ekstrak ........................................................................................ 52
F. Penetapan pH .................................................................................................... 53
G. Penetapan Angka Asam ................................................................................... 53
H. Uji Kandungan Kimia Ekstrak ......................................................................... 55
I. Foto Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................... 58
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 63
p-tuenesulfonic acid,
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Waktu retensi baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat ................ 34
Tabel 2. Waktu retensi sampel ekstrak air daging buah asam jawa ..................... 37
xvi
Tabel 3. Kurva baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat ............................ 37
Tabel 4. Kadar dan AUC sampel ekstrak air daging buah asam jawa .................. 39
Tabel 5. Kadar asam sitrat, asam tartrat. Asam malat dalam sampel .................... 40 nitration
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur asam sitrat (Anonim, 1995a) ................................................... 6
Gambar 2. Struktur asam tartrat (Anonim, 1995a) ................................................. 7
xvii
Gambar 3. Struktur asam malat (Anonim, 1995a) .................................................. 7
Gambar 4. Ekstrak cair (a) dan ekstrak kental (b) daging buah asam jawa .......... 26
Gambar 5. Kromatogram baku asam sitrat , asam tartrat , asam malat replikasi 1
(a), replikasi 2 (b), dan replikasi 3 (c) .................................................... 36
Gambar 6. Kurva hubungan antara konsentrasi asam sitrat vs AUC .................... 38
Gambar 7. Kurva hubungan antara konsentrasi asam tartrat vs AUC .................. 38
Gambar 8. Kurva hubungan antara konsentrasi asam malat vs AUC ................... 39
Gambar 9. Kromatogram asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat dalam sampel
replikasi 1 (a) dan replikasi 2 (b) ........................................................... 41
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Masyarakat mengenal obat tradisional secara turun temurun dari nenek
moyangnya, seperti daging buah asam jawa (Tamarindus indica L.) sebagai salah
satu tanaman obat yang sering digunakan dalam sediaan jamu kunyit asam. Jamu
kunyit asam merupakan kombinasi dari rimpang kunyit dan daging buah asam
jawa (Soedibyo, 1998).
Pada industri obat tradisional standarisasi bahan baku perlu dilakukan.
Standarisasi secara umum diartikan sebagai semua tindakan terukur selama proses
manufaktur dan pengawasan mutu bahan baku obat tradisional untuk
mendapatkan mutu yang seragam dan terulang (Sinambela, 2002). Hal ini
dikarenakan mutu produk obat tradisional tergantung dari bahan awal, proses
produksi, pengawasan mutu, bangunan, peralatan, dan personalia yang menangani
(Anonim, 2005). Kualitas bahan baku perlu selalu diperhatikan dengan
dilakukannya standarisasi bahan baku yang digunakan, sehingga kontinuitas
kualitas dari segi SQE (Safety, Quality, Efficacy) bahan baku dapat terjamin baik.
Ekstrak daging buah asam jawa merupakan salah satu bahan baku
penyusun dari jamu kunyit asam. Perlu dilakukan pengukuran kondisi ekstrak
yang dapat menjadi karakter atau parameter kualitas ekstrak yang bertujuan untuk
menjamin bahan baku tersebut baik, sehingga produk yang sudah digunakan
untuk produksi, sudah dipasarkan, dan produk sudah dikenal oleh masyarakat
2
tersebut mempuyai standar kualitas yang seragam dan terulang. Oleh karena itu
perlu dilakukan karakterisasi ekstrak air daging buah asam jawa sebagai pedoman
kualitas produk yang diproduksi. Hal ini dilakukan karena belum adanya
monografi yang dapat dijadikan standar baku yang memuat tentang ekstrak
daging buah asam jawa. Karakterisasi ini bertujuan untuk mendapatkan karakter
bahan baku obat dan menjaga kontinuitas SQE (Safety, Quality, Efficacy) produk
dengan kualitas yang baik, dimana keamanan (safety) terkait dengan tingkat
cemaran, mutu (quality) terkait dengan kandungan kimia, dan kemanjuran
(efficacy) terkait dengan efek dari bahan baku penyusun produk tersebut.
Penentuan nilai ini dilakukan dengan mengacu pada parameter standar umum
ekstrak tanaman obat (Anonim, 2000). Karakterisasi ini meliputi penetapan kadar
air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, identitas ekstrak, organoleptik ekstrak,
dan uji kandungan kimia ekstrak. Selain itu dilakukan juga pengukuran pH dan
penetapan angka asam ekstrak.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas timbul permasalahan, yaitu : Bagaimana karakter dari ekstrak air daging buah asam jawa ?
C. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan penulis penelitian mengenai karakterisasi ekstrak air
daging buah asam jawa belum pernah dilakukan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan karakter ekstrak air daging
buah asam jawa yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
terutama yang berkaitan dengan obat tradisional.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi kepada
masyarakat dan industri obat tradisional tentang karakter ekstrak air daging
buah asam jawa, sebagai salah satu komponen penyusun jamu kunyit asam.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakter dari ekstrak air daging buah asam jawa.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asam Jawa
1. Keterangan botani
Asam jawa (Tamarindus indica L.) termasuk dalam suku
Ceacalpiniaceae. Nama umum biasa disebut tamarind (Inggris), tamarinier
(Perancis). Sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan nama asam jawa
(Arisandi, 2006).
2. Deskripsi
Asam jawa merupakan sebuah kultivar daerah tropis dan termasuk
tumbuhan berbuah polong. Batang pohonnya yang cukup keras dapat tumbuh
menjadi besar dan daunnya rindang. Daun asam jawa bertangkai panjang dan
bersirip genap. Bunganya berwarna kuning kemerah-merahan dan buah polongnya
berwarna coklat dengan rasa khas asam. Di dalam buah polong selain terdapat
kulit yang membungkus daging buah, juga terdapat biji berjumlah 2 - 5 yang
berbentuk pipih dengan warna coklat agak kehitaman (Thomas, 1989).
3. Nama daerah
Tumbuhan asam jawa mempunyai nama yang berbeda-beda di beberapa
daerah. Di Sumatera dikenal dengan nama Bak mee (Aceh), Acam lagi (Gayo),
Asam jawa (Melayu), Cumalagi (Minangkabau). Di Jawa dikenal dengan nama
Tangkal asem (Sunda), Witasem (Jawa), Acem (Madura). Di Bali dikenal dengan
5
Celagi. Di Nusa Tenggara dikenal dengan nama Bage (Sasak), Mangga (Bima),
Kanefo kiu (Timor), Tobi (Solor). Di Kalimantan dikenal dengan Asam jawa
(Dayak). Di Sulawesi dikenal dengan nama asang jawi (Gorontalo), Tamalagi
(Buol), Saamba lagi (Barros), Combo (Makasar). Di Maluku dikenal dengan nama
Sablaki (Tanimbar), Asam jawa ka (Buru), Asam jawa (Ternate), Tabelaka
(Seram) (Hutapea, 1994).
4. Kandungan kimia
Daging buah asam jawa antara lain mengandung asam sitrat, asam tartrat,
asam malat, asam-asam ini sebagian besar terikat oleh kalium antara lain kalium
bitartrat; sterol/terpen, saponin, pektin, selulosa; gula; vitamin A, B dan C
(Anonim, 1995b).
Asam organik yang terkandung dalam daging buah asam jawa seperti
asam sitrat, asam tartrat, asam malat merupakan asam organik tumbuhan. Sifat
unik metabolisme tumbuhan, bila dibandingkan dengan metabolisme hewan dan
mikroorganisme lainnya adalah kemampuannya menimbun asam organik dalam
vakuola sel dengan jumlah asam tumbuhan yang dihasilkan beragam terutama
asam sitrat, asam malat, dan isositrat. Asam organik sederhana yang tertimbun
dalam tumbuhan secara tepat dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam daur
trikarboksilat (Krebs) dan asam yang lainnya. Asam dikarboksilat paling
sederhana adalah asam malonat, dan homolog berikutnya yang lebih tinggi adalah
asam suksinat. Turunan asam suksinat tak jenuh adalah asam fumarat dan asam
maleat. Asam monohidroksisuksinat dikenal sebagai asam malat sedangkan asam
dihidrosuksinat adalah asam tartrat. Bila terdapat dalam jumlah banyak asam
6
C CH2
COOH
OH
CH2 COOHHOOC
tersebut mudah dikenal berdasarkan rasanya dalam larutan dan berdasarkan pH
rendah dalam ekstrak air tumbuhan tersebut. Asam sitrat mempunyai pH dalam
rentang 3,8 - 4,2 Secara umum dapat dideteksi berdasarkan pengaruhnya pada
indikator asam-basa seperti hijau bromokresol atau biru bromotimol (Harborne,
1987).
Beberapa contoh asam organik :
a. Asam Sitrat. Asam sitat (C6H8O7) dengan BM 192,12, berbentuk
anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Mengandung tidak kurang dari
99,6% dan tidak lebih dari 100,5 % C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian asam sitrat hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul
sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam.
Sangat mudah larut dalam dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut
dalam eter. Mempunyai nilai pH antara 3,8 – 4,2.
Gambar 1. Struktur asam sitrat (Anonim, 1995a)
b. Asam Tartrat. Asam Tartrat (C4H6O6) dengan BM 150,09, pemerian
hablur tidak berwarna atau bening, serbuk halus sampai granul, warna putih, tidak
berbau, rasa asam dan stabil di udara. Sangat mudah larut dalam air, mudah larut
dalam etanol. Nilai pH asam tartrat adalah 1,6.
7
C COOH
OH
CHOOC
H
H
H
Gambar 2. Struktur asam tartrat (Anonim, 1995a)
c. Asam Malat. Asam malat (C4H6O5) dengan BM 134,09 mengandung
tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % C4H6O5. Nilai pH asam
malat adalah 2,2.
Gambar 3. Struktur asam malat (Anonim, 1995a)
B. Angka Asam
Angka asam adalah nilai yang menggambarkan konsentrasi dari senyawa
asam di dalam campuran. Angka asam perlu diuji karena pada pembuatan jamu
kunyit asam, sifat kurkumin yang stabil dalam pH asam, dapat dibuat secara alami
dengan penambahan daging buah asam jawa. Kandungan asam dalam ekstrak
asam jawa dapat ditentukan dengan penetapan angka asam. Angka asam yang
ditetapkan secara titrimetri ini berarti banyaknya milligram KOH yang dibutuhkan
untuk menetralkan asam-asam bebas di dalam satu gram substansi yang dianalisa
contohnya di dalam ekstrak (Sudarmadji, 1984).
C COOH
H
OH
C
H
OH
HOOC
8
Dengan perhitungan sbb :
Angka asam = m
NV 1,56××
V = volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan pada titrasi (ml).
N = normalitas eksak larutan KOH dalam alkohol.
m = berat sampel ekstrak (g).
Pada penentuan angka asam ini, asam organik yang larut dalam air dapat
langsung di titrasi dengan KOH dimana titik ekivalensi akan terjadi pada pH lebih
dari 7 dan phenolphthalein dapat digunakan sebagai indikator yang pada suasana
asam tidak berwarna dan pada suasana basa berwarna merah. Prosedur tersebut
dapat dilakukan untuk menganalisa beberapa asam seperti asam sitrat, niasin
(asam nikotinik), asam tartrat, asam laktat, dan asam trikloroasetat. Penentuan
angka asam ini dapat dilakukan untuk analisa kuantitatif dari asam-asam yang
terkandung pada sediaan atau campuran tertentu (Gearien, 1969). Angka asam
pada ekstrak daging buah asam jawa diukur untuk mengetahui berapa kandungan
asam organik total dalam ekstrak tersebut sedangkan tingkat keasaman ekstrak
dapat ditetapkan dengan pengukuran pH. Nilai pH menggambarkan tingkat
keasaman atau kebasaan suatu larutan, dimana nilai pH lebih kecil dari 7 bersifat
asam dan nilai pH lebih besar dari 7 bersifat basa. Sedangkan nilai pH 7 bersifat
netral.
9
C. Ekstrak
1. Definisi ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi standar baku
yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan
baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi
dengan pengurangan tekanan, agar bahan sesedikit mungkin yang terkena panas
(Anonim, 2000). Ekstrak berasal dari simplisia, simplisia ada yang lunak seperti
rimpang, daun, akar kelembak, dan ada yang keras seperti biji, kulit kayu, kulit
akar. Simplisia yang lunak mudah ditembus oleh cairan penyari dan tidak perlu
diserbuk sampai halus. Sebaliknya pada simplisia yang keras perlu diserbuk
sampai halus sebelum dilakukan penyarian (Anonim, 1986).
2. Pengelompokan ekstrak
Menurut Voigt (1994), berdasarkan sifatnya ekstrak dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Ekstrak cair (extractum fluidum). Pada ekstrak cair memiliki
konsistensi cair dan mudah dituang.
b. Ekstrak encer (extractum tenue). Pada ekstrak encer memiliki
konsistensi madu dan mudah dituang.
10
c. Ekstrak kental (extractum spissum). Memiliki konsistensi liat dalam
keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai
30%.
d. Ekstrak kering (extractum siccum). Memiliki konsistensi kering dan
mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
3. Metode ekstraksi
Secara umum proses ekstraksi dapat dipisahkan menjadi pembuatan
serbuk atau penyiapan bahan, pembasahan, penyarian (ekstraksi), penguapan dan
pemekatan. Pada proses penyarian (ekstraksi) secara umum dapat dibedakan
menjadi maserasi, infundasi, perkolasi, destilasi uap dan sering terdapat
modifikasi.
a. Maserasi. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana,
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia atau bahan dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan
yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
b. Infundasi. Proses infundasi menghasilkan infus yaitu sediaan cair yang
dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.
Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
11
c. Perkolasi. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.
Prinsipnya adalah serbuk simplisia ditempatkan pada bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
d. Penyarian berkesinambungan. Proses ini dengan cara penggabungan
antara proses peyarian yang dilanjutkan dengan prosespenguapan.
(Anonim,1986)
4. Penguapan
Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan.
Kecepatan terbentuknya uap tergantung atas terjadinya difusi uap melalui lapisan
batas di atas cairan yang bersangkutan, kecepatan penguapan tergantung pada
kecepatan pemindahan panas. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan
adalah suhu, waktu, kelembaban, cara penguapan, dan konsentrasi (Anonim,
1986).
Ekstrak cair yang memiliki konsistensi cair dan kandungan pelarutnya
yang masih tinggi dapat diubah menjadi bentuk ekstrak kental, yang
konsistensinya liat dan kandungan air yang lebih rendah dibandingkan dengan
ekstrak cair. Pengentalan dapat dilakukan melalui penguapan dengan alat Vacuum
Rotary Evaporator, melalui putaran labu dalam sebuah pemanas pada temperatur
dan kecepatan putar tertentu, cairan yang terkandung dalam ekstrak akan
diuapkan. Melalui pembesaran permukaan penguapan maka penguapan
12
berlangsung dalam waktu lebih singkat. Melalui pengaturan dalamnya pencelupan
ke dalam penangaas air, suhu penangas, hampa udara dan suhu pendingin maka
kondisi optimal dapat terpenuhi sehingga proses pengentalan ekstrak dapat
berlangsung cepat dan dalam temperatur yang tidak terlalu tinggi (Voigt, 1994).
D. Standarisasi
Standarisasi yaitu suatu proses pemenuhan persyaratan sebagai bahan
baku agar dapat digunakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Standarisasi bertujuan untuk menjaga kontinuitas dari produk obat tradisional
yang dihasilkan, sehingga kontinuitas khasiat obat tersebut juga akan terjaga. Pada
proses standarisasi dilakukan pengukuran parameter untuk mendapatkan mutu
yang seragam dan terulang. Standarisasi dapat terbagi dalam tiga langkah, yakni
sebagai berikut:
1. Pembakuan simplisia
Pembakuan simplisia sebagai bahan baku obat tradisional merupakan
titik awal yang penting bagi pembakuan obat tradisional secara keseluruhan
karena obat tradisional yang bermutu hanya akan dapat diperoleh bila simplisia
yang menjadi bahan bakunya juga bermutu. Untuk mendapatkan obat tradisional
yang baik dan terulangkan dalam bentuk, keamanan dan manfaat diperlukan juga
keterulangan dari mutu simplisia. Oleh karena mutu tanaman sumber simplisisa
umumnya sangat bervariasi, maka untuk menetapkan bermutu tidaknya simplisia
yang digunakan diperlukan standar mutu sebagai pegangan. Agar simplisia yang
digunakan mempunyai mutu standar, industri obat tradisional disarankan dan
13
didorong untuk melakukan budidaya dan mengembangkan sendiri tanaman
sumber simplisia spesifikasi masing-masing industri dengan mutu standar yang
relatif homogen (Anonim, 2000).
2. Pembakuan ekstrak
Selain simplisia, saat ini banyak industri obat tradisional yang
menggunakan ekstrak dari simplisia secara langsung, yang dipakai sebagai bahan
baku obat tradisonal yang akan digunakan dalam upaya pelayanan kesehatan.
Pembakuan ekstrak sebagai bahan baku obat tradisional juga penting dilakukan
untuk menghasilkan produk obat tradisional yang bermutu (Anonim,2000).
Pada pembakuan ekstrak sebagai bahan dasar sediaan obat tradisional
dilakukan dengan berpedoman pada Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat (Anonim,2000). Penentuan parameter standar yang dapat dilakukan antara
lain:
a. Parameter kadar air. Pada penentuan parameter kadar air prinsip yang
dilakukan adalah pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan atau
ekstrak, penentuan parameter kadar air ini dapat dilakukan dengan cara yang tepat
sesuai dengan kondisi ekstrak. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain
cara titrasi, destilasi atau gravimetri. Tujuan dilakukan penetapan kadar air ini
adalah untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya
kandungan air di dalam bahan atau ekstrak yang digunakan sebagai bahan baku
sediaan obat (Anonim,2000).
b. Parameter kadar abu. Pada penetapan parameter kadar abu ini berujuan
untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang
14
berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Nilai maksimal atau rentang
kadar abu yang diperbolehkan terkait secara langsung dengan kemurnian dan
kontaminasi pada bahan atau ekstrak (Anonim,2000).
c. Parameter identitas ekstrak. Parameter identitas ekstrak ditetapkan
dengan melakukan deskripsi tata nama ekstrak yang digunakan sebagai bahan
baku sediaan obat tersebut. Tujuan ditetapkan identitas ekstrak adalah untuk
memberikan identitas objektif dari nama sampai senyawa spesifik yang
terkandung dalam ekstrak yang dapat digunakan sebagai senyawa identitas
(Anonim, 2000).
d. Parameter organoleptik ekstrak. Prinsip dari uji organoleptik ekstrak
adalah penggunaan pancaindera untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa
dari ekstrak tersebut. Tujuan dilakukan uji organoleptik tersebut adalah sebagai
pengenalan awal yang sederhana dan seobjektif mungkin sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pemilihan ekstrak yang digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan obat tradisional (Anonim, 2000).
e. Uji kandungan kimia ekstrak. Uji kandungan kimia ekstrak berupa
penetapan kadar senyawa atau kandungan kimia yang terdapat di dalam ekstrak.
Dalam uji ini dapat dilakukan dengan beberapa metode yang disesuaikan dengan
kondisi ekstrak dan senyawa yang terkandung di dalamnya. Tujuan dilakukan
penetapan kadar ini adalah untuk memberikan gambaran awal komposisi
kandungan kimia berdasarkan senyawa yang terkandung dalam ekstrak (Anonim,
2000).
15
3. Pembakuan sediaan obat tradisional
Obat tradisional terbuat dari bahan alami. Pada formula obat tradisional
yang sama dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit yang
berbeda oleh satu daerah dengan daerah yang lain. Hal ini terjadi karena dalam
satu tanaman terdapat kemungkinan berbagai kandungan kimia yang mempunyai
khasiat yang berbeda, sehingga dapat dipakai untuk berbagai indikasi. Tanaman
yang ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda, dapat menyebabkan kadar
kandungan kimia yang berbeda-beda dan keamanan serta khasiat juga dapat
berbeda. Untuk tercapainya keinginan memasukkan obat tradisional dalam
pelayanan kesehatan formal, maka perlu dilakukan pembakuan sediaan obat
tradisional agar terjamin mutu dan keamanannya. Serta sediaan obat tradisional
yang memenuhi standar yang berlaku (Anonim,2000).
E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Kromatografi adalah prosedur pemisahan senyawa campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi, karena adanya perbedaan koefisien
distribusi masing-masing senyawa di antara dua fase yang saling bersinggungan
dan tidak saling campur, yang disebut sebagai fase gerak (mobile phase) yang
berupa zat cair atau zat gas, dan fase diam (stationary phase) yang berupa zat cair
atau zat padat (Noegrohati, 1994). Keuntungan utama KCKT adalah karena
memiliki daya pisah tinggi, kecepatan tinggi, kolom dapat dipakai kembali, ideal
untuk molekul besar dan ion, cepat dijalankan secara otomatis, peka, selektif, dan
preparasi sampel yang relatif mudah, dalam banyak hal sediaan cukup dilarutkan
atau diencerkan sebelum dianalisis (Oktavia, 2006).
16
Selain sebagai metode utama untuk memisahkan senyawa dalam sampel,
KCKT juga digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif dari senyawa yang
telah dipisahkan. Dari suatu kromatogram diperoleh informasi mengenai waktu
retensi suatu senyawa. Waktu retensi ini spesifik untuk tiap senyawa sehingga
dapat digunakan sebagai salah satu dasar uji kualitatif (Noegrohati, 1994).
Analisis kualitatif ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya senyawa tertentu
dalam sampel dengan cara membandingkan waktu retensi senyawa murni dengan
waktu retensi senyawa yang dimaksud dalam sampel. Respon yang berupa tinggi
peak maupun luas area peak dapat dipakai untuk analisis kuantitatif. Pengukuran
berdasarkan tinggi peak dapat dilakukan dengan ketelitian tinggi, bila tidak terjadi
pelebaran peak. Pengukuran berdasarkan luas area peak lebih disukai dari pada
pengukuran berdasarkan tinggi peak karena tidak terpengaruh oleh pelebaran pita
(Gritter et al., 1985).
F. Keterangan Empiris
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang dianalisa
secara deskriptif. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
karakter ekstrak air daging buah asam jawa.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian noneksperimental, karena tidak
diberikan perlakuan terhadap subjek uji.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:
a. Pembuatan ekstrak cair
b. Pembuatan ekstrak kental
c. Penetapan kadar air
d. Penetapan kadar abu
e. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
f. Identitas ekstrak
g. Organoleptik ekstrak
h. Penetapan pH
i. Penetapan angka asam
j. Uji kandungan kimia ekstrak
18
B. Definisi Operasional
1. Karakterisasi ekstrak adalah pengukuran kondisi ekstrak air daging buah asam
jawa mengikuti parameter standar umum ekstrak tanaman obat yang
ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan meliputi kadar air, kadar
abu, kadar abu tidak larut asam, identitas ekstrak, organoleptik ekstrak, uji
kandungan kimia ekstrak. Serta dilakukan juga pengukuran pH dan penetapan
angka asam.
2. Ekstrak air daging buah asam jawa adalah sari daging buah asam jawa yang
diperoleh melalui proses perendaman dengan air, pengepresan, penyarian, dan
selanjutnya dikentalkan pada suhu 40°C.
3. Uji kandungan kimia ekstrak meliputi uji kualitatif untuk mengetahui
komposisi asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat serta uji kuantitatif sebagai
gambaran kandungan asam organik terbesar di dalam ekstrak.
19
C. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Vacuum rotary evaporator (Janke & Kunkel Ika Labortechnik), oven (Memmert),
timbangan analitik (Precition Balance Model AB-204, Mettler Toledo), pemijar
(Carbolite), krus platina, penjepit, hot plate (Heidolph MR 2002), penangas air,
vacuum (Robinair High Vacuum Pump Model 15110 seri 11026), corong
Buchner, pH meter elektrik (Oakton), pendingin balik, buret, alat-alat gelas
(pyrex), filter milipore 0,45 µm (Millex), degassing ultrasonik, HPLC (KNAUER
HPG-PDA).
D. Bahan
Bahan yang digunakan adalah ekstrak air daging buah asam jawa dari
PT. Sido Muncul. Bahan kimia yang digunakan meliputi asam sulfat p.a (Merck),
alcohol p.a (Merck), kalium hidroksida p.a (Merck), asam sitrat p.a (Merck),
asam tartrat p.a (Merck), asam malat p.a (Merck). Bahan lainnya berupa indikator
phenophthlein, kertas saring bebas abu, aquades dari laboratorium Farmakologi
dan Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
E. Jalannya Penelitian
1. Pembuatan ekstrak cair daging buah asam jawa
Daging buah asam jawa yang sudah matang direndam di dalam air,
kemudian rendaman daging buah dan air hasil rendaman dipres dan hasilnya
disaring. Hasil saringan dipekatkan dengan suhu rendah sehingga diperoleh
ekstrak cair daging buah asam jawa.
20
2. Pengentalan ekstrak
Ekstrak cair yang diperoleh dimasukkan dalam Vacuum Rotary
Evaporator dengan pengaturan suhu dan tekanan pada alat, kemudian hasil
ekstrak yang diperoleh dikentalkan lagi di dalam oven dengan temperatur 40°C
hingga diperoleh ekstrak kental dengan konsistensi yang liat.
3. Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dengan metode gravimetri. Kurang lebih 10 gram
ekstrak kental ditimbang saksama dalam wadah yang telah ditara. Dikeringkan
pada suhu 1050C selama 5 jam dalam oven didinginkan lalu ditimbang.
Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada pada jarak 1 jam sampai perbedaan
antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (Anonim, 2000).
4. Penetapan kadar abu
Kurang lebih 2 gram sampai 3 gram ekstrak yang telah ditimbang
seksama dimasukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan
ditara, kemudian diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,
didinginkan, dan ditimbang sampai bobot konstan. Jika dengan cara ini arang
tidak dapat dihilangkan, maka ditambahkan air panas, disaring melalui kertas
saring bebas abu. Dipijarkan sisa dan kertas saring dalam krus, diuapkan,
dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap bahan yang
dikeringkan di udara (Anonim, 2000).
21
5. Penetapan kadar abu tidak larut asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 ml
asam sulfat encer P (dicampur 104 g asam sulfat P dengan 896 g air) selama 5
menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melaui krus
kaca masir atau kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan air panas dan
dipijarkan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 4500C, hingga bobot tetap,
ditimbang. Dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang
telah dikeringkan di udara (Anonim, 2000)
6. Identitas ekstrak
Dilakukan dengan study literatur meliputi deskripsi tata nama ekstrak dan
senyawa identitas ekstrak.
7. Organoleptik ekstrak
Dilakukan dengan penggunaan pancaindera, dideskripsikan bentuk,
warna, bau, rasa dari ekstrak.
8. Penetapan pH
Disiapkan ekstrak air daging buah asam jawa lalu dilakukan pengukuran
nilai pH dengan menggunakan pH meter elektrik, terlebih dahulu pH meter
dinetralkan, kemudian dilakukan pengukuran dengan pencelupan pH meter pada
sampel ekstrak cair daging buah asam jawa.
22
9. Penetapan angka asam
Ditimbang kurang lebih 0,5 gram ekstrak, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer, ditambah 25 ml alkohol netral. Kemudian ditutup dengan pendingin
balik, dipanaskan sampai mendidih dan digojog kuat-kuat. Setelah dingin larutan
dititrasi dengan KOH 0,1 N yang telah distandarisasi memakai indikator
phenophthlein (PP). Angka asam dinyatakan sebagai mg KOH yang dipakai untuk
menetralkan asam dalam 1 gram sampel ekstrak (Sudarmadji, 1984).
10. Uji kandungan kimia ekstrak
Uji kandungan kimia ekstrak berupa analisa kualitatif dan kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan instrumen KCKT. Analisa kualitatif dilakukan
dengan pengamatan waktu retensi dari sampel yang dibandingkan dengan waktu
retensi asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat baku. Pada analisa kuantitatif
dilakukan dengan perhitungan kadar asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat
pada sampel. Dilakukan preparasi sbb:
a. Penyiapan fase gerak. Fase gerak yang digunakan adalah asam sulfat
pekat pro analisis yang terlebih dahulu disaring dengan Filter Milipore 0,45 mm
dan di degassing selama 15 menit.
b. Optimasi Metode KCKT. Optimasi metode KCKT mengikuti prosedur
penggunaan pada kolom MetaCarb H Plus yang diaplikasikan khusus untuk
pengukuran asam organik. Dengan panjang gelombang 215 nm, kecepatan alir 0,6
ml/menit, suhu 68°C.
23
c. Pengamatan waktu retensi asam sitrat, asam tartrat, asam malat.
Larutan asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat diinjeksikan pada KCKT dengan
sistem yang telah di optimasi sehingga diperoleh nilai waktu retensi dari masing-
masing asam organik tersebut.
d. Pembuatan kurva baku Larutan baku asam sitrat, asam tartrat, dan
asam malat dibuat dengan beberapa konsentrasi yang berbeda. Kemudian dibuat
kurva hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi dan ditentukan persamaan
regresi liniernya.
e. Penyiapan larutan sampel. Sampel ekstrak air daging buah asam jawa
diambil kurang lebih 3 ml dan disaring dengan Filter Milipore 0,45 µm.
Kemudian diencerkan 10 kali dengan aquades add pada labu ukur 10 ml dan di
deggasing selama 15 menit.
f. Penetapan kadar asam sitrat, asam tartrat, asam malat dalam sampel.
Sebanyak 20 µl larutan sampel diinjeksikan pada KCKT dengan sistem yang telah
dioptimasi.
Larutan standar dan larutan sampel diinjeksikan pada KCKT dengan
sistem KCKT yang digunakan sbb :
a. Instrumen : KNAUER HPG-PDA
b. Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml
c. Fase gerak : H2SO4,005 M
d. Kecepatan alir : 0,6 ml/menit
e. Detektor : UV/Vis 6000 LP
f. Panjang gelombang : 215 nm
24
g. Tekanan : 113/100
h. Suhu : 68ºC
i. Sampel : ekstrak air daging buah asam jawa
j. Baku : asam sitrat, asam tartrat, asam malat
p.a.(Merck)
F. Analisis Hasil
Hasil yang diperoleh dari karakterisasi ekstrak air daging buah asam jawa
dianalisis dengan metode deskriptif. Dengan memaparkan nilai hasil pengukuran
dari kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, nilai pH, angka asam,
identitas ekstrak, organoleptik ekstrak, serta uji kandungan kimia ekstrak berupa
analisa kualitatif dan kuantitatif kandungan asam sitrat, asam tartrat, dan asam
malat dalam ekstrak air daging buah asam jawa.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Ekstrak
Ekstrak air daging buah asam jawa dibuat dengan bahan dasar daging
buah asam jawa yang sudah matang dengan ciri daging buah berwarna coklat tua,
yang direndam dengan air, dilakukan pengepresan lalu disaring. Proses penyarian
tersebut menggunakan larutan penyari air karena kandungan utama dalam ekstrak
tersebut adalah asam organik yang sifatnya dapat larut dalam air. Proses
perendaman dengan air tersebut bertujuan agar air sebagai larutan penyari dapat
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat,
sehingga zat terlarut dan karena perbedaan konsentrasi antara larutan zat di dalam
sel dan di luar sel maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Daging buah asam
jawa mengandung pektin yang mudah mengembang sehingga setelah direndam
perlu dilakukan pengepresan agar mudah disaring. Penyaringan dilakukan dengan
tujuan untuk memisahkan zat padat berupa bagian daging buah asam jawa yang
sudah dipres dengan zat cair yang diperoleh dari hasil penyarian dengan air.
Hasil saringan tersebut dipekatkan dengan suhu rendah dan diperoleh ekstrak cair.
Ekstrak cair tersebut merupakan bahan dasar yang diperoleh oleh peneliti.
Ekstrak cair kemudian dikentalkan dengan menggunakan vacuum rotary
evaporator dan dilanjutkan di oven dengan suhu 40°C sehingga didapat ekstrak
kental dengan konsistensi yang liat.
26
(a) (b)
Gambar 4. Ekstrak cair (a) dan ekstrak kental (b) daging buah asam jawa
Tujuan ekstrak dikentalkan adalah mempermudah dalam pengukuran dan
penimbangan yang disesuaikan dengan prosedur pengujian pada parameter
standar umum pengujian ekstrak (Anonim, 2000). Pengentalan ekstrak cair
menggunakan vacum rotary evaporator memungkinkan penguapan larutan
pengekstraksi yang lebih cepat karena adanya tekanan dan suhu yang diatur tidak
terlalu tinggi untuk menjaga stabilitas senyawa. Pengentalan selanjutnya
dilakukan di oven pada suhu 40º C hingga diperoleh ekstrak kental. Pengentalan
dilakukan dengan suhu 40º C karena jika dilakukan dengan kondisi suhu yang
tinggi adanya kemungkinan senyawa yang terkandung dalam ekstrak menjadi
tidak stabil. Selain itu ekstrak daging buah asam jawa yang mengandung gula
pada suhu tinggi dapat membentuk karamel. Oleh karena itu pengentalan
dilakukan pada suhu 40º C. Pada penelitian ini ekstrak kental yang diperoleh
sesuai dengan definisi ekstrak kental menurut Voigt (1994), dimana ekstrak kental
merupakan ekstrak dengan konsistensi liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat
dituang.
27
B. Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dalam ekstrak kental dilakukan secara gravimetri
yaitu dengan menimbang selisih bobot ekstrak sebelum dan sesudah pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 105°C yaitu suhu
optimal untuk menguapkan air yang terkandung dalam ekstrak . Penetapan kadar
air ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur kandungan air yang ada dalam
ekstrak kental. Dari penetapan kadar air ini diperoleh nilai batasan minimal atau
rentang besarnya kandungan air dalam ekstrak. Nilai maksimal atau rentang yang
diperbolehkan pada penetapan kadar air ini terkait dengan kemurnian dan
kontaminasi. Kadar air yang tinggi memungkinkan kondisi ekstrak yang mudah
terjadinya pertumbuhan mikroorganisme. Karena pada proses ekstraksi
digunakan larutan penyari air yang merupakan tempat tumbuh bagi kuman,
kapang, dan khamir. Dari hasil yang diperoleh kadar air ekstrak kental daging
buah asam jawa adalah 22,5 % b/b. Kadar air ekstrak kental daging buah asam
jawa yang diperoleh sudah memenuhi syarat dimana kadar air untuk ekstrak
kental maksimal 30% (Voigt, 1994).
C. Penetapan Kadar Abu
Penetapan kadar abu dilakukan dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
cemaran unsur mineral dan bahan anorganik. Pada penetapan kadar abu dilakukan
pemijaran pada temperatur yang tinggi. Pemijaran pada suhu tinggi ini bertujuan
mendestruksi senyawa organik yang mempunyai karbon sehingga akan menguap
dan yang tertinggal hanya bahan anorganik baik yang logam maupun non logam.
Pada proses pemijaran digunakan krus platina karena krus palatina tahan terhadap
28
pemanasan suhu tinggi. Penimbangan hingga bobot konstan dilakukan dengan
penimbangan krus dan abu sampai tidak terjadi lagi perbedaan bobot setelah
dipanasi lebih lanjut atau selisih penimbangan 0,2 - 0,5 mg maka pemijaran
dianggap lengkap. Dari hasil penetapan kadar abu diperoleh gambaran kandungan
bahan anorganik baik yang logam maupun non logam dari proses awal hingga
terbentuknya ekstrak. Hal ini terkait dengan kemurnian ekstrak dan digunakan
sebagai indikator kualitas bahan baku ekstrak sebagai salah satu bahan dasar jamu
dilihat dari segi keamanan (safety). Kadar abu yang tinggi merupakan gambaran
tingkat cemaran bahan anorganik yang tinggi dan sifatnya berbahaya, karena jika
bahan anorganik tersebut terakumulasi di dalam tubuh dapat menimbulkan efek
toksik. Sebagai contoh cemaran logam berat seperti Timbal (Pb), Merkuri (Hg)
dapat menyebabkan gangguan saraf dan ginjal, Cadmium (Cd) menyebabkan
gangguan di hati, ginjal, dan darah, serta Krom (Cr) dan Arsen (As) yang dapat
menyebabkan kanker. Hasil penetapan kadar abu ekstrak air daging buah asam
jawa diperoleh gambaran bahwa kandungan bahan anorganik dalam ekstrak
tersebut adalah 1,1 % b/b.
D. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
Tujuan dari penetapan kadar abu tidak larut asam adalah untuk
mengetahui seberapa banyak cemaran silikat atau pasir pada ekstrak. Pada
pengujian, ekstrak hasil penetapan kadar abu didihkan dengan asam sulfat encer P
yang bertujuan untuk melarutkan semua bahan-bahan anorganik logam yang
terlarut dalam asam kuat, sehingga yang tersisa adalah bahan anorganik sisa yang
tidak terlarut pada asam kuat yaitu bahan anorganik non logam seperti silikat,
29
pasir yang menjadi pencemar. Pada penetapan kadar abu tidak larut asam ini yang
diukur adalah kadar bahan anorganik non logam, karena bahan anorganik logam
dapat bersifat internal ada di dalam tumbuhan berasal dari sisa klorofil, maka yang
perlu ditetapkan adalah bahan anorganik non logam yang berasal dari luar ekstrak
yang kemungkinan mencemari ekstrak. Hal ini terkait juga dengan kemurnian
bahan ekstrak yang digunakan sebagai salah satu bahan dasar jamu. Kadar abu
tidak larut asam yang tinggi menggambarkan adanya cemaran selama proses
ekstraksi. Hasil penetapan kadar abu tidak larut asam ekstrak air daging buah
asam jawa adalah 0,6 % b/b.
E. Identitas Ekstrak
1. Deskripsi tata nama
a. Nama ekstrak :Tamarindi Pulpa Extractum
b. Nama latin tumbuhan : Tamarindus indica L.
c. Bagian tumbuhan yang digunakan : daging buah
d. Nama Indonesia tumbuhan : asam jawa
2. Senyawa identitas ekstrak : belum ditemukan
30
Tujuan dari penentuan identitas ekstrak adalah untuk mendapatkan
identitas objektif dan spesifik dari senyawa identitas. Ekstrak dapat mengandung
senyawa identitas dari tumbuhan penyusunnya yaitu senyawa tertentu yang
menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu (Anonim,2000). Standarisasi
bahan baku obat tradisional dengan menetapkan senyawa penanda (markers) atau
senyawa identitas yang dapat berupa senyawa tunggal atau kelompok kelas
senyawa dalam tanaman obat dan dipakai sebagai acuan kontrol kuantitatif tanpa
memperhatikan apakah senyawa atau kelompok senyawa tersebut memiliki
aktivitas terapi atau tidak. Secara umum suatu senyawa atau sekelompok senyawa
dapat menjadi senyawa identitas bahan tumbuhan obat jika senyawa tersebut
stabil, dapat diidentifikasi dan dianalisa secara kuantitatif, serta unik untuk
tanaman yang bersangkutan (Sinambela, 2002). Asam jawa mempunyai
kandungan kimia asam sitrat, asam tartrat, asam malat, sterol/terpen, saponin,
pektin, selulosa, gula, vitamin A, B dan C. Sedangkan senyawa identitas yang
unik atau khas pada ekstrak daging buah asam jawa tersebut belum ditemukan.
F. Organoleptik Ekstrak
Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan indera dengan cara
dilihat, diraba, dibaui, dan dirasakan sehingga dapat mendeskripsikan bentuk,
warna, bau, dan rasa dari ekstrak. Uji ini bertujuan sebagai pengenalan awal
secara sederhana dan seobjektif mungkin. Ekstrak cair daging buah asam jawa
bentunya cair, berwarna hitam pekat, berbau khas asam, dan rasanya asam.
31
Demikian juga dengan ektrak kental dengan bentuk kental, berwarna hitam pekat,
berbau khas asam, dan rasa asam. Pada penelitian ini uji organoleptik bermanfaat
sebagai petunjuk untuk mengenal apakah benar ekstrak tersebut ekstrak dari
daging buah asam jawa. Setelah dilakukan uji organoleptik ini berdasarkan dari
ciri-ciri yang diperoleh terbukti bahwa ekstrak tersebut merupakan ekstrak daging
buah asam jawa sesuai dengan standar pemerian pada Materia Medika yaitu
ekstrak dengan warna coklat kehitaman, berbau manisan buah, rasa asam
kemanis-manisan (Anonim b, 1995).
G. Penetapan pH
Pada sediaan jamu kunyit asam kurkumin dari kunyit yang memiliki efek
analgesik bersifat stabil dalam suasana asam. Oleh karena itu ditambahkannya
daging buah asam jawa sebagai pemberi suasan asam. Sehingga perlu
dilakukannya penetapan pH untuk mengetahui tingkat keasaman ekstrak tersebut.
Penetapan pH pada ekstrak cair daging buah asam jawa dilakukan dengan
menggunakan pH meter elektrik. Dari hasil pengukuran diperoleh nilai pH ekstrak
cair daging buah asam jawa adalah 2,25. Dari nilai pH tersebut diketahui bahwa
ekstrak daging buah asam tersebut mempuyai suasana asam (pH < 7). Ekstrak
asam jawa dengan suasana asam ini yang dapat menjaga stabilitas kurkumin
karena sifat kurkumin yang stabil dalam suasana asam . Kurkumin pada suasana
basa (pH > 7) akan mengalami dekomposisi. Oleh karena itu ekstrak air daging
buah asam jawa yang mempunyai nilai pH < 7 akan membuat suasana asam pada
jamu kunyit asam. Campuran ekstrak kunyit yang mengandung senyawa aktif
kurkumin dengan ekstrak asam jawa yang memberikan suasana asam ini akan
32
menjaga stabilitas kurkumin yang merupakan senyawa aktif yang berkhasiat
sebagai senyawa analgesik dalam jamu kunyit asam ini.
H. Penetapan Angka Asam
Penetapan angka asam bertujuan mengetahui berapa banyak asam total
yang terkandung dalam ekstrak air daging buah asam jawa. Dalam penetapan
angka asam ini digunakan metode titrasi asam basa. Metode titrasi asam basa ini
dipilih karena merupakan metode yang sederhana. Proses yang terjadi adalah
analit berupa kandungan asam organik yang merupakan asam lemah dalam
sampel ekstrak akan bereaksi dengan titran yaitu KOH. Sampel dipanaskan
dengan alkohol netral bertujuan untuk melarutkan asam. Titrasi dilakukan dengan
penambahan KOH secara perlahan-lahan dengan menggunakan buret hingga
indikator phenophthlein berubah warna menjadi merah muda pada akhir titrasi
dan volume titran yang digunakan dicatat. Dalam percobaan ini angka asam
berarti banyaknya milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-
asam bebas di dalam satu gram substansi yang dianalisa, yaitu dalam ekstrak air
daging buah asam jawa. Didapat hasil angka asam 25,75 mg/g. Angka asam
tersebut berarti total asam organik yang terkandung di dalam daging buah asam
adalah 25,75 mg dalam setiap gram sampel ekstrak air daging buah asam jawa.
Kandungan asam dalam ekstrak daging buah asam inilah yang bermanfaat untuk
menstabilkan kurkumin pada ekstrak kunyit. Sehingga kurkumin sebagai senyawa
analgesik dalam jamu kunyit asam tersebut dapat terjaga stabilitasnya.
33
I. Uji Kandungan Kimia Ekstrak
Uji kandungan kimia ekstrak yang dilakukan berupa analisa kualitatif dan
kuantitatif dengan menggunakan instrumen KCKT. Analisis kualitatif bertujuan
sebagai gambaran awal kandungan kimia ekstrak. Ekstrak daging buah asam jawa
mengandung asam organik antara lain asam sitrat, asam tartrat, asam malat
(Anonim,1995b). Analisa kualitatif ini dilakukan dengan pengamatan waktu
retensi dari asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat sampel yang dibandingkan
dengan waktu retensi baku. Analisa kuantitatif bertujuan sebagai gambaran
kandungan asam organik terbesar di dalam ekstrak, dilakukan dengan menghitung
AUC (luas daerah di bawah kurva) pada kromatogram masing-masing senyawa.
Pada analisa dengan instrumen KCKT ini digunakan kolom yang
diaplikasikan khusus untuk penetapan kadar asam organik, yaitu kolom MetaCarb
H Plus. Optimasi metode KCKT disesuaikan dengan spesifikasi pada kolom, yaitu
berdasarkan optimasi diperoleh panjang gelombang overlapping asam sitrat, asam
tartrat, asam malat adalah 215 nm. Analisis yang dilakukan pada panjang
gelombang serapan maksimum dapat memberikan perubahan serapan per satuan
konsentrasi paling besar, sehingga diperoleh sensitivitas yang maksimum. Dengan
optimasi kecepatan alir 0,6 ml/menit, tekanan 113/100 dan suhu 68ºC .
Dilakukan pengamatan waktu retensi dari masing-masing baku asam
organik dengan spesifikasi alat berdasarkan hasil optimasi. Sebagai fase diam
adalah kolom MetaCarb H plus 300 x 7.8 ml, merupakan kolom berupa resin
khusus untuk menganalisis senyawa organik, dengan mekanisme pertukaran ion.
Fase gerak yang digunakan adalah H2SO4 0,005 M. Digunakan fase gerak
34
tersebut karena pada fase gerak tersebut senyawa akan terelusi dengan sempurna.
Sebelum digunakan, fase gerak harus disaring dengan menggunakan millipore
0,45 µm untuk menghilangkan partikel dan senyawa pengotor yang dapat
menyumbat dan merusak kolom. Setelah disaring, fase gerak di degassing untuk
menghilangkan gas-gas yang terlarut (Gritter et al., 1985). Adanya gelembung gas
dapat menyumbat kolom dan mempengaruhi detektor, sehingga menghasilkan
sinyal palsu. Analisis kualitatif dan kuantitatif dilakukan terlebih dahulu dengan
pengamatan waktu retensi (tR) baku asam organik. Pengamatan waktu retensi
dilakukan dengan menggunakan beberapa konsentrasi senyawa baku dari asam
organik yang akan dianalisis. Waktu retensi untuk masing-masing senyawa
bersifat spesifik, sehingga waktu retensi dapat digunakan untuk analisis kualitatif
yaitu dengan cara membandingkan waktu retensi senyawa dalam sampel (Tabel
2) dengan waktu retensi senyawa baku (Tabel 1).
Tabel 1. Waktu retensi baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat Asam sitrat Asam tartrat Asam malat
Kadar (ppm)
(tR) Kadar
(ppm) (t
R) Kadar
(ppm) (t
R)
1 117,500 9,240 416,666 9,887 101,666 11,342 2 235,000 9,280 833,333 9,935 203,333 11,388 3 470,000 9,198 1666,666 9,862 406,666 11,285
Dari pengamatan waktu retensi asam organik baku (Gambar 5) diperoleh
hasil bahwa waktu retensi asam sitrat adalah sebesar 9,239±0,082 menit; waktu
retensi asam tartrat adalah sebesar 9,898±0,073 menit; waktu retensi asam malat
adalah sebesar 11,337 ±0,103 menit. Hal ini berarti jika asam organik dalam
sampel mempunyai peak dengan waktu retensi yang sama dengan waktu retensi
pada baku maka dapat diyakini sebagai peak dari asam organik tersebut.
36
(c)
Keterangan Instrumen : KNAUER HPG-PDA Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml Fase gerak : H2SO4,005 M Kecepatan alir : 0,6 ml/menit Detektor : UV/Vis 6000 LP pada 215 nm
Gambar 5. Kromatogram baku asam sitrat , asam tartrat , asam malat replikasi 1 (a), replikasi 2 (b), dan replikasi 3 (c)
Pada pengukuran waktu retensi asam organik dalam sampel waktu retensi
sampel masing-masing asam organik berada dalam rentang waktu retensi baku,
sehingga bisa diyakini peak tersebut merupakan peak asam organik dalam sampel
yaitu waktu retensi asam sitrat pada 9,287 menit, asam tartrat 9,992 menit, dan
asam malat 11,422 menit (Tabel 2).
37
Tabel 2. Waktu retensi sampel ekstrak air daging buah asam jawa Rep Asam sitrat Asam tartrat Asam malat
Kadar (ppm)
(tR) Kadar
(ppm) (t
R) Kadar
(ppm) (t
R)
1 7,346 9,287 2078,794 9,992 332,834 11,422 2 7,308 9,287 2078,200 9,992 330,950 11,422
Kurva baku dibuat dengan mengukur AUC (luas daerah di bawah kurva)
suatu seri larutan baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat pada konsentrasi
yang berbeda. Tujuan pembuatan kurva baku ini adalah untuk mendapatkan
persamaan regresi linier yang selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar
asam organik tersebut dalam sampel ekstrak. Persamaan regresi linier yang
diperoleh merupakan hubungan antara konsentrasi asam organik vs AUC.
Tabel 3. Kurva baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat Asam sitrat Asam tartrat Asam malat
Kadar (ppm)
AUC Kadar (ppm)
AUC Kadar (ppm)
AUC
117,500 785.710 416,666 4.501.459 101,666 540.376 235,000 1.554.205 833,333 8.691.829 203,333 1.083.838 470,000 3.082.123 1.666,666 16.083.827 406,666 2.167.107
Persamaan kurva baku yang diperoleh :
Asam sitrat : y = 6512,81x + 21751,0 ; r = 0,999998
Asam tartrat : y = 9209,40x + 805465 ; r = 0,998985
Asam malat : y = 5332,69x – 1255,83 ; r = 0,999999
Ketiga persamaan tersebut memiliki linieritas yang baik dapat dilihat dari
nilai koefisien korelasi (r > 0,99), menunjukkan bahwa metode analisis
memberikan hasil yang linier karena memenuhi kriteria penerimaan. Kurva baku
(Gambar, 6, 7, 8) menunjukkan hubungan antara konsentrasi asam organik vs
AUC.
38
Keterangan Instrumen : KNAUER HPG-PDA Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml Fase gerak : H2SO4,005 M Kecepatan alir : 0,6 ml/menit Detektor : UV/Vis 6000 LP pada 215 nm
Gambar 6. Kurva hubungan antara konsentrasi asam sitrat vs AUC
Keterangan Instrumen : KNAUER HPG-PDA Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml Fase gerak : H2SO4,005 M Kecepatan alir : 0,6 ml/menit Detektor : UV/Vis 6000 LP pada 215 nm
Gambar 7. Kurva hubungan antara konsentrasi asam tartrat vs AUC
39
Keterangan Instrumen : KNAUER HPG-PDA Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml Fase gerak : H2SO4,005 M Kecepatan alir : 0,6 ml/menit Detektor : UV/Vis 6000 LP pada 215 nm
Gambar 8. Kurva hubungan antara konsentrasi asam malat vs AUC
Penetapan kadar asam organik dalam sampel dilakukan dengan
menyaring sampel ekstrak air daging buah asam jawa dengan millipore 0,45 µm
untuk menghilangkan partikel dan senyawa pengotor. Kemudian dilakukan
pengenceran 10 kali dengan aquades lalu diinjeksikan ke KCKT dengan sistem
tersebut. Pada (Tabel 4) kromatogram hasil analisis kualitatif dan kuantitatif
sampel ekstrak air daging buah asam jawa, didapat peak dengan AUC.
Tabel 4. Kadar dan AUC sampel ekstrak air daging buah asam jawa Asam sitrat Asam tartrat Asam malat
Replikasi I II I II I II Kadar (ppm)
7,346 7,308 2078,794 2078,200 332,834 330,950
AUC 69595 69344 19949905 19944434 1773644 1763599
40
Pada masing-masing peak terlihat pemisahan yang sempurna dan peak
tidak menumpuk, sehingga kadar masing-masing asam organik pada sampel
ekstrak air daging buah asam jawa tersebut dapat langsung ditentukan (Tabel 5).
Tabel 5. Kadar asam sitrat, asam tartrat. Asam malat dalam sampel Sampel Perolehan (µg/ml)
Asam sitrat Asam tartrat Asam malat
Ekstrak air daging buah asam jawa
73,27 20.784,97 3.328,92
Dari hasil analisis secara kuantitatif tersebut dapat diketahui bahwa di
dalam setiap ml ekstrak cair daging buah asam jawa dengan larutan pengekstraksi
air, terdapat 73,27 µg asam sitrat; 20.784,97 µg asam tartrat; dan 3.328,92 µg
asam malat, dengan mengamati kromatogram masing-masing asam organik
(Gambar 9) yang terkandung dalam sampel ekstrak air daging buah asam jawa
tersebut. Dari analisis kuantitatif ini dapat diketahui profil kromatogram dari
ketiga asam organik dan diperoleh gambaran kandungan asam organik terbesar
dalam ekstrak daging buah asam jawa adalah asam tartrat kemudian asam malat
dan asam sitrat.
41
(a)
(b)
Keterangan Instrumen : KNAUER HPG-PDA Kolom : Metacarb H plus 300 x 7.8 ml Fase gerak : H2SO4,005 M Kecepatan alir : 0,6 ml/menit Detektor : UV/Vis 6000 LP pada 215 nm Gambar 9. Kromatogram asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat dalam sampel replikasi
1 (a) dan replikasi 2 (b)
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu :
Karakter ekstrak air daging buah asam jawa adalah organoleptis ekstrak berwarna
hitam pekat, berbau khas asam, dan rasa asam; kadar air 22,5 % b/b; kadar abu
1,1 % b/b; kadar abu tidak larut asam 0,6 % b/b; pH 2,25, angka asam 25,75
mg/g dan pada uji kandungan kimia ekstrak diperoleh kandungan asam organik
terbesar adalah asam tartrat selanjutnya asam malat dan asam sitrat.
B. Saran
Saran yang dapat dipertimbangkan sesuai hasil penelitian ini adalah :
Perlu dilakukannya uji untuk menemukan senyawa identitas ekstrak air daging
buah asam jawa.
43
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 2-40, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995a, Farmakope Indonesia IV, 48-53, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995b, Materia Medika, jilid VI, 288-291, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan
pertama, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2005, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan Republik
Indonesia No. HK.00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2008, Kunyit Asam, www.sidomuncul.com, diakses tanggal 22 Juni 2008 Arisandi, 2006, Khasiat Berbagai Tanaman Untuk Pengobatan, Eska Media,
Jakarta. Gearien, J.E., 1969, Methods of Drugs Analysis, 5-10, Lea dan Febiger,
Philadelphia. Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., and Schwarting, A.E., 1985, Introduction to
Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, 4-5, 15, 93, 213, 219, ITB, Bandung.
Harborne, 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, terbitan kedua, Penerbit ITB, Bandung. Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, jilid III, 287-289,
Depkes RI, Jakarta. Johnson, E.L. and Stevenson, R., 1978, Basic Liquid Chromatography,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, hal 6-9, 17, 22-23, 90, 246-247, ITB, Bandung.
44
Noegrohati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, dalam Noegrohati, S. dan Narsito, (Eds.), Risalah Prinsip dan Aplikasi Beberapa Teknik Analisis Instrumental, hal 1, 6, 16-17, 28, 31-32, Laboratorium Analisis Kimia dan Fisika Pusat UGM, Yogyakarta.
Nugroho, A. E., 2007, Penghambatan Reaksi Anafilaksis Kutaneus Aktif oleh
Kalium Gamavuton-O (K-GVT-O), Majalah Farmasi Indonesia, 18(2), 63-70, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Oktavia, 1996, Teknik Validasi Metode Analisis Kadar Ketoprofen Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Buletin Teknik Pertanian, Vol. 11, No. 1, 23-28, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Sinambela, 2002, Standarisasi Sediaan Obat Herba, Seminar Nasional Tumbuhan
Obat Indonesia XXII, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah, Purwokerto.
Soedibyo,M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, jilid I, 60-
61, Balai Pustaka, Jakarta. Sudarmadji, S., 1984, Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian,
63-64, Liberty, Yogyakarta. Sudarmaji, 2006, Toksikologi Logam Berat B3, Jurnal Kesehatan Lingkungan,
Vol. 2, No. 2, 129-142 Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Sudarsono, 1996, Tumbuhan Obat, 56, PPOT, UGM, Yogyakarta. Sutrisno, 1986, Reverse Approach, 30-36, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila,
Jakarta. Thomas, 1989, Tanaman Obat Tradisional 1, Kanisius, Yogyakarta. Voigt, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 579-582 Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
45
LAMPIRAN
A. Data Pengentalan Ekstrak Cair
Vacum Rotary Evaporator Ekstrak Asam jawa (Tamarindus indica)
Set point (m bar) 100
Suhu (⁰ C) 40
∆p (⁰ C) 10
Volume awal (ml) 700
Tekanan 72
Waktu 1 jam 30 menit
Oven
Suhu (⁰ C) 40
Waktu 2 hari
Hasil Ekstrak Kental
Berat cawan kosong (g) 157,11
Berat cawan + ekstrak kental (g) 251,35
Berat ekstrak kental (g) 94,24
Volume akhir ekstrak kental (ml) 75
46
B. Penetapan Kadar Air
Uraian Replikasi I (gram) II (gram) III (gram)
Berat cawan 48,36 54,69 51,14
Berat cawan + ekstrak kental
58,39 64,71 61,21
Berat ekstrak kental awal
10.03 10,02 10,07
Berat cawan + ekstrak kering
56,14 62,46 58,94
Berat ekstrak kering (oven 105⁰C, 5 jam sampai bobot tetap)
7,78 7,77 7,80
Berat air yang hilang 2,25 2,25 2,27
47
Kadar air = %100×awalkentalekstrakBerat
hilangyangairBerat
Kadar air I = %10003,1025,2
×gramgram = 22,432 % b/b
Kadar air II = %10002,1025,2
×gramgram = 22,455 % b/b
Kadar air III = %10007,1027,2
×gramgram = 22,542 % b/b
Kadar air rata-rata (X) = 22,5 % b/b
SD = 0,058
CV = %100×X
SD = %1005,22
058,0× = 0,258 %
48
C. Penetapan Kadar Abu
Uraian Replikasi I
(gram) II
(gram) III (gram) IV (gram) V
(gram) Berat krus awal 27,9375 30,6873 28,8015 29,5940 31,2000
Berat krus + ekstrak kental
30,9527 33,7084 31,9789 32,6946 34,2708
Berat ekstrak kental
3,0152 3,0211 3,1774 3,1006 3,0708
Berat krus + abu konstan
27,9713 30,7184 28,8371 29,6279 31,2282
Berat abu konstan ( 800-1000⁰F, 30 menit sampai bobot tetap )
0,0338 0,0311 0,0356 0,0339 0,0286
49
Kadar abu = %100tan×
kentalekstrakBeratkonsabuBerat
Kadar abu I = %1000152,30338,0
× = 1,1209 % b/b
Kadar abu II = %1000211,30311,0
× = 1,0294 % b/b
Kadar abu III = %1001774,30356,0
× = 1,1204 % b/b
Kadar abu IV = %1001006,30339,0
× = 1,0933 % b/b
Kadar abu V = %1000708,30286,0
× = 0,9314 % b/b
Kadar abu rata-rata(X) = 1,1 % b/b
SD = 0,0805
CV = %100×X
SD = %1001,1
0805,0× = 7,318 %
50
C. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
Uraian Replikasi
I (gram)
III (gram)
III (gram)
IV (gram)
V (gram)
Berat krus awal
27,9375 30,6873 28,8015 29,5940 31,2000
Berat ekstrak kental
3,0152 3,0211 3,1774 3,1006 3,0708
Berat krus + abu tla konstan
27,9501 30,7058 28,8237 29,6196 31,2072
Berat abu tla konstan
0,0126 0,0185 0,0222 0,0256 0,0072
51
Kadar abu tidak laruta asam (tla) = %100tan×
kentalekstrakBeratkonstlaabuBerat
Kadar abu tidak laruta asam I = %1000152,30126,0
× = 0,4179 % b/b
Kadar abu tidak laruta asam II = %1000211,30185,0
× = 0,6124 % b/b
Kadar abu tidak laruta asam III = %1001774,30222,0
× = 0,6987 % b/b
Kadar abu tidak laruta asam IV = %1001006,30256,0
× = 0,8256 % b/b
Kadar abu tidak laruta asam V = %1000708,30072,0
× = 0,2345 % b/b
Kadar abu tla rata-rata (X) = 0,6 % b/b
SD = 0,2338
CV = %100×X
SD = %1006,0
2338,0× = 38,966 %
52
D. Identitas Ekstrak
Deskripsi tata nama
a. Nama ekstrak : Tamarindi pulpa extractum
(ekstrak air daging buah asam jawa)
b. Nama latin tumbuhan : Tamarindus indica L.
c. Bagian tumbuhan yang digunakan : daging buah
d. Nama Indonesia tumbuhan : asam jawa
Senyawa identitas : asam tartrat
E. Organoleptik Ekstrak
Identifikasi Ekstrak Cair Ekstrak Kental
Warna Hitam Hitam
Bau Khas asam Khas asam
Rasa Asam Asam
Bentuk Cair Kental
53
F. Penetapan pH
Replikasi Nilai pH
I 2,25
II 2,25
III 2,25
G. Penetapan Angka Asam
Replikasi I II III
Berat sampel (gram) 0,5294 0,5293 0,5295
Volume titrasi (ml) 2,7 2,6 2,8
Angka asam (mg/g) 25,75 26,69 25,75
54
Angka asam = sampelBerat
KOHNtitrasiVolume 1,56××
Angka asam I = 5294,0
1,5609,07,2 ×× = 25,75 mg/g
Angka asam II = 5293,0
1,5609,06,2 ×× = 24,80 mg/g
Angka asam III = 5293,0
1,5609,06,2 ×× = 26,69 mg/g
Rata – rata angka asam = 25,75 mg/g SD = 0,5427
CV = %100×X
SD = %10076,25
5427,0× = 2,1067 %
57
C Keterangan : A : Hasil uji kandungan kimia ekstrak B : Kromatogram sampel ekstrak replikasi 1 C : Kromatogram sampel ekstrak replikasi 2
59
C
D Keterangan : A : Daging buah asam jawa B : Ekstrak cair daging buah asam jawa C : Ekstrak kental daging buah asam jawa D : Vacuum rotary evaporator
61
3. Penetapak kadar abu dan kadar abu tidak larut asam
A
B
Keterangan : A : Pemijar B : Abu hasil pemijaran
63
BIOGRAFI PENULIS
Penulis lahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara
pada tanggal 29 Maret 1987 di Palembang Sumatera
Selatan. Lahir dari ayah bernama Marto Samodra
Bustan dan ibu bernama Fariati Lenggawijaya,
memiliki kakak laki-laki yang bernama Aryadi Bustan.
Pendidikan formal yang dialami oleh penulis yaitu TK
Xaverius Palembang (1992-1993), SD Santo Yosef
Lahat (1993-1999), SMP Santo Yosef Lahat (1999-
2002), SMU Xaverius 1 Palembang (2002-2005), dan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma (2005- sekarang). Beberapa pengalaman penulis di
bidang akademik antara lain Asisten Praktikum Botani Dasar (semester genap
2006-2007, 2007-2008), Farmakognosi Fitokimia I (semester gasal 2008-2009),
Farmakognosi Fitokimia II (semester gasal 2007-2008), Analisis Sediaan Obat
Tradisional (semester gasal 2008-2009), Patologi Klinik (semester gasal 2008-
2009), Penulis pernah menjadi dampok INSADHA 2005, panitia Pharmacy Event
Cup (PEC) 2006, panitia Pharmacy Performance 2007, pengurus harian
Komunitas Keluarga Mahasiswa dan Pelajar Katolik Sumatera Bagian Selatan
(KMPKS) (2005-2007) dan Relawan POSKES Kotabaru (2008).