kantor perwakilan bank indonesia provinsi · sebagai pelaksana kebijakan bank indonesia dan...

87

Upload: phamdiep

Post on 18-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia
Page 2: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI

REGIONAL

PROVINSI MALUKU UTARA

TRIWULAN II 2015

Page 3: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia
Page 4: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

KATA PENGANTAR

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, meng.atur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di

daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan

sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan

dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok

bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja

Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini

diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan

kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi

bagi penentu kebijakan di daerah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa

kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan

kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini

menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami

sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, 14 Agustus 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI MALUKU UTARA

Budiyono Kepala Perwakilan

Page 5: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

ii

Page 6: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GRAFIK iv INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA iv RINGKASAN UMUM xi BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1 1.1 Kondisi Umum 2 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 10 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 17 2.1 Struktur APBD 18 2.2 Realisasi Pendapatan APBD 19 2.3 Realisasi Belanja APBD 21 2.4 Rekening Pemerintah 23 BAB III INFLASI DAERAH 25 3.1 Kondisi Umum 26 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 27 3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 32 3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 38 BAB IV KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 43 4.1 Kinerja Perbankan 43 4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 50 4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran 52 BOKS KEWAJIBAN PENGGUNAAN UANG RUPIAH DI WILAYAH NKRI 55 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 61 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 62 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 63 5.3 Persepsi Tingkat Kesejahteraan 65 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN 67 6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 68 6.2 Outlook Inflasi Daerah 71

Page 7: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

iv

DAFTAR TABEL

1 Tabel 1.1 Perkembangan Industri Manufaktur Kecil 16 2 Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I

2015 20

Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 23

3 Tabel 3.1 Statistik Inflasi Per Kelompok 27 Tabel 3.2 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan

Jasa (%) 29

Tabel 3.3 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa

29

Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

30

Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate

32

Tabel 3.6 Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate 37

4 Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II 2014 51 Tabel 4.2 Perkembangan Cek/BG Kosong 53 Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara 54

5 Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 62 Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua 65

Page 8: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

DAFTAR GRAFIK

1 Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan 3 Grafik 1.2 Pertumbuhan dan Andil Struktur PDRB Sisi Permintaan 3 Grafik 1.3 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 4 Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 4 Grafik 1.5 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT 4 Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek 5 Grafik 1.7 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton 5 Grafik 1.8 Volume Barang konsumsi lainnya (Ton) 5 Grafik 1.9 Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) 6 Grafik 1.10 Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit) 6 Grafik 1.11 Konsumsi KwH Rumah Tangga 6 Grafik 1.12 Volume Barang Bahan Strategis (Ton) 7 Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen 7 Grafik 1.14 Perkembangan PMA di Maluku Utara 8 Grafik 1.15 Perkembangan PMDN di Maluku Utara 8 Grafik 1.16 Perkembangan Giro Pemerintah 9 Grafik 1.17 Perkembangan Volume Ekspor 9 Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor 9 Grafik 1.19 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani

Ternate 10

Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

10

Grafik 1.21 Perkembangan Volume Impor 10 Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Impor 11 Grafik 1.23 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 11 Grafik 1.24 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 11 Grafik 1.25 Struktur PDRB Sisi Penawaran 12 Grafik 1.26 Volume Tangkapan Ikan Ternate 13 Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian 13 Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan 14 Grafik 1.29 Perkembangan TPK Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan 15 2 Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015 18 Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015 19 Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan

Triwulan I 2015 21

Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015

22

Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 24

3 Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 26

Page 9: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

vi

Grafik 3.2 Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas 28 Grafik 3.3 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 31 Grafik 3.4 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika 33 Grafik 3.5 Pergerakan Harga Emas Internasional 34 Grafik 3.6 Nilai Ikan Tangkap 35

Grafik 3.7 Volume Ikan Tangkap 35 Grafik 3.8 Pergerakan harga Premium dan Solar 36

4 Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 40 Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 41 Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 43 Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 44 Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 45 Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs 46 Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan 47 Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Prov. Malut 50

Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 50 Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara 52

5

Grafik 5.1 Sebaran Tenaga Kerja di Maluku Utara 63 Grafik 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara 64 Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara 65

6 Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya 68

Page 10: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN

PROVINSI MALUKU UTARA

A.Inflasi dan PDRB

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2

112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 123.67

8.8 9.75 5.4 9.34 7.92 8.22

4,684.0 4,743.5 4,858.7 4,925.9 4,930.0 5,053.6

1,151.2 1,171.6 1,175.3 1,152.5 1180.3 1199.7

506.6 458.3 477.1 487.7 510.9 536.9

260.0 257.0 264.5 272.9 274.7 275.7

3.2 3.5 4.1 4.6 4.1 4.3

4.2 4.3 4.4 4.5 4.4 4.6

290.0 302.1 299.4 315.1 308.7 322.0

805.0 828.9 865.5 878.1 888.5 909.6

257.0 262.3 273.9 274.9 275.7 284.5

21.0 21.0 21.3 21.6 21.1 21.5

193.4 200.1 210.1 209.5 216.1 219.1

130.2 136.0 131.1 151.7 152.0 142.1

5.4 5.5 5.7 5.7 5.8 5.8

16.0 16.1 16.6 16.4 16.6 16.8

745.2 773.9 795.2 818.0 760.4 792.2

159.6 163.3 169.6 166.8 165.6 171.0

99.2 101.9 105.7 106.8 105.1 107.0

36.8 37.7 39.2 39.1 40.0 40.8

INDIKATOR2014 2015

Page 11: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

viii

B.Perbankan

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2

Bank Umum:

Total Aset (Rp miliar) 5,906.5 5,959.3 6,262.2 6,602.5 6,461.5 6,650.5 6,783.5 7,147.6 7,105.4 7,439.8

DPK (Rp miliar) 4,792.5 4,743.5 4,923.3 4,830.8 5,080.1 5,355.7 5,571.7 5,216.8 5,743.1 6,236.4

- Tabungan 2,513.8 2,598.4 2,786.2 3,170.7 2,942.7 2,821.0 2,956.6 3,270.2 3,001.2 1,836.7

- Giro 1,390.6 1,282.5 1,290.5 779.2 1,183.2 1,509.2 1,528.5 839.1 1,485.5 3,073.0

- Deposito 888.2 862.6 846.6 880.9 954.2 1,025.5 1,086.6 1,107.5 1,256.4 1,326.7

Kredit (Rp miliar) 4,025.0 4,375.9 4,508.4 4,631.5 4,712.9 4,819.2 4,937.6 5,066.9 5,202.9 5,428.0

- Modal Kerja 1,185.2 1,279.0 1,278.5 1,295.9 1,279.7 1,263.1 1,311.3 1,328.6 1,370.4 1,457.2

- Konsumsi 2,469.4 2,623.3 479.1 483.5 2,950.5 3,069.6 3,150.4 465.2 462.8 469.0

- Investasi 370.5 473.5 479.1 483.5 482.7 486.5 475.9 3,273.1 3,369.7 3,501.8

LDR 83.99 92.25 91.57 95.87 92.77 89.98 88.62 97.13 90.59 87.04

Kredit UMKM (Rp miliar) 2,923.8 1,432.3 1,417.3 1,452.4 1,351.2 1,405.9 1,390.2 1,398.9 1,427.7 1,519.7

Kredit Mikro (Rp miliar) 235.7 256.0 249.1 266.4 272.0 336.7 300.5 345.0 355.4 370.7

Kredit Kecil (Rp miliar) 790.4 840.6 820.5 830.0 740.4 726.5 744.4 729.3 728.3 762.3

Kredit Menengah (Rp miliar) 282.5 335.8 347.7 355.9 338.8 342.7 345.3 324.6 344.0 386.8

NPL 2.53 2.84 3.17 2.78 3.08 2.95 2.93 2.29 2.53 2.33

INDIKATOR2013 2014 2015

Page 12: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

Ringkasan Umum

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar

harga konstan tahun dasar 2010 pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp

5.053,6 miliar. Secara triwulanan, perekonomian Maluku Utara tercatat

tumbuh sebesar 2,51% (qtq) jauh meningkat dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya sebesar 0,10% (qtq). Sementara itu, secara tahunan

perekonomian Malut tumbuh sebesar 6,54% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan

triwulan I-2015 sebesar 5,25% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,67% (yoy).

Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

membaiknya kondisi ekspor dan konsumsi rumah tangga yang meningkat.

Serupa dengan triwulan sebelumnya, pengeluaran konsumsi pemerintah kembali

menjadi faktor penghambat pertumbuhan tahunan pada triwulan laporan.

Sementara dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara

triwulan laporan terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor

pertambangan, konstruksi, transportasi, dan administrasi pemerintah.

Keuangan Pemerintah

Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015

mengalami peningkatan sebesar masing-masing 12,86% dan 16,42% dari APBD

2014. Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan APBD serta

pergantian pimpinan beberapa SKPD strategis, hingga akhir semester I-2015

realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara baru mencapai 10,51% dan

secara nominal turun 42,97% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan komponen

konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku Utara triwulan laporan

mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy)

Page 13: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

x

Inflasi Daerah

Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku

Utara pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,22% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,92% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,75%

(yoy). Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh

penyesuaian kembali harga premium dan solar pada awal triwulan laporan.

Kenaikan tersebut kemudian diikuti dengan penyesuaian sejumlah tarif moda

angkutan sehinga menambah tekanan inflasi administered prices dari 12,35%

(yoy) menjadi 15,10% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu, peningkatan

tekanan juga terjadi pada inflasi inti yang tercatat 6,05% (yoy), sedikit lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya sebesar 5,91% (yoy) karena pelemahan nilai tukar yang

berdampak pada kenaikan harga beberapa barang impor serta penyesuaian

ongkos produksi beberapa produk manufaktur. Di lain sisi, penurunan tekanan

inflasi terjadi pada inflasi volatile food pada triwulan laporan yang sebesar 7,97%

(yoy) lebih rendah dari triwulan I 2015 yang mencapai 9,69% (yoy). Penurunan

ini dipengaruhi oleh kondisi pasokan sayur-mayur, beras, dan ikan segar yang

lebih baik dibandingkan tahun 2014.

Kinerja Perbankan dan Perkembangan Sistem

Pembayaran

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, secara umum kinerja perbankan di

Maluku Utara pada triwulan II-2015 masih menunjukkan kinerja yang positif.

Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2015

tercatat sebesar Rp 7,44 triliun, meningkat 4,71% (qtq) dari triwulan

sebelumnya. Secara tahunan, aset tumbuh sebesar 9,97% (yoy). Kondisi ini

seiring dengan tingginya pertumbuhan kredit maupun DPK yang diimbangi

dengan penurunan NPL.

Page 14: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku

Utara pada triwulan II-2015 mencapai Rp 6,24 triliun, meningkat dari triwulan

sebelumnya sebesar 8,59% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK

mencapai 16,44% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan I-2015 yang pertumbuhannya sebesar 13,05 % (yoy).

Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di

Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,43 triliun atau

meningkat 4,33% (qtq). Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 12,63%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,40% (yoy).

Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur

melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang

sangat tinggi yakni 87,04%.

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah

tangga masih relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang masih berada pada

level yang rendah pada kedua kelompok tersebut. Rasio NPL pada triwulan

laporan tercatat hanya sebesar 2,33%, lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 2,53%

Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net outflow. Sementara itu,

terjadi penurunan nilai transaksi non tunai melalui fasilitas kliring. Di lain sisi,

seiring meningkatnya aktivitas perekonomian pada triwulan laporan, transaksi

nilai besar melalui RTGS menunjukan peningkatan.

Ketenagakerjaan dan kesejahteraan

Membaiknya kinerja perekonomian pada triwulan laporan menyebabkan

masyarakat optimis terhadap kondisi ketenagakerjaan dalam enam bulan ke

depan. Sementara itu, di tengah meningkatnya laju inflasi pada triwulan II-2015,

persepsi masyarakat mengenai kesejahteraan dirinya masih positif walaupun

sedikit lebih rendah dari triwulan I-2015. Di lain sisi, kesejahteraan petani

terindikasi menurun yang tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani

(NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 101,22, turun 2,9% (yoy).

Page 15: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

xii

Prospek Perekonomian

Perekonomian Malut pada triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh lebih tinggi

dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 6,36% - 6,86% (yoy) dengan

kecenderungan bias ke bawah. Dari sisi permintaan, PMTB dan pengeluaran

pemerintah menjadi penggerak utama ekonomi Malut diperkirakan akan

meningkat. Sementara itu, ekspor baik luar negeri maupun antar daerah

diprediksi masih tumbuh positif karena faktor baseline effect. Dari sisi

penawaran, sektor industri pengolahan, pertanian, dan pertambangan diprediksi

akan tumbuh meningkat menyusul melimpahnya produksi bahan baku pada

triwulan laporan

Laju inflasi kota Ternate diperkirakan masih berada di dalam trend

menurun. Penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kondisi

pasokan pangan strategis yang relatif lebih baik dibandingkan tahun 2014.

Potensi inflasi masih dapat muncul akibat dampak pelemahan Rupiah,

peningkatan tekanan permintaan saat Idul Adha di Bulan September 2015, serta

penyesuaian dampak kenaikan tarif PLN untuk golongan tertentu pada Juni 2015

yang lalu. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi

ke depan, inflasi pada triwulan III-2015 diproyeksikan pada kisaran 8,03% ±

1% (yoy) lebih rendah dari triwulan laporan yang mencapai 8,22% (yoy)

Page 16: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

1

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku

Utara atas dasar harga konstan tahun dasar 2010 pada

triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp 5.053,6 miliar.

Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi

bersumber dari ekspor dan konsumsi rumah tangga. Dari sisi

lapangan usaha terutama bersumber dari peningkatan kinerja

pada sektor pertambangan, konstruksi, transportasi, dan

administrasi pemerintah.

1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan

Yoy Tw II

Pertumbuhan

QtQ Tw II

6,54%

2,51%

“Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja

pemerintah mengalami penurunan”

“Pantai Sulamadaha” Courtesy : gambarwisata.com

Page 17: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

2

PERTUMBUHAN EKONOMI

1.1 Kondisi Umum

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga

konstan tahun dasar 2010 pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp 5.053,6 miliar. Secara

triwulanan, perekonomian Maluku Utara tercatat tumbuh sebesar 2,51% (qtq) jauh meningkat

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,10% (qtq). Sementara itu, secara

tahunan perekonomian Malut tumbuh sebesar 6,54% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan

triwulan I-2015 sebe sar 5,25% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan

ekonomi Nasional yang sebesar 4,67% (yoy).

Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari ekspor dan

konsumsi rumah tangga. Serupa dengan triwulan sebelumnya, pengeluaran konsumsi

pemerintah kembali menjadi faktor penghambat pertumbuhan tahunan pada triwulan laporan.

Dari sisi lapangan usaha atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan

terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor pertambangan, konstruksi,

transportasi, dan administrasi pemerintah.

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan (penggunaan), faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada

triwulan laporan disumbang oleh komponen ekspor. Tingginya pertumbuhan ekspor sebesar

38,22% (yoy) turut memberikan andil pertumbuhan paling dominan dalam pertumbuhan yaitu

sebesar 28,85%. Sementara itu, komponen konsumsi rumah tangga juga mengalami akselerasi

dari triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga memberikan andil kedua terbesar pada

pertumbuhan ekonomi Malut triwulan laporan dengan andil sebesar 2,19%. Di lain sisi,

komponen konsumsi pemerintah kembali menjadi penahan laju pertumbuhan karena

mengalami penyusutan sebesar 3,13% (yoy) dengan andil sebesar -0,44%.

Masih tingginya ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi

menyebabkan pertumbuhan impor juga meningkat sehingga neraca perdagangan Maluku Utara

masih mengalami net impor. Namun demikian, seiring dengan meningkatnya produksi lokal

Page 18: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI

beberapa komoditas unggulan Maluku Utara, ekspor mencatatkan pertumbuhan yang lebih

tinggi sehingga terjadi penurunan net impor.

Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi

permintaan (penggunaan) pada triwulan II 2015 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya

konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa sebesar 58,66%, menyusut dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 59,32%. Sementara konsumsi pemerintah memiliki pangsa

yang tergerus menjadi 26,71%, serupa dengan pangsa investasi (PMTB) yang mengalami

sedikit pengikisan pangsa sebesar 0,23% menjadi sebesar 26,48%. Di lain sisi, masih tingginya

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.2 Pertumbuhan dan Andil Struktur PDRB Sisi Permintaan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 19: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

4

PERTUMBUHAN EKONOMI

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya net

impor sehingga menjadi pangsa negatif bagi struktur perekonomian Maluku Utara .

Grafik 1.3 Struktur PDRB Sisi Penggunaan

1.2.1 Konsumsi Masyakat dan LNPRT

Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh 3,64% (yoy)

terakselerasi dari triwulan sebelumnya sebesar 3,46%. Kondisi yang sama juga terjadi pada

konsumsi lembaga non profit yang pada triwulan ini tumbuh 2,88% (yoy) dimana pada triwulan

sebelumnya mencatat pertumbuhan 2,31%. Konsumsi masyarakat kembali memberikan andil

kedua terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yakni sebesar 2,19%.

Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 20: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI

Tendensi meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan

terkonfirmasi dari meningkatnya tendensi konsumen (ITK) pada triwulan II 2015 yang meningkat

pada angka 103,8 dibandingkan triwulan I 2015 yang mencapai 103,20. Peningkatan kondisi

ekonomi konsumen ini didukung oleh meningkatnya indeks penerimaan rumah tangga (IPRT)

dari 100,98 pada triwulan I-2015 menjadi 105,61 pada triwulan laporan.

Meningkatnya intensitas konsumsi masyarakat di Maluku Utara dibandingkan triwulan

lalu juga terlihat dari pergerakan kegiatan bongkar muat selama triwulan II 2015 di Pelabuhan

Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar komoditas, terutama kegiatan bongkar bahan pokok

dan barang konsumsi yang dikirim dari luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung

(Manado). Volume bongkar barang konsumsi pada triwulan laporan tumbuh 44,7% (yoy) lebih

tinggi signifikan dari triwulan sebelumnya 2,0% (yoy).

Grafik 1.5 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT)

Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek

Grafik 1.7 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton) Grafik 1.8 Volume Barang konsumsi lainnya (Ton)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : LBU, diolah

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

Page 21: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

6

PERTUMBUHAN EKONOMI

Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah

Peningkatan konsumsi masyarakat dibandingkan triwulan lalu juga terkonfirmasi dari

jumlah kendaraan baru roda empat yang meningkat baik secara triwulanan sebesar 11,4% (qtq)

maupun tahunan sebesar 82,1% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, konsumsi listrik rumah

tangga (KwH) mengalami pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu 11,2% (yoy), naik dari 9,9% (yoy).

Grafik 1.11 Konsumsi KwH Rumah Tangga

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan II 2015

tercatat sebesar 7,27% (yoy). PMTB tumbuh sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang

Grafik 1.9 Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit)

Grafik 1.10 Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit)

Sumber : Sumber : PLN Provinsi Maluku Utara

Page 22: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI

mencapai 8,02% (yoy). Kondisi ini ditengarai oleh belum optimalnya pembangunan infrastruktur

dan kapasitas produksi yang disesuaikan dengan perkiraan beberapa perusahaan swasta.

Melambatnya perkembangan kegiatan investasi juga terindikasi dari total volume

pengadaan semen di Maluku Utara yang turun sebesar 29,36% (yoy) jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,9% (yoy). Adapun peningkatan konsumsi

semen ini juga disebabkan melambatnya realisasi proyek investasi pemerintah akibat belum

optimalnya penyerapan anggaran. Di samping itu, penurunan pengadaan semen pada triwulan

ini merupakan imbas dari tingginya pasokan semen dimana pasokan terkonsentrasi pada bulan

akhir triwulan sebelumnya, sehingga konsumsi semen masih menggunakan stok lama.

Grafik 1.12 Volume Barang Bahan Strategis (Ton)

Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen

Ditengah melambatnya pertumbuhan PMTB, kinerja arus investasi ke Maluku Utara

menunjukkan kinerja yang positif. Indikator investasi yang sebagian direpresentasikan dari

foreign direct investment (FDI) dan domestic direct investment (DDI) tercatat meningkat.

Perkembangan FDI tercatat sebesar Rp 141 miliar (asumsi rerata kurs rupiah terhadap USD

sebesar Rp.12.000/USD) tumbuh 17,54%, dimana pada triwulan sebelumnya mencatat

pertumbuhan negatif. Hal ini merupakan prospek positif untuk perkembangan kompenen PMTB

pada triwulan mendatang.

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

Page 23: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

8

PERTUMBUHAN EKONOMI

Grafik 1.14 Perkembangan PMA di Maluku Utara Grafik 1.15 Perkembangan PMDN di Maluku Utara

1.2.3 Pengeluaran Pemerintah

Secara tahunan, konsumsi pemerintah pada triwulan II 2015 menyusut 1,42% (yoy).

Penyusutan ini masih merupakan dampak lanjutan dari terlambatnya penetapan APBD Provinsi

Maluku Utara 2015 yang baru disahkan pada akhir Februari 2015. Selain itu, melambatnya

penyerapan APBN yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur ditengarai menjadi

penyebab menurunnya konsumsi pemerintah. Namun demikian, komponen pengeluaran

pemerintah pada triwulan sebelumnya mengalami penyusutan yang lebih dalam yakni sebesar

4,88% (yoy). Dengan demikian, kinerja pengeluaran pemerintah pada triwulan laporan relatif

membaik yang dikonfirmasi dengan adanya peningkatan konsumsi pemerintah secara

triwulanan sebesar 5,84% (qtq).

Membaiknya kinerja pengeluaran pemerintah terkonfirmasi dengan perkembangan saldo

giro pemerintah. Pada akhir triwulan II 2015 giro pemerintah tercatat sebesar Rp 681 miliar.

Jumlah ini tumbuh sebesar 52,10% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 9,08% (yoy)

pada triwulan II 2015. Menurunnya giro milik pemerintah menjadi indikator realisasi belanja

yang terakselerasi lebih baik pada triwulan laporan. Penjelasan lebih lanjut terkait pengeluaran

pemerintah ini dapat dilihat pada bab keuangan pemerintah.

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Page 24: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI

Grafik 1.16 Perkembangan Giro Pemerintah

1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor

Neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah dan luar negeri)

pada triwulan laporan menunjukkan net impor sebesar Rp848.40 miliar atau turun 33,08%

(yoy). Ekspor tercatat tumbuh positif sebesar 46,41% (yoy) seiring peningkatan ekspor antar

daerah khususnya komoditas kopra, kelapa, dan rempah-rempah serta faktor baseline effect

ekspor komoditas pertambangan. Di sisi lain impor juga mengalami pertumbuhan sebesar

22,52% (yoy) seiring meningkatnya rencana investasi pada periode mendatang.

Grafik 1.17 Perkembangan Volume Ekspor

Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor

Sumber : LBU, diolah

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 25: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

10

PERTUMBUHAN EKONOMI

Grafik 1.19 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Tingginya konsumsi masyarakat khususnya pada barang habis konsumsi yang

didatangkan dari luar daerah, menghasilkan perkembangan impor Maluku Utara yang mencatat

pertumbuhan sebesar 22,52% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar 25,17% (yoy) Berdasarkan data BPS, nilai impor luar negeri Maluku Utara mengalami

kenaikan sebesar 289,34% (yoy) kendati demikian volume impor mencatat penurunan sebesar

14,82%.

Grafik 1.21 Perkembangan Volume Impor

Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Impor

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, sebagian besar kinerja positif pada peningkatan pertumbuhan

ekonomi triwulan laporan merupakan andil dari lonjakan pertumbuhan sektor pertambangan

yang mengalami peningkatan kinerja yang signifikan dibandingkan triwulan lalu serta

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 26: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI

pertumbuhan industri pengolahan. Sementara itu, walaupun tumbuh sedikit melambat, sektor

perdagangan besar dan eceran masih tumbuh sangat tinggi sehingga kembali memberikan

andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi triwulan laporan yakni sebesar 1,70%.

Grafik 1.23 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran

Grafik 1.24 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 27: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

12

PERTUMBUHAN EKONOMI

Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan I 2015 masih

didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 25,39% dari

total PDRB. Kemudian pada triwulan ini msaih bertahan di peringkat kedua yaitu sektor

perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 17,35%, dan

berikutnya administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang menunjukkan

pangsa sebesar 16,31%. Sementara itu, sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10%.

Grafik 1.25 Struktur PDRB Sisi Penawaran

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pada triwulan II 2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar

2,39% (yoy) tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 2,53%. Perlambatan

pertumbuhan dibandingkan triwulan lalu ini disebabkan oleh berakhirnya masa panen raya padi

lokal dan tanaman hortikultura (cabai dan bawang merah) yang pada tahun ini terjadi pada awal

triwulan I-2015. Perlambatan juga disebabkan oleh faktor permintaan dimana permintaan

ekspor untuk komoditas pala, cengkeh, dan kopra menurun akibat melimpahnya panen kelapa

di daerah produksi lain serta berlebihnya stok cengkeh pada produsen rokok. Kualitas hasil

panen rempah-rempah yang dinilai kurang baik pada periode triwulan II 2015 ini. Di lain sisi,

subsektor perikanan menunjukan perbaikan kinerja secara relatif. Pada triwulan laporan hasil

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 28: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI

tangkapan ikan mencapai 1754 ton atau turun 4,52% (yoy). Kondisi ini lebih baik daripada

triwulan I-2015 di mana hasil tangkapan ikan tercatat turun 32,32% (yoy).

Grafik 1.26 Volume Tangkapan Ikan Ternate Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian juga tercermin dari peningkatan kredit yang dikucurkan oleh

perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah Rp15,67 miliar, tumbuh

melambat 29,08% (yoy) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya, 33,75% (yoy).

1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor masih tumbuh

tinggi sebesar 9,75% (yoy) walaupun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan

triwulan sebelumnya yang sebesar 10,37% (yoy). Perlambatan pada sektor perdagangan

dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas sandang, elektronik, obat-obatan sehingga

penjualan untuk komoditas tersebut turun. Kondisi ini adalah dampak pelemahan rupiah yang

mengakibatkan komoditas ekspor maupun produk manufaktur berbahan baku ekspor

mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.

Sumber : Pelabuhan Perikanan Kota Ternate Sumber : LBU, diolah

Page 29: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

14

PERTUMBUHAN EKONOMI

Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.29 Perkembangan TPK

Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan, jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan pada sektor ini masih mengalami akselerasi. Berdasarkan lokasi proyek, kredit yang

disalurkan triwulan laporan tercatat sebesar Rp 58,29 miliar atau meningkat 11,33% (yoy) lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,12%. Dengan demikian, kinerja sektor ini

pada triwulan mendatang diperkirakan masih cukup tinggi.

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 7,26% (yoy),

meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,67% (yoy). Secara triwulanan,

sektor ini tumbuh 0,35% (qtq).

Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan ditopang oleh tingginya produksi sektor

pertanian yang merupakan bahan mentah dari sebagian besar industri pengolahan di Maluku

Utara yaitu kopra dan olahan hasil laut. Panen kelapa pada triwulan lalu membuat input

produksi yang berkesinambungan pada kinerja industri pengolahan bulan ini. Selain itu

melimpahnya tangkapan ikan pada triwulan ini, secara spontan meningkatkan industri

pengolahan ikan.

Demikian pula dengan komoditas pertanian berupa hasil bumi seperti cengkeh yang

sebelumnya mengalami keterlambatan produksi akibat curah hujan yang masih tinggi, telah

dapat berproduksi pada triwulan II seiring datangnya musim kemarau.

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 30: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI

Peningkatan kinerja pada sektor ini juga terlihat dari pertumbuhan outstanding kredit

yang dikucurkan perbankan yang tumbuh sebesar 8,67%, dimana pada triwulan sebelumnya

sempat terjadi koreksi sebesar 3,80% (yoy).

Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan

Peningkatan pertumbuhan sektor industri juga tercermin dari pertumbuhan produksi

industri manufaktur mikro dan kecil yang pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 8,67% (yoy)

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,41% (yoy). Sementara itu,

pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan laporan juga

meningkat dari 13,87% (yoy) menjadi 21,79% (yoy).

Hampir seluruh industri mencatat pertumbuhan positif yang signifikan. Meningkatnya

pertumbuhan industri skala mikro dan kecil terutama terjadi pada industri pakaian jadi yang

tumbuh pesat dari 19,33% (yoy) menjadi 40,09% (yoy).

Sumber : LBU, diolah

Page 31: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

16

PERTUMBUHAN EKONOMI

Tabel 1.1 Perkembangan Industri Manufaktur Kecil

1.3.4 Sektor Pertambangan

Dengan adanya baseline effect akibat kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada periode

yang sama tahun sebelumnya pasca diberlakukannya UU Minerba, sektor pertambangan kian

menunjukkan perkembangan positif. Pada triwulan laporan sektor ini tumbuh positif sebesar

17,15% (yoy) naik signifikan dari triwulan sebelumnya sebesar 0,46% (yoy), dan memberikan

andil tertinggi yaitu sebesar 1,66%. Pertumbuhan ini bersumber dari tambang emas serta

tambang nikel milik beberapa perusahaan besar yang tetap beroperasi secara terbatas. Hasil

produksi bijih nikel dikirimkan untuk diolah lebih lanjut ke smelter terdekat seperti smelter milik

PT Antam di Pomalaa Sulawesi Tenggara.

qtq yoy qtq yoy

Industri Makanan 1.61 8.75 13.24 21.71

Industri Minuman 4.08 38.92 7.62 37.75

Industri Pakaian Jadi -8.18 19.33 10.25 40.09

Industri Kayu -3.48 14.61 -0.62 3.95

Industri Barang Galian Bukan Logam 5.87 0.12 5.55 9.59

Industri Logam Dasar 0.96 0.53 13.03 24.58

Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 4.38 15.02 11.45 36.87

Industri Alat Angkutan Lainnya -2.02 22.91 -2.06 12.15

Industri Furnitur 0.64 3.19 6.42 8.45

Industri Pengolahan Lainnya 0.51 25.72 13.92 37.980.96 6.41 10.78 19.87

Jenis IndustriPertumbuhan Triwulan I 2015 Pertumbuhan Triwulan II 2015

Page 32: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

17

Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi

Maluku Utara 2015 mengalami peningkatan sebesar masing-

masing 12,86% dan 16,42% dari APBD 2014.

Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan

APBD serta pergantian pimpinan beberapa SKPD strategis,

hingga akhir semester I-2015 realisasi belanja APBD Provinsi

Maluku Utara baru mencapai 10,51% dan secara nominal turun

42,97% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan komponen

konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku Utara

triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy) .

2 KEUANGAN PEMERINTAH

Realisasi

Pendapatan Tw II

Realisasi

Belanja Tw II

45,8%

22,3%

“Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja

pemerintah mengalami penurunan”

“Festival Teluk Jailolo” Courtesy : wisataindonesia.co.id

Page 33: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

18

KEUANGAN PEMERINTAH

2.1 Struktur APBD

Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2015 adalah sebesar

Rp1,83 triliun atau meningkat 12,86% dari anggaran pendapatan pada APBD 2014.Sementara

itu, anggaran belanja pada APBD 2015 tercatat sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 16,42%

dari anggaran belanja tahun sebelumnya.

Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan

transfer sebesar 34,8% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari

pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur

pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara

yaitu sebesar 82,6% pada APBD 2015, dikarenakan pendapatan asli daerah belum dapat

menjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan pajak,

masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba pada

sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Sementara itu, meningkatnya pendapatan transfer

dipengaruhi oleh pengalihan subsidi energi pada APBN 2015 pada dana untuk pembangunan

daerah serta fokus pembangunan pemerintah pusat terhadap daerah di kawasan Indonesia

Timur.

Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

Page 34: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

KEUANGAN PEMERINTAH

Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran

pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 16,0% (yoy).

Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan

sarana publik/infrastruktur pada triwulan mendatang. Secara struktural, pangsa dari anggaran

belanja tidak mengalami banyak perubahan. Meskipun mengalami penurunan, belanja

operasional masih mendominasi struktur belanja dengan pangsa sebesar 67,6%.

Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015

2.2 Realisasi Pendapatan APBD

Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara, hingga

akhis semester I 2015 mencapai Rp 837,06 miliar, mencapai 45,79% dari total target anggaran

pendapatan 2015 yang sebesar Rp1.827,93 miliar, atau masih di bawah target per semester

sebesar 50%. Nominal realisasi tersebut menurun apabila dibandingkan realisasi pendapatan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 52,78% (yoy).

Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan pemerintah

Provinsi Maluku Utara berasal dari komponen transfer pemerintah pusat-dana bagi hasil bukan

pajak sebesar 55,17%, diikuti dana penyesuaian dengan realisasi sebesar 32,62%. Dengan

demikian, pendapatan Pemprov, Pemerintah kabupaten dan kota di Maluku Utara sebagian

besar bukan berasal dari pendapatan dari daerah itu sendiri, melainkan bergantung pada dana

perimbangan.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

Page 35: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

20

KEUANGAN PEMERINTAH

Realisasi seluruh komponen pendapatan pada semester I tahun 2015, baik Pendapatan

Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan/Transfer, maupun Pendapatan Lain-lain mengalami

penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014. Serupa dengan

triwulan lalu, kinerja penerapan anggaran pendapatan terendah kembali ditunjukkan oleh

pendapatan lain-lain (hibah). Realisasi pendapatan hibah sampai dengan akhir semester I-2015

hanya sebesar 29,80%. Pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai >50%.

Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 – data per 25 Juni 2015 (dalam rupiah)

Realisasi PAD hingga akhir semester I-2015 baru mencapai 36,4% lebih rendah dari

realisasi pada tahun 2014 yang sudah mencapai 45,2%. Kondisi tersebut ditengarai disebabkan

oleh perusahaan tambang nikel masih beroperasi terbatas sembari menunggu selesainya

pembangunan smelter. Perusahaan-perusahaan tersebut selama ini menjadi lumbung PAD

Maluku Utara melalui pajak maupun retribusi daerah.

Sementara itu, komponen pendapatan transfer yang seyogyanya dapat menjadi penentu

pencapaian target anggaran juga tidak menunjukkan kinerja yang memuaskan. Pos pendapatan

yang memegang 86,70% hanya mencatatkan realisasi sebesar 48%, Kondisi ini berbeda

dengan periode sama tahun sebelumnya yang menunjukkan kinerja sebesar 54,12%.

Pendapatan 1,827,927,649,000 837,058,227,522 45.79%

PAD 248,646,493,000 90,501,362,322 36.40%Pajak daerah 169,135,747,000 66,324,566,749 39.21%Retribusi daerah  47,240,121,000 21,650,024,370 45.83%Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 634,493,000 0.00%Lain-lain PAD yang sah 31,636,132,000 2,526,771,203 7.99%

Pendapatan Transfer 1,509,281,156,000 725,696,217,664 48.08%

Transfer pemerintah pusat-dana perimbangan 1,309,937,956,000 0.00% Dana Bagi Hasil Pajak/ 58,194,166,000 19,054,056,296 32.74% Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 75,957,780,000 41,902,941,368 55.17% DAU 1,061,177,950,000 530,588,952,000 50.00% DAK 114,608,060,000 34,382,418,000 30.00%Transfer pemerintah pusat-lainnya 199,343,200,000 99,767,850,000 50.05% Dana penyesuaian 199,343,200,000 99,767,850,000 50.05%

Lain-lain pendapatan yang sah 70,000,000,000 20,860,647,536 29.80%

Pendapatan Hibah 70,000,000,000 20,860,647,536 29.80%

UraianAnggaran Pemprov

Maluku Utara

Realisasi s/d

TW II 2015 (%) Realisasi

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

Page 36: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

KEUANGAN PEMERINTAH

Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015

2.3 Realisasi Belanja APBD

Total realisasi belanja daerah sampai dengan akhir semseter I 2015 mencapai Rp

406,24 miliar atau sebesar 22,27% dari anggaran sebesar 1.824,43 miliar. Jumlah realisasi

tersebut jauh lebih rendah dibandingkan realisasi belanja pada periode yang sama di tahun

2014 sebesar 38,89%.

Dari sisi komponen pembentuknya, tingkat realisasi tertinggi belanja daerah terjadi pada

belanja transfer bagi hasil sebesar 63,51% dengan pangsa 14,45% dari keseluruhan realisasi

belanja semester I 2015. Kemudian disusul dengan komponen belanja hibah sebesar 44,15%

dengan pangsa sebesar 27,7% terhadap total realisasi semester I 2015. Sementara realisasi

terbesar secara nominal terdapat pada pos belanja pegawai.

Realisasi seluruh komponen belanja pada semester I 2015, baik Belanja Operasional

maupun Belanja Modal mengalami penurunan dibandingkan kondisi yang sama pada tahun

sebelumnya. Realisasi belanja modal menjadi sumber utama perlambatan kinerja APBD

dengan realisasi hanya sebesar 9,1% hingga akhir semester I-2015. Kondisi ini sangat berbeda

dengan semester I-2014 di mana realisasi belanja model sudah mencapai 39%.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

Page 37: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

22

KEUANGAN PEMERINTAH

Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015

Rendahnya realisasi belanja modal pada semester I-2015 adalah imbas lanjutan dari

keterlambatan pengesahan APBD 2015 yang baru terlaksana pada akhir Februari 2015. Kondisi

ini berdampak pada terlambatnya dropping dana ke SKPD-SKPD serta pemerintah kabupaten

kota. Akibat keterlambatan dropping, keseluruhan proses lelang juga mundur. Kondisi ini

diperparah dengan kondisi politik jelang pilkada kabupaten dan kota serta maraknya

penggantian pimpinan SKPD.

Rendahnya realisasi juga dialami oleh komponen belanja lainnya. Belanja barang yang

juga memerlukan proses pengadaan hanya mencatat realisasi sebesar 11,92%. Sementara itu,

realisasi belanja pegawai yang sifatnya rutin hanya mencapai 30,59% dari pagu APBD 2015.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

Page 38: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

KEUANGAN PEMERINTAH

Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 (dalam rupiah) – data per 25 Juni 2015

Rendahnya realisasi juga dialami oleh komponen belanja lainnya. Belanja barang yang

juga memerlukan proses pengadaan hanya mencatat realisasi belanja sebesar 11,92%.

Sementara itu, walaupun tetap lebih rendah, realisasi belanja pegawai yang sifatnya rutin hanya

mencapai 30,59% dari pagu APBD 2015.

Dari sisi komponen pembentuknya, tingkat realisasi tertinggi belanja daerah terjadi pada

belanja transfer bagi hasil sebesar 63,51% dengan pangsa 14,45% dari keseluruhan realisasi

belanja triwulan II-2015. Kemudian disusul dengan komponen belanja hibah sebesar 44,15%

dengan pangsa sebesar 27,7% terhadap total realisasi triwulan II 2015. Sementara realisasi

terbesar secara nominal terdapat pada pos belanja pegawai.

2.4 Rekening Pemerintah

Dana pemerintah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan II 2015 tercatat

sebesar Rp. 1,12 triliun, nominal tersebut merupakan nominal dana pemerintah tertinggi selama

Belanja 1,824,427,649,000 406,238,240,191 22.27%Belanja operasi 1,232,912,385,180 302,532,746,002 13.73%

Belanja Pegawai 417,884,617,000 127,831,775,902 30.59%

Belanja Barang 510,286,360,180 60,817,994,100 11.92%

Belanja Subsidi 5,000,000,000 0.00%

Belanja Hibah 255,261,783,000 112,687,976,000 44.15%

Belanja Bantuan sosial 43,579,625,000 1,195,000,000 2.74%

Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes 900,000,000 0.00%

Belanja modal 497,060,351,350 44,988,876,940 9.05%

Belanja tanah 10,515,045,000 2,195,210,000 20.88%

Belanja peralatan dan mesin 57,240,936,500 5,666,913,130 9.90%

Belanja bangunan dan gedung 148,675,334,200 6,398,180,300 4.30%

Belanja jalan, irigasi dan jaringan 278,819,094,650 30,728,573,510 11.02%

Belanja aset tetap lainnya 1,809,941,000 - 0.00%

Belanja tak terduga 2,000,000,000 - 0.00%

Belanja tidak terduga 2,000,000,000 - 0.00%

Transfer 92,454,912,470 58,716,617,249 63.51%

Transfer Bagi hasil ke kab/kota/desa 92,454,912,470 58,716,617,249 63.51%

Bagi hasil pajak 92,454,912,470 58,716,617,249 63.51%

UraianAnggaran Pemprov

Maluku Utara

Realisasi s/d

TW II 2015 (%) Realisasi

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara

Page 39: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

24

KEUANGAN PEMERINTAH

lebih dari tiga tahun terakhir. Jumlah ini tumbuh signifikan sebesar 42,05% (yoy) melambat

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 60,33% (yoy).

Perlambatan terutama terjadi pada simpanan giro. Berdasarkan data LBU, giro milik

Pemda tumbuh 42,05% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

60,33% (yoy). Kondisi ini terutama disebabkan oleh masih rendahnya realisasi pendapatan

pemda selama tahun 2015. Hal ini menyebabkan giro milik pemda tetap tumbuh melambat di

tengah rendahnya realisasi belanja Pemda.

Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)

Sumber : Data Perbankan

Page 40: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

25

Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di

Provinsi Maluku Utara pada triwulan II 2015 tercatat sebesar

8,22% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan

sebelumnya sebesar 7,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,75% (yoy).

Secara bulanan, selama triwulan kedua Provinsi Maluku Utara

mengalami tiga kali inflasi berturut-turut yaitu sebesar 0,62%

(mtm), 0,65% (mtm) dan menutup triwulan II dengan inflasi

bulanan sebesar 0,89%.

3 INFLASI

Inflasi YoY

Tw II

Inflasi QtQ

Tw II

8,22%

2,17%

“Tekanan Inflasi pada triwulan II 2015

meningkat”

Page 41: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

26

INFLASI

2.1 Kondisi Umum

Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang

direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,22% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,92% (yoy). Akan tetapi, angka

tersebut masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar

9,75% (yoy). Angka inflasi triwulan II 2015 ini lebih tinggi dibandingkan dengan angka Nasional

sebesar 7,26% (yoy).

Secara bulanan, selama triwulan kedua Provinsi Maluku Utara mengalami tiga kali inflasi

berturut-turut yaitu sebesar 0,62% (mtm), 0,65% (mtm) dan menutup triwulan II dengan inflasi

bulanan sebesar 0,89%. Dengan demikian, hingga akhir triwulan II-2015, Maluku Utara

mengalami inflasi sebesar 2,03% (ytd).

Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional

Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh penyesuaian

kembali harga premium dan solar pada awal triwulan laporan. Kenaikan tersebut kemudian

diikuti dengan penyesuaian sejumlah tarif moda angkutan sehinga menambah tekanan inflasi

administered prices dari 12,35% (yoy) menjadi 15,10% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu,

peningkatan tekanan juga terjadi pada inflasi inti yang tercatat 6,05% (yoy), sedikit lebih tinggi

8.22

7.26

0

2

4

6

8

10

12

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2012 2013 2014 2015

Malut Nasional

Malut

Nasional

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 42: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

INFLASI

dari triwulan sebelumnya sebesar 5,91% (yoy) karena pelemahan nilai tukar yang berdampak

pada kenaikan harga beberapa barang impor serta penyesuaian ongkos produksi beberapa

produk manufaktur. Di lain sisi, penurunan tekanan inflasi terjadi pada inflasi volatile food pada

triwulan laporan yang sebesar 7,97% (yoy) lebih rendah dari triwulan I 2015 yang mencapai

9,69% (yoy). Penurunan ini dipengaruhi oleh kondisi pasokan sayur-mayur, beras, dan ikan

segar yang lebih baik dibandingkan tahun 2014.

Tabel 3.1 Statistik Inflasi Per Kelompok

3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate

3.2.1 Inflasi Tahunan (yoy)

Inflasi tahunan Provinsi Maluku Utara pada triwulan laporan meningkat dari 7,92% (yoy)

pada triwulan sebelumnya menjadi 8,22% (yoy). Penyumbang tekanan inflasi tahunan datang

dari ketiga kelompok disagregasi baik volatile foods, administered prices, maupun core inflation.

Tw II 2014

YoY

2014

YoY

Tw I 2015

YoY

Tw II 2015

YoY

Tw II 2015

QTQ

UMUM

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 43: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

28

INFLASI

Grafik 3.2 Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas

Peningkatan terutama disumbang oleh kelompok yang dipengaruhi oleh kebijakan

pemerintah (administered prices) yaitu kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan

yang memiliki bobot inflasi signifikan, dengan inflasi sebesar 14,20% (yoy). Kebijakan

pemerintah pada tanggal 28 Maret 2015 untuk menaikkan harga bahan bakar bersubsidi,

(setelah sempat diturunkan pada triwulan sebelumnya), secara responsif meningkatkan tekanan

inflasi pada triwulan laporan. Dampak dari peningkatan harga BBM tersebut memberikan efek

lanjutan yang lebih besar pada kelompok transpor berupa kenaikan tarif angkutan dalam kota

yang menunjukkan andil inflasi tahunan yang dominan. Sejalan dengan kenaikan sepanjang

triwulan tersebut, sewa sepeda motor yang menjadi barang substitusi angkutan umum turut

mengalami peningkatan tarif yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Sumbangan peningkatan inflasi tahunan terbesar disusul oleh kelompok perumahan, air,

listrik dan bahan bakar dengan tingkat inflasi sebesar 4,89% (yoy) dengan andil 1,60%. Tarif

listrik yang memiliki bobot besar dalam konsumsi rumah tangga mengalami penyesuaian tarif

sehingga meningkatkan tekanan inflasi tahunan pada kelompok ini.

Peningkatan inflasi tahunan terbesar juga ditunjukkan oleh kelompok sandang yang

pada triwulan laporan yang mengalami inflasi tahunan tertinggi diantara kelompok lainnya yaitu

sebesar 22,40% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga menunjukkan inflasi tahunan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 44: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

INFLASI

yang mencapai 18.58% (yoy). Peningkatan inflasi pada kelompok sandang merupakan implikasi

dari penyesuaian ongkos produksi akibat pelemahan Rupiah dan kenaikan tarif listrik serta

BBM. Di lain sisi, permintaan untuk komoditas sandang khususnya pakaian muslim sudah

meningkat sejak bulan Mei 2015 seiring majunya awal bulan puasa.

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Tabel 3.2 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Tabel 3.3 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa

I II III IV I II III IV I IIAndilKelompok Barang dan Jasa 2013 2014 2015

Barang & Jasa Inflasi Andil Barang & Jasa Inflasi Andil

Page 45: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

30

INFLASI

3.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi triwulan laporan menunjukkan inflasi sebesar 2,17% (qtq) jauh lebih tinggi

dibandingkan triwulan I-2015 yang mengalami deflasi sebesar 1,03% (qtq). Tingkat inflasi ini

lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi triwulanan Kota Ternate selama tiga tahun terakhir

yang sebesar 1,77% (qtq). Penyebab inflasi berasal dari kelompok transpor dan kelompok

bahan makanan.

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Inflasi triwulanan terbesar sekaligus andil inflasi triwulanan paling dominan terjadi pada

kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 6,53% (qtq). Pada triwulan

sebelumnya kelompok tersebut menunjukkan angka deflasi terbesar baik dibandingkan

kelompok lainnya maupun dibandingkan angka historisnya yaitu sebesar 8,54% (qtq). Hal ini

dipicu oleh dampak kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi pada akhir

triwulan I dimana dampak kebijakan tersebut bergulir pada triwulan ini. Penurunan ini segera

direspon pelaku usaha khususnya usaha angkutan dalam kota, serta dampak lanjutan yang

berdampak pada usaha perdagangan bahan makanan akibat mahalnya distribusi.

Disamping kelompok transpor, penyumbang inflasi pada triwulan laporan juga datang

dari kelompok bahan makanan, khususnya bahan makanan pokok yang tergolong dalam

kelompok volatile foods. Kondisi ini disebabkan faktor musiman bulan puasa yang pada tahun

2015 dimulai pada tanggal 18 Juni 2015 sehingga terjadi peningkatan tekanan permintaan

khususnya untuk komoditas bahan makanan. Hal ini terindikasi dari kelompok bahan makanan

yang mengalami inflasi sebesar 2,58% (qtq) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

mengalami deflasi sebesar 1,19% (qtq). Kondisi diperparah dengan tingginya curah hujan

selama bulan Mei dan Juni sehingga pasokan bumbu-bumbuan dari lokal Maluku Utara serta

hasil tangkapan ikan tidak sebanyak triwulan I-2015.

I II III IV I II III IV I IIAndilKelompok Barang dan Jasa

2013 2014 2015

Page 46: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

INFLASI

3.2.3 Inflasi Bulanan (mtm)

Laju inflasi bulanan (mtm) kota Ternate pada triwulan II 2015 mengalami tren yang

meningkat, dimana pada April 2015, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,62% (mtm),

kemudian pada bulan Mei 2015 kembali terjadi inflasi sebesar 0,65% (mtm) dan kemudian

triwulan II ditutup dengan lonjakan inflasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,89% (mtm). Selama

tiga bulan berturut-turut Kota Ternate memiliki inflasi bulanan yang lebih tinggi dibandingkan

kondisi inflasi di level Nasional (grafik 3.2).

Grafik 3.3 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional

Bahan makanan masih mendominasi karakteristik inflasi ketiga bulan tersebut.

Penyumbang inflasi seperti komoditas ikan, aneka cabai maupun bawang, sering ditemui pada

faktor penyebab inflasi pada triwulan ini meskipun bukan menjadi penyumbang inflasi yang

utama. Sementara itu, penyebab inflasi bulanan yang utama masih berkaitan dengan dampak

kenaikan administered prices dan kenaikan harga sandang.

Pada bulan April 2015, paska kebijakan harga BBM bersubsidi pada akhir Maret 2015,

pasar segera merespon pernyataan kebijakan tersebut dalam kurun waktu kurang dari satu

bulan. Inflasi pada bulan April merupakan sumbangan dari kelompok yang berkaitan dengan

kebijakan tersebut, yaitu kelompok transpor yang terdiri atas kenaikan harga bensin maupun

angkutan dalam kota, serta tarif sewa sepeda motor yang merupakan moda transportasi darat

utama selain angkutan umum.

Sementara itu pada bulan Mei 2015, komoditas yang berkaitan dengan tempat tinggal

memberikan dampak yang signifikan. Komoditas papan, maupun sewa rumah menjadi

0.54

0.89

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2012 2013 2014 2015

Nasional Malut

Malut

Nasional

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 47: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

32

INFLASI

penyumbang terbesar. Para pemilik rumah sewa menyesuaikan tarif seiring dengan

peningkatan berbagai biaya dan bahan bangunan. Di samping itu kegiatan renovasi rumah

meningkat jelang Idul Fitri sehingga permintaan bahan bangunan juga meningkat. Sementara

itu, pada bulan Mei harga beberapa komoditas volatile foods serempak meningkat seperti

aneka rica (cabai) yang naik hingga kisaran 20%, bawang, tomat, dan aneka ikan laut olahan.

Tingginya curah hujan selama bulan Mei 2015 menyebabkan rendahnya kualitas panen

komoditas barito sehingga pasokan ke pasar berkurang dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Seiring dengan meningkatnya tekanan permintaan selama bulan Ramadhan, bulan Juni

2015 mengalami inflasi tertinggi selama triwulan laporan. Komoditas penyumbang inflasi bulan

sebelumnya yaitu barito (bawang, rica/cabai, tomat), sayur mayur, ikan segar, dan daging ayam

ras kembali memberikan sumbangan inflasi. Pada bulan Juni 2015, tingginya tekanan

permintaan juga berdampak pada meningkatnya harga rokok, beberapa komoditas sandang,

dan makanan olahan.

Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate

3.3 Faktor-faktor Penggerak Inflasi

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan

dipengaruhi oleh gejolak harga yang terjadi pada tiga kelompok pengeluaran. Pada triwulan

laporan, kelompok administered price dan core menjadi faktor utama peningkatan inflasi

tahunan.

3.3.1 Faktor Fundamental

Tekanan inflasi inti (core inflation) tahunan pada triwulan II 2015 meningkat tipis dari

5,91% (yoy) menjadi 6,05% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi inti terutama disumbang oleh

komoditas aneka sandang khususnya sandang wanita.

APRILNo. Komoditas Andil

1 Angkutan Dalam Kota 0.44%

2 Tarip Sewa Motor 0.36%

3 Bensin 0.12%

4 Bawang Merah 0.09%

5 Mie 0.06%

MEINo. Komoditas Andil

1 Papan 0.12%

2 Sewa Rumah 0.07%

3 Lolosi 0.06%

4 Baju Kaos Berkerah 0.06%

5 Cabai Rawit 0.05%

JUNINo. Komoditas Andil

1 Selar/Tude 0.27%

2 Mie 0.14%

3 Rokok Putih 0.08%

4 Celana Pendek 0.08%

5 Pakaian Bayi 0.07%Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 48: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

INFLASI

Peningkatan tekanan pada komoditas sandang terutama disebabkan oleh dampak

lanjutan dari kenaikan TTL yang menyebabkan biaya energi di pabrik tekstil meningkat. Di

samping itu, banyaknya bahan baku tekstil yang berasal dari produk impor juga menyebabkan

biaya bahan baku meningkat signifikan seiring pelemahan yang terjadi pada Rupiah. Kedua

faktor ini menyebabkan indutri manufaktur khususnya pakaian menyesuaikan harga produknya.

Grafik 3.4 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika

Pelemahan nilai rupiah juga mulai meningkatkan harga komoditas impor seperti produk obat

dan elektronik. Selama triwulan laporan, Rupiah terus melemah terhadap Dollar Amerika. Pada

Tw II-2015, Nilai Rupiah terhadap Dolar Amerika (kurs jual) tercatat sebesar Rp.13.399,

melemah signifikan 12,51% (yoy) dibandingkan rata-rata pada periode yang sama.

Faktor pendorong inflasi inti lainnya adalah harga emas perhiasan. Harga emas

mengalami kenaikan seiring terdepresiasinya rupiah terhadap dollar. Hal ini terkonfirmasi dari

data harga emas aneka tambang (Antam), dimana harga pembelian emas pada akhir triwulan II

2015 adalah Rp.508.000/gr, atau meningkat 1,28% (yoy).

Sumber : Bank Indonesia

Page 49: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

34

INFLASI

Grafik 3.5 Pergerakan Harga Emas Internasional

3.3.2 Non Fundamental

Volatile foods

Tekanan inflasi yang dialami kelompok volatile foods pada triwulan laporan mengalami

retardasi dari 9,69% (yoy) pada triwulan I menjadi 7,97% (yoy) pada triwulan ini. Secara umum,

penurunan tekanan inflasi volatile food dipengaruhi oleh kondisi pasokan pangan strategis

selama 2015 khususnya pada triwulan laporan yang lebih baik daripada tahun 2014. Sesuai

dengan informasi dari BPS Provinsi Maluku Utara dan Dinas Pertanian Provinsi, produksi beras,

bawang merah, dan cabai merah pada tahun 2015 diperkirakan meningkat.

Berkurangnya tekanan inflasi volatile food disebabkan oleh terjaganya pasokan sayur

mayur seiring meningkatnya panen di sentra produksi dalam provinsi. Pada triwulan laporan

subkelompok sayur-sayuran mencatatkan deflasi sebesar 7,13% (yoy) setelah pada triwulan

sebelumnya mengalami inflasi sebesar 2,55% (yoy).

Penurunan tekanan inflasi juga terjadi pada subkelompok umbi-umbian dan hasil-

hasilnya khususnya komoditas beras. Meningkatnya panen beras pada sentra-sentra produksi

di Maluku Utara dan provinsi sekitarnya berhasil mempertahankan stabilitas harga beras

sehingga inflasi komoditas ini turun dari 6,95% (yoy) menjadi 5,4% (yoy). Kondisi ini juga

terkonfirmasi dari posisi stok bulog Divre Ternate pada bulan Juni 2015 (sebelum penyaluran)

yang mencapai 5,6 ribu ton jauh lebih tinggi dari kondisi pada periode yang sama tahun 2014

yang hanya mencapai 4,5 ribu ton.

Sumber : World Bank

Page 50: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

INFLASI

Meredanya tekanan inflasi year on year pada triwulan II juga dipicu oleh menurunnya

tekanan inflasi pada kelompok komoditas ikan segar yang merupakan makanan favorit warga

Maluku Utara. Tingkat inflasi kelompok ikan segar pada triwulan laporan turun dari 22,99%

(yoy) menjadi 14,20% (yoy).

Grafik 3.6 Nilai Ikan Tangkap

Grafik 3.7 Volume Ikan Tangkap

Pelemahan tekanan ini juga ditunjukkan dengan menurunnya harga rata-rata ikan segar

dari nelayan pada triwulan II, dapat dilihat pada grafik 3.5. Penurunan harga ikan di pelabuhan

ini dikarenakan melimpahnya tangkapan dibandingkan triwulan yang lalu. Berdasarkan data

PIPP tersebut, hasil tangkapan ikan pada triwulan II 2015 dilaporkan mencapai 1754 ton, naik

sebesar 36% dari triwulan I. Berdasarkan data BMKG, kondisi gelombang laut pada akhir

triwulan II 2015 relatif lebih rendah dibandingkan triwulan lalu, yaitu pada kirsaran ketinggian

1,5 m – 2 m. Kondisi gelombang ini cukup konduisif bagi peningkatan hasil tangkapan ikan

tertentu seperti ikan tongkol dan ikan lolosi.

Administered Prices

Inflasi yang dialami oleh kelompok administered prices pada akhir triwulan II 2015

tercatat meningkat dari 12,35% (yoy) menjadi 15,10% (yoy). Penyesuaian harga BBM

bersubsidi di penghujung triwulan pertama menyebabkan peningkatan pada tekanan inflasi

kelompok ini. Dengan kenaikan harga premium dan solar pada bulan Maret, inflasi komoditas

bensin pada akhir triwulan II-2015 mengalami peningkatan dari 6,29% (yoy) menjadi 12,82%

(yoy). Demikian pula dengan inflasi solar yang naik dari 17,54% (yoy) menjadi 25,45% (yoy).

Sumber: PPN Kota Ternate, diolah Sumber: PPN Kota Ternate, diolah

Page 51: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

36

INFLASI

Grafik 3.8 Pergerakan harga Premium dan Solar

Selain berdampak langsung pada kenaikan komoditas bensin dan solar, peningkatan

pada kelompok ini turut meningkatkan harga komoditas administered prices lainnya yakni

subkelompok transport. Kenaikan terjadi pada tarif angkutan dalam kota dan sewa sepeda

motor (ojek) yang merupakan moda transportasi darat preferensi utama masyarakat Maluku

Utara.

Fluktuasi harga BBM berpotensi menyebabkan dampak lanjutan yang signifikan.

Dampak penyesuaian harga komoditas terkait fluktuasi bahan bakar cenderung inelastis ke

atas. Sebagai contoh, ketika harga BBM turun, komoditas tarif angkutan dalam kota di lapangan

tidak mengalami banyak perubahan Kondisi berbeda ketika harga BBM dinaikkan, komoditas

tersebut dengan cepat merespon melalui kenaikan tarif yang langsung diikuti dengan kenaikan

harga bahan makanan. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu lebih tegas dalam

menerapkan kebijakan perubahan tarif pasca perubahan harga BBM.

3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara

Selama triwulan II 2015, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku Utara

dan TPID Kota Ternate telah melakukan 2 kali rapat koordinasi (high level meeting). Selain

untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi stok pangan strategis, rapat juga dilaksanakan

Sumber: Pertamina, diolah

Page 52: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

INFLASI

untuk merumuskan program-program TPID dalam rangka menahan lonjakan inflasi saat bulan

puasa dan Idul Fitri.

No Koordinator Kegiatan

1 TPID Kota Ternate –

Dipimpin langsung Walikota

Ternate

Sidak harga dan stok pangan ke pasar-pasar di Ternate

2 Disperindag Kota Ternate Pasar Murah dan bazar sembako

3 TPID Kota Ternate Himbauan walikota Ternate kepada masyarakat untuk

tidak berbelanja secara berlebihan melalui media massa

cetak dan elektronik. Konferensi pers dipimpin langsung

oleh Walikota Ternate.

4 TPID Provinsi Maluku Utara Himbauan tokoh agama kepada pedagang dan

masyarakat agar tidak melakukan penimbunan barang dan

aktivitas spekulasi harga

5 Bank Indonesia Fasilitasi pertemuan petani klaster bawang dan cabai

merah di Halmahera Timur dengan asosiasi pemasok Kota

Ternate

Tabel 3.6 Program Pengendalian Inflasi Puasa – Idul Fitri TPID Provinsi Maluku Utara dan Kota Ternate

Adapun langkah strategis jangka panjang yang dilakukan untuk mengendalikan gejolak

harga kebutuhan pokok adalah meningkatkan koordinasi antar kabupaten kota dalam

mengelola dan mendistribusikan produksi bahan pangan strategis sehingga dapat mengurangi

ketergantungan Maluku Utara akan komoditas impor dari provinsi lain. Langkah awal dari

strategi ini telah ditempuh dengan kegiatan roadshow TPID Kota Ternate ke Kabupaten

Halmahera Barat, Halmahera Utara, dan Halmahera Tengah. Pada kegiatan ini selain

sosialisasi dan koordinasi antar pemda juga sekaligus mempertemukan petani dari sentra

produksi dengan pedagang dari Ternate. Sementara itu, TPID Provinsi Maluku Utara melalui

Disperindagprov juga mulai mensosialisasikan pentingnya TPID ke beberapa Kabupaten.

Strategi tersebut sudah membuahkan hasil. Saat ini, TPID Tidore sudah terbentuk dan TPID

Kabupaten Halmahera Timur sedang dalam proses pembentukan.

Page 53: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

38

INFLASI

Page 54: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

39

Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada

triwulan II-2015 menunjukkan kinerja yang positif. Fungsi

intermediasi perbankan juga berada pada level yang

tinggi yang disertai dengan peningkatan kredit dan DPK.

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor

korporasi maupun rumah tangga masih relatif baik yang

terindikasi dari rasio NPL yang masih berada pada level

yang rendah pada kedua kelompok tersebut.

4 KINERJA PERBANKAN &

Pertumbuhan

DPKYoy Tw II

Penyaluran kredit

YoyY Tw II

16,44%

12,63%

PEKEMBANGAN SITEM PEMBAYARAN

“Pantai Sulamadaha, Ternate” Courtesy : jalan2.com

“Kinerja positif sektor perbankan & transaksi

tunai mengalami net outflow”

Page 55: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

40

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

4.1 Kinerja Perbankan

4.1.1 Perkembangan Aset Perbankan

Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2015 tercatat sebesar

Rp7,44 triliun, meningkat 4,71% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, aset sebesar

9,97% (yoy). Kondisi ini seiring dengan tingginya pertumbuhan kredit maupun DPK yang

diimbangi dengan penurunan NPL.

Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)

Dari segi kepemilikan, bank milik pemerintah maupun swasta mengalami peningkatan

pertumbuhan. Bank milik pemerintah tercatat tumbuh 12,73% (yoy) lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,19% (yoy). Begitu juga dengan bank milik

swasta yang tumbuh meningkat dari 3,41% (yoy) menjadi 6,79% (yoy).

Berdasarkan jenis operasinya, volume usaha perbankan konvensional dan syariah

sama-sama menunjukan peningkatan kinerja. Aset perbankan konvensional tercatat tumbuh

meningkat dari 9,97% (yoy) menjadi 11,98% (yoy). Sementara itu, perbankan syariah tumbuh

melambat dari 9,91% (yoy) menjadi 9,78% (yoy).

Sumber : LBU, diolah

Page 56: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

4.1.2 Intermediasi Perbankan

Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada

triwulan II-2015 mencapai Rp 6,24 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,59%

(qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK mencapai 16,44% (yoy), meningkat dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan I-2015 yang pertumbuhannya sebesar 13,05 % (yoy).

Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah)

Peningkatan pertumbuhan terjadi pada jenis simpanan tabungan. Pada triwulan laporan,

jumlah simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp3,07 triliun atau tumbuh

meningkat dari 1,99% (yoy) menjadi 8,94% (yoy). Masuknya THR dan gaji ke -13 ke rekening

masyarakat Malut khususnya PNS pada akhir Juni 2015 menjadi faktor utama pendorong

pertumbuhan pada triwulan laporan. Hal ini terkonfirmasi dari meningkatnya pertumbuhan

simpanan tabungan milik individu dari sebelumnya menyusut 1,29% (yoy) menjadi 3,63% (yoy).

Sementara itu, simpanan dalam bentuk deposito pada akhir triwulan laporan mencapai

Rp1,33 triliun, meningkat sebesar 5,60% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara

tahunan, deposito masih tumbuh tinggi yakni mencapai 29,36% (yoy), namun sedikit lebih

rendah dari triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 21,27% (yoy). Melambatnya pertumbuhan

deposito disebabkan oleh meningkatnya penggunaan dana milik sendiri para pelaku usaha baik

BUMN, lembaga keuangan nonbank, maupun swasta non lembaga keuangan. Deposito milik

Sumber : LBU, diolah

Page 57: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

42

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

individu juga tumbuh melambat dari 22,21% (yoy) menjadi 17,52% (yoy) seiring meningkatnya

konsumsi masyarakat jelang lebaran khususnya untuk pengeluaran besar seperti renovasi

rumah dan pembelian kendaran baru.

Simpanan giro juga tercatat tumbuh melambat. Pada akhir triwulan laporan jumlah

simpanan giro di perbankan Maluku Utara mencapai Rp1,84 triliun, tumbuh melambat dari

25,55% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 21,69% (yoy). Perlambatan juga dipengaruhi

oleh meningkatnya penggunaan giro milik individu untuk keperluan biaya operasional usahanya.

Sementara itu giro milik pemda yang menguasai 37,68% simpanan giro di Maluku Utara tumbuh

melambat dari 52,10% (yoy) menjadi 9,08% (yoy) Penjelasan ini kok berbeda dengan di bab

7 ya, yg tumbuh 265,55%??. Turunnya pendapatan transfer bagi hasil non pajak seiring dengan

rendahnya produksi perusahaan tambang nikel pada tahun 2014 mempengaruhi jumlah giro

pemda pada tahun 2015.

Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku

Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,43 triliun atau meningkat 4,33% (qtq). Secara

tahunan, penyaluran kredit tumbuh 12,63% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

mencapai 10,40% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh meningkatnya

kembali aktivitas di sektor pertambangan serta perkembangan sektor perdagangan dan sektor

industri pengolahan yang cukup tinggi pada triwulan laporan. Di samping itu, persepsi pelaku

usaha mengenai perekonomian lokal yang positf juga turut mempengaruhi perkembangan kredit

pada triwulan laporan.

Dari jenis penggunaannya, peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada kredit

modal kerja yang tumbuh meningkat dari 7,09% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 15,37%

(yoy) pada triwulan II-2015. Peningkatan terutama terjadi kredit untuk sektor perdagangan

besar dan eceran seiring masih tingginya pertumbuhan sektor tersebut. Meningkatnya

intensitas konsumsi masyarakat, kenaikan harga barang-barang impor, serta meningkatnya

perdagangan antar pulau memicu kenaikan kebutuhan modal para pelaku sektor pedagangan

di Maluku Utara. Kredit untuk sektor perdagangan besar dan eceran yang menguasai 70,32%

kredit produktif perbankan Maluku Utara, tercatat tumbuh 11,77% (yoy) pada triwulan II-2015

setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 6,96% (yoy).

Page 58: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)

Sementara itu, kredit produktif lainnya yakni kredit investasi pada triwulan laporan

masih mengalami penurunan sebesar 3,61% (yoy) namun tidak sedalam penurunan pada

triwulan sebelumnya sebesar 4,12% (yoy). Adanya potensi perbaikan pertumbuhan kredit

investasi terutama dipengaruhi oleh persepsi para pelaku usaha seiring meningkatnya

kepastian pembangunan smelter di Maluku Utara.

Di lain sisi, kredit konsumsi yang menguasai 64,51% dari total keseluruhan kredit, tercatat

tumbuh 14,08% (yoy) pada triwulan laporan, sedikit melambat dari pertumbuhan pada triwulan

sebelumnya yang mencapai 14,21% (yoy). Perlambatan dipicu oleh kontraksi pada KPR, kredit

kendaraan bermotor, dan kredit elektronik. Suku bunga jenis kredit tersebut masih tinggi bahkan

ada yang menunjukan peningkatan. Perbankan masih menilai bahwa profil risiko pada saat ini

cukup tinggi sehingga belum menurunkan suku bunga kreditnya.

Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat

LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang sangat tinggi yakni 87,04%.

Tingkat LDR tersebut sedikit mengalami penurunan dari triwulan IV-2014 yang mencapai

90,59%.

Sumber : LBU, diolah

Page 59: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

44

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara

4.1.3 Perkembangan Bank Syariah

Perbankan syariah secara umum memiliki share aset sebesar 5,11% dari seluruh

perbankan umum di Maluku Utara pada triwulan laporan. Kecilnya jumlah ini ditengarai karena

masih kecilnya preferensi masyarakat Maluku Utara untuk menggunakan layanan bank syariah.

Terbatasnya jaringan baik kantor maupun ATM juga menjadikan kelompok ini kurang dikenal

masyrakat.

Seiring dengan kinerja perbankan secara umum yang mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, perbankan syariah juga menunjukkan kinerja yang positif

diiringi dengan terakselerasinya pertumbuhan di beberapa aspek. Aset perbankan syariah di

Maluku Utara pada triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp370,83 miliar. Secara tahunan, volume

usaha perbankan syariah pada triwulan laporan tumbuh 9,78% (yoy), lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh 9,91% (yoy) seiring turunnya penyaluran dana oleh kelompok

tersebut.

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah pada triwulan II-2015

tercatat Rp325,48 miliar atau meningkat 6,45% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan,

DPK perbankan syariah tumbuh 17,39% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulanan

Sumber : LBU, diolah

Page 60: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

sebelumnya yang mencapai 16,40% (yoy). Percepatan pertumbuhan didorong oleh

meningkatnya pertumbuhan deposito.

Deposito syariah tercatat tumbuh 43,28% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya 11,88% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito syariah ditengarai dipicu oleh

tingginya rate bagi hasil pada simpanan jenis ini.

Di lain sisi, tabungan syariah tumbuh 8,03% (yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,79% (yoy). Warga Malut yang memiliki

tabungan pada kelompok bank ini banyak menggunakan dananya untuk pembayaran biaya

ibadah haji dan keperluan sehari-hari khususnya selama bulan puasa dan Idul Fitri.

Giro syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya, melambat dari 81,94% (yoy) menjadi 22,17%. Sama halnya dengan tabungan,

perlambatan giro lebih disebabkan banyaknya penggunaan dana milik sendiri untuk keperluan

rumah tangga dan usaha.

Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah

Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan II-2015

tercatat sebesar Rp197,56 miliar, meningkat 0,28% (qtq). Pembiayaan syariah turun 1,39%

(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 0,64% (yoy).

Perlambatan terutama dipengaruhi oleh pembiayaan konsumtif yang mengalami kontraksi

sebesar 17,68% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga menurun sebesar 12,25% (yoy).

Sumber : LBU, diolah

Page 61: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

46

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Penyusutan pembiayaan syariah ini masih dipengaruhi oleh menurunnya penyaluran

pembiayaan untuk kepemilikan rumah.

Sementara itu, pembiayaan produktif masih tumbuh positif sebesar 32,05% (yoy) lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,31% (yoy). Akselerasi ini disebabkan

oleh meningkatnya pembiayaan modal kerja sebesar 49,77% (yoy) seiring membaiknya kinerja

beberapa sektor utama.

Melambatnya pertumbuhan pembiayaan menyebabkan peran intermediasi bank

syariah yang tercermin dari angka FDR (financing to deposit ratio) mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan periode yang sama pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2015

angka FDR sebesar 64,43%, maka pada triwulan laporan angka FDR turun ke level 60,70%.

Dari sisi risiko pembiayaan, non performing finances (NPF’s) mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya dari 4,97% menjadi 4,51% pada triwulan laporan.

Peningkatan NPF ini didorong oleh turunnya kualitas pembiayaan pada sektor pengangkutan

dan sektor perdagangan besar dan eceran.

4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

di Maluku Utara pada triwulan II-2015 menunjukkan kinerja positif yang tercermin dari

meningkatnya pertumbuhan Aset dan Kredit/Pembiayaan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Aset BPR/S secara tahunan tumbuh 43,03% (yoy) lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya sebesar 42,78% (yoy) seiring meningkatnya pertumbuhan penghimpunan dan

penyaluran dana BPR/BPRS di Maluku Utara.

Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs

Sumber : LBU, diolah

Page 62: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

DPK pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 28,36 miliar atau tumbuh 31,32% (yoy),

lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan deposito dan tabungan pada triwulan

laporan masing-masing mencapai 51,13% (yoy) dan 7,88% (yoy) meningkat dibandingkan pada

triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 49,81% (yoy) dan 5,09% (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan simpanan di BPR/BPRS dipicu oleh penawaran tingkat suku bunga

yang menarik serta gencarnya BPR/BPRS dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Dari sisi penyaluran dana, pada triwulan laporan BPR/BPRS di Maluku Utara berhasil

mencatatkan kredit sebesar Rp41,04 miliar atau tumbuh 42,83% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh 42,60% (yoy). Sama halnya dengan bank umum, peningkatan kredit

terutama terjadi untuk debitur yang beroperasi di sektor perdagangan besar dan eceran

4.2 Stabilitas Sistem Keuangan

4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah dan Sektor Rumah Tangga

Secara umum, ketahanan sektor korporasi daerah dan sektor rumah tangga

masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Risiko kredit yang dicerminkan dengan

perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan masih berada di dalam batas

aman. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian risiko kredit terindikasi mulai

menurun. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 2,33%, lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,53%.

Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan

Sumber : LBU, diolah

Page 63: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

48

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Membaiknya risiko kredit berasal dari meningkatnya ketahanan sektor rumah tangga.

Rasio NPL untuk kredit yang disalurkan untuk penggunaan konsumtif pada triwulan laporan

sangat rendah yakni pada level 0,72%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya 0,79%.

Penurunan NPL terjadi pada jenis kredit multiguna. Kredit multiguna yang menguasai 50,34%

dari total NPL kredit konsumtif, rasio NPLnya turun dari 0,98% pada triwulan sebelumnya

menjadi 0,80%. Perbaikan kinerja tersebut adalah dampak positif dari membaiknya gaji PNS

pada tahun 2015.

Di lain sisi, potensi risiko kredit muncul dari sektor korporasi. NPL kredit sektor

korporasi meningkat dari 3,36% pada triwulan sebelumnya menjadi 5,27% pada triwulan

laporan. Meningkatnya NPL terutama disebabkan oleh terhambatnya perkembangan sektor

transportasi serta kegiatan sewa menyewa mesin sipil, alat transportasi darat, dan alat

transportasi air akibat kinerja sektor pertambangan nikel yang belum normal. Selain itu,

turunnya permintaan masyarakat akan perumahan menyebabkan pembangunan beberapa

perumahan di Maluku Utara tertunda. NPL sektor real estate dan usaha persewaan meningkat

dari 3,44% menjadi 5,63%. Sementara itu NPL sektor transportasi meningkat dari 4,83%

menjadi 5,05%.

Sektor perdagangan masih mendominasi 63,57% kredit yang kualitasnya kurang baik

di Maluku Utara. NPL pada sektor ini tercatat sebesar 4,72%, turun dari triwulan sebelumnya

yang mencapai 5,18%. Sementara itu, rasio NPL korporasi yang masih cukup tinggi berasal

dari sektor konstruksi. Terhambatnya pembangunan perumahan serta beberapa bangunan

perusahaan menyebabkan NPL pada sektor konstruksi di akhir triwulan laporan mencapai

10,72%.

4.2.2 Pengembangan Akses Keuangan

Kredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan laporan tercatat Rp 1,52

triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 8,10% (yoy) pada triwulan II-2015 lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,66% (yoy). Peningkatan ini salah

satunya dipicu oleh kebijakan perbankan yang meningkatkan target penyaluran kredit bagi

debitur UMKM di tahun 2015. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya debitur UMKM yang

pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 20,5 ribu orang atau tumbuh sebesar 3,62% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan terjadi pada kredit modal kerja. Kredit

modal kerja yang diterima debitur UMKM pada triwulan II-2015 mengalami tumbuh sebesar

Page 64: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

11,96% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,21% (yoy). Di lain

sisi, kredit investasi untuk debitur UMKM mengalami penurunan sebesar 1,08% (yoy) setelah

pada triwulan sebelumnya juga turun 1,73% (yoy).

Pertumbuhan kredit modal kerja pada debitur UMKM didominasi oleh Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang memiliki pangsa sebesar 72,33% pada triwulan

laporan. Sektor tersebut tumbuh sebesar 9,66% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 6,94% (yoy). Kredit modal kerja juga mengalami peningkatan pada sektor

konstruksi dari yang sebelumnya turun sebesar 20,03% (yoy) pada triwulan I-2015 kemudian

tumbuh 7% (yoy) pada triwulan laporan.

Dari sisi kualitas kredit, risiko kredit untuk debitur UMKM pada triwulan laporan

tergolong tinggi yakni sebesar 5,77%, namun demikian kondisi ini sudah membaik dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 6,51%. Perbaikan NPL terjadi pada sektor perdagangan dan sektor

konstruksi seiring tingginya aktivitas ekonomi pada kedua sektor tersebut..

Masih tingginya NPL kredit untuk debitur UMKM menjadi indikasi bahwa pemerintah

perlu untuk membuat program-program pendampingan UMKM unggulan daerah sehingga

jumlah UMKM yang bankable dan feasible semakin banyak. Adanya Konsultan Keuangan Mitra

Bank (KKMB) yang dibiayai oleh pemda juga bisa menjadi salah satu solusi dalam menciptakan

UMKM berkualitas dan layak mendapat akses pembiayaan bank yang pada akhirnya dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Malut secara umum.

4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Maluku Utara mengalami net outflow. Sementara itu, terjadi penurunan nilai transaksi

non tunai baik yang melalui fasilitas kliring. Di lain sisi, seiring meningkatnya aktivitas

perekonomian pada triwulan laporan, transaksi nilai besar melalui RTGS menunjukan

peningkatan. Namun demikian, dari sisi kualitas transaksi masih sangat terjaga dengan

sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek dan BG kosong pada triwulan laporan

4.3.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

Aliran uang kartal pada triwulan II-2015 di Maluku Utara menunjukkan net outlow (uang

yang keluar lebih besar daripada jumlah uang yang masuk dari khasanah Kantor Perwakilan

Page 65: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

50

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (inflow)

tercatat sebesar Rp161,78 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp513,18

miliar sehingga menghasilkan net outflow sebesar Rp351,39 miliar.

Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut

Jumlah uang masuk (inflow) turun 10,68% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 2,18% (yoy). Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow) meningkat

24,39% (yoy) setelah sebelumnya turun 0,002% % (yoy) pada triwulan I-2015. Adapun net

outflow pada triwulan II-2015 tercatat mengalami peningkatan sebesar 51,84% (yoy).

Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

-600.00

-400.00

-200.00

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

RP Miliar

Inflow Outflow Netflow

Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara

Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara

Page 66: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Agar uang tunai yang layak edar selalu diperoleh masyarakat, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara mengimplementasikan kebijakan Clean Money Policy secara

rutin melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE). Proses

pemusnahan tersebut selalu dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap

tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangka menjamin ketersediaan uang

layak edar (ULE) di masyarakat.

Selama triwulan laporan terdapat 4,12 juta lembar UTLE yang masuk ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun 22,08% (qtq) dan secara tahunan

turun 10,49% (yoy). Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya uang rupiah,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara melakukan sosialisasi agar

masyarakat mampu memperlakukan uang rupiah dengan lebih baik lagi sehingga usia edar

uang lebih panjang dan pada akhirnya dapat menekan biaya pembuatan.

Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan I-2015

Untuk menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang masih relatif baru dan layak edar,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (KPw BI Provinsi Malut) juga

melakukan kegiatan kas keliling secara rutin ke berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi

Maluku Utara. Selama triwulan II-2015 Unit Operasional Kas KPw BI Provinsi Malut telah

melaksanakan 7 kali kas keliling ke luar Kota Ternate.

Pada triwulan II-2015, ditemukan uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara sebanyak 19 lembar, jumlah ini sedikit lebih banyak

Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara

Page 67: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

52

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

dibandingkan triwulan sebelumnya dimana terdapat temuan sebanyak 11 lembar. Uang palsu

yang beredar mayoritas masih berupa pecahan Rp50.000 sebanyak 9 lembar. Sisanya berupa

4 lembar pecahan Rp100.000.

Dalam rangka melindungi masyarakat dari tindak kriminial pemalsuan uang, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Maluku Utara secara periodik melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian

uang rupiah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan

meminimalisir temuan uang palsu. Sosialisasi dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti

pasar (baik modern maupun tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah atau

kepada Pemerintah Daerah. Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga

melakukan publikasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak

maupun elektronik.

4.3.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai

Pemulihan sektor pertambangan Maluku Utara yang berjalan lambat terindikasi dengan

penyusutan yang terjadi pada transaksi nontunai baik kliring maupun RTGS. Secara tahunan,

keduanya mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 24,71% (yoy) dan 0,09% (yoy).

4.3.2.1 Perkembangan Kegiatan Kliring

Transaksi nontunai melalui fasilitas kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar

Rp282,34 miliar, atau turun 29,92%(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami

penurunan sebesar 20,90% (yoy).

Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara

0.00

100000.00

200000.00

300000.00

400000.00

500000.00

600000.00

700000.00

800000.00

0.00

1000.00

2000.00

3000.00

4000.00

5000.00

6000.00

7000.00

8000.00

9000.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Nominal (Rp Juta, RHS)Jumlah warkat (lembar)

Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara

Page 68: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Sementara itu, di tengah melambatnya kondisi perekonomian, rasio cek dan bilyet giro

(BG) kosong masih terjaga di level yang sangat rendah. Pada triwulan laporan, jumlah cek dan

bilyet giro kosong tercatat sebesar 29 lembar atau turun 24,32% (yoy), lebih rendah dari

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,15% (yoy). Dengan perkembangan tersebut,

jumlah rasio lembaran cek BG kosong terhadap cek BG yang diserahkan pada triwulan II-2015

adalah sebesar 0,57%, lebih rendah dari rasio triwulan I-2015 sebesar 0,60%.

Tabel 4.2 Perkembangan Cek BG Kosong

Sebagai penjelasan tambahan, penolakan kliring dapat terjadi karena bank tertagih tidak

bersedia membayar tagihan karena beberapa sebab sebagai berikut:

1. Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi

apabila warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik,

endorsement tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan tidak

sama dengan spesimenatau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh

penarik, salah pengisian pada kolom-kolom yang tersedia, dan data nomor dan nama

pemegang rekening tidak sesuai,

2. Kesalahan pencatatan seperti penulisan angka untuk jumlah tidak sama dengan penulisan

jumlah dalam huruf,

3. Terjadi pemblokiran oleh pihak-pihak yang berwenang,

Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara

Page 69: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

54

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

4. Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank

akan memberikan peringatan kepada nasabahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dengan memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya kejadian kembali

berulang, maka nama nasabah tersebut akan masuk dalam daftar hitam bank-bank peserta

kliring sampai permasalahan tersebut diselesaikan menurut peraturan yang berlaku).

4.3.2 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Selaras dengan mulai meningkatnya, transaksi nilai besar melalui RTGS mengalami

peningkatan. Total transaksi RTGS pada triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp2,78 triliun atau

meningkat 3,36% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya turun 0,09% (yoy). Meningkatnya

aktivitas ekonomi khususnya pada sektor pertambangan dan infrastruktur diperkirakan menjadi

pemicu utama peningkatan ini.

Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara (Rp Miliar)

Sumber: Website Bank Indonesia, diolah

Page 70: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

55

POKOK-POKOK PENGATURAN PBI KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI NKRI

1. Mayoritas Kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah NKRI.

2. Kewajiban pencantuman harga (kuotasi) barang dan/atau jasa hanya dalam

Rupiah.

3. Pengecualian kewajiban penggunaan Rupiah.

4. Larangan menolak Rupiah.

5. Pengecualian transaksi nontunai menggunakan Rupiah berdasarkan persetujuan

BI.

6. Pengecualian terhadap KUPVA dan pembawaan UKA ke luar/ke dalam wilayah

Pabean RI.

7. Laporan dan pengawasan kepatuhan.

8. Sanksi :

9. Ketentuan peralihan (masa berlakunya perjanjian tertulis pada transaksi

nontunai).

10. Masa berlaku kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai.

KEWAJIBAN PENGGUNAAAN

UANG RUPIAH

DI WILAYAH NKRI

ISU

Page 71: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

56

BOKS

“Transaksi Dengan Menggunakan Mata Uang Asing Tidak

Diperkenankan Di Wilayah NKRI”

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang &

Peraturan Bank Indonesia No.17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pencantuman harga barang/jasa di wilayah NKRI dalam valuta asing,

pembayaran/penyelesaian transaksi di wilayah NKRI dengan valuta asing (dolarisasi),

atau penggunaan mata uang selain rupiah masih banyak terjadi di Indonesia. Kini

praktik tersebut dilarang keras untuk dilakukan. Konsekuensi hukum pidana

membayangi para pelaku usaha yang masih melakukan praktik tersebut.

LANDASAN HUKUM

UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (sebagaimana diubah terakhir dengan UU

Nomor 6 Tahun 2009)

UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang

LATAR BELAKANG

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat memiliki

Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan dibanggakan

oleh seluruh rakyat Indonesia. Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah sehingga wajib

digunakan dalam kegiatan perekonomian di wilayah NKRI guna mewujudkan kesejahteraan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Di samping sebagai identitas dan simbol kedaulatan Negara penggunaan uang rupiah sangat

penting bagi perekonomian bangsa. Karena pada gilirannya, efek laten penggunaan valas

dalam negeri dapat merugikan perekonomian domestik.

Page 72: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

BOKS

Transaksi valas di pasar domestik, baik tunai maupun non tunai, oleh pelaku ekonomi akan

menambah tekanan demand valas di pasar domestik.

Hal ini tercermin dari statistik LLD untuk transaksi valas antar residen dan Currency

Substitution Ratio.

Meningkatnya tekanan demand valas menyebabkan depresiasi nilai tukar Rupiah.

Depresiasi Rupiah akan mengganggu kestabilan makroekonomi, yang tercermin dari

meningkatnya tekanan inflasi, baik melalui jalur langsung (peningkatan harga barang

impor) maupun jalur tidak langsung.

Selain itu, depresiasi Rupiah juga akan menimbulkan currency mismatch yang akan

mengganggu balance sheet bank (terutama karena ada eksposur terhadap ULN valas),

sehingga akan berdampak pada ketidakstabilan sistem keuangan, yang berpotensi

menimbulkan krisis keuangan dan ekonomi

KONDISI SAAT INI

Mayoritas transaksi antar residen dalam valas adalah dalam rangka transaksi barang

(70%) & jasa (13%)

Penggunaan valas untuk transaksi barang di dalam negeri menunjukkan tren yang

meningkat

Mayoritas valas yang digunakan adalah USD (96,4%)

Page 73: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

58

BOKS

PENJELASAN POKOK-POKOK PENGATURAN PBI

KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NKRI

1. Ketentuan Umum

Kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI menganut asas territorial

Transaksi dan pembayaran merupakan satu kesatuan. Terhadap transaksi yang

dilakukan di Wilayah NKRI maka penerimaan pembayarannya wajib dalam Rupiah.

2. Kewajiban Pencantuman Harga Barang dan/atau Jasa Dalam Rupiah

Pelaku usaha wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah

dan dilarang mencantumkan harga barang dan/atau jasa secara dual quotation

3. Pengecualian Penggunaan Rupiah

a) Transaksi dalam rangka APBN

b) Hibah Internasional

c) Simpanan di Bank dalam valuta asing

d) Perdagangan Internasional

e) Pembiayaan Internasional

f) Transaksi lain yang diperbolehkan menggunakan valas dalam Undang-Undang

Page 74: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

BOKS

4. Larangan Menolak Rupiah

Setiap pihak dilarang menolak untuk menerima Rupiah sebagai pembayaran/

menyelesaikan kewajiban, kecuali:

a) Terdapat keraguan atas keaslian Rupiah untuk transaksi tunai

b) Telah diperjanjian secara tertulis, hanya untuk:

transaksi yang dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah.

proyek infrastruktur strategis dan mendapat persetujuan BI.

5. Pengecualian transaksi nontunai menggunakan Rupiah berdasarkan

persetujuan BI

a) Proyek infrastruktur strategis dan mendapatkan persetujuan BI

b) BI dapat mengambil kebijakan tertentu dengan tetap memperhatikan kewajiban

penggunaan Rupiah

6. Pengecualian Terhadap Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) dan

Pembawaan Uang Kertas Asing (UKA) ke Luar / ke Dalam Wilayah Pabean RI

a) KUPVA yang diselenggarakan sesuai peraturan perundang-undangan, dan

b) Pembawaan UKA ke luar / ke dalam wilayah pabean RI yang dilakukan sesuai

peraturan perundang-undangan

tidak dikategorikan sebagai transaksi yang wajib menggunakan Rupiah

7. Laporan dan pengawasan kepatuhan

a) Bank Indonesia berwenang untuk meminta laporan, keterangan, dan/atau data

kepada setiap pihak yang terkait pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah

b) Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap kepatuhan setiap pihak dalam

melaksanakan kewajiban penggunaan Rupiah

Page 75: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

60

BOKS

8. Sanksi

a) Terhadap pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai,

dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam UU Mata Uang (kurungan

maks. 1 Tahun & denda maksimal Rp200 juta)

b) Terhadap pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai, BI

berwenang mengenakan sanksi administratif:

teguran tertulis

denda berupa kewajiban membayar 1% dari nilai transaksi, maks. 1 milyar

Larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran

c) Terhadap pelanggaran kewajiban kuotasi dalam Rupiah dan kewajiban

penyampaian laporan dikenakan sanksi adminstratif berupa teguran tertulis

9. Ketentuan Peralihan

Perjanjian tertulis untuk transaksi nontunai yang disusun dalam valuta asing selain:

• transaksi yang dikecualikan; atau

• proyek infrastruktur strategis dan telah mendapatkan persetujuan BI

yang dibuat sebelum tanggal 1 Juli 2015, tetap berlaku sampai berakhirnya

perjanjian tersebut.

10. Masa Berlaku Kewajiban Penggunaan Rupiah

Ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai mulai berlaku sejak

diundangkannya UU Mata Uang tanggal 28 Juni 2011

Ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai mulai berlaku

pada tanggal 1 Juli 2015.

Korespondensi

Penyampaian permohonan untuk proyek infrastruktur strategis dan/atau surat menyurat:

Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran

Kompleks Perkantoran Bank Indonesia Gedung D lantai 5 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350

Informasi selengkapnya & informasi kurs acuan: Kunjungi website www.bi.go.id

Page 76: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

61

Membaiknya kinerja perekonomian pada triwulan laporan

menyebabkan masyarakat optimis terhadap kondisi

ketenagakerjaan dalam enam bulan ke depan.

Di tengah meningkatnya laju inflasi pada triwulan II-2015,

persepsi masyarakat mengenai kesejahteraan dirinya masih

positif walaupun sedikit lebih rendah dari triwulan I-2015.

5

Penginkatan

tenaga kerja Yoy

NTP Yoy

2,77%

-2,9%

“Optimisme kondisi ketenagakerjaan yang

disebabkan oleh kinerja perekonomian”

“Masjid Al Munawar, Ternate” Courtesy : iloveindonesian.files.wordpress.com

KESEJAHTERAAN

KETENAGAKERJAAN &

Page 77: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

62

KEUANGAN PEMERINTAH

5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan

Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2015 tercatat

sebesar 519 ribu jiwa atau meningkat 2,77% (yoy). Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara

yang bekerja pada akhir Februari 2015 tercatat mencapai 490.2 ribu jiwa. Perbaikan kinerja

pada sektor utama menyebabkan terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja

sebesar 3,23% (yoy).

Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2015

menunjukkan adanya perkembangan ke arah yang lebih baik. Seiring dengan

meningkatnya perekonomian di Provinsi Maluku Utara, pelaku usaha menilai penggunaan

tenaga kerjanya pada triwulan laporan lebih tinggi. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) di Provinsi Maluku Utara, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga

kerja menunjukkan angka positif yakni sebesar 3,62%. Tingginya pertumbuhan pada Sektor

Perdagangan Besar dan Eceran serta Sektor Pertambangan dan Penggalian ditengarai

mendorong penyerapan tenaga kerja pada triwulan laporan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 78: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

KEUANGAN PEMERINTAH

Grafik 5.1 SBT Indikator Tenaga Kerja

Masyarakat juga optimis bahwa penyerapan tenaga kerja pada periode mendatang

cukup baik. Optimisme ini tergambar dari hasil Survei Konsumen (SK). Persepsi masyarakat

terhadap ketenagakerjaan dalam enam bulan ke depan yang tercermin dari SBT SK pada

indeks ketersediaan lapangan kerja yang menunjukkan nilai yang positif yakni sebesar 110.

5.2 Nilai Tukar Petani (NTP)

Pada akhir triwulan II 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar

101,22, menurun 2,9% (yoy). Secara tahunan, kenaikan indeks yang diterima petani lebih

rendah daripada indeks yang dibayar petani sehingga terjadi penurunan NTP pada akhir

triwulan laporan. Penurunan NTP ini disebabkan oleh menurunnya harga komoditas pertanian

khususnya tanaman perkebunan akibat berlebihnya pasokan di pasar pada triwulan laporan. Di

lain sisi, Tingkat inflasi yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni 2,17% (qtq),

juga mendongkrak indeks yang dibayar petani sehingga tingkat kesejahteraan petani menurun

Turunnya NTP Malut didorong oleh hortikultura, perkebunan rakyat, dan

perikanan. Seiring dengan pergerakan laju inflasi yang meningkatkan indeks harga yang

dibayar petani serta berkurangnya indeks harga yang dibayar petani akibat banyaknya pasokan

di masa panen raya terutama dirasakan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. Surplus

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 79: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

64

KEUANGAN PEMERINTAH

suplai komoditas pertanian ini salah satunya dipengaruhi oleh panen raya beberapa komoditas

seperti cengkeh, biji pala, kelapa, dan sagu

.

Grafik 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara

NTP Maluku Utara memiliki nilai lebih tinggi daripada NTP Nasional. NTP tersebut

berada pada peringkat kelima di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara,

Papua dan Papua Barat). Pada Juni 2015, dari 10 provinsi di wilayah Sulampua, enam

provinsi mengalami peningkatan kesejahteraan petani yang ditandai dengan NTP di atas 100.

Sedangkan empat provinsi lain yaitu Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,

dan Papua terindikasi mengalami penurunan kesejahteraan petani dengan NTP yang lebih kecil

dari 100.

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 80: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

KEUANGAN PEMERINTAH

Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua

5.3 Persepsi Tingkat Kesejahteraan

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada September

2014 turun 0,92% (yoy) menjadi 84,79 ribu jiwa. Dengan perkembangan ini, persentase

penduduk miskin turun dari 7,64%pada September 2013 menjadi 7,41% pada September 2014.

Dengan demikian, persentase penduduk miskin di Maluku Utara selama enam tahun terakhir

(2009-2014) secara umum terus mengalami penurunan. Seiring dengan meningkatnya kinerja

sektor utama, kondisi kesejahteraan penduduk Maluku Utara selama semester I-2015

diperkirakan membaik.

Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Maluku Utara, diolah

Page 81: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

66

KEUANGAN PEMERINTAH

Berdasarkan hasil survei konsumen yang dilaksanakan Kantor Perwakilan BI Provinsi

Maluku Utara, di tengah meningkatnya laju inflasi persepsi masyarakat terhadap kesejahteraan

dirinya selama triwulan laporan masih berada pada tingkat positif. Indeks penghasilan saat ini

berdasarkan SK tercatat pada indeks yang cukup tinggi yakni 128 walaupun sedikit lebih rendah

dari triwulan sebelumnya yang mencapai 134.

.

Page 82: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

67

Perekonomian Malut pada triwulan III 2015 diperkirakan

tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan dan berada pada

kisaran 6,36% - 6,86% (yoy) dengan kecenderungan bias ke

bawah.

Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi

ke depan, inflasi pada triwulan III-2015 diproyeksikan pada

kisaran 8,03% ± 1% (yoy) lebih rendah dari triwulan laporan

yang mencapai 8,22% (yoy).

6 PROSPEK PEREKONOMIAN

Proyeksi

Ekonomi

Tw III

Proyeksi

Inflasi Tw III

6,36% -

6,86%

8,03%%

“Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan

terakselerasi dengan tekanan inflasi yang

melemah”

Page 83: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

68

PROSPEK PEREKONOMIAN >>

6.1 Prospek Pertumbuhan ekonomi

Perekonomian Malut pada triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari

triwulan laporan dan berada pada kisaran 6,36% - 6,86% (yoy) dengan kecenderungan

bias ke bawah. Dari sisi permintaan, PMTB dan pengeluaran pemerintah menjadi penggerak

utama ekonomi Malut diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, ekspor baik luar negeri

maupun antar daerah diprediksi masih tumbuh positif karena faktor baseline effect. Dari sisi

penawaran, sektor industri pengolahan, pertanian, dan pertambangan diprediksi akan tumbuh

meningkat menyusul melimpahnya produksi bahan baku pada triwulan laporan

Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Nasional Serta Proyeksinya

6.1.1 Sisi Permintaan

Pada triwulan III 2015, komponen sisi permintaan diproyeksikan tumbuh sedikit lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2014. Peningkatan terjadi terutama pada komponen

PMTB dan konsumsi pemerintah.

Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Untuk mengejar target realisasi APBD 2015, berbagai realisasi yang seharusnya

terlaksana pada triwulan I dan II 2015 akan dikejar seluruhnya pada triwulan III dan triwulan IV

2015 sehingga meningkatkan realisasi belanja pemerintah pusat maupun daerah. Adapun

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 84: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PROSPEK PEREKONOMIAN >>

fenomena ini akan didukung dengan formasi pemerintahan yang baru serta event seperti

Pilkada.

Komponen pembentukan modal tetap bruto pada triwulan III 2015 diperkirakan turut

serta menjadi faktor peningkatan pertumbuhan. Komponen ini akan tumbuh lebih cepat sebagai

implikasi dari perlambatan pada triwulan II akibat jatuhnya bulan Ramadhan pada bulan Juni.

Berbagai proyek yang harus selesai seusai target, akan memacu realisasi investasi yang pada

gilirannya akan meningkatkan perkembangan sektor tersebut pada periode yang memasuki

semester kedua ini. Berdasarkan hasil liaison beberapa proyek pembangkit listrik dan smelter

juga diperkirakan dimulai pada awal triwulan II-2015.

Di lain sisi, kinerja komponen konsumsi masyarakat diperkirakan sedikit melambat pada

triwulan ketiga 2015 usai dorongan permintaan yang cukup tinggi seiring dengan jatuhnya awal

musim liburan sekolah dan bulan Ramadhan. Peralihan preferensi konsumsi menjadi kegiatan

menabung serta investasi sedikit banyak akan berkontribusi bagi melambatnya intensitas

konsumsi masyarakat. Selain itu, faktor meningkatnya tekanan inflasi pada komodotas pangan

khususnya bulan Juli dan Agustus disinyalir turut serta menghambat pertumbuhan konsumsi

rumah tangga.

Sementara itu, net import yang terjadi pada neraca perdagangan Maluku Utara

diperkirakan kembali mengalami penurunan. Impor baik antar daerah maupun luar negeri

diperkirakan masih tumbuh tinggi karena adanya peningkatan kebutuhan untuk konsumsi

masyarakat dan investasi. Melambatnya net import lebih disebabkan karena meningkatnya

kinerja ekspor Maluku Utara. Ekspor luar negeri diperkirakan masih tumbuh positif akibat faktor

baseline effect (tingkat ekspor pada periode sama tahun sebelumnya sudah mengalami

penurunan yang sangat signifikan). Ekspor antar daerah juga diperkirakan meningkat seiring

meningkatnya produksi perikanan, tabama, dan pertambangan.

6.1.2 Sisi Penawaran

Pada triwulan II 2015, pertumbuhan akan didorong oleh sektor pertanian,

pertambangan, transportasi, industri pengolahan, administrasi pemerintah, serta sektor

pengadaan listrik dan gas. Sementara itu, sektor yang diperkirakan tumbuh melambat yakni

sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor informasi dan komunikasi.

Page 85: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

70

PROSPEK PEREKONOMIAN >>

Pertumbuhan sektor pertanian yang sedikit meningkat pada triwulan III 2015 merupakan

implikasi dari panen komoditas tabama, khusunya padi sawah. Dinas pertanian juga

memperkirakan adanya peningkatan produksi, meskipun adanya risiko El Nino.

Seiring dengan meningkatnya kinerja sektor pertanian, sektor industri pengolahan

Maluku Utara yang sebagian besar mengolah produk pertanian diperkirakan ikut terakselerasi.

Tingginya produksi ikan dan tabama turut serta meningkatkan produk hilirisasi pertanian seperti

pengolahan ikan, kopra, dan penggilingan padi.

Sektor pertambangan diperkirakan kembali mengalami akselerasi dengan adanya

baseline effect. Di samping itu, Mulai bangkitnya sektor pertambangan dengan hadirnya

pembangunan smelter juga menjadi cikal bakal pertumbuhan yang sedang berada di titik

terendah ini. Selain itu, karakteristik pertambangan yang seyogyanya dapat berproduksi dalam

kurun waktu yang lebih panjang, membuat pertumbuhan pada triwulan ini menjadi indikator

tingginya produksi pada triwulan III 2015.

Laju sektor administrasi pemerintah yang memiliki kinerja yang cukup baik pada triwulan

II, diperkirakan akan berlanjut dengan adanya beberapa event pemerintah seperti persiapan

pilkada serentak yang mulai gencar dilaksanakan saat ini. Ditambah dengan ketertinggalan

realisasi anggaran Pemda pada triwulan lalu, disinyalir akan meningkatkan pengeluaran sektor

pemerintahan pada sisa triwulan ini.

Grafik 6.2 Perkembangan Ekspektasi Kinerja Ekonomi

36.19%

48.06%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

II III IV I II III

2014 2015

SKDU

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Maluku Utara, diolah

Page 86: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

PROSPEK PEREKONOMIAN >>

Proyeksi meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi triwulan III-2015 juga terkonfirmasi

dari hasil SKDU. Ekspektasi pelaku usaha terhadap kinerja perekonomian triwulan mendatang

terindikasi meningkat. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi pelaku usaha tercatat

meningkat dari 36,19 menjadi 48,06.

6.2 Outlook Inflasi Daerah

Laju inflasi kota Ternate diperkirakan masih berada di dalam trend menurun.

Penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kondisi pasokan pangan strategis

yang relatif lebih baik dibandingkan tahun 2014. Panen padi dan beberapa tanaman

hortikultura diperkirakan terjadi pada akhir triwulan III 2015. Sementara itu, berdasarkan hasil

liaison, BMKG memperkirakan kondisi lautan pada triwulan mendatang relatif stabil sehingga

mendukung produktifitas penangkapan ikan. Dengan kondisi tersebut, tekanan dari kelompok

volatile food diperkirakan relatif berkurang.

Dari komponen inti, seiring berakhirnya puasa pada awal Juli, intensitas konsumsi

masyarakat selama sisa triwulan III 2015 diperkirakan berkurang dan lebih rendah dari periode

yang sama di tahun 2014. Harga emas juga diperkirakan mengalami penurunan. Sementara itu,

ekspektasi masyarakat terhadap inflasi juga terkendali. Kondisi ini terkonfirmasi dari hasil Survei

Konsumen di mana indeks pengeluaran 3 bulan mendatang turun dari 164 menjadi 160.

Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Kinerja Ekonomi

160.8

164.0

160.0

158.0

159.0

160.0

161.0

162.0

163.0

164.0

165.0

IV I II

2014 2015

Indeks Pengeluaran 3bulan mendatang

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Maluku Utara, diolah

Page 87: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI · sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

72

PROSPEK PEREKONOMIAN >>

Tekanan dari inflasi administered price juga diperkirakan relatif minimal. Pemerintah

belum ada rencana untuk menaikan kembali beberapa tarif komoditas administered price.

Harga BBM juga berpotensi diturunkan seiring dengan terus menurunnya harga minyak dunia

akibat berlebihnya stok di pasar internasional.

Walaupun berada di dalam trend menurun, masih terdapat beberapa faktor yang dapat

meningkatkan inflasi Kota Ternate. Efek melemahnya Rupiah diperkirakan dapat berdampak

pada penyesuaian produk impor, produk manufaktur berbahan baku impor, dan avtur pesawat.

Sementara itu, tekanan permintaan diperkirakan dapat meningkat khususnya di bulan

September 2015 dengan adanya hari raya Idul Adha yang pada tahun ini jatuh di triwulan III-

2015. Hari Raya Idul Adha biasanya diikuti dengan budaya syukuran untuk melepas calon

jemaah haji sehingga permintaan untuk bahan makanan tertentu biasanya meningkat. Potensi

inflasi lainnya juga datang dari dampak lanjutan kenaikan tarif PLN golongan tertentu pada Juni

2015 yang lalu. Kebijakan ini dapat berdampak pada kenaikan tarif sewa rumah, pendidikan,

ataupun jasa lainnya. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi ke

depan, inflasi pada triwulan III-2015 diproyeksikan pada kisaran 8,03% ± 1% (yoy) lebih

rendah dari triwulan laporan yang mencapai 8,22% (yoy).