kajian provinsi maluku utara - bank indonesia · pelaksana kebijakan bank indonesia dan tugas-tugas...

90

Upload: others

Post on 30-Jan-2020

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN

REGIONAL

KANTOR PERWAKILAN

LAPORAN TRIWULANAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI MALUKU UTARA

Jl. Jos Sudarso No.1 TenateTelp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

KEUANGAN

PROVINSI MALUKU UTARA

“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercayasecara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai

yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui

pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembanganstabilitas s

TUGAS BANK INDONESIA

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,

2. Mengatur dan menjaga kelancaran s3. Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada :

Redaksi :

Unit Kajian, Statistik,Kantor Perwakilan

Jl. Jos Sudarso No. 1, TernateTelp : (0921)

Fax : (0921)

VISI BANK INDONESIA

Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercayasecara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

MISI BANK INDONESIA

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui

pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembanganstabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang

negara Indonesia yang berkesinambungan”

TUGAS BANK INDONESIA(Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,

Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada :

Kajian, Statistik, dan SurveyPerwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate(0921) 3121217

(0921) 3124017

Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercayanilai strategis

yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui

pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembanganstem keuangan untuk pembangunan jangka panjang

stem pembayaran,

i

KATA PENGANTAR

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan

kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan

mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah

merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai

pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Bank

Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu

produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan

Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi

Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah

untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan

dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran

serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di

waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan

penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, Februari 2014KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI

MALUKU UTARA

BudiyonoKepala Perwakilan

ii

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR IDAFTAR ISI iii

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA v

RINGKASAN EKSEKUTIF vii

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 11.1 Kondisi Umum 11.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 21.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 12

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 212.1 Gambaran Umum 212.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 222.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 27

BOKS I PERILAKU VOLATILE FOOD DAN INFLASI UMUM KOTA TERNATE 33

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 373.1 Gambaran Umum 373.2 Perkembangan Aset Bank Umum 373.3 Penghimpunan Dana Bank Umum 383.4 Penyaluran Kredit 393.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 403.6 Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 403.7 Perkembangan Bank Syariah 413.8 Perkembangan BPR dan BPRS 42

BOKS II FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA 45

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 514.1 Gambaran Umum 514.2 Pendapatan Daerah 524.3 Belanja Daerah 534.4 Defisit dan Pembiayaan 56

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 575.1 Kondisi Umum 575.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 575.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 61

iv

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 656.1 Kondisi Umum 656.2 Perkembangan Ketenagakerjaan 656.3 Pengangguran 676.4 Nilai Tukar Petani (NTP) 686.5 Tingkat Kemiskinan 71

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 737.1 Prospek Perekonomian Makro 737.2 Prospek Inflasi Daerah 757.3 Prospek Perbankan 76

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN

PROVINSI MALUKU UTARA

A. Inflasi dan PDRB

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4MAKRO

Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 133.20 134,73 135.68 136.87 138.49 138.68 148.78 150.25

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 4.5 4.3 3.9 3.3 4.0 2.9 9.66 9.78

PDRB - harga konstan (Milyar Rp) 837.07 851.22 874.48 882.73 887.45 905.45 923.30 940.11- Pertanian 279.7 284.5 287.8 287.8 289.5 288.9 292.2 292.2- Pertambangan & Penggalian 33.79 31.92 32.87 33.86 33.91 33.38 33.35 34.37- Industri Pengolahan 97.13 98.30 99.38 98.21 100.25 102.88 104.50 106.02- Listrik, Gas & Air Bersih 3.98 4.05 4.15 4.23 4.18 4.31 4.35 4.48- Bangunan 16.33 17.03 17.56 17.78 17.31 17.63 17.93 18.44- Perdagangan, Hotel & Restoran 241.55 246.61 259.41 265.32 268.65 280.00 288.35 297.33- Pengangkutan & Komunikasi 67.71 69.06 71.04 72.03 71.74 72.45 73.94 75.11- Keuangan, Persewaaan & Jasa 30.88 31.45 32.29 32.32 32.33 33.58 34.38 35.47- Jasa 65.95 68.28 70.02 71.22 69.61 72.37 74.32 76.66

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 7.3 7.3 6.3 5.8 6.02 6.37 5.58 6.50

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 0.17 0.09 0.11 0.18 0.19 0.18 0.15 0.20Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 3.86 1.89 2.36 4.56 4.62 1.36 3.93 6.38Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 0.0034 0.0058 0.0000 0.0009 0.0002 0.0020 0.0016 0.0008Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0.0014 0.0037 0.0000 0.0013 0.0000 0.0043 0.0017 0.0010

TAHUN 2013TAHUN 2012INDIKATOR

B. Perbankan

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4PERBANKANBank Umum:Total Aset (Rp milyar) 5072.350138 5266.306035 5,477.92 5,791.38 5,906.48 5,959.34 6262.19 6602.52DPK (Rp milyar) 4,313.00 4,352.70 4,461.72 4,424.58 4,792.54 4,743.51 4,923.28 4,830.80- Tabungan 2,021.02 2,253.16 2,351.96 2,737.29 2,513.83 2,598.37 2,786.21 3,170.73- Giro 1,521.24 1,341.48 1,323.81 865.03 1,390.55 1,282.53 1,290.50 779.16- Deposito 770.74 758.06 785.95 822.26 888.16 862.61 846.56 880.90

Kredit (Rp milyar) 3299.827979 3552.11225 3,708.30 3,864.23 4,025.03 4,375.88 4508.428 4,631.48- Modal Kerja 1119.042333 1356.446131 1,164.32 1,169.31 1,185.19 1,278.99 1278.4552 1,295.95- Konsumsi 300.2819155 330.1432419 2,196.47 2,334.80 2,469.36 2,623.35 479.14931 483.46- Investasi 1880.503731 1865.522877 347.51 360.13 370.48 473.54 2750.8235 2,852.07

LDR 76.51 81.61 83.1 87.3 84.0 92.2 91.57 95.87

Kredit UMKM (Rp milyar)Kredit Mikro (Rp milyar) 254.13 405.79 222.32 224.39 235.73 255.97 249.11 266.43- Modal Kerja 214.80 363.65 175.05 180.25 190.67 191.63 184.57 199.01

- Konsumsi - - - - - - - -- Investasi 39.33 42.15 47.27 44.14 45.06 64.34 64.54 67.42

Kredit Kecil (Rp milyar) 650.16 810.30 761.40 805.70 790.40 840.55 820.45 830.03- Modal Kerja 589.35 614.76 575.70 613.33 594.57 595.76 580.44 591.66

- Konsumsi 8.05 0.14 - - - - - -- Investasi 52.75 195.40 185.70 192.37 195.83 244.79 240.01 238.37

Kredit Menengah (Rp milyar) 242.57 299.90 273.13 260.39 282.47 335.78 347.74 355.90- Modal Kerja 204.20 242.16 217.98 191.21 211.85 248.75 256.98 262.53

- Konsumsi - - - - - - - -- Investasi 38.37 57.73 55.15 69.18 70.62 87.03 90.76 93.37

Total Kredit MKM (Rp milyar) 1,275.70 1,250.02 1,256.85 1,290.48 1,308.60 1,432.30 1,417.30 1452.35NPL MKM gross (%) 1.9 2.2 4.1 3.8 5.5 5.6 6.6 6.4Keterangan:Definisi UMKM mengikuti skala usaha berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM

TAHUN 2013TAHUN 2012INDIKATOR

Ringkasan Eksekutif vii

Ringkasan Eksekutif

GAMBARAN UMUM

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara atas dasar harga konstan

pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp 940,11 milyar rupiah, tumbuh 6,5% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini berada diatas

pertumbuhan tahunan nasional yang tercatat sebesar 5,78% (yoy). Jika

dibandingkan triwulan III-2013 pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan

adalah 1,82% (qtq). Secara aggregat selama tahun 2013, Maluku Utara berhasil

membukukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,12% dengan total

nominal sebesar Rp. 3.65 triliun.

Laju kenaikan harga barang dan jasa Maluku Utara yang direpresentasikan oleh

Kota Ternate mengalami peningkatan selama triwulan IV-2013. Secara tahunan,

terlihat terjadi volatilitas yang cukup besar tingkat inflasi di kota ternate selama

tahun 2013 dengan posisi di penghujung tahun sebesar 9,78% (yoy), jauh lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,29% (yoy).

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya

digerakkan oleh seluruh aspek perekonomian. Namun jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, beberapa sektor mengalami perlambatan

seperti halnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang melambat tipis di

penghujung tahun sebesar -0,02% (qtq) kemudian diikuti oleh

pembentukan modal tetap bruto (-0,40%) serta ekspor barang dan jasa (-

1,62%, qtq). Sementara itu, pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba

dan pengeluaran konsumsi pemerintah terakselerasi pertumbuhannya

masing-masing sebesar 1,01% (qtq) dan 1,95% (qtq).

Ringkasan Eksekutif viii

INFLASI REGIONAL

Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan (yoy) di Maluku Utara yang

direpresentasikan oleh Kota Ternate mengalami peningkatan pada triwulan

IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (yoy), jauh lebih tinggi jika

dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu

sebesar 3,29% (yoy). Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga

terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua

(Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing-masing tercatat

sebesar 8,38% (yoy) dan 7.02% (yoy).

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2013

menunjukan perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun

secara keuangan. Aset perbankan pada triwulan laporan tercatat

mengalami kenaikan yang juga diiringi oleh kenaikan penghimpunan dana

pihak ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan. Pada triwulan laporan tingkat

pertumbuhan penyaluran dana tercatat lebih tinggi dibandingkan

penghimpunan DPK sehingga mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR)

meningkat. Peningkatan penyaluran kredit ini juga diiringi peningkatan rasio

Non Performing Loan’s (NPL) yang sedikit meningkat, namun demikian rasio

ini masih berada didalam batas aman yang ditetapkan. Secara kelembagaan,

terdapat penambahan jaringan kantor setingkat kantor cabang pembantu

bank umum sebanyak dua kantor, selain itu juga satu kantor pusat BPRS

dan satu kantor cabang BPR sedang dalam proses perizinan. Dengan

penambahan jaringan kantor tersebut diharapkan masyarakat bisa lebih

mudah mengakses layanan perbankan.

KEUANGAN DAERAH

Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target

pendapatan dalam APBD sebesar Rp. 1,3 triliun, meningkat 17,9% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, target belanja di tahun

2013 sebesar Rp. 1,40 triliun atau meningkat 20% (yoy) dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, pada tahun 2013 akan terjadi

Ringkasan Eksekutif ix

defisit anggaran sebesar Rp. 77,1 miliar yang meningkat sebesar 71,3%

(yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

SISTEM PEMBAYARAN

Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan net

Outflow yang berarti uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas

keliling) lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk ke

khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (setoran,

penukaran, kas keliling). Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat

1.631.445 lembar uang tidak layak edar (UTLE) yang masuk ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar

74,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau

turun 36,03% dibandingkan triwulan III 2013.

TENAGA KERJA

Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2013

menunjukkan perbaikan jika dibandingkan dengan data Agustus 2012 dan

Februari 2013. Hal ini tercermin dari adanya kenaikan jumlah penduduk

umur 15 tahun keatas yang diikuti oleh koreksi jumlah pengangguran yang

cukup signifikan. Disisi lain, terjadi penurunan jumlah angkatan kerja dan

partisipasi kerja pada periode laporan dibandingkan dengan data Agustus

tahun sebelumnya.

.

PROSPEK EKONOMI REGIONAL

Menyambut tahun 2014, Provinsi Maluku Utara masih diperkirakan

tumbuh pada level 7,3%±1 (yoy). Sumber pertumbuhan diawal tahun

2014 diperkirakan masih berasal dari tiga sektor utama yaitu sektor

pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor

industri pengolahan. Sementara itu, sektor pertambangan yang

digadangkan menjadi salah satu sektor utama di masa yang akan

datang diperkirakan akan mengalami pukulan keras dari

pemberlakuan UUD Minerba tahun 2009 oleh pemerintah pusat.

Ringkasan Eksekutif x

Tekanan inflasi Kota Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara

diperkirakan akan meningkat sepanjang triwulan I 2014 dibandingkan

dengan data historisnya yaitu dikisaran 9,7%±1 (yoy). Walaupun

demikian, kondisi perekonomian Maluku Utara yang diperkirakan

masih mampu untuk tumbuh diatas 5% akan mendorong

pertumbuhan perbankan dikisaran 20% (yoy). Dana Pihak Ketiga

(DPK) diperkirakan akan tumbuh dikisaran 15% (yoy) sejalan dengan

dipertahankannya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 7,5%.

1.1 Kondisi Umum

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada

triwulan IV 2013 tercatat sebesar Rp. 940,11 miliar, naik cukup tinggi sebesar 6.5% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian

diatas rata-rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir (2002

yang tercatat pada level 5,2%. Selain

tahun ini masih berada diatas pertumbuhan ekonom

Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, Maluku Utara mencatatkan pertumbuhan

ekonomi sebesar 1,82% (qtq

membukukan rata-rata pertumbuhan ekonomi

3.65 triliun.

Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya digerakkan oleh seluruh

aspek perekonomian. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, beberapa sektor

mengalami perlambatan seperti halnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mela

di penghujung tahun sebesar -

-

100,000.0

200,000.0

300,000.0

400,000.0

500,000.0

600,000.0

700,000.0

800,000.0

900,000.0

1,000,000.0

BAB I. PERKEMBANGAN

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada

triwulan IV 2013 tercatat sebesar Rp. 940,11 miliar, naik cukup tinggi sebesar 6.5% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian

rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir (2002

yang tercatat pada level 5,2%. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara di penghujung

tahun ini masih berada diatas pertumbuhan ekonomi Nasional yang tercatat sebesar 5,78% (

Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, Maluku Utara mencatatkan pertumbuhan

qtq). Secara aggregat selama tahun 2013, Maluku Utara berhasil

rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,12% dengan total nominal sebesar Rp.

Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya digerakkan oleh seluruh

aspek perekonomian. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, beberapa sektor

mengalami perlambatan seperti halnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mela

-0,02% (qtq) kemudian diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto

-

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

10.0

100,000.0

200,000.0

300,000.0

400,000.0

500,000.0

600,000.0

700,000.0

800,000.0

900,000.0

1,000,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013

PDRB g_PDRB_yoy (aksis kanan)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Grafik 1.1Perkembangan PDRB Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

1

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada

triwulan IV 2013 tercatat sebesar Rp. 940,11 miliar, naik cukup tinggi sebesar 6.5% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan perekonomian Maluku Utara berada

rata pertumbuhannya selama lebih dari satu dekade terakhir (2002 – triwulan III 2013)

itu, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara di penghujung

onal yang tercatat sebesar 5,78% (yoy).

Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, Maluku Utara mencatatkan pertumbuhan

). Secara aggregat selama tahun 2013, Maluku Utara berhasil

sebesar 6,12% dengan total nominal sebesar Rp.

Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi utamanya digerakkan oleh seluruh

aspek perekonomian. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, beberapa sektor

mengalami perlambatan seperti halnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang melambat tipis

) kemudian diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

10.0

(-0,40%) serta ekspor barang dan jasa (

lembaga swasta nirlaba dan pengeluaran konsumsi pemer

masing-masing sebesar 1,01% (

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sebesar 6,5% (

perdagangan, hotel dan restoran (PHR)

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

Proses pemungutan suara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara (PILKADA)

berlangsung dengan aman dan lancar serta tidak ada kejadian

mengganggu kestabilan sosial budaya

perekonomian yang tinggi di triwulan akhir 2013

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan

masih didominasi oleh konsumsi

memiliki peran yang cukup besar

pembentukan modal tetap bruto/inve

sebesar 24,2%, kemudian impor dan perubahan stok yang menjadi komponen pengurang PDRB

masing-masing memiliki pangsa sebesar 2

Konsumsi lembaga swasta nirlaba mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi di triwulan IV 2013

sebesar 10,05% (yoy) namun dikarenakan pangsanya yang masih kecil sehingga andil yang

PembentukanModal TetapBruto, 10.3

PerubahanStok &

DiskrepansiStatistik, (8.7)

Ekspor Barangdan Jasa, 24.2

Sumber : B

BAB II. PERKEMBANGAN

) serta ekspor barang dan jasa (-1,62%, qtq). Sementara itu, pengeluaran konsumsi

lembaga swasta nirlaba dan pengeluaran konsumsi pemerintah terakselerasi pertumbuhannya

masing sebesar 1,01% (qtq) dan 1,95% (qtq).

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sebesar 6,5% (

perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang melesat 12,06% (yoy) kemudian d

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (9,74%, yoy) dan industri pengolahan (7,95%,

Proses pemungutan suara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara (PILKADA)

berlangsung dengan aman dan lancar serta tidak ada kejadian force m

mengganggu kestabilan sosial budaya di Maluku Utara sehingga mendukung lancarnya kegiatan

di triwulan akhir 2013.

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan

masih didominasi oleh konsumsi masyarakat dengan pangsa 68,3%. Konsumsi pemerintah juga

cukup besar dengan pangsa sebesar 32,2%. Sementara itu

pembentukan modal tetap bruto/investasi (PMTB) memiliki pangsa 10,3%. E

%, kemudian impor dan perubahan stok yang menjadi komponen pengurang PDRB

asing memiliki pangsa sebesar 26,2% dan 8,7%.

Konsumsi lembaga swasta nirlaba mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi di triwulan IV 2013

) namun dikarenakan pangsanya yang masih kecil sehingga andil yang

PengeluaranKonsumsi

RumahTangga, 67.5

PengeluaranKonsumsiLembagaSwasta

Nirlaba, 0.7

PengeluaranKonsumsi

Pemerintah, 32.2

PembentukanModal TetapBruto, 10.3

Perubahan

DiskrepansiStatistik, (8.7)

Ekspor Barangdan Jasa, 24.2

DikurangiImpor Barangdan Jasa, 26.2

Grafik 1.2Struktur PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

2

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

. Sementara itu, pengeluaran konsumsi

intah terakselerasi pertumbuhannya

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sebesar 6,5% (yoy) ini dimotori oleh

) kemudian disusul oleh

) dan industri pengolahan (7,95%, yoy).

Proses pemungutan suara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara (PILKADA)

force major lainnya yang

Maluku Utara sehingga mendukung lancarnya kegiatan

Struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan IV 2013

Konsumsi pemerintah juga

%. Sementara itu kegiatan

%. Ekspor memiliki pangsa

%, kemudian impor dan perubahan stok yang menjadi komponen pengurang PDRB

Konsumsi lembaga swasta nirlaba mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi di triwulan IV 2013

) namun dikarenakan pangsanya yang masih kecil sehingga andil yang

PengeluaranKonsumsi

Tangga, 67.5

PengeluaranKonsumsi

Nirlaba, 0.7

diberikan sangat terbatas yaitu sebesar

memiliki andil terbesar (67,5%) kepada PDRB Maluku Utara mencatatkan angka pertumbuhan

sebesar 6,37% (yoy). Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar perekonomian Maluku Utara

dari sisi permintaan masih me

terkonfirmasi dengan terakselerasinya pertumbuhan tahunan impor yang tercatat sebesar 8,98%

(yoy), lebih tinggi 0,78% (qtq

sebelumnya. Selain itu, naiknya laju pertumbuhan impor juga berarti

ketergantungan Maluku Utara terhadap barang

Kenaikan konsumsi ini juga ditandai oleh

karena digunakan untuk konsumsi internal daerah yang melonjak di penghujung tahun.

1.2.1 Konsumsi

Pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan masih terjaga pada

dan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi masyarakat yang terdiri dari

konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 6,4% (

dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Be

konsumsi masyarakat adalah

sipil atau PNS), perayaan hari raya natal, liburan tahun baru serta

walaupun andil yang diberikan

masyarakat secara aggregat di triwulan laporan

Berdasarkan indeks tendensi konsumen

dapat diartikan bahwa kondisi ekonomi masyarakat mening

konsumen turun tipis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka

Komponen

Konsumsi MasyarakatKonsumsi PemerintahPMTBEksporDikurangi ImporPDRB

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

diberikan sangat terbatas yaitu sebesar 0,7%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang

memiliki andil terbesar (67,5%) kepada PDRB Maluku Utara mencatatkan angka pertumbuhan

. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar perekonomian Maluku Utara

dari sisi permintaan masih mengandalkan tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Hal ini

terkonfirmasi dengan terakselerasinya pertumbuhan tahunan impor yang tercatat sebesar 8,98%

qtq) jika dibandingkan dengan laju pertumbuhannya di triwulan

n itu, naiknya laju pertumbuhan impor juga berarti

ketergantungan Maluku Utara terhadap barang-barang impor dalam pemenuhan kebutuhannya.

Kenaikan konsumsi ini juga ditandai oleh turunnya laju pertumbuhan ekspor barang dan jasa

kan untuk konsumsi internal daerah yang melonjak di penghujung tahun.

Pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan masih terjaga pada

dan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi masyarakat yang terdiri dari

konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 6,4% (

dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Beberapa faktor yang memicu pertumbuhan

adalah naiknya pendapatan masyarakat (penyesuaian gaji pegawai negeri

perayaan hari raya natal, liburan tahun baru serta pelaksanaan PILKADA Malut 2013

walaupun andil yang diberikan ketiga faktor terakhir kurang signifikan terhadap konsumsi

di triwulan laporan.

Berdasarkan indeks tendensi konsumen (ITK) di triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 110,83,

kondisi ekonomi masyarakat meningkat namun tingkat optimisme

konsumen turun tipis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka

KomponenPertumbuhan

(yoy )Kontribusi

(%)

Konsumsi Masyarakat 6.4 68.3Konsumsi Pemerintah 6.1 32.2

4.9 10.31.2 24.2

Dikurangi Impor 9.0 26.26.5 6.5

Tabel 1.1Struktur PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

3

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

0,7%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang

memiliki andil terbesar (67,5%) kepada PDRB Maluku Utara mencatatkan angka pertumbuhan

. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar perekonomian Maluku Utara

ngandalkan tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Hal ini

terkonfirmasi dengan terakselerasinya pertumbuhan tahunan impor yang tercatat sebesar 8,98%

) jika dibandingkan dengan laju pertumbuhannya di triwulan

n itu, naiknya laju pertumbuhan impor juga berarti semakin tinggi

barang impor dalam pemenuhan kebutuhannya.

turunnya laju pertumbuhan ekspor barang dan jasa

kan untuk konsumsi internal daerah yang melonjak di penghujung tahun.

Pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan masih terjaga pada tingkat yang baik

dan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi masyarakat yang terdiri dari

konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 6,4% (yoy), sama

berapa faktor yang memicu pertumbuhan

naiknya pendapatan masyarakat (penyesuaian gaji pegawai negeri

pelaksanaan PILKADA Malut 2013

kurang signifikan terhadap konsumsi

di triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 110,83,

kat namun tingkat optimisme

konsumen turun tipis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka

Kontribusi

113,23. Selain itu, peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didorong oleh peningkatan indeks

penerimaan rumah tangga (IPRT) saat ini seb

Konsumsi masyarakat yang tumbuh positif ini juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang

disalurkan oleh perbankan dimana kredit konsumsi tercatat tumbuh signifikan sebesar

(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

namun melambat jika dibandingkan dengan

sebesar 29,89% (yoy)..

Sementara itu, nilai tukar petani (NTP)

tercatat sebesar 100,59 pada akhir triwulan laporan atau turun tipis

-

100,000.0

200,000.0

300,000.0

400,000.0

500,000.0

600,000.0

700,000.0

800,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Kons. Masyarakat g_Kons. Masyarakat_yoy (aksis kanan)

102.47

103.63

110.10

103.82

104.98

109.67

111.15

102.17

95.00

97.00

99.00

101.00

103.00

105.00

107.00

109.00

111.00

113.00

I II III IV I II III

2011 2012

Grafik 1.3Perkembangan Konsumsi Masyarakat

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.5Indeks Penadpatan Rumah Tangga (IPRT)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

113,23. Selain itu, peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didorong oleh peningkatan indeks

penerimaan rumah tangga (IPRT) saat ini sebesar 111,04.

Konsumsi masyarakat yang tumbuh positif ini juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang

disalurkan oleh perbankan dimana kredit konsumsi tercatat tumbuh signifikan sebesar

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,31% (

namun melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang

Sementara itu, nilai tukar petani (NTP) sebagai gambaran tingkat daya beli petani di Maluku Utara

tercatat sebesar 100,59 pada akhir triwulan laporan atau turun tipis

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

I II III IV I II III IV

2012 2013

g_Kons. Masyarakat_yoy (aksis kanan)

102.4

105.3

110.4

106.6107.18

108.6

111.7

95

97

99

101

103

105

107

109

111

113

115

I II III IV I II

2011 2012

102.17101.88

106.87

112.8111.04

IV I II III IV

2013

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2011 2012

Kredit Konsumsi g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.3Perkembangan Konsumsi Masyarakat

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.4Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Indeks Penadpatan Rumah Tangga (IPRT)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.6Perkembangan Kredit Konsumsi

4

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

113,23. Selain itu, peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini didorong oleh peningkatan indeks

Konsumsi masyarakat yang tumbuh positif ini juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang

disalurkan oleh perbankan dimana kredit konsumsi tercatat tumbuh signifikan sebesar 22,16%

yang tumbuh sebesar 21,31% (yoy)

periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh

sebagai gambaran tingkat daya beli petani di Maluku Utara

tercatat sebesar 100,59 pada akhir triwulan laporan atau turun tipis sebesar 0,9% (yoy)

111.7

107.8

102.5

107.2

113.2

110.8

III IV I II III IV

2012 2013

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

50.00%

9 11 1 3 5 7 9 11

2013

g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.4Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.6Perkembangan Kredit Konsumsi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat pada

lain, pertumbuhan konsumsi di Maluku Utara digerakkan oleh masyarakat baik di daerah perkotaan

maupun di pedesaan.

Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat di Maluku Utara juga terlihat dari pergerakan kegiatan

bongkar muat di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar

luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung (Manado).

97.00

98.00

99.00

100.00

101.00

102.00

103.00

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2011 2012

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.8Volume Bongkar Bahan Makanan (Ton/M

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

BAB II. PERKEMBANGAN

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat pada level 101,55. Dengan kata

lain, pertumbuhan konsumsi di Maluku Utara digerakkan oleh masyarakat baik di daerah perkotaan

Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat di Maluku Utara juga terlihat dari pergerakan kegiatan

bongkar muat di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar komoditas yang dikirim dari

luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung (Manado).

-2.0%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

97.00

98.00

99.00

100.00

101.00

102.00

103.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2011 2012 2013

NTP g_yoy (aksis kanan)

11 1 3 5 7 9 11

2013

0

100

200

300

400

500

600

700

1 3 5 7 9 11 1 3 5

2011 2012

Grafik 1.7Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Volume Bongkar Bahan Makanan (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

Grafik 1.9Volume Bongkar Telur (Ton/M

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

5

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

level 101,55. Dengan kata

lain, pertumbuhan konsumsi di Maluku Utara digerakkan oleh masyarakat baik di daerah perkotaan

Meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat di Maluku Utara juga terlihat dari pergerakan kegiatan

komoditas yang dikirim dari

7 9 11 1 3 5 7 9 11

2012 2013

1.9Volume Bongkar Telur (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV 2013 masih

terjaga pada tingkat yang cukup tinggi

sepanjang tahun 2013 namun secara nominal terpantau adanya kenaikan investasi di Maluku

Utara. jika pada triwulan III 2013 PMTB Maluku Utara tumbuh sebesar 5,2% (

triwulan IV 2013 tumbuh melambat di angka 4,9% (

banyak digerakkan oleh pembangunan infrastruktur hampir diseluruh wilayah provinsi Maluku

Utara dalam rangka mendukung program MP3EI baik infrastruktur dasar seperti jembatan dan jalan

raya ataupun fasilitas pendukung transportasi

mengingat kondisi geografis Maluku Utara yang berupa kepulauan.

pembangunan yang dilakukan adalah finalisasi jalan lingkar Pulau Morotai, pembangunan jalan

0

200

400

600

800

1000

1200

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2011 2012

-3000

2000

7000

12000

17000

22000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2011 2012

Grafik 1.10Volume Bongkar Minuman Ringan (Ton/M

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

Grafik 1.12Volume Bongkar Beras Umum Non Dolog (Ton/M

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

BAB II. PERKEMBANGAN

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV 2013 masih

terjaga pada tingkat yang cukup tinggi, walaupun mengalami perlambatan di setiap

sepanjang tahun 2013 namun secara nominal terpantau adanya kenaikan investasi di Maluku

Utara. jika pada triwulan III 2013 PMTB Maluku Utara tumbuh sebesar 5,2% (

triwulan IV 2013 tumbuh melambat di angka 4,9% (yoy). kegiatan investasi pada triwulan laporan

banyak digerakkan oleh pembangunan infrastruktur hampir diseluruh wilayah provinsi Maluku

Utara dalam rangka mendukung program MP3EI baik infrastruktur dasar seperti jembatan dan jalan

raya ataupun fasilitas pendukung transportasi lainnya seperti pelabuhan yang perannya cukup vital

mengingat kondisi geografis Maluku Utara yang berupa kepulauan.

pembangunan yang dilakukan adalah finalisasi jalan lingkar Pulau Morotai, pembangunan jalan

11 1 3 5 7 9 11

2013

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

1 3 5 7 9 11 1 3 5

2011 2012

9 11 1 3 5 7 9 11

2012 2013

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

1 3 5 7 9 11 1 3

2011

Volume Bongkar Minuman Ringan (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

Grafik 1.Volume Bongkar Bawang (Ton/M

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

Grafik 1.12Volume Bongkar Beras Umum Non Dolog (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

Grafik 1.Total Volume Bongkar (Ton/M

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

6

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV 2013 masih

, walaupun mengalami perlambatan di setiap triwulan

sepanjang tahun 2013 namun secara nominal terpantau adanya kenaikan investasi di Maluku

Utara. jika pada triwulan III 2013 PMTB Maluku Utara tumbuh sebesar 5,2% (yoy), maka pada

asi pada triwulan laporan

banyak digerakkan oleh pembangunan infrastruktur hampir diseluruh wilayah provinsi Maluku

Utara dalam rangka mendukung program MP3EI baik infrastruktur dasar seperti jembatan dan jalan

lainnya seperti pelabuhan yang perannya cukup vital

mengingat kondisi geografis Maluku Utara yang berupa kepulauan. Beberapa kegiatan

pembangunan yang dilakukan adalah finalisasi jalan lingkar Pulau Morotai, pembangunan jalan

7 9 11 1 3 5 7 9 11

2012 2013

5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2012 2013

Grafik 1.11Volume Bongkar Bawang (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

Grafik 1.13Total Volume Bongkar (Ton/M3)

Sumber : PT Pelindo Cabang Ternate

raya Sofifi – Tobelo, perpanjangan

pusat perbelanjaan baru di daerah Tapak Kota Ternate, serta berbagai kegiatan pembangunan

lainnya di seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara.

Selain itu, pertumbuhan investasi di Maluku Utara juga tercermin dari perkembangan kredit

investasi yang disalurkan perbankan hingga Desember 2013 yang tercatat sebesar Rp. 483,46 miliar

atau naik signifikan sebesar 34,25% (

sebelumnya. Pada triwulan laporan,

17,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini turut

mengkonfirmasi pertumbuhan positif kegiatan investasi dan pembangunan di Maluku Utara baik

yang berupa fisik maupun non fisik.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

-

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1

2011 2012

Kredit Investasi g_yoy (aksis kanan)

Perkembangan Investasi di Maluku

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.15Perkembangan Kredit Investasi

BAB II. PERKEMBANGAN

angan run way bandara Baabullah, pembangunan dan pengoperasian

pusat perbelanjaan baru di daerah Tapak Kota Ternate, serta berbagai kegiatan pembangunan

lainnya di seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara.

Selain itu, pertumbuhan investasi di Maluku Utara juga tercermin dari perkembangan kredit

investasi yang disalurkan perbankan hingga Desember 2013 yang tercatat sebesar Rp. 483,46 miliar

atau naik signifikan sebesar 34,25% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun

Pada triwulan laporan, volume pengadaan semen di Maluku

jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini turut

mengkonfirmasi pertumbuhan positif kegiatan investasi dan pembangunan di Maluku Utara baik

yang berupa fisik maupun non fisik.

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

16.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

PMTB g_yoy (aksis kanan)

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

1 3 5 7 9 11

2013

g_yoy (aksis kanan)

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

1 3 5 7 9 11 1 3

2012

Konsumsi Semen

Grafik 1.14Perkembangan Investasi di Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Perkembangan Kredit InvestasiGrafik 1.16

Perkembangan Konsumsi Semen

Sumber : ASI

7

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

bandara Baabullah, pembangunan dan pengoperasian

pusat perbelanjaan baru di daerah Tapak Kota Ternate, serta berbagai kegiatan pembangunan

Selain itu, pertumbuhan investasi di Maluku Utara juga tercermin dari perkembangan kredit

investasi yang disalurkan perbankan hingga Desember 2013 yang tercatat sebesar Rp. 483,46 miliar

) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun

volume pengadaan semen di Maluku Utara naik sebesar

jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini turut

mengkonfirmasi pertumbuhan positif kegiatan investasi dan pembangunan di Maluku Utara baik

-100.0%

0.0%

100.0%

200.0%

300.0%

400.0%

500.0%

3 5 7 9 11

2013

g_yoy (aksis kanan)

16Perkembangan Konsumsi Semen

1.2.3 Pengeluaran Pemerintah

Kinerja pengeluaran pemerintah pada triwulan IV 2013 tumbuh sebesar

sebesar 1,95 poin jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar

pengeluaran pemerintah ini juga terjadi jika dilihat dari data triwulanannya (

3,83% (qtq), lebih tinggi jika dibandingkan triwulan III 2013 yan

Penghujung tahun merupakan jadwal penyelesaian berbagai proyek pembangunan pemerintah

baik yang dibiayai melalui APBD maupun APBN sehingga p

terjadi di triwulan laporan. Hal ini mendorong n

tahun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Peningkatan belanja pemerintah secara triwulanan juga terlihat dari perkembangan saldo giro

pemerintah di perbankan, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota. Pada triwulan IV

2013, jumlah saldo pemerintah di perbankan mengalami penurunan sebesar

dibandingkan triwulan sebelumnya atau 48,97% (

sama tahun sebelumnya. Semakin

pengeluaran belanja pemerintah daerah

lebih rendah dibandingkan tahun lalu

dibandingkan tahun sebelumnya.

1.2.4 Kegiata Ekspor – Impor

Kinerja ekspor dan impor di penghujung tahun 2013

walaupun hingga akhir tahun tercatat

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 2012

Kons. Pemerintah g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.17Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

1.2.3 Pengeluaran Pemerintah

Kinerja pengeluaran pemerintah pada triwulan IV 2013 tumbuh sebesar 6,03% (

sebesar 1,95 poin jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,07% (

pengeluaran pemerintah ini juga terjadi jika dilihat dari data triwulanannya (

), lebih tinggi jika dibandingkan triwulan III 2013 yang berada pada posisi 1,95% (

Penghujung tahun merupakan jadwal penyelesaian berbagai proyek pembangunan pemerintah

baik yang dibiayai melalui APBD maupun APBN sehingga pembayaran cermin kedua kontraktor

terjadi di triwulan laporan. Hal ini mendorong naiknya realisasi pengeluaran pemerintah di akhir

tahun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

pemerintah secara triwulanan juga terlihat dari perkembangan saldo giro

pemerintah di perbankan, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota. Pada triwulan IV

2013, jumlah saldo pemerintah di perbankan mengalami penurunan sebesar

dibandingkan triwulan sebelumnya atau 48,97% (yoy) jika dibandingkan dengan period

Semakin rendah saldo giro yang dimiliki Pemda

pengeluaran belanja pemerintah daerah pada tahun berjalan sudah relatif baik

dibandingkan tahun lalu menunjukkan realisasi belanja pemerintah

dibandingkan tahun sebelumnya.

Impor

Kinerja ekspor dan impor di penghujung tahun 2013 terpantau mengalami pertumbuhan positif

walaupun hingga akhir tahun tercatat net import dimana nilai impor sedikit lebih tinggi

-

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

Q1 Q2 Q3 Q4

2013

g_yoy (aksis kanan)

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

2500.00

I II III IV I II III

2011 2012

Giro Pemda g_yoy (aksis kanan)

Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.Perkembangan Giro Pemda

8

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

6,03% (yoy), terakselerasi

4,07% (yoy). akselerasi

pengeluaran pemerintah ini juga terjadi jika dilihat dari data triwulanannya (qtq) yang tumbuh

g berada pada posisi 1,95% (qtq).

Penghujung tahun merupakan jadwal penyelesaian berbagai proyek pembangunan pemerintah

embayaran cermin kedua kontraktor

aiknya realisasi pengeluaran pemerintah di akhir

pemerintah secara triwulanan juga terlihat dari perkembangan saldo giro

pemerintah di perbankan, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota. Pada triwulan IV

2013, jumlah saldo pemerintah di perbankan mengalami penurunan sebesar 21,15% (qtq)

) jika dibandingkan dengan periode yang

emda menandakan bahwa

sudah relatif baik. Jumlah saldo yang

pemerintah lebih baik

terpantau mengalami pertumbuhan positif

dimana nilai impor sedikit lebih tinggi

-100.00%

-50.00%

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

IV I II III IV

2013

g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.18Perkembangan Giro Pemda

dibandingkan nilai ekspor. Kondisi

Maluku Utara yang menurun terlihat sejak tahun

Perkembangan ekspor pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan positif yaitu naik

sebesar 1,8% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau naik sebesar 6,4% (

jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

kegiatan ekspor Maluku Utara yang bergerak naik baik secara nilai maupun beratnya jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu masing

(yoy) dan 10% (yoy). Nilai ekspor Maluku Utara selama ta

kegiatan yang dilakukan adala kegiatan ekspor luar negeri dan ekspor antar daerah.

100,000.0

200,000.0

300,000.0

400,000.0

500,000.0

600,000.0

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

I II III IV I II III IV

2011 2012

Berat g_berat_yoy (aksis kanan)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.20Perkembangan Volume Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

dibandingkan nilai ekspor. Kondisi net import ini terlihat sejak triwulan III 2012 namun tren ekspor

Maluku Utara yang menurun terlihat sejak tahun-tahun sebelumnya.

erkembangan ekspor pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan positif yaitu naik

) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau naik sebesar 6,4% (

jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini j

kegiatan ekspor Maluku Utara yang bergerak naik baik secara nilai maupun beratnya jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu masing

). Nilai ekspor Maluku Utara selama tahun 2013 mencapai 16,3 juta ton dimana

kegiatan yang dilakukan adala kegiatan ekspor luar negeri dan ekspor antar daerah.

(1.0)

-

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

-

100,000.0

200,000.0

300,000.0

400,000.0

500,000.0

600,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Ekspor g_yoy (aksis kanan)

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

I II III IV

2013

g_berat_yoy (aksis kanan)

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

I II III IV I II III IV

2011 2012

Nilai g_nilai_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.19Perkembangan PDRB Sektor Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Perkembangan Volume Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.21Perkembangan Nilai Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

9

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

ini terlihat sejak triwulan III 2012 namun tren ekspor

erkembangan ekspor pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan positif yaitu naik

) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau naik sebesar 6,4% (yoy)

Pertumbuhan ini juga terlihat dari

kegiatan ekspor Maluku Utara yang bergerak naik baik secara nilai maupun beratnya jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 40%

mencapai 16,3 juta ton dimana

kegiatan yang dilakukan adala kegiatan ekspor luar negeri dan ekspor antar daerah.

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

I II III IV

2013

g_nilai_yoy (aksis kanan)

21Perkembangan Nilai Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Jika ditilik berdasarkan nilainya,

Melesatnya ekspor bijih nikel Maluku Utara terlihat sejak Septembe

dari kebijakan pemerintah pusat yang melarang perusahaan mengekspor

komoditas tertentu tidak termasuk seperti misalnya batu bara) per Januari 2014 atau lebih dikenal

dengan UU Minerba. Selain itu, turunnya harga nikel di pasar global juga mendorong perusahaan

nikel untuk meningkatkan kapasitas ekspornya untuk menja

level aman. Harga nikel dipenghujung tahun 2013 berada pada level USD 13.924,6/MT, turun

9,2% (qtq) jika dibandingkan triwulan sebelumnya atau turun 20,2% (

tahun 2012.

Semakin besar volume ekspor nikel yang di

nikel termasuk Indonesia, menyebabkan

nikel pada level yang lebih rendah. Selain itu, hadirnya teknologi baru yang diterapkan pada

produksi nikel pig iron sebagai komoditas substitusi dari nikel mengakibatkan turunnya biaya

produksi nikel pig iron sehingga harga nikel dunia ikut tertekan.

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

I II III IV I II III IV

2011 2012

Ekspor Kopra

g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.22Perkembangan Ekspor Kopra

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

Jika ditilik berdasarkan nilainya, ekspor Maluku Utara masih didominasi oleh ekspor bijih nikel.

Melesatnya ekspor bijih nikel Maluku Utara terlihat sejak September 2012 yang merupakan respon

dari kebijakan pemerintah pusat yang melarang perusahaan mengekspor

komoditas tertentu tidak termasuk seperti misalnya batu bara) per Januari 2014 atau lebih dikenal

dengan UU Minerba. Selain itu, turunnya harga nikel di pasar global juga mendorong perusahaan

nikel untuk meningkatkan kapasitas ekspornya untuk menjaga jumlah margin perusahaan paad

level aman. Harga nikel dipenghujung tahun 2013 berada pada level USD 13.924,6/MT, turun

) jika dibandingkan triwulan sebelumnya atau turun 20,2% (yoy) jika dibandingkan akhir

ekspor nikel yang dipasok ke pasar global oleh negara

menyebabkan over supply komoditas dimaksud dan

nikel pada level yang lebih rendah. Selain itu, hadirnya teknologi baru yang diterapkan pada

sebagai komoditas substitusi dari nikel mengakibatkan turunnya biaya

sehingga harga nikel dunia ikut tertekan.

-400.0%

-200.0%

0.0%

200.0%

400.0%

600.0%

800.0%

1000.0%

I II III IV

2013

Ekspor Kopra

g_yoy (aksis kanan)

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

I II III IV I II III

2011 2012

Perkembangan Ekspor Kopra

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.Perkembangan Ekspor Nikel

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

10

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

ekspor Maluku Utara masih didominasi oleh ekspor bijih nikel.

r 2012 yang merupakan respon

dari kebijakan pemerintah pusat yang melarang perusahaan mengekspor raw material (untuk

komoditas tertentu tidak termasuk seperti misalnya batu bara) per Januari 2014 atau lebih dikenal

dengan UU Minerba. Selain itu, turunnya harga nikel di pasar global juga mendorong perusahaan

ga jumlah margin perusahaan paad

level aman. Harga nikel dipenghujung tahun 2013 berada pada level USD 13.924,6/MT, turun

) jika dibandingkan akhir

oleh negara-negara penghasil

komoditas dimaksud dan menarik harga jual

nikel pada level yang lebih rendah. Selain itu, hadirnya teknologi baru yang diterapkan pada

sebagai komoditas substitusi dari nikel mengakibatkan turunnya biaya

-100.0%

-50.0%

0.0%

50.0%

100.0%

150.0%

200.0%

250.0%

300.0%

350.0%

III IV I II III IV

2012 2013

Ekspor Nikel

g_yoy (akasis kanan)

23Perkembangan Ekspor Nikel

BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sementara itu, perkembangan aktivitas ekspor antar daerah tercermin dari kegiatan muat barang di

Pelabuhan Ahmad Yani Ternate yang tercatat mengalami pertumbuhan positif. Selama triwulan

laporan, tercatat volume muat barang sebesar

dibandingakn dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun turun tipis sebesar 0,1% (

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Disamping itu, perkembangan

jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini berbalik arah jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh tipis sebesar 0,2% (

volume impor ini menunjukkan bahwa sisi suplai internal Maluku Utara m

0

5

10

15

20

25

30

Rib

u$

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Sumber : IMF

Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Sumber : Pelindo

BAB II. PERKEMBANGAN

perkembangan aktivitas ekspor antar daerah tercermin dari kegiatan muat barang di

Pelabuhan Ahmad Yani Ternate yang tercatat mengalami pertumbuhan positif. Selama triwulan

tercatat volume muat barang sebesar 6.479 ton/m3 atau naik sebesar 11,9% (

dibandingakn dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun turun tipis sebesar 0,1% (

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

itu, perkembangan impor Maluku Utara juga mengalami koreksi sebesar 22,4%

jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini berbalik arah jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh tipis sebesar 0,2% (

volume impor ini menunjukkan bahwa sisi suplai internal Maluku Utara mengalami pertumbuhan

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2011 2012 2013

Nikel Emas (Aksis Kanan)

-100.0%

-50.0%

0.0%

50.0%

100.0%

150.0%

200.0%

250.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Volume Muat g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.24Perkembangan Harga Internasional

Sumber : IMF

Grafik 1.25Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Sumber : Pelindo

11

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

perkembangan aktivitas ekspor antar daerah tercermin dari kegiatan muat barang di

Pelabuhan Ahmad Yani Ternate yang tercatat mengalami pertumbuhan positif. Selama triwulan

atau naik sebesar 11,9% (yoy) jika

dibandingakn dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun turun tipis sebesar 0,1% (qtq)

juga mengalami koreksi sebesar 22,4% (yoy)

jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini berbalik arah jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh tipis sebesar 0,2% (yoy). Penurunan

engalami pertumbuhan

Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

dalam kemampuan pemenuhan sisi permintaan. Secara agregat, impor dalam negeri masih menjadi

pemilik pangsa utama kegiatan impor Maluku Utara.

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran

Struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan IV 2013 tidak banyak berubah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya ataupun periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian

masih menjadi penyumbang terbesar

oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 27,4%, dan sektor

industri pengolahan sebagai penyumbang terbanyak ketiga dengan pangsa sebesar 12,4%.

Sedangkan sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10% termasuk sektor p

penggalian yang diharapkan akan menjadi sektor unggulan lainnya memiliki pangsa sebesar 4,4%.

50,000.0

100,000.0

150,000.0

200,000.0

250,000.0

300,000.0

0.000

0.005

0.010

0.015

0.020

0.025

I II III IV I II III IV

2011 2012

Berat

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara,

Grafik 1.27Perkembangan Kegiatan Impor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara,diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

dalam kemampuan pemenuhan sisi permintaan. Secara agregat, impor dalam negeri masih menjadi

pemilik pangsa utama kegiatan impor Maluku Utara.

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran

Struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan IV 2013 tidak banyak berubah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya ataupun periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian

masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Maluku Utara dengan pangsa 33,2%, kemudi

oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 27,4%, dan sektor

industri pengolahan sebagai penyumbang terbanyak ketiga dengan pangsa sebesar 12,4%.

Sedangkan sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10% termasuk sektor p

penggalian yang diharapkan akan menjadi sektor unggulan lainnya memiliki pangsa sebesar 4,4%.

-

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

-

50,000.0

100,000.0

150,000.0

200,000.0

250,000.0

300,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Impor g_yoy (aksis kanan)

-0.005

0.000

0.005

0.010

0.015

0.020

0.025

0.030

0.035

I II III IV

2013

Nilai (aksis kanan)

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2011 2012

Volume Bongkar

Grafik 1.26Perkembangan PDRB Riil Sektor Impor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Perkembangan Kegiatan Impor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara,

Grafik 1.Perkembangan Kegiatan Bongkar Barang

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

12

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

dalam kemampuan pemenuhan sisi permintaan. Secara agregat, impor dalam negeri masih menjadi

Struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan IV 2013 tidak banyak berubah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya ataupun periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian

PDRB Maluku Utara dengan pangsa 33,2%, kemudian disusul

oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 27,4%, dan sektor

industri pengolahan sebagai penyumbang terbanyak ketiga dengan pangsa sebesar 12,4%.

Sedangkan sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10% termasuk sektor pertambangan dan

penggalian yang diharapkan akan menjadi sektor unggulan lainnya memiliki pangsa sebesar 4,4%.

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

9 11 1 3 5 7 9 11

2013

g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.28Perkembangan Kegiatan Bongkar Barang

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara menunjukkan kinerja positif di penghujung tahun

2013. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) merupakan sektor yang menjadi penyumbang

terbesar pertumbuhan PDRB Maluku Utara yang yaitu sebesar 3,63% (

juga tercatat sebagai sektor dengan pertumbuhan menembus angka dua digit di triwulan IV 2013

yaitu sebesar 12,06% (yoy). kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan di posisi kedua yang tumbuh sebesar 9,74% (

sebagai sektor tertinggi ketiga dengan pertumbuhan sebesar 7,95% (

Pengolahan, 1

Pengangkutan

Komunikasi, 7

Jasa

Pertambangan,

Sektoral

Pertambangan dan Penggalian

Listrik, Gas, dan Air Bersih

Perdagangan, Hotel dan RestoranPengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

PDRB

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

Seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara menunjukkan kinerja positif di penghujung tahun

2013. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) merupakan sektor yang menjadi penyumbang

terbesar pertumbuhan PDRB Maluku Utara yang yaitu sebesar 3,63% (yoy

juga tercatat sebagai sektor dengan pertumbuhan menembus angka dua digit di triwulan IV 2013

). kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan di posisi kedua yang tumbuh sebesar 9,74% (yoy) dan sektor industri pengolahan

sebagai sektor tertinggi ketiga dengan pertumbuhan sebesar 7,95% (yoy).

Pertanian, 33.2

PHR, 27.4

IndustriPengolahan, 1

2.4

Pengangkutandan

Komunikasi, 7.6

-jasa, 7.3

Pertambangan,4.4

Keuangan, 3.9 Bangunan, 3.3 LGA, 0.6

SektoralPertumbuhan

(yoy ) Pertumbuhan

Pertanian 1.55Pertambangan dan Penggalian 1.51

Industri Pengolahan 7.95Listrik, Gas, dan Air Bersih 5.82

Bangunan 3.75Perdagangan, Hotel dan Restoran 12.06

Pengangkutan dan Komunikasi 4.27Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9.74

Jasa-jasa 7.63PDRB 6.50

Grafik 1.29Struktur PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.2Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

13

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara menunjukkan kinerja positif di penghujung tahun

2013. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) merupakan sektor yang menjadi penyumbang

yoy). Selain itu, sektor ini

juga tercatat sebagai sektor dengan pertumbuhan menembus angka dua digit di triwulan IV 2013

). kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa

) dan sektor industri pengolahan

SumberPertumbuhan

0.510.060.880.030.083.630.350.360.626.50

1.3.1 Sektor Pertanian

Triwulan IV 2013 ini, sektor pertanian t

tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan II dan triwulan III tahun

yang sama yaitu sebesar 1,52%

pertumbuhan tertinggi pada awal tahun sebesar 3,5% (

(yoy) hingga tahun 2013 berakhir

jadwal tanam dan panen berbagai komoditas penyusunnya serta perubahan cuaca dapat

mengakibatkan penurunan atau naiknya kapasitas produksi sektor pertanian.

tren pertumbuhan sektor utama PDRB Maluku Utara ini memang terlihat menurun

waktu. Pertumbuhan sektor pertanian selama tiga triwulan

pertumbuhan terendah sejak tahun 2005. Namun jika dilihat lebih jauh kebelakang, Maluku Ut

sempat mencatatkan pertumbuhan negatif untuk sektor ini pada triwulan III tahun 2001 yaitu

sebesar -4,1% (yoy). Salah satu alasan

semakin kecilnya animo masyarakat untuk menekuni

yang dianggap memiliki prospek pendapatan yang lebih baik seperti

menjadi pegawai pemerintah.

Subsektor tanaman perkebunan merupakan penyumbang terbesar te

pertanian dengan pangsa sebesar 14,3%

disusul oleh subsektor tanaman bahan pangan dengan pangsa

2,7% (yoy), sedangkan subsektor perikanan tumbuh sebesar 1,7% (

sebesar 6,6%.

255.00

260.00

265.00

270.00

275.00

280.00

285.00

290.00

295.00

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

ini, sektor pertanian tumbuh relatif stabil sebesar 1,55% (

berbeda jika dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan II dan triwulan III tahun

% (yoy) dan 1,53% (yoy). Selama tahun 2013, s

pertumbuhan tertinggi pada awal tahun sebesar 3,5% (yoy) kemudian stagnan pada level 1,5%

) hingga tahun 2013 berakhir. Pertumbuhan sektor yang satu ini sangat dipengaruhi oleh

jadwal tanam dan panen berbagai komoditas penyusunnya serta perubahan cuaca dapat

mengakibatkan penurunan atau naiknya kapasitas produksi sektor pertanian.

ama PDRB Maluku Utara ini memang terlihat menurun

. Pertumbuhan sektor pertanian selama tiga triwulan (triwulan I, II dan III) di

sejak tahun 2005. Namun jika dilihat lebih jauh kebelakang, Maluku Ut

sempat mencatatkan pertumbuhan negatif untuk sektor ini pada triwulan III tahun 2001 yaitu

Salah satu alasan terjadinya tren penurunan pertumbuhan sektor ini karena

semakin kecilnya animo masyarakat untuk menekuni sektor ini dan mulai beralih ke sektor lain

yang dianggap memiliki prospek pendapatan yang lebih baik seperti halnya

Subsektor tanaman perkebunan merupakan penyumbang terbesar terhadap perkembangan sektor

pertanian dengan pangsa sebesar 14,3% dan tingkat pertumbuhan sebesar 0,8% (

disusul oleh subsektor tanaman bahan pangan dengan pangsa sebesar 8,0% yang tumbuh sebesar

sedangkan subsektor perikanan tumbuh sebesar 1,7% (yoy) dan pangsa yang dimiliki

-

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

255.00

260.00

265.00

270.00

275.00

280.00

285.00

290.00

295.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 2012 2013

Pertanian g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.30Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

14

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

% (yoy). Pertumbuhan ini

berbeda jika dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan II dan triwulan III tahun

Selama tahun 2013, sektor ini mengalami

kemudian stagnan pada level 1,5%

Pertumbuhan sektor yang satu ini sangat dipengaruhi oleh

jadwal tanam dan panen berbagai komoditas penyusunnya serta perubahan cuaca dapat

mengakibatkan penurunan atau naiknya kapasitas produksi sektor pertanian. Namun demikian,

ama PDRB Maluku Utara ini memang terlihat menurun dari waktu ke

(triwulan I, II dan III) di 2013 ini adalah

sejak tahun 2005. Namun jika dilihat lebih jauh kebelakang, Maluku Utara

sempat mencatatkan pertumbuhan negatif untuk sektor ini pada triwulan III tahun 2001 yaitu

pertumbuhan sektor ini karena

lai beralih ke sektor lain

halnya sektor PHR atau

rhadap perkembangan sektor

tingkat pertumbuhan sebesar 0,8% (yoy). Kemudian

8,0% yang tumbuh sebesar

dan pangsa yang dimiliki

Berdasarkan angka ramalan (ARAM II)

dari segi luas panen, produktivitas serta kapasitas produksinya.

mengalami pertumbuhan sebesar 6,93% (

2012 dan dengan didukung oleh produktivitas yang naik sebesar 1,08% (

bertambahnya produksi tanaman padi sebesar 8,09% (

tahun 2013 dimana angka tetap (ATAP) 2012 mencatat produksi padi sebesar 65.686 ton.

Kondisi yang cukup variatif terlihat pada kinerja tanaman jagung dan kedelai di Maluku Utara jika

dibandingkan dengan angka tetap

luas panen sebesar -3,06% (

tanaman ini tercatat tumbuh sebesar 9,62% (

sebesar 6,28% (yoy). Kondisi cuaca yang cukup mendukung

serta pelaksanaan program pemerintah daerah seperti pemberian bantuan teknis dan pelatihan

kepada petani menyebabkan pengurangan luas lahan tidak berdampak signifikan terhadap

produktivitas dan kapasitas produksi tanaman pangan yang satu ini.

kedelai mencatat kondisi yang berbalik arah dari perkembangan tanaman jagung. Luas panen

tanaman kedelai mengalami pertumbuhan sebesar 4,29% (

produksinya tumbuh negatif masing

asumsi jumlah permintaan terhadap kedelai yang masih sama, maka Maluku Utara harus

melakukan penambahan impor kedelai untuk dapat memenuhi kebutuhannya karena stok yang

tidak terjaga dengan baik akan mengakibatkan terdongkraknya harga dari komoditas tersebut

termasuk produk-produk turunannya seperti tahu dan tempe

dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat di Maluku Utara

Subsektor peternakan dan hasil

dibandingkan pertumbuhan tahunan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

3,2% (yoy). Permintaan dari masyarakat yang semakin tinggi terhadap produk subsektor ini serta

sisi produksi internal provinsi yang

sebagian besar kebutuhannya dari daerah lain seperti dari Surabaya, Makassar dan Manado. Oleh

karena itu, saat ini pemerintah daerah mulai mengembangkan klaster ay

mendorong pertumbuhan sisi produksi subsektor dimaksud dengan harapan dapat menurunkan

tingkat ketergantungan terhadap daerah lain dan mampu menarik turun harga ke level yang lebih

terjangkau sehingga mampu menjaga tingkat kesejaht

BAB II. PERKEMBANGAN

Berdasarkan angka ramalan (ARAM II) tahun 2013, tanaman padi menunjukkan kinerja positif baik

dari segi luas panen, produktivitas serta kapasitas produksinya. Luas panen tanaman padi

mengalami pertumbuhan sebesar 6,93% (yoy) jika dibandingkan dengan angka tetap (ATAP) tahun

2012 dan dengan didukung oleh produktivitas yang naik sebesar 1,08% (

bertambahnya produksi tanaman padi sebesar 8,09% (yoy) atau sebanyak 71.002 ton hingga akhir

tahun 2013 dimana angka tetap (ATAP) 2012 mencatat produksi padi sebesar 65.686 ton.

Kondisi yang cukup variatif terlihat pada kinerja tanaman jagung dan kedelai di Maluku Utara jika

dibandingkan dengan angka tetap (ATAP) tahun 2012. Tanaman jagung mengalami pengurangan

3,06% (yoy) menjadi 10.735 hektar. Walaupun demikian, produktivitas

tumbuh sebesar 9,62% (yoy) dan mendorong pertumbuhan produksinya

si cuaca yang cukup mendukung pada saat jadwal tanam dan panen

serta pelaksanaan program pemerintah daerah seperti pemberian bantuan teknis dan pelatihan

kepada petani menyebabkan pengurangan luas lahan tidak berdampak signifikan terhadap

kapasitas produksi tanaman pangan yang satu ini. Sementara itu, tanaman

kedelai mencatat kondisi yang berbalik arah dari perkembangan tanaman jagung. Luas panen

tanaman kedelai mengalami pertumbuhan sebesar 4,29% (yoy) namun produktivitas dan kapasitas

produksinya tumbuh negatif masing-masing sebesar -7,21% (yoy) dan -

asumsi jumlah permintaan terhadap kedelai yang masih sama, maka Maluku Utara harus

melakukan penambahan impor kedelai untuk dapat memenuhi kebutuhannya karena stok yang

tidak terjaga dengan baik akan mengakibatkan terdongkraknya harga dari komoditas tersebut

produk turunannya seperti tahu dan tempe yang merupakan

masyarakat di Maluku Utara.

n hasil-hasilnya tercatat tumbuh sebesar 2,7% (

dibandingkan pertumbuhan tahunan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

). Permintaan dari masyarakat yang semakin tinggi terhadap produk subsektor ini serta

si produksi internal provinsi yang masih terbatas mengakibatkan Maluku Utara harus mengimpor

sebagian besar kebutuhannya dari daerah lain seperti dari Surabaya, Makassar dan Manado. Oleh

karena itu, saat ini pemerintah daerah mulai mengembangkan klaster ayam di Kota Ternate untuk

mendorong pertumbuhan sisi produksi subsektor dimaksud dengan harapan dapat menurunkan

tingkat ketergantungan terhadap daerah lain dan mampu menarik turun harga ke level yang lebih

sehingga mampu menjaga tingkat kesejahteraan riil masyarakat.

15

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

tahun 2013, tanaman padi menunjukkan kinerja positif baik

Luas panen tanaman padi

) jika dibandingkan dengan angka tetap (ATAP) tahun

2012 dan dengan didukung oleh produktivitas yang naik sebesar 1,08% (yoy) mengakibatkan

) atau sebanyak 71.002 ton hingga akhir

tahun 2013 dimana angka tetap (ATAP) 2012 mencatat produksi padi sebesar 65.686 ton.

Kondisi yang cukup variatif terlihat pada kinerja tanaman jagung dan kedelai di Maluku Utara jika

(ATAP) tahun 2012. Tanaman jagung mengalami pengurangan

) menjadi 10.735 hektar. Walaupun demikian, produktivitas

) dan mendorong pertumbuhan produksinya

pada saat jadwal tanam dan panen

serta pelaksanaan program pemerintah daerah seperti pemberian bantuan teknis dan pelatihan

kepada petani menyebabkan pengurangan luas lahan tidak berdampak signifikan terhadap

Sementara itu, tanaman

kedelai mencatat kondisi yang berbalik arah dari perkembangan tanaman jagung. Luas panen

) namun produktivitas dan kapasitas

-3,22% (yoy). Dengan

asumsi jumlah permintaan terhadap kedelai yang masih sama, maka Maluku Utara harus

melakukan penambahan impor kedelai untuk dapat memenuhi kebutuhannya karena stok yang

tidak terjaga dengan baik akan mengakibatkan terdongkraknya harga dari komoditas tersebut

yang merupakan komoditas yang

hasilnya tercatat tumbuh sebesar 2,7% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan tahunan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

). Permintaan dari masyarakat yang semakin tinggi terhadap produk subsektor ini serta

terbatas mengakibatkan Maluku Utara harus mengimpor

sebagian besar kebutuhannya dari daerah lain seperti dari Surabaya, Makassar dan Manado. Oleh

am di Kota Ternate untuk

mendorong pertumbuhan sisi produksi subsektor dimaksud dengan harapan dapat menurunkan

tingkat ketergantungan terhadap daerah lain dan mampu menarik turun harga ke level yang lebih

Subsektor kehutanan menunjukkan kinerja positif pada triwulan IV 2013 dengan tumbuh sebesar

2,3% (yoy) setelah sebelumnya sempat mengalami pertumbuhan negatif selama tiga triwulan

berturut-turut (triwulan I, II, dan III) di sepanjan

sebesar -2,7% (yoy) pada triwulan I,

Pertumbuhan sektor kehutanan di penghujung tahun ini menunjukkan adanya geliat produksi kayu

dari kepulauan Halmahera.

Setali tiga uang dengan sektor

triwulan laporan dengan mengalami pertumb

sebelumnya (triwulan II dan III

sebesar 0,4% (yoy) dan 0,9% (

produksi ikan tangkap di Kota Te

dengan triwulan sebelumnya. Namun secara aggregat Januari

tangkap di Kota Ternate tumbuh tipis sebesar 0,2% (

sama tahun sebelumnya. Total produksi ikan tangkap Kota Ternate sepanjang tahun 2013

sebanyak 6.852 ton dari sebelumnya sebanyak 6.837 ton pada tahun 2012.

Perkembangan sektor pertanian juga tercermin dari perkembangan kredit yang dikucurkan untuk

sektor ini oleh perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah sebanyak

Rp. 62,19 miliar, tumbuh negatif sebesar

sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 6,8% (

sebelumnya.

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

I II III IV I II III IV

2011 2012

Kredit Sektor Pertanian g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.31Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

BAB II. PERKEMBANGAN

Subsektor kehutanan menunjukkan kinerja positif pada triwulan IV 2013 dengan tumbuh sebesar

) setelah sebelumnya sempat mengalami pertumbuhan negatif selama tiga triwulan

turut (triwulan I, II, dan III) di sepanjang tahun 2013 dengan koreksi masing

) pada triwulan I, -4,2% (yoy) pada triwulan II dan -3,6% (

Pertumbuhan sektor kehutanan di penghujung tahun ini menunjukkan adanya geliat produksi kayu

Setali tiga uang dengan sektor kehutanan, sektor perikanan juga mencatat kinerja positif pada

triwulan laporan dengan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7% (yoy) dimana pada dua triwulan

sebelumnya (triwulan II dan III 2013) sempat mencatat pertumbuhan negatif masing

) dan 0,9% (yoy). Pertumbuhan ini terkonfirmasi juga oleh pertumbuhan

produksi ikan tangkap di Kota Ternate yang tumbuh tipis sebesar 4,7% (

triwulan sebelumnya. Namun secara aggregat Januari – Desember, total produksi ikan

tangkap di Kota Ternate tumbuh tipis sebesar 0,2% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang

Total produksi ikan tangkap Kota Ternate sepanjang tahun 2013

sebanyak 6.852 ton dari sebelumnya sebanyak 6.837 ton pada tahun 2012.

sektor pertanian juga tercermin dari perkembangan kredit yang dikucurkan untuk

sektor ini oleh perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah sebanyak

Rp. 62,19 miliar, tumbuh negatif sebesar -58,6% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 6,8% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan

-100.0%-50.0%0.0%50.0%100.0%150.0%200.0%250.0%300.0%350.0%400.0%

I II III IV

2013

g_yoy (aksis kanan)

-5,000

10,00015,00020,00025,00030,00035,00040,00045,000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Cakalang kakap Merah

Perkembangan Kredit Sektor PertanianGrafik 1.

Perkembangan Produksi Ikan Tangkap

Sumber : PPN Kota Ternate

16

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Subsektor kehutanan menunjukkan kinerja positif pada triwulan IV 2013 dengan tumbuh sebesar

) setelah sebelumnya sempat mengalami pertumbuhan negatif selama tiga triwulan

g tahun 2013 dengan koreksi masing-masing

3,6% (yoy) pada triwulan III.

Pertumbuhan sektor kehutanan di penghujung tahun ini menunjukkan adanya geliat produksi kayu

, sektor perikanan juga mencatat kinerja positif pada

) dimana pada dua triwulan

t pertumbuhan negatif masing-masing

). Pertumbuhan ini terkonfirmasi juga oleh pertumbuhan

% (qtq) jika dibandingkan

Desember, total produksi ikan

) jika dibandingkan dengan periode yang

Total produksi ikan tangkap Kota Ternate sepanjang tahun 2013

sektor pertanian juga tercermin dari perkembangan kredit yang dikucurkan untuk

sektor ini oleh perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah sebanyak

kan dengan periode yang

) jika dibandingkan dengan triwulan

Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

2013

kakap Merah Kerapu

Grafik 1.32Perkembangan Produksi Ikan Tangkap

Sumber : PPN Kota Ternate

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar

tinggi 0,91 poin dibandingkan dengan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang

berada pada level 11,2% (yoy).

PDRB Maluku Utara triwulan IV 2013

triwulan sebelumnya yang berada pada angka 27,1%. Perkembangan pada sektor ini disokong

oleh subsektor perdagangan besar dan eceran yang mem

andil subsektor hotel dan restoran relatif stabil dikisaran 0,2% sejak awal tahun hingga tahun 2013

berakhir.

Dilihat dari pertumbuhan tahunannya, subsektor

pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,2% (

tahunan triwulan sebelumnya yang berada pada angka 11,3% (

hotel naik sebesar 8,0% (yoy) ya

sebelumnya yang berada di level

Penghunian Kamar (TPK) selama triwulan IV 2013 yang tumbuh sebesar 60,4% (

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 24,4% (

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan subsektor

(yoy) atau turun tipis dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu

sebesar 1,9% (yoy). Subsektor restoran menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun selama

tahun 2013 dimana pertumbuhan tertingginya tercatat pada triwulan I yaitu sebesar 7,1% (

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0

300.0

350.0

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 12,1% (yoy) pada triwulan IV 2013. Lebih

tinggi 0,91 poin dibandingkan dengan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang

). Sektor ini memberikan andil sebesar 27,3% terhadap pembentukan

PDRB Maluku Utara triwulan IV 2013 yang naik tipis dibandingkan andil yang diberikan pada

triwulan sebelumnya yang berada pada angka 27,1%. Perkembangan pada sektor ini disokong

oleh subsektor perdagangan besar dan eceran yang memberikan andil sebesar 26,9%, sedangkan

andil subsektor hotel dan restoran relatif stabil dikisaran 0,2% sejak awal tahun hingga tahun 2013

Dilihat dari pertumbuhan tahunannya, subsektor perdagangan besar dan eceran mengalami

pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,2% (yoy), lebih tinggi 0,9 poin dibandingkan pertumbuhan

tahunan triwulan sebelumnya yang berada pada angka 11,3% (yoy). Sementara itu, subsektor

) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang berada di level 5,2% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari rata

Penghunian Kamar (TPK) selama triwulan IV 2013 yang tumbuh sebesar 60,4% (

engan periode yang sama tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 24,4% (

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan subsektor restoran

) atau turun tipis dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu

Subsektor restoran menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun selama

tahun 2013 dimana pertumbuhan tertingginya tercatat pada triwulan I yaitu sebesar 7,1% (

-

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0

300.0

350.0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 2012 2013

PHR g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.33Perkembangan PDRB Riil Sektor PHR

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

17

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

) pada triwulan IV 2013. Lebih

tinggi 0,91 poin dibandingkan dengan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang

7,3% terhadap pembentukan

yang naik tipis dibandingkan andil yang diberikan pada

triwulan sebelumnya yang berada pada angka 27,1%. Perkembangan pada sektor ini disokong

berikan andil sebesar 26,9%, sedangkan

andil subsektor hotel dan restoran relatif stabil dikisaran 0,2% sejak awal tahun hingga tahun 2013

perdagangan besar dan eceran mengalami

), lebih tinggi 0,9 poin dibandingkan pertumbuhan

). Sementara itu, subsektor

ng jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

Hal ini terkonfirmasi dari rata-rata indeks Tingkat

Penghunian Kamar (TPK) selama triwulan IV 2013 yang tumbuh sebesar 60,4% (yoy) jika

engan periode yang sama tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 24,4% (qtq) jika

restoran tumbuh sebesar 1,2%

) atau turun tipis dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu

Subsektor restoran menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun selama

tahun 2013 dimana pertumbuhan tertingginya tercatat pada triwulan I yaitu sebesar 7,1% (yoy).

Meningkatnya kinerja sektor PHR terkonfirmasi dari perkembangan kredit yang disalurkan

perbankan pada sektor ini yang tumbuh sebesar 41,91% (

sebesar Rp. 3,56 triliun. Pertumbuhan dipenghujung tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 35,84% (

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan di triwulan IV 2013 cukup menggembirakan yaitu tumbuh 8,0%

(yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu

sebesar 5,2% (yoy). Industri non

andil sebesar 12,4% terhadap PBRD Maluku Utara

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

4,000.00

I II III IV I II III IV

2011 2012

Kredit Sektor PHR g_yoy (aksis kanan)

88.00

90.0092.00

94.00

96.0098.00

100.00

102.00

104.00106.00

108.00

Grafik 1.33Perkembangan Kredit

Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

Meningkatnya kinerja sektor PHR terkonfirmasi dari perkembangan kredit yang disalurkan

perbankan pada sektor ini yang tumbuh sebesar 41,91% (yoy) dengan total dana tersalurkan

triliun. Pertumbuhan dipenghujung tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 35,84% (yoy).

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

i pengolahan di triwulan IV 2013 cukup menggembirakan yaitu tumbuh 8,0%

), lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu

Industri non-migas merupakan motor utama pertumbuhan sektor ini

dil sebesar 12,4% terhadap PBRD Maluku Utara triwulan IV 2013.

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

IV I II III IV

2013

g_yoy (aksis kanan)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I

2012

TPK g_yoy (aksis kanan)

(1.0)

-1.0

2.0

3.04.0

5.0

6.0

7.08.0

9.0

88.00

90.0092.00

94.00

96.0098.00

100.00

102.00

104.00106.00

108.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Industri Pengolahan g_yoy (aksis kanan)

33Perkembangan Kredit Sektor PHR

Grafik 1.Perkembangan TPK

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.35Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

18

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Meningkatnya kinerja sektor PHR terkonfirmasi dari perkembangan kredit yang disalurkan

) dengan total dana tersalurkan

triliun. Pertumbuhan dipenghujung tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan

i pengolahan di triwulan IV 2013 cukup menggembirakan yaitu tumbuh 8,0%

), lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu

migas merupakan motor utama pertumbuhan sektor ini dengan

-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

II III IV

2013

g_yoy (aksis kanan)

Grafik 1.34Perkembangan TPK

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Seiring dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan, industri manufaktur mikro dan kecil

tumbuh sebesar 21,15% (yoy

sebelumnya yang tercatat sebesar 25,55% (

dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar

industri furnitur sebesar 32,91% (

tumbuh 27,41% (yoy), dan industri makanan yang tumbuh 16,9

yang mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan laporan adalah

tercatat sebesar -7,68% (yoy), industri percetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh

negatif sebesar -5,18% (yoy).

1.3.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang relatif sama dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 1,5% (

tertinggi sektor ini sepanjang tahun 2013 tercatat sebesar 4,6% (

menunjukkan tren menurun hingga akhir tahun.

Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari kayu danGabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari

Bambu, Rotan dan Sejenisnya

industri Percetakan dan Reproduksi Media RekamanIndustri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia

Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya

Industri Mesin dan Perlengkapan YTDLIndustri Alat Angkutan Lainnya

IMK

Jenis Industri

Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

Seiring dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan, industri manufaktur mikro dan kecil

yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 25,55% (yoy). Koreksi pertumbuhan terlihat jika

dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar -5,30% (qtq). Pertumbuhan tertinggi dialami oleh

industri furnitur sebesar 32,91% (yoy), kemudian disusul oleh industri galian bukan logam yang

), dan industri makanan yang tumbuh 16,93% (yoy). Sementara itu, industri

yang mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan laporan adalah industri minuman yang

), industri percetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh

1.3.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang relatif sama dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 1,5% (yoy) pada triwulan laporan

inggi sektor ini sepanjang tahun 2013 tercatat sebesar 4,6% (yoy) pada triwulan II 2013 dan

menunjukkan tren menurun hingga akhir tahun.

qtqIndustri Makanan -6.55Industri Minuman -0.07

Industri Pakaian Jadi 2.76Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari kayu dan

Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dariBambu, Rotan dan Sejenisnya

-4.14

industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 4.34Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia

Industri Barang Galian Bukan Logam -8.03Industri Logam Dasar -9.43

Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 6.86Industri Peralatan Listrik -3.27

Industri Mesin dan Perlengkapan YTDLIndustri Alat Angkutan Lainnya -8.49

Industri Furnitur 2.87Industri Pengolahan Lainnya

IMK -5.30

Jenis IndustriPertumbuhan Triwulan IV 2013

Tabel 1.3Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil

BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

19

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Seiring dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan, industri manufaktur mikro dan kecil

), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan

). Koreksi pertumbuhan terlihat jika dibandingkan

). Pertumbuhan tertinggi dialami oleh

), kemudian disusul oleh industri galian bukan logam yang

). Sementara itu, industri

industri minuman yang

), industri percetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh

Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang relatif sama dengan

pada triwulan laporan. Pertumbuhan

) pada triwulan II 2013 dan

yoy16.93-7.6810.48

8.14

-5.18

27.4110.8417.7512.28

10.0032.91

21.15

Pertumbuhan Triwulan IV 2013

Grafik 1.36Perkembangan PDRB Riil SektorPertambangan dan Penggalian

Subsektor penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 6,2% (

dengan pertumbuhan triwulan se

digerakkan oleh penambangan bahan galian tipe C seperti pasir. Hal ini terjadi seiring semakin

maraknya pembangunan berbagai infrastruktur dan bangunan fungsional lainnya termasuk

kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta terkait perluasan

area untuk mengembangkan usaha mereka.

Sementara itu, sektor pertambangan tanpa migas tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,8%

(yoy), turun tipis dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,9%

(yoy). Andil terbesar dari subsektor ini diberikan oleh kegiat

kepulauan Halmahera. Walaupun demikian, pertumbuhan kegiatan penambangan nikel

diproyeksikan akan mengalami penurunan

awal tahun depan oleh pemerintah pusat

menghentikan sementara kegiatan produksi

nikel sebelum dijual ke pasar internasional.

Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, semakin

dekatnya penerapan UUD Minerba pada tahun 2014 mendorong beberapa perusahaan yang

bergerak di bidang penambangan biji nikel untuk membangun

halnya di Kabupaten Halmahera Timur dan di Pulau Obi

perkembangan kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat mengalami kontraksi pada triwulan

laporan sebesar -53,4% (yoy

triwulan sebelumnya sebesar

mengalami kontraksi pertumbuhan sejak t

30.0

30.5

31.0

31.5

32.0

32.5

33.0

33.5

34.0

34.5

35.0

I II III IV I II III IV

2011 2012

Pertambangan & Penggalian g_yoy (aksis kanan)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

Perkembangan PDRB Riil SektorPenggalian

Grafik 1.37Perkembangan Kredit

Sektor Pertambangan dan Penggalian

Subsektor penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 6,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,9% (yoy

digerakkan oleh penambangan bahan galian tipe C seperti pasir. Hal ini terjadi seiring semakin

maraknya pembangunan berbagai infrastruktur dan bangunan fungsional lainnya termasuk

reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta terkait perluasan

area untuk mengembangkan usaha mereka.

Sementara itu, sektor pertambangan tanpa migas tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,8%

), turun tipis dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,9%

Andil terbesar dari subsektor ini diberikan oleh kegiatan penambangan nikel yang tersebar di

kepulauan Halmahera. Walaupun demikian, pertumbuhan kegiatan penambangan nikel

diproyeksikan akan mengalami penurunan signifikan seiring diaplikasikannya UU Minerba sejak

oleh pemerintah pusat sehingga perusahaan yang belum memiliki

menghentikan sementara kegiatan produksinya hingga mereka memiliki cara untuk mengolah biji

nikel sebelum dijual ke pasar internasional.

Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, semakin

dekatnya penerapan UUD Minerba pada tahun 2014 mendorong beberapa perusahaan yang

bergerak di bidang penambangan biji nikel untuk membangun smelter di beberapa lokasi

halnya di Kabupaten Halmahera Timur dan di Pulau Obi – Halmahera Selatan.

perkembangan kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat mengalami kontraksi pada triwulan

yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada

triwulan sebelumnya sebesar -26,5% (yoy). Kredit yang disalurkan di sektor ini mulai terlihat

mengalami kontraksi pertumbuhan sejak triwulan III 2013.

(1.0)

-

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

I II III IV

2013

g_yoy (aksis kanan)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

I II III IV I II III IV

2011 2012

Kredit Sektor Pertambangan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

20

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

37Perkembangan Kredit

Sektor Pertambangan dan Penggalian

), lebih tinggi dibandingkan

yoy). Subsektor ini masih

digerakkan oleh penambangan bahan galian tipe C seperti pasir. Hal ini terjadi seiring semakin

maraknya pembangunan berbagai infrastruktur dan bangunan fungsional lainnya termasuk

reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta terkait perluasan

Sementara itu, sektor pertambangan tanpa migas tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,8%

), turun tipis dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,9%

an penambangan nikel yang tersebar di

kepulauan Halmahera. Walaupun demikian, pertumbuhan kegiatan penambangan nikel

seiring diaplikasikannya UU Minerba sejak

perusahaan yang belum memiliki smelter harus

hingga mereka memiliki cara untuk mengolah biji

Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, semakin

dekatnya penerapan UUD Minerba pada tahun 2014 mendorong beberapa perusahaan yang

di beberapa lokasi seperti

Halmahera Selatan. Disisi lain,

perkembangan kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat mengalami kontraksi pada triwulan

ntraksi yang terjadi pada

). Kredit yang disalurkan di sektor ini mulai terlihat

-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

3000%

IV I II III IV

2013

g_yoy (aksis kanan)

2.1 Kondisi Umum

Laju kenaikan harga barang dan jasa

Kota Ternate mengalami peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (

jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu

sebesar 3,29% (yoy). Tekanan inflasi yang

dibandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua)

yang masing-masing tercatat sebesar 8,38% (

Tekanan inflasi bulanan Kota Ternate menunjukkan tren

Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44% (

sempat mengalami deflasi yang cukup dalam yaitu sebesar

harga barang dan jasa kembali melemah di bulan November yang ditunjukkan dengan

deflasi di Kota Ternate sebesar

pada Desember 2013 hingga Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,88% (

gejolak harga pada akhir periode pelaporan ini dimotori

volatile foods terutama komoditas perikanan sebagai dampak terganggunya pasokan stok ikan

segar karena faktor cuaca sehingga di

memberikan sumbangan terbesar yaitu

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan

dimotori oleh meningkatnya tekanan

(volatile foods). Sementara itu, k

mengalami pergerakan yang relatif stabil

BAB II. PERKEMBANGAN

Laju kenaikan harga barang dan jasa tahunan (yoy) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh

peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (

jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu

). Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih

bandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua)

masing tercatat sebesar 8,38% (yoy) dan 7.02% (yoy).

Tekanan inflasi bulanan Kota Ternate menunjukkan tren yang berfluktuasi. Pada Oktober 2013,

e tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44% (mtm) setelah pada

sempat mengalami deflasi yang cukup dalam yaitu sebesar -2,39% (mtm

harga barang dan jasa kembali melemah di bulan November yang ditunjukkan dengan

deflasi di Kota Ternate sebesar -0,29% (mtm). Namun harga barang dan jasa kembali terakselerasi

pada Desember 2013 hingga Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,88% (

gejolak harga pada akhir periode pelaporan ini dimotori oleh pergerakan komoditas dari kelompok

volatile foods terutama komoditas perikanan sebagai dampak terganggunya pasokan stok ikan

sehingga di akhir tahun 2013 kelompok bahan makanan

terbesar yaitu 0,77% terhadap inflasi umum Kota Ternate.

faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan

oleh meningkatnya tekanan pada kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak

). Sementara itu, kelompok inti (core inflation) dan kelompok

relatif stabil.

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

21

di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh

peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (yoy),

jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu

dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi

bandingkan dengan Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua)

yang berfluktuasi. Pada Oktober 2013,

) setelah pada bulan September 2013

mtm). Kemudian tekanan

harga barang dan jasa kembali melemah di bulan November yang ditunjukkan dengan terjadinya

). Namun harga barang dan jasa kembali terakselerasi

pada Desember 2013 hingga Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,88% (mtm) dimana

pergerakan komoditas dari kelompok

volatile foods terutama komoditas perikanan sebagai dampak terganggunya pasokan stok ikan

akhir tahun 2013 kelompok bahan makanan tercatat

7% terhadap inflasi umum Kota Ternate.

nflasi secara tahunan di Kota Ternate

kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak

) dan kelompok administered price

Grafik 2.1Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate,

Sulampua & Nasional

Tabel 2.1 Laju Inflasi Tahunan (

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

2.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate

2.2.1 Inflasi Tahunan (yoy)

Pergerakan inflasi tahunan (yoy

mengalami peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (

jika dibandingkan dengan data periode yang sama

Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan

Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing

tercatat sebesar 8,38% (yoy) dan 7.02% (

Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan

tahunan Kota Ternate disumbang oleh tiga kelompok utama yaitu kelompok Perumahan, Listrik,

Gas dan Air Bersih (3,35%)

Makanan (2,71%) dengan tingkat inflasi 9,32% (

Jasa Keuangan (2,00%) yang mengalami inflasi tahunan tertinggi diantara kelompok barang dan

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00yoy_Nasional

yoy_Sulampua

yoy_Malut

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi Umum Tahunan (yoy )

Kelompok Barang dan Jasa

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

) Kota Ternate,Nasional

Tabel 2.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Grafik 2.2Laju Inflasi Triwulanan (

Sulampua & Nasional

2.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate

yoy) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate

mengalami peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (

jika dibandingkan dengan data periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,29% (

Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan

Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing

dan 7.02% (yoy).

kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan oleh seluruh kelompok yang ada.

tahunan Kota Ternate disumbang oleh tiga kelompok utama yaitu kelompok Perumahan, Listrik,

yang mengalami inflasi sebesar 12,47% (yoy

dengan tingkat inflasi 9,32% (yoy), dan kelompok Transpor, Komunikasi dan

yang mengalami inflasi tahunan tertinggi diantara kelompok barang dan

8.38

9.78

7.02

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00Nasional

Sulampua

Ternate

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Bahan Makanan 4.74 2.56 2.09 1.11 1.96Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 5.71 6.18 6.49 5.47 5.26

Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih 3.47 3.49 3.63 3.15 6.32Sandang 9.48 7.79 5.78 6.38 5.53

Kesehatan 5.12 5.29 5.05 4.55 1.92Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4.16 4.08 4.17 4.35 3.15

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 3.07 6.04 4.14 3.89 2.57

4.54 4.30 3.87 3.29 3.97

2012

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

22

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Barang dan Jasa (%)

Grafik 2.2Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate,

Sulampua & Nasional

) di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate

mengalami peningkatan pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 9,78% (yoy), jauh lebih tinggi

tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,29% (yoy).

Tekanan inflasi yang dialami oleh Kota Ternate juga terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan

Nasional dan Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua) yang masing-masing

oleh seluruh kelompok yang ada. Inflasi

tahunan Kota Ternate disumbang oleh tiga kelompok utama yaitu kelompok Perumahan, Listrik,

yoy), kelompok Bahan

, dan kelompok Transpor, Komunikasi dan

yang mengalami inflasi tahunan tertinggi diantara kelompok barang dan

Q2 Q3 Q4

-2.04 7.54 9.32

4.15 4.14 4.96

7.00 13.76 12.47

2.94 5.05 6.31

0.88 3.41 2.59

3.47 8.13 9.564.45 15.94 13.97

2.93 9.66 9.78

2013

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Tabel 2.2Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan

(yoy) Kota Ternate (%)

jasa sebesar 13,97% (yoy). Sementara

(0,09%) dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 2,59% (

jasa lainnya memberikan sumbangan dibawah 1% dengan tingkat inflasi

variatif yaitu berkisar antara 4,96% hingga 9,56%

Apabila dilihat lebih lanjut, komoditas yang menyokong besarnya andil kelompok

Listrik, Gas dan Air Bersih

subkelompok Biaya Tempat Tinggal yaitu Kontrak Rumah (1,21%), Tukang Bukan Mandor (0,90%)

dan Sewa Rumah (0,52%). Sedangkan dari kelompok Bahan Makanan, subkelompok Buah

dan Ikan Segar adalah penyumbang utama

Cakalang (0,49%) dan Ikan Malalugis (0,40%). Dari kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan, komoditas penyumbang utamanya berasal dari subkelompok Transpor yaitu

komoditas Angkutan Dalam Kota (0,94%), Tarif Sewa Motor (0,90%) dan Bensin (0,46%).

2.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq)

Berbeda dengan inflasi tahunan

triwulanan Kota Ternate tercatat mengalami koreksi tajam jika dibandingkan dengan triwulan III

2013. Namun jika dibandingkan dengan

Komoditas Inflasi/Deflasi

Solar 22.22Kontrak Rumah 20.62

Angkutan Dalam Kota 42.73Tukang Bukan Mandor 48.60

Tarif Sewa Motor 74.26Sewa Rumah 11.90

Ikan Cakalang 15.36Jeruk 57.34

Ikan Malalugis 32.71

Ikan Tuna -7.53Ikan Kembung -2.63

Semen -1.39Pasir -7.15

Cakalang Asap -18.98Kacang Panjang -43.53Angkutan Udara -11.90

Ikan Tude -34.37Teri -75.60

DEFLASI

INFLASI

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan) Kota Ternate (%)

Grafik 2.3Inflasi & Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi

Tahunan (yoy) Kota Ternate (%)

Sementara itu, sumbangan terkecil berasal dari

(0,09%) dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 2,59% (yoy). Sedangkan kelompok barang dan

sa lainnya memberikan sumbangan dibawah 1% dengan tingkat inflasi

yaitu berkisar antara 4,96% hingga 9,56%.

komoditas yang menyokong besarnya andil kelompok

terhadap inflasi tahunan Kota Ternate utamanya

subkelompok Biaya Tempat Tinggal yaitu Kontrak Rumah (1,21%), Tukang Bukan Mandor (0,90%)

dan Sewa Rumah (0,52%). Sedangkan dari kelompok Bahan Makanan, subkelompok Buah

h penyumbang utama dengan komoditasnya yaitu

dan Ikan Malalugis (0,40%). Dari kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan, komoditas penyumbang utamanya berasal dari subkelompok Transpor yaitu

am Kota (0,94%), Tarif Sewa Motor (0,90%) dan Bensin (0,46%).

2.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq)

Berbeda dengan inflasi tahunannya yang terakselerasi tipis dipenghujung tahun 2013, inflasi

Kota Ternate tercatat mengalami koreksi tajam jika dibandingkan dengan triwulan III

2013. Namun jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012, inflasi triwulanan

Inflasi/Deflasi Andil

1.281.210.940.900.900.520.490.430.40

-0.01-0.01-0.02-0.06-0.12-0.15-0.23-0.32-0.34

2.00

3.35

0.51

2.71

0.39

0.72

0.09

6.31

4.96

2.59

0.00 5.00

Transpor

LGA

Pendidikan

Bahan Makanan

Sandang

Makanan Jadi

Kesehatan

Inflasi Andil

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

23

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Grafik 2.3Inflasi & Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi

Tahunan (yoy) Kota Ternate (%)

berasal dari kelompok Kesehatan

Sedangkan kelompok barang dan

sa lainnya memberikan sumbangan dibawah 1% dengan tingkat inflasi tahunan (yoy) yang

komoditas yang menyokong besarnya andil kelompok Perumahan,

utamanya berasal dari

subkelompok Biaya Tempat Tinggal yaitu Kontrak Rumah (1,21%), Tukang Bukan Mandor (0,90%)

dan Sewa Rumah (0,52%). Sedangkan dari kelompok Bahan Makanan, subkelompok Buah-buahan

nya yaitu Jeruk (0,43%), Ikan

dan Ikan Malalugis (0,40%). Dari kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan, komoditas penyumbang utamanya berasal dari subkelompok Transpor yaitu dari

am Kota (0,94%), Tarif Sewa Motor (0,90%) dan Bensin (0,46%).

yang terakselerasi tipis dipenghujung tahun 2013, inflasi

Kota Ternate tercatat mengalami koreksi tajam jika dibandingkan dengan triwulan III

inflasi triwulanan Kota Ternate

13.97

12.47

9.56

9.32

6.31

10.00 15.00Andil

BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Tabel 2.3 Laju Inflasi Triwulanan (

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

membukukan peningkatan laju inflasi

menjadi 0,99% (qtq) pada triwulan IV 2013.

tahun masih berasal dari perayaan Hari Raya Natal dan libur tahun baru serta peralihan musim yang

menyebabkan naiknya tinggi gelombang di perairan Maluku U

distribusi serta kapasitas produksi sektor perikanan. Komoditas yang berasal dari kelompok volatile

foods memang seringkali menjadi lokomotif terakselerasinya inflasi di Kota Ternate baik secara

tahunan, triwulanan maupun bulanan

Berdasarkan kelompoknya, peningkatan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan

yang mengalami inflasi sebesar 3,84% (

sebelumnya yang tercatat sebesar 8,73% (

segar dan padi-padian, umbi-umbian serta hasilnya yaitu masing

3,34% (qtq). Hal ini didorong oleh kondisi musim yang mengalami peralihan di akhir triwulan IV

2013 sehingga mempengaruhi kapasitas produksi sektor perikanan dan bermuara pada naiknya

harga baik di tingkat produsen maupun konsumen.

Kelompok lain yang mengalami inflasi adalah kelompok Sandang (2,65%), kelompok Pendidikan,

Rekreasi dan Olahraga (1.65%), dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

(0,55%). Sementara itu, kelompok lainnya mengalami deflasi yang berkisar antara

hingga -1,07% (qtq).

2.2.3 Inflasi Bulanan (mtm)

Laju inflasi bulanan (mtm) Kota Ternate sepanjang triwulan IV 2013 terpantau cukup fluktuatif

dimana angkanya berada di bawah inflasi bulanan Nasional namun

inflasi bulanan Zona Sulampua (Grafik 2.3).

inflasi sebesar 0,44% (mtm), kemudian di bulan selanjutnya harga mengalami koreksi sehingga

QTQ

Bahan MakananMakanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih

KesehatanPendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Transpor, Komunikasi dan Jasa KeuanganInflasi Umum Tahunan (yoy )

Kelompok Barang dan Jasa

BAB II. PERKEMBANGAN

Tabel 2.3 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

peningkatan laju inflasi dari sebelumnya sebesar 0,88% (qtq) pada triwulan

menjadi 0,99% (qtq) pada triwulan IV 2013. Faktor penyebab terjadinya inflasi di penghujung

tahun masih berasal dari perayaan Hari Raya Natal dan libur tahun baru serta peralihan musim yang

menyebabkan naiknya tinggi gelombang di perairan Maluku Utara dan

kapasitas produksi sektor perikanan. Komoditas yang berasal dari kelompok volatile

seringkali menjadi lokomotif terakselerasinya inflasi di Kota Ternate baik secara

tahunan, triwulanan maupun bulanan.

peningkatan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan

sebesar 3,84% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 8,73% (qtq) dimana inflasi tertinggi terjadi pada

umbian serta hasilnya yaitu masing-masing sebesar 25,28% (

Hal ini didorong oleh kondisi musim yang mengalami peralihan di akhir triwulan IV

2013 sehingga mempengaruhi kapasitas produksi sektor perikanan dan bermuara pada naiknya

harga baik di tingkat produsen maupun konsumen.

lami inflasi adalah kelompok Sandang (2,65%), kelompok Pendidikan,

Rekreasi dan Olahraga (1.65%), dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

(0,55%). Sementara itu, kelompok lainnya mengalami deflasi yang berkisar antara

) Kota Ternate sepanjang triwulan IV 2013 terpantau cukup fluktuatif

dimana angkanya berada di bawah inflasi bulanan Nasional namun masih lebih tinggi

ampua (Grafik 2.3). Bulan Oktober 2013, Kota Ternate tercatat mengalami

), kemudian di bulan selanjutnya harga mengalami koreksi sehingga

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1Bahan Makanan -0.35 0.29 -0.95 2.14 0.48

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1.28 0.81 3.54 -0.24 1.09Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih 0.95 1.44 0.44 0.29 4.06

Sandang 0.92 0.53 3.38 1.43 0.11Kesehatan 2.61 0.35 0.86 0.66 0.03

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.47 -0.08 3.61 0.32 -0.67Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.05 3.65 -0.45 0.64 -1.23

0.52 1.15 0.71 0.88 1.18

2012

24

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

dari sebelumnya sebesar 0,88% (qtq) pada triwulan IV 2012

Faktor penyebab terjadinya inflasi di penghujung

tahun masih berasal dari perayaan Hari Raya Natal dan libur tahun baru serta peralihan musim yang

dan mempengaruhi laju

kapasitas produksi sektor perikanan. Komoditas yang berasal dari kelompok volatile

seringkali menjadi lokomotif terakselerasinya inflasi di Kota Ternate baik secara

peningkatan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan

), lebih rendah dibandingkan dengan periode

inflasi tertinggi terjadi pada komoditas ikan

masing sebesar 25,28% (qtq) dan

Hal ini didorong oleh kondisi musim yang mengalami peralihan di akhir triwulan IV

2013 sehingga mempengaruhi kapasitas produksi sektor perikanan dan bermuara pada naiknya

lami inflasi adalah kelompok Sandang (2,65%), kelompok Pendidikan,

Rekreasi dan Olahraga (1.65%), dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

(0,55%). Sementara itu, kelompok lainnya mengalami deflasi yang berkisar antara -0,13% (qtq)

) Kota Ternate sepanjang triwulan IV 2013 terpantau cukup fluktuatif

lebih tinggi dibandingkan

Bulan Oktober 2013, Kota Ternate tercatat mengalami

), kemudian di bulan selanjutnya harga mengalami koreksi sehingga

Q2 Q3 Q4-3.64 8.73 3.84-0.26 3.53 0.552.09 6.78 -0.85-1.93 5.49 2.65-0.68 3.39 -0.130.23 8.27 1.655.55 10.51 -1.070.14 7.28 0.99

2013

Grafik 2.4 Laju Inflasi Bulanan (

tercatat deflasi sebesar -0,29% (

dengan tingkat inflasi sebesar 0,84% (

dan liburan tahun baru serta pancaroba

Oktober 2013

Awal triwulan IV 2013, Kota Ternate

tercatat mengalami inflasi sebesar

(mtm) atau 11,07% (yoy) secara tahunan.

Laju inflasi ini terjadi setelah sebelumnya

Kota Ternate sempat mengalami koreksi

harga terdalam sepanjang tahun 2013

sebesar -2,39% (mtm) pada September

2013. Kelompok bahan makanan

merupakan kelompok dengan tingkat

inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,51% (

dimana komoditas yang memotorinya

berasal dari subkelompok ikan segar (0,78%

yang sangat mempengaruhi kapasitas produksi nelayan dan kemudian mempengaruhi stok ikan

segar di pasar adalah pemilik andil terbesar volatilitas harga ikan segar. Berdasarkan andilnya,

komoditas perikanan memiliki andil yang cukup besar terhad

sehingga perubahan yang terjadi pada sektor ini mampu mempengaruhi inflasi umum Kota Ternate

secara signifikan. Selanjutnya

digerakkan oleh komoditas dari subkelompo

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

Sumber : BPS

BAB II. PERKEMBANGAN

Grafik 2.4 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional

0,29% (mtm). Namun harga kembali terdongkrak di penghujung tahun

engan tingkat inflasi sebesar 0,84% (mtm) sebagai dampak seasonal factor

dan liburan tahun baru serta pancaroba yang mempengaruhi suplai.

Kota Ternate

tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44%

) secara tahunan.

Laju inflasi ini terjadi setelah sebelumnya

mengalami koreksi

harga terdalam sepanjang tahun 2013

pada September

elompok bahan makanan

merupakan kelompok dengan tingkat

sebesar 1,51% (mtm)

dimana komoditas yang memotorinya

ikan segar (0,78%, mtm) dan buah-buahan (0,17%

yang sangat mempengaruhi kapasitas produksi nelayan dan kemudian mempengaruhi stok ikan

segar di pasar adalah pemilik andil terbesar volatilitas harga ikan segar. Berdasarkan andilnya,

komoditas perikanan memiliki andil yang cukup besar terhadap inflasi umum Kota Ternate

sehingga perubahan yang terjadi pada sektor ini mampu mempengaruhi inflasi umum Kota Ternate

kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar

digerakkan oleh komoditas dari subkelompok rekreasi (0,07%, mtm). Sedangkan kelompok

mtm_Nasiona (Des 2013 : 0,55%)

mtm_Sulampua (Des 2013 : 1,14%)

mtm_Malut (Des 2013 : 0,84%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Grafik 2.5Inflasi dan Andil Kota Ternate MenurutKelompok Barang & Jasa Oktober 2013

(0.20)

(0.00)(1.31)

(0.01)

(1.70) (1.20) (0.70) (0.20)

Transpor

Perumahan, LGA

Kesehatan

Sandang

Pendidikan

Makanan Jadi

Bahan Makanan

25

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

) Kota Ternate, Sulampua & Nasional

). Namun harga kembali terdongkrak di penghujung tahun

seasonal factor perayaan hari natal

buahan (0,17%, mtm). Faktor cuaca

yang sangat mempengaruhi kapasitas produksi nelayan dan kemudian mempengaruhi stok ikan

segar di pasar adalah pemilik andil terbesar volatilitas harga ikan segar. Berdasarkan andilnya,

ap inflasi umum Kota Ternate

sehingga perubahan yang terjadi pada sektor ini mampu mempengaruhi inflasi umum Kota Ternate

mengalami inflasi sebesar 1,21% (mtm) dan

. Sedangkan kelompok

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Inflasi dan Andil Kota Ternate MenurutKelompok Barang & Jasa Oktober 2013

0.00

0.02

0.07

0.13

0.42

0.13

0.34

1.29

0.91

1.51

(0.20) 0.30 0.80 1.30 1.80

Inflasi Andil

makanan jadi yang mengalami inflasi sebesar 0,91% (

subkelompok makanan jadi (0,06%,

November 2013

terhadap inflasi umum Kota Ternate.

komoditas dari subkelompok sandang wanita

Kelompok selanjutnya yang mengalami inflasi tertinggi di bulan November 2013 adalah kelompok

pendidikan sebesar 0,35% (mtm

ini disumbangkan oleh subkelompok perlengkapan/peralatan pendidika

subkelompok sisanya bergerak relatif stabil

dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,24% (

makanan jadi (0,04%, mtm) sebagai motor tunggal p

menahan laju inflasi berasal dari subkelompok minuman tidak beralkohol (

Subkelompok ikan segar dari kelompok bahan makanan yang

mendongkrak inflasi Kota Ternate

subkelompok buah-buahan masih melaju di pertengahan dipertengahan triwulan IV 2013.

Desember 2013

Dipenghujung tahun 2013, Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,84% (

sebesar 9,78% (yoy) secara tahunan.

inflasi tertinggi sebesar 2,72% (

Desember 2013 yaitu 0,77% (

subkelompok ikan segar (0,55%,

(0.24)

(0.12)

(0.03)

(0.01)

(0.85)

(0.41)

(0.23)

(0.23)

(1.00) (0.50)

Perumahan, LGA

Bahan Makanan

Transpor

Kesehatan

Pendidikan

Makanan Jadi

Sandang

Grafik 2.6Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut

Kelompok Barang & Jasa

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

makanan jadi yang mengalami inflasi sebesar 0,91% (mtm) didorong oleh komoditas dari

subkelompok makanan jadi (0,06%, mtm) dan minuman tidak beralkohol (0,06%,

Pertengahan triwulan IV 2013, koreksi

harga terjadi di Kota Ternate sehingga

tercatat deflasi sebesar

9,70% (yoy) secara tahunan.

disebabkan oleh 4 dari 7 kelompok barang

dan jasa mengalami deflasi. Sedangkan 3

kelompok sisanya mengalami inflasi

dibawah 1% dimana kali ini kelompok

sandang adalah kelompok yang

mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,96%

(mtm) dengan andil sebesar 0,06%(

terhadap inflasi umum Kota Ternate. Inflasi yang terjadi pada kelompok sandang ini dimotori oleh

komoditas dari subkelompok sandang wanita (0,08%, mtm) dan sandang laki

Kelompok selanjutnya yang mengalami inflasi tertinggi di bulan November 2013 adalah kelompok

mtm) dimana pemilik andil tertinggi dari pergerakan harga di kelompok

ini disumbangkan oleh subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,01% (

subkelompok sisanya bergerak relatif stabil. Selain itu, kelompok makanan jadi

mengalami inflasi sebesar 0,24% (mtm) dengan komoditas dari subkelompok

) sebagai motor tunggal penggerak harga sedangkan komoditas yang

menahan laju inflasi berasal dari subkelompok minuman tidak beralkohol (

Subkelompok ikan segar dari kelompok bahan makanan yang pada

mendongkrak inflasi Kota Ternate mengalami perlambatan kenaikan harga. Sedangkan

buahan masih melaju di pertengahan dipertengahan triwulan IV 2013.

Dipenghujung tahun 2013, Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,84% (

) secara tahunan. Kelompok bahan makanan adalah kelompok yang mengalami

inflasi tertinggi sebesar 2,72% (mtm) serta pemilik andil terbesar atas inflasi bulanan

Desember 2013 yaitu 0,77% (mtm). Pergerakan harga kelompok ini dimotori oleh komoditas dari

an segar (0,55%, mtm), bumbu-bumbuan (0,41%, mtm), pad

(0.03)

(0.01)

0.02

0.03

0.06

0.35

0.24

0.96

- 0.50 1.00

Inflasi Andil

Grafik 2.6Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut

Kelompok Barang & Jasa November 2013

Sulawesi Utara , diolah

26

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

) didorong oleh komoditas dari

) dan minuman tidak beralkohol (0,06%, mtm).

Pertengahan triwulan IV 2013, koreksi

harga terjadi di Kota Ternate sehingga

tercatat deflasi sebesar -0,29% (mtm) atau

) secara tahunan. Deflasi ini

disebabkan oleh 4 dari 7 kelompok barang

dan jasa mengalami deflasi. Sedangkan 3

kelompok sisanya mengalami inflasi

dibawah 1% dimana kali ini kelompok

sandang adalah kelompok yang

mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,96%

) dengan andil sebesar 0,06%(mtm)

Inflasi yang terjadi pada kelompok sandang ini dimotori oleh

dan sandang laki-laki (0,03%, mtm).

Kelompok selanjutnya yang mengalami inflasi tertinggi di bulan November 2013 adalah kelompok

dimana pemilik andil tertinggi dari pergerakan harga di kelompok

n sebesar 0,01% (mtm) dan

itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok

) dengan komoditas dari subkelompok

enggerak harga sedangkan komoditas yang

menahan laju inflasi berasal dari subkelompok minuman tidak beralkohol (-0,01, mtm).

pada bulan sebelumnya

n kenaikan harga. Sedangkan

buahan masih melaju di pertengahan dipertengahan triwulan IV 2013.

Dipenghujung tahun 2013, Kota Ternate tercatat mengalami inflasi sebesar 0,84% (mtm) atau

Kelompok bahan makanan adalah kelompok yang mengalami

atas inflasi bulanan periode

). Pergerakan harga kelompok ini dimotori oleh komoditas dari

), padi, umbi-umbian dan

hasilnya (0,16%, mtm) dan sayur

yang mengalami inflasi tertinggi kedua sebesar 1,33% (

naiknya harga berbagai komoditas di bulan Desember 2013.

2.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan dipengaruhi oleh

gejolak harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan (

kelompok inti (core inflation) dan kelompok

2.3.1 Faktor Fundamental

Tekanan inflasi inti (core inflation

perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya namun masih jauh lebih tinggi

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00 Vol. Foods

Adm. Price

Core

Umum

Grafik 2.8Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

(0.08)

(0.00)

(0.00)

0.00

0.07

0.08

(0.59)

(0.03)

(0.00)

0.01

0.48

(1.00) (0.50) - 0.50

Makanan Jadi

Kesehatan

Pendidikan

Perumahan, LGA

Transpor

Sandang

Bahan Makanan

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Grafik 2.7Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut

Kelompok Barang & Jasa

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

BAB II. PERKEMBANGAN

) dan sayur-sayuran (0,13%, mtm). Selanjutnya adalah kelompok sandang

yang mengalami inflasi tertinggi kedua sebesar 1,33% (mtm) dengan andil sebesar 0,08% (

Pergerakan harga dikelompok ini dimotori

oleh komoditas dari subkelompok sandang

wanita (0,03%, mtm

sandang lainnya (0,03%,

sandang laki-laki (0,01%,

Sedangkan kelompok transpor yang

mengalami inflasi sebesar 0,48% (

memiliki andil sebesar 0,07% (

terhadap inflasi umum bulanan Kota

Ternate. Faktor cuaca, per

dan liburan tahun baru merupakan alasan

naiknya harga berbagai komoditas di bulan Desember 2013.

Faktor Penggerak Inflasi

faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan dipengaruhi oleh

gejolak harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan (volatile foods

) dan kelompok administered price terpantau relatif stabil.

core inflation) pada triwulan IV 2013 terpantau stabil

perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya namun masih jauh lebih tinggi

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00Vol. Foods

Adm. Price

Core

Umum

Grafik 2.8Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

0.77

0.48

1.33

2.72

1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

Inflasi Andil

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Grafik 2.7Inflasi dan Andil Kota Ternate Menurut

Kelompok Barang & Jasa Desember 2013

Grafik 2.Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

27

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

. Selanjutnya adalah kelompok sandang

) dengan andil sebesar 0,08% (mtm).

Pergerakan harga dikelompok ini dimotori

oleh komoditas dari subkelompok sandang

mtm), barang pribadi dan

sandang lainnya (0,03%, mtm) serta

laki (0,01%, mtm).

Sedangkan kelompok transpor yang

mengalami inflasi sebesar 0,48% (mtm)

memiliki andil sebesar 0,07% (mtm)

terhadap inflasi umum bulanan Kota

Ternate. Faktor cuaca, perayaan hari natal

dan liburan tahun baru merupakan alasan

faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan dipengaruhi oleh

volatile foods). Sementara itu,

terpantau relatif stabil.

) pada triwulan IV 2013 terpantau stabil dan sedikit mengalami

perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya namun masih jauh lebih tinggi

Grafik 2.9Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Inflasi inti di akhir triwulan IV 2013

tercatat sebesar 8,15% (yoy) dengan sumbangan sebesar 5,02% (

2013 tercatat inflasi inti sebesar 9,05% (

IV 2012 tercatat inflasi inti sebesar 5,22% (

Stabilnya inflasi inti didukung oleh meredanya tekanan faktor eksternal seiring dengan melandainya

harga komoditas global seperti harga emas dan harga minyak dunia yang terpantau cukup stabil.

Tekanan depresiasi rupiah yang terjadi di triwulan IV 2013 dapat dikendalikan sehingga tingkat

kestabilan rupiah terjaga dengan baik.

Dari sisi domestik, terjaganya inflasi inti didorong pula oleh kemampuan sisi penawaran dalam

menjawab fluktuasi sisi permintaan. Hal tersebut

yang masih berada pada level moderat.

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Di triwulan akhir 2013, tingkat konsumsi masyarakat yang cukup tinggi sebagai faktor perayaan

hari raya natal serta liburan tahun baru direspon dengan p

moderat sehingga mampu menjaga ketersediaan pasokan sehingga inflasi di akhir triwulan masih

terjaga dibawah 1%. Walaupun demikian, faktor cuaca yang mempengaruhi tinggi gelombang di

perairan Maluku Utara mempengaruhi

berkurang dan mempengaruhi lonjakan harga

0

5

10

15

20

25

30

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2011 2012

Rib

u$

Nikel

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Grafik 2.10Pergerakan Harga Nikel dan Emas Internasional

BAB II. PERKEMBANGAN

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Inflasi inti di akhir triwulan IV 2013

dengan sumbangan sebesar 5,02% (yoy). Sedangkan pada triwulan III

2013 tercatat inflasi inti sebesar 9,05% (yoy) dengan andil sebesar 5,61% (

tercatat inflasi inti sebesar 5,22% (yoy) dengan andil sebesar 3,16% (

Stabilnya inflasi inti didukung oleh meredanya tekanan faktor eksternal seiring dengan melandainya

seperti harga emas dan harga minyak dunia yang terpantau cukup stabil.

Tekanan depresiasi rupiah yang terjadi di triwulan IV 2013 dapat dikendalikan sehingga tingkat

kestabilan rupiah terjaga dengan baik.

Dari sisi domestik, terjaganya inflasi inti didorong pula oleh kemampuan sisi penawaran dalam

menjawab fluktuasi sisi permintaan. Hal tersebut tercermin dari penggunaan kapasitas produksi

yang masih berada pada level moderat.

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Di triwulan akhir 2013, tingkat konsumsi masyarakat yang cukup tinggi sebagai faktor perayaan

hari raya natal serta liburan tahun baru direspon dengan penggunaan kapasitas produksi di level

moderat sehingga mampu menjaga ketersediaan pasokan sehingga inflasi di akhir triwulan masih

terjaga dibawah 1%. Walaupun demikian, faktor cuaca yang mempengaruhi tinggi gelombang di

perairan Maluku Utara mempengaruhi kapasitas produksi ikan sehingga stok ikan di pasar

berkurang dan mempengaruhi lonjakan harga komoditas dimaksud di akhir triwulan laporan.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

1 3 5 7 9 11

2013

Nikel Emas (RHS)

0

20

40

60

80

100

120Ja

n-11

Mar

-11

May

-11

Jul-1

1

Sep-

11

Nov

-11

Jan-

12

Mar

-12

May

-12

Jul-1

2

Sep-

12

WTI g_price_yoy (aksis kanan)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , d

Harga Nikel dan Emas InternasionalGrafik 2.

Pergerakan Harga Crude Oil West Texas Intermediate

28

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Inflasi inti di akhir triwulan IV 2013

). Sedangkan pada triwulan III

) dengan andil sebesar 5,61% (yoy) dan pada triwulan

16% (yoy).

Stabilnya inflasi inti didukung oleh meredanya tekanan faktor eksternal seiring dengan melandainya

seperti harga emas dan harga minyak dunia yang terpantau cukup stabil.

Tekanan depresiasi rupiah yang terjadi di triwulan IV 2013 dapat dikendalikan sehingga tingkat

Dari sisi domestik, terjaganya inflasi inti didorong pula oleh kemampuan sisi penawaran dalam

penggunaan kapasitas produksi

Di triwulan akhir 2013, tingkat konsumsi masyarakat yang cukup tinggi sebagai faktor perayaan

enggunaan kapasitas produksi di level

moderat sehingga mampu menjaga ketersediaan pasokan sehingga inflasi di akhir triwulan masih

terjaga dibawah 1%. Walaupun demikian, faktor cuaca yang mempengaruhi tinggi gelombang di

kapasitas produksi ikan sehingga stok ikan di pasar

di akhir triwulan laporan.

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Sep-

12

Nov

-12

Jan-

13

Mar

-13

May

-13

Jul-1

3

Sep-

13

Nov

-13

g_price_yoy (aksis kanan)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Grafik 2.11Crude Oil West Texas Intermediate

Eksternal

Sepanjang triwulan IV 2013, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang semakin kuat jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun sebelumnya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

pada triwulan IV 2013. Secara

4,96% dari posisi triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp. 11.555 / USD atau naik sebesar

26% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang

Rp. 9.622 / USD. Walaupun tekanan terus menguat, tingkat volatilitas rupiah tetap terjaga

sehingga aliran dana investasi tetap

optimisnya investor terhadap perkembangan

berbagai komoditas impor.

Sementara itu, harga komoditas internasional seperti emas dan minyak mentah (

Intermediate) mengalami fluktuasi se

demikian, tingkat harga yang terjadi selama triwulan laporan masih berada dibawah

sebelumnya. Khusus untuk komoditas emas, penurunan harga terjadi baik secara triwulanan (

maupun secara tahunan (yoy

turun sebesar 9,2% (qtq) dan secara tahunan terpantau turun cukup signifikan yaitu sebesar

27,4% (yoy). Sedangkan untuk komoditas minyak mentah

triwulanan turun sebesar 7,9% (

11% (yoy).

Rp8,000

Rp8,500

Rp9,000

Rp9,500

Rp10,000

Rp10,500

Rp11,000

Rp11,500

Rp12,000

Rp12,500

Pergerakan

BAB II. PERKEMBANGAN

, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang semakin kuat jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun sebelumnya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ditutup pada level Rp. 12.128 / USD

Secara point to point, tekanan terhadap nilai rupiah menguat

4,96% dari posisi triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp. 11.555 / USD atau naik sebesar

26% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang

Walaupun tekanan terus menguat, tingkat volatilitas rupiah tetap terjaga

sehingga aliran dana investasi tetap mengalir dengan lancar. Hal ini mencerminkan masih

perkembangan ekonomi Nasional ditengah terjadinya kenaikan harga

Sementara itu, harga komoditas internasional seperti emas dan minyak mentah (

) mengalami fluktuasi sepanjang triwulan IV 2013 (Grafik 2.10 dan 2.11)

tingkat harga yang terjadi selama triwulan laporan masih berada dibawah

sebelumnya. Khusus untuk komoditas emas, penurunan harga terjadi baik secara triwulanan (

yoy). Secara triwulanan, harga emas di pasar internasional terpantau

) dan secara tahunan terpantau turun cukup signifikan yaitu sebesar

). Sedangkan untuk komoditas minyak mentah West Texas Intermediate

triwulanan turun sebesar 7,9% (qtq) namun secara tahunan terjadi peningkatan harga sebesar

Rp8,000

Rp8,500

Rp9,000

Rp9,500

Rp10,000

Rp10,500

Rp11,000

Rp11,500

Rp12,000

Rp12,500

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2011 2012 2013

Grafik 2.12Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika

29

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang semakin kuat jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama

pada level Rp. 12.128 / USD

, tekanan terhadap nilai rupiah menguat sebesar

4,96% dari posisi triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp. 11.555 / USD atau naik sebesar

26% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang terpantau pada level

Walaupun tekanan terus menguat, tingkat volatilitas rupiah tetap terjaga

ni mencerminkan masih

ditengah terjadinya kenaikan harga

Sementara itu, harga komoditas internasional seperti emas dan minyak mentah (West Texas

(Grafik 2.10 dan 2.11). Walaupun

tingkat harga yang terjadi selama triwulan laporan masih berada dibawah harga triwulan

sebelumnya. Khusus untuk komoditas emas, penurunan harga terjadi baik secara triwulanan (qtq)

). Secara triwulanan, harga emas di pasar internasional terpantau

) dan secara tahunan terpantau turun cukup signifikan yaitu sebesar

West Texas Intermediate (WTI), secara

) namun secara tahunan terjadi peningkatan harga sebesar

Sumber : PPN Kota Ternate, diolah

2.3.2 Non Fundamental

Volatile Foods

Berdasarkan data tahunannya, t

triwulan IV 2013 mengalami peningkatan baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

maupun jika dibandingkan dengan data pada periode ya

Desember 2013, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 11,41% (

sebesar 2,78% (yoy) terhadap inflasi Umum Kota Ternate, lebih tinggi jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat pada

(yoy). Perubahan yang cukup signifikan terlihat jika dibandingkan dengan akhir triwulan IV 2012

dimana kelompok ini tercatat mengalami deflasi sebesar

-0,07% (yoy).

Tekanan inflasi kelompok volatile foods

permintaan seiring perayaan hari natal sert aliburan tahun baru. Selain itu, pancaroba ya

di akhir triwulan laporan mempengaruhi distribusi barang dari luar provinsi sehingga

mempengaruhi harga komoditas

buahan, dan bumbu-bumbuan. Sedangkan untuk komoditas perikanan, perubah

berdampak pada naiknya tinggi gelombang di perairan Maluku Utara menggiring naik harga ikan.

Kenaikan harga ini terjadi pada tingkat produsen dan terlebih lagi di tingkat konsumen.

Pola kenaikan harga sejumlah komoditas

oleh Maluku Utara namun pada

besarnya ketergantungan Maluku Utara terhadap barang impor dari daerah lain dalam memenuhi

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

2013

Cakalang kakap Merah

Grafik 2.13Pergerakan Harga Ikan di Maluku Utara

BAB II. PERKEMBANGAN

, diolah Sumber : PPN Kota Ternate

tahunannya, tekanan inflasi yang dialami kelompok volatile foods

mengalami peningkatan baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

maupun jika dibandingkan dengan data pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada

Desember 2013, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 11,41% (yoy

) terhadap inflasi Umum Kota Ternate, lebih tinggi jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka 8,99% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,15%

). Perubahan yang cukup signifikan terlihat jika dibandingkan dengan akhir triwulan IV 2012

dimana kelompok ini tercatat mengalami deflasi sebesar -0,29% (yoy) dengan sumbangan sebesar

volatile foods pada triwulan laporan dimotori oleh naiknya sisi

permintaan seiring perayaan hari natal sert aliburan tahun baru. Selain itu, pancaroba ya

di akhir triwulan laporan mempengaruhi distribusi barang dari luar provinsi sehingga

komoditas-komoditas impor seperti komoditas daging, telur, susu, buah

bumbuan. Sedangkan untuk komoditas perikanan, perubah

berdampak pada naiknya tinggi gelombang di perairan Maluku Utara menggiring naik harga ikan.

Kenaikan harga ini terjadi pada tingkat produsen dan terlebih lagi di tingkat konsumen.

Pola kenaikan harga sejumlah komoditas volatile foods yang terjadi secara nasional juga dialami

oleh Maluku Utara namun pada magnitude yang lebih besar. Hal ini merupakan dampak dari masih

besarnya ketergantungan Maluku Utara terhadap barang impor dari daerah lain dalam memenuhi

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2013

Cakalang Kerapu

Ags Sept Okt Nov Des

kakap Merah Kerapu

Ikan di Maluku UtaraGrafik 2.

Perkembangan Volume Produksi Ikan di Maluku Utara

30

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

PPN Kota Ternate, diolah

volatile foods pada akhir

mengalami peningkatan baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

ng sama tahun sebelumnya. Pada

yoy) dengan sumbangan

) terhadap inflasi Umum Kota Ternate, lebih tinggi jika dibandingkan dengan

) dengan sumbangan sebesar 2,15%

). Perubahan yang cukup signifikan terlihat jika dibandingkan dengan akhir triwulan IV 2012

) dengan sumbangan sebesar

pada triwulan laporan dimotori oleh naiknya sisi

permintaan seiring perayaan hari natal sert aliburan tahun baru. Selain itu, pancaroba yang terjadi

di akhir triwulan laporan mempengaruhi distribusi barang dari luar provinsi sehingga

komoditas impor seperti komoditas daging, telur, susu, buah-

bumbuan. Sedangkan untuk komoditas perikanan, perubahan cuaca yang

berdampak pada naiknya tinggi gelombang di perairan Maluku Utara menggiring naik harga ikan.

Kenaikan harga ini terjadi pada tingkat produsen dan terlebih lagi di tingkat konsumen.

yang terjadi secara nasional juga dialami

yang lebih besar. Hal ini merupakan dampak dari masih

besarnya ketergantungan Maluku Utara terhadap barang impor dari daerah lain dalam memenuhi

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

2013

Kerapu Kakap Merah (aksis kanan)

Grafik 2.14Perkembangan Volume Produksi Ikan di Maluku Utara

kebutuhannya. Disamping itu,

volatile foods menyebabkan inflasi bergerak lebih tinggi dari sebagian besar daerah lain di

Indonesia serta dengan tingkat rigiditas yang

yang dirasakan oleh masyarakat Maluku Utara terjadi pada jangka waktu yang lebih lama

dibandingkan daerah lain dan

masyarakat yang terindikasi dari menurunnya

Administered Price

Secara tahunan, inflasi yang dialami oleh kelompok

tercatat sebesar 14,03% (yoy) dengan andil terhadap inflasi umum Kota Ternate sebesar 1,97%

(yoy). Lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelum

sebelumnya. Pada triwulan III 2013, tekanan pada kelompok ini tercatat sebesar 13,43% (

dengan andil sebesar 1,90 (yoy

0,20% (yoy) pada akhir tahun 2012.

Naiknya tekanan inflasi kelompok

subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (4,70%,

(6,34%, yoy), dan transpor (21,17%,

BAB II. PERKEMBANGAN

kebutuhannya. Disamping itu, struktur pasar yang berbentuk oligopoli dalam tata niaga komoditas

menyebabkan inflasi bergerak lebih tinggi dari sebagian besar daerah lain di

Indonesia serta dengan tingkat rigiditas yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan tekanan inflasi

ang dirasakan oleh masyarakat Maluku Utara terjadi pada jangka waktu yang lebih lama

dibandingkan daerah lain dan dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan riil

yang terindikasi dari menurunnya purchase ability mereka.

Secara tahunan, inflasi yang dialami oleh kelompok administered price pada akhir triwulan IV 2014

) dengan andil terhadap inflasi umum Kota Ternate sebesar 1,97%

). Lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun akhir tahun

sebelumnya. Pada triwulan III 2013, tekanan pada kelompok ini tercatat sebesar 13,43% (

yoy) dan tercatat inflasi sebesar 1,43% (yoy) dengan andil sebesar

) pada akhir tahun 2012.

Naiknya tekanan inflasi kelompok administered price disebabkan oleh inflasi pada komoditas dari

subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (4,70%, yoy), bahan bakar, penerangan dan air

), dan transpor (21,17%, yoy).

31

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

struktur pasar yang berbentuk oligopoli dalam tata niaga komoditas

menyebabkan inflasi bergerak lebih tinggi dari sebagian besar daerah lain di

tinggi. Hal ini menyebabkan tekanan inflasi

ang dirasakan oleh masyarakat Maluku Utara terjadi pada jangka waktu yang lebih lama

akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan riil

pada akhir triwulan IV 2014

) dengan andil terhadap inflasi umum Kota Ternate sebesar 1,97%

nya maupun akhir tahun

sebelumnya. Pada triwulan III 2013, tekanan pada kelompok ini tercatat sebesar 13,43% (yoy)

) dengan andil sebesar

inflasi pada komoditas dari

), bahan bakar, penerangan dan air

BAB II. PERKEMBANGAN

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

32

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Inflasi Kota Ternate sebagai representasi dari Provinsi Maluku Utara memiliki perilaku yang

sangat dipengaruhi oleh pergerakan komoditas

memang tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan perilaku inflasi daerah lain

indonesia yang sangat sensitif terhadap

demikian, tingkat sensitifitas inflasi Kota Ternate terhadap pergerakan harga

tergolong sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pergerak

kelompok volatile foods sangat mirip dengan tren inflasi Kota Ternate baik itu inflasi bulanan,

triwulanan maupun tahunan.

(4.00)

(3.00)

(2.00)

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2012

Inflasi (mtm) Andil Vol. Foods

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1

BOKS I. Perilaku Volatile Food

Pergerakan Inflasi dan Andil Kelompok Volatile Food

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Inflasi Kota Ternate sebagai representasi dari Provinsi Maluku Utara memiliki perilaku yang

sangat dipengaruhi oleh pergerakan komoditas-komoditas volatile food

memang tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan perilaku inflasi daerah lain

indonesia yang sangat sensitif terhadap gejolak harga komoditas penyusun

demikian, tingkat sensitifitas inflasi Kota Ternate terhadap pergerakan harga

tergolong sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pergerakan andil yang diberikan oleh komoditas

kelompok volatile foods sangat mirip dengan tren inflasi Kota Ternate baik itu inflasi bulanan,

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013

Andil Vol. Foods

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012

Inflasi (qtq) Andil Vol. Food

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Inflasi (yoy) Andil Vol. Food

Volatile Food dan Inflasi Umum Kota Ternate

Grafik 1Pergerakan Inflasi dan Andil Kelompok Volatile Food

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

33

Inflasi Kota Ternate sebagai representasi dari Provinsi Maluku Utara memiliki perilaku yang

volatile foodnya. Kondisi ini

memang tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan perilaku inflasi daerah lainnya di seluruh

n volatile food. Namun

demikian, tingkat sensitifitas inflasi Kota Ternate terhadap pergerakan harga volatile food

an andil yang diberikan oleh komoditas

kelompok volatile foods sangat mirip dengan tren inflasi Kota Ternate baik itu inflasi bulanan,

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013

Andil Vol. Food

dan Inflasi Umum Kota Ternate

Tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia secara general ini bukan merupakan hal yang

membanggakan namun harus diakui bahwa hal tersebut pernah menjadi alasan lolosnya Indonesia

dari gelombang sunami finansial yang melanda dunia pada tahun 2008. Nega

Asia timur seperti Jepang, China dan Korea serta negara

Eropa yang notabene tingkat konsumsi yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia, bahkan

masyarakat di Jepang yang terkenal sangat suka menab

pemerintah jepang bukan kepada negara lain namun kepada masyarakat sendiri, tidak mampu

menghindar dari bencana finansial global tersebut. Namun demiki

perbaikan kondisi perekonomian globa

Indonesia dengan tujuan negara

Pada dasarnya, terjaganya sisi suplai yang berasal dari hasil produksi internal maupun kegiatan

impor dari luar negeri dan luar daerah akan mampu menjaga kestabilan harga karena kemampuan

sisi suplai menjawab gejolak permintaan akan mencegah adanya kenaika

terbataasnya stok internal. Selain terjaganya sisi suplai, hal lain yang sering kali menjadi alasan

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2012

Inflasi (mtm) Inflasi Vol. Food (mtm)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

1

Pergerakan Inflasi Umum dan Inflasi Kelompok Volatile Food

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE

Tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia secara general ini bukan merupakan hal yang

membanggakan namun harus diakui bahwa hal tersebut pernah menjadi alasan lolosnya Indonesia

dari gelombang sunami finansial yang melanda dunia pada tahun 2008. Nega

Asia timur seperti Jepang, China dan Korea serta negara-negara besar di kawasan Amerika dan

Eropa yang notabene tingkat konsumsi yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia, bahkan

masyarakat di Jepang yang terkenal sangat suka menabung sampai-sampai hutang terbesar

pemerintah jepang bukan kepada negara lain namun kepada masyarakat sendiri, tidak mampu

menghindar dari bencana finansial global tersebut. Namun demikian, saat ini sudah terlihat adanya

perbaikan kondisi perekonomian global yang ditandai dengan meningkatnya posisi ekspor dari

Indonesia dengan tujuan negara-negara tersebut diatas.

Pada dasarnya, terjaganya sisi suplai yang berasal dari hasil produksi internal maupun kegiatan

impor dari luar negeri dan luar daerah akan mampu menjaga kestabilan harga karena kemampuan

sisi suplai menjawab gejolak permintaan akan mencegah adanya kenaikan harga yang disebabkan

terbataasnya stok internal. Selain terjaganya sisi suplai, hal lain yang sering kali menjadi alasan

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013

Inflasi Vol. Food (mtm)

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012

Inflasi (qtq) Inflasi Vol. Food (qtq)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Inflasi (yoy) Inflasi Vol. Food (yoy)

Grafik 2Pergerakan Inflasi Umum dan Inflasi Kelompok Volatile Food

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

34

BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE

Tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia secara general ini bukan merupakan hal yang

membanggakan namun harus diakui bahwa hal tersebut pernah menjadi alasan lolosnya Indonesia

dari gelombang sunami finansial yang melanda dunia pada tahun 2008. Negara-negara di -daerah

negara besar di kawasan Amerika dan

Eropa yang notabene tingkat konsumsi yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia, bahkan

sampai hutang terbesar

pemerintah jepang bukan kepada negara lain namun kepada masyarakat sendiri, tidak mampu

, saat ini sudah terlihat adanya

l yang ditandai dengan meningkatnya posisi ekspor dari

Pada dasarnya, terjaganya sisi suplai yang berasal dari hasil produksi internal maupun kegiatan

impor dari luar negeri dan luar daerah akan mampu menjaga kestabilan harga karena kemampuan

n harga yang disebabkan

terbataasnya stok internal. Selain terjaganya sisi suplai, hal lain yang sering kali menjadi alasan

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013

Inflasi Vol. Food (qtq)

12

Pergerakan Inflasi Umum dan Inflasi Kelompok Volatile Food

bergejolaknya harga komoditas penyusun

makanan adalah faktor cuaca. Selain mamp

pangan, faktor cuaca juga mempengaruhi kelancaran distribusi. Terlebih lagi pengiriman barang

barang impor dari luar negeri maupun luar daerah ke Maluku Utara menggunakan transportasi laut

sehingga kecepatan angin dan tinggi gelombang sangat mempengaruhi cepat tidaknya

impor untuk sampai ke konsumen. Disamping itu, infrastruktur dan manajemen pelabuhan

merupakan tantangan lain yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah daerah Maluku Utara

serta pihak terkait seperti halnya instansi pengelola pelabuhan. Kurang baiknya manajemen

bongkar-muat barang sempat menjadi momok permasalahan pada beberapa waktu yang lalu yang

melibatkan komoditas bawang merah dan putih. Gangguan stok pada level nasional menyebab

menurunnya stok di daerah sehingga harga melambung dan mendongkrak laju inflasi. Berbagai

gangguan tersebut akan direspon dengan naiknya harga berbagai komoditas penyusun

foods dan banyaknya komoditas penyusunnya juga memberikan andil terhadap

kelompok ini terhadap inflasi umum Kota Ternate.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tingkat inflasi

adalah dengan mempererat kerjasama antara pemerintah dengan para pengusaha komoditas

volatile food dalam menjaga kestabilan stok sehingga gejolak harga yang disebabkan oleh kurang

baiknya manajemen stok dapat diminimalisir.

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi Umum Tahunan (yoy )

Inflasi Umum Bulanan (mtm )

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Listrik, Gas dan Air Bersih

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi Umum Tahunan (yoy )

Inflasi Umum Bulanan (mtm )

Kelompok Barang dan Jasa Jan-13

Kelompok Barang dan Jasa Jan-12

Tabel Perkembangan Infalsi Kelompok Barang dan Jasa Kota Ternate

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE

bergejolaknya harga komoditas penyusun volatile food yang sebagian besar terdiri dari bahan

makanan adalah faktor cuaca. Selain mampu mempengaruhi kapasitas produksi tanaman bahan

pangan, faktor cuaca juga mempengaruhi kelancaran distribusi. Terlebih lagi pengiriman barang

barang impor dari luar negeri maupun luar daerah ke Maluku Utara menggunakan transportasi laut

angin dan tinggi gelombang sangat mempengaruhi cepat tidaknya

impor untuk sampai ke konsumen. Disamping itu, infrastruktur dan manajemen pelabuhan

merupakan tantangan lain yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah daerah Maluku Utara

k terkait seperti halnya instansi pengelola pelabuhan. Kurang baiknya manajemen

muat barang sempat menjadi momok permasalahan pada beberapa waktu yang lalu yang

melibatkan komoditas bawang merah dan putih. Gangguan stok pada level nasional menyebab

menurunnya stok di daerah sehingga harga melambung dan mendongkrak laju inflasi. Berbagai

gangguan tersebut akan direspon dengan naiknya harga berbagai komoditas penyusun

dan banyaknya komoditas penyusunnya juga memberikan andil terhadap

kelompok ini terhadap inflasi umum Kota Ternate.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah dan stabil

adalah dengan mempererat kerjasama antara pemerintah dengan para pengusaha komoditas

dalam menjaga kestabilan stok sehingga gejolak harga yang disebabkan oleh kurang

baiknya manajemen stok dapat diminimalisir.

0.96 -0.82 1.96 -0.36 0.57 -2.04 8.73 14.86

5.33 5.98 5.26 5.13 4.54 4.15 2.84 2.80

4.21 6.67 6.32 7.21 7.89 7.00 8.97 13.51

6.66 6.51 5.53 3.81 4.60 2.94 2.84 3.65

3.16 2.81 1.92 1.35 0.95 0.88 3.43 3.56

3.47 3.53 3.15 3.12 3.22 3.47 4.66 9.612.39 1.93 2.57 1.60 -0.41 4.45 12.17 12.87

3.23 3.34 3.97 3.23 3.37 2.93 7.68 11.10

-0.20 0.89 0.49 0.13 -0.21 0.22 6.04 3.66

5.16 7.55 4.74 5.38 2.16 2.56 4.37 3.86

5.61 5.52 5.71 5.84 6.04 6.18 8.16 8.17

3.78 3.20 3.47 3.67 3.79 3.49 3.49 3.41

8.48 8.89 9.48 9.08 7.90 7.79 7.02 5.00

3.94 3.78 5.12 4.93 5.27 5.29 4.73 4.51

4.10 4.12 4.16 4.30 4.27 4.08 3.91 3.89

3.61 2.82 3.07 3.83 6.02 6.04 4.82 6.85

4.71 5.14 4.54 4.89 4.25 4.30 4.87 4.87

-0.14 0.78 -0.11 0.85 -0.34 0.64 1.36 0.47

Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13

May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12

Jun-13 Jul-13 Aug-13May-13

Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12

Tabel Perkembangan Infalsi Kelompok Barang dan Jasa Kota Ternate

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

35

BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE

yang sebagian besar terdiri dari bahan

pengaruhi kapasitas produksi tanaman bahan

pangan, faktor cuaca juga mempengaruhi kelancaran distribusi. Terlebih lagi pengiriman barang-

barang impor dari luar negeri maupun luar daerah ke Maluku Utara menggunakan transportasi laut

angin dan tinggi gelombang sangat mempengaruhi cepat tidaknya barang

impor untuk sampai ke konsumen. Disamping itu, infrastruktur dan manajemen pelabuhan

merupakan tantangan lain yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah daerah Maluku Utara

k terkait seperti halnya instansi pengelola pelabuhan. Kurang baiknya manajemen

muat barang sempat menjadi momok permasalahan pada beberapa waktu yang lalu yang

melibatkan komoditas bawang merah dan putih. Gangguan stok pada level nasional menyebabkan

menurunnya stok di daerah sehingga harga melambung dan mendongkrak laju inflasi. Berbagai

gangguan tersebut akan direspon dengan naiknya harga berbagai komoditas penyusun volatile

dan banyaknya komoditas penyusunnya juga memberikan andil terhadap tingginya bobot

yang rendah dan stabil

adalah dengan mempererat kerjasama antara pemerintah dengan para pengusaha komoditas

dalam menjaga kestabilan stok sehingga gejolak harga yang disebabkan oleh kurang

7.54 13.02 8.76 9.32

4.14 5.32 5.59 4.96

13.76 13.33 12.55 12.47

5.05 4.87 5.69 6.31

3.41 3.50 3.01 2.59

8.13 9.26 9.56 9.5615.94 14.19 13.93 13.97

9.66 11.07 9.70 10.23

-2.39 0.44 -0.29 0.51

2.09 1.12 3.38 1.11

6.49 5.69 5.51 5.47

3.63 3.71 3.25 3.15

5.78 7.40 5.92 6.38

5.05 5.15 5.45 4.55

4.17 4.43 4.50 4.35

4.14 4.03 4.81 3.89

3.87 3.61 4.15 3.29

-1.11 -0.84 0.95 0.77

Sep-12 Oct-12 Nov-12 Des-12

Des-13Sep-13 Okt-2013 Nov-13

Tabel Perkembangan Infalsi Kelompok Barang dan Jasa Kota Ternate

BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE

HALAMAN INI SNGAJA DIKOSONGKAN

36

BOKS 2. PERILAKU VOLATILE FOOD DANINFLASI UMUM KOTA TERNATE

37

BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah

3.1 Kondisi Umum

Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 menunjukan

perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun secara keuangan. Aset perbankan

pada triwulan laporan tercatat mengalami kenaikan yang juga diiringi oleh kenaikan

penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan. Pada triwulan laporan

tingkat pertumbuhan penyaluran dana tercatat lebih tinggi dibandingkan penghimpunan DPK

sehingga mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat. Peningkatan penyaluran

kredit ini juga diiringi peningkatan rasio Non Performing Loan’s (NPL) yang sedikit meningkat,

namun demikian rasio ini masih berada didalam batas aman yang ditetapkan. Secara

kelembagaan, terdapat penambahan jaringan kantor setingkat kantor cabang pembantu bank

umum sebanyak dua kantor, selain itu juga satu kantor pusat BPRS dan satu kantor cabang BPR

sedang dalam proses perizinan. Dengan penambahan jaringan kantor tersebut diharapkan

masyarakat bisa lebih mudah mengakses layanan perbankan.

3.2 Perkembangan Aset Bank Umum

Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan IV-2013 tercatat Rp 6,6 triliun

rupiah, meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 14,0% (yoy). Secara

triwulanan, pertumbuhan asset bank umum juga mengalami peningkatan sebesar 5,4% (qtq).

Dari segi kepemilikan, pertumbuhan aset bank swasta jauh lebih tinggi dibandingkan bank

pemerintah, namun secara nominal porsi aset bank pemerintah masih lebih tinggi jika

dibandingkan bank swasta. Pertumbuhan aset bank swasta secara tahunan mencapai 17,8%

(yoy), sedangkan pertumbuhan aset bank pemerintah sebesar 13,3% (yoy). Dengan

peningkatan ini, porsi aset bank swasta naik dari 15,6% pada triwulan IV-2012 menjadi 16,1%

pada triwulan IV-2013.

Berdasarkan jenis operasinya, peningkatan juga terjadi pada aset perbankan syariah.

Peningkatan ini menunjukan pertumbuhan yang signifikan, bahkan lebih tinggi dari

pertumbuhan aset bank umum konvensional. Pertumbuhan aset perbankan konvensional

sebesar 13,4% (yoy), sedangkan aset perbankan syariah pertumbuhannya mencapai 26,9%

(yoy). Meskipun porsi perbankan syariah masih relatif kecil dalam struktur perbankan secara

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

38

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

keseluruhan, namun selama setahun terakhir porsinya terus mengalami peningkatan dari 4,8%

pada triwulan IV-2012 menjadi 5,4% pada triwulan IV-2013.

Gambar 3.1Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12

2011 2012 2013

AKTIVA yoy

Sumber: LBU, diolah

3.3 Penghimpunan Dana Bank Umum

Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan

IV-2013 mencapai Rp 4,83 triliun, meningkat 9,2% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Secara triwulan, penghimpunan DPK bank umum turun 1,9% (qtq), hal ini wajar mengingat

realisasi anggaran banyak dilakukan pada akhir tahun.

Dana pihak ketiga tersebut mayoritas disimpan dalam bentuk tabungan sebesar 65,6%, diikuti

oleh giro dan deposito dengan porsi masing-masing sebesar 16,1% dan 18,2%. Dibandingkan

komponen DPK lainnya, tabungan tercatat mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi sebesar

15,8% (yoy). Sementara, deposito tumbuh 7,1% (yoy), namun giro masih mengalami

penurunan 9,9% (yoy).

Gambar 3.2Perkembangan DPK (Milyar Rp)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12

2011 2012 2013

Giro Tabungan Deposito gDPK_yoy

Sumber: LBU diolah

39

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

3.4 Penyaluran Kredit

Jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 mencapai

Rp 4,63 triliun, meningkat 19,9% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Secara triwulan, kredit juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 2,7% (qtq).

Dari sisi penggunaan, kredit konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit dengan porsi

sebesar 61,6%, diikuti oleh kredit modal kerja sebanyak 28,0%, dan sisanya sebesar 10,4%

diberikan untuk kredit investasi. Jika dilihat pertumbuhan masing-masing kredit tersebut, kredit

investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 34,3% (yoy), diikuti oleh kredit

konsumsi yang tumbuh 22,2% (yoy), dan kredit modal kerja 10,9% (yoy). Secara triwulanan,

kredit konsumsi masih mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 3,7% (qtq), diikuti oleh

kredit modal kerja 1,4%(qtq), kemudian kredit investasi 0,9% (qtq). Pertumbuhan kredit

konsumsi terbesar digunakan oleh debitur perseorangan untuk keperluan multiguna.

Dari sisi golongan kredit, total kredit UMKM pada triwulan laporan mencapai Rp 1,45 triliun

atau sebesar 31,4% dari seluruh kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara.

Selama setahun terakhir penyaluran kredit UMKM naik sebanyak 12,5% (yoy). Untuk

perkembangan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) pada triwulan IV-2013 mencapai Rp

181,21 miliar atau meningkat 4,31% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya.

Gambar 3.3Perkembangan Kredit di Maluku Utara

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12

2011 2012 2013

Modal Kerja Investasi

Konsumsi gKredit_yoy

Sumber: LBU, diolah

Dari sisi penyaluran kredit kepada sektor usaha, sektor perdagangan besar dan eceran adalah

lapangan usaha yang memperoleh porsi kredit terbesar hingga mencapai 26,4% atau senilai Rp

1,22 triliun. Dibandingkan tahun sebelumnya, penyaluran kredit kepada sektor ini meningkat

42,2% (yoy). Sektor lainnya yang memperoleh porsi kredit cukup besar adalah sektor konstruksi

dengan porsi kredit pada triwulan IV-2013 sebesar 4,8% atau sebesar Rp 223,25 milyar.

40

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Sedangkan untuk sektor lainnya, relatif kecil hanya memperoleh porsi kredit kurang dari 3%.

Sektor pertanian, perburuan dan kehutanan yang merupakan salah satu sektor unggulan di

Maluku Utara memperoleh porsi kredit sebanyak 0,2%, atau senilai Rp 10,38 milyar. Sementara

itu penyaluran kredit sektor perikanan meningkat 59,1% (yoy), dan secara triwulanan naik

sebesar 9,0% (qtq). Dari beberapa fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor

unggulan di Provinsi Maluku Utara masih potensial untuk mengalami peningkatan dan

berkembang.

3.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum

Dibandingkan tahun sebelumnya, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat

LDR mengalami kenaikan dari 87,3% pada triwulan IV-2012 menjadi 95,9% pada triwulan IV-

2013. Peningkatan ini terjadi dikarenakan pada triwulan IV-2013 peningkatan kredit lebih tinggi

daripada peningkatan dana pihak ketiga.

Gambar 3.4Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12

2011 2012 2013

DPK (Milyar) Kredit (Milyar) LDR

Sumber: LBU, diolah

3.6 Non Performing Loans (NPL’s) Bank Umum

Jumlah kredit bermasalah pada triwulan IV-2013 masih cukup baik , atau berada dibawah batas

yang ditentukan yaitu 5%. Namun demikian nilai NPL’s pada triwulan laporan mengalami

kenaikan jika dibandingkan tahun sebelumnya dari 2,0% menjadi 2,8%. Jika dibandingkan

triwulan sebelumnya, NPL’s pada triwulan laporan mengalami penurunan, dimana nilai NPL

pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 3,2%.

Dari keseluruhan kredit bermasalah, kredit modal kerja merupakan penyumbang NPL’s terbesar

yaitu 1,5%. Angka ini mengalami perbaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya yaitu sebesar 1,7%.

41

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Gambar 3.5Perkembangan NPL’s Perbankan

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

3,5%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12

2011 2012 2013

Kredit (Milyar) NPL's

Sumber: LBU, diolah

3.7 Perkembangan Bank Syariah

Kinerja perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 menunjukan perkembangan

positif, karena adanya penambahan dua jaringan kantor baru di Maluku Utara pada Triwulan III-

2013. Diharapkan pada tahun 2014 akan terus menunjukkan perkembangan positif, dimana

secara kelembagaan rencana akan dibuka kantor cabang PT. BNI Syariah di Ternate dan PT.BPRS

Bobato Lestari di Tidore Kepulauan.

Aset perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp 353,64

miliar, meningkat 26,88%(yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan mengalami

peningkatan 17,28% (qtq) dari posisi triwulan III-2013 yang sebesar Rp 301,53 miliar. Jika

dilihat porsinya terhadap Total Aset Bank Umum adalah sebesar 5,36%

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah di Provinsi Maluku Utara pada

triwulan IV-2013 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada

tahun sebelumnya sebesar 29,3% (yoy). Secara triwulanan, penghimpunan DPK pada

perbankan syariah juga mengalami kenaikan sebesar 22,2% (qtq). Pada triwulan laporan

tabungan syariah mengalami pertumbuhan sebesar 23,6%(yoy), sedangkan secara triwulanan

mengalami peningkatan sebesar 20,2% (qtq). Deposito syariah mengalami pertumbuhan

sebesar 38,2% (yoy) dan secara triwulanan tumbuh 25,3% (qtq). Giro syariah meningkat

sebesar 85,6% (yoy), dan secara triwulanan turun sebesar 37,2% (qtq).

Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2013 tercatat

sebesar Rp 193,72 miliar, mengalami kenaikan sebesar 32,3% (yoy) jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan, penyaluran pembiayaan syariah pada

triwulan laporan juga mengalami kenaikan sebesar 12,3% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pembiayaan konsumsi masih memiliki porsi pembiayaan terbesar sebesar 66,5%

dan tumbuh sebesar 14,13% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

42

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

sebelumnya. Sementara itu pembiayaan modal kerja yang memiliki porsi sebesar 22,9%

mengalami pertumbuhan sebesar 90,1% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama

pada tahun sebelumnya. Pembiayaan investasi syariah yang mulai dilakukan sejak tahun 2012

memiliki porsi sebesar 10,6% dari total pembiayaan syariah di Provinsi Maluku Utara, tumbuh

secara signifikan sebesar 102,0%(yoy).

Peran intermediasi bank syariah yang digambarkan melalui angka FDR (financing to deposit

ratio) masih terjaga pada tingkatan yang baik, ditunjukkan dengan adanya peningkatan ratio

jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012. Jika pada triwulan IV-2012 angka

FDR sebesar 65,9%, maka pada triwulan IV-2013 angka FDR naik ke level 67,4%. Hal yang

positif adalah bahwa peran intermediasi perbankan syariah masih memperhatikan kualitas

pembiayaan yang disalurkan, dimana angka non performing finances (NPF’s) pada triwulan IV-

2013 berada pada level 1,9% sehingga masih berada dibawah batas yang ditentukan.

Gambar 3.6Perkembangan Bank Syariah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12

2011 2012 2013

Pembiayaan (Juta) DPK (Juta) FDR

Sumber: LBU, diolah

3.8 Perkembangan BPR dan BPRS

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Maluku

Utara pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang positif yang tercermin dari

pertumbuhan aset, DPK, dan kredit/pembiayaan dibandingkan dengan tahun lalu. Dari sisi

kelembagaan juga menunjukkan perkembangan yang positif, karena adanya pembukaan

kantor cabang baru BPR di Sanana-Kab.Kepulauan Sula pada bulan Juli 2013 dan terdapat satu

BPRS di Kota Tidore Kepulauan dan kantor cabang BPR di Labuha-Kab. Halmahera Selatan yang

sedang dalam proses perizinan.

Aset BPR/S pada triwulan IV-2013 secara tahunan tumbuh sebesar 26,1% (yoy) dari Rp 26,63

milyar pada triwulan IV-2012 menjadi Rp 33,58 milyar pada triwulan IV-2013. Secara

triwulanan tumbuh 3,0% (qtq). DPK tumbuh sebesar 12,8% dari Rp 14,83 milyar pada triwulan

43

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

IV-2012 menjadi Rp 16,73 milyar pada triwulan IV-2013. Pertumbuhan kredit/pembiayaan pada

triwulan IV-2013 secara tahunan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar

23,6% (yoy) atau sebesar Rp 25,21 milyar dari sebesar Rp 20,40 milyar pada triwulan IV-2012.

Gambar 3.7Perkembangan BPR/S

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12

2011 2012 2013

Aset DPK Kredit

Sumber: LB BPR/BPRS, diolah

44

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Financial Inclusion (FI) merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat dari sebuah daerah atau negara terhadap

institusi keuangan terutama perbankan

kondisi akses tersebt oleh berbagai institusi baik oleh institusi internasional seperti

ataupun bank sentral dari suatu negara. Bank Indonesia sebagai bank sentral dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) juga sedang mengembangkan metode pendekatan terkait

kondisi akses masyarakatnya terhadap institusi keuangan. Berdasarkan informasi terbaru, Bank

Indonesia melakukan pendekatan dengan membagi

dimensi akses (access dimension

Dimensi akses ditujukan untuk menggambarkan sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat

di suatu daerah terhadap institusi keuangan (perbankan) secara fisik

jumlah kantor bank yang tersebar hingga ke pelosok daerah akan

lebih besar kepada masyarakat terutama yang berada di wilayah terpencil untuk mendapatkan

layanan keuangan. Tantangan yang harus dihadapi dalam memperluas dimensi akses ini adalah

besarnya investasi yang harus dikeluarkan oleh pi

berbagai daerah. Terlebih lagi wilayah terpencil yang sering kali belum memiliki infrastruktur dasar

seperti jalan dan jembatan yang memadai sehingga perbankan harus mengeluarkan usaha dan

biaya lebih untuk membangun

yang sesuai dengan standar perusahaan adalah hal lain yang harus dipecahkan. Umumnya, sumber

daya manusia yang memiliki kualitas yang baik akan resisten bekerja disuatu institusi jika harus

ditempatkan di wilayah yang terpencil. Selain jauh dari

yang terpencil dikarenakan sebagian besar kebutuhannya harus diimpor dari luar daerah sehingga

tingkat harga di wilayah tersebut diatas rata

resistensi mereka. Walaupun ada, jumlahnya sangat terbatas dan biasanya perusahaan harus

mengeluarkan biaya yang lebih untuk mempekerjakan mereka

berbagai kekurangan yang ada. Hal ini masih me

berbagai institusi termasuk perbankan walaupun ini berarti akan menambah biaya operasional

mereka namun mereka tidak punya pilihan lain karena sumber daya manusia yang ada di daerah

BOKS I. FINANCIAL INCLUSION

(FI) merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat dari sebuah daerah atau negara terhadap

institusi keuangan terutama perbankan. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mengetahui

oleh berbagai institusi baik oleh institusi internasional seperti

ataupun bank sentral dari suatu negara. Bank Indonesia sebagai bank sentral dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) juga sedang mengembangkan metode pendekatan terkait

kondisi akses masyarakatnya terhadap institusi keuangan. Berdasarkan informasi terbaru, Bank

Indonesia melakukan pendekatan dengan membagi financial inclusion menjadi dua dimensi yaitu

access dimension) dan dimensi penggunaan (usage dimension).

Dimensi akses ditujukan untuk menggambarkan sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat

di suatu daerah terhadap institusi keuangan (perbankan) secara fisik. Artinya,

kantor bank yang tersebar hingga ke pelosok daerah akan memberikan kesempatan yang

lebih besar kepada masyarakat terutama yang berada di wilayah terpencil untuk mendapatkan

layanan keuangan. Tantangan yang harus dihadapi dalam memperluas dimensi akses ini adalah

besarnya investasi yang harus dikeluarkan oleh pihak perbankan untuk membangun kantor di

berbagai daerah. Terlebih lagi wilayah terpencil yang sering kali belum memiliki infrastruktur dasar

seperti jalan dan jembatan yang memadai sehingga perbankan harus mengeluarkan usaha dan

biaya lebih untuk membangun sebuah kantor disana. Selain itu, tantangan sumber daya manusia

yang sesuai dengan standar perusahaan adalah hal lain yang harus dipecahkan. Umumnya, sumber

daya manusia yang memiliki kualitas yang baik akan resisten bekerja disuatu institusi jika harus

itempatkan di wilayah yang terpencil. Selain jauh dari home base, tingginya biaya hidup di daerah

yang terpencil dikarenakan sebagian besar kebutuhannya harus diimpor dari luar daerah sehingga

tingkat harga di wilayah tersebut diatas rata-rata adalah alasan yang sering kali menjadi alasan

resistensi mereka. Walaupun ada, jumlahnya sangat terbatas dan biasanya perusahaan harus

mengeluarkan biaya yang lebih untuk mempekerjakan mereka sebagai wujud dispensasi dari

berbagai kekurangan yang ada. Hal ini masih menjadi cara yang paling sering diaplikasikan oleh

berbagai institusi termasuk perbankan walaupun ini berarti akan menambah biaya operasional

mereka namun mereka tidak punya pilihan lain karena sumber daya manusia yang ada di daerah

FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA

45

(FI) merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat dari sebuah daerah atau negara terhadap

. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mengetahui

oleh berbagai institusi baik oleh institusi internasional seperti world bank

ataupun bank sentral dari suatu negara. Bank Indonesia sebagai bank sentral dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) juga sedang mengembangkan metode pendekatan terkait mapping

kondisi akses masyarakatnya terhadap institusi keuangan. Berdasarkan informasi terbaru, Bank

menjadi dua dimensi yaitu

dimension).

Dimensi akses ditujukan untuk menggambarkan sejauh mana akses yang dimiliki masyarakat

. Artinya, semakin banyak

memberikan kesempatan yang

lebih besar kepada masyarakat terutama yang berada di wilayah terpencil untuk mendapatkan

layanan keuangan. Tantangan yang harus dihadapi dalam memperluas dimensi akses ini adalah

hak perbankan untuk membangun kantor di

berbagai daerah. Terlebih lagi wilayah terpencil yang sering kali belum memiliki infrastruktur dasar

seperti jalan dan jembatan yang memadai sehingga perbankan harus mengeluarkan usaha dan

sebuah kantor disana. Selain itu, tantangan sumber daya manusia

yang sesuai dengan standar perusahaan adalah hal lain yang harus dipecahkan. Umumnya, sumber

daya manusia yang memiliki kualitas yang baik akan resisten bekerja disuatu institusi jika harus

, tingginya biaya hidup di daerah

yang terpencil dikarenakan sebagian besar kebutuhannya harus diimpor dari luar daerah sehingga

n yang sering kali menjadi alasan

resistensi mereka. Walaupun ada, jumlahnya sangat terbatas dan biasanya perusahaan harus

sebagai wujud dispensasi dari

njadi cara yang paling sering diaplikasikan oleh

berbagai institusi termasuk perbankan walaupun ini berarti akan menambah biaya operasional

mereka namun mereka tidak punya pilihan lain karena sumber daya manusia yang ada di daerah

sering kali belum memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan. Dengan adanya tantangan

tersebut ditambah dengan masih terbatasnya kemampuan pasar di daerah dalam menyerap kredit,

membuat perbankan lebih tertarik untuk menggunakan dana yang mereka miliki untuk

mengembangkan usaha mereka di daerah Kota

Namun demikian, saat ini perbankan mulai berani untuk “

ekspansi usahanya hingga ke pelosok daerah karena persaingan di Kota besar sudah semakin

ketat dan daerah masih menyimpan potensi pengembangan ekonomi yang tinggi sejalan

dengan belum maksimalnya

dilakukan dengan membangun kantor kas dan kantor cabang pembantu atau kantor cabang yang

fokus melayani kegiatan kredit mikro di wilayah yang skala ekonominya masih tergolong kecil.

Sektor usaha mikro memang memiliki pangsa pasar yang menjanjikan melihat dari pangsa yang

mereka berikan terhadap perekonomian nasional namun belum mendapatkan layanan keuangan

(kredit) secara optimal dari perbankan sehingga pertumbuhannya relatif moderat dibandingkan

dengan pertumbuhan sektor usaha besar dan menengah.

Pada dasarnya, langkah tersebut adalah wujud perbankan dalam melakukan prinsip kehati

hatian yang ditetapkan oleh

menyebabkan adanya pihak yang terkesan dianaktirikan

pinjaman dana dari perbankan sering kali bertepuk sebelah tangan

Indonesia bersama dengan pemerintah pusat dan daerah

memberikan perhatian lebih kepada pengusaha mikro melalui pengucuran dana kredit dengan

bunga lunak bahkan tanpa agunan fisik yang dikenal dengan Kredit Usaha Rak

yang dilakukan pemerintah ini mulai berbuah manis jika melihat data jumlah dana kredit yang

disalurkan oleh perbankan terhadap pengusaha mikro yang selalu tumbuh setiap tahun

masih jauh dibandingkan dengan kredit konsumsi dan

85% pangsa total kredit yang disalurkan namun ini merupakan langkah awal yang bagus dan

mendapatkan respon positif baik dari pihak perbankan serta masyarakat sebagai konsumen

layanan jasa keuangan.

Dimensi akses ini dibagi lagi menjadi empat kategori

menggambarkan luasan service area

kantor bank di masing-masing daerah, jumlah

dengan jumlah penduduk dewasa dan luas wilayah (km

BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA

i standar yang ditetapkan perusahaan. Dengan adanya tantangan

tersebut ditambah dengan masih terbatasnya kemampuan pasar di daerah dalam menyerap kredit,

membuat perbankan lebih tertarik untuk menggunakan dana yang mereka miliki untuk

ereka di daerah Kota-Kota besar dengan skala ekonomi yang besar pula

Namun demikian, saat ini perbankan mulai berani untuk “masuk hutan” dan melakukan

ekspansi usahanya hingga ke pelosok daerah karena persaingan di Kota besar sudah semakin

ah masih menyimpan potensi pengembangan ekonomi yang tinggi sejalan

dengan belum maksimalnya pemanfaatan sumber-sumber perekonomian di daerah

dilakukan dengan membangun kantor kas dan kantor cabang pembantu atau kantor cabang yang

egiatan kredit mikro di wilayah yang skala ekonominya masih tergolong kecil.

Sektor usaha mikro memang memiliki pangsa pasar yang menjanjikan melihat dari pangsa yang

mereka berikan terhadap perekonomian nasional namun belum mendapatkan layanan keuangan

redit) secara optimal dari perbankan sehingga pertumbuhannya relatif moderat dibandingkan

dengan pertumbuhan sektor usaha besar dan menengah.

Pada dasarnya, langkah tersebut adalah wujud perbankan dalam melakukan prinsip kehati

hatian yang ditetapkan oleh Bank Indonesia namun jika dilakukan dengan berlebihan maka akan

menyebabkan adanya pihak yang terkesan dianaktirikan karena usaha mereka untuk mendapatkan

pinjaman dana dari perbankan sering kali bertepuk sebelah tangan. Oleh karena itu,

Indonesia bersama dengan pemerintah pusat dan daerah mendorong perbankan untuk

memberikan perhatian lebih kepada pengusaha mikro melalui pengucuran dana kredit dengan

bunga lunak bahkan tanpa agunan fisik yang dikenal dengan Kredit Usaha Rak

yang dilakukan pemerintah ini mulai berbuah manis jika melihat data jumlah dana kredit yang

disalurkan oleh perbankan terhadap pengusaha mikro yang selalu tumbuh setiap tahun

masih jauh dibandingkan dengan kredit konsumsi dan kredit investasi yang menguasai lebih dari

85% pangsa total kredit yang disalurkan namun ini merupakan langkah awal yang bagus dan

mendapatkan respon positif baik dari pihak perbankan serta masyarakat sebagai konsumen

dibagi lagi menjadi empat kategori dimana masing-masing kategori mencoba

service area perbankan dengan melakukan perhitungan terhadap jumlah

masing daerah, jumlah Automatic Teller Machine (ATM) kemudian dibagi

ngan jumlah penduduk dewasa dan luas wilayah (km2).

46

BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA

i standar yang ditetapkan perusahaan. Dengan adanya tantangan

tersebut ditambah dengan masih terbatasnya kemampuan pasar di daerah dalam menyerap kredit,

membuat perbankan lebih tertarik untuk menggunakan dana yang mereka miliki untuk

dengan skala ekonomi yang besar pula.

hutan” dan melakukan

ekspansi usahanya hingga ke pelosok daerah karena persaingan di Kota besar sudah semakin

ah masih menyimpan potensi pengembangan ekonomi yang tinggi sejalan

sumber perekonomian di daerah. Hal ini

dilakukan dengan membangun kantor kas dan kantor cabang pembantu atau kantor cabang yang

egiatan kredit mikro di wilayah yang skala ekonominya masih tergolong kecil.

Sektor usaha mikro memang memiliki pangsa pasar yang menjanjikan melihat dari pangsa yang

mereka berikan terhadap perekonomian nasional namun belum mendapatkan layanan keuangan

redit) secara optimal dari perbankan sehingga pertumbuhannya relatif moderat dibandingkan

Pada dasarnya, langkah tersebut adalah wujud perbankan dalam melakukan prinsip kehati-

namun jika dilakukan dengan berlebihan maka akan

karena usaha mereka untuk mendapatkan

Oleh karena itu, saat ini Bank

mendorong perbankan untuk

memberikan perhatian lebih kepada pengusaha mikro melalui pengucuran dana kredit dengan

bunga lunak bahkan tanpa agunan fisik yang dikenal dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program

yang dilakukan pemerintah ini mulai berbuah manis jika melihat data jumlah dana kredit yang

disalurkan oleh perbankan terhadap pengusaha mikro yang selalu tumbuh setiap tahun walaupun

investasi yang menguasai lebih dari

85% pangsa total kredit yang disalurkan namun ini merupakan langkah awal yang bagus dan

mendapatkan respon positif baik dari pihak perbankan serta masyarakat sebagai konsumen

masing kategori mencoba

perbankan dengan melakukan perhitungan terhadap jumlah

(ATM) kemudian dibagi

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa Maluku Utar

maupun provinsi lainnya di

inclusion. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus

bekerja ekstra dari tahun-tahun sebelumnya serta mempererat koordinasi dan kolaborasi untuk

mampu menjembatani kondisi akses keuangan yan

Terkait hal tersebut, saat ini Bank Indonesia sedang melakukan penggodokan sistem baru

yang disebut dengan branchless banking

minimnya akses layanan keuangan terutama untuk masyarakat yang berdomisili di daerah terpencil.

Program ini telah berhasil diaplikasikan di beberapa negara di dunia

kesejahteraan masyarakat dengan pemberian kredit lunak.

digadangkan akan mampu menjawab permasalah lokasi ini

telekomunikasi terbesar nasional sehingga pelayanan keuangan dapat dilakukan via

Peringkat Provinsi1 Papua Barat2 Papua3 Sulawesi Utara4 Nasional5 Sulawesi Selatan6 Sulampua7 Maluku Utara8 Sulawesi Tenggara9 Maluku

10 Sulawesi Tengah11 Gorontalo12 Sulawesi Barat

Peringkat Provinsi1 Papua Barat2 Nasional3 Sulawesi Utara4 Papua5 Sulawesi Selatan6 Sulampua7 Sulawesi Tengah8 Maluku9 Sulawesi Tenggara

10 Maluku Utara11 Gorontalo12 Sulawesi Barat

Dimensi Akses 1

Dimensi Akses 3

Tabel 1. Financial Inclusion

BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa Maluku Utara masih berada dibawah level nasional

maupun provinsi lainnya di wilayah Sulampua dari ke-empat kategori dimensi akses

. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus

tahun sebelumnya serta mempererat koordinasi dan kolaborasi untuk

enjembatani kondisi akses keuangan yang masih dibawah rata-rata ini.

hal tersebut, saat ini Bank Indonesia sedang melakukan penggodokan sistem baru

branchless banking yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan

s layanan keuangan terutama untuk masyarakat yang berdomisili di daerah terpencil.

Program ini telah berhasil diaplikasikan di beberapa negara di dunia dan mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan pemberian kredit lunak. Selain itu, program baru

digadangkan akan mampu menjawab permasalah lokasi ini, bekerjasama dengan

telekomunikasi terbesar nasional sehingga pelayanan keuangan dapat dilakukan via

Provinsi Nilai Peringkat ProvinsiPapua Barat 42.5 1 Sulawesi Utara

23.7 2 Sulawesi SelatanSulawesi Utara 23.4 3 Nasional

22.9 4 GorontaloSulawesi Selatan 22.6 5 Sulawesi Tenggara

22.0 6 Sulawesi BaratMaluku Utara 21.7 7 Sulawesi TengahSulawesi Tenggara 20.4 8 Sulampua

19.8 9 Maluku UtaraSulawesi Tengah 18.6 10 Maluku

18.4 11 Papua BaratSulawesi Barat 14.7 12 Papua

Provinsi Nilai Peringkat ProvinsiPapua Barat 57.6 1 Sulawesi Utara

42.7 2 Sulawesi SelatanSulawesi Utara 40.3 3 Nasional

38.8 4 GorontaloSulawesi Selatan 38.6 5 Sulawesi Tenggara

32.9 6 SulampuaSulawesi Tengah 24.2 7 Sulawesi Tengah

24.1 8 Sulawesi BaratSulawesi Tenggara 23.1 9 MalukuMaluku Utara 22.0 10 Maluku Utara

21.9 11 Papua BaratSulawesi Barat 13.8 12 Papua

Dimensi Akses 1 Dimensi Akses 2

Dimensi Akses 3 Dimensi Akses 4

Financial Inclusion Access Dimension Wilayah Sulampua dan Nasional

47

BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA

a masih berada dibawah level nasional

empat kategori dimensi akses financial

. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus

tahun sebelumnya serta mempererat koordinasi dan kolaborasi untuk

rata ini.

hal tersebut, saat ini Bank Indonesia sedang melakukan penggodokan sistem baru

yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan

s layanan keuangan terutama untuk masyarakat yang berdomisili di daerah terpencil.

dan mampu meningkatkan

Selain itu, program baru yang

bekerjasama dengan tiga provider

telekomunikasi terbesar nasional sehingga pelayanan keuangan dapat dilakukan via handphone

Nilai

24.3Sulawesi Selatan 23.1

17.99.9

Sulawesi Tenggara 6.65.5

Sulawesi Tengah 4.64.43.83.51.81.2

Nilai

41.9Sulawesi Selatan 39.5

33.411.7

Sulawesi Tenggara 7.46.5

Sulawesi Tengah 6.05.24.33.92.51.9

Dimensi Akses 2

Dimensi Akses 4

Sulampua dan Nasional

asalkan tersambung dengan ketiga provider dimaksud. Luasnya jaringan yan

provider tersebut memungkinkan masyarakat wilayah terpencil

program branchless banking walaupun fitur yang dapat dinikmati masih terbatas.

Tantangan lain yang diharapkan mampu terjawab

besarnya investasi yang harus dikeluarkan perbankan untuk membuka kantor cabang di berbagai

wilayah serta mengurangi biaya terkait pengadaan dan penempatan ATM yang notabene menelan

biaya investasi yang cukup besar

menyalurkan dana kepada nasabahnya melalui pulsa elektrik yang kemudian dapat dicairkan

masyarakat di agen-agen branchess banking

tersebut, diharapkan perbankan akan memi

perbaikan dan memaksimalkan layanan keuangan terhadap seluruh masyarakat dari semua lapisan.

Dimensi kedua dan terakhir dari

dibagi menjadi enam kategori

adalah dimensi ini menekankan

masyarakat oleh perbankan untuk kemudian dibagi dengan jumlah penduduk dewasan d

domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dari daerah yang dihitung indeksnya.

Peringkat Provinsi Nilai

1 Nasional 219.12 Sulawesi Utara 199.03 Sulawesi Selatan 195.34 Gorontalo 190.45 Sulawesi Tengah 177.66 Sulampua 169.27 Sulawesi Tenggara 165.08 Papua Barat 156.89 Sulawesi Barat 134.310 Maluku 129.711 Maluku Utara 114.012 Papua 107.1

Peringkat Provinsi Nilai

1 Maluku2 Maluku Utara3 Nasional4 Papua5 Sulawesi Selatan6 Sulawesi Utara7 Sulampua8 Gorontalo9 Sulawesi Tenggara10 Sulawesi Tengah11 Papua Barat12 Sulawesi Barat

Dimensi Usage 4

Dimensi Usage 1

Tabel 2. Financial Inclusion

BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA

asalkan tersambung dengan ketiga provider dimaksud. Luasnya jaringan yan

provider tersebut memungkinkan masyarakat wilayah terpencil sekalipun akan mampu menikmati

walaupun fitur yang dapat dinikmati masih terbatas.

Tantangan lain yang diharapkan mampu terjawab oleh terobosan baru in

yang harus dikeluarkan perbankan untuk membuka kantor cabang di berbagai

biaya terkait pengadaan dan penempatan ATM yang notabene menelan

biaya investasi yang cukup besar. Dengan mengaplikasikan sistem ini, perbankan akan mampu

menyalurkan dana kepada nasabahnya melalui pulsa elektrik yang kemudian dapat dicairkan

branchess banking. Penghematan biaya investasi dan operasional

tersebut, diharapkan perbankan akan memiliki dana lebih dari biasanya dan dapat digunakan untuk

memaksimalkan layanan keuangan terhadap seluruh masyarakat dari semua lapisan.

Dimensi kedua dan terakhir dari financial inclusion adalah dimensi penggunaan (

dibagi menjadi enam kategori. Perbedaan dimensi penggunaan (usage) dengan dimensi akses

adalah dimensi ini menekankan pada kuantitas penyaluran dan penarikan dana dari dan ke

masyarakat oleh perbankan untuk kemudian dibagi dengan jumlah penduduk dewasan d

domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dari daerah yang dihitung indeksnya.

Nilai Peringkat Provinsi Nilai Peringkat

219.1 1 Papua Barat 1151.1 1 Maluku Utara199.0 2 Sulawesi Selatan 853.7 2 Gorontalo195.3 3 Sulawesi Utara 841.3 3 Maluku190.4 4 Nasional 814.7 4 Sulawesi Utara177.6 5 Papua 794.1 5 Sulawesi Selatan169.2 6 Sulampua 786.8 6 Sulampua165.0 7 Sulawesi Tenggara 769.7 7 Sulawesi Tengah156.8 8 Maluku 688.7 8 Sulawesi Tenggara134.3 9 Gorontalo 683.0 9 Nasional129.7 10 Maluku Utara 667.9 10 Sulawesi Barat114.0 11 Sulawesi Tengah 643.6 11 Papua107.1 12 Sulawesi Barat 611.2 12 Papua Barat

Nilai Peringkat Provinsi Nilai Peringkat

0.73 1 Gorontalo 0.19 1 Papua Barat0.65 2 Maluku Utara 0.19 2 Sulawesi Barat0.39 3 Maluku 0.16 3 Papua0.35 4 Sulawesi Selatan 0.13 4 Sulawesi Tengah0.34 5 Sulawesi Utara 0.12 5 Gorontalo0.34 6 Sulawesi Tengah 0.11 6 Sulawesi Tenggara0.32 7 Sulawesi Barat 0.11 7 Sulampua0.27 8 Sulampua 0.11 8 Maluku Utara0.27 9 Sulawesi Tenggara 0.10 9 Sulawesi Selatan0.21 10 Papua 0.07 10 Maluku0.20 11 Nasional 0.07 11 Sulawesi Utara0.19 12 Papua Barat 0.06 12 Nasional

Dimensi Usage 2 Dimensi

Dimensi Usage 5 Dimensi

Financial Inclusion Usage Dimension Wilayah Sulampua dan Nasional

48

BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA

asalkan tersambung dengan ketiga provider dimaksud. Luasnya jaringan yang dimiliki ketiga

akan mampu menikmati

walaupun fitur yang dapat dinikmati masih terbatas.

oleh terobosan baru ini adalah mengurangi

yang harus dikeluarkan perbankan untuk membuka kantor cabang di berbagai

biaya terkait pengadaan dan penempatan ATM yang notabene menelan

perbankan akan mampu

menyalurkan dana kepada nasabahnya melalui pulsa elektrik yang kemudian dapat dicairkan oleh

biaya investasi dan operasional

liki dana lebih dari biasanya dan dapat digunakan untuk

memaksimalkan layanan keuangan terhadap seluruh masyarakat dari semua lapisan.

adalah dimensi penggunaan (usage) yang

) dengan dimensi akses

pada kuantitas penyaluran dan penarikan dana dari dan ke

masyarakat oleh perbankan untuk kemudian dibagi dengan jumlah penduduk dewasan dan produk

domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dari daerah yang dihitung indeksnya.

Provinsi Nilai

Maluku Utara 0.63Gorontalo 0.60Maluku 0.56Sulawesi Utara 0.48Sulawesi Selatan 0.44Sulampua 0.36Sulawesi Tengah 0.34Sulawesi Tenggara 0.34Nasional 0.33Sulawesi Barat 0.29Papua 0.19Papua Barat 0.14

Provinsi Nilai

Papua Barat 0.43Sulawesi Barat 0.38Papua 0.37Sulawesi Tengah 0.33Gorontalo 0.32Sulawesi Tenggara 0.31Sulampua 0.31Maluku Utara 0.30Sulawesi Selatan 0.29Maluku 0.29Sulawesi Utara 0.26Nasional 0.20

Dimensi Usage 3

Dimensi Usage 6

Sulampua dan Nasional

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa untuk beberapa kategori Maluku Utara tidak lagi berada

dibawah level nasional serta rata

Maluku Utara menduduki posisi pertama pada dimensi

Pada dimensi usage pertama dan kedua, Maluku Utara masih berada dibawah level nasional

serta rata-rata provinsi lain di Sulampua

rekening kredit yang ada di perbankan dibagi dengan jumlah penduduk dewasa

dikalikan dengan seribu. Indeks yang dihasilkan akan memberikan gambaran tentang seberapa

banyak jumlah penduduk dewasa di Maluku Utara yang memiliki rekening kredit dari perbankan.

semakin besar hasil perhitungannya maka dapat dikatakan bahwa sem

dewasa di wilayah tersebut yang sudah berinteraksi dengan institusi keuangan dengan memiliki

rekening kredit. Dimensi usage

dewasa di suatu daerah yang sudah memiliki akses terhadap

berupa tabungan. Indeks dimensi

dimensi usage yang kedua menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki Maluku Utara dalam

pengembangan kredit masih sangat tinggi atau potens

dikembangkan lebih jauh lagi oleh perbankan.

Saat ini, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap jenis

dari perbankan menyebabkan sebagian masyarakat belum mampu memenuhi syarat

yang ditetapkan oleh perbankan untuk mendapatkan layanan keuangan

ditolak oleh bank. Hal ini

terutama kredit itu susah dan pada akhirnya masyarakat lebih memilih untuk menggunakan

jasa kredit tidak resmi yang bunganya jauh diatas bunga bank namun proses pencairan dananya

cepat dan mudah. Oleh karena itu, saat ini perbankan giat untuk memberikan sosialisasi ke

masyarakat hingga ke pelosok daerah mengenai produk

mereka miliki dan syarat-syarat yang melekat pada masing

meningkatkan pemahaman masyarakat dan menurunkan prosentase penolakan pemberian dana

kredit oleh bank kepada masyarakat.

Kondisi berbeda terlihat pada dimensi

Maluku Utara berada diatas rata

menduduki posisi puncak pada dimensi

keras perbankan Maluku Utara dalam hal menyalurkan dana kredit yang ditunjukkan dengan

indeks diatas 0,50. Hal ini berarti nominal kredit yang sudah tersalurkan semakin menyamai

BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa untuk beberapa kategori Maluku Utara tidak lagi berada

dibawah level nasional serta rata-rata provinsi yang termasuk dalam wilayah Sulampua.

Maluku Utara menduduki posisi pertama pada dimensi usage ketiga.

pertama dan kedua, Maluku Utara masih berada dibawah level nasional

rata provinsi lain di Sulampua. Dimensi usage yang pertama menghitung jumlah

rekening kredit yang ada di perbankan dibagi dengan jumlah penduduk dewasa

dikalikan dengan seribu. Indeks yang dihasilkan akan memberikan gambaran tentang seberapa

banyak jumlah penduduk dewasa di Maluku Utara yang memiliki rekening kredit dari perbankan.

hasil perhitungannya maka dapat dikatakan bahwa semakin banyak penduduk

dewasa di wilayah tersebut yang sudah berinteraksi dengan institusi keuangan dengan memiliki

usage kedua, mencoba menggambarkan seberapa banyak penduduk

dewasa di suatu daerah yang sudah memiliki akses terhadap layanan fasilitas keuangan yang

Indeks dimensi usage pertama yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan

yang kedua menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki Maluku Utara dalam

pengembangan kredit masih sangat tinggi atau potensi pasar kredit di Maluku Utara masih dapat

dikembangkan lebih jauh lagi oleh perbankan.

Saat ini, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap jenis-jenis produk layanan keuangan

dari perbankan menyebabkan sebagian masyarakat belum mampu memenuhi syarat

yang ditetapkan oleh perbankan untuk mendapatkan layanan keuangan

memicu lahirnya pendapat bahwa pengajuan layanan keuangan

terutama kredit itu susah dan pada akhirnya masyarakat lebih memilih untuk menggunakan

jasa kredit tidak resmi yang bunganya jauh diatas bunga bank namun proses pencairan dananya

Oleh karena itu, saat ini perbankan giat untuk memberikan sosialisasi ke

masyarakat hingga ke pelosok daerah mengenai produk-produk layanan j

syarat yang melekat pada masing-masing produk dengan harapa mampu

meningkatkan pemahaman masyarakat dan menurunkan prosentase penolakan pemberian dana

kredit oleh bank kepada masyarakat.

ada dimensi usage yang ketiga, keempat, dan kelima dimana

Maluku Utara berada diatas rata-rata nasional dan provinsi lain di Sulampua

menduduki posisi puncak pada dimensi usage ketiga. Pada dimensi usage ketiga, terlihat hasil kerja

Maluku Utara dalam hal menyalurkan dana kredit yang ditunjukkan dengan

indeks diatas 0,50. Hal ini berarti nominal kredit yang sudah tersalurkan semakin menyamai

49

BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa untuk beberapa kategori Maluku Utara tidak lagi berada

rata provinsi yang termasuk dalam wilayah Sulampua. Bahkan

pertama dan kedua, Maluku Utara masih berada dibawah level nasional

yang pertama menghitung jumlah

rekening kredit yang ada di perbankan dibagi dengan jumlah penduduk dewasa kemudian hasilnya

dikalikan dengan seribu. Indeks yang dihasilkan akan memberikan gambaran tentang seberapa

banyak jumlah penduduk dewasa di Maluku Utara yang memiliki rekening kredit dari perbankan.

akin banyak penduduk

dewasa di wilayah tersebut yang sudah berinteraksi dengan institusi keuangan dengan memiliki

kedua, mencoba menggambarkan seberapa banyak penduduk

layanan fasilitas keuangan yang

pertama yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan

yang kedua menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki Maluku Utara dalam

i pasar kredit di Maluku Utara masih dapat

jenis produk layanan keuangan

dari perbankan menyebabkan sebagian masyarakat belum mampu memenuhi syarat-syarat

yang ditetapkan oleh perbankan untuk mendapatkan layanan keuangan dan permintaannya

pendapat bahwa pengajuan layanan keuangan

terutama kredit itu susah dan pada akhirnya masyarakat lebih memilih untuk menggunakan jasa-

jasa kredit tidak resmi yang bunganya jauh diatas bunga bank namun proses pencairan dananya

Oleh karena itu, saat ini perbankan giat untuk memberikan sosialisasi ke

produk layanan jasa keuangan yang

masing produk dengan harapa mampu

meningkatkan pemahaman masyarakat dan menurunkan prosentase penolakan pemberian dana

yang ketiga, keempat, dan kelima dimana

rata nasional dan provinsi lain di Sulampua bahkan

Pada dimensi usage ketiga, terlihat hasil kerja

Maluku Utara dalam hal menyalurkan dana kredit yang ditunjukkan dengan

indeks diatas 0,50. Hal ini berarti nominal kredit yang sudah tersalurkan semakin menyamai

nominal produk domestik bruto regional (PDRB) Maluku Utara yang dapat dikatakan sebagai

potensi ekonomi yang dimiliki Maluku Utara. Semakin besar indeks yang dihasilkan dari

perhitungan ini berarti semakin optimal pengeksplorasian potensi kredit di suatu wilayah.

yang sama juga terlihat pada dimensi

kedua tertinggi namun dalam hal ini adalah kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh

perbankan. PDRB Maluku Utara yang masih tergolong kecil dibandingkan dengan provinsi lain

menyebabkan tingginya posisi Maluku Utara pada kedua dimensi ini (

keempat).

Dimensi usage kelima dan keenam bertujuan untuk menggambarkan sejauh sektor UMKM

telah dieksplorasi oleh pihak perbankan

menduduki posisi tertinggi kedua setelah Gorontalo y

memberikan layanan keuangan kepada UMKM sudah cukup bagus namun potensi yang dimiliki

masih bisa untuk dioptimalkan lagi. Pada dimensi usage terakhir ini, Bank Indonesia mencoba

untuk mengetahui sejauh mana pangsa kredit U

bank. Hasil perhitungan yang menunjukkan Maluku Utara sudah berada diatas level nasional

merupakan kabar baik walaupun masih dibawah rata

Secara aggregat, kondisi financial inclusion

maupun rata-rata provinsi lain se

penduduk yang tergolong miskin adalah mereka yang tidak memiliki akses terhadap layanan jasa

keuangan sehingga usaha untuk memperluas akses masyarakt terhadap layanan ini juga dapat

diartikan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dengan

pengurangan jumlah penduduk miskin. Karena ketika masyarakat sudah memiliki akses terhadap

layanan keuangan, maka mereka mampu untu mengembangkan atau membentuk sebuah usaha

untuk meningkatkan kondisi finansial mereka yang kemudian bermuara pada tingkat kesejahteraan

yang baik. Koordinasi dan kolaborasi antara pihak perbankan dan pemerintah pusat, daerah,

kabupaten/kota yang solid mutlak diperlukan untuk segera menjembatani permasalahan ini.

BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA

nominal produk domestik bruto regional (PDRB) Maluku Utara yang dapat dikatakan sebagai

i ekonomi yang dimiliki Maluku Utara. Semakin besar indeks yang dihasilkan dari

perhitungan ini berarti semakin optimal pengeksplorasian potensi kredit di suatu wilayah.

yang sama juga terlihat pada dimensi usage keempat dimana Maluku Utara mendudu

kedua tertinggi namun dalam hal ini adalah kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh

perbankan. PDRB Maluku Utara yang masih tergolong kecil dibandingkan dengan provinsi lain

menyebabkan tingginya posisi Maluku Utara pada kedua dimensi ini (dimensi

Dimensi usage kelima dan keenam bertujuan untuk menggambarkan sejauh sektor UMKM

telah dieksplorasi oleh pihak perbankan. pada dimensi usage kelima, Maluku Utara

menduduki posisi tertinggi kedua setelah Gorontalo yang berarti usaha perbankan untuk

memberikan layanan keuangan kepada UMKM sudah cukup bagus namun potensi yang dimiliki

masih bisa untuk dioptimalkan lagi. Pada dimensi usage terakhir ini, Bank Indonesia mencoba

untuk mengetahui sejauh mana pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh

bank. Hasil perhitungan yang menunjukkan Maluku Utara sudah berada diatas level nasional

merupakan kabar baik walaupun masih dibawah rata-rata provinsi lain di wilayah Sulampua.

financial inclusion Maluku Utara masih di bawah level nasional

rata provinsi lain se-Sulampua. Data menunjukkan bahwa sebagian besar

penduduk yang tergolong miskin adalah mereka yang tidak memiliki akses terhadap layanan jasa

usaha untuk memperluas akses masyarakt terhadap layanan ini juga dapat

diartikan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dengan

pengurangan jumlah penduduk miskin. Karena ketika masyarakat sudah memiliki akses terhadap

uangan, maka mereka mampu untu mengembangkan atau membentuk sebuah usaha

untuk meningkatkan kondisi finansial mereka yang kemudian bermuara pada tingkat kesejahteraan

yang baik. Koordinasi dan kolaborasi antara pihak perbankan dan pemerintah pusat, daerah,

kabupaten/kota yang solid mutlak diperlukan untuk segera menjembatani permasalahan ini.

50

BOKS 1. FINANCIAL INCLUSION DI MALUKU UTARA

nominal produk domestik bruto regional (PDRB) Maluku Utara yang dapat dikatakan sebagai

i ekonomi yang dimiliki Maluku Utara. Semakin besar indeks yang dihasilkan dari

perhitungan ini berarti semakin optimal pengeksplorasian potensi kredit di suatu wilayah. Kondisi

keempat dimana Maluku Utara menduduki posisi

kedua tertinggi namun dalam hal ini adalah kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh

perbankan. PDRB Maluku Utara yang masih tergolong kecil dibandingkan dengan provinsi lain

dimensi usage ketiga dan

Dimensi usage kelima dan keenam bertujuan untuk menggambarkan sejauh sektor UMKM

. pada dimensi usage kelima, Maluku Utara masih

ang berarti usaha perbankan untuk

memberikan layanan keuangan kepada UMKM sudah cukup bagus namun potensi yang dimiliki

masih bisa untuk dioptimalkan lagi. Pada dimensi usage terakhir ini, Bank Indonesia mencoba

MKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh

bank. Hasil perhitungan yang menunjukkan Maluku Utara sudah berada diatas level nasional

rata provinsi lain di wilayah Sulampua.

Maluku Utara masih di bawah level nasional

. Data menunjukkan bahwa sebagian besar

penduduk yang tergolong miskin adalah mereka yang tidak memiliki akses terhadap layanan jasa

usaha untuk memperluas akses masyarakt terhadap layanan ini juga dapat

diartikan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang digambarkan dengan

pengurangan jumlah penduduk miskin. Karena ketika masyarakat sudah memiliki akses terhadap

uangan, maka mereka mampu untu mengembangkan atau membentuk sebuah usaha

untuk meningkatkan kondisi finansial mereka yang kemudian bermuara pada tingkat kesejahteraan

yang baik. Koordinasi dan kolaborasi antara pihak perbankan dan pemerintah pusat, daerah,

kabupaten/kota yang solid mutlak diperlukan untuk segera menjembatani permasalahan ini.

4.1 Kondisi Umum

Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD

sebesar Rp. 1,3 triliun, meningkat 17,9% (

target belanja di tahun 2013 sebesar Rp. 1,40 triliun atau meningkat 20% (

dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, pada tahun 2013 akan terjadi defisit anggaran

sebesar Rp. 77,1 miliar yang meningkat sebesar 71,3% (

sebelumnya.

Berdasarkan data realisasi sementara

mencatat realisasi pendapatan sebesar Rp. 690.42

52,05% dari target yang ditetapkan diawal tahun

belanja di APBD terealisasi sebesar Rp. 627,77 miliar atau sebesar 44,66% dari target awal sebesar

Rp. 1,4 triliun.

APBD 2012

APBD 2013

BAB IV. PERKEMBANGAN

Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Sumber : DJPK, KUA

Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD

meningkat 17,9% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu,

target belanja di tahun 2013 sebesar Rp. 1,40 triliun atau meningkat 20% (

dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, pada tahun 2013 akan terjadi defisit anggaran

Rp. 77,1 miliar yang meningkat sebesar 71,3% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun

si sementara hingga triwulan II 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara

mencatat realisasi pendapatan sebesar Rp. 690.42 miliar atau realisasi yang tercapai sebesar

ang ditetapkan diawal tahun sebesar Rp. 1,3 triliun

belanja di APBD terealisasi sebesar Rp. 627,77 miliar atau sebesar 44,66% dari target awal sebesar

(500,000) - 500,000 1,000,000 1,500,000

Pendapatan

Belanja

Pembiayaan Netto

Surplus/Defisit

Pendapatan BelanjaPembiayaan

Netto Surplus/Defisit

APBD 2012 1,125,083 1,170,033 97,500 (45,000)

APBD 2013 1,326,442 1,403,533 143,000 (77,091)

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Grafik 4.1Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

51

Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD

) dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu,

target belanja di tahun 2013 sebesar Rp. 1,40 triliun atau meningkat 20% (yoy) dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, pada tahun 2013 akan terjadi defisit anggaran

) jika dibandingkan dengan tahun

2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara

atau realisasi yang tercapai sebesar

sebesar Rp. 1,3 triliun. Sementara itu, pos

belanja di APBD terealisasi sebesar Rp. 627,77 miliar atau sebesar 44,66% dari target awal sebesar

Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

4.2 Pendapatan Daerah

Pemerintah Provinsi Maluku Utara

triliun atau meningkat sebesar 17,9% (

utamanya dipicu oleh optimisme pemerintah daerah terhadap

ditargetkan meningkat sebesar 41,8% (

berasal dari dana perimbangan yang mencapai 72,1% lalu diikuti oleh pendapatan lainnya dan

pendapatan asli daerah dengan

diperkirakan mempengaruhi pencapaian target PAD pada tahun 2013 yaitu dilakukannya

intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi, penambahan objek pajak baru, penerapan

manajemen pengelolaan mo

menempatkan pegawainya di beberapa objek pajak yang terbukti tidak mematuhi peraturan

pelaporan pajak dengan harapan meningkatkan kepatuhan objek pajak dan bermuara pada

pencapaian target PAD. Semua strategi tersebut diharapkan berdampak pada kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak dan terhindarnya kebocoran pajak (KUA APBD TA 2013).

Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara

690,42 miliar atau terealisasi sebesar 52,05% dari target pendapatan yang ditentukan sampai akhir

tahun 2013. Realisasi pendapatan terbesar sampai triwuln II 2013 berasal dari pos Dana Alokasi

Umum (DAU) yang mencatatka

mencatat realisasi cukup besar adalah pos pendapatan hibah dengan angka realisasi sebesar Rp.

76,29 miliar. Pos ini merupakan motor tunggal penggerak pos pendapatan lainnya.

Realisasi TW III 2013

APBD 2013

Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Sumber : DJPK, KUA

BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD 2013 sebesar Rp. 1,3

triliun atau meningkat sebesar 17,9% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini

utamanya dipicu oleh optimisme pemerintah daerah terhadap penerimaan asli daerah (PAD) yang

ningkat sebesar 41,8% (yoy). Namun demikian, share penerimaan terbesar tetap

berasal dari dana perimbangan yang mencapai 72,1% lalu diikuti oleh pendapatan lainnya dan

dengan share masing-masing sebesar 17,9% dan 10%. Beberapa hal yang

diperkirakan mempengaruhi pencapaian target PAD pada tahun 2013 yaitu dilakukannya

intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi, penambahan objek pajak baru, penerapan

manajemen pengelolaan modern dan audit kinerja objektif. Selain itu, pemerintah juga

menempatkan pegawainya di beberapa objek pajak yang terbukti tidak mematuhi peraturan

pelaporan pajak dengan harapan meningkatkan kepatuhan objek pajak dan bermuara pada

mua strategi tersebut diharapkan berdampak pada kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak dan terhindarnya kebocoran pajak (KUA APBD TA 2013).

Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara hingga triwulan II 2013 mencapai Rp.

690,42 miliar atau terealisasi sebesar 52,05% dari target pendapatan yang ditentukan sampai akhir

tahun 2013. Realisasi pendapatan terbesar sampai triwuln II 2013 berasal dari pos Dana Alokasi

Umum (DAU) yang mencatatkan angka sebesar Rp. 386,29 miliar. Unsur pendapatn lainnya yang

mencatat realisasi cukup besar adalah pos pendapatan hibah dengan angka realisasi sebesar Rp.

76,29 miliar. Pos ini merupakan motor tunggal penggerak pos pendapatan lainnya.

(500,000) - 500,000 1,000,000 1,500,000

Pendapatan

Belanja

Pembiayaan Netto

Surplus/Defisit

Pendapatan Belanja PembiayaanNetto Surplus/Defisit

Realisasi TW III 2013 690,427 626,777 - 63,650

APBD 2013 1,326,442 1,403,533 143,000 (77,091)

Grafik 4.2Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

52

KEUANGAN DAERAH

memiliki target pendapatan dalam APBD 2013 sebesar Rp. 1,3

) dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini

penerimaan asli daerah (PAD) yang

penerimaan terbesar tetap

berasal dari dana perimbangan yang mencapai 72,1% lalu diikuti oleh pendapatan lainnya dan

masing sebesar 17,9% dan 10%. Beberapa hal yang

diperkirakan mempengaruhi pencapaian target PAD pada tahun 2013 yaitu dilakukannya

intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi, penambahan objek pajak baru, penerapan

dern dan audit kinerja objektif. Selain itu, pemerintah juga

menempatkan pegawainya di beberapa objek pajak yang terbukti tidak mematuhi peraturan

pelaporan pajak dengan harapan meningkatkan kepatuhan objek pajak dan bermuara pada

mua strategi tersebut diharapkan berdampak pada kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak dan terhindarnya kebocoran pajak (KUA APBD TA 2013).

hingga triwulan II 2013 mencapai Rp.

690,42 miliar atau terealisasi sebesar 52,05% dari target pendapatan yang ditentukan sampai akhir

tahun 2013. Realisasi pendapatan terbesar sampai triwuln II 2013 berasal dari pos Dana Alokasi

n angka sebesar Rp. 386,29 miliar. Unsur pendapatn lainnya yang

mencatat realisasi cukup besar adalah pos pendapatan hibah dengan angka realisasi sebesar Rp.

76,29 miliar. Pos ini merupakan motor tunggal penggerak pos pendapatan lainnya.

Perkembangan APBD Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

4.3 Belanja Daerah

Target belanja daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara 2013 pada tahun 2013 tercatat sebesar

Rp. 1,4 triliun atau meningkat sebesar 20% (

Komponen belanja tidak langsung

10% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, belanja langsung

ditargetkan mencapai Rp. 911,74 miliar atau naik 26,1 (

PendapatanPAD

Pajak DaerahRetribusi DaerahLain-lain PAD yang Sah

Dana Perimbangan

DBHDAUDAK

Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahHibah

Pos Anggaran

PendapatanPAD

Pajak DaerahRetribusi DaerahLain-lain PAD yang Sah

Dana Perimbangan

DBHDAUDAK

Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahHibah

Pos Anggaran

Perkembangan Anggaran Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi

BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Target belanja daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara 2013 pada tahun 2013 tercatat sebesar

Rp. 1,4 triliun atau meningkat sebesar 20% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Komponen belanja tidak langsung ditargetkan sebesar Rp. 491,80 miliar atau meningkat sebesar

) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, belanja langsung

ditargetkan mencapai Rp. 911,74 miliar atau naik 26,1 (yoy) dari tahun sebelumnya.

2012 2013

1,125.030 1,326.4493.64 132.76

76.4514.78

Lain-lain PAD yang Sah 2.41820.57 956.83

79.55 114.55703.16 772.60

37.86

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 210.81 236.85210.81 236.85

Pos Anggaran

2013 Realisasi Tw II 2013

1,326.44 690.42132.76

96.0724.26

Lain-lain PAD yang Sah 12.41956.83 516.59

114.55772.60 386.30

69.69

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 236.85236.85

Pos Anggaran

Tabel 4.1Perkembangan Anggaran Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

Tabel 4.2Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

53

KEUANGAN DAERAH

Target belanja daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara 2013 pada tahun 2013 tercatat sebesar

) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

ditargetkan sebesar Rp. 491,80 miliar atau meningkat sebesar

) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, belanja langsung

) dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan

1,326.44 17.9%132.76 41.8%

96.07 25.7%24.26 64.1%12.41 414.9%

956.83 16.6%

114.55 44.0%772.60 9.9%

69.69 84.1%

236.85 12.4%236.85 12.4%

Realisasi Tw II 2013 Share690.42 52.1%

97.54 73.5%

59.48 61.9%8.21 33.8%

29.86 240.6%516.59 54.0%

77.80 67.9%386.30 50.0%

52.32 75.1%

76.30 32.2%76.30 32.2%

Perkembangan Anggaran Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah tahun 2013 dengan

turun tipis jika dibandingkan dengan belanja pegawai tahun sebelumnya yang memiliki

sebesar 21,9%. Namun demikian, jika ditilik angka total belanja pegawai baik yang langsung

maupun tidak langsung terakselerasi sebesar 17,6% (

dan tercatat sebesar Rp. 301,86 miliar.

Penerimaan Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) pada lingkup pemerintah Provinsi M

tahun 2013 sebanyak 49 orang dari alokasi penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 782

orang untuk se-Provinsi Maluku Utara.

Rasio belanja modal serta belanja barang dan jasa terhadap total belanja daerah tahun 2013

mencapai 60,1% atau meningkat sebesar 57,5% (

tahun sebelumnya. Kedua pos belanja dimaksud mencatatkan angka Rp. 843,42 miliar atau naik

sebesar 25,4% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan rasio belanja modal yang

cukup besar ini, diharapkan pemerintah dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan

ekonomi Maluku Utara tahun 2013.

Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2013, dalam rangka penguatan

struktur ekonomi Maluku Utara, pembangunan daerah akan diprioritaskan pada sembilan hal yaitu:

1. Infrastruktur dan sarana prasarana pemerintahan;

2. Pendidikan dan kesehatan;

3. Ketahanan pangan;

4. Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pemberdayaan dan perlindungan sosial;

5. Sumber daya energi, air dan mineral;

6. Bencana alam. Tata ruang dan lingkungan hidup;

7. Pariwisata dan kebudayaan;

8. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintaha

9. Wilayah perbatasan, terluar, terpencil,

BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

adap total belanja daerah tahun 2013 dengan

turun tipis jika dibandingkan dengan belanja pegawai tahun sebelumnya yang memiliki

Namun demikian, jika ditilik angka total belanja pegawai baik yang langsung

ak langsung terakselerasi sebesar 17,6% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya

dan tercatat sebesar Rp. 301,86 miliar. Kondisi ini sejalan dengan rencana penerimaan Calon

Penerimaan Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) pada lingkup pemerintah Provinsi M

tahun 2013 sebanyak 49 orang dari alokasi penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 782

Provinsi Maluku Utara.

Rasio belanja modal serta belanja barang dan jasa terhadap total belanja daerah tahun 2013

ningkat sebesar 57,5% (yoy) jika dibandingkan dengan pos yang sama

tahun sebelumnya. Kedua pos belanja dimaksud mencatatkan angka Rp. 843,42 miliar atau naik

) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan rasio belanja modal yang

sar ini, diharapkan pemerintah dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan

ekonomi Maluku Utara tahun 2013.

Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2013, dalam rangka penguatan

struktur ekonomi Maluku Utara, pembangunan daerah akan diprioritaskan pada sembilan hal yaitu:

Infrastruktur dan sarana prasarana pemerintahan;

Pendidikan dan kesehatan;

Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pemberdayaan dan perlindungan sosial;

Sumber daya energi, air dan mineral;

Bencana alam. Tata ruang dan lingkungan hidup;

Pariwisata dan kebudayaan;

Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan;

Wilayah perbatasan, terluar, terpencil, dan tertinggal.

54

KEUANGAN DAERAH

adap total belanja daerah tahun 2013 dengan share sebesar 21,5%,

turun tipis jika dibandingkan dengan belanja pegawai tahun sebelumnya yang memiliki share

Namun demikian, jika ditilik angka total belanja pegawai baik yang langsung

) dibandingkan dengan tahun sebelumnya

Kondisi ini sejalan dengan rencana penerimaan Calon

Penerimaan Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) pada lingkup pemerintah Provinsi Maluku Utara

tahun 2013 sebanyak 49 orang dari alokasi penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 782

Rasio belanja modal serta belanja barang dan jasa terhadap total belanja daerah tahun 2013

) jika dibandingkan dengan pos yang sama

tahun sebelumnya. Kedua pos belanja dimaksud mencatatkan angka Rp. 843,42 miliar atau naik

) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan rasio belanja modal yang

sar ini, diharapkan pemerintah dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan

Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2013, dalam rangka penguatan

struktur ekonomi Maluku Utara, pembangunan daerah akan diprioritaskan pada sembilan hal yaitu:

Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pemberdayaan dan perlindungan sosial;

Sementara itu, realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi maluku Utara per triwulan III 2013

tercatat sebesar Rp. 626,78 miliar atau besar pencapaian berada pada a

belanja terbesar terdapat pada pos belanja

yang telah terealisasi sebesar Rp

selama tahun 2013 yang tercatat

BelanjaBelanja Tidak Langsung

Belanja PegawaiBelanja HibahBelanja Bantuan Sosial

Belanja Tidak TerdugaBelanja Langsung

Belanja PegawaiBelanja Barang dan JasaBelanja Modal

Pos Anggaran

Belanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes

BelanjaBelanja Tidak Langsung

Belanja PegawaiBelanja HibahBelanja Bantuan Sosial

Belanja Tidak TerdugaBelanja Langsung

Belanja Barang dan JasaBelanja Modal

Belanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes

Pos Anggaran

Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

Anggaran dan Realisasi

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Sementara itu, realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi maluku Utara per triwulan III 2013

tercatat sebesar Rp. 626,78 miliar atau besar pencapaian berada pada a

belanja terbesar terdapat pada pos belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes

yang telah terealisasi sebesar Rp 31.05 miliar atau tercapai sebesar 110,5% dari total

selama tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp. 28.1%.

2012 2013

1,170.03 1,403.53447.22

206.47 233.55179.00 200.21

Belanja Bantuan Sosial 22.55

34.34

900.00 900.00

4,000.00 2,000.00722.81 911.74

50.30Belanja Barang dan Jasa 333.19 349.06

339.33 494.37

Belanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes

2013 Realisasi Tw II 2013

1,403.53 626.78491.80 465.28

233.55 114.05200.21 179.24

Belanja Bantuan Sosial 27.05

28.10

900.00 382.55

2,000.00911.74 320.29

Belanja Barang dan Jasa 349.06 158.84494.37 161.45

Belanja Bagi Hasil KepadaProv./Kab./Kota dan PemdesBelanja Bantuan Keuangan KepadaProv./Kab./Kota dan Pemdes

Tabel 4.3Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

Tabel 4.3dan Realisasi Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

55

KEUANGAN DAERAH

Sementara itu, realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi maluku Utara per triwulan III 2013

tercatat sebesar Rp. 626,78 miliar atau besar pencapaian berada pada angka 44,7%. Realisasi

bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes

% dari total target belanja

Pertumbuhan

1,403.53 20.0%492 10.0%

233.55 13.1%200.21 11.8%

27.05 20.0%

28.10 -18.2%

900.00 0.0%

2,000.00 -50.0%911.74 26.1%

68.32 35.8%349.06 4.8%494.37 45.7%

Realisasi Tw II 2013 Share626.78 44.7%465.28 94.6%

114.05 48.8%179.24 89.5%

12.78 47.2%

31.05 110.5%

382.5542.5%

- 0.0%320.29 35.1%

158.84 45.5%161.45 32.7%

Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Selanjutnya, pos belanja hibah menduduki posisi tertinggi kedua tingkat realisasinya yang tercatat

sebesar Rp. 179,24 miliar atau sebesar 89,5%. Selain itu, pos belanja lain dengan tingkat realisasi

cukup tinggi adalah belanja pegawai (4

dan jasa (45,5%) sedangkan pos belanja lain memiliki tingkkat realisasi dibawah 45%.

4.4 Defisit dan Pembiayaan

Defisit APBD Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar Rp. 77.1 miliar atau naik

sebesar 71,3% (yoy) dibandingkan APBD tahun sebelumnya. Meskipun tidak ada rencana

pembiayaan untuk menutup defisit tersebut. Namun demikian, sisa lebih perhitungan anggaran

(SiLPA) tahun anggaran sebelumnya yang mencapai Rp. 100 miliar sudah mampu untuk menutup

defisit APBD yang ada.

Berdasarkan realisasi hingga triwulan II 2013, APBD Provinsi Maluku Utara

sebesar Rp. 63.65 miliar atau masih berbanding terbalik dengan target yang telah ditetapkan.

Jumlah realisasi triwulan II lebih kecil dibandingkan

akhir tahun adalah terjadi defisit sebesar Rp. 77,1 miliar.

Defisit PembiayaanPembiayaan Netto

Penerimaan PembiayaanSiLPA TA Sebelumnya

Pengeluaran PembiayaanPenyertaan Modal (Investasi) Daerah

Pos Anggaran

Defisit PembiayaanPembiayaan Netto

Penerimaan PembiayaanSiLPA TA Sebelumnya

Pengeluaran PembiayaanPenyertaan Modal (Investasi) Daerah

Pos Anggaran

Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam

Sumber : DJPK, KUA-PPAS Provinsi Maluku Utara

BAB IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Selanjutnya, pos belanja hibah menduduki posisi tertinggi kedua tingkat realisasinya yang tercatat

sebesar Rp. 179,24 miliar atau sebesar 89,5%. Selain itu, pos belanja lain dengan tingkat realisasi

cukup tinggi adalah belanja pegawai (48,8%), belanja bantuan sosial (47,2%), dan belanja barang

dan jasa (45,5%) sedangkan pos belanja lain memiliki tingkkat realisasi dibawah 45%.

Defisit APBD Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar Rp. 77.1 miliar atau naik

) dibandingkan APBD tahun sebelumnya. Meskipun tidak ada rencana

menutup defisit tersebut. Namun demikian, sisa lebih perhitungan anggaran

(SiLPA) tahun anggaran sebelumnya yang mencapai Rp. 100 miliar sudah mampu untuk menutup

Berdasarkan realisasi hingga triwulan II 2013, APBD Provinsi Maluku Utara

sebesar Rp. 63.65 miliar atau masih berbanding terbalik dengan target yang telah ditetapkan.

Jumlah realisasi triwulan II lebih kecil dibandingkan dengan triwulan I 2013 dikarenakan target di

akhir tahun adalah terjadi defisit sebesar Rp. 77,1 miliar.

2012 2013

45.00143.00145.00 100.00145.00 100.00

2.00Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2.00

Pos Anggaran

2013 Realisasi Tw II 2013

77.1097.50

Penerimaan Pembiayaan 100.00SiLPA TA Sebelumnya 100.00

Pengeluaran Pembiayaan 2.50Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2.50

Pos Anggaran

Tabel 4.4Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

PPAS Provinsi Maluku Utara 2013

Tabel 4.5Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam

PPAS Provinsi Maluku Utara

56

KEUANGAN DAERAH

Selanjutnya, pos belanja hibah menduduki posisi tertinggi kedua tingkat realisasinya yang tercatat

sebesar Rp. 179,24 miliar atau sebesar 89,5%. Selain itu, pos belanja lain dengan tingkat realisasi

8,8%), belanja bantuan sosial (47,2%), dan belanja barang

dan jasa (45,5%) sedangkan pos belanja lain memiliki tingkkat realisasi dibawah 45%.

Defisit APBD Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar Rp. 77.1 miliar atau naik

) dibandingkan APBD tahun sebelumnya. Meskipun tidak ada rencana

menutup defisit tersebut. Namun demikian, sisa lebih perhitungan anggaran

(SiLPA) tahun anggaran sebelumnya yang mencapai Rp. 100 miliar sudah mampu untuk menutup

Berdasarkan realisasi hingga triwulan II 2013, APBD Provinsi Maluku Utara masih tercatat surplus

sebesar Rp. 63.65 miliar atau masih berbanding terbalik dengan target yang telah ditetapkan.

dengan triwulan I 2013 dikarenakan target di

Pertumbuhan

77.10 71.3%97.50 -31.8%

100.00 -31.0%100.00 -31.0%

2.50 25.0%2.50 25.0%

Realisasi Tw II 2013

63.65-----

Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

Perkembangan Anggaran Belanja Pemrpov Maluku Utara (Dalam Rp. Miliar)

5.1 Kondisi Umum

Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan

uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan

jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

(setoran, penukaran, kas keliling).

Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak edar (UTLE)

yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar

74,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%

dibandingkan triwulan III 2013.

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar, jauh dibawah jumlah uang palsu yang

ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492

25% (qtq) jika dibandingkan triwulan III 2013.

5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (

Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan

uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan

jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

(setoran, penukaran, kas keliling). Pada triwula

sebesar Rp. 164,6 miliar dan aliran uang keluar (

menghasilkan net outflow sebesar Rp. 509 miliar. Hal ini juga berarti bahwa kebutuhan masyarakat

Maluku Utara akan uang tunai untuk melakukan aktifitas ekonomi masih relatif tinggi.

BAB V. PERKEMBANGAN

Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan net Outflow

uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan

jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

(setoran, penukaran, kas keliling).

n tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak edar (UTLE)

yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar

) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%

an triwulan III 2013.

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar, jauh dibawah jumlah uang palsu yang

ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492 lembar atau turun 99% (yoy) namun naik

) jika dibandingkan triwulan III 2013.

Transaksi Pembayaran Tunai

5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Aliran uang kartal pada triwulan IV 2013 di Maluku Utara menunjukkan net Outflow

uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan

jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

(setoran, penukaran, kas keliling). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (

Rp. 164,6 miliar dan aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp. 673,6 miliar sehingga

sebesar Rp. 509 miliar. Hal ini juga berarti bahwa kebutuhan masyarakat

ng tunai untuk melakukan aktifitas ekonomi masih relatif tinggi.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

57

net Outflow yang berarti

uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan

jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

n tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak edar (UTLE)

yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar

) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar, jauh dibawah jumlah uang palsu yang

lembar atau turun 99% (yoy) namun naik

net Outflow yang berarti

uang kartal ke masyarakat (bayaran, penukaran, kas keliling) lebih besar dibandingkan dengan

jumlah uang yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

n laporan, aliran uang masuk (inflow) tercatat

) sebesar Rp. 673,6 miliar sehingga

sebesar Rp. 509 miliar. Hal ini juga berarti bahwa kebutuhan masyarakat

ng tunai untuk melakukan aktifitas ekonomi masih relatif tinggi.

Grafik 5.1Aliran Kas Uang Kartal

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah uang masuk (

tercatat mengalami peningkatan sebesar 78,9% (

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah

tercatat mengalami kenaikan sebesar 19% (

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan data

pergerakan positif yaitu naik 7,4% (

sebesar 29,2 % (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013.

Secara seris bulanan, net outflow

2013 yang tercatat sebesar Rp. 336,7 miliar atau naik 7,9% (

periode yang sama tahun sebelumnya. Pembayaran termin proyek pemerintah merupakan motor

naiknya jumlah net outflow dipenghujung tahun dimana hal ini mencerminkan investasi yang

dilakukan oleh pemerintah dengan anggaran berasal dari

adanya kenaikan harga berbagai komoditas akibat tergerek inflasi juga mendorong naiknya

kebutuhan uang oleh masyarakat termasuk pemerintah.

Lebih besarnya jumlah outflow

ini terkait erat dengan perilaku masyarakat dalam bertransaksi yang umumnya masih banyak

menggunakan fisik uang daripada menggunakan fasilitas elektronik atau transfer. Masih tingginya

jumlah outflow ini akan membawa konsekuensi b

tetap:

1. Meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat dan memenuhi permintaan uang sesuai

dengan jenis pecahan yang dibutuhkan oleh masyarakat/perbankan,

-800,000

-600,000

-400,000

-200,000

0

200,000

400,000

600,000

800,000

Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III

2011 2012

Inflow Outflow

BAB II. PERKEMBANGAN

Aliran Kas Uang Kartal diKantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut

Grafik 5.Perkembangan Aliran Kas Uang KartalKantor Perwakilan Bank Indonesia Prov

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah uang masuk (

tercatat mengalami peningkatan sebesar 78,9% (yoy) namun tercatat turun sebesar 49

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah

tercatat mengalami kenaikan sebesar 19% (yoy) namun turun sebesar 6,7% (

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan data net inflow/outflow

pergerakan positif yaitu naik 7,4% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau naik

) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013.

net outflow tertinggi selama triwulan laporan terjadi

sebesar Rp. 336,7 miliar atau naik 7,9% (yoy) jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Pembayaran termin proyek pemerintah merupakan motor

dipenghujung tahun dimana hal ini mencerminkan investasi yang

dilakukan oleh pemerintah dengan anggaran berasal dari APBN maupun APBD tumbuh positif serta

adanya kenaikan harga berbagai komoditas akibat tergerek inflasi juga mendorong naiknya

kebutuhan uang oleh masyarakat termasuk pemerintah.

outflow bila dibandingkan dengan jumlah inflow di wilayah Kepulauan Riau

ini terkait erat dengan perilaku masyarakat dalam bertransaksi yang umumnya masih banyak

menggunakan fisik uang daripada menggunakan fasilitas elektronik atau transfer. Masih tingginya

ini akan membawa konsekuensi bagi Bank Indonesia selaku bank sentral untuk

Meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat dan memenuhi permintaan uang sesuai

dengan jenis pecahan yang dibutuhkan oleh masyarakat/perbankan,

Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV

2013

Outflow Net-300.0%

-200.0%

-100.0%

0.0%

100.0%

200.0%

300.0%

400.0%

Q I Q II Q III Q IV Q I

2011

g_inflow_yoy

58

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Grafik 5.2Aliran Kas Uang Kartal (yoy) di

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah uang masuk (inflow)

namun tercatat turun sebesar 49,9% (qtq)

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow)

) namun turun sebesar 6,7% (qtq) jika

net inflow/outflow menunjukkan

triwulan IV 2012 atau naik

pada bulan Desember

jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Pembayaran termin proyek pemerintah merupakan motor

dipenghujung tahun dimana hal ini mencerminkan investasi yang

APBN maupun APBD tumbuh positif serta

adanya kenaikan harga berbagai komoditas akibat tergerek inflasi juga mendorong naiknya

di wilayah Kepulauan Riau

ini terkait erat dengan perilaku masyarakat dalam bertransaksi yang umumnya masih banyak

menggunakan fisik uang daripada menggunakan fasilitas elektronik atau transfer. Masih tingginya

agi Bank Indonesia selaku bank sentral untuk

Meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat dan memenuhi permintaan uang sesuai

Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV

2012 2013

g_outflow_yoy g_net_yoy

Grafik 5.3Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

2. Meningkatkan efektivitas operasional perkasan dan senan

dengan mengikutsertakan peran perbankan serta instansi terkait.

5.2.2 Penyediaan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Dalam melaksanakan strategi

Maluku Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar

melakukan pemusnahan terhadap uang kartal yang sudah

pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap

tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan

layak edar di masyarakat.

Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak eda

yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar

74,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%

maupun luar kota. Penggantian UTLE dengan uang layak edar (ULE) membutuhkan biaya yang

tidak sedikit mengingat bahan baku pencetakan uang rupiah berasal dari luar negeri (impor)

dengan kualitas prima sehingga diharapkan kedepannya masyarakat mampu menjaga kelestarian

uang rupiah dengan lebih baik lagi.

0

5,000,000,000

10,000,000,000

15,000,000,000

20,000,000,000

25,000,000,000

30,000,000,000

35,000,000,000

40,000,000,000

45,000,000,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2011 2012

Nominal UTLE

Lembar UTLE (aksiskanan)

BAB II. PERKEMBANGAN

Grafik 5.3Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Meningkatkan efektivitas operasional perkasan dan senantiasa mengembangkan layanan kas

dengan mengikutsertakan peran perbankan serta instansi terkait.

5.2.2 Penyediaan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar

terhadap uang kartal yang sudah tidak layak

pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap

tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangkan menjamin ketersediaan uang

Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak eda

yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar

) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%

dibandingkan triwulan III 2013. Hal ini

mencerminkan bahwa masyarakat sud

lebih memahami pentingnya menjaga

estetika uang rupiah sebagai alat tukar

resmi di wilayah

Republik Indonesia (I

merupakan buah sosialisasi yang

ini dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Mal

masyarakat baik di dalam Kota Ternate

Penggantian UTLE dengan uang layak edar (ULE) membutuhkan biaya yang

tidak sedikit mengingat bahan baku pencetakan uang rupiah berasal dari luar negeri (impor)

gga diharapkan kedepannya masyarakat mampu menjaga kelestarian

uang rupiah dengan lebih baik lagi.

(500,000)

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

9 11 1 3 5 7 9 11

2012 2013

59

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

tiasa mengembangkan layanan kas

, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan

layak edar (UTLE). Proses

pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap

menjamin ketersediaan uang

Selama triwulan laporan tercatat bahwa terdapat 1.631.445 lembar uang tidak layak edar (UTLE)

yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun signifikan sebesar

) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau turun 36,03%

dibandingkan triwulan III 2013. Hal ini

mencerminkan bahwa masyarakat sudah

lebih memahami pentingnya menjaga

estetika uang rupiah sebagai alat tukar

resmi di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia (INKRI) dimana hal ini

merupakan buah sosialisasi yang selama

dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara ke

masyarakat baik di dalam Kota Ternate

Penggantian UTLE dengan uang layak edar (ULE) membutuhkan biaya yang

tidak sedikit mengingat bahan baku pencetakan uang rupiah berasal dari luar negeri (impor)

gga diharapkan kedepannya masyarakat mampu menjaga kelestarian

Kegiatan Sosialisasi Ciri

Kegiatan

Selain dengan melakukan pemusanahan UTLE,

Utara juga melakukan kegiatan

Maluku Utara. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat di daerah

yang cukup sulit dapat mendapatkan

5.2.3 Perkembangan Uang Palsu di Maluku Utara

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar,

ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492 lembar atau turun 99% (yoy) namun naik

25% jika dibandingkan triwulan III 2013.

Bulan

Oktober - Buli, Maba, Subaim dan Sekitarnya- Kabupaten Haltim (Weda dan Sekitarnya)- Kabupaten Halsel (Bacan, Obi dan sekitarnya)- Kabupaten Kepulauan Sula (Sanana)

November - Expo Perbankan- Buli Subaim- Tobelo

Desember - Morotai dan sekitarnya- Antar Pulau ( Jailolo - Hiri - Mare - Moti dan Tidore)- Kabupaten Haltim

20

13

BulanOktober SMP Albina dan SMA Bintang Laut

SMA se Kota Tidore KepulauanSiswa/Siswi Pramuka di Kota TernateSMP Negeri 1 Guraici dan SMA Negeri 4 Kayoa di Pulau Lelei

November Sosialisasi di Expo Perbankan

Desember Siswa/Siswi SMP, SMA dan Masyarakat Desa Bere-Bere, Morotai

201

3BAB II. PERKEMBANGAN

Tabel 5.2Kegiatan Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah Selama Tahun 2013

Tabel 5.1Kegiatan Kas Keliling Triwulan IV 2013

pemusanahan UTLE, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

kegiatan kas keliling secara rutin kekabupaten/kota di

bertujuan agar masyarakat di daerah dengan wilayah keterjangkauan

mendapatkan fasilitas uang rupiah yang masih relative

Perkembangan Uang Palsu di Maluku Utara

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Maluku Utara selama triwulan IV 2013 sebanyak 5 lembar, jauh dibawah jumlah uang palsu yang

ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492 lembar atau turun 99% (yoy) namun naik

25% jika dibandingkan triwulan III 2013.

Lokasi- Buli, Maba, Subaim dan Sekitarnya (Luar Kota)- Kabupaten Haltim (Weda dan Sekitarnya) (Luar Kota)- Kabupaten Halsel (Bacan, Obi dan sekitarnya) (Luar Kota)- Kabupaten Kepulauan Sula (Sanana) (Luar Kota)

- Expo Perbankan (Dalam Kota)- Buli Subaim (Luar Kota)- Tobelo (Luar Kota)

- Morotai dan sekitarnya (Luar Kota)- Antar Pulau ( Jailolo - Hiri - Mare - Moti dan Tidore)- Kabupaten Haltim (Luar Kota)

Peserta SosialisasiSMP Albina dan SMA Bintang Laut (Dalam Kota)SMA se Kota Tidore Kepulauan (Luar Kota)Siswa/Siswi Pramuka di Kota Ternate (Dalam Kota)SMP Negeri 1 Guraici dan SMA Negeri 4 Kayoa di Pulau Lelei

Sosialisasi di Expo Perbankan (Dalam Kota)

Siswa/Siswi SMP, SMA dan Masyarakat Desa Bere-Bere, Morotai

60

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Ciri Keaslian Uang Rupiah Selama Tahun 2013

Bank Indonesia Provinsi Maluku

kekabupaten/kota di wilayah Provinsi

dengan wilayah keterjangkauan

relative baru dan layak edar.

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

jumlah uang palsu yang

ditemukan pada triwulan IV 2012 yaitu sebanyak 492 lembar atau turun 99% (yoy) namun naik

(Luar Kota)(Luar Kota)

(Luar Kota)(Luar Kota)

- Antar Pulau ( Jailolo - Hiri - Mare - Moti dan Tidore) (Luar Kota)

SMP Negeri 1 Guraici dan SMA Negeri 4 Kayoa di Pulau Lelei (Luar Kota)

Siswa/Siswi SMP, SMA dan Masyarakat Desa Bere-Bere, Morotai (Luar Kota)

Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KPw BI Prov.

Untuk meningkatkan pemahaman

temuan uang palsu, Bank Indonesia juga

kepada masyarakat secara periodik.

pasar (baik modern maupun

kepada Pemerintah Daerah.

melakukan publikasi tentang ciri

elektronik.

5.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai

Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Sistem pembayaran

non tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara

Sistem pembayaran non tunai terdiri dari dua sistem yaitu kliring dan

(RTGS). Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan

menggunakan instrumen surat berharga cek/bilyet giro. Sementara

merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan

menggunakan RTGS, pemindahan dana dilakukan secara elektronik dan

5.3.1 Perkembangan Kegiatan Kliring

Maluku Utara sebagai wilayah

mencatatkan kegiatan kliring sebesar Rp.

periode yang sama tahun sebelumnya atau naik 18,1% (

0

100

200

300

400

500

600

Q1

BAB II. PERKEMBANGAN

Grafik 5.4Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KPw BI Prov.

pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah

, Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi tentang ciri-ciri

periodik. Sosialisasi ini dilakukan di pusat-pusat

tradisional), pusat pendidikan seperti universitas

Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga

ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa

5.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai

Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Sistem pembayaran

non tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara

Sistem pembayaran non tunai terdiri dari dua sistem yaitu kliring dan Real Time Gross Settlement

. Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan

menggunakan instrumen surat berharga cek/bilyet giro. Sementara itu RTGS pada dasarnya

merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan

menggunakan RTGS, pemindahan dana dilakukan secara elektronik dan real time

5.3.1 Perkembangan Kegiatan Kliring

Maluku Utara sebagai wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

mencatatkan kegiatan kliring sebesar Rp. 334,3 miliar, naik 23,4% (yoy) jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya atau naik 18,1% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan

0

5

10

15

20

25

30

35

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 2012 2013

Pecahan 50.000

Pecahan 100.000 (aksis kanan)

Pecahan 20.000 (aksis kanan)

61

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

uang rupiah dan meminimalisir

ciri keaslian uang rupiah

pusat perbelanjaan seperti

universitas dan sekolah serta

langsung, Bank Indonesia juga

ang rupiah melalui media massa baik cetak maupun

Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Sistem pembayaran

non tunai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara efisien.

Real Time Gross Settlement

. Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan

itu RTGS pada dasarnya

merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan

real time (segera).

kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

jika dibandingkan dengan

jika dibandingkan dengan triwulan

Tabel 5.3Perkembangan Cek/BG

sebelumnya. Sementara itu, rasio kliring penyerahan dengan kliring pengembalian menunjukkan

penurunan secara jumlah maupun nilai nominalnya jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012.

Sedangkan penurunan juga terjadi pada rasio cek/BG penyerahan dengan cek/BG kosong. Cek/BG

kosong yang diterima oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia selama triwulan laporan sebanyak 12

lembar dimana jumlah cek/BG yang diterima sebanyak 5611 lembar.

0,72% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau turun sebesar 0,49% (

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

ditransaksikan selama triwulan laporan, maka terlihat adan

dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau naik sebesar 7,4% (

triwulan III 2013. Adanya peningkatan jumlah cek/BG yang ditransaksikan menandakan perputaran

roda ekonomi Maluku Utara pada

tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya. Hal ini juga terkonfirmasi oleh naiknya aliran

keluar (outflow) dari khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara.

Sebagai penjelasan tambahan, penolakan kliring dapat terjad

membayar tagihan karena beberapa sebab sebagai berikut:

1. Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi apabila

warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik,

endorsement tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan

dengan specimen atau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh penarik,

salah pengisian pada kolom

rekening tidak sesuai,

2011 Q1 3853 18 0.47%Q2 2312 10 0.43%Q3 2724 14 0.51%Q4 587 16 2.73%

2012 Q1 3354 37 1.10%Q2 4200 41 0.98%Q3 3375 40 1.19%Q4 4515 42 0.93%

2013 Q1 4406 32 0.73%Q2 4837 40 0.83%Q3 5222 37 0.71%Q4 5611 12 0.21%

PeriodeCek/BG

PenyerahanCek/BGKosong

BAB II. PERKEMBANGAN

Tabel 5.4Perkembangan Perputaran Kliring

nya. Sementara itu, rasio kliring penyerahan dengan kliring pengembalian menunjukkan

penurunan secara jumlah maupun nilai nominalnya jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012.

Sedangkan penurunan juga terjadi pada rasio cek/BG penyerahan dengan cek/BG kosong. Cek/BG

kosong yang diterima oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia selama triwulan laporan sebanyak 12

lembar dimana jumlah cek/BG yang diterima sebanyak 5611 lembar. Rasio tersebut turun sebesar

) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau turun sebesar 0,49% (

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika melihat perkembangan cek/BG yang

ditransaksikan selama triwulan laporan, maka terlihat adanya peningkatan sebesar 24,3% (

dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau naik sebesar 7,4% (qtq) jika dibandingkan dengan

triwulan III 2013. Adanya peningkatan jumlah cek/BG yang ditransaksikan menandakan perputaran

roda ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV 2013 mengalami percepatan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya. Hal ini juga terkonfirmasi oleh naiknya aliran

) dari khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara.

tambahan, penolakan kliring dapat terjadi karena bank tertagih tidak bersedia

membayar tagihan karena beberapa sebab sebagai berikut:

Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi apabila

warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik,

tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan

atau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh penarik,

salah pengisian pada kolom-kolom yang tersedia, dan data nomor dan nama pemegang

0.47%0.43%0.51%2.73%1.10%0.98%1.19%0.93%0.73%0.83%0.71%0.21%

RasioJumlah

(Lembar)Nominal (Rp.

Miliar)Jumlah

(Lembar)Nominal (Rp.

Miliar)

2011 Q1 3853 197.2 26Q2 2312 116.7 17Q3 2724 144.0 23Q4 587 31.5 24

2012 Q1 3354 179.2 57Q2 4200 237.7 52Q3 3375 251.4 61Q4 4515 270.9 57

2013 Q1 4406 263.1 60Q2 4837 297.1 64Q3 5222 283.1 49Q4 5611 334.3 62

Perputaran KliringPenyerahan

Perputaran KliringPenyerahan

Periode

62

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Perkembangan Perputaran Kliring

nya. Sementara itu, rasio kliring penyerahan dengan kliring pengembalian menunjukkan

penurunan secara jumlah maupun nilai nominalnya jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012.

Sedangkan penurunan juga terjadi pada rasio cek/BG penyerahan dengan cek/BG kosong. Cek/BG

kosong yang diterima oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia selama triwulan laporan sebanyak 12

Rasio tersebut turun sebesar

) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 atau turun sebesar 0,49% (qtq) jika

Jika melihat perkembangan cek/BG yang

ya peningkatan sebesar 24,3% (yoy) jika

) jika dibandingkan dengan

triwulan III 2013. Adanya peningkatan jumlah cek/BG yang ditransaksikan menandakan perputaran

triwulan IV 2013 mengalami percepatan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya. Hal ini juga terkonfirmasi oleh naiknya aliran

) dari khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara.

i karena bank tertagih tidak bersedia

Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi apabila

warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik,

tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan tidak sama

atau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh penarik,

kolom yang tersedia, dan data nomor dan nama pemegang

Nominal (Rp.Miliar)

Jumlah(Lembar)

Nominal (Rp.Miliar)

5.2 0.7% 2.7%2.1 0.7% 1.8%1.3 0.8% 0.9%1.3 4.1% 4.1%2.6 1.7% 1.4%5.0 1.2% 2.1%3.6 1.8% 1.4%4.0 1.3% 1.5%7.6 1.4% 2.9%5.9 1.3% 2.0%3.0 0.9% 1.1%3.0 1.1% 0.9%

Perputaran KliringPenyerahan

Rasio PengembalianTerhadap Penyerahan

Tabel 5.5Perkembangan

2. Kesalahan pencatatan seperti penulisan angka untuk

jumlah dalam huruf,

3. Terjadi pemblokiran oleh pihak

Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank akan

memberikan peringatan kepada nasabahnya sesuai dengan ket

memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya keadaan berulang kembali, maka

nama nasabah tersebut akan masuk dalam daftar hitam bank

permasalahan tersebut selesai menurut peraturan yang

5.3.2 Perkembangan Transaksi

Semakin berkembangnya sebuah provinsi yang ditandai dengan bertambahnya volume

perekonomiannya, penggunaan fasilitas BI

mengalami perkembangan yang positif. Provinsi Maluku Utara mencatatkan kegiatan RTGS

Rp. 1.897,01 miliar selama triwulan IV 2013 untuk transaksi RTGS inflow

(yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 4,77%

(qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

tercatat sebesar Rp. 1076, 79 miliar atau naik sebesar 14,12% (

periode yang sama tahun sebelumnya serta naik 24,07% (

sebelumnya.

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa nilai RTGS

dengan nilai RTGS outflow dimana hal ini merupakan cerminan atas kegiatan perekonomian

Maluku Utara dengan daerah lain sudah mengalami perkembangan yang positif (surplus).

2012 I 579.08II 648.33III 739.66IV 943.54

2013 I 710.74II 769.48III 867.91IV 1076.79

PeriodeRTGS Outflow

(From)RTGS Inflow

(To)

BAB II. PERKEMBANGAN

5Perkembangan RTGS

Grafik 5.5Perkembangan RTGS Kota Ternate

Kesalahan pencatatan seperti penulisan angka untuk jumlah tidak sama dengan penulisan

Terjadi pemblokiran oleh pihak-pihak yang berwenang,

Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank akan

memberikan peringatan kepada nasabahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dengan

memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya keadaan berulang kembali, maka

nama nasabah tersebut akan masuk dalam daftar hitam bank-bank peserta kliring sampai

permasalahan tersebut selesai menurut peraturan yang berlaku.

Transaksi Real Tome Gross Settlement (RTGS)

Semakin berkembangnya sebuah provinsi yang ditandai dengan bertambahnya volume

perekonomiannya, penggunaan fasilitas BI-RTGS sebagai sarana akhir transaksi pembayaran pun

mengalami perkembangan yang positif. Provinsi Maluku Utara mencatatkan kegiatan RTGS

selama triwulan IV 2013 untuk transaksi RTGS inflow atau turun sebesar 3,55%

) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 4,77%

) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan nilai transaksi RTGS

tercatat sebesar Rp. 1076, 79 miliar atau naik sebesar 14,12% (yoy) jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya serta naik 24,07% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa nilai RTGS inflow selalu lebih besar dibandingkan

dimana hal ini merupakan cerminan atas kegiatan perekonomian

Maluku Utara dengan daerah lain sudah mengalami perkembangan yang positif (surplus).

878.091390.181523.821967.781362.561534.621811.601897.97 211.92

RTGS Inflow(To)

RTGS(From-To)

156.63204.49187.97199.15197.63167.64232.98

-

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

800.00

900.00

Jan

uari

Feb

ruar

iM

aret

Ap

rilM

eiJu

ni

Juli

Agu

stus

Sep

tem

ber

Okt

ober

No

vem

ber

2012

RTGS Outflow(From)

63

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Grafik 5.5RTGS Kota Ternate

jumlah tidak sama dengan penulisan

Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank akan

entuan yang berlaku dan dengan

memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya keadaan berulang kembali, maka

bank peserta kliring sampai

Semakin berkembangnya sebuah provinsi yang ditandai dengan bertambahnya volume

RTGS sebagai sarana akhir transaksi pembayaran pun

mengalami perkembangan yang positif. Provinsi Maluku Utara mencatatkan kegiatan RTGS sebesar

atau turun sebesar 3,55%

) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya namun naik sebesar 4,77%

n nilai transaksi RTGS Outflow

) jika dibandingkan dengan

) jika dibandingkan dengan triwulan

selalu lebih besar dibandingkan

dimana hal ini merupakan cerminan atas kegiatan perekonomian

Maluku Utara dengan daerah lain sudah mengalami perkembangan yang positif (surplus).

No

vem

ber

Des

emb

erJa

nua

riFe

bru

ari

Mar

etA

pril

Mei

Jun

iJu

liA

gust

usSe

pte

mb

erO

ktob

erN

ove

mbe

rD

esem

ber

2013

RTGS Inflow(To)

RTGS(From-To)

Namun kesimpulan ini masih memerlukan analisis yang lebih mendalam mengingat adanya dana

dari pemerintah pusat seperti Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, maupun bantuan dana

pembangunan atau pelaksanaan program dari berbagai Kementrian serta bantuan d

organisasi internasional untuk Provinsi Maluku Utara dapat menjadi lokomotif lebih tingginya nilai

transaksi RTGS inflow dibandingkan

BAB II. PERKEMBANGAN

Namun kesimpulan ini masih memerlukan analisis yang lebih mendalam mengingat adanya dana

dari pemerintah pusat seperti Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, maupun bantuan dana

pembangunan atau pelaksanaan program dari berbagai Kementrian serta bantuan d

organisasi internasional untuk Provinsi Maluku Utara dapat menjadi lokomotif lebih tingginya nilai

dibandingkan outflow.

64

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Namun kesimpulan ini masih memerlukan analisis yang lebih mendalam mengingat adanya dana

dari pemerintah pusat seperti Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, maupun bantuan dana

pembangunan atau pelaksanaan program dari berbagai Kementrian serta bantuan dana dari

organisasi internasional untuk Provinsi Maluku Utara dapat menjadi lokomotif lebih tingginya nilai

Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara

6.1 Kondisi Umum

Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2013 menunjukkan perbaikan jika

dibandingkan dengan data Agustus 2012 dan Februari 2013.

kenaikan jumlah penduduk umur 15 tahun keatas

yang cukup signifikan. Disisi lain

pada periode laporan dibandingkan dengan data Agustus tahun sebelumnya.

6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan

yang positif pada Agustus 2013

diikuti dengan penurunan jumlah pengangguran yang cukup signifikan

data per Agustus 2012 ataupun Februari 2013

ketenagakerjaan dan kesejahteraan

15 tahun keatas di Maluku Utara

pengangguran sebesar 19,31

menjadi 17.884 orang pada Agustus 2013. Kondisi yang sama juga terlihat jika dibandingka

dengan data per Februari 2013 yang tercatat

26.586 orang menjadi 17.884 orang.

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

669,578Angkatan Kerja 422,166

Bekerja 396,715Pengangguran 25,451

247,412Bukan Angkatan KerjaTPAK

Penduduk 15 Tahun Keatas

Indikator

TPT

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN TINGKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara

Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2013 menunjukkan perbaikan jika

dibandingkan dengan data Agustus 2012 dan Februari 2013. Hal ini tercermin dari adanya

kenaikan jumlah penduduk umur 15 tahun keatas yang diikuti oleh koreksi jumlah pe

yang cukup signifikan. Disisi lain, terjadi penurunan jumlah angkatan kerja dan partisipasi kerja

pada periode laporan dibandingkan dengan data Agustus tahun sebelumnya.

Ketenagakerjaan

dan kesejahteraan di Maluku Utara menunjukkan perkembangan

gustus 2013. Bertambahnya jumlah penduduk umur 15 tahun keatas yang

diikuti dengan penurunan jumlah pengangguran yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan

Agustus 2012 ataupun Februari 2013 merupakan cerminan membaiknya situasi

dan kesejahteraan di Maluku Utara. Secara tahunan (yoy), jumlah

di Maluku Utara bertambah sebanyak 2,42% yang diikuti turunnya jumlah

31% dari sebelumnya sebanyak 22.164 orang

menjadi 17.884 orang pada Agustus 2013. Kondisi yang sama juga terlihat jika dibandingka

dengan data per Februari 2013 yang tercatat mengalami penurunan sebesar 32,73% dari

26.586 orang menjadi 17.884 orang.

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Feb Agst Feb Agst Feb Agst

669,578 672,360 679,860 687,284 694,784 702,529422,166 437,758 477,524 463,604 471,222 466,110396,715 411,361 450,688 437,870 446,213 443,946

25,451 26,397 26,836 25,734 25,009 22,164247,412 234,602 202,336 223,680 223,562 236,419

63.0% 65.1% 70.2% 67.5% 67.8% 66.3%6.0% 6.0% 5.6% 5.6% 5.3%

20112010 2012

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN TINGKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT

65

Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara

Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara periode Agustus 2013 menunjukkan perbaikan jika

Hal ini tercermin dari adanya

koreksi jumlah pengangguran

jumlah angkatan kerja dan partisipasi kerja

pada periode laporan dibandingkan dengan data Agustus tahun sebelumnya.

di Maluku Utara menunjukkan perkembangan

Bertambahnya jumlah penduduk umur 15 tahun keatas yang

jika dibandingkan dengan

merupakan cerminan membaiknya situasi

. Secara tahunan (yoy), jumlah penduduk umur

bertambah sebanyak 2,42% yang diikuti turunnya jumlah

dari sebelumnya sebanyak 22.164 orang pada Agustus 2012

menjadi 17.884 orang pada Agustus 2013. Kondisi yang sama juga terlihat jika dibandingkan

penurunan sebesar 32,73% dari awalnya

Agst Feb Agst

702,529 710,252 719,497466,110 482,266 463,243443,946 455,680 445,359

22,164 26,586 17,884236,419 227,986 256,254

66.3% 67.9% 64.4%4.8% 5.5% 3.9%

2013

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN TINGKAT

Grafik 6.1 Sebaran Tenaga Kerja Per Sektoral diMaluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

Disisi lain, terjadi penurunan jumlah total angkatan kerja pada Agustus 2013

dibandingkan dengan Agustus 2012 (yoy) serta Februari 2013

penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak 2.867 orang atau sebesar 0,62% menjadi 463.243

danjika dibandingkan dengan Februari 2013

atau sebesar 3,94%. Selain itu, penurunan

Angkatan Kerja (TPAK) dimana pada Agustus 2013

sebesar 2% jika dibandingkan dengan Agustus 2012 dan 3,5% jika dibandingkan dengan Februari

2013.

Berdasarkan struktur sebarannya,sektor

tenaga kerja di Maluku Utara

menyerap separuh dari total tenaga kerja. Data per Agustus 2013 menunjukkan bahwa 54,3%

atau sebanyak 241.873 orang penduduk Maluku Utara

tertinggi terhadap PDRB Maluku Utara ini

jika dibandingkan dengan dat

sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan

Jasa Akomodasi yang berhasil menyerap sebanyak 18% dan 12,1% t

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan (lihat tabel 6.2), dari 6 kelompok

klasifikasi tingkat pendidikan didapatkan bahwa terjadi kenaikan untuk pekerja dengan tingkat

pendidikan SMA, SMK dan lulusan universitas pada Agustus 2013 jika diba

Agustus 2012. Sedangkan 3 kelompok tingkat pendidikan lainnya mengalami penurunan. Hal ini

menunjukkan adanya pergeseran positif atas tingkat pendidikan tenaga kerja di Maluku Utara.

Semakin tinggi prosentase tenaga kerja dengan tingkat pe

18.0%

12.1%

5.5%

3.6%

3.4%

2.1%

0.9%

0.2%

0.0% 20.0%

Pertanian

Jasa Kemasyarakatan

Perdagangan

Transportasi

Konstruksi

Pertambangan

Industri Pengolahan

Lembaga Keuangan

Listrik, Gas dan Air…

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN

Sebaran Tenaga Kerja Per Sektoral di Tabel 6.2 Sebaran Tenaga Kerja BerdasarkanTingkat Pendidikan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

Disisi lain, terjadi penurunan jumlah total angkatan kerja pada Agustus 2013

Agustus 2012 (yoy) serta Februari 2013. Secara tahunan (yoy), terjadi

penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak 2.867 orang atau sebesar 0,62% menjadi 463.243

ika dibandingkan dengan Februari 2013 tercatat terjadi penurunan sebanyak 19.023 orang

atau sebesar 3,94%. Selain itu, penurunan lain yang terjadi adalah pada Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) dimana pada Agustus 2013 tercatat sebesar 64,4%

kan dengan Agustus 2012 dan 3,5% jika dibandingkan dengan Februari

Berdasarkan struktur sebarannya,sektor pertanian masih menjadi konsumen utama atas

tenaga kerja di Maluku Utara. Walaupun sempat terjadi fluktuasi, namun sektor ini hampir selalu

erap separuh dari total tenaga kerja. Data per Agustus 2013 menunjukkan bahwa 54,3%

atau sebanyak 241.873 orang penduduk Maluku Utara berkecimpungdi sektor

tertinggi terhadap PDRB Maluku Utara ini. Terjadi penurunan sebanyak 0,01%

jika dibandingkan dengan data per Agustus 2012. Sedangkanposisi kedua dan ketiga diisi oleh

sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan

yang berhasil menyerap sebanyak 18% dan 12,1% tenaga kerja yang tersedia.

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan (lihat tabel 6.2), dari 6 kelompok

klasifikasi tingkat pendidikan didapatkan bahwa terjadi kenaikan untuk pekerja dengan tingkat

pendidikan SMA, SMK dan lulusan universitas pada Agustus 2013 jika diba

Agustus 2012. Sedangkan 3 kelompok tingkat pendidikan lainnya mengalami penurunan. Hal ini

menunjukkan adanya pergeseran positif atas tingkat pendidikan tenaga kerja di Maluku Utara.

Semakin tinggi prosentase tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SMA/SMK dan lulusan

54.3%

40.0% 60.0%

66

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sebaran Tenaga Kerja BerdasarkanTingkat Pendidikan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

Disisi lain, terjadi penurunan jumlah total angkatan kerja pada Agustus 2013 jika

. Secara tahunan (yoy), terjadi

penurunan jumlah angkatan kerja sebanyak 2.867 orang atau sebesar 0,62% menjadi 463.243

tercatat terjadi penurunan sebanyak 19.023 orang

yang terjadi adalah pada Tingkat Partisipasi

64,4%. Terjadi penurunan

kan dengan Agustus 2012 dan 3,5% jika dibandingkan dengan Februari

masih menjadi konsumen utama atas

. Walaupun sempat terjadi fluktuasi, namun sektor ini hampir selalu

erap separuh dari total tenaga kerja. Data per Agustus 2013 menunjukkan bahwa 54,3%

sektor yang memiliki andil

. Terjadi penurunan sebanyak 0,01% atau 2.294 orang

a per Agustus 2012. Sedangkanposisi kedua dan ketiga diisi oleh

sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan

enaga kerja yang tersedia.

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan (lihat tabel 6.2), dari 6 kelompok

klasifikasi tingkat pendidikan didapatkan bahwa terjadi kenaikan untuk pekerja dengan tingkat

pendidikan SMA, SMK dan lulusan universitas pada Agustus 2013 jika dibandingkan dengan

Agustus 2012. Sedangkan 3 kelompok tingkat pendidikan lainnya mengalami penurunan. Hal ini

menunjukkan adanya pergeseran positif atas tingkat pendidikan tenaga kerja di Maluku Utara.

ndidikan SMA/SMK dan lulusan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Tabel 6.3 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama

universitas diharapkan dapat menjadi cerminan meningkatnya kualitas tenaga kerja yang tersedia di

Maluku Utara. Dengan demikian, para pengusaha diharapkan dapat memenuhi sebagian besar

kebutuhan tenaga kerja mereka melalui rekr

jumlah pengangguran, hal ini juga merupakan kabar baik bagi perusahaan karena mereka dapat

menghemat biaya produksi dari sisi biaya tenaga kerja. Biasanya perusahaan harus membayar lebih

tinggi tenaga kerja yang berasal dari luar daerah dengan pertimbangan adanya biaya tambahan

yang harus mereka keluarkan setiap bulannya seperti biaya sewa tempat tinggal/kos serta biaya

tunjangan lainnya.

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), didapatkan dua jenis kelompok

utama tenaga kerja terkait kegiatan ekonomi

informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh te

buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus

diluar kelompok pertama. Jika didasarkan pada status pekerjaan formal dan informal, maka

didapatkan sebanyak 29,8% masyarakat Maluku Utara merupakan pekerja f

sebanyak 70,2% sebagai pekerja informal.

6.3 Pengangguran

Pengangguran merupakan indikator utama dari bidang ketenagakerjaan

Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah

Berusaha SendiriBerusaha dibantu buruh tidak tetapBerusaha dibantu buruh tetapBuruh/KaryawanPekerja bebas di pertanianPekerja bebas di nonpertanianPekerja keluarga/tak dibayarTotal Angkatan Kerja

Berdasarkan Sakernas

Pekerja FormalPekerja Informal

Status Pekerjaan Utama

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Tabel 6.3 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama

universitas diharapkan dapat menjadi cerminan meningkatnya kualitas tenaga kerja yang tersedia di

Maluku Utara. Dengan demikian, para pengusaha diharapkan dapat memenuhi sebagian besar

kebutuhan tenaga kerja mereka melalui rekrutmen internal provinsi. Selain dapat mengurangi

jumlah pengangguran, hal ini juga merupakan kabar baik bagi perusahaan karena mereka dapat

menghemat biaya produksi dari sisi biaya tenaga kerja. Biasanya perusahaan harus membayar lebih

yang berasal dari luar daerah dengan pertimbangan adanya biaya tambahan

yang harus mereka keluarkan setiap bulannya seperti biaya sewa tempat tinggal/kos serta biaya

erdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), didapatkan dua jenis kelompok

terkait kegiatan ekonomi yang dilakukan yaitu kegiatan formal dan

. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh te

buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus

diluar kelompok pertama. Jika didasarkan pada status pekerjaan formal dan informal, maka

% masyarakat Maluku Utara merupakan pekerja f

sebagai pekerja informal.

indikator utama dari bidang ketenagakerjaan

Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan

Februari Agustus Februari

93.3 94.3Berusaha dibantu buruh tidak tetap 92.5 90.7Berusaha dibantu buruh tetap 13.4 12.9

119.4 113.813.0 15.8

Pekerja bebas di nonpertanian 5.9 7.2Pekerja keluarga/tak dibayar 108.6 109.3

446.1 444.0

29.8% 28.5% 35.3%70.2% 71.5% 64.7%

2012Status Pekerjaan Utama

67

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tabel 6.3 Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama

universitas diharapkan dapat menjadi cerminan meningkatnya kualitas tenaga kerja yang tersedia di

Maluku Utara. Dengan demikian, para pengusaha diharapkan dapat memenuhi sebagian besar

utmen internal provinsi. Selain dapat mengurangi

jumlah pengangguran, hal ini juga merupakan kabar baik bagi perusahaan karena mereka dapat

menghemat biaya produksi dari sisi biaya tenaga kerja. Biasanya perusahaan harus membayar lebih

yang berasal dari luar daerah dengan pertimbangan adanya biaya tambahan

yang harus mereka keluarkan setiap bulannya seperti biaya sewa tempat tinggal/kos serta biaya

erdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), didapatkan dua jenis kelompok

yaitu kegiatan formal dan

. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan

buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus

diluar kelompok pertama. Jika didasarkan pada status pekerjaan formal dan informal, maka

% masyarakat Maluku Utara merupakan pekerja formal dan sisanya

indikator utama dari bidang ketenagakerjaan dan kesejahteraan.

mereka yang sedang mencari pekerjaan ditambah

Februari Agustus

93.6 105.695.2 76.812.4 12.7

148.5 119.910.4 23.49.5 -

86.1 107.0455.7 445.4

35.3% 29.8%64.7% 70.2%

2013

Grafik 6.2Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan

belum mulai bekerja, sertayang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Jumlah penduduk yang bekerja dan yang sedang menganggur

penurunan per Agustus 2013

tabel 6.1). Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun yang

tidak masuk angkatan kerja, seperti menjadi i

jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, per

Utara juga mengalami penurunan. Pada Agustus 2012, TPT Maluku Utara sebesar 4,8% dan turun

hingga menyentuh angka 3,9% pada Agustus 2013

hingga menyentuh angka 5,5% pada Februari 2013

Menurunnya jumlah pengangguran ini

Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

banyaknya jumlah bangunan Rumah Toko (Ruko) yang dibangun

oleh pihak swasta yang tersebar di seluruh Maluku Utara

tersebut digunakan sebagai

tenaga kerja. Selain itu juga dengan dibukanya pusat perbelanjaan baru di Kota Ternate dengan

skala besar mampu menyedot cukup banyak tenaga kerja di Maluku Utara. Kondisi ini diperkirakan

menjadi faktor utama terkikisnya jumlah pengangguran

6.4 Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara kembali menembus angka

IV-2013. Selama tahun 2013,

triwulan pertama (triwulan I dan II) NTP Maluku Utara bertahan diatas batas

kesejahteraan yaitu angka 100. Namun

15,000

17,000

19,000

21,000

23,000

25,000

27,000

29,000

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN

Grafik 6.2Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara

penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan

ayang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Jumlah penduduk yang bekerja dan yang sedang menganggur sa

Agustus 2013 sehingga memicu turunnya jumlah angkatan kerja secara total

. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun yang

tidak masuk angkatan kerja, seperti menjadi ibu rumah tangga atau melanjutkan pendidikan ke

ng lebih tinggi. Selain itu, persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Maluku

Utara juga mengalami penurunan. Pada Agustus 2012, TPT Maluku Utara sebesar 4,8% dan turun

3,9% pada Agustus 2013 setelah sebelumnya sempat terdongkrak

hingga menyentuh angka 5,5% pada Februari 2013.

Menurunnya jumlah pengangguran ini diperkirakan sebagai dampak meningkatnya sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran yang ditunjukkan

banyaknya jumlah bangunan Rumah Toko (Ruko) yang dibangun baik oleh pemerintah maupun

tersebar di seluruh Maluku Utara dimana sebagian besar

toko/tempat perdagangan serta gudang yang mampu menyerap

Selain itu juga dengan dibukanya pusat perbelanjaan baru di Kota Ternate dengan

ampu menyedot cukup banyak tenaga kerja di Maluku Utara. Kondisi ini diperkirakan

menjadi faktor utama terkikisnya jumlah pengangguran per Agustus 2013

Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara kembali menembus angka 100,59 pada a

, NTP Maluku Utara terlihat mengalami fluktuasi dimana

triwulan pertama (triwulan I dan II) NTP Maluku Utara bertahan diatas batas

kesejahteraan yaitu angka 100. Namun kondisi ini kembali berputar haluan sejak awal

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

15,000

17,000

19,000

21,000

23,000

25,000

27,000

29,000

Feb Agts Feb Agts Feb Agts Feb Agts

2010 2011 2012 2013

TPT (Aksis Kanan) Pengangguran

68

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Grafik 6.2Perkembangan Jumlah Pengangguran dan TPT Maluku Utara

penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan tapi

sama-sama mengalami

sehingga memicu turunnya jumlah angkatan kerja secara total (lihat

. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun yang

bu rumah tangga atau melanjutkan pendidikan ke

sentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Maluku

Utara juga mengalami penurunan. Pada Agustus 2012, TPT Maluku Utara sebesar 4,8% dan turun

setelah sebelumnya sempat terdongkrak

diperkirakan sebagai dampak meningkatnya sektor

yang ditunjukkan dengan semakin

baik oleh pemerintah maupun

dimana sebagian besar bangunan

toko/tempat perdagangan serta gudang yang mampu menyerap

Selain itu juga dengan dibukanya pusat perbelanjaan baru di Kota Ternate dengan

ampu menyedot cukup banyak tenaga kerja di Maluku Utara. Kondisi ini diperkirakan

100,59 pada akhir triwulan

NTP Maluku Utara terlihat mengalami fluktuasi dimana pada dua

triwulan pertama (triwulan I dan II) NTP Maluku Utara bertahan diatas batas bawah tingkat

tar haluan sejak awal triwulan III

Grafik 6.2 Perkembangan NTP

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

dan bertahan hingga bulan kedua triwulan IV

kisaran 98,80 hingga 99,98.Pada akhir triwulan IV 2013, NTP kembali naik dan berhasil menembus

level 100,59 pada Desember 2013

November 2013 yang disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar

dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga

maupun untuk keperluan produksi pertanian.

Kenaikan NTP Provinsi Maluku Utara

beberapa subsektor (lihat tabel 6.3)

NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 0,72%

Sebaliknya, NTP Subsektor Tanaman Pangan dan NTP Subsektor Hortikultura turun masing

sebesar 0,71%dan 0,55%.

Jika dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku

Utara, Papua dan Papua Barat)

tertinggi. Dari 10 provinsi yang ada di wilayah Sulampua,

batas bawah kesejahteraan dimana Maluku Utara merupakan salah satunya

lain yaitu Papua Barat, Papua dan Sulawesi Utara

kesejahteraan pada Desember 2013

Maluku Utara masih berada di bawah NTP Nasional

97.00

98.00

99.00

100.00

101.00

102.00

103.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2011 2012

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN

Grafik 6.2 Perkembangan NTP Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Tabel 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Di WilayahSulampua

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

hingga bulan kedua triwulan IV dimana NTP Maluku Utara kembali

ada akhir triwulan IV 2013, NTP kembali naik dan berhasil menembus

pada Desember 2013. Terjadi peningkatan sebesar 0,61% dibandingkan bulan

yang disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar

dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga

perluan produksi pertanian.

Kenaikan NTP Provinsi Maluku Utara pada Desember 2013 disebabkan oleh naiknya

(lihat tabel 6.3). NTP Subsektor Tanaman Perkebunan

ernakan naik sebesar 0,72%, dan NTP Subsektor Perikanan naik 1,24

Sebaliknya, NTP Subsektor Tanaman Pangan dan NTP Subsektor Hortikultura turun masing

bandingkan dengan provinsi lain di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku

Utara, Papua dan Papua Barat),Maluku Utara berada pada posisi tengah yaitu urutan ke

ari 10 provinsi yang ada di wilayah Sulampua,7 provinsi sudah memiliki NTP diatas

batas bawah kesejahteraan dimana Maluku Utara merupakan salah satunya

lain yaitu Papua Barat, Papua dan Sulawesi Utara masih memiliki NTP dibawah batas bawah

pada Desember 2013. Sedangkan jika dibandingkan dengan Nasional, maka NTP

Maluku Utara masih berada di bawah NTP Nasional yang berada pada level 101,96

-2.0%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

11 1 3 5 7 9 11

2013

NTP

g_yoy (aksis kanan)

1 Sulawesi Selatan2 Sulawesi Barat3 Sulawesi Tengah4 Sulawesi Tenggara5 Gorontalo6 Maluku Utara7 Maluku8 Papua Barat9 Papua

10 Sulawesi UtaraNasional

No Provinsi

69

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tabel 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Di Wilayah

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

NTP Maluku Utara kembali turun pada

ada akhir triwulan IV 2013, NTP kembali naik dan berhasil menembus

. Terjadi peningkatan sebesar 0,61% dibandingkan bulan

yang disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar

dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga

Desember 2013 disebabkan oleh naiknya NTP

Rakyat sebesar 1,91%,

Subsektor Perikanan naik 1,24%.

Sebaliknya, NTP Subsektor Tanaman Pangan dan NTP Subsektor Hortikultura turun masing-masing

bandingkan dengan provinsi lain di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku

,Maluku Utara berada pada posisi tengah yaitu urutan ke-6

ah memiliki NTP diatas

batas bawah kesejahteraan dimana Maluku Utara merupakan salah satunya. Sedangkan 3 provinsi

masih memiliki NTP dibawah batas bawah

ndingkan dengan Nasional, maka NTP

101,96.

November DesemberDeviasi

(%)

104.53 104.95 0.42101.96 102.45 0.49102.08 102.29 0.21101.21 101.89 0.68100.50 101.07 0.5799.98 100.59 0.61

100.18 100.57 0.3999.11 99.33 0.2298.76 98.57 -0.1997.79 98.21 0.42

101.81 101.96 0.15

2013

Tabel 6.3 Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

1 Tanaman Pangana. Indeks yang Diterima (It)b. Indeks yang Dibayar (Ib)c. Nilai Tukar Petani (NTPP)

2 Holtikulturaa. Indeks yang Diterima (It)b. Indeks yang Dibayar (Ib)c. Nilai Tukar Petani (NTPH)

3 Tanaman Perkebunan Rakyata. Indeks yang Diterima (It)b. Indeks yang Dibayar (Ib)c. Nilai Tukar Petani (NTPR)

4 Peternakana. Indeks yang Diterima (It)b. Indeks yang Dibayar (Ib)c. Nilai Tukar Petani (NTPT)

5 Perikanana. Indeks yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It)b. Indeks yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib)c. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP)

5.1 Perikanan Tangkapa. Indeks yang Diterima Nelayan (It)b. Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib)c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)

5.2 Perikanan Budidayaa. Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It)b. Indeks yang DibayarPembudidaya Ikan (Ib)c. Nilai Tukar Nelayan (NTPi)

Gabungan Maluku Utara

a. Indeks yang Diterima (It)b. Indeks yang Dibayar (Ib)c. Nilai Tukar Petani (NTP)

Subsektor

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN

Tabel 6.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara Per Subsektor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

November

Indeks yang Diterima (It) 108.30Indeks yang Dibayar (Ib) 107.23Nilai Tukar Petani (NTPP) 101.00

Indeks yang Diterima (It) 112.92Indeks yang Dibayar (Ib) 107.04Nilai Tukar Petani (NTPH) 105.49

Tanaman Perkebunan RakyatIndeks yang Diterima (It) 100.48Indeks yang Dibayar (Ib) 107.09Nilai Tukar Petani (NTPR) 93.83

Indeks yang Diterima (It) 114.85Indeks yang Dibayar (Ib) 105.48Nilai Tukar Petani (NTPT) 108.89

Indeks yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 104.29Indeks yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 106.51Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 97.92

Indeks yang Diterima Nelayan (It) 103.00Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib) 106.46Nilai Tukar Nelayan (NTN) 96.75

Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 117.88Indeks yang DibayarPembudidaya Ikan (Ib) 107.05Nilai Tukar Nelayan (NTPi) 110.12

Indeks yang Diterima (It) 106.83Indeks yang Dibayar (Ib) 106.85Nilai Tukar Petani (NTP) 99.98

2013Subsektor

70

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

(NTP) Maluku Utara Per Subsektor

November Desember

108.33 0.02108.01 0.73100.29 -0.71

113.08 0.15107.79 0.70104.91 -0.55

103.20 2.71107.93 0.7895.62 1.91

116.16 1.14105.91 0.41109.67 0.72

106.05 1.69106.97 0.4499.13 1.24

104.94 1.88106.93 0.4498.14 1.43

117.72 -0.14107.42 0.35109.59 -0.49

108.21 1.30107.58 0.68100.59 0.61

2013 Deviasi(%)

Tabel 6.4 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

6.5 Tingkat Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara mencapai 85,82 ribu orang per September 2013

Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara

orang atau turun sebesar 2,81% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun jika dibandingkan dengan data Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara

mengalami kenaikan sebesar 0,

orang menjadi 85,82 ribu orang pada September 2013

penurunan angka pengangguran terhadap angka kemiskinan, diduga bahwa penambahan jumlah

tingkat kerja masih untuk pekerjaan dengan tingkat upah yang rendah.

Selama satu tahun terakhir (September 2012

daerah perkotaan bertambah sebanyak 26,54% atau

daerah pedesaan terjadi koreksi j

sebesar 6,02%. Dengan komposisi seperti ini menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan

kesejahteraan antara perkotaan dan pedesaan semakin mengecil, walaupun secara umum

kesenjangan dan tingkat keparahan

Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan. Garis kemiskinan sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non

komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan pera

komoditas non-makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

(Maret – September 2013), Maluku Utara mengalami kenaikan garis kemiskin

yaitu dari Rp 258.060 per kapita per bulan menjadi Rp

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) maupun pada Garis Kemiskinan Non

Besarnya tingkat pengeluaran garis kemiskinan Maluku Utara masih cukup jauh

`

Kota Desa Kota+Desa Kota

Maret 2008 9.03 96.02 105.05 3.27Maret 2009 8.72 89.27 98.00 3.10Maret 2010 7.64 83.44 91.07 2.66Maret 2011 8.09 89.22 97.31 2.80September 2011 8.55 98.53 107.08 2.95Maret 2012 7.56 84.23 91.79 2.55September 2012 8.74 79.56 88.30 2.92Maret 2013 9.19 74.25 83.44 2.99September 2013 11.06 74.77 85.82 3.56Keterangan :P1 = Indeks Kedalaman KemiskinanP2 = Indeks Keparahan Kemiskinan

PeriodePenduduk Miskin (000) Penduduk Miskin (%)

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN

Tabel 6.4 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara mencapai 85,82 ribu orang per September 2013

Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara per September 2013 berkurang sebanyak 2,48 ribu

orang atau turun sebesar 2,81% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun jika dibandingkan dengan data Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara

mengalami kenaikan sebesar 0,13% atau bertambah 2,38 ribu orang dari sebelumnya 83,44 ribu

menjadi 85,82 ribu orang pada September 2013 (lihat tabel 6.3).

penurunan angka pengangguran terhadap angka kemiskinan, diduga bahwa penambahan jumlah

untuk pekerjaan dengan tingkat upah yang rendah.

Selama satu tahun terakhir (September 2012 – September 2013), jumlah penduduk miskin di

daerah perkotaan bertambah sebanyak 26,54% atau sebanyak 2,32 ribu orang sedangkan di

terjadi koreksi jumlah penduduk miskin sebanyak 4,79 ribu orang atau turun

Dengan komposisi seperti ini menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan

kesejahteraan antara perkotaan dan pedesaan semakin mengecil, walaupun secara umum

kesenjangan dan tingkat keparahan kemiskinan pedesaan masih lebih besar daripada perkotaan.

Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di bawah

. Garis kemiskinan sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM). Di Maluku Utara, Peranan

komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan pera

makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

September 2013), Maluku Utara mengalami kenaikan garis kemiskin

per kapita per bulan menjadi Rp 291.352. Kenaikan ini terjadi baik pada

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) maupun pada Garis Kemiskinan Non

Besarnya tingkat pengeluaran garis kemiskinan Maluku Utara masih cukup jauh

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

3.27 14.67 11.28 213,505 176,757 187,671 0.40 2.183.10 13.42 10.36 226,732 190,838 201,500 0.07 2.022.66 12.28 9.42 238,533 202,185 212,982 0.06 2.072.80 11.58 9.182.95 12.61 10.00 251,429 215,409 225,242 0.15 1.502.55 10.69 8.47 268,729 232,109 242,112 0.28 1.822.92 9.98 8.06 276,117 240,447 250,184 0.08 1.142.99 9.22 7.50 284,374 248,026 258,060 0.31 0.953.56 9.20 7.64 317,176 281,482 291,352 0.27 1.13

Penduduk Miskin (%) Garis Kemiskinan (Rp) P1 (%)

71

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tabel 6.4 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara

Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara mencapai 85,82 ribu orang per September 2013.

per September 2013 berkurang sebanyak 2,48 ribu

orang atau turun sebesar 2,81% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun jika dibandingkan dengan data Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara

13% atau bertambah 2,38 ribu orang dari sebelumnya 83,44 ribu

(lihat tabel 6.3).Dengan anomalinya

penurunan angka pengangguran terhadap angka kemiskinan, diduga bahwa penambahan jumlah

umlah penduduk miskin di

2,32 ribu orang sedangkan di

umlah penduduk miskin sebanyak 4,79 ribu orang atau turun

Dengan komposisi seperti ini menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan

kesejahteraan antara perkotaan dan pedesaan semakin mengecil, walaupun secara umum

kemiskinan pedesaan masih lebih besar daripada perkotaan.

Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di bawah

. Garis kemiskinan sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu Garis Kemiskinan

Di Maluku Utara, Peranan

komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan peranan

makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Selama tahun 2013

September 2013), Maluku Utara mengalami kenaikan garis kemiskinan sebesar 12,90%

291.352. Kenaikan ini terjadi baik pada

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) maupun pada Garis Kemiskinan Non-makanan (GKNM).

Besarnya tingkat pengeluaran garis kemiskinan Maluku Utara masih cukup jauh dari besarnya

Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

1.65 0.06 0.53 0.391.44 0.00 0.51 0.361.47 0.00 0.46 0.33

1.13 0.01 0.28 0.211.40 0.09 0.46 0.360.85 0.00 0.20 0.140.78 0.05 0.18 0.140.89 0.04 0.21 0.16

P1 (%) P2 (%)

Tabel 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan di Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

tingkat biaya hidup di Kota Ternate yang berd

dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar Rp. 6.427.357 dimana Kota Ternate merupakan kota

dengan tingkat biaya hidup termahal ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Jaya Pura

Selain itu, selama tahun 2013 juga terjadi kenaikan pada Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang mengindikasikan bahwa rata

miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk

miskin juga semakin besar. Hal yang sama juga terjadi jika melihat data tahunannya (September

2012 – September 2013) dimana P1 dan P2 sama

4,7% menjadi 0,85 sedangkan P2 naik sebesar 14,3%. Jika dilihat dari daerahnya, nilai

di daerah pedesaan masih lebih besar dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini

mencerminkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perkotaan masih lebih baik dibandin

dengan daerah pedesaan. Hal ini juga ditunjukkan dari jumlah penduduk miski

pedesaan yang jauh diatas jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan.

Daerah/Tahun

PerkotaanMaret 2013September 2013PerdesaanMaret 2013September 2013Perkotaan+PerdesaanMaret 2013September 2013

Keterangan:GKM : Garis kemiskinan makananGKNM : Garis kemiskinan non makanan

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN

Tabel 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan di Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

di Kota Ternate yang berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup tahun 2012 yang

dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar Rp. 6.427.357 dimana Kota Ternate merupakan kota

dengan tingkat biaya hidup termahal ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Jaya Pura

13 juga terjadi kenaikan pada Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk

miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk

Hal yang sama juga terjadi jika melihat data tahunannya (September

September 2013) dimana P1 dan P2 sama-sama mengalami kenaikan. P1 naik sebesar

4,7% menjadi 0,85 sedangkan P2 naik sebesar 14,3%. Jika dilihat dari daerahnya, nilai

di daerah pedesaan masih lebih besar dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini

mencerminkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perkotaan masih lebih baik dibandin

dengan daerah pedesaan. Hal ini juga ditunjukkan dari jumlah penduduk miski

pedesaan yang jauh diatas jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan.

Daerah/GKM GKNM GKM+GKNM

211,319 73,056234,818 82,358

198,858 49,168226,540 54,942

Perkotaan+Perdesaan202,298 55,762228,829 62,523

GKM : Garis kemiskinan makananGKNM : Garis kemiskinan non makanan

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

72

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN &KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tabel 6.5 Perkembangan Garis Kemiskinan di Maluku Utara

asarkan hasil Survei Biaya Hidup tahun 2012 yang

dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar Rp. 6.427.357 dimana Kota Ternate merupakan kota

dengan tingkat biaya hidup termahal ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Jaya Pura.

13 juga terjadi kenaikan pada Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

rata pengeluaran penduduk

miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk

Hal yang sama juga terjadi jika melihat data tahunannya (September

sama mengalami kenaikan. P1 naik sebesar

4,7% menjadi 0,85 sedangkan P2 naik sebesar 14,3%. Jika dilihat dari daerahnya, nilai P1 dan P2

di daerah pedesaan masih lebih besar dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini

mencerminkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perkotaan masih lebih baik dibandingkan

dengan daerah pedesaan. Hal ini juga ditunjukkan dari jumlah penduduk miskin di daerah

GKM+GKNM

284,374317,176

248,026281,482

258,060291,352

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

7.1 Prospek Perekonomian Makro

Menyambut tahun 2014, Provinsi Maluku Utara masih diperkirakan tumbuh pada level yang

menggembirakan yaitu sebesar

diperkirakan masih berasal dari tiga sektor utama yang selama ini menjadi motor

yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri

pengolahan. Sementara itu, sektor pertambangan

utama di masa yang akan datang diperkirakan

UUD Minerba tahun 2009 oleh pemerintah pusat

tambang produsen nikel untuk menghentikan kegiatannya karena mereka belum mampu

mengolah raw material (biji nikel) menjadi

pemulangan sebagian besar pekerja tambang oleh 28 perusahaan tambang yang beroperasi di

wilayah kepulauan Halmahera. Sedangkan perusahaan yang memiliki modal cukup besar untuk

membangun smelter memutuskan untuk memulangkan sement

selesai dibangun dan produksi perusahaan kembali pada titik normal.

Meskipun ekonomi diperkirakan masih mampu tumbuh di level positif, namun beberapa hal yang

terjadi diawal tahun 2014 dapat mena

tinggi lagi. Adanya bencana banjir dan cuaca buruk di daerah pusat

Sumatera dan Sulawesi diperkirakan akan menyebabkan turunnya kapasitas produksi beberapa

komoditas pokok seperti beras dan tanaman holtiku

mempengaruhi stok secara nasional sehingga mendorong naik harga komoditas

tersebut. Selain itu, keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik untuk beberapa

golongan industri akan menahan laju per

Namun demikian, tingginya tingkat konsumsi masih diharapkan

perkembangan ekonomi Maluku Utara secara makro. Tingginya Konsumsi ini salah satunya

disebabkan oleh proyek pembangunan

dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi serta pemerintah

pusat melalui beberapa kementrian

BAB VII. PROSPEK EKONOMI DAERAH

7.1 Prospek Perekonomian Makro

Menyambut tahun 2014, Provinsi Maluku Utara masih diperkirakan tumbuh pada level yang

menggembirakan yaitu sebesar 7,3%±1 (yoy). Sumber pertumbuhan diawal tahun 2014

diperkirakan masih berasal dari tiga sektor utama yang selama ini menjadi motor

yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri

ementara itu, sektor pertambangan yang digadangkan menjadi salah satu sektor

utama di masa yang akan datang diperkirakan akan mengalami pukulan ke

oleh pemerintah pusat yang memaksa sebagian besar perusahaan

tambang produsen nikel untuk menghentikan kegiatannya karena mereka belum mampu

(biji nikel) menjadi produk turunannya. Hal ini dikonfirmasi dengan adanya

pemulangan sebagian besar pekerja tambang oleh 28 perusahaan tambang yang beroperasi di

wilayah kepulauan Halmahera. Sedangkan perusahaan yang memiliki modal cukup besar untuk

memutuskan untuk memulangkan sementara pekerjanya sampai

selesai dibangun dan produksi perusahaan kembali pada titik normal.

Meskipun ekonomi diperkirakan masih mampu tumbuh di level positif, namun beberapa hal yang

terjadi diawal tahun 2014 dapat menahan perkembangan ekonomi Malut

tinggi lagi. Adanya bencana banjir dan cuaca buruk di daerah pusat-pusat produksi seperti di Jawa,

Sumatera dan Sulawesi diperkirakan akan menyebabkan turunnya kapasitas produksi beberapa

komoditas pokok seperti beras dan tanaman holtikultura lainnya yang pada akhirnya akan

mempengaruhi stok secara nasional sehingga mendorong naik harga komoditas

tersebut. Selain itu, keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik untuk beberapa

golongan industri akan menahan laju pertumbuhan kalangan industri pada level terbatas.

Namun demikian, tingginya tingkat konsumsi masih diharapkan dapat

perkembangan ekonomi Maluku Utara secara makro. Tingginya Konsumsi ini salah satunya

disebabkan oleh proyek pembangunan (lanjutan proyek lama serta beberapa proyek baru)

dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi serta pemerintah

at melalui beberapa kementrian dimana pendanaannya berasal dari APBD 2014 serta APBN

PROSPEK EKONOMI DAERAH

73

Menyambut tahun 2014, Provinsi Maluku Utara masih diperkirakan tumbuh pada level yang

). Sumber pertumbuhan diawal tahun 2014

diperkirakan masih berasal dari tiga sektor utama yang selama ini menjadi motor ekonomi Malut

yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri

yang digadangkan menjadi salah satu sektor

akan mengalami pukulan keras dari pemberlakuan

yang memaksa sebagian besar perusahaan

tambang produsen nikel untuk menghentikan kegiatannya karena mereka belum mampu

dikonfirmasi dengan adanya

pemulangan sebagian besar pekerja tambang oleh 28 perusahaan tambang yang beroperasi di

wilayah kepulauan Halmahera. Sedangkan perusahaan yang memiliki modal cukup besar untuk

ara pekerjanya sampai smelter

Meskipun ekonomi diperkirakan masih mampu tumbuh di level positif, namun beberapa hal yang

han perkembangan ekonomi Malut untuk tumbuh lebih

pusat produksi seperti di Jawa,

Sumatera dan Sulawesi diperkirakan akan menyebabkan turunnya kapasitas produksi beberapa

ltura lainnya yang pada akhirnya akan

mempengaruhi stok secara nasional sehingga mendorong naik harga komoditas-komoditas

tersebut. Selain itu, keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik untuk beberapa

tumbuhan kalangan industri pada level terbatas.

dapat menjadi penopang

perkembangan ekonomi Maluku Utara secara makro. Tingginya Konsumsi ini salah satunya

utan proyek lama serta beberapa proyek baru) yang

dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi serta pemerintah

dimana pendanaannya berasal dari APBD 2014 serta APBN

2014. Tahun 2014, pemerintah Maluku Utara merencanakan untuk

pembangunan infrastruktur dasar seperti

kepulauan, pembangunan ban

pembangunan perkantoran serta peremajaan pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah Maluku

Utara. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program MP3EI dimana wilayah Maluku Utara

masuk dalam koridor 6 Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (

Tingkat konsumsi dari masyarakat, pemerintah dan pihak swasta yang diperkirakan masih tinggi

sepanjang tahun 2014 ini akan menjadi lokomotif pertumbuhan Maluku Utara dan dengan

didukung oleh pembangunan infrastruktur yang baik diharapkan dapat menarik calo

untuk mengembangkan bisnisnya di

memiliki potensi besar namun belum dimanfaatkan secara optimal

7.2 Prospek Inflasi Daerah

Tekanan inflasi Kota Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara diperkirakan akan

meningkat sepanjang triwulan I 2014 dibandingkan dengan data historisnya

9,7%±1 (yoy). Dari sisi non-fundamental, kelompok

salah satu pemicu gejolak harga di awal tahun 2014 yaitu keputusan pemerintah untuk menaikkan

harga LPG 12 kg di akhir tahun 2013 serta rencana untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL)

beberapa golongan di tahun 2014 akan memberikan dorongan susulan kepada kenaikan harga

komoditas terkait dikarenakan naiknya biaya produksi. Jika dilihat dari karakteristiknya, inflasi yang

terjadi di Kota Ternate biasanya berada pada

nasional. Kondisi wilayah Maluku Utara yang berupa kepulauan serta masih banyaknya daerah

Produksi(Ton)

1 2008 4,6252 2009 5,0733 2010 5,1474 2011 6,7675 2012 6,8376 2013 6,852

No Tahun

Sumber : PPN Kota Ternate

BAB II. PERKEMBANGAN

intah Maluku Utara merencanakan untuk

pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, pembangkit tenaga listrik bersifat

ndar udara di Halmahera, pemasangan pipa air bersih dan berbagai

toran serta peremajaan pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah Maluku

Utara. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program MP3EI dimana wilayah Maluku Utara

Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (

Tingkat konsumsi dari masyarakat, pemerintah dan pihak swasta yang diperkirakan masih tinggi

sepanjang tahun 2014 ini akan menjadi lokomotif pertumbuhan Maluku Utara dan dengan

didukung oleh pembangunan infrastruktur yang baik diharapkan dapat menarik calo

untuk mengembangkan bisnisnya di bumi Kie Raha seperti halnya di sektor perikanan yang

memiliki potensi besar namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara diperkirakan akan

meningkat sepanjang triwulan I 2014 dibandingkan dengan data historisnya

fundamental, kelompok administered price diperkirakan akan menjadi

salah satu pemicu gejolak harga di awal tahun 2014 yaitu keputusan pemerintah untuk menaikkan

harga LPG 12 kg di akhir tahun 2013 serta rencana untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL)

tahun 2014 akan memberikan dorongan susulan kepada kenaikan harga

komoditas terkait dikarenakan naiknya biaya produksi. Jika dilihat dari karakteristiknya, inflasi yang

terjadi di Kota Ternate biasanya berada pada magnitude yang lebih besar dibandingkan

Kondisi wilayah Maluku Utara yang berupa kepulauan serta masih banyaknya daerah

Produksi Nilai Produksi Produksi Rata2/Hari(Rp.(000)

4,625 43,047,546 9,3085,073 50,140,732 9,8845,147 47,215,738 9,1736,767 70,238,893 10,3806,837 85,476,083 12,5026,852 94,143,055 13,740

Harga Rata-Rata/Kg

Tabel7.1Perkembangan Produksi Ikan Tangkap

74

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

intah Maluku Utara merencanakan untuk masih fokus dalam

jalan, jembatan, pembangkit tenaga listrik bersifat

dar udara di Halmahera, pemasangan pipa air bersih dan berbagai

toran serta peremajaan pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah Maluku

Utara. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program MP3EI dimana wilayah Maluku Utara

Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Tingkat konsumsi dari masyarakat, pemerintah dan pihak swasta yang diperkirakan masih tinggi

sepanjang tahun 2014 ini akan menjadi lokomotif pertumbuhan Maluku Utara dan dengan

didukung oleh pembangunan infrastruktur yang baik diharapkan dapat menarik calon investor

seperti halnya di sektor perikanan yang

Ternate sebagai representasi Provinsi Maluku Utara diperkirakan akan

meningkat sepanjang triwulan I 2014 dibandingkan dengan data historisnya yaitu dikisaran

diperkirakan akan menjadi

salah satu pemicu gejolak harga di awal tahun 2014 yaitu keputusan pemerintah untuk menaikkan

harga LPG 12 kg di akhir tahun 2013 serta rencana untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) untuk

tahun 2014 akan memberikan dorongan susulan kepada kenaikan harga

komoditas terkait dikarenakan naiknya biaya produksi. Jika dilihat dari karakteristiknya, inflasi yang

yang lebih besar dibandingkan dengan

Kondisi wilayah Maluku Utara yang berupa kepulauan serta masih banyaknya daerah

Produksi Rata2/Hari(Ton)12.713.914.118.518.718.8

terpencil menyebabkan banyaknya kegiatan perpindahan tangan komoditas

akhirnya sampai pada konsumen yaitu masyarakat. Oleh karena itu, adanya

produsen akan direspon dengan kenaikan harga di tingkat distributor sampai ke tingkat pengecer

sehingga harga akhir yang diterima oleh konsumen sudah mengalami beberapa kali kenaikan dan

berujung pada tingkat harga yang tinggi.

Sementara itu, pergerakan volatile foods

dengan turunnya harga komoditas ikan sebagai penyumbang terbesar

dikarenakan meredanya tinngi ombak

tinggi terkait dengan adanya bencana yang melanda berbagai daerah pusat produksi di seluruh

wilayah Indonesia. Terlebih lagi wilayah Jawa dan Sulawesi yang merupakan dapur berbagai

komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat Maluku Utara. Gangguan

disebabkan oleh turunnya kapasitas produksi akibat rusaknya lahan petani di wilayah Jawa dan

Sulawesi dipekirakan menjadi penyebab

perairan utara Indonesia termasuk Maluku Utara akan

terhadap rigiditas turunnya harga ikan di tingkat konsumen.

Maluku Utara akan bertahan pada level yang cukup tinggi

Indonesia Provinsi Maluku Utara

Dari sisi fundamental, pergerakan

didukungolehseluruhdeterminannya yang masihkondusif

serta kondisi soasial-politik Malut yang aman terkendali selama

PILKADAdiperkirakandapatdirespondenganbaikolehpeningkatanpenggunaankapasitasproduksi.Teka

naneksternaldiperkirakanterkendali

sehingga ekspor mulai tumbuh pada level yang menggembirakan

7.3 Prospek Perbankan

Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga di level 7,5% diperkirakan akan

memberikan dorongan positif terhadap perbaikan kondisi

Namun disisi lain akan menambah beban bagi pihak perbankan karena mereka harus menai

suku bunga baik suku bunga kredit maupun tabungan.

Suku bunga acuan Bank Indonesia yang berada pada level yang cukup tinggi ini akan menahan

pertumbuhan kredit terutama kredit konsumsi dan kredit perumahan (KPR) dari perbankan

nasional. Walaupun demikian, kondisi perekonomian Maluku Utara yang diperkirakan masih

BAB II. PERKEMBANGAN

terpencil menyebabkan banyaknya kegiatan perpindahan tangan komoditas

akhirnya sampai pada konsumen yaitu masyarakat. Oleh karena itu, adanya

produsen akan direspon dengan kenaikan harga di tingkat distributor sampai ke tingkat pengecer

sehingga harga akhir yang diterima oleh konsumen sudah mengalami beberapa kali kenaikan dan

berujung pada tingkat harga yang tinggi.

volatile foods yang seharusnya mereda di triwulan I 2014 sejalan

dengan turunnya harga komoditas ikan sebagai penyumbang terbesar

dikarenakan meredanya tinngi ombak diperkirakan akan tetap bertahan pada level ya

tinggi terkait dengan adanya bencana yang melanda berbagai daerah pusat produksi di seluruh

wilayah Indonesia. Terlebih lagi wilayah Jawa dan Sulawesi yang merupakan dapur berbagai

komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat Maluku Utara. Gangguan

disebabkan oleh turunnya kapasitas produksi akibat rusaknya lahan petani di wilayah Jawa dan

Sulawesi dipekirakan menjadi penyebab pergerakan harga.Selain itu, terciptanya awan badai di

perairan utara Indonesia termasuk Maluku Utara akan memperpanjang dampak faktor cuaca

harga ikan di tingkat konsumen. Pada akhirnya, tingkat inflasi di

Maluku Utara akan bertahan pada level yang cukup tinggi sesuai proyeksi Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara.

Dari sisi fundamental, pergerakan diperkirakanmasihdalam level

didukungolehseluruhdeterminannya yang masihkondusif. Kenaikanaktivitaskonsumsi

politik Malut yang aman terkendali selama

dapatdirespondenganbaikolehpeningkatanpenggunaankapasitasproduksi.Teka

terkendaliseiringdenganpertumbuhanekonomidunia yang

sehingga ekspor mulai tumbuh pada level yang menggembirakan.

k Indonesia untuk mempertahankan suku bunga di level 7,5% diperkirakan akan

itif terhadap perbaikan kondisi Current Account Defisit

Namun disisi lain akan menambah beban bagi pihak perbankan karena mereka harus menai

suku bunga baik suku bunga kredit maupun tabungan.

Suku bunga acuan Bank Indonesia yang berada pada level yang cukup tinggi ini akan menahan

pertumbuhan kredit terutama kredit konsumsi dan kredit perumahan (KPR) dari perbankan

kian, kondisi perekonomian Maluku Utara yang diperkirakan masih

75

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

terpencil menyebabkan banyaknya kegiatan perpindahan tangan komoditas-komoditas sebelum

kenaikan harga di level

produsen akan direspon dengan kenaikan harga di tingkat distributor sampai ke tingkat pengecer

sehingga harga akhir yang diterima oleh konsumen sudah mengalami beberapa kali kenaikan dan

yang seharusnya mereda di triwulan I 2014 sejalan

dengan turunnya harga komoditas ikan sebagai penyumbang terbesar inflasi Kota Ternate

diperkirakan akan tetap bertahan pada level yang cukup

tinggi terkait dengan adanya bencana yang melanda berbagai daerah pusat produksi di seluruh

wilayah Indonesia. Terlebih lagi wilayah Jawa dan Sulawesi yang merupakan dapur berbagai

komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat Maluku Utara. Gangguan pada pasokan yang

disebabkan oleh turunnya kapasitas produksi akibat rusaknya lahan petani di wilayah Jawa dan

erciptanya awan badai di

memperpanjang dampak faktor cuaca

Pada akhirnya, tingkat inflasi di

sesuai proyeksi Kantor Perwakilan Bank

dalam level moderat,

. Kenaikanaktivitaskonsumsiyang tinggi

politik Malut yang aman terkendali selamapelaksanaan

dapatdirespondenganbaikolehpeningkatanpenggunaankapasitasproduksi.Teka

seiringdenganpertumbuhanekonomidunia yang mulai membaik

k Indonesia untuk mempertahankan suku bunga di level 7,5% diperkirakan akan

Current Account Defisit (CAD) Indonesia.

Namun disisi lain akan menambah beban bagi pihak perbankan karena mereka harus menaikkan

Suku bunga acuan Bank Indonesia yang berada pada level yang cukup tinggi ini akan menahan

pertumbuhan kredit terutama kredit konsumsi dan kredit perumahan (KPR) dari perbankan

kian, kondisi perekonomian Maluku Utara yang diperkirakan masih

mampu untuk tumbuh diatas 5% akan mendorong pertumbuhan tahunan perbankan dikisaran

20% (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan tumbuh dikisaran 15% (

dipertahankannya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 7,5% sehingga perbankan menaikkan

suku bunga tabungan dan deposito mereka. Hal ini merupakan

untuk menyimpan uangnya di Bank sehingga mendorong pertumbuhan DPK.

Selain itu, masih kencangnya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam

mempersiapkan wilayahnya serta didukung oleh investasi yang masuk

mendorong perkembangan kredit untuk sektor korporasi pada level yang masih cukup tinggi.

Sebagai kesimpulan, perkembangan perbankan di Maluku Utara yang tidak terlepas dari kondisi

perbankan nasional diperkirakan akan menunjukkan kinerja positif selama triwulan I 2014.

BAB II. PERKEMBANGAN

mampu untuk tumbuh diatas 5% akan mendorong pertumbuhan tahunan perbankan dikisaran

). Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan tumbuh dikisaran 15% (

nya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 7,5% sehingga perbankan menaikkan

suku bunga tabungan dan deposito mereka. Hal ini merupakan magnet tersendiri bagi masyarakat

untuk menyimpan uangnya di Bank sehingga mendorong pertumbuhan DPK.

h kencangnya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam

mempersiapkan wilayahnya serta didukung oleh investasi yang masuk dari pihak swasta akan

mendorong perkembangan kredit untuk sektor korporasi pada level yang masih cukup tinggi.

kesimpulan, perkembangan perbankan di Maluku Utara yang tidak terlepas dari kondisi

perbankan nasional diperkirakan akan menunjukkan kinerja positif selama triwulan I 2014.

76

I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

mampu untuk tumbuh diatas 5% akan mendorong pertumbuhan tahunan perbankan dikisaran

). Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan tumbuh dikisaran 15% (yoy) sejalan dengan

nya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 7,5% sehingga perbankan menaikkan

tersendiri bagi masyarakat

untuk menyimpan uangnya di Bank sehingga mendorong pertumbuhan DPK.

h kencangnya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam

dari pihak swasta akan

mendorong perkembangan kredit untuk sektor korporasi pada level yang masih cukup tinggi.

kesimpulan, perkembangan perbankan di Maluku Utara yang tidak terlepas dari kondisi

perbankan nasional diperkirakan akan menunjukkan kinerja positif selama triwulan I 2014.