kandungan logam tembaga (cu) pada kerang simping …
TRANSCRIPT
i
KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING Placuna placenta (Linnaeus,1758) DI PERAIRAN
UNTIA KECAMATAN BIRINGKANAYA MAKASSAR
Oleh:
HASRIYADI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Kandungan logam tembaga (cu) pada kerang simping Placuna placenta (Linnaeus,1758) di perairan untia kecamatan biringkanaya makassar
NamaMahasiswa : Hasriyadi
Nomor Pokok : L211 12 601
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Khusnul Yaqin, M.Sc Dr. Ir. Liestiaty Fachruddin, M.Fhish NIP. 19680726199403 1 002 NIP. 19640617198803 2 00 2
Mengetahui Dekan
Fakultas ilmu kelautan dan perikanan Ketua Program Studi Universitas Hasanuddin Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas Hasanuddin
Dr. Ir. St. Aisjhah Farhum, M.Si Dr. Ir. Budiman Yunus, M.Si NIP. 196906051993032002 NIP. 19600614198601 1 001 Tanggal Pengesahan : 2017
iii
ABSTRAK
Hasriyadi. Kandungan Logam Tembaga (Cu) Pada Kerang Simping (Placuna placenta) Di Perairan Untia, Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Dibimbing oleh KHUSNUL YAQIN, sebagai pembimbig utama dan LIESTIATY FACHRUDDIN, sebagai pembimbing Anggota.
Kerang Simping (Placuna placenta) merupakan hewan non selektif filter feeder dan memiliki kebiasaan hidup sebagai hewan sedentary sehingga berdasarkan karakteristiknya itu dapat dijadikan sebagai sentinel organisme . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam tembaga (Cu) pada daging kerang simping (Placuna placenta) di perairan Untia Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai Desember 2016., Sampel kerang simping (Placuna placenta) diambil di perairan Untia Makassar berdasarkan pola peredaran bulan. Sampel diukur morfometriknya yaitu panjang, tinggi, lebar serta berat daging kering, kemudian dikelompokkan berdasarkan waktu sampling untuk keperluan analisis kandungan logam yang dilakukan di Laboratorium Produktifitas Dan Kualitas Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi logam tembaga pada kerang simping pada awal bulan konsentrasi sebesar 21,42 mg/kg, pertengahan bulan sebesar 287,3 mg/kg dan akhir bulan sebesar 112,45 mg/kg. Kandungan logam tembaga (Cu) melebihi batas maksimum untuk di konsumsi berdasarkan Badan Standardisasi nasional SNI nomor 4108.1 tahun 2011.
Kata kunci: tembaga, perairan Untia, Placuna placenta
iv
Abstract
The concentration of copper in windowpane Oyster (Placuna placenta) in waters of untia, subdistric of Biringkanaya Makassar. Supervised by KHUSNUL YAQIN As principal supervisor, and LIESTIATY FACHRUDDIN As the members of the supervisor.
Windowpane Oyster (Placuna placenta) was non selective filter feeder and having life habits as a sedentary organism, which based on these characteristics can be made as sentinel organism. The purpose of this reasearch is to know the content of copper in windowpane oyster (Placuna placenta) in waters Untia, Makassar south Sulawesi. Reasearch conducted in october until December 2016. Sample windowpane oyster (Placuna placenta) were taken in the waters of Untia based on circulation pattern of the month. The measurements of the morphometry parameters which were length, width and dry weight of tissue, sampels then grouped based on sampling time for analysis of metal content which carried out in the Laboratory of Productivity and the Quality of Waters, Fishering Department, Faculty of Marine Sciences and Fishering Hasanuddin Yuniversity. The result of this reasearch showed the concentration of copper in windowpane oyster on beginning of the month is 21.42 mg/kg, middle of the month is 287.3 mg/kg and the end of the month 112.45 mg/kg. The consentration of copper (Cu) is exceeding the limit for human consumption based on SNI 4108.1 2011.
Keywords: copper, waters of untia, (Placuna placenta)
v
RIWAYAT HIDUP
Hasriyadi dipanggil adhy lahir tanggal 05 Maret 1993,
Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Dunia
pendidikan mulai dirintis sejak tahun 2000 kemudian
menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2006 di SDN
161 Pinrang. Kemudian melanjukan di SMPN 5 Pinrang
hingga tahun 2009. Dan kemudian melanjutkan pendidikan di SMKN 2 Pinrang,
hingga tahun 20012. Pada tahun yang sama, melanjutkan kuliah di
UNIVERSITAS HASANUDDIN Makassar. Terdaftar sebagai mahasiswa pada
program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, tiada kata yang pantas diucapkan selain
mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran nikmat dan
karunianya, taklupa kami panjatkan salawat dan salam bagi junjugan
Muhammad Rasulullah SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Kandungan Logam Tembaga (Cu) Dan Kepadatan Kerang
Simping (Placuna placenta) Di Perairan Untia, Makassar, sulawesi selatan”
Laporan ini dari hasil Skripsi yang telah dilaksanakan di perairan untia,
makassar, sulawesi selatan dan merupakan persyaratan untuk kelulusan Skripsi
bagi mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP)
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Khusnul Yaqin, M.Sc, sebagai pembimbing utama dan
Ir. Liesty Fachruddin, M.Fhish, sebagai pembimbing anggota yang telah
memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuan demi terselesaikannya
laporan ini.
2. Prof. Dr. Ir. Farida G.sitepu, MS, Dr. Sri Wahyuni Rahim, M.Si, dan
Dr. Irmawati, S.Pi. M.Si, selaku anggota penguji yang telah memberikan
masukan, kritikan, dan saran yang membangun.
3. Kedua orang tuaku Ayahanda Effendy dan Ibunda Hj. Norma yang telah
banyak memberikan bantuan dan dorongan, terutama atas segala doa yang
tulus untuk keberhasialan hidup penenulis.
4. Saudara/i ku: Hasma wati. Effendy terimah kasih atas segala perhatian dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
vii
5. Terima kasih kepada rekanku Muhammad Fadil, Saidil, ReZky
kurniansyah, Syamsir, Putu eka wisnawa, Arya kusuma dhani S.pi dan
Muh, Rijal Affandy atas segala kerja samanya dalam pengambilan sampel
sampai terselesainya laporan skripsi penulis
6. Seluruh teman-teman seperjuangan yang ada di Manajemen Sumberdaya
Perairan Angkatan 2012, Terimah kasih atas doa, dukungan dan kerja
samanya selama penelitian ini berlangsung.
7. Terimah kasih saran, motifasi dan bantuannya selama ini Radilla Rusdi, SKM
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tentunya masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat untuk
kepentingan bersama dan segala amal baik serta jasa dari pihak yang turut
membantu penulis diterima oleh Allah SWT dan mendapat berkah serta karunia-
Nya.Aamiin.
Makassar, 2017
Hasriyadi
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTRAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1 B. Tujuan dan kegunaan ............................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi kerang simping (Placuna placenta Linnaeus,1758) .............. 4 B. Morfologi ................................................................................................ 4 C. Habitat ................................................................................................... 6 D. Pencemaran Lingkungan ....................................................................... 6 E. Cara Penyerapan Logam....................................................................... 7 F. Faktor Masuknya Logam Tembaga (Cu) ............................................... 8 G. Logam Tembaga (Cu) ........................................................................... 11 H. Sifat – sifat Logam ................................................................................. 12 I. Pasang Surut ......................................................................................... 13
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ................................................................................ 15 B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 16 C. Prosedur Penelitian ............................................................................... 17
1. Survei Lokasi .............................................................................. 18 2. Pengambilan Sampel ................................................................. 18 3. Analisis Logam ........................................................................... 18 4. Perhitungan Kandungan Logam ................................................ 19
D. Analisis Data .......................................................................................... 20
ix
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Konsentrasi Logam .............................................................. 21 B. Pembahasan Konsentrasi Logam ................................................. 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 27 B. Saran ............................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA
x
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kerang Simping (Placuna placenta) ................................................................. 4
2. Anatomi (Placuna placenta) ....................................................................... 5
3. Peta Lokasi Penelitian Desa Untia ................................................................... 16
4. Histogram Kadar Logam Tembaga Cu Pada ............................................... 22
Daging Kerang Simping (Placuna placenta) di Perairan Untia Kelurahan
Untia Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
xi
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ............................................. 17
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman 1. Data Analisis Kandungan Logam Menggunakan Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS) ........................................................................ 32
2. Rata-rata Kandungan Logam Cu ................................................................. 35
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerang Simping (Placuna placenta) merupakan biota
sessile yang hidup di hamparan dasar perairan. Kerang termasuk kelas
Bivalvia/ Pelecypoda, filum Moluska, adalah hewan air yang memiliki sepasang
cangkang. Cangkang tersebut disatukan oleh ligamen elastik berfungsi sebagai
engsel yang terletak pada bagian dorsal tubuh. Di dalam ligamen tersebut
terdapat otot aduktor yang bekerja untuk membuka dan menutup cangkang.
Kerang membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur dan bernafas dengan
menggunakan insang yang terdapat di dalam rongga mantelnya. Kerang
memunyai tabung yang disebut sifon, terdiri atas saluran untuk memasukkan air
dan saluran lainnya untuk mengeluarkan (Nontji, 2005).
Di antara berbagai macam jenis kerang yang terdapat di Indonesia,
kerang simping (Placuna placenta Linnaeus, 1758) memiliki potensi besar yang
dapat dimanfaatkan mulai dari isi daging sampai cangkangnya. Kerang simping
memiliki bentuk tubuh sedikit bundar, pipih dan cangkangnya cenderung
transparan. Bentuknya yang unik membuat cangkangnya sering dijadikan bahan
kerajinan tangan dan asesoris wanita. Dagingnya pun bisa dikonsumsi sebagai
makanan pengganti, selain ikan dan udang. Ukuran cangkang juvenil kerang
simping berdiameter sekitar 40 mm, ukuran dewasa dapat mencapai 150 mm
(Dharmaraj et al., 2004). Seperti pada umumnya Moluska, kerang simping
bersifat filter feeder sehingga dapat dijadikan indikator suatu keadaan lingkungan
karena kemampuan adaptasinya yang tergolong tinggi.
Tembaga (Cu) merupakan mineral mikro karena keberadaannya dalam
tubuh sangat sedikit namun diperlukan dalam proses fisiologis. Di alam, Cu
ditemukan dalam bentuk senyawa sulfida. Walaupun dibutuhkan tubuh dalam
2
jumlah sedikit, bila kelebihan dapat mengganggu kesehatan atau mengakibatkan
keracunan ( Arifin, 2008 ).
Kandungan logam dalam perairan dapat meningkat, terutama dengan
meningkatnya aktivitas manusia di sekitar perairan seperti adanya transportasi,
pelabuhan, perusahaan industri dan pemukiman penduduk yang menghasilkan
limbah anorganik maupun organik, sehingga mempengaruhi kualitas perairan
bagi kehidupan organism di dalamnya (Setiadi, 2007)
Di Desa Untia Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar kerang simping
sudah mulai dimanfaatkan tetapi belum secara maksimal ini di karenakan
sebagian nelayan mengkomsumsinya sendiri sebagai bahan masakan lauk pauk.
Dengan adanya minat masyarakat terhadap kerang simping, maka perlu adanya
data kandungan logam (Cu) yang terdapat di kerang simping
Potensi kerang simping yang ada di Desa Untia saat ini dibilang
menguntungkan bagi masyarakat sekitar sebagai mata pencarian, maka dari itu
perlu dilakukan analisi kandungan logam untuk mengetahui jumlah logam yang
terdapat di perairan untia. Sebagai data awal untuk mengetahui berapa jumlah
logam (Cu) yang terkandung di daging kerang simping, maka diharapkan
kedepannya data tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu acuan seberapa
besar kandungan logam (Cu) yang bisa dikomsumsi di perairan Untia kota
Makassar.
B. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam tembaga
(Cu) yang terdapat pada daging kerang simping (Placuna placenta) di peraian
Untia, Makassar, Sulawesi Selatan.
Kegunaan dari penelitian adalah untuk menentukan seberapa besar
kandungan logam yang terdapat pada daging kerang dan Memberikan informasi
dan pengetahuan bagi masyarakat dalam memilih dan mengolah makanan yang
3
layak konsumsi (aman dan sehat) dan instansi/pemerintah yang terkait hal ini
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu informasi tentang akibat
pencemaran khususnya mengenai kandungan logam Tembaga (Cu) di perairan
Untia, Makassar, Sulawesi Selatan.
4
II. TINJAUN PUSTAKA
A. Klasifikasi kerang simping (Placuna placenta Linnaeus,1758)
Menurut Swennen (2001) klasifikasi kerang simping adalah :
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Subkelas : Pteriomorphia
Ordo : Ostreoida
Famili : Placunidae
Genus : Placuna
Spesies : Placuna placenta
Nama Lokal : Simping
Nama Umum : Windowpane, oyster
Gambar 1. Kerang Simping (Placuna placenta) dokumentasi pribadi
B. Morfologi
Kerang simping (Placuna placenta) merupakan kelas bivalvia yang
memiliki sepasang cangkang berbentuk lateral dan sangat datar, katubnya
sangat tipis yang ukurannya dapat mencapai 150 mm. Warna cangkang yang
5
transparan dengan pertumbuhan garis secara konsentis. Ukuran cangkang
bervariasi dari 1,8 – 13.1 cm dan memiliki ukuran rata – rata 3 – 8 cm dalam
populasi (Dharmaraj dan Suja, 2004). Kerang simping termasuk dalam anggota
Scallops, istilah Scallops di pakai untuk bivalvia termasuk dalam super famili
Pectinacca. Super famili ini termasuk diantaranya adalah Pteroimorphia yang
memiliki perbesaran Pyramidal dari Ligament ventral sampai ke Hinge line yang
disebut Resilium (Waller dan Nowacki 1978).
Kerang bernafas dengan menggunakan insang yang terdapat dalam
rongga mantelnya, kerang-kerang yang membenamkan diri dalam pasir atau
lumpur memunyai tabung yang disebut sifon yang terdiri atas saluran untuk
memasukkan air dan saluran lainnya untuk mengeluarkan. Semakin dalam
kerang membenamkan diri, semakin panjang sifonnya. Bentuk cangkang
memunyai pula kaitan dengan dalamnya kerang tersebut membenamkan diri
(Nontji, 2005). Anatomi tubuh kerang simping (P. placenta) dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Anatomi Placuna placenta (Yonge, 1977) (a) kelenjar pencernaan, (b) gonad, (c) ginjal kanan, (d). saluran pengeluaran air, (e) insang, (f) usus, (g). ginjal kiri, (h) kaki,(i) anus.
6
C. Habitat
Bivalvia mempunyai tiga cara hidup yaitu : membuat lubang pada
substrat, melekat langsung pada substrat dengan semen, dan melekat pada
substrat dengan seperti benang (bisus). Kerang simping (Placuna placenta)
merupakan jenis bivalvia yang menggali ubang pada substrat dengan
menggunakan kaki yang sangat panjang (Dharmaraj dan Suja,2004).
Menurut Yonvitner et al. (2007), kerang simping (P. placenta) merupakan
salah satu jenis biota dasar yang tidak memiliki mobilitas aktif. Jenis ini banyak
tersebar di perairan Indonesia. Perbedaan sebaran tergantung kepada
kedalaman. Tingkat keberlanjutan hidup biota simping akan menurun dengan
bertambahnya kedalaman.
Habitat kerang simping adalah dasar perairan berlumpur atau substrat
berpasir pada perairan dangkal sampai kedalaman 100 m (Dharmaraj dan
Suja,2004). Menurt Swennen (2001) kerang ini dapat hidup pada kedalaman
maksimum 80 m dan dapat juga di temukan di daerah estuari pada kedalaman 1
– 2 m dari surut terendah.
D. Pencemaran Perairan
Pencemaran air adalah penurunan kualitas air sehingga air tersebut
tidak/kurang memenuhi syarat atau bahkan menggangu pemanfaatan. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), air dinyatakan tercemar apabila terjadi
perubahan komposisi atau keadaan kandungannya sebagai akibat kegiatan
manusia secara langsung atau tidak langsung, sehingga air tersebut tidak atau
kurang sesuai dengan fungsi atau tujuan pemanfaatan asalnya.
Didalam UU Nomor 4 tahun 1982 mengenai lingkungan hidup,
pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai dimasukkannya mahluk hidup, zat
7
energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai pada tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukkannya.
Menurut Bryan (1976) dan Connel dan Miller (1995) secara umum sumber
– sumber pencemaran logam di laut dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Logam yang masuk ke perairan laut secara alami, berasal dari tiga
sumber yaitu:
a) Masukkan dari daerah pantai (coastal supply) yang berasal dari
sungai-sungai dan hasil abrasi pantai oleh aktivitas gelombang.
b) Masukkan dari laut dalam (deep sea supply) meliputi logam – logam
yang dibebaskan oleh aktivitas gunung berapi di laut dan logam-logam
yang dibebaskan dari partikel/sedimen-sedimen dari proses kimiawi.
c) Masukkan dari lingkungan dekat daerah pantai, termasuk logam –
logam dari atmosfer sebagai partikel – partikel debu.
2. Sumber buatan manusia (man – made) adalah:
a) Limbah dan buangan industri.
b) Limbah cair perkotaan.
c) Aktivitas perkapalan (pelayaran).
d) Aktivitas pertanian.
e) Cairan limbah rumah tangga.
f) Aktivitas pertambangan.
g) Perikanan budi daya.
E. Cara Penyerapan Logam
Logam masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa
jalan, yaitu: (1) Saluran pernapasan, absorbsi logam melalui saluran
8
pernapasan biasanya sangat besar, baik pada hewan air yang masuk melalui
insang, maupun hewan darat yang masuk melalui debu. (2) Pencernaan,
absorbsi melalui saluran pencernaan hanya beberapa persen, tetapi jumlah
logam yang melalui saluran pencernaan biasanya cukup besar walaupun
persentase absorbsinya kecil. (3) Penetrasi melalui kulit, logam yang masuk ke
dalam kulit jumlah absorbsinya relatif kecil (Darmono, 2001).
Menurut Simkis dan Mason (1983) logam yang masuk ke dalam jaringan
tubuh biota secara umum melalui tiga cara yaitu :
1. Endositosis dimana pengambilan partikel melalui permukaan sel dengan
perpindahan oleh membran plasma proses ini berperan dalam
pengambilan logam dalam bentuk tidak terlarut.
2. Diserap dari air, sembilan puluh persen kandungan logam dalam jaringan
berasal dari penyerapan oleh sel epitel insang. Insang sebagai organ
penyerap logam di lingkungan perairan.
3. Diserap dari makanan dan sedimen, penyerapan logam dari makanan
dan sedimen oleh biota bergantung pada strategi mendapat makanan.
F. Faktor – faktor Masuknya Logam Tembaga (Cu)
Logam Tembaga (Cu) dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan,
baik itu pada strata perairan, tanah ataupun udara (lapisan atmosfer).
Tembaga (Cu) yang masuk dalam ketiga strata lingkungan tersebut dapat
datang dari bermacam - macam sumber. Tetapi sumber – sumber masukan
logam tembaga ke dalam strata lingkungan yang umum dan diduga paling
banyak adalah dari kegiatan - kegiatan perindustrian, kegiatan rumah tangga
dan dari pembakaran serta mobilitas bahan - bahan bakar (Palar, 2008).
Adanya pencemaran logam pada perairan menyebabkan biota - biota
tersebut dapat mengakumulasi logam (Asikin, 1982). Logam diserap oleh tubuh
9
hewan perairan kebanyakan dalam bentuk ion. Penyerapan tersebut dalam
bentuk ion, melalui insang dan saluran pencernaan. Logam dapat tertimbun
dalam jaringan terutama dihati dan ginjal. Ion logam yang masuk kedalam
jaringan makhluk hidup bersenyawa dengan bahan kimia jaringan makhluk
hidup membentuk senyawa kompleks organik dan protein yang disebut
metalionin (Nurtoni, 1984).
Menurut Darmono (1995), faktor yang menyebabkan logam termasuk
dalam kelompok zat pencemar adalah karena adanya sifat - sifat logam yang
tidak dapat terurai (non degradable) dan mudah diabsorbsi. Berbagaii faktor
lingkungan berpengaruh terhadap logam yaitu keasaman tanah, bahan organik,
suhu, tekstur, mineral, liat, dan kadar unsur lain. pH adalah faktor penting yang
menentukan transformasi logam. Penurunan pH secara umum meningkatkan
ketersediaan logam kecuali Mo dan Se.
Keberadaan logam di perairan dapat berasal dari berbagai sumber,
antara lain dari kegiatan pertambangan, rumah tangga, limbah pertanian dan
buangan industri. Dari keempat jenis limbah tersebut, limbah yang paling banyak
mengandung logam adalah limbah industri. Hal ini disebabkan senyawa yang
sering digunakan dalam industri adalah sebagai bahan baku, bahan tambahan
maupun katalis. Sifat beracun dari logam ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia
bahan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya (Rochyatun, dkk., 2006).
Meningkatnya aktivitas di suatu kawasan diduga dapat menurunkan
kualitas lingkungan perairan tersebut. Salah satu pencemaran yang berpotensi
dapat menurunkan dan merusak daya dukung lingkungan adalah logam. Bahan
pencemar logam biasanya masuk dari darat. Pencemaran logam yang masuk ke
lingkungan perairan kebanyakan terjadi akibat adanya buangan limbah industri
10
yang masuk melalui tiga cara yaitu: 1) Pembuangan limbah industri yang tidak
terkontrol, 2) Lumpur minyak yang juga mengandung logam dengan kandungan
tinggi, 3) Adanya pembakaran minyak hidrokarbon dan batu bara di daratan
dimana logam di lepaskan di atmosfir dan akan bercampur dengan air hujan dan
jatuh ke laut (Hutabarat dan Evans, 1985).
Disisi lain, rendahnya kandungan logam Cu dalam air, dapat juga
dikarenakan penyerapan logam Cu oleh tumbuhan air, karena logam Cu ini
merupakan logam Essensial yang sangat dibutuhkan organisme tetapi dalam
jumlah yang sedikit. Bangun (2005) menyatakan bahwa logam Cu dibutuhkan
organisme dalam proses kerja enzim. Bila kadar atau konsentrasi logam
yang terlalu rendah di suatu perairan dapat menyebabkan kehidupan organisme
mengalami defisiensi atau kekurangan nutrisi, namun bila unsur logam dalam
jumlah yang berlebihan dapat bersifat racun.
Menurut Apriadi (2005) menyatakan bahwa tinggi - rendahnya konsentrasi
logam dalam perairan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa parameter kualitas
air, diantaranya salinitas air. Salinitas dapat mempengaruhi keberadaan logam
di perairan, bila terjadi penurunan salinitas maka akan akan semakin tinggi
konsentrasi logamnya. Menurut Syakti et al (2012) bahwa penurunan salinitas
akan mengakibatkan penurunan senyawa pengkompleks di perairan, sehingga
logam akan lebih banyak dalam bentuk ion bebas dan lebih mudah terserap
oleh biota laut. Berdasarkan hasil penelitian Djawal dan Bertha (2009)
kemampuan organisme menyerap logam Cu sangat dipengaruhi oleh ukuran
tubuh organism dan bukaan bukaan cangkang.
11
G. Logam Tembaga (Cu)
Pengertian logam adalah logam yang mempunyai massa jenis lebih dari 5
g/cm3. Logam dideskripsikan sebagai logam yang mempunyai ciri khas
(konduktivitas, kerapatan, stabilitas sebagai kation, dan spesifikasi ligan)
tersendiri, dan nomor atom di atas 20. Palar (2004) mengatakan, bahwa selain
massa jenis dan nomor atom, logam dan senyawanya juga mempunyai
karakteristik respon biokimia yang spesifik pada organisme.
Logam merupakan bahan yang bersifat toksik yang dapat menimbulkan
efek – efek khusus pada makhluk hidup dalam jumlah besar. Namun demikian
beberapa logam merupakan unsur esensial bagi tanaman atau
hewan (Evan dan Angga,2005). Logam yang dilimpahkan ke perairan akan
mengalami paling tidak tiga proses, yaitu pengendapan: apabila konsentrasi
logam lebih besar daripada daya larut terendah maka komponen yang terbentuk
antara logam dan anion yang ada dalam air seperti carbonat, hydroksil atau
clorida, maka logam tersebut akan diendapkan. Adsorpsi (berikatan dengan
unsur-unsur lain) dan absopsi (penyerapan) oleh organisme - organisme perairan
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui rantai makanan
(Supriharyono, 2002).
Peningkatan kadar logam pada air laut akan mengakibatkan logam yang
semula di butuhkan untuk berbagai proses metabolisme dapat berubah menjadi
racun bagi organisme laut. Selain bersifat racun, logam juga akan terakumulasi
dalam sedimen biota melalui proses gravitasi (Rozak, 2006)
Pemanfaatan logam dalam aktivitas manusia dapat membahayakan
kehidupan manusia itu sendiri dan lingkungan sekitarnya, dalam hal ini perlu
dilakukan cara untuk memperhatikan dampak lingkungan, karena kandungan
12
logam yang ada di lingkungan dapat terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup
sehingga organisme mengalami kerusakan pada organ (Martaningtyas, 2004).
H. Sifat – sifat Logam Tembaga (Cu)
Adanya Logam di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap
kehidupan organisme, maupun eveknya secara tidak langsung. Hal ini berkaitan
dengan sifat – sifat logam (PPLH-IPB, 1997;Sutamihardja dkk,1982) yaitu:
1. Sulit di degradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan
perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan
akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi
organisme tersebut.
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih
tinggi dari konsentrasi logam dalam air.di samping itu sedimen mudah
tersubspensi karena penggerakan massa air yang akan melarutkan
kembali logam yang dikandungnya kedalam air, sehinggak sedimen
menjadi sumber pencemaran potensial dalam skala waktu tertentu.
Logam bersifat akumulatif dalam tubuh organism dan konsentrasinya
mengalami peningkatan (Biomaknifikasi) dalam tingkatan trofik yang lebih tinggi
didalam rantai makanan, Biomagnifikasi berhubungan langsung dengan manusia
yang menepati posisi top level dalam rantai makanan pesisir, karena konsentrasi
logam yang di kandung dalam makanan kita telah mengalami peningkatan mulai
dari komponen di tinggkat dasar (Produsen) ( Wilson,1988).
13
I. Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda
angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Menurut
Nybakken (1992), apabila bulan dan matahari berada kurang lebih pada satu
garis lurus dengan bumi, seperti pada saat bulan muda atau bulan purnama
maka gaya tarik keduanya akan saling memperkuat. Dalam keadaan demikian
terjadi pasang surut purnama (spring tide) dengan tinggi air yang maksimum
melebihi pasang biasa. Sebaliknya surutnya sangat rendah hingga lokasi dengan
pantai yang landai bisa menjadi kering sampai ke laut. Tetapi jika bulan dan
matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi maka gaya tarik keduanya
akan saling meniadakan. Akibatnya perbedaan tinggi air antara pasang dan surut
kecil, keadaan ini dikenal dengan pasang perbani (neap tide).
Muara sungai adalah perairan di pantai dimana air tawar dan air laut
bertemu. Hal ini menunjukkan adanya hubungan bebas antara laut dan sumber
air tawar. Di muara, air sungai dan air laut bercampur membentuk suatu
ekosistem yang unik dan kompleks. Muara sungai menerima bahan hasil
pelapukan batuan berupa lumpur yang kaya kan material anorganik maupun
organik yang mengalami pembusukkan dari hewan atau tumbuhan sekitarnya
dalam bentuk terlarut maupun partikel tersuspensi dan juga erosi oleh arus dan
pasang surut air laut. Pasang surut menyebabkan salinitas muara selalu
berfluktuasi. Pasang surut juga berpengaruh terhadap substrat, suhu, kecepatan
arus, kekeruhan dan oksigen terlarut (Nybakken, 1992).
Pergerakkan massa air pola arus yang terjadi pada suatu perairan sangat
dipengaruhi oleh keadaan iklim dan topografi perairan setempat. Pergerakan
arus baik pasang naik maupun surut yang menuju ke muara sungai akan
14
mempengaruhi penyebaran limbah yang terdapat di estuari (Yusuf, 1994). Di
muara sungai arus pasang surut dapat merupakan arus yang dominan . pada
muara yang arus pasang surutnya kuat, hewan bentos terutama infauna tidak
dapat hidup di dalamnya (Davis, 1990). Menurut Timmons et al (2001) perairan
yang baik untuk kehidupan organisme laut adalah yang tidak banyak
mengandung padatan tersuspensi.
15
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2016, di
perairan Untia, Kecamatan Brinkanaya, Kota Makassar, Provinsi Sulawesii
Selatan. Pada penelitian ini dilakukan tiga kali pengambilan sampel berdasarkan
kalender bulan mulai dari awal bulan, pertengahan bulan, dan akhir bulan.
Sedangkan destruksi sampel dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Kecamatan Biringkanaya merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di
kota Makassar dengan luas wilayah 48,22 km2, kecamatan ini berbatasan
dengan Kecamatan Ujung Tanah di sebelah utara, Kecamatan Tallo di sebelah
timur, Kecamatan Makassar di sebelah selatan dan di sebelah barat berbatasan
dengan Kecamatan Ujung Pandang. Kecamatan Biringkanaya terdiri dari 7
kelurahan yaitu Kelurahan Paccerakkang, Kelurahan Daya, Kelurahan Pai,
Kelurahan Sudiang Raya, Kelurahan Sudiang, Kelurahan Bulurokeng dan
Kelurahan Untia.
Kelurahan Untia secara administrasi terdapat 3 RW dari 5 RW yang ada
di kelurahan Untia dengan jumlah 355 kk dan 279 kk diantanya keluarga miskin .
Sumber mata pencarian utama dominan sebagai nelayan, penghuni kampung
nelayan memiliki sejarah dan nilai sosial budaya serta solidaritas sosial yang
sudah terbangun sejak masih berada pada komunitas lama yakni di pulau Lae –
Lae. Pada komunitas baru pun terdapat pilar – pilar modal social seperti adanya
institusi/organisasi ekonomi berupa koperasi, kelompok dan organisasi nelayan,
jalinan kerja sama diantara mereka termasuk rasa toleransi , ada kelompok
16
arisan, BKM (Badan keswadayaan masyarakat), dan Lembaga pemberdayaan
masyarakat (LPM). Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
}}
Gambar 3. Lokasi penelitian di Desa Untia (Sumber: SAS Planet,digitas pada Tanggal 02 Agustus 2017)
17
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam peneletian dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Alat dan bahan penelitian No. Nama Alat Jumlah Kegunaan
1 GPS 1 Untuk menentukan titik lokasi stasiun pengambilan data
2 Pisau bedah/pingset 3 Mengeluarkan daging dari cangkangnya
3 Karung 3 Untuk menyimpan sampel 4 Alat tulis/sabak 1 Untuk menulis data yang
didapatkan di lapangan 5 Kamera 1 Untuk mendokumentasikan
kegiatan pengambilan sampel 6 Mikrometersekrup 1 Mengukur lebarkerang 7 Penggaris 1 Mengukur panjang,tinggi kerang 8 Alat timbangan 1 Untuk Menimbang kerang 9 Labu Erlemeyer 6 Sebagai wadah 10 Tongkat pengaduk 1 Untuk menghaluskan kerang 11 Pipettetes 2 Sebagai alat penyedot larutan 12 Oven 1 Untuk mengeringkan kerang 13 Kerang Simping 68 Sebagai sampel penelitian 14 H2O2 2,5 ml Sebagai pelarut 15 HNO3 7,5 ml Sebagai pelarut 16 Aquades 9 L Sebagai larutan pengencer 17 Kertas whatman cat 18 lbr Sebagai penyaring larutan
C. Prosedur Penelitian
I. Survei Lokasi
Survei awal lapangan untuk menentukan lokasi penelitian. Pengambilan
sampel yang dilakukan dalam penelitian. Studi pendahuluan bertujuan untuk
menentukan lokasi yang diamati. Penentuan lokasi penelitian ini di lakukan
menggunakan metode acak (Random Sampling). Pemilihan lokasi di dasarkan
pada pengalaman nelayan dalam mengumpulkan kerang simping.
18
II. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel kerang simping dilakukan dengan menggunakan
tangan dan bantuan kaki dengan merabah- rabah dasar perairan. Sebanyak 68
sampel yang diperoleh dari 3 kali pengambilan, yang pertama pada tanggal 17
Oktober memperoleh 12 ekor, pengambilan kedua pada tanggal 2 November
memperoleh 38, dan pengambilan ketiga pada tanggal 4 Desember memperoleh
18 ekor kerang simping. Sampel yang diperoleh pada setiap pengambilan
dimasukkan ke dalam kantong plastik ataupun karung. Sampel tersebut
kemudian dibawah ke Laboratorium Produktivitas dan Kualitas Perairan Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Kerang simping kemudian diukur panjang, lebar dan tingginya dengan
menggunakan jangka sorong dan Penggaris. Jumlah sampel yang diukur yaitu
68 ekor dari tiga kali pengambilan sampel tersebut. Kerang tersebut ditimbang
bobot totalnya dengan menggunakan timbangan elektrik. Kemudian kerang
dibedah untuk mengambil dagingnya dengan menggunakan pinset. Setelah itu
daging kerang yang dikeluarkan dari cangkangnya ditimbang dan dibungkus
dengan menggunakan aluminium foil. Kemudian dilakukan pengeringan
menggunakan oven dengan suhu 1100c selama 24 jam. Daging yang telah kering
kemudian dihaluskan menggunakan mortar dan alu lalu ditimbang menggunakan
timbangan elektrik untuk mendapatkan berat kering 1 gram.
III. Analisis Logam
Kerang yang telah diambil sebanyak 1 gram kemudian masukkan ke
gelas ukur dan disimpan dalam lemari asam lalu didestruksi dengan larutan
HNO3(P) sebanyak 7,5 ml dan H2O2 sebanyak 2,5 ml sampai semua hancur dan
buihnya (busa) hilang. Setelah daging hancur dan buihnya hilang kemudian
dipanaskan pada hot plate yang dilengkapi dengan pengendali suhu. Suhu yang
ada pada hot plate harus keadaan dingin kemudian dinaikkan suhu secara
19
perlahan - lahan hingga mencapai suhu 50 0C. Pemanasan diakukan sampai
daging hancur atau larut. Sampel didiamkan sampai dingin selanjutnya
diencerkan dengan aquades dengan menggunakan labu ukur sampai volumenya
50 ml, lalu disaring dengan mengunakan kertas whatman cat no. 1001.150.
( SOP LPKP Unhas, 2017).
Untuk menentukan kadar logam Tembaga (Cu) dilakukan dengan
menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) karena waktu
pengerjaan yang cepat, mengacu pada Supriyanto et al.(2007).
IV. Perhitungan kandungan logam
Hasil destruksi daging kerang Placuna placenta ini lalu dianalisis untuk
mengetahui konsentrasi logam Tembaga (Cu) dengan menggunakan Atomic
Absorption Spectrophotometer (AAS) Varians Spectra AA50 yang didasarkan
pada hukum Lambert - Beer yaitu banyaknya sinar yang diserap berbanding
lurus dengan kadar zat. Oleh karena yang mengabsorbsi sinar adalah atom
maka ion menjadi bentuk atom harus dilakukan dengan suhu tinggi melalui
pembakaran gas asetilen.
Untuk mendapatkan kandungan logam yang sebenarnya digunakan
formula:
K sebenarnya = K AAS x V / BK
Keterangan :
K sebenarnya = Kandungan logam sesungguhnya (mg/kg BK) K AAS = Kandungan logam yang terbaca oleh AAS (mg/l) V = Volume penetapan pembacaan (ml), BK = Berat kering sampel yang digunakan untuk analisis (gr)
20
D. Analisis Data
Data di sajikan dalam bentuk grafik atau histogram, selanjutnya dianalisis
secara deskriptif. Kemudian untuk mengetahui kelayakannya untuk dikonsumsi
digunakan baku mutu logam tembaga (Cu) dalam Standar Nasional Indonesia
(SNI). NO 4108.1:2011.
Dari hasil analisis dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrometer
(AAS). Kandungan logam tembaga yang terdapat dalam daging kerang simping
(Placuna placenta) di perairan untia Makassar.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Konsentrasi Logam Tembaga (Cu)
Berdasarkan hasil penelitian di perairan PPN (Pelabuhan Perikanan
Nusantara) Untia Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar,
Sebagian masyarakat setempat berkerja sebagai petani, dan nelayan. Nelayan
yang berada di daerah peisir umumnya mencari kerang selain udang dan ikan
sebagai konsumsi. Salah satu jenis kerang yang ditangkap oleh nelayan
setempat adalah jenis kerang simping. Masyarakat Sulawesi selatan belum
banyak memanfaatkan kerang simping ini secara optimal, keberadaan kerang
simping atau yang lebih dikenal ‘‘Japping’’ oleh masyarakat setempat belum
populer dan belom menjadi perhatian. Ukuran cangkang juvenil kerang simping
berdiameter sekitar 40 mm, ukuran dewasa dapat mencapai 150 mm (Dharmaraj
et al., 2004)
Nelayan di Untia melakukan penangkapan kerang di perairan PPN Untia
dengan menggunakan tangan atau menggunakan kaki sebagai alat untuk
mendapatkan kerang. Kerang yang ada di perairan Untia bukan hanya kerang
simping (Placuna placenta) tetapi ada juga kerang darah (Anadara granosa).
Nelayan akan mencari kerang simping ataupun kerang darah pada pagi hari
hingga siang hari , hasil dari tangkapan tersebut mereka komsumsi ataupun
mereka jual.
Dari hasil analisis dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrometer
(AAS), Kandungan logam tembaga yang terdapat dalam daging kerang simping
(Placuna placenta) di perairan untia Makassar menunjukkan bahwa dari tiga kali
pengambilan sampel berdasarkan dengan pola predaran bulan dapat dilihat
konsentrasi logam yang berbeda. Untuk pengambilan sampel pertama
22
menunjukan bahwa konsentrasi logam tembaga pada daging kerang simping
sebesar 21.42 mg/kg, pengambilan kedua sebesar 287.3 mg/kg, sedangkan untuk
konsentrasi pada pengambilan ketiga sebesar 112.45 mg/kg. Kadar logam
tembaga yang terdapat di perairan Untia melebihi baku mutu yang direkomendasi
Standar Nasional SNI NO 4108.1:2011 sebesar 20 mg/kg. Hal ini berarti bahwa
nilai konsentrasi tembaga (Cu) daging kerang simping di perairan Untia
Makassar sangat tinggi.
Hasil penelitian tentang analisis kandungan logam Tembaga (Cu) pada
daging kerang Samping Placuna Placenta di perairan Untia Kelurahan Untia
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar dapat di lihat Gambar 4.
Gambar 4. Histogram Kadar Logam Tembaga Cu Pada Daging Kerang Simping (Placuna placenta) di Perairan Untia Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
21,42
287,30
112,45
20 20 2016,57
184,22
91,19
0
50
100
150
200
250
300
350
Awal bulan Tengahbulan
Akhir bulan
Ko
nse
ntr
asi
Lo
gam
Cu
mg
/kg
Sampling
Kandungan Logam
SNI
Standar Deviasi
23
B. Pembahasan
Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa terdapat perbedaan kadar logam
tembaga dalam daging kerang simping. Konsentrasi tembaga (Cu) tertinggi
terdapat pada tengah bulan sebesar 287.3 mg/kg. Pada akhir bulan sebesar
112.45 mg/kg. Konsentrasi terendah terdapadat pada awal bulan Rabiul Akhir
1438H sebesar 21.42 mg/kg. Hal ini disebabkan terjadinya pasang surut
purnama (Spring tide) yang terjadi pada pertengahan bulan yang mengakibatkan
pasang tinggi tertinggi dan surut rendah terendah, pada saat pasang membawa
air lebih banyak yang mengandung logam tembaga yang tersuspensi ke dalam
kolom air. Pada akhir bulan mengalami pasang surut perbani (Neap tide) yaitu
pasang terendah dan surut tertinggi, pada saat surut tertinggi air membawa
limbah dari saluran irigasi menuju peraian laut. Untuk awal bulan terjadi peralihan
di mana pasang terendah surut tertinggi menuju ke pasang tertinggi surut
terendah sehingga mengakibatkan rendahnya kandungan logam dibandingkan
tengah bulan dn akhir bulan. Cahyani et al. (2012) menyatakan bahwa faktor
pasang dan surut juga mempengaruhi konsentrasi logam, siklus pasang surut
menyebabkan kuantitas logam pada satu satuan massa air tertentu akan menjadi
menurun.
Pasang surut yang terjadi di suatu perairan menyebabkan arus yang
berada dalam perairan terjadi gesekan antara massa air dengan dasar perairan
yang menghasilkan pergolakan. Pergolakan ini memiliki kecenderungan untuk
mencampur kolom air dengan lebih efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Duxbury et al., 2002) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan
naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pasang surut dan arus yang
24
dibangkitkan pasang surut sangat dominan dalam proses sirkulasi massa air di
perairan pesisir. Pengetahuan mengenai pasang surut dan pola sirkulasi arus
pasang surut di perairan pesisir dapat memberikan indikasi tentang pergerakan
massa air serta kaitannya sebagai faktor yang dapat mempengaruhi distribusi
suatu material di dalam kolom air (Mann dan Lazier, 2006).
Banyaknya kegiatan masayarakat menyebabkan tingginya kandungan logam
Cu di Desa Untia Kecamatan Birinkanaya seperti banyaknya tranportasi darat,
galangan kapal, limbah rumah tangga (organik maupun non organik), adanya
kegiatan pertanian, pertambakan, industry dan pelabuhan merupakansalah satu
jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam perairan.
(Palar, 1994 ).
Setyowati (2006) menyatakan, bahwa pemasukan logam Cu berasal dari
limbah rumah tangga, pertanian, dan peternakan, aktifitas penduduk dalam
industri maupun limbah rumah tangga merupakan salah satu jalur yang dapat
mempercepat peningkatan pencemaran logam Cu. Selain itu pemukiman padat
penduduk menghasilkan limbah rumah tangga yang berpotensi besar dalam
mentransfer logam tembaga (Cu) ke perairan karena sebagian besar penduduk
akan membuang limbahnya ke saluran irigasi sebagai aliran pembuangan limbah
cair.
Sumber (Cu) alamih berasal dari pengikisan/erosi batuan mineral debu–
debu dan partikulat Cu dalam lapisan udara, sedangkan dari non alamiah
berasal dari kegian manusia antara lain Industri, galangan kapal , dan limbah
rumah tangga (Widowati, dkk., 2008).
Kandungan logam dalam perairan dapat meningkat, terutama dengan
meningkatnya aktivitas seperti transportasi, pelabuhan, indusrti minyak bumi,
dan pemukiman penduduk padat yang menghasilkan limbah logam
25
diantaranya adalah logam Cu yang dapat mempengaruhi kualitas perairan bagi
kehidupan organisme di dalamnya (Setiadi, 2007).
Logam Cu termasuk kedalam kelompok logam esensial. Dilihat dari
kepentingan biota perairan, dalam kadar yang rendah dibutuhkan oleh
organisme untuk reproduksi dan sebagai ke enzim dalam proses metabolisme
tubuh. Pada manusia Cu diperlukan dalam proses fisiologis tubuh. Namun bila
terjadi kekurangan Cu dalam darah dapat menyebabkan anemia, pertumbuhan
terhambat dan kerusakan tulang (Bryan, 1976)
Dampak yang di timbulkan apabila kandungan logam Cu sangat tinggi
dengan kata lain melebihi nilai ambang batas (NAB), Menurut Darmono (1995)
logam Cu dapat mengakibatkan gejala keracunan seperti sakit perut, mual,
muntah, diare, serta dapat mengakibatkan gagal ginjal dan kematian. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa racun Cu mampu membunuh biota perairan
seperti kerang, bila dalam tubuhnya telah terakumulasi Cu dalam jumlah tinggi,
maka bagian otot tubuhnya akan berwarna kehijauan.
Menurut Surbakti (2011), logam tembaga (Cu) masuk ke dalam tatanan
lingkungan sebagai akibat dari aktifitas manusia, contohnya adalah buangan
industri yang memakai Cu dalam proses produksinya, misalnya industri galangan
kapal. Logam Cu digunakan sebagai campuran bahan pengawet, industri
pengolahan kayu, dan limbah buangan rumah tangga.
Menurut Munawir dan Alwiyah (2015) menyatakan bahwa kandungan
logam kerang (Anadara granosa) di daerah hilir sungai Jeneberang yaitu di
kecamatan Bontomarannu sebesar 0,847 mg/l sedangkan di kecamatan
pallangga sebesar 1,476 mg/l. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa kandungan
logam Tembaga dalam tubuh kerang (Anadara granosa) di dua kecamatan yang
dijadikan lokasi pengambilan sampel melebihi baku mutuperairan yang telah di
26
tetapkan dalam keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 yaitu
sebesar 0.008 mg/l.
Akibat yang telah terpapar kandungan logam Cu pada manusia dalam
jangka waktu yang lama dapat mengahambat kerja paru-paru, bahkan
mengakibatkan kanker paru-paru, mual, muntah, diare, pusing kepala, anemia,
koma, kerusakan ginjal/hati, pertumbuhan terhambat, kerusakan tulang dan
dapat meninggal (Soemirat, 1994).
27
V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
1. Konsentrasi logam tembaga tertinggi ditemukan pada pertengahan bulan
yaitu 287.3 mg/kg dan yang terendah pada awal bulan 21.42 mg/kg,
sedangkan pada akhir bulan sebesar 112.45 mg/kg.
2. Konsentrasi logam tembaga yang terakumulasi dalam (Placuna placenta)
di perairan untia, Kecamatan Birinkanaya Kota Makassar telah
melampaui batas maksimun untuk di konsumsi. Hal ini tercantum pada
Badan Standar disasi Nasional SNI NO 4108.1:2011.
B. Saran
1. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis kandungan logam Cu di
kolom air dan sedimen. Oleh karna itu perlu dilakukan penelitian tentang
kandungan logam Cu di kolom air dan sedimen.
2. Masyarakat di Makassar dianjurkan untuk tidak mengomsumsi kerang
simping dari perairan Untia, karena sudah tercemar dengan logam Cu.
28
DAFTAR PUSTAKA
Apriadi, D 2005. Kandungan Logam Hg, Pb, dan Cr Pada Air, Sedimen dan Kerang hijau (Perna viridis L) di Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta.
Arifin, Z. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3),99-100
Asikin. 1982. ‘‘ Kerang Hijau’’. PT. Penebar Swadaya. Jakarta
Bryan, G.W. 1976. Heavy Metal Contamination in The Sea. In R. Johnston (Ed.), Marine Pollution. Academic Press. London.
Badan Standarisasi Nasional. 2011. Penentuan kadar Loga Berat Pb dan Cu
pada kepiting (scylla serrata) hidup untuk konsumsi. SNI. NO 4108.1:2011. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta
Bryan, G. W. 1976 b Some Aspects of Heavy Metal Tolerance in Aquatic Organism In: Effects of pollutants on Aquatic Organisms (A .P. M. loockwoocl Edt) cambridge University .Press.cam bridge.
Cahyani, M. D., Ria, A., dan Bambang Y.2012. Studi kandungan logam
Tembaga (Cu) pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di peraian Sungai Sayung dan Sungai Gonjol, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Journal Of Marine Research, 1 (2): 73 – 79.
Connaughey, B. H and Robert Z, 1983. Pengantar Biologi Laut 1.4 th edition.
The CV Mosby Company. St Louis Taronto. London. Hlm : 376 – 381.
Dahuri R, RJ Ginting dan MJ Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta.
Dharmaraj, S., Sundaran, K.S., and Suja, C.P. 2004. Larva rearing and spat production of the windowpane shell Placuna placenta. Aquaculture Asia. Hal 1-3.
Darmona, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia. Jakarta. 179 hal
Darmono.1995.Lingkungan dalam setiap Biologi Makhluk Hidup.UI-Press. Jakarta
Darmono, 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas indonesia, jakarta, 140 hlm.
Dharmaraj, S. K. S and C. P . Suja. 2004. Larva Rearing and Spat Production of Windowpane Shell Placuna Placenta. Aquacultur Asia. Vol 9 : 20 – 24
29
Djawad, M, I, dan Bertha, N, 2009. Efektifitas Tiram Bakau (Crassostrea sp.) Dalam Mereduksi Cu Pada Air Pemeliharaan Udang Windu (Panaeus monodon). E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 1, No. 2, Hal. 1-10.
Duxbury, A.B., A.C. Duxbury, K.A. Sverdrup. 2002. Fundamentals of oceanography. McGraw Hill Companies, New York. Hutabarat, S dan Evans, S. 1985. Pengantar Oseanografi. Penerbit Univer Indonesia. Jakarta.
Https://www.google.com/search?q=letak+geografis+kelurahan+untia&clien=ucwebb&channel=sb
KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan). 2011a. Statistik Ekspor Hasil Perikanan 2010. Jakarta: Pusat Statistik dan Informasi.
KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan). 2011b. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2010. Jakarta: Pusat Statistik dan Informasih
Mann, K.H., J.R.N Lazier. 2006. Dynamics of marine ecosystems: biological-physical interactions in the ocean. Bedford Institute of Oceanography, Canada.
Martaningtyas, D. 2004. Bahan Cemaran Logam. Cakrawala, Jakarta.
Munawir A dan Alwiyah N. S. 2015. Analisis Kandungan Logam pada Kerang Ana Darah dari Daerah Hilir Sungai Jeneberang. Public Science Journal
Nontji A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan
Nurtoni, R. 1984. ‘‘ Mutu Kerang Hijau Rebus yang Disimpan Pada Suhu Rendah’’. Dalam laporan penelitian Teknologi Perikanan. Balai Penelitian Teknologi Perikanan. Jakarta
Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam. PT Rineka. Jakarta.
Palar, H. 2004. Pencemaran toksikologi Logam, Cetakan kedua. Rineka Cipta. Jakarta.152 hal.
Palar, H. 2008. “Pencemaran dan Toksikologi Logam”. Penerbit Rinekacipta.Jakarta.
Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut. Ed.
Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso. P3O-LIPI. Jakarta.
Prasetya, J.D., J. Suprianto dan J. Hutabarat. 2010. Potensi kerang simping (Amusium pleurenectes) di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Dalam Prosiding seminar Nasional Hasil Perikanan&Kelautan Jurusan
30
Perikanan Fakulats Pertanian Universitas Gajahmada VII, Yogyakarta, 17 hlm
Rozak, Abdul dkk. 2006. Distribusi Logam Dalam Air dan Sedimen Di
Perairan Sungai Cisadane. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Setiadi, S dan Soeprianto, B. 2007. Dampak Industri Terhadap Ekosistem
Pantai (Studi Kasus Pencemaran Logam dan Akumulasinya dalam Ekosistem Pantai Teluk Jakarta dan Banten. Laporan Penelitian Perpustakaan UI. Jakarta.
Setyowati, S. 2006. “ Logam tembaga (Cu) dalam Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms.), Perairan dan Sedimen Berdasarkan Tata Guna Lahan di Sekitar Sungai Banger Pekalongan”. Jurnal. Jurusan Biologi FMIPA UNDIP. 8 Hal.
Simkis K and Mason AZ. 1983. Metal Ions: Metabolic and Toxic Effects. In the
Mollusca: Envorimental Biochemistry and Physiology Vol. 2. Academic Press. Toronto
Soemirat slamet, juli, 1994. Kesehatan Lingkungan, Bandung, UGM Surbakti. 2011. Analisis logam Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr),
Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) pada sedimen muara Sungai Asahan di Tanjung Balai dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. (Tidak diterbitkan)
Supriharyono. 2002. Pelastarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Teropis. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Supriyanto C, Samin, Zainul K. 2007. Analisis cemaran logam Pb, Cu, dan Cd pada ikan air tawar dengan metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Jurnal Seminar Nasional III.
Swennen, C.R.D.2001. The Molluscs of the southern gulf of Thailand. Thai studies in Biodiversity .Bangkok, Thailand. No. 4 : 1 – 21.
Sutamihardja, R.T.N., Adnan, K. dan Sanusi. 1982.perairan teluik Jakarta di tinjau dari tingkat pencemarannya Fakultas Pasca serjana. Jurusan PPL-IPB.
Timmons, M.B., Ebeling, J.M., Wheaton, F.W., Summerfelt, S.T and Vinci, B.J. 2001 Recirculating Aquaculture System. Cayuga Aqua Ventures, Ithaca, NY, USA.
Waller. G.R dan Nowacki E. K. (1978). Alkaloid biology And Metabolism In Plants. New York: Plenum Press.
Widowati, W., Astiana S. dan Raymond J.R. 2008. Efek Toksik Logam, Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Yonge, C. M., F.R.S. 1977. Form and evolution the Anomiacea (Mollusca:
31
Bivalvia) – Pododesmus, Anomia, Patro, Enigmonia (Anomiidae): Placunanomia, Placuna (Placunidae Fam. Nov.). Department of Zoology, University of Edinburgh. 50-62.
Yonvitner,. Sukimin, S., Praptokardiyo, K., Setyobudiandi, I., Dahuri, R.,
2007. Distribusi spasial populasi simping (Placuna placenta) di pesisir Tangerang. Jurnal Pertanian Indonesia 12(1): 1-6.
Yudiati, E. 2002. Variasi dan Distribusi Komposisi Biokimia pada Kerang
Amusium sp. Hasil Penelitian. UNDIP, Semarang
Yulianto, B., D. Suwarno., K. Amri., S. Oetari., A. Ridho., B. Widianarko. 2006. Penelitian Tingkat Pencemaran Logam Di Pantai Utara Jawa Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Jawa Tengah, 138 hlm.
32
33
Lampiran 1. Data Analisis Kandungan Logam menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
LABORl LATORIUM PRODUKTIFITAS & KUALITAS PERAIRAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Tamalanrea,Jln.Perintis Kemerdekaan KM.10 Telp.62‐0411586025 (586200 Ext.2373,2394) FAX 586025
Makassar 90245
No : 02/Lab.Air/X/2016
Pemilik sampel : Syamsir/Hasriyadi/Resky Kurniansyah/Saidil/Muh. Fadli (MSP 2012)
Tanggal terima sampel : 1 Agustus 2016
Jumlah sampel : 18
Jenis sampel : Kerang Simping
Asal Sampel : Perairan Untia Makassar
Data Hasil Analisis
No Kode
Sampel
PARAMETER
Cd (mg/L) Cu (mg/L) Pb (mg/L) As (mg/L) Hg (mg/L)
SIMPLO DUPLO TRIPLO SIMPLO DUPLO TRIPLO SIMPLO DUPLO TRIPLO
SIMPL
O DUPLO TRIPLO SIMPLO DUPLO TRIPLO
1 III S1 0,99 1,05 1,00 18,27 18,28 18,28 <0,01 < 0,01 < 0,01 <0,3 <0,3 <0,3 0,02 0,04 0,03
2 III S2 0,56 0,37 0,42 11,44 11,27 11,30 < 0,01 <0,01 < 0,01 <0,3 <0,3 <0,3 0,08 0,07 0,08
3 III S3 0,68 0,64 0,65 6,62 6,44 6,49 < 0,01 < 0,01 < 0,01 <0,3 <0,3 <0,3 1,48 1,48 1,48
4 III D1 1,34 1,41 1,34 17,35 17,34 17,35 0,63 0,65 0,64 <0,3 <0,3 <0,3 0,19 0,20 0,20
34
5 III D2 1,24 1,32 1,25 21,71 21,60 21,66 3,27 2,41 2,60 <0,3 <0,3 <0,3 0,11 0,12 0,11
6 III D3 1,75 1,79 1,77 53,39 53,39 53,37 14,69 14,75 14,72 <0,3 <0,3 <0,3 0,06 0,06 0,06
7 I S1 0,96 0,94 0,95 437,99 442,52 439,89 14,95 14,65 14,71 <0,3 <0,3 <0,3 0,19 0,19 0,20
8 I S2 0,55 0,51 0,51 321,67 322,29 321,98 < 0,01 < 0,01 < 0,01 <0,3 <0,3 <0,3 0,05 0,06 0,05
9 I S3 0,67 0,72 0,67 281,80 281,58 281,53 2,23 2,18 2,20 <0,3 <0,3 <0,3 0,16 0,16 0,16
10 I D1 0,94 1,00 0,94 523,23 520,98 522,61 16,95 16,74 16,80 <0,3 <0,3 <0,3 0,52 0,53 0,52
11 I D2 1,03 0,92 0,95 118,03 117,53 117,78 4,48 4,52 4,50 <0,3 <0,3 <0,3 1,43 1,41 1,42
12 I D3 0,79 0,69 0,70 40,29 39,71 40,08 2,29 2,35 2,33 <0,3 <0,3 <0,3 0,45 0,44 0,45
13 II D1 1,05 0,91 0,95 110,28 110,27 110,32 1,83 1,63 1,70 <0,3 <0,3 <0,3 0,16 0,15 0,16
14 II D2 0,91 0,97 0,94 18,02 18,19 18,09 0,88 0,56 0,72 <0,3 <0,3 <0,3 0,04 0,04 0,04
15 II D3 1,03 1,02 1,02 261,35 262,89 261,71 < 0,01 < 0,01 < 0,01 <0,3 <0,3 <0,3 0,45 0,45 0,45
16 II S1 1,11 1,15 1,12 111,39 111,70 111,55 1,33 1,45 1,37 <0,3 <0,3 <0,3 0,57 0,57 0,57
17 II S2 0,93 0,95 0,97 19,48 19,50 19,51 < 0,01 < 0,01 < 0,01 <0,3 <0,3 <0,3 0,19 0,19 0,19
18 II S3 1,11 1,06 1,08 154,81 153,08 152,03 < 0,01 < 0,01 < 0,01 <0,3 <0,3 <0,3 0,32 0,32 0,32
Makassar, 27 Oktober 2016
Mengetahui
Analis, Pengelola Lab,
Fitriyani, S.Si Dr. Ir. Khusnul Yaqin, M.Sc
Nip: 19771012 200112 2 001 Nip. 19680726 199403 1 002
1
Lampiran 2. Rata‐rata kandungan logam Cu
Sampling Simplo Duplo Triplo
Rata‐
rata
I S1 437,99 442,52 439,89 440,13
I D1 523,23 520,98 522,61 522,27
481,20
I S2 321,67 322,29 321,98 321,98
I D2 118,03 117,53 117,78 117,78
219,88
I S3 281,80 281,58 281,53 281,63
I D3 40,29 39,71 40,08 40,03
160,83
II S1 111,39 111,70 111,55 111,55
II D1 110,28 110,27 110,32 110,29
110,92
II S2 19,48 19,50 19,51 19,49
II D2 18,02 18,19 18,09 18,10
18,80
II S3 154,81 153,08 152,03 153,31
II D3 261,35 262,89 261,71 261,98
207,65
III S1 18,27 18,28 18,28 18,28
III D1 17,35 17,34 17,35 17,34
17,81
III S2 11,44 11,27 11,30 11,34
III D2 21,71 21,60 21,66 21,66
16,50
III S3 6,62 6,44 6,49 6,52
III D3 53,39 53,39 53,37 53,38
29,95
2
awal bulan tengah bulan akhir bulan
kandungan logam 21,42 287,3 112,45
SNI 20 20 20
Standar devisiasi 16,57 184,22 91,19