kandungan logam tembaga (cu) pada kerang simping …

48
i  KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING Placuna placenta (Linnaeus,1758) DI PERAIRAN UNTIA KECAMATAN BIRINGKANAYA MAKASSAR Oleh: HASRIYADI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN DEPARTEMEN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

i  

KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING Placuna placenta (Linnaeus,1758) DI PERAIRAN

UNTIA KECAMATAN BIRINGKANAYA MAKASSAR

Oleh:

HASRIYADI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

Page 2: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

ii  

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Kandungan logam tembaga (cu) pada kerang simping Placuna placenta (Linnaeus,1758) di perairan untia kecamatan biringkanaya makassar

NamaMahasiswa : Hasriyadi

Nomor Pokok : L211 12 601

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Khusnul Yaqin, M.Sc Dr. Ir. Liestiaty Fachruddin, M.Fhish NIP. 19680726199403 1 002 NIP. 19640617198803 2 00 2

Mengetahui Dekan

Fakultas ilmu kelautan dan perikanan Ketua Program Studi Universitas Hasanuddin Manajemen Sumberdaya Perairan

Universitas Hasanuddin

Dr. Ir. St. Aisjhah Farhum, M.Si Dr. Ir. Budiman Yunus, M.Si NIP. 196906051993032002 NIP. 19600614198601 1 001 Tanggal Pengesahan : 2017

Page 3: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

iii  

ABSTRAK

Hasriyadi. Kandungan Logam Tembaga (Cu) Pada Kerang Simping (Placuna placenta) Di Perairan Untia, Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Dibimbing oleh KHUSNUL YAQIN, sebagai pembimbig utama dan LIESTIATY FACHRUDDIN, sebagai pembimbing Anggota.

Kerang Simping (Placuna placenta) merupakan hewan non selektif filter feeder dan memiliki kebiasaan hidup sebagai hewan sedentary sehingga berdasarkan karakteristiknya itu dapat dijadikan sebagai sentinel organisme . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam tembaga (Cu) pada daging kerang simping (Placuna placenta) di perairan Untia Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai Desember 2016., Sampel kerang simping (Placuna placenta) diambil di perairan Untia Makassar berdasarkan pola peredaran bulan. Sampel diukur morfometriknya yaitu panjang, tinggi, lebar serta berat daging kering, kemudian dikelompokkan berdasarkan waktu sampling untuk keperluan analisis kandungan logam yang dilakukan di Laboratorium Produktifitas Dan Kualitas Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi logam tembaga pada kerang simping pada awal bulan konsentrasi sebesar 21,42 mg/kg, pertengahan bulan sebesar 287,3 mg/kg dan akhir bulan sebesar 112,45 mg/kg. Kandungan logam tembaga (Cu) melebihi batas maksimum untuk di konsumsi berdasarkan Badan Standardisasi nasional SNI nomor 4108.1 tahun 2011.

Kata kunci: tembaga, perairan Untia, Placuna placenta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

iv  

Abstract

The concentration of copper in windowpane Oyster (Placuna placenta) in waters of untia, subdistric of Biringkanaya Makassar. Supervised by KHUSNUL YAQIN As principal supervisor, and LIESTIATY FACHRUDDIN As the members of the supervisor.

Windowpane Oyster (Placuna placenta) was non selective filter feeder and having life habits as a sedentary organism, which based on these characteristics can be made as sentinel organism. The purpose of this reasearch is to know the content of copper in windowpane oyster (Placuna placenta) in waters Untia, Makassar south Sulawesi. Reasearch conducted in october until December 2016. Sample windowpane oyster (Placuna placenta) were taken in the waters of Untia based on circulation pattern of the month. The measurements of the morphometry parameters which were length, width and dry weight of tissue, sampels then grouped based on sampling time for analysis of metal content which carried out in the Laboratory of Productivity and the Quality of Waters, Fishering Department, Faculty of Marine Sciences and Fishering Hasanuddin Yuniversity. The result of this reasearch showed the concentration of copper in windowpane oyster on beginning of the month is 21.42 mg/kg, middle of the month is 287.3 mg/kg and the end of the month 112.45 mg/kg. The consentration of copper (Cu) is exceeding the limit for human consumption based on SNI 4108.1 2011.

Keywords: copper, waters of untia, (Placuna placenta)

 

 

 

 

 

 

 

   

 

 

 

Page 5: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

v  

RIWAYAT HIDUP

Hasriyadi dipanggil adhy lahir tanggal 05 Maret 1993,

Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Dunia

pendidikan mulai dirintis sejak tahun 2000 kemudian

menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2006 di SDN

161 Pinrang. Kemudian melanjukan di SMPN 5 Pinrang

hingga tahun 2009. Dan kemudian melanjutkan pendidikan di SMKN 2 Pinrang,

hingga tahun 20012. Pada tahun yang sama, melanjutkan kuliah di

UNIVERSITAS HASANUDDIN Makassar. Terdaftar sebagai mahasiswa pada

program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

vi  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, tiada kata yang pantas diucapkan selain

mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran nikmat dan

karunianya, taklupa kami panjatkan salawat dan salam bagi junjugan

Muhammad Rasulullah SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

dengan judul “Kandungan Logam Tembaga (Cu) Dan Kepadatan Kerang

Simping (Placuna placenta) Di Perairan Untia, Makassar, sulawesi selatan”

Laporan ini dari hasil Skripsi yang telah dilaksanakan di perairan untia,

makassar, sulawesi selatan dan merupakan persyaratan untuk kelulusan Skripsi

bagi mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP)

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Khusnul Yaqin, M.Sc, sebagai pembimbing utama dan

Ir. Liesty Fachruddin, M.Fhish, sebagai pembimbing anggota yang telah

memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuan demi terselesaikannya

laporan ini.

2. Prof. Dr. Ir. Farida G.sitepu, MS, Dr. Sri Wahyuni Rahim, M.Si, dan

Dr. Irmawati, S.Pi. M.Si, selaku anggota penguji yang telah memberikan

masukan, kritikan, dan saran yang membangun.

3. Kedua orang tuaku Ayahanda Effendy dan Ibunda Hj. Norma yang telah

banyak memberikan bantuan dan dorongan, terutama atas segala doa yang

tulus untuk keberhasialan hidup penenulis.

4. Saudara/i ku: Hasma wati. Effendy terimah kasih atas segala perhatian dan

bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Page 7: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

vii  

5. Terima kasih kepada rekanku Muhammad Fadil, Saidil, ReZky

kurniansyah, Syamsir, Putu eka wisnawa, Arya kusuma dhani S.pi dan

Muh, Rijal Affandy atas segala kerja samanya dalam pengambilan sampel

sampai terselesainya laporan skripsi penulis

6. Seluruh teman-teman seperjuangan yang ada di Manajemen Sumberdaya

Perairan Angkatan 2012, Terimah kasih atas doa, dukungan dan kerja

samanya selama penelitian ini berlangsung.

7. Terimah kasih saran, motifasi dan bantuannya selama ini Radilla Rusdi, SKM

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tentunya masih

jauh dari kesempurnaan, untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengharapkan

kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan

laporan ini.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat untuk

kepentingan bersama dan segala amal baik serta jasa dari pihak yang turut

membantu penulis diterima oleh Allah SWT dan mendapat berkah serta karunia-

Nya.Aamiin.

Makassar, 2017

Hasriyadi

Page 8: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

viii  

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii

ABSTRAK ......................................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTRAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang....................................................................................... 1 B. Tujuan dan kegunaan ............................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi kerang simping (Placuna placenta Linnaeus,1758) .............. 4 B. Morfologi ................................................................................................ 4 C. Habitat ................................................................................................... 6 D. Pencemaran Lingkungan ....................................................................... 6 E. Cara Penyerapan Logam....................................................................... 7 F. Faktor Masuknya Logam Tembaga (Cu) ............................................... 8 G. Logam Tembaga (Cu) ........................................................................... 11 H. Sifat – sifat Logam ................................................................................. 12 I. Pasang Surut ......................................................................................... 13

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat ................................................................................ 15 B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 16 C. Prosedur Penelitian ............................................................................... 17

1. Survei Lokasi .............................................................................. 18 2. Pengambilan Sampel ................................................................. 18 3. Analisis Logam ........................................................................... 18 4. Perhitungan Kandungan Logam ................................................ 19

D. Analisis Data .......................................................................................... 20

Page 9: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

ix  

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Konsentrasi Logam .............................................................. 21 B. Pembahasan Konsentrasi Logam ................................................. 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 27 B. Saran ............................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRA

Page 10: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

x  

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerang Simping (Placuna placenta)  .................................................................      4

2. Anatomi (Placuna placenta) ....................................................................... 5

3. Peta Lokasi Penelitian Desa Untia   ...................................................................    16

4. Histogram Kadar Logam Tembaga Cu Pada ............................................... 22

Daging Kerang Simping (Placuna placenta) di Perairan Untia Kelurahan

Untia Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

Page 11: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

xi  

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian .............................................   17

Page 12: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

xii  

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Data Analisis Kandungan Logam Menggunakan Atomic Absorption

Spectrophotometer (AAS) ........................................................................ 32

2. Rata-rata Kandungan Logam Cu ................................................................. 35

Page 13: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

1  

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerang Simping (Placuna placenta) merupakan biota

sessile yang hidup di hamparan dasar perairan. Kerang termasuk kelas

Bivalvia/ Pelecypoda, filum Moluska, adalah hewan air yang memiliki sepasang

cangkang. Cangkang tersebut disatukan oleh ligamen elastik berfungsi sebagai

engsel yang terletak pada bagian dorsal tubuh. Di dalam ligamen tersebut

terdapat otot aduktor yang bekerja untuk membuka dan menutup cangkang.

Kerang membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur dan bernafas dengan

menggunakan insang yang terdapat di dalam rongga mantelnya. Kerang

memunyai tabung yang disebut sifon, terdiri atas saluran untuk memasukkan air

dan saluran lainnya untuk mengeluarkan (Nontji, 2005).

Di antara berbagai macam jenis kerang yang terdapat di Indonesia,

kerang simping (Placuna placenta Linnaeus, 1758) memiliki potensi besar yang

dapat dimanfaatkan mulai dari isi daging sampai cangkangnya. Kerang simping

memiliki bentuk tubuh sedikit bundar, pipih dan cangkangnya cenderung

transparan. Bentuknya yang unik membuat cangkangnya sering dijadikan bahan

kerajinan tangan dan asesoris wanita. Dagingnya pun bisa dikonsumsi sebagai

makanan pengganti, selain ikan dan udang. Ukuran cangkang juvenil kerang

simping berdiameter sekitar 40 mm, ukuran dewasa dapat mencapai 150 mm

(Dharmaraj et al., 2004). Seperti pada umumnya Moluska, kerang simping

bersifat filter feeder sehingga dapat dijadikan indikator suatu keadaan lingkungan

karena kemampuan adaptasinya yang tergolong tinggi.

Tembaga (Cu) merupakan mineral mikro karena keberadaannya dalam

tubuh sangat sedikit namun diperlukan dalam proses fisiologis. Di alam, Cu

ditemukan dalam bentuk senyawa sulfida. Walaupun dibutuhkan tubuh dalam

Page 14: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

2  

 

jumlah sedikit, bila kelebihan dapat mengganggu kesehatan atau mengakibatkan

keracunan ( Arifin, 2008 ).

Kandungan logam dalam perairan dapat meningkat, terutama dengan

meningkatnya aktivitas manusia di sekitar perairan seperti adanya transportasi,

pelabuhan, perusahaan industri dan pemukiman penduduk yang menghasilkan

limbah anorganik maupun organik, sehingga mempengaruhi kualitas perairan

bagi kehidupan organism di dalamnya (Setiadi, 2007)

Di Desa Untia Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar kerang simping

sudah mulai dimanfaatkan tetapi belum secara maksimal ini di karenakan

sebagian nelayan mengkomsumsinya sendiri sebagai bahan masakan lauk pauk.

Dengan adanya minat masyarakat terhadap kerang simping, maka perlu adanya

data kandungan logam (Cu) yang terdapat di kerang simping

Potensi kerang simping yang ada di Desa Untia saat ini dibilang

menguntungkan bagi masyarakat sekitar sebagai mata pencarian, maka dari itu

perlu dilakukan analisi kandungan logam untuk mengetahui jumlah logam yang

terdapat di perairan untia. Sebagai data awal untuk mengetahui berapa jumlah

logam (Cu) yang terkandung di daging kerang simping, maka diharapkan

kedepannya data tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu acuan seberapa

besar kandungan logam (Cu) yang bisa dikomsumsi di perairan Untia kota

Makassar.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam tembaga

(Cu) yang terdapat pada daging kerang simping (Placuna placenta) di peraian

Untia, Makassar, Sulawesi Selatan.

Kegunaan dari penelitian adalah untuk menentukan seberapa besar

kandungan logam yang terdapat pada daging kerang dan Memberikan informasi

dan pengetahuan bagi masyarakat dalam memilih dan mengolah makanan yang

Page 15: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

3  

 

layak konsumsi (aman dan sehat) dan instansi/pemerintah yang terkait hal ini

diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu informasi tentang akibat

pencemaran khususnya mengenai kandungan logam Tembaga (Cu) di perairan

Untia, Makassar, Sulawesi Selatan.

Page 16: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

4  

 

II. TINJAUN PUSTAKA

A. Klasifikasi kerang simping (Placuna placenta Linnaeus,1758)

Menurut Swennen (2001) klasifikasi kerang simping adalah :

Filum : Moluska

Kelas : Bivalvia

Subkelas : Pteriomorphia

Ordo : Ostreoida

Famili : Placunidae

Genus : Placuna

Spesies : Placuna placenta

Nama Lokal : Simping

Nama Umum : Windowpane, oyster

Gambar 1. Kerang Simping (Placuna placenta) dokumentasi pribadi

B. Morfologi

Kerang simping (Placuna placenta) merupakan kelas bivalvia yang

memiliki sepasang cangkang berbentuk lateral dan sangat datar, katubnya

sangat tipis yang ukurannya dapat mencapai 150 mm. Warna cangkang yang

Page 17: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

5  

 

transparan dengan pertumbuhan garis secara konsentis. Ukuran cangkang

bervariasi dari 1,8 – 13.1 cm dan memiliki ukuran rata – rata 3 – 8 cm dalam

populasi (Dharmaraj dan Suja, 2004). Kerang simping termasuk dalam anggota

Scallops, istilah Scallops di pakai untuk bivalvia termasuk dalam super famili

Pectinacca. Super famili ini termasuk diantaranya adalah Pteroimorphia yang

memiliki perbesaran Pyramidal dari Ligament ventral sampai ke Hinge line yang

disebut Resilium (Waller dan Nowacki 1978).

Kerang bernafas dengan menggunakan insang yang terdapat dalam

rongga mantelnya, kerang-kerang yang membenamkan diri dalam pasir atau

lumpur memunyai tabung yang disebut sifon yang terdiri atas saluran untuk

memasukkan air dan saluran lainnya untuk mengeluarkan. Semakin dalam

kerang membenamkan diri, semakin panjang sifonnya. Bentuk cangkang

memunyai pula kaitan dengan dalamnya kerang tersebut membenamkan diri

(Nontji, 2005). Anatomi tubuh kerang simping (P. placenta) dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Anatomi Placuna placenta (Yonge, 1977) (a) kelenjar pencernaan, (b) gonad, (c) ginjal kanan, (d). saluran pengeluaran air, (e) insang, (f) usus, (g). ginjal kiri, (h) kaki,(i) anus.

Page 18: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

6  

 

C. Habitat

Bivalvia mempunyai tiga cara hidup yaitu : membuat lubang pada

substrat, melekat langsung pada substrat dengan semen, dan melekat pada

substrat dengan seperti benang (bisus). Kerang simping (Placuna placenta)

merupakan jenis bivalvia yang menggali ubang pada substrat dengan

menggunakan kaki yang sangat panjang (Dharmaraj dan Suja,2004).

Menurut Yonvitner et al. (2007), kerang simping (P. placenta) merupakan

salah satu jenis biota dasar yang tidak memiliki mobilitas aktif. Jenis ini banyak

tersebar di perairan Indonesia. Perbedaan sebaran tergantung kepada

kedalaman. Tingkat keberlanjutan hidup biota simping akan menurun dengan

bertambahnya kedalaman.

Habitat kerang simping adalah dasar perairan berlumpur atau substrat

berpasir pada perairan dangkal sampai kedalaman 100 m (Dharmaraj dan

Suja,2004). Menurt Swennen (2001) kerang ini dapat hidup pada kedalaman

maksimum 80 m dan dapat juga di temukan di daerah estuari pada kedalaman 1

– 2 m dari surut terendah.

D. Pencemaran Perairan

Pencemaran air adalah penurunan kualitas air sehingga air tersebut

tidak/kurang memenuhi syarat atau bahkan menggangu pemanfaatan. Menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), air dinyatakan tercemar apabila terjadi

perubahan komposisi atau keadaan kandungannya sebagai akibat kegiatan

manusia secara langsung atau tidak langsung, sehingga air tersebut tidak atau

kurang sesuai dengan fungsi atau tujuan pemanfaatan asalnya.

Didalam UU Nomor 4 tahun 1982 mengenai lingkungan hidup,

pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai dimasukkannya mahluk hidup, zat

Page 19: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

7  

 

energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau

proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai pada tingkat tertentu

yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai

dengan peruntukkannya.

Menurut Bryan (1976) dan Connel dan Miller (1995) secara umum sumber

– sumber pencemaran logam di laut dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Logam yang masuk ke perairan laut secara alami, berasal dari tiga

sumber yaitu:

a) Masukkan dari daerah pantai (coastal supply) yang berasal dari

sungai-sungai dan hasil abrasi pantai oleh aktivitas gelombang.

b) Masukkan dari laut dalam (deep sea supply) meliputi logam – logam

yang dibebaskan oleh aktivitas gunung berapi di laut dan logam-logam

yang dibebaskan dari partikel/sedimen-sedimen dari proses kimiawi.

c) Masukkan dari lingkungan dekat daerah pantai, termasuk logam –

logam dari atmosfer sebagai partikel – partikel debu.

2. Sumber buatan manusia (man – made) adalah:

a) Limbah dan buangan industri.

b) Limbah cair perkotaan.

c) Aktivitas perkapalan (pelayaran).

d) Aktivitas pertanian.

e) Cairan limbah rumah tangga.

f) Aktivitas pertambangan.

g) Perikanan budi daya.

E. Cara Penyerapan Logam

Logam masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa

jalan, yaitu: (1) Saluran pernapasan, absorbsi logam melalui saluran

Page 20: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

8  

 

pernapasan biasanya sangat besar, baik pada hewan air yang masuk melalui

insang, maupun hewan darat yang masuk melalui debu. (2) Pencernaan,

absorbsi melalui saluran pencernaan hanya beberapa persen, tetapi jumlah

logam yang melalui saluran pencernaan biasanya cukup besar walaupun

persentase absorbsinya kecil. (3) Penetrasi melalui kulit, logam yang masuk ke

dalam kulit jumlah absorbsinya relatif kecil (Darmono, 2001).

Menurut Simkis dan Mason (1983) logam yang masuk ke dalam jaringan

tubuh biota secara umum melalui tiga cara yaitu :

1. Endositosis dimana pengambilan partikel melalui permukaan sel dengan

perpindahan oleh membran plasma proses ini berperan dalam

pengambilan logam dalam bentuk tidak terlarut.

2. Diserap dari air, sembilan puluh persen kandungan logam dalam jaringan

berasal dari penyerapan oleh sel epitel insang. Insang sebagai organ

penyerap logam di lingkungan perairan.

3. Diserap dari makanan dan sedimen, penyerapan logam dari makanan

dan sedimen oleh biota bergantung pada strategi mendapat makanan.

F. Faktor – faktor Masuknya Logam Tembaga (Cu)

Logam Tembaga (Cu) dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan,

baik itu pada strata perairan, tanah ataupun udara (lapisan atmosfer).

Tembaga (Cu) yang masuk dalam ketiga strata lingkungan tersebut dapat

datang dari bermacam - macam sumber. Tetapi sumber – sumber masukan

logam tembaga ke dalam strata lingkungan yang umum dan diduga paling

banyak adalah dari kegiatan - kegiatan perindustrian, kegiatan rumah tangga

dan dari pembakaran serta mobilitas bahan - bahan bakar (Palar, 2008).

Adanya pencemaran logam pada perairan menyebabkan biota - biota

tersebut dapat mengakumulasi logam (Asikin, 1982). Logam diserap oleh tubuh

Page 21: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

9  

 

hewan perairan kebanyakan dalam bentuk ion. Penyerapan tersebut dalam

bentuk ion, melalui insang dan saluran pencernaan. Logam dapat tertimbun

dalam jaringan terutama dihati dan ginjal. Ion logam yang masuk kedalam

jaringan makhluk hidup bersenyawa dengan bahan kimia jaringan makhluk

hidup membentuk senyawa kompleks organik dan protein yang disebut

metalionin (Nurtoni, 1984).

Menurut Darmono (1995), faktor yang menyebabkan logam termasuk

dalam kelompok zat pencemar adalah karena adanya sifat - sifat logam yang

tidak dapat terurai (non degradable) dan mudah diabsorbsi. Berbagaii faktor

lingkungan berpengaruh terhadap logam yaitu keasaman tanah, bahan organik,

suhu, tekstur, mineral, liat, dan kadar unsur lain. pH adalah faktor penting yang

menentukan transformasi logam. Penurunan pH secara umum meningkatkan

ketersediaan logam kecuali Mo dan Se.

Keberadaan logam di perairan dapat berasal dari berbagai sumber,

antara lain dari kegiatan pertambangan, rumah tangga, limbah pertanian dan

buangan industri. Dari keempat jenis limbah tersebut, limbah yang paling banyak

mengandung logam adalah limbah industri. Hal ini disebabkan senyawa yang

sering digunakan dalam industri adalah sebagai bahan baku, bahan tambahan

maupun katalis. Sifat beracun dari logam ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia

bahan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya (Rochyatun, dkk., 2006).

Meningkatnya aktivitas di suatu kawasan diduga dapat menurunkan

kualitas lingkungan perairan tersebut. Salah satu pencemaran yang berpotensi

dapat menurunkan dan merusak daya dukung lingkungan adalah logam. Bahan

pencemar logam biasanya masuk dari darat. Pencemaran logam yang masuk ke

lingkungan perairan kebanyakan terjadi akibat adanya buangan limbah industri

Page 22: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

10  

 

yang masuk melalui tiga cara yaitu: 1) Pembuangan limbah industri yang tidak

terkontrol, 2) Lumpur minyak yang juga mengandung logam dengan kandungan

tinggi, 3) Adanya pembakaran minyak hidrokarbon dan batu bara di daratan

dimana logam di lepaskan di atmosfir dan akan bercampur dengan air hujan dan

jatuh ke laut (Hutabarat dan Evans, 1985).

Disisi lain, rendahnya kandungan logam Cu dalam air, dapat juga

dikarenakan penyerapan logam Cu oleh tumbuhan air, karena logam Cu ini

merupakan logam Essensial yang sangat dibutuhkan organisme tetapi dalam

jumlah yang sedikit. Bangun (2005) menyatakan bahwa logam Cu dibutuhkan

organisme dalam proses kerja enzim. Bila kadar atau konsentrasi logam

yang terlalu rendah di suatu perairan dapat menyebabkan kehidupan organisme

mengalami defisiensi atau kekurangan nutrisi, namun bila unsur logam dalam

jumlah yang berlebihan dapat bersifat racun.

Menurut Apriadi (2005) menyatakan bahwa tinggi - rendahnya konsentrasi

logam dalam perairan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa parameter kualitas

air, diantaranya salinitas air. Salinitas dapat mempengaruhi keberadaan logam

di perairan, bila terjadi penurunan salinitas maka akan akan semakin tinggi

konsentrasi logamnya. Menurut Syakti et al (2012) bahwa penurunan salinitas

akan mengakibatkan penurunan senyawa pengkompleks di perairan, sehingga

logam akan lebih banyak dalam bentuk ion bebas dan lebih mudah terserap

oleh biota laut. Berdasarkan hasil penelitian Djawal dan Bertha (2009)

kemampuan organisme menyerap logam Cu sangat dipengaruhi oleh ukuran

tubuh organism dan bukaan bukaan cangkang. 

Page 23: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

11  

 

G. Logam Tembaga (Cu)

Pengertian logam adalah logam yang mempunyai massa jenis lebih dari 5

g/cm3. Logam dideskripsikan sebagai logam yang mempunyai ciri khas

(konduktivitas, kerapatan, stabilitas sebagai kation, dan spesifikasi ligan)

tersendiri, dan nomor atom di atas 20. Palar (2004) mengatakan, bahwa selain

massa jenis dan nomor atom, logam dan senyawanya juga mempunyai

karakteristik respon biokimia yang spesifik pada organisme.

Logam merupakan bahan yang bersifat toksik yang dapat menimbulkan

efek – efek khusus pada makhluk hidup dalam jumlah besar. Namun demikian

beberapa logam merupakan unsur esensial bagi tanaman atau

hewan (Evan dan Angga,2005). Logam yang dilimpahkan ke perairan akan

mengalami paling tidak tiga proses, yaitu pengendapan: apabila konsentrasi

logam lebih besar daripada daya larut terendah maka komponen yang terbentuk

antara logam dan anion yang ada dalam air seperti carbonat, hydroksil atau

clorida, maka logam tersebut akan diendapkan. Adsorpsi (berikatan dengan

unsur-unsur lain) dan absopsi (penyerapan) oleh organisme - organisme perairan

baik secara langsung maupun tidak langsung melalui rantai makanan

(Supriharyono, 2002).

Peningkatan kadar logam pada air laut akan mengakibatkan logam yang

semula di butuhkan untuk berbagai proses metabolisme dapat berubah menjadi

racun bagi organisme laut. Selain bersifat racun, logam juga akan terakumulasi

dalam sedimen biota melalui proses gravitasi (Rozak, 2006)

Pemanfaatan logam dalam aktivitas manusia dapat membahayakan

kehidupan manusia itu sendiri dan lingkungan sekitarnya, dalam hal ini perlu

dilakukan cara untuk memperhatikan dampak lingkungan, karena kandungan

Page 24: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

12  

 

logam yang ada di lingkungan dapat terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup

sehingga organisme mengalami kerusakan pada organ (Martaningtyas, 2004).

H. Sifat – sifat Logam Tembaga (Cu)

Adanya Logam di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap

kehidupan organisme, maupun eveknya secara tidak langsung. Hal ini berkaitan

dengan sifat – sifat logam (PPLH-IPB, 1997;Sutamihardja dkk,1982) yaitu:

1. Sulit di degradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan

perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)

2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan

akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi

organisme tersebut.

3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih

tinggi dari konsentrasi logam dalam air.di samping itu sedimen mudah

tersubspensi karena penggerakan massa air yang akan melarutkan

kembali logam yang dikandungnya kedalam air, sehinggak sedimen

menjadi sumber pencemaran potensial dalam skala waktu tertentu.

Logam bersifat akumulatif dalam tubuh organism dan konsentrasinya

mengalami peningkatan (Biomaknifikasi) dalam tingkatan trofik yang lebih tinggi

didalam rantai makanan, Biomagnifikasi berhubungan langsung dengan manusia

yang menepati posisi top level dalam rantai makanan pesisir, karena konsentrasi

logam yang di kandung dalam makanan kita telah mengalami peningkatan mulai

dari komponen di tinggkat dasar (Produsen) ( Wilson,1988).

Page 25: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

13  

 

I. Pasang Surut

Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik

turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda

angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Menurut

Nybakken (1992),  apabila bulan dan matahari berada kurang lebih pada satu

garis lurus dengan bumi, seperti pada saat bulan muda atau bulan purnama

maka gaya tarik keduanya akan saling memperkuat. Dalam keadaan demikian

terjadi pasang surut purnama (spring tide) dengan tinggi air yang maksimum

melebihi pasang biasa. Sebaliknya surutnya sangat rendah hingga lokasi dengan

pantai yang landai bisa menjadi kering sampai ke laut. Tetapi jika bulan dan

matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi maka gaya tarik keduanya

akan saling meniadakan. Akibatnya perbedaan tinggi air antara pasang dan surut

kecil, keadaan ini dikenal dengan pasang perbani (neap tide).

Muara sungai adalah perairan di pantai dimana air tawar dan air laut

bertemu. Hal ini menunjukkan adanya hubungan bebas antara laut dan sumber

air tawar. Di muara, air sungai dan air laut bercampur membentuk suatu

ekosistem yang unik dan kompleks. Muara sungai menerima bahan hasil

pelapukan batuan berupa lumpur yang kaya kan material anorganik maupun

organik yang mengalami pembusukkan dari hewan atau tumbuhan sekitarnya

dalam bentuk terlarut maupun partikel tersuspensi dan juga erosi oleh arus dan

pasang surut air laut. Pasang surut menyebabkan salinitas muara selalu

berfluktuasi. Pasang surut juga berpengaruh terhadap substrat, suhu, kecepatan

arus, kekeruhan dan oksigen terlarut (Nybakken, 1992).

Pergerakkan massa air pola arus yang terjadi pada suatu perairan sangat

dipengaruhi oleh keadaan iklim dan topografi perairan setempat. Pergerakan

arus baik pasang naik maupun surut yang menuju ke muara sungai akan

Page 26: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

14  

 

mempengaruhi penyebaran limbah yang terdapat di estuari (Yusuf, 1994). Di

muara sungai arus pasang surut dapat merupakan arus yang dominan . pada

muara yang arus pasang surutnya kuat, hewan bentos terutama infauna tidak

dapat hidup di dalamnya (Davis, 1990). Menurut Timmons et al (2001) perairan

yang baik untuk kehidupan organisme laut adalah yang tidak banyak

mengandung padatan tersuspensi.

Page 27: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

15  

 

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2016, di

perairan Untia, Kecamatan Brinkanaya, Kota Makassar, Provinsi Sulawesii

Selatan. Pada penelitian ini dilakukan tiga kali pengambilan sampel berdasarkan

kalender bulan mulai dari awal bulan, pertengahan bulan, dan akhir bulan.

Sedangkan destruksi sampel dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.

Kecamatan Biringkanaya merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di

kota Makassar dengan luas wilayah 48,22 km2, kecamatan ini berbatasan

dengan Kecamatan Ujung Tanah di sebelah utara, Kecamatan Tallo di sebelah

timur, Kecamatan Makassar di sebelah selatan dan di sebelah barat berbatasan

dengan Kecamatan Ujung Pandang. Kecamatan Biringkanaya terdiri dari 7

kelurahan yaitu Kelurahan Paccerakkang, Kelurahan Daya, Kelurahan Pai,

Kelurahan Sudiang Raya, Kelurahan Sudiang, Kelurahan Bulurokeng dan

Kelurahan Untia.

Kelurahan Untia secara administrasi terdapat 3 RW dari 5 RW yang ada

di kelurahan Untia dengan jumlah 355 kk dan 279 kk diantanya keluarga miskin .

Sumber mata pencarian utama dominan sebagai nelayan, penghuni kampung

nelayan memiliki sejarah dan nilai sosial budaya serta solidaritas sosial yang

sudah terbangun sejak masih berada pada komunitas lama yakni di pulau Lae –

Lae. Pada komunitas baru pun terdapat pilar – pilar modal social seperti adanya

institusi/organisasi ekonomi berupa koperasi, kelompok dan organisasi nelayan,

jalinan kerja sama diantara mereka termasuk rasa toleransi , ada kelompok

Page 28: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

16  

 

arisan, BKM (Badan keswadayaan masyarakat), dan Lembaga pemberdayaan

masyarakat (LPM). Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

}}

Gambar 3. Lokasi penelitian di Desa Untia (Sumber: SAS Planet,digitas pada Tanggal 02 Agustus 2017)

Page 29: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

17  

 

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam peneletian dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Alat dan bahan penelitian No. Nama Alat Jumlah Kegunaan

1 GPS 1 Untuk menentukan titik lokasi stasiun pengambilan data

2 Pisau bedah/pingset 3 Mengeluarkan daging dari cangkangnya

3 Karung 3 Untuk menyimpan sampel 4 Alat tulis/sabak 1 Untuk menulis data yang

didapatkan di lapangan 5 Kamera 1 Untuk mendokumentasikan

kegiatan pengambilan sampel 6 Mikrometersekrup 1 Mengukur lebarkerang 7 Penggaris 1 Mengukur panjang,tinggi kerang 8 Alat timbangan 1 Untuk Menimbang kerang 9 Labu Erlemeyer 6 Sebagai wadah 10 Tongkat pengaduk 1 Untuk menghaluskan kerang 11 Pipettetes 2 Sebagai alat penyedot larutan 12 Oven 1 Untuk mengeringkan kerang 13 Kerang Simping 68 Sebagai sampel penelitian 14 H2O2 2,5 ml Sebagai pelarut 15 HNO3 7,5 ml Sebagai pelarut 16 Aquades 9 L Sebagai larutan pengencer 17 Kertas whatman cat 18 lbr Sebagai penyaring larutan

C. Prosedur Penelitian

I. Survei Lokasi

Survei awal lapangan untuk menentukan lokasi penelitian. Pengambilan

sampel yang dilakukan dalam penelitian. Studi pendahuluan bertujuan untuk

menentukan lokasi yang diamati. Penentuan lokasi penelitian ini di lakukan

menggunakan metode acak (Random Sampling). Pemilihan lokasi di dasarkan

pada pengalaman nelayan dalam mengumpulkan kerang simping.

Page 30: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

18  

 

II. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel kerang simping dilakukan dengan menggunakan

tangan dan bantuan kaki dengan merabah- rabah dasar perairan. Sebanyak 68

sampel yang diperoleh dari 3 kali pengambilan, yang pertama pada tanggal 17

Oktober memperoleh 12 ekor, pengambilan kedua pada tanggal 2 November

memperoleh 38, dan pengambilan ketiga pada tanggal 4 Desember memperoleh

18 ekor kerang simping. Sampel yang diperoleh pada setiap pengambilan

dimasukkan ke dalam kantong plastik ataupun karung. Sampel tersebut

kemudian dibawah ke Laboratorium Produktivitas dan Kualitas Perairan Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan.

Kerang simping kemudian diukur panjang, lebar dan tingginya dengan

menggunakan jangka sorong dan Penggaris. Jumlah sampel yang diukur yaitu

68 ekor dari tiga kali pengambilan sampel tersebut. Kerang tersebut ditimbang

bobot totalnya dengan menggunakan timbangan elektrik. Kemudian kerang

dibedah untuk mengambil dagingnya dengan menggunakan pinset. Setelah itu

daging kerang yang dikeluarkan dari cangkangnya ditimbang dan dibungkus

dengan menggunakan aluminium foil. Kemudian dilakukan pengeringan

menggunakan oven dengan suhu 1100c selama 24 jam. Daging yang telah kering

kemudian dihaluskan menggunakan mortar dan alu lalu ditimbang menggunakan

timbangan elektrik untuk mendapatkan berat kering 1 gram.

III. Analisis Logam

Kerang yang telah diambil sebanyak 1 gram kemudian masukkan ke

gelas ukur dan disimpan dalam lemari asam lalu didestruksi dengan larutan

HNO3(P) sebanyak 7,5 ml dan H2O2 sebanyak 2,5 ml sampai semua hancur dan

buihnya (busa) hilang. Setelah daging hancur dan buihnya hilang kemudian

dipanaskan pada hot plate yang dilengkapi dengan pengendali suhu. Suhu yang

ada pada hot plate harus keadaan dingin kemudian dinaikkan suhu secara

Page 31: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

19  

 

perlahan - lahan hingga mencapai suhu 50 0C. Pemanasan diakukan sampai

daging hancur atau larut. Sampel didiamkan sampai dingin selanjutnya

diencerkan dengan aquades dengan menggunakan labu ukur sampai volumenya

50 ml, lalu disaring dengan mengunakan kertas whatman cat no. 1001.150.

( SOP LPKP Unhas, 2017).

Untuk menentukan kadar logam Tembaga (Cu) dilakukan dengan

menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) karena waktu

pengerjaan yang cepat, mengacu pada Supriyanto et al.(2007).

IV. Perhitungan kandungan logam

Hasil destruksi daging kerang Placuna placenta ini lalu dianalisis untuk

mengetahui konsentrasi logam Tembaga (Cu) dengan menggunakan Atomic

Absorption Spectrophotometer (AAS) Varians Spectra AA50 yang didasarkan

pada hukum Lambert - Beer yaitu banyaknya sinar yang diserap berbanding

lurus dengan kadar zat. Oleh karena yang mengabsorbsi sinar adalah atom

maka ion menjadi bentuk atom harus dilakukan dengan suhu tinggi melalui

pembakaran gas asetilen.

Untuk mendapatkan kandungan logam yang sebenarnya digunakan

formula:

K sebenarnya = K AAS x V / BK

Keterangan :

K sebenarnya = Kandungan logam sesungguhnya (mg/kg BK) K AAS = Kandungan logam yang terbaca oleh AAS (mg/l) V = Volume penetapan pembacaan (ml), BK = Berat kering sampel yang digunakan untuk analisis (gr)

Page 32: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

20  

 

D. Analisis Data

Data di sajikan dalam bentuk grafik atau histogram, selanjutnya dianalisis

secara deskriptif. Kemudian untuk mengetahui kelayakannya untuk dikonsumsi

digunakan baku mutu logam tembaga (Cu) dalam Standar Nasional Indonesia

(SNI). NO 4108.1:2011.

Dari hasil analisis dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrometer

(AAS). Kandungan logam tembaga yang terdapat dalam daging kerang simping

(Placuna placenta) di perairan untia Makassar.

Page 33: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

21  

 

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Konsentrasi Logam Tembaga (Cu)

Berdasarkan hasil penelitian di perairan PPN (Pelabuhan Perikanan

Nusantara) Untia Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar,

Sebagian masyarakat setempat berkerja sebagai petani, dan nelayan. Nelayan

yang berada di daerah peisir umumnya mencari kerang selain udang dan ikan

sebagai konsumsi. Salah satu jenis kerang yang ditangkap oleh nelayan

setempat adalah jenis kerang simping. Masyarakat Sulawesi selatan belum

banyak memanfaatkan kerang simping ini secara optimal, keberadaan kerang

simping atau yang lebih dikenal ‘‘Japping’’ oleh masyarakat setempat belum

populer dan belom menjadi perhatian. Ukuran cangkang juvenil kerang simping

berdiameter sekitar 40 mm, ukuran dewasa dapat mencapai 150 mm (Dharmaraj

et al., 2004)

Nelayan di Untia melakukan penangkapan kerang di perairan PPN Untia

dengan menggunakan tangan atau menggunakan kaki sebagai alat untuk

mendapatkan kerang. Kerang yang ada di perairan Untia bukan hanya kerang

simping (Placuna placenta) tetapi ada juga kerang darah (Anadara granosa).

Nelayan akan mencari kerang simping ataupun kerang darah pada pagi hari

hingga siang hari , hasil dari tangkapan tersebut mereka komsumsi ataupun

mereka jual.

Dari hasil analisis dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrometer

(AAS), Kandungan logam tembaga yang terdapat dalam daging kerang simping

(Placuna placenta) di perairan untia Makassar menunjukkan bahwa dari tiga kali

pengambilan sampel berdasarkan dengan pola predaran bulan dapat dilihat

konsentrasi logam yang berbeda. Untuk pengambilan sampel pertama

Page 34: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

22  

 

menunjukan bahwa konsentrasi logam tembaga pada daging kerang simping

sebesar 21.42 mg/kg, pengambilan kedua sebesar 287.3 mg/kg, sedangkan untuk

konsentrasi pada pengambilan ketiga sebesar 112.45  mg/kg. Kadar logam

tembaga yang terdapat di perairan Untia melebihi baku mutu yang direkomendasi

Standar Nasional SNI NO  4108.1:2011  sebesar 20 mg/kg. Hal ini berarti bahwa

nilai konsentrasi tembaga (Cu) daging kerang simping di perairan Untia

Makassar sangat tinggi.  

Hasil penelitian tentang analisis kandungan logam Tembaga (Cu) pada

daging kerang Samping Placuna Placenta di perairan Untia Kelurahan Untia

Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar dapat di lihat Gambar 4.

Gambar 4. Histogram Kadar Logam Tembaga Cu Pada Daging Kerang Simping (Placuna placenta) di Perairan Untia Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

21,42

287,30

112,45

20 20 2016,57

184,22

91,19

0

50

100

150

200

250

300

350

Awal bulan Tengahbulan

Akhir bulan

Ko

nse

ntr

asi

Lo

gam

Cu

mg

/kg

Sampling

Kandungan Logam

SNI

Standar Deviasi

Page 35: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

23  

 

B. Pembahasan

Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa terdapat perbedaan kadar logam

tembaga dalam daging kerang simping. Konsentrasi tembaga (Cu) tertinggi

terdapat pada tengah bulan sebesar 287.3 mg/kg. Pada akhir bulan sebesar

112.45 mg/kg. Konsentrasi terendah terdapadat pada awal bulan Rabiul Akhir

1438H sebesar 21.42 mg/kg. Hal ini disebabkan terjadinya pasang surut

purnama (Spring tide) yang terjadi pada pertengahan bulan yang mengakibatkan

pasang tinggi tertinggi dan surut rendah terendah, pada saat pasang membawa

air lebih banyak yang mengandung logam tembaga yang tersuspensi ke dalam

kolom air. Pada akhir bulan mengalami pasang surut perbani (Neap tide) yaitu

pasang terendah dan surut tertinggi, pada saat surut tertinggi air membawa

limbah dari saluran irigasi menuju peraian laut. Untuk awal bulan terjadi peralihan

di mana pasang terendah surut tertinggi menuju ke pasang tertinggi surut

terendah sehingga mengakibatkan rendahnya kandungan logam dibandingkan

tengah bulan dn akhir bulan. Cahyani et al. (2012) menyatakan bahwa faktor

pasang dan surut juga mempengaruhi konsentrasi logam, siklus pasang surut

menyebabkan kuantitas logam pada satu satuan massa air tertentu akan menjadi

menurun.

Pasang surut yang terjadi di suatu perairan menyebabkan arus yang

berada dalam perairan terjadi gesekan antara massa air dengan dasar perairan

yang menghasilkan pergolakan. Pergolakan ini memiliki kecenderungan untuk

mencampur kolom air dengan lebih efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(Duxbury et al., 2002) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan

naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh

kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi

terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pasang surut dan arus yang

Page 36: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

24  

 

dibangkitkan pasang surut sangat dominan dalam proses sirkulasi massa air di

perairan pesisir. Pengetahuan mengenai pasang surut dan pola sirkulasi arus

pasang surut di perairan pesisir dapat memberikan indikasi tentang pergerakan

massa air serta kaitannya sebagai faktor yang dapat mempengaruhi distribusi

suatu material di dalam kolom air (Mann dan Lazier, 2006).

Banyaknya kegiatan masayarakat menyebabkan tingginya kandungan logam

Cu di Desa Untia Kecamatan Birinkanaya seperti banyaknya tranportasi darat,

galangan kapal, limbah rumah tangga (organik maupun non organik), adanya

kegiatan pertanian, pertambakan, industry dan pelabuhan merupakansalah satu

jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam perairan.

(Palar, 1994 ).

Setyowati (2006) menyatakan, bahwa pemasukan logam Cu berasal dari

limbah rumah tangga, pertanian, dan peternakan, aktifitas penduduk dalam

industri maupun limbah rumah tangga merupakan salah satu jalur yang dapat

mempercepat peningkatan pencemaran logam Cu. Selain itu pemukiman padat

penduduk menghasilkan limbah rumah tangga yang berpotensi besar dalam

mentransfer logam tembaga (Cu) ke perairan karena sebagian besar penduduk

akan membuang limbahnya ke saluran irigasi sebagai aliran pembuangan limbah

cair.

Sumber (Cu) alamih berasal dari pengikisan/erosi batuan mineral debu–

debu dan partikulat Cu dalam lapisan udara, sedangkan dari non alamiah

berasal dari kegian manusia antara lain Industri, galangan kapal , dan limbah

rumah tangga (Widowati, dkk., 2008).

Kandungan logam dalam perairan dapat meningkat, terutama dengan

meningkatnya aktivitas seperti transportasi, pelabuhan, indusrti minyak bumi,

dan pemukiman penduduk padat yang menghasilkan limbah logam

Page 37: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

25  

 

diantaranya adalah logam Cu yang dapat mempengaruhi kualitas perairan bagi

kehidupan organisme di dalamnya (Setiadi, 2007).

Logam Cu termasuk kedalam kelompok logam esensial. Dilihat dari

kepentingan biota perairan, dalam kadar yang rendah dibutuhkan oleh

organisme untuk reproduksi dan sebagai ke enzim dalam proses metabolisme

tubuh. Pada manusia Cu diperlukan dalam proses fisiologis tubuh. Namun bila

terjadi kekurangan Cu dalam darah dapat menyebabkan anemia, pertumbuhan

terhambat dan kerusakan tulang (Bryan, 1976)

Dampak yang di timbulkan apabila kandungan logam Cu sangat tinggi

dengan kata lain melebihi nilai ambang batas (NAB), Menurut Darmono (1995)

logam Cu dapat mengakibatkan gejala keracunan seperti sakit perut, mual,

muntah, diare, serta dapat mengakibatkan gagal ginjal dan kematian. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa racun Cu mampu membunuh biota perairan

seperti kerang, bila dalam tubuhnya telah terakumulasi Cu dalam jumlah tinggi,

maka bagian otot tubuhnya akan berwarna kehijauan.

Menurut Surbakti (2011), logam tembaga (Cu) masuk ke dalam tatanan

lingkungan sebagai akibat dari aktifitas manusia, contohnya adalah buangan

industri yang memakai Cu dalam proses produksinya, misalnya industri galangan

kapal. Logam Cu digunakan sebagai campuran bahan pengawet, industri

pengolahan kayu, dan limbah buangan rumah tangga.

Menurut Munawir dan Alwiyah (2015) menyatakan bahwa kandungan

logam kerang (Anadara granosa) di daerah hilir sungai Jeneberang yaitu di

kecamatan Bontomarannu sebesar 0,847 mg/l sedangkan di kecamatan

pallangga sebesar 1,476 mg/l. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa kandungan

logam Tembaga dalam tubuh kerang (Anadara granosa) di dua kecamatan yang

dijadikan lokasi pengambilan sampel melebihi baku mutuperairan yang telah di

Page 38: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

26  

 

tetapkan dalam keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 yaitu

sebesar 0.008 mg/l.

Akibat yang telah terpapar kandungan logam Cu pada manusia dalam

jangka waktu yang lama dapat mengahambat kerja paru-paru, bahkan

mengakibatkan kanker paru-paru, mual, muntah, diare, pusing kepala, anemia,

koma, kerusakan ginjal/hati, pertumbuhan terhambat, kerusakan tulang dan

dapat meninggal (Soemirat, 1994).

Page 39: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

27  

 

V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

1. Konsentrasi logam tembaga tertinggi ditemukan pada pertengahan bulan

yaitu 287.3 mg/kg dan yang terendah pada awal bulan 21.42 mg/kg,

sedangkan pada akhir bulan sebesar 112.45 mg/kg.

2. Konsentrasi logam tembaga yang terakumulasi dalam (Placuna placenta)

di perairan untia, Kecamatan Birinkanaya Kota Makassar telah

melampaui batas maksimun untuk di konsumsi. Hal ini tercantum pada

Badan Standar disasi Nasional SNI NO 4108.1:2011.

B. Saran

1. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis kandungan logam Cu di

kolom air dan sedimen. Oleh karna itu perlu dilakukan penelitian tentang

kandungan logam Cu di kolom air dan sedimen.

2. Masyarakat di Makassar dianjurkan untuk tidak mengomsumsi kerang

simping dari perairan Untia, karena sudah tercemar dengan logam Cu.

Page 40: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

28  

 

DAFTAR PUSTAKA

Apriadi, D 2005. Kandungan Logam Hg, Pb, dan Cr Pada Air, Sedimen dan Kerang hijau (Perna viridis L) di Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta.

Arifin, Z. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3),99-100

Asikin. 1982. ‘‘ Kerang Hijau’’. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Bryan, G.W. 1976. Heavy Metal Contamination in The Sea. In R. Johnston (Ed.), Marine Pollution. Academic Press. London.

Badan Standarisasi Nasional. 2011. Penentuan kadar Loga Berat Pb dan Cu

pada kepiting (scylla serrata) hidup untuk konsumsi. SNI. NO 4108.1:2011. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta

Bryan, G. W. 1976 b Some Aspects of Heavy Metal Tolerance in Aquatic Organism In: Effects of pollutants on Aquatic Organisms (A .P. M. loockwoocl Edt) cambridge University .Press.cam bridge.

Cahyani, M. D., Ria, A., dan Bambang Y.2012. Studi kandungan logam

Tembaga (Cu) pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di peraian Sungai Sayung dan Sungai Gonjol, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Journal Of Marine Research, 1 (2): 73 – 79.

Connaughey, B. H and Robert Z, 1983. Pengantar Biologi Laut 1.4 th edition.

The CV Mosby Company. St Louis Taronto. London. Hlm : 376 – 381.

Dahuri R, RJ Ginting dan MJ Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta.

Dharmaraj, S., Sundaran, K.S., and Suja, C.P. 2004. Larva rearing and spat production of the windowpane shell Placuna placenta. Aquaculture Asia. Hal 1-3.

Darmona, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan

Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia. Jakarta. 179 hal

Darmono.1995.Lingkungan dalam setiap Biologi Makhluk Hidup.UI-Press. Jakarta

Darmono, 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas indonesia, jakarta, 140 hlm.

Dharmaraj, S. K. S and C. P . Suja. 2004. Larva Rearing and Spat Production of Windowpane Shell Placuna Placenta. Aquacultur Asia. Vol 9 : 20 – 24

Page 41: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

29  

 

Djawad, M, I, dan Bertha, N, 2009. Efektifitas Tiram Bakau (Crassostrea sp.) Dalam Mereduksi Cu Pada Air Pemeliharaan Udang Windu (Panaeus monodon). E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 1, No. 2, Hal. 1-10.

Duxbury, A.B., A.C. Duxbury, K.A. Sverdrup. 2002. Fundamentals of oceanography. McGraw Hill Companies, New York. Hutabarat, S dan Evans, S. 1985. Pengantar Oseanografi. Penerbit Univer Indonesia. Jakarta.

Https://www.google.com/search?q=letak+geografis+kelurahan+untia&clien=ucwebb&channel=sb

KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan). 2011a. Statistik Ekspor Hasil Perikanan 2010. Jakarta: Pusat Statistik dan Informasi.

KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan). 2011b. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2010. Jakarta: Pusat Statistik dan Informasih

Mann, K.H., J.R.N Lazier. 2006. Dynamics of marine ecosystems: biological-physical interactions in the ocean. Bedford Institute of Oceanography, Canada.

Martaningtyas, D. 2004. Bahan Cemaran Logam. Cakrawala, Jakarta.

Munawir A dan Alwiyah N. S. 2015. Analisis Kandungan Logam pada Kerang Ana Darah dari Daerah Hilir Sungai Jeneberang. Public Science Journal

Nontji A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan

Nurtoni, R. 1984. ‘‘ Mutu Kerang Hijau Rebus yang Disimpan Pada Suhu Rendah’’. Dalam laporan penelitian Teknologi Perikanan. Balai Penelitian Teknologi Perikanan. Jakarta

Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam. PT Rineka. Jakarta.

Palar, H. 2004. Pencemaran toksikologi Logam, Cetakan kedua. Rineka Cipta. Jakarta.152 hal.

Palar, H. 2008. “Pencemaran dan Toksikologi Logam”. Penerbit Rinekacipta.Jakarta.

Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut. Ed.

Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso. P3O-LIPI. Jakarta.

Prasetya, J.D., J. Suprianto dan J. Hutabarat. 2010. Potensi kerang simping (Amusium pleurenectes) di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Dalam Prosiding seminar Nasional Hasil Perikanan&Kelautan Jurusan

Page 42: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

30  

 

Perikanan Fakulats Pertanian Universitas Gajahmada VII, Yogyakarta, 17 hlm

Rozak, Abdul dkk. 2006. Distribusi Logam Dalam Air dan Sedimen Di

Perairan Sungai Cisadane. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Setiadi, S dan Soeprianto, B. 2007. Dampak Industri Terhadap Ekosistem

Pantai (Studi Kasus Pencemaran Logam dan Akumulasinya dalam Ekosistem Pantai Teluk Jakarta dan Banten. Laporan Penelitian Perpustakaan UI. Jakarta.

Setyowati, S. 2006. “ Logam tembaga (Cu) dalam Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms.), Perairan dan Sedimen Berdasarkan Tata Guna Lahan di Sekitar Sungai Banger Pekalongan”. Jurnal. Jurusan Biologi FMIPA UNDIP. 8 Hal.

Simkis K and Mason AZ. 1983. Metal Ions: Metabolic and Toxic Effects. In the

Mollusca: Envorimental Biochemistry and Physiology Vol. 2. Academic Press. Toronto

Soemirat slamet, juli, 1994. Kesehatan Lingkungan, Bandung, UGM Surbakti. 2011. Analisis logam Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr),

Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) pada sedimen muara Sungai Asahan di Tanjung Balai dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. (Tidak diterbitkan)

Supriharyono. 2002. Pelastarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Teropis. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Supriyanto C, Samin, Zainul K. 2007. Analisis cemaran logam Pb, Cu, dan Cd pada ikan air tawar dengan metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Jurnal Seminar Nasional III.

Swennen, C.R.D.2001. The Molluscs of the southern gulf of Thailand. Thai studies in Biodiversity .Bangkok, Thailand. No. 4 : 1 – 21.

Sutamihardja, R.T.N., Adnan, K. dan Sanusi. 1982.perairan teluik Jakarta di tinjau dari tingkat pencemarannya Fakultas Pasca serjana. Jurusan PPL-IPB.

Timmons, M.B., Ebeling, J.M., Wheaton, F.W., Summerfelt, S.T and Vinci, B.J. 2001 Recirculating Aquaculture System. Cayuga Aqua Ventures, Ithaca, NY, USA.

Waller. G.R dan Nowacki E. K. (1978). Alkaloid biology And Metabolism In Plants. New York: Plenum Press.

Widowati, W., Astiana S. dan Raymond J.R. 2008. Efek Toksik Logam, Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Yonge, C. M., F.R.S. 1977. Form and evolution the Anomiacea (Mollusca:

Page 43: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

31  

 

Bivalvia) – Pododesmus, Anomia, Patro, Enigmonia (Anomiidae): Placunanomia, Placuna (Placunidae Fam. Nov.). Department of Zoology, University of Edinburgh. 50-62.

Yonvitner,. Sukimin, S., Praptokardiyo, K., Setyobudiandi, I., Dahuri, R.,

2007. Distribusi spasial populasi simping (Placuna placenta) di pesisir Tangerang. Jurnal Pertanian Indonesia 12(1): 1-6.

Yudiati, E. 2002. Variasi dan Distribusi Komposisi Biokimia pada Kerang

Amusium sp. Hasil Penelitian. UNDIP, Semarang

Yulianto, B., D. Suwarno., K. Amri., S. Oetari., A. Ridho., B. Widianarko. 2006. Penelitian Tingkat Pencemaran Logam Di Pantai Utara Jawa Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Jawa Tengah, 138 hlm.

Page 44: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

32  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 45: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

33  

 

Lampiran 1. Data Analisis Kandungan Logam menggunakan  Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) 

 

LABORl  LATORIUM PRODUKTIFITAS & KUALITAS PERAIRAN  

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN 

UNIVERSITAS HASANUDDIN 

Kampus Tamalanrea,Jln.Perintis Kemerdekaan KM.10 Telp.62‐0411586025 (586200 Ext.2373,2394) FAX 586025 

Makassar 90245 

No  : 02/Lab.Air/X/2016 

Pemilik sampel  : Syamsir/Hasriyadi/Resky Kurniansyah/Saidil/Muh. Fadli  (MSP 2012) 

Tanggal terima sampel  : 1 Agustus 2016 

Jumlah sampel  : 18 

Jenis sampel  : Kerang Simping 

Asal Sampel  : Perairan Untia Makassar 

Data Hasil Analisis

No Kode 

Sampel 

PARAMETER 

Cd (mg/L)  Cu (mg/L)  Pb (mg/L)  As (mg/L)  Hg (mg/L) 

SIMPLO  DUPLO  TRIPLO  SIMPLO  DUPLO  TRIPLO  SIMPLO  DUPLO  TRIPLO 

SIMPL

O  DUPLO  TRIPLO  SIMPLO  DUPLO  TRIPLO 

1  III S1  0,99  1,05  1,00  18,27  18,28  18,28  <0,01  < 0,01  < 0,01  <0,3  <0,3  <0,3  0,02  0,04  0,03 

2  III S2  0,56  0,37  0,42  11,44  11,27  11,30  < 0,01  <0,01  < 0,01  <0,3  <0,3  <0,3  0,08  0,07  0,08 

3  III S3  0,68  0,64  0,65  6,62  6,44  6,49  < 0,01  < 0,01  < 0,01  <0,3  <0,3  <0,3  1,48  1,48  1,48 

4  III D1  1,34  1,41  1,34  17,35  17,34  17,35  0,63  0,65  0,64  <0,3  <0,3  <0,3  0,19  0,20  0,20 

Page 46: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

34  

 

 

 

5  III D2  1,24  1,32  1,25  21,71  21,60  21,66  3,27  2,41  2,60  <0,3  <0,3  <0,3  0,11  0,12  0,11 

6  III D3  1,75  1,79  1,77  53,39  53,39  53,37  14,69  14,75  14,72  <0,3  <0,3  <0,3  0,06  0,06  0,06 

7  I S1  0,96  0,94  0,95  437,99  442,52  439,89  14,95  14,65  14,71  <0,3  <0,3  <0,3  0,19  0,19  0,20 

8  I S2  0,55  0,51  0,51  321,67  322,29  321,98  < 0,01  < 0,01  < 0,01  <0,3  <0,3  <0,3  0,05  0,06  0,05 

9  I S3  0,67  0,72  0,67  281,80  281,58  281,53  2,23  2,18  2,20  <0,3  <0,3  <0,3  0,16  0,16  0,16 

10  I D1  0,94  1,00  0,94  523,23  520,98  522,61  16,95  16,74  16,80  <0,3  <0,3  <0,3  0,52  0,53  0,52 

11  I D2  1,03  0,92  0,95  118,03  117,53  117,78  4,48  4,52  4,50  <0,3  <0,3  <0,3  1,43  1,41  1,42 

12  I D3  0,79  0,69  0,70  40,29  39,71  40,08  2,29  2,35  2,33  <0,3  <0,3  <0,3  0,45  0,44  0,45 

13  II D1  1,05  0,91  0,95  110,28  110,27  110,32  1,83  1,63  1,70  <0,3  <0,3  <0,3  0,16  0,15  0,16 

14  II D2  0,91  0,97  0,94  18,02  18,19  18,09  0,88  0,56  0,72  <0,3  <0,3  <0,3  0,04  0,04  0,04 

15  II D3  1,03  1,02  1,02  261,35  262,89  261,71  < 0,01  < 0,01  < 0,01  <0,3  <0,3  <0,3  0,45  0,45  0,45 

16  II S1  1,11  1,15  1,12  111,39  111,70  111,55  1,33  1,45  1,37  <0,3  <0,3  <0,3  0,57  0,57  0,57 

17  II S2  0,93  0,95  0,97  19,48  19,50  19,51  < 0,01  < 0,01  < 0,01  <0,3  <0,3  <0,3  0,19  0,19  0,19 

18  II S3  1,11  1,06  1,08  154,81  153,08  152,03  < 0,01  < 0,01  < 0,01  <0,3  <0,3  <0,3  0,32  0,32  0,32 

Makassar, 27 Oktober 2016 

Mengetahui 

Analis,  Pengelola Lab, 

Fitriyani, S.Si  Dr. Ir. Khusnul Yaqin, M.Sc 

Nip: 19771012 200112 2 001  Nip. 19680726 199403 1 002 

Page 47: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

1  

Lampiran 2. Rata‐rata kandungan logam Cu 

Sampling  Simplo  Duplo  Triplo 

Rata‐

rata 

I S1  437,99  442,52  439,89  440,13 

I D1  523,23  520,98  522,61  522,27 

481,20 

I S2  321,67  322,29  321,98  321,98 

I D2  118,03  117,53  117,78  117,78 

219,88 

I S3  281,80  281,58  281,53  281,63 

I D3  40,29  39,71  40,08  40,03 

            160,83 

         

II S1  111,39  111,70  111,55  111,55 

II D1  110,28  110,27  110,32  110,29 

110,92 

II S2  19,48  19,50  19,51  19,49 

II D2  18,02  18,19  18,09  18,10 

18,80 

II S3  154,81  153,08  152,03  153,31 

II D3  261,35  262,89  261,71  261,98 

207,65 

III S1  18,27  18,28  18,28  18,28 

III D1  17,35  17,34  17,35  17,34 

            17,81 

III S2  11,44  11,27  11,30  11,34 

III D2  21,71  21,60  21,66  21,66 

16,50 

III S3  6,62  6,44  6,49  6,52 

III D3  53,39  53,39  53,37  53,38 

29,95 

Page 48: KANDUNGAN LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA KERANG SIMPING …

2  

 

awal bulan  tengah bulan  akhir bulan 

kandungan logam  21,42  287,3  112,45 

SNI  20  20  20 

Standar devisiasi  16,57  184,22  91,19