kampanye konsep kenegaraan hizbut tahrir indoesia hti
TRANSCRIPT
KAMPANYE KONSEP KENEGARAAN HIZBUT TAHRIR INDOESIA
HTI
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sajana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
Zakaria al-Anshori NIM: 104051001888
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H./2010 M.
KAMPANYE KONSEP KENEGARAAN HIZBUT TAHRIR INDOESIA
(HTI)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Zakaria al-Anshori NIM: 104051001888
Di Bawah Bimbingan
Dr. H. A.Ilyas Ismail, MA NIP: 19630405 19403 1001
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H./2010 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KAMPANYE KONSEP KENEGARAAN HIZBUT TAHRIR INDOESIA (HTI) Telah diujikan dalam siding munaqasyah pada 04 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
Ciputat, 04 Juni 2010
Sidamg Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Wahidin Saputra, M.A Umi Musyarofah, M.A NIP: 19700903 199603 1001 NIP: 19710816 1999703 2002
Penguji I Penguji II
Drs. Jumroni, M.Si Drs. H. Sunandar, M.A NIP: 19630515 19203 1006 NIP: 19620626 1964031 1002
Pembimbing
Dr. H. A.Ilyas Ismail, MA NIP: 19630405 19403 1001
ABSTRAK Zakaria al-Anshori Kampanye Konsep Kenegaraan Hizbut Tahrir Indoesia (HTI) Nuansa demokrasi saat ini seakan mengarah kepada gerak globalisasi politik dan globalisasi ekonomi yang seolah terbangun dengan spirit kavitalisme, namun dalam perjalanan nya paham ini ditantang dan dihadapkan dengan satu antitesa yaitu Islam, karena ideologi inilah yang dianggap mengancam kelangsungan ekonomi dan politik global, karena fahaminilah yang bisa menimbulkan gerakan massif dan radikal, namun dalam tulisan hanya dibahas pemahaman Islam saja dalam menghadapi globalisai tersebut yang dalam hal ini direferesentasikan oleh organisasi islam fundamental yang mengusung konsep Dawlah Khilafah Islamiyah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data hingga analisis data dengan studi kepustakaan maupun lapangan yang merujuk pada metode penelitian kwalitataif, untuk menemukan data-data yang berkaitan sekaligus jawaban atas rumusan masalah yang sudah ditentukan, tentang bagaimana Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengkonseptualisasikan system ekonomi dan politik menurut Islam dengan bangunan Khilafah Islamiyah. Bagimana mereka mampu memasarkan gagasan dan ide politik mereka kepada pasar politik, karena kampanye pada intinya adalah How to Shall dan How to Share.
Teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori kampanye (Campaign Theory) Arnold Steinberg dan Karl W. Deutsch. kampanye merupakan proses komunikasi terencana dan sistematis yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, kampanye selalu melekat pada kegiatan komunikasi persuasif, karena kegiatan komunikasi persuasif secara sistematis mampu menciptakan ruang baru dan membentuk paradigma berfikir khalayak sasarannya atas satu ide dan gagasan. Yang dalam hal ini Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ingin mencapai proyek utama mereka yaitu tegaknya Khilafah Islamiyah atau sistem ketatanegaraan yang Islami di Indonesia.
Dalam waktu kurang lebih tujuh bulan mengadakan penelitian,secara garis besar penulis menemukan strategi kampanye Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu melalui beberapa tahapan; petama Marhalatu At-tasqif yaitu tahap pembinaan dan pengkaderan, kedua Marhalatu At-tafaul ma’a Al-ummah Yaitu tahap berinteraksi dan bergaul dengan umat, ketiga Al-kifahu As-siyasi yaitu tahap perjuangan piolitik dalam menghadapi kekuatan politik diluar Islam, dan keempat Istilamu Al-hukmi tahap penyerahan kekuasaan atau pengambilalihan kekuasaan dari pemerintah yang menerapkan hukum-hukum kufur, dan menerapakan hukum islam secara menyeluruh dalam system kenegaraan dan kegamaan. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mempunyai konsep ketatanegaraan sendiri, mereka mecoba mengkonseptualisasikan system ketatanegaraan dan semua aspek-aspek yang berhubungan dengan Negara dan kewarga negaraan, mulai dari Hubungan Internasional, Politik dan ekonomi dalam Islam, system pertanian, Bentuk-Bentuk Kepemilikan (individu maupun umum), dan semua factor-faktor yang mengarah kepada berdirinya suatu negara Islam (Dawlah Khilafah). Selain itu mereka sebelum melalui tahapan-tahapan marhalah diatas mereka membentuk partai bawah tanah terlebih dahulu, partai bawah tanah ini sering kali dimusuhi penguasa dimana partai itu berada, karena agenda-agenda yang diperjuangkan secara diametral bertentangan dengan ideologi negara ia berada. Namun, meskipun timbul-tenggelam partai ini tetap eksis hingga sekarang, partai yang berpusat di Yordania ini telah menyebar ke berbagai negara di hampir seluruh Timur Tengah dan di negara-negara lain dengan cara bergerak di bawah tanah.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin ungkapan rasa Syukur dari hati yang paling
dalam kepada Allah SWT, yang terucap lewat lisan insan lemah ini, yang
senantiasa memberikan inayah dan Hidayah Nya serta kekuatan dzahir dan bathin,
moril maupun materil, sehingga dalam upaya menyelasaikan penulisan skripsi ini
penulis merasa mendapat spirit tersendiri dalam menyelesaikannya ketika
mengingatya, terlepas dari kemungkinan ketidak sempurnaan penulisan skripsi ini
Shalawat dan Salam tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW,
refererensi utama semua umat dalam memberikan ketauladan mencari ilmu
pengetahuan yang menjadi lentera dalam kehidupan baik dunia maupun akhirat
bagi umatnya dimanapun.
1. Treima kasih kepada Dr.Arief Subhan,M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi beserta jajarannya: Bpk.Drs.Wahidin Saputra,M.A selaku Pudek I,
Bpk. Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Bpk. Drs. Study Rizal
LK,M.A selaku Pudek III.
2. Terima kasih yang tinggi khusus kepada Bpk. Dr. A. Ilyas Ismail, M.A yang
setia membimbing penulis dalam penyusunan kripsi ini,
3. Terima kasih kepada Bpk. Drs. Jumroni, M.Si. selaku ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, juga kepada Ibu Umi Musyarofa, M.A.
selaku Sekretaris Jurusan, yang kerap kali memberikan In-put dan solusi ketika
penulis menemukan Trouble dalam penulisan sehinnga memberi kemudahan
bagi penulis .
ii
4. Terima kasih untuk Abi (Bpk. Ismail Ramli) dan Umi (Ibu. Martini), dengan
kekuatan cinta dan kasih sayang mereka memberikan rangsangan kasih yang
selalu mengiringi penulis dan sekaligus spirit energi bagi penulis untuk tetap
semangat dalam proses penulisan skripsi ini.
5. Terima kasih untuk pihak peugurus HTI DKI Jakarta pancoran, Bpk. Ismail
Yusanto Jubir HTI beserta yang mewakilinya Bpk Nidahar dan pengurus lain.
Yang juga sangat berkontribusi bagi penulis dalam mengumpulkan data-data
penulisan.
6. Terima kasih untuk kawan-kawan LS-ADI. Bagus, Ryphonk, Wahyu, Sule,
Munir, Ibenk serta yang lain yang dengan celetukan-celetukan persahabatan
mereka membuat penulis merasa gerah untuk bangkit kembali ketika malas.
Kawan-kawan HIMABO: Sopian, fauzi, Ipin, Fauzan, Riri dan teman-teman
HIMABO yang lain pula, yang juga memberikan motivasi kepada penulis
untuk terus berusaha menyelsaikan penulisan skripsi ini.
7. Terimakasih kawan di KPI D 2004, Mila, Odah, Solah, Opik yang ikut
membantu penulis dalam memberikan referensi pencarian data. kawan-kawan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi: Ade Rahmat, Lutfhi, Mukhlisin,
Nida, Arul, Anwar, Herdi, Irfa, Yayan dan kawan-kawan tahun 2004 yang
semuanya juga bagian dari stimulus bagi penulis.
8. Terima kasih untuk teman-teman IRPAJA, Enden, Lege, Iwan, Faris, Harli,
Tauhid, Nasef, Nunu, Tuti, Rika dan teman-teman pengurus lain yang
kesemuanya adalah teman suka-duka dalam membawa pemuda Parakan Jati
lebih peduli terhadap kemajuan kampong koe, sehinnga penulis merasa dengan
semangat mereka lebih giat menyelesaikan skripsi ini.
iii
iv
9. Terima kasih untuk kawan di KNPI Bogor, kang Farid, bang haris, syarif,
Mama, Abe Januri dan yang lain juga yang ikut memberikan bantuan spirit dan
semangat nya.
10. Terima kasih kepada kawan-kawan Kobong crew, Membi, Rouf, Abe ganteng,
Caunk, Ma’mun, Abot dan sohib yang lain, sohib yang sering memberi tawa
kepada penulis disaat penulis mencari hiburan.
11. Tidak lupa terima kasih untuk Tri Kusumawati teman yang sering menemani
penulis dalam kesulitan, menghibur penulis sehingga penulis merasa lega
ketika lelah, pusing, dan jenuh untuk bangkit kembali melihat sampai dimana
penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis yang mohon maaf tidak saya sebutkan namanya, namun
jasanya akan selalu diingat. Penulis berharap skripsi ini menjadi satu bentuk
terima kasih kepada mereka sekaligus dapat bermanfaat setidaknya menjadi
tambahan catatan kecil bagi kontribusi pengetahuan yang mungkin nilainya
hanyan setetes dari lautan pengetahuan Tuhan. Penulis sangat membuka ruang
segala kritik dan masukan terhadap apa yang terkandung dalam tulisan ini.
Ciputat, 04 Juni 2010
Zakaria al-Anshori
DAFTAR ISI
LEMBAR PERETUJUAN PEMBIMBING
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 9
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................... 9
D. Metodologi Penelitian .................................................................. 10
E. Tinjauan Pustaka........................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teori dan Pengertian Kampanye .................................. 14
B. Bentuk-Bentuk Kampanye ........................................................... 16
C. Pengertian Negara dan Sistem Ketatanegaraan .......................... 17
D. Bentuk-Bentuk Negara ................................................................. 22
E. Unsur-Unsur Negara .................................................................... 21
F. Hubungan Negara dengan Warga Negara, dan Agama ............... 23
BAB III PROPIL HIZBUT TAHRIR INDONESIA
A. Sejarah Singkat Hizbut Tahrir (HT) dan Gerakan
Transmisinya ke Indonesia ........................................................... 27
B. Gambaran Umum Hizbut Tahrir Indonesia Indonesia .................. 30
v
vi
C. Akar Filoshofi Konsep bernegara dan ketatanegaraan
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ...................................................... 31
D. Tujuan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).......................................... 36
BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN
A. Pemikiran dan Konsep Sistem Kernegaraan Perspektif
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ....................................................... 39
1. Struktur Negara Islam (Dawlah Islamiyah) ............................. 39
2. Sistem Pemerintahan Islam........................................................ 40
a. Sistem sosial Politik .............................................................. 40
b..Sitem Sosial Ekonomi ........................................................... 41
c. Sistem Pertanian .................................................................... 43
d.Hubungan Internasional ......................................................... 44
B. Strategi dan Metode yang Dijalankan Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI) dalam Mengkampanyekan Konsep Ketatanegaraannya
dan Pikiran Politiknya ................................................................... 45
1. Partai Bawah Tanah .......................................................... 45
2. Tahapan-tahapan yang dijalankan HTI .............................. 49
3. Media komunikasi .............................................................. 50
C. Seruan Hizbut Tahrir Indonesia..................................................... 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 54 B. Kritik dan Saran ..................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengkaji politik suatu negara sebesar dan sekomplek Indonesia selalu
merupakan sebuah tantangan dalam usaha menemukan konsep kenegaraan
maupun corak pemikiran serta ideologi apa yang cocok bagi negara Indonesia
yang komplek ini sudah barang tentu tidak bisa tanpa bantuan ilmu sejarah.
Memang ilmu sejarah tidak mugkin sama sekali mengadakan rekontruksi
keseluruhan masa lalu, tetapi hanya melalui hasil rekontruksi sejarah dan
dinamika masa lalu akan dapat diketahui dan dipahami arti peristiwa dan
kejadian-kejadian masa lalu, tanpa adanya intervensi pengetahuan yang diberikan
sejarah, masa lalu itu tidak lebih dari lautan peristiwa yang terus terjadi tanpa
henti dan tanpa pesan. Usaha rekontruksi sejarah masa lalu hanyalah satu corak
rangsangan yang diberikan oleh keprihatinan masa kini, keprihatinan itu bisa juga
menimbulkan berbagai renungan, pemikiran, dan perbuatan. Dikalangan
masyarakat yang cukup memiliki rangsangan yang didapat dari keprihatinan
intelektual masa kini itu sangat dipengaruhi oleh pandangan subjektif tentang
dinamika politik, ekonomi, sosial, maupun keagamaan.
Bebicara tentang bagaimana mengkonseptualisaikan arah bangsa dalam
perkara-perkara sosial dan politik tidak bisa serta-merta dengan mengagas satu ide
atau ideologi yang semata-mata hanya melihat satu komunitas maupun satu sisi
kekinian saja, tentunya kita harus melihat bagaimana sejarah mengukir dan
1
2
meletakan Indonesia sejak masa lalu hingga kini. Semenjak Indonesia muncul
sebagai sebuah gagasan, sudah ada berbagai pandangan yang bersaing tentang
negara-bangsa seperti apa seharusnya Indonesia ini. Kaum Nasionalis Sekuler
seperti Mohammad Hatta misalnya, membayangkan sebuah Negara demokrasi
sosial modern yang berkomitmen pada pekembangan ekonomi kapitalis,
pendidikan, dan keadilan sosial. Kelompok komunis Indonesia juga memiliki
beberapa cita-cita yang sama dengan kaum nasionalis sekuler tetapi mereka
mengambil garis yang lebih keras terhadap Belanda. Penyebaran pemikiran Lenin
bahwa kolonialisme adalah perpanjangan logis dari kaptalisme juga banyak
berperan dalam mempersatukan rakyat Indonesia dan memobilisasinya untuk
melawan Belanda. Aliran ketiga yang lebih beragam dari pada yang dua terdahulu
adalah Islam. Organisasi Islam yang berpengaruh saat itu adalah Sarekat Islam
(SI) dan Muhammadiyah yang modernis. Organisasi-organisasi ini merupakan
kekuatan rakyat yang kokoh yang mempertalikan ratusan atau bahkan jutaan ribu
orang yang mendambakan suatu negara merdeka bedasarkan prinsip-prinsip
Islam.1 Jelas terlihat bahwa sejak awal munculnya Indonesia sebagai sebuah
gagasan Islam sudah menjadi oposisi yang cukup diperhitungkan yang pada
gilirannya menjadi kekuatan politik yang cukup mempunyai daya Propagate
terhadap ideologi politik keagamaan di Indonesia
Sedikit mengulas tentang sejarah Indonesia. Indonesia dikenal sebagai
negara Muslim terbesar di dunia, uniknya Indonesia bukanlah sebuah Negara
1 Bourchier, David. “pemikiran sosial Politik Indonesia Periode Orde lama-baru” PT
utama Graffiti. Jakarta: 2006.
3
Islam, dari keunikan ini perdebatan pola hubungan Islam dan negara di Indonesia
merupakan perdebatan politik yang tak kunjung selesai. Perdebatan ini telah
muncul dalam perdebatan publik telah dimulai sebelum Indonesia merdeka.
Perdebatan tentang Islam dan Nasionalisme Indonesia antara tokoh Nasionalis
Muslim dan Nasionalis Sekuler pada 1920-an merupakan babak awal pergumulan
Islam dan negara pada kurun-kurun selanjutnya. Tulisan-tulisan tentang Islam dan
watak nasionalisme Indonesia menghiasi surat kabar pergerakan nasional pada
waktu itu, namun perdebatan tentang Islam dan konsep-konsep ideologi sekuler
menemukan titik klimaksnya pada persidangan formal dalam sidang-sidang majlis
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
pada tahun 1945. Namun perdebatan tentang Islam dan negara kembali
menghangat dikalangan kelompok Nasionalis Muslim yang direferesentasikan
oleh H.Agus Salim, KH. Mas Mansur, dan KH. Wachid Hasyim yang
menyuarakan aspirasi Islam dengan mengajukan usul konsep negara Islam dengan
menjadikan Islam sebagai dasar negara bagi Indonesia yang kemudian ditolak
oleh kaum nasionalis sekuler dengan alasan kemajemukan Indonesia dan perasaan
senasib melawan penjajah mendasari alasan mereka menolak konsep negara
agama (Islam).2
Diawal kemerdekaan pada Tahun 1945 Indonesia mampu merebut
kemerdekaan dalam mengusir pasukan Jepang yang saat itu secara tidak langsung
dibantu oleh tentara sekutu yang menyerang Hirosima dan Nagasaki, namun
Belanda mulai kembali mendatangi Indonesia untuk melancarkan jajahanya dan
2Tim ICCE UIN Jakarta “Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani” Jakarta
Timur: Rawa mangun. Jakarta Timur: Prenada Media. Mangun, 2003
4
memperkuat cengkraman hegemoninya ditanah Indonesia ini. 1949, setelah
Indonesia berhasil merebut kemerdekaan secara resmi dari Belanda lewat
Konferensi Meja Bundar (KMB), Indonesia menjalankan suatu sistem
pemerintahan Demokrasi Parlementer yang kemudian bermetamorfosis menjadi
demokrasi terpimpin yang dipimpin dan diduduki oleh Ir.Soekarno, hubungan
Islam dengan Negara kembali mengalami keteganagan dalam bentuk perseteruan
sengit antara kelompok partai politik Islam, seperti partai Masyumi dan partai NU
dengan partai politik sekuler seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai
Nasionalis Indonesia (PNI) dan sebagainya. Sistem pemerintahan demokrasi
terpimpin ala Presiden Soekarno berakhir pada tahun 1996 diawali dengan
peristiwa G-30 S PKI kemudian disusul dengan penandatanganan “super semar”
peristiwa ini sekaligus memberikan indikasi jatuhnya kekuasaan Ir.Soekarno ke
tangan Jendral.Soeharto.3
Ditangan Jendral Soeharto, sistem pemerintahan berubah menjadi
Demokrasi Pancasila dengan berlandasakan pada kemajuan pembangunan.
Singkatnya, melalui ideologi developmentalismenya Indonesia masuk ke dalam
program internasional pada abad 20, yang diawal abad 21-an program ini sering
disebut dengan perdagangan bebas atau Globalisasi ekonomi dan teknologi.
Dengan diterapkannya globalisasi diseluruh negara-negara belahan dunia
terwujudlah suatu sistem ekonomi mapun politik global yang sering disebut
dengan ekonomi Leberal dan Demokrasi Liberal serta ditandai dengan
perdebatan-perdebatan dikalangan elit-elit ekonom kaliber dan politisi-politisi
3 Bourchier, David. “pemikiran sosial Politik Indonesia Periode Orde lama-baru” Jakarta:
PT utama Graffiti. 2006.
5
lokal yang mempunyai kemampuan tingkat internasional berupaya menyampaikan
asumsi mereka dengan interpretasi mereka dalam seminar-seminar, lokakarya,
maupun lewat media-media demi mewujudkan ekonomi politik yang diadopsi dari
dunia Barat,
Setelah diperhatikan ternyata sungguh Islam pun sedari dulu sarat sekali
dengan peranan-peranan tokoh yang bersifat politis. Yang kemudian muncul
dalam Main-set masyarakat sebagai umat Islam baik secara individu maupun
kolektif mempunyai tugas dakwah harus melihat sisi ini yang kemudian dalam
kontekstual mencoba menformulasikan serta mengkonstruk opini masyarakat
muslim upaya membentuk paradigma baru dalam melancarkan dakwah melalui
politik. Di Indonesia, hasil survei Roy Morgan menunjukkan bahwa sembilan
diantara sepuluh orang Islam dan Kristen, delapan di antara sepuluh orang
Konghucu dan Buddha, serta lima diantara sepuluh orang Hindu menganggap
agama merupakan bagian penting kehidupan sehari-hari.4 Hal itu menunjukkan
bahwa agama menjadi salah satu rujukan signifikan dalam setiap sikap dan
perilaku masyarakat Indonesia termasuk dalam dunia politik. Fenomena tersebut
tampaknya tidak disia-siakan kaum politisi. Dari perjalanan sejarah politik di
Indonesia, para politisi dari beragam ideologi selalu menjadikan agama sebagai
pertimbangan untuk mengembangkan kebijakan politik mereka. Dalam hal ini,
politisi yang berlatar belakang agamis dengan ideologi kanan mendirikan partai
dan yang berlatar belakang agama substantif mengusung nilai-nilai ajaran agama
4 (dikutip Guharoy, Jakarta Post, Edisi Oktober, 2007)
6
yang dikemas dalam partai terbuka,5 dalam rangka mendapatkan kekuasaan,
kemudian ada pula kelompok yang mendirikan partai dengan berideologi Islam
namun bukan sekedar meraih kekuasan tapi mencoba untuk membuat ideolgi
negara menjadi negara Islam, organisasi ini direferentasikan oleh Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI), mereka ingin merubah ideologi negara, sistem perundang-
undangan negara, formalisasi syariat Islam dalam negara, dan semua aspek dalam
negara berlandaskan ajaran dan doktrin Islam, singkatnya sistem negara Indonesia
dengan warga negara mayoritas muslim harus kembali mengikuti apa yang
dicontohkan Rosulullah SAW memberlakukan sistem Islam dalam negara yaitu
Khilafah seperti di zaman Nabi Muhammad SAW.
Memang sekitar 13 abad lalu di kawasan Timur Tengah tempat dimana
ada begitu banyak khalifah yang berkuasa setelah Rosulullah SAW wafat, dimulai
dengan berdirinya khilafah Rasyidah setelah wafatnya Rasul, yang dipimpim oleh
Khulafaau Ar-rasyidin yakni sahabat dekat beliau Abu Bakar As-sidiq, Umar Ibnu
Khatab, Usman Ibnu ‘Affan, dan terakhir ‘Ali Ibnu Abi Thalib Radiyallahu
‘Anhum melalui empat kali pergantian kepemimpinan Khilafah, yang pada
giliranya pula setelah Khilafah Rasyidah pun berakhir diawali dengan jatuhnya
kekuasaan Khalifah Rasyidah ke tangan muawiyah bin Abu Sufyan dari tangan
Ali ibnu Abi Thalib, dan berdirinlah Bani Umayyah, kemudian Bani Abbasiyah,
sampai kepada Turki Utsmani.6
5 Oleh Abd A’la anggota Paripurna Komnas Perempuan “ Menggaet Agama untuk Politik”
Jakarta, 29 Juli 2008 6 A’la, Abdul “ Menggaet Agama untuk Politik” Jakarta: Anggota Paripurna Komnas
Perempuan 29 Juli 2008.
7
Organisasi keislaman yang bernama Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ini
mencoba mengembalikan tata nilai kemasyarakatan dan ketatanegaraan yang
bercorak Islam dalam bidang politik dan sebagainya, sebagaimana ketika sistem
Khilafah diberlakukan, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mencoba berdakwah
melalui politik yang pada wujud akhirnya diharapakan Islam menemukan formasi
jurispudensi negara yang baik dan mengacu kepada syariat Islam, dan berupaya
menggolkan sistem Islam dengan mengkampanyekan bahwa sistem Khilafah
adalah sistem yang paling baik untuk mewujudkan negara yang Baldatun
Toyyibatun Wa Rabbun Gofuur.
Kelompok ini adalah kelompok yang terinspirasi oleh undang-undang
Islam yang berasumsi bahwa untuk menyelamatkan bangsa dari cengkraman
imperialisme barat diera globalisasi seperti sekarang ini hanya dengan sistem
islam “khilafah”. Karena berbicara tentang Islam syarat sekali dengan istilah
dakwah, karena apapun alasanya di tengah maraknya kehidupan beragama tidak
bisa dilepaskan dari kegiatan dakwah dari waktu ke waktu. Tidak hanya
melibatkan da’i-da’i propesional tetapi melibatkan semua orang islam yang
kemudian menyadari posisi mereka adalah Khalifah sekaligus sebagai pendakwah
(da’i). Doktrin “Sampaikanlah dari pesanku walaupun satu ayat” merupakan
sabda Rosulullah SAW yang telah didengar dan diketahui berabad-abad silam,
siapapun wajib berdakwah dengan pegetahuan yang minim sekalipun, setidaknya
seseorang itu berdakwah untuk keluarga dan dirinya sendiri.7 Sehingga banyak
sekali organisasi-organiasi masa maupun organisasi keislaman yang mencoba
7Fatwa, A.M. Demokrasi Teistis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
8
menginterpretsikan dakwah Islam dalam keseharian hidup lewat aspek sosial dan
politik, karena menegakan Islam bukan sekedar mengurus perkara-perkara
furu’iyah tetapi juga dalam aspek pelayanan publik (public service) dalam
melihat dinamika kehidupan yang selalu berkembang dengan sangat progress,
mau tidak mau siapapun dan agama apapun pasti melintasi jalur atau rel tersebut,
yang pada giliranya kemudian banyak diantaranya yang mencoba
mengimplementasikan hal tersebut lewat partai dan organisasi keislaman maupun
politik terbuka yang seakan mengarah kepada khilafah, karena kenyataannya
bagaimanapun Islam ketika ditegakan pasti menyentuh bahkan melewati ranah
politis.
Mereka menganggap kelompok mereka adalah bagian dari umat yang di
seru Allah SWT. untuk berdakwah membenahi sistem kenegaraan di negara-
negara dunia khususnya Indonesia dengan sistem Islam.
Firman Allah SWT.
☺ ☺
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung (yang akan masuk surga). (Qs. Ali-Imran, 104)8
8 Hizbut Tahrir “Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir” Bogor:
Pustaka Thariqul Izzah: 2007
9
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Agar pembahasan tidak melebar maka demi efektifnya proses pembahasan
masalah ini, penulis membatasi hanya pada isi kampanye konsep
kenegaraan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
2. Mengacu dari batasan masalah diatas maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengkonseptualisasikan
sistem kenegaraan?
b. Seperti apa metode dan strategi atau konsep kampanye yang dijalankan
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam mengkampanyekan konsep
kenegaraan dan pikiran politiknya ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Untuk menemukan jawaban dari pertanyan-pertanyaan di atas, maka
penelitian ini bertujuan memberi gambaran dan jawaban yang konstruktif
tentang :
Gambaran umum tentang konsep kampanye kenegaraan Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI), Visi Misi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan tahapan-
tahapan yang dijalankan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam
mengkampanyekan pikiran politiknya
10
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Peneliti dapat memahami akan teori-teori tentang konsep kampanye
kenegaraan yang dalam hal ini konsep kampanye konsep kenegaraan
yang dijalankan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
b. Manfaat Praktis
Menambah wawasan peneliti akan gambaran praktis dari organisasi
tersebut dalam menjalankan subtansi kampanye mereka.
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian ini bersifat deskriptif kwalitatif, yaitu
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data-data yang berkenaan dengan penelitian ini
penulis menggunakan beberapa teknik :
a. Obervasi
Yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang
diperlukan.9
b. Interview (wawancara)
Wawancara adalah teknik dalam upaya menghimpun data yang akurat
untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu
yang sesuai dengan data.10 Dalam hal ini penulis mengadakan
wawancara dengan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (Bpk. Ismail
9 Urahmad, Winarno “Menyusun Rencana Penelitian” Bandung: CV. Tarsita,1989 .H.162 10 Bachtiar, Wardi “Metode Penelitian Ilmu Dakwah” Jakarta:Logos 1997. Cet. Ke-1, H 72
11
Yusanto) dalam mencari atau memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian memlalui tanya jawab, dengan menggunakan alat panduan
wawancara.11
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data-data berupa buku, catatan,
artikel, arsip, foto dan sebagainya yang berkaitan dengan kampanye
dan konsep keNegaraan untuk diadakan pengamatan langsung.
2. Analisis Data
Adapun analisis data dalam penelitian terhadap Kampanye Konsep
Kenegaraan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) penulis menggunakan analisis
deskriptif analitik. Dekriptif adalah gambaran suatu masyarakat atu
kelompok tertentu, atau gambaran tentang suatu gejala, hubungan antara
dua gejala atau lebih.12 sedangkan analalitik adalah uraian.13Deskriptif
analitik berarti suatu uraian yang dapat menggambarkan suatu peristiwa
atau gejala dan hubunganya dengan gejala lain.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis mengadakan pencarian data dengan mencari buku-buku,
membuka situs internet dan mengadakan wawancara untuk kemudian disusun
menjadi satu karya ilmiah, penulismengadakan studi pusataka atau tinjauan
kepustakaan dengan memlihat atau memeriksa skripsi-skripsi sebelumnya yang
membahas tentang organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesi (HTI), memang
11 Nazir, Muhammad “Metode Penelitian” Jakarta: Gaila Indonesia, 1998. Cet.ke-1 H 234 12 Suhartono, Irawan “Metode Penelitian Sosial” Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005
cet.ke-5,H.35 13 Artanto, Pius. M.Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Suabaya : Arloka,1999).H.29
12
penulis menemukan ada pula skripsi yang membahas tentang Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI), namun skripsi tersebut fokus kepada pola komunikasi yang
diterapkan organisai tersebut ketika ketika pembelajaran atau Liqo, bukan konsep
kampanye atau konsep kenegaraan fersi mereka.
Untuk itu penulis mengadakan penelitian tentang Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI), namun fokusnya berbeda, yaitu Konsep Kampanye Kenegaraan Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) yang akan condong membahas tentang konseptualisai
sistem kenegaraan dan strategi kampanye atau metode yang dijalankan Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) kepada umat Islam Indonesia secara umum maupun
khusus
. F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun menggunakan sistematika pembahasan bab per bab,
kemudian dijelaskan dalam sub-sub tema pembahasannya. Adapun sistematika
pembahasannya itu sebagai berikut:
BAB I : pada bab satu ini akan dijelaskan Pendahuluan, Latar Belakang
Masalah, Tujuan Penulisan, Pembatasan Dan Perumusan Masalah, Metode
Penelitian Dan Sistematika Penulisan.
BAB II : pada bab dua ini penulis terlebih dahulu akan dijelaskan
sekelumit tentang Pengertian Kampanye, Bentuk-Bentuk Kampanye, Pengertian
Negara, Bentuk-bentuk Negara, hubungan Negara dengan warga Negara dan
agama.
BAB III: pada bab tiga ini penulis akan mencoba memberikan gambaran
umum tentang Oganisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mencakup,
13
Sejarah berdirinya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), gambaran umum Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) dan gerakan transmisinya ke Indonesia, Akar Filoshofi Konsep
kenegaraan dan ketatanegaraan Versi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), serta tujuan
dari organisasi tersebut
BAB IV: pada bab empat penulis mencoba mengungkapkan temuan
analisis yang mencakup Pemikiran, Doktrin, dan Konsep Kernegaraan Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI), Strategi dan Metode yang dijalankan Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) dalam Mengkampanyekan Konsep Ketatanegaraannya dan
Pikiran Politiknya, Bentuk-bentuk Kampanye yang dijalankan oleh Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI), dan seruan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
BAB V : Penutup, pada bab ini penulis menarik kesimpulan sebagai
jawaban atas masalah-masalah yang diangkat. Pada bab ini penulis juga membuat
saran-saran. Dan pada akhir tulisan, penulis menuliskan daftar pustaka sebagai
bahan acuan dalam penulisan skripsi ini.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teori dan Pengertian Kampanye
Sering terjadi kerancuan pengertian dalam istilah kampanye yang
disamakan dengan propaganda, secara operasional keduanya adalah sama-sama
melakukan kegiatan berkomunikasi yang terencana untuk mencapai tujuan
tertentu dan berupaya mempengaruhi khalayak sebagai target sasarannya, diawal-
awal istilah propaganda terlebih dahulu dikenal dalam kegiatan komunikasi yang
dirancang untuk jangka panjang, misalnya dalam kegiatan ajaran keagamaan,
politik dan hingga kepentingan propoganda militer melalui komunikasi searah.,.
Namun Pada kurun waktu selanjutnya, konsep kampanye yang lahir kemudian dan
melakukan kegiatan komunikasi secara terencana yang lebih moderat, terbuka,
toleran, dengan waktu tebatas atau jangka pendek, dan program yang jelas,
persuasif serta dapat diidentifikasikan secara jalas nara sumbernya (komunikator)
dan selalu berkonotasi positif.1
Kampanye politik modern menurut Arnold Steinberg, adalah Usaha yang
legal dan formal yang terorganisir dengan baik untuk memperoleh kekuasaan,
artinya kampanye politik adalah suatu usaha yang terkelola, terorganisisr, dan
terkordinasi untuk memperoleh kekuasaan legal. Maka proses kegiatan kampanye
menurut Karl W Deuttsch bertujuan untuk a)The selective interest of the masses
(ketertarikan massa yang selektif) b) the actual characteristic of the political
1 Ruslan,Rosady S.H,M.M ” Strategi Kampanye Public Relation” Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1997. hal.23
14
15
situation (karakter yang asli dari sebuah situasi politik c)The selective operations
by wich emotion, sense of the public (proses kampanye langsung lewat promosi
media). Dibawah ini kami paparkan pendapat beberapa pakar tentang kampanye.2
1. Leslie B. Snyder (2002)
A communication campaign is an organized communication activity,
directed at a particular audience, for at particular periode of time to
achieve a particular goal. Secara garis besar bahwa kampanye
komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganiasasi, secara
langsung ditujukan kepada khalayak tertentu pada periode waktu yang
telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Pfau dan Parrot (1993)
A campaign is consecious susteined and ancremental procces designed
to be implemented over a specified periode of time for the purpose of
influencing. Suatu kampanye yang secara sadar, menunjang dan
meningkatkan proses pelaksanan yang terencana pada periode tertentu
untuk bertujuan mempengaruhi khalayak sasaran tertentu).
3. Roger dan Storey
Mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian kegiatan komunikasi
yang terorganisasi dengan tujuan untuk menciptakan dampak tertentu
terhadap sebagian besar khalayak sasaran secara bekelanjutan dalam
periode waktu tertentu.
2 Herman Ibrahim “Kampanye Tanpa Kekerasan” Depok: CV.Citra Utama. Jl.Cimanuk.
1999 hal.8
16
B. Bentuk-Bentuk Kampanye
Aktivitas komunikasi dalam berkampanye biasanya berkaitan dengan suatu
kepentingan dan tujuan Apa? siapa khalayak sasaranya yang akan dibujuk? Dalam
rangka kegiatan apa? Dalam berbagai kegiatan tersebut, terdapat beberapa jenis
program kampanye yang dilaksanakan secara prinsip merupakan kegiatan yang
bertitik tolak untuk memotivasi atau membujuk, dan mencapai tujuan tertentu,
maka menurut Charles U.Larson, dalam bukannya berjudul persuasion, reception,
and responsibility (California. Wardsworth publishing Co.1992) yang telah
membagi jenis-jenis kampanye kegiatan menjual produk, kandidat dan ide atau
gagasan perubahan sosial, yaitu sebagai berikut:
1. product – oriented campaigns
kegiatan dalam kampanye berorientasi pada produk, dan biasanya
dilakukan dalam kegiatan komersial kampanye promosi pemasaran suatu
peluncuran produk yang baru. Misalnya peluncuran provider-seluler
Fleksi-Telkom, pergantian nama National ke panasonoc, pperubahan
logo baru BNI-46 dan Bank Danamon dan sebagainya.sedangkan
kampanye PR bertujuan untuk membangun citrea positif perusahaan
melalui program kepedulian dan tanggung jawab sosial.
2. candidate – oriented campaigns
kegiatan kampanye yang berorientsi bagi calon (kandidat) untuk
kepentingan kampanye politik (political campaign), dan misalnya
kampenye pemilu dalam era reformasi tahun 2004 lalu, untuk kampanye
Caleg (calon legislatif atau anggota DPR/MPR), serta kampanye pilpres
17
– capres dan cawapres (pemilihan calon presiden dan wakil presiden)
hingga jabatan publik lainnya yang berupaya meraih dukungan yang
sebanyak-banyaknya dari masyarakat melalui kampenye politik serta
kampanye berkomunikasi pemasaran dan periklanan atau menggunakan
teknik-teknik kampanye PR dalam jangka waktu relatif pendek, 3-6
bulan dengan dukungan dana yang cukup besar (investasi) untuk
pengeluaran periklanan komersial, publikasi dan biaya perjalanan
kampanye beraudiensi dengan para pendukunganya diberbagai lokasi
yang tersebar di nusantara.
3. ideological or cause campaigns
Jenis kampanye ini berorientasi bertujuan bersifat khusus dan dimensi
perubahan sosial (social change campaigns), misalnya kegiatan
kampanye sosial bersifat khusus non komersial, Anti HIV/AIDS, anti
narkoba, program keluarga berencana nasional (KBN), “Damai itu
indah”, “kampanye langit biru” serta termasuk kampanye “Sadar Bayar
Pajak” dan hingga Kadarkum (Kampanye Sadar Hukum), pelestarian
lingkungan alam dan sebagainya.
C. Pengertian Negara dan Sistem Ketatanegaraan
Pengertian sistem ketatanegaaran Menurut Wade and Philips dalam
teorinya Constitutional Theory ia merumuskan “Constitutional law is then that
body of rules which prescribes a)The Structure b)The functions of the organs of
central and local government” In the generally accepted of the term it means the
rules which the structure of the principal organs of government and their
18
relationship to each other, and determine their principal functions”. (Hukum
konstitusional merupakan bentuk tubuh dari peraturan-peraturan yang mencakup:
Struktur, dan fungsi pemerintah pusat dan pemerintah local yang umumnya
diterima sebagai bentuk peraturan terrtulis yang prinsipil dalam hubungannya
dengan yang lainnya serta keseluruhannya). 3
Sedangkan pengertian Negara Secara Etimologi Negara atau state
(Bahasa Inggris), Staat (Bahasa Belanda dan Jerman) dan Etat (Bahasa Prancis)
semua kata-kata itu diambil dari bahasa latin Status atau Statum yang berarti
keadaan atau kedudukan yang tetap dan tegak atau sesuatu yang memiliki sifat-
sifat yang tegak dan tetap, istilah ini dihubungkan dengan kedudukan persekutuan
hidup manusia, yang juga sama dengan istilah status civitatis atau status
republica. dari pengertian terakhir inilah lahir istilah negara pada abad ke-16.
Secara terminologi negara diartikan dengan organisasi tertinggi diantara
satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu di derah
tertentu dan mempunyai daerah pemerintahan yang berdaulat, pengertian ini
mengandung nilai konsitutif dari sebuah negara yang meniscayakan adanya unsur
dalam sebuah negara, yakni adanya masyarakat (rakyat) adanya wilayah (daerah)
dan adanya pemerintah yang berdaulat.
Menurut Roger H.Soultau, negara didefinisikan dengan alat (agency) atau
wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan
bersama atas nama masyarakat. menurutnya negara merupakan suatu masyarakat
yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan
3 Moh.Kusnadi S.H “Hukum Tata Negara” Pusat Studi Hukum Tata Negara, Fakultas
Hukum UI. CV.Sinar Bhakti . Jakarta 1985
19
secara sah lebih agung dari pada individu atau kelompok yang merupakan bagian
dari masyarakat itu. Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang hidup
dan bekerjasama untuk mencapai keinginan-keinginan mereka bersama. Sejalan
dengan Max Weber pun medefinisikan bahwa negara adalah suatu kelompok
masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara
sah dalam suatu wilayah. Sadangkan dalam konsep Robert M. Mac Iver, Negara
diartikan dengan asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam sesuatu
masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberikan
kekuasaan memaksa.
Dalam konsep Islam, dengan mengacu pada al-Quran dan al-Sunah, tidak ditemukan rumusan tentang negara secara eksplisit, hanya saja di dalam al-Quran dan al-sunah terdapat prinsip-prinsip dasar dalam bermasyarakat, berbangsa dan kenegaraan. Selain itu, konsep Islam tentang negara juga berasal dari 3 (tiga) paradigma, yaitu :
1) paradigma tentang teori khilafah yang dipraktikan sesudah rosulullah SAW, terutama biasanya merujuk pada masa Khulafah al-Rasyidin ;
2) paradigma yang bersumber pada teori Imamah dalam paham islam Syi’ah; 3) paradigma yang bersumber dari teori Imamah atau pemerintahan.4
Teori tentang khilafah menurut Amin Rais, dipahami sebagai suatu misi kaum muslimin yang harus ditegakan di muka bumi ini untuk memakmurkan sesuai dengan petunjuk dan peraturan Allah SWT, maupun rasul Nya, adapun cara pelaksanaanya, al-Quran tidak menunjukan secara terperinci, tetapi dalam bentuk gelobal saja. Sedangkan untuk teori imamah (dalam pengertian Negara/state ) dalam al-Quran tidak tertulis. Akan tetapi kalau yang dimaksudkan dengan imamah itu adalah kepemimipinan yang harus diikuti oleh umat islam, hal itu jelas ada dalam al-quran, artinya al-Quran menyuruh kaum muslimin untuk mengikuti pemimpin yang benar, yang terdiri dari manusia-manusia atau pemimpin yang menggunakan Islam sebagai patron kepemimpinannya.
Dari beberapa pendapat tentang negara tersebut, dapat dipahami secara sederhana bahwa yang dimaksud dengan negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (gorverned) oleh sejumlah pejabat yang berhak
4. Tim ICCE UIN Jakarta “Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani”
Prenada Media. Rawa mangun.Jakarta Timur.2003
20
menuntut dari warga negaranya untuk taat pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan (control) monopolistis dari kekuasaan yang sah.5
D. Bentuk-Bentuk Negara Negara memiliki bentuk yang berbeda-beda. Secara umum dalam konsep
dan teori modern negara terbagi ke dalam dua bentuk, Negara Kesatuan (Unitarianisme) dan Negara serikat (Federasi).
1. Negara Republik Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan
berdaulat, dengan satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam pelaksanaanya negara kesatuan ini terbagi ke dalam dua macam sistem pemerintahan yaitu; sentral dan otonomi. a) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem
pemerintahan yang dipimpin oleh pemerintah pusat. Sementara pemerintah daerah di bawahnya melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. Model pemerintahan Orde baru dibawah pemerintahan Presiden Soeharto adalah salah satu contoh sistem pemerintahan model ini
b) Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah pemerintah yang kepala daerahnya diberikan kesempatan dan kewenangan untuk mengurus pemerintah di wilayahnya sendiri, sistem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatantra. Sistem pemerintahan negara Malaysia dan pemerintahan paska orde baru di Indonesia dengan sistem otonomi daerah dan sistem otonomi khusus dapat dimasukan kedalam model ini.
2. Negara Serikat Negara serikat atau federasi merupakan bentuk negara gabungan yang
terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara-negara bagian tersebut merupakan negara yang merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri. Setelah menggabungkan diri dengan negara serikat, dengan sendirinya negara tersebut melepaskan sebagian dari kekuasanya dan menyerahkannya kepada negara serikat. Penyerahan kekuasan dari negara-negara bagian kepada negara serikat tersebut dikenal dengan istilah Limitatif (satu demi Satu) dimana hanya kekuasaan yang diberikan oleh negara-negara bagian saja (delegated powers) yang menjadi kekuasaan negara serikat. Namun pada perkembangan selanjutnya, negara serikat, mengatur hal yang bersifat strategis seperti kebijakan politik luar negeri, keamanan, dan pertahanan negara. Di samping dua bentuk ini, dari sisi pelaksana dan
5 Surat-surat politik Nurcholis Madjid-Mohammad Roem “Tidak Ada Negara Islam”
.Jakarta: Djambatan,1997
21
mekanisme pemilihannya, bentuk negara dapat digolongkan dalam tiga kelompok: Monarki, Oligarki, dan Demokrasi.
a. Monarki Pemerintahan monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai
aleh raja atau ratu, dalam prakteknya, monarki memiliki dua jenis: monarki absolute dan monarki konstitusional. Monarki absolute adalah model pemerintahan dengan kekuasan tertinggi di tangan satu orang raja atau ratu, termasuk dalam kategori ini adalah Arab Saudi, sedangkan monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan raja atau ratunya dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi negara. Praktek monarki konstitusional ini adalah yang paling banyak dipraktekan di beberapa negara, seperti Thailand, Jepang, Inggris, Jordania, dan lain-lain.
b. Oligarki Model pemerintahan oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan
oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.
c. Demokrasi Pemerintahan model ini adalah bentuk pemerintahan yang bersandsar
pada kedaulatan rakyat atau mendasarkan kekuasan pada pilihan dan kehendak rakyat melalui mekanisme pemilihan umum (pemilu) yang dilaksanakan secara jujur, adil, bebas, dan aman.
E. Unsur-unsur Negara
Mengenai unsur-unsur negara beberapa pendapat mengatakan unsur
negara secara global membutuhkan tiga unsur pokok, yakni rakyat
(masyarakat/warga negara), wilayah dan pemerintahan. Lebih jelasnya unsur-
unsur pokok dalam negara ini, akan dijelaskan masing-masing tersebut.
1. Rakyat (Masyarakat)
Setiap negara tidak mungkin ada tanpa adanya rakyat atu warganya. Unsur
ini sangat penting dalam sebuah negara, karena secara kongkret rakyatlah
yang memiliki kepentingan agar negara itu dapat berjalan dengan baik dan
bagaimanapun manusialah yang akan mengatur dan menentukan sebuah
organisasi (Negara). Rakyat dalam konteks ini diartikan sebagai
22
sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan
yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.
2. Wilayah
Wilayah merupakan unsur yang harus ada dalam sebuah negara,
karena tidak mungkin ada negara tanpa ada batas-batas teritorial yang
jelas.
a. Daratan (wilayah darat)
Wilayah suatu negara dibatasi oleh wilayah darat dan atau laut
{perairan) negara lain. Perbatasan wilayah sebuah negara ditentukan
berdasarkan perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat antara dua
negara disebut perjanjian bilateral; perjanjian yang dibuat oleh banyak
negara disebut perjanjian multilateral. Perbatasan antara dua negara
dapat berupa, perbatasan alam (seperti sungai, danau, pegunungan atau
lembah) perbatasan buatan (seperti pagar tembok, pagar kawat, tiang
tembok) perbatasan menurut ilmu pasti (yakni dengan mengunakan
garis lintang atau bujur pada peta bumi).
b. Perairan (wilayah laut / perairan)
Perairan atau wilayah laut disebut perairan atau laut teritorial dari
negara yang bersangkutan. Adapun batas dari perairan teritorial itu
pada umumnya 3 mil laut (5,555 km) yang dihitung dari pantai ketika
air surut. Laut yang berada di luar peraiarn teritorial disebut lautan
bebas, karena wilayah tersebut tidak termasuk wilayah kekuasaan
suatu negara sehingga siapapun bebas memanfaatkannya
23
c. Udara (wilayah udara)
Udara yang berada di atas wilayah darat (daratan) dan wilayah laut
(perairan) territorial suatu negara merupakan bagian dari wilayah udara
sebuah negara. Mengenai batas ketinggian suatu wilayah negara tidak
memiliki batas yang pasti, asalkan negara yang bersangkutan dapat
mempertahankannya
3. Pemerintah
Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin
organisasi negara untuk mencapai tujuan negara. Oleh karenanya,
pemerintah seringkali jadi personifikasi sebuah negara. Pemerintah
menegakan hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian
dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang bertentangan.
Pemerintah yang menetapkan, menyatakan, dan menjalankan kemauan
individu-individu yang tergabung dalam organisasi politik yang disebut
negara. Pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari, yang
menjalankan kepentingan-kepentingan bersama. Pemerintah melaksanakan
tujuan-tujuan negara, menjalankan fungsi-fungsi kesejahteraan negara.
F. Hubungan Negara dengan Warga Negara, dan Agama
1. Hubungan Negara dengan Warga Negara
Negara dan warga negara ibarat ikan dan airnya. Keduanya memiliki
hubungan timbal balik yang sangat erat. Negara Indonesia,sesuai dengan
konstitusi,misalnya berkewajiban untuk menjamin dan melindungi seluruh
24
warga Negara Indonesia tanpa kecuali.secara jelas dalam UUD pasal 33
misalnya disebutkan bahwa fakir miskin dan anak–anak terlantar dipelihara
oleh Negara (ayat1);negara mengembangkan system jamminan social bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan (pasal 2);Negara bertanggung jawab atas
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas layanaan umum
yang layak (ayat 3); Selain itu, Negara juga bbertanggung jawab untuk
menjamin dan melindungi hak – hak warga Negara dalam beragama sesuai
dengan keyakinannya, hak mendapatkan pendidikan, kebebasan berorganisasi
dan berekreasi dan sebagainya.
Namun demikian, kewajiban Negara untuk memenuhi hak–hak
warganya tidak akan berlangsung dengan baik tanpa dukungan warga negara
dalam bentuk pelaksanaan kewajibannya sebagai warga negara.
misalnya,warga Negara berkewajiban membayar pajak dan mengontrol
jalannya pemerintahan baik melalui mekanisme control tidak langsung melalui
tidak langsung melalui wakilnya di lkembaga perwakilan rakyat (DPR,DPRD)
maupun secara langsung melalui cara – cara yang demokratis dan bertanggung
jawab. Cara melakukan control secara langsung bisa dilakukan melallui
misalnya,lembaga swadaya masyarakat,pers,atau demonstasi yang damai dan
tidak mengganggu ketertiban umum.pada saat yang sama,dalam rangka
menjamin hak –hak warga negara, negara harus mejamin keamanan dan
kenyamanan proses penyaluran aspirasi warga Negara melalui penyediaan
fasilitas-fasilitas publik yang berfungsi sebagai wadah untuk mengontrol
negara,selain memberikan pelayanan publik yang prfesional.
25
2. Hubungan Negara dengan Agama
Negara dan agama adalah persoalan yang banyak menimbulkan
perdebatan (discourse) yang terus berkelanjutan dikalangan para ahli.hal ini
disebabkan oleh perbedaan pandangan dalam menterjemahkan agama sebagai
bagian dari negara atau negara bagian dari agama. Pada hakikatnya negara
sendiri secara umum diartikan sebagai suatu persekutuan hidup bersama
sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Oleh karena itu dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat
dasar negara pula sehingga negara sebagai manifestasi kodrat manusia secara
horizontal dalam hubungan manusia dengan manusia lain untuk
mencapaitujuan bersama. Dengan demikian, negara memiliki sebab akibat
langsung dengan manusia karena manusia itu adalah pendiri negara itu sendiri.
Perlu dikemukakan bahwa konsep negara bangsa dilahirkan oleh
pertimbangan politis daripada diasaskan pada doktrin agama. Kewilayahan
dan bukan bentuk agamalah basis nasionalisme karena nasionalisme selama
ini diasosiasikan pada kesamaan sejarah, budaya, bahsa dan etnisitas, tidak
dengan kesamaan agama. Jika Islam menjadi basis nasionalisme maka akan
ada satu negara bangsa saja. Islam Indonesia memiliki karakteristik budaya
dan sejarah yang unik. Dulunya, Hinduisme adalah kekuatan dominant
selama abad pertengahan.Namun fakta jelas memaparkan bahwa kesatuan
politik dann rasa kebangsan tidak bergantung pada kesatuan agam tetapi lebih
pada faktor politik.6
6 Asghar Ali Engineer “Islam Masa Kini” Pustaka Pelajar.Yogyakarta:2004.hal 96
26
Dalam konteks Indonesia agama yang diakui resmi oleh pemerintah
Indonesia Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Kong hu Cu. Tiga agama pertama
Hindu, Budha dan hindu tidak hanya bergerak dalam bidang spiritual namun
juga bergerak dalam bidang politik (kenegaraan). Bagi mereka secara prinsip
agama adalah identik dengan negara. Hal yang demikian terwujud dalam
sejarah Nusantara dengan berdirinya kerajaan-kerajan hindu, budha dan Islam.
namun demikian dalam Republik Indonesia agam juga sebagai sumber
ketegangan dan perselisihan dapat diredakan dengan diterimanya Pancasila
dan UUD 1945 dimana prinsip kebebasan beragama dituangkan di dalamnya.
7
7 Drs.D.Hendropuspito,O.C.”Sosiologi Agama” Kanisius.Yogyakarta,1983.hal188
27
BAB III
PROFIL HIZBUT TAHRIR INDONESIA (HTI
A. Sejarah Singkat Hizbut Tahrir dan Gerakan Transmisinya ke Indonesia
H;izbut Tahrir (HT) didirikan pada tahun 1952.M/1371.H oleh Syaikh
Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani
(1909-1979), kelahiran Ijzim sebuah kampung di daerah Haifa Palestina. Ia
mendapat pendidikan di kampung halamannya, kemudian melanjutkan
pendidikannya ke al-Azhar dan Dar al-Ulum Kairo. Ia adalah seorang ulama besar
dan seorang hakim (qhadi) pada Mahkamah Banding di al-Quds, beliau pernah
menjadi hakim di beberapa kota di Palestina, serta seorang politisi ulung. Beliau
berasal dari keluarga berilmu karena kedua orang tuanya adalah ahli syariah
Islam. Selain itu, kakek buyutnya Syaikh Yusuf bin Hasan bin Muhammad an-
Nabhani as-Syafi’i, adalah seorang ulama, penyair dan salah seorang hakim pada
masa Dawlah Khilafah. 1
Beliau mendirikan partainya Tahun 1952 M, dan dengan konsentrasi
penuh ia memimpin partai, ia menerbitkan buku-buku dan brosur-brosur yang
secara keseluruhan merupakan sumber pengetahuan pokok partai, beliau hidup
berpindah-pindah antara Yordania, Suriah, Libanon dan kemudian wafat serta
dimakamkan di Beirut. Setelah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada tahun
1977 M / 1396 H, kedudukan beliau digantikan oleh Syaikh Abdul Qadim Yusuf
Zallum, salah seorang yang telah membantu dakwah beliau sejak Hizb berdiri,
1 A.Najiyulloh. “Gerakan Keagaman dan pemikiran” (akar ideologi dan penyebarannya), Jakarta Timur: Al-I’tishom, ,2003
27
28
atas taufik Allah beliau mampu mengemban amanah itu sehingga ribuan orang
menjadi anggota dan pengemban pemikiranya, dan dibawah amir Hizb yang
kedua ini Hizbut Tahrir mampu memperluas medan dakwahnya diberbagai negeri
muslim dilebih 40 negara, dan menjadi partai terbesar di dunia yang
memperjuangkan tegaknya kembali Dawlah Khilafah.
Setelah ia wafat diteruskan oleh Amir yang ketiga yaitu, Syaik A’tha Abu
Rusythah, menjabat sejak tahun 2003 M / 1424 H. beliau adalah seorang insinyur
dan aktivis Hizbut Tahrir sejak masih sangat muda. Pada tahun-tahun terakhir ini,
Hizbut Tahrir semakin mendapat tempat dihati umat. Pada tahun 2007 yang lalu
Hizbut Tahrir mengadakan konferensi terbesar sepanjang sejarah tentang
penegakan Khilafah di Indonesia. Sekitar 100.000 orang hadir, dan jutaan lainya
mengarahkan pandanganya pada konferensi tersebut2.
Sedangkan transmisi Hizbut Tahrir sebagai gerakan di Indonesia terjadi
petama kali pada tahun 1982-1983 melalui M.Mustofa dan Abdurahman al-
Baghdadi. M.Mustofa adalah anak pengasuh pondok pesantren al-Ghazali Bogor,
seorang ulama yang berpandangan modernis dan dekat dengan DDII, Abdullah
bin Nuh. Mustofa adalah alumnus perguruan tinggi di Yordania. Sedangkan
Abdurahman berasal dari Libanon yang bermigrasi ke Australia yang kemudian
tinggal di Indonesia. Selama ia belajar di Yordania, Mustofa ikut aktif dalam
gerakan dakwah bawah tanah Hizbut Tahrir disana. Keterlibatannya dalam
gerakan ini bermula pada ketertarikannya kepada buku-buku karya Syekh
Taqiyuddin an-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir. Ia diperkenalkan dengan salah satu
2 HTI: Manifesto Hizbut Tahrir Untuk Indonesia, Indonesia, Jakarta Selatan: HTI Press,
2009
29
buku Taqiyuddin Hadarah Al-Islamiyah (peradaban Islam) oleh ayahnya sendiri,
Abdullah bin Nuh, sebelum berangkat ke Yordania pada tahun 1979, ketika
sampai di Yordania secara tidak sengaja ia bertemu dengan para aktifis Hizbut
Tahrir dan mendapatkan buku-buku Taqiyuddin lebih lengkap Pendalamannya
terhadap karya-karya Taqiyuddin membuatnya mengagumi pemikiran tokoh ini.
Mustofa menganggap Taqiyuddin telah sampai pada taraf mujtahid mutlak, ia
adalah mujtahid besar abad ini karena istinbat al-ahkamnya (penggalian hukum)
dan cara berfikir fiqihnya khususnya dalam kitab al-Tafkir sama menariknya
dengan imam Syafi’i, Selain itu ketertarikan Mustofa kepada gerakan ini karena
organisai tidak pernah terprovokasi untuk menggunakan kekerasan apalagi
mengangkat senjata meskipun selalu berada di bawah tekanan pemerintah,
Kegiatan utama mereka adalah menyebarkan pemikiran Islam dan memperkuat
Aqidah dan Mabda (ideologi) Islam di tengah-tengah umat, melalui berbagai
forum halaqah (kelompok diskusi/pengajian), hingga akhirnya ia ikut aktif dalam
kegiatan dakwah pemikiran Hizbut Tahrir.
Pada tahun 1982, Mustofa pulang dari Yordania dalam rangka cuti
semester, dalam kesempatan ini ia memperkenalkan dan mengajarkan pemikiran-
pemikiran Hizbut Tahrir kepada para mahasiswa IPB Bogor yang memang sejak
lama mengaji kepada ayahnya yang pertama kali dikenalkan dengan pemikiran ini
adalah Fathul Hidayat seorang mahasiswa IPB yang kemudian menjadi motor
penggerak Hizbut Tahrir ketika Mustofa kembali meneruskan belajarnya di
Yordania pada masa-masa awal.3
3 M.Imdadun Rahmat, “Arus Baru Islam Radikal, Transmisi Islam Timur Tengah ke
Indonesi” Jakarta: Erlangga, Ciracas, 2005
30
B. Gambaran Umum Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang didirikan oleh Syaikh
Taqiyuddin an-Nabhany di al-Quds, Paletina tahun 1952. Kegiatan utama partai
ini adalah politik yang berasakan Islam, Agenda utama partai ini membangun
kembali sistem Khilafah Islamiyah dan menegakan hukum Islam dalam realitas
kehidupan. Hizbut Tahrir bercita-cita membangun tatanan masyarakat dan sistem
politik yang berlandaskan aqidah Islam karena Islam harus menjadi tata aturan
kemasyarakatan dan menjadi dasar konstitusi dan undang-undang.
Selain bermaksud membangun kembali umat Islam dari kemerosotan,
Hizbut Tahrir juga bermaksud membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-
undangan, dan hukum-hukum yang tidak berasal dari Islam, serta membebaskan
kaum Muslim dari dominasi dan pengaruh-pengaruh Barat, Hizbut Tahrir juga
bermaksud membangun kembali sistem Dawlah Khilafah Islamiyah di seluruh
dunia, melalui dawlah inilah Hizbut Tahrir berkeyakinan bahwa hukum Islam
dapat ditegakan. Gerakan yang dilakukan partai ini meliputi pendidikan,
pembinaan umat dengan Tsaqofah (wawasan) islam, melancarkan pertarungan
pemikiran (Syira’ul Fikri), dan aktifitas politik (Kifah as-Siyasi). Dalam upaya
membina umat Hizbut Tahrir menyebarkan pemikiran Islam, baik dalam kerangka
sosial maupun politik sambil membebaskan umat dari aqidah-aqidah yang rusak,
pemikiran-pemikiran yang salah, persepsi-persepsi yang keliru, serta
membebaskan dari ide-ide dan pandangan Barat yang dianggap kufur.
Gerakan pertarungan pemikiran mereka lakukan dengan mengupas
pemikiran-pemikiran sesat dan menawarkan kerangka berfikir yang islami.
31
Sementara itu, gerakan politik dilakukan dengan cara menentang kaum imperialis
untuk membebaskan umat dari dominasi politik mereka, memerdekakan umat dari
cengkeraman pengaruh mereka serta mencerabut akar-akar kaum imperialis, baik
berupa pemikiran, kebudayaan, ekonomi, maupun militer dari seluruh negeri-
negeri Islam.4
Dalam rangka menjalankan agenda politiknya, Hizbut Tahrir
menempatkan diri sebagai kekuatan oposisi yang menentang para penguasa yang
tidak menerapkan sistem politik yang Islami, menerapkan syariah Islam dan
hukum-hukum Islam menurut konsepsi mereka, menghianati amanat rakyat dan
melakukan penindasan. Dari keseluruhan aktifitasnya, yang paling menonjol
adalah kegiatan kampanye untuk menolak sistem politik yang berasal dari Barat.
Mereka menolak konsep nasionalisme, demokrasi, Trias politika, kedaulatan
rakyat, sistem kekuasaan turun-temurun, hukum sekuler dan konsep politik lain
yang dianggap tidak berasal dari syariat Islam. Mereka menghendaki sebuah
sistem politik yang Islami yang hampir sama dengan sistem politik Islam Abul
a’la al-Maududi dan Sayyid Qutb.5
C. Akar Filoshofi Konsep kenegaraan dan ketatanegaraan Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI)
Sejak Pertengahan abad XII Hijriyah (ke-18 Masehi) dunia Islam
mengalami kemunduran dan kemerosotan yang paling buruk dari masa
kejayaannya dengan sangat cepat, sekalipun telah dilakukan berbagai upaya untuk
4 HTI: Hizbut Tahri walManhaj Hizbut Tahrir fi Taghyir (Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwahnya), diterjemahkan oleh Abi ‘afif & Nurkhalish. Jakrta: 2002
5 Rahmat, M.Imdadun “Arus Baru Islam Radikal, Transmisi Islam Timur Tengah ke Indonesia” Jakarta: Erlangga, 2005
32
membagkitkannya kembali atau setidaknya mencegah agar kemerosotan dan
kemunduranya tidak berlanjut terus, akan tetapi tidak satupun upaya-upaya
tersebut membuahkan hasil. Sementara itu, dunia Islam masih tetap berada dalam
kebingungan di tengah-tengah kegelapan akibat kekacauan dan kemunduranya,
dan masih terus merasakan pedihnya keterbelekangan dan berbagai goncangan.
Sebab-sebab kemunduran dunia Islam ini dapat kita kembalikan kepada satu hal,
yaitu lemahnya pemahaman umat terhadap Islam yang sedang amat parah, yang
merasuk ke dalam pikiran kaum muslim, ini berawal tatkala Bahasa Arab mulai
diremehkan perananya untuk memahami Islam sejak awal abad ke-VII Hijriyah,
sehingga kekuatan yang dimiliki Bahasa Arab dengan Kharisma Islam terpisah.
Selama kekuatan Bahasa Arab tidak disatukan dengan kharisma Islam, yaitu
dengan cara menempatkan Bahasa Arab yang merupakan bahasa Islam sebagai
unsur yang sangat penting yang tidak terpisahkan dari Islam, maka kemunduran
itu akan tetap melanda kaum muslim karena Bahasa Arab merupakan kekuatan
besar yang telah turut ikut mengembangkan kharisma Islam. Islam dan Bahasa
Arab merupakan satu kesatuan, Islam tidak mungkin bisa dilaksanakan dengan
sempurna kecuali dengan Bahasa Arab, karena Bahasa Arab merupakan salah satu
syarat mendasar untuk memahami hukum islam dalam berijtihad, tanpa
memahami Bahasa Arab berarti menghilangkan ijtihad terhadap syari’at.
Kedudukan ijtihad itu sendiri teramat penting bagi umat Islam, sehingga umat
tidak akan memperoleh kemajuan tanpa adanya ijtihad.
Kegagalan berbagai upaya untuk membangkitkan kaum Muslim dapat
dikembalikan pada tiga sebab. Pertama, tidak adanya pemahaman yang mendalam
33
mengenai Fikrah Islamiyah dikalangan para aktifis kebangkitan Islam. Kedua,
tidak adanya gambaran yang jelas mengenai Thariqah Islamiyah dalam
menerapkan Fikrah. Ketiga, tidak adanya usaha untuk menjalin Fikrah Islamiyah
dengan Thariqah Islamiyah sebagai satu hubungan yang solid, yang tidak
mungkin terpisahkan.
Apabila kita telusuri mengenai fikrah, ternyata banyak unsur-unsur
terselubung telah menyelinap masuk kedalam Fikrah Islamiyah yang tidak banyak
diketahui secara rinci oleh sebagian besar kaum Muslim. Unsur-unsur terselubung
mulai menyusup sejak awal abad II Hijriyah sampai munculnya periode
penjajahan. Filsafat-filsafat asing, seperti filsafat India, Persia, dan Yunani telah
mempengaruhi sebagian kaum Muslim dan menyeret mereka terjerumus dalam
kesalahan dengan berupaya mengkompromikan Islam dengan filsafat-filsafat ini.
Padahal jelas filsafat-filsafat ini bertentangan secara keseluruhan dengan Islam.
Usaha-usaha untuk mengkompromikan islam dengan Filsafat-filsafat tersebut
telah menimbulkan adanya interpretasi dan penafsiran yang menjauhkan sebagian
arti dan hakikat Islam dari benak kaum Muslim. Hal ini melahirkan
kesalahpahaman terhadap Islam dalam diri sebagian besar umat. Ditambah lagi
dengan kelalaian umat terhadap penguasaan Bahasa Arab dalam pengembanagn
Islam yang terjadi pada abad VII Hijriyah. Faktor-faktor inilah yang mendorong
kemunduran kaum muslim. Belum lagi sejak akhir abad XI Hijriyah (abad ke-17
Masehi) sampai sekarang dengan munculnya ghazwu ats-tsaqafi (invasi budaya),
kristenisai dan serangan politik yang datang dari Barat semakin menambah
parahnya kemerosotan, sekaligus menjadi problema baru dalam masyarakat Islam.
34
Faktor-faktor tersebut memberikan andil yang cukup besar terhadap
kesalahpahaman kaum muslim mengenai Fikrah islamiyah, Sehingga mampu
melenyapkan kejernihan fikrah islamiyah yang hakiki dari benak kaum muslim.
Sedangkan terhadap thariqah Islamiyah, umat Islam jelas secara berangsur-angsur
telah kehilangan gambaran yang jelas mengenai Thariqah Islamiyah. Dahulu,
kaum muslim mengtahui bahwa keberadaannya dalam hidup ini adalah hanya
untuk Islam saja, dan bahwasanya tugas Dawlah Islamiyah adalah menerapkan
Islam, menjalankan hukum-hukum Islam di dalam negri dan menyebarluaskan
dakwah Islam ke luar negeri dan sesungguhnya metode praktis untuk
merealisasikannya adalah dengan jihad yang dilakukan oleh Negara. Namun
demikian, Kenyataan sebenarnya menunjukan bahwa umat Islam setelah
mngetahui semua itu mulai berpandangan bahwa tugas seorang muslim di dunia
ini terlebih dahulu, baru setelah itu sebagai tugas yang kedua menyampaikan
nasehat dan petunjuk. Itupun jika keadaannya mengijinkan. Di sisi lain, Negara
sudah tidak mempedulikan lagi kesalahan dan kelalaiannya dalam melaksanakan
hukum-hukum Islam. Negara tidak lagi merasa bersalah atas kelalaiannya dan
berpangku tangan dari aktifitas jihad fi sabilillah dalam rangka menyebarkan
Islam. Kaum muslim sendiri, setelah kehilangan negaranya disamping kekurangan
dan kelemahannya, mulai beranggapan bahwa kebangkita Islam dapat diraih
kembali melalui membangun masjid-masjid, menerbitkan buku-buku, tulisan atau
karangan, serta mendidik akhlak. Sementara mereka pada saat yang sama berdiam
diri terhadap kepemimpinan kufur yang menguasai dan menjajah mereka.
35
Begitulah menyangkut aspek fikrah (konsep) dan thariqah (metode
penerapan). Sedangkan jika dilihat mengenai hubungan Fikrah dan thariqah,
ternyata kaum muslim hanya memperhatikan hukum-hukum syari’at yang
berkaitan dengan pemecahan problematika kehidupan yang menyangkut aspek
fikrah saja , mereka tidak lagi memperhatikan hukum-hukum yang menjelaskan
cara fraktis pemecahan problematika tersebut, yaitu hal-hal yang menjelaskan
thariqah. Pandangan seperti ini menjadikan kaum muslim hanya menitikberatkan
pada studi hukum-hukum syari’at dengan meninggalkan metode operasionalnya.
Mereka lebih banyak mempelajari hukum-hukum yang berkaitan masalah shalat,
nikah, talak, sedangkan hukum yang berkaitan dengan jihad, ghanimah, hukum-
hukum yang menyangkut khilafah, qadla (peradilan), hukum-hukum tentang
kharaj, dan sebagainya terlupakan. Cara seperti inilah yang akan membuat kaum
muslim memisahkan fikrah dan thariqah, antara teori dan praktek, sehingga
hasilnya kemustahilan untuk menerapkan fikrahnya karena tidak ada penerapan
thariqahnya.6
Semua itu menjadi lebih parah lagi dengan munculnya kesalahan dalam
memahami syariat yang akan diterapkan ditengah-tengah masyarakat, Islam
akhirnya ditafsirkan tidak sesuai dengan isi kandungan nash-nashnya dengan
tujuan agar disesuaikan dengan perkembangan jaman dan kondisi masyarakat
pada saat itu, padahal seharusnya masyarakatlah yang harus diubah agar sesuai
dengan Islam.7 Tindakan yang mereka lakukan ini tentu saja semakin menjauhkan
6 an-Nabhani , Taqiyuddin “Mafahim Hizbut Tahrir, Diterjemahkan oleh Abdullah, HTI,
Jakarta.2008 7 Syabab Hizbut Tahrir “bagaimana Membangun Kembali Negara Khilafah ´ judul asli The
Methode to Re-establish the Khilafah,diterjemhkan oleh M.Ramdan Adi, Bogor Pustaka Thariqul Izzah, 2004
36
Islam dari kehidupan. Musuh-musuh Islam selalu menggunakan faham-faham
yang salah dan hukum yang batihl ini, sebagai alat untuk menyusupkan undang-
undang dan prinsip-prinsip mereka kepada umat Islam, yang tanpa disadari bahwa
hal ini bertentangan dengan agama Islam.
Bertolak dari penjelasan ini sudah seharusnya terdapat sebuah gerakan
yang memahami Islam, baik dalam aspek fikrah (konsep) maupun thariqah
(metoda penerapannya) lalu mengkaitkan keduanya dan berusaha melangsungkan
kembali kehidupan Islam di negeri-negeri Islam, sehingga menjadi titik awal
pergerakan yang memancarkan sinar dakwah Islam, dan kemudian menjadi titik
tolak penyebaran Dakwah Islamiyah. Atas dasar inilah Hizbut Tahrir berdiri
untukmendirikan Dawlah Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan Islam secara
sempurna di negeri-negeri Islam serta mengemban dakwah islamke seluruh dunia.
D. Tujuan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Realitas yang dihadapi kaum Muslim saat ini dapat dirasakan oleh setiap
Muslim, saat ini negeri-negeri Muslim diperintah oleh sistem kufur, sehingga tak
diragukan lagi mereka hidup di Darul Kufur. Mereka terpecah ke dalam lebih
dari empat entitas, mulai dari Negara bercorak kebangsaan, keemiratan,
kesultanan dan kemullahan. Mereka terlalu lemah menentang kaum kuffar. Dalam
kondisi ini yang menjadi masalah bagi setiap Negara di dunia Islam adalah
bagaimana mengubah kondisi mereka dari Darul Kufur menjadi Darul Islam, lalu
menyatukannya dengan negera-negara Islam yang lain. Inilah yang menjadi
perkara bagi setiap Negara di dunia Islam. Lebih dari itu, hal ini merupakan
37
pangkal dari seluruh perkara utama umat Islam sehingga pilihan hidup atau mati
dalam perkara ini merupakan hal yang urgen.
Hizbut tahrir adalah sebuah partai politik yang berideologi islam partai ini
didirikan untuk memenuhi perintah allah SWT,
☺
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung (yang akan masuk surga). (Qs. Ali-Imran, 104) 8
Hizbut tahrir bertujuan membebaskan umat manusia dari dominasi
paham, pemikiran, sistem hukum, dan Negara kufur menuju paham, pemikiran
sistem hukum, dan Negara Islam dengan menerapkan syariat islam secara kaffah
dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia, tujuan ini tidak lain berarti
membawa umat Islam kembali pada kehidupan Islam di dalam darul Islam, yakni
Negara Islam dan masarakat Islam, sehingga seluruh persoalan kehidupan umat
diatur dengan syariat Islam dalam sebuah dawlah khlifah. ini merupakan satu-
satunya metode untuk membangkitkan umat islam.
Hizbut tahrir juga bertujuan melangsungkan kehidupan Islam dan
mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, ini berarti mengajak kaum
muslim untuk kembali hidup secara islami di Darul Islam dan di dalam
masyarakat Islam. Seluruh aktivitas kehidupan di dalamnya diatur sesuai dengan
hukum-hukum syara’ di bawah naungan dawlah Islammiah, yaitu dawlah khilafah
8 Hizbut Tahrir “Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir” , Bogor: Pustaka Thariqul Izzah: 2007
38
islamiyah, yang dipimpin oleh seorang khalifah yang diangkat dan dibai’at oleh
kaum muslimin untuk didengar dan ditaati, dan agar menjalankan perintahnya
berdasarkan kitabullah dan sunah rasulNya, Juga untuk mengemban risalah Islam
ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Disamping itu Hizbut Tahrir bertujuan untuk membagkitkan kembali umat
islam dengan kebangkitan yang benar, melalui pola pikir yang cemerlang. Hizbut
Tahrir berusaha untuk mengembalikan posisi umat kemasa kejayaan dan
kemuliaannya, mengambil alih kendali negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia,
danagan kembali menjadi negara super power di dunia seperti yang telah terjadi di
masa silam, dan memimpinnya sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Kelompok ini (Hizbut Tahrir ) berkeyakinan mereka adalah kelompok
yang berusaha untuk menyampaikan hidayah (petunjuk syari’at) bagi umat
manusia, memimpin umat Islam untuk menentang ide-ide, dan sistem
perundangan-undangan kufur maupun kekupuran itu sendiri secara menyeluruh,
sehingga islam dapat menyelimuti seluruh dunia., yang pada tujuan adalah
mendirikan Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah, karena melalui jalan inilah
semua tujuan-tujuan dan keinginan mereka di atas dapat terlaksana.9
9 An-Nabhani, Taqiyuddin.” Daulah Islam terjemah Ad-Daulah Al-Islamiyah” HTI-
PressTebet, Jakarta Selatan.2002
39
BAB IV
ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN
A. Pemikiran dan Konsep Sistem Kernegaraan Perspektif Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI)
1. Struktur Negara Islam (ad-Dawlah al-Islamiyah)
Hizbut Tahrir selalu berusaha menjadikan metode dakwah
Rasulullah SAW sebagai referensinya, menurut mereka sistem dan struktur
Negara yang paling baik secara Islam adalah sebagaimana Rasulullh SAW
terapkan di Madinah. Ketika dimadinah Rosulullah SAW, menerapkan
sistem yang terkordinir seperti :
a. Rasulullah mengangkat wali-walidi tingkat propinsi, seperti ketika
rasul mengangkat Mu’adz bib Jabal menjadi wali di Janad, dan Khalid
bin Sa’id di Sanaa.
b. Menganklat Amil di Tingkat Kota, Rasul mengangkat Amru bin ‘Ash
di Oman
c. Rasul Mengambil zakat dari orang kaya dan diberikan kepada orang
fakir, bukan pajak seperti yang berlaku di Negara-negara mayoritas
Islam.
d. Mengangkat Qadli untuk memutuskan hokum yang berlandaskan al-
Qur’an, as-Sunah, Qiyas, baru kemudian Ijtihad.
e. Rasulillah SAW selalu bermusyawarah dengan para sahabat, para
pemikir yang berpandangan luas, serta memiliki keutamaan,memiliki
39
40
kekuatan iman dan telah teruji dalam penyebarluasan dakwah Islam,
seperti Hamzah, Abu Bakar, Ja’far, Umar, Ali, ibnu Mas’ud dan lain-
lain.
Demikian Rasul menegakan sendiri struktur dawlah Islam dan
telah menyempurnakannya selama hidupnya. Negara dipimpin oleh sorang
Khlifah, Mu’awwim, Wali, ‘Amil, kemudian dalambidang hokum ada
Qadli sebagai pengambil keputusan berdasarkan hokum Islam, dan untuk
keamanan dan pertahanan ada pasukan tentara (militer), Kepala Biro,
Majlis Syuro tempat ia bermusyawarah. Struktur ini baik bentuk maupun
wewenangnya merupakan Thariqah yang wajib diikuti oleh negara-negara
Islam.1
Islam setelah Rasul hijrah ke Madinah bukan sekedar satu
komunitas, tetapi sebuah Negara, hal ini diperkuat oleh adanya Bai’at
Aqobah dari orang-orang muslim Madinah untuk mengangkat nabi sebagai
pemimpin sekaligus janji setia mereka kepada beliau untuk tidak
mensekutukan Allah SWT, tidak mencuri, tidak berzina, tidak berdusta,
serta tidak menghianati beliau2
2. Sistem Pemerintahan Islam (Dawlah Khilafah Islamiyah)
a. Sistem Sosial Politik
Politik adalah pengaturan seluruh umat dan negara, baik di dalam
maupun di luar negeri. Politik dijalankan Negara dengan cara menerapkan
1 an-Nabhani, Taqiyuddin “Mafahim Hizbut Tahrir” Jakarta: Diterjemahkan oleh Abdullah,
HTI,.2008 2 Iskandar, Arif ”Materi Dasar Islam” Bogor: Al-azhar Press. 2009. 16153
41
sistem Islam di tengah-tengah masyarakat, mengatur urusan dan
kemaslahatan mereka di dalam negeri, mengetahui konstelasi politik
internasional serta politik negara-negara besar yang berpengaruh di dunia.
Juga, mencakup pembinaan hubungan luar negeri dengan berbagai negara
sesuai dengan kepentingan dakwah ke seluruh dunia dengan jalan dakwah
dan jihad.
Peranan politik umat dan partai-partai politik yang ada ditengah-
tengah umat dilakukan dengan cara mengawasi dan mengontrol para
penguasa yang mengatur urusan umat, meluruskan tingkah laku dan
memberikan nasehat kepada merakaketikamenyimpang dari aturan Islam
disamping memperhatikan semua urusan dan kepentingan umat muslim.
b. Sistem Sosial Ekonomi
Ekonomi dalam Islam merupakan jaminan bagi tercapainya
pemenuhan seluruh kebutuhan pokok untuk setiap individu rakyat secukup-
cukupnya, dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan kebutuhan
pelengkap sebatas kemampuannya. Dengan anggapan individu tersebut
hidup dalam masyarakat Islam mempunyai bentuk kehidupan yang khas
yang berbeda dengan sistem kehidupan yang lainnya.
Oleh karena itu syari’at Islam menjamin pemenuhan kebutuhan
pokok seperti sandang, pangan dan papan bagi setiap individu secara
sempurna. Semua itu bisa terwujud jika ada usaha dari setiap individu
untuk bekerja agar kebutuhan pokoknya terpenuhi, juga bagi orang-orang
yang menjadi tanggungannya, seperti anak-anaknya dan ahli warisnya.
42
Tetapi jika tidak ada wali atau ada tapi tidak mampu memberikan nafkah,
maka kewajiban itu dipikul oleh Baitul Mal. Dengan demikian Islam
menjamin kebutuhannya secara layak bagi setiap individu.
i. Bentuk-Bentuk Kepemilikan
Pemilikan dalam konsep Dawlah Islam terdiri dari tiga jenis,
Pertama Kepemilikan Individu :Pemilikan individu merupakan izin
dari syar’i kepada umat dalam hal penggunaannya baik yang dipakai
langsung habis, dimanfaatkan atau ditukarkan. Islam telah
menjadikan pemilikan individu sebagai hak bagi seseorang secara
syar’i, seseorang boleh memiliki harta bergerak, seperti ternak, uang,
mobil, pakaian, ataupun yang tidak bergerak, seperti rumah, tanah,
pabrik. syara’ telah memberikan wewenang kepada individu terhadap
apa yang telah menjadi miliknya untuk mengaturnya sendiri. Namun
demikian syara’ juga telah menetapkan dan membatasi sebab-sebab
pemilikan harta yang boleh dimiliki manusia termasuk cara-cara
pengembangannya dan menetapkan pula cara-cara pengaturan harta.
Kedua Kepemilikan Umum: Pemilikan umum mencakup
benda-benda yang oleh Allah telah dijadikan milik bersama kaum
muslim. Setiap individu diperbolehkan memanfaatkannya, tetapi
dilarang memilikinya. Ada tiga sumber daya alam yang termasuk
dalam pemilikan umum, yaitu, Pertama fasilitas umum yang menjadi
kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari, dan jika tidak ada akan
menimbulkan kesulitan, seperti air. Rasulullah saw bersabda:
43
“Masyarakat berserikat dalam tiga macam sumber (alam), yaitu air,
padang (rumput) pengembalaan dan api (energi)”.
Ketiga Kepemilikan Negara: Bentuk pemilikan Negara ini
mencakup segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat termasuk
di dalamnya setiap alat yang digunakan untuk menghasilkan
(memproses) ketiga macam sumber tadi. seperti instalasi air yang
menghubungkan santral dengan konsumen, alat pembangkit listrik
tenaga air (PLTA), tiang-tiang beserta kabelnya semua ini adalah
milik Negara.
c. Sistem Pertanian
Bidang pertanian merupakan bidang penting dalam sebuah Negara,
hasil-hasil pertanian digunakan untuk memenuhi kebutuhsn fisik manusia
seperti makan dan minum serta kebutuhan asasi individual, Belum lagi
berbagai produk olahan yang menunjang kenyamanan hidup manusia
seperti obat-obatan, kosmetilka, kerajinan dan sebagainya dengan
penduduk lebih 200 juta jiwa, Indonesia saat ini misalnya, membutuhkan
bahan pangan pokok sekurang- kurangnya 53 juta ton beras, 12.5 juta ton
jagung. Dan 3.0 juta kedelai dalam satu hari, masalah pertanian ini pun
sering digunakan dalam kancah politik luar negeri suatu negara. -Pada
perang ahzab di tengah-tengah kekhawatiran yang mengepung kaum
muslim rosulullah SAW, pergi menjumpai Uyainah bin hisnin bin
hudzaifah bin bard dan harits bin auf bin abu haritsah al-murri, yang saat itu
menjadi panglima perang gathfan, beliau menawarkan sepertiga hasil buah-
44
buahan kota madinah kepada mereka dan sebagai kompensasinya
keduanya pulang bersama pasukannya, tidak terlibat dalam persekutuan
bersama-sama dengan pasukan quraisy. -Penghentian impor gandum
amerika ke uni soviet turut mempercepat keruntuhan Negara tirai besi
tersebut. Pada saat ini, isu penting dan sesitif dalam WTO (world terade
Organzation) adalah isu subsidi pertanian.3
d. Hubungan Internasional
Hubungan Dawlah Islamiyah dengan negara-negara lain di dunia
wajib disesuaikan dengan hukum-hukum Islam. Negara-negara yang ada
dewasa inidan tercakup dalam dunia Islam, seluruhnya dianggap berada di
dalam satu wilayah. Kaum muslim adalah satu umat yang berbeda dengan
umat manusia yang lainnya. Oleh karena itu, wajib bersatu dalam satu-
kesatuan negara dan kekuasaan yang berhubungan sesama kaum muslim
(negeri-negeri Islam) tidak dimasukan dalam hubungan maupun politik luar
negeri tetapi dianggap sebagai bagian dari politik dalam negeri, sehingga
tidak ada hubungan diplomatik, tidak ada perjanjian apapun, dan wajib di
laksanakan persatuan seluruh negeri-negeri tersebut dalam satu wadah
negara, yaitu Negara khilafah. Penduduk negeri-negeri itu tidak
digolongkan sebagai orang asing jika negara mereka masuk dalam Darul
Islam, mereka diperlakukan sebagai rakyat negara Khilafah. Berbeda halnya
jika negara mereka masih darul kufur (belum bergabung dengan negara
Khilafah), maka mereka diperlakukan sebagai penduduk darul kufur.
3 Buletin Dakwah. Al-Wa’ie “Barat dan Ideologi Setan” Edisi September 2005
.Jl.Kwitang 13. Jakarta
45
Negara-negara lain, baik yang berada di Barat maupun di Timur,
seluruhnya dianggap darul kufur dan statusnya menurut syara’ adalah
termasuk Darul Harb. Hubungan dengan mereka didimasukan ke dalam
politik luar negeri dan ditentukan sesuai dengan keperluan jihad,
kemaslahatan kaum muslim dan kepentingan negara Khilafah berdasarkan
ketentuan hukum Syara’. Dengan negeri-negeri tersebut di atas di bolehkan
mengadakan perjanjian bertetangga baik, perjanjian perdagangan, ekonomi,
perjanjian ilmiah, perjanjian dalam bidang pertanian, dan perjanjian-
perjanjian lainnya yang di bolehkan menurut syar, perjanjian-perjanjian
tersebut harus ditentukan jangka waktunya dan harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan jihad dan kepentingan kaum muslim serta kemaslahatan
negara Khalifah.
B. Strategi dan Metode yang Dijalankan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
dalam Mengkampanyekan Konsep Ketatanegaraannya dan Pikiran
Politiknya
1. Partai Bawah Tanah
Menurut penuturan Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), partai yang
berdiri sejak 1953 ini sepanjang sejarahnya selalu menjadi partai yang
dimusuhi penguasa. Karena agenda-agenda yang diperjuangkan
bertentangan secara diametral dengan ideologi negara ia berada. Namun,
meskipun timbul-tenggelam, partai ini tetap eksis hingga sekarang. Partai
yang berpusat di Yordania ini telah menyebar ke berbagai negara di hampir
46
seluruh Timur Tengah dan di negara-negara lain dengan cara bergerak di
bawah tanah.
Dalam bentuk jaringan orang dan sistem Hizbut Tahrir telah
menyebar ke berbagai negara di hampir seluruh Timur Tengah, Inggris,
Jerman, Belanda, Austria, Pakistan, Malaysia, Singapura, Australia, jepang,
Uzbekistan, Azerbaizan, Kazakhstan, Kirgistan dan di beberapa negara
bagian di Amerika Serikat
Karena disemua tempat di larang, maka Hizbut Tahrir tidak tumbuh
sebagai organisai resmi, kecuali di Indonesia Hizbut Tahrir tumbuh sebagai
organisasi yang legal, meskipun pada awal pembentukannya pada 1982
hingga kejatuhan Orde Baru Hizbut Tahrir juga mengalami represi. Hizbut
Tahrir bergerak di bawah tanah dan tidak memiliki organisasi formal.
Mereka melakukan aktivitas organisasi dengan tingkat kerahasiaan yang
tinggi. Mereka menggunakan cara-cara khusus yang membuat aktivitas
mereka sulit terdeteksi dengan aparat negara. Dalam menjalankan kegiatan
politik yang tidak legal di mata penguasa ini, para pendukung Hizbut Tahrir
tertolong dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi, dari
telepon, fax hingga internet. Teknologi terakhir inilah yang banyak
memudahkan mereka berhubungan dan mudah menghilangkan jejak.
Hal di atas sama dengan penuturan tokoh Hizbut Tahrir di
Uzbekistan bahwa gerakan Hizbut Tahrir di jalankan dengan tingkat
kerahasiaan yang tinggi. Diseluruh Asia Tengah gerakannya
terdesentralisasi pada Enam hingga Delapan orang per sel (kelompok). Sel-
47
sel ini di sebut dawrah (sircle), yakni kelompok pengajian yang ditugasi
untuk menyebarkan dakwah Hizbut Tahrir. Ketua sel memberikan tugas-
tugas mingguan bagi anggotanya yang di harapkan untuk bergerak dan
merekrut anggota baru lalu dibentuk menjadi sel baru. Ketua sel merupakan
satu-satunya orang di dalam sel yang mengenal orang-orang di level yang
lebih atas. Dengan demikian berbagai upaya penguasa untuk
menyelundupkan agen rahasianya kedalam jaringan Hisbut Tahrir hanya
bisa menangkap sel itu.
Di tengah kesulitan yang menhimpit ini, Hizbut Tahrir tetap
terorganisasi dengan baik. Masing-masing jaringan diwajibkan berpegang
teguh kapada Qanun al-Idari (Undang-undang dasar gerakan). Qanun ini
memuat prinsip-prinsip pemikiran, ideologi dan manhaj gerakan. Qanun ini
disarikan dari berbagai kitab yang di tulis oleh para tokoh Hizbut Tahrir.
Kitab-kitab ini menjadi rujukan dalam wawasan, sikap dan tindakan para
aktivis Hizbut Tahrir diseluruh dunia. Sedangkan aktualisasi prinsip-prinsip
tersebut dalam bentuk kegiatan menjadi hak masing-masing jaringan
tingkat negara sesuai dengan konteks politik masing-masing, sebagai
contoh, Hizbut Tahrir menyelenggarakan pertemuan, diskusi, seminar,
demonstrasi, menerbitkan buku, majalah dan sebagainya.
Setiap wilayah harus selalu berhubungan dengan dewan pimpinan
pusat (Laznah Qiyadah Markaziyah) yang dipimpin oleh seorang amir.
Pengurus wilayah juga harus melakukan pertanggung jawaban kepada
pengurus internasionalnya. Semua proses-proses itu dilakukan melalui
48
hubungan firtual. Tidak ada mekanisme temu langsung seperti kongres atau
muktamar. Aktivitas Hizbut Tahrir ditingkat regional (Negara) disebut
sistem kegiatan wilayah. Setiap wilayah organisasi ini dipimpin oleh panitia
khusus yang disebut “Lajnah Al-Wilayah” panitia khusus yang dibentuk
oleh dewan pimpinan pusat Hizbut Tahrir untuk mengembangkan pengaruh
politik, ideologi, serta aktualisasi aksi-aksi mereka, anggota panitia ini
terdiri dari tiga sampai sepuluh orang. Lajnah al-Wilayah ini akan selalu
tunduk kepada dewan pimpinan rahasia dalam struktur partai politik Hizbut
Tahrir.
Gerakan internal maupun eksternal dilakukan dengan sangat hati-
hati, karena ketika diketahui sebagai aktivis Hizbut Tahrir, maka akan
ditangkap. Bahkan di Yordania dan Timur Tengah sendiri Hizbut Tahrir
menghadapi tingkat represi yang tinggi. Buku-buku tentang Hizbut Tahrir
dilarang beredar dan tidak boleh dibaca atau disebarkan. Para aktivis
Hizbut Tahrir dikategorikan sebagai pemberontak, sehingga mereka yang
termasuk pemimpin tertinggi Hizbut Tahrir sendiri harus hidup berpindah-
pindah untuk menghindari penangkapan aparat pemerintah. Untuk
mensiasati situasi represif ini para pemimpin serta jaringan aktivis Hizbut
Tahrir berkomunikasi melalui media-media misalnya melalui dunia maya.
Hubungan dengan international board terbentuk melalui komunikasi
internet.4
4 Rahmat, M.Imdadun “Arus Baru Islam Radikal, Transmisi Islam Timur Tengah ke
Indonesia, Jakarta:.Erlangga, Ciracas, 2005.
49
Kesulitan ini juga dialami oleh para aktivis dakwah Hizbut Tahrir
Indonesia yang belajar di Yordania dan Timur Tengah. Mereka tidak
mengetahui siapa para aktivis Hizbut Tahrir dan jika tahu mereka tidak bisa
berhubungan, sebab mereka diawasi dengan ketat, yang paling mungkin
mereka lakukan adalah membaca buku-buku karya para tokoh Hizbut
Tahrir dengan sembunyi-sembunyi. Dengan media on-line mereka agak
tertolong, karena media ini bisa diakses dimana-mana, sulit dilacak dan
mudah menyembunyikan diri, sehingga para mahasiswa yang menjadi
aktifis Hizbut Tahrir asal Indonesia di Timur Tengah sulit sekali berjejaring
dengan para aktivis dakwah Hizbut Tahrir disana.5
2. Tahapan-Tahapan Yang Dilalui Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Dalam Mengkampanyekan Konsep Kenegaraan Dan Pikiran
Politiknya.
Ketika mereka sudah menjadi organisasai yang reesmi atau tidak
mendapat sikap represif lagi dari pemerintah maka mereka tidak lagi
berinteraksi dengan tingkat kerahasiaan yang tinggi, tetapi sudah lebih
mudah dan leluasa seperti di Indonesia. Mereka mencoba melakukan
perekrutan dengan metode yang lebih terorganisir dan komunikatif melalui
beberapa tahapan.
5 M. Imdadun Rahmat, “Arus Baru Islam Radikal, Transmisi Islam Timur Tengah ke
Indonesia”, (Ciracas. Jakarta: Erlangga, 2005), h. 54
50
1) Marhalatu At-tasqif : yaitu tahap pembinaan dan pengkaderan untuk
melahirkan individu-individu yang meyakini fikrah dan metode Hizb
guna membentuk kerangka gerakan
2) Marhalatu At-tafaul ma’a Al-ummah: Yaitu tahap berinteraksi dengan
umat agar timbul kesadaran umum di tengah umat serta ikut memikul
kewajiban dakwah, sehingga berusaha untuk menerapkannya dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
3) Al-kifahu As-siyasi : yaitu tahap dimana dibutuhkan perjuangan politik
agar dapat berjuang menghadapi negara-negara kafir imperialis yang
menguasai dan mendominasi negeri-negeri Islam, serta menentang
para penguasa dan berusaha meluruskan mereka setiap kali mereka
merampas hak-hak rakyat, kemudian juga ketika mereka melalaikan
kewajibannya terhadap umat.
4) Istilamu Al-hukmi : Penyerahan kekuasaan atau pengambil alihan
kekuasaan dari pemerintah yang menerapkan hukum-hukum kufur, dan
menerapkan hokum Islam secara kenseluruhan lalu mengembannya ke
seluruh dunia sebagai risalah.6
3 Media Komunikasi massa
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) juga mencoba menyampaikan pikiran
politiknya kepada masyarakat luas lewat media-media komunikasi massa
seperti Koran, Majalah, Radio, pamplet dan sebagainya. Media-media
6 Syabab Hizbut Tahrir “bagaimana Membangun Kembali Negara Khilafah ´ judul asli The
Methode to Re-establish the Khilafah,diterjemhkan oleh M.Ramdan Adi, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2004
51
komunikasi yang sudah siterbitkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) seperti
Koran (Media Umat), Majalah (al-Wa’i), Pamplet (al-Islam), maupun buku-
buku yang memaparkan tentang ide dan gagasan mereka.7 Serta slogan-slogan
provokatif yang mereka buat dan dimuat dimedia-media buatan mereka.
B Seruan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Pada tanggal 28 Rajab 1342 H, bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, negara penjajah kafir Inggris dan agennya, Musthafa Kamal, menghapus dawlah khilafah di Istanbul. Ini membuka pintu bagi negara-negara kolonialis untuk menguasai negara-negara Muslim, mereka memecah belah wilayah Islam yang demikian luas menjadi lebih dari 57 negara. Di atas negara-negara tersebut, kekuatan kolonialis mengangkat antek-antek mereka menjadi penguasa untuk melayani kepentingan-kepentingan mereka. Ketundukan kepada kepentingan negara-negara kafir tampak pada konstitusi, hukum, dan perundang-undangan di negeri-negeri Muslim, sehingga pergantian sosok penguasa disebuah negeri tidak akan dapat mengubah keadaan di negeri tersebut karena ideologi dan sistemnya tetap.
Sejak penghapusan khilafah, umat Islam ditimpa berbagai malapetaka, kemalangan dan penderitaan. Inggris menyerahkan Palestina -tanah yang diberkahi negeri Isra’ dan Mi’raj Rasulullah saw- kepada orang-orang Hindu bagian terbaik dari wilayah sub-benua India dan menyisakan wilayah-wilayah yang miskin kepada umat Islam. Inggris membiarkan Kashmir sebagai wilayah yang terus berdarah-darah, dimana orang-orang Hindu terus menerus menganiaya umat Islam sejak puluhan tahun yang lalu. Rusia membantai dan mengasingkan ribua Muslim di Asia Tengah;dan hingga kini Rusia masih menjalankan kebijakan yang bengis terhadap umat Islam di Chechnya. Sementara itu, Amerika Serikat, dengan dalih “perang melawan terorisme” menduduki Irak dan Afghanstan, merenggut kehormatan para muslimah, serta membantai ribuan lainnya.
Demikianlah, rangkaian permusuhan dan pelecehan orang-orang Kafir terhadap umat Islam terus berlangsung. Bukan hanya itu, mereka juga melontarkan serangan terbuka terhadap akidah Islam dengan berulang kali menghina Rasulullah saw yang mulya dan membuat tulisan,cerita,komik atau film yang melecehkan al-Quran.
Wahai umat Islam! Demikianlah keadan kita setelah Khilafah dihapuskan. Adalah sebuah
hal yang sangat hina dan memalukan, ketika kita diperlakukan bagaikan makanan yang diperebutkan oleh negara-negara yang rakus. Negeri-negeri kita menjadi sebuah arena persaingan antar negara-negar kafir
7 www. hizbut_tahrir.or.id
52
Maka, tidak diaragukan lagi, bahwa satu-satunya jalan untuk membebaskan umat dari keadaan yang penuh kesulitan dan kehinaan ini adalah dengan menegakan kembali Dawlah Khilafah. Kita telah merasakan berbagai sistem dan ideologi, dari sistem demokrasi hingga sistem diktator, Inilah saat yang paling tepat bagi kita untuk bergerak bersama-sama menuju sebuah sistem yang sesuai dengan akidah kita. Sebuah sistem yang diperintahkan oleh Allah SWT, yang di dalamnya diterapkan syariah secara kaffah melalui penegakan kembali Daulah Khilafah.8
8 HTI: Manifesto Hizbut Tahrir Untuk Indonesia, Indonesia, Jakarta Selatan: HTI Press,
2009
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep Sistem Kenegaraan Perspektif Hizbut Tahrir Indonesia
Dari hasil pencarian data-data baik melalui buku-buku, internet,
maupun hasil wawancara, penulis mendapatii bahwa sistem kenegaraan
islam adalah apabila sudah terpenuhi beberapa kriteria :
a. “Al-kuwah indal muslimin” kekuatan ditangan umat muslim.
Artinya kekuatan ada ditangan seluruh umat, bukan seperti dimayoritas
Negara-negara muslim sekarang keputusan ada dipenguasa atau
ditangan pemilik modal karena mereka tetap mengadopsi Demokrasi,
Sosialisme, Sekularisme, ataupun Liberalisme. umat Islam di Negara-
negara mayoritas muslim saat ini memisahkan antara negara dan
agama.
b. “at-tatbik al-ahkam as-sar’iyah fi kuli al-majal al-hayah” ada
penerapan Syariah secara menyeluruh dalam aspek kehidupan umat.
c. Dalam menerapkan hukum Selalu berlandaskan pada al-Qur’an dan as-
Sunah (Hadits Nabi SAW). Tidak mengadopsi sama sekali baik
Hukum, Sistem Ekonomi, Sistem Politik maupun Sistem Sosial dari
luar Islam karena Islam sudah sempurna, konseptualisasi tata
kehidupan manusia baik berkaitan dengan Ukhrawi (Shalat, Zakat,
Puasa, Haji, Jihad, dan sebagainya), maupun Duniawi (Sistem
keyakinan keagamaan, sosial Politik, sosial ekonomi, pertanian,
53
54
maupun sistem pergaulan) serta urusan-urusan yang berkaitan dengan
Public service dan lain sebagainya sudah ada dalam al-Qur’an, Tinggal
kita sebagai muslim yang berkitabkan al-Qur’an bagaimana
menginterpretsikannya lewat pintu Ijtihad yang tentunya dengan
kemampuan Bahas Arab yang fasih dan kompeten. Allah SWT,
berfirman dalam al-Qur’an tentang kesempurnaan Islam.
☺ ☺
☺
Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan atasmu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. (QS al-Maaidah : 3 )
2. Metode yang dijalankan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam
mengkampanyekan konsep kenegaraan dan pikiran politiknya
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) selalu menjadikan dakwah Rasul
sebagai referensinya. Rasul dalam berdakwah tahapannya itu kan ada tiga,
pertama, umat yang sudah memahami kepribadian dan kesadaran yang
Islami melakukan perjuangan dakwah dan politik untuk mewujudkan
Negara yang Islami pula.
Kedua, proses pembinaan yang tujuannya untuk menciptakan kesadaran
politik Islam dikalangan umat.
Ketiga, mewujudkan para pengemban dakwah Islam yang memiliki
kepribadian yang unik, yang keunikan itu Nampak kepada dua hal pola
pikirnya dan pola jiwanya. Seseorang dikatakan memiliki akidah Islam
bila menjadikan syariat Islam sebagai landasan dalam berpikir, seseorang
55
dikatakan memiliki jiwa yang Islami jika ia tidak melakukan atau
meninggalkan satu perbuatan disertai pengetahuan hukum Allah atas
perbuatan tersebut.
a. Gerakan Bawah Tanah
Di negara-negara dimana ketika organisasi ini dilarang dan
organisai ini menjadi partai yang dimusuhi penguasa karena agenda-
agenda yang diperjuangkan bertentangan secara diametral dengan
ideologi Negara, mereka menyebar melalui jaringan orang dan sistem
dalam mengkomunikasikan pikiran politiknya kepada khalayak.
b. Marhaltud Da’wah (tahapan-tahapan dakwah)
Hizbut Tahrir melakukan beberapa tahapan dalam merekrut
anggota baru yaitu:
i. Tahap pembinaan dan pengkaderan (Marhalatu At-tasqif )
ii. Tahap berinteraksi dengan umat (Marhalatu At-tafaul ma’a Al-
ummah) untuk menimbulkan kesadaran di tengah umat.
iii. Tahap perjuangan politik (Al-kifahu As-siyasi)
iv. Tahap Penyerahan atau pengambilalihan kekuasaan (Istilamu Al-
hukmi) dari pemerintah.
c. Media Komunikasi massa
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) juga mencoba menyampaikan
pikiran politiknya kepada masyarakat luas lewat media-media
komunikasi massa seperti Koran (Media Umat), Majalah (al-Wa’i),
Pamplet (al-Islam), maupun buku-buku bacaan yang memuat ide dan
konsep mereka tentang kepemerintahan Negara islam.
56
B. Kritik dan Saran
1. Secara umum konsep kenegaraan dengan tahapan-tahapan kampanye dan
metode yang dijalankan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah cukup
efektif dan mempunyai daya tawar karena mampu merekonstruksi
paradigma baru dikalangan umat dengan melibatkan proses komunikasi
yang efektif.
2. Kampanye yang dijalankan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)lebih mirip
kepada metode dakwah bukan kampanye karena tujuan kampanye adalah
khalayak tertentu dan waktu tertentu, tetapi Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI) lebih menitik beratkan kepada ajakan jangka panjang dan lebih
bertujuan kepada cita-cita propaganda.
3. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bermaksud menggabungkan semua negeri-
negeri muslim melebur kedalam satu wilayah Darul Islam, sehingga tidak
ada lagi skat-skat pemisah antar Negara yang satu dengan Negara lain
dibawah komando kekuasaan tunggal Khilafah.
4. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) seolah ingin membekukan islam seperti di
zaman Rasul Muhammad SAW, mereka tidak memilah antara terma al-
Din (esensi agama) dan terma Syariah ( perumusan dan pembentukan
hukum berdasarkan konteks sosial keagamaan).
5. Mereka menolak berpikir ulang tentang isu yang berkembang dizaman
sekarang, dalam arti harus diberikan ruang beda mana yang termasuk
perkara-perkara transenden (Ilahiyah) dan mana perkara yang termasuk
57
kerangka Syariah1. Mereka berpandangan Islam harus diterapkan dalam
semua aspek dan sistem baik hal-hal yang berkaitan dengan public
service, public interest, maupun sistem pergaulan sesama individu, sosial
dan hubungan internasional.
1 Ali Engineer, Asghar”Islam masa kini” Yogyakarta: .Pustaka Pelajar.2004
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Abdul “ Menggaet Agama untuk Politik” Jakarta: Anggota Paripurna
Komnas Perempuan 29 Juli 2008. Al-maududi, Abul A’la. khilafah dan Kerajaan. Bandung: Mizan, Anggota
IKAPI, 1998. An-Nabhani, Taqiyuddin “Daulah Islam terjemah Ad-Daulah Al-Islamiyah” HTI-
Press Tebet, Jakarta Selatan.2002. An-Nabhani Taqiyuddin. Mafahim Hizbut Tahrir, Diterjemahkan oleh Abdullah,
HTI Press, Jakarta: 2008. Asghar Ali Engineer”Islam masa kini”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2004. A. Najiyulloh. Gerakan Keagaman dan pemikiran (Akar Ideology dan
Penyebarannya), Jakarta Timur: Al-I’tisham Cahaya Umat, 2004. Artanto, Pius, M.Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya :
Arloka,1999). hal.29. Buletin Dakwah. Al-Wa’ie “Barat dan Ideologi Syaithan” .Jl.Kwitang 13.
Jakarta: HTI Press. Edisi September. 2009. Bourchier, David. “pemikiran sosial Politik Indonesia Periode Orde lama-baru”
Jakarta: PT utama Graffiti. 2006. Fatwa, A.M. Demokrasi Teistis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001. F. Isjwara S.H, LLM, “Pengantar Ilmu Politik” Bandung: Bina Cipta , 1976. Drs. D. Hendropuspito, O.C. ”Sosiologi Agama” Kanisius Yogyakarta, I’tisham,
Jakarta Timur: 2003. HTI: “Manifesto Hizbut Tahrir Indonesia” Jakarta Selatan,2009. HTI: Hizbut Tahrir wal Manhaj Hizbut Tahrir fi Taghyir (Mengenal Hizbut
Tahrir dan Strategi Dakwahnya), diterjemahkan oleh Abi ‘afif & Nurkhalish. Jakarta, 2002.
Hizbut Tahrir “Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir”
Bogor: Pustaka Thariqul Izzah: 2007. Ibrahim. Herman. “Kampanye Tanpa Kekerasan” Depok: CV.Citra Utama.
Jl.Cimanuk. 1999 hal.8.
58
59
Irawan Suhartono “Metode Penelitian Sosial”(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2005)cet.ke-5,H.35.
Kusnadi, Moh. S.H “Hukum Tata Negara” Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata
Negara, Fakultas Hukum UI. CV.Sinar Bhakti .1985. Drs. H. Kencana, Inu. “Ilmu Pemerintahan da Al-qur’an”, Jakarta: Bumi Aksara.
1994. Drs. Kansil SH, “Sistem Pemerintahan Indonesi”, Jakarta: Aksara Baru, 1985. Nazir, Muhammad “Metode Penelitian” (Jakarta: Gaila Indonesia, 1998). Cet.ke-
1 H 234. Rosady, Ruslan. S.H, M.M ”Strategi Kampanye Public Relation” Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1997. Rahmat, M. Imdadun “Arus Baru Islam Radikal, Transmisi Islam Timur Tengah
ke Indonesia” Ciracas. Jakarta: Erlangga, 2005. Syabab Hizbut Tahrir “bagaimana Membangun Kembali Negara Khilafah”
Bogor: judul asli The Methode to Re-establish the Khilafah,diterjemhkan oleh M.Ramdan Adi, Pustaka Thariqul Izzah, 2004.
Surat-surat politik Nurcholis Madjid-Mohammad Roem “Tidak Ada Negara
Islam” Jakarta: Djambatan,1997. Tim ICCE UIN Jakarta “Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani” Jakarta Timur: Rawa mangun. Jakarta Timur: Prenada Media. Mangun, 2003.
Urahmad. Winarno. “Menyusun Rencana Penelitian” (Bandung: CV. Tarsita,
1989). hal.162. Wardi, Bachtiar “Metode Penelitian Ilmu Dakwah”(Jakarta:Logos 1997). Cet.
Ke-1, hal 72. www. hizbut_tahrir.or.id