kajian sistem manajemen pengelolaan daerah aliran …

10
Dermawan, dkk., Kajian Sistem Manajemen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dalam Upaya Pelestarian Sumber Daya Air 189 189 KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DALAM UPAYA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (STUDI KASUS: DAS BONE PROVINSI GORONTALO) Reynaldo Jeffry Polie 1) , Rispiningtati 2) , Very Dermawan 3) 1 Mahasiswa Magister Sumber Daya Air, Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia 2,3 Pengajar, Program Studi Magister Sumber Daya Air, Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia Abstrak: Potensi sumber daya air DAS Bone yang besar merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Gorontalo, terutama sebagai sumber air baku air minum PDAM yang memasok kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Bone Bolango. Daerah hulu di sebuah DAS umumnya menggunakan air lebih kecil dari hak guna air dan daerah hilir umumnya memanfaatkan air lebih tinggi dari hak guna airnya. Kelebihan penggu- naan air tersebut sudah pasti akan mengambil/memanfaatkan sisa hak guna air di hulu. Dengan adanya permasalahan tersebut maka perlu suatu kajian sistem manajemen yang sesuai dengan kondisi DAS yang bersangkutan. Sistem insentif / disinsentif merupakan suatu bentuk manajemen yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam upaya pengelolaan DAS dan upaya pelestarian sumber daya air secara terpadu. Adapun tujuan ari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah debit yang digunakan oleh stakeholder, mengetahui debit operasional yang dibutuhkan dalam menjaga kelestarian DAS, dan mengetahui arah kebijakan dalam pengelolaan DAS dengan sistem insentif/disinsentif. Kata kunci: Hak Guna Air, Insentif, Disinsentif Abstract: The potential of water resources Bone is the source of life for the people of Gorontalo, especially as a source of water, supply fresh water for the people of Bone Bolango. Generally in upstream of watershed use less water than the water right of it downstream, and the areas generally utilize water higher than the water use right. Excess use of water in downdstream will take from the remaining water rights of upstream. Because of these problems, it is necessary to study type of management system in related with conditions of watershed. System of incentives / disincentives is a form of integrated watershed management. The purpose of this study are to investigate the discharge quantity is used by the stakeholders, determine the required operational discharge in conservation the watershed, and establish the policy in watershed management with a system of incentives / disincentives. Keywords: Water Right, Incentives, Disincentives Pengelolaan sumber daya air tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan sumber daya alam lainnya. Tujuan pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam secara terpadu adalah tercapainya pemanfaatan se- mua sumber daya alam secara efisien dan efektif. Tujuan ini akan menuju ke perlindungan sumber daya air dan peningkatan upaya pelestarian lingkungan. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bone merupakan ba- gian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Limboto- Bolango-Bone (LBB) yang sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Bone Bolango, berhulu di Pe- gunungan Perantanaan dan Pegunungan Tilontuade yang membentang dari timur mengalir ke barat dan bermuara di Teluk Tomini, Kota Gorontalo. DAS Bone secara administratif terdiri dari satu kabupaten dan satu kota (terletak di Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo). Di lihat secara topo- grafis, ekosistem daerah hulu DAS Bone mempunyai fungsi sebagai perlindungan dan daerah hilir meru- pakan daerah manfaat. Daerah hulu memiliki peluang

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN …

Dermawan, dkk., Kajian Sistem Manajemen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dalam Upaya Pelestarian Sumber Daya Air 189

189

KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRANSUNGAI DALAM UPAYA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR

(STUDI KASUS: DAS BONE PROVINSI GORONTALO)

Reynaldo Jeffry Polie1), Rispiningtati2), Very Dermawan3)

1Mahasiswa Magister Sumber Daya Air, Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia2,3Pengajar, Program Studi Magister Sumber Daya Air, Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya,

Malang, Jawa Timur, Indonesia

Abstrak: Potensi sumber daya air DAS Bone yang besar merupakan sumber kehidupan bagi masyarakatGorontalo, terutama sebagai sumber air baku air minum PDAM yang memasok kebutuhan air bersih bagimasyarakat Kabupaten Bone Bolango. Daerah hulu di sebuah DAS umumnya menggunakan air lebih kecil darihak guna air dan daerah hilir umumnya memanfaatkan air lebih tinggi dari hak guna airnya. Kelebihan penggu-naan air tersebut sudah pasti akan mengambil/memanfaatkan sisa hak guna air di hulu. Dengan adanyapermasalahan tersebut maka perlu suatu kajian sistem manajemen yang sesuai dengan kondisi DAS yangbersangkutan. Sistem insentif / disinsentif merupakan suatu bentuk manajemen yang dapat dijadikan sebagaialternatif dalam upaya pengelolaan DAS dan upaya pelestarian sumber daya air secara terpadu. Adapuntujuan ari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah debit yang digunakan oleh stakeholder, mengetahuidebit operasional yang dibutuhkan dalam menjaga kelestarian DAS, dan mengetahui arah kebijakan dalampengelolaan DAS dengan sistem insentif/disinsentif.

Kata kunci: Hak Guna Air, Insentif, Disinsentif

Abstract: The potential of water resources Bone is the source of life for the people of Gorontalo, especiallyas a source of water, supply fresh water for the people of Bone Bolango. Generally in upstream of watersheduse less water than the water right of it downstream, and the areas generally utilize water higher than thewater use right. Excess use of water in downdstream will take from the remaining water rights of upstream.Because of these problems, it is necessary to study type of management system in related with conditions ofwatershed. System of incentives / disincentives is a form of integrated watershed management. The purposeof this study are to investigate the discharge quantity is used by the stakeholders, determine the requiredoperational discharge in conservation the watershed, and establish the policy in watershed managementwith a system of incentives / disincentives.

Keywords: Water Right, Incentives, Disincentives

Pengelolaan sumber daya air tidak dapat dipisahkandari pengelolaan sumber daya alam lainnya. Tujuanpengembangan dan pengelolaan sumber daya alamsecara terpadu adalah tercapainya pemanfaatan se-mua sumber daya alam secara efisien dan efektif.Tujuan ini akan menuju ke perlindungan sumber dayaair dan peningkatan upaya pelestarian lingkungan.Daerah Aliran Sungai (DAS) Bone merupakan ba-gian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Limboto-Bolango-Bone (LBB) yang sebagian besar berada

di wilayah Kabupaten Bone Bolango, berhulu di Pe-gunungan Perantanaan dan Pegunungan Tilontuadeyang membentang dari timur mengalir ke barat danbermuara di Teluk Tomini, Kota Gorontalo.

DAS Bone secara administratif terdiri dari satukabupaten dan satu kota (terletak di Kabupaten BoneBolango dan Kota Gorontalo). Di lihat secara topo-grafis, ekosistem daerah hulu DAS Bone mempunyaifungsi sebagai perlindungan dan daerah hilir meru-pakan daerah manfaat. Daerah hulu memiliki peluang

Page 2: KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN …

190 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 2, Desember 2014, hlm 189–198

hak guna air yang lebih besar dibanding daerah hilir.Melihat permasalahan tersebut, maka diperlukan su-atu kajian sistem manajemen DAS yang sesuai de-ngan kondisi DAS bersangkutan. Salah satu bentuksistem manajemen adalah Insentif / Disinsentif (sub-sidi silang) dapat dijadikan sebagai alternatif dalampengelolaan DAS dan upaya pelestarian sumber dayaair secara terpadu (Integrated Water ResourcesManagement) dengan tujuan kelestarian daerahtangkapan air di Kabupaten Bone Bolango dapatterjaga, serta mencegah kerusakan ekosistem danbencana alam yang lebih besar.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1). Untuk me-ngetahui jumlah debit yang dipergunakan oleh stake-holder sehingga dapat teridentifikasikan potensi sum-ber daya air di DAS Bone; (2). Untuk mengetahuidebit operasional yang dibutuhkan dalam menjaga(operasi/operasional) kelestarian sumber daya airDAS Bone; (3). Mengetahui arahan perimbangannilai ekonomi HGA dalam pengelolaan SDA dengankonsep sistem Insentif / Disinsentif pada DAS Bone;(4). Mengetahui arahan kebijakan pengelolaan Sum-ber Daya Air dengan konsep sistem Insentif/Disin-sentif pada DAS Bone.

TINJAUAN PUSTAKADaur hidrologi

Daur atau siklus hidrologi merupakan proses per-jalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudianke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yangtidak pernah berhenti, air tersebut akan tertahan (se-mentara) disungai, danau/waduk, dan dalam tanahsehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia ataumakhluk hidup lainnya.

Pengelolaan DASPengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi

dan implementasi kegiatan atau program yang bersifatmenipulasi sumber daya alam dan manusia yangterdapat di daerah aliran sungai untuk memperolehmanfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan ter-jadinya kerusakan sumber daya air dan tanah. Ter-masuk dalam pengelolaan DAS adalah identifikasiketerkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air, danketerkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS(Asdak, 2004).

Konsep pengelolaan DAS yang baik perlu didu-kung oleh kebijakan yang dirumuskan dengan baikpula. Dalam hal ini kebijakan yang berkaitan denganpengelolaan DAS seharusnya mendorong dilaksa-nakannya praktek-praktek pengelolaan lahan yangkondusif terhadap pencegahan degradasi tanah dan

air. Harus selalu disadari bahwa biaya yang dikelu-arkan untuk rehabilitasi DAS jauh lebih mahal dari-pada biaya yang dikeluarkan untuk usaha-usahapencegahan dan perlindungan DAS.

Hak Guna Air Bagi Daerah Otonom Kabupaten/Kota

Ketersediaan SDA dipengaruhi beberapa aspek,seperti aspek geografis, ekosistem, pemanfaat, sertaaspek waktu dan siklus alaminya. Sesuai teknis hi-drologis, air bersumber dari curah hujan yang turundalam kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS). Ke-terkaitan ekosistem bagian hulu dan bagian hilir, ins-tream dan offstream, air permukaan dan air tanah,juga sangat berpengaruh terhadap ketersediaan airbaik segi kuantitas maupun kualitasnya.

Mengacu pada Undang-Undang SDA dan Un-dang-Undang Pemerintahan Daerah (UU. No. 32/2004), dirumuskan konsep hak guna air untuk peme-rintah kabupaten/kota, pengertian “Hak Guna AirKabupaten” adalah hak pemerintah kabupaten/kotauntuk memperoleh, memakai dan mengusahakan airyang ada di daerah administrasinya untuk kepentinganmasyarakat daerah tersebut tanpa merugikan daerahlainnya. Air di daerah kabupaten/kota yaitu jumlahair hujan dalam setahun (rata-rata hujan tahunan)adalah merupakan potensi dari hak daerah kabupatenotonom atas air.

Menurut Hukum Kekekalan Massa, dalam alamberlaku hukum di mana massa jumlahnya tetap, tidakbertambah dan tidak berkurang. Berdasar hukum ter-sebut maka dalam keseimbangan air (neraca air) pa-da DAS, air yang masuk kedalam DAS harus samadengan air yang keluar dari DAS. Dari Gambar 1,dapat dirumuskan bahwa besarnya aliran air mening-galkan DAS sama dengan curah hujan dikurangi eva-potranspirasi ditambah perubahan air tampungan(storage) (Natasaputra, 2005). Secara matematik(lihat Gambar 1):

Gambar 1. Tipikal DAS.

Page 3: KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN …

Dermawan, dkk., Kajian Sistem Manajemen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dalam Upaya Pelestarian Sumber Daya Air 191

Gambar 2. Tipikal “Sub DAS” Kabupaten.

Qin – Qout + Pk – ETk = DSk

dengan:Qi n = aliran air yang masukQout = aliran air yang keluarPk = curah hujan pada kabupaten kETk = evapotranspirasi pada kabupaten kDSk = perubahan storage pada kabupaten k

Sebagaimana telah didefinisikan di atas, makaHak Guna Air kabupaten merupakan hak pemerintahkabupaten/kota otonom untuk mengelola potensisumber daya air yang ada di daerahnya tanpa meru-gikan kabupaten lainnya.

Qk = Pk – ETk ± DSk ,

Sehingga persamaan menjadi :Qin – Qout + Qk = 0 , atauQk + Qin = Qout

Untuk pemeliharaan lingkungan, sepanjang su-ngai diperlukan aliran minimal yang disebut debit pe-meliharaan (maintenance flow), sehingga aliran ke-luar dari suatu kabupaten harus lebih besar atau sama

dengan debit pemeliharaan. Dengan demikian makasecara matematis:

Qout Qm ; atau Qk + Qin Qm

Dalam bentuk lain:Qk + Qin – Quse = Q m

Atau:Quse = (Qk – Q m) + Qin

Dengan:Qm = debit pemeliharaanQuse = air yang digunakan kabupaten bersangkutan

Sesuai definisi, maka hak guna air kabupatenadalah jumlah air maksimum yang dapat digunakankabupaten, sehingga dengan demikian maka debit hakguna air adalah (Natasaputra, 2005):

Qhga = Qk – Q m

Dengan:Qhga = debit hak guna air kabupatenQk = debit akibat hujan yang turun di kabupaten

tertentuQm = debit minimum untuk kepentingan lingkungan

Dalam penelitian analisa debit minimum diambilberdasarkan kebutuhan biota sungai sebesar 1,5 lt/dt/ha (Natasaputra, 2005).

Biaya Dasar Pengelolaan AirHarga air tidak mudah untuk dikenalkan kepada

masyarakat. Mengingat air merupakan karunia TuhanYang Maha Esa untuk semua mahluknya di bumi inisecara gratis, maka kiranya tidak etis untuk dipak-sakan kepada masyarakat yang kurang mampu. De-ngan demikian maka konsep yang diajukan untuk me-nentukan harga dasar air baku adalah minimal samadengan biaya konservasi (perlindungan, pengawetan),dan biaya pendayagunaan SDA per tahun dibagi de-ngan volume air per tahun yang dapat dimanfaatkanuntuk memenuhi semua kebutuhan. Secara mate-matis dapat dirumuskan (Natasaputra, 2005):

DAS

DAS

VBKBWP ; untuk VDAS > 0

Dengan:BWP = Basic Water Pricing (harga dasar air)BKDAS = Biaya konservasi DASVDAS = Volume air yang dapat dimanfaatkan

Q = P – ET ± DS

dengan:Q = aliran airP = curah hujanET = evapotranspirasiDS = perubahan storage

Apabila DAS dibagi menjadi beberapa “Sub-Das” berdasarkan batas administrasi kabupaten, ma-ka hukum kekekalan massa pada kabupaten adalah(lihat Gambar 2):

Page 4: KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN …

192 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 2, Desember 2014, hlm 189–198

Setiap sungai berbeda-beda biaya konservasinyatergantung dari tingkat kerusakan DAS dan prasa-rana yang diperlukan untuk pemanfaatannya. Sungai-sungai di Jawa barangkali memerlukan biaya kon-servasi yang lebih tinggi dibanding sungai di luarJawa.

Sistem Insentif/Disinsentif (Subsidi Silang)Daerah kabupaten kota yang berada di dalam

DAS (sebagian atau seluruhnya) baik yang beradadi hulu, di tengah, atau di hilir, pada umumnya memilikikarakteristik yang berbeda-beda terutama mengenaikondisi hidrologi (seperti curah hujan), topografi,ataupun fungsi kawasannya. Curah hujan di hulu bia-sanya lebih tinggi daripada di hilir. Dilihat secara to-pografis, ekosistem daerah hulu pada umumnya mem-punyai fungsi perlindungan dan daerah hilir merupa-kan daerah manfaat. Daerah hulu memiliki peluanghak guna air yang lebih besar dibanding daerah hilir,sedangkan daerah tengah dan hilir mungkin peluang-nya lebih rendah.

Berdasarkan kondisi tersebut, diajukan konsepbahwa pengguna air melebihi hak guna harus mem-bayar insentif (terkena disinsentif) dari hasil penda-yagunaan atau pengusahaan air kepada kabupatenpenghasil air di hulunya. Emporial egoistis sebagaidaerah otonom, tidak otomatis mengklaim bahwa se-suatu yang ada di daerahnya menjadi milik kabupa-ten/kota, apalagi air yang sifatnya mengalir dinamis.Air yang berada di wilayahnya mengandung sisa hakguna air kabupaten di atasnya, yang apabila diman-faatkan maka kabupaten tersebut wajib bayar in-sentif.

Dengan demikian maka besarnya insentif akantergantung dari berapa sisa hak guna air kabupatenhulu, dan berapa dari sisa tersebut yang dapat di-manfaatkan oleh kabupaten hilir. Atau secara mate-matis dapat dirumuskan sbb (Natasaputra, 2005):

Dengan:PBDAS = pendapatan bersih DAS [PBDAS =

NPADAS - BKDAS ] [Rp]

)(kNI = insentif kabupaten k [Rp]

)(kHGAQ = debit hak guna air kabupaten k [m3]

)(kUSEQ = debit yang dimanfaatkan kabupaten k[m3]

DASNPA = nilai perolehan air seluruh kabupatendalam DAS, [Rp]

DASBK = total biaya konservasi DAS [Rp]n

kHGAQ )( = hak guna air kabupaten k yang diman-faatkan Kabupaten n; n k

HGAQ = total hak guna air seluruh kabupaten da-lam DAS, [m3]

Cb = koefisien bobot

Apabila didefinisikan:

)(

)()(

kHGA

kUSEkHGAs Q

QQC

, maka C s adalah

koefisien sisa yang menunjukan besarnya sisa HGAkabupaten k yang belum dimanfaatkan. BesarnyaCs berkisar antara 0 dan 1 atau ( 0 Cs 1 ). Semakintinggi Cs semakin tinggi peluang untuk mendapat in-sentif, dan begitu juga sebaliknya.

Kemudian apabila didefinisikan:

HGA

nkHGA

m QQ

C )( , dengan Cm adalah koefisien

manfaat, yang menunjukan besarnya sisa HGA ka-bupaten penghasil air, yang dapat dimanfaatkan olehkabupaten pemanfaat di hilirnya. Oleh karena itu se-makin tinggi koefisien, Cm , semakin tinggi kabupatenk mendapat insentif. Nilai Cm = 0 menunjukan semuasisa HGA tidak dimanfaatkan oleh kabupaten laindihilirnya. Untuk meningkatkan Cm, kabupaten peng-hasil air perlu kerjasama dengan kabupaten hilirnyauntuk mengembangkan prasarananya. Dengan de-mikian maka diharapkan ada upaya kebersamaan da-lam keseluruhan pengelolaan DAS.

Untuk kompensasi bagi kabupaten yang mem-bangun waduk di daerahnya, diberi tambahan insentifyang besarnya proporsional dengan volume efektifwaduk yang dapat dimanfaatkan untuk kepentinganumum. Secara matematik, insentif waduk dapatdiformulasikan:

DASDAS

DAMkSbNW PB

VVCCI )( ,

Dengan:Vdam = volume efektif waduk [m3], danCS(k) = koefisien sisa kabupaten yang bersangkutan.

Koefisien bobot, Cb , dimaksudkan untuk me-nyediakan anggaran dari hasil pajak atau retribusi

Page 5: KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN …

Dermawan, dkk., Kajian Sistem Manajemen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dalam Upaya Pelestarian Sumber Daya Air 193

nilai perolehan air untuk biaya operasional keperluanpublik yang akan dikelolah oleh pemerintah daerahpropinsi.

Dalam penelitian ini, secara umum koefisien bo-bot diformulasikan sebagai berikut (Natasaputra,2005):

ns

nmb xCCC

Dengan:nmC = koefisien manfaat kabupaten n yang dapat

insentif.nsC = koefisien sisa kabupaten n yang dapat in-

sentif.

Dengan demikian maka alokasi pendapatan un-tuk pemerintah propinsi dapat diformulasikan sebagaiberikut:

DASns

nmpn PBCCI )(

Besarnya disinsentif bagi kabupaten pemanfaatair dihitung secara proporsional dengan penggunaanairnya, atau secara matematis adalah sebagai berikut:

kkHGA

n

kHGAn

nIN IQ

QD )(

)(

)(

METODE PENELITIANLangkah-langkah analisis yang dilakukan dalam

metodologi penelitian adalah: (1) Menganalisis debitandalan DAS Bone; (2) Menganalisis debit minimumDAS Bone; (3) Menghitung debit HGA DAS Bone;(4) Menganalisis debit andalan DAS Bone di Kabu-paten Mongondouw; (5) Menganalisa debit minimumDAS Bone di Kabupaten Mongondouw; (6) Meng-hitung debit HGA DAS Bone di Kabupaten Mongon-douw; (7) Menganalisis debit yang digunakan DASBone di Kabupaten Mongondouw; (8) Menganalisapendapatan dari penjualan air DAS Bone; (9) Meng-analisis biaya konservasi DAS Bone; (10) Menghi-tung pendapatan bersih DAS Bone; (11) Menghitungdebit HGA DAS Bone di Kabupaten Bone Bolango;(12) Menghitung Cs; (13) Menghitung Cm; (14)Menghitung Cb; (15) Menghitung insentif; (16)Menghitung disinsentif; (17) Menganalisa tarif dasarair.

Secara grafis langkah-langkah pengerjaan di-gambarkan dalam bentuk bagan alir seperti Gambar3.

Gambar 4. Debit Andalan (Q80) DAS Bone.Sumber: Rancangan Sumber Daya Air 2011

Debit Minimum Untuk Lingkungan DAS Bone(Qm)

Dalam menganalisa debit minimum untuk ke-perluan lingkungan DAS Bone (Qm) perlu diperhi-tungkan kebutuhan biota sungai sebesar 1,5 lt/dt/ha(Natasaputra, 2005).

Hasil analisa debit minimum untuk keperluan ling-kungan DAS Bone didapatkan sebesar 4,32 m3/dt.

Debit HGA DAS Bone (QHGA)Berdasarkan data hasil perhitungan yang ada

dari debit andalan (Qk) dan juga debit minimum untukkeperluan lingkungan (Qm) DAS Bone maka akandidapatkan debit hak guna air DAS Bone (QHGA).Hak guna air ditetapkan dalam satuan volume airper tahun dengan distribusinya dalam dua mingguan.

Sehingga debit HGA DAS Bone bisa didapatkandengan persamaan berikut:

dtkm

QQQ mkHGA

/224,23 31,4534,27

3

Debit Andalan DAS Bone di Kabupaten Mo-ngondouw (Qk Mongondouw)

Debit andalan DAS Bone di Kabupaten Mo-ngondouw didapatkan dari perbandingan rasio luasDAS Bone yang melewati Kabupaten Mongondouw.

ANALISA DAN PEMBAHASANDebit Andalan DAS Bone (Qk)

Berdasarkan dari data hasil curah hujan bisa di-dapatkan debit andalan untuk DAS Bone adalah se-besar 27,534 m3/det. Sehingga jika dibuat dalam ben-tuk grafik maka dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:

Page 6: KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN …

194 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 2, Desember 2014, hlm 189–198

Debit andalan DAS Bone di Kabupaten Mo-ngondouw bisa diperoleh melalui persamaan berikut:

dtkm

QDAS BoneLuas

douwkab MongonLuasQ kMongondouwk

/088,6

534,2739,1304

288,4529

3

)(

Tabel 1. Analisa Perhitungan Debit Minimum DAS Bone dan Debit Minimum DAS Bone di Kabupaten Mongondouw.

Gambar 3. Bagan Alir Penelitian.

Debit Minimum untuk Lingkungan DAS Bonedi Kabupaten Mongondouw (Qm Mongondouw)

Analisis debit minimum untuk keperluan lingkung-an DAS Bone (Qm) perlu diperhitungkan kebutuhanbiota sungai sebesar 1,5 lt/dt/ha (Natasaputra, 2005).

Sehingga didapatkan debit minimum untuk ke-perluan lingkungan DAS Bone di Kabupaten Mo-ngondouw sebesar 0,211 m3/dt. Perhitungan debit mi-nimum dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 7: KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN …

Dermawan, dkk., Kajian Sistem Manajemen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dalam Upaya Pelestarian Sumber Daya Air 195

Debit HGA DAS Bone di Kabupaten Mongon-douw (QHGA mongondouw)

Untuk debit hak guna air di DAS Bone di Ka-bupaten Mongondouw bisa didapatkan dengan per-samaan berikut:

dtkm

QQQ MongondouwmmongondouwkMongondouwHGA

/878,5 211,0088,6

3

Debit HGA DAS Bone di Kabupaten Bone-Bolango (QHGA Bone Bolango)

Debit hak guna air DAS di Kabupaten Bone-Bolango diperoleh dari hasil perhitungan selisih hakguna air pada DAS Bone dengan hak guna air padaDAS Bone di Kabupaten Mongondouw.

Debit HGA DAS di Kabupaten Bone-Bolangodidapatkan melalui persamaan berikut:

dtkm

QQQ MongondouwHGAHGABolangoBoneHGA

/346,17 878,5224,23

3

Debit yang Digunakan di DAS Bone di Kabu-paten Mongondouw (Quse)

Untuk debit yang digunakan di DAS Bone diKabupaten Mongondouw (Quse) dianggap 0. Haltersebut dikarenakan di DAS bone di KabupatenMongondouw tidak ada debit air yang digunakan/dimanfaatkan sehingga Quse dianggap 0.

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukandiatas, maka bisa didapatkan nilai dari koefisien man-faat (Cm).

25,0 224,23

0878,5

)(

HGA

useMongondouwHGAm Q

QQC

Adapun koefisien sisa (Cs) di DAS Bone di Ka-bupaten Mongondouw sebagai berikut:

1 878,5

0-5,878

)(

)(

MongondouwHGA

USEMongondouwHGAs Q

QQC

Nilai Cs = 1 artinya adalah peluang KabupatenMongondouw untuk mendapatkan insentif sangattinggi.

Dengan diketahuinya niai koefisien manfaat (Cm)dan juga koefisien sisa (Cs), maka bisa didapatkankoefisien bobot (Cb). Koefisien bobot (Cb), dimak-sudkan untuk menyediakan anggaran dari hasil pajakatau retribusi nilai perolehan air untuk biaya opera-sional keperluan publik yang akan dikelola oleh pe-merintah daerah propinsi. Persamaan yang digunakanuntuk menghitung koefisien bobot adalah:

25,0 10,25

smb xCCC

Nilai koefisien bobot (Cb) sebesar 0,25 berartibahwa anggaran yang harus disediakan dari hasil pa-jak atau retribusi adalah sebesar 0,25.

Analisa Pendapatan dari Penjualan Air di DASBone (NPABone)

Dalam menganalisa pendapatan dari penjualanair di DAS Bone, perlu menginventarisasi pendapatandari seluruh stake holder. Nilai perolehan air (NPA)yaitu volume air yang dimanfaatkan dikalikan denganharga dasar air. Pajak air adalah 10% dari NPA (Per-aturan Gubernur No 27 Tahun 2012).

Pada tahun 2006 volume yang dimanfaatkanadalah sebesar 3.729.000 m3/th dan dengan tarif rata-rata sebesar Rp. 2.056, maka didapatkan nilai NPAsebesar Rp. 7.668.264.000/th. Dan untuk nilai pajakair sebesar 10% adalah sebesar Rp. 766.826.000/th. Sehingga bisa diestimasikan sampai dengan tahun2015, dimana pada tahun 2015 nilai dari NPA adalahsebesar Rp. 21.527.000.000/th dan nilai pajak airsebesar Rp. 2.152.000.000/th.

Biaya Konservasi DAS Bone (BKBone)Biaya konservasi DAS adalah semua biaya yang

diperlukan untuk pengelolaan DAS dalam rangkamelestarikan ketersediaan air baku secara berkelan-jutan. Biaya konservasi didalamnya termasuk biayaperlindungan SDA seperti biaya rehabilitasi hutan danbiaya rehabilitasi kawasan lindung non hutan, peng-awetan SDA seperti pemeliharaan kawasan lindung,pemeliharaan daerah sempadan sungai dan sumberair, operasi dan pemeliharaan (O&P) infrastrukturSDA meliputi O&P jaringan irigasi, jaringan air bakudan lain-lain.

Page 8: KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN …

196 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 2, Desember 2014, hlm 189–198

Namun pada DAS Bone nilai dari biaya kon-servasi dianggap 0. Hal ini dikarenakan pada DASBone masih belum dilakukan adanya konservasi disekitar wilayah DAS Bone. Semakin tinggi tingkatkerusakan DAS maka semakin besar pula biaya kon-servasi yang dibutuhkan. Prasarana yang dapat me-ningkatkan volume air yang dapat dimanfaatkan se-cara signifikan dapat menurunkan harga dasar air.Tetapi sebaliknya pembangunan prasarana yang tidakmeningkatkan manfaat akan meningkatkan hargadasar air.

Dengan diketahui besarnya biaya konservasiDAS Bone dan juga Nilai Perolehan Air DAS Bone,maka bisa diketahui berapa besarnya pendapatanbersih DAS Bone (PBBone), persamaan yang digu-nakan untuk menghitung pendapatan bersih DASBone adalah:

000.264.668.7 0000.264.668.7

BoneBoneBone BKNPAPB

Analisa Insentif/DisinsentifPada DAS Bone hasil analisa HGA menunjuk-

kan bahwa untuk di daerah hulu memiliki HGA yangsurplus jika dibandingkan dengan di daerah hilir. De-ngan demikian kelebihan HGA di bagian hulu dapatdimanfaatkan oleh daerah hilir.

Dengan model insentif/disinsentif dari totalpenghasilan pajak sebesar Rp. 766.826.000/th bisadiketahui insentif untuk Kabupaten Mongondouwadalah:

710.603.449.1

000.264.668.7224,23346,17125,0

)(

BoneHGA

nBolangoHGABone

bkN PBQ

QCsCI

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh insentifuntuk Kabupaten Mongondouw sebesar Rp.1.449.603.701/th atau Rp. 120.800.300/bln yangharus dialokasikan oleh Kabupaten Bone Bolangountuk Kabupaten Mongondouw. Insentif ini bisa me-ningkat jika volume air yang dimanfaatkan jugameningkat sehingga dengan meningkatnya volumeair yang dimanfaatkan akan meningkatkan nilai per-olehan air (NPA), sehingga menyebabkan insentifyang diterima juga meningkat.

Adapun analisis disinsentif Kabupaten Bone-Bolango dapat diperoleh melalui persamaan berikut:

000.891.366

710.603.449.1224,23

878,5

)(

kHGA

MongondouwHGAnIN I

QQ

D

Dari hasil perhitungan di atas nilai disinsentifKabupaten Bone Bolango adalah sebesar Rp.366.891.000/th atau sebesar Rp. 30.574.250/bln.

Tarif Dasar AirDengan diketahuinya insentif Kabupaten Mo-

ngondouw dan juga disinsentif Kabupaten Bone-Bolango, maka dapat diperoleh tarif dasar air. Tarifdasar air didapatkan dari biaya yang dikeluarkan olehpemerintah dalam memberikan insentif dan disin-sentif dalam pengelolaan sumber daya air.

Dalam menghitung tarif dasar air juga perlu di-perhatikan aspek-aspek yang lain seperti tenaga ker-ja, listrik serta bahan bakar, biaya operasi serta biayapemeliharaan dan biaya administrasi yang lainnya.

Perhitungan tarif dasar air bisa dilihat pada Tabel2.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa untuk tarif dasarair pada tahun 2006 untuk Kabupaten Bone-Bolangoadalah sebesar Rp. 2.812/m3, dimana nilai tarif air

Tabel 2. Perhitungan Tarif Dasar Air.

Page 9: KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN …

Dermawan, dkk., Kajian Sistem Manajemen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dalam Upaya Pelestarian Sumber Daya Air 197

tersebut didapatkan dari nilai tarif dasar air ditam-bahkan dengan nilai insentif dan nilai pajak air. Se-hingga jika diestimasikan untuk tahun 2015 tarif airuntuk Kabupaten Bone-Bolango adalah sebesar Rp.3.377/m3.

Sedangkan untuk tarif air di Kabupaten Mongon-douw pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 2.522/m3, dimana nilai tarif air didapatkan dari hasil pe-nambahan nilai tarif dasar air dengan disinsentif danpajak air. Jika diestimasikan untuk tahun 2015 be-sarnya tarif air untuk Kabupaten Mongondouw ada-lah sebesar Rp. 2.914/m3. Nilai tarif air ini tiap ta-hunnya akan terus berubah dan cenderung meng-alami kenaikan, dikarenakan volume air yang digu-nakan terus bertambah tiap tahunnya sehingga de-ngan semakin besarnya volume air yang digunakanmaka nilai tarif air akan semakin naik juga.

Rekomendasi dalam Upaya PelestarianSumber Daya Air

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan makaada beberapa hal yang dapat direkomendasikan ter-hadap pihak-pihak yang terkait sebagai upaya pe-lestarian sumber daya air, antara lain.

Dengan adanya kerjasama dalam pengelolaansumber daya air, dana investasi dalam rangka pe-ngembangan sumber daya air pada dasarnya dapatdiperoleh dari tiap-tiap kabupaten/kota dalam DASbersangkutan, sesuai dengan kemampuannya dan da-pat diperhitungkan sebagai penyertaan saham.

Pemerintah propinsi perlu membentuk lembagakoordinasi yang profesional dengan melibatkan selu-ruh perwakilan stake holder.

Hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan se-bagai masukan dalam penyusunan kebijakan terutamamengenai pembagian peran bagi pemerintah daerahotonom yang wilayahnya masuk dalam suatu DAStertentu. Dan kebijakan tersebut sebaiknya dikuatkandalam peraturan daerah setelah melalui pembahasandan diskusi diantara pemerintah yang bersangkutan.

Dalam kurun waktu tertentu model matematikyang dibangun perlu dijustifikasi kembali, terutamamengenai besaran koefisien-koefisiennya,sehubungan dengan adanya perubahan baik kondisifisik atau karakteristik DAS ataupun perubahankondisi sosial ekonomi dari tahun ke tahun

Dalam analisis harga dasar air baku belum di-perhitungkan biaya lingkungan khususnya mengenaikemungkinan terjadinya perubahan morfologi sungaidan abrasi pantai sebagai dampak dari pengelolaanSDA

Kabupaten/kota yang berada diluar DAS yangditinjau, tetapi lokasinya berdekatan setidaknya diberialokasi air sesuai permintaannya dengan memper-timbangkan sisa hak guna air yang masih tersediadan kebutuhan dari kabupaten/kota yang bersang-kutan.

KESIMPULANDari hasil pengumpulan data, analisa dan pem-

bahasan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu.Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa untuk

debit andalan DAS Bone adalah sebesar 27,534 m3/det.

Debit Hak Guna Air (HGA) DAS Bone di wila-yah Kabupaten Mongondouw adalah sebesar 6,088m3/det.

Dengan sistem insentif / disinsentif maka bisadiketahui besarnya nilai insentif untuk KabupatenMongondouw adalah sebesar Rp. 1.449.603.701/thatau Rp. 120.800.300/bln. Sedangkan disinsentifuntuk Kabupaten Bone-Bolango adalah Rp.366.891.000/th atau sebesar Rp. 30.574.250/bln.

Rekomendasi yang bisa diberikan antara lainadalah: (a) Kabupaten Bone Bolango. Sosialisasi la-rangan untuk tidak melakukan tindakan perambahanhutan di Taman Nasional Nani Bogani Wartabone;Penetapan kembali fungsi hutan dan Pengaturan pe-manfaatan air tanah secara efisien; Pengaturan pe-ngelolaan tambang emas rakyat beserta pengolahanlimbahnya; Pengaturan pengelolaan tambang emasrakyat beserta pengolahan limbahnya; Pembangunanbangunan pengendali erosi dan sedimen; Sosialisasitentang sempadan sungai sesuai PP No. 38 Tahun2011; Penataan Batasan sempadan dan Reboisasibantaran sungai melalui program GERHAN (GerakanNasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan) dengan jenistanaman bambu dengan jarak tertentu dari bibir su-ngai; Sosialisasi RPP tentang air tanah terhadap ma-syarakat dan dunia usaha; Pembangunan Wadukserbaguna. (b) Kabupaten Bolaang Mongondow. So-sialisasi hukum dan beragai kebijakan tentang ke-hutanan; Penetapan kembali fungsi hutan; Penanam-an reboisasi kawasan hutan yang rusak, terbuka, per-ladangan dan semak belukar; Pembuatan bangunankonservasi air permukaan (Arboretum); Pembangun-an bangunan pengendali erosi dan sedimen; Sosiali-sasi RPP tentang air tanah terhadap masyarakat dandunia usaha.

SaranDari hasil analisia yang telah dilakukan maka

ada beberapa hal yang dapat dijadikan saran terhadap

Page 10: KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN …

198 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 2, Desember 2014, hlm 189–198

pihak-pihak yang terkait sebagai upaya pelestariansumber daya air, yaitu.

Dengan adanya kerjasama dalam pengelolaansumber daya air, dana investasi dalam rangka pe-ngembangan sumber daya air pada dasarnya dapatdiperoleh dari tiap-tiap kabupaten/kota dalam DASbersangkutan, sesuai dengan kemampuannya dan da-pat diperhitungkan sebagai penyertaan saham.

Pemerintah propinsi perlu membentuk lembagakoordinasi yang profesional dengan melibatkan se-luruh perwakilan stake holder.

Hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan se-bagai masukan dalam penyusunan kebijakan terutamamengenai pembagian peran bagi pemerintah daerahotonom yang wilayahnya masuk dalam suatu DAStertentu. Dan kebijakan tersebut sebaiknya dikuatkandalam peraturan daerah setelah melalui pembahasandan diskusi diantara pemerintah yang bersangkutan.

Dalam kurun waktu tertentu model matematikyang dibangun perlu dijustifikasi kembali, terutamamengenai besaran koefisien-koefisiennya, sehubung-an dengan adanya perubahan baik kondisi fisik ataukarakteristik DAS ataupun perubahan kondisi sosialekonomi dari tahun ke tahun

Dalam analisis harga dasar air baku belum di-perhitungkan biaya lingkungan khususnya mengenai

kemungkinan terjadinya perubahan morfologi sungaidan abrasi pantai sebagai dampak dari pengelolaanSDA

Kabupaten/kota yang berada diluar DAS yangditinjau, tetapi lokasinya berdekatan sebaiknya diberialokasi air sesuai permintaannya dengan memper-timbangkan sisa hak guna air yang masih tersediadan kebutuhan dari kabupaten/kota yang bersangkutan

DAFTAR PUSTAKAAsdak, Chay. 2004. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai. Yogyakarta : Gajah Mada UniversityPress.

Natasaputra, Suardi dan Sri Legowo. 2005. Sistem Insentif/ Disinsentif, Sebagai Dasar Kebijakan PengelolaanDAS Cimanuk dalam Rangka Konservasi SumberDaya Air. Bandung: Makalah Disertasi DepartemenTeknik Sipil ITB.

Soemarto, CD. 1986. Hidrologi Teknik. Surabaya: UsahaNasional.

Soewarno. 1995. Hidrologi: Aplikasi Metode StatistikUntuk Analisa Data Jilid 1. Bandung: Nova.

Soewarno. 1995. Hidrologi: Aplikasi Metode StatistikUntuk Analisa Data Jilid 2. Bandung: Nova.

Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda. 1977. Hi-drologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya Pa-ramita.