kajian pembentuk citra kawasan perumahan studi

8
KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI KASUS: PERUMAHAN TAMAN SETIABUDI INDAH, MEDAN Achmad Aryanto Julaihi Wahid Dwira N. Aulia Agus Suriadi 1 KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI KASUS: PERUMAHAN TAMAN SETIABUDI INDAH, MEDAN Achmad Aryanto, Julaihi Wahid, Dwira N. Aulia, Agus Suriadi Program Studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota Abstract. One of the efforts of attempting to understand the residential image and its surroundings is by using human mental map as the observer. Mental map is concern about how the observer gains, organize, store, and recall the information about location, distance and arrangement in the physical environment (residential area). Mental map has basic concept that called imagibility, which is the capability to bring the image. Imagibility is closely related with the legibility, which is the easiness to understand/ visualize and able to organized to be a coherent pattern. In order to make the image of residential area easy to recognize, therefore the residential area has to have characters. The reason is because the character of residential area needed to comprehend about residential area identity, according with the existing potencies. In this case, characters are a soul, realization of disposition, both physical and unphysical, that bring the image and identity of residential area. Keywords: image, mental map, imagibility, legibility 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam suatu proses penataan kawasan, penataan dilakukan sesuai dengan panduan- panduan perencanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat atau instansi terkait demi memperoleh bentuk tata kawasan yang baik. Penilaian mengenai baik atau tidaknya hash dari citra kawasan menjadi bersifat obyektif karena indikatornya hanya berdasarkan panduan- panduan tersebut. Penilaian ini, prosesnya kemudian dilakukan dengan pengidentifikasian terpenuhi atau tidaknya setiap bagian dalam panduan, sehingga memenuhi persyaratan atau dengan kata lain penataan kawasan yang telah dilakukan berhasil dengan baik. Namun hal di atas dapat dikatakan sebagai penilaian sepihak terhadap kualitas suatu kawasan terutama aspek citra / image kawasan walaupun sangat obyektif. Citra sebetulnya hanya menunjuk suatu "gambaran" (image), suatu kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang (Mangunwijaya, 1988). Penghuni atau warga suatu kawasan yang berpenetrasi ke kawasan yang terbentuk tersebut datang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda sehingga belum tentu penghuni di kawasan tersebut adalah perencana itu sendiri. Penghuni yang kemudian disebut sebagai pengamat ini akan menangkap suatu kesan ke dalam memori mereka, berupa penilaian lingkungan interaksi mereka dan penilaian itu Universitas Sumatera Utara

Upload: buiminh

Post on 23-Jan-2017

245 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI

KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI KASUS: PERUMAHAN TAMAN SETIABUDI INDAH, MEDAN

Achmad AryantoJulaihi Wahid

Dwira N. AuliaAgus Suriadi

1

KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI KASUS: PERUMAHAN TAMAN SETIABUDI INDAH, MEDAN

Achmad Aryanto, Julaihi Wahid, Dwira N. Aulia, Agus Suriadi Program Studi Magister Teknik Arsitektur

Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota

Abstract. One of the efforts of attempting to understand the residential image and its surroundings is by using human mental map as the observer. Mental map is concern about how the observer gains, organize, store, and recall the information about location, distance and arrangement in the physical environment (residential area). Mental map has basic concept that called imagibility, which is the capability to bring the image. Imagibility is closely related with the legibility, which is the easiness to understand/ visualize and able to organized to be a coherent pattern. In order to make the image of residential area easy to recognize, therefore the residential area has to have characters. The reason is because the character of residential area needed to comprehend about residential area identity, according with the existing potencies. In this case, characters are a soul, realization of disposition, both physical and unphysical, that bring the image and identity of residential area.

Keywords: image, mental map, imagibility, legibility

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam suatu proses penataan kawasan, penataan dilakukan sesuai dengan panduan-panduan perencanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat atau instansi terkait demi memperoleh bentuk tata kawasan yang baik. Penilaian mengenai baik atau tidaknya hash dari citra kawasan menjadi bersifat obyektif karena indikatornya hanya berdasarkan panduan-panduan tersebut. Penilaian ini, prosesnya kemudian dilakukan dengan pengidentifikasian terpenuhi atau tidaknya setiap bagian dalam panduan, sehingga memenuhi persyaratan atau dengan kata lain penataan kawasan yang telah dilakukan berhasil dengan baik.

Namun hal di atas dapat dikatakan sebagai penilaian sepihak terhadap kualitas suatu kawasan terutama aspek citra / image kawasan walaupun sangat obyektif. Citra sebetulnya hanya menunjuk suatu "gambaran" (image), suatu kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang (Mangunwijaya, 1988). Penghuni atau warga suatu kawasan yang berpenetrasi ke kawasan yang terbentuk tersebut datang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda sehingga belum tentu penghuni di kawasan tersebut adalah perencana itu sendiri. Penghuni yang kemudian disebut sebagai pengamat ini akan menangkap suatu kesan ke dalam memori mereka, berupa penilaian lingkungan interaksi mereka dan penilaian itu

Universitas Sumatera Utara

Page 2: KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 1-8

2

berbeda-beda pula diantara masingmasing pengamat. Perumahan terencana dapat dilihat sebagai suatu bentuk kota vane memiliki itra / image kawasan tersendiri yang memberikan banyak hal yang sangat penting bagi masyarakatnya, seperti kemampuan untuk berorientasi dengan mudah dan cepat disertai perasaan nyaman karena tidak merasa tersesat, identitas yang kuat terhadap suatu tempat, dan keselarasan hubungan dengan tempat-tempat yang lain. Interaksi manusia sebagai sebuah/seorang sistem pengamat dalam lingkungannya merupakan interaksi atau hubungan yang saling menyesuaikan. Ketika lingkungan terbentuk, manusia sebagai pengamat mulai melakukan pengenalan terhadap lingkungannya melalui panca indera/pengalaman fisik dan pengalaman psikis. Proses input pengalaman dan menyatakan kembali tentang pengalaman terhadap lingkungan tersebut merupakan pemetaan kesadaran/mental (kognitif) yang telah dilakukan oleh pengamat. Pemetaan kognitif dapat dijadikan alat untuk evaluasi dari hasil penataan suatu kawasan. Jika hal ini dapat dipelajari dengan menghubungkan elemen kota dengan opini pengamat melalui peta kognitif, maka peta kognitif memungkinkan untuk dijadikan bagian dari panduan seperti yang disebut di atas. Kesan-kesan yang dinyatakan oleh pengamat dapat menjadi kriteria dalam penilaian citra suatu kawasan. Oleh karena itu perlu mengkaji lebih dalam mengenai proses interaksi ini dan bagaimana elemen-elemen yang keluar dalam pemetaan kognitif pengamat dapat menceritakan citra dari tata kawasan yang dihuni pengamat tersebut. Kawasan Perumahan Taman Setiabudi Indah yang berada di kelurahan Tanjung Rejo, di antara kecamatan Medan Sunggal dan Medan Selayang, Kota Medan, merupakan kawasan perumahan terencana berbentuk real estate pertama di Kota Medan. Kawasan ini merupakan kawasan real estate dengan sarana dan prasarana yang cukup lengkap, sehingga dapat juga dilihat sebagai kota satelit mini yang memerlukan perencanaan yang baik layaknya sebuah kota, terutama berhubungan dengan citra kawasan yang membentuk persepsi bagi penghuni dan pendatang kawasan tersebut. Keberadaan elemen citra kawasan akan berpengaruh bagi penghuni

untuk menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang ditempati. 1.2 Perumusan Masalah Melihat latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi permasalah dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi elemen-elemen yang berpotensi dalam membentuk citra kawasan pada lingkungan perumahan. Penelitian ini dilakukan pada kawasan Perumahan Taman Setiabudi Indah, Medan, sehingga hasil yang akan diperoleh belum tentu sama dengan kawasan lain karena latar belakang kondisi kawasan yang berbeda.

1.3. Tujuan Penelitian Dengan mengambil kasus kawasan perumahan terencana dan dibatasi pada kajian citra (image) kawasan sebagai elemen fisik pembentuk kualitas tata kawasan perumahan terencana, tujuan dari penelitian ini adalah: • Mengkaji dan membuktikan elemenelemen

yang potensial sebagai pembentuk citra suatu kawasan terutama pada kawasan perumahan terencana.

• Mengkaji bagaimana elemen-elemen yang keluar dalam pemetaan kognitif pengamat dapat menceritakan citra dari kawasan yang dihuni oleh pengamat tersebut.

2. Tinjauan Pustaka Teori mengenai citra place merupakan suatu teori penting dalam perancangan kota, karena sejak tahun 1960an teori `citra kota' mengarahkan pandangan perancangan kota ke arah yang memperhatikan pikiran terhadap kota dari orang yang hidup didalamnya. Individu mengalami reaksi terhadap lingkungan fisik bangunan dan perkotaan yang mereka lihat, reaksi tersebut menjadi pengalaman berupa citra (image) lingkungan yang tersimpan dalam ingatan, dan kemudian citra inilah yang akan mempengaruhi perilaku. Obyek-obyek arsitektur dan perkotaan merupakan bahan-bahan informasi yang siap dipersepsikan, diingat dan digunakan. Ketiga proses tersebut adalah yang paling dekat dengan proses psikologis manusia dan merupakan penjelasan mengenai pemetaan mental (kognit J

Universitas Sumatera Utara

Page 3: KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI

KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI KASUS: PERUMAHAN TAMAN SETIABUDI INDAH, MEDAN

Achmad AryantoJulaihi Wahid

Dwira N. AuliaAgus Suriadi

3

Peta mental yaitu satu upaya pemahaman suatu tempat khususnya suatu kota. Istilah peta mental mengacu pada definisi oleh Stea (1973), yaitu proses yang memungkinkan kita untuk mengumpulkan,mengorganisasikan, menyimpan dalam ingatan, memanggil, serta menguraikan kembali informasi tentang lokasi relatif dan tanda-tanda tentang lingkungan fisik. Image yang terbentuk termasuk elemen yang diperoleh dari pengamatan langsung, dari seseorang yang pernah mendengar langsung tentang suatu tempat, dan dari informasi yang telah dibayangkan. Kevin Lynch (1960), seorang tokoh peneliti kota melakukan riset yang berdasarkan pada pemetaan kognitif sejumlah penduduk dari kota tersebut. Dalam risetnya, is menemukan betapa pentingnya peta kognitif itu karena citra yang jelas akan memberikan banyak hal yang sangat penting bagi masyarakatnya, seperti kemampuan untuk berorientasi dengan mudah dan cepat disertai perasaan nyaman karena tidak merasa tersesat, dan keselarasan hubungan dengan tempattempat lain. Kualitas fisik yang diberikan oleh suatu kawasan dapat menimbulkan suatu citra/image yang cukup kuat dari seorang pengamat. Kualitas ini disebut dengan imageability (imagibilitas) atau kemampuan mendatangkan kesan. Imagibilitas mempunyai hubungan yang sangat erat dengan legibility (legibilitas), atau kemudahan untuk dapat dipahami/dikenali dan dapat diorganisir menjadi satu pola yang koheren/berkelanjutan. Dalam Zahnd (1999), Lynch dalam bukunya "Image of the City" mendefinisikan citra kota sebagai berikut:

"Sebuah citra kota adalah gambaran mental dari sebuah kawasan sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakatnya."

Inti dari penelitian Lynch terfokus kepada mengidentifikasi elemen-elemen struktur fisik yang membuat kota dapat memberikan kesan. Dia menyimpulkan bahwa terdapat lima kategori elemen yang digunakan orang untuk menyusun kesadaran atas image kawasan. Elemenelemen tersebut adalah: paths, edges, districts, nodes, dan landmarks. Teori citra kota yang diformulasikan Lynch ini

akan digunakan sebagai alat untuk mengkaji elemen-elemen pembentuk citra kawasan melalui temuan karakter fisik kawasan. 3. Metoda Penelitian Penelitian ini dipergunakan langkahlangkah ilmiah dengan metode penelitian fenomenologis deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Proses analisa dan sintesa menentukan keberhasilan dari penelitian ini. Pada tahap pertama, dari teori citra kawasan dikeluarkan variabel yang akan menjadi parameter kajian dalam mengidentifikasi karakter-karakter fisik yang sangat dikenal oleh penghuni perumahan. Pada tahap kedua, temuan karakter fisik yang diperoleh akan dipergunakan untuk menganalisa elemen-elemen pembentuk citra kawasan pada Perumahan Taman Setiabudi Indah, sehingga pada akhirnya akan ditemukan elemen-elemen yang berpotensi dalam membentuk citra kawasan perumahan serta memberikan rekomendasi bagi perencanaan dan perancangan kawasan perumahan yang lebih baik. Lokasi penelitian ini berada di Perumahan Taman Setibudi Indah. Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan dengan mengambil salah satu rute yang menghubungkan pintu gerbang utama Perumahan Taman Setiabudi Indah 1 dengan Perumahan Taman Setiabudi Indah II yang berada didalamnya. Rute yang diambil tersebut akan dibagi menjadi 6 segmen sesuai dengan jumlah segmen jalan yang akan dilalui dan masing-masing segmen tersebut memiliki kualitas ruang yang berbeda-beda (Gambar 1).

Gambar 1. Peta Lokasi Kawasan dan Segmen Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 4: KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 1-8

4

3.1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah elemen-elemen citra kota/kawasan yang dipergunakan orang untuk menstrukturkan gambaran kognisi dari sejumlah tempat. Elemen-elemen tersebut adalah: 1. Path merupakan suatu ”lorong” yang dapat

memberikan keleluasaan bergerak yang potensial. Path dapat berupa jalan kendaraan atau pejalan kaki, saluran air, rel kereta api, dan sebagainya. Dan akan lebih memiliki identitas jika path tersebut menghubungi dua tempat yang menarik (besar), seperti stasiun, tugu, alun-alun dan lain sebagainya. Citra lingkungan akan terbentuk jika orang melalui path ini.

2. Edge merupakan batas antara dua daerah yang berbeda karakter fisiknya. Batas ini juga sebagai daerah peralihan. Batas tersebut dapat berupa pagar / pembatas solid atau batas tersebut dapat juga berupa sebuah garis non-visual dimana berada pada satu daerah yang sating terkait, seperti pantai sebagai peralihan daratan dengan laut.

3. District merupakan suatu kawasan didalam suatu kota yang memiliki karakter khusus yang mudah dikenal, Dapat di identifikasi secara non-visual dengan memperhatikan kesamaan karakter dan kebiasaan masyarakat dan juga dapat di identifikasi secara visual apabila ada sebuah tanda fisik pada kawasan tersebut.

4. Nodes merupakan suatu titik simpul yang posisinya strategis di dalam suatu kota yang menjadi karakter khusus yang mudah dikenal bagi pendatang. Nodes dapat juga difungsikan sebagai orientasi dengan menempatkan sebuah karakter fisik sebagai penutup kawasan tersebut.

5. Landmark merupakan suatu objek fisik yang dapat dikenali karena bentuknya yang jelas, menonjol, atau kontras dengan lingkungan disekitarnya. Biasanya dapat berupa bangunan, papan nama selamat datang, deretan pertokoan ataupun pegunungan. Landmark biasanya mencerminkan sebuah orientasi urban pada kawasan tersebut.

3.2. Sampel Penelitian Rancangan pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Non Probabilitas dengan teknik

pengambilan sampel purposif (purposial sampling) dimana sumber sampel akan ditentukan terlebih dahulu dengan pertimbangan dibutuhkan data yang lebih bervariatif. Menurut Bechtel (1987), sampel atau responden yang terlibat dalam penelitian pemahaman lingkungan disebut dengan istilah "research participants", digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Mahasiswa yang berasal dari universitas

(university samples), terdiri dari: a. Mahasiswa bagian arsitektur, desain dan

perencanaan; b. Mahasiswa diluar bagian tersebut diatas.

Selanjutnya disebut Kelompok Responden A

2. Kelompok profesi arsitek (professional samples). Selanjutnya disebut Kelompok Responden B.

3. Masyarakat umum yang bertempat tinggal (community samples). Selanjutnya disebut Kelompok Responden C.

Ketiga kelompok responden diatas akan digunakan sebagai sumber sampel yang berasal dari penghuni perumahan yang memiliki latar belakang yang berbeda sehingga diharapkan peneliti menemukan variasi jawaban yang akan menambah keobjektifan penilaian. Adapun kriteria penghuni yang akan diikutsertakan dalam penelitian ini adalah: a. Penghuni adalah pemilik atau penghuni

kontrakan yang menggunakan rute tersebut untuk kegiatannya sehari-hari atau sekurang-kurangnya penghuni tersebut mengetahui dan pernah melalui rute tersebut.

b. Lama huni ditentukan minimal 3 bulan dengan harapan penghuni telah mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan perumahan tersebut.

Dengan tujuan untuk menjaring opini, maka penelitian ini memerlukan sampel atau responden dengan jumlah yang cukup terwakili untuk ketiga kelompok responden diatas. Namun dengan keterbatasan jumlah responden dari kelompok mahasiswa (kelompok A) dan profesi arsitek (kelompok B), maka ditentukan jumlah responden untuk masingmasing kelompok tersebut adalah 10 sampel termasuk kelompok responden C yang jumlahnya mengikuti jumlah kelompok responden lainnya, sehingga jumlah keseluruhan adalah 30 sampel.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI

KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI KASUS: PERUMAHAN TAMAN SETIABUDI INDAH, MEDAN

Achmad AryantoJulaihi Wahid

Dwira N. AuliaAgus Suriadi

5

Dalam penelitian ini, alat pengumpul data yang digunakan adalah: a. Angket (Kuesioner) b. Wawancara (Interview) c. Pengamatan (Observasi) Kegiatan observasi dilakukan secara langsung (direct) oleh peneliti untuk memperoleh data tambahan yang lebih obyektif dalam melengkapi opini penghuni yang telah disampaikan melalui kuesioner dan interview. Melalui observas diperoleh data tambahan berupa: (1) Data lingkungan perumahan secara fisik dan sosio-kultural; (2) Kondisi interaksi penghuni sehari-hari dengan lingkungan fisik, khususnya yang bertalian dengan aspek sosiologi dan psikologi. Kegiatan observasi di lapangan selain dilakukan pada setiap kali kejadian interview dengan responden, juga dilakukan secara informal terhadap kegiatan seharihari. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Kajian Karakter Fisik Kawasan Untuk dapat melakukan analisa terhadap elemen-elemen yang berpotensi sebagai pembentuk citra kawasan, maka akan dikaji terlebih dahulu karakterkarakter yang telah memberikan kesan dan mudah diingat oleh penghuni berdasarkan segmen yang telah dibagi pada gambar 1. a. Segmen A, yaitu:

• Eks Kantor Bank Uniland di Ujung Persimpangan Jalan

• Gedung Pengelola Perumahan IRA WIDYA UTAMA.

b. Segmen B, yaitu: • Papan Penunjuk Arah di Ujung Segmen • Keramaian di Sepanjang Segmen B.

c. Segmen C, yaitu: • Bundaran Taman di Tengah Perempatan

Jalan • Sungai • Jembatan.

d. Segmen D, yaitu: • Lapangan Latihan Golf • Kapling Kosong di Ujung Segmen.

e. Segmen E, yaitu: • Blok Bangunan Rumah Toko (Ruko) • Pedagang.

f. Segmen F, yaitu: • Lapangan Sepak Bola • Jalur Jalan yang Lebar dengan Parit

Besar di Tengah Boulevard • Perumahan Bukit Hi au Regency di

Tengah Segmen F. 4.2. Kajian Elemen Pembentuk Citra Kawasan Pada 4.1. telah diperoleh karakterkarakter fisik yang berpotensi menjadi elemen pembentuk citra kawasan perumahan. Karakter-karakter tersebut memiliki identitas, struktur, dan makna tersendiri yang menjadikannya sebagai karakter yang sangat dikenal dan di ingat oleh penghuni. Karakter-karakter yang dimaksud, berdasarkan definisi dan sifat elemen pembentuk citra kawasan adalah: a. Elemen Path; merupakan elemen yang

menjadi jalur pergerakan dalam kawasan perumahan, baik untuk kendaraan berrnotor, pejalan kaki, dan aliran air. Karakter yang termasuk elemen ini adalah: Sungai pada segmen C, Jembatan di segmen C, dan Jalan dengan Boulevard di segmen F.

b. Elemen Edge: merupakan karakter yang terbentuk sebagai pembatas atau pemisah dua kelompok blok perumahan secara berkesinambungan, yaitu Sungai, terbentuk sebagai pemisah dan wilayah pertemuan antara lapangan sepak bola dengan blok perumahan adalah elemen Jalur Jalan dengan Boulevard

c. Elemen District; merupakan zona dalam suatu kawasan yang memiliki kesamaan ciri khas baik dalam bentuk, pola, kegiatan ataupun wujudnya, serta batas wilayahnya yang jelas. Karakter yang termasuk elemen adalah: Blok Bangunan Rumah Toko/Ruko, dan Perumahan Bukit Hijau Regency di Tengah Segmen F.

d. d. Elemen Node; merupakan karakter yang menjadi orientasi baik dalam bentuk aktivitas yang aktif, pemusatan jalur atau pemusatan aktivitas yang posisinya sebagai penangkap pergerakan di persimpangan jalur (titik simpul). Keberadaan elemen ini sangat jelas dan mudah diingat oleh penghuni perumahan. Karakter yang termasuk elemen ini adalah: Eks Kantor

Universitas Sumatera Utara

Page 6: KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 1-8

6

Bank Uniland, Papan penunjuk Arah di Ujung Segmen, Keramaian di sepanjang Segmen B, Bundaran Taman di Tengah Perempatan Jalan, Jembatan, Lapangan Latihan Golf, Kapling Kosong di Ujung Segmen, Pusat Pedagang Makanan, dan Lapangan Sepak Bola.

e. Elemen Landmark; merupakan karakter tunggal yang menjadi orientasi kawasan perumahan secara makro atau mikro yang memberikan identitas tersendiri yang unik. Karakter tersebut memiliki kekontrasan fisik dengan lingkungan disekitarnya sehingga bentuknya tampak dengan jelas. Karakter yang termasuk elemen ini adalah: Gedung Pengelola Perumahan IRA WIDYA UTAMA, Bundaran Taman di Tengah Perempatan Jalan, dan Lapangan Sepak Bola.

Diantara karakter-karakter yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa karakter yang berfungsi ganda atau memiliki dua fungsi elemen citra kawasan, yaitu: • Bundaran Taman di Tengah Perempatan

Jalan; berfungsi sebagai Node dan keberadaannya diperkuat lagi dengan tanaman hias dan lampu yang juga bersifat Landmark kawasan.

• Sungai; selain merupakan jalur pergerakan air/saluran air yang membelah kawasan perumahan (path), sungai ini juga sebagai pembatas atau pemisah kelompok blok perumahan (edge).

• Jembatan; berfungsi sebagai path karena menjadi jalur yang menghubungkan dua zona perumahan, dan sebagai node di lain hal karena posisinya yang strategis dan memiliki kepadatan arus kendaraan yang cukup tinggi.

• Lapangan Sepak Bola; berfungsi sebagai node yang dipengaruhi oleh aktivitas yang terjadi didalamnya tergolong aktif. Selain itu ukuran lapangan sepak bola tersebut yang cukup luas dan memberikan orientasi serta identitas kawasan yang sangat dikenal oleh penghuni bahkan masyarakat luar perumahan menjadikannya sebuah Landmark kawasan Perumahan Taman Setiabudi Indah, Medan. dengan Boulevard

• Jalur Jalan dengan Boulevard, berfungsi sebagai Path karena merupakan jalur utama (major route) kawasan yang berbentuk boulevard, dan juga berfungsi sebagai Edge

disebabkan karena terbentuk sebagai pemisah dan wilayah pertemuan antara lapangan sepak bola dengan blok perumahan di segmen F.

5. Kesimpulan dan Rekomendasi 5.1. Kesimpulan Dalam menjawab permasalahan yang timbul dalam penelitian ini, beberapa kesimpulan yang dapat dirumuskan yaitu: 1. Elemen-elemen yang berpotensi dalam

membentuk citra 1 image suatu kawasan pada lingkungan perumahan adalah: a. Karakter Fisik Alam; seperti sungai,

taman penghijauan, ataupun lapangan olah raga merupakan elemen yang mudah diingat oleh pengamat. keberadaan zona ini memberikan penanda atau identitas yang sangat jelas bagi penghuni. Lokasi dan persentase luas yang sebanding dengan zona terbangun akan membantu penghuni untuk beradaptasi/mengenal lingkungannya. Karakter fisik alam ini dapat sengaja dibuat ataupun memang telah ada sebelumnya namun keberadaannya lebih ditonjolkan.

b. Pengelompokan zona; pembagian antara zona pemukiman dengan zona komersial akan memberikan identitas yang jelas bagi penghuni untuk membedakan zona di dalam kawasan.

c. Keberadaan Street furniture; dapat berupa lampu penerangan , papan penunjuk arah atau benda-benda lainnya dapat menjadi hal yang mudah diingat bagi penghuni. informasi-informasi kecil yang diperoleh dapat memperkuat proses persepsi bagi penghuni.

d. Konsentrasi Aktivitas; aktivitas sosial maupun ekonomi memiliki potensi besar dalam mempertegas keberadaan nodes ataupun district seperti keberadaan para pedagang makanan di beberapa titik simpul atau kawasan pertokoan dengan beragam bentuk tampilan bangunan yang memberikan karakter tersendiri terhadap kawasan tersebut.

e. Karakter Jalur Sirkulasi; penataan jalur untuk kendaraan, jalur pejalan kaki, saluran air pembuangan harus cukup mudah diidentifikasi antara jalur utama dan jalur lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI

KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI KASUS: PERUMAHAN TAMAN SETIABUDI INDAH, MEDAN

Achmad AryantoJulaihi Wahid

Dwira N. AuliaAgus Suriadi

7

Keberadaannya akan menegaskan/meberikan informasi kepada pengamat mengenai posisinya di dalam sistem lingkungan.

2. Penilaian pengamat terhadap elemenelemen pembentuk citra/image kawasan perumahan sangat berbedabeda yang dipengaruhi latar belakang psikologis dari pengamat. Penilaian tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Gaya Hidup (Lifestyle). Gaya hidup

atau yang biasa disebut juga kebiasaan mempengaruhi setiap penekanan dalam menerima persepsi dari lingkungan.

b. Keakraban (Familiarity). Keakraban dan frekuensi dalam berinteraksi dengan lingkungan mempengaruhi keakuratan penggambaran peta mental.

c. Keterlibatan Sosial. Karakter lingkungan yang tergambar di dalam peta kognitif j uga dipengaruhi oleh hubungan sosial masing-masing individu.

d. Kelas Sosial. Perbedaan sosial berhubungan positif dengan jangkauan citra urban atau luasan dari cakupan peta mental. Ini dipercaya disebabkan oleh kelas sosial yang mempengaruhi kemampuan mobilitas spasial tiap individu, dibandingkan kelas menengah ke bawah, golongan menengah ke atas memiliki mobilitas lebih tinggi karena kemampuan mereka memiliki kendaraan dan kemudahan yang dapat dibeli.

e. Perbedaan Gender. Tercatat peta mental pria lebih luas cakupannya dibandingkan wanita. Ini disebabkan oleh perilaku yang sudah terpola secara tradisi tentang aturan gender, di mana contohnya wanita lebih menggunakan waktunya di lingkungan terbatas sebagai ibu rumah tangga, dan pria berkegiatan di lingkungan yang lebih luas sebagai pencari nafkah.

Sedangkan citra/image terhadap suatu kawasan perumahan berkaitan Berat dengan tiga komponen, yaitu:

a. Identitas, dari beberapa obyek/elemen dalam suatu kawasan perumahan yang berkarakter dan khas sebagai jatidiri yang dapat membedakan dengan kawasan perumahan lainnya

b. Struktur, yaitu mencakup pola hubungan antara obyek/elemen dengan obyek/elemen lain dalam kawasan perumahan yang dapat dipahami dar dikenali oleh pengamat, struktui berkaitan dengan fungsi kawasar tempat obyek/elemen tersebut berada.

c. Makna, merupakan pemahaman art oleh pengamat terhadap dua komponer (identitas dan struktur kawasan) melalu dimensi: simbolik, fungsional emosional, historik, budaya, dan politik.

5.2. Rekomendasi Definisi dari masing-masing kelima elemen citra kawasan dapat sama untuk setiap kawasan namun pemahamannya perlu diadaptasi berdasarkan kondis setempat dari berbagai latar belakang. Untuk mendapatkan gambaran yank lebih tepat tentang citra suatu kawasar menggunakan kelima elemen citra kawasan tersebut perlu diterjemahkan dar dicocokkan menjadi definisi baru yang berlaku untuk kawasan yang bersangkutan, misalnya unsur kawasan seperti “patokan” yang sering dikenal di Indonesia perlu diterjemahkan di mana letak kesamaar karaktemya dengan salah satu elemer kawasan tersebut. Perlu adanya penataan terhadal elemen-elemen citra/image kawasar perumahan terutama pada perletakkan dan komposisinya terhadap lingkungan. Pado dasarnya elemen-elemen tersebut berperar, besar dalam membantu penghuni/warga dalam melakukan penyesuaian diri. Proses persepsi yang dilakukan akan menangkal elemen-elemen citra kawasan tersebut karena keberadaannya yang menonjol. Lalu kemudian proses persepsi ini yang dijadikan alat untuk menjadikan lingkungan sekitar pengamat menjadi `bersahabat' dengan penghuni. Adaptasi dapat terjadi lebih cepat dan penghuni menjadi lebih cepat menilai kawasan kediamannya, maka segala perubahan yang menanggapi penilaian tersebut dapat cepal ditindaklanjuti.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: KAJIAN PEMBENTUK CITRA KAWASAN PERUMAHAN STUDI

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 1-8

8

Hasil penelitian tentang pembentuk citra kawasan terhadap lingkungan perumahan terencana ini adalah memberikan masukan umpan balik bagi perencana dalam menciptakan lingkungan perumahan yang lebih baik serta menjadi pengkayaan wawasan terhadap tuntutan kebutuhan penghuni rumah bagi para pihak yang terlibat dan terkait dengan pembangunan perumahan. Daftar Pustaka

Lynch (1960) “The Image of The City”, The MIT Press, Cambridge, Massachusetts

Zahnd, Markus (1999) “Perancangan Kota Secara Terpadu”, Kanisius, Yogyakarta

Bechtel B Robert; Marans W. Robert & Michelson William (1987) “Methods in Environmental and Behavioral Research”, Van Nostrand Reinhold

Universitas Sumatera Utara