kajian landas kontinen indonesia (selatan sumbawa)

Upload: teguh-fayakun-alif

Post on 23-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Kajian Landas Kontinen Indonesia (Selatan Sumbawa)

    1/8

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX - XXXX Print) 1

    Abstrak Sebuah negara baik itu negara pantai (coastal state) maupun negara kepulauan (archipelagic state ) berhakmengklaim wilayah maritim tertentu yang diukur dari garispangkal, salah satu wilayah maritim yang dapat diklaim antaralain landas kontinen ekstensi. Menurut UNCLOS 1982 pasal76, negara pantai mempunyai kesempatan untuk melakukansubmisi menentukan batas terluar landas kontinen lebih dari200 M atau yang disebut dengan Landas Kontinen Ekstensi(Extended Continental Shelf) . Kawasan maritim di sebelahselatan Nusa Tenggara, khususnya sebelah selatan PulauSumbawa merupakan salah satu dari tiga kawasan di Indonesiayang mempunyai potensi untuk melakukan klaim landaskontinen lebih dari 200 M. Penetapan batas landas kontinen inidirasa sangat penting mengingat sumber mineral yang beradadi kawasan ini dapat menguntungkan Indonesia dalampengelolaan sumber daya alam dari sektor maritim.

    Untuk melakukan penentuan tentang landas kontinenekstensi di kawasan selatan Nusa Tenggara diperlukan kajianyang meliputi kajian teknis serta kajian yuridis yang berlakusecara internasional. Kajian teknis merupakan metodepenetapan landas kontinen ekstensi yang didasarkan padapetunjuk teknis dan ilmiah penentuan batas terluar landaskontinen ekstensi yang ditetapkan secara resmi oleh CLCS

    dalam Scientific and Technical Guidelines of the Commission on the Limits of the Continental Shelf serta kajian yuridis yangdidasarkan pada UNCLOS 1982 (United Nations Convention

    on the Law of the Sea) serta TALOS (Technical Aspect onThe Law of The Sea). Dalam penelitian ini data yang digunakanadalah data batimetri dari proyek DMRM ( Digital Marine

    Resource Management) tahun 2000 serta data ketebalansedimen global yang diperoleh dari NOAA NGDC (National Geophysical Data Center) .

    Dari hasil pengolahan dan analisa diperoleh landas kontinenekstensi Indonesia di kawasan maritim selatan Nusa Tenggaramenghasilkan klaim dengan luas sebesar 58974.5834 km 2.

    Klaim batas terluar Landas Kontinen Ekstensi di selatan NusaTenggara merupakan hasil formula garis Hedberg (FOS+ 60M)karena dinilai lebih menguntungkan daripada memakai

    formula garis Gardiner dengan syarat pembatas 350 M. Darianalisa posisi foot of slope juga didapatkan perbedaan lokasidengan posisi foot of slope dengan penelitian terdahulu.

    Kata Kunci Landas Kontinen Ekstensi, Kajian Teknis danYuridis, Syarat Pembatas 350 M, Garis Formula Hedberg,

    Foot of Slope.

    I. PENDAHULUAN

    ebuah negara baik itu negara pantai (costal state)maupun negara kepulauan (archipelagic state ) berhak

    mengklaim wilayah maritim tertentu yang diukur dari garispangkal. Wilayah maritim yang dapat diklaim tersebutmeliputi perairan pedalaman (internal waters), perairankepulauan (archipelagic waters) khusus untuk negarakepulauan, laut territorial (territorial sea) sejauh 12 M, zonatambahan (contiguous zone) sejauh 24 M, zona ekonomieksklusif (ZEE) sejauh 200 mil, serta landas kontinen(continental shelf) [1].

    Pada UNCLOS 1982 pasal 76 selanjutnya dijelaskanbahwa negara pantai mempunyai kesempatan untuk melakukan submisi untuk menentukan batas terluar landaskontinen lebih dari 200 M. Hal tersebut berlaku juga bagiIndonesia untuk mengajukan klaim landas kontinentambahan lebih dari 200 M atau yang disebut dengan LandasKontinen Ekstensi (Extended Continental Shelf). Denganadanya penambahan landas kontinen Indonesia di luar 200M dapat memberikan manfaat terhadap yuridiksi nasional

    dan kegiatan pengelolaan sumber daya [2].Kawasan maritim di sebelah selatan Nusa Tenggara,

    khususnya sebelah selatan Pulau Sumbawa merupakan salahsatu dari tiga kawasan di Indonesia yang mempunyai potensiuntuk melakukan klaim landas kontinen lebih dari 200 M(landas kontinen ekstensi) [3]. Penetapan batas landaskontinen ini dirasa sangat penting mengingat sumber mineralyang berada di kawasan ini dapat menguntungkan Indonesiadalam pengelolaan sumber daya alam dari sektor maritim.Untuk melakukan penetapan tentang landas kontinenekstensi di kawasan selatan Nusa Tenggara diperlukankajian yang meliputi kajian teknis serta kajian yuridis yangberlaku secara internasional. Kajian penetapan landas

    kontinen ekstensi ini terdiri dari kajian teknis yangmenggunakan data hasil survei, petunjuk teknis dan ilmiahpenentuan batas terluar landas kontinen ekstensi iniditetapkan secara resmi oleh CLCS dalam Scientific and Technical Guidelines of the Commission on the Limits of theContinental Shelf serta kajian yuridis yang didasarkan padaUNCLOS 1982 (United Nations Convention on the Lawof the Sea) serta TALOS (Technical Aspect on The Law of The Sea) [2] .

    Kajian Penentuan Landas Kontinen Ekstensi diKawasan Maritim Sebelah Selatan Nusa

    TenggaraMeylia Ayu Indrayanti 1), Khomsin 2), dan Teguh Fayakun Alif 3)

    Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi SepuluhNopember (ITS), Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia 1,2)

    Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Badan Informasi Geospasial, Cibinong 3)

    e-mail : [email protected] 2) , [email protected] 3)

    S

  • 7/24/2019 Kajian Landas Kontinen Indonesia (Selatan Sumbawa)

    2/8

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX - XXXX Print) 2

    II. TINJAUANPUSTAKA

    A. Landas Kontinen Ekstensi

    Dalam rangka mencegah adanya klaim yang eksesif sertamenghindari ketidakpastian, maka dilakukanlah usahakodifikasi hukum internasional yang mengatur landaskontinen. Definisi landas kontinen termutakhir diatur dalamPasal 76 UNCLOS yang merupakan hasil dari KonferensiPBB tentang Hukum Laut ketiga yang berlangsung selama 9tahun (1973-1982). Pasal 76 (1) UNCLOS mengatur definisilegal dari landas kontinen sebagai berikut :

    Terdiri atas dasar laut dari bagian bawah laut dan tanahdi bawahnya yang berada di luar laut teritorial di sepanjangkelanjutan alamiah wilayah daratnya hingga batas terluartepian kontinen, atau hingga jarak 200 M dari garis pangkallaut wilayah jika batas terluar kontinen tidak mencapai jarak tersebut (200 M). [4]

    Gambar 1 Profil Dasar Laut dan Penentuan Batas TerluarLandas Kontinen

    Seperti yang terlihat pada gambar 1, garis pangkalmerupakan referensi pengukuran klaim maritim. Dari sini

    juga diukur beberapa formula maupun syarat pembatasdalam menentukan batas terluar LKE. Penentuan LKEmemerlukan data dan informasi tentang profil dasar laut,terutama posisi kaki lereng ( Foot of Slope , FOS). Selain ituinformasi tentang sedimen juga sangat penting. Batas terluarLKE ditentukan dengan mengaplikasikan ketentuan kriteriaformula dan syarat pembatas sesuai dengan UNCLOS pasal76 ayat 4 6, dengan ketentuan :- Batas terluar LKE didasarkan pada tempat kedudukantitik-titik tetap yang mendelineasi ketebalan batu endapan(sedimentary rock) setidaknya 1 % dari jarak terdekat antaratitik tersebut dengan kaki lereng yang disebut Gardiner Line,atau- Berdasarkan jarak 60 M dari kaki lereng yang dikenaldengan Hedberg Line.- Batas terluar dari landas kontinen tidak boleh melebihi350 M dari garis pangkal, atau- Tidak boleh melebihi 100 M dari garis kedalaman 2500 misobath.

    B. Foot of Slope

    Berdasarkan UNCLOS pasal 76 ayat 4 (a) (i), penentuanlandas kontinen berdasarkan nilai ketebalan sedimen 1%ditarik dari suatu titik yang disebut titik kaki lereng kontinen(FOS). FOS berdasarkan pasal 76 ayat 4 (b) didefinisikansebagai titik perubahan maksimum dalam tanjakan padakakinya. FOS penting untuk diidentifikasi seperti yang

    digunakan sebagai acuan dalam menentukan Garis Gardinerdan Hedberg Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar2 di bawah ini :

    Gambar 2 Foot of Slope

    C. Garis Formula

    Batas luar landas kontinen didefinisikan oleh salah satuatau kedua formula dari Garis Gardiner dan Hedberg. Dalamperspektif historis, garis Hedberg diperkenalkan pertama(tahun 1976) dan garis Gardiner datang kemudian (1978).Namun, agar relevan sebagai dua kriteria, kedua garis ini

    tidak saling bergantung, tetapi akan dibahas dalam urutanmuncul dalam Pasal 76 UNCLOS 1982: Gardiner pertama,diikuti oleh garis Hedberg. Garis Gardiner, seperti yangdijelaskan dalam Pasal 76 (4) (a) (i), adalah garis yangditarik dengan mengacu pada titik tetap terluar di yangmasing-masing ketebalan batuan sedimen setidaknya 1persen dari jarak terpendek dari titik tersebut kepada FOS.Pasal 76 (4) (a) (ii) menyatakan bahwa Garis Hedbergadalah garis yang ditarik dengan mengacu pada poin tetaptidak lebih dari 60 M dari FOS.

    D. Garis Pembatas (Constraint)

    Selain dua kriteria (Garis Hedberg dan Gardiner) yangmemungkinkan suatu negara pantai untuk menentukan batasluar sementara dari landas kontinen. Namun, batas-batas ini

    juga harus memenuhi dua syarat: yaitu garis batas 350 Mdari baseline dan 2500 m isobath + 100 M (UNCLOS pasal76 ayat 5). Batas luar sementara dari landas kontinen tidak boleh melebihi garis 350 M diukur membentuk baseline darimereka pun tidak seharusnya melebihi 2.500 m isobath +100 M. Dalam kasus ini dua syarat ini berfungsi sebagaigaris cut-off dari garis sementara untuk menghasilkan batasluar akhir dari landas kontinen.

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian ini berada di kawasan maritim sebelahselatan Nusa Tenggara, tepatnya di sebelah selatan PulauSumbawa dengan batasan wilayah kajian pada 9 00' 00" -16 00' 00" Lintang Selatan dan 113 00' 00" - 122 00' 00"Bujur Timur yang berada di kawasan Samudera Hindia.Kawasan maritim ini berbatasan dengan Australia, dengan

    jarak lebih dari 400 M sehingga dapat dikatakan bahwadaerah ini berhadapan dengan laut bebas [5].

  • 7/24/2019 Kajian Landas Kontinen Indonesia (Selatan Sumbawa)

    3/8

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX - XXXX Print) 3

    B. Tahap Pengolahan DataTahapan yang dilaksanakan dalam pengolahan data pada

    penelitian ini adalah :

    Gambar 4 Diagram Alir Penelitian

    IV. HASIL DAN ANALISA

    A. Plotting Titik Dasar dan Garis Pangkal

    Titik dasar dan garis pangkal diperlukan sebagai dasarawal penarikan garis zona maritim. Berdasarkan PP no. 38tahun 2002, titik titik dasar yang digunakan dalam kajianini adalah titik titik dasar dasar TD. 128B , TD. 128, TD.129, TD. 130A, TD. 130, TD. 131, TD. 133, TD. 134A, TD.134, TD. 135. Dari titik dasar inilah, dihasilkan garispangkal yang digunakan sebagai basis penarikan garis dalamhal penentuan landas kontinen ekstensi. Hasil plotting titik

    dasar dan garis pangkal daerah kajian sebagai berikut :

    Gambar 5 Hasil Plotting Titik Dasar dan Garis Pangkal

    B. Penarikan Garis Batas Maritim

    1. Laut TeritorialPenarikan garis batas laut territorial dilakukan dari garis

    pangkal yang telah di plot sejauh 12 M, dengan cara buffer menggunakan software CARIS LOTS 4.1.

    Gambar 6 Hasil Penarikan Garis Batas Laut Teritorial

    2. Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE)Selain itu, terdapat garis batas landas kontinen Indonesia

    di daerah kajian, yang mempunyai lebar sejauh 200 Msehingga pada proses penentuan landas kontinen ekstensidianggap berhimpit dengan garis ZEE. Hal ini hanya berlaku

    sebagai garis penanda 200 M, selanjutnya untuk penggambaran di peta akan memperhatikan aspek yuridisdan perjanjian dengan negara yang berbatasan. Hasilpenarikan garis sebagai berikut :

    Gambar 7 Hasil Penarikan Garis ZEE 200 M

    Garis yang dihasilkan berbentuk melengkung dikarenakangaris pangkal yang digunakan, yaitu garis pangkal yangberasal dari titik dasar TD. 128B , TD. 128, TD. 129, TD.130A, TD. 130, TD. 131, TD. 133, TD. 134A, TD. 134,TD. 135, sehingga buffer yang dihasilkan melengkung sesuaidengan batas awal dan akhir garis pangkal.

    Keterangan := Garis Pangkal= Garis Teritorial

    Keterangan := Garis Pangkal= Garis ZEE 200 M

    Gambar 3 LokasiPenelitian (Badan

    InformasiGeospasial, 2013)

  • 7/24/2019 Kajian Landas Kontinen Indonesia (Selatan Sumbawa)

    4/8

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX - XXXX Print) 4

    C. Penarikan Garis Pembatas

    1. Garis Pembatas 350 MGaris batas 350 M didefinisikan sebagai batas terluar dari

    landas kontinen tidak boleh melebihi 350 mil laut dari garispangkal.

    Gambar 8 Hasil Penarikan Garis Pembatas 350 M

    Seperti halnya garis 200 M, garis batas 350 M yang

    dihasilkan berbentuk melengkung dikarenakan garis pangkalyang digunakan, yaitu garis pangkal yang berasal dari titik dasar TD. 128B , TD. 128, TD. 129, TD. 130A, TD. 130,TD. 131, TD. 133, TD. 134A, TD. 134, TD. 135, sehinggabuffer yang dihasilkan melengkung sesuai dengan batas awaldan akhir garis pangkal.

    2. Garis Pembatas 2500 m isobath + 100 MPosisi isobath yang digunakan adalah posisi isobath

    2500 m yang sekiranya merupakan sebuah kesatuan darikenampakan alam yang berhubungan. Juga posisi yangdigunakan sebagai penarikan adalah isobath yang beradadi dalam batas garis batas 350M. Proses ini dilakukan

    menggunakan software CARIS LOTS 4.1 dan garis konturisobath 2500 m didapatkan dari data batimetri yang telahberformat ascii (.txt atau .xyz). Dari proses tersebutdihasilkan posisi kontur dengan kedalaman 2500 m. Konturyang dihasilkan adalah sebagai berikut :

    Gambar 9 Hasil Pembuatan Garis Kontur 2500 m isobath

    Lalu dibuffer sejauh 100 M untuk mendapatkan garispembatas 2500 m isobath + 100 M.

    Gambar 10 Hasil Penarikan Garis Batas 2500 m isobath+ 100 M

    Dari penarikan garis sejauh 100 M dari posisi kontur 2500m, didapatkan bahwa garis pembatas ini jaraknya tidak sampai 200 M atau kurang dari 200 M, hanya ada beberapayang melebihi garis 200 M dan itupun tidak berpotongandengan garis batas 350 M. Sehingga garis batas ini tidak dipakai karena tidak menguntungkan. Oleh karena itu padakajian ini garis batas akhir (cut off line) yang digunakanadalah garis batas 350 M.

    D. Penentuan Foot of Slope (FOS)

    FOS diperoleh dari data batimetri format ascii yang diolahmenggunakan CARIS LOTS 4.1 sehingga dari prosestersebut hasil yang didapatkan adalah raster dari databatimetri tersebut. Kenampakan raster dari data batimetriadalah sebagai berikut :

    Gambar 11 Hasil Raster Data Batimetri Wilayah Kajian

    Perbedaan warna pada hasil raster data batimetri di atasmenunjukkan perbedaan kedalaman wilayah kajian. Dimana

    warna biru tua menunjukkan kedalaman -400 s.d -4000 m,warna biru muda menunjukkan kedalaman -4001 s.d -5999m dan warna hijau menunjukkan kedalaman -6000 s.d -7000m. Dari data raster tersebut dapat ditentukan lokasi FOS,dengan cara menarik garis dari area kontinen ke arah lautlepas sekiranya sepanjang terjadi perubahan kedalaman.Proses penarikan garis garis profil FOS adalah sebagaiberikut :

    Keterangan := Garis Pangkal= Garis ZEE 200 M= Garis Batas 350 M

    Keterangan := Garis Pangkal= Garis ZEE 200 M= Garis Batas 350 M= Garis Kontur 2500 m isobath= Garis Batas 2500 m isobath+100 M

  • 7/24/2019 Kajian Landas Kontinen Indonesia (Selatan Sumbawa)

    5/8

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX - XXXX Print) 5

    Gambar 12 Proses Penarikan Garis untuk Mendapatkan PosisiFOS

    Berikut ini adalah hasil penentuan posisi FOS secarakeseluruhan yang telah ditambahkan pada peta kerja :

    Gambar 13 Titik FOS yang Telah Ditambahkan ke Peta Kerja

    E. Penentuan Garis Formula

    1. Garis Hedberg (FOS+60 M)Garis Hedberg ( Hedberg Line ) merupakan garis

    perpanjangan sejauh 60 M dari titik titik FOS berada.Setelah terbentuk garis yang menghubungkan antar titik titik FOS, selanjutnya ditarik garis sejauh 60 M ke arah lautlepas sehingga terbentuk garis FOS+60M sebagai garisHedberg ( Hedberg Line ) seperti gambar di bawahi ini :

    Gambar 14 Hasil Penarikan Garis Hedberg (FOS+60M)

    2. Garis GardinerGardiner merupakan rumus 1% ketebalan sedimen, Batas

    terluar LKE didasarkan pada tempat kedudukan titik-titik tetap yang mendelineasi ketebalan batu endapan(sedimentary rock ) setidaknya 1 % dari jarak terdekatantara titik tersebut dengan kaki lereng (FOS). Dataketebalan sedimen diperoleh dari data ketebalan sedimen

    global dalam format ascii yang diolah menggunakan CARISLOTS 4.1 sehingga dari proses tersebut hasil yangdidapatkan adalah raster dari data ketebalan sedimen daerahkajian. Kenampakan raster dari data ketebalan sedimenadalah sebagai berikut :

    Gambar 15 Hasil Raster Data Ketebalan Sedimen Wilayah Kajian

    Perbedaan warna pada hasil raster data ketebalan sedimendi atas menunjukkan perbedaan nilai ketebalan sedimenwilayah kajian. Dimana warna biru tua menunjukkanketebalan 300 s.d 750 m, warna biru muda menunjukkankedalaman 751 s.d 1000 m dan warna hijau menunjukkankedalaman 1001 s.d 1500 m. Dari data raster tersebut dapatditentukan lokasi ketebalan 1% sedimen dari titik titik FOS, dengan cara menarik garis dari titik FOS ke arahselatan. Untuk mendapatkan nilai ketebalan sedimen 1%pada prinsipnya menggunakan persamaan :

    Dimana :d = besar ketebalan sedimenD= jarak dari foot of slope (FOS)Setelah mendapatkan titik titik di mana terdapat

    ketebalan sedimen 1%, titik titik tersebut dihubungkan

    dengan garis sehingga menghasilkan garis Gardiner(Gardiner Line ).

    Gambar 16 Hasil Penentuan Titik - Titik 1% Ketebalan Sedimen

    Berikut ini adalah hasil penentuan garis Gardiner secarakeseluruhan yang telah ditambahkan pada peta kerja :

    Gambar 17 Garis Titik Titik 1% Ketebalan Sedimen yang TelahDitambahkan ke Peta Kerja

    Keterangan := Garis Hedberg

    = Garis ZEE 200 M= Garis Batas 350 M= Garis Kontur 2500 m isobath= Garis Batas 2500 m isobath+100 M= Rangkaian titik titik FOS

  • 7/24/2019 Kajian Landas Kontinen Indonesia (Selatan Sumbawa)

    6/8

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX - XXXX Print) 6

    Dalam hal kajian ini garis formula akhir yang digunakanadalah garis Hedberg atau FOS+60 M. Hal tersebutdikarenakan kedua garis formula (Garis Hedberg danGardiner) tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagaigaris kombinasi formula, kedua garis tidak ada yangberpotongan. Jadi dapat dilihat bahwa garis Hedberg(FOS+60M) yang paling menguntungkan untuk dijadikanbatas terluar landas kontinen ekstensi di kawasan selatanNusa Tenggara.

    F. Penentuan Garis Terluar Landas Kontinen Ekstensi

    Batas terluar landas kontinen melebihi 200 M ditentukanberdasarkan kombinasi dari hasil-hasil perhitungan di atas.

    Selanjutnya jarak antar titik pada batas terluar landaskontinen ini tidak boleh melebihi 60 M. Garis terluar landaskontinen digambarkan dari garis Hedberg, di mana garisHedberg dimodifikasi sehingga membentuk garis lurus(straight line ), dan ditiap segmen diberikan tanda titik dengan jarak antar titik tidak boleh lebih dari 60 M. Hasilpenentuan garis terluar landas kontinen ekstensi adalahsebagai berikut :

    Gambar 18 Hasil Penentuan Garis Terluar Sementara

    Garis ini belum sepenuhnya final, dikarenakan pada petakerja belum ditambahkan garis batas maritim dengannnegara lain, yang mana apabila sudah disepakati maka garisterluar tersebut tidak berlaku meskipun berada di luar 200M.

    G. Penggambaran Area Klaim

    Pada kajian ini, posisi garis hedberg atau posisiFOS+60M dan garis gardiner terletak melebihi posisi

    200M, sehingga dua kriteria dapat digunakan. Kombinasidari kedua garis ini dapat dilakukan apabila kedua garissaling berpotongan. Pada kasus ini, garis hedberg dangardiner tidak saling berpotongan sehingga tidak dapatdijadikan garis kombinasi, namun diambil garis yang palingmenguntungkan atau yang posisinya terletak paling luar.Selain itu harus memperhatikan garis batas maritim dengannegara lain, yaitu Australia. Oleh karena itu penggambaranklaim harus memperhatikan posisi garis batas maritimIndonesia Australia.

    Gambar 19 Penggambaran Garis Batas Indonesia Australia

    Garis biru (yang diberi tanda) di sebelah timur merupakangaris batas maritim Indonesia Australia, yaitu merupakanbatas landas kontinen Indonesia Australia. Sehingga secaralangsung batas terluar landas kontinen ekstensi di sebelahtimur yang melebihi dari dari batas Indonesia Australiatidak dapat digunakan.

    Untuk memperoleh cakupan klaim diperoleh denganmembentuk area mulai dari garis ZEE 200M ditarik kearah laut lepas menuju posisi garis hedberg dengan titik tanda batas terluar yang telah diketahui. Posisi inidiperbolehkan menurut aturan UNCLOS serta TALOS,karena letaknya tidak melanggar dari garis pembatasyang digunakan yaitu garis pembatas 350M. Posisi timurdari klaim ini dibatasi oleh garis batas perjanjian antaraIndonesia dengan Australia, sehingga garis batas terluaryang ada tidak dapat digunakan.. Hasil penggambaran finalklaim landas kontinen ekstensi di kawasan selatan NusaTenggara adalah sebagai berikut :

    Gambar 20 Penggambaran Area Klaim Landas Kontinen EkstensiKawasan Selatan Nusa Tenggara

    Keterangan := Garis Hedberg= Garis ZEE 200 M= Garis Batas 350 M= Garis Kontur 2500 m isobath= Garis Batas 2500 m isobath+100 M= Garis Gardiner= Rangkaian titik titik FOS

    Keterangan := Garis ZEE 200 M= Garis Batas 350 M= Garis Kontur 2500 m isobath= Garis Batas 2500 m isobath+100 M= Garis Gardiner= Garis Hedberg= Batas Garis Terluar Sementara= Rangkaian titik titik FOS= Titik Kerangka

  • 7/24/2019 Kajian Landas Kontinen Indonesia (Selatan Sumbawa)

    7/8

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX - XXXX Print) 7

    H. Analisa Posisi dan Klaim Landas Kontinen Ekstensi

    Dari hasil penggambaran didapatkan cakupan klaimdengan penggambaran titik titik kerangka sebagai berikut :

    Gambar 21 Posisi Titik Titik Kerangka Terluar Landas KontinenEkstensi

    Dengan koordinat titik titik kerangka sebagai berikut :Tabel 1 Posisi dan Jarak Titik Kerangka Klaim Landas Kontinen

    Ekstensi

    FP Lintang (S) Bujur (E) Metode Dari KeJarak (M)

    A 11-46-17.3305

    112-04-36.2303

    Darigaris 200M

    A B 18.310

    B 12-04-09.1569

    112-05-39.2704

    GarisHedberg

    B C 25.277

    C 12-36-35.4657

    112-46-48.7577

    GarisHedberg

    C D 30.479

    D 12-37-53.6252

    112-49-55.3626

    GarisHedberg

    D E 57.949

    E 12-54-24.5906

    113-42-41.9224

    GarisHedberg

    E F 58.833

    F 13-01-13.9388

    114-44-11.2204

    GarisHedberg

    F G 49.780

    G 13-03-11.0536

    115-34-12.0521

    GarisHedberg

    G H 51.248

    H 13-10-12.0902

    116-27-53.2406

    GarisHedberg

    H I 55.611

    I 13-25-3.1614

    117-20-34.4037

    GarisHedberg

    I J 49.643

    J 13-42-36.24382

    118-13-47.91267

    GarisHedberg

    J K 39.579

    K 13-03-33.90743

    118-10-16.84340

    Darigaris200M

    Dari gambar 21 tentang klaim cakupan area landaskontinen ekstensi didapatkan area seluas 60094 km 2. Luasanini dinilai paling menguntungkan sebagai klaim landaskontinen ekstensi di kawasan selatan Nusa Tenggara. Garisbatas terluar landas kontinen ekstensi ini merupakan garishedberg atau FOS+60M yang dimodifikasi sehinggamembentuk garis lurus ( straight line ) sesuai dengan aturanyuridis pasal 76 UNCLOS serta aturan teknis yangberpedoman pada TALOS.

    Garis batas terluar landas kontinen ekstensi pada kajianini dimulai dan diakhiri pada garis batas 200 M, yang manapada peta kerja merupakan garis ZEE 200 M. Kerangkagaris batas terluar landas kontinen ekstensi yang berasal darigaris hedberg ditandai dengan titik fik (fix point) B, C, D, E,

    F, G, H, I , dan J. Untuk membentuk suatu luasan maka titik B dan J harus diteruskan ke garis ZEE 200 M. Titik fik (fix

    point) K diperoleh dari perpanjangan titik J yang diteruskanke perpotongan garis 200 M dan garis batas landas kontinenIndonesia Australia. Hal tersebut dikarenakan daerahsebelah timur yang berbatasan dengan Australia garis bataslandas kontinennya telah disepakati atau diratifikasi. Olehsebab itu garis batas terluar landas kontinen ekstensi (hasildari garis hedberg) tidak dapat digunaka, sedangkan untuk daerah barat dapat digunakan karena garis batas maritimZEE yang digunakan diperoleh secara unilateral atau ditarik sejauh 200 M dari garis pangkal. Sedangkan titik fik (fix

    point) A diperoleh dari perpanjangan titik B yang diteruskanke garis batas ZEE 200 M. Pada kajian ini, garis batasterluar landas kontinen ekstensi berhenti di titik fik (fix

    point) A. Tidak dapat diteruskan ke arah barat menujuselatan Pulau Jawa dikarenakan pada awal kajian inidilakukan garis pangkal yang digunakan hanya sampai padaTD. 135 yang berada di Tg. Bantenan - Jawa. Hal tersebutmempengerahui hasil penarikan garis pembatas ( constraint )dan garis formula. Untuk penelitian selanjutnya dapatdilanjutkan dengan menggunakan garis pangkal yang beradadi selatan Pulau Jawa.

    I. Analisa Posisi Foot of Slope (FOS)

    Pada kajian ini posisi foot of slope diperoleh dari databatimetri survei DMRM (Digital Marine Resources

    Management) . Pada penelitian terdahulu telah dilakukanpenentuan tentang landas kontinen ekstensi di kawasanselatan Nusa Tenggara dengan menggunakan data batimetrisurvei Kapal Baruna Jaya. Terdapat perbedaan tentanglokasi titik titik foot of slope (FOS).

    Gambar 22 Perbandingan Lokasi Titik Titik FOS

    Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa titik titik FOS hasil penelitian berada lebih jauh (diukur dari garispangkal) dari titik titik FOS hasil penelitian terdahulu.Perbedaan jarak yang dihasilkan cukup jauh yaitu sekitar 20- 100 M. Jarak FOS hasil penelitian dengan garis 200 Myaitu antara 2 34 M, sedangkan jarak FOS dari penelitianterdahulu adalah sejauh 57 M. Hal tersebut tentu sajamempengaruhi hasil klaim landas kontinen ekstensi.Perbedaan posisi titik titik FOS yang cukup jauh jugadisebabkan proses dalam mendapatkan titik titik FOS

  • 7/24/2019 Kajian Landas Kontinen Indonesia (Selatan Sumbawa)

    8/8

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX - XXXX Print) 8

    tersebut. Dalam penelitian ini titik titik FOS diperoleh dariraster data batimetri DMRM yang diolah menggunakansoftware CARIS LOTS 4.1. Seperti yang telah dijelaskanpada bagian sebelumnya tentang penentuan titik FOS, bahwadari data raster tersebut dapat ditentukan lokasi FOS, dengancara menarik garis dari area kontinen ke arah laut lepassekiranya sepanjang terjadi perubahan kedalaman. Prosespenarikan garis ini yang menyebabkan perbedaan lokasiFOS. Tidak tentunya awal dan akhir saat penarikan garismenyebabkan perbedaan lokasi FOS. Pada penelitian ini titik

    titik FOS diperoleh dari penarikan garis yang dimulai daridaerah dengan kedalaman -5000 s.d -6000 m dengankoordinat lintang 10 03000 - 11 00000. Hal tersebutmenyebabkan analisa software mengartikan FOS sebagaiperubahan gradien setiap lereng yang dilalui garis meskipunnilainya tidak maksimum dan hal tersebut menyebabkanpenentuan posisi titik titik FOS tidak berada pada posisisebenarnya (titik perubahan maksimum dalam tanjakan padakakinya dari daerah abisal). Hal tersebut yang menyebabkanperbedaan posisi FOS dengan penelitian sebelumnya. Hal itutentu saja akan mempengaruhi luasan area klaim landaskontinen ekstensi. Secara umum dengan menggunakan posisiFOS penelitian terdahulu maka area klaim akan lebih kecildaripada luas area klaim pada penelitian ini.

    V. KESIMPULAN

    1. Landas kontinen ekstensi di selatan Nusa Tenggaramenghasilkan klaim dengan luas sebesar 60094km 2

    2. Klaim batas terluar Landas Kontinen Ekstensi di selatanNusa Tenggara merupakan hasil formula garis Hedberg(FOS+ 60M) karena dinilai lebih menguntungkandaripada memakai formula garis Gardiner dengan syaratpembatas 350 M.

    3. Terdapat perbedaan lokasi titik titik FOS antara hasil

    penelitian dengan penelitian terdahulu yaitu sekitar 20 100 M. Perbedaan posisi titik titik FOS dikarenakanbeberapa faktor antara lain perbedaan sumber databatimetri serta proses mendapatkan titik FOS.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis M.A.I mengucapkan terima kasih kepada Kepalaserta pegawai Pusat Pemetaan Batas Wilayah BadanInformasi Geospasial yang telah membantu dalam halbimbingan dan arahan pengolahan data.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Arsana, I.M. 2007 . Batas Maritim Antar Negara. Jogjakarta. UGM[2] Arsana, I.M. 2011. Delineasi Batas Terluar Landas Kontinen

    Ekstensi Indonesia: Status dan Permasalahannya . Makalah Ilmiah.Yogyakarta. Jurusan Teknik Geodesi UGM

    [3] Khafid. 2011. Pengalaman Melakukan Parsial Submisi LandasKontinen Indonesia di Luar 200 Mil Laut di Sebelah Barat Laut Sumatera untuk Mendukung Penyusunan Rancangan Undang-Undang Landas Kontinen Indonesia . Makalah Ilmiah. PusatPemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial (BIG). Bogor

    [4] United Nations. 1982. United Nations Convention on the Law of the Sea .