kajian histopatologi limpa dan jantung sapi yang ... · limpa dan jantung sapi yang terinfeksi...

32
KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG TERINFEKSI Coxiella burnetii DI RUMAH POTONG HEWAN TERPADU KOTA BOGOR WULANDARI UTAMI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: nguyenthien

Post on 10-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI

YANG TERINFEKSI Coxiella burnetii DI RUMAH POTONG

HEWAN TERPADU KOTA BOGOR

WULANDARI UTAMI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan
Page 3: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Histopatologi

Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong

Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Wulandari Utami

NIM B04090042

. * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

Page 4: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

ABSTRAK

WULANDARI UTAMI. Kajian Histopatologi Limpa dan Jantung Sapi yang

Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor.

Dibimbing oleh AGUS SETIYONO dan MAWAR SUBANGKIT.

Coxiella burnetii merupakan agen penyebab zoonosis Query fever. Penyakit

ini meyerang berbagai jenis hewan termasuk sapi potong. Gejala yang

ditimbulkan oleh infeksi C. burnetii bersifat subklinis sehingga sulit didiagnosa.

Penelitian tentang infeksi C. burnetii pada sapi dilakukan sejak bulan Februari

hingga Oktober 2013 di RPH Terpadu Kota Bogor. Penelitian dilakukan untuk

mengetahui adanya infeksi C. burnetii serta membandingkan gambaran

histopatologi organ limpa dan jantung sapi yang terinfeksi dan tidak terinfeksi C.

burnetii. Sampel organ berupa limpa, jantung, hati, ginjal, dan paru-paru diambil

dari 50 individu sapi, kemudian dilakukan pembuatan sediaan histopatologi dan

diwarnai dengan teknik pewarnaan imunohistokimia dan hematoksilin dan eosin.

Hasil pewarnaan imunohistokimia menunjukkan 5 sampel yang imunoreaktif

terhadap antibodi poliklonal rabbit anti-Coxiella burnetii FKH IPB. Hasil positif

ditemukan pada organ limpa, hati, dan ginjal. Pewarnaan hematoksilin dan eosin

pada sediaan limpa yang positif terinfeksi C. burnetii menunjukkan lesio berupa

akumulasi pigmen hemosiderin, deplesi folikel limfoid, infiltrasi sel radang

limfosit, makrofag, neutrofil, dan eosinofil, serta edema. Lesio yang sama juga

ditemukan pada sediaan limpa yang negatif terinfeksi C. burnetii, sehingga lesio

dianggap tidak patognomonis. Tidak ditemukan lesio pada sediaan jantung yang

positif terinfeksi C. burnetii, namun ditemukan lesio pada sediaan jantung yang

negatif terinfeksi C. burnetii berupa degenerasi miokardium, regenerasi

miokardium, dan kongesti ringan.

Kata kunci: Coxiella burnetii, histopatologi, imunohistokimia, jantung, limpa

Page 5: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

ABSTRACT

WULANDARI UTAMI. Histopathological Study on Spleen and Heart of Cattle

Infected by Coxiella burnetii at Bogor Slaughterhouse. Supervised by AGUS

SETIYONO and MAWAR SUBANGKIT.

Query fever is a zoonotic disease caused by Coxiella burnetii. This agent

infects any kinds of animal including cattle. In many cases report, there are no

clinical signs appear during the infection of C. burnetii. Then, it is also difficult to

diagnose this disease. The study about infection of C. burnetii in cattle was carried

out from February to October 2013 at Bogor Slaughterhouse. The aim of this

study was to know the infection of C. burnetii and compare the histopathological

finding of spleen and heart of infected cattle. A total of 50 samples of cattle spleen,

heart, liver, kidney, and lung were collected, and processed for

immunohistochemical and hematoxyllin and eosin staining. The result of

immunohistochemical staining showed 5 samples were immunoreactive to

polyclonal rabbit anti-Coxiella burnetii antibody FKH IPB in the spleen, liver,

and kidney. The histopathological finding indicated hemosiderin pigment deposits,

lymphoid follicle depletion, infiltration of lymphocyte, macrophage, neutrophil,

and eosinophil cells, and oedema. No lesion appeared in heart with positive

infection of C. burnetii, however myocardial degeneration, myocardial

regeneration, and myocardial congestion were found in heart with negative

infection of C. burnetii.

Keywords: cattle, Coxiella burnetii, heart, immunohistochemistry, spleen

Page 6: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan
Page 7: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG

TERINFEKSI Coxiella burnetii DI RUMAH POTONG HEWAN

TERPADU KOTA BOGOR

WULANDARI UTAMI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan
Page 9: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

Judul Skripsi : Kajian Histopatologi Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi

Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor

Nama : Wulandari Utami

NIM : B04090042

Disetujui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet

Pembimbing I

drh Mawar Subangkit, MSi APVet

Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet

Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

Page 10: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

Judul Skripsi: Kajian Histopatologi Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor

Nama : Wulandari Utami NIM : B04090042

Disetujui oleh

drh A drh Mawar Subangkit MSi APVet Pembimbing IT

Tanggal Lulus: 0 7 JAN 20 14

Page 11: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Oktober 2013 ini

adalah Q fever, dengan judul Kajian Histopatologi Limpa dan Jantung Sapi yang

Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada drh Agus Setiyono, MS PhD APVet dan drh

Mawar Subangkit, MSi APVet yang telah membimbing penulis mulai dari

pemilihan materi penelitian hingga penulisan skripsi. Terima kasih atas segala

masukan dan sarannya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ayahanda Syahruddin S, ibunda

Humaerah, adinda Ayu Syafitri, adinda Sri Rezki Khairunnisa, adinda Noviana

Maharani, keluarga besar penulis di Kabupaten Bulukumba dan Kota Palopo,

teman-teman Geochelone FKH 46, serta teman-teman IKAMI Sulawesi Selatan

atas doa, kasih sayang, dan dukungannya kepada penulis selama ini. Penghargaan

penulis sampaikan kepada Tim Peneliti Q Fever (Srimita Kristiani Br. Sembiring,

Andre Yudhi, dan Hario Pranaditya Munif AN), Bambang Rifky Yudyantoro,

dokter hewan dan staf Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor, serta staf

Laboratorium Histopatologi FKH IPB (Pak Kas, Pak Sholeh, dan Pak Endang)

yang telah membantu penulis selama pengumpulan data. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf di Institut Pertanian

Bogor, terkhusus di Fakultas Kedokteran Hewan yang telah dengan ikhlas

mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini serta bekal di kemudian hari. Semoga skripsi ini

bermanfaat. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Bogor, Januari 2014

Wulandari Utami

Page 12: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

METODE PENELITIAN 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Peralatan Penelitian 4

Bahan Penelitian 4

Prosedur Penelitian 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pengamatan Sediaan Imunohistokimia 6

Pengamatan Sediaan Hematoksilin dan Eosin 8

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

RIWAYAT HIDUP 19

Page 13: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

DAFTAR TABEL

1 Hasil pengamatan sediaan dengan pewarnaan IHK menggunakan

antibodi poliklonal rabbit anti-Coxiella burnetii FKH IPB 6

2 Hasil pengamatan lesio pada sediaan histopatologi limpa yang positif dan

negatif terhadap infeksi C. burnetii 9

3 Hasil pengamatan lesio pada sediaan histopatologi jantung yang positif dan

negatif terhadap infeksi C. burnetii 13

DAFTAR GAMBAR

1 Hasil pewarnaan IHK dengan metode LSAB, kromogen DAB, antibodi

poliklonal rabbit anti-Coxiella burnetii FKH IPB, dan counterstain Mayer

Hematoksilin pada organ limpa 7 2 Hasil pewarnaan IHK dengan metode LSAB, kromogen DAB, antibodi

poliklonal rabbit anti-Coxiella burnetii FKH IPB, dan counterstain

Mayer Hematoksilin pada organ ginjal 7 3 Hasil pewarnaan IHK dengan metode LSAB, kromogen DAB, antibodi

poliklonal rabbit anti-Coxiella burnetii FKH IPB, dan counterstain

Mayer Hematoksilin pada organ hati 8 4 Limpa dengan akumulasi pigmen hemosiderin 9 5 Limpa yang mengalami deplesi pulpa putih 10 6 Limpa yang diinfiltrasi sel radang neutrofil dan eosinofil 10 7 Limpa yang diinfiltrasi sel radang limfosit dan makrofag 11 8 Limpa yang mengalami edema 11

9 Limpa yang mengalami hemoragi di sekitar pembuluh darah 12 10 Limpa yang mengalami hemoragi pada trabekula 13

11 Jantung yang mengalami degenerasi otot 14 12 Jantung yang mengalami regenerasi otot 14 13 Jantung yang mengalami kongesti 15

Page 14: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang rentan terkena wabah Query fever (Q

fever). Hal ini dikarenakan Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar

mata pencaharian penduduknya adalah petani dan peternak. Pertanian sering

diiringi dengan kegiatan yang berkontak langsung dengan hewan terutama

ruminansia besar (Rasmana 2007). Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian

nomor 4026/Kpts./OT.140/3/2013 tentang penetapan jenis penyakit hewan

menular strategis (PHMS) ditetapkan 22 jenis PHMS di Indonesia, salah satunya

Q fever. Masuknya Q fever dalam daftar PHMS menjadi bukti kekhawatiran

pemerintah Indonesia terhadap bahaya Q fever.

Coxiella burnetii (C. burnetii) adalah agen penyebab terjadinya Q fever. Q

fever merupakan zoonosis yang sangat menular pada hewan maupun manusia

(Setiyono et al. 2008). Bakteri C. burnetii merupakan mikroorganisme Gram

negatif yang bersifat obligat intraseluler pada inangnya (Maurin dan Raoult 1999).

Menurut Center for Diseases Control and Prevention (CDC 2013), C. burnetii

tergolong dalam kelompok B yaitu mikroorganisme berbahaya yang berpotensi

menjadi senjata biologi. C. burnetii mempunyai daya tahan yang sangat tinggi di

alam dan dosis infeksius yang rendah (Setiyono et al. 2008).

Menururt Angelakis dan Raoult (2010) transmisi penyakit Q fever pada

hewan sangat dipengaruhi oleh siklus hidup caplak. Transmisi Q fever pada

hewan terjadi melaui rute aerosol, perkutan, oral, seksual, transplasenta, dan

transmamari. Transmisi penyakit Q fever pada manusia dapat terjadi melalui rute

aerosol, oral, seksual, dan dipengaruhi oleh umur.

Hewan yang dapat terinfeksi C. burnetii antara lain ruminansia (sapi,

kambing, dan domba), unggas, hewan peliharaan seperti anjing dan kucing, serta

hewan liar (Maurin dan Raoult 1999; Acha dan Szyfres 2003; Angelakis dan

Raoult 2010). Rodensia, caplak, serangga, bahkan ikan juga merupakan sumber

penularan penting bagi penyakit Q fever (Marrie 2003). Beberapa hewan yang

terinfeksi C. burnetii dapat mengalami bakteremia. Hal ini mengakibatkan caplak

dapat bertindak sebagai vektor Q fever selama proses makan dari caplak tersebut

(Maurin dan Raoult 1999). Sumber infeksi utama C. burnetii pada manusia adalah

hewan ternak seperti sapi, kambing dan domba (Fournier et al. 1998).

Manifestasi klinis dari infeksi C. burnetii terdiri dari 2 bentuk yaitu akut dan

kronis. Fournier et al. (1998) menyatakan bahwa bentuk akut Q fever pada

manusia dapat berupa demam, hepatitis, pneumonia, ruam pada kulit, dan gejala

pada syaraf, sedangkan bentuk kronis Q fever berupa endokarditis, kondisi ini

dapat terjadi sebagai kelanjutan dari bentuk akut Q fever. Infeksi kronis C.

burnetii sering terjadi 6 bulan setelah onset. Endokarditis merupakan manifestasi

klinis yang paling sering ditemukan pada kasus Q fever kronis (Fournier et al.

1998; Maurin dan Raoult 1999; Angelakis dan Raoult 2010).

Infeksi C. burnetii pada hewan sering bersifat subklinis. Selama terjadi

infeksi akut, C. burnetii dapat ditemukan di darah, paru-paru, limpa, dan hati.

Infeksi kronis C. burnetii pada hewan menyebabkan agen dapat ditemukan pada

feses dan urin (Angelakis dan Raoult 2010). Menurut Setiyono et al. (2008)

Page 15: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

2

kambing dan domba yang terinfeksi C. burnetii akan menunjukkan gejala klinis

berupa gangguan reproduksi seperti abortus. Kambing, domba, dan sapi

merupakan hewan yang dapat bertindak sebagai carrier subklinis, sehingga dapat

menyebarkan bakteri melalui sekreta dan eksretanya (OIE 2010). Stein et al.

(2005) melakukan penelitian berupa mencit yang diinfeksi C. burnetii melaui rute

aerosol. Mencit menunjukkan gejala klinis berupa rambut yang kusut dan inaktif

pada 4 hingga 7 hari setelah infeksi. Pengamatan sediaan histopatologi

menunjukkan mencit mengalami pneumonia, hepatitis, dan splenitis.

Diagnosa Q fever berdasarkan kemunculan gejala klinis sulit dilakukan. Hal

ini disebabkan gejala klinis sering kali bersifat polimorfik, nonspesifik, dan akut.

Beberapa kasus lain justru tidak menunjukkan gejala sama sekali atau bersifat

subklinis (Fournier et al. 1998). Diperlukan diagnosa secara laboratoris untuk

peneguhan diagnosa awal (Setiyono et al. 2008). Beberapa teknik diagnosa Q

fever dengan imunodeteksi yang sering digunakan yaitu pewarnaan

imunohistokimia, enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) atau enzyme-

linked immunofluorescent assay, dan uji dot immunoblotting (Fournier et al.

1998).

Salah satu teknik diagnosa yang dapat dilakukan untuk mendeteksi

keberadaan C. burnetii di dalam sel atau jaringan adalah pewarnaan

imunohistokimia (IHK). IHK merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk

mendeteksi keberadaan berbagai macam komponen yang terdapat di dalam sel

atau jaringan dengan menggunakan prinsip reaksi ikatan antigen dan antibodi

(Porter et al. 2011). Penggunaan antibodi primer yang bersifat monoklonal atau

poliknonal yang spesifik berikatan dengan antigen yang terdapat pada jaringan.

Antibodi primer berikatan dengan antibodi sekunder yang dapat divisualisasikan

oleh kromogen dalam bentuk warna (Subangkit 2012). Menurut Key (2009)

terdapat 2 tipe pewarnaan IHK yaitu pewarnaan IHK secara langsung (direct

method) dan tidak langsung (indirect method). Pewarnaan IHK secara langsung

melibatkan hanya satu antibodi, sedangkan pewarnaan IHK secara tidak langsung

melibatkan lebih dari satu antibodi. Terdapat beberapa jenis pewarnaan IHK

secara tidak langsung misalnya metode peroxidase anti-peroxidase (PAP)

complex, metode avidin-biotin complex (ABC), dan metode labeled streptavidin-

biotin (LSAB).

Sapi potong termasuk komoditi ternak yang banyak diminati peternak di

Indonesia. Hewan ini berpotensi menjadi reservoir dan inang C. burnetii.

Pemotongan sapi potong dengan baik dan benar dalam skala besar dilakukan di

Rumah Potong Hewan (RPH). RPH merupakan tempat pemotongan hewan yang

didatangkan dari berbagai daerah. RPH dapat menjadi salah satu sarana baru

penyebaran penyakit Q fever ke berbagai daerah. Salah satu RPH yang memiliki

aktivitas pemotongan sapi yang cukup tinggi adalah RPH Terpadu Kota Bogor.

Berdasarkan data lapangan diketahui RPH Terpadu Kota Bogor dapat memotong

sekitar 30 sampai 40 ekor sapi setiap harinya.

Pengamatan sediaan histopatologi individu yang diduga terinfeksi C.

burnetii dilakukan pada 2 organ yaitu limpa dan jantung. Limpa merupakan organ

limfatik terbesar dalam tubuh yang memiki fungsi penting dalam sistem imun dan

sirkulasi sistemik. Limpa dilindungi oleh jaringan ikat yang disebut kapsula dan

trabekula. Jaringan limpa berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan syaraf

(Cesta 2006). Limpa terdiri atas 2 kompartemen yaitu pulpa merah dan pulpa

Page 16: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

3

putih. Menurut Cesta (2006) pulpa merah terdiri dari 2 subkompartemen yaitu

bingkai limpa dan sinus venosus. Bingkai limpa disusun oleh serat retikular, sel

retikular, dan makrofag. Pulpa merah merupakan filter darah yang mengeliminasi

material asing dan berbahaya serta eritrosit yang sudah tua (Krieken dan Orazi

2007). Fungsi limfatik limpa dijalankan oleh pulpa putih. Pulpa putih terdiri atas 3

subkompartemen yaitu periarteriol lymphoid sheath (PALS), folikel, dan zona

marginal (Ross dan Pawlina 2011). Pulpa putih disusun oleh limfosit, makrofag,

sel dendritik, sel plasma, arteriol, dan kapiler dalam jaringan retikular (Cesta

2006). Jantung merupakan organ yang berfungsi memompa darah yang kaya

oksigen dan nutrisi melalui sistem sirkulasi, selain itu juga memompa darah yang

telah dioksigenasi ke sistem sirkulasi pulmonum. Jantung terbagi menjadi bagian

dextra dan sinistra, setiap bagian terdiri dari atrium dan ventrikel. Dinding jantung

secara histologi memiliki 3 lapisan yaitu epikardium, miokardium, dan

endokardium (Maxie dan Robinson 2007).

Perumusan Masalah

Penelitian ini mengkaji mengenai histopatologi organ limpa dan jantung

sapi yang diduga telah terinfeksi C. burnetii di RPH Terpadu Kota Bogor.

Pengambilan sampel (limpa, jantung, hati, ginjal, dan paru-paru) dilakukan pada

50 individu sapi. Organ tersebut diwarnai menggunakan metode imunohistokimia

(IHK) untuk mendeteksi adanya infeksi C. burnetii. Pewarnaan hematoksilin dan

eosin (HE) pada sampel organ limpa dan jantung untuk melihat lesio yang

ditimbulkan oleh C. burnetii pada organ tersebut dan membandingkan dengan

sediaan yang tidak terinfeksi C. burnetii.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kejadian Q fever pada sapi

di RPH Terpadu Kota Bogor. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dan

membandingkan gambaran histopatologi organ limpa dan jantung yang terinfeksi

dan tidak terinfeksi C. burnetii melalui pengamatan terhadap sediaan histopatologi

dari sapi di RPH Terpadu Kota Bogor.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mendeteksi adanya penyakit Q fever pada

sapi di RPH Terpadu Kota Bogor. Mengetahui gambaran histopatologi penyakit Q

fever pada sampel limpa dan jantung dari individu yang positif atau negatif

terinfeksi C. burnetii.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Februari 2013. Pembuatan dan

pengamatan sediaan histopatologi dilakukan pada bulan Februari 2013 hingga

Page 17: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

4

Oktober 2013. Kegiatan pengambilan sampel organ hewan yang diduga terinfeksi

C. burnetii bertempat di RPH Terpadu Kota Bogor. Pembuatan dan pengamatan

sediaan histopatologi dilakukan di Laboratorium Histopatologi, Departemen

Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Bogor.

Peralatan Penelitian

Alat yang digunakan dalam proses penelitian ini yaitu sarung tangan,

gunting, pinset, botol sampel, kertas label tissue cassette, keranjang jaringan,

automatic tissue processor, Paraffin Embedding Console, cetakan blok parafin,

mikrotom putar, penangas air, inkubator, refrigerator, gelas objek, chamber, gelas

penutup, tissue, heater, gelas piala, pipet tetes, dan mikroskop cahaya.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam proses penelitian ini yaitu sampel organ

(limpa, jantung, hati, ginjal, dan paru-paru sapi), parafin cair, etanol bertingkat

(absolut, 96%, 80%, 70%), xylene, pewarna Mayer Hematoksilin, pewarna Eosin,

Litium Karbonat, mounting medium (Permount®), poly-L-lysine, akuades, PBS

(Phosphate Buffer Saline), H2O2 0.3%, FBS (Fetal Bovine Serum) 1%, antibodi

primer (polyclonal antibody rabbit anti-Coxiella burnetii FKH IPB), kit

pewarnaan imunohistokimia yang terdiri dari biotin, streptavidine, dan

diamminobenzidine (DAB).

Prosedur Penelitian

Persiapan Pengambilan Sampel

Pembuatan surat izin dari Dinas Peternakan Kota Bogor untuk melakukan

pengambilan sampel di RPH yang berlokasi di kota Bogor. RPH tersebut adalah

RPH Terpadu Kota Bogor. Pembuatan surat pengantar dari institusi yaitu Fakultas

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor kepada RPH Terpadu Kota Bogor.

Proses Pengambilan Sampel

Sampel berupa limpa, jantung, hati, ginjal, dan paru-paru diambil sesaat

setelah proses penyembelihan dilakukan, dilakukan dengan melihat adanya lesio

atau penyimpangan terhadap organ tersebut (organ dari hewan yang diduga

terinfeksi C. burnetii). Sampel diambil dari 50 individu dan dilakukan selama 2

minggu. Sampel organ diambil sebesar 1×1×2 cm setiap organ, lalu disimpan

dalam botol sampel berisi BNF 10% dan diberi kertas label. Hal ini bertujuan

untuk mengawetkan sampel agar tidak rusak selama penyimpanan.

Pembuatan Sediaan Histopatologi

Sampel organ dipotong dengan ketebalan kurang lebih 3 mm, dimasukkan

ke dalam tissue cassette, lalu keranjang jaringan. Sampel organ tersebut kemudian

didehidrasi dalam etanol 70%, 80%, 90%, 96%, 96%, absolut I, absolut II,

kemudian clearing dengan xylene I dan xylene II, dan infiltrasi parafin dengan

parafin I dan parafin II masing-masing selama 2 jam. Proses tersebut dilakukan

secara otomatis menggunakan automatic tissue processor.

Page 18: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

5

Jaringan diletakkan pada cetakan blok parafin yang telah diisi dengan

sedikit parafin cair agar jaringan terfiksir dengan sempurna. Letak jaringan diatur

sedemikian rupa agar selalu berada di tengah-tengah cetakan. Cetakan diisi penuh

dengan parafin cair kemudian didiamkan hingga mengeras.

Blok parafin berisi jaringan sebaiknya dimasukkan ke dalam refrigerator

dengan suhu 4 ºC agar konsistensinya lebih padat sehingga pemotongan lebih

mudah dan hasilnya lebih baik. Jaringan dipotong (trimming) menggunakan

mikrotom dengan ketebalan 5 µm, selanjutnya diletakkan dalam penangas air

berisi akuades dengan suhu kurang lebih 45 ºC untuk menghilangkan lipatan pada

jaringan akibat proses pemotongan. Potongan blok jaringan diangkat

menggunakan gelas objek, didiamkan pada suhu ruangan hingga kering, lalu

disimpan dalam inkubator dengan suhu kurang lebih 60 ºC. Clearing

menggunakan xylene I dan xylene II masing-masing selama 2 menit,

deparafinisasi dengan etanol absolut selama 2 menit, etanol 95% dan 80%

masing-masing selama 1 menit, lalu dicuci dengan air selama 1 menit.

Pewarnaan Imunohistokimia

Tipe pewarnaan IHK yang digunakan pada penelitian ini yaitu LSAB

(labeled streptavidin biotin). Coating slide yaitu melapisi gelas objek dengan

poly-L-lysine untuk menjaga agar jaringan tetap menempel pada gelas objek

selama proses pewarnaan IHK. Pembukaan epitop antigen pada jaringan (antigen

retrieval) dengan merendam sediaan dalam PBS selama 30 menit pada suhu 95 ºC,

didinginkan hingga mencapai suhu 37 ºC, lalu dicuci dengan PBS sebanyak 3 kali

masing-masing selama 5 menit. Blocking endogenous peroxidase yaitu penutupan

enzim endogenous peroxidase untuk mencegah timbulnya warna yang tidak

spesifik pada saat pewarnaan. Blocking endogenous peroxidase dilakukan dengan

meneteskan 0.3% H2O2 pada sediaan, didiamkan selama 30 menit pada suhu

ruang, lalu dicuci dengan PBS sebanyak 3 kali masing-masing selama 5 menit.

Blocking normal serum yaitu penutupan serum normal jaringan agar serum

normal tidak mengikat warna yang dapat mengganggu interpretasi hasil

pewarnaan IHK. Blocking normal serum dilakukan dengan meneteskan FBS 1%

pada sediaan, didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang, lalu dicuci dengan

PBS sebanyak 3 kali masing-masing selama 5 menit. Antibodi primer (antibodi

poliklonal rabbit anti-Coxiella burnetii FKH IPB) diinkubasikan selama 1 malam

pada suhu 4 ºC, kemudian dicuci dengan PBS sebanyak 3 kali masing-masing

selama 5 menit.

Inkubasi biotin dan streptavidin dilakukan masing-masing selama 30 menit

pada suhu ruang, kemudian dicuci dengan PBS sebanyak 3 kali masing-masing

selama 5 menit. Pewarnaan dengan DAB kromogen dilakukan selama kurang

lebih 15 detik, lalu sediaan direndam dalam akuades selama 5 menit. Counterstain

dengan pewarna Mayer Hematoksilin dilakukan selama 1 menit (kurang lebih 10

celupan) kemudian sediaan direndam pada akuades. Counterstain akan

memberikan warna biru pada inti sel sehingga akan kontras dengan warna antigen

yang dimunculkan oleh kromogen.

Sediaan didehidrasi dengan etanol 70%, 80%, 96%, etanol absolut I, absolut

II, dan absolut III masing-masing selama 2 menit. Clearing dengan xylene I,

xylene II, dan xylene III masing-masing selama 2 menit. Mounting atau covering

yaitu pemasangan gelas penutup pada gelas objek, dilakukan dengan meneteskan

Page 19: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

6

mounting medium pada sediaan kemudian ditutup dengan gelas penutup. Sediaan

diamati menggunakan mikroskop cahaya.

Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin

Proses pewarnaan umum Hematoksilin dan Eosin (HE) dimulai dengan

memasukkan sediaan ke dalam pewarna Mayer Hematoksilin selama 8 menit,

kemudian dicuci dengan air selama 30 detik. Sediaan dimasukkan ke dalam

Litium Karbonat selama 15 sampai 30 detik kemudian dicuci dengan air selama 2

menit. Setelah itu sediaan dimasukkan ke dalam pewarna Eosin selama 2 sampai 3

menit, kemudian dicuci lagi dengan air selama 30 sampai 60 detik.

Sediaan didehidrasi dengan etanol 70%, 80%, 96%, etanol absolut I, absolut

II, dan absolut III masing-masing selama 2 menit. Clearing dengan xylene I,

xylene II, dan xylene III masing-masing selama 2 menit. Mounting atau covering

yaitu pemasangan gelas penutup pada gelas objek, dilakukan dengan meneteskan

mounting medium pada sediaan kemudian ditutup dengan gelas penutup. Sediaan

diamati menggunakan mikroskop cahaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Sediaan Imunohistokimia

Sediaan diwarnai dengan pewarnaan IHK untuk mendeteksi adanya individu

yang positif terinfeksi C. burnetii. Hasil positif dintunjukkan pada 5 dari 50

sampel yang menunjukkan hasil positif. Hasil positif ditemukan pada 2 sampel

limpa, 2 sampel ginjal, dan 1 sampel hati. Hasil positif berarti jaringan bersifat

imunoreaktif terhadap antibodi yang digunakan dan ditunjukkan dengan adanya

warna coklat dalam jaringan.

Pada infeksi akut, C. burnetii dapat ditemukan pada darah, jantung, limpa,

dan hati (Angelakis dan Raoult 2010). Menurut Maurin dan Raoult (1999),

makrofag merupakan target sel bakteri C. burnetii. Makrofag merupakan sel

radang yang memiliki fungsi fagositosis. C. burneti masuk ke dalam sel makrofag

Tabel 1 Hasil pengamatan sediaan dengan pewarnaan IHK menggunakan antibodi

poliklonal rabbit anti-Coxiella burnetii FKH IPB

Organ Infeksi Coxiella burnetii

+a -b

Limpa

Jantung

Hati

Ginjal

Paru-paru

2

0

1

2

0

48

50

49

48

50

a)Jumlah sediaan yang bersifat imunoreaktif terhadap antibodi poliklonal rabbit anti-Coxiella

burnetii FKH IPB b)Jumlah sediaan yang bersifat non imunoreaktif terhadap antibodi poliklonal rabbit anti-Coxiella

burnetii FKH IPB

Page 20: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

7

menggunakan antigen spesifik. Stein et al. (2005) menyebutkan bahwa walaupun

terjadi infeksi melalui rute aerosol, lesio akibat infeksi tersebut dapat ditemukan

pada organ selain paru-paru seperti hati dan limpa. Kejadian ini dikarenakan

infeksi C. burnetii pada paru-paru akan mengaktivasi alveolar makrofag.

Makrofag ini akan melakukan proses fagositosis terhadap C. burnetii. Infeksi pada

paru-paru ini akhirnya menyebar ke seluruh tubuh hewan secara hematogen.

Hewan yang terinfeksi C. burnetii akan mengalami bakteremia. Hal ini

mengakibatkan apa pun rute infeksi C. burnetii, melalui penyebaran secara

hematogen agen akan ditemukan di berbagai organ termasuk limpa, hati, paru-

paru, sumsum tulang, dan saluran reproduksi (Maurin dan Raoult 1999).

Hasil negatif terhadap antibodi ditunjukkan dengan tidak terlihat warna

coklat dalam jaringan. Hal ini berarti jaringan tidak bersifat imunoreaktif terhadap

antibodi. Hasil negatif yang diperoleh disebabkan dalam jaringan memang tidak

terdapat antigen C. burnetii.

Gambar 2 Hasil pewarnaan IHK dengan metode LSAB, kromogen DAB,

antibodi poliklonal rabbit anti-Coxiella burnetii FKH IPB, dan

counterstain Mayer Hematoksilin pada organ ginjal. Pewarnaan =

IHK, bar = 20 µm

Gambar 1 Hasil pewarnaan IHK dengan metode LSAB, kromogen DAB,

antibodi poliklonal rabbit anti-Coxiella burnetii FKH IPB, dan

counterstain Mayer Hematoksilin pada organ limpa. Pewarnaan =

IHK, bar = 20 µm

Page 21: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

8

Pengamatan Sediaan Hematoksilin dan Eosin

Pewarnaan HE merupakan jenis pewarnaan umum yang menggunakan 2

jenis pewarna yaitu pewarna yang bersifat basa (hematoksilin) dan asam (eosin).

Teknik pewarnaan HE digunakan untuk melihat struktur umum jaringan.

Hematoksilin yang bersifat basa akan mewarnai inti sel yang bersifat asam. Eosin

yang bersifat asam akan mewarnai semua bagian sel yang tidak terwarnai oleh

Hematoksilin termasuk sitoplasma sel yang bersifat basa (BC Biolibrary 2008).

Pewarnaan HE bertujuan untuk melihat struktur jaringan termasuk

kerusakan yang terjadi pada jaringan. Kerusakan yang terjadi pada jaringan dari

individu yang positif terinfeksi C. burnetii akan menunjukkan lesio yang

kemungkinan disebabkan oleh agen. Pewarnaan HE ini digunakan untuk

membandingkan lesio jaringan yang ditemukan pada individu yang positif dan

negatif terinfeksi C. burnetii.

Histopatologi Limpa

Sebanyak 5 sampel limpa dari individu positif terhadap infeksi C. burnetii

diamati secara mikroskopis. Hasil pengamatan terhadap sediaan HE limpa yang

dinyatakan positif terinfeksi agen C. burnetii menunjukkan beberapa lesio.

Sampel limpa positif menunjukkan lesio berupa akumulasi pigmen hemosiderin,

deplesi folikel limfoid (pulpa putih), infiltrasi sel radang limfosit, makrofag,

neutrofil, dan eosinofil, serta edema.

Akumulasi pigmen hemosiderin ditemukan pada 1 dari 5 sampel limpa yang

positif terinfeksi C. burnetii. Akumulasi pigmen hemosiderin terlihat pada pulpa

merah dan pulpa putih limpa (Gambar 4). Menurut Valli (2007), akumulasi

pigmen hemosiderin pada pulpa merah terjadi pada bingkai limpa, sedangkan

pada pulpa putih terjadi pada zona marginal dan folikel. Hemosiderin merupakan

bentuk penyimpanan besi (Fe). Salah satu fungsi limpa yaitu mengeliminasi sel

darah merah yang sudah tua, sehingga ditemukannya sedikit hemosiderin pada

limpa merupakan hal yang normal. Apabila ditemukan pigmen hemosiderin dalam

Gambar 3 Hasil pewarnaan IHK dengan metode LSAB, kromogen DAB,

antibodi poliklonal rabbit anti-Coxiella burnetii FKH IPB, dan

counterstain Mayer Hematoksilin pada organ hati. Pewarnaan =

IHK, bar = 20 µm

Page 22: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

9

jumlah besar, maka kejadian tersebut merupakan indikasi kondisi patologis.

Pigmen hemosiderin seringkali terakumulasi dalam makrofag sehingga disebut

hemosiderin-containing macrophages atau hemosiderofag. Kejadian ini dapat

berasosiasi dengan kejadian hemoragi dan kongesti (Suttie 2006). C. burnetii

dapat ditemukan di pembuluh darah dan berpotensi mengakibatkan arterial emboli.

Emboli dapat mengakibatkan kongesti hingga hemoragi dan tidak hanya

ditemukan pada limpa tetapi juga pada organ lain seperti ginjal dan otak (Maurin

dan Raoult 1999).

Deplesi folikel limfoid ditemukan pada 4 dari 5 sampel limpa yang positif

terinfeksi C. burnetii. Deplesi folikel limfoid (Gambar 5) dapat diketahui dengan

melihat kerapatan sel pada pulpa putih. Pulpa putih yang mengalami deplesi

memiliki folikel dengan kerapatan sel yang lebih rendah dibanding folikel normal.

Menurut Suttie (2006) deplesi folikel limfoid menunjukkan ciri berupa kondensasi

atau penggumpalan kromatin (piknosis), karyoreksis, dan karyolisis nukleus

limfosit serta adanya peningkatan jumlah makrofag pada daerah PALS dan folikel.

Gambar 4 Limpa dengan akumulasi pigmen hemosiderin, pigmen hemosiderin

(tanda panah) terakumulasi pada pulpa merah dan marginal zone.

Pewarnaan = HE, bar = 20 µm

Tabel 2 Hasil pengamatan lesio pada sediaan histopatologi limpa yang positif dan

negatif terhadap infeksi Coxiella burnetii

Lesio Infeksi Coxiella burnetii

+a -b

Hemoragi

Akumulasi pigmen hemosiderin

Deplesi folikel limfoid

Infiltrasi sel radang

Limfosit

Makrofag

Neutrofil

Eosinofil

Edema

0/5

1/5

4/5

2/5

2/5

5/5

1/5

1/5

2/45

7/45

10/45

6/45

6/45

23/45

15/45

2/45 a)Jumlah lesio yang terdapat pada sediaan histopatologi limpa yang positif terinfeksi Coxiella

burnetii b)Jumlah lesio yang terdapat pada sediaan histopatologi limpa yang negatif terinfeksi Coxiella

burnetii

Page 23: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

10

Deplesi folikel limfoid terjadi karena sel-sel limfoid mengalami sitolisis. Valli

(2007) menyebutkan bahwa pada saat terjadi bakteremia, limpa akan membesar,

mengalami kongesti akut, dan terjadi degenerasi folikel limfoid. C. burnetii

merupakan salah satu agen mikrobiologi yang dapat mengakibatkan terjadinya

deplesi pada folikel limfoid. Peningkatan jumlah makrofag dalam folikel

merupakan respon tubuh terhadap kejadian inflamasi.

Pada limpa yang positif terinfeksi Coxiella burnetii ditemukan 2 dari 5

sampel diinfiltrasi oleh sel radang limfosit dan makrofag, 1 dari 5 sampel

diinfiltrasi sel radang eosinofil, dan semua sampel diinfiltrasi sel radang neutrofil.

Sel radang menginfiltrasi limpa pada pulpa merah dan pulpa putih. Apabila

terdapat sel radang neutrofil (Gambar 6) pada limpa, maka limpa diindikasikan

mengalami peradangan yang bersifat akut (splenitis akut) dan atau adanya infeksi

bakterial. Infeksi bakterial yang terjadi disebabkan oleh bakteri C. burnetii.

Radang yang bersifat sistemik akan memicu limpa untuk memberikan respon

peradangan. Pada saat terjadi septisemia, limpa akan memberikan respon dengan

Gambar 6 Limpa yang diinfiltrasi sel radang neutrofil (tanda panah) dan

eosinofil (tanda segitiga) pada pulpa merah merupakan indikasi

terjadinya splenitis akut disertai infeksi parasit. Pewarnaan = HE,

bar = 20 µm

Gambar 5 Limpa yang mengalami deplesi pulpa putih, pulpa putih yang

mengalami deplesi (D) mengalami penurunan kerapatan sel dengan

piknosis (tanda segitiga) dan karyoreksis (tanda panah) nukleus

limfosit. Pewarnaan = HE, bar = 20 µm

Page 24: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

11

cepat berupa infiltrasi sel radang neutrofil dalam jumlah besar pada marginal zone

dan area sinus (Valli 2007). Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag (Gambar

7) merupakan indikasi terjadinya radang yang bersifat kronis (splenitis kronis).

Menurut Leiva et al. (2005) salah satu kejadian yang dapat mengundang infiltrasi

sel radang makrofag yaitu adanya peradangan kronis pada jaringan. Peradangan

dengan infiltrasi sel radang limfosit, makrofag, dan neutrofil merupakan indikasi

peradangan tersebut bersifat kronik aktif. Infiltrasi sel radang eosinofil merupakan

indikasi infeksi parasit pada hewan. Menurut Pack (2007) jumlah eosinofil akan

meningkat selama infeksi parasit dan alergi. Infiltrasi sel radang merupakan lesio

dari banyak penyakit dan salah satu respon pertahanan sistem imun.

Ditemukan edema (Gambar 8) pada 1 dari 5 sampel limpa dari individu

yang terinfeksi C. burnetii. Edema tampak sebagai ruang kosong yang tidak

beraturan pada pulpa merah limpa sehingga jaringan tampak longgar. Edema

merupakan suatu kondisi cairan tertimbun dalam ruang interstisium atau rongga

tubuh. Edema dapat terjadi akibat resiko kejadian kongesti. Kongesti terjadi akibat

Gambar 8 Limpa yang mengalami edema, daerah kosong merupakan daerah

tempat akumulasi cairan transudat akibat terjadinya edema.

Pewarnaan = HE, bar = 50 µm

Gambar 7 Limpa yang diinfiltrasi sel radang limfosit (tanda segitiga) dan

makrofag (tanda panah) pada pulpa merah merupakan indikasi

terjadinya splenitis kronis. Pewarnaan = HE, bar = 20 µm

Page 25: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

12

gangguan sirkulasi porta dan sistemik, serta respon tubuh terhadap anemia

hemolitik akut (Valli 2007).

Sediaan limpa yang bereaksi negatif terhadap antibodi memperlihatkan lesio

yang sama dengan lesio pada sediaan yang positif disertai dengan hemoragi. Lesio

yang ditemukan dapat diakibatkan oleh berbagai faktor. Akumulasi pigmen

hemosiderin sering berkaitan dengan kejadian hemoragi dan kongesti. Menurut

Valli (2007) hemosiderin akan ditemukan dalam jumlah besar pada kondisi

anemia. Peningkatan akumulasi hemosiderin merupakan salah satu perubahan

yang terjadi pada limpa hewan yang mengalami anemia hemolitik. Kongesti yang

terjadi dalam waktu lama akan menyebabkan edema pada jaringan. Deplesi pulpa

putih dapat terjadi akibat infeksi agen asing atau pengaruh bahan kimiawi. Deplesi

pulpa putih merupakan salah satu penyebab infiltrasi sel radang pada limpa.

Sebagian besar infiltrasi sel radang ini didominasi neutrofil sebagai respon

terjadinya radang akut. Menurut Gough (2007) infiltrasi sel radang neutrofil juga

dapat terjadi akibat kejadian nekrosa jaringan, akumulasi toksin, infeksi bakteri

lain, fungi, protozoa, dan virus. Terdapat beberapa kejadian yang dapat

mengundang infiltrasi sel radang makrofag pada jaringan yaitu peradangan kronis,

infeksi virus, fungi, dan parasit. Peningkatan jumlah infiltrasi sel radang limfosit

pada jaringan dapat terjadi pada kondisi fisiologis seperti post vaksinasi dan stress,

serta pada kondisi patologis seperti peradangan kronis dan adanya neoplasia.

Lesio hemoragi ditemukan di sekitar pembuluh darah (perivaskular) pulpa

merah (Gambar 9) dan daerah trabekula (Gambar 10). Hemoragi perivaskular

berupa keluarnya darah dari pembuluh darah (ekstravasasi) akibat kerusakan

dinding pembuluh darah. Kerusakan ini dapat terjadi akibat trauma, infeksi agen

patogen lain, kelemahan dinding pembuluh darah atau bahan toksik. Eritrosit

ditemukan di dalam trabekula limpa.

Lesio yang ditemukan pada limpa dari individu positif terinfeksi C. burnetii

juga ditemukan pada limpa dari individu yang tidak terinfeksi C. burnetii. Lesio-

lesio yang ditemukan merupakan lesio histopatologi umum limpa. Hal ini berarti

lesio tersebut tidak patognomonis terhadap infeksi C. burnetii.

Gambar 9 Limpa yang mengalami hemoragi (tanda panah) perivaskular, eritrosit

terlihat berada di luar pembuluh darah dan terdapat akumulasi pigmen

hemosiderin (tanda segitiga) di sekitar pembuluh darah. Pewarnaan =

HE, bar = 50 µm

Page 26: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

13

Histopatologi Jantung

Hasil pengamatan terhadap sediaan histopatologi jantung hanya

menunjukkan lesio pada sediaan negatif terhadap infeksi Q fever. Hal ini dapat

disebabkan infeksi agen Q fever belum terjadi dalam waktu yang lama (kronis),

sehingga tidak ditemukan lesio infeksi C. burnetii pada jantung.

Lesio yang ditemukan pada sediaan jantung dengan hasil uji negatif terhadap

infeksi C. burnetii yaitu degenerasi otot jantung (miokardium), regenerasi

miokardium, dan kongesti pada miokardium. Degenerasi miokardium (Gambar

11) secara mikroskopis terlihat miokardium yang lebih pucat. Miokardium yang

mengalami degenerasi akan kehilangan pola luriknya, sehingga warna menjadi

pucat. Menururt Maxie dan Robinson (2007) degerasi miokardium dapat

disebabkan oleh defisiensi vitamin E dan atau unsur selenium (Se). Defisiensi

terjadi kemungkinan hewan diberikan diet yang rendah kandungan vitamin E dan

unsur Se. Reaksi terhadap kerusakan atau gangguan pada miokardium sering

dalam bentuk degenerasi, nekrosa, peradangan, dan penyembuhan langsung.

Degenerasi miokardium merupakan respon dari berbagai penyebab yang

nospesifik seperti anemia dan toksemia (Maxie dan Robinson 2007).

Tabel 3 Hasil pengamatan lesio pada sediaan histopatologi jantung yang positif dan

negatif terhadap infeksi Coxiella burnetii

Lesio Infeksi Coxiella burnetii

+a -b

Degenerasi otot

Regenerasi otot

Kongesti

Tidak ada

0/5

0/5

0/5

5/5

3/45

2/45

16/45

24/45 a)Jumlah lesio yang terdapat pada sediaan histopatologi jantung yang positif terinfeksi Coxiella

burnetii b)Jumlah lesio yang terdapat pada sediaan histopatologi jantung yang negatif terinfeksi

Coxiella burnetii

Gambar 10 Limpa yang mengalami hemoragi (tanda panah) pada trabekula,

eritrosit terlihat memenuhi ruang di dalam trabekula. Pewarnaan =

HE, bar = 50 µm

Page 27: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

14

Regenerasi miokardium (Gambar 12) merupakan proses perbaikan terhadap

miokardium. Proses regenerasi miokardium dapat diketahui dengan melihat

susunan inti sel miokardium. Pada miokardium yang mengalami regenerasi, inti

sel terlihat lebih besar dan berjejer membentuk garis. Leri et al. (2005)

menyatakan bahwa regenerasi merupakan salah satu cara untuk menjaga

homeostasis miokardium.

Kongesti pada miokardium (Gambar 13) merupakan kondisi darah yang

tergenang di kapiler atau vena akibat lambatnya aliran darah. Kongesti disebut

sebagai heperemia pasif. Pada jantung yang mengalami kongesti, terjadi dilatasi

kapiler jantung sehingga akan penuh dengan sel darah merah. Menurut Valli

(2007) kongesti terjadi akibat gangguan sirkulasi porta dan sirkulasi sistemik.

Kongesti yang ditemukan pada sediaan jantung berupa kongesti ringan. Tidak

begitu banyak bagian jantung yang kapilernya yang terisi sel darah merah.

Lesio yang ditemukan pada sediaan histopatologi jantung berupa degenerasi

miokardium, regenerasi miokardium, dan kongesti ringan. Tidak ditemukan lesio

pada sediaan histopatologi jantung yang positif terinfeksi C. burnetii, sehingga

tidak dapat dilakukan perbandingan terhadap lesio yang ditimbulkan agen Q fever

pada sediaan histopatologi jantung.

Gambar 12 Jantung yang mengalami regenerasi (tanda panah) miokardium, inti

sel miokardium terlihat lebih besar dan berderet membentuk garis.

Pewarnaan = HE, bar = 50 µm

Gambar 11 Jantung yang mengalami degenerasi miokardium (tanda panah)

terlihat lebih pucat. Pewarnaan = HE, bar = 50 µm

Page 28: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

15

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan gambaran histopatologi hasil pewarnaan IHK, ditemukan 5 dari

50 sampel positif terinfeksi C. burnetii. Hasil pengamatan lesio pada limpa dan

jantung dengan pewarnaan HE tidak menunjukkan lesio yang spesifik atau

patognomonis terhadap infeksi C. burnetii pada sapi di RPH Terpadu Kota Bogor.

Lesio yang ditemukan pada sediaan histopatologi limpa yang positif terinfeksi C.

burnetii berupa akumulasi pigmen hemosiderin, deplesi pulpa putih, edema, dan

infiltrasi sel radang. Tidak ditemukan lesio pada sediaan histopatologi jantung

yang positif terinfeksi C. burnetii.

Saran

Perlu dilakukan penelitian Q fever lebih lanjut dikaitkan dengan daerah asal

serta jenis sapi yang dipotong di RPH Terpadu Kota Bogor. Hal ini perlu dan penting

untuk mengetahui penyebaran Q fever, sehingga dapat disusun program pencehagan

dan pengendalian Q fever dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Acha PH, Szyfres B. 2003. Zoonosis and Communicable Disease Common to

Man and Animals, Vol II. Chlamidioses, Rickettsioses and Viroses. Ed ke-3.

Washington (US): World Health Organization.

Angelakis E, Raoult D. 2010. Review Q Fever. J Vet Microbiol. 140:297-309.

Gambar 13 Jantung yang mengalami kongesti (tanda panah), eritrosit terlihat

menumpuk pada vena dan kapiler jantung. Pewarnaan = HE, bar =

50 µm

Page 29: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

16

[BC Biolibrary] The British Columbia Biolibrary. 2008. Hematoxylin and eosin

staining of tissue sections [internet]. [diunduh 2013 Juli 7]. Tersedia pada:

http://www.bcbiolibrary.icapture.ubc.ca/pathologists-researchers/docs/BL.LAB.

GN.006.01

[CDC] Center for Disease Control and Prevention. 2013. Q fever [internet].

[diunduh 2013 Juli 7]. Tersedia pada: http://www.cdc.gov/qfever/symptoms/

index.html

Cesta MF. 2006. Normal structure, function, and histology of the spleen. Toxicol

Pathol. 34:455-465.

Fournier PE, Marrie TJ, Raoult D. 1998. Diagnosa of Q fever. J Clin Microbiol.

36(7):1823-1834.

Gough A. 2007. Differential Diagnosis in Small Animal Medicine. Oxford (GB):

Blackwell Publishing.

[Kementan RI] Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2013. Keputusan

Menteri Pertanian tentang penetapan jenis penyakit hewan menular strategis

nomor 4026/Kpts./OT.140/3/2013. Indonesia (ID): Kementerian Pertanian

Republik Indonesia.

Key M. 2009. Immunohistochemistry Staining Methods. In: Education Guide

Immunohistochemical Staining Methods. Ed ke-5. Kumar GL dan Rudbeck L,

editor. California (US): Dako North America.

Krieken JHJM, Orazi A. 2007. Spleen. In: Histopathology for Pathologist. Ed ke-

3. Philadelphia (US): Williams & Wilkins.

Leiva M, Lloret A, Pena T, Roura X. 2005. Therapy of ocular and visceral

leishmaniasis in a cat. Vet Ophthalmol. 8:71–75.

Leri A, Kajstura J, Anversa P. 2005. Cardiac stem cells and mechanisms of

myocardial regeneration. Physiol Rev. 85:1373-1416.

Marrie TJ. 2003. Coxiella burnetii pneumonia. J Eur Resp. 21:713-719.

Maurin M, Raoult D. 1999. Q fever. Clin Microbiol Rev. 12:518-553.

Maxie MG, Robinson WF. 2007. Cardiovascular System. In: Pathology of

Domestic Animals. Ed ke-5. Maxie MG, editor. Philadelphia (US): Saunders

Elsevier.

[OIE] Office International des Epizootics. 2010. Q fever [internet]. [diunduh 2013

Juli 7]. Tersedia pada: http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/Health_

standards/tahm/2.01.12_Q-FEVER.pdf

Pack PE. 2007. Anatomi dan Fisiologi. Wibisono TD, Setio H, Rudiyanto,

Waluyo B, Sarjoko D, Arghisa A, Herawati N, Tyas VP, Wulandari, editor.

Bandung (ID): Pakar Raya. Terjemahan dari: Anatomy and Physiology.

Porter SR, Czaplicki G, Mainil J, Guattéo R, Saegerman C. 2011. Q fever: current

state of knowledge and perspectives of research of neglected zoonosis. Int J

Microbiol [internet]. [diunduh 2013 September 29]. Tersedia pada:

www.hindawi/com/journals/ijmb/2011/248411/.

Rasmana ID. 2008. Q-fever: suatu tinjauan perkembangan teknik diagnostik dan

permasalahannya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ross MH, Pawlina W. 2011. Histology: A Text and Atlas. Ed ke-6. Philadephia

(US): Williams & Wilkins.

Setiyono A, Handharyani E, Mahatmi H. 2008. Seroprevalensi Q fever pada

domba dan kambing di wilayah Jawa Barat. JITV. 13(1):61–66.

Page 30: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

17

Stein A, Luoveau C, Lepidi H, Ricci F, Baylac P, Davoust B, Raoult D. 2005. Q

fever pneumonia: Virulence of Coxiella burnetii Pathovars in a Murine Model

of Aerosol Infection. Infect Immun. 73(4):2469-2477.

Subangkit M. 2012. Kajian diagnostik patologi marek’s menggunakan metode

imunohistokimia [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suttie AW. 2006. Histopathology of the spleen. Toxicol Pathol. 34:466-503.

Valli VEO. 2007. Hematopoietic System. In: Pathology of Domestic Animals. Ed

ke-5. Maxie MG, editor. Philadelphia (US): Saunders Elsevier.

Page 31: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

18

Page 32: KAJIAN HISTOPATOLOGI LIMPA DAN JANTUNG SAPI YANG ... · Limpa dan Jantung Sapi yang Terinfeksi Coxiella burnetii di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 10 Agustus 1991 di Kota Makassar, Sulawesi

Selatan. Penulis merupakan putri pertama dari 4 bersaudara pasangan Syahruddin

S dan Humaerah. Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program

studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Pendidikan formal yang pernah

ditempuh penulis sebelumnya yaitu SD Negeri 2 Unggulan Maros pada tahun

1997, SMP Negeri 2 Maros pada tahun 2003, dan SMA Negeri 1 Maros pada

tahun 2006.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten praktikum dalam

beberapa mata kuliah yang diselenggarakan di FKH IPB. Penulis pernah menjadi

asisten praktikum pada mata kuliah Histologi Veteriner II pada tahun ajaran

2011/2012, Patologi Sistemik II pada tahun ajaran 2013/2014, dan Pengelolaan

Kesehatan Hewan dan Lingkungan pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga

aktif dalam berbagai lembaga kemahasiswaan. Beberapa lembaga kemahasiswaan

yang pernah diikuti penulis yaitu paduan suara Gita Klinika FKH IPB, kepala

divisi Event Organizer STERIL FKH IPB, bendahara Himpunan Minat dan

Profesi (HIMPRO) Satwaliar FKH IPB, dan staf divisi Komunikasi dan Informasi

(Kominfo) Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) cabang

FKH IPB.

Prestasi akademik yang pernah diraih penulis selama masa perkuliahan yaitu

Mahasiswa Berprestasi Peringkat V pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Pertanian Bogor tahun 2013. Penulis pernah menjadi Juara II Turnamen

Bulutangkis FKH Open pada tahun 2011 dan semifinalis Olimpiade Mahasiswa

IPB (OMI) 2013 cabang olahraga Bulutangkis.