kajian habitat, populasi dan sosial ekonomi...

70

Upload: doanhanh

Post on 11-Mar-2019

254 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan
Page 2: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

i

Page 3: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

ii

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas) DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT © Hak Cipta Dilindungi (2017) Laporan dipersiapkan oleh : Forum Konservasi Macan Tutul Jawa (FORMATA) dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat. Penanggungjawab : Sylvana Ratina (Kepala Balai Besar KSDA Jawa

Barat) Advisor 1. Adi Susmianto (FORMATA) 2. Tony Sumampau (FORMATA/TSI) Koordinator Teknis : Hendra Gunawan (Ketua FORMATA) Ketua Tim Habitat : Hendra Gunawan Ketua Tim Populasi : Anton Ario Ketua Tim Sosek : Ully Rangkuty Ketua Tim GIS : Rudi Rahmat Fadillah Logistik : BBKSDA Jabar; Bidang KSDA Wilayah Ciamis;

Taman Safari Indonesia. Kontributor foto : Hendra Gunawan, Anton Ario, Vivin S. Sihombing,

Anita Rianti, Keni Sultan. Desain sampul & lay out : Tatang Rohana Cara Mengutip: Tim Kolaboratif Penyelamatan Macan Tutul Jawa. 2017. Kajian Habitat, Populasi

dan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Sebagai Dasar Pengelolaan Populasi dan Mitigasi Konflik Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) di Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat. Tidak diterbitkan.

Page 4: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

iii

TIM KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI

KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas) DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

Tim Survei Populasi

Anton Ario (FORMATA/CI) Keni Sultan (FORMATA/TSI)

Edi Koswara (Bid. Wil. III KSDA Ciamis) I Gede Gelgel (BBKSDA Jabar)

M. Irfani (BBKSDA Jabar) Dedi (Perum Perhutani KPH Ciamis)

Wahyu (Perum Perhutani KPH Ciamis) Ilham (Kader Konservasi Ciamis) Arif (Kader Konservasi Ciamis)

Irpan (Kader Konservasi Ciamis) Iwan (Kader Konservasi Ciamis)

Supian (CI) Eryan Hidayat (CI)

Tim Survei Habitat

Hendra Gunawan (Puslitbang Hutan/FORMATA) Eman (Puslitbang Hutan)

Tatan Rustandi (Bid. Wil. III KSDA Ciamis) Dindin Kusdinar (Bid. Wil. III KSDA Ciamis)

Warid (Bid. Wil. III KSDA Ciamis) Ano (Bid. Wil. III KSDA Ciamis)

Parma (Bid. Wil. III KSDA Ciamis) Ojat Suhrojat (Bid. Wil. III KSDA Ciamis)

Fadhil (IPB) Serjensil (IPB) Robi (UNIKU)

Tim Survei Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Ully Rangkuti (FORMATA) Anita Rianti (Puslitbang Hutan)

Vivin S. Sihombing (Puslitbang Hutan) Vitriana Y.M. (BBKSDA Jabar)

Endang Yusuf (Bid. Wil. III KSDA Ciamis) Suwarno (Bid. Wil. III KSDA Ciamis)

Asep Kurniawan (Bid. Wil. III KSDA Ciamis) Syamsudin (Bid. Wil. III KSDA Ciamis)

Ahmad (Bid. Wil. III KSDA Ciamis) Ade (BPMPD Kabupaten Ciamis)

Dadang (BPMPD Kabupaten Ciamis)

Tim GIS / Perpetaan Rudi R. Fadillah (BBKSDA Jabar)

Uus Saepul Mukarom (IPB)

Page 5: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Merespon meningkatnya kasus keluarnya macan tutul jawa dari kawasan

hutan yang terus terjadi di sekitar Gunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Provinsi

Jawa Barat, sebuah Tim Kolaboratif dibentuk untuk melakukan kajian guna

mencari penyebab dan mencari solusi penanganannya. Tim kolaboratif terdiri

atas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H), Taman Safari Indonesia (TSI),

Forum Konservasi Macan Tutul Jawa (FORMATA), Conservation International

(CI), Pemerintah Kabupaten Ciamis dan Kader Konservasi Ciamis. Kajian

dilakukan selama 3 (tiga) bulan dari 21 Oktober 2016 hingga 2 Februari 2017.

Hasil kajian sebagai berikut:

A. Habitat

1. Kawasan hutan Gunung Sawal memiliki luas total 10.515,56 Ha yang

terbagi dalam Suaka Margasatwa 5.583,38 Ha atau 53%, Hutan Produksi

Terbatas (HPT) 3.308,93 Ha, Hutan Produksi (HP) 714,34 Ha dan Hutan

Pangonan 908,91 Ha. Kawasan hutan Gunung Sawal secara keseluruhan

merupakan satu kesatuan ekosistem lanskap hutan yang dikelilingi oleh 7

(tujuh) kecamatan yaitu: Panjalu, Kawali, Cipaku, Cikoneng, Cihaurbeuti,

Sadananya dan Panumbangan.

2. Suaka Margasatwa memiliki tutupan vegetasi hutan alam primer dan

sekunder, sedangkan kawasan hutan produksi terbatas, hutan produksi

dan hutan pangonan memiliki tutupan utama hutan tanaman pinus (Pinus

merkusii), rasamala (Altingia excelsa) dan damar (Agathis borneensis).

3. Berdasarkan interpretasi citra satelit tahun 2014, terdeteksi adanya

penggarapan lahan oleh masyarakat di hutan produksi terbatas, hutan

produksi dan hutan pangonan. Setelah dicek ke lapangan, penggarapan

tersebut merupakan program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat) Perum Perhutani KPH Ciamis dengan tanaman budidaya

kopi.

4. Tutupan vegetasi hutan di HPT, HP dan Hutan Pangonan mengalami

penurunan yang linear dengan penambahan luas garapan masyarakat.

Pada tahun 2006, HPT, HP dan Hutan Pangonan yang digarap

masayarakat seluas 1.978,18 Ha meningkat menjadi 2.094.67 Ha pada

tahun 2014.

Page 6: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

v

5. Adanya kawasan hutan yang digarap masyarakat seluas 2.094,67 Ha di

sekitar Suaka Margasatwa, menyebabkan menurunnya daya dukung dan

daya tampung habitat, karena HP, HPT dan Hutan Pangonan merupakan

satu kesatuan ekosistem dengan SM Gunung Sawal dan merupakan

lanskap habitat macan tutul yang tak mengenal batas administrasi dan

batas fungsi hutan.

6. Penggarapan kawasan hutan dengan sistem tebang habis dan

pembersihan lantai hutan untuk penananam kopi, berpengaruh sangat

nyata terhadap habitat satwa pemakan tumbuhan (herbivora) seperti

rusa, kijang, kancil, musang, babi hutan, monyet, surili dan lutung yang

merupakan mangsa macan tutul. Dengan demikian daya dukung Gunung

Sawal sebagai habitat macan tutul secara keseluruhan mengalami

penurunan drastis.

7. Hasil analisis terhadap vegetasi pakan satwa herbivora menunjukkan

bahwa penggarapan hutan produksi dalam pola PHBM tanaman kopi

telah menghilangkan pakan herbivora hingga 98,69% dan hanya tersisa

1,31% dibandingkan dengan hutan suaka margasatwa dan hutan

produksi terbatas yang tidak digarap. Bahkan hutan produksi yang telah

digarap dengan pola PHBM tidak memiliki pohon dan tiang yang

dibutuhkan oleh primata untuk pergerakan mencari makan dan tidur.

Akibatnya satwa herbivora memperluas jelajahnya hingga ke kebun atau

hutan rakyat sekitar pemukiman, yang memiliki struktur seperti hutan

alam. Pergerakan herbivora tersebut diikuti oleh macan tutul.

B. Populasi macan tutul dan mangsanya

8. Hasil analisis populasi menggunakan camera trap, menemukan bahwa

kepadatan relatif (relative density) macan tutul jawa di SM Gunung Sawal

adalah 15.62 individu/100 km2 atau sama dengan satu individu per 6,4

km2. Ini menunjukan kepadatan populasi macan tutul jawa di SM. Gunung

Sawal tidak berbeda jauh dengan kawasan hutan lainnya di Jawa Barat.

Dengan luasan SM Gunung Sawal sekitar 54 km2 maka diperkirakan

dapat dihuni hingga 8 individu macan tutul. Berdasarkan hal tersebut

perkiraan populasi macan tutul jawa di SM Gunung Sawal saat ini adalah

sekitar 5-8 individu. Jika kondisi kawasan hutan Gunung Sawal (termasuk

SM, HPT, HP dan Hutan Pangonan) dalam kondisi baik dengan luas total

sekitar 110 km2 maka dapat menampung macan tutul jawa, hingga 17

individu.

9. Hasill camera trap juga menemukan beberapa jenis satwa mangsa macan

tutul seperti musang luwak, babi hutan dan kijang yang mendominasi dan

Page 7: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

vi

tersebar merata hampir di seluruh kawasan dengan frekuensi

perjumpaan relatif berturut-turut sebesar 32,3%; 6,52% dan 3,75% dan

indeks kelimpahan relatif berturut-turut 14,14; 2,85, dan 1,64. Selain

satwa tersebut juga tertangkap camera trap jenis sigung, lingsang,

garangan, biul, musang rase, kucing hutan, musang leher kuning, surili,

lutung budeng, trenggiling dan landak jawa yang potensial menjadi

mangsa macan tutul. Dengan demikian dapat dikatakan kondisi hutan SM

Gunung Sawal masih baik untuk habitat macan tutul.

10. Seiring waktu, populasi macan tutul terus berkembang, sehingga

memerlukan areal habitat yang semakin luas, namun yang terjadi adalah

sebaliknya, yaitu tutupan hutan justru menurun akibat penggarapan,

sehingga dapat diduga macan tutul kekurangan habitat dan akan mencari

habitat baru, tanpa mengenal batas-batas administrasi dan batas fungsi

kawasan hutan. Hasil analisis populasi berdasarkan camera trap juga

menunjukan bahwa sebaran macan tutul di Gunung Sawal tersebar di

sekitar pinggiran Suaka Margasatwa yang berbatasan dengan hutan

produksi, mengikuti sebaran satwa mangsanya.

C. Konflik macan tutul - manusia

11. Kasus keluarnya macan tutul jawa dari kawasan hutan Gunung Sawal

telah terjadi sejak tahun 2001 dan cenderung terus terjadi hingga akhir

tahun 2016 yang secara kumulatif sudah terjadi 51 kasus di 20 desa

sekitar kawasan hutan Gunung Sawal. Kasus terbanyak terjadi tahun

2011 dan desa paling sering didatangi macan tutul adalah Desa

Kertamandala (10) dan Cikupa (8) yang berbatasan langsung dengan

hutan.

12. Keluarnya macan tutul dari kawasan hutan tidak selalu menimbulkan

konflik. Konflik terjadi ketika ada pihak yang dirugikan, baik manusia

maupun macan tutul. Dari 51 kasus di sekitar Gunung Sawal, 75%

diantaranya merupakan konflik (memangsa ternak 67%; macan tutul

ditangkap/dibunuh 8%), sementara 25% bukan merupakan konflik.

13. Kasus kasus konflik macan tutul-manusia di Gunung Sawal 76% terjadi di

desa-desa yang berbatasan dengan hutan produksi, 18% terjadi di desa

yang berbatasan dengan Suaka Margasatwa, 6 % terjadi di desa yang

tidak berbatasan dengan hutan.

14. Macan tutul yang keluar dan tertangkap oleh masyarakat atau petugas,

hampir seluruhnya berjenis kelamin jantan dan berusia muda (2,5 -3

tahun) yaitu pada masa-masa penyapihan oleh induknya. Hal ini dapat

Page 8: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

vii

diduga kuat, macan tutul jantan muda tersebut keluar dari habitat

induknya karena kalah berebut teritori sehingga terusir dan harus

mencari teritori baru, karena daya tampumg (ruang) teritori di dalam

Suaka Margasatwa Gunung Sawal sudah tidak mencukupi.

15. Macan tutul yang tertangkap masyarakat atau petugas rata-rata dalam

kondisi sehat, berat badan normal, tidak kurus dan tidak seperti

kelaparan. Hal ini memunculkan dugaan penyebab lain, mengapa macan

tutul keluar dari habitatnya.

16. Kasus macan tutul keluar habitatnya atau tertangkap oleh masyarakat,

tidak membentuk pola tertentu dan tidak berkorelasi dengan musim

kemarau. Kasus terbanyak justru terjadi pada bulan Januari dan Februari.

Hal ini menggunggurkan hipotesis “macan tutul keluar untuk mencari

makan karena di dalam hutan tidak ada makanan”

17. Fenomena keluarnya macan tutul dari habitatnya yang sering terjadi

akhir-akhir ini merupakan perilaku teritorial yang normal dilakukan oleh

satwa teritorial, yaitu perebutan wilayah jelajah dan yang kalah harus

keluar dari habitatnya. Ketika mencari habitat baru¸macan tutul yang

kalah terjebak atau terperangkap di areal kebun atau pemukiman,

sebelum sampai ke habitat yang menjadi tujuannya.

18. Fenomena keluarnya macan tutul dari habitatnya menandakan proses

perkembangbiakan di alam cukup bagus karena populasi terus bertambah

setiap tahun, namun luas habitatnya tidak bertambah tetapi sebaliknya

malah berkurang.

19. Dengan bertambahnya populasi macan tutul di alam, maka memerlukan

tambahan luasan habitat. Tetapi yang terjadi justru pengurangan habitat

karena hutan produksi terbatas, hutan produksi dan hutan pangonan di

sekitarnya yang selama ini menjadi habitat tambahan, kini telah hilang

karena ditebang dan digarap oleh masyaralat untuk kebun kopi.

Akibatnya, daya dukung dan daya tampung habitat menjadi tidak

mencukupi atau telah terlampaui, sehingga macan tutul keluar dari

habitatnya.

D. Sosial ekonomi dan persepsi masyarakat sekitar Gunung Sawal

20. Kondisi sosial masyarakat sekitar Gunung Sawal sebanyak 55,48%

responden hanya tamat Sekolah Dasar (SD). Sebanyak 51,10% bekerja

sebagai petani dan 55,25% diantaranya memiliki lahan garapan dan

9.53% garapanya langsung dengan kawasan hutan.

Page 9: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

viii

21. Sekitar 64,44% responden belum pernah mendapatkan penyuluhan

tentang konservasi macan tutul. Meskipun demikian, sebagian besar

responden (75,33%) menyadari bahwa Gunung Sawal memberikan

banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebagian

responden (21,22%) menyatakan bahwa keberadaan hutan Gunung

Sawal mencegah banjir dan tanah longsor dan 40,12% responden

menyatakan bahwa hutan Gunung Sawal merupakan sumber air bagi

wilayah di sekitarnya, yang dimanfaatkan untuk air rumah tangga, PDAM,

irigasi pertanian dan budidaya ikan air tawar. Gunung Sawal merupakan

hulu DAS Citanduy dengan anak-anak sungainya antara lain Cibaruyon,

Cipalih, dan Ciguntur sehingga memiliki arti penting bagi penyangga

kehidupan daerah sekitarnya.

22. Lebih separuh (65.89%) responden mengetahui macan tutul merupakan

satwa dilindungi dan 74,69% merasa bangga memiliki macan tutul di

Gunung Sawal. Sayangnya 50.36 % responden tidak mengetahui bahwa

macan tutul merupakan maskot atau satwa identitas Provinsi Jawa Barat.

Hanya 25,67% menyatakan satwa tersebut perlu dilestarikan.

23. Masih terdapat ketergantungan masyarakat terhadap hutan dan

menganggap hutan sebagai sumber lahan garapan, sumber kayu

pertukangan dan kayu bakar, pakan ternak dan memberikan lapangan

pekerjaan.

E. Rekomendasi

24. Perlu penguatan kembali komitmen para pihak yang memiliki

kepentingan dan kewenangan pengelolaan kawasan Gunung Sawal,

bahwa kawasan hutan Gunung Sawal merupakan satu kesatuan bentang

alam (lanskap) ekosistam hutan yang secara ekologis tidak mengenal

batas-batas administratif dan batas fungsi kawasan. Oleh karena itu,

pengelolaan kawasan ini harus terintegrasi antara kawasan suaka alam

(SM), kawasan lindung (HL), kawasan budidaya hutan (HPT, HP, Hutan

Pangonan) dan kawasan budidaya non hutan seperti hutan rakyat dan

perkebunan.

25. Kawasan hutan Suka Margasatwa Gunung Sawal perlu didukung oleh

kawasan hutan sekitarnya agar dapat tetap menampung macan tutul yang

menjadi target konservasi kawasan suaka margasatwa ini. Oleh karena

itu, diperlukan sinergi dan koordinasi yang kuat antara pengelola suaka

margasatwa dengan pengelola hutan produksi, hutan lindung dan

pengelola wilayah di sekitarnya.

Page 10: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

ix

26. Kawasan hutan produksi yang digarap melalui program PHBM di Gunung

Sawal perlu direvitalisasi dengan pengendalian komposisi tanaman

kehutanan yang lebih dominan dibandingkan tanaman kopi. Kawasan

yang telah terdegradasi akibat penggarapan perlu direstorasi untuk

memulihkan kembali fungsi ekologis dan hidrologis hutan.

27. Untuk meningkatkan kembali populasi mangsa macan tutul, konsep

restorasi ekosistem dapat diimplementasikan untuk memulihkan

ekosistem Gunung Sawal yang telah rusak. Konsep PHBM juga dapat

tetap dilaksanakan dengan mengatur kembali komposisi jumlah pohon

dan proporsi ruang yang lebih bersifat hutan daripada kebun monokultur.

28. Untuk menjaga kelestarian macan tutul dalam metapoplasi yang

mencakup lanskap yang luas dan terfragmentasi oleh areal penggunaan

lahan selain hutan (APL), maka perlu dibuat dan dipertahankan koridor

penghubung antar kantong hutan. Hutan produksi, hutan lindung

maupun kawasan lindung yang berfungsi sebagai koridor satwa perlu

dikelola bersama secara terintegrasi lintas sektor.

29. Penanganan dan mitigasi konflik macan tutul dengan manusia perlu

dilakukan secara terpadu lintas sektor dan antar pemangku kepentingan.

Pendekatan mekanisme insentif dan penegakan hukum secara bersamaan

perlu diimplementasikan untuk mitigasi konflik di masa mendatang.

30. Perlu dilakukan pemantauan (monitoring) jangka panjang terhadap

macan tutul jawa dengan menggunakan camera trap di kawasan SM

Gunung Sawal untuk memastikan kondisi dan keberadaan macan tutul

jawa yang telah teridentifikasi.

31. Terhadap macan tutul yang keluar dari Gunung Sawal dan saat ini berada

di lembaga konservasi, jika dari segi medis layak dilepasliarkan kembali

maka perlu dicarikan lokasi pelepasliaran yang sesuai. Suaka Margasatwa

Gunung Sawal masih memungkinkan menerima kembali macan tutul dari

Gunung Sawal yang telah direhabilitasi, namun perlu ditentukan di areal

yang belum menjadi teritori macan tutul yang ada. Disamping itu juga

perlu didukung dengan tetap menjaga kondisi hutan produksi terbatas,

hutan produksi dan hutan pangonan di sekitar suaka margasatwa yang

digarap menjadi PHBM kopi agar dapat tetap memberikan fungsi ekologis

sebagai habitat.

32. Perlunya penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat sekitar Gunung

Sawal tentang pentingnya menjaga hutan Gunung Sawal sebagai sistem

penyangga kehidupan yang vital bagi generasi sekarang dan yang akan

datang.

Page 11: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya,

Kajian Habitat, Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Sebagai Dasar

Pengelolaan Populasi dan Mitigasi Konflik Macan Tutul Jawa (Panthera pardus

melas) di Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat, dapat diselesaikan dengan lancar

dan baik. Kami selaku pelaksana kegiatan tersebut juga menyampaikan terima

kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu pelaksanaan di

lapangan, serta kepada pihak-pihak yang mendukung secara finansial kegiatan

kajian yang sangat penting ini.

Kajian ini merupakan salah satu implementasi program yang telah

diamanatkan dalam dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK)

Macan Tutul Jawa yang telah di tetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (LHK) dengan Surat Keputusan Nomor P.56/Menlhk/Kum.1/2016

tanggal 11 Juli 2016. Kajian ini juga sangat penting dalam rangka program

prioritas konservasi 25 spesies satwa nasional, yang salah satunya adalah macan

tutul jawa.

Secara aktual, kegiatan ini juga merupakan respon dan upaya

penyelesaian secara langsung dan nyata terhadap masalah konflik ruang antara

macan tutul dan manusia yang semakin meningkat di kawasan hutan Gunung

Sawal dan sekitarnya dalam satu dekade terakhir. Kajian ini juga dapat menjadi

model atau pilot upaya mitigasi konflik satwa dan manusia di tempat lain.

Akhirnya, semoga hasil kajian ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya dalam upaya penyelesaian dan mitigasi konflik macan tutul dengan

manusia di sekitar Gunung Sawal.

Bogor, Juli 2017

Tim Pelaksana

Page 12: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

xi

DAFTAR ISI Halaman

RINGKASAN EKSEKUTIF …………………………………………………………………………. iv KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………. x DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………….. xi DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………………………… xii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………………... xiii

I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………. 1 B. Tujuan dan Manfaat ………………………………………………………………….. 3

II. METODOLOGI …………………………………………………………………………………. 4

A. Waktu Dan Lokasi …………………………………………………………………….. 4 B. Alat dan Bahan …………………………………………………………………………. 5 C. Metode …………………………………………………………………………………….. 5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 10

A. Habitat ……………………………………………………………………………………. 10 1. Kondisi habitat macan tutul jawa di lanskap hutan Jawa Barat

dan Banten ……………………………………………………………………………………….

10 2. Kerawanan Habitat Macan Tutul Jawa ………………………………….. 12 3. Kondisi Habitat Macan Tutul Jawa di Gunung Sawal ……………… 17 4. Kondisi Habitat Satwa Mangsa ……………………………………………… 24

B. Populasi …………………………………………………………………………………… 27 1. Capaian Operasional Perangkap Kamera (camera trap) ………….. 27 2. Kepadatan Populasi dan Sebaran Macan Tutul Jawa

di SM Gunung Sawal ……………………………………………………………...

30 3. Keberadaan Satwa Mangsa Macan Tutul Jawa

di SM Gunung Sawal ……………………………………………………………...

32

C. Konflik Macan Tutul Jawa – Manusia …………………………………………. 35 D. Sosial Ekonomi dan Persepsi Masyarakat Sekitar ………………………. 40

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI …………………………………………………. 43

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………… 43 1. Habitat ………………………………………………………………………………… 43 2. Populasi macan tutul dan mangsanya ……………………………………. 44 3. Konflik macan tutul – manusia ……………………………………………… 45 4. Sosial ekonomi dan persepsi masyarakat sekitar Gunung Sawal 46

B. Rekomendasi ……………………………………………………………………………. 47

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………….. 49 LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………………... 54

Page 13: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

Tabel 1. Rekapitulasi identitas populasi macan tutul jawa di wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten.

16

Tabel 2. Kerapatan tumbuhan pakan herbivora di beberapa plot di Gunung Sawal.

24

Tabel 3. Daftar jenis satwa yang terfoto selama periode pemasangan perangkap kamera.

28

Tabel 4. Daftar perolehan jenis satwa disetiap lokasi pemasangan perangkap kamera.

29

Tabel 5. Rekapitulasi hasil wawancara dengan responden di desa-desa sekitar Gunung Sawal.

40

Page 14: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

xiii

DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman

Gambar 1. Peta SM Gunung Sawal dan sekitarnya. 4

Gambar 2. Tim habitat dan populasi sebelum berangkat ke lapangan.

5

Gambar 3. Tim sosek sedang wawancara dengan penduduk sekitar Gunung Sawal.

6

Gambar 4. Advisor sedang berdiskusi dengan tokoh masyarakat untuk melengkapi hasil wawancara.

6

Gambar 5. Tim populasi sedang merancang distribusi camera trap.

7

Gambar 6. Tim populasi sedang memasang camera trap. 8

Gambar 7. Peta distribusi camera trap di SM Gunung Sawal. 8

Gambar 8. Tim populasi sedang memeriksa hasil camera trap. 9

Gambar 9. Populasi macan tutul yang sudah teridentifikasi di Jawa Barat dan Banten.

10

Gambar 10. Distribusi populasi teridentifikasi menurut tipe metapopulasinya.

12

Gambar 11. Peta kerawanan habitat terhadap konflik macan tutul dengan manusia.

13

Gambar 12. Persentase tingkat keamanan dari 26 populasi macan tutul yang telah teridentifikasi.

14

Gambar 13. Luas habitat dari 26 populasi macan tutul teridentifikasi.

15

Gambar 14. Komposisi fungsi kawasan hutan di Gunung Sawal. 18

Gambar 15. Penurunan luas tutupan hutan di Gunung Sawal. 18

Gambar 16. Perkembangan luas lahan garapan di Gunung Sawal. 19

Gambar 17. Penurunan luas tutupan hutan tanaman keseluruhan di Gunung Sawal.

19

Gambar 18. Penyusutan luas hutan tanaman di hutan produksi Gunung Sawal.

20

Gambar 19. Pertambahan luas kawasan yang digarap masyarakat di Gunung Sawal.

20

Gambar 20. Perbandingan komposisi tutupan lahan Gunung Sawal antara tahun 2006 dan tahun 2014.

20

Page 15: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

xiv

Gambar 21. Hutan produksi yang ditanami kopi pola PHBM dengan latar belakang hutan tanaman pinus yang masih utuh.

21

Gambar 22. Cara penggarapan dengan metode tebang habis dan diganti dengan tanaman kopi menyebabkan hilangnya habitat satwa.

21

Gambar 23. Kondisi hutan suaka margasatwa yang masih baik. 22

Gambar 24. Sumber air yang melimpah dari Gunung Sawal banyak dimanfaatkan untuk perikanan di pekarangan oleh penduduk sekitar.

23

Gambar 25. Air dari Gunung Sawal juga disalurkan untuk irigasi pertanian dan kebutuhan rumah tangga di daerah bawahnya.

23

Gambar 26. Kondisi kawasan yang digarap untuk PHBM tanaman kopi. Tumbuhan bawah dibersihkan.

24

Gambar 27. Kondisi tumbuhan bawah di antara tanaman kopi yang dibersihkan dalam rangka pemeliharaan tanaman kopi. Pancang, tiang dan pohon pun jarang bahkan tidak ada.

25

Gambar 28. Perbandingan kerapatan tumbuhan pakan herbivora di bebera tipe habitat di Gunung Sawal.

25

Gambar 29. Kondisi hutan rakyat dan tumbuhan bawahnya yang lebih baik dibandingkan kawasan hutan produksi yang digarap, sehingga banyak satwa mencari makan di hutan rakyat.

26

Gambar 30. Macan tutul yang tertangkap camera trap. 27

Gambar 31. Peta lokasi foto macan tutul jawa di SM Gunung Sawal.

30

Gambar 32. Peta sebaran individu-individu macan tutul jawa di SM Gunung Sawal.

31

Gambar 33. Diagram indeks kelimpahan relatif macan tutul jawa dan mangsa.

33

Gambar 34. Sebaran satwa mangsa musang luwak, kijang dan babi hutan di SM Gunung Sawal.

34

Gambar 35. Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus). 34

Gambar 36. Kijang (Muntiacus muntjak). 34

Gambar 37. Babi hutan (Sus scrofa). 35

Gambar 38. Lutung budeng (Trachypitecus auratus). 35

Page 16: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

xv

Gambar 39. Konflik macan tutul-manusia di Jawa Barat dan Banten.

36

Gambar 40. Sebaran konflik macan tutul – manusia menurut kabupaten di Jawa Barat dan Banten.

36

Gambar 41. Jumlah dan sebaran kasus konflik macan tutul dengan manusia di desa-desa sekitar Gunung Sawal.

37

Gambar 42. Persentase lokasi kasus konflik macan tutul dengan manusia di sekitar Gunung Sawal.

37

Gambar 43. Bentuk konflik macan tutul – manusia di Jawa Barat dan Baten.

38

Gambar 44. Seekor macan tutul jantan muda yang ditangkap warga Desa Cikupa menggunakan perangkap besi di sekitar Gunung Sawal pada 7 Oktober 2016.

38

Gambar 45. Kondisi macan tutul yang ditangkap warga Desa Cikupa setelah tiga minggu direhabilitasi di sanctuary Taman Safari Indonesia (24 Oktober 2016).

38

Gambar 46. Pemburu yang tertangkap camera trap. 39

Gambar 47. Anjing-anjing pemburu yang tertangkap camera trap. 39

Gambar 48. Manfaat hutan menurut responden sekitar Gunung Sawal.

41

Gambar 49. Penyebab keluarnya macan tutul dari hutan menurut responden sekitar Gunung Sawal.

42

Page 17: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

xvi

Page 18: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) merupakan salah satu dari

sembilan anak jenis (sub species) macan tutul yang hidup di dunia. Macan tutul

jawa hanya hidup di pulau Jawa dan beberapa pulau disekitarnya yaitu Pulau

Kangean, Pulau Nusakambangan dan dilaporkan ditemukan di Pulau Sempu.

Macan tutul jawa mengalami melanisme sehingga memiliki variasi warna hitam

yang disebut macan kumbang dan macan tutul yang berwarna kuning dengan

pola tutul berbentuk rossete.

Di Indonesia, macan tutul jawa termasuk satwa dilindungi (UU No.5 tahun

1990 dan PP. No.7 tahun 1999). Termasuk dalam Redlist IUCN (International

Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dengan kategori

Critically Endangered (Ario et al., 2008) dan termasuk dalam Appendix I CITES

(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and

Flora) (Soehartono dan Mardiastuti, 2002).

Penyebaran macan tutul jawa hampir merata dari ujung barat Pulau Jawa

(TN. Ujung Kulon) hingga ujung timur Pulau Jawa (TN. Alas Purwo). Mereka

hidup di hutan-hutan kawasan konservasi seperti Taman Nasional (TN), Cagar

Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM) yang dikelola oleh Direktorat Jenderal

Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, serta kawasan Hutan Produksi

(HP) yang dikelola oleh Perum Perhutani dan Hutan Lindung (HL) yang dikelola

oleh Pemerintah Daerah (Dinas Kehutanan Provinsi).

Di Jawa bagian barat, macan tutul jawa ditemukan di Taman Nasional

Ujung Kulon, TN Gunung Halimun Salak, HL Gunung Karang-Akasari, TN Gunung

Gede Pangrango, TN Gunung Ciremai, CA Talaga Warna, CA Gunung Simpang, CA

Gunung Tilu, CA Gunung Tangkuban Perahu, CA Gunung Burangrang, CA Gunung

Papandayan, CA Gunung Guntur/Kawah Kamojang, CA Talaga Bodas, SM Gunung

Sawal, SM Cekepuh, TB Kareumbi-Masigit, HL Gunung Masigit, HL Gunung

Malabar, HL Gunung Wayang-Windu, HL. Gunung Limbung, HL Gunung Cikuray

(Ario,2010).

Page 19: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

2

Gunawan et al. (2013) mengidentifikasi sebaran macan tutul jawa di Jawa

Barat dan Banten ada di 76 lokasi. Umumnya gunung-gunung di Jawa Barat dan

Banten masih dihuni oleh macan tutul jawa. Selain gunung-gunung yang telah

disebutkan oleh Ario (2010), Gunawan et al. (2013) juga mendapati macan tutul

di Gunung Cakrabuana (KPH Majalengka), Gunung Galunggung dan Gunung

Papandayan (KPH Garut), Gunung Jubleg (KPH Bandung Selatan), Gunung

Manglayang dan Gunung Tampomas (KPH Sumedang), Gunung Sanggabuana

(KPH Bogor), Gunung Kalong (KPH Indramayu). Selain tersebar di gunung-

gunung yang umumnya merupakan hutan lindung dan hutan konservasi, macan

tutul jawa juga tersebar di hutan-hutan produksi seperti di KPH Kuningan (BKPH

Garawangi), KPH Ciamis (BKPH Banjar Utara, Selatan dan Pangandaran), KPH

Tasikmalaya (BKPH Karangnunggal dan Taraju), KPH Sukabumi (BKPH

Cikawung Gede Barat), KPH Cianjur (BKPH Cibarengkok), KPH Bandung Selatan

(Bagian Hutan Tambak Ruyung) dan KPH Sumedang (BKPH Cadas Ngampar).

Macan tutul menghadapi ancaman yang tinggi dari degradasi, fragmentasi

dan penysutan habitat serta konflik dengan manusia. Sehingga dikhawatirkan

akan mengalami kepunahan lokal di berbagai lokasi. Dalam dua dekade terakhir

populasi macan tutul di Pulau Jawa diperkirakan mengalami penurunan drastis

akibat kehilangan habitat dan fragmentasi habitat. Laju penurunan populasi

macan tutul juga diperparah oleh kegiatan perburuan, baik terhadap macan tutul

maupun satwa mangsanya (Gunawan, 2010). Konversi hutan secara besar-

besaran, baik legal maupun illegal mengakibatkan punahnya populasi macan

tutul secara lokal di beberapa kawasan hutan (Gunawan, 2010). Penatagunaan

lahan dan penataan ruang yang tidak mengindahkan prinsip ekosistem sebagai

satu kesatuan holistik telah mengakibatkan pemecahan atau fragmentasi habitat

yang pada akhirnya menyebabkan isolasi demografik dan genetik terhadap suatu

populasi sehingga mudah mendapat ancaman kepunahan lain seperti inbreeding.

Kawasan hutan Gunung Sawal merupakan salah satu kantong habitat

macan tutul jawa yang penting. Berdasarkan peta kawasan hutan yang

diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kawasan ini

terbagi dalam empat fungsi hutan yaitu Suaka Margasatwa (SM), Hutan Produksi

Terbatas (HPT), Hutan Produksi (HP) dan Hutan Pangonan. Macan tutul jawa di

Gunung Sawal menjadi perhatian nasional karena paling sering terjadi kasus

konflik macan tutul dengan manusia. Sejak tahun 2001 macan tutul di Gunung

Sawal mulai keluar hutan memasuki pemukiman dan kebun di sekitar kawasan

hutan. Hingga tahun 2016, frekuensi kasus macan tutul keluar hutan cenderung

Page 20: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

3

terus terjadi dan tidak ada tanda-tanda menurun. Hal ini menarik perhatian

pemerintah c.q. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan para

stakeholders untuk melakukan kajian guna mendapatkan jawaban atas penyebab

kasus tersebut.

Tim penelitian yang dikoordinasi oleh Balai Besar Konservasi Sumber

Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, terdiri dari Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hutan (P3H), Taman Safari Indonesia (TSI), Forum Konservasi

Macan Tutul Jawa (FORMATA), Conservation International (CI), Bidang Wilayah

KSDA Ciamis, Pemerintah Daerah Ciamis, dan Kader Konservasi Ciamis dengan

dukungan pendanaan dari ZIGAP, TSI dan KASI, melakukan kajian komprehensif

terhadap habitat, populasi dan sosial ekonomi masyarakat sektarnya atas konflik

macan tutul di sekitar Gunung Sawal.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan kajian ini adalah untuk mendapatkan data informasi tentang:

a. Populasi macan tutul jawa dan pola sebaran individunya di Gunung Sawal

b. Kondisi habitat macan tutul jawa dan satwa mangsanya di Gunung Sawal

c. Potensi satwa mangsa macan tutul jawa di Gunung Sawal.

d. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh

kondisi habitat, populasi dan konflik macan tutul jawa di Gunung Sawal.

Hasil kajian ini dapat dimanfaatkan untuk:

a. Manajemen habitat khususnya dan pengelolaan hutan pada umumnya di

Gunung Sawal.

b. Manajemen populasi macan tutul jawa khususnya dan satwa liar pada

umumnya di Gunung Sawal, baik di hutan Suaka Margasatwa maupun Hutan

Produksi Terbatas, Hutan Produksi dan Hutan Pangonan di sekitarnya.

c. Mendesain strategi dan metode mitigasi konflik serta kampanye peningkatan

kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi macan tutul

jawa khususnya dan keanekaragaman hayati pada umumnya di Gunung

Sawal.

Page 21: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

4

METODOLOGI

A. Waktu Dan Lokasi

Penelitian dilakukan selama 3 bulan bulan dari 21 Oktober 2016 hingga 2

Februari 2017, di Gunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.

Kawasan Gunung Sawal terdiri atas Suaka Margasatwa, Hutan Produksi

Terbatas, Hutan Produksi dan Hutan Pangonan. SM Gunung Sawal ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor :420/kpts/UM/1979 dengan

luas 5.400 hektar dan dikelola oleh Bidang Wilayah III Ciamis, Balai Besar

Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat. SM Gunung Sawal terletak pada posisi

geografis antara 07°12’28,18” LS dan 108°16’07.16” BT, merupakan kawasan

dengan tipe hutan hujan tropis pegunungan dengaan ketinggian mencapai 1.764

meter di atas permukaan laut (Gambar 1).

Gambar 1. Peta SM Gunung Sawal dan sekitarnya.

Page 22: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

5

B. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan antara lain GPS, camera trap, kamera SLR, tripod,

telescope, kompas, meteran, pita ukur, tali, parang dan personal computer. Bahan-

bahan yang digunakan antara lain peta kerja, panduan lapangan pengenalan burung,

primata, reptilia dan amfibia, tally sheet, kuesioner, alat tulis dan logistik.

C. Metode

Untuk pengumpulan data vegetasi habitat dilakukan Analisis vegetasi

dengan metode kombinasi jalur dan garis berpetak (Kusmana, 1997). Analisis

vegetasi dilakukan di empat tipikal habitat yang mencakup hutan suaka

margasatwa, Hutan Produksi Terbatas, hutan produksi yang baru dibuka dan

hutan produksi yang sudah ada tanaman kopi.

Gambar 2. Tim habitat dan populasi sebelum berangkat ke lapangan.

Wawancara dengan stakeholder dilakukan untuk memperoleh informasi

tentang kondisi sosial ekonomi, persepsi dan konflik macan tutul dengan

manusia. Metode wawancara (interview) menggunakan panduan pertanyaan

yang disebut schedule (Nazir, 1988) yang telah disiapkan terlebih dahulu

(structured interview) (Esterberg, 2002) dengan responden masyarakat sekitar

kawasan hutan Gunung Sawal. Karena respondennya homogen maka jumlah

sampelnya minimal 30 responden (Roscoe, 1992 dalam Sugiyono, 1999) untuk

Page 23: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

6

setiap desa kajian. Ada 12 desa yang disurvei, sehingga total responden sekitar

360 orang. Diskusi juga dilakukan denga tokoh masyarakat sekitar hutan

Gunung Sawal.

Gambar 3. Tim sosek sedang wawancara dengan penduduk sekitar Gunung Sawal.

Gambar 4. Advisor sedang berdiskusi dengan tokoh masyarakat untuk melengkapi hasil wawancara.

Studi literatur untuk mengumpulkan data-data yang sudah tersedia dari

hasil penelitian sebelumnya maupun laporan-laporan dari pihak pengelola dan

lembaga lain. Data populasi dan sebaran macan tutul sudah tersedia dari

penelitian sebelumnya dilengkapi dengan sumber lain dan konfirmasi lapangan.

Pengadaan peta-peta digital dari Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan

Tata Lingkungan dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat.

Analisis kerawanan habitat terhadap konflik macan tutul – manusia,

dilakukan dengan pendekatan kombinasi dari peta kerawanan terhadap konflik,

peta metapopulasi, luasan habitat pada metapopulasi tersebut dan hasil survei

lapangan tentang kualitaas habitat. Hal ini melibatkan operasi spasial GIS.

Analisis LULCC (Land Use and Land Cover Change) dillakukan untuk mengetahui

Page 24: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

7

kecenderungan perubahan tutupan hutan sehingga dapat diprediksi ancaman

terhadap macan tutul di masa mendatang.

Sebaran macan tutul dan sebaran konflik dari hasil penelitian Gunawan

(2016) di-overlay-kan dengan peta tutupan lahan dan peta kawasan hutan maka

akan diketahui macan tutul hidup di tipe vegetasi apa saja dan di fungsi hutan

apa saja. Sebaran macan tutul yang telah di-overlay-kan dengan peta kawasan

hutan, di cocokkan pola kesinambungan antar populasinya dengan mengacu

pada tipe-tipe metapopulasi yang dibuat oleh Hanski & Simberloff (1997) serta

(Harrison & Taylor 1997) yaitu classic metapopulation, mainland-island

metapopulation, non-equilibrium metapopulation, patchy population.

Data dan informasi tentang gangguan atau konflik macan tutul akan

diolah secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk

mengetahui kecenderungannya. Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar

hutan tetang kondisi sosial ekonomi dan persepsi mereka diolah secara

deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik persentase sebagai bahan

pembahasan sebab-akibat kasus konflik macan tutul dengan manusia.

Penelitian populasi macan tutul jawa dan satwa mangsanya menggunakan

perangkap kamera (camera trap). Perangkap kamera yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis kamera digital Bushnell. Jumlah kamera yang

digunakan dalam survei ini sebanyak 20 unit. Dipasang pada tempat terpisah

yang telah ditentukan (non random) pada grid cell seluas 2x2km2 berdasarkan

Geographic Information System (GIS) dan survei pendahuluan di lapangan

(Gambar 7). Selain perangkap kamera, peralatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Global Position System (GPS), kompas, peta lapangan, alat

tulis dan lembar isian data (tally sheet).

Gambar 5. Tim populasi sedang

merancang distribusi camera trap.

Page 25: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

8

Gambar 6. Tim populasi sedang memasang camera trap.

Gambar 7. Peta distribusi camera trap di SM Gunung Sawal.

Dalam pengoperasian perangkap kamera di lapangan, terdapat beberapa

tahapan yang dilakukan antara lain penyiapan peta lapangan, survei

pendahuluan untuk mengetahui keberadaan macan tutul jawa sebelum

ditentukan lokasi pemasangan kamera berdasarkan peta yang telah disiapkan.

Keberadaan macan tutul jawa biasanya diindikasikan oleh keberadaan jejak,

Page 26: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

9

kotoran, garukan di tanah, bau urine ditanah atau pangkal pohon, serta cakaran

di pohon.

Kamera diperiksa setiap 20 hari untuk mengetahui kondisi kamera dan

capaian hasil sementara. Pengisian data yang didapat dilakukan setiap peristiwa

pendataan (sampling occation) pada lembar isian data yang telah disiapkan. Satu

kali peristiwa pendataan adalah 20 hari selama periode pemasangan kamera.

Setelah 20 hari, kartu dalam kamera diambil untuk melihat hasil foto yang

terrekam.

Gambar 8. Tim populasi sedang

memeriksa hasil camera trap.

Hasil foto-foto macan tutul jawa maupun satwa lain yang terrekam

kamera, diidentifikasi setiap foto. Khusus untuk macan tutul jawa diidentifikasi

setiap indiividu berdasarkan hasil foto dari kanan dan kiri tubuh. Oleh karena

kamera dipasang hanya satu dan tidak berpasangan pada setiap lokasi.

Identifikasi tubuh kanan dan kiri sangat penting dilakukan untuk mengetahui

individu-individu macan tutul yang terekam kamera.

Pada saat pengecekan pertama terhadap 20 unit camera yang telah

terpasang, diketahui terdapat 5 unit camera yang mengalami kehilangan yaitu di

lokasi G3-1, G3-7, G1-1, G1-2, dan G2-6. Satu camera trap yang mengalami

kehilangan memory card adalah lokasi G2-2. Kehilangan camera trap tersebut

mengakibatkan pengoperasian camera trap tidak lagi sejumlah 20 unit, namun

14 unit.

Page 27: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Habitat

1. Kondisi habitat macan tutul jawa di lanskap hutan Jawa Barat dan Banten

Macan tutul jawa merupakan apex predator atau pemangsa puncak dalam

rantai makanan sehingga memiliki daerah jelajah yang luas untuk berburu

mangsa memenuhi kebutuhan makannya. Untuk mendapatkan gambaran yang

komprehensif maka perlu membahas sebaran habitat dalam skala lanskap. Hal

ini karena macan tutul tersebar dalam metapopulasi yang mencakup lanskap

yang sangat luas, hingga lintas wilayah aadministarsi kabupaten dan bahkan

provinsi. Oleh karena itu, akan dibahas gambaran habitat dari berbagai tipe

metapopulasi macan tutul jawa di Provinsi Jawa Barat dan Banten (Gunawan et

al, 2016).

Berdasarkan identifikasi populasi, Gunawan et al. (2016)

mengelompokkan populasi macan tutul di Jawa Barat dan Banten ke dalam 26

metapopulasi sebagaimana disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Populasi macan tutul yang sudah teridentifikasi di Jawa Barat dan Banten.

Sumber: Gunawan et al. (2016b)

Page 28: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

11

Dari 26 populasi tersebut, sebanyak sembilan populasi merupakan

populasi yang terisolasi atau tidak terhubungkan dengan populasi lain. Ada lima

populasi dalam tipe non equilibrium, yaitu yang terdiri dari beberapa sub

populasi yang tidak saling terhubungkan secara langsung antara satu dengan

lainnya, sehingga mengalami ancaman kepunahan yang sama besar dengan

populasi terisolasi. Sementara populasi ideal dalam tipe Mainland Islands hanya

ada empat (Gunawan et al., 2016b).

Populasi dalam jaringan classic dan patchy, diduga akan masih tetap

bertahan dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini karena pertukaran antara sub

populasi masih dapat berlangsung. Ancaman terhadap populasi ini adalah

fragmentasi akibat konversi hutan atau perubahan tutupan hutan menjadi lahan

pertanian atau penggunaan lainnnya (Gunawan et al., 2016b).

Populasi macan tutul yang rawan konflik secara teoritis adalah populasi

yang tersebar dalam tipe metapopulasi non equilibrium yaitu metapopulasi yang

yang terdiri dari beberapa sub populasi yang tidak terhubung satu dengan yang

lainnya. Populasi patchy yang berada pada hutan yang luas bisa menjadi

populasi non equilibrium ketika luasannya menyusut dan terfragmentasi dari

hutan di sekitarnya. Demikian juga populasi classic dapat menjadi non

equilibrium ketika koridor-koridor penghubungnya hilang akibat perubahan

tutupan lahan (Gunawan et al., 2016b).

Populasi-populasi dalam tipe non equilibrium, lama kelamaan bisa

menjadi populasi kecil terisolasi. Populasi kecil dan terisolasi, disamping rawan

terhadap konflik dengan manusia, juga menghadapi ancaman kepunahan karena

inbreeding, penyakit atau bencana. Populasi macan tutul di Gunung Sawal dapat

dikategorikan sebagai populasi yang terisolasi. Meskipun luasan habitat

efektifnya saat ini 6.002,11 Ha, namun dalam beberapa tahun ke depan akan

mengalami tekanan karena adanya penggarapan hutan produksi di sekitar suaka

margasatwa secara masif dan ekstensif dengan tanaman monokultur kopi.

Penanaman kopi ini umumnya dilakukan dengan cara tebang habis hutan

tanaman atau hutan alam di kawasan hutan produksi, kemudian ditanami

tanaman kopi dan beberapa tanaman kehutanan. Meskipun polanya PHBM

namun tanaman kopi tampak lebih dominan (Gunawan et al., 2016b).

Untuk menjaga kelestarian macan tutul dalam metapoplasi classic dapat

dilakukan dengan membuat koridor penghubung antar patch (kantong habitat).

Sementara untuk populasi terisolasi, disamping dengan pengkayaan habitat juga

dapat dilakukan translokasi untuk menghidari kepunahan lokal akibat

Page 29: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

12

inbreeding. Hutan produksi, hutan lindung maupun kawasan lindung yang

berfungsi sebagai koridor satwa, perlu dijaga dan dikelola bersama secara

terintegrasi lintas sektor, sehingga dapat membantu upaya pelestarian macan

tutul khususnya dan keanekaragaman hayati pada umumnya.

2. Kerawanan Habitat Macan Tutul Jawa

Hasil penelitian Gunawan et al. (2016c) di Jawa Barat dan Banten

ditemukan 26 metapopulasi teridentifikasi yang terdiri dari 76 sub populasi.

Dari 26 populasi tersebut tersebar dalam empat tipe metapopulasi dengan

tingkat kerawanan terhadap konflik yang bervariasi. Kerawanan terhadap

konflik macan tutul dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a Fisik (kesinambungan habitat, topografi, elevasi dan jarak ke pemukiman

dan lahan budidaya).

b Biologi (tipe habitat dan kualitas habitat).

c Sosial ekonomi dan persepsi masyaraka sekitar habitat macan tutul.

Kerawanan habitat terhadap konflik juga dipengaruhi oleh tipe

metapopulasi. Tipe Mainland-Islands merupakan populasi yang paling aman

dibandingkan tipe metapopulasi lainnya, diikuti tipe patchy dalam luasan besar,

classic yang memiliki koridor dan yang terburuk adala non equilibrium. Populasi

dengan habitat luas juga memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Semakin

sempit habitat maka semakin rawan terhadap kepunahan dan konflik dengan

manusia. Populasi yang terus bertambah, jika tidak diiringi dengan peningkatan

kuantitas dan kualitas habitat, maka daya dukungnya tidak dapat lagi menyangga

populasi tersebut, akibatnya akan ada individu-individu yang keluar dari

habitatnya dan dapat masuk ke pemukiman atau lahan pertanian sehingga

berpotensi menimbulkan konflik dengan manusia.

Gambar 10. Distribusi populasi

teridentifikasi menurut tipe metapopulasinya.

Gunawan et al. (2016b)

Page 30: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

13

Analisis kerawanan terhadap 26 metapopulasi disajikan pada Gambar 11

dan Gambar 12 di bawah ini. Persentase tertinggi menunjukkan semakin aman

dari aspek ekologis yang didekati dari potensi intervensi atau akses manusia ke

dalam hutan yang didekati dari status kawasan hutan, topografi dan elevasi.

Gunawan et al. (2016b)

Gambar 11. Peta kerawanan habitat terhadap konflik macan tutul dengan manusia.

Ada 11 populasi dengan tingkat keamanan kurang dari 50% yang berarti

rawan terhadap ancaman kepunahan dan konflik sehingga perlu mendapat

perhatian pengelola, agar dapat dlakukan mitigasi konflik dan pencegahan

kepunahan lokal.

Page 31: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

14

Gunawan et al. (2016c)

Gambar 12. Persentase tingkat keamanan dari 26 populasi macan tutul yang telah teridentifikasi.

Dari Gambar 13 tampak bahwa ada delapan populasi memiliki luas

kurang dari 5.000 Ha. Dengan asumsi bahwa seekor macan tutul memerlukan

ruang habitat antara 600-800 Ha (Gunawan, 2010), maka dengan luasan 5.000

Ha, diperkirakan dapat menampung sekitar 6-8 ekor macan tutul. Oleh karena

itu habitat dengan luasan lebih dari 5.000 Ha perlu dijaga dan dipertahankan

Page 32: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

15

agar tidak sampai menyusut atau terfragmentasi agar terhindar dari konflik dan

ancaman kepunahan lokal.

Gunawan et al. (2016c)

Gambar 13. Luas habitat dari 26 populasi macan tutul teridentifikasi.

Habitat dengan luas kurang dari 1.000 Ha, diperkirakan sudah tidak

dihuni oleh macan tutul lagi, atau sudah punah secara lokal. Hal ini karena

secara biologis sulit bereproduksi, jika daya tampung hanya dua ekor dan

keduanya memiliki jenis kelamin yang sama, sementara tidak memiliki

kesempatan untuk mengakses populasi lain di sekitarnya, maka tidak akan dapat

berkembang biak.

Habitat-habitat dengan luasan yang besar umumnya merupakan

Mainland- Islands population. Gunung-gunung dengan tutupan hutan yang luas

merupakan mainland atau populasi sumber (source) untuk kolonisasi habitat-

habitat kosong (islands) di sekitarnya (sink). Populasi-populasi besar dalam

mainland yang luasnya lebih dari 10.000 Ha diperkirakan akan tetap bertahan

dalam beberapa dekade mendatang. Sementara populasi dengan luasan habitat

kurang dari 5.000 Ha, lebih mudah terancam oleh berbagai faktor seperti

Page 33: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

16

degradasi kualitas habitat, fragmentasi habitat, penyusutan habitat dan konflik

dengan manusia.

Hasil analisis terhadap lokasi indikasi macan tutul mendapatkan sebaran

26 metapopulasi yang disajikan pada Tabel 1 (Gunawan et al., 2016c).

Tabel 1. Rekapitulasi identitas populasi macan tutul jawa di wilayah Provinsi

Jawa Barat dan Banten.

No ID Populasi Tipe Meta Populasi

Sub Populasi

Tipe Vegetasi Utama

Luas Habitat

(Ha)

Potensi sebagai Lokasi Release

1

Garawangi, KPH Kuningan

Classic

3 Hutan Alam tropis dataran rendah, Hutan Pinus

10445.256 42.96 Aman 57.04 Risiko

tinggi 2

G. Cakrabuana, KPH Majalengka, KPH Sumedang

Classic

3 Hutan alam tropis dataran rendah & Pinus

1553.062 95.94 Aman 4.06 Risiko

tinggi 3

G. Sangkur, KPH Ciamis

Non Equilibrium

3 Hutan Jati 22184.388 23.91 Aman 76.09 Risiko

tinggi 4

Karangnunggal, KPH Tasikmalaya

Non Equilibrium

2 Hutan Jati, Mahoni 1612.666 0.95 Aman 99.05 Risiko

tinggi 5

G. Galunggung, KPH Garut

Patchy

2 Hutan alam tropis pegunungan

15125.677 75.57 Aman 24.43 Risiko

tinggi 6

G. Guntur – G. Papandayan, G. Kencana, KPH Garut

Maindland - Islands

3 Hutan Alam tropis dataran rendah, pegunungan dan tanaman pinus

58646.888 98.45 Aman 1.55 Risiko

tinggi

7

G. Malang, KPH Sukabumi

Kecil Terisolasi

3

Hutan alam tropis dataran rendah & Pinus

534.594 42.52 Aman 57.48 Risiko

tinggi 8

Cijambe, KPH Purwakarta

Non Equilibrium

2 Pinus & Rimba campuran

3266.637 19.45 Aman 80.55 Risiko

tinggi 9

G. Patuha - G.Waringin – G. Tilu Kencana – G. Simpang, KPH Bandung Selatan, KPH Ciianjur

Mainland - Islands

4 Hutan Alam tropis pegunungan dan sedikit hutan tanaman pinus

68507.137 93.63 Aman 6.37 Risiko

tinggi

10 G. Malabar 2 Hutan Alam tropis pegunungan & Pinus

5851.032 75.09 Aman

11

G. Jubleg, Cipatat, Rajamandala

Kecil Terisolasi

3

Rimba Campuran

10306.091 24.91 Risiko tinggi

42.47 Aman 57.53 Risiko

tinggi 12

G. Tangkuban Perahu – G. Burangrang – G. Bukitt Tunggal, KPH Bandung Utara

Patchy

3 Hutan Alam pegunungan

17532.172 99.35 Aman 0.65 Risiko

tinggi

13

G. Kalong, KPH Indramayu

Kecil Terisolasi

2

Hutan Jati

1810.151 1.43 Aman 98.57 Risiko

tinggi 14

G. Sangga Buana

Patchy

3

Hutan Alam tropis dataran rendah dan pegunungan & Pinus

19560.229 38.48 Aman 61.52 Risiko

tinggi 15

G. Karang, Pandeglang, KPH Banten

Kecil Terisolasi

3

Hutan Alam tropis dataran rendah & Pinus

11813.3 80.67 Aman 19.33 Risiko

tinggi 16

G. Tukung, Serang, Banten, BKSDA Jabar

Kecil Terisolasi

3

Hutan Alam tropis dataran rendah

7788.058 92.25 Aman 7.75 Risiko

tinggi

Page 34: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

17

No ID Populasi Tipe Meta Populasi

Sub Populasi

Tipe Vegetasi Utama

Luas Habitat

(Ha)

Potensi sebagai Lokasi Release

17 G. Calancang - G. Masigit Kareumbi, Sumedang

Terisolasi 3 Hutan Alam tropis pegunungan

5142.749 96.59 Aman

3.41 Risiko tinggi

18

G. Tampomas, Sumedang

Terisolasi

3

Hutan Alam tropis dataran rendah dan pegununga

2598.675 98.02 Aman 1.98 Risiko

tinggi 19

Leuweung Sancang, Sukabumi

Non Equilibrium

3 Hutan Alam tropis dataran rendah, hutan tanaman jati

16209.992 44.57 Aman 55.43 Risiko

tinggi 20

G. Cikuray , KPH Garut

Terisolasi

2

Hutan Alam tropis pegunungan

4871.115 64.95 Aman 35.05 Risiko

tinggi 21

Cikepuh, Sukabumi

Non Equilibrium

3

Hutan Alam tropis dataran rendah

3446.126 44.41 Aman 55.59 Risiko

tinggi 22

SM G. Sawal, Ciamis

Terisolasi

3

Hutan Alam tropis pegunungan

6002.11 99.82 Aman 0.18 Risiko

tinggi 23

G. Gede – G. Pangrango, Bogor, Cianjur, Sukabumi

Mainland - Islands

3 Hutan Alam tropis dataran rendah dan pegunungan

9146.456 89.53 Aman 10.47 Risiko

tinggi 24

G. Halimun – G. Salak, Bogor, Sukabumi, Lebak

Mainland - Islands

3 Hutan Alam tropis dataran rendah dan pegunungan

85050.027 94.91 Aman 5.09 Risiko

tinggi 25

G. Ciremai, Kuningan-Majalengka

Patchy

3 Hutan Alam tropis pegunungan

7992.863 88.63 Aman 11.37 Risiko

tinggi 26

Ujung Kulon

Patchy

2 Hutan Alam tropis dataran rendah, Hutan pantai dan mangrove

15823.356 26.75 Aman 73.25 Risiko

tinggi

Jumlah Sub Populasi 72 Total Luas Habitat 412820.807

Sumber : Gunawan et al. (2016c)

Dari Tabel 1 juga dapat dilihat tipe-tipe habitat utama macan tutul di Jawa

Barat dan Banten yaitu: hutan alam dataran rendah, hutan alam pegunungan,

hutan tanaman jati, hutan tanaman pinus, hutan tanaman mahoni, hutan

tanaman rimba campuran (rasamala dan puspa), serta hutan pantai dan

mangrove.

3. Kondisi Habitat Macan Tutul Jawa di Gunung Sawal

Kualitas dan kuantitas habitat di Gunung Sawal telah mengalami

penurunan. Hal ini disebabkan oleh kegiatan penggarapan kawasan hutan

produksi secara masal untuk tanaman kopi. Berdasarkan analisis spasial, total

luas kawasan hutan Gunung Sawal adalah 10.515,56 Ha, yang terdiri atas Hutan

Suaka Margasatwa 5583.38 Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) 3308.93 Ha,

Hutan Produksi (HP) 714.34 Ha dan Hutan Pangonan 908.91 Ha (Gambar 14).

Page 35: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

18

Gambar 14. Komposisi fungsi kawasan hutan di Gunung Sawal.

Sebagian kawasan suaka margasatwa memiliki tutupan hutan alam

primer dan sekunder, sedangkan kawasan hutan produksi terbatas, hutan

produksi dan hutan pangonan memiliki tutupan utama hutan tanaman pinus

(Pinus merkusii), rasamala (Altingia excelsa) dan damar (Agathis borneensis).

Dalam perkembangannya, sebagian hutan produksi terbatas, hutan produksi dan

hutan pangonan mengalami penggarapan oleh masyarakat melalui program

PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) sehingga berkurang luasannya

(Gambar 15).

Gambar 15. Penurunan luas tutupan hutan di Gunung Sawal.

Penurunan luas tutupan hutan seiring dengan meningkatnya kawasan

hutan yang digarap oleh masyarakat untuk pertanian, khususnya tanaman kopi.

Dari tahun 2006 hingga tahun 2014 terjadi penambahan luas kawasan hutan

yang menjadi tanaman pertanian (Gambar 16)

Page 36: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

19

Gambar 16. Perkembangan luas lahan garapan di Gunung Sawal.

Berdasarkan interpretasi citra satelit, kawasan yang digarap oleh

masyarakat adalah hutan produksi terbatas, hutan produksi dan hutan

pangonan. Sementara hutan suaka margasatwa relatif tidak diganggu oleh

masyarakat. Penurunan tutupan hutan produksi terbatas, hutan produksi dan

hutan pangonan terus bertambah dari tahun 2006 hingga 2014 (Gambar 17).

Dalam kurun waktu 2006-2014 penurunan luas tutupan hutan tanaman sama

dengan penambahan luas garapan yaitu 116,50 Ha (Gambar 18).

Gambar 17. Penurunan luas tutupan hutan tanaman keseluruhan di Gunung Sawal.

Tutupan hutan tanaman di luar suaka margasatwa (HPT. HP dan Hutan

Pangonan) mengalami penurunan yang linear dengan penambahan luas garapan

masyarakat (Gambar 17 dan 18). Pada tahun 2006, tutupan hutan tanaman di

HP dan HPT masih 3.277,99 Ha pada tahun 2014 menyusut menjadi 3.161,50 Ha.

Sementara kawasan yang digarap masayarakat pada tahun 2006 seluas 1.608,45

Ha bertambah menjadi 1.724,95 Ha pada tahun 2014.

Page 37: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

20

Gambar 18. Penyusutan luas hutan tanaman di hutan produksi Gunung Sawal.

Gambar 19.Pertambahan luas kawasan yang digarap masyarakat di Gunung Sawal.

Perbandingan komposisi tutupan lahan di Gunung Sawal antara tahun

2006 dan 2014 dapat dilihat pada Gambar 20. Dari Gambar tersebut tampak

bahwa tutupan lahan yang berubah adalah hutan tanaman menjadi lahan

garapan masyarakat.

Gambar 20. Perbandingan komposisi tutupan lahan Gunung Sawal antara tahun 2006 dan tahun 2014.

Page 38: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

21

Daerah konflik atau daerah rawan konflik macan tutul umumnya

merupakan habitat yang kecil dan tersebar dalam fragmen-fragmen hutan yang

tidak saling terhubungkan atau terfragmentasi dan bahkan terisolasi. Sebagai

contoh, habitat macan tutul di Gunung Sawal di Kabupaten Ciamis sudah

terfragmentasi dan terpisah dari hutan-hutan di sekitarnya yaitu Gunung

Cakrabuana di Kabupaten Sumedang, Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan

dan Gunung Galunggung di Garut, Gunung Bengkok di Kabupaten Tasikmalaya,

Gunung Sangkur di Kabupaten Ciamis, serta hutan produksi Perum Perhutani

KPH Kuningan.

Gambar 21. Hutan produksi yang

ditanami kopi pola PHBM dengan latar

belakang hutan tanaman pinus yang

masih utuh.

Gambar 22. Cara penggarapan

dengan metode tebang habis dan

diganti dengan tanaman kopi menyebabkan

hilangnya habitat satwa.

Page 39: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

22

Gambar 23. Kondisi hutan suaka margasatwa yang masih baik.

Ketika masih memiliki luasan yang cukup dan kualitas habitat yang baik,

habitat-habitat terfragmentasi masih dapat melestarikan populasi macan tutul

dalam jumlah yang cukup untuk berkembang seara wajar, namun ketika

luasanya berkurang dan kualitasnya terdegradasi, maka akan menjadi rawan

konflik antara macan tutul dan manusia. Hal ini karena populasi macan tutul

berkembang tetapi luasan dan kualitas habitatnya menurun sehingga tidak dapat

mendukung populasi yang ada. Akibatnya, individu-individu baru yang lemah

atau individu tua yang sakit dan kalah berkompetisi akan keluar dan memasuki

lahan budidaya atau pemukiman untuk mencari makan atau memperluas daerah

jelajah dan mencari teritori baru. Hal seperti ini sering terjadi pada individu

jantan muda yang baru disapih oleh induknya dan kalah berebut teritori dengan

jantan dewasa karena masih lemah.

Tipe habitat yang rawan konflik biasanya merupakan hutan tanaman

monokultur atau hutan sekunder yang terganggu oleh perambahan atau

penggarapan, baik melalui program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat) maupun bukan. Tipe habitat seperti ini umumnya kualitasnya

rendah karena miskin akan satwa mangsa akibat kurangnya hijauan pakan satwa

herbivora. Hal ini karena kawasan hutan yang digarap biasanya tidak memiliki

tumbuhan bawah pakan satwa dan jenis-tanamannya monokultur atau hanya

satu jenis dan bukan merupakan pakan maupun habitat satwa, seperti tanaman

kopi dan palawija. Disamping itu, pola PHBM banyak yang sudah tidak ditaati

komposisi tanamannya, dimana tanaman peranian cenderung lebih

Page 40: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

23

mendominasi dan tanaman kehutanannya menjadi bagian yang sangat kecil

sehingga tidak dapat memberikan fungsi habitat bagi satwa.

Untuk menghentikan konflik macan dan manusia yang terus terjadi perlu

adanya upaya revitalisasi program PHBM dengan penerapan komposisi tanaman

hutan lebih dominan dibanding tanaman pertanian. Tanaman kopi yang

memerlukan cahaya matahari banyak dan lantai hutan yang bersih tidak cocok

sebagai habitat satwa. Oleh karena itu, perlu dipikirkan upaya pengkayaan

habitat di kawasan hutan yang telah rusak akibat penggarapan dengan cara

melalui kegiatan restorasi ekosistem, sehingga fungsi ekologisnya sebagai

habitat satwa dan fungsi hidrologisnya sebagai pengatur tata air dapat kembali.

Hutan Gunung Sawal merupakan muara berbagai sungai dan mata air yang

penting bagi kehidupan masyarakat di Kabupaten Ciamis, baik untuk irigasi

pertanian, kebutuhan rumah tangga sekitar hutan, perikanan maupun untuk

suplai PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum).

Gambar 24. Sumber air

yang melimpah dari Gunung Sawal banyak

dimanfaatkan untuk perikanan di

pekarangan oleh penduduk sekitar.

Gambar 25. Air dari Gunung Sawal juga disalurkan untuk

irigasi pertanian dan kebutuhan rumah

tangga di daerah bawahnya.

Page 41: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

24

4. Kondisi Habitat Satwa Mangsa

Jenis-jenis satwa yang dijumpai di Gunung Sawal disajikan pada Tabel 2.

Jenis-jenis tersebut potensial menjadi mangsa macan tutul, namun keberadaan

satwa-satwa tersebut kini juga terganggu akibat adanya penggarapan kawasan

hutan untuk tanaman kopi. Luasan habitat yang biasanya untuk foraging atau

mencari makan menjadi berkurang. Akibatnya populasi satwa tersebut juga

menurun. Akhirnya macan tutul juga akan kehilangan mangsanya, sehingga

memerlukan daerah jelajah baru untuk mendapatkan satwa mangsa.

Degradasi kuantitas (luasan) dan kualitas habitat yang terjadi akibat

adanya penggarapan kawasan hutan produksi untuk tanaman kopi terlihat dari

Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan kerapatan tumbuhan pakan herbivora di hutan

alam yang berstatus suaka margasatwa (SM), hutan alam yang berstatus hutan

produksi terbatas (HPT) dan hutan produksi (HP) pinus yang digarap dengan

pola PHBM. Ada dua kondisi PHBM yang diambil sebagai plot pengamatan

(PHBM A dan PHBM B) yang mewakili dua kondisi.

Tabel 2. Kerapatan tumbuhan pakan herbivora di beberapa plot di Gunung Sawal.

No

Tumbuhan Pakan

Herbivora

Kerapatan (Individu/Hektar) Persen PHBM B

terhadap Persen PHBM B

terhadap Hutan Alam

SM

Hutan Alam HPT

PHBM A Pinus-Kopi

PHBM B Pinus-Kopi HL SM SM HL

1 Tumbuhan Bawah/Anakan 43077 44250 22000 283 49.72 51.07 0.66 0.64

2 Pancang 2431 1760 880 330 50.00 36.20 13.58 18.75

3 Tiang 531 390

4 Pohon 260 268

Jumlah 46298 46668 22880 613

Persntase terhadap Hutan Alam SM 49.42 1.32

Persntase terhadap Hutan Alam HL 49.03 1.31

Keterangan : SM = Suaka Margasatwa HL = Huta Lindung HP = Hutan Produksi

Gambar 26.

Kondisi kawasan yang digarap untuk PHBM tanaman kopi. Tumbuhan bawah dibersihkan.

Page 42: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

25

Dari Tabel 2 tampak bahwa penggarapan hutan produksi dalam pola

PHBM tanaman kopi telah menghilangkan habitat dan menyisakan potensi pakan

hingga tinggal 1,31 - 1,32% dibandingkan dengan hutan suaka margasatwa dan

hutan produksi terbatas yang tidak digarap. Bahkan pada hutan produksi yang

telah digarap dengan pola PHBM tidak memiliki pakan satwa pada tingkat tiang

dan pohon, sehingga satwa yang dapat hidup di kawasan PHBM pun sedikit.

Akibat lebih jauh adalah keluarnya satwa herbivora dari hutan produksi ke

hutan rakyat dan kebun penduduk di sekitar hutan, yang akan diikuti oleh macan

tutul.

Gambar 27. Kondisi tumbuhan bawah di

antara tanaman kopi yang dibersihkan dalam rangka pemeliharaan tanaman

kopi. Pancang, tiang dan pohon pun jarang bahkan

tidak ada.

Gambar 28. Perbandingan kerapatan tumbuhan pakan herbivora di bebera tipe habitat di Gunung Sawal.

Page 43: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

26

Gambar 29. Kondisi hutan rakyat dan tumbuhan bawahnya yang lebih baik dibandingkan kawasan hutan produksi yang digarap, sehingga banyak satwa mencari makan di hutan rakyat.

Untuk meningkatkan populasi satwa mangsa macan tutul sehingga

memenuhi kebutuhan populasi macan tutul di Gunung Sawal, dapat dilakukan

dengan cara memperbaiki habitat satwa-satwa mangsa tersebut. Karena

sebagian besar satwa mangsa merupakan herbivora yang sangat tergantung

pada kualitas vegetasi, maka perbaikan habitat dilakukan dengan cara

memulihkan kembali vegetasi yang hilang dengan menanam jenis-jenis asli yang

hilang atau memberikan kesempatan kepada alam untuk memulihkan dirinya

sendiri melalui suksesi alam dengan cara menghentikan penggarapan di

kawasan tersebut.

Konsep restorasi ekosistem dapat diimplementasikan untuk memulihkan

ekosistem Gunung Sawal yang telah rusak. Konsep PHBM juga dapat tetap

dilaksanakan dengan mengatur kembali komposisi jumlah pohon dan proporsi

ruang yang lebih bersifat hutan daripada kebun monokultur. Masyarakat Ciamis

pada hakekatnya memiliki kearifan pengelolaan sumberdaya alam dengan

bercocok tanam sistem agroforestry atau hutan rakyat. Karena baiknya struktur

dan komposisi vegetasi hutan rakyat, maka banyak mengundang satwa hadir ke

hutan rakyat tersebut. Hal ini sangat mendukung upaya konservasi, baik

konservasi air maupun keanekaragaman hayati. Menurut informasi masyarakat,

sekarang lebih banyak satwa dijumpai di hutan rakyat daripada di hutan PHBM.

Page 44: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

27

B. Populasi

1. Capaian Operasional Perangkap Kamera (camera trap)

Selama periode penelitian dari tanggal 21 Oktober 2016 hingga 2

Februari 2017, Jumlah periode pendataan (sampling) sebanyak 4 peristiwa

pendataan (sampling occation) yang masing-masing pendataan dilakukan selama

20 hari pendataan. Total waktu pemasangan kamera adalah 1.400 hari rekam

(trap days). Total foto satwa yang dihasilkan selama pemasangan sebanyak 718

foto dengan independent event tercatat 613 foto.

Tercatat 19 jenis mamalia dan 4 jenis burung selama periode pemasangan

perangkap kamera. Jumlah foto satwa tertinggi adalah foto musang luwak

sebanyak 198 foto (32,30%), sedangkan yang terendah adalah musang leher

kuning, lutung budeng, dan ciung mungkal jawa, masing masing satu foto

(masing-masing 0,16%). Jumlah hari yang diperlukan untuk mendapatkan satu

foto macan tutul jawa (Relative Abundance Indices/RAI-1) adalah 66,6 hari

rekam, sedangkan jumlah foto macan tutul jawa yang diperoleh untuk setiap 100

hari rekam (Relative Abundance Indices/RAI-2) adalah sebanyak 1,5 foto

(Tabel 3).

Gambar 30. Macan tutul yang tertangkap camera trap.

Page 45: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

28

Tabel 3. Daftar jenis satwa yang terfoto selama periode pemasangan perangkap kamera.

No Nama lokal Spesies Total foto

IDP Foto

% RAI-1 RAI-

2

1 Macan tutul jawa Panthera pardus melas 35 21 3.42 66.66 1.5

2 Kucing hutan Prionailurus bengalensis 23 24 3.91 58.33 1.714

3 Musang luwak Paradoxurus hermaproditus 220 198 32.30 7.07 14.14

4 Lingsang Prionodon linsang 20 14 2.28 100 1

5 Sigung Mydaus javanensis 25 18 2.93 77.77 1.28

6 Garangan jawa Hervestes javanicus 15 8 1.30 175 0.57

7 Biul Melogale orientalis 24 14 2.28 100 1

8 Musang Rase Viverricula indica 20 16 2.61 87.5 1.14

9 Musang leher kuning Martes flavigula 1 1 0.16 1400 0.07

10 Anjing kampung Canis familiaris 20 17 2.77 82.35 1.21

11 Surili Presbytis comate 15 11 1.79 127.27 0.78

12 Lutung budeng Trachypitecus auratus 5 1 0.16 1400 0.07

13 Kijang Muntiacus muntjac 23 20 3.75 60.86 1.64

14 Babi celeng Sus scrofa 40 40 6.52 35 2.85

15 Trenggiling Manis javanica 15 9 1.46 155.55 0.64

16 Landak jawa Hystric javanica 9 7 1.14 200 0.5

17 Tikus belukar Ratus tiomanicus 117 116 18.92 12.06 8.28

18 Tupai kekes Tupaia javanica 23 15 2.44 93.33 1.07

19 Bajing Tanah Bergaris Tiga Lariscus insignis 6 4 0.65 350 0.28

20 Paok pancawarna Pitta guajana 15 13 2.12 107.69 0.92

21 Puyuh Gonggong Jawa Arborophila javanica 45 40 6.52 35 2.85

22 Delumukan zamrud Chalcophaps indica 4 2 0.32 700 0.14

23 Ciung mungkal jawa Cochoa azurea 1 1 0.16 1400 0.07

TOTAL 718 613 100

Satwa mamalia yang terfoto perangkap kamera merupakan satwa jenis

umum yang hidup di hutan-hutan Pulau Jawa. Begitu juga jenis burung yang

terfoto merupakan jenis yang biasa dijumpai di lantai hutan yaitu puyuh

gonggong jawa, paok pancawarna, delimukan zamrud dan ciung mungkal jawa

yang terrekam pada saat melintas di depan perangkap kamera. Perolehan foto

jenis satwa oleh perangkap kamera di setiap lokasi berbeda-beda. Lokasi G1-6,

G1-3 dan G3-3 yang memperoleh jumlah jenis satwa terbesar selama periode

penelitian (Tabel 4).

Page 46: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

29

Tabel 4. Daftar perolehan jenis satwa disetiap lokasi pemasangan perangkap kamera.

No Nama lokal G1-3 G1-4 G1-5 G1-6 G1-7 G2-1 G2-3 G2-4 G2-5 G3-2 G3-3 G3-4 G3-5 G3-6

1 Macan tutul jawa * * * * * * * *

2 Kucing hutan * * * * * * *

3 Musang luwak * * * * * * * * * * * * *

4 Lingsang * * * * * *

5 Sigung * * * * * * * *

6 Garangan jawa * * *

7 Biul * * * * * * *

8 Musang Rase * *

9 Musang leher kuning *

10 Anjing kampung * * * * *

11 Surili * *

12 Lutung budeng *

13 Kijang * * * * * * *

14 Babi celeng * * * * *

15 Trenggiling * * * *

16 Landak jawa * * *

17 Tikus belukar * * * * * * * * *

18 Tupai kekes * * * * * * * *

19 Bajing Tanah Bergaris Tiga * *

20 Paok pancawarna * * * * * *

21 Puyuh Gonggong Jawa * * * *

22 Delumukan zamrud *

23 Ciung mungkal jawa *

TOTAL 12 9 7 13 9 10 10 7 2 6 12 5 7 3

Setiap lokasi pemasangan kamera terdapat hasil foto manusia, baik foto

pemasang kamera, maupun masyarakat sekitar yang kebetulan melintas di

depan kamera. Foto masyarakat sekitar yang diperoleh relatif besar. Hal ini

menandakan akses masyarakat sekitar ke dalam kawasan SM Gunung Sawal

relatif tinggi frekuensinya. Diantara foto satwa yang diperoleh, terdapat foto

anjing di hampir semua lokasi pemasangan kamera. Anjing tersebut merupakan

anjing biasa (Canis familiaris) yang dipelihara manusia. Anjing biasa digunakan

dalam perburuan satwa liar, sehingga keberadaan anjing di dalam kawasan

suaka margasatwa dapat diduga mengindikasikan adanya aktifitas perburuan.

Page 47: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

30

2. Kepadatan Populasi dan Sebaran Macan Tutul Jawa di SM Gunung Sawal

Pada 14 titik lokasi perangkap kamera, diketahui 8 titik terdeteksi

keberadaan macan tutul jawa yaitu G3-2, G3-3, G2-1, G2-3, G3-6, G2-4, G1-3, dan

G1-5. (Gambar 31). Tidak terdeteksinya macan tutul jawa di enam titik camera

trap bukan berarti bahwa macan tutul jawa tidak ada di lokasi tersebut.

Kemungkinan penempatan perangkap kamera yang tidak sesuai atau terkadang

sensitifitas sensor perangkap kamera yang tidak maksimal yang dikarenakan

faktor usia alat, cuaca dan ketinggian lokasi pemasangan.

Gambar 31. Peta lokasi foto macan tutul jawa di SM Gunung Sawal.

Individu macan tutul yang terdeteksi tidak hanya di satu lokasi namun di

dua hingga lima lokasi. Artinya individu yang terfoto pada beberapa lokasi

tersebut merupakan individu yang sama. Ada juga diketahui dalam satu titik

lokasi perangkap kamera terdeteksi dua individu macan tutul jawa pada waktu

yang berbeda. Hal ini menandakan bahwa lokasi tersebut cenderung sering

dimanfaatkan oleh macan tutul jawa dalam beraktivitas seperti dalam hal

perburuan mangsa. Karakteristik lokasi tersebut berupa pertemuan antara

beberapa punggung bukit sehingga cenderung sering digunakan dalam lintasan

Page 48: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

31

jelajah yang relatif aman dari gangguan. Sebaran macan tutul jawa di SM.

Gunung Sawal lebih banyak terdeteksi di wilayah bagian timur (Gambar 32).

Gambar 32. Peta sebaran individu-individu macan tutul jawa di SM Gunung

Sawal.

Setiap individu macan tutul jawa dapat dibedakan satu sama lain

berdasarkan ukuran tubuh, jenis kelamin dan pola tutul di tubuh masing-masing

individu. Berdasarkan hasil identifikasi setiap individu, diketahui terdeteksi 5

individu macan tutul jawa di lokasi penelitian yang terdiri dari 2 individu jantan

dewasa, dan 3 individu betina dewasa (Gambar 32). Membedakan pola tutul

merupakan cara efektif untuk mengetahui setiap individu macan tutul jawa,

karena pada umumnya setiap individu tidak memiliki pola yang sama. Jenis

kelamin, selain dari ukuran tubuh juga diketahui dengan pasti dari tanda genital

individu berdasarkan dari hasil foto penampakan dari samping dan belakang.

Berdasarkan uji populasi tertutup Capture Mark Recapture (CMR),

terhadap 5 unik individu macan tutul jawa di SM Gunung Sawal, pada uji dengan

Model Mo, perkiraan peluang tangkap (p-hat) 0.5000, estimasi populasi dengan

tingkat kepercayaan 95% diperoleh 4-6 individu (SE 0.6030), dengan koefisen

variasi (CV) sebesar 15%. Sedangkan dengan uji Model Mh, perkiraan peluang

Page 49: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

32

tangkap (p-hat) 0.4000, estimasi populasi dengan tingkat kepercayaan 95%

diperoleh 4.75 dengan interval 5-10 individu (SE 1.1701), dengan koefisen

variasi (CV) sebesar 23.4%.

Total luasan sampling area dalam penelitian ini adalah 32 km2. Dengan

diketahui 5 individu macan tutul jawa, maka dperoleh kepadatan relatif (relative

density) macan tutul jawa di lokasi penelitian adalah 15.62 individu/100 km2

atau 0.15 individu/km2, artinya sama dengan satu individu per 6,4 km2. Ini

menunjukan kepadatan populasi macan tutul jawa di SM. Gunung Sawal tidak

berbeda jauh dengan kawasan hutan lainnya di Jawa Barat. Dengan luasan SM

Gunung Sawal sebesar 54 km2 diperkirakan dapat dihuni hingga 8 individu.

Berdasarkan hal tersebut estimasi ukuran populasi macan tutul jawa di SM

Gunung Sawal berkisar 5-8 individu. Apabila seluruh Gunung Sawal termasuk

kawasan perhutani dengan total luasan 110 km2 dapat menjadi habitat macan

tutul jawa, makan dapat diperkirakan seluruh kawasan tersebut dapat dihuni

hingga 17 individu macan tutul jawa.

Sebagai perbandingan, kepadatan relatif macan tutul di Bodogol taman

Nasional Gunung Gede Pangrango adalah satu individu per 6 km2 (Ario, 2006).

Begitu juga dengan kepadatan macan tutul di Taman Nasional Gunung Halimun

berdasarkan perhitungan kategori hutan primer dan sekunder adalah satu

individu per 6.67 km2 (Syahrial dan Sakaguchi, 2003). Di kawasan hutan Gunung

Salak adalah satu individu per 6,5 km2 (Ario, 2007). Kepadatan macan tutul jawa

di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah satu individu per

7,7 km2 (Ario et al, 2009). Kepadatan macan tutul jawa di kawasan Hutan

Lindung Gunung Malabar adalah satu individu per 7,6 km2 (Ario et al, 2014).

Sedangkan macan tutul yang berada di Sri Langka adalah satu individu (dewasa)

per 20 – 30 km2 (Eiseberg dan Lockhart, 1972), satu individu per 25 km2 di

Thailand (Rabinowitz,1989).

3. Keberadaan Satwa Mangsa Macan Tutul Jawa di SM Gunung Sawal

Keberadaan macan tutul jawa sangat berhubungan dengan keberadaan

satwa mangsa. Ketersediaan beberapa jenis satwa mangsa yang diketahui dari

hasil perangkap kamera, menunjukkan musang luwak, babi hutan dan kijang,

mendominasi satwa mangsa macan tutul jawa di SM Gunung Sawal, berturut-

turut sebesar 32,3%; 6,52% dan 3,75% dan indeks kelimpahan relative berturut-

turut 14,14; 2,85, dan 1,64 dari total keseluruhan satwa mangsa potensial di SM

Gunung Sawal (Gambar 33). Dengan beragamnya satwa mangsa dan tingginya

Page 50: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

33

persentasi satwa mangsa utama dari ketiga jenis mamalia tersebut, dapat

dikatakan bahwa ketersediaan satwa mangsa di lokasi penelitian masih masih

mendukung keberlangsungan hidup macan tutul jawa. Lokasi sebaran ketiga

satwa mangsa utama yaitu musang luwak tersebar di 13 lokasi camera trap, babi

hutan tersebar di 5 lokasi camera trap sedangkan kijang tersebar di 7 lokasi

camera trap. Sebaran ketiga satwa mangsa utama tersebut tersaji pada Gambar

34.

Macan tutul memangsa buruannya dari yang berukuran kecil hingga

sedang seperti kijang, monyet ekor panjang, babi hutan, kancil dan owa jawa

(Santiapillai dan Ramono,1992). Menurut Seidensticker dan Suyono (1980), di

Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, satwa mangsa macan tutul antara lain

babi hutan (65%), kancil (5,9%), trenggiling (5,9%), musang (3,9%), landak

(3,9%), kelelawar (3,9%), tando (3,9%), tupai (3,9%) dan kijang (2%).

Sedangkan menurut Sakaguchi et al. (2003), terdapat 10 jenis satwa mangsa

macan tutul di Taman Nasional Gunung Halimun berdasarkan analisa kotoran

(fecal analysis) diantaranya adalah kijang, babi hutan, landak jawa, surili dan

lutung hitam. Untuk jenis satwa mangsa yang mendominansi kelimpahan relatif

satwa mangsa macan tutul jawa di Bodogol Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango antara lain babi hutan (Sus scrofa), kancil (Tragulus javanicus) dan

musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) (Ario, 2006).

Gambar 33. Diagram indeks kelimpahan relatif macan tutul jawa dan mangsa.

Page 51: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

34

Gambar 34. Sebaran satwa mangsa musang luwak, kijang dan babi hutan di SM Gunung Sawal.

Gambar 35. Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus).

Gambar 36. Kijang (Muntiacus muntjak).

Page 52: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

35

Gambar 37. Babi hutan (Sus scrofa).

Gambar 38. Lutung budeng

(Trachypitecus auratus).

C. Konflik Macan Tutul Jawa - Manusia

Dari tahun 2001 – 2016, kasus macan tutul masuk ke kebun atau

pemukiman dan memangsa ternak terus terjadi. Hal ini diduga seiring dengan

kerusakan hutan di habitat macan tutul tersebut yang cenderung meningkat

sejak gerakan reformasi tahun 1999 yang diikuti dengan perambahan hutan di

mana-mana, termasuk di sekitar Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Konflik

macan tutul dengan manusia di sekitar Gunung Sawal terus terjadi dan

cenderung meningkat hingga tahun 2011. Setelah itu, meskipun menurun

namun konsisten terus terjadi hingga tahun 2016. Hal ini diduga karena habitat

hutan Gunung Sawal tidak mampu lagi mendukung perkembangan populasi

macan tutul yang terus meningkat.

Page 53: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

36

Sumber : Gunawan et al. (2016a).

Gambar 39. Konflik macan tutul-manusia di Jawa Barat dan Banten.

Dalam kurun waktu 2001-2016 telah terjadi 51 kasus konflik macan tutul

dengan manusia di sekitar Gunung Sawal. Ada 20 desa di sekitar Gunung Sawal

yang pernah didatangi oleh macan tutul dari Gunung Sawal. Umumnya bentuk

konfliknya adalah pemangsaan ternak oleh macan tutul dan macan tutul

ditangkap atau dibunuh oleh masyarakat. Desa yang paling sering didatangi oleh

macan tutul Gunung Sawal adalah Kertamandala dan Cikupa. Kedua desa

tersebut berbatasan langsung dengan hutan.

Sumber : Gunawan et al. (2016a).

Gambar 40. Sebaran konflik macan tutul – manusia menurut kabupaten di Jawa Barat dan Banten.

Page 54: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

37

Sumber : Gunawan et al. (2016a).

Gambar 41. Jumlah dan sebaran kasus konflik macan tutul dengan manusia di desa-desa sekitar Gunung Sawal.

Lokasi konflik macan tutul dengan manusia sebagian besar (76%) terjadi

di desa-desa yang berbatasan dengan hutan produksi, sedangkan sisanya terjadi

di desa berbatasan dengan suaka margasatwa (SM) (18%) dan desa yang tidak

berbatasan dengan hutan (6%) (Gunawan et al., 2016).

Gambar 42 Persentase lokasi kasus konflik macan tutul dengan manusia di

sekitar Gunung Sawal.

Page 55: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

38

Bentuk konflik macan tutul-manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu: macan tutul mendekati pemukiman (25%) sehingga meresahkan warga,

macan tutul memangsa ternak (67) dan macan tutul ditangkap menggunakan

perangkap (8%) (Gunawan et al., 2016).

Gambar 43. Bentuk konflik macan tutul – manusia di Jawa Barat dan Baten.

Gambar 44. Seekor macan tutul jantan muda yang ditangkap warga Desa Cikupa menggunakan perangkap besi di sekitar Gunung Sawal pada 7 Oktober 2016.

Gambar 45. Kondisi macan tutul yang ditangkap warga Desa Cikupa setelah tiga minggu direhabilitasi di sanctuary Taman Safari Indonesia (24 Oktober 2016).

Page 56: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

39

Konflik tampaknya tidak saja karena macan tutul dianggap menyerang

dan merugikan manusia, tetapi dari hasil camera trap juga diperoleh bukti foto

adanya kegiatan perburuan di kawasan Gunung Sawal. Hal ini diindikasikan oleh

adanya foto anjing pemburu dan pemburu dengan senapannya. Tindakan

kontra terhadap upaya konservasi juga ditunjukkan oleh hilangnya 5 unit

camera trap dan sebuah kartu memori camera trap. Tindakan tersebut tampak

seperti bentuk perlawanan terhadap upaya konservas yang dilakukan oleh Tim

kolaboratif.

Gambar 46. Pemburu yang tertangkap camera trap.

Gambar 47. Anjing-anjing pemburu yang tertangkap camera trap.

Page 57: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

40

D. Sosial Ekonomi dan Persepsi Masyarakat Sekitar

Berkaitan dengan konflik macan tutul dengan manusia, faktor manusia

juga perlu dilihat sebagai modal dalam penyuluhan dan penyadartahuan tentang

konservasi macan tutul. Sikap masyarakat terhadap macan tutul dan program

konservasi sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pekerjaan,

penghasilan dan pengalaman yang akan melahirkan persepsi dan sikap.

Rekapitulasi hasil wawancara dengan responden di desa-desa sekitar Gunung

Sawal disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi hasil wawancara dengan responden di desa-desa sekitar Gunung Sawal.

No. Parameter Jawaban Tingkat Desa

Rata-rata Terendah Tertinggi

1 Pendidikan SD 30.00 86.67 55.48

2 Petani 21.62 86.67 51.10

3 Memiliki Lahan 43.33 71.43 55.25

4 Memiliki kolam ikan 16.67 26.67 20.45

5 Peternak 3.33 30.00 13.58

6 Memiliki lahan berbatasan hutan 3.33 32.43 9.53

7 Mengetahui macan tutul dilindungi 40.00 93.33 65.89

8 Bangga memiliki macan tutul 59.46 93.33 74.69

9 Mendukung reintroduksi macan tutul 20.00 76.67 50.13

10 Gunung Sawal memberikan manfaat 43.33 94.59 75.33

11 G. Sawal mencegah banjir dan lonsor 13.51 40.00 27.19

12 G. Sawal sumber air 24.32 70.00 39.85

13 Belum pernah mendapat penyuluhan konservasi maacan tutul

36.67 100.00 64.44

14 Tidak tahu macan tutul maskot Jabar 20.00 80.00 50.36

15 Macan tutul satwa menakutkan 13.33 90.00 51.98

16 Macan tutul perlu dilestarikan 3.33 60.00 25.67

17 Macan tutul satwa keramat 6.67 30.00 13.87

Dari Tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar (55,48%) penduduk di

sekitar Gunug Sawal memiliki latar belakang pendidikan hanya tamat Sekolah

Dasar (SD). Lebih separuh penduduk bekerja sebagai petani (51,10%) dan lebih

separuh petani (55,25%) memiliki lahan garapan dan 9.53% lahan garapannya

berbatasan langsung dengan kawasan hutan.

Lebih separuh (65.89%) responden mengetahui macan tutul merupakan

satwa dilindungi dan 74,69% merasa bangga memiliki macan tutul di Gunung

Sawal. Sayangnya 50.36 % responden tidak mengetahui bahwa macan tutul

Page 58: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

41

merupakan maskot atau satwa identitas Provinsi Jawa Barat. Meskipun 51,98%

responden menyatakan macan tutul merupakan satwa yang menakutkan namun

25,67% menyatakan satwa tersebut perlu dilestarikan. Masih ada 13,87%

responden yang menganggap macan tutul merupakan satwa keramat yang ada

hubungannya dengan legenda Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran.

Sebagian besar (64,44%) responden belum pernah mendapatkan

penyuluhan tentang konservasi macan tutul. Meskipun demikian, sebagian besar

responden (75,33%) menyadari bahwa Gunung Sawal memberikan banyak

manfat bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebagian responden (21,22%)

menyatakan bahwa keberadaan hutan Gunung Sawal mencegah banjir dan tanah

longsor dan 40,12% responden menyatakan bahwa hutan Gunung Sawal

merupakan sumber air bagi wilayah di sekitarnya, yang dimanfaatkan untuk air

rumah tangga, PDAM, irigasi pertanian dan budidaya ikan air tawar.

Dari Gambar 48 dapat dilihat bahwa masih ada masyarakat yang

menganggap kawasan hutan menyediakan lahan garapan, sumber kayu

pertukangan dan kayu bakar, pakan ternak dan memberikan lapangan

pekerjaan. Hal ini mengindikasikan adanya ketergantungan langsung

masyarakat terhadap keberadaan hutan.

Gambar 48. Manfaat hutan menurut responden sekitar Gunung Sawal.

Ketika ditanya perihal penyebab macan tutul keluar dari hutan, kemudian

masuk ke pemukiman dan memangsa ternak, secara umum masyarakat telah

memahami konsep daya dukung dan kerusakan habitat. Hal ini terlihat dari

jawaban-jawaban mereka seperti disajikan pada Gambar 49.

Page 59: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

42

Gambar 49. Penyebab keluarnya macan tutul dari hutan menurut responden sekitar Gunung Sawal.

Gangguan atau konflik yang terus terjadi perlu diatasi dengan melibatkan

semua pihak terkait antara lain BKSDA Ciamis, Pemerintah Kabupaten,

Pemerintah Desa, Perum Perhutani, LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan),

masyarakat penggarap PHBM, masyarakat sekitar hutan, LSM lokal, POLRI, TNI,

penyuluh, dan sektor lain yang berkentingan dengan air dari Gunung Sawal

seperti Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Pariwisata, dan PDAM.

Perlu upaya penyuluhan untuk peningkatan kesadaran dan pengetahuan

tentang pentingnya konservasi hutan Gunung Sawal, bukan saja untuk

keanekaragaman hayati tetapi juga untuk air yang menjadi sumber kehidupan

masyarakat sekitarnya. Di samping itu, perlu dibuat protokol atau prosedur

tetap penanganan konflik jika terjadi kasus macan tutul masuk pemukiman,

memangsa ternak atau jika terjadi penangkapan macan tutul oleh masyarakat.

Secara perlahan, upaya penegakan hukum bagi yang sengaja menangkap

macan tutul tanpa berkordinasi dengan pihak KSDA juga perlu diterapkan,

sehingga tidak menjadi lagi masyarakat menangkap macan tutul untuk

dipertontonkan guna mendapat bayaran atau meminta tebusan kepada pihak

KSDA. Sejalan dengan itu, pemberian insentif bagi masyarakat yang

berpartisipasi mengamankan hutan Gunung Sawal dan melestarikan macan tutul

juga perlu diimplementasikan.

Pemanfaaatan jasa lingkungan air sangat potensial dikembangkan untuk

industri berbahan baku air. Sementara wisata alam berbasis keunikan

keanekaragaman hayati dan kultur lokal juga potensial dikembangkan di Gunung

Sawal. Perpaduan antara alam (keanekaragaman hayati) dengan budaya lokal

dan kebijakan pemerintah seperti hari cinta puspa dan satwa, hari lingkungan

hidup, hari hutan, hari konservasi alam, hari air, hari menanam pohon dan hari

lahir Kota Ciamis dapat dijadikan agenda tahunan yang menginspirasi

konservasi, misalnya dikemas dalam bentuk “Festival Gunung Sawal”.

Page 60: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

43

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Habitat

(a) Kawasan hutan Gunung Sawal memiliki luas total 10.515,56 Ha yang

terbagi dalam Suaka Margasatwa 5.583,38 Ha atau 53%, Hutan Produksi

Terbatas (HPT) 3.308,93 Ha, Hutan Produksi (HP) 714,34 Ha dan Hutan

Pangonan 908,91 Ha. Kawasan hutan Gunung Sawal (SM, HL, HPT, HPT)

secara keseluruhan merupakan satu kesatuan ekosistem lanskap hutan.

(b) Suaka Margasatwa memiliki tutupan vegetasi hutan alam primer dan

sekunder, sedangkan kawasan hutan produksi terbatas, hutan produksi

dan hutan pangonan memiliki tutupan utama hutan tanaman pinus (Pinus

merkusii), rasamala (Altingia excelsa) dan damar (Agathis borneensis).

(c) Berdasarkan interpretasi citra satelit tahun 2014, terdeteksi adanya

penggarapan lahan oleh masyarakat melalui PHBM di hutan produksi

terbatas, hutan produksi dan hutan pangonan dengan tanaman kopi. Luas

kawasan hutan yang digarap adalah 1.608,45 Ha pada ahun 2006 dan

meningkat menjadi 1.724,95 Ha pada tahun 2014.

(d) Adanya kawasan hutan produksi yang digarap masyarakat seluas

1.724,95 Ha di sekitar Suaka Margasatwa, menyebabkan menurunnya

daya dukung dan daya tampung habitat, karena HP, HPT dan Hutan

Pangonan merupakan satu kesatuan ekosistem dengan SM Gunung Sawal

dan merupakan lanskap habitat macan tutul yang tak mengenal batas

administrasi dan batas fungsi hutan.

(e) Penggarapan kawasan hutan dengan sistem tebang habis dan

pembersihan lantai hutan untuk penananam kopi, berpengaruh sangat

nyata terhadap habitat satwa pemakan tumbuhan (herbivora) seperti

rusa, kijang, kancil, musang, babi hutan, monyet, surili dan lutung yang

merupakan mangsa macan tutul. Dengan demikian daya dukung Gunung

Sawal sebagai habitat macan tutul secara keseluruhan mengalami

penurunan drastis.

Page 61: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

44

(f) Hasil analisis terhadap vegetasi pakan satwa herbivora menunjukkan

bahwa penggarapan hutan produksi dalam pola PHBM tanaman kopi

telah menghilangkan pakan herbivora hingga 98,69% dan hanya tersisa

1,31T% dibandingkan dengan hutan suaka margasatwa dan hutan

produksi terbatas yang tidak digarap. Bahkan hutan produksi yang telah

digarap dengan pola PHBM tidak memiliki pohon dan tiang yang

dibutuhkan oleh primata untuk pergerakan mencari makan dan tidur.

Akibatnya satwa herbivora memperluas jelajahnya hingga ke kebun atau

hutan rakyat sekitar pemukiman, yang diikuti oleh macan tutul karena

mengejar mangsanya.

2. Populasi macan tutul dan mangsanya

(a) Hasil analisis populasi menggunakan camera trap, menemukan bahwa

kepadatan relatif (relative density) macan tutul jawa di SM Gunung Sawal

adalah 15.62 individu/100 km2 atau sama dengan satu individu per 6,4

km2. Ini menunjukan kepadatan populasi macan tutul jawa di SM. Gunung

Sawal tidak berbeda jauh dengan kawasan hutan lainnya di Jawa Barat.

Dengan luasan SM Gunung Sawal sekitar 54 km2 maka diperkirakan

dapat dihuni hingga 8 individu macan tutul. Berdasarkan hal tersebut

perkiraan populasi macan tutul jawa di SM Gunung Sawal saat ini adalah

sekitar 5-8 individu. Jika kondisi kawasan hutan Gunung Sawal (termasuk

HL, HPT, HP dan Htan Pangonan) dalam kondisi baik dengan luas total

sekitar 110 km2 maka dapat menampung macan tutul jawa, hingga 17

individu.

(b) Hasill camera trap juga menemukan beberapa jenis satwa mangsa macan

tutul seperti musang luwak, babi hutan dan kijang, mendominasi dan

tersebar merata hamper di seluruh kawasan dengan frekuensi

perjumpaan relative berturut-turut sebesar 32,3%; 6,52% dan 3,75% dan

indeks kelimpahan relative berturut-turut 14,14; 2,85, dan 1,64. Selain

satwa tersebut juga tertangkap kamera trap jenis sigung, lingsang,

garangan, biul, musang rase, kucing hutan, musang leher kuning, surili,

lutung budeng, trenggiling dan landak jawa yang potensial menjadi

mangsa macan tutul. Dengan demikian dapat dikatakan kondisi hutan SM

Gunung Sawal masih baik untuk habitat macan tutul.

(c) Seiring waktu, populasi macan tutul terus berkembang, sehingga

memerlukan areal habitat yang semakin luas, namun yang terjadi adalah

Page 62: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

45

sebaliknya, yaitu tutupan hutan justru menurun akibat penggarapan,

sehingga dapat diduga macan tutul kekurangan habitat dan akan mencari

habitat baru, tanpa mengenal batas-batas administrasi dan batas fungsi

kawasan hutan. Hasil analisis populasi berdasarkan kamera trap juga

menunjukan bahwa sebaran macan tutul di Gunung Sawal tersebar di

sekitar pinggiran Suaka Margasatwa yang berbatasan dengan hutan

produksi, mengikuti sebaran satwa mangsanya.

3. Konflik macan tutul - manusia

(a) Kasus keluarnya macan tutul jawa dari kawasan hutan Gunung Sawal

telah terjadi sejak tahun 2001 dan cenderung terus terjadi hingga akhir

tahun 2016 yang secara kumulatif sudah terjadi 51 kasus di 20 desa

sekitar kawasan hutan Gunung Sawal. Kasus terbanyak terjadi tahun

2011 dan desa paling sering didatangi macan tutul adalah Desa

Kertamandala (10) dan Cikupa (8) yang berbatasan langsung dengan

hutan.

(b) Keluarnya macan tutul dari kawasan hutan tidak selalu menimbulkan

konflik. Konflik terjadi ketika ada pihak yang dirugikan, baik manusia

maupun macan tutul. Dari 51 kasus di sekitar Gunung Sawal, 75%

diantaranya merupakan konflik (memangsa ternak 67%; macan tutul

ditangkap/dibunuh 8%), sementara 25% bukan merupakan konflik.

(c) Kasus kasus konflik macan tutul-manusia di Gunung Sawal 76% terjadi di

desa-desa yang berbatasan dengan hutan produksi, 18% terjadi di desa

yang berbatasan dengan Suaka Margasatwa, 6 % terjadi di desa yang

tidak berbatasan dengan hutan.

(d) Macan tutul yang keluar dan tertangkap oleh masyarakat atau petugas,

hampir seluruhnya berjenis kelamin jantan dan berusia muda (2,5 -3

tahun) yaitu pada masa-masa penyapihan oleh induknya. Hal ini dapat

diduga kuat, macan tutul jantan muda tersebut keluar dari habitat

induknya karena kalah berebut teritori sehingga terusir dan harus

mencari teritori baru, karena daya tampung (ruang) teritori di dalam

Suaka Margasatwa Gunung Sawal sudah tidak mencukupi.

(e) Macan tutul yang tertangkap masyarakat atau petugas rata-rata dalam

kondisi sehat, berat badan normal, tidak kurus dan tidak seperti

Page 63: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

46

kelaparan. Hal ini memunculkan dugaan penyebab lain, mengapa macan

tutul keluar dari habitatnya.

(f) Kasus macan tutul keluar habitatnya atau tertangkap oleh masyarakat,

tidak membentuk pola tertentu dan tidak berkorelasi dengan musim

kemarau. Kasus terbanyak justru terjadi pada bulan Januari dan Februari.

Hal ini menggugurkan hipotesis “macan tutul keluar untuk mencari

makan karena di dalam hutan tidak ada makanan”

4. Sosial ekonomi dan persepsi masyarakat sekitar Gunung Sawal

(a) Kondisi sosial masyarakat sekitar Gunung Sawal sebanyak 55,48%

responden hanya tamat Sekolah Dasar (SD). Sebanyak 51,10% bekerja

sebagai petani dan 55,25% diantaranya memiliki lahan garapan dan

9.53% garapanya langsung dengan kawasan hutan.

(b) Sekitar 64,44% responden belum pernah mendapatkan penyuluhan

tentang konservasi macan tutul. Meskipun demikian, sebagian besar

responden (75,33%) menyadari bahwa Gunung Sawal memberikan

banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebagian

responden (21,22%) menyatakan bahwa keberadaan hutan Gunung

Sawal mencegah banjir dan tanah longsor dan 40,12% responden

menyatakan bahwa hutan Gunung Sawal merupakan sumber air bagi

wilayah di sekitarnya, yang dimanfaatkan untuk air rumah tangga, PDAM,

irigasi pertanian dan budidaya ikan air tawar.

(c) Lebih separuh (65.89%) responden mengetahui macan tutul merupakan

satwa dilindungi dan 74,69% merasa bangga memiliki macan tutul di

Gunung Sawal. Sayangnya 50.36 % responden tidak mengetahui bahwa

macan tutul merupakan maskot atau satwa identitas Provinsi Jawa Barat.

Hanya 25,67% menyatakan satwa tersebut perlu dilestarikan.

(d) Masih terdapat ketergantungan masyarakat terhadap hutan dan

menganggap hutan sebagai sumber lahan garapan, sumber kayu

pertukangan dan kayu bakar, pakan ternak dan memberikan lapangan

pekerjaan.

Page 64: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

47

B. Rekomendasi

1. Perlu penguatan kembali komitmen para pihak yang memiliki

kepentingan dan kewenangan pengelolaan kawasan Gunung Sawal,

bahwa kawasan hutan Gunung Sawal merupakan satu kesatuan bentang

alam (lanskap) ekosistam hutan yang secara ekologis tidak mengenal

batas-batas administratif dan batas fungsi kawasan. Oleh karena itu,

pengelolaan kawasan ini harus terintegrasi antara kawasan suaka alam

(SM), kawasan lindung (HL), kawasan budidaya hutan (HPT, HP, Hutan

Pangonan) dan kawasan budidaya non hutan seperti hutan rakyat dan

perkebunan.

2. Kawasan hutan Suka Margasatwa Gunung Sawal perlu didukung oleh

kawasan hutan sekitarnya agar dapat tetap menampung macan tutul yang

menjadi target konservasi kawasan suaka margasatwa ini. Oleh karena

itu, diperlukan sinergi dan koordinasi yang kuat antara pengelola suaka

margasatwa dengan pengelola hutan produksi, hutan lindung dan

pengelola wilayah di sekitarnya.

3. Kawasan hutan produksi yang digarap melalui program PHBM di Gunung

Sawal perlu direvitalisasi dengan pengendalian komposisi tanaman

kehutanan yang lebih dominan dibandingkan tanaman kopi. Kawasan

yang telah terdegradasi akibat penggarapan perlu direstorasi untuk

memulihkan kembali fungsi ekologis dan hidrologis hutan.

4. Untuk meningkatkan kembali populasi mangsa macan tutul, konsep

restorasi ekosistem dapat diimplementasikan untuk memulihkan

ekosistem Gunung Sawal yang telah rusak. Konsep PHBM juga dapat

tetap dilaksanakan dengan mengatur kembali komposisi jumlah pohon

dan proporsi ruang yang lebih bersifat hutan daripada kebun monokultur.

5. Untuk menjaga kelestarian macan tutul dalam metapopulasi yang

mencakup lanskap yang luas dan terfragmentasi oleh wilayah dengan

penggunaan lahan selain hutan perlu dibuat dan dipertahankan koridor

penghubung antar kantong hutan. Hutan produksi, hutan lindung

maupun kawasan lindung yang berfungsi sebagai koridor satwa perlu

dikelola bersama secara terintegrasi lintas sektor.

6. Penanganan dan mitigasi konflik macan tutul dengan manusia perlu

dilakukan secara terpadu lintas sektor dan antar pemangku kepentingan.

Page 65: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

48

Pendekatan mekanisme insentif dan penegakan hukum secara bersamaan

perlu diimplementasikan untuk mitigasi konflik di masa mendatang.

7. Perlu dilakukan pemantauan (monitoring) jangka panjang terhadap

macan tutul jawa dengan menggunakan camera trap di kawasan SM

Gunung Sawal untuk memastikan kondisi dan keberadaan macan tutul

jawa yang telah teridentifikasi.

8. Terhadap macan tutul yang keluar dari Gunung Sawal dan saat ini berada

di lembaga konservasi, jika dari segi medis layak dilepasliarkan kembali

maka perlu dicarikan lokasi pelepasliaran yang sesuai. Suaka Margasatwa

Gunung Sawal masih memungkinkan menerima kembali macan tutul dari

Gunung Sawal yang telah direhabilitasi, namun perlu ditentukan di areal

yang belum menjadi teritori macan tutul yang ada. Disamping itu juga

perlu didukung dengan tetap menjaga kondisi hutan produksi terbatas,

hutan produksi dan hutan pangonan di sekitar suaka margasatwa untuk

tidak digarap menjadi PHBM kopi.

9. Perlunya penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat sekitar Gunung

Sawal tentang pentingnya menjaga hutan Gunung Sawal sebagai sistem

penyangga kehidupan yang vital bagi generasi sekarang dan yang akan

datang.

Page 66: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

49

DAFTAR PUSTAKA

Ario, A, Hidayat, E, Agung, I, Misbah, Wahyudin, D, Uas. 2014. Survei

Keberadaan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) Dengan Menggunakan Perangkap Kamera (Camera Trap) Di Hutan Lindung Gunung Malabar Jawa Barat. Conservation International Indonesia-Yayasan Owa Jawa-Perum Perhutani.

Ario, A. 2007. Javan Leopard (Panthera pardus melas) Among Human Activities: Preliminary Assessment on The Carrying Capacity of Mount Salak Forest Area, Mount Halimun-Salak National Park. Scientific Report. Conservation International Indonesia.

Ario, A. 2010. Kucing-Kucing Liar Indonesia. Panduan Lapangan. Yayasan Obor Indonesia. Hal 49-55

Ario, A. Hidayat, E, Supian, 2009. Protection and Monitoring of the Endangered Species of Javan Leopard (Panthera pardus melas) in Gunung Gede Pangrango National Park, West Java, Indonesia. Conservation International Indonesia.

Ario, A., S. Sunarto, and J. Sanderson. 2008. Panthera pardus ssp. melas. In: IUCN 2008 Red List of Threatened Species. http://www.iucnredlist.org. Diakses Tanggal 13 Januari 2009.

Ario, A.2006. Survei Macan tutul dengan perangkap kamera (camera trap) di Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Laporan Kegiatan. Conservation International Indonesia.

Athreya,V.R and Belsare, A.V. 2007. Human-Leopard Conflict Management Guidelines. Maharashtra State Forest Derpartment. Kaati Trust, Pune. India

Bailey, T. N. 1993. The African Leopard: A Study of The Ecology and Behavior of A Solitary Felid. Columbia University Press. New York.

Cat Specialist Group. 2002. Panthera pardus. In 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 12 Mei 2006.

CBSG. 2010a. Population and Habitat Viability Assessment (PHVA) Workshop Process Reference Packet.

CBSG. 2010b. Vortex Population Viability Analysis Software Input Data Required for Analysis.

Departemen Kehutanan. 1997. The Inventory of Natural Resources in Gunung Halimun National Park. LIPI-JICA-PHPA. Bogor.

Direktorat Jenderal PHPA. 1987. Laporan Studi Penyebaran Keluarga Felidae di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Direktorat Jenderal PHPA, Departemen Kehutanan. Bogor.

Page 67: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

50

Direktorat PPA. 1978. Mamalia di Indonesia. Direktorat PPA, Direktorat Jenderal Kehutanan. Bogor.

Direktorat PPA. 1982. Pedoman Teknik Inventarisasi Mamalia (Dasar-dasar Umum). Direktorat PPA, Direktorat Jenderal Kehutanan. Bogor.

Esterberg, K.G. 2002. Qualitative Methods for Social Research. McGraw-Hill. New York.

Grzimek, B. (Ed). 1975 Grzimek's Animal Life Encyclopedia. Vol. 12, Mammals III. Van Nostrand Reinhold, New York. 657 pp.

Guggisberg, C. 1975. Wild Cats of the World. Taplinger Publishing Company. New York. 328pp.

Gunawan, H. 1988. Studi Karakteristik Habitat dan Daerah Penyebaran Macan Tutul (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi S1, Tidak dipublikasikan.

Gunawan, H. 2010. Habitat Dan Penyebaran Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) Di Lanskap Terfragmentasi Di Jawa Tengah. Disertasi Program Doktor, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan.

Gunawan, H. 2014. Status Ekologi Dan Konservasi Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809). Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Macan Tutul Jawa, di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor, Tanggal 29-30 Januari 2014.

Gunawan, H. dan R. Wienanto. 2015. Sebaran Ekologis dan Ancaman Kepunahan Lokal Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809) Di Jawa Bagian Barat. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional menyambut Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional Tahun 2015 dengan tema Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan. Bogor,24 November 2015.

Gunawan, H., L.B. Prasetyo, A. Mardiastuti and A.P. Kartono. 2013. Analisis Metapopulasi Dan Prediksi Kepunahan Lokal Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) Di Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Biologi ke XXII “Peran biologi dalam pendayagunaan bioresources Indonesia untuk meningkatkan daya saing bangsa”, 30 Agustus – 1 September 2013.

Gunawan, H., L.B. Prasetyo, A. Mardiatuti dan A.P. Kartono. 2013. Sebaran Populasi dan Seleksi Habitat Macan Tutul Jawa Panthera pardus melas Cuvier 1809 di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 9 (4): 323-339.

Gunawan, H., R. Wienanto dan A. Riyanti. 2012. Teknik Konservasi Satwa Karnivora Puncak Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809). Laporan Akhir. Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi. Bogor.

Page 68: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

51

Gunawan, H., S. Iskandar, R. Wienanto, A. Riyanti dan Eman. 2013. Teknik Konservasi Satwa Karnivora Puncak Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809). Laporan Penelitian pada Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Bogor. Tidak diterbitkan.

Gunawan, H., S. Iskandar, V.S. Sihombing and R. Wienanto.. 2016a. Conflict Between Humans And Leopards (Panthera pardus melas Cuvier 1809) in Western Java. International Conference on Biodiversity Society for Indonesian Biodiversity (SIB) Bandung, Indonesia, May 28, 2016

Gunawan, H., V.S. Sihombing dan R. Wienanto. 2016b. Metapopulasi Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809) di Pulau Jawa Bagian Barat. Pp. 130-140 dalam Juilawaty et al (eds) Implementasi Riset Hayati dan Pengembangannya di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Prosiding Seminar Nasional Biologi, Medan 9 April 2016: USU Press. Medan.

Gunawan, H., VS. Sihombing, R. Wienanto, dan Eman. 2016c. Penilaian Viabilitas Habitat Dan Populasi (PHVA) Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) Sebagai Dasar Pembinaan Habitat, Peningkatan Populasi Dan Mitigasi Konflik. LHP Pusat Libang Hutan Bogor. Tidak diterbitkan.

Hanski, I. 1998. Metapopulation Dynamics. Nature, Vol 396, 5 November 1998. Macmillan Publishers Ltd. www.nature.com. Diakses tanggal 09 Mei 2008.

Hanski, I., and D. Simberloff. 1997. The metapopulation approach, its history, conceptual domain, and application to conservation. pp. 5–26. In I. A. Hanski and M. E. Gilpin (eds.), Metapopulation Biology. Academic Press, San Diego, Californina.

Hanski, I., and D. Simberloff. 1997. The metapopulation approach, its history, conceptual domain, and application to conservation. pp. 5–26. In I. A. Hanski and M. E. Gilpin (eds.), Metapopulation Biology. Academic Press, San Diego, Californina.

Hill, D., M. Fasham, G. Tucker, M. Shewry and P. Shaw (eds). 2005. Handbook of Biodiversity Methods: Survey, Evaluation and Monitoring. Cambridge University Press. www. Cambrisdge.org. Diakses tanggal 11 Desember 2008.

Hoogerwerf, A. 1970. Ujung Kulon, The Land of The Last Javan Rhinoceros. E.J. Brill. Leiden, Netherlands. 252p.

IUCN - The World Conservation Union. 1996. The IUCN Redlist of Threatened Species. Leopard Panthera pardus Linnaeus 1758. http://www.iucnredlist.org. Diakses Tanggal 2 Mei 2007.

Kusmana, C. 1997. Metode Survei Vegetasi. IPB Press. Bogor.

Lekagul, B. and J. A. McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Kurusapha Ladprao Press. Bangkok, 747 pp.

Page 69: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

52

Levins, R. 1969. Some Demographic and Genetic Consequences of Environmental Heterogeneity for Biological Control. Bulletin of the Entomological Society of America, 15, 237-240

McDougal,C.1991. Man-eaters.in Great Cats. Majestic creaturesof the wild.Eds. J. Seidensticker & S. Lumpkin. Pp 240. Pennsylvania Rodale Press, IncRabinowitz, A.1989. The density and behavior of large cats in a dry tropical forest mosaic in Huai Kha Khaeng Wildlife Sanctuary in Thailand. Nat. Hist. Bull. Siam Soc. 37 (2): 235-251.

McGarigal, K. and B. J. Marks. 1995. Fragstats: Spatial Pattern Analysis Program for Quantifying Landscape Structure. USDA For. Serv. Gen. Tech. Rep. PNW-351. http://www.innovativegis.com/basis/ Supplements/BM_Aug_99/ FRAG_expt.htm. Diakses Tanggal 12 April 2006.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Norton, P.M. and A.B. Lawson. 1985. Radio tracking of leopards and caracals in the Stellenbosch area, Cape Province. S. Afr. J. Wildl. Res. 15(1):17-24.

Preliminary Assessment on The Carrying Capacity of Mount Salak Forest Area, Mount Halimun-Salak National Park. Scientific Report. Conservation International Indonesia.

Santiapillai, C. and W.S. Ramono. 1992. Status of the leopard (Panthera pardus) in Java, Indonesia. Tigerpaper 19: 1-5

Seidensticker, J. and L. Susan (Eds). 1991. Great Cats: Majestic Creatures of the Wild, Rodale Press. Emmaus, Pennsylvania, USA. 240pp.

Seidensticker,J., Sunquist,M.E. & C. McDougal. 1990. Leopards living at the edge of the Royal Chirwan National Park, Nepal. In Conservation in developing countries: problems and prospects. Eds. J.C.Daniel and J.S.Serrao. 415-423. Bombay Natural History Society and Oxford University Press.

Seidensticker. J dan Suyono. 1980. Harimau di Taman Nasional Meru Betiri dalam: Ekologi, perilaku dan keuletan harimau serta perlunya usaha konservasi harimau.

Soehartono, T. and A. Mardiastuti. 2002. CITES Implementation in Indonesia. Nagao Natural Environment Foundation. Jakarta.

Sugiyono. 1999. Statistik Non Parametris untuk Penelitian. C.V. Alfabeta. Bandung.

Sunquist, F. 2001. Staying Close to Home. International Wildlife 31(3): 20-9.

Sutherland, W.J. 2004. Mammals. Pp.260-280 dalam Sutherland, W.J. (ed). Ecological Census Techniques : A Handbook. Cambridge University Press. Cambridge, UK.

Page 70: KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI …bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2017/08/LAPORAN... · sebagai dasar pengelolaan populasi dan mitigasi konflik macan

KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT

53

Syahrial. A.H. and Sakaguchi, 2003. Monitoring research and the javan leopard Panthera pardus melas in Gunung Halimun National Park, Indonesia. In: Biodiversity Conservation Project. Research on Endangered Species in Gunung Halimun National Park, Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia, vol. XI. In press.

Veevers-Carter, W. 1978. Mamalia Darat Indonesia. Internusa, P.T. Jakarta. 86p.