kajian etnobotani suku buton (kasus masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools....

103
KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat Sekitar Hutan Lambusango Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara) HERNA HAMIDU DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: hoangmien

Post on 08-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

1

KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON

(Kasus Masyarakat Sekitar Hutan Lambusango

Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara)

HERNA HAMIDU

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

2

KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON

(Kasus Masyarakat Sekitar Hutan Lambusango

Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

HERNA HAMIDU

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 3: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

3

RINGKASAN

Herna Hamidu. E34053059. Kajian Etnobotani Suku Buton (Kasus Masyarakat

Sekitar Hutan Lambusango, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara)

Dibimbing oleh ERVIZAL A. M. ZUHUD dan AGUS HIKMAT.

Hutan Lambusango merupakan salah satu ekosistem hutan hujan dataran

rendah yang terdapat di Pulau Buton. Hutan Lambusango merupakan satu kesatuan

ekosistem hutan yang terdiri dari Suaka Margasatwa Lambusango (27.700 ha), Cagar

Alam Kakinauwe (810 ha) yang di sekitarnya terdapat hutan produksi (35.000 ha).

Masyarakat suku Buton di sekitar hutan Lambusango memiliki kearifan tradisional

dalam memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan sehari-hari serta memiliki peran

serta dalam kegiatan konservasi tumbuhan berguna.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan secara

tradisional oleh masyarakat suku Buton. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi masukan bagi pemerintah, pihak terkait dalam pengelolaan, pengembangan,

pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam hayati khususnya tumbuhan berguna

bagi kesejahteraan masyarakat sekitar hutan Lambusango, khususnya suku Buton.

Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi yaitu Desa Lambusango, Kelurahan

Watumotobe dan Desa Wambulu. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-

September 2009. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dokumen/laporan

penelitian yang telah dilakukan oleh instansi terkait, tumbuhan untuk pembuatan

herbarium dan alkohol 70%, sedangkan alat yang digunakan yaitu peta, kamera,

kuisioner, tally sheet, tape recorder, kertas koran, sasak, label gantung dan alat tulis

menulis.

Metode penelitian dilakukan dengan tiga tahapan besar yaitu: (1)

Pengumpulan data melalui kajian literatur, data yang dikumpulkan meliputi kondisi

fisik, biotik dan sosial budaya masyarakat; (2) Survei lapang dengan menggunakan

metode wawancara, pengambilan contoh dan dokumentasi; (3) Pengolahan dan

analisis data yang dilakukan secara deskriptif kualitatif.

Pemanfaatan spesies tumbuhan berguna di sekitar hutan Lambusango

sebanyak 169 spesies dari 66 famili. Klasifikasi tumbuhan berguna menurut

habitusnya dapat dibagi menjadi 6 habitus yaitu habitus epifit, liana, herba, semak,

perdu dan pohon. Jumlah spesies tertinggi terdapat pada kelompok habitus pohon

sebesar 40% (68 spesies), sedangkan jumlah spesies terendah terdapat pada habitus

epifit sebesar 1% (1 spesies). Berdasarkan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan maka

dikelompokkan menjadi 10 kelompok bagian tumbuhan. Bagian tumbuhan yang

paling banyak digunakan yaitu daun sebesar 30% (63 spesies) dan yang paling sedikit

yaitu akar sebesar 2% (3 spesies). Tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat merupakan tumbuhan yang telah dibudidayakan sebesar 63% (106

spesies), dengan rincian 72 spesies berasal dari pekarangan, 22 spesies berasal dari

kebun dan 12 spesies berasal dari keduanya. Tumbuhan non-budidaya sebesar 37%

(63 spesies), dengan rincian 46 spesies berasal dari hutan, 10 spesies merupakan

Page 4: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

4

tumbuhan liar dan 7 spesies gabungan keduanya. Berdasarkan kelompok

kegunaannya, tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu

sebagai tumbuhan obat sebanyak 83 spesies. Masyarakat juga banyak memanfaatkan

tumbuhan sebagai bahan pangan sebesar 80 spesies, penghasil minuman 12 spesies,

bahan bangunan 37 spesies, kayu bakar 36 spesies, pakan ternak 12 spesies, aromatik

17 spesies, pewarna 8 spesies, tumbuhan hias 55 spesies, bahan tali, anyaman dan

kerajinan 11 spesies dan tumbuhan untuk upacara adat 41 spesies. Tumbuhan yang

memiliki tingkat kegunaan paling tinggi yaitu kelapa (Cocos nucifera) yaitu sebanyak

9 dari 11 kelompok kegunaan. Pengetahuan tentang tumbuhan berguna dan

pemanfaatannya diperoleh secara turun temurun, pengalaman secara langsung di

lapangan, serta dari penyuluhan-penyuluhan instansi terkait. Secara langsung maupun

tidak langsung, masyarakat di sekitar juga turut serta dalam menjaga kelestarian

hutan Lambusango.

Kata kunci: etnobotani, kearifan tradisional, suku Buton, hutan Lambusango.

Page 5: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

5

SUMMARY

Herna Hamidu. E34053059. Ethnobotany of Buton Ethnic (Case Study on the

Local Community Arround of Lambusango Forest, Buton Regency, the

Province of South East Sulawesi). Under supervision of ERVIZAL A. M.

ZUHUD and AGUS HIKMAT.

Lambusango Forest is one of the typical of lowland-rain forest ecosystem

located at Buton Island. Lambusango Forest consists of Lambusango Sanctuary

(27.700 ha), Kakinauwe Nature Reserve (810 ha) and Production Forest (35.000 ha).

The community of Buton ethnic has traditional wisdom in using the plants for their

daily needs and has effort in conserving useful plants.

This study is aimed to identify the traditional using of plant by Buton ethnic.

The result of this study hopefully could be input information to the government and

relevant institutions in manage, develop and use the natural resources especially

useful plants for community’s welfare surround the Lambusango forest.

This study was conducted at three different locations; there were Lambusango

village, Watumotobe village and Wambulu village. This study was conducted during

August and September 2009. The materials that were used consisted of available

documents/research reports from some institutions, herbarium and alcohol 70%,

while the tools were map, camera, questioner, tally sheet, tape recorder, secondary-

newspapers, wattle, label and writing tools.

The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through

literatur study (physic and biotic conditions and socio-culural); (2) Field Survey

through interview method, determining the sampling and documentation; (3) Data

processing and analyzing that were done descriptifly and qualitatively.

The result showed that 169 species from 66 families of plants surround

Lambusango forest are used. The classification of useful plants was based on their

habitus. There were 6 habitus; epifit, liana, herb, shrubs, lowest part of tree trunk and

trees. The highest total was found at the habitus of trees (40%; 68 species) while the

fewest total was found at the habitus of epifit (1%; 1 species). The classification

based on the usage of plants’ parts could be grouped into 10 parts of plants. The parts

of plants that mostly used was leaves (2%; species) and rarely used was roots (2%; 3

species). The people surround the forest have cultivated 63% (106 species) of useful

plants. There were 72 species cultivated at their yards, 22 species at gardens and 12

species were planted both at yards or gardens. There were 31% of un-cultivated

species; 12 species grow inside the forest, 10 species were wild plants (can be found

everywhere) and 7 species can be found in the forest and ouside the forest. Based on

their utilization classification, the medicinal plants were the mostly used. There were

83 species of medicinal plants used by the community. They also use food plants (80

species), drinking-materal plants (12 species), building-materia plants (37 species),

aromatic plants (17 species), coloring-material plants (8 species), ornamental plants

(55 species), rope, plaited and hadicraft materials (11 species) and cultural purpose

Page 6: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

6

(41 species). The plants that had highest usage was coconut (Cocos nucifera). There

were 9 type of coconut usage from the total of 11 usage catagories. The knowledge

concerning the useful plants and their usages were got from their ancestors, direct

experience in the field and illumination from certain institutions. The local

community surround the forest have participated in conserving the Lambusango

forest both directly and un-directly.

Keywords: ethnobotany, local wisdom, Buton ethnic, Lambusango forest.

Page 7: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

7

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Etnobotani Suku

Buton (Kasus Masyarakat Sekitar Hutan Lambusango, Kabupaten Buton, Provinsi

Sulawesi Tenggara) adalah benar-benar hasil karya Saya sendiri dengan bimbingan

dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan

tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2009

Herna Hamidu

NRP E34053059

Page 8: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

8

Judul Penelitian : Kajian Etnobotani Suku Buton (Kasus Masyarakat

Sekitar Hutan Lambusango, Kabupaten Buton,

Provinsi Sulawesi Tenggara)

Nama : Herna Hamidu

NIM : E34053059

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS

NIP 195906181985031003

Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F

NIP 196209181989031002

Mengetahui :

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS

NIP 195809151984031003

Tanggal lulus :

Page 9: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian

Etnobotani Suku Buton (Kasus Masyarakat Sekitar Hutan Lambusango, Kabupaten

Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendokumentasikan pengetahuan dan

kearifan tradisional masyarakat suku Buton dalam pemanfaatan tumbuhan di sekitar

hutan Lambusango.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah, pihak

terkait dalam pengelolaan, pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya

alam hayati khususnya tumbuhan berguna bagi kesejahteraan masyarakat sekitar

hutan Lambusango, khususnya suku Buton.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

yang terkait khususnya pengelola hutan Lambusango, Pemerintah Daerah dan

masyarakat. Terima kasih atas bantuan dan dukungan dari semua pihak.

Bogor, Desember 2009

Herna Hamidu

Page 10: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

10

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Herna Hamidu dilahirkan

di Kota Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal

21 Maret 1987, merupakan anak keempat dari empat

bersaudara pasangan Hamidu dan Maemuna.

Penulis mengikuti pendidikan dimulai dari TK Tomba pada tahun 1991 dan

dilanjutkan dengan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 3 Bau-Bau dari tahun

1993 sampai 1999, pendidikan menengah pertama di Sekolah Lanjut Tingkat Pertama

Negeri 1 Bau-Bau dari tahun 1999 sampai 2002 dan pendidikan menengah umum di

Sekolah Menegah Umum Negeri 1 Bau-Bau dari tahun 2002 sampai 2005. Pada

tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) program Mayor-Minor. Pada tahun 2006,

penulis terdaftar sebagai Mahasiswa dengan mayor Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dengan program minor

Arsitektur Lanskap.

Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) pada periode

2006/2007 dan 2007/2008 sebagai anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE).

Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosostem Hutan (PPEH) di Cilacap

dan Baturraden pada tahun 2007, Praktek Umum Konservasi Eksitu (PUKES) di

Kebun Tanaman Obat Karyasari dan Taman Margasatwa Ragunan pada tahun 2008

dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Baluran pada tahun

2009.

Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis

melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Kajian Etnobotani Suku

Buton (Kasus Masyarakat Sekitar Hutan Lambusango, Kabupaten Buton, Provinsi

Sulawesi Tenggara)” di bawah bimbingan Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS dan Dr.

Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F.

Page 11: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

11

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian

Etnobotani Suku Buton (Kasus Masyarakat Sekitar Hutan Lambusango, Kabupaten

Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan kali ini penulis penyampaikan penghargaan dan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS selaku pembimbing pertama dan Bapak

Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F selaku pembimbing kedua atas bimbingan dan saran

kepada penulis selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi,

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wasrin Syafii, M.Agr, Bapak Ir. Nana Mulyana Arifjaya,

M.Si dan Bapak Ir. Andi Sukendro, M.Si selaku dosen penguji,

3. Dosen dan Staf KPAP atas bimbingan dan pelayanan selama penulis menimba

ilmu di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor,

4. Mama, Bapak, kakak-kakakku serta seluruh keluarga atas dukungan, semangat,

kasih sayang dan doa yang tak terhingga untuk keberhasilan penulis,

5. Sub Seksi Konservasi Sumberdaya Alam Kabupaten Buton,

6. Bapak Sekretaris Desa Lambusango, Bapak Lurah Watumotobe dan Kepala Desa

Wambulu atas bantuan yang telah diberikan selama penulis berada di lapangan,

7. Teman-teman dan kakak-kakak di Pondok Puri Citra Handayani atas dukungan

dan semangat yang selalu diberikan,

8. Rekan-rekan seperjuangan KSHE “Tarsius” 42 atas kebersamaan, canda tawa,

dukungan semangat dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini,

terutama dalam proses pembuatan skripsi,

9. Keluarga besar HIMAKOVA,

10. Rekan-rekan di Lab. Konservasi Tumbuhan serta semua teman dan sahabat yang

telah membantu dengan caranya masing-masing,

Page 12: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

12

11. Pihak-pihak lain yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi

penulis sendiri. Mohon maaf atas segala kekurangan dan penulis menerima saran dan

kritik apabila diperlukan. Terima kasih.

Bogor, Desember 2009

Herna Hamidu

Page 13: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ……………………………..……………………………….......... i

DAFTAR TABEL…………………………………………………………..…... iv

DAFTAR GAMBAR……………………………………….……………….….. v

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………........ vi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….........

1.2 Tujuan Penelitian………………………………………………….........

1.3 Manfaat Penelitian………………………………………………….......

1

2

2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etnobotani………………………………………………………………

2.1.1 Definisi ………….……………………………………………….

2.1.2 Ruang lingkup ………….….………………………….………….

2.2 Kearifan Tradisional Masyarakat………………………………….........

2.3 Keanekaragaman Tumbuhan yang Dimanfaatkan……………………...

2.3.1 Keanekaragaman habitus tumbuhan yang dimanfaatkan…………

2.3.2 Keanekaragaman pemanfaatan tumbuhan………………………..

3

3

4

4

5

5

6

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………...

3.2 Bahan dan Alat Penelitian…………………………………………........

3.3 Metode Penelitian………………………………………………………

3.3.1 Jenis data yang dikumpulkan……………………………………..

3.3.2 Teknik pengumpulan data……..…………………………………

3.4 Pengolahan dan Analisis Data…………………………………….........

3.4.1 Pengklasifikasian kelompok kegunaan…………………………..

3.4.2 Persentase habitus………………………………………………..

13

14

14

14

15

16

16

17

Page 14: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

ii

3.4.3 Persentase bagian yang dimanfaatkan…………………………....

3.4.4 Tingkat kegunaan tumbuhan……………………………………...

17

17

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah, Letak dan Luas Kawasan……………………………………...

4.2 Aksesibilitas……………………………………………………….........

4.3 Topografi…………………………………………………………..........

4.4 Tanah……………………………………………………………………

4.5 Hidrologi………………………………………………………………..

4.6 Iklim……………………………………………………………….........

4.7 Potensi Flora dan Fauna………………………………………………...

4.8 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Hutan Lambusango…..

4.8.1 Sejarah suku Buton………………………………………………..

4.8.2 Rumah adat………………………………………………………..

4.8.3 Upacara adat………………………………………………………

4.8.4 Kependudukan…………………………………………………….

4.8.5 Sarana dan prasarana……………………………………………...

4.8.6 Mata pencaharian………………………………………………….

4.8.7 Penggunaan lahan…………………………………………………

18

18

19

19

20

20

20

21

21

23

25

27

28

28

28

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pemanfaatan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan…………..……......

5.1.1 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili………………...

5.1.2 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitusnya……………

5.1.3 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan bagian yang

dimanfaatkan……………………………………………………

5.1.4 Asal tumbuhan…………………………………………………..

5.2 Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Berguna………………………..

5.2.1 Pangan…………………………………………………………...

5.2.2 Minuman………………………………………………………...

5.2.3 Bahan bangunan…………………………………………………

30

30

31

32

33

34

35

37

38

Page 15: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

iii

5.2.4 Kayu bakar………………………………....................................

2.2.4 Obat ……………………………...……………….......................

2.2.5 Pakan ternak……………………………………………………..

2.2.6 Aromatik ………………………………………………………...

2.2.7 Bahan pewarna…………………………......................................

2.2.9 Tumbuhan hias…………………………………………………..

2.2.10 Tali, anyaman dan kerajinan ……..……....................................

2.2.11 Bahan upacara adat ……………………………………………

5.3 Tingkat Kegunaan Tumbuhan………………………………………….

5.4 Praktek Konservasi Suku Buton di Sekitar Hutan Lambusango……...

5.4.1 Kegiatan pemanfaatan oleh masyarakat ………………………...

5.4.2 Pembagian fungsi hutan ………………………………………...

40

41

44

45

46

47

48

49

49

51

52

53

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan……………………………………………………………..

6.2 Saran……………………………………………………………………

54

54

DAFTAR PUSTAKA……………………………….……………………......... 56

LAMPIRAN……………………….…………………………………………… 59

Page 16: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

iv

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Tahapan kegiatan dan aspek yang dikaji…………………………………...... 16

2 Tumbuhan yang sering digunakan sebagai bahan pangan …………………... 36

3 Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan minuman………………............... 38

4 Tumbuhan yang sering digunakan sebagai bahan bangunan………………….. 39

5 Tumbuhan yang sering digunakan sebagai kayu bakar………………………. 40

6 Tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat…………………. 42

7 Tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak…………………………… 45

8 Tumbuhan aromatik yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat……..…….. 46

9 Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pewarna…………..…………….. 46

10 Tumbuhan hias yang terdapat di pekarangan masyarakat….……………….. 47

11 Tumbuhan yang sering digunakan sebagai tali, anyaman dan kerajinan…….. 48

12 Tumbuhan untuk keperluan upacara adat…………………………………….. 49

13 Tingkat kegunaan tumbuhan berdasarkan jumlah kegunaannya....................... 50

Page 17: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

v

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Peta lokasi penelitian....................................................................................... 13

2 Alat dan bahan.................................................................................................. 14

3 Situs pelantikan Wa Kaa Kaa………………………………………………. 21

4 Benteng Keraton Buton…………………………………………………….. 23

5 Mesjid Agung Keraton Buton………………………………………………. 23

6 Istana Malige / Kamali ……………………………………………………... 25

7 Upacara adat dhole-dhole …………………………………………………… 26

8 Upacara adat kande-kandea ……………………………………………….... 27

9 Hubungan famili dengan jumlah spesies tumbuhan berguna di hutan

Lambusango………………………………………………………………….

31

10 Persentase jumlah spesies tumbuhan berdasarkan kelompok habitusnya….... 32

11 Jumlah spesies tumbuhan berdasarkan bagian yang digunakan….………….. 32

12 Persentase jumlah spesies tumbuhan berdasarkan asalnya………………….. 33

13 Jumlah spesies tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaannya…………….. 35

14 Lahan yang digunakan oleh masyarakat untuk pertanian dan perkebunan….. 36

15 Makanan khas suku Buton yaitu Kaopi dan Kasuami………………………….. 37

16 Rumah penduduk…………………………………………………………… 39

17 Kayu bakar yang digunakan oleh masyarakat……………………………….. 41

18 Samburoto dan ntanga-ntanga……………………………………………….. 42

19 Ternak masyarakat………………………………………………………….... 44

20 Tumbuhan hias di pekarangan rumah masyarakat…………………………… 47

21 Hasil tali, anyaman dan kerajinan masyarakat suku Buton…………………. 48

22 Hutan larangan……………………………………………………………….. 53

Page 18: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Daftar famili tumbuhan berguna di sekitar hutan Lambusango……….……. 59

2 Daftar spesies tumbuhan berguna di sekitar hutan Lambusango…………... 61

3 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai tumbuhan pangan……………...…..

66

4 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai bahan minuman…………………...

69

5 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai bahan bangunan…………………...

70

6 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai kayu bakar………………………...

71

7 Daftar spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar

hutan Lambusango………………………………………………………….

72

8 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai pakan ternak………………………

73

9 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai tumbuhan aromatik……………….

76

10 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai tumbuhan pewarna………………..

77

11 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai tumbuhan hias…………………….

78

12 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai bahan tali, anyaman dan

kerajinan……………………………………………………………………

80

13 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai tumbuhan upacara adat……………

81

14 Tingkat kegunaan tumbuhan……..………………………………………… 83

15 Daftar responden yang diwawancara……………………………………..... 84

Page 19: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan langsung manusia

dengan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatannya secara tradisional (Soekarman &

Riswan 1992). Masyarakat tradisional telah lama hidup secara berdampingan dengan

keanekaragaman hayati atau sumberdaya alam yang ada di sekelilingnya. Dalam

sejarah perkembangan manusia, tumbuhan memiliki peranan yang sangat penting

dalam perkembangan budaya masyarakat.

Hutan Lambusango merupakan salah satu ekosistem hutan hujan dataran

rendah yang terdapat di Pulau Buton. Hutan Lambusango memiliki potensi flora dan

fauna endemik yang cukup tinggi dikarenakan letaknya yang terisolasi oleh laut serta

berada di kawasan Wallacea, yang merupakan peralihan antara flora fauna Oriental

ke Australia. Hutan Lambusango merupakan satu kesatuan ekosistem hutan yang

terdiri dari Suaka Margasatwa Lambusango (27.700 ha), Cagar Alam Kakinauwe

(810 ha) yang di sekitarnya terdapat hutan produksi (35.000 ha).

Masyarakat sekitar hutan Lambusango merupakan suku Buton yang terbagi

dalam beberapa sub etnis di dalamnya. Masyarakat tersebut sangat bergantung

terhadap keberadaan hutan Lambusango, baik berupa fungsi hutan sebagai penyedia

jasa lingkungan maupun terhadap sumberdaya alam yang berada di dalamnya. Hal ini

dapat memberikan dampak negatif terhadap ekosistem hutan, tetapi di sisi lain

kesejahteraan masyarakat juga merupakan sesuatu yang sangat penting.

Pengetahuan atau kearifan tradisional masyarakat suku Buton didalam

pemanfaatan sumberdaya alam, khususnya tumbuhan (etnobotani) merupakan

kekayaan budaya yang perlu digali agar pengelolaan tradisional tersebut tidak punah.

Kajian etnobotani diantaranya yaitu pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan

tumbuhan berguna berupa tumbuhan penghasil pangan, tumbuhan penghasil

minuman, tumbuhan penghasil bahan bangunan, tumbuhan penghasil kayu bakar,

tumbuhan obat, tumbuhan penghasil pakan ternak, tumbuhan aromatik, tumbuhan

Page 20: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

2

hias, tumbuhan penghasil pestisida nabati, tumbuhan penghasil bahan pewarna dan

tanin, tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan dan tumbuhan untuk upacara

adat, serta kearifan tradisional mereka dalam pemanfaatan dan pengelolaan tumbuhan

berguna pada suatu ekosistem hutan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan dalam rangka mengumpulkan

informasi mengenai potensi tumbuhan berguna serta pemanfaatannya oleh

masyarakat di sekitar hutan Lambusango, maka perlu dilakukan kajian etnobotani

terhadap masyarakat suku Buton, baik dalam pemanfaatan terhadap tumbuhan

maupun peran masyarakat suku Buton dalam melakukan konservasi tumbuhan

berguna.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan tumbuhan secara

tradisional oleh masyarakat suku Buton .

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah, pihak

terkait dalam pengelolaan, pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya

alam hayati khususnya tumbuhan berguna bagi kesejahteraan masyarakat sekitar

hutan Lambusango, khususnya suku Buton.

Page 21: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etnobotani

2.1.1 Definisi

Istilah etnobotani yang pertama sekali diusulkan oleh Harsberger pada tahun

1895, dan didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mendalami hubungan budaya

manusia dengan sumberdaya nabati di lingkungannya (Ashar 1994). Etnobotani

berasal dari dua kata Yunani yaitu ethnos dan botany. Etno berasal dari kata ethnos

yang berarti memberi ciri pada kelompok dari suatu populasi dengan latar belakang

budaya yang sama dari adat istiadat, karakteristik bahasa dan sejarahnya, sedangkan

botani adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan. Dengan demikian etnobotani

berarti kajian interaksi antara manusia dengan tumbuhan atau dapat diartikan sebagai

studi mengenai pemanfaatan tumbuhan pada suatu budidaya tertentu (Martin 1998).

Beberapa definisi etnobotani yang lain menurut beberapa penulis yang diacu

dalam Soekarman dan Riswan (1992), antara lain:

1. Hough (1898), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tumbuh-tumbuhan

dalam hubungannya dengan budaya manusia,

2. Jones (1941), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia

yang primitif dengan tumbuh-tumbuhan,

3. Schultes (1967), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia

dengan vegetasi di sekitarnya,

4. Ford (1980), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari penempatan tumbuhan

secara keseluruhan didalam budaya dan interaksi langsung manusia dengan

tumbuhan,

5. Sheng-Ji et al. (1990), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari keseluruhan

hubungan langsung antara manusia dan tumbuhan untuk apa saja kegunaannya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa etnobotani

merupakan ilmu yang mempelajari hubungan langsung manusia dengan tumbuhan

dalam kegiatan pemanfaatannya secara tradisional (Soekarman & Riswan 1992).

Page 22: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

4

2.1.2 Ruang lingkup

Pengkajian etnobotani dibatasi oleh ruang lingkup bahwa etnobotani yaitu

cabang ilmu pengetahuan yang mendalami tentang persepsi dan konsepsi masyarakat

tentang sumberdaya tumbuhan di lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini kajian

diarahkan dalam upaya untuk mempelajari kelompok masyarakat dalam

pemanfaatannya terhadap tumbuhan di lingkungan sekitar mereka. Pemanfaatan yang

dimaksud di sini yaitu pemanfaatan tumbuhan baik sebagai bahan obat, sumber

pangan maupun sumber kebutuhan hidup manusia lainnya.

Terdapat empat usaha utama yang berkaitan erat dalam etnobotani, yaitu: 1)

Pendokumentasian pengetahuan etnobotani tradisional; 2) Penilaian kuantitatif

tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber botani; 3) Pendugaan tentang

keuntungan yang dapat diperoleh dari tumbuhan, untuk keperluan sendiri maupun

untuk tujuan komersial; dan 4) Proyek yang bermanfaat untuk memaksimumkan nilai

yang dapat diperoleh masyarakat lokal dari pengetahuan ekologi dan sumber-sumber

ekologi (Martin 1998).

2.2 Kearifan Tradisional Masyarakat

Bangsa Indonesia yang mendiami seluruh pulau-pulau yang tersebar dari

Sabang sampai Merauke terdiri dari suku-suku yang masing-masing mempunyai

kebudayaan dan adat istiadat yang berkembang dan diwariskan secara turun temurun

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kehidupan suku-suku tersbut memiliki

interaksi yang dekat dengan sumberdaya alam dan lingkungannya, serta secara turun

temurun pula mewarisi pola hidup tradisional yang dijalani leluhurnya. Masyarakat

setempat yang hidup secara tradisional tersebut dikenal dengan berbagai istilah,

diantaranya yaitu masyarakat suku (tribal people), orang asli (indigenous people),

penduduk asli (native people) dan masyarakat tradisional (tradisional people)

(Primack et al. 1998 diacu dalam Afrianti 2007).

Masyarakat tradisional telah lama hidup secara berdampingan dengan

sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Di sebagian besar tempat ternyata mereka

tidak melakukan perusakan besar-besaran terhadap sumberdaya alam yang ada di

Page 23: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

5

sekitarnya tersebut. Namun, saat ini masyarakat tradisional sedang dihadapkan pada

perubahan lingkungan secara besar-besaran akibat meningkatnya interaksi

masyarakat dengan dunia luar, sehingga seringkali timbul perbedaan yang mencolok

antara generasi tua dengan generasi muda (Primack et al. 1998 diacu dalam Afrianti

2007).

2.3 Keanekaragaman Tumbuhan yang Dimanfaatkan

Masyarakat tradisional telah lama hidup secara berdampingan dengan

keanekaragaman hayati atau sumberdaya alam yang ada di sekelilingnya. Dalam

sejarah perkembangan manusia, tumbuhan memiliki peranan yang sangat penting

dalam perkembangan budaya masyarakat (Afrianti 2007).

2.3.1 Keanekaragaman habitus tumbuhan yang dimanfaatkan

Tumbuhan yang dimanfaatkan berasal dari beberapa habitus. Habitus

merupakan penampakan luar dan sifat tumbuh suatu tumbuhan. Adapun habitus

berbagai jenis tumbuhan menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut:

1) Pohon: merupakan tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang

yang jelas dan bercabang jauh dari permukaan tanah,

2) Perdu: merupakan tumbuhan berkayu yang tidak terlalu besar dan bercabang

dekat dengan permukaan tanah atau di dalam tanah,

3) Semak: merupakan tumbuhan berkayu yang mengelompok dengan anggota yang

sangat banyak membentuk rumpun, tumbuh pada permukaan tanah dan tingginya

dapat mencapai 1 m,

4) Herba: merupakan tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair,

5) Liana: merupakan tumbuhan berkayu, yang batangnya menjalar/memanjat pada

tumbuhan lain,

6) Epifit: merupakan tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai

tempat hidupnya.

Page 24: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

6

2.3.2 Keanekaragaman pemanfaatan tumbuhan

Purwanto dan Waluyo (1992) mengelompokkan tumbuhan sebagai bahan

sandang, bahan pangan, bahan bangunan, bahan obat tradisional, bahan pewarna,

bahan bangunan, alat pertanian dan alat rumah tangga, bahan kayu bakar, pelengkap

upacara adat dan kegiatan sosial dan lain-lain.

2.3.2.1 Pangan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, tumbuhan pangan adalah segala sesuatu

yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun dan dapat dimakan atau dikonsumsi

oleh manusia (jika dikonsumsi oleh hewan disebut pakan). Contohnya yaitu buah-

buahan, sayuran, kacang-kacangan dan tumbuhan yang mengandung karbohidrat.

Buah-buahan merupakan jenis buah-buahan tahunan yang dapat dimakan baik

dalam keadaan segar maupun yang telah dikeringkan. Buah-buahan mengandung

vitamin dan mineral untuk menyeimbangkan menu makan. Buah-buahan pada

umumnya dikonsumsi mentah karena jika direbus ataupun diolah dengan cara lain

maka kandungan vitaminnya akan hilang (Verheij & Coronel 1997). Jenis buah-

buahan tersebut diantaranya yaitu pisang (Musa paradisiaca L.), mangga (Mangifera

indica L.), rambutan (Nephelim lappaceum L.) dan lain sebagainya.

Sayuran merupakan komoditas tumbuhan yang dikonsumsi sebagai bahan

makanan yang mengandung zat tepung dan digunakan sedikit pada makanan untuk

menyeimbangkan menu makanan serta menambah rasa dan kelezatan makanan. Jenis

sayuran yang biasa dikonsumsi diantaranya yaitu kangkung (Ipomea aquatica Forsk),

jenis-jenis kubis, kol (Brassica oleraceae L.), selada (Lactuca sativa L.), dan

sebagainya. Sayuran yang biasanya digunakan sebagai penambah rasa diantaranya

yaitu bawang merah (Allium cepa L.), bawang putih (Allium sativum L.), daun

bawang (Allium ampeloprasum L.) dan seledri (Apium graveolens L.). Sedangkan

jenis tumbuhan yang fungsi sekundernya sebagai sayuran antara lain pepaya (Carica

papaya L.), jagung muda (Zea mays L.), daun ubi jalar (Ipomea batatas L.) dan daun

singkong (Manihot utillisima Pohl). Sayuran ini biasanya ditanam intensif dalam

kebun dan merupakan tanaman hortikultura (Kartikawati 2004).

Page 25: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

7

Kacang-kacangan merupakan biji kering yang dapat dimakan (edible) dari

polong-polongan. Kacang-kacangan utama yang dapat dimakan termasuk dalam anak

suku Papilonoideae yang merupakan anak suku terbesar dari suku Leguminosae.

Kacang-kacangan sangat bermanfaat sebagai pangan yang kaya akan protein

(Kartikawati 2004).

Tumbuhan sebagai sumber karbohidrat merupakan jenis tumbuhan yang

mengandung zat tepung atau zat gula sebagai cadangan makanan. Karbohidrat

merupakan sumber energi utama dalam makanan yang diperlukan oleh manusia dan

hewan. Beberapa tumbuhan yang merupakan sumber karbohidrat diantaranya yaitu

padi (Oryza sativa Linn), singkong (Manihot utillisima Pohl), ubi jalar (Ipomea

batatas Lamk), sagu (Metroxylon sagu Rottboell) dan lain sebagainya (Kartikawati

2004).

2.3.2.2 Bahan bangunan

Tumbuhan penghasil bahan bangunan oleh masyarakat adat digunakan untuk

membuat atau membangun rumah, tempat berkumpul dan beristirahat serta sarana

peribadatan. Kartikawati (2004) menyebutkan bahwa bahan bangunan utama pada

masyarakat suku Dayak Meratus adalah pohon-pohon di hutan, ada pula rotan dan

bambu. Jenis-jenis yang umum digunakan adalah sengon (Paraserienthes falcataria

(L.) Nielsen), jati (Tectona grandis Linn.), ulin (Eusideroxylon zwageri Teijm &

Binn) dan sebagainya.

2.3.2.3 Kayu bakar

Menurut Sutarno (1996), jenis pohon yang ditujukan untuk pemenuhan kayu

bakar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Beradapatasi pada rentangan kondisi yang luas,

2) Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang

singkat,

3) Tidak merusak tanah dan menjaga kesuburannya,

4) Tahan penyakit dan hama,

Page 26: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

8

5) Pengelolaannya singkat waktunya,

6) Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim yang lain,

7) Pertumbuhan tajuk baik dan siap tumbuh pertunasan yang baru,

8) Memiliki manfaat yang lain yang menguntungkan pertanian,

9) Menghasilkan percabangan dengan diameter yang cukup kecil untuk dipotong

dengan peralatan tangan dan mudah pengangkutannya,

10) Menghasilkan kayu yang mudah dibelah,

11) Kadar air rendah dan relatif cepat dikeringkan,

12) Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar,

13) Tidak memercikkan api dan cukup aman apabila dibakar,

14) Menghasilkan kayu yang padat dan lebih lama dibakar.

2.3.2.4 Obat

Menurut Departemen Kesehatan RI dalam surat Keputusan Menteri

Kesehatan No.149/SK/Menseknes/IV/1978 diacu dalam Kartikawati (2004) definisi

tumbuhan obat adalah tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai

bahan baku obat (prokursor), atau tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan

tersebut digunakan sebagai obat.

Menurut Zuhud (1994), tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat

yang diketahui atau dipercaya memiliki khasiat obat. Tumbuhan obat dikelompokkan

menjadi 3 kelompok yaitu:

1) Tumbuhan obat tradisional yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat

tradisional,

2) Tumbuhan obat modern yaitu spesies tumbuhan yang mengandung

senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan telah dibuktikan secara ilmiah

serta penggunaanya dapat dipertanggungjawabkan secara medis,

Page 27: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

9

3) Tumbuhan obat potensial yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung

senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara

ilmiah dan medis atau dengan kata lain penggunaannya sebagai bahan obat

tradisional sulit ditelusuri.

Tumbuhan obat merupakan salah satu komponen penting dalam obat

tradisional, sehingga perkembangan pemanfaatan tumbuhan obat dapat dilihat dari

perkembangan pemanfaatan obat tradisional. Suku-suku bangsa di Indonesia telah

banyak memanfaatkan tumbuhan obat untuk kepentingan pengobatan tradisional.

Setiap suku bangsa memiliki kearifan tersendiri dalam pengobatan tardisional,

termasuk pengetahuan mengenai tumbuhan yang berkhasiat obat. Hal ini dapat dilihat

dari berbedanya ramuan obat tradisional yang digunakan untuk mengobati penyakit

yang sama (Aliadi & Roemantyo 1994).

Menurut Aliadi dan Roemantyo (1994), berdasarkan intensitas

pemanfaatannya, masyarakat pemanfaat tumbuhan obat dibagi menjadi 3 kelompok,

yaitu :

1) Kelompok masyarakat asli yang hanya menggunakan pengobatan tradisional.

Masyarakat ini umumnya tinggal di pedesaan atau daerah terpencil yang tidak

memiliki sarana dan prasarana kesehatan. Cara pengobatan sangat dipengaruhi

oleh adat dan tradisi setempat,

2) Kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional dalam skala

keluarga. Masyarakat ini umumnya tinggal di daerah pedesaan dengan sarana dan

prasarana kesehatan yang terbatas,

3) Kelompok industriawan obat tradisional.

2.3.2.5 Pakan ternak

Pakan ternak merupakan makanan yang diberikan pada hewan ternak. Pakan

ternak berkaki empat pada umumnya terdiri atas berbagai jenis rumput dan daun-

daunan. Meskipun pada umumnya semua rumput dan daun-daun muda dapat

dimakan oleh ternak, tetapi ada beberapa jenis tertentu yang paling disukai dan tidak

disukai oleh ternak. Rumput yang tidak disukai ternak yaitu rumput yang berdaun

Page 28: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

10

kasar seperti alang-alang, terutama daun tuanya. Pakan ternak tidak sebatas pada

rumput-rumputan saja. Kacang-kacangan juga digunakan sebagai pakan ternak.

Jumlah jenis yang termasuk dalam kelompok ini memang tidak terlalu banyak,

diantaranya yaitu galenggang, gewor ombo dan bayeman (Sastropradja et al. 1983)

2.3.2.6 Aromatik

Tumbuhan aromatik dapat juga disebut sebagai tumbuhan penghasil minyak

atsiri. Tumbuhan penghasil minyak atsiri yaitu tumbuh-tumbuhan yang mengandung

minyak yang memiliki ciri dari bau atau aromanya yang khas. Minyak ini memiliki

sifat mudah menguap (Harris 1994). Fungsi minyak atsiri yang paling utama dan

umum diminati yaitu sebagai pengharum, baik itu dalam bentuk parfum, kosmetik,

pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan

maupun produk rumah tangga lainnya (Kartikawati 2004).

Tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri diantaranya yaitu tumbuhan yang

berasal dari famili Graminae, contohnya akar wangi (Andropogon zizinioides Urban);

Lauraceae, contohnya kulit kayu manis (Cinnamomum burmani Bl); Zingiberaceae,

contonya jahe (Zingiber officinale Rosc); Piperaceae, contohnya sirih (Piper betle

Linn); Santalaceae, contohnya cendana (Santalum album Linn); Anonaceae,

contohnya kenanga (Canangium odoratum Aill) dan sebagainya (Heyne 1987).

2.3.2.7 Bahan Pewarna

Pewarna nabati merupakan bahan pewarna yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan. Menurut Kartikawati (2004), zat warna biasa juga digunakan pada

makanan. Untuk memberi warna kuning pada makanan, yang umum digunakan yaitu

kunyit (Curcuma domestica) sedangkan untuk memberi warna hijau yaitu daun suji

(Pleomele angustifolia).

2.3.2.8 Pestisida nabati

Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari

tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu

Page 29: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

11

tumbuhan. Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik antifertilitas

(pemandul), pembunuh dan bentuk-bentuk lainnya. Secara umum pestisida nabati

diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, bersifat

mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan

relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang (Arafah

2005).

2.3.2.9 Tumbuhan hias

Keanekaragaman jenis tumbuhan hias di Indonesia sangat melimpah.

Tumbuhan hias dapat dijumpai mulai dari bentuk rerumputan dan penutup tanah,

herba daun dan bunga, semak dan perdu yang menggerombol, liana, hingga tanaman

besar dalam bentuk pohon yang menjulang tinggi (Arifin 2005). Tumbuhan hias

merupakan salah satu komoditi hortikultura non pangan yang digolongkan sebagai

hortikultur. Dalam kehidupan sehari-hari, komoditas ini dibudidayakan untuk

dinikmati keindahannya (Arafah 2005).

2.3.2.10 Tali, anyaman dan kerajinan

Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang biasa

digunakan untuk membuat tali, anyaman maupun kerajinan. Jenis tumbuhan yang

digunakan sebagai bahan baku anyaman di suatu daerah bergantung pada jenis

tumbuhan yang hidup di daerah tersebut. Menurut Widjaja et al. (1988), jenis-jenis

tumbuhan yang biasa dipakai sebagai bahan baku anyaman yaitu tumbuh-tumbuhan

dari suku bambu, pinang-pinangan, pandan, teki-tekian dan anggrek.

2.3.2.11 Bahan upacara adat

Beberapa tumbuhan memiliki sifat spiritual, magis dan ritual. Penggunaan

tumbuhan untuk adat dapat berupa bentuk penggunaan dalam berbagai upacara adat.

Di berbagai etnis atau suku, jenis tumbuh-tumbuhan yang dipakai dalam upacara

berbeda-beda menurut pengetahuan masyarakat di daerah tersebut (Kartiwa &

Wahyuno 1992).

Page 30: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

12

Menurut Gennep (1965) diacu dalam Kartiwa dan Wahyuno (1992) upacara

ritual yang dilakukan oleh masyarakat dibedakan atas 3 tujuan pokok, yaitu:

1) Memisahkan (separation), misalnya dalam upacara kematian. Upacara terebut

bertujuan untuk memisahkan orang yang sudah meninggal dari orang-orang yang

masih hidup,

2) Menyatukan (incorporated), misalnya pada upacara perkawinan. Upacara tersebut

bertujuan untuk menyatukan antara pasangan pengantin laki-laki dengan

pengantin perempuan,

3) Tradisi atau peralihan (transition), misalnya pada upacara pasah gigi, khitanan,

nuju bulan, dan lain-lain.

Page 31: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di hutan Lambusango, Kabupaten Buton, Provinsi

Sulawesi Tenggara, selama kurang lebih dua bulan, yaitu pada bulan Agustus hingga

September 2009. Penelitian dilakukan di desa penyangga hutan Lambusango, dengan

mengambil sample tiga desa, yaitu Desa Lambusango, Watumotobe dan Wambulu.

Sumber : Widayati & Carlisle (2007)

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian.

Page 32: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

14

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dokumen/laporan penelitian

yang telah dilakukan oleh instansi terkait, tumbuhan untuk pembuatan herbarium dan

alkohol 70%, sedangkan alat yang digunakan yaitu peta, kamera, kuisioner, tally

sheet, tape recorder, kertas koran, sasak, label gantung dan alat tulis menulis.

Gambar 2 Alat dan bahan.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Jenis data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat

melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder yaitu data

yang berfungsi sebagai penunjang hasil penelitian.

3.3.1.1 Data primer

Data primer diperoleh langsung dari lapangan yang dikumpulkan melalui

wawancara, pengamatan dan pengambilan spesimen. Data primer yang dikumpulkan

meliputi data botani, data pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat dan data jenis

tumbuhan yang diperoleh melalui survey langsung di lapangan, cek silang dengan

herbarium, data spesies tumbuhan hutan Lambusango di Sub Seksi KSDA Sulawesi

Tenggara, ataupun melalui foto.

3.3.1.2 Data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data kondisi umum hutan

Lambusango, data sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar hutan Lambusango

serta literatur mengenai kebijakan pemerintah, terkait dengan pengelolaan,

Page 33: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

15

pemanfaatan dan peran serta masyarakat dalam upaya kegiatan konservasi di hutan

Lambusango yang dilaksanakan oleh pihak pengelola.

3.3.2 Teknik pengumpulan data

Penentuan sampel wilayah penelitian dilakukan secara purposive sampling

yaitu memilih daerah yang berhubungan secara langsung dengan kawasan hutan.

Wawancara dilakukan terhadap masyarakat di sekitar hutan Lambusango dengan

sasaran responden ditentukan secara terpilih (key person). Adapun kriteria responden

yaitu masyarakat yang memiliki pengetahuan serta yang sering memanfaatkan

tumbuhan dalam kesehariannya seperti tokoh adat/kepala kampung, masyarakat yang

memiliki mata pencaharian di dalam kawasan hutan, ibu-ibu rumah tangga dan

sebagainya. Wawancara dilakukan secara semi terstruktur, dengan menggunakan

kuisioner dengan pendalaman pertanyaan sesuai keperluan. Responden pada

penelitian ini berjumlah 49 orang.

Seluruh informasi mengenai spesies tumbuhan dicatat kemudian disurvey di

lapangan, dikumpulkan dan dibuat material herbariumnya serta melakukan cek silang

dengan data spesies tumbuhan hutan Lambusango di Sub Seksi KSDA Sulawesi

Tenggara, ataupun melalui foto. Pembuatan herbarium ditujukan untuk pengkoleksian

spesimen tumbuhan yang terdiri dari bagian-bagian tumbuhan (ranting lengkap

dengan daun, serta bunga dan buahnya jika ada). Herbarium dibuat dengan cara

kering. Adapun tahapan dalam pembuatan herbarium yaitu:

1) Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan daunnya,

serta bunga dan buah jika ada dengan menggunakan gunting daundipotong

dengan panjang ± 40 cm,

2) Contoh herbarium yang telah diambil tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

kertas koran dengan memberikan etiket yang berukuran 3 cm x 5 cm. Etiket berisi

keterangan tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama

pengumpul (kolektor),

3) Selanjutnya herbarium disusun pada sasak yang terbuat dari bambu dan disemprot

dengan alkohol 70% kemudian dijemur di sinar matahari,

Page 34: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

16

4) Herbarium yang sudah kering disimpan untuk diidentifikasi selanjutnya di

Laboratorium Konservasi Tumbuhan Fakultas Kehutanan IPB.

Tahapan kegiatan dan aspek yang dikaji dalam penelitian ini seperti tercantum

pada Tabel 1.

Tabel 1 Tahapan kegiatan dan aspek yang dikaji

Tahapan

Kegiatan Aspek yang Dikaji

Sumber

Data Metode

1. Kajian

literatur

a. Kondisi fisik kawasan (letak,

luas, topografi, geologi, tanah,

iklim dan hidrologi)

b. Kondisi biologi (flora dan

fauna)

c. Kondisi sosial, ekonomi dan

budaya masyarakat

Sub Seksi

KSDA

Sulawesi

Tenggara

Mengkaji berbagai literatur

2. Survey lapang Kajian etnobotani pemanfaatan

tumbuhan oleh masyarakat di

sekitar Hutan Lambusango

Masyarakat

suku Buton

a. Wawancara

b. Pengambilan contoh

c. Dokumentasi

3. Pengolahan

dan analisis

data

Analisis data berdasarkan

pengklasifikasian kelompok

kegunaan, habitus, bagian yang

dimanfaatkan, tingkat kegunaan

tumbuhan dan analisis tindakan

konservasi yang dilakukan oleh

masyarakat

Primer dan

Sekunder

Analisis secara deskriptif

kualitatif

3.4 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan deskriptif untuk

memperoleh informasi mengenai kelompok kegunaan, persentase habitus, persentase

bagian yang dimanfaatkan, asal tumbuhan, tingkat kegunaan dan tindakan konservasi

yang dilakukan oleh masyarakat.

Page 35: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

17

3.4.1 Pengklasifikasian kelompok kegunaan

Tumbuhan memiliki berbagai macam manfaat atau kegunaan. Agar

mempermudah dalam penyajian, maka dilakukan pengelompokkan dengan

menyaring dari tiap-tiap kegunaan masing-masing spesies tumbuhan. Terdapat 11

klasifikasi kelompok kegunaan yaitu sebagai pangan, minuman, bahan bangunan,

kayu bakar, obat, pakan ternak, aromatik, bahan pewarna, tumbuhan hias, tali,

anyaman dan kerajinan serta bahan upacara adat.

3.4.2 Persentase habitus

Persentase habitus merupakan telaah mengenai besarnya persentase suatu

habitus yang digunakan terhadap seluruh habitus yang ada. Habitus tersebut meliputi

pohon, semak, perdu, liana dan herba. Penentuan persentase tersebut yaitu sebagai

berikut:

3.4.3 Persentase bagian yang dimanfaatkan

Persentase bagian tumbuhan yang dimanfaatkan meliputi bagian tumbuhan

yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan paling atas (daun) hingga ke bagian

bawah (akar). Penentuan persentase tersebut yaitu sebagai berikut:

3.4.4 Tingkat kegunaan tumbuhan

Tingkat kegunaan tumbuhan merupakan analisis sederhana, dimana tingkat

kegunaan suatu spesies tumbuhan dihitung berdasarkan pada berapa jumlah kegunaan

yang diperoleh dari suatu spesies tumbuhan.

Page 36: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

18

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah, Letak dan Luas Kawasan

Kawasan hutan Lambusango seluas 28.510 ha yang terletak di Kabupaten

Dati II Buton diperuntukkan sebagai kawasan hutan dengan fungsi suaka alam

berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang telah disahkan oleh

Menteri Pertanian pada tanggal 1 September 1982 dengan SK Nomor

639/KPTS/9/Um/1982.

Secara geografis kawasan ini terletak di antara 05º08’ LS - 05º24’ LS dan

122º47’ BT - 122º57’ BT. Secara administrasi pemerintahan, kawasan hutan

Lambusango termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Kapuntori, Lasalimu dan

Pasarwajo sedangkan secara administratif kehutanan termasuk wilayah RPH

Pasarwajo (BKPH Buton Barat), RPH Lasalimu dan RPH Kapuntori (BKPH Buton

Timur) KPH Buton.

Status kawasan hutan Lambusango masih belum ditetapkan secara pasti

(definitive). Permasalahan yang terjadi di kawasan Lambusango ini diantaranya

adalah belum adanya fasilitas pengelolaan, perburuan, penebangan liar dan

pemungutan hasil hutan bukan kayu, antara lain pengambilan rotan dan madu hutan.

Beberapa kegiatan yang ditujukan untuk pengelolaan kawasan telah

dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan ataupun Pemerintah Daerah, antara lain

penetapan tata batas oleh Sub BIPHUT Kendari, serta pembinaan daerah penyangga

di Desa Lambusango oleh Sub Seksi KSDA Sulawesi Tenggara, berupa pemberian

bibit mangga dan jeruk kepada masyarakat Desa Lambusango pada tahun 1997.

Desa-desa yang berbatasan langsung dengan kawasan adalah Desa Barangka,

Wakalambe, Lambusango, Wakangka, Lawele dan Kapuntori.

4.2 Aksesibilitas

Untuk mencapai hutan Lambusango dapat ditempuh melalui jalan darat dari

Bau-Bau sampai Lambusango dengan jarak ± 30 km, waktu tempuh ± 1 jam. Kondisi

Page 37: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

19

jalan beraspal. Akses lainnya dapat melalui laut dari pelabuhan Bau-Bau menuju

lokasi dengan speed boat atau perahu dalam waktu 2 jam. Penginapan terdekat

berada di Bau-Bau. Izin masuk kawasan dapat diperoleh di kantor Sub Seksi KSDA

Buton di Bau-Bau, atau Sub Balai KSDA Sulawesi Tenggara di Kendari.

4.3 Topografi

Hutan Lambusango berada pada ketinggian 15-780 m dpl. Puncak

tertingginya berada di daerah pegunungan Warumbia. Wilayah hutan ini cenderung

datar, bergelombang hingga berbukit-bukit yang memiliki kisaran rata-rata

kemiringan antara 10º - 30º (20-65%).

4.4 Tanah

Hutan Lambusango merupakan hutan hujan dataran rendah yang kondisi

geologinya didominasi oleh batuan ultra basa dan kapur (limestone). Tanah yang

terbentuk dari batuan ini mengandung magnesium dan mineral ferik. Jenis tanah ini

memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Oleh karena itu, tegakan hutan yang

terbentuk relatif kurang rapat. Penetrasi radiasi matahari dapat masuk sampai ke

lantai hutan sehingga semak dan tumbuhan bawah tumbuh subur. Selain itu, sifat

batuan kapur yang tidak dapat menyimpan air dan mudah terlarutkan oleh air

menyebabkan lahan yang terbentuk dari batuan ini bertopografi bergelombang

dengan cekungan-cekungan yang dalam. Lapisan tanah yang terbentuk dari batuan ini

umumnya tipis. Hal ini dikarenakan lambatnya proses pelapukan batuan dan

tingginya laju erosi. Tanah yang terbentuk dari batuan kapur, selain tipis juga kurang

subur dan bersifat tidak kedap air. Air hujan yang jatuh sebagian besar diteruskan, air

tersebut kemudian mengalir pada rongga-rongga yang terbentuk oleh proses pelarutan

batuan kapur oleh air hujan. Selanjutnya, terkumpul pada gua-gua yang berada di

dalam tanah. Dengan demikian pada wilayah karst terjadi kelangkaan air tanah. Oleh

karena itu tanaman di wilayah ini sering kekurangan air.

Page 38: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

20

4.5 Hidrologi

Beberapa sungai yang membelah kawasan hutan Lambusango relatif kecil dan

tidak terlalu dalam. Rata-rata lebar sungainya kurang dari 5 m dengan kedalaman

kurang dari 2 m, kecuali di bagian timur dan selatan hutan Lambusango. Di bagian ini

terdapat sungai yang cukup besar, dengan lebar sungai pada bagian muara bisa

mencapai 20-30 m. Sungai-sungai tersebut yaitu sungai Minaga one, sungai Kumele

todo dan sungai Winto. Sumber-sumber air pada daerah ini umumnya terdapat pada

wilayah karst. Hal ini dikarenakan air hujan yang jatuh pada daerah berkapur

sebagian besar diteruskan. Air tersebut kemudian mengalir dan disimpan dalam

rongga-rongga dan gua-gua di bawah tanah. Air yang terdapat pada kawasan ini

mengandung zat kapur yang tinggi.

4.6 Iklim

Menurut Klasifikasi Schmidt dan Ferguson, hutan Lambusango termasuk

dalam tipe iklim D dengan curah hujan tahunan rata-rata 1.980 mm. Bulan-bulan

terkering adalah Agustus, September, Oktober dan November. Suhu udara tahunan

berkisar antara 20ºC hingga 34ºC dengan kelembaban relatif tahunan sebesar 80%.

4.7 Potensi Flora dan Fauna

Potensi flora dan fauna hutan Lambusango cukup tinggi. Jenis-jenis tumbuhan

yang ditemukan di dalam kawasan antara lain kayu hitam/eboni (Diospyros celebica),

kayu besi (Metrocideros petiolata), kuma (Palaquium obovatum), wola (Vitex

copassus), bayan (Intsia bijuga), cendana (Santalum album), bangkali

(Anthocephallus macrophyllus), kayu angin (Casuarina rumpiana), sengon

(Paraserianthes falcataria), pohon bigi (Dillenia sp.), rotan (Calamus spp.), palem

baru (Caryota mitis), noko (Daemonorops robusta), wiu (Licula celebica), lanu

(livistona ratundifolia), nipa (Nypa fruticans), sampu (Pinanga sp), paku tiang, paku

sarang burung (Asplenium nidus), pakis (Cyathea sp.) dan berbagai jenis lumut.

Satwaliar yang menempati habitat di dalam kawasan antara lain anoa (Bubalus

depresicornis), monyet buton (Macaca ochreata brunescens), rusa (Cervus

Page 39: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

21

timorensis), kus-kus (Phalanger ursinus), sapi liar (Bos sp), biawak (Varanus

salvator), musang tenggarong (Vivera tungalunga), kadal (Eutropis sp.), king kobra

(Ophiopagus hannah), latubemba (Pit viper), ular cincin mas (Boiga dendrophilla),

ular sanca kembang (Phyton reticulatus), Bufo celebensis, Rachoporus monticola,

berbagai spesies burung, serangga dan lain-lain

4.8 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Sekitar Hutan

Lambusango

4.8.1 Sejarah suku Buton

Penduduk Buton berasal dari Semenanjung Tanah Melayu di Johor yang

datang dengan menggunakan kapal ke pulau tersebut, pada abad ke-13. Pada saat itu

ada empat kelompok yang mendarat di Buton, dua kelompok mendarat di Buton

bagian barat dan dua kelompok lagi mendarat di Buton bagian utara. Dua kelompok

pertama tersebut kemudian mendirikan kampung Wolio. Setelah menjadi kampung

yang cukup besar, warga Buton kemudian mengangkat Ratu pertama mereka yang

bernama Wa Kaa Kaa. Wa Kaa Kaa merupakan seorang wanita yang memiliki

kepribadian dan sifat kepemimpinan yang luhur. Gambar 3 menunjukkan situs

pelantikan Wa Kaa Kaa berupa sebuah lubang yang menjadi tempat kaki ratu ketika

dilakukan pelantikan. Di masyarakat sendiri terdapat cerita rakyat yang mengatakan

bahwa Wa Kaa Kaa merupakan penduduk pertama di Buton dan berasal dari lubang

bambu kuning di dalam kompleks Keraton Buton sekarang (Wijaya 2006).

Gambar 3 Situs pelantikan Wa Kaa Kaa.

Page 40: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

22

Dengan naiknya Wa Kaa Kaa sebagai raja, Kerajaan Buton semakin

berkembang hingga masuknya islam ke Buton pada pertengahan abad ke-16 M.

Selama masa pra Islam, di Buton telah berkuasa enam orang raja, dua di antaranya

perempuan. Perubahan Buton menjadi kesultanan terjadi pada tahun 1542 M (948 H),

bersamaan dengan pelantikan Lakilaponto sebagai Sultan Buton I, dengan gelar

Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis (Dikman 2007).

Pulau Buton dalam sejarahnya merupakan Kota Kerajaan Sultan Wolio yang

memerintah di kawasan Buton dan pulau-pulau sekitarnya seperti Muna, Kabaena,

Wowini dan Kepulauan Tukang Besi (Wakatobi). Terdapat beberapa peninggalan

Kesultanan Buton, diantaranya yaitu Masjid Agung dan Benteng Keraton Buton.

Benteng yang mengelilingi pusat pemerintahan Kesultanan Buton dibangun

pada masa pemerintahan Sultan Buton III, La Sangaji (Sultan Kaimuddin). Benteng

tersebut awalnya hanyalah tumpukan batu yang mengelilingi pusat kerajaan. Selain

berfungsi sebagai pembatas pusat lingkungan keraton, tumpukan batu tersebut

berfungsi sebagai perlindungan dari serangan musuh. Pada masa pemerintahan Sultan

Buton IV, La Elangi (Sultan Dayanu Ikhsanuddin), tumpukan batu tersebut dibangun

menjadi sebuah benteng (Septianto 2007).

Benteng Keraton Buton, selesai dibangun sekitar tahun 1645. Benteng tersebut

dibangun dengan menggunakan batuan kapur yang direkatkan dengan menggunakan

pasir, kapur dan putih telur (Wijaya 2006). Benteng ini memiliki keliling sepanjang

2.740 meter, ketebalan dinding 1 - 2 m dan ketinggian berkisar antara 2 - 8 meter

melindungi area seluas 401.900 m2 (Dikman 2007). Benteng ini memiliki 12 pintu

(lawa) yang diberi nama sesuai dengan nama atau gelar pengawas pintu-pintu

tersebut, antara lain Lawana Rakia, Lawana Lanto, Lawana Labunta, Lawana

Kampebuni, Lawana Wabarobo, Lawana Dete, Lawana Kalau, Lawana Bajo/Bariya,

Lawana Burukene/Tanailandu, Lawana Melai/Baau, Lawana Lantongau, dan Lawana

Gundu-gundu, yang berfungsi sebagai penghubung keraton dengan kampung-

kampung di sekitarnya. Gambar 4 menunjukkan salah satu bagian dari Benteng

Keraton Buton.

Page 41: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

23

Gambar 4 Benteng Keraton Buton

Masjid Agung Keraton Buton dibangun pada tahun 1712 oleh Sultan Buton

XIX Langkariyiy yang bergelar Sultan Zaikuddin Darul Alam. Gaya arsitektur

bangunan Masjid Agung Keraton Buton sangat sederhana. Bangunan masjid tersebut

memiliki ukuran 20,6x19,4 m2 berbentuk persegi empat yang mengerucut dan terdiri

dari dua lantai. Lantai satu sebagai ruang shalat, sedangkan lantai dua berfungsi

sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan. Sama halnya dengan benteng,

fondasi dan dinding masjid terbuat dari batuan kapur yang direkatkan dengan

menggunakan pasir, kapur dan putih telur. Sejak didirikan, fondasi dan dinding

bangunan tersebut belum pernah diganti (Wijaya 2006).

Gambar 5 Masjid Agung Keraton Buton

4.8.2 Rumah adat

Rumah adat suku Buton atau yang biasa disebut Bhanua Wolio, memiliki nama

yang berbeda menurut status penghuni dalam status sosial kemasyarakatan. Rumah

adat Buton tersebut terbagi menjadi tiga yaitu: Kamali atau Istana Malige yang

Page 42: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

24

merupakan tempat tinggal Sultan, rumah pejabat kesultanan dan rumah masyarakat

umum (Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara 2009).

Pada dasarnya, Istana Malige/Kamali dan rumah masyarakat biasa di Buton

sama, sebab berasal dari satu konstruksi yang sama yang disebut bhanua tada. Di

katakan Kamali jika bangunan tersebut dihuni oleh pejabat kerajaan/kesultanan,

dengan menambahkan tiang penyangga di setiap sisi bangunan, berfungsi konstruksi

yang disebut kambero (kipas), lengkaplah di sebut Kamali karena di sebut bhanua

tada kambero, inilah yang membedakannya dengan rumah masyarakat biasa yang

cukup disebut dengan bhanua tada.

Satu hal yang menarik pada rumah adat Buton yaitu peninggian lantai rumah

yang berbeda-beda dan bangunan berdiri di atas tiang-tiang yang menumpu pada

pondasi batu alam (sandi) yang tidak di tanam, hanya di letakkan begitu saja tanpa

perekat. Khusus untuk Kamali, dalam pembangunannya tidak menggunakan besi

ataupun paku (Ahmadi 2009).

Terdapat beberapa simbol pada dekorasi Kamali yang merupakan hiasan

berbentuk flora dan fauna. Menurut Ahmadi (2009) simbol tersebut masing-masing

memiliki makna tertentu, diantaranya yaitu:

1. Nenas merupakan simbol kesejahteraan yang ditumbuhkan dari rakyat. Secara

umum simbol ini menyiratkan bahwa masyarakat Buton agar mempunyai sifat

seperti nenas, yang walaupun penuh duri dan berkulit tebal tetapi rasanya manis,

2. Ake merupakan hiasan yang bentuknya seperti daun. Ake dimaksudkan sebagai

wujud kesempurnaan dan lambang bersatunya antara Sultan (manusia) dengan

Khalik (Tuhan),

3. Kamba/kembang yang berbentuk kelopak teratai melambangkan kesucian,

4. Terdapatnya Naga pada bumbungan Atap, melambangkan kekuasaan, dan

pemerintahan. Naga adalah binatang mitos yang berada di langit, bukan muncul

dari dalam bumi.

Page 43: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

25

Gambar 6 Istana Malige / Kamali

4.8.3 Upacara adat

4.8.3.1 Pesta panen

Pesta panen merupakan suatu acara tradisional sebagai ungkapan rasa syukur

kepada Allah SWT karena panen berhasil. Pesta panen biasanya diadakan setiap satu

tahun sekali, biasanya pada bulan Oktober-November. Pada saat pesta panen,

masyarakat berkumpul di balai desa dengan membawa makanan-makanan hasil dari

panen mereka serta berbagai hasil laut lainnya. Makanan yang dibawa berupa nasi

bambu, kasuami, kambewe, beserta lauknya (ikan, cumi-cumi, udang, dll), pisang

goreng, tuli-tuli. Makanan-makanan tersebut ditata di atas talang.

4.8.3.2 Dhole-dhole

Dhole-dhole merupakan upacara adat yang ditujukan untuk anak-anak dengan usia di

bawah 10 tahun. Inti dari prosesi upacara ini sesuai dengan asal katanya, dhole-dhole

(guling-guling) yaitu anak tersebut diguling-gulingkan di atas daun pisang yang

sudah dilumuri dengan minyak dan diasapi dengan asap kemenyan dan ikan bakar.

Dhole-dhole harus dilakukan sebelum anak tersebut disunat. Tradisi ini bertujuan

agar anak tersebut dijauhkan dari segala macam penyakit. Sedangkan menurut

filosofinya, upacara adat dhole-dhole dimaksudkan agar anak tersebut kelak tahan

Page 44: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

26

terhadap cobaan hidup yang akan dilaluinya, karena ketika didhole-dhole di atas daun

pisang itu diibaratkan sebagai rintangan dan cobaan hidup.

Gambar 7 Upacara adat dhole-dhole.

4.8.3.3 Kande-kandea

Kande-kandea adalah suatu acara tradisional warisan leluhur suku Buton yang

lahir dan bermula sebagai nazar/syukuran dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat,

khususnya bagi para remaja putri yang zaman dahulu hidup dalam keterikatan adat

pergaulan yang tertutup serta didewasakan dengan sopan santun adat yang ketat.

Dalam tradisi unik ini, disajikan beraneka penganan kecil tradisional yang diletakkan

di atas sebuah talam besar yang terbuat dari kuningan dan ditutup dengan tudung saji

(bosara). Tamu-tamu yang hadir mengawali acara makan bersama dengan disuapi

penganan oleh remaja-remaja putri yang berpakaian adat dan duduk bersimpuh di

sebelah talam. Seringkali, acara ini merupakan ajang promosi remaja-remaja putri

untuk mendapatkan jodoh. Selain itu, acara ini merupakan arena kebersamaan rakyat

untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan dalam hukum adat dan membina

hubungan silaturahmi yang penuh keakraban. Tradisi ini merupakan permainan

rakyat yang diatur dengan adat serta tata krama dan sopan santun tertentu yang

hingga kini masih eksis dalam kehidupan masyarakat suku Buton (Wahana Budaya

Indonesia 2009).

Page 45: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

27

Gambar 8 Upacara adat kande-kandea.

4.8.3.4 Posuo

Dalam adat suku Buton, setiap anak perempuan yang akan memasuki usia

remaja diwajibkan menjalani tradisi pingitan (posuo) selama delapan hari delapan

malam. Tradisi ini bertujuan untuk membekali anak-anak perempuan dengan nilai-

nilai etika, moral dan spritual, baik statusnya seorang anak, ibu, istri maupun sebagai

anggota masyarakat. Sesuai proses pingitan, diadakan selamatan dengan mengundang

sanak keluarga, kerabat dan handai taulan. Dalam prosesi selamatan ini digelar Tari

Kalegoa yang menggambarkan suka duka gadis-gadis Buton dalam menjalani tradisi

pingitan tersebut. Hingga kini tradisi pusuo ini masih tetap hidup dan lestari sejalan

dengan kehidupan masyarakat suku Buton (Wahana Budaya Indonesia 2009).

4.8.4 Kependudukan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS 2004) Kabupaten Buton

memiliki pertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat. Penduduk Kabupaten

Buton menurut hasil sensus penduduk tahun 2000 berjumlah 240.958 jiwa, dimana

penduduk laki-laki berjumlah 118.894 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah

122.064 jiwa. Pada tahun 2004, jumlah penduduk Kabupaten Buton mencapai

265.724 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 132.271 jiwa dan

penduduk perempuan sebanyak 133.453 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar

3,33 persen.

Secara administratif, hutan Lambusango berada di enam kecamatan yaitu

Kecamatan Kapuntori, Lasalimu, Lasalimu Selatan, Siontapina, Wolowa dan

Page 46: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

28

Pasarwajo. Tetapi, hutan Lambusango itu sendiri lebih cenderung diidentikkan

dengan Kecamatan Kapuntori, hal ini dikarenakan banyaknya desa pada kecamatan

ini yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan Lambusango.

Masyarakat sekitar hutan Lambusango merupakan suku Buton yang terbagi

dalam beberapa sub etnis di dalamnya. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat

dalam kehidupan sehari-hari yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Buton dengan

berbagai sub bahasa dan dialek yang berbeda-beda. Mayoritas penduduk di sekitar

hutan Lambusango beragama islam.

4.8.5 Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan media penunjang bagi pembangunan suatu

daerah yang sekaligus menjadi media penghubung antara masyarakat dan pemerintah.

Kondisi sarana dan prasarana biasanya menunjukkan kualitas pelayanan yang

diberikan dan akselerasi pembangunan daerah tersebut (Inama 2009). Adapun

beberapa sarana dan prasarana yang sudah ada di lokasi penelitian sebagai berikut :

jalan kabupaten, tempat ibadah, puskesmas, sekolah (SD, SMP, SMA), PLN, kantor

pemerintahan (Kantor desa/lurah dan Kantor kecamatan), Balai desa, lapangan.

4.8.6 Mata pencaharian

Sebagian besar masyarakat di lokasi penelitian bermata pencaharian sebagai

nelayan dan petani, yaitu sekitar 90%. Hanya sedikit saja masyarakat yang bergerak

di bidang jasa. Hal ini dikarenakan kondisi alam yang mendukung kedua profesi

tersebut.

4.8.7 Penggunaan lahan

Pada umumnya masyarakat desa di lokasi penelitian memiliki pekarangan di

sekitar rumah dan lahan pertanian atau kebun. Jenis tanaman yang biasa ditanam di

pekarangan terdiri dari tiga jenis tanaman, yaitu tanaman jangka pendek, jangka

panjang dan tanaman pagar/pelindung. Untuk tanaman jangka pendek biasanya

berupa buah-buahan seperti asam, belimbing, jambu air, buah malaka, mangga,

Page 47: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

29

nanas, nangka, salak dan sirsak. Tanaman jangka panjang diantaranya yaitu jati,

jambu mente, cokelat, kelapa, ketapang dan kopi. Selain itu, terdapat pula jenis

tanaman pagar seperti kelor dan gamal.

Pada lahan pertanian jenis tanaman yang biasa ditanam, hanya terdiri dari dua

jenis tanaman yaitu tanaman jangka pendek dan tanaman jangka panjang. Jenis

tanaman jangka pendek biasanya berupa buah-buahan yang tidak jauh berbeda seperti

yang ditanam di pekarangan, tanaman palawija (jagung, kacang tanah, dll), sayuran

(bayam, lombok, terong dan tomat). Tanaman jangka panjang diantaranya yaitu jati,

cendana, jambu mente, cokelat, kelapa, kemiri, kopi, wola, dll.

Page 48: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

30

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pemanfaatan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara dengan masyarakat,

menunjukkan bahwa di kawasan hutan Lambusango ditemukan jumlah spesies

tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebanyak 169 spesies dari 66

famili (Lampiran 2). Spesies-spesies tersebut selain merupakan hasil budidaya oleh

masyarakat, ada pula yang berasal dari dalam kawasan hutan Lambusango serta

tumbuhan yang hidup liar di pinggir jalan.

5.1.1 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan familinya

Jumlah famili yang digunakan sebagai tumbuhan berguna yaitu 66 famili.

Jumlah famili yang paling banyak digunakan yaitu dari famili Fabaceae sebanyak 13

spesies. Famili kedua yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu Euphorbiaceae

sebanyak 10 spesies. sedangkan famili lainnya terdiri dari 1 hingga 9 spesies

(Lampiran 1). Hal tersebut menunjukkan bahwa famili Fabaceae memiliki

keanekaragaman spesies tertinggi yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar

hutan Lambusango dibandingkan dengan famili lainnya. Fabaceae banyak digunakan

oleh masyarakat karena tumbuhan ini banyak ditemukan dan dimanfaatkan

masyarakat. Hal ini dikarenakan sifat tumbuh Fabaceae yang mudah beradaptasi

dengan lingkungan sekitar sehingga anggota famili tersebut banyak dijumpai di

berbagai wilayah, demikian pula halnya di lokasi penelitian. Gambar 9 menyajikan

daftar 20 peringkat teratas famili yang memiliki jumlah spesies terbanyak digunakan

oleh masyarakat. Untuk 46 famili lainnya hanya terdiri dari 1-2 spesies.

Page 49: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

31

Gambar 9 Hubungan famili dengan jumlah spesies tumbuhan berguna di hutan

Lambusango.

5.1.2 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitusnya

Klasifikasi tumbuhan berguna menurut habitusnya dapat dibagi menjadi 6

habitus yaitu habitus epifit, liana, herba, semak, perdu dan pohon. Jumlah spesies

tertinggi terdapat pada kelompok habitus pohon sebesar 40% (68 spesies), sedangkan

jumlah spesies terendah terdapat pada habitus epifit sebesar 1% (1 spesies) (Gambar

10). Habitus pohon banyak digunakan oleh masyarakat dikarenakan pohon

merupakan tumbuhan berumur panjang yang selalu tersedia sepanjang tahun, banyak

berada di lingkungan sekitar masyarakat baik itu sengaja dibudidayakan maupun

tumbuh secara liar di alam dan relatif aman untuk digunakan. Habitus kedua

terbanyak digunakan yaitu herba. Herba yang digunakan pada umumnya merupakan

tumbuhan yang sengaja dibudidayakan di halaman atau pekarangan rumah.

Page 50: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

32

Gambar 10 Persentase jumlah spesies tumbuhan berdasarkan kelompok habitusnya.

5.1.3 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan bagian yang

dimanfaatkan

Berdasarkan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan maka dikelompokkan

menjadi 10 kelompok bagian tumbuhan. Bagian tumbuhan yang paling banyak

digunakan yaitu daun sebanyak 63 spesies (30,77%) dan yang paling sedikit yaitu

akar sebanyak 3 spesies (1,44%) (Gambar 11). Hal ini menunjukkan bahwa

pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat dilakukan secara lestari. Karena pada

umumnya pengambilan tumbuhan tersebut tidak memberikan dampak/pengaruh yang

besar pada tumbuhan tersebut.

Gambar 11 Jumlah spesies tumbuhan berdasarkan bagian yang digunakan.

Page 51: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

33

5.1.4 Asal tumbuhan

Asal tumbuhan yang digunakan oleh suku Buton dapat dikategorikan menjadi

dua yaitu tumbuhan budidaya dan non-budidaya. Tumbuhan budidaya yaitu

tumbuhan yang sengaja ditanam oleh masyarakat di kebun dan pekarangan,

sedangkan tumbuhan non-budidaya yaitu tumbuhan yang berasal dari hutan dan

tumbuhan liar di sekitar rumah, di pinggir jalan atau sungai dan di tepi laut. Gambar

12 menyajikan persentase asal tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat sekitar

hutan Lambusango.

Gambar 12 Persentase jumlah spesies tumbuhan berdasarkan asalnya.

Berdasarkan Gambar 12, tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat merupakan tumbuhan yang telah dibudidayakan sebesar 63% (106

spesies), dengan rincian 72 spesies berasal dari pekarangan, 22 spesies berasal dari

kebun dan 12 spesies berasal dari keduanya. Tumbuhan non-budidaya sebesar 37%

(63 spesies), dengan rincian 46 spesies berasal dari hutan, 10 spesies merupakan

tumbuhan liar dan 7 spesies gabungan keduanya.

Dari data tersebut menunjukkan tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat

sebagian besar berasal dari pekarangan. Pekarangan merupakan lahan di sekitar

rumah yang ditanami bermacam-macam tanaman baik jenis, umur, stratifikasi tajuk,

maupun fungsinya. Walaupun fungsi ekonomi pekarangan tidak dapat disejajarkan

dengan kebun atau sawah, namun keberadaan pekarangan memberi arti tersendiri

bagi kehidupan masyarakat. Sebab selain digunakan untuk membantu memenuhi

Page 52: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

34

kebutuhan pangan sehari-hari, pekarangan juga memiliki nilai estetis, sosial budaya

dan psikologis. Pekarangan masyarakat biasanya terdiri dari kelapa (Cocos nucifera),

ketapang (Terminalia catappa), mangga (Mangifera indica), pepaya (Carica

papaya), pisang (Musa paradisiaca), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), ubi

jalar (Ipomea batatas) dan sebagainya. Tampak bahwa komposisi lahan pekarangan

terdiri dari tanaman dengan tajuk yang berlapis, mulai dari tanaman bertajuk tinggi

hingga tanaman menjalar. Struktur ini menguntungkan dari segi ekologis karena tajuk

yang berlapis dapat dengan efektif melindungi tanah dari erosi.

5.2 Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Berguna

Berdasarkan pada kelompok kegunaannya, spesies-spesies yang dimanfaatkan

oleh masyarakat sekitar hutan Lambusango dapat dikelompokkan ke dalam 11

kelompok kegunaan meliputi pangan, minuman, bahan bangunan, kayu bakar, obat,

pakan ternak, aromatik, pewarna, tumbuhan hias, tali, anyaman dan kerajinan, serta

untuk keperluan upacara adat. Jumlah spesies tertinggi terdapat pada kelompok

kegunan tumbuhan obat sebesar 83 spesies dan terendah pada kelompok kegunaan

tumbuhan pewarna sebanyak 8 spesies. Selain itu, dapat juga dilihat jumlah lain yang

banyak digunakan oleh masyarakat yaitu tumbuhan pangan sebesar 80 spesies,

tanaman hias 55 spesies dan untuk upacara adat sebesar 41 spesies. Jumlah

keseluruhan tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat di sekitar hutan Lambusango

yaitu sebanyak 169 spesies. Dalam pengelompokannya, satu spesies tumbuhan dapat

terdiri dari beberapa kelompok kegunaan, sebagai contoh pisang (Musa paradisiaca

L.) merupakan bahan pangan, tumbuhan obat, juga digunakan untuk upacara adat.

Ragam pemanfaatan tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaan secara rinci dapat

dilihat pada Gambar 13.

Page 53: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

35

Gambar 13 Jumlah spesies tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaannya.

5.2.1 Pangan

Pangan merupakan kebutuhan primer manusia yang sangat mempengaruhi

keberlangsungan hidup manusia. Berbagai macam tumbuhan sering dimanfaatkan

manusia sebagai bahan pangan, baik karena nilai kandungan yang terdapat di

dalamnya, rasa, budaya maupun karena kemudahan dalam memperolehnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tumbuhan pangan adalah segala

sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun dan dapat dimakan atau

dikonsumsi oleh manusia. Contohnya yaitu buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan

dan tumbuhan yang mengandung sumber karbohidrat.

Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan meliputi bahan pangan pokok,

buah dan sayur serta bumbu dapur dan rempah. Berdasarkan wawancara dengan

masyarakat, diperoleh 80 spesies tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pangan.

Tanaman bahan pangan tersebut sebagian besar merupakan jenis yang telah sengaja

ditanam di sawah, kebun atau pekarangan. Sedangkan selebihnya merupakan tanaman

Page 54: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

36

yang tumbuh di hutan dan liar di pinggir jalan, terutama buah-buahan. Tabel 2

menyajikan spesies tumbuhan yang sering digunakan sebagai bahan pangan.

Tabel 2 Tumbuhan yang sering digunakan sebagai bahan pangan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

Makanan Pokok (Sumber Karbohidrat)

1 Padi Oryza sativa Poaceae

2 Jagung Zea mays Poaceae

3 Ubi kayu Manihot esculenta Euphorbiaceae

Buah dan Sayur

4 Kangkung Ipomea aquatic Convolvulaceae

5 Kelor Moringa oleifera Moringaceae

6 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae

7 Pepaya Carica papaya Cariccaceae

8 Pisang Musa paradisiaca Musaceae

Bumbu dapur dan Rempah

9 Asam Tamarindus indica Fabaceae

10 Merica Piper ningrum Piperaceae

Bahan makanan pokok masyarakat desa penyangga hutan Lambusango yaitu

padi (Oryza sativa) (Gambar 14). Dulunya makanan pokok masyarakat yaitu jagung

dan ubi kayu, yang diolah menjadi berbagai jenis masakan diantaranya yaitu kapusu,

kambuse, kambewe dan kasuami. Seiring perkembangan waktu, terutama pada waktu

swasembada beras yaitu sekitar tahun 1980 makanan pokok masyarakat mulai beralih

ke beras. Saat ini, makanan yang berasal dari jagung dan ubi kayu hanya dijadikan

makanan selingan saja.

Gambar 14 Lahan yang digunakan oleh masyarakat untuk pertanian dan perkebunan.

Page 55: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

37

Dalam penyajian makanan, masyarakat suku Buton memiliki keanekaragaman

jenis olahan makanan (menu). Sebagai contoh jagung diolah menjadi kapusu,

kambuse dan kambewe, sedangkan ubi kayu diolah menjadi tepung kaopi yang dapat

dibuat berbagai jenis makanan seperti kasuami, epu-epu dan tuli-tuli. Demikian juga

berbagai macam sayur, disajikan dalam berbagai bentuk masakan, misalnya tumis

kangkung, parende kelor, parende bayam, sayur labu dan sebagainya. Sedangkan

buah-buahan umumnya hanya sebagai pelengkap saja dan disajikan dalam acara-

acara tertentu. Berikut salah satu jenis makanan yang barasal dari ubi kayu (Gambar

15).

Gambar 15 Makanan khas suku Buton yaitu kaopi dan kasuami.

Tumbuhan yang dijadikan sebagai bahan pangan oleh masyarakat bukan

hanya tumbuhan yang dibudidayakan, melainkan juga tumbuhan yang hidup liar di

hutan. Salah satu jenis tumbuhan liar yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu

ondo (Dioscorea hispida). Masyarakat mengkonsumsi ondo pada saat-saat tertentu

saja. Ondo termasuk kategori tumbuhan beracun, tetapi masyarakat memiliki cara

agar aman mengkonsumsi ondo tersebut. Adapun cara pengolahannya yaitu ondo

tersebut dibelah menjadi 2 bagian dengan komposisi yang sama, kemudian direndam

di laut selama 1 hari 1 malam, setelah itu ondo telah siap untuk dikonsumsi.

5.2.2 Minuman

Tumbuhan yang biasa digunakan sebagai penghasil minuman oleh masyarakat

sekitar hutan Lambusango ada 12 spesies. Bagian dari tumbuhan yang sering

Page 56: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

38

dikonsumsi sebagai minuman adalah bagian buahnya. Diantara spesies yang paling

umum digunakan sebagai penghasil minuman yaitu kelapa (Cocos nucifera) dan enau

(Arenga pinnata) yang telah difermentasi menjadi konau yang merupakan minuman

keras dan memabukkan. Tapi untuk saat ini, konau telah sangat jarang digunakan

oleh masyarakat karena adanya larangan adat dan juga larangan oleh pemerintah.

Adapun minuman khasnya yaitu saraba yang merupakan campuran antara jahe,

santan, gula merah dan susu. Tabel 3 menyajikan tumbuhan yang digunakan oleh

masyarakat sebagai bahan minuman.

Tabel 3 Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan minuman

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang Digunakan

1 Asam Tamarindus indica Fabaceae Buah

2 Enau Arenga pinnata Arecaceae Buah

3 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Rimpang

4 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Rutaceae Buah

5 Jeruk purut Citrus hystrix Rutaceae Buah

6 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Buah

7 Kencur Kaempferia galangal Zingiberaceae Rimpang

8 Kopi Coffea arabica Rubiaceae Biji

9 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Rimpang

10 Lengkuas Alpinia galanga Zingiberaceae Rimpang

11 Sirih Piper betle Piperaceae Daun

12 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Zingiberaceae Rimpang

5.2.3 Bahan bangunan

Rumah atau papan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia selain

pangan dan pakaian. Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat berlindung.

Kayu dan bagian lain dari tumbuhan banyak yang berguna untuk dijadikan sebagai

bahan bangunan. Biasanya kayu digunakan untuk tiang, rangka atap, rangka lantai

dan daun pintu, namun bagian lain tumbuhan seperti daun juga dapat dijadikan

sebagai atap rumah. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa masyarakat

memanfaatkan 37 spesies tumbuhan untuk dijadikan sebagai bahan bangunan.

Beberapa spesies tumbuhan yang sering digunakan sebagai bahan bangunan seperti

tercantum pada Tabel 4.

Page 57: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

39

Tabel 4 Tumbuhan yang sering digunakan sebagai bahan bangunan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kegunaan

1 Jati Tectona grandis Verbenaceae Tiang, dinding, lantai

2 Wola Vitex cofassus Verbenaceae Tiang, dinding, lantai

3 Cendana Santalum album Santalaceae Tiang, dinding, lantai

4 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Tambahan penyangga lantai

5 Bambu Bambusa sp. Poaceae Dinding, lantai dapur

6 Bakau Rhizophora sp. Rhizophoraceae Tiang, dinding

7 Lapi Macaranga tanarius Euphorbiaceae Tiang, dinding

8 Welalo Archidendron fagifolium Fabaceae Tiang, dinding

9 Nipah Nypa fruticans Arecaceae Atap

10 Alang-alang Imperata cylindrica Poaceae Atap

Kayu yang paling disukai untuk dijadikan sebagai bahan bangunan yaitu jati

(Tectona grandis) dan wola (Vitex coffasus) karena kuat dan awet. Sedangkan untuk

spesies lainnya yang merupakan kayu kelas dua, biasanya digunakan sebagai bahan

bangunan rumah kebun, tempat beristirahat dan lain-lain. Terdapat pula beberapa

rumah yang dindingnya masih menggunakan jelajah yang merupakan anyaman dari

bambu dan atap yang berasal dari daun nipah dan alang-alang. Meskipun hal tersebut

sudah jarang dijumpai, dikarenakan saat ini hampir semua masyarakat memiliki atap

rumah yang terbuat dari seng. Seng banyak digunakan oleh masyarakat karena

masyarakat menganggap penggunaan seng lebih praktis. Penggunaan atap yang

berasal dari daun nipah dan alang-alang biasanya hanya sebatas untuk di rumah

kebun (Gambar 16).

Gambar 16 Rumah penduduk

Page 58: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

40

5.2.4 Kayu bakar

Kayu bakar merupakan sumberdaya yang penting bagi masyarakat yang tidak

memiliki sumber energi lain seperti listrik, minyak tanah atau gas. Kayu bakar dapat

diperoleh dengan mudah dan tidak memerlukan biaya yang mahal atau bahkan tidak

memerlukan biaya apapun. Masyarakat di sekitar hutan Lambusango masih

menggunakan kayu bakar untuk memasak, meskipun mereka juga ada yang sudah

memiliki kompor. Hal ini dikarenakan sumber energi dari kayu bakar hemat dan

mudah didapatkan. Pada umumnya masyarakat menggunakan tumbuhan apapun

untuk dijadikan sebagai kayu bakar, yang penting kering dan dapat terbakar.

Masyarakat mendapatkan kayu bakar biasanya dengan cara menebang langsung

kemudian membelah-belahnya atau mengumpulkan dahan dan ranting yang telah

berjatuhan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh 36 spesies tumbuhan yang

digunakan sebagai kayu bakar. Tabel 5 menyajikan tumbuhan yang sering digunakan

oleh masyarakat sebagai kayu bakar.

Tabel 5 Tumbuhan yang sering digunakan sebagai kayu bakar

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang Digunakan

1 Bakau Rhizophora sp. Rhizophoraceae Batang, ranting

2 Bambu Bambusa sp. Poaceae Batang

3 Bambu buluh Bambusa atra Poaceae Batang

4 Gamal Glyricida sepium Fabaceae Batang

5 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Batang

6 Jati Tectona grandis Verbenaceae Batang

7 Wola Vitex cofassus Verbenaceae Batang

8 Ketapang Terminalia catappa Combretaceae Batang, ranting

9 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae Batang, ranting

10 Asam Tamarindus indica Fabaceae Batang, ranting

Jenis yang paling sering digunakan yaitu bakau (Rhizophora sp.). Pemukiman

masyarakat berada di daerah pesisir, dimana di beberapa kawasan terdapat areal hutan

mangrove dengan spesies yang mendominasi yaitu bakau. Sehingga bakau relatif

lebih mudah diperoleh. Kayu bakau yang diambil pada umumnya berasal dari pohon

Page 59: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

41

bakau yang sudah tua ataupun sudah mati. Gambar 17 menyajikan kayu bakar yang

digunakan serta kondisi dapur masyarakat.

Gambar 17 Kayu bakar yang digunakan oleh masyarakat.

5.2.5 Obat

Diantara 169 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat, terdapat

83 spesies yang mempunyai khasiat sebagai obat (Lampiran 7). Spesies-spesies

tumbuhan tersebut bukan hanya spesies yang berasal dari hutan saja, melainkan

sebagian besar yang digunakan oleh masyarakat merupakan hasil budidaya di

pekarangan rumah.

Spesies-spesies tersebut mempunyai manfaat yang banyak bagi kesehatan

manusia. Umumnya setiap spesies mempunyai kegunaan menyembuhkan lebih dari

satu penyakit dan kelompok penyakit atau penggunaan, namun ada pula spesies yang

berkhasiat hanya untuk satu kelompok penyakit atau penggunaan (Lampiran 7).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tumbuhan untuk digunakan

sebagai obat yaitu, bagian tumbuhan, cara pemanenan, cara pengolahan dan aturan

pemakaian (dosis). Bagian dari tiap tumbuhan mempunyai peranan masing-masing

dalam menyembuhkan penyakit, ada spesies tertentu yang seluruh bagiannya dapat

digunakan, ada juga yang hanya bagian tertentu yang berpengaruh menyembuhkan.

Berikut beberapa spesies tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat

(Tabel 6).

Page 60: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

42

Tabel 6 Tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kegunaan Bagian yang

Digunakan

1 Damar Canarium aspersum Burseraceae Muntah darah Kulit batang

2 Engkuni Arcangelisia flava Menispermaceae Sarampa, demam,

sakit pinggang

Kulit batang

3 Kambahu Planchonia valida Lecythidaceae Paru-paru basah Batang

4 Konduru Sechium edule Cucurbitaceae Thypus Buah muda

5 Ntanga-ntanga Jatropha curcas Euphorbiaceae Demam, sariawan Daun

6 Pepaya Carica papaya Caricaceae Malaria Daun, bunga

7 Samburoto Andrographis

paniculata

Acanthaceae Demam,malaria,

batuk

Daun

8 Sirih Piper betle Piperaceae Penyakit dalam,

muntah darah, mata,

gigi, batuk, keputihan

Daun

9 Tekulo Kleinhovia hospita Sterculiaceae Lever Daun

10 Welalo Archidendron

fagifolium

Fabaceae Paru-paru basah Daun

Pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan obat selain diperoleh dari

pengetahuan turun temurun juga merupakan hasil pembelajaran sendiri oleh

masyarakat serta adanya penyuluhan instansi-instansi terkait diantaranya Dinas

Kesehatan mengenai Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA). Dari hasil penelitian

didapatkan bahwa pada umumnya tumbuhan obat digunakan untuk mengobati

demam dan penyakit saluran pencernaan. Hal ini dikarenakan kedua jenis penyakit

tersebut merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Gambar 18

merupakan contoh tumbuhan yang sering digunakan untuk mengobati demam.

Gambar 18 Samburoto dan Ntanga-ntanga.

Page 61: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

43

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, selain demam dan penyakit saluran

pencernaan, masyarakat juga banyak yang menderita sakit ginjal. Hal ini dikarenakan

air pada kawasan ini banyak mengandung zat kapur. Meskipun air tersebut telah

dimasak, tetapi masih ada zat kapur yang tertinggal dalam air minum tersebut. Oleh

karena itu perlu dikembangkan beberapa spesies tumbuhan obat yang berfungsi untuk

mengobati penyakit ginjal. Spesies tersebut diutamakan spesies yang telah ada di

kawasan tersebut. Spesies yang berkhasiat mengobati penyakit ginjal diantaranya

yaitu kumis kucing, cocor bebek, jagung dan pecah beling.

Menurut Dalimartha (2003), cara penggunaan kumis kucing sebagai obat

ginjal yaitu herba kumis kucing tersebut direbus dengan dosis, untuk herba kering

sebanyak 30-60 gram sedangkan untuk herba segar yaitu sebanyak 90-120 gram, lalu

diminum air rebusannya. Herba kumis kucing yang kering ataupun yang segar juga

bisa diseduh lalu diminum seperti teh.

Menurut Utami (2008), untuk mengobati radang ginjal akut yaitu dengan

menggunakan daun cocor bebek sebanyak 60 gram, yang direbus dengan 3 gelas air

hingga tersisa 1 gelas. Sedangkan untuk mengobati batu ginjal yaitu dengan

menggunakan 4 tongkol jagung muda, 1 genggam rambut jagung, 8 helai daun keji

beling yang dihaluskan lalu ditambahkan 100 ml air matang. Minum 1 kali sehari

selama 14 hari. Setelah batu ginjal keluar, baik berupa kerikil, butiran maupun buih,

pengobatan dihentikan serta diteruskan dengan meminum jamu kumis kucing dan

meniran.

Spesies-spesies tersebut di atas merupakan tumbuhan yang terdapat di kebun

atau pekarangan masyarakat sehingga mudah dalam memperolehnya. Tetapi tidak

tertutup kemungkinan untuk peluang dikembangkannya spesies-spesies potensial

tersebut dalam bentuk simplisia ataupun dalam bentuk olahan obat herbal yang lebih

praktis dan modern.

Apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di sekitar Taman

Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah dengan jumlah tumbuhan obat sebanyak 401

spesies (Gailea 2005), di Taman Nasional Bali Barat sebanyak 59 spesies (Arafah

2005), jumlah ini termasuk kategori sedang yaitu 83 spesies. Dalam batas-batas

Page 62: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

44

perkembangannya, masyarakat di sekitar hutan Lambusango hingga kini masih

menjaga dan mempraktekkan pengetahuan pengobatan tradisional yang menggunakan

bahan dari tumbuhan yang mereka miliki. Walaupun pergeseran pengetahuan dan

pemanfaatan tumbuhan sebagai alternatif penyembuhan itu terjadi, akan tetapi dalam

batas-batas tertentu mereka masih belum sepenuhnya meninggalkan pola pengobatan

tradisional. Pergeseran pengetahuan ini erat kaitannya dengan fasilitas kesehatan

yang tersedia, kemudahan memperoleh obat-obatan siap pakai yang bebas diperoleh

di kios-kios kecil serta kuatnya arus informasi dan komunikasi.

5.2.6 Pakan ternak

Mannetje dan Jones (1992) diacu dalam Kartikawati (2004) mengemukakan

bahwa tanaman pakan merupakan tanaman yang mempunyai konsentrasi nutrisi

rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora.

Tanaman pakan dapat diolah dan dibudidayakan, meskipun seringkali dapat muncul

sebagai tumbuhan liar, misalnya alang-alang. Pada lokasi penelitian, tidak dijumpai

adanya peternakan besar. Peternakan hanya sebatas skala rumah tangga dengan 1-4

ekor sapi ataupun kambing, juga ayam kampung. Dalam pemberian pakannya pun,

ternak tersebut biasanya dilepaskan di sekitar kebun, pekarangan atau pun di tepi

jalan yang berumput (Gambar 19).

Gambar 19 Ternak masyarakat.

Page 63: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

45

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 12 spesies yang digunakan oleh

masyarakat sebagai pakan ternak. Adapun spesies yang paling sering digunakan yaitu

rumput gajah (Axonopus compressus) yang tumbuh liar di alam serta batang dan daun

pisang (Musa paradisiaca). Tabel 7 menyajikan tumbuhan yang digunakan sebagai

pakan ternak.

Tabel 7 Tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang Digunakan

1 Alang-alang Imperata cylindrica Poaceae Daun

2 Bakau Rhizophora sp. Rhizophoraceae Daun

3 Bayam Amaranthus tricolor Amaranthaceae Herba

4 Gamal Glyricida sepium Fabaceae Daun

5 Jagung Zea mays Poaceae Biji

6 Kangkung Ipomea aquatica Convolvulaceae Herba

7 Pisang Musa paradisiaca Musaceae Daun dan batang

8 Rumput gajah Axonopus compressus Poaceae Daun

9 Kawu jawa/Turi Sesbania grandiflora Fabaceae Daun

10 Pegagan Centella asiatica Apiaceae Daun

11 Rumput teki Cyperus rotundus Cyperaceae Daun

12 Padi Oryza sativa Poaceae Biji

5.2.7 Aromatik

Dari hasil wawancara, diperoleh sebanyak 17 spesies tumbuhan yang

digunakan sebagai tumbuhan aromatik oleh masyarakat. Pada umumnya tumbuhan

berguna tersebut digunakan untuk mengharumkan masakan, serta untuk wewangian

pada upacara adat. Untuk kebutuhan tumbuhan aromatik lainnya, seperti untuk

parfum dan lain sebagainya, tidak dijumpai di daerah ini. Tumbuhan yang sering

digunakan sebagai aromatik yaitu kelapa (Cocos nucifera) yang diolah menjadi

minyak harum. Minyak harum ini dapat digunakan untuk masakan, minyak rambut

dan lain sebagainya. Berikut beberapa spesies yang sering digunakan sebagai

tumbuhan aromatik (Tabel 8).

Page 64: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

46

Tabel 8 Tumbuhan aromatik yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat

No Nama

Lokal Nama Ilmiah Famili

Bagian yang

digunakan Kegunaan

1 Cengkeh Syzygium aromaticum Myrtaceae Buah Mengharumkan

masakan

2 Gaharu Aquilaria malaccensis Thymelaeaceae Batang Upacara adat

3 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Rutaceae Buah Mengharumkan

masakan

4 Kamboja Plumeria multifora Apocynaceae Bunga Upacara adat

5 Kayu manis Cinnamomum burmanii Lauraceae Kulit batang Mengharumkan

masakan

6 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Buah Dibuat minyak

harum

7 Kulilawa Cinnamomum culilawa Lauraceae Batang Upacara adat

8 Mawar Rosaceae sp. Rosaceae Bunga Upacara adat

9 Melati Jasminum sambac Oleraceae Bunga Upacara adat

10 Tangkurera Averrhoa bilimbi Oxalidaceae Buah Mengharumkan

masakan

5.2.8 Bahan pewarna

Pewarna yang berasal dari tumbuhan disebut sebagai pewarna nabati. Dari

hasil wawancara diperoleh 8 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat

sebagai pewarna. Sebagian besar tumbuhan tersebut digunakan untuk memberi warna

pada masakan. Adapun spesies yang sering digunakan yaitu pandan (Pandanus

tectorius) dan kunyit (Curcuma domestica). Tabel 9 menyajikan beberapa spesies

tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pewarna.

Tabel 9 Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pewarna

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang

Digunakan Warna

1 Bunga anting-anting Acalypha australis Euphorbiaceae Daun Jingga

2 Kemangi Ocimum basilicum Zingiberaceae Daun Hijau

3 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Rimpang Kuning

4 Lombok besar Capsicum annum Solanaceae Buah Merah

5 Lombok kecil Capsicum frustescens Solanaceae Buah Merah

6 Pacar air Impatiens balsamina Balsaminaceae Daun Merah

7 Pandan Pandanus tectorius Pandanaceae Daun Hijau

8 Ponda Pandanus sp. Pandanaceae Daun Hijau

Page 65: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

47

5.2.9 Tumbuhan hias

Tumbuhan hias merupakan tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat

sebagai penghias rumah atau pekarangan. Dikatakan sebagai tumbuhan hias karena

memiliki keindahan baik dari bunga, daun, batang dan buahnya. Saat ini

kecenderungan yang ada di pasar yaitu berburu tanaman yang unik dan langka. Hal

tersebut tentunya mempengaruhi minat masyarakat dalam membudidayakan

tumbuhan hias.

Jumlah tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat sebagai tanaman hias

yaitu 55 spesies. Spesies tumbuhan tersebut dijadikan sebagai tanaman hias karena

memiliki nilai hias baik dari segi bunga, buah, daun, tajuk maupun batangnya.

Adapun spesies tumbuhan yang banyak dijadikan sebagai tanaman hias diantaranya

yaitu seperti yang terlihat pada Tabel 10 dan Gambar 20.

Tabel 10 Tumbuhan hias yang terdapat di pekarangan masyarakat

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang digunakan

1 Anggrek bulan Phalaenopsis amabilis Orchidaceae Bunga

2 Agave Agave cantula Agavaceae Daun

3 Asoka Ixora paludosa Rubiaceae Bunga

4 Bunga kancing baju Euphorbia mili Euphorbiaceae Bunga

5 Bunga kertas Zinia elegan Asteraceae Bunga

6 Boroco Celosia argentea Amaranthaceae Bunga

7 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis Malvaceae Bunga

8 Ketapang Terminalia catappa Combretaceae Pohon

9 Lili Chlorophytum Capense Euphorbiaceae Daun

10 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae Pohon

Gambar 20 Tumbuhan hias di pekarangan rumah masyarakat.

Page 66: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

48

5.2.10 Tali, anyaman dan kerajinan

Terdapat 11 spesies tumbuhan yang digunakan untuk membuat tali, anyaman

dan kerajinan. Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan tali, anyaman dan kerajinan

pada umumnya merupakan tumbuhan yang belum dibudidayakan, yang berasal dari

hutan dan tumbuhan liar di pinggir-pinggir jalan, sungai maupun tepi laut. Tabel 11

menyajikan spesies tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat sebagai bahan

pembuat tali, anyaman dan kerajinan.

Tabel 11 Tumbuhan yang digunakan sebagai tali, anyaman dan kerajinan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang Digunakan

1 Alang-alang Imperata cylindrica Poaceae Daun

2 Bambu Bambusa sp. Poaceae Batang

3 Bambu buluh Bambusa atra Poaceae Batang

4 Enau Arenga pinnata Arecaceae Daun, tulang daun

5 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Daun, tulang daun

6 Nipah Nypa fruticans Arecaceae Daun

7 Pandan Pandanus tectorius Pandanaceaae Daun

8 Ponda Pandanus sp. Pandanaceaae Daun

9 Rotan Callamus sp. Arecaceae Batang

10 Rumput gajah Axonopus compressus Poaceae Daun

11 Sagu Metroxylon sagu Arecaceae Daun

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa bambu dan rotan merupakan

jenis yang paling sering digunakan sebagai anyaman. Bambu biasa digunakan untuk

membuat jelajah, kalase, keranjang, karamba dan lain-lain. Sedangkan rotan biasanya

digunakan sebagai tali serta untuk membuat keranjang. Beberapa hasil tali dan

anyaman seperti yang disajikan pada Gambar 21.

Gambar 21 Hasil tali, anyaman dan kerajinan masyarakat suku Buton.

Page 67: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

49

5.2.11 Bahan upacara adat

Kepercayaan masyarakat adat yang merupakan suatu tradisi dan budaya tidak

dapat dipisahkan dari tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan dianggap sebagai salah satu

bagian dari upacara adat. Upacara adat tidak dapat berlangsung apabila terdapat salah

satu komponen yang tidak lengkap. Kepercayaan masyarakat tersebut adalah karena

didasari oleh penghormatan terhadap Sang Pencipta, leluhur dan nenek moyang yang

melakukan hal yang sama. Dalam masyarakat Buton terdapat rangkaian ritual dalam

kehidupan manusia yang keseluruhannya dikenal sebagai ritual siklus hidup. Ritual

ini umumnya terdiri dari rangkaian selamatan bagi wanita hamil, kelahiran bayi,

aqiqah, dhole-dhole, khitanan, posuo, pernikahan serta kematian. Tumbuhan yang

digunakan oleh masyarakat sebagai tumbuhan untuk keperluan upacara adat yaitu

terdapat 41 spesies. Adapun spesies-spesies tumbuhan yang sering digunakan dalam

upacara adat yaitu sebagai berikut (Tabel 12).

Tabel 12 Tumbuhan untuk keperluan upacara adat

No Nama

Lokal Nama Ilmiah Famili

Bagian yang

Digunakan Kegunaan

1 Bambu Bambusa sp. Poaceae Batang Membungkus nasi

2 Enau Arenga pinnata Arecaceae Buah Pewarna makanan

3 Jagung Zea mays Poaceae Biji Makanan

4 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Buah, daun Makanan, anyaman

5 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Rimpang Pewarna

6 Padi Oryza sativa Poaceae Biji Makanan

7 Pinang Areca catechu Arecaceae Buah Upacara adat

8 Pisang Musa paradisiaca Musaceae Daun, batang, buah Upacara adat,

makanan

9 Sirih Piper betle Piperaceae Daun Upacara adat

10 Ubi kayu Manihot esculenta Euphorbiaceae Umbi Makanan

5.3 Tingkat Kegunaan Tumbuhan Berdasarkan Jumlah Kegunaannya

Setiap spesies tumbuhan yang digunakan dapat memiliki beberapa kegunaan.

Berdasarkan data yang diperoleh, dari 169 spesies tumbuhan yang digunakan,

terdapat 35 spesies yang memiliki tingkat kegunaan tinggi yaitu berkisar antara 3

sampai 9 kegunaan (Lampiran 14). Tabel 13 menunjukkan 10 spesies yang memiliki

tingkat kegunaan yang tertinggi.

Page 68: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

50

Tabel 13 Tingkat kegunaan tumbuhan berdasarkan jumlah kegunaannya

No Nama Lokal Nama Ilmiah ∑ Kegunaan Kegunaan*

1 Kelapa Cocos nucifera 9 1,2,3,4,5,7,9,10,11

2 Pisang Musa paradisiaca 5 1,5,6, 9,11

3 Bambu Bambusa sp. 5 1,3,4,10,11

4 Kunyit Curcuma domestica 5 1,2,5,8,11

5 Sirih Piper betle 5 1,2,5,9,11

6 Asam Tamarindus indica 5 1,2,4,5,11

7 Pandan Pandanus tectorius 5 1,8,9,10,11

8 Cengkeh Syzygium aromaticum 5 1,4,5,7,11

9 Jeruk nipis Citrus aurantifolia 5 1,2,5,7,11

10 Jagung Zea mays 4 1,5,6,11

Keterangan* :

1. Pangan 5. Obat 9. Tumbuhan hias

2. Minuman 6. Pakan ternak 10. Tali, anyaman dan kerajinan

3. Bahan bangunan 7. Tumbuhan aromatic 11. Upacara adat

4. Kayu bakar 8. Pewarna

Kelapa (Cocos nucifera) merupakan spesies yang memiliki nilai kegunaan

yang tinggi. Hal ini dikarenakan kelapa (Cocos nucifera) setiap bagian kelapa

semuanya dapat dimanfaatkan sehingga memiliki banyak kegunaan (9 kegunaan dari

11 klasifikasi kegunaan tumbuhan) yaitu sebagai bahan pangan, bahan minuman,

bahan bangunan, kayu bakar, tumbuhan hias, tumbuhan aromatik, tali, anyaman dan

kerajinan, untuk upacara adat dan juga sebagai tumbuhan obat. Spesies tumbuhan lain

yang memiliki tingkat kegunaan yang tinggi yaitu pisang (Musa paradisiaca), bambu

(Bambusa sp.), asam (Tamarindus indica), kunyit (Curcuma domestica) dan sirih

(Piper betle) masing-masing sebanyak 5 kegunaan dari 11 klasifikasi kegunaan

tumbuhan. Kelapa dan pisang banyak digunakan oleh masyarakat, dikarenakan

hampir semua bagian kedua spesies tersebut dapat digunakan dan banyak ditemukan

tumbuh di lingkungan sekitar masyarakat, baik itu yang tumbuh liar, maupun yang

sudah dibudidayakan di kebun dan pekarangan.

Page 69: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

51

5.4 Praktek Konservasi Suku Buton di Sekitar Hutan Lambusango

Kearifan tradisional secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu sistem,

pengetahuan atau nilai yang mengakar dalam suatu komunitas masyarakat dan

dijadikan sebagai bagian dari peraturan tidak tertulis untuk dipatuhi oleh warganya.

Masyarakat pedesaan terlebih masyarakat adat akan sangat menjunjunng tinggi

kearifan tersebut dalam perilaku keseharian mereka.

Suku Buton memiliki beberapa aturan-aturan adat yang tidak tertulis.

Diantaranya yaitu “Bholimo karo somanamo lipu”, yang merupakan penggalan dari

pepatah adat yaitu:

1) Bholimo arata somanamo karo

2) Bholimo karo somanamo lipu

3) Bholimo lipu somanamo sara

4) Bholimo sara somanamo agama

Dari pepatah tersebut di atas dapat terlihat bahwa kepentingan daerah

ditempatkan diatas kepentingan pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa daerah atau

dalam hal ini lingkungan alam sekitar memiliki peranan yang sangat penting dalam

mendukung peri kehidupan manusia. Selalulah tempatkan kepentingan daerah diatas

kepentingan pribadi karena setiap pribadi merupakan bagian dari daerah itu sendiri,

tetapi kepentingan daerah tersebut harus tetap sesuai dengan sara dan agama.

Dewasa ini, kearifan tradisional masyarakat suku Buton di sekitar hutan

Lambusango sudah mulai luntur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya

diantaranya yaitu telah masuk dan berkembangnya sistem teknologi, informasi dan

komunikasi, aksesibilitas yang cukup baik serta adanya masyarakat pendatang.

Aksesibilitas dan sarana transportasi menuju kawasan hutan Lambusango dan

desa-desa di sekitarnya cukup baik. Hal ini dikarenakan kawasan ini merupakan jalur

lintas kabupaten. Di satu sisi adanya aksesibilitas yang baik ini dapat mendorong

kemajuan pembangunan di kawasan ini. Di sisi lain, hal ini mengakibatkan

terancamnya sistem kearifan tradisional masyarakat asli dikarenakan masuknya pola

hidup modernisasi masyarakat perkotaan yang cenderung bersifat materialis dan

konsumtif.

Page 70: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

52

Kemajuan teknologi dan masuknya pola hidup modern di suatu kawasan tidak

dapat dihindari. Tetapi hal tersebut jangan sampai menjadi alasan untuk

meninggalkan sistem kearifan tradisional. Justru hal tersebut harus dijadikan

kekuatan untuk membangun dan mengembangkan resources lokal yang berasaskan

sistem kearifan tradisional. Sehingga kelestarian sumberdaya alam tetap terjaga yang

diikuti dengan terjaminnya kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.

5.4.1 Kegiatan pemanfaatan oleh masyarakat

Masyarakat sekitar hutan Lambusango mengetahui mengenai pentingnya

keberadaan dan fungsi dari hutan Lambusango itu sendiri. Hutan berfungsi sebagai

daerah resapan air. Dengan menjaga keseimbangan ekosistem hutan berarti juga

menjaga tetap tersedianya air bersih yang digunakan sebagai air minum dan irigasi,

menjaga kualitas dan kuantitas air, serta memelihara kelestarian ekosistem perairan

laut di sekitar Pulau Buton.

Masyarakat sekitar hutan Lambusango juga banyak memanfaatkan

sumberdaya alam di dalam hutan, diantaranya yaitu pemanfaatan rotan (Callamus

sp.). Di kawasan hutan Lambusango, rotan dikenal sebagai tumbuhan yang tersebar

luas di berbagai tipe habitat dan ketinggian. Masyarakat sekitar hutan biasa

mengambil rotan di dalam hutan sebagai salah satu jenis mata pencaharian tambahan.

Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat pengumpul rotan yang bermukim di

sekitar kawasan hutan Lambusango, merupakan pengetahuan yang diperoleh secara

turun temurun atau yang didapat dari pengalaman di lapangan. Pengetahuan tersebut

meliputi pengenalan jenis rotan (nama lokal), kriteria dan indikator dari rotan masak

tebang, waktu yang paling baik untuk mengambil rotan. Masyarakat tersebut juga

memiliki kearifan tradisional berupa peraturan yang tidak tertulis mengenai aturan-

aturan dalam pemanenan rotan, yaitu: (1) Memungut rotan yang sudah masak tebang,

(2) Menyisakan beberapa batang dalam setiap rumpun rotan yang ditebang.

Page 71: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

53

5.4.2 Pembagian fungsi hutan

Di dalam hutan Lambusango juga terdapat blok-blok yang merupakan hutan

larangan. Masyarakat meyakini bahwa di blok hutan tersebut ada penunggunya. Oleh

karena itu, pada kawasan tersebut tidak boleh ribut serta tidak boleh mengambil hasil

hutannya. Hutan larangan tersebut juga tidak hanya terdapat di dalam kawasan hutan

Lambusango, tetapi juga terdapat di sekitar pemukiman warga di luar kawasan

Adanya blok-blok hutan larangan ini merupakan salah satu kearifan tradisional serta

sikap konservasi masyarakat terhadap kawasan hutan agar tidak dieksploitasi secara

berlebihan. Gambar 22 menunjukkan kawasan hutan yang merupakan hutan larangan.

Gambar 22 Hutan larangan.

Page 72: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

54

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Masyarakat suku Buton di sekitar hutan Lambusango memiliki pengetahuan

mengenai tumbuhan berguna. Pengetahuan ini diperoleh secara turun temurun,

pengalaman secara langsung di lapangan, serta dari penyuluhan-penyuluhan instansi

terkait. Tumbuhan berguna yang dimanfaatkan masyarakat suku Buton di sekitar

hutan Lambusango sebanyak 169 spesies untuk berbagai kegunaan. Digunakan

sebagai bahan pangan (80 spesies), bahan minuman (12 spesies), bahan bangunan (37

spesies), kayu bakar (36 spesies), tumbuhan obat (83 spesies), pakan ternak (12

spesies), tumbuhan aromatik (17 spesies), pewarna (8 spesies), tumbuhan hias (55

spesies), bahan tali, anyaman dan kerajinan (11 spesies) serta untuk keperluan

upacara adat (41 spesies).

Saat ini pengambilan tumbuhan hutan sudah jarang dilakukan, kecuali hanya

untuk spesies tertentu seperti rotan dan bambu. Tumbuhan yang digunakan oleh

masyarakat, pada umumnya telah dibudidayakan sendiri di pekarangan rumah dan

kebun/sawah. Secara tidak langsung, masyarakat di sekitar juga turut serta dalam

menjaga kelestarian hutan Lambusango.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu:

1. Pengembangan keanekaragaman spesies-spesies unggulan daerah berdasarkan

hasil penelitian dan kemandirian masyarakat, sehingga selain dapat meningkatkan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekaligus dapat melestarikan hutan dan

kearifan tradisional masyarakat suku Buton,

2. Pelatihan dan penyuluhan mengenai pembudidayaan khususnya bambu dan rotan

sehingga masyarakat tidak terlalu bergantung dengan ketersediaan spesies

tersebut di dalam kawasan hutan,

Page 73: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

55

3. Pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) berupa spesies tumbuhan obat

yang sesuai dengan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat,

4. Pengembangan ekowisata berupa agrowisata dan wisata budaya di daerah sekitar

hutan Lambusango.

Page 74: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

56

DAFTAR PUSTAKA

Afrianti UR. 2007. Kajian Etnobotani dan Aspek Konservasi Sengkubak

(Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.) di Kabupaten Sintang Kalimantan

Barat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ahmadi A. 2009. Makna Simbolis pada Istana Malige.

http://orangbuton.wordpress.com/2009/10/23/makna-simbolis-pada-istana-

malige-buton. [13 Desember 2009].

Aliadi A, HS Roemantyo. 1994. Kaitan Pengobatan Tradisional dengan Pemanfaatan

Tumbuhan Obat dalam Zuhud,E.A.M. dan Haryanto (eds.). Pelestarian

Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia.

Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan IPB – Lembaga Alam Tropika

Indonesia (LATIN).

Arafah D. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional Bali

Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Arifin HS. 2005. Tanaman Hias Tampil Prima. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ashar H. 1994. Etnobotani Rempah Dalam Makanan Adat Masyarakat Batak

Angkola Dan Mandailing [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Dalimartha S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jiid 2. Jakarta: Trubus

Agriwidya.

Dikman. 2007. Sejarah Kesultanan Buton. http://buton.wordpress.com [13 Desember

2009].

Gailea R. 2005. Identifikasi Pemanfaatan dan Pengembangan Tumbuhan Obat di

Sekitar Taman Nasional Lore Lindu [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor.

Harris R. 1994. Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I-IV. Jakarta: Badan Litbang

Kehutanan Yayasan Wana Jaya.

Inama. 2008. Kajian Etnobotani Masyarakat Suku Marind Sendawi Anim di Kawasan

Taman Nasional Wasur, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua [Skripsi].

Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Page 75: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

57

Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak

Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai

Tengah [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Kartiwa S, M Wahyuno. 1992. Hubungan Antara Tumbuhan dan Manusia dalam

Upacara Adat di Indonesia. Prosiding dan Lokakarya Nasional Etnobotani.

Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian

RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal : 149-155

Martin GI. 1998. Etnobotani. M.Mohamed, penerjemah. Gland Switzerland :

Kerjasama Natural History Publication (borneo), Kota Kinibalu dan World

Life Fund for Nature.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. 2009. Kabupaten Buton.

http://www.sultra.go.id. [21 Oktober 2009]

Purwanto YEB, Waluyo. 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem Irian Jaya:

Suatu Telaah tentang Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Tumbuhan. Prosiding, Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Bogor:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI,

Perpustakaan Nasional RI. Hal: 132-140

Sastropradja S, JJ Afriastini, H Sutarno. 1983. Makanan Ternak. Bogor: Lembaga

Biologi Nasional – LIPI.

Septianto A. 2007. Keraton Sultan Buton. http://sultra.bps.go.id/index.php . [13

Desember 2009]

Singer HA, E Purwanto. 2006. Misteri Kekayaam Hutan Lambusango. Bau-Bau:

Program Konservasi Hutan Lambusango (PKHL) – Operation Wallacea Trust.

Soekarman, S Riswan. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia. Prosiding

dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Bogor: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.

Hal : 1-7

Sutarno. 1996. Paket Modul Partisipatif : Pemberdayaan Jenis Pohon dalam Sistem

Wanatani. Prosea-Indonesia. Bogor: Yayasan Prosea.

Tjitrosoepomo G. 1988. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Utami P. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Page 76: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

58

Verheij EWM, RE Coronel. 1997. Buah-buahan yang dapat Dimakan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Wahana Budaya Indonesia. 2009. Adat Istiadat dan Budaya Sulawesi Tenggara.

http://www.wahana-budaya-indonesia.com/index.php. [21 Oktober 2009].

Widayati A, B Carlisle. 2007. Landcover Change in Lambusango Forest and Vicinity

from 1994 to 2004. Amerika Serikat: Northumbia University.

Widjaja EA, UW Mahyar, SS Utomo. 1988. Tumbuhan Anyaman Indonesia. Jakarta :

Mediyatama Sarana Perkasa.

Wijaya A. 2006. Sepenggal Sejarah Budaya Kesultanan Buton. Lambusango Lestari

edisi Juli 2006. Hal: 16-17

Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai Sumber

Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat dalam Zuhud,E.A.M. dan

Haryanto (eds.). Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat

Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan IPB

– Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN).

Page 77: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

59

LAMPIRAN

Page 78: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

60

Lampiran 1 Daftar famili tumbuhan berguna di sekitar hutan Lambusango

No Famili Jumlah

Spesies No Famili

Jumlah

Spesies

1 Acanthaceae 2

34 Liliaceae 3

2 Agavaceae 3

35 Loganiaceae 1

3 Amaranthaceae 2

36 Magnoliaceae 1

4 Anacardiaceae 4

37 Malvaceae 3

5 Annonaceae 2

38 Meliaceae 2

6 Apiaceae 4

39 Menispermaceae 2

7 Apocynaceae 4

40 Moraceae 4

8 Araceae 1

41 Moringaceae 1

9 Arecaceae 8

42 Musaceae 1

10 Asteraceae 4

43 Myristicaceae 1

11 Balsaminaceae 1

44 Myrtaceae 6

12 Bombacaceae 2

45 Nyctaginaceae 1

13 Brassicaceae 2

46 Oleraceae 1

14 Bromeliaceae 1

47 Orchidaceae 1

15 Burseraceae 2

48 Oxalidaceae 2

16 Cactaceae 1

49 Pandanaceae 2

17 Caricaceae 1

50 Piperaceae 2

18 Clusiaceae 2

51 Poaceae 9

19 Combretaceae 1

52 Punicaceae 1

20 Commelinaceae 1

53 Rhizophoraceae 1

21 Convolvulaceae 2

54 Rosaceae 1

22 Crassulaceae 1

55 Rubiaceae 4

23 Cucurbitaceae 6

56 Rutaceae 2

24 Cyperaceae 1

57 Santalaceae 1

25 Datiscaceae 1

58 Sapindaceae 1

26 Dilleniaceae 1

59 Sapotaceae 1

27 Dioscoraceae 1

60 Solanaceae 5

28 Euphorbiaceae 10

61 Sterculiaceae 3

29 Fabaceae 13

62 Thymelaeaceae 1

30 Goodeniaceae 1

63 Tiliaceae 1

31 Lamiaceae 1

64 Verbenaceae 4

32 Lauraceae 3

65 Zingiberaceae 8

33 Lecythidaceae 1

66 Tidak teridentifikasi 2

Page 79: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

61

Lampiran 2 Daftar spesies tumbuhan berguna di sekitar hutan Lambusango

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus

1 Agave Agave cantula Roxb. Agavaceae Herba

2 Alang-alang Imperata cylindrica (L.) Beauv. Poaceae Semak

3 Alibesi Albizia sp. Fabaceae Pohon

4 Alpukat Persea americana Mill. Lauraceae Pohon

5 Anggrek bulan Phalaeneopsis amabilis Blume. Orchidaceae Epifit

6 Asam Tamarindus indica Linn. Fabaceae Pohon

7 Asoka Ixora paludosa (Blume) Kurz. Rubiaceae Semak

8 Bakau Rhizophora sp. Rhizophoraceae Pohon

9 Bala-bala Tidak teridentifikasi Tidak

teridentifikasi

Herba

10 Bambu Bambusa sp. Poaceae Perdu

11 Bambu buluh Bambusa atra Poaceae Semak

12 Bangle Zingiber purpureum roxb. Zingiberaceae Herba

13 Bawang merah Allium ascalonicum L. Liliaceae Herba

14 Bawang putih Allium sativum L. Liliaceae Herba

15 Bayam Amaranthus tricolor L. Amaranthaceae Herba

16 Bayam Intsia bijuga (Colebr) Kuntze. Fabaceae Pohon

17 Bayur Pterospermum diversifolium Blume. Sterculiaceae Pohon

18 Belimbing Averrhoa carambola L. Oxalidaceae Pohon

19 Belongita Tetrameles nudiflora R.Br. Datiscaceae Pohon

20 Beluntas Pluchea indica Less Asteraceae Semak

21 Beringin Ficus benjamina L. Moraceae Pohon

22 Betao Calophyllum soulattri Burm. f. ex

Mull.

Clusiaceae Pohon

23 Bigi Dillenia pentagyna Roxb. Dilleniaceae Pohon

24 Bolo Santiria laevigata Bl. forma

laevigata Blume

Burseraceae Pohon

25 Boroco Celosia argentea L. Amaranthaceae Herba

26 Bougenvile Bougainvillea spectabilis Willd. Nyctaginaceae Pohon

27 Buah malaka Psidium guajava Linn. Myrtaceae Perdu

28 Buah manila Manilkara zapota (L.) van Royen Sapotaceae Pohon

29 Bunga anting-anting Acalypha australis L. Euphorbiaceae Semak

30 Bunga jam-jam Vinca sp. Apocynaceae Semak

31

32

Bunga kancing baju Euphorbia mili Ch.des Moulins Euphorbiaceae Semak

Bunga kertas Zinnia elegan Asteraceae Perdu

33 Bunga pagoda Clerodendrum japonicum (Thunb.)

Sweet

Verbenaceae Perdu

34 Cempaka Michelia alba DC. Magnoliaceae Pohon

Page 80: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

62

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus

35 Cendana Santalum album Linn. Santalaceae Pohon

36 Cengkeh Syzygium aromaticum L. Myrtaceae Perdu

37 Cokelat Theobroma cacao L. Sterculiaceae Pohon

38 Damar Canarium aspersum Benth. Burseraceae Pohon

39 Dara-dara Caesalpinia honduc (Linn.) Roxb. Fabaceae Pohon

40 Delima Punica granatum L. Punicaceae Perdu

41 Ekor kucing Acalypha hispida Burm.f. Euphorbiaceae Perdu

42 Enau Arenga pinnata (Wurmb.) Merr Arecaceae Pohon

43 Engkuni Arcangelisia flava Merr Menispermaceae Pohon

44 Gaharu Aquilaria malaccensis Lamk. Thymelaeaceae Pohon

45 Gamal Glyricida sepium (Jacq.) Kunth ex

Walp

Fabaceae Perdu

46 Gambas Luffa acutangula L. Cucurbitaceae Liana

47 Gambir Uncaria gambir (hunter.) roxb. Rubiaceae Perdu

48 Garu Gymnacranthera forbesii Warb. var.

forbesii

Myristicaceae Pohon

49 Gompanga Alstonia scholaris R. Br. Apocynaceae Pohon

50 Hanjuang Cordyline fruticosa (L.) A. Chev Agavaceae Herba

51 Hondilo Hibiscus radiates Cav. Malvaceae Pohon

52 Iler (pohon merah) Coleus scutellarioides (L.) Benth. Zingiberaceae Perdu

53 Jagung Zea mays Linn. Poaceae Perdu

54 Jahe Zingiber officinale Roxb. Zingiberaceae Herba

55 Jambu air Syzygium aqueum (Burm. f.) Alston Myrtaceae Pohon

56 Jambu mente Anacardium occidentale L. Anacardiaceae Pohon

57 Jati Tectona grandis L. F. Verbenaceae Pohon

58 Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm.&Panz.)

Swingle.

Rutaceae Perdu

59 Jeruk purut Citrus hystrix D.C. Rutaceae Perdu

60 Kacang ijo Phaseolus radiates L. Fabaceae Herba

61 Kacang panjang Vigna sinensis L. Fabaceae Herba

62 Kacang tanah Arachis hypogaea L. Fabaceae Herba

63 Kaktus Opuntia spp Cactaceae Herba

64 Kaliandra Caliandra haematocephala Hassk. Fabaceae Perdu

65 Kambahu Planchonia valida Blume Lecythidaceae Pohon

66

67

Kambampu Grewia koordersiana Burret Tiliaceae Pohon

Kamboja Plumeria multifora Ait Apocynaceae Pohon

68 Kangkung Ipomea aquatic Forssk. Convolvulaceae Herba

69 Kapas Gossypium herbaceum L. Malvaceae Perdu

70 Kapopo Cerbera odollam Gaertn. Apocynaceae Pohon

Page 81: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

63

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus

71 Kapuk Ceiba pentandra (L.) Gaertn. Bombacaceae Pohon

72 Kateo-teo Syzygium densiflorum Wall. Myrtaceae Pohon

73 Katuk Sauropus androgynus (L.) Merr. Euphorbiaceae Perdu

74 Kawu jawa/Turi Sesbania grandiflora Pers. Fabaceae Pohon

75 Kawu-kawu Bombax ceiba L. Bombacaceae Pohon

76 Kayu besi Metrocideros petiolata Myrtaceae Pohon

77 Kayu manis Cinnamomum burmannii (Nees

&Th. Nees) Nees ex Blume

Lauraceae Pohon

78 Kayu Pahit Strychnos lucida R. Br., Loganiaceae Pohon

79 Kedondong Spondias pinnata (L. f.) Kurz. Anacardiaceae Pohon

80 Kedondong hutan Dysoxylum oppositifolium F.Muell. Anacardiaceae Pohon

81 Keladi Caladium bicolor ( W.Ait.) Vent Araceae Herba

82 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Pohon

83 Kentang Solanum tuberosum L. Solanaceae Herba

84 Kelapa sawit Elaeis Guineensis Jacq. Arecaceae Pohon

85 Kelor Moringa oleifera L. Moringaceae Perdu

86 Kemangi Ocimum basilicum L. Zingiberaceae Herba

87 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae Semak

88 Kemiri Aleurites moluccana (L.) Willd Euphorbiaceae Pohon

89 Kencur Kaempferia galanga (Linn.) Zingiberaceae Herba

90 Ketapang Terminalia catappa Roxb.L. Combretaceae Pohon

91 Ketumbar Coriandrum sativum L. Apiaceae Herba

92 Koba Ageratum Conyzoides L. Asteraceae Herba

93 Kol Brassica oleracea L Brassicaceae Herba

94 Komba-komba Chromolaena odorata (L) R.M.

King dan H. Robinson

Asteraceae Herba

95 Konduru Sechium edule (Jacq.) Sw. Cucurbitaceae Herba

96 Kopi Coffea arabica L. Rubiaceae Pohon

97 Kulilawa Cinnamomum culilawa Blume Lauraceae Pohon

98 Kumis kucing Orthosiphon spicatus B.B.S. Lamiaceae Herba

99 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae Herba

100 Kusambe Schleichera oleosa (Lour.) Oken Sapindaceae Pohon

101 Labu Cucurbita pepo L. Cucurbitaceae Liana

102 Langsat Lansium domesticum Corr. Meliaceae Pohon

103

104

Lapi Macaranga tanarius Muell. Arg. Euphorbiaceae Pohon

Lengkuas Alpinia galanga (L.) Willd. Zingiberaceae Herba

105 Libo Ficus septicaa Burm. F. Moraceae Pohon

106 Lidah buaya Aloe vera Bush. Liliaceae Herba

Page 82: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

64

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus

107 Lidah mertua Sansevieria trifasciata Agavaceae Herba

108 Lili Chlorophytum Capense (L.) Voss. Euphorbiaceae Herba

109 Lombok besar Capsicum annum L. Solanaceae Perdu

110 Lombok kecil Capsicum frustescens L. Solanaceae Perdu

111 Mahoni Swietenia mahagoni Jacq. Meliaceae Pohon

112 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon

113 Manggis hutan Garcinia mangostana L. Clusiaceae Pohon

114 Maniaga Tidak teridentifikasi Tidak

teridentifikasi

Pohon

115 Marantawali Tinospora crispa L. Menispermaceae Liana

116 Mawar Rosaceae sp. Rosaceae Perdu

117 Melati Jasminum sambac L. Oleraceae Semak

118 Mengkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae Pohon

119 Mentimun Cucumis sativus L. Cucurbitaceae Liana

120 Merica Piper ningrum Linn. Piperaceae Herba

121 Nanas kerang Rhoeo discolor (L.Her.) Hance Commelinaceae Herba

122 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Moraceae Pohon

123 Nenas Ananas comosus (L.) Merr. Bromeliaceae Herba

124 Nipah Nypa fruticans Wumb Arecaceae Pohon

125 Ntanga-ntanga Jatropha curcas Linn. Euphorbiaceae Perdu

126 Ondo Dioscorea hispida Dennst Dioscoraceae Liana

127 Pacar air Impatiens balsamina Linn. Balsaminaceae Herba

128 Padi Oryza sativa Linn. Poaceae Herba

129 Palola/Terong Solanum melongena L. Solanaceae Herba

130 Pandan Pandanus tectorius Sol. Pandanaceae Perdu

131 Paria Momordica charantia L. Cucurbitaceae Liana

132 Pecah beling Strobilanthes crispus BL. Acanthaceae Semak

133 Pegagan Centella asiatica (L.) Urban Apiaceae Herba

134 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Perdu

135 Pinang Areca catechu L. Arecaceae Pohon

136 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae Herba

137 Ponda Pandanus sp. Pandanaceae Herba

138 Puring Codiaeum variegatum (L.) A. Juss. Euphorbiaceae Perdu

139 Putri malu Mimosa pudica L. Fabaceae Herba

140

141

Rongo Premna foetida Reinw. Verbenaceae Herba

Rotan Callamus sp. Arecaceae Liana

142 Rumput gajah Axonopus compressus (Sw.) P.

Beauv.

Poaceae Herba

143 Rumput laut Spinifex littoreus (Burm. f.) Merr. Poaceae Herba

Page 83: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

65

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus

144 Rumput teki Cyperus rotundus L. Cyperaceae Herba

145 Sagu Metroxylon sagu Rottb. Arecaceae Pohon

146 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss. Arecaceae Perdu

147 Salam Syzygium polyanthum (Wight.)

Walp.

Myrtaceae Pohon

148 Sambung nyawa Gynura procumbens (Lour.) Merr. Goodeniaceae Herba

149 Samburoto Andrographis paniculata (Burm.f.)

Nees.

Acanthaceae Herba

150 Sawi Brassica juncea (L.) Czern. Brassicaceae Herba

151 Seledri Apium Graveolens L. Apiaceae Herba

152 Semangka Citrullus vulgaris Schrad. Cucurbitaceae Liana

153 Sengon Paraserianthes falcataria (L.)

Nielsen.

Fabaceae Pohon

154 Sirih Piper betle L. Piperaceae Liana

155 Sirsak Annona muricata L. Annonaceae Pohon

156 Sosor Bebek Kalanchoe pinnata (Lamk.) Pers. Crassulaceae Herba

157 Srei Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Poaceae Herba

158 Srikaya Annona squamosa L. Annonaceae Perdu

159 Sukun Artocarpus atilis Park. Foss. Moraceae Pohon

160 Tangkurera Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae Pohon

161 Tebu Saccharum officinarum L. Poaceae Herba

162 Tekulo Kleinhovia hospita Linn. Sterculiaceae Pohon

163 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. Zingiberaceae Herba

164 Tomat Lycopersicum esculentum Mill. Solanaceae Herba

165 Ubi jalar Ipomea batatas L. Convolvulaceae Herba

166 Ubi kayu Manihot esculenta Crantz. Euphorbiaceae Perdu

167 Welalo Archidendron fagifolium (Bl.ex

Miq.) Nielsen

Fabaceae Pohon

168 Wola Vitex cofassus Reinw. ex Blume Verbenaceae Pohon

169 Wortel Daucus carota L. Apiaceae Herba

Page 84: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

66

Lampiran 3 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai tumbuhan pangan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

Pangan

1 Padi Oryza sativa Linn. Poaceae

2 Jagung Zea mays Linn. Poaceae

3 Ubi jalar Ipomea batatas L. Convolvulaceae

4 Ubi kayu Manihot esculenta Crantz. Euphorbiaceae

5 Ondo Dioscorea hispida Dennst Dioscoraceae

6 Sagu Metroxylon sagu Rottb. Arecaceae

Buah dan Sayur

1 Alpukat Persea americana Mill. Lauraceae

2 Bayam Amaranthus tricolor L. Amaranthaceae

3 Belimbing Averrhoa carambola L. Oxalidaceae

4 Bigi Dillenia pentagyna Roxb. Dilleniaceae

5 Buah malaka Psidium guajava Linn. Myrtaceae

6 Buah manila Manilkara zapota (L.) van Royen Sapotaceae

7 Cokelat Theobroma cacao L. Sterculiaceae

8 Delima Punica granatum L. Punicaceae

9 Gambas Luffa acutangula L. Cucurbitaceae

10 Jambu air Syzygium aqueum (Burm. f.) Alston Myrtaceae

11 Jambu mente Anacardium occidentale L. Anacardiaceae

12 Kacang ijo Phaseolus radiates L. Fabaceae

13 Kacang panjang Vigna sinensis L. Fabaceae

14 Kacang tanah Arachis hypogaea L. Fabaceae

15 Kangkung Ipomea aquatic Forssk. Convolvulaceae

16 Katuk Sauropus androgynus Merr. Euphorbiaceae

17 Kedondong Spondias pinnata (L. f.) Kurz. Anacardiaceae

18 Keladi Caladium bicolor ( W.Ait.) Vent Araceae

19 Kelor Moringa oleifera L. Moringaceae

20 Kemangi Ocimum basilicum L. Zingiberaceae

21 Kentang Solanum tuberosum L. Solanaceae

22 Kol Brassica oleracea L Brassicaceae

23 Konduru Sechium edule (Jacq.) Sw. Cucurbitaceae

24 Kusambe Schleichera oleosa (Lour.) Oken Sapindaceae

25 Labu Cucurbita pepo L. Cucurbitaceae

26 Langsat Lansium domesticum Corr. Meliaceae

27 Lombok besar Capsicum annum L. Solanaceae

Page 85: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

67

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

28 Lombok kecil Capsicum frustescens L. Solanaceae

29 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae

30 Manggis hutan Garcinia mangostana L. Clusiaceae

31 Mentimun Cucumis sativus L. Cucurbitaceae

32 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Moraceae

33 Nenas Ananas comosus (L.) Merr. Bromeliaceae

34 Nipah Nypa fruticans Wumbs Arecaceae

35 Palola/Terong Solanum melongena L. Solanaceae

36 Paria Momordica charantia L. Cucurbitaceae

37 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae

38 Pinang Areca catechu L. Arecaceae

39 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae

40 Rotan Callamus sp. Arecaceae

41 Rumput laut Spinifex littoreus (Burm. f.) Merr. Poaceae

42 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss. Arecaceae

43 Sawi Brassica juncea (L.) Czern. Brassicaceae

44 Seledri Apium Graveolens L. Apiaceae

45 Semangka Citrullus vulgaris Schrad. Cucurbitaceae

46 Sirih Piper betle L. Piperaceae

47 Sirsak Annona muricata L. Annonaceae

48 Srei Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Poaceae

49 Srikaya Annona squamosa L. Annonaceae

50 Sukun Artocarpus atilis Park. Foss. Moraceae

51 Tebu Saccharum officinarum L. Poaceae

52 Tomat Lycopersicum esculentum Mill. Solanaceae

53 Wortel Daucus carota L. Apiaceae

Bumbu dapur dan Rempah

1 Asam Tamarindus indica Linn. Fabaceae

2 Bawang merah Allium ascalonicum L. Liliaceae

3 Bawang putih Allium sativum L. Liliaceae

4 Cengkeh Syzygium aromaticum L. Myrtaceae

5 Enau Arenga pinnata (Wurmb.) Merr Arecaceae

6 Jahe Zingiber officinale Roxb. Zingiberaceae

7 Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm.&Panz.)

Swingle.

Rutaceae

8 Jeruk purut Citrus hystrix D.C. Rutaceae

9 Kayu manis Cinnamomum burmannii (Nees &Th.

Nees) Nees ex Blume

Lauraceae

10 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae

Page 86: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

68

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

11 Kelapa sawit Elaeis Guineensis Jacq. Arecaceae

12 Kemiri Aleurites moluccana (L.) Willd Euphorbiaceae

13 Kencur Kaempferia galanga (Linn.) Zingiberaceae

14 Ketumbar Coriandrum sativum L. Apiaceae

15 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae

16 Lengkuas Alpinia galanga (L.) Willd. Zingiberaceae

17 Merica Piper ningrum Linn. Piperaceae

18 Pandan Pandanus tectorius Sol. Pandanaceae

19 Ponda Pandanus sp. Pandanaceae

20 Salam Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. Myrtaceae

21 Tangkurera Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae

Page 87: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

69

Lampiran 4 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai bahan minuman

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

1 Asam Tamarindus indica Linn. Fabaceae

2 Enau Arenga pinnata (Wurmb.) Merr Arecaceae

3 Jahe Zingiber officinale Roxb. Zingiberaceae

4 Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm.&Panz.)

Swingle.

Rutaceae

5 Jeruk purut Citrus hystrix D.C. Rutaceae

6 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae

7 Kencur Kaempferia galanga (Linn.) Zingiberaceae

8 Kopi Coffea arabica L. Rubiaceae

9 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae

10 Lengkuas Alpinia galanga (L.) Willd. Zingiberaceae

11 Sirih Piper betle L. Piperaceae

12 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. Zingiberaceae

Page 88: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

70

Lampiran 5 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai bahan bangunan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

1 Alang-alang Imperata cylindrica (L.) Beauv. Poaceae

2 Alibesi Albizia sp. Fabaceae

3 Bakau Rhizophora sp. Rhizophoraceae

4 Bambu Bambusa sp. Poaceae

5 Bambu buluh Bambusa atra Poaceae

6 Bayam Intsia bijuga (Colebr) Kuntze. Fabaceae

7 Bayur Pterospermum diversifolium Blume. Sterculiaceae

8 Belongita Tetrameles nudiflora R.Br. Datiscaceae

9 Beringin Ficus benjamina L. Moraceae

10 Betao Calophyllum soulattri Burm. f. ex Mull. Clusiaceae

11 Bolo Santiria laevigata Bl. forma laevigata

Blume

Burseraceae

12 Cendana Santalum album Linn. Santalaceae

13 Damar Canarium aspersum Benth. Burseraceae

14 Gaharu Aquilaria malaccensis Lamk. Thymelaeaceae

15 Gamal Glyricida sepium (Jacq.) Kunth ex Walp Fabaceae

16 Gambir Uncaria gambir (hunter.) roxb. Rubiaceae

17 Garu Gymnacranthera forbesii Warb. var.

forbesii

Myristicaceae

18 Gompanga Alstonia scholaris R. Br. Apocynaceae

19 Hondilo Hibiscus radiates Cav. Malvaceae

20 Jati Tectona grandis L. F. Verbenaceae

21 Kawu jawa/Turi Sesbania grandiflora Pers. Fabaceae

22 Kawu-kawu Bombax ceiba L. Bombacaceae

23 Kayu besi Metrocideros petiolata Myrtaceae

24 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae

25 Kemiri Aleurites moluccana (L.) Willd Euphorbiaceae

26 Ketapang Terminalia catappa Roxb.L. Combretaceae

27 Kusambe Schleichera oleosa (Lour.) Oken Sapindaceae

28 Lapi Macaranga tanarius Muell. Arg. Euphorbiaceae

29 Libo Ficus septica Burm. F. Moraceae

30 Mahoni Swietenia mahagoni Jacq. Meliaceae

31 Maniaga Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

32 Nipah Nypa fruticans Wumbs Arecaceae

33 Rotan Callamus sp. Arecaceae

34 Sagu Metroxylon sagu Rottb. Arecaceae

35 Sengon Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen. Fabaceae

36 Welalo Archidendron fagifolium (Bl.ex Miq.)

Nielsen

Fabaceae

37 Wola Vitex cofassus Reinw. ex Blume Verbenaceae

Page 89: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

71

Lampiran 6 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai kayu bakar

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

1 Alibesi Albizia sp. Fabaceae

2 Asam Tamarindus indica Linn. Fabaceae

3 Bakau Rhizophora sp. Rhizophoraceae

4 Bambu Bambusa sp. Poaceae

5 Bambu buluh Bambusa atra Poaceae

6 Bayam Intsia bijuga (Colebr) Kuntze. Fabaceae

7 Bayur Pterospermum diversifolium Blume. Sterculiaceae

8 Beringin Ficus benjamina L. Moraceae

9 Betao Calophyllum soulattri Burm. f. ex Mull. Clusiaceae

10 Buah manila Manilkara zapota (L.) van Royen Sapotaceae

11 Cendana Santalum album Linn. Santalaceae

12 Cengkeh Syzygium aromaticum L. Myrtaceae

13 Cokelat Theobroma cacao Sterculiaceae

14 Damar Canarium aspersum Benth. Burseraceae

15 Gaharu Aquilaria malaccensis Lamk. Thymelaeaceae

16 Gamal Glyricida sepium (Jacq.) Kunth ex Walp Fabaceae

17 Gambir Uncaria gambir (hunter.) roxb. Rubiaceae

18 Garu Gymnacranthera forbesii Warb. var.

forbesii

Myristicaceae

19 Gompanga Alstonia scholaris R. Br. Apocynaceae

20 Jambu air Syzygium aqueum (Burm. f.) Alston Myrtaceae

21 Jambu mente Anacardium occidentale L. Anacardiaceae

22 Jati Tectona grandis L. F. Verbenaceae

23 Kapuk Ceiba pentandra (L.) Gaertn. Bombacaceae

24 Kawu jawa/Turi Sesbania grandiflora Pers. Fabaceae

25 Kayu besi Metrocideross petiolata Myrtaceae

26 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae

27 Ketapang Terminalia catappa Roxb.L. Combretaceae

28 Lapi Macaranga tanarius Muell. Arg. Euphorbiaceae

29 Mahoni Swietenia mahagoni Jacq. Meliaceae

30 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae

31 Maniaga Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

32 Rotan Callamus sp. Arecaceae

33 Sengon Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen. Fabaceae

34 Sukun Artocarpus atilis Park. Foss. Moraceae

35 Welalo Archidendron fagifolium (Bl.ex Miq.)

Nielsen

Fabaceae

36 Wola Vitex cofassus Reinw. ex Blume Verbenaceae

Page 90: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

72

Lampiran 7 Daftar spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar

hutan Lambusango

No Nama Lokal Nama Ilmiah Kelompok Kegunaan

Bagian

yang

Digunakan

1 Alang-

alang

Imperata cylindrica (L.) Beauv. Ambeien, obat kuat Daun, Akar

2 Alpukat Persea americana Mill. Penurun tekanan darah

tinggi

Buah

3 Asam Tamarindus indica Linn. Penyakit saluran

pencernaan

Buah,

Batang

4 Bala-bala Tidak teridentifikasi Obat patah tulang, ginjal

dan Obat saluran

pencernaan

Daun,

Batang

5 Bangle Zingiber purpureum roxb. Penyakit dalam Rimpang

6 Bawang

merah

Allium ascalonicum L. Demam Umbi

7 Bawang putih Allium sativum L. Sakit Jantung Umbi

8 Belimbing Averrhoa carambola L. Demam dan menurunkan

tekanan darah tinggi

Buah, daun,

bunga

9 Beluntas Pluchea indica Less Penghilang bau badan Daun

10 Boroco Celosia argentea L. Muntah darah Daun dan

bunga

11 Buah malaka Psidium guajava Linn. Penyakit saluran

pencernaan

Daun

12 Bunga jam-

jam

Vinca sp. Penyakit saluran

pencernaan

Daun

13 Cempaka Michelia alba DC. Sakit gigi Bunga

14 Cengkeh Syzygium aromaticum L. Sakit gigi Buah

15 Cokelat Theobroma cacao L. Penyakit kulit, luka Buah

16 Damar Canarium aspersum Benth. Muntah darah Kulit batang

17 Dara-dara Caesalpinia honduc (Linn.)

Roxb.

Cacingan Daun

18 Delima Punica granatum L. Penyakit saluran

pencernaan

Buah muda

19 Engkuni Arcangelisia flava Merr Sarampa, demam, sakit

pinggang

Kulit batang

20 Gambir Uncaria gambir (hunter.) roxb. Menguatkan gigi Buah

21 Gompanga Alstonia scholaris R. Br. Muntah darah dan luka

dalam

Kulit batang

22 Jagung Zea mays Linn. Menghilangkan bekas luka Buah muda

23 Jahe Zingiber officinale Roxb. Sakit kepala Rimpang

24 Jeruk nipis Citrus aurantifolia

(Christm.&Panz.) Swingle.

Batuk, Menurunkan

kolesterol

Buah, daun

25 Jeruk purut Citrus hystrix D.C. Menurunkan kolesterol Buah

26 Kambahu Planchonia valida Blume Paru-paru basah Batang

27 Kapas Gossypium herbaceum L. Luka bakar, bisul, flek

hitam

Daun

Page 91: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

73

No Nama Lokal Nama Ilmiah Kelompok Kegunaan

Bagian

yang

Digunakan

28 Kapopo Cerbera odollam Gaertn. Penyakit kulit Daun

29 Kateo-teo Syzygium densiflorum Wall. Sarampa Daun

30 Katuk Sauropus androginus (L.) Merr. Penurun tekanan darah

tinggi

Daun

31 Kawu

jawa/Turi

Sesbania grandiflora Pers. Demam, sarampa, panas

dalam dan paru-paru basah

Daun

32 Kayu Pahit Strychnos lucida R. Br., Obat segala macam

penyakit, sakit pinggang

Batang

33 Kedondong

hutan

Dysoxylum oppositifolium

F.Muell.

Proses penyembuhan,

keseleo, salah urat

Daun

34 Kelapa Cocos nucifera L. Penurun tekanan darah

tinggi, diabetes, keracunan

Buah

35 Kentang Solanum tuberosum L. Hipertensi Umbi

36 Kelor Moringa oleifera L. Demam, melancarkan air

susu,

Daun

37 Kemangi Ocimum basilicum L. Bau badan Daun

38 Kemiri Aleurites moluccana (L.) Willd Penyubur rambut, obat

kudis

Buah, daun

39 Kencur Kaempferia galanga (Linn.) Penambah nafsu makan,

radang lambung

Rimpang

40 Ketumbar Coriandrum sativum L. Penyakit saluran

pencernaan

Biji

41 Komba-

komba

Chromolaena odorata (L) R.M.

King

Obat Luka Daun

42 Konduru Sechium edule (Jacq.) Sw. Thypus Buah muda

43 Kopi Coffea arabica L. Obat setelah melahirkan Daun

44 Kumis kucing Orthosiphon spicatus B.B.S. Demam, panas dalam,

malaria, muntah darah,

sakit pinggang

Daun

45 Kunyit Curcuma domestica Val. Luka dalam, sehabis

melahirkan, kudis

Rimpang

46 Kusambe Schleichera oleosa (Lour.)

Oken

Penyakit dalam, muntah

darah, paru-paru basah

Kulit batang

47 Lapi Macaranga tanarius Muell.

Arg.

Penurun tekanan darah

tinggi

Daun

48 Lengkuas Alpinia galanga (L.) Willd. Penyakit kulit Rimpang

49 Libo Ficus septicaa Burm. F. Membersihkan darah Daun dan

batang

50 Lidah buaya Aloe vera Bush. Demam, penyubur rambut Daun

51 Lidah mertua Sansevieria trifasciata Batuk, flu Daun

52 Lombok besar Capsicum annum L. Sariawan, sakit gigi Buah

53 Lombok kecil Capsicum frustescens L. Sariawan, sembelit,

menambah nafsu makan

Buah

54 Maniaga Tidak teridentifikasi Obat panjang umur Daun dan

batang

55 Marantawali Tinospora crispa L. Demam, malaria, obat

penyakit dalam

Daun

Page 92: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

74

No Nama Lokal Nama Ilmiah Kelompok Kegunaan

Bagian

yang

Digunakan

56 Mengkudu Morinda citrifolia L. Penyakit dalam,

penghilang bau badan

Buah

57 Mentimun Cucumis sativus L. Penurun tekanan darah

tinggi

Buah

58 Nanas kerang Rhoeo discolor (L.Her.) Hance Batuk darah Daun

59 Nenas Ananas comosus (L.) Merr. Sembelit, radang

tenggorokan, cacingan

Buah

60 Ntanga-ntanga Jatropha curcas Linn. Demam, sariawan Daun

61 Pacar air Impatiens balsamina Linn. Keputihan Daun

62 Paria Momordica charantia L. Malaria Buah

63 Pegagan Centella asiatica (L.) Urban Demam, sakit perut Daun

64 Pepaya Carica papaya L. Demam, Malaria Daun, bunga

65 Pinang Areca catechu L. Penyakit dalam,

menguatkan gigi

Daun, akar,

buah

66 Pisang Musa paradisiaca L. Penyakit saluran

pencernaan, proses

penyembuhan

Daun, buah

67 Putri malu Mimosa pudica L. Demam, batuk Daun, akar

68 Rongo Premna foetida Reinw. Demam, sarampa, cacar Batang

69 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss. Penyakit saluran

pencernaan

Buah

70 Sambung

nyawa

Gynura procumbens (Lour.)

Merr.

Penyakit dalam, Daun

71 Samburoto Andrographis paniculata

(Burm.f.) Nees.

Demam,malaria, batuk Daun

72 Sirih Piper betle L. Penyakit dalam, muntah

darah, mata, gigi, batuk,

keputihan

Daun

73 Sirsak Annona muricata L. Demam Daun

74 Srei Cymbopogon nardus (L.)

Rendle.

Demam Akar, daun

75 Srikaya Annona squamosa L. Demam Daun

76 Tangkurera Averrhoa bilimbi L. Penurun tekanan darah

tinggi, demam

Daun

77 Tekulo Kleinhovia hospita Linn. Lever Daun

78 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. Demam Rimpang

79 Tomat Lycopersicum esculentum Mill. Penyakit saluran

pencernaan

Buah

80 Ubi jalar Ipomea batatas L. Rematik, asam urat Umbi

81 Ubi kayu Manihot esculenta Crantz. Demam, sakit kepala, luka Daun, umbi

82 Welalo Archidendron fagifolium (Bl.ex

Miq.) Nielsen

Paru-paru basah Daun

83 Wortel Daucus carota L. Obat mata Buah

Page 93: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

75

Lampiran 8 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai pakan ternak

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

1 Alang-alang Imperata cylindrica (L.) Beauv. Poaceae

2 Bakau Rhizophora sp. Rhizophoraceae

3 Bayam Amaranthus tricolor L. Amaranthaceae

4 Gamal Glyricida sepium (Jacq.) Kunth ex Walp Fabaceae

5 Jagung Zea mays Linn. Poaceae

6 Kangkung Ipomea aquatic Forssk. Convolvulaceae

7 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae

8 Rumput gajah Axonopus compressus (Sw.) P. Beauv. Poaceae

9 Kawu jawa/Turi Sesbania grandiflora Pers. Fabaceae

10 Pegagan Centella asiatica (L.) Urban Apiaceae

11 Rumput teki Cyperus rotundus L. Cyperaceae

12 Padi Oryza sativa Linn. Poaceae

Page 94: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

76

Lampiran 9 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai tumbuhan aromatik

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

1 Cempaka Michelia alba DC. Magnoliaceae

2 Cendana Santalum album Linn. Santalaceae

3 Cengkeh Syzygium aromaticum L. Myrtaceae

4 Gaharu Aquilaria malaccensis Lamk. Thymelaeaceae

5 Gamal Glyricida sepium (Jacq.) Kunth ex Walp Fabaceae

6 Garu Gymnacranthera forbesii Warb. var. forbesii Myristicaceae

7 Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm.&Panz.) Swingle. Rutaceae

8 Jeruk purut Citrus hystrix D.C. Rutaceae

9 Kamboja Plumeria multifora Ait Apocynaceae

10 Kayu manis Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees) Nees

ex Blume

Lauraceae

11 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae

12 Kemiri Aleurites moluccana (L.) Willd Euphorbiaceae

13 Kulilawa Cinnamomum culilawa Blume Lauraceae

14 Langsat Lansium domesticum Corr. Meliaceae

15 Mawar Rosaceae sp. Rosaceae

16 Melati Jasminum sambac L. Oleraceae

17 Tangkurera Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae

Page 95: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

77

Lampiran 10 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai tumbuhan pewarna

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

1 Bunga anting-anting Acalypha australis L. Euphorbiaceae

2 Kemangi Ocimum basilicum L. Zingiberaceae

3 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae

4 Lombok besar Capsicum annum L. Solanaceae

5 Lombok kecil Capsicum frustescens L. Solanaceae

6 Pacar air Impatiens balsamina Linn. Balsaminaceae

7 Pandan Pandanus tectorius Sol. Pandanaceae

8 Ponda Pandanus sp. Pandanaceae

Page 96: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

78

Lampiran 11 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai tumbuhan hias

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

1 Agave Agave cantula Roxb. Agavaceae

2 Anggrek bulan Phalaenopsis amabilis Blume. Orchidaceae

3 Asoka Ixora paludosa (Blume) Kurz. Rubiaceae

4 Bala-bala Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

5 Belimbing Averrhoa carambola L. Oxalidaceae

6 Beluntas Pluchea indica Less Asteraceae

7 Beringin Ficus benjamina L. Moraceae

8 Boroco Celosia argentea L. Amaranthaceae

9 Bougenvile Bougainvillea spectabilis Willd. Nyctaginaceae

10 Bunga anting-anting Acalypha australis L. Euphorbiaceae

11 Bunga jam-jam Vinca sp. Apocynaceae

12 Bunga kancing baju Euphorbia mili Ch.des Moulins Euphorbiaceae

13 Bunga kertas Zinia elegan Asteraceae

14 Bunga pagoda Clerodendrum japonicum (Thunb.) Sweet Verbenaceae

15 Cempaka Michelia alba DC. Magnoliaceae

16 Dara-dara Caesalpinia honduc (Linn.) Roxb. Fabaceae

17 Delima Punica granatum L. Punicaceae

18 Ekor kucing Acalypha hispida Burm.f. Euphorbiaceae

19 Hanjuang Cordyline fruticosa (L.) A. Chev Agavaceae

20 Iler (pohon merah) Coleus scutellarioides (L.) Benth. Zingiberaceae

21 Kaktus Opuntia spp Cactaceae

22 Kaliandra Caliandra haematocephala Hassk. Fabaceae

23 Kamboja Plumeria multifora Ait Apocynaceae

24 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae

25 Kelor Moringa oleifera L. Moringaceae

26 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae

27 Ketapang Terminalia catappa Roxb.L. Combretaceae

28 Kumis kucing Orthosiphon spicatus B.B.S. Lamiaceae

29 Lidah buaya Aloe vera Bush. Liliaceae

30 Lidah mertua Sansevieria trifasciata Agavaceae

31 Lili Chlorophytum Capense (L.) Voss. Euphorbiaceae

32 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae

33 Mawar Rosaceae sp. Rosaceae

34 Melati Jasminum sambac L. Oleraceae

35 Mengkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae

Page 97: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

79

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

36 Nanas kerang Rhoeo discolor (L.Her.) Hance Commelinaceae

37 Nenas Ananas comosus (L.) Merr. Bromeliaceae

38 Ntanga-ntanga Jatropha curcas Linn. Euphorbiaceae

39 Pacar air Impatiens balsamina Linn. Balsaminaceae

40 Pandan Pandanus tectorius Sol. Pandanaceae

41 Pecah beling Strobilanthes crispus BL. Acanthaceae

42 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae

43 Pinang Areca catechu L. Arecaceae

44 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae

45 Ponda Pandanus sp. Pandanaceae

46 Puring Codiaeum variegatum (L.) A. Juss. Euphorbiaceae

47 Putri malu Mimosa pudica L. Fabaceae

48 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss. Arecaceae

49 Samburoto Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees. Acanthaceae

50 Sirih Piper betle L. Piperaceae

51 Sosor Bebek Kalanchoe pinnata (Lamk.) Pers. Crassulaceae

52 Srei Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Poaceae

53 Srikaya Annona squamosa L. Annonaceae

54 Tangkurera Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae

55 Tebu Saccharum officinarum L. Poaceae

Page 98: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

80

Lampiran 12 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai bahan tali, anyaman dan

kerajinan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

1 Alang-alang Imperata cylindrica (L.) Beauv. Poaceae

2 Bambu Bambusa sp. Poaceae

3 Bambu buluh Bambusa atra Poaceae

4 Enau Arenga pinnata (Wurmb.) Merr Arecaceae

5 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae

6 Nipah Nypa fruticans Wumbs Arecaceae

7 Pandan Pandanus tectorius Sol. Pandanaceaae

8 Ponda Pandanus sp. Pandanaceaae

9 Rotan Callamus sp. Arecaceae

10 Rumput gajah Axonopus compressus (Sw.) P. Beauv. Poaceae

11 Sagu Metroxylon sagu Rottb. Arecaceae

Page 99: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

81

Lampiran 13 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

penyangga hutan Lambusango sebagai tumbuhan upacara adat

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

1 Asam Tamarindus indica Linn. Fabaceae

2 Asoka Ixora paludosa (Blume) Kurz. Rubiaceae

3 Bambu Bambusa sp. Poaceae

4 Bunga kertas Zinia elegan Asteraceae

5 Cempaka Michelia alba DC. Magnoliaceae

6 Cengkeh Syzygium aromaticum L. Myrtaceae

7 Enau Arenga pinnata (Wurmb.) Merr Arecaceae

8 Gaharu Aquilaria malaccensis Lamk. Thymelaeaceae

9 Garu Gymnacranthera forbesii Warb. var. forbesii Myristicaceae

10 Jagung Zea mays Linn. Poaceae

11 Jahe Zingiber officinale Roxb. Zingiberaceae

12 Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm.&Panz.) Swingle. Rutaceae

13 Kambahu Planchonia valida Blume Lecythidaceae

14 Kambampu Grewia koordersiana Burret Tiliaceae

15 Kamboja Plumeria multifora Ait Apocynaceae

16 Kateo-teo Syzygium densiflorum Wall. Myrtaceae

17 Kayu manis Cinnamomum zaylanicum Lauraceae

18 Kayu Pahit Strychnos lucida R. Br., Loganiaceae

19 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae

20 Kelor Moringa oleifera L. Moringaceae

21 Kemangi Ocimum basilicum L. Zingiberaceae

22 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae

23 Kencur Kaempferia galanga (Linn.) Zingiberaceae

24 Kopi Coffea arabica L. Rubiaceae

25 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae

26 Langsat Lansium domesticum Corr. Meliaceae

27 Lapi Macaranga tanarius Muell. Arg. Euphorbiaceaae

28 Lengkuas Alpinia galanga (L.) Willd. Zingiberaceae

29 Mawar Rosaceae sp. Rosaceae

30 Melati Jasminum sambac L. Oleraceae

31 Nipah Nypa fruticans Wumbs Arecaceae

32 Padi Oryza sativa Linn. Poaceae

33 Pandan Pandanus tectorius Sol. Pandanaceae

34 Paria Momordica charantia L. Cucurbitaceae

35 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae

Page 100: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

82

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

36 Pinang Areca catechu L. Arecaceae

37 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae

38 Salam Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. Myrtaceae

39 Sirih Piper betle L. Piperaceae

40 Ubi jalar Ipomea batatas L. Convolvulaceae

41 Ubi kayu Manihot esculenta Crantz. Euphorbiaceaae

Page 101: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

83

Lampiran 14 Tingkat kegunaan tumbuhan

No Nama Lokal Nama Ilmiah ∑ Kegunaan Kegunaan*

1 Kelapa Cocos nucifera L. 9 1,2,3,4,5,7,9,10,11

2 Pisang Musa paradisiaca L. 5 1,5,6, 9,11

3 Bambu Bambusa sp. 5 1,3,4,10,11

4 Kunyit Curcuma domestica Val. 5 1,2,5,8,11

5 Sirih Piper betle L. 5 1,2,5,9,11

6 Asam Tamarindus indica Linn. 5 1,2,4,5,11

7 Pandan Pandanus tectorius Sol. 5 1,8,9,10,11

8 Cengkeh Syzygium aromaticum L. 5 1,4,5,7,11

9 Jeruk nipis Citrus aurantifolia

(Christm.&Panz.) Swingle.

5 1,2,5,7,11

10 Jagung Zea mays Linn. 4 1,5,6,11

11 Rotan Callamus sp. 4 1,3,4,10

12 Pepaya Carica papaya L. 4 1,5,9,11

13 Kelor Moringa oleifera L. 4 1,5,9,11

14 Gamal Glyricida sepium (Jacq.) Kunth ex

Walp

4 3,4,6,7

15 Nipah Nypa fruticans Wumb 4 1,3,10,11

16 Alang-alang Imperata cylindrica (L.) Beauv. 4 3,5,6,10

17 Kawu jawa/Turi Sesbania grandiflora Pers. 4 3,4,5,6

18 Jeruk purut Citrus hystrix D.C. 4 1,2,5,7

19 Kemangi Ocimum basilicum L. 4 1,5,8,11

20 Kemiri Aleuritus moluccana (L.) Willd 4 1,3,5,7

21 Kencur Kaempferia galanga (Linn.) 4 1,2,5,11

22 Lapi Macaranga tanarius Muell. Arg. 4 3,4,5,11

23 Lengkuas Alpinia galanga (L.) Willd. 4 1,2,5,11

24 Cempaka Michelia alba DC. 4 5,7,9,11

25 Garu Gymnacranthera forbesii Warb.

var. forbesii

4 3,4,7,11

26 Pinang Areca catechu L. 4 1,5,9,11

27 Ponda Pandanus sp. 4 1,8,9,10

28 Gaharu Aquilaria malaccensis Lamk. 4 3,4,7,11

29 Tangkurera Averrhoa bilimbi L. 4 1,5,7,9

30 Bambu buluh Bambusa atra 3 3,4,10

31 Enau Arenga pinnata (Wurmb.) Merr 3 2,10,11

32 Padi Oryza sativa Linn. 3 1,6,11

33 Sagu Metroxylon sagu Rottb. 3 1,3,10

34 Ubi jalar Ipomea batatas L. 3 1,5,11

35 Ubi kayu Manihot esculenta Crantz. 3 1,5,11

Keterangan* :

1. Pangan 5. Obat 9. Tumbuhan hias

2. Minuman 6. Pakan ternak 10. Tali, anyaman dan kerajinan

3. Bahan bangunan 7. Aromatik 11. Bahan upacara adat

4. Kayu bakar 8. Pewarna

Page 102: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

84

Lampiran15 Daftar responden yang diwawancara

No Nama Umur Dusun Desa/Kelurahan Kecamatan

1 La Pera 86 Wawoncusu Lambusango Kapuntori

2 Hamia 31 Wawoncusu Lambusango Kapuntori

3 Samna 38 Wawoncusu Lambusango Kapuntori

4 Mila 31 Wawoncusu Lambusango Kapuntori

5 La Rambo 57 Wawoncusu Lambusango Kapuntori

6 La Ode Impo 57 Wawoncusu Lambusango Kapuntori

7 Nurma 52 Wawoncusu Lambusango Kapuntori

8 La Ode Tamsin 41 Wawoncusu Lambusango Kapuntori

9 Liza 80 Mandauli Lambusango Kapuntori

10 La Awa 34 Mandauli Lambusango Kapuntori

11 Nasarudin 37 Mandauli Lambusango Kapuntori

12 Baharudin 43 Mandauli Lambusango Kapuntori

13 Aeta 45 Mandauli Lambusango Kapuntori

14 Sumiati 43 Mandauli Lambusango Kapuntori

15 Laganepo 45 Mandauli Lambusango Kapuntori

16 Rusiana 37 Mandauli Lambusango Kapuntori

17 Farihi 45 Mandauli Lambusango Kapuntori

18 Zamuddin 45 Pobaa Lambusango Kapuntori

19 Ardi 46 Pobaa Lambusango Kapuntori

20 Hasan 40 Pobaa Lambusango Kapuntori

21 Wa Azizah 70 Pobaa Lambusango Kapuntori

22 Kiasta 37 Pobaa Lambusango Kapuntori

23 Rafiah 42 Wakancideli Watumotobe Kapuntori

24 La Rasina 75 Wakancideli Watumotobe Kapuntori

25 Iskandar 67 Wakancideli Watumotobe Kapuntori

26 Rudi 63 Wakancideli Watumotobe Kapuntori

27 Udin 35 Wakancideli Watumotobe Kapuntori

28 Sudin 39 Palewata Timur Watumotobe Kapuntori

29 Saria 75 Palewata Timur Watumotobe Kapuntori

30 Hasidu 85 Palewata Timur Watumotobe Kapuntori

31 La Umi 52 Palewata Timur Watumotobe Kapuntori

32 La Ode Syarif 49 Palewata Timur Watumotobe Kapuntori

33 La Abadi 48 Palewata Timur Watumotobe Kapuntori

34 Sumista 53 Palewata Timur Watumotobe Kapuntori

35 La Bariji 45 Palewata Barat Watumotobe Kapuntori

36 Kamirudin 50 Palewata Barat Watumotobe Kapuntori

37 Saifu 57 Palewata Barat Watumotobe Kapuntori

38 La Ode Muhinu 67 Palewata Barat Watumotobe Kapuntori

39 Saite 70 Palewata Barat Watumotobe Kapuntori

40 La Tajura 48 Talingko Wambulu Kapuntori

Page 103: KAJIAN ETNOBOTANI SUKU BUTON (Kasus Masyarakat … · newspapers, wattle, label and writing tools. The method of this study consisted of 3 steps: (1) The data collection through literatur

85

No Nama Umur Dusun Desa/Kelurahan Kecamatan

41 La Ode Baetu 50 Talingko Wambulu Kapuntori

42 Rusdin 41 Talingko Wambulu Kapuntori

43 La Uta 60 Talingko Wambulu Kapuntori

44 La Oncisu 48 Talingko Wambulu Kapuntori

45 La Isa 64 Wambulu Wambulu Kapuntori

46 La Obuu 62 Wambulu Wambulu Kapuntori

47 La Rahima 48 Wambulu Wambulu Kapuntori

48 La Hazuri 42 Wambulu Wambulu Kapuntori

49 Kadir 62 Wambulu Wambulu Kapuntori