kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · mendorong sistem ... nilai-nilai yang menjadi...

91
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I Tahun 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Bambang Himawan : Kepala Perwakilan Christin R. Sidabutar : Deputi Kepala Perwakilan Dhony Iwan Kristanto : Analis Ekonomi Deded Tuwanda Prima : Analis Ekonomi Muhammad Fajar A. : Analis Ekonomi Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx

Upload: truongliem

Post on 28-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI BENGKULU

Triwulan I Tahun 2015

Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara

triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis

perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini

mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan

prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan

kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di

Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan

ekonomi dan keuangan terkini.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Bambang Himawan : Kepala Perwakilan

Christin R. Sidabutar : Deputi Kepala Perwakilan

Dhony Iwan Kristanto : Analis Ekonomi

Deded Tuwanda Prima : Analis Ekonomi

Muhammad Fajar A. : Analis Ekonomi

Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-

nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau

berperilaku yaitu Trust (kepercayaan), Integrity (integritas), Professionalism (profesionalisme),

Excellence (kesempurnaan), Public Interest (kepentingan publik), Coordination & Teamwork

(koordinasi & kerjasama)

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan

kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem

keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk

mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan

berkesinambungan.

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia- Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Bengkulu Triwulan IV 2014 stakeholders

Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional diterbitkan secara triwulanan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu untuk memenuhi kebutuhan informasi

mengenai keadaan ekonomi makro, moneter, perbankan dan prospek ekonomi Provinsi

Bengkulu kedepan.

Kami sampaikan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan I 2015

tumbuh sebesar 5,44% (yoy). Sementara itu, dari sisi harga, inflasi Provinsi Bengkulu

tercatat sebesar 7,65% (yoy). Terkait kajian dimaksud kami berharap informasi yang kami

sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi dalam pembelajaran dan/atau proses

pengambilan kebijakan beberapa pihak terkait.

Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan

dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami mengharapkan

kritik dan saran membangun dari pengguna/pembaca demi penyempurnaan di masa yang

akan datang.

Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap

langkah kita.

Bengkulu, 20 Mei 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI BENGKULU

Bambang Himawan Kepala perwakilan

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 1

DAFTAR TABEL ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GRAFIK................................................................... Error! Bookmark not defined.

RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I 2015 ........................................................ 6

1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan ........................................... 8

1.1.1 Konsumsi ........................................................................................................... 8

1.1.2 Investasi ........................................................................................................... 10

1.1.3 Ekspor dan Impor .................................................. Error! Bookmark not defined.

1.2 PDRB Sisi Sektoral ........................................................ Error! Bookmark not defined.

1.2.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. .......... Error! Bookmark not defined.

1.2.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor ... Error!

Bookmark not defined.

1.2.3 Sektor Konstruksi. ................................................. Error! Bookmark not defined.

1.2.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian .................... Error! Bookmark not defined.

1.2.5 Sektor Industri Pengolahan .................................... Error! Bookmark not defined.

1.2.6 Sektor Transportasi dan Pergudangan ............................................................... 20

BOKS1 : KEDAULATAN PANGAN DI PROVINSI BENGKULU ............................................. 21

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULAN I 2015 ............ Error! Bookmark not defined.

2.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa ......................... Error! Bookmark not defined.

2.2 Perkembangan Inflasi Non Fundamental ................................................................. 33

2.3 Perkembangan Inflasi Fundamental (Core/Inti) ........................................................ 35

2.4 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi/Kota di Sumatera .............................................. 36

BOKS 2. DIVERSIFIKASI PANGAN DENGAN MENGKONSUMSI PISANG SEBAGAI BAHAN

PANGAN ALTERNATIF ........................................................ Error! Bookmark not defined.

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

BAB III PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH DAN SISTEM

PEMBAYARAN ................................................................................................................ 41

3.1 Perkembangan Bank Umum .................................................................................... 42

3.1.1 Aset Bank Umum ............................................................................................. 42

3.1.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga ..................................................................... 43

3.1.3 Perkembangan Kredit / Pembiayaan .................................................................. 45

3.1.4 Risiko Stabilitas Sistem Keuangan ........................... Error! Bookmark not defined.

3.1.5 Perkembangan Kredit Pembiayaan UMKM ............. Error! Bookmark not defined.

3.2 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Bank Umum ........................................ 50

3.3 Bank Perkreditan/ Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ....................................... 52

3.4 Sistem Pembayaran ................................................................................................. 53

3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai ................................................................................. 53

3.4.1.1 Pemusnahan Uang Kartal ........................................................................... 54

3.4.1.2 Penemuan Uang Palsu ................................................................................ 54

3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai .......................................................................... 55

3.4.2.1 Perkembangan Kliring Lokal ....................................................................... 55

3.4.2.2 Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) ..................................... 56

3.4.2.3 Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) ................................................. 57

BOKS 3. PERKEMBANGAN DUNIA USAHA MELAMBAT SELAMA TRIWULAN I ............ Error!

Bookmark not defined.

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ............................................................. 61

4.1 Pendapatan Daerah ................................................................................................ 61

4.2 Anggaran Belanja APBD Pemerintah Daerah ............................................................ 63

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH......................................... 65

5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan ............................................................................. 65

5.2 Perkembangan Kesejahteraan ...................................... Error! Bookmark not defined.

5.3 Perkembangan Kemiskinan ..................................................................................... 68

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ................................................................... 71

6.1 Perekonomian Triwulan II 2015 ............................................................................... 71

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

6.2 Inflasi Triwulan II 2015 ............................................................................................ 73

Lampiran.......................................................................................................................... 75

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perekonomian

Bengkulu triwulan I

2015 melambat

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I 2015

sebesar 5,44% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi

triwulan sebelumnya 5,66% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan

perlambatan perekonomian nasional maupun Sumatera.

Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari konsumsi

rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi. Perlambatan konsumsi

rumah tangga dipicu oleh melemahnya daya beli masyarakat. Sementara

itu kendala teknis perubahan nomenklatur kementerian/lembaga dan

pengesahan APBN-P 2015 yang baru dilaksanakan pada bulan Februari

2015 mengakibatkan penyerapan belanja pemerintah tidak maksimal.

Di sisi sektoral, perlambatan bersumber Sektor Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan penggalian,serta

Sektor Konstruksi. Perlambatan cukup dalam terjadi di sektor konstruksi

sebagai dampak masih terbatasnya penyerapan belanja infrastruktur

Pemerintah dan turunnya kinerja investasi. Perlambatan Sektor Pertanian

bersumber dari menurunnya produksi komoditas perkebunan (karet,

sawit), sementara pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura

masih tumbuh cukup baik memasuki periode panen. Perlambatan Sektor

pertambangan dan penggalian, bersumber dari sub sektor penggalian

sebagai dampak menurunnya sektor konstruksi. Disisi lain, kinerja

pertambangan diperkirakan mengalami perbaikan yang dipicu depresiasi

nilai tukar terhadap harga batubara.

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tekanan inflasi

Provinsi Bengkulu

melambat

Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan I tahun 2015 sebesar 7,65% (yoy)

melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 lalu sebesar 10,85%

(yoy). Perlambatan Inflasi terjadi pada kelompok Administered Prices dan

Volatile Food. Laju inflasi Bengkulu pada triwulan laporan berada diatas

inflasi nasional (5.04%) maupun inflasi rata-rata Sumatera (6.12%).

Secara umum Inflasi Non Fundamental menunjukkan perlambatan

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

2

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik disisi Inflasi Administered

Price maupun Inflasi Volatile Food. Namun Inflasi Inti pada triwulan

laporan menunjukkan kenaikan dengan tekanan yang lebih moderat

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Perbankan dan

sistem pembayaran

Provinsi Bengkulu

dalam kondisi yang

cukup baik

Memasuki tahun 2015, stabilitas sistem keuangan di Provinsi

Bengkulu menunjukkan arah perbaikan. Hal ini tercermin dari

menurunnya LDR dan NPL dibandingkan triwulan sebelumnya. LDR pada

triwulan I 2015 mencapai 140,05% dengan tingkat NPL sebesar 2,67%.

Tingkat LDR di Bengkulu masih cenderung beresiko karena rasionya > 100

yang dipicu tingginya permintaan kredit namun kurang diimbangi

kemampuan penghimpunan dana pihak ketiga.

Disisi sistem pembayaran, Pada triwulan I 2015, posisi

pengedaran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu mengalami net cash

inflow sejalan dengan siklus tahunan. Sementara transaksi non tunai

kliring secara nominal mengalami pertumbuhan baik, namun disisi lain

transaksi RTGS mengalami penurunan.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Penyerapan Belanja

Daerah masih belum

optimal

Realisasi pendapatan daerah terhadap target anggaran lebih baik

dibandingkan triwulan I 2014. Sementara penyerapan belanja daerah

terhadap anggaran pada triwulan I 2015 lebih rendah. Realisasi

pendapatan Triwulan I 2015 mencapai 18,64% dari target anggaran,

lebih baik dibandingkan Triwulan I 2014 yang mencapai 18,31% dari

target anggaran. Sementara disisi belanja daerah, penyerapan sampai

dengan Triwulan I 2015 mencapai 9,13% dari target anggaran sedikit

lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar

10,32%.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

Tingkat

Pengangguran

Terbuka (TPT) dan

Nilai Tukar Petani

(NTP) membaik

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Bengkulu menunjukkan

perbaikan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,47% (Agustus

2014). Jumlah serapan tenaga kerja meningkat dengan porsi terbesar

pada sektor pertanian sebesar 50,6%, disusul sektor jasa kemasyarakatan

(18,1%) dan sektor PHR (17,2%).

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

3

Tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya petani di Provinsi

Bengkulu sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Namun tingkat kesejahteraan petani masih belum membaik,

tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dan indeks yang masih

dibawah 100.

Persentase jumlah penduduk miskin pada September 2014 turun

dibanding posisi Maret 2014. Jumlah penduduk miskin di Provinsi

Bengkulu berjumlah 316.500 jiwa 17,09% dari total penduduk, turun

dibandingkan persentase penduduk miskin pada Maret 2014 yang

mencapai 17,48%. Penurunan penduduk miskin terutama terjadi di

daerah perkotaan, sementara di pedesaan cenderung meningkat.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Perekonomian

Provinsi Bengkulu

triwulan II 2015

diperkirakan tumbuh

lebih baik, dengan

tekanan inflasi

meningkat

Perekonomian Triwulan II dierkirakan tumbuh sebesar 5.5 5.9 % (yoy)

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5.44%. (yoy). Disisi

permintaan pertumbuhan diperkirakan didorong oleh konsumsi rumah

tangga dan konsumsi pemerintah. Optimisme konsumsi rumah tangga

dibangun oleh perkiraan peningkatan belanja masyarakat menjelang

bulan Ramadhan, dan perayaan musim hajatan menjelang Ramadhan.

Penyerapan fiskal yang terkendala pada triwulan I 2015 diperkirakan mulai

mengalami peningkatan setelah disahkannya APBNP pada 13 Februari

2015. Selain itu kegiatan investasi dan ekspor diperkirakan mengalami

kenaikan dibandingkan triwulan I 2015.

Inflasi Triwulan II diperkirakan berada pada kisaran 9.5-10% (yoy)

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7.65%. (yoy).

Ekspektasi Inflasi diperkirakan meningkat pada triwulan II 2015 yang

didorong oleh beberapa faktor : (i) musim hajatan menjelang bulan

Ramadhan, (ii) meningkatnya konsumsi memasuki tahun ajaran baru, (iii)

penyerapan belanja daerah meningkat sehingga pendapatan masyarakat

yang terkait langsung dengan realiasasi anggaran akan berdampak.

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

BAB I PERKEMBANGAN

EKONOMI MAKRO

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

5

IINNDDIIKKAATTOORR MMAAKKRROO

PPeerrttuummbbuuhhaann EEkkoonnoommii BBeennggkkuulluu

Triwulan IV 2014 Triwulan I 2015

5.66%yoy

5.44%yoy

$13.92Juta

$2.90Juta

$49.84Juta

$41.55Juta

$652.10/mt

$625.44/mt

$1.93/mt

$1.83/mt

$56.16/mt

$53.35/mt

108.33

97.67

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

6

PPEERRTTUUMMBBUUHHAANN EEKKOONNOOMMII

TTRRIIWWUULLAANN II 22001155

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I2015 sebesar 5,44% (yoy), lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya 5,66% (yoy). Perlambatan

tersebut sejalan dengan perlambatan perekonomiannasional maupun Sumatera.

Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan

investasi.Pangsa konsumsi rumah tangga yang cukup besar pada

perekonomian domestik (65%) mendorong perekonomian

Bengkulu secara umum melambat. Perlambatan konsumsi

rumah tangga dipicu oleh melemahnya daya beli masyarakat

yang dipengaruhi beberapa faktor antara lain (i) tren penurunan

harga komoditas masih berlanjut meskipun sedikit diredam oleh

depresiasi rupiah, (ii) kenaikan inflasi inti yang didorong oleh

depresiasi nilai tukar dan penyesuaian harga produsen di awal

tahun, (iii) penyerapan belanja daerah terkendala sehingga

berpengaruh pada pendapatan kelompok masyarakat yang

terkait langsung proyek-proyek fisik pemerintah.

4.905.005.105.205.305.405.505.605.705.80

7,8008,0008,2008,4008,6008,8009,0009,2009,4009,600

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

% y

oy

Mili

ar R

p

PDRB (skala kiri)

LPE (yoy; skala kanan)

PERTUMBUHAN EKONOMI

BENGKULU (% yoy)

TW IV 20145.66 TW I 2015 5.44

SUMATERA (% yoy)

TW IV 2014 4.18 TW I 20153.53

NASIONAL (% yoy)

TW IV 20145.14 TW I 2015 4.71

Sumber : BPS Prov Bengkulu (diolah)

Grafik 1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu ADHK 2010, angka sementara (diolah)

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

7

Sementara itu kendala teknis perubahan nomenklatur

kementerian/lembaga dan pengesahan APBN-P 2015 yang

baru dilaksanakan pada bulan Februari 2015 mengakibatkan

penyerapan belanja pemerintah tidak maksimal dilakukan sejak

awal tahun.

Demikian halnya dengan kinerja investasi yang melambat,hal

ini didorong oleh beberapa faktor non fundamental eksternal

maupun domestik : (i) volatilitas nilai tukar yang tinggi

mendorong investor untuk mengambil posisi wait and see, (ii)

harga komoditas internasional masih dalam tren penurunan,

serta (iii) proyek infrastruktur fisik Pemerintah belum terealisasi

maksimal, karena masih dalam proses lelang/tender.

Di sisi sektoral, perlambatan bersumber Sektor

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Sektor

Pertambangan dan penggalian,serta Sektor

Konstruksi.1

Perlambatan cukup dalam terjadi di sektor konstruksi

sebagai dampak masih terbatasnya penyerapan belanja

infrastruktur Pemerintah dan turunnya kinerja investasi.

Perlambatan Sektor Pertanian bersumber dari

menurunnya produksi komoditas perkebunan (karet,

sawit), sementara pada sub sektor tanaman pangan dan

hortikultura masih tumbuh cukup baik memasuki periode

panen.

Perlambatan Sektor pertambangan dan penggalian,

bersumber dari sub sektor penggalian sebagai dampak

menurunnya sektor konstruksi. Disisi lain, kinerja

pertambangan diperkirakan mengalami perbaikan yang

dipicu depresiasi nilai tukar terhadap harga batubara.

1 Mulai Periode triwulan IV 2014, analisis Pertumbuhan Ekonomi menggunakan struktur baru berdasarkan ADHK

2010. Analisis terkait Penyesuaian Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan ADHK 2000 dan ADHK 2010 ditampilkan

dalam Boks.

PERLAMBATAN EKONOMI SISI PERMINTAAN

PERLAMBATAN EKONOMI SISI PENAWARAN

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

8

11..11 PPrroodduukk DDoommeessttiikk RReeggiioonnaall BBrruuttoo

SSiissii PPeenngggguunnaaaann

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 6% (yoy),

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mencapai 6,46% (yoy). Kondisi tersebut didorong beberapa

faktor yaitu: (i) daya beli belum pulih seiring tren pelemahan

harga komoditas yang masih berlanjut, meskipun sedikit diredam

depresiasi rupiah, (ii) Tertundanya penyerapan belanja daerah

memberikan efek dominopendapatan sektor rumah tangga yang

mempunyai keterkaitan dengan proyek-proyek di sektor

pemerintahan, (iii) Kenaikan inflasi inti sebagai dampak

penyesuaian harga-harga barang produsen di awal tahun.

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu ADHK 2010, angka sementara, (diolah)

Berdasarkan tendensi konsumsi pada triwulan I-2015,

Perlambatan konsumsi didorong oleh 2 faktor utama yaitu

menurunnya pendapatan konsumen dan menurunnya

konsumsi barang non makanan. Indeks pendapatan rumah

tangga hanya mencapai 84.95 sementara indeks konsumsi non

makanan sebesar 97.03 dibawah ambang normal = 100.

Tekanan inflasi inti dampak depresiasi nilai tukar diperkirakan

menjadi salah satu pemicunya.

5.00

5.20

5.40

5.60

5.80

6.00

6.20

6.40

6.60

4,800

5,000

5,200

5,400

5,600

5,800

6,000

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

% y

oy

Mili

ar R

p

Konsumsi RT

Kons. RT g(yoy)

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2013 2014 2015

Inflasi Inti

INDEKS PENDAPATAN RUMAH TANGGA

TW IV 2014100.58 TW I 2015 84.95

KONSUMSI RUMAHTANGGA BENGKULU (% yoy)

TW IV 20146.46 TW I 2015 6.00

Grafik 1.2 KONSUMSI RUMAH TANGGA DAN PERKEMBANGAN INFLASI INTI Sumber : BPS Prov. Bengkulu ADHK 2010, angka sementara (diolah)

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

9

Melambatnya konsumsi non

makanandikonfirmasimelambatnya pertumbuhan pembelian

kendaraan baru.Pertumbuhan kendaraan roda empat pada

triwulan laporan terkontraksi sebesar 8,09% (yoy) lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan

pertumbuhan mencapai 11,09% (yoy). Sementara pertumbuhan

kendaraan roda dua mengalami kontraksi yang semakin dalam

dari 22,88% (yoy) menjadi 33,97% (yoy) pada triwulan I 2015.

Kredit Kepemilikan Kendaraan tercatat melambat, hanya sebesar

21,51% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 37,24% (yoy)

Sumber : LBU BI dan Dispenda Provinsi Bengkulu, diolah

Menurunnya tingkat pendapatan masyarakat secara agregat

direspon masyarakat melaluisumber pembiayaan lainnya.

Kredit konsumsi mengalami kenaikan dan terjadi perlambatan

tabungan masyarakat di perbankan. Tercatat pertumbuhan

kredit sebesar 16,78% (yoy) meningkat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,49% (yoy).

Perlambatan tabungan masyarakat tercatat pada triwulan

laporan yang tumbuh 3,43% (yoy) lebih dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 4,91% (yoy)

-50

0

50

100

150

0200400600800

1,0001,200

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

yoy

Rp

Mili

ar

Kredit Kendaraan Bermotor

Nominal (Rp Miliar)

Pertumbuhan (yoy)-rhs

-50-40-30-20-10

01020304050

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

% y

oy

Kendaraan Bermotor

Kendaraan R4

Kendaraan R2

PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI

TW IV 2014 15.49 TW I 2015 16.78

INDEKS KONSUMSI NON MAKANAN

TW IV 2014114.85 TW I 2015 97.03

INFLASI INTI (% yoy)

TW IV 20145.54 TW I 2015 6.55

Grafik 1.3 KREDIT PEMILIKAN KENDARAAN DAN PERKEMBANGAN JUMLAH KENDARAAN BARU Sumber : LBU BI dan Dispenda Prov. Bengkulu, diolah

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

10

Konsumsi Pemerintah melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya, tercatat hanya sebesar0,92% (yoy) lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,46% (yoy).

Kendala teknis perubahan nomenklatur kementerian/lembaga

mendorong penyerapan belanja pemerintah tertunda. Hal ini

dikonfirmasi giro pemerintah yang ada di perbankan. Tercatat

saldo giro milik pemerintah pada triwulan I 2105 relatif cukup

tinggi sebesar 2,1 Triliun, dibandingkan triwulan lalu hanya 1,6

Triliun.

1.2. Investasi

Investasi mengalami perlambatan, Investasi yang

tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

(PMTDB) hanya tumbuh sebesar 1,83% (yoy) jauh lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,39%

(yoy). Perlambatan investasi ini didorong oleh beberapa faktor

yaitu (i) Serapan belanja modal Pemerintah masih terbatas, (ii)

Kondisi nilai tukaryang berfluktuatif mendorong investor wait

and see, khususnya pada beberapa Pabrik Kelapa Sawit yang

berencana akan dibangun di Bengkulu, (iii) Beberapa proyek

infrastruktur Pemerintah masih dalam tahapan lelang dan

pekerjaan fisik masih terbatas, (iv) kenaikan harga barang-barang

kebutuhan konstruksi impor.

-50

0

50

100

0

1,000

2,000

3,000

4,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

yoyRp MiliarGiro Pemerintah

Nominal (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)-rhs

0

200

400

600

800

1,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2013 2014 2015

Rp Miliar Realisasi Belanja Daerah

KONSUMSI PEMERINTAH BENGKULU (% yoy)

TW IV 2014 10.46 TW I 2015 0.92

PDRB INVESTASI BENGKULU (% yoy)

TW IV 2014 5.39 TW I 2015 1.83

Grafik 1.4 PERKEMBANGAN GIRO PEMERINTAH DAN BELANJA DAERAH Sumber : LBU BI dan Biro Keuangan Setdaprov Bengkulu (diolah)

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

11

Melambatnya pertumbuhan investasi dipengaruhi oleh

rendahnya realisasi anggaran pemerintah. Hingga triwulan I-

2015 anggaran belanja modal yang sudah direalisasikan sebesar

Rp95,4 Juta, angka ini jauh dibawah realisasi triwulan lalu yang

mencapai Rp147,36 Miiar. Melambatnya pertumbuhan investasi

juga dikonfirmasi dari kontraksi penjualan semen di Bengkulu.

Selama triwulan I 2015 angka penjualan semen berkontraksi

sebesar 9,28% (yoy).

Investasi Penanaman Moal Asing menurun dari US13,92 juta pada triwulan IV

2014 menjadi hanya sebesar US$ 2,90 juta pada triwulan I 2015. Melambatnya

pertumbuhan investasi pada triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi dari hasil liasion terutama

pada perusahaan kelapa sawit. Masih rendahnya harga ekspor CPO dan fluktuasi nilai tukar

membuat perusahaan menunda rencana investasi dalam bentuk pembukaan lahan baru,

replanting, maupun pembangunan pabrik pengolahan CPO.

-20-1001020304050

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

yoyRp

MiliarKredit Investasi

Nominal (Rp Miliar)

Pertumbuhan (yoy)-rhs

-40-30-20-100102030

0

50,000

100,000

150,000

200,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

yoyTon Realisasi Semen

Volume (ton)

Pertumbuhan (yoy)-rhs

BELANJA MODAL (Rp)

TW IV 2014147,36M TW I 2015 95,4 Jt

PMA (US$ Juta)

TW IV 201413.92 TW I 2015 2.90

Grafik 1.5 PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI DAN REALISASI SEMEN Sumber : LBU BI dan Asosiasi Semen (diolah)

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

12

1.3. Ekspor Impor

Kinerja ekspor meningkat, terutama ditunjang ekspor

antar daerah. Ekspor tumbuh 8,68% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan IV-2014 yang tumbuh sebesar 1,85%

(yoy). Memasuki musim panen padi pada triwulan I 2015, ekspor

komoditas antar daerah diperkirakan meningkat. Sementara

ekspor luar negeri masih menunjukkan kontraksi meskipun

dengan tren yang membaik dari -45,72% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi hanya -32,63% (yoy) pada triwulan I 2015.

Depresiasi nilai tukar belum menunjukkan dampak yang

signifikan terhadap perbaikan ekspor, karena disisi lain harga

internasional komoditas strategis ekspor justru mengalami

penurunan. Komoditas strategis yang mengalami perbaikan

adalah ekspor Batubara. Sementara berdasarkan negara tujuan

ekspor utama Provinsi Bengkulu yang mengalami peningkatan

yang cukup signifikan adalah Jepang.

Ekspor Batubara yang sempat mengalami kontraksi dari triwulan III 2014 menunjukkan

perbaikan. Pada triwulan I 2015 kontraksi ekspor batubara Bengkulu mulai menurun 27,90%

(yoy) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang trekontraksi hingga 51,50% (yoy).

Peningkatan ekspor batubara terjadi untuk tujuan India.

(60.00) (40.00) (20.00) - 20.00 40.00 60.00 80.00

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

Volume Ekspor Luar Negeri

Volume ekspor

g Volume Ekspor Luar Negeri (yoy) - rhs

(50.00) (40.00) (30.00) (20.00) (10.00) - 10.00 20.00

- 20.00 40.00 60.00 80.00

100.00 120.00 140.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

Nilai Ekspor Luar Negeri

Nilai Ekspor

g Nilai Ekspor Luar Negeri (yoy) - rhs

EKSPOR BENGKULU (% yoy)

TW IV 2014 1.85 TW I 2015 8.68

IMPOR BENGKULU (% yoy)

TW IV 2014 5.95 TW I 2015 3.57

Grafik 1.6 PERKEMBANGAN EKSPOR LUAR NEGERI PROV. BENGKULU Sumber : PEB, Ditjen Beacukai (diolah)

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

13

USA Filipina India UE Malaysia RRC Jepang Lainnya

I 16.62 9.42 20.69 1.39 7.89 8.69 5.15 16.1

II 18 4.62 34.38 2.84 6.14 9 8.35 19.14

III 6.9 5.51 17.82 5.76 4.64 2.12 5.41 11.39

IV 5.8 5.79 17.28 8.96 4.9 8.33 4.49 18.26

47.33 25.33 90.17 18.96 23.56 28.14 23.4 64.89

I 5.82 8.29 13.2 18.06 2.38 4.24 2.94 9.46

II 5.79 5.71 14.46 17.66 5.11 1.9 4.19 9.59

III 4.93 9.34 14.64 15.7 4.57 0.17 3.7 9.73

IV 3.61 9.04 5.61 14.64 3.44 0.62 1.61 11.28

20.14 32.38 47.91 66.06 15.51 6.92 12.44 40.04

2015 I 3.72 8.99 4.07 5.55 3.99 0.31 3.55 11.38

PERIODE

2013

TOTAL

2014

TOTAL

Kontraksi ekspor karet Bengkulu yang terjadi sejak tahun 2012 terus berlanjut.Kontraksi

nilai ekspor karet pada triwulan I 2015 mencapai -38% terus mengalami kemunduran

dibandingkan kontraksi pada triwulan IV 2014 yang mencapai -36%. Permintaan dunia

terhadap komoditi karet alam belum menujukkan peningkatan sementara pasokan dunia

meningkat dari negara eksportir karet lainnya, seperti Thailand dan Malaysia.

Ekspor komoditas kelapa sawit menunjukkan kontraksi yang cukup dalam. Pada triwulan I

2015, ekspor kelapa sawit terkontraksi sebesar 51,48% (yoy) menurun dibandingkantriwulan

sebelumnya sebesar 9,86% (yoy). Menurunnya produksi TBS,melemahnya permintaan global

dan menurunnya harga internasional meskipun sedikit diredam oleh depresiasi nilai tukar.

(70.00) (60.00) (50.00) (40.00) (30.00) (20.00) (10.00) -

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

Nilai Ekspor Karet

Nilai Ekspor Karet (Juta USD)

g Nilai Ekspor Karet (yoy) - rhs

(35.00) (30.00) (25.00) (20.00) (15.00) (10.00) (5.00) -

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

Harga Internasional Karet

Rubber Price (usd/kg)

g Rubber Price (yoy) - rhs

Tabel 1.1 NEGARA TUJUAN EKSPOR Sumber : PEB, Ditjen Beacukai (diolah)

Grafik 1.7 PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM DAN HARGA INTERNASIONAL Sumber : PEB, Ditjen Beacukai dan Bloomberg (diolah)

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

14

Impor Bengkulu pada triwulan I 2015 melambat,tercatat sebesar 3,57% (yoy), lebih rendah

daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 5,95% (yoy).Perlambatan terutama

didorong impor antar daerah sementara impor luar negeri masih cukup baik. Perlambatan

tersebut dipicu menurunnya kinerja konsumsi Rumah Tangga selama triwulan I 2015.Disisi lain

impor luar negeri mengalami kenaikan khususnya pada komoditas semen. Nilai impor luar

negeri tumbuh 53,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

kontraksi sebesar 60,89% (yoy). Kenaikan impor semen terutama untuk menambah kecukupan

stok seiring rencana peningkatan belanja infrastruktur pada triwulan II 2015.

(100.00)

(50.00)

-

50.00

100.00

-

20.00

40.00

60.00

80.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

Nilai Ekspor Batubara

Nilai Ekspor Batubara (Juta USD)

g Nilai Ekspor Batubara (yoy) - rhs

(40.00)

(20.00)

-

20.00

- 20.00 40.00 60.00 80.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

Harga Internasional Batubara

Coal Price (usd/mt)

g coal price (yoy) - rhs

(100.00)

(50.00)

-

50.00

100.00

-

5.00

10.00

15.00

20.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 20142015

Nilai Ekspor CPO

Nilai Ekspor CPO (Juta USD)

g Nilai Ekspor CPO (yoy) - rhs

(40.00) (30.00) (20.00) (10.00) - 10.00 20.00

- 200.00 400.00 600.00 800.00

1,000.00 1,200.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 20142015

Harga Internasional CPO

CPO Price g CPO Price (yoy) - rhs

Grafik 1.8 PERKEMBANGAN EKSPOR BATUBARA DAN HARGA INTERNASIONAL Sumber : PEB, Ditjen Beacukai dan Bloomberg (diolah)

Grafik 1.9 PERKEMBANGAN EKSPOR CPO DAN HARGA INTERNASIONAL Sumber : PEB, Ditjen Beacukai dan Bloomberg (diolah)

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

15

11..22 PPrroodduukk DDoommeessttiikk RReeggiioonnaall BBrruuttoo

SSiissii SSeekkttoorraall

Di sisi sektoral, perlambatan bersumber Sektor Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan

penggalian,serta Sektor Konstruksi.

Melambatnya permintaan domestik terkait kegiatan konsumsi

pemerintah dan rumah tangga memberikan dampaknegatif bagi

situasi bisnis selama triwulan laporan. Sejalan dengan itu, tren

penurunan harga internasional, stagnannya permintaan dunia

serta kenaikan biaya produksi paska kenaikan administered price

membuat pertumbuhan sektoral terbatas.

1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.

Sektor pertanian mengalami perlambatan, di triwulan I-2015 sektor pertanian

tumbuh sebesar 2,18% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 2,39%

(yoy).Perlambatan bersumber pada komoditas tanaman perkebunan (karet dan sawit) dan

tanaman pangan. Menurunnya kinerja pada sektor ini tercermin dari Nilai Tukar Petani yang

mengalami penurunan untuk beberapa sub sektor seperti Pertanian Tanaman Pangan,

Pertanian Hortikultura, dan Peternakan. Perlambatan pada sektor ini juga dikonfirmasi oleh

hasil survei kegiatan dunia usaha sektor pertanian yang menunjukkan kontraksi -0.03%.

-200

0

200

400

600

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

1 2 3 4 1

2014 2015

Nilai Impor Luar Negeri

Nilai Impor Luar Negeri (juta USD)

g Impor Luar Negeri (yoy) - rhs

-50

0

50

100

150

0.00

10.00

20.00

30.00

1 2 3 4 1

2014 2015

Volume Impor Luar Negeri

Volume Impor Luar Negari (juta USD)

g Impor Luar Negari (yoy) - rhs

INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

TW IV 2014 -14.54 TW I 2015 -20.27

Grafik 1.10 PERKEMBANGAN NILAI DAN VOLUME IMPOR LUAR NEGERI Sumber : PEB, Ditjen Beacukai

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

16

Berdasarkan hasil Liaison kepada beberapa perusahaan

pengolah karet menyatakan bahwa harga pasar saat ini

masih di bawah nilai ekonomisanya, sehingga petani karet

lebih memilih untuk bekerja pada sektor usaha lain.

Sementara itu pada perkebunan sawit, menurunnya produksi

Tandan Buah Segar (TBS) sawit terkendala curah hujan yang

tinggi yang mengakibatkan produksi tidak maksimal.

Penurunan produksi perkebunan dikonfirmasi oleh

volume ekspor luar negeri komoditas kelapa sawit dan

karet. Selain karena produksi TBS yang terkendala cuaca,

ekspor CPO juga terkendala harga internasional yang

menurun dan permintaan global yang stagnan. Pelaku usaha

mengkonfirmasi bahwa penurunan terjadi pada CPO dengan

grade rendah, sementara CPO bersertifikasi RSPO masih

stabil dengan tren permintaan yang meningkat.

Perlambatan sektor pertanian dikonfirmasi pula dari kualitas pembiayaan perbankan.NPL

kredit pertanian meningkat dari Rp28,25 Miliar pada triwulan IV-2014 menjadi Rp36,80 Miliar

pada triwulan lapoaran atau secara rasio NPL naik dari 1,53% pada triwulan sebelumnya

menjadi 1,84% di triwulan I 2015. Hal ini mengindikasikan peningkatan risiko kredit sektor

pertanian ditengah perlambatan pertumbuhannya.

70.00 80.00 90.00 100.00 110.00

Umum

Pangan

Horti

Kebun

Ternak

Ikan

NILAI TUKAR PETANI

TW IV 2014 TW I 2015

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2013 2014 2015

PRODUKSI CPO SIPEFProduksi Palm Oil Sipef Group

Pertumbuhan (%yoy)

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2014 2.39 TW I 2015 2.18

INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

TW IV 2014 +1.70 TW I 2015 -0.30

Grafik 1.11 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN PRODUKSI CPO SIPEF GROUP Sumber : BPS Prov. Bengkulu dan www.sipef.com

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

17

1.1.2. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil, Sepeda Motor

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor mengalami peningkatan, tercatat sebesar 7,66% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar6,78% (yoy). Peningkatan sektor ini terutama

didorong oleh pertumbuhan perdagangan besar untuk tujuan ekspor antar provinsi ataupun

luar negeri. Sementara perdagangan domestik mengalami penurunan karena konsumsi rumah

tangga yang menurun.

Perdagangan besar hasil produksi pertanian tanaman

pangan tumbuh cukup baik memasuki periode masa

panen.Rencana Pemerintah untuk melakukan kenaikan HPP

menjelang panen raya mendorong pelaku usaha melakukan

pembelian gabah petani sebelum rilis harga baru

diumumkan. Hal ini dikonfirmasi oleh dinas terkait bahwa

arus keluar produk pertanian mengalami peningkatan pada

triwulan laporan menjelang revisi HPP Pemerintah.

Demikian juga dengan perdagangan ekspor luar negeri

juga mengalami kenaikan terutama untuk perdagangan

komoditas batubara yang mengalami peningkatan

permintaan di negara tujuan ekspor. Nilai ekspor

perdagangan batubara tumbuh 24.84% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 21.71% (yoy).

Pertumbuhan di sektor ini dikonfirmasi oleh meningkatnya pertumbuhan kredit

perdagangan dari 4,75% (yoy) di triwulan IV-2014 menjadi 13,19% (yoy) pada triwulan

laporan. Peningkatan kebutuhan pembiayaan di sektor ini distimulus pula oleh penurunan suku

bunga kredit perbankan.

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2014 6.78 TW I 2015 7.76

INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

TW IV 2014 - 3.71 TW I 2015 -7.37

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

18

1.1.3. Sektor Konstruksi

Sektor Konstruksi melambat, tercatat sebesar 2.57%

(yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 4.13% (yoy). Perlambatan yang terjadi di sektor ini

dipicu oleh beberapa faktor yaitu (i) masih terbatasnya

penyerapan APBD mengikuti pola siklusnya, (ii) depresiasi nilai

tukar mendorong harga-harga barang konstruksi mengalami

kenaikan cukup tinggi terutama besi/baja.

Perlambatan pada sektor konstruksi dikonfirmasi oleh

beberapa prompt indikator yaitu kontraksi penjualan semen

yang masih berlanjut, dan indeks survei kegiatan dunia usaha

sektor konstruksi yang masih menunjukkan tren penurunan.

1.1.4. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh

melambat, tercatat sebesar 1,43% (yoy) lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang

mencapai 2,96% (yoy). Perlambatan terutama didorong sub

sektor penggalian khususnya galian Cdampak perlambatan sektor

konstruksi. Sementara untuk sub sektor pertambangan

diperkirakan masih melanjutkan tren kontraksinya meskipun

dengan besaran yang lebih rendah.

Indikator sub sektor pertambangan tercermin dari mulai

menurunnya kontraksi ekspor batubara pada triwulan

0

20

40

60

80

0

1,000

2,000

3,000

4,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014 2015

yoyRp MiliarKredit Perdagangan

Nominal (Rp Miliar)

Pertumbuhan (yoy)-rhs

16.60

16.80

17.00

17.20

17.40

17.60

0.70

1.70

2.70

3.70

4.70

5.70

6.70

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2013 2014 2015

% SB% NPLKredit Perdagangan

NPL (%) Suku Bunga (%)

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2014 4.13 TW I 2015 2.57

INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

TW IV 2014 - 1.51 TW I 2015 - 3.03

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2014 2.96 TW I 2015 1.43

INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

TW IV 2014 +0.71 TW I 2015 -1.24

Grafik 1.12 KREDIT PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN Sumber : LBU, BI

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

19

laporan. Kontraksi ekspor batubara mereda baik dari sisi volume

maupun nilai. Hal ini didorong mulai tumbuhnya permintaan

ekspor ke Filipina serta dampak lanjutan depresiasi nilai tukar

yang memberikan insentif bagi pelaku usaha.

Kontraksi ekspor batubara merupakan fenomena nasional yang bersumber dari

melemahnya permintaan China sehingga mendorong harga internasional pada komoditas

tersebut terus mengalami pelemahan. Sampai dengan triwulan I-2015 harga internasional

batubara berada pada kisaran US$53/mt menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

rata-rata berkisar US$56.15/mt. Kontraksi volume ekspor batubara pada triwulan I 2015

tercatat sebesar 31.89% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi

51.53% (yoy).

1.1.5. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan tumbuh stabil, tercatat

sebesar 4.02% (yoy) stagnan dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 4.08% (yoy). Stagnannya kinerja sektor

ini terutama didorong oleh stagnanya industri pengolahan CPO

domestik. Selain permintaan luar negeri yang melambat, harga

jual CPO yang cenderung menurun, ditambah lagi kenaikan

biaya produksi akibat realisasi UMP dan imported inflation

untuk mesin-mesin industri mendorong kinerja industri CPO

stagnan.

Perlambatan pada sektor industri tercermin pada industri

makanan minuman. Hal ini didorong oleh menurunnya

konsumsi rumah tangga selama triwulan laporan. Penurunan

pada industri pengolahan dikonfirmasi oleh hasil survei industri

manufaktur besar dan sedang yang mencatat bahwa

pertumbuhan pada industri makanan minuman terkontraksi

3,19% (Yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 13.19% (yoy)

Disisi lain, optimisme pada sektor industri pengolahan tampak pada industri pengolahan

karet. Tren kontraksi yang terjadi selama beberapa periode pada industri karet rakyat mulai

menujukkan arah perbaikan. Hasil survei industri manufaktur besar dan sedang mencatat

bahwa industri karet tumbuh 19,49% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 2,27% (yoy).

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2014 4.08 TW I 2015 4.02

INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

TW IV 2014 +0.55 TW I 2015 +0.62

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

20

1.1.6. Sektor Transportasi dan Pergudangan.

Sektor Industri Pengolahan tumbuh melambat,

tercatat sebesar 7.22% (yoy) lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 7.55% (yoy).Sumber

perlambatan terjadi pada semua sub sektor (darat, laut, udara).

Periode awal tahun merupakan musim low season kunjungan

pariwisata dan aktifitas MICE. Selain itu tekanan terhadap daya

beli konsumen pada triwulan I 2015 mendorong penurunan

kinerja pada sektor ini.

Perlambatan sektor ini dikonfirmasi oleh kontraksi jumlah

penumpang pesawat udara maupun kapal laut selama

triwulan I 2015. Penumpang pesawat terkontraksi -8.29%

sementara penumpang kapal laut terkontraksi hingga -12.03%.

Demikian halnya dengan angkutan darat, pertumbuhan

jumlah kendaraan bermotor roda 4 maupun roda 2 mengalami

perlambatan. Melambatnya sub sektor angkutan darat

dikonfirmasi pula pembiayaan perbankan atas kredit

kepemilikan kendaraan yang tumbuh 21.51% (yoy) lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 37.24%

(yoy).

GRAFIK 1.12. PENUMPANG ANGKUTAN UDARA/LAUT dan PERTUMBUHAN KENDARAAN

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

1 2 3 4 1

2014 2015

yoy Industri Manufaktur Besar

Industri Makanan Industri Karet

-60

-40

-20

0

20

40

0

200

400

600

800

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2012 2013 2014

yoyRp Miliar

Kredit Industri

Nominal (Rp Miliar)

Pertumbuhan (yoy)-rhs

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2014 7.55 TW I 2015 7.22

INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

TW IV 2014 -9.84 TW I 2015 -4.98

Grafik 1.13 INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN KREDIT INDUSTRI Sumber : BPS Prov. Bengkulu dan LBU BI (diolah)

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

21

KEDAULATAN PANGAN di PROVINSI BENGKULU :

Program Pemerintah Pusat dalam mendorong swasembada pangan melalui target

produksi padi nasional sebesar 82 juta ton pada tahun 2019 diharapkan mampu menjaga

stabilitas pasokan beras. Di tingkat regional di Bengkulu, program swasembada pangan

diselaraskan melalui peningkatan target capaian produksi padi sebesar 622.351 ton pada tahun

2015 yang diharapkan terus mengalami peningkatan secara bertahap.

Mengacu data Neraca Bahan Makanan Provinsi Bengkulu Tahun

2013, Produksi padi domestik mencapai 622 ton dengan angka

produksi beras mencapai 368 ribu ton. Dengan angka konsumsi

beras mencapai 101,73 kg/kap/tahun dan jumlah penduduk

sebesar 1.814.357 maka jumlah konsumsi beras pertahun

diperkirakan sebesar 185ribu ton2. Secara matematis, dapat

disimpulkan bahwa produksi padi domestik seharusnya

mencatat surplus terhadap kebutuhan konsumsi beras,

namun dari berbagai informasi yang dihimpun di lapangan

konsumsi beras Bengkulu masih didatangkan dari daerah

lain atau tercatat defisit.

Masih tingginya ketergantungan pemenuhan konsumsi beras

domestik terhadap daerah lain juga didukung oleh hasil Survei

Bank Indonesia pada tahun 2012 yang mencatat bahwa

sebanyak 67.8% kebutuhan beras domestik dipasok oleh

pedagang dari luar daerah khususnya Lampung dan

Sumatera Barat. Inflow penjualan beras Lampung tercatat

mencapai Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, Rejang Lebong dan

Muko-muko. Sementara inflow beras dari Sumatera Barat

tercatat mencapai Muko-muko dan Kota Bengkulu. Sementara

beras domestik produksi Kab. Lebong dan Kab. Seluma secara

umum habis dikonsumsi untuk kabupaten sendiri dan sekitar.

2 Pola Pangan Harapan Provinsi Bengkulu dan Neraca Bahan Makanan Provinsi Bengkulu; Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Bengkulu; 2014

NERACA BAHAN MAKANAN 2013

Produksi Padi : 622.831 ton

Produksi Beras : 367.944 ton

Konsumsi Beras : 184.574 ton

Sumber : NBM dan PPH,

Badan Ketahanan Pangan Prov.

Bengkulu 2014

ASAL BERAS YANG

DIPERDAGANGKAN

Luar Provinsi : 67.8%

Mukomuko : 10.1%

Bengkulu Selatan : 4,0%

Kota Bengkulu : 9,0%

Rejang Lebong : 9,0%

Sumber :

Pola Perdagangan Antar Daerah

Provinsi Bengkulu.

Bank Indonesia, 2012

BOKS

1

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

22

11.44%

15.98%

14.49%

8.02%13.44%

11.44%

7.88%

8.64%

5.66%3.00%

PANGSA PRODUKSI GABAH DI BENGKULU

Bengkulu SelatanRejang LebongBengkulu UtaraKaurSelumaMukomukoLebongKepahiangBengkulu TengahKota Bengkulu

Sumber Data :

Penelitian Pola Perdagangan Antar Daerah

Propinsi Bengkulu, Bank Indonesia, 2012

Penelitian dilakukan melalui metode

Purposive sampling terhadap 324 responden

pelaku usaha tani yang tersebar di Bengkulu,

serta 150 responden rumah tangga lainnya

untuk mengukur persepsi konsumen.

Purposive sampling merupakan teknik non

random sampling dimana pemilihan

responden dilakukan berdasarkan keyakinan

peneliti/surveyor sesuai dengan kebutuhan

informasi

Kondisi yang sebaliknya terjadi pada

outflow gabah domestik, berdasarkan hasil

penelitian tersebut sebagian besar gabah petani

dijual kepada pengepul lokal untuk kemudian oleh

pengepul lokal dialirkan ke luar daerah. Outflow

gabah keluar daerah ditemui pada beberapa wilayah

sampel survei yaitu Kab. Lebong dan Kab. Rejang

Lebong yang mengalir ke Sumatera Selatan; Kab.

Muko-muko yang mengalir ke Sumatera Barat; serta

Kab. Seluma, Kab. Bengkulu Selatan, dan Kab. Kaur

yang mengalir ke Provinsi Lampung.

8.20%

13.95%

15.20%

6.22%9.99%

9.30%

5.81%

7.15%

5.74%

18.44%

PANGSA KONSUMSI BERASDI BENGKULU

Bengkulu SelatanRejang LebongBengkulu UtaraKaurSelumaMukomukoLebongKepahiangBengkulu TengahKota Bengkulu

Keterangan

Jalur Distribusi Beras

Jalur Distribusi Gabah

JALUR TATANIAGA GABAH dan BERAS

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

23

Beberapa aspek yang mendorong outflow gabah ke luar provinsi yaitu : (i) keterbatasan

akses pasar petani sehingga petani lebih memilih menjual dalam bentuk Gabah Kering Panen

untuk mendapatkan uang tunai secara lebih cepat; (ii) Minimnya infrastruktur khususnya akses

dari sentra produksi padi menuju fasilitas pengolahan paska panen seperti fasilitas penjemuran

gabah/dryer; fasilitas RMU (Rice Milling Unit); jalan usaha tani; serta gudang penyimpanan

gabah; (iii) Produktivitas Panen masih rendah dengan penguasaan lahan yang sedikit dan hasil

terbatas sehingga biaya produksi gabah menjadi beras menjadi relatif mahal, (iv) Masih

lemahnya kelembagaan Gapoktan, sehingga penguasaan pasar oleh tengkulak masih tinggi.

Sumber : Badan Pusat Statistik

Tingginya Outflow Gabah kurang memberikan nilai tambah positif bagi perekonomian

Bengkulu : (i) Nilai tambah yang dihasilkan petani lebih rendah karena output pertanian

tanaman pangan sebagian besar berupa Gabah Kering Panen, (ii) Margin pengolahan gabah ke

beras lebih dinikmati Provinsi tetangga sehingga berdampak pula pada inflasi rata-rata beras di

Bengkulu yang menjadi tertinggi selama 4 tahun terakhir, (iii) Tingginya inflow beras dari luar

mengakibatkan harga beras domestik sangat rentan ketika terjadi kenaikan harga BBM, (iv) Hal

ini bermuara pada angka kemiskinan penduduk yang bekerja di sektor tanaman pangan,

tercatat NTP petani tanaman pangan pada bulan Maret 2015 masih di bawah 100, yaitu

sebesar 99,29.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

PERBANDINGANNTP Tanaman Pangan 2014

Bengkulu Sumbar Lampung

Nilai Tukar Petani Tanaman

Pangan (NTPP) menunjukkan

perbandingan antara Nilai

Pengeluaran dan Nilai Penerimaan

Petani Tanaman Pangan

“Selama Tahun 2014 NTPP

Petani Tanaman Pangan di

Bengkulu adalah yang

terendah dibandingkan

sekitar”

NTPP = 100

Inflasi Tahunan Sub Kelompok

Padi-padian menunjukkan bahwa

laju inflasi sub kelompok padi-

padian di Provinsi Bengkulu relatif

tinggi dibandingkan provinsi di

sekitarnya (Jambi, Sumatera

Selatan dan Lampung).

“Hal ini mengindikasikan

tren kenaikan harga beras di

Bengkulu adalah yang

tertinggi”

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

24

Sumber : Badan Pusat Statistik

Sumber : Badan Pusat Statistik

Indikasi tingginya outflow gabah dan inflow

beras di Provinsi Bengkulu mendorong

terjadinya potensial loss bagi perekonomian yang

seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat.

Perkiraan potensial loss mencapai Rp 320

Miliar/tahun dengan asumsi menggunakan

perhitungan Harga Pembelian Pemerintah

Tahun 2015.

Untuk mengelimir potensial loss akibat

penjualan gabah ke luar daerah maka perlu

diambil langkah strategis :

1. Meningkatkan akses pasar petani, melalui

pengelolaan captive market lokal yang cukup

besar yaitu pemenuhan kebutuhan beras

BULOG, beras PNS dan TNI/Polri melalui

kemitraan strategis antar koperasi.

2. Memperbaiki infrastruktur jalan usaha tani ke

pusat pengolahan beras dan penjualan beras.

3. Memperbaiki sarana prasarana pengolahan

gabah ke beras

4. Memperbanyak pembangunan pasar-pasar di

Kabupaten/Kota.

Penyesuaian harga BBM

premium/solar

22 Juni 2013

18 November 2014

19 Januari 2015

1 April 2015

“Setiap koreksi harga BBM,

direspon oleh kenaikan

harga beras Bengkulu yang

tertinggi dibandingkan

sekitar”

KONSUMSI

Konsumsi Kapita = 101,73 kg/kap/th*)

Penduduk = 1.814.357 jiwa*)

Beras Impor (67.8%) = 125.141 ton

Beras Lokal (32.2%) = 59.433 ton

Konsumsi Beras = 184.574 ton

Jual Beras Lokal 59.433 ton Setara Gabah

100.590 ton

PRODUKSI

Produksi Padi = 622.831 ton

Jual Beras Lokal = 100.590 ton

Jual Gabah ke luar = 522.241 ton

Jual Gabah ke Luar 522.241 ton Setara Beras

308.561 ton

POTENSIAL LOSS

Penerimaan Jual Gabah =Rp 1.932 Miliar

Apabila dijual Beras =Rp 2.252 Miliar

Potensial Loss = Rp - 320 Miliar

ANALISA POTENSIAL LOSS TINGGINYA INFLOW BERAS

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

25

5. Meningkatkan penguatan peran Gapoktan

dalam membentuk koperasi.

pemenuhan beras Aparatur Sipil Negara melalui

produksi petani lokal dengan menggunakan terminologi

BERAS DAERAH. Sesuai data statistik BPS pada tahun

2012 tercatat bahwa jumlah PNS di Provinsi Bengkulu

mencapai 63.730 orang, diasumsikan keluarga PNS

berjumlah 4 orang (Ayah, Ibu dan 2 anak) potensi captive

market mencapai 260 ribu orang dengan estimasi

kebutuhan beras per tahun mencapai 25.93 ribu ton.

Dengan asumsi harga beras saat ini rata-rata sebesar Rp

10.000/kg maka terdapat potensi pasar yang belum

dimanfaatkan lebih kurang sebesar Rp 260 Miliar/tahun.

Benefit Petani Benefit Pemda Benefit PNS - Kepastian Pemasaran bagi Petani - Harga jual stabil , praktik tengkulak

dieliminir - Produktivitas lebih baik karena

mendptkan pendampingan PEMDA - Pengelolaan cash flow lebih baik - SHU Koperasi Petani meningkat - Akses lembaga keuangan lebih mudah

- Sinergi dengan program yg ada - Stabilitas harga terjaga - Pengembangan varietas lokal - Uang berputar di lokal Bengkulu

- Harga beli lebih baik karena memotong rantai distribusi

- Kualitas beras lebih baik dengan harga perolehan yang sama dengan pasar

- Keuntungan koperasi Pegawai berupa SHU Pegawai meningkat

MODEL KERJASAMA TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN AKSES PASAR PETANI MISALNYA : PROGRAM BERAS DAERAH

POTENSI KEBUTUHAN BERAS PNS BENGKULU

Jumlah PNS : 63.730 orang

PNS + Keluarga : 259.330 orang1)

Konsumsi Kapita : 101.73 kg/kap/th2)

Konsumsi Total : 25.933 ton3)

Captive market : Rp 259,33 Miliar

Sumber : NBM dan PPH,

1) Asumsi 1 keluarga 4 orang

2) Data NBM Prov. Bengkulu

OPTIMALISASI PENYERAPAN

BERAS DAERAH YANG SUDAH

BERJALAN :

Program Rasda dan Beras

PNS Pemkab Kulon Progo,

mengoptimalkan penyerapan

beras BULOG melalui produksi

lokal dengan varietas unggul

daerah. Program ini sekaligus

menyediakan beras untuk

kebutuhan PNS di lingkungan

Pemkab.

Program Raskinda Pemkot

Solo bekerjasama dengan

BULOG

Program Rasda di Kabupaten

Sergei, Kab. Magelang, Kab.

Kebumen, Brebes, Pati,

Ciamis, Karawang, dan

Dompu

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

BAB II

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

27

Indikator Makro

Inflasi Provinsi Bengkulu

Triwulan IV 2014 Triwulan I 2015

10.85

7.65

5.54

6.55

16.57

9.80

17.72

8.23

12.239

12.995

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

28

Grafik 2.1 PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

PERKEMBANGAN INFLASI

TRIWULAN I 2015

Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan I tahun 2015 sebesar 7,65% (yoy) melambat dibandingkan

triwulan IV tahun 2014 lalu sebesar 10,85% (yoy). Perlambatan Inflasi terjadi pada kelompok

Administered Prices dan Volatile Food. Laju inflasi Bengkulu pada triwulan laporan berada diatas

inflasi nasional (5.04%) maupun inflasi rata-rata Sumatera (6.12%)

Sementara itu perkembangan inflasi bulanan di triwulan I 2015

diwarnai 2x deflasi berturut-turut yaitu di Bulan Januari (-0,82%

mtm) dan Februari ( -1,45% mtm). Melambatnya inflasi pada

triwulan I 2015 dipengaruhi beberapa faktor yaitu: (i) Masa panen

tanaman holtikultura sehingga supply bertambah, (ii) Penurunan

harga BBM yang dilakukan pemerintah dua kali berturut-turut di

bulan Januari (iii) Pola musiman penurunan konsumsi di awal tahun,

(iv) Realisasi fiskal pemerintah yang rendah mengikuti pola

siklikalnya.

INFLASI BULANAN (% mtm)

JAN 2015 FEB 2015 MAR 2015

-0.82 -1.45 + 0.19

7.65%

6.38%

-2.08%

-0.44%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014 2015

% In

fla

si

Bengkulu (yoy) Nasional (yoy)

DISAGREGASI INFLASI Provinsi Bengkulu

INFLASI INTI (% yoy)

TW IV 2014 5.54 TW I 2015 6.55

ADMINISTERED PRICE (% yoy)

TW IV 2014 16.57 TW I 2015 9.80

VOLATILE FOOD (% yoy)

TW IV 2014 17.72 TW I 2015 8.23

Sumber : BPS Prov Bengkulu (diolah)

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

29

Tabel 2.1 INFLASI KELOMPOK BARANG/JASA PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

2.1 INFLASI MENURUT KELOMPOK

BARANG/JASA

Kelompok pendorong perlambatan inflasi : Bahan Makanan;

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan.

Kelompok pendorong kenaikan inflasi : Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau; Kesehatan ; Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar; Sandang; dan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Inflasi Kelompok Bahan Makanan mengalami

perlambatan signifikan dari 17,76% (yoy) pada triwulan IV 2014

menjadi 8,31% (yoy) pada triwulan I 2015. Penurunan bersumber

pada sub kelompok Bumbu-bumbuan; sub kelompok daging dan

hasil-hasilnya; sub kelompok Telur, susu, dan hasil-hasilnya; serta sub

kelompok Sayur-sayuran. Komoditas yang mengalami penurunan

harga cukup signifikan diantaranya: Cabai Merah, Telur Ayam, Ayam

Hidup, Buncis, kol putih, dan Kentang. Penurunan harga pada

beberapa komoditas holtikultura disebabkan melimpahnya pasokan

seiring musim panen di bulan Januari hingga Maret 2015.

Andil Andil Andil

(% yoy) (% yoy) (% yoy)Bahan makanan 125,43 7,44 1,94 138,40 17,76 4,83 129.23 8.31 2.06Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau 110,11 6,55 1,06 116,96 6,64 1,02 118.47 7.14 1.16

Perumahan, Air, Listrik, Gas

dan Bahan Bakar 109,87 4,77 1,02 115,04 8,23 1,74 117.38 9.80 2.12

Sandang 115,08 4,69 0,27 109,46 3,82 0,21 110.29 4.11 0.24Kesehatan 116,03 5,27 0,21 117,49 6,53 0,25 123.42 10.90 0.44Pendidikan, Rekreasi dan Olah

Raga 124,47 5,45 0,46 116,18 5,62 0,45 117.04 6.14 0.53

Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan125,43 7,44 1,13 136,82 13,96 2,67 127.81 5.86 1.10

Inflasi Umum 117,93 6,05 6,65 124,55 10,85 10,85 121.96 7.65 7.65

Inflasi

(% yoy)

III-2014

IHKKelompok Barang/Jasa

IV-2014 I-2015

IHKInflasi

(% yoy)IHK

Inflasi

(% yoy)

INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW IV 2014 17.76 TW I 2015 8.31

3 KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN

Cabai Merah

Telur Ayam

Ayam Hidup

Sumber : BPS Prov Bengkulu (diolah)

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

30

Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan

Jasa Keuangan mengalami perlambatan signifikan dari

13,96% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 5,86% (yoy) di

triwulan I 2015. Penurunan bersumber pada sub-kelompok

Transpor, khususnya komoditas bensin dan tarif angkutan dalam

kota. Hal ini merupakan dampak kebijakan penurunan harga

premium dan Solar dua kali berturut-turut pada bulan Januari 2015

setelah kenaikan yang cukup tinggi pada triwulan sebelumnya. Pada

awal Januari pemerintah menetapkan harga premium turun dari

Rp8.500/ liter menjadi Rp7.600/ liter yang kemudian diturunkan lagi

menjadi Rp6.600/liter pada tanggal 19 Januari 2015. Sejalan dengan

itu, tarif angkutan dalam kota yang sempat naik signifikan di

triwulan sebelumnya, kembali disesuaikan karena adanya penurunan

harga premium.

Inflasi Kelompok Makanan jadi, Minuman,

Rokok, dan Tembakau mengalami peningkatan yang

moderat dari 6,64% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

7,14% (yoy) di triwulan I 2015. Inflasi kelompok ini bersumber dari

Sub Kelompok Makanan Jadi dan Sub Kelompok Tembakau dan

Minuman Beralkohol. Adapun komoditas yang memberikan andil

inflasi cukup besar yaitu Rokok dan Rokok Kretek Filter. Kenaikan

harga rokok didorong oleh kenaikan harga tembakau menyusul

rencana pemerintah menaikkan cukai rokok pada tahun 2015

sebesar 10%.

Inflasi Kelompok Kesehatan meningkat signifikan dari

6,53% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 10,90% (yoy) di

Triwulan I 2015. Peningkatan bersumber dari sub-kelompok Jasa

Kesehatan, serta sub-kelompok perawatan jasmani dan kosmetika.

Adapun komoditas yang memberikan andil inflasi cukup besar yaitu

Tarif Rumah Sakit, Ongkos Bidan dan Shampo.

INFLASI KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI,

JASA KEUANGAN

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW IV 2014 13.96 TW I 2015 5.86

3 KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN

Bensin

Solar

Tarif Angkutan

INFLASI KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN,

ROKOK, DAN TEMBAKAU

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW IV 2014 6.64 TW I 2015 7.14

3 KOMODITAS SUMBER INFLASI

Rokok

Rokok Kretek Filter

Siomay

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

31

Terjadinya peningkatan harga komoditas tersebut disebabkan oleh

naiknya beban operasional dan beban produksi perusahaan.

Sebagaimana diketahui produk obat-obatan dan kosmetika memiliki

ketergantungan terhadap bahan baku impor sehingga depresiasi

nilai tukar rupiah berdampak pada peningkatan beban produksi.

Disamping itu, kelompok Sandang; Perumahan, air, Listrik, Gas,

dan Bahan bakar; serta Transportasi, Komunikasi, dan Jasa

keuangan juga mengalami peningkatan inflasi yang moderat.

Dimana peningkatan inflasi yang terjadi pada Kelompok tersebut

tidak lebih besar dari Kelompok lain yang mengalami penurunan

Inflasi yang signifikan. Sehingga secara keseluruhan membuat Inflasi

pada Triwulan I 2015 melambat dibandingkan dengan triwulan IV

2014.

-0.500

0.000

0.500

1.000

1.500

Padi-padian,Umbi-umbian…

Daging danHasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu danHasil-hasilnya

Sayur-sayuranKacang -kacangan

Buah - buahan

Bumbu -bumbuan

Lemak danMinyak

BahanMakanan…

0.00000.20000.40000.60000.80001.0000

Transpor

KomunikasiDan

Pengiriman

Sarana danPenunjangTranspor

Jasa Keuangan

0.0000.1000.2000.3000.4000.5000.600

Makanan Jadi

Minuman yangTidak

Beralkohol

Tembakau danMinumanBeralkohol

0.0000

0.0500

0.1000

0.1500

0.2000Jasa Kesehatan

Obat-obatan

Jasa PerawatanJasmani

PerawatanJasmani danKosmetika

INFLASI KELOMPOK KESEHATAN

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW IV 2014 10.90 TW I 2015 6.53

3 KOMODITAS SUMBER INFLASI

Tarif Rumah Sakit

Ongkos Bidan

Shampo

ANDIL INFLASI BAHAN MAKANAN

ANDIL INFLASI TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN

ANDIL INFLASI MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU

ANDIL INFLASI KESEHATAN

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

32

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013 2014 2015

Grafik 2.2 POLA SEASONAL INFLASI BULANAN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

Berdasarkan pola seasonal inflasi bulanan selama triwulan I 2015 menunjukkan

pergerakan yang menurun dibanding kondisi rata-rata tiga tahun sebelumnya. Hal ini terutama

terjadi pada bulan Januari 2015 yang mengalami deflasi diluar pola normalnya. Hal ini dipicu

kebijakan administered price Pemerintah yang mengumumkan penurunan harga BBM dua kali

berturut-turut di bulan Januari 2015 dan masa panen tanaman holtikultura yang dapat menahan

laju inflasi volatile food .

Pada bulan Januari 2015 tercatat deflasi sebesar -

0,82 % (mtm), signifikan menurun dibandingkan bulan

sebelumnya sebesar 3,03% (mtm). Deflasi ini bersumber dari

penurunan harga Cabe Merah, Cabe Rawit, dan Bensin. Penurunan

harga Cabe Merah dan Cabe Rawit disebabkan oleh melimpahnya

pasokan di musim panen, sementara penurunan harga bensin

merupakan kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM sebesar

22%.

Pada bulan Februari deflasi masih berlanjut sebesar -

1,45% (mtm). Deflasi yang terjadi pada bulan Februari lebih besar

dibandingkan bulan sebelumnya. Sumber peningkatan deflasi masih

berasal dari komoditas cabai merah dan cabai rawit Selain itu

sumber deflasi juga berasal dari tarif angkutan dalam kota yang

turun sebesar 25% sebagai dampak lanjutan dari penurunan harga

BBM di bulan sebelumnya.

INFLASI JANUARI 2015

-0.82%

KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)

- Beras 0.43 - Daging Ayam 0.20 - Telur Ayam Ras 0.10

KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)

- Cabai Merah -1.24 - Bensun -0.70 - Angk. Udara -0.12

INFLASI FEBRUARI 2015

-1.45%

KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)

- Beras 0.52 - Angk. Udara 0.11 - Tarif Rumah Sakit 0.11

KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)

- Cabai Merah -1.12 - Angk. Kota -0.58 - Bensi -0.30

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

33

Berbeda dengan dua bulan sebelumnya, pada bulan

Maret 2015 tercatat inflasi sebesar 0,19% (mtm), paska

kenaikan beberapa komoditas volatile food. Inflasi bersumber

dari kenaikan harga beras dan bawang merah. Kenaikan harga beras

terutama dipicu penetapan HPP Beras Bulog dari Rp 6.600 menjadi

Rp 7.300/kg. Selain itu pasokan beras pada beberapa daerah telah

melewati musim panen sehingga supply berkurang. Sementara

inflasi bawang merah lebih disebabkan karena turunnya produksi

pengaruh musim.

2.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON

FUNDAMENTAL

Secara umum Inflasi Non Fundamental menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, baik disisi Inflasi Administered Price maupun Inflasi Volatile Food.

8.23

9.80

6.55

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014 2015

Inflasi IHK Volatile Food Adm. Price Core

Sumber: BPS (Diolah Menggunakan Sub-Kelompok)

% (yoy)

Inflasi kelompok Administered Price (AP) melambat, pada

triwulan I 2015 tercatat sebesar 9,8% (yoy) lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

16,57% (yoy). Beberapa komoditas AP yang mendorong

perlambatan inflasi pada triwulan laporan antara lain : Bensin,

INFLASI MARET 2015

+ 0.19%

KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)

- Beras 0.21 - Bensin 0.14 - Sewa Rumah 0.09

KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)

- Cabai Merah -0.53 - Telur Ayam -0.06 - Daging Ayam Ras -0.06

Grafik 2.3 PERKEMBANGAN DISAGREGASI INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

NON FUNDAMENTAL ADMINISTERED PRICE

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW IV 2014 16.57 TW I 2015 9.80

KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN

Bensin

Angkutan Kota

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

34

Angkutan Dalam Kota. Perlambatan ini didorong oleh penurunan

harga Premium dan Solar pada bulan Januari 2014 sebesar 22%.

Dimana penurunan tersebut diikuti juga oleh ketetapan untuk

menurunkan tarif angkutan dalam kota sebesar 25% oleh

pemerintah.

Inflasi Volatile Foods (VF) melambat, pada triwulan laporan

tercatat sebesar 8,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 17,72% (yoy). Penurunan

disebabkan oleh penurunan harga cabai merah dan cabai rawit di

bulan Januari hingga Maret. Penurunan harga ini didorong masa

panen holtikultura sehingga pasokan melimpah. Meskipun pada

triwulan laporan juga terjadi peningkatan harga pada komoditas

beras dan bawang merah, namun penurunan harga yang lebih

besar pada cabai merah dan cabai rawit dapat meredam laju inflasi

jauh lebih baik dari bulan sebelumnya.

Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi VF bergerak sesuai dengan polanya sejak tiga

tahun terakhir. Mengalami penurunan dari Januari hingga Februari, kemudian meningkat pada

bulan Maret. Penyebabnya adalah dampak penurunan harga komoditas utama sebagaimana

dijelaskan di atas. Satu hal yang berbeda adalah deflasi yang terjadi pada bulan Januari, dimana

pada bulan Januari tiga tahun terakhir tidak terjadi deflasi. Sementara untuk inflasi AP masih

bergerak sesuai pola musimannya namun dengan besaran yang menurun secara signifikan. Tren

Penurunan Inflasi AP pada triwulan I 2015 merupakan penurunan tertinggi sejak tiga tahun

terakhir.

NON FUNDAMENTAL VOLATILE FOOD

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW IV 2014 17.72 TW I 2015 8.23

KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN

Cabai Merah

Cabai Rawit

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

35

-5.00

0.00

5.00

10.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% m

tm

Volatile Food (mtm)

2012 2013 2014 2015

-10.00

0.00

10.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12% m

tm

Administered Price (mtm)

2012 2013 2014 2015

2.3 PERKEMBANGAN INFLASI

FUNDAMENTAL

Inflasi Inti pada triwulan IV 2014 menunjukkan kenaikan dengan

tekanan yang lebih moderat. Inflasi inti (core) pada triwulan

laporan sebesar 6,55% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 5,54% (yoy). Peningkatan inflasi inti

dipengaruhi beberapa faktor yaitu: (i) kenaikan imported inflation

dampak dari pelemahan nilai tukar, (ii) Efek lanjutan dari kenaikan

biaya produksi/distribusi akibat kenaikan tarif administered price

seperti TDL, BBM dan Elpiji pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan

seasonal-nya, inflasi inti bergerak sesuai dengan pola pada tahun

2013 dimana terjadi tren penurunan pergerakan inflasi dari bulan

Januari hingga Maret.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub kelompok)

FUNDAMENTAL CORE INFLATION

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW IV 2014 5.54 TW I 2015 6.55

FAKTOR SUMBER INFLASI

Imported Inflation

Cost Push Inflation

Grafik 2.4 PERKEMBANGAN INFLASI VOLATILE FOOD DAN ADMINISTERED PRICE Sumber : BPS Prov. Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub-kelompok)

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

36

-2.00

0.00

2.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% I

nti

Inflasi Inti (mtm)

2012 2013 2014 2015

10000

11000

12000

13000

14000

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015

Inflasi Inti Vs Nilai Tukar

Inflasi inti (yoy) Kurs Tengah BI

Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi Inti bergerak sesuai dengan pola bulanannya sejak tiga

tahun terakhir. Meskipun demikian apabila dibandingkan pola tiga tahun sebelumnya, inflasi

bulanan Januari, Februari dan Maret lebih tinggi dibandingkan rata-rata 3 tahun sebelumnya.

Melemahnya nilai tukar diperkirakan memberikan dampak pada kenaikan harga barang-barang

impor baik barang konsumsi maupun bahan baku produksi.

Kenaikan inflasi inti diperkirakan juga sebagai dampak penyesuaian harga-harga komoditas

industri di awal tahun. Hasil liason Bank Indonesia Bengkulu mengkonfirmasi bahwa beberapa

perusahaan baru melakukan koreksi atas kenaikan biaya-biaya administered price pada triwulan

sebelumnya dengan pertimbangan daya beli masyarakat kembali pulih.

2.4 PERBANDINGAN INFLASI

ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA

Secara agregat laju inflasi tahunan Provinsi di Sumatera pada

triwulan I 2015 sebesar 6,12% (yoy), di atas laju inflasi nasional

sebesar 5,04% (yoy). Laju inflasi triwulan I 2015 di Pulau

Sumatera lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Hampir

semua provinsi kecuali Jambi memiliki laju inflasi diatas inflasi

nasional. Adapun Provinsi Bengkulu merupakan Provinsi dengan

inflasi tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di

pulau Sumatera.

Grafik 2.5 POLA PERKEMBANGAN INFLASI INTI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN

NASIONAL (% yoy)

TW IV 2014 6.38 TW I 2015 5.04

SUMATERA (% yoy)

TW IV 2014 7.23 TW I 2015 6.12

Sumber : BPS (diolah)

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

37

Grafik 2.6 INFLASI KOTA-KOTA DI SUMATERA Sumber : BPS (diolah)

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

38

pisang sebagai bahan pangan alter

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi di

Pulau Sumatera. Berdasarkan kelompok komoditasnya, inflasi bersumber dari kelompok

bahan pangan khususnya beras. Hal ini dikarenakan ketergantungan masyarakat yang

tinggi terhadap beras sebagai sumber karbohidrat. Padahal masih banyak komoditas lain

yang dapat menggantikan beras sebagai sumber karbohidrat, diantaranya: jagung, ubi,

ganyong, dan pisang. Untuk itu, perlu disusun program diversifikasi pangan dengan

mengutamakan komoditas unggulan lokal sebagai pengganti beras guna mengurangi

tekanan inflasi yang bersumber dari beras dan juga merealisasikan program pangan

harapan di provinsi Bengkulu.

Kita menyadari bahwa kualitas konsumsi pangan akan sangat menentukan kulitas

SDM bangsa ini untuk mampu bersaing dalam komunitas global. Penganekaragaman

konsumsi pangan disamping bertujuan meningkatkan skor pola pangan harapan (PPH )

juga diharapkan dapat menyeimbangkan asupan sumber karbohidrat sebagai pangan

pokok yang saat ini didominasi oleh Beras. Di masa depan, kebutuhan pangan pokok

karbohidrat penduduk provinsi Bengkulu diharapkan tidak sepenuhnya tergantung pada

beras, tetapi dapat lebih beragam sesuai dengan potensi wilayah. Skor PPH provinsi

Bengkulu tahun 2013 baru mencapai 82,7 dengan konsumsi beras sebesar 101,7

Kg/kKap/Tahun. Ini dapat dilihat dari konsumsi beras yang masih tinggi di atas 100

Kg/kap/tahun.

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras sebagai sumber karbohidrat perlu

dicari bahan pangan lain sebagai sumber karbohidrat alternatif. Pisang sebagai salah

satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena

memiliki kandugan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Pisang tidak mengenal

musim dan merupakan energi instan yang cukup besar. Buah pisang bernilai ekonomi bila

dibandingkan dengan buha-buahan lain. Pada beberapa daerah di provinsi Bengkulu

terdapat varietas pisang unggulan yang produksinya berlimpah.

BOKS

2

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

39

Buah pisang merupakan makanan yang berenergi tinggi membuat tubuh merasa

segar sepanjang hari. Makan pisang bisa membuat tubuh lebih berenergi untuk waktu

yang lebih lama dibandingkan dengan energi instan yang diperoleh dari minuman

berenergi. Bila pisang dikonsumsi langsung dalam keadaan segar dapat menghemat energi

dan lebih menghemat tenaga dan biaya. Konsumsi buah masyarakat masih sangat rendah,

hanya mencapai 34,55 kg/kap/tahun, padahal menurut FAO standar kecukupan konsumsi

buah minimal harus mencapai 73 kg/kap/tahun, sementara penduduk di Provinsi Bengkulu

baru mencapai 53 kg/kap/tahun.

KOMODITAS ENERGI PROTEIN LEMAK KARBO KALSIUM PHOSPOR BESI Vit A Vit B Vit C

(kkal) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg) (mg) (RE) (mg) (mg)

NASI 178 2.1 0.1 40.6 5 22 0.5 0 0.1 0

PISANG:

Ambon 99 1.2 0.2 25.8 8 28 0.5 21 0.1 3

Angle 68 1.3 0.2 17.2 10 26 0.6 11 0.1 6

Mas 127 1.4 0.2 33.6 7 25 0.8 12 0.1 2

Raja Uli 146 2 0.2 38.2 10 38 0.9 11 0.1 3

Raja 120 10.2 0.2 31.8 10 22 0.8 139 0.1 10

Raja Sere (susu) 118 1.2 0.2 31.1 7 29 0.3 16 0 4

Bila kita analisa tabel diatas menunjukkan energi yang

terdapat dalam setiap 100 gr nasi hampir sebanding dengan

energi yang terdapat dalam buah pisang. Dalam buah pisang

terdapat kandungan vitamin A dan vitamin C yang tidak dimiliki

oleh nasi. Selain itu pisang mengandung nilai gizi yang

mencukupi seperti karbohidrat dan kalori tinggi yang dapat

dijadikan sumber energi layaknya nasi sesuai kebutuhan

manusia. Tidak hanya sebagai sumber karbohidrat, namun masih

banyak zat makanan yang terkandung dalam buah pisang (tabel

1). Apabila hanya mengkonsumsi buah pisang saja, maka secara

Tabel 2.2 KANDUNGAN ZAT GIZI (PER 100 gr bahan pangan) Sumber : DKBM MWA - BKP

Energi yang terdapat pada setiap 100gr nasi hampir sebanding dengan energi yang terdapat dalam buah pisang.

Pisang mengandung

Vitamin A dan C yang tidak terdapat pada nasi.

Pisang mengandung serat

yang tinggi

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

40

minimal gizi yang dibutuhkan suda tercukupi. Benefit lainnya

mengkonsumsi buah pisang adalah mencegah kegemukan

karena merupakan salah satu buah yang berserat tinggi. Dengan

komposisi tersebut, pisang dapat digunakan sebagai bahan

pengan alternatif pengganti nasi khususnya di daerah Provinsi

Bengkulu yang memiliki ketergantungan yang cukup tinggi

terhadap nasi dan juga merupakan komoditas penyumbang

inflasi tertinggi di provinsi Bengkulu.

Untuk Menunjang program ini dapat dilihat produksi pisang pada masing-masing

kota/Kabupaten di Provinsi Bengkulu, sebagai berikut:

Besarnya produksi pisang dapat menunjang program pangan alternatif pisang sebagai

pengganti beras. Sebagai langkah awal, program memakan pisang sebagai sumber bahan

pangan alternatif dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk

memberi edukasi di lingkungan yang paling kecil, sehingga persepsi bahwa nasi

merupakan satu-satuya sumber karbohidarat dapat berubah mulai dari usia dini. Setelah

lingkungan keluarga dapat teredukasi dengan baik maka program ini dapat disosialisasikan

pada kelompok masyarakat yang lebih luas sehingga sasaran untuk mewujudkan

ketahanan pangan dan pengendalian inflasi dapat tercapai sebagaimana mestinya.

Beberapa daerah di Provinsi

Bengkulu merupakan penghasil pisang varietas unggul (Kabupaten Rejang Lebong).

Secara garis besar seluruh

Kabupaten/kota dapat memproduksi pisang

Produksi pisang terbesar bersumber dari Bengkulu Utara dan Kepahiang

Keseluruhan Produksi pisang Prov. Bengkulu di tahun 2013: 25.975 ton.

Sumber: Bengkulu Dalam Angka 2014 (Diolah)

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

41

BAB III PERKEMBANGAN

STABILITAS SISTEM

KEUANGAN & SISTEM

PEMBAYARAN

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

41

IInnddiikkaattoorr MMaakkrroo

SSttaabbiill iittaass SSiisstteemm KKeeuuaannggaann

Triwulan IV 2014 Triwulan I 2015

Rp 14.85Triliun

Tumbuh 12.12% yoy

Rp 16.14Triliun

Tumbuh 21.94% yoy

Rp 12.61Triliun

Tumbuh 11.74% yoy

Rp 12.94Triliun

Tumbuh 13.13% yoy

Rp 8.56Triliun

Tumbuh 11.41% yoy

Rp 9.24Triliun

Tumbuh 15.55% yoy

Rp 4.80Triliun

Tumbuh 15.70% yoy

Rp 4.88Triliun

Tumbuh 13.89% yoy

147 %

140 %

2.24 %

2.67 %

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

42

SSTTAABBIILLIITTAASS SSIISSTTEEMM KKEEUUAANNGGAANN

TTRRIIWWUULLAANN II 22001155

Memasuki tahun 2015, stabilitas sistem keuangan di Provinsi Bengkulu menunjukkan arah

perbaikan. Hal ini tercermin dari menurunnya LDR dan NPL dibandingkan triwulan sebelumnya.

LDR pada triwulan I 2015 mencapai 140,05% dengan tingkat NPL sebesar 2,67%. Tingkat LDR

di Bengkulu masih cenderung beresiko karena rasionya > 100 yang dipicu tingginya permintaan

kredit namun kurang diimbangi kemampuan penghimpunan dana pihak ketiga.

22..6677 114400..0055 1133..1133 1155..1155

33.. 11 PPeerrkkeemmbbaannggaann BBaannkk UUmmuumm

33..11..11 AAsseett BBaannkk UUmmuumm

Aset Bank Umum tumbuh lebih baik, tercatat sebesar

sebesar 21,77% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 12,22% (yoy). Pertumbuhan bersumber

dari aset Bank Umum Pemerintah mencapai 28,90% (yoy) lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 15,81%(yoy).

Sementara pertumbuhan Aset Bank Swasta relatif stabil,

tercatat tumbuh 2,51% (yoy) dibanding triwulan lalu sebesar

2,26% (yoy).

Dari keseluruhan aset Bank Umum sebesar 16,14

Triliun, 94,40% masih didominasi oleh Bank

Konvensional dan sisanya 5,60% merupakan aset Bank

Syariah. Kemudian apabila dilihat berdasarkan kategori

Bank, 77,6% aset perbankan di Provinsi Bengkulu dikuasai

oleh BUMN/D dan sisanya 22,4% merupakan aset Bank

Swasta Nasional.

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2014 12.22 TW I 2015 21.77

PANGSA ASSET (%) TW I 2015

KONVENS 94.40 SYARIA 5.60

BUMN/D 77.60

SWASTA 22.40

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

43

33..11..22 PPeerrkkeemmbbaannggaann DDaannaa PPiihhaakk KKeettiiggaa

Dana Pihak Ketiga tumbuh lebih baik,

tercatat sebesar sebesar 15,55% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,41%

(yoy). Pertumbuhan bersumber dari Giro dan Deposito,

sementara Tabungan melambat. Pertumbuhan Giro

terutama terjadi pada Giro Pemerintah di Bank Umum,

yang penyerapannya tertunda karena permasalahan teknis

nomenklatur anggaran Kementerian/lembaga.

Berdasarkan pangsanya, Giro dan Deposito mengalami

kenaikan sementara Tabungan menurun. Perlambatan

penghimpunan tabungan merupakan dampak dari

menurunnya daya beli masyarakat, sehingga masyarakat

mulai memanfaatkan tabungan sebagai salah satu

pembiayaan konsumsinya. Tren penurunan suku bunga

Bank, menjadai salah satu faktor penurunan tingkat

penghimpunan tabungan di masyarakat.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

10,000

TWI

TWIII

TWI

TWIII

TWI

TWIII

TWI

TWIII

TWI

2011 2012 2013 2014 2015

dal

am r

ibu

Rp

DPK g DPK (yoy)

-50%

0%

50%

100%

TW I

TW II

TW II

I

TW IV

TW I

TW II

TW II

I

TW IV

TW I

TW II

TW II

I

TW IV

TW I

TW II

TW II

I

TW IV

TW I

2011 2012 2013 2014 2015

g Giro (yoy)

g Tabungan (yoy)

g Deposito Berjangka (yoy)

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2014 11.41 TW I 2015 15.55

PANGSA DPK (%) di TW I 2015

TABUNGAN 47.00 GIRO 28.90 DEPOSITO 24.20

Grafik 3.1 PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA Sumber : Bank Indonesia

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

44

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

TW1

2013

TW2

2013

TW3

2013

TW4

2013

TW1

2014

TW2

2014

TW3

2014

TW4

2014

TW1

2015

% y

oy

Pertumbuhan Deposito

Swasta Pemerintah

Rp 2.233 Miliar

Tumbuh 39.11% yoy

Rp 4.340 Miliar

Tumbuh 3.43 % yoy

Rp 2.666 Miliar

Tumbuh 21.51 % yoy

Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Provinsi

Bengkulu pada triwulan laporan masih terkonsentrasi

di bank pemerintah dengan porsi mencapai 86,74%,

sedangkan 13,26% berada di bank swasta. DPK bank

umum pemerintah tumbuh sebesar 17,24% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

12,84% (yoy). Demikian halnya, DPK bank umum swasta

tumbuh 8,62% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 6,20% (yoy).

Pada bank umum pemerintah, komponen deposito mencatatkan pertumbuhan yang

tertinggi sementara komponen tabungan mencatatkan perlambatan. Sementara di Bank

Swasta, komponen deposito justru mengalami perlambatan dan komponen tabungan justru

mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan penghimpunan dana di Giro dan Deposito pada Bank

Umum Pemerintah lebih didorong oleh rekening Pemerintah Daerah maupun Rekening

Pemerintah Pusat yang realisasinya tertahan selama triwulan I 2015.

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

% y

oy

Pertumbuhan Tabungan

Swasta Pemerintah

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

TW 12013

TW 22013

TW 32013

TW 42013

TW 12014

TW 22014

TW 32014

TW 42014

TW 12015

% y

oy

Pertumbuhan Giro

Swasta Pemerintah

KONSENTRASI DPK TW I 2015

BUMN/D 86.74 SWASTA 13.26

Grafik 3.2 PERTUMBUHAN DEPOSITO, TABUNGAN, GIRO Sumber : Bank Indonesia

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

45

33..11..33 PPeerrkkeemmbbaannggaann KKrreeddiitt

Kredit tumbuh lebih baik, tercatat sebesar sebesar

11,74% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 13,11% (yoy). Pertumbuhan kredit

terutama bersumber dari Kredit Konsumsi sementara kredit

modal kerja melambat. Melambatnya pertumbuhan kredit

modal kerja terdampak penurunan tendensi bisnis di

Bengkulu terutama yang terkait dengan sektor

perkebunan, perdagangan domestik dan jasa-jasa.

Sementara itu peningkatan kredit konsumsi ditengah

penurunan daya beli masyarakat diperkirakan sebagai

upaya masyarakat untuk mendapatkan alternatif

pembiayaan lainnya. Berdasarkan strukturnya, 58.70%

pembiayaan masih didominasi kredit konsumsi diikuti

kredit/pembiayaan modal kerja 29,78% dan

kredit/pembiayaan investasi 11,50%.

Rp 7.597 Miliar

Tumbuh 18.31% yoy

Rp 1.489 Miliar

Tumbuh 6.89 % yoy

Rp 3.854 Miliar

Tumbuh 6.35 % yoy

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

TW 12013

TW 22013

TW 32013

TW 42013

TW 12014

TW 22014

TW 32014

TW 42014

TW 12015

% y

oy

Pertumbuhan Kredit

Modal Kerja Investasi Konsumsi

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2014 11.74 TW I 2015 13.11

PANGSA KREDIT (%) TW I 2015

KONSUMSI 58.70 M. KERJA 29.78 INVESTASI 11.50

GRAFIK 3.3 PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI, INVESTASI, DAN MODAL KERJA Sumber : BI

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

46

Secara sektoral, kredit/pembiayaan yang tumbuh tinggi adalah Sektor Perantara

Keuangan. Sektor ini tumbuh 70,45% (yoy) jauh meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnyayang terkontraksi -59.45% (yoy). Kemudian pada sektor Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial serta Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga, masing-masing

mencatatkan pertumbuhan sebesar 51,81% (yoy) dan 36,38% (yoy),

Sedangkan, sektor yang mengalami kontraksi pertumbuhan kredit diantaranya adalah

sektor Real Estate, sektor Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan; sektor Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial wajib; sektor Pertambangan dan Penggalian serta

sektor Jasa Pendidikan.

Jenis Kredit Growth

yoy Share

(%) Andil (yoy)

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 21.08 7.88 1.66

PERIKANAN 14.66 0.19 0.03

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -57.61 0.22 -0.13

INDUSTRI PENGOLAHAN 6.62 2.42 0.16

LISTRIK, GAS DAN AIR -7.45 0.17 -0.01

KONSTRUKSI 22.32 1.63 0.36

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 9.07 23.84 2.16

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 11.77 1.06 0.12

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 13.48 0.46 0.06

PERANTARA KEUANGAN 70.45 0.21 0.15

REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN -59.31 1.22 -0.72

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB -25.32 0.00 0.00

JASA PENDIDIKAN -17.57 0.16 -0.03

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 51.87 0.26 0.14

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 19.11 1.23 0.23

JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 36.38 0.07 0.02

BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA -90.38 0.00 0.00

KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 1523.78 0.13 2.04

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 18.60 58.85 10.94

Tabel 3.1 KREDIT BANK UMUM DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BI

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

47

33..11..44 RRiissiikkoo SSttaabbiilliittaass SSiisstteemm KKeeuuaannggaann

Resiko kredit masih terjaga pada level wajar,

tercatat Non Performing Loan mencapai 2.67% sedikit

mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 2.24%.

menurunnya kinerja dunia usaha selama triwulan laporan.

mencapai 4,93% sementara Bank Konvensional mencatat

Resiko likuiditas masih cukup tinggi, tercatat

Loan to Deposit Ratio mencapai 140.05% sedikit

mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 147.43%. Penurunan LDR ini lebih

didorong pertumbuhan kredit yang kurang diikuti

cepatnya pertumbuhan dana. Permasalahan tingginya

LDR masih memberikan tekanan resiko bagi stabilitas

sistem keuangan daerah, karena tingginya net inflow

kredit dari luar dan kurang diimbangi penghimpunan

dana domestik. Saving ratio diperkirakan menurun

seiring dengan pelemahan daya beli masyarakat dan

tekanan peningkatan inflasi inti.

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

TW 12013

TW 22013

TW 32013

TW 42013

TW 12014

TW 22014

TW 32014

TW 42014

TW 12015

NON PERFORMING LOAN

Non Performing Loan Syariah Konvensional

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

TW 12013

TW 22013

TW 32013

TW 42013

TW 12014

TW 22014

TW 32014

TW 42014

TW 12015

LDR BANK UMUM

LDR Syariah Konvensional

TW IV 2014 2.24 TW I 2015 2.67

TW IV 2014 147.43 TW I 2015 140.05

GRAFIK 3.4 RISIKO KREDIT DAN RISIKO LIKUIDITAS Sumber : BI (diolah)

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

48

33..11..44 PPeerrkkeemmbbaannggaann KKrreeddiitt // PPeemmbbiiaayyaaaann UUMMKKMM

Perkembangan kredit UMKM melambat, tercatat

pertumbuhannya mencapai 13.89%, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebesar 15.70%. Pertumbuhan

kredit UMKM cukup mempengaruhi pertumbuhan kredit

secara keseluruhan mengingat share-nya yang cukup tinggi

yaitu mencapai 37,76% dari total kredit.

Perlambatan kredit UMKM terjadi pada kredit UMKM

untuk investasi dan kredit UMKM untuk modal kerja.

Hal ini seiring dengan perlambatan ekonomi riil yang

didorong melemahnya daya beli masyarakat. Kredit modal

kerja UMKM tumbuh 12,10% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,16% (yoy).

Demikian juga untuk kredit investasi UMKM yang tumbuh

20,24% (yoy), melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 21,55% (yoy).

Dari segi pangsanya, kredit UMKM didominasi oleh kredit

modal kerja UMKM yang mencapai 71,38% dari total

kredit UMKM atau senilai Rp3,48 triliun. Sedangkan kredit

investasi UMKM berkontribusi sebesar 28,61% atau senilai

Rp1.39 triliun.

Secara sektoral, kredit UMKM bank umum Provinsi Bengkulu utamanya disalurkan

kepada sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor pertanian dengan pangsa

masing-masing sebesar 60,02% dan 20,76%. Pada sektor perdagangan, penyaluran

kredit UMKM utamanya diserap oleh sub sektor perdagangan eceran. Perdagangan eceran

didominasi perdagangan makanan,minuman dan tembakau sebesar Rp601,20 miliar atau

sebesar 20,49% dari total kredit UMKM sektor perdagangan dan sub sektor perdagangan

eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau tembakau) sebesar Rp405,56

miliar atau 13,82% dari total kredit UMKM sektor perdagangan. Sementara itu, pada

sektor pertanian, sub sektor perkebunan kelapa sawit menyerap kredit/pembiayaan UMKM

terbesar mencapai Rp692,66 miliar atau 68,23% dari total kredit UMKM sektor pertanian,

diikuti oleh sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya sebesar Rp238,33

miliar atau 23,47% dari total kredit UMKM sektor pertanian.

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW IV 2014 : 15.70%

TW I 2015 : 13.89%

MODAL KERJA UMKM

TW IV 2014 : 14.16%

TW I 2015 : 12.10%

INVESTASI UMKM

TW IV 2014 : 21.55%

TW I 2015 : 20.24%

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

49

Penyaluran kredit UMKM sektor pertanian maupun sektor perdagangan mencatatkan

perlambatan. kredit UMKM sektor pertanian tumbuh sebesar 28,34% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan IV 2014 yang tumbuh sebesar 30,67% (yoy). Perlambatan pertumbuhan

juga terjadi pada sektor perdagangan dari 13,14 % (yoy) pada triwulan IV 2014, menjadi

11,48% (yoy) pada triwulan I 2015. Perlambatan kredit UMKM yang terjadi hampir diseluruh

sektor ditengarai terjadi karena kondisi perekonomian yang masih belum stabil, sehingga

mendorong pelaku usaha membatasi ekspansi usahanya. Beberapa sektor usaha yang masih

menunjukkan peningkatan pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan laporan

yaitu sektor konstruksi sebesar 30,15% (yoy) dari triwulan sebelumnya hanya sebesar 27,88%

(yoy) dan sektor Perantara Keuangan yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 460,98% (yoy)

dengan nilai kredit sebesar 26,86 Milyar.

TABEL 3.1 5 LIMA BESAR KREDIT UMKM DI PROVINSI BENGKULU

Jenis Kredit Growth

yoy Share

(%) Andil yoy

1. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 11.48 60.02 6.89

2. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 28.34 20.77 5.89

3. PERANTARA KEUANGAN 460.98 0.55 2.53

4. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN 36.97 3.20 1.18

5. KONSTRUKSI 30.15 3.87 1.17

Kualitas penyaluran kredit UMKM pada triwulan I

2015 menunjukkan penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Kondisi ini terlihat dari rasio NPLs

kredit UMKM pada triwulan laporan sebesar 5,62%,

meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya

4,60%. Kenaikan NPLs didorong oleh kondisi bisnis

yang menurun khususnya sektor pertambangan, sektor

Real Estate, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Penurunan

sektor pertambangan lebih didorong oleh menurunnya

permintaan mitra dagang sementara penurunan sektor

real estate, persewaan dan jasa perusahaan didorong

oleh menurunnya permintaan domestik terdorong

pelemahan daya beli.

TW IV 2014 : 4.60%

TW I 2015 : 5.62%

SEKTOR PENDORONG NPL

Pertambangan Real Estate

Tabel 3.2 LIMA BESAR KREDIT UMKM DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BI

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

50

33..22 BBaannkk UUmmuumm SSyyaarriiaahh ddaann UUnniitt UUssaahhaa SSyyaarriiaahh

Perkembangan Bank Syariah secara umum melambat, perlambatan terjadi pada

Asset dan Pembiayaan sementara penghimpunan dana masih stabil. Pada triwulan Laporan

pertumbuhan aset yang dikelola oleh Bank Syariah di Provinsi Bengkulu mencatatkan

pertumbuhan sebesar 4,97% (yoy) atau menjadi Rp903,41 triliun. Angka ini lebih kecil dari

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,39% (yoy).

GGrroowwtthh

((yyooyy))

QQ44 22001144 88..3399 88..8811 77..6666 117722 33..6666

QQ11 22001155 44..9977 99..6677 44..2266 118800 44..9933

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Triwulan I

2015 tumbuh 9,67% (yoy), lebih baik dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 8,81%. Hal ini

bersumber dari pertumbuhan tabungan dan deposito,

sementara pertumbuhan giro melambat. Giro

perbankan syariah terkontraksi hingga 12,59% (yoy),

dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 1,37% (yoy).

Kontraksi giro di perbankan syariah berlangsung sejak

bulan Januari hingga berlanjut sampai dengan Maret

dengan besaran yang meningkat.

GGrroowwtthh

((yyooyy))

QQ44 22001144 88..1111 1133..7788 11..3377

QQ11 22001155 1100..0088 1122..8800 -- 1122..5599

Tabungan66%

Giro5%

Deposito29%

KomposisiDana Pihak Ketiga

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

51

Pembiayaan perbankan syariah pada triwulan Laporan

tumbuh melambat sebesar 4,26% (yoy) lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,66% (yoy).

Perlambatan bersumber pada kontraksi pembiayaan

modal kerja sebesar -25,96% (yoy). Sementara

pembiayaan investasi dan konsumsi meningkat,

pembiayaan investasi tumbuh 17,87% (yoy), lebih tinggi

daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi -13,19%

(yoy). Sementara pembiayaan konsumsi tumbuh sebesar

29,79% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 26,65% (yoy). Struktur pembiayaan

perbankan syariah didominasi oleh pembiayaan konsumsi

dengan porsi sebesar 44,96%, sementara pembiayaan

modal kerja dan investasi masing-masing mengambil

porsi sebesar 29,01% dan 26,09%.

GGrroowwtthh

((yyooyy))

QQ44 22001144 88..4466 55..8822 1144..8811

QQ11 22001155 66..3355 66..8899 1188..3311

Sementara itu resiko kredit terjaga, namun resiko likuiditas berada diatas ambang wajar .

Non Performing Financing (NPF) yang mengalami peningkatan dari 3,66% di triwulan

sebelumnya menjadi 4,93% pada triwulan I 2015. Tingkat NPF pada Triwulan I 2015

merupakan yang tertinggi dalam 5 (lima) tahun terakhir. Sementara Finance to Deposit Ratio

menunjukkan peningkatan dari 172% pada triwulan IV 2014 menjadi 180% pada triwulan I

2015. Meskipun tingkat FDR berada diatas batas wajar, namun resiko perbankan syariah relatif

terjaga karena pembiayaan kantor pusat perbankan.

Modal Kerja

29.01%

Investasi26.03%

Konsumsi44.96%

KomposisiPembiayaan

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

1.50

1.60

1.70

1.80

1.90

2.00

TW 1

201

3

TW 2

201

3

TW 3

201

3

TW 4

201

3

TW 1

201

4

TW 2

201

4

TW 3

201

4

TW 4

201

4

TW 1

201

5

NP

F

FDR

FDR & NPF

FDR NPF

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

52

33..33 BBaannkk PPeerrkkrreeddiittaann// BBaannkk PPeemmbbiiaayyaaaann RRaakkyyaatt SSyyaarriiaahh ((BBPPRRSS))

Kinerja BPR/BPRS di Bengkulu pada triwulan I 2015 meningkat. Pada

periode laporan, aset BPR/BPRS Provinsi Bengkulu tumbuh sebesar 7,71% (yoy), lebih tinggi dari

laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,51% (yoy). Sementara DPK

BPR/BPRS mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar -0,73% (yoy). Pertumbuhan DPK ini

terutama didorong oleh penurunan pertumbuhan tabungan yang mencapai -23,95 % (qtq),

sementara jumlah deposito berjangka hanya tumbuh sebesar 4,10% (qtq). Sejalan dengan itu,

penyaluran kredit/pembiayaan juga mengalami pertumbuhan. Kredit/pembiayaan BPR/BPRS

tercatat tumbuh sebesar 4,32% (yoy), sementara triwulan sebelumnya justru turun 2,39%

(yoy).

GGrroowwtthh

((yyooyy))

QQ44 22001144 44..5511 88..8811 22..3399 111166..5511

QQ11 22001155 77..7711 --00..7733 44..3322 112255..2233

Disamping itu, Intermediasi BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu cukup ekspansif dengan rasio

LDR/FDR sebesar 125,23%. Dengan demikian, rasio LDR/FDR pada periode ini lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan rasio L/FDR 116,51%.

Peningkatan yang tidak terlalu tinggi ini didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang

lebih cepat daripada pertumbuhan penyaluran kredit / pembiayaan.

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

53

33..44 SSiisstteemm PPeemmbbaayyaarraann

33..44..11 SSiisstteemm PPeemmbbaayyaarraann TTuunnaaii

Pada triwulan I 2015, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia

Bengkulu mengalami net cash inflow. Net cash inflow mencapai Rp201,06 miliar,

berbanding terbalik dengan triwulan sebelumnya yang mengalami net cash outflow sebesar

Rp393,45 miliar. Bila melihat pergerakan tahunannya, kondisi net cash inflow pada

triwulan I 2015 ini sejalan dengan siklus tahunan. Pada awal tahun pada umumnya

penarikan anggaran kas dalam rangka proyek-proyek pemerintah masih kecil jumlahnya, selain

itu dapat disebabkan pula karena menurunnya konsumsi masyarakat secara umum.

Apabila dicermati, data Aliran uang kartal di

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Bengkulu selalu mencatatkan net cash

outflow. Hal ini merupakan indikasi bahwa

ekonomi di Provinsi Bengkulu mengalami

pertumbuhan, sehingga dibutuhkan lebih

banyak likuiditas di masyarakat untuk

melakukan berbagai aktivitas ekonomi.

Namun pada triwulan I 2015 terjadi net

cash inflow karena tertundanya realisasi

anggaran Pemerintah Daerah di awal tahun.

Keterangan

2013 2014 2015 QtQ %

I IV I IV I I 2013 I 2014

Inflow 653,052 188,814 626,476 262,852 605,386 -4.1% -3.4%

Outflow 404,585 1,023,700 553,951 656,309 404,319 36.9% -27.0%

Netflow 248,467 834,886 72,524 393,457 201,066 -70.8% 177.2%

-8,000

-6,000

-4,000

-2,000

0

2,000

4,000

6,000

8,000

1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1

2012 2013 2014 2015

dal

am M

iliar

Rp

.

Pembayaran Tunai

Netflow Inflow Outflow

Grafik 3.5 INFLOW-OUTFLOW UANG KARTAL Sumber : BI

Tabel 3.3 NETFLOW UANG KARTAL Sumber : BI

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

54

33..44..11..11 PPeemmuussnnaahhaann UUaanngg KKaarrttaall

Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money

policy), maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu melakukan kegiatan

pemusnahan Uang yang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan menggunakan Mesin Racik Uang

Kertas (MERUK). Rasio jumlah pemusnahan uang kartal terhadap inflow pada triwulan laporan

sebesar 44,55%. Rasio ini meningkat dibandingkan triwulan IV 2014 yang mencatatkan rasio

sebesar 50,67%. Meningkatnya rasio pemusnahan terhadap inflow ini disebabkan oleh

meningkatnya jumlah inflow pada periode laporan sekitar 130,31% (qtq) menjadi sebesar

Rp605,38 miliar. Namun, tidak diimbangi oleh penurunan jumlah uang lusuh yang diterima.

Dimana pada periode laporan, uang lusuh yang diterima hanya mencatatkan peningkatan

sebesar 102,05% (qtq) menjadi Rp269,72 Miliar.

33..44..11..22 PPeenneemmuuaann UUaanngg PPaallssuu

Jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bengkulu pada triwulan I

2015 meningkat, baik dari jumlah lembar maupun secara nominal. Bank Indonesia

Bengkulu menerima pelaporan uang palsu sebanyak 67 lembar. Jenis pecahan uang palsu yang

ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp100.000.00 sejumlah 16

lembar, pecahan Rp50.000.00 sejumlah 11 lembar, pecahan Rp20.000.00 sejumlah 3 lembar,

dan pecahan Rp5.000,00 sejumlah 37 lembar. Persentase jumlah uang palsu terhadap jumlah

cash inflow pada triwulan laporan sangat kecil yaitu hanya sebesar 0.001022%.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

dal

am J

uta

Rp

PTTB Inflow Rasio PPTB/Inflow

Grafik 3.6 PERKEMBANGAN RASIO PEMUSNAHAN UANG TERHADAP INFLOW PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

55

33..44..22 SSiisstteemm PPeemmbbaayyaarraann NNoonn TTuunnaaii

33..44..22..11 PPeerrkkeemmbbaannggaann KKlliirriinngg LLookkaall

Pada triwulan I 2015, transaksi kliring secara nominal mengalami pertumbuhan,

yaitu dari Rp738,62 miliar di triwulan sebelumnya menjadi Rp829,96 miliar atau

meningkat 12,37% (qtq). Kondisi ini memiliki pergerakan searah dengan triwulan yang sama

pada sebelumnya yang mencatatkan kenaikan jumlah nominal transaksi kliring 7,13% (qtq).

Sejalan dengan turunnya nominal kliring, jumlah warkat kliring turun sebesar 34,60% (qtq).

Arah yang serupa juga terlihat dari rata-rata kliring per hari, dimana nominal kliring mengalami

kenaikan 20,56 (qtq) atau menjadi senilai Rp13,49 miliar per hari.

Keterangan

2014 2015 Pertumbuhan

QtQ I II III IV I

Bank Peserta Kliring 19 20 20 20 20

Perputaran Kliring

Nominal (juta Rp.) 944.066 836.741 755.008 738,621 829,960 12.37%

Warkat (lembar) 33.182 31.174 29.129 26,189 35,250 34.60%

Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari

Nominal (juta Rp.) 15.734 13.717 12,178 11,191 13,492 20.56%

Warkat (lembar) 553 511 470 397 570 43.48%

% Penolakan Cek dan Bilyet Giro

Nominal 3.50% 2.96% 2.84% 4.56% 2.09%

Warkat 1.87% 2.21% 2.36% 3.07% 2.11%

23

5 6

37 28

4 6 13 9

18 23

112

56

24 38 36

67

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015

Grafik 3.7 PPENEMUAN JUMLAH LEMBAR UANG PALSU DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu

Tabel 3.4 PERKEMBANGAN KLIRING DAN PENOLAKAN CEK/BILYET PROV. BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

56

Persentase jumlah penolakan warkat cek dan bilyet giro mengalami penurunan

yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara nominal maupun

jumlah warkat. Pada triwulan laporan, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang tertolak

sebanyak 2,11% dari total warkat yang ditransaksikan. Sementara itu bila dilihat dari nominal,

penolakan cek dan bilyet giro mencapai 2,09% dari total transaksi kliring. Penolakan transaksi

kliring dapat terjadi antara lain karena tidak dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank

penerima pada fisik warkat, rekening tutup, dan saldo tidak cukup.

33..44..22..22 PPeerrkkeemmbbaannggaann RReeaall TTiimmee GGrroossss SSeettttlleemmeenntt ((RRTTGGSS))

Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) mencatatkan penurunan. Penurunan terjadi

pada nominal transaksi masuk daerah Bengkulu, dan transaksi antar nasabah di daerah

Bengkulu. Sementara kenaikan terjadi pada transaksi keluar daerah Bengkulu.

Sejalan dengan penurunan jumlah nominal, pertumbuhan transaksi RTGS berdsarkan jumlah

warkat juga mengalami penurunan. Transaksi masuk daerah Bengkulu mengalami koreksi

sebesar 42,8% menjadi 3.920 warkat dari sebelumnya sebanyak 6.858 lembar warkat.

Sementara transaksi antar nasabah di daerah Bengkulu mengalami koreksi sebesar dan 56,5%

menjadi 1.133 warkat dari sebelumnya sebanyak 2.603 warkat. Berkurangnya jumlah warkat

ini merupakan akibat dari diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia (SE-BI No.16/18/DPSP) yang

mengharuskan transfer dengan nominal transaksi di bawah Rp100 Juta untuk menggunakan

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).

Keterangan

2013 2014 2015 Pertumb.

QtQ I IV I IV I

Transaksi Keluar Daerah (from)

Nominal (miliar Rp.) 7,876 12,846 11,893 12,961 15,628 20.6%

Warkat (lembar) 8,492 11,058 8,931 11,256 4,003 -64.4%

Transaksi Masuk Bengkulu (to)

Nominal (miliar Rp.) 15,063 24,806 20,868 46,514 41,235 -11.3%

Warkat (lembar) 6,466 7,797 6,878 6,858 3,920 -42.8%

Transaksi Antar Nasabah di Dalam Bengkulu (from-to)

Nominal (miliar Rp.) 1,127 2,839 2,276 2,503 944 -62.3%

Warkat (lembar) 1,988 2,746 2,670 2,603 1,133 -56.5%

Tabel 3.5 PERKEMBANGAN RANSAKSI RTGS Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

57

3.4.2.3 Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)

Jumlah transaksi TUKAB pada triwulan laporan menunjukkan penurunan. Transaksi uang

kartal antar bank pada triwulan laporan mencapai Rp520,40 Miliar, lebih tinggi 58,53% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar Rp1,08 Triliun. Penurunan

transaksi TUKAB yang signifikan terjadi pada bulan Desember 2014-Januari 2015. Menurunnya

volume TUKAB dapat mencerminkan kebutuhan uang kartal dimasyarakat. Kondisi ini searah

dengan pergerakan inflow-outflow uang kartal di Bank Indonesia yang telah dipaparkan pada

bagian sebelumnya. Jika volume TUKAB rendah dan pada waktu yang sama perbankan

mengurangi penarikan uang kartal dari Bank Indonesia (outflow), maka mengindikasikan

kebutuhan uang tunai pada periode tersebut sedang rendah.

juta rupiah

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2012 2013 2014 2015

TUKAB g (yoy)

Grafik 3.8 PERKEMBANGAN TUKAB DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

58

PERKEMBANGAN DUNIA USAHA

MELAMBAT SELAMA TRIWULAN I

2015

Berdasarkan hasil survei kegiatan dunia usaha dan liaison kepada pelaku usaha di Prov.

Bengkulu menunjukkan bahwa perkembangan usaha melambat selama triwulan I 2015.

Indeks Kegiatan Dunia Usaha pada triwulan I 2015 terkontraksi 20.27% lebih rendah

dibandingkan kontraksi yang terjadi pada triwulan sebelumnya sebesar -14.54%. Beberapa

indikator perlambatan antara lain :

Analisis

Produksi dan

Penjualan

Realisasi penjualan domestik mengalami penurunan. Hal ini

dikonfirmasi pelaku usaha di sektor perkebunan, sektor jasa keuangan

dan sektor jasa swasta. Pelaku usaha menilai bahwa angka penjualan

pada awal tahun 2015 menurun signifikan dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Pangkal permasalahan adalah daya beli

masyarakat yang lemah, karena tren penurunan harga komoditas

(karet, sawit, batubara) belum mereda. Beberapa pelaku usaha karet

rakyat mulai mengganti komoditas tanamannya dengan pertimbangan

biaya produksi yang merugi dibandingkan penjualannya.

Untuk sektor pertanian di Bengkulu, mencatat bahwa selama tahun

2014 NTP Bengkulu termasuk yang terendah dibandingkan provinsi

lainnya di Sumatera.

Investasi Kegiatan investasi pelaku usaha selama triwulan laporan melambat.

Pengusaha melihat bahwa resiko investasi meningkat, hal ini ditunjang

oleh beberapa ekspektasi pelaku usaha yaitu : (i) harga barang-barang

konstruksi dan permesinan yang berasal dari impor meningkat karena

nilai tukar terdepresiasi, (ii) perusahaan perkebunan masih bersikap

hati-hati dalam melakukan investasi/ replanting secara masif mengingat

tren harga komoditas yang belum membaik selama 2 tahun terakhir,

(iii) Pelaku usaha mengkhawatirkan daya beli masyarakat melemah.

Kapasitas Utilisasi Kapasitas Utilisasi rendah karena kegiatan produksi menurun.

BOKS

3

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

59

Beberapa pelaku usaha industri pengolahan menyatakan bahwa

pasokan bahan baku produk perkebunan tidak maksimal. Hal ini

didorong permintaan produksi yang rendah serta harga beli produsen

yang kurang kompetitif dibandingkan biaya produksi yang dikeluarkan.

Ini terjadi pada perkebunan karet dan batubara.

Biaya dan Harga Biaya Produksi cenderung meningkat sementara harga jual produk

cenderung menurun. Peningkatan biaya produksi didorong oleh

peningkatan beberapa komponen yaitu : Upah Minimum, Biaya Bahan

Bakar saat ini mempunyai volatilitas yang tinggi, biaya pembelian

sparepart permesinan mengalami kenaikan karena pelemahan Rupiah.

Sementara pelaku usaha mengeluhkan harga jual produk yang tidak

mudah dinaikkan. Kenaikan harga jual akan berpengaruh pada omzet

mengingat daya beli masyarakat tidak cukup kuat.

Mensikapi hal tersebut beberapa pelaku usaha melakukan tindakan

penghematan energi dan biaya-biaya produksi meskipun langkah

pengurangan tenaga kerja belum banyak dilakukan. Namun hal ini

tidak menutup kemungkinan dilakukan apabila dalam 6 bulan kedepan

kondisi permintaan belum mengalami perbaikan.

Sumber : Liaison Bank Indonesia

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

BAB IV PERKEMBANGAN

KEUANGAN DAERAH

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

61

KKIINNEERRJJAA KKEEUUAANNGGAANN DDAAEERRAAHH

TRIWULAN I 2015

Realisasi pendapatan daerah terhadap target anggaran lebih baik dibandingkan triwulan I 2014.

Sementara penyerapan belanja daerah terhadap anggaran pada triwulan I 2015 lebih rendah.

Realisasi pendapatan Triwulan I 2015 mencapai 18,64% dari target anggaran, lebih baik

dibandingkan Triwulan I 2014 yang mencapai 18,31% dari target anggaran. Sementara disisi

belanja daerah, penyerapan sampai dengan Triwulan I 2015 mencapai 9,13% dari target

anggaran sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar 10,32%.

1.1 Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada Triwulan I 2015 lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014. Total pendapatan mencapai

Rp410,81 miliar atau 18,64% dari pagu APBD sebesar Rp2.204,19 miliar. Berdasarkan

strukturnya, porsi Dana Perimbangan/Transfer mendominasi penerimaan APBD sebesar

55,60%, diikuti Pendapatan Asli Daerah (31,53%) dan Lain-lain Pendapatan (0,12%).

Peningkatan tersebut bersumber dari realisasi Pendapatan

Pajak Daerah sebesar 15,41% dari pagu APBD dengan

nominal mencapai Rp76,58 miliar. Realisasi Pendapatan Pajak

Daerah ini lebih tinggi dibandingkan posisi Triwulan I tahun 2014

dimana pada tahun tersebut realisasi mencapai 0,16% dengan

nominal sebesar Rp0,66 miliar. Meningkatnya realisasi

Pendapatan Pajak Daerah Triwulan I 2015 terutama didorong

peningkatan pendapatan daerah dari Pajak Kendaraan Bermotor

dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat mencapai

21,34% terhadap pagu, sedikit lebih rendah dibandingkan

tahun sebelumnya yang mencapai 25,11%. Secara nominal

pendapatan transfer Triwulan I 2015 sebesar Rp 1.225 miliar

dengan realisasi sebesar Rp.261,52 miliar. Penurunan realisasi

tersebut terutama bersumber dari komponen Dana Alokasi

Umum (DAU). Porsi pendapatan transfer saat ini mencapai

55,60% terhadap postur APBD yang menunjukkan bahwa

ketergantungan Pemerintah Provinsi terhadap pembiayaan pusat

masih sangat besar.

Anggaran Pendapatan APBD

Triwulan I 2015

PAD Rp 695 M

Transfer Pusat Rp 1.225 M

Lain-lain Rp 283 M

Total Rp 2.204 M

Realisasi Pendapatan APBD Triwulan I 2015

PAD Rp 82.43 M

Transfer Pusat Rp 261.52 M

Lain-lain Rp 66.86 M

Total Rp 410.81 M

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

62

Persentase realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai dengan Triwulan I 2015

terhadap pagu mencapai 11,86%, pencapaian ini jauh lebih baik dibandingkan tahun

sebelumnya yang hanya mencapai 2,22%. Secara nominal realisasi Pendapatan Asli Daerah

(PAD) mencapai Rp82,43 miliar, jauh diatas realisasi tahun lalu yang hanya Rp11,84 miliar.

Perbaikan realisasi tersebut terutama bersumber pada Pendapatan Pajak Daerah dengan

realisasi mencapai 15,41% terhadap pagu, sementara realisasi Retribusi Daerah dan

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan cenderung stabil dibandingkan

tahun lalu. Sementara nilai realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah sedikit lebih rendah dari

tahun sebelumnya, sebesar 3,04% dengan nominal Rp5,38 miliar.

Uraian

APBD Realisasi % Realisasi

I-2014 I-2015 I-2014 I-2015 I-2014 I-2015

Pendapatan Asli Daerah 532,94 695,03 11,84 82,43 2,22% 11.86%

Pendapatan Pajak Daerah 400,99 496,99 0,66 76,58 0,16% 15.41%

Pendapatan Retribusi Daerah 11,33 4,19 0,40 0,46 3,51% 10.98%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yg dipisahkan 13,98 16,65 0,22 0 1,59% 0.00%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 106,64 177,19 10,56 5,38 9,91% 3.04%

Pendapatan Perimbangan/Transfer 1.268,25 1.225,69 318,41 261,52 25,11% 21.34%

Dana Bagi Hasil Pajak 54,02 52,28 0 0 0,00% 0.00%

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya

Alam) 11,54 63,43 0 0 0,00% 0.00%

Dana Alokasi Umum 955,10 1.046,08 318,37 261,52 33,33% 25.00%

Dana Alokasi Khusus 53,93 63,89 0 0 0,00% 0.00%

Dana Penyesuaian 193,68 269,00 0,04 66,71 0,02% 24.80%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 4,33 283,46 0,36 66,86 8,28% 23.59%

Total Pendapatan 1.805,52 2.204,19 330,60 410,81 18,31% 18.64%

Pendapatan Pajak Daerah memiliki porsi sebesar 71,50% dari total pagu PAD 2015,

kemudian diikuti oleh Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah dengan porsi 25,49%

dari pagu PAD. Pendapatan Pajak Daerah salah satunya bersumber dari Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor. Berdasarkan data jumlah kendaraan

bermotor sepanjang 2015 terjadi tren penurunan pembelian kendaraan bermotor roda dua di

Provinsi Bengkulu. Terlihat pada triwulan I 2015 terjadi penurunan yang signifikan terhadap

jumlah kendaraan bermotor roda dua. Namun demikian, jumlah kendaraan roda

empat/truk/bus terlihat mengalami peningkatan, sehingga realisasi Pendapatan Pajak Daerah

masih dapat lebih tinggi dibandingkan Triwulan I 2014. Selain dari pajak kendaraan,

pemerintah daerah masih dapat memperoleh pemasukan dari pajak lainnya dan retribusi.

TABEL 4.1 REALISASI PENERIMAAN APBD 2014-2015 PEMPROV BENGKULU

Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

63

4.2.2 Anggaran Belanja APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu

Persentase Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi

Bengkulu pada Triwulan I tahun 2015 terhadap anggaran

cenderung stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Secara

nominal penyerapan belanja daerah mencapai Rp206,22 miliar

atau 9,13% terhadap pagu sebesar Rp 2.258,69 miliar. Realisasi

tertinggi tercatat pada belanja operasi yaitu sebesar 13,16%

dengan nilai Rp206,12 miliar. Kemudian, diikuti oleh belanja

modal sebesar 0,20% dengan nilai Rp0,95 miliar. Berdasarkan

strukturnya belanja operasi memiliki porsi sebesar 69,32% dari

total anggaran, sementara belanja modal memiliki porsi sebesar

20,60% dan sisanya merupakan belanja tidak terduga

Penyerapan belanja rutin sampai dengan Triwulan I 2015

persentase realisasinya lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya. Secara nominal penyerapan Belanja rutin mencapai

Rp206,12 miliar, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2014

yang mencapai Rp195,09 miliar. Menurunnya persentase

penyerapan anggaran terutama bersumber pada penyerapan

belanja barang/jasa serta penyerapan belanja barang, sementara

penyerapan belanja hibah dan pegawai relatif stabil. Porsi belanja

operasional saat ini masih mendominasi postur belanja APBD

Provinsi Bengkulu namun dibandingkan tahun sebelumnya

persentasenya menunjukkan penurunan. Pada tahun 2015 porsi

Belanja Rutin mencapai 69,32% menurun dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 72,55%.

-50.0%

0.0%

50.0%

100.0%

150.0%

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

I III I III I III I III I III I

2010 2011 2012 2013 20142015

Roda 2

Kendaraan Baru g (yoy)

-50.0%

0.0%

50.0%

100.0%

150.0%

0

500

1000

1500

2000

2500

I III I III I III I III I III I

2010 2011 2012 2013 20142015

Roda 4

Kendaraan Baru (kiri) g (yoy)

GRAFIK 4.1 PERKEMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI BENGKULU

Sumber : Dispenda Provinsi Bengkulu

Anggaran Pendapatan APBD

Triwulan I 2015

Belanja Operasi Rp 1.565 M

Belanja Modal Rp 465 M

Tidak Terduga Rp 9 M

Transfer Rp 218 M

Total Rp 2.258 M

Realisasi Pendapatan APBD Triwulan I 2015

Belanja Operasi Rp 206.12 M

Belanja Modal Rp 0.95 M

Tidak Terduga Rp 0 M

Transfer Rp 0 M

Total Rp 206.2 M

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

64

Persentase penyerapan belanja modal terhadap anggaran pada Triwulan I tahun 2015

relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Secara nominal penyerapan belanja modal

sebesar Rp0,95 miliar atau 0,20% terhadap anggaran sebesar Rp465 miliar. Peningkatan

penyerapan terutama bersumber pada Belanja Jalan, Irigasi, Jaringan, Gedung, Bangunan serta

Belanja Aset Tetap Lainnya. Porsi belanja modal yang masih rendah dibandingkan belanja rutin

mendorong pembangunan infrastruktur terkendala. Namun dibandingkan tahun 2014 struktur

belanja modal terhadap APBD belanja daerah meningkat dari 16,33% menjadi 20,60%. Hal ini

menunjukkan pada tahun 2015 Pemerintah Daerah memberikan perhatian lebih kepada

pembangunan infrastruktur daerah dibandingkan tahun sebelumnya.

Uraian

APBD Realisasi % Realisasi

I-2014 I-2015 I-2014 I-2015 I-2014 I-2015

Belanja Operasi 1,442.40 1,565.81 195.09 206.12 13.53% 13.16%

1. Belanja Pegawai 570.47 640.87 118.9 130.11 20.84% 20.30%

2. Belanja Barang 631.51 646.98 24.93 10.29 3.95% 1.59%

3. Belanja Bunga - - - - - -

4. Belanja Subsidi - - - - - -

5. Belanja Hibah 219.54 273.56 51.26 65.72 23.35% 24.02%

6. Belanja Bantuan Sosial - - - - - -

7. Belanja Bantuan Keuangan 20.88 4.40 0 0 0.00% 0.00%

Belanja Modal 294.25 465.40 0.6 0.95 0.20% 0.20%

1. Belanja Tanah 6.3 12.71 0 0 0.00% 0.00%

2. Belanja Peralatan dan Mesin 37.72 67.77 0.6 0.95 1.60% 1.40%

3. Belanja Gedung dan Bangunan 39.29 63.28 0 0 0.00% 0.00%

4. Belanja Jalan, Irigasi dan

Jaringan 208.96 305.31 0 0 0.00% 0.00%

5. Belanja Aset Tetap Lainnya - 3.25 - 0 - 0.00%

6. Belanja Aset Lainnya 1.99 - 0 - 0.00% -

Belanja Tidak Terduga 10.91 9.00 0 0 0.00% 0.00%

Transfer 149.07 218.15 0 0 0.00% 0.00%

Total Belanja 1,896.63 2,258.69 195.69 206.22 10.32% 9.13%

TABEL 4.2 REALISASI BELANJA APBD 2014-2015 PEMPROV BENGKULU

Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

BAB V KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN

DAERAH

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

65

KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

PROVINSI BENGKULU

5.1 Ketenagakerjaan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Provinsi Bengkulu menunjukkan perbaikan,

tercatat jumlah pengangguran di Provinsi Bengkulu

menurun. Hal tersebut tercermin dari Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2014

sebesar 3,47%, lebih rendah dibandingkan Agustus

2013 yang mencapai 4,61%.

Sementara itu, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 900 ribu orang atau meningkat sebesar

3,21% (yoy). Dari total angkatan kerja tersebut, sebanyak 869 ribu telah bekerja, sedangkan

belum bekerja 31 ribu orang. Penurunan TPT yang di dukung dengan peningkatan jumlah

angkatan kerja serta jumlah penduduk bekerja mengindikasikan adanya serapan tenaga kerja

di Provinsi Bengkulu sepanjang Agustus 2013-Agustus 2014. Hal ini juga sebagai indikasi

bertambahnya kesempatan kerja di sektor-sektor perekonomian.

Pengangguran

2012 2013 2014

Agt Agt Agt

Jumlah Angkatan Kerja (orang)

Bekerja (orang) 859,900 832,000 868,800

Pengangguran (orang) 31,800 40,200 31,300

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Persentase TPAK (%) 70.27 67.59 68.29

Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Jumlah (orang) 31,800 40,200 31,300

TPT (%) 3.56 4.61 3.47

Berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, sektor pertanian menyerap tenaga kerja

terbesar mencapai 50,6%, diikuti sektor jasa kemasyarakatan sebesar 18,1% dan sektor

perdagangan, rumah makan, dan akomodasi sebesar 17,2% (Tabel 5.2). Hampir seluruh

sektor ekonomi mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja, kecuali sektor keuangan

Agust 2013 4.61

Agust 2014 3.47

TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH PENGANGGURAN DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

66

yang mengalami penurunan sebesar 3.600 orang tenaga kerja. Meningkatnya pertumbuhan

ekonomi Provinsi Bengkulu mendorong pelaku usaha melakukan penambahan kapasitas usaha

sehingga berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Pengangguran

Agt 2013 Agt 2014

Ribu Orang %

Porsi Ribu Orang % Porsi

1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan &

Perikanan 436.5 52.5 439.8 50.6

2. Pertambangan dan Penggalian 9.9 1.2 9.9 1.1

3. Industri 25.6 3.1 27 3.1

4. Listrik, Gas & Air Minum 1.4 0.2 3.2 0.4

5. Konstruksi 38.4 4.6 41.6 4.8

6. Perdagangan, Rumah makan & Akomodasi 142.7 17.2 149.3 17.2

7. Transportasi, pergudangan & komunikasi 21.6 2.6 27.8 3.2

8. Keuangan 16.8 2 13.2 1.5

9. Jasa Kemasyarakatan 139.3 16.8 157.1 18.1

T O T A L 832 100 868.8 100

Sebagian besar (65,8%) tenaga kerja di Provinsi Bengkulu bekerja di sektor

informal, sedangkan 34,2% bekerja di sektor formal. Sektor informal antara lain buruh tidak

tetap dan pekerja keluarga/tidak dibayar, sementara sektor formal antara lain buruh/karyawan

dan berusaha dengan dibantu buruh tetap. Sepanjang Agustus 2013-Agustus 2014, pekerja

sektor informal tumbuh 2,4% (yoy) atau naik 13,2 ribu orang. Sementara itu, pekerja sektor

formal naik lebih tinggi 8,62% (yoy) atau 23,6 ribu orang. Dari sisi pendidikan, tingkat

pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMA/SMK/Universitas cukup tinggi diatas 4,5%,

sedangkan TPT lulusan SD/SMP lebih rendah sebesar dari 3%. Kondisi ini menunjukkan masih

rendahnya lapangan pekerjaan untuk pekerja dengan pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu,

ketersediaan lapangan pekerjaan tidak merata dan terkonsentrasi di Kota Bengkulu sebagai

pusat perekonomian. Pemerintah daerah perlu mendorong percepatan pemerataan

pembangunan, sehingga tercipta lapangan kerja baru di seluruh kabupaten di Provinsi

bengkulu.

TABEL 5.2 ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

67

5.2 Perkembangan Kesejahteraan

Nilai Tukar Petani triwulan I 2015 secara

umum masih mengalami tekanan meskipun

sedikit mereda. tercermin Nilai Tukar Petani (NTP)

masih dibawah 100, terutama terjadi pada sub sektor

perkebunan. NTP dibawah 100 merupakan indikasi petani

belum sejahtera sebab harga hasil produksi pertanian yang

diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan indeks

harga yang dibayar petani, terutama terjadi pada sub sektor

tanaman pangan, perikanan, dan tanaman perkebunan.

Tekanan harga CPO dan karet di pasar global turut

mendorong pelemahan harga tandan buah segar (TBS)

sawit dan getah karet di tingkat lokal. Di sisi lain, biaya

yang harus dikeluarkan oleh petani terus mengalami

peningkatan karena inflasi.

Sementara itu NTP kelompok holtikultura dan

peternakan menunjukkan perbaikan. Peningkatan

permintaan pada komoditas holtikultura dan peternakan

diperkirakan menjadi salah satu faktor membaiknya

pendapatan masyarakat petani di sektor tersebut.

Sementara itu, NTP

0.60%

-2.0%

-1.5%

-1.0%

-0.5%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

90

92

94

96

98

100

102

104

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014 2015

% m

tm

Ind

eks

NILAI TUKAR PETANINTP g (mtm)

NILAI TUKAR PETANI

TW IV 2014 94.37

TW I 2015 96.24

NILAI TUKAR

USAHA PETANI (NTUP)

TW IV 2014 101.8

TW I 2015 101.9

GRAFIK 5.1 NILAI TUKAR PETANI

Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

68

Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada triwulan laporan tercatat sebesar 101.94, lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 101,88. Indeks NTUP menggambarkan

keuntungan yang diperoleh petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran yang terkait

dengan keperluan produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks harga

yang diterimanya (NTUP>100). Nilai tukar usaha pertanian tertinggi dicatatkan oleh usaha

Peternakan sebesar 112,05 yang kemudian diikuti oleh Holtikultura (106,76); Perikanan

(106,39); dan Tanaman Pangan (105,71). Sedangkan, Usaha Tanaman Perkebunan Rakyat

masih mencatatkan nilai NTUP < 100, yaitu sebesar 95,60. Hal ini diduga merupakan akibat dari

masih melemahnya harga komoditas di pasar global, terutama karet dan sawit yang menjadi

komoditas utama perkebunan di Provinsi Bengkulu.

5.3 Perkembangan Kemiskinan

Jika dibandingkan dengan posisi Maret 2014, jumlah

penduduk miskin turun terutama di daerah perkotaan,

sedangkan di pedesaan cenderung naik. Jumlah

penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2014

sebanyak 104,54 ribu jiwa atau 18,22% dari total

penduduk perkotaan, turun menjadi 17,19% atau 99,59

ribu jiwa pada September 2014. Sementara itu, jumlah

penduduk miskin di daerah pedesaan pada September

2014 meningkat, yaitu dari 216,41 ribu jiwa pada Maret

2014 menjadi 216,91 ribu jiwa atau menjadi 17,04% dari

total penduduk pedesaan. Dampak inflasi pada bahan

makanan diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong

perubahan perkembangan kemiskinan di perkotaan dan

pedesaan.

KEMISKINAN (%)

MAR 2014 17.48

SEPT 2014 17.09

KEDALAMAN KEMISKINAN

MAR 2014 2.78

SEPT 2014 2.85

KEPARAHAN KEMISKINAN

MAR 2014 0.70

SEPT 2014 0.75

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

69

Garis Kemiskinan naik sebesar 5,82% dari Rp336.930/kapita/bulan pada bulan Maret

2014 menjadi Rp356.554/kapita/bulan pada bulan September 2014. Garis Kemiskinan

terutama bersumber dari pengeluaran makanan yang terlihat dari besaran nilai Garis

Kemiskinan Makanan (GKM) yang berkontribusi sebesar 77,83%. Sedangkan pengeluaran

bukan makanan yang diindikasikan oleh Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM)

berkontribusi sebesar 22,17%. Jika dibandingkan dengan posisi September 2013, porsi Garis

Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) meningkat, baik di perkotaan maupun pedesaan. Hal ini

terkait peningkatan konsumsi masyarakat terhadap perumahan, pendidikan, dan transportasi.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada

September 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Maret 2014. P1 naik dari

2,78 pada Maret 2014 menjadi 2,85 pada September 2014. Sementara P2 naik dari 0,70 pada

Maret 2014 menjadi 0,75 pada September 2014. Peningkatan nilai indeks P1 mengindikasikan

bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan,

sementara peningkatan nilai indeks P2 menunjukkan ketimpangan pengeluaran di antara

penduduk miskin semakin melebar.

Daerah

2013 2014

Mar Sep Mar Sep

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

Perkotaan 2,29 0,51 3,11 0,82 2,90 0,73 2.69 0.75

Pedesaan 3,32 0,84 3,30 0,92 2,72 0,68 2.92 0.75

Perkotaan+Pedesaan 3,00 0,74 3,24 0,89 2,78 0,70 2.85 0.75

Kemiskinan

2012 2013 2014

Mar Sep Mar Sep Mar Sep

Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah (000) 311.66 310.47 327.35 320.41 320.95 316.5

%* 17,70 17,51 18,34 17,75 17.48 17.09

TABEL 5.3 KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu

TABEL 5.4 TINGKAT KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU

Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

BAB VI PROSPEK

PEREKONOMIAN

DAERAH

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

71

5.58

5.16

5.575.66

5.44

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2*

2014 2015P

OUTLOOK PEREKONOMIAN

TRIWULAN II 2015

Perekonomian Triwulan II diperkirakan tumbuh sebesar 5.5

5.9 % (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 5.44%. (yoy).

Disisi permintaan pertumbuhan diperkirakan didorong oleh

konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Optimisme

konsumsi rumah tangga dibangun oleh perkiraan peningkatan

belanja masyarakat menjelang bulan Ramadhan, dan perayaan

musim hajatan menjelang Ramadhan. Penyerapan fiskal yang

terkendala pada triwulan I 2015 diperkirakan mulai mengalami

peningkatan setelah disahkannya APBNP pada 13 Februari 2015.

Selain itu kegiatan investasi dan ekspor diperkirakan mengalami

kenaikan dibandingkan triwulan I 2015.

Indikator peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II

2015 tampak dari hasil survei konsumen Bank Indonesia dan

Indeks Tendensi Konsumsi BPS. Konsumen memperkirakan

bahwa tingkat pendapatan akan mengalami peningkatan. Hal ini

dibangun oleh ekspektasi realisasi gaji ke-13 yang akan

dibayarkan Pemerintah, pemberian tunjangan hari raya serta

peningkatan pendapatan petani komoditas ekspor dampak

pelemahan nilai tukar. Selain itu kegiatan investasi khususnya dari

proyek Pemerintah diperkirakan mulai memasuki tahapan fisik.

PEREKONOMIAN TRIWULAN II 2015

Indikator Perekonomian Sisi Permintaan

Indeks Ekspektasi Kosumsi1)

TW I 2015 97.67 TW II 2015113.00

Indeks Tendensi Konsumen2)

TW I 201596.54 TW II 2015103.95

Pendapatan Konsumen2)

TW I 201584.95 TW II 2015117.79

Sumber :

1. Survei Konsumen BI 2. BPS Prov Bengkulu

2014 2015

5.5

5.9 Grafik 6.1 PERTUMBUHAN EKONOMI

PROVINSI BENGKULU Sumber : BI (diolah)

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

72

Disisi Penawaran pertumbuhan ekonomi diperkirakan didorong

oleh Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; dan Sektor

Industri Pengolahan.

Indikator peningkatan pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh

ekspektasi dunia usaha keseluruhan tumbuh 20% dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Meningkatnya Sektor pertanian didukung oleh insentif

pelemahan nilai tukar untuk komoditas pertanian ekspor (Karet,

CPO, Kopi). Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

mencatat bahwa ekspektasi dunia usaha sektor pertanian

tumbuh12.5% dibandingkan triwulan sebelumnya. Kebijakan

HPP Baru Gabah diharapkan memberikan dorongan bagi petani

untuk meningkatkan kegiatan usahanya.

Sementara itu sektor industri pengolahan diperkirakan

mengalami peningkatan pada triwulan II 2015. Industri

makanan minuman diperkirakan mengalami kenaikan permintaan

menjelang Ramadhan. Industri pengolahan kelapa sawit

diperkirakan tumbuh mengikuti kenaikan ekspor.Hal ini

dikonfirmasi oleh pembangunan 5 pabrik kelapa sawit baru. Hasil

liaison mengkonfirmasi bahwa permintaan luar negeri masih

stabil terutama pada produk sawit yang bersertifikat RSPO

(Roundtable Sustainable Palm Oil).

Sektor Perdagangan diperkirakan tumbuh pada triwulan II

2015. Keyakinan dibangun oleh kenaikan konsumsi masyarakat

menjelang puasa dan tahun ajaran baru.Selain itu juga

meningkatnya penyerapan belanja daerah khususnya untuk

Indikator Perekonomian Sisi Penawaran

SKDU Sektor Pertanian

TW I 2015- 0.03 TW II 2015+ 0.12

SKDU Sektor Industri

TW I 2015- 0.20 TW II 2015+ 0.19

SKDU Sektor Perdagangan

TW I 2015- 0.07 TW II 2015+ 0.04

Sumber : Bank Indonesia

2014 2015

Grafik 6.2 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PROVINSI BENGKULU Sumber : BI (diolah)

Sertifikat RSPO adalah sertifikat yang

dikeluarkan asosiasi yang terdiri dari

berbagai organisasi dari berbagai

sektor industri kelapa sawit

(perkebunan, pemrosesan,

distributor, industri manufaktur,

investor, akademisi, dan LSM bidang

lingkungan) yang bertujuan

mengembangkan dan

mengimplementasikan standar global

untuk produksi minyak sawit

berkelanjutan.

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

73

belanja barang/jasa. Indeks ekspektasi dunia usaha untuk sektor

perdagangan dikonfirmasi tumbuh 4.4% dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Inflasi Triwulan II diperkirakan berada pada kisaran 9.5-10%

(yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

7.65%. (yoy).

Ekspektasi Inflasi diperkirakan meningkat pada triwulan II

2015 yang didorong oleh beberapa faktor : (i) musim hajatan

menjelang bulan Ramadhan, (ii) meningkatnya konsumsi

memasuki tahun ajaran baru, (iii) penyerapan belanja daerah

meningkat sehingga pendapatan masyarakat yang terkait

langsung dengan realiasasi anggaran akan berdampak.

Inflasi Administered Price diperkirakan mengalami kenaikan,

sampai dengan awal Mei 2015, tren kenaikan harga minyak

dunia sudah terjadi. Rata-rata harga Minyak Dunia periode April-

Mei 2015 diperdagangkan pada kisaran US$58/barel meningkat

dibandingkan periode Januari-Maret 2015 sebesar US$50/barel.

Inflasi Volatile Food mengalami kenaikan, hal ini didorong 2 hal yaitu (i) kenaikan

permintaan dan keterbatasan supply, (ii) revisi HPP gabah dan beras. Permintaan bahan

makanan akan mengalami kenaikan menjelang puasa disisi lain periode panen raya telah

terlewati. Penyesuaian HPP Pemerintah untuk Gabah dan Beras pada akhir Maret 2015

dampaknya akan dirasakan pada kenaikan harga beras di triwulan lI 2015.

Inflasi Inti diperkirakan tertahan, didorong oleh masih tertekannya daya beli masyarakat.

Survei tendensi konsumsi mencatat bahwa indeks ekspektasi pembelian barang-barang tahan

lama pada triwulan II 2015 sebesar 90.17 dibawah triwulan I 2015 sebesar 101.98.

8.35

5.79 6.05

10.85

7.65

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*

2014 2015

5.5

10

INFLASI TRIWULAN II 2015

Grafik 6.3 INFLASI

PROVINSI BENGKULU Sumber : BI (diolah)

Indikator Ekspektasi Inflasi

Perkiraan Pendapatan

TW I 2015 107.48 TW II 2015 111.79

Pembelian Barang Tahan Lama

TW I 2015 101.98 TW II 2015 90.17

Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

74

Lampiran Data Perekonomian dan

Perbankan Provinsi

Bengkulu

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

75

A. PERTUMBUHAN EKONOMI (% yoy)

No SISI PENAWARAN 2014 2015

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.64 2.22 2.89 2.39 2.18

B Pertambangan dan Penggalian 5.96 7.15 8.98 2.96 1.43

C Industri Pengolahan 9.12 7.62 4.98 4.08 4.02

D Pengadaan Listrik, Gas 4.55 7.27 8.77 13.96 0.23

E Pengadaan Air 2.99 0.97 1.88 4.51 4.80

F Konstruksi 6.33 7.82 7.18 4.13 2.57

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

7.57 5.99 6.62 6.78 7.66

H Transportasi dan Pergudangan 5.81 6.29 5.69 7.57 7.22

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.10 8.54 9.42 10.73 9.09

J Informasi dan Komunikasi 7.55 7.87 8.19 7.24 6.92

K Jasa Keuangan 2.65 1.77 6.75 13.40 12.84

L Real Estate 6.60 6.29 6.80 5.59 4.79

M,N Jasa Perusahaan 6.18 5.40 6.00 7.79 7.49

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

5.77 5.33 6.16 8.15 8.79

P Jasa Pendidikan 9.17 8.39 7.65 9.40 8.23

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9.85 9.07 8.60 10.37 10.22

R,S,T,U Jasa lainnya 7.97 9.47 8.73 9.24 9.08

PDRB TOTAL 5.58 5.16 5.57 5.66 5.44

NO SISI PERMINTAAN 2014 2015

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4P Q.1

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.50 5.92 6.24 6.46 6.00

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 17.81 17.36 16.46 9.29 -4.47

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 12.49 10.81 8.75 10.46 0.92

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 12.29 8.39 6.60 5.39 1.83

5 Perubahan Inventori 21.00 35.04 22.89 10.37 10.95

6 Ekspor Barang dan Jasa -9.57 -14.33 6.19 1.85 8.68

7 Impor Barang dan Jasa 3.63 -1.08 9.12 5.95 3.57

PDRB TOTAL 5.58 5.16 5.57 5.66 5.44

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

76

B. PERKEMBANGAN INFLASI (% yoy)

KOMPONEN 2014 2015

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

U M U M / T O T A L 8.35 5.79 6.05 10.85 7.65

Kelompok Barang

BAHAN MAKANAN 11.25 4.55 7.44 17.76 8.31

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 5.86 6.23 6.55 6.64 7.14

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 4.38 3.08 4.76 8.24 9.80

SANDANG 4.18 6.71 4.69 3.82 4.11

KESEHATAN 8.69 5.49 5.27 6.53 10.90

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.88 4.37 5.45 5.62 6.14

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 15.46 11.02 6.15 13.97 5.86

Disagregasi

VOLATILE FOOD 10.93 4.25 7.34 17.72 8.23

ADMINISTERED PRICE 15.40 11.52 8.65 16.57 9.80

CORE 4.72 4.35 4.47 5.54 6.55

C. PERKEMBANGAN PERBANKAN (% yoy)

ASET & DANA 2014 2015

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

Aset Bank 12.42 17.11 14.51 12.22 21.94

Syariah 25.37 22.12 18.36 8.39 7.29

Konvensional 11.64 16.81 14.27 12.49 22.94

Swasta 13.50 10.75 6.61 2.51 2.80

Pemerintah 12.03 19.36 17.36 15.82 28.87

DPK Bank 5.65 10.76 10.46 11.41 15.55

Tabungan 13.84 11.93 8.77 4.91 3.43

Giro -3.79 11.57 7.43 6.01 21.51

Deposito 0.23 6.95 19.68 38.01 39.11

Syariah 20.31 15.00 15.41 8.81 9.68

Tabungan 26.93 21.81 21.88 8.11 10.08

Giro 7.25 11.96 -16.97 1.37 -12.59

Deposito 9.71 2.63 8.91 12.80 13.78

Konvensional 4.94 10.55 10.21 11.57 15.88

Tabungan 13.01 11.31 7.94 4.69 2.96

Giro -3.91 11.56 7.75 6.12 21.93

Deposito -0.44 7.27 20.46 40.11 41.09

Swasta 14.56 12.87 11.33 6.20 8.62

Tabungan 18.59 14.35 14.68 -1.00 1.25

Giro -19.30 -4.40 -23.29 -5.16 23.83

Deposito 19.63 16.71 19.30 35.77 22.86

Pemerintah 3.69 10.30 10.26 12.84 17.24

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

77

Tabungan 12.37 11.16 7.01 6.74 4.14

Giro -2.66 12.66 9.92 7.58 21.37

Deposito -4.92 4.58 19.80 38.71 44.54

2014 2015

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

Kredit Sektor Ekonomi 17.35 13.67 11.29 11.74 13.13

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 46.36 27.19 19.13 14.92 21.08

PERIKANAN 62.06 1.98 7.20 4.33 14.66

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -44.31 -41.00 -43.14 -61.38 -57.61

INDUSTRI PENGOLAHAN 3.91 -4.07 -2.67 1.64 6.62

LISTRIK, GAS DAN AIR 5.27 -7.13 -8.64 -7.76 -7.45

KONSTRUKSI 39.61 13.92 9.39 9.45 22.32

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 19.70 6.88 3.00 2.24 9.07

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 49.15 19.37 1.36 -0.07 11.77

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI -4.58 2.22 -3.69 6.56 13.48

PERANTARA KEUANGAN 104.57 -71.18 -66.95 -59.45 70.45

REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 17.07 -62.99 -63.97 -60.30 -59.31

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

123.13 11.51 114.46 3.93 -25.32

JASA PENDIDIKAN 2.94 -30.50 -33.59 -54.30 -17.57

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 2.33 5.49 2.77 16.14 51.87

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

43.56 9.36 2.53 0.98 19.11

JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 468.73 64.86 47.48 44.75 36.38

BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA

-62.19 -44.08 -54.32 -68.86 -90.38

KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA -99.33 12.54 -59.47 -83.30 1523.78

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 17.39 22.65 21.04 22.22 18.60

2014 2015

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1

Kredit Penggunaan 17.35 13.67 11.29 11.74 13.13

Modal Kerja 10.55 11.69 8.91 8.46 6.35

Investasi 39.43 14.56 9.14 5.82 6.89

Konsumsi 17.39 14.64 13.07 14.81 18.31

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

78

LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

Administered price

Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif

dasar listrik.

Aktiva Produktif

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan

penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar bank,

penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Andil inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat

inflasi secara keseluruhan.

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah

yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh

pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero)

yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank pemerintah daerah (Bank

Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.

BI Rate

Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap

bulannya.

BI-RTGS

Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban

bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi

transfer dana.

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap

komoditas tersebut.

Cash inflows

Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dan

penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

79

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran uang

masyarakat dalam periode tertentu.

Clean Money Policy

Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan

kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Ekspor

Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun

bukan komersil.

Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam

rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank

konvensional.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan

ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan konsumen terhadap

kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap

ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas

hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

80

Inflasi

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persisten).

Inflasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks

harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi

oleh masyarakat luas.

Inflasi Inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.

Impor

Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil maupun

bukan komersil.

Investasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Kliring

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama peserta

maupun atas nama nasabah.

Kredit

Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk :

1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA)

2. Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran

bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus

(DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.

Liaison Bank Indonesia

Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual

sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia

dengan pelaku usaha/sumber data.

m-t-m

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

81

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari

Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash

Inflows bila terjadi sebaliknya.

Non Performing Loans (NPL)

Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan klasifikasi

kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas

aktiva produktif.

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.

Pertumbuhan ekonomi

Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau

tahunan).

Porsi Ekonomi

Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai dasar

perhitungan.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu sebagai

dasar perhitungan.

Produk Domestik Regional Bruto satu tahun

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah dalam satu tahun.

Produk Domestik Regional Bruto triwulanan

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah dalam satu triwulan tertentu.

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong sistem ... Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan ... bersumber dari menurunnya produksi komoditas

82

qtq

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini

juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi

bank ybs. Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank syariah.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan

pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai

pengakuan utang.

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan

mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah

pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian

akhirnya dilakukan secara nasional.

Uang giral

Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah

jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan sistem

moneter.

Uang kartal

Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas

pada KPKN dan bank umum.

Volatile foods

Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat

fluktuatif.

yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.