kajian ekonomi dan keuangan regional - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan...

106
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN III website : www.bi.go.id email : [email protected] 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Upload: vodien

Post on 27-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

TRIWULAN III

website : www.bi.go.id email : [email protected]

2015

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

VISI BANK INDONESIA :

kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

MISI BANK INDONESIA :

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

yang berkualitas;

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien

serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk

mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi

pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional;

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan

stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan

akses dan kepentingan nasional;

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta

melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka

NILAI-NILAI STRATEGIS ORGANISASI BANK INDONESIA :

-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai

untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas Trust and Integrity,

Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kata Pengantar

iii

BUKU Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Riau ini merupakan

terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan

perbankan di Provinsi Riau. Terbitan kali ini memberikan gambaran perkembangan

ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau pada triwulan III 2015 dengan penekanan

kajian pada kondisi ekonomi makro regional (PDRB dan Keuangan Daerah), Inflasi,

Perbankan dan Sistem Pembayaran, Ketenagakerjaan dan Prakiraan Perkembangan

Ekonomi Daerah pada triwulan IV 2015. Analisis dilakukan berdasarkan data

laporan bulanan bank umum, data ekspor-impor yang diolah oleh Kantor Pusat

Bank Indonesia, data PDRB dan inflasi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS)

Provinsi Riau, serta data dari instansi/lembaga terkait lainnya.

Tujuan dari penyusunan buku KEKR ini adalah untuk memberikan informasi kepada

stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau,

dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

referensi bagi para pemangku kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak

lain yang membutuhkan.

Kami menyadari masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan

buku ini. Oleh karena itu kritik, saran, dukungan penyediaan data dan informasi

sangat diharapkan.

Pekanbaru, 18 November 2015

Plt. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

Ismet Inono Deputi Direktur

KATA PENGANTAR

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kata Pengantar

iv

duduk di rumah memegang amanah

duduk di tanah memegang petuah

duduk di kampung menjadi payung

duduk di banjar bertunjuk ajar

duduk di ladang tenggang menenggang

duduk di negeri tahukan diri

duduk di dusun ia penyantun

duduk beramai elok perangai

apa tanda Melayu bertuah,

tahu berguru pada yang sudah

tahu berbuat pada yang ada

tahu memandang jauh ke muka

apa tanda Melayu terbilang,

dada lapang pandangan panjang

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Daftar Isi

iv

HALAMAN

Kata Pengantar ..................................................................................................... iii

Daftar Isi ............................................................................................................... iv

Daftar Tabel ......................................................................................................... vii

Daftar Grafik ........................................................................................................ viii

Daftar Gambar...................................................................................................... xii

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih............................................................................ xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ 1

BAB 1. KONDISI EKONOMI MAKRO REGIONAL .............................................. 8

1.

2.

Kondisi Umum...........................................................................

PDRB Sisi Penggunaan...............................................................

8

9

2.1. Konsumsi ..................................................................... 10

2.2 Investasi ....................................................................... 13

2.3 Ekspor dan Impor ......................................................... 13

2.3.1. Ekspor ................................................................

2.3.2. Impor .................................................................

13

16

3. PDRB Sektoral ........................................................................... 17

3.1. Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan................... 18

3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian .......................... 20

3.3. Sektor Industri Pengolahan ........................................... 21

3.4. Sektor Perdagangan, Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor...............................................

22

3.5. Sektor Konstruksi.......................................................... 24

Boks 1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP KINERJA

PEREKONOMIAN DAERAH SERTA KETAHANAN DAN DAYA SAING

INDUSTRI

DAFTAR ISI

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Daftar Isi

v

HALAMAN

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ................................................... 25

1. Kondisi Umum........................................................................... 25

2. Perkembangan Inflasi

2.1. Inflasi Kota.........................................................................

2.1.1. Inflasi Kota Pekanbaru..............................................

2.1.2. Inflasi Kota Dumai....................................................

2.1.3. Inflasi Kota Tembilahan............................................

2.2. Disagregasi Inflasi...............................................................

2.2.1.Inflasi Inti (Core)........................................................

2.2.2. Inflasi Volatile Foods.................................................

2.2.3. Inflasi Administered Price..........................................

26

30

30

31

32

33

33

34

35

Boks 2. DAMPAK EL NINO DAN KABUT ASAP

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH 37

1. Kondisi Umum Perbankan.......................................................... 37

2. Perkembangan Bank Umum........................................................ 38

2.1. Perkembangan .................................... 38

2.2. Perkembangan Dana Pihak 39

2.3. 42

3. ...... 44

4. 46

4.1. 46

4.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah....................... 48

4.3. .......... 50

5. 52

6. 53

7. Perkembangan Transaksi 54

7.1. 54

7.2. 54

7.2.1. Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow-

54

7.2.2. Penyediaan Uang Kartal Layak 56

7 57

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Daftar Isi

vi

HALAMAN

7.3. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non

...........

58

7 58

7.3.2. Real Time Gross Settlement 58

BAB 4 KONDISI KEUANGAN DAERAH ........................................................... 61

1. Kondisi Umum .......................................................................... 61

2. Realisasi APBD 2015.................................................................. 62

2.1. Realisasi Pendapatan..................................................... 62

2.2. Realisasi Belanja............................................................. 64

BAB 5 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daerah................ 66

1. ....... 66

2. Ketenagakerjaan... ....... 67

3. Kesejahteraan 70

3.1. Penduduk Miskin Riau.................................................... 70

3.2. Garis Kemiskinan Riau.................................................... 71

3.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan

Kemiskinan (P2) Riau........................................................

72

BAB 6 74

1. Prospek Makro ....... 74

2. Perkiraan Inflasi...... ................ 77

3. 78

Daftar Istilah xvii

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Tabel

vii

HALAMAN

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau sisi penggunaan (yoy) ........................... 10

Tabel 1.2. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas

Riau (Ribu Ton) ............................................................................ 14

Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral Dengan Migas (yoy,%) ....... 18

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi Riau .......................... 38

Tabel 3.2. Perkembangan DPK di Provinsi Riau Menurut Kepemilikan (Rp Juta) ... 40

Tabel 3.3. Posisi Kredit Bank umum di Provinsi Riau (Rp Juta) ............................ 42

Tabel 3.4 Kredit Lokasi Bank Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Riau (Rp Juta) 47

Tabel 3.5 Kredit UMKM di Provinsi Riau Tw II-2015 Menurut Sektor Ekonomi ..... 50

Tabel 3.6. Perkembangan Perbankan Syariah .................................................. 52

Tabel3.7 Perkembangan BPR/S ...................................................................... 54

Tabel 3.8 Perkembangan Nilai BI RTGS Provinsi Riau Tw II 2015 dan Tw III 2015

(dalam Rp Miliar)

Tabel 3.8. Perkembangan Volume warkat BI-RTGS di Riau triwulan II-2015 dan

triwulan III-2015 (dalam Rp juta) ..................................................... 60

Tabel 4.1. Ringkasan Realisasi APBD Riau Tahun 2014 dan 2015 ...................... 62

Tabel 4.2. Ringkasan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Riau

Triwulan III 2015 ......................................................................... 63

Tabel 4.3. Ringkasan Realisasi belanja Daerah Provinsi Riau Triwulan III 2015 ..... 64

Tabel 5.1. Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Utama (Jiwa) ...................... 67

Tabel 6.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aktual dan

Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2015 (dalam%) ........... 75

Tabel 6.3. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan

Inflasi Riau Triwulan IV 2015 .......................................................... 77

DAFTAR TABEL

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

viii

HALAMAN

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional Secara Tahunan (yoy,%) ...... 9

Grafik 1.2.Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Provinsi Riau .................... 10

Grafik 1.3.Pergerakan Indeks Penghasilan Konsumen Provinsi Riau ...................... 11

Grafik 1.4.Pergerakan Harga CPO Internasional dan TBS Lokal ............................. 11

Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Perumahan ....................................................... 11

Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Durable Goods .................................................. 11

Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Multiguna ........................................................ 12

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor ......................................... 12

Grafik 1.9. Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Triwulan III 2010-2015 Riau ........ 12

Grafik1.10.Perkembangan Nilai Realisasi PMA dan PMDN di Provinsi Riau ............ 13

Grafik1.11. Perkembangan Jumlah proyek PMA dan PMDN di Provinsi Riau ......... 13

Grafik 1.12.Perkembangan PMI dan Industrial Production Tiongkok ...................... 14

Grafik 1.13. Perkembangan Volume Ekspor CPO dan Turunan Riau ...................... 15

Grafik1.14. Perkembangan Volume Ekspor Pulp and Paper Riau ........................... 15

Grafik 1.15. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau ................................... 15

Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau ............................ 15

Grafik 1.17. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau Menurut Wilayah

Tujuan .............................................................................................. 16

Grafik 1.18. Perkembangan Volume Impor Barang Modal di Provinsi Riau ............ 17

Grafik 1.19. Perkembangan Impor Barang Konsumsi ............................................ 17

Grafik 1.20. Perkembangan Volume Impor Barang Intermedier ............................ 17

Grafik 1.21. Perkembangan Impor Non Migas Riau ............................................. 17

Grafik 1.22. Perkembangan Pertumbuhan Subsektor Pertanian ............................. 18

Grafik 1.23. Perkembangan Usaha Sektor Pertanian, Perkebunan dan Peternakan 19

Grafik 1.24. Perkembangan Lifting Minyak Bumi Provinsi Riau .............................. 20

Grafik 1.25. Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian Provinsi Riau

Berdasarkan Subsektor ..................................................................... 20

DAFTAR GRAFIK

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

ix

Grafik 1.26. Perkembangan Kapasitas Terpakai Sektor Industri Pengolahan ........ 21

Grafik 1.27. Perkembangan Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan ........... 22

Grafik 1.28. Pertumbuhan Sektor Perdagangan Berdasarkan Subsektor .............. 22

Grafik 1.29. Realisasi Perkembangan Kegiatan Usaha Sektor Perdagangan ......... 23

Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Perdagangan Besar dan Eceran Makanan

Minuman dan Tembakau di Riau ..................................................... 23

Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit ........... 23

Grafik 1.32. Konsumsi Semen Riau ....................................................................... 24

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi di Riau dan Nasional (yoy) ................................ 27

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi di Ketiga Kota di Riau (yoy) .............................. 27

Grafik 2.3.Inflasi dan Sumbangan Kelompok Barang dan Jasa (yoy) ..................... 28

Gr afik 2.4. Perkembangan Inflasi Riau Nasional secara Triwulanan (qtq) ............. 28

Grafik 2.5. Historis Inflasi selama Tw III di Provinsi Riau (qtq) ................................ 29

Grafik 2.6. Inflasi dan Kontribusi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Tw III

2015 di Riau (qtq) ............................................................................... 30

Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kota Pekanbaru dan Rata-rata Historis Tw III

(2011-2014) ..................................................................................... 31

Grafik 2.8. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Kota Pekanbaru

Tw III 2015 .......................................................................................... 31

Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kota Dumai dan Rata-rata Historis

Tw II (2011-2014) ............................................................................. 32

Grafik 2.10. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Kota Dumai

Tw III 2015........................................................................................ 32

Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kota Tembilahan ............................................. 32

Grafik 2.12. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Kota

Tembilahan Tw III 2015 ...................................................................... 32

Grafik 2.13.Inflasi IHK dan Disagregasi Inflasi (yoy) ............................................... 33

Grafik 2.14.Perkembangan Inflasi Inti (core) di Riau (yoy) ..................................... 34

Grafik 2.15. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ............................. 34

Grafik 2.16. Perkembangan Harga Emas Dunia .................................................... 34

Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Tradables Goods dan Non Tradable

Goods (yoy) ...................................................................................... 34

Grafik 2.18. Perkembangan Inflasi Volatile Food di Riau (yoy) .............................. 35

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

x

Grafik 2.19. Perkembangan Harga Komoditas Bumbu-bumbuan di

kota Pekanbaru ................................................................................ 35

Grafik 2.20. Perkembangan inflasi Administered Price ........36

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum di Provinsi Riau (Rptriliun) ............ 39

Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Bank Umum Menurut Kelompok (%)... 39

Grafik 3.3. Pertumbuhan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank (%)... 39

Grafik 3.4. Pangsa Aset Bank Umum Berdasarkan Jenis Bank Tw III-2015 (%) ... 39

Grafik 3.5. Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy) ....... 40

Grafik 3.6. Perkembangan Nilai DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan ...... 40

Grafik 3.7. Perkembangan Jumlah Rekening Dana ............................................ 41

Grafik 3.8. Perkembangan Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%) ......... 43

Grafik 3.9. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (yoy) .... 43

Grafik 3.10. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (qtq) .. 43

Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit Konsumsi dan Produktif (%) ........................... 44

Grafik 3.12. Sumber Perlambatan Kredit Modal Kerja ........................................ 44

Grafik 3.13. Perkembangan LDR di Provinsi Riau ................................................ 45

Grafik 3.14. Perkembangan Non Performing Loan (NPL) di Provinsi Riau ............. 45

Grafik 3.15. Growth Subsektor Pertanian dan Perdagangan Penyumbang NPL ... 45

Grafik 3.16. Perkembangan Harga TBS dan CPO Dunia ....................................... 46

Grafik 3.17. Perkembangan Harga Karet Dunia ................................................... 46

Grafik 3.18. Growth dan Pangsa Subsektor Pertanian ......................................... 47

Grafik 3.19. Growth dan Pangsa Subsektor Perdagangan .................................. 47

Grafik 3.20. Perkembangan Kredit Konsumsi ..................................................... 48

Grafik 3.21. Perkembangan Kredit Perumahan ................................................... 49

Grafik 3.22. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor .................................... 49

Grafik 3.23. Perkembangan Kredit Multiguna .................................................... 49

Grafik 3.24. Perkembangan Kredit Durable Goods ............................................. 49

Grafik 3.25. Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM ............................ 50

Grafik 3.26. Penyaluran Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Usaha ......................... 50

Grafik 3.27. Pangsa Subsektor Perdagangan dan Pertanian Terbesar (%) ........... 51

Grafik 3.28. Perkembangan NPL Kredit UMKM .................................................. 51

Grafik 3.29. NPL Sektoral UMKM Triwulanan III-2015 (%) .................................. 51

Grafik 3.30. Pangsa Kredit Perbankan Syariah Berdasarkan Jenis Penggunaan ... 53

Grafik 3.31. Pangsa DPK Perbankan Syariah Berdasarkan Jenis Simpanan .......... 53

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

xi

Grafik 3.32. Perkembangan Inflow dan Outflow ................................................ 55

Grafik 3.33. Series Inflow dan Outflow Triwulan III-2015 ................................... 55

Grafik 3.34. Perkembangan Outflow Bulanan Triwulan III-2015 ...................... 55

Grafik 3.35. Perkembangan Inflow Bulanan Triwulan III-2015 ......................... 55

Grafik 3.36. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang Dimusnahkan

Terhadap Inflow di Provinsi Riau .................................................... 56

Grafik 3.37. Perkembangan Peredaran Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Riau . 57

Grafik 3.38. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Riau ............................. 58

Grafik 5.1. TPT dan TPAK Sumatera dan Indonesia Agustus 2015 ..................... 67

Grafik 5.2. Sebaran Angkatan Kerja di Provinsi Riau ......................................... 68

Grafik 5.3. TPT dan TPAK Berdasarkan Wilayah ................................................ 68

Grafik 5.4. Lapangan Pekerjaan Utama Berdasarkan Daerah ............................. 69

Grafik 5.5. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tenaga Kerja .......... 69

Grafik 5.6. TPT Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ..... 69

Grafik 5.7. Perkembangan Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin ................. 70

Grafik 5.8. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin ....................................... 71

Grafik 5.9. Perkembangan Garis Kemiskinan (GK) Riau .................................... 72

Grafik 5.10. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Riau ............... 73

Grafik 5.11. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau ................ 73

Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Perkiraan Pengeluaran Dibandingkan

3 Bulan yang Mendatang ................................................................. 76

Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen .................................... 76

Grafik 6.3. Perkembangan Harga Cabe dan Bawang di Kota Pekanbaru ............ 77

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

xii

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem
Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

1

I. GAMBARAN UMUM

Perekonomian Riau pada triwulan III-2015 masih mengalami kontraksi, yaitu

sebesar 1,87% (yoy). Pertumbuhan ini tercatat lebih baik dibandingkan

pertumbuhan triwulan III-2015 lalu yang tercatat kontraksi sebesar 2,54% (yoy).

Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat meningkat

dibandingkan triwulan II-2015 yaitu dari 4,67% (yoy) menjadi 4,73% (yoy).

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perekonomian Riau periode laporan tercatat mengalami kontraksi dibandingkan periode

sebelumnya

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

2

II. ASSESMEN MAKROEKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2015 dari sisi penggunaan utamanya

didorong oleh peningkatan kinerja investasi dan konsumsi pemerintah.

Sementara itu, penurunan kinerja ekspor masih berlanjut, meskipun

cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini

mengakibatkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan masih

mengalami kontraksi. Perbaikan permintaan komoditas ekspor unggulan,

seperti CPO masih terbatas sehingga menyebabkan kinerja ekspor masih

terkontraksi. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga, yang masih memiliki

pangsa terbesar PDRB dari sisi penggunaan, tercatat mengalami perlambatan

pada triwulan laporan.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga Riau pada triwulan III-2015 melambat

dibandingkan triwulan II-2015 yaitu dari 6,36% (yoy) menjadi 5,92% (yoy).

Perlambatan ini sejalan dengan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) dari 106,50 pada triwulan II-2015 menjadi 77,22 pada triwulan III-

2015. Penurunan ini diperkirakan akibat masih rendahnya harga komoditas

dan perbaikan ekonomi global yang masih sangat terbatas sehingga

mempengaruhi kondisi ekonomi domestik serta dampak kabut asap yang

terjadi selama triwulan III-2015.

Perkembangan investasi Riau pada triwulan III-2015 tercatat meningkat

dibandingkan triwulan II-2015 yaitu dari 1,24% (yoy) menjadi 4,19% (yoy).

Kondisi ini diindikasikan oleh meningkatnya pertumbuhan jumlah dan nilai

proyek PMA dan PMDN di Riau pada periode laporan.

Perkembangan ekspor luar negeri Riau pada triwulan III-2015 masih

mengalami penurunan, namun cenderung membaik yaitu dari kontraksi

sebesar 19,10% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi kontraksi sebesar

9,55% (yoy) pada triwulan III-2015. Hal ini disebabkan oleh perbaikan kinerja

ekspor migas seiring membaiknya kinerja sektor pertambangan dan

penggalian. Di sisi lain, impor pada triwulan III-2015 tercatat menurun

dibandingkan triwulan II-2015 yaitu dari kontraksi 8,25% (yoy) menjadi

kontraksi sebesar 17,42% (yoy). Penurunan impor luar negeri Riau pada

triwulan laporan berasal dari penurunan impor barang intermedier. Impor

Pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan III-2015 didorong oleh pertumbuhan investasi dan konsumsi pemerintah

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

3

barang intermedier menurun signifikan dari kontraksi 7,63% (yoy) di

triwulan II-2015 menjadi kontraksi 21,24% (yoy) di triwulan III-2015.

Dari sisi sektoral, kinerja perekonomian Riau pada triwulan III-2015 secara

umum menunjukkan penurunan, meskipun cenderung membaik

dibandingkan dengan triwulan II-2015. Hal ini tercermin dari pertumbuhan

dua sektor utama yang masih tercatat negatif. Penurunan terjadi pada sektor

pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan. Sementara, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil

dan sepeda motor mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Di sisi lain, peningkatan kinerja sektor industri pengolahan dan

sektor konstruksi diperkirakan menahan laju penurunan perekonomian Riau

pada triwulan III-2015.

III. ASSESMEN INFLASI

Inflasi Riau pada triwulan III-2015 tercatat sebesar 5,70% (yoy), lebih rendah

dibandingkan posisi triwulan II-2015 yang mencapai 7,39%. Dengan

demikian, inflasi Riau berada pada level yang lebih rendah dibandingkan

perkiraan sebelumnya. Inflasi di Riau sejalan dengan perkembangan inflasi

nasional yang juga menunjukkan penurunan dari 6,83% pada triwulan II-

2015 menjadi 5,53% pada triwulan III-2015. Penurunan tekanan inflasi

terutama bersumber dari kelompok volatile food akibat penurunan harga

bawang merah, cabe merah, cabe rawit, daging ayam ras dan beberapa jenis

ikan segar serta penurunan kelompok core akibat penurunan permintaan

masyarakat karena penurunan daya beli masyarakat dan menurunnya

aktivitas ekonomi akibat kondisi asap.

Menurut kota perhitungan inflasi, inflasi tertinggi terjadi di Kota Dumai baik

secara triwulanan maupun tahunan masing-masing sebesar 6,21% (yoy) dan

1,10% (qtq). Sementara, inflasi Kota Pekanbaru sebesar 5,70% (yoy) dan

0,61% (qtq) dan inflasi Kab. Tembilahan sebesar 4,71% (yoy) dan 0,66%

(qtq). Namun demikian, inflasi triwulanan ketiga kota tersebut lebih rendah

dibandingkan sebelumnya.

Kota Dumai tercatat mengalami inflasi tertinggi sebesar 6,21% (yoy), diikuti oleh Kota Pekanbaru dan Kota Tembilahan masing-masing 5,70% (yoy) dan 4,71%

(yoy)

Penurunan tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok volatile food akibat penurunan harga bawang dan cabe merah, cabe rawit, daging ayam ras dan beberapa jenis ikan segar serta penurunan kelompok core

Secara sektoral, kinerja perekonomian Riau menunjukkan penurunan, meskipun cenderung membaik dibandingkan

triwulan II-2015

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

4

IV. ASSESMEN KEUANGAN

Perbankan

Kinerja perbankan di Provinsi Riau pada triwulan laporan melambat

dibandingkan triwulan II-2015, hal ini tercermin dari melambatnya aset dan

DPK perbankan. Aset melambat dari 19,86% (yoy) di triwulan II-2015 menjadi

10,07% (yoy) di triwulan III-2015 dengan nilai sebesar Rp96,51 triliun,

sedangkan DPK melambat dari 15,82% (yoy) di triwulan II-2015 menjadi

9,57% (yoy) di triwulan III-2015 dengan nilai sebesar Rp70,29 triliun.

Sementara, penyaluran kredit meningkat dari 6,75%(yoy) di triwulan II-2015

menjadi 7,86% (yoy) di triwulan III-2015 dengan nilai sebesar Rp55,86 triliun.

Namun demikian, kualitas kredit yang disalurkan tercatat menurun yaitu dari

4,33% menjadi 4,50%, bahkan kualitas kredit BPR/S perlu mendapat

perhatian khusus mengingat tingginya NPL BPR/S mencapai 14,39%.

Fungsi intermediasi bank umum di Provinsi Riau pada triwulan III-2015 berada

pada kondisi yang stabil. Hal ini terlihat dari angka LDR1 sebesar sebesar

79,41%. Berbeda dengan BPR/S, LDR masih tercatat cukup tinggi yaitu

mencapai 104,01%. Tingginya LDR tersebut sejalan dengan semakin tingginya

risiko likuiditas BPR/S.

Penyaluran kredit bank umum kepada UMKM pada triwulan III-2015

mencapai Rp19,89 triliun, turun sebesar 1,57% (qtq) atau tumbuh lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 1,05% (yoy)

dari 2,32% (yoy). Kredit UMKM lebih banyak disalurkan pada usaha kecil

sebesar Rp7,77 triliun, diikuti oleh usaha menengah dan mikro masing-masing

Rp6,66 triliun dan Rp5,47 triliun. Sejalan dengan hal tersebut, NPL UMKM

masih tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 7,41%.

Kinerja perbankan syariah di Provinsi Riau pada triwulan II-2015 belum

menunjukkan perbaikan. Aset dan pembiayaan masing-masing tercatat

sebesar Rp4,95 triliun dan Rp3,43 triliun, terkontraksi masing-masing sebesar

3,63% (yoy) dan 0,25% (yoy). Namun demikian, DPK meningkat sebesar

1 Loan to Deposit Ratio (LDR) dihitung menggunakan data penyaluran kredit berdasarkan

lokasi bank

Penyaluran kredit kepada UMKM tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

Kinerja perbankan di Provinsi Riau pada triwulan laporan melambat dibandingkan triwulan II-2015. Hal ini terlihat dari melambatnya aset dan DPK pada periode laporan

Fungsi intermediasi bank umum pada triwulan III-2015 tercatat stabil

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

5

11,45% (qtq) dan 7,16% (yoy). Di sisi lain, NPF perbankan syariah masih

tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 6,19%.

Perkembangan BPR/S melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini

tercermin dari melambatnya aset dan DPK dibandingkan dengan triwulan II-

2015. Aset BPR/S tercatat sebesar Rp1,19 triliun, melambat dari 8,65% (yoy)

menjadi 7,26% (yoy), sedangkan DPK tercatat sebesar Rp881,19 miliar,

melambat dari 15,17% (yoy) menjadi 14,41% (yoy).jumlah aset yang

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 8,65% (yoy)

menjadi 7,26% (yoy).

Keuangan Daerah

Realisasi anggaran pendapatan Riau pada triwulan III-2015 sebesar Rp5,15

triliun atau sebesar 59,06%, lebih rendah dibandingkan realisasi pada

periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 79,11%. Tidak jauh

berbeda pada periode sebelumnya, komponen pendapatan dengan realisasi

terbesar adalah komponen Dana Perimbangan atau Pendapatan Transfer

yang terealisasi sebesar Rp2,32 triliun atau sebesar 55,28% dari total yang

dianggarkan. Sementara itu, pendapatan asli daerah terealisasi sebesar

Rp2,18 triliun atau sebesar 59,50% dari total yang dianggarkan. Realisasi

anggaran pendapatan transfer lainnya hingga triwulan III-2015 mencapai

Rp656,07 miliar atau sebesar 75,51% dari total yang dianggarkan.

Realisasi anggaran belanja Provinsi Riau pada triwulan III-2015 tercatat

sebesar Rp3,45 triliun atau sebesar 32,30% dari total anggaran yang

dialokasikan. Realisasi belanja tertinggi berasal dari realisasi belanja operasi

yaitu sebesar Rp2,22 triliun atau 39,77% dari total alokasi yang dianggarkan

tahun 2015. Realisasi belanja operasi utamanya bersumber dari belanja

pegawai dan belanja barang dan jasa yang tercatat masing-masing terealisasi

sebesar 61,76% dan 21,82%.

Realisasi anggaran pendapatan Riau pada triwulan III-2015 sebesar Rp5,15 triliun atau sebesar 59,06%

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

6

V. PROSPEK

Perekonomian Daerah

Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan IV-2015 secara umum

diperkirakan tumbuh meningkat dan mencatatkan pertumbuhan yang

positif. Pertumbuhan ekonomi Riau secara tahunan diperkirakan berada

pada kisaran 1,0-2,0% (yoy) dengan tendensi ke arah batas bawah. Sumber

pertumbuhan dari sisi penggunaan diperkirakan berasal dari konsumsi dan

perbaikan kinerja ekspor, sementara perbaikan kinerja sektor utama,

terutama sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan akan

mendorong pertumbuhan perekonomian Riau pada triwulan IV-2015.

Ditinjau dari sisi penggunaan, motor penggerak pertumbuhan diperkirakan

ditopang oleh permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Kondisi ini sejalan dengan perkembangan indeks keyakinan konsumen bulan

November 2015 di Riau yang tercatat meningkat berdasarkan hasil survei

kegiatan dunia usaha (SKDU). Peningkatan optimisme konsumen tersebut

diperkirakan karena ekspektasi perbaikan ekonomi hingga akhir tahun,

meskipun masih sangat terbatas.

Sementara itu, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan membaik

dibandingkan triwulan III-2015. Faktor pendorong pertumbuhan

diperkirakan berasal dari subsektor perkebunan. Peningkatan permintaan

CPO diperkirakan akan mendorong laju produksi perkebunan kelapa sawit,

meskipun tidak begitu optimal karena faktor cuaca di awal triwulan IV-2015

yang masih terkena kabut asap. Meskipun demikian, terdapat risiko yang

berpotensi membawa pertumbuhan ekonomi Riau menyentuh batas bawah

proyeksi. Kondisi ini utamanya terkait dengan kondisi sumur minyak yang

tidak produktif sehingga diperkirakan berpotensi mengakibatkan kontraksi

yang lebih dalam pada sektor pertambangan migas. Selain itu, potensi

pemulihan kinerja sektor pertanian masih cukup rendah.

Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan IV-2015 diperkirakan meningkat yang berada pada kisaran 1,0-2,0%

(yoy)

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

7

Inflasi

Inflasi Riau pada triwulan IV 2015 diperkirakan akan cenderung menurun,

yaitu berada pada kisaran 2,5-3,5% (yoy). Sedangkan secara triwulanan,

inflasi diperkirakan berkisar 0,8-1,5% (qtq). Adapun capaian inflasi hingga

Oktober 2015 dibandingkan dengan akhir tahun 2014 telah mencapai

1,22% (ytd). Oleh sebab itu, sasaran inflasi nasional tahun 2015 sebesar

4±1% (yoy) diperkirakan akan tercapai.

Penurunan tekanan inflasi didorong oleh penurunan tekanan dari kelompok

administered prices akibat faktor baseline kenaikan harga BBM pada

November 2014 lalu. Meskipun demikian, terdapat risiko peningkatan

tekanan inflasi dari kelompok volatile food dan kelompok inti.

Beberapa faktor yang diidentifikasi berpotensi membawa inflasi melewati

batas atas kisaran proyeksi antara lain (i) rencana pemerintah menaikkan HET

LPG 3 kg, dan (ii) El Nino yang berpotensi mengganggu produksi daerah

sentra pertanian dan meningkatkan inflasi bahan makanan. Sementara itu,

terdapat beberapa faktor yang berpotensi membawa inflasi ke batas bawah

yaitu (i) perkembangan harga minyak dunia yang masih belum membaik

sehingga meminimalisir tekanan inflasi dari kelompok administered prices,

(ii) tindakan pre-emptive TPID melalui koordinasi dengan berbagai instansi

dalam menjaga ekspektasi konsumen dan (ii) masih berlanjutnya koordinasi

kebijakan yang bersifat counter cyclical dalam menstabilkan tekanan

terhadap nilai rupiah.

Inflasi Riau pada triwulan IV 2015 diperkirakan akan cenderung menurun yaitu kisaran 2,5-

3,5% (yoy)

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

8

1. KONDISI UMUM

Perekonomian Riau pada triwulan III 2015 masih mengalami kontraksi, yaitu

sebesar 1,87% (yoy). Pertumbuhan ini tercatat lebih baik dibandingkan

pertumbuhan triwulan II 2015 lalu yang tercatat kontraksi sebesar 2,54% (yoy)1.

Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat meningkat

dibandingkan triwulan II 2015 yaitu dari 4,67% (yoy) menjadi 4,73% (yoy).

1 Revisi data oleh BPS.

Bab 1 KONDISI EKONOMI

MAKRO REGIONAL

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

9

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional Secara Tahunan (yoy,%)

Sumber: BPS

Membaiknya perekonomian Provinsi Riau pada triwulan III 2015 utamanya

disebabkan oleh peningkatan kinerja sektor industri pengolahan dan sektor

konstruksi. Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil

dan sepeda motor tercatat melambat. Di sisi lain, sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan tercatat mengalami kontraksi yang lebih dalam dibandingkan triwulan

sebelumnya. Selanjutnya, sektor pertambangan dan penggalian masih mengalami

kontraksi, namun tercatat lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan didorong oleh peningkatan kinerja

subsektor industri makanan, minuman. Sementara itu, peningkatan kinerja

konstruksi didorong oleh peningkatan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) di sektor konstruksi dan realisasi belanja modal pemerintah menjelang akhir

tahun anggaran.

Dari sisi penggunaan, perbaikan kinerja ekonomi utamanya disebabkan oleh

peningkatan investasi dan perbaikan kinerja ekspor luar negeri. Perbaikan kinerja

ekspor migas Riau pada triwulan laporan didorong oleh membaiknya kinerja sektor

pertambangan dan penggalian. Sementara itu, peningkatan investasi tercermin dari

peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) selama triwulan laporan.

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

10

2. PDRB SISI PENGGUNAAN

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2015 dari sisi penggunaan utamanya

didorong oleh peningkatan kinerja investasi dan konsumsi pemerintah. Sementara

itu, penurunan kinerja ekspor masih berlanjut, meskipun cenderung membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi

pada triwulan laporan masih mengalami kontraksi. Perbaikan permintaan komoditas

ekspor unggulan, khususnya CPO, akibat perbaikan ekonomi global yang masih

terbatas menyebabkan kinerja ekspor masih terkontraksi. Di sisi lain, konsumsi rumah

tangga, yang masih memiliki pangsa terbesar PDRB dari sisi penggunaan, tercatat

mengalami perlambatan pada triwulan laporan.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Riau

2.1. Konsumsi

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga

Provinsi Riau pada triwulan III 2015

tercatat melambat dibandingkan

triwulan II 2015, yakni dari 6,36%

(yoy) menjadi 5,92% (yoy).

Melambatnya pertumbuhan konsumsi

rumah tangga seiring dengan

penurunan Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) dari 106,50 pada

triwulan II 2015 menjadi 77,22 pada

triwulan III 2015 (Grafik 1.2).

I* II* III* IV* I(r)*** II*** III***

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7.29 6.98 6.79 7.83 6.00 6.36 5.92 1.81

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 19.81 20.10 12.88 9.87 (0.07) (1.61) 0.70 0.00

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (1.81) (3.68) (4.80) (4.45) 1.93 5.18 8.80 0.32

Pembentukan Modal Tetap Bruto 2.54 2.31 1.03 0.47 1.33 1.24 4.19 1.17

Ekspor Barang dan Jasa 45.11 41.89 (5.65) (37.93) (32.62) (19.10) (9.55) (3.86)

Impor Barang dan Jasa 3.60 (10.22) 0.99 (37.94) (7.10) (8.25) (17.42) (0.80)

3.93 2.90 2.67 1.05 (0.03) (2.54) (1.87) (1.87)

Sumber

Pertumbuhan

(%)

Ket: *) Data sementara ***) Data sangat sementara r) revisi

2014 2015

Total

Sektor

Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Keyakinan

Konsumen Provinsi Riau

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

11

Penurunan IKK didorong oleh penurunan kedua komponen IKK yaitu Indeks Kondisi

Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang diperkirakan

akibat masih rendahnya harga komoditas dan perbaikan ekonomi global yang masih

sangat terbatas sehingga mempengaruhi kondisi ekonomi domestik serta dampak

kabut asap yang terjadi selama triwulan III 2015.

Hingga triwulan III 2015 pergerakan harga CPO internasional masih terus menurun

sehingga menekan perkembangan harga TBS setempat. Pada triwulan III 2015, harga

CPO rata-rata hanya mencapai $506 USD/MT atau turun sebesar 28,86% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai $600 USD/MT. Kondisi ini

juga mendorong penurunan pada harga TBS lokal yang tercatat mencapai

Rp1.243/Kg atau turun sebesar 18,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai Rp1.352/Kg (Grafik 1.4). Penurunan harga komoditas

berpengaruh terhadap penurunan penghasilan masyarakat setempat yang tercermin

dari penurunan indeks penghasilan berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank

Indonesia, yaitu dari 123,7 pada Juni 2015 menjadi 99,7 pada September 2015

(Grafik 1.3).

Masih kuatnya konsumsi pada triwulan III 2015 tercermin dari penyaluran kredit

konsumsi pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatakan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Total kredit konsumsi yang disalurkan oleh bank umum di

Provinsi Riau mencapai Rp20,72 triliun atau tumbuh sebesar 9,46% (yoy), tumbuh

lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 yang mencapai 7,09% (yoy) atau sebesar

Rp20,09 triliun. Peningkatan penyaluran kredit konsumsi utamanya didorong oleh

peningkatan penyaluran kredit konsumsi untuk perumahan dan kredit durable

Grafik 1.3. Pergerakan Indeks Penghasilan

Konsumen Provinsi Riau

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 1.4. Pergerakan Harga CPO

Internasional dan TBS Lokal

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

12

goods. Di sisi lain, kredit konsumsi untuk multiguna tercatat melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sementara itu, kredit kendaraan bermotor masih terkontraksi,

namun telah mencatatkan perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya2.

Sementara itu, perkembangan

konsumsi pemerintah pada triwulan

laporan tercatat mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu dari 5,18% (yoy)

menjadi 8,80% (yoy). Kondisi ini

juga sejalan dengan penurunan DPK

pemerintah pada triwulan laporan.

Peningkatan konsumsi pemerintah

terjadi seiring dengan peningkatan

realisasi belanja pemerintah daerah

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)3, khususnya pemerintah

2 Penjelasan terkait kredit konsumsi dapat dilihat pada Bab 3 Buku KEKR ini 3 Penjelasan terkait APBD dapat dilihat pada BAB 4 Buku KEKR ini

Grafik 1.5. Perkembangan Kredit

Perumahan

Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Durable

Goods

Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Multiguna

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Kendaraan

Bermotor

Grafik 1.9. Realisasi Belanja Pemerintah Daerah

Triwulan III 2010-2015 Provinsi Riau

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015

%

Rp

mil

iar

Perumahan (kiri) gyoy (kanan)

(100.00)

(50.00)

-

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

%

Rp

milia

r

Durable Goods gyoy (kanan)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II III

2011 2012 2013 2014 2015

%

Rp

milia

r

Multiguna gyoy (kanan)

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

-

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015

%

Rp

mil

iar

Kendaraan bermotor gyoy (kanan)

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

13

Provinsi Riau yang telah terealisasi sebesar 32,30% dari total yang dianggarkan

hingga triwulan III 2015.

Jumlah realisasi ini lebih besar dibandingkan triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya yang terealisasi sebesar 27,27%, namun masih lebih rendah

dibandingkan rata-rata realisasi belanja triwulan III selama lima tahun terakhir yang

tercatat sebesar 42,13%. Perkembangan konsumsi Lembaga Non Profit yang

melayani Rumah Tangga (LNPRT) juga tercatat mengalami peningkatan, yaitu dari

kontraksi 1,61% (yoy) menjadi tumbuh 0,70% (yoy).

2.2. Investasi (PMTB)

Perkembangan investasi (PMTB) di Riau pada triwulan III 2015 tercatat meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 1,24% (yoy) menjadi 4,19% (yoy).

Kondisi ini diindikasikan oleh meningkatnya pertumbuhan jumlah dan nilai proyek

PMA dan PMDN di Provinsi Riau pada triwulan III 2015. Pada triwulan III 2015 jumlah

proyek yang dilaksanakan di Riau mencapai 107 proyek. Sementara total nilai

investasi pada triwulan III 2015 di Riau mencapai Rp5,65 triliun atau meningkat

59,98% (yoy).

Peningkatan investasi di Provinsi Riau utamanya didorong oleh peningkatan nilai

investasi berupa PMDN, yaitu mencapai 72,62% (yoy). Peningkatan PMDN utamanya

didorong oleh investasi pada konstruksi dan properti, yang diperkirakan akibat

meningkatnya pembangunan jalan dan jembatan serta apartemen dan hotel-hotel di

Provinsi Riau selama triwulan III 2015. Sementara itu, peningkatan PMA didorong

oleh investasi di bidang industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi.

Grafik 1.10. Perkembangan Nilai Realisasi PMA dan PMDN di Provinsi Riau

Grafik 1.11. Perkembangan Jumlah proyek PMA dan PMDN di Provinsi Riau

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

14

2.3. Ekspor dan Impor

2.3.1. Ekspor

Perkembangan ekspor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan laporan masih

mengalami penurunan namun cenderung membaik yaitu dari kontraksi sebesar

19,10% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi kontraksi sebesar 9,55% (yoy) pada

triwulan III 2015. Perbaikan kinerja ekspor pada triwulan laporan didorong oleh

perbaikan ekspor migas, seiring dengan membaiknya kinerja sektor pertambangan

dan penggalian. Meskipun demikian, masih kontraksinya kinerja pertambangan

migas mengakibatkan total ekspor luar negeri masih mengalami kontraksi. Di sisi lain,

kinerja ekspor non migas tercatat melambat. Melambatnya pertumbuhan ekpor non

migas didorong oleh melambatnya ekspor utama non migas Provinsi Riau yaitu

minyak dan lemak nabati.

Tabel 1.2. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau (Ribu Ton)

Berdasarkan komoditasnya, melambatnya ekspor non migas Riau pada triwulan

laporan didorong oleh perlambatan ekspor CPO dan penurunan ekspor karet.

Melambatnya ekspor CPO disebabkan oleh menurunnya impor dari negara tujuan

ekspor utama seperti India dan Tiongkok akibat perlambatan ekonomi. Sementara

itu, menurunnya ekspor karet diperkirakan akibat penurunan permintaan karet dari

Tiongkok, yang tercermin dari penurunan PMI Manufacturing Tiongkok pada

triwulan III 2015. Penurunan tersebut juga berpengaruh terhadap permintaan energi

sehingga ekspor batubara masih terkontraksi hingga triwulan laporan, meskipun

cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Faktor harga yang masih

rendah juga mempengaruhi penurunan ekspor batubara pada triwulan laporan.

I II III I-15 II-15 III-15 I-15 II-15 III-15

Makanan dan Hewan Bernyawa 426.0 378.3 398.8 9.80 7.38 8.49 (6.01) 4.92 17.25

Tembakau dan Minuman 6.9 9.5 5.5 0.16 0.19 0.12 21.96 (2.57) (27.47)

Barang Mentah 741.6 711.8 737.7 17.05 13.89 15.70 16.06 9.16 (2.51)

Bahan Bakar Mineral dan Pelumas 28.2 53.3 15.4 0.65 1.04 0.33 (88.15) (81.47) (68.73)

Minyak dan Lemak Nabati 2,613.9 3,403.7 3,004.6 60.12 66.42 63.96 12.37 60.46 17.19

Bahan Kimia 119.0 171.2 114.9 2.74 3.34 2.45 (67.88) (38.74) (71.71)

Barang Manufaktur 412.5 396.9 420.9 9.49 7.75 8.96 0.59 (2.81) (0.94)

Mesin dan Peralatan - 0.0 0.0 - 0.00 0.00 (100.00) (99.99) (95.15)

Hasil Olahan Manufaktur 0.0 0.0 0.0062 0.00 0.00 0.00 (7.36) 705.96 205,300

Koin, bukan mata uang - - - - - - - 1.00 -

4,348.1 5,124.7 4,697.8 (2.13) 24.40 3.28

2015 (ribu ton) Pangsa (%) yoy (%)

100

Jenis

Total

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

15

Sementara itu, perkembangan ekspor pulp dan kertas pada triwulan III 2015 tercatat

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan informasi dari contact

liaison, melambatnya ekspor pulp dan kertas pada triwulan laporan didorong oleh

penurunan ekspor kertas akibat tindakan anti-dumping yang dilakukan oleh negara

kawasan Amerika terhadap produk kertas dari Indonesia terkait dengan isu

lingkungan. Sementara itu, pulp lebih banyak digunakan untuk pemenuhan

kebutuhan domestik seiring dengan peningkatan kapasitas produksi dan pembuatan

pabrik tisu.

Grafik 1.13. Perkembangan Volume Ekspor CPO dan Turunan Riau

Grafik 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Pulp and Paper Riau

Berdasarkan negara tujuan ekspornya, melambatnya volume ekspor non migas

utamanya berasal dari penurunan ekspor ke India dan MEE.. Pada triwulan III 2015,

volume ekspor ke India dan MEE masing-masing tercatat sebesar 644 ribu ton dan

587 ribu ton, atau masing-masing terkontraksi sebesar 1,06% (yoy) dan 0,28% (yoy).

Melambatnya ekspor ke kedua kawasan tersebut didominasi oleh ekspor CPO yang

disebabkan oleh perlambatan ekonomi dan penurunan permintaan pasca Idul Fitri

Grafik 1.12. Perkembangan PMI dan Industrial Production Tiongkok

Sumber: Recent Economic Development Bank Indonesia

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

16

1456H. Sementara itu, ekspor ke Tiongkok tercatat melambat, yaitu dari 14,20%

(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 11,68% (yoy) pada triwulan III 2015.

Grafik 1.15. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau

Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau

Di sisi lain, ekspor ke negara kawasan ASEAN tercatat mengalami peningkatan yang

siginifikan pada triwulan laporan. Pertumbuhan ekpor ke ASEAN pada triwulan III

2015 mencapai 10,70% (yoy) atau sebesar 606 ribu ton. Peningkatan ekspor ke

ASEAN utamanya ke Vietnam dan Myanmar, merupakan ekspor CPO yang

diperkirakan akibat semakin terdiversifikasinya pasar CPO Indonesia di ASEAN.

Grafik 1.17. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau Menurut Wilayah Tujuan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

2.3.2. Impor

Perkembangan impor Riau pada triwulan III 2015 tercatat menurun yakni dari

kontraksi 8,25% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi kontraksi sebesar 17,42% (yoy).

Penurunan impor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan laporan berasal dari

penurunan impor barang intermedier. Impor barang intermedier menurun signifikan

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

17

dari kontraksi sebesar 7,63% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi kontraksi 21,24%

(yoy) pada triwulan III 2015. Penurunan impor barang intermedier diperkirakan akibat

masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah dan menyentuh nilai Rp14.730,00

untuk kurs jual. Selain itu, pelemahan permintaan ekspor dan perekonomian lokal

mengakibatkan tertahannya kegiatan investasi perusahaan setempat sehingga impor

bahan baku juga mengalami penurunan.

Grafik 1.18. Perkembangan Volume Impor Barang Modal di Provinsi Riau

Grafik 1.19. Perkembangan Impor Barang Konsumsi

Di sisi lain, impor barang modal, yang didominasi oleh mesin-mesin, tercatat

meningkat dari kontraksi sebesar 59,32% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi

tumbuh sebesar 43,77% (yoy) pada triwulan III 2015. Sementara itu, impor barang

konsumsi pada triwulan III 2015 juga mengalami peningkatan yakni dari tumbuh

6,24% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi tumbuh 91,91% (yoy) pada triwulan III

2015.

Grafik 1.20. Perkembangan Volume Impor Barang Intermedier

Grafik 1.21. Perkembangan Impor Non Migas Riau

3. PDRB SEKTORAL

Kinerja sektor utama perekonomian Provinsi Riau pada triwulan III 2015 secara umum

masih menunjukkan penurunan, meskipun cenderung membaik dibandingkan

triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari pertumbuhan dua sektor utama yang

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

18

masih tercatat negatif. Penurunan terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian

dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Sementara sektor perdagangan

besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, peningkatan kinerja sektor industri

pengolahan dan sektor konstruksi menahan laju penurunan perekonomian Riau pada

triwulan III 2015.

Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral Dengan Migas (yoy,%)

3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan Provinsi Riau pada

triwulan III 2015 masih tercatat

mengalami kontraksi dan lebih

rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu kontraksi

sebesar 9,37% (yoy) dari kontraksi

5,56% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Penurunan kinerja

sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan pada triwulan laporan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.5 3.8 4.4 6.3 7.5 -5.6 -9.4 (2.46)

Pertambangan dan Penggalian 3.1 -1.4 -4.4 -5.5 -8.7 -7.6 -5.9 (1.48)

Industri Pengolahan 8.5 6.8 7.0 5.6 -0.4 0.3 4.1 1.12

Pengadaan Listrik dan Gas 6.5 5.3 3.1 6.0 7.3 5.0 6.0 0.00

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1.2 0.9 0.6 1.1 -2.9 3.1 2.6 0.00

Konstruksi 10.5 3.7 2.6 8.5 4.6 5.1 8.1 0.56

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.5 11.0 5.6 3.2 1.4 0.6 0.4 0.03

Transportasi dan Pergudangan 7.1 11.2 6.8 8.0 4.3 4.6 4.6 0.04

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9.4 10.4 5.9 7.0 1.1 -2.2 0.0 0.00

Informasi dan Komunikasi 8.7 15.7 10.9 5.6 8.9 7.7 5.3 0.04

Jasa Keuangan dan Asuransi 8.9 13.5 10.3 4.7 4.4 -4.4 -1.0 (0.01)

Real Estate 7.4 7.6 6.6 5.3 7.0 7.9 9.4 0.08

Jasa Perusahaan 8.3 11.5 8.9 12.8 7.0 7.1 8.3 0.00

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8.5 6.2 3.1 1.5 1.4 6.1 5.9 0.10

Jasa Pendidikan 2.7 4.3 4.2 4.6 9.7 9.8 10.0 0.04

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.6 9.2 8.5 8.4 11.7 8.9 11.6 0.02

Jasa lainnya 9.4 9.5 9.3 11.1 8.4 9.6 11.8 0.05

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.57 3.76 2.49 2.62 (0.03) (2.54) (1.87) (1.87)

Ket: *) Data sementara ***) Data sangat sementara r) revisi

Andil (%)Total I(r)*** II(r)*** III***Total

2014 2015

Total

2011 2012 2013

TotalUraian

Grafik 1.22. Perkembangan Pertumbuhan

Subsektor Pertanian

Sumber: BPS Provinsi Riau

*) Data sementara,***) Data sangat sementara, r) revisi

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

19

didorong oleh penurunan kinerja subsektor pertanian, peternakan, perburuan, dan

jasa pertanian yang tercatat mengalami kontraksi yang semakin dalam yaitu sebesar

11,62% (yoy) dari kontraksi sebesar 7,83% (yoy). Penurunan subsektor pertanian,

peternakan, perburuan, dan jasa pertanian diperkirakan akibat penurunan kinerja

subsektor perkebunan. Berdasarkan informasi dari contact liaison, adanya kabut asap

yang melanda Provinsi Riau selama triwulan laporan membuat kegiatan panen kelapa

sawit terkendala sehingga produksi TBS tidak maksimal. Selain itu, ke depannya

diperkirakan produksi TBS masih akan menurun di kisaran 10-15% dari kondisi

normal4.

Penurunan kinerja subsektor

pertanian, peternakan, perburuan,

dan jasa pertanian diperkirakan

juga akibat dampak kekeringan

lahan yang disebabkan oleh El Nino

di kawasan selatan. Hal ini juga

dikonfirmasi berdasarkan hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU)5 Bank Indonesia terkait

perkembangan usaha sektor

pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mengalami penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya, yaitu dari kontraksi 1,11% (qtq) menjadi kontraksi 1,34%

(qtq). Sementara itu, kinerja subsektor perkebunan juga tidak optimal disebabkan

karena pengusaha masih menahan produksi akibat kondisi perekonomian global dan

nasional yang belum membaik.

Berdasarkan informasi dari contact liaison, penurunan kinerja subsektor kehutanan

dan penebangan kayu disebabkan oleh penurunan ukuran dan kualitas kayu yang

ditebang. Akan tetapi, pemenuhan bahan baku industri pulp dan kertas dapat

terpenuhi melalui impor dari daerah lain. Adanya kebakaran lahan selama triwulan

laporan diperkirakan juga menyumbang penurunan kinerja subsektor kehutanan dan

4 Penjelasan terkait dampak asap terhadap perekonomian Provinsi Riau dapat dilihat pada Boks 1 Buku KEKR ini 5 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan mengumpulkan data kegiatan dunia usaha yang merupakan salah satu pendekatan/proksi kegiatan usaha untuk mendapatkan informasi dini (leading economy indicator) mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi di sektor riil secara triwulanan, yaitu triwulan yang sedang berjalan dan perkiraan pada triwulan yang akan datang

Grafik 1.23. Perkembangan Usaha Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

20

penebangan kayu. Di sisi lain, perkembangan subsektor perikanan masih tercatat

tumbuh meskipun cenderung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu

dari 6,53% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 5,02% (yoy) pada triwulan III 2015.

3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kinerja sektor pertambangan Riau pada triwulan III 2015 tercatat relatif membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari kontraksi sebesar 7,59% (yoy) menjadi

kontraksi 5,94% (yoy). Sementara itu,

kontraksi pada sektor pertambangan

utamanya didorong oleh kontraksi pada

subsektor pertambangan minyak bumi

dan gas bumi, namun tercatat lebih

baik dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kondisi ini, tidak jauh

berbeda dengan triwulan sebelumnya

diperkirakan akibat optimalisasi

teknologi pertambangan minyak bumi

yang dilakukan oleh pengusaha yakni berupa injeksi kuman atau injeksi kimia.

Kondisi ini juga tercermin dari pencapaian lifting minyak bumi Provinsi Riau yang

hingga triwulan III 2015 yang cenderung membaik dibandingkan triwulan

sebelumnya. Hingga triwulan III 2015, pencapaian lifting minyak bumi di Provinsi Riau

mencapai 311,05 ribu barel per hari.

Pencapaian tersebut tercatat

menurun sebesar 5,11% (yoy), dan

relatif membaik dibandingkan

triwulan II 2015 yang mengalami

penurunan sebesar 7,66% (yoy).

Meskipun demikian, kinerja lifting

minyak bumi di Riau ke depannya

akan semakin menurun akibat

penurunan produktivitas sumur

minyak yang sudah tua (natural

declining) dan minimnya penemuan sumber cadangan minyak baru yang produktif

Grafik 1.24. Perkembangan Lifting

Minyak Bumi Provinsi Riau

Sumber: Kementerian ESDM

Grafik 1.25. Pertumbuhan Sektor Pertambangan

dan Penggalian Provinsi Riau berdasarkan

subsektor

Sumber: ESDM

(80.00)

(60.00)

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00

I* II* III* IV* I(r)*** II(r)*** III***

2014 2015

yoy,

%

Pertambangan Minyak, Gas, dan Panas Bumi

Pertambangan Batubara dan Lignit (RHS)

Pertambangan Bijih Logam

Pertambangan dan Penggalian Lainnya

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

21

di Provinsi Riau. Beberapa perusahaan pertambangan minyak berusaha menahan laju

penurunan produksi melalui penggunaan alat-alat drilling berteknologi tinggi, seperti

injeksi uap dan menggunakan bahan-bahan kimia seperti injeksi kuman serta bahan

kimia lainnya agar dapat mengambil sisa-sisa minyak bumi. Selain keterbatasan

sumber cadangan minyak baru, perusahaan minyak juga dihadapkan pada

permasalahan perijinan antara lain meliputi ijin eksploitasi, ijin pengembangan sumur

dan fasilitas produksi, serta ijin lingkungan (AMDAL) termasuk terkait pembuangan

limbah, dimana terjadi tumpang tindih antara peraturan beberapa pihak berwenang.

Kondisi serupa juga terjadi pada perusahaan gas bumi yang ada di provinsi Riau.

Selanjutnya, kinerja pertambangan batu bara masih terkontraksi, yaitu mencapai

67,43% (yoy). Berdasarkan informasi dari contact liaison, kondisi ini didorong oleh

perkembangan harga batubara dunia yang masih terus menurun, sehingga

perusahaan tidak melakukan produksi akibat tingginya biaya produksi. Ekspor

batubara juga terlihat menurun, terutama pada dua bulan pertama di triwulan

laporan karena tidak adanya produksi batubara.

3.3. Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan dengan

migas pada triwulan III 2015 tercatat

tumbuh sebesar 4,15% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan II 2015 yang

tercatat tumbuh sebesar 0,33% (yoy).

Peningkatan kinerja sektor industri

pengolahan pada triwulan laporan

didorong oleh perbaikan kinerja industri

makanan dan minuman dan industri karet,

barang dari karet, dan plastik. Peningkatan kinerja kedua sektor ini diperkirakan

akibat meningkatnya permintaan negara tujuan ekspor utama, terutama negara

kawasan ASEAN. Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan juga dikonfirmasi

oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa

kapasitas terpakai sektor industri pengolahan pada triwulan III 2015 cenderung

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.26. Perkembangan Kapasitas Terpakai Sektor Industri Pengolahan

Sumber : Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

82.00

84.00

86.00

88.00

90.00

92.00

94.00

96.00

98.00

Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III

2014 2015

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

22

Meningkatnya subsektor industri pengolahan makanan dan minuman disebabkan

karena masih tumbuhnya ekspor CPO Provinsi Riau pada triwulan laporan, meskipun

cenderung melambat. Masuknya El Nino ke negara kawasan Selatan Samudera

Pasific dikhawatirkan dapat menganggu ketersediaan stok CPO pada tahun depan.

Oleh sebab itu, beberapa negara tujuan ekspor utama mulai melakukan

penumpukan stok untuk menghindari peningkatan harga pada tahun depan. Selain

itu, menipisnya stok minyak kedelai dan

minyak biji bunga matahari yang menjadi

substitusi CPO juga berpengaruh

terhadap permintaan CPO pada triwulan

laporan.

Di sisi lain, penurunan kinerja industri

kertas dan barang dari kertas, percetakan,

dan reproduksi media rekaman

mengakibatkan laju pertumbuhan sektor

industri pengolahan tertahan.

Berdasarkan informasi dari contact liaison,

adanya politik anti-dumping produk Indonesia oleh negara-negara di benua Amerika

mengakibatkan permintaan kertas menurun, sehingga perusahaan cenderung

menahan produksinya.

3.4. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

Kinerja sektor perdagangan besar dan

eceran, dan reparasi mobil dan sepeda

motor pada triwulan III 2015 tercatat

mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya,

yaitu dari 0,58% (yoy) menjadi 0,38%

(yoy). Perlambatan pada sektor ini

didorong oleh penurunan kinerja

subsektor perdagangan besar dan

eceran, bukan mobil, dan sepeda

Grafik 1.27. Perkembangan Pertumbuhan Subsektor Industri

Pengolahan

Sumber : BPS Provinsi Riau

Grafik 1.28. Pertumbuhan Sektor Perdagangan

berdasarkan subsektor

Sumber: BPS Provinsi Riau

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

I* II* III* IV* I(r)*** II(r)*** III***

2014 2015

yoy,

%

Industri Makanan dan Minuman

Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan danReproduksi Media Rekaman

Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

(6.00)

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

I* II* III* IV* I(r)*** II(r)*** III***

2014 2015

yoy,

%

Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya

Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan mobil dan Sepeda Motor

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

23

motor yang menurun dari 2,53% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 1,45% (yoy).

Kondisi ini diperkirakan akibat dampak kabut asap yang melanda Provinsi Riau

selama triwulan laporan sehingga kegiatan jual beli di pasar, terutama di pasar

tradisional dan makanan khas juga berkurang. Selain itu, penurunan daya beli akibat

masih rendahnya harga komoditas diperkirakan juga memberikan andil dalam

penurunan kinerja subsektor ini.

Sementara itu, subsektor

perdagangan mobil, sepeda motor,

dan reparasinya masih tercatat

mengalami kontraksi namun

cenderung membaik dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan

subsektor perdagangan mobil,

sepeda motor, dan reparasinya pada

triwulan III 2015 tercatat mengalami

kontraksi 2,33% (yoy), lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi sebesar

4,10% (yoy). Hal ini diperkirakan akibat pelemahan nilai tukar rupiah yang masih

berlanjut hingga triwulan laporan, sehingga meningkatkan harga barang-barang

impor dan bahan bakunya. Selain itu, perkembangan ekonomi domestik yang

menurun juga mensinyalir penurunan daya beli masyarakat sehingga kegiatan jual-

beli tidak dapat tumbuh optimal.

Grafik 1.29. Realisasi Perkembangan

Kegiatan Usaha Sektor Perdagangan

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI

Grafik.1.30. Perkembangan Kredit Perdagangan Besar dan Eceran Makanan,

Minuman dan Tembakau di Riau

Ket: MK= Modal Kerja, I=Investasi

Grafik.1.31. Perkembangan Kredit Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit

Ket: MK= Modal Kerja, I=Investasi

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

24

Dilihat dari kredit perbankan, perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan juga

tercermin dari masih terkontraksinya kredit subsektor perdagangan besar dan eceran

makanan, minuman, dan tembakau serta melambatnya pertumbuhan penyaluran

kredit untuk subsektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit berdasarkan lokasi

bank di Provinsi Riau. Pada triwulan III 2015, jumlah kredit yang disalurkan ke

subsektor perdagangan besar dan eceran makanan, minuman, dan tembakau

mencapai Rp2,27 triliun atau turun sebesar 8,27% (yoy). Sementara itu, penyaluran

kredit ke subsektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit juga mencapai Rp624,2

miliar atau tumbuh 4,07% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 8,44% (yoy).

3.5. Sektor Konstruksi

Kinerja sektor konstruksi pada

triwulan III 2015 tercatat

meningkat dibandingkan triwulan

II 2015. Pertumbuhan sektor

konstruksi di Provinsi Riau pada

triwulan III 2015 mencapai 8,06%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar

5.07% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan konstruksi pada triwulan laporan diindikasikan dengan

peningkatan konsumsi semen yaitu dari 403 ribu ton pada triwulan II 2015 menjadi

468 ribu ton pada triwulan III 2015. Secara tahunan pertumbuhan konsumsi semen

di Riau tercatat tumbuh sebesar 19,54% (yoy) setelah kontraksi sebesar 6,57% (yoy)

pada triwulan sebelumnya. Peningkatan sektor konstruksi diperkirakan juga akibat

mulai terealisasinya proyek-proyek pemerintah setempat menjelang tutup tahun

anggaran6. Peningkatan investasi PMDN di bidang konstruksi juga mendorong

peningkatan kinerja sektor ini pada triwulan laporan.

6 Pembahasan terkait realisasi APBD dapat dilihat pada Bab IV Buku KEKR ini.

Grafik 1.32. Konsumsi Semen Riau

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja

Perekonomian Daerah serta Ketahanan dan Daya Saing Industri

Menurut World Economic Forum (WEF), tolak ukur daya saing diukur dari 5 (lima) faktor,

3 (tiga) faktor berada pada tataran makro: (a) tidak kondusifnya kondisi ekonomi makro;

(b) buruknya kualitas kelembagaan publik dalam menjalankan fungsi sebagai fasilitator

dan pusat pelayanan; (c) lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam

memfasilitasi kebutuhan peningkatan produktivitas, serta 2 (dua) faktor lainnya pada

tataran mikro yaitu (d) rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasionalisasi

perusahaan; dan (e) lemahnya iklim persaingan usaha. Kurang kondusifnya kondisi

makro dan lingkungan usaha memiliki implikasi besar terhadap penurunan daya saing

ekonomi, terutama bagi sektor-sektor industri sebagai lapangan kesempatan kerja utama

dan sebagai motor pendorong perekonomian nasional

Pada bulan Oktober 2015, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau melakukan

survei dampak pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap kinerja perekonomian daerah serta

ketahanan daya saing usaha/industri. Survei ini dilakukan kepada sejumlah entitas

perusahaan yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian di Provinsi Riau yaitu

subsektor industri pengolahan dan pertambangan & penggalian migas.

Perkembangan nilai tukar Rupiah pada triwulan III-2015 sebesar Rp.13.851,- atau

melemah 5,46% (qtq) jika dibandingkan triwulan II-2015, dan jika dilihat pada akhir

triwulan III-2015 (bulan September 2015) nilai tukar Rupiah mencapai Rp.14.396,-.

Seluruh contact menyatakan bahwa depresiasi Rupiah tidak berpengaruh signifikan

terhadap kinerja perusahaan. Adapun pengaruh yang paling dirasakan oleh perusahaan

di subsektor industri pengolahan baik karet maupun kelapa sawit serta perusahaan di

subsektor pertambangan & penggalian migas adalah menurunnya harga komoditas

internasional.

Penurunan harga jual saat ini telah dialami oleh 84,62% responden, sedangkan 15,38%

responden lainnya mengalami kenaikan harga. Contact menjelaskan bahwa depresiasi

Rupiah tidak mampu mengkompensasi penurunan harga secara signifikan. Disisi lain

sekitar 61,54% responden menyatakan bahwa menurunnya harga berdampak terhadap

peningkatan permintaan yang berkisar antara 5-30%. Sementara itu 38,46% responden

lainnya menginformasikan hal yang sebaliknya bahwa menurunnya harga diikuti oleh

menurunnya kinerja penjualan sekitar 6%. Meningkatnya volume permintaan karena

penurunan harga menyebabkan peningkatan biaya dan volume produksi 61,54%

responden sekitar 10-30%. Demikian juga dengan penurunan kinerja penjualan yang

Boks 1

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

terjadi pada 38,46% yang berdampak terhadap penurunan biaya dan volume produksi.

Sementara itu, depresiasi Rupiah dan menurunnya harga komoditas internasional secara

langsung juga berdampak terhadap pencapaian margin perusahaan. Sekitar 46,15%

responden menginformasikan bahwa margin usaha menurun seiring dengan penurunan

penjualan dan harga, sedangkan 15,38% lainnya menyatakan terdapat kenaikan margin

karena peningkatan permintaan dan sisanya 38,46% menjelaskan bahwa margin yang

diperoleh perusahaan relatif sama dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014

seperti yang tercermin pada grafik dibawah ini.

Grafik B.1.1. Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Perusahaan

Sebagian besar responden menyatakan nilai tukar Rupiah yang ideal atau mendukung

kegiatan usaha bagi sebagian besar perusahaan dengan adanya penyesuaian pada

Naik15%

Turun85%

Harga

Naik62%

Turun38%

Penjualan

Naik62%

Turun38%

Volume Produksi

Naik61%

Turun31%

Tetap8%

Biaya Produksi

Naik15%

Turun46%

Tetap39%

Margin Usaha

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

fundamental perekonomian domestik (dimana konsumsi domestik terindikasi melemah

dan faktor ekonomi global yang kurang mendukung) adalah Rp.10.000-12.000/USD,

sedangkan nilai tukar Rupiah yang diperkirakan akan mengganggu kinerja kegiatan

usaha secara signifikan adalah diatas Rp.14.000/USD.

Secara umum, depresiasi dan penurunan harga komoditas internasional menekan

pertumbuhan perusahaan. Sampai dengan akhir tahun 2015, responden menyatakan

belum ada rencana penambahan investasi baik dalam bentuk barang modal maupun

bangunan. Namun demikian, perlambatan kinerja tidak berpengaruh terhadap

kenaikan/penurunan pembiayaan perusahaan baik di dalam maupun luar negeri. Hingga

saat ini seluruh responden berupaya untuk tidak mengurangi jumlah tenaga kerja

(disiasati dengan pengaturan shift kerja) dan memberikan upah minimum setara dengan

Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar Rp.1.925.000,-.

Untuk meminimalkan dampak pelemahan nilai tukar dan perlambatan permintaan

global, perusahaan melakukan strategi berupa peningkatan produksi dan volume

penjualan untuk menjaga eksistensi perusahaan, menahan laju penjualan pada saat

harga turun signifikan, menekan penurunan produksi yang lebih dalam dengan

menggunakan alat berteknologi tinggi, melakukan hedging, mengoptimalkan

penggunaan bahan baku dari kebun sendiri, efisiensi biaya dengan mengurangi jam

operasional atau meningkatkan penggunaan cangkang kelapa sawit, mengoperasikan

pabrik dengan full capacity, menerapkan sistem pemupukan dan pengangkutan hasil

produksi yang termekanisasi sehingga mengurangi ketergantungan terhadap tenaga

manusia.

Berkenaan dengan ketahanan dan daya saing usaha/industri, contact menilai bahwa

aspek infrastruktur, sumber daya manusia, teknologi, lokasi produksi, logistik, perizinan,

insentif fiskal dan akses kredit cukup mendukung daya saing perusahaan namun belum

maksimal. Adapun negara-negara yang dijadikan benchmark terkait peningkatan daya

saing usaha antara lain adalah Malaysia, Thailand dan Eropa. Sementara itu, deregulasi

dalam bentuk paket kebijakan ekonomi tahap I, II dan III khususnya yang terkait dengan

kegiatan investasi, ekspor dan biaya energi diperkirakan akan berpengaruh kepada

perusahaan karena dapat mendorong iklim investasi dan gairah dunia usaha sepanjang

paket kebijakan ekonomi dimaksud terealisasi sesuai dengan yang direncanakan. Ke

depannya, sebagian besar responden berharap agar pemerintah konsisten dalam

memberikan insentif investasi kepada pelaku usaha, memberikan kemudahan perizinan,

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

meningkatkan serapan pasar domestik, serta memberlakukan peraturan dan regulasi

yang dapat meningkatkan ketahanan dan daya saing industri.

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

25

1. KONDISI UMUM

Perkembangan inflasi Provinsi Riau pada triwulan III 2015 berada pada level yang

lebih rendah dengan perkiraan sebelumnya. Tekanan inflasi Riau pada triwulan III

2015 (yoy)1 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Penurunan tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok volatile food akibat

penurunan harga bawang merah, cabe merah, cabe rawit, daging ayam ras dan

beberapa jenis ikan segar, serta penurunan kelompok core akibat penurunan

permintaan masyarakat karena penurunan daya beli masyarakat dan menurunnya

aktivitas ekonomi akibat kondisi asap.

1 yoy (year on year) atau inflasi tahunan merupakan perbandingan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan laporan dengan IHK di bulan yang sama tahun sebelumnya

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

Bab 2

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

26

2. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI RIAU

Inflasi Riau pada triwulan III 2015 (yoy) tercatat sebesar 5,70%, lebih rendah jika

dibandingkan posisi triwulan II 2015 yang mencapai 7,39%. Kondisi ini sejalan

dengan perkembangan inflasi nasional yang juga menunjukkan penurunan dari

6,83% pada triwulan II 2015 menjadi 5,53% pada triwulan III 2015. Bila

dibandingkan dengan rata-rata historisnya 5 tahun terakhir 2010-2014, inflasi Riau

pada triwulan III 2015 tercatat lebih tinggi.

Gambar 2.1. Inflasi Riau dan Nasional Tw III 2015 dibandingkan dengan Historisnya (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Secara tahunan, penurunan inflasi Riau disebabkan oleh menurunnya tekanan dari

kelompok volatile food, akibat menurunnya harga beberapa bahan makanan

terutama terjadi pada September 2015. Penurunan harga bersumber dari kelompok

bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, dan cabe rawit) seiring dengan

meningkatnya pasokan dari beberapa sentra produksi di Sumatera Barat dan Jawa,

serta penurunan harga komoditas makanan lainnya seperti beras, daging ayam ras

dan beberapa jenis ikan (nila dan tongkol) yang juga diakibatkan terjaganya pasokan.

Inflasi core (inti) pada triwulan laporan juga relatif menurun ditengah menurunnya

permintaan karena menurunnya daya beli masyarakat dan menurunnya aktivitas

ekonomi masyarakat pada saat kondisi asap yang terjadi bulan September sehingga

mengurangi tekanan inflasi inti Riau pada triwulan III 2015. Begitu halnya inflasi

administered price juga mengalami penurunan akibat penurunan tarif listrik pada

bulan Agustus 2015.

Bila dilihat dari kota yang disurvei di Provinsi Riau, inflasi tertinggi masih terjadi di

Kota Dumai yaitu mencapai 6,21% (yoy), diikuti oleh Kota Pekanbaru dan Kota

Tembilahan masing-masing 5,70% dan 4,71% (yoy). Tekanan inflasi pada ketiga

7.39 5.70 5.65

Tw II Tw III Avg Tw III

2015 2015 2010 - 2014

Riau7.26 6.83

5.53

Tw II Tw III Avg Tw III

2015 2015 2010 - 2014

Nasional

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

27

kota tersebut menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pencapaian inflasi tersebut juga menunjukkan disparitas inflasi antar

ketiga kota (terutama Tembilahan dengan Pekanbaru dan Dumai) relatif mengecil.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi di Riau dan

Nasional (yoy)

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Ketiga Kota

di Riau (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa yang disurvei di Provinsi Riau,

sumber penurunan inflasi secara tahunan pada triwulan III 2015 terutama berasal

dari penurunan tekanan inflasi kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi,

dan kelompok perumahan, yaitu masing-masing menyumbang sebesar 1,13%,

1,69%, dan 1,37% terhadap inflasi Riau. Kontribusi tersebut lebih rendah

dibandingkan triwulan lalu, masing-masing sebesar 2,18%, 2,02%, dan 1,71%.

Kontribusi inflasi cukup rendah terjadi pada kelompok sandang, kesehatan dan

pendidikan rekreasi dan olahraga, masing-masing berkontribusi 0,17%, 0,12%, dan

0,17%, lebih rendah dari kontribusi triwulan sebelumnya. Sementara itu kelompok

transportasi komunikasi menjadi satu-satunya kelompok yang mengalami

peningkatan kontribusi dari 1,04% menjadi 1,14% pada triwulan laporan.

Apabila dilihat level inflasinya, tingkat Inflasi tertinggi pada triwulan III dialami oleh

kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yaitu 8,27% (yoy), diikuti

kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok perumahan masing-masing

7,10% dan 6,21% (yoy). Sebaliknya, inflasi terendah dialami oleh kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga dan kelompok sandang yaitu sebesar 2,55% (yoy)

dan 2,72% (yoy.

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% (yoy) Nasional Riau Sumatera

5.70 6.21

4.71

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III

2014 2015

% (yoy)Pekanbaru Dumai

Tembilahan Riau

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

28

Grafik 2.3. Inflasi dan Sumbangan Kelompok Barang dan Jasa (yoy)

Perkembangan inflasi Riau secara triwulanan menunjukkan penurunan bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 1,77% menjadi 1,44% (qtq).

Angka inflasi Riau pada triwulanan laporan juga lebih rendah jika dibandingkan

dengan rata-rata historisnya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yang tercatat

sebesar 2,11% (qtq).

Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Riau Nasional secara Triwulanan (qtq)

Sumber : BPS, diolah

Menurunnya tekanan inflasi Riau pada triwulan laporan berasal dari menurunnya

harga-harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok lemak dan

minyak pada kelompok bahan makanan, dan sub kelompok rekreasi pada kelompok

pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Dilihat dari komoditasnya, maka penurunan

inflasi utamanya bersumber dari penurunan bawang merah, cabe merah, cabe rawit,

daging ayam ras, dan minyak goreng. Beberapa upaya telah diambil oleh TPID di Riau

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

0

2

4

6

8

10

12

Bahan

Makanan

Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,

Rekreasi

Transportasi

Komunikasi

% Kontribusi% (yoy) % (yoy) Tw II 2015 % (yoy) Tw III 2015

Kont.Tw II 2015 Kont.Tw III 2015

-2

-1

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% qtq Pekanbaru Dumai Tembilahan Nasional Riau

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

29

untuk menahan peningkatan inflasi antara lain pengelolaan ekspektasi harga dan

pola konsumsi masyarakat pada bulan Ramadhan, melakukan pengawasan ketat

terhadap pendistribusian LPG 3Kg, serta sinergi antar lembaga/instansi untuk

menjaga distribusi dan kecukupan stok, serta memperbanyak program pasar murah

terutama pada bulan Ramadhan sampai dengan menjelang hari raya Idul Fitri.

Grafik 2.5. Historis Inflasi selama Tw III di Provinsi Riau (qtq)

Sumber : BPS, diolah

Berdasarkan kota yang disurvei di Provinsi Riau, maka inflasi triwulanan terbesar

terjadi di kota Dumai sebesar 1,10% (qtq), sementara inflasi kota Pekanbaru dan

Tembilahan mencapai tingkat inflasi triwulanan masing-masing sebesar 0,61% dan

0,66% (qtq). Inflasi triwulanan ketiga kota tersebut lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya Dumai, Pekanbaru, dan Tembilahan mengalami inflasi 1,97%,

1,97% dan 1,93% (qtq), serta lebih rendah dari rata-rata inflasi triwulan III tahun

2010-2014 yang sebesar 2,29%, 2,08% dan 2,13% (qtq).

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa yang disurvei, maka kelompok

bahan makanan merupakan kelompok yang mengalami deflasi triwulanan terjadi

pada kelompok bahan makanan, sementara inflasi tertinggi terjadi pada kelompok

makanan jadi, kelompok pendidikan rekreasi olahraga, dan kelompok transportasi

dan komunikasi masing-masing sebesar 1,18%, 1,55%, dan 1,44% (qtq). Kelompok

tersebut memberikan andil pada inflasi triwulan laporan yaitu mencapai 0,24%,

0,10% dan 0,23%. Sementara itu, kelompok perumahan dan kelompok kesehatan

mengalami tingkat inflasi terendah masing-masing sebesar 0,41% dan 0,55% (qtq),

keduanya memberikan andil inflasi sebesar 0,09%dan 0,02%.

Grafik 2.6. Inflasi dan Kontribusi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Tw III 2015 di Riau (qtq)

2.442.11 2.08

2.292.13

1.27

0.68 0.61

1.10

0.66

-0.5

0.5

1.5

2.5

3.5

Nasional Riau Pekanbaru Dumai Tembilahan

% (qtq) Historis 2010-2014 Tw III-2015

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

30

Sumber : BPS, diolah

2.1. Inflasi Kota

2.1.1. Inflasi Kota Pekanbaru

Pada triwulan III 2015, Kota Pekanbaru mengalami Inflasi sebesar 5,70% (yoy), lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 7,53% (yoy). Penurunan

tekanan inflasi terjadi pada seluruh kelompok disagregasinya. Penurunan inflasi

utamanya berasal dari penurunan harga bahan makanan akibat melimpahnya

pasokan bumbu-bumbuan (bawang merah dan cabe merah) dan daging ayam ras

terutama pada akhir triwulan III 2015. Penurunan harga juga disebabkan oleh

menurunnya permintaan sehingga menurunkan tekanan pada inflasi inti terutama

untuk beberapa komoditas perumahan (besi beton dan bahan bakar rumah tangga)

serta komoditas sandang (emas perhiasan).

Dilihat berdasarkan kelompok barang jasa, inflasi tertinggi dialami oleh kelompok

bahan makanan jadi (7,84%, yoy) dan kelompok transportasi dan komunikasi

(7,33%, yoy), selanjutnya diikuti oleh inflasi pada kelompok perumahan dan

kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi 5,95% dan 5,46% (yoy).

Hampir seluruh kelompok komoditas mengalami inflasi yang lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan penurunan terbesar terjadi pada

kelompok bahan makanan dari 10,16% menjadi 5,56% (yoy). Kelompok transportasi

-0.2

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

-1

-1

0

1

1

2

2

3

3

4

4

5

Bahan

Makanan

Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,

Rekreasi

Transportasi

Komunikasi

% Kontribusi% (qtq) % (qtq) Tw II 2015 % (qtq) Tw III 2015

Kont.Tw II 2015 Kont.Tw III 2015

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

31

dan komunikasi menjadi satu-satunya yang mengalami peningkatan inflasi akibat

meningkatnya tarif angkutan udara pada bulan Juli dan Agutus 2015.

Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Kota Pekanbaru dan Rata-rata Historis Tw III (2011-

2014)

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.8. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Kota Pekanbaru Tw III

2015

2.1.2. Inflasi Kota Dumai

Sejalan dengan perkembangan inflasi kota Pekanbaru, inflasi kota Dumai juga

mengalami penurunan dari 7,29% menjadi 6,21% (yoy). Penurunan inflasi kota

Dumai terutama bersumber dari penurunan inflasi kelompok bahan makanan yang

berasal dari penurunan harga bumbu-bumbuan bawang merah, cabai merah, beras,

rempela hati ayam dan daging ayam karena peningkatan pasokan. Selain itu

penurunan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok perumahan karena penurunan

bahan bakar rumah tangga dan kelompok sandang karena penurunan harga emas

perhiasan, sehingga menurunkan inflasi dari 8,66% dan 6,94% (yoy) di triwulan lalu

menjadi 7,62% dan 5,31% (yoy) pada triwulan laporan.

Inflasi cukup rendah terjadi pada kelompok kesehatan (4,54%, yoy) serta kelompok

transportasi dan komunikasi (5,57%, yoy), namun memiliki pergerakan meningkat

dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 2,45% dan 4,93% (yoy).

-2

-1

0

1

2

3

4

5

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% (qtq)% (yoy)Inflasi Triwulanan

Inflasi Tahunan

Rata-rata Inflasi yoy Tw III (2010-2014)

5.46

7.84

5.95

2.262.82

1.51

7.33

0.0

0.4

0.8

1.2

1.6

2.0

0

4

8

12

BahanMakanan

MakananJadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi

Transport &Kom

% kontribusi% (yoy) % (yoy) Tw III 2015 Kont.Tw III 2015

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

32

Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kota Dumai dan Rata-rata Historis Tw II (2011-2014)

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.10. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Kota Dumai Tw II 2015

Sumber : BPS, diolah

2.1.3. Inflasi Kota Tembilahan

Inflasi yang terjadi di Kota Tembilahan tercatat sebagai inflasi terendah di Provinsi

Riau yaitu mencapai 4,71% (yoy) pada triwulan III 2015. Searah dengan kedua kota

lainnya, tekanan inflasi Kota Tembilahan pada triwulan laporan mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompoknya, maka

penurunan dialami oleh kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok

sandang dan kelompok pendidikan rekreasi olahraga, masing-masing menurun dari

7,39%, 9,60%, 4,51%, dan 5,14% (yoy) di triwulan II 2015 menjadi 3,93%, 6,27%,

2,24% dan 4,43% (yoy) di triwulan III 2015.

Dilihat berdasarkan subkelompok, komoditas yang mendorong terjadinya deflasi

berasal dari subkelompok bumbu-bumbuan (bawang merah dan cabai merah),

daging segar dan hasil hasilnya (daging ayam ras dan telur ayam ras), serta sebagian

ikan segar (mujair dan patin).

Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kota Tembilahan

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.12. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Kota Tembilahan Tw III 2015

Sumber : BPS, diolah

-2

-1

0

1

2

3

4

5

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% (qtq)% (yoy)Inflasi Triwulanan

Inflasi Tahunan

Rata-rata Inflasi yoy Tw III (2010-2014)

0.74

12.95

7.62

5.314.54

7.47

5.57

0.0

0.4

0.8

1.2

1.6

2.0

2.4

2.8

0

4

8

12

16

BahanMakanan

MakananJadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi

Transport &Kom

% kontribusi% (yoy) % (yoy) Tw III 2015 Kont.Tw III 2015

-2.0

-1.0

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III

2014 2015

% (qtq)% (yoy) Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan

3.81 3.93

6.27

2.242.72

4.43

7.55

0.0

0.4

0.8

1.2

1.6

2.0

0

2

4

6

8

BahanMakanan

MakananJadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi

Transport &Kom

% kontribusi% (yoy) % (yoy) Tw III 2015 Kont.Tw III 2015

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

33

2.2. Disagregasi Inflasi2 (yoy)

Penurunan tekanan inflasi Riau pada triwulan laporan, didorong oleh seluruh

kelompok disagregasi terutama penurunan tekanan dari kelompok volatile food,

yang berasal dari penurunan harga komoditas bumbu-bumbuan, daging segar &

hasil-hasilnya, serta ikan segar sehingga menurunkan inflasi di triwulan III 2015,

akibat meningkatnya jumlah pasokan. Penurunan juga terjadi pada tekanan inflasi

kelompok core (inti) dan kelompok administered price. Faktor yang menyebabkan

penurunan inflasi inti terutama berasal dari kelompok perumahan akibat

menurunnya harga beberapa bahan bangunan (besi beton) dan kelompok sandang

akibat menurunnya harga emas perhiasan.

Grafik 2.13. Inflasi IHK dan Disagregasi Inflasi (yoy)

2.2.1. Inflasi Inti (Core)

Laju inflasi inti pada triwulan III 2015 sedikit mengalami penurunan dibandingkan

triwulan II 2015 karena penurunan kelompok perumahan terutama harga beberapa

bahan bangunan dan bahan bakar rumah tangga. Masih berlanjutnya penurunan

harga emas global yang ditransmisikan ke harga emas perhiasan domestik juga turut

mendorong penurunan laju inflasi inti pada triwulan laporan. Penurunan inflasi

2 Disagregasi dilakukan dengan pendekatan subkelompok

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013 2014 2015

(% yoy) CPI Core Volatile Food Administered

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

34

kelompok non tradable goods3 yang cukup dalam menjadi faktor yang mendorong

penurunan inflasi inti Riau pada triwulan laporan.

Jika dilihat berdasarkan kota yang disurvei, maka inflasi inti tertinggi terjadi di Kota

Dumai (7,09, yoy). Inflasi inti yang terjadi di kota ini tercatat cukup tinggi

dibandingkan 2 (dua) kota lainnya. Selain itu inflasi inti di ketiga kota Dumai

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, berbeda dengan

pergerakan inflasi inti di kedua kota lainnya yang mengalami penurunan.

Grafik 2.14. Perkembangan Inflasi Inti (core) di Riau (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.15. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 2.16. Perkembangan Harga Emas Dunia

Sumber : Bloomberg, diolah

Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Tradables Goods dan Non Tradable Goods (yoy)

Sumber : BPS, diolah

2.2.2. Inflasi Volatile Food

Perkembangan harga kelompok volatile food pada periode laporan mengalami

penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Menurunnya tekanan inflasi volatile food tersebut didorong oleh inflasi yang terjadi

3 Non tradable goods merupakan barang atau jasa yang tidak dapat diperjualbelikan di lokasi yang berbeda atau berjarak dari lokasi dimana barang atau jasa tersebut dihasilkan

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% (yoy) Pekanbaru Dumai Tembilahan RIAU

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

20 M

ay 2

013

8 Ju

ly 2

013

30 A

ugus

t 20

13

21 O

ctob

er 2

013

9 D

ecem

ber

2013

30 Ja

nuar

y 20

14

20 M

arch

201

4

13 M

ay 2

014

3 Ju

ly 2

014

28 A

ugus

t 20

14

15 O

ctob

er 2

014

2 D

ecem

ber

2014

22 Ja

nuar

y 20

15

12 M

arch

201

5

30 A

pril

2015

22 Ju

ne 2

015

13 A

gust

201

5

2 O

kt 2

015

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

400

800

1200

1600

2000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2012 2013 2014 2015

g (yoy)$/OZ Harga Emas (LHS) growth (RHS)

0

2

4

6

8

10

12

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2010 2011 2012 2013 2014 2015

% (yoy)Tradeable Non Tradeable

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

35

pada kelompok bahan makanan, terutama berasal dari subkelompok bumbu-

bumbuan dan daging segar & hasil-hasilnya. Komoditas utama penyumbang inflasi

dari kedua kelompok tersebut ialah bawang merah, cabe merah, dan daging ayam

ras. Penurunan permintaan pasca Ramadhan dan hari raya Idul Fitri dan akibat

kondisi asap yang terjadi pada akhir triwulan III 2015, serta meningkatnya pasokan

dari daerah sentra produksi mendorong penurunan harga pada komoditas tersebut.

Sementara itu, masih berlanjutnya penurunan harga beras hingga triwulan III 2015

juga mendorong penurunan laju inflasi kelompok volatile food pada triwulan

laporan. Hal ini disebakan oleh etersediaan pasokan beras yang mencukupi pasca

musim panen raya beras dan penyaluran raskin yang optimal di triwulan III.

Grafik 2.18. Perkembangan Inflasi Volatile Food di Riau (yoy)

Grafik 2.19. Perkembangan Harga Komoditas Bumbu-bumbuan di Kota

Pekanbaru

Sumber : BPS, diolah

Sumber: Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia

2.2.3. Inflasi Administered Prices

Inflasi kelompok administered prices Riau pada triwulan laporan mengalami

penurunan setelah mengalami peningkatan pada triwulan sebelumnya. Jika dilihat

dari kota yang disurvei, maka penurunan inflasi administered price terjadi pada

semua kota yang disurvei di Provinsi Riau. Inflasi administered price tertinggi dialami

oleh Kota Tembilahan, diikuti oleh Kota Dumai dan Kota Pekanbaru.

Penurunan tekanan inflasi pada kelompok administered price disebabkan oleh

penurunan tarif listrik pada Agustus 2015 sebesar Rp1 per kilo Watt hour (kWh) baik

golongan tegangan rendah, menengah maupun tegangan tinggi, akibat harga

minyak bumi yang mengalami penurunan.

-8

-4

0

4

8

12

16

20

24

28

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% (yoy) Pekanbaru Dumai Tembilahan RIAU

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000Data Survei Pemantauan Harga

Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras

Telur Ayam Ras Cabe Merah Cabe Rawit

Bawang Merah Bawang Putih

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

36

Grafik 2.20. Perkembangan Inflasi Administered Price (yoy)

Sumber : BPS, diolah

0

4

8

12

16

20

24

28

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% (yoy) Pekanbaru Dumai Tembilahan RIAU

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

Dampak El Nino dan Kabut Asap

Dampak El Nino dan Kabut Asap terhadap Pertumbuhan Ekonomi

El Nino adalah gejala penyimpangan kondisi meningkatnya suhu permukaan laut yang

signifikan di samudera Pasifik sekitar ekuator khususnya di bagian tengah dan timur.

Fenomena El Nino di Sumatera terjadi di wilayah Selatan yang menyebabkan kekeringan

yang lebih panjang dengan curah hujan yang rendah. Kondisi kekeringan ini

menyebabkan munculnya titik api di Provinsi Riau mencapai 311 titik api (24 Juni-13

September 2015). Munculnya titik api tersebut menyebabkan kualitas udara di Riau

memburuk. Data PM10 BMKG menunjukkan bahwa rata-rata kualitas udara di Riau

mencapai 272,29 yang mengindikasikan kondisi Sangat Tidak Sehat.

Memburuknya kualitas udara tidak hanya berdampak terhadap kesehatan tetapi juga

berdampak terhadap penurunan produksi beberapa sektor ekonomi, antara lain:

pertanian dan perkebunan, gangguan penerbangan, menurunnya occupancy rate hotel

dan menurunnya omset pedagang retail. Di Provinsi Riau diperoleh informasi bahwa

dalam jangka menengah, produksi sawit diperkirakan turun hingga 15%. Sedangkan

dari sisi transportasi, kabut asap ini menyebabkan dibatalkannya 62% penerbangan pada

bulan September 2015. Sedangkan jumlah penumpang sejak Agustus 2015 di Provinsi

Riau menurun 11,18% secara mtm dan 8,67% secara yoy.

Berdasarkan informasi dari contact liaison di Provinsi Riau, omset penjualan maskapai

penerbangan selama September 2015 menurun hingga 50%. Selain itu, kabut asap juga

menurunkan occupancy rate hotel berbintang 4 dan 5 di Provinsi Riau hingga 20% secara

mtm sedangkan penurunan occupancy rate hotel berbintang 3 ke bawah mencapai 30-

40%. Selanjutnya, kabut asap juga menurunkan omset penjualan pedagang oleh-oleh

khas Provinsi Riau sekitar 28,67%. Secara umum, penurunan kinerja usaha terutama di

subsektor perkebunan kelapa sawit, perdagangan dan penerbangan, berpotensi

menurunkan perekonomian di Provinsi Riau sebesar 0,57% akibat multiplier effect kabut

asap tersebut.

Di bidang pendidikan kerugian dengan diliburkannya sekolah-sekolah selama bulan

September sehingga diperkirakan memberikan kerugian secara finansial di kota

Pekanbaru lebih dari Rp. 20 M, ditambah kerugian akibat berkurangnya kualitas siswa

karena tidak mendapatkan pengajaran (pengajaran melalui pemberian pekerjaan rumah

dan hanya beberapa sekolah yang melalui fasilitas online). Dinas kesehatan telah

membagi masker di beberapa lokasi dan posko kesehatan sebanyak 600 ribu masker

biasa (harga Rp500) total sekitar 300 juta, dan masker N95 untuk penyakit menular H5N1

(harga Rp7500) sebanyak 100 ribu sekitar 750 juta sehingga total biaya diperkirakan lebih

Boks 2

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

dari Rp. 1 M. Total penderita penyakit yang terdampak asap s.d. 5 Okt 2015 mencapai

57.536, dengan asumsi biaya pengobatan Rp. 50.000 per penderita, total biaya yang

dikeluarkan diperkirakan mencapai Rp. 2,8 M.

Selain itu, memasuki minggu pertama Oktober 2015, kineja kredit mikro-kecil beberapa

bank diperkirakan mulai terdampak oleh kondisi asap, sementara kredit yang

berhubungan dengan bisnis besar masih terdampak dengan anjloknya harga komoditas

(terutama sawit dan karet). Kelancaran debitur di pasar Sukaramai dan Ramayana sudah

mulai terdampak terutama akibat berkurangnya jumlah pembeli dari berbagai

Kabupaten/Kota di Riau.

Tabel B.2.1. Potensi Penurunan Perekonomian di Provinsi Riau Akibat Kabut Asap

Dampak El Nino dan Kabut Asap terhadap Inflasi

El Nino menyebabkan minimnya curah hujan di beberapa daerah yang berdampak

terhadap menurunnya produktivitas sektor pertanian, khususnya pertanian tanaman

bahan makanan (TABAMA). Di Provinsi Riau diperoleh informasi bahwa sampai dengan

akhir tahun 2015, El Nino ini diperkirakan menyebabkan potensi gagal panen lahan

pertanian hingga 2.943,65 Ha. Peningkatan potensi lahan yang gagal panen tersebut

akan berdampak terhadap penurunan produksi padi. Namun demikian, sampai dengan

triwulan III-2015 penurunan produksi padi ini tidak berdampak signifikan terhadap

kenaikan harga beras. Provinsi Riau bukan merupakan daerah sentra produksi beras

sehingga sebagian besar kebutuhan beras di pasok dari luar daerah.

Disisi lain, kabut asap yang terjadi di Sumatera berdampak terhadap penundaan

penerbangan hingga penutupan aktivitas bandara sehingga dialihkan ke Bandara

Internasional Minangkabau. Hal ini berdampak terhadap pergerakan harga tiket

pesawat. Berdasarkan inflasi di bulan September 2015, tarif angkutan udara di Sumatera

tercatat mengalami deflasi sebesar -12,94% (mtm) akibat penurunan aggregate

demand. Kondisi ini diperkirakan akibat pelemahan daya beli masyarakat seiring dengan

penurunan harga komoditas utama dan berkurangnya aktivitas perekonomian terutama

di pasar tradisional akibat kabut asap.

Provinsi

Potensi Penurunan Perekonomian (%)

TotalSawit Padi Dampak Asap (2015)

2016 2015 Perdagangan Penerbangan Hotel

Riau -0.40 0.00 -0.09 -0.07 -0.01 (0.57)

Jambi -0.15 -0.01 -0.11 -0.33 -0.01 (0.61)

Sumsel -1.10 -0.01 -0.09 -0.01 0.00 (1.22)

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

37

1. Kondisi Umum Perbankan

Kinerja perbankan di Provinsi Riau pada triwulan laporan tidak sebaik triwulan II-

2015, hal ini tercermin dari melambatnya aset dan DPK perbankan. Aset perbankan

tercatat sebesar Rp96,51 triliun atau tumbuh sebesar 10,07% (yoy), melambat

dibandingkan dengan triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 19,86% (yoy), DPK

tercatat sebesar Rp70,29 triliun atau tumbuh sebesar 9,57% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 15,82% (yoy).

Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN

DAN SISTEM PEMBAYARAN

DAERAH

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

38

Berbeda dengan perkembangan aset dan deposito, penyaluran kredit pada triwulan

III-2015 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II-2015 yaitu dari 6,75%

(yoy) menjadi 7,86% (yoy) dengan nilai sebesar Rp55,86 triliun. Namun, kualitas

kredit yang disalurkan oleh perbankan tercatat semakin menurun yaitu dari 4,33%

menjadi 4,50%. Angka tersebut sudah mendekati batas aman yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Selanjutnya, risiko likuiditas pada triwulan III-2015

tercatat masih terjaga, tercermin dari angka LDR yang stabil sebesar 79,47%.

Sejalan dengan hal tersebut, kinerja perbankan nasional juga mengalami

perlambatan dibandingkan dengan triwulan II-2015. Aset tercatat melambat dari

14,57% (yoy) menjadi 10,98% (yoy), DPK melambat dari 14,35% (yoy) menjadi

10,85% (yoy) dan kredit melambat dari 14,77% (yoy) menjadi 11,14% (yoy).

Perlambatan tersebut mengindikasikan terjadinya penurunan kinerja perbankan

nasional pada periode laporan.

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi Riau (RpJuta)

Sumber : Bank Indonesia

2. Perkembangan Bank Umum

2.1. Perkembangan Aset

Kinerja bank umum pada triwulan III-2015 tidak sebaik triwulan II-2015, hal ini

terlihat dari melambatnya aset bank umum dari 20,01% (yoy) di triwulan II-2015

menjadi 10,11% (yoy) di triwulan III-2015. Selanjutnya, jika dibandingkan secara

triwulanan, aset bank umum tercatat menurun sebesar 3,18% (qtq) dengan nilai

mencapai Rp95,32 triliun.

I II III IV I II III Tw II 2015 Tw III 2015

Aset (Rp Juta) 74.304.076 83.128.188 87.678.753 86.812.375 91.724.376 99.637.187 96.510.233 19,86 10,07

- Bank Umum 73.201.701 82.036.875 86.572.336 85.652.213 90.534.888 98.451.429 95.323.470 20,01 10,11

- BPR/S 1.102.376 1.091.313 1.106.417 1.160.162 1.189.489 1.185.757 1.186.762 8,65 7,26

4.966.941 5.176.990 5.502.841 5.598.480 5.773.587 5.931.351 6.107.287 14,57 10,98

Kredit (Rp Juta) 49.250.380 51.450.813 51.793.994 53.119.547 53.266.023 54.923.581 55.863.081 6,75 7,86

- Bank Umum 48.487.679 50.668.252 50.978.867 52.283.437 52.401.716 54.012.485 54.946.577 6,60 7,78

- BPR/S 762.700 782.561 815.127 836.111 864.307 911.096 916.504 16,43 12,44

4.860.433 5.069.222 5.392.300 5.504.958 5.667.460 5.817.715 5.993.034 14,77 11,14

Kredit UMKM (Rp Juta) - 19.753.458 19.687.770 20.032.690 19.809.940 20.212.276 19.894.360 2,32 1,05

Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 55.215.062 61.539.547 64.154.050 64.952.945 67.372.858 71.278.108 70.292.164 15,82 9,57

- Bank Umum 54.466.287 60.795.211 63.383.834 64.143.197 66.525.297 70.420.859 69.410.976 15,83 9,51

- BPR/S 748.775 744.336 770.216 809.748 847.560 857.250 881.188 15,17 14,41

4.053.938 4.231.866 4.497.028 4.575.170 4.699.394 4.839.237 4.984.947 14,35 10,85

LDR 89,20% 83,61% 80,73% 81,78% 79,06% 77,06% 79,47%

NPL 3,51% 3,72% 3,76% 3,39% 3,82% 4,33% 4,50%

- Bank Umum 3,32% 3,54% 3,57% 3,23% 3,64% 4,16% 4,34%

- BPR/S 15,47% 15,78% 15,56% 13,75% 14,45% 13,84% 14,39%

Indikator2015

Aset Nasional (Rpmiliar) *)

Kredit Nasional (Rpmiliar) *)

DPK Nasional (Rpmiliar) *)

(yoy,%)2014

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

39

Jika diklasifikasikan berdasarkan kelompok kepemilikan, kontribusi terbesar terhadap

aset bank umum masih didominasi oleh kelompok pemerintah dengan nilai sebesar

Rp69,90 triliun dengan pangsa 73,33%. Aset tersebut tumbuh melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 27,24% (yoy) menjadi 13,58%

(yoy), bahkan menurun secara kuartal sebesar 4,46%. Di sisi lain, hal yang sama juga

terjadi pada kelompok swasta yang tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yaitu dari 3,07% (yoy) menjadi 1,58% (yoy).

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum di Provinsi Riau (Rptriliun)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Bank Umum Menurut Kelompok (%)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.3. Pertumbuhan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank (%)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.4. Pangsa Aset Bank Umum Berdasarkan Jenis Bank Tw III-2015 (%)

Sumber : Bank Indonesia

2.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Kinerja bank umum di Provinsi Riau yang tercermin dari perkembangan DPK juga

tidak sebaik triwulan II-2015, hal ini terlihat dari melambatnya DPK bank umum dari

15,83%(yoy) di triwulan II-2015 menjadi 9,16% (yoy) di triwulan III-2015.

Selanjutnya, jika dibandingkan secara triwulanan, DPK bank umum tercatat menurun

sebesar 1,75% (qtq) dengan nilai mencapai Rp69,19 triliun.

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

40

Grafik 3.5. Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.6. Perkembangan Nilai DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (Rptriliun)

S Sumber : Bank Indonesia

Melambatnya pertumbuhan DPK bersumber dari menurunnya komponen giro

sebesar 0,29% (yoy). Sementara komponen deposito melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yaitu dari 61,41% (yoy) menjadi 23,88% (yoy) dan komponen

tabungan pertumbuhannya relatif stabil. Menurunnya komponen giro

mengindikasikan bahwa Pemerintah Daerah semakin meningkatkan realisasi

belanjanya menjelang akhir tahun 2015. Sementara, melambatnya pertumbuhan

komponen deposito diperkirakan disebabkan oleh mulai terealisasinya investasi

menjelang akhir tahun 2015.

Jika dilihat berdasarkan pangsa, komponen tabungan mengalami peningkatan,

sementara giro dan deposito mengalami penurunan. Pangsa komponen tabungan

merupakan yang terbesar yaitu 41,09% dengan nilai mencapai Rp28,43 triliun,

kemudian diikuti oleh deposito dan giro masing-masing sebesar 37,54% dan

21,37%.

Tabel 3.2. Perkembangan DPK di Provinsi Riau Menurut Kepemilikan (RpJuta)

Sumber : Bank Indonesia

Berdasarkan kepemilikan, baik DPK yang bersumber dari pemerintah maupun swasta

tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-

I II III IV I II III yoy qtq

Sektor Pemerintah 8.093.251 14.316.253 15.444.957 10.845.951 16.102.924 17.859.488 16.726.392 8,30 -6,34

1 Pemerintah Pusat 389.211 362.380 349.443 245.328 291.244 293.652 335.253 (4,06) 14,17

2 Pemerintah Daerah 6.655.970 12.084.807 13.093.248 8.986.882 13.832.473 15.818.305 14.340.881 9,53 -9,34

3 Badan/ Lembaga Pemerintah 109.858 96.784 112.106 55.851 106.136 102.240 114.390 2,04 11,88

4 Badan Usaha Milik Negara 780.654 1.723.426 1.837.297 1.485.439 1.820.197 1.602.210 1.767.735 (3,79) 10,33

5 Badan Usaha Milik Daerah 157.558 48.857 52.863 72.451 52.875 43.080 168.133 218,05 290,28

Sektor Swasta 7.398.097 7.361.210 7.170.852 9.316.202 8.092.747 9.256.363 8.165.103 13,87 -11,79

6 Perusahaan Asuransi 114.652 100.800 103.120 118.861 83.939 67.009 79.976 (22,44) 19,35

7 Perusahaan Swasta 6.428.695 6.483.030 6.251.271 8.241.175 7.001.500 8.188.966 7.051.475 12,80 -13,89

8 Yayasan dan Badan Sosial 671.376 606.358 650.475 767.233 793.043 782.690 819.617 26,00 4,72

9 Koperasi 169.698 166.776 162.624 185.980 214.265 217.698 214.036 31,61 -1,68

10 Lainnya 13.676 4.246 3.362 2.953 3.148 3.017 2.953 (12,17) -2,11

Perorangan 38.974.939 39.117.748 40.768.025 43.980.711 42.326.478 43.301.991 44.295.039 8,65 2,29

54.466.287 60.795.211 63.383.834 66.525.296 66.525.297 70.420.859 69.189.487 9,16 -1,75

Growth Tw.III-20152015

Jumlah

No Kepemilikan2014

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

41

Grafik 3.5. Perkembangan Jumlah Rekening Dana

2015, DPK yang bersumber dari pemerintah tercatat sebesar Rp16,73 triliun atau

tumbuh 8,30% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-2015 yang

tumbuh sebesar 24,75% (yoy). Melambatnya penghimpunan DPK pemerintah secara

total utamanya bersumber dari DPK pemerintah daerah yang tumbuh jauh lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 30,89% (yoy) menjadi

9,53% (yoy), bahkan tercatat menurun secara kuartalan sebesar 9,34% (qtq).

Di sisi lain, DPK yang bersumber dari swasta pada triwulan III-2015 tercatat sebesar

Rp8,17 triliun, tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu

dari 25,75% (yoy) menjadi 13,87% (yoy). Melambatnya penghimpunan DPK swasta

utamanya bersumber dari perusahaan swasta yang tumbuh lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 26,31% (yoy) menjadi 12,80%

(yoy), bahkan tercatat menurun sangat dalam secara kuartalan yaitu sebesar 13,89%

(yoy). DPK yang bersumber dari perusahaan swasta memiliki pengaruh terbesar

terhadap pembentukan DPK swasta yaitu dengan pangsa sebesar 86,36%.

Berdasarkan jenis simpanannya, melambatnya pengimpunan DPK pemerintah

utamanya bersumber dari menurunnya komponen giro pemerintah sebesar 10,25%

(yoy) dan 13,07% (qtq), khususnya giro Pemerintah Daerah sebesar 6,72% (yoy) dan

15% (qtq). Menurunnya giro Pemerintah Daerah mengindikasikan bahwa

Pemerintah Daerah semakin meningkatkan realisasi belanjanya dan hingga triwulan

III-2015 realisasi belanja daerah mencapai 32,30%. Di sisi lain, melambatnya DPK

swasta disebabkan oleh penurunan komponen deposito sebesar 1,38% (yoy) atau

secara triwulanan turun cukup signifikan sebesar 49,29% (qtq), khususnya deposito

perusahaan swasta yang turun 53,43% (qtq).

Grafik 3.7. Perkembangan Jumlah Rekening Dana

Jumlah rekening dana bank umum di

Provinsi Riau pada triwulan III-2015

tercatat mencapai 3.768.345,

meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya maupun triwulan yang

sama tahun sebelumnya yaitu masing-

masing sebesar 2,22% (qtq) dan

4,30% (yoy), bahkan tumbuh lebih tinggi dibandingkan

triwulan II-2015 sebesar 1,84% (qtq) dan 3,25% (yoy). Rekening giro dan tabungan

Sumber : Bank Indonesia

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

42

tercatat meningkat masing-masing sebesar 5,45% (yoy) dan 4,12% (yoy), sementara

rekening deposito tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yaitu dari 16,33% (yoy) menjadi 15,97% (yoy).

2.3. Perkembangan Penyaluran Kredit

Penyaluran kredit bank umum di Provinsi Riau pada triwulan III-2015 tercatat

meningkat sebesar 7,78% (yoy) dengan nilai mencapai Rp54,95 triliun. Hal ini

didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit bank umum milik pemerintah yang

tumbuh dari 9,44% (yoy) di triwulan II-2015 menjadi 12,26% (yoy) di triwulan III-

2015 dengan nilai mencapai Rp36,81 triliun (pangsa 67,01%). Sementara

penurunan penyaluran kredit bank umum milik swasta menjadi penyebab

tertahannya pertumbuhan kredit. Kredit yang disalurkan oleh bank umum milik

swasta yaitu sebesar Rp18,13 triliun (pangsa 32,99%) atau turun sebesar 0,29%

(yoy) di triwulan III-2015 dari tumbuh sebesar 1,50% (yoy) di triwulan II-2015.

Tabel 3.3. Posisi Kredit Bank Umum di Provinsi Riau (dalam RpJuta)

Sumber : Bank Indonesia

Dari jenis valutanya, kredit yang disalurkan dalam mata uang rupiah pada triwulan

III-2015 mencapai Rp53,76 triliun, meningkat sebesar 7,50% (yoy) atau tumbuh lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan II-2015 sebesar 6,94% (yoy). Sementara, kredit

yang disalurkan dalam valas mencapai Rp1,19 triliun, tumbuh sebesar 22,55%(yoy)

atau meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan II-2015 yang

menurun sebesar 7,03% (yoy). Selanjutnya, jika dibandingkan secara triwulanan,

kredit dalam mata uang rupiah dan valas masing-masing tumbuh sebesar 1,71%

(qtq) dan 2,41% (qtq).

I II III IV I II III yoy (%) qtq (%)

A. Kelompok Bank

1. Bank Pemerintah 30.819.077 32.527.892 32.798.861 33.681.037 34.200.055 35.599.490 36.819.043 12,26 3,43

2. Bank Swasta 17.668.602 18.140.360 18.180.006 18.602.399 18.201.661 18.412.994 18.127.534 -0,29 -1,55

B. V a l u t a

1. Rupiah 47.233.118 49.421.211 50.009.977 51.138.174 51.254.470 52.853.079 53.759.243 7,50 1,71

2. Valas 1.254.562 1.247.042 968.890 1.145.263 1.147.246 1.159.406 1.187.334 22,55 2,41T o t a l 48.487.679 50.668.252 50.978.867 52.283.437 52.401.716 54.012.485 54.946.577 7,78 1,73

2014 2015 Pertumbuhan Tw II-2015Keterangan

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

43

Grafik 3.8. Perkembangan Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%)

Sumber : Bank Indonesia

Jika dilihat dari sisi penggunaan, pada triwulan laporan penyaluran kredit konsumsi

(pangsa 37,70%) tercatat tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 9,46% (yoy) atau

mencapai Rp20,72 triliun, diikuti oleh kredit investasi (pangsa 31,72%) sebesar

8,38% (yoy) dengan nilai Rp17,43 triliun dan kredit modal kerja (pangsa 30,58%)

sebesar 5,20% (yoy) dengan nilai Rp16,80 triliun. Meskipun tercatat tumbuh, namun

kredit modal kerja melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar

7,56% (yoy).

Grafik 3.9. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (yoy)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.10. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (qtq)

Sumber : Bank Indonesia

Berbeda dengan pertumbuhan kredit konsumsi, kredit produktif (investasi dan modal

kerja) tumbuh stabil yaitu dari 6,31% (yoy) di triwulan II-2015 menjadi 6,80% (yoy)

di triwulan III-2015. Pertumbuhan kredit produktif yang tidak signifikan disebabkan

oleh melambatnya pertumbuhan kredit modal kerja yang disebabkan oleh

perlambatan ekonomi sehingga mengakibatkan ketidakpastian kegiatan bisnis di

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

44

Provinsi Riau. Di sisi lain, masih melemahnya harga komoditas utama yaitu sawit dan

karet juga menjadi pemicu perlambatan kredit modal kerja.

Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit Konsumsi dan Produktif (%)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.12. Sumber Perlambatan Kredit Modal Kerja

S Sumber : Bank Indonesia

Secara sektoral, perlambatan pada sektor pertanian, perburuan dan kehutanan yang

cukup dalam yaitu dari 23,09% (yoy) di triwulan II-2015 menjadi 7,93% (yoy) di

triwulan III-2015 menjadi faktor utama melambatnya kredit modal kerja.

Perlambatan terjadi di sub sektor perkebunan kelapa sawit yaitu dari 24,55% (yoy)

pada triwulan II-2015 menjadi 14,43% (yoy) pada triwulan III-2015, sementara sub

sektor perkebunan karet dan getah turun sebesar 3,15% (yoy). Berdasarkan hasil

liaison1 Bank Indonesia, diperoleh informasi bahwa perusahaan karet mengurangi

peminjaman kredit modal kerja kepada perbankan dikarenakan rendahnya harga

komoditas tersebut.

Di sisi lain, sektor perdagangan besar dan eceran masih tercatat tumbuh rendah yaitu

sebesar 2,74% (yoy). Kondisi ini menunjukkan tendensi perlambatan kinerja pada

sektor pertanian dan perdagangan yang memberikan kontribusi paling besar

terhadap pertumbuhan kredit modal kerja.

3. Intermediasi dan Risiko Perbankan

Fungsi intermediasi bank umum di Provinsi Riau pada triwulan III-2015 berada pada

kondisi yang stabil. Hal ini terlihat dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berada

di angka 79,41%, sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

sebesar 76,70%. Meningkatnya LDR pada periode laporan didorong oleh

melambatnya pertumbuhan DPK dan meningkatnya pertumbuhan kredit. Masih

1 Liaison merupakan wawancara pada perusahaan yang representative untuk mendapatkan informasi secara mendalam

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

45

cukup stabilnya LDR menunjukkan risiko likuiditas pada kondisi yang masih terjaga,

serta adanya sikap kehati-hatian perbankan dalam penyaluran kredit.

Grafik 3.13. Perkembangan LDR di Provinsi Riau

Sumber : Bank Indonesia

Dari awal tahun 2015, kualitas kredit yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi

Riau menunjukkan trend penurunan. NPL bank umum pada triwulan III-2015 tercatat

sebesar 4,34% meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2015 sebesar 4,16%.

Hal ini perlu menjadi perhatian perbankan untuk semakin meningkatkan penerapan

prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit.

Grafik 3.14. Perkembangan Non Performing Loan (NPL) di Provinsi Riau

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.15. Growth Subsektor Pertanian dan Perdagangan Penyumbang NPL (%, yoy)

S Sumber : Bank Indonesia

Secara sektoral, dapat dilihat bahwa jasa dunia usaha mengalami NPL tertinggi

dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 8,86%, diikuti oleh sektor

konstruksi dan sektor pengangkutan masing-masing sebesar 8,22% dan 8,11%.

Namun demikian, ketiga sektor tersebut tidak memiliki pangsa terbesar sehingga

belum memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap NPL secara umum.

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

46

Selanjutnya, 2 (dua) sektor yang memiliki pangsa terbesar terhadap kredit yaitu

sektor pertanian dan perdagangan tercatat mengalami peningkatan NPL pada

periode laporan. NPL sektor pertanian (pangsa kredit 22,10%) tercatat sebesar

3,32% meningkat dari 2,89% di triwulan sebelumnya. Peningkatan NPL tersebut

utamanya bersumber dari peningkatan pertumbuhan NPL subsektor perkebunan

kelapa sawit (pangsa NPL 88,60%) yang cukup signifikan yaitu dari 18,17% (yoy) di

triwulan II-2015 menjadi 44,99% (yoy) di triwulan III-2015, serta subsektor

perkebunan karet dan penghasil getah lainnya (pangsa NPL 7,05%) yang tercatat

masih cukup tinggi yaitu sebesar 72,89% (yoy).

Sementara, NPL sektor perdagangan (pangsa kredit 20,90%) tercatat masih cukup

tinggi yaitu sebesar 7,15% meningkat dari 6,35% di triwulan sebelumnya.

Peningkatan NPL tersebut utamanya bersumber dari peningkatan pertumbuhan NPL

subsektor perdagangan eceran didominasi makanan, minuman dan tembakau

(pangsa NPL 32,92%) sebesar 9,28% (yoy) dan subsektor perdagangan kelapa dan

kelapa sawit (pangsa NPL 9,08%) sebesar 43,91% (yoy). Masih tertahannya

perbaikan NPL pada sektor pertanian dan perdagangan merupakan dampak masih

rendahnya harga komoditas utama khususnya sawit dan karet yang berimbas kepada

pelunasan hutang yang jatuh tempo.

Grafik 3.16. Perkembangan Harga TBS dan CPO Dunia

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.17. Perkembangan Harga Karet Dunia

S Sumber : Bank Indonesia

4. Stabilitas Sistem Keuangan

4.1. Ketahanan Sektor Korporasi Daerah

Jika dilihat per sektor, kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi Riau masih

terkonsentrasi pada sektor pertanian dan perdagangan dengan nilai masing-masing

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

47

sebesar Rp12,14 triliun (pangsa 22,10%) dan Rp11,48 triliun (pangsa 20,90%). Pada

triwulan III-2015, penyaluran kredit sektor pertanian tumbuh sebesar 9,64% (yoy),

melambat dibandingkan dengan triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 9,70% (yoy).

Kondisi yang sama juga terjadi secara triwulanan dimana penyaluran kredit sektor

pertanian melambat dari 3,73% (qtq) di triwulan II-2015 menjadi 2,26% (qtq) di

triwulan III-2015.

Tabel 3.4. Kredit Lokasi Bank Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Riau (RpJuta)

Sumber : Bank Indonesia

Pertumbuhan kredit sektor pertanian didorong oleh peningkatan subsektor

perkebunan kelapa sawit (pangsa 91,70%) sebesar 12,39% (yoy), namun tertahan

oleh penurunan subsektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya (pangsa

3,46%) yang cukup dalam sebesar 5,51% (yoy). Penyerapan yang besar pada

subsektor kelapa sawit tidak terlepas dari karakteristik sektor utama Provinsi Riau.

Grafik 3.18. Growth dan Pangsa Subsektor Pertanian

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.19. Growth dan Pangsa Subsektor Perdagangan

S Sumber : Bank Indonesia

Di sisi lain, penyaluran kredit sektor perdagangan pada triwulan III-2015 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan II-2015 yaitu dari 1,47% (yoy) menjadi

2,44% (yoy). Namun, secara triwulanan melambat dari 2,37% (qtq) menjadi 0,12%

(qtq). Melambatnya pertumbuhan kredit sektor perdagangan secara triwulanan

didorong oleh menurunnya subsektor yang memiliki pangsa terbesar yaitu

I II III IV I II III Pangsa yoy (%) qtq (%)

1 Pertanian 9.820.296 10.823.881 11.075.019 11.385.094 11.447.005 11.874.205 12.142.136 22,10 9,64 2,26 2 Pertambangan 270.954 256.616 276.562 383.474 392.375 499.383 420.358 0,77 51,99 (15,82) 3 Perindustrian 1.659.574 1.956.207 1.884.810 2.031.930 2.142.324 2.257.292 2.283.010 4,15 21,13 1,14 4 Listrik, Gas dan Air 100.188 103.645 92.112 119.840 112.945 104.550 106.344 0,19 15,45 1,72 5 Konstruksi 1.423.983 1.546.524 1.820.045 1.781.803 1.757.464 1.876.655 2.142.723 3,90 17,73 14,18 6 Perdag., Resto. & Hotel 10.865.881 11.303.853 11.210.445 11.214.203 11.204.048 11.469.922 11.483.665 20,90 2,44 0,12 7 Pengangkutan, Pergud. 1.486.913 1.595.725 1.572.840 1.589.686 1.616.884 1.574.220 1.545.769 2,81 (1,72) (1,81) 8 Jasa-jasa 4.720.005 4.191.082 4.040.417 4.297.705 4.078.975 4.242.728 4.084.488 7,43 1,09 (3,73) 9 Lain-lain 18.139.884 18.890.718 19.006.617 19.479.702 19.649.697 20.113.530 20.738.085 37,74 9,11 3,11

48.487.679 50.668.252 50.978.867 52.283.437 52.401.716 54.012.485 54.946.577 100,00 7,78 1,73 Jumlah

2014 2015 Tw III-2015

No. Sektor Ekonomi

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

48

perdagangan eceran yang didominasi makanan, minuman dan tembakau (pangsa

19,73%) sebesar 2,42% (qtq), subsektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit

(pangsa 5,44%) sebesar 2,92% (qtq), subsektor perdagangan eceran komoditi

lainnya (pangsa 5,37%) sebesar 2,87% (qtq) dan subsektor perdagangan eceran

bahan konstruksi (pangsa 4,56%) sebesar 2,30% (qtq).

4.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah

Tingkat konsumsi masyarakat di Provinsi Riau pada triwulan III-2015 menunjukkan

perbaikan. Hal ini terlihat dari kredit konsumsi yang menunjukkan peningkatan dari

7,09% (yoy) menjadi 9,46% (yoy) dengan nilai sebesar Rp20,72 triliun.

Meningkatnya kredit konsumsi juga mencerminkan mulai membaiknya daya beli

masyarakat pada periode laporan secara umum (3,14%, qtq).

Grafik 3.20. Perkembangan Kredit Konsumsi

Sumber : Bank Indonesia

Daya beli masyarakat pada triwulan III-2015 juga tercermin dari permintaan

masyarakat terhadap perumahan dan kendaraan. Kredit perumahan pada triwulan

III-2015 tercatat sebesar Rp7,49 triliun, meningkat sebesar 0,51% (qtq) dan 4,18%

(yoy). Peningkatan kredit perumahan utamanya didorong oleh peningkatan kredit

kepemilikan rumah tinggal tipe di atas 70. Sementara, kredit kendaraan bermotor

masih mengalami kontraksi sebesar 6,95% (yoy) dengan nilai mencapai Rp416 miliar.

Meskipun mengalami kontraksi, kondisi periode laporan sedikit membaik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat kontraksi sebesar 9,50%

(yoy). Masih terkontraksinya kendaraan bermotor diindikasikan sebagai dampak

pelemahan nilai tukar rupiah serta masih rendahnya harga komoditas internasional

yang mengakibatkan masih rendahnya daya beli masyarakat yang mendorong

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

49

penurunan penjualan kendaraan bermotor. Namun demikian, telah dikeluarkannya

penyesuaian kebijakan Bank Indonesia mengenai Loan to Value (LTV) atau Financing

to Value (FTV)2 diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit kendaraan

bermotor.

Grafik 3.21. Perkembangan Kredit Perumahan

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.22. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor

S Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.23. Perkembangan Kredit Multiguna

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.24. Perkembangan Kredit Durable Goods

S Sumber : Bank Indonesia

Sama seperti triwulan sebelumnya, pada triwulan III-2015 kredit multiguna masih

menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari

21,79% (yoy) menjadi 21,64% (yoy) dengan nilai sebesar Rp12,30 triliun. Di sisi lain,

kredit durable goods menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar

53,14% (yoy) dengan nilai sebesar Rp32,60 miliar. Peningkatan tersebut diperkirakan

masih disebabkan oleh faktor keagamaan dimana Hari Raya Idul Fitri jatuh pada

pertengahan bulan Juli 2015 dan konsumsi masyarakat semakin meningkat di bulan

tersebut khususnya untuk membeli peralatan rumah tangga.

2 Penyesuaian dalam bentuk peningkatan rasio Loan to Value (LTV) atau rasio Financing to Value (FTV) untuk kredit properti dan penurunan uang muka untuk kredit kendaraan bermotor

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

50

4.3. Ketahanan Sektor UMKM

Penyaluran kredit UMKM oleh bank umum di Provinsi Riau pada triwulan III-2015

mencapai Rp19,89 triliun (pangsa 36,21% terhadap total kredit), melambat

dibandingkan triwulan II-2015 yaitu dari 2,32% (yoy) menjadi 1,05% (yoy). Jika

diklasifikasikan berdasarkan jenis usahanya, penyerapan kredit UMKM lebih banyak

disalurkan pada usaha kecil sebesar Rp7,77 triliun, kemudian diikuti oleh usaha

menengah dan mikro masing-masing dengan nilai kredit mencapai Rp6,66 triliun

dan Rp5,47 triliun.

Grafik 3.25. Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.26. Penyaluran Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Usaha

S Sumber : Bank Indonesia

Tidak seperti triwulan sebelumnya, pada triwulan III-2015 kredit usaha mikro tercatat

tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 10,63% (yoy), diikuti oleh kredit usaha kecil

tumbuh sebesar 1,32% (yoy). Sementara, kredit usaha menengah mengalami

penurunan sebesar 5,93%(yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan II-2015,

diketahui bahwa penyaluran kredit usaha kecil mengalami perlambatan (tumbuh

6,81%, yoy), sementara penyaluran kredit usaha menengah terkontraksi lebih dalam

(kontraksi 4,93%, yoy) . Melambatnya kredit usaha kecil dan terkontraksinya kredit

usaha menengah berakibat terhadap perlambatan kredit UMKM secara umum.

Tabel 3.5. Kredit UMKM di Provinsi Riau Tw.III-2015 Menurut Sektor Ekonomi

Sumber : Bank Indonesia

I II III IV I II III yoy qtq

1 Pertanian 5.538.770 6.137.287 6.351.038 6.589.237 6.657.992 6.955.531 6.952.185 9,47 (0,05) 34,95

2 Pertambangan 102.663 95.482 103.340 127.905 157.750 185.528 150.059 45,21 (19,12) 0,75

3 Perindustrian 306.847 330.424 349.239 393.370 465.766 391.011 390.111 11,70 (0,23) 1,96

4 Listrik, Gas dan Air 99.833 103.551 85.721 112.589 107.196 98.823 105.160 22,68 6,41 0,53

5 Konstruksi 862.249 1.076.985 1.121.439 1.137.332 1.059.670 1.060.484 1.022.677 (8,81) (3,57) 5,14

6 Perdag., Resto. & Hotel8.381.922 8.740.109 8.614.234 8.638.755 8.456.302 8.634.064 8.562.767 (0,60) (0,83) 43,04

7 Pengangkutan, Pergud.862.778 954.817 789.588 748.616 718.668 707.574 662.050 (16,15) (6,43) 3,33

8 Jasa-jasa 1.934.210 2.189.297 2.208.914 2.198.666 2.165.580 2.167.732 2.040.667 (7,62) (5,86) 10,26

9 Lain-lain 5.649 125.506 64.256 86.221 21.016 11.529 8.686 (86,48) (24,66) 0,04

18.094.921 19.753.458 19.687.770 20.032.690 19.809.940 20.212.276 19.894.360 1,05 (1,57) 100,00

No. Sektor EkonomiGrowth Tw II 2015 (%) Pangsa Tw

II-2015

Jumlah

20152014

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

51

Secara sektoral, penyerapan kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum di

Provinsi Riau masih didominasi oleh sektor perdagangan dan pertanian. Kredit

disalurkan ke sektor perdagangan sebesar Rp8,56 triliun dengan pangsa 43,04%

dan sektor pertanian sebesar Rp6,95 triliun dengan pangsa 34,95%. Namun

demikian, kredit sektor perdagangan masih mengalami kontraksi sebesar 0,60%

(yoy) dan kredit pertanian tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yaitu dari 13,33% (yoy) menjadi 9,47% (yoy).

Grafik 3.27. Pangsa Subsektor Perdagangan dan Pertanian Terbesar (%)

Sumber : Bank Indonesia

Pada sektor perdagangan, penyaluran kredit UMKM utamanya diserap oleh

subsektor perdagangan eceran makanan, minuman dan tembakau sebesar Rp2,18

triliun (pangsa 25,44%), sedangkan pada sektor pertanian, penyaluran kredit UMKM

utamanya diserap oleh subsektor perkebunan kelapa sawit sebesar Rp6,21 triliun

(pangsa 89,27%). Kondisi tersebut sejalan dengan karakteristik sektor utama di

Provinsi Riau.

Grafik 3.28. Perkembangan NPL Kredit UMKM

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.29. NPL Sektoral UMKM Triwulan III-2015 (%)

S Sumber : Bank Indonesia

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

52

Dari awal tahun 2015, kualitas kredit UMKM menunjukkan trend penurunan. NPL

UMKM pada triwulan III-2015 tercatat cukup tinggi mencapai 7,41%. Hal ini

didorong oleh cukup tingginya NPL sektor utama yaitu perdagangan sebesar 8,51%

dan pertanian sebesar 5,59%. Angka NPL tersebut telah melampaui batas aman

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Oleh karena itu, perlu

menjadi perhatian perbankan untuk semakin meningkatkan prinsip kehati-hatian

dalam penyaluran kredit.

5. Perkembangan Perbankan Syariah

Kinerja perbankan syariah di Provinsi Riau pada triwulan III-2015 belum menunjukkan

perkembangan yang cukup menggembirakan. Namun demikian, masih lebih baik

dibandingkan dengan triwulan II-2015. Aset dan pembiayaan masing-masing

tercatat sebesar Rp4,95 triliun dan Rp3,43 triliun, terkontraksi masing-masing

sebesar 3,63% (yoy) dan 0,25% (yoy). Secara sektoral, masih menurunnya

pembiayaan perbankan syariah didorong oleh terkontraksinya sektor pertanian dan

konstruksi yang memiliki pangsa terbesar dalam pembentukan pembiayaan. Pada

triwulan III-2015, pembiayaan sektor pertanian tercatat sebesar Rp419 miliar (pangsa

12,22%), terkontraksi lebih dalam menjadi 8,87% (yoy) dari 6,49% (yoy) di triwulan

sebelumnya. Sementara, pembiayaan sektor konstruksi tercatat sebesar Rp275 miliar

(pangsa 8,01%), terkontraksi sebesar 13,50% (yoy), triwulan sebelumnya tumbuh

sebesar 29,13% (yoy). Namun, di sisi lain sektor perdagangan masih menunjukkan

kinerja yang positif dengan tumbuh sebesar 10,26% (yoy).

Tabel 3.6. Perkembangan Perbankan Syariah

Sumber : Bank Indonesia

Berdasarkan jenis penggunaan, pembiayaan lebih besar disalurkan pada jenis

pembiayaan konsumsi sebesar Rp1,71 triliun (pangsa 49,74%), diikuti investasi

sebesar Rp969,55 miliar (pangsa 28,28%) dan modal kerja sebesar Rp753,87 miliar

(pangsa 21,99%). Sementara itu, kualitas pembiayaan dari awal tahun menunjukkan

trend penurunan. NPF pada periode laporan tercatat sebesar 6,19%, bergerak

meningkat dari triwulan I-2015 yang tercatat sebesar 5,51% dan triwulan II-2015

I II III IV I II III yoy qtq

1 Jumlah Bank 13 13 13 13 13 13 13

2 Aset 5.118.736 5.150.121 5.133.283 4.891.004 4.621.408 4.823.512 4.946.858 -3,63 2,56

3 DPK 3.819.126 3.751.134 3.600.116 3.493.835 3.406.751 3.461.386 3.857.746 7,16 11,45

4 Pembiayaan 3.324.491 3.411.590 3.437.477 3.466.839 3.446.914 3.403.946 3.428.887 -0,25 0,73

5 NPF 4,76% 5,25% 5,04% 4,70% 5,51% 6,11% 6,19%

6 FDR 87,03% 90,95% 95,48% 99,23% 101,18% 98,34% 88,88%

No. Keterangan2014 2015

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

53

yang tercatat sebesar 6,11%. Hal ini perlu menjadi perhatian perbankan syariah

untuk semakin meningkatkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan.

Grafik 3.30. Pangsa Kredit Perbankan Syariah Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.31. Pangsa DPK Perbankan Syariah Berdasarkan Jenis Simpanan

S Sumber : Bank Indonesia

DPK perbankan syariah pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp3,86 triliun,

tumbuh dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun

sebelumnya masing-masing sebesar 11,45% dan 7,16%. Sumber DPK utamanya

berasal dari tabungan (pangsa 52,14%), diikuti oleh deposito (pangsa 36,34%) dan

giro (pangsa 11,51%). Di sisi lain, intermediasi perbankan syariah tercatat mengalami

penurunan, hal ini tercermin dari penurunan rasio FDR yaitu dari 98,34% di triwulan

II-2015 menjadi 88,88% di triwulan III-2015. Namun demikian, angka FDR tersebut

masih tercatat stabil, hal ini mencerminkan bahwa risiko likuiditas masih terjaga.

6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR/S)

Kinerja BPR/S di Provinsi Riau pada triwulan III-2015 belum cukup menggembirakan.

Aset BPR/S tercatat sebesar Rp1,19 triliun melambat dibandingkan triwulan II-2015

yaitu dari 8,65% (yoy) menjadi 7,26% (yoy), meskipun secara triwulan meningkat

sebesar 0,08% (qtq). Pertumbuhan DPK pada triwulan III-2015 juga mengalami

perlambatan dibandingkan dengan triwulan II-2015 yaitu dari 15,17% (yoy) menjadi

14,41% (yoy) dengan nilai mencapai Rp881,19 miliar. Perlambatan DPK bersumber

dari perlambatan deposito sebesar 26,13% (yoy) dan tabungan sebesar 0,49% (yoy).

Selanjutnya, perlambatan juga terjadi dari sisi kredit, pada triwulan III-2015

penyaluran kredit mencapai Rp916,50 miliar, melambat sebesar 12,44% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 16,43%

(yoy). Melambatnya penyaluran kredit bersumber dari perlambatan sektor pertanian

dari 15,46 % (yoy) di triwulan II-2015 menjadi 8,66% (yoy) di triwulan III-2015 dan

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

54

perlambatan sektor perdagangan dari 11,21% (yoy) di triwulan II-2015 menjadi

8,38% (yoy) di triwulan III-2015. Namun demikian, kualitas kredit BPR/S triwulan

laporan tidak sebaik triwulan sebelumnya. NPL BPR/S mengalami peningkatan dari

13,84% menjadi 14,39%.

Tabel 3.7. Perkembangan BPR/S

Sumber : Bank Indonesia

Sementara itu, perlambatan kredit diikuti dengan perlambatan DPK berdampak

terhadap penurunan LDR yaitu dari 106,28% di triwulan II-2015 menjadi 104,01%

di triwulan III-2015. Kondisi ini perlu menjadi perhatian agar risiko likuiditas BPR/S

tetap terjaga.

7. Perkembangan Transaksi Pembayaran

7.1. Kondisi Umum

Transaksi pembayaran tunai di Provinsi Riau pada triwulan III-2015 tercatat

mengalami peningkatan baik dari sisi outflow maupun inflow. Meningkatnya

outflow merupakan faktor musiman mendekati Hari Raya Idul Fitri yang jatuh di

pertengahan bulan Juli 2015. Sementara, meningkatnya inflow disebabkan oleh

setoran perbankan yang meningkat akibat arus balik setelah melewati Hari Raya Idul

Fitri. Berdasarkan hal tersebut, Provinsi Riau masih tercatat net outflow. Di sisi lain,

transaksi non tunai melalui kliring secara triwulanan tercatat meningkat, sementara

transaksi BI-RTGS secara triwulanan tercatat menurun. Penurunan transaksi RTGS

mengindikasikan terjadinya perlambatan kegiatan bisnis di Provinsi Riau.

7.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

7.2.1. Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow Outflow)

Sesuai dengan pola musimnya, perkembangan transaksi pembayaran tunai

mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Kondisi ini tercermin dari

I I I I I I IV I II I I I

1. Asset 1.102.376 1.091.313 1.106.417 1.160.162 1.189.489 1.185.757 1.186.762

2. DPK 748.775 744.336 770.216 809.748 847.560 857.250 881.188

- Tabungan 336.569 345.835 352.030 356.075 364.632 349.230 353.742

- Depos ito 412.206 398.502 418.186 453.673 482.929 508.020 527.447

3. Kredit 762.700 782.561 815.127 836.111 864.307 911.096 916.504

4. NPL (nominal) 117.983 123.460 126.863 114.927 124.872 126.067 131.849

5. LDR 101,86% 105,14% 105,83% 103,26% 101,98% 106,28% 104,01%

6. NPLs 15,47% 15,78% 15,56% 13,75% 14,45% 13,84% 14,39%

Keterangan2014 2015

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

55

peningkatan transaksi inflow dan outflow3. Pada triwulan III-2015, outflow tercatat

sebesar Rp4,22 triliun, secara triwulanan meningkat sebesar 5,89% (qtq), namun

secara tahunan menurun sebesar 14,67% (yoy). Di sisi lain, inflow tercatat sebesar

Rp2,41 triliun, meningkat cukup signifikan, secara triwulanan sebesar 71,75% (qtq)

atau secara tahunan meningkat 3,59% (yoy).

Grafik 3.32. Perkembangan Inflow dan Outflow

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.33. Series Inflow dan Outflow Triwulan III

S Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.34. Perkembangan Outflow Bulanan Triwulan III-2015

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.35. Perkembangan Inflow Bulanan Triwulan III-2015

S Sumber : Bank Indonesia

Meningkatnya outflow pada triwulan laporan merupakan faktor musiman akibat

konsumsi masyarakat semakin meningkat mendekati Hari Raya Idul Fitri yang jatuh

di pertengahan bulan Juli 2015. Hal ini terlihat dari outflow bulan Juli yang tercatat

paling tinggi sebesar Rp3,28 triliun (pangsa 77,91%). Namun demikian, jika dilihat

trend triwulan III selama 5 (lima) tahun, outflow triwulan III-2015 tidak setinggi

outflow triwulan III-2013 dan triwulan III-2014. Sementara, meningkatnya inflow

pada periode laporan disebabkan oleh meningkatnya setoran perbankan akibat arus

balik setelah melewati bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Hal ini terlihat dari

3Inflow-Outflow adalah uang tunai yang diterima dan dikeluarkan oleh KPw. Bank Indonesia Provinsi Riau untuk perbankan di Riau

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

56

cukup tingginya inflow pada bulan Juli dan Agustus masing-masing sebesar Rp1,13

triliun (pangsa 46,95%) dan Rp923,35 miliar (38,24%).

Berdasarkan kondisi tersebut, dimana outflow lebih besar dibandingkan inflow,

maka Provinsi Riau pada periode laporan tercatat mengalami net outflow sebesar

Rp1,80 triliun, menurun sebesar 30,06% (qtq) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,58 triliun.

7.2.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Sebagai salah satu bentuk upaya Bank Indonesia dalam memenuhi uang kartal layak

edar (fit for circulation) kepada masyarakat, maka secara berkala Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Riau melakukan kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak

Edar (UTLE). Uang tidak layak edar tersebut diterima dari setoran bank maupun

penukaran uang dari masyarakat.

Grafik 3.36. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang Dimusnahkan

Terhadap Inflow di Provinsi Riau

Sumber : Bank Indonesia

Pada triwulan laporan, jumlah UTLE yang dimusnahkan tercatat sebesar Rp171,82

miliar, menurun sebesar 43,40% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar Rp303,59 miliar. Rasio UTLE terhadap inflow juga mengalami

penurunan karena tingginya inflow pada triwulan laporan dan menurunnya jumlah

UTLE. Jika dilihat jumlah UTLE sampai dengan triwulan III, secara kumulatif UTLE di

tahun 2015 lebih rendah dibandingkan UTLE di tahun 2014. Penurunan tersebut

menunjukkan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat dalam

memperlakukan uang.

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

57

7.2.3. Uang Rupiah Tidak Asli

Jumlah uang rupiah tidak asli yang ditemukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Riau pada triwulan III-2015 tercatat menurun dibandingkan dengan triwulan

II-2015. Pada triwulan laporan, jumlah uang rupiah tidak asli sebanyak 126 lembar,

sementara pada triwulan sebelumnya sebanyak 202 lembar.

Grafik 3.37. Perkembangan Peredaran Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Riau

Sumber : Bank Indonesia

Uang rupiah tidak asli yang dikonfirmasi oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Riau terdiri dari 62 lembar menyerupai pecahan Rp100 ribu, 57 lembar

menyerupai pecahan Rp50 ribu, 2 lembar menyerupai pecahan Rp20 ribu dan 5

lembar menyerupai pecahan Rp10 ribu. Penemuan tersebut berdasarkan permintaan

klarifikasi perbankan dan masyarakat serta setoran bank-bank ke Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Riau.

Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

mengidentifikasi keaslian uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Riau secara rutin melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada

masyarakat termasuk kalangan perbankan melalui prinsip 3D (Dilihat, Diraba,

Diterawang). Dengan adanya sosialisasi tersebut, diharapkan masyarakat dapat

terhindar dari penyebaran uang rupiah tidak asli.

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

58

7.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

7.3.1. Transaksi Kliring

Jumlah nominal transaksi kliring pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp8,68

triliun, tumbuh sebesar 7,62% (yoy) atau 46,42% (qtq), meningkat dibandingkan

dengan triwulan II-2015 yang turun sebesar 25,83% (yoy). Di sisi lain, pengggunaan

warkat tercatat sebanyak 237.984 lembar, turun sebesar 7,29% (yoy) namun

tumbuh sebesar 44,12% (qtq), tercatat lebih baik dibandingkan dengan triwulan II-

2015 yang turun sebesar 38,91% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, rata-rata

transaksi per warkat mengalami peningkatan sebesar 1,59% dengan nilai mencapai

Rp36,49 miliar.

Grafik 3.38. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Riau

Sumber : Bank Indonesia

7.3.2. Real Time Gross Settlement (RTGS)

Nilai transaksi non tunai melalui BI-RTGS pada triwulan III-2015 tercatat sebesar

Rp88,48 triliun, tumbuh sebesar 0,47% (yoy) atau turun sebesar 19,27% (qtq),

melambat dibandingkan dengan triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 12,18%

(yoy). Di sisi lain, penggunaan warkat pada periode laporan sebanyak 30.853 lembar,

turun sebesar 35,20% (yoy) atau 5,46% (qtq), mengalami penurunan lebih dalam

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang turun sebesar 32,94% (yoy).

Menurunnya transaksi RTGS secara triwulanan mengindikasikan terjadinya

perlambatan kegiatan bisnis di Provinsi Riau. Berdasarkan hal tersebut, maka rata-

rata transaksi per warkat menjadi sebesar Rp2,87 miliar, turun sebesar 14,61% (qtq)

dari Rp3,36 miliar.

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

59

Grafik 3.39. Series Transaksi BI-RTGS

Sumber : Bank Indonesia

Jika dilihat per Kabupaten/Kota, transaksi RTGS baik nilai maupun volume masih

didominasi oleh Kota Pekanbaru, kemudian diikuti oleh Kota Dumai. Kota Pekanbaru

memberikan kontribusi terbesar terhadap total transaksi BI-RTGS dengan pangsa

mencapai 96,26% dengan nilai sebesar Rp85,17 triliun. Transaksi tersebut menurun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp106,55 triliun

(20,07%, qtq). Namun demikian, masih tingginya transaksi di Kota Pekanbaru

menunjukkan masih tingginya aktivitas ekonomi di kota tersebut yang merupakan

pusat bisnis di Provinsi Riau khususnya untuk sektor perdagangan dan jasa.

Tabel 3.8. Perkembangan Nilai BI-RTGS di Provinsi Riau Triwulan II-2015 dan

Triwulan III-2015 (dalam Rp miliar)

Sumber : Bank Indonesia

FROM TO FROM - TO Kumulatif Nilai FROM TO FROM - TO Kumulatif Nilai

BENGKALIS 586 257 144 699 641 515 407 749

DUMAI 1.085 1.014 365 1.733 1.045 1.253 353 1.945

INDRAGIRI HILIR 15 - - 15 15 0 - 15

INDRAGIRI HULU 68 32 - 100 80 1 - 81

KAMPAR 6 43 0 49 5 36 - 41

KUANTAN SINGINGI - 1 - 1 - 1 - 1

PEKANBARU 81.637 58.613 33.697 106.553 62.241 47.420 24.492 85.169

PELALAWAN - 10 - 10 - 9 - 9

ROKAN HILIR - 2 - 2 - 3 - 3

ROKAN HULU 10 2 - 13 7 1 1 7

SIAK 309 150 32 427 338 172 53 457

RIAU 83.716 60.124 34.238 109.603 64.372 49.410 25.306 88.477

Kabupaten/KotaTriwulan II-2015 Triwulan III-2015

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

60

Tabel 3.9. Perkembangan Volume Warkat BI-RTGS di Provinsi Riau Triwulan II-2015 dan

Triwulan III-2015

Sumber : Bank Indonesia

Selanjutnya, transaksi di Kota Dumai pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp1,95

triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2015 sebesar Rp1,73 triliun

(12,21%, qtq). Masih meningkatnya transaksi RTGS di Kota Dumai sejalan dengan

kota tersebut sebagai daerah industri di Provinsi Riau.

Sama seperti triwulan sebelumnya bahwa Kab. Kuantan Singingi tercatat dengan

nilai transaksi RTGS terendah yaitu sebesar Rp539 miliar, kemudian diikuti oleh Kab.

Rokan Hilir dengan transaksi sebesar Rp3 miliar. Masih belum optimalnya aktivitas

ekonomi dan kurangnya jaringan perbankan diperkirakan menjadi faktor rendahnya

transaksi RTGS di daerah tersebut.

FROM TO FROM-TO Kumulatif Volume FROM TO FROM-TO Kumulatif Volume

BENGKALIS 519 352 110 761 329 336 114 551

DUMAI 1.998 1.551 717 2.832 1.916 1.473 608 2.781

INDRAGIRI HILIR 46 - - 46 45 1 - 46

INDRAGIRI HULU 173 10 - 183 169 3 - 172

KAMPAR 20 56 1 75 15 43 - 58

KUANTAN SINGINGI - 2 - 2 - 2 - 2

PEKANBARU 15.160 18.512 5.453 28.219 14.397 17.412 5.116 26.693

PELALAWAN - 22 - 22 - 22 - 22

ROKAN HILIR - 6 - 6 - 10 - 10

ROKAN HULU 39 5 - 44 22 3 2 23

SIAK 284 175 13 446 336 174 15 495

RIAU 18.239 20.691 6.294 32.636 17.229 19.479 5.855 30.853

Kabupaten/KotaTriwulan II-2015 Triwulan III-2015

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

61

1. Kondisi Umum

Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau hingga

triwulan III 2015 secara umum mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III

2014, terutama dari komponen realisasi belanja daerah. Di sisi lain, adanya koreksi

harga minyak dan CPO internasional mengakibatkan realisasi pendapatan daerah

lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Realisasi

anggaran pendapatan Provinsi Riau pada triwulan III-2015 mencapai 59,06% atau

mencapai Rp5,15 triliun. Sementara, realisasi anggaran belanjanya tercatat lebih

rendah, yaitu sebesar Rp3,45 triliun atau sekitar 32,30% dari total anggaran yang

dialokasikan.

KONDISI KEUANGAN

DAERAH

Bab 4

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

62

2. Realisasi APBD 2015

Realisasi anggaran pendapatan pemerintahan Provinsi Riau hingga triwulan III 2015

mencapai Rp5,15 triliun atau sebesar 59,06% dari total yang dianggarkan. Realisasi

tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi pendapatan periode yang sama pada

tahun sebelumnya yang mencapai Rp5,64 triliun atau sebesar 79,11% dari total yang

dianggarkan. Di sisi lain, pada sisi pengeluaran, realisasi anggaran belanja mengalami

peningkatan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Realisasi

anggaran belanja pemerintah Provinsi Riau tercatat sebesar Rp3,45 triliun atau

sebesar 32,30% dari total yang dianggarkan.

Tabel 4.1. Ringkasan Realisasi APBD Riau Tahun 2014 dan 2015

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

Realisasi anggaran pendapatan yang lebih besar daripada realisasi anggaran belanja

pemerintah daerah mengakibatkan pemerintah Provinsi Riau pada triwulan III 2015

mengalami surplus anggaran sebesar Rp1,70 triliun. Secara umum peningkatan

realisasi APBD hingga triwulan III 2015 dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya didorong oleh program percepatan realisasi belanja daerah yang

dilakukan oleh pemerintah Provinsi Riau.

2.1. Realisasi Pendapatan

Realisasi anggaran pendapatan Riau pada triwulan III-2015 mencapai 59,06% atau

sebesar Rp5,15 triliun. Tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya, komponen

pendapatan dengan realisasi terbesar ialah komponen Dana Perimbangan atau

Pendapatan Transfer yang terealisasi sebesar Rp2,32 triliun atau sebesar 55,28% dari

total yang dianggarkan. Sementara itu, pendapatan asli daerah terealisasi sebesar

Rp2,18 triliun atau sebesar 59,50% dari total yang dianggarkan. Realisasi anggaran

pendapatan transfer lainnya hingga triwulan III 2015 mencapai Rp656,07 miliar atau

sebesar 75,51% dari total yang dianggarkan.

Alokasi Anggaran

(Rp Milyar)

Nilai

Realisasi

Realisasi

Tw III (%)

Alokasi Anggaran

(Rp Milyar)

Nilai

Realisasi

Realisasi

Tw III (%)

Pendapatan 7,127 5,638 79.11 8,722 5,151 59.06

Belanja 8,277 2,257 27.27 10,684 3,451 32.30

Surplus / Defisit (1,150) 3,380.68 (1,962) 1,700.40

20152014

Uraian

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

63

Tabel 4.2. Ringkasan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Riau Triwulan III 2015

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

Realisasi anggaran dana perimbangan utamanya didorong oleh pendapatan dana

bagi hasil sumber daya alam yang mencapai Rp1,07 triliun atau sebesar 37,03% dari

total yang dianggarakan. Selanjutnya, realisasi dana bagi hasil pajak mencapai

Rp730,46 miliar atau sebesar 130,52% dari total yang dianggarkan. Selain itu,

realisasi dana perimbangan juga didorong oleh realisasi dana alokasi umum dan

khusus yang terealisasi masing-masing sebesar Rp490,67 miliar dan Rp23,76 miliar

atau sebesar 75,00% dan 30,00% dari total yang dianggarkan.

Realisasi pendapatan tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi pendapatan pada

periode yang sama di tahun sebelumnya disebabkan karena menurunnya realisasi

dana perimbangan, terutama dana bagi hasil sumber daya alam yang diperkirakan

akibat penurunan harga minyak dunia dan harga CPO internasional. Kondisi ini

sejalan dengan perekonomian Provinsi Riau yang memang ditopang oleh kedua

komoditas tersebut dan pergerakan harga internasional yang cenderung terus

menurun mengakibatkan nilai penjualan yang diterima lebih rendah dibandingkan

tahun sebelumnya.

Penurunan juga terjadi pada penerimaan yang berasal dari komponen retribusi

daerah. Hingga triwulan III 2015 realisasi pendapatan yang berasal dari retribusi

daerah mencapai 58,84% dari total yang dianggarkan, lebih rendah dibandingkan

periode yang sama pada tahun sebelumnya yang terealisasi sebesar 72,60% dari

total yang dianggarkan. Penurunan komponen pendapatan ini diperkirakan berasal

dari pajak perhotelan dan restoran akibat lesunya pengunjung selama triwulan

laporan yang disebabkan oleh kabut asap.

UraianJumlah A nggaran (R p

Juta)

R ealisasi s.d 30 September

2015 (R p Juta) % R ealisasi

PENDAPATAN

Pendapatan Asli Daerah 3,656,360.90 2,175,442.11 59.50

Pendapatan Pajak Daerah 2,924,923.05 1,490,227.82 50.95

Pendapatan Retribusi Daerah 24,369.29 14,339.37 58.84

Pendapatan hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang 208,544.82 177,327.96 85.03

Lain-lain PAD yang Sah 498,523.73 493,546.96 99.00

Pendapatan Transfer 4,196,336.98 2,319,815.79 55.28

Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak 559,669.58 730,459.06 130.52

Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 2,903,245.16 1,074,930.74 37.03

Pendapatan Dana Alokasi Umum 654,220.25 490,665.17 75.00

Pendapatan Dana Alokasi Khusus 79,202.00 23,760.82 30.00

Pendapatan Transfer Lainnya 868,876.40 656,070.30 75.51

Dana Otonomi Khusus 0.00 0.00 0.00

Dana Penyesuaian 868,876.40 656,070.30 75.51

Lain-lain Pendapatan yang Sah 0.00 0.00 0.00

Jumlah Pendapatan 8,721,574.28 5,151,328.19 59.06

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

64

Sementara itu, realisasi komponen pendapatan asli daerah utamanya berasal dari

realisasi pajak daerah yang terealisasi sebesar Rp1,49 triliun atau sebesar 50,95%

dari total yang dianggarkan. Realisasi pendapatan pajak daerah hingga triwulan III

2015 lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya

yang mencapai Rp1,6 triliun atau sebesar 69,12% dari total yang dianggarkan.

Kondisi ini diperkirakan akibat penjualan kendaraan bermotor yang cenderung

terbatas seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah dan penurunan pendapatan

sehingga pendapatan dari pajak kendaraan bermotor ikut menurun. Selanjutnya,

dana penyesuaian dan otonomi khusus yang telah terealisasi mencapai 75,51% dari

total yang dianggarkan.

2.2. Realisasi Belanja

Realisasi anggaran belanja Provinsi Riau pada triwulan III-2015 tercatat sebesar

Rp3,45 triliun atau sebesar 32,30% dari total anggaran yang dialokasikan. Realisasi

belanja tertinggi berasal dari realisasi belanja operasi yaitu sebesar Rp2,22 triliun atau

39,77% dari total alokasi yang dianggarkan tahun 2015. Realisasi belanja operasi

utamanya bersumber dari belanja pegawai dan belanja barang dan jasa yang tercatat

masing-masing terealisasi sebesar 61,76% dan 21,82% terhadap alokasinya.

Sementara itu, realisasi belanja hibah hingga triwulan laporan mencapai 63,45% dan

sebagian besar diperkirakan masih didominasi oleh Dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS).

Tabel 4.3. Ringkasan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Riau Triwulan II 2015

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

UraianJumlah A nggaran (R p

Juta)

R ealisasi s.d 30 September

2015 (R p Juta) % R ealisasi

BELANJA

Belanja Operasi 5,581,232.59 2,219,381.50 39.77

Belanja Pegawai 1,395,557.72 861,946.13 61.76

Belanja Barang dan Jasa 3,107,845.72 678,062.54 21.82

Belanja Bunga 0.00 0.00 0.00

Belanja Subsidi 0.00 0.00 0.00

Belanja Hibah 1,070,651.84 679,372.82 63.45

Belanja Bantuan Sosial 7,177.30 0.00 0.00

Belanja Modal 2,901,124.90 564,881.19 19.47

Belanja Tanah 0.00 0.00 0.00

Belanja Peralatan dan Mesin 221,080.00 56,757.04 25.67

Belanja Gedung dan Bangunan 368,716.60 22,058.23 5.98

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 2,294,925.86 484,633.01 21.12

Belanja Aset Tetap Lainnya 5,821.85 991.32 17.03

Belanja Aset Lainnya 10,580.60 441.58 4.17

Belanja Tak Terduga 10,000.00 0.00 0.00

Belanja Tak Terduga 10,000.00 0.00 0.00

Belanja Transfer 2,191,616.80 666,667.05 30.42

Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kab/Kota 1,159,145.28 538,387.05 46.45

Belanja Bantuan Keuangan 1,032,471.52 128,280.00 12.42

Jumlah Belanja 10,683,974.28 3,450,929.73 32.30

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

65

Selanjutnya, realisasi belanja modal hingga triwulan III 2015 tercatat sebesar

Rp564,88 miliar atau mencapai 19,47%. Peningkatan realisasi belanja modal

utamanya didorong oleh realisasi komponen belanja jalan, irigasi, dan jaringan yang

mencapai Rp484,63 miliar atau terealisasi sebesar 21,12% dari total yang

dianggarkan. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya seiring

dengan program percepatan realisasi belanja oleh pemerintah Provinsi Riau dan focus

pembangunan jalan dan jembatan yang memang diprioritaskan oleh Dinas Bina

Marga Provinsi Riau pada tahun 2015. Selanjutnya, belanja peralatan dan mesin serta

belanja gedung dan bangunan hingga triwulan III 2015 masing-masing mencapai

25,67% dan 5,08% dari total yang dianggarkan.

Meskipun relatif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, realisasi belanja

pemerintah Provinsi Riau hingga triwulan III 2015 masih lebih rendah dibandingkan

realisasi belanja pada periode yang sama selama tiga tahun terakhir yang mencapai

35,90% dari total yang dianggarkan. Adapun kendala dalam realisasi belanja hingga

triwulan III 2015 masih sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu (i) penyusunan

rencana anggaran TA 2015 yang dilakukan pada tahun 2014 belum sesuai dengan

Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) yang baru, dan (ii) Diberlakukannya

Undang-Undang No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dimana

pejabat SKPD baru dilantik per April 2015 sehingga realisasi anggaran menjadi

tertunda.

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

66

1. Kondisi Umum

Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Provinsi Riau pada Agustus

2015 menunjukkan kondisi yang kurang menggembirakan bila dibandingkan

dengan Agustus 2014. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Riau yaitu dari 6,56% di tahun 2014 menjadi

7,83% di tahun 2015. Kondisi kesejahteraan masyarakat juga lebih rendah tercermin

dari peningkatan jumlah penduduk miskin di tahun 2015 yang mencapai 8,42% dari

total penduduk.

Bab 5

PERKEMBANGAN

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAANDAERAH

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

67

2. Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan

Provinsi Riau hingga akhir

tahun 2015 secara umum

masih tidak begitu baik

dibandingkan kondisi nasional.

Angka Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) Riau pada

Agustus 2015 tercatat sebesar

7,83%, lebih tinggi

dibandingkan TPT pada

Februari 2015 yang tercatat

sebesar 6,72% dan TPT nasional yang tercatat sebesar 6,18%. Provinsi Riau

merupakan provinsi kedua dengan TPT tertinggi di Sumatera setelah Provinsi Aceh.

Sementara itu, angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Riau mencapai

63,22%, merupakan TPAK terendah di Sumatera dan juga lebih rendah

dibandingkan TPAK nasional yang mencapai 65,76%.

Jumlah penduduk angkatan kerja di Provinsi Riau pada tahun 2015 tercatat sebanyak

2.771.349 jiwa atau meningkat 2,82% dari periode yang sama pada tahun 2014.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 92,17% bekerja atau mencapai 2.554.296 jiwa dan

jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,42% dibandingkan tahun 2014.

Jumlah pengangguran angkatan kerja juga mengalami peningkatan, yaitu dari

176.762 jiwa pada tahun 2014 menjadi 217.053 jiwa pada tahun 2015. Hal ini

menyebabkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Riau mengalami

penurunan, yaitu dari 63,31% menjadi 63,22%

Tabel 5.1. Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Utama (Jiwa)

Sumber : BPS Provinsi Riau

Aug-12 Aug-13 Aug-14 Aug-15 ∆

3,985,257 4,135,186 4,257,120 4,383,550 121,934

Bekerja 2,399,002 2,479,493 2,518,485 2,554,296 38,992

Pengangguran 107,774 143,817 176,762 217,053 32,945

Total Angkatan Kerja 2,506,776.00 2,623,310 2,695,247 2,771,349 71,937

Bukan Angkatan Kerja 1,478,481 1,511,876 1,561,873 1,612,201 49,997

62.90 63.44 63.31 63.22 (0.13)

4.30 5.48 6.56 7.83 1.08 TPT (%)

Kegiatan Utama

Penduduk Usia 15 Tahun ke

Atas (Jiwa)

TPAK (%)

Grafik 5.1. TPT dan TPAK Sumatera dan Indonesia

Agustus-2015

Sumber: BPS

0

10

20

30

40

50

60

70

80

%

TPT (LHS) TPAK (RHS)

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

68

Berdasarkan spasialnya, umumnya penduduk angkatan kerja berada di daerah

pedesaan, yaitu sebanyak 60,20%. Sementara angkatan kerja di daerah perkotaan

hanya mencapai 39,80% dari total angkatan kerja di Provinsi Riau pada tahun 2015.

Meskipun demikian, kondisi ketenagakerjaan di daerah pedesaan lebih baik

dibandingkan di daerah perkotaan. Hal ini tercermin dari angka Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) yang lebih rendah dan Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) yang lebih tinggi di pedesaan dibandingkan perkotaan. TPT daerah

pedesaan pada tahun 2015 tercatat sebesar 6,90% lebih rendah dibandingkan TPT

di daerah perkotaan yang mencapai 9,25%. Sementara itu, angka TPAK di pedesaan

tercatat sebesar 63,65%, lebih tinggi dibandingkan TPAK di perkotaan sebesar

62,58%.

Grafik 5.2. Sebaran Angkatan Kerja Di Provinsi Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Grafik 5.3. TPT dan TPAK Berdasarkan Wilayah

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Mayoritas tenaga kerja di daerah perkotaan berprofesi di sektor perdagangan, rumah

makan, dan jasa akomodasi, yaitu sebanyak 34,59%, diikuti oleh sektor jasa

kemasyarakatan, sosial, dan perorangan sebanyak 26,07%. Kondisi ini sejalan

dengan struktur ekonomi wilayah perkotaan yang memang didominasi oleh sektor

perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa. Di sisi lain, tenaga kerja di daerah

pedesaan umumnya bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan,

perburuan, dan perikanan, yaitu sebesar 64,12% dari total tenaga kerja yang ada di

daerah tersebut. Banyaknya lahan perkebunan dan pertanian di pedesaan

menyebabkan tenaga kerja yang diserap sektor ini juga tinggi. Sektor lainnya yang

juga menyerap cukup banyak tenaga kerja di pedesaan ialah sektor jasa

kemasyarakan, sosial, dan perorangan dan sektor perdagangan, rumah makan, dan

akomodasi masing-masing sebanyak 11,39% dan 11,25%.

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

69

Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh tenaga kerja di Riau mayoritas

merupakan tamatan SD ke bawah, yaitu mencapai 37,17% dari total angkatan kerja

yang bekerja. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yang

mencapai 40,51% dari total angkatan kerja yang bekerja. Pekerja dengan tingkat

pendidikan diploma dan universitas hanya mencapai 8,95%, sementara pekerja yang

menamatkan tingkat pendidikan SMA dan SMK mencapai 23.06%. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwat ingkat pendidikan tenaga kerja di Riau masih

tergolong rendah.

Grafik 5.5. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tenaga Kerja

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Grafik 5.6. TPT Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) terbesar berada pada kelompok penduduk dengan tingkat pendidikan Sekolah

Menengah Atas, dan Diploma yaitu mencapai 22.68%. Sementara itu, TPT dengan

tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan mencapai 10,17%dan Universitas

mencapai 8.97%. Kondisi ini menunjukkan bahwa lapangan kerja yang tersedia di

Provinsi Riau belum optimal dalam menyerap tenaga kerja dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi.

0 5 10 15

SD ke bawah

Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Atas

Sekolah Menengah Kejuruan

Diploma I/II/III

Universitas

%2015 2014

Grafik 5.4. Lapangan Pekerjaan Utama Berdasarkan Daerah

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

70

3. Kesejahteraan Daerah

3.1. Penduduk Miskin Riau

Persentase penduduk miskin di Riau pada tahun 2015 kembali menunjukkan

peningkatan. Kondisi ini diperkirakan sebagai dampak dari penurunan harga

komoditas utama internasional seperti CPO dan karet akibat penurunan harga

minyak dunia. Jumlah penduduk miskin di Riau pada tahun 2015 mencapai 531 ribu

jiwa atau sekitar 8,42% dari jumlah penduduk.

Grafik 5.7. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Pada Maret 2015, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan mencapai 365 ribu

jiwa atau sekitar 9,46% dari total penduduk desa di Provinsi Riau. Jumlah ini jauh

lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan. Penduduk

miskin di daerah perkotaan mencapai 6,79% dari total penduduk di perkotaan atau

mencapai 166 ribu jiwa.

Berdasarkan perkembangannya, jumlah dan persentase penduduk miskin di wilayah

pedesaan cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya,

persentase penduduk miskin di daerah perkotaan cenderung menurun, dan jumlah

penduduk miskin relatif stabil dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Kondisi ini diperkirakan karena mayoritas penduduk di pedesaan

berprofesi sebagai petani di subsektor perkebunan sawit dan karet, sehingga

penurunan harga komoditas tersebut sangat berdampak terhadap kesejahteraan

penduduk setempat. Sementara itu, penduduk di daerah perkotaan memiliki profesi

yang lebih bervariasi sehingga lebih tahan terhadap tekanan luar.

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah (kiri) 575 567 528 500 482 483 469 500 531

% (kanan) 11.2 10.63 9.48 8.65 8.47 8.22 7.72 8.12 8.42

0

2

4

6

8

10

12

-

100

200

300

400

500

600

700

%jiw

a

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

71

Grafik 5.8. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

3.2. Garis Kemiskinan Riau

Garis Kemiskinan (GK)1 Riau terus menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari

tahun ke tahun. Pada tahun 2015, GK Riau mengalami peningkatan sebesar 9,62%

dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya menjadi Rp399.211,-

perkapita/bulan. Jika dilihat berdasarkan wilayahnya, GK di kota lebih tinggi dari GK

di desa. GK di Kota tahun 2015 mencapai Rp404.802,- perkapita/bulan meningkat

7,86% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Sementara, GK di desa tercatat sebesar Rp395.659,- perkapita/bulan, meningkat

10,83% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Meskipun

demikian, perkembangan GK di provinsi Riau pada tahun 2015 secara umum masih

melambat dibandingkan pertumbuhan GK pada tahun sebelumnya.

Perlambatan GK tersebut didorong oleh melambatnya pertumbuhan GK makanan

dan GK non-makanan pada periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan GK

makanan tercatat melambat dari 11,33% pada Maret 2014 lalu menjadi 9,44% pada

Maret 2015. Sementara GK bukan makanan juga mengalami perlambatan dari

12,83% pada Maret 2014 menjadi 10,40% Maret 2015. Melambatnya GK Riau

pada tahun 2015 dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang relatif lebih rendah

1 Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

72

dibandingkan tahun 2014 lalu akibat normalisasi harga pasca kenaikan harga BBM

di tahun 2014.

Grafik 5.9. Perkembangan Garis Kemiskinan (GK) Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

3.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan

Kemiskinan (P2) Riau

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin di Provinsi Riau, tingkat

keparahan dan kedalaman kemiskinan pada tahun 2015 juga berada pada tren yang

meningkat. Kondisi ini diperkirakan karena tren penurunan harga komoditas

internasional yang masih berlanjut sehingga mempengaruhi tingkat pendapatan

masyarakat setempat. Perbedaan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan

antara penduduk kota dan penduduk desa juga cenderung semakin melebar.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Riau pada tahun 2015 meningkat dibandingkan

dengan tahun 2014 yang lalu, yaitu dari 1.01 menjadi 1.38. Dilihat dari aspek spasial,

peningkatan Indeks P1 terjadi baik di daerah desa, maupun di kota. Indeks P1 di kota

meningkat sebesar 22,47% (yoy) menjadi 1.09 pada tahun 2015. Sementara, Indeks

P1 di desa mengalami peningkatan sebesar 44,04% (yoy) menjadi 1,38. Hal ini

mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di daerah pedesaan

lebih menjauh dari garis kemiskinan dibandingkan dengan penduduk miskin di

daerah perkotaan yang pengeluaran penduduk miskinnya semakin mendekati garis

kemiskinan.

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

73

Selanjutnya, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau pada tahun 2015 juga

menunjukkan peningkatan yaitu dari 0,21 menjadi 0,36. Berdasarkan aspek

kewilayahan, diketahui bahwa Indeks P2 di desa mengalami peningkatan dari 0,23

menjadi 0,41 pada tahun 2015. Sementara, Indeks P2 di kota juga menunjukkan

peningkatan yakni dari 0,18 menjadi 0,28. Kondisi ini menunjukkan bahwa

ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di desa lebih tinggi dibandingkan di

kota, meskipun ketimpangan pengeluaran di kedua wilayah tersebut cenderung

meningkat.

Grafik 5.10. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Riau

Grafik 5.11. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

74

1. PROSPEK MAKROREGIONAL

Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan IV-2015 secara umum diperkirakan

tumbuh meningkat dan mencatatkan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan

ekonomi Riau secara tahunan diperkirakan berada pada kisaran 1,0-2,0% (yoy)

dengan tendensi ke arah batas bawah. Sumber pertumbuhan dari sisi penggunaan

diperkirakan berasal dari konsumsi dan perbaikan kinerja ekspor, sementara

perbaikan kinerja sektor utama, terutama sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan, diperkirakan akan mendorong pertumbuhan perekonomian Riau pada

triwulan IV 2015. Dengan demikian, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi pada

tahun 2015 diperkirakan jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2014.

PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

Bab 6

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

75

Tabel 6.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aktual dan Prakiraan Pertumbuhan

Ekonomi Triwulan IV-2015 serta 2015 (Dalam %)

Ditinjau dari sisi penggunaan, motor penggerak pertumbuhan pada triwulan IV 2015

diperkirakan ditopang oleh permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Kondisi ini sejalan dengan perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan

November 2015 di Provinsi Riau yang tercatat meningkat berdasarkan hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Peningkatan optimisme konsumen tersebut

diperkirakan karena ekspektasi perbaikan ekonomi hingga akhir tahun, meskipun

masih sangat terbatas. Selain itu, indeks perkiraan pengeluaran dibandingkan 3

bulan yang akan datang sesuai hasil SKDU juga menunjukkan peningkatan.

Konsumsi pemerintah diperkirakan juga akan meningkat, terkait dengan percepatan

realisasi APBD menjelang akhir tahun anggaran.

Dari sisi eksternal, kinerja ekspor pada

triwulan IV 2015 diperkirakan mulai

membaik sejalan dengan membaiknya

kinerja sektor pertambangan dan

penggalian. Meskipun demikian, proyeksi

pertumbuhan ekonomi global yang

diperkirakan masih melambat hingga

akhir tahun 2015, ke depannya masih

akan menjadi faktor penahan laju

peningkatan kinerja ekspor luar negeri

Riau pada triwulan mendatang.

Dari sisi sektoral, kinerja sektor pertanian di triwulan mendatang diperkirakan akan

membaik dibandingkan triwulan III 2015. Faktor pendorong pertumbuhan

diperkirakan berasal dari subsektor perkebunan sawit. Peningkatan permintaan CPO

diperkirakan akan mendorong laju produksi perkebunan kelapa sawit setempat,

meskipun tidak begitu optimal karena faktor cuaca di awal triwulan IV 2015 yang

I II III IV I(r)*** II(r)*** III*** IV (p)

Total 3,93 2,90 2,67 1,05 2,62 (0.03) (2.54) (1.87) 1.0-2.0 (0.2)-(1.2)

Sumber: BPS Riau

Ket: *) Data sementara, ***) Data sangat sementara, r) revisi BPS (p) Proyeksi Bank Indonesia

2015***2015 (p)2014*Komponen

2014*

Tabel 6.2. Outlook Perekonomian Global

Sumber: Recent Economic Development

Bank Indonesia, November 2015

Region 2014Proyeksi Mei

2015

Proyeksi

Agustus 2015

PDB Dunia 3.3 3.4 3.3

Amerika Serikat 2.4 3.0 2.5

Kawasan Eropa 0.9 1.4 1.5

Jepang 0.0 1.0 0.8

Tiongkok 7.4 6.8 6.8

India 5.6 7.5 7.5

Negara Emerging Market Lainnya 2.7 2.2 2.2

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

76

masih terkena kabut asap. Selanjutnya, perkembangan sektor industri pengolahan

diperkirakan akan relatif stabil sehubungan dengan peningkatan permintaan ekspor.

Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Perkiraan

Pengeluaran Dibandingkan 3 Bulan yang Datang

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 6.2. Perkembangan Indeks

Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen BI

Dengan demikian, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada

tahun 2015 diperkirakan mengalami kontraksi pada kisaran (0,2)% yoy-(1,2)% yoy.

Kondisi ini jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014

yang tercatat mencapai 2,62% (yoy). Penurunan kinerja ekonomi didorong oleh

penurunan kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dan sektor

pertambangan dan penggalian. Adanya kabut asap yang cukup lama melanda

Provinsi Riau dan pergeseran masa tanam tanaman bahan makanan menyebabkan

penurunan kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sementara itu,

penurunan kinerja sektor pertambangan dan penggalian disebabkan oleh penurunan

kinerja lifting minyak bumi akibat natural declining. Dari sisi penggunaan, penurunan

ekonomi pada tahun 2015 utamanya disebabkan oleh perlambatan kinerja konsumsi

akibat penurunan daya beli seiring dengan penurunan harga komoditas utama.

Meskipun demikian, terdapat risiko yang berpotensi membawa pertumbuhan

ekonomi Riau menyentuh batas bawah proyeksi (downside risks). Kondisi ini

utamanya terkait dengan kondisi sumur minyak yang tidak produktif (natural

declining) sehingga diperkirakan berpotensi mengakibatkan kontraksi yang lebih

dalam pada sektor pertambangan migas. Selain itu, potensi pemulihan kinerja sektor

pertanian masih cukup rendah, khususnya terhadap subsektor perkebunan kelapa

sawit sehubungan dengan dampak kabut asap yang diperkirakan akan mulai

dirasakan hingga tahun depan. Di sisi lain, salah satu faktor yang berpotensi

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

77

membawa pertumbuhan menyentuh batas atas (upside risks) adalah potensi

peningkatan industri pengolahan sehubungan dengan proyeksi meningkatnya harga

komoditas internasional, yang diperkirakan akan memberikan sentimen positif

terhadap beberapa perusahaan eksportir di Riau.

2. PERKIRAAN INFLASI

Tabel 6.3. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan Inflasi Riau Triwulan IV 2015

Inflasi Provinsi Riau pada triwulan mendatang diperkirakan akan cenderung

menurun, yaitu berada pada kisaran 2,5-3,5% (yoy). Sedangkan secara triwulanan,

inflasi diperkirakan berkisar 0,8-1,5% (qtq). Adapun capaian inflasi hingga Oktober

2015 dibandingkan dengan akhir tahun 2014 telah mencapai 1,22% (ytd). Oleh

sebab itu, sasaran inflasi nasional tahun 2015 sebesar 4±1% (yoy) diperkirakan akan

tercapai.

Inflasi Riau pada triwulan IV 2015 diperkirakan masih akan berasal dari inflasi volatile

food dan inflasi inti. Peningkatan inflasi volatile food diperkirakan bersumber dari

kenaikan harga bahan makanan akibat permasalahan pasokan seiring peningkatan

permintaan menjelang akhir tahun. Sementara itu, tekanan dari kelompok inti

didorong oleh masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah hingga akhir tahun.

Tekanan dari kelompok administered prices diperkirakan relatif menurun meskipun

terdapat potensi peningkatan tarif angkutan udara mendekati liburan natal dan

tahun baru. Beberapa komoditas seperti cabe merah dan bawang merah mulai

menunjukkan peningkatan sehingga berpotensi mendorong peningkatan inflasi

kelompok volatile food di triwulan mendatang.

I II III IV I II III(p) IV (p)

yoy,% 7,76 6,60 5,82 8,65 6,17 7,39 5,70 2,5-3,5

qtq,% 1,05 0,81 1,03 4,26 -1,26 1,97 0,68 0,8-1,5

Sumber: BPS Riau

Ket: (p) Proyeksi Bank Indonesia

Inflasi2014 2015

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

78

Grafik 6.6. Perkembangan Harga Cabe dan Bawang di Kota

Pekanbaru

Sumber: Survei Pemantauan Harga BI

Beberapa faktor yang diidentifikasi berpotensi membawa inflasi melewati batas atas

kisaran proyeksi (downside risk) antara lain, (i) rencana pemerintah menaikkan HET

LPG 3 kg, dan (ii) El Nino yang berpotensi menganggu produksi daerah sentra

pertanian dan meningkatkan inflasi bahan makanan. Sementara itu, terdapat

beberapa faktor yang berpotensi membawa inflasi ke batas bawah (upside risks)

proyeksi, yaitu perkembangan harga minyak dunia yang masih belum membaik

sehingga meminimalisir tekanan inflasi dari kelompok administered prices. Pada

tingkat regional, solusi dini (pre-emptive solution) TPID yang dihasilkan melalui

koordinasi dengan berbagai instansi terkait dalam menjaga ekspektasi diperkirakan

dapat mengurangi permasalahan informasi pasokan yang asimetris terutama di

tingkat konsumen. Kemudian, pada tingkat nasional, masih berlanjutnya koordinasi

kebijakan yang bersifat counter cyclical dalam menstabilkan tekanan terhadap nilai

Rupiah diperkirakan dapat membantu mengurangi tekanan inflasi barang impor.

3. REKOMENDASI

Sehubungan dengan upaya pengendalian inflasi, dan upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi, maka diusulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Jangka pendek

a. Peningkatan produksi pangan lokal melalui program intensifikasi dan

pengembangan urban farming sehubungan dengan program

kedaulatan pangan dan energi;

b. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Riau dan Kabupaten/Kota

perlu menyusun konsep kerjasama antar daerah dan mulai melakukan

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

79

penjajakan dengan daerah tetangga dan daerah pemasok, fokus pada

komoditas beras, bumbu-bumbuan, dan daging segar. Kelompok Kerja

Nasional TPID sudah menyusun guidance yang berisi prinsip kerjasama,

aturan pelaksanaan, dan alternatif model kerjasama;

c. Melakukan dan mengawasi pelaksanaan realisasi APBD agar terealisasi

dengan baik dan tepat sasaran, terutama realisasi belanja modal

(monitoring terhadap realisasi pengembangan infrastruktur jalan,

jembatan, pelabuhan, dan kelistrikan di Provinsi Riau);

d. Mempercepat pengesahan RTRW Provinsi Riau secara keseluruhan dan

mengawasi pelaksanaannya sebagai salah satu prasyarat pembangunan

infrastruktur dan investasi;

e. Terkait kondisi asap,

Perlunya penanggulangan bencana asap berbasis Manajemen Risiko

baik untuk kegiatan pencegahan maupun penanggulangan bencana

asap. Selain itu perlu ditingkatkan kampanye dan sosialisasi

mengenai pembakaran lahan beserta dampaknya kepada

masyarakat (zero burning campaign).

Perlunya peninjauan kembali UU No. 32 th 2009 pasal 69 ayat 2

(tentang perlindungan lingkungan hidup) dimana pembakaran lahan

diperkenankan untuk lahan 2 Ha, hanya ijin kepada camat untuk

mengurangi pembakaran.

Diharapkan dorongan bersama solusi tercepat, percepatan

Instrument Landing System 0 m di bandara Sutan Syarif Kasim II (saat

ini bandara tersebut baru dapat didarati pada jarak pandang

minimum 1000 m)

2. Jangka panjang

a. Memfokuskan alokasi APBD (timing belanja awal tahun) pada alokasi

belanja modal (capital expenditure) khususnya dalam bentuk

infrastruktur yang akan menggerakkan perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat;

b. Fokus pengembangan kawasan industri dan terus melakukan

monitoring progress dan evaluasi secara intensif terutama untuk

mendukung program hilirisasi sawit (menciptakan nilai tambah produk

kelapa sawit);

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

80

c. Merumuskan rencana pengembangan sektor ekonomi yang berpotensi

untuk menggantikan laju penurunan sektor pertambangan dan

penggalian (natural declining), antara lain sektor perdagangan dan

pariwisata. Pengembangan sektor-sektor alternatif tersebut perlu

dimasukkan dalam program RPJMD dan RPJP Riau.

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xvii

Aktiva Produktif

Adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan

tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran

kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan

risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin

kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah

mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang

diberikan kepada perorangan.

Kualitas Kredit

Adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan

kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5

kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar,

Diragukan dan Macet.

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva

Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro,

tabungan atau deposito.

DAFTAR ISTILAH

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xviii

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap

dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum

konvensional.

Inflasi

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

Inflasi Administered Price

Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam

kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan

bakar).

Inflasi Inti

Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan

agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan

ekspektasi masyarakat.

Inflasi Volatile Food

Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk

dalam kelompok barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya

beras).

Kliring

Adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta

kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang

perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring Debet

Adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan

penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada

penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang

memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal)

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xix

dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit

kerja yang menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan

secara nasional.

Kliring Kredit

Adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung

oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa

menyampaikan fisik warkat (paperless).

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang

diterima (giro, tabungan dan deposito).

Net Interest Income (NII)

Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga.

Non Core Deposit (NCD)

Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan

10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.

Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls)

Adalah kredit/pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar,

Diragukan dan Macet

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Adalah suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin

timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP

ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar

PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang

Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi

agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah

100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · kata pengantar. ge kajian ekonomi dan keuangan regional ... dampak el nino dan kabut asap bab 3. perkembangan perbankan dan sistem

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xx

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Adalah rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total

kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross. Semakin

rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) Net

Adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Settlement (BI RTGS)

Adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan

seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta

pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan

pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring

kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Adalah persentase jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.