kajian ekonomi dan keuangan regional - bi.go.id ekonomi... · fotografer : imran iswadi...

97
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan – Periode Mei 2017

Upload: trankiet

Post on 07-Jul-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kajian Triwulanan – Periode Mei 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Mei 2017

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Penerbit :

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Pejanggik No.2 Mataram

Nusa Tenggara Barat

Telp. : 0370-623600

Fax : 0370-631793

E-mail : [email protected]

[email protected]

[email protected]

Fotografer : Imran Iswadi ([email protected])

Hanif Galih ([email protected])

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-

nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan

aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau

berperilaku yaitu trust and integrity, professionalism, excellence, public interest, coordination

dan team work.

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan

peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem

pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemerintah Daerah dan

lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenaan Nya buku

Keuangan Daerah (KEKDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat edisi Mei 2017

Buku ini menyajikan asesmen perkembangan dan prospek perekonomian Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB) triwulan I 2017. Asesmen mencakup ekonomi makro regional, inflasi,

stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, keuangan pemerintah, kesejahteraan, serta

prospek perekonomian dan inflasi.

Secara ringkas, ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan I 2017 terkontraksi

sebesar -4,18% (yoy), menurun dibandingkan triwulan I 2016 yang mencatat pertumbuhan

sebesar 8,36% (yoy). Dari sisi permintaan, kontraksi ekonomi disumbang oleh kontraksi ekspor

luar negeri dan investasi. Dari sisi sektoral, kontraksi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB

triwulan I 2017 disumbang oleh sektor pertambangan. Adapun asesmen lengkap dapat dilihat

dalam buku ini

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi

atas terbitnya publikasi ini. Kami berharap agar KEKDA ini dapat bermanfaat bagi para

pengambil kebijakan, pemerhati ekonomi, dan masyarakat yang membutuhkan. Kami terbuka

untuk menerima segala masukan dan saran agar penyusunan KEKR ini dapat lebih baik lagi.

Mataram, Mei 2017 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Ttd

Prijono Deputi Direktur

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

ii

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Indeks Harga Konsumen 151.81 152.52 156.22 157.13 110.34 111.85 114.21 118.04 118.25 118.60 120.75 122.07 123.37 123.80 123.93 125.25

-Kota Mataram 151.89 152.62 156.44 157.17 111.12 111.03 113.23 117.47 117.87 118.21 120.10 121.29 122.43 122.64 122.64 124.29

-Kota Bima 151.54 177.48 155.38 156.99 113.35 115.10 118.15 120.28 119.74 120.15 123.33 125.22 127.14 128.43 129.12 129.11

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 3.39 5.48 6.37 7.02 7.03 6.75 4.91 7.23 5.99 6.03 5.42 3.41 4.33 4.38 2.93 2.61

-Kota Mataram 4.92 5.44 6.41 6.92 6.71 6.20 4.61 7.18 6.07 6.47 5.93 3.25 3.87 3.75 2.24 2.47

-Kota Bima 3.66 5.62 6.19 7.39 8.28 8.94 6.08 7.37 5.64 4.39 3.43 4.11 6.18 6.89 5.66 3.11

PDRB-harga berlaku (miliar Rp) 17,069 18,435 19,401 18,714 18,811 19,730 20,795 22,284 23,754 25,280 28,557 26,275 27,395 28,753 31,141

- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan4,311 4,553 4,638 4,037 4,887 4,867 5,205 4,509 5,460 5,808 6,105 5,059 5,998 6,592 6,711 5,495

- Pertambangan dan Penggalian 2,303 2,732 2,444 2,357 1,937 2,238 1,364 3,692 4,584 5,236 6,590 5,515 5,841 6,049 7,041 6,443

- Industri Pengolahan661 734 1,264 942 704 756 1,375 983 751 809 1,429 1,075 851 912 1,557 1,188

- Pengadaan Listrik, Gas 9 9 9 10 11 13 13 15 14 14 14 18 17 18 19 20

- Pengadaan Air 18 18 19 18 20 21 21 21 21 22 23 23 24 24 25 25

- Konstruksi 1,536 1,663 1,746 1,830 1,793 1,840 1,975 2,096 2,069 2,070 2,290 2,420 2,359 2,461 2,518 2,554

- Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 2,347 2,510 2,615 2,563 2,680 2,905 3,106 2,881 3,017 3,266 3,415 3,190 3,418 3,700 3,798 3,508

- Transportasi dan Pergudangan 1,287 1,374 1,521 1,623 1,532 1,594 1,774 1,900 1,740 1,837 2,121 2,166 2,031 2,134 2,317 2,347

- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum330 393 422 443 406 476 522 541 491 523 594 599 573 613 672 668

- Informasi dan Komunikasi377 380 390 411 421 430 440 441 445 458 475 483 493 506 518 528

- Jasa Keuangan 585 609 634 649 655 694 709 749 771 784 798 834 873 896 912 1,023

- Real Estate572 596 636 669 688 708 745 734 755 791 829 823 843 868 893 903

- Jasa Perusahaan31 32 34 36 37 39 40 40 41 42 45 46 46 47 49 51

- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 1,135 1,225 1,272 1,290 1,305 1,382 1,545 1,668 1,575 1,623 1,656 1,769 1,693 1,708 1,698 1,872

- Jasa Pendidikan848 867 964 1,031 954 947 1,072 1,093 1,108 1,058 1,172 1,270 1,276 1,222 1,254 1,368

- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 337 341 386 401 373 385 435 448 437 445 473 480 486 495 506 511

- Jasa lainnya383 399 407 403 408 436 454 472 474 494 529 505 529 547 570 541

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 38.53 105 110 148 25.10 3.43 46.90 238.90 252.14 376.45 571.21 279.37 373.99 397.09 455.70 357.24

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 22.07 60.06 18.08 97.70 21.39 2.80 35.03 144.77 133.43 177.79 350.99 161.18 209.69 207.00 218.51 174.30

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 53.67 43.24 49.89 43.11 42.81 20.54 17.47 22.47 28.51 40.49 36.20 50.70 44.75 32.23 70.24 11.83

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 23.22 18.71 22.83 15.02 37.18 14.60 24.13 29.80 28.17 20.03 15.57 11.12 10.64 16.36 24.81 3.72

PERBANKAN

Total Aset (Rp triliun) 21.21 22.27 23.29 24.01 25.52 26.97 27.66 27.86 28.88 29.93 30.69 30.89 31.44 32.31 32.19 37.90

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 13.34 13.76 14.33 14.68 14.61 16.13 16.75 17.17 17.98 18.91 19.93 20.19 20.01 20.85 20.79 21.25

Kredit Lokasi Bank (Rp triliun) 16.38 17.44 18.17 19.08 19.65 20.51 21.10 22.06 22.63 23.39 23.77 24.88 24.77 25.81 26.27 31.40

Loan to Deposit Ratio 122.79 126.74 126.80 129.97 134.50 127.17 125.97 128.50 125.84 123.69 119.27 123.24 123.77 123.77 126.39 147.81

NPL gross (%) 1.55 1.55 1.58 1.41 1.63 1.74 1.84 1.74 2.33 2.49 2.53 2.21 2.15 2.07 2.04 1.58

Bank Umum :

Total Aset (Rp triliun) 19.91 20.95 21.91 22.74 24.02 25.46 26.64 26.76 27.76 28.84 29.52 29.65 31.44 32.31 32.19 37.90

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 12.75 13.38 14.32 14.44 14.45 15.94 16.56 16.80 17.28 18.24 19.19 19.37 20.01 20.85 20.79 21.25

-Tabungan (%) 54.64 56.09 56.07 63.71 55.05 52.24 53.31 58.55 49.37 48.12 48.89 58.91 48.96 50.64 51.56 57.63

-Giro (%) 19.00 16.69 18.21 11.47 16.50 19.10 18.39 12.71 17.98 20.21 19.29 14.73 19.13 18.35 17.16 16.17

-Deposito (%) 26.37 27.22 25.72 24.82 28.44 28.66 28.29 28.73 32.65 31.67 30.81 26.36 31.91 31.01 31.28 26.20

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 16.04 17.06 17.76 18.41 18.95 19.77 20.34 21.26 21.78 22.53 22.90 23.99 24.77 25.81 26.27 31.40

-Modal Kerja 5.07 5.29 5.51 5.78 5.97 6.32 6.46 6.79 6.88 7.12 6.89 7.25 7.58 8.04 8.16 8.87

-Investasi 1.95 2.27 2.38 2.41 2.47 2.32 2.28 2.38 2.47 2.58 2.58 2.81 2.90 2.97 3.04 6.92

-Konsumsi 9.01 9.49 9.87 10.21 10.50 11.14 11.61 12.09 12.42 12.80 13.41 13.92 14.29 14.79 15.07 15.61

Total Kredit UMKM (Rp triliun) 5.49 5.97 6.18 6.39 6.62 7.18 7.21 7.40 7.56 7.69 7.47 7.94 8.26 8.88 9.03 9.70

Loan to Deposit Ratio 125.78 127.53 124.06 127.42 131.10 124.05 122.85 126.57 126.08 123.52 119.29 123.91 123.77 123.77 126.39 147.81

NPL (%) 1.55 1.55 1.58 1.40 1.63 1.74 1.84 1.74 2.07 2.21 2.22 1.99 2.15 2.07 2.04 1.58

2013 2015 2016INDIKATOR

2014

INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER Provinsi Nusa Tenggara Barat

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

iii

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Bank Perkreditan Rakyat :

Total Aset (Rp triliun) 0.86 0.85 0.88 0.95 0.97 0.96 1.03 1.10 1.11 1.09 1.17 1.24 1.27 1.24 1.28 1.34

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.60 0.42 0.44 0.54 0.60 0.59 0.63 0.69 0.71 0.67 0.74 0.82 0.84 0.79 0.83 0.89

-Tabungan (%) 55.97 40.72 42.69 56.50 56.52 53.71 52.88 53.91 51.07 50.30 51.60 53.39 51.80 51.89 52.60 55.04

-Giro (%)

-Deposito (%) 44.03 59.91 58.75 43.50 43.52 46.29 47.12 46.09 48.93 49.70 48.39 46.60 48.14 48.10 47.39 44.96

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.66 0.68 0.69 0.71 0.74 0.76 0.78 0.82 0.85 0.86 0.87 0.89 0.93 0.95 0.94 0.98

-Modal Kerja 0.40 0.41 0.42 0.42 0.44 0.46 0.47 0.50 0.52 0.52 0.52 0.54 0.58 0.59 0.59 0.63

-Investasi 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.06 0.06 0.06

-Konsumsi 0.23 0.23 0.23 0.24 0.24 0.25 0.25 0.26 0.27 0.28 0.29 0.28 0.29 0.29 0.29 0.29

Loan to Deposit Ratio 121.62 176.10 173.72 129.92 122.67 130.51 123.65 118.94 120.18 129.30 118.62 109.21 111.63 120.60 113.22 110.64

NPL (%) 13.13 10.17 10.41 9.72 10.46 10.03 9.41 8.04 9.10 9.90 9.65 8.14 8.92 9.59 10.25 10.51

SISTEM PEMBAYARAN

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 2,349.65 2,523.18 3,282.81 2,826.89 2,920.51 2,929.35 4,082.01 3,367.63 3,209.81 3,384.76 4,849.47 3,770.06 3,915.95 4,699.04 3,836.85 4,172.71

Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,560 2,774 2,762 2745 2645 2572 2760 2956 2752 2605 2585 2439 1823 1591 1138 1092

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 39.16 39.42 54.71 45.59 48.68 48.02 66.92 53.45 51.77 55.49 80.82 62.83 64.20 74.59 59.95 65.20

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 42.67 43.34 46.03 44.27 44.08 42.16 45.25 46.92 44.39 42.70 43.08 40.65 29.89 25.25 17.78 17.06

Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1,807.88 1,791.32 1,974.74 2,119.23 2,004.63 1,981.79 1,957.28 2,196.04 1,962.35 2,605.00 2,465.43 3,755.90 4,316.23 4,697.54 4,228.45 4,543.32

Volume Kliring Kredit (lembar) 50,843 47,006 52,185 51,760 51,138 52,922 53,412 60,170 51,643 38,074 65,661 87,398 91,197 102,363 100,167 109,803

Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 30.13 27.99 32.91 34.18 33.41 32.49 32.09 34.86 31.65 42.70 41.09 62.60 70.76 74.56 66.07 70.99

Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 847.38 734.47 869.75 834.84 852.30 867.58 875.61 955.08 832.95 624.16 1,094.35 1,456.63 1,495.03 1,624.81 1,565.11 1,715.67

20142013INDIKATOR

20162015

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................................... i

Indikator Ekonomi dan Moneter .........................................................................................................ii

Daftar Isi ............................................................................................................................................ iv

Daftar Grafik ..................................................................................................................................... vi

Daftar Tabel........................................................................................................................................x

Ringkasan Eksekutif ........................................................................................................................... xi

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah ................................................................................... 1

1.1. Kondisi Umum ..................................................................................................................... 1

1.2. Sisi Permintaan .................................................................................................................... 2

1.2.1. Konsumsi ......................................................................................................................... 3

1.2.2. Investasi ............................................................................................................................ 5

1.2.3. Ekspor Impor ................................................................................................................... 7

1.3. Sisi Sektoral ......................................................................................................................... 8

1.3.1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ............................................................................ 10

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian........................................................................................ 11

1.3.3. Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor ............................................ 12

1.4. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2017 ................................................................. 14

Boks 1 Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi NTB: Halal Tourism ...................... 18

Bab 2 Keuangan Pemerintah ........................................................................................................... 22

2.1. Perkembangan Keuangan Pemerintah ................................................................................ 22

2.2. Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB ................. 25

2.2.1. Risiko Fiskal dari Pendapatan Pemerintah Daerah ........................................................... 26

2.2.1.1 Rasio Efektivitas ........................................................................................................... 27

2.2.1.2 Rasio Kemandirian ....................................................................................................... 28

2.3. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB ......................... 29

2.3.1. Risiko Fiskal dari Belanja Pemerintah Daerah .................................................................. 30

2.3.1.1 Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja ................................................................. 31

2.3.1.2 Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja .............................................................. 32

2.3.1.3 Rasio Belanja Pegawai Terhadap PAD ........................................................................... 32

2.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2017 Provinsi NTB ................................. 33

Bab 3 Perkembangan Inflasi Daerah ................................................................................................ 35

3.1. Kondisi Umum ................................................................................................................... 35

3.2. Inflasi Berdasarkan Komoditas ........................................................................................... 38

3.2.1. Bahan Makanan ............................................................................................................. 39

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

v

3.2.2. Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau ........................................................................ 40

3.2.3. Perumahan, Listrik, Air dan Gas ..................................................................................... 41

3.2.4. Sandang ........................................................................................................................ 42

3.2.5. Kesehatan ...................................................................................................................... 43

3.2.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga .............................................................................. 43

3.2.7. Transport, Komunikasi dan Jasa ..................................................................................... 44

3.3. Inflasi Periodikal ................................................................................................................. 44

3.3.1. Inflasi Triwulanan ........................................................................................................... 44

3.3.2. Inflasi Tahunan .............................................................................................................. 45

3.4 Disagregasi Inflasi. ............................................................................................................ 46

3.4.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat .......................................................................................... 46

3.4.2. Kota Mataram ............................................................................................................... 46

3.4.3. Kota Bima ...................................................................................................................... 47

3.5 Pengendalian Inflasi Daerah ................................................................................................ 48

3.6 Prospek Inflasi Triwulan I 2017 ............................................................................................ 49

Bab 4 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ........................... 54

4.1. Asesmen Ketahanan Korporasi ........................................................................................... 54

4.2. Asesmen Ketahanan Rumah Tangga .................................................................................. 56

4.2.1 Perkembangan Kondisi Rumah Tangga ............................................................................ 56

4.2.2 Ketahanan Sektor Tangga ................................................................................................ 58

4.3. Asesmen Lembaga Keuangan ............................................................................................. 61

4.3.1 Perkembangan Bank Umum ............................................................................................. 61

4.3.2 Intermediasi Bank Umum ................................................................................................. 63

4.3.3 Intermediasi Bank Umum Syariah ..................................................................................... 65

4.3.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat .......................................................................... 66

4.4. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ..................................................................... 67

4.4.1 Kredit UMKM................................................................................................................... 67

4.4.2 Program Pengembangan Klaster ...................................................................................... 68

Bab 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaam Uang Rupiah .................................... 71

5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran ..................................................................................... 71

5.1.1. Transaksi Pembayaran Tunai ........................................................................................... 71

5.1.2. Transaksi Pembayaran Non Tunai .................................................................................... 74

Bab 6 Kesejahteraan ........................................................................................................................ 77

6.1. Umum ................................................................................................................................ 77

6.2. Nilai Tukar Petani ................................................................................................................ 77

6.3. Indikator Survei Konsumen ................................................................................................. 79

6.4. Ketenagakerjaan ................................................................................................................ 80

Bab 7 Prospek Perekonomian Daerah .............................................................................................. 82

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

vi

7.1. Prospek Perekonomian Provinsi NTB ................................................................................... 82

7.2. Perkiraan Inflasi Provinsi NTB .............................................................................................. 83

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Tahunan (yoy) Provinsi NTB dan Nasional Tahunan .................... 2

Grafik 1.2 Indikator Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB ................................................... 2

Grafik 1.3 Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi NTB ............................................................ 4

Grafik 1.4 Konsumsi Energi di Provinsi NTB ............................................................................ 4

Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum di Provinsi NTB ................................... 4

Grafik 1.6 Pertumbuhan Sub-Komponen Konsumsi Rumah Tangga ......................................... 4

Grafik 1.7 Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi NTB ....................................................... 5

Grafik 1.8 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen di Provinsi NTB .................................... 5

Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi NTB ................................................... 6

Grafik 1.10 Realisasi Belanja Modal Pemerintah di Provinsi NTB ................................................ 6

Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTB ............................................................. 6

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi Bank Umum di Provinsi NTB ......................................... 6

Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan Keluar Provinsi NTB ........................................ 7

Grafik 1.14 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga dibanding Ekspor Prov. NTB ..... 7

Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Impor di Provinsi NTB .................................................. 8

Grafik 1.16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar Berdasarkan Estimasi Nilai ...................... 8

Grafik 1.17 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sektoral ........................................ 9

Grafik 1.18 Pertumbuhan Sektor Utama Ekonomi Provinsi NTB ................................................ 9

Grafik 1.19 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertanian .................................................................... 10

Grafik 1.20 Produksi Tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai di Provinsi NTB ............................... 10

Grafik 1.21 Share Kredit Lokasi Proyek Triwulan IV 2016 Bank Umum di Provinsi NTB ............ 11

Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian Bank Umum di Provinsi NTB ......... 11

Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan dan Penggalian .................................... 11

Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga dibanding PDRB Pertambangan 11

Grafik 1.25 Harga Kosentrat dan Komoditas Internasional Emas, Perak dan Tembaga ............ 12

Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Bank Umum ke Sektor Pertambangan ..................................... 12

Grafik 1.27 PDRB Provinsi NTB Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil ............ 12

Grafik 1.28 Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor ................................................................ 12

Grafik 1.29 Perkembangan Kedatangan Penumpang Pesawat ke Provinsi NTB ....................... 13

Grafik 1.30 Perkembangan Tamu Hotel Bintang Provinsi NTB ................................................. 13

Grafik 1.31 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum .................. 14

Grafik 1.32 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi NTB Sektor PHR ............................ 14

Grafik 1.33 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB ............................................................. 14

Grafik 1.34 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB non-Tambang ....................................... 14

Grafik 1.35 PDRB Provinsi NTB Sektor Industri Pengolahan ..................................................... 15

Grafik 1.36 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Listrik, Gas................................................. 15

Grafik 1.37 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Air ............................................................ 15

Grafik 1.38 PDRB Provinsi NTB Sektor Konstruksi ................................................................... 15

Grafik 1.39 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Lainnya ................................................................ 15

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

vii

Grafik 1.40 PDRB Provinsi NTB Sektor Transportasi dan Pergudangan ..................................... 15

Grafik 1.41 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum .................. 16

Grafik 1.42 PDRB Provinsi NTB Sektor Informasi dan Komunikasi ........................................... 16

Grafik 1.43 PDRB PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Perusahaan ................................................. 16

Grafik 1.44 PDRB Provinsi NTB Sektor Administrasi Pemerintahan .......................................... 16

Grafik 1.45 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Pendidikan ........................................................... 16

Grafik 1.46 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial ............................. 16

Grafik 1.47 PDRB Provinsi NTB Sektor Real Estate ..................................................................... 17

Grafik 1.48 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Keuangan ............................................................ 17

Grafik 2.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi NTB ................................. 24

Grafik 2.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Seluruh Kota/Kab di Provinsi NTB ....................... 24

Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB ........................ 24

Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB ........................ 26

Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Kota/Kab di Provinsi NTB Tw IV 2016 .................................... 26

Grafik 2.6 Rasio Efektivitas Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016 ................................. 27

Grafik 2.7 Rasio Kemandirian Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw IV 2016 ............................. 27

Grafik 2.8 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB ............................... 30

Grafik 2.9 Realisasi Belanja Kota/Kab di Provinsi NTB Tw IV 2016 ........................................... 30

Grafik 2.10 Realisasi Belanja Modal Kota/Kabupaten dan Provinsi NTB Tw IV 2016 ................ 31

Grafik 2.11 Realisasi Belanja Pegawai Kota/Kab di Prov. NTB Tw IV 2016 ............................... 31

Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional ..................................... 36

Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional ...................................... 36

Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Provinsi NTB dan Nasional ........................... 38

Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional .................................. 38

Grafik 3.5 Perkembangan Harga Beras .................................................................................. 38

Grafik 3.6 Perkembangan Harga Aneka Cabai ....................................................................... 38

Grafik 3.7 Perkembangan Harga BBM ................................................................................... 39

Grafik 3.8 Perkembangan Harga Tiket Pesawat ..................................................................... 39

Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Komoditas Bahan Makanan ................................................. 40

Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Kom. Bahan Makanan ...... 40

Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau ........... 41

Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan

Jadi, Minuman dan Tembakau .............................................................................. 41

Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas ........................ 42

Grafik 3.14 Perkembangan Harga Gas Elpiji .......................................................................... 42

Grafik 3.15 Perkembangan Inflasi Komoditas Sandang .......................................................... 42

Grafik 3.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Sandang ......... 42

Grafik 3.17 Perkembangan Inflasi Komoditas Kesehatan ........................................................ 43

Grafik 3.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Kesehatan ....... 43

Grafik 3.19 Perkembangan Inflasi Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga .................. 43

Grafik 3.20 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas

Pendidikan, Rekerasi dan Olahraga .................................................................... 43

Grafik 3.21 Perkembangan Inflasi Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa .................... 44

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

viii

Grafik 3.22 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Komoditas Transportasi,

Komunikasi dan Jasa .......................................................................................... 44

Grafik 3.23 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB .................................................... 45

Grafik 3.24 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas ................ 45

Grafik 3.25 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas ................... 45

Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB .............................................................. 46

Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB ............................................................ 46

Grafik 3.28 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram ........................................................... 47

Grafik 3.29 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram .......................................................... 47

Grafik 3.30 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima ................................................................. 47

Grafik 3.31 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima ................................................................ 47

Grafik 3.32 Prospek Inflasi Triwulan I 2017 ............................................................................ 49

Grafik 3.33 Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia ........................................................... 49

Grafik Boks 2.1 Pola Produksi Bawang Merah NTB ................................................................ 51

Grafik Boks 2.2 Pola Produksi Cabai Rawit NTB ..................................................................... 51

Grafik Boks 2.3 Pergerakan Harga Bawang Merah ................................................................. 52

Grafik Boks 2.4 Pergerakan Harga Cabai Rawit ..................................................................... 52

Grafik Boks 2.5 Mekanisme Penentuan Harga Jual Bawang Merah ........................................ 53

Grafik Boks 2.6 Mekanisme Penentuan Harga Jual Cabai Rawit ............................................. 53

Grafik 4.1 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga .............................................................. 56

Grafik 4.2 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ......................................................... 56

Grafik 4.3 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi Saat Ini ............................................... 57

Grafik 4.4 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang ............................ 57

Grafik 4.5 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan III 2016 ....................................... 58

Grafik 4.6 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan IV 2016 ...................................... 58

Grafik 4.7 Perkembangan Kredit Konsumsi ........................................................................... 60

Grafik 4.8 Rasio NPL Kredit Konsumsi ................................................................................... 60

Grafik 4.9 Perkembangan KPR .............................................................................................. 60

Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor ......................................................... 60

Grafik 4.11 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Umum di Prov. NTB ........................... 62

Grafik 4.12 Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Bank Umum di Prov. NTB .............................. 62

Grafik 4.13 Perkembangan Kredit, DPK, dan LDR Bank Umum di Prov. NTB ........................... 64

Grafik 4.14 Pertumbuhan Kredit Bank Umum di Prov. NTB .................................................... 64

Grafik 4.15 Kredit Jenis Penggunaan ..................................................................................... 65

Grafik 4.16 Kredit Sektor Ekonomi ........................................................................................ 65

Grafik 4.17 Perkembangan Kredit Bank Umum Syariah ......................................................... 65

Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Syariah ............................................................ 65

Grafik 4.19 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat.................................................... 67

Grafik 4.20 Perkembangan Kredit UMKM ............................................................................ 68

Grafik 4.21 Kredit UMKM berdasarkan Jenis Penggunaan .................................................... 68

Grafik 5.1 Perkembangan Nominal Infow, Outflow, Net Flow ................................................ 72

Grafik 5.2 Perkembangan Pengedaran Uang di Provinsi NTB .................................................. 72

Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi Non Tunai ...................................................................... 75

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

ix

Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................................................. 76

Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Kliring ............................................................................ 76

Grafik 6.1 Nilai Tukar Petani Provinsi NTB .............................................................................. 78

Grafik 6.2 Perbandingan Laju NTP dan Inflasi Provinsi NTB ..................................................... 78

Grafik 6.3 Pertumbuhan Laju NTP dan Komponennya ........................................................... 78

Grafik 6.4 Perkembangan Indeks El Nino ............................................................................... 78

Grafik 6.5 Perkembangan Harga Aneka Cabai ....................................................................... 79

Grafik 6.6 Pertumbuhan NTP Hortikultura ............................................................................. 79

Grafik 6.7 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi NTB ................................................... 80

Grafik 6.8 Persentase Distribusi Penduduk Miskin .................................................................. 80

Grafik 6.9 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ......................................................... 81

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB ........................................................ 82

Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Kategori Utama ................................................................. 82

Grafik 7.3 Proyeksi Inflasi Tahunan Triwulan II 2017 .............................................................. 83

Grafik 7.4 Survei Konsumen Bank Indonesia .......................................................................... 83

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTB Sisi Permintaan ........................................................................... 3

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran ................................................. 9

Tabel Boks 1.1 SWOT Analysis Muslim Friendly Tourism ......................................................... 19

Tabel Boks 1.2 Kunjungan Wisatawan ke NTB ....................................................................... 19

Tabel 2.1 Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota di Provinsi NTB

Triwulan IV 2016 ................................................................................................... 25

Tabel 2.2 Belanja Daerah Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB

Triwulan IV 2016 ................................................................................................... 29

Tabel 2.3 Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi NTB Tahun 2017 ...................... 33

Tabel 2.4 Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi NTB Tahun 2017.............................. 34

Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Provinsi NTB Triwulan IV 2016 .................. 37

Tabel 3.2 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB ......................................................... 39

Tabel 3.3 Langkah Pengendalian Inflasi Provinsi NTB .............................................................. 48

Tabel 4.1 Perkembangan NPL Bank Umum di Provinsi NTB ..................................................... 55

Tabel 4.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi ................................................ 55

Tabel 4.3 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan ............................ 58

Tabel 4.4 Dana RT untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan ....... 59

Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor di NTB ........................................ 61

Tabel 4.6 Perkembangan Indikator Bank Umum di Provinsi NTB ............................................. 62

Tabel 4.7 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi NTB ........................... 66

Tabel 5.1 Inflow, Outflow, dan Net Inflow Uang Per Pecahan ................................................ 73

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

xi

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

triwulan I 2017 terkontraksi sebesar -4,18% (yoy), menurun

dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat tumbuh 8,36%

(yoy). Dari sisi permintaan, kontraksi tersebut terkait ekspor luar

negeri dan investasi yang menurun. Dari sisi sektoral, kontraksi

ekonomi Provinsi NTB triwulan I 2017 disebabkan oleh penurunan

kinerja sektor pertambangan karena tertundanya permberian izin

ekspor konsentrat tembaga. Kontraksi ekonomi Provinsi NTB pada

triwulan I 2017 berkebalikan dengan ekonomi nasional yang

mampu tumbuh sebesar 5,01% (yoy).

Di luar sektor pertambangan, ekonomi Provinsi NTB triwulan

I 2017 tumbuh sebesar 4,59% (yoy), lebih rendah

dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 6,47% (yoy).

Melambatnya ekonomi non tambang disebabkan melambatnya

sebagian besar sektor ekonomi utama di Provinsi NTB.

Pada triwulan II 2017 pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB

diperkirakan meningkat. Peningkatan tersebut ditopang oleh

membaiknya kinerja sektor pertambangan dan perdagangan yang

didorong peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan

masuknya bulan Ramadhan pada bulan Juni 2017.

Keuangan Pemerintah

Realisasi belanja pemerintah daerah pada triwulan I 2017

menurun dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan tersebut menyebabkan pertumbuhan konsumsi

pemerintah pada PDRB Provinsi NTB pada triwulan I 2017 tumbuh

terbatas. Realisasi pendapatan pemerintah daerah juga

menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya

Pertumbuhan ekonomi

Provinsi NTB triwulan I

2017 terkontraksi cukup

dalam sebesar -4,18% (yoy)

Pertumbuhan ekonomi-non

tambang Provinsi NTB

triwulan I 2017 sebesar

4,59% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB triwulan II

2017 diperkirakan meningkat seiring

meningkatnya kinerja sektor utama.

Realisasi belanja pemerintah menurun,

menyebabkan konsumsi pemerintah tumbuh

terbatas.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

xii

Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi tahunan Provinsi NTB menurun di triwulan I

2017 sebesar 2,58% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tahunan

pada triwulan I 2017 terjadi terutama disebabkan oleh

menurunnya tekanan inflasi pada komoditas volatile food.

Dimulainya masa panen sejak bulan Februari 2017 dan berlanjut

dengan puncak panen raya pada bulan Maret 2017 meningkatkan

pasokan bahan makanan di pasar sehingga menurunkan tekanan

harga.

Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan

Akses Keuangan dan UMKM

Stabilitas keuangan daerah Provinsi NTB pada triwulan I

2017 masih relatif terjaga. Ketahanan sektor korporasi dan

rumah tangga masih berada pada level aman, meski ada sedikit

penurunan ketahanan yang tampak pada indikator Non

Performing Loan (NPL). Pada sisi risiko kredit ke depan mengalami

peningkatan, berdasarkan indikator Debt Service Ratio (DSR) >

30% yang meningkat. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi rumah

tangga pada PDRB Provinsi NTB yang melambat juga tampak dari

sisi optimisme rumah tangga yang juga melambat dan juga kredit

konsumsi yang sedikit melambat.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

Pada triwulan I 2017 terjadi penurunan kebutuhan uang

tunai di Provinsi NTB. Hal ini tampak dari net inflow pengedaran

uang yang terjadi, dimana jumlah uang tunai yang masuk (cash

inflow) lebih banyak dari jumlah uang tunai yang keluar (cash

outflow). Penurunan ini sejalan dengan perlambatan aktivitas

ekonomi di Provinsi NTB, terutama dari sisi konsumsi yang

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan

Di triwulan I 2017 inflasi

tercatat sebesar 2,58% (yoy)

lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Stabilitas keuangan daerah

Provinsi NTB pada triwulan I

2017 masih relatif terjaga.

Pada triwulan I tahun 2017

terjadi penurunan kebutuhan

uang tunai di Provinsi NTB

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH NTB

xiii

penurunan transaksi tunai, transaksi non tunai juga mengalami

penurunan secara tahunan, baik transaksi RTGS maupun kliring.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Indikator kesejahteraan Provinsi NTB menunjukkan

penurunan sejalan dengan kondisi ekonomi yang menurun

pada triwulan I 2017. Penurunan tingkat kesejahteraan tersebut

terlihat dari indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang

menurun dan Nilai Tukar Petani (NTP) yang lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, tingginya tenaga

kerja setengah menganggur perlu diwaspadai sebagai risiko

peningkatan tingkat pengangguran di masa mendatang.

Prospek Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III 2017

diperkirakan tumbuh melambat, terkait base effect

pertumbuhan sektor pertambangan yang diperkirakan tidak

setinggi triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara

itu, pertumbuhan ekonomi non tambang triwulan III 2017

diperkirakan terakselerasi ditopang oleh kinerja sektor pertanian

yang diperkirakan memasuki masa panen, dan juga sektor

perdagangan serta konstruksi. Tekanan inflasi tahunan pada

triwulan III 2017 diperkirakan juga meningkat, namun masih di

dalam kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 4 ± 1%.

Indikator ketenagakerjaan

dan kesejahteraan

menunjukan tren

penurunan sejalan dengan

penurunan kondisi ekonomi

Pertumbuhan ekonomi

Provinsi NTB pada triwulan

III 2017 diperkirakan

melambat, namun ekonomi

non tambang diperkirakan

terakselerasi

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 1

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami kontraksi pada triwulan I

2017. Dari sisi permintaan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada triwulan I

2017 disebabkan oleh menurunnya ekspor luar negeri dan pembentukan modal tetap bruto. Dari

sisi sektoral, kontraksi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2017 tersebut terutama disebabkan oleh

penurunan kinerja sektor pertambangan sebagai akibat dari tertundanya pemberian izin ekspor

konsentrat tembaga.

1.1 KONDISI UMUM

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan I 2017

mengalami kontraksi cukup dalam sebesar -4,18% (yoy), setelah pada triwulan

sebelumnya tumbuh sebesar 3,77% (yoy). Penurunan yang cukup dalam tersebut terutama

disebabkan oleh tertundanya pemberian izin ekspor konsentrat tembaga sehingga perusahaan

tambang utama di Provinsi NTB tidak dapat melakukan ekspor pada bulan Februari 2017.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB tersebut lebih rendah dibanding ekonomi nasional yang pada

triwulan I 2017 tumbuh sebesar 5,01% (yoy).

Ekonomi non-tambang Provinsi NTB triwulan I 207 menunjukkan perlambatan

pertumbuhan, sebesar 4,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya ya

sebesar 5,05% (yoy). Ekonomi non-tambang tersebut juga lebih rendah dari triwulan yang sama

pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,47% (yoy). Angka pertumbuhan pada triwulan I

2017 tersebut ditopang oleh sektor perdagangan (0,67%), sektor pertanian (0,47%), dan

transportasi (0,39%).

Secara umum, hampir seluruh sektor ekonomi utama di NTB mengalami perlambatan. Tercatat

hanya sektor Pertanian yang tumbuh cukup tinggi dan menjadi kontributor utama pertumbuhan

ekonomi Provinsi NTB. Akselerasi pertumbuhan sektor pertanian setelah sebelumnya menunjukan

tren perlambatan terjadi karena tingkat produksi yang cukup tinggi pada masa panen raya yang

terjadi pada bulan Maret 2017 yang didukung oleh kondisi cuaca di awal tahun yang cukup baik.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 2

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Tahunan (yoy) Provinsi NTB dan

Nasional Tahunan

Grafik 1.2 Indikator Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi

NTB

Realisasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB dengan perhitungan atas

dasar harga berlaku pada triwulan I 2017 mencapai Rp27,96 triliun. Dengan pencapaian

realisasi tersebut, Provinsi NTB menyumbang 0,87% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Nasional.

1.2 SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada triwulan I

2017 disebabkan oleh menurunnya Ekspor Luar Negeri dan Pembentukan Modal Tetap

Bruto. Penurunan kinerja ekspor luar negeri yang terkontraksi tersebut terkait dengan tertundanya

izin ekspor barang tambang. Di sisi lain, tingkat realisasi investasi di awal tahun 2017 ini tidak

sebesar tahun sebelumnya. Lebih lanjut, perkembangan konsumsi rumah tangga pada triwulan I

2017 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya paska perayaan Maulid Nabi, Natal, dan

menjelang tahun baru di triwulan IV 2016. Namun bila dibandingkan dengan periode yang sama

pada tahun sebelumnya, tingkat konsumsi rumah tangga pada awal tahun 2017 lebih tinggi.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2017 sesuai dengan pola historisnya, yaitu

tingkat konsumsi pada triwulan I lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

4.82 4.74 4.77 5.17 4.92 5.18 5.01 4.94 5.01

-4.18

4.59

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Tw I'15 Tw II'15 Tw III'15Tw IV'15 Tw I'16 Tw II'16 Tw III'16Tw IV'16 Tw I'17

gNasional (yoy) gNTB (yoy) gNTB Tanpa Tambang (yoy)

2.50

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

Gro

wth

(%

yo

y)

Aktual PDRB Nowcast Bridge

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 3

Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTB Sisi Permintaan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

1.2.1 Konsumsi

Konsumsi rumah tangga Provinsi NTB pada triwulan I 2017 tumbuh melambat, sedangkan

konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah mencatat peningkatan pertumbuhan jika

dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumsi Rumah Tangga mengalami sedikit perlambatan

dibandingkan triwulan IV 2016, dari 2,49% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 2,12% (yoy) pada

triwulan I 2017. Perlambatan konsumsi tersebut terkait dengan kembali normalnya pola konsumsi

paska perayaan Maulid Nabi, Natal, dan menjelang tahun baru di triwulan IV 2016. Namun

demikian, perlambatan tidak terjadi lebih dalam karena diperkirakan terkait kinerja sektor

pertanian yang meningkat pada triwulan I 2017. Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi

padat karya, sehingga peningkatan kinerja sektor tersebut tersebut dapat meningkatkan konsumsi

rumah tangga.

Pada konsumsi pemerintah mulai meningkat setelah pada triwulan sebelumnya konsumsi

pemerintah mengalami kontraksi karena melambatnya belanja pemerintah dan pengaruh

ditundanya penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU). Konsumsi pemerintah meningkat sebesar

2,87% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang turun 6,40% (yoy). Namun

peningkatan konsumsi pemerintah tersebut masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya, yang sebesar 4,67% (yoy).

2014 2015 2016 TW I 2017

Kontribus i

per Kategori

Tw I 2017

(%)

Pertumbuha

n Tw III 2016

(% yoy)

Pertumbuha

n Tw IV 2016

(% yoy)

Pertumbuha

n Tw I 2017

(% yoy)

1 P engeluaran Konsums i R umah Tangga 62,018 65,940 70,961 18,607 72.97 1.49 2.49 2.12

2 P engeluaran Konsums i LNP R T 1,386 1,512 1,644 432 1.69 4.67 -0.52 4.07

3 P engeluaran Konsums i P emerintah 15,388 16,968 18,253 4,596 18.02 0.81 -6.40 2.87

4 P MTB 31,846 36,058 41,750 10,769 42.23 8.97 7.49 -0.52

5 P erubahan Inventori 874 700 1,107 275 1.08 67.27 66.06 33.35

6 E kspor Barang dan J asa 4,947 20,979 22,303 3,405 13.35 -18.35 45.72 -35.73

7 Impor Barang dan J asa 2,817 3,934 3,744 942 3.70 -0.71 -24.45 -5.31

8 Net E kspor Antar Daerah (32,022) (34,359) (36,026) (9,179) -35.99 -27.48 37.15 -3.94

81, 621 103, 865 116, 247 25, 500 100. 00 3. 43 3. 77 2. 73

Komponen (ADHB, Rp Miliar)

NTB

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 4

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, Badan

Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Prov. NTB, diolah

Sumber: PT Pertamina(Persero) dan PT PLN (Persero), diolah

Grafik 1.3 Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi NTB

Grafik 1.4 Konsumsi Energi di Provinsi NTB

Konsumsi rumah tangga yang melambat terlihat dari beberapa indikator yaitu konsumsi

energy, jumlah kendaraan bermotor dan Indeks Keyakinan Konsumen. Secara umum,

konsumsi energi pada triwulan I 2017, mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.

Hal yang sama juga terjadi pada jumlah kendaraan bermotor yang juga mengalami penurunan.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum

di Provinsi NTB

Grafik 1.6 Pertumbuhan Sub-Komponen Konsumsi

Rumah Tangga

Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia menunjukan arah yang selaras dengan konsumsi rumah

tangga yang melambat pada triwulan I 2017. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dihasilkan

oleh Survei Kosumen pada triwulan I 2017 menurun menjadi sebesar 105,8, lebih rendah

dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar 117,3. Indeks pembentuk IKK yang terdiri dari Indeks

Kondisi Ekonomin Saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) juga menurun dibanding

triwulan sebelumnya. IKE dan IEK triwulan I 2017 masing-masing sebesar 99,2 dan 112,3, lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 106,0 dan 128,5.

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I

2014 2015 2016 2017

Rp Triliun

Realisasi Belanja Pemerintah

903.02

95.48

294.57

938.86

99.42

302.02

978.38

106.20

316.80

1,009.56

109.10

329.32

758.07

96.09

337.69

-

200

400

600

800

1,000

1,200

BBM Gas Listrik

Rp Miliar

Tw I'16 Tw II'16 Tw III'16 Tw IV'16 Tw I'17

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Kredit Konsumsi (Rp Miliar) - Kiri

Growth (%yoy) - Kanan

(2.00)

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Konsumsi Rumah Tangga

Makanan dan Minuman, Selain Restoran

Perumahan dan PerlengkapanRumahtanggaTransportasi dan Komunikasi

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 5

Sumber: Bappenda Provinsi NTB, diolah

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.7 Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi NTB

Grafik 1.8 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen di

Provinsi NTB

1.2.2 Investasi

Kontraksi investasi yang terjadi pada triwulan I 2017 disebabkan oleh penurunan

investasi bangunan yang cukup dalam. Kontraksi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

pada triwulan I 2017 tercatat sebesar -0,67% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2016

yang sebesar 10,26% (yoy) dan triwulan I 2016 yang tercatat 9,78% (yoy). Investasi bangunan

mengalami penurunan mencapai -0,67% (yoy), sementara itu investasi non-bangunan mengalami

penurunan sebesar -0,20% (yoy).

Sumber: BKPM-PT Prov. NTB, diolah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, Biro Keuangan Prov. NTB, diolah

Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi NTB

Grafik 1.10 Realisasi Belanja Modal Pemerintah di Provinsi NTB

Menurut data BKPM PT Provinsi NTB, pada triwulan I 2017 tercatat jumlah investasi yang

ditanamkan melalui Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp.

406 Miliar, sedangkan melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp. 2,2 Triliun.

Secara spasial mayoritas realisasi penanaman modal dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa Barat,

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Mili

ar

Total Motor Mobil growth total (%,yoy)-kanan

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

90.00

100.00

110.00

120.00

130.00

140.00

150.00

160.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) g Konsumsi Rumah Tangga - Kanan

-60.00

-10.00

40.00

90.00

140.00

190.00

240.00

290.00

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2013 2014 2015 2016 2017

%, Y

oy

Rp

Mil

lia

r

Total Investasi gYoy (Kanan)

0.01.02.03.04.05.06.07.0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2014 2015 2016 2017

Rp Triliun

Belanja Modal

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 6

terkait langsung dengan ekspansi bisnis perusahaan tambang yang berlokasi di Kabupaten

tersebut. Penanaman modal di Sumbawa Barat tersebut mayoritas melalui PMDN dan memiliki

pangsa sekitar 64% dari total PMDN yang direalisasikan di NTB pada triwulan I 2017.

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTB

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi Bank Umum

di Provinsi NTB

1.2.3 Ekspor Impor

Ekspor luar negeri Provinsi NTB pada triwulan I 2017 terkontraksi 35,73% (yoy). Penurunan

yang sangat signifikan pada ekspor luar negeri terjadi karena turut terkontraksinya sektor

pertambangan. Tertundanya pemberiaan izin ekspor konsentrat tembaga menyebabkan

penurunan kinerja yang cukup dalam. Sekitar 99% barang dari Provinsi NTB yang diekspor ke luar

negeri merupakan komoditas pertambangan.

Sumber: BKP Provinsi NTB, diolah

Sumber : Perusahaan Pertambangan di Provinsi NTB dan BPS, diolah

Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan Keluar Provinsi

NTB

Grafik 1.14 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga

dibanding Ekspor Provinsi NTB

Impor luar negeri Provinsi NTB pada triwulan I 2017 mengalami kontraksi, namun tidak

sedalam triwulan sebelumnya. Kebutuhan impor luar negeri Provinsi NTB mayoritas adalah

(30) (20) (10) - 10 20 30 40 50

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Volume Penjualan Semen (ton)

Pertumbuhan semen (%,yoy)-Kanan

Pertumbuhan Investasi - Kanan

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Kredit Investasi (Rp Miliar) - Kiri

Growth (%yoy) - Kanan

535 919

598 924

320 730 577 594

281

4,624

1,217 789

281 742 607

842

33

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Mil

yar

(Rp

)

Keluar Masuk Net Ekspor

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Rp

Mil

lia

r

ADHB Ekspor Sales Tambang

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 7

untuk kebutuhan produksi tambang. Meski kinerja ekspor menurun karena tertundanya pemberian

izin ekspor, impor barang dari luar negeri untuk kebutuhan ekspansi usaha perusahaan tambang

tetap dilakukan. Barang-barang dari besi dan baja serta pesawat mekanis untuk kebutuhan

produksi dan eksplorasi tambang masih menjadi komditas impor utama di Provinsi NTB.

Sumber: PT Pelindo III (Persero) Cabang Lembar, diolah

Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Impor

di Provinsi NTB

Grafik 1. 16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar

Berdasarkan Estimasi Nilai

Meski pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB mengalami perlambatan, ekspor dan impor

daerah pada triwulan I 2017 mengalami peningkatan. Ekspor antar daerah tumbuh tinggi,

yaitu sebesar 59,17% (yoy), sedangkan impor antar daerah tumbuh sebesar 14,01% (yoy). Meski

masih mengalami defisit transaksi pada triwulan I 2017, angka tersebut lebih kecil dibandingkan

triwulan sebelumnya. Peningkatan ekspor antar daerah diperkirakan disumbang oleh perdagangan

tanaman pangan, seiring dengan masa panen raya pada triwulan I 2017.

1.3 SISI SEKTORAL

Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi NTB pada triwulan I 2017 terjadi hampir di semua

sektor ekonomi utama. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB dari sisi sektoral pada triwulan I

2017 disumbang oleh sektor perdagangan (0,67%), sektor pertanian (0,47%), dan transportasi

(0,39%).

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I

2014 2015 2016 2017

Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2013 2014 2015 2016

Miliar

Total Ekspor Total Impor

(431)

(595)(624)

(528)

(641)

(507)

(685)

(580)

(732)

(502)(528)

(810)

(640)(596)

(565)

(716)

Total Net Ekspor

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 8

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.17 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral

Provinsi NTB

Grafik 1.18 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Utama

Provinsi NTB

Terkontraksinya pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan I 2017 terutama disebabkan oleh

menurunnya sektor tambang. Di luar sektor pertambangan, perekonomain Provinsi NTB melambat,

terutama disebabkan melambatnya pertumbuhan di sektor konstruksi dan perdagangan.

Melambatnya sektor konstruksi sejalan dengan menurunnya realisasi investasi pada triwulan I

2017. Sementara itu, melambatnya sektor perdagangan sejalan dengan melambatnya konsumsi

rumah tangga pada triwulan I 2017.

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 19,468 22,432 24,797 6,363 22.76 3.08 2.01 2.26

Pertambangan dan Penggalian 9,231 21,925 25,373 4,829 17.27 -0.88 0.71 -28.25

Industri Pengolahan 3,818 4,064 4,508 926 3.31 3.31 4.92 5.67

Pengadaan Listrik, Gas 53 60 74 21 0.07 15.16 -1.33 2.85

Pengadaan Air 83 90 98 26 0.09 5.22 3.72 4.62

Konstruksi 7,704 8,849 9,893 2,486 8.89 7.35 3.39 3.53

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor11,573 12,887 14,423 3,739 13.37 7.07 6.48 5.77

Transportasi dan Pergudangan 6,799 7,864 8,829 2,178 7.79 5.13 6.57 6.24

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,945 2,207 2,526 610 2.18 10.43 7.77 2.51

Informasi dan Komunikasi 1,732 1,861 2,045 547 1.96 8.05 8.81 8.91

Jasa Keuangan 2,807 3,186 3,704 1,019 3.64 10.87 17.61 11.34

Real Estate 2,875 3,198 3,506 911 3.26 5.64 5.89 4.98

Jasa Perusahaan 157 173 193 51 0.18 5.52 6.42 6.35

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 5,900 6,623 6,972 1,778

6.36 0.73 2.54 3.09

Jasa Pendidikan 4,065 4,609 5,120 1,385 4.95 5.47 4.44 5.28

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,641 1,836 1,997 516 1.84 4.59 3.74 3.98

Jasa lainnya 1,770 2,001 2,188 578 2.07 5.07 5.52 5.47

NTB (Rp Miliar) 81,621 103,865 116,247 27,963 100.00 3.43 3.77 -4.18

NTB tanpa Tambang (Rp Miliar) 74,858 86,280 93,906 23,955 85.67 5.99 5.05 4.59

Pertumbuhan

Tw III 2016

(yoy)

Pertumbuhan

Tw IV 2016

(yoy)

Pertumbuhan

Tw I 2017

(yoy)

Kategori (ADHB, Rp Miliar) 2014 2015 2016 TW I 2017

Kontribusi per

Kategori Tw I

2017 (%)

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 9

1.3.1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertumbuhan sektor Pertanian pada triwulan I 2017 terakselerasi setelah sebelumnya

menunjukan tren penurunan. Sektor pertanian tumbuh sebesar 2,26% (yoy) pada triwulan I

2017, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,01% (yoy), maupun

dibandingkan triwulan I 2016 yang terkontraksi 0,74% (yoy). Perbedaan tingkat pertumbuhan

yang cukup signifikan jika membandingkan pertumbuhan sektor pertanian pada awal tahun 2017

didukung membaiknya kondisi cuaca pada awal tahun 2017 yang secara langsung mempengaruhi

tingkat produksi pertanian.

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.19 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertanian

Grafik 1.20 Produksi Tanaman Pangan Padi, Jagung dan

Kedelai di Provinsi NTB

Meningkatnya kinerja sektor pertanian terlihat dari statistik produksi tanaman pangan, dimana

produksi tanaman pangan utama seperti padi dan jagung pada awal tahun 2017 lebih tinggi

dibandingkan dengan awal tahun 2016. Selain itu, penyaluran kredit lokasi proyek di Provinsi NTB

untuk sektor pertanian menunjukan peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 180,24%

(yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit pada triwulan I 2016 yang tumbuh sebesar

51,6% (yoy).

Pada tahun 2017, musim kemarau diprediksi oleh BMKG Provinsi NTB akan dimulai sejak bulan

April. Lebih lanjut, BMKG Provinsi NTB akan mencermati kemungkinan risiko terjadinya fenomena

El Nino pada akhir bulan Mei 2017. Risiko kekeringan patut diwaspadai di Provinsi NTB pada tahun

2017, karena berpotensi mempengaruhi produksi pertanian terutama tanaman pangan.

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Rp Tri l iun

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

753 739

499

125

669

851

634

149

357

1,062

497

160

538

262

362

98 64

341 388

94 72

185

775

179

112

536

31 13 19 34 22 21 34 51 27 20 29 34 6

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Rib

u t

on

Padi Jagung Kedelai

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 10

Grafik 1.21 Share Kredit Lokasi Proyek Triwulan I 2017

Bank Umum di Provinsi NTB

Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian

Bank Umum di Provinsi NTB

1.3.2 Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan terkontraksi pada triwulan I 2017. Sektor pertambangan tercatat

menurun sebesar -28,25% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 0,71%

(yoy). Pada triwulan IV 2016, sektor pertambangan masih tumbuh meskipun kontrak karya

perusahaan tambang berakhir pada November 2016. Hal ini terjadi karena pemerintah

memberikan perpanjangan izin ekspor tambang jangka pendek selama 3 bulan, yaitu bulan

November 2016, Desember 2016, dan Januari 2017. Perpanjangan sementara tersebut diberikan

sebagai kuota peralihan menunggu diubahnya skema kontrak karya perusahaan tambang menjadi

Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Namun setelah bulan Januari 2017, pasca proses

peralihan tersebut, izin ekspor baru diberikan pada tanggal 17 Februari 2017 untuk periode satu

tahun (Februari 2017 Februari 2018) dengan jumlah kuota sebesar 675.000 WMT (Web Metric

Ton). Perusahaan tambang baru memulai kembali aktivitas ekspor pada bulan Maret 2017.

Terhentinya aktivitas ekspor tambang pada bulan Februari 2017 membuat kinerja sektor

pertambangan mengalami penurunan.

PERTANIAN, 4.58

PHR, 27.89 LAIN-LAIN

(KONSUMSI), 52.52

PERTANIAN

PERTAMBANGAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

LISTRIK, GAS DAN AIR

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN, HOTEL, &RESTORAN

ANGKUTAN & KOMUNIKASI

KEUANGAN, PERSEWAAN, &JASA PERUSAHAAN

JASA-JASA

LAIN-LAIN (KONSUMSI)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Pertanian % YOY

Rp Miliar

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 11

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan

dan Penggalian

Sumber: Perusahaan Pertambangan di Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga

dibanding PDRB Pertambangan

Ke depan, produksi sektor pertambangan diperkirakan lebih stabil sehubungan dengan

diberikannya ekspor dengan jangka yang lebih panjang, yaitu dalam 1 (satu) tahun dibandingkan

skema tahun lalu dimana kuota diberikan dalam jangka waktu 6 bulan. Realisasi ekspor pada bulan

Maret dan April 2017 tercatat stabil dengan rata-rata besaran ekspor mencapai kurang lebih

85.000 WMT. Selain itu, faktor yang diperkirakan dapat mendorong sektor tambang adalah

membaiknya harga komoditas konsentrat tembaga pada awal tahun 2017. Perkiraan stabilnya

keberlangsungan bisnis tambang ke depan dipengaruhi oleh skema IUPK yang mengharuskan

perusahaan untuk menyalurkan investasi pembangunan fasilitas pemurnian barang tambang atau

smelter yang saat ini sudah dalam tahap feasibility study. Perkiraan nilai investasi kurang lebih

sekitar US$ 1,5 Miliar. Selain itu, perusahaan tambang saat ini sedang dalam tahap eksplorasi

lokasi tambang yang baru. Bila proses eksplorasi tersebut berhasil, tingkat pertumbuhan sektor

tambang diharapkan dapat terjaga dan tumbuh lebih lanjut.

Sumber: Perusahaan Pertambangan di NTB dan Bloomberg, diolah

Grafik 1.25 Harga Konsentrat dan Komoditas Internasional Emas,

Perak dan Tembaga

Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Bank Umum

ke Sektor Pertambangan

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

(50.00)

-

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

Rp Tri l iun

Pertambangan dan Penggalian - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Rp

Mil

lia

r

ADHB tambang Sales Tambang

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

700

1200

1700

2200

2700

3200

3700

1 2 3 4 5 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4

2013 2014 2015 2016 2017

Konsentrat (US/ton) Emas (US/Onz)Perak US sen/Onz) Tembaga (US/ton) RHS

(5,000.00)

-

5,000.00

10,000.00

15,000.00

20,000.00

25,000.00

30,000.00

35,000.00

40,000.00

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Pertambangan % YOY

Rp Miliar

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 12

1.3.3 Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor

Sektor Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Mobil (PBER) mengalami perlambatan

pada triwulan I 2017. Pada triwulan I 2017, sektor PBER tumbuh sebesar 5,77% (yoy) lebih kecil

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,48% (yoy) maupun tahun sebelumnya sebesar

8,67% (yoy). Menurunnya kunjungan wisatawan secara akumulatif pada triwulan I 2017 seiring

dengan masuknya periode low season, diperkirakan mempengaruhi menurunnya sektor

pertambangan.

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: Bappenda Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.27 PDRB Provinsi NTB Sektor Perdagangan Besar, Eceran

dan Reparasi Mobil

Grafik 1.28 Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor

Menurunnya kunjungan wisatawan ke Provinsi NTB terlihat dalam statistik perkembangan

kedatangan penumpang pesawat dan statistik perkembangan tamu hotel bintang yang dirilis oleh

Badan Pusat Statistik (BPS). Kedua data statistik kedatangan penumpang pesawat dan statistik

perkembangan tamu hotel bintang tersebut menunjukan penurunan. Jika dibagi dari sisi asal

wisatawan, kunjungan wisatawan domestik menurun, sebaliknya kunjungan wisatawan

mancanegara mengalami peningkatan.

Indikator lainnya yang mencerminkan kinerja sektor perdagangan adalah statistik penjualan

kendaraan bermotor yang mengalami penurunan cukup dalam sebesar 20,91% (yoy). Penurunan

tersebut terutama terjadi pada penjualan kendaraan roda dua, sebaliknya kendaraan roda empat

mengalami peningkatan jumlah.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 13

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.29 Perkembangan Kedatangan Penumpang Pesawat ke

Provinsi NTB

Grafik 1.30 Perkembangan Tamu Hotel Bintang Provinsi NTB

Ke depan, faktor yang dapat mendorong pertumbuhan sektor PBER adalah potensi peningkatan

kunjungan wisatawan ke Provinsi NTB. Sektor pariwisata yang tercermin dari pertumbuhan sektor

akomodasi & makan minum (PAMM) mengalami peningkatan yang tinggi sepanjang tahun 2016

sebesar 10,44% (yoy). Meningkatnya awareness mengenai potensi pariwisata sebagai penggerak

ekonomi utama yang baru diperkirakan mampu menjaga kinerja sektor pariwisata sepanjang tahun

2017. Diversifikasi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada sektor pariwisata dibahas secara

terpisah dalam Boks 1. Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi NTB: Halal

Tourism.

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.31 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi

Makan dan Minum

Grafik 1.32 Realisasi Usaha - Survei Kegiatan Dunia Usaha

Provinsi NTB Sektor PHR

1.4 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017 pertumbuhan ekonomi NTB diperkirakan tumbuh positif. Terdapat

beberapa faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II 2017. Kinerja

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Rib

u

Total Domestik Internasional Growth (% yoy, kanan)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% (

yo

y)

Rib

u O

ran

g

Total DN LN Gwoth Yoy - Kanan

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00Rp Tri l iun

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 14

sektor tambang yang relatif stabil pada awal triwulan II 2017 menjadi dasar pertumbuhan ekonomi

yang baik bagi Provinsi NTB. Selanjutnya, penyaluran kredit investasi yang tinggi pada triwulan I

2017 sebagian diantaranya diperkirakan akan direalisasikan pada triwulan II 2017 yang kemudian

akan mendorong Pembentukan Modal Tetap Bruto dan kinerja sektor konstruksi. Selain itu, sektor

perdagangan diperkirakan juga akan menopang pertumbuhan ekonomi triwiulan II 2017 terkait

konsumsi rumah tangga yang diperkirakan meningkat seiring dengan masuknya bulan Ramadhan

di bulan Juni 2017.

B dan PT s

Grafik 1.33 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB aPuraI

(Persero), diolah

ber: BPS Provi

diolah

Grafik 1.34 Nowcasting Pertumbuhan Ekonomi NTB non-Tambang

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.35 PDRB Provinsi NTB Sektor Industri Pengolahan

Grafik 1.36 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Listrik, Gas

4.0

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

Gro

wth

(%

yo

y)

Aktual PDRB Nowcast DLM

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Gro

wth

(%

yo

y)Aktual PDRB-NT Nowcast

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00Rp Tril iun

Industri Pengolahan- Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.005

0.010

0.015

0.020

0.025

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Rp Tril iun

Pengadaan Listrik, Gas - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 15

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.37 PDRB Provinsi NTB Sektor Pengadaan Air

Grafik 1.38 PDRB Provinsi NTB Sektor Konstruksi

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.39 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Lainnya

Grafik 1.40 PDRB Provinsi NTB Sektor Transportasi

dan Pergudangan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.41 PDRB Provinsi NTB Sektor Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum

Grafik 1.42 PDRB Provinsi NTB Sektor Informasi dan Komunikasi

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.005

0.010

0.015

0.020

0.025

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

Rp Tri l iun

Pengadaan Air - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

Rp Tri l iun

Konstruksi - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw I

2015

Tw II

2015

Tw III

2015

Tw IV

2015

Tw I

2016

Tw II

2016

Tw III

2016

Tw IV

2016

Tw I

2017

-

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00Rp Tri l iun

Jasa lainnya - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

Rp Tri l iun

Transportasi dan Pergudangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

Rp Tri l iun

Transportasi dan Pergudangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.45

0.50

7.00

7.50

8.00

8.50

9.00

9.50

Rp Tri l iun

Informasi dan Komunikasi - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 16

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.43 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Perusahaan

Grafik 1.44 PDRB Provinsi NTB Sektor Administrasi Pemerintahan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.45 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Pendidikan

Grafik 1.46 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.47 PDRB Provinsi NTB Sektor Real Estate

Grafik 1.48 PDRB Provinsi NTB Sektor Jasa Keuangan

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.010

0.020

0.030

0.040

0.050

0.060

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Rp Tril iun

Jasa Perusahaan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

1.00

1.50

2.00

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Rp Tri l iun

Administrasi Pemerintahan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Rp Tri l iun

Jasa Pendidikan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

0.30

0.40

0.50

0.60

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

Rp Tri l iun

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

1.00

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00Rp Tri l iun

Real Estate - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Tw I2015

Tw II2015

Tw III2015

Tw IV2015

Tw I2016

Tw II2016

Tw III2016

Tw IV2016

Tw I2017

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

20.00

Rp Tri l iun

Jasa Keuangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

BOKS 1: Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi NTB: Halal Tourism 18

BOKS 1: Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di

Provinsi NTB: Halal Tourism

Berdasarkan hasil riset Growth Diagnostic Provinsi NTB pada tahun 2015 lalu, diperoleh hasil

hambatan utama pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB yaitu sumber daya manusia;

infrastruktur listrik; market failure, terkait inovasi produk dan keragaman ekspor. Berdasarkan

simulasi kebijakan,kebijakan yang memberikan dampak paling besar adalah permasalahan

market failure. Jadi prioritas utama untuk mendorong perekonomian NTB yaitu melakukan

inovasi produk dan mengurangi ketergantungan kepada tambang konsentrat tembaga yang

kinerjanya fluktuatif dan rentan terhadap regulasi dan kondisi operasional tambang. Dalam riset

tersebut juga dilakukan simulasi pada kebijakan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara

yang hasilnya memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan

penyerapan tenaga kerja.

Sektor prioritas pembangunan nasional pada tahun 2017 salah satunya adalah pariwisata,

selain sektor pangan, energi, maritim, kawasan industri dan Kawasan Ekonomi Khusus.

Pariwisata Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memproyeksikan tahun 2019 Industri Pariwisata

akan menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia yaitu sebesar US$ 24 Miliar, melampaui

sektor Migas, Batubara dan Minyak Kelapa Sawit. Pada tahun 2019, sektor pariwisata di

Indonesia ditargetkan menjadi yang terbaik di kawasan regional. Country branding Wonderful

Indonesia yang semula tidak masuk ranking branding di dunia, pada tahun 2015 meningkat

lebih dari 100 peringkat menjadi ranking 47, mengalahkan country branding Truly Asia

Malaysia (ranking 96) dan country branding Amazing Thailand (ranking 83). Country branding

Wonderful Indonesia mencerminkan positioning dan differentiating bagi pariwisata Indonesia.

Halal tourism sangat berpotensi dalam kontribusi pencapaian target pariwisata nasional 20 juta

wisman (2019) dengan menjaring wisatawan muslim global. Laporan Global Muslim Travel

Index (GMTI) 2016 menyebutkan pasar wisata halal dunia tumbuh sangat cepat. GMTI

menyebutkan pada 2015 terdapat 117 juta wisatawan muslim. Jumlah wisatawan muslim

diproyeksikan mencapai 168 juta orang pada 2020 dengan total belanja wisata mencapai

US$200 miliar.

GMTI menempatkan Indonesia pada posisi keempat sebagai negara tujuan favorit wisatawan

asal negara anggota Organisation of Islamic Cooperation (OIC) atau Organisasi Kerja Sama

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

BOKS 1: Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi NTB: Halal Tourism 19

Islam (OKI). Posisi Indonesia itu meningkat dari tahun lalu yang berada pada posisi keenam.

Posisi puncak masih ditempati oleh Negeri Jiran, Malaysia.

Berikut ini adalah SWOT Analysis Indonesia terkait Muslim Friendly Tourism:

Halal Tourism di Provinsi NTB

Perkembangan pariwisata di Provinsi NTB cukup pesat, dalam 3 (tiga) tahun terakhir

pertumbuhan wisatawan mancanegara dan wisatawan tumbuh di atas 20% (yoy). Pada tahun

2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ditargetkan mencapai 4 juta orang dan

jumlah kunjungan wisatawan nusantara ditargetkan mencapai 5 juta orang.

Potensi halal tourism yang dimiliki oleh Provinsi NTB sangat besar. Provinsi NTB merupakan

salah satu model wisata halal di Indonesia. Pengembangan halal tourism di Provinsi NTB terus

dilakukan melalui upaya-upaya seperti Peraturan Daerah Pariwisata Halal yang merupakan

pertama di Indonesia yaitu Peraturan Daerah Provinsi NTB No. 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata

Halal.

SWOT Analysis of Indonesia - Muslim Friendly Tourism

Strength Weakness

Berpengalaman dalam pengediaan tempat ibadah sholat di Tanda halal di restoran masih kurang

area publik

Atraksi untuk wisatawan berkembang dengan baik dan Promosi Indonesia sebagai tempat tujuan wisata halal masih

pilihan hiburan yang menawarkan belanja dan aktivitas luar kurang

ruangan banyak tersedia di Indonesia

Hotel Syariah tersedia untuk melayani kebutuhan wisatawan

muslim

Tempat wisata yang "value for money" ditawarkan kepada

wisatawan muslim

Opportunities Threats

Branding dan positioning Indonesia pada Islamic tourism Kompetisi dengan negara Islam lainnya sepeti Malaysia yang

juga telah menyediakan infrastruktur untuk wisatawan muslim

Dukungan berita di media untuk meningkatkan awareness Konektivitas penerbangan dengan negara-negara di dunia

mengenai Muslim Friendly Tourism masih rendah

Pengembangan infrastruktur untuk Muslim Friendly Tourism Low Cost Carrier tidak banyak tersedia untuk kota-kota utama

yang bekerjasama dengan organisasi multinasional dan di dunia

negara lain

Iklan untuk keluarga muslim yang tematik Menggunakan kata "Shariah" tampak "menakutkan"

karena konotasinya, dan dapat membuat pertumbuhan

muslim friendly tourism turun

Pengembangan wisata budaya dan heritage

Sumber: Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation of the Organization of Islamic Cooperation (COMCEC)

Wisatawan 2011 2012 2013 2014 2015 2016*

Wisatawan Mancanegara 364,196 752,306 565,944 752,306 1,061,292 1,500,000

Wisatawan Nusantara 522,684 876,816 791,658 876,816 1,149,235 1,600,000

Total Wisatawan 886,880 1,629,122 1,357,602 1,629,122 2,210,527 3,100,000

Sumber: BPS dan Dinas Pariwisata Prov NTB, 2016

* Angka sementara per Desember 2016; Dinas Pariwisata Prov NTB

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

BOKS 1: Quick Win Diversifikasi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi NTB: Halal Tourism 20

Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terdapat sejumlah peluang dan

tantangan dalam pengembangan halal tourism di Indonesia dan juga di Provinsi NTB. Peluang

dalam halal tourism salah satunya adalah daya tarik pariwisata yang beragam dan sudah

berkembang, dimana terdapat berbagai produk/destinasi halal tourism yaitu wisata budaya

(culture), wisata alam (nature) dan wisata buatan (man-made). Peluang yang lain adalah

amenitas, yaitu muslim-friendly amenities (hotel, kafe, restoran), masjid dan mushola sudah

tersedia. Selain itu peluang kerjasama dengan lembaga/organisasi multinasional untuk

mengembangkan infrastruktur pariwisata halal sangat terbuka.

Namun di sisi lain masih menghadapi tantangan, dimana destinasi halal cukup banyak namun

masih kurang dalam sertifikasi muslim friendly amenitas. Selain itu, diperlukan penguatan

branding dan promosi sebagai muslim friendly destination. Pengembangan produk halal di

Provinsi NTB dan juga di Indonesia masih pada tahap sertifikasi dan pemberian produk halal,

sehingga perlu diarahkan untuk sertifikasi logistik halal dalam sistem rantai pasok secara

menyeluruh guna mendukung halal tourism. Pada aspek aksesibilitas dari dan ke kota-kota

besar mancanegara (direct flight) menuju destinasi halal perlu diperluas.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 21

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH 4 5 6 7

Realisasi belanja pemerintah daerah pada triwulan I 2017 menurun dibanding triwulan yang sama

tahun sebelumnya. Penurunan tersebut menyebabkan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada

PDRB Provinsi NTB pada triwulan I 2017 tumbuh terbatas. Realisasi pendapatan pemerintah

daerah juga menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya.

2.1 PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH

Kinerja keuangan pemerintah (pemerintah daerah dan pemerintah pusat di Provinsi

NTB) dari sisi realisasi pendapatan menunjukkan penurunan dibandingkan capaian

triwulan sebelumnya. Secara total pencapaian realisasi pendapatan tersebut (pemerintah

daerah dan pemerintah pusat di Provinsi NTB) mencapai Rp4,98 triliun, turun 3,46% (yoy).

Sedangkan realisasi pendapatan daerah Provinsi NTB dan kota/kabupaten sebesar Rp4,2 triliun,

menurun sebesar 2,77% (yoy) setelah triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan tahunan

sebesar 18,87% (yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya pendapatan transfer

dari pemerintah pusat ke kota/kabupaten yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya dan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Dari sisi persentase realisasi pendapatan daerah (Provinsi NTB dan kota/kabupaten)

triwulan I 2017 dibandingkan anggaran pendapatan 2017 mencapai 22,29%. Persentase

tersebut lebih rendah dibanding persentase realisasi triwulan I 2016 yang sebesar 24,88% dari

anggaran pendapatan. Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi NTB sebesar Rp1,11 triliun atau

23,12% dari anggaran pendapatan 2017, sedangkan pemerintah kota/kabupaten sebesar

Rp3,09 triliun atau 22,01% dari anggaran pendapatan 2017.

Selain realisasi pendapatan daerah Provinsi NTB dan kota/kabupaten, juga terdapat realisasi

pendapatan pemerintah pusat di Provinsi NTB yang berupa pendapatan pajak dan non pajak.

Sebagian besar realisasi pendapatan pemerintah pusat di Provinsi NTB didominasi oleh

pendapatan pajak. Pada triwulan I 2017, pendapatan pemerintah pusat tersebut mencapai

Rp0,78 triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan yang sama tahun 2016

yang sebesar Rp0,84 triliun. Hal tersebut disebabkan penurunan realisasi pendapatan baik dari

pajak maupun bukan pajak pada triwulan I 2016 lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 22

Dari sisi penyerapan belanja pemerintah daerah (Provinsi NTB dan kota/kabupaten) juga

mencatat penurunan sebesar 2,26% (yoy). Realisasi belanja pemerintah daerah Provinsi NTB

dan seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB sampai dengan triwulan I 2017 mencapai Rp1,83

triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan yang sama tahun 2016 yang

sebesar Rp1,88 triliun. Penurunan tersebut terkait dengan penurunan belanja modal, dan belanja

bantuan sosial. Sedangkan belanja pegawai dan belanja barang menunjukkan pertumbuhan

meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya.

Persentase penyerapan belanja pemerintah daerah sampai dengan triwulan I 2017

terhadap anggaran belanja 2017 sebesar 9,44%. Persentase tersebut sedikit lebih rendah

dibanding realisasi belanja daerah periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 10,64% dari

anggaran belanja 2016. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi NTB mencapai Rp0,54 triliun atau

10,75% dari anggaran belanja 2017. Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi NTB merealisasikan

belanja daerah sebesar Rp1,3 triliun atau 8,98% dari anggaran belanja 2017.

Realisasi belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB yang seluruhnya merupakan belanja operasi,

sampai dengan triwulan I 2017 mengalami penurunan secara tahunan sebesar 8,38% (yoy).

Belanja operasi tersebut terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja

bantuan sosial. Belanja bantuan sosial menunjukkan percepatan pertumbuhan secara tahunan

disbanding triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan negatif. Belanja pegawai

menunjukkan perlambatan pertumbuhan secara tahunan dibanding triwulan sebelumnya.

Sedangkan belanja barang dan belanja modal menunjukkan penurunan secara tahunan

dibanding triwulan sebelumnya. Penyerapan anggaran belanja tersebut sebesar 12,56% dari

anggaran tahun 2017, sedikit lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun 2016 yang sebesar

12,54%.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 23

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Grafik 2.1

Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi NTB

Grafik 2.2

Realisasi Pendapatan dan Belanja Seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi NTB

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB, diolah

Grafik 2.3

Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2015 2016 2017

Rp Triliun

Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja

2451

69

98

24 5167

104

23

16 3751

92

1540

66

95

11

% Pendapatan % Belanja

0.0

4.0

8.0

12.0

16.0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2015 2016 2017

Rp Triliun

Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja

2350

7396

2548

7098

22

1131

52

90

1034

56

90

9

% Pendapatan % Belanja

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2015 2016 2017

Rp Triliun

Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja

21 48 83

130 258

580

973

1,318

8 25 46 9213

4162 91

13

% Pendapatan % Belanja

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 24

2.2 REALISASI PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH

DAERAH DI PROVINSI NTB

Tabel 2.1 Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan I 2017

Rp Juta

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Realisasi pendapatan pemerintah daerah pada triwulan I 2017 mencapai Rp4,2 triliun,

yang terdiri dari Rp1,11 triliun realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi NTB, dan Rp3,09

triliun realisasi pendapatan pemerintah kota/kabupaten di Provinsi NTB. Sebagian besar

realisasi pendapatan daerah tersebut merupakan pendapatan transfer dari pemerintah pusat

yang sebesar 87,76%, sedangkan pendapatan daerah sebesar 11,23% dan lain-lain pendapatan

yang sah sebesar 1,02%. Secara proporsi pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan

meningkat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 9,19%.

Realisasi pendapatan pemerintah daerah pada triwulan I 2017 menurun 2,77% (yoy) setelah pada

triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 18,87% (yoy). Penurunan pendapatan transfer dari

pemerintah pusat pada triwulan I 2017 menyebabkan penurunan pendapatan daerah. Penurunan

pendapatan transfer terjadi pada pendapatan transfer dari dana alokasi umum, dana alokasi

khusus, dana otonomi khusus dan penyesuaian. Sedangkan pendapatan transfer dan bagi hasil

pajak dan bukan pajak mengalami peningkatan.

Kota/Kab Prov Total Kota/Kab Prov Total

I. PENDAPATAN

1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,522,781 1,501,611 3,024,392 220,021 251,217 471,238 14.45 16.73

1.1.1 Pajak Daerah 500,606 1,122,139 1,622,745 100,122 233,725 333,847 20.00 20.83

1.1.2 Retribusi Daerah 198,237 18,459 216,696 26,005 4,936 30,940 13.12 26.74

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang dipisahkan 98,844 92,558 191,402 5,222 - 5,222 5.28

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 725,094 268,454 993,548 88,672 12,557 101,229 12.23 4.68

1.2 PENDAPATAN TRANSFER 11,987,318 3,275,916 15,445,632 2,827,045 856,407 3,683,452 23.58 26.14

1.2.1Transfer Pemerintah Pusat Dana

Perimbangan10,707,541 3,222,521 14,112,460 2,631,098 829,709 3,460,808 24.57 25.75

1.2.1.1 Bagi Hasil Pajak 471,282 185,190 656,472 114,379 58,789 173,168 24.27 31.75

1.2.1.2 Bagi Hasil Bukan Pajak 488,085 167,935 656,020 194,006 61,991 255,997 39.75 36.91

1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 7,232,566 1,496,973 8,729,539 2,116,512 472,008 2,588,519 29.26 31.53

1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 2,515,609 1,372,423 3,888,032 206,201 236,922 443,123 8.20 17.26

1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 761,778 53,394 815,172 82,806 26,697 109,504 10.87 50.00

1.3LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG

SAH347,079 13,871 360,950 42,685 0 42,685 12.30 0.00

JUMLAH PENDAPATAN 13,857,178 4,791,397 18,830,974 3,089,751 1,107,624 4,197,375 22.30 23.12

UraianNo

REALISASI APBD %

Realisasi

APBD

Kota/Kab

% Realisasi

APBD Prov

APBD

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 25

Berbeda dengan Provinsi NTB dan kota/kabupaten, realisasi pendapatan pemerintah pusat di

Provinsi NTB menunjukkan penurunan secara tahunan. Pendapatan pajak pemerintah pusat di

Provinsi NTB mencapai Rp0,73 triliun atau 93% dari total pendapatan. Pendapatan pajak tersebut

menurun 0,07% (yoy). Pendapatan bukan pajak pemerintah pusat di Provinsi NTB mencapai Rp52

miliar atau 7% dari total pendapatan, dan pendapatan bukan pajak tersebut turun 53% (yoy).

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTB, diolah

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah

di Provinsi NTB

Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan Kota/Kabupaten

di Provinsi NTB Tw I 2017

Secara spasial, kota/kabupaten yang memiliki realisasi pendapatan daerah terbesar sampai

dengan triwulan I 2017 adalah Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah sebesar Rp609,5 miliar,

sedangkan yang terkecil adalah Kota Bima dengan jumlah sebesar Rp135,5 miliar. Jika

berdasarkan persentase realisasi pendapatan terhadap anggaran pendapatan, kota/kabupaten

yang memiliki persentase realisasi pendapatan terbesar adalah Kabupaten Sumbawa Barat

sebesar 27,90% dan kota/kabupaten yang memiliki persentase terkecil adalah Kabupaten

Sumbawa sebesar 15,97%.

2.2.1 RISIKO FISKAL DARI SUMBER PENDAPATAN

Berdasarkan sudut pandang risiko, APBD yang baik adalah APBD yang mempunyai ketahanan

fiskal yang baik. Hal ini tercipta jika pendapatan daerah tersebut tidak terlalu bergantung pada

transfer dari Pemerintah Pusat. Daerah yang pendapatannya sebagian besar berasal dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan rasio efektivitas minimal 100% dan rasio kemandirian yang

besar (>50%) akan memiliki ketahanan fiskal yang lebih baik. Kemampuan pemerintah daerah

dalam menghasilkan pendapatan yang bersumber dari daerahnya sendiri terutama dari pajak

11

34

12

3 4

11

22 3

12

2

4

1

36

9

12

3

7

10

14

3

02468

101214

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2015 2016 2017

Rp Triliun

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kota/Kab

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

Ko

ta M

ata

ram

Lom

bok B

ara

t

Lom

bok T

en

gah

Lom

bok T

imur

Lom

bok U

tara

Sum

baw

a B

ara

t

Sum

baw

a

Do

mp

u

Kab.

Bim

a

Ko

ta B

ima

Pro

vin

si N

TB

Rp Triliun

Anggaran Pendapatan Realisasi Pendapatan

% Realisasi Pendapatan

26 24

16

26

25

28

16 17

24

17

23

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 26

daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain

pendapatan asli daerah dapat dilihat dari rasio kemandirian. Rasio kemandirian dapat

memperhitungkan Dana Bagi Hasil (DBH) yang merupakan salah satu pendapatan daerah yang

bersumber dari daerah sendiri1.

Pendapatan daerah di Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB tersebut terdiri dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah.

Sebagian besar pendapatan daerah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB merupakan

Pendapatan Transfer. Kota/Kabupaten yang memiliki PAD terbesar secara nominal pada triwulan

I 2017 adalah Kota Mataram yaitu sebesar Rp68,58 miliar. Sedangkan kota/kabupaten yang

memiliki PAD terkecil secara nominal adalah Kabupaten Dompu, yaitu sebesar Rp339 juta. Potensi

daerah dan skala ekonomi suatu wilayah diperkirakan mempengaruhi kota/kabupaten dalam

memperoleh PAD sehingga terdapat disparitas PAD antar kota/kabupaten di Provinsi NTB.

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Grafik 2.6 Rasio Efektivitas Kota/Kabupaten

di Provinsi NTB Tw I 2017

Grafik 2.7 Rasio Kemandirian Kota/Kabupaten

di Provinsi NTB Tw I 2017

RASIO EFEKTIVITAS

Pada triwulan I 2017 rasio efektivitas Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB secara

keseluruhan mencapai 15,58%. Pemerintah Provinsi NTB memiliki rasio efektivitas yang lebih

tinggi sebesar 16,73% dibanding seluruh kota/kabupaten di Provinsi NTB yang sebesar 14,45%.

Rasio efektivitas Provinsi NTB yang lebih tinggi dibanding kota/kabupaten secara keseluruhan

1 Ika (2013). Rasio Efektivitas merupakan perbandingan antara Realisasi PAD dan Target PAD. Rasio Kemandirian adalah perbandingan antara Realisasi PAD dan Realisasi Total Pendapatan. Rasio kemandirian yang semakin tinggi menunjukkan bahwa daerah tersebut semakin mandiri dan tidak bergantung kepada bantuan eksternal (Pemerintah Pusat dan atau provinsi). Rasio kemandirian yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah yang ditunjukkan dengan semakin tingginya partisipasi dalam membayar pajak dan retribusi daerah.

2312 12 21 15 20

7 0 6 417

Ko

ta M

atar

am

Lom

bok

Bar

at

Lom

bok

Ten

gah

Lom

bok

Tim

ur

Lom

bok

Uta

ra

Sum

baw

a Bar

at

Sum

baw

a

Do

mp

u

Kab

. Bim

a

Ko

ta B

ima

Pro

vin

si N

TB

% Rasio Efektivitas (Realisasi PAD / Target PAD)

20

7 7 9 9 3 40 2 1

23

32

13 12 1416

47

129 7

1

34K

ota

Mata

ram

Lom

bok B

ara

t

Lom

bok T

en

gah

Lom

bok T

imur

Lom

bok U

tara

Sum

baw

a B

ara

t

Sum

baw

a

Do

mp

u

Kab.

Bim

a

Ko

ta B

ima

Pro

vin

si N

TB

% Rasio Kemandirian (Realisasi PAD / Realisasi Total Pendapatan)

% Rasio Kemandirian ((Realisasi PAD + DBH) / Realisasi Total Pendapatan)

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 27

tersebut menandakan kinerja dalam realisasi PAD Provinsi NTB lebih baik dibanding

kota/kabupaten di Provinsi NTB secara keseluruhan. Secara spasial, kota/kabupaten yang memiliki

rasio efektivitas tertinggi adalah Kota Mataram sebesar 22,86%, dan yang terendah adalah

Kabupaten Dompu sebesar 0,45%

RASIO KEMANDIRIAN

Rasio kemandirian Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB pada triwulan I 2017 secara

keseluruhan sebesar 11,23%. Secara terpisah, Provinsi NTB memiliki rasio kemandirian sebesar

22,68%, lebih tinggi dibanding kota/kabupaten di Provinsi NTB yang hanya sebesar 7,12%.

Secara spasial rasio kemandirian kota/kabupaten di Provinsi NTB yang tertinggi adalah Kota

Mataram, yaitu sebesar 20,50%. Hal ini menandakan Kota Mataram memiliki kemampuan yang

lebih kuat dalam menghasilkan pendapatan yang bersumber dari daerahnya sendiri dibandingkan

Kota/Kabupaten lainnya. Kota Mataram berhasil membukukan PAD sebesar Rp68,58 miliar pada

triwulan I 2017. PAD tersebut merupakan terbesar di antara Kota/Kabupaten lainnya di Provinsi

NTB. Jika rasio kemandirian memperhitungkan Dana Bagi Hasil (DBH), kota/kabupaten di Provinsi

NTB yang tertinggi adalah Kabupaten Sumbawa Barat dengan rasio sebesar 47,12%. Tingginya

rasio tersebut terutama ditopang oleh Dana Bagi Hasil Bukan Pajak yang cukup besar

dibandingkan kota/kabupaten lain.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 28

2.3 REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

DI PROVINSI NTB

Tabel 2.2 Belanja Daerah Pemerintah Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Triwulan I 2017

Rp Juta

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Realisasi belanja Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB pada

triwulan I 2017 sebesar Rp1,83 triliun, yang terdiri dari Rp0,54 triliun yang merupakan

realisasi belanja Provinsi NTB dan Rp 1,29 triliun yang merupakan realisasi belanja

Kota/Kabupaten di Provinsi NTB. Sebagian besar (90,12%) realisasi belanja tersebut

merupakan belanja operasi, yaitu sebesar Rp1,65 triliun, sedangkan selebihnya merupakan

belanja modal Rp54,2 miliar (2,95%), serta belanja tak terduga dan belanja transfer bagi hasil

kota/kabupaten/desa sebesar Rp127 miliar (6,93%).

Pertumbuhan belanja daerah pada triwulan I 2017 secara year on year menurun dibanding

triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2017, realisasi belanja daerah menurun sebesar 2,26% (yoy)

setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 16,74% (yoy). Penurunan ini terkait dengan

belanja modal dan belanja bantuan sosial yang mengalami penurunan. Belanja modal pada

triwulan I 2107 menurun sebesar 37,55% (yoy) dan belanja bantuan sosial menurun sebesar

23,87% (yoy). Pada triwulan sebelumnya, belanja modal dan belanja bantuan sosial masing-

masing tumbuh sebesar 17,66% (yoy) dan 52,79% (yoy). Sedangkan belanja pegawai dan

belanja barang mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kota/Kab Prov Total Kota/Kab Prov Total

II. BELANJA

2.1 BELANJA OPERASI 11,178,156 3,482,322 14,660,478 1,246,229 406,653 1,652,881 11.15 11.68

2.1.1 Belanja Pegawai 6,363,819 1,383,301 7,747,119 946,537 224,104 1,170,641 14.87 16.20

2.1.2 Belanja Barang 2,720,560 784,212 3,504,772 213,126 52,440 265,567 7.83 6.69

2.1.3 Belanja Bunga 4,076 - 4,076 462 - 462 11.33

2.1.4 Belanja Subsidi - - - 5,115 0.00 5,115

2.1.5 Belanja Hibah 467,801 1,262,358 1,730,159 16,785 130,064 146,849 3.59 10.30

2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 117,236 48,739 165,975 10,126 44 10,170 8.64 0.09

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 1,504,666 3,711 1,508,377 54,077 - 54,077 3.59

2.2 BELANJA MODAL 3,044,059 990,737 3,824,711 45,840 8,356 54,196 1.51 0.84

2.3 BELANJA TAK TERDUGA 30,681 4,000 34,681 1,287 - 1,287 4.20

2.3.1 Belanja Tidak Terduga 30,681 4,000 34,681 1,287 - 1,287 4.20

2.4 TRANSFER - 531,939 578,816 2,149 123,613 125,762 23.24

2.4.1 Transfer Bagi Hasil ke

Kab/Kota/Desa

46,877 531,939 578,816 2,149 123,613 125,762 4.58 23.24

2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 44,509 531,939 576,448 2,149 123,613 125,762 4.83 23.24

2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi 2,368 - 2,368 - - -

2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - - - - -

JUMLAH BELANJA 14,425,081 5,008,997 19,434,078 1,295,504 538,622 1,834,126 8.98 10.75

SURPLUS/DEFISIT (567,903) (217,600) (785,502) 1,794,247 569,002 2,363,249

UraianNo

APBD REALISASI ANGGARAN %

Realisasi

APBD

Kota/Kab

% Realisasi

APBD Prov

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 29

Belanja pegawai dan belanja barang masing-masing tumbuh sebesar 0,23% (yoy) dan 25,47%

(yoy) pada triwulan I 2017, melambat dibandingkan triwulan IV 2016 yang masing-masing

tumbuh sebesar 6,03% (yoy) dan 34,29% (yoy).

Realisasi belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB juga menunjukkan penurunan secara year on

year (tahunan), namun penurunan tersebut tidak sebesar penurunan pada triwulan sebelumnya.

Realisasi belanja daerah Pemerintah Pusat pada triwulan I 2017 sebesar Rp0,92 triliun, menurun

8,38% (yoy). Hal ini terutama disebabkan penurunan pertumbuhan tahunan pada belanja barng

dan belanja modal, serta perlambatan pertumbuhan pada belanja pegawai. Realisasi belanja

pegawai dan belanja barang merupakan komponen belanja terbesar, dengan proporsi masing-

masing sebesar 56,19% dan 25,33%.

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Grafik 2.8 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah

di Provinsi NTB

Grafik 2.9 Realisasi Belanja Kota/Kabupaten

di Provinsi NTB Tw I 2017

Persentase realisasi belanja terhadap anggaran belanja Kota/Kabupaten di Provinsi NTB secara

keseluruhan pada triwulan I 2017 mencapai 8,98%. Realisasi belanja tertinggi adalah Kota

Mataram yang sebesar 11,76%, sedangkan kota/kabupaten yang memiliki persentase terkecil

adalah Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 6,46%.

2.3.1 RISIKO FISKAL DARI BELANJA

Sama seperti halnya pendapatan, belanja juga merupakan sumber risiko fiskal. Pertumbuhan

belanja yang semakin tinggi tanpa adanya dukungan pendapatan akan menjadi sumber risiko

bagi daerah. Pemerintah daerah akan memperoleh manfaat yang berkelanjutan apabila belanja

diarahkan pada jenis belanja modal. Dengan naiknya belanja modal maka multiplier yang tercipta

akan lebih panjang dan berdampak pada sektor-sektor yang lebih luas. Namun di sisi lain,

1 2

4

8

13

5

7

10 1

2

3

11

2

4

1

1

4

7

11

1

5

8

13

1

0

2

4

6

8

10

12

14

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2015 2016 2017

Rp Triliun

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kota/Kab

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

Ko

ta M

ata

ram

Lom

bok B

ara

t

Lom

bok T

en

ga

h

Lom

bok T

imur

Lom

bok U

tara

Su

mb

aw

a B

ara

t

Su

mb

aw

a

Dom

pu

Ka

b.

Bim

a

Ko

ta B

ima

Pro

vin

si N

TB

Rp Triliun

Belanja Daerah Realisasi Belanja

12 10 9 97 6

9 7 9 911

% Realisasi Belanja

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 30

pemerintah daerah selain mengalokasikan belanja untuk kepentingan publik dalam bentuk

belanja modal juga membiayai operasional pemerintahan (Ika, 2013).

Total realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB pada

triwulan I 2017 mencapai Rp49,71 miliar, yang terdiri dari Rp8,35 miliar belanja modal

Pemerintah Provinsi NTB, dan Rp41,36 miliar belanja modal pemerintah Kota/Kabupaten di

Provinsi NTB. Sementara itu, realisasi belanja pegawai Pemerintah Provinsi NTB dan

Kota/Kabupaten di Provinsi NTB pada triwulan I 2017 mencapai Rp1,17 triliun yang terdiri dari

Rp224,1 miliar belanja pegawai Pemerintah Provinsi NTB, dan Rp946,54 miliar belanja pegawai

pemerintah kota/kabupaten di Provinsi NTB .

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov. NTB, diolah

Grafik 2.10

Realisasi Belanja Modal Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw I 2017

Grafik 2.11

Realisasi Belanja Pegawai Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Tw I 2017

RASIO BELANJA MODAL TERHADAP TOTAL BELANJA

Pada triwulan I 2017 rasio realisasi belanja modal terhadap realisasi total belanja Pemerintah

Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB secara keseluruhan sebesar 2,95%2, sedangkan

rasio realisasi belanja modal terhadap total belanja belanja Pemerintah Provinsi NTB dan

kota/kabupaten di Provinsi NTB secara terpisah masing-masing sebesar 1,55% dan 3,54%. Rasio

realisasi belanja modal terhadap total belanja Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB

tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 18,52%

2 Ika (2013). Rasio realisasi belanja modal terhadap realisasi total belanja digunakan untuk mengukur seberapa besar pemerintah daerah mengalokasikan porsi total belanjanya untuk belanja modal.

-

5

10

15

20

Ko

ta M

ata

ram

Lom

bok B

ara

t

Lom

bok T

en

ga

h

Lom

bok T

imur

Lom

bok U

tara

Su

mb

aw

a B

ara

t

Su

mb

aw

a

Do

mpu

Ka

b.

Bim

a

Ko

ta B

ima

Pro

vin

si N

TB

Rp Miliar

Belanja Modal

4 4 0 24

19

36

1 2 2

Rasio Realisasi Belanja Modal thd Realisasi Total Belanja (%)

-

50

100

150

200

250

300

Kota

Ma

tara

m

Lom

bok B

ara

t

Lom

bok T

enga

h

Lom

bok T

imur

Lom

bok U

tara

Sum

ba

wa B

ara

t

Sum

ba

wa

Dom

pu

Kab.

Bim

a

Kota

Bim

a

Pro

vin

si N

TB

Rp Miliar

Belanja Pegawai

63 65

8475

6659

72

88 8074

42

Rasio Realisasi Belanja Pegawai thd Realisasi Total Belanja (%)

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 31

dan 22,40%. Realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan mendominasi realisasi belanja modal di

kota/kabupaten di Provinsi NTB, sedangkan di Provinsi NTB didominasi oleh realisasi belanja

peralatan dan mesin.

Kabupaten Sumbawa Barat pada triwulan I 2017 merealisasikan belanja modal tertinggi di antara

kota/kabupaten lain di Provinsi NTB, yaitu sebesar Rp14,65 miliar, dan Kabupaten Lombok

Tengah merealisasikan belanja modal terendah di antara kota/kabupaten lain di Provinsi NTB,

yaitu sebesar Rp416,74 juta. Dari sisi rasio realisasi belanja modal terhadap realisasi total belanja,

Kabupaten Sumbawa Barat merupakan tertinggi di antara kota/kabupaten lain di Provinsi NTB

dengan rasio sebesar 19,28%, dan Kabupaten Lombok Tengah merupakan terendah di antara

kota/kabupaten lain di Provinsi NTB dengan rasio sebesar 0,26%.

RASIO BELANJA PEGAWAI TERHADAP TOTAL BELANJA

Pada triwulan I 2017 rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi total belanja Pemerintah

Provinsi NTB dan pemerintah kota/kabupaten di Provinsi NTB secara keseluruhan sebesar 63,83%,

sedangkan secara terpisah Pemerintah Provinsi NTB dan pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi

NTB masing-masing memiliki rasio sebesar 41,61% dan 73,06%. Rasio realisasi belanja pegawai

terhadap realisasi total belanja Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB tersebut lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 15,55% dan 48,59%.

Kota/kabupaten yang memiliki realisasi belanja pegawai tertinggi adalah adalah Kabupaten

Lombok Timur dengan nilai sebesar Rp163,25 miliar, sedangkan kota/kabupaten yang memiliki

realisasi belanja pegawai terendah adalah Kabupaten Lombok Utara dengan nilai sebesar

Rp40,75 miliar. Dari sisi rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi total belanja, Kota

Dompu merupakan yang tertinggi dengan angka rasio sebesar 87,73%, sedangkan Kabupaten

Sumbawa Barat merupakan kota/kabupaten yang terendah dalam rasio belanja pegawai

terhadap realisasi total belanja yaitu sebesar 58,55%.

RASIO BELANJA PEGAWAI TERHADAP PAD

Pada triwulan I 2017, Provinsi NTB memiliki PAD yang cukup untuk belanja pegawai, namun PAD

kota/kabupaten di Provinsi NTB belum mencukupi untuk membiayai belanja pegawainya. Hal ini

tampak dari rasio realisasi belanja pegawai terhadap PAD3 Provinsi NTB sebesar 89,21%,

sedangkan sedangkan kota/kabupaten di Provinsi NTB secara gabungan sebesar 430,20%. Rasio

realisasi belanja pegawai terhadap PAD masing-masing kota/kabupaten juga di atas 100%.

Persentase rasio yang di atas 100% tersebut menandakan bahwa seluruh Kota/Kabupaten di

3 Ika (2013). Rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi PAD menggambarkan berapa banyak PAD yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai pegawainya. Jika lebih dari 100% berarti pemerintah daerah mengambil sebagian dana transfer dari pusat atau provinsi untuk belanja pegawai.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Keuangan Pemerintah 32

Provinsi NTB masih belum mampu membiayai belanja pegawai hanya dari PAD. Pemerintah

Kota/Kabupaten di Provinsi NTB menggunakan dana transfer baik dari Pemerintah Pusat maupun

Provinsi NTB sebagai tambahan untuk membiayai belanja pegawai.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 23

BAB 3 INFLASI 1

Tekanan inflasi tahunan Provinsi NTB pada triwulan I 2017 menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya maupun di triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Menurunnya tekanan inflasi

tahunan pada triwulan I 2017 terjadi terutama disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi pada

komoditas volatile food seiring dengan masuknya masa panen.

3.1 KONDISI UMUM

Tekanan inflasi tahunan NTB pada triwulan I 2017 secara umum menurun. Tekanan inflasi

pada akhir triwulan I 2017 (Maret 2017) sebesar 2,58% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi

triwulan sebelumnya sebesar 2,61% (yoy) maupun inflasi pada triwulan yang sama di tahun lalu

sebelumnya sebesar 4,33% (yoy). Angka inflasi NTB tersebut juga lebih rendah dibandingkan

inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,61% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tahunan pada

triwulan I 2017 terjadi terutama disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi pada komoditas

volatile food1 sehubungan dengan momen panen raya yang terjadi pada triwulan I 2017.

Komoditas kelompok volatile food secara tahunan mengalami deflasi pada triwulan I

2017, sementara itu tekanan inflasi pada kelompok inti dan administered price

mengalami peningkatan. Deflasi kelompok volatile food disumbang oleh beberapa komoditas

utama, diantaranya tomat sayur, beras, apel, telur ayam ras dan daging ayam ras. Sementara itu,

inflasi dari komoditas inti disumbang oleh tukang bukan mandor, sedangkan biaya perpanjangan

STNK, tarif listrik, dan rokok kretek filter menjadi kontributor utama dari komoditas administered

price.

1 Disagregasi Inflasi dibagi kedalam 3 kelompok besar, yaitu:

- Administered Price : Kelompok komoditas yang pergerakan harganya diatur oleh regulasi pemerintah, seperti bensin, tarif listrik - Volatile food : Kelompok komoditas yang harganya cenderung bergejolak, sebagian besar adalah kelompok bahan makanan. - Inti / Core : Kelompok komoditas yang harganya relatif stabil.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 24

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

no

v

de

c

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

no

v

de

c

jan

feb

mar

2015 2016 2017

Nasional NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

no

v

de

c

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

no

v

de

c

jan

feb

mar

2015 2016 2017

NASIONAL NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.1

Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional

Grafik 3.2

Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional

Dillihat secara bulanan, perkembangan inflasi bulanan NTB pada triwulan I 2017

menunjukan tren penurunan. Tekanan inflasi bulanan pada bulan Januari 2017 tercatat sebesar

1,49% (mtm2), lebih besar dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,63%

(mtm). Peningkatan tekanan inflasi tersebut terutama disumbang oleh penyesuaian harga

beberapa komoditas administered price oleh pemerintah, antara lain biaya perpanjangan STNK,

tarif listrik, dan rokok kretek filter. Penyesuaian biaya perpanjangan STNK dan harga pita cukai

rokok dilaksanakan pada awal tahun 2017, sedangkan penyesuaian tarif listrik dilaksanakan untuk

pelanggan 900VA dalam beberapa termin, dimana pada triwulan I 2017 penyesuaian

dillaksanakan pada bulan Januari dan Maret. Pada bulan Februari 2017, tekanan inflasi mulai

menurun dengan angka inflasi sebesar 0,24% (mtm). Penurunan tekanan inflasi bulanan terjadi

karena dimulainya masa panen beberapa komoditas pangan yang menyebabkan turunnya harga,

antara lain tomat sayur, jeruk, beras dan bawang merah.

Penurunan harga terdalam pada triwulan I 2017 terjadi pada bulan Maret dimana tercatat deflasi

sebesar 0,68% (mtm). Angka deflasi tersebut tercatat lebih dalam dibandingkan angka deflasi

nasional sebesar 0,02% (mtm). Deflasi tersebut mayoritas disumbang oleh komoditas volatile food

sehubungan dengan masuknya masa panen raya dan meningkatnya pasokan beberapa komoditas

pangan, seperti beras, tomat sayur, daging ayam ras, cabai rawit dan ikan tongkol.

2 yoy : Year on Year, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu dengan bulan yang sama tahun sebelumnya.

qtq : Quartal to Quartal, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu di akhir kuartal dengan bulan di akhir kuartal sebelumnya.

mtm : Month to Month, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan bulan tertentu dengan IHK bulan sebelumnya ytd : Year to Date, dimana inflasi dihitung berdasarkan perbandingan IHK bulan tertentu dengan IHK akhir tahun sebelumnya

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 25

Tabel 3.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Provinsi NTB pada Triwulan I 2017

No Mataram Bima

Umum Volatile Food Umum Volatile Food

1 Tukang Bukan Mandor Minyak Goreng Beras Beras

2

Biaya Perpanjangan

STNK Tongkol/Ambu-ambu Tarip Listrik Jeruk

3 Tarip Listrik Cabai Rawit Batu Bata/Batu Tela Bawang Putih

4 Rokok Kretek Filter Wortel Rokok Kretek Filter Tongkol/Ambu-ambu

5 Tarip Air Minum PAM Tempe

Biaya Perpanjangan

STNK Kelapa

6 Sewa Rumah Tenggiri Rokok Kretek Teri

7 Mie Bawang Putih Jeruk Daging Sapi

8 Sate Teri Bawang Putih Kakap Merah

9 Minyak Goreng Anggur Tongkol/Ambu-ambu Selar/Tude

10 Rokok Kretek Tongkol Pindang Rokok Putih Mie Kering Instant

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Meski terdapat beberapa risiko tekanan harga ke depan, inflasi NTB pada tahun 2017

diperkirakan terkendali dan masih berada dalam sasaran target inflasi. Tekanan inflasi

pada bulan April 2017 kembali meningkat namun masih terkendali dalam rentang target 4+1% di

angka 3,05% (yoy). Terdapat beberapa risiko inflasi yang diperkirakan dapat meningkatkan

tekanan harga dan perlu mendapatkan perhatian agar capaian inflasi Provinsi NTB sepanjang

tahun 2017 berada dalam kisaran target. Risiko cuaca masih menjadi salah satu risiko utama yang

perlu dicermati. Kondisi cuaca sejak triwulan I 2017 mulai berangsur normal. Keadaan ini

tercermin dari kinerja produksi pertanian yang mengalami peningkatan. Meski begitu, BMKG

memperkirakan musim kemarau dengan kondisi curah hujan yang mulai berkurang akan dimulai

pada bulan Mei 2017, dimana momen tersebut terjadi bersamaan dengan fase tanam selepas

masa panen raya di bulan Maret 2017. Kekeringan lahan karena kemarau berisiko mempengaruhi

tingkat produksi pertanian. Peningkatan konsumsi masyarakat didorong meningkatnya kunjungan

wisatawan ke Provinsi NTB, baik domestik maupun mancanegara sepanjang tahun 2017 juga

perlu dicermati. Selain itu, potensi risiko penyesuaian harga beberapa komoditas administered

price di tahun 2017 oleh pemerintah, seperti bahan bakar minyak, menjadi salah satu faktor

penyumbang inflasi yang perlu diwaspadai.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 26

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00ja

n

feb

ma

r

ap

r

ma

y

jun

jul

au

g

sep

oct

no

v

de

c

jan

feb

ma

r

ap

r

ma

y

jun

jul

au

g

sep

oct

no

v

de

c

jan

feb

ma

r

2015 2016 2017

Nasional NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

no

v

de

c

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

no

v

de

c

jan

feb

mar

2015 2016 2017

UMUM NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.3

Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Provinsi NTB dan Nasional

Grafik 3.4

Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional

3.2 INFLASI BERDASARKAN KOMODITAS

Menurunnya tekanan inflasi tahunan NTB pada triwulan I 2017 disebabkan oleh

menurunnya inflasi dari kelompok bahan makanan. Tekanan harga kelompok bahan

makanan tertahan oleh koreksi harga pada komoditas beras, sayur-sayuran, buah-buahan, serta

daging dan hasilnya. Sementara itu inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa tertahan

oleh koreksi harga tiket pesawat dan bensin.

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

M I

M I

IM

III

M I

VM

V MI

M I

IM

III

M I

VM

V MI

M I

IM

III

M I

VM

VM

IM

IIM

III

MIV

MV

M I

MII

MII

IM

IVM

IM

IIM

III

MIV

M I

MII

MII

IM

IM

II

201610201611201612201701201702201703201704201705

Harga Beras (Rp/Kg)

Medium I Medium II Super I Super II

Sumber: Survei Pemantauan Harga BI

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

M III M I M IV M III M II M V M III M II M V M IVM IIM VM IIIMIM IVMIIMVMIIIMIIM IM I

201604 201605 201607 201608 201610201611201612201701201702201703201704201705

Harga Cabai Merah & Rawit (Rp/Kg)Cabe Merah Besar

Cabe Merah Keriting

Cabe Rawit Hijau

Cabe Rawit Merah

Sumber: Survei Pemantauan Harga BI

Grafik 3.5 Perkembangan Harga Beras

Grafik 3.6 Perkembangan Harga Aneka Cabai

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 27

Sumber: PT. Pertamina (Persero)

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

II II I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

MIII

MII

M IIIM IVMVM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM IM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM VM IIM IIIM IVM V201701201702201

703

201509201510201511201512201601 201602 201604 201605 201607 201608 201610

Harga Tiket Pesawat (Rp)

Sumber: Survei Pemantauan Harga BI

Grafik 3.7 Perkembangan Harga BBM

Grafik 3.8 Perkembangan Harga Tiket Pesawat

Tabel 3.2 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB

Jan Feb Mar Jan Feb Mar Qtq Ytd Yoy

Nasional 127.94 128.24 128.22 0.97 0.23 -0.02 1.19 1.19 3.61

Umum 127.12 127.42 126.55 1.49 0.24 -0.68 1.04 1.04 2.58

Bahan Makanan 135.56 134.83 129.90 1.86 -0.54 -3.66 -2.39 -2.39 -1.72

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 128.18 128.43 128.56 0.93 0.20 0.10 1.23 1.23 5.44

Perumahan, Listrik, Air, dan Gas 124.38 125.59 126.22 1.08 0.97 0.50 2.58 2.58 4.83

Sandang 116.97 118.17 118.27 1.12 1.03 0.08 2.24 2.24 5.49

Kesehatan 119.11 120.00 119.76 0.74 0.75 -0.20 1.29 1.29 4.18

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 121.76 121.72 121.77 -0.14 -0.03 0.04 -0.13 -0.13 1.77

Transportasi, Komunikasi, dan Jasa 126.29 126.28 126.34 3.27 -0.01 0.05 3.31 3.31 0.68

IHK 2017 MTM 2017 Tw I 2017Inflasi Komoditas

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

3.2.1 Bahan Makanan

Kelompok komoditas bahan makanan pada triwulan I 2017 mengalami deflasi sebesar

1,72% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode triwulan IV 2016 yang mengalami inflasi

sebesar 4,27% (yoy). Faktor utama yang mempengaruhi menurunnya harga bahan makanan

pada triwulan I 2017 secara tahunan adalah karena dimulainya masa panen pada bulan Februari

2017 dilanjutkan pada masa panen raya yang terjadi pada bulan Maret 2017. Tingginya pasokan

komoditas pangan utama dari tingkat produsen dapat mengendalikan harga di tingkat pasar.

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

nov

dec

jan

feb

mar

apr

may jun jul

aug

sep

oct

nov

dec

jan

feb

mar

2015 2016 2017

Harga BBM (Rp/Liter)

Pertamax Premium PSO Solar PSO

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 28

jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar

2016 2017

mtm 4.04 -0.2 -0.2 -1.1 -1.7 3.13 2.09 -0.9 -1.7 -1.9 0.80 2.45 1.86 -0.5 -3.6

yoy - kanan 5.43 7.44 6.89 7.78 5.26 8.78 9.24 8.41 6.51 4.64 5.12 4.27 2.09 1.77 -1.7

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

-5.00

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00Bahan Makanan

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

2016 Apr

2016 May

2016 Jun

2016 Jul

2016 Aug

2016 Sep

2016 Oct

2016 Nov

2016 Dec

2017 Jan

2017 Feb

2017 Mar

BAHAN MAKANAN

Padi-padian, Umbi-umbian danHasilnya

Daging dan Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya

Sayur-sayuran

Kacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan Lainnya

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.9

Perkembangan Inflasi Komoditas Bahan Makanan

Grafik 3.10

Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Bahan Makanan

Jika dilihat per jenis komoditas, komoditas sayur-sayuran menjadi penyumbang utama deflasi,

disusul padi-padian. Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia menunjukan secara

umum pergerakan harga beberapa komoditas pangan utama yang cenderung stabil selama

triwulan I 2017. Namun, beberapa kenaikan harga beberapa komoditas pangan pada triwulan I

2017 tetap perlu menjadi perhatian ke depan, yaitu kenaikan signifikan harga cabai rawit merah

hingga 460% dalam perbandingan antara harga terendah yang terjadi pada periode bulan

Desember 2016 sebesar Rp28.000 per kilogram dengan harga tertinggi yang terjadi pada periode

bulan Februari 2017 sebesar Rp158.750 per kilogram. Kenaikan harga cabai rawit perlu

mendapatkan perhatian tersendiri mengingat Provinsi NTB sebagai salah satu daerah penghasil

cabai rawit yang diperdagangkan di dalam Provinsi NTB dan di kota-kota lain di luar Provinsi NTB.

Kenaikan harga cabai rawit pada periode tersebut tidak hanya terjadi di Provinsi NTB, tetapi juga

kota-kota lain di Indonesia, sehingga selain aspek produksi cabai rawit, aspek distribusi antar kota

dan antar provinsi menjadi penting dalam pengendalian harga komoditas cabai rawit.

3.2.2 Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

Kelompok komoditas makanan jadi, minuman, dan tembakau pada triwulan I 2017

mengalami inflasi 5,44% (yoy). Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi pada

triwulan IV 2016 sebesar 4,75% (yoy). Inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman dan

tembakau mayoritas disumbang oleh sub-komoditas makanan jadi, serta tembakau dan minuman

beralkohol. Meningkatnya tekanan inflasi pada sub-komoditas makanan jadi sejalan dengan mulai

meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan pada bulan Februari dan Maret 2017. Hal tersebut

tercermin dari statistik kunjungan hotel bintang yang dirilis Badan Pusat Statistik pada bulan Maret

2017 yang menunjukan peningkatan hingga 50% seiring dengan beberapa momen libur panjang.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 29

Sementara itu, sub-komoditas tembakau mengalami peningkatan selaras dengan dilaksanakannya

penyesuaian tarif pita cukai rokok pada awal tahun 2017. Bobot inflasi rokok dan tembakau yang

cukup besar mencapai 4,45% di Mataram dan 6,17% di Bima, menyebabkan sumbangan

terhadap tekanan harga yang cukup signifikan. Statistik kemiskinan menunjukan bahwa rokok

termasuk dalam salah satu komoditas makanan yang menjadi kontributor pada pembentukan

garis kemiskinan. Padahal rokok tidak memiliki kandungan kalori yang dapat diubah menjadi

energi, sebagaimana komditas makanan lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah terobosan

untuk mendorong masyarakat perokok beralih mengkonsumsi komoditas produktif. Langkah

tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan kesehatan maupun pendekatan ekonomi.

jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar

2016 2017

mtm 0.19 0.20 0.18 0.32 0.38 1.08 0.17 0.20 0.31 0.74 0.28 0.60 0.93 0.20 0.10

yoy - kanan 3.80 3.49 3.61 3.62 3.81 4.58 4.44 4.22 4.38 4.43 4.57 4.75 5.52 5.52 5.44

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20 Inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Tembakau

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2016 2017

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU Makanan Jadi

Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Komoditas Makanan Jadi,

Minuman dan Tembakau

Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

3.2.3 Perumahan, Listrik, Air dan Gas

Kelompok komoditas perumahan, listrik, air dan gas pada triwulan I 2017 mengalami

inflasi 4,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar 2,39% (yoy).

Meningkatnya tekanan harga komoditas tersebut terutama disumbang oleh sub-komoditas biaya

bahan bakar, penerangan dan air. Peningkatan harga sub-komoditas tersebut tidak terlepas dari

dilaksanakannya penyusaian skema subsidi tarif listrik oleh pemerintah, dimana subsidi untuk

pelanggan listrik daya 900 VA dikurangi secara bertahap hingga sepenuhnya tidak disubsidi. Pada

triwulan I 2017, penyesuaian tersebut dilaksanakan pada bulan Januari dan Maret 2017, masing-

masing sebesar 31%. Selanjutnya, penyesuaian tersebut dilanjutkan pada bulan Mei 2017.

Sementara itu, harga gas elpiji cenderung stabil sejak awal tahun 2017. Ke depan, risiko yang

perlu mendapatkan perhatian adalah perkembangan harga minyak dunia yang fluktuatif yang

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 30

dapat berpengaruh pada penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Harga minyak dunia

tersebut secara langsung dipengaruhi situasi geo politik dunia yang saat ini sedang tidak menentu.

jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar

2016 2017

mtm 1.03 -0.4 -0.3 -0.1 0.14 0.13 0.15 0.21 -0.0 1.76 -0.0 0.02 1.08 0.97 0.50

yoy - kanan 2.75 2.16 1.52 0.90 0.91 1.12 1.50 1.91 1.06 2.82 2.55 2.39 2.44 3.94 4.83

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Komoditas Perumahan, Listrik,

Air dan Gas

Grafik 3.14 Perkembangan Harga Gas Elpiji

3.2.4 Sandang

Kelompok komoditas sandang dalam triwulan I 2017 mengalami inflasi 5,49% (yoy).

Tekanan inflasi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

4,97% (yoy). Kelompok komoditas sandang termasuk kedalam kelompok inflasi inti, sehingga

pergerakan inflasinya cenderung tidak terlalu bergejolak dan lebih dominan dipengaruhi oleh naik-

turunnya permintaan dan daya beli masyarakat. Pada triwulan I 2017, puncak peningkatan harga

sandang terjadi pada bulan Februari 2017. Hal tersebut terjadi diperkirakan karena meningkatnya

daya beli masyarakat yang kemudian meningkatkan permintaan komditas inti, salah satunya

sandang. Pada perkembangan selanjutnya di bulan Maret 2017, inflasi tahunan komoditas

sandang mengalami penurunan. Inflasi komoditas inti seperti sandang diperkirakan akan

meningkat dalam beberapa bulan ke depan, menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 31

jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar

2016 2017

mtm 0.29 0.74 0.70 0.19 0.39 0.79 1.60 0.45 0.97 -0.0 -0.0 -1.0 1.12 1.03 0.08

yoy - kanan 2.96 3.64 4.19 4.36 4.44 5.13 6.15 6.66 6.12 5.99 6.09 4.97 5.84 6.13 5.49

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00 Inflasi Sandang

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-5.00

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2016 2017

SANDANG Sandang Laki-laki Sandang Wanita

Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.15

Perkembangan Inflasi Komoditas Komoditas Sandang

Grafik 3.16

Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Sandang

3.2.5 Kesehatan

Kelompok komoditas kesehatan pada triwulan I 2017 mengalami inflasi 4,18% (yoy).

Inflasi pada kelompok komoditas tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

4,63% (yoy). Penurunan tekanan inflasi kelompok komoditas kesehatan terutama didorong oleh

penurunan harga obat-obatan.

jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar

2016 2017

mtm 0.98 0.19 0.55 0.07 0.02 0.57 0.54 0.20 0.18 0.38 0.28 0.58 0.74 0.75 -0.20

yoy - kanan 5.03 5.08 5.52 5.14 5.05 5.62 5.64 5.45 5.07 5.02 4.96 4.63 4.38 4.96 4.18

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

-0.40

-0.20

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20 Inflasi Kesehatan

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2016 2017

KESEHATAN Jasa Kesehatan Obat-obatan

Jasa Perawatan Jasmani Perawatan Jasmani dan Kosmetika

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.17 Perkembangan Inflasi Komoditas Kesehatan

Grafik 3.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok

Komoditas Kesehatan

3.2.6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Kelompok komoditas pendidikan, rekreasi, dan olah raga dalam triwulan I 2017

mengalami inflasi 1,77% (yoy). Tekanan inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 32

sebelumnya, yang mengalami inflasi 2,40% (yoy). Menurunnya laju inflasi tersebut masih

disebabkan oleh menurunnya biaya Pendidikan sejak akhir tahun lalu.

jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar

2016 2017

mtm 0.00 0.24 0.25 0.00 0.10 0.03 1.10 0.31 0.00 0.26 0.07 0.02 -0.1 -0.0 0.04

yoy - kanan 8.72 8.72 8.93 8.92 8.71 8.75 9.64 2.71 2.46 2.31 2.39 2.40 2.26 1.99 1.77

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

-0.40

-0.20

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20 Inflasi Pendidikan, Rekreasi, Olahraga

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-1.00-0.500.000.501.001.502.002.503.002016 Apr

2016 May

2016 Jun

2016 Jul

2016 Aug

2016 Sep

2016 Oct

2016 Nov

2016 Dec

2017 Jan

2017 Feb

2017 Mar PENDIDIKAN, REKREASIDAN OLAH RAGAPendidikan

Kursus-kursus / Pelatihan

Perlengkapan / PeralatanPendidikanRekreasi

Olahraga

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.19

Perkembangan Inflasi Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Grafik 3.20

Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Pendidikan,

Rekreasi dan Olah Raga

3.2.7 Transport, Komunikasi dan Jasa

Tekanan inflasi kelompok komoditas transport, komunikasi, dan jasa pada triwulan I

2017 sebesar 0,68% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar

3% (yoy). Tekanan inflasi tersebut masih cenderung rendah, karena komponen transport sebagai

komponen utama mengalami deflasi pada triwulan I 2017, sedangkan komponen sarana dan

penunjang transport menjadi kontributor utama peningkatan inflasi.

jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov des jan feb mar

2016 2017

mtm -0.8 0.46 -0.0 -1.3 -0.0 0.19 2.31 -1.5 -1.8 0.14 -0.2 -0.0 3.27 -0.0 0.05

yoy - kanan 3.30 5.40 4.40 1.25 0.99 1.43 2.24 0.75 -1.6 -2.4 -2.8 -3.0 1.06 0.59 0.68

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00Inflasi Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

mtm yoy - kanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2016 2017

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Transpor

Komunikasi Dan Pengiriman Jasa Keuangan

Sarana dan Penunjang Transpor (Kanan)

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.21

Perkembangan Inflasi Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa

Grafik 3.22

Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Transportasi,

Komunikasi dan Jasa

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 33

3.3 INFLASI PERIODIKAL

3.3.1 INFLASI TRIWULANAN

Inflasi triwulanan NTB dalam triwulan I 2017 lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya. Inflasi triwulanan NTB pada triwulan I 2017 sebesar 1,04% (qtq), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,07% (qtq). Menurunnya inflasi pada triwulan I 2017

disebabkan karena menurunnya tekanan harga komoditas bahan makanan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan IV 2016, harga bahan makanan cenderung mengalami peningkatan

terkait dengan meningkatnya permintaan pada masa high season pariwisata, sedangkan pada

triwulan I 2017 harga bahan makanan cenderung menurun meski terdapat sedikit peningkatan

permintaan pada bulan Februari dan Maret 2017 karena beberapa momen libur panjang. Hal ini

dikarenakan meningkatnya pasokan dari tingkat produsen pada masa panen raya.

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I

2013 2014 2015 2016 2017

Nasional NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-3.00-2.00-1.000.001.002.003.004.00

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI,MINUMAN,…

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN,REKREASI DAN…

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K

Inflasi Triwulanan NTB Tw I 2017 Per Kelompok Komoditas

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.23

Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB

Grafik 3.24

Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas

3.3.2 Inflasi Tahunan

Secara tahunan inflasi Provinsi NTB pada akhir triwulan I 2017 sebesar 2,58% (yoy), lebih

rendah dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnnya sebesar 4,33% (yoy).

Capaian inflasi tersebut berada dibawah koridor target inflasi Bank Indonesia sebesar 4+1% (yoy).

Tren inflasi tahunan NTB menunjukan arah yang cenderung menurun dalam setahun terakhir.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 34

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

jan

feb

ma

r

ap

r

ma

y

jun

jul

au

g

sep

oct

no

v

de

c

jan

feb

ma

r

ap

r

ma

y

jun

jul

au

g

sep

oct

no

v

de

c

jan

feb

ma

r

2015 2016 2017

UMUM BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB

SANDANG KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.25

Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas

3.4 DISAGREGASI INFLASI

3.4.1 Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan disagregasi inflasi, menurunnya tekanan inflasi pada triwulan I 2017

disebabkan oleh inflasi pada kelompok volatile food yang menurun hingga mengalami

deflasi sebesar 2,09% (yoy). Kelompok volatile food atau kelompok makanan bergejolak,

mengalami deflasi yang cukup dalam dibandingkan kelompok lainnya (kelompok inti dan

administered price) yang justru mengalami inflasi. Deflasi tersebut disebabkan karena tren

penurunan harga komoditas pangan pada awal tahun 2017, dimana pada bulan Februari dan

Maret 2017 masuk masa panen.

Kelompok inti mengalami inflasi 3,75% (yoy), sedangkan kelompok administered price atau

komoditas yang harganya diatur pemerintah mengalami inflasi 4,45% (yoy). Laju inflasi

administered price mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode

yang sama tahun sebelumnya. Beberapa komoditas yang mengalami penyesuaian tarif dan harga

oleh pemerintah mendorong meningkatnya inflasi pada komoditas tersebut, diantaranya biaya

perpanjangan STNK, penyesuaian tarif listrik, dan tarif cukai rokok.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 35

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

2015 2016 2017

% Y

oy

Umum Core VF AP

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

2015 2016 2017

% Y

oy

Umum Core VF AP

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB

Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB

3.4.2 Kota Mataram

Inflasi Kota Mataram pada triwulan I 2017 sebesar 2,83% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,47% (yoy). Meningkatnya inflasi pada triwulan

I 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama disumbang oleh meningkatnya harga

komoditas administered price, yaitu penyesuaian tarif dasar listrik untuk pengguna daya 900 VA.

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

2015 2016 2017

% M

TM

Umum Core VF AP

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

2015 2016 2017

% Y

oy

Umum Core VF AP

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.28

Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram

Grafik 3.29

Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram

3.4.3 Kota Bima

Laju inflasi Kota Bima pada triwulan I 2017 mengalami penurunan. Inflasi Kota Bima di

triwulan I 2017 tercatat sebesar 1,63% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 3,11% (yoy). Meski mengalami peningkatan harga pada komoditas administered price

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 36

yang secara umum terjadi secara nasional, terjadinya deflasi pada komoditas volatile food dan

menurunnya tekanan harga pada komoditas inti di Kota Bima turut berkontribusi pada penurunan

tekanan inflasi secara umum di Kota Bima.

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

2015 2016 2017

% M

TM

Umum Core VF AP

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

2015 2016 2017%

Yo

y

Umum Core VF AP

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 3.30

Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima

Grafik 3.31

Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima

3.5 PENGENDALIAN INFLASI DAERAH

Meski tekanan inflasi hingga triwulan I 2017 terhitung relatif rendah dan terkendali, Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTB tetap waspada terhadap berbagai risiko

tekanan harga di masa yang akan datang. Koordinasi dan konsolidasi TPID diperkuat melalui

Rapat Koordinasi Wilayah TPID Provinsi NTB dan perwakilan TPID dari seluruh Kabupaten/Kota di

Provinsi NTB. Diperkuatnya koordinasi dan konsolidasi ini terutama berkaitan dengan perencanaan

aktivitas pengendalian inflasi menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 37

Tabel 3.3 Langkah Pengendalian Inflasi di Bulan Ramadhan

Aspek Langkah Pengendalian Inflasi

Pengendalian Ekspektasi

Masyarakat

- Sosialisasi kepada masyarakat mengenai bijak dalam konsumsi

melalui jalur dakwah dan iklan layanan masyarakat

- Mengeluarkan himbauan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk tidak

menggunakan gas elpiji 3 Kg

Kerjasama Intra/Antar Daerah - Pemenuhan pasokan pangan secara bersama-sama antara daerah

Lombok dan Sumbawa

- Penyelenggaraan pasar murah terintegrasi dengan berbagai pihak

(Pemerintah Daerah, Swasta, BUMN, BUMD, Badan Amil Zakat

Nasional)

Produksi/

Distribusi/

Konektivitas

- Penjadwalan masa tanam komoditas antar periode

- Meningkatkan promosi Rumah Pangan Kita (RPK) dan Toko Tani

Indonesia kepada masyarakat disertai peningkatan kualitas

pelayanan dan cakupan komoditas yang dijual

- Program Sapi Indukan Wajib Bunting

- Program Rantai Dingin, membagikan fasilitas pendingin untuk

menjaga ketersediaan pasokan ikan

Kelembagaan - Koordinasi anggota TPID setiap bulan

- Kerjasama dengan Satgas Pangan yang bekerjasama dengan pihak

Kepolisian

Selain beberapa langkah tersebut, TPID Provinsi NTB terus mendorong dilaksanakannya beberapa

langkah strategis berikut:

1. Penyusunan neraca beberapa komoditas strategis yang akurat dengan series data bulanan

2. Pengaturan tata niaga yang efektif dan terstruktur

3. Perluasan akses informasi harga pangan di masyarakat.

3.6 PROSPEK INFLASI TRIWULAN I 2017

Tekanan inflasi pada triwulan II 2017 diperkirakan meningkat. Meningkatnya tekanan inflasi

terlihat pada realisasi inflasi bulan April 2017 sebesar 0,03% (mtm) atau 3,05% (yoy). Beberapa

faktor diperkirakan mempengaruhi tekanan harga pada triwulan II 2017, yaitu: pada saat bulan

Ramadhan yang diperkirakan meningkatkan konsumsi dan permintaan masyarakat, produksi

tanaman pangan yang terbatas sehubungan dengan masuknya masa tanam, dan penyesuaian

tarif dasar listrik tahap akhir untuk pengguna daya 900 VA di bulan Mei 2017. Namun demikian,

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Inflasi 38

inflasi triwulan II 2017 secara umum diperkirakan terkendali, berada dalam rentang target inflasi

4+1% (yoy).

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

% Y

OY

Sumber: BPS Provinsi NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May

2016 2017

Perkiraan inflasi SPH Inflasi NTB (MtM)

Grafik 3.32 Prospek Inflasi Tahunan Triwulan II 2017

Grafik 3.33 Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 53

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Stabilitas keuangan daerah Provinsi NTB pada triwulan I 2017 masih relatif terjaga. Ketahanan

sektor korporasi dan rumah tangga masih berada pada level aman, meski ada sedikit

penurunan ketahanan yang tampak pada indikator Non Performing Loan (NPL). Pada sisi risiko

kredit ke depan mengalami peningkatan, berdasarkan indikator Debt Service Ratio (DSR) > 30%

yang meningkat. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada PDRB Provinsi NTB

yang melambat juga tampak dari sisi optimisme rumah tangga yang juga melambat dan juga

kredit konsumsi yang sedikit melambat.

4.1 ASESMEN KETAHANAN KORPORASI

Ketahanan sektor korporasi pada triwulan I-2017 masih berada pada level aman, meski

ada sedikit penurunan ketahanan yang tampak pada indikator rasio Non Performing

Loan (NPL). Rasio Non Performing Loan (NPL) sektor korporasi masih terjaga di bawah ambang

batas, meski sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 1,58% menjadi sebesar

1,79%. Secara sektoral, NPL yang perlu dicermati adalah sektor lain-lain dan industri

pengolahan relatif tinggi dan di atas ambang batas.

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan Total Kredit (%, yoy) Pertumbuhan Kredit Produktif (%,yoy)

NPL Total Kredit (%) - sisi kanan NPL Kredit Produktif (%) - sisi kanan

Grafik 4.1 Pertumbuhan Kredit dan Rasio NPL Bank Umum di Provinsi NTB

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 54

Pada triwulan I 2017, penyaluran kredit perbankan Provinsi NTB kepada sektor korporasi

produktif masih tumbuh tinggi sebesar 46,28% (yoy). Namun sedikit lebih rendah jika

dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 56,85% (yoy). Pertumbuhan yang tinggi tersebut

ditopang oleh penyaluran kredit investasi kepada sektor pertambangan dan penggalian sejak

triwulan IV 2016. Kredit investasi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis penggunaan

modal kerja pada triwulan I 2017. Berdasarkan sektor ekonomi utama di Provinsi NTB, yakni

pertanian, perdagangan, dan pertambangan, kredit bank umum paling besar disalurkan kepada

sektor perdagangan dengan porsi sebesar 51,66% dari total kredit produktif atau 25,27% dari

total keseluruhan kredit. Kredit yang disalurkan kepada sektor perdagangan tersebut tumbuh

15,49% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,16%

(yoy). Kredit sektoral yang mencatat pertumbuhan paling tinggi di antara sektor yang lain pada

triwulan I 2017 adalah kredit pertambangan dan penggalian, serta sektor listrik, gas, dan air;

dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 37.588,89% (yoy) dan 114,29% (yoy)

Tabel 4.1 Perkembangan NPL Bank Umum Berdasarkan Lapangan Usaha di Provinsi NTB

NPL Berdasarkan Lapangan Usaha 2017

(%) TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

Total Kredit 1.74 1.99 2.15 2.07 2.04 1.58 1.79

Kredit Produktif 2.54 3.09 3.30 3.22 3.20 2.14 2.53

Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan 1.55 1.62 1.45 1.17 1.73 1.25 1.72

Perikanan 5.62 2.56 2.92 2.26 1.77 1.48 1.11

Pertambangan dan Penggalian 43.08 35.07 18.18 24.43 19.77 0.05 0.06

Industri Pengolahan 4.35 3.93 5.03 5.37 5.05 4.22 5.44

Listrik, Gas, dan Air - 1.76 1.31 0.83 0.54 0.38 0.01

Konstruksi 3.19 2.39 2.79 2.93 2.84 2.46 2.86

Perdagangan Besar dan Eceran 2.74 3.52 3.67 3.68 3.69 3.34 3.73

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.41 3.09 2.89 0.93 0.90 0.62 0.91

Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 0.85 1.99 2.57 1.91 2.05 1.50 1.74

Perantara Keuangan 2.04 1.49 1.37 6.84 1.82 1.92 1.27

Real Estate dan Jasa Perusahaan 1.05 0.87 1.76 2.12 1.98 1.69 2.93

Administrasi Pemerintahan 1.23 1.72 4.45 16.88 - - -

Jasa Pendidikan 1.55 0.98 0.61 1.47 0.58 1.23 1.40

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.26 0.16 0.18 0.25 0.14 0.08 0.07

Jasa Kemasyarakatan 1.45 2.17 2.94 2.55 3.28 2.74 2.75

Jasa Rumah Tangga 0.92 2.14 2.51 2.20 2.69 4.62 4.76

Jasa Lainnya - - - - - - -

Lain-lain - 22.39 24.99 13.59 13.17 6.73 7.03

Bukan Lapangan Usaha 1.13 1.19 1.31 1.22 1.19 1.01 1.08

201620152014

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 55

Tabel 4.2

Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi di Provinsi NTB Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Sektor

Ekonomi dan Lokasi Bank2014 2015 2017

(%) TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

Total Kredit 15.52 12.88 13.74 14.53 14.72 30.85 26.50

Kredit Produktif 11.04 10.97 12.02 13.47 18.09 56.85 46.28

Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan 9.72 36.19 55.84 79.64 102.75 71.56 60.52

Perikanan (3.58) 37.90 19.80 44.74 47.50 43.48 56.52

Pertambangan dan Penggalian 91.41 (18.14) (29.29) (38.46) (25.00) 31,292 37,589

Industri Pengolahan 25.67 24.88 21.28 26.77 23.79 14.14 10.19

Listrik, Gas, dan Air 54.43 16.88 2.21 26.67 33.33 86.67 114.29

Konstruksi (28.69) 35.50 37.78 30.79 23.90 20.03 11.07

Perdagangan Besar dan Eceran 10.62 5.43 8.83 14.34 17.01 19.16 15.49

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 29.94 20.55 24.55 21.00 21.52 17.11 9.21

Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 8.79 1.59 3.69 10.76 13.38 15.82 17.28

Perantara Keuangan 25.77 (37.87) (39.65) (51.18) (39.33) (36.25) (1.41)

Real Estate dan Jasa Perusahaan 19.18 81.59 48.16 6.36 2.13 0.68 (36.12)

Administrasi Pemerintahan 72.32 (68.83) (62.22) (50.00) (50.00) (100.00) -

Jasa Pendidikan 112.82 10.15 7.88 15.38 7.69 (13.33) (12.50)

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.37 2.01 1.25 1.44 0.70 8.33 -

Jasa Kemasyarakatan 74.85 (35.12) (43.95) (42.99) 19.44 36.99 64.59

Jasa Rumah Tangga 45.77 24.47 (3.73) (17.24) (31.25) (32.26) (22.22)

Jasa Lainnya - - - - - - -

Lain-lain - - (55.24) (54.17) (42.11) 43.75 46.67

Kredit Bukan Lapangan Usaha 18.39 15.20 15.04 15.35 12.35 12.05 12.01

2016

4.2 ASESMEN KETAHANAN RUMAH TANGGA

4.2.1 Perkembangan Kondisi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga dalam PDRB Provinsi NTB melambat pada triwulan I 2017.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2017 sebesar 2,12% (yoy), melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,49% (yoy). Perlambatan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut tidak menurunkan pangsa konsumsi rumah

tangga terhadap PDRB Provinsi NTB, terkait dengan penurunan pangsa ekspor yang lebih

dalam. Pangsa konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2017 mencapai 63,28%, relatif sama

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 63,24%.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 56

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Porsi Konsumsi Rumah Tangga

Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga - sisi kanan (yoy)

Sumber: BPS, diolah

80

90

100

110

120

130

140

150

160

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Ma

r

2015 2016 2017

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 4.2

Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga dalam Produk Domestik Regional Bruto Provinsi NTB

Grafik 4.3

Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Kegiatan konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh keyakinan rumah tangga terhadap

perekonomian. Ketika rumah tangga yang optimis terhadap kondisi perekonomian, mereka

akan meningkatkan kegiatan konsumsi dan begitu pula sebaliknya. Tingkat optimisme tersebut

dapat dilihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dihasilkan oleh Survei Konsumen.

Perlambatan konsumsi rumah tangga pada PDRB Provinsi NTB triwulan I 2017 tersebut juga

terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen yang juga menunjukkan terjadinya perlambatan pada

triwulan I 2017. Indeks Keyakinan Konsumen yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank

Indonesia pada triwulan I 2017 sebesar 105,8, melambat dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 117,3. Perlambatan IKK tersebut juga terjadi pada masing-masing indeks pembentuk

IKK, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 57

128.5

86.5

103.0

125.5

101.5 101.5 105.5

118.0

90.0

101.5 99.0 97.0

Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama

Ketersediaan Lapangan Kerja

Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17

Sumber: Survei Konsumen, diolah

123.0

131.0 131.5 138.0

127.5 127.5 134.0

116.5

96.5

116.5

111.0 109.5

Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Usaha Ekspektasi Lapangan Kerja

Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 4.4 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi Saat Ini

Grafik 4.5 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi

6 (Enam) Bulan Mendatang

Rumah tangga di Provinsi NTB masih memiliki optimisme terhadap kondisi penghasilan saat ini

(triwulan I 2017), meskipun tingkat optimisme tersebut melambat dibanding triwulan

sebelumnya. Namun untuk pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja

rumah tangga cenderung lebih pesimis. Untuk 6 (enam) bulan ke depan, rumah tangga lebih

optimis dibanding saat ini. Hal ini ditandai dengan adanya ekspektasi penghasilan, usaha, dan

lapangan kerja dengan indeks di atas 100.

Pengeluaran rumah tangga lebih banyak digunakan untuk konsumsi dengan porsi sebesar

64,4% pada triwulan I 2017, diikuti dengan cicilan pinjaman sebesar 19,0% dan tabungan

sebesar 16,6%. Porsi konsumsi pada triwulan I 2017 juga mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 54,7% menjadi 64,4%. Dengan peningkatan

porsi konsumsi, porsi dana yang digunakan untuk menabung berkurang dari 17,4% pada

triwulan IV 2016 menjadi 16,6% pada triwulan I 2017. Dengan bertambahnya porsi konsumsi,

dana yang disisihkan untuk membayar cicilan pinjaman berkurang, yaitu dari 29,7% menjadi

27,9%.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 58

54.7%

27.9%

17.4%

TW IV-2016

Konsumsi Cicilan/Pinjaman Tabungan

Sumber: Survei Konsumen, diolah

64.4%

19.0%

16.6%

TW I-2017

Konsumsi Cicilan/Pinjaman Tabungan

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 4.6

Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan IV 2016

Grafik 4.7

Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Triwulan I 2017

Berdasarkan pengeluran, tingkat pengeluaran konsumsi yang tertinggi dilakukan oleh kelompok

rumah tangga berpengeluaran Rp7,1-8 juta dan Rp1 2 juta. Dari sisi tingkat pembayaran

cicilan pinjaman, yang tertinggi (30%) dilakukan kelompok rumah tangga dengan pengeluaran

tinggi (> Rp8 Juta). Hal tersebut menyebabkan potensi tabungan yang semakin rendah dari

kelompok rumah tangga berpengeluaran tinggi.

Tabel 4.3 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan pada Triwulan I 2017

Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt Rp5,1 - 6 jt Rp6,1 - 7 jt Rp7,1 - 8 jt >Rp8 jt Rata-rata

Konsumsi 69.1% 63.3% 64.4% 59.6% 65.5% 62.4% 72.0% 53.3% 64.4%

Cicilan/Pinjaman 16.4% 18.0% 20.1% 22.7% 17.9% 18.3% 16.0% 30.0% 19.0%

Tabungan 14.5% 18.7% 15.6% 17.7% 16.7% 19.3% 12.0% 16.7% 16.6%

Total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

PenggunaanPengeluaran/bulan

4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Pada triwulan I 2017 terjadi sedikit peningkatan risiko dari sisi kredit karena secara

agregat terjadi sedikit peningkatan jumlah rumah tangga yang memiliki debt service

ratio lebih dari 30% pendapatannya (DSR > 30%). Jumlah rumah tangga dengan DSR >

30% pada triwulan IV 2016 naik sebesar 4,7% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Rumah tangga dengan DSR > 30% memiliki risiko kredit lebih tinggi dibanding kelompok

rumah tangga dengan DSR < 30%, dan dapat menjadi penyebab kredit bermasalah.

Peningkatan DSR > 30% terutama terjadi pada kelompok rumah tangga dengan pendapatan

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 59

Rp4,1 5 Juta dengan peningkatan sebesar 66,7%, sementara itu penurunan DSR > 30%

tertinggi terjadi pada kelompok rumah tangga dengan pendapatan Rp2,1 3 Juta.

Tabel 4.4 Dana Rumah Tangga untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan

0-1

0%

10%

-20%

20%

-30%

>30%

1-1

0%

10%

-20%

20%

-30%

>30%

TBM*

Rp1 - 2 jt 21.5% 6.2% 11.7% 6.2% Rp1 - 2 jt 0.0% 0.7% 1.2% 43.5% 0.2%

Rp2,1 - 3 jt 11.2% 5.2% 9.3% 3.5% Rp2,1 - 3 jt 0.2% 0.0% 1.3% 27.7% 0.0%

Rp3,1 - 4 jt 6.5% 0.8% 4.3% 3.3% Rp3,1 - 4 jt 0.0% 0.3% 0.7% 14.0% 0.0%

Rp4,1 - 5 jt 1.2% 1.5% 0.8% 0.8% Rp4,1 - 5 jt 0.0% 0.0% 0.3% 4.0% 0.0%

Rp5,1 - 6 jt 1.5% 0.7% 0.7% 0.7% Rp5,1 - 6 jt 0.0% 0.0% 0.2% 3.3% 0.0%

Rp6,1 - 7 jt 0.3% 0.5% 0.2% 0.2% Rp6,1 - 7 jt 0.0% 0.0% 0.0% 1.2% 0.0%

Rp7,1 - 8 jt 0.5% 0.2% 0.0% 0.2% Rp7,1 - 8 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.8% 0.0%

>Rp8 jt 0.2% 0.2% 0.0% 0.2% >Rp8 jt 0.0% 0.0% 0.2% 0.3% 0.0%

Total 42.8% 15.2% 27.0% 15.0% Total 0.2% 1.0% 3.8% 94.8% 0.2%

*TBM = Tidak Bisa Menabung

0-1

0%

10%

-20%

20%

-30%

>30%

0-1

0%

10%

-20%

20%

-30%

>30%

TBM

Rp1 - 2 jt -45.11% -5.13% 42.86% -2.63% Rp1 - 2 jt (1.00) (0.94) (0.79) 25.10 (1.00)

Rp2,1 - 3 jt -8.2% -18.4% 133.3% -22.2% Rp2,1 - 3 jt (0.96) (1.00) (0.64) 15.60 (1.00)

Rp3,1 - 4 jt 62.5% 0.0% 188.9% 33.3% Rp3,1 - 4 jt (1.00) (0.78) 0.33 20.00 (1.00)

Rp4,1 - 5 jt 250.0% 0 150.0% 66.7% Rp4,1 - 5 jt (1.00) - 1.00 - -

>Rp5 jt -10.0% 100.0% 100.0% 33.3% >Rp5 jt (1.00) (1.00) - 4.00 -

Total -25.3% 8.3% 88.4% 4.7% Total (0.99) (0.95) (0.62) 19.32 (1.00)

*Perubahan tw I 2017 dibandingkan tw IV 2016 *Perubahan tw I 2017 dibandingkan tw IV 2016

Pengeluaran/

bulan

Perubahan Debt Service Ratio (DSR)*

Pengeluaran/

bulan

Perubahan Tabungan*

Pengeluaran/

bulan

Triwulan I 2017

Pengeluaran/

bulan

Triwulan I 2017

Debt Service Ratio (DSR) Tabungan

Sumber : Survei Konsumen, diolah

Meskipun risiko kedepan dari sisi kredit sedikit meningkat, ketahanan sektor rumah tangga

pada triwulan I 2017 masih terjaga. Hal ini tercermin pada rasio NPL kredit konsumsi yang

sebesar 1,08%, relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,01%. Rasio tersebut

masih berada di bawah ambang batas maksimal sebesar 5%.

Sementara itu, outstanding kredit konsumsi yang disalurkan bank umum di Provinsi NTB pada

triwulan I 2017 sebesar Rp16,01 Triliun, tumbuh sebesar 12,01% (yoy). Pertumbuhan tersebut

relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,05% (yoy).

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 60

-

5.00

10.00

15.00

20.00

-

4,000

8,000

12,000

16,000

20,000

TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Kredit Konsumsi (Lokasi Bank di Prov. NTB)Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek di Prov. NTB)Pertumbuhan Kredit Konsumsi (Lokasi Bank di Prov. NTB)Pertumbuhan Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek di Prov. NTB)

Rp Miliar %

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2016 2017

NPL Kredit Konsumsi NPL KPR s.d Tipe 70NPL KPR di atas Tipe 70 NPL Ruko atau RukanNPL Kendaraan Bermotor NPL Konsumsi LainnyaKPR s.d. Tipe 70 KPR di atas Tipe 70NPL Konsumsi Lainnya

%

Grafik 4.8 Perkembangan Kredit Konsumsi

Grafik 4.9 Rasio NPL Kredit Konsumsi

Rasio NPL kredit konsumsi terbesar adalah Kredit Ruko atau Rukan yaitu sebesar 3,61%. Rasio

NPL kredit konsumsi terbesar berikutnya secara berurutan adalah rasio NPL Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) sampai dengan tipe 70, kredit kendaraan bermotor, KPR di atas tipe 70, dan kredit

konsumsi lainnya, yang masing-masing sebesar 2,39%, 1,46%, 0,9%, dan 0,73%. Rasio NPL

kredit tersebut masih di bawah ambang batas maksimal yaitu sebesar 5%.

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

KPR s.d. Tipe 70

KPR di atas Tipe 70

Pertumbuhan KPR s.d. Tipe 70 ( %, yoy)

Pertumbuhan KPR di atas Tipe 70 (%, yoy)

%Rp Milyar

-20.00

-

20.00

40.00

60.00

210

220

230

240

250

TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Kredit Kendaraan Bermotor

Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor (yoy)

Rp Milyar

Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Grafik 4.11 Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor

Disamping memiliki rasio NPL terbesar di antara penyaluran kredit konsumsi lainnya, kredit ruko

atau rukan juga mengalami penurunan outstanding jika dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya, yaitu sebesar 2,52% (yoy). Penurunan kredit ruko atau rukan tersebut

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 61

berdasarkan hasil survei kepada pelaku usaha diperkirakan karena supply ruko atau rukan lebih

dari permintaan. Selain itu, terdapat alternatif tempat usaha lain di pusat perbelanjaan modern

yang masih memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi permintaan pelaku usaha.

Perlambatan pertumbuhan dialami oleh penyaluran KPR sampai dengan tipe 70 dan KPR di atas

tipe 70 dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 6,96% (yoy) dan 4,18% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 8,34% (yoy) dan

5,32% (yoy).

4.3 ASESMEN LEMBAGA KEUANGAN

4.3.1 Perkembangan Bank Umum

Jumlah bank umum dan BPR/S di NTB pada triwulan I 2017 masing-masing sebanyak 32 bank

umum dan 29 BPR/S. Jumlah kantor BPR/S sebanyak 115 kantor, sedangkan jumlah kantor bank

umum mengalami penurunan dari 413 kantor pada triwulan IV 2016 menjadi 373 kantor pada

triwulan I 2017.

Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor di Provinsi NTB

2017

I II III IV I

Bank Umum 28 30 32 32 32 32 32

Konvensional 22 24 25 25 25 25 25

Unit Usaha Syariah 12 12 17 2 2 4 4

Syariah 6 6 7 7 7 7 7

Jumlah Kantor Bank Umum 212 215 453 426 426 413 373

BPR/S 32 32 32 32 32 32 29

Jumlah Kantor BPR/S 123 123 123 123 123 123 115

Total Kantor Bank 335 338 576 549 549 536 488

201620152014Kategori

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA), diolah

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 62

Tabel 4.6

Perkembangan Indikator Bank Umum di Provinsi NTB

Indikator Bank Umum 2014 2015 2017

(RP Milyar) Tw 4 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1

Aset 26,762 29,655 31,439 32,309 32,190 37,903 37,929

Kredit - Berdasarkan Lokasi Bank 21,261 23,999 24,773 25,812 26,272 31,402 31,339

- Kredit Modal Kerja 6,789 7,258 7,581 8,044 8,157 8,875 9,017

- Kredit Investasi 2,382 2,813 2,900 2,974 3,041 6,921 6,312

- Kredit Konsumsi 12,090 13,928 14,293 14,795 15,075 15,606 16,010

Kredit UMKM 7,399 7,941 8,264 8,880 9,034 9,695 9,931

Dana Pihak Ketiga 16,798 19,368 20,015 20,855 20,787 21,245 22,282

- Giro 2,136 2,853 3,829 3,826 3,567 3,435 4,502

- Tabungan 9,836 11,409 9,799 10,560 10,718 12,244 10,905

- Deposito 4,826 5,106 6,387 6,468 6,502 5,567 6,875

NPL (%) 1.74 1.99 2.15 2.07 2.04 1.58 1.79

LDR (%) 126.57 123.91 123.77 123.77 126.39 147.81 140.65

Kredit - Berdasarkan Lokasi Proyek 25,866 27,659 28,285 28,882 28,633 31,536 31,939

- Kredit Modal Kerja 9,392 9,121 9,299 9,236 8,669 9,403 9,582

- Kredit Investasi 3,268 3,829 3,935 4,092 4,082 5,750 5,599

- Kredit Konsumsi 13,206 14,709 15,051 15,554 15,882 16,384 16,758

2016

-

10,000

20,000

30,000

40,000

Tw 4 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1

2014 2015 2016 2017

Aset Dana Pihak Ketiga Kredit

Rp Milyar

-

5

10

15

20

25

30

35

Tw 4 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1

2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan Aset (yoy)Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)Pertumbuhan Kredit (yoy)

(%)

Grafik 4.12 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit

Bank Umum di Provinsi NTB

Grafik 4.13 Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Bank Umum

di Provinsi NTB

Secara umum, kinerja bank umum (konvensional dan syariah) pada triwulan I 2017

mengalami perlambatan. Total aset bank umum di Provinsi NTB pada triwulan I 2017

mencapai Rp37,93 Triliun atau tumbuh sebesar 20,64% (yoy). Meski masih mencatat

pertumbuhan yang cukup tinggi, namun pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 27,82% (yoy). Perlambatan aset bank umum sejalan dengan

penyaluran kredit yang juga melambat. Namun di sisi lain, penghimpunan Dana Pihak Ketiga

(DPK) mencatat sedikit peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 63

Sebagian besar aset bank umum di NTB merupakan aset pada kelompok bank pemerintah

dengan porsi sebesar 77,35%, sementara kelompok bank swasta nasional dan bank asing

campuran masing-masing sebesar 24,47% dan 0,18%. Jika dilihat berdasarkan tingkat

pertumbuhan tahunan, aset bank pemerintah dan bank swasta mengalami peningkatan

pertumbuhan masing-masing sebesar 25,86% (yoy) dan 5,83% (yoy) pada triwulan I 2017.

Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan triwulan IV 2016 dimana masing-masing

tumbuh sebesar 34,63% (yoy) dan 11,26% (yoy). Sedangkan aset bank asing dan campuran

mengalami penurunan sebesar 8,93% (yoy).

Penghimpunan DPK pada triwulan I 2017 mencatan peningkatan pertumbuhan tahunan.

Jumlah nominal DPK bank umum pada triwulan I 2017 sebesar Rp22,28 Triliun dengan tingkat

pertumbuhan sebesar 11,33% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan IV 2016 sebesar 9,69% (yoy). DPK bank umum di Provinsi NTB

didominasi oleh tabungan dengan porsi sebesar 48,94% dari total DPK yang dihimpun, diikuti

dengan deposito dengan porsi sebesar 30,86% dan giro dengan porsi sebesar 20,20% dari

total DPK. Dilihat dari sisi pertumbuhan, hanya tabungan yang meningkat pertumbuhannya,

sedangkan giro dan deposito mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Penyaluran kredit bank umum masih mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi meski jika

dibandingkan triwulan sebelumnya melambat. Pada triwulan I 2017, kredit meningkat 26,51%

(yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan sebelumya sebesar 30,85% (yoy). Penyaluran

kredit bank umum pada triwulan I 2017 mencapai Rp31,34 Triliun. Peningkatan pertumbuhan

penyaluran kredit tersebut terutama pada kredit korporasi yang digunakan sebagai investasi.

4.3.2 Intermediasi Bank Umum

Intermediasi bank umum yang ditunjukkan dengan indikator Loan to Deposit Ratio

(LDR) menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, yaitu sebesar 140,65% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

147,81%. Hal tersebut terkait penyaluran kredit yang melambat dan diiringi dengan

peningkatan pertumbuhan penghimpunan DPK. Rasio LDR yang mencapai di atas 100%

menandakan bahwa bank umum menggunakan sumber dana dari selain dari penghimpunan

DPK. Bank umum di Provinsi NTB melakukan transaksi antar kantor maupun antar bank untuk

memenuhi likuiditas yang digunakan untuk menyalurkan kredit, selain pemenuhan likuiditas

yang berasal dari penghimpunan DPK.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 64

100

110

120

130

140

150

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Total Kredit (Lokasi Bank di Prov. NTB) DPK LDR (%)

Rp Miliar %

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Total Kredit (Lokasi Bank di Prov. NTB)Total Kredit (Lokasi Proyek di Prov. NTB)Pertumbuhan Kredit (Lokasi Bank di Prov. NTB)Pertumbuhan Kredit (Lokasi Proyek di Prov. NTB)

Rp Miliar

Grafik 4.14 Perkembangan Kredit, DPK, dan LDR

Bank Umum di Prov. NTB

Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit Bank Umum

di Prov. NTB

Penyaluran kredit bank umum di Provinsi NTB pada triwulan I 2017 sebesar Rp31,34 Triliun.

Jika memperhitungkan kantor cabang bank umum dari luar Provinsi NTB yang menyalurkan

kredit di Provinsi NTB (kredit berdasarkan lokasi proyek), kredit pada triwulan I 2017 mencapai

Rp31,40 Triliun. Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit berdasarkan lokasi bank yang

melambat, pertumbuhan penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek juga mengalami

perlambatan. Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi proyek pada triwulan I 2017 sebesar

12,92% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2016 yang sebesar

14,02% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi NTB di

dominasi oleh kredit konsumsi yaitu sebesar 51,09% dari total kredit, sedangkan porsi kredit

produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi masing-masing sebesar 28,77% dan 20,14%.

Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar kredit dalam bentuk kredit produktif bank umum

di Provinsi NTB disalurkan kepada sektor perdagangan yang merupakan salah satu sektor

utama dalam PDRB Provinsi NTB. Porsi kredit perdagangan (tidak termasuk hotel dan restoran)

sebesar 25,27% dari total kredit atau 51,66% dari total kredit di sektor ekonomi produktif.

Jika berdasarkan lokasi proyek dimana kantor bank umum di luar Provinsi NTB yang

menyalurkan kredit di Provinsi NTB juga diperhitungkan, porsi kredit perdagangan sebesar

24,65% dari total kredit atau 51,86% dari total kredit sektor ekonomi produktif.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 65

29%

20%

51%

30%

18%

52%Modal Kerja Investasi Konsumsi

* Lingkaran di dalam: Kredit Berdasarkan Lokasi Bank di Prov. NTB

* Lingkaran di luar: Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Prov. NTB

5%

22%

4%52%

5%

9%

10%3%

3%

5%

52%

7%

5%

PertanianPerikananPertambanganIndustriLGAKonstruksiPerdagangan AkomodasiTransportasiPerantara KeuanganReal EstateAdm PemerintahanJasa PendidikanJasa Kesehatan SosialJasa KemasyarakatanJasa Rumah TanggaJasa lainnyaLain-lain* Lingkaran di dalam: Kredit Berdasarkan Lokasi Bank

* Lingkaran di luar: Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek

Grafik 4.16 Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.17 Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sementara itu, kredit sektor pertanian dan perikanan yang juga merupakan kategori utama

dalam PDRB Provinsi NTB, porsi kreditnya sebesar 5,23% (berdasarkan lokasi bank) dan 9,16%

(berdasarkan lokasi proyek) dari total kredit produktif. Pelaku usaha sektor pertanian dan

perikanan di Provinsi NTB pada umumnya merupakan pelaku usaha individual yang

memanfaatkan pembiayaan dari modal sendiri atau pihak lain di luar perbankan.

4.3.3 Intermediasi Bank Umum Syariah

Pembiayaan bank umum berbasis syariah merupakan salah satu pilihan pembiayaan bagi

masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat, baik untuk konsumsi maupun usaha produktif.

Peranan perbankan syariah dalam intermediasi menunjukan perkembangan yang positif di

Provinsi NTB dan melengkapi layanan perbankan konvensional yang telah ada.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 66

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2016 2017

Kredit Lokasi Bank Syariah Kredit Lokasi Proyek Syariah

Rp Miliar

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan Kredit Syariah Lokasi Bank (yoy)

Pertumbuhan Kredit Syariah Lokasi Proyek (yoy)

Grafik 4.18 Perkembangan Kredit Bank Umum Syariah

Grafik 4.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Syariah

Pada triwulan I 2017, pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah di

Provinsi NTB mencapai Rp2,36 Triliun, tumbuh sebesar 19,47% (yoy). Berbeda dengan

perlambatan pertumbuhan kredit pada bank umum secara keseluruhan, pembiayaan yang

disalurkan oleh bank umum syariah mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,87% (yoy). Penyaluran pembiayaan

syariah di Provinsi NTB selain dilakukan oleh bank umum syariah yang berlokasi di Provinsi NTB

juga dilakukan kantor bank umum syariah di luar Provinsi NTB. Jika dihitung berdasarkan lokasi

proyek, pembiayaan bank umum syariah pada triwulan I 2017 mencapai Rp2,58 Triliun atau

tumbuh sebesar 14,56% (yoy). Pertumbuhan tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 11,17% (yoy).

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 67

4.3.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Tabel 4.7 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi NTB

Indikator BPR 2014 2017

(Rp Ribu) TW 4 TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

Aset 952,859 1,096,219 1,240,182 1,279,275 1,242,226 1,283,363 1,343,045 1,341,357

DPK 600,928 689,598 824,030 840,082 791,495 836,195 888,126 875,869

Tabungan 338,441 371,749 440,009 435,661 410,716 439,888 488,863 470,908

Deposito 262,487 317,849 384,021 404,421 380,779 396,308 399,263 404,962

Kredit 708,744 820,194 899,951 937,745 954,530 946,727 982,647 1,013,560

Modal Kerja 422,105 496,610 548,441 582,126 598,851 594,493 629,303 646,294

Investasi 46,930 60,851 65,992 65,257 61,701 60,967 59,868 66,038

Konsumsi 239,710 262,733 285,518 290,362 293,977 291,267 293,477 301,228

% NPL 9.72% 8.04% 8.14% 8.92% 9.59% 10.25% 10.51% 12.26%

% LDR 117.94% 118.94% 109.21% 111.63% 120.60% 113.22% 110.64% 115.72%

2013 2015 2016

Sejalan dengan perbankan umum, aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga mengalami

perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 2017. Aset BPR pada triwulan I 2017 mencapai

Rp1,34 Triliun atau tumbuh sebesar 4,85% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,29% (yoy). Penghimpunan DPK dan

penyaluran kredit BPR pada triwulan I 2017 juga mengalami perlambatan. Total penghimpunan

DPK BPR pada triwulan I 2017 mencapai Rp875,87 Miliar atau tumbuh sebesar 4,26% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan IV 2016 yang tumbuh sebesar 7,78% (yoy). Sementara itu,

penyaluran kredit BPR pada triwulan I 2017 mencapai Rp1,01 Triliun tumbuh sebesar 8,08%

(yoy). Pertumbuhan kredit tersebut melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 9,19% (yoy).

Rasio NPL mengalami peningkatan, yaitu dari 10,51% pada triwulan IV 2016 menjadi 12,26%

pada triwulan I 2017. Sedangkan rasio LDR BPR mencapai 115,72%, menunjukkan

peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 110,64%. Rasio NPL BPR yang

masih tinggi di atas bank umum dan adanya peningkatan menunjukkan risiko kredit bagi BPR

yang semakin meningkat. Ke depan, selain meningkatkan fungsi intermediasinya, BPR juga

diharapkan dapat meningkatkan prinsip kehati-hatiannya dalam penyaluran kredit guna

menekan rasio NPL BPR yang masih cukup tinggi tersebut.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 68

0

5

10

15

20

0

200

400

600

800

1,000

1,200

TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Kredit Pertumbuhan Kredit BPR (yoy)

%Rp Juta

Grafik 4.20 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat

4.4 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.4.1 Kredit UMKM

Kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi NTB pada triwulan I 2017

mencapai Rp9,93 Triliun, tumbuh sebesar 20,18% (yoy). Tingkat pertumbuhan kredit

UMKM tersebut melambat dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebesar 22,09% (yoy).

Sebagian besar kredit UMKM yang disalurkan oleh bank umum merupakan kredit modal kerja,

yaitu sebesar 76,68%, dan selebihnya merupakan kredit investasi sebesar 23,32%.

-

10

20

30

40

-

10,000

20,000

30,000

40,000

TW 4 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1

2014 2015 2016 2017

Total KreditKredit UMKMPertumbuhan Kredit ( yoy) - sisi kananPertumbuhan Kredit UMKM (yoy) - sisi kanan

Rp Miliar %

77%

23%

Modal Kerja Investasi

Grafik 4.21 Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 4.22 Kredit UMKM berdasarkan Jenis Penggunaan

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 69

4.4.2 PROGRAM PENGEMBANGAN KLASTER

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB telah mengembangkan program klaster

ketahanan pangan sejak tahun 2011. Sampai dengan tahun 2016 program pengembangan

klaster yang telah di kembangkan sejumlah 6 (enam) klaster antara lain:

1. Klaster Usaha Ternak Sapi di Sumbawa Barat (Tahun 2011 s.d 2014)

2. Klaster Usaha Penangkaran Benih Kedelai di Kabupaten Bima (2014 s.d 2016)

3. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Sumbawa (2015 s.d 2017)

4. Klaster Cabai di Kabupaten Lombok Timur (2015 s.d 2017)

5. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Lombok Utara (2016 s.d 2018)

6. Klaster Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Lombok Timur (2016 s.d 2018)

Progres pengembangan klaster eksisting sampai dengan triwulan IV 2016 meliputi:

1. Klaster Usaha Penangkaran Benih Kedelai di Kabupaten Bima

Pengembangan benih kedelai telah dilakukan di 3 kecamatan di Kabupaten Bima, yaitu di

Kecamatan Bolo, Sosarita, dan Madapangga dengan anggota klaster sebanyak 5 kelompok,

yaitu Kelompok Kancoa Rida, Ndano Nonu, Mbanggu, Sosarita, dan Sola Melo. Luas areal

pengembangan benih kedelai di kelompok mencapai 51 Ha dan total benih yang telah

diproduksi pada triwulan III 2016 mencapai 61.600 kg. Sebagai wadah kelompok yang ada,

telah dibentuk KUB Ndano Rida. Beberapa anggota kelompok juga telah memperoleh

sertfikat melalui program PRONA seluas 6,30 Ha (ladang). Pada triwulan IV 2016, klaster

telah memasuki masa phasing out dimana pembinaan Bank Indonesia telah dilakukan

sudah mencapai 3 tahun. Setalah memasuki masa phasing out, pengembangan klaster

diserahkan sepenuhnya pada kelompok dan dinas terkait.

2. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Sumbawa

Pengembangan Klaster Usaha Ternak Sapi berlokasi di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo

Hulu, Kabupaten Sumbawa dengan anggota klaster sebanyak 1 kelompok, yaitu Kelompok

Leang Bukal. Saat ini, kelompok telah memperoleh sertifikat program PRONA 70 persil (70

ha) lahan pertanian/ladang. Pemberian Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa

kandang kolektif dengan kapasitas 50 ekor telah diselesaikan secara swadaya oleh

kelompok dan diresmikan pada bulan Oktober 2016. Selama triwulan IV-2016, jumlah sapi

yang terjual sebanyak 18 ekor. Jumlah ternak tersedia yang dikandangkan saat ini sebanyak

69 ekor, 50 ekor diantaranya berada di kandang kolektif dan 19 ekor sisanya dipelihara

secara intensif di sekitaran kandang komunal. Pemasaran kelompok saat ini masih di pasar

lokal. Terkait akses keuangan, dari total anggota kelompok yang berjumlah 27 orang,

sebanyak 25 orang telah mendapatkan pinjaman KUR yang digunakan untuk pembelian

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 70

ternak sapi (bakalan) dan sebagian digunakan untuk usaha pertanian (pembelian pupuk,

bibit padi/jagung, dll).

3. Klaster Cabai di Kabupaten Lombok Timur

Pengembangan Klaster Cabai berlokasi di Desa Lendang Nangka, Kabupaten Lombok Timur

dengan anggota klaster sebanyak 181 orang petani terdiri dari Kelompok Tetu-Tetu 20

orang, Kelompok Mele Maju 15 orang, Kelompok Tojang Maju 13 orang, Kelompok Pade

Girang 15 orang, Kelompok Patuh Kene 13 orang, Kelompok Lebak Makmur 45 orang dan

Tunas Muda 65 orang. Jumlah lahan kelompok klaster secara keseluruhan di Desa Lendang

Nangka dan Kerongkong adalah 44,20 Ha. Terdapat penambahan kelompok seluas 5 Ha

(Kelompok Patuh Kene 3 Ha dan Pade Girang 2 Ha) dan penambahan 10 Are screenhouse

di Kelompok Tetu-tetu. Pada triwulan I 2017 Pada TW I, belum ada produksi cabai, karena

baru dilakukan penanaman pada awal bulan Maret 2017.

Pada triwulan sebelumnya telah dilakukan panen dengan hasil sebanyak 3,6 ton.

Pemasaran telah dilakukan baik di pasar lokal maupun ke luar daerah, meliputi Batam,

Pekan Baru, dan Palembang. Di pasar lokal, pemasaran telah dilakukan baik di pasar

tradisional maupun modern (supermarket) di Kab. Lombok Timur.

Pada triwulan I 2017, telah dilakukan pemantapan pelatihan pembuatan pupuk padat dan

cair dengan pemanfaatan MA 11 (Alpafah) kepada kelompok klaster. Pelatihan

dilaksanakan di Kelompok Tetu-Tetu di Desa Lendang Nangka, dengan pengembangan

demplot seluas 10 Are yang dijadikan sebagai pusat belajar integrated farming total

organik.

4. Klaster Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Lombok Utara

Pengembangan Klaster Usaha Ternak Sapi berlokasi di Desa Genggelang, Kecamatan

Gangga, Kabupaten Lombok Utara dengan anggota klaster sebanyak 1 kelompok, yaitu

Kelompok Ngiring Datu. Saat ini, Kelompok Ngiring Datu sudah memiliki kemampuan

dalam mengembangkan pupuk organik dan pakan menggunakan Microbacter Alfaafa-11

(MA-11). Pengolahan produk turunan (kotoran hewan/Kohe) dengan pemanfaatan MA-11

telah digunakan oleh internal kelompok. Jumlah ternak yang dikandangkan secara kolektif

per 31 Maret 2017 sebanyak 241 ekor.

5. Klaster Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Lombok Timur

Pengembangan Klaster Ekonomi Kreatif di Desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela,

Kabupaten Lombok Timur dengan anggota klaster sebanyak 5 kelompok, yaitu Kelompok

Sundawa Makmur, Seleman Adil, Pesiraman, Aman Maksan, dan Santosa Sasak Tenun.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 71

Penandatanganan MoU Klaster telah dilaksanakan pada Bulan Desember 2016. Kegiatan

yang telah dilakukan antara lain Pelatihan Capacity Building (pengembangan motif tenun)

dan studi banding ke Denpasar, Bali.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 71

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Pada triwulan I 2017 terjadi penurunan kebutuhan uang tunai di Provinsi NTB. Hal ini tampak

dari net inflow pengedaran uang yang terjadi, dimana jumlah uang tunai yang masuk (cash

inflow) lebih banyak dari jumlah uang tunai yang keluar (cash outflow). Penurunan ini sejalan

dengan perlambatan aktivitas ekonomi NTB, terutama dari sisi konsumsi yang melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan penurunan transaksi tunai, transaksi non

tunai juga mengalami penurunan secara tahunan, baik transaksi RTGS maupun kliring.

5.1 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

5.1.1 Transaksi Pembayaran Tunai

Permintaan terhadap uang kartal triwulan I 2017 menurun dibanding triwulan

sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pola historis triwulan dan juga perlambatan aktivitas

ekonomi di Provinsi NTB, terutama dari sisi konsumsi rumah tangga, yang tumbuh sebesar

2,12% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,49% (yoy).

Perlambatan konsumsi di triwulan I 2017 tersebut terkait dengan konsumsi rumah tangga yang

mulai normal setelah mengalami peningkatan kegiatan konsumsi karena perayaan beberapa

event pada triwulan IV 2016, yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal, dan libur panjang

akhir tahun.

Permintaan uang kartal masyarakat tampak dari indikator net inflow atau uang tunai yang

masuk lebih besar dibandingkan uang tunai yang keluar melalui pengedaran Bank Indonesia.

Selama triwulan I tahun 2017, transaksi pembayaran secara tunai menunjukkan uang tunai

yang masuk bersih (net inflow) sebesar Rp1,26 Triliun. Uang tunai yang masuk selama triwulan I

2017 sebanyak Rp2,56 Triliun, sedikit meningkat sebesar 0,33% (yoy). Sedangkan uang tunai

yang keluar pada triwulan I 2017 sebesar Rp1,3 Triliun, meningkat sebesar 24,88% (yoy). Hal

tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan uang tunai selama triwulan I tahun 2017 di

masyarakat menurun dibanding triwulan sebelumnya. Faktor yang dominan menentukan tren

permintaan uang tunai adalah belanja rumah tangga mengalami penurunan setelah pada

triwulan sebelumnya terdapat beberapa perayaan event besar, seperti Maulid Nabi, Natal, dan

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 72

libur panjang akhir tahun yang meningkatkan konsumsi rumah tangga. Selain itu, konsumsi

pemerintah daerah pada triwulan I 2017 masih belum optimal.

(3,000)

(2,000)

(1,000)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

Rp. Miliar

Inflow Outflow Net Inflow

-7,500

-6,000

-4,500

-3,000

-1,500

0

1,500

3,000

4,500

6,000

7,500

100,0

00

50,0

00

20,0

00

10,0

00

5,0

00

2,0

00

1,0

00

1,0

00

500

200

100

Ribu Lembar

Tw I-'16 Tw II-'16 TW III-16 TW IV-'16 TW I-17

Grafik 5.1 Perkembangan Nominal Inflow, Outflow,

dan Net Inflow di Provinsi NTB

Grafik 5.2 Perkembangan Pengedaran Uang

di Provinsi NTB

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 73

Tabel 5.1 Inflow, Outflow, dan Net Inflow Uang Per Pecahan (ribu lembar)

Jumlah

100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 1,000 500 200 100 50 UK+UL

Inflow 12,703 12,638 1,384 2,685 3,601 4,707 1,397 51 794 25 29 2 40,015

Outflow 3,390 9,749 1,685 2,781 4,045 4,454 323 212 209 275 241 1 27,364

Net Flow 9,313 2,889 (301) (95) (443) 253 1,074 (162) 585 (250) (212) 1 12,652

Inflow 5,869 9,196 1,191 2,224 2,995 3,860 1,471 31 688 11 9 - 27,544

Outflow 11,013 14,374 2,358 4,372 6,744 6,613 88 513 1 235 309 - 46,620

Net Flow (5,145) (5,177) (1,167) (2,148) (3,749) (2,753) 1,383 (483) 688 (224) (300) - (19,076)

Inflow 11,294 13,288 2,370 4,103 6,301 6,217 1,395 41 326 16 42 - 45,391

Outflow 12,187 18,066 2,226 4,042 6,817 6,722 76 499 53 240 365 0 51,294

Net Flow (893) (4,778) 144 61 (516) (505) 1,318 (459) 273 (224) (323) (0) (5,902)

Inflow 6,462 10,248 1,652 2,791 4,329 5,704 1,323 27 303 9 20 - 32,868

Outflow 8,467 13,670 1,201 2,100 2,879 3,074 30 540 122 306 382 0 32,771

Net Flow (2,006) (3,422) 451 692 1,450 2,630 1,293 (514) 182 (298) (362) (0) 97

Inflow 36,328 45,370 6,597 11,804 17,226 20,488 5,586 148 2,110 60 100 2 145,819

Outflow 35,058 55,858 7,469 13,294 20,485 20,863 518 1,766 384 1,056 1,297 2 158,048

Net Flow 1,269 (10,488) (872) (1,490) (3,258) (375) 5,068 (1,617) 1,727 (996) (1,197) 0 (12,229)

Inflow 15,481 18,180 1,722 3,063 4,278 4,749 1,638 35 125 13 5 0 49,289

Outflow 4,836 9,449 1,577 2,635 3,607 3,980 17 706 235 385 519 0 27,945

Net Flow 10,645 8,732 145 428 672 769 1,621 (671) (110) (373) (515) 0 21,344

Inflow 8,204 13,112 1,469 2,459 3,871 4,808 829 2 129 17 24 0 34,922

Outflow 19,654 21,860 3,950 8,074 12,615 13,422 36 1,279 758 807 869 0 83,325

Net Flow (11,450) (8,748) (2,481) (5,616) (8,745) (8,614) 792 (1,277) (629) (790) (845) 0 (48,403)

Inflow 16,396 19,537 2,961 5,390 6,357 6,845 1,317 40 136 8 11 0 58,999

Outflow 9,528 15,558 1,186 1,913 2,990 2,326 19 399 363 362 694 0 35,339

Net Flow 6,868 3,979 1,775 3,477 3,367 4,519 1,297 (358) (227) (355) (683) 0 23,660

Inflow 10,813 15,237 1,767 3,040 6,613 6,911 736 11 98 43 86 0 45,356

Outflow 10,900 16,744 1,335 2,552 3,110 4,108 60 712 690 447 464 0 41,123

Net Flow (87) (1,507) 431 489 3,503 2,802 676 (701) (592) (404) (378) 0 4,232

Inflow 50,894 66,067 7,919 13,953 21,119 23,313 4,519 89 488 80 126 0 188,566

Outflow 44,917 63,611 8,049 15,174 22,322 23,836 133 3,097 2,046 2,002 2,547 0 187,733

Net Flow 5,977 2,456 (129) (1,222) (1,203) (523) 4,386 (3,008) (1,558) (1,922) (2,421) 0 833

Inflow 15,342 18,196 2,100 3,711 5,213 6,391 1,047 32 225 17 41 1 52,316

Outflow 6,167 11,713 1,839 3,090 4,053 4,125 449 559 493 323 456 0 33,266

Net Flow 9,176 6,483 261 621 1,160 2,266 597 (527) (268) (305) (414) 1 19,050

I2017

I

II

III

IV

Total

2016

(ribu lembar)

Uang LogamFlowTriwulanTahun

III

IV

Total

2015

I

Uang Kertas

II

Berdasarkan pecahan uang, baik cash inflow maupun cash outflow didominasi oleh

pecahan besar yakni Rp50.000,- dan Rp100.000,- sebesar 57,74% dari total lembar cash

inflow dan 71,23% dari total lembar cash outflow pada triwulan I 2017. Demikian pula

pada triwulan sebelumnya, pecahan besar juga mendominasi baik cash inflow ataupun cash

outflow. Hal ini menunjukkan pilihan masyarakat saat ini lebih cenderung untuk menggunakan

pecahan besar dibandingkan pecahan kecil untuk melakukan transaksi. Kecenderungan tersebut

antara lain juga dipengaruhi pembayaran gaji di beberapa instansi yang masih menggunakan

uang tunai dan sebagian besar pecahan besar. Selain itu juga dipengaruhi pecahan yang

digunakan di mesin ATM merupakan uang pecahan besar. Namun demikian, Bank Indonesia

tetap berupaya untuk menyediakan uang kartal baik dalam pecahan besar maupun pecahan

kecil secara optimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dalam rangka peningkatan kualitas dan pemenuhan permintaan uang Rupiah dengan pecahan

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB

telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pelayanan Kas Keliling sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas uang di masyarakat baik

di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, layanan Kas Keliling akan terus diperluas ke pulau-

pulau terpencil di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada triwulan I 2017 Kantor

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 74

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB telah melakukan kegiatan kas keliling sebanyak 22

kali di wilayah kerja di Provinsi NTB. Frekuensi kas keliling tersebut lebih tinggi dibanding

triwulan yang sama tahun lalu sebanyak 12 kali.

b. Untuk meningkatkan efisiensi perbankan dan optimalisasi pengelolaan uang, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB mendorong Transaksi Uang Kartal Antar Bank

(TUKAB). Selain itu, kerja sama dengan perbankan dalam rangka memberikan pelayanan

penukaran uang juga akan terus ditingkatkan. Untuk keterjangkauan pelayanan perkasan di

Pulau Sumbawa, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB telah melakukan kerjasama

Kas Titipan dengan bank umum di Kota Bima dan juga penambahan kerjasama Kas Titipan

dengan bank umum di Kabupaten Sumbawa pada triwulan I 2017.

c. Sosialisasi 3D (Didapat, Disayang, Disimpan) kepada semua lapisan masyarakat agar kualitas

uang yang beredar tetap terjaga.

d. Sebagai upaya peningkatan kualitas uang, pada tahun 2017 akan dilakukan survei untuk

mengetahui soil level uang yang beredar di masyarakat sebagaimana yang dilaksanakan pada

tahun 2016. Survei ini sebagai bagian dari strategi kedepan dalam upaya peningkatan

kualitas uang.

5.1.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai

Seperti halnya transaksi tunai, transaksi non tunai pada triwulan I 2017 juga

menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut

diperkirakan terkait dengan perlambatan aktivitas ekonomi di Provinsi NTB, terutama dari sisi

konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah yang belum optimal. Dalam rangka untuk

terus meningkatkan transaksi non tunai, Bank Indonesia bersama berbagai pihak terus

mendorong pemanfaatan uang elektronik melalui GNNT. GNNT ini ditujukan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai yang dapat

mendukung sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar. Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTB, dalam berbagai kesempatan baik di lingkungan pemerintahan, pelaku

usaha, akademisi, maupun kepada masyarakat umum terus melakukan sosialisasi GNNT.

Transaksi non tunai baik RTGS maupun kliring secara keseluruhan pada triwulan I 2017

secara nominal mencapai Rp7,65 Triliun, turun 7,05% (yoy). Sedangkan jumlah warkat

secara keseluruhan mencapai 91,3 ribu lembar, turun 1,85% (yoy). Jumlah nominal transaksi

RTGS pada triwulan I 2017 lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi kliring.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 75

0

20

40

60

80

100

120

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Rp Milliar

RTGS (Rp Miliar) Kiri Kliring (Rp Miliar) Kiri

Warkat RTGS (Ribu) Kanan Warkat Kliring (Ribu) Kanan

Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi Non Tunai

Pada triwulan I 2017, nilai transaksi dan warkat RTGS mengalami penurunan secara tahunan.

Nilai transaksi RTGS mencapai Rp3,83 Triliun atau turun 2,19% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,68% (yoy). Sedangkan jumlah warkat

RTGS pada triwulan I 2017 mencapai 0,93 ribu lembar, turun 48,77% (yoy).

Transaksi kliring triwulan I 2017 mencapai Rp3,82 Triliun, turun sebesar 11,47% (yoy), lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,64% (yoy). Sejalan

dengan perlambatan pertumbuhan nominal transaksi kliring, jumlah warkat kliring juga turun

sebesar 0,91% (yoy).

0

200

400

600

800

1000

1200

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2014 2015 2016 2017

RTGS (Rp Miliar) Kiri Warkat RTGS (Ribu) Kanan

0

10

20

30

40

50

-

300

600

900

1,200

1,500

1,800

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2014 2015 2016 2017

Kliring (Rp Miliar) Kiri Warkat Kliring (Ribu) Kanan

Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi RTGS

di Provinsi NTB

Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Kliring

di Provinsi NTB

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 76

6

6

6

6

6

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Indikator kesejahteraan Provinsi NTB secara umum menunjukkan penurunan, sejalan dengan

kondisi perekonomian yang menurun di triwulan I 2017. Penurunan tingkat kesejahteraan

tersebut terlihat dari indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menurun dan Nilai Tukar

Petani (NTP) yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, tingginya tenaga

kerja setengah menganggur perlu diwaspadai sebagai risiko peningkatan tingkat pengangguran

di masa mendatang.

6.1 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Terkontraksinya perekonomian NTB pada triwulan I 2017, berdampak pada menurunnya

beberapa indikator kesejahteraan masyarakat. Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia

menunjukan optimisme konsumen dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menurun,

terutama disebabkan oleh menurunnya penghasilan masyarakat. Indikator Nilai Tukar Petani

(NTP) juga menunjukan penurunan. Di sisi lainnya, indikator ketenagakerjaan yaitu tingkat

pengangguran menunjukkan tren menurun. Meski begitu, tingkat pekerja setengah menganggur

di tengah kondisi ekonomi yang terindikasi menurun perlu diwaspadai sebagai potensi risiko

dalam menambah jumlah tingkat pengangguran terbuka.

6.2 INDIKATOR SURVEI KONSUMEN

Optimisme masyarakat terhadap perekonomian NTB triwulan I 2017 mengalami

penurunan. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I 2017

sebesar 105,8 atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 117,3.

Menurunnya keyakinan konsumen tersebut disebabkan karena berkurangnya penghasilan saat

ini dibandingkan 6 bulan yang lalu. Meski begitu, pengeluaran konsumen untuk membeli barang

tahan lama meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

Perkiraan konsumen terhadap kondisi perekonomian 6 bulan yang akan datang tercermin dari

Indeks Ekspektasi Konsumen yang dijabarkan dalam 3 faktor, antara lain ekspektasi penghasilan,

kondisi ekonomi Indonesia, dan ketersediaan lapangan kerja. Secara umum, seluruh indikator

ekspektasi konsumen tersebut mengalami penurunan.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 77

Optimisme masyarakat terhadap perekonomian tidak terlepas dari persepsi masyarakat terhadap

aktivitas ekonomi saat ini yang digunakan dalam memperkirakan kondisi ekonomi ke depan.

Menurunnya angka indikator ekspektasi tersebut di atas perlu diwaspadai oleh pelaku ekonomi

dan juga pemerintah daerah dalam upaya menjaga dan meningkatkan kinerja perekonomian di

masa mendatang.

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 6.1

Indikator Survei Konsumen

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 6.2

Ekspektasi Inflasi Masyarakat

6.3 NILAI TUKAR PETANI

Pertumbuhan Nilai Tukar Petani Provinsi NTB masih terbatas. Hingga bulan April 2017,

Indeks NTP Provinsi NTB mencatatkan angka 104,02, atau tumbuh 0,42% (yoy). Angka indeks

tersebut lebih rendah dibandingkan angka indeks pada akhir tahun 2016 yang tercatat sebesat

106,56. Secara umum pertumbuhan NTP terus menunjukan tren perlambatan. Penurunan NTP

yang paling dalam terjadi pada NTP Padi Palawija diikuti NTP Perkebunan dan NTP Hortikultura,

sedangkan NTP Ternak dan NTP Nelayan menunjukan pertumbuhan positif. Jika dilihat per sub

komponen, Indeks yang Diterima petani mengalami penurunan, sebaliknya Indeks yang Dibayar

petani mengalami peningkatan sebagai indikasi meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat dan

harga barang.

80

90

100

110

120

130

140

150

160

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

2014 2015 2016 2017

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Linear (Indeks Keyakinan Konsumen (IKK))

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

Jan

Mar

May Ju

l

Sep

Nov Ja

n

Mar

May Ju

l

Sep

Nov Ja

n

Mar

May Ju

l

Sep

Nov Ja

n

Mar

2014 2015 2016 2017

Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu

Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d.

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 78

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 6.3 Nilai Tukar Petani Provinsi NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 6.4 Pertumbuhan NTP dan Komponen Pembentuknya

Terbatasnya pertumbuhan NTP perlu mencapat perhatian, terutama untuk mencapai

target penurunan kemiskinan. Pergerakan nilai tukar petani berkorelasi cukup kuat dengan

penduduk miskin, karena sebagian besar penduduk miskin bekerja di sektor pertanian. Upaya

untuk meningkatkan pendapatan petani dan menjaga harga komoditas tetap terjangkau akan

berdampak positif dalam hal meningkatkan NTP, yang pada akhirnya akan membantu

menurunkan angka kemiskinan di Provinsi NTB.

6.4 TENAGA KERJA

Persentase tingkat pengangguran di Provinsi NTB posisi Februari 2017 sebesar 3,86%,

sedikit menurun dibandingkan Agustus 2016 yang tercatat 3,94%. Penurunan jumlah

tenaga kerja menganggur masih terbatas, sejalan dengan Indeks Keyakinan Konsumen yang

cenderung menurun pada triwulan I 2017. Meski menunjukan tren penurunan, risiko kenaikan

tingkat pengangguran di masa depan perlu diwaspadai sejalan dengan ekspektasi masyarakat

terhadap ekonomi dan lapangan kerja yang menurun.

80

85

90

95

100

105

110

115

120

125

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2014 2015 2016 2017

Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj) NTPH (Horti)

NTPR (Kebun) NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4

2014 2015 2016 2017

% (

yoy)

% (

yoy)

Axis TitleGrowth Nilai Tukar Petani (RHS) gIndeks Yang Diterima (yoy)

gIndeks Yang Di Bayar (yoy)

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 79

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 6.5

Tingkat Pengangguran Provinsi NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 6.6

Distribusi Tenaga Kerja per Sektor

Dari sisi sektoral, dari total angkatan kerja yang bekerja di Provinsi NTB, sebanyak 42% bekerja

di sektor pertanian, 22% bekerja di sektor perdagangan, dan 16% bekerja di sektor jasa. Pangsa

tenaga kerja di sektor pertanian mengalami peningkatan dibandingkan periode perhitungan

sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada sektor perdagangan. Meningkatnya jumlah pekerja

di sektor pertanian pada triwulan I 2017 adalah pola yang berkebalikan dibandingkan

perkembangan sebelumnya dimana para pekerja di sektor pertanian cenderung beralih ke sektor

lainnya, seperti sektor jasa. Peningkatan pangsa tenaga kerja sektor pertanian diperkirakan seiring

dengan peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2017 dimana masa panen terjadi

mulai bulan Maret 2017. Kinerja sektor pertanian yang terakselerasi sejalan dengan produktivitas

tenaga kerja di sektor tersebut yang mengalami peningkatan. Produktivitas tenaga kerja sektor

pertanian di bulan Februari 2017 adalah yang tertinggi sejak 2014, yaitu sebesar Rp. 6,2 Juta per

kapita.

124 128 120 128

87 97 97

5.30 5.75

4.98

5.69

3.66 3.94 3.86

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

-

20

40

60

80

100

120

140

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari

2014 2015 2016 2017

Rib

u

b. Pengangguran 5. Pengangguran Terbuka (%) - kanan

42%

7%6%

22%

4%

16%

Pertanian

Industri Pengolahan

Bangunan

Perdagangan

Angkutan, Pergudangandan Komunikasi

Keuangan

Jasa–jasa

Lainnya

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 80

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 6.7 Produktivitas Tenaga Kerja per Sektor

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 6.8 Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja per Sektor

Jumlah penduduk yang termasuk kedalam pekerja tidak penuh (setengah menganggur dan

pekerja paruh waktu) masih cukup tinggi, yaitu sebesar 37,5% dari total angkatan kerja yang

bekerja di Provinsi NTB. Pekerja yang termasuk kategori tersebut, rentan untuk termasuk dalam

kategori pengangguran absolut karena sifat pekerjaan yang tidak tetap. Kondisi tersebut dapat

diperbaiki melalui peningkatan kompetensi pekerja di NTB yang saat ini masih didominasi oleh

pekerja dengan tingkat pendidikan SMP kebawah (66,2%).

6.22 5.25

18.55

7.08

28.85

35.83

14.98

96.57

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

Pertanian IndustriPengolahan

Bangunan Perdagangan Angkutan,Pergudangan

danKomunikasi

Keuangan Jasa–jasa Lainnya(TermasukTambang)

Rp

Ju

ta /

Ora

ng

-

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari

2013 2014 2015 2016 2017

Pertanian Perdagangan Jasa - Jasa Lainnya *)

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Prospek Perekonomian Daerah 82

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III 2017 diperkirakan tumbuh melambat, terkait base

effect pertumbuhan sektor pertambangan yang diperkirakan tidak setinggi triwulan yang sama

tahun sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi non tambang triwulan III 2017

diperkirakan terakselerasi ditopang oleh kinerja sektor pertanian yang diperkirakan memasuki

masa panen, dan juga sektor perdagangan serta konstruksi. Tekanan inflasi tahunan pada

triwulan III 2017 diperkirakan juga meningkat, namun masih di dalam kisaran sasaran inflasi

nasional sebesar 4 ± 1%.

7.1 PROSPEK PEREKONOMIAN PROVINSI NTB

Pada triwulan III 2017, pertumbuhan ekonomi tahunan diperkirakan melambat

dibandingkan triwulan II 2017, yaitu sebesar 1,6 - 2,1% (yoy). Melambatnya pertumbuhan

tersebut karena faktor base effect pertumbuhan sektor pertambangan yang diperkirakan tidak

setinggi triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dengan rata-rata bulanan kuota ekspor yang

telah diberikan pada tahun 2017, tingkat pertumbuhan ekspor tambang pada triwulan III 2017

diperkirakan tidak setinggi tahun lalu.

Perekonomian tanpa memperhitungkan sektor tambang pada triwulan III 2017

diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan II 2017, yaitu sebesar 6,1 6,6% (yoy).

Pertumbuhan tersebut diperkirakan disumbang oleh sektor sektor pertanian. Terakselerasinya

pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan I 2017 menumbuhkan optimisme terkait kondisi

cuaca yang mendukung sektor pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan III

diperkirakan kembali meningkat dengan perkiraan mulai masuknya masa panen. Sektor lain yang

menopang pertumbuhan ekonomi non tambang triwulan III-2017 adalah perdagangan dan

konstruksi. Kinerja sektor perdagangan diperkirakan meningkat seiring dengan perkiraan

meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi NTB pada triwulan III 2017, sedangkan

sektor konstruksi diperkirakan mencapai puncak pada triwulan III 2017 sebagaimana pola

historisnya.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan tumbuh

melambat. Terkontraksinya kinerja sektor tambang pada triwulan I 2017 turut menjadi

penyumbang melambatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan

tahun 2017 diperkirakan sebesar 2.0 3.0% (yoy) atau pertumbuhan ekonomi tanpa tambang

sebesar 4,5 5,5% (yoy).

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Prospek Perekonomian Daerah 83

Sumber : BPS Provinsi NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB

Sumber : BPS Provinsi NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah

Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Kategori Utama

7.2 PERKIRAAN INFLASI PROVINSI NTB

Tekanan inflasi pada triwulan III 2017 diperkirakan meningkat. Inflasi NTB di triwulan III

2017 diperkirakan sebesar 4,0 4,5% (yoy). Meningkatnya laju inflasi secara tahunan tersebut

disebabkan oleh meningkatnya harga komoditas administered price sejak awal tahun 2017.

Selain itu, perkiraan meningkatnya konsumsi masyarakat pada triwulan III 2017 turut mendorong

tekanan inflasi.

Sumber : BPS Prov. NTB dan Proyeksi Bank Indonesia, diolah

Grafik 7.5 Proyeksi Inflasi Tahunan

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Grafik 7.6 Survei Konsumen Bank Indonesia

Pada tahun 2017, terdapat sejumlah risiko yang terkait dengan kelompok komoditas

administered price dan volatile food. Dari sisi kelompok volatile food, risiko terjadinya

kekeringan akibat dari musim kemarau yang disebabkan fenomena El Nino perlu dicermati. Selain

itu, tingkat kunjungan wisatawan yang diperkirakan cukup tinggi di tahun 2017 berisiko

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

2015 Tw IV 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw III 2016 Tw IV 2017 Tw I 2017 Tw II 2017 Tw III

NTB non-tambang NTB - kanan

6.6

6,0

2,1

1,5

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

2015 TwIV

2016 TwI

2016 TwII

2016 TwIII

2016 TwIV

2017 TwI

2017 TwII

2017 TwIII

Pertanian Perdagangan

Pertambangan (kanan) Industri Pengolahan

4.50

4.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

% Y

OY

140.0

150.0

160.0

170.0

180.0

190.0

200.0

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Sep Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Sep Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Ma

r

2015 2016 2017

Ekspektasi Inflasi

Perubahan harga umum 3 bulan yad

Perubahan harga umum 6 bulan yad

Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NTB

Prospek Perekonomian Daerah 84

meningkatkan permintaan masyarakat, sehingga perlu didukung oleh ketersediaan pasokan

pangan yang cukup. Sementara itu, perlu dicermati risiko administered price terkait dengan

perkembangan harga minyak dunia yang fluktuatif dapat mempengaruhi harga Bahan Bakar

Minyak (BBM).