kajian ekonomi dan keuangan regional ... bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan....

91
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Upload: lamtu

Post on 02-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TRIWULAN IV 2015

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara i

Kata

Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) disusun

setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara, mencakup aspek

pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses

keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan

masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah ini disamping bertujuan

untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan

moneter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu

referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan

Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi

stakeholder di wilayah kerjanya.

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 menunjukkan percepatan laju

pertumbuhan yang disebabkan oleh masih terjaganya konsumsi rumah tangga dan investasi di sisi

permintaan. Sementara dari sisi penawaran, percepatan laju perekonomian tersebut disebabkan oleh

akselerasi yang terjadi pada kategori pertanian dan kategori konstruksi. Selama triwulan IV 2015,

perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 7,5% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 7,0% (yoy). Sementara itu, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015

mengalami penurunan yang cukup tajam, dari 7,24% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 2,27%

(yoy) di akhir tahun 2015. Penurunan laju inflasi tersebut disebabkan oleh menurunnya laju inflasi

yang terjadi di Kota Kendari maupun Kota Baubau yang bersumber dari komponen administered prices

akibat minimnya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi di akhir tahun 2015.

Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai

institusi baik secara langsung melalui survei dan liason maupun data yang sudah tersedia. Sehubungan

dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada

semua pihak yang telah berkontribusi, baik berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi

secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami

harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.

Kendari, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Dian Nugraha

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara ii

VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

serta pencapaian inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil

MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan

menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional

bekerja secara efektif dan efisien

serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal

untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan

dapat berkontribusi pada

pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar

yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan

dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja,

serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas

dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang

NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai

untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:

Trust and Integity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara iii

Daftar

Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

VISI MISI BANK INDONESIA ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v

DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... vi

TABEL INDIKATOR TERPILIH ...................................................................................... viii

RINGKASAN EKSEKUTIF ................. 1

BAB 1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ............................. .............................. 5

1.1. Kondisi Umum .................................................................................. 6

1.2. Perkembangan Sisi Pengeluaran ......................................................... 7

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ......................................................... 7

1.2.2 Konsumsi Pemerintah ............................................................... 8

1.2.3 Investasi ................................................................................... 9

1.2.4 Ekspor dan Impor ..................................................................... 9

1.3. Perkembangan Sisi Penawaran: Kategori Ekonomi Utama ................... 12

1.3.1 Kategori Pertanian .................................................................... 12

1.3.2 Kategori Pertambangan ............................................................ 13

1.3.3 Kategori Industri Pengolahan .................................................... 14

1.3.4 Kategori Perdagangan Besar dan Eceran ................................... 15

1.3.5 Kategori Konstruksi .................................................................. 17

1.3.6 Kategori Transportasi dan Pergudangan .................................... 18

BOKS 1: PAKET KEBIJAKAN EKONOMI PEMERINTAH ................................................... 20

BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH ............................................... 23

2.1 Struktur Anggaran dan Realisasi Semester I 2015 ............................... 24

2.2 Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi ............................... 26

2.2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan ................................................ 26

2.2.2 Realisasi Anggaran Belanja ....................................................... 27

BAB 3. INFLASI DAERAH ...... .......................................................................... 29

3.1 Kondisi Umum .................................................................................. 30

3.2 Disagregasi Inflasi .............................................................................. 33

3.3 Upaya Pengendalian Inflasi ................................................................ 35

BOKS 2: KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI UTAMA ................................................. 38

BOKS 3: SISTEM LOGISTIK SULAWESI TENGGARA MELALUI TRANSPORTASI LAUT ........ 40

BAB 4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN ...... .. 46

4.1 Kondisi Umum Perbankan ................................................................. 46

4.1.1 Perkembangan Kelembagaan .................................................... 46

4.1.2 Aset Perbankan ....................................................................... 46

4.1.3 Intermediasi Perbankan ............................................................ 47

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara iv

4.1.4 Bank Syariah ............................................................................ 48

4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat ........................................................... 49

4.2 Stabilitas Sistem Keuangan ................................................................ 49

4.2.1 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi ...................... 49

4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga .......................................... 51

4.3 Pengembangan Akses Keuangan ....................................................... 52

BAB 5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG.... ................................. 55

5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................... 56

5.1.1 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................... 56

5.1.2 Perkembangan Transaksi Kliring ............................................. 57

5.2 Pengelolaan Uang Tunai .......... ......................................................... 57

5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal .......................................... 57

5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar .................................................. 58

5.2.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu ........................................ 58

BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ............................................ 61

6.1 Ketenagakerjaan ............................................................................... 62

6.2 Kesejahteraan .......... ......................................................................... 63

BAB 7. PROSPEK EKONOMI ...................................................................................... 65

7.1 Prospek Ekonomi Makro .................................................................... 66

7.2 Prospek Inflasi .......... ........................................................................ 72

DAFTAR ISTILAH

TIM PENYUSUN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

v

Daftar

Tabel

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy) ........................................ 7

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) .......................................... 12

Tabel 2.1. Realisasi APBD Kabupaten/Kota di Sultra hingga Triwulan IV 2015 ........ 26

Tabel 2.2. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi

Tenggara pada Triwulan IV .................................................................. 27

Tabel 2.3. Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara 28

Tabel 3.1. Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (mtm) Per Kelompok .......................... 31

Tabel 3.2. Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (qtq) Per Kelompok ............................ 32

Tabel 3.3. Penurunan Tarif Tenaga Listrik .............................................................. 34

Tabel 3.4. Produksi Ikan Tangkap Kendari ............................................................. 34

Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR ............................... 46

Tabel 4.2. Aset Perbankan Sulawesi Tenggara ....................................................... 46

Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum ...................... 47

Tabel 4.4. Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah ........................................ 48

Tabel 4.5. Perkembangan Indikator BPR ................................................................ 49

Tabel 5.1. Ketentuan Terbaru Terkait Penerapan BI RTGS Generasi II ...................... 56

Tabel 5.2. Perputaran Transaksi Kliring .................................................................. 57

Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kategorial Triwulan I 2016 ................... 68

Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2016 .......... 69

Tabel 7.3. Faktor Resiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan IV 2015 ....... 74

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara vi

Daftar

Grafik

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ............................................ 6

Grafik 1.2. Pangsa PDRB Sultra............................................................................... 6

Grafik 1.3. Kredit Konsumsi ................................................................................... 8

Grafik 1.4. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen ............................................... 8

Grafik 1.5. Penerimaan PPn dan PPnBM ................................................................ 8

Grafik 1.6. Pertumbuhan Konsumsi Listrik .............................................................. 8

Grafik 1.7. Kredit Investasi Sulawesi Tenggara ........................................................ 9

Grafik 1.8. Impor Barang Modal ............................................................................. 9

Grafik 1.9. Pertumbuhan Nilai Ekspor ..................................................................... 10

Grafik 1.10. Pangsa Komoditas Ekspor ..................................................................... 10

Grafik 1.11. Nilai Ekspor Feni Sultra .......................................................................... 10

Grafik 1.12. Ekspor Feni ........................................................................................... 10

Grafik 1.13. Pertumbuhan Ekspor Perikanan ............................................................. 11

Grafik 1.14. Pertumbuhan Arus Muat Barang ........................................................... 11

Grafik 1.15. Volume Impor ...................................................................................... 12

Grafik 1.16. Arus Bongkar Barang Pelabuhan ........................................................... 12

Grafik 1.17. Luas Lahan Panen Padi .......................................................................... 13

Grafik 1.18. Kredit Kategori Pertanian ...................................................................... 13

Grafik 1.19. Produksi Ore Nikel ................................................................................ 14

Grafik 1.20. Kredit Kategori Pertambangan .............................................................. 14

Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Feronikel ......................................................... 15

Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Kategori Industri ................................................. 15

Grafik 1.23. Volume Ekspor Sulawesi Tenggara ........................................................ 16

Grafik 1.24. Transaksi Perdangan Luar Negeri ........................................................... 16

Grafik 1.25. Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Kendari........................................ 16

Grafik 1.26. Perkembangan Kredit Kategori Perdagangan ......................................... 16

Grafik 1.27. Kredit Kategori Konstruksi .................................................................... 17

Grafik 1.28. Penjualan Semen .................................................................................. 17

Grafik 1.29. Kredit Konsumsi KPR ............................................................................ 18

Grafik 1.30. Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan

Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara ............................................... 18

Grafik 1.31. Kredit Kategori Transportasi .................................................................. 19

Grafik 1.32. Arus Penumpang Kapal ........................................................................ 19

Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulawesi Tenggara . 24

Grafik 2.2. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD

Sulawesi Tenggara ................................................................................ 25

Grafik 2.3. Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target

Bulanan APBD Sulawesi Tenggara ........................................................ 25

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

vii

Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara ................................................... 30

Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Tahunan ............................................................... 30

Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari dan Kota Baubau ...................................... 32

Grafik 3.4. Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari.................................................. 32

Grafik 3.5. Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi ................... 33

Grafik 4.1. Pertumbuhan Kredit Kategori Utama ..................................................... 50

Grafik 4.2. NPL Kredit Kategori Utama ................................................................... 50

Grafik 4.3. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ...................................................... 51

Grafik 4.4. NPL Kredit Rumah Tangga .................................................................... 51

Grafik 4.5. Komposisi Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga .............................. 52

Grafik 4.6. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM .................................................... 52

Grafik 4.7. Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja ............................................ 53

Grafik 4.8. Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja ......................................... 53

Grafik 5.1. Transaksi RTGS From (dari Bank di Sultra) ............................................. 56

Grafik 5.2. Volume RTGS From (dari Bank di Sultra) ............................................... 56

Grafik 5.3. Aliran Uang Kartal ............................................................................... 57

Grafik 5.4. Selisih Inflow dan Outflow ................................................................... 57

Grafik 5.5. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar .................................................... 58

Grafik 5.6. Temuan Uang Palsu ............................................................................. 58

Grafik 6.1. Indeks Realisasi Kegiatan Usaha ............................................................ 62

Grafik 6.2. Indeks Perkiraan Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja ............................... 62

Grafik 6.3. Indeks Perkiraan Ketersediaan Lapangan Kerja ....................................... 62

Grafik 6.4. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Agustus 2015) ............ 62

Grafik 6.5. Indeks Penghasilan Konsumen .............................................................. 64

Grafik 6.6. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara ................................................. 64

Grafik 6.7. Jumlah Penduduk Miskin ...................................................................... 64

Grafik 6.8. Ekspektasi Indeks Penghasilan Konsumen .............................................. 64

Grafik 7.1. Perkiraan Luas Panen ............................................................................ 66

Grafik 7.2. Perkembangan dan arah pertumbuhan Ekonomi ................................... 70

Grafik 7.3. PerkembanganHarga Nikel ................................................................... 71

Grafik 7.4. Proyeksi Harga Nikel Internasional ......................................................... 71

Grafik 7.5. Perkembangan Harga Jual..................................................................... 74

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

viii

Tabel

Indikator Terpilih

A. Inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

III IV I II III IV I II III IV

Indeks Harga Konsumen

- Kendari 109,46 108,16 107,34 108,71 110,43 116,16 114,65 115,67 118,00 118,06

- Baubau - - 109,84 112,72 115,31 121,89 121,39 123,88 124,87 126,70

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

- Sulawesi Tenggara 7,30 5,92 5,21 4,50 0,88 7,39 7,81 7,35 7,24 2,27

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.155 3.970 4.004 4.333 4.502 4.082 3.984 4.253 4.323 4.360

2. Pertambangan dan Penggalian 3.849 3.837 3.371 3.499 3.632 3.646 3.687 3.920 4.222 3.915

3. Industri Pengolahan 926 966 905 1.016 1.054 1.146 1.069 1.128 1.092 1.151

4. Pengadaan Listrik, Gas 8 8 8 8 8 9 8 9 8 10

5. Pengadaan Air 33 34 35 34 35 36 36 36 35 36

6. Konstruksi 1.894 2.086 1.953 2.027 2.110 2.290 1.986 2.269 2.444 2.738

7. Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Spd Motor 1.921 1.977 1.927 1.991 2.075 2.146 2.057 2.195 2.224 2.274

8. Transportasi dan Pergudangan 713 746 700 717 739 793 740 768 817 847

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 91 94 92 98 99 103 99 104 106 114

10. Informasi dan Komunikasi 384 395 370 376 390 403 384 401 421 434

11. Jasa Keuangan 342 345 354 368 371 388 382 373 403 426

12. Real Estate 277 283 290 294 294 299 302 310 314 307

13. Jasa Perusahaan 32 34 34 35 35 36 37 39 39 40

14. Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 881 903 872 906 1.003 1.048 938 1.000 1.033 1.066

15. Jasa Pendidikan 712 808 737 755 804 924 843 844 857 931

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 153 164 164 168 166 181 175 180 180 187

17. Jasa Lainnya 228 242 244 252 252 260 258 267 273 282

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7.927 8.137 8.099 8.164 8.463 8.658 8.409 8.565 8.859 8.982

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 174 178 199 194 192 197 177 181 196 208

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2.528 2.883 2.149 2.528 2.607 3.030 2.202 2.627 2.784 3.159

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 6.241 6.721 6.241 6.453 6.974 7.435 6.483 7.117 7.676 8.730

5. Perubahan Inventori (152) 51 (88) 631 395 (563) 153 152 111 (89)

6. Eksport Luar Negeri 1.961 3.838 1.483 729 893 961 856 932 712 714

7. Import Luar Negeri 811 1.097 708 752 1.167 1.579 988 945 1.000 1.504

8. Net Eksport Antar Daerah (1.270) (3.819) (1.314) (1.071) (785) (348) (310) (542) (540) (1.084)

Total PDRB (Rp Miliar) 16.599 16.893 16.061 16.876 17.571 17.790 16.984 18.095 18.791 19.117

Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 6,0 7,8 8,7 5,5 5,9 5,3 5,7 7,2 7,0 7,5

Indikator2013 2014 2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

ix

B. Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

I II III IV I II III IV I II III IV

Total Asset (Rp miliar) 17.523 17.874 19.145 17.847 19.184 20.245 19.686 18.833 20.871 22.965 23.338 21.580

- Bank Umum (Konvensional & Syariah) 16.347 16.676 17.785 16.765 17.827 19.100 18.598 17.743 19.702 21.562 22.182 20.371

- BPR 104 105 112 114 133 142 163 187 200 234 240 261

- Syariah 1.072 1.094 1.248 968 1.224 1.003 925 903 969 1.169 916 947

Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) 11.111 11.384 11.284 11.033 11.502 12.166 12.440 11.476 12.597 13.675 14.883 14.517

- Giro 3.188 3.327 3.572 2.263 3.223 3.807 3.670 2.138 3.475 4.169 4.548 2.829

- Tabungan 5.944 6.072 5.920 6.933 6.002 5.971 6.084 6.733 5.887 5.923 6.619 8.129

- Deposito 1.979 1.985 1.791 1.837 2.277 2.387 2.685 2.604 3.235 3.583 3.716 3.558

Kredit Bank Umum* (Rp miliar) 11.732 12.692 12.531 12.963 13.089 13.633 13.910 14.186 14.444 15.174 15.644 16.092

- Modal Kerja 3.778 3.824 3.605 3.663 3.782 3.858 3.918 3.932 3.967 4.266 4.313 4.288

- Investasi 1.339 1.835 1.779 1.886 1.720 1.647 1.643 1.671 1.689 1.701 1.692 1.791

- Konsumsi 6.614 7.033 7.147 7.414 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787 9.206 9.639 10.013

NPL Bank Umum(%) 1,78 1,86 1,89 1,74 2,14 2,49 2,59 2,36 2,88 3,06 2,95 2,45

LDR (%) 106 111 111 117 114 112 112 124 115 111 105 111

Kredit UMKM (Rp miliar) 3.765 4.131 4.247 4.360 4.391 4.729 4.780 4.786 4.859 5.144 5.212 5.200

NPL Kredit UMKM (%) 3,25 3,68 3,59 3,58 4,38 5,16 5,41 4,94 5,87 6,47 6,34 5,31

Kredit ke Rumah Tangga (Rp miliar) 6.429 6.827 7.147 7.414 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787 9.206 9.639 10.013

NPL Kredit ke Rumah Tangga (%) 0,84 0,93 0,89 0,74 0,87 1,05 1,07 1,00 1,39 1,30 1,23 1,04

- Inflow 522 188 572 397 632 319 462 281 939 431 754 262

- Outflow 162 604 1.221 1.430 120 675 1.056 1.025 230 923 1.757 1.807

- Net (Inflow - Outflow) 360 (417) (649) (1.032) 512 (356) (595) (744) 708 (492) (1.003) (1.545)

- Volume (transaksi) 30.167 39.590 997 11.619 893 825 822 1.050 878 918 1.051 1.748

- Nominal (Rp miliar) 599 944 34 43 43 38 39 44 41 42 44 55

- Volume (transaksi) 7.812 12.357 13.643 18.337 13.942 15.517 15.426 14.503 5.462 5.891 6.821 4.010

- Nominal (Rp miliar) 6.536 18.336 13.616 17.047 10.712 11.769 13.454 13.799 12.863 18.445 18.698 10.959

*Lokasi Bank

2015

Kas (Rp miliar)

Perbankan

Kliring

RTGS dari Perbankan Sultra

Indikator2013 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

x

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 1

Ringkasan

Eksekutif

Perekonomian

Sulawesi

Tenggara pada

Triwulan IV tumbuh

terakselerasi diiringi

dengan tekanan

inflasi yang lebih

rendah

Akselerasi kategori

pertanian dan

konstruksi

mengakibatkan

percepatan

perekonomian pada

triwulan IV 2015

Gambaran Umum

Pada Triwulan IV 2015 ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tumbuh

sebesar 7,5% (yoy) mengalami percepatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Dengan pertumbuhan tersebut, pertumbuhan Sultra lebih

tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai

5,0% (yoy). Sementara itu, inflasi di Sulawesi Tenggara mencapai 2,27%

(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 7,24% (yoy). Penurunan inflasi tersebut terutama

bersumber dari berkurangnya tekanan inflasi komponen administered

prices. Di sisi lain, kondisi sistem keuangan khususnya perbankan di

Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan pada periode

laporan seiring dengan percepatan laju pertumbuhan perekonomian

Sulawesi Tenggara.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Selama triwulan IV 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar

7,5% (yoy), mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 7,0% (yoy). Percepatan tersebut disebabkan oleh masih

terjaganya konsumsi rumah tangga dan investasi di sisi permintaan. Stabilnya

kinerja konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh masih terjaganya

pendapatan dan daya beli masyarakat. Sementara untuk komponen investasi

disebabkan oleh peningkatan realisasi belanja modal pemerintah daerah pada

periode berjalan.

Sedangkan di sisi penawaran, kinerja kategori pertanian dan kategori

konstruksi yang terakselerasi menjadi sumber utama percepatan

perekonomian Sulawesi Tenggara di periode laporan. Peningkatan kinerja

kategori pertanian terjadi seiring dengan meningkatnya luas panen padi di

Sulawesi Tenggara meskipun terdapat penurunan produktivitas. Sementara

itu, peningkatan kinerja konstruksi terjadi seiring dengan peningkatan fokus

pemerintah pusat maupun daerah pada upaya perbaikan infrastruktur di akhir

tahun 2015.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 2

Hingga akhir tahun

2015, masih terdapat

ruang fiskal di

Sulawesi Tenggara

sebesar Rp4,4 triliun

Tekanan inflasi Sultra

menurun yang

disebabkan oleh

minimnya kebijakan

pemerintah untuk

menaikkan harga

BBM bersubsidi di

akhir tahun 2015

Kinerja perbankan

mengalami

peningkatan diiringi

dengan perbaikan

risiko kredit

Keuangan Pemerintah

Sampai dengan triwulan IV 2015, total anggaran belanja yang sudah

direalisasikan adalah sebesar Rp18,1 triliun dan realisasi terhadap target dari

APBN Provinsi merupakan yang paling besar, yaitu sebesar 93,5% dari

keseluruhan anggaran tahun 2015. Sementara realisasi APBD hanya sebesar

88,2% dan APBD Kota/Kabupaten hanya mencapai 69,1% dari target selama

tahun 2015. Dengan demikian, masih ada ruang fiskal di Sulawesi Tenggara

sebesar Rp4,4 triliun pada akhir 2015.

Inflasi Daerah

Inflasi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dari 7,24% (yoy) di triwulan

sebelumnya menjadi 2,27% (yoy) pada triwulan IV 2015. Penurunan laju

inflasi tersebut disebabkan oleh menurunnya laju inflasi yang terjadi di Kota

Kendari dan Kota Baubau. Sumber penurunan tekanan inflasi tersebut

terutama bersumber dari komponen administered prices seiring dengan

minimnya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi di

akhir tahun 2015. Sementara itu, upaya pengendalian inflasi pada periode

tersebut difokuskan pada koordinasi dalam upaya pemantauan harga

berbagai komoditas di pasar, ketersediaan stok dan juga kelancaran distribusi

untuk mengantisipasi kenaikan harga di Hari Raya Natal dan Tahun Baru.

Selain itu telah terbentuk TPID Kabupaten Buton Selatan sebagai upaya

pengendalian inflasi di daerah.

Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan IV 2015 mengalami

peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan baik dari

sisi penghimpunan dana masyarakat maupun kredit yang disalurkan kepada

masyarakat serta peningkatan ketahanan perbankan yang merupakan

cerminan dari kondisi risiko kredit yang membaik. Adapun untuk risiko kredit

pada periode laporan masih berada dalam level yang aman. Sejalan dengan

kondisi perbankan, pengembangan akses keuangan di Sulawesi Tenggara

juga mengalami perbaikan seiiring dengan rasio jumlah rekening DPK dan

jumlah rekening kredit yang meningkat.

Bab 6- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

3

Sistem pembayaran

non tunai mengalami

peralihan dari BI-

RTGS menjadi SKNBI

Kondisi

ketenagakerjaan dan

kesejahteraan

mengalami

perbaikan seiring

dengan percepatan

laju perekonomian

Pertumbuhan

ekonomi Sultra pada

triwulan IV 2015

diperkirakan akan

mengalami

perlambatan disertai

dengan peningkatan

tekanan inflasi

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Pada periode laporan terjadi peralihan transaksi pembayaran secara non tunai

nominal besar yang menggunakan fasilitas Real Time Gross Settlement (BI-

RTGS) menjadi transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

(SKNBI) akibat penerapan BI-RTGS Generasi II. Meskipun demikian, secara

agregat aliran pembayaran non tunai mengalami penurunan seiring dengan

masih terkontraksinya ekspor dan impor. Sementara itu, dari sisi sistem

pembayaran tunai, layanan uang tunai pada triwulan laporan mengalami

peningkatan seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat dan

perbankan akan uang fisik menjelang akhir tahun 2015.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Percepatan kinerja perekonomian Sulawesi Tenggara yang terjadi di triwulan

IV 2015 diikuti pula dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Kondisi

tersebut terlihat dari indeks realisasi kegiatan usaha dan indeks realisasi

jumlah penggunaan tenaga kerja yang meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kondisi kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tenggara pun

mengalami peningkatan yang tercermin dari peningkatan indeks tingkat

penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP).

Prospek Perekonomian

Pada triwulan I 2016 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara

diperkirakan mengalami perlambatan disertai dengan adanya adanya sedikit

peningkatan tekanan inflasi. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada

triwulan I 2016 diprakirakan berada pada kisaran 6,6% - 7,0% (yoy).

Perlambatan tersebut diperkirakan didorong oleh perlambatan kinerja

kategori pertanian dan kategori konstruksi. Namun demikian akselerasi yang

terjadi pada kategori pertambangan dan penggalian serta kategori industri

pengolahan diperkirakan mampu menahan laju perlambatan ekonomi.

Sementara itu, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2016

diperkirakan mengalami peningkatan yakni pada kisaran 2,9%-3,3% (yoy)

Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi

dari kelompok volatile food akibat kenaikan harga beras dan ikan segar akibat

masih terbatasnya stok di pasaran.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 4

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 5

Pertumbuhan

Ekonomi Daerah

Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 tumbuh sebesar 7,5% (yoy),

mengalami percepatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh

sebesar 7,0% (yoy). Percepatan tersebut disebabkan oleh masih terjaganya konsumsi

rumah tangga dan konstruksi di sisi permintaan. Dari sisi penawaran, kinerja kategori

pertanian dan konstruksi yang terakselerasi merupakan penyebab utama percepatan yang

terjadi pada periode laporan.

Bab 1

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 6

1.1 KONDISI UMUM

Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 tumbuh sebesar 7,5% (yoy)1,

mengalami percepatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh

sebesar 7,0% (yoy). Percepatan laju pertumbuhan tersebut didorong oleh stabilnya aktivitas

konsumsi rumah tangga dan investasi serta peningkatan pertumbuhan net ekspor antar daerah di

sisi permintaan. Stabilnya kinerja konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh masih terjaganya

pendapatan dan daya beli masyarakat. Sementara itu, investasi masih memberikan kontribusi yang

tinggi terhadap perekonomian terutama dari peningkatan realisasi belanja modal pemerintah

daerah pada periode laporan.

Dari sisi penawaran, kinerja kategori2 pertanian dan kategori konstruksi yang terakselerasi menjadi

sumber utama percepatan perekonomian Sulawesi Tenggara di periode laporan. Peningkatan

kinerja kategori pertanian terjadi seiring dengan meningkatnya luas panen padi di Sulawesi

Tenggara. Sementara itu, peningkatan kinerja konstruksi terjadi seiring dengan peningkatan fokus

pemerintah pusat maupun daerah pada upaya perbaikan infrastruktur di akhir tahun 2015.

Sumber : BPS Sultra, Diolah Sumber : BPS Sultra, Diolah

Grafik 1.1.Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi

Tenggara

Grafik 1.2. Pangsa PDRB Sultra

Peningkatan laju pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara tersebut berada di atas kinerja

perekonomian nasional yang hanya tumbuh sebesar 5,0% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa

perekonomian Sulawesi Tenggara tetap menunjukkan adanya ruang yang dapat dioptimalkan

untuk peningkatan perekonomian maupun kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tenggara.

1Angka pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan pembulatan dari angka rilis BPS sebesar 6,96% (yoy). 2 Istilah “Kategori” digunakan menggantikan istilah “Sektor” sesuai dengan SNA2008.

8,7%

5,5%5,9%

5,3%5,8%

7,2%7,0%

7,5%

5,1% 5,0% 4,9% 5,0%4,7% 4,7% 4,7%

5,0%

I II III IV I II III IV

2014 2015

Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional

%, yoy

Pertanian23%

Pertambangan

20%

Industri

Pengolahan6%

Konstruksi

14%

Perdagangan

12%

Lainnya 25%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

7

1.2 PERKEMBANGAN SISI PENGELUARAN

Dari sisi pengeluaran, percepatan laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara di triwulan

IV 2015 didorong oleh masih stabilnya aktivitas konsumsi rumah tangga dan pengeluaran

untuk investasi serta adanya peningkatan net ekspor antar daerah di Sulawesi Tenggara.

Stabilnya kinerja komponen konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh masih stabilnya tingkat

pendapatan masyarakat dan daya beli masyarakat di akhir tahun 2015. Sementara itu masih

terjaganya aktivitas investasi disebabkan oleh tingginya realisasi belanja modal pemerintah daerah.

Di sisi lain, laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada periode laporan tertahan oleh

penurunan konsumsi pemerintah. Penurunan tersebut disebabkan karena realisasi anggaran

belanja pemerintah daerah termasuk pemberian gaji ke-13 juga lebih banyak dilakukan pada

triwulan sebelumnya.

Dari sisi pangsanya, konsumsi rumah tangga masih mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara

dengan pangsa sebesar 47,0% diikuti oleh pengeluaran untuk kegiatan investasi sebesar 45,7%.

Dari pertumbuhan ekonomi secara total sebesar 7,5%, kontribusi konsumsi rumah tangga

mencapai 2,4% sedangkan kontribusi investasi adalah sebesar 1,3%.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy)

PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto;

Sumber : BPS Sultra, Diolah

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga

Aktivitas konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 tumbuh relatif

stabil dengan tren yang sedikit melambat. Pada triwulan IV konsumsi rumah tangga tercatat

mengalami pertumbuhan sebesar 5,0% (yoy). Masih stabilnya laju pertumbuhan konsumsi

rumah tangga dipengaruhi oleh terjaganya daya beli masyarakat. Hal tersebut tercermin dari Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen oleh Bank Indonesia pada triwulan IV yang

tercatat sebesar 129,8, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 123,6. Dengan

indeks di atas level 100 menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki keyakinan untuk

melakukan kegiatan konsumsi. Selain itu, keyakinan konsumen yang meningkat menunjukkan

bahwa rumah tangga memiliki tendensi untuk meningkatkan sebagian konsumsinya untuk

berbagai kebutuhan. Sejalan dengan itu, pertumbuhan kredit konsumsi pada periode laporan pun

juga mengalami pertumbuhan yang stabil. Pada triwulan IV 2015, kredit konsumsi di Sulawesi

Pangsa % SOG %

I II III IV I II III IV

1. Konsumsi Rumah Tangga 7.0% 6.6% 6.3% 6.7% 6.4% 5.1% 4.3% 4.8% 5.1% 5.0% 47.0% 2.4%

2. Konsumsi LNPRT 1.8% 11.9% 15.0% 14.4% 7.1% 10.8% -11.0% -9.0% 5.1% 5.5% 1.1% 0.1%

3. Konsumsi Pemerintah 5.5% 3.4% 2.2% 2.8% 3.1% 5.1% 2.5% 3.9% 6.8% 4.3% 16.5% 0.7%

4. PMTB 6.2% 9.2% 8.2% 7.8% 19.4% 26.4% 2.2% 10.3% 3.0% 2.8% 45.7% 1.3%

5. Perubahan Inventori -37.2% -31.8% -13.2% -29.4% -454.0% -1042.0% -275.0% -71.3% -79.2% -81.6% -0.5% 2.2%

6. Eksport Luar Negeri -2.5% -63.8% -52.7% -69.7% -53.5% -74.2% -40.3% 27.8% -21.9% -27.9% 3.7% -1.6%

7. Import Luar Negeri 37.9% 28.3% 41.8% 76.4% 102.2% 81.9% -5.6% -15.0% -39.1% -24.6% 7.9% -2.8%

8. Net Eksport Antar Daerah -15.1% -68.1% -68.3% -77.8% -27.8% -73.8% -68.8% -13.0% -41.2% 8.3% -5.7% -0.5%

PDRB 7.5% 6.3% 8.7% 5.4% 5.9% 5.3% 5.7% 7.2% 7.0% 7.5% 100.0% 7.5%

2014Komponen Pengeluaran 2013 2014

Tw IV 2015

2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 8

Tenggara tercatat sebesar Rp10,8 triliun atau tumbuh sebesar 14,2% (yoy), sedangkan pada

triwulan III tercatat sebesar Rp10,5 triliun atau tumbuh sebesar 14,1 % (yoy).

Peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari adanya penerimaan pajak pertambahan nilai

(PPN) dan pajak pembelian barang mewah (PPnBM) yang juga menunjukkan adanya peningkatan.

Adapun angka pertumbuhan atas penerimaan pajak di triwulan IV 2015 tercatat sebesar 59,6%

(yoy). Di samping itu, konsumsi listrik rumah tangga di Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 6,4%

(yoy).

Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra

Grafik 1.3.Kredit Konsumsi Grafik 1.4. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: KPP Kendari (diolah) Sumber: PT. PLN

Grafik 1.5.Penerimaan PPn dan PPnBM Grafik 1.6. Pertumbuhan Konsumsi Listrik

1.2.2 Konsumsi Pemerintah

Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja pemerintah pada triwulan IV 2015 tercatat

mengalami perlambatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada periode laporan hanya sebesar 4,3% (yoy), sementara

pada triwulan III 2015 mampu tumbuh sebesar 6,8% (yoy). Sampai dengan akhir tahun 2015,

realisasi belanja operasional Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hanya mencapai 92,2%.

10,4910,80

14,1% 14,2%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

-

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)

Rp Triliunyoy

124

130

111

119

136

141

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Indeks Ekspektasi Konsumen

Indeks

optimispesimis

73,9

205,4

4,6%

59,6%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

PPN dan PPnBM (miliar) Growth PPN&PPnBM (yoy)

Rp miliaryoy

86

89

4%

6%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

76

78

80

82

84

86

88

90

I II III IV I II III IV

2014 2015

Komsumsi Listrik (g) Konsumsi Listrik

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

9

Pencapaian tersebut masih dibawah dari yang ditargetkan. Beberapa hal yang menyebabkan

perlambatan realisasi yaitu beberapa kabupaten/kota telah memperbanyak realisasi anggaran pada

periode sebelumnya dan beberapa kabupaten/kota berfokus pada pelaksanaan pemilukada di akhir

tahun 2015.

1.2.3 Investasi

Kinerja komponen Investasi Sulawesi Tenggara di triwulan IV 2015 tercatat sebesar 2,8%

(yoy), tumbuh relatif stabil pada level moderat setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh

sebesar 3,0% (yoy). Kinerja positif komponen investasi didorong oleh tingginya realisasi belanja

modal pemerintah daerah. Sampai dengan triwulan IV 2015, Pemprov Sultra telah mampu

merealisasikan anggaran belanja modal sebesar 83,1%, jauh lebih tinggi daripada periode yang

sama di tahun sebelumnya yang hanya merealisasikan anggaran sebesar 76,1%. Selain itu, aktivitas

impor barang modal menunjukkan adanya peningkatan, dari sebesar 3,4 ribu ton pada triwulan

sebelumnya menjadi hanya 21,8 ribu ton pada triwulan laporan.

Meskipun demikian, stabilnya aktivitas investasi tersebut tidak diikuti oleh pertumbuhan realisasi

kredit investasi yang pada periode laporan tercatat mengalami kontaksi sebesar 2,6% (yoy). Pada

triwulan IV 2015 jumlah penyaluran kredit investasi adalah sebesar Rp3,6 triliun atau turun Rp154

miliar dibandingkan periode sebelumnya.

Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.7. Kredit Investasi Sulawesi Tenggara Grafik 1.8.Impor Barang Modal

1.2.4 Ekspor Dan Impor

Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 tercatat mengalami

kontraksi sebesar 27,9% (yoy). Kondisi tersebut menunjukkan kontraksi yang terjadi pada

triwulan laporan lebih dalam setelah di triwulan sebelumnya hanya terkontraksi sebesar 21,9%

(yoy). Penurunan aktivitas ekspor di Sultra diantaranya disebabkan oleh menurunnya tingkat

permintaan pada komoditas nikel olahan dari negara mitra dagang akibat belum pulihnya kondisi

3,8 3,6

0,0%-2,6%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

-

1

1

2

2

3

3

4

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Kredit Sektor Investasi g Kredit Investasi (sb. Kanan)

Rp Triliunyoy

9,9

7,6

3,4

22

-

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Impor Barang Modal (ton)

Volume (ribu ton)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 10

ekonomi global. Disamping itu, kondisi harga komoditas dunia yang relatif belum kembali pulih

juga mendorong pelaku usaha untuk cenderung menahan penjualan hingga kondisi harga

komoditas dunia kembali normal.

Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.9.Pertumbuhan Nilai Ekspor Grafik 1.10. Pangsa Komoditas Ekspor

Kondisi penurunan ekspor dalam perhitungan PDRB tersebut searah dengan data dan informasi

dari KP Bea dan Cukai Sulawesi Tenggara yang menunjukkan nilai ekspor aktual Sulawesi Tenggara

pada periode laporan tercatat sebesar USD50,1 juta atau terkontraksi cukup dalam yakni sebesar

38,6% (yoy) setelah pada periode triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 37,1% (yoy).

Penurunan kinerja ekspor tersebut secara dominan disebabkan oleh penurunan ekspor feronikel

sebesar USD1,1 juta dibanding nilai ekspor feronikel di triwulan sebelumnya. Komoditas ekspor

Sultra secara dominan diwakili oleh komoditas nikel olahan dengan pangsa sebesar 94,0% dari

total ekspor atau senilai USD47,1 juta . Kondisi tersebut menunjukan bahwa feronikel memberikan

andil yang sangat besar terhadap kinerja ekspor di Sultra.

Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra

Grafik 1.11.Nilai Ekspor Feni Sultra Grafik 1.12.Ekspor Feni

Meskipun demikian, kondisi berbeda terjadi di salah satu pelaku usaha ekspor nikel olahan di

Sulawesi Tenggara yang mengalami peningkatan ekspor pada periode laporan. Berdasarkan hasil

49,8 50,1

-37%-39%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Millions

Ekspor Sultra g Ekspor Sultra

Juta US$yoy

Ikan hidup374,3

1%

Tuna398,5

1%

Rajungan326,7

1%Gurita

841,92%

Feronikel47097,7

94%

Lainnya764,4

1%

48 47

-35,17% -40,44%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

450%

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan)

Juta US$yoy

2.081

5.254

-47,0%

10,9%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Ekspor Feni (ton) g Ekspor Feni

Volume (WMT)yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

11

liaison pelaku usaha tersebut mengkonfirmasi bahwa pada periode laporan tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 10,9% (yoy) atau sebanyak 5,3 ribu ton feronikel, meningkat dibandingkan

periode sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 47,0% (yoy) atau hanya sebesar

2,1 ribu ton. Peningkatan ekspor feronikel sebanyak 3,2 ribu ton tersebut terjadi seiring adanya

diversifikasi pasar yang dilakukan pada periode laporan menuju pasar asia seperti Korea Selatan,

India dan Taiwan.

Sementara itu, kinerja ekspor atas komoditas ikan segar di periode laporan terlihat juga mengalami

penurunan yang melambat. Pada periode laporan, ekspor komoditas ikan segar tercatat sebesar

43,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 68,6%

(yoy). Perlambatan tersebut utamanya didorong oleh menurunnya ekspor ikan tuna yang hanya

USD398,5 ribu atau menurun sebanyak USD14,7 ribu jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya.

Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: Pelindo IV Kendari

Grafik 1.13.Pertumbuhan Ekspor Perikanan Grafik 1.14.Pertumbuhan Arus Muat Barang

Sementara itu, aktivitas impor luar negeri di Sulawesi Tenggara tercatat mengalami perbaikan

pada periode laporan. Selama triwulan IV 2015, nilai tambah dari aktivitas impor tersebut

terkontraksi sebesar 24,6% (yoy), tidak sedalam triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar

39,1% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan laju kinerja impor Sultra yang pada periode laporan

tercatat sebesar USD59,2 juta atau meningkat dari sebelumnya hanya sebesar USD43,6 juta.

Peningkatan tersebut berasal dari peningkatan impor barang modal yang mencapai USD43,4 juta

pada periode laporan. Selain itu untuk barang antara juga mengalami peningkatan sebesar USD

15,8 juta pada periode laporan. Di sisi lain, peningkatan kinerja impor juga tercermin dari arus

bongkar barang di pelabuhan peti kemas yang pada periode laporan tercatat mengalami

peningkatan jumlah volume sebesar 126,7 ribu MT, atau terakselerasi sebesar 14,3% (yoy).

287%

-24%

-40%

56%

69%

123%

-34%

-20%

-100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350%

Ikan Hidup

Tuna

Rajungan

Gurita

Tw III Tw IV

%,yoy

54.498

117.783

-41,09%

-1,10%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Arus muat g Arus muat

Volume (T/M3)

yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 12

Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: PT. Pelindo IV (diolah)

Grafik 1.15.Volume Impor Grafik 1.16.Arus Bongkar Barang Pelabuhan

1.3 PERKEMBANGAN SISI PENAWARAN: KATEGORI EKONOMI UTAMA

Dari sisi penawaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara disebabkan oleh

akselerasi pertumbuhan yang terjadi pada kategori pertanian, kehutanan dan perikanan serta

kategori konstruksi. Sementara itu, perlambatan kinerja yang terjadi pada kategori pertambangan,

industri pengolahan dan kategori perdagangan besar dan eceran (PBE) pada periode laporan

menahan laju pertumbuhan ekonomi Sultra di periode laporan.

Tabel 1.2.Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy)

Sumber : BPS Sultra, Diolah

1.3.1 Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Pada triwulan IV 2015, kategori pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami akselerasi

pertumbuhan yang tinggi dan memberikan andil positif. Kinerja kategori tersebut mengalami

akselerasi sebesar 6,8% (yoy) setelah di periode sebelumnya mengalami kontraksi yang cukup

dalam sebesar 3,8% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan ini terjadi di seluruh sub-kategori, baik

subketegori pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian, sub kategori kehutanan dan

16

59

-74%

223%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

-

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV

2014 2015

Import Sultra g Import Sultra (sb. Kanan)

Juta US$yoy

243.016

369.747

-7,5%

14,3%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Arus bongkar g Arus bongkar (sb. Kanan)

Volume (T/M3)

yoy

Pangsa % SOG %

I II III IV I II III IV

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.0% 9.1% 13.9% 12.0% 8.3% 2.8% -0.5% -1.8% -3.8% 6.8% 22.8% 1.6%

Pertambangan dan Penggalian 7.5% -4.8% 0.0% -8.1% -5.6% -5.0% 9.4% 12.0% 16.2% 7.4% 20.5% 1.5%

Industri Pengolahan 4.2% 7.7% -3.8% 2.3% 13.9% 18.7% 18.2% 11.0% 3.5% 0.4% 6.0% 0.0%

Pengadaan Listrik, Gas 13.6% 10.6% 7.1% 7.3% 9.1% 18.6% 5.2% 5.7% 0.7% 4.5% 0.1% 0.0%

Pengadaan Air 9.3% 7.0% 9.5% 4.9% 7.3% 6.2% 3.0% 8.1% 0.2% 0.3% 0.2% 0.0%

Konstruksi 8.7% 12.6% 16.2% 13.8% 11.4% 9.8% 1.7% 11.9% 15.8% 19.5% 14.3% 2.5%

Perdagangan Besar dan Eceran 9.1% 8.3% 10.8% 6.0% 8.0% 8.5% 6.7% 10.0% 7.1% 6.0% 11.9% 0.7%

Transportasi dan Pergudangan 6.4% 5.1% 7.0% 3.6% 3.7% 6.3% 5.6% 7.1% 10.5% 6.8% 4.4% 0.3%

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.3% 9.4% 9.7% 9.5% 8.8% 9.6% 6.8% 6.4% 7.7% 10.5% 0.6% 0.1%

Informasi dan Komunikasi 13.8% 2.9% 4.8% 3.3% 1.7% 2.0% 3.6% 6.6% 7.8% 7.6% 2.3% 0.2%

Jasa Keuangan 14.2% 9.4% 8.8% 8.2% 8.4% 12.2% 8.3% 2.1% 8.8% 11.5% 2.2% 0.2%

Real Estate 5.6% 6.6% 7.7% 7.5% 5.9% 5.5% 4.0% 5.5% 6.9% 2.8% 1.6% 0.0%

Jasa Perusahaan 13.0% 9.7% 13.0% 9.9% 9.3% 7.1% 7.7% 10.7% 11.0% 11.6% 0.2% 0.0%

Administrasi Pemerintahan 4.3% 13.0% 11.3% 10.2% 13.9% 16.1% 7.6% 9.9% 3.0% 1.7% 5.6% 0.1%

Jasa Pendidikan 11.5% 14.0% 14.9% 13.7% 13.0% 14.4% 14.4% 11.8% 6.5% 0.8% 4.9% 0.0%

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11.1% 12.1% 15.2% 15.6% 8.2% 10.0% 6.8% 7.1% 8.7% 3.3% 1.0% 0.0%

Jasa Lainnya 8.5% 12.9% 16.7% 18.0% 10.5% 7.4% 5.5% 5.9% 8.5% 8.3% 1.5% 0.1%

PDRB 7.5% 6.3% 8.7% 5.5% 5.9% 5.3% 5.7% 7.2% 7.0% 7.5% 100.0% 7.5%

Sektoral 2013 20142014

Tw IV 2015

2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

13

penebangan kayu dan sub-kategori perikanan. Selain itu, bantuan pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah kepada para petani guna menangani dampak negatif yang terjadi akibat

adanya fenomena el-nino juga diperkirakan turut memberikan pengaruh pada peningkatan kinerja

ketegori tersebut. Kondisi tersebut sejalan dengan perbaikan pertumbuhan luas panen tanaman

padi dari sebelumnya terkontraksi sebesar 6,2% (yoy) di triwulan III menjadi hanya terkontraksi

sebesar 3,6% (yoy) di triwulan IV.

Peningkatan kinerja kategori pertanian juga terlihat dari adanya peningkatan Nilai Tukar Petani

(NTP). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara NTP pada triwulan IV

tercatat sebesar 100,8, meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 100,2.

Peningkatan NTP tersebut bersumber dari peningkatan NTP pada subsektor tanaman pangan (dari

92,4 di triwulan III menjadi 95,4 di triwulan IV), subsektor hortikultura (dari 93,0 di triwulan III

menjadi 95,2 di triwulan IV) dan subsektor perikanan (dari 103,9 di triwulan III menjadi 105,0 di

triwulan IV).

Meskipun demikian, penyaluran kredit pada kategori pertanian justru mengalami kontraksi. Pada

triwulan IV 2015 jumlah penyaluran kredit pada kategori tersebut tercatat sebesar Rp369,8 milliar

atau terkontraksi sebesar 1,3% (yoy), jauh menurun dibandingkan periode sebelumnya yang

mampu tumbuh sebesar 12,4%.

Sumber: Distan Prov. Sultra Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)

Grafik 1.17.Luas Lahan Panen Padi Grafik 1.18.Kredit Kategori Pertanian

1.3.2 Kategori Pertambangan

Kinerja kategori pertambangan pada periode laporan mengalami kontraksi yang cukup dalam

sehingga menahan laju pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara, pada triwulan IV

2015 kategori pertambangan hanya mampu tumbuh sebesar 7,4% (yoy), jauh menurun

dibandingkan periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 16,2% (yoy). Penurunan

kinerja kategori pertambangan tersebut disebabkan oleh penurunan jumlah produksi ore nikel.

Berdasarkan data yang diperoleh dari salah satu pelaku usaha pertambangan di Sulawesi Tenggara

pada periode laporan jumlah produksi tercatat sebesar 110ribu WMT atau menurun sebanyak

-6,2%

-3,6%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Luas Panen Pertumbuhan(sb. Kanan)

(ha)yoy

12,4%

-1,3%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Kredit Sek. Tani (miliar) g Kredit Sek. Tani (Proyek)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 14

49.380 WMT dibandingkan periode sebelumnya. Berdasarkan hasil liaison diperoleh informasi

bahwa harga komoditas nikel dunia saat ini mengalami penurunan seiring penurunan permintaan

dunia atas komoditas tersebut.

Sejalan dengan perlambatan yang terjadi, penyaluran kredit pada kategori tersebut juga

mengalami penurunan. Pada triwulan IV 2015, tercatat mengalami kontraksi sebesar 6,9% (yoy),

jauh melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat mengalami akselerasi

sebesar 1,7% (yoy). Sementara itu, untuk risiko penyaluran kredit masih berada pada kondisi yang

baik yakni 0,2%.

Sumber: Salah Satu Produsen Nikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)

Grafik 1.19.Produksi Ore Nikel Grafik 1.20.Kredit Kategori Pertambangan

1.3.3 Kategori Industri Pengolahan

Pada triwulan IV 2015 kinerja kategori industri pengolahan kembali mengalami perlambatan.

Kinerja kategori industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 0,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan

kinerja pada triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 3,5% (yoy). Berdasarkan data BPS

Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui bahwa pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan

sedang pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 9,05% (yoy), menurun dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tercatat sebesar 9,10%(yoy).

Sejalan dengan kondisi tersebut, industri manufaktur mikro dan kecil mengalami penurunan dari

4,13% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 2,23% (yoy) di triwulan IV 2015. Penurunan tersebut

terjadi pada jenis industri tekstil (dari 18,31%-yoy di triwulan III menjadi 9,65%-yoy di triwulan IV),

industri percetakan dan reproduksi media rekaman (dari 51,60%-yoy di triwulan III menjadi

29,63%-yoy di triwulan IV) dan industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya (dari -

10,11%-yoy di triwulan III menjadi -11,79%-yoy di triwulan IV)

Melambatnya kinerja industri pengolahan juga tercermin dari produksi feronikel di salah satu

perusahaan industri pengolahan terbesar di Sulawesi Tenggara yang masih mengalami kontraksi.

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Produksi nikel (MWT)

Volume (WMT)

1.549

1.334

1,7%

-6,9%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Billions

Kredit Sektor Pertambangan g Kredit Pertambangan (sb. Kanan)

Rp miliaryoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

15

Pada periode laporan, produksi feronikel di perusahaan tersebut terkontraksi sebesar 15,0% (yoy).

Namun perusahaan tersebut telah melakukan diversifikasi pasar yakni ke beberapa negara di Asia

seperti Korea Selatan, India dan Taiwan sehingga kontraksi yang terjadi tidak sedalam periode

sebelumnya. Saat ini pangsa pasar terbesar ekspor perusahaan tersebut masih tetap didominasi

oleh Eropa (40%), diikuti oleh Tiongkok (22%) dan Korea Selatan (21%).

Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum Sultra, Lokasi Proyek (diolah)

Grafik 1.21.Perkembangan Produksi Feronikel Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Kategori Industri

Meskipun demikian, realisasi kredit perbankan di kategori ini mengalami peningkatan. Pada

triwulan IV 2015, kredit ke kategori industri pengolahan mampu tumbuh sebesar 14,1% (yoy),

jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang hanya mampu mencapai

0,7% (yoy). Peningkatan kinerja penyaluran kredit di sektor tersebut juga diikuti oleh perbaikan

risiko kredit yaitu dari 8,4% pada triwulan III menjadi 4,5% pada triwulan IV 2015.

1.3.4 Kategori Perdagangan Besar Dan Eceran

Kinerja kategori perdagangan besar dan eceran pada triwulan IV 2015 masih mengalami tren

perlambatan dengan tumbuh sebesar 6,0% (yoy), melambat dari periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 7,2% (yoy). Perlambatan yang terjadi pada triwulan ini lebih didominasi oleh

penurunan kinerja perdagangan ekspor luar negeri. Pada triwulan IV 2015, total ekspor provinsi

Sulawesi Tenggara tercatat sebesar USD 50,1 juta atau terkontraksi sebesar 38,6%, menurun

dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar USD 49,8 juta atau terkontraksi sebesar

37,1%. Penurunan kinerja ekspor tersebut lebih disebabkan oleh menurunnya harga komoditas

dunia. Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa saat ini harga komoditas dunia tengah mengalami

penurunan akibat perekonomian dunia yang masih belum pulih.

Pada triwulan IV 2015 komoditas utama yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan pada

kategori perdagangan adalah komoditas Ferronickel dengan tercatat sebesar USD 47,1 juta atau

tumbuh terkontraksi sebesar 40,4% (yoy). Begitu juga dengan komoditas ikan hidup tercatat

3.395

4.372

-17,81%

-14,95%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Produksi feni g Produksi feni

Volume (WMT)yoy

178

204

0,7%

14,1%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Kredit Sektor Industri g Kredit Industri (sb. Kanan)

Rp miliaryoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 16

tumbuh melambat dari sebelumnya tercatat sebesar 68,1% (yoy) menjadi tumbuh sebesar 43,6%

(yoy) di periode laporan.

Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.23 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.24. Transaksi Perdagangan luar negeri

Meskipun demikian, kinerja perdagangan domestik mampu menahan laju penurunan kinerja

ekspor di periode laporan. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya aktivitas bongkar muat yang

mendominasi kegiatan di pelabuhan Kendari. Dari data PT. Pelindo IV, diketahui bahwa pada

triwulan IV 2015 pertumbuhan arus bongkar tercatat mengalami akselerasi sebesar 14,3% (yoy).

Kondisi tersebut menunjukkan adanya perbaikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang mengalami kontraksi sebesar 7,5%. Perbaikan aktivitas bongkar tersebut disebabkan oleh

meningkatnya kebutuhan masyarakat pada saat akhir tahun 2015. Sejalan dengan hal tersebut,

aktivitas muat tercatat terkontraksi sebesar 1,1% (yoy), mengalami perbaikan jika dibandingkan

periode triwulan sebelumnya yang juga terkontraksi cukup dalam sebesar 41,1% (yoy). Secara

total, aktivitas di pelabuhan Kendari sebagai salah satu sentra aktivitas bongkar-muat di Sulawesi

Tenggara tercatat tumbuh terakselerasi sebesar 10,1% (yoy), atau mengalami peningkatan yang

cukup tinggi dibandingkan kinerja di triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 16,3% (yoy).

Sumber: PT Pelindo (diolah) Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)

Grafik 1.25.Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan

Kendari

Grafik 1.26.Perkembangan Kredit Kategori

Pedagangan

49,8 50,1

-37,1% -38,6%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Millions

Nilai Eksport g Nilai Eksport

Juta (USD)yoy

66,1 70,749,8 50,1

17,1 11,9

16,0

59,2

-

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV

2014 2015

Nilai Eksport Nilai Import

Juta USD

14,3%

-1,10%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

g Arus bongkar g Arus muat

%, yoy

4.140 4.313

7,2%

9,1%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Kredit Sektor Perdagangan g Kredit Perdagangan (sb. Kanan)

Rp miliar yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

17

Sementara itu, laju pertumbuhan penyaluran kredit kategori perdagangan mengalami

peningkatan. Pada periode laporan total penyaluran kredit pada sektor tersebut tercatat sebesar

Rp4,3 triliun atau tumbuh sebesar 9,1 %(yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang

hanya tumbuh sebesar 7,2%(yoy). Peningkatan laju penyaluran kredit pada kategori tersebut juga

diikuti oleh perbaikan risiko kredit dari 5,3% pada triwulan III menjadi sebesar 4,4% pada triwulan

IV 2015.

1.3.5 Kategori Konstruksi

Pada triwulan IV 2015, kategori konstruksi tercatat tumbuh positif sebesar 19,5% (yoy),

meningkat cukup tinggi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar15,8% (yoy). Akselerasi tersebut terjadi seiring fokus pemerintah pusat maupun daerah

pada upaya perbaikan infrastruktur di akhir tahun 2015 seperti pembangunan dan pelebaran jalan,

reklamasi Teluk Kendari, dilanjutkannya proses pembangunan jembatan Bahteramas, perbaikan

pelabuhan, perbaikan bandara maupun pembangunan dan perbaikan saluran irigasi. Hal tersebut

terlihat dari penyelesaian fisik pekerjaan pembangunan pengadaan barang dan jasa pemerintah

daerah yang cukup tinggi yang mencapai angka 88,2%. Sementara itu, berdasarkan hasil liaison

diperoleh informasi bahwa beberapa realisasi proyek swasta terkait konstruksi beberapa hotel dan

komplek perumahan juga masih turut mendorong perkembangan pertumbuhan kategori

konstruksi pada periode triwulan IV 2015.

Pertumbuhan kategori konstruksi terkonfirmasi dari peningkatan penjualan semen di Sulawesi

Tenggara. Penjualan semen pada periode laporan tercatat sejumlah 183,1 ton atau tumbuh sebesar

34,38% (yoy), angka tersebut relatif masih tumbuh cukup tinggi bila dibandingkan dengan

penjualan semen di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 143,0 ton atau tumbuh positif

sebesar 18,5% (yoy).

Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Asosiasi Semen

Grafik 1.27. Kredit Kategori Konstruksi Grafik 1.28. Penjualan Semen

600 677

8,1%

44,9%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Kredit Sektor Konstruksi g Kredit Konstruksi (sb. Kanan)

Rp miliaryoy

142.994

183.084

18,53%

34,38%

-40,00%

-20,00%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

200.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

kg

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 18

Selain itu, kredit yang diberikan kepada usaha konstruksi di Sulawesi Tenggara juga mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya sejalan dengan akselerasi yang terjadi

di kategori konstruksi. Pada triwulan IV 2015, kredit konstruksi mengalami pertumbuhan cukup

tinggi mencapai angka 44,9% (yoy) setelah pada periode sebelumnya tumbuh hanya sebesar 8,1%

(yoy). Namun demikian jumlah kredit konsumsi KPR, yang merupakan salah satu indikator kinerja

kategori konstruksi khususnya untuk perumahan pada periode laporan mengalami perlambatan

pertumbuhan. Pada triwulan III 2015 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,0% (yoy), lebih

tinggi jika dibandingkan dengan periode triwulan IV 2015 yang tercatat hanya mampu tumbuh

sebesar 3,8% (yoy) atau senilai Rp2,29 triliun.

Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Grafik 1.29. Kredit Konsumsi KPR Grafik 1.30 Perkembangan Penyelesaian Fisik

Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan

APBD Sulawesi Tenggara

1.3.6 Kategori Transportasi Dan Pergudangan

Kategori transportasi dan pergudangan Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh melambat

sebesar 6,8% (yoy) pada triwulan IV 2015 setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar

10,5% (yoy). Perlambatan laju pertumbuhan pada kategori tersebut terkonfirmasi oleh penurunan

jumlah penumpang kapal laut maupun pesawat udara.

Berdasarkan data dari otoritas perhubungan, jumlah penumpang angkutan laut di triwulan IV

tercatat sebesar 146,6 ribu jiwa atau terkontraksi sebesar 3,7% (yoy), jauh menurun dibandingkan

periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 0,6% (yoy). Sementara itu, jumlah penumpang

angkutan udara di triwulan IV 2015 tercatat sebanyak 290,8 ribu orang atau tumbuh sebesar

16,32% (yoy), menurun dibandingkan triwulan III yang tercatat tumbuh sebesar 20,31% (yoy).

2.277

2.294

6,0 3,8

-

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

Kredit Kons. KPR g Kons.KPR

Rp miliar %, yoy

19,5%

31,5%

49,9%

100,0%

32,3%

59,4%

90,3%

100,0%

10,6%

26,7%

47,4%

86,3%

14,1%

36,0%

66,0%

88,2%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 . 2015

Target

Realisasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

19

Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Pelindo IV

Grafik 1.31 Arus Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.32. Arus Penumpang Kapal

-30,00%

-20,00%

-10,00%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Penumpang udara yoy

orang

144.088

146.593

0,57%

-3,68%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

200.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Penumpang kapal g Penumpang kapal

orang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 20

BOKS 1

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI PEMERINTAH

Di tengah perlambatan ekonomi dunia yang juga berdampak pada perekonomian nasional,

pemerintah berupaya menggerakkan perekonomian nasional agar lebih kondusif. Dalam paket

kebijakan ekonomi, pemerintah juga memfokuskan pengembangan Kawasan Timur Indonesia

termasuk Sulawesi Tenggara antara lain melalui pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) dan

peningkatan konektivitas antar daerah.

PAKET I (9 September 2015)

PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA

Mendorong daya saing industri nasional melalui

deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan

hukum dan kepastian usaha

Mendorong industrialisasi hilir produk tambang dan

produk pertanian (tabama, perkebunan, dan

perikanan)

Sinkronisasi RTRW Provinsi dan RTRW

Kabupaten/Kota

Mendorong tumbuhnya kawasan industri

Mempercepat proses perizinan dan AMDAL

Meningkatkan ketersediaan listrik untuk industri

Mempercepat proyek strategis nasional dengan

mengilangkan berbagai hambatan, sumbatan

dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek

nasional

Sinkronisasi RTRW Provinsi dan RTRW

Kabupaten/Kota

Memiliki ketentuan dan kepastian hukum terkait

dengan pembebasan lahan

Meningkatkan investasi di sektor properti Perlunya pemetaan kebutuhan rumah (back log) di

Sulawesi Tenggara

Sinkronisasi kebijakan lintas sektor untuk

mendukung pertumbuhan pusat ekonomi di

Sulawesi Tenggara

PAKET II (29 September 2015)

PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA

Kemudahan layanan investasi 3 jam Perlunya koordinasi pusat dan daerah mengenai

proyek investasi yang dapat dipermudah dan

dipercepat serta mendapatkan kemudahan fiskal Pengurusan tax holliday dan tax allowance lebih

cepat

Pemerintah tidak memungut PPN untuk alat

transportasi

Dapat digunakan untuk pembenahan sistem

transportasi di Sultra terutama untuk pembaruan

alat transportasi laut dan darat.

Insentif fasilitas di Kawasan Pusat Logistik Berikat Perlu kajian khusus mengenai kemungkinan

pembangunan Kawasan Pusat Logistik Berikat di

Sultra.

Insentif pengurangan pajak bunga deposito Peningkatan Dana Pihak Ketiga dari masyarakat

Sultra

Perampingan izin sektor kehutanan Perlu koordinasi pusat dan daerah untuk

penyesuaian ketentuan perizinan pemanfaatan

kehutanan di daerah.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

21

PAKET III (7 Oktober 2015)

PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA

Penurunan harga BBM, Listrik dan Gas Sebagai salah satu sumber penurunan tekanan

inflasi di Sultra.

Perluasan wirausahawan penerima KUR Peluang untuk pengembangan UMKM di Sulawesi

Tenggara, terutama untuk kegiatan pengolahan

hasil pertanian.

Penyederhanaan izin pertanahan dalam kegiatan

penanaman modal

Perlu disusun implementasi penyederhanaan izin

pertanahan dalam Perda di tingkat provinsi maupun

kabupaten.

PAKET IV (15 Oktober 2015)

PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA

Kebijakan pengupahan yang adil, sederhana dan

terproyeksi

Perlunya dibangun mekanisme penyusunan upah di

daerah dengan mempertimbangkan kondisi inflasi

dan perekonomian.

Membangun iklim usaha yang kondusif

Menciptakan angkatan kerja yang memiliki

kompetensi tinggi termasuk melalui transfer

knowledge dari tenaga kerja ahli asing maupun dari

luar daerah.

Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih

murah dan luas.

Peluang untuk pengembangan UMKM di Sulawesi

Tenggara, terutama untuk kegiatan pengolahan

hasil pertanian.

PAKET V (22 Oktober 2015)

PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA

Revaluasi aset Perlu penyesuaian NJOP di Sulawesi Tenggara.

Menghilangkan pajak berganda dana investasi

real estate, properti dan infrastruktur

Peluang untuk peningkatan kinerja sektor

konstruksi dan investasi di bidang bangunan.

Peluang untuk mempercepat pembagunan

infrastruktur di Sultra.

Deregulasi di bidang perbankan syariah Peluang untuk meningkatkan kinerja perbankan

syariah.

Mendorong tumbuhnya kantor bank syariah di

kabupaten/kota.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 22

PAKET VI (5 November 2015)

PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA

Upaya menggerakkan perekonomian di wilayah

pinggiran melalui pengembangan kawasan

ekonomi khusus (KEK)

Diperlukan fokus pemerintah daerah bersama

seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung

pemanfaatan KEK.

Penyediaan air untuk masyarakat secara

berkelanjutan dan berkeadilan

Peluang untuk pembangunan jaringan air maupun

perbaikan sumber daya air di Sulawesi Tenggara.

Proses cepat (paperless) perizinan impor bahan

baku obat

PAKET VII (7 Desember 2015)

PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA

Percepatan proses sertifikasi tanah Peluang peningkatan kapabilitas petani untuk

mendapatkan pinjaman dari perbankan dengan

menggunakan sertifikat tanah.

Insentif pajak bagi industri padat karya Potensi untuk pengembangan industri padat karya

di Sultra yang disinergikan dengan kawasan industri

dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

PAKET VIII (21 Desember 2015)

PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA

Kebijakan satu peta Perbaikan dan sinkronisasi RTRW Provinsi dengan

RTRW Kabupaten/Kota serta dengan instansi

lainnya untuk menghindari tumpang tindih lahan.

Pembangunan kilang minyak Berdampak positif pada perekonomian dan inflasi

Sultra saat terdapat kilang minyak baru.

Insentif bagi perusahaan jasa pemeliharaan

pesawat

PAKET IX (27 Januari 2016)

PROGRAM ISU STRATEGIS SULAWESI TENGGARA

Stabilisasi pasokan dan harga daging sapi Peningkatan produksi sapi di Sulawesi Tenggara

dengan membentuk klaster sapi (termasuk integrasi

pertanian perkebunan dengan peternakan).

Perbaikan jalur distribusi daging sapi di Sultra

Meningkatkan efisiensi dan daya saing serta

pembangunan konektivitas ekonomi desa-kota

Perlu program pemberdayaan masyarakat yang

dikaitkan dengan pemberdayaan UMKM dan

pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 23

Keuangan

Pemerintah

Hingga akhir tahun 2015, total anggaran belanja yang sudah direalisasikan adalah sebesar

Rp18,1 triliun dengan realisasi terhadap target dari APBN Provinsi paling besar, yaitu

sebesar 93,5% dari keseluruhan anggaran tahun 2015. Sementara realisasi APBD provinsi

mencapai 88,2% dan APBD Kota/Kabupaten hanya sebesar 69,1% dari target selama tahun

2015. Dengan demikian, masih ada ruang fiskal di Sulawesi Tenggara sebesar Rp4,4 triliun

di akhir tahun 2015 yang tidak digunakan.

Bab 2

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 24

2.1 STRUKTUR ANGGARAN DAN REALISASI HINGGA TRIWULAN IV 2015

Keuangan Pemerintah di Sulawesi Tenggara terbagi atas keuangan pemerintah daerah

(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/APBD) dengan keuangan pemerintah pusat di

daerah, dengan porsi terbesar adalah APBD Kabupaten/Kota. Keuangan pemerintah daerah

terdiri atas APBD Provinsi Sulawesi Tenggara dengan seluruh APBD Kabupaten dan Kota.

Sementara keuangan pemerintah pusat di daerah, merupakan anggaran instansi vertikal yang

berada di Sulawesi Tenggara. Total anggaran pemerintah daerah maupun anggaran pemerintah

pusat di daerah untuk Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai Rp22,45 Triliun di tahun 2015,

meningkat sebesar 27,2% dibandingkan tahun 2014. Adapun porsi terbesar adalah anggaran

keuangan Pemerintah Kota/Kab sebesar 52,2% (Rp11,72 triliun), diikuti dengan anggaran

keuangan bersumber dari APBN1 sebesar 37,4% (Rp8,41 triliun) dan APBD Provinsi sebesar 10,3%

(Rp2,32 triliun).

*belanja operasional termasuk belanja tidak langsung dan belanja langsung pegawai, belanja hibah, bansos, dll

Sumber: BPKAD Prov. Sultra, Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu RI, Kanwil Perbendaharaan Negara Prov. Sultra

Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulawesi Tenggara

Sampai dengan akhir tahun 2015, total anggaran belanja yang sudah direalisasikan adalah sebesar

Rp18,1 triliun dengan pangsa terbesar didominasi oleh realisasi anggaran APBN sebesar 93,5%,

APBD sebesar 88,2% dan APBD Kota/Kabupaten hanya sebesar 69,1%. Dengan demikian, masih

1 Anggaran bersumber dari APBN tidak termasuk dana transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah karena dana transfer tersebut sudah tercatat dalam APBD.

Belanja Modal31%

Belanja Barang

17%

Operasional52%

Belanja Modal Belanja Barang Operasional

Belanja Modal26%

Belanja Barang

14%

Operasional60%

Belanja Modal Belanja Barang Operasional

Belanja Modal44%

Belanja Barang31%

Operasional25%

Belanja Modal Belanja Barang OperasionalAPBD

Provinsi

APBD Kota/Kab

APBN

Rp2,32 Triliun

Rp8,41 Triliun

Rp11,72 Triliun

10,3%

52,2%

37,4%

meningkat 6,2% (yoy)

meningkat 18,4% (yoy)

meningkat 51,2% (yoy)

89,1% (yoy)

39,5% (yoy)

20,9% (yoy)

-4,1% (yoy)

0,3% (yoy)

12,9% (yoy)

31,3% (yoy)

7,0% (yoy)

15,5% (yoy)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

25

ada ruang fiskal di Sulawesi Tenggara sebesar Rp4,4 triliun sampai akhir 2015 yang tidak

digunakan.

Berdasarkan data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja keuangan per

bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan IV 2015 relatif rendah dibandingkan

dengan target yang ditetapkan. Sampai dengan triwulan IV 2015, kondisi realisasi keuangan

Pemprov Sultra baru mencapai 88,2% jauh di bawah target 100%. Sementara itu kondisi

penyelesaian fisik baru mencapai 79,6%, jauh di bawah target 100%. Namun demikian,

pencapaian tersebut lebih tinggi jika dibandingkan periode tahun sebelumnya. Pada tahun 2014

tingkat realisasi keuangan mencapai 86,3% dan penyelesaian fisik hanya sebesar 74,2%.

Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Sumber : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara

Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi

Tenggara

Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesaian Fisik

Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD

Sulawesi Tenggara

Adapun untuk realisasi belanja APBD Kota/Kabupaten relatif bervariasi antar daerah. Daerah

dengan realisasi sampai dengan triwulan IV 2015 yang terbesar adalah di Kab. Kolaka Utara sebesar

93,4% diikuti dengan Kab. Bombana sebesar 88,1%. Sementara itu, daerah dengan realisasi

terendah adalah di Kab. Konawe Kepulauan yang baru merealisasikan anggarannya sebesar

29,4%.

16,2%

43,6%

66,9%

100,0%

27,5%

62,9%

90,5%

100,0%

2,7%

12,4%

28,8%

74,2%

8,0%

18,1%

37,5%

79,6%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 . 2015

Target

Realisasi

19,5%

31,5%

49,9%

100,0%

32,3%

59,4%

90,3%

100,0%

10,6%

26,7%

47,4%

86,3%

14,1%

36,0%

66,0%

88,2%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 . 2015

Target

Realisasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 26

Tabel 2.1. Realisasi APBD Kabupaten/Kota di Sultra hingga Triwulan IV 2015

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu RI, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI2

2.2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan

Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap anggaran yang

disediakan pada triwulan IV 2015 relatif lebih baik jika dibandingkan realisasi pendapatan

pemerintah daerah di periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara di triwulan IV 2015 terealisasi senilai Rp2,47 triliun, atau sebesar 105,5% dari

target total pendapatan dalam APBD 2015. Angka serapan tersebut tercatat jauh lebih tinggi jika

dibandingkan dengan realisasi di triwulan IV 2014 yang tercatat hanya sebesar Rp2,18 triliun atau

102,0% dari target dalam APBD.

Kinerja positif realisasi pendapatan daerah tersebut secara dominan disebabkan oleh sudah

terealisasinya pendapatan asli daerah (PAD) yang pada periode triwulan IV 2015 mencapai Rp684

miliar atau 126,9% dari target dalam APBD. Peningkatan realisasi (PAD) pada periode laporan

disebabkan oleh capaian pendapatan pajak daerah yang mencapai 128,5% atau senilai Rp533,7

miliar. Capaian tersebut jauh melebihi realisasi pada tahun 2014 yang tercatat hanya sebesar

88,4% atau Rp 413,2 miliar.

2 Asesmen pada sub-bab dimaksud menggunakan data realisasi pendapatan dan belanja pemerintah daerah hanya pada triwulan IV2015 (Oktober-Desember) bukan data kumulatif s.d triwulan IV 2015 (Januari-Desember).

Kota/Kabupaten 2015

Kota Kendari 65,89%

Kota Baubau 73,92%

Kab.Buton 65,72%

Kab. Konawe 81,12%

Kab. Kolaka 86,69%

Kab. Muna 84,73%

Kab. Konawe selatan 61,13%

Kab. Bombana 88,08%

Kab. Wakatobi 75,09%

Kab. Kolaka Utara 93,37%

Kab. Konawe Utara 85,63%

Kab. Buton Utara 67,48%

Kab. Kolaka Timur 39,95%

Kab. Konawe Kepulauan 29,37%

Kab. Muna Barat 65,31%

Kab. Buton Selatan 45,00%

Kab. Buton Tengah 66,24%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

27

Sementara itu, pendapatan transfer pada periode triwulan IV tahun 2015 hanya mencapai 98,8%

atau senilai Rp1,8 triliun, menurun jika dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tercatat

sebesar 101,5% atau senilai Rp1,5 triliun.

Tabel 2.2. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara Pada Triwulan IV

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

2.2.2 Realisasi Anggaran Belanja

Seperti halnya kinerja di sisi pendapatan, penyerapan anggaran belanja APBD Provinsi

Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan

realisasi anggaran di triwulan IV 2014. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

pada periode laporan mencapai 88,2% atau sebesar Rp2,7 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan

kinerja pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mampu merealisasikan anggaran

sebesar 85,2%. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja modal

yang mencapai 83,1% atau sebesar Rp683,5 miliar. Beberapa hal yang menjadi sumber

peningkatan penyerapan anggaran adalah adanya program percepatan realisasi anggaran oleh

pemerintah daerah berupa pelaksanaan pelelangan 200 proyek secara masal pada saat HUT Sultra

bulan April 2015 yang lalu serta pemanfaatan fasilitas lelang secara elektronik yang berguna juga

untuk transparansi proses lelang.

AnggaranRealisasi

(Miliar Rp)Serap (%) Anggaran

Realisasi

(Miliar Rp)Serap (%) Anggaran

Realisasi

(Miliar Rp)Serap (%)

PENDAPATAN 1.951,96 1.969,13 100,88 2.136,55 2.178,20 101,95 2.342,79 2.470,90 105,47

PENDAPATAN ASLI DAERAH 502,59 511,43 101,76 570,19 555,24 97,38 539,90 683,97 126,68

Pendapatan Pajak Daerah 375,68 408,11 108,63 467,50 413,20 88,39 415,49 533,68 128,45

Hasil Retribusi Daerah 24,20 24,47 101,12 23,04 18,29 79,38 16,67 17,68 106,06

Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 23,82 23,84 100,09 24,00 23,32 97,15 23,45 22,92 97,74

Lain-lain PAD 78,89 55,01 69,73 55,65 100,43 180,47 84,30 109,69 130,12

PENDAPATAN TRANSFER 1.443,56 1.451,90 100,58 1.526,47 1.549,73 101,52 1.785,51 1.764,01 98,80

Transfer Pemerintah Pusat 1.141,33 1.160,90 101,71 1.212,20 1.236,02 101,96 1.383,88 1.360,93 98,34

Dana Bagi Hasil Pajak 67,25 67,21 99,95 60,04 62,48 104,06 66,42 24,54 36,95

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 39,77 59,38 149,30 39,77 61,15 153,76 54,64 73,57 134,64

Dana Alokasi Umum 981,04 981,04 100,00 1.053,64 1.053,64 100,00 1.176,42 1.176,42 100,00

Dana Alokasi Khusus 53,27 53,27 100,00 58,75 58,75 100,00 86,40 86,40 100,00

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 302,24 291,00 96,28 314,27 313,71 99,82 401,63 403,08 100,36

Dana Otonomi Khusus - - - - - - -

Dana Penyesuaian 302,24 291,00 96,28 314,27 313,71 99,82 401,63 403,08 100,36

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 5,80 64,03 1.103,29 39,89 73,23 183,60 17,38 22,92 131,89

Pendapatan Hibah 63,66 1.096,83 39,89 39,89 100,00 17,38 - -

Pendapatan Dana Darurat - - - - - - - - -

Pendapatan Lainnya 5,80 0,38 - - 33,35 - - 22,92 -

APBD 2013

U R A I A N

APBD 2014 APBD 2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 28

Tabel 2.3 Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

Lebih lanjut, realisasi belanja operasi pemerintah daerah juga mengalami perbaikan. Pada periode

laporan tercatat realisasi belanja operasi mencapai 92,2% atau sebesar Rp1,4 triliun, lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 91,6% atau Rp1,3

triliun.

AnggaranRealisasi

(Miliar Rp)Serap (%) Anggaran

Realisasi

(Miliar Rp)Serap (%) Anggaran

Realisasi

(Miliar Rp)Serap (%)

BELANJA 2.176,89 1.812,82 83,28 2.450,85 2.088,45 85,21 2.665,15 2.349,42 88,15

BELANJA OPERASI 1.326,21 1.163,34 87,72 1.453,54 1.331,74 91,62 1.571,42 1.448,60 92,18

Belanja Pegawai 580,88 493,85 85,02 576,08 517,03 89,75 594,49 546,99 92,01

Belanja Barang 297,35 259,29 87,20 406,15 362,83 89,33 429,17 374,35 87,23

Belanja Bunga 29,30 18,33 62,56 25,54 22,63 88,58 24,16 21,13 87,44

Belanja Hibah 307,27 295,63 96,21 326,75 324,56 99,33 419,88 419,77 99,97

Belanja Bantuan Keuangan 111,40 96,25 86,39 119,01 104,70 87,98 103,71 86,36 83,27

BELANJA MODAL 603,33 430,71 71,39 727,63 553,49 76,07 822,75 683,50 83,07

Belanja Tanah 27,90 1,93 6,93 42,35 26,00 61,39 34,43 32,08 93,17

Belanja Peralatan dan Mesin 48,51 39,48 81,38 49,46 38,40 77,64 62,91 52,57 83,57

Belanja Bangunan dan Gedung 56,12 45,15 80,46 198,61 160,07 80,59 199,56 160,15 80,26

Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan 470,13 343,49 73,06 436,02 328,43 75,32 523,82 426,70 81,46

Belanja Aset Tetap Lainnya 0,67 0,65 97,31 1,17 0,59 50,27 2,04 2,00 98,17

BELANJA TIDAK TERDUGA 11,18 3,95 35,35 20,00 - - 25,20 - -

Belanja Tak Terduga 11,18 3,95 35,35 20,00 - - 25,20 - -

TRANSFER 236,17 214,81 90,96 249,68 203,22 81,39 245,77 217,33 88,43

Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota 236,17 214,81 90,96 249,68 203,22 81,39 245,77 217,33 88,43

U R A I A N

APBD 2013 APBD 2014 APBD 2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 29

Inflasi

Daerah

Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 mengalami penurunan

dari 7,24% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 2,27% (yoy). Penurunan laju inflasi

Sulawesi Tenggara tersebut disebabkan oleh menurunnya laju inflasi yang terjadi di Kota

Kendari dan Kota Baubau. Sumber penurunan inflasi adalah dari penurunan tekanan pada

komoditas administered prices seiring dengan minimnya kebijakan pemerintah untuk

menaikkan harga BBM bersubsidi di akhir tahun 2015.

Pada periode laporan, upaya pengendalian inflasi difokuskan pada koordinasi dalam upaya

pemantauan harga berbagai komoditas di pasar, ketersediaan stok dan juga kelancaran

aliran distribusi barang untuk mengantisipasi kenaikan harga di Hari Raya Natal dan Tahun

Baru. Selain itu telah terbentuk TPID Kabupaten Buton Selatan sebagai upaya pengendalian

inflasi di daerah.

Bab 3

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 30

3.1 KONDISI UMUM

Analisa Inflasi Tahunan (year on year)

Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara1 mencapai 2,27% (yoy) pada triwulan IV 2015,

jauh membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,24% (yoy).

Penurunan tekanan inflasi tersebut terjadi baik pada kelompok administered prices, volatile food

maupun kelompok inflasi inti. Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh based effect setelah

pada akhir bulan November 2014 terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi sementara selama tahun

2015 tekanan inflasi yang bersumber dari perubahan harga BBM relatif berkurang. Hal tersebut

membuat inflasi tahunan Sulawesi Tenggara lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat

inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,35% (yoy).

Dilihat dari kota yang menjadi daerah perhitungan inflasi nasional, penurunan inflasi tahunan

Sulawesi Tenggara terjadi di Kota Kendari dan Kota Baubau. Inflasi di Kota Kendari menurun dari

6,86% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 1,64% (yoy) di triwulan IV 2015. Sementara itu, inflasi di

Kota Baubau menurun dari 8,29% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 3,95% (yoy) di triwulan IV

2015.

Sumber: BPS Prov Sultra (diolah) Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)

Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Tahunan

Penurunan inflasi tahunan di Kota Kendari terjadi di seluruh kelompok komoditas terutama pada

kelompok bahan makanan, sandang, tarif listrik dan bensin. Komoditas bahan makanan tercatat

mengalami penurunan dari 6,86% (yoy) di triwulan III menjadi 1,64% (yoy) di triwulan IV 2015.

Penurunan laju inflasi bahan makanan di Kota Kendari disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi

komoditas beras dan ikan segar. Untuk komoditas beras, risiko pergeseran musim tanam padi

akibat kekeringan bisa diminimalkan dengan operasi pasar yang dilakukan oleh Perum Bulog Sultra.

1 Angka inflasi Sulawesi Tenggara merupakan perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara berdasarkan data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Baubau yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

2014 2015

Nasional Kendari

Sultra Baubau

IHK Inflasi

Kendari

IHK Inflasi

Baubau

IHK Inflasi

Sultra

IHK Inflasi

Nasional

IHK Inflasi KTI

1,64%

3,95%

2,27%

3,35%

4,06%

Perbandingan Inflasi Tahunan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 31

Sementara itu untuk komoditas ikan segar dipengaruhi oleh faktor cuaca dan gelombang laut yang

relatif kondusif mendorong peningkatan hasil tangkapan ikan.

Relatif serupa dengan kondisi di Kota Kendari, penurunan inflasi di Kota Baubau bersumber dari

berkurangnya tekanan kelompok bahan makanan, sandang, tarif listrik dan bensin. Di dalam

kelompok bahan makanan, komoditas sayur mayur dan ikan segar mendorong terjadinya

penurunan inflasi. Meskipun demikian terdapat komoditas cabai rawit yang mengalami kenaikan

sehingga menahan laju penurunan pada periode laporan. Peningkatan inflasi komoditas cabai rawit

di Kota Baubau berdasarkan hasil liaison disebabkan oleh terganggunya produksi di daerah sentra

produksi cabai rawit di sekitar Kota Baubau maupun di Jawa Timur.

Analisa Inflasi Bulanan (month to month)

Tabel 3.1 Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (mtm) Per Kelompok

Sumber: BPSProv Sultra (diolah)

Secara bulanan, pergerakan inflasi Sulawesi Tenggara selama triwulan IV 2015 mengalami tren

meningkat. Dimulai dengan kondisi deflasi sebesar 0,53% (mtm) pada bulan Oktober, lalu diikuti

dengan terjadinya inflasi sebesar 0,27% (mtm) pada bulan November dan inflasi pada akhir tahun

sebesar 0,71% (mtm). Deflasi yang terjadi pada bulan Oktober, selain disebabkan oleh kebijakan

pemerintah yang menurunkan harga BBM bersubsidi juga disebabkan oleh adanya penurunannya

tekanan pada komoditas ikan segar seiring dengan telah kondusifnya gelombang laut untuk

nelayan melaut pada bulan tersebut. Selanjutnya pada bulan November, tekanan inflasi disebabkan

oleh kenaikan tarif angkutan udara di Kota Baubau (24,04%, mtm). Hal tersebut dipengaruhi oleh

peningkatan permintaan masyarakat menjelang libur natal dan akhir tahun. Meskipun kegiatan

liburan dilaksanakan pada bulan Desember, namun terbatasnya penerbangan di Kota Baubau

mendorong masyarakat cenderung melakukan transaksi pembelian tiket pada bulan November.

Sedangkan untuk bulan Desember, sumber terjadinya inflasi disebabkan oleh meningkatnya harga

komoditas ikan segar, bawang merah, dan cabai rawit.

Kondisi tersebut sejalan dengan pergerakan laju inflasi yang terjadi di Kota Baubau selama triwulan

IV 2015. Kota Baubau tercatat mengalami deflasi sebesar 1,02% (mtm) di bulan Oktober, inflasi

sebesar 1,27% (mtm) di bulan November dan pada bulan Desember tercatat mengalami inflasi

Jul Aug Sep Okt Nov Des

Bahan Makanan 3,63 0,62 0,50 -2,25 -0,20 1,95

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,18 0,83 0,82 0,35 0,39 0,69

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,09 0,18 0,28 -0,01 0,09 0,59

Sandang -0,61 -0,19 1,47 -0,13 0,18 -0,50

Kesehatan -0,25 0,49 0,26 -0,02 0,14 0,05

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0,14 0,52 1,25 -0,01 -0,01 -0,02

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0,14 0,03 -0,03 -0,14 1,47 0,33

Inflasi (mtm) 0,87 0,33 0,46 -0,53 0,27 0,71

Kelompok2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 32

sebesar 1,22% (mtm). Sementara itu, kondisi inflasi di kota Kendari memiliki pola yang sedikit

berbeda dengan Kota Baubau dimana pada bulan Oktober dan November mengalami deflasi

masing-masing sebesar 0,36% (mtm) dan 0,10% (mtm) dan pada bulan Desember mengalami

inflasi sebesar 0,51% (mtm).

Sumber: BPS Prov Sultra Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)

Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari dan Kota

Baubau

Grafik 3.4 Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari

Analisa Inflasi Triwulanan (quarter to quarter)

Secara triwulanan, Sulawesi Tenggara mengalami inflasi sebesar 0,44% (qtq) pada triwulan IV

2015, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi

sebesar 1,67% (qtq). Penurunan tersebut didorong oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan

makanan dan kelompok sandang yang masing-masing tercatat mengalami deflasi sebesar 0,54%

(qtq) dan 0,45% (qtq), setelah pada periode sebelumnya masing-masing tercatat mengalami inflasi

sebesar 4,79% (qtq) dan 0,66 (qtq). Penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan disebabkan

oleh penurunan tekanan pada komoditas ikan segar, dan sayur mayur seiring telah kembali

normalnya permintaan masyarakat pasca bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Sedangkan untuk

komoditas sandang didorong oleh banyaknya potongan harga yang diberikan oleh para retailer

menjelang akhir tahun 2015.

Tabel 3.2 Inflasi Sulawesi Tenggara (qtq) Per Kelompok

Sumber: BPSProv Sultra (diolah)

Apr Mei Jun Jul Aug Sep

TW III TW IV

0,75 0,64 0,61

(0,36)

(0,10)

0,51

1,21

(0,49)

0,08

(1,02)

1,27 1,22

Kendari, % (mtm) Baubau, % (mtm)

-0,36%

-0,94%

-0,10%

0,33%0,51%

0,74%

Okt '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiOkt 2010-2014

Nov '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiOkt 2010-2014

Des '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiDes 2010-2014

DesNovOkt

I II III IV I II III IV

Bahan Makanan -2,32 5,05 4,16 4,48 -2,31 2,66 4,79 -0,54

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1,78 1,12 1,84 1,50 1,77 2,94 1,84 1,43

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1,02 0,35 1,89 5,34 1,01 0,24 0,55 0,68

Sandang 0,75 0,06 0,35 1,45 0,75 -0,41 0,66 -0,45

Kesehatan 1,62 1,10 1,03 2,02 1,61 1,03 0,50 0,18

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga -0,33 0,40 0,74 1,89 -0,33 0,27 1,91 -0,04

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -4,31 1,09 -0,20 11,72 -4,31 0,95 0,14 1,66

Inflasi (qtq) -1,06 1,64 1,78 5,33 -1,05 1,21 1,67 0,44

2015Kelompok

2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 33

Kondisi inflasi triwulanan Sulawesi Tenggara tersebut sejalan dengan kondisi di Kota Kendari yang

tercatat mengalami inflasi sebesar 0,05% (qtq) setelah triwulan sebelumnya mengalami inflasi

sebesar 2,01% (qtq). Penurunan tekanan inflasi di kota Kendari tersebut juga disebabkan oleh

penurunan tekanan pada kelompok bahan makanan (dari 7,13% qtq di triwulan III 2015 menjadi

-0,89%, qtq di triwulan IV 2015) dan kelompok sandang (dari 0,71%, qtq di triwulan III 2015

menjadi -0,75% qtq). Di sisi lain, inflasi yang terjadi di kota Baubau mengalami peningkatan dari

0,80%(qtq) pada triwulan III 2015 menjadi 1,47% (qtq) pada triwulan IV 2015. Peningkatan

tekanan tersebut disebabkan oleh peningkatan harga pada komoditas cabai rawit (184,47%, qtq)

karena terganggunya produksi di daerah sentra-sentra sekitar Kota Baubau dan peningkatan tarif

angkutan udara (25,12%, qtq).

3.2 DISAGREGASI INFLASI2

Grafik 3.5.Perkembangan Inflasi Tahunan Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi

Penurunan tekanan inflasi Sulawesi Tenggara secara tahunan pada triwulan IV 2015,

terutama bersumber dari komponen administered prices. Penurunan tekanan inflasi pada

komponen administered prices di periode laporan disebabkan oleh based effect akibat kebijakan

pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi pada bulan November 2014 yang lalu.

Sementara pada akhir tahun 2015 kebijakan pemerintah dalam pengaturan harga BBM bersubsidi

relatif minim. Selain itu terdapat kebijakan penurunan tarif listrik yang juga mendorong terjadinya

penurunan inflasi administered prices. Pada Bulan Oktober dan Desember 2015 tarif tenaga listrik

mengalami penurunan berkisar antara 1,1% - 1,5% (mtm). Namun pada bulan November tarif

tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,7% (mtm) sehingga di akhir periode terjadi penurunan

sebesar 0,9% (qtq). Penyesuaian tersebut disebabkan oleh tiga faktor yaitu:1.Penguatan kurs dolar

Amerika Serikat. 2. Penurunan harga minyak internasional dan 3. Penurunan inflasi nasional.

2Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

(2)

-

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2015

Inflasi Umum Inflasi Inti Volatile Food Administered Prices

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 34

Tabel 3.3 Penurunan Tarif Tenaga Listrik

Sumber: PT. PLN (Persero)

Untuk komponen volatile food, pada triwulan IV 2015 juga mengalami penurunan tekanan inflasi.

Beberapa kelompok yang mengalami penurunan harga pada periode laporan yaitu kelompok ikan

segar, padi-padian, umbi-umbian serta kelompok sayur-sayuran (terutama komoditas kacang

panjang dan terong panjang). Berdasarkan data dari BPS Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui

bahwa inflasi komoditas ikan segar mengalami penurunan dari 6,35% (yoy) menjadi 0,98% (yoy).

Tabel 3.4 Produksi Ikan Tangkap Kendari

Sumber: PP. Kendari

Sept Okt Nov Des Okt Nov Des

R-2/TR 3,500VA s.d 5,500VA Rp1.523,43 Rp1.507,05 Rp1.532,78 Rp1.509,38 -1,1 1,7 -1,5

R-3/TR 6,600VA ke atas Rp1.523,43 Rp1.507,05 Rp1.532,78 Rp1.509,38 -1,1 1,7 -1,5

B-2/TR 6600VA s.d 200kVA Rp1.523,43 Rp1.507,05 Rp1.532,78 Rp1.509,38 -1,1 1,7 -1,5

B-3/TM di atas 200kVA Rp1.115,01 Rp1.103,02 Rp1.121,85 Rp1.104,73 -1,1 1,7 -1,5

I-3/TM di atas 200kVA Rp1.115,01 Rp1.103,02 Rp1.121,85 Rp1.104,73 -1,1 1,7 -1,5

I-4/TT 30,000kVA ke atas Rp1.069,85 Rp1.058,35 Rp1.076,42 Rp1.059,99 -1,1 1,7 -1,5

P-1/TR 6,600VA s.d 200kVA Rp1.523,43 Rp1.507,05 Rp1.532,78 Rp1.509,38 -1,1 1,7 -1,5

P-2/TM di atas 200kVA Rp1.115,01 Rp1.103,02 Rp1.121,85 Rp1.104,73 -1,1 1,7 -1,5

P-3/TR Rp1.523,43 Rp1.507,05 Rp1.532,78 Rp1.509,38 -1,1 1,7 -1,5

L/TR,TM,TT Rp1.650,12 Rp1.642,28 Rp1.670,32 Rp1.644,82 -0,5 1,7 -1,5

TarifPerubahan Tarif

(%,mtm)Gol Tarif Batas Daya

Volume (kg) Harga (Rp/Kg) Volume (kg) Harga (Rp/Kg) Volume (kg) Harga (Rp/Kg)

Tuna Mata Besar [BET] (Bigeye Tuna) 26.764 16.071,43 27.018 14.333,33 1.326 17.000,00

Madidihang [YFT] (Yellowfin Tuna) 251.012 14.300,00 269.332 18.857,14 183.449 13.304,44

Cakalang[SKJ] (Skipjack Tuna) 982.627 12.625,00 585.088 12.857,14 423.409 14.812,50

Tongkol Pisang-Balaki [FRI] (Frigate

Tuna;Mackarel Tuna;Frigate Mackarel)360.929 26.250,17 1.076.924 9.125,00 1.173.066 8.136,36

Lemuru (Indonesian Oil) 13.260 7.500,00

Kembung Lelaki (Stiriped Mackerel) 3.672 15.000,00

Lemadang (Common Dolphinfish) 2.060 8.750,00

Layang Bonggol (Slander Scad;Russels

Scad)155.702 16.125,00 77.906 13.000,00 123.244 13.083,33

Tembang (Deep-Body Sardinella) 1.482 8.500,00 5.948 7.500,00

Tembang (Fringesscale Sardinella) 3.222 16.900,00

Tongkol Pisang-Cerutu [BLT] (Bullet Tuna) 2.142 14.000,00 2.972 85.000,00

Gurita (Octopus) 3.434 25.000,00 15.148 24.000,00 47.705 24.000,00

Lencam (Emperors) 859 18.500,00

Lamadang (Common Dolphinfish) 316 10.250,00

Kakap Merah (Red Snapper, North

American, Genuine Red; Pargo Colorado)790 30.000,00

Kakap Merah (Timoriensis Snapper) 772 2.500,00

Cumi-Cumi (Squid, Common Squid) 1.848 19.750,00

Gurita (Sanbird octopus) 5.555 24.000,00

Total 1.787.314 2.076.356 1.965.311

Des-15Okt-15Keterangan

Nov-15

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 35

Hal ini sejalan dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Prov. Sultra

yang menunjukkan adanya penurunan harga pada komoditas ikan cakalang yang mencapai

11,66% jika dibandingkan dengan triwulan III 2015. Penurunan harga ikan disebabkan oleh relatif

lebih kondusifnya kondisi cuaca selama triwulan IV 2015 jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang terlihat dari adanya peningkatan produksi ikan tangkap pada periode laporan

(tabel 3.4). Selain itu, komoditas beras juga mengalami penurunan tekanan inflasi tahunan yakni

dari 20,07% (yoy) menjadi 12,09% (yoy).

Di sisi lain, perkembangan komponen inflasi inti (core inflation) di Sulawesi Tenggara juga

mengalami penurunan. Salah satu komoditas inti yang mendorong penurunan adalah emas.

Berdasarkan hasil SPH diketahui bahwa harga emas 22 karat turun dari Rp420.000,-/gram menjadi

Rp400.000,-/ gram, sedangkan untuk harga emas 24 karat turun dari Rp520.000,-/gram menjadi

Rp500.000,-/ gram. Penurunan harga komoditas tersebut diduga disebabkan oleh adanya

penguatan kurs rupiah terhadap dollar.

3.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI

Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan Bank Indonesia selama

triwulan IV 2015 difokuskan untuk meningkatkan koordinasi pemantauan harga berbagai

komoditas di pasar, ketersediaan stok dan juga kelancaran aliran distribusi mengantisipasi adanya

Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Selain itu juga dilakukan penguatan kelembangaan TPID

Kabupaten/Kota. Secara ringkas langkah-langkah pengendalian inflasi yang ditempuh adalah

sebagai berikut:

1. High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi

Tenggara.

Dalam rangka melakukan evaluasi program kerja pengendalian inflasi daerah di tahun 2015

dan penyusunan mekanisme kerjasama antar daerah di Sulawesi Tenggara, pada tanggal 15

hingga 16 Oktober 2015, Sekretaris daerah sekaligus Ketua TPID Prov. Sultra, Dr. H. Lukman

Abunawas SH, Msi memimpin High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

Provinsi Sultra dan diputuskan beberapa rekomendasi strategis sebagai berikut:

a. Untuk dapat meminimalkan keluarnya komoditas beras dari Sultra perlu dilakukan

beberapa upaya:

i. Membangun penggilingan padi berkualitas bagus dengan

mempertimbangkan skala prioritas daerah mana saja yang perlu dibuatkan

mesin penggilingan.

ii. Mengadakan mesin panen di lokasi yang selama ini menjadi sentra penghasil

beras.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 36

iii. Mendorong pelaksanaan sistem resi gudang untuk beras sekaligus

membangun gudang dengan kapasitas yang optimal.

iv. Pencatatan stok dan aliran keluar masuk untuk komoditas beras, baik melalui

jalur darat maupun laut.

b. Pembuatan demplot bawang merah di beberapa lokasi di Sulawesi Tenggara yang saat

ini menjadi sentra penghasil bawang merah.

c. Salah satu faktor penyebab tingginya inflasi di Sulawesi Tenggara adalah kurangnya

interkoneksi antar wilayah yang mengalami surplus komoditas dengan daerah yang

mengalami defisit.

d. Sebagai salah satu upaya dalam pengendalian inflasi daerah, kerjasama perdagangan

antar daerah wajib dilakukan untuk dapat saling membantu memenuhi kebutuhan di

masing-masing daerah. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut setiap daerah wajib

menyusun data pemenuhan dan kebutuhan komoditas strategis sebagai bahan

penyusunan mekanisme kerjasama perdagangan antar daerah.

e. Untuk mendukung kegiatan TPID, setiap TPID Kabupaten/Kota diharapkan

mengalokasikan anggaran untuk kegiatan TPID pada tahun 2016.

f. Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan koordinasi pengendalian inflasi di

Provinsi Sulawesi Tenggara, diharapkan setiap TPID Kabupaten/Kota menyampaikan

laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan masing masing ke Sekretariat Daerah Provinsi

Sulawesi Tenggara.

g. Bagi daerah yang belum membentuk TPID, diminta untuk segera membentuk TPID di

masing-masing daerahnya dan melaporkannya kepada TPID Provinsi Sulawesi

Tenggara sebelum akhir tahun 2015.

2. Sidak di Pasar Tradisonal dan Modern.

TPID juga menuju beberapa pasar di Kota Kendari untuk memantau secara langsung

perkembangan pergerakan harga serta ketersediaan bahan kebutuhan pokok menjelang

Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Kegiatan sidak diawali dari Pasar Basah Mandonga dan

pasar Andounohu yang merupakan pasar tradisional yang banyak dikunjungi masyarakat.

Pedagang beras, telur, daging ayam dan sapi serta bumbu-bumbuan merupakan sasaran

sidak tersebut. Dari kegiatan itu diketahui beberapa harga bumbu-bumbuan seperti cabai

rawit dan bawang merah mulai mengalami peningkatan harga seiring dengan naiknya

permintaan menjelang memasuki Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Meskipun demikian,

kenaikan harga yang terjadi masih dalam tingkatan yang wajar. Sedangkan untuk pasar

modern, TPID Prov Sultra mengunjungi Swalayan Sanya. Harga pada pasar modern masih

berada pada level yang stabil.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 37

3. Penguatan Kelembagaan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Buton

Selatan

Dalam rangka melakukan penguatan kelambagaan TPID, pemerintah daerah Kabupaten Buton

Selatan pada tanggal 4 Desember 2015 membentuk TPID Kabupaten Buton Selatan. Dengan

pembentukan tersebut, hingga akhir tahun 2015 telah terbentuk 15 TPID, yaitu 1 TPID Provinsi

dan 14 TPID Kabupaten/Kota. Masih terdapat 3 kabupaten yang belum membentuk TPID yakni

Kabupaten Konawe Kepulauan, Kabupaten Buton Tengah dan Kabupaten Muna Barat.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 38

BOKS 2

KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI UTAMA

Laju inflasi tahunan Sulawesi Tenggara tahun 2015 jauh mengalami penurunan dibanding dengan

tahun 2014, yakni dari 8,45% (yoy) di tahun 2014 menjadi 2,27% (yoy) di tahun 2015. Meskipun

penurunan tersebut dipengaruhi oleh turunnya inflasi administered price, namun fokus pengendalian

inflasi tetap perlu diarahkan pada komoditas pangan strategis. Selama tahun 2015 terdapat 10

komoditas yang menjadi penyumbang inflasi bulanan terbesar.

Ikan Tangkap

Komoditas yang paling sering masuk sebagai top-5 penyumbang inflasi adalah ikan cakalang.

Bahkan komoditas ini pada bulan Juni dan Desember merupakan sumber utama peningkatan inflasi.

Selain cakalang, ikan layang dan ikan kembung juga merupakan sumber utama inflasi di Sulawesi

Tenggara.

Grafik Harga Ikan Cakalang di Kota Kendari Grafik Harga Ikan Kembung di Kota Kendari

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0,00% 1,00% 2,00% 3,00% 4,00% 5,00%

Bobot dalam Nilai Konsumsi

Frek

uen

si s

ebag

ai

Top

5 P

enyu

mb

ang

Infl

asi B

ula

nan

Beras

Angkutan Udara

Bahan Bakar RT

Cakalang

Bayam

Cabai Rawit

Tomat Sayur

Layang

Kembung

Terong

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

20

13

-1

20

13

-2

20

13

-4

20

13

-5

20

13

-7

20

13

-9

20

13

-10

20

13

-12

20

14

-1

20

14

-3

20

14

-5

20

14

-6

20

14

-8

20

14

-9

20

14

-11

20

15

-1

20

15

-2

20

15

-4

20

15

-6

20

15

-7

20

15

-9

20

15

-10

20

15

-12

Rp/kg

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

20

13

-1

20

13

-2

20

13

-4

20

13

-5

20

13

-7

20

13

-9

20

13

-10

20

13

-12

20

14

-1

20

14

-3

20

14

-5

20

14

-6

20

14

-8

20

14

-9

20

14

-11

20

15

-1

20

15

-2

20

15

-4

20

15

-6

20

15

-7

20

15

-9

20

15

-10

20

15

-12

Rp/kg

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 39

Harga ikan cakalang dan ikan kembung di Kota Kendari terus menunjukkan tren yang meningkat.

Inflasi ikan tangkap tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor musim, cuaca dan tinggi gelombang

laut. Dengan demikian, diperlukan adanya sistem logistik perikanan untuk menjaga tingkat

ketersediaan dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat.

Beras

Karena komoditas ini memiliki bobot yang tinggi yaitu sebesar 4,74% dalam keranjang konsumsi

masyarakat Sulawesi Tenggara, maka perubahan harga beras akan sangat berpengaruh pada

dinamika inflasi di Sultra. Selama tahun 2015, komoditas beras menjadi sumber inflasi terbesar pada

bulan Februari, Maret dan September. Kondisi tersebut sejalan dengan terbatasnya pasokan beras

dari hasil produksi sendiri. Harga beras di Kota Kendari menunjukkan pergerakan yang relatif

berfluktuatif sepanjang tahun 2015 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini

diperkirakan terjadi karena adanya pergeseran masa tanam padi dan adanya kendala produksi

karena masa kemarau yang lebih panjang.

Grafik Luas Panen Padi Sultra 2015 Grafik Harga Beras di Kota Kendari

Ke depan, perlu suatu upaya untuk dapat lebih menstabilkan harga beras di Sultra melalui berbagai

program, beberapa diantaranya adalah perbaikan irigasi primer, sekunder, dan tersier untuk

meningkatkan produktifitas tanaman beras, pemanfaatan resi gudang untuk meningkatkan stok

beras dan membangun fasilitas pasca panen di sentra-sentra pertanian Sultra.

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

Luas

Pan

en P

adi S

awah

(h

a)

2015

5000

5500

6000

6500

7000

7500

8000

8500

9000

9500

10000

20

13

-1

20

13

-2

20

13

-3

20

13

-5

20

13

-6

20

13

-7

20

13

-9

20

13

-10

20

13

-12

20

14

-1

20

14

-2

20

14

-4

20

14

-5

20

14

-7

20

14

-8

20

14

-9

20

14

-11

20

14

-12

20

15

-1

20

15

-3

20

15

-4

20

15

-6

20

15

-7

20

15

-8

20

15

-10

20

15

-11

20

15

-12

Rp/kg

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 40

BOKS 3

SISTEM LOGISTIK SULAWESI TENGGARA MELALUI TRANSPORTASI LAUT

Masih minimnya produksi hortikultura dan industri di Sulawesi Tenggara yang memenuhi kebutuhan

rumah tangga mengharuskan beberapa komoditas harus didatangkan dari luar daerah. Hal ini

menyebabkan ada disparitas harga karena ada komponen biaya transportasi yang turut menjadi

beban konsumen.

Sumber: hargapangan.id

Grafik Disparitas Harga Antar Daerah Beberapa Komoditas

Dari grafik disparitas harga di atas, terlihat bahwa ada perbedaan harga di daerah yang memiliki

industri atau sebagai produsen dengan harga yang ada di daerah konsumen. Adanya pengaruh biaya

transportasi yang linier dengan jarak pengiriman terlihat pada komoditas minyak goreng dan tepung

terigu. Namun jika melihat kondisi yang terjadi pada komoditas bawang putih terdapat anomali yang

terjadi. Sebagai contoh harga bawang putih di Sulawesi Tenggara mencapai Rp31.000/kg, lebih

tinggi daripada harga di Gorontalo. Padahal jarak antara Sulawesi Selatan ke Sulawesi Tenggara

lebih dekat dibandingkan dengan jarak antara Sulawesi Selatan ke Gorontalo. Anomali tersebut

menunjukkan bahwa terdapat masalah dengan jalur logistik sehingga akan berdampak pada harga

yang lebih tinggi.

Dalam kerangka aliran perdagangan, Sulawesi Tenggara selama ini terhubung dengan provinsi

lainnya melalui jalur darat dan laut. Secara umum jalur masuk komoditas pangan yang didatangkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 41

dari luar Sultra adalah melalui Kendari, Kolaka dan Baubau dengan menggunakan kapal laut.

Provinsi yang memiliki keterkaitan erat dalam pasokan barang adalah Sulawesi Selatan, Jawa Timur

dan NTB.

Grafik Jalur Masuk Komoditas ke Sultra

Pelabuhan Laut di Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara tidak memiliki pelabuhan utama sehingga tidak ada kegiatan transportasi laut

internasional. Saat ini Sultra memiliki 36 pelabuhan dan 8 diantaranya adalah pelabuhan

pengumpul.

Konawe

Kolaka Utara

Kolaka

Bombana

Komoditas Asal Jumlah(% dari total barang yang dijual)

Beras MakasarSidrapBone

11,3% (Kdi)16,5% (Kdi)7,6% (Kdi), 98,4% (Bau)

Bawang Merah

EnrekangMakasarBima

75,1% (Kdi)24,9% (Kdi), 11,1% (Bau)88,9% (Bau)

Cabai Merah

Makasar 25,7% (Bau), 3,3% (Kdi)

Gula Pasir

MakasarSurabaya

41,2% (Kdi), 28,4% (Bau)36,2% (Kdi), 62,7% (Bau)

Telor Ayam

SidrapSurabaya

70% (Kdi)70% (Bau)

Komoditas Pangan Strategis Dari Provinsi Lain

KOLAKA

Ke Sulawesi Selatan via darat

Ke Sulawesi Selatan via kapal ferry

Ke Sulawesi Selatan, Jawa Timur, NTBVia kapal

KENDARI

BAUBAU

Pusat Ekonomi

Jalur Transportasi Utama

Ke Sulawesi Selatan &Jawa Timur via kapal kargo

(hasil penelitian Perdagangan Antar Wilayah)

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KP. 414 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)

1. Pelabuhan Kendari2. Pelabuhan Bungkutoko3. Pelabuhan Baubau4. Pelabuhan Raha5. Pelabuhan Kolaka6. Pelabuhan Pomala7. Pelabuhan Wanci8. Pelabuhan Watunohu

PELABUHAN PENGUMPUL

Total Pelabuhan: 67 pelabuhanPelabuhan Pengumpul : 8Pelabuhan Regional : 7Pelabuhan Lokal : 52

Di Sulawesi Tenggara terdapat 1 KSOP dan 5 UPP yaitu :1. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)

Kendari2. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Baubau3. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Raha4. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kolaka5. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Pomalaa6. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Langara

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 42

Gambaran Sistem Logistik Melalui Laut

Jarak menjadi faktor utama pada biaya pengiriman di wilayah Sulawesi dan Maluku Papua

dipengaruhi juga oleh faktor lainnya seperti frekuensi kapal dan kapasitas pelabuhan. Menurut riset

yang telah dilakukan oleh Bank Dunia pada tahun 2012, komponen biaya pengiriman terdiri dari

biaya transportasi (12%), biaya inventaris (10%) dan biaya administrasi (5%). Jika dirinci lebih lanjut,

biaya pengiriman barang sebagian besar berasal dari biaya operasional kapal, biaya penanganan di

pelabuhan, frekuensi kapal/rit, kapasitas kapal yang membawa dan kinerja pelabuhan.

Sumber: Perusahaan Penyedia Jasa Pengiriman Barang di Surabaya (Tarif tahun 2014)

Untuk rata-rata biaya operasional kapal dari Surabaya ke Balinusra cenderung lebih tinggi dibanding

pengiriman ke wilayah lainnya. Sementara rata-rata penambahan harga barang (misalnya pada

komoditas Beras) untuk KTI adalah Rp691/kg, dengan penambahan terendah di Makasar Rp420/kg

dan paling tinggi di Biak Rp995/kg. Untuk pengiriman barang ke Sulawesi Tenggara terutama ke

Kendari, biaya pengiriman masih berada pada kondisi yang wajar searah dengan jaraknya. Namun

untuk pengiriman ke Baubau yang relatif lebih dekat secara jarak, biaya pengirimannya lebih mahal

daripada ke Kendari.

Selain dipengaruhi oleh jarak, faktor efisiensi pengiriman barang juga menjadi determinan biaya

pengiriman melalui laut. Berdasarkan rasio bongkar/muat di pelabuhan utama di Sulawesi Tenggara

memiliki rasio sebesar 1,56. Dengan kata lain setiap kapal yang datang ke Sultra dengan membawa

muatan sebesar 1.560 ton, maka kapal tersebut akan memuat barang lainnya dari Sultra hanya

sebanyak 1.000 ton atau hanya memuat balik sebesar 64% saja. Meskipun demikian, kondisi

tersebut sudah relatif baik jika dibandingkan dengan provinsi lainnya yang ada di Kawasan Timur

8.58

21.45

0

1000

2000

3000

4000

5000

-

5

10

15

20

25

30

Ben

oa

Lom

bo

kK

up

ang

Mau

me

reM

akas

sar

Pal

uK

end

ari

Go

ron

talo

Tolit

oli

Bau

bau

Man

ado

Luw

uk

Am

bo

nTe

rnat

eSo

ron

gM

ano

kwar

Jaya

pu

raN

abir

eTu

alK

aim

ana

Fakf

akTi

mik

aM

erau

keB

iak

Bal

ikp

apan

Ban

jarm

asin

P.r

aya

Sam

arin

da

Sam

pit

Pan

g. B

un

Bat

ulic

inP

on

tian

akN

un

uka

nB

erau

Bat

amP

adan

gP

ekan

bar

u

Sin

gap

ore

Ch

ina

Rp Juta

Handling Tujuan

Handling Asal

Ocean Frieght

Jarak (sb.kanan)

km

Ocean Freight: biaya angkutan kapalHandling Asal: Trucking Pick Up +THC/LOLO AsalHandling Tujuan: THC/LOLO Tujuan + Trucking DeliveryTHC: Terminal Handling Cost; LOLO: Lift On Lift Off

BALINUSTRA SULAWESI MALUKU PAPUA

Biaya Pengiriman 1 Kontainer 20’ (1 TEU) dari Surabaya

KALIMANTAN SUMATERA

19.6 20.4

7.1 8.1

-

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

LN

R2 = 84,75% (KTI)(korelasi antara biaya angkut lautdengan jarak)

R2 = 59,17% R2 = 53,8% R2 = 52,7% R2 = 44,9% R2 = 69%

Rp12.000/km

1000 Rp/km

Rp6.500/km Rp5.000/km Rp10.700/km Rp6.000/km

Rp6.700/km

24 ton beras1

TEU Sumber: PT Kunci Inti Trasindo, 2014

(diolah)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 43

Indonesia. Rasio yang mendekati 1 akan menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi sehingga akan

mempengaruhi biaya pengiriman per satuan produk.

Pembangunan Infrastruktur Logistik dan Tol Laut

Dalam upaya peningkatan logistik, terutama melalui laut, pemerintah membangun pelabuhan

Bungkutoko (dana APBN) dan Kendari New Port (dana Pelindo IV) di Kendari. Selain itu, perbaikan

Dermaga pelabuhan Baubau juga akan meningkatkan lalu lintas barang ke Baubau dan sekitarnya.

Di samping itu, program pemerintahan Jokowi-JK yang mulai mengimplementasikan tol laut

diharapkan dapat meningkatkan pasokan pangan ke Sulawesi Tenggara. Adapun daerah yang

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Ras

ioB

on

gkar

Mu

at

Rata-rata Ukuran Kapal yang berlabuh

PapbarJATIM

Papua

SULSEL

NTB

Maluku

NTT

Bali

Gto

Sulteng

Sultra

Malut

Sulut

Rata-Rata KTI1977 GT/ kapal

GT

Kapal lebih banyakkosong saat pergi dari

pelabuhan

Rasio bongkarmuat = 1Biaya lebihefisien

Kapasitas Kapal dan Efisiensi Pengiriman Barang di Pelabuhan Utama ProvBerdasarkan Statistik Perhubungan Laut 2014 (Dephub)

PELABUHAN BUNGKUTOKO (menunggu peresmian) Kendari New Port ini memiliki luas total 106 ha untuk

peti kemas dan fasilitas terminal penumpang.Dibangun untuk menggantikan Pelabuhan Kendari danmengantisipasi rendahnya clearance jembatanBahteramas yang akan dibangun 2016. Untuk tahap Iakan dibangun seluas 16 ha.

Merupakan Pelabuhan Petikemas seluas 5 ha. Pembangunan sejak 2009 dengan biaya sebesar Rp480 miliar. Dibangun untuk mengimbangi tingginya frekuensi kedatangan kapal, terutama kapal barang/kargo di Pelabuhan Kendari

KENDARI NEW PORT Rp1 triliunRp480 M

PELABUHAN BAUBAU

Perbaikan dermaga yang ambruk pada bulan November 2014 sepanjang 35 meter. Pembangunan dan pembenahan pelabuhan telah mencapai 90% dan dapat digunakan pada triwulan I 2016

Rp125 M

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 44

disinggahi oleh Tol Laut adalah pelabuhan Wanci di Kabupaten Wakatobi dan termasuk ke dalam

trayek 1.

Peta Jalur Tol laut

Tabel Pengiriman Barang Melalui Tol Laut

Trayek Dry Container Reefer Container General Cargo

Tg.Perak - Wanci Rp3.501.000 Rp5.251.500 Rp288.000

Wanci - Namlea Rp2.424.000 Rp3.636.000 Rp239.000

Wanci - Fakfak Rp3.291.000 Rp4.936.500 Rp278.000

Wanci - Kaimana Rp3.746.000 Rp5.619.000 Rp299.000

Wanci - Timika Rp4.229.000 Rp6.343.500 Rp321.000

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 45

Sistem Keuangan dan

Pengembangan Akses

Keuangan

Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan IV 2015 mengalami peningkatan. Hal ini

terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan baik di sisi penghimpunan dana maupun kredit

yang disalurkan kepada masyarakat serta peningkatan ketahanan perbankan yang merupakan

cerminan dari kondisi risiko kredit yang membaik. Adapun untuk risiko kredit pada periode

laporan masih berada dalam level yang aman.

Bab 4

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

46

4.1 KONDISI UMUM PERBANKAN1

Secara umum, perkembangan sistem keuangan terutama kinerja perbankan di Sulawesi

Tenggara mengalami peningkatan seiring dengan adanya pertumbuhan laju perekonomian

Sulawesi Tenggara pada Triwulan IV 2015. Hal ini terlihat dari peningkatan pertumbuhan

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), kredit dan juga perbaikan risiko penyaluran kredit kepada

masyarakat.

4.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Dari sisi kelembagaan, pada triwulan IV 2015, jumlah bank umum di Sulawesi Tenggara tidak

mengalami perubahan dari triwulan sebelumnya yaitu sebanyak 25 bank. Begitu pula dengan

jumlah BPR juga tercatat masih tetap sama seperti periode sebelumnya yaitu sebanyak 17 BPR

(Tabel 4.1).

Tabel 4.1.Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR

Jumlah kantor termasuk KP, Kanwil, KC, KCP, BRI Unit, dan KK Sumber: LBU & LBBPR

4.1.2 Aset Perbankan

Tabel 4.2.Aset Perbankan Sulawesi Tenggara

Sumber: LBU & LBBPR

Total aset perbankan di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan tercatat hanya tumbuh sebesar 15,1% (yoy)

atau menjadi Rp20,6 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh

sebesar 19,5%-yoy (Tabel 4.2). Penurunan pertumbuhan aset tersebut terjadi pada bank umum

pemerintah, bank swasta nasional. Bahkan pertumbuhan aset bank swasta nasional mengalami

kontraksi (-4,3%-yoy) pada triwulan IV 2015. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan

1 Asesmen perkembangan perbankan di Sulawesi Tenggara di bab ini menggunakan data lokasi bank untuk kredit/pembiayaan yang disalurkan dan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun.

I II III IV I II III IV

Bank Umum 21 23 25 25 25 25 25 25 25 25

Konvensional 18 18 19 19 19 19 19 19 19 19

UUS 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Syariah 3 5 6 6 6 6 6 6 6 6

Jumlah Kantor Bank Umum 147 190 199 224 224 237 236 236 236 236

BPR 12 12 12 12 12 17 17 17 17 17

Jumlah Kantor 18 18 18 18 18 25 25 25 25 25

KATEGORI 2012 20132014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Total Aset 9,2 14,7 4,8 6,2 10,8 13,3 19,5 15,1 17.960 19.242 18.761 17.930 19.902 21.796 22.423 20.632

Bank Umum 9,1 14,5 4,6 5,8 10,5 12,9 19,3 14,8 17.827 19.100 18.598 17.743 19.702 21.562 22.182 20.371

Bank Pemerintah 7,6 16,6 5,7 6,2 12,8 14,3 23,5 20,3 13.862 15.136 14.736 13.811 15.634 17.303 18.197 16.609

Bank Swasta Nasional 14,6 7,4 0,5 4,7 2,6 7,5 3,2 -4,3 3.965 3.964 3.862 3.932 4.068 4.259 3.985 3.762

BPR 28,0 36,0 45,8 64,7 50,9 64,4 47,6 39,5 132,7 142,2 163,0 187,0 200,3 233,8 240,5 260,9

2014 2014KATEGORI

Pertumbuhan (%, yoy)

2015 2015

Nominal Aset (Rp miliar)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

47

dana pihak ketiga, khususnya pada simpanan giro. Hal ini terjadi karena pencairan dana giro

pemerintah daerah di akhir tahun 2015 untuk berbagai pembelanjaan dan pembayaran proyek.

Secara umum berdasarkan pangsanya, bank pemerintah masih mendominasi industri perbankan

di Sulawesi Tenggara dengan porsi aset mencapai 80,5%, sedangkan total bank swasta nasional

mencapai 18,2% dari total aset perbankan di Sulawesi Tenggara. Adapun porsi BPR masih sangat

kecil yaitu hanya sebesar 1,3%.

4.1.3 Intermediasi Perbankan

Tabel 4.3.Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum

Sumber: LBU

Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank umum pada triwulan IV 2015

mengalami peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, dari 19,6%

(yoy) di triwulan III menjadi 26,5% (yoy) di triwulan IV. Peningkatan kinerja tersebut terjadi di

seluruh komponen DPK. Pada periode laporan pertumbuhan giro mencapai 26,5% (yoy), tabungan

tumbuh sebesar 32,3% (yoy) dan untuk deposito mengalami pertumbuhan sebesar 20,7% (yoy).

Meskipun demikian, secara nominal jumlah dana yang berhasil dihimpun tersebut mengalami

penurunan dari Rp14,9 triliun di triwulan III menjadi Rp14,5 triliun.

Penyaluran Kredit/ Pembiayaan

Dari sisi penyaluran kredit, secara keseluruhan penyaluran kredit oleh bank umum juga mengalami

pertumbuhan yang lebih tinggi. Pada triwulan IV 2015, kredit perbankan tumbuh sebesar 13,4%

(yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,5%

(yoy). Secara nominal, kredit perbankan yang disalurkan sampai dengan triwulan IV 2015 mencapai

Rp16,1 triliun.

Peningkatan penyaluran kredit tersebut lebih didorong adanya perbaikan pada penyaluran kredit

konsumsi yang mendominasi kredit di Sulawesi Tenggara. Pangsa kredit konsumsi mencapai

62,2% dari total penyaluran kredit pada triwulan IV 2015. Pada periode laporan, kredit konsumsi

mengalami pertumbuhan sebesar 16,7% (yoy) setelah pada periode sebelumnya hanya tumbuh

sebesar 15,4% (yoy). Sedangkan untuk kredit investasi pada periode laporan tercatat sebesar Rp1,8

triliun atau tumbuh sebesar 7,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

DPK Bank Umum 8,8 12,1 10,3 4,1 9,6 12,5 19,6 26,5 11.502 12.166 12.440 11.476 12.597 13.675 14.883 14.517

Giro 8,7 12,1 10,2 4,0 9,5 12,4 19,6 26,5 3.223 3.807 3.670 2.138 3.475 4.169 4.548 2.829

Tabungan 2,3 15,6 2,7 -5,5 7,8 9,5 23,9 32,3 6.002 5.971 6.084 6.733 5.887 5.923 6.619 8.129

Deposito 6,5 3,6 2,8 -2,9 -1,9 -0,8 8,8 20,7 2.277 2.387 2.685 2.604 3.235 3.583 3.716 3.558

Kredit Bank Umum 17,6 13,6 11,0 9,4 10,4 11,3 12,5 13,4 13.089 13.633 13.910 14.186 14.444 15.174 15.644 16.092

Modal Kerja 7,9 10,5 8,7 7,3 4,9 10,6 10,1 9,1 3.782 3.858 3.918 3.932 3.967 4.266 4.313 4.288

Investasi 44,0 -2,0 -7,7 -11,4 -1,8 3,3 3,0 7,2 1.720 1.647 1.643 1.671 1.689 1.701 1.692 1.791

Konsumsi 18,0 19,1 16,8 15,8 15,8 13,3 15,4 16,7 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787 9.206 9.639 10.013

LDR 113,8 112,1 111,8 123,6 114,7 111,0 105,1 110,9

NPLs Gross 2,14 2,49 2,59 2,36 2,88 3,06 2,95 2,45

KATEGORI 2014 2014 2015

Nominal (Rp miliar)Pertumbuhan (%, yoy)

2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

48

yang tercatat hanya tumbuh sebesar 3,0% (yoy). Sementara itu, kredit modal kerja pada periode

laporan tercatat melambat daripada triwulan sebelumnya sehingga menahan percepatan

pertumbuhan kinerja kredit perbankan di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan IV 2015 kredit modal

kerja mengalami pertumbuhan sebesar 9,1% (yoy) setelah pada periode sebelumnya tumbuh

mencapai 10,1% (yoy).

LDR dan NPL

Kondisi intermediasi perbankan yang diindikasikan dengan indikator Loan to Deposit Ratio (LDR)

masih berada pada tren yang meningkat. Pada triwulan IV 2015 LDR bank umum di Sulawesi

Tenggara mencapai 110,9%, lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 105,1%.

Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan pada penyaluran kredit lebih besar dari laju pertumbuhan

penghimpunan dana masyarakat.

Peningkatan kredit perbankan juga diiringi dengan perbaikan risiko kredit yang tercermin dari

indikator Non Performance Loans (NPLs) Gross dari 2,95% pada triwulan III 2015 menjadi 2,45%

pada periode laporan seiring dengan terjadinya penurunan nominal NPL sebesar 67,1 miliar selama

triwulan IV 2015.

4.1.4 Bank Syariah

Berbeda halnya yang terjadi pada perbankan umum di Sulawesi Tenggara, aset perbankan syariah

pada triwulan IV 2015 mengalami akselerasi. Aset perbankan syariah tumbuh sebesar 5,0% (yoy)

atau sebesar Rp947 miliar pada periode laporan, setelah pada periode sebelumnya mengalami

kontraksi sebesar 1,0% (yoy). Dengan adanya akselerasi pertumbuhan tersebut, pangsa aset

perbankan syariah meningkat dari 4,1% menjadi 4,7% dari total aset perbankan di Sulawesi

Tenggara. Peningkatan tersebut juga dipengaruhi oleh peningkatan kinerja penghimpunan DPK

yang pada periode laporan yang mampu tumbuh sebesar 3,5% (yoy) setelah pada periode

sebelumnya hanya mampu tumbuh sebesar 1,2% (yoy).

Tabel 4.4.Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah

Sumber: LBU

Kondisi berbeda terjadi pada kinerja penyaluran pembiayaan. Pada periode laporan, penyaluran

pembiayaan perbankan syariah Sulawesi Tenggara masih mengalami kontraksi. Pada triwulan III

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Aset Bank Syariah 14,2 -8,3 -25,9 -6,8 -20,8 16,5 -1,0 5,0 1.224 1.003 925 903 969 1.169 916 947

%Aset thd Total Aset Bank 6,9 5,3 5,0 5,1 4,9 5,4 4,1 4,7

DPK 35,3 14,6 11,8 0,8 -12,1 3,5 1,2 3,5 639 533 568 602 561 551 575 623

Giro -19,1 -10,9 40,8 22,3 24,6 23,2 2,2 -2,8 30,1 28,9 42,1 42,9 37,5 35,6 43,0 41,7

Tabungan 13,0 5,0 5,5 -1,5 -2,1 1,9 5,0 2,5 312,6 291,1 311,1 351,7 306,2 296,6 326,7 360,5

Deposito 87,4 37,1 17,1 1,1 -26,5 3,0 -4,5 6,5 295,8 212,5 215,4 207,6 217,3 218,9 205,6 221,1

Pembiayaan 45,6 34,0 29,2 18,4 10,8 4,6 -1,6 -4,7 755 811 846 853 837 849 833 813

FDR 61,7 80,9 91,5 94,5 86,4 72,6 90,9 85,8

NPF Gross 3,08 3,72 3,83 4,80 5,00 5,37 6,17 5,54

KOMPONEN 2014 2014 2015

Nominal (Rp miliar)

2015

Pertumbuhan (%, yoy)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

49

2015 pembiayaan bank syariah dapat terkontraksi sebesar 1,6% (yoy), namun pada periode

laporan mengalami kontraksi lebih dalam yaitu sebesar 4,7% (yoy). Hal ini menyebabkan rasio

Finance deposit ratio (FDR) mengalami penurunan dari 90,9% menjadi 85,8% di triwulan IV 2015.

Di sisi lain, risiko pembiayaan di bank syariah mengalami perbaikan dari 6,17% di triwulan III

menjadi sebesar 5,54% di triwulan IV. Meskipun demikian, kondisi tersebut masih di atas level

aman yang telah ditetapkan sehingga perlu mendapat perhatian dari pihak terkait.

4.1.5 Bank Perkreditan Rakyat

Di triwulan IV 2015, kinerja BPR (termasuk BPR Syariah) tetap tumbuh tinggi namun mengalami

tren yang melambat. Aset BPR tumbuh sebesar 39,5% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya

sehingga secara nominal asetnya mencapai Rp260,9 miliar. Selain itu, penyaluran kredit juga

tumbuh melambat yaitu sebesar 29,4% (yoy) dengan nominal kredit sebesar Rp175,6 miliar.

Sementara itu, penghimpunan DPK tumbuh sebesar 30,9% (yoy) atau tercatat sebesar Rp122,9

miliar, meningkat dibandingkan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,2% (yoy). Kondisi tersebut

menyebabkan tingkat intermediasi BPR mengalami penurunan dengan perbaikan tingkat risiko

kredit pada periode laporan.

Tabel 4.5.Perkembangan Indikator BPR

Sumber: LBBPR

4.2 STABILITAS SISTEM KEUANGAN

4.2.1 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi2

Di triwulan IV 2015, penyaluran kredit korporasi masih didominasi oleh kredit usaha kategori

perdagangan. Kredit korporasi (di luar kredit konsumsi) pada triwulan IV 2015 mencapai Rp6,01

triliun, dengan pangsa terbesar adalah kategori perdagangan yaitu sebesar 69,5%. Adapun porsi

kredit untuk kategori pertanian, pertambangan dan industri pengolahan masih relatif kecil yaitu

masing-masing sebesar 3,3%, 0,8% dan 3,1%. Rendahnya penyaluran kredit dari perbankan

Sulawesi Tenggara ke kategori utama tersebut menunjukkan peran perbankan pada kategori

utama masih memiliki ruang untuk ditingkatkan.

2 Asesmen Ketahanan Sektor Keuangan sisi Korporasi menggunakan pendekatan kredit kepada korporasi dilihat secara sektoral untuk kredit investasi dan kredit modal kerja.

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Aset BPR 28,0 36,0 45,8 64,7 50,9 64,4 47,6 39,5 132,7 142,2 163,0 187,0 200,3 233,8 240,5 260,9

DPK 27,3 19,1 22,3 19,9 18,8 35,4 20,2 30,9 77,9 77,1 85,2 93,9 92,5 104,4 102,4 122,9

Kredit 25,6 29,7 41,4 40,0 42,9 47,5 34,6 29,4 105,8 115,2 129,9 135,7 151,2 170,0 174,8 175,6

FDR 79,8 81,0 79,7 72,6 75,5 72,7 72,7 67,3

NPLs Gross 11,30 10,10 9,80 8,30 10,42 9,44 10,21 7,95

KOMPONEN 2014 2014 2015

Nominal (Rp miliar)

2015

Pertumbuhan (%, yoy)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

50

Pada periode laporan, percepatan kinerja kredit dipicu oleh pertumbuhan kinerja kredit di kategori

perdagangan yang tumbuh sebesar 9,1% (yoy) pada triwulan IV 2015 setelah sebelumnya hanya

tumbuh sebesar 8,2% (yoy) pada triwulan III. Percepatan pertumbuhan kredit kategori

perdagangan juga diikuti oleh perbaikan ketahanan penyaluran kredit pada kategori tersebut. Pada

triwulan IV 2015, NPL kategori perdagangan tercatat sebesar 4,5% setelah pada periode

sebelumnya tercatat sebesar 5,4%.

Hal senada juga terjadi pada kategori pertanian. Sejalan dengan akselerasi yang terjadi pada

kategori tersebut, laju pertumbuhan penyaluran kredit kategori pertanian juga mengalami

akselerasi dari 38,2% (yoy) di triwulan III menjadi 57,2% (yoy) di triwulan IV 2015. Sementara

untuk ketahanan penyaluran kredit juga mengalami perbaikan dari 4,7% di periode sebelumnya

menjadi 3,3% di periode laporan.

Selain itu, kinerja penyaluran kredit industri pengolahan juga mengalami peningkatan. Hal tersebut

terlihat dari pertumbuhan penyaluran kredit kategori industri pengolahan yang meningkat dari

semula mengalami kontraksi 0,2% (yoy) menjadi 5,4% (yoy) pada periode laporan. Peningkatan

kinerja penyaluran kredit tersebut juga diikuti oleh perbaikan ketahanan pada kategori tersebut

yang tercermin dari rasio NPL kategori industri pengolahan yang turun dari 8,5% menjadi 4,9%

pada triwulan IV 2015.

Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra

Grafik 4.1.Pertumbuhan Kredit Kategori Utama Grafik 4.2.NPL Kredit Kategori Utama

Selain itu, terdapat kategori utama Sulawesi Tenggara yang mengalami tekanan risiko kredit pada

triwulan IV 2015 dibanding dengan triwulan sebelumnnya, tercermin dari peningkatan NPL.

Kategori utama yang mengalami peningkatan tekanan yaitu kategori konstruksi dengan kenaikan

NPL dari 6,1% pada triwulan III menjadi 6,7% pada triwulan IV. Di sisi lain, NPL pada kategori

pertambangan dan kategori industri pengolahan mengalami perbaikan yang masing-masing

tercatat sebesar 10,6% menjadi 5,% untuk pertambangan dan 8,5% menjadi 4,9% untuk industri

pengolahan.

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan

Konstruksi Perdagangan

0

5

10

15

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan

Konstruksi Perdagangan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

51

4.2.2 Ketahanan Sektor rumah tangga3

Pada triwulan IV 2015, pertumbuhan kredit sektor rumah tangga yang dicerminkan oleh kredit

konsumsi mengalami peningkatan dibandingkan periode laporan sebelumnya. Pada periode

laporan, kredit sektor rumah tangga tumbuh sebesar 16,7% (yoy), meningkat dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tercatat hanya tumbuh sebesar 15,4% (yoy). Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi masyarakat. Hal ini juga tercermin dari peningkatan Indeks

Pengeluaran saat ini dibandingkan dengan 3 bulan yang lalu berdasarkan Survei Konsumen yang

dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara. Indeks Pengeluaran meningkat dari 172 pada

triwulan III 2015 menjadi 184 pada triwulan IV 2015. Peningkatan pengeluaran tersebut utamanya

terjadi pada komoditas perumahan, listrik, gas dan bahan bakar serta komoditas kesehatan.

Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra

Grafik 4.3. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.4.NPL Kredit Rumah Tangga

Secara umum ketahanan sektor rumah tangga mengalami perbaikan pada triwulan IV 2015 dan

masih dalam risiko yang rendah. Hal ini tercermin dari rasio NPL untuk kredit rumah tangga yang

sedikit mengalami penurunan dari 1,2% pada triwulan III 2015 menjadi 1,0% pada triwulan IV

2015, akibat perbaikan rasio NPL pada hampir seluruh kredit, kecuali pada kredit peralatan rumah

tangga. Kredit multiguna masih merupakan kredit dengan pangsa terbesar yang mencapai 73,2%

dari total penyaluran kredit ke sektor rumah tangga di Sulawesi Tenggara.

Ketahananan sektor rumah tangga yang masih kuat juga terlihat dari stabilitas keuangan rumah

tangga. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara,

porsi pembayaran cicilan pinjaman terhadap pendapatan (debt to income ratio) meningkat dari

sebesar 17,6 % dari triwulan sebelumnya menjadi 18,6%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh

menurunnya porsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi (average propensity to consume

ratio) dari 59,0% di triwulan III menjadi 58,0% di triwulan IV serta porsi tabungan terhadap

pendapatan (savings to income) yang juga menurun dari 0,8% dari periode sebelumnya menjadi

3 Asesmen Ketahanan Sektor Rumah Tangga menggunakan pendekatan pemberian kredit konsumsi.

-150

-100

-50

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

KPR Kendaraan Peralatan Rumah Tangga Multiguna Lain-lain

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

KPR Kendaraan Peralatan Rumah Tangga Multiguna Lain-lain

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

52

24,7%. Peningkatan porsi pembayaran cicilan pinjaman menunjukkan bahwa terjadi perbaikan

pada stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Tenggara .

Sumber: Survei Konsumen BI Provinsi Sultra

Grafik 4.5. Komposisi Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga

4.3 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Berbeda dengan kondisi kredit perbankan secara umum, laju pertumbuhan kredit UMKM

mengalami perlambatan, dari yang semula tumbuh sebesar 9,1% (yoy) pada triwulan sebelumnya

menjadi sebesar 8,6% (yoy) di periode laporan. Perlambatan laju penyaluran kredit UMKM

dipengaruhi oleh perlambatan penyaluran kredit di kategori konstruksi yang semula tercatat

mampu tumbuh sebesar 20,0% (yoy) pada triwulan sebelumnya, namun pada triwulan laporan

hanya tumbuh sebesar 8,0%(yoy). Di sisi lain, kategori perdagangan yang memiliki pangsa terbesar

yakni mencapai 72,0% mengalami peningkatan dari 8,5% (yoy) menjadi 9,0% (yoy) sehingga

mampu menahan perlambatan lebih dalam lagi.

Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra

Grafik 4.6. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM

Meskipun realisasi kredit mengalami perlambatan, ketahanan kategori UMKM menunjukan adanya

perbaikan. Hal ini terlihat dari rasio NPL kredit UMKM yang turun dari 6,3% menjadi sebesar 5,3%.

Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya nominal kredit bermasalah sebanyak Rp54,5

59,8 62,4 64,6 65,0

57,5 58,9 59,2 58,7 59,8 59,7 59,0

58,0

22,4 19,0 16,9 17,0 20,1 18,2 16,9 17,3 18,6 16,8 17,6

18,6

21,4 21,9 21,9 22,1 25,3 25,3 27,2 27,3

23,9 25,1 25,5

24,7

-

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Konsumsi Cicilan Pinjaman Tabungan

-

1

2

3

4

5

6

7

-

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

g Kredit (%) Rasio NPL (%) Batas aman NPL

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

53

miliar selama triwulan IV 2015. Beberapa kategori utama Sulawesi Tenggara yang mengalami

perbaikan antara lain adalah kategori perdagangan, pertambangan, dan industri pengolahan.

Upaya pengembangan akses keuangan memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sistem

keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, KPw BI

Provinsi Sulawesi Tenggara berupaya memberikan dan memfasilitasi berbagai kegiatan edukasi

keuangan yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai produk dan jasa keuangan serta

untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat pada umumnya untuk menabung dan melakukan

pengelolaan keuangan. Pada bulan Desember 2015, telah dilakukan kegiatan edukasi keuangan,

elektronifikasi dan keuangan inklusif kepada mahasiswa Univesitas Haluoleo.

Indikator akses keuangan di Sulawesi Tenggara terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami

peningkatan, begitu juga dari sisi kredit. Rasio jumlah rekening DPK terhadap penduduk angkatan

kerja di Sulawesi Tenggara tetap menunjukkan tren peningkatan, dimana pada triwulan laporan

rasio tersebut tercatat sebesar 133,5%. Rasio yang lebih besar dari 100% menunjukkan bahwa

terdapat penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara yang memiliki rekening simpanan lebih

dari satu. Selain itu rasio lebih dari 100% juga mengindikasikan adanya penduduk bukan angkatan

kerja yang juga memiliki rekening seperti siswa sekolah maupun mahasiswa.

Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja di Sulawesi

Tenggara menunjukkan sedikit peningkatan menjadi 18,6% di bulan Desember 2015. Masih

rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan bahwa fasilitas pembiayaan masih sedikit digunakan

oleh masyarakat di provinsi ini dan masih terdapat ruang untuk meningkatkan penyaluran kredit

di masa yang akan datang.

*Jumlah penduduk bekerja Desember diasumsikan sama dengan

Agustus

Sumber: LHBU, BPS (diolah)

*Jumlah penduduk bekerja Desember diasumsikan sama dengan

Agustus

Sumber: LHBU, BPS (diolah)

Grafik 4.7. Rasio Rekening DPK per Penduduk

Bekerja

Grafik 4.8.Rasio Rekening Kredit per Penduduk

Bekerja

69,371,577,676,1

90,6

97,9

108,4

115,5

144,0

126,8

124,3

130,6

114,6

123,6

133,5

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Feb

Ag

ust

Des

Feb

Ag

ust

Des

Feb

Ag

ust

Des

Feb

Ag

ust

Des

Feb

Ag

ust

Des

2011 2012 2013 2014 2015

12,8

14,014,514,1

16,716,916,2

17,718,0

15,7

16,917,0

15,8

17,4

18,6

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Feb

Ag

ust

Des

Feb

Ag

ust

Des

Feb

Ag

ust

Des

Feb

Ag

ust

Des

Feb

Ag

ust

Des

2011 2012 2013 2014 2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

54

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 55

Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang

Pada periode laporan terjadi peralihan transaksi pembayaran secara non tunai nominal besar

yang menggunakan fasilitas Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) menjadi transaksi melalui

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) akibat penerapan BI-RTGS Generasi II yang

menaikan batas minimal transaksi dari Rp 100 juta menjadi Rp500 juta sejak tanggal 16

November 2015.

Sementara itu penggunaan uang tunai di masyarakat pada triwulan laporan tercatat mengalami

peningkatan seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat dan perbankan akan uang fisik

menjelang akhir tahun 2015. Untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar

tersebut, Bank Indonesia senantiasa melakukan kegiatan pengelolaan uang tunai melalui

kegiatan pembukaan layanan penukaran uang, kas keliling, pemusnahan uang tidak layak edar

dan edukasi ciri-ciri keaslian uang rupiah.

Bab 5

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

56

5.1 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

5.1.1 Perkembangan Transaksi RTGS

Transaksi pembayaran non-tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS) mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

baik dari nilai transkasi maupun volume transaksi. Penurunan transaksi pembayaran BI-RTGS

tersebut disebabkan oleh pembaruan teknologi dan peningkatan perlindungan terhadap nasabah

melalui implementasi sistem Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement (BI-RTGS) generasi II

pada tanggal 16 November 2015. Selain peningkatan kualitas teknologi dan jaringan komunikasi,

Bank Indonesia juga meningkatkan perlindungan nasabah dengan menerapkan kewajiban

maksimal proses dana transfer nasabah. Bank diwajibkan untuk memproses dana transfer

nasabah paling lama 1 jam setelah bank penerima memperoleh dana di Sistem BI-RTGS.

Ketentuan yang mengatur mengenai hal tersebut adalah Surat Edaran Bank Indonesia

No.17/30/DPSP tanggal 13 November 2015.

Tabel 5.1.Ketentuan Terbaru Terkait Penerapan BI-RTGS Generasi II

Sebagai akibat dari penerapan kebijakan di atas, pada triwulan IV 2015, nilai traksaksi BI-RTGS

dari perbankan Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp 11,0 triliun, jauh menurun dibandingkan

periode sebelumnya yang tercacat sebesar Rp18,7 triliun. Sementara untuk volume transaksi

menurun dari 6.821 di triwulan III 2015 menjadi hanya sebesar 4.010 transaksi di triwulan IV

2015.

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.1. Transaksi RTGS From

(dari Bank di Sultra).

Grafik 5.2. Volume RTGS From

(dari Bank di Sultra).

BI-RTGS SKNBI

Batas minimal transaksi

(flooring ) Rp500 jutaTidak dibatasi Mulai 16 November 2015 sd. 30 Juni 2016

Batas minimal transaksi

(flooring ) Rp100 juta

Batas maksimal transaksi

Rp 500 juta Mulai 1 Juli 2016

Nominal TransaksiMasa Berlaku

18,7

11,0

39,0

(20,6)

(60,0)

(40,0)

(20,0)

-

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

-

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

Nilai RTGS From g Nilai RTGS (sb. Kanan)

%, yoyRp Triliun

(72) (80)

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

-

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

Volume RTGS g Volume RTGS (sb. Kanan)

%, yoyRp Triliun

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

57

5.1.2 Perkembangan Transaksi Kliring

Tabel 5.2.Perputaran Transaksi Kliring

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Transaksi pembayaran non-tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

mengalami peningkatan pada triwulan IV 2015, baik dari sisi volume maupun nominalnya.

Peningkatan tersebut merupakan akibat dari peralihan peningkatan batas minimal transaksi yang

diperbolehkan menggunakan RTGS. Jumlah nilai kliring pada periode laporan tercatat sebesar

Rp1,7 triliun atau tumbuh 66,5 % (yoy). Nilai kliring tersebut mengalami peningkatan

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat hanya sebesar Rp1,1 triliun. Sementara

itu, dari sisi jumlah transaksi juga mengalami peningkatan dari semula tercatat sebanyak 44,2

ribu transaksi menjadi sebesar 54,5 ribu transaksi.

5.2 PENGELOLAAN UANG TUNAI

5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal

Sumber: KPwBI Prov Sultra Sumber: KPwBI Prov Sultra

Grafik 5.3. Aliran Uang Kartal Grafik 5.4 Selisih Inflow dan Outflow

Transaksi pembayaran tunai pada triwulan IV 2015 memiliki pola yang sama dengan triwulan

sebelumnya berupa net-outflow yakni lebih banyak uang yang keluar dibandingkan dengan uang

yang masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal tersebut dikarenakan pada periode laporan

terdapat Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2016 sehingga kebutuhan masyarakat akan uang tunai

meningkat. Pada periode laporan terdapat aliran outflow atau keluar dari KPwBI Provinsi Sulawesi

Tenggara senilai Rp1,9 triliun atau meningkat 2,8% (qtq). Sementara itu untuk aliran intflow atau

I II III IV I II III IV

Perputaran Kliring

- Lembar (ribu) 43,3 37,6 38,7 43,8 40,8 41,7 44,2 54,5

- Nominal (miliar) 893,2 825,2 821,8 1.050,3 878,4 917,8 1.051,1 1.748,4

Rata-rata Harian Perputaran Kliring

- Lembar (ribu) 687,1 597,3 613,6 694,7 647,4 662,0 701,1 852,2

- Nominal (miliar) 14,2 13,1 13,0 16,7 13,9 14,6 16,7 27,3

Penolakan Cek/BG Kosong

- Lembar (ribu) 520 861 723 666 1.273 1.144 843 830

- Nominal (miliar) 16,2 20,3 14,9 15,7 28,8 47,9 64,7 35,7

2014Keterangan

2015

(100)

-

100

200

300

400

500

600

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

Inflow Outflow g Inflow (sb. Kanan) g Outflow (sb. Kanan)

%, yoyRp Triliun

(2.000)

(1.500)

(1.000)

(500)

-

500

1.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

58

masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara adalah senilai Rp262,0 miliar atau menurun 65,2%

(qtq), sehingga terjadi net-outflow sebesar Rp1,54 triliun.

5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar

Bank Indonesia secara berkala terus menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) di

masyarakat. Terhitung mulai bulan Maret 2015, Bank Indonesia memperluas jaringan pelayanan

terhadap kebutuhan masyarakat atas uang layak edar, dengan mengajak perbankan yang ada di

Sulawesi Tenggara. Sementara untuk usaha yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara adalah dengan melakukan kas keliling, baik untuk dalam

kota Kendari maupun di luar Kota Kendari hingga wilayah terpencil yang sulit dijangkau.

Berdasarkan data administrasi kegiatan yang ada, dari bulan Oktober hingga Desember 2015,

kegiatan kas keliling telah dilakukan sebanyak 14 (empat belas) kali, dengan rincian 7 (tujuh) kali

di Kota Kendari dan 5 (lima) kali di Luar Kota Kendari. Kas keliling di luar Kota Kendari tersebut

dilakukan di Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe Kepulauan, Kabupaten Kolaka,

Kabupaten Bombana, Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna Barat.

Di samping itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga melakukan

distribusi uang ke daerah Kota Baubau dan sekitarnya dengan melakukan kas titipan bekerjasama

dengan salah satu bank yang ada di Kota Baubau. Di sisi lain, demi menjaga agar kualitas uang

yang diterima masyarakat dalam kondisi yang baik, Bank Indonesia juga secara berkala

melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE).

5.2.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu

Sumber: KPwBI Prov Sultra Sumber: KPwBI Prov Sultra

Grafik 5.5. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Grafik 5.6 Temuan Uang Palsu

Pecahan besar masih mendominasi peredaran uang palsu yang ditemukan pada triwulan IV

2015. Selama triwulan IV 2015, telah ditemukan uang palsu sebanyak 157 lembar, jauh

meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2015 yang hanya sebanyak 40 lembar. Temuan

254

83

(200)

-

200

400

600

800

1.000

1.200

-

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

Nominal UTLE g Nominal UTLE (sb.Kanan)

Rp , Miliar %, yoy

Pecahan 100.00098%

Pecahan 50.0002%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

59

uang palsu selama triwulan IV 2015 didominasi oleh pecahan uang Rp 100.000,- sebanyak 154

lembar dan sisanya adalah pecahan Rp 50.000,-. Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran

uang palsu sekaligus memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang

rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga telah senantiasa

melakukan kegiatan sosialisi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Selama triwulan IV 2015 kegiatan

tersebut telah dilakukan sebanyak 6 (enam) kali yaitu di Kota Kendari.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

60

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 61

Ketenagakerjaan dan

Kesejahteraan

Percepatan kinerja perekonomian Sulawesi Tenggara yang terjadi pada triwulan IV 2015

diikuti pula dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Kondisi tersebut terlihat dari

indeks realisasi kegiatan usaha dan indeks realisasi jumlah penggunaan tenaga kerja yang

meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, untuk periode yang

akan datang, kondisi ketenagakerjaan diperkirakan akan tetap mengalami peningkatan.

Seiring dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi

Tenggara mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari peningkatan tingkat penghasilan

dan nilai tukar petani. Meskipun demikian, terdapat peningkatan jumlah penduduk miskin

di Sulawesi Tenggara karena peningkatan garis kemiskinan.

Bab 6

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 62

6.1 KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2015 diindikasikan

mengalami perbaikan akibat terjadinya percepatan laju perekonomian pada periode tersebut.

Hal ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi

Sulawesi Tenggara. SKDU menunjukkan bahwa terjadi peningkatan realisasi penggunaan tenaga

kerja dilihat dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)1 yang meningkat dari -6,5 pada triwulan III 2015

menjadi -4,8 pada triwulan IV 2015 (Grafik 6.3). Kondisi tersebut terutama terjadi pada kategori

perdagangan, hotel dan restoran. Kondisi realisasi penggunaan tenaga kerja tersebut sejalan

dengan realisasi kegiatan dunia usaha yang juga mengalami peningkatan dari -16,9% di triwulan

III menjadi 12,8% di triwulan IV 2015.

Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra

Grafik 6.1 Indeks Realisasi Kegiatan Usaha

Grafik 6.2.Indeks Realisasi Jumlah Pengunaan Tenaga

Kerja

Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah)

Ket: PHR = Perdagangan Hotel dan Restoran

LGA = Listrik Gas dan Air

Grafik 6.3 Indeks Perkiraan Ketersediaan

Lapangan Kerja

Grafik 6.4. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per

Sektor (per Agustus 2015)

Selain itu, berdasarkan hasil survei konsumen yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulawesi

Tenggara diperoleh informasi bahwa kondisi ketenagakerjaan masih menunjukkan tren yang

meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya indeks ekspektasi masyarakat mengenai ketersediaan

1 Saldo Bersih Tertimbang dihasilkan dari perkalian antara saldo bersih yang berasal dari selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan responden yang memberikan jawaban “menurun”, dengan bobot yang dihitung dari pangsa sektor tersebut dalam PDRB tahun 2000.

34,2%

-9,8%

1,4%4,4%

-9,8%

3,1%

-16,9%

-12,8%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

I II III IV I II III IV

2014 2015

Indeks Realisasi Kegiatan Usaha

4,0%

1,9%

0,3%

1,8% 2,1% 3,0%

-6,5%

-4,8%

-8,0%

-6,0%

-4,0%

-2,0%

0,0%

2,0%

4,0%

6,0%

I II III IV I II III IV

2014 2015

Indeks Realisasi Jumlah Pengunaan Tenaga Kerja

147 147 144 142 127

120 127 134

-

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV

2014 2015

Indeks Perkiraan KetersediaanLapangan Kerja

Pertanian45%

Tambang2%Industri

5%LGA0%

Konstruksi7%

PHR18%

Transportasi4%

Jasa Dunia Usaha2%

Jasa17%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

63

lapangan kerja pada 6 bulan mendatang yang meningkat dari 127,0 di triwulan III menjadi 134,3

di triwulan IV 2015.

Berdasarkan data BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, jumlah penduduk bekerja tercatat sebanyak 1,07

juta orang pada bulan Agustus 2015, dengan jumlah pengangguran terbuka sebesar 63,1 ribu

orang. Hal tersebut membuat tingkat penggangguran terbuka di Sulawesi Tenggara pada bulan

Agustus 2015 adalah sebesar 5,55%. Sementara itu berdasarkan pangsanya, kategori pertanian,

kategori perdagangan dan rumah makan serta ketegori jasa merupakan sektor yang menyerap

tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tenggara sejak tahun 2013 dengan pangsa masing-masing

sebesar 45,5%, 17,8% dan 17,1% (Grafik 6.6). Oleh sebab itu, pekerja yang berada di sektor

informal juga masih mendominasi struktur ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara. Pekerja informal

dalam perekonomian Sulawesi Tenggara mencapai 69,52% atau sebanyak 747,2 ribu jiwa.

6.2 KESEJAHTERAAN

Sejalan dengan peningkatan yang terjadi dari sisi ketenagakerjaan, kondisi kesejahteraan

Sulawesi Tenggara terindikasi mengalami peningkatan pada akhir tahun 2015. Hal tersebut

tercermin dari peningkatan indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani (NTP) pada

triwulan IV 2015 jika dibandingkan dengan triwulan III 2015. NTP merupakan suatu indikator

kemampuan tukar produk pertanian untuk keperluan memproduksi produk pertanian. Oleh karena

itu, NTP dapat dijadikan alat ukur untuk tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya yang bekerja

di sektor pertanian.

Pada triwulan IV 2015, NTP Sulawesi Tenggara tercatat mencapai 100,8 atau naik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,2. Karena sebagian besar tenaga kerja (45,5%)

bekerja di sektor pertanian peningkatan maka NTP dapat memberikan indikasi positif adanya

perbaikan kesejahteraan. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan NTP yang

terjadi pada subsektor tanaman pangan, dari 92,4 pada triwulan III menjadi 95,4 pada triwulan IV

2015. Hal tersebut dipengaruhi oleh peningkatan produksi padi pada periode laporan. Selain itu,

NTP subsektor perikanan juga mengalami peningkatan, dari 103,9 pada triwulan III 2015 menjadi

105,0 pada triwulan IV 2015 akibat peningkatan NTP subsektor perikanan tangkap (dari 106,7

menjadi 108,5). Pencapaian NTP Provinsi Sulawesi tenggara sampai triwulan IV 2015 yang masih

berada di atas 100 menunjukkan bahwa total pendapatan yang diterima oleh para petani lebih

tinggi dibandingkan dengan total pengeluaran untuk memproduksi hasil usahanya. Namun

demikian masih terdapat dua subsektor yang NTP nya berada di bawah angka 100, yaitu subsektor

tanaman pangan (95,4) dan subsektor holtikultura (95,2).

Selain itu indikasi peningkatan kesejahteraan juga tercermin dari peningkatan penghasilan

masyarakat. Hal ini terlihat dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 64

Tenggara yang menunjukkan kenaikan Indeks Penghasilan Konsumen (IPK) dari 135,7 pada

triwulan III 2015 menjadi 142,3 pada triwulan IV 2015.

Meskipun demikian, berdasarkan data BPS Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan September 2015

terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin jika dibandingkan dengan bulan Maret 2015. Pada

bulan September 2015 diketahui bahwa penduduk miskin tercatat sebanyak 345 ribu jiwa atau

sebesar 13,7% dari total penduduk Sulawesi Tenggara, meningkat jika dibandingkan dengan data

pada bulan Maret 2015 yang tercatat sebanyak 321,8 ribu jiwa atau sebanyak 12,9%. Peningkatan

tersebut terjadi pada daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. Meningkatnya jumlah

penduduk miskin di Sulawesi Tenggara disebabkan oleh meningkatnya garis kemiskinan dari

Rp257.553/kapita per bulan menjadi Rp269.516/kapita per bulan.

Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Sumber: BPS Sultra (diolah)

Grafik 6.5.Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.6. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS Sultra (diolah) Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra

Grafik 6.7. Jumlah Penduduk Miskin Grafik 6.8. Ekpektasi Indeks Penghasilan Konsumen

Dari jumlah penduduk miskin tersebut, sebanyak 83,5% atau 288,25 ribu jiwa berada di daerah

pedesaan sedangkan sisanya sebesar 19,7% atau 56,77 ribu jiwa berada di daerah perkotaan.

Konsentrasi jumlah penduduk miskin di pedesaan menjadi tantangan pembangunan ekonomi dan

wilayah oleh pemangku kepentingan terkait khususnya pemerintah daerah, mengingat potensi

sumber daya alam Sulawesi Tenggara yang dominan berada di pedesaan khususnya di sektor

primer pertanian namun hasilnya belum secara optimal mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di pedesaan secara lebih luas.

144,7

146,0

148,7

137,7

143,3

134,3

135,7

142,3

125,0

130,0

135,0

140,0

145,0

150,0

I II III IV I II III IV

2014 2015

Indeks Penghasilan Konsumen

100,2

92,4

93,0

103,4

107,2

103,9

100,8

95,4

95,2

102,9

105,5

105,0

85,0 90,0 95,0 100,0 105,0 110,0

Total

Tanaman Pangan

Hortikultura

Tanaman Perkebunan Rakyat

Peternakan

Perikanan

Triwulan IV Triwulan III

13,7

13,1

12,8

13,7

14,1

12,8 12,9

13,7

12,0

12,5

13,0

13,5

14,0

14,5

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15

Penduduk Miskin Kota Penduduk Miskin Desa

Persentase Penduduk Miskin

154,7

145,0

150,3

137,7

151,3

146,0 145,0

150,3

125,0

130,0

135,0

140,0

145,0

150,0

155,0

160,0

I II III IV I II III IV

2014 2015

Indeks Penghasilan Konsumen

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 65

Prospek

Perekonomian

Pada triwulan I 2016 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan

akan mengalami sedikit perlambatan namun masih berada pada level yang cukup tinggi.

Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2016 diprakirakan berada pada kisaran 6,6% –

7,0% (yoy). Perlambatan tersebut diperkirakan terjadi karena perlambatan kinerja

kategori pertanian dan kategori konstruksi. Di samping itu, tingkat konsumsi masyarakat

yang relatif masih tumbuh terbatas dan melambatnya kinerja investasi di periode awal

tahun juga diperkirakan turut menyebabkan perlambatan kinerja ekonomi di periode

triwulan mendatang.

Di sisi lain, perkembangan inflasi Sultra diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan

sebagai dampak lanjutan atas kenaikan harga beras atas keterbatasan stok yang

diakibatkan kemarau panjang di periode semester II tahun 2015. Inflasi Sulawesi Tenggara

pada triwulan I 2016 diprakirakan mengalami peningkatan yakni pada kisaran 2,9% - 3,3%

(yoy). Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh tingginya tekanan inflasi dari

kelompok volatile food akibat kenaikan harga beras akibat masih terbatasnya stok di pasar

setelah musim kemarau panjang yang melanda di periode semester II 2015. Sejalan dengan

kondisi tersebut, kedepannya masih terdapat beberapa faktor risiko (upside risk) yang

perlu menjadi perhatian Tim Pengendali Inflasi Daerah Prov. Sultra.

Bab 7

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 66

7.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO

Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2016 diprakirakan berada pada kisaran 6,6% - 7,0% (yoy).

Dari sisi penawaran, perlambatan tersebut diperkirakan akan disebabkan oleh perlambatan yang

terjadi pada kategori pertanian, kehutanan dan perikanan. Disamping itu, kategori konstruksi dan

akomodasi makan minum juga diperkirakan masih akan tumbuh melambat dan turut memberikan

andil terhadap perlambatan kinerja perekonomian secara umum. Sementara itu dari sisi

permintaan, perlambatan kondisi perekonomian Sultra diperkirakan didorong oleh melambatnya

aktivitas investasi seiring dengan masih terbatasnya tingkat realisasi proyek/pembangunan

pemerintah daerah. Di samping itu, tingkat konsumsi masyarakat yang masih tumbuh terbatas

seiring dengan relatif belum pulihnya daya beli dan permintaan masyarakat juga diperkirakan turut

menjadi salah satu hal yang menyebabkan perlambatan ekonomi Sultra pada triwulan I 2016

mendatang.

Grafik 7.1. Perkiraan Luas Panen

Dari sisi penawaran, kategori pertanian diperkirakan menjadi salah satu kategori yang secara

dominan memberikan kontribusi atas melambatnya kinerja ekonomi Sultra di periode triwulan I

2016. Kategori pertanian diperkirakan akan tumbuh terkontraksi seiring dengan masih belum

pulihnya kinerja sub-sektor tabama pasca kemarau panjang yang terjadi di periode semester II

tahun 2015. Hal tersebut tercermin dari perkiraan penurunan luas panen pada triwulan I 2016

mendatang. Bedasarkan data yang diperoleh, perkiraan luas panen pada triwulan I 2016

mengalami kontraksi sebesar 21,5%(yoy), jauh menurun dibandingkan periode sebelumnya yang

tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 13,1% (yoy). Sementara itu, berdasarkan hasil liaison

yang dilakukan pada periode bulan Januari 2016, kontak dari sektor pertanian-tabama

mengungkapkan bahwa sampai dengan akhir periode Januari 2016, tingkat curah hujan relatif

masih sangat rendah, disamping itu kondisi saluran irigasi/pengairan sawah yang ada pun dinilai

13,1%

-21,5%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Perkiraan Luas Panen Pertumbuhan(sb. Kanan)

(ha)yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

67

masih belum mencukupi untuk memberikan sarana pengairan yang optimal khususnya terhadap

areal persawahan di beberapa lokasi di sentra penanaman padi di Sulawesi Tenggara. Beberapa

pelaku usaha di sektor pertanian mengungkapkan bahwa secara normal pada bulan Januari

seharusnya sudah mulai memasuki masa tanam, namun berdasarkan perkembangan terakhir di

lapangan masih banyak areal persawahan yang belum memasuki masa tanam. Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh keterbatasan air dan kondisi cuaca yang belum kondusif. Dengan demikian

diperkirakan akan terjadi pergeseran musim panen raya yang semula diperkirakan berada di

periode bulan Maret 2016, menjadi bulan April-Mei 2016. Sementara itu pada pertanian

perkebunan, perlambatan terjadi karena tanaman kakao masih memasuki masa kultivitas selama

rentang periode triwulan I 2016. Dengan demikian sub perkebunan juga diperkirakan belum

mampu memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan kinerja kategori pertanian.

Sementara itu, perkembangan kinerja kategori konstruksi juga diperkirakan akan tumbuh

melambat seiring dengan belum optimalnya realisasi anggaran belanja/proyek pembangunan

pemerintah daerah. Selain itu perlambatan juga dipengaruhi oleh melambatnya aktivitas investasi

bangunan di periode triwulan mendatang. Aktivitas investasi bangunan dalam suatu proyek akan

meningkat pada fase pertengahan sementara di fase awal lebih banyak pada kegiatan persiapan

lahan.

Disamping itu, kinerja kategori akomodasi makan dan minum juga diperkirakan akan turut

mengalami perlambatan di periode triwulan mendatang. Kondisi tersebut sejalan dengan hasil

liaison yang mengungkapkan bahwa kinerja sektor perhotelan relatif mengalami perlambatan di

periode triwulan I 2016. Hal tersebut tercermin dari TPK hotel yang diperkirakan hanya berada di

kisaran 30%-40% di periode triwulan I 2016. Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh relatif

minimnya pelaksanaan event/rapat dari pemerintah daerah di periode awal tahun.

Di sisi lain, kinerja positif dari kategori pertambangan dan industri pengolahan yang juga memiliki

multiplier effect pada kinerja kategori pedagangan besar dan eceran diperkirakan akan mampu

memberikan andil positif sehingga dapat menahan laju perlambatan ekonomi Sultra di periode

triwulan mendatang. Perkembangan positif dari kategori pertambangan dan industri pengolahan

sejalan dengan asumsi telah mulai beroperasinya beberapa proyek smelter di tahun 2016. Mulai

berjalannya operasional smelter diharapkan akan turut memberi dampak positif atas peningkatan

kinerja di kategori pertambangan. Dari hasil liaison, diketahui bahwa salah satu kontak usaha yang

bergerak di kategori pertambangan dan industri pengolahan mengungkapkan bahwa

pembangunan salah satu tungku pemurnian nikel diharapkan dapat selesai di akhir tahun 2015

sehingga sudah memulai proses commissioning di periode triwulan I 2016. Dengan dimulainya

operasional tungku pemurnian tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi feni

sebesar 6.000-8.000 ton feni per tahun. Kondisi serupa diungkapkan oleh beberapa pelaku usaha

pertambangan dan industri pengolahan yang mengungkapkan optimismenya terkait penyelesaian

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 68

pembangunan tahap I tungku pemurnian smelter sehingga sudah dapat mulai beroperasi di

periode triwulan I 2016.

Tabel 7.1.Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kategorial Triwulan I 2016

Sementara itu pada sisi permintaan, melambatnya kinerja ekonomi Sultra pada triwulan I 2016

diperkirakan disebabkan oleh melambatnya kinerja komponen investasi dan tingkat konsumsi

masyarakat yang masih tumbuh terbatas seiring dengan belum pulihnya daya beli dan tingkat

permintaan masyarakat. Melambatnya kinerja komponen investasi di periode triwulan I 2016

diperkirakan sejalan dengan telah selesainya sebagian besar proyek investasi yang berjalan selama

tahun 2015 seperti selesainya pembangunan ruang VIP dan garbarata di Bandara Haluoleo,

selesainya proses overlaying dan perbaikan runway bandara Haluoleo, telah selesainya sebagian

besar proyek pelebaran dan perbaikan jalan baik di beberapa ruas Kota Kendari maupun di jalur

lintas perbatasan antar kabupaten, serta selesainya proses perbaikan dan perluasan beberapa

dermaga penyeberangan antar pulau di Sulawesi Tenggara. Disamping itu, belum optimalnya

realisasi belanja modal/proyek pembangunan pemerintah daerah untuk periode anggaran tahun

2016 juga turut menjadi salah satu hal yang mendorong perlambatan kinerja komponen investasi

di periode triwulan I 2016.

Di sisi lain, perkembangan tingkat konsumsi masyarakat juga diperkirakan masih akan tumbuh

terbatas di periode triwulan I 2016. Kondisi tersebut diantaranya diprakirakan sejalan dengan

2016-P

I II III IV IPPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,0% 9,1% -0,5% -1,8% -3,8% 6,8% 0,0% (0,5)-0%

Pertambangan dan Penggalian 7,5% -4,8% 9,4% 12,0% 16,2% 7,4% 11,3% 10,0-10,5%

Industri Pengolahan 4,2% 7,7% 18,2% 11,0% 3,5% 0,4% 7,7% 8,1-8,4%

Pengadaan Listrik, Gas 13,6% 10,6% 5,2% 5,7% 0,7% 4,5% 3,5% 30,0-32,0%

Pengadaan Air 9,3% 7,0% 3,0% 8,1% 0,2% 0,3% 2,8% 9,3-9,5%

Konstruksi 8,7% 12,6% 1,7% 11,9% 15,8% 19,5% 12,6% 9,3-9,6%

Perdagangan Besar dan Eceran 9,1% 8,3% 6,7% 10,0% 7,1% 6,0% 7,5% 7,9-8,3%

Transportasi dan Pergudangan 6,4% 5,1% 5,6% 7,1% 10,5% 6,8% 7,5% 6,0-6,5%

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,3% 9,4% 6,8% 6,4% 7,7% 10,5% 7,9% 3,6-4,0%

Informasi dan Komunikasi 13,8% 2,9% 3,6% 6,6% 7,8% 7,6% 6,5% 4,5-4,8%

Jasa Keuangan 14,2% 9,4% 8,3% 2,1% 8,8% 11,5% 7,0% 12,0-12,5%

Real Estate 5,6% 6,6% 4,0% 5,5% 6,9% 2,8% 4,8% 6,6-6,9%

Jasa Perusahaan 13,0% 9,7% 7,7% 10,7% 11,0% 11,6% 10,3% 7,6-8,0%

Administrasi Pemerintahan 4,3% 13,0% 7,6% 9,9% 3,0% 1,7% 5,4% 11,0-11,5%

Jasa Pendidikan 11,5% 14,0% 14,4% 11,8% 6,5% 0,8% 7,9% 3,7-4,1%

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11,1% 12,1% 6,8% 7,1% 8,7% 3,3% 6,4% 7,4-7,7%

Jasa Lainnya 8,5% 12,9% 5,5% 5,9% 8,5% 8,3% 7,1% 12,-12,4%

PDRB 7,5% 6,3% 5,7% 7,2% 7,0% 7,5% 6,9% 6,6-7%

*Keterangan

Meningkat

Melambat

2015Sektoral 2013 20142015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

69

menurunnya kinerja kategori pertanian yang akan turut memberikan pengaruh pada menurunnya

tingkat penghasilan maupun daya beli masyarakat. Hal tersebut juga didasari oleh tekanan inflasi

yang diperkirakan akan mengalami kenaikan di periode triwulan mendatang sehingga turut

memberikan dampak kepada rendahnya tingkat permintaan masyarakat. Disamping itu,

perlambatan yang terjadi juga tercermin melalui Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi

Ekonomi saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) di Kota Kendari yang merupakan hasil

Survei Konsumen-Bank Indonesia yang juga mengalami penurunan di periode bulan Januari 2016.

Tabel 7.2.Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2016

Sementara itu, komponen ekspor diperkirakan masih akan tumbuh terkontraksi sejalan dengan

masih belum pulihnya tingkat permintaan dari negara mitra dagang atas komoditas nikel olahan

yang disebabkan oleh belum pulihnya kondisi ekonomi global. Disamping itu, masih belum

pulihnya harga komoditas dunia juga diprakirakan turut menjadi salah satu hal yang menyebabkan

penurunan kinerja ekspor Sultra, hal tersebut juga diperkirakan akan turut memberikan dampak

atas melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Sultra di triwulan I 2016.

Sejalan dengan kondisi diatas, perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara di tahun 2016

diperkirakan masih akan berada pada tren peningkatan di kisaran 6,9% - 7,3% (yoy).

Perkembangan perekonomian di Sultra tersebut searah dengan prakiraan perekonomian Indonesia

dan dunia yang juga mengalami peningkatan. Kinerja kategori pertanian dan pertambangan yang

mendominasi perekonomian Sultra secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.

2016-P

I II III IV IP

1. Konsumsi Rumah Tangga 7,0% 6,6% 4,3% 4,8% 5,1% 5,0% 4,8% 4,8-5,0%

2. Konsumsi LNPRT 1,8% 11,9% -11,0% -9,0% 5,1% 5,5% -2,5% 6,5-6,8%

3. Konsumsi Pemerintah 5,5% 3,4% 2,5% 3,9% 6,8% 4,3% 4,5% 4,3-4,6%

4. PMTB 6,2% 9,2% 2,2% 10,3% 3,0% 2,8% 4,4% 2,2-2,7%

5. Perubahan Inventori -37,2% -31,8% -275,0% -71,3% -79,2% -81,6% -33,9% 82-85%

6. Eksport Luar Negeri -2,5% -63,8% -40,3% 27,8% -21,9% -27,9% -20,9% (5,0)-(5,5)%

7. Import Luar Negeri 37,9% 28,3% -5,6% -15,0% -39,1% -24,6% -23,4% 9,0-9,5%

8. Net Eksport Antar Daerah -15,1% -68,1% -68,8% -13,0% -41,2% 8,3% -30,0% 9,1-9,56

PDRB 7,5% 6,3% 5,7% 7,2% 7,0% 7,5% 6,9% 6,6-7%

*Keterangan

Meningkat

Melambat

Komponen Pengeluaran 2013 20142015

2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 70

Sumber: IMF World Economic Outlook Oktober 2015 (Proyeksi Indonesia & World), BI Sultra (Proyeksi Sultra)

Grafik 7.2. Perkembangan dan arah pertumbuhan ekonomi

Peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 tersebut didasari beberapa asumsi sbb:

1. Peningkatan kinerja lapangan usaha utama

a. Lapangan Usaha Pertanian (Tabama, Perkebunan, Perikanan)

Kondisi cuaca pada tahun 2015, terutama kemarau panjang yang terjadi pada

semester II menyebabkan penurunan produksi beberapa komoditas utama pertanian

seperti padi, kakao, merica dan kacang mete. Sementara itu, pada tahun 2016 kondisi

cuaca diperkirakan akan kembali normal dan mendukung peningkatan produktivitas

pertanian di Sultra.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang diperkirakan akan mendorong peningkatan

produsi di sektor pertanian, antara lain:

1) Perikanan

- Terdapat program dari Pemprov di tahun 2016 untuk pembenahan

produksi perikanan tangkap maupun budidaya seperti Penyusunan Tata

Ruang Wilayah Laut, pentaan perizinan 5-30 GT, dan peningkatan balai

benih perikanan.

- Terdapat bantuan kapal kepada nelayan di akhir tahun 2015 sebanyak

140 kapal ukuran 5-15 GT.

- Beberapa proyek pembangunan cold storage di Kota Kendari dan Kota

Baubau sudah diselesaikan dan dapat beroperasi pada tahun 2016.

2) Perkebunan

- Sulawesi Tenggara ditunjuk sebagai salah satu sentra produksi kakao.

Produksi tanaman kakao di Sultra rata-rata mencapai 157.537

ton/tahun. Perusahaan pengolah kakao di Sultra sudah mulai beroperasi

dan dapat mendorong petani kakao untuk meningkatkan produksinya.

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

World (IMF)

IMF: IMF World Economic Outlook, Oktober 2015%, yoy

%, yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

71

- Beberapa daerah mulai mengembangkan perkebunan kelapa sawit,

pada tahun 2016 diperkirakan tanaman kelapa sawit mulai dapat

berproduksi

3) Tanaman Bahan Makanan

- Terdapat penambahan lahan sawah di beberapa kabupaten, Salah

satunya adalah di kabupaten Bombana dengan luas 1.500 hektar.

- Terdapat beberapa kabupaten yang memanfaatkan lahannya untuk

penanaman jagung.

- Perbaikan sarana irigasi diperkirakan akan meningkatkan produksi dan

masa tanam padi di Sulawesi Tenggara.

b. Lapangan Usaha Industri & Pertambangan (Feronikel, Nikel, Aspal)

Produksi tambang nikel diperkirakan akan kembali meningkat 5-10% pada tahun 2016

khususnya untuk memenuhi permintaan dalam negeri yang semakin meningkat seiring

dengan telah beroperasinya beberapa smelter pengolahan nikel (output sebagai

feronikel maupun NPI). Salah satu perusahaan besar pengolah nikel memperkirakan

perluasan pabrik pengolah nikel maupun fasilitas pendukungnya dapat beroperasi

pada awal tahun 2016. Selain itu, beberapa lembaga internasional memprediksi bahwa

harga nikel akan mulai meningkat di tahun 2016 seiring dengan meningkatnya

permintaan dunia terhadap baja. Kondisi ini diperkirakan akan menumbuhkan kembali

beberapa perusahaan pertambangan nikel sebagai feeder untuk smelter. Di sisi lain,

kinerja pertambangan aspal di Sulawesi Tenggara (Buton) diperkirakan akan semakin

meningkat. Beberapa proyek pembangunan jalan oleh pemerintah diperkirakan akan

semakin banyak menggunakan produk aspal Buton ini di 2016. Permintaan luar negeri

untuk komoditas aspal juga semakin meningkat, terutama ke Tiongkok dan Myanmar.

Grafik 7.3. Perkembangan harga nikel

sumber: WEO-IMF

Grafik 7.4. Proyeksi Harga Nikel

47691,97

10550,37

26904,86

15859,82

9560,56

I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

16893

13000

13572

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 72

2. Peningkatan konsumsi rumah tangga

Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih tumbuh pada level yang tinggi di kisaran 5,5%

(yoy) dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk sebesar 2,0% (yoy) mencapai 2,55

juta orang. Selain itu, persentase penduduk yang masuk dalam usia produktif juga semakin

meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan dapat mendorong

peningkatan jumlah masyarakat berpenghasilan menengah (middle income group) yang

menopang konsumsi domestik. Disamping itu, kondisi perekonomian dunia yang

meningkat diperkirakan dapat memperbesar permintaan komoditas utama ekspor Sultra.

Hal tersebut diperkirakan akan meningkatkan penghasilan masyarakat Sultra dan

mendorong konsumsi domestik.

3. Peningkatan investasi

Pada tahun 2016, aktivitas investasi di Sultra diperkirakan akan kembali meningkat

terutama yang dilakukan oleh pemerintah. Beberapa proyek pembangunan infrastruktur

seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan bendungan direncanakan dimulai pada tahun

2016. Selain itu, beberapa perusahaan tambang juga masih dalam proses pembangunan

smelter nikel.

4. Peningkatan ekspor

Seiring dengan peningkatan perekonomian global dan negara mitra dagang, ekspor Sultra

pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh positif. Ekspor nikel olahan seperti feronikel dan

NPI (nikel pig iron) diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan permintaan

dari Eropa dan Tiongkok seiring dengan peningkatan permintaan baja dan stainless steel

dunia. Ekspor aspal juga diperkirakan akan mendorong peningkatan ekspor secara umum.

Selain produk hasil tambang, ekspor hasil perikanan Sultra diperkirakan akan meningkat

seiring dengan peningkatan permintaan dari negara tujuan ekspor.

7.2 PROSPEK INFLASI

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2016 mendatang diperkirakan akan

mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi pada kelompok

volatile food. Peningkatan tersebut diduga bersumber dari peningkatan tekanan komoditas beras

dan ikan segar. Inflasi pada triwulan I 2016 diperkirakan berada pada kisaran 2,9% s.d 3,5% (yoy),

mengalami peningkatan yang dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 2,3% (yoy).

Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa diperkirakan pada triwulan I 2016, stok komoditas beras

di sentra-sentra produksi seperti Kabupaten Kolaka Timur, Konawe, Kolaka dan Bombana

mengalami penurunan. Kondisi tersebut diperkiran akan meningkatkan tekanan inflasi pada

triwulan I 2016. Sementara itu, untuk komoditas ikan segar pada periode 2016 mendatang juga

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

73

diperkirakan akan mengalami peningkatan tekanan inflasi akibat terbatasnya stok komoditas

tersebut di pasar.

Kelompok administered prices diperkirakan akan mengalami sedikit penurunan tekanan sehingga

mampu menahan peningkatan tekanan inflasi pada peride triwulan I mendatang. Penurunan

tersebut seiring dengan adanya potensi adjusment yang terjadi pada tarif dasar listrik dan

penurunan harga BBM bersubsidi. Sedangkan untuk komponen inflasi inti diperkirakan masih akan

stabil akibat terkendalinya nilai tukar pada periode mendatang.

Sejalan dengan inflasi tahunan yang diperkirakan akan mengalami peningkatan tekanan inflasi,

secara tren bulanan tekanan inflasi diprakirakan masih akan muncul dan berada pada tren yang

meningkat. Secara umum terdapat beberapa faktor yang diperkirakan dapat mendorong laju inflasi

khususnya pada kelompok volatile food. Sementara untuk administered prices diperkirakan akan

mampu menahan laju tekanan. Hal tersebut diantaranya adalah:

1. Peningkatan tekanan inflasi pada komoditas kelompok bumbu-bumbuan seperti cabai

rawit, cabai merah dan bawang merah. Berdasarkan pola musimannya, pergerakan harga

khususnya komoditas bawang merah dan cabai diperkirakan cenderung akan mengalami

kenaikan di periode awal tahun.

2. Potensi tekanan inflasi dari komoditas beras seiring dengan musim kemarau panjang yang

mengakibatkan gagal panen di beberapa sentra produksi beras di Sultra dan dikhawatirkan

memberikan dampak atas kenaikan harga beras.

3. Peningkatan tekanan inflasi pada komoditas ikan segar akibat kenaikan permintaan

masyarakat atas komoditas tersebut diperkirakan akan mengalami kenaikan di bulan

Januari hingga Februari.

4. Kemungkinan kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga LPG dan tarif dasar listrik

baik untuk golongan industri maupun rumah tangga.

5. Pada bulan Januari (terhitung sejak tanggal 5 Januari 2016) harga BBM bersubsidi

mengalami penurunan. Harga bensin premium turun dari Rp7.300,- per liter menjadi

Rp7.150,- per liter. Sedangkan untuk harga solar turun menjadi Rp5.950,- per liter dari

harga sebelumnya yang tercatat sebesar Rp6.700,- per liter. Kondisi tersebut diperkirakan

akan mampu menahan laju inflasi Sultra.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 74

Tabel 7.3.Faktor Risiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan I 2016

Selain itu, peningkatan tekanan inflasi juga terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU). Dalam survei tersebut realisasi dan perkiraan harga jual di periode mendatang yang

mengalami peningkatan dari 15,8% menjadi 18,5%.

Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra

Grafik 7.5. Perkembangan Harga Jual

Tekanan inflasi di Sultra pada tahun 2016 diperkirakan moderat pada kisaran 3,0%-3,4%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang tercatat sebesar 2,27% (yoy). Meningkatnya

tekanan inflasi pada tahun tersebut didorong oleh peningkatan tekanan dari imported inflation

dan administered price terkait dengan kebijakan energi. Beberapa asumsi yang mendasari

peningkatan tersebut adalah sebagai berikut:

Faktor Risiko PotensiDampak thdp

Inflasi IHK

Volatile Food

a. Pasokan:

• Mulai meningkatnya pasokan ikan tangkap oleh nelayan di pasar akibat telah kondusifnya faktor cuaca.

• Berkurangnya pasokan cabai rawit akibat terganggunya produksi di beberapa sentra.

• Telah terjaganya pasokan komoditas beras di pasar pasca tejadinya El Nino.

LOW

b. Distribusi:

• Terjaganya distribusi komoditas bahan pangan yang didatangkan dari luar Sultra, baik yang melalui darat maupun laut.

Adm.Prices

• Penyesuaian tarif BBM pada awal Januari diharapkan akan diikuti oleh adanya penurunan tarif angkutan umum dalam kota.

• Penyesuaian TDL sesuai harga keekonomian (faktor penentu: harga minyak, nilai tukar, dan inflasi) masih menjadi risiko sepanjang tahun karena bergantung pada keputusan pemerintah.

LOW

Core • Pergerakan nilai tukar yang masih dalam tren depresiasi terhadap US$ menambah tekanan dari sisi imported inflation, khususnya untuk komoditas pangan berbahan baku impor, kosmetika, dan obat.

• Dampak second-round dari kebijakan harga pemerintah.

• Harga emas global mengalami kecenderungan yang menurun dalam beberapa pekan terakhir

LOW

31%

21%

28%

37%

13%

21%

16%

15%

19%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016

Realisasi Perkiraan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

75

1. Tekanan inflasi inti relatif meningkat

Perkembangan inflasi inti dipengaruhi oleh faktor domestik dan faktor eksternal.

Permintaan domestik diperkirakan masih tinggi namun masih dapat direspon oleh sisi

penawaran. Meskipun demikian, perkembangan ekonomi yang diperkirakan meningkat

turut memberikan tekanan pada inflasi inti. Sementara itu, dari faktor eksternal

diperkirakan juga memberikan tekanan yang mendorong peningkatan inflasi inti . Hal ini

diperkirakan terjadi karena nilai tukar rupiah yang relatif menurun pada kisaran

Rp14.000/USD menyebabkan tekanan dari sisi imported inflation akan semakin tinggi.

2. Tekanan inflasi volatile foods menurun

Kinerja produksi bahan pangan di Sultra pada tahun 2016 diperkirakan akan meningkat

dan membantu tersedianya pasokan bahan makanan baik serelia maupun dari komoditi

ikan dan unggas. Program kerja peningkatan bahan pangan sebagai salah satu program

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra diperkirakan turut mendorong peningkatan

kinerja tersebut. Di sisi lain, dengan terbentuknya TPID di seluruh Kota/Kabupaten maka

pasokan dan distribusi bahan pangan diperkirakan akan semakin lancar seiring dengan

peningkatan koordinasi antar daerah. Selain itu, terbangunnya jalan dan pelabuhan yang

memadai diperkirakan akan meningkatkan jumlah arus barang di Sultra.

3. Tekanan inflasi administered price meningkat

Mempertimbangkan relatif terbatasnya kebijakan strategis yang diambil pada tahun 2015,

maka diperkirakan pemerintah akan mengambil kebijakan tersebut pada tahun 2016.

Beberapa kebijakan yang diperkirakan akan meningkatkan tekanan inflasi administered

price antara lain adalah rencana kenaikan tarif tenaga listrik untuk kategori industri.

Kenaikan ini akan berdampak pada kenaikan biaya produksi industri yang ada terutama

pada industri consumer goods dan akan berpengaruh kepada kenaikan harga jual produk.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 76

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Daftar

Istilah

Administered

price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah

daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan

ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan

kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi

daerah.

Dana Pihak

Ketiga (DPK)

Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu

bank.

Faktor

Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh

kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,

eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non

Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan

(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah

(administered price)

Imported

inflation

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan

harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1---100.

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa

yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1---100.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat

ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1---100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan

modal.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara

yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Loan to Deposit

Ratio (LDR)

Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan

dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri

minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Non Performing

Loan (NPL)

Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total

keseluruhan kreditnya

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah

negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban meningkat

dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban menurun

danmengabaikan jawaban sama .

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih

sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang

bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi

dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

West Texas

Intermediate

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Tim

Penyusun

PENANGGUNG JAWAB

Dian Nugraha

KOORDINATOR PENYUSUN

Harisuddin

TIM PENULIS

Daniel Agus Prasetyo, Argo Hadianto

KONTRIBUTOR

Unit Statistik, Survei dan Liaison

Unit Akses Keuangan dan UMKM

Unit Operasional Kas

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

Email :[email protected]