kajian akademik rancangan peraturan daerah …
TRANSCRIPT
1
KAJIAN AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN TABANAN
PERATURAN BUPATI TABANAN
Tentang
PERLINDUNGAN LAHAN SUBAK SEBAGAI
KAWASAN LAHAN PERTANIAN PANGAN
BERKELANJUTAN DI KABUPATEN TABANAN
Oleh
Prof. Dr. Ir. Nengah Netera Subadiyasa, MS
KONSENTRASI TANAH DAN LINGKUNGAN
PRODI AGROEKOTEKNOLOGI, FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR, 2016
1
SISTIMATIKA NASKAH AKADEMIK
menurut UU N0 . 12 tahun 2011
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. BAB I PENDAHULUAN
2. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
3. BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN
TERKAIT
4. BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
5. BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
6. MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG, PERATURAN DAERAH PROVINSI,
ATAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
7. BAB VI PENUTUP
8. DAFTAR PUSTAKA
9. LAMPIRAN: RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (Perda)
Sistimatika tersebut di atas secara lengkap disajikan dalam Laporan akhir hasil penelitian tahun
pertama dan kedua. Adapun dalam buku ini terbatas pada butir 9. Lampiran ( Rancangan Peraturan
Perundang-Undangan/ Ranperda PLP2B)
Kajian Akademik Ranperda PLP2B (Zoning Text)
Kajian akademik PLP2B (zoning teks) menghasilkan Draf Rancangan Peraturan Daerah
Perlindungan Lahan Sawah Subak yang terdiri dari 18 Bab dan 78 Pasal. Zoning Teks dilengkapi
zoning map (Terlampir) sangat memudahkan dalam penyusunan PLP2B.
BAB I. Ketentuan Umum terdiri dari satu pasal);
BAB II. Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup (Pasal 22-Pasal 5);
BAB III. Perencanaan dan Penetapan (Pasal 6-Pasal 22);
BAB IV. Pengembangan ( Pasal 23-Pasal 27);
BAB V. Penelitian (Pasal 28-Pasal 30);
BAB VI. Pemanfaatan (Pasal 31-Pasal 32);
BAB VII. Pembinaan (Pasal 33);
BAB VIII. Pengendalian Bagian Kesatu (Pasal 34-Pasal 35), Bagian Kedua Insentif dan
Intensif (Pasal 36-Pasal 41), Bagian Ketiga Alih Fungsi (Pasal 42-Pasal 44), Bagian
empat persyaratan pengendalian (Pasal 45), Bagian keliam tata cara pengalifungsian
lahan (pasal 46-48) Bagian keenam ganti rugi( Pasal 49-57);
BAB IX . Pengawasan (Pasal 58-Pasal 60);
BAB X. Sistem Informasi (Pasal 61- Pasal 64));
BAB XI. Perlindungan dan Pemberdayaan Masuyarakat (Pasal 65-Pasal 67);
BAB XII. Pembiayaan (Pasal 68);
BAB XIII. Peran Serta Masyarakat (Pasal 69-Pasal 71);
BAB XIV. Sanksi Administratif (Pasal 72);
BAB XV. Ketentuan Penyidikan (Pasal 73);
BAB XVI . Ketentuan Pidana (Pasal 74-Pasal 76);
2
BAB XVII. Ketentuan Peralihan (Pasal 77);
BAB XVIII. Ketentuan Penutup (Pasal 78 ).
Draf Ranperda PLP2B yang mengatur pasal rencana penetapan lahan sawah subak dan
klasifikasinya (subak lindung/lestari, subak penyangga) secara spasial dan lokasi penyebarannya di
subak mana saja yang perlu dilindungi, sebagai penyangga dan subak mana yang dapat dikonversi
didasarkan pada hasil analisis kondisi fisik dan lingkungan, RTRW serta proyeksi neraca pangan di
wilayah tersebut. Draf Ranperda tersebut disajikan di bawah ini.
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA
DRAF AWAL
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TABANAN
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN
NOMOR:...... TAHUN ......
TENTANG
PERLINDUNGAN LAHAN SAWAH SUBAK SEBAGAI LAHAN PERTANIAN
PANGAN BERKELANJUTAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA
BUPATI KABUPATEN TABANAN
Menimbang : a bahwa untuk melaksanakan Undang-undang No. 41 tahun 2009
tentang Perlindungan lahan sawah subak pertanian Pangan
berkelanjutan;
b bahwa subak merupakan lembaga tradisional di lahan sawah subak
sawah yang mempunyai nilai Sosio Agraris Religius perlu dilestarikan;
c bahwa negara menjamin hak atas pangan sebagai hak asasi setiap warga
negara, sehingga negara berkewajiban menjamin kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan;
d bahwa makin meningkatnya pertambahan penduduk serta perkembangan
ekonomi, industri pariwisata mengakibatkan terjadinya degradasi, alih
fungsi dan fragmentasi lahan sawah subak pertanian pangan telah
mengancam daya dukung wilayah secara lokal, daerah dan nasional
dalam menjaga kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;
f
g
bahwa subak telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya
dunia;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf f, lahan sawah subak perlu
dilindungi dan dilestarikan keberadaannya.
Mengingat: 1. Pasal 20, 21, Pasal 27 ayat (2), Pasal 28A, Pasal 28C, dan pasal 33
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
3
Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);
3. Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140
5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5068);
6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
7 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 22), Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5280);
8 Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 244)
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
9 Undang-undang Nomor 37 tahun Tentang Konservasi tanah dan
Air ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 299) ,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5508 .
10 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat
Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara
Republik Indonesia 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3934);
11 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4254);
12 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
13 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4624);
14 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
15 Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 2010 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar;
16 Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 2010 tentang Usaha Budidaya
Tanaman;
17 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tenan Alih Fungsi Lahan
Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
4
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TABANAN
DAN
BUPATI KABUPATEN TABANAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
MEMUTUSKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN TENTANG
PERLINDUNGAN LAHAN SAWAH SUBAK SEBAGAI KAWASAN LAHAN
PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tabanan
2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5182);
18 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Insentif
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5279);
19 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 tentang tentang Sistem
Informasi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5283);
20 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pembiayaan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5288);
21 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Tata
Ruang Provinsi Bali tahun 2009-2025, (Lembaran Daerah Provinsi
Bali Tahun 2009 Nomor 16, Tambahan Lembaran Lembaran Daerah
Provinsi Bali Nomor 15);
24 Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten Tabanan
(Lembaran Daerah Kabupaten Tabanan Tahun 2008 Nomor 4);
26 Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabanan Tahun 2012-2032
(Lembaran Daerah Kabupaten Tabanan Tahun 2012 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 28);
Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2012 tentang Subak (Lembaran
Daerah Provinsi Bali tahun 2012 nomor 9) Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Bali Nomor 8;
34 Peraturan Menteri Pertanian No. 07/Permentan/OT.140/2/2012 tentang
Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan lahan sawah subak
dan lahan sawah subak Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
5
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Tabanan.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Tabanan.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Tabanan.
6. Dinas adalah dinas yang tugas dan fungsinya di bidang pertanian.
7. Subak adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan atau tata tanaman di tingkat usaha
tani pada masyarakat adat di Bali yang bersifat sosioagraris, religius, ekonomis yang secara
historis terus tumbuh dan berkembang.
8. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi
tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek
geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia.
9. Sawah adalah lahan usahatani yang secara fisik permukaan tanahanya rata, dibatassi oleh
pematang, sehingga dapat ditanaman padi dengan sitem genangan/tadah hujan atau pengairang
berselang.
10. Lahan Sawah subak adalah bidang lahan sawah yang tergabung dalam satu wilayah subak
yang digunakan untuk usaha pertanian.
11. Lahan subak abian adalah lahan kering atau tegalan yang diusahakan untuk tanaman pangan dan
hortikultura semusim.
12. Lahan sawah subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan
sawah subak dan subak abian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara
konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan
nasional.
13. Lahan sawah subak dan subak abian sebagai lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
adalah lahan sawah subak dan lahan subak abian potensial yang ditetapkan sebagai lahan subak
penyangga, pemanfaatan dan ketersediaannya tetap terkendali sebagai lahan sawah yang dapat
dikonversi secara terbatas hanya untuk kepentingan umum dan sebagai subak yang perlu
dilindungi pada masa yang akan datang.
14. Perlindungan lahan sawah subak Sebagai Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah
sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan
membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan sawah subak pertanian pangan dan kawasannya
secara berkelanjutan.
15. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk
pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
16. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budidaya pertanian terutama pada
wilayah perdesaan yang memiliki hamparan lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dan/atau hamparan lahan sawah subak sebagai Cadangan Pertanian Pangan
Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
17. Pertanian Pangan adalah usaha manusia untuk mengelola lahan sawah subak dan agroekosistem
dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mencapai kedaulatan dan
ketahanan pangan serta kesejahteraan rakyat.
18. Lahan sawah subak sebagai Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah lahan
sawah subak dan subak abian potensial yang dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian dan
ketersediaannya tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai lahan sawah subak Pertanian Pangan
Berkelanjutan pada masa yang akan datang.
6
19. Lahan sawah subak pengganti adalah lahan sawah subak yang berasal dari lahan sawah subak
Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan, tanah telantar, tanah bekas kawasan hutan, dan/atau
lahan sawah subak pertanian yang disediakan untuk mengganti lahan sawah subak Pertanian
Pangan Berkelanjutan yang dialihfungsikan.
20. Ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik dan/atau nonfisik sebagai
akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda
lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari
tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah.
21. Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan budidaya yang dialokasikan dan memenuhi
kriteria untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan.
22. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia
23. Nilai investasi infrastruktur adalah nilai uang dan/atau manfaat suatu bangunan infrastruktur yang
menunjang pembangunan pertanian.
24. Infrastruktur dasar adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk budi daya tanaman pangan yang
meliputi paling sedikit sistem irigasi, jalan usaha tani, dan/atau jembatan.
25. Kemandirian pangan adalah kemampuan produksi pangan dalam negeri yang didukung
kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang
cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang
terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman
lokal.
26. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
27. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat menentukan
kebijakan pangannya, yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberikan hak bagi
masyarakatnya untuk menentukan sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi
sumberdaya lokal.
28. Petani Pangan, yang selanjutnya disebut Petani, adalah setiap warga negara Indonesia beserta
keluarganya yang mengusahakan lahan sawah subak untuk komoditas pangan pokok di lahan
sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan.
29. Pangan Pokok adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati, baik nabati maupun hewani,
yang diperuntukkan sebagai makanan utama bagi konsumsi manusia.
30. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, atau korporasi, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum.
31. Alih fungsi lahan sawah subak pertanian pangan berkelanjutan adalah perubahan fungsi lahan
sawah subak pertanian pangan berkelanjutan menjadi bukan lahan sawah subak Pertanian Pangan
Berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara.
32. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
33. Rencana Tata Ruang Wilayah selanjutnya disebut RTRW.
34. Rencana Detail Tata Ruang selanjutnya disebut RDTR
35. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
36. Pusat Informasi lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah pusat yang
menyelenggarakan sistem informasi serta administrasi lahan sawah subak Pertanian Pangan
Berkelanjutan dan lahan sawah subak Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada lembaga
pemerintah yang berwenang di bidang pertanahan.
37. Tanah Telantar adalah tanah yang sudah diberikan hak oleh negara berupa hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang
7
tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau
sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.
38. Insentif adalah pemberian penghargaan kepada petani yang mempertahankan dan tidak
mengalihfungsikan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan.
39. Sistem Informasi lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah kesatuan komponen
yang terdiri atas kegiatan yang meliputi penyediaan data, penyeragaman, penyimpanan dan
pengamanan, pengolahan,pembuatan produk Informasi, penyampaian produk Informasi dan
penggunaan Informasi yang terkait satusama lain, serta penyelenggaraan mekanismenya pada
Perlindungan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan.
40. Data Dasar adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian, analisis, atau
kesimpulan dalam penyelenggaraan Sistem Informasi lahan sawah subak Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
41. Informasi adalah data yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan
dengan perlindungan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan.
42. Pembiayaan Perlindungan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah suatu
pendanaan dalam rangka melindungi lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan.
43. Sumber Pembiayaan adalah segala sumber pendanaan baik yang berasal dari anggaran
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, badan usaha maupun masyarakat yang
diperoleh dalam rangka penyelenggaraan Perlindungan lahan sawah subak Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
44. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
45. Bank Bagi Petani adalah badan usaha yang sekurang-kurangnya berbentuk lembaga keuangan
mikro dengan sumber pembiayaan yang diprioritaskan berupa dana pemerintah dan pemerintah
daerah sebagai stimulan, dana tanggung jawab sosial dan lingkungan badan usaha, serta dana
masyarakat dalam rangka meningkatkan permodalan bank untuk kesejahteraan petani.
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Perlindungan lahan sawah subak Sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan
berdasarkan asas:
a. manfaat;
b. keberlanjutan dan konsisten;
c. keterpaduan;
d. keterbukaan dan akuntabilitas;
e. kebersamaan dan gotong-royong;
f. partisipatif;
g. keadilan;
h. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
i. kelestarian lingkungan dan kearifan lokal;
j. desentralisasi;
k. tanggung jawab negara dan daerah ;
l. keragaman; dan
m. sosial dan budaya.
8
Pasal 3
Perlindungan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan dengan tujuan:
a. melindungi kawasan dan lahan sawah subak pertanian pangan secara berkelanjutan;
b. menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan;
c. mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;
d. melindungi kepemilikan lahan sawah subak pertanian pangan milik petani;
e. meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat;
f. meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani;
g. meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak;
h. mempertahankan keseimbangan ekologis dan resapan air;
i. mewujudkan revitalisasi pertanian;
J. menyeimbangkan ekosistem wilayah kabupaten; dan
k. menjaga kelestarian ruang terbuka hijau.
Pasal 4
Ruang lingkup Perlindungan lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
meliputi:
a. perencanaan dan penetapan subak lestari dan lahan sawah subak penyangga
b. pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan ;
c. penelitian;
d. pemanfaatan;
e. pembinaan;
f. pengendalian;
g. pengawasan;
h. sistem informasi;
i. perlindungan dan pemberdayaan petani;
j. pembiayaan; dan
k peran serta masyarakat.
Pasal 5
Lahan Subak yang ditetapkan sebagai lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dapat berupa:
a. lahan sawah subak atau subak abian yang berada di kawasan lindung, perlindungan
setempat, ruang terbuka hijau, dan kawasan budidaya pertanian dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Tabanan ;
b. lahan sawah subak beririgasi teknis dan semi teknis dan/atau;
c. Lahan subak abian yang berupa lahan kering tanaman pangan dan hortikultura.
BAB III
PERENCANAAN DAN PENETAPAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
Perlindungan lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan terhadap
lahan sawah yang berada di kawasan lindung, perlindungan setempat dan ruang terbuka hijau.
9
Pasal 7
(1) Lahan sawah subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana
dalam Pasal 6 yang tercantum dalam RTRW Daerah Kabupaten Tabanan 2012-2032.
(2) Lahan sawah subak dan lahan kering sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan di dalam
kawasan lahan pertanian pangan ditetapkan dengan memperhitungkan luas kawasan hasil
analisis konsisi fisik dan lingkungan wilayah, jumlah penduduk dan proreksi kebutuhan
pangan dalam kurun waktu tertentu Kabupaten Tabanan.
Bagian Kedua
Perencanaan
Pasal 8
(1) Pemerintah Daerah menetapkan Rencana Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dimuat dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
(2) Perencanaan subak lindung dan penyangga sebagai Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan
pada:
a. kawasan lahan subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
b. lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan
c. lahan subak penyangga sebagai lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
(3) Perencanaan subak lindung dan penyangga sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan terhadap lahan sawah subak dan subak abian
yang sudah ada.
(4) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada:
a. pertumbuhan penduduk dan kebutuhan konsumsi pangan penduduk;
b. pertumbuhan produktivitas lahan sawah dan lahan kering ;
c. kebutuhan pangan daerah dan nasional;
d. kebutuhan dan ketersediaan lahan sawah subak dan subak abian;
e. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
f. musyawarah petani.
(4) Perencanaan kebutuhan dan ketersediaan lahan sawah subak lindung dan penyangga sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d, dilakukan terhadap lahan sawah subak dan subak abian yang
sudah ada.
(5) Lahan sawah subak lindung, dan penyangga sebagaimana dimaksud pada ayat (4) didasarkan atas
kriteria:
a. kelestarian sumberdaya lahan pertanian;
b. kawasan lindung, penyangga, dan budidaya dalam RTRW dan RDTR;
c. ketersediaan jaringan irigasi dan infrastruktur lainnya;
d. penggunaan lahan;
e. potensi teknis lahan;
f. kesesuaian lahan; dan/atau
g. luasan kesatuan hamparan lahan sawah dan lahan kering.
(7) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. perencanaan jangka panjang, disususun untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun;
b. perencanaan jangka menengah ; disususun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan
10
c. perencanaan tahunan disususun untuk jangka waktu setiap tahun sesui dengan capaian
dalam perencanaan jangka menengah.
Pasal 9
(1) Perencanaan lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan jangka panjang
dan jangka menengah memuat analisis dan prediksi, sasaran, serta penyiapan luas baku lahan
sawah subak lindung/ lestari, penyangga dalam kurun waktu sekurang-kurangnya 40 tahun yang
akan datang sawah subak baku.
(2) Perencanaan sawah subak lindung dan penyangga secara spasial didapatkan dari analisis spasial
kondisi fisik dan lingkungan dan dapat diusulkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan.
(3) Analisis kondisi fisik dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan
zonasi lahan sawah dari hasil analisis digital peta-peta tematik kondisi fisik alam, lingkungan, dan
proyeksi: luas lahan sawah, jumlah penduduk, persedaian pangan dan kebutuhan pangan di masa
datang sekurang-kurangnya 20 tahun yang akan datang dengan menggunan teknologi sistim
informasi geografis (SIG).
(4) Zonasi lahan sawah subak sebagai mana dalam ayat (3) di kelompokkan ke dalam lahan sawah
subak lindung, penyangga dan lahan sawah dapat dikonversi sebagai persediaan lahan untuk
pembangunan.
(5) Perencanaan lahan sawah subak lindung dan penyangga sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan tahunan memuat sasaran produksi, luas tanam dan sebaran, serta kebijakan dan
pembiayaan.
Pasal 10
(1) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dijadikan dasar untuk menyusun prediksi
jumlah produksi, luas baku sawah dan lahan kering, dan sebaran lokasi lahan sawah subak dan
lahan kering yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta kegiatan yang
menunjang.
(2) Perencanaan jumlah produksi merupakan perencanaan besarnya produksi berbagai jenis Pangan
Pokok pada periode waktu tertentu di tingkat Kabupaten Tabanan
(3) Perencanaan luas dan sebaran lokasi lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan merupakan perencanaan mengenai luas lahan sawah subak lindung/lestari,
penyangga / cadangan, luas lahan sawah subak yang ada, dan intensitas pertanaman pertanian
pangan di tingkat Kabupaten Tabanan
Pasal 11
(1) Perencanaan lahan sawah subak sebagai lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan disusun di
tingkat Kota Denpasar.
(2) Perencanaan lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten
Tabanan mengacu pada perencanaan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan
Provinsi Bali
Pasal 12
(1) Perencanaan lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diawali dengan
penyusunan usulan perencanaan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah Kota Denpasar.
(2) Perencanaan usulan Perencanaan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan
berdasarkan:
a. RTRW Daerah Kabupaten Tabanan;
b. Perda Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang telah direncanaan di tingkat
Kabupaten/kota ditetapkan setelah adanya Perda di tingkat Provinsi Bali;
c. inventarisasi dan identifikasi lahan sawah subak dan subak abian;
11
d. analisis kondisi fisik dan lingkungan; dan/atau
e. koordinasi dengan instansi terkait dan pemangku kepentingan.
(3) Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, merupakan pendataan, penguasaan,
pemilikan, penggunaan, pemanfaatan, atau pengelolaan hak atas tanah pertanian pangan.
(4) Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan mengedepankan prinsip
partisipatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(5) Analisis kondisi fisik dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, merupakan
hasil zonasi lahan sawah subak lindung/lestari , dan lahan sawah subak sebagai penyangga/
konversi terbatas.
(6) Lahan sawah subak lindung/lestari dan penyangga merupakan lahan yang secara eksisting
penggunaan lahannya sawah dan atau sawah yang berada dikawasan RTHK.
(7) Luasan lahan sawah lindung/lestari sebagaimana ayat (5) sesui dengan hasil analisis sapasial
peta-peta tematik potensi fisik dan lingkungan, serta kebutuhan pangan minimal untuk 40 tahun
yang akan datang.
Pasal 13
(1) Usulan perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (6) dan (7) disebarkan kepada
masyarakat untuk mendapatkan tanggapan dan saran perbaikan.
(2) Tanggapan dan saran perbaikan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
pertimbangan perencanaan lahan sawah subak dan subak abian sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
(3) Usulan perencanaan lahan sawah subak lindung dan penyangga sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dapat diajukan oleh masyarakat untuk dimusyawarahkan dan dipertimbangkan
bersama pemerintah desa, kecamatan, dan Kabupaten Tabanan
Bagian Ketiga
Penetapan
Pasal 14
Penetapan Rencana Perlindungan lahan sawah subak dan subak abian sebagai Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Tahunan Kabupaten Tabanan .
Pasal 15
(1) Perlindungan lahan sawah subak dan subak abian sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
dilakukan dengan penetapan:
a. kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
b. lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di dalam dan di luar Kawasan Pertanian Pangan
Berkelanjutan; dan
c. lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan di dalam dan di luar Kawasan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
(2) Sebaran secara spasial lahan sawah subak dan subak abian sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada analisis kondisi fisik dan
lingkungan.
12
Pasal 16
(1) Penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf
a merupakan bagian dari penetapan rencana tata ruang kawasan perdesaan di wilayah Kabupaten
Tabanan dalam rencana tata ruang Kabupaten Tabanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi dasar peraturan zonasi yang tercantum dalam Rencana Rinci, dalam Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) atau Rencana Kawasan Strategis Sosial Budaya di Kabupaten Tabanan.
(3) Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
evaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Pasal 17
(1) Penetapan lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 huruf b merupakan bagian dari penetapan dalam bentuk rencana rinci
tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penetapan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menjadi dasar bagi penyusunan peraturan zonasi.
Pasal 18
Penetapan lahan sawah subak penyangga sebagai kawasan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
dan atau sebagai penyanga, konversi terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c
merupakan bagian dari penetapan dalam bentuk rencana rinci tata ruang wilayah Kota Denpasar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
(1) Penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan kabupaten diatur dalam Peraturan Daerah
dalam RDTR dan Peraturan Zonasi Kecamatan di wilayah Kabupaten Tabanan.
(2) Penetapan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 20
(1) Dalam hal suatu Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan tertentu memerlukan perlindungan
khusus, kawasan tersebut dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional dan daerah.
(2) Perlindungan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. luas kawasan pertanian pangan;
b. produktivitas kawasan pertanian pangan;
c. potensi teknis lahan;
d. keandalan infrastruktur;
e. ketersediaan sarana dan prasarana pertanian; dan
f. zonasi lahan sawah subak hasil analisis kondisi fisik dan lingkungan
(3) Kawasan lahan sawah subak pertanian dan/ atau lahan sawah subak subak di wilayah
Kabupaten Tabanan ditetapkan sebagai kawasan strategis sosial budaya agraris Kabupaten
Tabanan merupakan kawasan heritage yang perlu mendapatkan perlindungan khusus.
Dicantumkan dalam RTRW dan RDTR Kabupaten Tabanan dan usulan dari masyarakat.
13
Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, persyaratan, dan kriteria penetapan perlindungan lahan
sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
sampai dengan Pasal 23 diatur dalam Peraturan Bupati.
BAB IV
PENGEMBANGAN
Bagian Kesatu
Intensifikasi, Ekstensifikasi dan Swasembada Pangan
Pasal 22
(1) Pengembangan terhadap lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
meliputi intensifikasi dan ekstensifikasi lahan.
(2) Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tabanan, masyarakat dan/atau korporasi yang kegiatan pokoknya di bidang agribisnis tanaman
pangan.
(3) Korporasi yang dimaksud pada ayat (2) dapat berbentuk koperasi dan/atau perusahaan inti plasma
dengan mayoritas sahamnya dikuasai oleh warga Kabupaten Tabanan.
(4) Dalam hal pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah Kabupaten Tabanan melakukan inventarisasi dan identifikasi.
Pasal 23
Intensifikasi Kawasan Subak Sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (1) dilakukan dengan:
a. pengembangan dan normasilisasi jaringan irigasi;
b. Optimasi lahan
c. peningkatan kesuburan tanah dan penyediaan pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman;
d. pengembangan system of Rice Intensification (SRI);
e. penyediaan sarana dan prasaran pertanian ( (benih, pupuk, pestisida)
f. pemanfaatan teknologi pertanian dan penyediaan bantuan alat dan mesin pertanian;
g. pencegahan, penanggulangan dan pengendalaian OPT dan dampak perubahan iklim;
h. pendiversifikasian tanaman pangan;
i. pengembangan sistim budidaya pertanian terpadu;
j. pengembangan inovasi pertanian;
k. penyuluhan pertanian;
l. jaminan akses permodalan;
m. Asuransi pertanian, dan/atau
n. Pengawalan/pendampingan.
Pasal 24
(1) Ekstensifikasi Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 ayat (1) dilakukan dengan: penetapan lahan sawah subak penyangga sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
14
(2) Ekstensifikasi Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan dapat bersumber dari Lahan
Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau dapat berasal dari lahan sawah tadah
hujan, lahan kering, dan lahan sawah terlantar.
Pasal 25.
Pengembangan dan normalisasi jaringan irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a,
dapat dilakukan dengan:
a. pembangunan jaringan irigasi baru, bendungan /waduk, dan/atau cekdam/embung;
b. peningkatan, dan/atau perbaikan/penyempurnaan jaringan irigasi guna mengembalikan
/peningkatan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula sehingga menambah luas areal
tanam dan/atau meningkatkan intensitas penanaman (IP);
c. Pengembangan dan normalisasi jaringan irigasi diarahkan pada jaringan irigasi subak
berkoordinasi dengan sedana agung, dan/atau majelis subak.
Pasal 26
(1) Optimasi lahan sebagaimana dalam Pasal 23, butir b, adalah upaya peningkatan Indeks
Pertanaman (IP) dan produktivitas padi, jagung dan/atau kedelai pada lahan sawah dan non sawah
melalui penyediaan sarana dan sarana pertanian.
(2) Indeks Pertanaman (IP) adalah frekuensi penanaman pada sebidang lahan pertanian untuk
memproduksi padi, jagung/kedelai dalam kurun waktu satu tahun.
(3) Optimasi lahan sebagaimana dalam ayat (1) dilakukan dengan:
a. meningkatkan IP pada lahan sawah melalui penyediaan prasarana dan sarana pertanian;
b. memberikan fasilitas bantuan pupuk, benih dan alsintan serta pendampingan dari
penyuluh pertanian setempat;
c. pengelolaan tanaman terpadu;
d. mengidentifikasi dan mengusunkan calon petani dan calon lokasi untuk kegiatan
percepatan optimasi lahan;
e. mengawasi distribusi bantuan pupuk dan alsintan, dan/atau;
f. melakukan pembinaan, monitoring, evaluasi kegiatan percepatan optimasi lahan bersama
dengan badan pelaksana penyuluhan.
Pasal 27
Percepatan swasembada pangan dapat dilakukan dengan:
a. gerakan penganekaragaman pangan;
b. upaya khusus (UPSUS) peningkatan swasembaga pangan dan peningkatan produksi
komoditas strategis
c. upaya skuhusu (UPSUS) percepatan peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai
melalui perbaikan jaringan irigasi dan sarana produksinya;
d. upaya khusus (UPSUS) percepatan optimasi lahan;
e. upaya skhusu (UPSUS) peningkatan komoditas strategis
15
BAB V
PENELITIAN
Pasal 28
(1) Perlindungan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan dengan dukungan
penelitian untuk peningkatan produktivitas.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan
dan para akademisi.
(3) Penelitian lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:
a. pengembangan penganekaragaman pangan;
b. identifikasi dan pemetaan kesesuaian lahan;
c. pemetaan zonasi lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (
lindung, penyangga dan dapat dikonversi) ;
d. inovasi pertanian dengan mengangkat kearifan lokal;
e. fungsi agroklimatologi dan hidrologi;
f. fungsi ekosistem; dan
g. peningkatan fungsi sosial budaya dan kearifan lokal.
(4) Lembaga penelitian dan/atau perguruan tinggi berperan serta dalam penelitian.
Pasal 29
Penelitian lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan terhadap lahan sawah subak
yang sudah ada maupun terhadap lahan sawah subak penyangga untuk ditetapkan sebagai lahan sawah
subak Pertanian Pangan Berkelanjutan dan lahan sawah subak Cadangan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
Pasal 30
Hasil penelitian lahan sawah subak sebagai Lalahan Pertanian Pangan Berkelanjutan merupakan
informasi publik yang dapat diakses oleh petani dan pengguna lainnya melalui Pusat Informasi
Pertanian Pangan Berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PEMANFAATAN
Pasal 31
(1) Pemanfaatan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan dengan menjamin
konservasi tanah dan air.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan konservasi tanah dan
air, yang meliputi:
a. perlindungan sumberdaya lahan sawah subak dan air;
b. pelestarian sumberdaya lahan sawah subak dan air;
c. pengelolaan kualitas lahan sawah subak dan air; dan
d. pengendalian pencemaran.
(3) Pelaksanaan konservasi tanah dan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
16
Pasal 32
(1) Setiap orang yang memiliki hak atas tanah yang ditetapkan sebagai lahan sawah subak Pertanian
Pangan Berkelanjutan berkewajiban:
a. memanfaatkan tanah sesuai peruntukan; dan
b. mencegah kerusakan irigasi.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi pihak lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berperan serta dalam:
a. menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah;
b. mencegah kerusakan lahan; dan
c. memelihara kelestarian lingkungan.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi kewajiban Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Setiap orang yang memiliki hak atas tanah yang ditetapkan sebagai lahan sawah subak Pertanian
Pangan Berkelanjutan, yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dan menimbulkan akibat rusaknya lahan sawah subak wajib untuk memperbaiki kerusakan
tersebut.
BAB VII
PEMBINAAN
Pasal 33
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan:
a. pembinaan setiap orang yang terikat dengan pemanfaatan lahan sawah subak Pertanian
Pangan Berkelanjutan; dan
b. perlindungan terhadap lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. koordinasi perlindungan;
b. sosialisasi peraturan perundang-undangan;
c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi;
d. pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat;
e. penyebarluasan informasi Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan lahan sawah subak
Pertanian Pangan Berkelanjutan;dan/atau
f. peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati
BAB VIII
PENGENDALIAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 34
(1) Pengendalian lahan sawah subak sebagai lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan secara
terkoordinasi.
(2) Pemerintah Daerah menugaskan/menetapkan Satuan Perangkat Daerah (SKPD) untuk
melakukan koordinasi pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
17
Pasal 35
Pengendalian sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui pemberian:
a. insentif;
b. disinsentif;
c. mekanisme perizinan;
d. proteksi; dan
e. penyuluhan.
Bagian Kedua
Insentif dan Disinsentif
Pasal 36
(1) Pemerintah Daerah memberikan insentif terhadap Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a diberikan kepada petani berupa:
a. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan;
b. pengembangan infrastruktur pertanian;
c. pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul;
d. kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi;
e. penyediaan bantuan sarana dan prasarana produksi pertanian;
f. jaminan penerbitan sertifikat bidang tanah pertanian pangan melalui pendaftaran tanah
secara sporadik dan sistematik, dan/atau;
g. penghargaan bagi petani berprestasi tinggi.
h, pengawalan/pendampingan, dan/atau;
i. Asuransi Pertanian.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pemberian insentif pengelolaan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati
Pasal 37
(1) Kriteria dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf f diatur
dengan diawali melalui pemberian tanda khusus terhadap kepemilikan tanah sawah pada Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan yang diterbitkan oleh Instansi yang membidangi urusan
pertanahan.
(2) Pemberian tanda khusus terhadap surat hak kepemilikan tanah sawah pada Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan dengan instansi
yang membidangi perencanaan pembangunan, instansi yang membidangi pertanian, dan instansi
yang membidangi infrastruktur.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian tanda khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
Pasal 38
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan dapat memberikan insentif dalam
bentuk pengalokasian anggaran secara khusus atau bentuk lainnya kepada pemerintah daerah
Kabupaten Tabanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemerintah daerah Kabupaten Tabanan dapat memberikan insentif dalam bentuk pengalokasian
anggaran secara khusus atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
18
Pasal 39
(1) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a dan Pasal 36 diberikan dengan
mempertimbangkan:
a. jenis lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
b. kesuburan tanah;
c. luas tanam;
d. irigasi;
e. tingkat fragmentasi lahan;
f. produktivitas usaha tani;
g. lokasi;
h. kolektivitas usaha pertanian; dan/atau
i. praktik usaha tani ramah lingkungan.
(2) Selain insentif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pemerintah daerah Kabupaten Tabanan
dapat memberikan insentif lainnya sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 40
Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 berupa pencabutan insentif dikenakan kepada
petani yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32.
Pasal 41
Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
sampai dengan Pasal 40 diatur dalam Peraturan daerah yang mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 12 tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Bagian Ketiga
Alih Fungsi Lahan Sawah Subak Sebagai
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Pasal 42
(1) Pemerintah Daerah melindungi luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang telah ditetapkan
sebagai lahan sawah subak lindung dan penyangga, dan dilarang dialihfungsikan, kecuali
pengadaan tanah kepentingan umum dan terjadi bencana.
(2) Dalam hal untuk kepentingan umum, lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan lahan subak penyangga dapat
dialihfungsikan, dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal terjadi bencana sehingga pengalihan fungsi lahan sawah subak untuk infrastruktur
tidak dapat ditunda, persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b tidak
diberlakukan.
(5) Penyediaan lahan sawah subak pengganti terhadap lahan sawah subak sebagai lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan yang dialihfungsikan untuk infrastruktur akibat bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilakukan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan setelah alih fungsi
dilakukan.
(6) Pembebasan kepemilikan hak atas tanah yang dialihfungsikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf c dilakukan dengan pemberian ganti rugi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
19
Pasal 43
Dalam hal untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) digunakan untuk
pembangunan:
a. pertahanan dan keamanan nasional;
b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi
kereta api;
c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi,
dan bangunan pengairan lainnya;
d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;
f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;
g. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;
h. tempat pembuangan dan pengolahan sampah;
i. rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;
j. fasilitas keselamatan umum;
k. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;
l. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;
m. cagar alam dan cagar budaya;
n. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa;
o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan untuk
masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;
p. prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah;
q. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan
r. pasar umum dan lapangan parkir umum.
Pasal 44
(1) Selain alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk kepentingan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) juga dapat dilakukan untuk pengadaan tanah guna kepentingan umum
lainnya yang ditentukan oleh undang-undang dan dimuat dalam rencana pembangunan daerah
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah daerah.
Bagian Keempat
Persyaratan Pengalihfungsian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Pasal 45
(1) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang mengakibatkan beralihfungsinya Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan harus memenuhi persayaratan:
a. memiliki kajian kelayakan strategis;
b. mempunyai rencana alih fungsi lahan;
c. pembebsan kepemilikan haknya dari pemilik; dan
d. ketersediaan lahan pengganti terhadap lahan sawah subak Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang dialihfungsikan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pengadaan tanah untuk kepentingan umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati Denpasar.
20
Bagian Kelima
Tata Cara Pengalihfungsian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Pasal 46
(1) Pengalihfungsian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diusulkan oleh pihak yang
mengalihfungsikan kepada Bupati terhadap Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dalam
wilayah Kota Denpasar.
(2) Pengalihfungsian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diusulkan oleh pihak yang
mengalihfungsikan kepada Bupati terhadap Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang berada
pada wilayahnya, bila dalam lintas Kabupaten/Kota diusulkan kepada Gubernur disertai
rekomendasi dari Bupati Tabanan.
(3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan setelah mendapat
persetujuan dari Bupati, Gubernur dan Menteri.
Pasal 47
(1) Persetujuan alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diberikan oleh kabupaten/ Bupati
dalam hal lahan yang dialihfungsikan dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota,atau diberikan oleh
Gubernur dalam hal lahan yang dialihfungsikan lintas Kabupaten/Kota setelah dilakukan
verifikasi.
(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim verifikasi daerah yang
dibentuk oleh Bupati/Walikota untuk tim verifikasi Kabupaten/Kota dan oleh Gubernur untuk tim
verifikasi Provinsi.
(3) Keanggotaan tim verifikasi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri dari:
a. SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang pertanian;
b. SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang perencanaan pembangunan daerah;
c. SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang pembangunan infrastruktur;
d. SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang tata ruang; dan
e. instansi yang tugas dan fungsinya di bidang pertanahan.
Pasal 48
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diatur
dengan Peraturan Bupati Denpasar.
Bagian Keenam
Ganti Rugi
Pasal 49
(1) Setiap pemilik Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dialihfungsikan wajib diberikan ganti
rugi oleh pihak yang mengalihfungsikan.
(2) Selain ganti rugi kepada pemilik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pihak yang
mengalihfungsikan wajib mengganti nilai investasi infrastruktur pada Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang dialihfungsikan.
(3) Penggantian nilai investasi infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperuntukkan bagi
pembiayaan pembangunan infrastruktur di lokasi lahan pengganti.
21
(4) Biaya ganti rugi dan nilai investasi infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dan pendanaan penyediaan lahan pengganti bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Tabanan
(5) Besaran nilai investasi infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada:
a. taksiran nilai investasi infrastruktur yang telah dibangun pada lahan yang dialihfungsikan;
dan
b. taksiran nilai investasi infrastruktur yang diperlukan pada lahan pengganti.
(6) Taksiran nilai investasi infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan secara
terpadu oleh tim yang terdiri dari instansi yang membidangi urusan infrastruktur dan yang
membidangi urusan pertanian.
(7) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dibentuk oleh Bupati Denpasar.
Pasal 50
(1) Penyediaan lahan sawah subak pengganti terhadap lahan sawah subak Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang dialihfungsikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf d
dilakukan atas dasar kesesuaian lahan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. paling sedikit tiga kali luas lahan sawah subak dalam hal yang dialihfungsikan lahan sawah
subak beririgasi, dan ;
b. paling sedikit satu kali luas lahan sawah subak dalam hal yang dialihfungsikan lahan sawah
subak tidak beririgasi.
(2) Penyediaan lahan sawah subak pertanian pangan sebagai pengganti lahan sawah subak sebagai
Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah harus dimasukkan
dalam penyusunan Rencana Program Tahunan, Rencana Program Jangka Menengah (RPJM)
maupun Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) instansi terkait pada saat alih fungsi
direncanakan.
(3) Penyediaan lahan pertanian pangan sebagai lahan sawah subak pengganti sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan dengan penetapan lahan sawah subak pertanian sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
(5) Untuk keperluan penyediaan lahan sawah subak pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah melakukan inventarisasi lahan sawah subak yang sesuai dan daftar lahan sawah subak
tersebut dalam suatu Pusat Informasi lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Pasal 51
Segala kewajiban yang harus dilakukan dalam proses penggantian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 sampai dengan Pasal 49 menjadi tanggung jawab pihak yang melakukan pengalihfungsian lahan
sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Pasal 52
Dalam hal terjadi keadaan memaksa yang mengakibatkan musnahnya dan/atau rusaknya lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan secara permanen, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah melakukan
penggantian lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sesuai kebutuhan.
Pasal 53
Lahan sawah subak pengganti sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati dalam hal lahan sawah subak pengganti
terletak di dalam wilayah Kota Denpasar.
22
Pasal 54
(1) Segala bentuk perizinan yang mengakibatkan alih fungsi lahan sawah subak sebagai Pertanian
Pangan Berkelanjutan batal demi hukum, kecuali untuk kepentingan umum.
(2) Setiap orang yang melakukan alih fungsi tanah lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mengembalikan keadaan tanah lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
ke keadaan semula.
(3) Setiap orang yang memiliki Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dapat mengalihkan
kepemilikan lahannya kepada pihak lain dengan tidak mengubah fungsi lahan sawah subak
tersebut sebagai lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Pasal 55
(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat merusak irigasi dan infrastruktur lainnya
serta mengurangi kesuburan tanah sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
(2) Setiap orang yang melakukan kegiatan yang mengakibatkan kerusakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib melakukan rehabilitasi.
Pasal 56
Bupati melakukan koordinasi pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 sampai
dengan Pasal 51, yang pelaksanaannya dilakukan oleh SKPD yang tugas dan tanggungjawabnya di
bidang pertanahan.
Pasal 57
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihfungsian, nilai investasi infrastruktur, kriteria, luas lahan
sawah subak yang dialihfungsikan, ganti rugi pembebasan lahan sawah subak dan penggantian lahan
sawah subak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45sampai dengan Pasal 55 diatur dalam Peraturan
Bupati Tabanan
BAB IX
PENGAWASAN
Pasal 58
(1) Untuk menjamin tercapainya Perlindungan lahan sawah subak sebgai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dilakukan pengawasan terhadap kinerja:
a. perencanaan dan penetapan;
b. pengembangan;
c. pemanfaatan;
d. pembinaan; dan
e. pengendalian.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara berjenjang oleh
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah Kabupaten Tabanan sesuai
kewenangannya.
Pasal 59
(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 meliputi:
a. pelaporan;
b. pemantauan; dan
23
c. evaluasi.
(2) Pemerintah Kabupaten Tabanan berkewajiban menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud
dalam pasal ayat (1) kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.
(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara berjenjang oleh pemerintahan
desa/kelurahan kepada pemerintah daerah Kabupaten Tabanan.
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kinerja perencanaan dan penetapan,
pengembangan, pembinaan dan pemanfaatan, serta pengendalian.
(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Bupati kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tabanan dalam bentuk laporan tahunan.
Pasal 60
(1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf b dan huruf c dilakukan
dengan mengamati dan memeriksa laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) dengan
pelaksanaan di lapangan.
(2) Apabila hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti terjadi
penyimpangan, DPRD wajib mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB X
SISTEM INFORMASI
Pasal 61
(1) Pemerintah daerah Kabupaten Tabanan menyelenggarakan Sistem Informasi Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang dapat diakses oleh masyarakat, melalui:
a. media elektronik internet;
b. media elektronik intranet pusat informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan daerah;
dan/atau
c. media cetak.
(2) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi.
(3) Sistem informasi lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sekurang-
kurangnya memuat data lahan sawah subak tentang:
a. kawasan lahan sawah subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
b. lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
c. lahan sawah subak sebagai lahan penyangga / Lahan Cadangan Pertanian Pangan
Berkelanjutan; dan
d. Tanah Telantar dan subyek haknya.
(4) Data lahan sawah subak dalam sistem informasi lahan sawah subak Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-kurangnya memuat informasi
tentang:
a. Kondisi fisik alamiah dan lingkungan;
b. fisik buatan;
c. kondisi sumber daya manusia dan sosial ekonomi;
d. status kepemilikan dan/atau penguasaan;
e. luas dan lokasi lahan; dan
24
f. jenis komoditas tertentu yang bersifat pangan pokok.
g. IP dan pola tanam dalam setahun
(5) Informasi lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan setiap tahun kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Tabanan dalam hal informasi lahan sawah subak Pertanian Kabupaten Tabanan oleh
bupati Tabanan.
Pasal 62
(1) Bupati bertanggung jawab untuk melakukan inventarisasi data dasar pertanian pangan
berkelanjutan.
(2) Data dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk:
a. peta dasar;
b. peta tematik; dan/atau
c. keterangan yang diturunkan dari data penginderaan jauh dan survei lapangan.
(3) Hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) disampaiakn kepada Walikota.
Pasal 63
(1) Penyebaran informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dilakukan sampai kecamatan dan
desa.
(2) Sistem informasi dan administrasi pertanahan lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dikelola oleh Pusat Informasi lahan sawah subak sebagai lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang dikoordinasikan antar lembaga pemerintah di bidang pertanahan, lembaga
Pemerintah di bidang statistik, dan instansi pemerintah terkait lainnya.
Pasal 64
(1) Penyebaran informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dilakukan sampai kecamatan dan
desa.
(2) Walikota mengkoordinasikan Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan untuk
keperluan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, 62, dan
Pasal 63 diatur dalam Peraturan Bupati.
BAB XI
PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI
Pasal 65
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melindungi dan memberdayakan petani, kelompok
petani, koperasi petani, serta asosiasi petani.
(2) Perlindungan petani sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa pemberian jaminan:
a. harga komoditas pangan pokok yang menguntungkan;
b. memperoleh sarana produksi dan prasarana pertanian;
c. pemasaran hasil pertanian pangan pokok;
d. pengutamaan hasil pertanian pangan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan
nasional; dan/atau
e. ganti rugi akibat gagal panen.
25
(3) Perlindungan sosial bagi petani kecil merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
jaminan sosial nasional yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 66
(1) Pemberdayaan petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (3) meliputi:
a. penguatan kelembagaan petani;
b. penyuluhan dan pelatihan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia;
c. pemberian fasilitas sumber pembiayaan/permodalan;
d. pemberian bantuan kredit kepemilikan lahan sawah subak pertanian;
e. pembentukan Bank Bagi Petani;
f. Penyediaan asuransi pertanian;
g. pemberian fasilitas pendidikan dan kesehatan rumah tangga petani; dan/atau
h. pemberian fasilitas untuk mengakses ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan Pasal 65 diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 67
(1) Sejalan dengan pendirian Bank Bagi Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf e
dibentuk lembaga pembiayaan mikro di bidang pertanian baik berbentuk konvensional Lembaga
Perkriditas Daerah / maupun syariah di tingkat kabupate.
(2) Dalam membentuk lembaga pembiayaan mikro di bidang pertanian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Walikota berkoordinasi dengan lembaga terkait
(3) Sumber pembiayaan untuk pembentukan lembaga pembiayaan mikro memanfaatkan:
a. dana dari Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai stimulan;
b. dana tanggung jawab sosial dan lingkungan dari badan usaha sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan/atau
c. dana masyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Bank Bagi Petani sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan perundang-undangan.
BAB XII
PEMBIAYAAN
Pasal 68
(1) Pembiayaan perlindungan lahan sawah subak sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tabanan .
(2) Pembiayaan perlindungan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan selain bersumber
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh dari dana tanggung jawab sosial dan
lingkungan dari badan usaha.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIII
26
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 69
(1) Masyarakat berperan serta dalam perlindungan kawasan dan lahan sawah subak lindung sebagai
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara perorangan
dan/atau berkelompok.
(3) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam tahapan:
a. perencanaan;
b. pengembangan;
c. penelitian;
d. pengawasan;
e. pemberdayaan petani; dan/atau
f. pembiayaan.
Pasal 70
Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) dilakukan melalui:
a. pemberian usulan perencanaan, tanggapan, dan saran perbaikan atas usulan perencanaan
kota dalam perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9;
b. pelaksanaan kegiatan intensifikasi dalam pengembangan lahan sawah subak lindung
sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
c. penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (3) dilakukan bekerjasama
dengan universitas;
d. penyampaian laporan dan pemantauan terhadap kinerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9, dan Pasal 60;
e. pemberdayaan petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66;
f. pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat dilakukan dalam pengembangan
lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan;
g. pengajuan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan di wilayahnya; dan
h. pengajuan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana lahan sawah subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
Pasal 71
Dalam hal perlindungan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan, masyarakat berhak:
a. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana lahan sawah subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di wilayahnya; dan
b. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana lahan sawah subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
BAB XIV
SANKSI ADMINISTRATIF
27
Pasal 72
(1) Setiap orang yang melanggar kewajiban atau larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, 32,
Pasal 42, 46, 46,47, 50 sampai dengan pasal 55 dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi lahan;
i. pencabutan insentif; dan/atau
j. denda administratif.
(3) Setiap pejabat pemerintah yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi dan besarnya denda administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati Tabanan
BAB XV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 73
(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) di lingkungan instansi Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Perlindungan lahan sawah subak Pertanian Pangan Berkelanjutan diberi wewenang khusus sebagai
penyidik untuk membantu Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan
tindak pidana dalam bidang Perlindungan lahan sawah subak lindung sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
b. melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana dalam
bidang Perlindungan lahan sawah subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang sehubungan dengan peristiwa tindak pidana
dalam bidang Perlindungan lahan sawah subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen yang berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang
Perlindungan lahan sawah subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti dan dokumen
lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap barang hasil pelanggaran yang dapat
dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dalam bidang Perlindungan lahan sawah subak
lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan
28
f. meminta bantuan tenaga ahli dan/atau saksi ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana dalam bidang Perlindungan lahan sawah subak lindung sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
(3) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan kepada
Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memerlukan tindakan
penangkapan dan penahanan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil melakukan koordinasi dengan
Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut
umum melalui Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan Pejabat PPNS dan tata cara serta proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XVI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 74
(1) Orang perseorangan yang melakukan alih fungsi lahan sawah subak lindung sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara kurungan paling lama lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak dan denda
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Orang perseorangan yang tidak melakukan kewajiban mengembalikan keadaan lahan sawah
subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ke keadaan semula sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), Pasal 52, 53, 54 dan Pasal 55 dipidana dengan pejara
kurungan lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp 50.000.000 dan/atau sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh pejabat
pemerintah, pidananya ditambah 1/3 (satu pertiga) dari pidana yang diancamkan.
Pasal 75
Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pengalihfungsian lahan sawah subak
lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 76
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
oleh suatu korporasi, pengurusnya dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana berupa:
a. perampasan kekayaan hasil tindak pidana;
b. pembatalan kontrak kerja dengan pemerintah;
c. pemecatan pengurus; dan/atau
d. pelarangan pada pengurus untuk mendirikan korporasi dalam bidang usaha yang sama.
29
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana diatur dalam bab ini menimbulkan kerugian, pidana yang
dikenai dapat ditambah dengan pembayaran kerugian.
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 77
(1) Pada saat Peraturan daerah ini diundangkan sedangkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tabanan sudah ditetapkan, penetapan Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, lahan
sawah subak lindung sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan lahan sawah subak
penyangga atau Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 18 dilakukan dengan Peraturan Bupati sampai diadakan perubahan atas Peraturan Daerah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabanan
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 78
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tabanan.
Ditetapkan di Tabanan ……
pada tanggal …………………..
…......................................
Bupati Tabanan
Diundangkan Di Tabanan
pada tanggal
Sekda Kabupaten Tabanan