kaidah hukum islam

17
BAB I PENDAHULUAN Adapun pengertian Kaidah Fiqhiyah, dapat diurai dari kaidah dan Fiqih. Kaidah menurut Dr. Ahmad Muhammad Asy- Syafi’i dalam buku Ushul Fiqh Islami adalah: “Hukum yang bersifat universal (kulli) yang diikuti oleh satuan satuan hukum juz’i yang banyak”. Sementara arti fiqih dari beberapa definisi yang dikemukankan fuqaha’ berkisar pada rumusan berikut: 2 ) 1. Fiqh merupakan bagian dari Syaria’ah 2. Hukum yang dibahas mencakup hukum amali 3. Obyek hukum pada orang-orang mukallaf 4. Sumber hukum berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah atau dalil lain yang bersumber pada kedua sumber utama tersebut Dengan demikian pengertian Kaidah Fiqhiyah dapat diartikan diantaranya sebagai, “Hukum–hukum yang berkaitan dengan asas hukum yang dibangun oleh Syari’ serta tujuan-tujuan yang dimaksud dalam pensyariatannya “ (Ahmad Muhammad Asy- Syafi’i 1983:5), atau “Sebagai suatu jalan untuk mendapatkan kemaslahatan dan menolak kerusakan” (Imam Abu Muhammad Izzuddin ibnu Abbas Salam).

Upload: bunga-mawar

Post on 05-Aug-2015

433 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kaidah Hukum Islam

BAB I

PENDAHULUAN

Adapun pengertian Kaidah Fiqhiyah, dapat diurai dari kaidah dan Fiqih. Kaidah

menurut Dr. Ahmad Muhammad Asy- Syafi’i dalam buku Ushul Fiqh Islami adalah:

“Hukum yang bersifat universal (kulli) yang diikuti oleh satuan satuan hukum juz’i yang

banyak”. Sementara arti fiqih dari beberapa definisi yang dikemukankan fuqaha’ berkisar

pada rumusan berikut:2)

1. Fiqh merupakan bagian dari Syaria’ah

2. Hukum yang dibahas mencakup hukum amali

3. Obyek hukum pada orang-orang mukallaf

4. Sumber hukum berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah atau dalil lain yang bersumber

pada kedua sumber utama tersebut

Dengan demikian pengertian Kaidah Fiqhiyah dapat diartikan diantaranya

sebagai, “Hukum–hukum yang berkaitan dengan asas hukum yang dibangun oleh Syari’

serta tujuan-tujuan yang dimaksud dalam pensyariatannya “ (Ahmad Muhammad Asy-

Syafi’i 1983:5), atau “Sebagai suatu jalan untuk mendapatkan kemaslahatan dan

menolak kerusakan” (Imam Abu Muhammad Izzuddin ibnu Abbas Salam).

Qawaidul Ushuliyah (kaidah-kaidah Ushul) adalah suatu kebutuhan bagi kita

semua khususnya mahasiswa STAIN Pamekasan, calon mujtahid yang akan meneruskan

perjuangan pendahulu-pendahulu kita dalam membela dan menegakkan islam dimanapun

berada. Banyak dari kita yang kurang mengerti bahkan ada yang belum mengerti sama

sekali apa itu Qawaidul ushuliyah. Maka dari itu, kami selaku penyusun mencoba untuk

menerangkan tentang kaidah-kaidah ushul, mulai dari pengertian, perkembangan,

sumber-sumbernya, dan beberapa urgensi dari kaidah-kaidah ushul.

Page 2: Kaidah Hukum Islam

BAB II

PEMBAHASAN

KAIDAH-KAIDAH HUKUM ISLAM

A. PENGERTIAN KAIDAH USHUL FIQH

Sebagai studi ilmu agama pada umumnya, kajian ilmu tentang kaidah-kaidah

ushul diawali dengan definisi. Defenisi ilmu tertentu diawali dengan pendekatan

kebahasaan. Dalam studi ilmu kaidah ushul fiqh, kita akan mencoba menjelaskan

beberapa permasalahan mulai dari defenisi kaidah secara bahasa dan istilah, defenisi

ushul fiqh secara bahasa dan istilah, defenisi kaidah-kaidah ushuliyyah secara bersamaan.

Didalam seluruh defenisi tadi terdapat perbedaan pendapat dalam kalangan ulama,

penyusun akan mencoba menulis beberapa defenisi dari kalangan ulama atau hanya

sekedar menulis defenisi yang menurut penyusun lebih rajih atau lebih kuat.

Defenisi kaidah

Qawaid merupakan bentuk jamak dari qaidah, yang kemudian dalam bahasa

Indonesia disebut dengan istilah kaidah yang berarti “aturan atau patokan”. Dalam bahasa

arab, kaidah memilik banyak arti diataranya: al-asas (dasar atau pondasi), al-Qanun

(peraturan dan kaidah dasar), al-Mabda’ (prinsip), dan al-nasaq (metode atau cara). Al

Qi’dah (cara duduk, yang baik atau yang buruk), Qo’id ar rojul (Istrinya), Dzul Qo’dah

(nama salah satu bulan qomariyah yang mana orang arab tidak mengadakan perjalanan

didalamnya) dan lain sebagainya.

Dari seluruh arti tadi dapat kita simpulkan bahwa kaidah secara bahasa artinya

tidak akan keluar dari dasar atau pondasi dan tempat sesuatu.

Adapun secara istilah banyak sekali defenisi yang di buat oleh para ulama, tetapi

yang paling lengkap dan paling baik menurut penyusun adalah:

”Suatu perkara kulli (kaidah-kaidah umum) yang berlaku pada semua bagian-

bagiannya.“

Page 3: Kaidah Hukum Islam

Definisi Ushul Fiqh

Dilihat dari segi kebahasaan, kata Ushul Al-Fiqh terdiri dari dua kata yang punya

makna tersendiri, yaitu Ushul dan Al-Fiqh. Ushul adalah jamak dari kata al-ashlu

bermakna dasar-dasar yang menjadi landasan bagi tumbuhnya sesuatu yang

lainSedangkan fiqh adalah mengetahui ketentuan-ketentuan hukum syara’ untuk berbagai

perbuatan mukallaf, melalui kejian-kajian ijtihad dari dalil-dalilnya yang terinci. Dengan

demikian ushul al-fiqh adalah sekumpulan dalil yang menjadi dasar tumbuh dan

terbinanya fiqh, serta menghubungkannya pada dalil-dalil nash dan ijma’ sahabat

B.     DEFINISI KAIDAH-KAIDAH USHULIYAH

Dr. Jailany mendefinisikan sebagai:” hukum kulli (bersifat umum) yang berdiri

diatasnya furu’ fiqhiyah yang di bentuk dengan bentuk umum dan akurat”.

Defenisi ini belum maani’ karena kaidah-kaidah fiqh masih masuk didalamnya.

Prof. Dr. Muhammad Syabir mendefinisikan sebagai:” ”Suatu perkara kulli

(kaidah-kaidah umum) yang dengannya bisa sampai pada pengambilan kesimpulan

hukum syar’iyyah al far’iyyah dari dalil-dalilnya yang terperinci”.

Defenisi yang menurut penyusun lebih akurat adalah:” Hukum kulli (umum) yang

dibentuk dengan bentuk yang akurat yang menjadi perantara dalam pengambilan

kesimpulan fiqh dari dalil-dalil, dan cara penggunaan dalil serta kondisi pengguna dalil”.

C.    DIFINISI KAIDAH-KAIDAH FIQHIYAH

Menurut Bani Ahmad Salbani kaidah fiqhiyah adalah pedoman umum dan

universal bagi pelaksanaan hukum islam yang mencakup seluruh bagiannya. Titik tolak

pelaksanaan hukum islam diatur oleh kaidah-kaidah yang berifat universal yang

merupakan stasiun keberangkatan suatu perbuatan. Sebagaimana ada kaidah yang

menyatakan bahwa keyakinan tidak terkalahkan oleh keraguan,setiap perbuatan harus

dilandasi dengan keyakinan, bukan oleh keraguan

Sedangkan menurut ulama ushul fiqih adalah : عليها ينطبك كلي امر

كثيـرة sesuatu) جزئـيـات yang bersifat umum yang mencakup bagian-bagian yang

banyak).

Page 4: Kaidah Hukum Islam

D.    MACAM-MACAM QAIDAH FIQHIYAH

Macam-macam qaidah fiqhiyah ini ada lima dan disebut juga sebagai

pancakaidah.[4]

1. بـمـقـاصـده (Segala sesuatu bergantung pada tujuannya)  االمـور

2. يـزال (Kemudharatan harus dihilangkan)  الضرر

3. محكـمة (Kebiasaan dapat menjadi hukum)  الـعـادة

4. بالشـك اليزال Keyakinan) اليـقـين tidak dapat hilang karena adanya

keraguan)

5. التـيسـير تـجـلب (Kesukaran mendatangkan kemudahan) المـشـقة

E.     FUNGSI DARI USHUL AL-FIQH

Fungsi utama dari ilmu ushul al-fiqh adalah mengangkat ketentuan-ketentuan

hukum islam yang terpapar dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, sehingga setiap orang

mukallaf dapat mengetahuinya dengan baik, dan menerimanya sebagai ketentuan syara’

baik secara yakin maupun dzan.[5] Para ulama menempuh langkah-langkah kreatif

menurut norma-norma hukum itu terpapar secara acak dalm al-Qur’an dan al-Sunnah

dalam bentuk kalam-kalam yang tertulis, dan mereka tidak berjumpa langsung dengan

rasulullah sebagai orang yang menyampaikan kalam tersebut dan mampu

menjelaskannya dengan baik.

Dengan demikian, ushul fiqh haya merupakan metodelogi kajian hukum dari

nash-nash al-Quran dan al-Sunnah yang berfungsi mengangkat ketentuan-ketentuan

hukum islam, untuk kemudian menjadi pedoman bagi orang-orang mukallaf dalam

menjalani kehidupan ini

F.     PERBEDAAN ANTARA KAIDAH-KAIDAH USHULIYYAH DENGAN

KAIDAH-KAIDAH FIQHIYYAH

Perbedaan antara keduanya adalah sebagi berikut:

[[

Page 5: Kaidah Hukum Islam

1. Kaidah ushul pada hakikatnya adalah qa’idah istidlaliyah yang menjadi wasilah

para mujtahid dalam istinbath (pengambilan) sebuah hukum syar’iyah amaliah.

Kaidah ini menjadi alat yang membantu para mujtahid dalam menentukan suatu

hukum. Dengan kata lain, kita bisa memahami, bahwa kaidah ushul bukanlah

suatu hukum, ia hanyalah sebuah alat atau wasilah kepada kesimpulan suatu

hukum syar’i. Sedangkan, kaidah fiqih adalah suatu susunan lafadz yang

mengandung makna hukum syar’iyyah aghlabiyyah yang mencakup di bawahnya

banyak furu’. Sehingga kita bisa memahami bahwa kaidah fiqih adalah hukum

syar’i. Dan kaidah ini digunakan sebagai istihdhar (menghadirkan) hukum bukan

istinbath (mengambil) hukum (layaknya kaidah ushul). Misalnya, kaidah ushul

“al-aslu fil amri lil wujub” bahwa asal dalam perintah menunjukan wajib. Kaidah

ini tidaklah mengandung suatu hukum syar’i. Tetapi dari kaidah ini kita bisa

mengambil hukum, bahwa setiap dalil (baik Qur’an maupun Hadits) yang

bermakna perintah menunjukan wajib. Berbeda dengan kaidah fiqih “al-dharar

yuzal” bahwa kemudharatan mesti dihilangkan. Dalam kaidah ini mengandung

hukum syar’i, bahwa kemudharatan wajib dihilangkan.

2. Kaidah ushul dalam teksnya tidak mengandung asrarus syar’i (rahasia-rahasia

syar’i) tidak pula mengandung hikmah syar’i. Sedangkan kaidah fiqih dari

teksnya terkandung kedua hal tersebut.

3. Kaidah ushul kaidah yang menyeluruh (kaidah kulliyah) dan mencakup seluruh

furu’ di bawahnya. Sehingga istitsna’iyyah (pengecualian) hanya ada sedikit

sekali atau bahkan tidak ada sama sekali. Berbeda dengan kaidah fiqih yang

banyak terdapat istitsna’iyyah, karena itu kaidahnya kaidah aghlabiyyah (kaidah

umum).

4. Perbedaan antara kaidah ushul dan kaidah fiqih pun bisa dilihat dari maudhu’nya

(objek). Jika Kaidah ushul maudhu’nya dalil-dalil sam’iyyah. Sedangkan kaidah

fiqih maudhu’nya perbuatan mukallaf, baik itu pekerjaan atau perkataan. Seperti

sholat, zakat dan lain-lain

5. Kaidah-kaidah ushul jauh lebih sedikit dari kaidah-kaidah fiqh.

6. Kaidah-kaidah ushul lebih kuat dari kaidah-kaidah fiqh. Seluruh ulama sepakat

bahwa kaidah-kaidah ushul adalah hujjah dan mayoritas dibangun diatas dalil

Page 6: Kaidah Hukum Islam

yang qot’i. Adapun kaidah-kaidah fiqh ulama berbeda pendapat. Sebagian

mengatakan bahwa kaidah-kaidah fiqh bukan hujjah secara mutlaq, sebagian

mengatakan hujjah bagi mujtahid ‘alim dan bukank hujjah bagi selainnya,

sebagian yang lain mengatakan bahwa kaidah-kaidah tersebut hujjah secara

mutlak.

7. Kaidah-kaidah ushul lebih umum dari kaidah-kaidah fiqh.

Kaidah ushuliyah merupakan mediator untuk meng-istinbath-kan hukum syara’

amaliyah, sedangkan kaidah fiqhiyah adalah kumpulan hukum-hukum yang serupa diikat

oleh kesamaan ‘illat atau kaidah fiqhiyah yang mencakupnya dan tujuannya taqribu al-

masa’il –alfiqhiyawa tashiliha

G.    CONTOH KAIDAH-KAIDAH USHUL FIQH SERTA DASAR-DASAR

PENGAMBILANNYA

Untuk memperjelas maksud kami menyusun makalah ini kami akan menyertakan

contoh dari kaidah-kaidah yang telah kami sebutkan.

بـمـقـاصـده      .1 (Segala sesuatu bergantung pada tujuannya) االمـور

Contoh: kalau kita sholat kita pasti bertemu dengan yang namanya niat, kalau kita

tidak bertemu dengan yang namanya niat berarti kita tidak pernah sholat.begitu juga

dengan yang lainnya, seperti puasa, zakat, haji dll. Kita pasti bertemu dengan yang

namnya niat.

Dasar kaidah ini para ulama mengambil dari ayat al-Qur’an yang berbunyi:[8]

�ه�ا م�ن �ه� �ؤ�ت ن ة� اآلخ�ر� �و�اب� ث �ر�د� ي و�م�ن� �ه�ا م�ن �ه� �ؤ�ت ن �ا �ي الد(ن �و�اب� ث �ر�د� ي .… و�م�ن�

Artinya: ”Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan

kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami

berikan (pula) kepadanya pahala akhirat.”(QS. Ali-Imran: 145)

يـزال      .2 (Kemudharatan harus dihilangkan)  الضرر

[

Page 7: Kaidah Hukum Islam

Contoh: kalau misalkan ada pohon besar dengan buah yang banyak yang mana buah

tersebut sering jatuh dan sering mengenai kepala orang yang lewat dibawahnya hingga

ada yang harus dibawa ke rumah sakit, maka dengan beracuan pada kaidah ini pohon

tersebut harus di tebang.

Dasar kaidah ini beracuan pada nash Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 56:[9]

ق�ر�يب, /ه� الل ح�مت� ر� �ن/ إ و�ط�م�ع7ا خ�و�ف7ا و�اد�ع�وه� ه�ا �صلح� إ �ع�د� ب األر�ض� ف�ي د�وا �ف�س� ت و�ال

�ين� ن �م�ح�س� ال م�ن�

Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan

harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang

yang berbuat baik.”

محكـمة      .3 (Kebiasaan dapat menjadi hukum) الـعـادة

Contoh: ketika di suatu tempat ada suatu kebiasaan, yang mana kebiasaan tersebut

telah mendarah daging, maka dengan sendirinya kebiasaan tersebut akan menjadi hukum,

misalkan kebiasaan petik laut, kalau ada masyarakat pesisir yang tidak melakukan petik

laut tersebut, maka dia akan dikucilkan oleh masyarakat setempat.

Kaidah tersebut didasarkan pada nash Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 199:

الجهـلـين عن واعـرض بالـعرف وأمر العفـو خذ

Artinya: “jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf,

serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”

Ada perbedaan antara al-adah dengan ‘urf. Adat (al-adah) adalah perbuatan yang

terus menerus dilakukan oleh manusia yang kebenarannya logis, tapi tidak semuanya

menjadi hukum. Sedangkan ‘urf, jika jika mengacu pada “al-ma’ruf”, berarti kebiasaan

yang normatif dan semuanya dapat dijadikan hokum, karena tidak ada yang bertentangan

dengan al-quran atau hadits.

بالشـك      .4 اليزال (Keyakinan tidak dapat hilang karena adanya keraguan) اليـقـين

Contoh: kalau misalkan kita mau melakukan sholat, tapi kita masih ragu apakah kita

masih punya wudhu’ atau tidak, maka kita harus berwudhu’ kembali, akan tetapi kalau

[

Page 8: Kaidah Hukum Islam

kita yakin kita masih punya wudhu’, kita langsung sholat saja itu sah, meski pada

kenyataannya wudhu’ kita telah batal.

التـيسـير      .5 تـجـلب (Kesukaran mendatangkan kemudahan) المـشـقة

Contoh: apabila kita melakukan perjalanan yang mana perjalana tersebut sudah

sampai pada batas diperbolehkannya mengqasar sholat, maka kita boleh mengqasar

sholat tersebut, karena apa bila kita tidak mengqsar shoalat kemungkinan besar kita tidak

akan punya waktu yang cukup untuk shalat pada waktunya. Karena seseorang yang

melakukan perjalanan pastilah akan dikejar waktu untuk agar cepat sampai pada tujuan,

dan itu termasuk pada pekerjaan yang sulit di lakukan apabila harus melakukan sholat

pada waktu sholat tersebut.

Qaidah ini berdasarkan pada ayat Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 185:

�ع�س�ر ال �م� �ك ب �ر�يد� ي و�ال ر� �س� �ي ال �م� �ك ب /ه� الل �ر�يد� �ي

Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran

bagimu.”

Surat An-Nisa’ ayat 28:

ض�ع�يف7ا ان� �س� اإلن و�خ�ل�ق� �م� �ك ع�ن �خ�فQف� ي �ن� أ /ه� الل �ر�يد� ي

Artinya: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan

bersifat lemah.”

Page 9: Kaidah Hukum Islam

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan:

1.      Qawaid merupakan bentuk jamak dari qaidah, yang kemudian dalam bahasa

Indonesia disebut dengan istilah kaidah yang berarti “aturan atau patokan”.

2.      ushul al-fiqh adalah sekumpulan dalil yang menjadi dasar tumbuh dan terbinanya

fiqh, serta menghubungkannya pada dalil-dalil nash dan ijma’ sahabat.

3.      Kaidah ushuliyah adalah Hukum kulli (umum) yang dibentuk dengan bentuk yang

akurat yang menjadi perantara dalam pengambilan kesimpulan fiqh dari dalil-dalil,

dan cara penggunaan dalil serta kondisi pengguna dalil.

4.      Kaidah fiqhiyah adalah pedoman umum dan universal bagi pelaksanaan hukum islam

yang mencakup seluruh bagiannya.

5.      Macam-macam qaidah fiqhiyah ada lima, seperti yang telah disebutkan di depan.

B.     Saran-saran

Kami sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh karena itu kami

sangat mengharap saran dan kritik yang membangun agar kami bisa menjadikan

pedoman untuk yang akan datang.

Page 10: Kaidah Hukum Islam

DAFTAR PUSTAKA

http://aminlrg.blogspot.com/2011/05/bab-i-pendahuluan.html

http://kozam.wordpress.com/2009/11/10/kaidah-kaidah-ushul-fiqh/

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, PT. Grafindo Persada, Jakarta 2007

Page 11: Kaidah Hukum Islam

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat yang

berupa kesehatan serta kekuatan sehingga kita bisa menyelesaikan

makalah ini sebagai tugas ushul fiqh. Shalawat serta salam kami

haturkan kepada Nabi akhir zaman Rasulullah SAW. beserta keluarga

sahabat dan para pengikut yang setia.

Dalam penulisan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini

sangat jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kami dalam

mendapatkan referensi, untuk itu segala bentuk kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat kami butuhkan dalam penulisan makalah

yang selanjutnya.

Page 12: Kaidah Hukum Islam

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR

ISI .................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar

belakang....................................................................................... 1

B. Rumusan

masalah .................................................................................. 1

C.

Tujuan....................................................................................................

1

BAB II

PEMBAHASAN................................................................................... 2

Amr, nahi dan penerapannya ..................................................................

2

‘Am, khas dan penerapannya .................................................................

7

Mantuq, mafhum dan

penerapannya ....................................................... 9

Mujmal, mubayyan dan

penerapannya .................................................... 11

Takwil, nasakh dan perbedaan pendapat para

ulama .............................. 13

BAB III

PENUTUP .......................................................................................... 16

DAFTAR

Page 13: Kaidah Hukum Islam

PUSTAKA ....................................................................................... 17

iiKAIDAH-KAIDAH ISTINBATH (PENGAMBILAN) HUKUM DAN

PENERAPANNYA