kab lombok barat 5 2008

26
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 SERI E NOMOR 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LOMBOK BARAT, Menimbang :a. bahwa negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warganya yang akan bekerja baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi, dan anti perdagangan manusia; b. bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, baik di dalam maupun di luar negeri; 1

Upload: lumbungpadi

Post on 08-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Peraturan Daerah Perlindungan Buruh Migrant

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

NOMOR 5 TAHUN2008 SERI E NOMOR 5 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARATNOMOR 5 TAHUN 2008

TENTANG

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI LOMBOK BARAT,

Menimbang :a. bahwa negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warganya yang akan bekerja baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi, dan anti perdagangan manusia;b. bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, baik di dalam maupun di luar negeri;c. bahwa pelanggaran terhadap hak-hak tenaga kerja asal kabupaten Lombok Barat yang bekerja di luar negeri sering terjadi baik pada pra penempatan, masa penempatan maupun purna penempatan;d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, b, dan c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 69 tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah- daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655);2. Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convention on the Elimintaion of All Forms of Discrimination Against Women);3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);4. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomer 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4235 ); 6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279);7. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419);

9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);10. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);11. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 133, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4445);12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya), (Lembaran Negara Tahun 2005 No. 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4557);13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik), (Lembaran Negara Tahun 2005 No. 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4558);14. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, (Lembaran Negara Tahun 2007 No. 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4720).15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578).16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah .

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH LOMBOK BARAT

dan

BUPATI LOMBOK BARAT

M E M U T U S K A N :

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Barat.2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.3. Bupati adalah Bupati Lombok Barat.4. Dinas adalah Dinas Pelaksana teknis di bidang ketenagakerjaan. 5. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta yang selanjutnya disebut PPTKIS adalah Badan Hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri.6. Tenaga Kerja Indonesia selanjutnya disebut TKI adalah setiap warga Kabupaten Lombok Barat yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.7. Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut calon TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.8. Kantor Pelayanan TKI adalah tempat pelayanan dan perekrutan Calon TKI yang dibentuk oleh PPTKIS.9. Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.10. Rehabilitasi adalah pemulihan dari gangguan terhadap kondisi fisik, psikis, dan sosial agar dapat melaksanakan perannya kembali secara wajar baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.11. Komisi Perlindungan TKI adalah institusi yang tetap dan mandiri yang anggotanya dipilih melalui uji kepatutan dan kelayakan oleh tim seleksi dan hasilnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 12. Tim Seleksi adalah Tim yang dibentuk oleh Bupati yang terdiri dari unsur Akademisi, Organisasi TKI, Pemerintah Daerah, Anggota DPRD dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).13. Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri, yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.14. Perlindungan adalah segala upaya untuk melindungi calon TKI/TKI dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja.15. Surat Izin Pengerahan yang selanjutnya disebut SIP adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah kepada PPTKIS untuk merekrut Calon TKI dari daerah tertentu, untuk jabatan tertentu dan untuk dipekerjakan pada calon pengguna tertentu dalam jangka waktu tertentu.

BAB IIAZAS DAN TUJUANPasal 2Perlindungan TKI berdasarkan azas; keterpaduan, persamaan hak, kekeluargaan, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi serta anti perdagangan manusia.

Pasal 3Perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk:a. memberdayakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;b. menjamin hak-hak calon TKI/TKI sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal; c. meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.

BAB III

PERLINDUNGAN

Bagian Pertama

Umum

Pasal 4

(1) PPTKIS yang melakukan perekrutan calon TKI di daerah harus membuka Kantor Cabang di Propinsi NTB.(2) PPTKIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus membuka Kantor Pelayanan di daerah. (3) Kantor Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk:a. melakukan penyuluhan dan pendataan calon TKI;b. melakukan pendaftaran dan seleksi calon TKI; danc. menyelesaikan kasus calon TKI pada pra penempatan(4) Kegiatan yang dilakukan oleh kantor pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi tanggung jawab kantor pusat PPTKIS.(5) Tata cara dan syarat-syarat pembentukan Kantor Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 5

(1) PPTKIS dapat menunjuk petugas lapangan untuk melakukan perekrutan calon TKI(2) Petugas Lapangan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) adalah karyawan atau orang lain yang ditunjuk oleh PPTKIS. (3) Petugas lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki kartu identitas yang disahkan oleh Dinas yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan.(4) Pada saat melakukan perekrutan, petugas lapangan harus menunjukkan kartu identitasnya kepada calon TKI yang direkrut(5) Segala tindakan petugas lapangan yang berkaitan dengan proses perekrutan menjadi tanggung jawab PPTKIS.

(6) Setiap orang selain PPTKIS dan Petugas Lapangan dilarang melakukan perekrutan

Pasal 6

(1) Pemerintah Daerah dapat menyediakan fasilitas kredit lunak bagi calon TKI yang disalurkan melalui lembaga perbankan atau lembaga keuangan lain.

(2) Ketentuan mengenai tata cara pemberian kredit lunak bagi calon TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 7

(1) Dinas wajib membantu rehabilitasi TKI korban tindak kekerasan setelah tiba di daerah(2) Untuk melaksanakan upaya rehabilitasi TKI korban tindak kekerasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas dapat bekerja sama dengan instansi terkait lainnya

Pasal 8

(1) TKI yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang berhak memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi sosial dari pemerintah daerah apabila yang bersangkutan mengalami penderitaan baik fisik maupun psikis.(2) Hak-hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh korban atau keluarga korban, teman korban, kepolisian, relawan pendamping, atau pekerja sosial setelah korban melaporkan kasus yang dialaminya atau pihak lain melaporkannya kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia.(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada pemerintah daerah melalui instansi yang menangani masalah-masalah kesehatan dan sosial di daerah.

(4) instansi yang menangani rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib memberikan rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi sosial paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diajukan permohonan.

Bagian KeduaPerlindungan PrapenempatanPasal 9Dinas bertanggung jawab meningkatkan pelayanan informasi untuk memberdayakan TKI pada prapenempatan,

Pasal 10(1) Pelayanan informasi oleh Dinas dilakukan secara berjenjang melalui pemerintah kecamatan dan Desa/Kelurahan termasuk tentang besaran biaya keberangkatan.(2) Pemerintah Desa/Kelurahan dapat membentuk unit layanan informasi TKI di Desa.(3) Pemerintah Desa/Kelurahan berhak mendapatkan bimbingan, pembinaan, dan dukungan informasi dari Dinas.

Pasal 11(1) Setiap TKI berhak mendapatkan pendidikan dan pelatihan sesuai jenis pekerjaan yang diminati sebelum diberangkatkan.(2) Untuk memastikan terpenuhinya hak TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas meminta laporan kepada PPTKIS/Kantor Cabang PPTKIS (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh Dinas dijadikan bahan untuk disampaikan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Dinas Tenaga Kerja Propinsi(4) Laporan kepada Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan melalui Dinas Tenaga Kerja Propinsi.(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 6 (enam) bulan sekali.

Pasal 12Dinas wajib meneliti dan memeriksa keabsahan dokumen kelengkapan persyaratan TKI dan Perjanjian Penempatan untuk menjamin hak-hak TKI pada prapenempatan.

Pasal 13(1) PPTKIS harus mengurus tes kesehatan calon TKI ke klinik kesehatan yang mendapatkan akreditasi dari negara tujuan. (2) Salinan dokumen hasil pemeriksaan kesehatan harus diberikan kepada calon TKI yang bersangkutan dan Dinas.

Pasal 14Dinas yang bertanggung jawab di bidang kesehatan wajib melakukan pemantauan terhadap kinerja pelayanan klinik kesehatan.

Bagian KetigaPerlindungan Masa PenempatanPasal 15TKI yang menghadapi kasus di negara tujuan, baik yang berdokumen maupun yang tidak berdokumen, harus mendapatkan pembelaan dan perlindungan dari Pemerintah Daerah.Pasal 16(1) PPTKIS wajib membuat laporan tertulis tentang perkembangan TKI di negara tujuan kepada Dinas sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali untuk disampaikan kepada keluarga TKI secara berjenjang melalui pemerintahan Desa/Kelurahan.(2) Dinas dapat menolak memberikan pelayanan kepada PPTKIS yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian Keempat

Perlindungan Purna penempatanPasal 17(1) Pemerintah Daerah bekerja sama dengan daerah lainnya wajib mendirikan pos perlindungan TKI di pintu masuk dan keluar daerah.(2) Untuk perlindungan TKI pada saat pemulangan sampai ke tempat asal/tujuan, Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan pihak lain menyediakan jasa transportasi.

BAB IV

PEMBINAAN TKI PURNA PENEMPATAN Pasal 18(1) Dinas wajib melakukan pembinaan terhadap TKI purna penempatan ; (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk :a. membangun kemandirian; b. meningkatkan keahlian dan keterampilan;c. meningkatkan daya saing untuk bekerja disemua sektor.(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi.(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mengikutsertakan Dinas terkait, PPTKIS, Organisasi TKI, LSM, dan masyarakat.

BAB VPENGAWASANPasal 19(1) Dinas wajib melakukan pengawasan terhadap keberadaan dan operasional kegiatan PPTKIS(2) Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Menteri Tenaga Kerja melalui Disnaker Propinsi (3) Apabila dalam menjalankan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan adanya pelanggaran, Dinas wajib segera melaporkan PPTKIS yang bersangkutan kepada Dinas Propinsi dan Menteri Tenaga Kerja.

BAB VI

KOMISI PERLINDUNGAN TKI

Bagian Kesatu

Pembentukan

Pasal 20

(1) Bupati membentuk Tim Seleksi yang berjumlah 5 (lima) orang terdiri dari unsur ; akademisi, organisasi TKI, pemerintah daerah, anggota DPRD dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

(2) Tim Seleksi mengumumkan dan menerima pendaftaran calon anggota Komisi Perlindungan TKI.

(3) Tim Seleksi melakukan seleksi melalui uji kepatutan dan kelayakan untuk menentukan 5 (lima) orang calon anggota Komisi Perlindungan TKI berdasarkan kriteria sebagai berikut:a. komitmen terhadap perlindungan TKI dan penegakan HAM; b. integritas yang baik dan dapat dipercaya;c. memiliki kompetensi dalam penyelesaian sengketa dan advokasi;d. memahami peraturan perundang-undangan terkait dengan ketenagakerjaan.(4) Tim Seleksi menyerahkan 5 (lima) orang calon kepada Bupati untuk ditetapkan sebagai anggota Komisi Perlindungan TKI dengan Keputusan Bupati. (5) Masa bakti kepengurusan Komisi Perlindungan TKI selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa kepengurusan.

(6) Persyaratan dan tata cara pembentukan Komisi Perlindungan TKI, serta penetapan kepengurusan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedua

Kedudukan

Pasal 21

(1) Komisi Perlindungan TKI bersifat tetap dan mandiri (2) Komisi Perlindungan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di ibukota kabupaten

Bagian Ketiga

Fungsi

Pasal 22

Komisi Perlindungan TKI berfungsi menerima pengaduan dan mengadakan verifikasi, pemeriksaan dan penyelesaian sengketa masalah TKI yang terjadi di daerah dan mempasilitasi permasalahan di Daerah lain dan Negara tujuan.

Bagian Keempat

Tugas

Pasal 23Tugas Komisi Perlindungan TKI adalah:a. menerima pengaduan baik secara tertulis maupun secara lisan;b. mencari, mengumpulkan, dan menganalisa data sesuai pengaduan yang diterima.c. mendorong Dinas dan PPTKIS untuk segera menyelesaikan masalah TKI; d. memediasi para pihak yang bersengketa;e. berkoordinasi dengan instansi terkait baik di Kabupaten, Propinsi maupun pusat dalam rangka pemberian perlindungan pada TKI.

Bagian KelimaKewenanganPasal 24

Dalam menjalankan tugasnya Komisi Perlindungan TKI berwenang untuk:a. Meminta informasi dari penyelenggara penempatan TKI, pejabat yang bertanggung jawab pada urusan ketenagakerjaan;b. Meminta catatan atau bahan-bahan yang terkait dengan permasalahan yang ditangani;c. Menghadirkan pihak-pihak untuk kepentingan konsultasi maupun mediasi.

Pasal 25

Komisi Perlindungan TKI menyampaikan pertanggungjawaban kinerjanya secara tertulis kepada Bupati dan menginformasikan kepada publik setiap 6 (enam) bulan sekali.

BAB VII

PUSAT TRAUMA

Pasal 26

(1) Untuk penyelenggaraan pelayanan rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi sosial sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1), Pemerintah Daerah wajib membentuk rumah perlindungan sosial atau pusat trauma.

(2) Pusat trauma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain memberikan pelayanan bagi korban tindak pidana perdagangan orang juga dapat memberikan pelayanan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga, maupun tindak kekerasan perempuan dan anak lainnya.(3) Pusat trauma harus didukung dengan fasilitas dan sumberdaya manusia yang memadai. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pusat trauma diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati.

BAB VIII

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETAPasal 27(1) Calon TKI/TKI yang bermasalah dapat mengadukan permasalahannya baik secara tertulis maupun lisan kepada Dinas atau Komisi Perlindungan TKI.(2) Apabila pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan bukan oleh calon TKI/TKI bermasalah yang bersangkutan harus secara tertulis.(3) Pemerintah Desa/Kelurahan yang menerima pengaduan dapat meneruskan pengaduan dimaksud kepada Dinas atau Komisi Perlindungan TKI, jika tidak dapat ditangani di Desa/ Kelurahan.

Pasal 28

Dinas atau Komisi Perlindungan TKI wajib menindaklanjuti pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, paling lama 10 (sepuluh) x 24 jam setelah menerima pengaduan.

BAB IX

KETENTUAN PIDANAPasal 29(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (6) diancam dengan hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 30

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Barat.

Ditetapkan di Gerungpada tanggal 14 Maret 2008

BUPATI LOMBOK BARAT,

H. ISKANDARDiundangkan di Gerungpada tanggal 15 Maret 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT,

Drs. H. L. SERINATA, MM.Pembina Utama Muda (IV/c)Nip. 610 006 062

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2008 NOMOR 5

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

NOMOR 5 TAHUN 2008

TENTANG

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

I. UMUM Salah satu hak yang melekat pada hakekat keberadaan manusia adalah hak untuk hidup yang tidak boleh dirampas, diambil, dan dikurangi oleh siapapun termasuk negara. Manusia perlu memenuhi kebutuhan hidup untuk kelangsungan hidup serta mempertahankan hidupnya. Untuk itu maka manusia perlu bekerja sehingga mendapatkan barang yang menjadi kebutuhan hidupnya. Dengan terpenuhi kebutuhan hidupnya manusia akan dapat hidup sebagaimana layaknya manusia lainnya. Bekerja adalah hak setiap manusia dewasa sebagai upaya untuk menjaga dan mempertahankan derajat kemanusiaannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, baik di dalam maupun di luar negeri. Persoalan ketenagakerjaan di Lombok Barat ditandai dengan ketidak seimbangan pemenuhan permintaan pencari kerja yaitu setiap tahun angkatan kerja yang menganggur selalu bertambah, sedangkan lowongan kerja yang tersedia terbatas. Berdasarkan data dari Dinas Dinas Kependudukan,Transmigrasi dan Tenaga Kerja (KTT) Lombok Barat, jumlah pencari kerja per januari 2007 sebanyak 7513 orang sementara jumlah lowongan kerja yang tersedia hanya 701 orang. Kondisi di atas membuat peluang bekerja ke luar negeri menjadi pilihan yang menjanjikan bagi pencari kerja. Di samping itu pemerintah daerah sendiri menyelenggarakan program untuk mengisi permintaan tenaga kerja ke luar negeri, animo masyarakat untuk bekerja keluar negeri cukup tinggi.

Secara sosiologis masih tingginya kepercayaan masyarakat terhadap para perantara (calo) dalam penempatan tenaga kerja ke luar negeri menyebabkan banyak TKI yang berhubungan dengan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) tanpa adanya surat perjanjian penempatan. Berdasarkan bukti empiris program penempatan tenaga kerja ke luar negeri, masih belum memiliki aspek perlindungan yang memadai. Banyak faktor penyebab terjadinya permasalahan tersebut yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah Kabupaten Lombok Barat yaitu penempatan TKI yang tidak berdokumen adalah orang-orang yang bekerja di luar negeri yang tidak mempunyai dokumen dalam pengertian ini bukan hanya mereka yang diberangkatkan oleh calo dan tekong ataupun badan hukum yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP), akan tetapi mereka yang diberangkatkan oleh PPTKIS yang memiliki SIUP dengan dilengkapi dokumen yang sah akan tetapi ketika di negara tujuan mengalami kekerasan yang pada akhirnya lari dari majikan . Faktor penyebab lainnya adalah pemalsuan identitas yang meliputi status perkawinan, umur, nama, dan tempat tinggal. Seringkali PPTKIS mengajukan pembuatan Kartu Tanda Penduduk TKI yang direkrutnya tidak melalui desa asal/domisili TKI yang bersangkutan melainkan di desa lain, ini memiliki dampak yang cukup besar. TKI yang terjerat rentenir untuk modal keberangkatannya ke luar negeri, banyak TKI meminjam uang ke retenir dengan bunga yang cukup tinggi . Di samping itu berbagai jenis penipuan yang dihadapi TKI, ketidakpastian kontrak kerja, lemahnya penanganan pengaduan persoalan TKI yang bermasalah.Secara yuridis ketentuan mengenai penempatan TKI ke Luar negeri pada dasarnya telah diatur dalam Undang Undang No. 39 Tahun 2004. Dalam undang-undang tersebut, perlindungan TKI dinyatakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan sampai dengan purna penempatan, tetapi hanya mengatur perlindungan selama masa penempatan, sedangkan yang paling dibutuhkan oleh Calon TKI adalah perlindungan prapenempatan dan purnapenempatan. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah daerah adalah mengembangkan kebijakan daerah nyang memberikan perlindungan pada prapenempatan dan purnapenempatan sebagai wujud kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, mengingat semakin meningkatnya warga masyarakat di Lombok Barat yang ingin bekerja ke luar negeri dan semakin maraknya kasus perlakuan tidak manusiawi terhadap TKI, maka perlu menetapkan peraturan daerah yang berkaitan dengan perlindungan TKI.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2KeterpaduanPembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan dengan berbagai pihak yaitu antara pemerintah, pengusaha dan pekerja/buruh. Oleh sebab itu, pembangunan ketenaga-kerjaan dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk kerja sama yang saling mendukung.

Persamaan hakSemua warga negara yang memenuhi syarat memiliki hak yang sama untuk bekerja ke luar negeri

KekeluargaanPenyelesaian Sengketa yang mungkin terjadi diantara beberapa pihak sejauh mungkin mengedepankan proses musyawarah.

Keadilan sosialPerlindungan harus dapat memenuhi rasa keadilan dan mengutamakan bagi pihak yang lemah

Kesetaraan dan keadilan genderLaki-laki dan perempuan pada dasarnya setara. Dalam situasi sosial budaya dimana posisi perempuan lebih rentan, perlindungan harus memastikan pemenuhan hak-hak kalangan perempuan

Anti diskriminasiPelayanan penempatan dan perlindungan terhadap para TKI tanpa membedakan dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan politik.

Anti perdagangan manusiaPerlindungan harus mengandung pencegahan dan penanggulangan tindak pidana perdagangan manusia

Pasal 3Cukup jelas

Pasal 4Cukup jelas

Pasal 5Cukup jelas

Pasal 6Cukup jelas

Pasal 7Ayat (1)Yang dimaksud dengan membantu rehabilitasi korban termasuk didalamnya memberikan perawatan bebas biaya.

Ayat (2)Cukup jelas Pasal 8Cukup jelas

Pasal 9Cukup jelas

Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3)Yang dimaksud bentuk informasi adalah segala informasi yang berkaitan dengan pengiriman TKI ke luar negeri yang berupa job order,calling visa, Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi TKI, Nama nama PT yang memiliki ijin rekrut di Kabupaten Lombok Barat, negara tujuan, besaran biaya yang dibutuhkan.

Pasal 11Cukup jelas Pasal 12Cukup jelas Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Cukup Jelas

Pasal 15Cukup jelas Pasal 16Cukup jelas

Pasal 17Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2)Yang dimaksud pihak lain adalah Dinas atau instansi terkait yaitu Dinas Perhubungan, Perum Damri serta Perusahaan Angkutan Swasta. Pasal 18Cukup jelas

Pasal 19Cukup jelas Pasal 20Cukup jelas Pasal 21Cukup jelas

Pasal 22Cukup jelas Pasal 23Cukup jelas Pasal 24Cukup jelas Pasal 25Cukup jelas

Pasal 26Cukup jelas Pasal 27Cukup jelas Pasal 28Cukup jelas

Pasal 29Cukup jelas

Pasal 30Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 87

1