k01-pendahuluan

61
KEWIRAUSAHAAN TKP 270214 K01-PENDAHULUAN DOSEN PENGASUH : Ir. Mukiat, MS Ir. Makmur Asyik, MS FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN 2014

Upload: sherly-andalia-gusnadi

Post on 08-Nov-2015

239 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

dd

TRANSCRIPT

KEWIRAUSAHAANTKP 270214

K01-PENDAHULUANDOSEN PENGASUH :Ir. Mukiat, MSIr. Makmur Asyik, MS

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN2014DISKRIPSI MATA KULIAHProgram Studi:Teknik PertambanganThn Akademik/Semester:2014/2015 (Ganjil/3)Kode Mata Kuliah:TKP-270214Nama Mata Kuliah:KewirausahaanNama Kelas:A/BRuang Kelas:E.1209 & I3Dosen Pengasuh:Ir. Mukiat, MSIr. Makmur Asjik, MSHari:Senin & JumatJam:10.30-14.40 & 08.00-11.20

RANGE NILAINilaiA:86 sd 100B:71 sd 85C:56 sd 70D:41 sd 55E: 0 sd 40

PERSENTASE KOMPONEN NILAINilai Tugas Rata-rata (% NTR):25 %Nilai Ujian Tengah Semester (% NUTS):30 %Nilai Ujian Akhir Semester (% NUAS):45 %

PERSYARATAN UJIANa Absen > 80% dari banyaknya pertemuan,b Telah menyelesaikan tugas-tugas,c Mengikuti UTS.

JADWAL & MATERI KULIAH

KULIAH KETANGGALB A B / M A T E R I

0118/08/14I. PENDAHULUAN

0225/08/14II. ENTREPRENEURSHIP

0301/08/14III. GROWTH MINDSET

0408/09/14IV. STRATEGIC TO GROW

0515/09/14V. RESOURCE MANAGEMENT

0622/09/14VI. BUSINESS MODEL INNOVATION

0729/09/14MID SEMESTER I

0806/09/14VII. RISK MANAGEMENT

1913/10/14VIII. GLOBAL OPPORTUNITIES

1020/10/14IX. PEMASARAN

1127/10/14X. MEMULAI USAHA

1203/10/14XI. SOFT SKILL

1310/11/14XII. RENCANA USAHA

1417/11/14MID SEMESTER II

KALENDER AKADEMIK 1. Awal Perkuliahan 18 Agustur 20142. Pekan Sunyi Smt Ganjil 24 Sd 29 Nov 20143. Masa Ujian Smt Genap 01 Sd 13 Des 20144. Penyerahan Nilai Ujian 15 Sd 27 Des 2014

DAFTAR PUSTAKA1. Buchari Alma, Kewirausaan,2. Moko P Astamoen, Ir, Entrepreneurship,3. Robert T Kiyosaki, Seri Buku-Buku Rich Dad & Poor Dad,4. Valentino Dimsi, Jangan Mau Seumur Hidup Jadi,5. Masykur, Drs, Pengantar Kewirausahaan,6. Kasmir, Kewirausaan,7. David J Schwarts, Berpikir & Berjiwa Besar,8. Gary Schine, Sukses Di Jalur Wirausahawan Mandiri,9. Eman Suherman, Dr, Business Entrepreneur,10. Suryana, Dr, Msi, Kewirausahaan,11. Dale Carnegie, Bagaimana Mencari Kawan & Mempengaruhi Orang Lain,12. Eddy Soeryanto S, Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung,13. Hendro, Ir, Mm, Rahasia Sukses Menjadi Pengusaha.14. Riant Nugroho, Dr, Entrepreneurship Ciputra.

TUJUAN PEMBELAJARAN1. Berani mempunyai Tujuan dalam hidup,2. Hidup penuh dengan keseimbangan3. Rasa percaya diri yang tinggi,4. Sikap Mental yang baik,5. Mampu bergaul dengan orang lain,6. Terbiasa dalam Team Work & bisa memimpin & dipimpin,7. Kreatif dan Inovatif,8. Wawasan yang memadai dalam bisnis,9. Daya adaptasi terhadap tuntutan lingkungan,10. Selalu mau memperbaiki diri dan mau terus belajar,11. Siap berkarya dimanapun, kapanpun dengan siapapun,12. Profesional & Kompeten sebag ai seorang sarjana,13. Memiliki jiwa seorang Entrepreneur,14. Bangga & mempunyai minat untuk menjadi Entrepreneur,15. Selalu berempaty terhadap sesame.

TUGAS ITULISKAN DAN JELASKAN IMPIAN ANDA SECARA TERPERINCI

BAGIAN BAB I PENDAHULUAN TERDIRI DARI,I. KONDISI PEREKONOMIANII. LANDASAN PEMIKIRANIII. INTREPRENEURIAL MINDSETIV. APA PERAN ENTREPRENEUR DALAM SUATU NEGARA?V. MENGAPA SARJANA DITUNTUT UNTUK MENJADI ENTREPRENEUR?VI. APA PERANAN PEMERINTAH INDONESIA UNTUK MENCIPTAKAN ENTREPRENEURVII. TIPS PRAKTISVIII. TUGAS

I. KONDISI PEREKONOMIANPada 1998, perekonomian Indonesia memasuki masa yang sangat sulit. Pergantian kekuasaan dari era orde baru ke era reformasi yang disertai dengan krisis multi-dimensi mengakibatkan pengangguran di mana-mana. Perekonomian yang saat itu terpusat pada usaha-usaha besar dan konglomerasi mengalami kesulitan besar. Konglomerat (pemilik konglomerasi itu) mengalami kesulitan keuangan. Daya beli masyarakat menurun. Perusahaan-perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).Di lain pihak, ketidakpastian sosial politik begitu terasa. Semua orang merasa tidak pasti. Sistem pemerintahan berubah, acuan dan undang-undang berubah. Sikap masyarakat sangat agresif dan investorinvestor asing dan dalam negeri pergi meninggalkan Indonesia. Di tengah-tengah ketidakpastian itu, para sarjana kesulitan mencari pekerjaan. Sebagian besar tidak dapat ditampung. Mereka harus bersaing dengan orang-orang yang telah jauh berpengalaman dalam mencari kerja. Para sarjana itu pun menjadi pengangguran.SIAPAKAH YANG DAPAT DIANDALKAN BANGSA INI UNTUK MENGATASI SEMUA ITU ?.Benar...! Itulah WIRAUSAHA.Dalam bangunan perekonomian Indonesia saat itu, meskipun kontribusi ekonominya masih terbatas, ada jutaan orang yang menggeluti Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Merekalah andalan perekonomian Indonesia. Usaha-usaha itu (Mikro & Kecil) belum memiliki karyawan dalam jumlah besar, dipimpin seorang atau beberapa orang wirausaha. Mereka mandiri, tahan banting, fleksibel dalam bergerak, efisien karena dikerjakan dengan seluruh anggota keluarga, tidak bergantung pada utang dan berbasiskan sumberdaya lokal.Memang sebagian besar UMKM saat itu belum dikelola secara modern, tetapi mereka bebas dari krisis karena ciri-ciri seperti di atas. Sebagian besar dari mereka belum menerapkan manajemen modern (misalnya pemisahan harta dan pengaturan manajemen yang terpisah), belum membangun brand (merek), belum memiliki pencatatan keuangan yang tertata baik (accounting), belum memiliki pembagian kerja yang tertulis, belum ada SOP (Standard Operating Procedure), belum memakai knowledge management, dan seterusnya.Namun, krisis eknomoi justru menyadarkan mereka akan pentingnya semua itu. Mereka bahkan mampun mengambil porsi yang lebih besar, merekrut karyawan lebih banyak dan seterusnya. Ekonomi UMKM menjadi tumpuan dan pilihan penting bagi para sarjana untuk hidup lebih sejahtera, lebih mandiri, dan menolong banyak orang dalam mengatasi pengangguran. Bukan dengan menjadi karyawan, melainkan menjadi pengusaha.KARAKTERISTIK USAHA MIKRO & KECILPOSITIF, Tahan banting Flexibel Mandiri Efisien (dikerjakan seluruh anggota keluarga) Self (or family) financingNEGATIF, Informal Skala ekonomi rendah TIdak ada standar dan SOP Belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen Tidak disiapkan untuk menjadi besar atau tumbuh Pengembangan terbatasKrisis ekonomi memberi peluang untuk memulai bisnis baru, karena: lebih mudah memperoleh karyawan baru yang andal dengan biaya relatif lebih ekonomis, memperkecil turnover karyawan, persaingan menyusut baik dari sisi intensitas maupun kuantitas.Dalam situasi krisis, konsumen tetap akan melanjutkan konsumsinya, konsumen akan mengubah gaya perilaku konsumsinya dengan mempertimbangkan 4 faktor yaitu, Harga, dengan membeli produk yang lebih murah, Kuantitas, membeli produk dalam jumlah lebih sedikit, Kualitas, Kualitas lebih rendah, harga lebih murah dan tidak tahan lama, Kulaitas terbaik, lebih tahan lama dengan harga lebih tinggi. Gaya hidup, dengan mengubah gaya konsumsi misalnya do it yourself (melakukan sendiri ganti oli mesin)Karena itu, jangan ragu untuk memanfaatkan kesempatan dan memahami perilaku konsumen pada masa krisis.

"Bagaimana caranya mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan sekaligus membangun kemakmuran bangsa Indonesia?". Menurut Ciputra bahwa dengan penguasaan ilmu-ilmu Entrepreneurship oleh semua komponen masyarakat Indonesia akan memutus lingkaran pengangguran dan kemiskinan. Bukan hanya itu, bangsa Indonesia akan sanggup bersama-sama membangun kemakmuran yang berkesinambungan. Gagasan ini muncul disebabkan karena keironisan Indonesia sebagai bangsa yang kaya dengan sumber kekayaan alam namun masih dikategorikan miskin dalam ekonomi.Saat ini Indonesia ada pada sebuah paradoks kelimpahan. Indonesia kaya akan anugerah kekayaan alamnya namun sebagian besar rakyatnya masih tinggal dalam kemiskinan. Misalnya, di dunia saat ini, Indonesia merupakan Produsen, No. 1, untuk kelapa sawit, No. 3, untuk karet, No. 5, untuk perak dan nikel, No. 7, untuk batu bara dan emas, No. 8, untuk gas alam, Sumatera Selatan, merupakan lumbung pangan dan Energi terdapat penganguran sebesar 9.8 % dari jumlah penduduknya.PERTANYAAN, Namun mengapa negara kita serasa tidak mampu untuk mengelola kekayaan alam yang Tuhan limpahkan kepada kita?.Ada tiga alasan utama, Selama 350 tahun penjajahan Belanda, rakyat Indonesia tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya dan peluang untuk berwirausaha. Pendidikan nasional Indonesia memiliki orientasi membentuk sumberdaya manusia pencari kerja bukan pencipta kerja. Wajib belajar dimulai pd anak usia 7 tahun, padahal 95 persen perkembangan syaraf otak terjadi pada usia dibawah 7 tahun.

Sehingga pertanyaan yang sangat jelas namun sulit menemukan jawabannya adalah bagaimana mengatasi kemiskinan dan pengangguran sekaligus membangun kesejahteraan dalam satu generasi?

Jawabannya ada pada pendidikan Entrepreneurship.

Pendidikan entrepreneurship yang seharusnya dikembangkan adalah pendidikan yang mempersiapkan para lulusannya untuk bukan saja menguasai bidangnya dengan baik namun secara langsung mempersiapkan mereka untuk menjadi entrepreneur.

CIRI PEMBEDA SEORANG ENTREPRENEUR Dia adalah seorang pencipta peluang. Untuk menjadi seorang entrepreneur, orang tersebut tidak cukup bila hanya tiba pada tahap "mencari peluang". Juga tidak cukup tiba pada "mengenali peluang" dan "menemukan peluang". Untuk bisa bertahan berhadapan dengan lingkungannya seorang entrepreneur harus tiba pada tahap mencipta peluang.

Ketika peluang sudah tercipta, maka pembeda berikutnya adalah entrepreneur adalah seorang innovator. Innovator adalah applikasi dari kreativitas. Innovasi menuntut kemampuan integrasi informasi yang tersedia untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Pembeda terakhir dari seorang entrepreneur adalah dia adalah pengambil resiko yang terhitung dengan baik. Tanpa penghitungan resiko maka orang tersebut akan melakukan sesuatu yang jauh dari realitas. Sementara itu, tuntutan akan kesempurnaan atau ketepatan resiko merupakan resep yang paling manjur untuk kegagalan. Karena itu keseimbangan antara perhitungan dan pengetahuan riil akan menjadi kunci keberhasilan dalam aspek ketiga ini.SIAPAKAH ENTREPRENEUR ITU ?.CIPUTRA (Legenda Entrepreneur Indonesia), Entrepreneur adalah seorang yang bisa mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Dibalik dari pernyataan ini tersimpan kedalaman arti proses yang harus dilewati untuk menciptakan nilai sehingga barang yang tidak berharga menjadi berharga sehingga dpt melayani pasar dengan baik. Permasalahan yang masih banyak dihahas adalah apakah entrepreneur bisa dicetak melalui pendidikan?. Entrepreneur tercipta karena faktor 3L, yaitu Lahir, Lingkungan dan Latihan. L pertama menunjuk pd faktor keturunan, jika oranga seorang entrepreneur maka keturunannya akan memiliki potensi besar untuk menjadi entrepreneur. L kedua adalah faktor lingkungan. Lingkungan bisa keluarga & sanak-saudara. L terakhir adalah latihan.

BUKAN SEKADAR TUMPANGAN HIDUPSekalipun UMKM telah menjadi tumpuan hidup yang penting, kami ingin menegaskan bahwa entrepreneur adalah seorang yang berusaha dengan keberanian dan kegigihan sehingga usahanya mengalami pertumbuhan. Jadi, Pertumbuhan adalah kata kuncinya.Dengan demikian, ada jutaan orang yang memilih tidak bekerja pada orang lain dan membuka usaha sendiri, tetapi mereka belum layak disebut entrepreneur. Kalau mereka hanya sekadar membuka warung, berusaha seadangnya, sekadar untuk hidup, maka mereka hanyalah pedagang biasa. Ciri-ciri mereka adalah usaha dan stagnant, tak ada perubahan dari waktu ke waktu, dan dikerjakan tanpa rencana kemajuan sama sekali.Seorang entrepreneur adalah seorang yang Moving Forward, maju terus kedepan. Usahanya tumbuh dari waktu ke waktu, dari satu kedai menjadi lima, sepuluh, seratus, lalu seribu. Dari warung kecil menjadi usaha besar . Dari lima karyawan menjadi puluhan, ratusan, atau mungkin saja ribuan karyawan. Tak peduli apakah dia seniman, wartawan, pekerja sosial, atau industriawan. Siapa saja yang melakukannya, dia bisa disebut entrepreneur asalkan bertumpu pada fondasi pertumbuhan.Oleh karena itu, konsep entrepreneur dikenal luas, mulai dari business entrepreneur, creative entrepreneur, technopreneur, sampai social entrepreneur. BERSAHABAT DENGAN KETIDAKPASTIANSalah satu karakter utama seorang wirausaha adalah persahabatan yang kental dengan Ketidakpastian (Uncertainty). Berbeda dengan mereka yang memilih profesi sebagai pekerja, manajer, atau professional executive, maka wirausaha menggeluti ketidakpastian dari hari ke hari.Untuk menghindari ketidakpastian, banyak sarjana di masa lalu memilih bekerja sebagai pegawai dan kelak menjadi manajer. Gaji kecil ( misalnya menjadi pegawai negeri sipil), tidak apa-apa asalkan pasti. Setiap bulan, pada setiap tanggal yang sama memperoleh penghasilan tetap. Setiap tahun ada kenaikan jabatan, bisa pindah kerja, mendapatkan posisi yang lebih baik, gaji dan tunjangan yang lebih besar. Kalau sudah menikah, anak, dan istri memperoleh tunjangan-tunjangan lainnya. Semua sudah pasti didapat dari tempat bekerja.BAGAIMANA DENGAN WIRAUSAHA?Keadaanya berbalik 180 derajat. Tak ada penghasilan tetapi (kecuali bila usaha sudah stabil), semua fasilitas harus dibayar dari uang yang dicari sendiri. Bahkan pada tahaptahap awal membangun usaha ditemui banyak kesulitan. Belum mempunyai keahlian yang memadai, apalagi kepercayaan. Semua itu harus dibangun setahap demi setahap yang diawali dengan berbagai tantangan.Bagi seorang wirausaha, kesulitan bukanlah akhir dari langkahnya. Falsafah mereka, Pemenang tak pernah menyerah. Hanya yang menyerah (dan berhenti) yang tak pernah menjadi seorang pemenang. Bagi mereka, kesulitan adalah tantangan. Sebab di kepala mereka selalu terbayang sasaran-sasaran akhir yang indah. Pikiran mereka bukan pada hari itu saja, melainkan keadaan di suatu hari nanti.Karena tak banyak orang yang berani bersahabat dengan ketidakpastian, maka banyak orang yang tersesat dalam lembah ketidakpastian itu. Padahal, hari-hari baru di Indonesia pascareformasi dan juga di seluruh dunia (pascaperang dingin) adalah ketidakpastian. Dunia telah berubah menjadi sangat kompleks, alam telah berubah total, demikian pula dengan hubungan antar manusia, teknologi, dan persaingan. Semua berubah begitu cepat, dan mampu mengatasinya hanya mereka yang bersahabat dengan ketidakpastian itu sendiri. Mereka yang bersahabat, mengenal betul karakterkarakter ketidakpastian dan mampun mengambil manfaat besar darinya. Itulah wirausaha.USAHA SESUNGGUHNYA, BUKAN SPEKULATIFUsaha sungguhan (Real Business) adalah samudra luas yang digeluti seorang wirausaha. Dia tidak mengenal jalan pintas, apalagi caracara cepat menjadi kaya. Lagi pula, kaya bukanlah tujuan seorang wirausaha. Kaya adalah akibat dari perilaku berusaha yang jujur, hasil dari bekerja keras, dan kepercayaan. Semua itu didapat dari upaya yang menuntut waktu dan kesungguhan. Tujuan hidup seorang wirausaha adalah hidup yang mandiri dan bahagia.Dia bisa mengatur waktunya dengan bebas, mengambil keputusan, menentukan arah masa depan, dan melihat begitu banyak orang yang tertolong karena memiliki penghasilan. Namun di lain pihak, dia bekerja dan berpikir setiap saat. Dia menanggung risiko dan menembus batas batas kesulitan. Dia melayani orang karena bila tanpa keinginan itu, dia tak akan mendapatkan pelanggan.Usaha sungguhan ini berbeda dengan usaha spekulatif yang dipenuhi jargon cara cepat kaya. Tengoklah facebook, email, dan SMS anda. Selalu saja ada orang yang menawarkan cara cepat mendapatkan uang. Tinggal buka rekening, bayar, lalu tunggu uang transfer masuk. Tak perlu kerja keras, tapi dapat uang THR atau bonus begitu singkat. Itulah usaha bodoh-bodohan yang didasari prinsip win-lose dan spekulatif. Usaha-usaha spekulatif ditujukan untuk mengejar kekayaan dalam waktu singkat, tanpa kerja keras. Kekayaan bagi kelompok ini adalah tujuan sehingga bagi mereka kesejahteraan adalah kaya. Dalam bahasa bisnis, ini disebut sebagai illusionary wealth karena kaya yang demikian biasanya tidak menyejahterakan, tidak menimbulkan kebahagian.Dalam banyak hal, usaha spekulatif malah membahayakan pemilik sendiri. Mereka menjadi serakah, tak pernah merasa puas, banyak melakukan perbuatan tidak etis, merugikan banyak orang, menjadi buronan polisi, dan dihujat banyak orang. Mereka tak memperoleh respek dan tak pernah meraih kebahagian.Kini, usahausaha spekulatif itu juga banyak ditawarkan melalui media dan menjerat banyak calon sarjana karena menjanjikan caracara instan. Di antara usaha-usaha spekulatif adalah money games dengan cara mencari downline sebanyak-banyaknya dan menarik uang tunia dari mereka yang dijanjikan akan memperoleh imbalan besar dalam waktu singkat. Bentuk money games sangat luas, mulai dari sekadar tabungan, memakai media voucher telepon, pakaian, payung, emas batangan, sampai bebek, dan pertanian di alam pegunungan.Usahausaha spekulatif itu bukanlah area seorang wirausaha sebab mereka tak membutuhkan kerja keras, nama baik, atau mengejar kebahagian. Bagi mereka, yang penting diri mereka kaya dan diperoleh dalam tempo singkat.PERBEDAAN ANTARA USAHA SPEKULATIF DENGAN USAHA RIILUSAHA SPEKULATIFUSAHA RIIL

Wealth/Kekayaan = MoneyWealth/Kekayaan = Well Being

Illusionary wealth, magic. (kehidupan yang bisa didapat melalui spekulasi).Instrinsic wealth. (kehidupan yang artistik, spiritual, intelligence, intellectual).

Tingkat pengembalian (rate of return), kinerja ekonomi (economic performance), peringkat (rating and scoring)Kontribusi ekonomi dalam jangka panjang terhadap manusia dan alam/habitatnya.

Aset yang terus meningkat nilainya, penampilan yang berlebih (over valued asset, handsome performance).Saling memelihara/menjaga. (Mengurangi ketergantungan pada uang). Mengutamakan tata nilai.

Yang kaya semakin kaya, uang bisa memperbesar uang.Kekayaan yang diperoleh dari kerja keras, inovasi, persaingan.

Jangan bekerja untuk uang, buatlah uang bekerja untuk Anda. Bekerja hari ini untuk hari ini.Jangan berilusi, bekerja keraslah, hidup yang hemat, nikmati pada masanya. Bekerja sekarang, nikmati hari tua, dan sisakan untuk generasi yang akan datang.

Inilah Tradisi Wall StreetInilah Tradisi Market Street

USAHA YANG RIIL Didasarkan motif untuk melayani dan memperoleh kemandirian Dengan ketulusan, kerjakeras dan inovasi Bukan jalan pintas, cara cepat menjadi kaya Membangun secara bertahap Menjaga nama baik, membangun reputasi Bukan sekedar passive income, tetapi riil Pendidikan, persahabatan, spiritualitas sangat penting.

USAHA SPEKULATIF Didasarkan motif ingin cepat kaya Mengedepankan cara-cara instant Mendewa-dewakan passive income Tidak peduli kerugian pihak lain, yang penting, saya untung Pendidikan dan kehidupan spiritual tidak dianggap penting

II. LANDASAN PEMIKIRAN

Pergilah sejauh anda bisa memandang, dan ketika anda tiba disana, anda akan memandang lebih jauh.Dunia bergerak dengan cepat. Di mana-mana selalu terasa ada dinamika dalam kehidupan manusia, seolah-olah ada perlombaan yang tiada akhir dalam pencapaian tujuan masing-masing. Itulah hukum yang tetap adalah perubahan. Siapa yang tidak ikut dalam perlombaan akan ketinggalan dan hanya sekedar menjadi penonton, pengagum, pengamat, atau komentator tanpa bisa turut menikmati hasilnya.Simaklah teknologi yang setiap saat selalu berubah. Belum lagi setahun, model komputer sudah berubah. Setiap bulan selalu ada telepon genggam model baru. Pabrik mobil berlomba-lomba memunculkan model baru dengan konsep baru. Manusia dapat cepat bergerak dari satu tempat ke tempat lain karena sistem teknologi transportasi sangat memendekkan jarak dalam ukuran waktu tempuh. Sistem informasi yang beragam -internet, televise, radio, film, media cetak- sudah merambah hampir seluruh pelosok bumi. Jarak yang jauh tidak menghalangi orang untuk saling berhubungan, saling menyaksikan beraneka ragam kejadian di dunia, bahkan dapat secara real time atau live.Itulah keadaan dunia sekarang dan yang akan datang. Semuanya, mulai dari manusia, barang, jasa, uang, informasi, dan teknologi, bergerak dan merambah dengan cepat seolah-olah tidak ada batas antar negara. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi menjadi focus utama di masing-masing Negara. Malah Negara-negara di dalam suatu kawasan bergabung membuat suatu kekuatan ekonomi, misalnya MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa), AFTA (Asian Free Trade Agreement), NAFTA (North American Free Trade Agreement), APEC (Asia-Pacific Economic Community), dan lain-lain, untuk melakukan perjanjian dan kesepakatan perdagangan yang bias lebih memacu pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara.Negara-negara di dunia pun bergabung dalam WTO (World Trade Organization) yang telah melahirkan aturan main yang disepakati oleh 137 negara untuk memungkinkan perkembangan ekonomi yang melampaui lintas batas negara, meskipun ternyata aturan ini hanya menguntungkan 30 negara besar dan kuat ekonominya, seperti Amerika Utara (AS dan Kanada), Masyarakat Ekonomi Eropa, dan negara-negara Asia Timur (Jepang, Taiwan, Korea). Kumpulan tiga grup besar yang dinamakan global triad ini menguasai sekitar 90% arus investasi dunia.Ideologi dalam suatu negara tidak lagi menjadi pegangan utama tetapi diganti dengan indicator-indikator ekonomi. Semua itu tentu ada penggerak-penggeraknya di setiap negara, apakah di dalam sektor keuangan, industri, perdagangan, pariwisata, pertanian, pertambangan, kelautan transportasi, telekomunikasi, kontraktor, konsultan, dan sebagainya.Pada tahun 1997, hanya akibat ulah seseorang yang bernama George Soros, pemimpin perusahaan Quantum Funds dengan direkturnya Stanley Druckenmiller, ekonomi dan moneter negara-negara Asia berantakan dalam sekejap setelah puluhan tahun ditata dan dibangun. Banyak perusahaan besar di negara-negara Asia yang bangkrut atau kesulitan keuangan, tidak terkecuali di Indonesia. Fondasi ekonomi Indonesia yang lemah membuat ekonominya berantakan. Hanya dalam waktu satu tahun, GNP (gross national product) Indonesia turun dari semula yang pernah mencapai lebih dari 3000 dollar AS menjadi 600 dollar AS, dan menurut data Bank Dunia pada tahun 2003 adalah 810 dollar AS. Semua itu disebabkan oleh apa yang dinamakan bubble economy, yaitu bisnis yang dilandasi utang dari bank yang terlalu besar dan banyak pinjaman dalam valuta asing, sehingga rentan terhadap perubahan nilai tukar atau kurs valuta asing.Bahkan pada tahun 1992, George Soros mengguncang poundsterling Inggris dengan mengantungi keuntungan lebih dari satu miliar poundsterling. Ia bias menguasai informasi dan memanfaatkannya untuk menarik keuntungan finansial bagi dirinya di sektor finansial, tetapi di balik itu merugikan banyak negara. Itulah hukum zero-sum game, ada yang untung ada yang rugi.Demikian pula Indonesia, dengan jumlah penduduk yang pada tahun 2003 saja sekitar 215 juta orang, masih memerlukan banyak penggerak ekonomi di segala bidang dalam rangka mencapai kemakmuran yang selalu dicita-citakan rakyatnya.Untuk itu, marilah kita telaah beberapa pertanyaan sederhana di bawah ini,1. Dengan semakin bertambahnya penduduk Indonesia dan setiap tahun selalu diikuti bertambahnya angkatan kerja, terdapat sekitar 11 juta penggangguran di Indonesia lebih dari 245 ribu di antaranya adalah lulusan sarjana siapakah yang dapat mengurangi tingkat penggangguran dengan cara membuka lapangan kerja?.

2. Dengan melimpahnya sumber daya alam di Indonesia berupa laut, hutan, sungai, dalam tanah, dan lain-lain, siapakah yang harus mengolah dan memanfaatkannya untuk tujuan ekonomi dan bisnis, demi kemakmuran bangsa Indonesia?.

3. Dengan semakin dibutuhkannya sumber-sumber dana APBN dan APBD bagi kelangsungan hidup Negara, di antaranya untuk menggaji Pegawai Negari Sipil, Polri, TNI- dan membayar utang-utang luar negeri, yang sebagian besar bersumber dari pajak, dari mana diperoleh sebagian besar sumber-sumber pajak tersebut ?.

4. Dengan semakin berkembangnya bermacam-macam teknologi di dunia, siapakah yang mampu memanfaatkan teknologi tersebut untuk tujuan ekonomi dan bisnis bagi kemajuan industry berbasis teknologi di Indonesia ?.

5. Kekuatan ekonomi suatu Negara salah satunya dapat dilihat dari kemampuan mendapatkan cadangan devisa yang kuat, berupa kemampuan untuk menghasilkan produk-produk bertujuan ekspor. Siapakah yang mampu berperan menghasilkan produk-produk tersebut ?.

6. Besarnya potensi wisata, keindahan alam, dan keragaman budaya Indonesia dapat diolah untuk mendatangkan wisatawan mancanegara yang akan menghasilkan devisa dan memutar roda ekonomi, serta demi terbukanya lapangan kerja. Siapakah yang mampu mengembangkan dunia pariwisata tersebut ?.

7. Dengan aneka ragam hasil kerajinan tangan atau budaya yang khas di setiap daerah di Indonesia yang dapat dikembangkan menjadi produk layak ekspor, siapakah yang mampu mengembangkan kerajinan tangan tersebut untuk tujuan ekspor ?.

8. Tanah Indonesia yang subur dan luas disertai keanekaragaman sumber hayati dapat dikembangkan menjadi industri pertanian dan kehutanan untuk menghasilkan produk-produk ekspor. Siapakah yang mampu mengembangkannya?.Jawaban dari delapan pertanyaan tersebut hanya satu, yaitu para ENTREPRENEUR. Dengan banyaknya entrepreneur, dua indikator penting dalam suatu negara maju dan makmur secara ekonomi akan terpenuhi, yaitu. rendahnya angka pengangguran dan tingginya devisa -terutama dari hasil barang-barang ekspor- yang dihasilkanJadi, betapa pentingnya peran para entrepreneur dalam memajukan ekonomi suatu Negara. Kemajuan ekonomi mestinya sejalan dengan kemampuan dan peningkatan daya beli, peningkatan taraf kesejahteraan hidup dan kemakmuran bangsa yang merata dan dirasakan secara nyata, bukan hanya ditunjukkan oleh angka-angka statistik saja.Salah satu penyebab kurang cepatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih sedikitnya jumlah entrepreneur sebagai pelaku ekonomi, antara lain pengusaha, pedagang, industrialis, dan lain-lain. Pada alam pembangunan dan globalisasi ekonomi, yang dibutuhkan bukan saja para entrepreneur andal, melainkan juga para entrepreneur yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, berdedikasi, berjiwa patriot yang sadar akan jiwa dan rasa kebangsaannya.Sebaliknya, seseorang yang mempunyai wawasan, mental, dan jiwa entrepreneur tidaklah harus selalu menjadi entrepreneur dalam arti kata pengusaha, pedagang, atau pebisnis. Mereka yang mempunyai status pegawai pun hendaknya bermental entrepreneur, yang oleh Gifford Pinchot III -pakar bidang manajemen dari Amerika Serikat dalam bukunya Intrapreneuring dinamakan intrapreneur.Kemudian timbul pula istilah-istilah yang lebih menujukkan kegiatan yang lebih khas dari seorang entrepreneur seperti social entrepreneur, technopreneur, multipreneur, netpreneur, dan lain-lain. Oleh karena itu, beruntunglah perusahaan yang memiliki pegawai yang mempunyai wawasan dan berjiwa entrepreneur yang dapat memajukan dan mengembangkan perusahaan tempatnya bekerja. Orang-orang seperti inilah yang perlu dikembangkan, yaitu sumber daya manusia yang berjiwa entrepreneur. Demikian juga, negara ini akan cepat maju andai para politisi dan birokrat berjiwa entrepreneur pula.Tetapi berkembangnya pelaku ekonomi atau entrepreneur dalam suatu bangsa tidak akan lepas dari kultur bangsa tersebut, yang berupa mental, attitude (sikap), norma-norma, pola piker, karakter, tindakan-tindakan, dan sebagainya. Dengan demikian, berkembangnya ekonomi suatu bangsa mungkin saja ada korelasinya dengan sistem kultur bangsa tersebut secara menyeluruh.Oleh karena itu, di sinilah diperlukannya suatu perubahan, terobosan, atau reformasi dari system kultur yang ada sekarang ini dengan menggerakkan orang-orang yang mau menjadi pelaku ekonomi, yaitu sebagai entrepreneur. Gerakan itu tidak perlu secara menyeluruh, tetapi cukup dalam suatu lingkungan yang kecil-misalnya dari lingkungan rumah, perguruan tinggi, pondok pesantren, perusahaan, dan lain-lain karena untuk memakmurkan bangsa cukup digerakkan oleh para pelaku ekonomi yang jumlahnya hanya 2% dari jumlah penduduk Indonesia.Tanpa adanya gerakkan dan perubahan kultur ini, dikhawatirkan bangsa Indonesia semakin terpuruk lebih dalam lagi, baik dari segi ekonomi dan banyaknya pengangguran yang bias berkorelasi dengan meningkatnya masalah kriminalitas, kekerasan, pelacuran, perjudian, mabuk-mabukkan (minuman keras), pengguna narkoba, maraknya premanisme, penipuan-penipuan dengan berbagai modus, depresi kesulitan ekonomi yang berakibat gila atau bunuh diri, dan lain-lain.Demikian pula dalam globalisasi ekonomi dunia, bangsa Indonesia akan ketinggalan dalam segala bidang. Tetapi karena alamnya kaya, akan selalu dieksploitasi dan dikuras habis oleh negara-negara yang ekonominya kuat, sedangkan manusianya dibiarkan tetap miskin dan bodoh. Hal ini terjadi karena kesalahan bangsa kita sendiri baik dari kalangan pemerintah, politisi, swasta, dan kaum intelektualnya yang kurang mampu mengelola sumber daya alamnya dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya dengan baik.

III. ENTREPRENEURIAL MINDSETPada bagian ini, Anda akan kami perkenalkan dengan karakter-karakter dasar seorang wirausaha. Menurut McGraith & Mac Millan (2000), ada tujuh karakter dasar yang perlu dimiliki calon wirausaha. Ketujuh karakter tersebut adalah sebagai berikut,1. Action Oriented,Bukan tipe menunda, wait and see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu saja. Dia tidak menunggu sampai segala sesuatunya jelas dulu, atau budget-nya ada dulu. Dia juga tidak menunggu ketidakpastian pergi dulu, baru berusaha. Mereka adalah orang yang ingin segera bertindak, sekalipun situasinya tidak pasti (uncertain). Prinsip yang mereka anut adalah see and do. Bagi mereka, risiko bukanlah untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan ditaklukkan dengan tindakan dan kelihaian.2. Berpikir Simple,Sekalipun dunia telah berubah menjadi sangat kompleks, mereka selalu belajar menyederhanakannya. Dan sekalipun berilmu tinggi, mereka bukanlah manusia teknis yang ribet dan menghendaki pekerjaan yang kompleks. Mereka melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap.

3. Mereka selalu mencari Peluang-peluang baru.Apakah itu peluang usaha yang benar-benar baru, atau peluang dari usaha yang sama. Untuk usaha-usaha yang baru, mereka selalu mau belajar yang baru, membentuk jaringan dari bawah dan menambah landscape atau scope usahanya. Sedangkan dalam usaha yang sama, mereka selalu tekun mencari alternatif-alternatif baru, seperti model, desain, platform, bahan baku, energi, kemasan, dan struktur biaya produksi. Mereka meraih keuntungan bukan hanya dari bisnis atau produk baru, melainkan juga dari cara-cara baru.

4. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi.Seorang wirausaha bukan hanya awas, memiliki mata yang tajam dalam melihat peluang atau memiliki penciuman yang kuat terhadap keberadaan peluang itu, tetapi mereka bergerak ke arah itu. Peluang bukan hanya dicari, melainkan diciptakan, dibuka, dan diperjelas. Karena wirausaha melakukan investasi dan menanggung risiko, maka seorang wirausaha harus memiliki disiplin yang tinggi. Wirausaha wirausaha yang sukses bukanlah pemalas atau penunda pekerjaan. Mereka ingin pekerjaannya beres, dan apa yang dipikirkan dapat dijalankan segera. Mereka bertarung dengan waktu karena peluang selalu berhubungan dengan waktu. Apa yang menjadi peluang pada suatu waktu, belum tentu masih menjadi peluang di lain waktu. Sekali kesempatan itu hilang, belum tentu akan kembali lagi. Setiap gagasan brilliant dan inovasi biasanya harus dibangun dari bawah dan disusun seluruh mata rantai nilainya (value chain).

5. Hanya mengambil peluang yang terbaik.Seorang wirausaha akan menjadi sangat awas dan memiliki penciuman yang tajam pada waktunya. Berbeda dengan pemula yang belum terlatih dan masih bingung, maka wirausaha yang terlatih akan cepat membaca peluang. Namun, wirausaha sejati hanya akan mengambil peluang yang terbaik. Ukuran menarik itu adalah pada nilainilai ekonomis yang terkandung di dalamnya, masa depan yang lebih cerah, kemampuan menunjukkan prestasi, dan perubahan yang dihasilkan. Semua itu biasanya dikaitkan dengan rasa suka terhadap objek usaha atau kepercayaan bahwa dia mampu merealisasikannya.Pada akhirnya, sukses yang diraih setiap orang ditentukan oleh keberhasilan orang itu dalam memilih.SUCCESS = F (CHOICE)

Success adalah fungsi dari keberhasilan memilih. Apakah memilih sekolah, karier, bidang usaha, teman, pasangan, karyawan/eksekutif, mitra usaha, dan sebagainya. Pilihan yang terbaik akan menentukan hasil yang bisa dicapai.6. Fokus pada eksekusi.Wirausaha bukanlah seorang yang hanya bergelut dengan pikiran, merenung atau menguji hipotesis, melainkan seorang yang fokus pada eksekusi. Mereka tidak mau berhenti pada eksploitasi pikiran atau berputar putar dalam pikiran penuh keragu-raguan. Manusia dengan entrepreneurial mindset mengeksekusi, yaitu melakukan tindakan dan merealisasikan apa yang dipikirkan daripada menganalisis ide ide baru sampai mati (McGraith dan Mac Millan, 2000, hlm.3). Mereka juga adaptif terhadap situasi, yaitu mudah menyesuaikan diri dengan fakta fakta baru atau kesulitan di lapangan.

7. Memfokuskan energy setiap orang pada bisnis yang digeluti,Seorang wirausaha tidak bekerja sendirian. Dia menggunakan tangan dan pikiran banyak orang, baik dari dalam maupun luar perusahaannya. Mereka membangun jaringan daripada melakukan semua impiannya sendiri. Ibarat seorang orkestrator atau dirigen musik, dia mengumpulkan pemusik-pemusik yang ahli dalam memainkan instrument yang berbeda-beda untuk menghasilkan nada-nada musik yang disukai penonton. Untuk itu, dia harus memiliki kemampuan mengumpulkan orang, membangun jaringan, memimpin, menyatukan gerak, memotivasi, dan berkomunikasi.Itulah karakter-karakter dasar yang disebut sebagai entrepreneurial mindset.Akhirnya, setiap orang yang mengambil peran atau karier sebagai wirausaha perlu mengetahui pilihan-pilihan apa saja yang tersedia dengan menjadi karyawan, intrapreneur, entrapreneur, atau social entrepreneur. Penjelasannya adalah sebagai berikut,1. Karyawan,Anda bekerja pada orang lain dan bila berhasil, Anda dapat mencapai karier sebagai professional eksekutif dengan peran sebagai pengambil keputusan.

2. Intrapreneur,Status Anda adalah karyawan, bekerja pada orang lain, memiliki atasan, tetapi yang Anda cari adalah kemerdekaan dan akses terhadap resources dan Anda memiliki jiwa kewirausahaan.

3. Entrepreneur,Anda tidak bekerja pada orang lain, melainkan pada usaha yang Anda dirikan atau kembangkan sendiri. Anda adalah pemilik usaha yang memiliki kemerdekaan mengatur hidup, arah usaha, dan mengambil keputusan-keputusan strategis. Anda bisa menjalankannya sendiri, bisa juga menggunakan para professional. Anda menanggung risiko, tetapi juga menikmati keuntungan usaha setelah membayar gaji karyawan dan kewajiban-kewajiban lainnya.

4. Social entrepreneur,Pelaku kegiatan sosial yang berwatak entrepreneur. Sebagian dari Anda barangkali berpikir lebih menyukai pekerjaan pada area sosial atau mendirikan LSM. Apakah itu dalam bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat, demokrasi, hukum dan hak asasi manusia, kesenian, atau bidang-bidang lainnya.Dengan memiliki watak entrepreneur, Anda dapat memajukan kegiatan sosial hingga kegiatan sosial Anda dapat menjadi lebih mandiri dan berkelanjutan, dan bukan semata-mata hidup dari sumbangan saja.Demikian pilihan-pilihan yang tersedia, tinggal Anda sendiri yang menentukan di mana medan karier yang akan anda tempuh dan selalu berbuatlah yang terbaik. Kata Kuncinya adalah ..... TUMBUH ..., Ingatlah tujuan hidup kita bukanlah menjadi kaya ..., melainkan tumbuh, untuk tumbuh, Anda harus percaya, mau, mampu, dan dipelihara ...,Sukses adalah akibat ..., bukan tujuan,.. Sukses yang bermartabat, bukan sekedar kaya ..., yaitu, Sukses melalui proses kemandirian (KEWIRAUSAHAAN).MASA DEPAN DICIRIKAN DENGAN TIGA FENOMENA YANG AMAT KHAS DAN MENCENGANGKAN, yaitu, PERSAINGAN, PERUBAHAN, KOMPLEKSITAS.Perbedaan antara negara miskin dan negara kaya tidak tergantung pada, Umur Negara,Negara India dan Mesir, yang umurnya lebih dari 2000 tahun, tetapi mereka tetap terbelakang, Sementara itu, Singapura, Canada, Australia dan New Zealand yang baru berumur kurang dari 150 tahun, tetapi mereka telah tergolong sebagai negara maju

Sumberdaya Alam,Ketersediaan sumberdaya alam di suatu negara, juga tidak menjamin negara itu menjadi kaya atau miskin,

Luas Negara Itu.Jepang mempunyai area yang sangat terbatas, daratannya 80% berupa pegunungan dan tidak cukup untuk meningkatkan pertanian dan peternakan, tetapi saat ini jepang menjadi raksasa ekonomi nomor 2 di dunia. Jepang laksana suatu negara industri terapung yang besar, mengimpor bahan baku dari semua negara di dunia dan mengekspor barang jadinya.Swiss negara yang sangat kecil, hanya 11% daratannya bisa ditanami, Swiss tidak mempunyai perkebunan coklat tetapi dikenal sebagai negara pembuat coklat terbaik didunia.

Pendapat lain ..., menyatakan bahwa,Para psikolog sependapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal Kecerdasan, Ras dan Warna kulit juga bukan faktor penting yang menentukan kemajuan suatu bangsa.

Para imigran yang dikatakan pemalas di negara asalnya ternyata merupakan sumber daya yang sangat produktif di negara-negara maju di Eropa dan Amerika.

Lalu apa yang membuat perbedaan kemajuan suatu negara dengan negara yg lain ? Jawabannya terletak pada Motivasi, Perilaku, dan Kemampuan Berpikir Masyarakatnya yang telah dibentuk sepanjang masa melalui kebudayaan dan pendidikan Entrepreneur

IV. APA PERAN ENTREPRENEUR DALAM SUATU NEGARA?Peran sesungguhnya entrepreneur dalam suatu Negara adalah sebagai berikut,1. Pemutar gerak roda ekonomi.2. Pembuka atau penyedia lapangan kerja.3. Pembayar pajak sebagai sumber pemasukan APBN/APBD.4. Penghasil devisa dari produk ekspor yang akan memperkuat cadangan devisa negara.5. Pelaku fungsi sosial dalam memajukan bangsa melalui sumbangan-sumbangannya di berbagai bidang, seperti pendidikan, budaya, kesehatan, agama, kemanusiaan, dan sebagainya.6. Pendorong tumbuhnya entrepreneur- entrepreneur baru.Jumlah Entrepreneur di Indonesia saat ini masih sedikit dan tentu saja masih jauh dari kebutuhan. Pada tahun 2005, dari 220 juta penduduk Indonesia, kurang dari dua juta yang memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) pribadi, dan yang memasukkan SPT jumlahnya lebih rendah lagi, mereka terdiri atas,1. Para pengusaha, pebisnis, atau entrepreneur.2. Profesional mandiri, seperti dokter, pengacara, notaries, akuntan, wartawan, artis, dan lain-lain.3. Para pegawai, manajer, eksekutif professional di perusahaan swasta atau BUMN.4. Para pejabat tinggi negara, politisi dan kepala daerah.5. Warga negara asing yang bekerja di Indonesia.Dalam jumlah kurang dari dua juta orang yang memiliki NPWP tersebut, diperkirakan hanya sekitar 400.000 orang yang benar-benar berprofesi sebagai entrepreneur. Bandingkan dengan jumlah pegawai negeri -termasuk anggota TNI dan Polri yang mencapai empat juta orang.Di sisi lain, jumlah perusahaan yang ada di Indonesia mulai dari perusahaan tingkat korporat, menengah, sampai UKM masih belum bisa mendongkrak kemajuan ekonomi Indonesia karena berbagai sebab, baik karena penyebab yang sifatnya umum, maupun yang sifatnya khas Indonesia. Tabel berikut mengilustrasikan data jumlah perusahaan di Indonesia pada tahun 2001 - 2002,

SKALA BISNIS2001%2002%

MIKRO DAN KECIL39.869.50599,8541.301.26399,85

MENENGAH57.6810,1461.0520,15

KECIL- MENENGAH39.927.18699,9941.362.31599,99

KORPORAT2.0840,012.1980,01

TOTAL39.929.270100,0041.364.513100,00

Sumber, Jaring Pengaman Keuangan bagi Usaha Mikro, Kompas, Senin, 6 Desember 2004, hal. 27.Pada tahun 2003, output sektor industri menurut data Departemen Perindustrian adalah sebagai berikut,1. Output sektor industri kecil mencapai Rp 23,08 Trilliun dengan jumlah 3 juta unit. Jadi, rata-rata output per unit hanya Rp 7.693.000 per tahun.2. Output sektor industri menengah Rp 17,57 triliun dengan jumlah 16.411 unit. Jadi, rata-rata output per unitnya hanya Rp 1.070.623.000 per tahun.3. Output sektor industri besar Rp 63,83 triliun dengan jumlah 7593 unit. Jadi, rata-rata output per unitnya hanya Rp 8.406.000.00 per tahun.

Sedangkan selama tahun 2003 tingkat produktivitas tenaga kerja,1. Yang bergerak di usaha kecil hanya mencapai Rp 10,5 juta per tenaga kerja per tahun2. Di usaha menengah mencapai Rp 31,8 juta per tenaga kerja per tahun.3. Di tingkat sektor usaha besar mencapai nilai Rp 1,8 miliar per tenaga kerja per tahun.Jumlah tersebut masih sangat kecil dibandingkan dengan output industri negara maju. Konstribusi sektor usaha kecil pun masih rendah, yaitu sekitar 10% saja. Yang kini menjadi pertanyaan, berapa banyak dibutuhkan entrepreneur di Indonesia yang kita cintai ini?.Menurut seorang pakar entrepreneur dari Amerika Serikat, David McClelland, suatu negara akan mencapai tingkat kemakmuran apabila jumlah entrepreneur-nya paling sedikit 2% dari total jumlah penduduknya. Di negeri ini diperkirakan keberadaannya baru sekitar 0,2%. Apakah hal ini menjadi penyebab belum tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia?. Dalam pernyataannya itu, David McClelland tidak merinci lebih jauh mengapa jumlah entrepreneur harus 2% dari jumlah penduduk suatu negara.Pada tahun 1993 saja, di Amerika Serikat yang berpenduduk 280 juta orang terdapat lebih dari 6 juta pelaku bisnis, atau 2,14% dari seluruh penduduknya. Itupun belum termasuk pengusaha-pengusaha kecil dan menengah. Karena itulah AS menjadi negara makmur dan mereka menyebut entrepreneur sebagai pahlawan (an entrepreneur is a hero)[10]. Sedangkan di Indonesia, umumnya yang dinamakan pahlawan adalah mereka yang berjuang secara fisik, seperti dalam peperangan. Padahal dalam alam kemerdekaan ini perlu ditumbuhkan pahlawan-pahlawan dalam segala bidang yang dapat memajukan bangsa dan negara.Dengan perhitungan angka 2% menurut David McClelland tersebut, maka kalau jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 diproyeksikan menjadi 227 juta jiwa [11], setidaknya diperlukan lebih dari 4 juta entrepreneur baik dalam skala besar, maupun usaha kecil dan menengah. Artinya, diperkirakan Indonesia masih kekurangan 3,6 juta lebih entrepreneur.Kalau kita lihat tabel di atas, pada tahun 2002, dari 41.364.513 total perusahaan, perusahaan tingkat korporat hanya ada 2198, perusahaan menengah 61.052. Oleh karena itu, diharapkan dari bibit para pelaku usaha kecil menengah sebanyak 41.362.315 dapat ditingkatkan menjadi entrepreneur sejati sehingga tercapai angka 4 juta orang entrepreneur. Entrepreneur yang menjalankan usahanya dengan baik, mempunyai usaha berbadan hukum, sebagai pembayar pajak dengan memiliki NPWP pribadi dan badan hukum, memiliki manajemen yang baik, pengelolaan keuangannya dijalankan secara baik dan tertata dengan apik, berhubungan dengan bank, membuka lapangan kerja, setiap tahun selalu ada pertumbuhan usahanya, serta nantinya diharapkan menjadi perusahaan yang mantap dan kalau memungkinkan menjadi perusahaan tingkat korporat. Usaha mereka bisa macam-macam sesuai peluang dan kebutuhan pasar, mulai dari industri berbagai produk, jasa, kontraktor, konsultan, perdagangan, perbankan, ekspor dan impor, perkebunan, perikanan, perhotelan, pariwisata, pertambangan, dan sebagainya.Dengan adanya 4 juta orang entrepreneur tersebut, apa saja kemungkinan dampak bagi bangsa dan negara ini ?

1. Jika setiap entrepreneur rata-rata dapat membuka lapangan kerja langsung untuk sepuluh orang pegawai, maka akan tercipta lapangan kerja untuk 40 juta orang.

2. Jika setiap pegawai rata-rata mendapatkan upah atau gaji, beserta pengeluaran lainnya berupa bonus, THR, tunjangan-tunjangan, dan lain-lain, mulai dari buruh dengan upah sesuai UMR sampai top eksekutif, rata-rata Rp 1 juta per bulan, maka akan dibayarkan sebanyak Rp 40 triliun setiap bulannya kepada para pegawai, yang dapat dibelanjakan untuk produk konsumtif dan biaya hidup lainnya, yang bisa menimbulkan perputaran roda ekonomi.

3. Jika setiap pegawai menghidupi empat orang, misalnya sumi, istri, dan dua orang anak, maka yang dihidupi dan disejahterakan oleh 4 juta entrepreneur sebanyak 160 juta orang.

4. Jika setiap entrepreneur membayar macam-macam pajak berupa PPn, PPh, Retribusi, dan lain-lain sedikitnya Rp 10 juta per bulan, maka pajak yang diterima pemerintah adalah sebesar Rp 40 triliun per bulannya, atau sebesar Rp. 480 triliun per tahun. Suatu jumlah yang tidak sedikit untuk sumber pemasukan APBN/APBD. Bandingkan dengan APBN tahun 2004 pemasukan dari pajak baru sekitar Rp 270 triliun lebih.

5. Jika 10% dari 4 juta entrepreneur tersebut berbisnis dalam produk-produk untuk orientasi ekspor, maka akan ada 400.000 eksportir. Dan kalau masing-masing eksportir nilai ekspornya sebesar 100.000 dolar AS per tahun, maka akan terkumpul devisa sebanyak 40.000.000.000 dolar AS per tahun yang berakibat pada meningkatnya cadangan devisa negara dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

6. Apabila setiap entrepreneur menyumbangkan dana untuk tujuan social sebagai dermawan rata-rata sebesar Rp 5 juta per tahun, maka jumlah dana social yang dapat disebar ke seluruh masyarakat di Indonesia akan mencapai Rp 20 triliun setiap tahunnya.Demikian dahsyatnya kemakmuran dan kemajuan ekonomi di Indonesia yang digerakkan hanya oleh 4 juta entrepreneur. Dan entrepreneur seperti inilah yang didambakan oleh bangsa Indonesia, bukan asal pengusaha, importer, atau pedagang yang hanya sekedar mencari untung saja, tetapi tidak memberikan manfaat lebih pada pelanggan atau masyarakat dan negara.Memang mungkin ada saja yang menilai bahwa perhitungan yang disajikan di atas terlalu ideal dan muluk. Jangkan mencari atau membina 4 juta orang untuk menjadi entrepreneur, mencari 11 orang pemain sepak bola yang hebat dari 215 juta penduduk saja (pada tahun 2003) sudah sulit. Apakah ini bukan utopia? Tetapi apa salahnya kita sebagai bangsa Indonesia mempunyai impian untuk mewujudkan angka-angka tersebut menjadi kenyataan.Kalau bangsa Indonesia dapat menumbuhkan 1 juta entrepreneur saja, hal ini sudah dapat mengubah keadaan sekara. Misalnya melalui upgrading UKM agar mempunyai wawasan bisnis dan lebih maju, teratur, dan konsepsional, ditambah dengan memotivasi para sarjana untuk mau menjadi entrepreneur, maka angka-angka itu dapat saja dicapai. Meskipun UKM sudah melakukan kegiatan usaha, tetapi mereka belum dapat disebut memiliki jiwa entrepreneur yang ciri-cirinya dapat dilihat ari bab dua buku ini.Kapan hal ini dapat terwujud? Jawabannya bergantung pada seluruh komponen bangsa dengan tekad dan peran masing-masing apakah bangsa ini akan tetap miskin dan terbelakang, atau maju bersama untuk menuju bangsa yang makmur, mandiri, mempunyai harga diri dan dihormati di percaturan dunia. Semua itu terpulang kepada diri kita, terutama para sarjana yang perlu memiliki kesadaran untuk mau dan mampu menjadi entrepreneur ulet dan tangguh sebagai modal menuju keberhasilan.Coba kita menengok sejenak ke Singapura, negara tetangga kita yang kecil, tidak memiliki sumber daya alam, penduduknya sedikit 4,24 juta orang pada bulan Juni 2004 menurut Departemen Statistik Singapura, tetapi kemakmuran dan kesejahteraan penduduknya tinggi GNP Singapura US$ 27.000, hampir 40 kali lipat GNP Indonesia. Meskipun wilayah negara tersebut tidak luas dan penduduknya sedikit, tetapi selalu dihargai, dipandang, dan didengar oleh negara maju di dunia.Namun demikian, negara yang sudah makmur seperti Singapura pun masih menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pengembangan entrepreneurship. Simaklah apa yang disampaikan oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong (B. G. Lee) pada tanggal 11 Oktober 2004 dalam pembukaan Global Entropolis @ Singapore 2004 di Suntec Singapore Convention Centre di depan 1600 pengusaha dari 60 negara, yang memaparkan berbagai tantangan baru ekonomi yang menurut berbagai perombakkan kebijakan.Itulah strategi pembangunan ekonomi Singapura untuk menghadapi ekonomi global. Negara yang sudah makmur, tetapi masih juga ingin mencetak para entrepreneur muda. Mungkin agar ada kesinambungan generasi entrepreneur tapi disesuaikan dengan tantangan zaman yang baru, atau mungkin juga ada kecenderungan generasi muda Singapura lebih senang bekerja pada perusahaan-perusahaan besar atau multinasional. Hal ini tentu rawan bagi sistem ekonomi Singapura.Kata PM Lee, mengubah mindset (paradikma) entrepreneurship membutuhkan kerja lebih berat dibanding hanya mereduksi pajak dan mengembangkan infrastruktur. Indonesia yang akan membangun infrastruktur dalam berbagai bidang secara besar-besaran selama jangka waktu lima tahun dengan mengundang investor asing, dicanangkan pada infrastructure summit di Jakarta pada tanggal 17-18 Januari 2005, sudah mulai mengalami kesulitan. Tapi tentunya kita jangan pesimis karena masih bisa dicari solusi-solusinya.Salah satu kendala pembangunan infrastruktur ini ialah biaya atau kapital yang diperlukan diperkirakan sebesar Rp 1300 triliun sedangkan dana yang dapat dimanfaatkan dari dalam negeri hanya sebanyak Rp 230 triliun saja. Belum lagi 91 proyek infrastruktur yang akan dibangun dan bagaimana pembiayaannya. Apalagi kalau pemerintah harus mengubah mindset dan menccetak entrepreneur, betapa sulitnya seperti yang dikatakan oleh PM Singpura B G Lee. Apakah ada kesanggupan agar Indonesia jangan kalah oleh negara kecil Singapura dalam bidang ekonomi atau bidang lainnya.

V. MENGAPA SARJANA DITUNTUT UNTUK MENJADI ENTREPRENEUR?Meskipun menjadi seorang Entrepreneur tidak harus memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi mengapa terutama para sarjana yang perlu mempersiapkan diri?, berikut ini adalah beberapa alasannya, dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat pendidikan di bawahnya,1. Banyak sarjana yang menganggur di Indonesia, yaitu sekitar 245 ribu orang, dan setiap tahun sarjana lulusan baru selalu bertambah.

2. Sarjana sudah menikmati kesempatan pendidikan yang lebih tinggi dibanding dengan rata-rata penduduk Indonesia yang masih rendah tingkat pendidikannya (tahun 2003, jumlah sarjana di Indonesia hanya sekitar 2,6 juta orang dari 215 juta penduduk.

3. Sarjana relatif memiliki wawasan yang luas dalam berbagai bidang.

4. Sarjana relatif memiliki daya nalar, analisis, logika berpikir, dan intelektualitas yang tinggi.

5. Sarjana relatif lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja dan tuntutan kerja.6. Sarjana relative mampu dan mudah bersosialisasi dengan kemampuannya dalam berkomunikasi, serta untuk mengembangkan pergaulan dalam jaringan bisnis (personal network).

7. Sarjana lebih mudah mempelajari hal-hal yang baru dengan pendidikan tambahan, baik formal maupun nonformal atau mempelajarinya sendiri.

8. Sarjana mudah mencari, mampu mengakses dan mengolah informasi yang sangat berguna untuk pengembangan usaha: dari buku, majalah, internet, dan lain-lain.Oleh karena itu, diharapkan para sarjana dapat menjadi pionir dalam gerakan menumbuhkan entrepreneurship di Indonesia agar tercapai angka 4 juta entrepreneur dalam rangka memakmurkan bangsa dan negara yang salah satunya melalui penciptaan lapangan kerja. Dengan demikian, terjadi keseimbangan antara bertambahnya pencari pekerjaan dengan bertambahnya pencipta lapangan kerja, yaitu para entrepreneur.Para sarjana ini pulalah yang sebaiknya mau dan mampu mengubah kultur yang ada pada bangsa Indonesia agar ekonominya maju, seperti Jepang yang mulai maju setelah adanya Restorasi Meiji di tahun 1858. Dan terbukti sejak itu sampai sekarang bangsa Jepang mampu menyejajarkan diri, malah melebihi kemajuan bangsa-bangsa Barat baik dalam bidang ekonomi dan teknologi, tanpa meninggalkan akar budayanya sama sekali. Meskipun bangsa Jepang maju, mereka tetap memiliki identitas sendiri. Hal seperti inilah yang didambakan. Jangan seperti sekarang, ada kecenderungan ekonomi Indonesia tidak maju, rakyatnya tidak sejahtera, dan budayanya juga rusak karena menjadi bangsa klien seperti yang ditulis oleh Kuntowijoyo. Oleh karena itu, marilah kita bangkitkan semangat entrepreneur di kalangan para sarjana untuk menjadi pionir sebagai pelaku ekonomi.Para sarjana sebaiknya sadar dan tidak hanya menuntut pemerintah. Didikan Orde Baru selama 32 tahun memunculkan anggapan bahwa yang dapat memakmurkan bangsa ini adalah pemerintah. Seolah-olah rakyat harus bergantung pada pemerintahnya. Di negara mana pun di dunia ini, yang dapat memakmurkan bangsa bukanlah pemerintah, tetapi para pelaku ekonomi yang telah menyediakan lapangan kerja, menimbulkan perputaran roda ekonomi, dan pembayar pajak untuk negara. Sedangkan pemerintah berperan sebagai regulator dengan membuat peraturan dan perundang-undangan yang kondusif untuk iklim usaha, sebagai fasilitator dengan membangun infrastruktur untuk wahan usaha, dan sebagai motivator dengan memberikan insentif-insentif, kebijakan-kebijakan, dan penghargaan kepada para pelaku ekonomi.Dengan demikian, ada kolaborasi bukan kolusi dan mutual benefit antara pemerintah dengan pelaku ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran bangsa dan negara.Jika hanya sedikit bangsa Indonesia yang mau dan mampu menjadi entrepreneur, maka jangan salahkan pihak asing yang datang dengan kekuatan ekonominya. Seperti sekarang ini, pemerintah selalu berusaha mengundang investor asing untuk menanamkan modalnya di segala bidang dan membangun infrastruktur di Indonesia. Akibatnya, bangsa Indonesia hanya menjadi kuli para investor asing tersebut. Lihatlah sudah berapa banyak kepemilikan BUMN dan perusahaan swasta pindah ke investor asing, sedangkan konsumen dan pekerjanya tetap bangsa kita, dan manfaatnya pun tetap belum terasa.Negara Indonesia yang belum juga mau dan miskin ini memang tidak kita sukai dan tidak kita hendaki, tetapi kita jangan lupa dan harus sadar bahwa negara lain mungkin saja menyenangi keadaan Indonesia yang tetap miskin, banyak utang, terbelakang SDM-nya, banyak pengangguran, banyak koruptor, dan lain-lain. Kita sebaiknya menyadari dan mewaspadai bahwa negara maju yang didominasi negara-negara Amerika Utara, anggota MEE, dan Asia Timur akan terus mengekploitasi Indonesia dengan modal-modal mereka yang kuat, yaitu, Berapa negara maju mempunyai pengalaman menjajah bangsa lain (kolonial), dan sekarang berubah menjadi neokolonialisme dengan akibat yang lebih parah.

Mereka memiliki SDM yang sangat bermutu dan berpengalaman di berbagai bidang, serta sistem dan sarana pendidikan yang maju.

Mereka memiliki kekuatan dalam bidang keuangan serta memiliki network keuangan yang mengglobal. Pada tahun 1993, global triad (Amerika Utara, MEE, dan beberapa negara Asia Timur) menguasai 75% perdagangan dunia, dan memberikan kontribusi sebesar 90% bagi arus investasi asing langsung di seluruh duni.

Mereka memiliki dan menguasai teknologi, industri, R&D yang selalu berkembang. Mereka melakukan globalisasi produksi yang merupakan strategi perusahaan-perusahaan multinasional untuk menguasai pasar internasional dan membuka akses bahan baku, teknologi, dan factor produksi lainnya di seluruh dunia dengan selalu berprinsip untuk mendapat keuntungan yang besar. Hal tersebut dilakukan dengan prinsip memperoleh bahan baku yang paling murah, tenaga kerja murah, dan menjual hasil produksinya di seluruh dunia dengan harga tinggi.

Mereka memiliki sistem informasi dan pusat data (database) baik milik negara maupun pihak swasta dalam segala bidang yang sangat kuat dan solid, seperti bidang industri, intelijen, militer, media massa, sumber daya alam, personal dan lain-lain. Mereka memiliki kekuatan militer yang andal dan modern disertai industri persenjataannya sendiri. Sebagai contoh nyata dalam liputan berbagai media massa Indonesia pada awal tahun 2005, kekuatan militer negara asing yang jauh dari Aceh bisa dengan cepat mengerahkan sistem logistic, sistem telekomunikasi, tentara dan sistem persenjataan, yang pada situasi tersebut bukan digunakan untuk perang, tetapi untuk tujuan melakukan tugas-tugas kemanusiaan demi membantu korban Tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 serta korban gempa bumi di Pulau Nias dan sekitarnya pada bulan Maret 2005.

Mereka memiliki jaringan industri dan perdagangan yang sangat kuat, berpengalaman, dan mengglobal, serta memiliki posisi yang kuat sebagai anggota IMF dan World Bank. Terbukti bahwa Ketua IMF harus berasal dari negara Eropa dan Presiden World Bank harus berasal dari Amerika Serikat. Demikian pula, posisi negara-negara maju di WTO (World Trade Organization) sangat kuat.

Membuat, menguasai dan sudah menerapkan standar industri seperti ISO, EcoLabel, Green Product, dan standar-standar lainnya.

Mereka menguasai sistem hukum yang menjadi acuan lembaga-lembaga internasional yang de facto mesti kita ikuti, seperti kasus antiterorisme, anti pencucian uang, HAM, demokrasi, dan lain-lain.Dengan demikian, bidang bisnis yang ingin mereka kuasai di Indonesia tentunya sesuai dengan minat mereka demi keuntungan ekonomi semata, dengan pertimbangan dan praktik bermacam-macam, antar lain, Indonesia merupakan objek pasar bagi produk-produk mereka, karena jumlah penduduknya lebih dari 200 juta orang.

Karena tanahnya yang luas dan subur mereka akan menguasai lahan-lahan untuk pertanian, perkebunan, serta kehutanan sebagai lahan bisnis, dan produknya disesuaikan dengan keperluan mereka. Bangsa kita hanya jadi kulinya, mulai tingkat rendah sebagai buruh sampai dengan tingkat tinggi sebagai eksekutif.

Laut Indonesia yang sangat luas dan menghasilkan produk-produk lain selain ikan dengan mudah mereka keruk demi keuntungan mereka, dan masih banyak yang melakukan pencurian di laut Indonesia.

Mengekspor teknologi yang sudah using atau tidak terpakai lagi ke Indonesia, karena sudah tidak efisien, sulit membuangnya, dan mungkin saja menimbulkan polusi. Barang-barang bekas itu antara lain: kapal perang, alat-alat berat, mesin-mesin, bus, kereta api, sampai dengan pakaian seperti dijual di Cimol Bandung. Bahkan limbah industri berbahaya dari Singapura dan negara-negara Eropa sudah banyak yang dibuang ke Indonesia dengan berbagai cara.

Akibat lapangan kerja sempit, ekonomi belum maju, maka mereka memanfaatkan upah buruh yang murah karena banyaknya pengangguran, dengan mendirikan berbagai macam industri di Indonesia, sedangkan tenaga kerja lainnya oleh bangsa kita dikirim ke luar negeri atau negara tetangga dengan diberi upah relatife kecil, kadang-kadang tidak dibayar sepenuhnya, diperbudak, dihina, disiksa, bahkan ada yang dibunuh. Itulah nasib tenaga kerja Indonesia di luar negeri, sudah berangkatnya ditipu, diperas dan dipersulit misalnya untuk mendapatkan paspor. Pulangnya juga masih diperas dan ditipu oleh bangsa sendiri.

Memberikan pinjaman atau utang tapi kebanyakan bukan dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk barang dan jasa yang harganya telah mereka tentukan akhirnya uangnya itu kembali ke negara mereka, tinggal Indonesia yang harus membayar utangnya yang semakin bertumpuk. Jadi, bantuan itu bukan untuk memakmurkan bangsa Indonesia tetapi lebih untuk memakmurkan negara donor itu sendiri, dan sebagian dikorup oleh para pejabat-pejabat kita.

Karena masalah posisi tawar negara kita yang kurang baik, mereka dengan mudah memaksakan sistem nilai seperti di negara mereka kepada Indonesia dengan dalih demokrasi, Hak Asasi Manusia, antiterorisme, anti pencucian uang, sistem perdagangan, HAKI, dan pasar bebas tanpa boleh ada proteksi, sistem ekonomi kapitalis, dan lain-lain, demi kuntungan mereka. Tetapi justru mereka bersikap masa bodoh terhadap masalah korupsi yang selalu marak dan berkembang di Indonesia selama tidak merugikan pengusaha-pengusaha mereka. Dan lebih masa bodoh lagi kalau pengusaha-pengusaha mereka yang merugikan Indonesia dengan cara melakukan korupsi, pencemaran lingkungan, pembabatan hutan, penyelundupan, penggelapan pajak, dan lain-lain.

Karena sistem persenjataan Indonesia kebanyakan masih dibeli dari negara maju, ditambah dengan anggaran yang terbatas yaitu pada tahun 2004 sekitar Rp. 21 triliun bandingkan dengan Singapura yang sebesar Rp. 45 triliun atau Muangthai yang mencapai Rp. 50 triliun, kekuatan militer kita masih bisa didikte oleh negara maju dengan berbagai dalih. Kalau menurut mereka Indonesia membandel, melanggar HAM, melanggar demokrasi, tidak serius menangani terorisme, maka dilakukan embargo terhadap sistem persenjataan dan suku cadangnya sehigga kekuatan militer kita sangat rentan, lemah, dan sudah dapat diukur oleh negara lain. Coba saja tengok kasus International Military Education and Training Program (IMET) bagi TNI di Amerika Serikat yang sempat banyak dibicarakan. IMET secara resmi dibatalkan oleh kongres AS pada tahun 2002 karena kasus penembakan terhadap konvoi guru dan murid sekolah internasional di Timika, Papua, tinggal 31 Agustus 2002, yang menewaskan dua warna negara AS. Tapi kalu beribu-ribu warga negara lain tewas di negerinya sendiri oleh mereka (AS), dengan dalih atau tuntutan apapun tidak pernah diperdulikan. Itulah sikap hipokrit atau double standard negara maju.

Meskipun prinsip demokrasi dan HAM berlaku universal, penerapannya sangat bergantung pada kondisi negara dan bangsa masing-masing. Kualitas demokrasi dan HAM belum tentu sama karena sangat bergantung pada kualitas kehidupan bangsa masing-masing. Proses menegakkan demokrasi dan HAM tidak semudah membalikkan tangan agar langsung menjadi seperti keadaan di negara maju, karena masing-masing negara mempunyai budaya, tingkat kemajuan, ekonomi, social, dan politik yang berbeda. Yang jelas, sebelum adanya pengakuan dan penerapan prinsip-prinsip HAM, banyak negara maju yang menjadi kampiun pelanggar HAM dengan menjadi kolonial menjajah, diskriminasi ras di negaranya, politik apartheid, dan mengeksploitasi bangsa lain. Tetapi sekarang merekalah yang berteriak-teriak sebagai pendekar demokrasi dan HAM dengan melakukan tekanan pada negara-negara yang belum maju untuk bisa menerapkan HAM dan demokrasi dengan segera seperti di negara mereka, tanpa peduli pada situasi dan kondisi tiap negara.

Membeli aset-aset pemerintah di perusahaan BUMN, BUMD, atau aset milik swasta yang sudah dibangun dan berjalan. Jadi pembelian tersebut sudah pasti menguntungkan mereka, sedangkan pegawai-pegawainya tetap bangsa kita.

Mengeruk sumber daya alam sebanyak-banyaknya, baik dengan cara legal maupun illegal, yang nanti diolah dinegaranya sendiri (kehutanan, pertambangan, dan lain-lain). Hasilnya sebagian diekspor lagi ke Indonesia dengan nilai tambah dan harga jual yang lebih tinggi. Jadi negara kaya semakin kaya, sedangkan Indonesia yang miskin semakin miskin saja dan alamnya rusak berat. Akibat penebangan liar yang merajalela, hutan Indonesia berkurang seluas 4,4 juta hektar per tahun. Kerugian materiil yang ditimbulkan sekitar Rp. 45 triliun setiap tahunnya. Belum lagi maraknya pencurian ikan oleh negara lain di wilayah perairan kita. Semua itu dinamakan underground economy.

Globalisasi produksi oleh global triad mengurangi kemampuan pemerintah Indonesia untuk menentukan kebijakan industri sendiri. Keputusan-keputusan mengenai banyak hal menyakut produksi ditentukan oleh kantor pusat perusahaan multinasional bersangkutan sesuai strategi pemasaran internasional yang diharapkan. Perusahaan nasional, mitra patungan, umumnya hanya diberi fungsi sebagai komprador bagi perusahaan asing, dan tenaga kerja lokal dijadikan tukang patri dan tukang jahit dalam menata mata rantai proses produksi. Seluruh aspek, baik keuangan, teknologi, pemasaran, manajemen, diatur oleh pemimpin perusahaan multinasional diluar negeri.

Itulah potret negara kita yang miskin padahal alamnya kaya, tetapi mungkin sangat disukai oleh negara-negara tetangga dan negara-negara maju. Negara tetangga Singapura dipakai sebagai tempat pelarian para koruptor dan penipu dari Indonesia tentu juga bersama uangnya, maraknya penyelundupan BBM, dan penyelundupan pasir laut dari perairan kepulauan Riau untuk memperluas daratan singapura yang nantinya memperluas batas territorial laut mereka juga. Oleh Malaysia kita dilecehkan dan direpotkan dengan masalah 2 juta orang TKI, lalu kasus pulau Sipadan dan Pulau Ligitan yang sudah beralih Kepemilikannya Ke Malaysia. Kemudian yang terakhir, Malaysia dengan lancarnya memberikan hak kepada BP Shell untuk mengeksplorasi minyak dan gas di daerah Ambalat yang katanya masih daerah teritorial mereka. Belum lagi banyak cukong dari Malaysia yang menadah kayu penebangan liar dari Indonesia. Demikian pula, kita selalu direpotkan oleh ulah pemerintahdan bangsa Australia, yang kelihatannya sangat khawatir atau tidak rela, malah seolah-olah merupakan ancaman kalau bangsa dan negara Indonesia kuat dan maju dalam segala bidang. Negara Indonesia yang besar, berdaulat, bermartabat, begitu mudahnya dilecehkan oleh negara tetangga, dan dianggap sebagai bangsa papan bawah oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Sebagian besar bisa saja karena kesalahan kita sendiri, seperti para pemimpin yang tidak memikirkan rakyatnya, tidak mempunyai visi, hanya saling menyalahkan, membiarkan korupsi tetap merajalela, memperebutkan kedudukan dan jabatan, sehingga posisi atau bargaining power bangsa dan negara kita selalu lemah di mata negara lain dalam berbagai bidang.

Dalam buku Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika), Tan Malaka menyatakan.Pernah seorang pengarang buku di Amerika meramalkan, bahwa kalau ada satu negara seperti Amerika ingin menguasai samudera dan dunia, dia mesti merebut Indonesia lebih dulu untuk sendi kekuasaannya. Si Amerika tadi tidak meramalkan, mungkin kelak rakyat Indonesia akan menguasai negaranya sendiri tak mau menjadi umpan atau makanan negara lain, seperti lebih dari 300 tahun terakhir ini.

Itulah yang dikatakan Tan Malaka. Jadi, kalau tidak bisa merebut Indonesia dengan berbagai cara, maka perlemah saja Negara dan Bangsa Indonesia baik dari segi ekonomi, industri, teknologi, persenjataan, dan lain-lain karena sangat berbahaya bila Indonesia menjadi kuat. Jadi bukan tidak mungkin ada persekongkolan di dunia ini dengan teori konspirasinya agar negara dan bangsa Indonesia tetap miskin, terbelakang, kacau-balu, marak korupsi, dan sebagainya. Adalah berbahaya sekali bagi mereka kalau negara dan bangsa Indonesia kuat, maju, dan mandiri.

Masalah adanya konspirasi untuk hal-hal tertentu yang menyangkut masyarakat, bangsa, negara, perorangan tertentu, tidak dapat diuraikan, didiskusikan, atau dituduhkan secara nyata dan terbuka. Paling-paling biasanya dianalisis, didiagnosis, dengan asumsi-asumsi tertentu tanpa terang-terangan menuduh atau mengaitkan pihak-pihak tertentu. Meskipun katakanlah konspirasi itu ada, tetapi pihak-pihak yang terkait melakukan konspirasi untuk suatu tujuan tertentu, bagaimanapun tidak akan pernah mengaku, mengiyakan, menanggapi, bahkan membantah.

Apapun yang terjadi, baik sukses maupun gagal rencananya, para pelaku konspirasi akan tetap diam seribu bahasa. Di Amerika Serikat, contohnya. Sampai sekarang, siapa pelaku dan apa tujuan penembakan terhadap presiden John F. Kennedy masih merupakan misteri. Berbagai teori, analisis, diskusi, bahkan film tentang hal tersebut sudah dibuat dalam berbagai versi, tetapi titik terak persoalan tidak juga muncul hingga kini.

Demikian pula di Indonesia, masih banyak kasus tewasnya atau menghilangnya orang-orang tertentu yang belum terungkap sampai sekarang. Misalnya, betapa sulit menguak tabir siapa sesungguhnya pembunuh pendekar HAM, Munir, dan ada maksud apa di balik semua itu. Namun demikian, yang terpenting bagi kita sebagai bangsa Indonesia adalah harus selalu tetap mewaspadai, memperkuat bargaining power, menghilangkan kelemahan-kelemahan yang akan dimanfaatkan oleh para pelaku konspirasi pada bangsa dan negara kita untuk tujuan-tujuan yang merugikan kita tetapi menguntungkan mereka.

Alangkah sayangnya Indonesia yang alamnya kaya tetapi manusianya miskin, salah satunya akibat dari mental dan kultur bangsa Indonesia sendiri, serta kelakuan sebagian pejabat, politisi, dan petinggi negara selama 60 tahun hanya diisi dengan slogan, komentar, kritik, konsep, pertikaian politik, intrik, fitnah, saling mencurigai, perebutan kekuasaan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat, sikap saling menghujat, saling menyalahkan bahkan sempat terjadi perkelahian fisik dalam sidang paripurna DPR di Senayan pada bulan Maret 2005, serta pembangunan fisik di segala bidang tetapi marak dengan korupsi dan lupa membangun manusianya, yaitu membangun generasi baru berjiwa entrepreneur, berakhlak baik, berjiwa patriot, memiliki rasa percaya diri dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang bermartabat, tangguh, mandiri karena makmur, sejahtera, dan berpendidikan.

Hal ini sebetulnya sudah dikhawatirkan oleh Bung Karno dahulu, dalam pidatonya tanggal 17 Agustus 1963, bahwa jika tidak hati-hati, bahwa bangsa Indonesia hanya akan menjadi kuli saja tidak peduli kuli tingkat tinggi (direktur, ekseskutif, manajer) atau kuli tingkat rendah (buruh yang hanya digaji berdasarkan UMR). Padahal, Para direktur itu hakikatnya adalah seorang pekerja yang penghasilannya dijatah perusahaan.

Namun, patut kita kaji mengapa dari sejak zaman Orde Baru sampai dengan zaman reformasi ini, masih banyak orang lebih senang memperhatikan masalah pendidikan bidang politik, dengan dalih pengkaderan, dibandingkan dengan masalah pendidikan entrepreneur. Bahkan begitu banyak orang berminat menjadi pelaku politik untuk mendapatkan jabatan-jabatan politik dalam alam demokrasi ini.

SEBETULNYA, BERAPA BANYAK JABATAN POLITIK YANG DIPEREBUTKAN ITU?

Marilah kita lihat jabatan politik yang tersedia. Komisi Pemilihan Umum menetapkan anggota DPR/DPRD periode 2004-2009 sebagai berikut,

1. Anggota DPR550 orang2. Anggota DPD128 orang3. Anggota DPRD DT I1.780 orang4. Anggota DPRD DT II13.525 orangDitambah,1. Bupati/Wk.Bupati, Walikota/Wk.Walikota882 orang2. Gubernur/Wk.Gubernur64 orang 3. Presiden & Wakil Presiden2 orang4. Menteri36 orang5. Pejabat tinggi negara lainnya 40 orang

TOTAL17.007 orang

Jadi, jabatan dalam bidang politik tersebut hanya berjumlah kurang lebih 17.007 yang diperebutkan oleh banyak orang. Apalagi bila di dapatkan dengan cara-cara yang tidak wajar dan melanggar norma-norma dan hukum (terbukti banyak calon legislative yang memakai ijazah palsu). Setelah menjabat pun banyak yang korupsi untuk memperkaya diri, dibuktikan dengan banyaknya pejabat politik yang ditangkap, diadili, dan dihukum penjara karena kasus-kasus korupsi.

Menurut catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), korupsi terbesar tahun 2004 dilakukan di Dewan Perwakilan Rakyat di daerah, disusul kepala daerah, aparat pemerintah daerah, direktur badan usaha milik daerah, serta pimpinan proyek. ICW juga menunjukkan, dari 432 kasus korupsi yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia sepanjang sejarah 2004, sebagian besar dilakukan oleh DPRD.

Namun demikian, mempunyai jabatan politik bukanlah sesuatu yang jelek, karena memang diperlukan di dalam tatanan suatu negara. Baik atau buruknya berpulang kepada diri pribadi masing-masing. Bangsa dan negara Indonesia sangat membutuhkan entrepreneur, politisi, pejabat dan aparat pemerintah, serta masyarakat yang baik dengan orientasi pada perjuangan menaikkan harkat dan martabat bangsa, memberantas keterbelakangan, kebodohan, serta kemiskinan sebagian besar rakyat dalam rangka tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai ini.

Demikian pula, sampai sekarang sebagian sarjana masih cenderung mengejar status sebagai pegawai negeri, padahal peluangnya sedikit. Terbukti pada tanggal 24 November 2004, jumlah pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) mencapai 4,5 juta orang berpendidikan SLTA hingga sarjana, sementara yang akan diterima hanya 204.584 orang saja. Akibatnya, mereka sampai berani mengeluarkan sejumlah uang sogokan kepada calo-calo calon pegawai negeri agar bisa diterima.

Di sisi lain, gaji pegawai negeri yang katanya kecil pada tahun 2004 sebesarnya Rp. 800.000/bulan untuk sarjana baru tetapi posisinya tetap banyak diminati, nantinya akan dijadikan alas an klasik atau pembenaran untuk korupsi. Padahal kalau harta sudah bertumpuk pun belum tentu korupsinya akan berhenti.

Jangan pula menyangka bahwa bekerja di perusahaan swasta itu gajinya selalu besar. Apalagi pegawai di perusahaan swasta cenderung sulit untuk korupsi, sulit untuk mencapai jenjang karir yang tinggi. Dalam kondisi ekonomi dan politik di Indonesia seperti sekarang ini, di perusahaan swasta sangat rawan terjadinya PHK. Bandingkan dengan status pegawai negeri yang rasanya tidak kenal istilah PHK.

Korupsi itu dilakukan bukan karena gaji rendah tetapi karena mental, disiplin, kemunafikan, dan integritas yang buruk, hingga Indonesia dinilai menjadi negara juara korupsi di dunia. Menurut Lembaga Transportasi Internasional, pada tahun 2004 indonesia adalah negara paling korup peringkat 5 di dunia dari 133 negara, dan peringkat 1 di ASEAN. Di Indonesia, daerah yang paling korup adalah DKI Jakarta. Jelas saja, karena sebagai pusat kekuasaan dan ekonomi, banyak pejabat, politisi, penguasa tingkat tinggi, dan pengusaha yang tinggal di Jakarta, yang beberapa di antara mereka kompak sekali, sama-sama melakukan KKN, dan saling melindungi. Tentunya sabagai bangsa yang bermartabat dan memiliki harga diri, kita seyogiannya punya rasa malu dangan penilaian itu. Tapi nyatanya? Semua sudah dimiliki, tinggal satu yang belum, yaitu rasa malu telah melakukan perbuatan jelek (korupsi) dan menyengsarakan rakyat. Kita jadi muak dan jengkel pada saat mengingat orang-orang yang korup karena tidak punya rasa malu.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda, jika kamu tidak merasa malu, maka berbuatlah apa yang kamu suka. Dalam konteks ini, malu identik dengan sifat terpuji. Makna dari hadits tersebut adalah jangan sampai kita kehilangan rasa malu, karena rasa malu dapat mencegah kita melakukan perbuatan-perbuatan sekehendak hati yang tidak terpuji, seperti perbuatan korupsi.

Kalau memang ingin menjadi pegawai negeri, jadilah pegawai negeri yang baik, yang dapat memberikan pelayanan kepada publik dengan sebaik-baiknya, bukan hanya sebagai abdi negeri saja. Gaji yang memang kecil harus sudah dipikirkan sejak awal. Inilah salah satu risiko yang harus diterima sebagai pegawai negeri. Jangan ingin menjadi pegawai negeri tetapi ingin bergaya hidup seperti konglomerat. Sikap seperti ini akan menjadid bibit tindakan korupsi di kemudian hari.

Sebaiknya pemerintah bisa memikirkan dan meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri, sepadan dengan uang negara yang dikorupsi, supaya ada keseimbangan antara naiknya kesejahteraan pegawai negeri, TNI, dan Polri, dengan upaya pemberantasan korupsi. Dengan demikian, gaji dan kesejahteraan yang kurang memadai tidak lagi dijadikan alasan klasik untuk melakukan korupsi. Daripada uang negara yang berasal dari rakyat mubazir dikorupsi, lebih baik didmanfaatkan untuk menyejahterakan para pegawai negeri, TNI, dan Polri.

Lihatlah negara dengan basis ideologi komunis seperti Republik Rakyat Cina. Ekonominya dalam 20 tahun terakhir mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama untuk produk-produk yang berbasis teknologi tinggi dengan orientasi ekspor yang sudah bisa merambah ke seluruh negara di dunia dan menghasilkan devisa yang sangat banyak. Semua pengusaha dari negara maju tidak ada yang tidak menanamkan modalnya di sana dengan membangun industri elektronik, otomotif, tekstil, peralatan telekomunikasi, komputer, perhotelan, dan lain-lain. Divisi personal computer milik IBM pun sudah dibeli perusahaan Cina (Lenovo)

Amerika Serikat saja merasa kewalahan dengan membanjirnya produk buatan Cina yang murah tapi berkualitas, sehingga neraca perdagangannya lebih menguntungkan (surplus) untuk pihak Cina. Sampai awal tahun 2005, pemerintah Amerika Serikat belum berhasil menekan pemerintah Cina untuk mau melakukan revaluasi mata uangnya agar barang-barang buatan Cinta tersebut tidak terlalu murah harganya yang mengancam keberadaan industri-industri Amerika Serikat akibat tidak mampu bersaing dari segi harga.

Salah satu penyebab kemajuan ekonomi dan industri di Cina adalah minimnya rongrongan dari oknum pejabat melalui pungli-pungli yang dianggap wajar karena para oknum tersebut merasa berjasa terhadap pabrik atau membuat pabrik bisa berproduksi. Semua pejabat, birokrat, dan pegawai negeri memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada para investor dan pebisnis, sehingga mereka merasa puas, aman dan nyaman menanamkan modal dan melakukan bisnis di Cina. Tanah pun, untuk bangunan pabrik dan kantor, bisa diperoleh dengan gratis dari pemerintah karena dalam alam komunis semua lahan milik negara. Meskipun tenaga kerja bisa dikatakan tidak murah, tetapi produktivitasnya yang tinggi menyebabkan harga unit hasil produksi menjadi murah dan bersaing di pasaran dunia. Demikian pula, dengan tegas pemerintah Cina berani menerapkan hukuman mati bagi koruptor-koruptor yang sangat merugikan negara. Dengan demikian, calon-calon koruptor yang lain akan berpikir dua kali untuk melakukan korupsi.

Sedangkan di Indonesia, biaya untuk hampir 4 juta orang pejabat dan pegawai negeri termasuk anggota TNI dan Polri berupa gaji, tunjangan, SPJ, dan lain-lain menghabiskan hampir separuh APBN yang sebagian besar bersumber dari pajak yang dibayar oleh rakyat. Hal inilah yang kurang disadari. Jumlah pegawai negeri yang banyak, tetapi tidak efektif dan tidak efisien karena organisasi pemerintahan tidak teratur dan saling tumpang tindih, sistem penggajian dan kesejahteraan yang masih belum memadai dan tidak merata, banyak yang korupsi dan melakukan pungli. Selama korupsi dan pungli masih merajalela, Indonesia tidak akan maju, aman, makmur, sejahtera, dan bermartabat.

Presiden yang dibantu para menterinya, gubernur, bupati, serta walikota, sebagai pejabat politik yang dipilih langsung oleh rakyat, memang berganti setiap lima tahun sekali atau sepuluh tahun sekali untuk dua kali masa jabatan, tetapi jabatan dan pegawai negeri di bawahnya -sebagai pegawai karir tetap tidak berubah. Sanggupkah para pejabat politik ini dalam kurun waktu lima tahun mengubah paradigma pegawai negeri di lingkungan instansinya yang sudah mapan supaya berubah menjadi anti-KKN?

Inilahs alah satu kesulitan untuk memberantas korupsi karena sistem KKN sudah sistematis, membudaya, dan di antara pegawai negeri saling melindungi dan menutupi (korupsi berjamaah). Apalagi budaya ini sudah terpelihara selama 32 tahun di bawah rezim Orde Baru yang merupakan peletak dasar pengembangbiakan budaya korupsi, dan pegawai negeri yang baru bekerja sejak adanya tuntutan reformasi tahun 1998 mungkin sudah ada yang tercemar atau terkontaminasi mengikuti budaya KKN para pendahulu atau seniornya.

Bahkan suatu lembaga baru seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang para anggotanya sebagian berasal dari kalangan dosen, aktivis perjuangan demokrasi dan HAM yang gigih melawan pemerintah otoriter Orde Baru, mulai juga terkontaminasi penyakit korupsi. Padahal para aktivis sering diidolakan sebagai pendekar yang melawan dan menentang kelakuan penguasa yang kotor dan sewenang-wenang perbuatannya. Dengan demikian, korupsi bisa terjadi di mana-mana bahkan di perusahaan swasta dan bisa menghinggapi siapa saja yang tidak mampu menahan godaan uang gampang didapat yang selalu menggiurkan.

Untuk itu, diperlukan suatu reformasi total di seluruh jajaran pegawai negeri, seperti reformasi yang sudah dilakukan terlebih dahulu di lingkungan TNI sesuai tuntutan rakyat. Pegawai negeri sipil jangan kalah oleh kalangan militer (TNI) yang sudah dengan sadar dan berhasil melakukan reformasi di seluruh jajaran TNI. Kapan dimulai reformasi di lingkungan pegawai negeri sipil?

VI. APA PERANAN PEMERINTAH INDONESIA UNTUK MENCIPTAKAN ENTREPRENEUR

Peran pemerintah sangat penting dalam memajukan dunia entrepreneur seperti pemerintah memajukan dunia politik, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, dan lain-lain. Apalagi kalau pemerintah paham akan fungsi entrepreneur tadi, tentu akan sangat peduli dalam menciptakan dan memajukan para entrepreneur hingga menjadi political will dan political action seperti di Singapura. Peran pemerintah itu antara lain,

1. Mengajak berbagai pihak untuk menyelenggarakan pendidikan formal maupun informal untuk bidang entrepreneurship baik langsung maupun tidak langsung. Kalau perlu entrepreneurship dimasukkan dalam mata kuliah di perguruan tinggi atau pendidikan lainnya seperti di pesantren, kejuruan, kursus, dan sebagainya. Pemerintah juga hendaknya dapat mengembangkan jiwa entrepreneur di kalangan pejabat, birokrat, serta pegawai negeri.

2. Membuat aturan atau regulasi berupa UU, PP, Keppres, Perda dan lain-lain yang dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif dan positif bagi warga negaranya, agar tumbuh pengusaha yang mandiri dan tangguh. Pemerintah sebagai regulator perlu memperbaiki Undang-undang Usaha Kecil Nomor 9 Tahun 1995 seperti Small Business Act (SBA) di Amerika Serikat agar bisa mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), menuntaskan undang-undang tentang lembaga keuangan mikro yang sekarang banyak dibahas, dan lain-lain.

3. Memberikan fasilitas-fasilitas dan kemudahan-kemudahan dalam bidang perpajakan, penyaluran kredit, tingkat suku bunga kredit yang rendah, kebijakan dalam bidang moneter dan lain-lain sehingga dapat memacu aktivitas dan pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor rill.

4. Tidak menumbuhkan nepotisme dalam bidang usaha seperti di jaman Orde Baru. Pemerintah sebaiknya bisa memberikan hak, peluang, dan perlakuan yang sama pada setiap warga negara Indonesia untuk dapat menjadi entrepreneur yang ulet, tangguh, mandiri dan berhasil. Jangan seperti pada jaman Orde Baru, kebanyakan pengusaha berasal dari anak pejabat dan konco-konconya yang hanya menciptakan pengusaha kaya tapi rapuh, serta sangat merugikan negara dan rakyat.

5. Berani memberantas KKN dalam bidang segala sektor yang selama ini menciptakan biaya ekonomi tinggi, yang sangat menyulitkan para entrepreneur untuk menjalankan roda usahanya dengan baik dan menguntungkan. Bahkan menurut LPEM-UI, besarnya pungli di daerah mencapai 9-11% dari biaya produksi.

6. Memberikan penghargaan kepada entrepreneur yang baik dan berhasil karena telah membuka lapangan kerja, memutar roda ekonomi, dan membayar pajak sebagai pemasukan untuk APBN.

Oleh sebab itu, dalam hal ini diperlukan adanya suatu kolaborasi bukan kolusi antara tiga komponen bangsa: para politisi, pejabat pemerintah, dan entrepreneur. Dengan adanya kolaborasi tersebut, maka salah satu cita-cita bangsa Indonesia menuju negara yang adil dan makmur, dengan ekonomi yang kuat, dapat tercapai secepatnya.

Para sarjana jangan terlalu berbangga hati bila telah menyelesaikan kuliahnya dan mendapat gelar kesarjanaan. Sebaiknya, mereka yang telah sukses menjadi entrepreneur jangan pula merasa minder karena tidak memiliki pendidikan formal dan tidak mempunyai gelar yang bisa dicantumkan di dalam kartu nama bisnisnya. Apalagi kalau ternyata gelar-gelar akademik tersebut didapat dengan cara membeli dari kampus yang tidak jelas juntrungannya. Para pengusaha harus berbangga bahwa tanpa gelar pun mereka bisa menjadi entrepreneur yang sukses dibandingkan mereka yang gelarnya banyak dan panjang tapi tidak bisa berbisnis dan membuka lapangan kerja, bahkan sebahagian bisanya hanya menjadi koruptor.

Dalam setiap ceramah dan kuliah tentang entrepreneurship, penulis selalu menanyakan lebih pintar mana antara lulusan S1 dan lulusan S3. Kebanyakan menjawab bahwa yang lebih pintar adalah lulusan S3. Kalu memang ternyata jawabannya begitu, ada pertanyaan berikutnya, yaitu: kalu lulusan S3 digaji sebagai pegawai oleh entrepreneur yang hanya lulusan S1 atau malahan bergelar SDTT (SD tidak tamat), mana yang lebih pintar? Silahkan telaah dan jawab sendiri pertanyaan tersebut.

Kiranya para sarjana mau menyadari hal ini dan setelah diwisuda jangan hanya berpikiran untuk mencari lapangan kerja saja. Jadilah pencipta lapangan kerja sebagai entrepreneur sejati. Demikian pula para orang tua, dorong anak-anak untuk menjadi entrepreneur dan banggalah jika mereka menjadi entrepreneur.VII. TIPS PRAKTIS1. Modal utama berwirausaha bukan pada uang, melainkan keyakinan untuk menang,Sering kali pikiran kita terbelanggu olah batasan-batasan materi (uang, tempat usaha, produk) untuk memulai suatu usaha. Dan kita terlalu fokus pada batasan-batasan itu sehingga kita tidak bergerak maju.Ada modal lain yang memiliki pengaruh yang dahsyat pada kesuksesan usaha, yaitu keyakinan untuk menang (mindset). Konsentrasikan pikiran Anda pada perubahan pola pikir Anda. Ingatlah untuk meraih kemenangan, Anda pun harus berjiwa pemenang.

2. Bersahabat dengan ketidakpastian,Menjadi wirausaha berarti Anda siap bersahabat dengan ketidakpastian. Siap akan hal-hal yang tidak pasti, tidak terencana, dan mungkin saja tidak terukur. Ketidakpastian tidak untuk dihindari, hadapi ketidakpastian dengan riset, data, dan intuisi wirausaha. Dekati dan beradaptasilah dengan ketidakpastian.

3. Buka pikiran Anda, pelajari hal-hal baru,Terjun menjadi wirausaha akan menjadikan Anda berada di lingkungan baru yang serba asing. Lingkungan tidak saja dapat membentuk Anda menjadi wirausaha sukses, tetapi juga mampu menjegal langkah Anda untuk maju. Pelajari dan amati tingkah laku lingkungan baru Anda, milikilah kemampuan fast learner untuk tetap bertahan.

4. Be ready, persiapkan diri Anda dengan baik,Persiapan merupakan faktor penting dalam keberhasilan. Siapkan dan pupuk keahlian Anda sebelum terjun dalam lini bisnis yang akan Anda geluti. Perkaya dengan riset-riset kecil mengenai pasar yang akan Anda garap.

5. Tampilkan wajah yang enak dilihat, bangun network,Wirausaha bukanlah orang yang sukses dengan usahanya sendiri. Dia selalu memerlukan bantuan orang lain; teman, orangtua, pemasok, atau relasi bisnis lainnya. Perbaiki tampilan Anda dengan senyum, ramah, enak dilihat, dan antusias. Gunakan kelebihan-kelebihan tersebut untuk memperluas network Anda.

6. Kurangi risiko dengan dukungan data, informasi-informasi, juga kemampuan-kemampuan teknis,Jangan lupa data yang akurat akan menjadi sahabat Anda dalam meng-counter risiko yang mungkin muncul. Gali dan cermati data dan informasi yang berhubungan dengan bidangnya.VIII. TUGASTUGAS 1. DETEKSI USAHA SPEKULATIFGenerasi muda sekarang banyak dikepung usahausaha spekulatif. Bahkan Amerika Serikat juga bangkrut dan mengalami krisis ekonomi pada 2008 2009 karena usaha spekulatif. Sementara itu, di Indonesia dewasa ini mulai banyak berdatangan usahausaha baru yang diperdagangkan dan ditawarkan yang sesungguhnya merupakan bisnis spekulatif yang merugikan banyak orang.Silakan Anda mendeteksi usahausaha spekulatif di luar dari contoh yang diberikan. Anda boleh mambawa kliping, print out komputer (internet), bahan yang Anda baca di facebook, atau Anda tulis sendiri dari bahan yang Anda lihat dan alami sendiri. Diskusikanlah di dalam kelas bersama rekan-rekan Anda dan instruktur Anda.

TUGAS 2. MEMIKIRKAN USAHA BARUJika Anda diberikan kesempatan untuk berwirausaha, tentukan jenis usaha yang akan Anda jalankan, uraikan, dan tetapkan langkah-langkahnya.Sederhanakan pikiran Anda mengenai bisnis dan langkah-langkah hanya dengan lima baris kalimat. Tunjukkan ke teman-teman Anda apakah dengan membaca ringkasan Anda, mereka mengerti usaha yang akan Anda jalankan.Buatlah 100 daftar hal-hal yang perlu Anda siapkan untuk memulai usaha tersebut. Hal-hal bisa berupa, detail usaha (pendirian, bidang usaha, sistem operasi dll) Lingkup usaha. Tanggapan masyarakat. Opini pribadi.Pilih dua langkah yang paling penting untuk Anda lakukan sekarang juga. Berikan alasannya.Tips: Pilihlah langkah yang berorientasi pada tindakan dan paling mudah Anda jalankan.

FUNG FUK LESTARIO - MENTORSHIP UNTUK MENDUKUNG KESUKSESAN START-UP BISNISAnda pasti pernah mendengar bahwa sebuah negara dikatakan sebagai negara maju apabila mempunyai jumlah entrepreneur minimal 2% dari total penduduknya. Untuk menciptakan entrepreneur baru, tentunya dibutuhkan peran dan dukungan para mentor untuk membimbing para calon entrepreneur agar sukses mengeksekusi ide bisnisnya. Atas dasar tersebut, sebuah organisasi bernama Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) dibentuk untuk membantu memfasilitasi para entrepreneur dan inovator untuk mengembangkan bisnisnya dalam lingkup regional maupun global. Fokus utama yang menjadi tujuan dibentuknya GEPI adalah untuk menjadi sebuah wadah (platform) yang dapat menghubungkan para entrepreneur, investor global, dan pemerintah sehingga tercipta ekosistem bisnis yang mendukung. GEPI adalah bagian dari organisasi bernama Global Entrepreneurship Program (GEP) yang dicetuskan oleh Presiden Obama untuk mempromosikan entrepreneurship sebagai pilar untuk menumbuhkan perekonomian negara-negara berkembang.Berikut ini adalah interview dengan Fung Fuk Lestario, executive director dari Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI). Sosok yang pernah menjadi Co-Founder dan Managing Director Lazada Indonesia ini akan membahas tentang pentingnya mentorship dalam memulai suatu start-up bisnis. Mengapa begitu penting untuk entrepreneur pemula belajar dan mendapatkan mentor sebelum mengeksekusi bisnisnya? Mentorship itu sangat penting karena saat kita memulai, kita masih belum tahu keadaan real di lapangan. Selain itu, dalam mengembangkan bisnis kita juga butuh pengalaman. Jadi, edukasi entrepreneurship merupakan long-life learning yang sangat dibutuhkan terutama untuk para calon entrepreneur. Saat kuliah kita diajari tentang dasar