jurusan teknik kimia fakultas teknik universitas...
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI
PRARANCANGAN PABRIK
HEXAMINE DENGAN PROSES LEONARD KAPASITAS 35.000 TON/TAHUN
Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan
Tingkat Strata Satu di Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh :
TIYA SISWANTI
D 500 100 056
Dosen Pembimbing :
1. M. Mujiburohman Ph.D.
2. Kun Harismah Ph.D.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA
Nama : Tiya Siswanti
NIM : D 500 100 056
Judul Tugas Prarancangan Pabrik : Prarancangan Pabrik Hexamine dengan Proses
Leonard Kapasitas 35.000 Ton/Tahun
Dosen Pembimbing : 1. M. Mujiburohman Ph.D.
2. Kun Harismah Ph.D.
Surakarta, Juli 2014
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
M. Mujiburohman Ph.D.
NIDN : 0608087301
Dosen Pembimbing II
Kun Harismah Ph.D.
NIDN : 0606016101
INTISARI
Prarancangan pabrik hexamine dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
hexamine dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor. Hexamine banyak
digunakan sebagai bahan baku peledak di bidang pertambangan dan sebagai bahan baku
antiseptik, curing agent (pengawetan) resin, accelerator elastisitas pada tekstil, shrink
proofing agent pada tekstil untuk memperindah warna, bahan fungisida pada makanan,
menambah elastisitas pada serat selulosa, sebagai bahan anti korosi dalam industri
logam, pendeteksi logam, sebagai bahan penyerap gas beracun dan sebagai anti caking
agent (penggumpalan) dalam industri pupuk urea. Untuk memenuhi kebutuhan produk
dalam negeri dan dengan adanya peluang ekspor yang terbuka, maka dirancang pabrik
hexamine dengan proses Leonard kapasitas 35.000 ton/tahun dengan bahan baku
amoniak 2.216,5249 kg/jam dan formaldehid 5.867,2718 kg/jam. Pabrik direncanakan
berdiri di kawasan industri Bontang, Kalimantan Timur tahun 2014.
Proses pembuatan hexamine merupakan reaksi homogen fase cair yang
menghasilkan produk samping air. Reaksi berlangsung di dalam Reaktor Alir Tangki
Berpengaduk dengan suhu 40°C dan tekanan 16 atm, irreversible dan eksotermis.
Konversi reaksi sebesar 98% terhadap amoniak. Produk yang dihasilkan adalah
hexamine dengan kadar 99,93%. Tahapan proses meliputi persiapan bahan baku
amoniak dan formaldehid, pembentukan hexamine di dalam reaktor, dan pemurnian
produk. Pemurnian produk dilakukan di dalam evaporator, centrifuge, dan rotary dryer.
Unit pendukung proses meliputi unit pengadaan air, tenaga listrik, steam, bahan bakar,
udara tekan, dan unit pengolahan limbah. Pabrik juga didukung laboratorium yang
mengontrol mutu bahan baku dan produk serta bahan buangan pabrik. Pabrik hexamine
didirikan di atas lahan seluas 45.880 m2 dengan jumlah karyawan sebanyak 160 orang,
dengan bentuk perusahaan Perseroan Terbatas (PT).
Pabrik hexamine yang akan didirikan menggunakan modal tetap sebesar Rp
1.085.038.488.249 dan modal kerja sebesar Rp 287.904.144.387. Dari analisis ekonomi
diperoleh nilai Return on Investment (ROI) sebelum pajak yakni sebesar Rp
722.200.247.391, dan sesudah pajak Rp 505.540.173.174. Pay Out Time (POT) sebelum
pajak sebesar 1,31 tahun, dan sesudah pajak sebesar 1,77 tahun. Break Even Point
(BEP) 40,16%, Shut Down Point (SDP) 32,92%, sedangkan Discounted Cash Flow
(DCF) sebesar 32,83%. Jadi, dari segi ekonomi pabrik tersebut layak untuk didirikan.
Kata kunci : hexamine, proses Leonard
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, industri kimia di
Indonesia menunjukkan kenaikan
produksi yang cukup mantap walaupun
sempat dilanda krisis moneter. Hal ini
disebabkan adanya perluasan kapasitas
produksi beberapa pabrik, pembangunan
pabrik-pabrik kimia baru, dan makin
meningkatnya permintaan pasar terutama
pasar ekspor. Salah satu industri kimia
yang mempunyai kegunaan penting dan
memiliki prospek yang bagus adalah
hexamine. Sementara kebutuhan impor
hexamine saat ini mencapai 21.441 Ton.
Dengan didirikannya pabrik hexamine
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dalam negeri, menciptakan lapangan
pekerjaan serta memacu pertumbuhan
industri penghasil formaldehid dan
amoniak dan industri yang menggunakan
hexamine sebagai bahan utama maupun
pembantu.
Hexamine banyak diperlukan untuk
keperluan pertahanan dan keamanan.
Selain sebagai bahan baku pembuatan
peledak, hexamine banyak digunakan juga
dalam berbagai bidang antara lain: bidang
kedokteran (bahan baku antiseptik),
industri resin (curing agent), industri karet
(accelerator yaitu agar karet menjadi
elastis), industri tekstil (shrink-proofing
agent dan untuk memperindah warna),
industri serat selulosa (menambah
elastisitas), pada industri buah digunakan
sebagai fungisida pada tanaman jeruk
untuk menjaga tanaman dari serangan
jamur, sebagai bahan anti korosi dalam
industri logam, pendeteksi logam, sebagai
bahan penyerap gas beracun dan sebagai
anti caking agent dalam industri pupuk
urea (Kent, 1974).
Hexamine dihasilkan dari bahan baku
amoniak dan formaldehid. Bahan baku
amoniak didapatkan dari PT Pupuk
Kaltim dan bahan baku formaldehid
didapatkan dari beberapa industri
penghasil formaldehid di Kalimantan.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Menghemat devisa negara karena
mengurangi beban impor
hexamine
2. Menciptakan lapangan pekerjaan
baru dan mengurangi
pengangguran
3. Memacu pertumbuhan industri-
industri di Indonesia
1.3 Kapasitas Perancangan
Kebutuhan hexamine dalam negeri
masih banyak didatangkan dari luar
negeri. Hal ini dapat dilihat dari data
impor Badan Pusat Statistik.
y = 699,0x - 1E+06R² = 0,069
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2007 2009 2011 2013
keb
utu
han
im
po
rt
(to
n/t
ahun)
Tahun
Tabel 1 Data impor hexamine 2008-
2013.
(Badan Pusat Statistik, 2013)
Gambar 1 Data impor hexamine.
Kenaikan impor hexamine sesuai dengan
persamaan garis lurus:
y = 699x – 1000000
Dari persamaan tersebut dapat
dihitung besarnya impor hexamine pada
tahun 2014 adalah sebesar 28.576
Ton/Tahun. Dengan prediksi kebutuhan
hexamine di atas maka ditetapkan
perancangan kapasitas pabrik sebesar
35.000 ton/tahun. Kelebihan produksi
dialokasikan untuk ekspor di kawasan
Asia, seperti: Filipina, Singapura, China,
India, dan Pakistan, yang juga masih
membutuhkan hexamine, serta tidak
menutup kemungkinan untuk diekspor di
kawasan lainnya.
Berdasarkan pertimbangan
ketersediaan bahan baku, letak pasar,
transportasi, tenaga kerja, perizinan,
peraturan daerah dan keberadaan
masyarakat, iklim, perluasan area, fasilitas
air, dan prasarana maka ditetapkan
pendirian pabrik hexamine di Bontang,
Kalimantan Timur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Macam-macam Proses Pembuatan
Hexamine
Pembuatan hexamine secara komersial
dengan bahan baku amoniak dan
formaldehid dapat dilakukan dengan 3
proses:
1. Poses Meissner
2. Proses Leonard
3. Proses AGF Lefebvre
Dengan membandingkan ketiga macam
proses di atas, maka dalam perancangan
pabrik hexamine dipilih proses Leonard
dengan 4 pertimbangan:
1. Reaksi yang berlangsung
merupakan reaksi homogen fase
cair sehingga penanganan lebih
mudah jika dibandingkan dengan
reaksi fase heterogen yaitu gas dan
cair
2. Konversi yang dihasilkan cukup
besar yaitu 98% dan yield 95-96%
dibandingkan dengan proses
Meissner yaitu konversi 97% dan
Tahun Jumlah (Ton)
2008 23.241
2009 15.282
2010 16.828
2011 18.577
2012 25.089
2013 21.441
yield 95% dan proses AGF
Lefebvre yaitu konversi 97% dan
yield 95%
3. Panas reaksi yang dihasilkan lebih
kecil jika dibandingkan dengan
proses lainnya, sehingga
memudahkan pengontrolan suhu
reaktor
4. Dengan panas yang kecil maka
kebutuhan pendingin lebih sedikit.
Hal ini dapat menghemat biaya
operasi reaktor.
2.2 Konsep Reaksi
a. Dasar reaksi
Proses pembuatan hexamine dengan
bahan baku amoniak dan formaldehid
dalam fase cair. Reaksi yang terjadi:
6CH2O(aq) + NH3(l) (CH2)6N4(aq) +
6H2O(l)
Pada reaksi di atas formaldehid
melepas atom oksigen, sedangkan
amoniak melepas dua atom hidrogen dan
membentuk produk samping H2O. Reaksi
yang terjadi berlangsung cepat sehingga
tidak memerlukan katalis.
b. Mekanisme reaksi
Reaksi yang terjadi dalam fase cair
berlangsung dalam empat tahap:
1. Mula-mula 3 molekul formaldehid
bereaksi dengan 3 molekul amoniak
membentuk methylenemine dan
melepas H2O
2. Tiga molekul methylenemine bereaksi
membentuk trimethylenetriami
3. Kemudian trimethylenetriamine
bereaksi dengan CH2O membentuk
trimethyloltriamethylenetriamine.
4. Molekul trimethyloltriamethylen-
etriamine bereaksi dengan NH3 dan
melepas tiga molekul H2O
membentuk hexamine.
c. Kondisi operasi
Kondisi operasi pada reaktor dalam
perancangan pabrik hexamine ini
adalah:
Temperatur : 40°C
Tekanan : 16 atm
Sifat reaksi : eksotermis
Fase : cair-cair
Mol (CH2O : NH3) : 3 : 2
d. Tinjauan termodinamika
Tinjauan termodinamika
digunakan untuk mengetahui sifat
reaksi (endotermis/eksotermis) dan
arah reaksi (reversible/irreversible).
Penentuan panas reaksi yang berjalan
secara eksotermis maupun endotermis
dapat dihitung dengan perhitungan
panas pembentukan standar (∆H°f)
pada P = 1 atm dan T = 283 K. Reaksi
yang terjadi:
6CH2O(aq) + NH3(l) (CH2)6N4(aq) +
6H2O(l)
Harga (∆H°f) masing-masing
komponen pada suhu 283K dapat
dilihat pada Tabel 3 (Yaws, 1999).
Tabel 2 Harga ∆H°f komponen.
Komponen ∆H°f kJ/mol
CH2O -108,57
NH3 -46,11
H2O -285,83
(CH2)6N4 760,68
∆H°r 298K = ∆H°f produk - ∆H°f reaktan
= [(∆H°f (CH2)6N4)+(6 x ∆H°f
H2O)] – [(6 x ∆H°f CH2O)+(4
x ∆H°f NH3)]
=(760,68+(6x-285,83)) –((6x-
108,57)+(4x-46,11))
= -118,44 kJ/mol
Karena harga ∆H°r 298 K bernilai
negatif, maka reaksi bersifat
eksotermis. Reaksi pembentukan
hexamine merupakan reaksi
irreversible. Hal ini dapat dilihat dari
nilai konstanta kesetimbangan (K).
Energi bebas Gibbs dari reaktan dan
produk adalah (Yaws, 1999):
Tabel 3 Harga ∆G°f komponen.
Persamaan (Smith and Van Ness,
1975):
∆G°f = ∑(n∆G°f ) produk - ∑(n∆G°f )
reaktan
∆G°f = -RT ln K
maka:
K = exp(-∆G°f /RT)
dengan:
∆G°f :energi bebas Gibbs standar
(kJ/mol)
T : temperatur (K)
R : tetapan gas (8,314 x 10-3
)
kJ/mol K
K : konstanta kesetimbangan
pada 298 K
∆G°f = ∑(n∆G°f ) produk - ∑(n∆G°f )
reaktan
= (410,8+(6 x -228,642)) – ((6 x
-109,9) + (4 x - 16,40))
Komponen ∆G°f
kJ/mol
CH2O -109,9
NH3 -16,40
H2O -228,642
(CH2)6N4 410,80
= -236,0508 kJ/mol
K = exp(236,0508/8,314 x10-3
x 298)
= 2,3846 x 1041
Dari persamaan (Smith and Van Ness,
1975):
Ln (K/K1) = -(∆H298/R) x (1/T-1/T1)
Di mana:
K1 = konstanta kesetimbangan
pada temperatur tertentu
T1 = temperatur tertentu (K)
∆H298= panas reaksi pada suhu 298 K
Pada suhu T1 = 40°C = 313 K
besarnya konstanta kesetimbangan
dapat dihitung:
Ln (K/ K1) = -(ΔH298/R) x (1/T –
1/T1)
Ln(2,3846.1041
/K1)
=-(118,44/8,314.10-
3)x((1/298)–(1/313))
Ln ( 2,3846.1041
/K1) = 2,2909
(2,3846.1041
/K1) = 9,8845
K1 = K313 = 2,4125.1040
Nilai K1 sangat besar sehingga reaksi
dianggap berjalan searah atau
irreversible.
e. Tinjauan kinetika
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi
orde 3 dengan persamaan kecepatan
reaksi:
-rA = kCA2CB
dimana :
CA = konsentrasi amoniak (mol/L)
CB = konsentrasi formaldehid (mol/L)
Persamaan kinetika (Kermode and
Stevens, 1965):
k = 1,42 x 103exp(-3090/T)
dengan:
k = konstanta kecepatan reaksi
(L2/detik.mol
2)
T = suhu (K)
Pada kondisi operasi reaktor T =
313K nilai k adalah
k = 0,0624 (L2/detik.mol
2)
2.3 Tahapan Proses
1. Tahap persiapan bahan baku
a. Amoniak
Amoniak disimpan dalam
tangki penyimpan (F-111) pada
tekanan 16 atm dan suhu 35°C
dalam kondisi cair. Dari tangki
penyimpan amoniak dipompa (L-
212) untuk dialirkan ke reaktor.
b. Formaldehid
Larutan formaldehid disimpan
pada tangki penyimpan (F-110)
pada tekanan 1 atm dan suhu
35°C. Untuk mengalirkan larutan
formaldehid ke dalam reaktor dan
menaikkan tekanannya menjadi
16 atm digunakan pompa (L-210)
dan pompa (L-211).
2. Tahap pembentukan hexamine
Bahan baku diumpankan ke
dalam reaktor dengan perbandingan
mol formaldehid : amoniak = 3 : 2.
Reaksi berlangsung dalam fase cair
dan bersifat eksotermis. Konversi
yang dicapai sebesar 98% dengan
reaktan pembatas amoniak. Reaksi
berjalan dalam RATB pada keadaan
isotermal 40°C. Tekanan operasi
reaktor 16 atm, hal ini bertujuan
menjaga agar reaktan tetap pada
kondisi cair.
Produk keluar dari reaktor
mempunyai suhu 40°C dengan
tekanan 16 atm kemudian dialirkan
ke dalam expander (G-250) untuk
menurunkan tekanan menjadi 1 atm
sebelum masuk evaporator (V-110).
Suhu produk keluar expander
sebesar 40°C, produk hexamine dan
sisa reaktan yang berupa amoniak
dan larutan formaldehid keluar
expander kemudian diumpankan ke
dalam evaporator (V-110) dan (V-
111). Di dalam evaporator, produk
mengalami proses pemekatan dan
pengkristalan. Evaporator bekerja
pada tekanan di bawah 1 atm
(vakum). Hal ini bertujuan untuk
menghindari dekomposisi hexamine.
Tekanan evaporator 1 (V-110) yaitu
0,11 atm dan suhu 48°C. Evaporator
2 (V-111) beroperasi pada tekanan
0,12 atm dan suhu 50°C. Sebagai
media pemanas digunakan steam
jenuh pada suhu 150°C dan tekanan
4,7 atm. Produk hasil evaporator 2
(V-111) berupa kristal hexamine
selanjutnya di umpankan ke
centrifuge (H-140) dengan
menggunakan pompa (L-213) untuk
dipisahkan antara kristal hexamine
dengan cairannya. Kristal hexamine
kemudian dibawa ke unit pemurnian
dengan menggunakan screw
conveyor (J-240). Sedangkan cairan
keluar centrifuge (mother liquor) di-
recycle kembali masuk dalam
evaporator 1 (V-110) .
3. Tahap Pemurnian Dan
Penyimpanan Produk
Produk yang dihasilkan
dimurnikan dengan menggunakan
alat rotary dryer (B-120). Pada
rotary dryer terjadi penguapan sisa-
sisa air dan dihasilkan produk
dengan kemurnian mencapai
99,93%. Selanjutnya produk masuk
dalam unit penyimpanan melalui
belt conveyor (J-230), lalu produk
diangkut oleh bucket elevator (J-
210) sebelum disimpan dalam silo
(F-260).
III. SPESIFIKASI ALAT UTAMA
PROSES
1. Tangki Formaldehid
Kode : F-110
Fungsi : Menyimpan kebutuhan
bahan baku formaldehid
selama 2 hari
Tipe : Silinder Vertical Conical
Head
Kondisi operasi:
Temperatur : 35°C
Tekanan : 1 atm
Kapasitas : 5.163,0642 m3
Diameter : 15,2402 m
Lebar : 12,8018 m
Tebal Shell :
Course 1 = 1,102 in
Course 2 = 1,023 in
Course 3 = 0,945 in
Course 4 = 0,866 in
Course 5 = 0,788 in
Course 6 = 0,709 in
Course 7 = 0,631 in
Tebal head : 0,568 in
Tinggi head : 0,7119 m
Bahan : Carbon Steel
Jumlah : 3 buah
2. Tangki Amoniak
Kode : F-111
Fungsi :Menyimpan kebutuhan
bahan baku amoniak
selama 2 hari
Tipe : Spherical tank
Kondisi operasi:
Temperatur : 35°C
Tekanan : 16 atm
Kapasitas : 220,966 m3
Diameter : 7,5020 m
Tebal Shell : 2,5 in
Tinggi cairan : 1,0420 m
Bahan : Stainless Steel
Jumlah : 1 buah
3. Reaktor
Kode : R-110
Fungsi :Mereaksikan bahan baku
formaldehid dengan
amoniak
Tipe : Reaktor Alir Tangki
Berpengaduk (RATB)
Kondisi operasi:
1. Temperatur : 40°C
2.Tekanan : 16 atm
Volume shell : 29,2063 m3
Diameter : 3,5475 m
Volume head : 35,0482 m3
Volume reaktor : 35,0516 m3
Tinggi cairan : 2,9549 m
Diameter pengaduk: 1,0642 m
Jarak pengaduk : 1,1824 m
Tinggi pengaduk : 3,5474 m
Lebar pengaduk : 0,2660 m
Lebar baffle : 0,2956 m
Jumlah pengaduk : 1 buah
Putaran pengaduk : 53 rpm
Power : 1 Hp
Tebal shell : 1,25 in
OD : 144 in
Tebal head : 2,75 in
Tinggi reaktor : 4,2331 m
ΔTLMTD : 12,9842 °F
Luas transfer panas : 340,9978 ft2
Luas selubung reaktor: 507,8121 ft2
Jenis pendingin : Jaket
Tebal jaket : 1,5 in
Tinggi jaket : 2,5949 m
Rd : 0,003
Bahan : Stainless steel
Jumlah : 1 buah
4. Evaporator 1
Kode : V-110
Fungsi : Menguapkan sisa CH2O,
CH3OH, NH3, dan
sebagian air dari produk
reaktor
Tipe : Standard Vertical Tube
Evaporator
Diameter : 7,421 ft
Tinggi shell : 11,131 ft
Tebal shell : 3/16 in
Tebal head : 3/16 in
Jenis tube : Calandria
Ukuran tube: 8 in IPS schedule 40
OD : 8,625 in
ID : 7,891 in
Panjang tube : 8 ft
Jumlah tube : 444 buah
Bahan konstruksi : Carbon Steel
5. Evaporator 2
Kode : V-111
Fungsi : Menguapkan sisa CH2O,
CH3OH, NH3, dan
sebagian air dari produk
reaktor
Tipe : Standard Vertical Tube
Evaporator
Diameter : 4,856 ft
Tinggi shell : 7,284 ft
Tebal shell : 3/16 in
Tebal head : 3/16 in
Jenis tube : Calandria
Ukuran tube: 4 in IPS Schedule 40
OD : 4,5 in
ID : 4,026 in
Panjang tube : 4 ft
Jumlah tube : 243 buah
Bahan konstruksi : Carbon Steel
6. Rotary dryer
Kode : B-120
Fungsi : Mengeringkan padatan
dari centrifuge
Kondisi operasi:
Suhu umpan masuk : 40°C
Suhu umpan keluar : 50°C
Tekanan : 1 atm
Luas penampang : 2,2204 ft2
Diameter : 0,5125 m
Panjang : 4,1194 m
Kecepatan putar : 6 rpm
Power : 8 Hp
Slope : 0,3296
Bahan :Carbon steel
Jumlah : 1 buah
7. Centrifuge
Kode : H-140
Fungsi : Memisahkan
kristal hexamine
dari filtrat
Tipe : Nozzle discharge
Bahan : Carbon Steel
Kondisi operasi :
1. Temperatur : 40°C
2.Tekanan : 1 atm
Kecepatan : 5,1582 m3/jam
Power : 40 Hp
Diameter : 0,4040 m
Jumlah : 1 buah
Kecepatan putar : 6250 rpm
IV. HASIL PENELITIAN
Dari hasil analisa ekonomi, nilai
BEP berada pada batas minimum
yang diijinkan yaitu 40,16% , batasan
untuk pabrik kimia BEP antara 40-
60%. Nilai BEP dipengaruhi oleh
harga jual dan harga bahan baku,
semakin tinggi selisih antara harga
jual dan harga bahan baku maka nilai
BEP akan semakin rendah. Nilai POT
pabrik ini sebelum pajak adalah 1,31
tahun dan POT setelah pajak 1,77
tahun. Nilai POT berada pada batas
minimum yang diizinkan yaitu
maksimal 4 tahun. Nilai DCF juga
cukup tinggi yaitu 32,83% diatas
bunga bank yaitu 25% sehingga
peluang investasinya menjanjikan,
maka pendirian pabrik hexamine ini
layak untuk dipertimbangkan dan
didirikan.
Gambar 2 Grafik analisa ekonomi.
KESIMPULAN
Pabrik hexamine digolongkan
pabrik beresiko rendah. Hal ini dapat
dilihat dari hasil analisis kelayakan
ekonomi. Hasil analisis kelayakan
ekonomi adalah:
1. Keuntungan sebelum pajak
= Rp 722.200.247.391
Keuntungan setelah pajak
= Rp 505.540.173.174
2. Return on Investment (ROI)
sebelum pajak = 66,56%
Return on Investment (ROI)
setelah pajak = 46,60%
Return on Investment (ROI)
minimal 11%
3. Pay out Time (POT) sebelum
pajak = 1,31 tahun
Pay out Time (POT) setelah
pajak = 1,77 tahun
Pay out Time (POT) maksimal
4 tahun
4. Break Even Point (BEP)
sebesar 40,16%
BEP utnuk pabrik kimia
berkisar antara 40-60%
5. Shut Down Point (SDP)
sebesar 32,92%
6. Discounted Cash Flow (DCF)
sebesar 32,83%
Discounted Cash Flow (DCF)
minimal 25%
7. Cumulatif Cash Position
diperoleh waktu 5,3 tahun
Dari data hasil perhitungan analisis
ekonomi di atas dapat disimpulkan
bahwa pabrik hexamine ini LAYAK
untuk dipertimbangkan pendiriannya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2013, Data
Impor Indonesia, Diakses dari
http://www.bps.go.id pada
tanggal 11 November 2013
Kent, A.J., 1974, Riegel’s Handbook
of Industrial Chemistry, 7th
edition, Littion Educational
Publishing, Inc, USA
Kermode, R.I. and Stevens, W.F.,
1965, Canadian Journal
Chemical Engineering, vol 43 No
63
Smith, J.M. and Van Ness, H.H.,
1975, Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamic, 3th
edition, McGraw Hill
International Book, Co, Tokyo
Yaws, C.L., 1999, Chemical
Properties Handbook, McGraw
Hill Book Co, New York