jurusan pendidikan agama islam kakultas ilmu...
TRANSCRIPT
45
KOMTRIBUSI
PENDIDIKAN AKIDAH AKHAK
TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
SISWA MI. DARUL AITAM PONDOK PINANG
KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN
Oleh:
HIDAYAT
NIM. 8050110001509
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2008 M
46
ABSTRAK
“HIDAYAT HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN AKIDAH AKHLAK
TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA MI. DARUL
AITAM PONDOK PINANG KEBAYORAN LAMA JAKARTA
SELATAN”.
(Studi Deskripsi Kuantitatif Pada MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran lama Jakarta Selatan. Skripsi, Jakarta Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2007.
Bertitik tolak dari permasalahan bahwa adanya temuan tentang
kepribadian siswa yang tidak baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
rumah. Baik terhadap orang tua, guru-guru maupun kepada masyarakat di
sekitarnya.
Maka atas dasar pertimbangan pemikiran mengenai pokok masalah
tersebut penulis memilih judul “Hubungan Antara Pendidikan Akidah Akhlak
Terhadap Pembentukan Kepribadian Siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang
Kebayoran Lama Jakarta Selatan”.
Sumber data yang digunakan terdiri daridua macam yaitu informasi dan
key informasi. Informasi yang ada dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa, yakni
siswa kelas IV, V, dan VI yang mengikuti pembelajaran pendidikan di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran lama Jakarta Selatan. Sedangkan key
informasinya adalah kepala sekolah dan guru bidang studi akidah akhlak.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi wawancara dan angket.
Dari hasil angket dianalisis dengan memakai rumus statistik yaitu dengan
rumus korelasi Product Moment, penelitian ini menyimpulkan bahwa :
1. Pendidikan Akidah Akhlak memiliki kontribusi yang cukup terhadap.
Pembentukan kepribadian siswa di MI. Darul Aitam Pondok pinang
Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
2. Kurikulum dan yang digunakan di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan, adalah kurikulum yang dikeluarkan oleh Departemen
Agama.
3. Hasil penelitian pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian
siswa cukup baik, antara lain: siswa mengamalkan shalat wajib, beramal
shaleh dan perilaku terpuji.
4. Karakter kepribadian siswa yang mengikuti pendidikan akidah akhlak
memiliki sikap dan sifat yang terpuji, beradab dan bermoral. Sesuai dengan
etika islam dan norma-norma budaya bangsa Indonesia
47
MOTTO
������ ��⌧� � ���� ��� ������� ���� �����!" #$�%&'() *(☺,-� ��⌧� .��0�1�2 ����
�3���45����6 �1789(�� �1⌧��:�6 ���� �%;1,<⌧� =>?@
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” [Q.S Al- Ahzab : 21]
“Memberikan pengajaran, pendidikan dan tuntunan merupakan sebaik-baik
hadiah dan perhiasan paling indah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya
dengan nilai yang jauh lebih baik dari pada dunia dan segala isinya”.
“Seorang mu’min menjadi mulia karena agamanya, memiliki kepribadian karena
akalnya, dan menjadi terhormat karena akhlaknya.” (Al-Hakim)
48
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assala’mualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan khadirat Allah SWT atas taufik dan
hidayah serta Rahman dam Rahim-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN AKIDAH
AKHLAK DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA MI DARUL
AITAM PONDOK PINANG KEBAYORAN LAMA JAKARTA
SELATAN”. Guna memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana S1
(Strata Satu), Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, karena berkat jasa beliaulah kita menjadi sebagai
seorang muslim dan selalu dalam hidayah Allah SWT.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan partisipasi dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya. Juga tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Bapak Prof. DR. Dede Rosyada Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dosen pembimbing seminar
proposal skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan sekertaris jurusan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dra.Eri Rossatria M.A.g Ketua Jurusan PTTM Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Bapak. Drs. A. Syafi’i, M.Ag, dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak berkorban waktu, tenaga, pikiran dan perasaan untuk memberikan
bimbingan, arahan ataupun perunjuk dalam penyusunan serta penulisan
skripsi ini.
49
5. Seluruh dosen dan karyawan dilingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. bapak H.M. Hasan, H.A, Bapak Sanusi, S.Ag, selaku kepala sekolah dan
guru bidang akidah akhlak pada MI Darul Aitam Pondok Pinang
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Yang telah banyak membantu dan
memberikan waktu kepada penulis untuk melakukan observasi,
wawancara dan penelitian serta bersedia memberikan data-data sekolah
dengan sangat memuaskan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
7. Kedua orang tua, anak-anak serta istri yang tercinta yang telah bersusah
payah membantu baik moril maupun materil serta pengertiannya selama
ini.
8. Para siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan, yang telah berpartisipasi dalam memberikan jawaban terhadap
angket yang penulis sebarkan.
9. Pemerintah yang telah memberikan beasiswa melalui Departemen Agama
supaya penulis dapat mengikuti perkuliahan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Rekan-rekan penulis seperjuangan program PTTM/PAI 2007 yang selalu
kompak dan rajin dalam perkuliahan, semoga ukhuwah yang terjalin
selama ini agar tetap terjaga.
Penulis menyadari kekurangan pada skripsi ini, untuk itu kritik dan saran-
saran yang konstruktif sangat penulis nantikan. Kemudian mengenai skripsi ini
menjadi tanggung jawab penulis.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis persembahkan semuanya,
semoga jasa-jasa dan budi baik mereka yang telah memberikan bantuan moril dan
materil mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari-Nya. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 19 Mei 2009
24 Jum tsaniyah1430H
Penulis
50
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN........................................... ii
ABSTRAKSI ............................................................................................... iii
MOTTO ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Identitas Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan
Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Akidah Akhlak dan Pembentukan
Kepribadian ........................................................................... 9
1. Pengertian Pendidikan...................................................... 10
2. Pengertian Pendidikan Akidah Akhlak ............................. 13
3. Dasar Pendidikan Akidah Akhlak..................................... 20
4. Tujuan Pendidikan Akidah Akhlak................................... 22
B. Metode Pendidikan Akidah Akhlak........................................ 25
C. Pengertian Kepribadian dan Aspek-aspeknya......................... 29
D. Proses Pembentukan Kepribadian .......................................... 31
E. Pendidikan Akidah Akhlak dalam Pembentukan
Kepribadian Siswa ................................................................. 35
F. Kerangka Berfikir .................................................................. 37
G. Hipotesis................................................................................ 38
51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 39
B. Populasi dan Sampel.............................................................. 39
C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 40
D. Teknik Pengelolaan Data ....................................................... 42
E. Teknik Analisis Data ............................................................. 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi ............................................................................... 45
B. Analis dan Interpretasi ........................................................... 51
C. Uji Hipotesis.......................................................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 70
B. Saran-saran ............................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 72
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Populasi dan sampel .....................................................................40
Tabel 2 : Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian............................................42
Tabel 3 : Interprestasi Nilai .........................................................................44
Tabel 4 : Keadaan Guru M.I Darul Aitam Pondok Pinang Jakarta Selatan ...46
52
Tabel 5 : Keadaan Siswa M.II Darul Aitam Pondok Pinang Jakarta Selatan..47
Tabel 6 : Sarana dan prasarana M. I Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran
Lama Jakarta Selatan ....................................................................48
Tabel 7 : Tentang Rukun Iman ada 6 ...........................................................51
Tabel 8 : Rukun Iman yang pertama percaya kepada Allah ..........................52
Tabel 9 : Selalu mengingat Allah dalam hidup sehari-hari ...........................53
Tabel 10 : Shalat wajib 5 waktu dalam sehari semalam ..................................53
Tabel 11 : Ajaran Islam Tentang anjuran bershadaqah ...................................54
Tabel 12 : Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari ..................55
Tabel 13 : Hormat kepada orang tua ..............................................................55
Tabel 14 : Sikap berbakti kepada orang tua dan guru .....................................56
Tabel 15 : Sikap bergaul sesama teman sepermainan .....................................56
Tabel 16 : Pengetahuan tentang nilai-nilai membaca al-Quran .......................57
Tabel 17 : Sikap dan kepribadian dalam mengerjakan tugas dari guru ...........57
Tabel 18 : Sikap dan kepribadian dalam hal kebersihan dan kerapian di rumah
……………………………………………………………………...58
Tabel 19 : Sikap dan tindakan melihat perselisihan antara teman ...................59
Tabel 20 : Sikap dan perasaan jika mendapat rezeki dari Allah SWT .............59
Tabel 21 : Kebiasaan membaca doa setelah selesai salat ................................60
Tabel 22 : Kegiatan kerja bakti (kebersihan masal) di sekolah .......................60
Tabel 23 : Partisipasi dalam pengumpulan infak rutin setiap hari jum’at ........61
Tabel 24 : Menghormati tamu yang datang ke rumah ....................................61
Tabel 25 : Menjaga ketertiban di kelas dalam proses belajar mengajar ...........62
Tabel 26 : Patisipasi dalam acara-acara hari-hari besar Islam di sekolah ........63
Tabel 27 : Perhitungan untuk mencari data variabel X dari hasil
Penyebaran Angket .......................................................................64
Tabel 28 : Perhitungan untuk mencari data variabel Y dari hasil
Penyebaran Angket........................................................................65
Tabel 29 : Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara
variabel X (kontribusi pendidikan akidah akhlak) dan varaibel Y
(pembentukan kepribadian siswa) ..................................................66
53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Angket penelitian Hubungan Antara Pendidikan Akidah
Akhlak terhadap pembentukan kapribadian siswa kelas IV, V,
dan VI M.I Darul Aitam Pondok Pinang.
Lampiran II : Pedoman dan Hasil Wawancara terhadap kepala sekolah M.I
Darul Aitam Pondok Pinang Jakarta Selatan.
Lampiran III : Pedoman dan Hasil Wawancara terhadap Guru Bidang Studi
Akidah Akhlak M.I Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran
Lama Jakarta Selatan.
Lampiran IV : Surat Izin Penelitian
Lampiran V : Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran VI : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran VII : Surat Observasi
Lampiran VIII : Daftar Riwayat Hidup
54
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang berkenaan dengan
pengajaran dan pendidikan tentang pentingnya penanaman akidah dan akhlak.
Diantaranya adalah di dalam surat Luqman ayat 13-15.
5:���6 ���� �*A(☺5��� B,),%�CDE ��FG�6 H)JK,F�2 LM�0NA�2 OE
Q�;�RFS �����C . TU�� ⌧Q;7DR��� XYZJK�� [X\,K�
=?]@ ��%5\L^�6�6 8*A&'_`a�� ,)2(�,����C )9cZ�d⌧�
H)ef!" �g%G�6 h�c� �*G�6 H)FZA&j,Y�6 ��� @�k�f�l @�6"
�1KN���� �n (o2(�,������6 p�cn�� ;17j(☺5��� =?@ ����6
q�(�(rA(0 ��c� �6" qs1�tFS ��u ��f av5\�� (o�� B,)�C ⌦ YZ,l O⌧�Y �(☺�rF,xF .
�(☺�r�N,)�&^�6 ��� ��4y����� �zY61F�f . �{�o|���6 OS4�N(�
�*�f 8}��y6" p�cn�� h LXFX p�cn�� � ��F70�1�f KNp�)~�y!��Y �(☺�C
X9%�� ���FZ(☺F� =?�@ 13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".
14. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah
kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
55
5
Isi dari ayat-ayat tersebut menggariskan prinsip materi pendidikan
yang terdiri dari masalah iman (akidah), akhlak, ibadah tentang hubungan
sosial dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pendidikan akidah akhlak
merupakan suatu hal yang menjadi pokok dan urgen bagi terbentuknya
pribadi yang memiliki keyakinan kuat dan lurus serta budi pekerti dan
tingkah laku yan mulia.
Agama Islam sungguh menekankan pengajaran akidah dan akhlak
sebagai pedoman pokok (landasan dasar) bagi setiap individu muslim supaya
ia mengusahakan kemuliaan dan kesucian, mengenal dan melaksanakan hak
dan kewajibannya. Berpegang teguh pada sendi-sendi rukun iman dan rukun
Islam disertai dengan implementasi pada keutamaan akhlak yang terpuji.
Memasukan diri ke dalam lingkungan kerohanian yang murni suci jauh dari
segala noda dan cela.
Mengenai pengajaran dan pendidikan akidah akhlak diawali oleh
rasulullah SAW yang juga sebagai guru dan pendidik utamanya. Beliau
mendidik kaumnya (umatnya) dalam rangka membentuk manusia muslim
yang memiliki karakter keimanan yang kokoh disertai dengan akhlak dan
kepribadian yang luhur dan terpuji.
Rasulullah SAW sebagai penyebar agama yang suci ini benar-benar
telah mencapai puncak keluhuran budi pekerti sebagai mana yang telah
difirmankan Allah SWT:
=@ X\,K� S�FZ�8
�c(F�� o�y���6
Artinya : “Dan sesungguhnya engkau itu wahai Rasulullah memiliki budi
pekerti yang teramat luhur”. (QS. Al-Qalam: 4)
Pendidikan agama merupakan unsur penting dalam pembentukan
dan pembinaan kepribadian seseorang. Pendidikan agama dalam hal ini
56
tentang akidah dan akhlak harus tetap berlangsung kontinyu baik dalam
keluarga, sekolah dan masyarakat, pendidikan agama yang berlangsung
dengan baik dalam semua lembaga pendidikan formal (sekolah), maupun in-
formal (keluarga) dan masyarakat. Merupakan unsur penting dalam
pembentukan dan pembinaan kepribadian seseorang. Kepribadian yang
terjalin di dalam nilai-nilai agama, akan membuahkan akhlak yang baik.
Dalam Bab II pasal 3 undang-undang sistem pendidikan nasional
menjelaskan fungsi dan tujuan nasional adalah untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.1
Jadi dengan kata lain pendidikan dan pengajaran akidah akhlak
yang dilaksanakan di sekolah sejalan dan membina siswa menjadi warga
negara yang baik dengan memiliki pola perilaku dan kepribadian yang luhur.
Dan sekaligus menjadi umat Islam yang patuh dan ta’at dalam menjalankan
perintah agamanya serta meninggalkan semua larangannya.
Dalam kehidupan sehari-hari begitu lugu dan polos ternyata masih
suka berkata-kata kasar, membantah kepada guru maupun kepada orang tua.
Suka mencuri, kurang bahkan tidak sopan, tidak menghormati orang tua dan
guru, berani berbohong dan suka mencontoh, mengejek orang lain kurang
jujur dan sebagainya, maka hal yang demikian ini akan menyebabkan
terciptanya kepribadian yang tidak baik yang akan mengarah kepada
perbuatan-perbuatan dan tingkah laku negatif (tercela). Dari kejadian nyata
yang ada tersebut baik itu dilingkungan keluarga, masyarakat ataupun
lingkungan sekolah maka kita patut untuk merenungkan bagaimana jalan
1 UU RI No. 20 Tahun 2003,Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar
Grafindo, 2003), h. 5-6
57
keluar dan solusinya guna memback-up dan melindungi anak-anak muslim
(generasi Islam) dari sifat dan sikap.
Serta tingkah laku yang kurang bahkan tidak terpuji itu yang pada
gilirannya nanti beberapa tahun kemudian akan menjelma menjadi generasi
yang tidak memiliki kepribadian dan akhlak yang tidak terpuji.
Untuk mewujudkan agar seseorang memiliki akhlak yang baik, maka
sifat mendasar yang tercermin dari perilaku atau kepribadiannya perlu
mendapat pembentukan yang baik agar kepribadiannya dapat tumbuh, sesuai
dengan ajaran Islam. Oleh karena itu kepribadian merupakan potensi dasar
bagi seorang muslim. Apabila kepribadian dan akhlaknya baik, maka akan
baik juga segala tingkah laku dan perbuatannya.
Secara formal, institusi yang layak dijadikan sebagai tempat mendidik
adalah sekolah yang mempunyai tugas membimbing dan mengajarkan
berbagai ilmu pengetahuan, kecakapan-kecakapan dan keterampilan
keterampilan hidup lainnya, yang belum dimiliki dan dikuasai oleh anak didik
(siswa), tentunya guru dan civitas sekolah (madrasah Ibtidaiyah) memiliki
tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan kepribadian anak didik
sebagai realisasi atas amanat yang diberikan orang tua dan masyarakat
terhadap lembaga pendidikan tersebut. Disinilah perlunya pendidikan pada
umumnya dan pendidikan agama pada khususnya terutama pada mata
pelajaran akidah akhlak bagi perkembangannya kepribadian anak didik yang
harus mendapat perhatian baik dari pimpinan sekolah, para guru, juga pihak-
pihak lain yang terkait, sebab kepribadian anak didik (siswa) akan menjadi
baik atau rusak ditentukan oleh proses pendidikan yang diterimanya
pendidikan di sekolah.
Bertitik tolak dari permasalahan di atas penulis ingin meninjau
kembali sejauh mana pentingnya pendidikan akidah akhlak bagi pembentukan
siswa dengan mengetahui pelaksanaan pendidikan bidang studi akidah
akhlak disekolah yang kami jadikan objek penelitian untuk mengetahui
sejauh mana kaitannya dalam pembentukan kepribadian siswa. Atas dasar
pertimbangan pemikiran kepribadian siswa. Atas dasar pertimbangan
58
pemikiran pokok masalah di atas penulis memilih judul: ”Hubungan antara
Pendidikan Akidah Akhlak Terhadap Pembentukan Kepribadian Siswa MI.
Darul Aitam, Pondok Pinang, Kabayoran Lama Jakarta Selatan”.
Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut:
1. Sepanjang pengetahuan penulis bahwa di MI Darul Aitam Pondok Pinang,
Kebayoran Lama Jakarta Selatan belum ada penelitian oleh pihak
manapun tentang pendidikan akidah akhlak dalam membentuk kepribadian
siswa.
2. Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian siswa adalah suatu
keharusan dan tanggung jawab pihak guru dan sekolah dalam menjadikan
para siswanya memiliki kepribadian dan tingkah laku sesuai dengan ajaran
islam.
3. Masalah krisis moral menjadi permasalahan yang komplek dan
menimbulkan keresahan dalam masyarakat dan juga para orang tua
khususnya, hal demikian ini terjadi juga pada siswa MI. Darul Aitam
Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
4. Betapa pentingnya pertan guru kepada siswa-siswinya di dalam
pendidikan akhlak, kerena baik dan buruknya pendidikan akhlak
tergantung bagaimana guru memberikan pengajaran akhlak kepada
siswanya.
5. Salah satu keberhasilan program pendidikan di MI Darul Aitam adalah
dapat diukur dengan parameter dari lulusan yang memiliki kualitas ilmu,
iman dan berakhlak karimah dengan indikator perilaku mereka di dalam
kehidupan sehari-hari secara nyata.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah tersebut dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
a. Eksistensi pendidikan akidah akhlak pada MI Darul Aitam, Pondok
Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
59
b. Minat para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan
akidah akhlak.
c. Pengajaran dan pendidikan aqidah akhlak pada MI Darul Aitam,
Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
d. Situasi dan kondisi yang mendukung dalam pembinaan dan
pembentukan kepribadian akhlak siswa.
e. Metode yang digunakan dalam pendidikan akidah akhlak pada MI
Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
f. Aspek-aspek yang harus dimiliki, dipahami dan dapat diamalkan oleh
siswa, sebagai suatu bentuk kepribadian dan akhlak yang baik antara
lain keimanan pada Allah SWT, akhlak akhlak yang berkaitan dengan
diri pribadi dalam keluarga, di sekolah dan lingkungan masyarakat.
g. Kontribusi pendidikan akhlak terhadap pembentukan kepribadian
siswa, pada MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta
Selatan.
2. Pembatasan Masalah
Tidak semua masalah dapat kami bahas, namun penulis hanya
mengambil beberapa masalah tersebut untuk dijadikan sebagai bahan
karya tulis agar lebih khusus dan terarah, sehingga mempermudah
penulis dalam menjelaskan permasalahan yang akan dibahas, maka
penulis akan membatasi pada :
a. Kontribusi pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan
kepribadian siswa pada MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran
Lama Jakarta Selatan.
b. Eksistensi pendidikan akidah akhlak pada MI Darul Aitam, Pondok
Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
c. Minat para siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan akidah
akhlak MI Darul Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta
Selatan.
60
d. Aspek-aspek yang harus dimiliki dan dipahami oleh para siswa
antara lain keimanan pada Allah SWT, Malaikat, Rasul Allah SWT,
kitab-kitab-Nya. Aspek akidah akhlak pada diri pribadi, keluarga, di
sekolah dan lingkungan masyarakat.
e. Metode yang digunakan dalam pendidikan akidah akhlak di MI Darul
Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
3. Rumusan Masalah
Dengan melihat pembatasan masalah di atas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: Apakah pendidikan
akidah akhlak berkontribusi positif terhadap pembentukan pribadi pada
siswa? Dan sejauh manakah pendidikan akhlak tersebut berkontribusi
positif terhadap pembentukan perilaku siswa.
C. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian :
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk memberikan subangsih pemikiran pada sekolah MI Darul
Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Untuk
mengaplikasikan dan pembentukan kepribadian siswa dalam
pendidikan akhlak yang karimah.
b. Untuk menjadikan MI Darul Aitam lebih baik dan berkembang kearah
yang positif, sesuai dengan apa yang penulis inginkan.
c. Untuk menjadikan sekolah madrasah lebih kreatif dan inovatif dalam
berakhlak, sesuai dengan akhlak nabi Muhammad SAW. Dengan apa
yang dikatakan dalam Al-Quran yaitu akhlak Qura’ni.
d. Untuk mengatasi sejauh mana kuwalitas pendidikan aqidah akhlak
terhadap pembentukan kepribadian dan karakter siswa-siswa MI Darul
Aitam, Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
61
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang nyata tentang
hubungan antara pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan
kepribadian siswa MI Darul Aitam.
b. Hasil penelitian ini akan berguna untuk kepala sekolah, guru dan
orang tua sebagai salah satu cara dalam meningkatkan pembentukan
kepribadian siswa yang terpuji. Sehingga dapat mengubah pandangan
orang tua tentang pendidikan akidah akhlak yang selama ini kurang
mendapat perhatian yang maksimal dan fokus.
c. Hasil penelitian ini dapat menambah spektrum khazanah keilmuan
dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
d. Hasil penelitiam ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan pada tahap
penelitian selanjutnya.
62
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Akidah Akhlak dan Pembentukan Kepribadian
1. Pengertian Pendidikan
Bila kita memahami pengertian pendidikan dari segi bahasa, kata
“pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang dalam bahasa arabnya
adalah “tarbiyah” dengan asal kata kerjanya “rabba”.1 Sedangkan
menurut etimologi kata “pendidikan” berasal dari kata “didik” yang
mendapat awal pe dan akhiran an yang artinya “pemeliharaan, asuhan,
pimpinan atau bimbingan”.2 Kata “pengajaran” itu sendiri dalam bahasa
arabnya ta’lim dengan kata kerjanya “allama” jadi mengenai kata
pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah wa
ta’lim.
Sedangkan jika dikaitkan dengan pendidikan Islam adalah tarbiyah
islamiyah. Dalam bentuk kata benda, kata rabba digunakan juga untuk
Tuhan. Karena diidentikan bahwa Tuhan juga bersifat mendidik,
mengasuh, memelihara juga yang menciptakan.3
Kata “�}v�” yang berarti juga mendidik dapat kita lihat dalam
surat (Al-Isra ayat: 24)
��}v� �(☺�rd⌧����� �(☺⌧�
�����4�C�� �%;1�&^ =>@
Artinya : “ …Ya, Tuhanku, sayangilah keduanya (ibu bapakku)
sebagaimana mereka telah mendidik/ memelihara
sejak kecil (Al-Isra ayat: 24)
Kata lain yang mengandung arti pendidikan adalah seperti sabda
Rasulullah SAW yang berbunyi:
1 DR. Zakiyah Drajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
Tahun, 2004), h. 25
2 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1984), Cet. Ke-7, h. 250
3 DR. Zakiyah Drajat, dkk, Ilmu Pendidikan, h. 25
63
)ا����� (���د� ����� ��اد��� ر
Artinya : “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan
pendidikanku”
Sedangkan pengertian pendidikan secara istilah adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh orang dewasa yang bertanggung jawab dalam
memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik, dalam perkembangan
jasmani dan rohani. Agar mereka mencapai kedewasaannya, mampu
melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial
dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.”
Van Cleve Morris menyatakan “secara ringkas kita mengatakan
pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya bukan alat
sosial sementara untuk mengarahkan cara hidup secara mengarah kepada
setiap generasi, tetapi ia juga menjadi agen yang melayani masa depan
yang lebih baik. Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses
dengan mana segenap kemampuan manusia yang dapat dipengaruhi oleh
pembiasaan disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui
sarana yang arsitik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu
orang lain, atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu
kebiasaan yang baik.5
Dalam pengertian yang lebih luas, proses kependidikan tersebut
menyangkut proses seseorang menyesuaikan dirinya dengan dunia yang
lebih sempit (khusus) dunia sekitarnya pun melakukan proses penyesuaian
dengan dirinya. Dia belajar untuk mengetahui cara-cara jalannya alam
dan dalam batas-batas tertentu dapat dikelola dan diaturnya. Dan juga
belajar mengenai apa saja yang diperlukan oleh sesama manusia terhadap
dirinya dan bagaimana ia harus bekerja sama dengan orang lain secara
baik dan harmonis juga dapat memahami dan merasakan keakraban
dirinya dengan alam lingkungan hidupnya, agar dirinya merasa betah pada
tempat tinggalnya, tidak merasa tersaing hidup pada dunianya sendiri.
5 Nurubiyanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia), h. 56
64
Maka pendidikan itu juga melakukan bimbingan, membina dan
membentuk keterampilan-keterampilan supaya memiliki kepribadian
mandiri pada siswa, juga membantu anak didik untuk perkembangan
jasmani dan rohaninya dengan seimbang agar menjadi manusia yang
bertanggung jawab serta dapat mencapai tujuan-tujuan yang diinginkanya.
Dari pengertian-pengertian pendidikan di atas tampaklah segi-segi
persamaan dan perbedaannya. Mengenai persamaannya bahwa pendidikan
merupakan usaha secara sadar yang dilakukannya berupa bantuan
bimbingan, kepemimpinan, tuntutan dan pengawasan terhadap
perkembangannya siswa (murid) baik berkaitan dengan fisiknya maupun
keadaan psykisnya yang menimbulkan perubahan yang signifikan dan
persamaan pada tingkah laku siswa itu sendiri.
Adapun perbedaannya terletak pada tujuannya dan batas waktu
pendidikan. Dr. Winarno Surachmad membatasi pada umur dewasa dan
tujuannya mencapai kedewasaan anak didik. Sedangkan A.D.Marimba
tidak membatasinya pada umur dewasa dan tujuannya bukan sekedar
mencapai kedewasaan dan penyesuaian pada tiap-tiap fase perkembangan
seseorang tetapi lebih jauh dari itu semua, yakni pencapaian pribadi yang
utama. Penyesuaian tiap-tiap fase hanya merupakan tujuan perantara atau
sementara dan bukan tujuan akhir .
Dengan demikian kami lebih cenderung pada batasan pendidikan
Islam, yang sesuai dengan pengertian dan tujuan pendidikan Islam.
Sedangkan kepribadian yang utama yang akan dicapai dalam pendidikan
menurut Ahmad D. Marimba adalah “kepribadian serta berbuat
berdasarkan nilai-nilai Islam memilih dan memutuskan serta berbuat
berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-
nilai Islami.6
Ditinjau pada pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan yang
berdasarkan pada filsafat hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Dalam
undang-undang No. 4 Tahun 1950 disebutkan bahwa tujuan pendidikan
6 Ahmad. D. Marimba,
65
dan pengajaran adalah “membentuk manusia susila, yang cakap dan warga
negara yang demokrasi, serta bertanggung jawab tentang kesejateraan
masyarakat dan tanah air”. Oleh karena itu segela usaha dalam pendidikan
harus diarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan akhir
pendidikan dinegeri kita sebagaimana tercantum di dalam undang-undang
RI No. 20 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada Bab II pasal 3
bahwa “pendidiikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
menderdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung
jawab.”7
Degan demikian jelas bagi kita bahwa rumusan tersebut
mengandung cita-cita yang luhur dan tinggi dalam upaya pembentukan
manusia Indonesia yang berkualitas baik dengan ditinjau dari segi aspek
mental spiritualnya ataupun juga aspek fisik jasmaninya. Pembentukan
manusia Indonesia yang diiktiarkan melalui proses pendidikan nasional
adalah benar-benar manusia yang berkesadaran tinggi dalam kehidupan
mental spiritual maupun aspek jasmaniahnya baik itu berkaitan dengan
kehidupan pribadi atau dalam kehidupan bermasyarakatnya. Maka
terbentuklah manusia yang berkesinambungan dalam bidang fisik atau
material dan mental spiritualnya. Manusia yang demikian adalah manusia
yang sesuai dengan cita-cita islam yaitu yang disebut manusia insanul
kamil (sempurna).
2. Pengertian Pendidikan Akidah Akhlak
Ajaran Islam sebagaimana menurut Maulana.M Ali, dibagi kepada
dua bagian, yaitu yang lazim disebut rukun Iman, dan bagian praktek yang
7 Undang-undang SISDIKNAS RI. No. 20 Tahun 2003
66
mencakup segala pekerjaan oleh individu muslim. Bagian pertama disebut
Aqa’id atau aqidah artinya kepercayaan yang kokoh,sedangkan bagian
yang kedua disebut Ahkam. Jamil Shaliba mengartikan akidah menurut
bahasa adalah menghubungkan dua sudut sehinga bertemu dan
bersambung secara kokoh.8
Ada juga akidah yang berkaitan dengan kata aqad masuk dalam
kategori untuk pengertian akad nikah, akad jual beli dan akad kredit dan
lain sebagainya. Melalui penelaahan bidang akidah ini bahwa keyakinan
dalam islam bersifat murni baik isinya maupun prosesnya. Sebagai sebuah
keyakinan kepada Tuhan yang wajib disembah hanyalah kepada Allah
semata. Keyakinan tersebut haruslah murni tiada embel-embel sebagai
tandingannya.Karena akan berakibat pada nilai-nilai kemusyrikan bahkan
dapat menjadi kafir, dan dalam prosesnya keyakinan tersebut harus
langsung, tidak boleh melalui perantara. Akidah yang demikian itulah
yang akan melahirkan bentuk pengabdian hanya kepada Allah, kemudian
melahirkan jiwa yang bebas,merdeka dan tidak tunduk kepada manusia
dan lainnya yang menggantikan posisi Tuhan.
Dalam pandangan Dr. Yusuf Qardhawi bahwa akidah adalah
keimanan sebagai sebuah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan
penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh
bagi pandangan hidup, tingkah laku, kepribadian, dan perbuatan sehari-
hari.9
Dengan demikian akidah islam bukan sekedar keyakinan dalam
hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar
dalam bertingkah laku serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan
gerakan amal saleh.
Pendidikan berupaya dan berusaha menanamkan dan membina
akhlak akidah (keimanan) kepada para peserta didik. Instansi yang
bertanggung jawab terhadap penanaman keyakinan agama ialah keluarga
8 Abudin Nata, “Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Tahun 1999), h. 84 9 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam,…., h. 84
67
terutama juga lembaga pendidikan. Sebelumnya kita perlu mencermati
bagaimana sebuah gagasan pemikiran atau kepercayaan sebagai sebuah
pandangan keyakinan yang bersifat semesta alam.Menurut Murtadha
Muthahhari dalam bukunya pandangan dunia tauhid (akidah). Ada lima
syarat yang harus ditanamkan kepada peserta didik diantaranya adalah:
1) Dapat diedukasikan dan dibuktikan (didukung oleh nalar dan logika),
sehingga melicinkan jalan bagi diterimannya pandangan tauhid
tersebut secara rasional serta dapat dijadikan petunjuk dan
menghapuskan kebingungan dan kebodohan.
2) Memberi makna pada kehidupan, menghapuskan dari pikiran,
gagasan yang mengatakan bahwa hidup itu sia-sia, bahwa seluruh
perjalanan menuju ketidak berartian.
3) Membangkitkan ideal-ideal, antusiasme dan aspirasi, sehingga
membuatnya memiliki daya tarik semangat dan kekuatan.
4) Dapat memperkuat dan menyucikan maksud-maksud dan tujuan sosial
manusia, sehingga membuat orang mudah berkorban, dan idealisme
berkenaan dengan tujuan pada jalur itu, tentu tidak memiliki jaminan
bahwa tujuan-tujuannya akan dilaksanakan.
5) Membangkitkan komitmen dan tanggung jawab pada dirinya dan
manyarakat.10
Pendidikan akidah, tauhid benar-benar tertanam dalam hati dan
jiwa peserta didik (siswa) jika memenuhi kelima syarat tersebut, sehingga
dapat membentuk sebagai sebuah keimanan dan keyakinan yang bersifat
tauhid aktual dan tidak sebagai pandangan keyakinan yang tekstual saja.
Maka pertambahan ilmu tauhid membuat para siswa semakin mensucikan
hati dan jiwanya sebagaimana yang diajarkan dalam agama.
Dalam upaya pendidikan tauhid (akidah), maka ada hal-hal yang
perlu diperhatikan yaitu unsur-unsur apa saja yang berperan penting dalam
proses trasmisi ilmu dari para pendidik kepada para murid, baru kemudian
10
Mohammad Fauzi Adhim, Mendidik Anak Menuju Takdir, (Yogyakarta,
Pustaka Pelajar Tahun 1996), h. 84
68
meninjau kembali nilai-nilai strategisnya. Hal yang demikian menjadi
penting guna menjadikannya sebagai basis penamaan pandangan tauhid
(akidah).
Mengenai tema-tema pokok tentang tauhid (akidah) yang di sajikan
(diajarkan) kepada siswa yaitu:
1. Kalimat Tauhid
a. Arti kalimat tauhid
b. Contoh sederhana
c. Pembiasaan
2. Asma’ul Husna
a. Kalimat Asma’ul Husna dan artinya
3. Kalimat-kalimat Thayyibah
a. Subhanallah
b. Masya Allah
4. Malaikat Allah
a. Nama-nama Sepuluh Malaikat
b.Tugas-tugas Malaikat
c. Bukti Sederhana adanya Malaikat Allah
5. Sifat-sifat Allah dalam Asma’ul Husna
6. Makhluk Ghaib
a. Jin, Setan dan asal kejadiannya
b.Jin dan Setan
7. Taubat
a. Pengertian taubat
b. Kesalahan dan dosa
c. Cara-cara bertaubat
8. Iman kepada Nabi dan Rasul
a. Percaya kepada nabi dan rasul
b. Mencontoh sifat-sifat nabi dan rasul
69
9. Sifat-sifat Allah dalam Asma’ul Husna
a. Al Wahhab
b. Ar-Razzaq
c. Al-Fattaah
d. Asy-Syakuur
e. Al-Mughnii
10. Ketuguhan Iman dari kisah Masyitah dan Ashabul Kahfi
a. Kisah Masyitah
b. Kisah Teladan Ashabul Kahfi
Dari tema-tema pokok tersebut merupakan jenis materi yang di
sesuaikan dengan standar isi kurikulum yang di programkan untuk ke
tercapainya hasil belajar para siswa di tingkat madrasah ibtidaiyah.
Di sesuaikan terhadap perkembangan mental spiritual serta
daya pikir dan nalar mereka sesuai dengan usianya. Namun demikian
pendidikan dan pengajaran bidang tauhid (akidah) ini, perlu ada
penyempurnaan baik dari segi tema-tema pokok, metode, personil giru,
sistem dan sarana prasarana pendukung yang lain.
Adapun pengertian akhlak menurut etimologi berasal dari
bahasa Arab ق���" adalah bentuk jamak dari kata ا� khuluk di dalam
kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.11
dalam Dairatul Ma’arif dikatakan :
�ق�*(� �د� ا�ن�ن� ا� ت% $� ها�
Artinya : Akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik”
Dari pengertian dapat diketahui bahwa akhlak adalah sifat-sifat
yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu
ada padanya. Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak
11
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penafsiran Al-
Qur’an, 1973), Cet, Ke-1, h. 156
70
adalah “budi pekerti, watak kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu
kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap
khaliknya dan terhadap sesama manusia.12
Dalam pengertian sehari-hari oleh masyarakat akhlak diartikan
“budi pekerti” atau sopan santun. Para ahli pendidikan banyak memberi
batasan mengenai pengertian akhlak.
Ibnu Maskawih mengatakan bahwa yang disebut akhlak adalah
“keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
tanpa berfikir dan melalui pertimbangan lebih dahulu.13
Imam Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut: “Akhlak
adalah suatu sikap atau sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya lahir
berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada
pikiran dan pertimbangan.14
Jika sikap itu yang darinya perbuatan yang baik dan terpuji, baik
dari segi akal maupun syara, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika
yang lahir darinya perbuatan yang tercela, maka sikap tersebut adalah
sebagai akhlak yang buruk.15
Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa akhlak adalah
ajaran tentang baik buruk terhadap suatu perbuatan atau perkataan
seseorang yang dilahirkan tanpa paksaan. Akhlak baik adalah perilaku
seseorang yang dapat menghasilkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji,
baik menurut akal maupun tuntutan agama, sedangkan akhlak yang buruk
adalah perilaku manusia yang menghasilkan perbuatan-perbuatan jelek
dan tidak terpuji.
12 Soegarda Purbakawtjo, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakara: Gunung Agung
1976), h. 9
13
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: Bina Ilmu
1979), h. 8
14
H.A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Setia), Cet Ke-2, h. 2
15 Ahmad Daudy, Kuliah Filsafa Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h. 124
71
Imam Ali r.a. berkata: Kebagusan akhlak itu ada pada tiga perkara :
menjauhkan segala yang haram, mencari yang halal dan berbuat keluasan
kepada keluarga”. Tetapi sebenarnya ucapan itu hanya mengemukakan
buah (hasil) dari kebagusan akhlak. Tidak dari kebagusan akhlak itu
sendiri, dan menyingkapkan yang tertutup dari hakekat itu adalah lebih
utama.
Perkataan Al-Khalqu (kejadian) dan Al-Khulqu (akhlak) adalah
dua perkataan yang dipakai bersama-sama. Maka akhlak (budi pekerti)
adalah menerangkan tentang keadaan dalam jiwa yang menetap di
dalamnya. Dan darinya itu timbul segala macam perbuatan dengan
gampang dan mudah tanpa memerlukan kepada pemikiran dan penelitian.
Akhlak yang baik, timbul dari sebab adanya perbuatan-perbuatan yang
baik dan terpuji menurut akal dan syari’at. Dan jika muncul dari adanya
perbuaan-perbuatan yang jelek lagi tercela niscaya keadaan yang
menyebabkan timbulnya keadaan itu dinamakan akhlak yang buruk.
Jadi akhlak itu adalah keadaan jiwa dan bentuknya yang batiniah,
maka pada batiniah ada empat hal yang harus diperhatikan agar menjadi
baik dan sempurna perilaku seseorang yaitu: kekuatan ilmu, kekuatan
amarah, kekuatan nafsu syahwat, dan kekuatan keseimbangan diantara
kekuatan tiga tersebut.
Dalam hal perubahan akhlak tidak dapat terlepas dari hubungannya
dengan pendidikan akhlak terkait dengan menghilangkan akhlak yang
tercela. Hal ini dapat dipahami, karena tidak ada manusia tercela. Hal ini
dapat dipahami, karena tidak ada manusia yang merasa tentram dan senang
mempunyai akhlak yang tercela selama masih memiliki akal yang sehat
menginginkan akhlaknya tercela, sehingga keterkaitan antara perubahan
akhlak dengan pendidikan akhlak tidak dapat dipisahkan.
Ini dari perubahan akhlak adalah perubahan dari akhlak yang buruk
kepada akhlak yang baik, yakni kembali kepada yang sebenarnya (ajaran
Islam) ini akan berhasil karena dua sebab, yaitu karena pertama, atas
karunia Allah yang telah memberikan fitrah manusia secara sempurna,
72
akhlak dan amarah. Bahkan nafsu syahwat dijadikan lurus serta patuh
terhadap agama, yang kedua: akhlak tersebut diusahakan dengan jalan
mujahadah dan riyadhoh, maksudnya membawa diri kearah perbuatan-
perbuatan yang sesuai dengan akhlak yang baik.
Mengenai tema-tema tetntang akhlak (kepribadian) yang disajikan
kepada siswa berdasarkan kurikulum Departemen Agama adalah sebagai
berikut:
1. Akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari
a. sifat lemah lembut
b. ramah, saling menghormati dan pandai bergaul
2. Akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari
a. sombong, acuh tak acuh
b. malas
3. Adab berbicara
a. adab berbicara yang baik
b. menghargai orang lain ketika berbicara
c. menghormati orang lain yang berbicara
4. Adab kehidupan sehari-hari
5. Adab ke kamar mandi
6. Keteladanan Nabi Ibrahim AS
a. ketuguhan iman nabi Ibrahim AS
b. manfaat ketuguhan nabi Ibrahim AS
7. Akhlak Terpuji
a. kreatif, rendah, santun, ikhlas dan dermawan
8. Akhlak Tercela
a. bodoh, pemarah,kikir dan boros
9. Adab bergaul kepada orang lain lebih tua, sebaya dan lebih muda
a. adab bergaul kepada yang lebih tua
b. adab dengan teman sebaya
c. adab bergaul kepada orang yang lebih muda
10. Adab kepada dhu’afa
73
a. adab bergaul dengan orang yang cacat jasmani dan rohani
b. adab bergaul dengan fakir miskin
c. adab bergaul dengan anak yatim
11. Adab dalam perjalanan
12. Keteladanan Nabi Musa AS dan Yusuf AS
13. Syukur Nikmat
14. Adab bekerja
15. Adab kepada orang tua
16. Adab ketika terkena musibah
a. pengertian adab ketika terkena musibah
b. sikap terhadap musibah
3. Dasar Pendidikan Akidah Akhlak
Di dalam Islam yang menjadi dasar pendidikan akidah akhlak
adalah Al-Qur’an dan Hadits. Dengan kata lain dasar-dasar yang lain
selalu dikembalikan kepada sumber tersebut, apabila sesuai maka diterima
dan sebaliknya apabila tidak sesuai maka ditolak. Hal tersebut disebabkan
karena semua inti ajaran Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadits
yang merupakan pedoman dasar hidup manusia. Sebagaimana sabda Nabi
SAW:
آ.�ب ا8 : 4�آ5 (/- ا40�� �� 3�"12 ا�0ان �+�/.- �,+�.وس��* ن:(*
)روا? ��0< (“Aku tinggalkan untuk kamu sekalian dua hal (perkara) tidka akan
sesat kamu sejalian selama berpegang kepada keduanya, yaitu
ketabullah dan sunnah Rasul-Nya”.16
Sejarah Islam telah menunjukkan bahwa Rasulullah SAW di utus
kepada seluruh manusia adalah untuk mengajar dan membimbing mereka
16
Abu Abdillah bin Anas (Imam Malik), Al-Muawaththa, (Cairo: Darut Tahrir,
1967), h. 560
74
dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama dan dunia serta menunjukkan
mereka dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama dan dunia serta
menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, yakni jalan yang diridhai Allah
SWT. Al-Qur’an adalah kitabullah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW yang berisikan pedoman dan petunjuk bagi umat
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat Al-
Qur’an diturunkan untuk menunjukkan manusia ke jalan yang benar dan
keadaan yang lebih baik, sebagaimana firman Allah SWT:
LM�0NA�2 �X,6" c�h�cZLj��� �1fY"�6 7�61F(☺5����C
�)y���6 =*� ]1��%�☺5��� ;���^���6 h�c� ���f (o�C�&^6" . |��� (o,��: �*,f
=3�� ��f���� =?�@
Artinya : “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
(QS. Luqman : 17)17
Dari ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa Al-Qur’an
diturunkan kepada manusia untuk memberi petunjuk ke jalan yang benar,
yaitu jalan yang diridhai Allah SWT. Dengan demikian tepat sekali kalau
Al-Qur’an dijadikan sebagai dasar pertama dari pendidikan akidah akhlak.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa disamping Al-Qur’an, yang
menjadi sumber pendidikan akidah akhlak adalah Al-Hadits. Hadits adalah
“segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik
berupa perkataan, perbuatan, pernyataan atau takrir dan sebagainya”18.
Hadis mempunyai nilai yang tinggi setelah Al-Qur’an karena banyak ayat-
17
Yayasan Penyelenggara Penerjemahan Al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press, 1989), h. 65
18
Fathur Rahman, Ikhtisar Mustahalahul Hadits, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,
1985), Cet. Ke-4, h. 6
75
ayat Al-Qur’an yang mengemukakan tentang kedudukan Nabi Muhammad
SAW untuk menunjukkan umat manusia ke jalan yang lurus, dan sekaligus
merupakan pribadi yang utuh, yaitu pribadi yang dapat dihadiahkan contoh
teladan dan panutan bagi setiap muslim. Sebagaimana Nabi bersabda:
5@A� �+ق ان��� )روا? ا�:(,��C )�D+-� 0/�رم ا�
“Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia” (HR. Baihaki).19
Oleh karena itu mengakui jejak Rasulullah SAW sangatlah besar
pengaruhnya dalam pembentukan pribadi dan watak sebagai seorang
muslim yang sejati. Sebagaimana friman Allah SWT:
.��F4,6"�6 ����
.��F4,6"�6 �����v1��� h U���Y X95\����� �(☺�y���Y h�c� ��%,������
KAcZ�o5��� ��k�o�☺5��� =?>@
Artinya : “Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya,
jika kamu berpaling Sesungguhnya kewajiban Rasul kami
hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.”
(QS. At-Taqhaabun: 12)20
Selanjutnya Imam Al-Ghazali memandang bahwa orang yang
dekat kepada Allah SWT adalah orang yang mendekati ajaran-ajaran
Rasulullah SAW yang memiliki akhlak sempurna dan yang telah
berakhlak dengan Al-Qur’an yang merupakan ketetapan Allah SWT.21
4. Tujuan Pendidikan Akidah Akhlak
19
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Muwatho Imam bin Abas Juz 1,
20
Yayasan Penyelenggaraan Penerjemahan Al-Qur’an, OP.Cit., h. 942
21
Imam Ghazali, Ajaran-ajaran Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981), h. 45
76
Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai setelah kegiatan
selesai. Pendidikan merupakan kegiatan yang berproses secara sistematis
dan berencana sudah tentu mempunyai tujuan. Tujuan pendidikan
diperlukan untuk membentuk kepribadian seseorang. Begitu pula dengan
pendidikan akidah akhlak mempunyai tujuan yang kehendak dicapai. Jika
pendidikan itu formal, maka tujuannya tergambar dalam kurikulum.
“Adapun fungsi tujuan adalah sebagai titik pusat perhatian dan pedoman
dalam melaksanakan kegiatan serta pedoman untuk mencegah atau
menghindari penyimpangan kegiatan.22
Tujuan pendidikan akidah akhlak dilembaga-lembaga pendidikan
formal biasanya terbagi kepada dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Adapun yang dimaksud dengan tujuan umum adalah “tujuan yang
akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan cara
pengajaran atau cara lain yang meliputi aspek sikap, tingkah laku,
kebiasaan dan pandangan”.23
Untuk menuju kepada tujuan umum tersebut, perlu adanya
pengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu.
Misalnya disesuaikan dengan tugas dari suatu lembaga pendidikan dan
sebagainya. “Tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan kondisi-
kondisi tertentu dalam rangka untuk mencapai tujuan umum pendidikan
inilah yang dimaksud dengan tujuan khusus.24
Tujuan umum pendidikan akidah akhlak adalah membimbing anak
agar menjadi muslim sejati, beriman teguh serta mampu mengabdikan
dirinya kepada Allah SWT.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
22
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN Direktorat
Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
(Jakarta: ttp. 1981/1982), h. 60
23
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN Dirjen Lembaga
Islam, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 29
24
Amir Dain Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1973), h. 72
77
��f�6 K`5�cZ(8 �*7r5���
avy`a���6 TE�� @�6��oF�4,� =�,@
Artinya: “ Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka menyembah kepada-Ku. “ (QS. Al-Zariyat: 56).
Sedangkan tujuan khusus pendidikan akhlak adalah” Tujuan
pendidikan akhlak pada tiap jenjang atau tingkatan pendidikan yang
dilaluinya”. Seperti tujuan pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah berbeda
dengan tujuan akhlak di Madrasah Tsanawiyah.
Menurut Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Pendidikan Agama bahwa tujuan pendidikan akhlak di
Madrasah Tsanawiyah adalah” memupuk jiwa agama dengan berusaha
menanamkan rasa cinta kepada Allah SWT dalam hati murid,
menanamkan I’tikad dan kepercayaan yang benar dalam jiwanya,
mendidik murid-murid agar menjadi orang yang bertaqwa, membiasakan
dan membimbing anak untuk berakhlak mulia serta memiki adat kebiasaan
yang baik.”25
Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan
akidah akhlak adalah mendididik seseorang untuk menjadi muslim yang
sejati, berdikari, berakhlak mulia, beriman dan beramal sholeh, sehingga
menjadi anggota masyarakat yang sanggup mandiri mengabdi kepada
Allah SWT dan berbakti kepada bangsa dan sesamanya. Hal ini searah
dengan tujuan umum pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila,
yaitu: “ Tujuan umum pendidikan nasional adalah meningkatkan kualitas
manusia Indonesia yakni manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, beerbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
25
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pendidikan
Agama, Kurikulum MTS, (Jakarta: ttp 1975), h. 22-27
78
bekerja keras, tangguh dan bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan
terampil secara sehat jasmani dan rohani”26
B. Metode Pendidikan Akidah Akhlak
Menurut pengertian etimologi, metode adalah” cara yang teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”.27
Dengan demikian untuk
melaksanakan sesuatu diperlukan cara-cara yang tepat dan teratur. Al-Ghazali
sebagai tokoh pendidikan islam menyatakan tentang metode pendidikan
sebagai berikut:
“Bila seorang dokter mengobati seluruh pasiennya dengan satu obat
saja, maka banyak dari mereka yang mati begitu pula bila seorang guru
membawakan satu metode, sistem dan latihan kepada seluruh muridnya, tentu
banyak pula dari mereka yang akan rusak dan mati jiwanya dan tumpul
semangat berpikirnya. Seharusnya para guru meneliti terlebih dahulu sifat,
umur, watak dan milie anak-anak didik, kemudian barulah ditetapkan
metodenya, asuhannya, latihan dan metode yang harus dibawakan kepada
muridnya”28.
Berdasarkan pendapat Al-Ghazali diatas dapat diketahui tidak ada satu
metodepun yang sempurna tanpa diselingi metode lain. Konsep ini sangat
berguna bagi para pendidik, sebab suatu metode tepat untuk pelajaran tertentu
tetapi belum tentu untuk pelajaran yang lain. Dengan diketahuinya bermcam-
macam metode mengajar, seorang guru akan mendapatkan metode yang tepat.
Adapun metode yang dipakai dalam pendidikan akhlak selain, serita
dan tanya jawab dapat dipergunakan beberapa metode dibawah ini:
1. Metode Keteladanan
26
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Bandung:
Sinar Baru, 1989), Cet, Ke-1, h. 21 27
W.J.S, Purwadarminta……h. 766 28
Nasrusin Thala, Tokoh-tokoh Pendidikan Zaman Islam Jaya, (Jakarta: Mutiara, 1993),
h. 82
79
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang
berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam membentuk aspek
moral, spiritual dan etos sosial anak.
Mengingat pendidikan adalah seorang figur terbaik dalam
pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan santunnya,
didasari atau tidak akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan,
perbuatan dan tindak tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam
kepribadian anak”29
.
Metode keteladanan merupakan keharusan bagi para guru,
yakni memberikan contoh yang baik bagi para siswa dalam berbagai
hal, baik itu sikap perilaku keseharian maupun etika bersosialisasi
dengan para siswa, sehingga para siswa dapat menjadikan para guru
sebagai suritauladan yang patut diikuti.
2. Metode Pembiasaan
Seorang anak sejak lahir telah diciptakan dengan dibekali fitrah
tauhid yang murni, agama yang benar dan iman kepada Allah SWT.
Ini termasuk masalah yang sudah merupakan ketetapan dalam syari”at
Islam. Dari sini tampak peranan pembiasaan, pengajaran dan
pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak ada
yang menyangkal bahwa anak akan tumbuh dengan iman yang benar,
berhiaskan diri dengan etika islami, bahkan sampai pada puncak nilai-
nilai spiritual yang tinggi, dan kepribadian yang utama. Jika anak
menerima pendidikan yang baik dari orang tuanya yang soleh dan
pengajarannya yang tulus, disamping tersediannya lingkungan yang
baik, maka tidak diragukan bahwa anak tersebut akan terdidik dalam
keutamaan iman dan takwa, juga akan terbiasa dengan akhlak yang
terpuji.”30
29
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam Jilid 2, (Jakarta: Pustaka
Amani, 1999), Cet. Ke-2, h. 142 30 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak …. H. 185
80
Ada hal-hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik
dalam hal mengajarkan kebaikan kepada anak-anak dan membiasakan
anak berbudi pekerti yang luhur, yaitu mengikuti sistem stimulasi
kepada anak-anak dengan kata-kata uyang baik dan pemberian hadiah.
Sewaktu-waktu menggunakan metode targhib ( pemberian stimulus
berupa pujian) dan dengan metode tarhib ( pemberian stimulus berupa
peringatan atau sesuatu yang ditakuti).
Metode pembiasaan adalah termasuk prinsip utama dalam
pendidikan merupakan metode paling efektif dalam pembentukan
akidah dan penelusuran akhlak anak, karena didasarkan pada perhatian
dan pengikutsertaan, didirikan atas dasar targhib dan tarhib serta
bertolak dari bimbingan dan pengarahan.
3. Metode Nasihat
Dalam mewujudkan interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, nasehat dan cerita merupakan metode yang bertumpu pada
bahasa, baik lisan maupun tertulis.Termasuk metode pendidikan yang
cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan
mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial,
adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya
nasehat-nasehat. Karena nasehat dan petuah memilki pengaruh yang
cukup besar dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan
hakekat sesuatu.31
Cara seperti ini banyak sekali dijumpai dalam al-Qur’an,karena
nasehat dan cerita pada hakekatnya bersifat penyampaian pesan dari
sumbernya kepada pihak yang dipandang memerlukannya.Bahasa al-
Qur’an dalam berdakwah serta dalam menyampaikan petuah dan
nasehat sungguh sangat beragam.
Metode al-Qur’an dalam menyajikan nasehat dan pengajaran
mempunyai ciri tersendiri, yaitu:
31 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak ….., h. 209
81
• Seruan yang menyenangkan, secara dibarengi dengan kelembutan
atau upaya penolakan.
• Metode cerita disertai perumpamaan yang mengandung pelajaran
dan nasehat.
• Metode wasiat dan nasehat
Metode-metode di atas, masing-masing mempunyai pengaruh
yang sangat besar. Karenannya, jika para pendidik menggunakan
metode yang telah digunakan al-Qur’an ini, maka tidak diragukan lagi,
anak-anak akan tumbuh dalam kebaikan, keutamaan akhlak dan
tingkah laku yang terpuji.
4. Metode Perhatian dan Pengawasan
Yang dimaksud metode perhatian dan pengawasan adalah
senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan
aspek akidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan
mental dan sosial.
Berikut ini beberapa contoh tentang perhatian dan pengawasan
Rasulullah SAW, yaitu:
• Perhatian dalam pendidikan sosial
• Perhatian dalam memperingatkan yang haram
• Perhatian dalam mendidik anak
• Perhatian dalam memberi petunjuk kepada kaum dewasa, dan
• Perhatian dalam pendidikan spiritual.32
Demikianlah sebagian conto dalam upaya perhatian dan
pengawasan Rasulullah SAW kepada anggota masyarakat yanmg
melaksanakan petunjuk perbaikannya. Ini merupakan contoh nyata
menguatkan bahwa Rasul sangat memperhatikan pendidikan umat
Islam. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa memperhatikan dan
mengawasi anak-anak dengan sepenuh hati. Dengan begitu anak akan
32 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak …., h. 279
82
menjadi seorang mukmin yang bertakwa disegani, dihormati dan
terpuji.
5. Metode Hukuman
Hukuman-hukuman dalam Islam dikenal dengan dua macam,
yaitu hudud dan ta’zir. Hudud adalah hukuman yang telah ditentukan
oleh syari’at Islam, yang wajib dilaksanakan karena Allah SWT.
Seperti had bagi orang yang minum-minuman keras, adalah dicambuk
antara- 40-80 kali. Sedangkan ta’zir adalah hukuman yang tidak
ditentukan oleh Allah SWT untuk setiap perbuatan maksiat yang
didalamnya tidak terdapat untuk memberi pelajaran bagi orang lain
demi kemaslahan umat, karena hukuman ta’zir ini tidak ditentukan,
maka hendaknya diperhitungkan bentuk hukuman yang sesuai dengan
kesalahannya.33
Para ahli pendidikan melarang pendidikan menggunakan
metode hukuman kecuali setelah mengeluarkan ancaman, peringatan
dan nasehat. Metode hukuman adalah cara yang paling akhir, ini
berarti bahwa disana terdapat beberapa cara dalam memperbaiki dan
mendidik.
Pendidikan hendaknya bijaksana dalam menggunakan cara
hukuman, yang sesuai, tidak bertentangan dengan tingkat kecerdasan
anak. Pendidikan dan pembawaannya. Disamping itu, hendaknya ia
tidak segera menggunakan hukuman, keculai setelah menggunakan
cara-cara lain, metode hukuman adalah cara yang paling akhir.
C. Pengertian Kepribadian dan Aspek-aspeknya
Kata kepribadian berasal dari kata “personality” dalam bahasa inggris
yang berasal dari bahasa latin “pertama” yang berarti “kedok atau topeng”
yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain panggung yang
33
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak, ….H. 308
83
maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau kepribadian yang
angkara murka, serakah dan sebagainya sering ditopengkan dengan gambar
raksasa. Sedangkan untuk prilaku yang baik, budi luhur, suka menolong,
berani berkorban dan sebagainya ditopengkan dengan seorang kesatria dan
sebagainya.34
Selain itu kata kepribadian juga berasal dari kata kerja “pribadi” yang
artinya “manusia sebagai perseorangan (diri manusia atau diri orang sendiri)”.
Sedangkan arti kepribadian adalah “keadaan manusia sebagai perseorangan,
keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang”.35
Di dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat
kebanyakan orang akan menunjukkan keadaannya yang baik-baik saja dan
untuk itu maka mendapatkan kedudukan, penghasilan atau prestise yang
lebih sekalipun ia harus bertindak, berbicara, atau berbuat yang bukan saja
tidak sesuai dengan dirinya sendiri, melainkan kadang-kdang bertentangan
dengan hakikat kepribadiannya sendiri.36
Gordon W. Allport (1937) memberikan definisi kepribadian sebagai
berikut: “Personality is the dyhamic organisation within the individual of
those psychopyscal system that determine his uniqui to this environment”.
“Kepribadian adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri
individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap
lingkungannya”.37
Dari uraian diatas, maka kepribadian adalah suatau totalitas psikipisis
yang kompleks dari individu, sehingga nampak didalam lingkungan yang
unik,dalam banyak hal orang-orang sering mencampuradukan pemakaian
istilah karakter, temperamen, kepribadian. Ketiga istilah ini memang
mempunyai arti yang sangat erat hubungannya satu dengan yang lainnya.
34
Agus Sujatno, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 10
35
W.J.S. Poerdarminta, h. 768
36
Agus Sujatno, Psikologi Kepribadian, h. 768
37
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum Untuk F.T. Komponen MKDK, (Bandung: Pustaka
Setia, 1997), Cet. Ke-1, h. 119
84
Karakter lebih menjurus kearah tabi’at-tabi’at yang dapat disebut benar
atau salah, sesuai atau tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang diakui.
Temperamen adalah salah satu segi dari kepribadian yang erat
hubungannya dengan pertimbangan zat-zat cair yang ada dalam tubuh.
Kepribadian dalam artian psycologis sangat luas meliputi segala aspek
kehidupan seseorang, keseluruhan kualitas dirinya yang dapat diperhatikan
dalam caranya berbuat, berpikir, berpendapat, sikap dan minat, falsafah
hidupnya serta kepercayaannya. 38
Dengan demikian kepribadian iu terdiri dari beberapa aspek, seperti
dikemukakan oleh Drs. Ahmad D. Marimba, bahwa aspek kepribadian itu
dapat digolongkan ke dalam tiga bagian:
1. Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah
nampak dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berbuat, berbicara,
dan sebagainya.
2. Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat
dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berpikir, sikap dan
minat.
3. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang
lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem
nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian itu, yang telah
menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang
mengarahkan dan memberi corak seluruh individu itu. Bagi orang-orang
beragama, aspek-aspek inilah yang menuntutnya kearah kebahagiaan,
bukan saja di dunia tetapi di akhir. Aspek-aspek inilah yang memberi
kualitas kepribadian keseluruhannya.
Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian
merupakan keseluruhan sifat-sifat atau tingkah laku yang mencerminkan
watak seseorang, baik tingkah laku luarnya maupun kegiatan jiwanya, yang
tampak dari penampilannya dalam segala aspek kehidupan, seperti tampak
38 Ahmad D. Marimba, …., h. 66
85
dalam caranya berbuat, berpikir, dan mengeluarkan pendapat, sikap dan minat
serta falsafah hidupnya dan kepercayaannya.39
D. Proses Pembentukan Kepribadian
Pembentukan kepribadian itu berlangsung secara berangsur-angsur,
bukanlah hal yang sekali jadi melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh
karena itu, pembentukan kepribadian merupakan suatu proses. Akhir
perkembangan itu, kalau berlangsung dengan baik akan menghasilkan suatu
kepribadian yang harmonis.
Kepribadian yang harmonis terjadi apabila aspek-aspeksnya seimbang,
tenaga-tenaga bekerja seimbang sesuai dengan kebutuhan. Dari segi lain
kepribadian yang harmonis dapat dikenal pada adanya keseimbangan antara
peranan individu dengan pengaruh lingkungan sekitarnya.
Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa orang-orang muslimin haruslah
memiliki kepribadian yang harmonis Firman Allah SWT:
o,�⌧4⌧��6 � ��A��YZ(F(0 %$|f!" �<x(��6 .��y�KN��,-�
����(�$�K� �c� |�|���� ������2�6 ����v1��� � ��54cZ�l ���4�r⌧� � =?]@
Artinya : “Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi
atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (QS. Al-Baqarah: 143)
Untuk membentuk kepribadian yang harmonis bukanlah suatu usaha
yang mudah dan cepat, melainkan suatu proses yang panjang dan ada
tahapan-tahapan yang harus dilalui. Dalam hal ini Anwari Masy’ari
menjelaskan, bahwa.“Dalam rangka pembentukan kepribadian muslim
hendaklah dimulai sejak dini yaitu dari masa anak belum lahir sampai menjadi
remaja,”40
39
Ibid., h. 67 40
Anwari Masy’ari, Membentuk Pribadi Muslim, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1996),
h. 11
86
Masa anak sebelum lahir, yaitu saat anak dalam kandungan perlu
sekali ditanamkan unsur-unsur agama, setelah lahir nanti si anak memiliki
dasar mental agama yang kuat. Misalnya dapat dilakukan dalam bentuk
membaca Al-Qur’an bagi si ibu, menciptakan hubungan yang harmonis antara
si ibu, menciptakan hubungan yang harmonis antara suami istri,
memperbanyak ibadah-ibadah sunah seperti shalat tahajud dan sebagainya
bagi si orang tua terutama ibu yang mengandungnya.
Masa anak sesudah lahir atau masa anak-anak adalah tahapan
terpenting dalam membentuk kepribadian. Sebab baik atau buruknya
kepribadian anak ketika dewasa banyak ditentukan oleh pendidikan masa
kecilnya. Oleh karena setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih, dan
baik atau tidaknya keika dewasa tergantung kepada didikan kedua orang
tuanya, sebagaimana sabda Nabi SAW dalam salah satu hadisnya:
E��نF+�و E4انG��او E1��ا? �,1دان .0�0� 1�10د ا�� J ��1�"� ا�%4Iة
) روا? ا�:�Mرى �J ا�� ه4�4ة (Artinya : “Tiada seorang anakpun yang tidak dilahirkan dalam
keadaan suci (sebagai Islam), maka kedua orang tuanyalah
yang menjadikan Yahudi atau Nasrani ataupun Majusi.”
(HR. Bukhari dari Abu Hurairah).41
Sehubungan dengan itu Prof. Dr. Dzakiah Daradjat dalam bukunya,
ilmu Jiwa Agama, mengatakan sebagai berikut:
“Pada umumnya agama seorang ditentukan oleh pendidikan,
pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecul dulu.
Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan
agama maka pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan
pentingnya agama dalam hidupnya… “42
Masa remaja merupakan masa yang sulit karena masa ini adalah masa
kegoncangan emosi dalam prosesnya identitas diri, kehidupan dan pengalaman
agama belum stabil. Oleh karena itu hendaknya dalam menyampaikan
perintah atau larangan harus berhati-hati. Begitu pula dalam menyampaikan
41
H.A. Mustafa, 150 Hadits-hadits Pilihan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), h. 16
42
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan, h. 32
87
ajaran-ajaran agama hendaknya dengan cara bijaksana. Tetap dan sesuai
dengan sikap, sifat dan alam pikiran mereka.
Kemudian dalam rangka proses pembentukan kepribadian muslim ada
tiga taraf yang harus diupayakan yaitu pembiasaan pembentukan pengertian,
sikap dan minat dan pembentukan kerohanian yang luhur.43
1. Pembahasan
Proses pembentukan kepribadian dengan cara pembiasaan
adalah sangat penting dan harus didahulukan dan pada tahapan yang
lain sasarannya adalah aspek jasmani yang pembinaannya lebih
mudah. Namun demikian, pembiasaan amat menjelaskan,“Begitu
kuatnya pengaruh kebiasaan sehingga manakala akan dirubah,
biasanya menimbulkan reaksi yang cukup keras dari dalam pribadi itu
sendiri, lihatlah betapa reaksi yang ditimbul jika seorang pecandu
alkohol akan menghentikan kebiasannya.’44
Contoh pelaksanaan tahap pembinaan, mislanya perintah shalat
dan puasa agar seorang muslim dapat melaksanakan shalat dan puasa
dengan baik, maka perlu dibiasakan sejak kecil sebelum baligh,
sehingga setelah dewasa (baligh) ia akan terbiasa melaksanakan.
Tujuan dan pembiasaan adalah untuk membentuk aspek kejasmanian
dari kepribadian, atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan
sesuatu misalnya hapalan bacaan shalat atau do’a dalam ibadah
lainnya.
2. Pembentukan Pengertian, Sikap dan Minat
Tahap pembentukan pengertian, sikap dan minat merupakan
tindak lanjut dari tahap pembiasaan. Pada tahap pembiasaan baru
merupakan pembentukan kebiasaan dengan tujuan supaya dilakukan
43
Ahmad D. Marimba., h. 766
44
Hamzah Ya’kub, Etika Islam, (Bandung: CV Diponegoro, 1993), Cet. Ke-
2, h. 62
88
dengan tepat. Adapun pada taraf pembentukan pengertian, sikap dan
minat merupakan pemberian pengetahuan dan pengertian terhadap
kebiasaan-kebiasaan yang sudah tepat itu. Amalan-amalan yang sudah
dikerjakan dan hapalan-hafalan yang sudah diucapkan diberi
pengertian dan perlu ditanamkan dasar-dasar kesusilaan yang erat
hubungannya dengan kepercayaan.
3. Pembentukan Kerohanian yang Luhur
Tahap pembentukan kerohanian yang luhur, merupakan tahap
pematangan rohaniah, seperti menanamkan kepercayaan terhadap
pokok-pokok keimanan. Alat yang utama adalah tenaga budi dan
kebudayaan serta kejiwaan yang akan mendapatkan pengenalan akan
Allah SWT. Jika tahap pembentukan kerohanian yang luhur ini
berhasil, maka akan terwujud kerohanian yang matang yaitu
sebagaimana diungkapkan oleh Akhmad D. Marimba, yaitu”Adanya
kesadaran dan pengertian yang mendalam, segala apa yang
dipikirkannya, dipilihnya dan diputuskannya serta dilakukannya adalah
keinsyafan sendiri dengan rasa tanggung jawab”45
. Pembentukan taraf
yang ketiga ini sebagian besar merupakan pembentukan sendiri atau
pendidikan sendiri.
Dalam proses pembentukan kepribadian muslim, ketiga taraf
itu saling mengisi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Yaitu
tarap yang lebih rendah akan menjadi landasan bagi taraf berikutnya
dan akan menumbuhkan kesadaran dan keinsyafan terhadap apa yang
diperoleh pada taraf sebelumnya, sehingga membuat pelaksanaan-
pelaksanaan amalan yang lebih kualitatif. Jika proses pembentukan
kepribadian muslim terwujudlah tujuan Allah SWT menciptakan
manusia, sesuai dengan firman-Nya:
45 Ahmad D. Marimba….., h. 776
89
��f�6 K`5�cZ(8 �*7r5���
avy`a���6 TE�� @�6��oF�4,� =�,@
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia,
melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyah: 56).46
E. Pendidikan Akidah Akklak dalam Pembentukan Siswa
Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang pertama dan utama
usaha manusia untuk mencerdaskan bangsanya dan sekaligus mempertinggi
cita-cita bangsanya, akan tetapi pendidikan dan pengajaran akhlak lebih dari
itu, ia juga menuntut orang mencapai kebahagiaan hidup di akhirat kelak.
Usaha-usaha pendidikan dan pengajaran akidah akhlak harus dimulai
sejak anak didik lahir ke duania ini, anak adalah amanah Allah SWT kepada
orang tuanya. Fitrah anak yang mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa
harus disalurkan dengan sewajarnya, dibimbing dan diarahkan kepada rasa
iman kepada Allah SWT dan mencintai_nya pula.
Prof. Dr. Dzakiyah Daradjat mengatakan: “orang tua adalah pembina
yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup
mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang
dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sudah tumbuh
itu”.47
Karena keterbatasan kemampuan orang tua, maka perlu adanya
bantuan dari orang yang mampu dan mau membantu ornag tua dalam
pendidikan anak-anaknya, terutama dalam mengajarkan berbagai ilmu
pengetahuan, orang tersebut lebih dikenal dengan guru. Dengan demikian
pembentukan kepribadian siswa merupakan tanggung jawab orang tua dan
guru.
Proses pembentukan kepribadian bukanlah suatu proses yaang
berlangsung cepat, melainkan berkaitan erat dengan pembentukan iman dan
akhlak.
46
Departemen Agama RI, h. 862 47 Zakiyah Daradjat, h. 56
90
Dalam pembentukan kepribadian siswa sangat diperlukan pembiasan-
pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan
jiwanya, karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap
tertentu pada anak yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat,
akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian
pribadinya.
Oleh karena itu jika pendidikan akhlak telah meresap ke dalam jiwa
siswa dan telah menjadi bagian dari kepribadiannya, ia akan dapat berfungsi
sebagai pengendalian dalam segala sikap dan tingkah lakunya dalam
menjalani kehidupannya di masa-masa yang akan datang, sehingga akan
membahagiakan hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak.
F. Kerangka Berfikir
Pendidikan akidah akhlak yang dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah
(MI) dimana guru sebagai pelaksananya, baik sebagai guru agama ataupun
guru bidang studi akidah akhlak, hendaknya di dasarkan pada konsep
pemahaman terhadap teori-teori dan pandangan tentang pendidikan kemudian
dikaitkan dengan akidah akhlak, baik dalam kerangka acuan tekstual maupun
dalam kerangka acuan kontekstual sebagai perilaku ataupun kepribadian
yang baik. Sehingga dapatlah terbentuk diri pribadi yang sholeh dan berakhlak
karimah.
Sedangkan kepribadian yang baik pada diri siswa sebagai transendent
dari akibat pendidikan akidah akhlak pada diri dan karakter siswa merupakan
tujuan yang ingin dicapai sebagai indiktor keberhsilannya. Maka hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kurikulum, guru pelaksanaan
pendukung, konstruksi bangunan kompleks pendidikan, maka pelajaran dan
juga buku-buku paket pelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk
kepribadian yang baik pada siswa haruslah diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Yaitu dengan melaksanakan pendidikan dan pengajaran
91
akidah akhlak yang ditugaskan kepada guru-guru yang unggulan dan
profesional baik dari segi pengalamannya maupun wawasan keilmuannya.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa adanya hubungan
yang berpengaruh positif dari pelaksanaan pendidikan akidah akhlak
terhadap.
Pembentukan kepribadian siswa sebagai peserta didik yang sedang
menjalani proses pendidikan di sekolah (Madrasah Ibtidaiyah). Jadi dalam
pengertian jika semakin baik para peserta didik dalam mengikuti pendidikan
akidah akhlak akan semakin berkontribusi positif terhadap pembentukan
kepribadian pada diri siswa.
G. Hipotesis
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan akidah
akhlak dengan pembentukan kepribadian pada siswa MI Darul Aitam
Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan akidah akhlak
dengan pembentukan kepribadian pada diri siswa MI Darul Aitam
Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
92
Penelitian ini dilakukan di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan. Dan waktu penelitian dilangsungkan November 2007.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek-objek penelitian sedangkan sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun populasi pada
penelitian ini adalah siswa siswi kelas IV, V dan kelas VI, MI Darul Aitam
Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sebanyak 120 siswa,
Sedangkan sampel yang diambil sebagai objek penelitian sekitar 25% saja,
yaitu 30 orang siswa.
Sebagaimana teori ilmiah yang dikemukakan Suharsimi Arikunto
dalam bukunya tentang prosedur penelitian bahwa jika objek penelitian
kurang dari 100 orang, maka semuanya harus menjadi objek penelitian, tetapi
jika lebih dari 100 orang, maka boleh diambil sampel sebanyak 10-15% atau
20-25% atau lebih.1 Sesuai dengan data sampel yang ada yaitu lebih dari 100
maka penulis mengambil sampel sebanyak 25% dari total populasi yang ada,
sehingga yang mewakili objek penelitian ini sekitar 30 siswa dengan
penentuan diambil secara acak atau sistem rendom.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam matrik populasi dan sampel di
bawah ini:
Tabel. 1
Populasi dan sampel siswa yang mengikui pembelajaran pada MI Darul
Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Kelas Populasi Sampel
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-1, h. 112
93
Frekuensi %
IV 40 10 25
V 44 11 25
VI 36 9 25
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang obyektif dan benar dalam suatu
penelitian diperlukan teknik dan cara tertentu yang tepat dan sesuai dengan
bentuk dan jenis penelitian yang akan dilakukan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik :
1. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan
mengadakan pengamatan langsung secara sistematis terhadap objek yang
sedang diteliti. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan keadaan lokasi objek penelitian, yaitu akidah akhlak di
MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
2. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dan informasi dengan cara
memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lisan secara terstruktur
dan sistematis yang dilakukan kepada kepala sekolah dan guru akidah
akhlak MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Untuk memperoleh penguatan data yang valid, adapun kepala sekolah
tersebut adalah H. M. Hasan, H.A dan guru bidang studi akidah akhlak
adalah Sanusi. S.Ag.
3. Angket
Angket yaitu mengumpulkan data dengan cara mengajukan daftar
pernyataan tertulis kepada siswa yang telah ditetapkan menjadi responden
sebagai sampel penelitian dengan memberikan angket pernyataan atau
pertanyaan atau pernyataan sebanyak jumlah yang telah ditentukan,
mengenai responden adalah siswa kelas IV, V dan VI. MI Darul Aitam
Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
94
Angket ini berisi 20 item, yang terdiri dari 10 item untuk variabel
x, dan 10 item untuk variabel Y sebut dapat dilihat pada kisi-kisi
instrumen angket yang berisi komponen-komponen diantaranya: kolom
numerik kolom variabel, kolom indikator, kolom jumlah item, dan kolom
no. item adapun tabel tersebut sebagai berikut :
Tabel. 2
Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian
No. Variabel X Dimensi
Variabel Indikator
Jumlah
Item
No
Item
1. Pendidikan
Akidah Akhlak
(Variabel)
Aspek
keimanan
pada Allah
Tujuan
pendidikan
akidah akhlak
Menyebutkan
rukun iman
Akhlak terpuji
Beramal shaleh
3
3
4
1 – 3
4 – 6
7 – 10
2. Kepribadian
pada siswa
Aspek-aspek
kerjasmanian
Aspek-aspek
kejiwaan
Aspek-aspek
kerohanian
Tindakan
sehari-hari
Cara berpikir
minat dan
berikap
Prinsip-prinsip
dalam
beragama
3
4
3
11 – 13
14 – 17
18 – 20
Jumlah 20 1 - 20
Skor Jawaban berikut pernyataan: A = 4
B = 3
C = 2
D = 1
95
Tetapi jika pertanyaannya membutuhkan jawaban berupa tes
pengetahuan maka memiliki skor 1 jika jawabannya benar.
D. Teknik Pengolahan Data
Bertitik tolak dari bentuk data yaitu mengenai pembelajaran
pendidikan akidah akhlak dengan kepribadian siswa, maka untuk menganalisa
data tersebut agar dapat lebih mudah dalam mengambil kesimpulan penulis
akan memproses melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing data, proses editing data merupakan proses dimana penulis
melakukan klarifikasi terhadap kelengkapan data yang sudah terkumpul,
dalam hal ini penulis mempelajari kembali berkas-berkas yang telah
terkumpul. Sehingga berkas data itu diketahui semua dan baik dan
kemudian diproses.
2. Pengkodean data, yaitu menerjemahkan data ke dalam kode-kode dalam
bentuk angka, untuk dipindahkan ke dalam sarana penyimpanan.
3. Cek dan ricek, yaitu melakukan pengecekan kesalahan sebelum
dimasukkan ke dalam komputer untuk melihat apakah langkah-langkah
sebelumnya sudah diselesaikan anpa kesalahan yang serius.
4. Tabulating, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang telah dijawab dinyatakan
dalam bentuk tabel. Yang sebelumnya kecenderungan tiap-tiap jawaban
alternatifnya.
5. Analisa dan interpretasi data. Sesudah data diolah sesuai dengan ketentuan
seperti sebelum, maka penulis akan menganalisa dan
menginterpretasikannya sebagai jawaban dari hasil angket yang telah
disebarkan kepada responden.
Kemudian pedoman yang digunakan penulis untuk mencari persentase
data adalah:
P = %100XN
F
Keterangan :
P = Persentase
96
F = Frekuensi jawaban
N = Jumlah responden
E. Teknik Analisa Data
Adapun teknik pelaksanaan atau analisanya adalah dengan memeriksa
jawaban-jawaban dari tiap responden, kemudian dijumlah dan menghasilkan
(dibuat tabel), seterusnya data yang didapat dari setiap item pertanyaaan akan
dibuat masing-masing satu tabel.
Kemudian dari data persentase tersebut dianalisa dengan menggunakan
teknik analisa korelasi product moment untuk mendapatkan hasil seberapa
besar kontribusi pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian
siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Dengan rumus sebagai berikut :
rxy = ( )( )
( ) ( ) ]][[2222
YYNXXN
YXYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑
Keterangan :
rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment
N = Number of cases
Σrxy = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Σx = Jumlah seluruh skor x
Σy = Jumlah seluruh skor y
Setelah nilai rxy diketahui, maka penulis memberikan interprestasi
terhadap angka indeks korelasi “r” product moment melalui interprstasi
terhadap angka indeks korelasi “r” product moment yakni dengan cara
sederhana dan dapat mempergunakan pedoman sebagaimana dijelaskan oleh
97
Jonathan Sarwono dalam bukunya metode penelitian kuantitatif dan kualitatif
sebagai berikut:2
Tabel 3
Tabel Interprestasi Nilai “r”
Besarnya Nilai “r” Interprestasi
<0,20
0,20 – 40
>0,40 – 0,70
>0,70 – 0,90
>0,90 – 1,90
Hubungan dapat dianggap tidak ada
Hubungan ada tetapi rendah
Hubungan cukup
Hubungan tinggi
Hubungan sangat tinggi
2 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta:
Graha Ilmu 2006), Cer, -1, h. 150
98
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data penelitian tentang kontribusi pendidikan akidah akhlak terhadap
pembentukan kepribadian siswa penulis memperolehnya dengan cara (teknik)
observasi, wawancara, dan angket. Data angket yang terkumpul diperiksa dan
dicek terlebih dahulu jawaban-jawabannya dengan tujuan untuk memperoleh
data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Angket
yang telah disebarkan dinyatakan sah seluruhnya. Karena pengisian dari data
angket tersebut sesuai dengan ketentuan dan petunjuk pengisian secara baik
dan benar.
Penulis melaksanakan dan melakukan teknik observasi dan teknik
wawancara dengan kepala sekolah MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan, guna mendapatkan informasi yang penulis butuhkan
antara lain:
1. Keadaan dan Staf Pegawai di MI Darul Aitam Pondok Pinang
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Guru didalam sebuah sistem pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting, sebab guru merupakan pelaksanaan langsung dalam proses
pembelajaran dan bertanggung jawab dalam ketercapaian pendidikan
dengan berbagai macam tujuan-tujuannya. Adapun staf pegawai sangat
berarti sekali untuk mengendalikan dan melandaskan, serta
mengorganisakan dalam rangka kontinyuitas proses pendidikan. Mengenai
tabel dibawah ini menggambarkan guru-guru dan staf pegawai MI Darul
Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
99
Tabel 4
Keadaan Guru MI Darul Aitam Pondok Pinang
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
No. Nama Jenis
Kelamin Pendidikan Jabatan
1. H.M. Hasan H.A. Pria MAAIN Kepala Sekolah
2. Djunaidi, S.Pd Pria S-1/S Guru
3. Rahmat, A.Ma Pria D-2 UIN Guru
4. Hidayat, A.Ma Pria D-2 UIN Guru
5. Sanusi, S.Ag Pria S-1D.Ma’arif Guru
6. Agus Ahmadi, S.Ag Pria S-1 Ibn Khaldun Guru
7. Abu Bakar, S.MHk Pria D-3 UIN Guru
8. Mukhsin Pria D-2 Guru
9. Sumi Yati Perempuan PGAN Guru
10. Neneng Asmayani Perempuan PGAN Guru dan TU
11. Nurasmah Perempuan MAN 4 Guru
12. M. Arif Pria SMU Pramuka
13. Nahroji Pria SMU Peng. Sekolah
14. Aziz Munawar Pria SMP Kebersihan
15. Hanung S Pria SMK Penjaga Sekolah
2. Keadaan Siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan.
Adapun siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan. Pada tahun pelajaran 2007/2008 berjumlah 238 orang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
100
Tabel 5
No. Kelas Jumlah Siswa
1. Kelas I 40 siswa
2. Kelas II 40 siswa
3. Kelas III 38 siswa
4. Kelas IV 40 siswa
5. Kelas V 44 siswa
6. Kelas VI 36 siswa
Jumlah 238 siswa
3. Sarana dan Prasarana di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan.
Dalam suatu lembaga pendidikan, pendidikan, sarana dan
prasarana (fasilitas), sangat berpengaruh besar terhadap kemajuan belajar
pada siswa fasilitas tersebut melancarkan pelaksanaan PBM, demi
tercapainya tujuan pendidikan, maka sarana dan prasarana adalah suatu
kebutuhan pokok bagi lembaga pendidikan formal.
Sarana dan prasarana (fasilitas) yang dimiliki oleh MI Darul Aitam
Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sebagai investarisasi
barang-barang dan peralatan atau perlengkapan sudah cukup baik, maka
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
101
Tabel 6
Sarana dan Prasarana MI Darul Aitam Pondok Pinang
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
No. Sarana dan Prasarana (Fasilitas) Jumlah
1. Kantor Kepala Sekolah 1
2. Kantor Guru 1
3. Kantor TU 1
4. Ruang Aula 1
5. Perpustakaan 1
6. Ruang Belajar 8
7. Mushola 1
8. Kamar Mandi / WC 3
9. Ruang UKS 1
4. Struktur Organsiasi MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan.
Struktur orgnanisasi di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan ini, terdiri dari kepala sekolah sebagai pimpinan
sekolah dan manajer, dewan komite, tata usaha, guru kelas, guru bidang
studi, siswa dan masyarakat sekitar yang kesemuanya itu saling
berkordinasi satu dengan yang lainnya demi tercapainya tujuan yang ingin
dicapai oleh sekolah ini. Selain itu juga dilengkapi dengan struktur
organisasi (bagan) sekolah dan struktur untuk dewan komite sekolah.
102
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH MI. DARUL AITAM
Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Kepala Sekolah Dewan Komite
Perpustakaan
UKS
Tata Usaha
Keuangan
Kepegawaian
Jabatan
Guru
Kelas I
Guru
Kelas II
Guru
Kelas III
Guru
Kelas IV
Guru
Kelas V
Guru
Kelas VI
Guru
Bahasa Arab
Guru
Bahasa Inggris
Guru
Penjaskes
Guru
Pramuka
siswa
Masyarakat
Lingkungan sekolah
103
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KOMITE SEKOLAH MI. DARUL AITAM
Pondok Pinang Jakarta Selatan
Keterangan :
= Garis Koordinasi
= Garis Komando
Ketua Komite Masyarakat Kepala Sekolah
Sekretaris Bendahara
Bidang-bidang
Sarana prasarana Bidang usaha S D M H U M A S
104
5. Kegiatan Pendidikan dan Pembelajaran Pada MI. Darul Aitam
Pondok Pinang Jakarta Selatan
Mengenai kegiatan pembelajaran di MI Darul Aitam Pondok
Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sebagai kegiatan belajar
mengajar atau program kurikulernya dimulai dari jam 7.00 WIB sampai
dengan jam 12.00 WIB. Kegitan ekstrakulikuler yaitu pramuka dan
keterampilan menyulam, diselenggarakan setiap hari Kamis. Sekolah ini
juga mengadakan program tambahan seperti UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah) dan kebahasaan yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris. Selain itu
juga menyelenggarakan kegiatan hari-hari besar Islam dan hari besar
nasional.
B. Analisa dan Interpretasi Data
1. Analisa Data
Setelah memperoleh data dari hasil angket yang telah disebarkan,
kemudian penulis kumpulkan, lalu dianalisa dalam bentuk tabel dengan
menggunakan teknik deskriptif prosesntase untuk mengetahui bagaimana
kontribusi pengajaran pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan
kepribadian siswa MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan. Dan mengenai hasilnya dapat dilihat lebih jelas pada
tabel-tabel berikut:
Tabel 7
Tentang Rukun Iman Itu Ada 6
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Benar 18 60.00%
b Ragu-ragu 9 30.00%
c Tidak benar 3 10.00%
d Tidak tahu - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dari data diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh siswa
(60,00%), dapat mengetahui tentang rukun iman itu ada enam. Dan juga
ada sedikit dari pada siswa (30.00%) yang masih ragu-ragu terhadap rukun
105
iman yang begitu, juga terdapat sedikit sekali (10,00%) dari siswa yang
tidak membenarkan bahwa memanng rukun iman itu ada 6.
Berdasarkan data di atas berarti para siswa yang mengikuti
pendidikan akidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah sudah dpat memahami
dan mengetahui tentang rukun iman itu ada 6, tetapi bagi siswa yang
menjawab ragu-ragu dan tidak benar, perlu mendapatkan pembimbangan
dan pembinaan lebih khusus lagi dari guru akidah akhlak, guru-guru dan
juga orang tua di rumah. Agar bertambah mantap keyakinan dan
pemahamannya tentang rukun iman yang enam tersebut.
Tabel 8
Rukun iman yang pertama percaya kepada Allah SWT
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Benar 22 73,33%
b Ragu-ragu 5 16,67%
c Tidak benar 3 10.00%
d Tidak tahu - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian benar siswa
(73,33%) dapat mengetahui dan memeprcayai terhadap rukun yang
pertama yakni menpercayai kepada Allah SWT, sebagai sebuah keyakinan
kepada Tuhan yang Maha Esa (Allah SWT). Dan juga ada sedikit sekali
dari siswa yang menyatakan ragu-ragu (16,67%), dan menyatakan tidak
benar (10,00%) bahwa percaya kepada Allah itu sebagai landasan dari
rukun iman yang pertama, kemudian tidak ada siswa yang menjawab tidak
tahu.
Data ini menunjukkan bahwa pendidikan tentang akidah pada
siswa, sebagian besar sudah tercapai mengenai sedikit yang ragu-ragu-ragu
dan tidak membenarkan perlu tindak lanjut seperti remedial, perbaikan
metode mengajar serta peran aktif dari orang tua murid di rumah, tentang
pendidikan akidah akhlak dan keimanannya.
106
Tabel 9
Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Selalu 15 50,00%
b Sering 9 30,00%
c Kadang-kandang 6 20,00%
d Tidak pernah - 0,00%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan dari tabel data di atas dapat dilihat bahwa siswa yang
selalu mengingat Allah SWT adalah lebih dari separuh ((50,00%), siswa
yang sering mengingat Allah dalam sehari-hari yaitu (20,00%) yang
berarti sedikit seklai.
Dengan melihat pada fakta dan data tersebut dimana separuh
jumlah dari responden (siswa) yang dapat selalu berzikir (ingat) pada
Allah dan sedikit, serta sedikit sekali dari jumlah responden yang sering
dan kadang-kadang ingat pada Allah SWT dalam hidup sehari-hari, maka
merupakan tugas dan tanggung jawab guru, atau pendidikan akidah akhlak
untuk terus membimbing siwa kepada akidah (iman) yang mantap. Disisi
lain guru juga orang tua guna untuk menambah ilmu dan kreatifitasnya
untuk tercapainya tujuan pendidikan akidah akhlak.
Tabel 10
Shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a 2 waktu - 0,00%
b 3 waktu - 0,00%
c 4 waktu 6 20,00%
d 5 waktu 24 80,00%
Jumlah 30 100%
Maka berdasarkan pada tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar siswa sudah melaksanakan shalat wajib lima waktu dalam
sehari semalam (80,000%), dan sedikit seklai dari siswa yang menjalankan
107
Cuma 4 waktu yang seharusnya 5 waktu dalam sehari semalam sekitar
(20,00%).
Ini artinya bahwa pada umumnya parsiswa tersebut telah
melaksanakan ibadah shalat wajib 5 waktu dalam sehari semalam.
Tabel 11
Ajaran Islam tentang anjuran bershodaqoh
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Ajaran Islam 27 90,00%
b Perintah teman - 0,00%
c Ajaran orang tua 3 10,00%
d Agama lain - 0,00%
30 100%
Dengan melihat pada data tabel di atas dapatlah kita lihat bahwa
hampir semua siswa telah mengerti dan memahami akan anjuran
bershadaqoh itu adalah anjuran yang diajarkan dalam ajaran Islam, supaya
para siswa memiliki sikap dan akhlak serta kepribadian sebagai orang
yang dermawan, yaitu (90,00%), dan mengenai jawaban siswa tentang
anjuran bershodaqoh itu hanyalah ajaran orang tua, yakni (10,00%).
Sehingga hampir semuanya mengerti dan memahami, tentang
ajaran Islam mengenai anjuran untuk bershodaqoh, dan bagi siswa yang
sedikit sekali itu dalam mengerti dan paham perlu ditekankan dan
diberikan contoh teladan secara langsung baik dalam sosio drama maupun
bukti nyata dilapangan (nara sumber).
Tabel 12
Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Menolongnya 21 70,00%
b Mengacuhkan 93 10,00%
c Menghormati 6 20,00%
d Membebani - 0,00%
Jumlah 30 100%
108
Berdasarkan pada data tabel tersebut terlihat bahwa lebih separuh
siswa (70,00%) yang dapat memahami dan memiliki sikap untuk
menolong orang yang terkena musibah, sedikit sekali dari ssiwa yaitu
(20,00%) dan (10,00%) yang sekedar ikut berduka cita dan ada juga yang
tidak memiliki sikap positif atau masa bodoh saja.
Dapatlah disimpulkan bahwa para siswa lebih dari separuh
memiliki sikap empati, kepribadian yang luhur dan akhlak terpuji untuk
ikut menolong orang yang tertimpa musibah. Dan bagi siswa yang belum
memiliki akhlak dan kepribadian yang baik perlu diberikan contoh dan
pembiasaan praktek menolong orang.
Tabel 13
Hormat kepada orang tua
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Menghindar - 10,00%
b Mendekati 3 0,00%
c Menghormati 27 90,00%
d Membebani - 0,00%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data tabel di atas kita dapat melihat bahwa hampir
semua siswa, yaitu (90,00%) yang dapat memahami dan bersikap untuk
menghormati orang tua, sedangkan pada tabel juga terlihat, yaitu sekitar
(10,00%) siswa yang tidak dan kurang memahami dan bersikap, berarti
hanya sedikit siswa yang belum memiliki sikap dan kepribadian untuk
selalu menghormati orang tua.
Maka dapat ditarik sebuah pengertian, pada hampir keseluruan
(umumnya) siswa memiliki sikap dan kepribadian untuk menghormati
(rasa segan dan taat) pada orang tuanya.
109
Tabel 14
Sikap berbakti kepada orang tua dan guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Ta’ati dan kerjakan 15 86,67%
b Memperhatikan dengan baik 9 13,33%
c Marahi - 0,00%
d Masa bodoh - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dengan melihat paa tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar
siswa (06,67%) memiliki sikap dan kepribadian yang menta’ati dan
mengerjakan (berbakti) terhadap kedua orang tua dan gurunya, sedangkan
hanya sedikit sekali, siswa yang hanya memperhatikan secara baik, namun
belum pada tingkat mengerjakan yaitu (13,33%) terhadap perintah orang
tua dan gurunya.
Oleh karena itu perlulah bagi guru maupun kepada orang tua untuk
lebih intern dan profesional dalam melatih dan membiasakan sikap, sifat
dan akhlak terpuji kepada siswa, sehingga akan terbentuk kepribadian
yang saleh.
Tabel 15
Sikap bergaul sesama teman spermainan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Membiarkan 6 20,00%
b Menganggu - 0,00%
c Menyayangi 24 80,00%
d Menyakiti - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dari data tabel terlihat bahwa sebagian besar siswa, (80,00%)
memiliki sikap bergaul yang saling menyayangi sesama teman sebaya, dan
ada sedikit seklai siswa yang hanya membiarkan atau acuh terhadap
teman sebayanya (20,00%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pada umumnya para siswa telah memiliki sikap dan kepribadian yang baik
terhadap teman sepermainannya.
110
Bagi siswa yang sedikit sekali belum bersikap dan berkepribadian
pendidikan dan pengajaran secara lebih intensif dan banyak diberikan
contoh keteladanan.
Tabel 16
Pengetahuan tentang nilai-nilai membaca Al-Qur’an
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Biasa saja 2 6,67%
b Ibadah 26 86,67%
c Pribadi 2 6,67%
d Jama’ah - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dari data tersebut dapatlah kita melihat bahwa sebagian besar
(86,67) siswa telah dapat mengetahui dan memahami serta pandangan
hidupnya mengenai nilai-nilai membaca al-qur’an itu adalah suatu ibadah.
Dan juga dapat kita lihat sedikit sekali siswa, yaitu (6,67%) masih
menganggap bahwa membaca al-qur’an itu biasa saja. Begitu juga yang
berpandangan bahwa membaca Al-qur’an itu bersifat pribadi saja (6,67)
tidak mereka anggap sebagai sebuah ibadah pada Allah SWT.
Tabel 17
Sikap dan kepribadian dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Baik dan rapi 28 93,33%
b Biasa saja - 0,00%
c Baik dan selesai 2 6,67%
d Baik saja - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dari hasil data tabel di atas dapat terlihat bahwa hampir semua
(93,33%) siswa yang sudah memiliki kepribadian yang baik dan rapi
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya dari guru-guru mereka. Di
dalam pengerjaan tugas-tugas tersebut. Tetapi ada juga siswa yang dapat
terlihat dari data tabel ada juga siswa yang dapat terlihat dari data tabel di
111
atas yaitu (6,67%) yang belum memiliki sikap dan kepribadian baik dan
rapi dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru mereka.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa-siswa telah
memiliki sikap dan kepribadian yang baik dan rapi dalam mengerjakan
tugas-tugas dari gurunya.
Tabel 18
Sikap dan kepribadian dalam hal kebersihan dan kerapihan di rumah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Bersihkan dan rapikan 25 83,33%
b Dirapikan ibu 5 16,67%
c Biasa-biasa saja - 0,00%
d Tidak tertarik - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dari data tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar (83,33%)
siswa yang telah memiliki seikap dan kepribadian dalam hal mengerjakan
kebersihan dan kerapihan di rumah, sementara terlihat juga sedikit sekali
(16,67) siswa yang belum memiliki sikap dan kepribadian dalam hal
mengerjakan kebersihan dan kerapihan di rumah.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa sebagian besar
(pada umumnya) siswa telah memiliki akhlak dan kepribadian yang baik,
dan hanya sedikit sekali siswa yang belum memiliki akhlak dan
kepribadian yang baik (terpuji). Untuk itu perlu bagi guru, orang tua dan
juga masyarakat menggiatkan pendidikan, pengajaran dan contohkan
pendidian, pengajaran dan contoh teladan kepada para siswa agar mereka
terbiasa dengan akhlak dan kepribadian yang terpuji.
Tabel 19
Sikap dan tindakan siswa ketika melihat perselisihan diantara temannya
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Sangat senang - 0,00%
b Tidak senang 2 6,67%
c Mendamaikan 28 93,33%
d Tidak peduli - 0,00%
Jumlah 30 100%
112
Berdasarkan data tabel di atas bahwa dapat terlihat hampir semua
siswa (93,33%) memiliki sikap dan tindakan untuk mendamaikan siswa
(teman) mereka yang bertengkar (berselisih). Ini menunjukkan bahwa
mereka (hampir semua siswa). Ini menunjukan bahwa mereka (hampirkan
semua siswa) telah memiliki sikap dan kepribadian siswa (6,67) yang
masih belum mau untuk mendamaikan temannya yang bertengkar, tetapi
mereka juga tidak senang dengan adanya pertengkaran tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya pendidikan akidah
akhlak tentang sikap dan tindakan mendamaikan terhadap adanya
pertengkaran sudah dapat diamalkan oleh para siswa.
Tabel 20
Sikap dan perasaan jika mendapat rezeki dari Allah SWT
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Tidak boros 3 10,00%
b Menerima dengan ikhlas 4 13,33%
c Bersyukur 23 76,67%
d Senang-senang - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dari hasil data pada tabel tersebut di atas maka dapat terlihat
bahwa lebih separuh dari siswa (63,33%) yang telah memiliki dan
kebiasaan.
Tabel 21
Kebiasaan membaca doa setelah selesai shalat
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Selalu 19 63,33%
b Sering 10 33,33%
c Kadang-kadang 1 3,33%
d Tidak pernah - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dari hasil data pada tabel tersebut di atas maka dapat terlihat
bahwa lebih separuh dari siswa (63,33%) yang telah memiliki sikap dan
kebiasaan untuk membaca do’a setelah selesai melaksanakan sholat fardu
113
ataupun shalat sunnah. Dapat juga terlihat sebagian kecil (33,33%) bahwa
siswa sering melakukan atau memiliki sikap dan kebiasaan membaca do’a
setelah selesai melaksanakan shalat. Dan dapat juga kita melihat bahwa
ada sedikit sekali (3,33%) siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan hanya
kadang-kadang saja berdo’a setelah selesai sholat.
Tabel 22
Kegiatan kerja bakti (kebersihan massal) di sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Selalu 15 50,00%
b Sering 13 43,33%
c Kadang-kadang 2 6,67%
d Tidak pernah - 0,00%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir separuh
(50,00%) dari siswa yang memiliki sikap dan kepribadian untuk
melakukan kegiatan kerja bakti (kebersihan massal) di sekolah. Dan juga
hampir separuh yaitu (43,33%) yang memiliki sikap dan kepribadian untuk
melakukan kegiatan kerja bakti yang diadakan di sekolah. Begitupun juga
ada sedikit sekali (6,67%) siswa yang hanya kadang-kadang untuk ikut
kegiatan kerja bakti di sekolah.
Dapat diambil pengertian bahwa separuh dan hampir separuh dari
para siswa yang telah bersikap untuk ikut serta dalam kegiatan kerja bakti
di sekolah. Ini menunjukan bahwa pendidikan akidah akhlak di madrasah
ibtidaiyah dapat membentuk kepribadian siswa secara baik dan terarah.
Tabel 23
Kebiasaan membaca doa setelah selesai shalat
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Selalu 15 50,00%
b Sering 12 40,00%
c Kadang-kadang 3 10,00%
d Tidak pernah - 0,00%
Jumlah 30 100%
114
Dari hasil data pada tabel di atas dapatlah terlihat bahwa hampir
separuh siswa (50,00%) yang telah memiliki sikap dan kepribadian (watak,
karakter dan perilaku) untuk berpartisipasi dalam pengumpulan infak rutin
setiap hari Jum’at. Demikian juga dapat terlihat sebagian kecil (40,00%)
siswa yang telah bersikap dan berkepribadian dengan intensitas sering
mengeluarkan infak rutin setiap hari Jum’at. Dan terdapat pula pada data
tabel tersebut sedikit sekali (10,00%) siswa yang hanya kadang-kadang
saja dalam memberikan infak rutin setiap hari Jum’at.
Jika dilihat secara pandangan umum pada data tabel di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa pendidikan akidah akhlak pada siswa madrasah
ibtidaiyah sudah cukup signifikan mengenai sikap dan perilaku mereka
dalam hal partisipasinya untuk memberikan infak rutin setiap hari Jum’at.
Tabel 24
Menghormati tamu yang datang kerumah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Selalu 17 56,67%`
b Sering 8 26,67%
c Kadang-kadang 5 16,67%
d Tidak pernah - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dari data tabel di atas dapat terlihat bahwa lebih separuh siswa
(56,67%) yang telah memahami dan melaksanakan akan sikap dan
perilaku menghormati tamu yang datang (berkunjung) ke rumah. Juga
demikian ada sedikit siswa (26-67%) yang belum atau mungkin kurang
memahami akan sikap dan perilaku untuk menghormati tamu yang
berkunjung ke rumah. Ada juga kita lihat pada tabel itu sedikit sekali
siswa (16.67%) yang hanya kadang-kadang saja bila bersikap dan
perilakunya hormat dan sopan pada tamu yang datang ke rumah.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
akidah akhlak pada siswa di MI Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran
115
Lama, Jakarta Selatan, cukup signifikan pengaruhnya dalam pembentukan
kepribadian siswa.
Tabel 25
Menjaga ketertiban dikelas dalam proses belajar mengajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Selalu 11 36,67%
b Sering 8 26,67%
c Kadang-kadang 11 36,67%
d Tidak pernah - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dari data yang tertera pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
sebagian kecil (36,67%) siswa yang memiliki rasa tanggung jawab untuk
tertib dan memperhatikan dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
Dan dapat juga dilihat ada sedikit siswa yang hanya sering saja dalam
menjaga ketertiban dan konsentrasi dalam kegiatan proses belajar
menjaga. Begitupun ada sebagian kecil (36,67%) siswa yang yang hanya
kadang-kadang saja tertib dan memperhatikan pelajaran dalam kegiatan
proses belajar mengajar di kelas.
Dapatlah diberikan kesimpulan bahwa sikap dan perilaku maupun
kepribadian siswa masih kurang mencerminkan sikap, watak, dan akhlak
yang baik dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.
Tabel 26
Partisipasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a Selalu 11 36,67%
b Sering 6 20,00%
c Kadang-kadang 13 43,33%
d Tidak pernah - 0,00%
Jumlah 30 100%
Dari hasil pendataan pada tabel dapat terlihat bahwa sebagian kecil
siswa (36,67%) yang memilih sikap dan kepribadian untuk berpartisipasi
dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah, begitupun ada sedikit sekali
(20,00%) siswa yang hanya sering berpartisipasi dalam acara hari-hari
116
besar Islam di sekolah, namun hampir separuh dari siswa (43,33%) yang
memiliki sikap dan kepribadian dalam hal berpartisipasi pada acara hari-
hari besar Islam disekolah dengan pernyataan kadang-kadang.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir separuh
dari siswa masih belum memiliki sikap kepribadian yang baik dalam
berpartisipasi terhadap acara hari-hari besar Islam di sekolah. Sedangkan
yang bersikap selalu dan sering dapat digeneralisasikan memiliki sikap dan
kepribadian yang baik terhadap partisipasinya dalam acara hari-hari besar
Islam di sekolah mandrasah ibtidaiyah Darul Aitam.
117
Tabel 27
Perhitungan untuk mencari Data Variabel X dari hasil Penyebaran Angket
Butir Soal No Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
1 Abi Yahya 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 19
2 Denim Turesia 2 4 4 1 1 0 1 1 0 1 15
3 Devi Nuryati 4 4 4 1 1 1 1 0 1 1 18
4 Desi Rahmayanti 4 4 3 1 1 1 1 1 0 1 17
5 Deslianto 2 4 4 0 1 1 1 1 1 1 16
6 Dita Tri Andriyanti 3 4 4 1 1 0 1 1 1 1 17
7 Dwi Istirocah 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 19
8 Ebiet Prasetya 4 4 3 1 1 1 1 0 1 1 17
9 Emil Salim 3 4 4 1 1 0 1 1 1 1 17
10 Euis Wulandari 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 19
11 Fitri Febriyani 4 3 4 1 1 1 1 1 1 1 18
12 Herawati 4 3 3 1 0 1 1 1 1 0 15
13 Homsa Nova Sidki 4 4 4 1 1 0 1 1 1 1 18
14 Ibnu Bayu Aji 4 4 3 0 1 1 1 1 1 0 16
15 Inka Nuraini 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 17
16 Muhammad Zaki 4 4 4 1 1 1 0 1 1 1 18
17 Malika Nur Afia 4 4 2 0 1 1 1 1 0 1 15
18 Nur Azizah 4 4 3 1 1 1 0 1 1 1 17
19 Putri Sakinah Azizah 3 3 4 0 1 1 1 0 1 1 15
20 Rini Oktaviyani 4 2 4 1 1 0 1 1 1 1 16
21 Romi Alfiansyah 3 4 3 1 1 1 1 1 1 1 17
22 Shandra 2 4 4 1 1 1 1 1 1 1 17
23 Sifa Fauziah 3 3 2 1 0 0 1 1 1 1 13
24 Siti Rahmah 4 2 3 1 1 1 1 1 0 1 15
25 Suci Nur Safinah 3 4 3 1 1 0 1 1 1 0 15
26 Suryanita Melinda 3 4 2 0 1 1 1 1 1 1 15
27 Titi Patisari Taufani 4 3 4 1 1 0 0 1 1 1 16
28 Umar Bakri 3 2 3 1 1 1 1 0 1 1 14
29 Zaylani Fachreza 3 4 2 1 0 1 1 1 0 1 14
30 Muhammad Zulfikar 4 4 2 0 1 1 1 1 1 0 15
Jumlah 105 109 99 24 27 22 27 26 25 26 489
118
Tabel 28
Perhitungan untuk mencari Data Variabel Y dari hasil Penyebaran Angket
Butir Soal No Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
1 Abi Yahya 1 1 1 1 3 4 3 4 2 4 24
2 Denim Turesia 1 1 1 0 4 3 3 4 4 3 24
3 Devi Nuryati 1 1 1 1 3 3 3 4 4 4 25
4 Desi Rahmayanti 1 1 1 0 4 4 4 3 3 4 25
5 Deslianto 1 1 1 1 3 3 4 4 2 4 24
6 Dita Tri Andriyanti 1 0 1 1 4 4 4 2 3 4 24
7 Dwi Istirocah 1 1 1 0 4 4 4 4 4 4 27
8 Ebiet Prasetya 1 1 1 1 3 4 3 4 3 3 24
9 Emil Salim 0 0 1 1 3 4 4 3 2 2 20
10 Euis Wulandari 1 1 1 1 4 4 4 4 3 2 25
11 Fitri Febriyani 1 1 1 0 4 4 4 4 2 2 23
12 Herawati 1 1 1 1 3 4 3 4 3 2 23
13 Homsa Nova Sidki 1 1 0 1 4 3 4 4 4 3 25
14 Ibnu Bayu Aji 1 1 1 1 3 4 3 3 4 3 24
15 Inka Nuraini 1 1 1 1 4 2 4 4 2 2 22
16 Muhammad Zaki 1 1 1 1 4 4 4 4 4 2 26
17 Malika Nur Afia 1 1 1 0 4 3 4 2 2 3 21
18 Nur Azizah 1 1 1 1 4 3 4 4 2 2 23
19 Putri Sakinah Azizah 1 0 1 1 4 3 4 3 4 4 25
20 Rini Oktaviyani 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 21
21 Romi Alfiansyah 1 1 1 1 4 4 3 2 4 4 25
22 Shandra 1 0 1 1 4 3 4 3 4 4 25
23 Sifa Fauziah 1 0 1 1 3 4 3 4 2 2 21
24 Siti Rahmah 1 1 1 1 4 3 2 4 4 4 25
25 Suci Nur Safinah 1 1 1 1 4 3 3 4 4 2 24
26 Suryanita Melinda 1 1 1 0 3 2 3 4 2 2 19
27 Titi Patisari Taufani 1 1 1 1 4 3 2 2 3 2 20
28 Umar Bakri 0 1 1 1 4 3 2 3 2 4 21
29 Zaylani Fachreza 1 1 1 0 2 4 4 2 2 2 19
30 Muhammad Zulfikar 1 1 0 1 4 4 3 3 3 3 23
Jumlah 28 25 28 23 108 103 102 102 90 88
119
Tabel 29
Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara Variabel X
(Kontribusi pendidikan akidah akhlak) dan Variabel Y (pembentukan
kepribadian siswa)
No Subjek X Y XY X2 Y2
1 Abi Yahya 19 24 456 361 576
2 Denim Turesia 15 24 360 225 576
3 Devi Nuryati 18 25 450 324 625
4 Desi Rahmayanti 17 25 425 289 625
5 Deslianto 16 24 384 256 576
6 Dita Tri Andriyanti 17 24 408 289 576
7 Dwi Istirocah 19 27 513 361 729
8 Ebiet Prasetya 17 24 408 289 576
9 Emil Salim 17 20 340 289 400
10 Euis Wulandari 19 25 475 361 625
11 Fitri Febriyani 18 23 414 324 529
12 Herawati 15 23 345 225 529
13 Homsa Nova Sidki 18 25 450 324 625
14 Ibnu Bayu Aji 16 24 384 256 576
15 Inka Nuraini 17 22 374 289 484
16 Muhammad Zaki 18 26 468 324 676
17 Malika Nur Afia 15 21 315 225 441
18 Nur Azizah 17 23 391 289 529
19 Putri Sakinah Azizah 15 25 375 225 625
20 Rini Oktaviyani 16 21 336 256 441
21 Romi Alfiansyah 17 25 425 289 625
22 Shandra 17 25 425 289 625
23 Sifa Fauziah 13 21 273 169 441
24 Siti Rahmah 15 25 375 225 625
25 Suci Nur Safinah 15 24 360 225 576
26 Suryanita Melinda 15 19 285 225 361
27 Titi Patisari Taufani 16 20 320 256 400
28 Umar Bakri 14 21 294 196 441
29 Zaylani Fachreza 14 19 266 196 361
30 Muhammad Zulfikar 15 23 345 225 529
Jumlah 495 700 11.584 8.221 16.385
120
Setelah keseluruhan data dihitung dan diletakkan dalam tabel
koefisien korelasi, selanjutnya hasil perhitungan di atas akan diuji
keabsahannya dengan menggunakan rumus korelasi product moment
sebagai berikut:
rxy = ( )( )
( ) ( ) ]][[2222
YYNXXN
YXYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑
rxy = ( ) ( )22
700385.1630495822130
700495584.1130
−−
−
XX
XX
rxy = ( )( )000.490550.491025.245630.246
500.346520.347
−−
−
rxy = ( )15501605
1020
X
rxy = 1577
1020
rxy = 0,64
2. Interprestasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan dari nilai “rxy”, maka penulis
memberikan interprestasi indeks korelasi “r” product moment
dengan cara sederhana, interprestasi terhadap rxy dari perhitungan di
atas ternyata angka korlasi antara variabel X dan variabel Y tidak
bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat
korelasi positif (korelasi yang berjalan searah).
Dengan memperhatikan besaran rxy yaitu sebesar 0,65, dan
dicocokan berdasarkan dari tabel nilai-nilai “r” product moment,
angka tersebut jauh di atas taraf signifikan 5% dan 1%. Jumlah
sampel yang diambil 30 orang, maka nilainya berkisar antara 0,361-
0,463 dan juga dicocokan pada pedoman sederhana pada nilai “r”
121
product moment yang dikemukakan oleh Jonathan Sarwono dalam
bukunya metode penelitian kuantiatif dan kualitatif yang apabila
diantara >0,40-0,70 berarti terdapat korelasi positif atau hubungan
cukup antara variabel X dengan variabel Y.
Berdasarkan data-data yang telah dihitung dengan melalui
analisa presentase dan hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus korelasi product moment, maka penulis dapat
menginterprestasikan, bahwa kontribusi pendidikan akidah akhlak
terhadap pembentukan kepribadian siswa pada MI. Darul Aitam
Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Sangatlah penting
dan perlu ditingkatkan terhadap pengalaman dan pembiasaan
pembiasaan perilaku dan perbuatan yang beradab dan terpuji.
Dengan adanya lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah
dapat membantu siswa untuk menanamkan dan melatih siswa kepada
akidah yang lurus dan benar, mengarahkan dan membimbing siswa
agar terbiasa dengan akhlak dan perilaku (kepribadian) yang mulai
(terpuji).
Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan akidah
akhlak kiranya perlu ada kerja sama yang baik antara pihak lembaga
pendidikan (madrasah ibtidaiyah Darul Aitam), orang tua wali murid
dan juga masyarakat disekitar lingkungan pendidikan.
C. Uji Hipotesis
Hipotesis yang sudah dirumuskan kemudian diuji penyajian
angka korelasi sebesar 0,65 dan angka ini dicocokan dengan pedoman
sederhana pada nilai “r” berada diantara angka tersebut berarti terdapat
korelasi positif yaitu hubungan yang cukup searah, maksudnya jika
variabel kontribusi pendidikan akidah akhlak memperoleh nilai cukup
122
begitu juga sebaliknya jika kontribusi pendidikan akidah akhlak
memperoleh nilai kurang, maka nilai pada pembentukan kepribadian
juga akan berkurang.
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas yang berada di daerah
pendidikan, maka hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi “kontribusi
pendidikan akidah akhlak terhadap pembentukan kepribadian siswa di
MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan,
diterima dan hipotsis nihil (Ho) ditolak. Dengan demikian
kesimpulannya adalah, pendidikan akidah akhlak berkontribusi positif
terhadap pembentukan kepribadian siswa di MI. Darul Aitam Pondok
Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
123
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan seluruh bab skripsi ini, maka penulis berkesimpulan
bahwa:
1. Pembelajaran pendidikan akidah akhlak memiliki kontribusi yang cukup
terhadap pembentukan kepribadian siswa di MI. Darul Aitam Pondok
Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
2. Pembentukan kepribadian siswa agar siswa memiliki akidah yang kuat,
baik keimanannya maupun ketakwaannya kepada Allah SWT. Dengan
mengamalkan nilai-nilai perilaku yang mulia, baik terkait dengan ibadah
mahdhoh maupun yang bersifat ibadah secara luas yaitu muamalah.
Dengan kata lain didasari atas iman yang kokoh kemudian melakukan
segala amal perbuatan (kebijakan) secara baik, benar dan mulia.
3. Usaha-usaha yang dilakukan pihak sekolah MI. Darul Aitam Pondok
Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Dalam meningkatkan pendidikan
akidah akhlak guna membentuk kepribadian siswa yaitu dengan
menggunakan metode yang tepat dalam pendidikan akidah, akhlak,
keteladanan guru dan kerjasama antara orang tua murid dengan guru.
Demikian juga sekolah telah membuat tata tertib dan peraturan-peraturan
yang harus dipatuhi oleh siswa.
4. Pendidikan akidah akhlak yang telah dilaksanakan di MI. Darul Aitam
Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Telah menunjukan hasil
yang cukup memuaskan dari hasil penelitian yang ada dapat diketahui
bahwa siswa
B. Saran-saran
1. Pelaksanaan Pendidikan Akidah Akhlak memberikan peranan signifikan
guna membentuk kepribadian siswa. Untuk menunjang peningkatkan
124
akhlakul karimah. Keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Adanya
pengalaman yang nyata mengenai tindakan-tindakan, perilaku dan akhlak
mulia di dalam kehidupannya sehari-hari pada diri pribadi, keluarga dan
masyarakat luas.
2. Para siswa secara disiplin dan dengan penuh keta’atan untuk beribadah
kepada Allah dalam bentuk-bentuk Amaliah pribadi seperti, melaksanakan
shalat lima waktu, tadarus Alquran, puasa Ramadhan. Ikut berperan serta
dalam ketertiban sosial, kebersihan lingkungan dan kelestarian alam,ikut
berempati pada hal-hal yang sifatnya kemanusiaan dan kepedulian sosial.
3. Untuk dapat menciptakan kebersihan pendidikan akidah akhlak secara
optimal dan maksimum di butuhkan metode-metode pengajaran yang tepat
guna, adanya unsur-unsur keteladanan dari pimpinan sekolah, para dewan
guru, dan dari masyarakat di sekitar lingkungan sekolah dan lingkungan
tempat tinggal. Adanya hubungan kerjasama yang baik antara guru dengan
para orang tua murid, dilengkapi pula dengan tata tertib dan peraturan-
peraturan sekolah yang baik untuk dijalankan dan dipatuhi oleh semua
pihak. Demikian juga dibutuhkan sarana dan program-program pendukung
seperti: kontroling monitoring dan evaluasi secara banar, terarah, terukur
dan secara berkesinambungan(istimror).
125
DAFTAR PUSTAKA
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta : Intermasa, 1974)
Abdul, Baqi, Fuad, Muhammad, Al-Muwattha Imam Malik bin Anas, Athobitul
Al-Tasniyah. 1993/1413
Adhim, Fauzil, Muhammad, Mendidik Anak Menuju Taklif, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996, Cet-1
Al-Ghazali, Ihya Ulumudin, Terjemah oleh: Yakub Ismail Yogyakarta: Lentera
Ilmu. 1986
Daudy, Ahmad. Kuliah Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1989
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pengembangan Kurikulum
Sekolah, Bandung: Sinar Baru, 1989
Drajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Fauzi, Ahmad, Psikologi Umum Untuk F.T. Komponen MKDK. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Cet-1
Ghazali, Imam, Ajaran-Ajaran Akhlak, Surabaya: Al-Ikhlas, 1981
Kusuma, Indra, Dain, Umar, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha
Nasional, 1973
Masy’ari, Anwar , Membentuk Pribadi Muslim. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1996
Mustafa, H.A. 150 Hadits-Hadits Pilihan, Surabaya: Al-Ikhlas, 1987
Mustafa, H.A. Akhlak Tasawuf, Jakarta: Pustaka Setia Cet-2
Nata, Abadin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
Cet-7
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN Dirjen Lembaga Islam,
Ilmu Pendidikan Islam
Purbakawatja, Soegarda, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1976
Rahman, Fathur, Ikhtiar Mustahalahul Hadits, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1985,
Cet-4
Sujatno, Agus, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
126
Tatapangarsa, Hamaidi, Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya: Bina Ilmu, 1979,
Cet-1
Thaha, Nasrudin, Tokoh-Tokoh Pendidikan di Zaman Islam Jaya, Jakarta:
Mutiara, 1983
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998
Ulwah, Nasih, Abdullah, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jilid 2, Jakarta: Pustaka
Amani. 1999
UU R.I. No. 20 Th 2003, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:
Sinar Grafika, 2003
Ya’kub, Hamzah, Etika Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1983, Cet-ke 2
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press, 1989)
127
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH MI. DARUL AITAM
Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Kepala Sekolah Dewan Komite
Perpustakaan
UKS
Tata Usaha
Keuangan
Kepegawaian
Jabatan
Guru
Kelas I
Guru
Kelas II
Guru
Kelas III
Guru
Kelas IV
Guru
Kelas V
Guru
Kelas VI
Guru
Bahasa Arab
Guru
Bahasa Inggris
Guru
Penjaskes
Guru
Pramuka
siswa
Masyarakat
Lingkungan sekolah
128
Bagan Struktur Organisasi Komite Sekolah MI. Darul Aitam
Pondok Pinang Jakarta Selatan
Keterangan :
= Garis Koordinasi
= Garis Komando
Ketua Komite Masyarakat Kepala Sekolah
Sekretaris Bendahara
Bidang-bidang
Sarana prasarana Bidang usaha S D M H U M A S
129
Lampiran 1
Angket penelitian Hubungan antara pendidikan akidah akhlak terhadap
kepribadian siswa kelas IV, V dan VI MI Darul Aitam Pondok Pinang
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pengisian dibawah ini dengan baik
2. Jawablah pertanyaan dengan jujur sesuai dengan hati nurani sendiri dan
jangan terpengaruh oleh teman
3. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban a, b, c, dan d yang sesuai
dengan hati nuranimu
4. Jawaban yang kalian pilih tidak ada sanksi, tapi sangat berarti bagi peneliti
5. Tulislah nama dan kelas diangket ini
Nama :
Kelas :
1. Rukun iman ada 6 perkara menurut anda !
a. Benar
b. Ragu-ragu
c. Tidak benar
d. Tidak tahu
2. Rukun iman yang pertama percaya kepada Allah SWT menurut anda ! …
a. Benar
b. Ragu-ragu
c. Tidak benar
d. Tidak tahu
130
3. Apakah kamu selalu ingat pada Allah dalam kehidupan sehari-hari …
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Dalam sehari semalam kita wajib mengerjakan shalat sebanyak berapa waktu?
a. 2 waktu
b. 3 waktu
c. 4 waktu
d. 5 waktu
5. Bershadaqoh sangat dianjurkan sekali dalam …….
a. Ajaran Islam
b. Perintah teman
c. Ajaran orang tua
d. Agama lain
6. Orang yang terkena (tertimpa) musibah wajib kita ….
a. Menolongnya
b. Mengacuhkan
c. Mengejek
d. meninggalkan
7. Kepada orang tua kita harus ….
a. Menghindar
b. Mendekati
c. Menghormati
d. Membebani
8. Perintah orang tua dan guru harusnya kita ….
a. Taati dan kerjakan
b. Memperhatikan dengan baik
c. Marahi
d. Masa bodo
9. Sesama teman sepermainan kita seharusnya …
131
a. Membiarkan
b. Mengganggu
c. Menyayangi
d. Menyakiti
10. Membaca Al-Qur’an adalah bernilai …
a. Biasa saja
b. Ibadah
c. Pribadi
d. Jama’ah
11. Tugas-tugas yang diberikan oleh guru harus kita kerjakan secara …
a. Baik dan rapi
b. Dibersihkan ibu
c. Baik dan selesaikan
d. Malas-malasan
12. Jika halaman rumah kita kotor dan berantakan maka seharusnya …
a. Bersihkan dan rapihkan
b. Dibersihkan Ibu
c. Tidak perduli
d. membiarkan saja
13. Apa yang dapat kita lakukan ketika melihat teman bertengkar ?
a. Sangat senang
b.Tidak senang
c. Mendamaikan
d. Tidak peduli
14. Bagaimana pendapatmu jika mendapatkan rezeki yang banyak
a. Tidak boros
b. Menerima dengan ikhlas
c. Bersyukur
d. Tidak senang
15. Apakah kamu membaca do’a setelah selesai shalat?
132
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16. Apakah dalam kegiatan kerja bakti di sekolah kamu turut serta?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17. Di sekolah ada pengumpulan infak rutin setiap hari Jum’at bagaimana
sikapmu?
a. Selalu berinfak
b. Sering berinfak
c. Kadang-kadang infak
d. Tidak pernah berinfak
18. Apakah jika ada tamu di rumah kamu menghormatinya ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19. Jika sedang belajar di kelas apakah kamu tertib dalam memperhatikannya ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Apakah kamu berpartisipasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolahmu
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
133
Lampiran 2
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA KEPADA
KEPALA SEKOLAH
Hari/Tanggal : Senin, 27 November 2007
Jam : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta
Selatan.
Interview : H.M. Hasan H.A,
Jabatan : Kepala Sekolah MI. Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran
Lama Jakarta Selatan.
A. Pengantar
Bapak kepala sekolah yang terhormat, dalam rangka menyelesaikan skripsi
program strata satu (S1) penulis mengharapkan bantuan kepala sekolah untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan dengan keadaan yang
sebenarnya. Wawancara ini kami ajukan dalam usaha mengumpulkan data
yang sangat kami perlukan dalam penelitian kami yang berjudul. “Hubungan
Antara Pendidikan Akidah Akhlak Dan Pembentukan Kepribadian Siswa MI.
Darul Aitam Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Atas bantuan dan partisipasi bapak kepala sekolah penelitian penulis
hanturkan banyak terima kasih.
B. Daftar Pertanyaan
1. Apa nama yayasan sekolah ini ?
2. Kapan berdirinya yayasan ini ?
3. Siapa nama pengurus yayasan ini ?
4. Ada berapa lembaga pendidikan dibawah naungan yayasan ini?
5. Apa nama sekolah ini ?
6. Kapan awal berdirinya sekolah ini ?
134
7. Mohon dijelaskan alamat sekolah ini !
8. Apakah sekolah ini telah terakreditasi ? Mohon dijelaskan !
9. Berapakah jumlah guru dan staf pegawai sekolah ini? Mohon dijelaskan ?
10. Berapakah jumlah siswa/siswi pegawai sekolah ini ? Mohon dijelaskan !
11. Mohon bapak jelskan mengenai sarana dan prasarana yang ada di sekolah
ini!
12. Bagaimanakah bentuk struktur sekolah yang bapak pimpin ?
C. Jawaban Wawancara
1. Nama yayasan ini adalah “Yayasan Pendidikan Islam Yatim dan Dhuafa
Darul Autam (YAPYDDA).
2. Yayasan ini berdiri sejak tahun 1983
3. Nama pengurus yayasan adalah H. Mashud H.N
4. Lembaga-lembaga pendidikan dibawah naungan yayasan ini adalah:
a. Madrasah Diniyah
b. Madrasah Ibtidaiyah
5. Nama sekolah ini adalah MI. Darul Aitam
6. Kegiatan belajar mengajar pertama kalinya sejak tahun 1984
7. Alamat sekolah di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang RT. 03/06 No. 13
Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
8. Sekolah ini telah di akreditasi
9. Jumlah guru dan staf pegawai sekolah ini adalah 15 orang (data terlampir)
10. Jumlah siswa sekolah ini 238 siswa, terdiri dari: kelas I 40 siswa, kelas II
40 siswa, kelas III 38 siswa, kelas IV 40 siswa, kelas V 44 siswa, kelas 36
siswa
11. Sarana dan prasarana ada +
12. Bentuk struktur MI. ini (terlampir)
Jakarta, 27 November 2007
Kepala MI. Darul Itam
H.M. Hasan H.A