jurusan pendidikan agama islam fakultas …digilib.uin-suka.ac.id/3791/1/bab i,iv, daftar...
TRANSCRIPT
OPTIMALISASI FUNGSI MASJID SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN REMAJA DI MASJID MUSTAQIEM,
DANUKUSUMAN, BACIRO, GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh gelar sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh :
Dien Muhammad Ismal Bransika NIM : 05410194
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA 2009
v
MOTO
Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Nabi SAW. Bersabda :
“ Barang siapa dalam waktu pagi dan sore menuju masjid, maka Allah
menyediakan untuknya hidangan di surga setiap pagi dan sore.”
( HR. Bukhari dan Muslim )1
1 Al Imam Abu Zakariya Yahya Bin Syaraf An Nawawi, Riyadhus Shalihin jilid II
penerjemah: Achmad Sunarto, ( Jakarta : Pustaka Amani, 1996 ), hlm, 148
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada almamaterku tercinta
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
vii
بسم اهللا الرحمن الرحيم مالالسو ةاللصا,ملعي مل ام انسإلنا لمع, مللقاب لمع ىلذا هللادملحا
.امركال هب احصأو هآل ىلعو, مانألاريخ ىلع
Segala puji bagi Allah atas nikmatnya yang berkelimpahan. Selawat dan
salam tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW., teladan dalam kehidupan,
jua kepada sahabatnya yang pernah menjadi pelita zaman.
Skripsi ini mungkin adalah gejala klimaks penulis dalam mengerjakan tugas
akhir dalam pembelajaran di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, namun penulis
berharap ini bukan akhir dari perjalanan belajar, dan kedepannya kita akan terus
belajar dan mengamalkan ilmu yang telah kita dapat.
Tentunya banyak sekali kekurangan baik dalam penyajian, isi maupun
metode yang masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan
saran dari semua pihak. Namun jika ada kebenaran dalam penulisan skripsi ini, itu
semua hanyalah kebenaran Allah SWT semata.
Di dalam penulisan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak yang
terkait langsung ataupun tidak langsung. Oleh sebab itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Dr.
Sutrisno, M. Ag yang telah meluluskan judul skripsi dan memperlancar
proses penyelasaian tugas akhir ini.
2. Bapak Muqowim, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
3. Bapak Dr. H. Sumedi, M. Ag. selaku pembimbing Skripsi dan penasehat
akademik yang selalu membimbing penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan Skripsi ini
viii
4. Para Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberi cakrawala
pandangan baru dalam dunia pendidikan Islam, beserta semua petugas
karyawan TU yang memperingan dalam proses administrasi pada
penyelesaian tugas akhir ini.
5. Ummi beserta kakak-kakakku tercinta dan ayunda tersayang serta nakanda-
nakanda yang baik. Atas doa dan semangat yang telah kalian salurkan kepada
ananda. Jazakumullah khairan katsira
6. Seluruh keluarga besar FORSILAM Jogja sebagai keluargaku di jogja, terima
kasih atas kebersamaan kita. Terus semangat dalam menggali potensi diri.
7. Temen-temen Asrama Ranggonag MUBA, terima kasih atas keceriaan itu.
Kito rawat be asrama ika’, samo cak kito ngrawat umah kito dewe’.
8. Temen-temen KKN di MTs N II Yogyakarta tahun 2008 Irul, Ifa, Ipul,
Wantin, Ni’mah, Dwi, dan Helmy bahwa kebersamaan kita akan terus hangat.
9. Serta seluruh pihak yang telah membantu sehingga selesainya skripsi ini yang
tidak dapat di sebutkan satu persatu.
Yogyakarta, 10 Juli 2009
Penulis
Dien Muhammad Ismal Bransika NIM : 05410194
ix
ABSTRAK
DIEN MUHAMMAD ISMAL BRANSIKA. Optimalisasi fungsi masjid sebagai sarana pendidikan remaja di masjid Mustaqiem Danukusuman, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta, Skripsi. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009.
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa masjid dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW pada sahabatnya, karena fungsi dari masjid bukan hanya sebagai tempat untuk shalat saja namun ada fungsi yang lain yaitu sebagai tempat untuk pendidikan. Dengan fungsi ini beban yang di tanggung oleh masjid sangat besar, apalagi kalau di kaitkan dengan remaja. Remaja adalah tulang punggung dalam masyarakat, baik itu Negara ataupun agama, apabila remaja kuat agama akan kuat dan negara akan kuat juga dan apabila remaja lemah maka dengan sendirinya agama atapun Negara akan lemah juga. Maka dalam hal ini penulis ingin meneliti kendala apa yang dihadapi sehingga belum di fungsikan secara optimal sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, karena penulis menemukan beberapa banyak remaja yang berdomisili di sekitar masjid namun belum banyak yang datang kemasjid.
Peneliti ini mengunakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar masjid Mustaqiem Danukusuman, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta. Dan adapun metode pengumpulan data adalah Obervasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan metode analisis data mengunakan metode analitik yang artinya adalah suatu usaha untuk mengumpulkan data dan menyusun agar menjadi suatu data dan kemudian di analisis, sehingga data yang telah terkumpul dan di analisis kemudian baru di simpulkan.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pengunaan masjid Mustaqiem sebagai sarana pendidikan remaja belum optimal, yang ada masjid hanya sebagai tempat shalat dan pengajian orang tua. Permasalahan yang di hadapi oleh ta’mir masjid Mustaqiem untuk dapat menghadirkan remaja kemasjid sangat sulit, maka setelah penulis meneliti dan mengumpulkan data lapangan maka penuis mengindifikasikan beberapa hal yang menjadikan hal itu terjadi (1) tidak adanya komunikasi yang baik antara ta’mir dan remaja, sehingga remaja mempunyai pandangan bahwa mereka tidak di butuhkan dalam masjid, serta ada rasa ketidak sukaan remaja terhadap ta’mir masjid. (2) adanya kesibukan remaja sendiri, sibuk kerja, sekolah dan kuliah, sehingga tiada waktu untuk ke masjid. (3) adanya kesibukan dari ta’mir sendiri sehingga tidak bisa untuk mengelolah masjid secara optimal. (4) tidak adanya motivasi bagi remaja untuk datang ke masjid.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………………………………………… i
SURAT PERYATAAN KEASLIAN…………………………………………………………………………………………….. ii
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………………………………………………….. iii
SURAT PENGESAHAN …………………………………………………………………………………………………………. iv
MOTTO………………………………………………………………………………………………………………………………. v
PERSEMBAHAN…………………………………………………………………………………………………………………. vi
ABSTRAK……………………………………………………………………………………………………………………………. vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………………………………………………… xii
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang masalah………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………................... 10 C. Tujuan dan manfaat Penelitian………………………………………… 11 D. Kajian pustaka…………………………………………………………. 12 E. Kerangkah teori……………………………………………................... 16 F. Metode Penelitian……………………………………………………… 25 G. Sistematika Penelitian………………………………………………….. 31
BAB II : GAMBARAN UMUM MASJID MUSTAQIEM………………………………… 33
A. Letak Giografis Masjid…………………………………………….. ………… 33 B. Sejarah Masjid Mustaqiem……………………………………………... 35 C. Kondisi Masjid Mustaqiem………………………………....................... 37 D. Struktur Organisasi……………………………………………………... 39 E. Pola Kegiatan Masjid Mustaqiem……………………………................. 45 F. Kegiatan Remaja Masjid………………………………………………... 47
xi
BAB III : PEMBAHASAN……………………………………………….. ……… 52
A. Fungsi Masjid dan Problematikanya……………………………………. 52 B. Peta Masyarakat sekitar Masjid………………………………………… 61 C. Persoalan Remaja dan Nilai-Nilai Keagamaan…………………………. 63 D. Hubungan antara Masjid dan Remaja....................................................... 70 E. Upaya Masjid dalam Mencetak Generasi Robbani................................... 73 F. Masjid dan Remaja Saling Membutuhkan................................................ 75
BAB IV : PENUTUP………………………………………………………………. 80
A. Kesimpulan……………………………………………………………... 80 B. Saran……………………………………………………………………. 80
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………. 82 LAMPIRAN‐LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
BAB II
Tabel struktur Organisasi Kepengurusan ta’mir masjid Mustaqiem ………… 41
Tabel Susunan Pengurus Ta’mir Masjid Mustaqiem 2006-2010 ……………... 42
Daftar Umur Remaja Masjid Mustaqiem ……………………………………... 47
Daftar Nama-Nama Remaja Masjid Mustaqiem ……………………………… 48
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masjid adalah pondasi awal dalam proses perkembangan umat Islam. Pada
masa Rasulullah masjid sangat berarti karena dapat menyatukan umat Islam
dalam segala lapisan masyarakat. Bangunan awal yang telah dibangun oleh
Rasulullah pada masanya setelah hijrah ke Madinah (Yatsrib) adalah masjid,
agar seluruh orang dapat berkumpul dan membuat kegiatan dengan baik,
sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an yang artinya :
Di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliahkan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucihkan) Nama-Nya pada waktu pagi dan petang. Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat. Mereka takut pada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari kiamat). (Q.S. An-Nuur : 36-37)1
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa seorang muslim harus memakmurkan
masjid dan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam bukan
sebagai bangunan angker, namun ia berperan sebagai Islamic centre,2 Tentu hal
ini tidak sulit apabila umat Islam mau menjadikan masjid tempat kegiatan, baik
rapat, pendidikan atau sebagai tempat berkumpul umat Islam.
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung, PT Syaamil Cipta
Media, 2005), hlm : 354-356 2 Supardi dan Teuku Amiruddiin, Konsep Manajemen Masjid dalam Pembangunan
Masyarakat (Optimaslisasi Peran dan Fungsi Masjid), (Yogyakarta : UII Press, 2001), hlm 121-122
2
Dengan adanya masjid maka tentu umat Islam dapat mengadakan
pertemuan dan kegiatan, karena fungsi awal dari masjid adalah sebagai agen
perubahan. Dengan peranan yang sangat besar bagi masjid maka oleh Ahmad
Sarwono mengatakan bahwa masjid sebagai jantung masyarakat sebab masjid
berkaitan erat dengan kegiatan sehari-hari umat Islam, bukan hanya sebagai
simbol namun juga untuk mewujudkan kemajuan peradapan, kemasyarakatan,
dan keruhanian umat.3
Masa modern sekarang ini dibutuhkan persiapan-persiapan yang baik dan
matang pada diri manusia dan begitu juga tentu bagi umat Islam, yang harus
dipersiapkan terlebih dahulu adalah kekuatan keimanan di dalam diri sendiri
ataupun orang lain. Kekuatan keimanan tersebut dapat mengantarkan manusia
pada kehidupan yang baik, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Tentu bekal
yang dibutuhkan bukanlah hal yang kecil karena ini memungkinkan orang akan
mengatakan bahwa saya adalah yang terbaik dan kadang kala ada orang lain
berani mengatakan terserah mau masuk surga atau neraka adalah takdir Allah
atau itu urusan saya, namun dia sendiri tidak berusaha untuk mengapai yang
baik. Ini adalah hal yang wajar, namun kalau semua orang mengatakan seperti
itu, maka itu tidak akan terjadi perubahan di masyarakat.
3 Ahmad Sarwono, Masjid Jantung Masyrakat (Rahasia dan Manfaat Memakmurkan
Masjid), (Yogyakarta: Izza Pustaka, 2003), hlm. 9
3
Seseorang kalau tidak mengikuti perubahan, maka akan tertinggal karena
perubahan pasti akan terjadi di dalam masyarakat dan ini tidak bisa dicegah
lagi atau diundur. Di dalam masyarakat ada sesuatu komunitas yang dapat
merubah semua yang ada yaitu remaja, karena tanpa ada remaja perubahan itu
tidak akan terjadi, karena pemuda yang akan mengambil alih estafet
kepemimpinan yang di emban kalangan tua, dan tentu modal utama adalah
harus siap terhadap persoalan ini. Pada tanggal 28 Oktober tiap tahun di
peringati hari pemuda sebagai kenangan bagaimana era itu, karena pemuda
adalah tulang punggung yang dapat merubah negara menuju kemerdekaan.
Karena ini semua apabila pemuda kuat maka akan kuat juga suatu negera
namun sebaliknya apabila kaum muda lemah maka dengan sendirinya negara
akan lemah.
Remaja adalah aset yang sangat besar di dalam masyarakat dan negara,
namun banyak sekali orang tiada melihat hal itu, yang ada di dalam pandangan
masyarakat adalah sosok remaja nakal dan bandel, sehingga suka membuat
kesal dan marah semua orang, pandangan ini terjadi kalau hanya dilihat dari
segi negatifnya dan tanpa melihat dari segi yang baik (positif) yang terdapat di
dalam diri remaja, memang akan timbul pandangan seperti itu, namun apabila
kita melihat sosok yang lain dari hal tersebut maka semua orang dapat
mengambil hal yang positif dari hal ini apa yang akan kita berikan
terhadapnya.
4
Remaja adalah tulang pungung di dalam generasi manusia kerena dia
adalah aset yang terbesar yang dapat merubah segala sesuatu yang ada di dalam
kehidupan sekarang ini yang mana di dalam era globalisasi sekarang ini, tentu
sangat banyak sekali yang harus disiapkan. Remaja yang baik adalah remaja
yang dapat menggunakan segala apa yang ada di dalam dirinya untuk
kepentingan seluruh manusia namun sekarang ini banyak remaja yang telah
rusak moralnya.
Pada zaman penuh teknologi sekarang ini, manusia sangat tidak stabil
untuk mengarahkan pada yang baik semua. Remaja pada era sekarang telah
banyak mengeserkan diri dari nilai-nilai moral, sekarang kecenderungan
remaja yang suka mencoba-coba, tentu kalau kearah yang positif tentu akan
menjadi hal yang positif, namun sebaliknya juga kalau arah yang negatif dan
dengan pastinya akan kearah yang negatif juga, dan ini tanpa disadari kadang
kala oleh para orang tua kalau putranya telah bergeser dari nilai yang baik,
yang telah di ajarkan oleh orang tua. Dan para orang tua hanya disibukkan
dengan urusan dunia saja, sehingga kadangkala timbul pada anak sikap bebas
yang mana sering terjadi hamil di luar nikah, atau mala terlibat narkoba dan
tawuran ini menjadi tanggung jawab bagi orang tua dan juga masyarakat yang
ada di lingkungan tersebut
Remaja Islam dalam masa modern sekarang telah banyak sekali mengikuti
perubahan, yang dipengaruhi oleh kaum barat (sekuler), yaitu bebas pergaul
antara laki-laki dan perempuan, atau cara berpakaian yang sangat terbuka bagi
kaum hawa, dan para pemuda tidak menyadari bahwa perubahan itu telah
5
mengeser nilai-nilai yang seharusnya tidak dipakai dalam kehidupan para
remaja Islam. Inilah yang menjadi kendala sekarang, namun itu telah menjadi
produk kaum barat namun tidak di sadari maupun dipikirkan oleh semua pihak.
konsep itu juga adalah konsep dari kaum barat yang hanya untuk merusak
aqidah kaum remaja muslim yang menjadi tombak perubahan bagi generasi
yang baik sebagaimana do’a nabi Zakariya kepada Allah SWT, di saat beliau
sudah tua, sebagaiman doanya
Yaa Tuhan, Sesunggunya saya ini sudah tua bangka, sudah lupa-lupa ingat/wahan, dan uban sudah banyak yang tumbuh dikepala saya dan saya belum pernah mengeluh dan memohon kepada Engkau yaa Allah seperti sekarang. Yaa Allah yang saya takutkan ialah generasi yang timbul sesudah saya atau dibelakang saya, sedangan istri saya mandul, untuk itu saya mohon dengan sangat berilah saya keturunan atau penganti. Penganti itu agar dapat mewarisi kepemimpinan saya dan kepemimpinan Nabi Ya’kub dan jadikanlah dia sebagai generasi Robbi Roodliyah yaitu generasi yang selalu kau redoi baik di dunia maupun di akhirat.4
Doa Nabi Zakariya ini agar beliau di beri anak yang dapat mewarisi beliau, dan
anak tersebut adalah sebagai generasi Robbi Rodliyah yaitu generasi yang di
redhoi oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dan adapun ciri-ciri
dari generasi Robbi Rodliyah adalah, “hidup, komitmen dengan al-Qur’an,
kuat, bijaksana, belas kasih, suci hati, taqwa, ta’at pada orang tua.”5
4 Abdullah Afif, Islam dalam Kajian Sain dan Sebuah Bunga Rampai (Surabaya, Al -
Ikhlas, 1994), hlm 52 5 Ibid, hlm 53
6
Inilah ciri-ciri seorang yang diredhoi oleh Allah baik di dunia maupun di
akhirat kelak sehingga apabila remaja sekarang berakhlak seperti ini tentu umat
Islam akan jaya selamanya. Dan tentu juga cara menguatkan keimanan
pemudah ada cara yang telah di ajarkan oleh nabi Muhammad SAW,
sebagaimana Rasulullah memnguatkan pada sisi kaum muda dari segi
keimanan,yaitu dengan dalil yang artinya tujuh golongan orang yang akan
memperoleh pertolongan Allah SWT. Di saat-saat tidak ada perlindungan
kecuali pertolongan Allah (pada hari pembalasan)
1. Pemimpin yang adil
2. Pemuda yang rajin beribadah kepada Allah SWT
3. Seseorang yang selalu terikat hatinya dengan masjid
4. Dua orang yang berkasih sayang karena Allah, berkumpul karena Allah
dan kalaupun berpisah karena Allah
5. Seorang laki-laki yang di rayu oleh seorag perempuan yang mempunyai
kedudukan dan cantik tetapi ia berkata ‘ saya takut pada Allah”
6. Seorang yang bersedekah secara diam - diam, sehingga yang di keluarkan
oleh tangan kanannya, tangan kirinya tak mengetahuinya.
7. Seseorang selalu berzikir kepada Allah di waktu sunyi sehingga
mencucurkan air mataya.6
6 Supardi dan Teuku Amiruddin, Konsep Manajemen Masjid dalam Pembangunan
Masyarakat Optimaslisasi Peran dan Fungsi Masjid (Yogyakarta : UII Press, 2001), hlm 121-122
7
Namun sebagian atau malah kebanyakan remaja sekarang ini sudah
melenceng dari aturan yang telah di gariskan oleh Allah di dalm al-Qur’an dan
ini tiada disadari oleh para orang tua juga sehingga yang terjadi adalah sangat
tidak didambahkan bagi kaum orang tua dan para pemuda mala semakin
terjerumus terhadap kebiasan yang terjadi yang dibawa oleh kaum barat. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan untuk menghindarkan kaum remaja yang sangat
di sibukkan dengan urusan dunia yang pada era sekarang ini, karena kaum
remaja yang suka mengikuti model atau figur yang ada di dunia artis yang
sangat digandrungi sekarang ini.
Memang kalau tidak disadari oleh semua pihak ini sangat berbahaya dan
semoga orang tua mau berupaya untuk merubah remaja yang telah melenceng
dari aturan yang digariskan oleh Allah karena kaum remaja sekarang ini sangat
memprihatinkan, dan inilah ada yang di namakan sesuatu perubahan yang
dapat mengatarkan pada sesuatu yang baru, dan dengan tentunya akan menjadi
remaja semakin terlena oleh apa yang ada didunia modern sekarang ini yang
membawa nama kebebasan yang tidak terikat pada aturan yang berlaku.
Pemuda terbagi dua macam baik itu remaja atau yang sudah dewasa maka tentu
bagian ini saya mengacu ada pendapat Zakiyah derajat yang membagi remaja
dan kaum dewasa karena remaja adalah transisi dari anak- anak kearah dewasa.
Remaja masjid (RISMA) adalah salah satu organisasi yang ada di dalam
masyarakat yang membawa nama Islam selain Ikatan Remaja Muhammdiyah
(IRM), organisasi Muhammadiyah, organisasi Nahdatul Ulama (NU), Lembaga
Da’wah Islam Indonesia (LDII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
8
(KAMMI), PERSIS, IMM, FPI dan lain-lain, ini semua adalah bagian dari
organisasi Islam
Organisasi remaja masjid adalah salah satu organisasi yang di pegang oleh
para remaja yang ingin membaiki dan membentengi para remaja terhadap
dampak dari perubahan yang ada walau tiada semuanya namun ini yang
menjadi panutan terhadap perubahan yang terjadi tentu semua orang akan
mengatakan bahwa hal itu adalah yang menjadi aset yang terbesar dalam
pergolakan yang terjadi di masyarakat sekarang ini, sehingga apa yang terjadi
karena adanya tren yang mengatas namakan perubahan. Dan ini tidak dapat
terbendung lagi walau telah berusaha keras umat Islam unutk membendung hal
itu secara semprurna.
Namun pada saat ini dapat kita lihat masih ada kaum pemuda yang
mencobah untuk menolak dari tern kaum barat yang mengatas namakan
kekebasan yang hakiki, namun tanpa didasari dengan kebaikan dan keimanan
terhadap sang pencipta. Tentu kalau memang ada pandangan terhadap hal itu
adalah wajar karena setiap orang ada pandangan tersendiri terhadap apa yang
ada di hadapannya, dan dalam mengunakan dasar untuk menganalisis terhadap
masalah yang dihadapi tentu setiap orang akan berbeda dan ini yang
menjadikan remaja itu sebagai orang yang boleh dikatakan sebagai orang yang
tidak taat pada aturan yang lain karena dari cara pandangan yang digunakan itu
berbeda.
9
Dengan keberadaan remaja tentu akan ada sesuatu yang baru yang dapat
mengatarkan pada kebaikan yang sangat dalam. Dan dengan adanya remaja
yang taat maka Islam akan jaya seperti apa yang telah terjadi di era Rosulullah
yang mana kaum remaja adalah tongak perjuangan Rosul dalam menyebarkan
Islam dan ini yang nmenjadikan Islam Jaya. Dengan adanya sejarah yang telah
memberi contoh pada kaum muslimin bagaimana kita dapat berlaku terhadap
remaja dan bagaimana seorang dapat memberikan kekuatan keimanan pada diri
remaja agar remaja dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang
ada. Dan tentu ini tidak terlepas dari peran orang tua atau masyarakat yang ada
di sekitar dan tentu juga lembaga pendidikan, lembaga pendidikan tidak hanya
yang bersifat formal yaitu sekolah namun ada masjid dan rumah-rumah bisa
dikatakan lembaga pendidikan.
Setelah mengetahui bahwa masjid juga termasuk sarana pendidikan maka,
pada kesempatan ini timbulah suatu permasalahan yang ada, apakah telah
optimal fungsi masjid sebagai sarana pendidikan remaja, karena dengan adanya
hal itu saat saya bertanya dengan para remaja di sekitar masjid “tidak adanya
kegiatan untuk remaja, ada namun hanya sampai pada pengajian program yang
lain namun tak dapat berjalan”,7 yang ada pengajian itu pun tidak ada
remajanya yang datang, walau di dalam masjid ada organisasi remaja masjid,
namun belum mampu untuk mendatangkan agar remaja rajin ke masjid.8 Pada
hal pada tahun 2005 pada waktu itu penulis mendapati bahwa remaja sangat
7 Wiyono & Arif Cahyo Nugroho, Kelompok Remaja Islam Danukusuman ( Risda), wawancara tanggal 28 januari 2009jam 16.00
.8 Hasil observasi hari ahad tanggal 25 januari 2009 jam 07.30 WIB
10
rajin ke masjid. Tetapi sekarang yang datang ke masjid hanya pada kalangan
tua, dan kalangan remaja bisa di hitung dengan jari yang dating ke masjid
untuk shalat lima waktu,9 tentu persoalan ini menadi permasalahan yang
Mengapa hal ini bisa terjadi? Dengan jarangnya remaja untuk datang ke
masjid.
Dengan bangkitlah permasalahan itu maka bangkitlah semangat saya
untuk menjadikan sebagi tema skripsi saya yang berjudul “Optimalisasi
Fungsi Masjid Sebagai Sarana Pendidikan Remaja” karena dalam
penelitian saya ini akan melihat bagaimana sesuatu organisasi yang ada di
dalam Masjid dapat membangkitkan semangat keimanan remaja agar terhindar
dari sesuatu hal yang negatif yang ditimbulkan oleh kaum barat yang ingin
menghancurkan kaum remaja Islam sekarang ini dari segi keimanan yang telah
di tanamkan di dalam diri remaja oleh kaum orang tua.
B. Rumusan Masalah
Dalam pemecahan masalah yang ada tentu harus ada rumusan masalah
karena rumusan masalah sangat penting dalam penelitian, agar penelitian ini
tidak keluar dari jalur yang ada tenmtu kita akan menemukan bagaimana
seharusnya seorang dapat menyelesaikan penelitian dengan konsisten.
9 Observasi pada bulan Desember 2008 dan Januari 2009 pada shalat Asar, Maghrib,
Isya, Subuh dan pengajian Malam Minggu pertama dan ketiga
11
Tentu tujuan ini bukan hanya semata - mata dapat menyelesaikan masalah
yang ada namun juga bagaimana penelitian ini selalu terfokus terhadap
masalah yang dihadapi, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana fungsi masjid Mustaqiem sebagai sarana pendidikan remaja?
2. Upaya apa yang dilakukan oleh takmir masjid dalam mengoptimalkan
fungsi Masjid sebagai sarana pendidikan remaja?
3. Bagaimana keadaan regelius remaja yang ada di sekitar masjid?
Dengan adanya rumusan ini dimugkinkan agar dapat memecahkan
masalah yang ada dalam penelitian ini tentu in bukan hanya sebagai alat untuk
meraih gelar sarjana saja.
C. Tujuan dan Kegunan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuatu penelitian tentu ada kegunaan dan tujuan penelitian itu
sendiri maka dalam penelitian saya ini juga mempunyai tujuan tersendiri
yaitu :
a. Untuk mengetahui mengapa fungsi masjid Mustaqiem belum begitu
berfungsi sebagaimana diharapkan oleh agama Islam
b. Untuk mengetahui peran dari takmir masjid dalam mengoptimalkan
fungsi masjid sebagai sarana pendidikan remaja.
c. Untuk mengetahui keadaan religius remaja yang ada di sekitar masjid
12
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini sangatlah signifikan terhadap
permasalahan yang terjadi masyarakat sekitar di masjid adapun
kegunaannya adalah:
a. Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana pengoptimalan fungsi
masjid sebagai sarana pendidikan remaja sehingga bisa dijadikan sebagai
jendela informasi bagi umat Islam yang lain.
b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi masjid Mustaqiem dalam
mengoptimalkan fungsi masjid sebagai sarana pendidikan remaja.
c. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang
pengoptimalan fungsi masjid sebagai sarana pendidikan remaja bagi
umat Islam.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini banyak sekali yang berkaitan dengan penelitian
ini namun pada hakekatnya ada perbedaan dengan penelitian yang saya
lakukan. Dalam bebrapa penelitian yang ada maka saya mengambil beberapa
yang berkaitan dengan penelitian saya yaitu :
Pertama, skripsi dari Agus Yulianto mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga yang berjudul “ Peran
serta Masyarakat dalam Optimalisasi Fungsi Masjid sebagai Pusat
Pendidikan (Studi atas Masyarakat Pesantren di Kecamatan Depok
Yogyakarta”), dan kesimpulannya adalah :
13
Bertitik tolak dari rumusan masalah dan pembahasan dalam skripsi ini, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Peran serta masyarakat pesantren di kecamatan dpok dalam upaya
optimalisasi fungsi masjid sebagai pusat pendidikan terlihat cukup besar dengan di buktikan oleh adanya berbagai kegiatan dari para santri masing-masing pondok pesanten di wilayah Depok.
2. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan para tokoh agama dan masyarakat di sekitar kecamatan Depok dapat didiskripsikan faktor-faktor yang mendorong optimalisasi fungsi masjid di kecamatan Depok sebagai berikut : a. Adanya peran serta aktif masyarakat pesantren dalam kegiatan
TKA-TPA, pengajian remaja, penajian orang tua, dan kegiatan masjid dan lainnya.
b. Terbukanya masyarakat dalam menerima kehadiran para santri yang di utus oleh pondok pesantren dala program pengabdian masyarakat.
c. Semakin mudahnya jalur transfortasi antar wilayah d. Semakin majunya ilmu pengetahuan.
Sementara faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan optimalisasi fungsi masjid sebagai berikut : 1. Melemahnya kesadaran santri untuk mengabdi kepada masyarakat. 2. Kurangnya semangat penduduk asli untuk memakmurkan masjid. 3. Rasa ketergantungan pendudukasli pada pihak lain. 4. Kurang perhatian pemerintah dalam melaksanakan bimbingan. 5. Memudarnya pemahaman masyarakat akan pentingnya
memakmurkan masjid akibat pengaruh budaya dan ilmu pengetahuan yang mengedepankan akal dan pikiran.10
skripsi ini menitik beratkan pada aspek yaitu peran serta masyarakat
pesantren dalam upaya mengoptimalisasi fungsi Masjid sebagai pusat
pendidikan, dan pada kesimpulan adanya peran masyarakat pesantren dalam
mengoptimalisai fungsi masjid, dan bahwa masjid sangat tergantung pada
masyarakat itu sendiri.Sedangkan penelitian saya menitik beratkan pada
fungsi masjid sebagai pusat pendidikan remaja yang mana dalam hal ini
10 Agus Yulianto, Peran Serta Masyarakat dalam Optimalisasi Fungsi Masjid Sebagai
Pusat Pendidikan ( Studi Atas Masyarakat Pesantren di Depok Yogyakarta), Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 2003, Hlm : 73-74
14
kajian saya adalah peran serta masjid dalam mendidik kaum remaja menuju
sikap yang relegius.
Yang kedua, yaitu skripsi dari Akhmad Anwar Asy’ari Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga 2001 yang
berjudul tentang “ Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam masjid
Baitur Rahman di Dusun Watu Karung Margo Agung Sayegan,” dan
kesimpulan skripsi diatas adalah :
Berdasarkan data-data yang penulis yang kemukakan di atas, maka penulis member kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di masjid Baiturrahman
Watukarung telah dilaksanakan oleh pengasuh-pengasuh pengajian dengan memberikan materi dan metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan jama’ah pengajian, atau peserta didik. Disamping itu pelaksanaan pendidikan agama Islam ini, telah diikuti mayoritas jama’ah yang ada di masjid Baiturrahman Watukarung, hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan pendidikan agama Islam di masjid Baiturrahman telah berjalan dengan baik.
2. Adanya beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di masjid Baiturrahman Watukarung telah mendorong para pengasuh pengajian untuk lebih giat lagi dalam melaksanakan pengajian atau pendidikan sehingga pelaksanaan pendidikan agama Islam dapat lebih baik dan lancer.
3. Dengan adanya pelaksanaan pendidikan agama Islam di masjid Baiturrahman sudah berjalan dengan baik dan lancar sehingga telah memberikan hasil yang memuaskan. Hasil ini terbukti dengan di ketahui adanya pelaksanaan shalat berjama’ah lima kali sehari, melaksanakan puasa Ramadhan dan puasa sunnah sadar mengaji dan majlis ta’lim.11
Skripsi ini menitik beratkan pada semua lapisan masyarakat baik, orang
yang sudah tua (sepuh), remaja, anak-anak tanpa mengkhususkann pada satu
lapisan saja apa itu orang tua atau pada anak-anak. Sedangkan inti dari skripsi
11 Akmad Anwar Asy’ari, Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Masjid
Baiturrahman di Dusun Watukarung Margo Agung Sayegan, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 2001, Hlm : 95-96
15
ini adalah bahwa pelaksanaan pendidikan agama Islam di masjid
Baiturrahman dilaksanakan oleh pengasuh yang sering memberikan pengajian
, yaitu dengan memberikan materi dan metode yang sesuai dengann tingkat
kemampuan jama’ah.
Yang ketiga, adalah skripsi dari Samsul Arifin Jurusan Kependidikan
Islam Fakultaas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan
judul skripsi ‘Pemanfaatan Masjid al-Madinah sebagai Sarana
Pengembangan Pendidikan Islam bagi Siswa MTs Negeri Sleman Kota. Dan
kesimpulan skripsi ini adalah :
Berdasarkan fakta, data, dan analisis maka penulis dapat memberikan kesimpulan antara lain: 1. Kegiatan-kegiatan pemanfatan masjid al-Madinah sebagai sarana
pengembangan pendidikan Islam antara lain shalatdhuhur berjama’ah,shalat dhuha, shalat Jum’at, mujahadah, mengadakan peringatan-peringatan hari besar Islam, pelatihan pengajian berkelas pararel, pembinaan muazin dan tilawal al-Qur’an.
2. Faktor endukung dari pelaksanaan kegiatan di masjid al-Madinah kekompakan antara kepala sekolah, para guru, karyawan, masyarakat dan civitas MTs Negeri Sleman Kota. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kirang aktifnya siswa dalam mengikuti kegiatan dan alokasi waktu yang kurang untuk melaksanakan kegiatan pengembangan pendidikan di MTs N Sleman Kota.
3. Hasil dari pelaksanaan kegiatan pemanfatan masjid al-Madinah sebagai sarana pengembangan pendidikan Islam bagi siswa MTs N Sleman Kota dapat dilihat dari proses pembelajaran yang mana siswa cukup antusias dan akhlak keseharian siswa sehari-hari. Dari penilaian hasil angket siswa 2.803 orang dan wali murid 2.606 menunjukkan nilai sesuai atau baik. Dan prestasi akademik siswa termasuk kategori baik. Selain itu juga prestasi non-akademik dengan indicator siswa banyak siswa yang menjuarai lomba-lomba khususnya yang berhubungan dengan lomba-lomba bidang keIslaman.12
12 Samsul Arifin, Pemanfaatan Masjid al-Madinah Sebagai Sarana Pengembangan
Pendidikan Islam Bagi Siswa MTs Negeri Sleman Kota, Skripsi, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2003, hlm: 85-86.
16
Skripsi ini menitik beratkan pada penelitian yang ada di lingkungan madrasah
yang mana ingin mencari bagaimana cara pelaksanaan dan hasil yang dicapai
oleh kegiatan yang memanfaatkan masjid al-Madinah sebagai sumber
pengemabangan siswa Madrasah Tsanawiyah Sleman, Sedangkan obyek
kajian dari penelitian ini hanya pada siswa yang ada di dalam lingkungan
Madrasah. Kesimpulan penelitian ini adalah pemanfaatn masjid sebagai
sarana pengembangan pendidikan Islam terdiri dari sholat dhuhur berjamah,
sholat dhuha, mujahadah, mengadahkan peringatan hari besar Islam, pelatihan
pengajian berkala, pembinaan muazin dan tilawah al-Qur’an.
Dari semua skripsi di atas belum adanya penelitian yang menitik beratkan
pada pengoptimalisasi fungsi masjid sebagai tempat pendidikan bagi remaja,
karena ini sangat penting dan perlu diteliti karena semua tahu bahwa fungsi
masjid bukan hanya tempat ibadah namun juga sebagai tempat menuntut ilmu,
dan telah banyak sekali remaja sekarang ini yang telah rusak moral karena
telah jauh dari masjid dan yang terpenting adalah remaja sebagai aset negara
dan aset perubahan bagi masyarakat.
E. Kerangka Teori
1. Optimalisasi
Optimalisasi adalah penyederhanaan dari kata optimal yang
mempunyai arti paling bagus/tinggi, tertinggi, terbagus, paling
menguntungkan.13 Sedangkan optimalisasi mempuyai arti yaitu pengelolaan
yang pas terhadap terhadap apa yang ada, maka dalam arti yang sangat luas
17
yaitu bagaimana mengelola/memanajemen seuatu dengan baik terhadap
suatu lembaga atau yayasan. Dengan arti yang baik bahwa bagaiman
menegelola lembaga tersebut sehingga dapat berguna dan menjadi bagus
dan baik. Menurut supardi dalam penegelolaan masjid adalah bagaimana
masjid di optimalkan segala aspek yang ada di dalamnya baik itu organisasi,
ta’mir atau yayasan yang ada di dalamnya. Mengoptimalkan segala yang
ada tidak sulit apabila masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap
kkelangsugan masjid terebut. Untuk mengoptimalkan masjid ada rangkaian
yang harus di lalui tujuan dari masjid, fungsinya serta apa yang ada di
dalamnya. Mengoptimalakan yaitu manajemen organisasi yang ada di
dalam lembaga tersebut dengan baik sehingga menghasilkan output yang
baik. Ta’mir dan masyarakat berperan aktif untuk menjadikan lembaga
tersebut menjadi baik berfungsi sebagaimana fungsinya.
2. Masjid
Masjid kalau ditanya pada sebagian umat Islam maka dia akan
mengatakan bahwa masjid mempunyai arti sebagai tepat sholat, tempat
ibadah, ini adalah jawaban yang benar dan masuk akal namun akan lebih
baik kalau kita menanyakan apa arti masjid sebenarnya.
13 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer ( Surabaya : Arkola,
1994 ), Hlm, 545
18
Arti masjid menurut Drs. Sidi Gazalba adalah masjid berasal dari
bahasa arab yaitu sajada, sajada, yasjudu, masjidan yang artinya sujud,
sedangkan masjid adalah isim makan sebuah nama yang menunjukan
tempat. Jadi masjid berarti tempat sujud yaitu pengakuan atau pernyataan
pengabdian lahir dan batin yang dalam sekali kepada Zat Pencipta Alam
Semesta14. namun dalam arti yang luas adalah bahwa masjid tempat
berkumpul orang-orang untuk beribadah pada tuhan yang maha pemurah
dan di masjid tempat segala sesuatu dapat dicegah dengan baik tanpa
melihat yang lain. fungsi masjid juga diharapkan tidak hanya sebagai pusat
ibadah saja (sholat) melainkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
dakwah.
3. Fungsi - Fungsi Masjid dalam Masyarakat
Masjid juga dapat digunakan sebagai pusat pendidikan dan pengajaran,
pusat penyelesaikan problematika umat Islam dalam asfek hukum. Selain
itu masjid juga dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaaan ekonomi umat
dan pusat informasi umat Islam. Maka diharapkan masjid bukan hanya
sebagai sarana beribadah saja namun juga sebagai sarana proses
pembelajaran bagi umat manusia.dalam arti yang sangat luas dari tugas
masjid adalah:
14 Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Antara,
1981), hlm. 118
19
a. Melihat titik awal makna masjid adalah tempat sujud maka tugas utama
masjid adalah tempat sujud, karena di masjidlah orang dapat
mendekatkan diri pada sang Kholik yang telah memberi kenikmatan
yang sangat banyak sekali pada manusia yang tiada kiranya lagi.
b. Masjid tempat berkumpul umat manusia, baik yang kulit putih maupun
yang kulit hitam yang pendek maupun yang tinggi yang miskin maupun
yang kaya semua orang sama berumpul di masjid untuk mendekatkan
diri pada sang kholik. Inilah yang membedahkan dengan tempat lain.
Pada masa rasulullah tiada perbedaaaan antara yang budak dengan tuan
sehingga banyak kaum kafir yang tidak mau masuk Islam pada masa
itu, karena tidak ingin bergabung dengan nabi karena mereka merasa
terhina jika bergabung dengan nabi dan budak pada masa itu.
c. Masjid tempat menerima dan memberi addin. Yang dimaksud dengan
menerima dan memberi adalah di masjid disampaikan masalah-msalah
agama yang ada sehingga masyarakat dapat menemukan kebaikan.
Dengan adanya tugas masjid yang sangat banyak tentu hal ini akan
menjadikan umat Islam dapat bersatu dengan baik tanpa ada yang
membedakan beberapa golongan tertentu apalagi sampai mengatakan
golongan saya yang terbaik dan yang akan mengatakan bahwa hanya dari
golongan saya yang masuk surga.
Supardi dan Teuku Amiruddin mengungkapkan bahwa “Pendidikan
Islam termasuk sebagaimana kegiatan memakmurkan masjid dan ini sesuai
dengan prinsip yang di yakini oleh umat Islam bahwa ilmu itu datangnya
20
dari Allah karena itu masjid lebih utama sebagai tempat menuntut
ilmu”.15maka sangat wajar kalau Rasulullah yang menjadikan masjid
sebagai pusat kegiatan umat Islam era itu dan juga pada era itu pemuda
sagat dekat dengan masjid dan taat beribadah. dalam pendapat yang lain
bahwa masjid sebagai pusat segala kegiatan umat Islam sebagaimana di
kutip oleh Sopyan Syafri Harahap dalam buku Sabili tahun 1993 hal 42
tidak heran, jika masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan terbentuk secara kokoh dan rapi kecuali dengan kometmen terhadap system, aqidah dan tantanan Islam. Dalam hal ini tidak akan dapat di tumbuhkan kecuali dengan semangat MASJID. 16
Masjid sebagai salah sau instrument bagi umat Islam perjuangan dalam
mengerakan riasalah yang dibawa Rasulullah. Mengenai peranan ini Dr. M.
Nastir (1987) berpendapat sebagaimana dikutip oleh Sopyan Syafri Harahap
“dalam menyusun jamaah sebagai teras masyarakat, MASJID mempunyai
fungsi dan peranan tertentu dan utama”. 17 masjid juga sebagai pertahan
terakhir bagi umat Islam, dimana nanti masjid sebagai pertahan untuk
membentengi umat Islam dari maha bahaya yang ditimbulkan oleh
pertingkaian, permusuhan dan kekejaman dari penguasa yang zholim.
15 Supardi dan Teuku Amiruddin, Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat
Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid ( Yogyakarta: UII Press 2001), hlm. 133 16 Sofyan Syafri Harahap,Manajemen Masjid Suatu Pendekatan Teoritis dan
Organisatoris ( Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1996 ) hlm 5 17 Ibid., hlm 6
21
Ahmad Sarwono mengatakan bahwa masjid sebagai jantung masyarakat
yaitu mengatakan bahwa masjid sebagai jantung masyarakat sebab masjid
berkaitan erat dengan kegiatan sehari-hari umat Islam, bukan hanya sebagai
simbol namun juga untuk mewujudkan kemajuan peradapan,
kemasyarakatan, dan keruhanian umat.18 Sehingga masjid bukan hanya
sebagai simbol semata-mata namun masjid difungsikan untuk perubahan
umat Islam. Dalam hal ini untuk merubah masyarakat di buthkan
pembelajaran dan pendidikan maka fungsilain dari masjid adalah sebagai
temapat pendidikan dan pembelajaran. Sidi Gazalba mengatakan bahwa
masjid mempunyai tugas-tugas yaitu, sebagai tempat sujud, sebagai tempat
muslim berkumpul, sebagai tempat menerima dan member addin, sebagai
tempat mengumumkan hal-hal penting yang menyangkut umat Islam,
sebagai tempat belajar dan pendidikan, sebagai tempat Baitulmal, tempat
meneyelesaikan permasalahan perkara dan pertingkaian, sebagai tempat
sosial, sebagai tempat markas umat Islam.19
4. Fungsi Masjid dalam Pendidikan
Era sekarang ini sangat tergantung dengan masalah pendidikan,
karena kalau pendidikan yang baik maka otomatis masyarakat akan baik.
Namun apabila pendidikan jelek maka yang terjadi adalah kualitas
masyarakat akan jelek. Maka yang terjadi sekarang ini pendidikan telah
18 Ahmad Sarwono, Masjid Jantung Masyrakat (Rahasia dan Manfaat Memakmurkan
Masjid) (Yogyakarta: Izza Pustaka, 2003), hlm : 9 19 Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Antara,
1981), hlm 126-130
22
pudar dari arah yang sebenarnya yaitu sebagai bahan untuk mencetak
generasi yang baik dan berakhlak mulia.
Tiga dimensi yang harus dicapai oleh aktualisasi al-Qur’an dalam
pendidikan adalah
Pertama, dimensi spritual meliputi iman, taqwa dan akhlak mulia
Kedua, dimensi budaya menitikberatkan ada pembentukan kepribadian
muslim sebagai individu yang diarahkan kepada peningkatan dan
pengembangan faktor dasar (bawaan) dan faktor ajar (lingkungan) dengan
berpedoman pada nilai-nilai keIslaman
Ketiga, dimensi kecerdasan, yang membawa kepada kemajuan yaitu
cerdas, kreatif, terampil, disiplin, etos kerja, profesional, inovatif dan
produktif.20 Dalam tiga dimensi ini sangat wajar kalau pendidikan harus
mencakupkan segala dari tiga dimensi diatas agar tercipta yang baik dalam
masyarakat.
Fungsi masjid sebagai sarana pendidikan adalah untuk masyarakat
yang mengingkat pemahaman agamanya atau yang lain baik membaca,
menulis atau permasalahn yang lain maka masjid akan menjawabnya
sebagia mana dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW. Rasul menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan dan pembelajaran terhadap sahabatnya
sehingga sahabatnya menguasai agama dengan baik. Pendidikan yang baik
adalah seimbang antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum,
20 Said Aqil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Quran dalam System
Pendidikan Islam (Ciputat Press, 2005), hlm 7-9
23
yang artinya adalah seimbang antara pengetahuan yang didapat antara
umum dan agama agar menjadi manusia yang unggul.
5. Remaja
Remaja adalah aset yang sangat berharga di dalam masyarakat
sekarang ini, di mana segala sesatu yang ada tentu pasti sangat tergantung
terhadap remaja, karena remaja adalah tolak ukur yang akan menjadikan
perubahan terhadap sesuatu komunitas yang terjadi di dalam pergolakan
yang ada di dalam masyarakat ini. Maka sangat wajar Rasulullah sangat
menginginkan bagaimana seharusnya seorang remaja berprilaku. Di dalam
masalah ini.kemajuan suatu remaja bagaimana cara agar memperdayakan
remaja agar terjadi perubahan yang dapat menjadikan bagaimana remaja
berprilaku.
Remaja adalah salah satu komunitas masa peralihan yang pasti
terjadi di dalam kehidupan manusia, dalam hal ini memang kita harus tahu
apa batasan seseorang disebut remaja atau dewasa. Namun sebelum kita
melangkah lebih jauh akan membahas siapa itu remaja. Remaja menurut
WHO pada tahun 1974 yang ditulis oleh Muangman, 190: 9 seperti yang
di kutip oleh Prof. Dr Sarlito Wirawan Sarwono mempunyai Difinisi
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual
2. Indivindu mengalami perkembangan psikologis dan pola indentifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa
24
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.21
Difinisi yang dibawa oleh WHO tersebut sama halnya yang didifinisi oleh
masyarakat indonesia.
Dan pada bagian lain ada difinisi yang berbeda yaitu, Remaja
adalah salah satu komunitas masa peralihan yang pasti terjadi di dalam
kehidupan manusia, dalam hal ini memang kita harus tahu apa batasan
seseorang disebut remaja atau dewasa. Batasan umur untuk remaja adalah
12 sampai 21 tahun,22 maka dengan adanya difinisi tersebut maka sangat
wajar kalau sering terjadi perbedaan dalam perseftif tentang arti remaja
namun semua mengarah ada satu makna yaitu masa peralihan dari anak-
anak menuju dewasa dan umur masuk pada usia 11-21 atau 24. maka
remaja pada masa itu juga sangat wajar karena anak pada usia tersebut
suka mencoba sesuatu yang baru. Pada fase anak mereka mempunyai
tugas perkembangan, yaitu :
1. Perkembangan aspek-aspek bilogik
2. Menerima peran dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat
sendiri.
3. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan/ atau orang-orang
dewasa yang lain.
4. Mendapatkan pandangan hidup sendiri.
21 Sarlio Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1994), hlm 9 22 F. J. Monks, DKK, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1982), hlm : 219
25
5. Realisasi suatu indetitas sendiri dan dapat mengadahkan partisipasi
dalam kebudayaan pemuda sendiri.
Fase-fase ini tentu ada di dalam diri remaja karena ini adalah sunnahtulloh
dan tak dapat di hindari dalam perkembangannya.
Remaja yang baik adalah remaja dan tingkah laku remaja
berdasarkan pada keagamaanya. Dalam hal ini tingkah laku keagamaan
yang sering ada dialami remaja sering berubah-rubah, karena itu di dorong
oleh adanya sikap keagamaan yang merupakan yang ada pada diri
seseorang23. Maksudnya adalah bagaimana keadaan yang sedang terjadi
pada diri seorang remaja maka saat itulah ia akan merngerjakan. Maka
sangat wajar kalau kita sering jumpai kalau ada seseorang kadangkala
tidak mau/suka untuk beribadah pada sang kholik, maka yang tejadi adalah
kemalasan dan ketidakmauan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini mengunakan jenis penelitian kualitatif menurut
Bogdan adan Taylor mengemukakan bahwa metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data diskrimatif, berupa kata-kata
tertulis/lisan dari sesorang dan prilaku yang di amati.
23 H. Ramayulis, Psikologi Agama ( Jakarta : Kalam Mulia, 2002), hlm, 98
26
Penelitian kualitatif bersifat indukatif karena tidak dimulai hipotesa
sebagai genalisasi untuk di uji kebenarannya melalui penemuan data.
Dengan kata lain penelitian kulaitatif diarahkan pada latar belakang
individu secara utuh, jadi individu tidak boleh diisolasikan kedalam
variabel atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari
keutuhan.24 Sehingga penelitian menjadi sesuatu yang utuh dan tidak ada
yang terlewati, dan menjadi sebuah ilmiah yang baik dan jelas. Dan
penelitian kualitatif tidak ada yang mengunakan variabel-variabel yang
mengunakan variabel adalah penelitian kuantitatif, ini yang menjadi
perbedaan dalam hal jenis penelitian.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini mengunakan pendekatan sosiologi
fungsional yang ingin mengamati apa yang terjadi di dalam masyarakat
yang ada disekitar masjid dan bagaimana respon masyarakat terkait
permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat yang ada
disekitar masjid tempat bernaungnya remaja, dalam pendekatan
sosiologi minimal taiga teori yang digunakan (1) Teori fungsional, (2)
Teori intraksional, (3) teori konflik.25 Teori funsional adalah teori yang
mengasumsikan masyarakat sebagai orgasnisme ekologi mengalami
pertumbuhan, jadi teori fungsi adalah ingin melihat dan meneliti
masyarakat dari funsinya. Adapun langkah-langkah yang di perlukan
24 Lexi J. Moleong, Metetodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja,
Rosdakarya, 2000), hlm .3 25 Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam ( Yogyakarta : ACAdeMIA +
TAZZAFA, 2004) hlm, 145
27
dalam teori ini adalah 91) membuat indentifikasi tingkah laku sosial
yang problematik, (2) mengindentifikasi konteks terjadinya tingkah
laku yang manjdi obyek penelitian, dan (3) mengindentifikasi
konsekuensi dari suatu tingkah laku soial. Teori intraksional adalah
teori yang mengasumsikan dalam masyarakat pasti ada hubungan antara
masyarakat dengan individual, sedangkan teori konflik adalah teori
yang kepercayaan bahwa setiap masyarakat mempunyai kepentingan (
interest ) dan kekuasaan ( power ) yang merupakan pusat segala dari
hubungan sosial. 26
2. Metode Penentuan Subyek
Metode penetuan subyek adalah sumber yang dapat memberi
keterangan atau data yang diperlukan dalam penelitian sehingga informasi
yang diterimah menjadi valid. Dan adapun subyek penelitian adalah
subyek yang akan diteliti oleh peneliti.27 Dan adapun subyek penelitiannya
yaitu takmir masjid dan remaja masjid yang ada di sekitar
masjid.sedangkan untuk observasi yaitu benda-benda atau dukumen yang
dapat di jadikan keterangan dari penelitian ini, sehingga apa-apa yang bisa
dijadikan bukti dari kegiatan remaja atau program yang di adakan oleh
takmir masjid dapat di jadikan sumber data. Adapun subyeknya ketua
ta’mir masjid, koordinator ta’mir masjid bagian pendidikan, ta’mir yang
membidangi dakwah, sesepuh ta’mir masjid. Adapun subyek dari remaja
26 Ibid.,… hlm 146-147
27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 122
28
ketua remaja masjid mustaqiem, remaja yang aktif fan remaja yang tidak
aktif serta remaja yang dahulu aktif dan sekarang tidak aktif lagi.
3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian yang mengarahkan pada penelitian yang ilmiah adalah
dengan mengunakan metodologi peneltian. Metodologi penelitian itu
sendiri tentu sangat penting kaena dalam hal ini seorang peneliti harus
mengetahui metode apa yang akan di gunakan di dalam penelitian. Maka
dalam hal ini saya akan mengunakan beberapa metode penelitian yang
telah sering di gumakan oleh para peneliti ilmiah yaitu :
a. Observasi
Dalam penelitian imiah metode observasi sering di gunakan untuk
melihat data yang ada sebagai bahan dalam proses penelitian. Metode
observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistemartis
fenomena-feniomena yang akan diselidiki.28 Yaitu mengamati keadaan
jama’ah shalat di masjid, keadaaan jama’ah pengajian, keadaan
keagamaan remaja sekitar masjid serta kegiatan remaja sekitar masjid,
kemudian meneyelidikinya, sehingga menjadi data yang akan
mendukung untuk mengukapkan permasalahan yang terjadi.
28 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1982), hlm 42
29
b. Dokumentasi
Dalam penelitian yang ilmiah juga dituntut untuk mengunakan
metode yang lain agar penelitian yang di gunakan benar-benar ada
karena yang ada di dalam suatu lembaga dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam penelitian selanjutnya maka di dalam penelitian
yang baik juga harus melihat apa yang ada di dalam lembaga yang
menjadi obyek penelitian. Metode dukumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda, dan sebagainya.29 Jadi
dengan mengunakan metode dukumentasi bagaimana seorang peneliti
dapat melihat dengan baik apa yang ada di dalam alur penelitianya.
Dan adapun data yang akan digali dari metode ini adalah berapa
jumlah remaja yang ada, jumlah pengurus ta’mir masjid, struktur
ta’mir, batas wilayah dan juga surat-surat sebagai bukti bahwa
kegiatannya ada.
c. Wawancara/Interview
Interview sangat di tekankan pada penelitian ini karena
penelitian ini sangat berkecapakan sekali di dalam penelitian.
Interview ini seorang peneliti dapat mengorek keterangan
dengan jelas apa yang akan di ketahui dari informan. Metode interview
adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab secara
sepihak dan dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada
30
tujuan penelitian.30 Dan adapun yang di wawancara dari ta’mir adalah
ketua ta’mir masjid, koordinator bagian pendidikan ta’mir masjid,
koordinator bagian remaja dan pemuda, koordinator dakwah.
Sedangkan dari remaja adalah ketua remaja masjid, yang aktif ke
masjid, yang tidak aktif dan yang dulu aktif sekarang tidak aktif serta
yang tinggal di sekitar masjid tapi aktif ke Mushalah.
Maka dengan adanya metode ini tentu hal yang ada di dalam
sesuatu yang akan diteliti dapat diketahui dengan jelas, dan adapun
interview yang kan saya gunakan adalah wawancara bebas dan
sistematik, yang di maksud bebas adalah tanpa mengunakan tek namun
secara sistematik agar wawancara tidak keluar dari alur penelitian,
sehingga penelitian menjadi fokus terhadap permasalahan yang teliti.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data ini adalah salah satu bagaimana data yang ada
dan dianlisis dengan baik agar temukan titik keluarnya sehingga
masalah yang di timbulkan dapat di cari jalan keluarnya dan di berikan
pemecahan yang baik terhadap permasalahn itu. Dan analisis data
adalah usaha untuk menguraikan data yang terkumpul kemudian di
olah dan di simpulkan. Dalam hal menganalisis penulis akan
mengunakan metode analisis analitik yang artinya adalah suatu usaha
untuk mengumpulkan data dan menyusun agar menjadi suatu data dan
29 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2002), hlm 206 30 Koentjaranigrat, Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT Gramedia,1983), hlm 34
31
kemuduian di analisis.31 Sehingga setelah data terkumpul maka di
analis dan di simpulkan.
Namun dalam hal membahas data yang ada di gunakan pola pikir
deduktif, yaitu pola pikir dengan analisis yang berpinjak dari
pengertian atau fakta yang bersifat umum, diteliti dan hasilnya dapat
memcahkan permasalahn khusus(umum-khusus). 32Yang kedua pola
pikir induktif yaitu pola pikir yang berpinjak pada fakta yang
bersifatKhusus kemudian diteliti fdan akhirnya di temukan pemecahan
persoalan yang bersifat umum (khusus-umum).33
Dan untuk memperoleh kesimpulan maka digunakan cara pikir
yang bersifat umum, yang didapatkan dari fakta-fakta yang khusus
seperti pengambilan dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi.34 Sehingga data yang telah terkumpul dapat di simpulkan
menjadi berita yang baru dan dapat diterima dengan baik oleh segenap
masyarakat.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pemahaman skripsi maka harus ada sistematika
bahasan yang mana di dalam skripsi ini terdiri dari empat bab pertama
pendahuluan, kedua berisi gambaran umum obyek penelititan, ketiga berisi
pembahasan, keempat kesimpulan.
31 Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah ( dasar, metode, teknik) (Bandung :
Tarsito, 1990), hlm 139-140 32 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta : UGM, 1975), hlm. 3 33 Ibid, hlm. 16 34 Ibid., hlm. 42
32
BAB I tentang pendahuluan yang membahas tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, dan juga bagaimana masalah itu muncul dan patut
untuk diteliti. Kegunaan dan tujuan penelitian ada juga pada bab ini kemudian
kerangkah teori, tinjaun pustajka, dan berakhir pada metodologi penelitian
dan juga uraian sistematika penelitian.
BAB II, berisi tentang geografi dari obyek yang akan diteliti letak geografi
struktur organisasi, serta jumlah dari nama yang terdapat di dalam organsisai
tersebut, sehingga apa yang ada di dalam organisasi masjid tersebut dapat di
ketahui dengan detail.
BAB III, berisi tentang peran organisasi tersebut di dalam hal
menanamkan aqidah pada remaja yang ada di sekitar dan juga menerangkan
kedala yang menjadikan kegagalan yang ada di dalam menyampaikan
pendidikan yang ada.
BAB IV, Berisi tentang kesimpulan dari uraian skripsi dan saran-saran
yang baik yang berkaitan denga topik bahasan yang ada dan di akhir di tutup
dengan lampiran-lampiran yang berkaitan dengan hasil penelitian.
80
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian penelitian di atas maka penulis mengambil beberapa
kesimpulan :
1. Belum optimalnya masjid karena adanya kesibukan dari ta’mir dan remaja
sehingga tidak ada waktu untuk mengoptimalkan keberadaan masjid, tidak
adanya komunikasi yang baik antara ta’mir dengan remaja sehingga remaj
merasa tidak diperlukan lagi di masjid. Hilangnya semangat remaja untuk
dating ke masjid karena ada rasa ketidak sukaan remaja terhadap ta’mir
masjid. Adanya kesibukan remaja sekolah, kuliah, dan kerja karena
tuntutan ekonomi serta terlena dengan media.
2. Upaya yang telah dilakukan oleh ta’mir masjid untuk remaja adalah
dengan diadakan berbagai kegiatan yang langsung dipegang oleh remaja,
diadakan pengajian remaja, dan pelatihan membaca al-Qur’an.
3. Keadaan keagamaan remaja yang tinggal di sekitar masjid baik dapat
dilihat dengan mereka sering pergi ke mushalah sekitar masjid.
B. Saran
Saran-saran peneliti bagi ta’mir masjid adalah
1. Fungsi masjid bukan hanya sebagai tempat untuk beribadah dalam arti
yang luas adalah shalat saja namun ada sisi yang lain yaitu pendidikan dan
81
pembinanan terhadapa masyarakat maka ta’mir harus memberiakn
pembinaaan yang bai terhadap masyarakat khusunya remaja. Maka dalam
hal ini ta’mir harus memberikan tentang pendidikan bagi remaja dan juga
mengajarkan nilai-nilauii agama pada remaja
2. Harus asanya komunikasi yang baik antara remaja dan ta’mir, karena
akaalau ada komunikasi yang baik maka akan di ketahuai apa yang di
inginkan remaja maka dalam hal ini ta’mir harus mengadakan dialog apa
yang di ingnkan remaja agar remaja giat datang ke masjid
3. Beri kebebasan remaja untuk berkreasi dengan baik di masjid dan hargai
apa yang telah dilakukan oleh masjid dan bina mereka dengan baik dan
jangan sekali apa yang dilakukan remaja mereka akan hilang semangat (
mutung)
4. Adakan acara-acara yang membangkitkan semangat mereka untuk
kemasjid kembali, baik itu makan-makan bersama aut bond atau hanya
sekedar diskusi aatra mereka. Karena remaja membutuhkan hal seperti itu.
82
DAFTAR PUSTAKA
Afif. Abdullah, Islam Dalam Kajian Sain dan Sebuah Bunga Rampai, Surabaya,
Al - Ikhlas, 1994 Al Munawar, H. Said Aqil Husin, Aktualisasi Nilai-Nilai Quran Dalam System
Pendidikan Islam, Ciputat Press, 2005 Arikunto, Prof Dr Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta, PT, rineka cipta, 2002 Arifin, Samsul, Pemanfaatan Masjid al-Madinah Sebagai Sarana Pengembangan
Pendidikan Islam Bagi Siswa MTs Negeri Sleman Kota, Skripsi, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2003
Asy’ari, Akmad Anwar, Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Masjid
Baiturrahman di Dusun Watukarung Margo Agung Sayegan, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 2001
Basri, Hasan, Remaja Berkualitas Problematiak Remaja dan Solusinya,
Yogyakarta, Pustaka Belajar, 1996 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung, PT Syaamil
Cipta Media, 2005 Darajat, Zakaiyah, Problematika Remaja Di Indonesia, Jakarta, Bulan Bintang,
1978 F. J. Monks, DKK, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1982 Gazalba, Sidi, Masjid pusat Ibadah dan kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka
Antara, 1981 Hadi, sutrisno, Metodologi Research II, Yogyakarta, Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM,1984 Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta : UGM, 1975 Harahap, Sofyan Syafri, Manajemen Masjid Suatu Pendekatan Teoritis dan
Organisatoris, Yogyakarta, PT. Diana Bhakti Prima Yasa, 1996 H. Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta, Kalam Mulia, 2002
83
Koentjaranigrat, Penelitian Masyarakat, Jakarta, PT Gramedia, 1983 Moleong, lexi, j, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT Remaja
Rosdakarya, 2000 Nasution, Khoiruddin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta : ACAdeMIA +
TAZZAFA, 2004 Partanto, Pius A dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola, 1994 Remmers H.H dan C. G. Hackett, Memahami Persoalan Remaja, (terj) Zakiyah
Darajat, Jakarta, Bulan Bintang, !984 Sarwono, Ahmad, Masjid Jantung Masyrakat (Rahasia dan Manfaat
Memakmurkan Masjid), Yogyakarta: Izza Pustaka, 2003 Supardi dan Teuku Amiruddin, Manajemen Masjid Dalam Pembangunan
Masyarakat Optimalisasi Peran Dan Fungsi Masjid, Yogyakarta: UII Press 2001
Sarwono, Sarlio Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta, PT Raja Grafindo persada,
1994, Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (dasar, meode, teknik),
Bandung, Tarsito, 1990 Yulianto, Agus, Peran Serta Masyarakat dalam Optimalisasi Fungsi Masjid
Sebagai Pusat Pendidikan ( Studi Atas Masyarakat Pesantren di Depok Yogyakarta), Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 2003
Curriculum Vitae
Nama : Dien Muhammad Ismal Bransika
NIM : 05410194
TTL : Rantau Kasih 9 Juni 1985
Alamat Yogyakarta : Asrama Ranggonang JL. Tunjung Baru No 4, Baciro Yogyakarta
Alamat Asal : Ds. Sidomukti SP I Kec. Plangkat Tinggi, Kab. Musi Banyuasin, Sumatra Selatan 30757.
Ayah : Ahyar
Ibu : Siti Rosadah
Tlp : 081328424609.
Hobby : Membaca dan Jalan-jalan
Riwayat Pendidikan
SDN I Sidomukti. 1991-1998.
MTs Sidomukti. 1998-2001.
MA Pon-Pes Assalam Palembang. 2001-2005.
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2005-2009.
Riwayat Organisasi.
OSA ( Organisais Santri Assalam), jabatan staf Bagian Tamu dan Olahraga. 2004-2005.
FORSILAM ( Forum Silaturrahmi Alumni Assalam), 2005-2009.
IKPM MUBA ( Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Musi Banyuasin [MUBA] ), 2005-2008.