jurusan manajemen fakultas ekonomi dan ilmu...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN FAKTOR SOSIAL
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN
(Studi kasus konsumen Pocari Sweat pada masyarakat Ciputat)
SKRIPSI
Oleh
S u k a r m a n
103081029321
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
1429 H/2008
Hari ini tanggal 15 April 2008. telah melakukan ujian skripsi atas nama : Sukarman, NIM
103081029321. Dengan judul skripsi ”ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN
DAN FAKTOR SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN”
(Studi kasus konsumen Pocari Sweat pada masyarakat Ciputat), memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini suadah sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan
manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 15 April 2008
Tim Penguji Skripsi
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid. MS Heryanto. SE. M.Si
NIP : 131. 474.891 NIP : 131. 569.931
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ir. Ahmad Rodoni. MM
NIP : 150. 317.955
Hari ini tanggal 15 April 2008. telah melakukan ujian skripsi atas nama : Sukarman, NIM
103081029321. Dengan judul skripsi ”ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN
DAN FAKTOR SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN”
(Studi kasus konsumen Pocari Sweat pada masyarakat Ciputat), memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini suadah sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan
manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 15 April 2008
Tim Penguji Skripsi
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid. MS Heryanto. SE. M.Si
NIP : 131. 474.891 NIP : 131. 569.931
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ir. Ahmad Rodoni. MM
NIP : 150. 317.955
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Akhir-akhir ini minuman isotonik mempunyai pelanggan yang makin banyak dan
meningkat dari tahun ketahun, hal itu di antaranya bisa dilihat dari makin mudahnya ditemukan
penjual yang memasarkan produk isotonik itu sendiri, dengan gampang bisa kita jumpai
penjual minuman isotonik itu di setiap sudut tempat belanja kebutuhan sehari-hari, mulai dari
pedagang kaki lima yang menjajakan dipinggiran jalan, kios-kios dan toko-toko kecil di pasar
sampai pusat pembelanjaan mewah berupa mal.
Masyarakat semakin banyak yang tahu, paham dan mengerti akan perlunya pengganti
cairan dan elektrolit yang hilang karena berbagai aktifitas yang dilakukan. Minuman isotonik
menjadi salah satu jawaban karena minuman isotonik membantu menggantikan cairan dan
elektrolit yang hilang, minuman isotonic dengan cepat meresap ke dalam tubuh karena
osmolaritasnya yang baik dan terdiri dari elektrolit- elektrolit untuk membantu mengganti
cairan tubuh.
Permintaan pasar minuman isotonik dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal itu juga
membuat perkembangan produsen minuman isotonik dari tahun ke tahun terus bertambah.
Tapi berkembangnya produsen minuman isotonik setiap perusahaan berbeda tergantung dari
berhasil atau tidaknya perusahaan itu menerapkan strategi bauran pemasarannya.
Minuman dengan rasa khas yang mengandung isotonik yang dikemas dalam kaleng
kian banyak macamnya, di anataranya Pocari sweat. Pocari Sweat sangat cepat
perkembangannya dan sekarang menjadi market leader di pasar mimunan isotonik di
Indonesia.
Pocari Sweat mulai memasuki pasar Indonesia tahun 1990. Pertama kali masuk ke
Indonesia hanya 30.000 kaleng setahun, Ini pun harus didatangkan dari pabrik minuman Pocari
Sweat di Korea Selatan.
Pada tahun 1991, PT Amerta Indah Otsuka perusahaan yang memproduksi Pocari
Sweat mendirikan pabrik di Lawang kabupaten Malang Jawa Timur, memproduksi minuman
Pocari Sweat Pada waktu itu pabrik memiliki kapasitas produksi 7 juta kaleng per bulan.
Pabrik di Lawang beroperasi selama 13 tahun (1991- 2004), pada bulan Januari 2004
diputuskan memindahkan pabrik ke Sukabumi. Pertimbangannya untuk lebih menekan biaya
produksi dan transportasi serta memberikan kemudahan penyediaan bahan baku. Pabrik
penghasil minuman Pocari Sweat di Sukabumi saat ini telah mampu memproduksi 14 juta
kaleng per bulan..
Melihat pasar Indonesia menjadi pasar yang potensial untuk minuman isotonik,
sehingga saat ini, telah banyak pemain yang masuk di pasar minuman isotonik. Mulai dari
Kino Sweat dari Gorup Kino, X-Ion dari PT Dankos Laboratories, Zporto dari PT Triusaha
Mitraharja, Vita Zone dari Mayora, Mizone dari Aqua-Danone, sampai dengan Pocari Sweat
dari PT Amerta Indah Otsuka (AIO) yang saat ini menjadi pemimpin pasar. Namun, seiring
dengan ketatnya kompetisi, maka satu-persatu hilang begitu saja. Dan sampai saat ini, tinggal
beberapa merek saja yang masih bertahan
pocari sweat cegah penyumbatan pembuluh darah
bandara internasional di jepang paling waspada terhadap penumpang pesawat jarak jauh
yang mungkin mengalami sindrom deep vein thrombosis (dvt).
dokter di bandar udara itu, dilengkapi peralatan yang memadai, selalu siaga setiap kali
ada penerbangan jarak jauh mendarat maklum dvt yaitu penggumpalan darah pada pembuluh
darah balik (vena) bisa mematikan bila ada gumpalan darah yang terhanyut di pembuluh vena
tersebut dan kemudian menyumbat paru-paru yang membuat orang jadi terganggu
pernapasannya.
dvt atau vte (venous thrombo embolic) dulu banyak terjadi pada penumpang pesawat
jarak jauh kelas ekonomi yang selama perjalanan kesulitan atuu tidak banyak bergerak
sehingga sindrom ini juga dikenal sebagai economic class syndrome. gangguan inilah yang
beberapa waktu lalu divonis sebagai penyebab meninggalnya seorang wanita inggris setelah
terbang selama 24 jam dari australia ke london.
bila tidak meninggal penderita gangguan ini bisa mengalami pembengkakan di kaki,
kram atau pegal pegal. kondisi ini bahkan bisa berlangsung sampai berhari-hari setelah turun
dari pesawat antara lain untuk membantu mencegah terjadinya gangguan tersebut
saga nutraceuticals research institute (snri) lembaga penelitian milik otsuka
pharmaceutical, produsen minuman isotonik pocari sweat melakukan suatu penelitian. dalam
penelitian yang dilakukan bekerjasama dengan japan air line (jal) tersebut menurut masao
sakurai kepala peneliti di snri sebanyak 12 pria berusia 24 - 38 tahun diminta duduk diam
(seperti naik pesawat terbang) selama empat jam.
secara acak sebagian dari mereka diberi minum pocari, sebagian lain air minum biasa,
dan sisanya diberi plasebo. ketika dari kaki subjek penelitian kemudian diperiksa darahnya,
terlihat bahwa duduk selama empat jam dengan plasebo ternyata meningkatkan kekentalan
darah dan menurunkan plasma darah hingga 40 persen. sementara air minum biasa terlihat bisa
menggantikan cairan tubuh yang hilang tetapi tak sanggup mempertahankan jumlah plasma
darah dan kekentalan darah. efektivitas air mmnum itu akan hilang bersama terbuangnya cairan
tubuh baik melalui urin maupun pernapasan.
sebaliknya volume plasma darah pada mereka yang minum pocari sweat tetap terjaga
selama dua jam. tingkat kenaikan kekentalan darah pun bisa dicegah oleh cairan tersebut.
demikian pula ketika penelitian dilanjutkan dengan mengadakan penerbangan selama 9 jam
dari jepang ke amerika. dari total sampel 40 orang pria berusia di bawah 40 tahun yang
diperlakukan seperti pada penelitian sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa konsumsi pocari
sweat dalam penerbangan panjang mampu menjaga terjadinya hypovolemia, yaltu kondisi
penurunan volume plasma darah.
sebab umum terjadinya hypovolemia adalah dehidrasi, perdarahan, luka bakar, atau
penggunaan obat-obatan. pengobatan bisa dilakukan dengan istirahat selama 30 menit,
konsumsi cairan dengan tingkat gula sedang, minum jus buah, dan pada kasus parah bahkan
juga dianjurkan untuk transfusi darah.
menurut masao sakurai kandungan elektrolit pada pocari sweat menjadi kunci mengapa
kekentalan dan volume plasma darah bisa terjaga pada mereka yang banyak mengeluarkan
cairan tubuh. “kalau diganti dengan air minum biasa, cairan tubuh memang bisa tergantikan,
tetapi elektrolitnya tidak. jadi, ketika air minum pengganti cairan tubuh itu dikeluarkan lagi,
baik lewat urin maupun pernapasan, efektivitasnya ikut hilang,” katanya.
Produk minuman isotonik asal Jepang ini awalnya bisa dibilang gagal di pasar
Indonesia. Sejak dipasarkan tahun 1990-an, kinerja penjualannya seperti membentur tembok.
Pasarnya tak kunjung berkembang walaupun potensinya amat besar. Akan tetapi sekarang, bagi
pengelola PT. Amerta Indah Otsuka (AIO) – produsen dan pemasar Pocari – berbagai
kegagalan dan cerita sedih itu adalah kisah masa lalu. Dari tahun 2002 ke tahun 2003,
penjualannya meningkat 50%, dan berdasarkan data yang sudah masuk hingga September
diperkirakan meningkat minimal 80%.
Bagaimanapun, prestasi yang dicapai Pocari luar biasa. Di tengah persaingan sektor minuman
yang sangat ketat, bisa meraih peningkatan penjualan tahunan sebesar 50% tentu menakjubkan.
Dari data Indocommercial, rata-rata peningkatan produk minuman energi dan minuman
kesehatan di Indonesia hanya 28,6% per-tahun. Berarti, Pocari bisa tumbuh jauh mengungguli
industrinya. Bagi manajemen AIO, kinerja sekarang ini merupakan jerih payah dan
ketersendatan yang pernah dialami pada tahun-tahun pertama mengenalkan Pocari.
Pada awal penetrasi, persepsi masyarakat di Indonesia terhadap Pocari masih kabur.
Salah persepsi ini tidak hanya datang dari konsumen, melainkan juga pedagang dan pengecer.
Terbukti Pocari Sweat masih sering dipajang bersebalahan dengan minuman ringan seperti
Coca-cola, Sprite dan Fanta. Bahkan juga dengan minuman air mineral seperti Aqua, Vit dan 2
Tang. Padahal Pocari merupakan minuman isotonik yang jelas berbeda dari minuman ringan,
minuman energi ataupun minuman mineral. Perbedaan ini yang belum dimengerti oleh
sebagian konsumen dan penjual.
Sebagai minuman isotonik, fungsi Pocari adalah menggantikan cairan tubuh yang
hilang akibat olah raga atau dehidrasi. Komposisinya sengaja dibuat mirip dengan cairan yang
ada dalam tubuh manusia. Jadi, dengan minum Pocari bukan bertambah tenaganya seperti pada
minuman energi (energy drink), melainkan membuat tenaga cepat pulih seperti sediakala.
Fungsi minuman isotonic hanya memulihkan, tidak menambah tenaga. Nasib Pocari yang
terseok-seok di Indonesia sebenarnya mirip dengan yang terjadi di Jepang. Di Jepang, awalnya
Pocari juga susah, tidak laku.
Strategi Pemasaran
Segmen pasar yang ingin dibidik Pocari adalah masyarakat umum yang beranggapan bahwa
minuman isotonik ini dapat memulihkan tenaga. Oleh karena itu manajemen AIO membentuk
tim detailer (semacam medical representative pada produk obat-obatan). Mereka ditugasi para
opinion leader semisal para dokter agar mau merekomendasi Pocari kepada pasiennya.
Kemudian AIO pun melakukan presentasi untuk mengedukasikan Pocari di berbagai forum,
misalnya acara-acara seminar. AIO memiliki tim-tim khusus yang disiapkan untuk melakukan
presentasi. Para salesman Pocari adalah marketer yang sekaligus berfungsi untuk memberikan
edukasi dan penjelasan.
Promosi juga dilakukan melalui kegiatan sampling di berbagai target pasar potensial seperti
sport center dan spa. Selain itu, sampling juga dilakukan di sekolah-sekolah sembari memberi
penjelasan kepada siswa tentang manfaat Pocari. Mereka berprinsip, jika konsumen tidak
diberi kesempatan mencoba gratis, mungkin mereka tak akan pernah mencoba selamanya.
Promosi lain yang dilakukan Pocari adalah melalui kegiatan periklanan yang lumayan gencar,
seperti melalui endorser Mia Audina, pemain bulu tangkis Indonesia yang kini telah pindah ke
Belanda. Selain itu juga dikeluarkan iklan versi mumi. Terakhir kali, Pocari mengeluarkan
iklan terbaru versi astronot dengan tema POCARI SWEAT GOES TO SPACE. Iklan versi ruang
angkasa tersebut bekerja sama dengan pesawat luar angkasa Rusia, Soyuz. Konon iklan ini
merupakan iklan komersial pertama yang dibuat di luar angkasa yang pembuatannya
diserahkan kepada Dentsu, Inc, Jepang berkerja sama dengan National Space Development of
Japan, Russian Aviation, dan Space Agency. Dari seluruh aktivitas periklanan itu, Nielsen
Media mencatat, iklan Pocari tiap tahun terus meningkat.
Positioning yang dikehendaki
Produk : Minuman isotonic (health drink)
Target pasar : Olahragawan, para pasien di rumah sakit atau klinik, pelajar
Keuntungan : Minuman yang bisa di pakai kapan saja dan dalam kondisi apa saja
Proporsi nilai : Memulihkan tenaga, Mencegah dehidrasi, Minuman kesehatan baik di kala
sehat atau sakit.
Strategi Pocari Sweet
Persepsi masyarakat yang terkadang masih kabur terhadap produk Pocari Sweat sebagai
minuman kesehatan (health drink) dapat diubah dengan jalan melakukan promosi yang
edukatif kepada konsumen. Hal ini sudah dijalankan Pocari Sweat yang sudah membentuk
armada detailer dan sampling program.
Ada beberapa strategi pemasaran yang tepat dijalankan untuk produk Pocari Sweat di tengah-
tengah kompetitor yang mulai bermunculan :
1. Iklan di media cetak maupun televisi dengan jalan endors terhadap tokoh terkemuka
yang kompeten terhadap produk minuman ini
2. Pembuatan iklan yang lain dari yang lain seperti yang sudah pernah diluncurkan Pocari
(Pocari Sweat Goes to Space).
3. Menekankan positioning bahwa Pocari bukan semata-mata minuman untuk orang sakit,
tapi minuman yang bisa dipakai kapan saja dan dalam kondisi apa saja.
4. Penambahan varian kemasan bukan pada rasa ataupun ingredient, dengan jalan
meluncurkan kemasan sachet isi 15 gram yang harga ritelnya hanya Rp. 1.500,-. Dengan
demikian, hal ini dapat memperluas Pocari ke segmen-segmen konsumen yang lebih
rendah.
Yang jelas kini di pasar Pocari bak pemain yang bermain sendirian, karena para competitor di
pasar minuman isotonic relatif diam dan pasarnya belum signifikan. Pocari hadir sebagai
health drink yang dikaitkan dengan dunia olah raga. Produk ini mendapat sambutan cukup
bagus, karena Pocari memang dibutuhkan untuk mengisi penyerapan cairan tubuh. Sehingga
bila olahragawan minum Pocari sehabis olah raga tidak akan terjadi dehidrasi.
Sampai saat ini, telah banyak pemain yang masuk di pasar minuman isotonik. Mulai dari Kino
Sweat dari Gorup Kino, X-Ion dari PT Dankos Laboratories, Zporto dari PT Triusaha
Mitraharja, Vita Zone dari Mayora, Mizone dari Aqua-Danone, sampai dengan Pocari Sweat
dari PT Amerta Indah Otsuka (AIO) yang saat ini menjadi pemimpin pasar. Namun, seiring
dengan ketatnya kompetisi, maka satu-persatu hilang begitu saja. Dan sampai saat ini, tinggal
beberapa merek saja yang masih bertahan.
Berdasarkan hasil riset yang kami lakukan terhadap beberapa merek di kategori ini, setidaknya
ada dua merek yang bersaing sangat ketat, yaitu sang pemimpin pasar “Pocari Sweat” dan
merek yang terus berusaha untuk menyalipnya, Mizone. Lebih jelas dapat dilihat di tabel di
bawah ini (hubungi riset MARS 021-4753080).
Data tersebut memperlihatkan bahwa saat ini Pocari Sweat masih menjadi Top of Mind di
bisnis kategori minuman isotonik. Namun kalau melihat dari sisi iklan, ternyata iklan Mizon
lebih disukai konsumen. Lalu yang menjadi pertanyaan, apa yang menyebabkan Pocari Sweat
tetap menjadi Top of Mind? Ataukah iklan sudah tidak lagi mempengaruhi penjualan dan Top
of Mind bagi konsumen?
Mengacu pada konsep Hierarchy of effect, bahwa untuk sampai pada proses ‘adoption’ atau
kondisi dimana konsumen telah menjadi pelanggan setia maka perusahaan tidak hanya perlu
meningkatkan awareness melalui iklan. Tetapi juga perlu ada transfer product knowledge
kepada konsumen. Artinya, perusahaan harus mampu membuat konsumen benar-benar
memahami apa benefit yang diterimanya. Nah, Pocari Sweat telah melakukan transfer
knowledge mengenai manfaat minuman isotonik sejak enam tahun lalu. Jadi, sangat wajar bila
konsumen masih banyak yang lebih percaya terhadap merek Pocari Sweat.
Namun, efek dari gencarnya iklan-iklanya yang menarik yang dilakukan Mizone tetap sangat
ampuh dalam meningkatkan awareness dan penjualan. Buktinya, saat ini Mizone telah menjadi
pesaing terberat di pasar ini. Berbeda dengan merek lainnya yang bernasib kebalikannya.
Sehingga, di pasar ini tinggal Mizone dan Pocari Sweat yang terus bersaing memperebutkan
tempat pertama.
Untuk itu, yang perlu dilakukan Powerade saat ini adalah tidak sekedar membuat iklan yang
gencar dan menarik, tetapi juga perlu ada transfer knowledge atau edukasi pasar yang efektif
dan jitu. Sehingga, bukan tidak mungkin Powerade akan bisa menyalip posisi Mizone maupun
Pocari Sweat dan menjadi pemimpin pasar. Akhirnya, baik Pocari sweat, Mizone, dan Vitazone
tentu harus berhati-hati. Dan sekarang tinggal menunggu, apakah Powerade akan mampu
menjadi pesaing utama Pocari Sweat atau Mizone? Ataukah akan bernasib seperti merek
lainnya
Tapi Focari Sweat tetap sampai saat ini masih menjadi leader market, mengapa
konsumen bisa terus menjatuhkan pilihannya tetap di Focari Sweat belum bisa diketahui secara
pasti, oleh karena itu penulis mencoba menelitinya pada kasus skripsi yang berjudul.
” ANALIS PENGARUH BAURAN PEMASARA N DAN FAKTOR SOSIAL
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN ”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi seorang konsumen, sehingga seorang
konsumen menjatuhan pilihan pada produk Pocari Sweat.
2. Mengetahui mengapa konsumen minuman isotonik tetap memilih Pocari Sweat
padahal banyak minuman isotonik yang lain yang memberikan kelebihan tersendiri.
3.
C. PEMBATASAN MASALAH
Supaya tulisan ini terarah dan tercapai tujuan yang diharapkan, maka penulis
membatasi permasalahan pada analisis pengaruh bauran pemasaran dan pengaruh factor sosia
terhadap keputusan pembelian Pocari Sweat di lingkungan masyarakat Ciputat baik penduduk
asli maupun pendatang.
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah sebagai berikut :
Apakah strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh Pocari Sweat mempunyai
dampak yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen, dari perumusan tersebut
dapat diturunkan beberapa penelitian yaitu:
1. Apakah ada pengaruh produk, harga, distribusi, promosi dan factor sosial terhadap
keputusan pembelian
2. Faktor manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian di
antara produk, harga, distribusi, promosi dan factor sosial
E. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh produk, harga, distribusi, promosi
dan factor sosial terhadap keputusan pembelian pocari sweat
b. Untuk mengetahui factor yang paling dominan berpengaruh terhadap
keputusan pembelian
2. Manpaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari Skripsi ini adalah:
1. Bagi konsumen
Bisa menjadi informasi dan menambah wawasan bagi konsumen minuman
isotonik khususnya konsumen pocari sweat.
2. Bagi produsen
Bagi PT Amerta Indah Otsuka sebagai produsen Pocari Sweat, hasil penelitian
ini di harapkan bisa menjadi sumber informasi, masukan serta saran untuk
kemajuan PT Amerta Indah otsuka di masa mendatang..
3. Bagi akademisi
Tulisan ini diharapkan bias bermanpaat dan menjadi sumber reperensi dan
kontribusi pemikiran bagi pihak akademis
4. Peneliti
Tulisan ini pun diharapkan menjadi penunjang bagi pihak peneliti dalam
penelitian selanjutnya.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN MANAJEMEN PEMASARAN
Manajemen adalah proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-
kegiatan kerja agar di selesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melaui orang
lain. (Stephen P Robbin dan Mary Coulter, 1999: 8).
Menurut Boone dan Kurtz (2002) mendefinisikan manajemen sebagai proses
untuk mencapai tujuan organisasi melalui manusia dan sumber daya yang ada (dalam
jurnal inovasi Manajemen Vol 1, no 2, 2005).
Menurut Richard L Daft (2002) mendefinisikan manajemen adalah pencapaian
sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi (dalam
jurnal inovasi Manajemen Vol 1, no 2, 2005).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan alat yang
penting dalam proses pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien melalui
fungsi manajemen dengan memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya yang
dimiliki.
Pemasaran adalah proses manajerial dalam mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan dan memuaskan mereka dengan cara memberikan produk dan layak dalam
usaha mencapai tujuan perusahaan (Kamus lengkap ekonomi, Christoper Pass, Bryan
Clowes, Lealiie davis, Erlangga, Jakarta 1994, Edisi II.)
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain (Philip kotler, 2002 : 9).
Definisi ini berdasarkan konsep inti : kebutuhan, keinginan, permintaan, produk,
nilai, biaya dan kepuasan, pertukaran transaksi dan hubungan pasar, pemasaran serta
pasar.
B. MARKETING MIX
Marketing Mix adalah kombinasi dari empat variable atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran, yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi
dan system distribusi (Basu Swasta, 1995 : 78).
Sedangkan Sofyan Sauri mendefinisikan bauran pemasaran sebagai berikut : “
kombinasi variable atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, varaiabel
yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau
konsumen ( Sofyan sauri, 2004, 198).
Istilah bauran pemasaran mengacu pada strategi terpadu yang memadukan
produk, harga, promosi dan distribusi. Masing-masing unsur dari dari bauaran tersebut
memerlukan masukan dari penelitian konsumen (James F Engel, 1994, 15).
Apabila pasar sasaran telah ditentukan melalui riset pemasaran, maka
perusahaan harus menyusun rencana untuk memasuki pangsa pasar yang telah dipilih,
rencana tersebut akan berisi keputusan yang terbagi kedalam empat strategi yaitu :
Strategi Produk (Product), Strategi Harga (Price), Strategi Distribusi (Place), Strategi
Promosi (Promotion) (Murti Suimarni, 2002, 246).
C. PRODUK (PRODUCT)
Produk adalah suatu istilah umum yang meliputi barang-barang (goods), jasa
(service), aktiva (asset), atau masukan factor(factor infut).
Adapun pendapat lain adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu
yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan
kapasitas organisasi serta daya beli pasar (fandy Tjiptono, 2000, 95).
Produk yang dihasilkan oleh dunia usaha pada umumnya berbentuk dua macam,
yaitu produk yang berwujud dan produk yang tidak berwujud. Produk yang berwujud
adalah berupa barang yang dapat dilihat, dipegang dan dirasa secara langsung sebelum
dibeli, produk yang tidak berwujud adalah berupa jasa dimana tidak dapat dilihat atau
dirasa sebelum dibeli.
Tujuan utama dari pemasaran produk adalah bagaimana produk yang dibuat
dapat laku dipasaran, untuk mencapai tujuan tersebut maka sebuah produk haruslah
diciptakan dengan memperhatikan tingkat kualitas yang sesuai dengan keinginan
konsumen. Oleh karena itu sebuah produk yang berkualitas tinggi mempunyai nilai
yang lebih dibandingkan produk lainnya, hal ini yang biasa disebut dengan produk plus.
Ada beberapa keuntungan atau manfaat dari yang dapat dipetik dengan adanya
produk plus, misalnya :
a. Untuk meningkatkan penjualan. Dalam hal ini produk yang dimiliki akan
menjadi pembicaraan dari mulut ke mulut antara konsumen.
b. Menimbulkan rasa bagi konsumennya. Hal ini disebabkan produk yang dijual
memiliki keunggulan dibandingkan produk pesaing
c. Menimbulkan kepercayaan. Dalam hal ini akan memberikan keyakinan kepada
konsumen akan kesenangan dari pasilitas yang diberikan
d. Menimbulkan kepuasan. Pada akhirnya konsumen akan mendapatkan kepuasan
dari produk atau jasa yang dijual sehingga kecil kemungkinan pindah ke produk
lain.
Dalam menciptakan produk plus tidaklah mudah, untuk itu diperlukan kondisi-
kondisi yang satu sama lainnya saling mendukung. Kondisi-kondisi untuk menciptakan
produk-produk plus tersebut sangat tergantung dari :
a. Pelayanan yang prima
b. Pegawai yang profesional
c. Sarana dan prasarana yang dimiliki haruslah dapat memberikan pelayanan yang
cepat dan tepat
d. Lokasi dan layout gedung dan ruangan
e. Nama baik yang ditunjukan dari citra dan prestasi perusahaan
Persaingan bisnis atau usaha dewasa ini sangatlah ketat, maka jika suatu
perusahaan tidak mampu bersaing terutama dalam strategi produk, perusahaan tersebut
bisa saja di tinggal oleh konsumennya. Oleh karena itu, setiap perusahaan di dalam
mempertahankan dan meningkatkan penjualan, perlu mengadakan usaha
penyempurnaan dan perubahan produk yang dihasilkan ke arah yang lebih baik,
sehingga dapat memberikan kegunaan dan kepuasan serta daya tarik konsumen yang
lebih besar.
Pada dasarnya, seorang pembeli suatu produk karena produk tersebut
merupakan sebuah kebutuhan. Namun seorang pembeli suatu produk bukan karena fisik
semata, melainkan juga manfaat yang timbul dari produk tersebut, setidaknya ada tiga
tingkatan produk yang dibeli oleh konsumen, yaitu:
a. Produk inti (care product) merupakan inti atau dasar yang sesungguhnya
dari produk yang ingin diperoleh atau didapatkan oleh seorang konsumen
dari produk tersebut.
b. Produk normal (formal produk), yang merupakan bentuk, model, kualitas
atau mutu dan kemasan yang menyertai produk tersebut.
c. Produk tambahan (augemanted product), adalah tambahan produk formal
dengan berbagai jasa yang menyertainya.
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam dunia usaha dan bisnis dituntut untuk
dapat bertahan hidup di tengah persaingan dengan perusahaan lain
Bagi sebuah perusahaan yang memproduksi suatu produk tidak akan terlepas
dari beberapa hal di bawah ini :
a. Penentuan logo dan motto
Logo merupakan ciri khas suatu perusahaan sedangkan motto serangkaian kata-
kata yang berisikan misi dan visi dari sebuah perusahaan dalam melayani
masyarakat. Logo dan moto juga sering disebut sebagai ciri produk. Baik logo
maupun motto harus dirancang dengan benar, pertimbangan logo dan motto
adalah sebagai berikut :
1) Memiliki arti (dalam arti positif)
2) Menarik perhatian
3) Mudah diingat
b. Menciptakan merek
Karena jasa memiliki beraneka ragam, maka setiap jasa harus memiliki nama.
Tujuan agar mudah dikenal dan diingat pembeli. Namun inti kita kenal dengan
merek. Untuk berbagai jenis produk perlu diberikan merek tertentu. Penciptaan
merek harus harus mempertimbangkan factor-faktor sebagai berikut :
1) Mudah diingat
2) Terkesan hebat dan modern
3) Memiliki arti (dalam arti positif)
4) Menarik perhatian
c. Menciptakan kemasan
Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Dalam dunia perusahaan
kemasan lebih diartikan kepada memberikan pelayanan atau jasa kepada
konsumen.
d. Keputusan Label
Label merupakan sesuatu yang dilengketkan pada produk yang ditawarkan yang
merupakan bagian dari kemasan. Di dalam label dijelaskan siapa yang
membuat, dimana dibuat, cara menggunakan, waktu kadaluarsa, komposisi, dan
informasi lainnya.
Selain hal-hal diatas, diatur daur hidup produk juga harus mendapatkan
perhatian karena jika tidak diperhatikan maka bisa berakibat gagalnya
pemasaran secara umum. daur hidup produk dibagi dalam lima tahap, yaitu :
1. Tahap perkenalan (Introduction)
Tahap ini perusahaan belum memperoleh laba, dan tingginya biaya
promosi, untuk keluar dari tahap ini terkadang diperlukan waktu yang
lama.
Ciri-ciri tahap ini :
a. Biaya tinggi
b. Volume penjualan rendah
c. Merugi dan saluran distribusi terbatas
d. Penuh resiko
e. Program promosi di rancang untuk merangsang permintaan primer
f. Tipe produk yang ditawarkan bukan merk pabrik
2. Tahap pertumbuhan (Growth)
Pada tahap ini produk sudah diterima oleh pasar, kemudian penjualan
sudah semakin besar dan laba pun sudah mulai dipetik, adanya
peningkatan permintaan dan masuknya satu persatu pesaing yang
mungkin dapat menjadi ancaman untuk tahap selanjutnya
Ciri-ciri tahap ini :
a. Penjualan dan laba meningkat dengan cepat
b. Promosi mulai di tekan, bukan pada tipe produk
c. Distribusi meningka
3. Tahap kedewasaan
Pada tahap ini penjualan terus meningkat dan akan mencapai puncak
kemudian turun secara perlahan akbiat mulai gencarnya pesaing masuk.
Dalam tahap ini laba relatif stabil.
Ciri-cirinya tahap ini :
a. Volume penjualan tetap naik, akan tetapi sudah menurun demikin
pula keuntungan yang diperoleh.
b. Persaingan harga mulai tajam
c. Upaya promosi harus intensif
4. Tahap Penurunan
Pada tahap ini penjualan menurun dengan cepat dan seiring dengan
menurunnya penjualan, maka laba pun semakin menurun dan pada
akhirnya akan rugi.
Ciri-ciri :
a. Permintaan produk merosot
b. Para pesaing mulai mundur dari pasar, karena tidak sanggup
bertahan dengan kemunduran atau kemerosotan penjualan, ada pula
yang tukar haluan.
D. HARGA (PRICE)
Harga dapat dikatakan sebagai titik pertemuan antara kurva penawaran dan
kurva permintaan, harga adalah jumlah uang (ditambah jumlah produk kalau mungkin)
yang dibutuhkan untuk menciptakan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya
( Basu Swasta, 1997, 241). Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau
jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harga secara tepat.
Harga meruapakan satu-satunya marketing mix yang memberikan pemasukan
atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi
dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran).
Harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah, misalnya iuran, tarif, sewa,
bungan, premium, komisi, upah, gaji, honorarium.
Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan suatu moneter atau ukuran
lainnya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan
atau penggunaan suatu barang atau jasa.
Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan, bagian pemasaran berhak
menentukan harga pokoknya. Factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
penetapan harga tersebut antara lain : biaya, keuntuntungan, praktek persaingan dan
perubahan keinginan pasar. Kebijaksanaan harga ini menyangkut pula penetapan
jumlah potongan, mark up, mark down dan sebagainya.
Harga dalam sebuah perusahaan harus ditentukan, penetuan harga oleh suaru
perusahaan dimaksudkan dengan berbagai tujuan yang hendak dicapai.
1. Tujuan penetapan harga secara umum :
a. Bertahan hidup (Survival)
Artinya dalam kondisi tertentu, terutama dalam kondisi persaingan yang
tinggi, dalam hal ini perusahaan menetukan harga semurah mungkin
dengan maksud produk atau jasa yang ditawarkan laku dipasaran.
b. Untuk memaksimalkan laba
Tujuan harga ini dengan mengharapkan penjualan yang meningkat
sehingga laba ditingkatkan. Penentuan harga biasanya dapat dilakukan
dengan harga murah atau tinggi
c. Untuk memperbanyak konsumen
Penentuan harga ini dengan harga yang murah, sehingga diharapkan
jumlah konsumen meningkat dan diharapkan pula konsumen pesaing
beralih ke produk yang kita tawarkan
d. Mutu Produk
Tujuan dalam hal suatu produk adalah untuk memberikan kesan bahwa
produk atau jasa yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi dan
biasanya harga ditentukan setinggi mungkin
e. Karena pesaing
Dalam hal ini, penentuan harga produk atau jasa yang kita tawarkan
dengan melihat harga pesaing kita.
2. Pentingnya menetapkan harga
a. Dalam perekonomian
1. Harga sebagai landasan penentuan biaya produksi
2. Harga sebagai alat pengukur dasar dalam sebuah sistem
ekonomi
3. Harga sebagai kunci dalam perdagangan
4. Penting pada masa Inflasi dan resesi, karena secara
psikologis akan mempengaruhi konsumen
b. Dalam perusahaan perorangan
1. Mempengaruhi posisi perusahaan di pasar
2. Sebagai penentu utama permintaan pasar
3. Mempengaruhi pendapatan dan laba perusahaan
4. Mempengaruhi program pemasaran perusahaan
3. Metode Penetapan harga
Ada tiga variasi yang dipergunakan dalam penetapan harga
a. Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan.
Metode ini menyatakan bahwa penetapan harga satu unit produk sama
dengan biaya total unit ditambah dengan laba yang diinginkan dari setiap
unit produk.
b. Harga didasarkan pada keseimbangan antara perkiraan permintaan pasar
dengan suplai
Metode penetapan harga ini paling cocok bagi perusahaan yang tujuan
penetapan harganya memaksimalkan laba, bagi perusahaan lain, metode
ini juga penting untuk diketahui sebagai perbandingan metode atau dapat
didayagunakan di dalam situasi khusus
Dalam proses penetapan harga berdasarkan keseimbangan dan suplai ini,
diasumsikan bahwa perusahaan akan terus menjual dan memproduksi
jumlah unit yang lebih banyak selama jumlah pendapatan yang diperoleh
dari hasil penjualan unit terakhir lebih besar dari biaya marginal.
c. Harga didasarkan pada kondisi-kondisi pasar yang bersaing.
Metode penetapan harga ini berorientasi pada kekuatan pasar, di mana
harga jual bisa sama dengan produk pesaing, bisa diatas, dan bisa juga di
bawah harga produk pesaing.
Metode ini bisa dipakai apabila terjadi persaingan yang sangat tajam dan
produk tidak terlihat perbedaannya dengan produk pesaing, dan adanya
pasar oligopoli.
Penetapan harga di atas harga pesaing biasanya dilakukan perusahaan
apabila produk yang dimilikinya benar-benar unik dibandingkan produk
pesaing, atau adanya reputasi yang sangat baik.
4. Kebijakan dan strategi harga
Kebijakan harga merupakan keputusan-keputusan mengenai harga yang
ditetapkan oleh manajemen. Kebijakan harga dilakukan bilamana situasi atau
strategi tertentu menuntutnya. Potongan harga dan kelonggaran merupakan
salah satu cara yang ditawarkan perusahaan untuk mencapai kenaikan hasil atau
penjualan.
A. Potongan harga
Potongan harga terdiri dari :
1. Potongan kuantitas (Quantity Discount), yaitu pengurangan harga
jual bagi pembeli yang telah membeli dalam jumlah besar.
2. Potongan kumulatif (Cumulatif Discount), yaitu potongan yang
diberikan atas dasar volume total pembelian yang dilakukan pada
suatu periode tertentu.
3. Potongan dagang (Trade discount), yaitu potongan yang dilakukan
oleh produsen kepada saluran distribusinya bila mereka ikut berperan
dalam penyimpanan, penjualan dan pencatatan. Potongan dagang ini
disebut juga potongan fungsional, yaitu potongan yang diberikan
kepada perantara karena menjalankan fungsi pemasaran.
4. Potongan Rabat Tunai (cash discount), yaitu potongan atau
pengurangan harga jual bagi pembeli yang membayar hutangnya
tepat atau mendahului waktu yang telah ditentukan.
5. Potongan musiman (Seasional discount), yaitu pengurangan harga
bagi siapa saja yang membeli barang pada musim-musim sepi.
Potongan ini memungkinkan penjual menjaga stabilitas produksinya
selama periode itu.
6. Kelonggaran promosi (Promotion Allawances), yaitu potongan harga
atau pembayaran yang digunakan untuk memberi imbalan kepada
dealer yang berperan dalam iklan atau promosi.
B. Penetapan harga promosi
Yaitu penetapan di bawah daptar harga bahkan dibawah harga pokok,
yang dilakukan pada saat tertentu dalam rangka promosi
C. Penetapan harga diskriminasi
Terjadi bila perusahaan menjual barang atau jasa yang berbeda-beda
meskipun perbedaan biaya produk tersebut tidak proporsional dengan perbedaan
harga.
Terdiri dari empat dasar penetapan harga diskriminasi :
1. Konsumen, yaitu pembayaran yang berbeda-beda bagi
konsumen yang berlainan.
Misal : Anak-anak dan dewasa membayar karcis yang berbeda
kalau masuk kolam renang.
2. Bentuk produk, produk yang sedikit berbeda diberi harga yang
berlainan dan tidak proporsional dengan perbedaan biayanya.
Misal : sabun mandi LUX dijual lebih mahal daripada sabun
madi Lifebuoy.
3. Tempat, produk yang dipasarkan di pasar yang berbeda akan
ditawarkan dengan harga yang berbeda pula, walaupun biaya
pemasaran di tempat-tempat yang berbeda tersebut tidak berbeda
sebesar perbedaan harga jual.
Misal : bioskop memasang tarif yang berbeda untuk kursi depan,
tengah dan belakang.
4. Waktu, harga ditetapkan menurut musim, hari, bahkan jam.
Misal : Harga telepon berbeda siang hari dibanding dengan
malam hari sampai jam 06.00.
D. Penetapan harga produk baru
Penetapan harga di mana perusahaan membedakan antara penetapan
harga inovasi produk asli yang di lindungi hak paten dan penetapan harga
produk yang sudah ada.
1. Penetapan harga produk inovasi
Dalam hal ini perusahaan dapat memilih antara penetapan harga lintas
pasar (market skimming pricing) dan penetapan harga tembus pasar (market
penetration pricing)
a. penetapan harga lintas pasar
Perusahaan menetapkan harga tinggi dengan hak paten baru yang
dilakukan pada permulaan melintas pasar, maksudnya, untuk penemuan-
penemuan baru, produknya itu diberi hak paten baru, selanjutnya
dilempar ke pasar dengan harga yang tinggi. Karena perusahaan tahu
bahwa produk itu benar-benar baru di pasar dan belum ada perusahaan
lain yang memproduksinya.
Strategi penetapan harga lintas pasar ini dalam keadaan :
� Terdapat cukup banyak pembeli dengan permintaan tinggi
� Biaya perunit untuk memproduksi dan menyalurkan tidak terlalu
banyak, atau masih dalam jumlah terbatas.
� Harga jual perdana yang tinggi tidak atau belum akan
merangsang para pengusaha lain akan masuk.
� Harga jual tinggi mengandung citra produk tersebut istimewa.
b. Penetapan harga untuk penetrasi pasar
Perusahaan mencoba menetapkan harga yang lebih rendah bagi produk
inovasi mereka, dengan harapan dapat menarik pembeli lebih banyak.
Strategi ini berhasil dalam keadaan :
� Pasar sangat peka terhadap perubahan harga, dan harga yang
lebih rendah mendorong pasar untuk berkembang
� Biaya produksi dan distribusi makin rendah
� Harga yang rendah, dapat mengurangi persaingan yang ada dan
potensial
2. Penetapan harga produk baru tiruan
Untuk penetapan harga produk baru tiruan ini, perusahaan harus
memutuskan ke mana menempatkan produk tersebut, berdasarkan kualitas
dan harga.
Table 2.1
HARGA
MUTUP
RODUK MUTU
Sumber : Djasmin saladin : 1996 : 86
E. DISTRIBUSI (PLACE)
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi 1.Strategi
Premium
2. Strategi penetrasi 3. strategi nilai
Istimewa
Sedang 4.strategi
Memasang harga
berlebihan
5. Strategi rata-rata 6. Strategi niali
baik
Rendah 7. strategi pengikis
8. Strategi pembersih 9.Strategi nilai
rendah
Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha
memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsn kepada
konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperkenalkan (jenis, jumlah,
harga, tempat dan saat dibutuhkan (Fandy Tjiptono, 2000 :185).
Setelah produk diciptakan dan harga produk telah ditetapkan, setiap perusahaan
akan melakukan kegiatan penyaluran pada tahap berikutnya, kegiatan ini dilakukan
disuatu tempat atau lokasi yang sesuai dan tepat dimana antara penjual dan pembeli
dapat bertemu langsung. Penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai
ke tangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kebijakan
penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup
penentuan saluran pemasaran (marketing channel) dan distribusi fisik (physical
distribution)
Proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu
� Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang
dapat merealisasikan kegunaan (utilitas, tempat, waktu dan kepemilikan)
� Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel low) secara
fisik dan non fisik. Yang dimaksud arus saluran pemasaran adalah aliran
kegiatan yang terjadi di lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam
proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang fisik,
arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negosiasi, arus
pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan resiko dan arus
pemasaran.
1. Memilih saluran distribusi
Tingkatan saluran pemasaran atau saluran distribusi, pada dasarnya ada dua
macam, yaitu :
� Saluran langsung (direct distribution), yaitu produsen menjual
langsung produknya kepada konsumen.
Ada tiga cara :
- penjualan dari rumah ke rumah
- lewat pos
- lewat tok—toko perusahaan
� Saluran tidak langsung (indirect distribution), yaitu produsen
menjual barangnya dengan menggunakan perantara.
2. Insensitas distribusi
a Distribusi Insentif
Produsen menyalurkan barang-barangnya dengan menggunakan
sebanyak mungkin outlet atau tempat-tempat yang cocok bagi konsumen
atau pelanggan, dan biasanya berupa barang-barang kebutuhan sehari-
hari, dan jenis barang-barang industri yang sering di pakai (pensil, clips,
dan lain-lain) barang-barang ini harus mempuinyai guna tempat (place
utility).
b. Distribusi selektif
Penyaluran dengan menggunakan lebih dari satu perantara untuk suatu
daerah penjualan dan lebih selektif, biasanya berlaku untuk penyaluran
barang-barang yang memerlukan pelayanan khusus, seperti pakaian,
mesin-mesin kantor dan lain-lain.
Strategi distribusi selektif ini digunakan dengan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :
� Modal yang dimilki oleh para penyalur
� Reputasi penyalur
� Letak, besar, dan strategisnya tempat pengecer tersebut
� Cukup atau tidak pengalaman-pengalaman penyalur dalam
memasarkan produk tersebut
c. Distribusi ekslusif
Penyaluran barangnya hanya menggunakan satu pedagang atau perantara
saja dalam suatu daearh geografis tertentu. Maksudnya agar tidak saling
bersaing satu sama lainnya.
Perusahaan dalam mengambil keputusan untuk memilih penyalur yang akan
memasarkan produknya, perlu mempertimbangakn sebagai berikut :
a. Pola saluran distribusi
b. Banyaknya atau jumlah penyalur
c. Lokasi atau daerah penyalur
d. Bonafiditas para penyalur
e. Reputasi penyalur
f. Kemampuan menjual dan jaringan distribusi yang luas
g. Mempunyai tenaga penjual yang terlatih dan sarana serta pasilitas yang
memadai.
F. PROMOSI (PROMOTION)
Promosi adalah suatu bentuk aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi/membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan
dan produknya agar bersedia menerima pada produk yang di tawarkan perusahaan yang
bersangkutan (Fandy Ciptono, 2000 : 219)
Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang di tujukan untuk
mendorong permintaan. (Basu Swasta dan Irawan, 1997, hal 349)
Pengertian promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang di buat
untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan
pertukaran dalam pemasaran (Basu Swasta dan Irawan, 1997:349)
Promosi merupakan suatu kegiatan yang di tujukan untuk mempengaruhi
pembeli sehingga pembeli akan melakukan pembelian terhadap produk atau barang
yang di tawarkan ( Mc Cathy, 1996 : 12)
Berdasarkan definisi di atas dapatlah di tarik kesimpulan bahwa promosi adalah
usaha-usaha yang di lakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi konsumen agar
membeli produk yang di hasilkan atau pun untuk menyampaikan berita tentang produk
tersebut dengan jalan mengadakan komunikasi dengan para konsumen yang sipatnya
membujuk.
Promosi merupakan salah satu factor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Betapa pun berkualitasnya suatu produk, bila suatu konsumen belum pernah
mendengarnya dan tidak yakin produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka
tidak akan membelinya
Sarana promosi
Setiap perusahaan memiliki suatu produk yang ditawarkan, di kenal oleh
konsumen dan lebih menarik perhatian, maka diperlukan promosi dengan alat-alat dan
dengan teknik tertentu. Perusahaan menggunakan macam-macam bentuk promosi,
bentuk promosi yang dikenal dapat dikombinasikan sehingga dapat menghasilkan
manfaat yang paling baik dan cocok untuk kebutuhan perusahaan.
Secara garis besar ada empat macam sarana promosi yang biasa digunakan oleh
perusahaan yaitu :
1. Periklanan (Advertising)
Iklan adalah sasaran promosi yang digunakan oleh perusahaan guna
menginformasikan segala sesuatu produk yang dihaslkan oleh perusahaan, Informasi
yang diberikan adalah manfaat produk, harga produk serta keuntungan-keuntungan
produk dibandingkan pesaing.
Periklanan Merupakan salah satu bentuk pomosi yang paling banyak di gunakan
perusahaan dalam mempromosikan produknya. Iklan adalah bentuk komuniksi tidak
langsung, yang di dasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu
prduk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang
mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian
Tujuan periklanan secara keseluruhan mempengaruhi tingkat penjualan agar
tingkat keuntungan perusahaan meningkat sedangkan tujuan periklanan secara khusus
menurut Assaury (Assaury, 1995, hal 247) sebagai berikut :
a. Memperhatikan para pelanggan yang setia dengan membujuk langganan
agar tetap membeli.
b. Menarik kembali pelanggan yang hilang atau lari, dengan menarik atau
mengarahkan arus langganan secara secara perlahan-lahan kearah produk
yang dihasilkan perusahaan dari merek produk saingan.
c. Menarik langganan baru, dengan menarik arus pembeli kearah produk yang
iklankan perusahaan, serta memperluas pasar secara keseluruhan.
Ada lima langkah dalam program periklanan (dikenal dengan 5 M) :
1. Mission (menetapkan tujuan periklanan)
2. Money (Menetapkan anggaran periklanan)
3. Message (Menetapkan pesan yang akan disampaikan)
4. Media (Menetapkan media yang akan dipakai)
5. Measurement (Menetapkan atau mengevaluasi hasil yang dicapai).
macam-macam periklanan
1. Periklanan produk.
Dalam periklanan produk, para pengiklan memberi informasi atau menstimulasi
pada pasar tentang produk.
Periklanan produk ada dua macam yaitu :
a. Periklanan tidak langsung ( Direct action advertising)
Dalam bentuk ini para penjual mencari respon atau tanggapan yang cepat
atas iklan tersebut. Contoh : dengan memberikan kupon dan nanti
dikembalikan untuk diberi hadiah.
b. Periklanan tidak langsung ( Indirect action advertising)
Periklanan yang dirancang untuk memberikan stimulasi dalam jangka
panjang, periklanan dalam bentuk stimulasi ini memberikan informasi yang
mengingatkan konsumen tentang produk atau keuntungan yang bisa
diperoleh konsumen.
2. Periklanan lembaga
Ada dua macam periklanan kelembagaan, yaitu :
a. Periklanan layanan kepada konsumen
Memberikan informasi tentang operasi-operasi yang dilakukan para penjual
Misal iklan yang menggambarkan aneka ragam suku cadang dan bentuk
pelayanan yang dilakukan pada sebuah toko.
b. Periklanan pelayanan pada masyarakat
Periklanan yang di rancang dengan memperagakan kualitas dan kegunaan
suatu barang, sehingga merangsang untuk memiliki barang tersebut, dan
bagaimana masyarakat menghindarkan dari pencemaran yang mungkin
terjadi.
Misal : Iklan memperagakan sebuah mesin tekstil dengan segala kelebihan,
dan menunjukan pada masyarakat usaha untuk menghindarkan pencemaran
penggunaan mesin tersebut (Djaslim saladin :1994 :166).
Periklanan mempunyai sifat ekspresif, karenanya memungkinkan perusahaan
untuk mendramatisasi produk-produknya melalui penggunaan suara dan warna yang
mempesona. Periklanan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang bagi
suatu produk dan untuk memicu penjualan, periklanan dapat menjangkau masa yang
amat luas secara geografis tersebar dengan biaya yang rendah.
Periklanan mempunyai beberapa kelemahan, meskipun dengan cepat dan
menjangkau banyak orang, akan tetapi periklanan mempunyai sifat infersonal sehingga
tidak memiliki sifat memaksa seperti hanya dengan wiraniaga perusahaan, karena
hanya merupakan sebuah komunikasi satu arah dengan pembeli, pembeli tidak merasa
untuk memberikan perhatian atau tanggapan. Yang termasuk media iklan adalah surat
kabar, majalah, televisi dan radio. Karena banyaknya ragam dan penggunaan iklan
maka sukar sekali membuat generalisasi menyeluruh mengenai kualitas khusus dan
iklan sebagai komponen promosi (Irawan, 1999 : 45)
Namun kualitas iklan perlu dicatat yaitu :
1) Penampilan produk
Penampilan produk adalah model komunikasi yang paling memasyarakat
(Irawan : 1999 : 46 ) sipat publik iklan menghasilkan pengesahan terhadap produk yang
diiklankan dan juga penawaran standar.
2) Daya serap iklan
Daya serap iklan adalah media yang dapat meresap karena penjual bisa
mengulang-ulang pesan mereka ( Irawan : 1999: 47) ini juga memungkinkan pembeli
menerima dan membandingkan pesan berbagai pesaing.
3) Ungkapan perasaan yang diperjelas
Ungkapan perasaan yang diperjelas adalah iklan yang mampu mendramatisasi
perusahaan dan produknya melalui lukisan indah, bunyi dan warna.
4) Tidak ada hubungan tatap muka
Tidak ada hubungan tatap muka adalah kegiatan periklanan tidak begitu
memaksa seperti tenaga penjualan perusahaan ( Irawan : 1999 : 48) para khalayak
sasaran tidak merasa wajib memperhatian atau memberikan tanggapan.
5) Meningkatkan citra
Selain itu juga iklan bisa digunakan menampakan citra jangka panjang dari
suatu produk, iklan juga merupakan cara efisien untuk mencapai sejumlah pembeli
yang terpencar.
Ciri-ciri periklanan
Adapun ciri-ciri periklanan menurut Kotler (1996:400), sebagai berikut :
a. Persepsi publik : iklan merupakan model komunikasi yang sangat
bermasyarakat, sipat mudah memasyarakatnya memberikan legitimasi pada
produk dan juga menunjukan suatu penawaran terstandarisasi, karena
banyak individu menerima untuk membeli produk itu akan di mengerti
secara umum.
b. Daya serap yang tinggi : iklan merupakan sebuah alat yang pervasive
(berdaya serap tinggi) sehingga memudahkan penjual mengulang berkali-
kali, juga iklan ini memungkinkan pembeli menerima dan membanidngkan
pesan dari berbagai pesaing, iklan berskala besar yang dibuat penjual
mengisyaratkan hal positif mengenai ukuran penjual.
c. Ungkapan yang diperbesar : iklan merupakan kesempatan untuk
mendramatisasikan suatu perusahaan dan produknya melalui media cetak,
media elektronik dan warna artistik. Tetapi kadang kala alatnya sangat
ekspresif bisa atau mengalihkan konsumen tidak merasa dari pesan yang
disampaikan.
d. Tidak pribadi : Iklan tidak sama mendesak seperti tenaga penjual
perusahaan, karena konsumen tidak merasa berkewajiban atau merespon,
iklan hanya mampu menawarkan monolog, bukan dialog dengan konsumen.
2. Promosi penjualan (Sales promotion)
Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang dapat di atur untuk merangsang pembelian produk dengan
cara meningkatkan jumlah barang yang di beli pelanggan.
Promosi penjualan yang dilakukan oleh penjual dapat dikelompokan berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai, pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut :
b. Costumer promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk
merangsang/mendorong pelanggan untuk membeli.
c. Trade promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk
mendorong/merangsang pedagang grosir, pengecer, eksportir dan importir untuk
memperdagangkan barang /jasa dari sponsor.
d. Sales-force promotion yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk
memotivasi armada penjual
e. Business promotion yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memperoleh
pelanggan baru, mempertahankan kontak hubungan dengan pelanggan,
memperkenalkan produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan lama dan
mendidik pelanggan.
Tujuan promosi penjualan adalah menigkatkan penjualan, promosi penjualan dapat
dilakukan melalui pemberian diskon, kontes, kupon atau sampel produk. Dengan
menggunakan alat tersebut akan mmberikan tiga manpaat bagi promosi penjualan,
yaitu :
1. Komunikasi, yaitu memberikan informasi yang dapat menarik perhatian
konsumen untuk membeli.
2. Intensif, yaitu memberikan dorongan dan semangat kepada konsumen untuk
membeli segera produk yang ditawarkan
3. Invitasi, yaitu mengharapkan segera konsumen membeli produk yang
diharapkan
3. Publisitas (Publicity)
Publisitas merupakan bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa
secara non personal yang mana orang atau organisasi yang di untungkan tidak
membayar untuk itu, di bandingkan dengan iklan, publisias mempunyai kredibilitas
yang lebih baik, karena pembenaran (baik langsung maupun tidak langsung) dilakukan
oleh pihak lain selain pemilik iklan.
Publisitas merupakan bagian dari pungsi yang lebih luas, di sebut hubungan
masyarakat dan meliputi usaha-usaha untuk menciptakan dan mempertahankan
hubungan yang menguntungkan antara organisasi dan masyarakat, termasuk pemilik
perusahaan, karyawan, lembaga pemerintah, penyalur, serikat buruh. Disamping itu
juga calon pembeli. Komunikasi dengan masyarakat luas melalui hubungan
masyarakat ini dapat mempengaruhi kesan terhadap sebuah organisasi maupun produk
atau jasa yang ditawarkan.
Keuntungan publisitas :
a. Biaya lebih rendah dibandingkan dengan advertising dan personal selling.
b. Kebutuhan akan kredibilitas lebih baik dalam menyampaikan pesan
c. Lebih meningkatkan daya baca masyarakat melalui surat kabar atau editorial
d. Memberikan lebih banyak informasi
e. Menggunakan waktu yang lebih tepat
f. Memudahkan pengontrolan pesan-pesan yang akan disampaikan
g. Adanya keterbatasan dalam mengekspos berita (Djaslim Saladin:1994:182)
Agar menarik konsumen kegiatan publisitas dapat dilakukan melalui :
a. Ikut pameran
b. Ikut kegiatan amal
c. Ikut bakti sosial
d. Sponsorship kegiatan
4. Personal selling
Personal Selling adalah komunikasi (tatap muka) antara penjual dan calon
pelanggan untuk memperhatikan suatu produk kepada calon pelanggan dan bentuk
pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan
membelinya. ( Fandy Tjiptono, 2000, hal 224)
Sipat-sipat Personal Selling antara lain :
� Personal conprantation, yaitu adanya hubungan yang hidup, langsung dan interaktif
antara dua orang atau lebih.
� Cultivation, yaitu sipat yang memungkinkan berkembangnya segala macam
hubungan, mulai dari sekedar hubungan jual beli sampai dengan suatu hubungan
yang lebih akrab.
� Response, Yaitu situasi yang seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk
mendengar, memperhatikn dan menanggapi.
Penjualan secara personal selling akan memberikan beberapa keuntungan antara
lain :
1. Perusahaan dapat bertatap muka langsung dengan konsumen atau calon
konsumen. Sehingga dapat langsung menjelaskan tentang produk
perusahaan kepada konsumen secara rinci.
2. Dapat memperoleh informasi secara langsung dari konsumen tentang
kelemahan produk kita, terutama keluhan yang konsumen sampaikan
termasuk informasi tentang produk lain.
3. Pihak perusahaan bisa langsumg mempengaruhi konsumen dengan berbagai
argumen yang dimiliki
4. Memungkinkan hubungan terjalin dengan akrab antara pihak perusahaan
dengan konsumen.
Hal-hal yang mempengaruhi keputusan pembelian menurut Kotler
Gambar 2.1
Model Perilaku Pembeli
Suimber: Philip Kotler :2001 : 253
Gambar : 2.2
Empat P dari bauarn pemasaran
Perusahaan Pembeli
(Pengaruh organisasi)
Pusat pembelian
(Pengaruh
Antarpribadi
Dan individu)
Proses
Pengambilan
Keputusan
membeli
Tanggapan Pembeli
Pilihan produk atau
jasa
Pilihan pemasok
Kuantitas pesanan
Waktu dan perjanjian
Pengiriman
Perjanjian pelayanan
Pembayaran
Rangsangan
Pemasaran
Produk
Harga
Tempat
Promosi
Rangsangan
lainnya
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Persaingan
Lingkungan
Sumber: Philip Kotler : 2001:74
G. FAKTOR – FAKTOR SOSIAL
Perilaku konsumen juga di pengaruhi oleh factor-faktor sosial seperti kelompok
referensi, keluarga, status dan peranan sosial
Price
Harga Tercantum
Potongan Harga
Kelonggaran
Periode
Pembayaran
Batas Kredit
Promotion
Periklanan
Penjualan Personal
Promosi
Penjualan
Hubungan
Masyarakat
Pelanggan sasaran
Yang diharapkan
Place
Saluran
Cakupan
Pilihan Lokasi
Persediaan
Pengangkutan
Logistik
Produk
Jenis Produk Mutu
Rancangan Ciri-ciri
Nama merek Kemasan
Ukuran Pelayanan
Garansi
1. Kelompok reperensi
Perilaku seorang amat dipengaruhi oleh berbagai kelompok reperensi, sebuah
kelompok reperensi bagi seseorang adalah kelompok-kelompok yang memberi
pengaruh langsung atau tidak langsung, sikap atau perilaku seseorang. Para pemasar
berusaha mengidentifikasi kelompok reperensi dari para konsumen sasaran mereka.
Kelompok reperensi menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup
baru, mereka juga mempengaruhi sikap dan gambaran diri seseorang, karena secara
normal orang menginginkan untuk menyesuaikan diri.
Pengaruh kelompok akan semakin besar pada produk yang akan menampak
pada orang-orang yang dihormati oleh pembeli, minat seseorang terhadap sebuah
televisi dalam pilihannya dalam berbagai merek akan sangat dipengaruhi oleh beberapa
anggota kelompok, rekan-rekannya dalam pekerjaan, semakin bersatu kelompok akan
semakin efektif proses komunikasinya, semakin tinggi anggota menghargai
kelompoknya maka semakin besar pengaruh kelompok itu dalam membentuk pilihan
produk dan merk anggotanya.
2. Keluarga
Para anggota keluarga dapat memberi pengaruh yang kuat terhadap perilaku
pembeli, keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orang tua, seseorang
memperoleh suatu orientasi terhadap agama, politik dan ekonomi juga ambisi pribadi
harga diri dan cinta kasih
Suatu pengaruh yang lebih langsung terhahap perilaku pembeli sehari-hari
adalah keluarga sebagai sumber keturunan yakni pasangan suami istri beserta anak-
anaknya, keluarga adalah organisasi konsumen pembeli yang terpenting dalam
masyarakat.
3. Peranan dan Status
Sepanjang kehidupannya, seseorang terlibat dalam beberapa kelompok, yaitu
keluarga, klub dan organisasi. kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat
dijelaskan dalam pengertian peranan dan status, sebuah peranan terdiri dari aktifitas
yang diperkirakan oleh seseorang sesuai dengan orang-orang lain yang ada
disekelilingnya. Setiap peranan akan mempengaruhi pembelian, setiap peranan
membawa satu status yang mencerminkan penghargaan umum yang diberikan oleh
masyarakat, perananan seorang mahkamah agung membawa status yang lebih tinggi
dari peranan manajer merek, peranan manajer merek membawa status yang lebih tinggi
dari karyawan kantor. Seseorang sering memilih produk untuk menyatakan peranan dan
status mereka dalam masyarakat
Gambar : 2.3
Model Faktor Sosial yang mempengaruhi Pembeli Kebudayaan
Sosial
Pribadi
-Budaya
-Sub Budaya
-Kelas sosial
Kelompok
Reperensi
Keluarga
Peranan &
Status
- Usia & tahap
daur hidup - Pekerjaan
- Gaya Hidup
- Situasi Ekonomi
-Motivasi
-Pertsepsi
-Kepercayaan
-Sikap
Pembeli
Sumber: Philip Kotler : 2001:74
H. STUDI MENGENAI PEMBELIAN
1. Perilaku konsumen
Dalam ilmu perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu, kelompok atau
organisasi memilih, membeli atau memakai, serta memanpaatkan barang, jasa, gagasan, atau
pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka, memahai perilaku
konsumen dan mengenal pelanggan tidak pernah sederhana, pelanggan mungkin menyatakan
kebutuhan dan keinginan mereka namun bertindak sebaliknya. Pelanggan juga mungkin tidak
memahami motivasi mereka yang lebih dalam. Pelanggan mungkin menaggapi pengaruh yang
mengubah pikiran mereka menit-menit terakhir.
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam
pendapatan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (dalam Milany Santi Pratiwi, 2006)
Menurut mowan dan minor (2002 :6) perilaku konsumen adalah studi tentang unit
pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan
pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide (dalam milana santy pratiwi, 2006)
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku konsumen
merupakan sejumlah tindakan nyata individu (konsumen) yang dipengaruhi oleh paktor
psikologis (kejiwaan) serta faktor dari luar yang mengarahkan mereka untuk memilih,
mendapatkan dan menggunakan produk barang maupun produk jasa yang diinginkannya.
2. Jenis perilaku pembelian
Menurut Asael dalam kotler (2002:202) jenis perilaku pembelian konsumen
berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat diferensiasi ada 4 yaitu sebagai berikut :
a. Perilaku pembelian yang rumit, terdiri dari proses 3 (tiga )langkah:
(1) pembeli mengembangkana keyakinan tentang produk tersebut, (2) ia membangun
pendirian tentang produk tersebut, dan (3) ia membuat pilihan pembelian yang cermat.
b. Perilaku pembelian pengurang disonansi/ketidaknyamanan. Dalam hal ini, komunikasi
pemasar haruslah mengarah untuk menyediakan kepercayaan dan evaluasi yang akan
membantu konsumen merasa puas atas pilihan mereknya.
c. Perilaku pembelian karena kebiasaan. Banyak produk yang dibeli dibawah tingkat
keterlibatan yang rendah dan tidak terdapat perbedaan yang jelas antara merek yang
ada, bila mereka membeli produk yang sama, ini timbul karena kebiasaan dan bukan
karena timbul kesetiaan terhadap merek.
d. Perilaku pembelian yang mencari variasi, dalam situasi ini, konsumen sering
melakukan perpindahan merek, konsumen mengambil merek lain mungkin karena
bosan atau ingin mencari rasa yang berbeda.
3. Proses pengambilan keputusan konsumen
Hampir setiap hari, bahkan dalam hitungan waktu (menit dan jam) kita selalu
melakukan pengambilan keputusan. Hanya saja tanpa disadari ternyata proses
pengambilan keputusan itu berjalan sedemikian rupa. Pengambilan keputusan dapat
diartikan sebagai sutu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai
dengan kepentingan tertentu, dengan menetapkan pilihan yang dianggap paling
menguntungkan. Proses pemilihan dan penilaian itu biasanya diawali dengan
mengidentifikasikan masalah utama yang mempengaruhi tujuan, menyusun,
menganalisis, dan memilih berbagai alternatif serta mengambil keputusan yang
dianggap paling baik.
Kalau ada dua atau lebih alternatif, dan dari dua pilihan konsumen harus
memilih salah satunya, maka pemilihan adalah tidak lain proses pengambilan keputusan
(desision making proses). Oleh karena itu, mempelajari konsumen akan memberikan
petunjuk bagi perumusan kebijakan pemasaran suatu perusahaan.
4. Proses Keputusan Pembelian konsumen
Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen meliputi lima tahap, yaitu
pemahaman atau pengenalan adanya masalah, pencarian alternatif pemecahan, evaluasi
alternatif pembelian, penggunaan pasca pembelian, dan evaluasi ulang alternatif yang
dipilih.
Gambar : 2.4
Proses Pembelian Model Lima Tahap
Sumber : Philip kotler , 2002 :204
Philip Kotler (2002 : 204) mendefinisikan proses pengambilan keputusan pembelian adalah
sebagai berikut :
a. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan.
Yang dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.
b. Pencarian informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi
yang lebih banyak. Kita dapat membaginya kedalam dua tingkat, situasi pencarian
informasi yang lebih ringan di namakan perhatian yang menguat. Pada tingkat
selanjutnya, orang itu mungkin memasuki pencarian aktif informasi : mencari bahan
bacaan, menelpon teman dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk. Sumber
Pengenalan masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pasca pembelian
informasi konsumen di golongkan kedalam empat kelompok yaitu : 1) sumber
pribadi (keluarga, teman, tetangga dan kenalan), 2) sumber komersial (iklan,
wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko), 3) sumber publik (media masa,
organisasi penentu tingkat konsumen), dan 4) sumber pengalaman (penanganan,
pengkajian dan pemakaian produk).
c. Evaluasi alternatif
Bagaimana konsumen memproses informasi merek yang bersaing dan membuat
penilaian akhir? Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh
semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian.
Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model yang terbaru
memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang bereorientasi kognitif.
Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk
terutama secara sadar dan rasional.
d. Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam
kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk
yang paling disukai, namun dua faktor berikut dapat berada di antara niat
pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain.
Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan
bergantung pada dua hal : (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif
yang disukai konsumen, dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan
orang lain. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat
muncul dan mengubah niat pembelian.
e. Perilaku pasca pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan
tertentu. Jadi, pemasar kan terus menyelidiki hingga periode waktu pasca pembelian. Jika
konsumen merasa puas, dia akan menunjukan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli
produk itu lagi dan ada kecenderungan mengatakan hal-hal yang baik tentang produk,
sedangkan konsumen yang merasa tidak puas akan mengambil tindakan seperti berusaha
mengurangi ketidakpuasan dengan membuang atau mengembalikan produk atau berusaha
mengurangi ketidakpuasan dengan berbagai cara
I. PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian terdahulu mengenai bauran pemasaran yang berpengaruh terhadap
keputusan pembelian saya suguhkan sebagai berikut
1. Irman Triana dalam penelitian yang berjudul ”Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran
Terhadap Keputusan Pembelian ” dengan studi kasus pada konsumen Mie Kare pada
masyarakat Cibiru Bandung, penelitian dilakukan tahun 2006. Pepen Ependi adalah
adalah alumnus Universitas Padjajaran
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan
parsial dari bauran pemasaran yang meliputi variabel produk (X1), harga (X2), Saluran
distribusi (X3), dan promosi (X4) terhadap keputusan pembelian Mie kare Masyarakat
Cibiru Bandung (Y), serta untuk mengetahui bauran pemasaran yang berpengaruh
paling dominan. Diolah dengan menggunakan regresi linier berganda.hasil uji simultan
(uji F) menyebutkan bahwa keempat variabel bebas berpengaruh terhadap keputusan
pembelian. Hasil analisis linier berganda menjelaskan bahwa pengaruh setiap variabel
bebas memiliki pengaruh positip (searah) dengan varabel terikat.
2. Eka Rahmawati (penelitian tahun 2005). Eka Rahmawati adalah alumnus UNS,
penelitiannya berjudul ” Analisis pengaruh bauran pemasaran terhadap perilaku
nasabah membuka tabungan”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh variabel bauran pemasaran
yang terdiri dari produk, tempat, harga, promosi, orang, proses dan bukti fisik secara
parsial dan simultan terhadap keputusan nasabah dalam menggunakan tabungan
Tahapan di Bank BCA kantor Cabang Pembantu Wonogiri, 2) variabel bauran
pemasaran mana yang dominan mempengaruhi keputusan nasabah dalam menggunakan
tabungan Tahapan di Bank BCA kantor Cabang Pembantu Wonogiri.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 125 responden dengan menggunakan metode
simpel random sampling. Pengujian validitas menggunakan korelasi product moment
pearson dan pengujian reliabilitas menggunakan alpha cronbach. Analisis data
menggunakan uji asumsi klasik, regresi linier berganda, uji t, uji F dan koefisien
determinasi (R2).
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil sebagai berikut: 1) variabel produk
berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan 2) variabel tempat
berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 3) variabel harga
berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 4) variabel promosi
berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 5) variabel personal
berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 6) variabel proses
berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 7) variabel bukti fisik
berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 8) variabel produk, tempat,
harga, promosi, personal, proses dan bukti fisik secara simultan berpengaruh terhadap
perilaku nasabah membuka tabungan, 9) variabel promosi merupakan variabel yang
paling dominan berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan.
3. Iwan Setiawan, dalam penelitian yang berjudul ” pengaruh bauran pemasaran terhadap
keputusan berbelanja di Swalayan Yogya kabupaten Purwakarta, penelitian dilakukan
tahun 2006. Iwan Setiawan adalah adalah alumnus Universitas Padjajaran
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Untuk menganalisis pengaruh variabel produk,
harga, distribusi, dan promosi terhadap keputusan berbelanja di Swalayan Yogya
Kabupaten Purwakarta 2) Untuk menganalisis manakah dari variabel produk, harga,
distribusi dan promosi, berpengaruh secara dominan terhadap keputusan pelanggan
berbelanja di Swalayan Yogya Kabupaten Purwakarta Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian penjelasan (explanatory research) dengan metode survei.
Variabel bebas adalah Bauran pemasaran (X), yang meliputi : X1 : Produk, X2 : Harga,
X3 : Distribusi, X4 : Promosi. Variabel terikat adalah Keputusan Berbelanja (Y).
Sampel diambil dari Populasi dengan teknik accidental sampling. Teknik pengumpulan
data dilakukan melalui teknik Angket / Kuesioner, Wawancara dan observasi, Yang
terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya data dianalisis secara kuantitatif,
yaitu dengan menggunakan model statistik dalam program komputer ( SPSS 10.0 ),
dengan teknik analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Ada hubungan yang nyata (significan) antara
variabel produk, harga, distribusi, dan promosi dengan variabel keputusan berbelanja di
Swalayan Yogya b) Variabel produk, harga, distribusi, dan promosi secara bersama-
sama berpengaruh terhadap keputusan berbelanja di Swalayan Yogya.
J. KERANGKA PEMIKIRAN
Di era persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan menggunakan cara
dan taktik tersendiri supaya bisa memenagkan persaingan itu, strategi bauran
pemasaran menjadi penentu suksesnya memenangkan persaingan itu, karena dengan
produk yang menarik, harga yang pantastis, distribusi yang efektif dan efisien dan
promosi yang menyentuh konsumen menjadi pilar bagi kemenangan persaingan itu
selain bauran pemasaran juga adad faktor sosial yang bisa mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen.
Dalam penelitian ini, penulis memberikan sub variabel terhadap bauaran
pemasaran meliputi : produk, harga, distribusi dan promosi dalam menganalisis
pengaruhnya terhadap kepuusan pembelian Pocari Sweat.
Berdasarkan beberapa alasan yang telah penulis sampaikan pada bahasan
sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis memberikan gambaran mengenai
konsep berpikir sebagai berikut :
Gambar : 2.5
Kerangka Berpikir Penelitian
J. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan pernyataan belum teruji yang menjelaskan suuatu pakta atau
penomena jawaban masalah penelitian, berdasarkan telaah konsep teoritis yang perlu diuji
secara empiris (Indiarto & Bambang, 2002 : 250).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Diduga variabel produk (product) berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel keputusan pembelian konsumen
H2 : Diduga variabel Harga (price) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan
pembelian konsumen
H3 : Diduga variabel Distribusi (place) berpengaruh secara signifikan terhadapvariabel
keputusan pembelian konsumen
Harga
(X2)
Distribusi
(X3)
Promosi
(X4)
Pactor sosial
(X5)
Produk
(X1)
Keputusan Pembelian (Y)
Uji Reliabilitas & Validitas, Uji Penyimpangan
Asumsi klasik, uji Regresi Linier
Berganda
Bauran Pemasaran & Faktor sosial
H4 : Diduga variabel promosi (promotion) berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel keputusan pembelian konsumen
H5 : Diduga variabel factor sosial berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel keputusan pembelian konsumen
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini di lakukan di PT Amerta Indah Otsuka, yang beralamat di gedung
Wisma Pondok Indah lantai 11. PT Amerta Indah Otsuka merupakan salah satu
produsen minuman isotonik di Indonesia, yang produknya bernama Pocari sweat. ada
dua variable yang terlibat dalam penelitian ini yaitu variable bebas( indivenden) dan
variable terikat (Devenden) variable bebasnya meliputi periklanan, promosi penjualan,
publisitas dan personal selling yang di lakukan oleh PT Amerta Indah Otsuka dan
variable terikatnya adalah pembelian konsumen.
B. METODE PENETUAN SAMPEL
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh penliti untuk
di pelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiono, 2005). Populasi dalam
penelitian ini adalah para konsumen Focari sweat yang berada di wilayah Ciputat baik
penduduk asli maupun pendatang.
Untuk melihat persepsi masyarakat terhadap Focari sweat, sample di ambil
dengan metode simple random sampling, yaitu cara pengambilan sample dari semua
anggota populasi yang di ambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu, cara ini di lakukan karena anggota populasi di anggap homogen.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang penulis lakukan dalam memperoleh serta mengumpulkan data
dalam penelitian ini
1. Data Primer
Dalam memperoleh data primer ini penulis melakukan penelitian secara
langsung di lapangan dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Kuisioner atau Angket
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan membuat pertanyaan
tertulis yang ditujukan kepada objek penelitian. Penggunaan
kuisioner dilakukan dengan skala likert.
b. Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data melalui tanya jawab dengan
pihak tertentu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dengan melakukan penelitian kpustakaan (library
research), yaitu data yang diperoleh dengan membaca buku, literatur,
catatan, surat kabar, majalah, jurnal, dan bacaan lainnyayang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti.
Peneliti juga menggunakan media interenet atau pun mendatangi lembaga-
lembaga tertentu untuk memperoleh data yang diperlukan.
D. METODE ANALISIS DATA
1. Uji Validitas dan Reabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrument di anggap valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu memperoleh data
yang tepat dari variable yang diteliti. Dalam penyusunan kuisioner, untuk
menguji tingkat validitas instrumen peneliti dapat melakukan try out
Reabilitas adalah tingkat keandalan kuisioner. Kuisioner yang reliabel
adalah konsumen yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada
kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Asumsinya, tidak
terdapat perubahan psikologis pada responden. Apabila data yang diperoleh
sesuai denagn kenyataan, berapa kali pun pengambilan data dilakukan, hasilnya
tetap sama.
Rumus Varians
(∑ X) ²
∑ X 2 n
σ =
n
Dimana : n = Jumlah Sampel
X = Nilai skor yang di pilih
Rumus Cronbach’s Alpha
k ∑ 2
bσ
r 11= 1 -
k-1 2
tσ
Dimana : r 11 = Reliabilitas instumen
k = Banyak butir pertanyaan
2
tσ = Jumlah varians butir
2. Analisa Regresi Linier Berganda
Analisa regresi linier bergnda ini dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variable bebas terhadap variable terikat. Dalam
penelitian ini varabel bebas (X) adalah Produk (X1), Harga (X2), Distribusi
(X3), Promosi (X4). Sedangkan variable terikat yaitu keputusan pembelian
konsumen (Y). model persamaan regresi secara umum berbentuk sebagai
berikut :
Y = ßo + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + e
3. Uji penyimpangan asumsi klasik
a. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara anggota dari
serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu yang berkaitan
dengan tenggang waktu (Time Length), yang dapat diartikan bahwa hubungan
korelasi dari masing-masing variable waktu sekarang akan sama keadaannya
pada masa yang akan datang.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variable bebas (independent). Adanya hubungan linier yang
sempurna atau eksak diantara variabel bebas dalam model regresi. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika
variabel bebas saling berkorelasi diantara variabel bebas, maka variabel ini tidak
orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar
sesama variabel bebas sama dengan nol.
Menurut bhuono (2005 : 58), untuk melihat ada atau tidaknya
Multikolinearitas dengan melihat VIF (variance Inflation factor) ini tidak lebih
dari 10 dan nilai toleransi tidak kurang dari 0,10.
c. Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Asumsi heteroskedastisitas ialah apabila variansi dari factor
penggannggu selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data pengamatan
yang lain. Jika cirri ini terpenuhi, berarti variance factor pengganggu pada
kelompok data tersebut bersifat homoskedastik. Jika asumsi itu tidak dapat
terpenuhi, maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan. Penyimpangan terhadap
factor pengganggu sedemikian itu disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastis dan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Bhuono 92005 : 62-63) untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas ada beberapa cara yaitu :
1) Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan
melihat antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang di
prediksi dan X adalah residual.
2) Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik yang membentuk pola
yang teratur, maka mngindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jiak
tidak ada pola yang jelas secara titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angak nol, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Maka hal tersebut
bebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak di gunakan dalam
penelitian.
E. Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat
diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan peneliti dalam
mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk
melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara
pengukuran construct yang lebih baik
Dalam penelitian ini menggunakan metode dependen yaitu menggunakan dua set
variabel (bebas dan terikat), yang bertujuan untuk menentukan apakah variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat secara individual atau bersamaan. Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan yang meliputi barang-barang
(goods), jasa (service), aktiva (asset), atau masukan factor(factor infut). sebagai
usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta
daya beli pasar (fandy Tjiptono, 2000, 95).
1. Harga adalah titik pertemuan antara kurva penawaran dan kurva permintaan
atau harga adalah jumlah uang (ditambah jumlah produk kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk menciptakan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanannya ( Basu Swasta, 1997, 241).
2. Distribusi ( place) kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan
mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsn kepada konsumen,
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperkenalkan (jenis, jumlah,
harga, tempat dan saat dibutuhkan) (Fandy Tjiptono, 2000 :185).
3. Promosi adalah suatu bentuk aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi/membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima pada produk yang di
tawarkan perusahaan yang bersangkutan (Fandy Ciptono, 2000 : 219)
4. Faktor sosial adalah sesuatu yang mempengaruhi konsumen yang berasal dari
kelompok reperensi, keluarga, pernanan dan status (Pholif kotler.2002)
Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
keputusan pembelian konsumen.
Tabel 3.1
Operasional Variabel penelitian
No Varaibel Indikator Skala
1 Produk
(X1)
1. kemampuan daya ingat konsumen terhadap
merk yang didasarkan pada kategori
produk tertentu
2 Kepercayaan kepada produk atas kandungan, kadaluarsa.
3. Kemampuan konsumen dalam mengenali merk
Ordinal
2 Harga
(X2)
1. Kemampuan daya beli konsumen terhadap
produk
2. kepuasan konsumen terhadap harga
Ordinal
3 Distribusi
(X3)
1. kemudahan konsumen dalam menemukan
produk
2. Keberhasilan produk dalam hal distribusi
3. Kepercayaan konsumen terhadap sistem
pengangkuatan
Ordinal
4 Promosi
(X4)
1. Penggunaan media TV, radio sebagai
sarana periklana
2. respon dari konsumen atas program yang
pernah dilakukan
3. Keefektifan iklan
Ordinal
5 Faktor sosial
(X5)
1. Pengaruh lingkungan sekitar terhadap
pembelian
2. pengaruh status terhadap pembelian
Ordinal
6 Keputusan
pembelian (Y)
1. kelengkapan informasi yang didapat oleh
konsumen tentang produk 2. kebiasaan dalam menggunakan merek
tertentu
3. Konsumen diposisikan penggunaan yang
sering
4. Kecermatan konsumen dalam memutuskan
pembelian
Ordinal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian adalah konsumen dari Pocari sweat yang di produksi oleh PT Amerta
Indah Otsuka yang berada di Ciputat baik penduduk asli atau pun pendatang Pocari Sweat
mulai memasuki pasar Indonesia tahun 1990. Pertama kali masuk ke Indonesia Pocari tidak
langsung banyak. Pada waktu itu minuman isotonik belum begitu populer di Indonesia. Waktu
itu Pocari sweat hanya 30.000 kaleng dalam waktu setahun setahun, pada waktu itu belum ada
pabriknya pocari yang di produksi di Indonesia jadi harus didatangkan langsung dari pabrik
minuman Pocari Sweat yang berada di Korea Selatan.
Pada tahun 1991, PT Amerta Indah Otsuka perusahaan yang memproduksi Pocari
Sweat mendirikan pabrik di Lawang kabupaten Malang Jawa Timur, memproduksi minuman
Pocari Sweat Pada waktu itu pabrik memiliki kapasitas produksi 7 juta kaleng per bulan.
Pabrik di Lawang beroperasi selama 13 tahun (1991- 2004), pada bulan Januari 2004
diputuskan memindahkan pabrik ke Sukabumi. Pertimbangannya untuk lebih menekan biaya
produksi dan transportasi serta memberikan kemudahan penyediaan bahan baku. Pabrik
penghasil minuman Pocari Sweat di Sukabumi saat ini telah mampu memproduksi 14 juta
kaleng per bulan.
Pocari yang di produksi oleh PT Amerta Indah Otsuka beralamat di Sukabumi, 43359.
Indonesia. Dengan BPOM RI MD 249210003752 Dengan lisensi dari Otsuka Pharmaceutical
Co. Ltd Tokyo Jepang .
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Populasi dalam penelitian ini adalah para konsumen yang tinggal di Ciputat, baik
penduduk asli maupun para pendatang yang melakukan pembelian Pocari Sweat. Jumlah
sampel yang dipilih sebanyak 100 orang responden dengan pertimbangan tertentu. Hal ini
karena peneliti mengalami beberapa hambatan dalam penelitian seperti: keterbatasan biaya,
waktu serta tenaga.
Ada pun karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.1
Karakteristik responden
KARAKTERISRIK RESPONDEN
Usia Jenis kelamin Pekerjaan Pendapatan sebulan
Kategori Res Kategori Res Kategori Res Kategori Res
15-20 tahun 5 Laki-laki 65 Pegawai swasta 23 < 500.000 53
21-25 tahun 64 Perempuan 35 PNS 7 500.000-1250.000 18
> 26 tahun 31 Wirausaha 15 1.250.000-
2.000.000
19
Pelajar 55 > 2.000.000 10
Total 100 100 100 100
Sumber : olah data kuisioner
Dari tabel 4.1 di atas, dapat di jelaskan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia
di dominasi oleh responden yang berusia antara 21 sapai 25 yaitu 64 responden, karakteristik
berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa responden laki-laki 65 orang dan responden
perempuan. 35 orang, karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di dominasi oleh
pelajar/mahasiswa swasta sebanyak. 55 orang, sedangkan karakteristik berdasarkan pendapatan
di dominasi oleh responden yang memiliki pendapatan sebesar kurang dari Rp 500.000 sebulan
yaitu sebanyak. 53 orang.
Selanjutnya untuk pertanyaan ” Tuliskan merek minuman Isotonik yang anda Ingat ” (soal A
nomor 6 pada lembaran kuisioner) hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2
Merek minuman Isotonik yang paling diingat responden
Merek Minuman Isotonik Jumlah Prosentase
Pocari 39 39,0
Mizone 35 35,0
Powerade isotonic 14 14,0
Vita zone 11 11,0
Gatoride 1 1,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari tabel 4.2 di atas menunujukan bahwa merek yang paling banyak di ingat oleh responden
adalah Pocari sweat sebanyak 39 responden atau sebesar 39 % kemudian disusul oleh merek
Mizone dengan 35 responden atau 35 %
Sementara itu dari pertanyaan ” sebutkan merek minuman isotonik yang anda ketahui ” soal A
nomor 7, ternyata merek minuman isotonik yang diketahui responden adalah Pocari sweat,
Mizone, Vita zone, Powerade Isotonic, Zap dan Gatorade dan berikut perolehan dari setiap
minuman isotonik tersebut (lihat tabel 4.3)
Tabel 4.3
Minuman isotonik yang diketahui responden
No Merek Minuman Isotonik Jumlah Perolehan
1 Pocari 55
2 Mizone 42
3 Vita zone 38
4 Powerade isotonic 25
5 Zap 7
6 Gatorade 3
Sumber : Hasil dari olah data
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Validitas dan Reabilitas
Untuk mendapatkan data primer dilakukan penyebaran kuisioner kepada para
konsumen Pocari Sweat yang bertempat tinggal diciputat. Jumlah responden sebanyak 100
responden.
Penulis melakukan try out pada 10 responden sebelum kuisioner di bagikan kepada
100 responden dengan 33 butir pertanyaan untuk menguji validitas serta reabilitas dari seluruh
pertanyaan tersebut
Setelah di lakukan try out ke 10 responden Dari hasil try out tersebut, kemudian
diolah dengan bantuan SPSS 12. dan hasilnya tidak satu pun pertanyaan yang memilki nilai
korelasi negatif, yang berarti ke 33 pertanyaannya adalah valid.
Hasil dari try out hasilnya bisa dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Validitas dan Reabilitas
No Butir Pertanyaan
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Keterangan
1 0,513 0,925 Valid
2 0,488 0,926 Valid
3 0,647 0,923 Valid
4 0,396 0,926 Valid
5 0,643 0,924 Valid
6 0,657 0,923 Valid
7 0,751 0,922 Valid
8 0,285 0,927 Valid
9 0,227 0,928 Valid
10 0,152 0,931 Valid
11 0,725 0,923 Valid
12 0,483 0,925 Valid
13 0,194 0,929 Valid
14 0,751 0,922 Valid
15 0,751 0,922 Valid
16 0,751 0,922 Valid
17 0,605 0,925 Valid
18 0,504 0,925 Valid
19 0,338 0,927 Valid
20 0,482 0,925 Valid
21 0,751 0,922 Valid
22 0,605 0,925 Valid
23 0,280 0,928 Valid
24 0,300 0,927 Valid
25 0,504 0,925 Valid
26 0,776 0,922 Valid
27 0,480 0,925 Valid
28 0,273 0,928 Valid
29 0,726 0,922 Valid
30 0,627 0,924 Valid
31 0,399 0,926 Valid
32 0,840 0,920 Valid
33 0,273 0,928 Valid
Sumber : olah data kuisioner dengan SPS
Skala pengukuran reliabel sebaiknya memiliki nilai alpa Cronbach minimal 0.70 (Nunnally,
1978 dan Nunnally and Berstein, 1994 dalam stanislaus, 2006 : 240)
Dari tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa nilai alpa Cronmbach lebih dari 0,70 berarti
dapat dinyatakan reliabel dengan nilai alpa crobach yaitu 0,927 (dari out put SPSS) nilai alpa
ini jelas berada di atas batas minimal 0,70 sehingga dapat dikatakan mempunyai reliabilitas
yang baik.
2. Hasil dan pembahasan
Pengaruh bauaran pemasaran dan paktor sosial terhadap keputusan pembelian pocari
sweat dapat dilihat dapat dilihat dari variabel produk, variabel harga, variabel distribusi,
variabel promosi dan variabel faktor sosial. Berikut ini adalah out put kuisioner yang di berikan
kepada mayarakat Ciputat
a. Produk
Adapun dalam variabel produk pada kuisioner penulis memasukan 9 (sembilan) pertanyaan,
yang hasil outputnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Apabila memerlukan minuman Isotonik Pocari yang teringat
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 5 5,0
Setuju 51 51,0
Ragu-ragu 6 6,0
Tidak setuju 28 28,0
Sangat Tidak setuju 10 10,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.5 terlihat 5 responden menyatakan sangat setuju, 51 responden
menyatakan setuju, 6 responden menyatakan ragu, 28 responden meyatakan tidak
setuju serta 10 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju apabila memerlukan minuman
isotonik pocari sweatlah yang teringat, ini berarti pocari udah cukup populer di
masyarakat.
Tabel 4.6
Pocari sweat Berguna Bagi tubuh sehingga konsumen merasa memerlukannya
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 4 4,0
Setuju 70 70,0
Ragu-ragu 6 6,0
Tidak setuju 16 16,0
Sangat Tidak setuju 4 4,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.6 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 4
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 70, dan 6 responden
menyatakan ragu, 16 responden meyatakan tidak setuju serta 4 responden
menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden
meyatakan setuju kalau Pocari sweat berguna bagi tubuh mereka
Tabel 4.7
Kemasan pocari bagus sehingga konsumen tertarik untuk membelinya
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 6 6,0
Setuju 54 54,0
Ragu-ragu 6 6,0
Tidak setuju 31 31,0
Sangat Tidak setuju 3 3,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.7 terlihat 6 responden menyatakan sangat setuju, 54 responden
menyatakan setuju, dan 6 responden menyatakan ragu, 31 responden meyatakan
tidak setuju serta 3 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju kalau kemasan pocari itu bagus.
Tabel 4.8
Pocari cukup memuaskan sehingga kecil kemungkinan konsumen untuk pindah ke
produk lain
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 3 3,0
Setuju 44 44,0
Ragu-ragu 32 32,0
Tidak setuju 22 22,0
Sangat Tidak setuju 1 1,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.8 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 3
responden, 44 responden yang menyatakan setuju, sebanyak 32 responden
menyatakan ragu, 22 responden meyatakan tidak setuju serta 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden
meyatakan setuju kalau Pocari cukup memuaskan sehingga kecil kemungkinan
konsumen untuk pindah ke produk lain.
Tabel 4.9
Pocari telah memberikan kualitas terbaik
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 3 3
Setuju 67 67
Ragu-ragu 19 19
Tidak setuju 9 9
Sangat Tidak setuju 2 2
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.9 terlihat responden menyatakan sangat setuju sebanyak 3
responden, 67 menyatakan setuju, 19 responden menyatakan ragu, 9 responden
meyatakan tidak setuju serta 2 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari
pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau Pocari telah
memberikan kualitas terbaik
Tabel 4.10
Pocari Sebagai Minuman Paporit
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 5 5,0
Setuju 42 42,0
Ragu-ragu 26 26,0
Tidak setuju 26 26,0
Sangat Tidak setuju 1 1,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.10 terlihat 5 responden menyatakan sangat setuju, 42 responden
menyatakan setuju, 26 responden menyatakan ragu, 26 responden meyatakan
tidak setuju serta 1 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan
ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau Pocari sweat menjadi
minuman paporit
Tabel 4.11
Konsumen percaya kandungan yang tertera dikemasan sama dengan isi
didalamnya
Frekuensi Prosentase
Sangat Sangat Setuju 11 11,0
Setuju 55 55,0
Ragu-ragu 16 16,0
Tidak setuju 18 18,0
Sangat Tidak setuju 0 0,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.11 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 11
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 55, serta 16 responden
menyatakan ragu, 18 responden meyatakan tidak setuju dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju kalau kandungan yang tertera
dikemasan Pocari sweat sama dengan isi didalamnya
Tabel 4.12
Nama Pocari sweat mudah di ingat
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 7 7,0
Setuju 67 67,0
Ragu-ragu 15 15,0
Tidak setuju 18 18,0
Sangat Tidak setuju 2 2,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.12 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 7
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 67, serta 15 responden
menyatakan ragu, 18 responden meyatakan tidak setuju serta 2 responden
menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden
meyatakan setuju kalau nama pocari sweat mudah di ingat
Tabel 4.13
Konsumen percaya pada pocari karena tanggal kadaluarsa tercantum
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 23 23
Setuju 63 63
Ragu-ragu 7 7
Tidak setuju 7 7
Sangat Tidak setuju 0 0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.13 terlihat 23 responden menyatakan sangat setuju, 63 responden
menyatakan setuju, 7 responden menyatakan ragu, responden meyatakan tidak
setuju serta tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju, dari
pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju terhadap pernyataan
tersebut.
b. Harga
Dalam variabel harga pada kuisioner penulis memasukan 5 (lima) pertanyaan,
yang hasil outputnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.14
Harga Pocari cukup terjangkau
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 3 3,0
Setuju 49 49,0
Ragu-ragu 10 10,0
Tidak setuju 22 22,0
Sangat Tidak setuju 16 16,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.14 terlihat ada 3 responden yang menyatakan sangat setuju,
responden yang menyatakan setuju sebanyak 49, 10 responden menyatakan ragu,
22 responden meyatakan tidak setuju serta 16 menyatakan sangat tidak setuju,
dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau harga
Pocari cukup terjangkau
Tabel 4.15
Meskipun ada produk lain yang sama konsumen akan tetap memilih pocari
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 0 0,0
Setuju 47 47,0
Ragu-ragu 35 35,0
Tidak setuju 20 20,0
Sangat Tidak setuju 2 2,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.15 terlihat tidak ada responden yang menyatakan sangat setuju, 47
responden menyatakan setuju, 35 responden menyatakan ragu, 20 responden
meyatakan tidak setuju serta 2 menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan
ini sebagian besar responden meyatakan setuju atas respon pernyataan tersebut.
Tabel 4.16
Pocari seimbang antara kualitas yang didapatkan dengan harga yang ditawarkan
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 5 5,0
Setuju 56 56,0
Ragu-ragu 15 15,0
Tidak setuju 22 22,0
Sangat Tidak setuju 1 1,0
Total 100 100,0
Dari Tabel 4.16 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak. 5
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 56, 15 responden
menyatakan ragu, 22 responden meyatakan tidak setuju serta 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden
meyatakan setuju kalau Pocari seimbang antara kualitas yang didapatkan dengan
harga yang ditawarkan
Tabel 4.17
Bagi konsumen harga tak jadi masalah yang penting kualitas terjamin
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 3 3,0
Setuju 43 43,0
Ragu-ragu 30 30,0
Tidak setuju 23 23,0
Sangat Tidak setuju 1 1,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.17 terlihat 3 responden menyatakan sangat setuju, 43 responden
menyatakan setuju, 30 responden menyatakan ragu, 23 responden meyatakan
tidak setuju serta 1 menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian
besar responden meyatakan setuju kalau harga tak jadi masalah yang penting
kualitas terjamin
Tabel 4.18
Konsumen termasuk pembeli yang puas walaupun ada perubahan harga
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 2 2
Setuju 27 27
Ragu-ragu 22 22
Tidak setuju 47 47
Sangat Tidak setuju 2 2
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.18 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 2
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 27, 22 responden
menyatakan ragu, 57 responden meyatakan tidak setuju serta 2 menyatakan sangat
tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan tidak setuju
kalau mereka termasuk pembeli yang puas walaupun ada perubahan harga
c. Distribusi
Dalam variabel distribusi pada kuisioner penulis memasukan 3 (tiga) pertanyaan,
yang hasil outputnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.19
Pocari gampang ditemukan (selalu ada) disetiap pedagang apabila konsumen memerlukan
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 8 8,0
Setuju 67 67,0
Ragu-ragu 14 14,0
Tidak setuju 10 10,0
Sangat Tidak setuju 1 1,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.19 terlihat 8 responden menyatakan sangat setuju, 67
.responden menyatakan setuju, 14 responden menyatakan ragu, responden
meyatakan tidak setuju serta 1 responden menyatakan tidak setuju, dari
pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau Pocari
gampang ditemukan (selalu ada) disetiap pedagang apabila konsumen
memerlukan
Tabel 4.20
Pocari berhasil dalam distribusi saluran langsung
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 4 4,0
Setuju 30 30,0
Ragu-ragu 25 25,0
Tidak setuju 39 39,0
Sangat Tidak setuju 2 2,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.20 terlihat 4 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden
menyatakan setuju, 25 responden menyatakan ragu, 39 responden meyatakan
tidak setuju serta 2 menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan tidak setuju kalau Pocari berhasil dalam
distribusi saluran langsung
Tabel 4.21
Konsumen percaya sistem pengangkutan Pocari dari pabrik sampai warung
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 8 8,0
Setuju 70 70,0
Ragu-ragu 20 20,0
Tidak setuju 2 2,0
Sangat Tidak setuju 0 0,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.21 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak. 8
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 70, serta 20 responden
menyatakan ragu, 2 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju bahwa mereka percaya sistem
pengangkutan Pocari dari pabrik sampai warung
d. Promosi
Dalam variabel promosi pada kuisioner penulis memasukan 5 (lima)
pertanyaan, yang hasil outputnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.22
Sering menyaksikan iklan Pocari Di TV atau di radio
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 12 12
Setuju 44 44
Ragu-ragu 19 19
Tidak setuju 24 24
Sangat Tidak setuju 1 1
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.22 terlihat 12 responden menyatakan sangat setuju, 44 responden
menyatakan setuju, 19 responden menyatakan ragu, 24 responden meyatakan
tidak setuju serta 1 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan
ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau mereka sering
menyaksikan iklan Pocari di TV atau radio
Tabel 4.23
Iklan Pocari Menarik perhatian
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 8 8
Setuju 64 64
Ragu-ragu 17 17
Tidak setuju 6 6
Sangat Tidak setuju 3 3
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.23 terlihat 8 responden menyatakan sangat setuju, 64 responden
menyatakan setuju, 17 responden menyatakan ragu, 6 .responden meyatakan
tidak setuju serta 3 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari
pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau iklan Pocari
Menarik perhatian
Tabel 4.24
Konsumen setuju isi pesan Pocari mudah dipahami
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 3
Setuju 71
Ragu-ragu 10
Tidak setuju 15
Sangat Tidak setuju 1
Total 100 100,0
Dari Tabel 4.24 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 3
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 71, serta 10
responden menyatakan ragu, 15 responden meyatakan tidak setuju, 1
responden menyatakan sangat tidak setuju dari pernyataan ini sebagian besar
responden meyatakan setuju kalau isi pesan Pocari mudah dipahami
Tabel 4.25
Kegiatan Amal seperti program ”Satu hati” antara Pocari kerjasama AN TEVE
sangat bagus dan harus di teruskan
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 4 4,0
Setuju 79 79,0
Ragu-ragu 4 4,0
Tidak setuju 13 13,0
Sangat Tidak setuju 0 0,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.25 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 4
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 79, 4 responden
menyatakan ragu, 13 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju kalau kegiatan Amal seperti
program ”Satu hati” antara Pocari kerjasama AN TEVE sangat bagus dan harus
di teruskan
Tabel 4.26
Menurut konsumen pocari diklankan secara intensif
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 5 5,0
Setuju 56 56,0
Ragu-ragu 8 8,0
Tidak setuju 24 24,0
Sangat Tidak setuju 7 7,0
Total 100 100,0
Dari Tabel 4.26 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak. 5
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 56, 8 responden
menyatakan ragu, 24 responden meyatakan tidak setuju serta 7 responden
menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden
meyatakan setuju pocari diklankan secara intensifs.
e. Paktor Sosial
Dalam variabel paktor sosial pada kuisioner penulis memasukan 5 (lima)
pertanyaan, yang hasil outputnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.27
Konsumen membeli Pocari karena reperensi teman
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 4 4,0
Setuju 21 21,0
Ragu-ragu 11 11,0
Tidak setuju 60 60,0
Sangat Tidak setuju 4 4,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.27 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak. 5
.responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 21, 11 responden
menyatakan ragu, 60 responden meyatakan tidak setuju serta 4 responden
menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden
meyatakan tidak setuju kalau mereka membeli Pocari karena reperensi teman
Tabel 4.28
Ketika konsumen membeli pocari Pocari. Konsumen percaya minum di depan
orang
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 8 8
Setuju 70 70
Ragu-ragu 4 4
Tidak setuju 18 18
Sangat Tidak setuju 0 0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.28 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak. 8
.responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 70, 4 responden
menyatakan ragu, 18 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju ketika mereka membeli pocari
Pocari, mereka percaya minum di depan orang
Tabel 4.29
Bagi konsumen usul dan pertimbangan dari keluarga dalam membeli produk
adalah sesuatu yamg harus pertimbangkan
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 8 8,0
Setuju 49 49,0
Ragu-ragu 22 22,0
Tidak setuju 19 19,0
Sangat Tidak setuju 0 0,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.29 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 8
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 49, 22 responden
menyatakan ragu, 19 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju kalau usul dan pertimbangan dari
keluarga dalam membeli produk adalah sesuatu yamg harus pertimbangkan
Tabel 4.30
Konsumen merasa yakin minum pocari dibanding minuman biasa
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 10 10,0
Setuju 53 53,0
Ragu-ragu 27 27,0
Tidak setuju 10 10,0
Sangat Tidak setuju 0 0,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.30 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 10
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 53, 27 responden
menyatakan ragu, 10 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju mereka merasa yakin minum pocari
dibanding minuman biasa
Tabel 4.31
Teman kerja, teman organisasi mempengaruhi konsumen dalam pembelian
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 2 2
Setuju 32 32
Ragu-ragu 3 3
Tidak setuju 63 63
Sangat Tidak setuju 1 1
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.31 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 2
responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 32, responden
menyatakan ragu sebanyak 2 responden, 63 responden meyatakan tidak setuju
serta 1 responden menyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar
responden meyatakan tidak setuju kalau teman kerja, teman organisasi
mempengaruhi konsumen dalam pembelian
f. Pembelian konsumen
Dalam variabel pembelian konsumen pada kuisioner penulis memasukan 6
(enam) pertanyaan, yang hasil outputnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.32
Sebelum membeli Pocari konsumen telah mendapatkan segala sesuatu tentang
pocari
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 3 3,0
Setuju 65 65,0
Ragu-ragu 20 20,0
Tidak setuju 12 12,0
Sangat Tidak setuju 0 0,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.32 terlihat 3 responden menyatakan sangat setuju, 65 responden
menyatakan setuju, 20 responden menyatakan ragu, 12 responden meyatakan
tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut
Tabel 4.33
Konsumen biasa membeli Pocari karena sudah biasa membelinya
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 5 5,,0
Setuju 48 48,0
Ragu-ragu 12 12,0
Tidak setuju 32 32,0
Sangat Tidak setuju 3 3,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.33 terlihat 5 responden menyatakan sangat setuju, 48 responden
menyatakan setuju, 12 responden menyatakan ragu, 32 responden meyatakan
tidak setuju serta 3 responden menyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju atas pernyataan tersebut
Tabel 4.34
Setelah konsumen mengetahui kandungan Pocari, konsumen tertarik dan
membelinya
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 2 2,0
Setuju 48 48,0
Ragu-ragu 8 8,0
Tidak setuju 34 34,0
Sangat Tidak setuju 8 8,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.34 terlihat 2 responden menyatakan sangat setuju, 48 responden
menyatakan setuju, 8 responden menyatakan ragu, 34 responden meyatakan
tidak setuju serta 8 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan
ini sebagian besar responden meyatakan setuju atas pernyataan tersebut
Tabel 4.35
Konsumen termasuk pembeli yang cerdas dalam menganalisis kandungan Pocari
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 7 7,0
Setuju 65 65,0
Ragu-ragu 17 17,0
Tidak setuju 11 11,0
Sangat Tidak setuju 0 0,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.35 terlihat 7 responden menyatakan sangat setuju, 65 responden
menyatakan setuju, 17 responden menyatakan ragu, 11 responden meyatakan
tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju
atas pernyataan tersebut
Tabel 4.36
Konsumen termasuk pembeli rutin Pocari jika memerlukan minuman Isotonik
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 3 3,0
Setuju 38 38,0
Ragu-ragu 26 26,0
Tidak setuju 30 30,0
Sangat Tidak setuju 3 3,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.36 terlihat 3 responden menyatakan sangat setuju, 38 responden
menyatakan setuju, 26 responden menyatakan ragu, 30 responden meyatakan
tidak setuju serta 3 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan
ini sebagian besar responden meyatakan setuju atas pernyataan tersebut
Tabel 4.37
Sebelum konsumen membeli pocari ada pertimbangan terlerbih dahulu
misalnya ada intensif yang ditawarkan
Frekuensi Prosentase
Sangat Setuju 4 4,0
Setuju 52 52,0
Ragu-ragu 13 13,0
Tidak setuju 26 26,0
Sangat Tidak setuju 5 5,0
Total 100 100,0
Sumber : olah data kuisioner
Dari Tabel 4.37 terlihat 4 responden menyatakan sangat setuju, 52 responden
menyatakan setuju, 13 responden menyatakan ragu, 26 responden meyatakan
tidak setuju serta 5 menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju atas pernyataan tersebut
3. Hasil Analisis
Untuk menggambarkan pengaruh atau hubungan variabel bauran pemasaran (
produk, harga, distribuusi dan promosi) dan variabel faktor sosial. Terhadap keputusan
pembelian, maka penulis menggunakan alat analisa SPSS 15.0 for windows pada
penelitian ini dengan metode enter untuk mempermudah analisis pembahasannya
a. Uji Normalitas dan Asumsi Klasik Regresi Loinier Berganda
Untuk menguji regresi berganda ini, maka model tersebut harus memenuhi
asumsi normalitas data dan asumsi klasik statistik.
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memilki data normal atau
mendekati normal. Cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan
melihat normal propability plot yang membandingkan distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan plotting
data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah
normal, maka garis yang akan menggambarkan sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.
Gambar 4.1
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KeputusanPembelian
Dari Gambar 4.1 grafik normal probability plot menunjukan pola grafik
yang normal, terlihat dari titik-titik data yang tersebar di sekitar garis
diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Jadi asumsi
kenormalan terpenuhi.
2) Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara anggota dari serangkaian
pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu yang berkaitan de ngan
tenggang waktu, yang dapat diartikan bahwa hubungan korelasi dari setiap
varabel waktu sekarang akan sama keadaannnya pada masa yang akan
datang. Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui autokorelasi
adalah dengan menguji uji Durbin Watson
Tabel 4. 39
Tabel klasifikasi nilai d
Nilai d Keterangan
< 1.10 Ada autokorealsi
1.10 - 1.54 Tanpa kesimpulan
1.55 – 2.46 Tidak ada autokorelasi
> 2.91 Ada autokorelasi
Sumber: Al Ghipari :1997 :171
Ada pun dari pengolahan data, dsiperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 4. 40 Durbin – Watson
Model Durbin - watson
1 1.999
Sumber : Out Put SPSS, 2008
Berdasarkan hasil dari tabel 4.40 yaitu garis perhitungan terhadap uji
autokorelasi, yaitu sebesar 1.999. Jika melihat kepada tabel 4.39 Durbin –
watson, berarti tidak ada autokorelasi dalam regresi linier bereganda.
3) Multikolinearitas
Dalam penelitian ini, ada tidaknya gejala multikolinearitas dilihat dari nilai
tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil uji multikolenearitas di
tunjukan pada tabel 4. 41
Tabel 4.41
Coefficients (a)
Collinearity Statistics Model
Tolerance VIF
1 (Constant)
Product 0,870 1,150
Price 0,886 1,128
Place 0,924 1,082
Promotion 0,997 1,024
Social factor 0,896 1,116
(a) dependen Variabel : Keputusan pembelian
Sumber : Out put SPSS. 2008
Berdasarkan tabel 4.41 di atas dapat dijelaskan bahwa model regresi
pada penelitian ini tidak mengalami gangguan multikolenearitas atau tidak
terdapat korelasi antar variabel bebas. Hal ini terlihat pada nilai tolerance
untuk kelima variabel bebas yang lebih besar dari 10 persen (0.1) dan
Variance Inflation Factor (VIF) bernilai kurang dari 10 (Bhuono, 2005 : 58)
4) Heteroskedastisitas
Penelitian ini akan menggunakan grafik scatterplot untuk mendeteksi terjadi
atau tidaknya heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan
program SPSS, hasil grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut
ini.
Gambar 4.2
Regression Studentized Residual
3210-1-2-3
Reg
ress
ion
Sta
ndar
diz
ed P
red
icte
d V
alue
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: KeputusanPembelian
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa penyebaran residual adalah tidak teratur.
Hal tersebut dapat dilihat dari plot yang terpencr serta tidak membentuk
suatu pola tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
linier berganda bebas dar heterokedastisitas.
b. Pengujian Hipotesis
1) Pengujian Parsial (Uji t)
Pengujian hipotesis secara parsial dimaksudkan untuk mengetahui adanya
pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya.
Hipotesa yang digunakan dalam pengujian ini adalah
1. Ho = β1 = 0 Diduga variabel product tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
H1 = β1 ≠ 0 Di duga variabel product berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen
2. Ho = β2 = 0 Diduga variabel price tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
H1 = β2 ≠ 0 Diduga variabel price berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen
3. Ho =β3 = 0 Diduga variabel place tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
H1 = β2 ≠ 0 Diduga variabel place berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen
4. Ho = β4 = 0 Diduga variabel promotion tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
H1 = β4 ≠ 0 Diduga variabel promotion berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen
5. Ho =β5 = 0 Diduga variabel sosial factor tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
H1=β5 ≠ 0 Diduga variabel faktor sosial berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
Dasar pengambilan keputusan
(a) Dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.
Apabila t tabel > t hitung maka Ho diterima
Apabila t tabel < t hitung, maka Ho ditolak atau Ha diterima.
Dengan tingkat signifikasi 5% (α = 5%) dan nilai df (degree of
freedom) n – k (100 – 5) = 95, maka dapat diketahui nilai t tabel
sebesar 1, 985.
(b) Dengan menggunakan angka signifikasi.
Apabila angka signifikansi > 0,05, maka Ho diterima.
Apabila angka signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Ha
diteima
Tabel 4.42
Coefficients (a)
Unstandardized
Coefficient
Standardized
Coefficients
Model
Beta Std error Beta
t sign
(Constant) 0,204 3,337 0,061 0,951
Product 0,173 0,077 0,202 2,244 0,027
Price 0,373 0,096 0,348 3,897 0,000
Place 0,478 0,159 0,263 3,010 0,003
Promosion 0,057 0,104 0,047 0,552 0,582
1
Social factor 0,142 0,099 0,128 1,438 0,154
(a) Dependent variable : keputusan pembelian Sumber : Out put SPSS, 2007
Dari tabel 4.42 di atas, selanjutnya penulis menguji hipotesa secara parsial
pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Menguji signifikasi koefisien variabel produk
Dari tabel koefisien (tabel 4.39) diperoleh nilai t hitung = 2,244 dengan
tingkat signifikasi 5 % (α = 5 %) dan sifat df (degree of freedom) n – k
(100-5) = 95, maka dapat diketahui nilai t tabel sebesar 1,985.
Dengan membandingkan t hitung dan t tabel, didapatkan :
(t hitung ) (t tabel )
(2,244) > (1,985).
Karena nilai t hitung > t tabel, maka disimpulkan bahwa Ho ditolak atau
Ha diterima, artinya koefisien regresi pada produk adalah signifikaan.
Hasil yang sama juga bisa diperoleh dari perbandingan nilai sig.
Dengan taraf signifikasi ;
Sig, α
(0,027) < (0,05)
Karena sig < α, Ho ditolak atau Ha diterima, artinya koefisien regresi
pada produk adalah signifikan.
Berdasarkan uji t pada variabel produk ternyata Ho ditolak atau Ha
diterima, yang artinya koefisien regresi pada variabel produk adalah
signifikan. Hal ini menunjukan bahwa produk pocari sweat
berpengaruh terhadap keputusan pembelian, dengan kata lain
keseluruhan kualitas dan keunggulan Pocari sweat berkenaan dengan
maksud yang diharapkan.
2.. menguji signifikasi koefisien variabel harga
Dengan membandingkan t hitung dan t tabel, didapatkan :
(t hitung ) ( t tabel)
(3,897) > (1,985)
Karena nilai t hitung > t tabel, maka disimpulkan bahwa Ho ditolak atau
Ha diterima, artinya koefisien regresi pada produk adalah signifikaan.
Hasil yang sama juga bisa diperoleh dari perbandingan nilai sig.
Dengan taraf signifikasi ;
Sig, α
(0,000) < (0,05)
Karena sig < α, Ho ditolak atau Ha diterima, artinya koefisien regresi
pada harga adalah signifikan.
Berdasarkan uji t pada variabel harga ternyata Ho ditolak atau Ha
diterima, yang artinya koefisien regresi pada variabel harga adalah
signifikan. Hal ini menunjukan bahwa harga pocari sweat berpengaruh
terhadap keputusan pembelian, dengan kata lain harga pocari yang
ditawarkan terjangakau oleh daya beli konsumen.
3. Menguji signifikasi koefisien variabel distribusi
Dengan membandingkan t hitung dan t tabel, didapatkan :
(t hitung t tabel)
(3, 010) > (1,985)
Karena nilai t hitung > t tabel, maka disimpulkan bahwa Ho ditolak atau
Ha diterima, artinya koefisien regresi pada distribusi adalah
signifikaan. Hasil yang sama juga bisa diperoleh dari perbandingan
nilai sig. Dengan taraf signifikasi ;
Sig, α
(0,003) < (0,05)
Karena sig < α, Ho ditolak atau Ha diterima, artinya koefisien regresi
pada distribusi adalah signifikan.
Berdasarkan uji t pada variabel harga ternyata Ho ditolak atau Ha
diterima, yang artinya koefisien regresi pada variabel distribusi adalah
signifikan. Hal ini menunjukan bahwa dalam distribusi pocari telah
berhasil sehingga mempengaruhi keputusan pembelian
4. Menguji signifikasi koefisien variabel promosi
Dengan membandingkan t hitung dan t tabel, didapatkan :
(t hitung) ( t tabel)
(0,552) < (1,985)
Karena nilai t hitung < t tabel, maka disimpulkan bahwa Ho terima atau
Ha ditolak, artinya koefisien regresi pada promosi tidak signifikan.
Dengan membandingkan angka signifikasi ;
Sig, α
(0,582) > (0,05)
Karena sig > α, maka disimpulkan bahwa Ho terima atau Ha ditolak,
artinya koefisien regresi pada promosi tidak signifikan.
Berdasarkan uji t pada variabel promosi ternyata Ho terima atau Ha
ditolak, artinya koefisien regresi pada promosi tidak signifikan. Hal ini
di mungkinkan karena iklan pocari kurang gencar
5. Menguji signifikasi koefisien variabel faktor sosial
Dengan membandingkan t tabel dan t tabel, didapatkan :
(t hitung) (t tabel)
(1,438) < (1,985)
Karena nilai t hitung < t tabel, maka disimpulkan bahwa Ho terima atau
Ha ditolak, artinya koefisien regresi pada Faktor Sosial tidak
signifikan.
Dengan membandingkan angka signifikasi ;
Sig, α
(0,154) > (0,05)
Karena sig > α, maka disimpulkan bahwa Ho terima atau Ha ditolak,
artinya koefisien regresi pada Faktor sosial tidak signifikan.
Berdasarkan uji t pada variabel promosi ternyata Ho terima atau Ha
ditolak, artinya koefisien regresi pada Faktor Sosial tidak signifikan.
Hal ini di mngkinkan karena faktor sosial tidak berpengaruh secara
langsung terhadap keputusan pembelian.
2. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian hipotesis secara simultan bertujuan untuk mengukur
besarnya pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
terikatnya. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Ho : β = 0
Variabel – variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya.
Ho : β ≠ 0
Variabel – variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama terhadap variabel terikatnya
Dasar pengambilan keputusan :
(a) Dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel
Apabila F tabel > F hitung, maka Ho diterima
Apabila F tabel < F hitung, maka Ho ditolak atau Ha diterima
(b) Dengan menggunakan angka signifikasi
Apabila probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Apabila probabilitas < 0,05, maka Ho diterima atau Ha diterima.
Tabel 4. 44
ANOVAb
244,639 5 48,928 9,503 ,000a
483,951 94 5,148
728,590 99
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), FaktorSosial, Harga, Promosi, Distribusi, Produka.
Dependent Variable: KeputusanPembelianb.
Dalam tabel Anova di atas terbaca nilai F hitung = 9.503 sementara dari tabel nilai
statistik F dengan derajatr bebas VI = 5 dan V2 = 94 pada taraf signifikasi 0,05 (F5 ; 94 ;
0,05) kita peroleh F tabel = 2,311 jadi tampak bahwa
F hitung F tabel
9,503 > 2,311
Karena F hitung > F tabel maka dapat disimpulkan bahwa kita dapat menolak Ho, yang
artinya diantara variabel independen (produk, harga, distribusi, promosi, faktor sosial)
dan variabel dependen (keputusan pembelian) terdapat hubungan
Kesimpulan yang sama dapat diperoleh dari perbandingan nilai. Dengan taraf
signifikasi (α) :
Sig α
0,000 < 0,05
Karena Sig < α maka disimpulkan bahwa kita dapat menolak Ho, yang berarti
terdapat hubungan antara produk, harga, distribusi, promosi dan faktor sosial terhadap
keputusan pembelian
Dilihat dari perbandingan antara F hitung dan F tabel serta perbandingan nilai taraf
signifikansi, maka dapat di simpulkan bahwa kelima variabel bebas (produk, harga,
distribusi, promosi dan faktor sosial) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
terhadap keputusan pembelian.
c. Analisis regresi linier berganda
Model persamaan regresi secara umum berbentuk sebagai berikut :
α = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e.
Tabel 4.45
Sumber :
Out put SPSS, 2008
Tabel 4.45 menunjukan deskripsi dari semua variabel yang diregresikan, yang
berisi mengenai statistik deskriptif yang menampilkan nilai rata-rata (mean), standar
deviasi dan data valid masing-masing variabel.
Variabel Y (keputusan pembelian) mempunyai rata-rata 19,71 dan standar deviasi
2,712, vaiabel X1 (Produk) mempunyai rata-rata 31,13 dan standar deviasi.3,165
,variabel X2 (Harga) mempunyai rata-rata 15, 41 dan standar deviasi 2,531, variabel
X3 (Distribusi) mempunyai rata-rata 10,49 dan standar deviasi 1,494, variabel X4
(promosi) mempunyai rata-rata 17,52 dan standar deviasi 2,217, serta variabel X5
(faktor sosial) mempunyai rata-rata.16,18 dan standar deviasi 2,430.
Tabel 4.46
Model Summaryb
,579a ,336 ,300 2,26901 1,999
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), FaktorSosial, Harga, Promosi, Distribusi, Produka.
Dependent Variable: KeputusanPembelianb.
Berdasarkan tabel 4,46 di atas, nilai korelasi antara variabel keputusan pembelian
dengan seluruh variabel independen secara umum (R) sebesar 0,579 menunjukan
Descriptive Statistics
19,71 2,712 100
31,33 3,165 100
15,41 2,531 100
10,49 1,494 100
17,52 2,217 100
16,18 2,430 100
Keputusan Pembelian
Produk
Harga
Distribusi
Promosi
Faktor Sosial
Mean Std. Deviation N
bahwa variabel bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi) dan faktor
sosial terhadap keputusan pembelian mempunyai hubungan dengan kategori 0,579
(lihat tabel 4.47)
Dari perhitungan hasil diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif
antara varabel bauran pemasaran dan faktor sosial terhadap keputusan pembelian
konsumen sebesar 0,576 untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya
hubunagn itu, maka dapat digunakan pedoman pada tabel 4.47 di bawah ini.
Tabel 4.47
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefiosien korelasi
Interval korelasi Tingkat Hubungan
0.00 - 0.199 Sangat Rendah
0.20 - 0.399 Rendah
0.40 - 0.599 Sedang
0.60 - 0.799 Kuat
0.80 – 1000 Sangat kuat
Sumber : sugiono (2002)(dalam Wahyu Hidayat, 2007)
Nilai R square sebesar 0,336 (adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi, atau
0,579 x 0,579 = 0,336. R square bisa disebut koefisien determinasi, yang dalam hal
ini berarti 33,6 % keputusan pembelian konsumen bisa dijelaskan melalui variabel
bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi) dan faktor sosial. Sedangkan
sisanya (100 % - 33,6 % = 66,4 ) dijelaskan oleh atau faktor lain, R square berkisar
pada angka 0 samapi 1, dengan catatan semakin kecil R square, maka semakin
lemah kelima variabel.
Untuk menentukan persamaan regresi, maka dapat dilihat pada tabel 4.48 di awal
yang penulis sajikan kembali sebagai berikut
Tabel 4.48
Coefficients (a)
Unstandardized Coefficient
Standardized Coefficients
Model
Beta Std error Beta
t sign
(Constant) 0,204 3,337 0,061 0,951
Product 0,173 0,077 0,202 2,244 0,027
Price 0,373 0,096 0,348 3,897 0,000
Place 0,478 0,159 0,263 3,010 0,003
Promosion 0,057 0,104 0,047 0,552 0,582
1
Social factor 0,142 0,099 0,128 1,438 0,154
(a) Dependent variable : keputusan pembelian
Sumber : Out put SPSS, 2007
Tabel 4.48 menggambarkan persamaan regresi :
Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e.
Y = 0,204 + 0,173 X1 + 0,0,373 X2 + 0,478 X3 + 0,057 X4 + 0,142 X5
Konstanta sebesar 0,204 menyatakan bahwa kalau tidak ada pengaruh bauran pemasaran
(produk, harga, distribusi, promosi) dan faktor sosial maka keputusan pembeliannya
sebesar 0,204. Selanjutnya berdasarkan nilai koefisien regresi pada setiap variabel, dapat
dijelaskan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah
variabel distribusi yang memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,487 atau yang paling
besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
Penelitian dilakukan terhadap produk Pocari yang di produksi oleh PT Amerta
Indah otsuka yang akan menguji bauaran pemasaran dan faktor sosial yang menurut
asumsi penulis sangat bagus untuk di teliti, yaitu : produk, harga, distribusi, promosi
dan faktor sosial, Dalam mengukur pengaruh marketing mix dan faktor sosial terhadap
keputusan pembelian konsumen.
Dalam penelitian ini, objek penelitian adalah masyarakat Ciputat baik penduduk
asli maupun pendatang sebanyak 100 responden. Hal ini karena peneliti mengalami
hambatan seperti, keterbatasan biaya, waktu dan tenaga.
Berdasarkan kepada analisis BAB IV, maka penulis mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji parsial (Uji t) menjelaskan bahwa variabel promosi dan faktor
sosial diketahui tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
pembelian konsumen. Sedangkan variabel produk, harga dan distribusi
diketahui berpengaruh positif dan signifikan.
2. Hasil uji simultan (Uji F) menyimpulkan bahwa kelima variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.
3. Berdasarkan nilai koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan
bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian
adalah variabel distribusi yang memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,487
atau yang paling besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya.
4. Nilai R square (koefisien determinasi) yang di peroleh 33,6 % keputusan
pembelian konsumen di pengaruhi oleh bauran pemasaran (produk, harga,
distribusi, promosi) dan faktor sosial. Sedangkan sisanya sebesar 66,4
dijelaskan oleh atau faktor lain
B. Implikasi
1. Pengujian koefisien regresi melalui uji t mengidentifikasikan bahwa promosi
dan faktor sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
pembelian. Hal ini dimungkinkan karena promosi dan faktor sosial tidak
berpengaruh secara langsung terhadap keputusan pembelian konsumen, dalam
hal konsumen membeli Pocari bukan karena melihat iklan yang di tampilkan
semata, tetapi pengaruh faktor lain. Sedangkan faktor sosial tidak berpengaruh
secara langsung terhadap keputusan pembelian dikarenakan konsumen membeli
pocari bukan karena reperensi dan juga bukan status
2. Pengujian koefisien regresi melalui uji t mengidentifikasikan bahwa produk,
harga dan distribusi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian pocari. Hal ini menunjukan bahwa konsumen sudah cukup
mengenal baik dengan pocari, juga memiliki persepsi baik masalah kualitas dan
harga yang ditawarkan, konsumen juga merasa mudah menemukannya kalau
mereka memerlukan pocari.
3. Memberikan masukan kepada manajemen perusahaan supaya mengelola strategi
marketing mix dengan baik.
C. SARAN
1. Berdasarkan nilai koefisien regresi pada setiap variabel menunjukan bahwa
variabel yang paling dominan terhadap keputusan pembelian adalah variabel
distribusi yang memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,487 atau yang paling
besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. Hal ini menunjukan bahwa
faktor distribusi mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen pocari, sehingga bagi perusahaan sebaiknya
mempertahankan kelancaran distribusi dengan baik.
2. memperbaiki kualitas iklan supaya iklan itu bisa lebih mudah dipahami dan
diiklankan lebih intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal., Dan amaran., Tasai,. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi ., Akademika Presindo. Jakarta. 2004.
Tjiptono., Fandy, Manajemen Pemasarn¸ PT Prenhalindo. Jakarta, 2000
Hamid, Abdul. Panduan Penulisan Skripsi. Cetakan 1, Grafika Karya Utama, Jakarta, 2004
http//:www.aio.co.id
http// : email :[email protected]
Agung, Bhuono Nugroho., Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS.
Andi. Yogyakarta. 2005
http//:www.petra.ac.id
http// : www.uns.ac.id
Ismail, Muhammad., dan karebet., Widjayakusuma., Menggagas Bisnis Islami. Gema Insani. Jakarta. 2006
Irawan , Handi. 10 prinsip Kepuasan Pelanggan. PT Exelmedia Komputindo, Jakarta. 2002
Kotler, Philip, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran. PT Gramedia
Jakarta. 2001
Kotler, Philip,. Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium. Prenhalindo.
Jakarta. 2002
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran Perspektif Asia, terjemahan fandy tjiptono, Andi and
Education asia, yogyakarta, 2000.
Mc Carty, Jerome., dan wiliam D. Perreault, JR. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi kelima.
Erlangga. Jakarta. 1996
Robbin, Stephen., Dan Mary., Coulter,. Manajement Sixth Edition. PT Prenhalindo. Jakarta.
1999
Saladin, djasmin, Dasar-Dasar Manjemen Pemasaran. CV Mandar Maju. Bandung. 1996
Santosa Budi Purbayu dan Ashari, .Analisis Statstik Dengan Microsoft Excell dan SPSS. Andi,
Yogyakarta, 2005
Sugiyono,. Statistika Untuk Penelitian. CV Alfabeta bandung
Suharyadi dan Purwanto S. K Statistiaka Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern., edisi perdana, buku 2, salemba empat, jakarta, 2004
Sukirno, sadono,. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. PT. Raja garfindo Persada. Jakarta. 2002
Sumarni., murni, Manajemen Pemasaran Bank, liberty., Yogyakarta, 2002.
Supomo, Bambang dan Nur., indriantoro., Metodologi Penelitian Bisnis., BPFE – Yogyakarta
2002
Sauri, Sopyan., Manajemen Pemasaran., PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004
Uyanto, Stanislaus,. Pedoman Analisis data dengan SPSS ., Graha Ilmu., Yogyakarta. 2006.
Harper W Boyd, Manajemen Pemasaran Global, jilid satu, Erlangga, Jakarta, 2002
Umimins, Julians, Promosi Penjualan, Terjemahan Heryanto, Edisi ketiga, Binarupa aksara, Jakarta. 2001
Maholtra, Marketing Research & ApliedOrintation, ED Printice HallInc, 2004
Robbinsw, Stephen, Perilkau Organisasio, Terjemahan Halida, Edisi kelima, Erlangga, Jakarta
2000
Davies, Manajemen Pemasaran yang sukses dalam sepekan, Terjemehan Anton Adiwiyono,
Megapoin, Jakarta, 2001