jurusan hukum keluarga islam fakultas...

108
PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH WALINYA (Studi Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Disusun Oleh : MUHAMMAD MUSLIKHIN NIM 21111029 JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH WALINYA

(Studi Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga )

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Disusun Oleh :

MUHAMMAD MUSLIKHIN

NIM 21111029

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

Page 2: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna
Page 3: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

i

PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH WALINYA

(Studi Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga )

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Disusun Oleh :

MUHAMMAD MUSLIKHIN

NIM 21111029

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

Page 4: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

ii

Drs. Badwan, M.Ag.

Dosen IAIN Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

KepadaYth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka

naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Muhammad Muslikhin

NIM : 21111029

Judul : PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH

WALINYA (Studi Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir

Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga )

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk ditujukan dalam

sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, Maret 2018

Pembimbing,

Drs. Badwan, M.Ag

NIP. 195612021980031005

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp: (0298) 323433 Fax 323433 Salatiga 50722

Website: http://syariah.iaiansalatiga.ac.id/ Email:

[email protected]

Page 5: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

iii

SKRIPSI

PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH WALINYA

(Studi Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga )

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD MUSLIKHIN

NIM 21111029

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Syari‟ah,

Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 22

Maret 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Hukum (S.H.).

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Ilyya Muhsin, M.Si.

Sekretaris Penguji : Drs. H. Badwan, M. Ag.

Penguji I : H. M. Yusuf Khummaini, M.H.

Penguji II : Evi Ariyani, M. H.

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp: (0298) 323433 Fax 323433 Salatiga 50722

Website: http://syariah.iaiansalatiga.ac.id/ Email:

[email protected]

Salatiga, 28 Maret 2018

Dekan

Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.

NIP. 196701151998032002

Page 6: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Muslikhin

NIM : 21111029

Fakultas : Syariah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 18 Maret 2018

Yang menyatakan

Muhammad Muslikhin

NIM 21111029

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp: (0298) 323433 Fax 323433 Salatiga 50722

Website: http://syariah.iaiansalatiga.ac.id/ Email:

[email protected]

Page 7: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

v

MOTTO

boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik

bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal

ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak

mengetahui. (al Baqarah: 216)

Page 8: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Ibunda tercinta, yang senantiasa mendo‟akan dan memberikan

dukungan.

Ayah yang telah berpulang kepada-Nya, semoga tulisan ini

bermanfaat sehingga termasuk salah satu amal jariyah beliau.

Seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung, mendo'akan

dan memberikan segalanya, baik moral maupun spritual bagi

kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

Dosen pembimbing, bapak Drs. Badwan. M.Ag. atas arahan dan

kesabaran beliau sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Seluruh dosen IAIN Salatiga yang telah menularkan ilmunya,

semoga bermanfaat kususnya untuk pribadi saya, umumnya

kepada masyarakat.

Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang memberi bantuaan dari

awal perkuliahan, semoga menjadi teman fi dunya hattal akhiat.

Dan seluruh pihak yang tidak dapat saya sebut satu demi satu.

Page 9: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

vii

ABSTRAK

Musikhin, Muhammad. 2018. PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK

OLEH WALINYA (studi kasus Di Desa Tingkir Tengah

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga). Proposal Skripsi, Fakultas

Syariah. Jurusan Ahwal As-syakhsiyyah IAIN Salatiga. Pembimbing

Drs. Badwan, M. Ag.

Kata Kunci: pengelolaan, harta waris, wali

Harta waris merupakan hak bagi ahli warisnya tanpa adanya batasan usia

bagi ahli waris. Harta anak yang diperoleh sebab mewaris adalah milik anak

tersebut sepenuhnya, tetapi karena belum mampunya anak tersebut mengelola

maka disitulah peran seorang wali untuk menjaganya. Berangkat dari hal tersebut

penulis melakukan study kasus di Dusun Ngepos, Desa Tingkir Tengah dengan

dua fokus masalah. Pertama, bagaimana praktik pembagian harta waris di Dusun

Ngepos? Kedua, bagaimana pengelolaan harta waris yang diperoleh anak oleh

walinya?

Melalui penelitian kualitatif penulis berusaha untuk mengungkap fokus

permasalahan diatas. Dengan metode tersebut penulis langsung melakukan

observasi lapangan untuk melihat secara langsung praktik pengelolaan harta waris

anak oleh walinya. Selain itu, untuk menambah data, penulis juga melakukan

wawancara kepada berbagai narasumber yang diperlukan untuk mengetahui

bagaimana pengelolaan harta waris yang dimaksudkan dalam syariat Islam.

Kemudian untuk menguji hasil temuan data tersebut, maka penulis mengadakan

analisis data dengan menggunakan kerangka teoritik yang dibuat oleh penulis.

Hasil penelitan yang bisa diambil antara lain; pembagian harta waris

diselesaikan dengan dua cara yaitu berdasar Islam, dalam hal ini diselesaikan

secara kekeluargaan dan diselesaikan melalui pengadialan agama dan berdasar

rasa keadilan menurut mereka. Untuk perwalian, penunjukan wali atas

kesepakatan keluarga besar. Harta waris dikelola secara mandiri sehingga hasilnya

kurang maksimal tanpa mengurangi harta anak tersebut. Dikarenakan sulitnya

memisah antar harta pribadi dengan harta anak, wali mencampuradukkan

keduanya sehingga wali turut menikmati hasil dari pengelolaan harta anak. Harta

diserahkan kepada anak setelah anak tersebut berusia 21 tahun atau sudah

menikah.

Page 10: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirahiim

Alhamdulillahi robbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq serta inayah-Nya yang tiada

terhingga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul “Pengelolaan

Harta Waris Anak Oleh Walinya (Studi Kasus Di Desa Tingkir Tengah

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga)”.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang

setia, beliaulah utusan Allah di bumi ini untuk membimbing umat manusia dari

zaman jahiliyah sampai pada zaman modern sekarang ini.

Alhamdulillah berkat kerja keras penulis skripsi ini dapat terselesaikan

tanpa ada halangan. Tentunya dalam penulisan ini tidak akan terselesaikan dengan

sempurna tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu

penulis. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada Bapak Drs. Badwan, M.Ag. selaku dosen pembimbing, serta

pada seluruh keluarga besar IAIN Salatiga, kepada bapak rektor, ibu dekan,

bapak-ibu dosen, karyawan hingga teman-teman mahasisiwa yang selalu

memberikan semangat kepada penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada kepada masyarakat Dusun Ngepos khususnya dan masyarakat

Desa Tingkir Tengah Umumnya yang telah membantu penulisan skripsi ini. Tidak

lupa kepada keluarga penulis ayah, ibu, kakak, adik yang selalu mengasuh,

mendidik, membimbing, memotivasi serta selalu mendoakan penulis.

Penulisan skripsi ini pastinya masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat

membangun dan dapat memperbaiki penulisan skripsi di masa mendatang. Akhirul

kalam, semoga hasil penulisan ini bagi penulis khususnya serta bagi para pembaca

pada umumnya. Amin ya Robbal Alamin.

Salatiga, 18 Maret 2018

Muhammad Muslikhin

Page 11: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

MOTTO............................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii

ABSTRAK ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5

D. Kegunaan Penelitian ........................................................... 6

E. Penegasan Istilah.................................................................. 6

F. Telaah Pustaka ..................................................................... 8

Page 12: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

x

G. Metode Penelitian ................................................................ 9

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan ................................... 9

2. Kehadiran Peneliti ........................................................ 10

3. Lokasi Penelitian .......................................................... 10

4. Sumber Data ................................................................. 10

5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................ 10

6. Metode Analisis Data ................................................... 12

7. Pengecekan Keabsahan Data ........................................ 13

8. Tahap-Tahap Penelitian ................................................ 13

H. Sistematika Penulisan .......................................................... 14

BAB II LANDASAN TEORI

A. Waris .................................................................................... 16

1. Pengertian Waris ........................................................... 16

2. Ahli Waris dan Bagiannya ............................................ 17

B. Perwalian ............................................................................ 22

1. Pengertian Perwalian .................................................... 22

2. Dasar dan Hukum Perwalian ........................................ 25

3. Kewajiban dan Kewenangan Wali ............................... 31

4. Syarat-Syarat Menjadi Wali ......................................... 38

5. Dimulai dan Berakhirnya Perwalian ............................. 39

6. Pengelolaan Harta waris Anak...................................... 42

Page 13: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

xi

BAB III PEMBAGIAN WARIS

A. Gambaran Umum Dusun Ngepos, Desa Tingkir Tengah,

Kecamatan Tngkir, Kota Salatiga ........................................... 51

1. Letak Georafis .............................................................. 51

2. Batas Wilayah ............................................................... 52

3. Keadaan Demografi ...................................................... 52

B. Pembagian Harta Waris di Dusun Ngepos ............................... 56

C. Tinjauan Hukum Pembagian Harta Waris di Dusun Ngepos ... 59

BAB IV PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK

A. Pengelolaan Harta Waris Anak di Dusun Ngepos ............. 65

B. Tinjauan Hukum terhadap Pengelolaan Harta Waris Anak di

Dusun Ngepos ...................................................................... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 75

B. Saran ................................................................................... 76

C. Penutup ................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

xii

DAFTAR TABEL

1.1 Jumlah Penduduk Menurut Umur ................................................................. 52

1.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama .............................................................. 53

1.3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan .......................................................... 54

1.4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ........................................................ 55

1.5 Jumlah Penduduk Menurut Status Perkawinan ............................................ 56

Page 15: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Nota Pembimbing

2. Permohonan Izin Penelitian

3. Lembar Konsultasi

4. Surat Keterangan Keaktifan

5. Riwayat Hidup

Page 16: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Harta merupakan salah satu amanat yang dititipkan Allah S.W.T., yang

dapat diperoleh manusia dengan atau tanpa usaha. Maksud dengan usaha

adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna memperoleh harta,

sedang harta yang diperoleh dengan tanpa usaha antara lain, harta hasil

temuan, hibah, waris, dan lain sebagainya. Dengan harta manusia memenuhi

kebutuhan pokoknya, seperti makan, berpakaian dan membangun tempat

tinggal.

Manusia dengan harta yang dimilikinya sering muncul sifat buruknya,

seperti sombong, riya‟, takabur dan lain sebagainya sehingga manusia lupa

bahwasanya hakikat pemberian harta adalah sarana untuk beribadah kepada-

Nya. Maka Allah memberi peringatan dalam Al Quran surat Al A‟raf ayat 31

(1983: 225) sebagai berikut:

Artinya:

Dalam ayat ini terdapat dua inti pembahasan. Pertama, melaksanakan

ibadah dianjurkan memakai pakaian yang baik. Kedua, makanan dan

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap

(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah

berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang berlebih-lebihan”(Q.S. Al A‟raf: 31)

Page 17: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

2

minuman merupakan rizki yang diberikan Allah sehingga dilarang

menggunakannya secara berlebihan. Makanan dan minuman merupakan salah

satu bentuk harta. Jika diperluas pengertiannya, penggunaan harta harus

dalam batas kewajaran.

Selanjutnya mengenai harta yang diperoleh sebab mewaris. Dalam Inpres

no. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 171(a)

disebutkan bahwasanya yang dimaksud hukum kewarisan adalah hukum yang

mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah)

pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa

bagiannya masing-masing (1999: 81).

Dari pengertian tersebut diatas, sangat jelas inti dari kewarisan adalah

berpidahnya hak atas harta sesuai dengan bagiannya. Tentang siapa saja yang

berhak menjadi ahli waris ada dua sebab, pertama karena mempunyai

hubungan darah, kedua karena perkawinan. Pada masyarakat umum yang

mayoritas beragama Islam, pembagian waris dilakukan dengan pedoman yang

berbeda-beda sehingga bagian yang diterima ahli waris antara satu keluarga

dengan lainnya dapat berbeda.

Mengenai pembagiannya anak mendapatkan bagian yang cukup banyak,

dalam Al Quran surat An Nisa‟ ayat 12-13 (1983: 117) disebutkan:

Page 18: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

3

Artinya:

Dari ayat Al Quran diatas, anak perempuan saja bila anak tunggal

mendapat separuh dari seluruh harta waris, sedang anak laki-laki bagiannya

bila bersama anak perempuan adalah dua kali lipatnya. Jumlah tersebut dirasa

pantas dan cukup banyak bila dibandingkan dengan ahli waris lainnya.

Bila anak yang menjadi ahli waris masih dibawah umur atau belum

dewasa sehingga dirasa anak tersebut masih belum mampu untuk mengelola

harta miliknya, maka anak tersebut masih dibawah kekuasaan walinya

(Afandi, 1997: 156). Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata

(KUHPer), kekuasaan atas anak terbagi dalam dua hal, yakni kekuasaan atas

pribadi si anak dan kekuasaan atas harta kekayaan si anak. Dalam hal ini wali

mempunyai peran yang sangat penting, sebab wali menjadi pengganti dari

kedua orang tua si anak dalam berbagai hal.

Melihat apa yang terjadi di masyarakat Dusun Ngepos Desa Tingkir

Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang mayoritas beragama Islam,

pengeloaan harta waris anak tersebut dilakukan oleh wali dari anak.

Perwalian dilakukan oleh ayah, atau ibu, atau saudara, atau, paman ataupun,

Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka

untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki

sama dengan bagahian dua orang anak perempuan. Dan jika

anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi

mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika anak

perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta

(An Nisaa‟: 11).

Page 19: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

4

kakek, atau nenek yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan anak.

Artinya, pewalian dilakuakan oleh kerabat anak sehingga pengelolan harta

waris anak tersebut bersifat tertutup sehingga rawan terjadi penyalahgunaan

baik secara sengaja maupun tidak disengaja karena hanya wali yang

mengetahuinya.

Penulis memiliki pertanyaan berkaitan dengan pengelolaan harta anak

sudah sesuaikah dengan apa yang dimaksudkan dalam surat Al Israa‟ ayat 34

(1983: 429) sebagai berikut;

Artinya:

Kata walaa taqrabuu mal al-yatiim pada surat Al Israa‟ ayat 34 secara

bahasa memiliki arti mendekati harta anak yatim, sedangkan maksud dari

mendekati adalah menjaga dan menggunakan harta anak yatim. Sehingga

maksud dari ayat ini adalah larangan kepada wali untuk menggunakan harta

anak yatim kecuali dengan cara yang pantas, serta hendaknya harta tersebut

diserahkan atau dikembalikan kepada anak yatim tersebut ketika ia sudah

dewasa.

Penulis tertarik ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana pembagian

harta waris dalam satu keluarga yang didalamnya terdapat ahli waris seorang

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan

cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan

penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta

pertanggungan jawabnya (Al Israa‟: 34).

Page 20: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

5

anak yang masih dibawah umur dan kondisi harta waris anak yang berada

dalam perwalian serta cara wali tersebut mengelola harta warisnya. Penulis

ingin meneliti permasalahan tersebut kedalam sebuah judul skripsi yang

berjudul “PENGELOLAAN HARTA WARIS ANAK OLEH WALINYA

(Study Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah Kecamatan

Tingkir Kota Salatiga)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana pembagian harta waris yang dilaksanakan oleh masyarakat

Dusun Ngepos?

2. Bagaimana wali mengelola harta waris milik anak yang terjadi di Dusun

Ngepos?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai adalah:

1. Mengetahui metode pembagian waris yang terjadi di Dusun Ngepos.

2. Mengetahui pengelolaan harta yang diperoleh anak sebab waris yang

dilakukan oleh walinya di Dusun Ngepos.

Page 21: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

6

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang hukum Islam,

khususnya dibidang kewarisan dan perwalian anak, dan dapat digunakan

sebagai acuan bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lanjutan

serta dapat menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga

2. Secara Praktis

a. Mengetahui batas-batas kekusaan orang tua terhadap pribadi maupun

harta si anak.

b. Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada jurusan Al-Ahwal Al-Syaksyiyyah IAIN

Salatiga.

E. Penegasan Istilah

Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan

maksud peneliti, maka peneliti akan menjelaskan istilah didalam judul ini.

Istilah yang perlu peneliti jelaskan adalah:

1. Pengelolaan

Dalam KBBI (2007: 534) pengelolaan berasal dari kata kelola yang

berati proses, cara, ataupun perbuatan mengelola. Sehingga pengelolaan

Page 22: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

7

yang dimaksud peneliti adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan

mengelola kususnya berkaitan dengan harta waris milik anak.

2. Harta waris

Dalam KHI pasal 171 (e) pengertian dari harta waris adalah harta bawaan

ditambah dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris

selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah,

pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat (1999: 81). Ringkasnya

dari pengertian ini, harta waris dapat diartikan sebagai harta yang

ditinggalkan oleh seseorang yang telah meninggal.

3. Anak

Menurut KUHPerdata pasal 330 ayat 1 dinyatakan bahwasannya seorang

belum dikatakan dewasa jika umurnya belum genap 21 tahun, kecuali

soseorang tersebut telah menikah sebelum umur 21 tahun. Artinya, bila

seseorang tersebut belum dinyatakan dewasa berarti seseorang tersebut

masih merupakan seorang anak. Sedang makna yang ingin ditegaskan

penulis adalah seseorang yang masih dibawah 21 tahun atau belum

menikah.

4. Wali

Wali dapat didefinisikan sebagai orang atau badan yang dalam

kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap

anak (UUPA, 2002: 4). Penulis mempersempit pengertian wali sehingga

wali disini diartikan dengan seseorang yang masih mempunyai hubungan

Page 23: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

8

kerabat dengan anak yang berada dalam perwaliannya yang melakukan

kekuasaan asuh kepada anak sebagai orang tua.

Jadi maksud judul penelitian ini adalah pengelolaan harta anak yang

belum berusia 18 tahun sehingga masih dalam perwalian. Harta yang dikelola

disini adalah harta yang diperoleh sebab mewaris dan pengelolaan dilakukan

oleh walinya.

F. Telaah Pustaka

Sejauh pengamatan peneliti, belum pernah ada penelitian yang spesifik

mengenai pengelolaan harta anak oleh walinya di Kota Salatiga. Namun

demikian ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan perwalian dan hak-

hak yang dimiliki wali terhadap harta anak akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Skripsi yang disusun oleh Muhammad Noor Kholis (2012) S.1 Jurusan

Syariah STAIN Salatiga, dengan judul “hak ayah angkat dalam

pengelolaan harta waris anak angkat (study putusan P.A.Salatiga.no

010/pdt.P/2011/P.A.Sal)”. Penelitian ini membahas mengenai undang-

undang perlindungan anak dan pembolehan dalam hukum positif orang

tua angkat mengambil upah atas anak. Sedangkan penelitian yang

dilakukan peneliti memfokuskan pada pengelolaan harta waris anak oleh

walinya.

2. Skripsi yang disusun oleh Riza Umami El Syhab (2008) S.1 Jurusan

Syariah STAIN Salatiga, dengan judul “implikasi praktik adopsi tentang

kedudukan anak angkat (study di Pringapus, Kabupaten Semarang)”.

Page 24: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

9

Penelitian ini membahas mengenai sebab-sebab pengangkatan anak serta

akibatnya terhadap lingkungan. Didalamnya juga disinggung mengenai

hak-hak serta kewajiban orang tua atas anak angkat.

Penelitian ini berbeda dengan dua penelitian diatas dalam hal fokus

penelitian. Penelitian ini membahas pratik pengelolahan harta waris anak oleh

walinya yang terjadi di masyarakat, sedangkan dua penelitian diatas berfokus

pada pengelolaan harta waris anak sesuai hukum positif, pengangkatan anak,

dan akibat hukumnya.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang

lebih banyak menggunakan kualitas subyek guna mendiskripsikan apa

yang menjadi temuan (Hermawan, 2004: 14).

Maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologis

dan yuridis normatif. Pendekatan fenomenologi yakni pendekatan dengan

melihat peristiwa dan kaitannya dengan orang-orang pada situasi

tersebut. Digunakan juga pendekatan yuridis normatif yakni pendekatan

yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah

teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta perundang-undangan

yang berhubungan dengan penelitian ini.

Page 25: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

10

2. Kehadiran Peneliti

Penelitian dan pengumpulan data-data di Dusun Ngepos Desa

Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ini dimulai pada

tanggal 12 Maret 2017 sampai dengan selesai penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Adapun alasan pemilihan tempat ini

adalah bahwasanya peneliti merasa dapat mengumpulkan data secara

mudah dengan harapan, penelitian ini dapat selesai dengan hasil terbaik.

4. Sumber Data

Sumber data oleh Suharsimi Arikunto yang dikutip oleh Maslikhah

(2013:320) dibagi menjadi tiga ( 3) yakni orang, tulisan dan tempat.

Orang meliputi wali yang melakukan pengelolaan harta waris di Dusun

Ngepos Desa Tingkir Tengah dan ulama di Desa Tingkir Tengah.

Adapun tulisan berupa arsip, buku-buku, dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan penelitian. Dan tempat yaitu di Dusun Ngepos Desa

Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur untuk mengumpulkan data primer adalah wawancara

dengan wali yang menjadi pengelola harta anak. Disamping data primer

Page 26: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

11

tersebut, data sekunder diperlukan guna mendukung penelitian

(Suryabrata, 2009: 39). Data sekunder berupa dokumen misalnya data

mengenai keadaan demografis suatu daerah, data produktifitas suatu desa

dan sebagainya. Dapat diperoleh dengan cara:

a. Wawancara

Wawancara adalah salah satu sumber data studi kasus yang

sangat penting, karena wawancara bertujuan untuk mengetahui suatu

peristiwa tertentu dari orang-orang yang berkaitan (Moleong, 2002:

135). Dalam pengumpulan data, peneliti mewancarai secara

mendalam, diarahkan pada peristiwa tertentu dengan para informan

yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Pihak-

pihak yang diwawancarai adalah wali atas seorang anak yatim atau

piatu atau keduanya, dan ulama.

b. Pengamatan (Observasi)

Dengan membuat kunjugan lapangan terhadap lokasi studi

kasus, peneliti melakukan observasi langsung yaitu dengan melihat

dan mengamati secara langsung keadaan desa guna memperoleh data

yang menyakinkan dalam proses tersebut.

Observasi dibagi menjadi dua macam yaitu observasi langsung

dan observasi partisipan. (Ruslan, 2010: 33). Dalam observasi ini,

selain melakukan observasi langsung, peneliti juga melakukan

observasi partisipan yaitu ikut bergaul dengan masyarakat yang akan

diteliti.

Page 27: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

12

c. Studi Pustaka

Studi Pustaka yaitu penelitian mencari dari bahan-bahan tertulis

(Amirin, 1990: 135) berupa catatan, buku-buku, surat kabar, dan

sebagainya.

6. Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah

tahap analisa. Penulis menganalisa data mengunakan tehnik yang

dikemukakan oleh Agus Salim yang dikutip oleh Maslikhah (2013: 323)

yakni sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Yaitu proses pemilihan, pemutusan pada penyederhanaan,

abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh dilapangan.

b. Penyajian Data

Menyajikan data berarti mengumpulan informasi yang bersifat

deskripsi yang tersusun serta memungkinkan untuk ditarik

kesimpulan dan diambil tindakan.

c. Verifikasi

Verivikasi adalah tindakan peneliti kualitatif mencari makna

dari setiap gejala yang terjadi di lapangan kemudian mencatat

keteraturan, konfigurasi, alur akusalitas, dan proposisi.

Page 28: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

13

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam

penelitian, karena dari itulah nantinya akan muncul teori. Dalam

memperoleh keabsahan temuan, penulis akan menggunakan teknik-

teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, ketekunan

pengamatan, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, teori),

pelacakan kesesuaian, kecukupan refensi dan pengecekan anggota

(Maleong, 2002: 178). Jadi temuan data tersebut bisa diketahui

keabsahannya.

Untuk menggunakan teknik triangulasi dengan sumber dapat

ditempuh dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan

wawancara, membandingkan apa yang dikatakan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi, membandingkan apa dikatakan orang-orang

tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang masa,

membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan

(Maleong, 2002: 178).

8. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, merujuk pada pendapat Bodgan yang dikutip

Lexy J. Maleong (2002: 85) tahapan-tahapan yang akan ditempuh adalah

sebagai berikut:

Page 29: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

14

a. Pralapangan

Sebelum terjun kelapangan, peneliti mengkaji buku-buku yang

berkaitan dengan waris, kekuasaan orang tua dan perwalian terhadap

anak sebagai hipotesis awal.

b. Kegiatan lapangan

Setelah memiliki hipotesis awal mengenai pengelolaan harta

waris, kemudian peneliti melakukan observasi keobjek penelitian

untuk melihat langsung situasi dan kondisi pengelolaan harta waris

di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah, Kecamatan Tingkir, Kota

Salatiga.

c. Analisis data

Dari hipotesis awal dan data yang ditemukan dilapangan, maka

penulis akan menganalisis kedua data tersebut sehingga dapat ditarik

kesimpulannya.

H. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab dan

masing-masing bab mencangkup beberapa sub bab yang berisi sebagai

berikut:

1. Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian dan

Page 30: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

15

pendekatan, kehadiran peneliti, tempat/lokasi penelitian, sumber data,

prosedur pengumpulan data, metode analisis data, pengecekan keabsahan

data, tahap-tahap penelitian, dan yang terakhir adalah sistematika

penulisan.

2. Bab II berisikan landasan teori tentang waris yang meliputi pengertian

waris, ahli waris dan bagian masing-masing, perwalian yang meliputi,

pengertian perwalian, dasar dan hukum dalam perwalian, kewajiban dan

kewenangan wali, syarat menjadi wali, dimulai dan berakhirnya

perwalian, serta pengelolaan harta waris anak.

3. Bab III berisikan hasil penelitan yang terdiri dari gambaran umum objek

penelitian yaitu Dusun Ngepos, pembagian harta waris anak oleh walinya

di Dusun Ngepos dan tinjauan hukum mengenai pembagian harta waris

di Dusun Ngepos.

4. Bab IV berisikan praktik pengelolaan harta waris di Dudsun Ngepos dan

tinjauan hukum mengenai pengelolaan harta waris di Dusun Ngepos.

5. Bab V, bab ini merupakan penutup atau bab akhir dari penyusunan skripsi

yang penulis buat. Dalam bab ini penulis kemukakan kesimpulan dari

seluruh hasil penelitian, saran-saran atau rekomendasi dalam rangka

meningkatkan meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan harta

waris, kususnya di desa tersebut.

Page 31: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Waris

1. Pengertian Waris

Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infintif)

dari kata waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsan. Makna menurut bahasa

ialah perpindahan sesuatu dari seseorang kepada orang lain, atau dari

suatu kaum ke kaum lain. Sedangkan makna Al-miirats menurut

istilah oleh para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan dari

orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik

yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang

berupa hak milik legal secara syar‟i ( Ash Shabuni, 1995: 33).

Menurut pasal 171 KHI hukum kewarisan adalah:

“Hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan

harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa

yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-

masing”.

Hukum kewarisan Islam yang disampaikan oleh Muhammad

Asy-Syarbini yaitu:

“Ilmu fiqhi yang berpautan dengan pembagian harta pusaka,

pengetahuan tentang cara penghitungan yang dapat

menyampaikan kepada pembagian harta pusaka peninggalan

untuk setiap pemilik hak pusaka” (Budiyono, 1999: 1).

Dengan demikian, waris adalah berpidahnya hak atas harta dari

seseorang yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya sesuai

dengan bagiannya.

Page 32: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

17

2. Ahli Waris Dan Bagiannya

Yang dimaksud dengan ahli waris adalah sekumpulan orang

atau seorang individu atau kerabat-kerabat atau keluarga yang ada

hubungan keluarga dengan orang yang meninggal dunia (pewaris)

dan berhak mewarisi atau menerima harta peninggalan yang

ditinggal mati oleh seorang (Ramulyono, 1994: 103).

Adapun yang termasuk ahli waris adalah:

a. Anak-anak (walad) beserta keturunan dari orang yang

meninggal dunia baik laki-laki maupun perempuan.

b. Orang tua yaitu ibu dan bapak dari yang meninggal dunia.

c. Saudara-saudara baik laki-laki maupun perempuan

d. Suami atau istri yang hidup lebih lama.

Ahli waris yang dicantumkan pada pasal 174 Kompilasi Hukum

Islam adalah sebagi berikut: pertama, menurut hubungan darah.

Golongan laki-laki terdiri dari: ayah, anak laki-laki, saudara laki-

laki, paman dan kakek. Golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak

perempuan, saudara perempuan dari nenek. Kedua, menurut

hubungan perkawinan terdiri dari: duda atau janda. Ahli waris

menurut hubungan darah tersebut dapat dirinci, ahli waris laki-laki

13 (tiga belas) orang dan ahli waris perempuan 8 (delapan) orang,

jadi seluruhnya 21 orang. Yang termasuk ahli waris laki-laki adalah:

a. Ayah

b. Kakek (dari garis ayah)

Page 33: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

18

c. Anak laki-laki

d. Cucu laki-laki garis laki-laki

e. Saudara laki-laki sekandung

f. Saudara laki-laki seayah

g. Saudara laki-laki seibu

h. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung

i. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah

j. Paman, saudara laki-laki ayah sekandung

k. Paman, saudara laki-laki ayah seayah

l. Anak laki-laki paman sekandung

m. Anak laki-laki paman seayah

Urutan tersebut disusun berdasarkan kedekatan kekerabatan ahli

waris tersebut dengan pewaris. Kalau semua ahli waris tersebut ada,

maka yang mendapat warisan anak laki-laki dan ayah. Sedangkan

ahli waris perempuan adalah sebagai berikut:

a. Ibu

b. Nenek dari garis ibu

c. Nenek dari garis ayah

d. Anak perempuan

e. Cucu perempuan garis laki-laki

f. Saudara perempuan sekandung

g. Saudara perempuan seayah

h. Saudara perempuan seibu

Page 34: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

19

Apabila semua ahli waris perempuan tersebut ada ketika pewaris

meninggal dunia, maka yang dapat menerima bagian adalah ibu,

anak perempuan, cucu garis laki-laki dan saudara perempuan

sekandung. Jika semua ahli waris laki-laki dan perempuan tersebut

ada, maka yang dapat menerima warisan adalah ayah, ibu, anak laki-

laki dan anak perempuan (Rofiq, 1998: 387).

Bila berpedoman pada syariat Islam, ahli waris berdasarkan

haknya atas warisan terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu dzawil furudl,

ashobah dan dzawil arham. Hak ahli waris dzawil furud adalah

a. Bagian ½ (setengah)

Bagian ½ disebut dalam Al Qur‟an menjadi hak seorang

anak perempuan, seorang saudara perempuan sekandung atau

seayah dan suami bila pewaris tidak meninggalkan anak yang

berhak waris.

b. Bagian ¼ (seperempat)

Bagian ¼ disebut dalam Al Qur‟an menjadi hak suami jika

pewaris meninggalkan anak yang berhak waris dan istri apabila

pewaris tidak meninggalkan anak yang berhak waris.

c. Bagian 1/8 (seperdelapan)

Bagian 1/8 disebutkan dalam Al Qur‟an menjadi hak istri

apabila pewaris meninggalkan anak yang berhak waris.

Page 35: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

20

d. Bagian 2/3 (dua pertiga)

Bagian 2/3 disebut dalam Al Qur‟an menjadi hak 2 orang

saudara perempuan kandung atau seayah, dan dua anak

perempuan.

e. Bagian 1/3 (sepertiga)

Bagian 1/3 disebut dalam Al Qur‟an menjadi hak ibu

apabila pewaris tidak meninggalkan anak atau lebih dari seorang

saudara, dan saudara-saudara seibu jika lebih dari seorang.

f. Bagian 1/6(seperenam)

Bagian 1/6 disebut dalam Al Qur‟an menjadi hak ayah dan

ibu jika pewaris meninggalkan anak yang berhak waris, juga ibu

apabila pewaris meningalkan saudara-saudara lebih dari

seorang, dan seorang saudara seibu.

Ahli waris ashabah ialah yang tidak ditentukan bagiannya, akan

tetapi menerima seluruh harta warisan jika tidak ada ahli waris

dzawil furudl sama sekali, jika ada dzawil furudl, berhak atas

sisanya, dan apabila tidak ada sisanya maka tidak mendapatkan

bagian sama sekali. Macam-macam ashabah:

a. Ashabah bi nafsi

Yang berkedudukan sebagai waris ashabah dengan

sendirinya, tidak karena ditarik oleh ahli waris ashabah lain atau

tidak karena bersama-sama dengan waris lain seperti anak laki-

Page 36: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

21

laki, cucu laki-laki (dari anak laki-laki) saudara laki-laki

kandung atau seayah, paman dan sebagainya.

b. Ashabah bi ghoiri

Yang berkedudukan sebagai waris ashabah karena ditarik

oleh ahli waris ashabah lain, seperti anak perempuan ditarik

menjadi ashabah oleh anak laki-laki, cucu perempuan ditarik

menjadi waris ashabah oleh cucu laki-laki, saudra perempuan

sekandung atau seayah ditarik menjadi waris ashabah oleh

saudara laki-laki kandung atau seayah dan sebagainya.

c. Ashabah ma‟al ghoiri

Yang berkedudukan menjadi waris ashabah karena

bersama-sama dengan ahli waris lain, seperti saudara perempuan

kandung atau seayah menjadi waris ashabah karena bersama-

sama dengan anak perempuan.

Ahli waris dzawil arham adalah ahli waris yang mempunyai

hubungan famili dengan pewaris, tetap tidak termasuk golongan

waris dzawil furudl dan ashabah. Yang termasuk ahli waris dzawil

arhaam ialah:

a. Cucu laki-laki atau perempuan, anak-anak dari anak perempuan.

b. Kemenakan laki-laki atau perempuan, anak-anak saudara

perempuan kandung, seayah atau seibu.

c. Kemenakan perempuan, anak-anak perempuan saudara laki-laki

kandung atau seayah.

Page 37: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

22

d. Saudara sepupu perempuan, anak-anak perempuan paman

(saudara laki-laki ayah).

e. Paman seibu (saudara laki-laki ayah seibu).

f. Paman, saudara laki-laki ibu.

g. Bibi, sudara perempuan ayah.

h. Bibi, saudara perempuan ibu.

i. Kakek, ayah ibu.

j. Nenek buyut, ibu kakek.

k. Kemenakan (Basyir, 1995: 25-27).

B. Perwalian

1. Pengertian perwalian

Perwalian dalam literatur fiqh Islam disebut dengan al walayah.

Berasal dari bahasa arab yang mempunyai kata dasar wala-yali-walyan

yang secara harafiah berarti mencintai, teman dekat, sahabat, yang

menolong, sekutu, pengikut, pengasuh, dan orang yang mengurus perkara

atau urusan seseorang.

Secara etimologi diartikan dengan kekuasaan atau otoritas.

Sedangkan pengertian secara terminologinya menurut para fuqaha adalah

kekuasaan seseorang untuk secara langsung melakukan tindakan sendiri

tanpa bergantung atas seizin orang lain.

Menurut Ali Afandi (1997: 156), perwalian didefinisikan sebagai

pengawasan terhadap pribadi dan pengurusan terhadap harta kekayaan

Page 38: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

23

anak yang belum dewasa jika anak itu tidak berada dalam kekuasaan

orang tua. Dengan demikian bila mana ada anak yang orang tuanya

bercerai atau salah satunya meninggal, maka anak ini berada dalam

perwalian. Terhadap anak yang lahir diluar nikah, dikarenakan tidak ada

kekuasaan orang tua didalamnya maka anak ini selalu dalam perwalian.

Menurut R. Sarjono (1979: 36) bahwa perwalian adalah suatu

perlindungan hukum yang diberikan seseorang kepada anak yang belum

mencapai usia dewasa atau belum pernah kawin yang tidak berada di

bawah kekuasaannya.

Dalam pasal 1 (5) UU no. 23 tahun 2002 tentang Perlindugan Anak,

wali merupakan orang selaku pengganti orang tua yang menurut hukum

diwajibkan mewakili anak yang belum dewasa atau yang belum akil

baliq dalam melakukan perbuatan hukum atau orang yang menjalankan

kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.

Menurut hukum Indonesia, perwalian didefinisikan sebagai

kewenangan untuk melaksanakan perbuatan hukum demi kepentingan,

atau atas nama anak yang orang tuanya telah meninggal, atau tidak

mampu melakukan perbuatan hukum atau suatu perlindungan hukum

yang diberikan pada seseorang anak yang belum mencapai umur dewasa

atau tidak pernah kawin yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua

(Darmabrata, 2004: 147).

Sedangkan menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974

pasal 50 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa anak yang belum mencapai

Page 39: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

24

umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, yang

tidak berada di bawah kekuasaan orang tua berada dibawah kekuasaan

wali. Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun

harta bendanya.

Dalam perwalian Islam dikenal pula istiah al hajru (pengampuan)

yang secara harafiah berarti penyempitan atau pencegahan. Berkaitan

dengan harta, al hajru diartikan pencegahan terhadap seseorang dari

kemungkinan mengelola hartanya.

Pengampuan disini terbagi menjadi dua macam. Pertama,

pengawasan terhadap hak orang lain, seperti terhadap orang yang

mengalami pailit atau bangkrut. Kedua, pengampuan terhadap jiwa atau

diri, seperti pengawasan yang dilakukan terhadap anak dibawah umur,

orang bodoh dan orang gila.

Sementara dalam KUHPer dikenal isitah curateale (pengampuan)

yang merupakan perwalian kusus terhadap orang yang telah dewasa

dengan keterbatasannya sehingga ia tidak dapat bertindak dengan leluasa.

2. Dasar dan Hukum Perwalian

Perwalian bagi orang beragama Islam di Indonesia diatur dalam

Kompilasi Hukum Islam Pasal 107-111. Pasal 107 mengatur bahwa

perwalian hanya dapat dilakukan terhadap anak yang belum mencapai

umur 21 tahun dan atau belum pernah melangsungkan perkawinan.

Perwalian meliputi perwalian terhadap diri dan harta kekayaan.

Page 40: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

25

Dalam pasal 108 orang tua dapat mewasiatkan kepada seseorang

atau badan hukum tertentu untuk melakukan perwalian atas diri dan

kekayaan anaknya sesudah meninggal dunia. Selanjutnya pasal 109

menentukan bahwa Pengadilan Agama dapat mencabut hak perwalian

seseorang atau badan hukum dan memindahkannya kepada pihak lain.

Pasal 110 mengatur kewajiban wali untuk mengurus diri dan harta

orang yang berada dibawah perwaliannya. Pasal 111 apabila anak yang

berada dibawah perwalian telah mencapai usia 21 tahun, maka wali

berkewajiban menyerahkan seluruh hartanya kepadanya. Terakhir dalam

pasal 112, wali dapat mempergunakan harta orang yang berada dibawah

perwaliannya, sepanjang diperlukan untuk kepentingannya menurut

kepatutan atau bil ma‟ruf kalau wali itu fakir.

Selain dari Kompilasi Hukum Islam, Al Quran dan Hadis menjadi

rujukan mengenai pentingnya pemeliharaan terhadap harta, terutama

pemeliharaan terhadap harta anak yatim yang telah ditinggalkan oleh

orang tuanya. Dalam hal ini firman Allah dalam Al Quran (1983: 114):

Artinya:

Ayat ini menjadi landasan dalam memelihara harta anak yang telah

ditinggal mati orang tuanya. Dalam ayat ini secara jelas menyatakan

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah

dewasa) harta mereka, janganlah kamu menukar yang baik

dengan yang buruk, dan janganlah kamu makan harta

mereka bersama hartamu, sungguh (tindakan menukar dan

memakan) itu adalah dosa yang besar.(QS.An-Nisa; ayat 2).

Page 41: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

26

mengenai pemeliharaan dan perlindungan terhadap harta sampai mereka

telah cakap dalam pengelolaannya. Artinya jika anak tersebut belum

cakap hukum, maka pengelolaan harta tersebut harus dijaga dan

dipelihara oleh walinya. Kemudian disebutkan pada ayat berikutnya

(1983: 115):

Artinya:

Setelah turunnya ayat ini, kemudian diperjelas dengan hadis nabi

(Muslim: 229) berikut ini:

عائشت ف أبه ع هشاو ع ع ا سه ثا عبدة ب بت حد أب ش ثا أبى بكس ب حد

صنج ف وان يال انتى انري قىو ) قىنه عسوف( قانج أ فقسا فهأكم بان كا وي

ه أكم يه عه يحتاجا أ وصهحه إذا كا

Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur

untuk menikah, kemudian jika menurut pendapatmu mereka

telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah

kepada mereka hartanya. Dan janganlah kamu tergesa-gesa

(menyerahkannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa

(diantara pemeliharaan itu) mampu, maka hendaklah dia

menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan

barang siapa miskin, maka bolehlah dia makan harta itu

menurut cara yang patut. Kemudian apabila kamu

menyerahkan harta itu kepada mereka, maka hendaklah

kamu adakan saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai

pengawas”.(QS An-Nisa; ayat 6).

Page 42: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

27

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah

telah menceritakan kepada kami Abdah bin Sulaiman dari

Hisyam dari ayahnya dari Aisyah tentang firmanNya: “Dan

barang siapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta

itu menurut yang patut.” (An Nisaa`: 6) Aisyah berkata:

(ayat ini) turun tentang wali hartanya anak yatim yang

menjaganya dan memperbaikinya, ia boleh makan darinya

jika membutuhkan.

Selain perintah untuk menjaga anak yatim tersebut, baik penjagaan

jiwa dan penjagaan terhadap harta, terdapat pula larangan keras bagi wali

memakan harta anak yatim secara zalim. Selain itu, dalam berbagai hadis

Nabi SAW, juga telah menjelaskan mengenai ketentuan dan dasar hukum

mengenai perwalian. Sabda Nabi SAW:

ثا حد عبد للا ث عبد انعصص ب بلل ، قال : حد ب ا سه ، ع ثىز ب

د د ان ش ث ، ع أب انغ سة ، ع أب هس صهى للا انب ه ، ع ع للا زض

ه وسه ، قال " : ى ، قال عه ، ويا ه ىبقاث ، قانىا : ا زسىل للا بع ان اجتبىا انس

با ، وأ إل بانحق ، وأكم انس و للا حس ، وقتم انفس انت حس ، وانس سك بالل كم : انش

ؤياث انغافلث يال انتى ، و حصاث ان حف ، وقرف ان . " انتىن ىو انص

(Bukhari: 500)

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin

Abdullah. Beliau berkata: telah menceritakan kepada kami

Sulaiman dari Tsaur bin Zaid dari Abul Ghaits dari Abu

Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda;

"Jauhilah tujuh dosa besar yang membinasakan." Para

sahabat bertanya; 'Ya Rasulullah, apa saja tujuh dosa

besar yang membinasakan itu? ' Nabi menjawab;

"menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah

haramkan tanpa alasan yang benar, makan riba, makan

harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh

wanita mukmin baik-baik melakukan perzinahan.

Page 43: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

28

Dalam hadis lain Rasulullah SAW juga menyatakan tentang

kedudukan hukum tentang perwalian. Nabi Saw bersabda (Ibnu Hajar:

243):

صهى للا عهه وسهى قضى ف انب ا; ) أ ه ع للا عاشب زض انبساء ب وع

صة نخانتها صنت الو ( ,ابت ح ازي أخسجه انبخ وقال: انخانت ب

Artinya: Dari al-Barra' Ibnu 'Azb bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi

wa Sallam telah memutuskan puteri Hamzah agar

dipelihara saudara perempuan ibunya. Beliau bersabda:

"Saudara perempuan ibu (bibi) kedudukannya sama dengan

ibu." Riwayat Bukhari.

Landasan hukum tentang perwalian dalam KUHPerdata telah

disebutkan pada Bab XV dalam Pasal 331 sampai dengan Pasal 418.

Selain perwalian dalam bentuk perorangan, KUHPerdata juga mengatur

tentang perwalian yang dilakukan oleh badan hukum. Dalam pasal 355

ayat 2 KUHPerdata dinyatakan bahwa badan hukum tidak dapat diangkat

menjadi wali.

Tetapi berkaitan dengan hal tersebut, dalam pasal 365 a (1)

KUHPerdata bahwa dalam hal badan hukum diserahi perwalian maka

panitera pengadilan yang menugaskan perwalian itu memberitahukan

putusan pengadilan itu kepada dewan perwalian dan kejaksaan. Tetapi

jika pengurus badan hukum tersebut tidak dapat menjalankan

kewajibannya sebagai wali, maka badan tersebut dapat dicabut

kewenangannya sebagai wali.

Selain itu, pasal 379 KUHPerdata mengatur tentang golongan orang

tidak dapat menjadi wali yaitu:

Page 44: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

29

a. Mereka yang sakit ingatan (krankzninngen).

b. Mereka yang belum dewasa (minderjarigen).

c. Mereka yang berada dibawah pengampuan (curatele).

d. Mereka yang telah dipecat, baik dari kekuasaan orang tua, maupun

dari perwalian, tetapi hal ini hanya berlaku dengan ketetapan hakim.

e. Hakim ketua, hakim ketua pengganti,hakim anggota, panitera,

panitera pengganti, bendahara, juru buku dan agen Balai Harta

Peninggalan, kecuali terhadap anak-anak atau anak tiri mereka

sendiri

Menurut hukum adat perceraian atau meninggalnya salah satu orang

tua tidak menimbulkan perwalian. Hal ini disebabkan karena didalam

perceraian, anak masih berada pada salah satu dari kedua orang tuanya.

Demikian juga pada situasi meninggalnya salah satu orang tuanya.

Dengan demikian yang lebih memungkinkan terjadinya perwalian,

adalah apabila kedua orang tua dari anak tersebut meninggal dunia dan

anak yang ditinggalkan belum dewasa. Dengan meninggalnya kedua

orang tua, anak menjadi yatim piatu dan mereka semuanya tidak berada

dibawah kekuasaan orang tua.

Pada masyarakat yang matrilineal jika bapaknya meninggal dunia,

maka ibunya meneruskan kekuasaannya terhadap anaknya yang masih

belum dewasa. Jika ibunya meninggal dunia, maka anak tersebut berada

dalam pengasuhan keluarga ibunya. Sedangkan pada masyarakat yang

patrilineal pemeliharaan anak yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya

Page 45: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

30

karena meninggal dunia dilakukan oleh kerabat dari pihak ayah

(Soekanto, 2008: 257-258).

Pada dasarnya dalam hukum adat Indonesia tidak ada perbedaan

dalam mengatur pemeliharaan anak dan mengurus harta kekayaan anak.

Pemeliharaan anak tidak hanya sebagai kewajiban ibu atau bapak saja,

melainkan juga sebagai kewajiban kerabatnya. Oleh karena itu dalam

hukum adat tidak memberi kepastian siapa yang menggantikan orang tua

dalam hal memelihara anak tersebut apabila orang tuanya telah tiada

ataupun bercerai.

Menurut R. Wirjono Prodjodikoro (1960: 85) penyelesaian

pemeliharaan anak pada umumnya erat hubungannya dengan tiga macam

corak kekeluargaan dan perkawinan yang ada di Indonesia. Corak

keibuan, corak kebapakan dan corak keibu bapakan yakni garis

kekeluargaan ibu dan bapak keduanya pada hakikatnya memiliki peranan

yang sama kuat.

Menyangkut perwalian yang tidak berdasarkan pada hukum formal

melainkan berdasarkan pada kebiasaan masyarakat tertentu yang

menunjuk wali berdasarkan kebiasaan masyarakat setempat sehingga

penunjukan wali tidak memiliki kepastian hukum.

3. Kewajiban dan Kewenagan Wali

Dalam sistem hukum Indonesia, wali memiliki tanggung jawab yang

bertujuan untuk memelihara dan mensejahterakan anak, termasuk dalam

Page 46: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

31

pemeliharaan harta benda milik anak. Hal ini sebagaimana dinyatakan

dalam pasal 110-112 KHI.

Dalam pasal 110 dijelaskan wali berkewajiban mengurus diri dan

harta orang yang berada dibawah perwaliannya dengan sebaik-baiknya

dan berkewajiban memberikan bimbingan agama, pendidikan dan

keterampilan lainnya untuk masa depan orang yang berada dibawah

perwaliannya.

Wali dilarang mengikatkan, membebanni dan mengasingkan harta

orang yang berada dibawah perwaliannya, kecuali bila perbuatan tersebut

menguntungkan bagi orang yang berada di bawah perwaliannya yang

tidak dapat dihindarkan.

Wali bertanggung jawab terhadap harta orang yang berada dibawah

perwaliannya, dan mengganti kerugian yang timbul sebagai akibat

kesalahan atau kelalaiannya.

Dengan tidak mengurangi kententuan yang diatur dalam pasal 51

ayat (4) Undang-undang No.1 tahun 1974, pertanggungjawaban wali

tersebut ayat (3) harus dibuktikan dengan pembukuan yang ditutup tiap

satu tahun satu kali.

Selanjutnya dalam pasal 111 dinyatakan bahwasannya wali

berkewajiban menyerahkan seluruh harta orang yang berada di bawah

perwaliannya, bila yang bersangkutan telah mencapai umur 21 tahun atau

telah menikah.

Page 47: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

32

Apabila perwalian telah berakhir, maka Pengadilan Agama

berwenang mengadili perselisihanantara wali dan orang yang berada

dibawah perwaliannya tentang harta yang diserahkan kepadanya.

Terakhir dalam pasal 112, seorang wali dapat mempergunakan harta

orang yang berada dibawah perwaliannya, sepanjang diperlukan untuk

kepentingannya menurut kepatutan atau bil ma`ruf kalau wali tersebut

dalam keadaan fakir.

Sementara dalam Pasal 51 Undang-Undang No.1 Tahun 1974

menyatakan bahwa:

a. Wali wajib mengurus anak yang berada dibawah kekuasaannya dan

harta bendanya sebaik baiknya dengan menghormati agama

kepercayaan anak itu.

b. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada dibawah

kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua

peru bahan-perubahan harta benda anak tersebut.

c. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada

dibawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan kesalahan

dan kelalaiannya.

d. Wali wajib membuat daftar harta benda yang berada di bawah

kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua

perubahan-perubahan harta benda anak atau anak-anak itu.

Page 48: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

33

e. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada di

bawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan karena

kesalahan atau kelalaiannya.

Terdapat pula tugas maupun kewajiban wali sebagaimana diatur

dalam KUHPerdata. Berdasarkan Pasal 383 KUH Perdata tugas wali

adalah sebagai berikut:

a. Pengawasan atas diri pupil (orang yang memerlukan perwalian).

Wali harus menyelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan anak

yang belum dewasa sesuai dengan kekayaan si yang belum dewasa

itu sendiri.

b. Mewakili pupil dalam melakukan semua perbuatan hukum dalam

bidang perdata.

c. Mengelola harta benda pupilnya sebagai bapak rumah tangga yang

baik (Pasal 385 KUH Perdata).

Setiap wali mempunyai kewajiban terhadap anak-anak yang berada

dibawah perwaliannya. Kewajiban wali ini di kelompokkan berdasarkan

kewajiban wali secara umum dan kewajiban wali secara khusus.

Kewajiban wali secara umum yaitu terdiri atas:

a. Wali wajib mengurus anak yang dibawah penguasaanya dan harta

bendanya sebaik-baiknya dengan menghormati agama dan

kepercayaan anak itu.

Page 49: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

34

b. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada dibawah

kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua

perubahan-perubahan harta benda anak-anak itu.

c. Wali harus bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada

di bawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan karena

kesalahan atau kelalaiannya.

d. Wali tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan

barang-barang tetap yang dimiliki anak yang berada di bawah

perwaliannya kecuali apabila kepentingan anak tersebut

menghendakinya.

Sedangkan kewajiban wali secara khusus terkait pada pengelolaan

harta peninggalan adalah terdiri atas:

a. Kewajiban memberitahukan kepada Balai Harta Peninggalan (Pasal

368 KUHPerdata) dengan sanksi bahwa wali dapat dipecat dan dapat

diharuskan membayar biaya-biaya, ongkos-ongkos, dan bunga bila

pemberitahuan tersebut tidak dilaksanakan.

b. Kewajiban mengadakan inventarisasi mengenai harta kekayaan si

minderjarige (minderjarige ialah apabila seseorang berada di dalam

keadaan yang dikuasai oleh orang lain yaitu kalau tidak dikuasai

oleh orang tuanya, maka dia dikuasai oleh walinya.) (Pasal 386 ayat

1 KUHPerdata). Sesudah 10 hari perwalian dimulai maka wali harus

membuat daftar pertelaan barang-barang si pupil dengan dihadiri

Page 50: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

35

oleh wali pengawas dan kalau barang-barang minderjarige itu

disegel maka diminta agar penyegelan itu dibuka.

c. Kewajiban untuk mengadakan jaminan (Pasal 335

KUHPerdata), wali (kecuali perhimpunan-perhimpunan, yayasan,

atau lembaga sosial) mempunyai kewajiban untuk mengadakan

jaminan dalam waktu satu bulan sesudah perwalian dimulai, baik itu

berupa hipotek, jaminan barang, atau gadai. Bilamana harta

kekayaan si pupil bertambah maka wali harus mengadakan atau

menambah jaminan yang sudah diadakan.

d. Kewajiban menentukan jumlah yang dapat dipergunakan tiap-tiap

tahun oleh minderjarige itu dan jumlah biaya-biaya pengurusan

(Pasal 398 KUHPerdata). Kewajiban ini tidak berlaku bagi perwalian

oleh bapak atau ibu. Weeskamer (Balai Harta Peninggalan) sesudah

memanggil keluarga baik keluarga sedarah maupun periparan akan

menyuruh menentukan jumlah yang dapat dipergunakan pada tiap-

tiap tahun oleh minderjarige dan jumlah biaya yang diperlukan

untuk pengurusan harta benda itu dengan kemungkinan untuk minta

banding kepada pengadilan.

e. Kewajiban wali untuk menjual perabot-perabot rumah tangga

minderjarige dan semua barang bergerak yang tidak memberikan

buah, hasil, atau keuntungan kecuali barang-barang yang

diperbolehkan disimpanin natura dengan izin Weeskamer. Penjualan

ini harus dilakukan dengan pelelangan dihadapan umum menurut

Page 51: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

36

aturan-aturan lelang yang berlaku di tempat itu kecuali jika bapak

atau ibu yang menjadi wali yang dibebaskan dari penjualan itu (Pasal

398 KUHPerdata).

f. Kewajiban untuk mendaftarkan surat-surat piutang negara jika

ternyata dalam harta kekayaan minderjarige ada surat-surat piutang

negara (Pasal 392 KUHPerdata).

g. Kewajiban untuk menanam sisa uang milik minderjarige setelah

dikurangi biaya penghidupan dan sebagainya.

Dalam Pasal 393-398 KUHPerdata selanjutnya dijumpai beberapa

perbuatan yang berwenang dilakukan oleh wali dengan mengingat syarat-

syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan perbuatan-perbuatan

yang tidak boleh dilakukannya kecuali ada izin dari hakim sebagai

berikut:

a. Meminjam uang sekalipun untuk kepentingan minderjarige, tidak

boleh juga memindahkan atau menggadaikan barang-barang tidak

bergerak atau surat-surat utang negara, piutang-piutang andelnya

tanpa mendapatkan kuasa dari pengadilan.

b. Membeli barang-barang tak bergerak dari seseorang minderjarige.

Pembelian yang demikian itu hanya diperkenankan kalau dilakukan

atas dasar pelelangan umum dan baru berlaku sesudah ada izin dari

pengadilan.

c. Menyewa ataupun menyewakan barang-barang minderjarige yang

hanya mungkin dengan persetujuan hakim dengan mendengar atau

Page 52: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

37

memanggil dengan sepatutnya keluarga sedarah atau periparan

minderjarige.

d. Menerima warisan untuk seseorang minderjarige (perbuatan ini

hanya diperbolehkan sesudah diadakan pencabutan boedel).

e. Menolak warisan barang untuk seseorang minderjarige (hanya

diperbolehkan dengan persetujuan hakim).

f. Menerima hibah bagi seorang minderjarige (hanya diperbolehkan

dengan persetujuan hakim). Ketentuan ini sebenarnya diadakan

terhadap hibah-hibah dengan suatu beban.

g. Memajukan gugatan bagi minderjarige.

h. Membantu terlaksananya pemisahan dan pembagian harta kekayaan

yang menjadi kepentingan minderjarige.

i. Mengadakan perdamaian di luar pengadilan (dading atau kompromi)

bagi minderjarige. Dalam perbuatan ini diperlukan pula persetujuan

pengadilan. (R. Soetodjo, 1971:203.)

4. Syarat-Syarat Menjadi Wali

Menurut perundang-undangan yang berlaku, bahwa setiap orang

dapat menjadi wali, tetapi ada pengecualian-pengecualiannya.

Pengecualian tersebut merupakan golongan orang-orang yang tidak dapat

diangkat menjadi wali dalam perwalian. Adapun syarat-syarat yang harus

dipenuhi untuk menjadi seorang wali adalah:

a. Wali harus seorang yang sehat pikirannya.

Page 53: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

38

Orang yang sakit ingatannya tidak dapat mengurus dirinya sendiri,

oleh karena itu orang yang tidak sehat pikirannya adalah dibawah

pengampuan, dan segala tindakannya dalam hukum diwakili oleh

pengampu, maka keadaanya sama seperti yang masih dibawah umur.

b. Wali harus orang yang dewasa.

Seorang dikatakan sudah dewasa jikalau ia telah berumur 21 tahun

atau jika ia belum mencapai umur 21 tahun tetapi ia sudah kawin.

c. Wali tidak berada di bawah pengampuan.

Seseorang yang sudah dewasa dapat ditaruh dibawah pengampuan,

misalnya karena menghambur-hamburkan harta kekayaannya atau

karena kurang cerdas pikirannya. Orang yang berada dibawah

pengampuan adalah yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi wali,

sebab mereka harus diwakili dalam melakukan tindakan-

tindakannya (Asrul, 1986: 20).

5. Dimulai dan Berakhirnya perwalian

Menyangkut dengan mulai berlaku suatu perwalian, Martiman

Prodjohamidjojo (2002: 57) mengatakan suatu perwalian itu berlaku:

a. Sejak perwalian itu diangkat oleh hakim.

b. Sejak seorang wali diangkat oleh salah satu dari orang tua si anak

karena meninggalnya orang tua si anak.

Page 54: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

39

c. Sejak seseorang perempuan bersuami diangkat sebagai wali, baik

oleh hakim maupun oleh salah satu orang tua dari kedua orang

tuanya dengan bantuan dari suaminya atau dengan kuasa dari hakim.

d. Sejak suatu perhimpunan yayasan atau lembaga amal atas

permintaan atau kesanggupan sendiri diangkat menjadi wali.

e. Sejak seorang menjadi wali karena hukum.

f. Sejak ditunjuk oleh salah satu orang tua yang menjalankan

kekuasaan orang tua, sebelum ia meninggal dunia dengan surat

wasiat atau pesan yang dilakukan dihadapan dua orang saksi.

Sedangkan dalam Pasal 331 KUHPerdata menentukan mulai

berlakunya perwalian sebagai berikut:

a. Jika seorang wali diangkat oleh hakim, dimulai dari saat

pengangkatan jika ia hadir dalam pengangkatan itu. Bila ia tidak

hadir maka perwalian itu dimulai saat pengangkatan itu

diberitahukan kepadanya.

b. Jika seorang wali diangkat oleh salah satu orang tua, dimulai dari

saat orang tua itu meninggal dunia dan sesudah wali dinyatakan

menerima pengangkatan tersebut.

c. Bagi wali menurut undang-undang dimulai dari saat terjadinya

peristiwa yang menimbulkan perwalian itu, misalnya kematian salah

satu orang tua (Soetodjo, 1971: 200).

Mengenai berakhirnya perwalian dapat ditinjau dari 2 sudut pandang

berikut ini:

Page 55: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

40

a. Dalam hubungan dengan keadaan anak.

1) Anak telah dewasa.

2) Matinya anak.

3) Timbulnya kembali kekuasaan orang tuanya.

4) Pengesahan seorang anak luar kawin yang diakui.

b. Dalam hubungan dengan tugas wali.

1) Ada pemecatan atau pembebasan atas diri wali.

2) Ada alasan pembebasan atau pemecatan dari perwalian. Sedang

syarat utama untuk dipecat sebagai wali ialah karena

disandarkan pada kepentingan anak itu sendiri.

Dalam Pasal 380 KUHPerdata disebutkan 10 alasan yang merupakan

alasan dapat dimintanya pemecatan:

a. Jika wali berkelakuan buruk.

b. Jika dalam menunaikan perwaliannya, wali menampakkan

ketidakcakapannya atau menyalahgunakan kekuasaannya atau

mengabaikan kewajibannya.

c. Jika wali telah dipecat dari perwalian lain sebab poin (a) dan (b) di

atas atau telah dipecat dari kekuasaan orang tua. Jika wali berada

dalam keadaan pailit.

d. Jika wali untuk diri sendiri atau karena bapak wali itu, ibunya,

istrinya, suaminya, atau anaknya mengajukan perkara pada hakim

untuk melawan anak yang berada dalam perwaliannya yang

menyangkut kedudukan dan harta kekayaan si anak.

Page 56: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

41

e. Jika wali dijatuhi pidana yang telah memperoleh kekuatan pasti,

karena sengaja telah turut serta dalam suatu kejahatan terhadap anak

yang berada dalam perwaliannya.

f. Jika wali dijatuhi pidana yang telah memperoleh kekuatan pasti,

karena sesuatu kejahatan terhadap anak yang berada dalam

perwaliannya.

g. Jika wali dijatuhi hukuman yang tidak dapat ditiadakan lagi dengan

pidana penjara selama dua tahun atau lebih.

h. Jika wali alpha memberitahukan terjadinya perwalian kepada

Weeskamer.

i. Jika wali tidak mau memberikan perhitungan tanggung jawab

kepada Weeskamer.

Kemungkinan pembebasan sebagai wali (ontheffing) diatur dalam

Pasal 382.c KUHPerdata, sedang alasan-alasannya hampir bersamaan

dengan pembebasan dari kekuasaan orang tua (Soetodjo, 1971: 206.)

6. Pengelolaan harta waris anak

Pengelolaan harta anak yatim dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Memelihara Dan Mengembangkan Harta Waris Anak

Memelihara dan mengembangkan merupakan bagian dari

mengasuh atau mengurus mereka. Oleh karena itu, wali atau orang

yang diwasiati mengelola harta tersebut diperkenankan

mengembangkan harta mereka melalui berbagai kegiatan usaha atau

Page 57: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

42

investasi yang sekiranya dapat mendatangkan keuntungan atau

kebaikan untuk masa depan anak tersebut (Shihab, 2007: 1107).

Para ulama mempunyai perbedaan pandangan terkait mengelola

dan mengembangkan harta anak. Perbedaan pandangan itu lebih

dikarenakan perbedaan dalam memaknai kata islah (berbuat baik)

pada anak yatim maupun pada hartanya. Kata islah tersebut berasal

dari ayat Al Quran surat Al Baqarah, ayat 220 (1983: 53) sebagai

berikut:

Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim,

katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut

adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka.

Dari ayat diatas, madzhab Shafi„i menekankan bahwa

mengembangkan harta anak sesuai kemampuan pengelola hukumnya

wajib. Sementara madzhab Maliki berpendapat, bahwa mengelola

harta anak dengan cara dikembangkan hukumnya sunnah, namun

memelihara harta anak dengan segala cara adalah wajib hukumnya

(Nur, 2011: 124). Firman Allah dalam surat al-Isra‟ (1983: 429) ayat

34:

Artinya:

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim,

kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat)

sampai ia dewasa.

Page 58: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

43

Harta tidak boleh didiamkan tersimpan, tidak boleh statis tanpa

berkembang. Allah menghendaki agar rizki berupa keuntungan dari

harta, bukan harta itu sendiri. Suatu harta adalah modal dan rizki

adalah keuntungan yang dianjurkan oleh syara‟.

Maksud mendekati harta anak yatim dalam ayat diatas, adalah

mempergunakan harta anak yatim tidak memberikan perlindungan

kepada harta itu sehingga habis sia-sia. Namun Allah memberikan

pengecualian, apabila untuk pemeliharaan harta itu diperlukan biaya

dengan untuk mengembangkannya, maka diperbolehkan bagi wali

untuk mengambilnya sebagian dari harta tersebut, karenanya

diperlukan orang yang bertanggung jawab untuk mengurusnya

(Kementerian Agama RI, 2011: 476).

Hamka (2004: 63) menjelaskan, bahwa harta anak yatim

sebaiknya dijalankan dan diperniagakan agar tidak membeku hingga

anak yatim tersebut dewasa. Dewasa disini maksudnya mampu

mengelola hartanya sendiri. Selain itu, menurut ketentuan syara‟

walaupun sudah dewasa tetapi dalam keadaan safih (bodoh), maka

wali berhak memegang harta itu dan memberi belanja atau jaminan

hidup bagi orang dewasa yang bodoh tersebut.

b. Penyerahan Harta Kepada Anak

Pada saat wali menyerahan harta anak kepadanya, Al Quran

secara tegas melarang wali melakukan kecurangan-kecurangan.

Sebagaimana dalam surat An Nisa‟ ayat 2 (1983: 114):

Page 59: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

44

Artinya:

Sayyid Qutb (2001: 274) mejelaskan, para wali agar

memberikan harta anak-anak yatim yang berada dalam

kekuasaannya dengan tidak memberikan harta yang jelek sebagai

penukaran harta yang baik, seperti mengambil tanah mereka yang

subur ditukar dengan yang tandus, begitupun dengan binatang

ternak, uang, atau jenis harta apapun. Juga larangan memakan harta

si anak dengan mengumpulkannya dengan harta wali, baik semua

atau sebagian.

Sebelum harta anak diserahkan kepadanya, hendaknya wali

menguji kedewasaan mereka agar diperoleh kepastian bahwa mereka

benar-benar telah dewasa dan mampu bertanggung jawab atas segala

tindakannya (Shihab, 2007: 107). Firman Allah dalam surat An Nisa‟

ayat 6 (1983:115):

Artinya:

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah

balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik

dengan yang buruk dan jangan kamu Makan harta

mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-

tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa

yang besar.

Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur

untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu

mereka telah cerdas (pandai memelihara harta),

Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.

Page 60: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

45

Menurut al Maraghi (1993: 338), menguji anak yatim dilakukan

dengan cara memberi sedikit harta untuk digunakan sendiri, apabila

ia mempergunakan dengan baik berarti ia sudah dewasa. Hal ini

sebagai tanda bahwa ia berakal sehat dan berpikir dengan baik. Ujian

ini terus dilakukan sampai mereka mencapai umur baligh, yakni

ketika mereka sudah pantas membina rumah tangga. Apabila wali

merasakan dalam diri mereka, terdapat tanda-tanda kedewasaan,

maka segera memberikan harta mereka.

Kemudian al Maraghi menukil pendapat Imam Abu Hanifah,

bahwa memberikan harta anak yatim ialah jika mereka telah

mencapai umur 25 tahun, sekalipun cara berpikirnya belum

mentampak dewasa. Sebagian ulama mengatakan bahwa penyerahan

kepada mereka itu hendaknya dilakukan setelah mereka baligh dan

sesudah diperhatikan adanya rushd (kesempurnaan akal).

Menurut ulama fiqh, pengertian kata rushd terbagi dalam tiga

pendapat. Pertama, menurut jumhur ulama kematangan akal dan

kemampuan memelihara harta. Kedua, dari riwayat Ibnu Abbas

mengartikan kata rushd dengan kesalehan beragama dan kemampuan

menjaga harta. Ketiga, pendapat Mujahid dan al Nakha‟i bahwa

rushd hanya bermakna kematangan akal (Ibrahim, 2005: 163-164).

Pada saat penyerahan harta anak yatim dari walinya, hendaklah

dihadapan saksi. Berkata Ibnu Abbas “Apabila usianya sudah baligh,

serahkanlah hartanya dihadapan saksi, karena begitu perintah

Page 61: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

46

Tuhan” (Qutb, 2001: 283-284). Adapun dalam mempersaksikan

penyerahan harta itu, hendaklah para wali mempersaksikan dua

orang saksi (Kementerian Agama RI, 2011: 119).

c. Pemanfaatan Harta Anak

Wali sebagai pengasuh dan pengurus harta anak berhak untuk

memanfaatkan (mengambil) sebagian harta itu dengan cara yang

baik, tidak berlebihan, dan tidak dengan cara batil. Wali juga

dibolehkan mencampuradukkan hartanya dengan harta anak tersebut

dengan syarat harus adil dan benar (Ayyub, 1994: 363).

Dalam KUHPerdata pasal 411 wali dibolehkan mengambil upah

atas pengelolaan harta anak, besarannya adalah sebagai berikut; 3%

dari segala pendapatan, 2% dari segala pengeluaran, dan 1 ½% dari

modal yang ia terima selaku pengurus dari harta anak (Sudarsono,

2005: 210).

Ketika turun ayat Al Quran yang memperingatkan supaya

sahabat berhati-hati dengan harta anak yatim. Sahabat memiliki

inisiatif memisahkan harta miliknya dengan harta anak yatim, supaya

tidak bercampur aduk. Kenyataannya mereka menemukan kesukaran

dalam hal itu, maka turunlah ayat Al Quran yang memperkenankan

mereka mencampurkan hartanya dengan harta anak yatim.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 220 (1983:

53):

Page 62: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

47

Artinya:

Menurut Abu Ubaidah, seorang wali yang memelihara anak

yatim apabila mengalami kesulitan memisahkan harta anak yatim

dengan hartanya sendiri, maka boleh mencampurkan pembelanjaan

anak yatim dengan pembelanjaannya, dengan menganggap anak

yatim tersebut seperti anak kandungnya sendiri (Hasan, 2006: 84-

85).

Menurut al-Maraghi, yang dilarang terhadap anak yatim yang

berkaitan dengan hartanya adalah jika wali membelanjakan hartanya

secara berlebih-lebihan, meskipun ditujukan untuk anak yatim

sendiri. Sebaiknya, apabila wali tersebut kaya tidak perlu mengambil

bagian dari harta anak yatim, namun jika tidak mampu ia

diperbolehkan mengambil harta anak yatim sekedarnya (Shihab,

2007: 1107). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An

Nisa‟ ayat 6 (1983: 115):

Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya

kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus

urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu

bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu;

dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan

dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah

menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan

kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana.

Page 63: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

48

Artinya:

Kebolehan seorang wali yang miskin mengambil harta anak

yatim mengandung dua pengertian: pertama, diperbolehkan

mengambil harta tersebut sebagai hutang terhadap anak yatim.

Kedua, para wali diperkenankan untuk mengupahi dirinya sendiri

dari harta anak yatim yang ia rawat.

Menurut Ibnu Jauzi dalam menafsirkan kata bil ma„ruf ada

empat jalan yaitu: pertama, mengambil harta anak yatim dengan

jalan qiradl. Kedua, memakannya untuk sekedar memenuhi

kebutuhan saja. Ketiga, mengambil harta anak yatim hanya sebagai

imbalan apabila ia telah bekerja untuk mengurus kepentingan harta

anak yatim. Keempat, memakan harta anak yatim ketika dalam

keadaan terpaksa. Apabila ia mampu, maka ia harus mengembalikan

harta yang telah dimakannya. Jika ia benar-benar tidak mampu untuk

mengembalikan harta itu, maka hal tersebut dihalakan baginya (Nur,

2001: 123).

Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih

dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-

gesa (membelanjakan) sebelum mereka dewasa.

Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka

hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak

yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka

bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut.

Page 64: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

49

Dalam hal ini menunjukkan sikap kehati-hatian agar harta anak

yatim tersebut tetap terjaga dengan baik tanpa tindakan kezaliman.

Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nisa‟ ayat 10 (1983:

116):

Artinya:

Al-Maraghi menjelaskan bahwa dzulman artinya memakan hak-

hak anak yatim dengan cara aniaya, tidak dengan cara seperlunya

pada saat terpaksa atau dianggap sebagai upah bagi pekerjaan

pengasuh. Firman Allah fi butunihim, artinya sepenuh perut mereka

dan naran artinya perbuatan yang menyebabkan seseorang

merasakan azab neraka (al Maraghi, 1993: 347).

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak

yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api

sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api

yang menyala-nyala (neraka).

Page 65: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

50

BAB III

PEMBAGIAN WARIS

A. Gambaran Umum Dusun Ngepos, Kelurahan Tingkir Tengah,

Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga

Dusun Ngepos merupakan salah satu dusun yang menjadi bagian dari

Desa Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Sejak pemekaran

Kota Salatiga pada tahun 1994, Desa Tingkir Tengah yang sebelumnya

menjadi bagian dari Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tidak lagi

menggunakan kepala dusun dalam struktur pemerintahannya, melainkan dari

kepada desa langsung kepada RW.

Dusun Ngepos terdiri dari dua RW, yakni RW 07 dan RW 08 serta 9 RT.

Adapun secara rinci akan penulis kemukakan keadaan umum Dusun Ngepos

sebagai berikut:

1. Letak Geografis

Dusun Ngepos terletak di kaki Gunung Merbabu sehingga memiliki

hawa yang cukup dingin. Tepatnya terletak di sebelah barat dari kantor

kelurahan Desa Tingkir Tengah dan di sebelah selatan dari pusat Kota

Salatiga yang jarak dari pusat kota 5 km dan dari kantor Kecamatan

Tingkir 4 km.

Page 66: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

51

2. Batas Wilayah

Dusun Ngepos memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Selatan : Desa Bener, Kecamatan Tengaran

Timur : Dusun Wiroyudan, Desa Tingkir Tengah

Utara : Desa Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir

Barat : Desa Cebongan Kecamatan Argomulyo. (Wawancara

dengan bapak Nur Salim (Humas Kelurahan Tingkir Tengah), Kamis, 7

September 2017 pukul 10.30 WIB, di Kelurahan Tingkir Tengah).

3. Keadaan Demografi

Keadaan demografi merupakan suatu gambaran umum tentang

masalah-masalah yang berhubungan dengan penduduk, yang meliputi:

a. Penduduk Berdasar Usia

Jumlah penduduk Dusun Ngepos Kelurahan Tingkir Tengah

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga sampai bulan Juni 2017 adalah

1935 orang dengan rincian usia sebagai berikut:

PENDUDUK MENURUT UMUR DI TAHUN 2017

1 UMUR 0-9 327

2 UMUR 10-19 309

3 UMUR 20-29 261

4 UMUR 30-39 334

5 UMUR 40-49 309

6 UMUR 50-59 238

Page 67: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

52

7 UMUR 60-69 89

8 UMUR 70 KEATAS 68

JUMLAH 1935

Tabel 1.1. Jumlah penduduk menurut umur pada tahun 2017 (data diperoleh dari

Kelurahan Tingkir Tengah)

b. Penduduk Berdasar Agama

Penduduk Dusun Ngepos mayoritas adalah beragama Islam.

Berdasarkan agama yang dianut dapat digambarkan melalui tabel

berikut:

PENDUDUK BERDASAR AGAMA

1 ISLAM 1843

2 KRISTEN 80

3 KATHOLIK 13

4 HINDU 0

5 BUDHA 0

6 KANG HU CHU 0

7 KEPERCAYAAN 0

Tabel 1.2. Jumlah penduduk menurut agama pada tahun 2017 (data diperoleh dari

Kelurahan Tingkir Tengah)

Page 68: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

53

c. Penduduk Berdasar Pekerjaan

Pengangguran di Dusun Ngepos terbilang tinggi, tetapi

mayoritas bekerja sebagai buruh atau karyawan dan wiraswasta.

Jumlah penduduk berdasar pekerjaan dapat digambarkan sebagai

berikut:

PENDUDUK MENURUT PEKERJAAN DI TAHUN 2017

1 BURUH/KARYAWAN 334

2 PNS 34

3 GURU 32

4 MENGURUS RUMAH TANGGA 98

5 JASA 12

6 PETANI 19

7 PEDAGANG 57

8 WIRASWASTA 168

9 PENSIUNAN 23

10 TNI/POLRI 6

11 BELUM/TIDAK BEKERJA 429

Page 69: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

54

Tabel 1.3. Jumlah penduduk menurut pekerjaan pada tahun 2017 (data diperoleh

dari Kelurahan Tingkir Tengah)

d. Penduduk Berdasar Tingkat Pendidikan

Penduduk Dusun Ngepos berdasar tingkat pendidikannya

banyak diantaranya berpendidikan dibawah SLTA. Untuk lebih

jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

PENDUDUK BERDASAR TINGKAT PENDIDIKAN

1 TIDAK/BELUM SEKOLAH 362

2 BELUM TAMAT SD/SEDERAJAT 234

3 TAMAT SD/SEDERAJAT 287

4 SLTP/SEDERAJAT 284

5 SLTA/SEDERAJAT 503

6 DIPLOMA I/II 17

7 AKADEMI/DIPLOMA III SARJANA

MUDA

68

8 DIPLOMA IV/STRATA I 169

9 STRATA II 12

10 STRATA III 0

Tabel 1.4. Jumlah penduduk menurut pendidikan pada tahun 2017 (data diperoleh

dari Kelurahan Tingkir Tengah)

Page 70: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

55

e. Penduduk Berdasar Status Perkawinan

Penduduk berdasar status perkawinan dapat digambarkan

sebagai berikut:

PENDUDUK BERDASAR STATUS PERKAWINAN

1 BELUM KAWIN 884

2 KAWIN 908

3 CERAI HUDUP 39

4 CERAI MATI 98

Tabel 1.5. Jumlah penduduk menurut status perkawinan pada tahun 2017 (data

diperoleh dari Kelurahan Tingkir Tengah)

B. Pembagian harta waris Di Dusun Ngepos

Pembagian harta waris seharusnya berpedoman pada kaidah-kaidah yang

telah ditentukan. Bagi kelompok masyarakat yang menganut agama Islam

sudah seharusnya menerapkan hal-hal yang berlaku sesuai dengan hukum

kewarisan Islam, yakni sesuai dengan ilmu faraidh.

Berikut hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa wali yang

melakukan pembagian harta waris:

1. Ibu Watini

Ibu Watini adalah seorang yang janda berusia 40 tahun yang

memiliki satu anak laki-laki dan suaminya bernama bapak Mahasin

Page 71: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

56

meninggal pada tahun 2008. Pendidikan terakhir beliau adalah SLTP,

dalam kesehariannya beliau berprofesi sebagai penjahit.

Beliau bercerita pada saat bapak Mahasin meninggal, putra beliau

baru berusia 5 tahun dan tidak ada pembagian harta waris setelahnya. Hal

tersebut dikarenakan pada saat ayah dari bapak Mahasin meninggal, tidak

ada pembagian waris. Hanya saja, masing-masing anak sudah dibuatkan

rumah.

Pembagian harta waris baru dilakukan satu tahun yang lalu, tepatnya

setelah ibu dari bapak Mahasin meninggal dunia. Pembagian waris

berdasarkan pada rasa kepantasan dan keadilan tanpa membedakan

antara anak laki-laki dan perempuan, jadi tidak diterapkan bagian-

bagiannya seperti dalam ilmu faraidh. Bapak Mahasin memiliki dua adik

perempuan yang mana pembagian harta waris tersebut hanya dibagi

menjadi tiga, dan bagiannya disama-ratakan yakni berupa rumah beserta

tanahnya dan sepetak tanah seluas ±300m².

Menurut beliau, berapapun yang diberikan dari harta waris beliau

terima, itulah yang menjadi rizki anak beliau. Ibu Watini menuturkan

bahwa beliau sudah merasa seperti orang luar dalam keluarga besar

bapak Mahasin setelah pabak Mahasin meninggal. Sederhananya,

pembagian waris tidak menerapkan apa yang berlaku dalam ilmu faraidh.

Berikut harta waris yang ditinggalkan, ahli waris beserta bagian

masing-masing ahli waris pada saat pembagian warisnya ayah mertua

dari ibu Watini yang bernama mbah Munajad. Sebelum dilakukan

Page 72: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

57

pembagian waris, anak-anak dari mbah Munajad yang berjumlah 3 orang

(1 laki-laki dan 2 perempuan) masing-masing telsah dibuatkan rumah

sehingga tidak ada harta waris berupa rumah yang dibagikan. Isteri dari

mbah Munajad yang seharusnya mendapat bagian dari peninggalan

suaminya tidak diberi bagian karena beliau ikut dengan anak-anak yang

kebetulan jarak antara satu dengan lainnya tidaklah berjauhan.

Harta waris yang dibagikan berupa tanah produktif yakni tegalan

seluas ±1500 m². Tegalan tersebut hanya dibagi 3 untuk 3 orang anak

dengan bagian yang sama rata yaitu ±500 m². (Wawacara dengan ibu

Watini, Sabtu, 4 November 2017 pukul 13.00, di kediaman ibu Watini).

2. Ibu Alfiatun

Ibu Alfiatun adalah seorang janda berusia 54 tahun dengan 4 anak

dan kesemuanya laki-laki. Suami beliau bernama bapak Muhisinun

meninggal dunia pada tahun 2002 usia anak-anak beliau pada saat itu

adalah 21, 17, 10, dan 6 tahun. Pendidikan terahir beliau adalah tamat SD

dan berprofesi sebagai penjual dengan membuka warung kelontong di

rumahnya.

Dari penuturan putra tertua ibu Alfiah yang saat itu mewaliki adik-

adiknya dalam pembagian waris, harta waris dibagi sesuai dengan ilmu

faraidh. Harta waris yang ada dinilai dengan nominal rupiah dengan total

450 juta rupiah yang terdiri dari kebun dengan luas ±750m² dan sawah

seluas ±400m² dan rumah sederhana yang berdiri diatas tanah seluas

±300m².

Page 73: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

58

Yang menjadi ahli waris pada saat itu adalah ibu dari bapak

Muhsinun yang mendapat bagian 1/6 dari seluruh harta waris yaitu

kurang lebih senilai 75.000.000 rupiah, istri (ibu Alfiah) 1/8 dari seluruh

harta waris yaitu kurang lebih senilai 52.250.000 rupiah, dan anak-anak

sebagai ashobah, sehingga bila dihitung dalam rupiah masing-masing

anak mendapatkan warisan kurang lebih senilai 80.687.500 rupiah.

(Wawancara dengan ibu Alfiatun, Minggu, 3 Desember 2017 pukul

16.30, di kediaman ibu Alfiatun).

3. Bapak Mujiono

Bapak Mujiono adalah seorang wali dari keponakanya yang telah

yatim piatu sejak tahun 2005 pada usia 1 tahun. Menurut penuturan

beliau, keponakannya adalah anak tunggal yang telah yatim pada bulan

Juni tahun 2005 dan kemudian ibunya meninggal 51 hari setelahnya.

Pendidikan terakhir beliau adalah tamat SLTA dan kini beliau sudah

berusia 56 dan merupakan pensiunan dari TNI AL.

Atas kesepakatan dari keluarga ayah dan ibu si anak, hak perwalian

atas si anak diberikan kepada bapak Mujiono. Kemudian atas persetujan

dari keluarga ayah dan ibu si anak, bapak Mujiono mengajukan

permohonan pengangkatan anak ke Pengadilan Agama Salatiga agar

dapat mewakili anak dalam melakukan perbuatan hukum. Permohonan

pengajuan pengangkatan anak tersebut diteriman dan putusan mengenai

sahnya pengangkatan anak keluar pada tahun 2006.

Page 74: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

59

Mengenai pembagian waris dari ayah si anak, yang mana adalah

kakak dari isteri bapak Mujiono dilakukan berdasar pada kepantasan dan

keadilan, yakni setelah meninggalnya kedua orang tua dari isteri bapak

Mujiono, harta waris dibagi menjadi dua karena hanya dua bersaudara.

Setelah ayah dari keponakan bapak Mujino meninggal, harta seluruhnya

diwariskan kepada anaknya.

Selanjutnya, mengenai pembagian waris dari pihak ibu tidaklah

selesai secara kekeluargaan dikarenakan harta waris dari mulai kakek

buyut ibu si anak terjadi sengketa dan akhirnya diselesaikan di

pengadilan agama. Kejadian tersebut terjadi setelah ibu dari keponakan

bapak Mujiono meninggal, sehingga bapak Mujiono yang mewakili

keponakannya agar hak waris si anak dari ibunya tetap ada.

Karena tertutupnya nara sember, data yang diperoleh hanya harta

yang diperoleh si anak dari waris tersebut berupa tanah tegalan seluas

±350 m² dan sebagiannya sudah dijual dan ditabung di bank dengan

harapan, bila ada keperluan si anak yang membutuhkan biaya banyak

dapat diambilkan dari tabungan tersebut. (Wawancara dengan bapak

Mujiono, Kamis, 14 Desember 2017 pukul 19.30, di kediaman bapak

Muijono).

4. Ibu Sriyatini

Ibu Sriyatini adalah seorang janda sejak tahun 1998 yang memiliki 4

anak, dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Pendidikan terakhir

Page 75: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

60

beliau adalah tamat SD dan kini beliau bekerja sebagai pembantu rumah

tangga.

Suami beliau bernama bapak Kormen dan saat meninggal, anak-anak

berusia 14, 10, 7, dan 4 tahun. Dalam kesehariannya beliau adalah ibu

rumah tangga yang mempunyai pekerjaan sambilan sebagai pembantu

rumah tangga.

Untuk pembagian warisnya, beliau meminta masukan serta saran

kepada saudara dari bapak Kormen dan akhirnya disepakati bahwasannya

yang menjadi ahli waris adalah ibu Sriyatini, mendapat bagian 1/8 sedang

sisanya untuk anak-anak beliau yaitu 2 laki-laki dan 2 perempuan. Harta

waris yang dibagikan adalah sebidang tanah kebun yang mempunyai luas

±750 m² yang ditaksir dengan harga saat itu sebesar 150.000.000 rupiah

serta sebuah rumah sederhanan dan pekarangannya seluas ±300 m² yang

ditaksir dengan harga 200.000.000.

Dengan total harta waris sebesar 350 juta ibu Sriyatini mendapat

bagian 1/8 yaitu sekitar 43.750.000 rupiah. Sedang untuk anak-anak

beliau untuk laki-laki masing-masing sebesar 76.562.500 rupiah dan bagi

anak perempuan masing-masing mendapat 38.281.250 rupiah.

(Wawancara dengan ibu Sriyatini, Jum‟at, 10 November 2017 pukul

16.00 WIB, di kediaman ibu Sriyatini).

C. Tinjauan Hukum Pembagian Harta Waris Di Dusun Ngepos

Dalam kehidupannya manusia tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan

akan harta benda, salah satunya diperoleh dengan jalan mewarisi dari

Page 76: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

61

seseorang. Dalam hal siapa-siapa saja yang berhak menjadi ahli waris serta

bagian atas harta waris telah diatur secara terperinci melalui syariat Islam

yaitu dengan ilmu faraidh yang kemudian di Indonesia dijadikan sumber dari

Inpres No. 1 Tahun 1991 atau yang kita kenal dengan Kompilasi Hukum

Islam (KHI). Selain itu juga berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPer) yang menjadi pedoman bagi hakim-hakim di pengadilan negeri.

Namun di kalangan masyarakat terdapat pula satu cara pembagian waris yang

tidak berdasar pada hukum hukum diatas, mereka cenderung bermusyawarah

sehingga mencapai kesepakatan dan melegakan seluruh ahli waris.

Penetapan ahli waris adalah dikarenakan dua sebab, pertama karena

adanya hubungan darah, dan kedua karena perkawinan. Dalam ahli waris

terhadap harta waris, tidak ditemukan aturan yang membatasi seseorang

karena usianya. Jadi bagi ahli waris yang masih dibawah umur atau yang

belum dapat mengelola hartanya sendiri, maka diwakilkan oleh seorang wali

dalam pembagian harta warisnya maupun setelah harta waris tersebut sah

menjadi miliknya.

Dalam praktik pembagian waris di Dusun Ngepos setiap keluarga

menggunakan cara yang berbeda-beda. Ada yang dapat diselesaikan dengan

berpedoman pada hukum Islam dan menggunakan selain hukum Islam.

Penyelesaian pembagian waris yang berpedoman pada hukum Islam yakni

menerapkan ilmu faraidh ada pula demi mencegah konflik internal keluarga

harta waris hanya dibagi sama rata tanpa membeda-bedakan apakah itu anak

Page 77: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

62

laki-laki atau perempuan. Berikut cara-cara pembagian waris yang dilakukan

masyarakat di Dusun Ngepos:

1. Pembagian waris menurut hukum Islam.

Pembagian waris menggunakan hukum Islam adalah cara yang

sering dipraktikkan masyarakat mengingat mayoritas masyarakat

Indonesia yang beragama Islam. Menurut pedoman yang diterapkan,

pembagian waris yang menerapkan hukum Islam terbagi menjadi dua,

yaitu:

a. Berdasar pada hukum Islam secara kekeluargaan.

Pembagian harta waris secara kekeluargan yang berdasar pada

hukum Islam seperti yang dilakukan oleh keluarga ibu Alfiatun dan

ibu Sriyatini. Cara ini dipandang sebagai yara yang paling tepat

mengingat dalam keluarga tersebut masih memegang teguh ajaran-

ajaran Islam. Menurut penulis, sebagai seorang yang beragama Islam

sudah seharusnya hukum-hukum Islam diterapkan dalam segala hal.

Mengingat hukum Islam diturunkan demi mendatangkan

kemaslahatan dan mencegah kerusakan.

b. Pembagian waris melalui putusan pengadilan agama.

Pembagian waris melalui putusan pengadilan dianggap sebagai

jalan terakhir dalam pembagian waris dikarenakan masing-masing

ahli waris bersikukuh dan tidak mau mengalah terhadap

pendiriaannya mengenai bagian dari harta waris yang diterima,

Page 78: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

63

seperti yang terjadi di keluarga dari anak angkat bapak Mujiono dari

pihak ibu.

2. Pembagian waris yang menggunakan selain hukum Islam, yakni berdasar

atas keadilan.

Pembagian waris berdasar atas keadilan yang dilakukan oleh

keluarga ibu Watini dan keluarga dari anak angkat bapak Mujiono dari

pihak ayah dinilai sebagai jalan tengah demi mencegah konflik internal

dalam keluarga. Hal ini dikarenakan salah satu ahli waris merasa

keberatan dan tidak setuju bila dilakukan menurut syariat Islam.

Dimungkinkan bila pembagian dilakukan menurut syariat Islam, maka

sebagian ahli waris akan mendapat bagian yang lebih sedikit.

Dengan demikian, pembagian waris di Dusun Ngepos yang mayoritasnya

beragama Islam tidak seluruhnya menerapkan syariat Islam. Terdapat

sebagian masyarakat yang membagi waris berdasar rasa keadilan bagi

mereka.

Page 79: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

64

BAB IV

Pengelolaan Harta Waris Anak

A. Pengelolaan Harta Waris Anak di Dusun Ngepos

Pengelolaan harta waris merupakan satu hal yang sering kali luput dari

perhatian umum terutama pihak keluarga besar, padahal pengelolaan harta

waris tujuan utamanya adalah menjaga apa yang menjadi hak seorang anak,

agar ketika anak tersebut sudah mandiri harta tersebut setidaknya masih

dalam keadaan utuh sewperti saat diserahkan kepada walinya.

Berikut hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa wali yang

melakukan pengeloaan terhadap harta waris:

1. Ibu Watini

Pengangkatan perwalian si anak kepada ibu Watini dilakukan secara

otomatis tentu atas persetujuan dari keluarga besar almarhum bapak

Mahasin juga keluarga besar ibu Watini, hal ini dikarenakan karena

kebiasaan yang berlaku di masyarakat demikian.

Harta waris yang diamanatkan kepada beliau dari si anak adalah

rumah beserta tanahnya dan sepetak tanah seluas ±300m² yang telah

diamanahkan sepada beliau sejak 10 tahun yang lalu.

Sampai saat ini, ibu Watini memberi nafkah anaknya dengan bekerja

sebagai buruh jahit pakaian menurut beliau “bondo waris kanggo anak

kui nek iso ojo sampe kurang, opo maneh sampe dientekne” (harta waris

untuk anak kalau bisa jangan sampai berkurang, apalagi sampai

Page 80: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

65

dihabiskan). Dengan alasan tersebut, beliau enggan untuk mengelola

harta yang berwujud sebidang tanah dengan resiko yang besar, beliau

hanya menanam beberapa pohon pisang agar lahan tersebut tidak

mangkrak. Dari pengelolaan yang sangat sederhana tersebut beliau juga

menikmati hasil dari sebidang tanah tersebut.

Beliau beranggapan bahwasannya, bertempat tinggal disitu hannya

menumpang pada suami dan setelah suaminya meninggal, harta

sepenuhnya menjadi hak anak sehingga sampai sekarang beliau

bertempat tinggal di rumah tersebut adalah menumpang pada anak.

Saat ini putra beliau telah berusia 15 tahun dan telah diberitahu

mengenai harta waris yang menjadi haknya, tetapi harta tersebut belum

diserahkan kepada anak karena status si anak seorang pelajar dan beliau

beranggapan bahwa anak belum cukup mampu untuk mengelola hartanya

secara mandiri. (Wawacara dengan ibu Watini, Sabtu, 4 November 2017

pukul 13.00, di kediaman ibu Watini).

2. Ibu Alfiatun

Telah dijelaskan dalam bab sebelunya untuk pengelolaan harta waris

di keluarga ibu Alfiah. Selanjutnya, harta waris yang diperoleh masing-

masing anak dijadikan satu untuk menebus rumah dan kebun seluas

±750m².

Mengenai pengelolaannya, kebun tersebut ditanami ubi-ubian oleh

anak pertama dari ibu Alfiah dan hasilnya dikembalikan pada ibu Alfiah

Page 81: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

66

sebagai tambahan nafkah sehari-hari. Meski telah dewasa, anak pertama

dari ibu Alfiah belum mampu untuk mengelola secara mandiri, sehingga

untuk modal pengelolan dan hasil kesemuanya berasal dan kembali

kepada ibu Alfiah.

Untuk nafkah sehari-hari dan biaya pendidikan ibu Alfiah

mengandalkan warung kelontong sederhana di rumah beliau dengan

dibantu anak tertua beliau yang bekerja sebagai karyawan pabrik tekstil.

Setelah anak tertua berumah tangga, anak kedua beliau yang membantu

nafkah dan biaya pendidikan adik-adiknya.

Saat anak bungsu telah berusia 17 tahun, semua anak diberitahu harta

yang ditermia masing-masing dari warisan ayah mereka, harapan beliau

agar semua anak-anak dapat menerima dan memanfaatkan peninggalan

dari jerih payah orang tua, serta pesan beliau berpesan “tinggalane ojo

sampe gawe udur-uduran, awak dewe kwi wong ora nduwe, duwene

mung sedulur dadi seng rukun lan podo tilung-tinulung”

(peninggalannya jangan diributkan, kita orang tak punya, hanya punya

kerabat jadi rukunlah dan tolong-menolonglah).

Saat ini putra-putra beliau telah dewasa sehingga harta yang dulunya

hanya dikelola salah satu anak sekarang telah diserahkan kepada masing-

masing anak, sehingga perwalian ibu Alfiatun terhadap anak-anak telah

selesai dengan dewasanya anak-anak. (Wawancara dengan ibu Alfiatun,

Minggu, 3 Desember 2017 pukul 16.30, di kediaman ibu Alfiatun).

Page 82: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

67

3. Bapak Mujiono

Bapak Mujiono adalah seorang wali dari keponakannya yang telah

yatim pada bulan Juni tahun 2005 dan kemudian ibunya meninggal 51

hari setelahnya. Atas kesepakatan dari keluarga ayah dan ibu si anak, hak

perwalian atas si anak diberikan kepada bapak Mujiono. Kemudian atas

persetujan dari keluarga ayah dan ibu si anak, bapak Mujiono

mengajukan permohonan pengangkatan anak ke Pengadilan Agama

Salatiga agar dapat mewakili anak dalam melakukan perbuatan hukum.

Permohonan pengajuan pengangkatan anak tersebut diteriman dan

putusan mengenai sahnya pengangkatan anak keluar pada tahun 2006.

Dari harta waris yang diperoleh dari ayah dan ibu si anak, bapak

Mujiono memiliki inisatif untuk mengivestasikannya berupa tanah seluas

±350m² dan sebagiannya ditabung di bank dengan harapan, bila ada

keperluan si anak yang membutuhkan biaya banyak dapat diambilkan

dari tabungan tersebut. Sementara itu, sebidang tanah tersebut dikelola

oleh bapak Mujiono sendiri dan hasilnya dinikmati oleh bapak Mujiono

berserta seluruh keluarganya termasuk anak tersebut. Untuk nafkah

sehari-hari si anak, dipenuhi oleh bapak Mujiono beserta keluarga tanpa

menggunakan harta waris.

Menurut bapak Mujiono, “kalau sekedar menjaga dan mengelola

harta anak itu mudah mas, tapi untuk mendidik anak kami sangat hati-

hati agar mental dan psikis anak tersebut tidak terganggu, bahkan lebih

kami perhatikan dari pada anak kami sendiri karena sudah yatim-piatu”.

Page 83: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

68

(Wawancara dengan bapak Mujiono, Kamis, 14 Desember 2017 pukul

19.30, di kediaman bapak Muijono).

4. Ibu Sriyatini

Ibu Sriyatini adalah seorang janda sejak tahun 1998 yang memiliki 4

anak, dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Pendidikan terakhir

beliau adalah tamat SD dan kini beliau bekerja sebagai pembantu rumah

tangga. Karena kondisi ekomoni yang tergolong kurang mampu, anak-

anak beliau yang saat itu masih dalam usia sekolah, maka anak pertama

dan kedua beliau diasuh oleh orang tua beliau di Madiun untuk

disekolahkan hingga lulus SLTA, sementara beliau mengasuh dua anak

lainnya.

Mengenai sebidang tanah yang berupa kebun dari peninggalan suami

beliau, beliau meminta bantuan kepada orang lain unuk mengolah dengan

sistem bagi hasil. Bila hanya mengandalkan hasil dari kebun tersebut

tentu kekurang untuk biaya sehari-hari apalagi untuk keperluan

pendidikan anak, sehingga beliau bekerja sebagai pembantu rumah

tangga agar sekolah serta biaya sehari-hari dapat tercukupi.

Saat ini, kesemua anak beliau telah dewasa sehingga perwalian

beliau terhadap anak-anak telah berakhir dan seluruh harta yang dulunya

dikelola beliau diserahkan kembali kepada anak-anak mengingat usia

beliau mulai tua dan sebagian dari anak beliau telah berumah tangga.

(Wawancara dengan ibu Sriyatini, Jum‟at, 10 November 2017 pukul

16.00 WIB, di kediaman ibu Sriyatini).

Page 84: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

69

B. Tinjauan Hukum Terhadap Pengelolaan Harta Waris Anak di Dusun

Ngepos.

Seorang anak yang belum mencapai usia dewasa tentu memerlukan

dampingan orang dewasa untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan

jiwa serta harta benda yang dimilikinya, terlebih bagi seorang anak yang

memiliki harta dari mewaris orang tuanya. Demi mencegah anak melakukan

pemborosan sehingga harta tersebut sia-sia, maka disinilah peran dari orang

yang lebih orang tua sebagai wali menglola serta mengatur harta serta

memberikan pendidikan terhadap anak.

Dalam hal siapa yang berhak menjadi wali atas anak hampir semua

perwalian jatuh pada perempuan, yakni perwalian dilakukan oleh ibu. Meski

perwalian di Dusun Ngepos tersebut condong kearah matrilinial, tetapi

perwalian menurut hukum adat tidak ada perbedaan dalam mengatur

pemeliharaan anak dan mengurus harta kekayaan anak. Pemeliharaan anak

tidak hanya sebagai kewajiban ibu atau bapak saja, melainkan juga sebagai

kewajiban kerabatnya. Oleh karena itu dalam hukum adat tidak memberi

kepastian siapa yang menggantikan orang tua dalam hal memelihara anak

tersebut apabila orang tuanya telah tiada ataupun bercerai.

Menyangkut perwalian yang tidak berdasarkan pada hukum formal

melainkan berdasarkan pada kebiasaan masyarakat tertentu yang menunjuk

wali berdasarkan kebiasaan masyarakat setempat sehingga penunjukan wali

tidak memiliki kepastian hukum.

Page 85: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

70

Dalam proses ibu menjadi wali atas anak tentu atas persetujuan keluarga

besar dari ayah dan ibu si anak dengan pertimbangan wali tersebut dapat

mendidik serta mengelola harta si anak. Yang menjadi bahan pertimbangan

diantaranya, (1) wali seagama dengan anak, dalam hal ini karena anak

beragama Islam, maka wali juga beragama Islam, (2) wali dalam keadaan

mampu secara ekonomi, hal ini bertujuan agar dalam memenuhi kebutuhan

anak tidak serta merta wali menggunakan harta milik anak. (3) wali

dipandang sebagai orang yang baik dan dapat dipercaya di lingkungan

keluarga serta masyarakat, hal ini bertujuan agar keluarga yakin dalam

menyerahkan perwalian atas jiwa serta harta anak kepada orang yang amanah.

Mengenai pengelolaan harta waris anak yang dilakukan oleh para wali di

Dusun Ngepos yang kebanyakan harta tersebut berupa tanah produktif, dalam

hal ini berupa kebun, tegalan, dan sawah dikelola secara mandiri sehingga

hasilnya kurang maksimal, seperti yang terjadi pada keluarga ibu Watini, ibu

Alfiatun dan bapak Mujiono. Meski kurang maksimal, setidaknya dari harta

tersebut dapat diambil manfaat dan tanah tersebut dapat terpelihara.

Pengelolan dengan cara tersebut tentu tidak sesuai bila dengan

KUHPerdata meski dalam hal tanggungjawab terhadap anak beserta hartanya

tetap menjadi prioritas wali. Bila mengacu pada KUHPerdata wali seharusnya

membuat laporan setiap bulannya kepada badan yang telah ditunjuk oleh

pemerintah yakni Balai Harta Peninggalan.

Sistem pengelolaan yang demikian dalam pandangan mazhab Syafi‟i

adalah besifat menggugurkan kewajiban, karena bila seorang wali telah

Page 86: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

71

diserahi harta anak wajib hukumnya untuk dikelola. Sementara dalam mazhab

Maliki mengelola harta anak termasuk dalam kategori sunnah. Bila kita

berpedoman pada kenyataannya bahwa mayoritas muslim di Indonesia

menganut madzhab Syafi‟i, maka wali yang hanya mendiamkan harta anak

yang telah diamanahkan kepadanya hukumnya adalah haram dan berdosa

karena meninggalkan kewajiban.

Bagaimanapun caranya, melakukan pengelolaan terhadap harta anak

merupakan salah satu ikhtiyar dari wali karena pada dasarnya harta adalah

modal, sedang rizki yang dianjurkan dalam syara‟ adalah keuntungan dari

modal tersebut. Mengelola harta anak memiliki tujuan agar wali serta si anak

tersebut dapat merasakan keuntungan sebagai pemodal dan yang diberi modal

sebab perwalian tersebut. Sesungguhnya tujuan dari itu semua adalah agar

manusia mau beriktiyar untuk rizkinya dengan modal harta serta keterampilan

yang dimilikinya.

Mengenai jumlah atau besaran harta yang dibolehkan untuk diambil wali,

dalam praktiknya di Dusun Ngepos wali mencampuradukkan hartanya

dengan hasil dari pengelolaan harta anak tersebut sehingga sulit untuk

diketahui. Dalam KUHPer pasal 411 keuntungan yang boleh diambil wali

tidak kurang dari 5%, jumlah tersebut tentunya sangat sedikit mengingat cara

pengelolaan harta oleh wali yang demikian.

Perihal mencampuradukan harta anak dengan harta wali sebenarnya sah

dan dibolehkan menurut syariat karena sulitnya memisahkan antara keduanya.

Dengan syarat bila suatu saat harta tersebut dikembalikan pada anak minimal

Page 87: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

72

harus kembali dalam keadaan utuh seperti pada saat diserahkan. Apabila harta

tersebut sampai berkurang, maka dalam KUHPerdata maupun syariat

dianggap sebagai hutang yang harus dibayar.

Selanjutnya, guna memenuhi nafkah si anak baik untuk keperluan sehari-

hari, biaya pendidikan serta kesehatan, para wali berusaha untuk tidak

menggunakan (dalam hal ini mengurangi dengan cara menjual atau

menggadaikan) harta anak. Wali bekerja guna mendapatkan nafkah untuk

dirinya dan untuk si anak, meski sebenarnya untuk nafkah anak wali boleh

menggunakan harta anak. Hal ini sejalan dengan tujuan dari perwalian itu

sendiri, yakni menjaga serta merawat anak maupun hartanya sehingga ia

dewasa dan mampu mengelola hartanya sendiri.

Penyerahan harta adalah merupakan salah satu indikasi dari berakhirnya

perwalian. Penyerahan harta kepada anak di Dusun Ngepos terjadi setelah

anak tersebut dirasa mampu untuk mengelola hartanya secara mandiri. Dalam

hal ini baligh bagi laki-laki yang diperkirakan pada usia 15 tahun dan 12

tahun bagi perempuan bukan merupakan patokan karena pada kenyataannya

pada usia tersebut si anak masih berstatus pelajar sehingga masih dibutuhkan

wali yang bertanggung jawab atas anak tersebut.

Begitu pula bila mengacu pada perundang-undangan, bahwasanya anak

yang telah dewasa adalah anak yang telah berusia lebih dari 18 tahun juga

bukan merupakan patokan bagi para wali untuk menyerahkan harta tersebut

kepada anak. Karena harta diserahkan pada anak kalau anak tersebut telah

Page 88: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

73

berusia lebih dari 21 tahun atau sudah menikah. Sebelum usia 21 tahun anak

hanya diberi pengertian mengenai harta waris yang menjadi haknya.

Page 89: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Pengelolaan Harta Waris

Anak Oleh Walinya (Studi Kasus Di Dusun Ngepos Desa Tingkir Tengah

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga)”, penulis akan memberikan kesimpulan

guna untuk menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, adalah sebagi berikut:

1. Pembagian harta waris di Dusun Ngepos dilakukan dengan cara-cara

sebagai berikut; (1) Pembagian waris berdasar hukum Islam. Menurut

pedoman yang diterapkan, pembagian waris berdasar hukum Islam

menjadi dua, yaitu; (a) diselesaikan secara kekeluargaan, (b) diselesaikan

melalui putusan pengadilan agama. (2) Pembagian waris berdasar selain

hukum Islam, dalam hal ini masyarakat melakukan pembagian waris

dengan membagi sama rata terhadap setiap ahli waris.

2. Pengelolaan harta waris anak yang dilakukan oleh para wali di Dusun

Ngepos yang kebanyakan harta tersebut berupa tanah dikelola secara

mandiri. Mengenai jumlah atau besaran harta yang dibolehkan untuk

diambil, wali mencampuradukkan hartanya dengan hasil dari pengelolaan

harta anak tersebut sehingga sulit untuk diketahui. Untuk memenuhi

nafkah, para wali berusaha untuk tidak menggunakan harta waris yang

Page 90: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

75

diamanahkan kepadanya. Penyerahan harta kepada anak dilakukan

setelah anak tersebut telah berusia 21 tahun atau telah menikah.

B. SARAN

1. Bagi masyarakat umum, pembagian waris hendaknya dilakukan dengan

cara yang terbaik, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Untuk pengelolan harta waris anak hendaknya dilakukan dengan lebih

hati-hati mengingat zalim terhadap amanah dalam melakukan

pengelolaan harta waris merupakan salah satu dosa yang memberatkan

pelakunya.

2. Bagi tokoh masyarakat terlebih bagi tokoh agama, hendaknya masyarakat

dibimbing dan diarahkan, karena bagi sesame muslim hukumnya wajib

mengingatkan dalam hal kebaikan dan mencegah kemunkaran. Sehingga

tercipta dalam masyarakat yang mayoritasnya beragama Islam yang

menjalankan syariat-syariat Islam.

3. Bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, penulis berharap agar

terus berusaha mendidik para mahasiswa menjadi para cendikiawan,

memberikan kebebasan bagi para mahasiswa untuk menggali potensi

ilmiah mereka serta melengkapi prasarana yang dibutuhkan para

mahasiswa untuk menunjang prestasi mereka.

4. Mengingat keterbatasan penulis yang melakukan wawancara hanya

beberapa narasumber dan sensitfnya tema yang diangkat sehingga

penulis merasa kesulitan untuk menggali informasi dari narasumber,

Page 91: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

76

namun dapat dijadikan rujukan atau refresensi guna mengetahui metode

pembagian waris serta pengelolaan harta waris anak di Dusun Ngepos.

C. PENUTUP

Alhamdulillahirobbil alamin, berkat rahmat dan karunia Allah SWT,

penulis bersyukur pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis

merasa wajib untuk mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu

terselesainya skripsi ini. Semoga amal kebaikan dosen pembimbing dan

seluruh pihak yang telah membantu mendapat balasan yang berlipat dari

Allah SWT. Amin ya robbal alamin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun skripsi ini

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan karena

keterbatasan kemampuan penulis. Maka saran dan kritik dari pembaca yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan. Atas partisipasinya pembaca,

penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis tidak berhenti berharap kajian skripsi ini terus dikaji sehingga

memperoleh kesempuranaan dan manfaat sekarang maupun yang akan

datang.

Page 92: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Ali. 1997. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian. Jakarta:

Bina Aksara.

Al Asqolani, Ibn Hajar. Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam. Surabaya: Darul

Ilmi.

Al Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar

dan Heri Nur Aly. Semarang: Toha Putra.

Amirin, Tatang M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Ash Shabuni, Muhammad Ali. 1995. Pembagian Waris Menurut Islam. Jakarta:

Gema Insani Press.

Basyir, Azhar H. Ahmad. 1995. Hukum Waris Islam. Yogyakarta: UII Press

Budiyono, A. Rachmad. 1999. Pembaruan Hukum Islam Di Indonesia. Bandung:

PT Citra Aditya Bakti.

Darmabrata, Wahyono dan Surini Ahlan Sjari. 2004. Hukum Perkawinan Dan

Keluarga di Indonesia. Jakarta:Fakultas Hukum Indonesia.

Departemen Agama R.I.. 1999. Instruksi Presiden R.I. Nomor 1 Tahun 1991

Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta: Depatemen Agama

R.I.

. 1983. Al-Quran Dan Terjemahnya. Depatemen Agama R.I.

El Syhab, Riza Umami. 2008. Implikasi Praktik Adopsi Tentang Kedudukan Anak

Angkat (Study di Pringapus Kabupaten Senarang). Skripsi tidak

diterbitkan. Salatiga: Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah.

Hamka. 2004. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Hasan, Abdul Halim. 2006. Tafsir al-Ahkam. Jakarta: Kencana.

Hermawan, Asep. 2004. Kiat Praktis Menulis Skripsi, Tesis Dan Disertasi

Untukkonsensi Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ibrahim, Abdullah Lam. 2005. Fiqih Finansial, terj. Abu Sarah. Surakarta: Era

Intermedia.

Jauhari, Imam. 2003. Hak-hak anak Dalam Hukum Islam. Jakarta: Pustaka

Bangsa.

Page 93: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

Kementerian Agama RI. 2011. Al-Qur‟an dan Tafsirnya. Jakarta: Widya Cahaya.

Kholis, Muhammad Noor. 2012. Hak Ayah Angkat Dalam Pengelolaan Harta

Waris Anak Angkat (Study Putusan P.A.Salatiga.no010/pdt.P.A.Sal).

Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah.

Maslikhah. 2013. Melejitkan Keahlian Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.

Yogyakarta: Trustmedia.

Moleong, Lexy J. 2002. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

Nur, Mujahidin. 2011. Keajaiban Menyantuni Anak Yatim. Jakarta: Zahira.

Prodjodikoro, R. Wirjono 1960. Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta: Sumur

Bandung.

Prodjohamidjojo, Martiman. 2002. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta:

Indonesia legal Center Publishing.

Qutb, Sayyid. 2001. Tafsir Fi Zilalal-Qur‟an: Di Bawah Naungan al-Qur‟an, juz

IV, terj. As„ad Yasin, dkk. Jakarta: Gema Insani.

Ramulyono, M. Idris. 1994. Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam

Dengan Kewarisan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(Bw). Bandung: Sinar Grafika.

Rofiq, Ahmad. 1998. Fiqih Mawaris, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Ruslan, Rosady. 2010.Metode Peneliyian Publik Relation Dan Komunikasi.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sarjono, R. 1979. Masalah Perceraian. Jakarta: Academika.

Shihab, M. Quraish. 2007. Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosa Kata. Jakarta:

Lentera Hati.

Soekanto, Soerjono. 2008. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada.

Soetojo, R. dan Asis Safioedin. 1972. Hukum Orang dan keluarga, Cet.4.

Bandung: Penerbit Alumni.

Sudarsono. 2005. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryabrata, Sumadi. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafido Persada.

Page 94: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

Tim Penyusun Pusat Kamus. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Jakarta: Balai Pustaka.

UU Perkawinan (UU RI No. 1 Th. 1974). Jakarta: Sinar Grafika.

UU Perlindungan Anak (UU RI No. 23 Th. 2002). Jakarta: Sinar Grafika.

http://nasihatsahabat.com/wp-content/uploads/2017/05/Kitab-Shahih-Bukhari-06-

Hadis-nomor-5196-sampai-nomor-6352.pdf. di akses pada 28

Febuari 2018 pukul 00.30 WIB.

http://nasihatsahabat.com/wp-content/uploads/2017/05/Kitab-Shahih-Muslim14-

Hadis-Nomor-4966-sampai-5362.pdf. di akses pada 28 Febuari 2018

pukul 00.40 WIB.

Page 95: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna
Page 96: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna
Page 97: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna
Page 98: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna
Page 99: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna
Page 100: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna
Page 101: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna
Page 102: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna
Page 103: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna
Page 104: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna
Page 105: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

DAFTAR NILAI SURAT KETERANGAN KEAKTIFAN (SKK)

NAMA : Muhammad Muslikhin

NIM : 21111029

FAKULTAS : Syari‟ah

JURUSAH : Hukum Keluarga Islam (HKI)

DOSEN PA : Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si.

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai

1 Orientasi Pengenalan Akademik

Dan Kemahasiswaan

“Revitalisasi Gerakan

Mahasiswa Di Era Modern

Untuk Kejayaan Indonesia”

20-22

Agustus

2011

Peserta 3

2 Achievement Motivation

Training (AMT) “Membangun

Mahasiswa Cerdas Emosi,

Spiritual, Dan Intelektual

Melalui AMT”

23 Agustus

2011

Peserta 2

3 Orientasi Dasar Keislaman

(ODK) “Menemukan Muara

Sebagai Mahasiswa Rahmatan

Lil Alamin”

24 Agustus

2011

Peserta 2

4 Seminar Enterprenuership Dan

Koperasi

25 Agustus

2011

Peserta 2

5 User Education (Pendidikan

Pemakai)

19

September

2011

Peserta 2

6 Seminar Nasional “Rahasia

Kaya Ilmu, Kaya Hati, Sehat

Dan Kaya Raya”

30 Oktober

2011

Peserta 6

7 Makrab Mahasiswa Syariah

“Semalam Sehati”

8-9 Oktober

2011

Peserta 3

8 Workshop Nasional “Bisa

Ngomong Inggris, Kuasai 500

Kosakata, Kuasai Grammar”

11 Desember

2011

Peserta 6

Page 106: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

9 Seminar Regional “Peran

Mahasiswa Dalam Mengawal

BLSM (BLT) Tepat Sasaran”

3 Mei 2012 Peserta 4

10 Seminar Nasional Pendidikan

“Pendidikan Multikultural

Sebagai Pilar Karakter Bangsa”

6 Juni 2012 Peserta 6

11 Seminar Nasional Ekonomi

Syariah “Ekonomi Syariah -

Bukan Ekonomi Biasa”

2 Juni 2012

Peserta 6

12 MAPABA PMII Joko Tingkir

Salatiga “Membentuk Militansi

Kader Menuju Mahasiswa Yang

Ideal”

5-7 Oktober

2012

Peserta 3

13 Tabligh Akbar “Tafsir Tematik

Dan Upaya Menjawab Persoalan

Israel Dan Palestina”

1 Desember

2012

Peserta 2

14 Seminar Nasional “Norma

Hukum Serta Kebijakan

Pemerintah Dalam

Mengendalikan Harga BBM

Bersubsidi”

23 Mei 2013 Peserta 6

15 Sosialisasi Dan Silaturrahim

Nasional “Sosialisasi UU No. 1

Th. 2013 Peran Serta Fungsi

OJK”

30

September

2013

Peserta 6

16 Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan

Dan Seminar Nasional “4 Pilar

Kebangsaan Untuk

Mempertegas Karakter Ke-

Indonesiaan”

24 Oktober

2013

Peserta 6

17 Sosialisasi Pancasila, UUD

1945, NKRI, Dan Bhineka

Tunggal Ika

24 Oktober

2013

Peserta 6

18 Dialog Interaktif Dan Edukatif

“Diaspora Politik Indonesia Di

Tahun 2014, Memilih Untuk

Salatiga Hatti Beriman”

1 April 2014 Peserta 2

19 Seminar Nasional LPM

Dinamika “Idealisme

Mahasiswa”

3 Juni 2014 Peserta 6

20 Talkshow Sukses Kuliah

Bersama KAMMI Salatiga

16

September

Peserta 2

Page 107: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

2015

21 Seminar Nasional “Perlindunga

Hukum Terhadap Usaha Mikro

Menghadapi Pasar Bebas

ASEAN”

Desember

2014

Peserta 6

22 Seminar Nasional “Islamisasi

Nusantara Ataukah

Menusantarakan Islam”

5-8

November

2015

Peserta 6

23 Dialog Interaktif SEMA

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Islam IAIN Salatiga “Peran

Politik Dalam Perekonomian Di

Indonesia”

4 Oktober

2016

Peserta 2

24 Seminar Nasional Problematika

Hakim Dan Peradilan

“Rekontruksi Ideal Sistem

Peradilan Di Indonesia”

22

September

2016

Peserta 8

25 Seminar Nasional Meretas

Bullying “Mengembangkan

Layanan Kemanusiaan Berbasis

Kearifan Lokal Komunitas”

17 Desember

2016

Peserta 6

Total 109

Salatiga, 14 Maret 2018

Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Syariah

Ilya Muhsin, S.HI., M.Si.

NIP. 197909302003121001

Page 108: JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5039/1/skripsi.pdf · Maksud dengan usaha adalah manusia bekerja tenaga dan pikirannya guna

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Muslikhin

Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 23 Desember 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Tingkir Tengah Rt. 01 Rw. 07 Salatiga

Riwayat Pendidikan Formal :

1. SD Negeri 02 Tingkir Tengah Lulus Tahun 2004

2. SMP N 2 Salatiga Lulus Tahun 2007

3. SMK AL IHSAN Boyolali Lulus Tahun 2010

Riwayat Pendidikan Non Formal :

1. Madrasah Diniyah Mi‟rajul Wildan Tingkir Tengah

2. Madrasah Diniyah Al Huda Pon.Pes. Al Huda Boyolali

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 15 Maret 2018

Hormat saya,

Muhammad Muslikhin