jurnal yandi supran (2008122032)

32
1 ABSTRAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 RANTAU BAYUR YANDI SUPRAN 2008122032 Project-based learning merupakan model pebelajaran yang memberikan kesempatan pada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek (Thomas, dkk, 1999 dalam Wena:2011:144). Melalui pembelajaran kerja proyek, kreativitas dan motivasi siswa akan meningkat (Clegg, 2001;Clegg & Berch, 2001 dalam Wena:2011:144). Kerja proyek membuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pernyataan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri (Thomas, dkk:1999 dalam Wena:2011:144). Untuk itulah, dalam penelitian ini penulis mengangkat masalah ”Adakah pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur”. Hipotesis dalam penelitian ini ada pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan menggunakan strategi Project-Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning (X 1 ) dan hasil belajar siswa dengan tidak menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan menggunakan strategi Project-Based Learning (X 2 ). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Berdasarkan perhitungan analisis hipotesis penelitian, bahwa siswa pada kelas yang memakai model pembelajaran CTL dengan menggunakan strategi Project-Based Learning mendapatkan hasil yang lebih besar jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelas yang bukan memakai model pembelajaran CTL dengan menggunakan strategi Project-Based Learning. Hasil ini terlihat pada nilai rata-rata hasil tes, kelas yang memakai Model Pembelajaran CTL dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning ( 1 x ) = 76,5 sedangkan pada kelas yang bukan memakai model pembelajaran CTL dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning memperoleh nilai rata-rata ( 2 x ) = 70,9. Dari analisis data yang dilakukan dengan menggunakan statistik uji t sebagai langkah terakhir untuk mengambil keputusan terhadap hipotesis yang ada, di dapat t hitung > t tabel yaitu 2,17 > 1,668 maka H 0 ditolak dan H a diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ”Ada pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur”. Hasil analisis data tes, membuktikan bahwa ada pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi Project- Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur .

Upload: yandi-supran

Post on 20-Jan-2016

97 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

1

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING

(CTL) DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PROJECT-BASED LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1

RANTAU BAYUR

YANDI SUPRAN

2008122032

Project-based learning merupakan model pebelajaran yang memberikan kesempatan

pada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek

(Thomas, dkk, 1999 dalam Wena:2011:144). Melalui pembelajaran kerja proyek,

kreativitas dan motivasi siswa akan meningkat (Clegg, 2001;Clegg & Berch, 2001 dalam

Wena:2011:144). Kerja proyek membuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada

pernyataan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang,

memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri (Thomas, dkk:1999

dalam Wena:2011:144). Untuk itulah, dalam penelitian ini penulis mengangkat masalah

”Adakah pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan

Menggunakan Strategi Project-Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas

VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur”.

Hipotesis dalam penelitian ini ada pengaruh model pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) dengan menggunakan strategi Project-Based Learning terhadap

hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur. Variabel dalam

penelitian ini ada dua yaitu hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran

Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning

(X 1 ) dan hasil belajar siswa dengan tidak menggunakan model pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) dengan menggunakan strategi Project-Based Learning (X 2 ).

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes.

Berdasarkan perhitungan analisis hipotesis penelitian, bahwa siswa pada kelas yang

memakai model pembelajaran CTL dengan menggunakan strategi Project-Based Learning

mendapatkan hasil yang lebih besar jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelas

yang bukan memakai model pembelajaran CTL dengan menggunakan strategi Project-Based

Learning. Hasil ini terlihat pada nilai rata-rata hasil tes, kelas yang memakai Model

Pembelajaran CTL dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning ( 1x ) = 76,5

sedangkan pada kelas yang bukan memakai model pembelajaran CTL dengan Menggunakan

Strategi Project-Based Learning memperoleh nilai rata-rata ( 2x ) = 70,9. Dari analisis data

yang dilakukan dengan menggunakan statistik uji t sebagai langkah terakhir untuk

mengambil keputusan terhadap hipotesis yang ada, di dapat t hitung > t tabel yaitu 2,17 > 1,668

maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ”Ada pengaruh

Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi

Project-Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1

Rantau Bayur”. Hasil analisis data tes, membuktikan bahwa ada pengaruh Model

Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi Project-

Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur

.

Page 2: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan peserta didik seutuhnya

menggambarkan adanya suatu perubahan

dalam diri seseorang, baik itu perkembangan

fisik, emosional, sosial, intelegensi maupun

perkembangan spiritual yang saling

berhubungan satu dengan yang lainnya.

Pendidikan di sekolah lebih dikenal dengan

sebutan proses belajar mengajar. Proses

belajar mengajar ini terjadi dengan

melibatkan banyak faktor, baik pendidik,

peserta didik, bahan atau materi, fasilitas

maupun lingkungan. Belajar harus

direncanakan, disusun dan dievaluasi

hasilnya, artinya bahwa berhasil tidak

pencapaian tujuan pendidikan banyak

tergantung pada proses belajar dan hasilnya.

Berdasarkan informasi yang didapatkan

oleh penulis dari guru di SMP Negeri 1

Rantau Bayur, bahwa hasil belajar peserta

didik khususnya pada mata pelajaran fisika

masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM). Salah satu penyebabnya

karena pelajaran fisika merupakan

pembelajaran konvensional, sehingga peserta

didik kurang dapat memahami secara luas

pokok bahasan materi pelajaran yang

diberikan pendidik dan juga peserta didik

kurang antusias dalam mengikuti

pembelajaran sehingga kurang meningkatnya

keaktifan, kreatifitas serta keterampilan

peserta didik

Cara yang dapat dilakukan pendidik

untuk memecahkan masalah di atas

adalah dengan evaluasi, yaitu dengan cara

memberikan strategi Project-Based Learning

kepada peserta didik. Projec-Based Learning

merupakan model pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada guru untuk

mengelola pembelajaran di kelas dengan

melibatkan kerja proyek.

Kerja proyek memuat tugas-tugas yang

kompleks berdasarkan kepada pertanyaan

dan permasalahan (problem) yang sangat

menantang, dan menuntut siswa untuk

merancang, memecahkan masalah, membuat

keputusan, melakukan kegiatan investigasi,

serta memberikan kesempatan kepada siswa

Page 3: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

3

untuk berkerja secara mandiri.

Digunakannya strategi Project-Based

Learning bertujuan agar siswa mempunyai

kemandirian dalam menyelesaikan tugas

yang dihadapinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran

Contextual Teaching Learning (CTL)

Dengan Menggunakan Strategi Project-

Based Learning Terhadap Hasil Belajar

Fisika Siswa Di Kelas VIII SMP Negeri 1

Rantau Bayur”

1.2 Pembatasan Masalah dan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luas masalah

dalam penelitian ini, maka penulis memberi

batasan sebagai berikut:

1. Pengaruh yang dimaksud dalam

penelitian adalah dilihat perbandingan

antara hasil belajar kelas eksperimen dan

kelas kontrol

2. Hasil belajar adalah kemampuan atau

hasil peserta didik setelah diberikan tes

pada akhir pelajaran.

3. Materi pelajaran yang diteliti adalah

Getaran

1.2.2 Masalah

Menurut Arikunto (2010:57), masalah

adalah problematika atau rumusan masalah

merupakan bagian pokok dari penelitian

yang merupakan pernyataan yang akan dicari

jawabannya. Berdasarkan latar definisi

tersebut, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah “adakah

pengaruh model pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) dengan

menggunakan Strategi Project-Based

Learning terhadap hasil belajar fisika siswa

di kelas VIII SMPN 1 Rantau Bayur?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan di atas

maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui ada pengaruh atau tidak ada

pengaruh model pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) dengan

menggunakan Strategi Project-Based

Learning terhadap hasil belajar fisika siswa

pada pokok bahasan getaran di kelas VIII

SMP Negeri 1 Rantau Bayur.

Page 4: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

4

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini

adalah:

1. Bagi peserta didik, untuk membantu

peserta didik dalam mempelajari dan

memahami mata pelajaran fisika

2. Bagi pendidik, dapat dijadikan bahan

masukkan bagi pendidik dan dapat

dijadikan sebagai alternatif dalam

menggunakan teknik belajar

pembelajaran

3. Bagi sekolah, sebagai masukkan untuk

perbaikkan mutu dan kualitas sekolah,

dan dapat memberikan gambaran

kemampuan penalaran dan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pengaruh

Menurut Ali (dalam Lisnani, 2010:7)

“Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul

dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan atau

perbuatan seseorang”. Dalam penelitian ini,

pengaruh yang dimaksud adalah hasil belajar

peserta didik yang disebabkan oleh

penggunaan model pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) dengan

menggunakan strategi Project-Based

Learning sebagai kelas eksperimen,

dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu

pembelajaran yang biasa dila kukan oleh

guru.

2.2 Model pembelajaran

Secara kaffah model dimaknakan

sebagai suatu objek yaitu konsep yang

digunakan untuk mempersentasikan sesuatu

hal. Adapun Soekamto, dkk (dalam Trianto

:2010:22) mengemukakan maksud dari

model pembelajaran adalah “kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang

sitematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar”. Hal yang sejalan

dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen

dan Kauchak bahwa model pembelajaran

Page 5: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

5

memberikan kerangka dan arah bagi guru

untuk mengajar.

Model pembelajaran mempunyai empat

ciri khusus, yaitu:

1) Rasional teoretis logis yang disusun oleh

para pencipta atau pengembang

2) Landasan pemikiran tentang apa dan

bagaimana siswa dapat belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai)

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan

agar model tersebut dapat dilaksanakan

dengan berhasil, dan

4) Lingkungan belajar yang diperlukan

agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

(Kardi dan Nur, 2000 : 9 dalam

Trianto:2010:23)

2.3 Model Pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL)

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran

Contextual Teaching Learning (CTL)

Model pembelajaran Contextual

Teaching Learning suatu proses

pembelajaran holistik yang bertujuan

untuk membelajarkan peserta didik

dalam memahami bahan ajar secara

bermakna (meaningfull) yang dikaitkan

dengan konteks kehidupan nyata, baik

dengan lingkungan pribadi, agama,

sosial, ekonomi, maupun kultural.

(Hanafiah dan Suhana, 2010:67)

Model Pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) adalah

konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa

mambuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sehari-hari.

(Trianto,2007:103)

Dari pendapat diatas ditarik kesimpulan

bahwa model pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) adalah salah satu

model pembelajaran yang bertujuan supaya

peserta didik dalam memahami bahan ajar

secara bermakna yang dikaitkan dengan

konteks kehidupan nyata dan mendorong

siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.2 Langkah-langkah Model

Pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL)

Menurut Trianto (2007:106) Secara garis

besar langkah-langkah penerapan Contextual

Teaching Learning (CTL) dalam kelas

sebagai berikut :

Page 6: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

6

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak

akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan

inkuiri untuk semua topik

3) Kembangkan sifat ingin tahu sisiwa

dengan bertanya

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar

dengan kelompok-kelompok)

5) Hadirkan model sebagai contoh

pembelajaran

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya

dengan berbagai cara.

2.3.3 Kelebihan Model Pembelajaran

Conextual Teaching Learning (CTL)

2.3.3.1 Kelebihan

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna

dan riil. Artinya siswa dituntut untuk

dapat menangkap hubungan antara

pengalaman belajar di sekolah dengan

kehidupan nyata. Hal ini sangat

penting, sebab dengan dapat

mengorelasikan materi yang ditemukan

dengan kehidupan nyata, bukan saja

bagi siswa materi itu akan berfungsi

secara fungsional, akan tetapi materi

yang dipelajarinya akan tertanam erat

dalam memori siswa, sehingga tidak

akan mudah dilupakan.

2. Pembelajaran lebih produktif dan

mampu menumbuhkan penguatan

konsep kepada siswa karena metode

pembelajaran CTL menganut aliran

konstruktivisme, dimana seorang siswa

dituntun untuk menemukan

pengetahuannya sendiri. Melalui

landasan filosofis konstruktivisme

siswa diharapkan belajar melalui

“mengalami” bukan “menghafal”.

2.4 Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan cara

yang dipilih dan digunakan seseorang

pengajar untuk menyampaikan materi

pembelajaran sehingga akan memudahkan

peserta didik menerima dan memahami

materi pembelajaran, yang pada akhirnya

Page 7: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

7

tujuan pembelajaran dapat dikuasainya

diakhir kegiatan (Uno, 2007:2)

Menurut Reiguluth dan Degeng (2009:5)

bahwa strategi pembelajaran merupakan cara

yang berbeda untuk mencapai hasil

pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi

yang berbeda. Strategi pembelajaran

diklasifikasikan menjadi 3 yaitu sebagai

berikut:

a. Strategi pengorganisasian, merupakan

cara untuk menata isi suatu bidang studi

dan kegiatan ini berhubungan dengan

tindakan pemilihan isi materi, penataan

isi, pembuatan diagram, format dan

sejenisnya.

b. Strategi penyampaian adalah cara

untuk menyampaikan pembelajaran

pada peserta didik dan untuk menerima

dan merespon masukan dari peserta

didik

c. Strategi pengelolaan adalah cara untuk

menata interaksi antara siswa dan

variabel strategi pembelajaran yang

lainnya.

Perlunya pengguanaan suatu strategi

dalam kegiatan pembelajaran, karena untuk

mempermudah mencapai hasil yang optimal.

Tanpa strategi yang jelas proses

pembelajaran tidak akan terarah sehingga

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

sulit tercapai secara optimal, dengan kata

lain pembelajaran tidak dapat berlangsung

secara efektif dan efisien. Strategi

pembelajaran sangat berguna baik bagi

peserta didik maupun pendidik. Bagi

pendidik, strategi pembelajaran dapat

dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang

ideal dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi

peserta didik, penggunaan strategi

pembelajaran dapat mempermudah proses

pembelajaran, karena strategi pembelajaran

dirancang untuk mempermudah proses

belajar peserta didik didalam kelas dan agar

peserta didik lebih tertarik dengan adanya

berbagai macam strategi pembelajaran yang

dipakai pendidik.

2.5 Pengertian Strategi Project-based

learning

Project-based learning merupakan

Page 8: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

8

model pebelajaran yang memberikan

kesempatan pada guru untuk mengelola

pembelajaran di kelas dengan melibatkan

kerja proyek (Thomas, dkk, 1999 dalam

Wena:2011:144). Melalui pembelajaran

kerja proyek, kreativitas dan motivasi siswa

akan meningkat (Clegg, 2001;Clegg &

Berch, 2001 dalam Wena:2011:144).

Kerja proyek membuat tugas-tugas yang

kompleks berdasarkan kepada pernyataan

dan permasalahan (problem) yang sangat

menantang, dan menuntut siswa untuk

merancang, memecahkan masalah, membuat

keputusan, melakukan kegiatan investigasi,

serta memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bekerja secara mandiri (Thomas,

dkk:1999 dalam Wena:2011:144)

2.5.1 Karakteristik Project-based Learning

Project-based learning adalah sebuah

model pembelajaran yang inovatif, dan lebih

menekankan pada belajar kontekstual

melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.

(CORD,2001;Thomas, Mergendoller, &

Michaelson, 1999; Moss, Van-Duze, Carol,

1998 dalam Wena :2011:145). Fokus

pembelajaran terletak pada prinsip dan

konsep inti dari suatu disiplin ilmu,

melibatkan siswa dalam investigasi

pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas

bermakna yang lain, memberikan

kesempatan siswa bekerja secara otonom dan

mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri,

dan mencapai puncaknya untuk

menghasilkan produk nyata (Thomas, 2000

dalam Wena:2011:145)

Sedangkan menurut Buch Institute for

Education (1999) dalam Wena (2011:145)

Project-based learning memiliki

karakteristik berikut.

1. Siswa membuat keputusan dan membuat

kerangka kerja

2. Terdapat masalah yang pemecahannya

tidak ditentukan sebelumnya

3. Siswa merancang proses untuk mencapai

hasil

4. Siswa bertanggung jawab untuk

mendapatkan dan mengelola informasi

yang disimpulkan

5. Siswa melakukan evaluasi secara

kontinu

Page 9: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

9

6. Siswa secara teratur melihat kembali apa

yang mereka kerjakan

7. Hasil akhir berupa produk dan

dievaluasi kualitasnya

8. Kelas memiliki atmosfir yang memberi

toleransi kesalahan dan perubahan.

2.5.2 Keuntungan Project-Based Learning

Menurut Moursund (1997) dalam Wena

(2011:147) beberapa keuntungan dari

Project-based learning antara lain sebagai

berikut:

a. Increased motivation. Project-based

learning dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa terbukti dari beberapa

laporan penelitian tentang pembelajaran

berbasis proyek yang menyatakan bahwa

siswa sangat tekun, berusaha keras untuk

menyelesaikan proyek, siswa merasa

lebih bergairah dalam pembelajaran, dan

keterlambatan dalam kehadiran sangat

berkurang

b. Increased problem-solving ability.

Beberapa sumber mendeskripsikan

bahwa lingkungan belajar Project-based

learning dapat meningkatkan

kemampuan memecahkan masalah,

membuat siswa lebih aktif dan berhasil

memecahkan problem-problem yang

bersifat kompleks

c. Inproved library research skills. Karena

Project-based learning mepersyaratkan

siswa harus mampu secara cepat

meperoleh informasi melalui sumber-

sumber informasi, maka keterampilan

siswa untuk mencari dan mendapatkan

informasi akan meningkat

d. Increased collaboration. Pentingnya

kerja kelompok dalam proyek

memerlukan siswa mengembangkan dan

mempraktikan keterampilan komunikasi.

Kelompok kerja kooperatif, evaluasi

siswa, pertukaran informasi online

adalah aspek-aspek kolaborasi dari

sebuah proyek

e. Increased resource-management skills.

Project-based learning yang

diimpentasikan secara baik memberikan

kepada siswa pembelajaran dan praktik

dalam mengorganisasikan proyek, dan

membuat alokasi waktu dan sumber-

Page 10: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

10

sumber lain seperti perlengkapan untuk

menyelesaikan tugas.

2.6 Pengertian Belajar dan Mengajar

2.6.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah proses yang kompleks

yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

hidupnya (Arsyad, 2007:1), Menurut

Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhinya menyatakan

bahwa belajar adalah ialah proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamanya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan. (Slameto, 2010:2).

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa

raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kongnitif,

afektif, dan psikomotor. (Djamara, 2008:13).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa proses belajar adalah proses

perubahan tingkah laku individu yang

menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotorik serta kegiatan yang dilakukan

dimulai dari perencanaan, pelaksanaan

kegiatan sampai evaluasi dan program tindak

lanjut yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

pembelajaran.

2.6.2 Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan suatu aktivitas

mengorganisasi atau mengatur lingkungan

sebaik-baiknya dan menghubungkannya

dengan anak, sehingga terjadi belajar

mengajar. (Nasution dalam Suryosubroto,

2009:15)

Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar

Proses Belajar Mengajar menyatakan bahwa

mengajar adalah suatu proses aktifitas atau

kegiatan seorang guru dalam menyampaikan

materi atau pokok bahasan pada proses

pembelajaran di kelas (Sudjana,2006:20).

Sedangkan Menurut De Queily dan Gazali

mengajar adalah ”menanamkan pengetahuan

pada seseorang dengan cara paling singkat

dan tepat”

Dari pendapat di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu

Page 11: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

11

upaya atau usaha penanamkan ilmu

pengetahuan yang dilakukan oleh seorang

guru dalam proses belajar mengajar atau

proses pembelajaran baik dikelas maupun

diluar kelas dalam rangka memberi

kemungkinan bagi peserta didik yang terjadi

dalam proses belajar mengajar sesuai dengan

tujuan yang diinginkan.

2.6.3 Proses Belajar-Mengajar

Proses belajar dan mengajar merupakan

dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu

sama lain, jika belajar menunjukkan pada

apa yang harus dilakukan seseorang sebagai

subjek yang menerima pelajaran, sedangkan

mengajar menunjuk pada apa yang harus

dilakukan seorang guru sebagai pengajar.

Dua konsep belajar dan mengajar tersebut

menjadi terpadu dalam suatu kegiatan

manakala terjadi interaksi antara guru dan

siswa, siswa dengan siswa pada saat

pengajaran itu berlangsung.

Proses belajar dan mengajar pada

dasarnya adalah “Proses mengkoordinasi

komponen-komponen pengajaran agar satu

sama lain saling mempengaruhi, sehingga

menambahkan kegiatan belajar pada siswa

seoptimal mungkin”. (Sudjana,2006:31) ada

beberapa komponen yang harus dipenuhi

dalam proses belajar dan mengajar, yaitu :

tujuan, bahan, alat, metode dan penilaian.

Kelima komponen ini tidak dapat berdiri

sendiri, tetapi saling mempengaruhi antara

satu dan yang lainnya.

Dengan demikian, pengkoordinasian

komponen-komponen pengajaran oleh guru

diharapkan dapat mentumbuhkan kegiatan

belajar yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Sehingga apa yang menjadi

tujuan dari Pendidikan Nasional dapat

terwujud.

2.6.4 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah prestasi dari suatu

kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan, baik secara individu

maupun kelompok. Hasil tidak akan

pernah dihasilkan selama orang tidak

melakukan sesuatu. Untuk

menghasilkan sebuah prestasi

dibutuhkan perjuangan dan

pengorbanan yang sangat besar. Hanya

dengan keuletan, sungguh-sungguh,

kemauan yang tinggi dan rasa

optimisme dirilah yang mampu untuk

mencapainya (Djamarah,2000:45).

Hasil belajar siswa pada hakekatnya

adalah perubahan tingkah laku, tingkah

laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang luas mencakup bidang

Page 12: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

12

kognitif, afektif dan psikomotorik.

(Sudjana,2010:3)

Hasil belajar merupakan proses untuk

menentukan nilai belajar siswa melalui

kegiatan penilaian dan/atau pengukuran

hasil belajar. Berdasarkan pengertian

evaluasi hasil belajar kita dapat

menengarai tujuan utamanya adalah

untuk mengetahui tingkat keberhasilan

yang dicapai oleh siswa setelah

mengikuti suatu kegiatan

pembelajaran,dimana tingakat

keberhasilan tersebut kemudian

ditandai dengan skala nilai berupa

huruf atau angka atau simbol. (Dimyati

dan Mudjiona, 2009:200)

Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu

bukti keberhasilan seseorang dalam

mempelajari materi pembelajaran di sekolah

yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang

diperoleh dari hasil belajar atau hasil tes.

Hasil belajar mempunyai hubungan yang

erat dengan belajar itu sendiri. Untuk

mengetahui sampai mana perubahan yang

terjadi pada diri sendiri baik itu perubahan

tingkah laku dan kecakapan dapat dilihat dari

hasil belajarnya. Secara umum untuk

mengetahui hasil belajar siswa dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga ranah hasil

belajar, ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotorik. Jadi hasil belajar dapat

dikatakan sebagai pengetahuan yang dikuasai

oleh siswa sebagai hasil dari kemampuan

penyerapan pengetahuan dalam proses

belajar mengajar baik secara perorangan

maupun secara kelompok yang

diintegrasikan ke dalam pelajaran. Untuk

hasil belajar berupa hasil tes prestasi.

Adapun tes untuk mengukur dan

mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar

adalah sebagai berikut:

a. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk

mengukur satu atau beberapa pokok

bahasan tertentu dan bertujuan untuk

memperoleh gambaran tentang daya

serap terhadap pokok bahasan

tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan

untuk memperbaiki proses belajar

mengajar bahan tertentu dan waktu

tertentu.

b. Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan

pengajaran tertentu yang telah

diajarkan dalam waktu tertentu.

Tujuannya adalah untuk memperoleh

gambaran daya serap siswa untuk

meningkatkan tingkat prestasi belajar

siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan

untuk memperbaiki prose belajar

mengajar dan perhitungan dalam

menentukan nilai rapor.

c. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya

serap terhadap pokok-pokok bahasan

yang telah diajarkan selama satu

semester. Tujuannya untuk menetapkan

tingkat keberhasilan belajar dalam satu

periode belajar. Hasil tes ini

dimanfaatkan untuk kenaikan kelas,

menyusun peringkat atau sebagai ukuran

Page 13: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

13

mutu sekolah. (Djamarah dan Zain,

2006:106)

2.7 Hakikat Fisika

Menurut Chalis Setyadi (2009:13) fisika

adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat dan

gejala-gejala yang terdapat pada benda-

benda mati dan bagaimana cara

memanfaatkannya untuk kepentingan

kehidupan manusia. Mata pelajaran IPA

(fisika), khususnya di SMP merupakan

program untuk mengenal dan menanamkan

keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada

siswa, serta mencintai, menghayati, dan

menyadari kekuasaan tuhan Yang Maha Esa.

Ada tiga materi kunci untuk

mempelajari dan memahami fisika, yakni

konsep-konsep, hukum-hukum atau asas-

asas, dan teori-teori. Ketiga materi kunci

tersebut dapat dikuasai jika peserta didik

secara sadar dan spenuh hati rajin melakukan

kegiatan-kegiatan, percobaan dan

mengaplikasikan temuannya baik disekolah

maupun dilingkungan lain yang relevan

dengan topik yang sedang dipelajari.

Pembelajaran fisika diperlukan praktikal

karena fisika merupakan ilmu yang

bermanfaat ganda, yaitu pemahaman

konsep, fakta, prinsip, dan pengembangan

keterampilan proses selain penumbuhan

sikap ilmiah untuk Peserta didik.

2.8 Kajian Terdahulu yang Relevan

Kajian terdahulu ini bertujuan untuk

mengetahui hasil-hasil penelitian yang telah

dilakukan yang terdahulu dan dapat

dijadikan acuan bagi peneliti untuk

melakukan suatu penelitian baru. Berikut di

tuliskan beberapa kajian terdahulu yang

dijadikan acuan bagi peneliti yaitu sebagai

berikut:

1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh

Warsito (2008), tentang Pembelajaran Sains

Berbasis Proyek (Project Based Learning)

sebagai Usaha Untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Academic Skill Siswa Kelas

VII C SMP Muhammadiah 3 Depok. Dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah

diterapkan project based learning, tingkat

aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran

fisika di kelas mengalami peningkatan.

Aktivitas belajar siswa mengalami

Page 14: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

14

peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu

siswa lebih berani untuk mempersentasikan

hasil proyek, mengajukan pertanyaan,

menjawab atau menanggapi pertanyaan, dan

siswa lebih memperhatikan saat kelompok

lain mempresentasikan hasil proyek.

Aktivitas belajar siswa mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar

35,42 %dalam kategori rendah menjadi

71,88 % dalam kategori tinggi pada siklus II.

Tingkat Academic skill siswa juga

mengalami peningkatan dari siklus I ke

siklus II yaitu siswa lebih mampu untuk

mengidentifikasi variabel, menghubungkan

antar variabel, merumuskan hipotesis, dan

siswa bisa merancang dan melakukan

penelitian. Academic skill siswa mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar

40,37 & dalam kategori cukup menjadi 66,71

% dalam kategori baik pada siklus II.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Anis

Syafi’atin (2010), tentang penggunaan

strategi Contextual Teaching Learning (CTL)

dengan pendekatan Inquiri dalam

meningkatkan prestasi belajar IPA siswa

kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo

Gedangan Malang. Dari penelitian ini dapat

dikemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran

IPA menggunakan strategi contextual

teaching learning dengan pendekatan inquiry

menjadi efektif dengan lebih banyak

memberikan bimbingan pada siswa.

Kemampuan guru mengajar sudah sesuai

dengan RPP ini dilihat dari nilai akhir yang

diperoleh dari siklus I dan II yaitu 87% dan

95%. Kemampuan siswa terhadap

pembelajaran IPA menggunakan strategi

contextual teaching learning dengan

pendekatan inquiry dari siklus I dan II

menunjukkan hasil yaitu untuk merumuskan

masalah dari nilai B menjadi nilai A,

merumuskan hipotesis dari nilai C menjadi

nilai B, mengumpulkan bukti dari nilai B

menjadi nilai A, menguji hipotesis dari nilai

B menjadi nilai A, dan menyimpulkan dari

nilai B menjadi nilai A. Untuk ketuntasan

kelas secara keseluruhan pada kemampuan

siswa terhadap metode inkuiri dari siklus I

dan II mengalami peningkatan yaitu dari

perolehan nilai B menjadi nilai A. Prestasi

Page 15: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

15

belajar siswa pada pokok bahasan magnet

dengan penggunaan strategi contextual

teaching learning dengan pendekatan inquiry

menunjukkan ada peningkatan. Hal ini dapat

dilihat dari nilai rata-rata sebelum

menggunakan strategi contextual teaching

learning dengan pendekatan inquiry 14 siswa

yang belum tuntas dan hanya 1 siswa yang

tuntas. kemudian setelah menggunakan

strategi contextual teaching learning dengan

pendekatan inquiry nilai rata-rata siswa pada

siklus I mencapai 76,6. 7 siswa telah

mencapai ketuntasan individu dan 8 siswa

belum mencapai ketuntasan. Dari siklus II

mengalami peningkatan lagi yaitu prestasi

belajar dari 15 siswa diperoleh hasil 14 siswa

mencapai ketuntasan individu dan 1 siswa

belum mencapai ketuntasan individu, namun

untuk ketuntasan kelas sudah mendapatkan

nilai rata-rata yang diperoleh 80,6.

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2010:159), “variabel

penelitian adalah suatu objek penelitian yang

menjadi titik perhatian dalam melakukan

penelitian”

Maka variabel penelitian ini ada dua yaitu:

Variabel Bebas (X): Model pembelajaran

Contextual Teaching Learning (CTL)

dengan menggunakan strategi project-

based learning

Variabel Terikat (Y):Hasil belajar Siswa

pada mata pelajaran fisika

3.2 Definisi Operasional Variabel

Penelitian

Agar kedua pengertian variabel tersebut

jelas, maka perlu didefinisikan sebagai

berikut:

1. Model pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL) dengan menggunakan

strategi Project-based learning, yang

dimaksud Contextual Teaching Learning

(CTL) dalam pembelajaran merupakan

interaksi yang terjadi di dalam kelas antara

siswa dengan lingkungan belajar. Siswa

menyerap bahan pelajaran apabila mereka

menangkap makna dalam materi akademis

yang mereka terima, dan mereka menangkap

makna dalam tugas–tugas sekolah jika

Page 16: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

16

mereka mengaitkan informasi baru dengan

pengetahuan dan pengalaman yang sudah

mereka miliki sebelumnya. Mereka di

berikan pembelajaran kerja proyek, sehingga

kreativitas dan motivasi siswa akan

meningkat.

2. Hasil belajar adalah suatu perubahan pada

siswa setelah menerima pengalaman belajar

yang ditunjukkan dengan hasil tes yang

diberikan oleh guru setelah proses

pembelajaran.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2011 :117) populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakter tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini

populasi yang diambil adalah seluruh siswa

kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur pada

tahun 2013-2014.

TABEL I

POPULASI PENELITIAN

Sekolah Kelas Laki-

laki

Perempu

an Jumlah

SMP

Negeri 1

Rantau

Bayur

VIII. 1

VIII. 2

VIII.3

VIII.4

20

16

18

17

16

20

18

20

36

36

36

37

Jumlah 71 74 145

Sumber : TU SMPN 1Rantau Bayur Tahun 2013-2014

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2011:118). Sedangkan

menurut Arikunto (2008:116) “penentuan

pengambilan sampel sebagai berikut:

Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil

semua hingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya

besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-

55% atau lebih tergantung sedikit banyaknya

dari:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,

tenaga dan dana

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari

setiap subyek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya dana.

Page 17: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

17

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung

oleh peneliti untuk peneliti yang

resikonya besar, tentu saja jika

samplenya besar hasilnya akan lebih

baik

Maka dari definisi di atas jumlah sampel

yang diambil sebesar 50% dari jumlah

populasi sebanyak 145 siswa. Berdasarkan

perhitungan 50% x 145 = 72,5. Jadi didapat

sampel yang akan dijadikan objek penelitian

jika dibulatkan adalah sebanyak 72 siswa.

Teknik dalam pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah “Sampel random atau

sampel acak". Dimana sampel random atau

sampel acak ini biasanya peneliti memberi

hak yang sama kepada setiap subjek untuk

memperoleh kesempatan dipilih menjadi

sampel. Alasan pengambilan sampel

(Arikunto, 2010:176) adalah:

− Karena subjek pada sampel lebih sedikit

dibandingkan dengan populasi, maka

kerepotannya tentu kurang

− Apabila populasinya terlalu besar, maka

dikhawatirkan ada yang terlewati

− Dengan penelitian sampel, maka akan

lebih efisien (dalam arti uang, waktu,

dan tenaga)

Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimen maka sampelnya diambil dua

kelas dari populasi yang dipilih secara acak.

Sampelnya adalah kelas VIII.2 sebagai kelas

eksperimen dan kelas VIII.1 sebagai kelas

kontrol.

TABEL II

SAMPEL PENELITIAN

Sekolah Kelas

Laki-

laki

Perempuan

Jumlah

Siswa

SMP

NEGERI 1

RANTAU

BAYUR

VIII.1

VIII.2

20

16

16

20

36

36

Jumlah 36 36 72

Sumber :TU SMP NEGERI 1 Rantau Bayur

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya

(Arikunto, 1998: 151). Berdasarkan pendapat

tersebut maka penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Menurut sagala (2009: 210),

Page 18: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

18

metode eksperimen adalah cara penyajian

bahan pelajaran dimana siswa melakukan

percobaan dengan mengalami untuk

membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau

hipotesis yang dipelajari. Desain penelitian

dapat dilihat seperti tabel dibawah ini.

TABEL III

DESAIN PENELITIAN

E Pre-test X1 Post-test

K Pre-test X2 Post-

Test

(Sumber: Arikunto, 2006: 86)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok (Arikunto, 2006: 150)

Tes yang digunakan dalam penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa atau kemampuan yang

dimiliki siswa terhadap materi fisika yang

dipraktikumkan. Bentuk soal tes yang yang

digunakan adalah pilihan ganda sebanyak 20

soal, Pada awal pertemuan dan akhir

pertemuan siswa diberikan tes berbentuk

pilihan ganda.

Asumsi yang digunakan untuk

memperoleh kualitas soal yang baik,

disamping memenuhi validitas dan

realibilitas, adalah keseimbangan dari tingkat

kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang

dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang

termasuk mudah, sedang, dan sukar secara

proporsional. Tingkat kesukaran soal

dipandang dari kesanggupan atau

kemampuan siswa dalam menjawabnya

bukan dilihat dari sudut guru sebagai

pembuat soal. Persoalan penting dalam

melakukan analisis tingkat kesukaran

soal adalah penentuan kriteria soal yang

termasuk mudah, sedang, dan sukar.

Cara melakukan analisis untuk

menentukan tingkat kesukaran soal adalah

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

I = (Sudjana, 1999: 137)

Keterangan:

I = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal

Page 19: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

19

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar

setiap butir soal

N = Banyaknya siswa yang memberikan

jawaban pada soal yang dimaksudkan

Kriteria yang digunakan adalah makin

kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal

tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks

yang diperoleh, makin mudah soal tersebut.

Kriteria indeks kesulitan soal tersebut adalah

sebagai berikut:

0 – 0,35 = Soal Kategori Sukar

0,36 – 0,75 = Soal Kategori Sedang

0,76 – 1,00 = Soal Kategori Mudah

3.6 Teknik Analisa Data

3.6.1 Analisa Data Hasil Tes

Guna membuktikan hipotesis yang telah

dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu

kumpulan maka hasil tes formatif dianalisa

dengan menggunakan uji t. Nilai

kemampuan kognitif siswa yang diperoleh

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

disusun dalam tabel distribusi frekuensi.

Langkah-langkah menghitung data

dalam tabel distribusi frekuensi yaitu sebagai

berikut:

a. Menentukan rentang kelas dengan

menggunakan rumus:

Data tertinggi – data terendah

(Sudjana, 2002: 47)

b. Menentukan banyak kelas interval

dengan menggunakan rumus:

B = 1 + (3,3) log n

(Sudjana, 2002: 47)

c. Menentukan panjang kelas interval

(Sudjana, 2002: 47)

d. Menentukan data dalam tabel distribusi

frekuensi

Menghitung rata-rata simpangan baku

dengan menggunakan rumus:

(Sudjana, 2002: 67 dan 95)

Keterangan :

S2 = Nilai varian

fi = Frekuensi yang sesuai dengan tanda

kelas interval

x = Nilai rata-rata hasil tes

xi = Tanda kelas interval

n = Besarnya nilai

1

22

2

nn

fixifixinSdan

fi

fixiX

Page 20: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

20

3.6.2 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data perlu dilakukan

untuk mengetahui apakah data yang

dianalisis normal atau tidak, karena uji

statistik uji-t baru dapat digunakan jika data

tersebut terdistribusi normal. Tabel distribusi

frekuensi yang dibuat, diuji kenormalannya

dengan menggunakan rumus kemencengan

kurva :

S

MXKm 0

..... ( Sudjana, 2005:109 )

dan

21

1

bb

bpbMo .. ( Sudjana, 2005:77 )

Keterangan:

Km = Kemencengan.

Mo = Modus.

S = Simpangan baku.

b = Batas bawah kelas modus.

P = Panjang kelas modus.

b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi

frekuensi kelas interval dengan tanda kelas

yang lebih kecil sebelum kelas modus.

b2 = Frekuensi kelas modus dikurangi

frekuensi kelas interval dengan tanda kelas

yang lebih besar sebelum kelas modus.

X = Nilai rata-rata hasil kelas. Data

terdistribusi normal apabila harga

kemencengan terletak antara -1 dan +2 atau

(-1 < Km < +1).

3.6.3 Uji Homogenitas Data

Untuk mengetahui kesamaan sampel ini

antara lain dibuktikan dengan adanya

kesamaan varians kelompok-kelompok yang

membentuk sampel tertentu. Jika ternyata

tidak terdapat varians diantara kelompok

sampel maka ini menunjukkan bahwa

kelompok tersebut homogen. Dan dapat

dikatakan kelompok tersebut berasal dari

populasi yang sama.

Untuk pengujian homogenitas sampel

dalam penelitian ini digunakan tes Bartlett

Sam

pel

ke

1

2

Juml

ah

Kemudian dihitung varians gabungan:

(Sudjana, 2005:263)

Page 21: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

21

Harga satuan B dengan rumus:

(Sudjana, 2005:263)

Untuk uji Bartlett digunakan statistik chi-

kuadrat

(Sudjana, 2005:263)

Dengan taraf nyata α, kita tolak hipotesis

3.7 Uji Coba Instrumen

3.7.1. Uji Validitas

Validitas berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. (Sugiyono:2011:173).

Uji validitas bertujuan untuk mengukur

valid atau tidaknya suatu instrumen. Rumus

yang digunakan dalam uji validitas ini

adalah:

rhitung =

(Riduwan:2007:98)

keterangan:

rhitung = koefisien kolerasi

N = jumlah sampel

Σ x = jumlah skor total x

Σ y = jumlah skor total y

Selanjutnya dihitung dengan uji–t dengan

rumus thitung=

dengan keterangan:

t = nilai thitung

r = koefisien korelasi harga rhitung

N = jumlah sampel

Distribusi (tabel t) = 0.05 dan derajat

kebebasan (dk = n – 2). Kaidah keputusan :

jika thitung> t tabel berarti valid, sebaliknya

thitung< t tabelberarti tidak valid.

3.8 Uji Hipotesis

Guna membuktikan hipotesis yang telah

dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu

kesimpulan maka data hasil tes pada akhir

pokok bahasan yang diberikan kepada siswa

yang dikenai pembelajaran dengan

menggunakan Model pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) dengan

menggunakan strategi Project-based learning

dan siswa yang tidak dikenai pembelajaran

dengan Model pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) dengan

menggunakan strategi Project-based learning

dianalisis dengan menggunakan uji-t (Student-

t). Dirumuskan:

Page 22: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

22

nn

xx

S

t

21

21

11

(Sudjana,2005:239 )

dengan :

2

11

21

2

22

2

112

nnSnn S

S

( Sudjana, 2005:239 ) Keterangan :

T = Perbedaan rata-rata kedua sampel.

S = Simpangan baku.

1x = Nilai rata-rata siswa pada kelas

eksperimen.

2x = Nilai rata-rata siswa pada kelas kontrol.

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen.

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian yang berjudul Pengaruh

Model Pembelajaran Contextual Teaching

Learning dengan menggunakan Strategi

Project-based Learning terhadap hasil

belajar fisika siswa di kelas VIII SMPN 1

Rantau Bayur. Penelitian ini dilaksanakan

pada tanggal 27 September sampai dengan

27 Oktober 2013 di SMP Negeri 1 Rantau

Bayur, sampel penelitian ada dua kelas yaitu

kelas VIII.2 yang berjumlah 36 siswa

sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.1

yang berjumlah 36 siswa sebagai kelas

kontrol, jadi jumlah keseluruhan sampel

sebanyak 72 siswa.

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga

minggu dengan materi Getaran. Untuk

pertemuan pertama membahas tentang

pengertian getaran dan satu getaran,

pertemuan kedua menjelaskan tentang

pengertian simpangan, amplitudo, frekuensi,

dan periode serta mengetahui ciri suatu

getaran, pertemuan ketiga membahas satuan

frekuensi dan periode, mengetahui hubungan

frekuensi dan periode, dan menghitung

frekuensi dan periode suatu benda.

Pertemuan selanjutnya diadakan tes untuk

akhir penelitian setelah kegiatan

pembelajaran. Setiap pertemuan berlangsung

selama 2 x 45 menit. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui adakah

pengaruh model pembelajaran Contextual

Teaching Learning dengan menggunakan

Page 23: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

23

strategi Project-based learning terhadap

hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMPN

1 Rantau Bayur.

Penelitian ini dilaksanakan dengan

memakai model pembelajaran Contextual

Teaching Learning dengan menggunakan

strategi Project-based Learning pada kelas

ekperimen dan pada kelas kontrol penelitian

tidak memakai model pembelajaran

Contextual Teaching Learning dengan

menggunakan strategi Project-based

Learning.

4.1.2 Deskripsi dan Analisis Data Tes

4.1.2.1 Uji Normalitas Data Kelas

Eksperimen

Data nilai tes siswa akan disusun ke

dalam distribusi frekuensi. Berikut ini

langkah-langkah untuk membuat tabel

distribusi frekuensi:

Nilai tertinggi : 95

Nilai terendah : 55

a. Rentang = Data Tertinggi – Data

Terendah

= 95 - 50= 45

b. Banyak kelas interval

= 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 (log 36)

= 1 + 3,3 (1,55)

= 4,3 . 1,55

= 5,85 dibulatkan menjadi 6

c. Panjang kelas interval

p =

=

= 7.5 dibulatkan menjadi 7

Berdasarkan langkah-langkah tersebut,

maka nilai tes siswa dapat dimasukkan ke

dalam tabel disrtibusi frekuensi sebagai

berikut:

TABEL IV

DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI

KELAS EKSPERIMEN

N

o

Inter

val

f Nilai

Teng

ah

(x)

x2 f .

x

f. x2

1

2

3

4

5

6

50 -

57

58 –

65

66 –

73

74 –

81

82 –

89

90 –

2

5

4

1

3

7

4

53

61

69

77

85

93

280

9

372

1

476

1

592

9

722

5

864

106

305

276

100

1

595

372

5618

1860

5

1904

4

7707

7

5057

5

3459

6

Jumlah 3

6

434 330

94

265

5

2055

15

Page 24: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

24

Dari tabel dan distribusi frekuensi

hasil belajar kelas eksperimen tersebut dapat

dilihat frekuensi nilai dari tiap-tiap kelas

interval kelas eksperimen dan nilai tengah

dari tiap-tiap kelas interval yang memiliki

frekuensi (f) paling banyak terdapat pada

kelas 74 – 81 sebanyak 13 orang siswa

sedangkan untuk kelas yang memiliki

frekuensi terendah terletak pada kelas 50 –

57 sebanyak 2 orang siswa, berikut

merupakan data Distribusi Frekuensi Interval

Nilai Kelas Eksperimen dalam diagram

batang :

Diangram I

Diagram Distribusi Frekuensi Interval

Nilai Kelas Eksperimen

d. Nilai rata-rata kelas eksperimen

e. Modus

f. Simpangan baku

Dari nilai rata-rata, modus, dan

simpangan baku maka dapat dicari koefisien

0

5

10

15

50 - 57 58 - 65 66 - 73 74 - 82 82 - 89 90 - 97

Page 25: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

25

kemiringan kurva dengan menggunakan

rumus Karl Pearson, yaitu:

Karena nilai Km sebesar – 0,44 terletak

antara (-1) dan (1) , maka data distribusi

normal.

Uji Normalitas Data Kelas Kontrol

Data nilai tes siswa akan disusun ke

dalam distribusi frekuensi. Berikut ini

langkah-langkah untuk membuat tabel

distribusi frekuensi:

Nilai tertinggi : 85

Nilai terendah : 45

a. Rentang = Data Tertinggi – Data

Terendah

= 85 - 45

= 40

b. Banyak kelas interval

= 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 (log 36)

= 1 + 3,3 (1,55)

= 4,3 . 1,55

= 5,85 dibulatkan menjadi 6

c. Panjang kelas interval

p =

=

= 6,7 dibulatkan menjadi 7

Berdasarkan langkah-langkah tersebut,

maka nilai tes siswa dapat dimasukkan ke

dalam tabel disrtibusi frekuensi sebagai

berikut:

TABEL V

DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI

KELAS KONTROL

N

o

Inter

val

f Nilai

Teng

ah

(x)

x2 f .

x

f. x2

1

2

3

4

5

6

45 -

52

53 –

60

61 –

68

69 –

76

77 –

84

85 –

92

2

4

5

1

7

5

3

48

56

64

72

80

88

230

4

313

6

409

6

518

5

640

0

774

4

96

224

320

122

4

400

264

4608

1254

4

2048

0

8768

6

3200

0

2323

2

Jumlah 3

6

408 288

65

252

8

1805

50

Dari tabel dan distribusi frekuensi

hasil belajar kelas kontrol tersebut dapat

Page 26: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

26

dilihat frekuensi nilai dari tiap-tiap kelas

interval kelas eksperimen dan nilai tengah

dari tiap-tiap kelas interval yang memiliki

frekuensi (f) paling banyak terdapat pada

kelas 69 – 76 sebanyak 17 orang siswa

sedangkan untuk kelas yang memiliki

frekuensi terendah terletak pada kelas 45 –

52 sebanyak 2 orang siswa, berikut

merupakan data Distribusi Frekuensi Interval

Nilai Kelas Eksperimen dalam diagram

batang :

Diagram II

Diagram Distribusi Frekuensi Interval

Nilai Kelas Kontrol

d. Nilai rata-rata kelas eksperimen

e. Modus

f. Simpangan baku

Dari nilai rata-rata, modus, dan

simpangan baku maka dapat dicari koefisien

0

5

10

15

20

45 - 52 53 - 60 61 - 68 69 - 76 77 - 84 85 - 92

Page 27: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

27

kemiringan kurva dengan menggunakan

rumus Karl Pearson, yaitu:

(Karena nilai Km

sebesar – 0,73 terletak antara (-1) dan

(1) , maka data distribusi normal).

4.1.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas data dilakukan untuk

membuktikan kesamaan varians kelompok

yang membentuk sampel. Uji homogenitas

dalam penelitian ini menggunakan uji

Bartlett. Untuk memudahkan perhitungan

satuan-satuan untuk uji Bartlet, data disusun

dalam sebuah daftar berikut:

TABEL VI

SATUAN-SATUAN UNTUK UJI

BARTLETT

Sampel

ke

1

2

35

35

0,028

0,028

277,3

86,5

2,43

1,94

85,05

67,9

Jumlah 70 152,95

Kemudian dihitung:

1. Varians gabungan dari semua sampel

166,04

2. Harga satuan B dengan rumus

Ternyata untuk uji Bartlett digunakan

statistik chi kuadrat, dimana x2 dihitung

dengan rumus:

Dengan uji Bartlett , dari

daftar ditribusi chi-kuadrat dengan

didapat . Ternyata bahwa

maka dapat disimpulkan

bahwa nilai tes tidak ada perbedaan varians

Page 28: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

28

antara sampel-sampel. Dengan kata lain

sampel-sampel yang diambil homogen.

4.1.2.3 Pengujian Hipotesis

Dari hasil analisis data di atas

diketahui bahwa kedua sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal dan

mempunyai varians dan homogen, maka

untuk selanjutnya dapat dilakukan pengujian

hipotesis dengan menggunakan uji t yang

terdapat pada tabel 7 sebagai berikut:

TABEL VII

NILAI RATA-RATA DAN SIMPANGAN

BAKU

Kelas

Eksperimen

Kelas

Kontrol Nilai rata-

rata

Standar

deviasi

Jumlah

siswa

Untuk mencari harga , perlu

dicari terlebih dahulu standar deviasi

gabungan dari kedua sampel dengan

menggunakan rumus:

12,88

Jadi:

Dari hasil perhitungan didapat thitung =

2,17 dan ttabel = t(0,95)(70) dengan derajat

kebebasan (dk = 70) pada taraf nyata 5%.

Tidak ada dalam tabel uji t, maka harus

dicari interpolasi yaitu:

Page 29: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

29

Dari perhitungan diatas, diperoleh ttabel =

1,67 dengan thitung = 2,17, maka thitung > ttabel

yaitu 2,17 > 1,668. Maka Ho ditolak dan Ha

diterima ini berarti ada pengaruh yang

signifikan dengan kegiatan belajar yang

memakai model pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) dengan

menggunakan Strategi Project-Based

Learning terhadap hasil belajar fisika siswa

kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur.

4.2 Pembahasan

Dalam penelitian pengaruh model

pembelajaran Contextua Teaching Learning

(CTL) dengan menggunakan strategi Project-

based learning terhadap hasil belajar fisika

siswa di kelas VIII SMPN 1 Rantau Bayur,

peneliti menggunakan dua kelas. Kelas

VIII.2 sebagai kelas eksperimen berjumlah

36 siswa dan kelas VIII.1 sebagai kelas

kontrol berjumlah 36 siswa. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh data hasil

dokumentasi ternyata kelas VIII.1 dan kelas

VIII.2 memiliki nilai yang dapat diterima

sehingga sangat tepat untuk dijadikan sampel

penelitian.

Pada awal memberikan model dan

strategi pembelajaran peneliti mengalami

kesulitan, karena sudah tertanam di dalam

diri siswa bahwa pelajaran IPA (khususnya

dalam belajar Fisika) pelajaran yang sangat

sulit, banyak rumus-rumus, serta

kemampuan siswa dalam merubah satuan

sangat lemah, ini terlihat dari hasil Pre-test

banyak siswa yang tidak mencapai KKM.

Tetapi setelah model dan strategi ini saya

gunakan terutama di kelas eksperimen

perlahan-lahan siswa mulai menyukai

pelajaran fisika karena model dan strategi ini

dapat meningkatkan kreatifitas siswa.

Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

diberikan soal yang sama berupa pilihan

ganda yang telah dijawab siswa dan

Page 30: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

30

diperiksa kemudian dilakukan analisis. Dari

hasil penilaian tersebut sebagian besar soal-

soal dijawab oleh siswa dengan benar. Hal

ini membuktikan bahwa Model pembelajaran

Contextual Taching Lerning dengan

menggunakan strategi Project-based

Learning dapat digunakan dalam proses

belajar mengajar agar dapat mengetahui hasil

belajar siswa.

Dari hasil analisis didapat bahwa dengan

Model pembelajaran Contextual Taching

Lerning dengan menggunakan strategi

Project-based Learning dapat dengan baik

dilaksanakan dimana siswa bersama dalam

kelompok dapat membahas getaran. Dengan

Model pembelajaran Contextual Taching

Lerning dengan menggunakan strategi

Project-based Learning dapat memotivasi

siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran

serta mengalami dan membuktikan sendiri

tentang apa yang dipelajarinya

Berdasarkan hasil perhitungan yang

didapat untuk kelas eksperimen, uji

normalitas data yang di peroleh

sedangkan untuk kelas kontrol

diperoleh dan harga tersebut

terletak antara (1) dan (-1) sehingga dapat

dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas

kontrol terdistribusi normal. Untuk hasil

perhitungan uji homogen:

. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa, sampel berasal dari populasi yang

sama. Jadi, data Sesuai kriteria pengujian

hipotesis yang telah dilakukan, maka Ho

ditolak dan Ha diterima, ini berarti bahwa

Model pembelajaran Contextual Taching

Lerning dengan menggunakan strategi

Project-based Learning lebih baik dari pada

yang tidak menggunakan Model

pembelajaran Contextual Taching Lerning

dengan menggunakan strategi Project-based

Learning. Dari hal tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa terdapat pengaruh Model

pembelajaran Contextual Taching Lerning

dengan menggunakan strategi Project-based

Learning terhadap hasil belajar siswa kelas

VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur.

Dari hasil analisis data menunjukkan

bahwa hasil tes akhir untuk kelas eksperimen

diperoleh nilai thitung = 2,17 dan ttabel = 1,668.

Page 31: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

31

Dengan demikian, ternyata harga thitung >

ttabel, 2,17 > 1668.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh penulis, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh

(ada pengaruh) yang signifikan dari model

pembelajaran Contextual Teaching Learning

(CTL) dengan menggunakan Strategi

Project-Based Learning terhadap hasil

belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Rantau Bayur, hal ini terbukti dari pengujian

hipotesis yang diperoleh bahwa thitung = 2,17

sedangkan ttabel = 1,668 dengan taraf

signifikan 5 % dan dk = 70 adalah 0,95

karena thitung lebih besar dari ttabel dengan

demikian Ha diterima dan Ho ditolak.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas,

peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa, sebelum menjawab soal

hitungan hedaknya membaca dan

memahami soal dengan teliti, terutama

masalah satuan sehingga dapat

menjawab soal dengan benar, karena hal

ini dapat meningkatkan kemampuan dan

keaktifan siswa dalam pembelajaran

nantinya.

2. Model pembelajaran Contextual

Teaching Learning (CTL) dengan

menggunakan Strategi Project-Based

Learning hendaknya dapat dijadikan

salah satu alternatif dalam proses belajar

mengajar yang akan dilakukan guru,

khususnya bagi guru mata pelajaran

fisika.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan bahan

masukan untuk memperbaiki mutu dan

kualitas sekolah, dan dapat memberikan

gambaran kemampuan penalaran dan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

(Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Syiful Bahri. 2010. Guru dan

Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta : Rineka Cipta.

. 2008. Psikologi

Belajar. Jakarta : Rieneka Cipta

Page 32: Jurnal YANDI SUPRAN (2008122032)

32

Hanafiah Nanang & Suhana Cucu. 2010.

Konsep Strategi Pembelajaran.

Bandung: Reflika Aditama

Johnson, Elaine B. 2011. Contextual

Teaching and Learning menjadikan

kegiatan belajar-mengajar

mengasikkan dan bermakna.

Bandung: Kaifa

Lisnani. 2010. Pengaruh Strategi Mastery

Learning dengan Menggunakan

Metode Eksperimen terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa di SMA

Methodist – 2 Palembang. Skripsi

Universitas PGRI Palembang. Tidak

dipublikasikan.

Sanjaya, wina. 2010. Strategi pembelajaran

berorientasi standar proses

pendidikan. Jakarta : Kencana.

. 2010. Perencanaan dan

Desain Sistem Pembelajaran.

Jakarata : Kencana.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung :

Tarsito.

Sudjana. 2002. Metoda Statistik. Bandung :

Tarsito

Sugiyono. 2011. Metode penelitian

Pendidikan.Bandung: Alfabeta

Supran1990, yandi “Getaran”

http://yandisupran1990.blogspot.com/

2013/07/getaran.html. 14 September

2013

Tim penyusun. 2012. Pedoman penulisan

skripsi. Palembang : Universitas

PGRI Palembang

Trianto. 2010. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana

. 2007. Model-model Pembelajaran

Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher