jurnal yandi supran (2008122032)
TRANSCRIPT
1
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING
(CTL) DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PROJECT-BASED LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1
RANTAU BAYUR
YANDI SUPRAN
2008122032
Project-based learning merupakan model pebelajaran yang memberikan kesempatan
pada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek
(Thomas, dkk, 1999 dalam Wena:2011:144). Melalui pembelajaran kerja proyek,
kreativitas dan motivasi siswa akan meningkat (Clegg, 2001;Clegg & Berch, 2001 dalam
Wena:2011:144). Kerja proyek membuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada
pernyataan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang,
memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri (Thomas, dkk:1999
dalam Wena:2011:144). Untuk itulah, dalam penelitian ini penulis mengangkat masalah
”Adakah pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan
Menggunakan Strategi Project-Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas
VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur”.
Hipotesis dalam penelitian ini ada pengaruh model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) dengan menggunakan strategi Project-Based Learning terhadap
hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur. Variabel dalam
penelitian ini ada dua yaitu hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran
Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning
(X 1 ) dan hasil belajar siswa dengan tidak menggunakan model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) dengan menggunakan strategi Project-Based Learning (X 2 ).
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes.
Berdasarkan perhitungan analisis hipotesis penelitian, bahwa siswa pada kelas yang
memakai model pembelajaran CTL dengan menggunakan strategi Project-Based Learning
mendapatkan hasil yang lebih besar jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelas
yang bukan memakai model pembelajaran CTL dengan menggunakan strategi Project-Based
Learning. Hasil ini terlihat pada nilai rata-rata hasil tes, kelas yang memakai Model
Pembelajaran CTL dengan Menggunakan Strategi Project-Based Learning ( 1x ) = 76,5
sedangkan pada kelas yang bukan memakai model pembelajaran CTL dengan Menggunakan
Strategi Project-Based Learning memperoleh nilai rata-rata ( 2x ) = 70,9. Dari analisis data
yang dilakukan dengan menggunakan statistik uji t sebagai langkah terakhir untuk
mengambil keputusan terhadap hipotesis yang ada, di dapat t hitung > t tabel yaitu 2,17 > 1,668
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ”Ada pengaruh
Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi
Project-Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1
Rantau Bayur”. Hasil analisis data tes, membuktikan bahwa ada pengaruh Model
Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan Menggunakan Strategi Project-
Based Learning terhadap hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur
.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan peserta didik seutuhnya
menggambarkan adanya suatu perubahan
dalam diri seseorang, baik itu perkembangan
fisik, emosional, sosial, intelegensi maupun
perkembangan spiritual yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya.
Pendidikan di sekolah lebih dikenal dengan
sebutan proses belajar mengajar. Proses
belajar mengajar ini terjadi dengan
melibatkan banyak faktor, baik pendidik,
peserta didik, bahan atau materi, fasilitas
maupun lingkungan. Belajar harus
direncanakan, disusun dan dievaluasi
hasilnya, artinya bahwa berhasil tidak
pencapaian tujuan pendidikan banyak
tergantung pada proses belajar dan hasilnya.
Berdasarkan informasi yang didapatkan
oleh penulis dari guru di SMP Negeri 1
Rantau Bayur, bahwa hasil belajar peserta
didik khususnya pada mata pelajaran fisika
masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM). Salah satu penyebabnya
karena pelajaran fisika merupakan
pembelajaran konvensional, sehingga peserta
didik kurang dapat memahami secara luas
pokok bahasan materi pelajaran yang
diberikan pendidik dan juga peserta didik
kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran sehingga kurang meningkatnya
keaktifan, kreatifitas serta keterampilan
peserta didik
Cara yang dapat dilakukan pendidik
untuk memecahkan masalah di atas
adalah dengan evaluasi, yaitu dengan cara
memberikan strategi Project-Based Learning
kepada peserta didik. Projec-Based Learning
merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengelola pembelajaran di kelas dengan
melibatkan kerja proyek.
Kerja proyek memuat tugas-tugas yang
kompleks berdasarkan kepada pertanyaan
dan permasalahan (problem) yang sangat
menantang, dan menuntut siswa untuk
merancang, memecahkan masalah, membuat
keputusan, melakukan kegiatan investigasi,
serta memberikan kesempatan kepada siswa
3
untuk berkerja secara mandiri.
Digunakannya strategi Project-Based
Learning bertujuan agar siswa mempunyai
kemandirian dalam menyelesaikan tugas
yang dihadapinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Contextual Teaching Learning (CTL)
Dengan Menggunakan Strategi Project-
Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa Di Kelas VIII SMP Negeri 1
Rantau Bayur”
1.2 Pembatasan Masalah dan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luas masalah
dalam penelitian ini, maka penulis memberi
batasan sebagai berikut:
1. Pengaruh yang dimaksud dalam
penelitian adalah dilihat perbandingan
antara hasil belajar kelas eksperimen dan
kelas kontrol
2. Hasil belajar adalah kemampuan atau
hasil peserta didik setelah diberikan tes
pada akhir pelajaran.
3. Materi pelajaran yang diteliti adalah
Getaran
1.2.2 Masalah
Menurut Arikunto (2010:57), masalah
adalah problematika atau rumusan masalah
merupakan bagian pokok dari penelitian
yang merupakan pernyataan yang akan dicari
jawabannya. Berdasarkan latar definisi
tersebut, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah “adakah
pengaruh model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) dengan
menggunakan Strategi Project-Based
Learning terhadap hasil belajar fisika siswa
di kelas VIII SMPN 1 Rantau Bayur?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan permasalahan di atas
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada pengaruh atau tidak ada
pengaruh model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) dengan
menggunakan Strategi Project-Based
Learning terhadap hasil belajar fisika siswa
pada pokok bahasan getaran di kelas VIII
SMP Negeri 1 Rantau Bayur.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah:
1. Bagi peserta didik, untuk membantu
peserta didik dalam mempelajari dan
memahami mata pelajaran fisika
2. Bagi pendidik, dapat dijadikan bahan
masukkan bagi pendidik dan dapat
dijadikan sebagai alternatif dalam
menggunakan teknik belajar
pembelajaran
3. Bagi sekolah, sebagai masukkan untuk
perbaikkan mutu dan kualitas sekolah,
dan dapat memberikan gambaran
kemampuan penalaran dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pengaruh
Menurut Ali (dalam Lisnani, 2010:7)
“Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul
dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan atau
perbuatan seseorang”. Dalam penelitian ini,
pengaruh yang dimaksud adalah hasil belajar
peserta didik yang disebabkan oleh
penggunaan model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) dengan
menggunakan strategi Project-Based
Learning sebagai kelas eksperimen,
dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu
pembelajaran yang biasa dila kukan oleh
guru.
2.2 Model pembelajaran
Secara kaffah model dimaknakan
sebagai suatu objek yaitu konsep yang
digunakan untuk mempersentasikan sesuatu
hal. Adapun Soekamto, dkk (dalam Trianto
:2010:22) mengemukakan maksud dari
model pembelajaran adalah “kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang
sitematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar”. Hal yang sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen
dan Kauchak bahwa model pembelajaran
5
memberikan kerangka dan arah bagi guru
untuk mengajar.
Model pembelajaran mempunyai empat
ciri khusus, yaitu:
1) Rasional teoretis logis yang disusun oleh
para pencipta atau pengembang
2) Landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana siswa dapat belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai)
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan
agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil, dan
4) Lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
(Kardi dan Nur, 2000 : 9 dalam
Trianto:2010:23)
2.3 Model Pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL)
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran
Contextual Teaching Learning (CTL)
Model pembelajaran Contextual
Teaching Learning suatu proses
pembelajaran holistik yang bertujuan
untuk membelajarkan peserta didik
dalam memahami bahan ajar secara
bermakna (meaningfull) yang dikaitkan
dengan konteks kehidupan nyata, baik
dengan lingkungan pribadi, agama,
sosial, ekonomi, maupun kultural.
(Hanafiah dan Suhana, 2010:67)
Model Pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) adalah
konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa
mambuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
(Trianto,2007:103)
Dari pendapat diatas ditarik kesimpulan
bahwa model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) adalah salah satu
model pembelajaran yang bertujuan supaya
peserta didik dalam memahami bahan ajar
secara bermakna yang dikaitkan dengan
konteks kehidupan nyata dan mendorong
siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.3.2 Langkah-langkah Model
Pembelajaran Contextual Teaching
Learning (CTL)
Menurut Trianto (2007:106) Secara garis
besar langkah-langkah penerapan Contextual
Teaching Learning (CTL) dalam kelas
sebagai berikut :
6
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik
3) Kembangkan sifat ingin tahu sisiwa
dengan bertanya
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar
dengan kelompok-kelompok)
5) Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara.
2.3.3 Kelebihan Model Pembelajaran
Conextual Teaching Learning (CTL)
2.3.3.1 Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja
bagi siswa materi itu akan berfungsi
secara fungsional, akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat
dalam memori siswa, sehingga tidak
akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode
pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa
dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui
landasan filosofis konstruktivisme
siswa diharapkan belajar melalui
“mengalami” bukan “menghafal”.
2.4 Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan cara
yang dipilih dan digunakan seseorang
pengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran sehingga akan memudahkan
peserta didik menerima dan memahami
materi pembelajaran, yang pada akhirnya
7
tujuan pembelajaran dapat dikuasainya
diakhir kegiatan (Uno, 2007:2)
Menurut Reiguluth dan Degeng (2009:5)
bahwa strategi pembelajaran merupakan cara
yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi
yang berbeda. Strategi pembelajaran
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu sebagai
berikut:
a. Strategi pengorganisasian, merupakan
cara untuk menata isi suatu bidang studi
dan kegiatan ini berhubungan dengan
tindakan pemilihan isi materi, penataan
isi, pembuatan diagram, format dan
sejenisnya.
b. Strategi penyampaian adalah cara
untuk menyampaikan pembelajaran
pada peserta didik dan untuk menerima
dan merespon masukan dari peserta
didik
c. Strategi pengelolaan adalah cara untuk
menata interaksi antara siswa dan
variabel strategi pembelajaran yang
lainnya.
Perlunya pengguanaan suatu strategi
dalam kegiatan pembelajaran, karena untuk
mempermudah mencapai hasil yang optimal.
Tanpa strategi yang jelas proses
pembelajaran tidak akan terarah sehingga
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sulit tercapai secara optimal, dengan kata
lain pembelajaran tidak dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Strategi
pembelajaran sangat berguna baik bagi
peserta didik maupun pendidik. Bagi
pendidik, strategi pembelajaran dapat
dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang
ideal dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi
peserta didik, penggunaan strategi
pembelajaran dapat mempermudah proses
pembelajaran, karena strategi pembelajaran
dirancang untuk mempermudah proses
belajar peserta didik didalam kelas dan agar
peserta didik lebih tertarik dengan adanya
berbagai macam strategi pembelajaran yang
dipakai pendidik.
2.5 Pengertian Strategi Project-based
learning
Project-based learning merupakan
8
model pebelajaran yang memberikan
kesempatan pada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas dengan melibatkan
kerja proyek (Thomas, dkk, 1999 dalam
Wena:2011:144). Melalui pembelajaran
kerja proyek, kreativitas dan motivasi siswa
akan meningkat (Clegg, 2001;Clegg &
Berch, 2001 dalam Wena:2011:144).
Kerja proyek membuat tugas-tugas yang
kompleks berdasarkan kepada pernyataan
dan permasalahan (problem) yang sangat
menantang, dan menuntut siswa untuk
merancang, memecahkan masalah, membuat
keputusan, melakukan kegiatan investigasi,
serta memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bekerja secara mandiri (Thomas,
dkk:1999 dalam Wena:2011:144)
2.5.1 Karakteristik Project-based Learning
Project-based learning adalah sebuah
model pembelajaran yang inovatif, dan lebih
menekankan pada belajar kontekstual
melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
(CORD,2001;Thomas, Mergendoller, &
Michaelson, 1999; Moss, Van-Duze, Carol,
1998 dalam Wena :2011:145). Fokus
pembelajaran terletak pada prinsip dan
konsep inti dari suatu disiplin ilmu,
melibatkan siswa dalam investigasi
pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas
bermakna yang lain, memberikan
kesempatan siswa bekerja secara otonom dan
mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri,
dan mencapai puncaknya untuk
menghasilkan produk nyata (Thomas, 2000
dalam Wena:2011:145)
Sedangkan menurut Buch Institute for
Education (1999) dalam Wena (2011:145)
Project-based learning memiliki
karakteristik berikut.
1. Siswa membuat keputusan dan membuat
kerangka kerja
2. Terdapat masalah yang pemecahannya
tidak ditentukan sebelumnya
3. Siswa merancang proses untuk mencapai
hasil
4. Siswa bertanggung jawab untuk
mendapatkan dan mengelola informasi
yang disimpulkan
5. Siswa melakukan evaluasi secara
kontinu
9
6. Siswa secara teratur melihat kembali apa
yang mereka kerjakan
7. Hasil akhir berupa produk dan
dievaluasi kualitasnya
8. Kelas memiliki atmosfir yang memberi
toleransi kesalahan dan perubahan.
2.5.2 Keuntungan Project-Based Learning
Menurut Moursund (1997) dalam Wena
(2011:147) beberapa keuntungan dari
Project-based learning antara lain sebagai
berikut:
a. Increased motivation. Project-based
learning dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa terbukti dari beberapa
laporan penelitian tentang pembelajaran
berbasis proyek yang menyatakan bahwa
siswa sangat tekun, berusaha keras untuk
menyelesaikan proyek, siswa merasa
lebih bergairah dalam pembelajaran, dan
keterlambatan dalam kehadiran sangat
berkurang
b. Increased problem-solving ability.
Beberapa sumber mendeskripsikan
bahwa lingkungan belajar Project-based
learning dapat meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah,
membuat siswa lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang
bersifat kompleks
c. Inproved library research skills. Karena
Project-based learning mepersyaratkan
siswa harus mampu secara cepat
meperoleh informasi melalui sumber-
sumber informasi, maka keterampilan
siswa untuk mencari dan mendapatkan
informasi akan meningkat
d. Increased collaboration. Pentingnya
kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan
mempraktikan keterampilan komunikasi.
Kelompok kerja kooperatif, evaluasi
siswa, pertukaran informasi online
adalah aspek-aspek kolaborasi dari
sebuah proyek
e. Increased resource-management skills.
Project-based learning yang
diimpentasikan secara baik memberikan
kepada siswa pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasikan proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-
10
sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
2.6 Pengertian Belajar dan Mengajar
2.6.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah proses yang kompleks
yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya (Arsyad, 2007:1), Menurut
Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhinya menyatakan
bahwa belajar adalah ialah proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamanya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan. (Slameto, 2010:2).
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kongnitif,
afektif, dan psikomotor. (Djamara, 2008:13).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa proses belajar adalah proses
perubahan tingkah laku individu yang
menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotorik serta kegiatan yang dilakukan
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan
kegiatan sampai evaluasi dan program tindak
lanjut yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu
pembelajaran.
2.6.2 Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak, sehingga terjadi belajar
mengajar. (Nasution dalam Suryosubroto,
2009:15)
Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar menyatakan bahwa
mengajar adalah suatu proses aktifitas atau
kegiatan seorang guru dalam menyampaikan
materi atau pokok bahasan pada proses
pembelajaran di kelas (Sudjana,2006:20).
Sedangkan Menurut De Queily dan Gazali
mengajar adalah ”menanamkan pengetahuan
pada seseorang dengan cara paling singkat
dan tepat”
Dari pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu
11
upaya atau usaha penanamkan ilmu
pengetahuan yang dilakukan oleh seorang
guru dalam proses belajar mengajar atau
proses pembelajaran baik dikelas maupun
diluar kelas dalam rangka memberi
kemungkinan bagi peserta didik yang terjadi
dalam proses belajar mengajar sesuai dengan
tujuan yang diinginkan.
2.6.3 Proses Belajar-Mengajar
Proses belajar dan mengajar merupakan
dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain, jika belajar menunjukkan pada
apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
subjek yang menerima pelajaran, sedangkan
mengajar menunjuk pada apa yang harus
dilakukan seorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar dan mengajar tersebut
menjadi terpadu dalam suatu kegiatan
manakala terjadi interaksi antara guru dan
siswa, siswa dengan siswa pada saat
pengajaran itu berlangsung.
Proses belajar dan mengajar pada
dasarnya adalah “Proses mengkoordinasi
komponen-komponen pengajaran agar satu
sama lain saling mempengaruhi, sehingga
menambahkan kegiatan belajar pada siswa
seoptimal mungkin”. (Sudjana,2006:31) ada
beberapa komponen yang harus dipenuhi
dalam proses belajar dan mengajar, yaitu :
tujuan, bahan, alat, metode dan penilaian.
Kelima komponen ini tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi saling mempengaruhi antara
satu dan yang lainnya.
Dengan demikian, pengkoordinasian
komponen-komponen pengajaran oleh guru
diharapkan dapat mentumbuhkan kegiatan
belajar yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Sehingga apa yang menjadi
tujuan dari Pendidikan Nasional dapat
terwujud.
2.6.4 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah prestasi dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu
maupun kelompok. Hasil tidak akan
pernah dihasilkan selama orang tidak
melakukan sesuatu. Untuk
menghasilkan sebuah prestasi
dibutuhkan perjuangan dan
pengorbanan yang sangat besar. Hanya
dengan keuletan, sungguh-sungguh,
kemauan yang tinggi dan rasa
optimisme dirilah yang mampu untuk
mencapainya (Djamarah,2000:45).
Hasil belajar siswa pada hakekatnya
adalah perubahan tingkah laku, tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang
12
kognitif, afektif dan psikomotorik.
(Sudjana,2010:3)
Hasil belajar merupakan proses untuk
menentukan nilai belajar siswa melalui
kegiatan penilaian dan/atau pengukuran
hasil belajar. Berdasarkan pengertian
evaluasi hasil belajar kita dapat
menengarai tujuan utamanya adalah
untuk mengetahui tingkat keberhasilan
yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti suatu kegiatan
pembelajaran,dimana tingakat
keberhasilan tersebut kemudian
ditandai dengan skala nilai berupa
huruf atau angka atau simbol. (Dimyati
dan Mudjiona, 2009:200)
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu
bukti keberhasilan seseorang dalam
mempelajari materi pembelajaran di sekolah
yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang
diperoleh dari hasil belajar atau hasil tes.
Hasil belajar mempunyai hubungan yang
erat dengan belajar itu sendiri. Untuk
mengetahui sampai mana perubahan yang
terjadi pada diri sendiri baik itu perubahan
tingkah laku dan kecakapan dapat dilihat dari
hasil belajarnya. Secara umum untuk
mengetahui hasil belajar siswa dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga ranah hasil
belajar, ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik. Jadi hasil belajar dapat
dikatakan sebagai pengetahuan yang dikuasai
oleh siswa sebagai hasil dari kemampuan
penyerapan pengetahuan dalam proses
belajar mengajar baik secara perorangan
maupun secara kelompok yang
diintegrasikan ke dalam pelajaran. Untuk
hasil belajar berupa hasil tes prestasi.
Adapun tes untuk mengukur dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar
adalah sebagai berikut:
a. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk
mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang daya
serap terhadap pokok bahasan
tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan
untuk memperbaiki proses belajar
mengajar bahan tertentu dan waktu
tertentu.
b. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan
pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu.
Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk
meningkatkan tingkat prestasi belajar
siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan
untuk memperbaiki prose belajar
mengajar dan perhitungan dalam
menentukan nilai rapor.
c. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya
serap terhadap pokok-pokok bahasan
yang telah diajarkan selama satu
semester. Tujuannya untuk menetapkan
tingkat keberhasilan belajar dalam satu
periode belajar. Hasil tes ini
dimanfaatkan untuk kenaikan kelas,
menyusun peringkat atau sebagai ukuran
13
mutu sekolah. (Djamarah dan Zain,
2006:106)
2.7 Hakikat Fisika
Menurut Chalis Setyadi (2009:13) fisika
adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat dan
gejala-gejala yang terdapat pada benda-
benda mati dan bagaimana cara
memanfaatkannya untuk kepentingan
kehidupan manusia. Mata pelajaran IPA
(fisika), khususnya di SMP merupakan
program untuk mengenal dan menanamkan
keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada
siswa, serta mencintai, menghayati, dan
menyadari kekuasaan tuhan Yang Maha Esa.
Ada tiga materi kunci untuk
mempelajari dan memahami fisika, yakni
konsep-konsep, hukum-hukum atau asas-
asas, dan teori-teori. Ketiga materi kunci
tersebut dapat dikuasai jika peserta didik
secara sadar dan spenuh hati rajin melakukan
kegiatan-kegiatan, percobaan dan
mengaplikasikan temuannya baik disekolah
maupun dilingkungan lain yang relevan
dengan topik yang sedang dipelajari.
Pembelajaran fisika diperlukan praktikal
karena fisika merupakan ilmu yang
bermanfaat ganda, yaitu pemahaman
konsep, fakta, prinsip, dan pengembangan
keterampilan proses selain penumbuhan
sikap ilmiah untuk Peserta didik.
2.8 Kajian Terdahulu yang Relevan
Kajian terdahulu ini bertujuan untuk
mengetahui hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan yang terdahulu dan dapat
dijadikan acuan bagi peneliti untuk
melakukan suatu penelitian baru. Berikut di
tuliskan beberapa kajian terdahulu yang
dijadikan acuan bagi peneliti yaitu sebagai
berikut:
1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh
Warsito (2008), tentang Pembelajaran Sains
Berbasis Proyek (Project Based Learning)
sebagai Usaha Untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Academic Skill Siswa Kelas
VII C SMP Muhammadiah 3 Depok. Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah
diterapkan project based learning, tingkat
aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
fisika di kelas mengalami peningkatan.
Aktivitas belajar siswa mengalami
14
peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu
siswa lebih berani untuk mempersentasikan
hasil proyek, mengajukan pertanyaan,
menjawab atau menanggapi pertanyaan, dan
siswa lebih memperhatikan saat kelompok
lain mempresentasikan hasil proyek.
Aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar
35,42 %dalam kategori rendah menjadi
71,88 % dalam kategori tinggi pada siklus II.
Tingkat Academic skill siswa juga
mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II yaitu siswa lebih mampu untuk
mengidentifikasi variabel, menghubungkan
antar variabel, merumuskan hipotesis, dan
siswa bisa merancang dan melakukan
penelitian. Academic skill siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar
40,37 & dalam kategori cukup menjadi 66,71
% dalam kategori baik pada siklus II.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Anis
Syafi’atin (2010), tentang penggunaan
strategi Contextual Teaching Learning (CTL)
dengan pendekatan Inquiri dalam
meningkatkan prestasi belajar IPA siswa
kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo
Gedangan Malang. Dari penelitian ini dapat
dikemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran
IPA menggunakan strategi contextual
teaching learning dengan pendekatan inquiry
menjadi efektif dengan lebih banyak
memberikan bimbingan pada siswa.
Kemampuan guru mengajar sudah sesuai
dengan RPP ini dilihat dari nilai akhir yang
diperoleh dari siklus I dan II yaitu 87% dan
95%. Kemampuan siswa terhadap
pembelajaran IPA menggunakan strategi
contextual teaching learning dengan
pendekatan inquiry dari siklus I dan II
menunjukkan hasil yaitu untuk merumuskan
masalah dari nilai B menjadi nilai A,
merumuskan hipotesis dari nilai C menjadi
nilai B, mengumpulkan bukti dari nilai B
menjadi nilai A, menguji hipotesis dari nilai
B menjadi nilai A, dan menyimpulkan dari
nilai B menjadi nilai A. Untuk ketuntasan
kelas secara keseluruhan pada kemampuan
siswa terhadap metode inkuiri dari siklus I
dan II mengalami peningkatan yaitu dari
perolehan nilai B menjadi nilai A. Prestasi
15
belajar siswa pada pokok bahasan magnet
dengan penggunaan strategi contextual
teaching learning dengan pendekatan inquiry
menunjukkan ada peningkatan. Hal ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata sebelum
menggunakan strategi contextual teaching
learning dengan pendekatan inquiry 14 siswa
yang belum tuntas dan hanya 1 siswa yang
tuntas. kemudian setelah menggunakan
strategi contextual teaching learning dengan
pendekatan inquiry nilai rata-rata siswa pada
siklus I mencapai 76,6. 7 siswa telah
mencapai ketuntasan individu dan 8 siswa
belum mencapai ketuntasan. Dari siklus II
mengalami peningkatan lagi yaitu prestasi
belajar dari 15 siswa diperoleh hasil 14 siswa
mencapai ketuntasan individu dan 1 siswa
belum mencapai ketuntasan individu, namun
untuk ketuntasan kelas sudah mendapatkan
nilai rata-rata yang diperoleh 80,6.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2010:159), “variabel
penelitian adalah suatu objek penelitian yang
menjadi titik perhatian dalam melakukan
penelitian”
Maka variabel penelitian ini ada dua yaitu:
Variabel Bebas (X): Model pembelajaran
Contextual Teaching Learning (CTL)
dengan menggunakan strategi project-
based learning
Variabel Terikat (Y):Hasil belajar Siswa
pada mata pelajaran fisika
3.2 Definisi Operasional Variabel
Penelitian
Agar kedua pengertian variabel tersebut
jelas, maka perlu didefinisikan sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran Contextual Teaching
Learning (CTL) dengan menggunakan
strategi Project-based learning, yang
dimaksud Contextual Teaching Learning
(CTL) dalam pembelajaran merupakan
interaksi yang terjadi di dalam kelas antara
siswa dengan lingkungan belajar. Siswa
menyerap bahan pelajaran apabila mereka
menangkap makna dalam materi akademis
yang mereka terima, dan mereka menangkap
makna dalam tugas–tugas sekolah jika
16
mereka mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah
mereka miliki sebelumnya. Mereka di
berikan pembelajaran kerja proyek, sehingga
kreativitas dan motivasi siswa akan
meningkat.
2. Hasil belajar adalah suatu perubahan pada
siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang ditunjukkan dengan hasil tes yang
diberikan oleh guru setelah proses
pembelajaran.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2011 :117) populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakter tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini
populasi yang diambil adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur pada
tahun 2013-2014.
TABEL I
POPULASI PENELITIAN
Sekolah Kelas Laki-
laki
Perempu
an Jumlah
SMP
Negeri 1
Rantau
Bayur
VIII. 1
VIII. 2
VIII.3
VIII.4
20
16
18
17
16
20
18
20
36
36
36
37
Jumlah 71 74 145
Sumber : TU SMPN 1Rantau Bayur Tahun 2013-2014
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2011:118). Sedangkan
menurut Arikunto (2008:116) “penentuan
pengambilan sampel sebagai berikut:
Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil
semua hingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya
besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-
55% atau lebih tergantung sedikit banyaknya
dari:
1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,
tenaga dan dana
2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari
setiap subyek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya dana.
17
3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung
oleh peneliti untuk peneliti yang
resikonya besar, tentu saja jika
samplenya besar hasilnya akan lebih
baik
Maka dari definisi di atas jumlah sampel
yang diambil sebesar 50% dari jumlah
populasi sebanyak 145 siswa. Berdasarkan
perhitungan 50% x 145 = 72,5. Jadi didapat
sampel yang akan dijadikan objek penelitian
jika dibulatkan adalah sebanyak 72 siswa.
Teknik dalam pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah “Sampel random atau
sampel acak". Dimana sampel random atau
sampel acak ini biasanya peneliti memberi
hak yang sama kepada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan dipilih menjadi
sampel. Alasan pengambilan sampel
(Arikunto, 2010:176) adalah:
− Karena subjek pada sampel lebih sedikit
dibandingkan dengan populasi, maka
kerepotannya tentu kurang
− Apabila populasinya terlalu besar, maka
dikhawatirkan ada yang terlewati
− Dengan penelitian sampel, maka akan
lebih efisien (dalam arti uang, waktu,
dan tenaga)
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen maka sampelnya diambil dua
kelas dari populasi yang dipilih secara acak.
Sampelnya adalah kelas VIII.2 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII.1 sebagai kelas
kontrol.
TABEL II
SAMPEL PENELITIAN
Sekolah Kelas
Laki-
laki
Perempuan
Jumlah
Siswa
SMP
NEGERI 1
RANTAU
BAYUR
VIII.1
VIII.2
20
16
16
20
36
36
Jumlah 36 36 72
Sumber :TU SMP NEGERI 1 Rantau Bayur
3.4 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya
(Arikunto, 1998: 151). Berdasarkan pendapat
tersebut maka penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Menurut sagala (2009: 210),
18
metode eksperimen adalah cara penyajian
bahan pelajaran dimana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami untuk
membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau
hipotesis yang dipelajari. Desain penelitian
dapat dilihat seperti tabel dibawah ini.
TABEL III
DESAIN PENELITIAN
E Pre-test X1 Post-test
K Pre-test X2 Post-
Test
(Sumber: Arikunto, 2006: 86)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (Arikunto, 2006: 150)
Tes yang digunakan dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa atau kemampuan yang
dimiliki siswa terhadap materi fisika yang
dipraktikumkan. Bentuk soal tes yang yang
digunakan adalah pilihan ganda sebanyak 20
soal, Pada awal pertemuan dan akhir
pertemuan siswa diberikan tes berbentuk
pilihan ganda.
Asumsi yang digunakan untuk
memperoleh kualitas soal yang baik,
disamping memenuhi validitas dan
realibilitas, adalah keseimbangan dari tingkat
kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang
dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang
termasuk mudah, sedang, dan sukar secara
proporsional. Tingkat kesukaran soal
dipandang dari kesanggupan atau
kemampuan siswa dalam menjawabnya
bukan dilihat dari sudut guru sebagai
pembuat soal. Persoalan penting dalam
melakukan analisis tingkat kesukaran
soal adalah penentuan kriteria soal yang
termasuk mudah, sedang, dan sukar.
Cara melakukan analisis untuk
menentukan tingkat kesukaran soal adalah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
I = (Sudjana, 1999: 137)
Keterangan:
I = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
19
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
setiap butir soal
N = Banyaknya siswa yang memberikan
jawaban pada soal yang dimaksudkan
Kriteria yang digunakan adalah makin
kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal
tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks
yang diperoleh, makin mudah soal tersebut.
Kriteria indeks kesulitan soal tersebut adalah
sebagai berikut:
0 – 0,35 = Soal Kategori Sukar
0,36 – 0,75 = Soal Kategori Sedang
0,76 – 1,00 = Soal Kategori Mudah
3.6 Teknik Analisa Data
3.6.1 Analisa Data Hasil Tes
Guna membuktikan hipotesis yang telah
dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu
kumpulan maka hasil tes formatif dianalisa
dengan menggunakan uji t. Nilai
kemampuan kognitif siswa yang diperoleh
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
disusun dalam tabel distribusi frekuensi.
Langkah-langkah menghitung data
dalam tabel distribusi frekuensi yaitu sebagai
berikut:
a. Menentukan rentang kelas dengan
menggunakan rumus:
Data tertinggi – data terendah
(Sudjana, 2002: 47)
b. Menentukan banyak kelas interval
dengan menggunakan rumus:
B = 1 + (3,3) log n
(Sudjana, 2002: 47)
c. Menentukan panjang kelas interval
(Sudjana, 2002: 47)
d. Menentukan data dalam tabel distribusi
frekuensi
Menghitung rata-rata simpangan baku
dengan menggunakan rumus:
(Sudjana, 2002: 67 dan 95)
Keterangan :
S2 = Nilai varian
fi = Frekuensi yang sesuai dengan tanda
kelas interval
x = Nilai rata-rata hasil tes
xi = Tanda kelas interval
n = Besarnya nilai
1
22
2
nn
fixifixinSdan
fi
fixiX
20
3.6.2 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah data yang
dianalisis normal atau tidak, karena uji
statistik uji-t baru dapat digunakan jika data
tersebut terdistribusi normal. Tabel distribusi
frekuensi yang dibuat, diuji kenormalannya
dengan menggunakan rumus kemencengan
kurva :
S
MXKm 0
..... ( Sudjana, 2005:109 )
dan
21
1
bb
bpbMo .. ( Sudjana, 2005:77 )
Keterangan:
Km = Kemencengan.
Mo = Modus.
S = Simpangan baku.
b = Batas bawah kelas modus.
P = Panjang kelas modus.
b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi
frekuensi kelas interval dengan tanda kelas
yang lebih kecil sebelum kelas modus.
b2 = Frekuensi kelas modus dikurangi
frekuensi kelas interval dengan tanda kelas
yang lebih besar sebelum kelas modus.
X = Nilai rata-rata hasil kelas. Data
terdistribusi normal apabila harga
kemencengan terletak antara -1 dan +2 atau
(-1 < Km < +1).
3.6.3 Uji Homogenitas Data
Untuk mengetahui kesamaan sampel ini
antara lain dibuktikan dengan adanya
kesamaan varians kelompok-kelompok yang
membentuk sampel tertentu. Jika ternyata
tidak terdapat varians diantara kelompok
sampel maka ini menunjukkan bahwa
kelompok tersebut homogen. Dan dapat
dikatakan kelompok tersebut berasal dari
populasi yang sama.
Untuk pengujian homogenitas sampel
dalam penelitian ini digunakan tes Bartlett
Sam
pel
ke
1
2
Juml
ah
Kemudian dihitung varians gabungan:
(Sudjana, 2005:263)
21
Harga satuan B dengan rumus:
(Sudjana, 2005:263)
Untuk uji Bartlett digunakan statistik chi-
kuadrat
(Sudjana, 2005:263)
Dengan taraf nyata α, kita tolak hipotesis
3.7 Uji Coba Instrumen
3.7.1. Uji Validitas
Validitas berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. (Sugiyono:2011:173).
Uji validitas bertujuan untuk mengukur
valid atau tidaknya suatu instrumen. Rumus
yang digunakan dalam uji validitas ini
adalah:
rhitung =
(Riduwan:2007:98)
keterangan:
rhitung = koefisien kolerasi
N = jumlah sampel
Σ x = jumlah skor total x
Σ y = jumlah skor total y
Selanjutnya dihitung dengan uji–t dengan
rumus thitung=
dengan keterangan:
t = nilai thitung
r = koefisien korelasi harga rhitung
N = jumlah sampel
Distribusi (tabel t) = 0.05 dan derajat
kebebasan (dk = n – 2). Kaidah keputusan :
jika thitung> t tabel berarti valid, sebaliknya
thitung< t tabelberarti tidak valid.
3.8 Uji Hipotesis
Guna membuktikan hipotesis yang telah
dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu
kesimpulan maka data hasil tes pada akhir
pokok bahasan yang diberikan kepada siswa
yang dikenai pembelajaran dengan
menggunakan Model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) dengan
menggunakan strategi Project-based learning
dan siswa yang tidak dikenai pembelajaran
dengan Model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) dengan
menggunakan strategi Project-based learning
dianalisis dengan menggunakan uji-t (Student-
t). Dirumuskan:
22
nn
xx
S
t
21
21
11
(Sudjana,2005:239 )
dengan :
2
11
21
2
22
2
112
nnSnn S
S
( Sudjana, 2005:239 ) Keterangan :
T = Perbedaan rata-rata kedua sampel.
S = Simpangan baku.
1x = Nilai rata-rata siswa pada kelas
eksperimen.
2x = Nilai rata-rata siswa pada kelas kontrol.
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen.
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang berjudul Pengaruh
Model Pembelajaran Contextual Teaching
Learning dengan menggunakan Strategi
Project-based Learning terhadap hasil
belajar fisika siswa di kelas VIII SMPN 1
Rantau Bayur. Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 27 September sampai dengan
27 Oktober 2013 di SMP Negeri 1 Rantau
Bayur, sampel penelitian ada dua kelas yaitu
kelas VIII.2 yang berjumlah 36 siswa
sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.1
yang berjumlah 36 siswa sebagai kelas
kontrol, jadi jumlah keseluruhan sampel
sebanyak 72 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga
minggu dengan materi Getaran. Untuk
pertemuan pertama membahas tentang
pengertian getaran dan satu getaran,
pertemuan kedua menjelaskan tentang
pengertian simpangan, amplitudo, frekuensi,
dan periode serta mengetahui ciri suatu
getaran, pertemuan ketiga membahas satuan
frekuensi dan periode, mengetahui hubungan
frekuensi dan periode, dan menghitung
frekuensi dan periode suatu benda.
Pertemuan selanjutnya diadakan tes untuk
akhir penelitian setelah kegiatan
pembelajaran. Setiap pertemuan berlangsung
selama 2 x 45 menit. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui adakah
pengaruh model pembelajaran Contextual
Teaching Learning dengan menggunakan
23
strategi Project-based learning terhadap
hasil belajar fisika siswa di kelas VIII SMPN
1 Rantau Bayur.
Penelitian ini dilaksanakan dengan
memakai model pembelajaran Contextual
Teaching Learning dengan menggunakan
strategi Project-based Learning pada kelas
ekperimen dan pada kelas kontrol penelitian
tidak memakai model pembelajaran
Contextual Teaching Learning dengan
menggunakan strategi Project-based
Learning.
4.1.2 Deskripsi dan Analisis Data Tes
4.1.2.1 Uji Normalitas Data Kelas
Eksperimen
Data nilai tes siswa akan disusun ke
dalam distribusi frekuensi. Berikut ini
langkah-langkah untuk membuat tabel
distribusi frekuensi:
Nilai tertinggi : 95
Nilai terendah : 55
a. Rentang = Data Tertinggi – Data
Terendah
= 95 - 50= 45
b. Banyak kelas interval
= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 (log 36)
= 1 + 3,3 (1,55)
= 4,3 . 1,55
= 5,85 dibulatkan menjadi 6
c. Panjang kelas interval
p =
=
= 7.5 dibulatkan menjadi 7
Berdasarkan langkah-langkah tersebut,
maka nilai tes siswa dapat dimasukkan ke
dalam tabel disrtibusi frekuensi sebagai
berikut:
TABEL IV
DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI
KELAS EKSPERIMEN
N
o
Inter
val
f Nilai
Teng
ah
(x)
x2 f .
x
f. x2
1
2
3
4
5
6
50 -
57
58 –
65
66 –
73
74 –
81
82 –
89
90 –
2
5
4
1
3
7
4
53
61
69
77
85
93
280
9
372
1
476
1
592
9
722
5
864
106
305
276
100
1
595
372
5618
1860
5
1904
4
7707
7
5057
5
3459
6
Jumlah 3
6
434 330
94
265
5
2055
15
24
Dari tabel dan distribusi frekuensi
hasil belajar kelas eksperimen tersebut dapat
dilihat frekuensi nilai dari tiap-tiap kelas
interval kelas eksperimen dan nilai tengah
dari tiap-tiap kelas interval yang memiliki
frekuensi (f) paling banyak terdapat pada
kelas 74 – 81 sebanyak 13 orang siswa
sedangkan untuk kelas yang memiliki
frekuensi terendah terletak pada kelas 50 –
57 sebanyak 2 orang siswa, berikut
merupakan data Distribusi Frekuensi Interval
Nilai Kelas Eksperimen dalam diagram
batang :
Diangram I
Diagram Distribusi Frekuensi Interval
Nilai Kelas Eksperimen
d. Nilai rata-rata kelas eksperimen
e. Modus
f. Simpangan baku
Dari nilai rata-rata, modus, dan
simpangan baku maka dapat dicari koefisien
0
5
10
15
50 - 57 58 - 65 66 - 73 74 - 82 82 - 89 90 - 97
25
kemiringan kurva dengan menggunakan
rumus Karl Pearson, yaitu:
Karena nilai Km sebesar – 0,44 terletak
antara (-1) dan (1) , maka data distribusi
normal.
Uji Normalitas Data Kelas Kontrol
Data nilai tes siswa akan disusun ke
dalam distribusi frekuensi. Berikut ini
langkah-langkah untuk membuat tabel
distribusi frekuensi:
Nilai tertinggi : 85
Nilai terendah : 45
a. Rentang = Data Tertinggi – Data
Terendah
= 85 - 45
= 40
b. Banyak kelas interval
= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 (log 36)
= 1 + 3,3 (1,55)
= 4,3 . 1,55
= 5,85 dibulatkan menjadi 6
c. Panjang kelas interval
p =
=
= 6,7 dibulatkan menjadi 7
Berdasarkan langkah-langkah tersebut,
maka nilai tes siswa dapat dimasukkan ke
dalam tabel disrtibusi frekuensi sebagai
berikut:
TABEL V
DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI
KELAS KONTROL
N
o
Inter
val
f Nilai
Teng
ah
(x)
x2 f .
x
f. x2
1
2
3
4
5
6
45 -
52
53 –
60
61 –
68
69 –
76
77 –
84
85 –
92
2
4
5
1
7
5
3
48
56
64
72
80
88
230
4
313
6
409
6
518
5
640
0
774
4
96
224
320
122
4
400
264
4608
1254
4
2048
0
8768
6
3200
0
2323
2
Jumlah 3
6
408 288
65
252
8
1805
50
Dari tabel dan distribusi frekuensi
hasil belajar kelas kontrol tersebut dapat
26
dilihat frekuensi nilai dari tiap-tiap kelas
interval kelas eksperimen dan nilai tengah
dari tiap-tiap kelas interval yang memiliki
frekuensi (f) paling banyak terdapat pada
kelas 69 – 76 sebanyak 17 orang siswa
sedangkan untuk kelas yang memiliki
frekuensi terendah terletak pada kelas 45 –
52 sebanyak 2 orang siswa, berikut
merupakan data Distribusi Frekuensi Interval
Nilai Kelas Eksperimen dalam diagram
batang :
Diagram II
Diagram Distribusi Frekuensi Interval
Nilai Kelas Kontrol
d. Nilai rata-rata kelas eksperimen
e. Modus
f. Simpangan baku
Dari nilai rata-rata, modus, dan
simpangan baku maka dapat dicari koefisien
0
5
10
15
20
45 - 52 53 - 60 61 - 68 69 - 76 77 - 84 85 - 92
27
kemiringan kurva dengan menggunakan
rumus Karl Pearson, yaitu:
(Karena nilai Km
sebesar – 0,73 terletak antara (-1) dan
(1) , maka data distribusi normal).
4.1.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dilakukan untuk
membuktikan kesamaan varians kelompok
yang membentuk sampel. Uji homogenitas
dalam penelitian ini menggunakan uji
Bartlett. Untuk memudahkan perhitungan
satuan-satuan untuk uji Bartlet, data disusun
dalam sebuah daftar berikut:
TABEL VI
SATUAN-SATUAN UNTUK UJI
BARTLETT
Sampel
ke
1
2
35
35
0,028
0,028
277,3
86,5
2,43
1,94
85,05
67,9
Jumlah 70 152,95
Kemudian dihitung:
1. Varians gabungan dari semua sampel
166,04
2. Harga satuan B dengan rumus
Ternyata untuk uji Bartlett digunakan
statistik chi kuadrat, dimana x2 dihitung
dengan rumus:
Dengan uji Bartlett , dari
daftar ditribusi chi-kuadrat dengan
didapat . Ternyata bahwa
maka dapat disimpulkan
bahwa nilai tes tidak ada perbedaan varians
28
antara sampel-sampel. Dengan kata lain
sampel-sampel yang diambil homogen.
4.1.2.3 Pengujian Hipotesis
Dari hasil analisis data di atas
diketahui bahwa kedua sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan
mempunyai varians dan homogen, maka
untuk selanjutnya dapat dilakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan uji t yang
terdapat pada tabel 7 sebagai berikut:
TABEL VII
NILAI RATA-RATA DAN SIMPANGAN
BAKU
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol Nilai rata-
rata
Standar
deviasi
Jumlah
siswa
Untuk mencari harga , perlu
dicari terlebih dahulu standar deviasi
gabungan dari kedua sampel dengan
menggunakan rumus:
12,88
Jadi:
Dari hasil perhitungan didapat thitung =
2,17 dan ttabel = t(0,95)(70) dengan derajat
kebebasan (dk = 70) pada taraf nyata 5%.
Tidak ada dalam tabel uji t, maka harus
dicari interpolasi yaitu:
29
Dari perhitungan diatas, diperoleh ttabel =
1,67 dengan thitung = 2,17, maka thitung > ttabel
yaitu 2,17 > 1,668. Maka Ho ditolak dan Ha
diterima ini berarti ada pengaruh yang
signifikan dengan kegiatan belajar yang
memakai model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) dengan
menggunakan Strategi Project-Based
Learning terhadap hasil belajar fisika siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur.
4.2 Pembahasan
Dalam penelitian pengaruh model
pembelajaran Contextua Teaching Learning
(CTL) dengan menggunakan strategi Project-
based learning terhadap hasil belajar fisika
siswa di kelas VIII SMPN 1 Rantau Bayur,
peneliti menggunakan dua kelas. Kelas
VIII.2 sebagai kelas eksperimen berjumlah
36 siswa dan kelas VIII.1 sebagai kelas
kontrol berjumlah 36 siswa. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh data hasil
dokumentasi ternyata kelas VIII.1 dan kelas
VIII.2 memiliki nilai yang dapat diterima
sehingga sangat tepat untuk dijadikan sampel
penelitian.
Pada awal memberikan model dan
strategi pembelajaran peneliti mengalami
kesulitan, karena sudah tertanam di dalam
diri siswa bahwa pelajaran IPA (khususnya
dalam belajar Fisika) pelajaran yang sangat
sulit, banyak rumus-rumus, serta
kemampuan siswa dalam merubah satuan
sangat lemah, ini terlihat dari hasil Pre-test
banyak siswa yang tidak mencapai KKM.
Tetapi setelah model dan strategi ini saya
gunakan terutama di kelas eksperimen
perlahan-lahan siswa mulai menyukai
pelajaran fisika karena model dan strategi ini
dapat meningkatkan kreatifitas siswa.
Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
diberikan soal yang sama berupa pilihan
ganda yang telah dijawab siswa dan
30
diperiksa kemudian dilakukan analisis. Dari
hasil penilaian tersebut sebagian besar soal-
soal dijawab oleh siswa dengan benar. Hal
ini membuktikan bahwa Model pembelajaran
Contextual Taching Lerning dengan
menggunakan strategi Project-based
Learning dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar agar dapat mengetahui hasil
belajar siswa.
Dari hasil analisis didapat bahwa dengan
Model pembelajaran Contextual Taching
Lerning dengan menggunakan strategi
Project-based Learning dapat dengan baik
dilaksanakan dimana siswa bersama dalam
kelompok dapat membahas getaran. Dengan
Model pembelajaran Contextual Taching
Lerning dengan menggunakan strategi
Project-based Learning dapat memotivasi
siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran
serta mengalami dan membuktikan sendiri
tentang apa yang dipelajarinya
Berdasarkan hasil perhitungan yang
didapat untuk kelas eksperimen, uji
normalitas data yang di peroleh
sedangkan untuk kelas kontrol
diperoleh dan harga tersebut
terletak antara (1) dan (-1) sehingga dapat
dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol terdistribusi normal. Untuk hasil
perhitungan uji homogen:
. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa, sampel berasal dari populasi yang
sama. Jadi, data Sesuai kriteria pengujian
hipotesis yang telah dilakukan, maka Ho
ditolak dan Ha diterima, ini berarti bahwa
Model pembelajaran Contextual Taching
Lerning dengan menggunakan strategi
Project-based Learning lebih baik dari pada
yang tidak menggunakan Model
pembelajaran Contextual Taching Lerning
dengan menggunakan strategi Project-based
Learning. Dari hal tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh Model
pembelajaran Contextual Taching Lerning
dengan menggunakan strategi Project-based
Learning terhadap hasil belajar siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Rantau Bayur.
Dari hasil analisis data menunjukkan
bahwa hasil tes akhir untuk kelas eksperimen
diperoleh nilai thitung = 2,17 dan ttabel = 1,668.
31
Dengan demikian, ternyata harga thitung >
ttabel, 2,17 > 1668.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh penulis, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh
(ada pengaruh) yang signifikan dari model
pembelajaran Contextual Teaching Learning
(CTL) dengan menggunakan Strategi
Project-Based Learning terhadap hasil
belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Rantau Bayur, hal ini terbukti dari pengujian
hipotesis yang diperoleh bahwa thitung = 2,17
sedangkan ttabel = 1,668 dengan taraf
signifikan 5 % dan dk = 70 adalah 0,95
karena thitung lebih besar dari ttabel dengan
demikian Ha diterima dan Ho ditolak.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas,
peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa, sebelum menjawab soal
hitungan hedaknya membaca dan
memahami soal dengan teliti, terutama
masalah satuan sehingga dapat
menjawab soal dengan benar, karena hal
ini dapat meningkatkan kemampuan dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran
nantinya.
2. Model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) dengan
menggunakan Strategi Project-Based
Learning hendaknya dapat dijadikan
salah satu alternatif dalam proses belajar
mengajar yang akan dilakukan guru,
khususnya bagi guru mata pelajaran
fisika.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan untuk memperbaiki mutu dan
kualitas sekolah, dan dapat memberikan
gambaran kemampuan penalaran dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
(Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syiful Bahri. 2010. Guru dan
Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta : Rineka Cipta.
. 2008. Psikologi
Belajar. Jakarta : Rieneka Cipta
32
Hanafiah Nanang & Suhana Cucu. 2010.
Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: Reflika Aditama
Johnson, Elaine B. 2011. Contextual
Teaching and Learning menjadikan
kegiatan belajar-mengajar
mengasikkan dan bermakna.
Bandung: Kaifa
Lisnani. 2010. Pengaruh Strategi Mastery
Learning dengan Menggunakan
Metode Eksperimen terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa di SMA
Methodist – 2 Palembang. Skripsi
Universitas PGRI Palembang. Tidak
dipublikasikan.
Sanjaya, wina. 2010. Strategi pembelajaran
berorientasi standar proses
pendidikan. Jakarta : Kencana.
. 2010. Perencanaan dan
Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarata : Kencana.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung :
Tarsito.
Sudjana. 2002. Metoda Statistik. Bandung :
Tarsito
Sugiyono. 2011. Metode penelitian
Pendidikan.Bandung: Alfabeta
Supran1990, yandi “Getaran”
http://yandisupran1990.blogspot.com/
2013/07/getaran.html. 14 September
2013
Tim penyusun. 2012. Pedoman penulisan
skripsi. Palembang : Universitas
PGRI Palembang
Trianto. 2010. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana
. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher