jurnal ternak, vol.05, no.02, des. 2014 issn 2086 - 5201 26journal.unisla.ac.id/pdf/18412013/edy...

13
2 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014 JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 26 ISSN 2086 - 5201 KAJIAN SUPLEMENTASI PLANT EXTRACT UREA MOLLASES MULTINUTRIENT BLOCK (PE-UMMB) DALAM RANSUM TERNAK RUMINANSIA KORBAN ERUPSI GUNUNG BERAPI DI INDONESIA Edy Susanto* * Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Islam Lamongan Jl.Veteran No.53.A Lamongan Abstrak Persoalan penanganan tanggap darurat terhadap ternak ruminansia korban erupsi gunung berapi adalah penyediaan asupan pakan yang cukup. Suplementasi ransum ternak tersebut dapat dilakukan dengan konsep mengurangi jumlah penggunaan pakan yang bulky melalui alternatif teknologi Plant Extract Urea Mollases Multinutrient Block (PE-UMMB). Karya Ilmiah ini termasuk jenis penelitian Deskriptif dengan metode Studi Pustaka yaitu kajian ilmiah tentang suatu masalah yang dianalisis dari berbagai konsep dan teori literatur pustaka. Jenis data yang diambil adalah data sekunder kemudian diolah dengan analisis isi (content analysis) dengan berdasar pada informasi dan telaah pustaka dari artikel ilmiah, jurnal dan text book. Hasil kajian ilmiah ini menunjukkan bahwa Plant Extract Urea Mollases Multinutrient Block (PE-UMMB) dapat digunakan dalam suplementasi pakan, berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan terbukti bahwa penambahan Ekstrak Yucca schidigera sebesar 0,05 % dalam UMMB menunjukkan keunggulannya dalam hal berat badan, efisiensi blok dan kelayakan ekonomi terhadap usaha pembesaran anak sapi Bos indicus. Diperlukan penelitian dan percobaan lebih mendalam tentang plant extrak berdasarkan jenis vegetasi tanaman di Indonesia dan pengaruh PE-UMMB terhadap performans ternak ruminansia di Indonesia. Kata Kunci : Gunung Berapi, PE-UMMB, Plant Extract, Ruminansia PENDAHULUAN Vulkanolog terkenal Tom Simkin dan Lee Siebert dalam bukunya "Volcanoes of the World" menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang secara geografis di dominasi oleh gunung api yang terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo- Australia dan merupakan bagian dari cincin api pasifik (Holosen, 2006). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat bahwa Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif dengan kurang lebih 5 juta penduduk yang berdiam di sekitarnya. Gunung paling aktif adalah Kelud dan Merapi di pulau jawa (PVMBG, 2013). Erupsi (letusan) gunung berapi telah mengakibatkan kerugian yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat dan makhluk hidup di sekitarnya. Erupsi gunung Merapi yang berawal pada tanggal 26 Oktober 2010 dan mencapai puncaknya pada tanggal 6 November 2010 telah mengakibatkan korban meninggal mencapai 275 orang, rawat inap sejumlah 576 orang dan pengungsi sebanyak 287.131 orang (BNPB, 2010). Kerugian sumberdaya antara lain : lahan, air, tanaman dan ternak juga cukup besar , sementara khusus di sektor pertanian kerugian akibat erupsi Merapi ini diperkirakan mencapai Rp. 5,821 triliun (KOMPAS, 2010). Priyanti dan Ilham (2011) mengestimasi total kerugian pada usaha peternakan mencapai Rp. 88,320 milyar berdasarkan jumlah ternak mati, ternak yang sudah dijual dan akan dijual, kerusakan kebun pakan ternak dan menurunnya produksi susu. Berdasarkan data-data tersebut diketahui bahwa erupsi gunung berapi sangat berdampak pada usaha peternakan khususnya ternak ruminansia (Sapi Potong, Sapi Perah, Kerbau, Kambing dan Domba). Wilayah tersebut sebagian besar terbakar dan tertutup abu pada berbagai ketebalan, dimana kawasan yang paling banyak tertutup bahan abu adalah lahan-lahan pertanian, termasuk kebun hijauan pakan ternak. Lahan-lahan ini mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan sangat berat sampai kerusakan ringan. Pakan berkonstribusi langsung terhadap 60-70% komponen produksi (Mc.Donald et al., 2000). Ternak ruminansia mempunyai lambung majemuk yang berfungsi mencerna bahan pakan berserat tinggi seperti rumput dan limbah pertanian. mikroba di dalam rumen mampu

Upload: buidang

Post on 25-May-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

26 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 26

ISSN 2086 - 5201

KAJIAN SUPLEMENTASI PLANT EXTRACT UREA MOLLASES MULTINUTRIENT BLOCK (PE-UMMB) DALAM RANSUM TERNAK RUMINANSIA KORBAN ERUPSI GUNUNG BERAPI

DI INDONESIA

Edy Susanto*

* Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Islam Lamongan Jl.Veteran No.53.A Lamongan

Abstrak

Persoalan penanganan tanggap darurat terhadap ternak ruminansia korban erupsi gunung berapi adalah penyediaan asupan pakan yang cukup. Suplementasi ransum ternak tersebut dapat dilakukan dengan konsep mengurangi jumlah penggunaan pakan yang bulky melalui alternatif teknologi Plant Extract Urea Mollases Multinutrient Block (PE-UMMB). Karya Ilmiah ini termasuk jenis penelitian Deskriptif dengan metode Studi Pustaka yaitu kajian ilmiah tentang suatu masalah yang dianalisis dari berbagai konsep dan teori literatur pustaka. Jenis data yang diambil adalah data sekunder kemudian diolah dengan analisis isi (content analysis) dengan berdasar pada informasi dan telaah pustaka dari artikel ilmiah, jurnal dan text book. Hasil kajian ilmiah ini menunjukkan bahwa Plant Extract Urea Mollases Multinutrient Block (PE-UMMB) dapat digunakan dalam suplementasi pakan, berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan terbukti bahwa penambahan Ekstrak Yucca schidigera sebesar 0,05 % dalam UMMB menunjukkan

keunggulannya dalam hal berat badan, efisiensi blok dan kelayakan ekonomi terhadap usaha pembesaran anak sapi Bos indicus. Diperlukan penelitian dan percobaan lebih mendalam tentang plant extrak berdasarkan jenis vegetasi tanaman di Indonesia dan pengaruh PE-UMMB terhadap

performans ternak ruminansia di Indonesia. Kata Kunci : Gunung Berapi, PE-UMMB, Plant Extract, Ruminansia

PENDAHULUAN

Vulkanolog terkenal Tom Simkin dan Lee Siebert dalam bukunya "Volcanoes of the World" menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang secara geografis di dominasi oleh gunung api yang terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia dan merupakan bagian dari cincin api pasifik (Holosen, 2006). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat bahwa Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif dengan kurang lebih 5 juta penduduk yang berdiam di sekitarnya. Gunung paling aktif adalah Kelud dan Merapi di pulau jawa (PVMBG, 2013).

Erupsi (letusan) gunung berapi telah mengakibatkan kerugian yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat dan makhluk hidup di sekitarnya. Erupsi gunung Merapi yang berawal pada tanggal 26 Oktober 2010 dan mencapai puncaknya pada tanggal 6 November 2010 telah mengakibatkan korban meninggal mencapai 275 orang, rawat inap sejumlah 576 orang dan pengungsi sebanyak 287.131 orang (BNPB, 2010). Kerugian sumberdaya antara lain : lahan, air, tanaman dan ternak juga cukup besar, sementara khusus di sektor pertanian kerugian akibat erupsi Merapi ini diperkirakan mencapai Rp. 5,821 triliun (KOMPAS, 2010). Priyanti dan Ilham (2011) mengestimasi total kerugian pada usaha peternakan mencapai Rp. 88,320 milyar berdasarkan jumlah ternak mati, ternak yang sudah dijual dan akan dijual, kerusakan kebun pakan ternak dan menurunnya produksi susu.

Berdasarkan data-data tersebut diketahui bahwa erupsi gunung berapi sangat berdampak pada usaha peternakan khususnya ternak ruminansia (Sapi Potong, Sapi Perah, Kerbau, Kambing dan Domba). Wilayah tersebut sebagian besar terbakar dan tertutup abu pada berbagai ketebalan, dimana kawasan yang paling banyak tertutup bahan abu adalah lahan-lahan pertanian, termasuk kebun hijauan pakan ternak. Lahan-lahan ini mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan sangat berat sampai kerusakan ringan.

Pakan berkonstribusi langsung terhadap 60-70% komponen produksi (Mc.Donald et al., 2000). Ternak ruminansia mempunyai lambung majemuk yang berfungsi mencerna bahan pakan berserat tinggi seperti rumput dan limbah pertanian. mikroba di dalam rumen mampu

27 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 27

ISSN 2086 - 5201

menghasilkan enzim spesifik dalam merubah bahan pakan tersebut menjadi protein dan VFA (Volatile Fatty Acid) sebagai sumber asam amino dan energi yang dibutuhkan untuk hidup pokok dan produksi ternak tersebut (Czerkaweski, 1991 ; Soejono, 1998). Pada masa tanggap darurat erupsi gunung berapi, maka langkah tepat yang harus dipersiapkan adalah penyediaan asupan pakan yang cukup guna menjaga produksi dan menekan kerugian usaha peternakan.

Usaha pemenuhan kebutuhan pakan ternak ruminansia disaat emergency telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Perusahaan Swasta. Menteri Pertanian “Suswono” menyatakan telah mengirim 500 ton pakan ternak sapi perah ke wilayah peternakan terdampak gunung Kelud (DETIK.COM, 2013). Usaha tersebut secara teknis sangat sulit dan tidak ekonomis karena sifat pakan basal ternak ruminansia cenderung bulky/volumeneous (memerlukan banyak tempat) baik dalam distribusi maupun penyimpanannya. Faktor lain adalah ketersediaan bahan pakan ini sangat bergantung pada musim. Jika erupsi gunung berapi terjadi di musim kemarau, maka sumber bahan pakan ternak ruminansia ini akan sangat sulit didapat.

Perlu kajian teknologi pakan ternak ruminansia yang tepat dalam mengatasi permasalahan tersebut. Hal yang sangat mungkin dilakukan adalah mengurangi penggunaan bahan pakan basal yang bentuk dan karakteristiknya bulky dan bergantung pada musim dengan cara suplementasi bahan pakan yang unvolumeneous dan tersedia sepanjang musim.

Suplementasi ransum ternak ruminansia pada saat terdampak erupsi gunung berapi mutlak diperlukan karena ketersediaan hijauan pakan yang terbakar dan hancur akibat erupsi. Pakan suplemen merupakan pakan yang dipakai untuk memperbaiki nilai gizi pakan basal (Tim Laboratorium IPB, 2013). Teknologi suplementasi yang telah banyak berkembang di Indonesia diantaranya UMMB, SPM dan SPMTM. Suharyono (2009) telah melaporkan tentang manfaat Urea Molases Multinutrien Block (UMMB), Suplemen Pakan Multinutrient (SPM) dan Suplemen Pakan Multinutrient Tanpa Molases (SPMTM) dapat meningkatkan produksi dan perbaikan hasil fermentasi rumen, bahkan untuk penurunan produksi gas metana mampu menurunkan 15 – 60% bila dibanding dengan pakan yang biasa diberi oleh peternak (Suharyono et al., 2010).

Baru-baru ini banyak penelitian tentang perbaikan fungsi ruminan. Salah satu teknologi yang banyak diteliti di negara-negara maju adalah plant extraction. Metode plant extraction merupakan alternatif metode eksplorasi secondary metabolites di dalam tanaman yang mengacu pada metabolisme rumen untuk memperbaiki efisiensi pakan dan produktivitas ternak (Benchaar et al., 2007). Proses ini menghasilkan plant extract yang berisi senyawa penting yang dibutuhkan ternak ruminansia diantaranya essential oil serta enzim endogen dan cairan pencernaan yang dapat mengoptimalkan produksi volatile fatty acid (VFA) dalam rumen guna meningkatkan kecernaan nutrien dan produktivitas ternak. Plant extract juga memiliki potensi untuk menekan jumlah protozoa dalam rumen sehingga protein pakan bisa diserap secara optimal (Tekeli et al., 2007).

Upaya mencukupi kebutuhan ternak ruminansia korban erupsi yang kekurangan pakan hijauan sangat mungkin dilakukan dengan cara penambahan plant extract dalam produk suplemen pakan yang selama ini sudah ada seperti UMMB. Kombinasi teknologi plant extract dalam bentuk block (padatan berbentuk balok) melalui penambahan pada Urea Mollases Multinutrient Block atau disebut PE-UMMB merupakan kajian ilmiah yang sangat menarik dan bermanfaat. Produk suplementasi PE-UMMB diharapkan bisa menekan kerugian usaha peternakan ruminansia yang terdampak erupsi gunung berapi di Indonesia.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Jenis Karya Ilmiah

Karya Ilmiah ini termasuk jenis penelitian Deskriptif. Kasim, dkk. (2011) menjelaskan bahwa Penelitian Deskriptif (descriptive research), yang biasa disebut juga Penelitian Taksonomik (taxonomic research) dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel dengan masalah dan unit yang diteliti.

28 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 28

ISSN 2086 - 5201

Metode Penulisan Metode penulisan karya ilmiah yang digunakan adalah Studi Pustaka. Kerlinger (2002)

menjelaskan bahwa metode Studi Pustaka adalah suatu kajian ilmiah tentang suatu masalah yang dianalisis dari berbagai konsep dan teori literatur pustaka.

Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang diambil adalah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara mengambil data sekunder melalui media teknologi informasi yang terpercaya baik media cetak maupun media online (Abidin, 1995).

Analisis Data Data diolah dengan analisis isi (content analysis) dengan berdasar pada informasi dan

telaah pustaka dari artikel ilmiah, jurnal dan text book yang relevan (Nazir, 1999). Pengambilan simpulan dan saran didasarkan atas analisis dan sintesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Metabolisme Pencernaan Ruminansia Kajian suplementasi Plant Extract Urea Mollases Multinutrient Block (PE-UMMB) untuk

ternak ruminansia korban erupsi gunung berapi harus diawali dengan pengetahuan kebutuhan nutrisi ternak itu. Penentuan kebutuhan nutrisi tersebut lazim didasarkan pada mekanisme yang terjadi di dalam sistem pencernaan ternak ruminansia.

Metabolisme Nutrisi Ruminansia

Makanan ternak ruminansia pada dasarnya mengandung 40% selulose, hemiselulose, dan pati yang dicerna oleh jasad renik dalam rumen, sedangkan 25% karbohidrat terlarut air dan fruktan dicerna secara enzimatis (Tillman dkk., 1984).

Preston and Leng (1987) menyatakan bahwa secara umum metabolisme pencernaan ruminansia di berbagai negara menghasilkan senyawa penting diantaranya : 1) VFA Energy, 2) Glucogenic energy, 3) Amino acids, dan 4) long chain fatty acids (LCFA). Mekanisme penggunaan nutrisi tersebut untuk kehidupan ternak ruminansia bisa digambarkan seperti pada gambar 1 dan gambar 2 berikut.

Gambar 5. Substrat Metabolik dan Fungsi Produktif pada Ternak Ruminansia (Preston and Leng, 1987)

29 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 29

ISSN 2086 - 5201

Gambar 2. Sumber Nutrisi Untuk Metabolisme Ternak Ruminansia (Preston and Leng, 1987).

Macam makanan sangat berpengaruh terhadap konsentrasi jasad renik utamanya

ketersediaan hijauan dan pakan penguat. Aktivitas pemanfaatan makanan oleh jasad renik rumen dicerminkan bahwa di dalam retikulo-rumen hanya tinggal 30% ketika masuk abomasum, sehingga 70% telah dirubah oleh jasad renik tersebut menjadi senyawa yang larut dan diabsorbsi tubuh (Tillman dkk., 1984).

Kondisi ternak ruminansia korban erupsi gunung berapi tentunya akan sangat kekurangan asupan nutrisi tersebut sehingga metabolisme ruminan akan terganggu dan berakibat menurunnya performans dan produktivitas ternak. Suplementasi merupakan hal yang sangat mungkin dilakukan guna menjaga kenormalan fungsi metabolisme tersebut.

Kebutuhan Nutrisi Berdasarkan Fase Produksi Kondisi ternak ruminansia korban erupsi gunung berapi tentunya cukup beragam,

diantaranya masih ada yang dalam fase pertumbuhan (pedet, cempe dan lain sebagainya), fase induk yang bereproduksi, fase penggemukan, fase laktasi dan lain-lain. Kartadisastra (1997) dalam Ismartoyo (2011) menyatakan bahwa jumlah kebutuhan nutrisi bergantung jenis ternak, umur, fase, (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembapan, nisbi udara) serta berat badannya.

Widayati dan Widalestari (1996) dalam Ismartoyo (2011) menambahkan bahwa pakan yang di berikan jangan sekedar untuk mengatasi lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi. Fase pertumbuhan ternak ruminansia sangat membutuhkan asam amino untuk jaringan sintesis dan glukosa untuk oksidasi dalam jaringan tertentu ( misalnya , otak ) (Preston and Leng, 1987). Kebutuhan nutrisi sapi potong berdasarkan fase produksinya disajikan pada tabel 1 berikut ini.

30 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 30

ISSN 2086 - 5201

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Sapi Potong (Kearl, 1982; Umiyasih dan Anggraeny, 2007)

31 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 31

ISSN 2086 - 5201

Pemberian rumput lapangan sebagai sumber hijauan untuk ruminansia tidak dapat meningkatkan produksi dan hanya menyokong kebutuhan zat-zat pakan untuk memenuhi kebutuhan pokok (Obst et al., 1978 ; Van Soest, 1994). Sehingga perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi ternak tersebut pada masing-masing fase produksi sesuai prinsip balance ration.

Keseimbangan Energi dan Protein Efisiensi sintesis protein mikroba rumen dinyatakan dalam gram protein mikroba yang

dibentuk per kg bahan organik tercerna (Haryanto, 2012). Protein kasar yang masuk retikulo-rumen berasal dari makanan dan saliva, dapat berupa protein murni ( terdiri dari asam-asam amino yang diikat dengan ikatan peptide) dan Nitrogen Non Protein/NPN ( Tillman, dkk., 1984).

Kebutuhan energi pada sapi post-partum lebih banyak diperoleh dari jaringan lemak tubuh (adipose tissue) yang dioksidasi karena konsumsi energi dari pakan tidak akan mencukupi kebutuhan sehingga terjadi neraca energi yang negatif (negative energy balance). Oleh karena itu, penambahan energi dalam pakan pada periode post-partum tidak terlalu mempengaruhi produksi susu (Remppis et al., 2011). Cadangan energi dalam bentuk lemak tubuh akan dimobilisasi menjadi asam lemak bebas (free fatty acid) dan digunakan sebagai sumber energi oleh hati, sehingga sering dijumpai kejadian perlemakan hati yang dapat menyebabkan penurunan proses gluconeogenesis.

Meskipun hasil penelitian sinkronisasi ketersediaan energi dan protein di dalam rumen memberikan respon positif terhadap performans ternak, nampaknya tidak semuanya demikian. Yang et al. (2010) menyatakan masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang keseimbangan energi dan protein ini sebelum diterapkan di tingkat lapang. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa sintesis protein mikroba rumen juga dipengaruhi oleh adanya unsur-unsur lain, seperti sulfur, fosfor dan mineral-mineral lain.

Kebutuhan Suplementasi Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas ransum ruminansia

dan meningkatkan hasil produksi yang optimal yaitu dengan cara kombinasi bahan pakan atau penambahan pakan suplemen. Karena pakan suplemen terdiri atas bahan baku yang memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi, sehingga kebutuhan ternak dapat terpenuhi (Suharyono, dkk. 2010).

Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa ketika pasokan protein memadai maka kualitas energi juga dapat menjadi faktor pembatas, ketersediaan glukosa pada hewan dapat ditingkatkan dengan suplementasi (Tauqir et al., 2011). Glukosa yang cukup akan dioksidasi menjadi NADPH untuk mensintesis VFA khususnya asam asetat . Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak hanya bergantung pada proses pencernaan ruminan tetapi by-pass protein suplement sangat penting untuk meningkatkan penyerapan energi VFA (Hvelplund, 1991). Data yang diambil dari Bangladesh dan Kuba menunjukkan suplementasi 50 gr/hr tepung ikan pada ransum jerami amoniasi dan mollases menghasilkan peningkatan bobot badan sapi potong sebesar tiga kali lipat dengan PBB mencapai 300-900 gr / hr (Bakrie et al., 1996).

Preston and Leng (1987) melaporkan bahwa tingkat konsepsi sapi yang merumput dimusim kemarau cukup rendah karena asupan energi dan protein murni dari hijauan pakan yang tidak memadahi. Hal ini membenarkan laporan dari Moseley et al. (1982) bahwa kualitas energi yang terbaik adalah dalam bentuk glucogenic energy dan VFA energy. Hal tersebut tidak cukup ditambahkan energi dan by-pass protein melalui suplementasi Urea-mollases, akan tetapi perlu senyawa prekursor pembentuk glucogenic energy dan VFA energy yang di dapat dari ekstrak tenaman / plant Extract, juga diperlukan senyawa antimikroba yang dapat menekan jumlah protozoa rumen guna mengoptimalkan penyerapan protein (Takeli et al., 2007). Hal ini yang mendasari pentingnya suplementasi Plant Extract Urea Mollases Multinutrient Block (PE-UMMB) terhadap ternak ruminansia korban erupsi gunung berapi di Indonesia.

32 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 32

ISSN 2086 - 5201

Prinsip dan Metode Plant Extraction

Metabolisme Plant Extract Dalam Rumen

Beberapa studi dilakukan untuk mengetahui pengaruh plant Extract terhadap produksi VFA di dalam proses pencernaan ternak ruminansia (Cardozo, et al., 2013) seperti pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Pengaruh natural plant extract terhadap konsentrasi VFA, proporsi asam asetat dan asam propionat pada 2 jam setelah pemberian pakan dari hari 1 – 8 proses fermentasi (Cardozo, et al., 2013).

K

eKeterangan :

bCTR = Control, MIX = campuran proporsi yang sama dari semua ekstrak, CIN =

kayu manis, GAR = bawang putih, YUC = yucca, ANI = adas, BIJIH = oregano, dan PEP = merica

Ekstrak tumbuhan alami (natural plant extract) memiliki sifat antimikroba yang dapat

memberikan alternatif untuk mengubah kondisi rumen karena kemampuan mereka untuk meningkatkan energi atau penggunaan protein dalam rumen ( Kamel , 2001). Ada bukti bahwa beberapa minyak esensial mengurangi tingkat deaminasi asam amino , tingkat produksi amonia dan jumlah bakteri amonia memproduksi . Oleh karena itu , ekstrak tumbuhan alami dapat digunakan untuk memanipulasi fermentasi rumen dengan modulasi selektif spesies mikroba tertentu (Takeli et al., 2007). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi dosis optimal , dan pengaruh waktu adaptasi pada metabolisme N dalam rumen.

Thalib et al. (1995) dalam (Takeli et al., 2007) menemukan bahwa ketika plant extract mengandung ekstrak menthol diberikan secara oral pada domba, jumlah protozoa menurun

33 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 33

ISSN 2086 - 5201

sebesar 57 % dan konsentrasi bakteri meningkat sebesar 69 % dalam cairan rumen. Sehingga menghambat degradasi protein dalam rumen dan berpotensi meningkatkan pasokan protein pada saluran pasca rumen (Fernandez et al. 1997; Takeli et al., 2007).

Metode Plant Extraction Penentuan metode ekstraksi tanaman (plant extraction) bergantung pada jenis tanaman

dan substrat yang akan di ekstrak. Kamel (2000) mengutip beberapa jenis tanaman beserta komponen utamanya seperti disajikan pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Jenis dan Komponen Utama Senyawa Tanaman (Kamel, 2000)

Di Indonesia banyak tanaman yang bisa diektraksi diantaranya daun waru. Pertiwi, dkk.

(2013) melaporkan bahwa daun waru (Hibiscus tilliaceus) dapat diberikan untuk ternak ruminansia dengan kandungan protein 18,09% (Rika, 2007). Putra (2006), melaporkan daun waru mengandung saponin yang mampu menurunkan protozoa dan meningkatkan bakteri rumen, sehingga memperbaiki metabolisme rumen. Turunnya populasi protozoa berbanding lurus dengan penurunan produksi gas metana. Hal ini disebabkan 25% bakteri metanogenik bersimbiosis dengan protozoa (Bryden and Annison, 1998). Pembentukan metana berpengaruh negatif terhadap hewan ternak itu sendiri, yaitu dapat menyebabkan kehilangan energi hingga 15% dari total energi kimia tercerna.

Handa et al. (2008) dalam Benchaar et al. (2008) memaparkan bahwa secara umum metode ektraksi tanaman bisa dilakukan dengan langkah : 1) pengumpulan dan otentikasi bahan tanaman & pengeringan, 2) pengurangan ukuran, 3) ekstraksi, 4) penyaringan, 5) pengkonsentrasian, dan 6) pengeringan & reconstitusi.

Kualitas ekstrak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : bagian tanaman yang digunakan sebagai awal material, pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, prosedur ekstraksi, dan rasio bahan tanaman dengan pelarut dan lain-lain. Pada percobaan skala laboratorium, semua parameter harus dioptimalkan dan dikendalikan selama ekstraksi.

34 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 34

ISSN 2086 - 5201

Metode terkini dalam ekstraksi tanaman antara lain : 1) Microwave Assisted Extraction (MAE) yaitu dengan penyerapan material melalui gelombang mikro elektromagnetik yang dirubah menjadi energi panas (Jain et al., 2009). 2) Ultrasonication Assisted Exraction (UAE) yaitu penggunaan gelombang suara berfrekuensi tinggi yang diinteraksikan dengan material bahan (Dai and Mumper, 2010). 3) Supercritical Fluid Extraction (SFE) yaitu penggunaan suhu lingkungan yang bertekanan tinggi untuk mencegah denaturasi plant extract (Tonthubthimthong et al., 2001).

Plant Extract Urea Mollases Multinutrient Block (PE-UMMB)

Penggunaan suplemen pakan dalam bentuk balok padat/block mempunyai beberapa keuntungan diantaranya : 1) kemudahan transportasi, 2) kemudahan penyimpanan dan penggunaan, dan 3) mengurangi resiko dibandingkan dengan pendekatan lain, seperti memberikan sejumlah kecil urea dalam air minum serta penaburan larutan urea pada pakan berserat (FAO, 2007).

Salah satu bentuk PE-UMMB kombinasi antara plant extract dan UMMB telah dilaporkan oleh Mirza et al. (2002) menggunakan ekstrak tanaman Yucca schidigera (100% powder made USA) sebesar 0,05% dari berat UMMB. Komposisi pembuatan PE-UMMB tersebut disajikan pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Ingredient dan Komposisi Kimia PE-UMMB (Mirza et al., 2002) Prosedur pembuatan PE-UMMB tersebut adalah dengan proses dingin yaitu semua bahan

dicampur secara mekanis, Ekstrak tanaman Yucca schidigera dicampurkan dalam molases sebelum dicampur dengan bahan lainnya. Kemudian baru dicampur satu per satu dengan setiap bahan mulai dari urea hingga tepung biji kapas. Campuran dicetak dengan berat 5 kg kemudian dipadatkan dengan pres hidrolik. Setelah 24 jam PE-UMMB dapat dibungkus dengan plastik untuk menjaga kualitasnya (Mirza et al., 2002).

Terdapat pengaruh suplementasi PE-UMMB terhadap performans anak sapi Bos indicus seperti disajikan pada tabel 5 berikut ini.

35 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 35

ISSN 2086 - 5201

Tabel 5. Konsumsi PE-UMMB dan Performans Anak Sapi Bos indicus selama masa percobaan (Mirza, et al., 2002)

Nilai ekonomis suplementasi PE-UMMB pada usaha pembesaran anak sapi potong juga dihitung oleh Mirza et al. (2002) seperti disajikan pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Nilai Ekonomis Suplementasi PE-UMMB pada Usaha Pembesaran Anak Sapi Bos indicus (Mirza et al., 2002)

Berdasarkan penelitian tersebut dibuktikan bahwa penambahan Ekstrak Yucca schidigera sebesar 0,05 % dalam UMMB menunjukkan keunggulannya dalam hal berat badan , efisiensi blok dan kelayakan ekonomi (Mirza et al., 2002).

Penelitian tentang suplementasi Plant Extract Urea Mollases Multinutrient Block (PE-UMMB) di Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan. Berbagai vegetasi tanaman yang ada bisa dieksplorasi dengan pola penelitian seperti yang dilakukan oleh Mirza et al.,( 2002). Produk tersebut nantinya bisa dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif menekan kerugian usaha ternak ruminansia akibat erupsi gunung berapi.

Strategi Pemanfaatan PE-UMMB saat Emergency FAO (2007) melaporkan bahwa di masa lalu, peran UMMB sebagai suplemen pakan basal

selama periode musim dingin yang parah di Mongolia dan wilayah dataran tinggi China telah dapat menekan jumlah kematian sapi. Hal tersebut juga berlaku selama periode kekeringan dan setelah banjir di negara-negara seperti India , Sudan dan Zimbabwe . Selama periode kekeringan, hanya tersisa tanaman yang berserat dan mengandung lignin tinggi yang tersedia untuk pakan .

Dalam situasi darurat (emergency) seperti terjadinya erupsi gunung berapi maka keberadaan PE-UMMB merupakan sumber pasokan nitrogen, mollases dan multinutient untuk mikroba rumen. Kesederhanaan bentuk suplemen padat dan kompak (block) tersebut merupakan jaminan ketersediaan pasokan energi untuk ternak rumiansia. Groce (1998) menyebutkan bahwa produksi yang cepat, kemudahan dalam transportasi serta kemudahan dalam penyimpanan merupakan beberapa keuntungan dari teknologi suplementasi pakan solid dalam situasi bencana .

36 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 36

ISSN 2086 - 5201

Diperlukan penelitian lebih mendalam untuk sepenuhnya mengeksploitasi manfaat kombinasi berbagai nutrisi, mineral, aditif dan obat-obatan dalam PE-UMMB. Pengembangan teknologi ini harus dilakukan melalui penelitian partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, dan khususnya petani-ternak. Penelitian partisipatif akan meningkatkan tingkat keberhasilan untuk adopsi teknologi karena teknologi ini dikembangkan melalui pendekatan yang lebih relevan dan tepat.

Produksi PE-UMMB harus memperhatikan biaya rendah dan bahan pakan yang tersedia secara lokal. Pemilihan sumber daya yang tidak bersaing dengan makanan manusia harus menjadi salah satu daya dorong pengembangan teknologi ini ke depan. Pemetaan wilayah bencana gunung berapi dan keberadaan populasi ternak ruminansi di sekitarnya merupakan acuan lokasi produksi teknologi PE-UMMB. Meskipun teknologi urea mollases multinutrient block dikembangkan dengan baik dan digunakan di sejumlah besar negara , ada kebutuhan untuk menyebarluaskan teknologi ini secara lebih luas melalui keterlibatan LSM lokal, Perguruan Tinggi, Kementerian Pertanian, dan Penyuluh Pertanian.

Dalam beberapa situasi, keterlibatan sektor swasta dapat memainkan peran penting dalam membuat teknologi PE-UMMB yang berstandar dan berkelanjutan, dengan dukungan oleh pemerintah dan Perguruan Tinggi. Pabrik gula yang menghasilkan by-product berupa molases bisa meningkatkan nilai tambah dengan mendirikan pabrik PE-UMMB. Asosiasi petani dan koperasi juga bisa memiliki peran penting dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi ini melalui modal dana bergulir.

KESIMPULAN DAN SARAN

Plant Extract Urea Mollases Multinutrient Block (PE-UMMB) dapat digunakan dalam suplementasi pakan, berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan terbukti bahwa penambahan ekstrak Yucca schidigera sebesar 0,05 % dalam UMMB menunjukkan keunggulannya dalam hal berat badan , efisiensi blok dan kelayakan ekonomi terhadap usaha pembesaran anak sapi Bos indicus. Teknologi Plant Extract Urea Mollases Multinutrient Block (PE-UMMB) merupakan jaminan ketersediaan pasokan energi untuk ternak rumiansia dalam situasi darurat (emergency). Pemetaan ternak ruminansia di sekitar daerah rawan bencana, konsep produksi yang tepat dan berkelanjutan, serta kemudahan akses transportasi penyimpanan merupakan strategi yang harus disiapkan untuk menekan kerugian ternak ruminansia saat situasi bencana erupsi gunung berapi di Indonesia.

REFERENSI

Abidin, H. Z., 1995. Penelitian : Karakteristik dan Metodologi. Institut Teknologi Bandung. ANTARA, 2013. Ribuan Hewan Ternak dievakuasi Pasca Erupsi Gunung Sinabung. Berita

Antara 10 Mei 2013. Bakrie, E., J. Hogan, J.E. Liang, AM.M. Tareque and R.C. Upadhyay, 1996. Ruminant Nutrition

and Production in the Tropics and Subtropics. Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). Canberra.

Benchaar, C., S. Calsamiglia, A.V. Chaves, G.R. Fraser, D. Colombatto, T.A. McAllister, K.A. Beauchemin, 2008. A review of plant-derived essential oils in ruminant nutrition and production. J. Animal Feed Science and Technology 145 : 209–228.

BISNIS.COM, 2013. Dampak Erupsi Gunung Kelud, Ribuan Ternak Stres dan Kurang Makan. www.bisnis.com. Diakses : 24 Maret 2013.

BNPB, 2010. Peta rekapitulasi korban, pengungsi dan kerusakan akibat letusan gunung api Merapi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 19 November 2010.

Cardozo, P.W., S. Calsamiglia, A. Ferret and C. Kamel, 2013. Effects of natural plant extracts on ruminal protein degradation and fermentation profiles in continuous culture. J. ANIM SCI. 82:3230-3236.

Church, D. C. and W. G. Pond. 1982. Basic Animal Nutrition and Feeding. 2nd ed. John Wiley and Son. New York - Singapore.

37 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 37

ISSN 2086 - 5201

Chuzaemi. S. 2002. Arah Dan Sasaran Penelitian Nutrien Sapi Potong Di Indonesia. Workshop Sapi Potong. Lolit Sapi Potong. Unpublish.

DETIK.COM, 2013. Kerugian Pertanian dari Letusan Gunung Sinabung Lebih Parah dari Kelud. www.detik.com. Diakses : 20 maret 2013.

Disnak Jatim, 2013. Tabel Nutrisi Hijauan Leguminosa. http://disnak.jatimprov.go.id/feednet/chopin/fn_querynutrisi.php. Diakses : 20 Maret 2013.

FAO, 2007. Feed Supplementation Block ; Urea Molasses Multinutrient Block simple and effective Feed Supplement Technology for Ruminant Agriculture. Animal Production and Health Division. Food and Agriculture of The United Nations. Rome.

Frankic, T., M. Voljc, J. Salobir And V. Rezar, 2009. Use Of Herbs And Spices And Their Extracts In Animal Nutrition. J. Acta Argiculturae Slovenica, 94/2, 95–102.

Groce, Wayne. 1998. Disaster Relief Diet Supplements for Livestock: Protein,Vitamin A, and Minerals Protein. Disaster Handbook - 1998 National Edition, University of Florida/Institute of Food and Agricultural Sciences SP 2431.

Haryanto, Budi., 2012. Perkembangan Penelitian Nutrisi Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor. J. WARTAZOA Vol. 22 No. 4

Holosen, 2006. Summary Data Criteria. Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_ gunung_berapi_di_Indonesia#endnote_SimkinSiebert1994a. Diakses : 20 maret 2013.

Hvelplund,T. 1991. Volatile Fatty Acids and Protein Production in The Rumen. In : J.P.Jouvany (Ed), Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. INRA. Paris.

Ismartoyo, 2011. Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makasar.

Kamel, C. 2001. Tracing modes of action and roles of plant extracts in non-ruminants. Page 135 in Recent Advances in Animal Nutrition. P. C. Garnsworthy, and J. Wiseman, ed. Nottingham Univ. Press, Nottingham, U.K.

Kasim, K., S. Nurdin, Palmarudi dan S. Kadir, 2011. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makasar.

Kerlinger, Fred., 2002. Asas-asas penelitian behavioral. UGM press. Yogyakarta. KOMPAS. 2010. Perekonomian lumpuh: Sektor pertanian hancur. Kompas, 15 November 2010. Lalman, David., 2009. Nutrient Requirements of Beef Cattle. Department of Animal Science.

Oklahoma Cooperative Extension Service. Division of Agricultural Science and Natural Resources. Oklahoma State University.

Mc.Donald, P., R.A.Edward and J.F.D.Greenhalhg. 2000. Animal Nutrition. 4nd Ed.Longman Group Ltd. London and New York.

Metro TV, 2013. Erupsi Gunung Merapi. Berita Metro Pagi 28 Maret 2013. Mirza I. H., A. G. Khan, A. Azim and A. Mirza, 2002. Effect of Supplementing Grazing Cattle

Calves with Urea-molasses Blocks, with and without Yucca schidigera Extract, on Performance and Carcass Traits. Animal Sciences Institute (ASI). National Agricultural Research Centre (NARC). Islamabad. Pakistan.

Mujnisa, A., 2008. Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Mahasiswa Dalam matakuliah Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makasar.

Nazir. M. 1999. Metode Penelitian. Cetakan ke empat. Jakarta. Ghalia Indonesia. Pertiwi, S. S., M. Bata, Dan B. Rustomo, 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Waru

(Hibiscus Tiliaceus) Sebagai Pakan Tambahan Dalam Ransum Sapi Potong Lokal Terhadap Produksi Gas Total Dan Propionat Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):62-68.

Prawiradiputra, B.R., Sutedi, E., Sajimin, Fanindi, A., 2012. Hijauan Pakan Ternak untuk Lahan Sub-Optimal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Preston and Leng, 1987. Nutrition of ruminants. Tropical animal feeding: a manual for research workers : 83-107.

38 Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 38

ISSN 2086 - 5201

Priyanti A. Dan Ilham, N., 2011. Dampak Erupsi Gunung Merapi terhadap Kerugian Ekonomi pada Usaha Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor. J. Wartazoa Vol. 21 No. 4.

PVMBG, 2013. Data Dasar Gunung Api di Indonesia. http://www. vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi. Diakses : 24 maret 2013.

Sidik. Romziah, 2006. Ruminant Nutrition. Bagian Fisiologi Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan. Univeritas Airlangga. Surabaya.

Soejono, M. 1998. Teknologi Pakan untuk Ternak Ruminansia. Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Suharyono. 2009. Pengembangan Suplemen Pakan Untuk Ternak Ruminansia dan Pengenalannya Kepada Peternak. Presentasi Ilmiah, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta. hlm. 1 – 55.

Suharyono, Y. Widiawati and M. Winugroho. 2010. Effects of multi-nutrient feed supplement in beef cattle on methane production, manure quality and rice yield. Improving Livestock Production Using Indigenous Resources and Conserving the Environment. IAEa-tec.doc-1640.JOINTFAO/IAEA. pp. 71 – 86.

Ranjhan, S. K. 1980. Animal Nutrition in Tropics. 2nd Ed. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi.

Remppis, S., H. Steingass, L. Gruber And H. Schenkel. 2011. Effects of energy intake on performance, mobilization and retention of body tissue, and metabolic parameters in dairy cows with special regard to effects of pre-partum nutrition on lactation - A Review. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 24(4): 540 –572.

Takeli, A. Çelik L., and Kutlu, H. R., 2007. Plant Extracts; a New Rumen Moderator in Ruminant Diets. Tekirdağ Ziraat Fakültesi Dergisi. Journal of Tekirdag Agricultural Faculty : 24(1).

Tauqir, N.A., M.A. Shahzad, M. Nisa, M. Sarwar, M. Fayyaz And M.A. Tipu. 2011. Response Of Growing Buffalo Calves To Various Energy And Protein Concentrations. Livest. Sci. 137(1 – 3): 66 – 72.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo, 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM-Press. Yogyakarta.

Tim Laboratorium IPB, 2013. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.

Tim Batan, 1998. UMMB. Pusat Diseminasi Iptek Nuklir. Jakarta Umiyasih, U. dan Aggraeny, Y.N., 2007. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang, Strategi Pakan

pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Van Soest, P.J. 1994. Nutrition Ecology of The Ruminant. 2nd Ed. O and B Books, Inc.Corvalis. Cornell University Press. New York.

Yang, J.Y., J. Seo, H.J. Kim, S. Seo And J.K. Ha. 2010. Nutrient Synchrony: Is It A Suitable Strategy To Improve Nitrogen Utilization And Animal Performance?. Asian-Aust.J. Anim. Sci. 23(7): 972 – 979.