jurnal penelitian rian mega putra 16588.pdf
TRANSCRIPT
-
JURNAL PENELITIAN
PENGARUH PENGGUNAAN IONIZER BAHAN BAKAR MERK X-POWER 800 G
TERHADAP KANDUNGAN EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR MATIC HONDA
BEAT 2011
Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan jenjang program Strata Satu pada Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Jurusan Teknik Otomotif Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang
Oleh
RIAN MEGA PUTRA
NIM. 16588
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
-
PENGARUH PENGGUNAAN IONIZER BAHAN BAKAR MERK
X-POWER 800 G TERHADAP KANDUNGAN EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR MATIC HONDA
BEAT 2011
Oleh
Rian Mega Putra
Pembimbing I. Drs. Martias, M.Pd
Pembimbing II. Toto Sugiarto, S.Pd, M.Si
Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif
Jurusan Teknik Otomotif FT-UNP
Abstrak
Pesatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah memudahkan kehidupan manusia. Salah satunya
dapat dilihat dari sektor transportasi. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan transportasi mengakibatkan
peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Khususnya kendaraan bermotor jenis sepeda motor. Sepeda motor Honda Beat
merupakan salah satu merek skutik (matic) yang paling banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia. Kondisi peningkatan
jumlah kendaraan bermotor tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga membawa dampak negatif yaitu
mengakibatkan tingginya kandungan emisi gas buang yang dihasilkan. Salah satu penyebabnya karena masih terjadinya
pembakaran yang tidak sempurna di dalam ruang pembakaran engine. Hal ini diakibatkan kecenderungan molekul
hidrokarbon berkelompok-kelompok (tidak beraturan) yang keluar dari tangki bahan bakar menuju karburator dan membuat
oksigen sulit untuk bereaksi dengan hidrokarbon, sehingga dihasilkan campuran yang tidak homogen dan meningkatkan
kandungan emisi gas buang. Oleh sebab itu, diperlukan suatu perlakuan untuk meningkatkan kualitas bahan bakar dengan
penggunaan Ionizer pada pada saluran bahan bakar antara tangki dan karburator. Ionizer merupakan alat yang dapat
merubah struktur molekul bahan bakar menjadi ion-ion sehingga membuat bahan bakar menyerap oksigen lebih sempurna
dan membentuk campuran homogen serta menurunkan kandungan emisi gas buang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap kandungan emisi gas buang dan pengaruh penggunaan Ionizer terhadap kandungan emisi gas buang sepeda
motor Honda Beat 2011.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Pengujian dilakukan pada putaran 1700, 2100, 2500, dan
2900 RPM, pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali dari masing-masing putaran. Yang mana pengujian dimulai dari
sepeda motor standar kemudian dilanjutkan pada sepeda motor yang sama dengan dipasang Ionizer.
Dari hasil penelitian menggunakan Ionizer menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada kandungan emisi gas
buang CO dan HC, pada putaran 1700 RPM terjadi penurunan emisi CO 0.083% dan HC 97 ppm, pada putaran 2100 RPM
terjadi penurunan emisi CO 0.186% dan HC 29.666 ppm, pada putaran 2500 RPM terjadi penurunan emisi CO 0.236% dan
HC 30 ppm, pada putaran 2900 RPM terjadi penurunan emisi CO 0.453% dan HC 34 ppm. Selanjutnya pada kandungan gas
buang CO2 dan O2 juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dituliskan
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan Ionizer terhadap kandungan emisi gas buang.
PENDAHULUAN
Kawasan perkotaan tumbuh sangat cepat,
khususnya negara berkembang seperti Indonesia,
meningkatnya pertumbuhan penduduk yang tidak
terbendung menyebabkan peningkatan yang tinggi pula
pada kebutuhan akan transportasi, terutama pada
penggunaan kendaraan bermotor (sepeda motor).
Pertumbuhan kendaraan bermotor yang terjadi
sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia
yang mencapai lebih kurang 10% per tahun (BPS, 2012).
Hal ini mengakibatkan sektor transportasi menjadi faktor
dominan penyebab utama pencemaran udara.
Aktivitas transportasi tidak selamanya membawa
dampak positif melainkan juga membawa dampak negatif.
Selain itu, kondisi peningkatan jumlah kendaraan bermotor
juga semakin diperburuk dengan tidak sebandingnya angka
pertumbuhan jalan terhadap pertumbuhan kendaraan
bermotor yang hanya sebesar 0,01% per tahun, yang
mengakibatkan terjadinya kemacetan sehingga
meningkatkan polusi udara karena emisi gas buang
kendaraan.
Tingginya jumlah penggunaan kendaraan bermotor
juga akan menimbulkan berbagai dampak negatif akibat
emisi gas buang kendaraan yang dihasilkan, seperti terhadap
kesehatan manusia, kelestarian lingkungan, serta
mengakibatkan kenaikan kebutuhan penggunaan bahan
bakar minyak (BBM). Berikut hasil penelitian yang pernah
-
dilakukan jurusan Teknik Lingkungan ITB tentang gas
pencemar udara yang dihasilkan oleh sektor transportasi.
Tabel 1.
Persentase Gas Pencemaran Udara oleh Transportasi
No Komponen Pencemar Persentase (%)
1 CO 98,8
2 NOx 73,4
3 SOx 26,5
4 HC 88,9
5 Partikel 26,5
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2012
di beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat
emisi gas buang HC diatas baku mutu gas buang yang telah
ditetapkan. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.
Konsentrasi gas HC di Beberapa Kota di Indonesia
No Kota HC (ug/Nm
3)
2011 2012
1 Balikpapan 250 220
2 Bandar Lampung 185 175
3 Batam 180 180
4 Makasar 305 225
5 Padang 200 210
6 Pekanbaru 315 220
7 Semarang 315 200
8 Surakarta 140 195
Baku Mutu 160
Sumber: Prawata, et al. (2013)
Pemerintah telah mewajibkan produsen kendaraan
bermotor menggunakan standar EURO 3 untuk kendaraan
roda dua yang berlaku mulai 1 Agustus 2013, perbaikan dari
segi teknologi tersebut diharapkan dapat berkontribusi
terhadap penurunan polusi udara yang disebabkan emisi gas
buang kendaraan. Tetapi dari hasil pengujian Kementerian
Negara Lingkungan Hidup pada tahun 2013 menunjukkan,
jika dibandingkan dengan baku mutu emisi gas buang
kendaraan bermotor tipe baru yang diatur dalam Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2009
tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Tipe Baru menunjukkan masih terdapat emisi gas
CO berada di atas baku mutu emisi gas buang yang
ditetapkan.
Peningkatan emisi gas buang di udara yang terjadi
selama beberapa tahun terakhir dan semakin ketatnya
peraturan dunia tentang ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor menunjukkan bahwa pentingnya
digalakkan usaha-usaha mereduksi gas buang berbahaya
yang dikeluarkan kendaraan bermotor, seperti penggunaan
octane booster, turbo cyclone, penggunaan catalytic
converter dan teknologi sistem injeksi bahan bakar.
Sedangkan hal yang ingin peneliti telusuri sebagai
wujud dari Vehicle Emission Control untuk mengontrol
emisi gas buang pada sepeda motor adalah modifikasi sistem
bahan bakar dengan penambahan magnet pada saluran bahan
bakar. Penggunaan magnet prinsip kerjanya adalah ionizer,
yaitu peralatan yang terdiri dari susunan magnet permanen
yang merubah struktur molekul bahan bakar dengan cara
memecahnya menjadi ion-ion sehingga dapat mengikat
oksigen dengan lebih efektif serta membentuk campuran
bahan bakar dan udara yang lebih homogen sehingga proses
pembakaran yang terjadi akan mendekati sempurna
(Stoichiometry).
Salah satu faktor penyebab tingginya emisi gas
buang pada kendaraan bermotor karena masih terjadinya
pembakaran yang tidak sempurna di dalam ruang bakar
seperti pembentukan gas CO (Karbon Monoksida). Hal ini
diakibatkan kecenderungan molekul hidrokarbon yang
berkelompok-kelompok keluar dari tangki bahan bakar
menuju karburator dan membuat oksigen sulit untuk
bereaksi, sehingga campuran yang dihasilkan tidak
homogen. Penggunaan ionizer magnet pada saluran bahan
bakar ini diasumsikan dapat membentuk campuran bahan
bakar dan udara jadi lebih homogen sehingga pembakaran
sempurna akan tercapai dan menghasilkan gas buang dengan
persentase yang lebih rendah. Berikut perbandingan bentuk
molekul bahan bakar yang tidak melewati ionizer dan yang
melewati ionizer serta campuran yang akan dihasilkannya.
-
Tanpa Ionizer Ionizer
Campuran yang Dihasilkan
Gambar 2. Perbandingan Campuran dengan Ionizer dan
Tanpa Ionizer
KAJIAN TEORI
A. Emisi Gas Buang
Suriansyah (2011: 21) mengatakan bahwa,
Emisi gas buang merupakan racun hasil pembakaran
motor bakar yang tidak terjadi dengan sempurna.
Sedangkan dikutip dari Siswantoro, dkk (2012: 77)
mengatakan Emisi gas buang merupakan polutan yang
mengotori udara yang dihasilkan oleh gas buang
kendaraan, adapun emisi pokok yang dihasilkan adalah
Hidrokarbon (HC), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen
Oksida (NOx).
Maka dapat disimpulkan bahwa emisi gas
buang adalah racun atau polutan hasil pembakaran
motor pembakaran dalam atau motor pembakaran luar
yang tidak sempurna dalam bentuk gas (HC, CO, NOx,
SOx, Pb dan Partikulat) yang dikeluarkan melalui
sistem pembuangan engine dan dilepas ke udara
sehingga dapat menurunkan kualitas udara,
mengganggu kesehatan, dan menyebabkan terjadinya
perubahan iklim serta pemanasan global.
Gas buang kendaraan bermotor terdiri dari zat
yang tidak beracun, seperti nitrogen (N2),
karbondioksida (CO2), uap air (H2O), dan zat beracun
seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC),
nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx), zat debu
timbal (Pb), dan partikulat (Syahrani, 2006: 260). Lalu
Gunadi (2010) mengatakan, Pada negara-negara yang
memiliki standar emisi gas buang kendaraan yang ketat,
ada 5 unsur dalam gas buang kendaraan yang diukur
yaitu senyawa HC, CO, CO2, O2, dan senyawa NOx.
Sedangkan pada negara-negara yang standar emisinya
tidak terlalu ketat, hanya mengukur 4 unsur dalam gas
buang yaitu senyawa HC, CO, CO2, dan O2, termasuk
Indonesia. Adapun gas buang yang diteliti adalah
sebagai berikut :
1. Hidrokarbon
Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi
setiap HC yang didapat pada gas buang kendaraan
menunjukkan adanya bahan bakar yang belum
terbakar tetapi sudah terbuang bersama gas buang
akibat pembakaran kurang sempurna dan
penguapan bahan bakar.
Emisi Hidrokarbon bersumber dari bahan
bakar yang tidak terbakar lalu keluar menjadi gas
mentah dan bahan bakar yang terpecah karena
reaksi panas berubah menjadi gugusan HC lain
yang keluar bersama gas buang, dengan reaksi
seperti berikut.
C8H18 H + C + H
2. Karbon Monoksida
Menurut Maryanto, dkk (2009: 199),
Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak
berwarna, tidak berbau, mudah terbakar, dan sangat
beracun. Merupakan hasil utama pembakaran
karbon monoksida dan senyawa yang mengandung
karbon monoksida yang tidak lengkap. Gunandi
dalam Mustafa (2012), Gas karbon monoksida
adalah gas yang relatif tidak stabil dan cendrung
bereaksi dengan unsur lain. Karbon monoksida,
dapat diubah dengan mudah menjadi CO2 dengan
bantuan sedikit oksigen dan panas. Seperti reaksi
berikut.
C + O2 CO2
Sedangkan apabila unsur oksigen, maka
proses pembakaran berlangsung tidak sempurna
dan unsur karbon akan terbakar seperti berikut.
C + O2 CO
Mengenai efek gas karbon monoksida
Chahaya mengatakan (2005) mengatakan bahwa,
Peningkatan kadar CO dalam hemoglobin darah
manusia (CO-Hb) dapat menghambat fungsi
hemoglobin (Hb) dalam membawa oksigen dari
-
paru-paru ke seluruh tubuh. Akibatnya dapat
merusak otak, jantung, dan menyebabkan
kematian. Sugiarti (2009: 55) juga menambahkan,
Di perkotaan yang padat kendaraan bermotor
konsentrasi gas CO sekitar 10-15 ppm yang dapat
mengakibatkan turunnya berat janin dan
meningkatkan jumlah kematian bayi serta
kerusakan otak.
3. Karbon Dioksida
Konsentrasi CO2 menunjukkan secara
langsung status proses pembakaran di ruang bakar.
Semakin tinggi maka semakin baik. Saat AFR
berada pada angka ideal, emisi CO2 berkisar antara
12% sampai 15%. Apabila AFR terlalu kurus atau
terlalu kaya, maka emisi CO2 akan turun secara
drastis. Apabila CO2 berada dibawah 12%, maka
kita harus melihat emisi lainnya yang menunjukkan
apakah AFR terlalu kaya atau terlalu kurus. Apabila
CO2 terlalu rendah tapi CO dan HC normal,
menunjukkan adanya kebocoran exhaust pipe
(Sudibyo, 2009).
4. Oksigen
Konsentrasi dari oksigen di gas buang
kendaraan berbanding terbalik dengan konsentrasi
CO2. Untuk mendapatkan proses pembakaran yang
sempurna, maka kadar oksigen yang masuk ke
ruang bakar harus mencukupi untuk setiap molekul
hidrokarbon.
Sudibyo (2009) menjelaskan, Untuk
mengurangi emisi HC, maka dibutuhkan sedikit
tambahan udara atau oksigen untuk memastikan
bahwa semua molekul bensin dapat bereaksi
dengan molekul oksigen untuk membentuk
campuran sempurna. Ini berarti AFR 14,7:1
(Lambda = 1.00) sebenarnya merupakan kondisi
yang sedikit kurus. Inilah yang menyebabkan
oksigen dalam gas buang akan berkisar antara 0.5%
sampai 1%. Normalnya konsentrasi oksigen di gas
buang adalah sekitar 1.2% atau lebih kecil bahkan
mungkin 0%.
B. Bahan Bakar Minyak
Bensin merupakan senyawa hidrokarbon yang
kandungan oktana atau isooktannya tinggi. Senyawa
oktana adalah senyawa hidrokarbon yang digunakan
sebagai patokan untuk menentukan kualitas bahan bakar
bensin yang dikenal dengan istilah angka oktana. Pada
penemuan pertama kali yaitu tahun 1927, isooktana
dianggap sebagai bahan bakar yang paling baik, karena
hanya pada kompresi tinggi saja isooktana memberikan
bunyi ketukan pada mesin bensin (Wardhana, 2004: 35).
Adapun rumus molekul bensin adalah C8H18, sedangkan
struktur senyawa HC dalam bensin (isooktana) adalah
sebagai berikut.
H H H H H H H H
H C C C C C C C C H
H H H H H H H H
C. Ionizer (Ionisasi Magnet)
Ionizer merupakan sebuah peralatan pengolah
bahan bakar minyak, yang dalam bekerjanya memakai
gelombang Neodyne Magnetic (jenis magnet permanen
yang paling kuat) yang merubah molekul bahan bakar
menjadi ion dengan cara memecah rantai hidrokarbon
dalam bahan bakar sehingga membuat bahan bakar
menyerap oksigen lebih sempurna dan membentuk
campuran yang homogen agar proses pembakaran
menjadi sempurna (Stoichiometri) dan menurunkan
kandungan emisi gas buang.
Sugiarto Bambang dalam Siregar (2007: 3)
mengatakan, Pada saat bahan bakar berada dalam
tangki bahan bakarnya, molekul hidrokarbon yang
merupakan penyusun utama bahan bakar cenderung
untuk saling tertarik satu sama lain, membentuk
molekul-molekul yang berkelompok. Sehingga dengan
adanya pengelompokkan molekul-molekul hidrokarbon
membuat oksigen untuk sulit bereaksi pada karburator.
Sedangkan menurut Siregar (2007), Dengan
menempatkan medan magnet pada saluran bahan bakar,
partikel-partikel atom yang membentuk molekul
hidrokarbon akan terpengaruh oleh medan magnet.
Aktivitas molekuler yang meningkat akibat medan
-
magnet akan menyebabkan pengelompokkan molekuler
menjadi terpecah. Oksigen akan lebih mudah bereaksi
dengan masing-masing molekul hidrokarbon yang tidak
lagi berada dalam kelompok, sehingga menghasilkan
pembakaran yang lebih sempurna serta memperbaiki
kualitas gas buang hasil pembakaran.
Gambar 1. Molekul Hidrokarbon Terpecah
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa terjadi
pemecahan molekul bahan bakar menjadi ion yang lebih
halus, sehingga menghasilkan campuran yang lebih
sempurna dan dapat menurunkan kandungan emisi gas
buang, dengan reaksi seperti berikut.
C8H18 (l) + 11 O2 (g) + Ionizer 4CO (g) + 4CO2
(g) + O2 (g) + 9H2O (g)
Sedangkan reaksi pembakaran yang tidak
sempurna menghasilkan kandungan emisi gas buang
yang lebih tinggi, seperti reaksi berikut.
C8H18 (l) + 8 O2 (g) 8CO (g)+ 9H2O (g)
D. Pengaruh Ionizer terhadap Emisi Gas Buang
Penggunaan ionizer (medan magnet) di
asumsikan mempengaruhi emisi gas buang yang
dihasilkan kendaraan, karena setelah bahan bakar
melewati ionizer (medan magnet) akan terionisasi.
Ionisasi artinya proses pemisahan atau pemecahan
molekul bahan bakar menjadi unsur yang lebih kecil
atau yang disebut ion.
Dengan penambahan medan magnet pada
saluran bahan bakar menyebabkan terjadi penolakan-
penolakan antar molekul hidrokarbon, sehingga
terbentuklah jarak yang optimal antara molekul
hidrokarbon dan melemahkan ikatan antara atom H-C
dan menyebabkan unsur oksigen mudah tertarik
sehingga berpengaruh pada proses pembakarannya
(Ismawan, 2010: 32). Hal senada juga diungkapkan oleh
Haryadi (2011: 69), Dengan penambahan medan
magnet dapat merubah ikatan molekul bahan bakar yang
semula rapat berubah menjadi renggang sehingga
oksigen dapat dengan mudah bercampur dengan
molekul hidrokarbon. Sehingga dengan banyaknya
oksigen pada molekul bahan bakar membuat semua
unsur bahan bakar dapat terbakar seluruhnya. Dengan
kondisi yang demikian maka dapat diartikan emisi gas
buang yang dihasilkan juga menurun.
HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka teoritis dan konseptual,
maka dapat diajukan hipotesis bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan pada penggunaan Ionizer bahan bakar
terhadap kandungan emisi gas buang pada sepeda motor
Honda Beat 2011.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan metode
eksperimen. Sugiyono (2012: 72) mengatakan, Metode
penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang
dilakukan di laboratorium dan digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan.
Penelitian eksperimen dibagi dalam dua bentuk,
Sugiyono (2012: 75) mengatakan Dalam True
Eksperimental ada dua bentuk desain penelitian yaitu :
Posstest Only Control Design dan Pretest-Control Group
Design. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
Posstest Only Control Design, dimana penelitian model ini
memiliki dua kelompok tetapi hanya satu kelompok yang
diberikan perlakuan. Kelompok yang diberikan perlakuan
disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak
diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan
di Workshop Otomotif, Fakultas Teknik Universitas Negeri
Padang pada tanggal 21 April 2014, maka diperoleh data
hasil pengujian sebagai berikut :
-
A. Hasil Pengujian Emisi Gas CO
Tabel 3. Data Hasil Pengujian Emisi Gas CO
Gambar 2.
Grafik perbandingan kandungan emisi gas buang CO
antara sepeda motor standar dan sepeda motor yang
dipasang Ionizer
Berdasarkan grafik perbandingan kandungan emisi
gas buang CO antara sepeda motor standar dan sepeda motor
yang dipasang Ionizer di atas dapat dilihat bahwa kandungan
emisi gas buang CO yang menggunakan Ionizer lebih rendah
dibandingkan pada sepeda motor standar disetiap putaran
engine baik pada putaran 1700, 2100, 2500, dan 2900 RPM.
Pada putaran 1700 misalnya, terjadi penurunan kandungan
emisi gas CO sebesar 0.883 %. Sepeda motor standar
memiliki kandungan emisi gas CO sebesar 2.573 %,
sedangkan sepeda motor yang dipasang Ionizer memiliki
kandungan emisi gas CO sebesar 1.690 %. Pada grafik
diatas dapat juga dilihat bahwa kandungan emisi gas buang
CO yang menggunakan Ionizer sedikit naik pada putaran
2100 RPM, akan tetapi pada putaran 2500 dan 2900 RPM
kandungan emisi gas buang CO kembali mengalami
penurunan.
B. Hasil Pengujian Emisi Gas HC
Tabel 4. Data Hasil Pengujian Emisi Gas HC
Gambar 3. Grafik perbandingan kandungan emisi gas
buang HC antara sepeda motor standar dan sepeda
motor yang dipasang Ionizer
Berdasarkan grafik perbandingan kandungan emisi
gas buang HC antara sepeda motor standar dan sepeda motor
yang dipasang Ionizer di atas dapat dilihat bahwa kandungan
emisi gas buang HC yang menggunakan Ionizer lebih rendah
dibandingkan pada sepeda motor standar disetiap putaran
engine baik pada putaran 1700, 2100, 2500, dan 2900 RPM.
Pada putaran 2100 RPM misalnya, terjadi penurunan
kandungan emisi gas HC sebesar 29.666 ppm, sepeda motor
standar memiliki kandungan emisi gas HC sebesar 136.666
ppm sedangkan sepeda motor yang dipasang Ionizer
memiliki kandungan emisi gas HC sebesar 107 ppm. Pada
grafik di atas juga dapat dilihat bahwa kandungan emisi gas
buang HC mengalami penurunan pada putaran 1700, 2500,
dan 2900 RPM.
C. Hasil Pengujian Emisi Gas CO2
Tabel 5. Data Hasil Pengujian Emisi Gas CO2
2.573
1.89 1.76 1.656
1.69 1.7031.523
1.203
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
1700 2100 2500 2900
Kan
du
nga
n C
O(%
)
Putaran (RPM)
Perbandingan Kandungan Emisi Gas Buang CO
antara Sepeda Motor Standar Dan Yang Dipasang
Ionizer
Motor Standar
Dengan Ionizer
298.000
136.666103.666
81.666201.000
107.00073.666
47.6660
50
100
150
200
250
300
350
1700 2100 2500 2900
Kan
du
nga
n H
C(p
pm
)
Putaran (RPM)
Perbandingan Kandungan Emisi Gas Buang HC
antara Sepeda Motor Standar Dan Yang Dipasang
Ionizer
Motor Standar
Dengan Ionizer
-
Gambar 4. Grafik perbandingan kandungan emisi gas
buang CO2 antara sepeda motor standar dan sepeda
motor yang dipasang Ionizer
Berdasarkan grafik perbandingan kandungan gas
buang CO2 antara sepeda motor standar dan sepeda motor
yang dipasang Ionizer di atas dapat dilihat bahwa kandungan
gas CO2 yang menggunakan Ionizer lebih tinggi
dibandingkan pada sepeda motor standar disetiap putaran
engine baik pada putaran 1700, 2100, 2500, dan 2900 RPM.
Pada putaran 2500 RPM misalnya, terjadi kenaikkan
kandungan gas CO2 sebesar 0.600 %, sepeda motor standar
memiliki kandungan gas CO2 sebesar 8.133 % sedangkan
sepeda motor yang dipasang Ionizer memiliki kandungan
gas CO2 sebesar 8.733 %. Pada grafik di atas juga dapat
dilihat bahwa kandungan gas CO2 mengalami kenaikkan
pada putaran 1700, 2100, dan 2900 RPM.
D. Hasil Pengujian Emisi Gas O2
Tabel 6. Data Hasil Pengujian Emisi Gas O2
Gambar 4. Grafik perbandingan kandungan emisi gas
buang O2 antara sepeda motor standar dan sepeda
motor yang dipasang Ionizer
Berdasarkan grafik perbandingan kandungan gas
buang O2 antara sepeda motor standar dan sepeda motor
yang dipasang Ionizer di atas dapat dilihat bahwa kandungan
gas O2 yang menggunakan Ionizer lebih rendah
dibandingkan pada sepeda motor standar disetiap putaran
engine baik pada putaran 1700, 2100, 2500, dan 2900 RPM.
Pada putaran 2900 RPM misalnya, terjadi penurunan
kandungan gas O2 sebesar 1.316 %, sepeda motor standar
memiliki kandungan gas O2 sebesar 4.586 % sedangkan
sepeda motor yang dipasang Ionizer memiliki kandungan
gas O2 sebesar 3.270 %. Pada grafik di atas juga dapat
dilihat bahwa kandungan gas O2 mengalami penurunan pada
putaran 1700, 2100, dan 2500 RPM.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Penggunaan Ionizer pada sepeda motor Honda Beat
setelah dianalisa dapat menekan kandungan emisi
gas buang HC dan CO pada setiap tingkat putaran
engine. Pada putaran 1700 RPM terjadi penurunan
CO sebesar 0.883 % dan HC mengalami penurunan
sebesar 97 ppm. Pada putaran 2100 RPM terjadi
penurunan CO sebesar 0.186 % dan HC mengalami
penurunan sebesar 29.666 ppm. Pada putaran 2500
RPM terjadi penurunan CO sebesar 0.236 % dan
HC mengalami penurunan sebesar 30 ppm. Pada
putaran 2900 RPM terjadi penurunan CO sebesar
0.453 % dan HC mengalami penurunan sebesar 34
ppm. Selanjutnya penggunaan Ionizer pada sepeda
7.766 7.766 8.1338.666
7.833 8.1338.733
9.800
0
2
4
6
8
10
12
1700 2100 2500 2900
Kan
du
nga
n C
O2
(%)
Putaran (RPM)
Perbandingan Kandungan Gas Buang CO2 antara
Sepeda Motor Standar Dan Yang Dipasang Ionizer
Motor Standar
Dengan Ionizer
5.600 5.903 5.5364.586
5.5205.096
4.346
3.270
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1700 2100 2500 2900
Kan
du
nga
n O
2(%
)
Putaran (RPM)
Perbandingan Kandungan Gas Buang O2 antara
Sepeda Motor Standar Dan Yang Dipasang Ionizer
Motor Standar
Dengan Ionizer
-
motor Honda Beat terhadap kandungan gas buang
CO2 dapat meningkatkan kandungan gas CO2 pada
setiap putaran. Pada putaran 1700 RPM terjadi
peningkatan CO2 sebesar 0.066 %. Pada putaran
2100 RPM terjadi peningkatan CO2 sebesar 0.366
%. Pada putaran 2500 RPM terjadi peningkatan
CO2 sebesar 0.600 %. Pada putaran 2900 RPM
terjadi peningkatan CO2 sebesar 1.133 %.
Sedangkan penggunaan Ionizer pada sepeda motor
Honda Beat terhadap kandungan gas buang O2
mengakibatkan penurunan pada setiap putaran
engine. Pada putaran 1700 RPM terjadi penurunan
O2 sebesar 0.08 %. Pada putaran 2100 RPM terjadi
penurunan O2 sebesar 0.806 %. Pada putaran 2500
RPM terjadi penurunan O2 sebesar 1.190 %. Pada
putaran 2900 RPM terjadi penurunan O2 sebesar
1.316 %.
2. Penggunaan Ionizer terhadap kandungan emisi gas
buang CO dan HC pada sepeda motor Honda Beat
2011 mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan kandungan emisi gas buang
yang berbahaya. Selanjutnya terhadap kandungan
gas CO2 mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap persentase kenaikannya, sedangkan
terhadap kandungan gas O2 mempunyai pengaruh
yang signifikan.
B. Saran
1. Penelitian ini masih terbatas hanya pada beberapa
putaran engine yang mewakili, sehingga pada
penelitian lanjutan agar bisa dilakukan pada putaran
yang lebih tinggi.
2. Sebaiknya dilakukan juga penelitian pengaruh
penggunaan Ionizer yang mencari besarnya
konsumsi bahan bakar, daya, dan torsi.
3. Penelitian pada kandungan emisi gas buang
sebaiknya dilakukan pada semua kandungan emisi
gas buang seperti SOx, NOx, dan Partikulat.
4. Sebaiknya dilakukan juga penelitian pada sepeda
motor yang mempunyai sistem bahan bakar injeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2012). Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun 1987 -
2012. (http://www.bps.go.id/tab_sub/view. php?tabel=1&id_subyek=17¬ab=12. Diakses 07
Maret 2014).
Chahaya, Indra. (2005). Dampak Emisi Gas Buang terhadap Kesehatan dan Lingkungan. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Hlm. 38 42.
Fuhaid, Naif. (2011). Pengaruh Medan Magnet terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan Kinerja Motor Bakar
Bensin Jenis Daihatsu Hijet 1000. Jurnal PROTON. Vol. 3, No. 2. Hlm. 26 31.
Hariyadi, et al. (2011). Analisis Hasil Uji Terap Alat Penghemat BBM Electric Fuel Treatment pada
Engine Diesel Genset 35 KVA dengan Beban Statis. Jurnal Teknologi Indonesia. Vol. 34. Hlm. 68 76.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2012). Status Lingkungan
Hidup Indonesia 2012: Pilar Lingkungan Hidup
Indonesia. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia.
Maryanto, Mulasari & Suryani. (2009). Penurunan Kadar Emisi Gas Buang Karbon Monoksida (CO) dengan
Penambahan Arang Aktif pada Kendaraan Bermotor
di Yogyakarta. Jurnal KES MAS. Vol. 3, No. 3. Hlm. 198 - 205.
Prawata, et al. (2013). Sketsa Transportasi Jakarta ePublication.(http://www.slideshare.net/volumefactory/sketsa-transportasi-jakarta-epublication#. Diakses
10 Maret 2014).
Siregar, P., Houtman. (2007). Pengaruh Diameter Kawat Kumparan Alat Penghemat Energi yang Berbasis
Elektromagnetik terhadap Kinerja Motor Diesel. Jurnal TEKNIK MESIN. Vol. 9, No. 1. Hlm. 1 8.
Sudibyo, Agus. (2006). Hubungan Perubahan Temperatur Air Pendingin Terhadap Debit Penyemprotan Bahan
Bakar Injeksi dan Emisi Gas Buang. Laporan Penelitian FT UGM. Hlm. 1 55.
Sugiarti. (2009). Gas Pencemar Udara dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia. Jurnal Chemica. Vol 10, No. 1. Hlm. 50 - 58.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Alfabeta: Bandung.
Suriansyah. (2011). Pengaruh Medan Elektromagnet terhadap Emisi Gas Buang pada Motor Bensin 4 Tak
1 Silinder. Jurnal PROTON. Vol. 3, No. 1. Hlm. 19 24.
-
Syahrani, Awal. (2006). Analisa Kinerja Mesin Berdasarkan Hasil Uji Emisi. Jurnal SMARTEK. Vol. 4, No. 4. No. Hlm. 260 - 266.
Wardhana, Arya Wisnu. (2004). Dampak Pencemaran
Lingkungan. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.