jurnal pendidikan, agama dan budaya volume 1, no. 1,...

17
ISSN : 2580-7544 SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI MPU KUTURAN SINGARAJA JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, JUNI 2017

Upload: others

Post on 09-Aug-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

152

ISSN 2580-7544VOLUME 1 No.1, JUNI 2017

ISSN : 2580-7544

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI MPU KUTURANSINGARAJA

JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYAVOLUME 1, NO. 1, JUNI 2017

Page 2: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

153

JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYAVOLUME 1, NO. 1, JUNI 2017

PENANGGUNG JAWABProf. Dr. Drs. I Made Suweta, M.Si

PEMIMPIN REDAKSIDr. Drs. I Made Ariasa Giri, M.Pd

REDAKTUR PELAKSANADrs. I Wayan Mudana, M.Pd

Dra. Ni Wayan Murniti, M.AgGede Agung Jaya Suryawan, S.Ag.,M.Ag

MITRA BESTARIProf. Dr. Nyoman Dantes (UNDIKSHA Singaraja)

Prof. Dr. Nengah Bawa Atmaja, M.A (UNDIKSHA Singaraja)Prof. Dr. Muji Raharjo (UIN Maliki Malang)

Dr. Drs. Ketut Sumadi, M.Par (IHDN Denpasar)Dr. Abdul Kholiq, M.Ag (UIN Walisongo Semarang)

PENYUNTING BAHASAI Kadek Mustika, S.Pd.B,M.Pd

Putu Wulandari Tristananda, S.Pd.,M.Pd

DESAIN GRAFISI Made Ari Sucahyana, S.Kom

SEKRETARIATKadek Hengky Primayana, S.E

Alamat RedaksiSTAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Jl. Kresna Gang III No. 2B Singaraja Bali, Tlp: (0362) 21289

Terbit: Satu Kali Setahun

ii

Page 3: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

154

ISSN 2580-7544VOLUME 1 No.1, JUNI 2017

DARI REDAKSI

Om Swastyastu Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena

berkat asung kertha wara nugraha-Nya, Jurnal WIDYACARYA Volume 1 No.1, Juni 2017 dapat terbittepat pada waktunya.

Jurnal WIDYACARYA dikelola oleh Pusat Penjaminan Mutu Sekolah Tinggi Agama HinduNegeri Mpu Kuturan Singaraja. Dalam edisi perdana ini memuat beragam tulisan dari berbagai institusiseperti STAHN Mpu Kuturan, STAHN Tampung Penyang Palangkaraya, IHDN Denpasar, dan Undiksha.Jurnal ini dapat dijadikan referensi akademis maupun bahan memecahkan berbagai persoalan agamadan budaya yang dewasa ini semakin kompleks.

Pada volume 1 no. 1 ini secara disajikan beragam tulisan yang terkait dengan agama dan budaya,di antaranya (1) POLA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA HINDU oleh I Made AriasaGiri; (2) PERANAN STAH MPU KUTURAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER HINDU DIPERGURUAN TINGGI oleh I Wayan Suarjaya; (3) KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DANMOTIVASI KERJA oleh I Wayan Mudana; (4) PERAN TRADISI LISAN MABEBASAN DALAMPENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER DI KALANGAN REMAJA oleh I Kadek Mustika;(5) VERBA “MEMBERSIHKAN TUBUH” BAHASA BALI KAJIAN METABAHASA SEMANTIKALAMI oleh I Gusti Ayu Desy Wahyuni; (6) MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWDALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH oleh Anis Wahyuningsih;(7) KALIMAT BAHASA BALI BERDASARKAN AKTOR-AKSI oleh I Made Adi NugrahaTristaningrat; (8) STRATEGI PEMBELAJARAN INOVATIF PREVIEW, QUESTION, READ,REFLECT, RECITE DAN REVIEW (PQ4R) BERBASIS CONCEPT MAPPING UNTUKMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS oleh I Putu Suardipa; (9) PEMBENTUKAN KARAKTERANAK MELALUI PENDIDIKAN PRENATAL DALAM AJARAN HINDU oleh IG. Agung JayaSuryawan; (10) PERAN PENYULUH AGAMA HINDU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI VERBALDAN NONVERBAL PADA HARI RAYA SUCI NYEPI oleh Ketut Agus Nova; (11) HAK DANKEWAJIBAN GURU DALAM PERSPEKTIF AGAMA HINDU oleh Ketut Bali Sastrawan; (12)PENDEKATAN PAIKEM BERBANTUAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKANKEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA olehKomang Agus Budhi Arya Pramana; (13) PENDIDIKAN NILAI ETIKA DALAM TEKS LONTARTRI KAYA PARISUDHA RSI SESANA DAN KITAB SUCI SARASACAMUSCAYA oleh Ni MadeArwati; (14) TIPOLOGI DEMONSTRATIF BAHASA BALI oleh Ni Wayan Murniti; (15) KAJIANMAKNAWI NAGA BANDA DAN LEMBU CEMENG PADA UPACARA NGABEN oleh Nyoman SriMulyani; (16) PERBEDAAN OMKARA DI INDIA DAN DI BALI oleh Putu Sanjaya; (17)REKOMBINASI PEMBELAJARAN UNTUK MENUNJANG PENINGKATAN MINAT SISWA PADABIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU oleh Putu Subawa; (18) PENERAPAN AJARANTRIKAYA PARISUDHA MELALUI PENDEKATAN HUMANISTIK oleh I Made Wirahadi Kusuma.

Akhir kata, semoga tulisan dalam jurnal ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan danpengetahuan pembaca, khususnya mengenai agama dan budaya.Om Santih, Santih, Santih Om.

• Redaksi

iii

Cover depan :Patung Mpu Kuturan di Pura Silayukti, Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem

Cover Belakang :Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin Melantik Prof. Dr. Drs. I Made Suweta, M.Si sebagai

Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja.(Dok: STAHN Mpu Kuturan Singaraja, 2016)

Page 4: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

155

PANGKAJA, VOLUME 16 No.1, MARET 201 ISSN 1412-7474

iv

SAMBUTANKETUA STAHN MPU KUTURAN SINGARAJA

Om SwastyastuKami patut bersyukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Hyang Maha Esa

karena sebagai lembaga yang baru berdiri, STAHN Mpu Kuturan sudah mampu melahirkanJurnal WIDYACARYA sebagai wadah para akademisi untuk mempublikasikan tulisan/hasilpenelitiannya dalam rangka menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Di tengah berbagai permasalahan pendidikan, agama dan budaya yang sangat kompleksmaka sangat penting adanya sumbangan pemikiran yang jernih dan konstruktif dari para akademisisehingga agama dan budaya tetap ajeg. STAHN Mpu Kuturan Singaraja sebagai istitusi keagamaansudah sewajarnya ikut berkontribusi dalam memecahkan berbagai persoalan dengan menerbitkanjurnal ini.

Saat ini, salah satu poin penting dalam menjalankan fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggioleh dosen adalah melaksanakan penelitian dan mempublikasikan hasil pemikiran serta analisisnyatersebut. Kinerja dosen yang selanjutnya menjadi kinerja jurusan, fakultas dan perguruan tinggisangat dipengaruhi oleh seberapa luas dan berkualitasnya publikasi para dosen tetapnya.

Tuntutan publikasi yang dilakukan komunitas akademik Perguruan Tinggi memberikandampak yang cukup besar terhadap kesadaran para dosen pentingnya melakukan kajian, penelitianserta menulis karya ilmiah. Merujuk Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara danReformasi Birokrasi (PAN RB), Nomor 17 Tahun 2013, dan Peraturan Menteri Pendidikan danKebudayaan Nomor 92 Tahun 2014, kenaikan jenjang jabatan akademik dosen mewajibkan untukpublikasi pada jurnal ilmiah nasional terakreditasi dan jurnal internasional bereputasi di bidangnya.Kebijakan ini memberikan suatu arah agar publikasi ilmiah jabatan fungsional Dosen di Indonesiaterus ditingkatkan. Adapun tujuan dari publikasi ini adalah mensosialisasikan hasil temuan darikajian atau penelitian berdasarkan evidence (bukti/kebenaran/fakta/data) di lapangan baik ditingkat lokal, nasional, regional dan internasional.

Saya mengucapkan terimakasih kepada seluruf staf Redaksi dan Penulis atas partisipasidan kerjasamanya dalam penerbitan Jurnal WIDYACARYA. Semoga dengan terbitnya JurnalWIDYACARYA bisa memberikan kemudahan untuk mengakses penelitian, memberikanpencerahan serta tuntunan bagi para akademisi, sehingga nantinya mereka bisa menjadi sumberdaya manusia yang unggul, berkualitas serta berintegritas dalam meningkatkan Sradha dan Bhaktikehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Om Santih, Santih, Santih Om

Singaraja, 1 Juni 2017Ketua,

Prof. Dr. Drs. I Made Suweta, M.Si

Page 5: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

156

ISSN 2580-7544VOLUME 1 No.1, JUNI 2017

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................................... iiiKATA PENGANTAR KETUA STAHN MPU KUTURAN ................................................................................................. ivDAFTAR ISI .......................................................................................................................................................................... v

POLA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA HINDUOleh I Made Ariasa Giri ................................................................................................................................................... 1-11

PERANAN STAH MPU KUTURAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER HINDUDI PERGURUAN TINGGIOleh I Wayan Suarjaya .................................................................................................................................................... 12-20

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJAOleh I Wayan Mudana .................................................................................................................................................... 21-26

PERAN TRADISI LISAN MABEBASAN DALAM PENGEMBANGANNILAI-NILAI KARAKTER DI KALANGAN REMAJAOleh I Kadek Mustika ..................................................................................................................................................... 27-37

VERBA “MEMBERSIHKAN TUBUH” BAHASA BALI KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMIOleh I Gusti Ayu Desy Wahyuni ..................................................................................................................................... 38-42

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAMMENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAHOleh Anis Wahyuningsih ................................................................................................................................................ 43-48

KALIMAT BAHASA BALI BERDASARKAN AKTOR-AKSIOleh I Made Adi Nugraha Tristaningrat ......................................................................................................................... 49-54

STRATEGI PEMBELAJARAN INOVATIF PREVIEW, QUESTION, READ,REFLECT, RECITE DAN REVIEW (PQ4R) BERBASISCONCEPT MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPSOleh I Putu Suardipa ...................................................................................................................................................... 55-61

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK MELALUI PENDIDIKAN PRENATALDALAM AJARAN HINDUOleh IG. Agung Jaya Suryawan ....................................................................................................................................... 62-69

PERAN PENYULUH AGAMA HINDUSEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBALPADA HARI RAYA SUCI NYEPIOleh Ketut Agus Nova ................................................................................................................................................... 70-78

HAK DAN KEWAJIBAN GURU DALAM PERSPEKTIF AGAMA HINDUOleh Ketut Bali Sastrawan ............................................................................................................................................ 79-86

PENDEKATAN PAIKEM BERBANTUAN MEDIA GRAFIS UNTUKMENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PADAMATA PELAJARAN BAHASA INDONESIAOleh Komang Agus Budhi Arya Pramana ...................................................................................................................... 87-93

PENDIDIKAN NILAI ETIKA DALAM TEKS LONTAR TRI KAYA PARISUDHARSI SESANA DAN KITAB SUCI SARASACAMUSCAYAOleh Ni Made Arwati ................................................................................................................................................... 94-103

TIPOLOGI DEMONSTRATIF BAHASA BALIOleh Ni Wayan Murniti .............................................................................................................................................. 104-110

Page 6: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

157

KAJIAN MAKNAWI NAGA BANDA DAN LEMBU CEMENGPADA UPACARA NGABENOleh Nyoman Sri Mulyani .......................................................................................................................................... 111-121

PERBEDAAN OMKARA DI INDIA DAN DI BALIOleh Putu Sanjaya ...................................................................................................................................................... 122-126

REKOMBINASI PEMBELAJARAN UNTUK MENUNJANG PENINGKATANMINAT SISWA PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDUOleh Putu Subawa ..................................................................................................................................................... 127-137

PENERAPAN AJARAN TRIKAYA PARISUDHAMELALUI PENDEKATAN HUMANISTIKOleh I Made Wirahadi Kusuma ................................................................................................................................. 138-147

PEDOMAN BAGI PENULIS UNTUK JURNAL WIDYACARYA .......................................................................... 148-150

vi

Page 7: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

1

POLA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA HINDU

Oleh I Made Ariasa GiriDosen STAHN Mpu Kuturan Singaraja

ABSTRACTFamily environment occupies an important position in the process of character formation.

The family environment becomes first and foremost in order to cultivate ethical, moral, orcharacter values. The importance of ethics, morality, and character in the family environmentcan not be separated from various negative phenomena such as deviant behavior in the familyand society. Thus, every Hindu family should always be guided by the teachings of the Hindureligion in which it has fully elaborated the values ??to be practiced. The process of cultivatingvalues ??in Hindu teachings must go through the stages of purification of creation activities,and followed by ceremonies such as magedog­gedongan, kepus puser, bajang colong, tigangsasih, otonan, teething, cut teeth, and wiwaha. In every development of the child should alsonote the patterns of character education appropriate to the teachings of religion.

Keywords: Pattern of Education, Character, Family

I. PENDAHULUANPengetahuan adalah elemen yang penting

karena  dengan  pengetahuan anak-anak  akanmampu  mengenal  duniannya.  Jika  anakmengetahui  hubungan-hubungan yang  salingmenunjukkan  sebab  akibat,  ia  akan  dapatmemahami bahwa suatu kejadian tidak semata-mata  terjadi  dengan  sendirinya,  tetapidisebabkan oleh suatu hal (Fatchual, 2011:379).Semua  hal  tersebut  tergantung  pada  prosesbelajar anak dan mencari informasi sejak anakmulai  mengenal pengetahuan  di  luar.  Benarbahwa kecerdasan anak dipengaruhi oleh faktorgenetis  atau  bawaan dari  orang  tua  dan  jugadari pola pendidikan didalam keluarga.

Selain faktor tersebut yang terpenting jugaterdapat faktor fisik berupa pertumbuhan yaknipertumbuhan  fisik  biomedis  otak  yangditunjang oleh nutrisi yang berkualitas, dengandemikian pada intinya adalah pola pendidikanorang tua di rumah menentukan karakter anakdalam kehidupannya baik berupa pendidikanpengetahuan maupun etka, norma, agama dankebiasaan sehari-hari seperti makanan, pakaian

dan cara berbicara. Istilah dan pengertian moral,etika,  moralitas dalam  banyak  tulisan  jarangterdapat  penulis  yang  menggunakanperistilahan tersebut secara konsisten, namunsekurang-kuragnya  kita  dapat  melacak  asalmula munculnya istilah tersebut.

Etika  berasal  dari  bahasa  yunani,  ethosyang artinya kebiasaan atau watak, sedangkanmoral berasal dari bahasa  latin, mos  (jamak:mores) yang artinya cara hidup atau kebiasaan.The Liang Gie dalam buku Etika Administrasipemerintah,  Universitas  terbuka,  1986membedakan antara etika, moral dan moralitasyaitu:

Pertama, etika berkenaan dengan disiplinilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai yangdianut  oleh  manusia beserta  pembenarannyadan dalam hal ini etika merupakan salah satucabang filsafat. Kedua, etika merupakan pokokpermasalahan di dalam disiplin ilmu itu sendiriyaitu  nilai-nilai  dan  hukum-hukum  yangmemngatur tingkah laku manusia. Moral dalampengertian umum menaruh perkenaan kepada

Page 8: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

2

ISSN 2580-7544VOLUME 1 No.1, JUNI 2017

karakter dan sifat-sifat individu yang khusus,diluar ketataan kepada peraturan. Maka moralmenunjuk  pada  tingkah  laku    yang  bersifatspontan  seperti  rasa  kasih,  murah  hati,kebesaran  jiwa  dan  sebagainya,  yangkesemuannya  tidak  terdapat dalam  peraturanhukum. Sedangkan moralitas berfokus kepadahukum-hukum yang prinsip yang abstrak danbebas. Orang yang mengingkari jani yang telahdiucapkannya dapat  dianggap  sebagai  orangyang tidak dapat dipercaya dan tidak etis, tetapibukan berarti tidak bermoral. Namun menyiksaanak atau meracun mertua kita disebut tindakantidak bermoral. Jadi tekanannya disini adalahpada unsur keseriusan pelangaran.

Secara  etimologis  pengertian  etika  danmoral  memiliki  kemiripan  namun  sejalandengan  perkembanan  ilmu  dan  kebiasaandikalangan  cendekiawan,  ada  beberapapergeseran  arti  yang  kemudianmembedakannya. Etika cenderung dipandangsebagai suatu cabang ilmu dalam filsafat yangmempelajari tentang nilai baik dan buruk  bagimanusia. Sedangkan moral adalah hal-hal yangmendorong manusia untuk melakukan tindakanyang baik sebagai “kewajiban”, atau “norma”.

II. PEMBAHASAN2.1 Pendidikan Moralitas

Dalam  memerankan  kehidupan  agamadalam  konteks  perubahan  sosial,  makapendidikan  agama  di  dalam  rumah  tangga,sekolah dan di dalam masyarakat, hendaknyasenantiasa mendapat perhatian yang sungguh-sungguh  dari  berbagai  pihak  (yang  terkait).Pentingnya  pendidikan  agama,  bahkanditanamkan  sejak  bayi  masih  di  dalamkandungan,  dengan  upacara  ritual  tertentu(Garbhàdhàna Samskara)  diharapkan  bayiyang lahir nantinya menjadi “putra­suputra”,berbudi pekerti yang luhur, cerdas dan sebagaianggota  keluarga  berguna  bagi  masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan agama di rumahtangga sangat pula menentukan pendidikan disekolah dan di lingkungan masyarakat nantinya.

Mahàrûi Manu peletak dasar hukum yang mestiditegakkan,  dalam  mengembangkanpendidikan moralitas baik dalam rumah tangga,di sekolah maupun dalam masayarakat, setiapanggota  masyarakat  hendaknya  dapatmerealisasikan 10 jenis pelaksanaan Dharma,yaitu:

  “Sepuluh macam bentuk pelaksanananDharma hendaknya dilaksanakan olehseseorang, yaitu: (1). Dhritih (merasa puas,bersyukur atas apa yang diperoleh),  (2).Kûama (mampu dan mau memberi maaf),(3). Dama (rendah hati) (4). Asteyam (tidakmencuri/mengambil milik orang lain). (5).Saucam (hidup suci),  (6). Indriyangraha(mengendalikan nafsu indria),  (7). Dhìh(mengembangkan intuisi dan kecerdasan),(8). Vidyà (mencari & menambah ilmupengetahuan), (9). Satyam (senantiasa hidupjujur)  dan (10). Akrodha (mampumengendalikan emosi/ kemarahan)”.(Manavadharmasàstra VI.92)

Bila  kualitas  dharma  seperti  sepuluhbentuk  pelaksanaannnya  tumbuh  danberkembang  pada  setiap  individu  dalamkeluarga, di sekolah dan di dalam masyarakatmaka akan nampak hasilnya bahwa agama akanmampu  sebagai  faktor  pengendali  dalamkonteks perubahan  sosial.  Sepuluh  sifat  ataukarakter sebagai pelaksanaan dharma tersebutdi  atas  dibutuhkan oleh  setiap orang  dengantidak  memandang  ras,  warna  kulit,  negara,bahasa yang digunakan dan agama. Semuanyaitu  terkait  dengan  kebutuhan  umat  manusia.Mengikuti  jalan dan berpegang pada dharmaseseorang  akan  memperoleh  kedamaian,kesejahtraan dan kebahagiaan selama hidupnya(Satyanarayana, 2001:61).

Bila  kita  mengkaji  lebih  jauh,  makakonsep  dasar  etika  dan  moralitas  yangdiekspresikan  oleh  umat  manusiasesungguhnya bersumber  pada  ajaran  agama(teologi)  yang  memandang  manusia  sebagaiciptaan-Nya, berasal dari yang suci dan dalamajaran Agama Hindu, menjelma ke dunia  ini

Page 9: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

3

POLA PENDIDIKAN KARAKTER....(I Made Ariasa Giri, 1-9)

adalah  untuk  mengentaskan  karma-karmaburuk  dengan  sebanyak-banyaknya  berbuatbaik, sebab tujuan hidup manusia, tidak hanyasejahtera di dunia ini, tetapi yang lebih utamalagi  adalah mencapai  kebebasan dan  bersatukembali  kepada-Nya.  Untuk  sampai  kepada-Nya, seseorang harus menghindarkan diri darisegala  dosa  dan  karma  buruk  yang  akanmenjatuhkan dirinya ke lembah neraka.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(Departemen  Pendidikan  dan  Kebudayaan,1988) dipaparkan makna kata etika yang berasaldari  bahasa  Yunani  ethos,  dalam  tigapengertian,  yaitu:  (1)  ilmu  tentang  apa  yangbaik dan buruk dan tentang hak dan kewajibanmoral  (akhlak);  (2) kumpulan asas atau nilaiyang  berkenaan  dengan  akhlak;  (3)  nilaimengenai  benar  dan  salah  yang  dianut  olehsuatu  golongan  atau  masyarakat.  K.  Bertendalam bukunya Etika (Seri Filsafat Âtmàjaya:15)  (1997:6)  mempertajam  rumusan  maknadalam  kamus  tersebut  di  atas,  menyatakan:pertama,  kata  etika bisa  dipakai  dalam  arti:nilai-nilai  dan  norma-norma  moral  yangmenjadi  pegangan  seseorang  atau  sesuatukelompok  dalam  mengatur  tingkah  lakunya.Misalnya, jika orang berbicara “etika suku-sukuIndian”,  “etika  Agama  Buddha”,  “etikaProtestan”, maka  tidak dimaksudkan sebagai“ilmu”,  melainkan arti  pertama  tadi.  Secarasingkat arti  ini bisa juga dirumuskan sebagai“sitem nilai”, dan boleh dicatat lagi, sistem nilaiitu  bisa  berfungsi  dalam  hidup  peroranganmaupun pada taraf sosial. Kedua, etika berartijuga  kumpulan  asas  atau  nilai  moral,  yangdimaksud  di  sini  adalah  kode  etik,  seperti“Etika Rumah Sakit Indonesia (1986). Ketiga,etika mempunyai arti  “ilmu tentang yang baikatau buruk”.

Kata etika sangat dekat maknanya dengankata moral. Kata moral yang berasal dari kosakata bahasa Latin (berasal dari kata mos bentuksingular,  mores  bentuk  jamak)  yang  dalamKamus  Besar  Bahasa  Indonesia  (1988)disamakan maknanya dengan kata etika. Jika

sekarang kita memandang arti kata moral, perlukita  simpulkan  bahwa  artinya  sama  denganetika menurut arti pertama tadi, yaitu nilai-nilaidan norma-norma yang menjadi pegangan bagiseseorang  atau  sesuatu  kelompok  dalammengatur  tingkah lakunya. Kita mengatakan,misalnya  bahwa  perbuatan  seseorang  tidakbermoral. Dengan itu dimaksudkan bahwa kitamenganggap orang itu melanggar nilai-nilai dannorma-norma  etis  yang  berlaku  dalammasyarakat. Atau  kita  mengatakan  bahwakelompok  pemakai  narkotika  mempunyaimoral  yang  bejat,  artinya mereka  berpegangpada nilai-nilai dan norma-norma yang  tidakbaik.

Moralitas  (dari kata sifat Latin moralis)mempunyai  arti  yang  pada  dasarnya  samadengan moral, hanya terdapat nada yang lebihabstrak. Kita berbicara tentang moralitas suatuperbuatan, artinya, segi moral suatu perbuatanatau  baik  buruknya.  Moralitas  adalah  sifatmoral  atau  keseluruhan  asas  dan  nilai  yangberkenaan dengan baik buruk (Berten, 1997:7).Di samping kata moral seperti tersebut di atas,kita  masih mendengar  atau membaca  istilahamoral dan immoral. Menurut K. Berten, kataamoral diartikan sebagai netral dari sudut moralatau tidak mempunyai relevansi etis, sedangkanimmoral berarti bertentangan dengan moralitasyang baik. Masih terkait dengan moral dan etikadan etiket. Etiket lebih menekankan pada sopansantun, di samping berarti label.

2.2  Pola  Pendidikan  Karakter  DalamKeluarga2.2.1 Memahami Samskara Kehidupan

Memahami  proses  kehidupan  yangdimaksud  dalam  tulisan  ini  adalah  proseskehidupan manusia diinginkan hadir di duniaoleh  kedua  orang  tuanya  sampai  pada  akhirkewajiban orang  tua yaitu menikahkan anak.Lebih  tegas  dijelaskan  oleh  Subagiasta(2006:34)  mengatakan  bahwa  terdapat  10samskara  yaitu  “Garbhadana  (mensyucikankegiatan  penciptaan),  pumsavana  (mantra

Page 10: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

4

ISSN 2580-7544VOLUME 1 No.1, JUNI 2017

kandungan 3 bulan), simantonnayana (mantrakandungan  7  bulan),  jatakarma  (upacarakelahiran  anak),  namakarana  (upacarapemberian  nama),  annaprasarana  (pemberianmakan pertama berumur 6 bulan), cudakarana(upacara cukur  rambut),  upanayana  (upacarabelajar  kepada  guru),  samavartana  (upacaramengakhiri  belajar),  vivana  (upacaraperkawinan)”. Berdasarkan 10 samskara yanghendak disucikan  tersebut  sebenarnya  suatuusaha atau pola pendidikan karakter atau putrasuputra  dalam  keluagra  sebab  hal  ataupekerjaan yang baik berawal dari perencanaanproses, pengawasan dan pengerjaan yang muliaatau baik  juga. Maka bila menginnkan putrayang  suputra  atau  berkarakter  mulia  makahendaknya  pola  pendidikan  mulai dari  sejakperencanaan atau niat seorang ayah dan ibu atauorang  tua  anak.  Lebih  jelasnya  dijelaskanmasing-masing  samskara  dalam  hubungandengan  pola  pendidikan  karakter  dalamkeluarga.(1) Penyucian kegiatan penciptaan

Sebagai salah satu dari kewajiban orangtua adalah sebagai sang Amentwaken, maka disini perlu kiranya dipahami  tentang berbagaihal yang berkaitan dengan proses pembentukandan terjadinya manusia. Mensyucikan kegiatanpenciptaan dimaksud adalah proses  atau  tatalaksana hubungan suami istri yang berdasarkankebenaran  agama  Hindu  yaitu  yang  sakraldisaksikan  oleh  Dewa  Saksi berupa  upacararitual  agama  Hindu,  Manusa  Saksi  berupadiakui  oleh  segala  unsur  baik  kedua  belahkeluarga,  manggala  upacara,  undangan,pemerintah  dan  terdapat  bukti  ikatan,  Bhutasaksi  berupa  adanya  saksi  waktu  yang  baik,suasana yang baik dan alam sekitar.

Terkait  dengan  kesakralan  prosespenciptaan  tersebut  yang  dimaksud  adalahhubungan intim atau senggama dihindarkan diluar kewajiban sesuai kebenaran agama di atasuntuk  menghindarkan  kelahiran  anak  yangtidak benar sebab tidak adanya dukungan waktu

yang baik, suasana yang baik, niat yang baikdan  juga  kemampuan  biologis  dan  psikis,dengan  demikian  hendaknya  dipahamiperbuatan  intim  tidak  boleh  dilakukansembarangan  waktu  dan  kondisi.  Sebelummelakukan hubungan intim kedua orang yangberjenis  kelamin  laki-laki  dan  perempuanmenentukan kesepakanatan untuk mengikatkanhubungan dengan upacara suci agama sepertiyang dijelaskan di atas dengan Tri Upa saksidan  dilakukan  tanpa  adanya  paksaan  dandidasarkan atas kasih sayang dan cinta keduabelah pihak baik masing-masing orang tua dankeluarga terdekat. Bila sudah terpenuhi syaratutama di atas selanjutnya bila telah sah menjadiswami  istri  hendaknya  dilakukan  persiapansebagai berikut:o Mantapkan  niat,  baik  fisik  maupun  non

fisiko Menghaturkan sesajen kehadapan Hyang

kemulan  berupa  pejati  sebagaipermakluman  dan  permohonankesejahteraan  dan  keselamatan  kepada-Nya

o Ucapkan mantra gayatri sebanyak tiga kaliberturut-turut pada pusar istri

o Ucapkanlah  bersama-sama  mantra  (omkrong Krthaya Sampurna Dewa manggalaYa  Namah)  sebelum  melakukanpersetubuhan

o Bilamana  menginginkan  kelakberkelakuakn  bijak  ucapkan  bersama-sama  mantra  (Om  Hrang  Rudra  YaNamah,  Idep  Sira  Sadrasa)  sedangkananak  yang  selalu  terlindungi  dalamhidupnya  (Om  Jrung  Mrtyuncaya  YaNamah).

o Lakukan persetubuhan dengan wajar danpenuh kasih sayang dengan tanpa adanyasaling menyakiti.

o Tepat dilakukan pada saat masa subur istridan  piluh  hari  yang  telah  ditentukandalama ajaran agama Hindu yang  terdiridari Senin Umanis, Rabu Pon dan jumatPon tetapi hari itu terdapat hari suci agama

Page 11: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

5

POLA PENDIDIKAN KARAKTER....(I  Made Ariasa Giri, 1-9)

Hindu seperti purnama tilem, dan lain-laindan juga saat menstrulasi.

o Bila  menghendaki  anak  laki-laki  makalakukanlah persetubuhan pada siang hariyaitu  hari  ke  10-12-14-16  setelahmenstrulasi dengan menuliskan (Apurusabhawati  pada  ibu  jari  tangan  dan  kakibagian  tangan.  Demikian  sebaliknyamenginginkan  anak  perempuanlakukanlah persetubuhan pada malam hariyaitu pada hari 9-15-17 setelah menstruasidan tuliskan (bastari bhawati) pada ibu jaritangan dan kaki bagian kanan.(Swastika,2009:151).Seperti diuraikan di atas hendaknya masa

penyucian  sebelum  penciptaan  diperhatikankarena proses awal menentukan karakter anakbila  sudah  lahir dan  setelah dewasa. Dengandemikian  bagi  istri  hindarilah  melakukanhubungan intim dengan pria lain selain swamiyang sah,  tidak boleh menjelekkan swami dimata  orang  lain,  jangan  melakukan  himsaselama kehamilan, hindari berkata-kata kasar,tidur  terlalu  lama,  selalu  sembahyang,berprilaku rajin mandi, bersih-bersih dan lainsebagainya.  Sedangkan  bagi  suami  hindarimelakukan hubungan badan dengan wanita lainselain  instri  yang  sah,  jangan  melakukankriminal,  berkata  dusta,  mabuk-mabukan,jangan  membangunkan  istri  denganmengejutkan saat hamil, penuhilah secara wajarsemua keinginan istri dalam kehamilan, janganberbuat  himsa  saat  kehamilan,  janganmenyumbat  lubang,  jangan  melakukanpemotongan  rambut,  jangan  menancapkanturus/pagar  dan  jangan  berjual  beli.Demikianlah secara singkat proses penciptaananak yang suputra.(2) Upacara Magedong-gedongan

Selanjutnya adalah proses kedua yaitu bilaproses intim sudah berhasil membuahkan hasilyaitu  telah membuhkan hasil dari pertemuansel sperma dan sel telor di rahim wanita makaterdapatlah  benih  manusia  di  dalam  perutwanita  di  tandai  dengan membesarnya  perut

istri yang di dalam agama Hindu disebut denganpertemuan antara Cukla dan Swanita. Upacaraini dilaksanakan  setelah  kehamilan  berumurlima bulan dengan tujuan agar bayi yang beradadi dalam kandungan ibunya senantiasa dalamkeadaan sehat dan terlindungi oleh sang Catursanak  sebagai  saudaranya  serta  terhindarkandari segala macam mara bahaya. Juga denganharapan dalam proses persalinan nanti tiada aralyang melintang dapat dengan lancar terlaksana(Swastika,  2009:130).  Upacara  magedong-gedongan  dilakukan  adalah  menumbuhkankarakter sejak dini berupa pendidikan Prenatalyaitu  pendidkan  sebelum  kelahiran  yangsebenarnya memberikan perhatian kepada anakdi dalam kandungan bahwa sebanarnya anakdi  dalam kandungan  dapan  merekam  segalayang terjadi pada ibunya dan ayanya sehinngaprilaku  kedua  orang  tua  hendaknyamencerminkan prilaku yang baik. (3) Upacara Kepus Pusar

Upacara ini biasanya dilakukan pada saatlepasnya tali pusar si bayi yaitu sekitar dua belashari setelah kelahirannya. Upacara ini disebutjuga dengan  istilah nama  Dhyasa  Samskara,dengan  tujuan  agar  senantiasa  si  bayi  dalamlindungan sang Catur Sanak yang selalu beradadisisi  bayi  untuk  menjaganya.  Upacara  inibermakna bahwa mengjarkan dan meberikanharapan anak agar nanti menjadi orang yangbertanggung  jawab dan  menjadi  orang  yangmandiri tidak meminta-minta dan mengulurkanmeminta kepada orang lain tetapi dengan usahadengan kemmapuan dan kekuatannya sendiriuntuk bisa menghidupkan dirinya sendiri danjuga keluarganya kelak setelah anak menjadidewasa dan besar.(4) Upacara Bajang Colong

Upacara ini diselenggarakan pada saat bayitelah berumur empat puluh dua hari yaitu pitungdina, yang bertujuan secara niskala agar si ibusudah bisa melakukan kegiatan upacara yajnasebatas  halaman  rumah  pemerajan  karenamenurut drasta, bahwa leteh, letuh dan sebeltelah hilang saat telah mencapai hari ke empat

Page 12: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

6

ISSN 2580-7544VOLUME 1 No.1, JUNI 2017

puluh dua hari setelah kelahiran. Upacara inibermakna bahwa  mengajarkan kepada  orangtya anak terutama kepada ibu agar menyehatkanjasmani sebelum bertemu kepada orang lain danmenghadap Tuhan agar pikiran menjadi tentramdahulu biar tidak karena mash kotor menjaditidak konsentrasi mengerjakan pekerjaan danjustru  menjadi  berkata-kata  tidak  benar  danberbuat  tidak benar  sehingga  segala  harapandan kedamaian tidak tercapai.(5) Upacara Tigang Sasih

Upacara  ini  diselenggarakan  saat  bayiberumur  tiga  bulan  Bali  sejak  kelahirannyayang  disebut  dengan  istilah  NishkramanaSamskara  yaitu  mulai  saat  ini  anak  telahmengadakan  hubungan  dengan  kekuatan-kekuatan alam sekitarnya, dapat diajak keluarrumah/halaman  dan  diperkenalkan  kepadadunia.  Pada  tahap  memperkenalkan  inidiberikan proses pembelajaran agar anak jangandipaksa atau diperlihatkan pada hal-hal yangtidak pantas untuk anak kecil, jangan sampaimendengar  hal-hal yang  tidak  pantas  sesuaiumurnya,  ajarkan  berkata-kata  halus,  sopan,berprilaku  sopan  dari  cara  memandikan,memberikan  makan,  berpakaian,  berbicara,memanggil  namanya  dan  sebagainya  yangmerupakan ajaran moral dan etikan sejak bayi.(6) Upacara Otonan

Upacara ini dilaksanakan saat anak telahberusia enam bulan Bali, yang bertujuan agaranak  itu  dirgahayu  dan  dirgayusa,  gembiradapat  mengatasi  segala  macam ganguan  danbencana,  memohon  keselamatan  dankeswhatan. Dalam proses upacara anak dijaya-jaya  dan  bersembahyang  di  kemulan  yangbermakna agar  si  anak patuh  terhadap orangtua dan dapat menghagai tetua dan orang-orangterdahulunya  dan  tidak  melupakan  latarbelakang serta sejarah masa lalu setelah anakbesar dan berhasil menjadi orang kelak.(7) Upacara Tumbuh Gigi

Tujuan dari upacara ini adalah agar gigianak  tumbuhnya  baik  dan kuat.  Upacaranyadilaksanakan  saat  gigi  anak  baru  mulai

kelihatan dan saat matahari terbit. Upacara inibermakna  bahwa  simbol  dari  gigi  adalahkekuatan  dan  matahari  terbit  adalah  simbolkehidupan yang baru. Maka kekuatan yang baruatau suatu hal yang ditanam di masa yang yangbaru  menjadi  kekuatan  yang  mulia  sepertimenanam  padi  agar  tumbuhnya  padi  yangmenghasikan  buah  yang  baik  utuk  bisa  dimakan  menghiangkan  rasa  lapar  dan  dapatmelaksanakn  kewajiban  hidup.  Dengandemikian anak yang baru tumbuh gigi diberikanharapan dan doa agar kelak anak tersebut dapatmenjaga kekuatannya untuk kebaikan dan dapatmempertinggi  dan  membawa  nama  orangtuanya dan keluarganya menjadi lebih baik.(8)  Upacara Potong Gigi

Upacara  ini  sering  disebut  denganMapandes. Upacara dimaksud diselenggarakandengan tujuan agar segala bentuk kotoran gigiitu menjadi bersih dan serta secara niskala dapatmengalahkan  musuh-musuh  yang  ada  padatubuh manusia yang dinamai Sad Ripu. Seoranganak saat  ini kembali diingatkan untuk sadarakan segala tingkah lakunya, segala perkataandan segala pemikirannya harus didasarkan atasajaran  dharma.  Rajin  melaksanakanpembelajaran  dengan  jalan  membaca  buku-buku  suci,  mendekatkan  diri  kepadacendekiawan untuk menimba ilmu pengetahuanagama dan harus sadar bahwa dirinya menjadiharapan bangsa dan negara sebagai angkatanmuda  generasi  penerus  bangsa  dan  negara.Selain itu bermakna bahwa memberikan sugestikarakter pengendalian sifat-sifat yang membaradalam aura dan keegoisan masa muda sehinggatenaga  dan  kekuatan  itu  dapat  dipergunakanuntuk  mengejar  cita-cita  dan  mengharuskannama orang tua dan bangsa serta negara.(9) Vivana (upacara perkawinan)

Upacara Vivaha atau perkawinan menurutHindu  adalah  bentuk  ikatan  dua orang  yangberjenis kelamin berbeda yang didasarkan sukasama suka atas dasar cinta dan kasih  sayangtanpa adanya paksaan dan atas persetujuan atausaksi  dari  orang  tua,  pendeta,  alam  semesta,

Page 13: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

7

POLA PENDIDIKAN KARAKTER....(I Made Ariasa Giri, 1-9)

prajuru desa dan Tuhan melalui upacara yajna.Hal  tersebut  merupakan  usaha  untukmendisiplinkan  keinginan  agar  berdasarkantempat dan waktu yang benar. Maksudnya bilatanap hubungan ikatan yang sah seseorang telahmelakukan  hubungan  intim  maka yang  lahiradalah anak yang tidak suputra dan berkaraktermulia.  Upacara  perkawainan  memberikanpendidikan  karakter  sebagai  manusiahendaknya disiplin dalam menempatkan segalakeinginan  dan  berprilaku  bertanggungjawabserta  bersih  dari  perbuatan  yang  terlarang.Seperti pendapatnya Wiana (dalam Swastika,2009:145) menyatakan bahwa kelahhiran anakyang suputra ditentukan dari dimulainya dariprilaku dan sikap orang dalam hal berhubungansex/sengama.  Bila  sengama  tidak  padatempatnya  dan  waktunya  justru  akanmelahirkan anak  yang kuputra yaitu anak yangbertabiat  tidak  baik.  Untuk  itulah  sikap  danperilaku  sex  menyimpang  akan  berakibatkepada anak yang akan dilahirkan.2.2.2 Memahami Peran Swami dan Istri

Untuk mewujudkan keluarga bahagia dansejahtera  tentu    tidak bisa hanya dibebankankepada istri atau suami saja, melainkan harusdiupayakan  bersama-sama.  Seorang  suamidituntut tanggungjawab sementara seorang istridituntut  kesetiaan.  Dalam  susastra  Hindudisebutkan  “jangan  sekali-kali  engkaumenyebut  dirimu  Bapak,  manakala  engkautidak  pernah  bertanggungjawab  terhadapkeluargamu.  Demikian  pula  halnya  denganperempuan,  “jangan  sekali-kali  engkaumenyebut dirimu Ibu, jika engkau tidak mampumemelihara kesetiaanmu pada suami dan anak-anakmu”.  Jadi,  antara  suami  dan  istri  secarasepintas diberikan penegasan akan kewajibanyang berbeda, namun pada hakikatnya keduakebajiban  itu  diaharapkan  saling  bersinergisehingga  mampu  menopang  terciptanyakeluarga bahagia dan sejahtera atau kuluargasukinah.

Hubungan  antara  suami  dan  istri  secaraseimbang  telah  dinyatakan  secara  simbolis

dalam  konsep  Ardanariswari,  yaitu  simbolTuhan  dalam  manifestasi  sebagai  setengahpurusa  dan  pradana.  Kedudukan  purusadisimbolkan dengan Siwa, sedangkan pradanadisimbolkan  dengan  Dewi  Uma.  Di  dalamproses penciptaan,  Siwa memerankan  fungsimaskulin, sedangkan Dewi Uma memerankanfungsi  feminim. Tiada  sesuatu  apapun  akantercipta,  jika  kekuatan  purusa  dan  predanatidak  menyatu.  Penyatuan  kedua  unsur  itudiyakini  telah  memberikan  bayu  bagiterciptanya  berbagai  mahluk  dan  tumbuhanyang ada.

Perempuan dalam teologi Hindu bukanlahtanpa arti. Malahan ia dianggap sangat berartidan mulia, sebagai dasar kebahagiaan rumahtangga.  Dalam Yayurveda  dijelaskan  bahwaperempuan  adalah  perintis,  orang  yangsenantiasa  menganjurkan  tentang  pentingnyaaturan dan ia sendiri melaksanakan aturan itu.Perempuan  adalah  pembawa  kemakmuran,kesuburan,  dan  kesejahteraanbagi  keluarga.Substansi dari sloka di atas juga menunjukkanperempuan  adalah  makhluk  Tuhan  yangmemiliki  kompleksitas  peran  dankemuliaannya  sendiri  (religius,  estetis,ekonomi,  maupun  sosial).  Di  balikkelembutannya,  perempuan  juga  memilikikedasyatan yang dapat dipahami melalui eposbesar  Ramayana,  Mahabarata,  dan  kisahmencengangkan  musnahnya kota  Dwarawatiakibat kutukan Gandhari. Demikian pula dalamCanakya Nitisastra (I.17) disebutkan:

Wanita dibandingkan laki­laki dua kalilebih kuat nafsu makannya,Empat kali lebih malu,Enam kali lebih berani,hendaknya diingat nafsu kelaminnyadelapan kali lebih kuat,

Besarnya peran istri dalam pembentukankeluarga bahagia dan sejahtera, menyebabkanistri  tidak  semata-mata  dimaknai  sebagaiseorang  perempuan  yang  melahirkan,  tetapimereka yang mampu memberikan ‘keteduhan’

Page 14: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

8

ISSN 2580-7544VOLUME 1 No.1, JUNI 2017

bagi  keluarganya.  Oleh  karena  itu,  dalamCanakia Niti Sastra, V.23 disebutkan

Râja patnî guroh patnîmitra patnîtathaiva capatnî mâtâ svamâtâ capañcaitâ mâtarah smrtâhArtinya,istri raja, istri guru, istri teman, ibumertua,dan ibu sendiri semuanya disebut sebagaiIbu.

Mengapa istri raja dianggap sebagai ibu,karena seorang istri raja seharusnya tidak sajamelindungi  anak-anaknya  dan  keluarganyasendiri, tetapi melindungi semua rakyat yangada di wilayah kekuasaannya. Sikap  seorangratu  menyayangi  seluruh  rakyat  sepertimenyayangi  anak-anaknya  sendiri,menempatkan  dia  harus  diperlakukan  dandihormati  sebagai  ibu.    Istri  guru  juga  harusdiperlakukan sebagai ibu, karena istri guru ituidentik dengan sang guru yang telah membuatkita  semua  menjadi  melek  uruf,berpengetahuan, dan memiliki eksistensi dalamkehidupan  ini. Teman  yang dimaksud  dalammakna ini mereka yang setia dalam suka danduka,  orang  yang  dapat  dipercaya,    bukanmereka yang dekat ketika kita sedang berkuasadan  menjauh  ketika  kita  sedang  mengalamiduka  nestapa.  Istri  teman  yang  mampumelaksanakan peran seperti itu harus dianggapsebagai ibu.  Mertua adalah ibu dari istri atausuami,  karena  itu  kedudukannya  harusdisamakan  dengan  ibu  yang  melahirkan  kitasendiri.  Keduanya  harus  diperlakukan  dandihormati  ibarat  seorang  Dewi  yang  telahmemberikan kebahagiaanya bagi keluarga.

Pengertian  ibu  seperti  tersebut  di  atasmenempatkan  seorang  perempuan  harusmampu memerankan sejumlah tugas bagi anak-anak, suami, mertua, dan lingkungan yang lebihluas.  Dalam kaitannya  dengan peranan  yanglebih khusus, yaitu sebagai ibu sekaligus istrimaka  ia  harus  mampu  memerankan  diri

sebagaimana dinyatakan dalam sloka RgvedaVII,33,19 berikut  Stri hi brahma babhuvithaartinya wanita  sesungguhnya  adalah  seorangsarjana dan pengajar.

Kutipan  di  atas  begitu  sarat  dengankewajiban, tetapi ada satu hal yang ditekankanbetul dalam kaitannya dengan peranan wanita,yaitu  kesetiaan.  Seorang  ibu  dan  atau  istrinampaknya dituntut kesetiaannya sebagaimanadinyatakan pula pada sloka berikut.

Pânigrâhasya sâdhivîstrîjiwato vânirtasya vâpatilokamabhîpsantînâlaret kiurcidapriyain  (MDS,V,156)

Artinya:Seorang istri yang setia, yang ingin tinggalbersama terusdengan  suaminya  sampai  nanti  setelah  iameninggal,tidak melakukansesuatu yang menyakiti hatiorang yang mengawininya, apakah dia masihhidup atau sudah mati.

Kokilânâni svaro rûpaniNârî rûpain patipratainVidyâ rûpain kurûpânâinKsamâ rûpain sapasvinâin

ArtinyaBurung tekukur menjadi indah karenasuaranya,Seorang istri menarik karena kesetiaannyakepada suami,Orang yang rupanya buruk menjadimenarik karena ilmu pengetahuannya,dan karena sifat pengampun pendetamenjadi menarik.

Sloka-sloka di  atas mempertegas bahwaseorang  ibu  dan  istri  seharusnya  mampumemelihara  dan  memegang  teguhkesetiaannya. Hanya dengan itu ia akan mampumewujudkan  kebahagiaan  sebagaimanadinyatakan dalam Canakia Niti Sastra sloka V,9 maupun dalam Canakia Niti Sastra sloka II,4berikut.

Page 15: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

9

POLA PENDIDIKAN KARAKTER....(I Made Ariasa Giri, 1-9)

Vittina raksyate dharmoVidyâ yogina raksyateNirdanâ raksyate bhûpahSat striyârak’yate grhamArtinyaAgama dipelihara dengan harta, ilmupengetahuan VedaDipelihara dengan memperaktekan Yoma,Niyama, danLain-lain cabang Yoga. Raja dipeliharadengan kata-kataMenyenangkan, rumah tangga dipeliharaoleh istri yang utama.

Te putrâ ye pitur bhaktâhsa pitâ yastu posakahtain mitrain yatra visvâsahsa bhârya yatra nirvrsihArtinyaYang disebut putra adalah mereka yangbakti kepada bapakYang disebut bapak, dia yang menanggunganak-anaknyaYang disebut teman dia yang memiliki rasapercaya dan bisa dipercaya,dan seorang istri adalah dia yang selalumemberikan kebahagiaan.

Salah  satu  sastra  yang  menarik  untukdicamkan oleh kita semua agar seorang wanitamampu menjadi ibu dan istri yang baik adalahsebagai berikut.

Brahman sampûjyate râjâbrahman sampûjyate dvijahbhraman sampûjyate yogibhramati stri vinaœyati  (C.N.S., VI,4)

ArtinyaRaja  yang  selalu  mengadakan  perjalanandipuja dan dihormati,Para Pendeta yang mengadakan perjalanankeliling dipuji dan dihormati.Yogi yang mengembara amat dihormati,Tetapi kalau wanita keliling dan berjalan-jalan, pasti mengalami kehancuran.

Rubdhânâni yâcakah úatrurmûrkhânâni bodhako ripuh

jâra strinâni patih úatrurcorânâni candramâ ripuh  (C. N. S., X,6)

ArtinyaPengemis adalah musuh bagi si pelitOrang bijaksana adalah musuh bagi orang-orang bodohIstri-istri binal adalah musuh bagi parasuami, danBagi pencuri musuhnya bulan.

Peranan istri dalam mewujudkan keluargabahagia  dan  sejahtera  tidak  akan  terwujudbegitu  saja,  tetapi harus dibentuk oleh pihaklain  secara  bersama-sama.  Suami,  anak,keluarga,  dan  lingkungan  juga  akanmemberikan kontribusi terhadap terbentuknyakondisi demikian. Oleh karena itu, setiap suamidan anggota keluarga lainnya harus mampu ikutmenciptakan  agar  wanita  senantiasa  hidupdengan perasaan senang, senantiasa wajahnyaberseri-seri. Hanya dengan kondisi  demikiankeluarga  itu  akan  diberikan  kedamaian,keteduhan,  dan  pada  akhirnya  kebahagiaansejati,

Setiap  anggota  keluarga  senantiasadiwajibkan agar mampu memelihara ibu, istri,dan wanita yang ada dalam keluarga itu hidupdengan perasaan senang. Hindari mengeluarkankata-kata yang membuat pihak lain merasa sakithati,  berduka  secara  mendalam,  dan  sedih.Penekanan  ini  juga  bermakna  untukmenghindari  tindakan  yang  bersifat  fisikal,yang  menyebabkan  orang  merasa  sakit(ahimsa). Dan satu hal yang juga tidak kalahpenting  adalah  memberikan  penghargaankepada wanita pada saat-saat yang tepat.Semua hal-hal  yang  saya  sampaikan  di  atas,tidak  dengan  serta merta  akan  dapat  dicapaioleh setiap orang dalam waktu seketika. Prosesini  memerlukan  waktu  dan  kemauan  untukmelaksanakannya.  Tapi  yang  tidak  kalahpentingnya  adalah  kemauan  untuk  salingmemahami satu dengan yang lain.

Page 16: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

10

ISSN 2580-7544VOLUME 1 No.1, JUNI 2017

2.3 Pola Pendidikan Karakter BerdasarkanPerkembangan Anak

Landasan mendidik dalam proses belajarmengajar menurut padangan kitab suci Hindusalah satunya kitab Slokantara yaitu  terdapatpada kewajiban terhadap anak yaitu Sloka 22menjelaskan bahwa:

Râjawat paòca warœesu deœa warœesudâsawat,Mittrawat sodaúawarsa ityetat ptraúâsanam.

Artinya:Sampai  umur  lima  tahun,  orang  tua  harusmemperlakukan ananknya  sebagai  raja. Dalamsepuluh  tahun  berikutnya  berikutnya  sebagaipelayan dan setelah umum enam belas tahun keatas harus diperlakukan sebagai kawan.

Tidak  saja  pola  pendidikan  sepertidijelaskan  oleh  ahli  Montessori  yangmenjelaskan  tingkatan  perkembangan  anankdalam proses belajar yaituPeriode I :0;0  sampai  7;0  :  periode

penerimaan  dan  pengaturandunia luar, motoris

Periode II :7;0  sampai  12;0  :  perioderencana  abstrak,memperhatikan  kesusilaan(perlu pendidikan)

Periode III :12;0  sampai 18;0:  penemuandiri, kepekaan rasa sosial.

Periode IV :18;0  ke  atas:  periodependidikan tinggi.

Menurut  ahli  psikologi  di  atasperkembangan  manusia  dibagi  menjadi  4priode maka dengan demikian pola pendidikanharus  disesuaikan  dengan  priode-priodetersebut.  Dalam  priode  tersebut  di  atasmenjelaskan  bahwa hendaknya  diperhatikanbahwa  dalam  priode  pertama  sebenarnyamengajak  kepada  para  orang  tua  untukmemperlakukan  anak  sebagai  raja  ataumelayani apa yang anak-anak butuhkan sebabpada  masa  itu  adalah  penerimaan  danpengaturan dunia luar. Apabila penerimaan danpengaturan kurang bagus maka akan bertampak

pada  perencanaan  data  abstraksi  pada  otaksehingga terjadi kelemahan pada penyimpanandan  pendisribusian  ingatan  menuju  alamkesadaran  dalam  bentuk  pendapat  atautanggapan.  Pada  priode  kedua  sebenarnyamengaja  dan  memberikan  panduan  kepadaorang  tua agar  anak pada umur 7  sampai 12tahun  hendaknya  diperlakukan  sebagaipembantu yaitu sebagai pelayan mengajarkankesusilaan, tugas-tugas sebagai manusia yangbaik  dan  benar,  pemberian  hukuman  danpembatasan-pembatasan  guna  mengetahuibatasan hidp  mana yang patut dilakukan manayang tidak patut dilakukan.

Pada  tahapan  ketiga  yaitu  anak-anakhendaknya perlakukan tidak lagi seperti padamasa priode 1 dan 2, pada priode ini anak mulaidiperlakukan  sebagai  teman  namun  masihterdapat batasan-batasan tertentu, sebab padamasa ini anak baru mulai mengenal dunia yangbebas. Orang tua hanya sebatas mengontrol danmembatasi  sedikit  dan  bukan  memberikankebebasan  sepenuhnya.  Lain  halnya  padamasaatau  priode  keempat  yaitu  anak  mulaimasuk pada tahapan dewasa yaitu diperlakukansebagai  teman.  Jika  terdapat  masalahhendaknya  dibicakakan  ayaknya  berbicaradengan teman sebab pada masa ini anak sudahbisa  menganalsiis  permasalahn  danpemikirannya sudah matang.

Seperti  pemaparan  di  atas  tidak  sedikitperbedaan dan banyak persamaan dengan Sloka22  dari  kitab  Slokantara  yang  menjelaskanbahwa  mana  waktunya  anak  diperlakukansebagai  pelayan,  mana  masanya  diperlukansebagai  raja  dan  mana  diperlukan  sebagaiteman.  Dengan  demikian  pola  pendidikandalam keluarga discaya tujuan yang diinginkanakan tercapai yaitu anak yang cerdas, berbudipekerti, bermoral, memiliki Sradha yang baik,dan mempu menghargai orang lain.

Selanjutnya  ditambahkan  dalam  slokaselanjutnya yaitu  pada  pembahasan  “SayangTongkat, Anak  rusak”  yaitu  pada  Sloka  23menjelaskan bahwa;

Page 17: JURNAL PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDAYA VOLUME 1, NO. 1, …siak.stahnmpukuturan.ac.id/repository/... · 152 volume 1 no.1, juni 2017 issn 2580-7544 issn : 2580-7544 sekolah tinggi agama

11

Lâlanâd bahawo dosâstâdanâd bahawogunâh,Tasmât putresu úisyasu tâdanam na tulâlanam.

Artinya:Banyak  ketidakbaikan  dan  banyak  pulakebaikan-kabaikan  memarahi  anak.  Jadiyang  perlu  dilakukan  terhadap  anak  ataumurid,  ialah  hukuman  di  mana  perlu  danbukan kemanjaan.

Sloka di atas ini hanya lebih menekankanpada  proses  pendidikan  pada  setiap  priodeseperti  dijelaskan pada  sloka 22  di  atas  darisloka  23  tersebut. Sloka  23  ini  menjelaskanbahwa  pada  masa  yang  bagaimana  seoranganak  diberikan hukuman  dan hukuman  yangbagaimana yang diberikan kepada anak yangmelakukan  kesalahan.  Pada  sloka  inimemberikan  pola  pendidikan  yang  disiplinyaitu  hendaknya  orang  tua  tidak  terlalumemanjakan anak dan permintaannya. Sebabmemanjakan anak sama halnya menjerumuskananak kedalam kebodohan dan miskin simbol-simbol  kehidupan  seperti  percaya  diri,  tidakmempunyai  perbedaan duka  dan  suka,  sedihdan  tidak  diterima,  rasa  sakit,  cemburu  dansebagainya. Sebab,  rasa  tersebut  merupakanrasa  yang  dapat  mebuat  seseorang  menjadilebih dewasa dan berani mengahdapi kehidupanyang  lebih  kompleks.  Jika  anak  selamahidupnya  hanya  merasakan  suka,  bahagia,gembira    dan  tidak  meraksakan  bagaimanarasanya sedih, tidak terkabul semua keinginandan kehendak maka anak itu akan buta terhadapkeadaan  yang  ada  disekelilingnya  dan  akanmelawan  segalanya  untuk mendapatkan  rasayang sudah ia miliki.

III. PENUTUPPendidikan  karakter  sebenarnya  dimulai

sejak adanya niat di dalam pikiran yang muliaitu bersumber dari harti dan kejujuran, niat awalseperti  dalam  suatu  organisasi  perencanaanawal menentukan asil akhir suatu kegiatan yang

dilaksanakan.  Demikian  pula  dengan  bilamengingnkan anak yang suputra dalam istilahagama Hindu dan istilah populer disebut anakberprilaku  berkarakter  yang  terdiri  darikejujuran,  sopan,  baik,  berkata  baik,  rajinsembahyang dan  sifat mulia  lainnya  saat  inibanyak  yang  tidak  memiliki  sifat  tersebuthendaknya  jangan  diperhatikan  prosespendidikan di sekolah dan proses pendidikandibebankan kepada pendidik disekolah sematamelainkan  lihat  kebali  apakah pendidikan  didalam rumah atau dalam keluarga sudah benardan  sebelum  pendidikan  dimulai  apakahmendidik  diri  sendiri  sudah  benar.  Karenadalam agama Hindu mengenal karma apabilakarma orang tua naka terdahulu kurang benartentu  anak  yang dilahirkan  tentu  tidak  benarjuga sebab buah mangga jatuh tidak jauh daripohonnya, maka hendaknya saat ini pendidikandilakukan sejak sebelum adanya anak tersebut,memperhatikan pendidikan prenatal (sebelumkelahiran),  post  natal  (setelah  kelahiran)  didalam rumah yaitu pendidikan seoran ibu dansreorang ayah yang mencerminkan pendidikankarakter darii contoh dirinya sendiri. Selain itujuga  harus  ada  kesadaran  dari  pendidik,pemerintah dan lingkngan seling mendukungmaka niscaya akan muncul kembali anak-anakyang  berkarakter  mulia  dan  berwawasanBhineka Tunggal Ika

DAFTAR PUSTAKA

Bawa Atmaja,  Nengah,  2011.  Beberapa  IsuKontemporer  Tentang  pendidikanPerspektif  pendidikan  Kritis. Singaraja:Program  Pancasarjana  UniversitasPendidikan Ganesha.

Griffith,  R.T.H.  2009.  Rgveda Samhhita.Surabaya: Paramita.

Fathul,  Mu’in.  2011.  Pendidikan KarakterKonstruksi Teoretik dan Praktik, UrgensiPendidikan proggresif dan RevitalisasiPeran Guru dan orang Tua. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

POLA PENDIDIKAN KARAKTER....(I Made Ariasa Giri, 1-9)