jurnal lingkungan, penyakit vs insomnia

Upload: tamu-agung

Post on 20-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Jurnal Lingkungan, Penyakit vs Insomnia

    1/6

    Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721 763

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIAPADA WARGA DI KELURAHAN BONTOA KECAMATAN MANDAI

    KABUPATEN MAROS

    Baso Asriadi1,Andi Fajriansi 2, Darwis3

    1

    STIKES Nani Hasanuddin Makassar2STIKES Nani Hasanuddin Makassar3STIKES Nani Hasanuddin Makassar

    Alamat korespondensi: ([email protected])

    ABSTRAK

    Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang paling sering dijumpai. Biasanya timbulsebagai suatu gejala dari gangguan lain yang mendasarinya, terutama gangguan psikologis sepertikecemasan, depresi atau gangguan emosi lainnya (ferrita ak, 2010). Tujuan penelitian ini untukmengetahui hubungan antara lingkungan, penyakit dan kecemasan dengan kejadian insomnia padawarga yang tinggal di Kelurahan Bontoa Kecamatan Mandai Kabupaten Maros. Penelitian inimenggunakan pendekatan korelasional (Correlasional Study) dengan rancangan Cross SectionalStudy, populasi dalam penelitian ini adalah semua warga Kelurahan Bontoa sebanyak 236 orangresponden. Sampel dalam penelitian ini adalah semua warga yang berumur 19-60 tahun dan memenuhikriteria inklusi sebanyak 36 responden. Pengumpulan data dengan meggunakan kuesioner. Hasildiolah menggunakan uji Chi- squaredengan tingkat kemaknaan = 0,05. Hasil bivariat menunjukkanbahwa lingkungan (p = 0,139) penyakit (p = 0,583), kecemasan (p= 0,083) sehingga tidak adahubungan antara lingkungan, penyakit dan kecemasan dengan kejadian insomnia pada warga yangtinggal di Kelurahan Bontoa Kecamatan Mandai Kabupaten Maros.

    Kata Kunci :Lingkungan, Penyakit, Kecemasan Dan Kejadian Insomnia

    PENDAHULUANManusia setiap harinya membutuhkan

    kurang lebih tidur selama 6-8 jam (Lanywati,2001, h. 7). Apakah setiap orang mempunyaikebutuhan tidur yang sama? Jawabnya adalahtidak. Baik jumlah jam tidur maupun waktu tidurbagi setiap orang berbeda- beda. Sebagianorang butuh lebih banyak tidur dari rata-rataorang, sebagian lagi kurang dari rata-rata. Jikakebutuhan tidur seseorang meningkat, hal iniuntuk mengimbangi kualitas tidur yangmenurun. Sangat penting untuk berpikir tentangkualitas tidur, bukan sekedar lamanya(Rafknowledge, 2004).

    Menurut Rajput dan Bromley (1999),lama waktu dan komposisi tidur berubahsepanjang hidup. Jika dihubungkan dengan

    usia, secara ringkas dapat dijelaskan lamawaktu tidur sebagai berikut :1. Pada bayi dan anak-anak secara normal

    membutuhkan tidur selama 16 sampai 20jam sehari.

    2. Orang dewasa membutuhkan tidur tujuhsampai delapan jam sehari.

    3. Setelah usia 60 tahun, orang dewasa palingtidak membutuhkan tidur enam setengahjam sehari.

    Gangguan tidur merupakan salah satukeluhan yang paling sering ditemukan padapenderita yang berkunjung ke praktik.Gangguan tidur dapat dialami oleh semualapisan warga baik kaya, miskin, berpendidikantinggi dan rendah maupun orang muda, sertayang paling sering ditemukan pada usia lanjut.Pada orang normal, gangguan tidur yangberkepanjangan akan mengakibatkanperubahan-perubahan pada siklus tidurbiologiknya, menurun daya tahan tubuh sertamenurunkan prestasi kerja, mudahtersinggung, depresi, kurang konsentrasi,kelelahan, yang pada akhirnya dapatmempengaruhi keselamatan diri sendiri atauorang lain. Menurut beberapa penelitigangguan tidur yang berkepanjangan

    mengakibatkan 2,5 kali lebih sering mengalamikecelakaan mobil dibandingkan pada orangyang tidurnya cukup. Diperkirakan jumlahpenderita akibat gangguan tidur setiap tahunsemakin lama semakin meningkat sehinggamenimbulkan masalah kesehatan. Di dalampraktik sehari-hari,kecenderungan untukmempergunakan obat hipnotik, tanpamenentukan lebih dahulu penyebab yangmendasari penyakitnya, sehingga sering

  • 7/24/2019 Jurnal Lingkungan, Penyakit vs Insomnia

    2/6

    Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721764

    menimbulkan masalah yang baru akibatpenggunaan obat yang tidak adekuat. Melihathal diatas, jelas bahwa gangguan tidurmerupakan masalah kesehatan yang akandihadapi pada tahun-tahun yang akan datang(Japardi, 2002).

    Insomnia adalah ketidakmampuan tidur

    dalam jangka waktu tertentu yang muncul saattidur normal. Orang dewasa rata-ratamembutuhkan lebih dari delapan jam tidursetiap harinya dan hanya 35% dari orangdewasa di Amerika yang secara konsistenmendapatkan hal tersebut. Orang yangmenderita insomnia cenderung untukmengalami satu atau lebih gangguan tidurseperti kesulitan untuk masuk tidur saat malam,bangun terlalu awal saat pagi, atau seringterbangun saat malam. Insomnia dapatmengganggu ritme biologis manusia, sebuahpengatur waktu internal tubuh yang mengaturperiode produksi hormon, tidur, suhu tubuh danfungsi lainnya. Survei yang dilakukan baru-baru ini mengindikasikan bahwa sedikitnya satudari tiga orang di Amerika mengalami insomnia,tetapi hanya 20% yang memperhatikankeadaan tersebut (Debusk, 2004).

    Insomnia merupakan salah satugangguan tidur yang paling sering dijumpai.Biasanya timbul sebagai suatu gejala darigangguan lain yang mendasarinya, terutamagangguan psikologis seperti kecemasan,depresi atau gangguan emosi lainnya (Ferrita,2010).

    Meskipun insomnia sudah marak,pengadaan perawatan insomnia masihterbatas. Hanya sedikit penderita insomniayang membicarakan masalahnya ke dokteratau profesional kesehatan lainnya. Didalamsebuah survei telepon, dua pertiga penderitainsomnia yang ditanyai menunjukkan hanyamemiliki sedikit sekali pengetahuan tentangpilihan perawata untuk mengatasi masalahtidur mereka (Currie dan Wilson, 2006, h. 20).

    Tingkat kecemasan dan tekanan yangtinggi pada mahasiswa juga menyebabkankeadaan tidak bisa tidur pada malam hari. Halini membuat universitas sebagai tempat alamiuntuk berkembangnya insomnia di saatmahasiswa berjuang dengan batas waktu tugaskuliah, persiapan untuk ujian dan menghadiri

    kuliah. Beberapa mahasiswa juga mempunyaipekerjaan paruh waktu atau bahkan pekerjaanwaktu penuh. Selain itu juga terdapat penyebabsituasional antara lain bersosialisasi setiapmalam hari, mengonsumsi minuman beralkoholyang berlebihan, tidak menjaga waktu tiduryang tetap, tidak melakukan diet yang sehatdan prokrastinasi pada tugas untuk kuliah. Efekdari gaya hidup tersebut adalah jelas sekaliakan menyebabkan sering membolos kuliah,

    bermasalah dengan banyak tugas yangmenumpuk, menjadi mudah tersinggung, dantidak dapat konsentrasi saat kuliah. Deskripsi diatas menunjukkan bahwa insomnia terjadi padamahasiswa yang berada pada rentang antaramasa remaja akhir dan masa dewasa awal(Bailey, 2005).

    Menurut data WHO (World HealthOrganization) pada tahun 1993, kurang lebih18% dari penduduk dunia pernah mengalamigangguan kesulitan tidur. Gangguan sulit tidurini disebut dengan insomnia (Lanywati, 2001, h.8).

    Data akurat insomnia di SulawesiSelatan belum ada, sebagaimana datainsomnia untuk seluruh Indonesia hanyaberdasarkan perkiraan, sekitar 10-11,7% darijumlah penduduk (Dinkes, 2013).

    Penelitian tentang kejadian insomniapada lansia telah dilakukan oleh markumahandriyani (2008) dengan judul hubungan antaratingkat depresi dengan kejadian insomnia padalansia di panti wredha Yogyakarta 2008 denganjumlah sampel 35 Lansia yang dilakukan diPanti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta, didapatkan hasil dari 35 responden diperolehdata sebagian besar responden sejumlah 25Orang lansia (83,3%) mengalami depresikategori sedang- berat dan terjadi insomnia,kategori Depresi Ringan 5 Lansia (16,7%),kategori Depresi ringan dengan kejadianInsomnia 1 lansia, sedangkan depresi ringantidak ada insomnia 4 Lansia dan kategori Tidakada gejala depresi 5 Lansia (14,3%).Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanyahubungan yang signifikan antara Tingkatdepresi dengan kejadian insomnia pada lansiadi Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta(Andriyani M, 2008).

    Data sementara yang diperoleh diKelurahan bontoa Kecamatan MandaiKabupaten Maros pada bulan april lalu, dimanajumlah populasi warga sebanyak 12.153 oranglaki-laki sebesar 6.052 dan perempuanberjumlah 6.101 peneliti bermaksud mengambilsampel dari warga yang berumur 19-60 tahunyaitu dengan jumlah populasi sebanyak 236orang (Data warga kelurahan Bontoa Tahun2012).

    Dari hasil wawancara singkat dengan

    beberapa warga disana, banyak dari wargamengaku pernah mengalami kesulitan untuktidur, terutama warga yang tinggal di area dekatbandara, apalagi orang yang tidak terbiasadengan kebisingan, akan kesulitan untuk tidur(Hasil pengkajian sementara dengan bebrapawarga).

    Berdasarkan hal tersebut di atas,mendorong penulis untuk mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi

  • 7/24/2019 Jurnal Lingkungan, Penyakit vs Insomnia

    3/6

    Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721 765

    kejadian insomnia pada warga yang tinggal diKelurahan bontoa Kecamatan MandaiKabupaten Maros.

    BAHAN DAN METODELokasi, Populasi, dan Sampel

    Penelitian ini menggunakan metode

    Korelasional (Correlasional Study) denganmenggunakan pendekatan Cross Sectional,dengan maksud untuk mengetahui hubunganantara Lingkungan, Penyakit dan Kecemasandengan Kejadian Insomnia.

    Penelitian ini dilaksanakan di KelurahanBontoa Kecamatan Mandai Kabupaten Maros.Populasi adalah subjek yang memenuhikategori yang sudah ditetapkan (Nursalam,2008). Populasi pada penelitian ini adalahsemua warga yang berumur 19-60 tahun diKelurahan Bontoa Kecamatan MandaiKabupaten Maros yang bejumlah kurang lebih236 orang.

    Pengambilan sampel menggunakanPurposive samplingyakni pengambilan sampeldari anggota populasi, dimana peneliti yangmenentukan kriteria sampel yang akan diambil.Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 36orang yang didapat dengan menggunakanrumus Issac dan Michael.

    Adapun kriteria inklusi dan eksklusi daripenelitian ini adalah sebagai berikut1. Kriteria inklusi :

    a. Warga yang tinggal Di Kelurahan BontoaKecamatan Mandai Kabupaten Maros

    b. Warga yang berumur 19-60 tahunc. Warga yang bersedia untuk dijadikan

    sampel penelitiand. Warga yang hadir saat dilakukan

    penelitian2. Kriteria eksklusi :

    a. Warga yang tidak tinggal Di KelurahanBontoa Kecamatan Mandai KabupatenMaros

    b. Warga yang tidak berumur 19-60 tahunc. Warga yang tidak bersedia untuk

    dijadikan sampel penelitiand. Warga yang tidak hadir saat dilakukan

    penelitian

    Pengumpulan data1. Data Primer

    Data primer diperoleh denganmenggunakan kuesioner yang terdiri daribeberapa pertanyaan yang telah disediakanoleh peneliti kepada Responden.Pengumpulan data melalui kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui bagaimanahubungan antara kecemasan, penyakit, danlingkungan dengan kejadian insomnia padamahasiswa, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

    2. Data SekunderData sekunder juga digunakan sebagai datapelengkap untuk data primer yangberhubungan dengan masalah yang ditelitiseperti jumlah keseluruhan warga yangtinggal di kelurahan bontoa kecamatanmandai kabupaten maros.

    Pengolahan dataPengolahan data dilakukan secara

    manual (dengan mengisi kuesioner yang disediakan).Adapun langkah langkahpengolahan data yaitu sebagai berikut:1. Selecting

    Selecting merupakan pemilihan untukmengklasifikasikan data menurut kategori.

    2. EditingEditing di lakukan untuk meneliti setiapdaftar pertanyaan yang sudah di isi, meliputikelengkapan pengisian, kesalahanpengisian dan konsistensi dari setiapjawaban.

    3. KodingKodingmerupakan tahap selanjutnya yaitudengan memberi kode pada jawabanresponden.

    4. Tabulasi DataSetelah dilakukan editing dan kodingdilanjutkan dengan pengolahan datakedalam suatu table menurut sifat sifat yangdi miliki sesuai dengan tujuan penelitian.

    Analisis data1. Analisis Univariat

    Dilakukan untuk mendapatkan gambaranumum dengan cara mendiskripsikan tiapvariabel yang digunakan dalam penelitiandengan melihat distribusi frekuensi, mean,median dan modus.

    2. Analisis BivariatDilakukan untuk melihat hubungan antaravariabel bebas secara sendiri sendiridengan variabel terikat denganmenggunakan uji statistik Chi-Square,

    Program SPSS.

    HASIL PENELITIAN1. Analisis Univariat

    Tabel 1 Distribusi Frekuensi RespondenBerdasarkan Kelompok Umur Di KelurahanBontoa Kecamatan Mandai KabupatenMaros.

    Umur n %

    19-40 28 77,241-60 8 22,2

    Total 86 100,0

    Berdasarkan tabel 1 dapat dilihatbahwa dari 36 responden, terdapat 28 orang

  • 7/24/2019 Jurnal Lingkungan, Penyakit vs Insomnia

    4/6

    Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721766

    (77,2%) responden yang berumur antara19-40 tahun, kemudian terdapat 8 orang(22,2%) responden yang berumur antara41-60 tahun.

    Tabel 2 Distribusi Frekuensi RespondenBerdasarkan Lingkungan Di Kelurahan

    Bontoa Kecamatan Mandai KabupatenMaros

    Lingkungan n %

    Kurang Baik 31 86,1

    Baik 5 13,9

    Total 36 100,0

    Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihatbahwa dari 36 responden, terdapat 5responden (13,9%) yang memilikilingkungan yang baik dan terdapat 31orang(86,1%) responden memiliki lingkunganyang kurang baik.

    Tabel 3 Distribusi Frekuensi RespondenBerdasarkan Penyakit Di Kelurahan BontoaKecamatan Mandai Kabupaten Maros.

    Penyakit n %

    Terjangkit 21 58,3

    Tidak Terjangkit 15 31,7

    Total 36 100

    Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihatbahwa dari 36 responden, terdapat 21orang (58,3%) responden yang terjangkitpenyakit , dan terdapat 15 orang (31,7%)yang tidak terjangkit Penyakit.

    Tabel 4 Distribusi Frekuensi RespondenBerdasarkan Kecemasan Di KelurahanBontoa Kecamatan Mandai KabupatenMaros.

    Kecemasan n %

    Cemas 33 91,7

    Tidak Cemas 3 8,3

    Total 36 100

    Berdasarkan tabel 4 dari 36responden, terdapat 33 orang (91,7%)responden yang memiliki kriteria cemas,kemudian terdapat 3 orang (8,3%) yang

    memiliki kriteria tidak cemas.

    Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkankejadian insomnia pada warga di KelurahanBontoa Kecamatan Mandai KabupatenMaros.

    Kejadian Insomnia n %

    Insomnia 35 97,2

    Tidak Insomnia 1 2,8

    Total 36 100

    Berdasarkan tabel 5 dari 36responden, terdapat 35 orang (97,2%)responden yang memiliki status insomnia,sedangkan hanya 1orang (2,8%) yangmemiliki status tidak insomnia.

    2. Analisis Bivariat

    Tabel 6 Hubungan LingkunganDenganKejadian imsomnia Pada warga DiKelurahan Bontoa Kecamatan MandaiKabupaten Maros.

    Dari tabel 6 diatas menunjukkanbahwa dari jumlah 36 responden terdapat31 orang (81,6%) yang berada padalingkungan kurang baik dan memiliki kriteriainsomnia, kemudian terdapat 0 orang (0%)yang berada pada lingkungan kurang baikyang memiliki kriteria tidak insomnia.Selanjutnya terdapat 4 orang (11,1%)responden yang berada pada lingkunganbaik dan memiliki kriteria insomnia, dan 1orang (2,8%) yang berada pada lingkunganbaik dan tidak memiliki kriteria insomnia.

    Berdasarkan uji statistik Chi-Squarediperoleh nilai P= 0, 139. Dengan demikian

    Ho diterima dan Ha ditolak atau tidak adahubungan antara lingkungan warga dengankejadian imsomnia.

    Tabel 7 Hubungan Penyakit DenganKejadian imsomnia Di Kelurahan BontoaKecamatan Mandai Kabupaten Maros.

    Dari tabel 7 diatas menunjukkanbahwa dari jumlah 36 responden terdapat20 orang (55,6%) yang terjangkit penyakitdan memiliki kriteria insomnia, kemudianterdapat 1 orang (2,8%) yang terjangkitpenyakit dan memiliki kriteria tidakinsomnia. Selanjutnya terdapat 15 orang(41,7%) responden tidak terjangkit penyakit

    Lingkungan

    Kejadian InsomniaJumlah

    InsomniaTidak

    Insomnia

    n % n % n %

    Kurang Baik31

    86,1 0 0 31 86,1

    Baik 4 11,1 1 2,8 5 13,9

    Jumlah 35 97,2 1 2,8 36 100

    pValue = 0,139

    PenyakitTerjangkit

    Kejadian InsomniaJumlah

    InsomniaTidak

    Insomnia

    n % N % n %

    Terjangkit 20 55,6 1 2,8 21 58,3

    Tidak 15 41,7 0 0 15 41,7

    Jumlah 35 97,2 1 2,8 36 100,0

    pValue = 0,583

  • 7/24/2019 Jurnal Lingkungan, Penyakit vs Insomnia

    5/6

    Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721 767

    yang memiliki kriteria insomnia, dan 0 orang(0%) yang tidak terjangkit penyakit danmemiliki kriteria tidak insomnia.

    Berdasarkan uji statistik Chi-Squarediperoleh nilai P= 0,583. Dengan demikianHo diterima dan Ha ditolak atau tidak adahubungan antara penyakit dengan kejadian

    imsomnia pada warga.

    Tabel 8 Hubungan Kecemasan DenganKejadian imsomnia Pada Warga DiKelurahan Bontoa Kecamatan MandaiKabupaten Maros.

    Dari tabel 8 diatas menunjukkanbahwa dari jumlah 36 responden terdapat33 orang (91,7%) yang cemas dan memilikikriteria insomnia, kemudian terdapat 0orang (0%) yang cemas dan memilikikriteria tidak insomnia. Selanjutnya terdapat2 orang (5,6%) responden tidak cemas yangmemiliki kriteria insomnia, dan 1 orang(2,8%) yang tidak cemas dan memilikikriteria tidak insomnia.

    Berdasarkan statistik Uji Chi-Squarediperoleh nilai P= 0, 083. Dengan demikianHo diterima dan Ha ditolak atau tidak ada

    hubungan antara Kecemasan dengankejadian imsomnia pada warga.

    PEMBAHASAN1. Hubungan Antara Lingkungan Dengan

    Kejadian imsomnia Pada Masyarakat.Hasil uji statistik dengan

    menggunakan Uji Chi Square dari jumlah 36responden didapatkan nilai p=0,139.Hal inimenunjukkan tidak ada hubungan antaralingkungan, dengan kejadian imsomniapada masyarakat di Kelurahan BontoaKecamatan Mandai Kabupaten Maros.

    Keadaan ini berbeda dengan apa

    yang diungkapkan dalam penelitianMahkumah Andriyani (2008) di Rumah sakitGatot Soebroto, Jakarta. dari 42 respondenterdapat 31 responden (73,8%) yangmenderita insomnia kronis akibatlingkungan yang kurang baik dan hanya 11responden (26,2%) insomnia sementarakarena lingkungan yang baik. Dari hasil ujistatistic dapat disimpulkan bahwaterdapathubungan antara kebisingan dan insomniapada lansia yang dirawat di RS Gatot

    Soebroto, Jakarta, dari nilai OR dapatdisimpulkan bahwa responden kebisinganberat 3,818 kali beresiko menderitainsomnia akut disbanding denganresponden dengan kebisingan ringan(lingkungan yang baik).

    2. Hubungan Antara Penyakit Dengan

    Kejadian imsomnia Pada Masyarakat.Hasil uji statistik denganmenggunakan Uji Square dari jumlah 36responden didapatkan nilai p=0,583.Hal inimenunjukkan tidak ada hubungan antaraPenyakit dengan kejadian imsomnia padamasyarakat di Kelurahan BontoaKecamatan Mandai Kabupaten Maros.

    Hal ini berbeda dengan hasilpenelitian yang dilakukan di ruangperawatan lantai IV RSPAD (2008),didapatkan bahwa 16 responden (100,0%)yang mengalami insomnia sementara akibatnyeri yang dialami, sementara 0 responden(0,0%) yang menderita insomnia kronis.

    Dari hasil uji statistik dapatdisimpulkan bahwa terdapat hubungan yangbermakna antara penyakit dengan kejadianinsomnia pada lansia yang dirawat di Ruangperawatan umum lantai IV RSPAD, Jakarta.

    3. Hubungan Antara Kecemasan DenganKejadian imsomnia Pada Masyarakat.

    Hasil uji statistik denganmenggunakan Uji Square dari jumlah 36responden didapatkan nilai p=0,083. Hal inimenunjukkan tidak ada hubungan antaraKecemasan dengan kejadian imsomniapada masyarakat di Kelurahan BontoaKecamatan Mandai Kabupaten Maros.

    Hal ini berbeda dengan penelitianyang dilakukan oleh Wahyu Widodo (2010)yang meneliti hubungan antara tingkatkecemasan dengan kecenderunganinsomnia pada lansia dipanti Werdha Darmabakti, Surakarta, dengan jumlah respondensebanyak 47 orang, yaitu terdapat 6responden (35%) mengalamikecenderungan insomnia dan 11 responden(65%) tidak. Selanjutnya pada kecemasansedang terdapat 6 responden (40%)mengalami kecenderungan insomnia dan 9responden (60%) tidak. Sedangkan padatingkat kecemasan berat terdapat 12

    responden (80%) mengalamikecenderungan insomnia dan 3 responden(20%) tidak.

    Hasil pengujian hubungan antarakecemasan lansia dengan kecenderunganinsomnia diperoleh nilai p-value = 0,024.Keputusan uji adalah menerima H0 jika nilaip-value lebih besar 0,05 dan menolak H0jika p-value lebih kecil dari 0,05. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa nilai p-value

    Kecemasan

    Kejadian Insomnia JumlahInsomnia Tidak

    Insomnia

    n % n % n %

    Cemas 33 91,7 0 0 33 91,7

    Tidak Cemas 2 5,6 1 2,8 3 8,3

    Jumlah 35 97,2 1 2,8 36 100,0

    pValue = 0,083

  • 7/24/2019 Jurnal Lingkungan, Penyakit vs Insomnia

    6/6

    Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721768

    lebih kecil dari 0,05 (0,024 < 0,05) makadiputuskan H0 ditolak dan menerima Ha.Berdasarkan kriteria uji tersebut makadisimpulkan terdapat hubungan antarakecemasan lansia dengankecenderungan insomnia pada lansia di

    Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta.

    KESIMPULANDari hasil penelitian tentang Hubungan

    Antara Lingkungan, penyakit dan Kecemasan,Terhadap Kejadian imsomnia Pada wargaKelurahan Bontoa Kecamatan MandaiKabupaten Maros. yang dilaksanakan padatanggal 15 mei sampai 15 juli 2013 dengan totalsampel sebanyak 36 orang, sehingga dapatditarik kesimpulan sebagai berikut:1. Tidak Ada hubungan antara Lingkungan

    dengan Kejadian insomnia Pada warga diKelurahan Bontoa Kecamatan MandaiKabupaten Maros.

    2. Tidak ada hubungan antara Penyakitdengan kejadian imsomnia pada warga diKelurahan Bontoa Kecamatan MandaiKabupaten Maros

    3. Tidk ada hubungan antara Kecemasandengan kejadian imsomnia pada warga di

    Kelurahan Bontoa Kecamatan MandaiKabupaten Maros

    SARAN1. Bagi Institusi Kesehatan Diharapakan pada

    pihak Pemerintah khususnya DinasKesehatan kelurahan Bontoa agar

    ditetapkan suatu kebijakan baik yangsifatnya institusional maupun yang sifatnyaUU yang dapat menggerakkan warga agardapat berperilaku hidup bersih dan sehat(PHBS).

    2. Bagi tempat menelitian Diharapkan Wargamenjadi support system disetiap kegiatankesehatan di Kelurahan Bontoa .

    3. Bagi peneliti selanjutnya. Diharapkan agarmeneliti pengaruh usia dan tingkat imunitaswarga terhadap kejadian imsomnia.

    4. Diharapkan kepada peneliti selanjutnyasampel penelitian sebaiknya diperluassampai tingkat kecamatan, agar lebih bisasignifikan dalam hasil penelitiannya.

    5. Bagi peneliti selanjutnya siapapun andajangan pernah meninggalkan kewajibannyaterhadap Allah SWT dengan alasan sibukmeniliti dan menyusun skripsi, agar hasilpenelitian tersebut mendapatkan berkahbagi semua orang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Agustian, Ary Ginanjar. 2005. The Islamic Guide To Developing ESQ (Emotionl Spir itual Qu0tient) applying theESQ 165 1 Volume Principles 5 Actions.Jakarta: Arga Publishing.

    Hidayat, A. A. A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Erlangga.

    Lukas, 2013. Pengertian Penyakit. (Online), (http://.wordpress.com/pengertian-penyakit/, sitasi April 2013)

    Rajput, V., Bromley, S. M. 1999. Chronic Insomnia: A Practical Review American Academy of Family Physicians.Vol. 60 No. 5. (Online), (http://www.aafp.org, sitasi tanggal 20 November 2006)

    Rowley, J. A., Lorenzo, N. 2005. Insomnia. (Online), (http://www.emedicine.com, sitasi tanggal 12 Februari 2007)

    Safaruddin, T. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kecemasan pada Wanita Menjelang Menopaus diDesa Pompanua Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone. Skripsi tidak di terbitkan. Makassar. JurusanKeperawatan Stikes Nani Hasanuddin.

    Sajogyo. 1987. Sosiologi Pedesaan. Jilid I. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

    Santrock, J. W. 1995. Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5, Jilid II. Alih bahasa : AchmadChusairi dan Juda. Damanik. Jakarta : Penerbit Erlangga

    Suliswati, S. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    Yakub, Andi. 2009. Hubungan Faktor Kemampuan (IQ, EQ, SQ,) dan Lingkungan terhadap Kebiasaan Cheating(Menyontek) Mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Skripsi tidakdi terbitkan. Makassar : STIKES Nani Hasanuddin