jurnal indonesian.pdf

12
JSPF Vol. 1 Mei 2012 1 PERANAN MODEL PEMBELAJARAN PARALEL DIKOMBINASIKAN DENGAN COOPERATIVE LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PEMBELAJARAN BILINGUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VIII RSBI SMP NEGERI 1 PINRANG Muhammad Gazali, Jasruddin D.M. 1) , M. Agus Martawijaya 2) Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental design) yang bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran paralel dikombinasikan dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual, (2) mendeskripsikan hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan pembelajaran bilingual konvensional, dan (3) mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan model paralel dikombinasikan dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual dan yang diajar dengan pembelajaran bilingual konvensional. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII 1 dan VIII2 RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, yang berjumlah 59 orang yang terdiri dari dua kelas, sedangkan objek dalam penelitian ini hasil belajar IPA Fisika siswa Kelas VIII1 dan VIII2 RSBI SMP Negeri 1 Pinrang Tahun Pelajaran 2010/2011. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Intact Group Comparison atau Static Group Comparison. Hipotesis penelitian adalah: terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan model paralel dikombinasikan dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual meningkat dibandingkan dengan yang diajar dengan pembelajaran bilingual konvensional pada Kelas VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar IPA Fisika yang memenuhi kriteria valid dengan reliabilitas soal 0,7682 sebanyak 20 butir dalam bentuk soal uraian. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar IPA Fisika siswa setelah di ajar dengan model pembelajaran paralel dikombinasikan dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual untuk kelas eksperiman sebesar 82,56 dengan standar deviasi sebesar 6,35, sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 89,86 dengan standar deviasi sebesar 1,17. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa hasil belajar IPA Fisika siswa kelas VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang tahun ajaran 2010/2011 yang diajar dengan model paralel dikombinasikan dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual dan yang diajar dengan pembelajaran bilingual konvensional memiliki perbedaan yang berarti. Kata kunci: eksperimen semu, model pembelajaran terpisah (parallel), pembelajaran bilingual, statistik deskriptif dan statistik inferensial. This research is a quasi-experimental research which aimed to: (1) describe the student’s science physics learning achievements who are taught by parallel learning model combined with cooperative learning and direct instruction in bilingual education, (2) describe the student’s science physics learning achievements who are taught by conventional bilingual education, and (3) determine whether there are significant differences of the student’s science physics learning achievements who are taught between parallel learning model combined with cooperative learning and direct instruction in bilingual education and conventional bilingual education. Subjects in this research were students at Grade VIII1 and VIII2 Pilot International Standard School SMP Negeri 1 Pinrang, which attended by 59 students, consisting of two classes, while the objects in this research were the student’s science physics learning achievements at Grade VIII1 and VIII2 RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, School Year of 2010/2011. Research design used in this study was Static Group Comparison or Intact Group Comparison. Research hypothesis was: there is significant differences of the student’s science physics learning achievements at Grade VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang who are taught between parallel learning model combined with cooperative learning and direct instruction in bilingual education and conventional bilingual education. Research instruments used was the test results to learn science physics that fulfill the criteria of reliability about 0.7682 valid with as many as 20 points in essay form. The results of descriptive analysis showed that the average score of student’s science physics learning achievements after been taught by parallel learning model combined with cooperative learning and direct instruction in bilingual education of experiment class was 82.56 with a standard deviation of 6.35, while those on control class was 89.86 with a standard deviation of 1.17. Inferential analysis results showed that the student’s science physics achievements at Grade VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang School Year of 2010/2011 who are taught by parallel learning model combined with cooperative learning and direct instruction in bilingual education has significant difference to conventional bilingual education. Keywords: quasi-experiment, parallel learning model, bilingual education, descriptive statistic, inferential analysis.

Upload: muhammad-gazali-jhie

Post on 25-Oct-2015

117 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Fisika

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Indonesian.pdf

JSPF Vol. 1 Mei 2012 1

PERANAN MODEL PEMBELAJARAN PARALEL DIKOMBINASIKAN DENGAN COOPERATIVE LEARNING DAN

DIRECT INSTRUCTION DALAM PEMBELAJARAN BILINGUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA

SISWA KELAS VIII RSBI SMP NEGERI 1 PINRANG

Muhammad Gazali, Jasruddin D.M.1)

, M. Agus Martawijaya 2)

Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental design) yang bertujuan untuk: (1)

mendeskripsikan hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran paralel dikombinasikan

dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual, (2) mendeskripsikan hasil belajar

IPA Fisika siswa yang diajar dengan pembelajaran bilingual konvensional, dan (3) mengetahui apakah terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan model paralel dikombinasikan

dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual dan yang diajar dengan

pembelajaran bilingual konvensional. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII1 dan VIII2 RSBI SMP Negeri

1 Pinrang, yang berjumlah 59 orang yang terdiri dari dua kelas, sedangkan objek dalam penelitian ini hasil belajar

IPA Fisika siswa Kelas VIII1 dan VIII2 RSBI SMP Negeri 1 Pinrang Tahun Pelajaran 2010/2011. Desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Intact Group Comparison atau Static Group Comparison. Hipotesis penelitian

adalah: terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan model paralel

dikombinasikan dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual meningkat

dibandingkan dengan yang diajar dengan pembelajaran bilingual konvensional pada Kelas VIII RSBI SMP Negeri 1

Pinrang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar IPA Fisika yang memenuhi kriteria valid

dengan reliabilitas soal 0,7682 sebanyak 20 butir dalam bentuk soal uraian. Hasil analisis deskriptif menunjukkan

bahwa skor rata-rata hasil belajar IPA Fisika siswa setelah di ajar dengan model pembelajaran paralel

dikombinasikan dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual untuk kelas

eksperiman sebesar 82,56 dengan standar deviasi sebesar 6,35, sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 89,86

dengan standar deviasi sebesar 1,17. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa hasil belajar IPA Fisika siswa

kelas VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang tahun ajaran 2010/2011 yang diajar dengan model paralel dikombinasikan

dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual dan yang diajar dengan

pembelajaran bilingual konvensional memiliki perbedaan yang berarti.

Kata kunci: eksperimen semu, model pembelajaran terpisah (parallel), pembelajaran bilingual, statistik deskriptif dan statistik inferensial.

This research is a quasi-experimental research which aimed to: (1) describe the student’s science physics

learning achievements who are taught by parallel learning model combined with cooperative learning and direct

instruction in bilingual education, (2) describe the student’s science physics learning achievements who are taught by

conventional bilingual education, and (3) determine whether there are significant differences of the student’s science

physics learning achievements who are taught between parallel learning model combined with cooperative learning

and direct instruction in bilingual education and conventional bilingual education. Subjects in this research were

students at Grade VIII1 and VIII2 Pilot International Standard School SMP Negeri 1 Pinrang, which attended by 59

students, consisting of two classes, while the objects in this research were the student’s science physics learning

achievements at Grade VIII1 and VIII2 RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, School Year of 2010/2011. Research design

used in this study was Static Group Comparison or Intact Group Comparison. Research hypothesis was: there is

significant differences of the student’s science physics learning achievements at Grade VIII RSBI SMP Negeri 1

Pinrang who are taught between parallel learning model combined with cooperative learning and direct instruction in

bilingual education and conventional bilingual education. Research instruments used was the test results to learn

science physics that fulfill the criteria of reliability about 0.7682 valid with as many as 20 points in essay form. The

results of descriptive analysis showed that the average score of student’s science physics learning achievements

after been taught by parallel learning model combined with cooperative learning and direct instruction in bilingual

education of experiment class was 82.56 with a standard deviation of 6.35, while those on control class was

89.86 with a standard deviation of 1.17. Inferential analysis results showed that the student’s science physics

achievements at Grade VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang School Year of 2010/2011 who are taught by parallel

learning model combined with cooperative learning and direct instruction in bilingual education has significant

difference to conventional bilingual education.

Keywords: quasi-experiment, parallel learning model, bilingual education, descriptive statistic, inferential analysis.

Page 2: Jurnal Indonesian.pdf

JSPF Vol. 1 Mei 2012 2

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok

bagi seluruh manusia. Dengan meningkatnya

kebutuhan manusia akan pendidikan tersebut,

manusia tak henti-hentinya melakukan inovasi-

inovasi yang diharapkan mampu memberikan

sumbangsih positif bagi peningkatan mutu

pendidikan, khususnya di negara yang kita cintai

ini.

Pada Undang-Undang SISDIKNAS (UU

SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 tertuang

upaya peningkatan mutu pendidikan, tepatnya

pada pasal 50 ayat 3 yang berbunyi:

“Pemerintah dan/atau pemerintah daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu

satuan pendidikan pada semua jenjang

pendidikan, untuk dikembangkan menjadi

satuan pendidikan yang bertaraf Internasional”.

Implementasi dari undang-undang tersebut,

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat

Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah akan melaksanakan proses layanan

pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan

lulusan yang diakui secara nasional dan

internasional. Salah satu realisasi dari layanan

pendidikan yang berkualitas ini adalah dengan

menyelenggarakan Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI) (Marleny, 2009).

SMP Negeri 1 Pinrang sebagai Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional di tingkat sekolah

menengah pertama yang ada di Kabupaten

Pinrang memiliki visi “Unggul dalam Prestasi,

Berpijak pada Nilai-nilai Agama”. Visi ini

diwujudkan baik dalam proses pembelajaran

yang bersifat intrakurikuler maupun

ekstrakurikuler. Hal ini dapat dilihat dari prestasi

siswa-siswa di berbagai bidang ilmu

pengetahuan, seperti sebagai juara dalam

Olimpiade Sains Nasional Tingkat SMP dan

Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat

Kabupaten, sedangkan pada bidang

ekstrakurikuler siswa-siswi sekolah tersebut

berhasil memperoleh juara di berbagai kegiatan,

seperti Praja Muda Karana (PRAMUKA), Palang

Merah Remaja (PMR), olahraga, dsb.

Fisika sebagai salah satu cabang ilmu

sains (Ilmu Pengetahuan Alam, IPA) merupakan

salah satu mata pelajaran yang selama ini

menjadi momok yang menakutkan bagi siswa,

khususnya bagi siswa sekolah lanjutan.

Berdasarkan pengamatan yang kami

lakukan ketika kami melaksanakan Program

KKN-PPL Terpadu Angkatan I Tahun 2010 di

RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, diamati bahwa

proses pembelajaran IPA Fisika di sekolah

tersebut menggunakan dua bahasa pengantar,

yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Selama ini siswa di sekolah tersebut masih

mendapatkan kesulitan dalam mempelajari IPA

Fisika jika diajarkan dalam satu bahasa

pengantar saja, yakni Bahasa Indonesia. Belum

lagi jika harus menggunakan dua bahasa

pengantar sekaligus, sebagai konsekuensi yang

harus diambil ketika sekolah kita berlabelkan

RSBI atau SBI. Penerapan English for

Mathematics and Science di sekolah-sekolah

RSBI dan SBI seperti halnya pada SMP Negeri

1 Pinrang ini berdampak pada hasil belajar IPA

Fisika siswa, terkhusus bagi siswa-siswi yang

memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang

masih relatif rendah.

Pada Olimpiade Sains Nasional (OSN)

Tingkat SMP di Kabupaten Pinrang pada tahun

pelajaran 2010/2011, terlihat bahwa siswa-siswi

RSBI SMPN 1 Pinrang mendapatkan Juara I

untuk mata pelajaran IPA Biologi dan IPS dari

empat mata pelajaran yang dilombakan, yakni

IPA Biologi, IPA Fisika, Matematika, dan IPS.

Hal ini menjadi salah satu informasi yang

menjadi bahan peneliti untuk mengadakan

penelitian di sekolah tersebut.

Page 3: Jurnal Indonesian.pdf

JSPF Vol. 1 Mei 2012 3

Dari latar belakang masalah yang kami

paparkan di atas, maka peneliti berminat

mengadakan penelitian eksperimen di sekolah

tersebut dengan judul “PERANAN MODEL

PEMBELAJARAN PARALEL DIKOMBINA-

SIKAN DENGAN COOPERATIVE LEARNING

DAN DIRECT INSTRUCTION DALAM

PEMBELAJARAN BILINGUAL TERHADAP

HASIL BELAJAR IPA FISIKA PADA SISWA

KELAS VIII RSBI SMP NEGERI 1 PINRANG”.

Berdasarkan latar belakang yang telah

kami paparkan di atas, maka kami menyusun

beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut: (1) Seberapa besar hasil belajar

IPA Fisika siswa yang diajar dengan model

pembelajaran paralel dikombinasikan dengan

Cooperative Learning dan Direct Instruction

dalam pembelajaran bilingual pada Kelas VIII

RSBI SMP Negeri 1 Pinrang? (2) Seberapa

besar hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar

dengan pembelajaran bilingual konvensional

pada Kelas VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang?

(3) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA

Fisika siswa yang signifikan antara yang diajar

dengan model pembelajaran paralel

dikombinasikan dengan Cooperative Learning

dan Direct Instruction dan yang diajar dengan

pembelajaran bilingual konvensional pada Kelas

VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang?

Berdasarkan rumusan masalah yang

diungkapkan sebelumnya, maka adapun tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk

mendeskripsikan hasil belajar IPA Fisika siswa

yang diajar dengan model pembelajaran paralel

dikombinasikan dengan Cooperative Learning

dan Direct Instruction dalam pembelajaran

bilingual pada Kelas VIII RSBI SMP Negeri 1

Pinrang. (2) Untuk mendeskripsikan hasil belajar

IPA Fisika siswa yang diajar dengan

pembelajaran bilingual konvensional pada Kelas

VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang. (3) Untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil

belajar IPA Fisika siswa yang signifikan antara

yang diajar dengan model pembelajaran paralel

dikombinasikan dengan Cooperative Learning

dan Direct Instruction dan yang diajar dengan

pembelajaran bilingual konvensional pada Kelas

VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, Kab. Pinrang.

Pembelajaran bilingual merupakan bentuk

pembelajaran dengan menggunakan dua

bahasa berbeda. Dalam hal ini, yang dimaksud

dengan pembelajaran bilingual adalah

pembelajaran dengan menggunakan Bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris. Pembelajaran

bilingual dilakukan untuk menjembatani siswa

mempelajari materi pelajaran yang tersedia

dalam bahasa Inggris, atau mengkomunikasikan

materi pelajaran yang dipelajari dalam Bahasa

Indonesia dalam bahasa Inggris. Pembelajaran

bilingual dimaksudkan untuk membantu peserta

didik mempelajari materi pelajaran yang tersedia

dalam bahasa Inggris bagi siswa yang sehari-

hari menggunakan Bahasa Indonesia (Wayan,

2010).

Menurut Marleny (2008), model

pembelajaran paralel adalah model yang

menunjang perkembangan bahasa siswa yang

difasilitasi melalui kegiatan penunjang di luar

pembelajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris yang

diikuti siswa di sekolah.

Pada model pembelajaran ini, siswa

menerima pelajaran tambahan berupa English

for Mathematics and Science yang dilakukan

oleh guru Bahasa Inggris dan/atau guru MIPA.

Materi pelajaran tambahan ini didasarkan pada

kebutuhan dan urutan penyajian tema-tema

pelajaran yang ada pada pembelajaran MIPA

dalam bahasa Inggris. Fasilitasi pemerolehan

English for Mathematics and Science melalui

Page 4: Jurnal Indonesian.pdf

JSPF Vol. 1 Mei 2012 4

pelajaran bahasa Inggris reguler sebetulnya

dimungkinkan, tetapi diperkirakan waktu yang

disediakan untuk itu tidak mencukupi karena

pelajaran bahasa Inggris reguler perlu mengikuti

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

yang tidak kompatibel dengan kebutuhan

English for Mathematics and Science.

Model pembelajaran paralel ini cocok

diterapkan pada sekolah yang guru MIPA-nya

memiliki pengetahuan kebahasaan yang

terbatas dan team-teaching antara guru bahasa

Inggris dan guru MIPA tidak dapat berjalan

dengan baik. Dalam model ini, pembelajaran

MIPA dalam bahasa Inggris berlangsung

dengan tahapan-tahapan pembelajaran seperti

pada pembelajaran MIPA pada umumnya.

Model ini agak mahal dan memerlukan waktu

cukup banyak tetapi efektif dalam pencapaian

tujuan (peningkatan kemahiran berbahasa

Inggris) (Ruqayah, 2009).

Adapun tahapan dari model pembelajaran

paralel adalah sebagai berikut: (1) Persiapan

(Preparation). Pada tahapan ini, guru

mempersiapkan hal-hal yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran, seperti

penyusunan Rencana Pembelajaran (Lesson

Plan), penyediaan sumber-sumber

pembelajaran yang akan menunjang proses

pembelajaran seperti alat peraga, media

animasi, atau media-media pembelajaran

lainnya yang berbasis ICT/TIK, sebagaimana

panduan penyelenggaraan pembelajaran

SBI/RSBI. (2) Pembelajaran (The Lesson).

Pada tahapan ini, proses pembelajaran

dilaksanakan dengan menggunakan Bahasa

Indonesia sebagai bahasa pengantar, dimana

guru menyampaikan materi Matematika dan IPA

yang terdapat dalam Student’s Book dengan

memanfaatkan media pembelajaran berbasis

ICT/TIK dan siswa dapat mengajukan

pertanyaan dalam bahasa ibu mereka. (3)

Penguatan/Pengayaan (Reinforcement /

Enrichment). Pada tahapan terakhir ini, guru

menyediakan waktu di luar jam pelajaran yang

ada di sekolah, dimana dalam tahapan ini guru

menyampaikan istilah-istilah, kosa kata, tata

bahasa, ekspresi, dan sebagainya dengan

menggunakan English for Mathematics and

Science yang telah disediakan oleh

penyelenggara SBI/RSBI dalam Teacher’s

Book. Pada tahapan ini, guru MIPA yang

memiliki kemampuan bahasa Inggris yang

belum memadai dapat dibantu oleh guru Bahasa

Inggris dalam mengajarkan English for

Mathematic and Science (Ruqayah, 2009).

Pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) merupakan bentuk pembelajaran

dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari empat sampai

enam orang dengan struktur kelompok yang

bersifat heterogen (Rusman, 2010): 202).

Sedangkan menurut Natsir (2007),

pembelajaran kooperatif merupakan suatu

model pembelajaran dimana siswa belajar

dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

tingkat kemampuan berbeda..

Menurut Natsir (2007), model pengajaran

langsung dirancang secara khusus untuk

mengembangkan belajar siswa tentang

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah

pengetahuan tentang sesuatu misalnya

pengetahuan tentang teori atom, susunan dan

nama-nama planet yang masuk dalam

tatasurya kita. Pengetahuan prosedural adalah

pengetahuan tentang bagaimana melakukan

sesuatu misalnya, pengetahuan tentang cara

menggunakan neraca, ampere-meter, osiloskop,

Page 5: Jurnal Indonesian.pdf

JSPF Vol. 1 Mei 2012 5

pengetahuan tentang cara melakukan penelitian

dan sebagainya.

HIPOTESIS PENELITIAN

“Tidak terdapat perbedaan yang signifikan

dari hasil belajar IPA Fisika siswa antara yang

diajar dengan model pembelajaran paralel

dikombinasikan dengan cooperative learning

dan direct instruction dengan yang diajar

dengan pembelajaran bilingual konvensional

pada Kelas VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang”.

211

210

:

:

xxH

xxH

1x

: Rata-rata hasil belajar IPA Fisika siswa

yang diajar dengan model pembelajaran

paralel dikombinasikan dengan

cooperative learning dan direct

instruction dalam pembelajaran

bilingual.

2x : Rata-rata hasil belajar IPA Fisika siswa

yang diajar dengan pembelajaran

bilingual konvensional.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian

eksperimen semu (quasi experimental design).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, mulai

dari Kelas VII yang terdiri dari 7 kelas, Kelas VIII

yang terdiri dari 2 kelas, dan Kelas IX yang

hanya terdiri dari 1 kelas. Dengan teknik

purposive sampling, terpilihlah Kelas VIII1 yang

terdiri dari 30 orang sebagai kelas perlakuan

(eksperimen) dan Kelas VIII2 sebagai kelas

kontrol yang terdiri dari 29 orang pada RSBI

SMP Negeri 1 Pinrang untuk Semester Genap

Tahun Pelajaran 2010/2011.

Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran paralel

dikombinasikan dengan cooperative learning

dan direct instruction dalam pembelajaran

bilingual, dan variabel tak bebasnya adalah hasil

belajar IPA Fisika siswa yang dilihat dari aspek

kognitif, afektif, psikomotorik, dan penguasaan

teknologi.

Gambaran desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

(Setyosari, 2010).

Ket:

X : Perlakuan (Treatment)

O1 : Tes yang dilakukan pada kelas

eksperimen

O2 : Tes yang dilakukan pada kelas kontrol

- - - : Tidak dilakukan pengacakan

Definisi operasional variabel penelitian

adalah sebagai berikut: (1) Model pembelajaran

paralel yang dikombinasikan dengan model

cooperative learning dan direct instruction dalam

pembelajaran bilingual adalah model

pembelajaran dua bahasa yang menunjang

perkembangan bahasa siswa yang difasilitasi

melalui kegiatan penunjang di luar pembelajaran

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam

Bahasa Inggris yang diikuti siswa di sekolah

dimana model pembelajaran ini dikombinasikan

dengan model cooperative learning dan direct

instruction yang sintaksnya diintegrasikan. (2)

Pembelajaran bilingual konvensional adalah

pembelajaran yang menggunakan Bahasa

Inggris sebagai bahasa dalam sumber dan

media pembelajaran akan tetapi dijelaskan

dalam Bahasa Indonesia. (3) Hasil belajar IPA

Fisika siswa adalah skor yang dicapai siswa

setelah mengikuti pembelajaran.

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini yaitu tes tertulis untuk melihat hasil

X O1

- O2

Page 6: Jurnal Indonesian.pdf

JSPF Vol. 1 Mei 2012 6

belajar aspek kognitif. Soal yang dibuat

berjumlah 20 butir, kemudian divalidasi oleh

validator ahli oleh Drs. M. Agus Martawijaya,

M.Pd. Setelah instrumen diujikan, kemudian

dilanjutkan dengan menghitung reliabilitas untuk

mengetahui konsistensi instrumen yang

digunakan.

Untuk mencari koefisien reliabilitas

instrumen tes uraian, kita menggunakan rumus :

2

2

11 11 St

Si

k

kr

Dimana :

n

n

XiXi

Si

2

2

2

n

n

XX

St

t

t

2

2

2

(Nurgiyantoro, 2010): 177)

Keterangan :

k = Banyaknya butir soal uraian

n = Banyaknya sampel

2Si = Jumlah varians skor setiap item

2St = Varians skor total

Data yang telah terkumpul dari kedua

kelas sampel selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan teknik statistik deskriptif dan

statistik inferensial. Uji normalitas untuk variabel

baik kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol dilakukan melalui uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov. Pengujian dilakukan pada

taraf kebenaran α=0,05. Uji homogenitas

varians dilakukan dengan menggunakan uji

statistik yakni uji F. Dengan memperoleh Fhitung

dan nilai sig, bila sig>α pada taraf kebenaran

α=0,05 untuk kelas eksperimen dan kontrol,

maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok

eksperimen berasal dari populasi homogen.

Dalam pengujian hipotesis digunakan

statistik uji t untuk data homogen. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut.

𝑡 =𝑥1 − 𝑥2

𝑠 1𝑛1+1𝑛2

dengan

2

11

21

2

22

2

11

nn

snsns

(Tiro, 1999): 102)

Keterangan:

𝑥1 = mean dari kelompok eksperimen

𝑥2 = mean dari kelompok kontrol

S = deviasi gabungan

𝑆1 = deviasi kelompok eksperimen

𝑆2 = deviasi kelompok kontrol

Derajat kebebasan (dk) = n1+n2-2

Hipotesis Statistik

Digunakan uji perbedaan dua rata-rata

(Independent Sample T Test) yaitu:

211

210

:

:

xxH

xxH

1x : Rata-rata hasil belajar IPA Fisika siswa

yang diajar dengan model pembelajaran

terpisah (paralel) dalam pembelajaran

bilingual.

2x : Rata-rata hasil belajar IPA Fisika siswa

yang diajar dengan pembelajaran

bilingual konvensional.

Teknik analisis statistik diolah dengan

Statistical Package for Social Science (SPSS)

versi 15,0 for Windows dan MS. Excel 2007.

Digunakan Independent Sample t Test (Uji t

Sampel Independen) dengan kriteria pengujian

hipotesis H0 ditolak atau H1 diterima jika Sig.< ½

α dan sebaliknya H0 diterima atau H1 ditolak jika

Sig.>½ α.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Untuk hasil analisis deskriptif terhadap

hasil belajar IPA Fisika siswa pada kelas

eksperimen (penggunaan model pembelajaran

paralel yang dikombinasikan dengan

Page 7: Jurnal Indonesian.pdf

JSPF Vol. 1 Mei 2012 7

cooperative learning dan direct instruction dalam

pembelajaran bilingual) dan kelas kontrol

(penggunaan model pembelajaran bilingual

konvensional) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Statistik nilai hasil belajar fisika pada

kelas eksperimen dan kontrol

Statistik Nilai Statistik

Nilai Maksimun 89,00 91,00

Nilai Minimum 66,00 87,00

Nilai Rata-rata 82,56 89,86

Nilai Ideal 100,00 100,00

Rentang Nilai 23,00 4,00

Standar Deviasi 6,3509 1,1668

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa

nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas

eksperimen adalah 82,56, nilai tertinggi 89,00,

nilai terendah 66,00, nilai ideal 100,00, dan

standar deviasi 6,3509, sedangkan pada kelas

kontrol adalah 86,96, nilai tertinggi 91,00, nilai

terendah 87,00, nilai ideal 100,00, dan standar

deviasi 1,1668. Selanjutnya, jika nilai hasil tes

kognitif atau nilai hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen dikelompokkan ke dalam kategori,

maka persentase nilai tes atau hasil belajar IPA

Fisika siswa 77,78% berada pada kategori

Sangat Tinggi dan 22,22% berada pada kategori

Tinggi sedangkan pada kelas control,

persentase nilai tes atau hasil belajar IPA Fisika

siswa 100% berada pada kategori Sangat Tinggi

(Lampiran 3, Tabel 1 dan 2).

Adapun gambaran tentang persentase

hasil belajar IPA Fisika yang disusun baik pada

kelas eksperimen maupun kelas kontrol

ditampilkan pada grafik berikut ini.

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa

persentase hasil belajar IPA Fisika kelas

eksperimen dan kelas kontrol hanya berada

pada kategori Sangat Tinggi dan Tinggi, dimana

persentase hasil belajar terbesar tersebar pada

kelas kontrol yakni 100% pada kategori Sangat

Tinggi, berbeda dengan persentasi hasil belajar

pada kelas eksperimen yang tersebar 77,78%

pada kategori Sangat Tinggi dan 22,22% pada

kategori Tinggi (Lampiran 3).

Hasil uji normalitas tes akhir kedua kelas

sampel dengan menggunakan SPSS dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Kelas

Eksperimen dan Kontrol.

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa untuk

kelas eksperimen nilai sig=0,110>α = 0,05 dan

untuk kelas kontrol nilai sig=0,050 > α = 0,05. Ini

artinya data dari kedua kelas sampel

terdistribusi normal.

Dengan menggunakan SPSS diperoleh

hasil uji homogenitas sebagai berikut.

Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Kelas

Eksperimen dan Kontrol.

020406080

100

San

gat

Tin

ggi

Sed

ang

Ren

dah

San

gat

…Per

sen

tase

(%

)

Kategori Hasil Belajar

Grafik 4.1. Persentase Hasil Belajar IPA Fisika pada Kelas Eksperimen

dan Kontrol

Persentase

Eksperimen

Persentase

Kontrol

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

27 22

82.5556 89.8636

6.35085 1.16682

.232 .289

.155 .270

-.232 -.289

1.203 1.358

.110 .050

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Dif f erences

Kolmogorov -Smirnov Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

Experiment_

Class

Control_

Class

Test distribution is Normal.a.

Calculated f rom data.b.

Group Statistics

27 82.5556 6.35085 1.22222

22 89.8636 1.16682 .24877

Groups

Experiment Class

Control Class

Value

N Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean

Page 8: Jurnal Indonesian.pdf

JSPF Vol. 1 Mei 2012 8

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai

sig = 16,651 > α = 0,05. Hal ini menunjukkan

kedua kelas memiliki varians yang homogen

atau berasal dari populasi yang homogen.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis

penelitian dengan menggunakan uji-t dengan

MS. Excel 2007, diperoleh nilai thitung = -5,3148

dan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05

diperoleh ttabel{0,975 (dk = 47)} = 2,01 (Tiro, 1999):

384). Karena thitung tidak berada dalam interval

ttabel (-2,01 dan 2,01), maka dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi, terdapat

perbedaan yang berarti dari hasil belajar IPA

Fisika siswa kelas VIII RSBI SMP Negeri 1

Pinrang antara yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran paralel

dikombinasikan dengan model cooperative

learning dan direct instruction dengan yang

diajar dengan menggunakan pembelajaran

bilingual konvensional.

Penelitian ini dilaksanakan untuk

mengetahui peranan model pembelajaran

paralel dikombinasikan dengan model

cooperative learning dan direct instruction dalam

pembelajaran bilingual terhadap hasil belajar

IPA Fisika siswa kelas VIII RSBI SMP Negeri 1

Pinrang. Pada penelitian ini terkonsentrasi pada

hasil belajar IPA Fisika siswa yang dilihat pada

tes akhir.

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan di sekolah tersebut, yaitu RSBI SMP

Negeri 1 Pinrang Kab. Pinrang, diperoleh hasil

yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan

oleh peneliti, yakni terdapat perbedaan yang

signifikan dari hasil belajar IPA Fisika siswa

kelas VIII antara yang diajar dengan model

pembelajaran paralel dikombinasikan dengan

model cooperative learning dan direct instruction

dengan yang diajar dengan pembelajaran

bilingual konvensional. Fakta penelitian yang

diperoleh peneliti setelah mengadakan tes akhir

(post-test) adalah hasil belajar IPA Fisika pada

kelas kontrol lebih besar dari hasil belajar IPA

Fisika siswa pada kelas eksperimen. Ada

beberapa faktor yang dapat peneliti sampaikan

yang menyebabkan hasil penelitiannya

sedemikian, diantaranya: (1) Pemerolehan

pengetahuan siswa akan kosakata dan istilah-

istilah Fisika dalam Bahasa Inggris hanya

terpaku pada pemberian guru yang disampaikan

pada proses pembelajaran, (2) jadwal/roster

pelajaran IPA Fisika pada kelas yang diambil

sebagai kelas eksperimen, yakni kelas VIII1

yang berada pada jam pelajaran terakhir, dan

(3) adapun jadwal pelajaran IPA Fisika pada

kelas kontrol yang ditunjuk, yaitu kelas VIII2,

berada pada jam pelajaran yang lebih awal,

yakni pada pukul 10.50-12.00 WITA, sehingga

model pembelajaran bilingual konvensional

dapat diterima dengan baik oleh siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar IPA Fisika

siswa yang berarti antara yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran

pembelajaran paralel dikombinasikan dengan

model cooperative learning dan direct instruction

dengan yang diajar dengan menggunakan

pembelajaran bilingual konvensional pada kelas

VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, dan diterima

pada taraf nyata 0,05. Kenyataan ini

membuktikan bahwa penerapan model

pembelajaran paralel dalam pembelajaran

bilingual belum memberikan peningkatan yang

berarti terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa

dibandingkan dengan model pembelajaran

bilingual konvensional yang digunakan guru

pada sekolah tersebut.

Independent Samples Test

16.651 .000 -5.315 47 .000 -7.30808 1.37504 -10.07431 -4.54185

-5.859 28.139 .000 -7.30808 1.24728 -9.86245 -4.75371

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

Value

F Sig.

Levene's Test f or

Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Dif f erence

Std. Error

Dif f erence Lower Upper

95% Conf idence

Interv al of the

Dif f erence

t-test for Equality of Means

Page 9: Jurnal Indonesian.pdf

JSPF Vol. 1 Mei 2012 9

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut: (1) Hasil belajar IPA

Fisika siswa kelas VIII1 RSBI SMP Negeri 1

Pinrang yang diajar dengan menggunakan

model pembelajaran paralel dikombinasikan

dengan model cooperative learning dan direct

instruction dalam pembelajaran bilingual yang

terlihat dari hasil belajar 77,28% berada dalam

kategori Sangat Tinggi dan 22,22% pada

kategori Tinggi, dengan nilai rata-rata 82,56 dari

skor ideal 100,00, (2) hasil belajar IPA Fisika

siswa kelas VIII2 RSBI SMP Negeri 1 Pinrang

yang diajar dengan menggunakan pembelajaran

bilingual konvensional yang terlihat dari hasil

belajar 100,00% berada dalam kategori Sangat

Tinggi dengan skor rata-rata 89,36 dari skor

ideal 100,00, dan (3) terdapat perbedaan hasil

belajar IPA Fisika siswa yang signifikan antara

yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran paralel dikombinasikan dengan

model cooperative learning dan direct instruction

pada Kelas VIII1 dengan yang diajar dengan

menggunakan pembelajaran bilingual

konvensional pada kelas VIII2 RSBI SMP Negeri

1 Pinrang. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa penggunaan model pembelajaran paralel

memiliki peranan yang tidak cukup signifikan

dalam meningkatkan hasil belajar IPA Fisika

siswa yang terlihat dari hasil belajarnya pada

aspek kognitif.

Setelah melihat hasil penelitian yang telah

dilaksanakan, maka penulis menyarankan: (1)

Model pembelajaran paralel dikombinasikan

dengan model cooperative learning dan direct

instruction dalam pembelajaran bilingual pada

siswa RSBI SMP Negeri 1 Pinrang Kab. Pinrang

belum dapat diterapkan jika faktor-faktor

pendukung keberhasilan proses pembelajaran,

yakni kesiapan guru dan siswa, serta jadwal

pelajaran yang tepat tidak diperhatikan, (2)

kepada pihak sekolah agar mengimpelentasikan

Standar Operasional Pelaksanaan (SOP)

program RSBI yang telah ditetapkan oleh

Depdiknas pada setiap jenjang tahun

pendampingan, sehingga diperoleh hasil belajar

yang lebih baik, dan (3) kepada peneliti yang

ingin melakukan penelitian yang serupa dengan

penelitian sebelumnya diharapkan menjalankan

prosedur/langkah model pembelajaran paralel

dikombinasikan dengan model cooperative

learning dan direct instruction sesuai dengan

prosedur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2003, January 1). Al Qur'an Digital.

Dipetik January 1, 2009, dari Al Qur'an Digital:

http://www.alquran-digital.com/

Ahmadi, I. K., & Amri, S. (2010). Strategi

Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional

dan Nasional. Jakarta: Prestasi Pustaka

Publisher.

Ali, M. (2002). Metode Penelitian. Bandung:

Perpustakaan UPI Bandung.

Anonim. (2012, March 8). Ki Hajar Dewantara.

Dipetik March 16, 2012, dari Wikipedia,

Ensiklopedia Bebas:

http:/in.wikipedia.co.id/Ki_Hajar_Dewantara.htm/

Anonim. (2009, January 1). Pembelajaran.

Dipetik January 30, 2011, dari

http://www.id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran.ht

ml

Anonim. (2011, May 1). Pilar Pendidikan

Menurut UNESCO. Dipetik March 16, 2012, dari

Lembaga Pengkajian & Pengembangan

Masyarakat: http://lp2m.web.id/pilar-pendidikan-

menurut-unesco/

Arikunto, S. (2003). Dasar Evaluasi Pendidikan.

Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Davies, I. K. (1981). Instructional Technique.

Washington D.C.: McGraw-Hill, Inc.

Page 10: Jurnal Indonesian.pdf

JSPF Vol. 1 Mei 2012 10

Davis, R. H. (1974). Learning System Design;

An Approach to the Improvement of Instruction.

Washington D.C.: McGraw-Hill, Inc.

Depdiknas. (2008). Panduan Penyelenggaraan

Rintisan SMA Bertaraf Internasional. Jakart:

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Depdiknas. (2007). Pedoman Penjaminan Mutu

Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Standar Isi dan Kurikulum

IPA. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Standar Isi Kurikulum SMP-

SBI. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati, & Mudjiono. (2006). Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Djamarah, S. B., & Zain, A. (2006). Strategi

Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Giancoli, D. C. (2009). Physics for Scientists and

Engineers with Modern Physics 4th Edition.

United States of America: Pearson Prentice Hall,

Inc.

Haling, A. (2006). Belajar dan Pembelajaran.

Makassar: Badan Penerbit UNM Makassar.

Hamalik, O. (2006). Proses Belajar Mengajar.

Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Jefferson, T. (2006, October 20). Quasi

Experimental Study. Dipetik March 16, 2012,

dari National Center for Technology Innovation:

http://www.ncti.com/Quasi_Experimental_Study.

htm/

Krashen, S. (2009, January 1). Why Bilingual

Education; ERIC Digest. Dipetik January 30,

2011, dari http://eric_digest.com/bilingual.html

Liswanto. (2010, November 23). RSBI di

Indonesia Aplikasi dan Kendala. Dipetik January

30, 2011, dari

http://www.blogliskeren.blogspot.com

Mariana. (2008, December 21). Pembelaran

Bilingual: Apa dan Bagaimana? Dipetik January

30, 2011, dari Guru English:

http://guruenglish.wordpress.com/2008/12/21/pe

mbelajaran-bilingual-apa-dan-bagaimana/

Marleny. (2009, January 1). Skripsi: Studi

Pelaksanaan IPA Fisika di Kelas Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMP

Negeri 9 Palembang. Dipetik January 30, 2011,

dari http://blog.unsri.ac.id/leny/skripsi/studi-

pelaksanaan-pembelajaran-ipa-fisika-di-kelas-

rintisan-sekolah-bertaraf-internasional-rsbi-smp-

n-9-palembang/mrdetail/11939/

Nasution, R. (2003). Teknik Sampling. Medan:

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Natsir, M. (2007). Strategi Pembelajaran Fisika.

Makassar: Jurusan Fisika FMIPA UNM.

Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian Pembelajaran

Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta.

Purnomo, S. (2008, October 15). SK dan KD

SMA. Dipetik March 16, 2012, dari Sidik's Blog:

http://sidik.blogspot.com/sk_dan_kd_sma.htm/

Rianto, S. (2009, January 1). Makalah:

Pembelajaran Matematika dan IPA Dalam

Bahasa Inggris. Dipetik January 30, 2011, dari

http://rsbiindonesia.blogspot.com/2009/02/pemb

elajaran-matematika-dan-ipa-dalam.html

Riduwan. (2003). Skala Pengukuran Variabel-

variabel Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Roebyanto. (2009, June 25). Empat Pilar

Pendidikan. Dipetik March 10, 2012, dari Blog'e

Arek Suroboyo:

http://roebyarto.multiply.com/journal/item/91?&s

how_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Rowe, M. B. (1973). Teaching Science As

Continuous Inquiry: A Basic. New York: McGraw

Hill, Inc.

Ruqayah. (2009, July 15). Makalah: Konsep

Pembelajaran Matematika dan IPA Dalam

Bahasa Inggris (Bilingual). Dipetik February 6,

2011, dari ruqayahsmpn4pati.com:

http://st284522.sitekno.com/article/3243/konsep-

pembelajaran-matematika--ipa-dalam-bahasa-

inggris-bilingual.html

Page 11: Jurnal Indonesian.pdf

JSPF Vol. 1 Mei 2012 11

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran;

Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Senjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran;

Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Setyosari, P. (2010). Metode Penelitian

Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:

Prenada Media Group.

Slamet, P. (2008). Perubahan dari SSN ke SBI

dan Implikasinya Bagi Kepemimpinan. TOT SSN

SMP 2008 (hal. 1-30). Pekan Baru: Diknas Kota

Pekan Baru.

Soetriono, & Hanafi, R. (2007). Filsafat Ilmu dan

Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi

Offset.

Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Penerbit Sinar Baru

Algensindo.

Sugidarma, I. P. (2003). Metode Penelitian.

Malang: Universitas Brawijaya.

Sukardi. (2006). Metodologi Penelitian

Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tiro, A. (1999). Dasar-dasar Statistika.

Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri

Makassar.

Umar, H. (2009). Metode Penelitian untuk

Skripsi dan Tesis. Jakarta: Rajawali Press.

Ware, T. (2008, January 1). Panduan

Pengembangan Bahan Ajar. Dipetik March 16,

2012, dari Tamamiware's Blog:

http://tamamiware.blogspot.com/2008/01/pandu

an-pengembangan-bahan-ajar-sma.html

Wayan, I. (2010, January 1). Makalah: Model

Pembelajaran PBBS dengan Pendekatan

DBTU. Dipetik February 6, 2011, dari

http://www.i_wayan.blogspot.com

Weil, M. &. (1978). Personal Models of

Teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Wenning, C. J. (2006). A framework for teaching

the nature of science. Journal of Physics

Teacher Education Online , 2-10.

Wenning, C. J. (2009). Scientific epistemology;

How scientists know what they know. Journal of

Physics Teacher Education Online , 3-15.

Page 12: Jurnal Indonesian.pdf

12