jurnal ilmiah mahasiswa (pendidikan bahasa dan sastra

20
1 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) STKIP PGRI Bandar Lampung http://eskrispi.stkippgribl.ac.id/ ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN NARASI BERDASARKAN CERITA FANTASI IRISAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG Siti Mardiyah¹, Supriyono², Andri Wicaksono³ ¹²³STKIP PGRI Bandar Lampung ¹[email protected], ²[email protected], ³[email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan kesalahan morfologi dalam hal menulis karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan, khususnya dalam penggunaan afiksasi, reduplikasi dan gabungan kata. Untuk mencapai tujuan penelitian, digunakan metode deskriptif kualitatif, yakni disajikan dalam bentuk kata-kata dengan model data-data kesalahan morfologi, dibahas kesalahannya dan dilakukan perbaikan namun tetap dengan menyajikan data angka seperlunya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019 belum dapat memakai afiks secara tepat, begitu pula dengan penulisan reduplikasi dan penulisan gabungan kata. Hal ini dilihat dari hasil tulisan karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan, peneliti menganalisis kesalahan morfologi yang dibatasi hanya pada penggunaan afiksasi, reduplikasi dan gabungan kata. Dalam kesalahan penggunaan afiksasi terdapat 44 kesalahan yang menunjukkan bahwa hasil perhitungan presentase mencapai 54,32% yang berarti tingkat penguasaannya kurang. Sama halnya dengan kesalahan penggunaan reduplikasi terdapat 31 kesalahan yang menunjukkan hasil presentase penguasaannya kurang hanya mencapai 38,27% saja. Sedangkan, presentase kesalahan penggunaan gabungan kata menunjukkan 7,40% atau dalam tingkat penguasaan cukup yang terdapat 6 kesalahan. Kata kunci: analisis, kesalahan morfologi, karangan. Abstract: The purpose of this study was to find out and describe morphological errors in terms of writing narrative essays based on sliced fantasy stories, especially in the use of affixation, reduplication and combination of words. To achieve the objectives of the study, a qualitative descriptive method was used, which was presented in the form of words with a model of morphological error data, discussed its errors and carried out repairs but still by presenting numerical data as needed. The results showed that VII grade students of Odd Semester 1 Bandar Lampung Middle School 2018/2019 Academic Year had not been able to use affixes correctly, as well as writing reduplication and writing of combined words. This is seen from the results of narrative essays based on sliced fantasy stories, the researchers analyzed morphological errors which were limited only to the use of affixation, reduplication and combination of

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

1

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) STKIP PGRI Bandar Lampung

http://eskrispi.stkippgribl.ac.id/

ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN NARASI BERDASARKAN CERITA FANTASI IRISAN PADA SISWA

KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG

Siti Mardiyah¹, Supriyono², Andri Wicaksono³

¹²³STKIP PGRI Bandar Lampung

¹[email protected], ²[email protected], ³[email protected]

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan

kesalahan morfologi dalam hal menulis karangan narasi berdasarkan cerita fantasi

irisan, khususnya dalam penggunaan afiksasi, reduplikasi dan gabungan kata. Untuk

mencapai tujuan penelitian, digunakan metode deskriptif kualitatif, yakni disajikan

dalam bentuk kata-kata dengan model data-data kesalahan morfologi, dibahas

kesalahannya dan dilakukan perbaikan namun tetap dengan menyajikan data angka

seperlunya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VII Semester Ganjil

SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019 belum dapat memakai

afiks secara tepat, begitu pula dengan penulisan reduplikasi dan penulisan

gabungan kata. Hal ini dilihat dari hasil tulisan karangan narasi berdasarkan cerita

fantasi irisan, peneliti menganalisis kesalahan morfologi yang dibatasi hanya pada

penggunaan afiksasi, reduplikasi dan gabungan kata. Dalam kesalahan penggunaan

afiksasi terdapat 44 kesalahan yang menunjukkan bahwa hasil perhitungan

presentase mencapai 54,32% yang berarti tingkat penguasaannya kurang. Sama

halnya dengan kesalahan penggunaan reduplikasi terdapat 31 kesalahan yang

menunjukkan hasil presentase penguasaannya kurang hanya mencapai 38,27%

saja. Sedangkan, presentase kesalahan penggunaan gabungan kata menunjukkan

7,40% atau dalam tingkat penguasaan cukup yang terdapat 6 kesalahan.

Kata kunci: analisis, kesalahan morfologi, karangan.

Abstract: The purpose of this study was to find out and describe morphological errors

in terms of writing narrative essays based on sliced fantasy stories, especially in the

use of affixation, reduplication and combination of words. To achieve the objectives of

the study, a qualitative descriptive method was used, which was presented in the form

of words with a model of morphological error data, discussed its errors and carried

out repairs but still by presenting numerical data as needed. The results showed that

VII grade students of Odd Semester 1 Bandar Lampung Middle School 2018/2019

Academic Year had not been able to use affixes correctly, as well as writing

reduplication and writing of combined words. This is seen from the results of narrative

essays based on sliced fantasy stories, the researchers analyzed morphological errors

which were limited only to the use of affixation, reduplication and combination of

Page 2: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

words. In the misuse of affixation there are 44 errors that indicate that the percentage

calculation results reached 54.32%, which means the level of mastery is lacking. As

with the use of reduplication, there were 31 errors which showed that the percentage

of mastery was less than 38.27%. Whereas, the percentage of errors in the use of word

combinations shows 7.40% or in the level of mastery enough that there are 6 errors.

Keyword: analysis, morphological errors, authorship.

PENDAHULUAN Berbahasa merupakan aspek yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya bahasa, manusia dapat menyampaikan semua yang dirasakan, pikirkan dan dapat pula diketahui oleh orang lain dengan mudah. Dalam berkomunikasi ada dua cara yang dapat dipilih, yaitu lisan dan tulisan. Di Sekolah Menengah Pertama, bahasa Indonesia termasuk ke dalam mata pelajaran utama. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa yang diajarkan mencakup empat hal pokok, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Masing-masing keterampilan saling berhubungan erat. Di Sekolah Menengah Pertama, kemampuan menulis harus dimiliki siswa sebagai salah satu keterampilan berbahasa selain dari menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis merupakan suatu kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan pikirannya untuk mencapai suatu tujuannya yaitu menghasilkan sebuah tulisan dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) dan tujuan penulis ke khalayak umum melalui media tulis. Sebuah tulisan itu akan menjadi sebuah karangan yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembacanya. Namun, jika suatu tulisan tersebut dapat menyenangkan untuk dibaca apabila ditata sedemikian rupa. Maka dari itu, seseorang yang dapat menyusun gagasan-gagasannya dengan baik tersebut diperlukan keterampilan menulis. Keterampilan menulis sangat penting dikuasai siswa karena dengan menulis secara baik serta menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat secara tepat siswa

dapat meyakinkan, melaporkan, dan mempengaruhi orang lain melalui hasil tulisannya. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan siswa untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar, dengan memanfaatkan struktur kalimat, bahasa dan contoh-contoh, sehingga maknanya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kegiatan menulis sangat diperlukan bagi siswa karena dengan menulis siswa dapat melatih daya kreativitas siswa serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi siswa. Salah satu materi pelajaran menulis yang diajarkan kepada siswa di sekolah adalah menulis cerita fantasi. Cerita fantasi merupakan salah satu cerita fiksi yang bergenre fantasi yang sangat penting untuk melatih kreativitas. Dengan sering mengasah kreativitas, kita bisa menjadi penulis yang hebat. Ide cerita fantasi dapat kita peroleh dengan melakukan pengamatan terhadap objek/peristiwa di sekitar kita. Hal tersebut dipertegas bahwa materi menulis cerita fantasi merupakan materi yang diajarkan pada siswa kelas VII Semester 1 yang sesuai dengan silabus yang terdapat dalam standar kompetensi yaitu menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur dan penggunaan bahasa. Morfologi adalah bidang ilmu pengetahuan yang di dalamnya membahas masalah kata. Tentu saja kesalahan dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan dengan bahasa tulis. Kesalahan yang banyak terjadi yaitu kesalahan penggunaan imbuhan yang tidak tepat, tidak menggunakan imbuhan pada kata yang memerlukan, menggunakan imbuhan pada kata yang tidak memerlukan, dan kesalahan penulisan yang seharusnya dirangkaikan tetapi dipisah seperti pada awalan di- dan ke-

Page 3: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Siti Mardiyah, Supriyono, Andri Wicaksono

3

yang sering disamakan dengan kata depan di dan ke. Kesalahan dalam menentukan bentuk dasar yang diulang, seperti mengemasi diulang menjadi mengemas-kemasi yang seharusnya mengemas-ngemasi. Pendalaman yang benar terhadap proses-proses morfologi dapat memperbaiki tata penulisan siswa. Apabila dilihat dari uraian di atas, siswa terutama kelas VII memiliki kemampuan untuk menulis. Namun kenyataannya, masih banyak siswa yang belum mampu menulis dengan baik. Keadaan ini dapat ditemukan, misalnya, dalam hasil tulisan/karangan siswa. Kemampuan menulis karangan siswa kelas VII masih mengalami banyak kesalahan dalam penggunaan afiksasi, reduplikasi,dan gabungan kata. Berdasarkan hasil pengamatan maka penulis menetapkan masalah tersebut menjadi judul penelitian yang diberi judul “Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Karangan Narasi Berdasarkan Cerita Fantasi Irisan Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019”. Berdasarkan paparan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut. 1) Bagaimanakah kesalahan afiksasi dalam karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan pada siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019?; 2) Bagaimanakah kesalahan reduplikasi dalam karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan pada siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019?; dan 3) Bagaimanakah kesalahan gabungan kata dalam karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan pada siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019?.

KAJIAN TEORI Karangan Narasi Salah satu wujud pembelajaran menulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah kegiatan mengarang. Dikemukakan oleh The Liang Gie (2002: 3) karangan

adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca. Karangan memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah karangan narasi, seperti yang dikemukakan oleh Finoza (dalam Dalman, 2016: 105) karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Menulis dapat mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk karangan secara leluasa. Dikemukakan oleh Imron Rosidi (2009: 2) menulis ialah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Maksud atau tujuan dari dibuatnya sebuah narasi yang dikemukakan oleh Dalman (2016: 106) berdasarkan tujuannya, karangan narasi memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Agar pembaca seolah-olah sudah

menyaksikan atau mengalami kejadian yang diceritakan

2. Berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi, serta menyampaikan amanat terselubung kepada pembaca atau pendengar.

3. Untuk menggerakan aspek emosi 4. Membentuk citra/imajinasi para

pembaca 5. Menyampaikan amanat terselubung

kepada pembaca atau pendengar 6. Memberi informasi kepada pembaca

dan memperluas pengetahuan 7. Menyampaikan sebuah makna kepada

pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya

Cerita Fantasi Cerita fantasi termasuk ke dalam teks narasi yang bersifat fiktif atau fiksi, seperti yang diungkapkan oleh Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 50) bahwa cerita

Page 4: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Karangan Narasi Berdasarkan Cerita Fantasi Irisan Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019

4

fantasi adalah cerita fiksi bergenre fantasi (dunia imajinatif yang diciptakan penulis). Ide Cerita Ide cerita bisa muncul dari diri sendiri atau sekeliling pengarang. Hal ini dikemukakan oleh Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 51) yang mengatakan bahwa ide cerita terbuka terhadap daya hayal penulis, tidak dibatasi oleh realitas atau kehidupan nyata. Ide juga berupa irisan dunia nyata dan dunia khayali yang diciptakan pengarang. Latar Latar ini erat hubungannya dengan tokoh atau pelaku dalam suatu peristiwa. Dikemukakan oleh Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 51) peristiwa yang dialami tokoh terjadi pada dua latar, yaitu latar yang masih ada dalam kehidupan sehari-hari dan latar yang tidak ada pada kehidupan sehari-hari. Alur dan latar cerita fantasi memiliki kekhasan. Rangkaian peristiwa cerita fantasi menggunakan berbagai latar yang menerobos dimensi ruang dan waktu. Tokoh Dalam sebuah prosa fiksi seperti cerpen, novel, roman, dan dongeng terdapat unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalamnya salah satu unsur intrinsik tersebut ialah tokoh. Dikemukakan oleh Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 51) tokoh dalam cerita fantasi bisa diberi watak dan ciri yang unik yang tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh memiliki kesaktian-kesaktian tertentu. Tokoh mengalami peristiwa misterius yang tidak terjadi pada kehidupan sehari-hari. Tokoh mengalami kejadian dalam berbagai latar waktu. Tokoh dapat ada pada setting waktu dan tempat yang berbeda zaman. Bahasa Bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya kepada publik. Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 52) yang menyatakan penggunaan sinonim dengan emosi yang kuat dan variasi kata cukup menonjol.

Bahasa yang digunakan variatif, ekspresif, dan menggunakan ragam percakapan (bukan bahasa formal). Jenis Cerita Fantasi Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuaiannya dalam kehidupan nyata ada dua kategori fantasi total dan fantasi sebagian (irisan). Berikut ini dipaparkan oleh Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 53) jenis tersebut. 1. Cerita Fantasi Total Untuk kategori cerita fantasi total, Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 53) berpendapat bahwa cerita fantasi total berisi fantasi pengarang terhadap objek atau tertentu. Pada cerita kategori ini semua yang terdapat pada cerita semua tidak terjadi dalam dunia nyata. Misalnya, cerita fantasi Nagata itu total fantasi penulis. Jadi nama orang, nama, objek, nama kota benar-benar rekaan pengarang. 2. Cerita Fantasi Irisan Untuk kategori cerita fantasi irisan, Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 53) mengatakan bahwa cerita fantasi irisan yaitu cerita fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi masih menggunakan nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada dalam dunia nyata atau peristiwa pernah terjadi pada dunia nyata. 3. Cerita Fantasi Sezaman dan Lintas

Waktu Dalam hal ini berdasarkan latar cerita, cerita fantasi dibedakan menjadi dua kategori yakni latar lintas waktu dan latar waktu sezaman. Hal ini dikemukakan oleh Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 53) cerita fantasi dapat dibagi 2 jenis dalam latar zaman, yaitu: 1. Latar Sezaman Latar sezaman berarti latar yang digunakan satu masa (fantasi masa kini, fantasi masa lampau, atau fantasi masa yang akan datang atau futuristik). 2. Latar Lintas Waktu Latar lintas waktu berarti cerita fantasi menggunakan dua latar waktu yang berbeda (misalnya, masa kini dengan

Page 5: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Siti Mardiyah, Supriyono, Andri Wicaksono

5

zaman prasejarah,, masa kini dan 40 tahun mendatang atau futuristik). Struktur Cerita Fantasi Struktur cerita fantasi umumnya hampir sama dengan struktur teks narasi yakni terdiri dari orientasi, konflik, resolusi . Penjelasan tersebut dikemukakan oleh Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 63) yang menyatakan bahwa cerita fantasi memiliki struktur, yaitu: 1. Orientasi Ciri isi: Pengenalan tokoh, latar, watak tokoh dan konflik 2. Komplikasi Ciri isi: berisi hubungan sebab akibat sehingga muncul masalah hingga masalah itu memuncak 3. Resolusi Ciri isi: berisi penyelesaian masalah dari konflik yang terjadi Menyajikan Cerita Fantasi Setiap orang pernah mengalami peristiwa yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Peristiwa tersebut dapat dituangkan menjadi sebuah cerita fantasi. Pada dasarnya langkah menyusun cerita fantasi sama seperti mengarang cerita pada umumnya. Sebelum mencipta cerita fantasi, pahami langkah-langkah berikut. Hal ini akan diuraikan oleh Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 73) yang menyatakan bahwa langkah-langkah dalam menyajikan cerita fantasi, yaitu: 1. Menemukan Ide Penulisan Menemukan ide dengan mengamati obyek nyata lalu diberi imajinasi. Menemukan ide cerita fantasi dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap obyek/peristiwa di sekitar kita. 2. Penggalian Ide Cerita Fantasi dari

Membaca Ide cerita fantasi juga dapat diperoleh melalui membaca buku pengetahuan/buku ilmiah tentang ruang angkasa, hewan langka, biografi tokoh dan seterusnya. Ide cerita fantasi juga dapat diperoleh melalui membaca dan pengalaman mitos-mitos lokal/daerah. 3. Membuat Rangkaian Peristiwa

Dari ide yang sudah ditemukan, buatlah rangkaian peristiwa sehingga tercipta fantasi yang unik. 4. Mengembangkan Cerita Fantasi Dari deretan peristiwa yang sudah dirancang kemudian dikembangkan watak tokoh, latar, dialog antartokoh yang sehingga menjadi cerita secara utuh. Menulis Cerita Fantasi Setiap kata demi kata yang keluar bukan hanya ditulis secara mentah namun harus disusun sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian pembaca. Menulis dengan indah tentu memerlukan pemikiran yang indah juga. Dalam menulis cerita fantasi ada beberapa langkah yang dikemukakan oleh Harsiati, Trianto, dan Kosasih (2016: 77) bahwa langkah dalam menulis cerita fantasi dapat dilakukan, sebagai berikut. 1. Merencanakan

1) Galilah ide dengan membuat fantasi dari topik lingkungan, kecanggihan teknologi, para pahlawan atau topik lain yang menarik perhatianmu!

2) Berfantasilah seakan-akan kamu mengembara pada 100 tahun yang akan datang dengan kecanggihan teknologi yang luar biasa atau kondisi lingkungan yang sudah sangat tercemar/rusak.

3) Tulislah tema yang akan kamu tulis dalam bentuk pernyataan!

4) Tentukan latar! 5) Tulislah deskripsi tokoh-tokoh

dalam ceritamu! 6) Buat sinopsis/ringkasan cerita

yang merupakan ringkasan kejadian dari awal sampai akhir cerita!

2. Mengembangkan Produk Kembangkan tiap bagian sehingga menjadi cerita fantasi yang menarik!

3. Memberi Judul Yang Menarik Berilah judul yang menarik dari cerita yang kamu buat!

4. Menelaah Untuk Merevisi Telaah hasil tulisanmu dengan panduan yang disiapkan gurumu atau menggunakan panduan yang ada pada

Page 6: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Karangan Narasi Berdasarkan Cerita Fantasi Irisan Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019

6

buku ini! Minta masukan pada teman dan gurumu!

5. Memublikasikan

Pajang hasil karyamu di majalah dinding atau unggah di media sosial. Hias dengan kata dan gambar yang menarik.

Hakikat Morfologi Di dalam mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi akan terkait erat dengan yang namanya morfologi, yaitu bidang linguistik yang mempelajari bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem. Hal ini diungkapkan Crystal (dalam Abdul Muis dan Herman, 2015: 1) bahwa morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem. Ramlan (2009: 21) menyatakan bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Proses Morfologis Dalam setiap bahasa terdapat sejumlah satuan leksikal yang abstrak yang mendasari berbagai bentuk inflektif sebuah kata. Satuan leksikal ini disebut leksem. Suatu leksem dapat dibentuk menjadi sebuah kata melalui proses morfologis. Hal ini dikemukakan oleh Ramlan (2009: 51) bahwa proses morfologik ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologik, (a) proses pembubuhan afiks, (b) proses pengulangan, dan (c) proses pemajemukan. 1. Proses Pembubuhan Afiks Ramlan (2009: 54) mengemukakan bahwa proses pembubuhan afiks ialah pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Misalnya, pembubuhan afiks ber- pada

jalan menjadi berjalan, pada sepeda menjadi bersepada, pada susah payah menjadi bersusah payah, pada gerilya menjadi bergerilya; pembubuhan afiks meN- pada tulis menjadi menulis, pada kenai menjadi mengenai, pada baca menjadi membaca. Ada juga afiks yang tidak membentuk kata , melainkan membentuk pokok kata, ialah afiks per-, -kan, dan –i, misalnya perbesar, perkecil, perluas, perindah, perkaya, perempat, ambilkan, bacakan, bangunkan, duduki, tanami, pukuli. 1. Afiks Ramlan (2009: 55) menyatakan afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Misalnya kata minuman. Kata ini terdiri dari dua unsur, ialah minum yang merupakan kata dan –an yang merupakan satuan terikat. Morfem di- seperti dalam di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat digolongkan afiks sebab sebenarnya morfem itu secara gramatik mempunyai sifat bebas, tidak seperti halnya morfem di- dalam dipukul, dibaca, dibeli, dikelola, diadakan. Bentuk-bentuk kata dalam bahasa Indonesia didapati afiks-afiks seperti di bawah ini:

Prefiks Infiks Sufiks

meN- ber- di- ter- peN- pe- se- per- pra- ke- a- maha- para-

-el- -er- -em-

-kan -an -I -nya -wan -wati -is -man -da -wi

Page 7: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Siti Mardiyah, Supriyono, Andri Wicaksono

7

Afiks-afiks yang terletak di lajur paling depan disebut prefiks karena selalu melekat di depan bentuk dasar; yang terletak di lajur tengah disebut infiks karena selalu melekat di tengah bentuk dasar dan yang terletak di lajur belakang disebut sufiks karena selalu melekat di belakang bentuk dasar. Ketiga macam afiks itu biasa juga disebut awalan, sisipan dan akhiran. Selain ketiga macam afiks itu masih ada lagi satu macam afiks yaitu afiks terpisah atau simulfiks. Afiks ini sebagiannya terletak di muka bentuk dasar dan sebagiannya terletak dibelakangnya, yang terdapat dalam bahasa Indonesia ialah peN-an, pe-an, per-an, ber-an, ke-an dan se-nya. 2. Afiks Asli dan Afiks Dari Bahasa Asing Ramlan (2009: 60) menyatakan afiks-afiks yang berasal dari bahasa asing ialah pra-, a-, –wan, -wati, -is, -man dan –wi. Satuan –in seperti pada muslimin dan –at seperti pada muslimat yang merupakan afiks dalam bahasa aslinya ialah bahasa Arab, tidak atau belum dapat digolongkan afiks dalam bahasa Indonesia, meskipun di samping muslimin dan muslimat terdapat muslim, oleh karena afiks-afiks asing tersebut belum mampu keluar dari lingkungannya, maksudnya belum sanggup melekat pada satuan lain yang tidak berasal dari bahasa aslinya yaitu bahasa Arab. 3. Afiks yang Produktif dan Afiks yang

Improduktif Ramlan (2009: 61) menyatakan afiks yang produktif ialah afiks yang hidup, yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem seperti ternyata dari distribusinya. Sedangkan afiks yang improduktif ialah afiks yang sudah using, yang distribusinya terbatas pada beberapa kata dan tidak lagi membentuk kata-kata baru. Contoh afiks yang produktif pada waktu ini, meskipun afiks itu berasal dari bahasa asing, -wan. Di samping kata-kata lama

seperti bangsawan, hartawan, dermawan, jutawan. Timbullah kata-kata baru, misalnya sejarawan, negarawan, bahasawan, karyawan, sukarelawan, usahawan. Contoh afiks yang improduktif misalnya afiks –man, yang hanya terdapat pada kata budiman dan seniman. Golongan afiks yang produktif ialah:

Prefiks Infiks Sufiks Simulfiks

meN- ber- di- ter- peN- pe- se- per- ke- maha- para-

-- -kan -an -i -wan

ke-an peN-an per-an ber-an se-nya

Yang tergolong afiks yang improduktif ialah pra-, a-, -el-, -er-, -em-, -wati, -is, -man, -da dan –wi. 2. Proses Pengulangan Ramlan (2009: 63) mengatakan bahwa proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik , baik seluruhnya maupun sebagiannya. Baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu di sini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah. Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan. Kata ulang berjalan-jalan dibentuk dari bentuk dasar berjalan. Kata ulang bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik. 1. Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang - Pengulangan pada umumnya tidak

mengubah golongan kata Bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata nominal berupa kata nominal, bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata verbal, baik kata kerja maupun kata sifat, berupa kata verbal dan bentuk dasar bagi kata ulang

Page 8: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Karangan Narasi Berdasarkan Cerita Fantasi Irisan Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019

8

yang termasuk golongan kata bilangan juga berupa kata bilangan. Misalnya: Berkata-kata (kata kerja) : bentuk dasarnya berkata (kata kerja) Gunung-gunung (kata nominal) : bentuk dasarnya gunung (kata nominal) Cepat-cepat (kata sifat) : bentuk dasarnya cepat (kata sifat) Sepuluh-sepuluh (kata bilangan) : bentuk dasarnya sepuluh (kata bilangan) - Bentuk dasar selalu berupa satuan

yang terdapat dalam penggunaan bahasa.

Misalnya, kata ulang mempertahan-tahankan. Bentuk dasarnya bukannya mempertahan, melainkan mempertahankan karena mempertahan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa. 2. Macam-macam Pengulangan - Pengulangan seluruh Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya: Sepeda : sepeda-sepeda Buku : buku-buku - Pengulangan sebagian Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks. Yang berupa bentuk tunggal hanyalah kata lelaki yang dibentuk dari bentuk dasar laki, tetamu yang dibentuk dari bentuk dasar tamu. - Pengulangan yang berkombinasi

dengan proses pembubuhan afiks Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya kata ulang kereta-keretaan, dapat ditentukan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang kereta-keretaan adalah kereta dan bukannya keretaan. Mengingat satuan keretaan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa. - Pengulangan dengan perubahan fonem

Di samping bolak-balik terdapat kata kebalikan, sebaliknya, dibalik, membalik. Dari perbandingan itu, dapat disimpulkan bahwa kata bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem dari /a/ menjadi /o/ dan dari /i/ menjadi /a/. 3. Proses Pemajemukan Ramlan (2009: 76) berpendapat bahwa kata majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Di samping itu juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya, misalnya daya tahan, daya juang, kamar tunggu, kamar kerja, ruang baca, tenaga kerja dan ada pula yang terdiri dari pokok kata semua, misalnya lomba tari, jual beli, simpan pinjam. 1. Ciri-ciri Kata Majemuk - Salah satu atau semua unsurnya

berupa pokok kata Istilah pokok kata ialah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas yang dapat dijadikan bentuk dasar bagi suatu kata. Misalnya, juang, temu, alir, lomba, tempur, tahan, renang, jual, kerja. - Unsur-unsurnya tidak mungkin

dipisahkan atau tidak mungkin diubah strukturnya

Satuan kamar mandi kelihatannya sama dengan orang mandi, keduanya terdiri kata nominal dan kata kerja. Tetapi bila diteliti benar-benar, ternyata kedua satuan itu berbeda. Pada orang mandi kata orang dapat diikuti kata itu misalnya, menjadi orang itu mandi dan kata mandi dapat didahului kata sedang, akan, sudah menjadi orang itu sedang mandi. Dengan kata lain, unsur-unsur dalam orang mandi dapat dipisahkan, berbeda dengan unsur-unsur dalam kamar mandi yang tidak dapat dipisahkan. Satuan kamar itu mandi; kamar itu sedang mandi dalam bahasa Indonesia tidak ada. Demikianlah, satuan kamar mandi berdasarkan ciri ini merupakan kata majemuk, sedangkan orang mandi merupakan klausa.

Page 9: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Siti Mardiyah, Supriyono, Andri Wicaksono

9

2. Kata Majemuk Dengan Unsur yang Berupa Morfem Unik

Ada beberapa kata majemuk yang salah satu dari unsurnya berupa morfem unik, ialah morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu satuan tertentu. Misalnya, kata simpang siur. Kata majemuk ini terdiri dari unsur simpang yang tidak merupakan morfem unik karena di samping simpang siur terdapat menyimpang, persimpangan, simpang lima dan unsur siur yang merupakan morfem unik karena satuan ini tidak dapat berkombinasi dengan satuan lain kecuali dengan simpang. Kesalahan Berbahasa Kegiatan komunikasi baik secara lisan maupun tertulis tidak terlepas dari kesalahan berbahasa, seperti yang dikemukakan oleh Tarigan (2011: 126), kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para pelajar. Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2). Dikemukakan oleh Fina Sa’adah (2016: 5) ada banyak hal yang bisa menimbulkan kesalahan berbahasa. Sebab-sebab ini bersumber pada tiga hal, yaitu: 1) pengaruh bahasa pertama, 2) kesulitan internal bahasa target, dan 3) sistem pengajaran bahasa target. Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi Kaidah atau aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah banyak dibicarakan dalam buku-buku tatabahasa. Tata cara pembentukan kata pada pengajaran bahasa di sekolah pun diajarkan. Meskipun demikian, hal itu tidak berarti semua bentukan kata dalam bahasa Indonesia telah dilakukan dengan proses yang benar sesuai kaidah yang berlaku. Dalam kenyataan berbahasa, masih sering kita jumpai bentukan kata yang menyimpang dari kaidah, seperti yang dikemukakan oleh Nanik Setyawati (2010: 43) bahwa kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi disebabkan oleh

berbagai hal. Klasifikasi kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi antara lain: (a) penghilangan afiks, (b) bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan, (c) peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, (d) penggantian morf, (e) penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny, dan menge-, (f) pemakaian afiks yang tidak tepat, (g) penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, (h) penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan (i) pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.

METODE Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yakni disajikan dalam bentuk kata-kata dengan model data-data kesalahan morfologi, dibahas kesalahannya dan dilakukan perbaikan namun tetap dengan menyajikan data angka seperlunya. Populasi pada penelitian adalah siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019, populasi tersebut berjumlah 32 siswa. Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini penulis berpedoman pada pendapat Arikunto (dalam Anita Kumala Dewi 2015: 36) yang mengatakan bahwa untuk sekadar ancer-ancer jika populasinya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi dan jika subjeknya lebih dari 100 diambil antara 10%-15% atau 20%-25%. Oleh karena itu jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 maka penulis menetapkan penelitian ini menjadi penelitian populasi karena jumlah sampel sebanyak 32 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik penugasan, yaitu siswa diberi tugas untuk membuat karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data siswa mengenai kesalahan morfologi dalam karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan. Siswa diharapkan dapat membuat karangan kira-kira 250 kata atau 1 halaman folio dengan waktu 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit. Hal yang

Page 10: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Karangan Narasi Berdasarkan Cerita Fantasi Irisan Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019

10

dinilai dalam karangan tersebut adalah kesalahan morfologi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membacakan karangan cerita fantasi

siswa satu per satu dengan seksama. 2. Menandai setiap kata yang

menyimpang dari kaidah morfologi. 3. Mengutip kata-kata yang menyimpang

dari kaidah morfologi sesuai dengan jenis kesalahannya. Tabel Analisis Kesalahan Morfologi

No Aspek Data Ket.

1. 2. 3.

Aspek Afiksasi Aspek Reduplikasi Aspek Majemuk

4. Menjelaskan setiap kata yang salah

berdasarkan teori. 5. Mengevaluasi dan memperbaiki

kesalahan tersebut. 6. Mencari sebab-sebab kesalahan siswa

dan memberi solusinya. 7. Membuat simpulan penelitian sebagai

langkah akhir penelitian, 8. Perhitungan kesalahan dan yang benar

menggunakan rumus presentasi sederhana: Presentase penguasaan = Jumlah Data Yang Mengalami Kesalahan dibagi Jumlah Keseluruhan Data X 100%

9. Menentukan hasil perhitungan data tersebut terhadap kriteria tingkat kemampuan siswa berdasarkan tabel dibawah ini: Tolak Ukur Penilaian

Interval Persentase Tingkat Penguasaan

Keterangan

85% - 100% Baik Sekali

75% - 84% Baik

60% - 74% Cukup

40% - 59% Kurang

0% - 39% Gagal

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data temuan penelitian yang terkait dengan analisis kesalahan morfologi dalam menulis karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan pada siswa kelas VII Semester Ganjil SMPN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019 terdapat dalam beberapa data, berikut ini disajikan paparan tersebut.

Tabel 1 Data Keseluruhan Kesalahan Morfologi

No.

Nama

Sampel

Kesalahan Morfologi

Jumlah Kode

1 2 3 1. PDH 1 2 - 3 2. KGR 1 - - 1 3. ANS 2 - - 2 4. GSP 1 - - 1 5. NZR 3 3 2 8 6. APK 3 - - 3 7. APF 1 - - 1 8. SN 6 1 - 7 9. LJP 2 2 - 4

10. RAA 5 1 1 7 11. LGD 2 5 - 7 12. FG 1 - 2 3 13. CF 4 6 1 11 14. FAR 1 - - 1 15. NA 1 - - 1 16. CPR 2 2 - 4 17. RS 2 - - 2 18. RRR 1 - - 1 19. RR 1 1 - 2 20. FNH 1 - - 1 21. SRA 3 2 - 5 22. MNW - 1 - 1 23. JA - 1 - 1 24. RAS - 1 - 1 25. ANP - 3 - 3

Jumlah 44 31 6 81

Page 11: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Siti Mardiyah, Supriyono, Andri Wicaksono

11

Keterangan Kode Tabel: 1 = Afiksasi 2 = Reduplikasi 3 = Gabungan Kata

dari tabel tersebut, maka dapat dicari persentase kesalahan penggunaan afiksasi, reduplikasi dan gabungan kata yang dilakukan oleh siswa kelas VII Semester Ganjil pada hasil tulisan karangan narasi yang berdasarkan cerita fantasi irisan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019 sebagai berikut.

1.) Kesalahan Penggunaan Afiksasi

Presentase kesalahan penggunaan afiksasi dalam hasil tulisan karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan siswa kelas VII memiliki tingkat kesalahan sebanyak 54,32% (Kurang). 2.) Kesalahan Penggunaan Reduplikasi

Presentase kesalahan penggunaan reduplikasi dalam hasil tulisan karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan siswa kelas VII memiliki tingkat kesalahan sebanyak 38,27% (Kurang). 3.) Kesalahan Penggunaan Gabungan Kata

Presentase kesalahan penggunaan gabungan kata dalam hasil tulisan karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan siswa kelas VII memiliki tingkat kesalahan sebanyak 7,40% (Cukup).

Pembahasan Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Penggunaan Afiksasi

Data 1 sampel PDH Shizuka pun sangat senang di ajak Nobita. Pada sampel PDH di atas, berdasarkan analisis yang ditemukan bahwa terdapat kesalahan penulisan imbuhan di- . Penulisan kata di ajak pada kalimat di atas tidak benar, karena imbuhan di- sebagai prefiks dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya. Jadi, penulisan yang benar adalah (Shizuka pun sangat senang diajak Nobita).

Data 2 sampel KGR

Ketika Samosir sampai dirumah, Pada sampel KGR di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata di. Penulisan kata dirumah pada kalimat di atas tidak benar, karena kata di pada kata dirumah merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Ketika Samosir sampai di rumah).

Data 3 sampel ANS

Akhirnya ibu Nobita memeluk Nobita dengan erat, sehingga Nobita merasa bersalah atas ke cerobohannya meninggalkan rumahnya tanpa se ijin orang tua. Pada sampel ANS di atas, ditemukan kesalahan penulisan prefiks ke- dan prefiks se-. Penulisan kata ke cerobohannya dan se ijin tersebut tidak benar, karena imbuhan ke- dan se- sebagai prefiks yang harus dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya. Maka, penulisan yang benar adalah (Akhirnya ibu Nobita memeluk Nobita dengan erat, sehingga Nobita merasa bersalah atas kecerobohannya meninggalkan rumahnya tanpa seijin orang tua).

Data 4 sampel GSP

Ternyata Ogamoto pun salah alat tersebut di buat untuk manusia. Pada sampel GSP, ditemukan kesalahan penulisan kata imbuhan prefiks di- pada kata di buat, karena imbuhan di- sebagai prefiks yang harus dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya. Jadi, penulisan yang benar adalah (Ternyata Ogamoto pun salah alat tersebut dibuat untuk manusia).

Data 5 sampel NZR

- Padahal udah tahu kesakitan masih aja di tanya.

Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata imbuhan prefiks di- pada kata di tanya, karena imbuhan di- pada di tanya sebagai prefiks yang harus dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya dan dapat berfungsi untuk

Page 12: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Karangan Narasi Berdasarkan Cerita Fantasi Irisan Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019

12

membentuk kata kerja pasif. Oleh karena itu, penulisan yang benar adalah (Padahal udah tahu kesakitan masih aja ditanya). - Kami pun mencari jalan keluar tiba2

kaki ku di tarik dari bawah tanah. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata imbuhan prefiks di- pada kata di tarik, karena imbuhan di- pada di tarik sebagai prefiks yang harus dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya dan dapat berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif. Oleh karena itu, penulisan yang benar adalah (Kami pun mencari jalan keluar tiba2 kaki ku ditarik dari bawah tanah). - “yaudah… ikutin kata2 aku aja” Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penambahan imbuhan sufiks –in pada kata ikutin, padahal sufiks tersebut tidak diperlukan. Akibatnya, kalimat yang dibuat murid menjadi janggal dan tidak sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia. Kata tersebut cukup ditulis dengan ikuti saja. Jadi, penulisan kalimat yang benar adalah (“yaudah… ikuti kata2 aku aja”).

Data sampel 6 APK

- Mereka pulang kerumah Sintia. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata ke. Penulisan kata kerumah pada kalimat di atas tidak benar, karena kata ke pada kata kerumah merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Mereka pulang ke rumah Sintia). - Sesampainya dirumah Sintia dimarahi

ibu tirinya karena pulang telat dan dia di hukum.

Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata di. Penulisan kata dirumah pada kalimat di atas tidak benar, karena kata di pada kata dirumah merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Sesampainya di rumah Sintia dimarahi ibu tirinya karena pulang telat).

Lain halnya dengan penulisan kata di hukum, penulisan tersebut tidak benar. Sebab, kata tersebut merupakan imbuhan di- sebagai prefiks yang harus dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya dan dapat berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif. Jadi, penulisan yang benar adalah (Sesampainya di rumah Sintia dimarahi ibu tirinya karena pulang telat dan dia dihukum).

Data sampel 7 APF

“Aku adalah buku, untuk dipelajari bukan di lempar seperti ini!”. Pada sampel APF di atas, berdasarkan analisis yang ditemukan bahwa terdapat kesalahan penulisan imbuhan di- . Penulisan kata di lempar pada kalimat di atas tidak benar, karena imbuhan di- sebagai prefiks dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya. Jadi, penulisan yang benar adalah (“Aku adalah buku, untuk dipelajari bukan dilempar seperti ini!”).

Data sampel 8 SN

Setibanya dikelas, terjadilah kegaduhan di setiap sudut ruang kelas tentang isu-isu baru hari ini. Pada sampel SN di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata di. Penulisan kata dikelas pada kalimat di atas tidak benar, karena kata di pada kata dikelas merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Setibanya di kelas, terjadilah kegaduhan di setiap sudut ruang kelas tentang isu-isu baru hari ini).

Data sampel 9 LJP - Menuju keruang tunggu. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata ke. Penulisan kata keruang tunggu pada kalimat di atas tidak benar, karena kata ke pada kata keruang tunggu merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan

Page 13: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Siti Mardiyah, Supriyono, Andri Wicaksono

13

kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Menuju ke ruang tunggu). - Matanya masih menikmati indahnya

bunga dan kupu-kupu berterbangan. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan pemakaian morf be- yang tergantikan morf ber-. Sesuai kaidah pembentukan kata, prefiks ber- jika melekat pada kata dasar berfonem awal /r/ dan melekat pada kata dasar yang suku kata pertamanya berakhir dengan atau mengandung unsur [er] akan beralomorf menjadi be-. Jadi, bentukan yang benar adalah (Matanya masih menikmati indahnya bunga dan kupu-kupu beterbangan).

Data sampel 10 RAA - Tetapi para pelayan tidak membawa

putri Alice kehutan. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata ke. Penulisan kata kehutan pada kalimat di atas tidak benar, karena kata ke pada kata kehutan merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Tetapi para pelayan tidak membawa putri Alice ke hutan). - Kakak tiri pun sampai dipondok. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata di. Penulisan kata dipondok pada kalimat di atas tidak benar, karena kata di pada kata dipondok merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Kakak tiri pun sampai di pondok). - Membeli apel kemudian ia memakan

nya. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan sufiks –nya. Seharusnya sufiks –nya dalam kata memakan nya dirangkai pada prefiks me- dan kata yang dibubuhinya serta diakhiri dengan sufiks -nya. Jadi, penulisan yang benar adalah (Membeli apel kemudian ia memakannya.) - Mereka terkejut melihat putri Alice

terbaring dilantai.

Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata di. Penulisan kata dilantai pada kalimat di atas tidak benar, karena kata di pada kata dilantai merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Mereka terkejut melihat putri Alice terbaring di lantai). - Para kurcaci pun menyuruh putri Alice

untuktinggal disana. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata di. Penulisan kata disana pada kalimat di atas tidak benar, karena kata di pada kata disana merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Para kurcaci pun menyuruh putri Alice untuktinggal di sana).

Data 11 LGD

- Terlalu berlebihan dan bisa dibilang ber-imajinasi tingkat dewa.

- Aster sempat tersenyum, namun ia ter-ingat kata-kata Kenneth.

Pada sampel LGD di atas, ditemukan kesalahan dalam penulisan imbuhan prefiks ber- dan ter- pada kata ber-imajinasi dan ter-ingat. Imbuhan prefiks ber- dan ter- dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pada kata ber-imajinasi dan ter-ingat tidak perlu dirangkaikan dengan tanda hubung. Jadi penulisan yang benar adalah: - Terlalu berlebihan dan bisa dibilang

berimajinasi tingkat dewa. - Aster sempat tersenyum, namun ia

teringat kata-kata Kenneth.

Data 12 FG Pada suatu hari di bumi ada seorang anak yang di buang oleh orangtuanya. Pada sampel FG di atas, berdasarkan analisis yang ditemukan bahwa terdapat kesalahan penulisan imbuhan di- . Penulisan kata di buang pada kalimat di atas tidak benar, karena imbuhan di- sebagai prefiks dituliskan serangkai

Page 14: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Karangan Narasi Berdasarkan Cerita Fantasi Irisan Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019

14

dengan yang dibubuhinya. Jadi, penulisan yang benar adalah (Pada suatu hari di bumi ada seorang anak yang dibuang oleh orangtuanya).

Data 13 CF

- “Kan manis sudah pesan kalau mau memanah ditaman”.

Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata di. Penulisan kata ditaman pada kalimat di atas tidak benar, karena kata di pada kata ditaman merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (“Kan manis sudah pesan kalau mau memanah di taman”). - Akhirnya debu-debu bahaya tidak

terkena putri karena telah di selamatkan oleh pelukis yang sebenarnya.

Pada sampel di atas, berdasarkan analisis yang ditemukan bahwa terdapat kesalahan penulisan imbuhan di- . Penulisan kata di selamatkan pada kalimat di atas tidak benar, karena imbuhan di- sebagai prefiks dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya. Jadi, penulisan yang benar adalah (Akhirnya debu-debu bahaya tidak terkena putri karena telah diselamatkan oleh pelukis yang sebenarnya).

Data 14 FAR

Sesampainya ia di rumah, ia di tanya dengan ibunya, “sepeda siapa itu nak” tanya ibunya. Pada sampel FAR di atas, berdasarkan analisis yang ditemukan bahwa terdapat kesalahan penulisan imbuhan di- . Penulisan kata di tanya pada kalimat di atas tidak benar, karena imbuhan di- sebagai prefiks dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya. Jadi, penulisan yang benar adalah (Sesampainya ia di rumah, ia ditanya dengan ibunya, “sepeda siapa itu nak” tanya ibunya).

Data 15 NA

Ternyata benar kami masuk kedalam game tersebut.

Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata ke. Penulisan kata kedalam pada kalimat di atas tidak benar, karena kata ke pada kata kedalam merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Ternyata benar kami masuk ke dalam game tersebut).

Data 16 CPR

Masyarakat di kotaku kebanyakan tinggal dirumah yang tertutup. Pada sampel CPR di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata di. Penulisan kata dirumah pada kalimat di atas tidak benar, karena kata di pada kata dirumah merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Masyarakat di kotaku kebanyakan tinggal di rumah yang tertutup).

Data 17 RS

- Tanpa disadari mereka seolah-olah ter sedot ke dunia lain.

Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan prefiks ter-. Penulisan kata ter sedot tersebut tidak benar, karena imbuhan ter- sebagai prefiks yang harus dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya. Maka, penulisan yang benar adalah (Tanpa disadari mereka seolah-olah tersedot ke dunia lain). - Lia pun bingung, saat tiba disekolah,

dia bertanya kepada teman-temannya apakah mereka memimpikan yang sama.

Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata di. Penulisan kata disekolah pada kalimat di atas tidak benar, karena kata di pada kata disekolah merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Lia pun bingung, saat tiba di sekolah, dia bertanya

Page 15: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Siti Mardiyah, Supriyono, Andri Wicaksono

15

kepada teman-temannya apakah mereka memimpikan yang sama).

Data 18 RRR

Sepulang dari rumah nenek, Wulan kemalaman di tengah perjalan yang begitu gelap. Pada sampel RRR di atas, ditemukan kesalahan penghilangan sufiks –an. Dalam hal ini, sufiks –an yang seharusnya ada pada verba tidak digunakan. Pada kalimat di atas, untuk membentuk nomina jika dasarnya adalah verba, maka verba tersebut harus diberi sufiks. Dalam hal ini, verba dasar perjalan yang berasal dari verba jalan verba tersebut harus diberi sufiks –an sehingga menjadi perjalanan.

Data 19 RR Dalam mimpinya ia bertemu seorang petani yang berkata kepadanya “bahwa akan ada seseorang yang akan datang kerumahnya Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata ke. Penulisan kata kerumahnya pada kalimat di atas tidak benar, karena kata ke pada kata kerumahnya merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Dalam mimpinya ia bertemu seorang petani yang berkata kepadanya “bahwa akan ada seseorang yang akan datang ke rumahnya).

Data 20 FNH

Aku tahu itu saat kau di dorong jatuh ke tanah tanpa merasa sakit. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata imbuhan prefiks di- pada kata di dorong, karena imbuhan di- pada di dorong sebagai prefiks yang harus dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya dan dapat berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif. Oleh karena itu, penulisan yang benar adalah (Aku tahu itu saat kau didorong jatuh ke tanah tanpa merasa sakit).

Data 21 SRA - “Kotak ini mau di taruh di mana bu?”

tanyaku. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata imbuhan prefiks di- pada kata di taruh, karena imbuhan di- pada di taruh sebagai prefiks yang harus dituliskan serangkai dengan yang dibubuhinya dan dapat berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif. Oleh karena itu, penulisan yang benar adalah (“Kotak ini mau ditaruh di mana bu?” tanyaku). - Disana terdapat lemari tua yang sangat

besar. Disampingnya terdapat cermin dan sebuah meja.

Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan penulisan kata di. Penulisan kata disana pada kalimat di atas tidak benar, karena kata di pada kata disana dan disampingnya merupakan sebagai kata depan bukan sebagai imbuhan prefiks dan juga menunjukkan kata tempat. Maka, penulisan tersebut harus dipisah dengan kata dasarnya. Penulisan yang benar adalah (Di sana terdapat lemari tua yang sangat besar. Di sampingnya terdapat cermin dan sebuah meja). Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Penggunaan Reduplikasi

Data sampel 1 PDH

Keesokan hari hasil nya ketahuan, ia dikatakan bodoh oleh teman2nya karena ia mendapatkan nilai IPA 0, MTK 0 dan IPS 0. Ada dua sumber penyebab kesalahan kata ulang, yakni cara penulisan dan penentuan bentuk dasar yang diulang. Pada sampel PDH di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata teman2nya. Kata ulang tersebut harus ditulis lengkap dan di antara kedua unsurnya diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Keesokan hari hasil nya ketahuan, ia dikatakan bodoh oleh teman-temannya karena ia mendapatkan nilai IPA 0, MTK 0 dan IPS 0).

Data sampel 2 NZR

- “Mmm… aku membuka mataku perlahan2”.

Page 16: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Karangan Narasi Berdasarkan Cerita Fantasi Irisan Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019

16

Pada sampel NZR di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata perlahan2. Kata ulang tersebut harus ditulis lengkap dan di antara kedua unsurnya diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (“Mmm… aku membuka mataku perlahan-lahan”). - Tanpa basa basi, kami berjalan kearah buku. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata basa basi. Di antara kedua unsur kata ulang tersebut harus diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Tanpa basa-basi, kami berjalan kearah buku).

Data sampel 3 SN Tetapi, tiba-tiba ia melihat kakek kakek tua sedang membawa banyak barang dipunggungnya. Pada sampel SN di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata kakek kakek. Di antara kedua unsur kata ulang tersebut harus diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Tetapi, tiba-tiba ia melihat kakek-kakek tua sedang membawa banyak barang dipunggungnya).

Data sampel 4 LZP

- Tiba2 dari sebelah kirinya melintas motor dengan kecepatan tinggi. Pada sampel LZP di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata tiba2. Kata ulang tersebut harus ditulis lengkap dan di antara kedua unsurnya diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Tiba-tiba dari sebelah kirinya melintas motor dengan kecepatan tinggi). - “Tidak apa-apa nak yang penting kamu selamat. Kadang kita tidak hanya harus menjaga diri sendiri, tetapi kita harus berhati hati dengan orang lain”. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata berhati hati. Di antara kedua unsur kata ulang tersebut harus diberi tanda garis hubung (-). Jadi,

penulisan yang benar adalah (“Tidak apa-apa nak yang penting kamu selamat. Kadang kita tidak hanya harus menjaga diri sendiri, tetapi kita harus berhati-hati dengan orang lain”).

Data sampel 5 RAA

Putri Alice berkali kali menolak untuk membuka pintu. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata berkali kali. Di antara kedua unsur kata ulang tersebut harus diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Putri Alice berkali-kali menolak untuk membuka pintu).

Data sampel 6 LGD - “Hah?” tampak Aster kebingungan dengan wajah lung ling. Pada sampel LGD di atas, ditemukan kesalahan kata ulang yang berubah bunyi dari bentuk dasarnya setelah terjadinya proses pengulangan dan juga cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar pada kata lung ling. Kata lung ling harusnya berubah menjadi ling lung. Di antara kedua unsur bentuk dasar tersebut harus diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (“Hah?” tampak Aster kebingungan dengan wajah ling-lung). - “Aster tolong jangan sebarkan dice ke orang2 biasa!”. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata orang2. Kata ulang tersebut harus ditulis lengkap dan di antara kedua unsurnya diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (“Aster tolong jangan sebarkan dice ke orang-orang biasa!”).

Data 7 CF

- Sang raja mengundang seorang pelukis dengan menggunakan bahan2 ajaib. Pada sampel CF di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata bahan2. Kata ulang tersebut harus ditulis lengkap

Page 17: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Siti Mardiyah, Supriyono, Andri Wicaksono

17

dan di antara kedua unsurnya diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Sang raja mengundang seorang pelukis dengan menggunakan bahan- bahan ajaib). - Gembira pun mengobrak abrik tasnya. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata mengobrak abrik. Di antara kedua unsur kata ulang tersebut harus diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Gembira pun mengobrak-abrik tasnya).

Data 8 CPR

- “Aku ingin pulang, aku kangen ayah bundaku, guruku dan teman teman ku”. Pada sampel CPR di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata teman temanku. Di antara kedua unsur kata ulang tersebut harus diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (“Aku ingin pulang, aku kangen ayah bundaku, guruku dan teman-teman ku”). - “Kamu bisa keluar dari tempat ini, tetapi kamu tak akan pernah bertemu aku lagi selamanya” kata Chika sambil terisak-isik. Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan kata ulang yang berubah bunyi dari bentuk dasarnya setelah terjadinya proses pengulangan pada kata terisak-isik. Kata terisak-isik harusnya berubah menjadi terisak-isak. Jadi, penulisan yang benar adalah (“Kamu bisa keluar dari tempat ini, tetapi kamu tak akan pernah bertemu aku lagi selamanya” kata Chika sambil terisak-isak).

Data 9 RR

Tetapi tetangga tetangganya tidak ada yang mau membantu. Pada sampel RR di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata tetangga tetangganya. Di antara kedua unsur kata ulang tersebut harus diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Tetapi tetangga-tetangganya tidak ada yang mau membantu).

Data 10 MNW Mula2 negara tersebut damai dan aman. Pada sampel MNW di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata mula2. Kata ulang tersebut harus ditulis lengkap dan di antara kedua unsurnya diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Mula-mula negara tersebut damai dan aman).

Data 11 JA

Killed Man pun mempunyai rencana dengan mengundang teman2nya untuk membunuh massal. Pada sampel JA di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata teman2nya. Kata ulang tersebut harus ditulis lengkap dan di antara kedua unsurnya diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Killed Man pun mempunyai rencana dengan mengundang teman-temannya untuk membunuh massal).

Data 12 RAS

Saat pertama kali aku mengetahui hal itu, aku sangat terkejut, tapi lama kelamaan aku mulai terbiasa. Pada sampel RAS di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata lama kelamaan. Di antara kedua unsur kata ulang tersebut harus diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Saat pertama kali aku mengetahui hal itu, aku sangat terkejut, tapi lama-kelamaan aku mulai terbiasa).

Data 13 SRA

- Lama kelamaan aku pun mengantuk dan tertidur. Pada sampel SRA di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata lama kelamaan. Di antara kedua unsur kata ulang tersebut harus diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Lama-kelamaan aku pun mengantuk dan tertidur). - “Aku ingin bertemu dirimu disaat disaat remaja,” lanjutnya.

Page 18: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Karangan Narasi Berdasarkan Cerita Fantasi Irisan Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019

18

Pada sampel di atas, ditemukan kesalahan menentukan bentuk dasar kata ulang dan juga cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar pada kata disaat disaat. Kata disaat disaat harusnya ditulis menjadi disaat saat. Di antara kedua unsur bentuk dasar tersebut harus diberi tanda garis hubung(-). Jadi, penulisan yang benar adalah (“Aku ingin bertemu dirimu disaat-saat remaja,” lanjutnya).

Data 14 ANP

Si Sueb jalan2 ke Jepang. Pada sampel ANP di atas, ditemukan kesalahan cara penulisan pengulangan kata yang tidak benar, yaitu pada kata jalan2. Kata ulang tersebut harus ditulis lengkap dan di antara kedua unsurnya diberi tanda garis hubung (-). Jadi, penulisan yang benar adalah (Si Sueb jalan-jalan ke Jepang). Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Penggunaan Gabungan Kata

Data 1 NZR - Aku pun langsung duduk di

anaktangga. - Setelah melepas lelahku, kami

melanjutkan naiktangga. Sebagian besar, kata majemuk dalam bahasa Indonesia sedang mengalami proses penyatuan. Selama proses ini belum selesai maka kata majemuk itu ditulis terpisah. Pada sampel NZR di atas, berdasarkan analisis yang ditemukan bahwa terdapat kesalahan dalam unsur-unsur gabungan kata, yaitu pada kata anaktangga dan naiktangga. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim, maka penulisan kata majemuk tersebut harus ditulis terpisah. Jadi, penulisan yang benar adalah: - Aku pun langsung duduk di anak

tangga. - Setelah melepas lelahku, kami

melanjutkan naik tangga. Data 2 RAA

Para kurcaci pun menyuruh putri Alice untuktinggal disana. Pada sampel RAA di atas, berdasarkan analisis yang ditemukan bahwa terdapat

kesalahan dalam unsur-unsur gabungan kata, yaitu pada kata untuktinggal. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim, maka penulisan kata majemuk tersebut harus ditulis terpisah. Jadi, penulisan yang benar adalah (Para kurcaci pun menyuruh putri Alice untuk tinggal disana).

Data 3 CF Lalu sipelukis ini menyerang si penyihir,tiba tiba “bush” lalu lenyaplah si penyihir ini. Pada sampel CF di atas, berdasarkan analisis yang ditemukan bahwa terdapat kesalahan dalam unsur-unsur gabungan kata dan penulisan kata sandang, yaitu pada kata sipelukis. Kata sandang adalah kata yang dipakai untuk membatasi kata benda. Kata sandang dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu kata sandang khusus kata benda tunggal, seperti Si dan Sang. Penulisan Si dan Sang harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim, maka penulisan kata majemuk tersebut harus ditulis terpisah. Jadi, penulisan yang benar adalah (Lalu si pelukis ini menyerang si penyihir,tiba tiba “bush” lalu lenyaplah si penyihir ini).

Data 4 FG

- Pada suatu hari di bumi ada seorang anak yang di buang oleh orangtuanya.

- “hahaha ga mungkin dia aja gabisa kamekameha” kata Taikatsu

Pada sampel FG di atas, berdasarkan analisis yang ditemukan bahwa terdapat kesalahan dalam unsur-unsur gabungan kata, yaitu pada kata orangtuanya dan gabisa. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim, maka penulisan kata majemuk tersebut harus ditulis terpisah. Jadi, penulisan yang benar adalah: - Pada suatu hari di bumi ada seorang

anak yang di buang oleh orang tuanya. - “hahaha ga mungkin dia aja gak bisa

kamekameha” kata Taikatsu.

Page 19: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Siti Mardiyah, Supriyono, Andri Wicaksono

19

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa siswa kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019 belum dapat memakai afiks secara tepat, begitu pula dengan penulisan reduplikasi dan penulisan gabungan kata. Hal ini dilihat dari hasil tulisan karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan, peneliti menganalisis kesalahan morfologi yang dibatasi hanya pada penggunaan afiksasi, reduplikasi dan gabungan kata. Dalam kesalahan penggunaan afiksasi terdapat 44 kesalahan yang menunjukkan bahwa hasil perhitungan presentase mencapai 54,32% yang berarti tingkat penguasaannya kurang. Sama halnya dengan kesalahan penggunaan reduplikasi terdapat 31 kesalahan yang menunjukkan hasil presentase penguasaannya kurang hanya mencapai 38,27% saja. Sedangkan, presentase kesalahan penggunaan gabungan kata menunjukkan 7,40% atau dalam tingkat penguasaan cukup yang terdapat 6 kesalahan. Hal ini disebabkan siswa kurang fokus dan teliti dalam mengerjakannya hanya asal-asalan. Siswa cenderung tidak memperdulikan hasil yang diperoleh karena mereka hanya sekadar mengumpulkan tugas dan hanya menulis sejauh apa yang mereka ketahui dari beberapa penjelasan dari guru saja tanpa memahami penulisan yang benar berdasarkan kaidah kebahasaan. Selain itu juga guru kurang intensif dalam memberikan penekanan atau perintah kepada siswanya untuk membaca buku-buku kaidah kebahasaan serta kurangnya latihan menulis. Kesalahan morfologi yang ditemukan pada karangan narasi berdasarkan cerita fantasi irisan siswa kelas VII semester ganjil SMPN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019 harus diminimalkan sehingga pada kemudian hari tidak terjadi lagi kesalahan yang sama. Maka, upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kesalahan morfologi tersebut sebagai berikut. 1. Meningkatkan Penguasaan Kaidah

Kebahasaan Siswa 2. Memperbanyak Latihan Menulis

3. Menggunakan Pendekatan Proses dalam Pelaksanaan Pembelajaran Menulis

DAFTAR PUSTAKA Buku Ba’dulu, Abdul Muis dan Herman.

2005. Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalman. 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.

Dewi, Anita Kumala. 2015. Analisis Kesalahan Sintaksis dalam Karangan Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi S1 pada PBSI STKIP PGRI Bandar Lampung: tidak diterbitkan.

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Offset.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Ramlan, M. 2009. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.

Rosidi, Imron. 2009. Menulis Siapa Takut. Yogyakarta: Kanisus.

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.

Tarigan, H.G. dan Djago Tarigan. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Titik, Harsiati, Agus Trianto dan E. Kosasih. 2016. Bahasa Indonesia: Untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 20: Jurnal Ilmiah Mahasiswa (Pendidikan Bahasa dan Sastra

Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Karangan Narasi Berdasarkan Cerita Fantasi Irisan Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019

20

Internet Sa’adah, Fina. 2016.

“Analisis Kesalahan Berbahasa dan Peranannya Dalam Pembelajaran Bahasa Asing”, Tersedia (Daring), http://journal.walisongo.ac.id, diunduh pada tanggal 22 Maret 2019, pukul 12.57 WIB.