jurnal hiv uveitis anterior

7
HUBUNGAN ANTARA NILAI HITUNG CD4 DENGAN KEJADIAN UVEITIS ANTERIOR PADA PASIEN HIV-AIDS DI RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA Muhammad Deyanta Hafidz Iraqi ABSTRAK: Penel itian ini untuk menget ahui a danya hubunga n anta ra Nilai Hitun g CD4 dengan Kejadian Uveitis Anter ior pada pasien HIV- AIDS di Rumkita l Dr. Ramela n Sur abaya periode Januar i - Ma ret 2014. Pe ne li ti an ( cross-sectional design) ini mengambil sebanyak 21 sampel y ang merupakan pasien HIV positif di Rumkital Dr. Ramelan dalam periode Januari   Maret 2014. Sampe l penelitian mer upakan pasien HIV positif dengan uveitis anterior maupun tanpa uveitis anterior. Data yang telah didapat di amati dan di analisis apakah ada hubungan antara nilai CD4 dan kejadian uveitis anterior. Pada penelitian ini tidak didapatkan pasien yang mengalami uveitis anteri or, sehingga peneliti tidak dapat melakukan uji analisis. Tetapi peneliti menemukan pada pasien dengan IgG Toksoplasmosis positif rata-rata nilai CD4 nya lebih rendah daripada pasien dengan IgG Toksoplasmosis negatif maupun equivocal dimana Toksoplasmosis merupakan salah satu etiologi dari uveitis anterior. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada prevalensi dari uveitis anterior pada pasien HIV-AIDS di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Kata kunci: CD4, Uveitis Anterior, HIV, AIDS, Toksoplasmosis

Upload: muhammad-deyanta-hafidz

Post on 16-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN ANTARA NILAI HITUNG CD4 DENGAN KEJADIAN UVEITISANTERIOR PADA PASIEN HIV-AIDS DI RUMKITAL DR. RAMELAN

    SURABAYA

    Muhammad Deyanta Hafidz Iraqi

    ABSTRAK: Penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara Nilai HitungCD4 dengan Kejadian Uveitis Anterior pada pasien HIV-AIDS di Rumkital Dr.Ramelan Surabaya periode Januari - Maret 2014. Penelitian (cross-sectional design)ini mengambil sebanyak 21 sampel yang merupakan pasien HIV positif di RumkitalDr. Ramelan dalam periode Januari Maret 2014. Sampel penelitian merupakanpasien HIV positif dengan uveitis anterior maupun tanpa uveitis anterior. Data yangtelah didapat di amati dan di analisis apakah ada hubungan antara nilai CD4 dankejadian uveitis anterior. Pada penelitian ini tidak didapatkan pasien yang mengalamiuveitis anterior, sehingga peneliti tidak dapat melakukan uji analisis. Tetapi penelitimenemukan pada pasien dengan IgG Toksoplasmosis positif rata-rata nilai CD4 nyalebih rendah daripada pasien dengan IgG Toksoplasmosis negatif maupun equivocaldimana Toksoplasmosis merupakan salah satu etiologi dari uveitis anterior.Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada prevalensi dari uveitis anterior padapasien HIV-AIDS di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

    Kata kunci: CD4, Uveitis Anterior, HIV, AIDS, Toksoplasmosis

  • RELATIONSHIP BETWEEN CD4 COUNT AND THE INCIDENT OFANTERIOR UVEITIS ON PATIENT WITH HIV AIDS AT DR. RAMELAN

    NAVAL HOSPITAL SURABAYA

    Muhammad Deyanta Hafidz Iraqi

    ABSTACT: The aim of this study is to investigate the relationship between CD4count and the incident of Anterior Uveitis on patient with HIV - AIDS at Dr. RamelanNaval Hospital Surabaya from Januari until Maret 2014. This cross-sectional designstudy took 21 samples who are the patient with HIV positive at Dr. Ramelan NavalHospital Surabaya from Januari until Maret 2014. This study samples are patient withHIV positive with or without Anterior Uveitis. Then, the data is observed andanalyzed to relate CD4 count with incident of Anterior Uveitis. In this study, there isnone of patient with anterior uveitis so the researcher cannot use the data to analyze.But we found out that patient with IgG Toxoplasmosis positive have a smaller valueof CD4 count than patient with IgG Toxoplasmosis negative or equivocal, whichToxoplasmosis is one of the etiology of uveitis anterior. There is no prevalence ofuveitis anterior on patient with HIV AIDS at Dr. Ramelan Naval Hospital Surabaya.

    Keyword: CD4, Anterior Uveitis, HIV, AIDS, Toxoplasmosis

  • 2PENDAHULUANLatar Belakang

    HIV - AIDS merupakan salahsatu penyakit yang menyebabkankematian di dunia. Di Indonesia,sebanyak 23.176 kasus HIV/AIDSdilaporkan sejak Januari hinggaSeptember 2013 (Kemenkes RI, 2013).

    Sejak tahun 1987 hinggaSeptember 2013, telah dilaporkan 22.987kasus HIV / AIDS di Jawa Timur. Padaperiode Januari hingga September 2013ditemukan 2.411 kasus HIV positif, danjumlah yang terkena AIDS sebesar 814(Kemenkes RI, 2013).

    (Human Immunodeficiency Virus)adalah retrovirus yang tergolong virusRNA (Ribonucleic Acid), yaitu virusyang menggunakan RNA untukmengkode informasi genetiknya. Virusini memiliki enzim reverse transcriptaseyang berguna untuk mengkonversi RNAmenjadi DNA di dalam inti sel sehinggavirus dapat bereplikasi . HIV menyerangsel-sel yang sangat penting dalam sistemimun manusia dan menyebabkan sistemimun tersebut tidak mampu melawaninfeksi virus dan bakteri yang seharusnyatidak menimbulkan penyakit padamanusia dengan sistem imun yang sehat(Department of Molecular Virology andMicrobiology, 2011).

    HIV sendiri merupakan viruspeyebab AIDS (AcquiredImmunodeficiency Syndrome). Aidsmerupakan late stage dari infeksi HIV,dimana pada fase ini sistem imun sudahrusak dan tidak mampu lagi melawanpatogen yang masuk seperti penyakitinfeksi. Kebanyakan pasien meninggaldikarenakan infeksi oportunistik(Nasronudin, 2007)

    Infeksi oportunistik yangmenyerang pasien HIV-AIDS dapatberupa kandidiasi oral, tuberkulosisi

    paru, diare kronik, infeksi Toksoplasmayang dapat menyerang saraf, mata danorgan lain (Tjokroprawiro, 2007)

    Kerusakan imunologi pada pasienHIV / AIDS dapat ditandai denganmelihat kadar CD4 pasien tersebut. CD4merupakan marker atau penanda yangada di permukaan sel darah putihmanusia, terutama pada limfosit. Sel iniberfungsi untuk memerangi infeksi yangmasuk ke dalam tubuh. Pada orangdengan sistem kekebalan yang baik,kadar CD4 berkisar antara 800 1500 sel/ L. Pada penderita HIV / AIDS, kadarCD4 dapat menurun hingga kurang dari200 sel / L, dan saat itulah berbagaiinfeksi oportunistik terjadi (Hadi, 2010).

    Infeksi yang menyerang matadapat mengenai seluruh bagian mata,baik segmen anterior maupun retina.Uveitis anterior merupakan manifestasilangsung dari infeksi HIV (Sardjito,1994)

    Oleh sebab itu, peneliti inginsupaya masyarakat mengetahui bahayainfeksi oportunistik pada pasien HIV-AIDS. Mengingat bahwa kematian padapasien AIDS bukan dikarenakan infeksiHIV itu sendiri, melainkan terjadi akibatinfeksi oportunistik yang terjadidiakibatkan sistem imun yang rusak.

    MATERI DAN METODEPENELITIANPopulasi, Sampel, Besar Sampel danTeknik Pengambilan Sampel

    Penelitian cross-sectional inidilakukan di Rumkital Dr. RamelanSurabaya. Sampel pada penelitian iniadalah pasien dengan HIV AIDS.Pengambilan sampel penelitiandilakukan secara simple randomsampling.

    Pada penelitian ini didapatkanbesar sampel sebanyak 21 orang pada

  • periode Januari sampai dengan Maret2014. Pasien yang telah datang dicatatidentitasnya kemudian di anamnesadengan menggunakan kuesioner untukmengetahui apakah pasien pernahmengalami gejala uveitis anterior.Setelah itu dilakukan pemeriksaan visusuntuk mengetahui tajam penglihatanpasien. Untuk pemeriksaan funduscopydilakukan oleh dokter spesialis mata danterlebih dahulu pasien diberi tetes matamydriatyl, kemudian dilakukanpemeriksaan.

    Pasien yang telah selesaipemeriksaan akan diambil darah untukdilakukan pemeriksaan CD4, IgGToksoplasmosis dan IgM Toxoplasmosis.

    ANALISIS HASIL PENELITIANHasil Statistik Deskriptif

    Pada penelitian ini didapatkanresponden sebanyak 21 orang dengandengan jumlah laki-laki sebanyak 18orang dan perempuan sebanyak 3 orang.Namun, pada anamnesa dan pemeriksaanklinis tidak didapatkan pasien dengandiagnosa uveitis anterior.

    Selain dilakukan pemeriksaanCD4, dilakukan juga pemeriksaan IgGToxoplasmosis dan IgM Toxoplasmosisuntuk menunjang diagnosa uveitisanterior. Berikut adalah hasil statistikadeskriptif dari beberapa pemeriksaanyang telah dilakukan:

    Berdasarkan tabel 5.1 diperolehnilai rata-rata hitung sel CD4 sebesar291,9048 dan umur rata-rata respondensebesar 28,9524 tahun .

    Dari pemeriksaan IgGToxoplasmosis dan hasilnyamenunjukkan responden yang positif IgG

    Toxoplasmosis sejumlah 10 orang atau47.6%, responden yang negatif IgGToxoplasmosis sejumlah 9 orang atau42,9% dan responden yang equivocalIgG Toxoplasmosis sejumlah 2 orangatau 9,5%.

    Peneliti juga menghubungkandata dari IgG Toxoplasmosis dengannilai hitung CD4. Berikut adalah Stemand Leaf Plots dari kedua data diatas:

    Dari grafik diatas bisa didapatkankesimpulan bahwa pada pasien denganIgG Toksoplasmosis positif, rata - ratanilai hitung CD4 cenderung lebih rendahdibandingkan dengan pasien yang IgGToksoplasmosis negatif. Sedangkan padapasien dengan IgG Toksoplasmosisequivocal, rata - rata nilai hitung CD4nya cenderung lebih tinggi dibandingkannilai hitung CD4 pada pasien yang lain.

    Untuk pemeriksaan IgMToksoplasmosis didapatkan hanya 1pasien dengan IgM toksoplasmosispositif atau 4,8%, dan 20 pasien negatifIgM Toksoplasmosis atau 95,2%.

    Peneliti juga menghubungkandata dari IgM Toxoplasmosis dengannilai hitung CD4. Berikut adalah Stemand Leaf Plots dari kedua data diatas:

  • Dari grafik diatas didapatkanbahwa untuk grafik IgM Toksoplasmosispositif hanya didapat satu nilai CD4dikarenakan pada penelitian ini hanyaada 1 pasien yang IgM Toksoplasmosispositif. Sedangkan untuk grafik IgMnegatif didapatkan bahwa rata-rata nilaiCD4 pasien dengan IgM negatif lebihrendah dibandingkan dengan nilai CD4pasien dengan IgM positif.

    Responden juga menjawabbeberapa pertanyaan dalam kuesioneryang diajukan oleh peneliti sebagai alatuntuk anamnesa apakah pasien pernahmempunyai riwayat gejala uveitisanterior.

    Pada kuesioner didapatkan bahwa19% (4 orang) responden pernahmengalami mata merah, 23,8% (5 orang)responden pernah mengalami nyeri padamata, 33,3% (7 orang) responden pernahmengalami Photophobia,. 28,6% (6orang) responden pernah mengalamimata berair, 23,8% (5 orang) Respondenpernah mengalami penglihatana kabur,14,3% (3 orang) responden prenahmengalami blepharospasm, 33,3% (7orang) responden pernah mengalamimatanya seperti kemasukan benda asing.didapatkan semua responden tidakpernah memeriksakan matanya ke dokter.

    Dikarenakan pada penelitian initidak didapatkan pasien dengan diagnosaklinis uveitis anterior maka uji analisistidak dapat dilakukan. Sehingga penelitihanya memaparkan hasil data statistik

    deskriptif dari penelitian yang telahdilakukan.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil anamnesadengan menggunakan kuesioner tidakada pasien yang memenuhi kriteriauntuk diagnosa uveitis anteriordikarenakan rata-rata pasien hanyamengalami satu dari beberapa gejalauveitis anterior.

    Dari hasil pemeriksaan dokterspesialis mata, pada penelitian ini tidakdidapatkan pasien dengan diagnosaklinis uveitis anterior. Pada hasilpemeriksaan laboratoris jugadidapatkan pada pasien dengan IgGToksoplasmosis positif, rata-rata nilaihitung CD4 lebih rendah dibandingkandengan pasien yang IgGToksoplasmosis nya negatif.Sedangkan pasien dengan IgGToksoplasmosis equivocal rata-ratanilai hitung CD4 nya paling tinggidibandingkan dengan yang positifmaupun negatif.Berdasarkan hasil anamnesa denganmenggunakan kuesioner tidak adapasien yang memenuhi kriteria untukdiagnosa uveitis anterior dikarenakanrata-rata pasien hanya mengalami satudari beberapa gejala uveitis anterior.

    Manifestasi klinis berupa uveitisanterior pada pasien HIV AIDSbiasanya berawal dari pasien HIV AIDS dengan infeksi retinitis CMVyang mana berkembang lambat danhanya menghasilkan uveitis anterioryang ringan. Terkenanya optic discatau fovea oleh CMV mungkinmenjadi penyebab menurunnya tajampenglihatan (Cunningham, 2000).

    Karena alasan diatas Padapenelitian Hubungan antara nilaihitung CD4 dengan kejadian uveitisanterior pada pasien HIV-AIDS di

  • Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dari21 pasien HIV positif tidak didapatkanpasien dengan manifestasi okulerberupa uveitis anterior. Hal inimungkin disebabkan kurangnyasampel penelitian ataupun waktupenelitian.

    KESIMPULANPada penelitian ini tidak

    didapatkan pasien dengan diagnosaklinis uveitis anterior pada pasiendengan HIV-AIDS di Rumkital Dr.Ramelan Surabaya periode Januari Maret 2014.

    Peneliti mendapatkan pasienHIV-AIDS dengan IgGToksoplasmosis positif dimana nilaihitung CD4 nya lebih rendahdibandingkan dengan IgGToksoplasmosis negatif maupunequivocal yang artinya semakinrendah nilai CD4 nya maka semakinrentan terhadap penyakit infeksioportunitis seperti uveitis anteriormeskipun dalam waktu singkat tidakmenunjukkan gejala dan tanda daripenyakit.

    DAFTAR PUSTAKAAmerican Optometric Association,

    2004, AnteriorUveitis, dalam OptometricClinical Practice Guideline,American OptometricAssociation, St. Louis

    Ardy, H., 1993, Diagnosis EtiologikUveitis Anterior, dalam CerminDunia Kedokteran no 87. sept1993,Majalah Cermin DuniaKedokteran, Jakarta: 47-54

    Burban SD, Estimates of opportunisticinfection incidence or deathwithin specific CD4 strata in HiVinfected patints in Abidjan,Cotedlvoire: Impact of alternative

    methods of CD4 countmodeling,Eur J Epidemiol.2007:22(10): 737 744

    Brooks, GF, Butell JS, Morse SA. AIDSdan Lentivirus, dalamMikrobiologi Kedokteran Jawetz,Melnick, & Adelberg. 23 ed.Jakarta : EGC. 2007.

    Chen, L. Ocular Lymphatics: State-of-The-Art Review. Center for EyeDisease and Development,Program in Vision Science andSchool of Optometry, Universityof California, Berkeley,California, USA. 2009.

    Cunningham, T. Uveitis in HIV positivepatients. British Journal ofOphtalmology. 2000.

    Department of Molecular Virology andMicrobiology. HIV / AIDS : TheAgent. Available from :http://www.bcm.edu/molvir/hivaids

    Ditjen PP&PL. Program Kemenkes RIdalam PenanggulanganHIV/AIDS. Last modified : 22November 2011 at 02:42:29.Jakarta. Available from :http://www.pppl.depkes.go.id

    Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS diIndonesia dari Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam IV. Jakarta :Pusat Penerbitan IPD FKUI.2006.

    Ghozie, M., 2002, Kornea, Uvea, danLensa, dalam Hand Book ofOphtalmology, Yogyakarta

    Hadi, P. HIV dan AIDS. SemarangKSMF Ilmu Penyakit Dalam RSUPDr. Karyadi. 2010.

    Hodge, W. G., 2008, Traktus Uvealis &Sklera, dalam Vaughan, D. G.,Asbury, T. dan Riodan, P.,Oftalmologi Umum, EGC,Jakarta

  • Kemenkes RI. Laporan PerkembanganHIV-AIDS Triwulan III. 2013.

    Lan VM. Virus ImunodefisiensiManusia (HIV) dan SindromImunodefisiensi Didapat(AIDS). In : Sylvia AndersonPrice LMW, editor. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit. 6 ed. Jakarta : EGC.2005.

    Nasronudin. HIV & AIDS PendekatanBiologi Molekuler, Klinis danSosial. Surabaya : AirlanggaUniversity Press. 2007.

    Rao NA, Forster DJ. Basic Principles In:Berliner N, editors. The UveaUveitis and IntraocularNeoplasms Volume 2. New York:Gower Medical Publishing, 1992.1.1

    Riodan, P., 2008, Anatomi &EmbriologiMata, dalam Vaughan, D. G.,Asbury, T. dan Riodan, P.,Oftalmologi Umum, EGC,Jakarta

    Rosenbaum, J,T, 2007, Up to Date:Canada,http://www.uptodate.com

    Sjamsoe, S., 1993, PenatalaksanaanUveitis, dalam Cermin DuniaKedokteran no 87. sept1993, Majalah Cermin DuniaKedokteran, Jakarta: 55-58

    Sardjito, R. Human ImmundeficiencyVirus (HIV) dari Buku AjarMikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara. 1994.

    Uveal Tract (pictures), 2010. Availablefrom: http://www.vision-and-eye-health.com/uveitis-investigation.html

    Tjokroprawiro, A. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. Surabaya:Airlangga University Press.2007.

    WHO - UNAIDS. 2009 AIDS EpidemicUpdate (slides) . Available from: http://www.unaids.org

    Wijana, N., 1993, Uvea, dalam IlmuPenyakit Mata, Abadi Tegal,Jakarta: 126-153