jurnal forensik.docx
DESCRIPTION
Terjemahan jurnal forensikTRANSCRIPT
JOURNAL of FORENSIC ODONTO-STOMATOLOGY VOLUME 30 Number 1 July 2012
ODONTOLOGI FORENSIK DALAM PROSES DVI
Proses DISASTER VICTIM IDENTIFICATION (DVI)
Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk prosedur PM dan AM
dibentuk untuk pengambilan sidik jari, patologi forensik, odontologi
forensik dan DNA profiling.
Protokol tersebut penting terhadap kualitas proses DVI keseluruhan,
terutama pada kasus pembusukan badan yang cepat.
Proses identifikasi keseluruhan melibatkan tim recovery, AM-, PM-dan
tim identifikasi.
Misi dan tugas dari berbagai tim diuraikan di bawah ini, serta posisi
odontologist forensik di masing-masing tim.
1. TIM RECOVERY
Tim pemulihan memiliki tugas penting untuk mengumpulkan bukti-bukti
seperti badan dan bagian tubuh, barang pribadi dari lokasi bencana dan
untuk merekam temuan akurat ini membutuhkan pemetaan yang akurat.
penomoranTubuh dilakukan sesuai dengan pedoman Interpol dan harus
diterapkan oleh semua tim untuk menghindari kesalahan dan membuat
kekacauan.
sistem penomoran tubuh ini memakai pedoman -. kode telepon negara
internasional, (ex. 32-1-00596) – dan harus tetap tinggal dengan tubuh
selama tahap-tahap selanjutnya dari proses identifikasi dan akan terlihat
pada semua dokumentasi terkait (bentuk, foto)..
Odontologi forensik sangat dianjurkan untuk lebih teliti perihal barang
bukti berupa gigi. Dalam beberapa kasus, seperti dengan tubuh hangus,
mungkin perlu untuk odontologist pada tim recovery untuk
mengkonsolidasi atau menggambarkan bukti gigi di lokasi sebelum
hilang, untuk menghindari kerusakan zat gigi rapuh selama transportasi
ke kamar jenazah.
2. TIM AM (Ante Mortem)
Pekerjaan tim AM dimulai dengan memunculkan daftar orang hilang dari
negara masing-masing dan memasukkan informasi ini ke dalam database
orang hilang.
Informasi orang-orang yang hilang diperoleh melalui anggota keluarga
yang merasa kehilangan anggota keluarganya, yang akan memberikan
nama-nama penyedia layanan kesehatan (Penyedia Data medis yang
sebelumnya pernah dibuat), medis dan / atau informasi gigi AM dapat
diperoleh.
Apabila didapatkan gigi orang hilang, maka odontologi forensik harus
mengalokasikan data gigi AM dan materialnya (catatan gigi, sinar-X, CT
scan, model gigi, foto wajah penuh, penjaga mulut, dll)
Sumber informasi lain seperti spesialis, rumah sakit, perusahaan asuransi
gigi harus dihubungi serta untuk mendapatkan informasi tambahan AM.
hati-hati membaca, menganalisis dan mentranskrip ke AM F1/F2
(formulir Interpol) sebelum dikirim ke pusat identifikasi.
Dalam hal terjadi keraguan, odontologist forensik di tim AM harus
menghubungi dokter gigi untuk membahas masalah dan memperjelas
masalah.
Catatan (personal medis, gigi, DNA dan sidik jari) diteruskan pada
spesialis dari negara yang warga negaranya hilang dan dimasukkan ke
dalam sistem komputer pusat: DVI Sistem Internasional (Plass data ®)
atau WinID ® atau DA VID ® atau perangkat lunak lain yang tersedia oleh
odontologists forensik terlatih dan berpengalaman.
Ketika catatan AM sidik jari diterima, catatan itu discaning ke dalam
sistem komputer yang terpisah yang disebut Sistem Identifikasi Sidik Jari
Otomatis (AFIS)
Kuantitas dan kualitas dental record AM sangat bervariasi di seluruh
dunia. Terutama karena (perbedaan undang-undang dalam cara
penyusunan, penyimpanan, dan periode penyimpanan dental record,
pentingnya DVI dental record yang tepat (lengkap dan akurat) harus
ditekankan kepada semua dokter gigi, gigi dan kesehatan organisasi di
seluruh dunia.
3. TIM PM (Post Mortem)
Barang bukti yang ditemukan di TKP di simpan di lakukan pemeriksaan
diKamar mayat sementara,
Di kamar mayat, tubuh akan benar-benar diperiksa oleh tim ahli
multidisiplin (ahli sidik jari, polisi, patolog, odontologists dan ahli DNA),
yang akan mendaftarkan temuan mereka pada formulir PM Interpol
(merah muda).
Setiap tubuh yang akan dipindahkan ke ruang pemeriksaan untuk
deskripsi fisik harus ditempatkan di bawah pengawasan dari catatan PM
petugas, yang mengikuti tubuh melalui semua tahapan pemeriksaan
sampai dikembalikan untuk penyimpanan.
Langkah pertama adalah analisis jari / telapak tangan oleh spesialis dari
laboratorium forensik polisi. Kemudian Sidik jari akan dimasukkan ke
dalam sistem AFIS untuk perbandingan dengan data yang ada pada AM.
Pada fase kedua, tubuh akan difoto, diikuti dengan deskripsi eksternal
tubuh yang luas, pakaian dan barang-barang pribadi. Semua item
sebaiknya dipotret berwarna setelah dibersihkan dan diberi label, dengan
nomor referensi tubuh terlihat jelas.
Pada Langkah selanjutnya, ahli patologi memulai pemeriksaan luar dan
dalam kemudian mendeskripsikannya
Ini seharusnya menjadi praktek standar untuk melakukan otopsi penuh
pada semua korban bencana tidak hanya untuk tujuan identifikasi dan
penyebab kematian, tetapi juga untuk membantu mencegah atau
meminimalkan efek dari kejadian serupa di masa mendatang.
Dalam fase ini, Pemeriksaan gigi dilakukan oleh odontologists forensik.
Semua detail terkait gigi akan didaftarkan pada formulir Interpol F1/F2
PM.
Untuk membuat akses lebih ke gigi-geligi, teknik bedah mandibula
menggunakan metode non-destruktif.
Metode ini memungkinkan akses mudah untuk kedua rahang dan rahang
bawah dan masih memungkinkan reposisi lengkap dari jaringan wajah
setelah otopsi, sehingga tubuh masih dapat ditampilkan kepada kerabat
jika diperlukan.
Semua karakteristik gigi harus dicatat dengan fotografi warna dan
radiografi. Estimasi usia gigi adalah komponen utama dari proses
identifikasi. Estimasi usia gigi Post-mortem memungkinkan odontologists
forensik untuk fokus pada pencocokan file ante-mortem pada rentang
usia tertentu di antara kandidat yang mungkin untuk identifikasi dari
daftar orang hilang. Estimasi usia gigi dapat dilakukan dengan cara yang
berbeda menggunakan parameter morfologi atau radiologi yang
semuanya berkaitan dengan usia.
4. IDENTIFIKASI CENTRE
Pusat Identifikasi menangani dan membandingkan AM dan dokumen PM
yang diteruskan dari Unit AM dan PM
Dalam bagian yang berbeda dari biro identifikasi - orang hilang,. Ante-
mortem, post-mortem, sidik jari, gigi, DNA analisis dan rekonsiliasi -
kualitas kontrol dan transkripsi dari AM dan PM dokumen dilaksanakan.
Hasil yang diperoleh dari bagian khusus dimasukkan kembali ke Bagian
Berkas Identifikasi yang akan digabungkan hasilnya menjadi satu daftar
induk
Software identifikasi secara otomatis melakukan perbandingan dan
pencocokan antara data ante dan post mortem tetapi penilaian akhir
harus dilakukan oleh ahli yang profesional dan didasarkan pada bukti
evaluasi prsonal.
Pencocokan di tahap selanjutnya akan diverifikasi oleh para ahli yang
berbeda di Dewan rekonsiliasi
Dewan Identifikasi bertanggung jawab untuk memeriksa hasil
perbandingan yang dibuat oleh bagian khusus yang beragam.
juga bertanggung jawab untuk mencermati kemungkinan inkonsistensi
rekonsiliasi dan menggabungkan hasil menjadi satu daftar akhir dari
identifikasi.
ASPEK LAIN YANG MEMBANTU DALAM PROSES IDENTIFIKASI
1. Dental radiologi
Setelah krisis tsunami 2005 di Asia dikembangkanlah Digital portable
dental X-Ray (Nomad®) yang sangat efisien,cepat, mudah dibawa dan
berpotensi mencocokkan langsung antara data AM dengan PM.
Sudah diuji dan tingkat Radiasi dibawah batas maksimum yang di izinkan.
2. Recoveri Wajah
Tujuan dari CFR (Cranio-facial Rekonstruksi) adalah untuk
menciptakan kemiripan dengan wajah orang yang hilang segera
sebelum kematian.
Berguna Pada Kasus mayat yang tidak bisa dikenali karena proses
pembusukan, skeletisasi, mutilasi atau kalsinisasi
Metode manual 3D CFR dengan menggunakan model wajah yang
terbuat dari tanah liat/plastin tetapi cara ini sulit dan subjektif.
Dikembangkannya metode CFR alternatif berbasis komputer.
(komputer dibandingkan dengan manusia) èkonsisten dan objektif.
3. Virtual Otopsi
CT pasca-mortem investigasi forensik
Rutin CT scan digunakan pada personil militer yang tewas dalam
pertempuran (Armed Forces Institute of Pathology, Washington, D.C., and
Dover, Del., USA)
Selama Victoria Bushfire (2009), CT scan juga terbukti sangat berguna
dalam proses identifikasi korban.
Di Swiss, Virtopsy menerapkan
3D fotogrametri berbasis pemindaian permukaan optik,
MSCT (Multi-slice CT)
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Virtopsy merupakan metode non-invasif atau minimal invasif yang
memiliki beberapa keunggulan,
1. membantu untuk menyediakan dokumentasi yang tepat, objektif dan
jelas dari temuan forensik untuk kesaksian di pengadilan
2. membantu meningkatkan jaminan kualitas melalui pengarsipan data
digital
MASA LALU DAN MASA DEPAN DVI
Setelah Tsunami pada tahun 2004, semua protokol DVI itu kembali
dievaluasi oleh kelompok kerja Interpol
Laporan evaluasi Tsunami merupakan ringkasan dari insiden yang
dialami oleh tim DVI (2004-2005)
Pedoman DVI interpol, proses identifikasi terbagi 2, yaitu identifikasi
primer dan identifikasi sekunder
Identifikasi primer (DNA, odontologi forensik, sidik jari). merupakan
metode identifikasi yang efektif terutama dalam bencana skala besar
dengan tingkat ID rate 83,3% pada Tsunami di Tenggara Asia.
Kelompok Komite Kerja Tetap odontologi forensik DVI Interpol
mengembangkan pedoman baru dan penyesuaian (F1/F2).
Isi AM dimodifikasi dan bentuk PM akan disederhanakan. Bagian yang
tidak perlu akan dihapus.
Semua data yang diambil akan langsung dihubungkan dengan sistem data
Plass ®.
Catatan AM catatan tersedia secara online ketika bencana terjadi. Hal ini
akan membantu mempercepat proses identifikasi dan meminimalkan
kemungkinan risiko kehilangan bukti AM selama transportasi.
Tim AM, perusahaan asuransi dan personil yang berurusan dengan data
korban harus mengikuti kewajiban hukum kerahasiaan medis.
Saran è data 3D dan virtopsy harus mudah diakses, formulir DVI harus
disesuaikan untuk menangani bukti-bukti 3D.
Penduduk sipil memiliki akses yang lebih baik untuk perawatan medis.
Gambar dari multi-slice computed tomography (MSCT) dan Cone-beam
computed tomography (CBCT) akan menjadi lebih banyak tersedia.
KESIMPULAN
1. DVI menuntut hasil yang baik jika direncanakan dengan benar, dengan
memilih alat diagnostik forensik yang tepat dan melibatkan tim ahli
terlatih
2. Bencana Tsunami tahun 2004 dijadikan pelajaran bagi TIM DVI untuk
mengubah visi dan standar.
3. Tim DVI bergerak maju dan terus memperbaiki pedoman dan protokol.
4. Odontologi forensik merupakan salah satu metode identifikasi utama
yang dinamis dan berkembang sangat pesat sejak Tsunami pada tahun
2004
5. Perkembangan terkini pada komputer-dibantu pencitraan 3D telah
diterapkan untuk odontologi forensik, radiologi forensik, rekonstruksi
kraniofasial forensik dan virtual otopsi