jurnal farmasi indonesia adalah jurnal ilmiah resmi ikatan ... · pdf fileiv jurnal farmasi...

75

Upload: vanngoc

Post on 02-Feb-2018

269 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular
Page 2: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular
Page 3: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

iiiJurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan Apoteker Indonesia. Isi Jurnal mencakup semua aspek dalam ilmu pengetahuan dan teknologi kefarmasian antara lain farmakologi, farmakognosi, fitokimia, farmasetika, kimia farmasi, biologi molekuler, bioteknologi, farmasi klinik, farmasi komunitas, farmasi pendidikan, dan lain-lain.

Jurnal mengundang makalah ilmiah dari teman sejawat, baik apoteker maupun bukan apoteker yang isinya dapat memacu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian dan bidang-bidang lain yang berkaitan. Makalah dapat berupa laporan hasil penelitian atau telaah pustaka.

Jurnal Farmasi Indonesia dapat diperoleh di Sekretariat PP IAI atau Redaksi Jurnal Farmasi Indonesia

Dipersembahkan Untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kefarmasian

di Indonesia

Diterbitkan oleh Pengurus Pusat

Ikatan Apoteker Indonesia

Terbit 2 kali setahun pada bulan Januari dan Juli

ISSN: 1412-1107© Copyright 2014 Ikatan Apoteker Indonesia

Gambar cover oleh : Ernawati SinagaPrinting : PT ISFI Penerbitan

Gambar cover: Kelopak Bunga Rosella

Harga Berlangganan:Rp. 100.000,- per tahun (2 Nomor)

Page 4: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014iv

Pemimpin Umum/Penanggung Jawab

Drs. M. Dani Pratomo, MM, Apt

Wakil Pemimpin UmumDrs. Wahyudi U. Hidayat, MSc, Apt

Ketua Dewan EditorProf. Dr. Ernawati Sinaga, MS, Apt

Editor PelaksanaDr. Christina Avanti MSi, Apt

Anggota Dewan EditorProf. Dr. Shirly Kumala, MBiomed, Apt

Prof. Dr. Eddy Meiyanto, AptProf. Dr. Daryono Hadi Tjahono, MSc, Apt

Pharm. Dr. Joshita Djajadisastra, MS, PhD, AptDr. Umi Athijah, MS, Apt

Dr. Arry Yanuar, MSc, AptRaymond R. Tjandrawinata, PhD, MS, MBA

Manajer AdministrasiDra. Chusun Hamli, MKes, Apt

Manajer SirkulasiDrs. Azwar Daris, MKes, Apt

Staf Administrasi dan SirkulasiEvita Fitriani, SFarm, Apt

Dani Rachadian, SSosSiti Kusnul Khotimah, SSos

Desain & layoutRamli Badrudin

Alamat Redaksi/PenerbitJl. Wijayakusuma No.17 Tomang - Jakarta Barat

Telepon/Fax 021- [email protected]

[email protected] submission website:

jfi.iregway.com

Tim Redaksi

Page 5: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

vJurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas dari Infus Kelopak Bunga Rosella yang Difermentasi dengan Lactobacillus

Sartini, Christiana Lethe, dan Frengky

Efek Imunostimulan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga RosellaDita Wulandari, Putri Ratna Puri, Ratna Kurnia W, dan Nurkhasanah

Teknik Isolasi Antosianin Utama dari Ekstrak Buah Ficus padana Burm.f dengan KCKT Tipe Standar

Daimon Syukri, Djaswir Darwir, dan Adlis Santoni

Kandungan Kimia dan Aktivitas Sitotoksik Ekstrak dan Fraksi Herba Anting-anting terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7

Maya Febriyanti, Supriyatna, dan Rizky Abdulah

Efek Glycine Max Varietas Anjasmoro terhadap Kadar Timbal dan Malondialdehid pada Mencit Terintoksikasi Timbal

Rika Yulia, Lidya Karina, Veronica, dan Juliana Christyaningsih

Formulasi Effervescent Rumput Laut sebagai AntihipertensiTara Mandiricha, Lustyafa Inassani, Ibnu Malik, Zahrotul Hasanah Harum, dan

Meddy Setiawan

Evaluasi Asuhan Kefarmasian terhadap Hasil Terapi dan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Primer di Rumah Sakit

Nadroh Br. Sitepu, Urip Harahap, dan Salli Roseffi Nasution

Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular Komplex Siklookgesinenase-2 dengan Beberapa Senyawa Turunan Kuinazolinon

Arry Yanuar, Muhammad Aditya Setiajid, dan Hayun

Formulasi Sediaan Gel Niosom Kafein dan Usaha Peningkatan Absorpsi melalui Kulit

Rahma Nafi’ah, Sasanti Tarini Darijanto, dan Diky Mudhakir

Petunjuk bagi Penulis

Instruction for Authors

Daftar Isi

1 - 6

7 - 12

13 - 18

19 - 26

27 - 33

34 - 41

42 - 49

50- 59

60 - 67

Page 6: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular
Page 7: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

1Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Artikel Penelitian

Fakultas Farmasi ,Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Makassar

Sartini, Christiana Lethe, dan Frengky

Korespondensi: SartiniEmail : [email protected]

Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas dari Infus Kelopak Bunga Rosella

yang Difermentasi dengan Lactobacillus

ABSTRACT: The research aimed to investigate the free radical scaveng-ing activity of ethyl acetate fraction of roselle calyces infusion fermented by Lactobacillus casei strain Shirota against free radical agent, DPPH (2,2-di-phenyl-2-picrylhydrazyl). In sequence, the roselle calyces were extracted by infusion method with concentration at 5% w/v. The infusion was fermented using Lactobacillus casei strain Shirota during 3 x 24 hours at 37°C. As re-gard the fermentation process, the result of that was extracted using ethyl acetate. Free radical scavenging activity was measured using DPPH method with unfermented-ethyl acetate fraction as control negative. As the result, both fermented and unfermented-ethyl acetate fraction exhibited free radical scavenging activity at 370.68 ppm and 685.49 ppm, respectively. These results suggest that antioxidant activity of fermented-ethyl acetate fraction could be 1.85 greater than unfermented-ethyl acetate fraction of roselle calyces infu-sion.

Keywords: Hibiscus sabdariffa L., Lactobacillus casei Shirota strain, free radi-cal scavenging, DPPH

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penangka-pan radikal bebas dari fraksi etil asetat infus kelopak bunga rosella (Hibis-cus sabdariffa L.) yang difermentasi dengan Lactobacillus casei strain Shi-rota terhadap radikal bebas DPPH (2,2-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Kelopak bunga rosella diekstraksi dengan cara infudasi dengan konsentrasi 5 % b/v. Infus yang diperoleh difermentasi menggunakan kultur Lactobacillus casei strain Shirota dengan lama inkubasi 3 x 24 jam suhu 37OC. Hasil fermentasi diekstraksi dengan etil asetat. Pengujian aktivitas anti radikal bebas dilaku-kan dengan metode DPPH dan sebagai pembanding digunakan fraksi etil asetat infus rosella tanpa fermentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat tanpa fermentasi dan hasil fermentasi memiliki aktivi-tas penangkapan radikal bebas dengan nilai konsentrasi penghambatan 50% (IC50) berturut-turut, yaitu 685,49 bpj dan 370,68 bpj. Ini menunjuk-kan bahwa aktivitas antioksidan dari fraksi etil asetat dari hasil fermentasi kelopak bunga rosella 1,87 kali lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi etil asetat dari infus bunga rosella tanpa fermentasi.

Kata kunci : Hibiscus sabdariffa L., Lactobacillus casei strain Shirota, antira-dikal bebas, DPPH

Page 8: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 20142

Infus Kelopak Bunga Rosella

PENDAHULUAN

Negara Indonesia berada di daerah tropis yang memiliki keanekaragaman tanaman yang da pat dimanfaatkan sebagai bahan aktif obat dan atau kosmetika, salah satunya yaitu tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.), familia Malvaceae. Kelopak bunga rosella mengandung komponen polifenol, antara lain: flavonoid gossipetin dan antosianin (sianidin-diglukosida dan sianidin-glukosil-rutinosida) yang merupakan pemberi pigmen pada kelopak bunga (1,2).

Komponen polifenol tanaman rosella diper-timbangkan memiliki aktivitas antioksidan, an-ti bakteri, hipokolesterolemik, dan antihipertensi (3,4). Ekstrak etanol kelopak bunga rosella me-miliki aktivitas penangkapan radikal bebas ter-hadap DPPH (5).

Antosianin dalam kelopak bunga rosella me-rupakan flavonoid bentuk glukosida yang mudah larut dalam air panas. Glukosida memiliki ke-mampuan absorpsi yang lebih rendah, sementara bentuk aglikon (antosianidin atau sianidin) lebih cepat diabsorpsi karena memiliki sifat hidrofobik yang lebih besar dan bobot molekul yang lebih kecil (6,7), sebagai contoh aglikon dari isoflavon merupakan bahan yang digunakan pada obat-obatan dan sediaan kulit karena memberikan aktivitas biologis yang baik dibandingkan bentuk glukosidanya (7). Untuk memisahkan senyawa gula pada antosianin dengan aglikonnya, maka dapat dilakukan secara enzimatik dengan penam-bahan enzim β-glukosidase.

β-glukosidase merupakan enzim yang dipro-duksi oleh mikroorganisme selama proses fer-mentasi dan berperan penting dalam biokonversi glukosida menjadi bentuk aglikonnya (8). Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas enzim β-glukosidase dari beberapa bakteri probio-tik dan diperoleh hasil bahwa Lactobacillus ca-sei menunjukkan aktivitas enzim β-glukosidase tertinggi jika dibandingkan bakteri lainnya (9).Penelitian sebelumnya juga memperoleh bahwa aktivitas antioksidan dari kacang kedelai yang difermentasi meningkat selama proses fermen-

tasi dan terdapat hubungan antara peningkatan kandungan bentuk aglikon isoflavonnya terhadap aktivitas antioksidan yang dihasilkan (10,11).

Permasalahan yang timbul apakah fraksi etil asetat dari infus kelopak bunga rosella yang di-fermentasi dengan Lactobacillus casei memiliki kemampuan penangkapan radikal bebas DPPH lebih besar dibanding yang tidak difermentasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menge-tahui pengaruh fermentasi terhadap aktivitas penangkapan DPPH dari kelopak bunga rosella. Untuk itu telah dilakukan uji penangkapan radi-kal bebas DPPH dari fraksi etilasetat dari infus kelopak bunga rosella yang difermentasi dengan L.casei strain Shirota dan tanpa fermentasi secara in vitro.

METODE PENELITIAN

BahanKelopak bunga rosella dipetik dari salah satu

lokasi di Makassar, DPPH (Sigma), Media Mann Rogosa Agar (MRS agar), metanol dan etilasetat (Merck), aquadest.

AlatPanci infus, fruit dehydrator, inkubator, oven

(Memmert), Spektrofotometer UV-Vis (Agilent 8453), alat-alat gelas, dll.

MetodePenyiapan Infus Rosela 5 % b/v.

Kelopak bunga rosella dikeringkan dalam fruit dehydrator selama 4 jam. Sampel kering 5 g dibasahi dengan air suling 20 ml, kemudian dimasukkan ke dalam panci infus, ditambahkan air suling 100 ml. Campuran tersebut kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90oC sambil se se-kali diaduk. Infus diserkai selagi panas melalui kain flanel, dan ditambahkan air suling secu-kupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus 100 ml. Diukur nilai pHnya menggunakan kertas pH universal .

Page 9: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

3Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Sartini, Christiana Lethe, dan Frengky

Fermentasi infus kelopak bunga rosella 1. Peremajaan L.casei strain Shirota

Medium MRS Agar sebanyak 5 ml dituangkan ke dalam tabung reaksi yang telah disterilkan terlebih dahulu, dimiringkan dan dibiarkan hingga memadat. Bakteri Lactobacillus casei digoreskan pada medium dan diinkubasi se-lama 3x24 jam pada suhu 37oC.

2. Pembuatan Starter Medium MRS Broth sebanyak 5 ml dituangkan ke dalam tabung reaksi yang telah disteril-kan terlebih dahulu, ditambahkan inokulum Lactobacillus casei dari medium MRS Agar, kemudian ditambahkan infus Rosella 1% v/v, diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37oC.

3. Proses Fermentasi Larutan Infus Larutan infus rosella sebanyak 50 ml dima-sukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, dipanas-kan suhu 90oC selama 15 menit untuk me-matikan mikroba kontaminan, kemudian di-tambahkan kultur L. casei sebanyak 10% v/v, dan diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu 37oC yang merupakan suhu optimum untuk L. casei strain Shirota (12).

Penyiapan Fraksi etil asetatHasil fermentasi sebanyak 50 ml dipindahkan

ke dalam corong pisah dan ditambahkan 50 ml etil asetat kemudian dikocok selama 15 menit. Di ambil lapisan atas (etil asetat) dan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental dari hasil fermen-tasi. Sebagai pembanding, Infus kelopak bunga rosella tanpa fermentasi diekstraksi dengan cara yang sama. Selanjutnya ekstrak fraksi etil asetat ditimbang dan dihitung % rendemennya.

Analisis Kromatografi Lapis TipisMasing-masing ekstrak dilarutkan dengan

metanol absolut, kemudian ditotolkan pada lem-peng KLT GF254. Dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan terlebih da-hulu dengan eluen kloloform:heksan ( 4:1), dan dibiarkan terelusi hingga batas atas lempeng, di keringkan dan diamati penampakan nodanya pada lampu UV 366 nm.

Pengujian aktivitas penangkapan radikal be-bas

Masing-masing fraksi etil asetat dilarutkan dalam metanol konsentrasi 1000 bpj sebagai larutan stok. Ekstrak etil asetat sebelum fermen-tasi dibuat seri konsentrasi 100 bpj hingga 400 bpj. Masing-masing larutan uji 100 μl ditambah-kan larutan DPPH sebanyak 900 μl dan dicukup-kan volumenya hingga 5000 μl dengan metanol.Campuran tersebut dikocok dan dibiarkan sela-ma 30 menit pada suhu kamar dan pada ruangan yang terlindung dari cahaya (13). Absorbansinya diukur pada panjang gelombang 517nm. Selan-jutnya dihitung persentase penangkapan radikal bebas menggunakan persamaan :

% pengikatan radikal bebas =Absorban DPPH - Absorban Sampel

Absorban DPPH

dan nilai IC50 (50% Inhibitory Concentration) di-tentukan dengan analisis probit. Makin kecil nilai IC50 makin tinggi aktivitas penangkapan radikal bebasnya. Sebagai pembanding digunakan vita-min C dengan seri konsentrasi 20, 30, 40 dan 50 bpj.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ekstraksi diperoleh rendemen dari fraksi etil asetat dari infus kelopak bunga rosella tanpa fermentasi (26,32 %) dan fermentasi (21,12 %) dapat dilihat pada tabel 1. Cukup tingginya ren-demen yang dihasilkan karena fraksi etil ase-tat yang diperoleh ternyata masih mengandung komponen asam organik, hal ini dibuktikan de-ngan diperolehnya pH larutan dari fraksi etil ase-tat antara 4 -5.

Dari tabel 1 terlihat rendemen fraksi etil asetat tanpa fermentasi lebih besar dibandingkan de-ngan hasil fermentasi, hal ini diduga bahwa anto-sianin yang terdapat dalam fraksi etil asetat telah mengalami hidrolisis secara enzimatik memben-tuk aglikonnya yang bobot molekulnya lebih kecil

x 100%

Page 10: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 20144

Infus Kelopak Bunga Rosella

Sampel Bobot simplisia (g) Bobot ekstrak (g) Rendemen (%)

Tanpa fermentasi 2,5 0,658 26,32 Fermentasi 2,5 0,528 21,12

Tabel 1. Persentase Rendeman Dari Fraksi Etil Asetat Infus Kelopak Bunga Rosella

Gambar 1. Kromatogram Hasil KLT Ekstrak Etil Asetat Kelopak Bunga Rosella Menggunakan Lempeng KLT GF254 Eluen Kloroform : Heksan (4 : 1) Dibawah Sinar UV 366, a. sebelum fermentasi b. fermentasi

a b

karena melepaskan gulanya oleh ada nya enzim β-glukosidase yang dihasilkan oleh L. casei selama fermentasi sedangkan fraksi yang tanpa fermen-tasi masih dalam bentuk glikosida (6,7). Hal ini ditunjang oleh adanya perbedaan jarak dan jum-

lah noda pada kromatogram hasil kromatografi lapis tipis (KLT), dimana pada totolan pertama (tanpa fermentasi) terdapat satu noda sementara pada totolan kedua (dengan fermentasi) terdapat dua noda, Hasil KLT dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2. Prosentase Penangkapan Radikal Bebas DPPH Dari Vitamin C, Fraksi Etil Asetat Kelopak Bunga Rosella Fermentasi Dan Non Fermentasi.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

% p

enan

gkap

an D

PPH

konsentrasi sampel (bpj)

non fermentasi fermentasi vitamin C

Page 11: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

5Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Sartini, Christiana Lethe, dan Frengky

Hasil uji aktivitas penangkapan radikal be-bas terhadap DPPH menunjukkan kemampuan da ri kedua fraksi etil asetat menangkap radikal bebas DPPH, Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Fraksi etil asetat dari infus rosella yang difer-mentasi memperlihatkan persentase penangka-pan radikal bebas lebih besar dibanding tanpa fermentasi. Hasil perhitungan IC50 diperoleh frak-si etil asetat dari infus rosella yang difermentasi memperlihatkan nilai IC50 penangkapan radikal bebas lebih kecil dibanding tanpa fermentasi, yaitu masing-masing sebesar 370,68 bpj dan 685,49 bpj . Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat setelah fermentasi menunjukkan pe-ningkatan aktivitas antioksidan sebesar 1,87 kali dibandingkan fraksi etil asetat sebelum fermen-tasi, Vitamin C yang digunakan sebagai kontrol positif menunjukkan aktivitas antiradikal bebas yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak etil ase-tat setelah fementasi, yaitu IC50 vitamin C 35,40 bpj, hal ini dapat disebabkan karena ekstrak yang digunakan belum senyawa murni, sedangkan vi-tamin C merupakan senyawa murni.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Yang et al diperoleh IC50 ekstrak air kelopak bunga rose-la 486,52 ± 10,56 dan IC50 ekstrak etanol 30% 289.01 ± 16, 68 (13).

Aktivitas penangkapan radikal bebas ekstrak yang difermentasi lebih tinggi dibandingkan yang tidak difermentasi, hal ini kemungkinan karena enzim β-glukosidase yang diproduksi oleh L.casei strain Shirota selama proses fermentasi akan memutuskan ikatan glukosida yang terdapat dalam sampel, sehingga akan dihasilkan bentuk aglikon. Bentuk aglikon memiliki aktivitas anti-oksidan yang lebih tinggi dibandingkan bentuk glukosidanya disebabkan gugus hidroksi fenolik yang merupakan salah satu gugus aktif penang-kap radikal bebas tidak mengikat gula lagi. Hal ini juga dijumpai pada susu kedelai yang difermenta-si mengalami peningkatan aktivitas penangkapan radikal bebas disebabkan terbentuknya geneste-in (aglikon dari genistin kedelai) yang lebih tinggi (11,12).

KESIMPULAN

Aktivitas penangkapan radikal bebas dari fraksi etil asetat infus kelopak bunga rosella (Hi-biscus sabdariffa L.) yang difermentasi dengan Lactobacillus casei strain Shirota lebih besar 1,87 kali dibanding tanpa fermentasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mahadevan N, Shivali, and Kamboj P. Hibiscus sab-dariffa Linn, An Overview. Natural Product Radi-ance;2009. 8 (1):77-83.

2. Carvajal-Zarrabal O, Maria D, Barradas-Dermitz, Orta-Flores, Z. Margaret P, Hayward-Jones et al. Hibiscus sabdariffa L., Roselle Calyx, from Ethno-botany to Pharmacology. Journal of Experimental Pharmacology.2012.4:25–39.

3. Olaleye and Tolulope M. Cytotoxicity and antibac-terial activity of Methanolic extract of Hibiscus sab-dariffa. Journal of Medicinal Plants Research.2007. 1(1): 009-013.

4. Tsai P, McIntosh J, Pearce P, Camden B, Jordan BR. Anthocyanin and Antioxidant Capacity in Roselle

(Hibiscus Sabdariffa L.) extract. Food Research In-ternational. 2002. 35(4): 4351–356.

5. Yang L, Ying G, Ting Z, Jiangli Z, Fang L, Bingtao Z and Xiangyang W. Antioxidant Capacity of Extracts from Calyx Fruits of roselle (Hibiscus sabdariffa L.). African Journal of Biotechnology. 2012. 11 (17): 4063-4068.

6. Kano M, Takayanagi T, Harada K, Sawada S, & Ishikawa F. Bioavailability of Isoflavones after Ingestion of Soy Beverages in Healthy Adults. 2011.186–8650. The Journal of Nutrition. 2006. 136(9):2291-2296.

7. Kren V, and Martínková L. Glycosides in Medi-cine: The Role of Glycosidic Residue in Biological Activity. Institute of Microbiology, Academy of Sciences of the Czech Republic. Czech Republic.

Page 12: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 20146

Infus Kelopak Bunga Rosella

2001.8(11):1303-28.8. Sumarna. Hydrolysis of bioactive isoflavone in

soymilk fermented with β-glucosidase producing lactic acid bacteria from local fermented foods of Indonesian. Department of Food and Biotechno-logy. Indonesian Institute of Sciences, Yogyakarta. 2009.6(1): 30-40.

9. Otieno DO. Stability of Bioactive Isoflavones and Glycolytic Enzyme Produced by Probiotic Bacteria in Soy Based Food During Processing and Storage. Thesis. Faculty of Science, Engineering and Tech-nology Victoria University School of Molecular Sciences. Australia. 2007.3-5

10. Chaiyavat C, Thapana K, Pramote T, & Wandee R,. Isoflavone Content and Antioxidant Activity of Thai Fermented Soybean and Its Capsule Formulation.

African Journal of Biotechnology. 2010.28; 9(26) : 4120-4126

11. Rahman L, Djide MN, Husnul. Pengaruh Fermen-tasi Sari kedelai dengan Lactobacillus sp terhadap Kadar dan Profil KLT Genestein serta Formulasinya dalam Granul Efeverfesen. Jurnal Ilmu Kefarma-sian. 2012. 10(2): 126-131.

12. Heimbach J. Generally Recognized as Safe (GRAS) Determination for the Use of Lactobacillus casei Strain Shirota As a Food Ingredient. LLC Port Roy-al Virginia, USA : 2012.

13. Yang L, Gou Y, Zhao T, Zhao J, Li F, Zhang B, and Wu X. Antioxidant capacity of extracts from calyx fruits of roselle (Hibiscus sabdariffa L.) African Journal of Biotechnology. 2012. 11(17): 4063-4068.

Page 13: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

7Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Artikel Penelitian

Efek Imunostimulan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella

Dita Wulandari, Putri Ratna Puri, Ratna Kurnia W, dan Nurkhasanah

Korespondensi:NurkhasanahEmail : [email protected]

Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

ABSTRACT: The aims of this study was to determine the immunostimulant potential ethanolic extract of roselle calyx through the proliferation of lymphocytes and phago-cytosis ability of macrophages Balb/c mice in vitro. Dried calyx of roselle were ex-tracted using 96% ethanol by maceration method is further polyphenols assay are qualitatively and quantitatively. Vitro test using with immunostimulants are seeing an increase in lymphocyte proliferation using the MTT method and phagocytosis activity macrophages with latex beads. Lymphocyte proliferation is expressed by the difference in absorbance values between treatment and control groups, where as the ability of phagocytosis is expressed as an index of phagocytosis and the SFA. Concentration of ex-tract used was 10-1000 µg/mL. Ethanolic extract of roselle calyc containing polyphe-nols with total polyphenol content (TPC) of 2.757 %. Ethanol extract of roselle calyx enhanced immune response at low concentrations. Concentration of 100 µg/mL is the optimal concentration that increased proliferaion of lymphocytest. The highest index of phagocytosis and SFA are at concentrations of 150 µg/mL and 250 µg/mL. It can be concluded that ethanolic extract of roselle calyx has potential as immunostimulants.

Keywords: roselle, immune response, macrophage phagocytosis, lymphocyte proli-feration, immunostimulant

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi imunostimulan ekstrak etanol kelopak bunga rosella melalui proliferasi limfosit dan kemampuan fagositosis makrofag mencit Balb/c secara in vitro. Kelopak bunga rosella kering diekstraksi menggunakan etanol 96% dengan metode maserasi yang selanjutnya dilakukan uji polifenol secara kualitatif dan kuantitatif. Uji imunostimulan secara in vitro dilakukan dengan melihat peningkatan proliferasi limfosit menggunakan metode MTT dan aktivitas fagositosis makrofag menggunakan latex beads. Proli-ferasi limfosit dinyatakan dengan perbedaan nilai absorbansi antara kelompok per-lakuan dan kontrol, sedangkan kemampuan fagositosis dinyatakan sebagai indeks fagositosis dan SFA. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 10-1000 µg/mL. Ekstrak etanol kelopak bunga rosella positif mengandung polifenol dengan kadar polifenol total (TPC) sebesar 2,757 %. Ekstrak etanol kelopak bunga rosella mam-pu meningkatkan respon imun pada konsentrasi rendah. Konsentrasi 100 μg/mL merupakan konsentrasi optimal yang dapat meningkatkan proliferasi limfosit. In-deks fagositosis dan SFA tertinggi terdapat pada konsentrasi 150 μg/mL dan 250 μg/mL. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kelopak bunga rosella berpotensi sebagai imunostimulan.

Kata kunci : rosella, respon imun, fagositosis makrofag, proliferasi limfosit, kanker

Page 14: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 20148

Efek Imunostimulan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella

PENDAHULUAN

Respon imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk melindungi dan mem-pertahankan keutuhan tubuh dari bahaya yang menyerang tubuh. Imunostimulan dibutuhkan jika kondisi status sistem imun akan mempe-ngaruhi kondisi pasien dan penyebaran penyakit, seperti pada kasus terapi penunjang yang meli-batkan infeksi bakteri, fungi, atau virus (1).

Salah satu cara meningkatkan kekebalan tu-buh adalah dengan merangsang sistem imun baik berupa respon imun spesifik maupun respon imun nonspesifik untuk kemudian menghasil-kan sel fagositosis (2). Peningkatan respon imun dapat dilihat melalui peningkatan proliferasi lim-fosit dan aktivitas fagositosis makrofag.

Respon imun spesifik yang dihasilkan akan menyebabkan diproduksinya limfosit dalam jum-lah besar. Sel limfosit T dapat diaktifkan setelah menerima sinyal yaitu berupa kompleks antigen dan interleukin-1 (IL-1). Sel limfosit yang terak-tivasi kemudian mengalami perubahan berturut-turut mulai dari transformasi blast, proliferasi, diferensiasi baik menjadi sel efektor maupun sel memori, hingga apoptosis (3). Limfosit T ber-peran penting dalam imunitas seluler dengan cara merespon benda asing melalui reseptor permukaan secara langsung (4). Limfosit T (sel T) juga berperan pada aktivasi dan proliferasi sel B dalam memproduksi antibodi serta aktivasi makrofag dalam fagositosis (5). Limfosit B akan menghasilkan antibodi yang merupakan plasma glikoprotein yang akan mengikat antigen dan merangsang proses fagositosis (3).

Makrofag berperan dalam respon imun non-spesifik dan merupakan sel mononuklear fagosit yang mempunyai kemampuan berdiferensiasi cukup tinggi. Didalam tubuh makrofag, antigen yang ditangkap akan diproses kemudian dipre-sentasikan ke permukaan sel yang dikenal seba-gai APC (Antigen Precenting Cell) (2).

Usaha pencarian tanaman yang berkhasiat meningkatkan sistem imun dapat diawali dari penggunaan tanaman tersebut secara empiris.

Senyawa-senyawa yang terbukti mempunyai prospek cukup baik dalam meningkatkan aktivi-tas sistem imun adalah golongan senyawa polisa-karida, terpenoid, alkaloid, dan polifenol (1).

Salah satu bahan alam yang memiliki potensi untuk diteliti adalah kelopak bunga rosella (Hi-biscus sabdariffa Linn.) yang banyak mengandung flavonoid antosianin yang merupakan senyawa polifenol. Penelitian yang dilakukan Fakeye (6), diketahui bahwa fraksi larut etil asetat dan frak-si larut air kelopak bunga rosella kering secara signifikan mempunyai aktifitas imunostimulan dengan cara mereduksi produksi tumor nekrosis faktor alfa (TNF-α) dan meningkatkan interleu-kin-10 (IL-10). Oleh karena itu perlu penelitian yang lebih mendalam tentang khasiat kelopak bunga rosella sebagai imunostimulan melalui peningkatan proliferasi limfosit dan aktivitas fa-gositosis makrofag.

METODE PENELITIAN

ALATMikroskop cahaya, object glass, spuit injeksi,

mikropipet, alat-alat gelas, petri dish, 24-well plate, cover slips, alat sentrifugasi, hemocytometer (Neubaeur), 96-wells micro plate (Nunc), inkuba-tor CO2 (Heraeus®, Germany), microplate reader (Bio-Rad Benchmark, Japan), vacum rotary eva-porator, waterbath, spektofotometer visibel.

BAHANKelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa

Linn.) yang diperoleh dari Kediri, Jawa Timur, etanol 96%, mencit Balb/c, PHA, FBS 10% (v/v), HCl 0.01 N, latex beads, PBS, metanol, giemsa (v/v), LPS (Lipopolysakarida), RPMI-1640 (Sig-ma-Aldrich, Germany), buffer tris ammonium chloride, complete medium, MTT 3-(4,5-dimetilti-azol-2-yl)-2,5-dipeniltetrazoliumbromida] Merck, Germany), reagent stopper (10% SDS) dalam 50 µL HCl 0,01 N, asam galat, reagen Folin-Ciocalteu, natrium karbonat (7,5 % b/v).

Page 15: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

9Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Dita Wulandari, Putri Ratna Puri, Ratna Kurnia W, dan Nurkhasanah

PROSEDUR KERJA

Pembuatan ekstrak etanol 96% kelopak bunga rosella

Kelopak bunga rosella kering diekstraksi dengan pelarut etanol 96% (1:7) menggunakan metode maserasi dilakukan pengadukan sela-ma 3 jam, kemudian didiamkan sampai 24 jam. Maserat dipisahkan dan dilakukan remaserasi dengan pelarut yang sama (1:3). Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan vacum rotary evaporator dan dipekatkan dengan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak sampel ditimbang dan dihitung rendemen. Kemudian lakukan analisis fitokimia melalui uji kualitatif dan kuantitatif (7).

Pengujian Polifenol dalam ekstrak etanol kelo-pak bunga rosella

Kualitatif: sampel ± 200 mg ditambah FeCl3 se-banyak 3 tetes. Jika timbul warna biru menunjuk-kan adanya polifenol.

Kuantitatif: satu mL sampel ekstrak ditambah 5,0 mL reagen Folin Ciocalteu yang diencerkan 1/10 dalam air dan 4,0 mL natrium karbonat (7,5% b/v). Didiamkan pada suhu ruangan sela-ma 60 menit dan dibaca absorbansi pada λ=765 nm. Kurva standar dari asam gallat (10-50 µg/mL) (r2 = 0,9996) (8).

Isolasi Limfosit dan Pengujian Proliferasi Jaringan limpa diisolasi secara aseptik dari

mencit Balb/c dan pindahkan ke 50 mm petri dish yang berisi 10 mL RPMI-1640 untuk menghasil-kan suspensi limfosit. Pelet disuspensi dengan 5 mL buffer tris ammonium chloride dan diamkan pada suhu kamar selama 15 menit. RPMI-1640 ditambahkan pada 10 ml suspensi dan sentrifu-gasi pada 3,200 rpm 4oC selama 4 menit. Pelet dipisahkan dari supernatan, cuci 2 kali dengan RPMI-1640, kemudian ditambah dengan com-plete medium. Sel limfosit dihitung dengan hemo-cytometer.

Suspensi sel limfosit dalam 100 µL medium (1,5x106 sel/mL) yang di distribusikan ke dalam

96-wells micro plate. Ke dalam masing-masing sumuran, tambahkan 100 µL suspensi sampel dan 10 µL PHA 5 µg/µL, kemudian kembali di-inkubasi selama 72 jam. Ke dalam masing-ma-sing sumuran ditambahkan 10 µL MTT 5 mg/mL, diikuti dengan inkubasi selama 4 jam pada 37oC. Sel yang hidup akan memberi reaksi dengan MTT menghasilkan warna ungu. Reagent stopper (10% SDS) dalam HCl 0.01 N sebanyak 50 µL ditambah-kan pada masing-masing sumuran. Absorbansi ditentukan menggunakan microplate reader pada 550 nm (9).

Isolasi Makrofag dan Aktivitas Fagosit dengan Latex Beads

Makrofag diisolasi dari cairan peritoneal men cit dengan ±10 mL RPMI dingin. Kira-kira 3 mL RPMI-1640 complete medium ditambahkan pada sedimen pelet. Sel dihitung dengan hemo-cyto me ter dan kemudian resuspensi dalam com-plete medium untuk menghasilkan suspensi sel deng an kepadatan 1,38x106 sel/mL. Suspensi sel kemu dian diinokulasi pada 24-well plate yang dilengkapi dengan cover slips. Masing-masing sumuran berisi 200 µL suspensi (2,8x105 sel). Sel diinkubasi dalam inkubator pada 37oC selama 30 menit. Kemudian masing-masing sumuran dicuci de ngan 250 µL complete medium 3 kali, diikuti de-ngan inkubasi selama 2 jam. Sel kemudian dicuci dengan RPMI-1640 2 kali dan ditambahkan 1 ml complete medium, diikuti dengan inkubasi selama 24 jam.

Sel dicuci 2 kali dengan RPMI-1640 kemudian suspensi latex (200 µL/wells) dan sampel (200 µL/wells) ditambahkan kedalam masing-masing well, inkubasi pada 37oC selama 60 menit. Sel kemudi-an dicuci dengan PBS 3 kali untuk menghilang kan kelebihan latex beads. Kemudian keringkan pada suhu kamar dan difiksasi dengan metanol selama 30 detik. Kemudian diwarnai dengan giemsa sela-ma 20 menit. Setelah itu dicuci dengan air destila-si. Jumlah makrofag yang mengfagosit latex beads dan latex beads yang dimakan oleh makrofag di-hitung dibawah mikroskop untuk menghitung in-deks fagositosit makrofag (9).

Page 16: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201410

Efek Imunostimulan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelopak bunga rosella diekstraksi meng-gunakan pelarut etanol 96 % dengan metode maserasi. Metode ini dipilih untuk meng-hindari kerusakan zat aktif karena panas. Ha-sil maserasi 100 gram kelopak bunga rosella kering dalam 1L pelarut etanol 96 % diperoleh ekstrak kental sebanyak 25,7804 gram dengan rendemen sebesar 25,8 %. Hasil uji fitokimia secara kualitatif ekstrak etanol kelopak bunga rosella positif mengandung polifenol, sedang secara kuantitatif kadar polifenol total (TPC) yang diperoleh sebesar 2,757 %.

Proliferasi LimfositTujuan uji proliferasi limfosit adalah untuk

mengetahui efek penambahan ekstrak etanol kelopak bunga rosella dalam meningkatkan proliferasi limfosit. Sel limfosit diisolasi dari organ limpa mencit secara aseptis. Pengujian ekstrak etanol kelopak bunga rosella terhadap proliferasi sel limfosit secara in vitro menggu-nakan dua variasi konsentrasi yaitu konsentra-si rendah dan konsentrasi tinggi. Hal ini dimak-sudkan untuk mengetahui signifikansi antara efek peningkatan konsentrasi dengan respon proliferasi limfosit yang dihasilkan.

Proliferasi adalah proses perbanyakan sel melalui pembelahan sel sebagai respon terha-dap antigen ataupun mitogen. Mitogen yang di-gunakan pada penelitian ini adalah PHA yang menjadikan sel menjadi aktif dan memicu pro-liferasi. Jumlah sel hidup pada kultur dihitung menggunakan metode MTT. Prinsip metode ini didasarkan pada penyerapan warna biru dari kristal formazan yang dihasilkan dari reaksi antara enzim suksinat dehidrogenase yang di-hasilkan oleh mitokondria sel hidup dengan garam tetrazolium (MTT). Banyaknya kristal formazan yang terbentuk berbanding linear dengan banyaknya sel yang hidup dan nilai ab-sorbansi yang dihasilkan (10).

Menurut hasil absorbansi pada Gambar 1, secara umum ekstrak konsentrasi rendah ber-

pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan proliferasi sel limfosit. Sedangkan pada ekstrak konsentrasi tinggi berpengaruh negatif yang berarti bersifat toksik bagi sel limfosit. Konsen-trasi optimum ekstrak yang dapat meningkat-kan proliferasi limfosit berada pada konsentra-si 100 µg/mL dengan nilai absorbansi rata-rata 0,061 ± 0,019.

Aktivitas Fagositosis MakrofagTujuan uji aktivitas fagositosis makrofag

adalah untuk mengetahui efek penambahan ekstrak etanol kelopak bunga rosella dalam me-ningkatkan aktivitas makrofag dalam memakan latex beads. Makrofag diisolasi dari cairan peri-tonium, kemudian diuji dengan pewarnaan gi-emsa. Dihitung nilai SFA yaitu jumlah sel ma-krofag yang memfagosit latex beads dalam 100 sel yang dinyatakan dalam presentase dan in-deks fagositosis (IF) yang menunjukkan jumlah latex beads yang difagositosis oleh makrofag. Nilai SFA yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 2 dan nilai IF ditunjukkan pada Gam-bar 3.

Berdasarkan kurva diatas, nilai SFA dan IF tertinggi terdapat pada penambahan ekstrak konsentrasi 150 µg/mL dan 250 µg/mL diban-dingkan dengan kontrol negatif. secara umum, ekstrak etanol kelopak bunga rosella dapat me-ningkatkan aktivitas fagositosis makrofag.

Mekanisme Polifenol dalam Proliferasi Lim-fosit dan Aktivasi Makrofag

Dari hasil uji proliferasi limfosit dan fagosi-tosis makrofag menunjukkan bahwa ekstrak rosella dapat meningkatkan respon imun. Res-pon antigen spesifik yang dihasilkan akan me-nyebabkan diproduksinya limfosit dalam jum-lah besar terutama limfosit B. Limfosit B akan menghasilkan antibodi yang merupakan plas-ma glikoprotein yang akan mengikat antigen dan merangsang proses fagositosis. Kemungki-nan di antara senyawa-senyawa imunostimula-tor seperti golongan senyawa polisakarida, ter-penoids, alkaloid dan polifenol dapat mening-

Page 17: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

11Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Dita Wulandari, Putri Ratna Puri, Ratna Kurnia W, dan Nurkhasanah 1

-0,020

-0,010

0,000

0,010

0,020

0,030

0,040

0,050

0,060

0,070

Abso

rnba

nsi

Konsentrasi µg/mL

Gambar 1. Kurva Proliferasi Limfosit

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70

0,80

10 50 100 150 200 250 Kontrol

SFA

Konsentrasi µg/mL

Gambar 2. Kurva SFA makrofag

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

10 50 100 150 200 250 Kontrol

IF

Konsetrasi µg/mL

Gambar 3. Kurva IF makrofag

Page 18: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201412

Efek Imunostimulan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella

katkan sistem imun (11). Ekstrak air kelopak bunga rosella mengandung suatu senyawa anto-sianin yang termasuk dalam senyawa polifenol yang berkhasiat sebagai antioksidan dan didu-ga berperan sebagai imunostimulator melalui peningkatkan proliferasi limfosit dan aktivitas fagositosis makrofag mencit galur Balb/c. Akti-vitas antioksidan memiliki keterkaitan dengan sistem imun. Antioksidan mempertahankan fungsi yang cukup dari sel imun untuk mengha-dapi perubahan homeostatik yang disebabkan stress oksidatif (12). Diduga senyawa-senyawa polifenol berperan dalam peningkatan immu-nitas dengan peningkatan sensitifitas redoks pada sistem signaling yang melibatkan ekspresi gen-gen tertentu. Perubahan ini lebih jauh akan mengubah fungsi beberapa sel termasuk fungsi imunostimulan (9).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat isimulkan bahwa:1. Ekstrak etanol kelopak bunga rosella dapat

meningkatkan respon imun yaitu melalui peningkatan proliferasi limfosit dan aktivitas fagositosis makrofag.

2. Peningkatan proliferasi limfosit optimum pada konsentrasi ekstrak rendah, 100 µg/mL.

3. Peningkatan aktivitas fagositosis makrofag optimum terdapat pada konsentrasi ekstrak 150 µg/mL.

UCAPAN TERIMAKASIHUcapan terimakasih yang sebesar-besarnya

penulis sampaikan kepada: Direktorat Jendral DIKTI yang telah memberikan dana penelitian melalui program PKM-P.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suhirman, S. dan Christina W. Prospek dan fungsi tanaman obat sebagai imunomodulator. Artikel, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2006, 121-133.

2. Sudiana, I Ketut. Patobiologi Molekuler Kanker. 2008. Salemba Medika. Jakarta. 2008.

3. Akrom dan Sitti N.D. Jumlah dan aktivitas prolife-rasi limfosit lien mencit Swiss jantan yang diinfeksi Plasmodium berghei akibat pemberian 5 dan 100 mg/kgbb/hari ekstrak etanol Phyllanthus niruri. Kes Mas. 2007, 1(1): 1-50.

4. Zairisman, S.Z. Potensi imunomodulator bubuk ka-kao bebas lemak sebagai produk substandar secara in vitro pada sel limfosit manusia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. 2006.

5. Baratawidjaja, K.G. Imunologi Dasar, Edisi VII. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2006.

6. Fakeye, T. Toxicity and immunomodulatory activity of fractions of Hibiscus sabdariffa Linn (family mal-vaceae) in animal models. Fakeye Afr. J. Trad. CAM. 2008, 5(4): 394-398.

7. Anonim. Ekstrak Tumbuhan Indonesia, Volume 2.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Repu-blik Indonesia. 2004.

8. Anesini, C., Graciela E.F., dan Rosana F. Total polyphenol content and antioxidant capacity of comemrcially available tea (Camellia sinensis) in Argentina. Journal Of Agricultural And Food Chemistry. 2008, 56: 9225-9229.

9. Hertiani, T., Ediati S., Sumardi, dan Maria U. Pre-liminary study on immunomodulatory effect of sarang semut tubers Myrmecodia tuberosa and Myrmecodia pendens. OnLine Journal of Biolo-gical Sciences. 2010, 10 (3): 136-141.

10. Krismawati, A. Pengaruh ekstrak tanaman cere-mai, delima putih, jati belanda, kecombrang, dan kemuning secara in vitro terhadap pro-liferasi sel limfosit manusia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 2007.

11. Suhirman, S. dan Christina W. Prospek dan fungsi tanaman obat sebagai imunomodula-tor, Artikel, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2006, 121-133.

12. Da la Fuente, M. Effect of antioxidants on im-mune system ageing. European journal of clini-cal nutrision, fitoterapia. 2002, 27-31

Page 19: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

13Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Artikel Penelitian

Teknik Isolasi Antosianin Utama dari Ekstrak Buah Ficus padana Burm.f dengan KCKT Tipe Standar

Daimon Syukri, Djaswir Darwir, dan Adlis Santoni

ABSTRACT: Preparative High performance liquid chromatography (HPLC) today is one of the popular methods to isolate anthocyanin from extract containing antho-cyanins. The working principle of preparative-HPLC can be applied to the labora-tory standard type of HPLC, so it can be used also to isolate the main anthocyanin compounds from anthocyanin mixtures. The function of fraction collector on pre-parative HPLC equipment were replaced by opening the mobile phase line after the exit of the detector and hold out the solution manually on the standard type of HPLC. Resolution value between the peaks and the computation time when cuts in the chromatogram peak collection mobile phase containing the analyte is of con-cern in these activities. The appearace of a single peak in the chromatogram of the isolates showed that the technique can be applied for the simple and fast technique of anthocyanins isolation.

Key words: isolation, anthocyanin, Ficus padana Burm. f, Preparative-HPLC, stan-dar type of HPLC.

ABSTRAK: Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)-preparatif saat ini meru-pakan salah satu metoda yang populer untuk mengisolasi antosianin dari suatu ekstrak yang mengandung antosianin. Prinsip kerja KCKT- preparatif dapat diap-likasikan pada KCKT tipe standar yang umum dipakai di laboratorium sehingga KCKT tipe standar dapat digunakan juga untuk mengisolasi senyawa antosianin utama dari campuran antosianin. Kerja dari perangkat fraction collector yang terdapat pada KCKT-preparatif dapat digantikan secara manual pada KCKT tipe standar dengan membuka saluran fase gerak setelah keluar dari detektor. Nilai resolusi antar puncak dan perhitungan waktu ketika pemotongan puncak kro-matogram dalam pengumpulan fase gerak yang mengandung analit merupakan hal yang menjadi perhatian dalam kegiatan ini. Munculnya satu puncak tunggal pada kromatogram dari isolat yang didapat menunjukan bahwa teknik kerja ini dapat diaplikasikan sebagai salah satu teknik isolasi yang sederhana dan cepat.

Kata kunci: isolasi, antosianin, Ficus padana Burm.f, KCKT-preparatif, KCKT tipe standar.

Korespondensi:Daimon SyukriEmail : [email protected]

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA,Universitas Andalas, Padang

Page 20: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201414

Isolasi Antosianin dari Ekstrak Buah Ficus padana Burm.f

PENDAHULUAN

Saat ini antosianin telah menjadi sumber yang penting bagi pewarna alami dalam produksi ba-han pangan, kosmetik, dan farmasi yang dapat digunakan sebagai pengganti dari pewarna bua-tan (1).

Penelitian lainya juga menunjukkan bahwa an-tosianin memiliki banyak sifat yang menguntung-kan bagi kesehatan seperti aktivitas antioksidan (2-6) dan antikanker (7). Hal ini juga menjadi ala-san terhadap peningkatanpenggunaan antosia-nin dalam produksi bahan pangan, kosmetik dan farmasi pada saat ini.

Buah Ficus padana Burm.f diduga mengan-dung antosianin karena warna dari biji dan da-ging buahnya yang bewarna merah. Kemungki-nan adanya senyawa antosianin di dalam buah Ficus padana Burm.f juga diperkuat dengan hasil yang positif dari pengujian fitokimia terhadap kandungan flavonoid dari buah Ficus padana Burm.f tersebut. Berdasarkan data ini diharap-kan buah Ficus padana Burm.f dapat digunakan sebagai alternatif sumber antosianin yang cukup potensial.

Isolasi dan identifikasi antosianin cukup su-lit dilakukan yang diakibatkan oleh karena ke-mampuan antosianin tersebut untuk mengalami transformasi struktural. Selain itu, antosianin sulit untuk diukur secara independen dari flavo-noid lain karena mereka memiliki karakteristik reaksi yang serupa (8).

Menurut Liu dkk (9), tahapan isolasi ekstrak antosianin dari bahan alam dengan teknik kro-matografi cair preparatif menjadi semakin po-puler, penggunaan kromatografi preparatif se-cara luas dapat diterima. Pengembangan teknik isolasi preparatif berlangsung dengan sangat pesat, karena teknik ini memungkinkan penger-jaan dengan cepat untuk mendapatkan senyawa murni. Informasi tentang siklus waktu dan faktor pemisahan dapat diperoleh dari data analitis kro-matografi. Optimasi dari kromatografi cair kiner-ja tinggi preparatif (KCKT-preparatif) merupakan suatu usaha pemisahan yang kompleks.

Intrumentasi KCKT-preparatif memiliki kele-bihan dari KCKT tipe standar yaitu memilki pe-rangkat fraction collector yang dapat diperintah dengan program untuk melakukan pengumpulan larutan yang mengandung senyawa antosianin yang diinginkan. KCKT tipe standar yang ada di suatu laboratorium juga dapat digunakan untuk melakukan isolasi terhadap isolat antosianin se-perti yang dapat dilakukan oleh KCKT-preparatif. Isolasi dilakukan dengan menampung secara manual larutan fase gerak yang keluar setelah melewati detektor yang diperkirakan mengan-dung isolat antosianin yang hendak diisolasi.

Dalam studi ini akan dibahas tentang isolasi senyawa antosianin utama yang terdapat pada ekstrak buah Ficus padana Burm.f secara seder-hana dan cepat dengan instrument KCKT tipe standar.

METODE PENELITIAN

Bahan Bahan utama yang digunakan dalam pene-

litian ini adalah buah Ficus padana Burm.f yang belum matang yang diperoleh dari tanaman Ficus padana Burm.f yang terdapat di kawasan kampus Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.

Bahan kimia yang digunakan antara lain adalah: etanol , asam sitrat teknis dan air destilasi (kualitas teknis). Air demineralisasi, asetonitril dan metanol (kualitas KCKT-(Merck-Germany)), Asam format proanalisa (Merck-Germany).

AlatPeralatan yang digunakan pada penelitian ini

adalah: inkubator shaker (Gehardt), Rotary Eva-porator (Buchi), Rechirculating Chiller (Buchi), KCKT dengan detektor diode array SPD-M20A (Shimadzu), neraca analitik (Kern), Hot Plate stirrer (Velp), pH meter (Delta Ohm), dan pera-latan gelas lainnya.

Cara kerjaAntosianin dari buah Ficus padana Burm.f

Page 21: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

15Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Daimon Syukri, Djaswir Darwir, dan Adlis Santoni

diekstraksi dengan pelarut etanol yang sudah di-asamkan. Ekstraksi dilakukan secara maserasi. Hasil maserasi lalu disaring untuk memisahkan filtrat dan residu. Ekstraksi diulang kembali de-ngan menggunakan pelarut yang sama dan per-lakuan yang sama. Filtrat kemudian digabung dan disaring dengan menggunakan penyaring vakum, lalu pelarutnya diuapkan dengan rotary evapo-rator.

Isolasi dengan KCKT tipe standar yang di-lakukan pada Shimadzu liquid chromatography (Kyoto, Jepang) dengan menggunakan detektor diode array (SPD-M20A, Shimadzu, Kyoto, Je-pang). Data diproses melalui komputer personal menggunakan program Lab Solution (LC solu-tion Shimadzu). Kolom analitik yang digunakan adalah Shimadzu-ODS (250 X 4 mm diameter in-ternal, 5 μm ukuran partikel; Shimadzu, Jepang) dengan kondisi suhu 30 °C.

KCKT dikondisikan mengikuti prosedur dari Huang dkk (8) . Fase gerak yang dgunakan adalah fase gerak A: asam format 2% dan fase gerak B: asetonitril : air : asam format (49 :49:2, v/v/v). Sistem elusi KCKT dilakukan secara gradien li-near sebagai berikut: 0-4 menit, fase gerak B me-ningkat dari 6 ke 10%; 8-12 menit, fase gerak B meningkat dari 10 ke 25%; 12-13 menit fase ge rak B tetap (isokratik) pada 20%; 13-20 menit fase gerak B meningkat dari 25 ke 40%; 20-35 menit fase gerak B meningkat dari 40 ke 60%; 35-40 menit fase gerak B meningkat dari 60 ke 100% dan 40-45 menit fase gerak B kembali ke 5%. Laju alir fase gerak diatur 1,0 mL/menit. Larutan contoh diinjeksikan sebanyak 100 μL, sebelum diinjeksikan, larutan contoh disaring menggunakan saringan Whatman dengan ukuran pori 0,45 μm. Spektrum absorpsi UV-Vis diukur secara langsung selama analisis KCKT.

Spektrum direkam pada rentang panjang ge-lombang 200-600 nm dengan 516 nm sebagai panjang gelombang deteksi.

Pengumpulan larutan yang mengandung se-nyawa antosianin utama dilakukan pada awal ke-miringan puncak utama dan diakhiri ketika pun-cak utama didapat.

HASIL DAN DISKUSI

Ekstraksi antosianin merupakan langkah awal dalam penentuan total dan individu antosianin sebelum isolasi, karakterisasi dan pengukuran dilakukan (10). Umumnya ekstraksi antosianin menggunakan metanol atau etanol yang diasam-kan. Meskipun etanol kurang efisien dan lebih sulit untuk dihilangkan akan tetapi penggunaan etanol lebih disukai untuk aplikasi ke produk makanan, hal ini disebabkan antara lain karena sifat metanol yang beracun (11). Penelitian yang membahas tentang proses ekstraksi antosianin dari buah-buahan dan sayuran seperti ubi jalar ungu, jagung ungu, kismis merah, kismis hitam, dan anggur telah menunjukkan bahwa alkohol merupakan pelarut yang baik untuk digunakan dalam proses ekstraksi antosianin dari tanaman-tanaman tersebut (12).

Isolasi dari ekstrak antosianin diperlukan karena tidak ada sistem pelarut yang dapat di-gunakan untuk memisahkan antosianin secara spesifik dari campurannya. Sejumlah komponen lainnya juga harus diperhitungkan, antara lain adalah polifenol dan pektin yang dapat meng-ganggu stabilitas dan atau proses analisis dari pigmen antosianin tersebut (13).

Menurut Welch dkk (14) KCKT telah menjadi metode pilihan untuk analisis kualitatif dan kuan-titatif dari antosianin. Hal ini karena kemampuan kromatografi cair dalam isolasi antosianin secara cepat pada berbagai skala pengukuruan. Pada skala yang besar dapat menggunakan KCKT-pre-paratif dengan kolom preparatif, isolasi antosia-nin pada skala yang kecil dapat dilakukan dengan kolom semipreparatif sedangkan pada skala yang sangat kecil atau mikrogram dapat dilakukan dengan kolom analitik. Penggunaan kolom anali-tik secara langsung akan bekaitan dengan peng-gunaan KCKT tipe standar.

Isolasi senyawa antosianin utama yang ada di dalam ekstrak yang mengandung antosianin dilakukan dengan melakukan modifikasi pada alat KCKT tipe standar dengan melepaskan salu-ran setelah detektor agar larutan fase gerak

Page 22: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201416

Isolasi Antosianin dari Ekstrak Buah Ficus padana Burm.f

yang sudah lewat dari detektor dapat langsung di tampung ke dalam vial. Cara ini mengadopsi prinsip kerja dari KCKT-preparatif. Isolasi dengan cara ini sangat mungkin dilakukan apabila kom-ponen yang dideteksi memiliki resolusi yang baik antara satupuncak dengan puncak lainnya. Oleh karena itu pencarian kondisi fase gerak yang op-timum merupakan hal yang wajib dilakukan se-belum melakukan isolasi suatu senyawa dengan cara ini.

Puncak kromatogram merupakan suatu gangguan sinyal yang terjadi pada baseline yang diakibatkan oleh adanya serapan oleh suatu se-nyawa terhadap sinar UV-Vis yang mengenai se-nyawa tersebut, hal ini merupakan aplikasi dari prinsip elektrokimia pada KCKT. Hal ini menjadi perhatian dalam pemotongan puncak dari kro-matogram yang didapat pada saat pengumpulan larutan fase gerak ketika proses isolasi dilaku-kan. Serapan dari suatu senyawa terhadap sinar UV-Vis ditunjukan dengan terjadinya gangguan sinyal terhadap baseline dan ketika serapan itu sudah tidak ada lagi maka sinyal akan kembali lagi ke baseline.

Dari data kromatoram yang didapat, senyawa antosianin utama yang terkandung dalam ektrak buah Ficus padana Burm.f dapat dipisahkan de-ngan baik menggunakan komposisi fase gerak berdasarkan metoda yang dikutip dari literatur (8). Pola gradient dari komposisi fase gerak yang digunakan terhadap pemisahan antosianin dari ektrak buah Ficus padana Burm.f memberikan ha-sil yang cukup bagus yang ditunjukan pada Gam-bar 1 dengan didapatkannya nilai resolusi antara puncak B dengan puncak A yang bernilai besar dari 5 (lima), dan resolusi puncak C de ngan pun-cak B dengan nilai besar dari 6 (enam). Berdasar-kan data ini pemisahan puncak B sangat mungkin untuk dilakukan karena pemisahan puncak B ti-dak akan terganggu oleh puncak-puncak lainnya. Nilai resolusi yang besar sangat menguntungkan dalam penerapan teknik isolasi dengan menggu-nakan KCKT tipe standar ini, karena akan memu-dahkan dalam melakukan isolasi antosianin yang diinginkan dengan menampung larutan fase ge-

rak yang keluar setelah lewat dari detektor.Perhitungan waktu dalam melakukan pemo-

tongan puncak dari senyawa yang akan diisolasi merupakan kondisi yang sangat diperhatikan karena hal ini akan mempengaruhi kemurnian dari senyawa yang diisolasi. Berdasarkan pene-litian yang dilakukan penulis, waktu yang baik dalam melakukan pemotongan puncak yang berkaitan dengan proses pengumpulan larutan yang mengandung senyawa yang akan diisolasi adalah ketika kemiringan puncak kromatogram sudah sangat terlihat jelas dan diakhiri ketika puncak kromatogram sudah didapat. Ketika ke-miringan puncak kromatogram sudah terlihat dengan jelas dapat diperkirakan bahwa senyawa yang diisolasi sudah melewati detektor dan sudah dapat ditampung. Tetapi ketika kemiringan pun-cak baru muncul, pada kondisi ini diperkirakan bahwa senyawa yang diisolasi masih berada di-detektor dan apabila langsung ditampung dikha-watirkan larutan belum mengandung senyawa yang kita inginkan dan apabila ada pengotor yang berada sangat dekat dengan senyawa yang diiso-lasi akan terambil ketika proses pengumpulan dilakukan.

Puncak B merupakan hasil serapan terhadap sinar Visibel (516 nm) dari senyawa antosianin utama yang terkandung di dalam ekstrak buah Ficus padana Burm.f. Waktu pemotongan puncak B yang sejalan dengan pengumpulan larutan fase gerak setelah keluar dari detektor yang diperki-rakan mengandung isolat senyawa B dapat di-lakukan mulai setelah menit 19,200 dan di akhiri pada menit 19,723. Karena pada waktu inilah senyawa B terdeteksi oleh detektor dan mengalir keluar dari detektor tersebut. Pada waktu 19,723 ke 20,167 merupakan keadaan pengkondisian sinyal kembali ke kondisi baseline, pada waktu ini senyawa B sudah tidak ada lagi, dan apabila fase gerak tetap ditampung kemungkinan senyawa lain/pengotor yang ada sesudah senyawa B terse-but akan ikut terambil juga.

Pada Gambar 1 diperlihatkan kromatogram dari ekstrak buah Ficus padana Burm.f yang me ngandung campuran antosianin dengan data

Page 23: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

17Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Daimon Syukri, Djaswir Darwir, dan Adlis Santoni

Name Ret Time Peak Start Peak End Area % Area Resolution

A 17.840 17.533 18.133 209099 7.8528 --

B 19.723 19.200 20.167 2224394 83.5386 5.746

C 21.110 20.833 21.367 50498 1.8965 4.343

D 22.889 22.667 23.067 93771 3.5216 6.504

E 23.206 23.067 23.433 84953 3.1905 1.297

Gambar 1. Kromatogram antosianin dari ekstrak buah Ficus padana Burm.f

waktu dalam satuan menit (Tabel 1), yang dapat dijadikan se bagai pedoman pada waktu peng-umpulan larutan fase gerak yang mengandung isolat setelah keluar dari detektor. Sedangkan Gambar 2 merupakan kromatogram dari isolat yang sudah di pisahkan dari Gambar 1. Gambar 2

memperlihatkan suatu puncak tunggal dari kro-matogram yang didapatkan dari hasil tampungan larutan fase gerak yang keluar dari detektor yang di tampung berdasarkan pemotongan kromato-gram yang dilakukan pada Gambar 1. Munculnya puncak tunggal memperlihatkan bahwa isolasi

Gambar 2. Kromatogram isolat antosianin hasil isolasi dengan KCKT tipe standar

10 20 30 40 min

0

50

100

150

200mAU516nm,3nm (1.00)

A/17

.840

B/19

.723

C/21

.110

D/22

.889

E/23

.206

10 20 30 40 min

0

5

10

15

mAU516nm,3nm (1.00)

B/19

.271

Tabel 1. Data beberapa puncak hasil pengamatan KCKT dari ekstrak buah Ficus padana Burm.f

Page 24: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201418

Isolasi Antosianin dari Ekstrak Buah Ficus padana Burm.f

telah dilakukan dengan baik, tidak didapatkan komponen lain yang ikut terambil pada saat pe-ngumpulan fase gerak yang dilakukan.

KESIMPULAN

Isolasi dari senyawa antosianin utama yang terdapat dalam ekstrak buah Ficus padana Burm.f dapat dilakukan secara sederhana dan cepat de-

ngan teknik isolasi secara preparatif mengguna-kan KCKT tipe standar dengan meniru aplikasi dari prinsip intrumentasi KCKT-preparatif. Ke-murnian dari isolat yang didapat,dikonfirmasi dengan analisa KCKT secara analitik, didapatkan-nya kromatogram dengan satu puncak tunggal menunjukan bahwa isolat yang didapatkan meru-pakan suatu senyawa murni. Konfirmasi lebih lanjut de ngan KCKT-MS akan lebih memperkuat data tentang kemurnian dari isolat yang di dapat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Garzon, G.A. dan Wrolstad, R.E. Major anthocya-nins and antioxidant activity of Nasturtium flow-ers (Trepaeolum majus). Journal of Food Chemis-try 2009;114: 44-49.

2. Rice-Evans, C.A. Miller N.J. and Paganga G. Antioxi-dant properties of phenolic compounds. Trends Plant Sci 1997;2: 152–159.

3. Moyer, R.A. Hummer, K. E. Finn, C. E. Frei, B. Wrol-stad, R. E. Anthocyanins, phenolics, and antioxi-dant capacity in diverse small fruits: Vaccinium, Rubus, and Ribes. J. Agric. Food Chem. 2003;50: 519-525.

4. Vinson, J. A., Zubik, L., Bose, P., Samman, N. and Proch, J. Dried fruits: Excellent in vitro and in vivo antioxidants. Journal of the American College of Nutrition 2005; 24 (1): 44-50.

5. Huang D, Ou B, Prior RL. The Chemistry behind Antioxidant Capacity Assays. J. Agric. Food Chem 2005; 53: 1841-1856.

6. Faria A, Oliveira J, Neves P, Gameiro P, Santos-Buelga C, de Freitas V, Mateus N. Antioxidant properties of repared blueberry (Vaccinium myrtillus) extracts. J Agric Food Chem 2005; 53(17): 6896-902.

7. Joshi, Y. And Goyal, B. Anthocyanins: a lead for an-ticancer drugs. International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry. 2011; 1(4): 1119-1126.

8. Huang W, Shao-ling Zhang, Gai-hua Qin, Le Wen-quan, Jun Wu. Isolation and determination of

mayor anthocyanin pigments in the pericap of P. Communis L. Cv.’ Red Du Comines’ and their asso-viation with antioxidant activity. African Journal of Agricultural Research. 2012; 7(26): 3772-3780.

9. Liu, Y. Nobutoshi, M. Lishu, W. Zhang Si. Preparative High-Performance Liquid Chromatography for the Purification of Natural Acylated Anthocyanins from Red Radish (Raphanus sativus L.). Journal of Chro-matographic Science. 2008; 46: 743-746.

10. Fuleki, T. and Francis, J. F,1968. Quantitative meth-ods for anthocyanins.2. Determination of total an-thocyanins and degradation index for cranberry juice. J. Food Sci 1968;33: 78-83.

11. Nicoueä , E., Sylvian S, Khaled B, 2007, Anthocya-nins in Wild Blueberries of Quebec: Extraction and Identification. J. Agric. Food Chem. 2007;55: 5626-5635.

12. Nicole Bridgers, E., Mari S. Chinn, Van-Den Truong. Extraction of anthocyanins from industrial pur-ple-fleshed sweetpotatoes and enzymatic hydro-lysis of residues for fermentable sugars. Industrial Crops and Products. 2010; .32: 613–620.

13. Jackman R. L. dan J. L. Smith. Anthocyanins and Be-talains, in Hendry. G. A. P dan J. D. Houghton (eds). Natural Food Colorants, Second Edition. Chapman and Hall, London. 1996.

14. Welch,C.R., Qingli Wu, dan James E. Simon, Re-cent Advances in Anthocyanin Analysis and Cha-racterization,Curr Anal Chem. 2008 : 4(2): 75–101.

Page 25: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

19Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Kandungan Kimia dan Aktivitas Sitotoksik Ekstrak dan Fraksi Herba Anting-anting terhadap

Sel Kanker Payudara MCF-7

Maya Febriyanti, Supriyatna, dan Rizky Abdulah

ABSTRACT: Acalypha indica, belongs to Euphorbiaceae family, is annual herb which distributed widely in Asia, including Indonesia. Extract and fraction of Acalypha indica were screened for phytochemical constitu-ents and investigated for its cytotoxicity against human breast cancer MCF-7 using MTT assay. Ethanolic extract of A.indica showed cytotoxicity against MCF-7 with an IC50 225 µg/ml. While for the fraction, ethyl ace-tate fraction showed best cytotoxicity compared to n-hexane and water fraction with an IC50 387 µg/ml. Phytochemical screening to the ethyl ace tate fraction showed that the fraction contain flavonoids, polyphe-nols, monoterpenes and sesquiterpenes, triterpenoids, and quinones.

Keywords : Acalypha indica, cytotoxicity, MCF-7, MTT assay

ABSTRAK: Acalypha indica, famili Euphorbiaceae, merupakan herba yang terdistribusi secara luas di Asia termasuk Indonesia. Pada peneli-tian ini dilakukan penapisan kimia pada ekstrak dan fraksi A. indica dan uji sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan metode MTT assay. Ekstrak etanol A. indica menujukkan aktivitas sitotoksik terha-dap sel MCF-7 dengan IC50 225 µg/ml. Sedangkan hasil uji sitotoksik terhadap fraksi menujukkan bahwa fraksi etil asetat memberikan ak-tivitas yang paling baik dibandingakan fraksi n-heksan dan air dengan IC50 387 µg/ml. Hasil penapisan fitokimia menujukkan bahwa fraksi etil asetat A.indica mengandung senyawa flavonoid, polifenol, mono-terpen dan seskuiterpen, triterpenoid, dan kuinon.

Kata kunci : Acalypha indica, sitotoksisitas, MCF-7, MTT assay

Artikel Penelitian

Korespondensi:Maya FebriyantiEmail : [email protected]

Program Pascasarjana, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Page 26: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201420

Kandungan Kimia dan Aktivitas Sitotoksik Herba Anting-anting

PENDAHULUAN

Kanker merupakan salah satu penyakit degene-ratif yang membutuhkan perhatian khusus, kare-na sebagian penderita kanker berakhir dengan kematian. Diperkirakan ada 10,9 juta kasus baru; 6,7 juta kematian; dan 24,6 juta pasien kanker di seluruh dunia pada tahun 2002 (1). Berdasarkan data dari Globocan International Agency for Rese-arch on Cancer (IARC) tahun 2008, kanker payu-dara menempati urutan pertama dari seluruh jenis kanker pada perempuan di dunia. Angka insiden-si kanker payudara sebanyak 22,9% serta angka mortalitas sebesar 13,7% per tahun (2).

Pengobatan kanker yang tersedia saat ini ter-fokus pada pemusnahan sel kanker melalui ope-rasi, radioterapi atau kemoterapi. Kelemahan dari metode-metode tersebut, kemoterapi mi-salnya, adalah efisiensi dan selektifitas yang ren-dah serta toksisitas yang tinggi terhadap sel-sel normal. Oleh karena itu perlu dikembangkan al-ternatif lain untuk meningkatkan efisiensi terapi sekaligus mengurangi toksisitas terhadap sel-sel bukan kanker.

Saat ini, hampir 88% populasi global meng-gunakan obat yang berasal dari bahan alam se-bagai lini pertama untuk menjaga kesahatan dan pertahanan terhadap penyakit. 119 metabolit sek-under digunakan sebagai obat secara global (3).

Acalypha indica L. adalah herba tahunan yang banyak ditemukan di Asia dan Afrika hingga ke Polinesia. Digunakan secara tradisional untuk pengobatan gatal gatal, reumatik, artritis, dan pe-nyembuhan luka (4).

Ekstrak petroleum eter A. indica menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Aeromonas hydro-philla, Pseudomonas aeruginosa, Aspergillus niger, dan Escherichia coli (5).

Penelitian juga telah dilakukan untuk meng-evaluasi potensi antibakteri ekstrak daun Acalyp-ha indica terhadap sembilan bakteri patogen yai-tu Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Escherichia coli, Salmonella typhi, Shigel-la flexneri, Klebsiella pneumoniae, Vibrio chole-rae and Pseudomonas aeruginosa menunjukkan

bahwa ektrak etanol daun Acalypha indica (100 mg/ml) memberikan zona inhibisi maksimum terhadap Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli dan Bacillus subtilis (30 mm). Sedangkan ter-hadap Staphylococcus aureus, ekstrak memberi-kan zona inhibisi yang lebih kecil (12 mm) (6).

Beberapa senyawa kimia telah diisolasi dari A. indica antara lain : tanin, pirakuinolinon, alkaloid flindersin, glikosida kaempferol, mauritanin, kli-torin, nicotiflorin, dan biorobin (7).

Pada pengujian yang dilakukan oleh Radji et al., tahun 2008 terhadap efek toksisitas dengan cara brine shrimp lethality test (BSLT) menggunakan Ar-temia salina Leach menunjukkan bahwa nilai LC50 ekstrak etanol A. indica, adalah 1,279 ug/ml (8).

Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang menguji aktivitas sitotoksik esktrak dan fraksi A. indica terhadap sel kanker payudara MCF-7. Oleh sebab itu pada penelitian ini akan dilakukan pengujian aktivitas sitotoksik dan pe-napisan fitokimia ekstrak etanol dan fraksi A.in-dica terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan metode MTT assay.

Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah simplisia Acalypha indica Linn. diperoleh dari Kebun Tanaman Obat Manoko, Jawa Barat, sel kanker payudara MCF-7 (RSP UNPAD), medi-um RPMI-1640, serum fetal bovine, dan antibiotik (100 U/ml penisilin dan 100 µg/ml streptomi-sin). Pereaksi yang digunakan antara lain : etanol 95%, aquadest, etil asetat, n-heksana, asam sulfat pekat, kloroform, metanol, serbuk Mg, asam klo-rida pekat, asam nitrat 0,15 N, hidrogren peroksi-da, asam asetat anhidrat, larutan FeCl3, pereaksi, asam sulfat pekat 10 % dalam metanol, pereaksi Mayer, dan pereaksi Dragendorf.

METODE

EkstraksiDaun A. indica. yang telah diiris-diiris dan di-

keringkan kemudian diekstraksi dengan etanol

Page 27: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

21Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Maya Febrianti, Supriyatna, dan Rizky Abdulah

96% menggunakan metode maserasi selama 3 x 24 jam. Maserat kemudian ditampung dan pela-rutnya diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40-50oC sehingga dihasilkan ekstrak kental.

FraksinasiFraksinasi dilakukan dengan metode ekstrak-

si cair-cair. Ekstrak A. indica ditimbang dan di-larutkan dalam air suling kemudian difraksinasi menggunakan n-heksana dan etil asetat. Ekstrak ditimbang sebanyak 15-30 gram, dan dilarut-kan dalam air suling sebanyak 300 mL. Larutan ekstrak dimasukkan pada corong pisah dan di-tambahkan pelarut n-heksana sebanyak jumlah air suling yang digunakan (perbandingan 1:1). Campuran tersebut dikocok sambil sesekali mengeluarkan gas yang dihasilkan. Corong pisah didiamkan hingga terbentuk dua lapisan yang terpisah antara fase air dan fase n-heksana. Lapi-san n-heksana diambil dan ditampung, kemudian lapisan fase air ditambahkan n-heksana kembali dengan jumlah yang sama dan perlakuannya di-ulangi hingga lapisan fase n-heksana jernih. Lapi-san air ditambahkan etil asetat sebanyak 300 mL dan diperlakukan seperti pada fraksi n-heksana. Perlakuan diulangi hingga lapisan fase etil asetat jernih. Hasil dari ekstraksi cair-cair diperoleh tiga fraksi, yaitu fraksi n-heksana, fraksi etil, dan frak-si air. Ekstrak, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air kemudian diuapkan.

Penapisan FitokimiaPenapisan fitokimia dilakukan terhadap eks-

trak dan fraksi A. indica. Metode yang digunakan adalah metode Farnsworth (9).1. Senyawa Alkaloid

Sampel (serbuk simplisia dan ekstrak) dibasa-kan dengan amonia encer (10%), digerus da-lam mortir, kemudian ditambahkan kloroform sambil terus digerus. Lapisan kloroform di-pipet sambil disaring, kemudian ke dalamnya ditambahkan asam klorida 2 N. Campuran dikocok kuat-kuat hingga terbentuk dua lapi-san. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi menjadi 3 bagian dan diperlakukan sebagai

berikut:• Filtrat 1 ditambahkan pereaksi Mayer, ter-

jadinya kekeruhan atau endapan putih menunjukkan adanya alkaloid.

• Filtrat 2 ditambahkan pereaksi Dragen-dorff, terjadinya endapan jingga kuning hingga coklat menunjukkan adanya alka-loid.

• Filtrat 3 digunakan sebagai blanko.2. Senyawa Flavonoid

Sampel dipanaskan dengan campuran logam magnesium dan asam klorida 5 N, kemudian disaring. Adanya flavonoid akan menyebab-kan filtrat berwarna merah yang dapat ditarik dengan amil alkohol. Untuk lebih memudah-kan pengamatan, sebaiknya dilakukan perco-baan blanko.

3. Senyawa Polifenolat dan TaninSampel digerus dan dipanaskan dengan air di atas tangas air, kemudian disaring panas-pa-nas. Sebagian kecil filtrat ditetesi larutan besi (III) klorida. Terbentuknya warna biru-hitam menunjukkan adanya polifenolat alam dan tanin. Sebagian kecil filtrat diuji ulang deng-an penambahan larutan gelatin 1%. Adanya endapan putih menunjukkan bahwa dalam simplisia terdapat tanin.

4. Senyawa SaponinSampel dicampur dengan air dalam tabung reaksi dan dipanaskan beberapa saat di atas tangas air, kemudian disaring. Setelah dingin filtrat dalam tabung reaksi dikocok kuat-kuat selama kurang lebih 30 detik. Pembentukan busa setinggi sekurang-kurangnya 1 cm dan persisten selama beberapa menit serta tidak hilang pada penambahan 1 tetes asam klori-da encer menunjukkan bahwa dalam simplisia terdapat saponin.

5. Senyawa Monoterpenoid dan SeskuiterpenoidSampel disari dengan eter, kemudian sari eter diuapkan hingga kering. Pada residu di-teteskan pereaksi anisaldehid-asam sulfat atau vanillin-asam sulfat. Terbentuknya war-na-warna menunjukkan adanya senyawa mo-noterpenoid dan seskuiterpenoid.

Page 28: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201422

Kandungan Kimia dan Aktivitas Sitotoksik Herba Anting-anting

6. Senyawa Steroid dan TriterpenoidSampel disari dengan eter, kemudian diuapkan hingga kering. Pada residu diteteskan pereak-si Liebermann-Burchard. Terbentuknya war-na ungu menunjukkan bahwa dalam simplisia terkandung senyawa kelompok triterpenoid, sedangkan bila terbentuk warna hijau-biru me-nunjukkan adanya senyawa kelompok steroid.

7. Senyawa KuinonSampel digerus dan dipanaskan dengan air, kemudian disaring. Filtrat ditetesi larutan natrium hidroksida. Terbentuknya warna ku-ning hingga merah menunjukkan adanya se-nyawa kelompok kuinon.

Pengujian Aktivitas Sitotoksik terhadap Sel Kanker Payudara MCF-71. Kultur dan Perlakuan Sel

Untuk pengujian aktivitas digunakan sel line kanker payudara MCF-7. Sel dikultur dalam medium RPMI-1640 yang ditambahkan den-gan 10% serum fetal bovine dan antibiotik (100 U/ml penisilindan 100 µg/ml strep-tomisin) dan diinkubasi dalam inkubator CO2.

2. Uji AktivitasAnalisis proliferasi sel dilakukan terhadap sel uji yang ditambahkan beberapa variasi kon-sentrasi ekstrak menggunakan metode Methyl Thiazolil Tetrazolium (MTT assay), dengan prosedur: Sel (2x104dalam 50 µL/lubang) di-tempatkan dalam 96 lubang plate well. Setelah terjadi perbanyakan sel, beberapa variasi kon-sentrasi ekstrak ditambahkan dan diinkubasi selama 24 jam. Kemudian 10 µL WST-8 cell counting solution ditambahkan ke dalam masing-masing lubang dan diinkubasi pada suhu 37OC selama 3 jam. Reaksi MTT dihenti-kan dengan penambahan reagen stop-per SDS (100 μL). Sel yang hidup bereaksi dengan MTT membentuk warna kuning. Hasil pengujian di-baca dengan microtiter plate reader pada pan-jang gelombang 550 - 600 nm.Tingkat inhibisi proliferasi sel (CPI : Cell Pro-liferation Inhibition rate) dihitung dengan rumus :

Dari pengujian aktivitas sitotoksik diperoleh IC50 ekstrak dan fraksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi, Fraksinasi, dan Penapisan FitokimiaAcalypha indica L, merupakan golongan tum-

buhan dalam famili Euphorbiaceae yang banyak tumbuh di daerah tropis termasuk Indonesia. Acalypha banyak digunakan sebagai obat tradi-sional di beberapa negara, tetapi penggunaan-nya sebagai obat di Indonesia masih belum ba-nyak diketahui.

Sebanyak 3 kg serbuk simplisia herba anting-anting diekstraksi dengan metode maserasi se-lama 3 x 24 jam. Dari proses maserasi diperoleh ekstrak pekat sebanyak 346,24 gram (11,54%).

Selanjutnya dilakukan fraksinasi terhadap ekstrak A. indica dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan air. Prinsip ekstraksi cair-cair adalah perbe-daan koefisien partisi. Koefisien partisi adalah perbandingan kelarutan komponen dalam dua fase karena perbedaan kepolaran kedua fase cair tersebut.

Metode ekstraksi cair-cair dipilih sebagai pe-misahan awal untuk memudahkan pemisahan tahap selanjutnya karena senyawa pada hasil ekstraksi cair-cair akan terpisah berdasarkan kepolaran masing-masing sesuai prinsip like dissolves like. Sejumlah ekstrak kental difrak-sinasi dengan n-heksana dan etil asetat sebagai pelarut organik. Dari fraksinasi diperoleh fraksi n-heksana, etil asetat, dan air. Masing-masing fraksi kemudian dipekatkan kembali mengguna-kan rotary evapo-rator. Penguapan dilanjutkan di atas water bath sehingga diperoleh berat konstan. Hasil ekstraksi cair-cair dari 225,28 g ekstrak kental diperoleh 49,61 g fraksi n-hek-sana kental, 24,17 g fraksi etil asetat kental, dan 149,53 g fraksi air kental.

�𝟏 − 𝐎𝐩𝐭𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐝𝐞𝐧𝐬𝐢𝐭𝐲 𝐨𝐟 𝐭𝐫𝐞𝐚𝐭𝐞𝐝 𝐜𝐞𝐥𝐥𝐬𝐎𝐩𝐭𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐝𝐞𝐧𝐬𝐢𝐭𝐲 𝐨𝐟 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐫𝐨𝐥

� 𝐱 𝟏𝟎𝟎

Page 29: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

23Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Maya Febrianti, Supriyatna, dan Rizky Abdulah

Pada ekstrak dan fraksi dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui kandungan metabo-lit sekunder dalam fraksi n-heksan, etil asetat, dan air ekstrak A. indica. Hasil penapisan fitoki-mia ditampilkan pada Tabel 1 dan 2.

Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak dan Fraksi MTT assay merupakan uji in vitro yang meng-gunakan kultur sel untuk mendeteksi adanya aktivitas antineoplastik pada ekstrak tumbuhan dan senyawa aktif hasil isolasi sebagai penapisan awal untuk mendapatkan obat-obat sitostatik. Sistem ini merupakan uji kualitatif dengan cara menetapkan kematian sel. Pada penelitian ini digunakan cell line MCF-7 sebagai model sel kanker payudara. Sebagai kontrol negatif digunakan pelarut DMSO. Kadar DMSO tertinggi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,3 % (v/v) yaitu pada konsentrasi 500 μg/mL. Analisa untuk sel MCF-7 tanpa perlaku-

an dan dengan perlakuan blangko DMSO menun-jukkan profil pertumbuhan yang relatif sama, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pelarut DMSO sampai dengan kadar 0,3 % dalam uji tidak berpengaruh pada sel MCF-7. Hasil pengukuran dengan menggunakan micro-platereader menunjukkan bahwa persentase kema-tian sel MCF-7 terus meningkat sebanding dengan kenaikan konsentrasi ekstrak yang diberikan. Aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payu-dara MCF-7 terdeteksi dengan adanya absorbansi sel dalam bentuk warna. Sel hidup membentuk kompleks formazan berwarna kuning akibat re-aksi reduksi garam tetrazolium MTT pada rantai respirasi mitokondria sel hidup tersebut. Pada penelitian ini terjadi perubahan intensitas warna pada kelompok perlakuan sesuai kadar ekstrak yang diberikan. Hasil pengujian aktivitas sitotok-sik ekstrak A.indica ditampilkan pada Tabel 3 dan Gambar 1.

Tabel 2. Hasil Penapisan Fitokimia Fraksi N-Heksan, Etil Asetat dan Air A. indica

Golongan Fraksi N-Heksan

Fraksi Etil Asetat

FraksiAir

Alkaloid - - -

Flavonoid + + +

Polifenol - + +

Tanin - - -

Monoterpenoid + + -

Steroid + + -

Triterpenoid + + -

Kuinon - - +

Saponin - - -Keterangan : (+) = Terdeteksi (−) = Tidak terdeteksi

Tabel 1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak A.indica

Golongan Ekstrak

Alkaloid -

Flavonoid +

Polifenol +

Tanin -

Monoterpenoid dan seskuiterpeneoid +

Steroid +

Triterpenoid +

Kuinon +

Saponin -

Page 30: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201424

Kandungan Kimia dan Aktivitas Sitotoksik Herba Anting-anting

Tabel 4. Persen Penghambatan Fraksi N-Heksan, Etil Asetat, dan Air Ekstrak A. indica terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7

Konsentrasi (µg/ml)% Kematian Sel

Fraksi N-Heksan Fraksi Etil Asetat Fraksi Air

500 11 64 2250 0 33 0125 0 0 062,5 0 0 038 0 0 019 0 0 09,5 0 0 04,8 0 0 0

Tabel 3. Persen Kematian Sel MCF-7 Setelah Pemberian Ekstrak A. indica

Konsentrasi (µg/ml) % Kematian Sel

500 75

250 57

125 21

62,5 0

38 0

19 0

9,5 0

4,8 0

y = 0,288x - 15

0

10

20

30

40

50

60

0 50 100 150 200 250 300

Gambar 1. Persen Kematian Sel MCF-7 Setelah Pemberian Ekstrak A. indica

Page 31: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

25Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Maya Febrianti, Supriyatna, dan Rizky Abdulah

Gambar 2. Perbandingan Aktivitas Sitotoksik Fraksi N-Heksan, Etil Asetat, dan Air A. indica terhadap Sel Kanker MCF-7

Dari data diatas diperoleh nilai IC50 ekstrak adalah 225 µg/ml.

Aktivitas fitofarmaka suatu ekstrak tidaklah tergantung pada banyaknya kandungan senyawa, akan tetapi pada struktur dan sifat senyawa dalam tumbuhan. Dengan demikian dilakukan fraksinasi terhadap ekstrak anting-anting untuk mengetahui fraksi aktif yang berperan dalam aktivitas sitotok-sik tumbuhan anting-anting. Hasil pengujian akti-vitas sitotoksik fraksi ditampilkan pada Tabel 4.

Perhitungan nilai IC50 dengan menggunakan persamaan regresi linier diperoleh nilai IC50 fraksi etil asetat 387 µg/ml sementarafraksi n-heksan dan air tidak dapat ditentukan nilai IC50-nya kare-na pada konsentrasi uji fraksi n-heksan dan air tidak dapat menyebabkan kematian sel MCF-7 diatas 50%. Berdasarkan hasil percobaan tersebut fraksi etil asetat memiliki potensi efek sitotoksik ter besar disbanding fraksi n-heksan maupun air terhadap sel MCF-7. Perbandingan aktivitas si-totoksik masing-masing fraksi ditampilkan pada Gambar 2.

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa

senyawa yang memiliki aktivitas sitotoksik dalam tumbuhan anting-anting bersifat semi polar se-hingga larut dalam pelarut semi polar yaitu etil asetat.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak A. indica me-miliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker pa-yudara MCF-7 dengan IC50 225 µg/ml. Sedangkan dari ketiga fraksi yang diuji hanya fraksi etil ase-tat yang dapat ditentukan nilai IC50-nya yaitu 387 µg/ml, sementara fraksi n-heksan dan air tidak dapat ditentukan. Dari hasil skrining fitokimia diketahui bahwa ekstrak A. indica mengandung senyawa : flavonoid, polifenol, monoterpen dan seskuiterpen, triterpenoid, dan kuinon, sedang-kan fraksi etil asetat yang merupakan fraksi yang memiliki aktivitas sitotoksik paling baik me-ngandung senyawa : flavonoid, polifenol, moto-terpen, steroid, dan triterpenoid.

Page 32: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201426

Kandungan Kimia dan Aktivitas Sitotoksik Herba Anting-anting

DAFTAR PUSTAKA

1. Manju, Kharb, Jat R.K, Anju, Gupta. A Review On Medicinal Plants Used as A Source of Anticancer Agents. Int. J. Drug Res. Tech. 2012. Vol. 2 (2) : 177-183.

2. Ferlay J, Shin HR, Bray F, Forman D, Mathers C, Parkin DM. 2010. GLOBOCAN. 2008 v1.2, Cancer Incidence and Mortality Worldwide: IARC Can-cerBase No. 10 [Internet] Lyon, France: Interna-tional Agency for Research on Cancer, Available from: http://globocan.iarc.fr. Diakses 2 Novem-ber 2012.

3. Kintzios and Spiridon, E. Terrestrial plant de-rived anticancer agents and plant species used in anticancer research. Critical Rev. Plant Sci. 2006 (25) : 79-135.

4. Reddy, J. S., P. R. Rao., and M. S. Reddy. Wound healing effects of Heliotropiumindicum, Plum-bagozeylanicum and Acalypha indica in rats. Jour-nal of Ethnopharmacology. 2002 (79) : 249–251.

5. Solomon, R. D. J., S. Kallidass., and J. Vimalan. Iso-

lation, identificationand study of antimicrobial property of a bioactive compound in an Indian medicinal plant Acalypha indica (Indian-nettle). World Journal of Microbiology & Biotechnology 21. 2005: 1231-1236.

6. Saranraj P, D. Stella, K. Sathiyaseelan and Sajani Samuel. Antibacterial Potentiality of Ethanol and Ethyl Acetate Extract of Acalypha indica against Human Pathogenic Bacteria. Journal of Ecobio-technology. 2010 (2/7): 23-27.

7. Nahrstedt, A., J. D. Kant., and V. Wray. Acalyphin, a cyanogenic glucoside from Acalypha indica. Phyto-chemistry. 1982 (21): 101-105.

8. Radji M, Sari RC, Sumiati A. Uji Aktivitas Antimikro-ba Dan Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol Akar Tanaman Akar Kucing (Acalypha indica Linn), Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Sheff) Boerl) Dan Sari Buah Merah (Pandanus conoideus Lam). Majalah Ilmu Kefarmasian. 2008. Vol. V: 40 – 46.

9. Farnsworth, N. R. Biological and Phyto-chemical Screening of Plant. J. Pharm. Sci. 1966. 55(3): 243-269.

Page 33: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

27Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Efek Glycine Max Varietas Anjasmoro terhadap Kadar Timbal dan Malondialdehid

pada Mencit Terintoksikasi Timbal

Rika Yulia1, Lidya Karina1, Veronica1, dan Juliana Christyaningsih2

ABSTRACT: The objective of this research is investigating the effect of Glycine max Anjasmoro variety to mice with lead intoxication by measuring the levels of Pb in mice’s (Mus musculus) blood and MDA in mice’s liver and kidney strain BALB/C by using the thiobarbituric acid reactive substance (TBARS) assay. Research carried out by using 20 mice strain BALB/C that were randomly divided into four groups of five mice including negative control, positive control, treatment, and reference. All groups except positive control were intoxicated with lead in a dose of 25 mg/kg body weight for the duration of seven days. One gram of Glycine max has been given to the treatment group and positive control. Thereafter 64 mg/kg body weight of vitamin has been given to the reference group. The results showed that Glycine max Anjasmoro varieties was significantly decrease the levels of lead in mice’s blood and also reduce the levels of MDA in the liver and kidney although the results were not significant.

Keywords : Glycine max Anjasmoro variety, lead, malondialdehyde, vitamin C, Mus musculus

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Gly-cine max varietas Anjasmoro pada mencit yang terintoksikasi timbal (Pb) dengan mengukur kadar Pb darah dan kadar Malondialdehid (MDA) pada hepar dan ginjal mencit (Mus musculus) strain BALB/C dengan menggunakan metode Thiobarbi-turic Acid Reactive Substance (TBARS) assay. Penelitian dilakukan dengan meng-gunakan 20 ekor mencit strain BALB/C yang dibagi secara acak kedalam empat kelompok masing-masing lima ekor yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol posi-tif, uji, dan pembanding. Semua kelompok diintoksikasi dengan Pb 25 mg/kg BB kecuali kontrol positif selama tujuh hari. Kemudian dilanjutkan selama tujuh hari dengan pemberian ekstrak kedelai 1 gram pada kontrol positif dan uji serta vita-min C 64 mg/kg BB pada kelompok pembanding. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ekstrak Glycine max varietas Anjasmoro yang diberikan dapat menurunkan kadar Pb dalam darah secara signifikan dan juga dapat menu-runkan kadar MDA dalam hepar dan ginjal walaupun hasilnya tidak signifikan.

Kata kunci: Glycine max varietas Anjasmoro, timbal, malondialdehid, vitamin C, Mus musculus

Artikel Penelitian

1 Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya (UBAYA)

2 Analis Kesehatan Politeknik Kemenkes Surabaya

Korespondensi : Rika YuliaEmail : [email protected]

Page 34: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201428

Efek Glycine max varietas Anjasmoro terhadap Kadar Timbal dan Malondialdehid

PENDAHULUAN

Pencemaran logam berat merupakan masalah kesehatan lingkungan yang sedang hangat dibi-carakan diseluruh dunia. Logam berat menim-bulkan krisis ekologi dan bila terakumulasi da-lam jumlah tertentu dalam tubuh menimbulkan efek biologis yang tidak diinginkan. Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat toksik, konta-minan lingkungan yang umum digunakan dalam pembuatan baterai, cat, pernis dan campuran ba-han bakar (1).

Masuknya senyawa Pb ke dalam tubuh dapat mengakibatkan terbentuknya suatu senyawa yang disebut radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan sehingga menjadi radikal be-bas reaktif (2). Radikal bebas reaktif ini mengin-duksi terjadinya stress oksidatif baik pada darah maupun jaringan lunak lainnya. Dilaporkan pula bahwa keberadaan Pb dalam tubuh menyebab-kan peningkatan peroksidasi lipid, peningkatan jumlah senyawa reaktif asam thiobarbiturat pada otak, penurunan berat badan, anemia, nefropati, infertilitas, kerusakan pada testis, jantung, ginjal dan hepar (3).

Meskipun reaktivitas radikal bebas sangat ber-bahaya, proses oksidasi itu dapat dihambat oleh mekanisme peredaman radikal bebas secara fisi-ologis yang dapat diperoleh dari glutation (GSH), glutation disulfide (GSSG), enzim superoksida dis-mutase (SOD), enzim katalase (CAT), enzim nitric oxyde syntase. Aktivitas Enzim-enzim ini menurut hasil penelitian dapat digunakan sebagai marker terjadinya intoksikasi Pb (4).

Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menangkal efek negatif radikal bebas karena kemampuannya menghentikan atau memutus reaksi berantai dari radikal bebas yang terdapat dalam tubuh (5). Mekanisme kerja dari antiok-sidan itu ialah memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas se-hingga elektron yang tidak berpasangan pada radikal bebas tidak mengambil elektron dari sel-sel tubuh (6). Sebagian besar sampel suplemen-

tasi antioksidan yang berasal dari luar tubuh juga dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam mengatasi terbentuknya radikal bebas secara berlebih didalam tubuh (4).

Sebenarnya bumi nusantara kaya akan bahan pangan yang mengandung senyawa antioksidan. Senyawa tersebut banyak terkandung dalam sa yu ran dan buah-buahan, terutama kacang-kacang an maupun biji-bijian (3), yang mengan-dung vitamin C, vitamin E, betakaroten, senyawa fenolik dan flavonoid (6). Salah satu tanaman yang mengandung senyawa fenolik dan flavonoid adalah kedelai (Glycine max). Di dalam kedelai terkandung turunan flavonoid kelompok fitoes-terogen yang disebut isoflavon. Akhir-akhir ini senyawa tersebut banyak menarik perhatian ma-syarakat, khususnya dalam dunia medis. Survei epidemiologis dan penelitian dengan menggu-nakan hewan coba menunjukkan bahwa kandu-ngan isoflavon dalam kedelai memiliki efek pro-teksi terhadap sindrom menopause dan berbagai gangguan penyakit, termasuk kardiovaskular, kanker, hiperlipidemia, osteoporosis, berbagai penyakit kronis lain,dan juga diduga memiliki potensi sebagai antioksidan (7).

Salah satu masalah utama dalam upaya eks-plorasi aktivitas biologis dari suatu tanaman ada-lah perbedaan kadar kandungan kimianya, se-hingga efek terapi yang dihasilkan juga berbeda karena sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tempat tumbuh, waktu panen, varietas, daerah asal dan lain sebagainya. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan salah satu varietas kedelai (Glycine max) yang tersedia, dengan tu-juan menganalisis efek Glycine max varietas An-jasmoro terhadap kadar Pb darah dan malondial-dehid (produk peroksidasi lipid) pada hepar dan ginjal mencit yang terintoksikasi Pb dibanding-kan dengan vitamin C.

METODE PENELITIAN

Bahan PenelitianBiji kedelai (Glycine max) varietas Anjasmoro,

etanol 96,5% (teknis), vitamin C (kadar 99,6 %

Page 35: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

29Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Rika Yulia, Lidya Karina, Veronica, dan Juliana Christyaningsih

dari Nacalai p.a), asam thiobarbiturat (TBA), Pb Asetat (p.a), eter, etil asetat, kloroform, lempeng silica gel GF 254, dan aquadem.

Alat PenelitianMaserasi kinetik (Stirring Motor IKA Rw 20

N) dengan kecepatan pengadukan 10 rpm, ro-tary evaporator (BUCHI Rotavapor R-114), water bath electric (BUCHI Waterbath B-480), pengayak Mesh 20, timbangan kilogram, spektrofotometer Ultra Violet-Visible (UV-Vis), Atomic Absorbtion Spectrophotoscopy (AAS), chamber eluasi, kan-dang tikus beserta botol minum, mortir, stamper, timbangan hewan coba, sonde oral, spuit injeksi 1 dan 3 ml, satu set alat bedah minor (untuk meng-ambil organ hewan coba mencit), dan alat-alat gelas laboratorium.

Hewan Percobaan Mencit (Mus musculus) strain BALB/C, jan-

tan, dewasa, umur 10 minggu, berat badan 25-30 gram, sehat fisik dengan ciri-ciri bermata jernih, bulu mengkilap, gerak aktif.

Pembuatan Ekstrak Kedelai (Glycine max)Biji kedelai varietas anjasmoro digiling deng-

an blender dan diayak dengan Mesh 20 sampai terbentuk serbuk. Serbuk biji kedelai varietas An-jasmoro ditimbang 0,3 kg kemudian dimaserasi dengan etanol 96,5% sebanyak ± 2 Liter (sampai terendam) dengan menggunakan alat maserasi kinetik selama 1 jam kemudian didiamkan se-lama 24 jam. Setelah itu disaring ke erlenmeyer. Ampas diekstraksi kembali dengan cara yang sama menggunakan 2 Liter etanol 96,5% seba-nyak 2 kali replikasi. Hasil ekstraksi kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan dilanjutkan dengan water bath electric hingga di-dapatkan ekstrak kental.

Identifikasi Kandungan Flavonoid pada Ekstrak Etanol Kedelai (Glycine max) varietas Anjas-moro

Ekstrak etanol kedelai (Glycine max) varietas anjasmoro yang sudah kental diidentifikasi kan-

dungan flavonoidnya secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan fase diam si-lika gel GF 254 (yang telah diaktifkan 105°C se-lama 30 menit) dan fase gerak kloroform-etil ase-tat (60:40). Diamati hasil eluasi pada penampak noda:UV 365 yang akan memberikan fluorescensi kuning, biru atau hijau dan dengan pereaksi uap ammonia yang akan memberikan warna kuning (cepat memudar).

Pengkondisian dan Adaptasi Hewan Coba Men-cit (Glycine max)

Hewan coba dikondisikan selama kurang le-bih tujuh hari sebelum perlakuan. Seluruh men-cit diberi pakan pellet starter dan minum ad libi-tum selama masa adaptasi. Ruang pemeliharaan memiliki suhu optimal 22±3ᵒC dan kelembaban relatif 30-70% dengan siklus penerangan 12 jam terang dan 12 jam gelap. Selama masa ini hewan coba yang digunakan harus sehat dengan meng-amati kondisi fisik hewan coba meliputi bobot badan, ada/tidaknya kerontokan rambut, ke-jernihan mata, ada/tidaknya lendir pada hidung, ada/tidaknya diare dan aktivitas motorik. Setelah dipastikan normal, tikus dipuasakan semalaman (18 jam) sebelum diberikan perlakuan

Perlakuan terhadap Hewan CobaHewan coba mencit yang digunakan seba-

nyak 20 ekor yang dikelompokkan secara acak ke dalam empat kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok uji, kelompok kontrol positif, dan kelompok pembanding yang masing-masing terdiri atas lima ekor mencit. Mencit diberi plum-bum asetat netral dengan dosis 25 mg/kg BB/ oral/ hari diberikan pada pagi hari dengan sonde selama tujuh hari kecuali kelompok control posi-tif. Suspensi kedelai 0,05 mg/ml diberikan satu ml kepada mencit kelompok uji dan kontrol positif setiap pagi hari selama tujuh hari setelah periode intoksikasi dengan larutan Pb asetat, menggunakan sonde oral. Sedangkan kelompok pembanding setelah periode intoksikasi diberi vitamin C dosis 64 mg/kg BB/oral/hari/mencit, dan kelompok control negative diberi aquadem.

Page 36: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201430

Efek Glycine max varietas Anjasmoro terhadap Kadar Timbal dan Malondialdehid

Setelah perlakuan selesai, mencit di euthana-sia secara inhalasi menggunakan bahan kimia eter. Pada eutanasia inhalasi, mencit ditempat-kan di dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan eter.

Isolasi Organ Sampel organ hepar dan ginjal yang telah di-

pisahkan dari tubuh mencit digerus dan dipin-dahkan dalam larutan PBS untuk memisahkan sel darah merah dan bekuan darah. Campuran tersebut dihomogenisasi dalam buffer dan disen-trifugasi selama 15 menit pada 4oC. Supernatan dipisahkan dan dilakukan analisis kadar MDA he-par dan ginjal mencit.

Pemeriksaan Kadar PbKadar Pb diperiksa mengunakan sampel da-

rah yang diambil melalui rute intracardiac meng-gunakan spuit injeksi 1,0 ml. Penentuan kadar Pb dilakukan pada akhir treatment (end phase) dengan menggunakan Atomic Absorbtion Spec-trophotoscopy (AAS). Kadar Pb dinyatakan dalam satuan ppm (part per million).

Penentuan Kadar Malondialdehid (MDA)Senyawa MDA dapat diukur dengan kuanti-

tatif menggunakan metode Thiobarbituric Acid

Reactive Substance (TBARS) assay yaitu dengan mereaksikan asam thiobarbiturat (TBA) dengan MDA membentuk kromogen berwarna merah muda yang dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 532 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Bahan Hasil identifikasi bahan adalah kedelai (Gly-

cine max) varietas Anjasmoro yang disertifikasi oleh UPT. Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tana-man Pangan dan Hortikultura, Jawa Timur

Hasil identifikasi flavonoid secara kromatografi lapis tipis

Hasil Identifikasi Flavonoid (Tabel 1) setelah dieluasi lalu diamati dengan penampak noda UV 365 menghasilkan fluorescensi warna biru tua (Gambar 1a) dan pereaksi uap ammonia meng-hasilkan warna kuning yang cepat memudar (Gambar 1b).

Noda kuning dan fluorosensi biru pada pan-jang gelombang 365 nm menandakan ekstrak Glycine max varietas Anjasmoro benar mengan-dung flavonoid secara kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis.

Gambar 1. Hasil Identifikasi Flavonoid Ekstrak Biji Kedelai Varietas Anjasmoro dengan (a) Penampak noda UV 365 menghasilkan fluorescensi warna biru tua dan (b) Pereaksi uap ammonia.

(a) (b)

Page 37: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

31Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Rika Yulia, Lidya Karina, Veronica, dan Juliana Christyaningsih

Hasil Pemeriksaan OrganoleptisHasil pengujian organoleptis ekstrak etanol

Biji Glycine max varietas Anjasmoro, yang meliputi warna, bentuk dan bau dapat dilihat pada Tabel 2.

Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal Simplisia dan Ekstrak Kedelai

Kadar Pb biji kedelai (Glycine max) varietas Anjasmoro baik dalam bentuk simplisia maupun

Tabel 1. Hasil Identifikasi Flavonoid Ekstrak Biji Kedelai Varietas Anjasmoro

Noda Sinar UV λ 365 nm Uap Amoniak

A1 + (fluorosensi biru) + (kuning)

A2 + (fluorosensi biru) + (kuning)

Tabel 2. Hasil Pengujian Organoleptis Ekstrak Etanol Biji Glycine max Varietas Anjasmoro

No Karakteristik Pengujian

1 Bentuk Gumpalan keras (sangat kental)

2 Warna Coklat tua

3 Bau Agak merangsang

Tabel 3. Hasil Pengujian Organoleptis Ekstrak Etanol Biji Glycine max Varietas Anjasmoro

No Nama Bahan Kadar Pb Satuan

1 Biji Kedelai Varietas Anjasmoro 0,259 ppm

2 Ekstrak Kedelai Varietas Anjasmoro 0,204 ppm

ekstrak kental dianalisis dengan menggunakan atomic absorption spectrophotoscopy (AAS). Hasil analisis kadar Pb dalam biji kedelai dan ekstrak ke-delai varietas anjasmoro dapat dilihat pada Tabel 3.

Adanya kandungan Pb ini dapat disebabkan karena terakumulasinya logam-logam berat se-perti Pb pada jaringan tanaman selama tanaman tumbuh pada tanah yang telah terkontaminasi lo-gam berat akibat proses peleburan logam, irigasi

NoMencit

KelompokKontrol (-)

KelompokKontrol (+)

KelompokUji

Kelompok Pembanding

1. 0.404 0.224 0,275 0.324

2. 0.380 0.192 0,255 0.382

3. 0.393 0.248 0,262 0.188

4. 0.294 0.227 0,310 0.278

5. 0.288 0.148 0,312 0.182

Rata-rata 0.352a 0.208b 0,283c 0.271c

SD 0.056 0.039 0,027 0.087

Tabel 4. Kadar Pb Darah Mencit (ppm) yang Diberi Ektrak Kedelai Varietas Anjasmoro

Page 38: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201432

Efek Glycine max varietas Anjasmoro terhadap Kadar Timbal dan Malondialdehid

yang menggunakan air limbah, pembuangan limbah padat termasuk limbah lumpur, knalpot kendaraan, dan berdekatan dengan kegiatan industri.

Pemeriksaan Kadar Pb Darah MencitHasil analisis kadar Pb dalam darah mencit-

mencit tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Analisis statistik diperoleh hasil signifikansi

antara kelompok kontrol negatif dengan kelom-pok kontrol positif, kelompok uji dan pemban-ding. sehingga dapat disimpulkan terdapat per-bedaan kadar Pb yang signifikan antara kelompok tersebut. Hasil perbedaan signifikan juga ditun-

jukkan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok uji dan pembanding, sedangkan antara kelompok uji dan pembanding tidak menunjuk-kan perbedaan signifikan. Hal ini menggambar-kan efektivitas vitamin C dan ekstrak biji kedelai varietas anjasmoro dalam menurunkan kadar Pb.

Hasil Pemeriksaan Kadar MDA Hepar Mencit Pengukuran kadar MDA dilakukan dengan

menggunakan metode spektrofotometri. Data yang diperoleh dari pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 5 dan 6.

Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antar kelompok.

MencitKelompok

Kontrolnegatif

KelompokKontrol positif

KelompokUji

KelompokPembanding

1. 58.305 28.418 23.699 18.980

2. 52.013 29.991 55.159 36.283

3. 28.418 27.632 23.699 33.137

4. 41.002 56.732 45.575 29.991

5. 33.924 18.980 15.834 25.272

Rata-rata 42.732 26.959 32.793 28.733

SD 12.39 14.29 16.70 6.80

Tabel 5. Kadar MDA (ppm) Hepar Hewan Mencit yang diberi Ekstrak Kedelai Varietas Anjasmoro

Mencit Kontrol negatif Kontrol positif Kelompok Uji Kelompok Pembanding

1. 25,272 17,407 9.452 45,721

2. 20,553 26,845 29,991 47,291

3. 28,418 11,115 61,451 17,407

4. 52,013 18,980 29,205 7,183

5. 61,451 22,126 28,418 14,261

Rata-rata 37,54 19,29 31,70 26,37

SD 18,05 5,82 18,71 18,76

Tabel 6. Kadar MDA (ppm) Ginjal Mencit yang diberi Ekstrak Kedelai Varietas Anjasmoro

Page 39: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

33Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Rika Yulia, Lidya Karina, Veronica, dan Juliana Christyaningsih

KESIMPULAN DAN SARAN

Ekstrak kedelai (Glycine max) varietas Anjas-moro efektif dalam menurunkan kadar Pb dalam darah mencit yang telah terintoksikasi, efeknya

setara dengan suplementasi vitamin C.Baik ekstrak kedelai (Glycine max) varietas An-

jasmoro maupun vitamin C sama-sama tidak efek-tif dalam mempengaruhi kadar MDA dalam hepar dan ginjal mencit yang telah terintoksikasi Pb.

DAFTAR PUSTAKA

1. Jayakumar K., Vijayarengan P., Changxing Z., Go-mathinayagam M., Jaleel CA. Soil applied cobalt alters the nodulation, leg-haemoglobin content and antioxidant status of Glycine max (L.) Merr. Bio interfaces 2008; 67 : 272–275

2. Winarsi, Hery, Isoflavon Berbagai Sumber, Sifat, dan Manfaatnya Pada Penyakit Degeneratif, Yog-yakarta, Gadjah Mada University Press, 2005.

3. Ardyanto, Denny, Deteksi Pencemaran Timah Hi-tam (Pb) Dalam Darah Masyarakat yang Terpajan Timbal (Plumbum), Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2005; 2(1), hal. 67-76.

4. Khaki, A. A., & Khaki, A, Antioxidant Effect of Gin-ger to Prevents Lead-induced Liver Tissue Apop-tosis in Rat. Journal of Medicinal Plants Research, 2010; 4 (14), 1492-1495.

5. Hernani, R. M., Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Jakarta, Penebar Swadaya. 2006.

6. Kumalaningsih, Antioksidan Alami Penangkal Ra-dikal Bebas. Sumber, manfaat, cara penyediaan, dan pengolahan, Surabaya, Trubus Agrisarana, 2006.

7. Aykin-Burns, N., Laegeler, A., Kellogg, G., Ercal, N, Oxidative effects of lead in young and adult fisher 344 rats, Arch. Environ. Contam. Toxicol, 2003; 44: 417-420.

Page 40: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201434

Formulasi Effervescent Rumput Laut sebagai Antihipertensi

Tara Mandiricha, Lustyafa Inassani, Ibnu Malik, Zahrotul Hasanah Harum, dan Meddy Setiawan

Artikel Penelitian

Korespondensi:Tara MandirichaEmail : [email protected]

Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah, Malang

ABSTRACT: Eucheuma spinosum belongs to rhodophyceae seaweed that comprises bioactive peptides. Those peptides worked by decreasing blood pressure, i.e. ACE inhibitor drugs. These studies are conducted to determine reaction of Eucheuma spinosum distribution as natural ACE inhibitor in form of effervescent formulation. These studies were true experimental with pre-post test only control group. Sample consists of 28 Wistar rats, divided into 4 groups; a group of control (K) and 3 groups of experiment (P1,P2,P3) were given Eucheuma spinosum, dose 200 mg/kgBW/day, 400 mg/kgBW/day, & 600 mg/kgBW/day. The result shows that there is an effect of Eucheuma spinosum distribution to the blood pressure of hypertensive rats.

Keywords : Effervescent Eucheuma spinosum, hypertension, bioactive peptide, ACE Inhibitor

ABSTRAK: Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui penga-ruh rumput laut (Eucheuma spinosum) terhadap tekanan darah pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain wistar model hipertensi serta formulasinya se-bagai effervescent. Penelitian ini dilakukan dengan menentukan reaksi distribusi Eucheuma spinosum sebagai ACE inhibitor alamiah yang diformulasikan dalam bentuk sediaan effervescent. Penelitian ini merupakan penelitian true experimen-tal dengan pendekatan pre test-post test only control group design. Sebagai objek pada penelitian ini adalah 28 ekor tikus Wistar yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu K(+), P1, P2, dan P3 yang diberi Eucheuma spinosum, dengan dosis 200 mg/kgbb/hari, 400 mg/kgBB/hari, & 600 mg/kgBB/hari. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa ekstrak rumput laut (Eucheuma spinosum) dapat menurunkan sistole dan diastole tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain Wistar model hipertensi melalui mekanisme sebagai ACE Inhibitor alami yang dikemas dalam effervescent.

Kata kunci: Effervescent, Eucheuma spinosum, hipertensi, peptida bioaktif, ACE Inhibitor

Page 41: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

35Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Tara Mandiricha, Lustyafa Inassani, Ibnu Malik, Zahrotul Hasanah Harum, dan Meddy Setiawan

PENDAHULUAN

Hipertensi telah menjadi masalah kesehatan yang sangat serius karena merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas paling sering di seluruh dunia. Hipertensi atau yang lebih dike-nal darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan da-rah di atas 140/90 mmHg (1). Menurut American Heart Association bahwa presentase hipertensi pada pria lebih tinggi dari wanita sampai usia 45 tahun dan sekitar 69% orang yang mengalami serangan jantung, 77% yang mengalami stroke, dan 74% yang mengalami gagal jantung kongestif memiliki tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg (2).

Hipertensi sering disebut juga “silent killer” karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bagi pengidapnya (3). Pengidap tidak selalu gampang marah-marah atau sering pusing seperti yang selama ini dibi-carakan. Namun kita baru mengetahui mengidap hipertensi setelah memeriksakan tekanan darah. Penderita yang datang ke dokter umunya sudah parah, karena tidak tahu bahwa dirinya mengi-dap hipertensi.

Obat antihipertensi yang sering diresep-kan oleh dokter salah satunya adalah captopril, enalapril, dll bekerja dengan cara menghambat angiotensin I-converting enzyme (ACE) (4). ACE merupakan enzim pengatur tekanan darah dalam sistem renin-angiotensin aldosteron yang memi-liki peran ganda yaitu mengkatalisis produksi an-giotensin II sebagai vasokonstriktor dan mengi-naktivasi bradikinin sebagai vasodilator yang membuat pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah meningkat (5).

Angiotensin I-converting enzyme (ACE) inhibi-tor merupakan obat yang bekerja dengan meng-hambat ACE supaya tidak memproduksi hormon angiotensin II yang dapat menaikkan tekanan darah. ACE inhibitor membiarkan pembuluh da-rah melebar dan membiarkan lebih banyak da-rah mengalir ke jantung, sehingga menurunkan

tekanan darah (6). Obat-obat ini juga digunakan untuk mengobati gagal jantung kongestif, dia-betic nephropathy, dan untuk mengobati pasien yang telah terkena serangan jantung (7). Dapat juga digunakan untuk membantu mencegah se-rangan jantung dan stroke pada pasien dengan resiko tinggi (8).

Obat ACE inhibitor diketahui memiliki efek samping yang tidak diinginkan seperti menye-babkan batuk kering dan angioedema serta tidak dianjurkan selama kehamilan (9). Berdasarkan beberapa hal tersebut diperlukan alternatif obat ACE inhibitor yang minim efek samping meng-ingat obat hipertensi digunakan dalam waktu yang lama. Obat-obatan herbal/berbahan tana-man menjadi alternatif yang penting untuk di-perhatikan, sebab obat herbal dikenal secara luas minim efek samping dan memiliki khasiat yang dapat dibuktikan. Hal ini dapat meningkatkan minat dalam menemukan sumber-sumber alami dan aman yang memungkinkan komunitas ilmiah untuk berbelok pada obat berbahan alami dian-taranya adalah ganggang sebagai sumber daya melimpah yang bermanfaat karena sampai saat ini, ganggang dan mikroalga dirujuk dalam litera-tur sebagai sumber senyawa bioaktif untuk digu-nakan sebagai bahan pangan fungsional (10,11). Ganggang dengan pigmen bewarna merah beru-pa phycoerythrobilin (ganggang merah) seba-gian bertanggung jawab dalam sifat fungsional yang mempunyai beberapa fungsi fisiologis bagi tubuh yaitu aktivitas antioksidan (12), antihi-pertensi, antikoagulan, maupun aktivitas antimi-kroba (13).

Salah satu jenis rumput laut merah yang ba-nyak digunakan sebagai bahan makanan secara langsung karena mempunyai kandungan gizi yang cukup baik adalah Eucheuma spinosum (14). Hal ini dikarenakan rumput laut mengandung beberapa peptida dengan aktivitas ACE-inhibitor yang efektif mampu mempertahankan tekanan darah pada kondisi normal. Kandungan peptida bioaktif dalam rumput laut tersebut merupakan kekayaan bahari yang berpotensi untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pengelolaan

Page 42: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201436

Formulasi Effervescent Rumput Laut sebagai Antihipertensi

hipertensi dengan efek samping minimal dan harga yang lebih murah (15). Dengan mengemas ekstrak rumput laut dalam effervescent merupa-kan sediaan alternatif yang efisien, modern dan memiliki akseptabilitas lebih tinggi dibanding-kan dengan sediaan yang masih umum beredar di masyarakat.

Berdasarkan potensi tersebut maka perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk men-getahui pengaruh rumput laut (Eucheuma spino-sum) terhadap tekanan darah pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain wistar model hipertensi serta formulasinya sebagai efferves-cent.

METODE

Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian true ex-

perimental dengan pendekatan pre test-post test only control group design. Sebagai objek pada penelitian ini adalah 28 ekor tikus wistar yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu K(+), P1, P2, dan P3. Seluruh kelompok diinduksi dengan prednisone 1,5 mg/kgBB dan NaCl 2,5% selama 2 minggu yang diharapkan mampu meningkat-kan tekanan darah sistolik dan diastolik tikus putih jantan dari tekanan fisiologis yaitu 124/82 mmHg menjadi 165-200 mmHg (16).

Perlakuannya adalah dengan pemberian eks-trak rumput laut (Eucheuma spinosum) dengan dosis bervariasi yaitu 200 mg/kgBB (P1), 400 mg/kgBB (P2), dan 600 mg/kgBB (P3) secara oral selama 2 minggu. Keluarannya berupa tekanan darah tikus wistar setelah diinduksi hipertensi (pre test) dan setelah diberi perlakuan ekstrak rumput laut (post test).

Pembuatan Ekstrak Rumput Laut Rumput laut dengan spesies Eucheuma spino-

sum sebanyak 800 g, kemudian dicuci bersih, di-iris, dan dikeringkan dengan oven suhu 80°C se-lama 4 jam, kemudian di blender hingga menjadi tepung. Untuk mengekstrak fraksi larut metanol,

20 g setiap tepung rumput laut dicampur dengan 1 liter metanol untuk satu hari. Ekstrak tersebut kembali diekstraksi beberapa kali menjadi 100% methanol sampai hasil methanol hilang menggu-nakan rotary evaporator. Kemudian diinkubasi 72 jam untuk memberi kesempatan zat pelarut menarik bahan aktif. Selanjutnya dilakukan pe-nyaringan atau filtrasi dengan menggunakan ker-tas saring whatman nomor 2 dilakukan ekstraksi dengan rotari evaporator dan didapatkanlah ekstrak rumput laut yang kering. Pembuatan ekstrak rumput laut dilakukan di laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Persiapan Hewan CobaHewan coba yang digunakan adalah tikus pu-

tih jantan galur Wistar dengan berat 180-200 g berumur 3 bulan yang kemudian dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu di kandang ber-sih yang berukuran 50 cm x 50 cm x 40 cm dalam kondisi yang dikontrol secara otomatis dengan suhu (22 ± 2OC), kelembaban (sekitar 75%), dan pencahayan (cahaya dari pukul 16.00-07.00). Tikus diberi akses bebas mengkonsumsi air dan pakan standart BR-1. Pemeliharaan hewan coba pada penelitian ini telah didasarkan pada komi-si etik kehewanan. Dan proses pemeliharaan tersebut dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadi-yah Malang.

Pengukuran Tekanan DarahPengukuran tekanan darah pada tikus meng-

gunakan sfigmomanometer Student dengan me-tode non invasive blood pressure. Tikus ditem-patkan dalam alat untuk memfiksasi, kemudian pada pangkal ekornya dipasang tail cuff untuk mendeteksi denyut aliran darah yang terhubung dengan oscillogaph. Saat tikus telah tenang, alat dinyalakan. Penilaian hasil pengukuran dilaku-kan dengan membaca gafik yang tercetak oleh alat. Pengukuran tersebut dilakukan di Laborato-rium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universi-tas Gadjah Mada.

Page 43: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

37Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Tara Mandiricha, Lustyafa Inassani, Ibnu Malik, Zahrotul Hasanah Harum, dan Meddy Setiawan

Pembuatan Tablet EffervescentPembuatan tablet dari ekstrak rumput laut

dilakukan dengan metode granulasi basah. PVP K-30 dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol 96% sampai larut kemudian ditambah dengan pewarna dan dibagi menjadi dua. Untuk pem-buatan granul asam : ekstrak rumput laut dite-tesi dengan etanol qs kemudian ditambah cab-o-sil 2/5 bobot ekstrak dan ditambah sebagian manitol dicampur ad homogen. Selanjutnya, di-tambahkan no.1 campur ad homogen. Kemudian ditambah asam sitrat dan asam tartrat sampai menjadi massa granul yang baik. Dan untuk pem-buatan granul basa : natrium bikarbonat ditam-bah dengan sebagian manitol campur sampai ho-mogen, kemudian ditambahkan no.1 dicampur sampai menjadi massa granul yang baik. Granul no 2 dan 3 dilewatkan melalui ayakan 12 mesh, lalu dikeringkan pada oven pada suhu 400C sam-pai MCnya 0,2 – 0,3%. Granul kering dilewatkan melalui ayakan 18 mesh. Granul yang diperoleh dicampur dan ditambah magnesium stearat sam-pai homogen. Sebagian dari granul tersebut di-gunakan untuk pemeriksaan mutu fisik granul, meliputi: kecepatan alir, sudut diam, kelembaban dan distribusi granul. Campuran granul dikom-presi menjadi tablet dengan tekanan 1 ton dan ditahan ± 2 detik dan dievaluasi mutu fisik tablet effervescent.

Teknik Pengumpulan DataTikus yang telah diinduksi hipertensi kemu-

dian diberi berbagai perlakuan selama 2 minggu lalu tekanan darah tikus diukur menggunakan blood pressure analyzer, dan data dari setiap per-lakuan tikus dikumpulkan untuk dimasukkan ke dalam tabel. Data yang telah terkumpul kemudi-an dianalisa dan diinterprestasikan.

Analisis DataData dianalisis dengan menggunakan SPSS

version 10.0. hasil dinyatakan sebagai mean ± S.D. Arti penting dari berarti perbedaan antara kelompok kontrol dan masing-masing perlakuan kelompok ditentukan oleh Student t-test. Data tersebut diuji normalitasnya dengan uji Kol-mogorov Smirnov. Jika didapatkan data normal, maka dilakukan uji homogenitas dengan meng-gunakan statistik parametrik Anova, dan jika di-dapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,01), maka dilanjutkan dengan uji statistik Post Hoc. Kemudian dilakukan uji korelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perubahan tekanan darah pada tikus setelah diinduksi prednisone 1,5 mg/kgbb dan NaCl 1,5% selama pre test ditunjukkan dalam Gambar 1.

0

50

100

150

200

P1 P2 P3 K(+)TEKA

NAN

DAR

AH (m

mH

g)

KELOMPOK

PRE SISTOLE

Gambar 1. Perubahan tekanan darah sistole setelah induksi hipertensi pada tikus (pre test)

Page 44: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201438

Formulasi Effervescent Rumput Laut sebagai Antihipertensi

0

50

100

150

200

P1 P2 P3 K(+)

TEKA

NAN

DAR

AH (m

mH

g)

KELOMPOK

PRE DIASTOLE

Gambar 2. Perubahan tekanan darah diastole tikus setelah induksi hipertensi (pre test)

* *

0

50

100

150

200

P1 P2 P3 K(+)

TEKA

NAN

DAR

AH (m

mH

g)

KELOMPOK

POST SISTOLE

* *

020406080

100120140160180

P1 P2 P3 K(+)

TEKA

NAN

DAR

AH (m

mH

g)

KELOMPOK

POST DIASTOLE

Gambar 3. Pengaruh ekstrak rumput laut (Eucheuma spinosum) terhadap tekanan darah systole tikus saat post test

Gambar 4. Pengaruh ekstrak rumput laut (Eucheuma spinosum) terhadap tekanan darah diastole tikus saat post test

Page 45: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

39Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Tara Mandiricha, Lustyafa Inassani, Ibnu Malik, Zahrotul Hasanah Harum, dan Meddy Setiawan

Berdasarkan Gambar 1 & 2 bahwa perubahan tekanan darah pada kelompok P1, P2, dan P3 ti-dak berbeda nyata dengan kelompok K(+) saat pre test. Hal ini sesuai dengan desain penelitian bahwa semua tikus memiliki tekanan darah yang tinggi sebelum diberi perlakuan karena mendapat induksi yang sama yaitu prednisone 1,5mg/kgbb dan NaCl 1,5% dan belum mendapat perlakuan ekstrak rumput laut (Eucheuma spinosum).

Berdasarkan hasil analisis statistik pada Gambar 3 & 4 tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok P2 dan P3 tampak perubahan tekanan darah yang berbeda nyata dengan ke-lompok K(+), sedangkan pada kelompok P1 ti-dak berbeda nyata dengan kelompok K(+). Hal ini disebabkan karena kelompok P1 yaitu tikus yang diberi perlakuan ekstrak rumput laut (Eu-cheuma spinosum) dengan dosis 200 mg/kgbb tidak efektif menurunkan tekanan darah tikus model hipertensi. Sedangkan pada kelompok P2 dan P3 dengan dosis 400 mg/kgbb dan 600 mg/kgbb terbukti ekfektif menurunkan tekanan da-rah tikus model hipertensi.

Tablet yang dihasilkan diuji keseragaman bo-bot, kekerasan, kerapuhan dan waktu larutnya. Uji kekerasan tablet dilakukan dengan meletak-kan tablet pada hardness tester dengan posisi vertikal. Sekrup diputar pada ujung yang lain se-hingga tablet tertekan yang dinyatakan sebagai keadaan awal dengan skala pada skala nol (0). Pemutaran dihentikan sampai tablet pecah dan diperhatikan skalanya. Percobaan dilakukan un-tuk masing-masing 20 tablet dan dihitung rata-ratanya. Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg untuk tablet tidak bersalut (17). Hasil uji ke-kerasan menunjukkan bahwa formulasi efferves-cent rumput laut (Eucheuma spinosum) adalah 4 kg sehingga telah memenuhi persyaratan tablet yang baik. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh tekanan saat penabletan, sifat bahan yang dikem-pa, jumlah dan jenis bahan pengikat yang digu-nakan. Dalam formulasi ini digunakan PVP-K 30 untuk semua formula sebagai bahan pengikat yang dapat menambah kekompakan tablet (18).

Pengujian kerapuhan perlu dilakukan karena

kekerasan tablet bukan parameter absolut dari kekuatan tablet. Kerapuhan tablet menggambar-kan kekuatan fisik bagian luar tablet yang ber-peran untuk melawan guncangan mekanik. Uji kerapuhan tablet dilakukan dengan membebas-debukan 20 tablet kemudian ditimbang dan dima-sukkan ke dalam friabilator tester. Alat dijalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran per menit. Setelah itu, tablet dibebasdebukan lagi dan ditimbang (18). Kerapuhan di nyatakan sebagai % sesuai dengan persamaan (1).

Keterangan:M1= berat tablet awalM2= berat tablet setelah perlakuan

Tablet yang baik mempunyai nilai kerapuhan tidak lebih dari 1% (Anwar, 2010). Hasil uji ke ra-puhan pada effervescent rumput laut (Eucheuma spinosum) termasuk baik, yaitu < 1%. Semakin banyak jumlah sukrosa dalam tablet menyebab-kan tablet menjadi lebih keras. Ikatan yang kuat antar partikel pada permukaan tablet menyebab-kan tablet tidak rapuh (17).

Waktu larut tablet merupakan karakteristik yang penting dalam tablet effervescent (17). Uji waktu hancur dilakukan dengan memasukkan sebuah effervescent ke dalam aquades dengan volume 200 ml. Waktu hancur dihitung dengan stopwatch mulai effervescent tercelup sampai semua tablet hancur dan larut. Effervescent yang baik umumnya akan terlarut dengan cepat dalam waktu 1-2 menit (18). Hasil uji waktu hancur menunjukkan bahwa formulasi effervescent rum-put laut (Eucheuma spinosum) mempunyai waktu hancur yang baik, yaitu 37 detik. Semakin keras tablet, ikatan antar partikel penyusun semakin kuat dan pori-pori tablet menjadi kecil sehingga menghambat laju penetrasi air ke dalam tablet. Akibatnya waktu larut tablet menjadi lebih lama. Sebaliknya, dengan jumlah aspartam semakin banyak tablet menjadi lebih rapuh. Air menjadi mudah untuk berpenetrasi ke dalam tablet me-

Kerapuhan = M1−M2

M1 x 100% (1)

Page 46: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201440

Formulasi Effervescent Rumput Laut sebagai Antihipertensi

lalui pori-pori tablet yang longgar sehingga wak-tu larutnya lebih cepat. Larutan yang terbentuk dari effervescent tersebut tidak mutlak jernih tetapi masih ada residu dari rumput laut yang ti-dak larut (17).

Menurut penelitian sebelumnya (19) menge-nai pengaruh ekstrak buah mengkudu terhadap penurunan tekanan darah tikus didapatkan bah-wa pemberian ekstrak buah mengkudu dengan dosis 1000 mg/kg BB lebih banyak menurunkan tekanan darah tikus putih jantan dbandingkan dengan pemberian ekstrak buah mengkudu dosis 500 mg/kg BB. Pada penelitian Wang (2007) me-ngenai pengaruh ekstrak daun O Africana se bagai antihipertensi menunjukkan bahwa ekstrak O Af-ricana dengan dosis 1000 mg/kgBB juga efektif menurunkan tekanan darah kembali normal. Hal ini menjelaskan bahwa untuk mendapatkan efek antihipertensi dari bahan alami umumnya mem-butuhkan dosis yang lebih besar (20). Sedangkan pada penelitian ini, dosis efektif yang mampu menurunkan tekanan darah pada tikus adalah 400 mg/kgBB. Jika membandingkan hasil pene-litian dari Tista (2011) dan Wang (2007), maka ekstrak rumput laut (Eucheuma spinosum) lebih efektif mampu menurunkan tekanan darah tikus dengan dosis yang lebih kecil. Oleh karena itu ekstrak rumput laut (Eucheuma spinsoum) layak diperhitungkan menjadi antihipertensi yang le-bih efektif daripada tanaman herbal yang lainnya.

Penelitian sebelumnya Seon-Heui Cha (2006) melaporkan bahwa rumput laut mempunyai ak-tivitas sebagai anti hipertensi dengan mekanis-menya yang mirip dengan ACE inhibitor. Diduga rumput laut ini menurunkan tekanan darah melalui mekanisme penurunan tahanan perifer pembuluh darah tanpa menyebabkan penurunan laju jantung yang berarti. Hal ini juga diperkuat oleh gejala lain yang diamati selama percobaan, yakni terjadinya diuresis pada tikus (data tidak ditampilkan). Terjadinya diuresis menunjuk-kan adanya penambahan volume urin yang di-produksi dan menunjukkan peningkatan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air. Sebagai aki-batnya terjadi penurunan cairan volume ekstra-sel. Pada kondisi hipertensi, proses diuresis akan menurunkan kadar natrium dalam cairan tubuh dan dengan adanya efek vasodilatasi maka ter-jadi penurunan resistensi perifer yang kemudian menurunkan tekanan darah (3).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak rumput laut (Eucheuma spinosum) dapat menurunkan sistole dan diastole tikus pu-tih jantan (Rattus norvegicus) strain wistar model hipertensi melalui mekanisme sebagai ACE Inhibi-tor alami yang dikemas dalam effervescent.

DAFTAR PUSTAKA

1. Foex P., Sear J.W. Hypertension: Pathophysiology and Treatment. Oxford Journals. 2009. 4(3): 71-75.

2. Mozaffarian D, R. V. 2013. High Blood Pressure. American Heart Association, 127:e6-e245.

3. Tajuddin, I. Pelatihan Relaksasi Autogenik Untuk Menurunkan Tingkat Stres Pada Penderita Hiper-tensi. Tesis. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2011.

4. Jurca T., Vicas L. Complexes Of The Ace-Inhibitor Captopril. Farmacia. 2010. 58 (2): 198-202.

5. Masuyer G, S. S. Molecular recognition and regu-lation of human angiotensin-I converting enzyme (ACE) activity by natural inhibitory peptides. Eu-rope PubMed Central, 2012. 2:717.

6. Guyton, A.C., Hall, J.E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Edisi ke-12. Elsevier Saun-ders. Philadelphia. USA. 2010.

7. Chua D., Ignaszewski A., Schwenger E. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors: An Ace In The Hole For Everyone. BC Medical Journal. 2011. 53(5).

8. Madhur, M.S. Hypertension. http://emedicine.med scape.com/article/241381-overview. Diakses

Page 47: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

41Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Tara Mandiricha, Lustyafa Inassani, Ibnu Malik, Zahrotul Hasanah Harum, dan Meddy Setiawan

tanggal 2 September 2013. 9. Jarred G, Kennedy R.L. Therapeutic Perspective:

Starting An Angiotensin-Converting Enzyme In-hibitor Or Angiotensin II Receptor Blocker In A Diabetic Patient. National Center for Biotechnolo-gy Information, U.S. National Library of Medicine. 2010. 1(1): 23–28.

10. Plaza, M., Herrero M, Cifuentes A, Ibañez E Inno-vative natural functional ingedients from Micro-algae. Journal of Agicultural and Food Chemistry 2009. 57: 7159–7170.

11. Plaza, M., Cifuentes A, Ibañez E. In the search of new functional food ingedients from algae. Trends in Food Science & Technology 2008. 19: 31–39.

12. Byun, H.G., J.K. Lee, H.G. Park, J.K. Jeon, S.K. Kim. 2009. Antioxidant peptides isolated from the ma-rine rotifer, Brachionus rotundiformis. Process Biochemistry 44: 842–846.

13. Ngo, D.H., I. Wijesekara, T.S. Vo, Q.V. Ta, S.V. Kim. Marine food-derived functional ingedients as potential antioxidants in the food industry: an overview. Food Research International 2011. 44: 523–529.

14. Sulistyowaty, D. Efek Diet Rumput Laut Eucheuma Sp. Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Disuntik Aloksan. Skripsi. Fakultas Kedok-teran Universitas Diponegoro. Semarang. 2009.

15. Bernstein M., Woods M. Seaweed as a Rich New

Source of Heart-Healthy Food Ingedients. Ameri-can Chemical Society (ACS) Journal of Agicultural and Food Chemistry. 2011.

16. Luo Y, Owens D, Mulder G, McVey A. 2008. Blood Pressure Characterization of Hypertensive and Control Rats for Cardiovascular. http://www.criv-er.com/files/pdfs/rms/shr/rm_rm_r_08_bp_char-acterization_of_hypertensive_and.aspx.Diakses tanggal 2 September 2013.

17. Pratiwi G., Hertiani T. Optimasi Komposisi Sukrosa Dan Aspartam Sebagai Bahan Pemanis Pada For-mula Tablet-Effervescent Ekstrak Etanolik Buah Mengkudu. Majalah Obat Tradisional. 2011. 16(2): 43 – 50.

18. Anwar, K. Formulasi Sediaan Tablet Effervescent Dari Ekstrak Kunyit (Curcuma Domestica Val.) Dengan Variasi Jumlah Asam Sitrat-Asam Tartrat Sebagai Sumber Asam. Sains dan Terapan Kimia. 2010. 4(2): 168-178.

19. Tista, G.N.B. Pemberian Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L) Menurunkan Tekanan Da-rah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Nor-vegicus) Yang Hipertensi. Tesis. Universitas Uda-yana, Bali. 2011.

20. Wang, Xu. The Antihypertensive Effect Of Aqueous Extract Of O Africana Leaves. Tesis. Department Of Medical Bioscience At The University Of The West-ern Cape, South Africa. 2007.

Page 48: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201442

Evaluasi Asuhan Kefarmasian terhadap Hasil Terapi dan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Primer di Rumah Sakit

Nadroh Br. Sitepu1, Urip Harahap2, dan Salli Roseffi Nasution3

ABSTRACT: The management of hypertension ideally requires collaboration between health professionals which includes in the three aspects: medical care, pharmaceutical care, and nursing care. The purpose of this study was to deter-mine the impact of pharmacist counseling conducted on therapeutic outcomes in systolic blood pressure (SBP), diastolic blood pressure (DBP), body mass index (BMI), blood glucose levels (BGL) period, total cholesterol, and quality of life of patients were measured Short-Form Health Survey 36 (SF-36). This study was conducted at RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai involved 60 primary hypertensive patients. Patients were divided into two groups: group counseling and with out counseling. Data were analyzed by independent sample t-test. The result of this study showed significant differences in SBP (p = 0.048), BMI (p = 0.014), BGL (p = 0.002) and total cholesterol (p = 0.000) and value of quality of life who received counseling (63.17%) and without counseling (54.80%) with p = 0.001. But ob-tained no significant differences between DBP (p = 0.068).

Keywords: primary hypertension, pharmaceutical care, counseling.

ABSTRAK: Penatalaksanaan hipertensi idealnya memerlukan kerja sama an-tara profesi kesehatan, meliputi 3 aspek yaitu pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, dan pelayanan keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asuhan kefarmasian yang dilakukan farmasis terhadap hasil terapi dengan parameter tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah di-astolik (TDD), indeks masa tubuh (IMT), kadar glukosa darah (KGD) sewaktu, kolesterol total serta kualitas hidup pasien yang diukur dengan Short-Form Health Survey-36 (SF-36). Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. R. M. Djoel-ham Binjai melibatkan 60 orang pasien hipertensi primer rawat jalan. Pasien dibagi dua kelompok yaitu kelompok konseling dan tanpa konseling. Data yang diperoleh dianalisis dengan independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan pada hasil terapi TDS (p = 0,048), IMT (p = 0,014), KGD sewaktu (p = 0,002), kolesterol total (p = 0,000), dan nilai kualitas hidup pasien yang menerima konseling (63,17%) dengan tanpa konseling (54,80%) dengan nilai p = 0,001. Tetapi tidak diperoleh perbedaan yang signifikan pada TDD (p = 0,068) antara kelompok konseling dan tanpa konseling.

Kata kunci: hipertensi primer, asuhan kefarmasian, konseling

Artikel Penelitian

Korespondensi: Nadroh Br. SitepuEmail : [email protected]

1 Jurusan Farmakologi Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan

2 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan,

3 Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik, Medan

Page 49: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

43Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Nadroh Br. Sitepu, Urip Harahap, dan Salli Roseffi Nasution

PENDAHULUAN

Lebih dari 95% penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya yang pasti, dan didiagno-sis sebagai pasien hipertensi primer (hipertensi esensial). Pengendalian hipertensi yang agresif akan menurunkan komplikasi terjadinya infark miokardium, gagal jantung kongestif, stroke, ga-gal ginjal, penyakit oklusi perifer dan diseksi aor-ta, sehingga morbiditas dapat dikurangi. Tekanan darah yang terkontrol dengan obat-obat antihi-pertensi akan mengurangi resiko stroke 35-40%, infark miokard 20-25%, dan gagal jantung lebih dari 50% (1-3).

Modifikasi penatalaksanaan penyakit hiper-tensi perlu dilakukan untuk meningkatkan ke-patuhan pasien terhadap terapi obat demi men-capai target tekanan darah yang diinginkan. Se-bab, paling sedikit 50% pasien yang diresepkan obat antihipertensi tidak meminum obat sesuai yang direkomendasikan. Juga, sejumlah besar obat-obat antihipertensi memiliki efek samping yang tidak diinginkan yang membutuhkan pe-nilaian dan intervensi oleh farmasis. Cara yang paling efektif untuk mengetahui ketidakpatuhan itu ialah dengan kombinasi strategi seperti edu-kasi, modifikasi sistem penatalaksanaan penyakit hipertensi oleh penyedia pelayanan kesehatan. Secara global, peran farmasis dalam mengeduka-si pasien sedang berkembang. Hal ini disebabkan farmasis dengan keahliannya, mampu mengiden-tifikasi masalah dan meningkatkan kepatuhan terkait pengobatan pasien. Dengan membantu pasien memodifikasi pola hidupnya akan mem-bantu pasien mencapai tujuan terapi (4-6).

Pasien dengan penyakit kronis, seperti hiper-tensi memiliki nilai kualitas hidup yang buruk. Rendahnya kualitas hidup pasien hipertensi ber-hubungan erat dengan penatalaksanaannya yang bersifat seumur hidup dan memerlukan manaje-men harian dalam jangka waktu yang lama. Hepler dan Strand mendefinisikan asuhan kefarmasian sebagai tanggung jawab penyediaan terapi pengo-batan dengan tujuan untuk mencapai hasil terten-tu yang meningkatkan kualitas hidup pasien (7).

Oleh karena itu, peran farmasis dalam asuhan kefarmasian harus dipahami dalam konteks op-timalisasi manfaat farmakoterapi sehingga kuali-tas hidup pasien meningkat. Intervensi ini bertu-juan untuk penyembuhan penyakit, menghilang-kan atau mengurangi gejala penyakit pasien, menahan atau memperlambat proses penyakit danmencegah penyakit atau gejala (8).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevalu-asi hubungan antara pemberian asuhan kefarma-sian dalam bentuk konseling oleh farmasis ter-hadap keputusan klinis dan kualitas hidup pada pasien hipertensi primer rawat jalan di RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai. Penelitian ini diharap-kan bermanfaat bagi profesi farmasi dan pasien dalam hal peningkatan mutu asuhan kefarmasian terutama dalam konteks menuju pelayanan yang berorientasi kepada kebutuhan pasien sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan mortali-tas sekaligus meningkatkan kualitas hidup dan mencegah komplikasi penyakit. Selain itu, mem-perkenalkan profesi farmasi kepada masyarakat sebagai bagian dari tim kesehatan, khususnya dalam penatalaksanaan hipertensi.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol (Randomized Controlled Trial). Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 sampai dengan Januari 2013, dan tempat penelitian dilakukan di Poli-klinik Spesialis Penyakit Dalam RSUD dr. R.M. Djoelham Binjai.

Data dikumpulkan sebelum dan setelah per-lakuan dari dua kelompok pasien yaitu kelompok pasien hipertensi yang mendapatkan asuhan ke-farmasian berupa konseling farmasis dan kelom-pok pasien hipertensi tanpa konseling farmasis.

Pengambilan sampel penelitian ini dilaku-kan secara nonrandom purposive sampling, yang memenuhi kriteria inklusi, subjek pasien Askes dewasa usia diatas 18 tahun yang di rawat jalan, yang didiagnosis hipertensi menurut kriteria JNC

Page 50: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201444

Asuhan Kefarmasian dan Hasil Terapi Pasien Hipertensi Primer

VII, dengan TDS/TDD> 140/90 mmHg atau se-dang menggunakan ≥ 1 obat antihipertensi mini-mal dalam 1 bulan terakhir, dapat membaca dan mengerti bahasa Indonesia, dan bersedia mene-rima pemberian informasi serta persetujuan par-tisipasi bersifat sukarela dan tertulis (informed concent). Sedangkan kriteria eksklusi pasien hipertensi dengan penyakit penyerta, seperti diabetes melitus, gagal jantung, gangguan ginjal, gangguan kejiwaan, dan kanker, preeklamsia dan demensia atau mengalami gangguan kognitif.

Data diperoleh melalui diagnosa dokter me-liputi TDS, TDD, IMT, KGD dan kolesterol total, dan resep dokter, interview menggunakan daf-tar pertanyaan kombinasi dan kuesioner survei Short Form-36 (SF-36) yang mengukur 8 skala fungsional kesehatan, serta konseling dilakukan setiap 2 minggu, menggunakan brosur meliputi pentingnya tekanan darah yang terkontrol, mana-jemen harian terapi farmakologi dan nonfarma-kologi. Data penelitian dianalisis secara statistik menggunakan independent sample t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah penderita hipertensi primer pada pe-nelitian ini yang paling banyak adalah perem-puan yaitu sebanyak 50 orang (83,3%) dan la-ki-laki sebanyak 10 orang (16,7%). Sedangkan

berdasarkan lama menderita, hipertensi paling banyak dialami pasien selama 1-5 tahun, seba-nyak 51,67%. Berdasarkan Tabel 1, umur pasien hipertensi primer adalah di antara umur 51-60 tahun yaitu sebanyak 12 orang (40%). Data ini sesuai dengan pernyataan Kumar (2005) bahwa usia di atas 50 tahun merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi. Hal ini disebabkan elastisi-tas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya umur dinding arteri akan mengalami penebalan karena adanya penumpu-kan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pem-buluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (9).

Berdasarkan penggunaan obat pasien hiper-tensi primer baik pasien konseling dan tanpa konseling yang paling banyak adalah kombinasi antara calcium channel blocker (CCB) dengan angiotensin receptor blocker (ARB) berturut-turut sebesar 58,33% untuk kelompok konse-ling dan 70% untuk kelompok tanpa konseling. Disusul penggunaan 3 kombinasi obat golongan CCB, ARB dan penyekat beta (β-blocker) sebe-sar 14,17% dan 13,33% masing-masing untuk kelompok konseling dan tanpa konseling. Bukti ilmiah menunjukkan kalau hanya menurunkan tekanan darah, tolerabilitas atau biaya saja tidak dapat digunakan dalam memilih obat hipertensi. Alasan mengapa pengobatan kombinasi pada hipertensi dianjurkan, karena: mempunyai efek

Tabel 1. Distribusi pasien hipertensi primer berdasarkan umur

Umur(Tahun)

Hipertensi primer konseling Hipertensi primer non konseling

F absolut F relatif F absolut F relatif

30-40 1 3.3 1 3.3

41-50 6 20.0 2 6.7

51-60 12 40.0 12 40.0

61-70 9 30.0 10 33.3

71-80 2 6.7 5 16.7

Jumlah 30 100.0 30 100.0

Page 51: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

45Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Nadroh Br. Sitepu, Urip Harahap, dan Salli Roseffi Nasution

aditif, mempunyai efek sinergisme, penurunan efek samping masing-masing obat, adanya fixed dose combination akan meningkatkan kepatuhan pasien (5,10).

Evaluasi hasil terapiGambaran nilai tekanan darah

Gambaran nilai tekanan darah pasien hiper-tensi dengan konseling didasarkan pada TDS dan TDD. Dari 30 pasien yang diamati dalam peneli-tian ini terjadi persentase penurunan TDS sebe-sar 15,69% (Tabel 2).

Sedangkan pada pasien tanpa konseling meskipun terjadi penurunan pada pertemuan II, tetapi pada pertemuan ke III takanan darah re-rata naik menjadi 139 mmHg, dan kembali turun menjadi 136,33 mmHg (Gambar 1).

Pemantauan hasil analisis TDD pasien yang mendapat konseling diperoleh nilai rerata penu-runan 15,00 mmHg dengan nilai p < 0,05, berarti penurunan tekanan darah diastolik sebelum dan

setelah diberi program konseling berbeda signifi-kan (Tabel 2). Sedangkan rerata penurunan TDD tanpa konseling adalah 8,33 mmHg.

Berdasarkan perbandingan nilai TDS dua ke-lompok yaitu diperoleh nilai p = 0,048 (p < 0,05). Ini menunjukkan bahwa rerata TDS pasien hiper-tensi konseling berbeda signifikan dengan rerata TDS pasien hipertensi tanpa konseling. Sedang-kan nilai TDD dari dua kelompok diperoleh ni-lai p = 0,068 (p > 0,05). Ini menunjukkan bahwa TDD pasien hipertensi dengan konseling tidak berbeda dengan rerataTDD pasien hipertensi tanpa konseling.

Pada penelitian ini pasien tanpa konseling yang mencapai target tekanan darah <140/90 mmHg (JNC VII) sebanyak 11 pasien (36,67%) dari 30 pasien. Sedangkan pada pasien konseling peningkatan yang signifikan terjadi sebanyak 21 pasien (70%) dari 30 pasien. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Brouker, et al., setelah dilaku-kan intervensi oleh farmasis terjadi peningkatan

Gambar 1. Nilai tekanan darah sistolik pasien hipertensi primer dengan konseling dan tanpa konseling

Tabel 2. Gambaran hasil terapi sebelum (pra) dan setelah (post) dilakukan konseling/pengamatan

ParameterHipertensi primer konseling (n=30) Hipertensi primer tanpa konseling

(n=30)

Pra Post Pra Post

TDS (mmHg) 153 129 151,33 136,33

TDD (mmHg) 94,67 79,67 91,67 83,33

Page 52: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201446

Asuhan Kefarmasian dan Hasil Terapi Pasien Hipertensi Primer

jumlah pasien yang mencapai kontrol tekanan darah <140/90 mmHg sebesar 73%. Ini menun-jukkan bahwa peranan farmasis penting dalam mengedukasi pasien hipertensi khususnya dalam hal meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang sedang mereka jalankan dan kesadaran untuk melakukan “self care” dalam hal ini melakukan kontrol tekanan darah.

TDS yang tinggi menjadi penanda kuat un-tuk berkembang menjadi penyakit jantung dan pembuluh darah dibanding TDD pada usia 50 ta-hun keatas dan merupakan parameter yang pa-ling penting dalam pemeriksaan tekanan darah secara klinis untuk sebagian besar pasien. Hal ini juga menunjukkan peranan farmasis dapat menurunkan secara signifikan resiko berkem-bangnya penyakit jantung dan pembuluh darah pada pasien hipertensi dengan menurunnya TDS (10,11).

Gambaran nilai IMTPada Gambar 2 tampak nilai IMT sebelum

konseling dan setelah konseling. Jumlah pasien dengan IMT normal sebelum konseling sebanyak 16 orang (53,33%), setelah diberi konseling ter-jadi penurunan menjadi 15 orang (50%).

Gambaran jumlah pasien dengan IMT normal sebelum pengamatan sebanyak 15 orang (50%), setelah pengamatan terjadi penurunan menjadi 14 orang (46,67%) (Gambar 3).

Perbandingan nilai IMT pasien konseling dan tanpa konseling bertujuan untuk melihat sebera-pa besar signifikansi perbedaan nilai IMT kedua kelompok tersebut terkait kepatuhan pasien. IMT rerata pasien hipertensi pada kelompok konse-ling terjadi penurunan rerata sebesar -0,2 kg/m2 (1,11%) sedangkan IMT pada pasien hipertensi pada kelompok tanpa konseling terjadi kenaikan rerata0,13 kg/m2 (0,8%), dengan nilai p = 0,014.

Gambar 2. Nilai IMT sebelum dan setelah konseling pasien hipertensi primer

Keterangan: = IMT awal, = IMT akhir

Gambar 3. Nilai IMT sebelum dan setelah pengamatan pasien tanpa konseling

Keterangan: = IMT awal, = IMT akhir

Page 53: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

47Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Nadroh Br. Sitepu, Urip Harahap, dan Salli Roseffi Nasution

Nilai IMT berbanding lurus dengan nilai berat badan. Chobanian, et al., menyatakan penurunan berat badan untuk mendapatkan nilai IMT yang berada pada kisaran normal, 18,5-24,9 kg/m2, dapat menurunkan tekanan darah sebesar 5-20 mmHg. Sehingga menurunkan resiko kejadian kardiovaskular dan kerusakan organ target lain-nya. Peran farmasis dalam hal ini, melakukan edu-kasi dan monitoring terhadap pasien hipertensi primer sehingga sasaran terapi yang diinginkan dapat tercapai. Donovan, et al., menyatakan bah-wa kelompok pasien dengan intervensi farmasis secara statistik dapat menurunkan IMT yang sig-nifikan dibandingkan kelompok kontrol (-0,6 kg/m2). Pada penelitian ini, konseling farmasis hanya dapat menurunkan IMT -0,2 kg/m2, hal ini disebab-kan kurangnya kesadaran dan kepatuhan pasien dalam pengaturan diet dan olah raga (12,13).

Gambaran KGD sewaktuPada pasien konseling terjadi penurunan nilai

rerata KGD sewaktu (110,37 mg/dl) dibandingkan dengan pertemuan sebelum konseling (114,50

mg/dl) (Tabel 3). Berdasarkan perbandingan tersebut, terjadi penurunan rerata sebesar 3,61%. Pada awal pengamatan 6,67% pasien memiliki KGD sewaktu > 200 mg/dl. Setelah dilakukan kon-seling tidak terdapat pasien yang memiliki KGD sewaktu > 200 mg/dl. Sedangkan pada pasien tanpa konseling pada awal pengamatan ada 1 pasien (3,33%) memiliki KGD sewaktu > 200 mg/dl. Pada akhir pengamatan, pasien yang memiliki KGD sewaktu > 200 mg/dl tetap 1 pasien (3,33%) tetapi pada pasien yang berbeda. Perbandingan KGD sewaktu pasien konseling dan tanpa konse-ling berbeda signifikan dengan nilai p = 0,002.

KGD sewaktu merupakan salah satu petunjuk penting dalam pengelolaan hipertensi primer. Pemeriksaan KGD sewaktu digunakan untuk me-nentukan pola terapi dan evaluasi terhadap peng-obatan dan kemungkinan berkembangnya penya-kit dan kemungkinan terjadinya kerusakan organ target (14).

Gambaran kolesterol totalPada awal pengamatan ada 6 pasien (20%) me-

Tabel 3. Gambaran parameter hasil terapi dan kualitas hidup pasien hipertensi primer konseling dan tanpa konseling

ParameterKelompok konseling

(n=30)Kelompok tanpa konseling

(n=30)

pra post pra post

TDS (mmHg) 153,0 129,0 151,33 136,33

TDS (mmHg) 94,67 79,67 91,67 83,33

IMT (kg/m2) 23,36 23,09 25,16 25,38

KGD sewaktu (mg/dl) 114,50 110,37 117,97 132,17

Kolesterol total (mg/dl) 184,67 159,73 179,93 185,20

Tabel 4. Nilai rerata kualitas hidup pasien hipertensi primer dengan konseling dan tanpa konseling

Kualitas HidupPasien Konseling Pasien Tanpa Konseling

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)Baik

Buruk

Total

21

9

30

70

30

100

13

17

30

43,33

56,67

100

Page 54: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201448

Asuhan Kefarmasian dan Hasil Terapi Pasien Hipertensi Primer

miliki kolesterol total > 200 mg/dl. Setelah dilaku-kan konseling jumlah pasien yang memiliki koles-terol total > 200 mg/dl sebanyak 1 orang (3,33%). Nilai rerata kadar kolesterol seluruh pasien hiper-tensi setelah konseling terjadi penurunan (Tabel 4). Sedangkan pada kelompok tanpa konseling terdapat 8 pasien (26,67%) yang memiliki koles-terol total > 200 mg/dl pada awal pengamatan. Diakhir pengamatan jumlah pasien yang memiliki kolesterol total > 200 mg/dl sebanyak 10 orang, meningkat menjadi (33,33%). Berdasarkan uji in-dependent sample-t test menun jukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p = 0,000.

Kolesterol dalam darah umumnya berasal dari pola makanan yang dikonsumsi. Kolesterol meru-pakan faktor risiko hipertensi. Jadi semakin tinggi kadar kolesterol total semakin tinggi pula terjadi-nya hipertensi. Karena jika kadar kolesterol tinggi dalam darah akan menyebabkan terjadinya depo-sisi kolesterol pada lapisan endotel dinding pem-buluh darah. Menurut Bunting, et al., intervensi yang dilakukan farmasis dengan konseling secara tatap muka ternyata mampu menurunkan kadar kolesterol total dari 211,4 mg/dl menjadi 184,3 mg/dl. Berarti terjadi penurunan sebesar 12,82%. Tidak jauh berbeda dalam penelitian ini persentase yang diperoleh adalah sebesar 13,50% (15,16).

Gambaran kualitas hidup pasien hipertensi primerHipertensi telah dikaitkan dengan rendahnya

tingkat kualitas hidup. Gambaran nilai rerata kua-litas hidup pasien hipertensi primer yang melaku-kan perawatan di RSUD dr. Djoelham Binjai dapat dilihat pada Tabel 4.

Nilai SF-36 ≥ 60 menggambarkan kualitas hi-dup pasien yang baik. Sedangkan nilai SF-36 < 60 menggambarkan nilai kualitas hidup yang kurang baik/buruk. Nilai rerata kualitas hidup pasien hi-

pertensi dengan konseling (63,17) berbeda sa ngat signifikan dengan rerata kualitas hidup pasien hipertensi tanpa konseling (54,80) dengan nilai p = 0,001.

Kualitas hidup merepresentasikan apresiasi subjektif terhadap pengaruh penyakit yang dideri-tanya ataupun pengaruh dari pengobatan penyakit terhadap dirinya yang dinilai secara multidimen-sional. Kelompok pasien yang memiliki penyakit yang sama dan tujuan terapi yang sama dapat me-miliki laporan kualitas hidup yang berbeda akibat perbedaan harapan dan kemampuan beradaptasi masing-masing pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Pengaruh asuhan kefarmasian terha-dap pasien hipertensi memberikan dampak posi-tif terhadap pembatasan konsumsi garam yaitu ≤ 2,4 g/hari, membatasi konsumsi alkohol, mening-katnya kesadaran dalam upaya self care, mening-katkan kepatuhan terhadap pengobatan mereka. Sebab fakta di lapangan menunjukkan 50% lebih pasien hipertensi menghentikan penggunaan obat hipertensi ketika tekanan darah telah normal dan intervensi asuhan kefarmasian mampu mening-katkan kualitas hidup pasien hipertensi (17).

KESIMPULAN DAN SARAN

Ada perbedaan yang bermakna antara hasil terapi dan kualitas hidup pasien yang menerima asuhan kefarmasian dalam bentuk konseling dan tanpa konseling dalam pengendalian/kontrol TDS, IMT, KGD sewaktu dan kolesteroltotal, tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada TDD. Dibutuhkan peran farmasis dalam memberikan informasi khususnya dalam farmakoterapi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Pengendalian Hipertensi. Alih Bahasa: Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB,

2001: 50-51.2. Wiryana, M. Manajemen Perioperatif Pada Hiper-

tensi. Bagian/SMF Ilmu Anestesi dan Reanimasi FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Penyakit

Page 55: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

49Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Nadroh Br. Sitepu, Urip Harahap, dan Salli Roseffi Nasution

Dalam. 2008; 9(2): 145.3. Muenster, V.S.J., Carter, B.L., Weber, C.A., Ernst, M.E.,

dan Steffensmeier, J.J.G. Description of Pharmacist Interventions During Physician-Pharmacist Co-management of Hypertension. Pharm World Sci. 2007; 30: 128-135.

4. Karodeh, Y.R., Edafiogho, I., Hailemeskel, B., Ofosu, J.R., dan Karla, P.K. Clinical Implications and Limi-tations of JNC7 in HTN Management and Recom-mendations for JNC8. Archives of Pharmacy Prac-tice. 2011; 2(3): 84-89.

5. Depkes RI. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hi pertensi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2006.

6. Bisharat, B., Hafi, L., Epel, O.B., Armaly, Z., dan Bo-wirrat, A. Pharmacist Counseling to Cardiac Pa-tients in Israel Prior to Discharge from Hospital Contribute to Increasing Patient’s Medication Ad-herence Closing Gaps and Improving Outcomes. Journal of Translational Medicine. 2012; 10(34): 1-9.

7. Hepler CD, Strand LM. Opportunities and Respon-sibilities in Pharmaceutical care. American Jour-nal of Hospital Pharmacy. 1990; 47: 533-543.

8. Poljičanin, T., Ajduković, D., Šekerija, M., Okanović, M.P., Metelko, Z., dan Mavrinac, G.P. Diabetes Mel-litus and Hypertension have Comparable Adverse Effects on Health-related Quality of Life. BMC Pub-lic Health. 2010; 10(12): 1-6.

9. Kumar, K.V., Abbas A.K., dan Fausto, N. Hyperten-sive Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease. Edisi ke-7. Philadel-pia: Elsevier Saunders. 2005.

10. Saseen, J. J., dan Carter, B. L. Hypertension. Dalam: Pharmacotherapy A Pathophysiologic Aproach. Editor: Joseph T. Dipiro, Robert L. Talbert, Gary

C. Yee, Gary R. Matzke, dan Barbara G. Wells. Edi-si ke-6. New York: The McGraw-Hill Companies, 2005.

11. Brouker, E.M., Gallagher, K., Larrat, E. P., dan Du-fresne, R.L. Patient Compliance and Blood Pres-sure Control on A Nuclear-powered Aircraft Carri-er: Impact of Pharmacy Officer. Military Medicine. 2000; 165(2): 106-110.

12. Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo, J.L., Jones, D.W., Materson, B.J., Oparil, S., dan Wright, J.T. The Seventh report of the Joint National Committee on Prevention, De-tection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Hypertension JAMA. 2003; 289(19): 2560-2570.

13. Donovan, D., Byrne, S. dan Sahm, L. The Role Of Pharmacists In Control And Management Of Type 2 Diabetes Mellitus; A Review Of The Literature. Journal of Diabetology. 2011; 1(5): 1-16.

14. Kusniyah, Y., Nursiswati, dan Rahayu, U. Hubu ngan Terkait Self Care dengan Tingkat HbA1c pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik En-dokrin RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Artikel Self Care. 2010; 17-20.

15. Khomsan, A. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Ja-karta: PT. Rineka Cipta, 2003.

16. Bunting, B.A., Smith, B.H., dan Sutherland, S.E. The Asheville Project: Clinical and Economic Out-comes of a Community-based Long-term Medica-tion Therapy Management Program for Hyperten-sion and Dyslipidemia. J Am Pharm Assoc. 2008; 48(1): 23-31.

17. Aguwa, C.N., Ukwe, C.V., dan Ekwunife, O.I. Effect of Pharmaceutical Care Programme on Blood Pres-sure and Quality of Life in a Nigerian Pharmacy. Pharm World Sci. 2007; 30(1): 107-110.

Page 56: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201450

Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular Komplex Siklookgesinenase-2

dengan Beberapa Senyawa Turunan Kuinazolinon

Arry Yanuar, Muhammad Aditya Setiajid, dan Hayun

ABSTRACT: The aims of this research is to observe the inhibition activity of sulfonamides or sulfacetamides substituted of 3-Phenyl-2-styril-4(3H)-quina zolinones with COX-2. The study of COX-2, binding inhibition and dynamics interaction was done with in silico method by molecular docking with Auto Dock 4.0 and molecular dynamics in 2 nanoseconds with Amber 11. Those compound could be divided into 3 groups, based on ∆G scores of docking result: very selective group (-10.92 to -11.33 kcal/mol) compared to SC-558 (-10.90 kcal/mol); selective group compound (-9.22 to -10.68 kcal/mol) compared to celecoxib (-10.63 kcal/mol); non-selective group, compound (-6.48 to -6.98 kcal/mol) compared to aspirin (-4.82 kcal/mol). Molecular dynamics simulation of 6COX complex with several quinazolinon derivates showed number and stability of hydrogen bond.

Keywords: COX-2, anti-inflammatory, molecular docking, molecular dy-namics

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mengamati dinamika interaksi inhi-bisi ikatan beberapa senyawa 3-Fenil-2-stiril-4(3H)-kuinazolinon tersub-stitusi sulfonamida atau sulfasetamida dengan COX-2. Pengujian dina-mika interaksi dilakukan secara in silico melalui penambatan molekuler menggunakan AutoDock 4.0 dan simulasi dinamika molekuler selama dua nanodetik menggunakan Amber 11. Berdasarkan nilai ∆G hasil penam-batan molekul, dapat dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok sangat selek-tif (-10,92 hingga -11,33 kkal/mol) dibandingkan dengan SC-558 (-10,90 kkal/mol); kelompok selektif (-9,22 hingga -10,68 kkal/mol) dibanding-kan dengan selekoksib (-10,63 kkal/mol); kelompok non-selektif (-0,48 hingga -6,98 kkal/mol) dibandingkan dengan aspirin (-4,82 kkal/mol). Simulasi dinamika molekuler pada kompleks 6COX dengan beberapa se-nyawa turunan kuinazolinon menunjukkan jumlah dan stabilitas ikatan hidrogen.

Kata kunci: COX-2, antiinflamasi, penambatan molekuler, dinamika mole-kuler

Artikel Penelitian

Korespondensi: Arry YanuarEmail : [email protected]

Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia

Page 57: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

51Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Arry Yanuar, Muhammad Aditya Setiajid, dan Hayun

PENDAHULUAN

Senyawa DuP-697 terbukti memiliki aktifi tas antiinflamasi yang kuat sebelum enzim siklook-sigenase-2 (COX-2) dapat diidentifikasi. Para peneliti belum dapat menjelaskan bagaimana DuP-697 dapat memberikan aktifitas antiinfla-masi pada saat itu, tetapi setelah COX-2 dapat diidentifikasi maka senyawa tersebut terbukti memiliki aktifitas sebagai obat anti inflamasi yang dapat menghambat kerja dari enzim COX-2. Hal inilah yang menjadi awal dalam penemuan senyawa-senyawa baru untuk obat antiinflamasi yang memiliki mekanisme kerja dalam meng-hambat enzim COX-2. Hingga saat ini, lebih dari 500 senyawa penghambat COX-2 telah ditemu-kan dalam beberapa tahun terakhir, hal tersebut menunjukkan bahwa prospek pengembangan obat antiinflamasi sangat menjanjikan (1).

Prostaglandin dan glukokortikoid merupa-kan senyawa mediator yang dapat menyebabkan terjadinya inflamasi. Obat antiinflamasi non-ste-roid (AINS) bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin melalui penghambatan enzim siklooksigenase, sehingga banyak digu-nakan dalam pengobatan inflamasi secara luas. Enzim siklooksigenase dapat mengkatalisis me-tabolisme asam arakidonat, sehingga enzim sik-looksigenase dapat mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin. Dua buah isoform dari enzim siklooksigenase telah diketahui, yaitu COX-1 yang banyak dihasilkan di berbagai jenis jaringan dan berperan dalam produksi prosta-glandin; dan COX-2 yang diinduksi oleh sitokin, mitogen dan endotoksin dalam sel inflamasi yang dapat meningkatkan produksi prostaglandin se-lama proses inflamasi berlangsung (2).

Inhibitor selektif COX-2 terbukti secara kli-nis dapat memberikan efek antiinflamasi yang memiliki efek toksik pada ginjal dan saluran pencernaan yang lebih rendah. Tetapi, senyawa tersebut mempunyai efek yang kecil sebagai an-ti-tromboksan sehingga dapat meningkatkan re-siko timbulnya penyakit kardiovaskular seperti

infark miokard (3). Oleh karena itu, pengemba-ngan inhibitor COX-2 yang lebih efektif dan lebih aman masih diperlukan (4). Senyawa kimia de-ngan nama 3-Fenil-2-stiril-4(3H)-kuinazolinon ter sub stitusi sulfonamida atau sulfasetamida merupakan senyawa baru hasil sintesis. Bebera-pa senyawa diaril-4(3H)-kuinazolin tersubtitusi gugus SO2NH2 pada salah satu cincin arilnya diprediksi akan mempunyai aktivitas inhibitor COX-2 yang (5). Berdasarkan gugus fungsi yang dimiliki senyawa tersebut, gugus diarilheterosik-lik memiliki aktivitas sebagai inhibitor selektif siklooksigenase-2 (1, 3).

Mekanisme interaksi antara siklooksigenase dengan berbagai molekul termasuk inhibitornya, dapat diteliti lebih lanjut melalui berbagai metode yang meliputi penelitian in vivo, in vitro, dan in silico. Dalam penelitian ini digunakan makro-molekul COX-2 dengan identitas 6COX pada Pro-tein Data Bank. 6COX merupakan salah satu tipe COX-2 yang terdapat pada mencit. Penelitian ter-hadap interaksi enzim dengan ligan, dalam hal ini 6COX dengan beberapa senyawa 3-Fenil-2-stiril-4(3H)-kuinazolinon tersubstitusi sulfonamida atau sulfasetamida akan lebih efisien apabila di-lakukan dengan metode in silico dibandingkan dengan in vitro dan in vivo. Metode in silico yang dapat digunakan untuk menganalisis interaksi tersebut adalah penambatan molekuler (dock-ing), sedangkan untuk menganalisis dinamika interaksi inhibisinya dapat digunakan simulasi dinamika molekuler.

Dewasa ini terdapat lebih dari 60 piranti lu-nak untuk penambatan molekuler, namun be-lum semua piranti lunak dapat menunjukkan kelebihan dalam segala hal. Umumnya, program melakukan pencarian konformasi ruang yang memadai dari senyawa yang ditambatkan dan menghasilkan pose-pose yang sesuai, namun dalam hal penghitungan skor masih memerlu-kan perbaikan. Oleh karena itu, penilaian yang benar-benar objektif sulit direalisasikan dalam membandingkan program satu dengan yang lain, karena adanya favoritisme, pemilihan data

Page 58: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201452

Simulasi Dinamika Molekular Komplek Siklookgesinenase-2

uji yang bias, dan perbedaan tingkat kemahiran penggunaan program yang berbeda. Beberapa pi-ranti lunak yang biasa digunakan adalah: DOCK, FLEXX, Glide dan Gold (6, 7, 8).

Analisis pada penambatan molekuler dapat memperlihatkan nilai kekuatan interaksi se-nyawa dari inhibitornya terhadap struktur 6COX yang bersifat kaku (rigid). Kekakuan struktur pada proses penambatan molekuler menunjuk-kan bahwa 6COX tersebut dibekukan terhadap ruang dan waktu, yang merupakan keterbatasan proses tersebut. Namun pada kondisi yang se-benarnya, molekul protein memiliki torsi sehing-ga dia bersifat dinamis sehingga dapat bergerak, menekuk, memuai, relaksasi maupun kontraksi (9). Analisis penambatan molekuler belum dapat digunakan untuk mengamati kestabilan ikatan yang terjadi terhadap ruang dan waktu. Oleh karena itu, diperlukan simulasi dinamika mole-kuler untuk mengamati interaksi secara lebih lan-jut sehingga dapat melihat kestabilan ikatan yang terjadi. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model pengikatan hasil penam-batan molekul dan dan informasi pengikatannya menggunakan simulasi dinamika molekuler dari beberapa senyawa turunan dari 3-Fenil-2-stiril-4(3H)-kuinazolinon tersubstitusi sulfonamida atau sulfasetamida terhadap siklooksigenase-2.

BAHAN DAN METODE

Protein Target Siklooksigenase-2 Makromolekul siklooksigenase-2 diunduh da-

ri Bank Data Protein (10). Identitas dari siklook-sigenase-2 yang digunakan pada penelitian ini adalah 6-COX (2). Data makromolekul disimpan sebagai bentuk .pdb.

Struktur Tiga Dimensi Ligan Struktur 3 dimensi sepuluh senyawa turunan

3-Fenil-2-stiril-4(3H)-kuinazolinon tersubstitusi sulfonamida atau sulfasetamida serta kontrol positif inhibitor siklooksigenase-2 yaitu SC-558 (sangat selektif), selekoksib (selektif) dan aspi-rin (non-selektif) dibuat dengan program Mar-vinSketch (11) dan OpenBabel (12). Optimasi struktur tiga dimensi ligan dilakukan dengan Antechamber, tLeap dan Sander meliputi penam-bahan atom hidrogen, perbaikan muatan dengan menambahkan muatan AM1-BCC dan minimisasi. (13) Minimisasi dilakukan dengan metode steep-est descent dan conjugate gradients sebanyak masing-masing 250 langkah. Pembuatan parama-ter topologi dan koordinat dari ligan dilakukan setelah proses minimisasi, kemudian data dari ligan hasil minimisasi tersebut disimpan sebagai bentuk .pdb. (Gambar 1).

Gambar 2. Struktur SC-558 (kiri) dan modifikasi pada struktur molekul 3-fenil-2-stiril quinazolinon(kanan)

Page 59: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

53Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Arry Yanuar, Muhammad Aditya Setiajid, dan Hayun

Penambatan Molekuler Penambatan molekuler dilakukan dengan

menggunakan perangkat lunak AutoDock 4.0 (14) dengan algoritma genetik Lamarckian yang dilakukan pada grid box dengan ukuran 40 x 40 x 40 titik dangan jarak titik 0,375 Å pada pusat koordinat (x, y, z) 23,049; 23,526; 46,984. Jumlah GA Runs diatur sebanyak 100 dengan kalkulasi sebanyak 2.500.000 kali. Penambatan dilakukan tiga kali untuk masing-masing senyawa dan kon-trol positif. Hasil penambatan divisualisasi meng-gunakan PyMOL (15). Hasil penambatan dianala-sis nilai energi bebas ikatan ∆G dan Ki serta posisi penambatan ligan pada COX-2.

Simulasi Dinamika MolekulerSimulasi dinamika molekuler dilakukan deng-

an program AMBER 11 (13) dengan kondisi NPT dilakukan selama 2 nanodetik menggunakan prosedur SHAKE dan Particle Mesh Ewald (PME) dengan cut-off 12 Å diterapkan agar sistem mem-batasi interaksi elektrostatik diluar 12 Å. Selama proses pengambilan sampel, koordinat disimpan setiap 0,5 nanodetik dari waktu simulasi (16).

Tabel 1. Modifikasi struktur molekul 3-fenil-2-stiril quinazolinon pada posisi R1 dan R2 yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Senyawa R1 R2 Rumus molekul Bobot molekul

2a H H C22H17N3O3S 403,454

2b CH3 H C23H19N3O3S 417,480

2c OCH3 H C23H19N3O4S 433,480

2d Br H C22H16BrN3O3S 482,350

2e Cl H C22H16ClN3O3S 437,899

2f (C=O)OC2H5 H C25H21N3O5S 475,516

2aa H (C=O)CH3 C24H19N3O5S 445,490

2ba CH3 (C=O)CH3 C25H21N3O4S 459,517

2ca OCH3 (C=O)CH3 C25H21N3O5S 475,516

2i SO2NH2Tanpa R2 dan SO2NH2 pada gugus stiril C22H17N3O3S 403,454

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pose hasil dari penambatan molekul pada se-mua senyawa mempunyai pose yang mirip deng-an senyawa SC-558 (Gambar 2). Analisis dengan AutoDockTools menunjukkan adanya kontak reseptor dengan ligan pada residu Ala 516, Phe 518, Ser 353, Gly 526, Leu 531, Val 116, Leu 352, Tyr 355, Val 523, Ala 527, Leu 359, Val 349, Arg 513 dan His 90. Residu-residu tersebut penting karena berikatan dengan hampir semua senya-wa-senyawa yang diuji. Sedangkan residu lainnya seperti Gln 192, Ile 517, Trp 387, Met 522, Leu 384, Met 113 dan Tyr 385 hanya berikatan deng-an beberapa senyawa uji.

Senyawa 2a, 2aa, 2i hasil penambatan mole-kul dipilih sebagai ligan untuk simulasi dinamika molekuler. Dasar pemilihan senyawa tersebut adalah ingin mengetahui pengaruh perbedaan gugus fungsi terhadap dinamika inhibisinya se-perti pada senyawa 2a yang memiliki gugus sul-fonamida pada posisi R2, pada senyawa 2i yang memiliki gugus sulfonamida pada posisi R1 dan pada senyawa 2aa yang memiliki gugus sulfase-tamida pada posisi R2.

Page 60: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201454

Simulasi Dinamika Molekular Komplek Siklookgesinenase-2

RMSD (Root Mean Square Deviation) hasil Simu-lasi Dinamika Molekular

Pada simulasi yang berlangsung selama 2 nanodetik, keempat sistem mengalami pening-katan RMSD backbone yang menunjukkan bahwa struktur enzim mulai terbuka (unfold) (Gambar 3). RMSD backbone keempat sistem mulai stabil dari nanodetik ke-1. Hal ini disebabkan karena terjadinya interaksi antar residu pada enzim sehingga protein cenderung mempertahankan strukturnya pada tahap ini.

Sistem dengan ligan 2a memiliki nilai RMSD terendah yaitu pada kisaran 1,5 Å hingga akhir simulasi. RMSD tertinggi dicapai oleh sistem 6COX dengan ligan 2aa. Pada sistem dengan ligan S58 hasil penambatan molekul dan kristal masih menunjukkan peningkatan hingga akhir simulasi.

RMSF (Root Mean Square Fluctuation)RMSF atau Akar Kuadrat Rata-Rata Fluktuasi

diukur saat energi potensial memiliki fluktuasi terkecil, yaitu dimulai dari 1 nanodetik hingga simulasi berakhir. Secara keseluruhan terdapat fleksibilitas yang rendah pada daerah residu yang berikatan dengan ligan, yaitu berada pada daerah 0,35-0,70 Å (Gambar 4). Hal ini menunjukkan adanya kestabilan pada daerah residu yang beri-katan dengan ligan pada simulasi dinamika mole-kuler selama 2 nanodetik.

Kondisi Ikatan Hidrogen Hasil Simulasi Din-amika Molekuler

Ikatan hidrogen dibagi menjadi 3 jenis ber-dasarkan jumlah persentase occupancy, yaitu ikatan hidrogen sangat lemah (25%-50%), ika-

Tabel 2. Pengelompokkan ligan berdasarkan tingkat selektivitas penghambatan COX-2

Very Selective Selective Non-Selective

SC-558 (∆G – 10.13 kcal/mol) Celecoxib (∆G – 10 kcal/mol) Aspirin (∆G – 4.9 kcal/mol)

2i (∆G – 10.56 kcal/mol)

2e (∆G – 9.95 kcal/mol)

2d (∆G – 9.73 kcal/mol)

2f (∆G – 9.21 kcal/mol)

2b (∆G – 8.86 kcal/mol)

2c (∆G – 8.79 kcal/mol)

2a (∆G – 8.39 kcal/mol)

2aa (∆G – 5.87 kcal/mol)

2ba (∆G – 6.22 kcal/mol)

2ca (∆G – 6.01 kcal/mol)

Gambar 2. Perbandingan visualisasi stuktur tiga dimensi ligan hasil penambatan molekul terhadap 6COX

Page 61: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

55Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Arry Yanuar, Muhammad Aditya Setiajid, dan Hayun

Gambar 3. Grafik RMSD backbone 6COX dengan ligan dalam rentang 2 nanodetik

Gambar 4. Grafik RMSF C-α kelima sistem setelah simulasi selama 2 nanodetik

tan hidrogen kuat (50-75%) dan ikatan hidrogen sangat kuat (75%-100%) (17).

Kondisi ikatan hidrogen pada simulasi antara 1-2 nanodetik 6COX dengan senyawa 2a menun-jukkan adanya 150 jenis ikatan hidrogen yang terbentuk. Dari 150 ikatan tersebut, didapatkan sebanyak 3 ikatan yang memiliki persentase oc-cupancy di atas 30%, yaitu ikatan pada His 90, Phe 518 dan Arg 513. Senyawa 2a bertindak se-bagai akseptor ikatan hidrogen pada ikatan yang terjadi dengan residu-residu tersebut. Gambar 5 dan Tabel 3 menunjukkan jumlah ikatan hidro-gen senyawa 2a tidak stabil dibandingkan dengan senyawa 2aa, 2i dan SC-558 selama simulasi pada waktu 1 sampai 2 nanodetik.

Pada simulasi antara 1-2 nanodetik 6COX de-ngan senyawa 2aa mempunyai 124 jenis ikatan hidrogen. Senyawa ini memiliki ikatan hidrogen yang paling kuat dibandingkan dengan senyawa 2a, 2i, dan SC-558. Hal tersebut terlihat pada ika-tan dengan residu Arg 513, Tyr 385 dan Ser 353 yang memiliki persentase occupancy di atas 90%.

Pada simulasi antara 1-2 nanodetik 6COX de-ngan senyawa 2i terdapat 173 jenis ikatan hidro-gen, tetapi hanya memiliki sedikit ikatan hidro-gen dengan persentase occupancy di atas 30%. Ikatan-ikatan tersebut termasuk ikatan hidrogen lemah. Menurut Desiraju dan Steiner, 1999 (18), ikatan hidrogen lemah adalah ikatan antara atom CH dengan atom O, OH dengan ikatan π dan OH

Page 62: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201456

Simulasi Dinamika Molekular Komplek Siklookgesinenase-2

dengan atom O. Atom O1 pada senyawa 2i beri-katan dengan atom CZ2 dan HZ2 dari residu Trp 387 yang mempunyai persentase occupancy ter-tinggi yaitu 60,50%. Dari data yang didapatkan, senyawa 2i cenderung tidak mempunyai ikatan hidrogen yang kuat, apabila dibandingkan deng-an hasil penambatan molekul, dimana senyawa 2i mempunyai nilai ∆G terendah (-10,56 kkal/mol) dibandingkan dengan senyawa lainnya.

Oleh karena itu, diprediksi bahwa ikatan hidro-gen yang terjadi tidak berperan penting dalam dinamika inhibisinya.

Pada simulasi antara 1-2 nanodetik 6COX de-ngan senyawa SC-558 hasil penambatan molekul terdapat 121 jenis ikatan hidrogen dan pada SC-558 kristal terdapat 128 jenis ikatan hidrogen. Hasil analisis simulasi dinamika molekular de-ngan piranti lunak VMD memperlihatkan adanya

Gambar 5. Grafik rata-rata jumlah ikatan hidrogen hasil simulasi dinamika molekuler pada waktu 1-2 nanodetik

Inhibitor Donor Akseptor HB_distance DA_distance Sudut Occupancy

S58 HD

S58-N ; S58-H4 Gln 192-OE1 2,242 ± 0,21 3,063 ± 0,19 137,654 ± 9,59 66,10 % S58-N ; S58-H4 Leu 352-O 2,270 ± 0,26 3,154 ± 0,19 148,149 ± 15,57 20,60 %

Arg 513-NH1 ; Arg 513-HH11 S58-O1 2,212 ± 0,23 3,101 ± 0,2 148,593 ± 12,71 68,10 % Phe 518-N; Phe 518-H S58-O 2,267 ± 0,21 3,152 ± 0,17 147,069 ± 10,24 80,90 %

S58 Kristal

S58-N3; S58-HN32 Gln 192-OE1 2,142 ± 0,21 3,01 ± 0,19 143,569 ± 10,56 83,70 % S58-N3; S48-HN31 Leu 352-O 2,152 ± 0,23 3,081 ± 0,19 153,42 ± 12,01 48,30 % S58-N3; S58-HN31 Ser 353-O 2,115 ± 0,24 2,975 ± 0,18 143,562 ± 13,63 43,40 %

Arg 513-NH1; Arg 513-HH11 S58-O1 2,127 ± 0,22 3,093 ± 0,22 162,047 ± 9,80 20,10 % Phe 518-N; Phe 518-H S58-O1 2,409 ± 0,15 3,321 ± 0,12 151,335 ± 9,58 16,10 %

Ser 530-OG; Ser 530-HG 2i-O 2,193 ± 0,25 2,975 ± 0,18 139,087 ± 10,04 2,40 % 2i-N2; 2i-H16 Tyr 385-OH 2,402 ± 0,21 3,236 ± 0,16 149,995 ± 14,13 20,70 %

2i Trp 387-CZ2; Trp 387-HZ2 2i-O1 2,421 ± 0,11 3,327 ± 0,10 143,290 ± 14,38 60,50%

2i-C19; 2i-H8 Val 523-O 2,549 ± 0,13 3,345 ± 0,10 129,934 ± 7,61 32,80 %

2i-N2; 2i-H16 Tyr 385-CE2 2,524 ± 0,14 3,298 ± 0,13 133,391 ± 9,26 40,70 %

2a His 90-NE2; His 90-HE2 2a-O 1,996 ± 0,21 2,902 ± 0,16 151,801 ± 15,05 50,80 % Phe 518-N; Phe 518- H 2a-O1 2,194 ± 0,20 3,123 ± 0,18 153,778 ± 9,19 40,50 %

Arg 513-NH1 ; Arg 513-HH11 2a-N2 2,172 ± 0,18 3,136 ± 0,17 161,864 ± 10,40 44,80 %

2aa

Ser 530-OG; Ser 530-HG 2aa-O 2,44 ± 0,33 3,141 ± 0,27 131,304 ± 12,33 5 % Arg 513- NH1; Arg 513-HH11 2aa-O1 1,891 ± 0,13 2,863 ± 0,12 16,861 ± 9,44 99,80 %

Tyr 385-OH; Tyr 385-HH 2aa-O 2,047 ± 0,24 2,894 ± 0,21 148,480 ± 12,03 94,80 % 2aa-N2; 2aa-H10 Ser 353-O 1,881 ± 0,12 2,852 ± 0,11 162,556 ± 9,19 100 %

His 90-CE1; His 90-HE1 2aa-O3 2,394 ± 0,11 3,361 ± 0,09 150,779 ± 12,23 50,40 %

Tabel 3. Analisis ikatan hidrogen pada senyawa S58,2i, 2a, dan 2aa

Page 63: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

57Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Arry Yanuar, Muhammad Aditya Setiajid, dan Hayun

perbedaan jumlah occupancy pada ikatan dengan residu yang sama. Perbedaan yang signfikan ter-jadi pada residu Phe 518 dimana pada senyawa SC-558 hasil penambatan molekul (S58 HD) me-miliki persentase occupancy 80,90% sedangkan pada SC-558 kristal hanya 16,10% (Tabel 3). Hal tersebut terjadi dimungkinkan karena adanya perbedaan koordinat awal dari masing-masing ligan, serta simulasi dinamika molekuler selama 2 nanodetik belum cukup untuk menganalisa ika-tan hidrogen dari senyawa SC-558.

Secara keseluruhan, residu Arg 513 merupa-kan residu yang mempunyai peranan paling pen-ting dalam terjadinya ikatan hidrogen sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti dkk, 2011 (19). Hampir semua senyawa mem-punyai ikatan hidrogen dengan residu Arg 513 dengan persentase occupancy diatas 30% kecuali senyawa 2i. Dari gambar grafik, jumlah ikatan hi-drogen dari senyawa 2aa, 2i dan SC-558 menun-jukkan jumlah yang cenderung stabil. Data ika-tan hidrogen hasil simulasi dinamika molekuler senyawa 2i, menunjukkan bahwa senyawa ini mempunyai ikatan hidrogen yang paling lemah. Hal ini disebabkan pada senyawa 2i tidak memi-liki substitusi gugus sulfonamida atau sulfase-tamida pada posisi R2, sehingga senyawa 2i tidak memiliki ikatan hidrogen dengan residu His 90,

Arg 513, dan Phe 518 seperti yang terjadi pada senyawa 2a, 2aa, dan SC-558 dimana ikatan hi-drogen dengan residu tersebut memiliki jumlah ikatan yang besar dan kuat. Pada gugus fenil dari senyawa 2i memiliki interaksi hidrofobik de ngan residu His 90 dan Phe 518 Ikatan hidrofobik tersebut yang diprediksi memberikan nilai ∆G (-10,56 kkal/mol) dan Ki (18, 2 nM) yang sangat rendah pada senyawa 2i.

Pada senyawa 2a, 2b, 2c, 2d, 2e, dan 2f tidak memiliki perbedaan interaksi yang signifikan, hal tersebut diperlihatkan oleh data ∆G yang ti-dak berbeda jauh serta memiliki ikatan pada re-sidu yang sebagian besar sama seperti residu Ala 516, Phe 518, Leu 352, Ser 353, Tyr 355, Val 523, Gly 526, Ala 527, Leu 359, Val 349, Arg 513, His 90, Leu 531, dan Val 116. Hal ini menunjukkan bahwa substitusi pada posisi R1 memiliki peran dalam penghambatan COX-2 secara selektif.

Senyawa 2aa, 2ba dan 2ca memiliki nilai ∆G yang tinggi, sehingga diprediksi memiliki akti-fitas penghambatan COX-2 yang kurang selektif. Selama simulasi dinamika molekuler, senyawa 2aa memiliki ikatan hidrogen yang sangat kuat. Hal tersebut terjadi karena atom O pada gugus kuinazolinon berikatan dengan residu Ser 530 dan Tyr 385 (Gambar 6). Atom O tersebut bertin-dak sebagai akseptor ikatan hidrogen, sedangkan

Gambar 6. Interaksi senyawa 2aa dengan residu Ser 530 dan Tyr 385

Page 64: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201458

Simulasi Dinamika Molekular Komplek Siklookgesinenase-2

residu Ser 530 pada atom OG dan HG bertindak sebagai donor ikatan hidrogen, residu Tyr 385 pada atom OH dan HH bertindak sebagai donor ikatan hidrogen.

Hasil penambatan molekul dan simulasi di-namika molekuler menunjukkan interaksi yang berbeda pada masing-masing sistem. Dari ha-sil penambatan molekul dan simulasi dinamika molekuler, didapatkan bahwa senyawa 2i memi-liki ∆G terendah yang artinya diprediksi memiliki

aktivitas paling kuat dalam menghambat COX-2 tetapi memiliki ikatan hidrogen yang lemah. In-hibitor selektif terhadap COX-2 terbukti secara klinis mempunyai efek yang kecil sebagai anti-tromboksan sehingga dapat meningkatkan resiko timbulnya penyakit kardiovaskular seperti infark miokard (3). Dari data tersebut diprediksi bahwa senyawa 2i merupakan inhibitor selektif terha-dap COX-2 sehingga dapat menyebabkan penya-kit kardiovaskular seperti infark miokard.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dannhardt, G., Kiefer, W. Cyclooxygenase inhi-btors - current status and future prospects.Eur J Med Chem. 2000; 36:109-126.

2. Kurumbail, G.R.,et al.. Structural basis for selective inhibition of cyclooxygenase-2 by anti-inflamato-ry agents. Lett To Nat. 1996; 384: 644-648.

3. Coruzzi, G., Venturi, N., & Spaggiari, S. Gastrointes-tinal safety of novel nonsteroidal antiinflamatory drugs: selective COX-2 inhibitor and beyond. Acta Biomed. 2007;78: 96-110.

4. Hayun., Yanuar, A., Hanafi, M., & PWS, HS. (2011). Virtual screening of 2,3-disubstituted-4-(3H)-quinazolinones possessing benzenesulfonamide moiety for COX-2 inhibitor. Bioinformation. 2011; 7(5): 246-250.

5. Hudiono,S., & Hayun. Laporan Penelitian Sinte-sis 4-[(E)-2-(4-okso-3-fenil-kuinazolin-2-il)vinil]benzensulfonamida dan Analognya. Depok: De-partemen Farmasi FMIPA UI. 2011.

6. Jorgensen, W.L.. The Many Role of Computation in Drug Discovery. Science. 2004; 303: 1813-1818.

7. Moitessier, N., Englebienne, P., Lee, D., Lawandi, J.,& Corbeil, C.R. Toward the Development of Uni-versal, Fast, and Highly Accurate Docking/Scoring Methods: a long way to go. Br. J. Pharmacol. 2008; 153: S7-S26.

8. Stouten, P.F.W., & Kroemer, R.T. Docking and Scoring. In P.F.W. Stouten (Ed). Compr Med Chem II, Vol 4. Elsevier Ltd, London. 2007; 255-281.

9. Teodoro, M.L., Phillips Jr, G.N., & Kavraki, L.E.

Molecular Docking: A Problem with Thousand of Degrees of Freedom. 2001; Diakses pada 18 Feb-ruari, 2012, dari http://phillips-lab.biochem.wisc.edu/pdfs/108-docking.pdf 960-966.

10. Kouranov, A., et al. The RCSB PDB information portal for structural genomics. Nucleic Acids Res. 2006; 34: D303-D305.

11. ChemAxon, MarvinSketch: Advanced Chemica l Drawing Software. Diakses pada 15 Februari 2012 dari http://www.chemaxon.com/products/marvin/marvinsketch/

12. Hutchison, G.R., et al. Open Babel Documentation Release 2.3.1. 2011, Diakses pada 15 Februari, 2012, dari http://openbabel.org/wiki/Main_Page

13. Case, D. A., et al.. Amber 11 User’s Manual. San Fransisco: University of California. 2010.

14. Morris, G., et al. AutoDock 4 and AutoDock Tools 4: automated docking with selective receptor fle-xi bility. J Comput Chem. 2009; 1-7.

15. Delano, W. Pymol user’s guide. 2004, Diakses pada 10 Januari, 2012, dari Delano Scientific LLC: http://pymol.sourceforge.net/newman/userman

16. Desheng, L., Jian, G., Yuanhua, C., Wei, C., Huai, Z., & Mingjuan, J. Molecular dynamics simulations and MM/GBSA methods to investigate binding mecha-nisms of aminomethylpyrimidine inhibitors with DPP-IV. Bioorg Med Chemm Lett. 2011; 21: 6630-6635

17. Kastner, J., Loeffler, H.H., Roberts, S.K., Fernan-dez, M.L.M., & Winn, M.D. Ectodomain orienta-tion, conformational plasticity and oligomeriza-tion of ErbB1 receptors investigated by molecular

Page 65: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

59Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Arry Yanuar, Muhammad Aditya Setiajid, dan Hayun

dynamics.J StructBiol, 2009; 167(2): 117-128.18. Desiraju, G. R., & Steiner, T. The Weak Hydrogen

Bond, in Structural Chemistry and Biology. Ox-ford: Oxford Univ. Press. 1999, 1-17.

19. Yuniarti N, Ikawati Z, Istyastono EP. The impor-tance of ARG513 as a hydrogen bond anchor to discover COX-2 inhibitors in a virtual screening campaign. Bioinformation. 2011; 6(4):164-6.

Page 66: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201460

Formulasi Sediaan Gel Niosom Kafein dan Usaha Peningkatan Absorpsi melalui Kulit

Rahma Nafi’ah1, Sasanti Tarini Darijanto2, dan Diky Mudhakir2

ABSTRACT: Cellulite is a condition in the skin that changes the topographic of the skin surface. Caffeine can be used as an active compound for its slimming ef-fect. To improve the penetration into the skin and increasing its solubility for cel-lulite treatment, caffeine was formulated as niosome vesicles. Niosome was made by using thin layer hydration method. Span 60, caffeine and cholesterol dissolved in chloroform and evaporated to produce a thin layer. The dispersion of caffeine and niosome was formulated in the form of gel using 6% of HPMC gel base. To determine the formulation stability, caffeine niosome gel was stored at a room temperature and accelerated condition using climatic chamber at a temperature of 40OC, 75% RH for 28 days. The result was then compared with caffeine gel. The diffusion rate of both gels was determined in vitro using flow through method. The results showed that the niosome system improved the solubility of caffeine up to 20,34 mg/ml and also showed that the pH and viscosity of caffeine niosome gel were stable under room temperature and accelerated condition. The diffusion test showed that the flux of caffeine niosome gel is 13.991µg/cm2.

Keywords: Caffeine, niosome, cellulite, diffusion test.

ABSTRAK: Selulit merupakan suatu kondisi dimana terjadi perubahan topo-grafi permukaan kulit. Kafein dapat digunakan sebagai bahan aktif yang bersi-fat slimming effect. Untuk meningkatkan usaha penetrasi kafein pada kulit dan meningkatkan kelarutan kafein untuk tujuan perawatan selulit, maka kafein dibuat dalam bentuk niosom. Pembuatan niosom menggunakan metode hidrasi film lapis tipis. Span 60, kafein dan kolesterol dilarutkan dalam kloroform dan dievaporasi sehingga menghasilkan lapis tipis. Dispersi niosom kafein diformu-lasikan dalam bentuk sediaan gel dengan menggunakan basis gel HPMC 6%. Uji stabilitas dilakukan penyimpanan pada suhu ruang dan suhu 400C kelembaban 75% selama 28 hari dengan pembanding sediaan gel kafein. Uji difusi kedua se-diaan gel dengan metode flow trough dilakukan secara in vitro. Dari hasil pem-buatan niosom kafein menunjukkan bahwa sistem niosom dapat meningkatkan kelarutan kafein menjadi 20.34 mg/ml. Hasil uji stabilitas menunjukkan bahwa sediaan gel niosom kafein stabil terhadap penyimpanan dilihat dari kadar ka-fein dalam sediaan, pH dan viskositas. Sedangkan hasil uji difusi menunjukkan bahwa sediaan gel niosom kafein dapat berdifusi sebesar 13.991 µg/cm2.

Kata kunci: Kafein, niosom, selulit, uji difusi

Artikel Penelitian

1 Sekolah Tinggi Farmasi YPIB, Cirebon, Indonesia

2 Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia

Korespodensi : Rahma Nafi’ahemail : [email protected]

Page 67: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

61Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Rahma Nafi’ah, Sasanti Tarini Darijanto, dan Diky Mudhakir

PENDAHULUAN

Kafein merupakan golongan metil-xantin yang dapat digunakan untuk perawatan kondisi selu-lit. Kafein dapat mempengaruhi lipolisis adiposit melalui penghambatan fosfodiesterase dan me-ningkatkan kadar cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Peningkatan cAMP akan mengaktifkan protein kinase A dan menyebabkan fosforilasi lipase. Enzim bentuk terfosforilasi ini akan ter-aktifasi dan mengkatalisis hidrolisis ikatan ester dalam substrat lipid tidak larut air seperti trigli-serida rantai panjang menjadi asam lemak bebas dan gliserol yang larut air sehingga dapat dengan mudah dimetabolisme (1).

Untuk meningkatkan kelarutan dan penetrasi kafein, kafein dibuat dalam bentuk niosom, se-hingga diharapkan kafein dapat melewati sistem sawar penetrasi kulit menuju target dalam jumlah yang memadai untuk tujuan perawatan selulit.

Niosom merupakan mikrosfer vesikel dari sur-faktan nonionik yang dapat terdiri dari lapisan rangkap multilamelar atau unilamelar. Pada dasar-nya niosom terdiri dari dua komponen, yaitu non-ionik surfaktan dan kolesterol. Sistem vesikel nio-som dapat digunakan terutama untuk melindungi molekul obat yang mudah terdegradasi, sebagai sistem penghantaran obat, antigen, hormon, juga dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas, dan kelarutan dari obat-obatan. Niosom juga dapat diaplikasikan untuk obat-obatan yang hidrofilik maupun yang hidrofobik (2).

METODE PENELITIAN

Bahan Kafein anhidrat, Sorbitan monostearat (Span

60), kolesterol, kloroform, larutan buffer fosfat pH 7.4, aquades, hidroksipropil metilselulosa (HPMC), dan membran ular (Phyton reticulates).

AlatAlat-alat gelas dan non gelas, timbangan elek-

tronik Metler Toledo, Rotavapor Heidolph WB

2000, sentrifugator, mikropipet, pHmeter Beck-man, DeltaTM nano C Particles Analyzer (Beck-man Coulter), alat pengaduk, seperangkat alat difusi, dan spektrofotometer ultraviolet-visibel Beckman DU 7500.

Pembuatan Niosom Kafein Niosom dibuat dengan menggunakan metode

Hidrasi Film Lapis Tipis. Kafein (30 mg/ml), Span 60 150µ mol dan kolesterol 60µ mol ditimbang te-pat, kemudian dilarutkan dalam 10 ml kloroform di dalam labu dasar bulat. Selanjutnya campuran dievaporasi pada kondisi vaccum untuk meng-hilangkan pelarut pada suhu 60 ± 20C sehingga menghasilkan suatu lapisan tipis pada dinding labu pada kecepatan 150 rpm. Lapisan film kering yang dihasilkan kemudian dievaporasi pada suhu ruang selama 24 jam dalam eksikator. Selanjutnya lapisan film dihidrasi dengan 10 ml air pada suhu 60 ± 20C selama 10 menit hingga terbentuk disper-si niosom. Selanjutnya dilakukan pengecilan uku-ran partikel dengan menggunakan sonikator tipe probe selama 1 menit (3).

Karakterisasi Niosom KafeinPengamatan Morfologi Niosom dengan TEM

Morfologi niosom dianalis menggunakan TEM (Transmission Electron Microscopy).

Pengukuran Partikel dan Distribusi Ukuran Par-tikel Niosom

Analisis ukuran dan distribusi vesikel nio-som diukur dengan menggunakan DeltaTM nano C Particles Analyzer (Beckman Coulter). Distri-busi ukura n partikel dibaca pada intensitas cahaya 3000 – 30000.

Efisiensi Inkorporasi Kafein dalam NiosomPemisahan kafein yang tidak terinkorporasi di-

lakukan dengan metode sentrifugasi. Sentrifugasi dilakukan pada 10 ml aliquot dengan kecepatan 6000 rpm selama 15 menit. Niosom yang terben-tuk ada pada supernatan. Supernatan diencerkan pada konsentrasi tertentu, selanjutnya diukur serapannya dengan spektrofotometri UV pada

Page 68: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201462

Formulasi Sediaan Gel Niosom Kafein

panjang gelombang 274 nm. Sebagai blanko di-gunakan niosom tanpa kafein dalam air. Jumlah kafein yang terinkorporasi didapatkan dengan mensubstitusikan serapan yang didapat ke dalam persamaan regresi. y = 0,050x + 0.0120 dengan faktor korelasi r2 = 0.9994

% Efisiensi inkorporasi =

Formulasi Sediaan Gel Niosom Kafien dan Gel Kafein

Hidroksipropilmetil selulosa (HPMC) ditim-bang dengan cermat, kemudian didispersikan dalam air 70°C 10 kali berat sambil digoyang per-lahan. Niosom kafein atau larutan kafein dimasuk-kan sedikit demi sedikit dalam massa gel, diaduk dengan kecepatan 500 rpm selama 10 menit.

Uji Stabilitas Sediaan Gel Niosom Kafein dan Gel Kafein

Kedua macam gel disimpan dalam suhu ruang dan dalam climatic chamber selama 28 hari. Ma-sing-masing sediaan gel dibuat dalam 3 bets. Ka-dar, pH dan viskositas sediaan ditentukan dalam tiap rentang waktu tertentu.

Uji DifusiUji difusi dilakukan secara in vitro dengan

menggunakan sel difusi flow-through dan mem-bran kulit ular. Kadar kafein yang berdifusi di-ukur dengan spektrofotometer UV.

Membran disusun pada sel difusi, dimana bagian stratum korneum berhadapan dengan

kompartemen donor. Sebanyak 0.3 gram sediaan dioleskan pada membran kulit ular. (4) Cairan penerima (kompartemen reseptor) yang digu-nakan adalah dapar fosfat pH 7,4 dengan suhu 37 ± 0,50C. Sel difusi dan kompartemen reseptor diletakkan di dalam orbital shaker dengan suhu 370C dengan kecepatan 100 rpm. Pada menit ter-tentu diambil sebanyak 3 mL cairan penerima diambil dan diganti dengan buffer fosfat dengan volume yang sama.

Sampel diukur serapannya dengan spektro-fotometer UV. Jumlah kafein yang berdifusi di-peroleh dari substitusi nilai absorbansi ke dalam persamaan kurva kalibrasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan niosom kafein menggunakan metoda Hidrasi Film Lapis Tipis, dimana kom-ponen pembentuk niosom dan kafein dilarutkan dalam kloroform. Pemilihan metode ini berdasar-kan tujuan untuk meningkatkan kelarutan ka-fein, dimana kafein mempunyai kelarutan dalam kloroform 0,813 M dan dalam air 0,105 M. Kloro-form dipilih karena kloroform dapat melarutkan semua bahan pembentuk lapisan rangkap dan mempunyai titik uap sama dengan suhu pembua-tan niosom yaitu 60 ± 20C.

Konsentrasi kafein untuk perawatan selulit berada pada rentang 20–50 mg/ml. Optimasi konsentrasi kafein dilakukan pada rentang 20–50 mg/ml. Dari hasil pengembangan formula kon-sentrasi kafein pada Tabel 1, maka pembuatan niosom kafein selanjutnya dibuat pada konsen-trasi kafein 30 mg/ml.

Jumlah kafein dalam supernatan (mg/ml) x 100% Total kafein yang ditambahkan (mg/ml)

Tabel 1. Pengembangan formula dengan variasi konsentasi kafein

Formula F1 F2 F3 F4

Kafein (mg/ml) 20 30 40 50

Span 60 µmol 100 100 100 100

Hasil Dispersi seperti susu

Dispersi seperti susu

Dispersi seperti susu terdapat endapan

Dispersi seperti susu terdapat banyak endapan

Page 69: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

63Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Rahma Nafi’ah, Sasanti Tarini Darijanto, dan Diky Mudhakir

Surfaktan yang digunakan untuk pembuatan niosom kafein menggunakan Span 60. Vesikel hanya dapat dibuat dari surfaktan yang dapat membentuk fasa lamellar, dimana surfaktan yang menunjukkan sifat fasa ini memiliki gugusan hi-drofilik kepala kecil bila dibandingkan dengan panjang rantai hidrokarbon. Hal ini berkaitan dengan nilai CPP atau parameter susunan kritis, dimana lapisan rangkap dapat terbentuk bila mempunyai nilai CPP 0.5 – 1.0, dengan bentuk susunan kritis seperti kerucut yang dipotong bagian atasnya. Span 60 mempunyai 3 gugus hi-droksil yang bersifat hidrofilik dan rantai alkil C 24 lurus yang bersifat hidrofobik, sehingga secara geometrik Span 60 mempunyai ukuran kepala hi-drofilik yang kecil dibandingkan rantai alkilnya yang panjang, sehingga diduga Span 60 dapat membentuk lapisan rangkap pembentuk niosom.

Konsentrasi surfaktan untuk preparasi nio-som berada pada rentang 100 µmol – 300 µmol. Dari hasil pengembangan formula menunjukkan bahwa niosom kafein dengan konsentrasi Span 60 sebesar 150 µmol menghasilkan ukuran par-tikel terkecil dan distribusi ukuran partikel yang baik. Untuk memperkecil ukuran partikel niosom maka dilakukan proses sonikasi menggunakan sonikator tipe probe.

Hasil pengujian pengaruh kolesterol terhadap efisiensi inkorporasi kafein dalam niosom dapat dilihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pada penambahan kolesterol 10–30% tidak menunjuk-

kan adanya perbedaan yang bermakna, namun terdapat peningkatan efisiensi inkorporasi pada penambahan kolesterol 40%. Hal ini kemungki-nan disebabkan kolesterol yang berinteraksi de-ngan Span 60 pada membran bilayer telah mengisi seluruh ruang kosong membran bilayer. Span 60 atau sorbitan monostearat mempunyai satu ran-tai hidrokarbon yang kemungkinan menyebabkan membran kurang rapat, sehingga dibutuhkan jum-lah kolesterol yang lebih banyak agar terbentuk membran bilayer yang rapat. Kolesterol akan ber-interaksi dengan Span 60 pada membran bilayer, dimana gugus hidroksil dari kolesterol akan ber-interaksi dengan gugus hidroksil Span 60, sedang-kan gugus steroid dan rantai hidrokarbon koles-terol akan berinteraksi dengan rantai hidrokarbon dari Span 60. Struktur cincin tetrasiklik dari koles-terol berperan terhadap peningkatkan rigiditas dan penurunkan fluiditas membran bilayer. De-ngan demikian permeabilitas membran menurun dan membran bilayer tidak mudah bocor.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa formula de-ngan efisiensi inkorporasi yang terbesar dan uku-ran partikel yang memadai didapat dengan for-mula yang mengandung kafein 30 mg/ml, Span 60 150µ mol, dan kolesterol 60 µmol atau 40% mol, dimana niosom dapat menginkorporasikan kafein sebanyak 67.81% atau sekitar 20.34 mg/ml atau 2.034% (b/b).

Hasil analisis TEM pada Gambar 1 menunjuk-kan bahwa niosom kafein memiliki ukuran par-

Tabel 2. Pengaruh Kolesterol terhadap Efisiensi Inkorporasi

Formula F5 F6 F7 F8 F9

Kafein mg/ml 30 30 30 30 30

Span 60 (µmol) 150 150 150 150 150

Kolesterol (%mol) 10 20 30 40 50

PS (nm) 262.4±3.35 273.2±4.21 253.5±3.23 206.5±3.41 176.5±4.56

PI 0.230±0.02 0.235±0.02 0.237±0.04 0.245±0.03 0.247±0.04

Efisiensi Inkorporasi (%) 59.55±0.90 59.65±0.46 59.63±0.37 67.81±1.56 65.86±0.38

Page 70: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201464

Formulasi Sediaan Gel Niosom Kafein

Gambar 1. Morfologi niosom kafein menggunakan TEM (Transmission Electron Microscopy)

Tabel 3. Formula Gel

Bahan FGNK FGKHPMC (% b/b) 6 6

Dispersi Niosom Kafein (ml) 67.81 -

Kafein (% b/b) - 1DMDM Hidantoin (% b/b) 0.6 0.6Air suling hingga (gram) 100 100

Ket : FGNK = Formula Gel Niosom Kafein, FGK Formula Gel Kafein

100

150

200

250

300

350

400

0 10 20 30

Uku

ran

part

ikel

(nm

)

Waktu (hari)

Suhu Ruang, 25C

40C, 75% RH

Gambar 2. Stabilitas ukuran partikel niosom kafein

Gambar 3. Stabilitas distribusi ukuran partikel niosom kafein

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0 10 20 30Inde

ks p

olid

ispe

rsita

s

Waktu (hari)

Suhu Ruang, 25C

40C, 75% RH

Page 71: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

65Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Rahma Nafi’ah, Sasanti Tarini Darijanto, dan Diky Mudhakir

tikel kurang dari 300nm dengan bentuk sferis. Sedangkan pada uji stabilitas niosom kafein yang dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 dibuk-tikan bahwa niosom kafein mempunyai ukuran berkisar 200 – 300 nm pada uji stabilitas selama 28 hari dan mempunyai ukuran yang merata de-ngan indeks polidispersitas berkisar 0.2 - 0.3 se-lama penyimpanan 28 hari.

Untuk meningkatkan kenyamanan penggu-naan niosom kafein dibuat dalam bentuk sediaan gel. Formula sediaan gel dapat dilihat pada Tabel 3 dimana sebagai pembanding dibuat formula se-diaan gel kafein.

Hasil uji stabilitas kadar kafein dan pH pada Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan bahwa kadar kafein dan pH dalam kedua macam sedi-aan gel selama 28 hari penyimpanan adalah sta-

bil baik pada penyimpanan suhu ruang maupun pada suhu 400C kelembaban 75%. Sedangkan pada uji stabilitas viskositas yang dapat dilihat pada Gambar 6. menunjukkan terdapat nilai viskositas yang berbeda secara bermakna antara formula gel niosom kafein dan formula gel kafein pada penggunaan konsentrasi HPMC yang sama. Kemungkinan penyebabnya adanya Span 60 dan kolesterol dalam niosom yang dapat meningkat-kan viskositas dalam sediaan. Pada uji stabilitas viskositas sediaan gel niosom kafein menunjuk-kan stabil baik pada kedua kondisi penyimpanan. Sedangkan pada uji stabilitas viskositas sediaan gel kafein menunjukkan penurunan viskositas pada 7 hari penyimpanan pada kedua kondisi.

Dari hasil uji difusi pada Gambar 7 menun-jukkan bahwa sediaan formula gel niosom kafein

5060708090

100110

0 10 20 30Kada

r Kaf

ein

Sedi

aan

(%)

Waktu (hari)

FGNK SR

FGNK CC

FGK SR

FGK CC

Gambar 4. Uji Stabilitas kadar kafein dalam sediaan gel. Keterangan : FGNK = Formula Gel Niosom Kafein, FGK = Formula Gel Kafein, SR = Suhu Ruang, CC – Climatic Chamber

44,5

55,5

66,5

7

0 5 10 15 20 25 30

pH S

edia

an g

el

Waktu (hari)

FGNK SR

FGNK CC

FGK SR

FGK CC

Gambar 5. Uji stabilitas pH kafein sediaan gel

Page 72: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201466

Formulasi Sediaan Gel Niosom Kafein

300400500600700800900

1000110012001300

0 5 10 15 20 25 30

Visk

osita

s (cp

s)

Waktu (hari)

FGNK SR

FGNK CC

FGK SR

FGK CC

Gambar 6. Uji stabilitas viskositas sediaan gel

0

5

10

15

0 100 200 300 400

Fluk

s µg/

cm

Waktu sampling (menit ke)

FGNK

FGK

Gambar 7. Uji difusi sediaan gel. Keterangan : FGNK = Formula Gel Niosom Kafein, FGK = Formula Gel Kafein

dapat melewati membran kulit ular tanpa waktu tunda. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan, difusi diawali dengan kafein bebas (4) dan juga karena sediaan gel mempunyai jumlah air yang banyak sehingga membran (stratum korneum) mengembang dan meningkatkan permeabilitas membran (5). Sediaan gel niosom kafein menga-lami pelepasan diperlambat setelah menit ke-60 Pelepasan diperlambat ini dapat disebabkan ka-fein dalam sistem niosom terlebih dahulu harus berpartisi melewati membran bilayer dari vesikel niosom untuk berdifusi (6). Setelah sampling menit ke-300 mengalami puncak difusi dengan fluks sebesar 13.991 µg/cm2 atau 9.097 mg/g. Sedangkan hasil difusi dari sediaan formula gel kafein, kafein cepat berdifusi pada menit ke-15 dengan nilai fluks 8.015 µg/cm2. Besarnya nilai difusi pada sampling menit ke-15 dapat dise-babkan air dari sediaan gel, sehingga stratum

korneum mengembang. Hasil difusi sediaan gel kafein mengalami puncak difusi pada menit ke-60 dengan nilai fluks 10.368 µg/cm2 atau 7.035 mg/g sediaan. Sampling pada menit ke-60 telah mengalami waktu tunak, dimana sudah tidak ada kafein yang berdifusi yang tertampung dalam kompartemen reseptor.

Untuk melihat perbedaan secara statistik di-antara kedua macam sediaan dilakukan uji statis-tik ANOVA.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULANNiosom dengan formula kafein 30 mg/ml,

Span 60 150 µmol dan kolesterol 60 µmol dapat menginkorporasikan kafein sebanyak 67.81% atau sekitar 20.34 mg/ml sehingga dapat difor-

Page 73: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

67Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Rahma Nafi’ah, Sasanti Tarini Darijanto, dan Diky Mudhakir

mulasikan dalam sediaan gel niosom kafein de-ngan basis HPMC 6%, dengan dosis kafein 2.034 % (b/b). Uji difusi sediaan gel niosom kafein menunjukkan profil pelepasan diperlambat, de-ngan fluks difusi sebesar 13.991 µg/cm2 atau 1.35 kali lebih besar dibanding sediaan gel kafein.

SARANDisarankan untuk menguji efek lipolisis se-

diaan gel niosom kafein kepada hewan coba dan melakukan pengembangan formulasi generasi niosom yang selanjutnya, yaitu niosom elastik un-tuk meningkatkan penetrasi kafein melalui kulit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rawlings A.V. Review Article : Cellulite and Its Treatment, International Journal of Cosmetic Sci-ence, 2006 ; 28, 175 – 190.

2. Anehal Sankhyan, Pravin Pawar. Recent Trends in Niosome as Vesicular Drug Delivery System. Jour-nal of Applied Pharmacuetical Sciences, 2012; 02 (06) : 20 – 32.

3. Aranya Manosroi., Paveena W., Jiradej M, Hideki S., Fumia F, Makoto Y., Masahiko A., Characteriza-tion of vesicles prepared with various non-ionic

surfactants mixed with cholesterol, Colloids and Surfaces B; Biointerfaces, 2003; 30 : 129 – 138.

4. Khazaeli, P., Pardakhty. Caffeine-Loaded Niosomes Characterization and in Vitro Release Studies, Drug Delivery, 2007 ; 14 : 447 – 452.

5. El Maghraby, Barry B.W., Williams A.C. Review Li-posomes and Skin : From Drug Delivery to Model Membranes, European Journal of Pharmaceutical Sciences, 2008 ; 34 : 203-222.

6. Liu, R. Water-Insoluble Drug Formulation : Chap-ter 10 Liposomes in Solubilization, Taylor & Fran-cis, New York, 2000 ; 361 - 365.

Page 74: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 201468

Petunjuk

Petunjuk Bagi Penulis

1. Jurnal Farmasi Indonesia menerima tulisan ilmiah berupa laporan hasil penelitian atau telaah pustaka yang berkaitan dengan bidang kefarmasian.

2. Naskah diutamakan yang belum pernah diterbitkan di media lain, baik cetak maupun elektronik. Jika sudah pernah disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah hendaknya diberi keterangan yang jelas mengenai nama, tempat, dan tanggal berlangsungnya pertemuan tersebut.

3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baku atau bahasa Inggris dengan huruf Cambria 11, disusun dengan sistematika sebagai mana yang disarankan di bawah ini.

4. Judul dalam dua bahasa Indonesia dan Inggris, ditulis dengan huruf kapital diikuti huruf kecil, bold, singkat dan jelas mencerminkan isi tulisan, tidak lebih dari 14 kata (bahasa Indonesia) atau 10 kata (bahasa Inggris).

5. Nama penulis tanpa gelar, diberi nomor superscript, diikuti alamat instansinya masing-masing dan sebutkan alamat korespondensi kepada penulis lengkap dengan alamat e-mail.

6. Abstrak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimum 200 kata, dilengkapi dengan kata kunci (Keywords) 3-5 kata.

7. Isi/Batang Tubuh: a. Untuk tulisan berupa artikel hasil penelitian (research article), disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Pendahuluan, Metodologi Penelitian (meliputi bahan, alat dan cara kerja), Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, serta ucapan terima kasih.

b. Untuk tulisan bukan berupa laporan hasil penelitian (tinjauan pustaka atau komunikasi singkat), disusun dengan sistematika sebagai berikut: Pendahuluan, bagian-bagian sesuai topik tulisan, serta Penutup berupa kesimpulan dan saran, serta ucapan terima kasih.

8. Daftar Pustaka ditulis berurutan dengan nomor arab (1, 2, 3, dst.), sesuai urutan kemunculannya dalam naskah, ditulis secara konsisten menurut ketentuan dalam Cummulated Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to Biomedical Journal (Ann Intern Med 1979; 90: 95-99).

9. Singkatan nama jurnal mengikuti ketentuan dalam Index Medicus; untuk nama jurnal yang tidak tercantum dalam Index Medicus harap tidak disingkat. 1. Contoh: Cefalu WT, Padridge WM. Restrictive transport of a lipid-soluble peptide (cyclosporin) through the

blood-brain barrier. J Neurochem 1985; 45; 1954-1956. 10. Sitasi/rujukan kepustakaan dilakukan dengan sistem nomor yang diletakkan dalam tanda kurung.

2. Contoh: .........disusun oleh protein-protein membran, antara lain kadherin (5). 11. Cara penulisan:

a. Halaman judul diketik di awal naskah terdiri dari judul, nama penulis dan afiliasinya serta nama dan alamat lengkap corresponding author.

b. Naskah diketik 1 spasi tidak bolak balik, ukuran kertas A4 dengan margin atas 4 cm, bawah 3 cm, kiri 4 cm, kanan 3 cm, minimum 8 halaman, maksimum 14 halaman tidak termasuk gambar/foto atau tabel.

c. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format tabel pada Microsoft Word diletakkan terpisah pada halaman setelah daftar pustaka, diberi judul dan nomor tabel dengan angka arab 1, 2, 3... dst.

d. Gambar dibuat dengan format TIFF, JPG, JPEG, atau BMP, atau format Microsoft Excel/scatter plot untuk grafik, dikirimkan tersendiri dalam file terpisah dengan keterangan yang jelas diberi nama file sesuai dengan nomor urut gambar.

e. Judul gambar ditulis dalam format MS Word setelah halaman Tabel. Judul gambar dinomori dengan angka arab (1,2,3,... dst).

12. Naskah dapat dikirim dalam bentuk cetakan (hard copy) dan berkas elektronik (dalam bentuk CD) melalui pos/kurir atau diantar sendiri ke sekretariat jurnal. Berkas elektronik dapat dikirim melalui email ke alamat [email protected] atau [email protected]. Naskah dapat juga dikirimkan secara online melalui jfi.iregway.com.

13. Naskah yang diterima akan disaring oleh Redaksi/Editor, kemudian direview oleh Mitra Bestari. Apabila diperlukan, naskah akan diberi catatan dan dikembalikan kepada penulis untuk direvisi, untuk selanjutnya dikirimkan kembali secara utuh kepada redaksi jurnal untuk diterbitkan.

14. Untuk penelitian klinis yang menggunakan subyek manusia, disertakan Ethical clearance.

Page 75: Jurnal Farmasi Indonesia adalah jurnal ilmiah resmi Ikatan ... · PDF fileiv Jurnal Farmasi Indonesia Q Vol. 7 No. 1 Q Januari 2014 ... Analisis Penambatan dan Simulasi Dinamika Molekular

69Jurnal Farmasi Indonesia n Vol. 7 No. 1 n Januari 2014

Instructions for Authors

1. Jurnal Farmasi Indonesia received the scientific papers in the form of research article or literature review related to the field of pharmacy.

2. Preferred manuscript is that the paper has never been published in other media, both printed and electronic. If it has ever been presented in a scientific meeting, a clear explanation of the name, place and date of the meeting should be given.

3. Manuscripts are written in standard Indonesian or English with Cambria 11, compiled by systematics as described below.4. The title is written in a capital letter followed by lowercase letters, bold, not more than 14 words (Indonesian) or 10 words

(English), concise and clearly reflect the content of the manuscript.5. The author’s name should be written without title, given the superscript numbers, followed by the affiliation and specify

complete address of corresponding author by e-mail address.6. Abstract should be written in English and Indonesian respectively , with a maximum of 200 words, equipped with 3-5

Keywords.7. Contents / Body:

a. A research article should compile by the systematics as follows: Introduction, Research Methodology (includes materials, equipment, and methods), Results and Discussion, Conclusions and Recommendations, as well as acknowledgement.

b. A literature review or short communication) should follow systematics as Introduction, the sections of sub topics, and Conclusions and/ or Recommendations, as well as acknowledgement.

8. References are written sequentially with Arabic numbers (1, 2, 3, ..), in the order of it appearance in the manuscript. It should be written consistently in accordance with the Index Medicus Cummulated and / or the Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to Biomedical Journal (Ann Intern Med 1979; 90: 95-99).

9. Journal abbreviations should follow the provisions in Index Medicus; For journal that are not listed in Index Medicus should not be abbreviated.Example: Cefalu WT, Padridge WM. Restrictive transport of a lipid-soluble peptide (cyclosporin) through the blood-brain barrier. J Neurochem 1985; 45; 1954-1956.

10. Citation should be written with Arabic number and placed in brackets.Example: ......... compiled by membrane proteins, among others kadherin (5).

11. Guidance for writing:a. Typed the title page at the beginning of the script consists of title, author’s name and affiliation as well as the name

and complete address of corresponding author.b. Typed the manuscript in 1 spacing in A4 paper with a top margin of 4 cm, bottom 3 cm, left 4, and right 3 cm. The

manuscript may consist of minimum of 8 pages and maximum of 14 pages excluding images/pictures or tables.c. Tables must be intact, clearly legible, in Microsoft Word format, placed separately on the page after the list of

references, given the title and number of tables with Arabic numbers (1, 2, 3 ...).d. Images/Figures should be made with the format of TIFF, JPG, JPEG, or BMP, or Microsoft Excel format/scatter plot for

graphic, submit ted in a separate file with a clear description of the file named according to the number of Figures.e. Figure legends should be written in MS Word format after the page of tables. Figure legends are numbered with

Arabic numbers (1,2,3, ... ).12. Manuscripts can be submitted in hard copy and electronic version (on CD) by post /courier or delivered to the secretariat of

the journal by hand. Electronic files can be sent via email to [email protected] or [email protected]. Manucripts can also be submitted online through jfi.iregway.com.

13. Manuscript received will be screened by the Editor, and then reviewed, the manuscripts may be returned to the author and noted to be revised, and be sent back to the editor for decision of acceptance for publication.

14. For clinical research using human subjects should include Ethical clearance.

Instructions