jurnal emtum

10

Click here to load reader

Upload: indahrafikayuliati

Post on 26-Jun-2015

220 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL EMTUM

J. Agrioigor 7(2): 170-1 79, Januari-April 2008; ISSN 1412-2286

PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN KRISAN PADA BERBAGAI KONSENTRASI DAN FREKUENSI PEMBERIAN

PACLOBUTRAZOL

Growth a n d flowering of chrysanthemum applied wi th several concentrations a n d frequencies of paclobutrazol application

Elkawakib Syam'unl, Feranita Haring', dan Rachmawatiz

1.Staf dosen pada jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin 2. Mahasiswa pada jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRACT

To produce good and beautiful chrysanthemum pot with medium crown's height along with uniform and unified flowers, it is needed to apply growth inhibitor substance to suppress plant growth, namely Paclobutrazol. Therefore, an experiment was carried out at Seedling Farm of Agriculture and Forestry Faculty from February 2006. It was set up in a 2-factor randomized complete block design. First factor was Faclobutrazol concentrations consisting of 50,100 and 150 mg L-1 water. Second one was frequencies of Paclobutrazol application, i.e. 1, 2 and 3 times. Paclobutrazol concentration of 50 mg L-1 gave highest number of leaf, earliest flowering time, highest number of flower, flower diameter and longest flower durance. One-time of Paclobutrazol application gave highest number of leaf, earliest flowering time, highest number of flower and flower diameter. Keywords: chrysanthemum, Paclobutrazol, flowering

PENDAHULUAN

Tanaman hias akan membuat suasana di rumah atau kantor menjadi lebih hijau dan memperindah komposisi warna lingkungan di sekitarnya. Se- karang bunga tidak hanya memberikan keindahan bagi orang yang memandang- nya ataupun yang menanamnya tetapi juga sudah diusahakan sebagai tanaman yang bernilai komersial. Salah satu jenis tanaman hias yang banyak diusahakan sebagai bunga komersial adalah bunga krisan. Selain dapat dijadikan sebagai bunga potong juga dapat berfungsi se- bagai tanaman hias pot. Kriian dapat di- jadikan sebagai komponen utama untuk menghijaukan dan mempercantik taman maupun sebagai tanaman hias dalam pot

yang ditempatkan di meja maupun di- gantung di rumah, ruang perkantoran, atau apartemen.

Prospek usaha tani krisan tampak- nya amat cerah, terbukti pada tahun 1991, Belanda memproduksi krisan yang men- datangkan devisa sebesar 598 juta gulden atau 21,3 %. Di Indonesia, pada tahun 1993 mampu mengekspor bunga krisan sebanyak 198,3 ton senilai US $243,7 ribu ke Hongkong, Jepang, Malaysia serta Singapura dan Indonesia juga meng- impor 3,s ton senilai US $ 22,l ribu dari Belanda dan Malaysia Dari data tersebut Indonesia mengalami surplus US $ 221,6 ribu dari ekspor dan impor bunga krisan. Dengan demikian, Indonesia berpeluang besar untuk meningkatkan ekspor bunga

Page 2: JURNAL EMTUM

Pertumbuhan dan pembungaan krisan pada pemberian paclobutrazol

krisan ke pasar internasional (Rukmana dan Mulyana, 1997).

Krisan banyak diminati oleh ma- syarakat karena corak wama bunga krisan sangat banyak dibandingkan bunga lainnya dan tergolong paling awet atau tidak cepat layu. Saat ini konsumen cenderung menyenangi bunga pot yang tidak terlalu tinggi tangkai dan ruasnya, daunnya rimbun, serta bunganya tumbuh seragam dan kompak. Untuk memben- tuk bunga pot yang sesuai dengan selera pasar tersebut maka perlu adanya per- lakuan khusus. Perlakuan-perlakuan yang dapat dilakukan antara lain per- lakuan penyinar-an, aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT), perlakuan stres air dan perlakuan vernalisasi (Lukito, 1997).

Upaya untuk membentuk krisan pot yang baik dan indah, dengan tajuk yang tidak terlalu tinggi serta bunga yang seragam dan kompak, maka perlu adanya ~erlakuan zat penghambat tumbuh. Paclobutrazol sebagai salah satu jenis zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk menekan pertumbuhan tanaman. Penyemprotan paclobutrazol mulai di- lakukan ketika tunas lateral sudah keluar sepanjang 4 cm - 5 cm. Untuk penyem- protan berikutnya dilakukan 1 - 2 minggu setelah penyemprotan pertama. Frekuensi pemberian untuk setiap jenis berbeda-beda, biasanya 2 - 4 kali (Budi, 1999). Hasil penelitian terdahulu mem- perlihatkan bahwa penyemprotan satu kali dengan 100 mg L-1 air paclobutrazol sama efektifnya dengan pemberian dua kali dengan konsentrasi 2.500 mg L-1 air daminozide pada tanaman krisan pendek dan sedang, sedangkan untuk tanaman krisan tinggi diperlukan 200 mg L-1 air paclobutrazol untuk membuat tanaman diterima dipasaran (Wilfret, 1990 dalam

Maryati, 1997). Sesuai dengan sisiem ker- janya, zat penghambat tumbuh cultar yang berbahan aktif paclobutrazol berakibat menghambat perpanjangan batang, memperpendek mas, mening- katkan warna daun sehingga akan nampak seragam dan membuat per- tumbuhan vegetatif tanaman mampu mendukung proses pembentukan bunga (Endah, 2002).

Salah satu zat pengatur tumbuh yang efektivitasnya sedang diteliti diber- bagai negara adalah paclobutrazol (Anonim, 1984). Rumus empirik paclo- butrazol CI~HZOCI N30,. Nama kimia paclobutrazol adalah 1-(4-Chloropheny1)- 4,4 - Dimethyl - 2 - ( lH - 1,2,4 - Triazol-l- il) Penta-3-01 (Maryati, 1997). Beberapa penelitian tentang pengharnbat pertum- buhan antara lain pemberian paclo- butrazol 11 mg L-1 air lewat tanah pada bunga satin (Clarkia amoena Subsp. Whyney) merupakan konsentrasi optimum untuk mencapai tinggi tanaman terbaik untuk bunga pot (20 cm - 30 cm) (Anderson dan Hartley, 1990 dalam Maryati, 1997). Tinggi bunga tulip pada saat bunga mekar penuh menurun secara linier dengan meningkatnya konsentrasi paclobutrazol, yaitu 27,7 cm pada kontrol (0 mg L-1 air) menjadi 24,O cm pada pem- berian 1,O mg pot' yang diberikan dengan cara disiramkan ke dalam tanah atau dicampurkan ke dalam pupuk (Deneke dan Keever, 1992 dalam Maryati, 1997).

Pemberian paclobutrazol pada krisan akan menguangi pertumbuhan akar dan menyebabkan perubahan morfologi. Paclobutrazol ini dapat di- berikan melalui akar atau melalui daun. Paclobutrazol bersifat menghambat bio- sintesa GA. Pada penelitian paclo-

Page 3: JURNAL EMTUM

Elkawakib Syam,'un., Feranita Haring, dan Rachmawati

butrazol meldui d a m dilaporkan bahwa penggunaan paclobutrazol pada kon- sentrasi 60 ppm yang diberikan satu kali belum cukup menurunkan tinggi tanaman krisan (Herlina, Sutarna dan Susilo, 1998). Penelitian bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh berbagai kon- sentrasi dan frekuensi pemberian paclo- butrazol terhadap partumbuhan dan pembungaan krisan, (2) Konsentrasi dan frekuensi pemberian paclobutrazol yang dapat menghasilkan tinggi tanaman krisan yang sesuai dengan jumlah bunga yang terbanyak.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Kebun Pembibitan Fakultas Pertanian dan Kehu- tanan, Universitas Hasanuddin, Makassar yang berlangsung dari Februari sampai Juli 2005 Alat-alat yang digunakan ada- lah hand sprayer, timbangan, gelas ukur, ember, sekop, mistar dan alat tulis me- nulis.

Penelitian ini berbentuk perco- baan faktorial 2 faktor dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama adalah konsentrasi paclobutrazol yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: 1. Konsentrasi paclobutrazol 50 mg L-1

air air (kl) 2. Konsentrasi paclobutrazol 100 mg L-1

air air (k2) 3. Konsentrasi paclobutrazol 150 mg L-1

air air (k3). Faktor kedua adalah frekuensi pemberian paclobutrazol yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: 1. Frekuensi pemberian paclobutrazol

sebanyak 1 kali (fi)

2. Frekuensi pemberian paclobutrazol sebanyak 2 kali (f2)

3. Frekuensi pemberian paclobutrazol sebanyak 3 kali (f3)

Setiap perlakuan dikombinasikan se- hingga terdapat 9 perlakuan, masing- masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali dengan demikian terdapat 27 unit percobaan, dan setiap unit percobaan terdiri dari 2 pot sehingga keseluruhan 54 unit tanaman.

Aplikasi paclobutrazol dilakukan setelah tanaman berumur 3 minggu se- telah penanaman dan dilakukan sesuai perlakuan, yaitu (1) disemprot dengan konsentrasi 50 mg L-1 air, (2) disemprot dengan konsentrasi 100 mg L-1 air, (3) disemprot dengan konsentrasi 150 mg L-1 air, dengan volume semprot 100 mL pot]. Penyemprotan dilakukan pada waktu pagi hari. Frekuensi pemberian dilaku- kan sesuai perlakuan masing-masing (1) satu kali pemberian, (2) dua kali pem- berian, dan (3) tiga kali pemberian, dengan interval waktu setiap dua minggu sekali. Setelah bunga muncul, dilakukan pembuangaan kuncup bunga utama (disbudding). Parameter Pengamatan adalah: 1. Kecepatan berbunga (hari), dihitung

mulai terbentuknya kuncup bunga. 2. Jumlah bunga (tangkai), dihitung

jumlah bunga yang mekar sem- purna.

3. Diameter bunga (cm), diukur setelah terbentukn)a bunga sempurna.

4. Ketahanan bunga (hari), dihitung sejak bunga mulai mekar hingga bunga l a p .

Page 4: JURNAL EMTUM

-

Pertumbuhan dan pembungaan krisan pada pemberian paclobutrazol

KASIL DAN PEMBAHASAN

Kecepatan berbunga Perlaluan konsentrasi paclo-

butrazol berpengaruh sangat nyata, sedang frekuensi pemberian serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan berbunga tanaman krisan.

Hasil uji JBD 0,01 pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian paclo- butrazol pada konsentrasi 50 mg L-1 air (kl) memberikan kecepatan berbunga tercepat yaitu 62,2 hari dan berbeda nyata dengan pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 150 mg L-1 air (k3), walaupun tidak berbeda nyata dengan pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 100 mgL-1 air (k2). Waktu berbunga terlama diper- oleh pada perlakuan pemberian paclo- butrazol dengan konsentrasi 150 mg L-1 air (k3) yaitu 83,s hari.

duanya tidak berpengaruh nyata ter- hadap jumlah bunga tanaman krisan.

Hasil uji JBD 0,05 pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian paclo- butrazol pada konsentrasi 50 mg L-1 air (kl) memberikan jumlah bunga terbanyak yaitu 1,03 kuntum dan berbeda nyata dengan pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 100 mg L-1 air (k2), d m konsentrasi 150 mg L-1 air (k3). Jumlah bunga terendah diperoleh pada perlaku- an pemberian paclobutrazol dengan kon- sentrasi 150 mg L-1 air (k3) yaitu 0,90 kuntum.

Diameter bunga

Perlakuan konsentrasi paclo- butrazol berpengaruh sangat nyata, se- dang frekuensi pemberian serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata ter- hadap diameter bunga tanaman krisan.

Jumlah bunga

Perlakuan konsentrasi paclo- butrazol berpengaruh nyata, sedang frekuensi pemberian serta interaksi ke-

Tabel 1. Kecepatan Berbunga Tanaman Krisan pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Paclobutrazol

Frekuensi Konsentrasi Paclobutrazol Rata-rata

Pemberian k l k2 k3

. . . . . . . hari . . . . . . . f l 52.3 70.0 83.3 68.6

f2 62.3 69.0 92.3 74.6

f3 72.0 71.0 75.7 72.9

70.0ab Rata-rata 62.Zb 83.Sa

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji JBD 0,Ol

Page 5: JURNAL EMTUM

Elkawakib Syam,'un., Feranita Haring, dan Rachmawati

Tabel2. Jumlah Bunga Tanaman Krisan pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Paclobutrazol pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam

Frekuensi Konsentrasi Paclobutrazol Rata-rata Pemberian k l k2 k3

f l 1.14 0.93 0.91 0.99

f2 1.02 0.96 0.84 0.94

f3 0.94 0.86 0.96 0.92

Rata-rata 1.03a 0.91b 0.90b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada t a d uji JBD 0,05

Tabel 3. Diameter Bunga Tanaman Krisan pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Paclobutrazol pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam

Frekuensi Konsentrasi Paclobutrazol Rata-rata Pemberian k l k2 k3

Rata-rata 6.0a 5.3a 4.gb

Keterangan: Angka-angka yang diikuti cleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji JBD 0,01

H a d uji JBD 0,01 pada Tabel 3 me- nunjukkan bahwa pemberian paclo- butrazol pada konsentrasi 50 mg L-1 air (kl) memberikan diameter bunga ter- besar yaitu 6,O cm dan berbeda nyata dengan pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 150 mg L-1 air (k3), namun tidak berbeda nyata dengan pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 100 mg L-1 air (k2).Diameter bunga terkecil diperoleh

pada perlakuan pemberian paclobutrazol. dengan konsentrasi 150 mg L-1 air (K3) yaitu 4,s cm.

Ketahanan bunga mekar

Perlakuan konsentrasi paclo- butrazol berpengaruh sangat nyata, se- dang frekuensi pemberian serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata ter- hadap ketahanan bunga tanarnan krisan.

Page 6: JURNAL EMTUM

J. Agrivigor 7(2): 170-179, Januari-April 2008; ISSN 1412-2286

Tabel 4. Lama bunga mekar Tanaman Krisan pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Paclobutrazol pada Umur 12 Minggu Setelah Tanam

Frekuensi Konsentrasi Paclobutrazol Rata-rata

Pemberian k l k2 k3

. . . . . . . hari . . . . . . .

f l 18.7 10.4 8.3 12.5

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji JBD 0,01

Hasil uji JBD 0,05 pada Tabel 4 me- nunjukkan bahwa pemberian paclo- butrazol pada konsentrasi 50 mg La air (kl) memperlihatkan ketahanan bunga terlama yaitu 18,O hari dan berbeda nyata dengan pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 100 mg L-* air (k4, dan pem- berian paclobutrazol pada konsentrasi 150 mg L-1 air (k3). Ketahanan bunga ter- singkat diperoleh pada perIakuan pem- berian paclobutrazol dengan konsentrasi 150 mg L-1 air (K3) yaitu 9,O hari.

Pembahasan Zat penghambat tumbuh me-

rupakan senyawa organik yang meng- hambat pemanjangan batang dan men- cegah pembelahan sel pada meristem apikal (Cathey, 1975) dalam Wungkar dan Tarigan (1999). Tinggi tanaman tidak se- cara nyata dipengaruhi oleh zat peng- hambat tumbuh baik itu konsentrasi, frekuensi maupun interaksi keduanya. Tetapi hasil penelitian menunjukkan ke- cenderung'an bahwa semua tanaman yang

diberi perlakuan paclobutrazol memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan tinggi krisan tanpa pemberian paclobutrazol yaitu 35 cm - 45 cm.

Perlakuan paclobutrazol dengan konsentrasi 100 mg L-1 air dengan frekuensi 3 kali pemberian (kZf3) mem- perlihatkan hasil terendah untuk tinggi tanaman krisan. Hal ini menunjukkan bahwa paclobutrazol berpengaruh pada penghambatan tinggi tanaman karena mampu menghambat biosintesa giberallin yang berperan dalam pemanjangan sel.

Zat penghambat tumbuh beke j a sebagai anti giberallin yang berfungsi pada pemanjangan batang, h a s dam, evapotranspirasi juga mempengaruhi berat basah dan berat kering daun. Paclo- butrazol menghambat biosintesa gi- berallin, dengan pemberian paclobutrazol mengakibatkan pqgurangan panjang internodia yang disebabkan penghambat- an pembesaran sel (Wample dan Culver, 1983). Selain penghambatan pembesaran

Page 7: JURNAL EMTUM

Elkawakib Syam,'un., Feranita Haring, dan Rachmawati

sel, pemendekan batang ini disebabkan pula oleh penghambatan dari pembelahan sel dan pemanjangan meristem sub apikal (Cathey d m Stuart (1961) dalam Herlina, Sutarna dan Susilo, 1998)

Terhambatnya sintesis giberallin, bukan berarti terhentinya pertumbuhan batang karena pembelahan sel meristem terhenti. Tidak semua bagian tanaman terkena efek dari zat penghambat tumbuh. Bagian yang tidak terkena tetap mempro- duksi giberallin dan di transfer ke tempat yang terkena, sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhenti sama sekali meski- pun melambat (Lukito, 1997).Efek fi- siologi dari suatu senyawa tergantung dari jaringan yang terkena senyawa (Mohr dan Peter, 1995).

Penggunaan konsentrasi dan frekuensi paclobutrazol yang berbeda tidak memberikan perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman, artinya kemampuan paclobutrazol menekan pertambahan tinggi tanaman hampir sama berapapun konsentrasinya. Diduga ha1 ini terjadi karena konsentrasi paclobutrazol 100 mgL-1 air telah mampu menekan pertam- bahan tinggi tanaman. Paclobutrazol mempunyai sifat sistemik sehiigga per- lakuan yang konsentrasinya rendah di- imbangi dengan frekuensi pemberian yang lebih banyak artinya bahan aktif yang diterima tanaman sama banyaknya dengan perlakuan konsentrasi tinggi.

Hasil analisis statistika menun- jukkan bahwa konsentrasi 50 mg L-1 air dengan frekuensi 1 kali pemberian ber- pengaruh terhadap jumlah daun, kecepat- an berbunga, jumlah bunga d m diameter bunga. Pedakuan konsentrasi paclo- butrazol50 mg L-1 air dengan frekuensi 1 kali pemberian, berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah dam. Hal ini di-

sebabkan karena senyawa paclobutrazol lebih banyak pengaruhnya dalam meng- hambat pembelahan sel meristem apikal pada tunas atau pucuk. Menurut Davies (1987) dalam Nirwati (1998), senyawa- senyawa penghambat pertumbuhan se- perti cycocell, SADH dan senyawa- senyawa lainnya, bekerja untuk meng- hambat pembelahan sel meristem apikal pada tunas atau pucuk tetapi sedikit pengaruhnya pada produksi d a m dan akar.

Fase pertumbuhan generatif pada tanaman sangat perlu, karena merupakan awal yang menentukan terbentuknya organ hasil dan jumlahnya per tanaman. Perubahan tunas apikal dari vegetatif menjadi tunas bunga merupakan hasil dari aktivitas zat penghambat tumbuh. Konsentrasi yang diberikan dalam jumlah optimum sesuai dengan yang dibutuhkan, maka aktivitas zat penghambat tumbuh akan optimal pula dalam memberikan pengaruh. Konsentrasi 50 mg L-1 air paclobutrazol memberikan pengaruh ter- hadap fase pertumbuhan generatif yaitu kecepatan berbunga, jumlah bunga, dia- meter bunga dan ketahan bunga krisan.

Pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi 50 mg L-1 air menyebabkan umur keluarnya bunga lebih cepat diban- dingkan dengan konsentrasi 100 mg L-1 air dan 150 mg L-l air. Dengan pemberian paclobutrazol 50 mg L-1 air, terjadi ke- seimbangan hormonal sehingga mampu mengalihkan energi pertumbuhan dari pembentukan vegetatif ke pembentukan generatif sehingga pemunculan bunganya dipercepat. Menurut Wilkinson dan Richard (1991) dalam Maryati (1997), pem- berian paclobutrazol dapat menghdangi aliran energi ke mitokondria serta meng- hambat aktivitas dan biosintesis giberallin

Page 8: JURNAL EMTUM

Perfumbuhan dan pembungaan krisan pada pemberian paclobutrazol

razol eng- ~ikal [vies Lwa-

se- Lwa- mg- pika1 likit dan

ada kan

"Ya Lan. atif asil uh. lah an, mh can air er- itu ia-

sehhgga proses pembelahan sel ter- hambat yang akhirnya mempersingkat pertumbuhan vegetatif dan secara tidak Iangsung fotosintat dialihkan untuk per- tumbuhan generatif.

Pemberian paclobutrazol tidak secara nyata mempercepat saat muncul- nya kuncup bunga. Namun hasil sidik ragamnya memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi paclobutrazol yang diberikan ke tanaman. Hal ini di- sebabkan karena pertumbuhan tanaman terhambat yang menyebabkan tanaman tumbuh roset, sehingga kemampuan tanaman dalam menyerap cahaya untuk proses fotosintesis yang berperan dalam pembentukan bunga sangat rendah. Selain itu, dengan pemberian paclobutrazol me- nyebabkan proses biosintesa giberallin- nya juga ikut terhambat. Menurut Weaver (1972), beberapa inhibitor yang diketahui menghambat sintesis giberallin dapat memperlambat pembentukan bunga.

Lebih lanjut Ting (1982) menge- mukakan bahwa pertumbuhan dan per- kembangan tanaman diatur oleh ke- seimbangan hormon-hormon di dalam tanaman. Ha1 ini dapat dilihat bahwa pemberian paclobutrazol sebanyak 2 kali dan 3 kali, cenderung lebih lambat ber- bunga dibandingkan dengan frekuensi pemberian 1 kali. Ini disebabkan karena frekuensi paclobutrazol yang diberikan terlalu banyak menyebabkan proses biosintesa giberallinnya terhambat yang mengakibatkan kandungan giberallin lebih rendah.

Perlakuan konsentrasi 50 mg L-1 air paclobutrazol dengan frekuensi 1 kali pemberian memperlihatkan jumlah bunga terbanyak pada tanaman krisan. Ini di- sebabkan karena konsentrasi pemberian

paclobutrazol yang sesuai sehingga me- macu pembelahan sel. Dalam hal ini adalah pembentukan organ, termasuk pembentukan tunas. Pembentukan tunas yang lebih cepat akan menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak selhgga meningkatkan jumlah bunga per tanaman. Wilkinson dan Richard (1991) dalam Maryati (1997) melaporkan, pemberian paclobutrazol 50 mg La air menyebabkan peningkatan jumlah bunga dan pe- nyemprotan 1 kali paclobutrazol sangat tepat untuk penggunaan secara komersil.

Zat penghambat tumbuh mem- punyai efek fisiologis lain, di samping menghambat pemanjangan batang juga mendorong pembungaan beberapa tanaman (Wattimena, 1988). Secara umum terlihat bahwa pemberian paclo- butrazol menyebabkan penurunan dia- meter bunga tanaman krisan. Tanaman k h a n yang diberi paclobutrazol ting- ginya lebih rendah sehingga ruang yang tersedia bagi individu bunga kecil akibat- nya diameter bunga menjadi lebih kecil.

Pemberian 50 mg L-1 air pacIo- butrazol belum mampu menghambat per- tumbuhan organ tanaman secara kese- Iuruhan, sehingga giberallin pada tanam- an masih aktif bekeja dalam memacu pembelahan dan pembesaran sel. Ada- nya pembesaran sel yang dipacu oleh giberallin menghasilkan pembentukan sel- sel yang lebih besar sehingga menyebab- kan peningkatan diameter bunga pada fase generatif tanaman.

Ketahanan bunga krisan terlihat pada konsentrasi paclobutrazol 50 mg L-1 air dengan frekuensi pemberian 2 kali. Hal ini diduga karena pada konsentrasi ini merupakan konsentrasi yang optimal untuk inisiasi bunga di mana setiap tanaman membutuhkan konsentrasi zat

Page 9: JURNAL EMTUM

Elkawakib Syam,'un., Feranita Haring, dan Rachmawati

pengatur tumbuh yang berbeda. Jika konsentrasi yang diberikan dalam jumlah yang optimal sesuai dengan kebutuhan maka aktivitas fisiologis dalam tumbuhan akan memberikan pengaruh yang optimal. Pemberian zat pengatur tumbuh dapat mempengaruhi umur pembentukan primordial bunga dan kesegaran bunga krisan. Dengan pemberian paclobutrazol yang rendah, maka giberallin yang ter- dapat dalam tanaman masih aktif dalam mempertahankan kesegaran bunga.

KESIMPULAN

k pemberian paclobutrazol pada kon- sentrasi 50 mg L-1 air memberikan hasil terbaik terhadap kecepatan berbunga, jumlah bunga, diameter bunga dan ketahanan bunga.

k Frekuensi pemberian paclobutrazol sebanyak satu kali memberikan hasil terbaik untuk kecepatan berbunga, jumlah bunga dan diameter bunga krisan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1984. Paclobutrazol plant growth regulator for or- namentals. Technical Data Sheet, hal. 21.

Anonim. 1993. Buletin Penelitian Tanaman Hias. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Sub Balai Penelitian Hortikultura, Cipanas - Cianjur Indonesia.

Anderson, R.G., and G. Hartley. 1990. Use of Growth Retardants onstatin Flower, Gdetia, for Pot Plant Production. Acta-Hortic. 272: 285- 291.

Cathey. 1972. Comparative plant growth retarding activities with ACPC, Phosfon, chrolomequat and SADH on ornamental plant spesies. Horticulture Sci. 3(10): 204-216

Cathey, H.M. dan N.W. Stuart. 1961. Physiology of growth retarding chemicals. in Machlis, L. Annual Review of Plant Physiology. 15: 271-302.

Davies, P.J. 1987. Plant Hormones and Their Role in Plant Growth and Development. Marthinus Nijhoff Publisher, Netherland.

Deneke, C.F., and G.J. Keever. 1992. Comparison of Aplication Methods of Paclobutrazol for HeigOht Control of Potted Tulips. HortSci. 27 (12) : 1329.

Endah., J.H. 2002. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Harry, N.R. 1994. Usahatani Bunga Potong. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian. Badan Penelitian dan Pengembangan Fertanian, Bogor.

Haryani. 1995. fiisan queen of the east. Trubus XXVI: 308: 72- 73.

Hasyim, I., dan M. Reza, 1995. Tanaman Krisan. Penebar Swadaya, Ja- karta.

Lukito. 1997. Rakayasa pembungaan krisan dan bunga lain. Trubus XXVIII : 330: 12 - 14.

Mohr, H., dan Peter S. 1995. Plant Physiology. Springer Verlag Berlin Heidelberg, New York.

Rukmana, R., dan A. E. Mulyana, 1997. Krisan. Kanisius, Yogyakarta.

Salisburry, F.K., and C.W. Ross. 1995. Plant Physiology (Fisiologi

Page 10: JURNAL EMTUM

i l .

78 :a1 .5:

'2. m or IS.

Pertumbuhan dan pembungaan krisan pada pemberian paclobutrazol

Tumbuhan. Jilid 111, Perkem- bangan Tumbuhan dan Fisiologi Tumbuhan, Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryono) ITB, Bandung.

Wample, R. L. and Elaine B. Culver. 1983. The Influence of Paclobutrazol, a New Growth Regulator, on Sunflowers. J. Amer. Hort. Sci. l(108): 122 - 125.

Wang, C.Y., G.L. Steffens dan M. Faust, 1986. Effect of Paclobutrazol on Accumulation of Carbo-hydrates in Apple Wood. dalam Sudarmadi dan Prahartini, 1991. J. Hort. 2 (1): 58-68.

Watiimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Labo- ratorium Kultur Jaringan Tanam- an. PAU Bioteknologi IPB Bogor. Hal. 247.

weland, W.F. dan R.L. Wamplem. 1985. Effect of Paclobutrazol on Growth, Photosynthesis and Carbohydrate Content of Delicious Apples. J. Hort. l(2): 58-68).

Wilkinson, R.I., dan D. Richerd. 1991. Influence of Paclobutrazol on Growth and Flowering of Rhododendron 'Sir Robert Peel'. Hort. Sci. 3 (26): 282 - 284).