jurnal ekonomi bisnis - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/dwi wulandari 05...

11

Upload: lamkhanh

Post on 07-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL EKONOMI BISNIS - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Dwi Wulandari 05 Nilai...Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model
Page 2: JURNAL EKONOMI BISNIS - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Dwi Wulandari 05 Nilai...Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model

PENERBIT PERC liO~gmoas ~.!<:.."""-',;::. "",!aJ~'CI:&3..

JURNAL EKONOMI BISNIS

Diterbitkan Oleh: JURUSAN MANAJElVJEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Terbit tiga kali setahun (Maret, Juli, dan November): ISSN 0853-7283 berisi tentang hasil penelitian, gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori, tinjauan kepustakaan, resensi buku baru, dan tulisan praktis dalam bidang ekonomi dan bisnis.

Ketua Penyunting Heri Pratikto

Wakil Ketua Penyunting Agus Hermawan

Penyunting Pelaksana F. Danardana Murwani

Madziatul Churiyah

Lahona Juariyah

Pelaksana Tata Usaha

Dendy Pristiwano

Wiyadi

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: FE-Universitas Negeri Malang, JI. Sernarang 6 Malang 65145, Qed-ung E3. Telepon: (0341) 55 J 312 (4 saluran) psw. 275 dan 276. Faks. (0341) 552-888. Email: [email protected]

JURNAL EKONOMI BISNIS diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas I egeri alan<>. Dekan: Ery Tri Djatmiko. Pembantu Dekan 1 Mit Witjaksono, Pembantu Dekan II: Tuhardjo, PernbaL De. Ill: Djoko Dwi K., Ketua JUl1lsan

Manajemen: Sudi Eko S.

.11. Telogosuryo N . 49 J1. Bimasakti . '0. 19 YOQ'VaJ;~ta

Page 3: JURNAL EKONOMI BISNIS - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Dwi Wulandari 05 Nilai...Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model

JURNAL EKONOMI BISNIS

ISSN 0853-7283

Tahun 16, Nomor 3, November 2011, Halaman 175-269

Metode Peningkatan Perturnbuhan Usaha Kecil Menengah di Kota Malang

Astrid Puspaningrum 175-183

Nilai Tukar dan Harga Saham (PerbandinganAntara Malaysia dan Indonesia) Dv.;i Wulandari V · ·· · ·.................................................. 184-190

Pengaruh Pembelajara.'1 Organisasi, Lingkungan Ekstemal, Sumber Daya Strategis, Rencana Strategis Terhadap Kinerja Perusahaan Trilaksiani 191-200

:owards Systems Thinking in Ethical Management to the Environment: A Solution for Conflict ofInterest Ika Putri Larasati 201-210

Pengaruh LabaAkuntansi Terhadap CumulativeAbnormal Return Saham Perusahaan Manufaktur Kelompok Basic Industry and Chemicals Yuh Soesetio, Deniza Ika Trisnawati 211-221

Pengaruh Reformasi Perpajakan, Audit Perpajakan Terhadap Kinerja Perpajakan Kariyoto 222-231

Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model londry Adrin Hetharie .. 232-238

Perencanaan Strategis Perlukah Bagi Bisnis Kecil Tuharcfjo 239- 243

/

Konsekuensi Konflik Peran, Kelebihan Beban Kerja, dan Motivasi IntrinsikTerhadap Burnout pada Dosen yang Merangkap Jabatan Struktura1 pada PTS di Wi1ayah Pu1au Ambon

Eduard Yohannis Tamaela, Stevanus Johan Gomies 244-259

Keunggulan Direct Cash Flow Sebagai Bahan Pertimbangan Keputusan Manajemen Bety Nul' Achadiyah 260-269

Page 4: JURNAL EKONOMI BISNIS - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Dwi Wulandari 05 Nilai...Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model

Nilai 'fukar dan Darga Saham (perbandingan AntaI"a Malaysia dan Indonesia

jDwi Wulan4ari

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang J1. Semarang 5 Malang 65 I45, Te1p. 034 I-5859 I2

Abstract: The purpose of this study is to examine whether there is a relationship between exchange rate and stock price in two neigbouring countries, Malaysia and Indonesia. Using Vector Autoregression (VAR) model, research find that there is a significant difference between Malaysia and Indonesia. In Malaysia, stock price is affected negetively by exchange rate. Depreciation ofexchange rate will decrease stock price because of the expected inflation. But in Indonesia there is no relation between exchange rate and stock price. It implies that in Indonesia, investors do not use exchange rate to predict the movement ofstock price because the instability ofexchange rate in Indonesia

Key words: exchange rate, stock price, VAR

Abstrak: Tujllan penelitian ini adalah llntuk mengkaji apakah terdapat hubungan antara nilai tukar mata uang dengan harga saham di dua negara, Malaysia dan Indonesia. Dengan menggunakan Model Vektor Autoregresi, penelitian menemukan bahwa ada perbedaan signifikan antara Malaysia dan Indonesia. Di Malaysia, harga saham dipengaruhi oleh nilai tukar secara negatif. Depresiasi nilai tukar akan menurunkan harga saham karena adanya ekspektasi inflasi dari investor. Sedangkan di Indonesia, nilai tukar tidak berhubungan dengan dengan harga saham. Hal ini mengimplikasikan bahwa di Indonesia, investor tidak menggunakan nilai tukar llntuk memprediksi pergerakan harga saham karena ketidakstabilan nilai tukar mata uang di Indonesia.

Kata Kunci: nilai tukar, harga saham, VAR

Mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi hat karakteristik pasar modal di kedua negara in!. pergerakan harga saham sangatpcnting bagi seorang Karakteristik bursa saham di kedua negara ini, tentu investor. Apabila ingin mendapatkan keuntungan, se­ sajaberbeda dengannegara-negara lain di dunia, sehing­orang investor harns pandai membaca pasar dan me­ ga teori konvensional mungkin tidak bisa menjelaskan mahami faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh pola pergerakan harga saham di negara-negara yang terhadap harga saham, sehingga investor tersebut bisa sudah dua kali menga.1ami krisis yang cukup berat ini. memprediksikan harga saham dan memperoleh ke­ Pada tahun 2008, bursa saham di kedua negara untungan. ini mengalami goncangan sebagai akibat dari krisis

Pertanyaan tentang faktor-faktor apa saja yang global. Bahkan Bursa Efek Indonesia (BEl) tutup berpengaruh terhadap harga saham, coba dijelaskan tiga hari demi menyelamatkan IHSG dari kejatuhan dengan sejumlah teori oleh sejumlah ekonom misal­ yang lebih parah. Sampai dengan Maret 2009, sa­nya dengan teori The one period valuation model, ham-sabam di Bursa Efek Indonesia berada di zona GeneralizedDividend Valuation Model, The Gor­ merah mengikuti pelemahan mayoritas bursa regional. don Growth Model, The Efficient Market Hypoth­ Indeks Harga Saham Gabungan sesi pertama dibuka esis. Tetapi model-model ini kurang bisa menje1askan turon 0,34 persen atau 4,276 poin ke 1.245,980. faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga Sementara itu, indikator BEl lainnyajuga ada di area saham. negatif, seperti indeks Kompas 100 yang turun 0,97

Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mem­ persen, indeks LQ45 menyusut 1,02 persen, dan pengaruhi harga saham di Indonesia dan Malaysia, Jakarta Islamic Index melemah 0,17 persen. Ber­salah satu cara awal yang bisa d.ilakukan adalah meli- samaan dengan krisis global, nilai tukar mata uang

184

Page 5: JURNAL EKONOMI BISNIS - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Dwi Wulandari 05 Nilai...Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model

Dwi Wulandari. Nilai Tukar dan Harga Saham (Perbandingan Antara Malaysia Dan Indonesia) I 185

juga semakin melemah, menjadi hampir Rp. 12.000per us dollar, Tidak hanya di Indonesia, Malaysia pun juga"mengalami hal yang sarna. Pada saat teIjadi pele­mahan di bursa sahamnya, teIjadi pelemahan nilai tukar mata uang di negara-negara ini

Liberalisasi pasar keuangan di Indonesia dan Malaysia pada tahun 1980an menghasilkan aliran mo­dal masuk yang cukup besar di negara-negara terse­but. TeIjadilah ekspansi pasar keuangan dan pasar modal. Tetapi liberalisasi ini tidal< didukung dengan regulasi dan pengawasan sistem keuangan yang kuat sehinggajustru mernicu krisis moneter pada tahun 1997. K.risis yang teIjadi ini tidak hanya menyerang pasar keuangan dan pasar saham di kedua negara ini tetapi juga menyerang fundamental ekonomi makro negara-negara tersebut yang ditandai dengan inflasi dan suku bunga yang tinggi, nilai tukar yang terdepresiasi dan pasar saham berada dalam kondisi resesi (Atmadja, 2004).

Mulai tahun 1999, kondisi pasar modal dan pa­sar keua..'lgan mulai membaik. TeIjadi apresiasi mata uang serta penurunan inflasi dan suku bunga pada negara-negara ini. Pada 2008, sekali lagi teIjadi krisis " global yang dimulai eli Amerika Serikat dan menyebar ke seluruh dunia termasuk ke negara-negara ini, mes­kipun secara kasat mata, dampaknya tidak seluas krisis moneter 1997. Pada setiap krisis yang teIjadi, setiap kali teIjadi pelemahan di pasar keuangan dan pasar modal, maka teIjadi pula pelernahan pada nilai tukar mata uang. Ini mengindikasikan adanya hu­bungan antara pasar saham dan nilai tukarmata uang

Cara untuk menghubungkan variabel ekonorni makro dengan harga saham adalah melalui Arbitrage Pricing Theory (APT), dimana beberapa faktor re­siko dapat menjelaskan returns asset. Studi empiris yaTJ.g berdasar pada APT menghubungkan variabel ekonomi makro dengan harga saham, menggunakan model hubunganjangka pendek Secara mnum pene­litian menemukan hubungan signifikan alltara harga saham dellgan perubahan variabel-variabel ekonorni makro (Humpe&Mc.Milan, 2007)

Kelemahan model ini adalah karena dasarnya data historis maka model ini hanya cocok apabila kOlldisi relatifstabil, sedangkan pada saat kondisi tidak stabil, maka koefisien beta yang diestimasi, mungkin tidak berhubungan dengan nilai yang diha­rapkan. Selain itu dalam model ini tidak dijelaskan variabel ekonomi yangmanayang akan mempengaruhi harga saham (DeStefano, 2000).

Padarezimnilai tukarmengambang, volatilitas nilai tukar akan lebm tinggi dan akan meningkatkan resiko nilai tukar (Abdalla dan Murinde, 1997). Secara teoritis, depresiasi mata uang menyebabkan penurunan harga saham yang didorong adanya ekspektasi inflasi. Hubungan negatifantara nilai tukar dan harga saham lebm dominan, tetapi adajuga pene­litian-penelitian yang menemukan hubungan positif antara nilai tukar dengan harga saham misalnya Is- V lam (2004) dan Haruman(2005).

Dalam menentukan nilai saham, investor perlu memperhatikan deviden dan earning yang diharap­kan dari perusahaan di masa yang akan datang. Besamya deviden dan earningyang diharapkan dari suatu perusahaan akan tergantung dari prospek ke­untungan yang dimilki oleh perusahaan. Karena pros­pek perusahaan sangat tergantung dari keadaan eko­nomi secara keseluruhan, maka analisis penilaian sa­ham yang dilakukan oleh investorjuga harns memper­hitungkan beberapa variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk meng­hasilkan laba (Tandelilin, 2001).

Ada tiga analisis yang bisa dilakukan oleh in- V' vestor, yaitu analisis ekonomi dan pasar modal, ana­lisis industri, dan analisis perusahaan. Analisis ekono­mi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kineIja suatu pasar modal. Pasar modal mencenninkan apa yang teIjadi pada perekonomian makro karena nilai investasi di­tentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat return yang disyaratkan atas investasi tersebut dan kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh per­ubahan lingkungan ekonomi makro.

Lingkungan ekonorni makro adalah lingkungan (// yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan mera­malkan kondisi ekonomi makro di masa yang akan datang, akan sangat berguna dalam pembuatan kepu­tusan investasi yang menguntungkan.

Sifat leurs valuta asing tergantung dari sifat pasar. Bila transaksijual beli valuta asing dapat di­lakukan secara bebas dipasar, maka kurs valas ber­ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan pena­waran.

Apabila suatu barang ditukar dengan barang lain, di dalamnya terdapat perbandingan nilai tukar, nilai tukar itulah sebenarnya semacam harga bagi pertukaran tersebut. Dernikianjuga pertukaran antar dua roata uang berbeda, akan terdapat perbandingan

Page 6: JURNAL EKONOMI BISNIS - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Dwi Wulandari 05 Nilai...Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model

186! Jumal Ekonomi Bisnis Tahun 16, Nomor 3, November 2011 hIm 184 -190

nilai atau harga antar kedua mata uang tersebut. Perbandingan inilah yang sering disebut dengan ex­change rate.

Fluktuasi nilai mata uang terhadap mata uang asing a.kfu'1 sangat mempengaruhi iklim investasi da­lam negeri, terutama pasar modal. Ketika terjadi apresiasi kurs mata uang rupiah misalnya, akan ber­dampak pada perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam persaingan harga. Sebaliknya, bila terjadi depresiasi mata uang rupiah terhadap dollar US misalnya, akan berdam­pak pada perusahaan-perusahaan go public, ter­utama yang menggantungkan faktorproduksi terha­dap bahan-bahan impor, sehingga biaya produksi meningkat, laba yang diperoleh menurun dan ber­akibat jatuhnya harga saham perusahaan tersebut.

Beberapa peneliti menemukan signifikansi anta- ~I

ra nilai tukar dengan harga saham, diantaranya adalah Ibrahim (2001) di Malaysia, Maysami (2004) di Singapura, Islam (2004) di Thailand, Harjito (2004) di empat negaraASEAN, Hamman (2005) di Indo­nesia, Haryanto (2007) di Indonesia, dan Kandir (2008) sertaAydemir (2009) di Turki.

Depresiasi mata uang domestik akan mening­katkan volume ekspor. Apabila permintaan barang ekspor bersifat elastis akan menyebabkan aliran kas lebih banyak lli1tuk perusal1aan domestik. dan menye­babkan kenaikan barga saham. Tetapi beberapa pe­neliti juga tidak menemukan signifikansi antara nilai tukar dengan harga saham diantaranya adalah pene­litian yang dilakukan oleh Chakravarty (2005) di In­dia, Patra (2006) di Yunani, Gay (2008) di Brazil, India, Russia dan Cina.

Menurut Ratanapakom (2000), nilai tukar sangat penting karena tiga alasan; pertama,jumlah uang be­redar digunakan lmtuk menstabilkan nilai tukar; ke­dua, pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi hu­bungan antara uang dan inflasi; dan terakhir, nilai tukar adalah variabel penting bagi investor untuk memu­tuskan berinvestasi dalam pasar valuta asing atau pa­sarmodal.

METODE

Daiam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap US dollar untuk Ll1donesia dan nilai tukar ringgit terhadap US dollar untuk Malaysia. Sedangkan variabel harga saham

menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (lliSG) untuk Indonesia dan Kuala Lumpur Compo­site Index (KLCI) selama tahun 1999-2008. Peng­gunaan pendekatan struktural atas pemodelan per­samaan simultan biasanya menerapkan teeri ekonomi di dalam usahanya untuk mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ingin diuj i. Akan tetapi sering dite­mukan bahwa teori ekonomi saja temyata tidal< cu­kup kaya di dalam menyediakan spesifikasi yang ke­tat dan tepat atas hubungan dinamis antar variabeL Terkadang proses estimasi dan inferensi bahkan men­jadi lebih rumit karena keberadaan variabel endogen di kedua sisi persamaan (endogenitas variabel di sisi dependen dan independen). Metode Vector Autore­gression (VAR) merupakan salah satu solusi meng­atasi permasalahan tersebut.

Ada beberapa keuntungan dari VAR (Gujarati, I 1995) yaitu: VAR mampu melihat lebih banyak van­abel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek danjangka panjang; VARmampu mengkaji konsistensi model empirik dengan teori ekonome­trika; VAR mampu mencari pemecahanterhadap per­soalan variabel runtun waktu yang tidak stasioner (non stasionary ) dan regresi lancung (spurious regresion) atau korelasi lancung (spurious corre­lation ) dalam analisis ekonometrika.

Sebelum digunakan untuk estimasi, data pene- ) litian perlu melalui serangkaian tahapan pengujian, yaitu: uji stasioneritas, penentuan panjang lag, uji kausalitas Granger, Impulse Response Function dan Variance Decomposition. Uji stasioneritas diperlu­kan karena variabel ekonomi makro pada umurnnya nonstasioner (Gujarati, 1995). Tujuan uji stasioneritas ini adalah agar mean-nya stabil dan random erromya=O, sehingga model regresi yang diperoleh mempunyai kemampuan prediksi yang andal dan tidak ada spurious (spurious regression). Uji stasioneritas dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: grafik, correlogram, maupun akar unit (unit root) dengan menggunakan metode Augment Dickey­Fuller (ADF) test dan Phillips-Perron (PP) test.

Penentuanjumlah lag dalam model VAR diten­tukan pada kriteria informasi yang direkomendasikan oleh Final Prediction Error (FPE) atau Aike Infor­mation Criterion (AIC) atau Schwarz Criterion (SC) atauHannan-Quinn (HQ). Tanda bintang me­nunjukkan lag optimal yang direkomendasikan oleh kriteria diatas.

Page 7: JURNAL EKONOMI BISNIS - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Dwi Wulandari 05 Nilai...Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model

I

Dwi Wulandari. Nilai Tukar dan Harga Saham (perbandingan Antara Malaysia Dan Indonesia) I 187

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indeks harga saham ada1ah indikator atau cer­minan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk me1ak:ukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Indeks utama pada bursa saham Malaysia ada1ah Kuala Lumpur Composite index (KLCI) yang merupakan indeks kapitalisasi pasar saham tertimbang. Diper­kenalkan pada 1986, saat ini dikena1 sebagai FTSE Bursa Malaysia KLCI. FTSE Bursa Malaysia KLCI memuat 30 perusahaan terbesar yang terdaftar di pasar modal Malaysia yang memenuhi persyaratan yaitu free float dan likuiditas. Indeks ini memiliki ni1ai dasar 100 pada 2 Juli 1977.

Bursa Efek Indonesia, saat ini memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terns menerns dise­barluaskan me1alui media cetak maupun elektronik. lndeks-indeks tersebut adalah: Indeks Harga Saham Gabungan (lHSG). Indeks Sektoral, Indeks LQ45, Ja..k:arta Islmic Index (JIl), Indeks Kompas 100, Indeks BISNIS-27, Indeks PEFIND025, Indeks SRl-KEHATI, Indeks Papan Utama, Indeks Papan Pengembangan, indeks individual.

Sejak 21 Ju1i 2005, Malaysia menetapkan sis­tern nilai tukar mengambang, satujam setelah Cina mengumumkan 1angkah yang sarna. Pada minggu yang sarnaringgit menguat 1%dibandingkan dengan mata uang lain dan diharapkan untuk terus terapre­siasi. Pada Desember2005, harapan ini tidak terwu­jud karena ada alllS modal ke1uar (capitalflight) sebesar lebih dari USD 10 milyar. Menurut Bank Negara Malaysia, cadangan mata uang asing sudah meningkat secara bertahap sejak adanya capital flight tersebut dari USD 75,2 mi1yar menjadi USD 125,7 milyar pada 31 Ju1i 2008 beberapa bulan sebelum terjadinya krisis kredit global. Sebe1urn krisis tahun 1997, Ringgit Malaysia diperdagangkan secara bebas eli dunia intemasional. Sebe1urn krisis ini, ringgit bemi1ai RM 2,50 perdollar US. Karena adanya akti­vitas speku1atif, nilai Ringgit turun menjadi RM 4, 10 per dollar US hanya dalam hitungan minggu. Bank Negara Malaysia memutuskan untuk me1akukan kontro1 modal untuk mencegah arus Ringgit ke1uar di pasar terbuka. Ringgit tidak diperdagangkan seca­ra intemasiona1 darl ditetapkan senilai RM 3,80 per dollar US. Tetapi seperti disebutkandiatas, padaJuli 2005, Malaysia menerapkan sistem nilai tukarmengam­bang dan kontrol modal tidak diberlakukan seketat dulu, tetapi pemerintah tetap tidak memperdagang­kan ringgit secara bebas di dunia internasional dan

pemerintah menyatakan akan memperdagangkannya secara intemasiona1 setelah pemerintah siap. Sejak menerapkan sistem nilai tukar mengambang, ringgit terns terapresiasi, meskipun mu1ai Mei 2008, ringgit terdepresiasi sarna seperti mata uang di ASEAN 1ain­nya yang disebabkan oleh krisis global.

Perkembangan ni1ai tukar rupiah secara rata­rata tertekan terhadap dolarAmerika. Hal tersebut terutama disebabkan oleh sentimen negatifakibat per­kembangan faktor ekstemal yang kurang kondusif, seperti pertumbuhan ekonomi global yang turun tajam, serta pengurnurnan kerugian yang meningkat yang dia1ami 1embaga keuangan internasional. Sementara dari sisi domestik, perkembangan eko­nomi relatifmasih stabi1 dan kondisi fundamental masih mendukung. Menyikapi perkembangan ter­sebut, Bank Indonesia tetap me1akukan berbagai upaya stabilisasi untuk menjaga agar gejolak ni1ai tukar tidak berlebihan. Di tengah kondisi pereko­nomian global yang kian memburuk, Bank Indone­sia tetap mengarahkan perhatian pada upaya menjaga pertumbuhan ekonomi. Berbagai kebijakan moneter Bank Indonesia ditempuh da1am rangka mendukung bangkitnya sektor riil guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Berbagai kebijakan tersebut di1akukan de­ngan tetap menjaga kestabilan harga dan kestabilan makroekonomi serta sistem keuangan da1amjangka menengah.

Bank Indonesia terus mengoptimalkan peng­gunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang ada untuk menjaga kestabi1an harga dan ni1ai tukar yang akan mendukung perkembangan ekonomi. Kebijakan monetertersebut diharapkan dapat men­dorong perbankan menya1urkan kredit ke sektor­sektor yang produktif, dengan tetap mengedepankan kehati-hatian (prudent). Dengan demikian perekono­mian Indonesia akan mampu bertahan di tengah ge10mbang krisis global. Berdasarkan analisis VAR terhadap harga saham dan nilai tukar ringgit dan ru­piah, dipero1eh hasi1 analisis VAR untuk Malaysia yang tersaji dalam tabel1.

Untuk Malaysia, hasi1 dari tabe11 menur~uk..k:an

bahwa harga saham dipengaruhi oleh ni1ai tukar satLl periode sebe1urnnya, ni1ai tukar tiga periode sebe­lumnya serta nilai tukar empat perioae sebelumnya Ni1ai tukar dipengaruhi oleh harga saham dua periode sebehunnya dan ni1ai tukar satu periode sebe1umnya. Hasi1 penelitian ini seja1an dengan penelitian yang di1akukan oleh Ibrahim (200 1) di Malaysia, Maysami (2004) eli Singapura, Islam (2004) eli Thailand, Harjito

Page 8: JURNAL EKONOMI BISNIS - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Dwi Wulandari 05 Nilai...Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model

188 Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 16, Nomor 3, November 2011 hlm 184 -190 I

(2004) di empat negara ASEAN, Hamman (2005) dan Haryanto (2007) di Indonesia, Kandir (2008) dan Aydemir (2009) di Turki.

Tabell HasilAnalisis VAR untukMalaysia Vector Autoregression Estimates

SAHAM TUKAR SAHAM(-l) -0.021728 -2.33E-06 SAHAM(-2) 0.003858 -7.03E-06* SAHAM(-3) -0.216750* -5.75E-06 SAHAM(-4) -0.160404 -2.13E-06 TUKAR(-l) -16981.23* 0.715680* TUKAR(-2) -1437.063 0.032728 TUKAR(-3) 30467.28* 0.172794 TUKAR(-4) -12576.04* -0.261669

c 6852.693 1.409727 R-squared

Adj. R-squared 0.411738 0.258942

0.977262 0.971356

Ket:*: signifikan Sumber: data diolah

Muradoglu (2001) menemukan bahwa nilai tu­kar mata uang asing sangat berpengaruh terhadap harga saham ketika pasar sen1akin berkembang. Nilai tukarberpengaruhjuga terhadap harga saham melalui efek perdagangan. Pada periode satu dan empat, nilai tukar bengaruh negatifterhadap harga saham. Ketika nilai tukar terapresiasi, eksportir akan kehilang­an daya saing mereka di pasar intemasional, penjual­an dan keuntungan eksportir akan menurun dan har­ga saham akan mengalami penurunan pula. Begitu pula ketika nilai tukar terdepresiasi, ini akan me­ningkatkan daya saing eksportir, meningkatkan ke­untungan dan harga saham.

Di sisi lain, nilai tukar tiga periode sebelumnya berpengaruh positifterhadap harga saham di Ma­laysia. Ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Islam (2004) dan Haruman (2005). Depresiasi mata uang menyebabkan penurunan harga saham yang didorong adanya ekspektasi inflasi. Investor tidak ingin memegang asset di negara yang mata uangnya mengalami depresiasi karena akan mengikis pengem­balian investasi. Pengaruh depresiasi nilai tukar akan berbeda pada tiap perusahaan tergantung apakah perusahaan mengimpor atau mengekspor lebih banyaklmportirakan menanggung biaya lebih tinggi karena pelemahan mata uang domestik dan pen­dapatan lebih rendah sehingga harga saham akan me­nunm.

Fluktuasi nilai mata uang terhadap mata uang asing akan sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, terutama pasar modal. Ketika terjadi

apresiasi leurs mata uang domestik misalnya, akan berdampak pada perkembangan pemasaran produk suatu negara di luar negeri, terutama dalam per­saingan harga. Sebaliknya, bila terjadi depresiasi mata uang domestik terhadap dollar US misalnya, akan berdampak pada perusahaan-perusahaan go public, terutama yang menggantungkan faktor pro­duksi terhadap bahan-bahan impor, sehingga biaya produksi meningkat, laba yang diperoleh menurun dan berakibatjatuhnyahargasaham perusahaan ter­sebut. Sedangkan hasil dari analisis VAR di Indone­sia, tersaji dalam tabe12.

Tabel2 Hasil Analisis VAR untuk Indonesia

Vector Autoregression Estimates SAHAM TUKAR

SAHAM(-I) 1.293688* -1.150670 SAHAM(-2) -0.282300* 1.208553* TUKAR(-1) 0.060431 0.902337* TUKAR(-2) -0.016370 -0.296771 * c -229.4622 3270.353 R-squared Adj. R-sguared

0.983097 0.981198

0.781692 0.757163

Ket: *:signifikan Sumber: data Diolah

Dari hasil analisis VAR untuk Indonesia diper­oleh bahwa dalam jangka, harga saham dipengaruJli oleh harga saharn satu periode sebelumnya dan harga saham dua periode sebelurnnya. Nilai tukar dipenga­ruhi harga saharn satu periode sebelurnnya, harga sa­ham dua periode sebelumnya, dan nilai tukar satu periode sebelumnya. Jumlah uang beredar dipenga­ruhi olehni1ai tukar duaperiodesebelumnya danjum1ah uang beredar satu periode sebelurnnya

Barga saham di Indonesia temyata tidak dipenga­ruhi sarna sekali oleh nilai tukar. Harga saharnjustru dipengaruhi oleh harga saham di masa lampau. Hal ini bisa disebabkan karena kondisi perekonomian Indonesia yang kurang bagus dan stabil sehingga in­vestor cenderung menanamkan modalnya dalam jangka pendek dan mengharapkan keuntungan dari perubahan pasar. Sehingga investor lebih cenderung melihat harga saham di masa lalu untuk mengestimasi harga saham di masa depan. Hal ini juga mengimpli­kasikan bahwa nilai tukar bukan merupakan indikator yang tepat untuk memprediksi indeks harga saham. Inijuga mengindikasikan bahwa investor di pasar mo­dal Indonesia tidak secara intensifmenggunakan infor­masi tentang perubahan nilai tukar ketika memutus­kan untuk bertransaksi di pasar modal. lni mendu­

Page 9: JURNAL EKONOMI BISNIS - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Dwi Wulandari 05 Nilai...Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model

dari, Nilai Tukar dan Harga Saharn (perbandingan Antara Malaysia Dan Indonesia) I 189

ruhi oleh harga saham eli masa lampau. Hal ini bisa elisebabkan karena konelisi perekonomian Indone­sia yang kurang bagus dan stabil sehingga investor

(1989). cenderung menanamkan modalnya dalamjangka pendek dan mengharapkan keuntungan dari perubah­an pasar. Sehingga investor lebih cenderung melihat

KESIMP..........."....... harga saham eli masa lalu untuk mengestimasi harga

Harga di Malaysia elipengaruhi oleh nilai saham eli masa depan. Hal inijuga mengimplikasikan tukarnya. ~ nilai tukar adalah cenderung bahwa nilai tukar bukan merupakan inelikator yang negati£ ~JreSiJa' 1Sl'mata uangmenyebabkanpenunm- tepat untuk memprediksi indeks harga saham. Ini juga an harga s ang didorong adanya ekspektasi mengindikasikan bahwa investor di pasar modal In­inflasi. In .dak ingin memegang aset eli negara donesia tidak secara intensifmenggunakan informasi yang mala gnya mengalami depresiasi karena tentang perubahan nilai tukar ketika memutuskan akan men_ ngembalian investasi. Sedangkan untuk bertransaksi di pasar modal. harga sa donesia temyata tidak dipengaruhi samase .tukar. Hargasahamjustru dipenga-

DAF"L RUJUKAN

Abdall L A and Murinde, V 1997. Exchange RateAnd Stock Price Interactions In Emerging Financial Mar­k ; Evidence On India, Korea, PakistanAnd Philippines. AppliedFinancial Economics, Vo!. 7

Atmadj~ .2004. The Granger Causality Tests ForThe FiveASEAN Countries Stock Markets And Macro­economic Variables DuringAnd PostThe 1997 Asian Financial Crisis. Jurnal Universitas Petra

Aydemir, 0.2009. The Relationship Between Stock PricesAnd Exchange Rates Evidence From Turkey.Interna­tional Research Journal ofFinance andEconomics

Chakravarty, S. 2005. Stock Market and Macroeconomic Behavior in India. The Journal ofFinancial Research DeStefano, M.R. 2000. Macroeconomic Determinants ofUS Stock Prices: Are the Business Cycleand the Level

ofEconomic Activity Moderating factors. Journal ofFinance Gay, R. D. 2008. Effect ofMacroeconomic Variables On Stock Market Returns for Four Emerging Econo­

mies: Brazil, Russia, India and China. International Business andEconomics Research Journal Gujarati, D. 1995. Basic Econometrics. 3rd edition. Singapore:McGraw-Hill Book Co. HaJj ito, A 2004. Stock Price and Exchange Rate Causality: The Case ofFourASEAi"\l" Countries. Southvvestern

Economic Review Hamman, T. 2005. Pengaruh faktor Fundamental dan Resiko Sistematis terhadapTmgkatPengembalianSaham

BEJ. Usahawan no 11 Haryanto. 2007. Pengaruh Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs terhadap Resiko Sistematik Saham Perusahaan eli

BEl Jurnal Keuangan dan Bisnis Humpe, A. And Mc Millan, C. 2007. Can Macroeconomic Variables Explain Long Term Stock Mar k e t

Movements?AComparison OfThe US And Japan. CentrejOrDynamic MacroeconomicAnalysis Working paper Series

Ibrahim, M. 2001. Macroeconomic Variables, Exchange Rate and Stock Price: AMalaysian Perspective. DUM Journal ofEconomics and Management vol 9

Islam 1. 2004. ATime Series Analysis and Modelling ofThe Thai Stock Market. International Business Manage­ment Conference

Kandir, S.Y. 2008. Macroeconomic variables, Firm Characteristics and Stock Returns: Evidence from Turkey. International Research Journal ofFinance andEconomics

Martinez, M.A. Rubio, G 1989.Arbitrage Pricing with Macroeconomic Variables: An Empirical Investigation using Spanish Data, Working Paper

kung penelitian _ di Turki, Gay (lUlRS) 1m Poon dan Ta. . ,

Page 10: JURNAL EKONOMI BISNIS - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Dwi Wulandari 05 Nilai...Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model

190 I JurnaI Ekonomi Bisnis Tahun 16, Nomor3, November 2011 hIm 184 -190

Maysami, RaminC. 2004. Relationship BetweenMacroeconomicVariablesAnd StockMarketIndices: Cointegration Evidence From StockExchange OfSingapore'sAlI-S Sector Indices. Jurnal Pengurusan

Muradoglu, T. 2001. Is ThereALong Run Relationship Between Stock ReturnsAnd Monetary Variables: Evi­dence FromAn Emerging Market. AppliedFinancial Economics vol]]

Poon, S. Taylor, SJ. 1991. Macroeconomic Factors and the UK Stock Markets. Journal o/Business, Finance and Accounting

Ratanapakom, 0.2000. The US Stockmarket: The Impacts ofInternal and External Macroeconomic variables. Journal 0/Macroeconomics

Schwert, WIlliam G 1981. TheAdjustmentofStockPrices to Information about Inflation. The Journal o/Finance vol 36

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investar;i dan Manajemen Port%lio. BPFE. Yogyakarta Tursoy, Turgut. 2008. Macroeconomic Factors, the APT and the Istanbul Stock Market. InternationalResearch

Journal 0/Finance and Economics

Page 11: JURNAL EKONOMI BISNIS - lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/Dwi Wulandari 05 Nilai...Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimu1us-Organisme-Respons (S-O-R) Model

• Metode Peningkatan Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah di Kota Malang

• Nilai Tukar dan Harga Saham (Perbandingan Antara Malaysia dan Indonesia)

• Pengaruh Pembelajaran Organisasi. Lingkungan Eksternal, Sumber Daya Strategis. Rencana Strategis Terhadap Kinelja Perusahaan

• Towards Systems Thinking in Ethical Management to the En ironment: A Solution for Conflict of Interest

• Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Cumulative Abnormal Retum Saham Perusahaan Manufaktur Kelompok Basic Industry and Chemicals

• Pengaruh Refollnasi Perpajakan. Audit Perpajakan Terhadap Kinerja Perpajakan

• Impulse Buying Tendency: Pendekatan Stimulus-Organisme-Rcspons (S-O-R) Model

• Percncanaan Strategis PerIukah Bagi Bisnis Kecil

• Konsekuensi Konflik Peran. Kelebihan Beban Kcrja, dan Motivasi Intrinsik Terhad p Bumout pada Dosen yang Merangkap labatan Struktural pada PTS di Wilayah Pulau Ambon

• Keunggulan Direct Cash Flow Sebagai Bahan Pertimbangan Keputusan Manajcmen

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang JI. Semarang No.5 Malang Telpl Fax. (0341)580311 Website: www.fe.um.ac.id