jurnal bisma.doc

Upload: nugroho-santoso

Post on 10-Mar-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA

KINERJA PEMERINTAH DAERAH

(Studi di Provinsi Maluku Utara)

THE INFLUENCE OF INTERN CONTROL IN MANAGING LOCAL FINANCE AND LOCAL GOVERNMENT PERFORMANCE

(Study on North Maluku Province)Dodik Slamet Pujiono

[email protected] Sukarno

[email protected] [email protected] Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember

Abstract: This study entitled Effect of Internal Control System Against Fiscal Management And Local Government Performance (Studies in North Maluku Province). This study aimed to analyze or examine the effect: 1. The effect on the internal control systems of financial management; 2. The internal control system affect the performance of local governments; 3. The financial management of local government performance. The population in this study is the leader and head of the Division of Local Government Finance in North Maluku. Furthermore, the methods applied to obtain the sample is purposive sampling, which takes 80 people as samples. Variables used in this study is the independent variable or the independent variable (X) is: Internal Control System, an intervening variable or variables liaison (Z) is the management of financial, Variable Bound (Y) is the Local Government Performance. Then an analysis tool used is path analysis with Confirmatory Factor Analysis. The results showed that: Internal control system significantly influence the financial management areas in North Maluku, the internal control system is a significant effect on the financial management areas in North Maluku and financial management have a significant effect on the performance of local governments in the province.Keywords : intern control, management of local finance and performance of local government.

Abstrak : Penelitian ini berjudul Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kinerja Pemerintah Daerah (Studi di Provinsi Maluku Utara). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis atau menguji pengaruh : 1. sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah; 2. sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah; 3. pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah pemimpin dan Kepala Divisi Keuangan Pemerintah Daerah di Maluku Utara. Selanjutnya , metode yang diterapkan untuk mendapatkan sampel adalah purposive sampling, yang mengambil 80 orang sebagai sampel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Variable Independen atau variabel bebas (X) adalah: Sistem Pengendalian Intern, Variable Intervening atau variabel penghubung (Z) adalah pengelolan keuangan, Variable Terikat (Y) adalah Kinerja Pemerintah Daerah. Kemudian alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan Confirmatory Factor Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah di Maluku Utara, Sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah di Maluku Utara dan Pengelolaan keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara.Kata kunci : Internal Control System, Fiscal Management and Local Government Performance.PENDAHULUAN

Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury dalam Mardiasmo, 2006:4). Dimensi akuntabilitas publik meliputi akuntabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas finansial (keuangan). Terkait dengan tugas untuk menegakkan akuntabilitas finansial, khususnya di daerah, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk mempublikasikan laporan keuangan kepada pemangku kepentingannya (stakeholder).

Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan keuangan pemerintah daerah yang memberikan predikat opini penilaian wajar, tidak wajar maupun tidak memberi pendapat, lebih sering disebabkan masalah pengelolaan aset. Pada kasus tertentu, ada daerah yang mengalami penurunan opini dari Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP), atau tidak memberi pendapat (disclaimer) yang disebabkan kekurang-mampuan mewujudkan tata kelola aset pemerintah daerah secara baik. Lemahnya tata kelola aset pemerintah daerah ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik intern maupun eksternal pemerintah daerah, antara lain: 1) Terbatasnya kapasitas sumber daya manusia pengelola aset pemerintah daerah;2) Terbatasnya sarana prasarana 3) Sistem pendukung pengelolaan aset pemerintah daerah serta 4) Kurang optimalnya pengawasan dalam penyajian laporan keuangan. Ketidakjelasan administrasi aset akibat data pencatatan yang sudah belasan atau bahkan puluhan tahun lamanya tidak diketahui dan sulitnya menelusuri sumber kepemilikan aset; regulasi yang belum mampu menjawab permasalahan lokal di lapangan seperti legalitas kepemilikan tanah dan masalah lainnya.Hal ini menemukan dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) atas LK (Laporan Keuangan) Pemprov Maluku Utara tahun 2013 dengan alasan BPK tidak memberikan pendapat atau disclaimer terhadap LK pemprov tahun 2013. Disclaimer dikarenakan beberapa hal seperti keterbatasan catatan dan data sehingga auditor tidak mendapatkan keyakinan mengenai subtansi laporan keuangan atau keyakinan atas kewajaran penyajian akun-akun dalam laporan keuangan.

Salah satunya adalah saldo kas di bendahara pengeluaran Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) sebesar Rp. 34,08 milyar. Dari angka tersebut, terdapat sebesar Rp29,02 miliar berupa sisa belanja tahun 2002 sampai 2012 belum disetor ke kas daerah. BPK menemukan saldo tersebut tidak didukung dengan keberadaan fisik dan catatan yang memadai sehingga tidak dapat di telusuri keberadaannya. Saldo kas di bendahara pengeluaran berupa sisa belanja tersebut dalam CALK (catatan atas laporan keuangan) tidak disajikan saldo yang sebenarnya dan saldo kas dibendahara pengeluaran berupa jasa giro yang belum disetor tidak menyajikan saldo yang sebenarnya. Di sini, pentingnya pemerintah daerah dalam melakukan pengawasan intern yang meliputi penyajian laporan keuangan sehingga BPK tidak memeberikan penilaian opini disclaimer.

Seperti yang dilansir Maluku Pos (12/07/2014) BPK juga menemukan aset tetap per 31 Desember 2013 sebesar Rp2,32 triliun tidak didukung dengan penatausahaan aset tetap yang memadai. Ini menunjukan ada permasalahan seperti belum melakukan investarisasi aset tetap secara serentak dan menyeluruh dan belum dibuatnya laporan barang milik daerah. Selain itu, terdapat perbedaan nilai aset tetap menurut bidang aset DPPAD dengan aset tetap yang disajikan dalam neraca masing-masing SKPD. Kemudian aset tetap senilai Rp10,19 miliar. BPK juga menemukan aset tetap yang sudah diserahkan kepada masyarakat namun masih tercatat dalam KIB (kartu investarisasi barang) sebesar Rp44,15 miliar serta tanah yang belum bersertifikat seluas 360.480 m2. Lagi pula, soal saldo utang jangka pendek per 31 Desember 2013 yang disajikan dalam LK pemprov sebesar Rp.100,59 miliar. Penyajian saldo utang jangka pendek tersebut belum termasuk utang hibah ke daerah otonom baru (DOB) Pulau Morotai dan Taliabu masing masing Rp.2,50 miliar dan Rp.6,67 miliar. BPK juga menemukan indikasi pelanggaran peraturan perundang-undangan dalam pelaksanaan anggaran belanja barang sebesar Rp.3,04 miliar pada enam kegiatan belanja barang. BPK juga menemukan ketidakpatuahan perundang-undangan dalam realisasi belanja modal jalan irigasi dan jaringan sebesar Rp.6,89 miliar. Atas dasar tersebut, BPK tidak memberikan pendapat atau disclaimer.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syarifudin (2010) Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Untuk Mewujudkan Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Efektif, Efisien Dan Bebas Korupsi (Studi Kasus Terhadap Pengelolaan Keuangan Pemerintah Provinsi, Kabupaten Dan Kota Di Kalimantan Barat Tahun 2010) menggunakan metode penelitian hukum normatif diperoleh kesimpulan bahwa : 1). Penyebab terjadinya kelemahan Sistem Pengendalian Intern dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Kalimantan Barat tahun 2010, pada umumnya dikarenakan pejabat yang bertanggung jawab lalai, tidak cermat, dan belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka. Selain itu, kerugian daerah pada umumnya terjadi karena pejabat yang bertanggung jawab tidak menaati dan memahami ketentuan yang berlaku serta lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian. 2). Upaya meningkatkan fungsi pengendalian intern dalam pengelolaan keuangan daerah agar lebih efektif, efisien dan bebas korupsi ke masa depan memerlukan komitmen yang kuat dari seluruh unsur aparat pengawasan intern pemerintah yang terdiri atas: BPKP; Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern; Inspektorat Provinsi; dan Inspektorat Kabupaten/Kota, agar dengan sungguh-sungguh melaksanakan secara konsekuen dan konsisten Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagaimana diatur Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Selanjutnya direkomendasikan karena terjadinya kasus-kasus kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan berkenaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang menimbulkan kerugian terhadap Keuangan Negara/Daerah, tiada lain dikarenakan belum optimalnya pelaksanaan fungsi pengendalian intern sebagaimana diamanahkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, maka untuk mendapatkan penilaian yang Wajar Tanpa Pengecualian terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), maka seluruh Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota di Indonesia, harus benar-benar menyajikan dan mengungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material dan informasi keuangan dalam laporan keuangan daerah mereka agar dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan dan dinilai sesuai standar penilaian oleh BPK RI.Hal ini dikarenakan mengacu pada Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara memerintahkan pengaturan lebih lanjut mengenai sistem pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dengan Peraturan Pemerintah. Atas dasar ketentuan ini, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern dalam Peraturan Pemerintah ini dilandasi pada pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak.

Sesuai fakta-fakta terkait penatausahaan yang dikemukakan BPK, tergambar pentingnya peran pengurus barang (bendahara barang) dalam proses penatausahaan karena merekalah ujung tombak terdepan pelaksana penatausahaan aset tetap dilapangan. Walaupun penting, terkadang fungsi dan perannya terkesampingkan dibanding bendahara keuangan dalam penatausahaan keuangan. Padahal bila dibandingkan justru nilai likuidasi aset itu cenderung lebih besar dari jumlah uang yang dikelola pemerintah, sebagaimana sering disampaikan dalam LHP BPK RI terkait masalah aset dalam LKPD. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lamusu (2013) Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada DPPKAD Kabupaten Gorontalo, Sistem pengendalian intern memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengeloaan keuangan daerah secara efektif.Menurut Dwiyanto (2006) kinerja birokrasi publik di Indonesia dari berbagai studi dan observasi tidak banyak mengalami perbaikan, bahkan menjadi semakin buruk. Sistem Pengendalian Intern yang efektif akan berpengaruh terhadap kinerja (Sarita, 2012). Partisipasi pimpinan dalam penyusunan anggaran, dan adanya kejelasan sasaran anggaran yang akan dilaksanakan, diharapkan dapat berpengaruh terhadap kinerja dengan adanya sistem pengendalian intern yang efektif. Pelaksanaan evaluasi anggaran dan umpan balik yang diperoleh diharapkan menjadi bahan penilaian terhadap keefektifan sistem pengendalian intern sehingga semakin efektif sistem pengendalian intern, maka semakin meningkat pula kinerjanya (Ramandei, 2009). Penelitian Shodiq (2001) serta Boritz dan Jee (2007) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu tidak adanya dukungan terhadap kinerja keuangan daerah.

Berdasarkan penelitian terdahulu, pebedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis antra lain: 1) lokasi penelitian yang dilakukan di Provinsi Maluku Utara 2) variable-variabel penelitian yang akan penulis teliti yaitu Pengaruh Pengendalian Intern dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara 3) Metode yang digunakan oleh penulis yaitu metode analisis Jalur ( Path Analysis ).

Relasional Sistem Pengendalian Intern dan Pengelola Keuangan Daerah

Menurut Rai (2008: 283) sistem pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 pengertian sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Di samping itu, pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut Permendagri No. 4 Tahun 2008 Pedoman Pelaksanaan Reviuw Atas Laporan Keuangan Daerah Pasal 1(10) Sistem pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajeman yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam penciptaan efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan keandalan penyajian keuangan daerah. Berdasarkan pengertian diatas dapat dinyatakan bahwa sistem pengendalian intern merupakan suatu proses yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yang terdiri dari keandalan laporan keuangan, efektif dan efisien.Lebih dari itu, unsur sistem pengendalian intern yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan dan tolak ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan system pengendalian intern. Pengembangan unsur system pengendalian intern perlu mempertimbangkan aspek biaya manfaat (cost and benefit), sumber daya manusia, kejelasan criteria pengukuran efektivitas dan perkembangan teknologi informasi serta dilakukan secara komperhensif. Menurut Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008, indikator sistem pengendalian intern dalam Peraturan Pemerintah ini mengacu pada unsur Sistem Pengendalian Intern yang telah dipraktikan di lingkungan pemerintah.

Pengendalian intern diterapkan untuk mencapai tujuan dan meminimalkan hal-hal yang mungkin terjadi diluar rencana, pengendalian intern juga meningkatkan efisiensi, mencegah timbunya kerugian atas aktiva, mempertinggi tingkat keandalan data dalam laporan keuangan dan mendorong dipatuhinya hukum dan peraturan yang telah ditetapkan. Jadi pada dasarnya pengendalian intern merupakan tindakan yang bersifat aktif, karena mencari tindakan perbaikan apabila terjadi hal-hal yang menyimpang dari apa yang ditetapkan. Ihwal ini, sependapat dengan penelitian Lamusu (2013) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah namun Syarifuddin (2010) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah. Relasional Sistem Pengendalian Intern dan Kinerja Pemerintah Daerah

Menurt Mardiasmo (2002:121) mendefinisikan Sistem Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi menilai alat ukur material dan nonimaterial. Menurut Whitaker (1995) dalam Adisasmita (2002:121) mendefinisikan pengukuran kinerja insatansi pemerintah sebagai suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputiusan dan akuntabilitas dalam rangka menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan (program) sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam rangka mewujudkan visidan misi instansi pemerintah.

Pengertian kinerja Pemerintah Daerah menurut Mahsun (2006:25) yaitu: kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Kinerja bagian dari produktivitas kerja, produktivitas berasal dari kata produktif yang artinya sesuatu yang mengandung potensi untuk digali, sehingga produktivitas dapatlah dikatakan sesuatu proses kegiatan yang terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditi.

Pengukuran kinerja berdasarkan indikator alokasi biaya (ekonomidan efesiensi) dan indikator kualitas pelayanan. Menurut Mardiasmo (2002:131-132), pengukuran kinerja dengan penilaian 3E (Ekonomis, Efisiensi, dan Efektivitas) dijelaskan sebagai berikut :

a) Ekonomis suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis apabila dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu.

b) Efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya suatu,unit organisasi (misalnya : staf, upah, biaya, administrasi) dan keluaran yang dihasilkan memberikan informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran (yaitu efisiensi dari proses intern).

c) Efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi."

Menurut Mulyadi (2002: 216) pengertian pengendalian intern yaitu:

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain, yang di desain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu; 1) Keandalan informasi keuangan, 2). Kepatuhan kepada hukum dan peraturan yang berlaku, 3) Efektifitas dan efisiensi operasi.

Berbagai upaya dilakukan agar tujuan organisasi dapat tercapai serta mampu memberikan pelayanan terbaik kepada konsumennya, diantaranya organisasi dituntut agar mampu mewujudkan strategi-strategi organisasi jangka panjang. Strategi-strategi jangka panjang tersebut akan diwujudkan dan diterjemahkan dalam serangkaian tindakan atau aktivitas organisasi yang menggambarkan kinerja organisasi dalam jangka panjang, namun kinerja yang dilihat hanya dari perspektif financial saja dirasa sudah tidak memadai lagi sehingga diperlukan suatu alat yang dapat mengukur kinerja dari berbagai perspektif secara komprehensif. Ukuran kinerja yang sudah ditetapkan oleh organisasi tentu saja membutuhkan suatu upaya untuk mewujudkannya, dalam hal ini salah satu upaya yang dapat diambil adalah dengan melakukan pengendalian intern yang memadai, dimana pengendalian intern merupakan alat bantu untuk mengurangi terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan pencapaian tujuan organisasi. Sarita (2012) sistem pengendalian intern yang efektif akan berpengauh terhadap kinerja. Pendapat ini juga didukung oleh penelitian Tresnawati (2012) yang menyatakan bahwa pemahaman sistem pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Komponen-komponen dalam Pengendalian Intern seperti lingkungan pengendalian yang baik, akan memberikan kontribusi baik dalam menciptakan suasana kerja sehingga dapat mendorong karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Pemerintah Daerah harus waspada terhadap segala resiko yang akan dihadapi dengan adanya penaksiran resiko maka karyawan dapat lebih meningkatkan kinerjanya dalam mengantisipasi mengatasi resiko-resiko yang mungkin terjadi. Informasi dan komunikasi akan memberikan dampak baik bagi peningkatan kinerja karena semua karyawan memperoleh dan bertukar informasi yang diperlukan dalam melakukan aktivitas operasional perusahaan. Aktivitas pengendalian akan mendorong karyawan mentaati dan melaksanakan peraturan dan standar kerja yang sudah ditetapkan. Pemantauan yang baik akan membuat karyawan untuk lebih disiplin dalam bekerja.Relasional Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kinerja Pemerintah Daerah

Halim (2007:137) mengemukakan Pengelolaan keuangan daerah terdiri atas pengurusan umum dan pengurusan khusus. Pengurusan umum berkaitan dengan APBD, sedangkan pengurusan khusus berkaitan dengan barang inventaris daerah.

Penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah akan terlaksana secara optimal jika penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu pada undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Menurut Pasal 1 Ayat 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dijelaskan Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Pengertian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :a. Perencanaan Pengelolaan keuangan Daerah Dalam perencanaan yang harus diperhatikan adalah : a) Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai. b) Penetapan prioritas kegiatan dan perhitungan beban kerja, serta penetapan harga satuan yang rasional.

b. Pelaksanaan dan Penatausahaan Keuangan Daerah

Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan penyelenggaraan pemerintah daerah adalah juga pemegang kekuasaan dalam pengelolaan keuangan daerah. Selanjutnya kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola keuangan daerah dan dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah dibawah koordinasi sekretaris daerah.c. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa a). Laporan Realisasi Anggaran b). Neraca c). Laporan Arus Kas dan d). Catatan atas Laporan Keuangan.

d. Pengawasan

Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Dasar hukum yang mendasari pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah adalah Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Berdasarkan Pasal 4 Ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 mengemukakan Asas-asas pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, ekonomis, efektif, efisien, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan manfaat untuk masyarakat.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 adalah laporan keuangan daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan pemerintah daerah selama satu periode. Lemahnya perencanaan anggaran juga diikuti dengan kinerja ketidakmampuan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan. Sementara itu, pengeluaran daerah terus meningkat secara dinamis; sehingga hal tersebut mningkatkan fiscal gap. Keadaan tersebut pada akhirnya memunculkan kemungkinan undefinancing atau overfinancing yang dapat mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas unit-unit kinerja pemerintah daerah harus disusun berdasarkan pendekatan kinerja (Chabib dkk, 2010). Menurut Mulyadi (2001) tanpa didasarkan pada rencana kegiatan jangka panjang yang disusun sebelumnya, anggaran sebenarnya tidak membawa suatu perusahaan ke arah manapun, maka dari itu dari kegiatan perencanaan sangat penting demi melancarkan pencapaian tujuan perusahaan.Kegiatan penganggaran yang merupakan cakupan atas kegiatan pengelolaan keuangan yaitu perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan merupakan suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan dari setiap program yang telah disusun sehingga mampu mencapai kinerja yang diinginkan. Pengelolaan keuangan yang baik akan menciptakan laporan keuangan yang baik pula. Hal ini dapat mengindikasikan kinerja yang baik pula pada suatu instansi atau organisasi. Halim (2007:101) bahwa Pengelolaan keuangan secara objektif menentukan kinerja pemerintah dalam pelaporan keuangan valid. Pendapat ini juga didukung oleh Ristanti dkk (2014) yang menyatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah dalam menerapkan Good Governance. Dengan pengelolaan keuangan daerah yang optimal serta bertujuan umum (general purpose financial statements) maka laporan keuangan daerah mampu menyediakan informasi sumberdaya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah.

Penelitian yang dilakukan Syarifudin (2010) menyimpulkan bahwa: 1) Penyebab terjadinya kelemahan Sistem Pengendalian Intern dan Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Kalimantan Barat tahun 2010, pada umumnya dikarenakan pejabat yang bertanggung jawab lalai, tidak cermat, dan belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka. Selain itu, kerugian daerah pada umumnya terjadi karena pejabat yang bertanggung jawab tidak menaati dan memahami ketentuan yang berlaku serta lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian. 2) Upaya meningkatkan fungsi pengendalian intern dalam pengelolaan keuangan daerah agar lebih efektif, efisien dan bebas korupsi ke masa depan memerlukan komitmen yang kuat dari seluruh unsur aparat pengawasan intern pemerintah yang terdiri atas: BPKP; Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern; Inspektorat Provinsi; dan Inspektorat Kabupaten/Kota, agar dengan sungguh-sungguh melaksanakan secara konsekuen dan konsisten Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagaimana diatur Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Berdasarkan penelitian Lamusu (2013) instrumen yang digunakan dalam penelitian Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Efektifitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada DPPKAD Kabupaten Gorontalo adalah kuesioner dan teknik analisis datanya menggunakan regresi sederhana. Variable dalam penelitian tersebut menggunakan variable sistem pengendalian intern dan pengelolaan keuangan daerah.

Widanarto (2012) menyatakan hasil penelitiannya bahwa pengawasan intern dan pengawasan eksternal secara bersama-sama mempunyai pengaruh cukup kuat terhadap kinerja Pemerintah Kota Bandung. Hubungan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada fokus atau sasran yang sama-sama membahas tentang kinerja pemerintah daerah. Dalam penelitian terdahulu analisis data yang digunakan adalah analisis jalur sedangkan dalam penelitian ini adalah analisis path system. Namun variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel sistem pengendalian intern dan kinerja pemerintah daerah.

Tresnawati (2012) menyatakan bahwa pengendalian intern mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Menggunakan analisis regresi. Hubungan penelitian ini dengan penelitian terdahulu pada sistem pengendalian intern yang berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah sedangkan pada variabel yang digunakan sama dengan penelitian ini variabel bebas (sistem pengendalian intern) dan variabel terikat (kinerja pemerintah). Namun perbedaaanya terletak pada intervining (pengeloaan keuangan daerah). Analisis yang digunakan dalam penelitian terdahulu menggunakan regresi linear sederhana.Penelitian Ristanti dkk (2014) menunjukan bahwa (1) Sistem Pengendalian Intern, Pengelolaan Keuangan daerah dan Komitmen Organisasi berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap Penerapan Good Governance (2) Sistem Pengendalian Intern (SPI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerapan Good Governance, (3) Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerapan Good Governance, (4) Komitmen Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerapan Good Governance. Analisis yang digunakan dalam penelitian terdahulu menggunakan regresi linear berganda. Kerangka konseptual merupakan gambaran umum mengenai hubungan variabel-variabel yang terdapat pada sebuah penelitian. Kerangka konseptual pada penelitian ini menunjukkan hubungan antara sistem pengendalian intern (X) sebagai variabel bebas yang akan berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah Daerah adalah (Y) sebagai variabel terikat melalui variabel intervening yaitu pengelolaan Keuangan Daerah (Z). Kerangka konseptual ini akan memudahkan peneliti dalam memahami dan menjelaskan pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Gambar 1 Kerangka konseptual

Penjelasan :

a. Variabel independen/ eksogen adalah Sistem Pengendalian Intern (X).

b. Variabel Intervening adalah Pengelolaan Keuangan Daerah (Z)c. Variabel dependen/ endogen adalah kinerja Pemerintah Daerah (Y)

Kerangka konseptual ini secara keseluruhan menggambarkan pengaruh langsung dikarenakan : Pertama, banyak studi terdahulu yang hanya meneliti pengaruh langsung antar variabel. Kedua, berdasarkan studi teoritik dan empirik pengaruh langsung Sistem Pengendalian Intern terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah, Sistem Pengendalian Intern terhadap Kinerja Pemerintah Daerah dan Pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap Kinerja Pemerintah Daerah menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Ketiga, secara teoritik Peraturan Pemerintah adalah produk dari undang-undang yang tidak mungkin saling mempengaruhi. Dimana undang-undang adalah produk hukum yang tidak bisa saling mempengaruhi dikarenakan aturan yang berbeda.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme dengan pendekatan kuantitatif karena semua datanya diukur dalam angka yang dapat dihitung, kemudian dianalisis dengan pendekatan statistik. Paradigma positivisme memandang pengetahuan sebagai pernyataan mengenai keyakinan atau fakta yang dapat diuji secara empiris, dapat dikonfirmasi atau dapat ditolak. Penelitian kuantitatif umumnya dipahami sebagai penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian, kemudian menganalisis data dengan pendekatan statistik yang umumnya bertujuan untuk menguji hipotesis. Penelitian kuantitatif mengambil jarak antar peneliti dengan objek yang diteliti. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.Teknik Pengumpulan DataPenelitian ini untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan yang diperlukan menggunakan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode survey, yaitu dengan menyerahkan kuesioner pada sampel yang akan diteliti. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara bertemu langsung dengan para responden. Pertanyaan kuesioner dalam penelitian ini merupakan pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi data responden yang merupakan gambaran umum responden secara demografis dan bagian kedua berisi daftar pertanyaan yang mewakili variable penelitian. Data Primer

Data ini diperoleh dengan cara melakukan wawancara atau menyebarkan kuesioner kepada responden. Pada penelitian ini data primer meliputi data hasil penyebaran kuesioner kepada responden.

Data SekunderData sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi kepustakaan, jurnal, literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan, majalah-majalah perekonomian, dan informasi dokumentasi lain yang dapat diambil melalui sistem on-line (internet) seperti yang tercantum dalam daftar pustaka.Identifikasi VariabelVariabel variabel yang akan diteliti dan dianalisi dikelompokkan menjadi tiga macam:

a. Variable Independen, dalam penelitian ini diberi notasi X dengan dua variabel yang terdapat di dalamnya, yaitu Sistem Pengendalian Intern (X)

b. Variable Intervening, dalam penelitian ini adalah pengelolaan Keuangan Daerah yang diberi notasi (Z).

c. Variable Dependen, variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kinerja Pemerintah Daerah yang diberi notasi (Y).

Skala pengukuran merupakan kesempatan yang digunakan untuk menentukan panjang pendeknya interval dalam alat ukur. Alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Teknik pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan variabel yang akan diukur, kemudian variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument pernyataan atau pernyataan (Sugiyono, 2008:8). Teknik pengukuran data menggunakan skala likert dengan lima alternative jawaban yaitu : jawaban sangat tidak setuju, bobot 1; jawaban tidak setuju, bobot nilai 2; jawaban netral, bobot nilai 3; jawaban setuju, bobot nilai 4; jawaban sangat setuju, bobot nilai 5. Skala likert adalah skala interval (Indriantoro dan Supomo, 2002:99; Sekaran, 2003:163; Dimyati, 2011).HASIL DAN PEMBAHASAN

Konstruk pada teknik confirmatory factor analysis disebut dengan laten variabel (variabel yang tidak dapat diukur secara langsung) dan indikator adalah observed variabel (variabel yang diamati sebagai operasionalisasi pengukuran atas variabel laten). Setelah susunan konstruk dan indikatornya dinyatakan dalam persamaan, kemudian dengan menggunakan prosedur confirmatory factor analysis dlakukan uji validitas dan reliabilitas.Uji validitas dilakukan untuk melihat butir-butir pertanyaan mana yang layak (representative) untuk dipergunakan mewakili variabel-variabel bebas yang digunakan dalam studi. Uji ini dilakukan dengan menggunakan analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis) pada masing-masing variabel dengan menggunakan program AMOS versi 5. Indikator-indikator dari suatu variabel dikatakan valid jika mempunyai loading factor signifikan pada ( = 5%). Instrument tersebut undimensional jika mempunyai nilai goodness of fit indeks (GFI) > 0,90.

Selain harus valid, instrument juga harus reliable (dapat diandalkan). Instrument dikatakan reliabel apabila alat ukur tersebut memperoleh hasil-hasil yang konsisten. Dengan demikian instrumen ini dapat dipakai dengan aman karena dapat bekerja dengan baik pada waktu yang berbeda dan kondisi yang berbeda. Jadi reliabilitas menunjukkan seberapa besar pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda dilakuakan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama. Reliabilitas dalam studi ini dihitung menggunakan composite (construct reliability) dengan cut of value minimal sebesar 0,6 (Ghozali, 2005:134). Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas konstruk ini adalah sebagai berkut :

Tabel 1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel IndikatorUji ValiditasConstruk Reliability

Loading faktorCRPKetGFI

X110,7383,5100,000Valid0,914Valid

Undimensional0,927

X120,6752,9000,005Valid

X130,6822,9470,003Valid

X140,7633,5810,000Valid

X150,8545,0970,000Valid

X160,7113,6590,000Valid

X170,6342,5840,010Valid

X180,8514,6000,000Valid

X190,7623,5020,000Valid

X100,8120,0000,000Valid

Z10,7833,5800,000Valid0,909

Z20,7513,5090,000Valid

Z30,8723,7270,000Valid

Z40,8413,6650,000Valid

Z50,8320,0000,000Valid

Y10,6213,5540,000Valid0,914

Y20,7233,6850,000Valid

Y30,733,9940,000Valid

Y40,8144,0130,000Valid

Y50,8243,5690,000Valid

Y60,7422,5270,011Valid

Y70,6912,9170,004Valid

Y80,6832,2970,022Valid

Y90,6293,2790,000Valid

Y100,7183,5540,000Valid

Sumber : data diolahBerdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas seperti disajikan dalam Tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai t (ditunjukkan oleh nilai C.R) untuk loading signifikansi 0,05 (nilai kritis = 1,96), demikian juga nilai probabilitasnya lebih kecil dari (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel secara signifikan berhubungan dengan konstruk (semua indikator valid). Construct reliability sebesar 0,927, 0,909, dan 0,914, berada diatas nilai yang direkomendasikan yakni minimal sebesar 0,60-0,70 dengan demikian semua indikator atau variabel adalah reliabel.

ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORY

Gambar 2 Uji Validitas dan Reliabilitas dengan Confirmatory Faktor AnalysisSetelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada masing-masing variabel laten, maka dilakukan uji asumsi untuk melihat apakah persyaratan yang diperlukan dalam permodelan dapat dipenuhi. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah asumsi multivariate normal, tidak adanya multikolinieritas atau singularitas dan outlier.Uji Normalitas

Uji normalitas perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data univariat maupun normalitas multivariate dimana beberapa variabel yang digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Hasil pengujian normalitas atau assessment of normality (CR) (lampiran 4) memberikan nilai CR sebesar 1,708 terletak diantara -1,96 (-1,96 1,708 1,96 ( = 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa data bersifat multivariate normal. Selain itu juga data bersifat univariat normal juga ditunjukkan oleh semua nilai critical ratio semua indikator diantara -1,96 (-1,96 CR 1,96 ( = 0,05).Uji Multikolinieritas

Hasil pengujian (Lampiran 4) memberikan nilai determinant of sample covariance matrix sebesar 25,246. Nilai ini jauh dari angka nol sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terdapat masalah multikolineritas dan singularitas pada data yang dianalisis, sehingga data dapat dilanjutkan sebagai data dalam penelitian ini.

Uji Outliers

Hasil uji outliers pada penelitian dapat dilihat pada mahalnobis distance atau mahalnobis d-squared (lampiran 4). Untuk menghitung nilai mahalnobis distance berdasarkan nilai Chi Square pada derajat bebas (jumlah variabel indikator dan variabel) pada tingkat signifikasi 0,05 adalah sebesar 41,33714 (berdasarkan Tabel distribusi X2 df 28). Hasil uji outlier (Lampiran 4) menunjukkan tidak ada satupun kasus yang memiliki nilai Mahalanobis distance lebih besar dari 41,33714, maka dapat disimpulkan tidak ada multivariate outlier dalam penelitian.Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada semua variabel dan indikator serta dilakukannya uji asumsi pada data dan terdapat data multivariat normal, tidak terjadi multikolinieritas dan tidak terjadi outliers, maka variabel tersebut dapat dilanjutkan dengan uji kausalitas model dan uji signifikansi sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menguji pengaruh sistem pengendalian intern terhadap pengelolaan keuangan daerah, dan kinerja pemerintah daerah, dan menguji pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah, serta didapatkan asumsi multivariate normal, tidak adanya multikolinieritas atau singularitas dan outlier, maka dapat dilanjutkan dengan uji kesesuaian model dan uji signifikasi kausalitas.Uji Kesesuaian Model (Goodness-Of-Fit Test)

Pengujian model pada regresi konfirmatori bertujuan untuk melihat kesesuaian model, hasil pengujian kesesuaian model dalam studi ini disajikan berdasarkan Tabel 5.6, diketahui bahwa dari delapan kriteria yang digunakan untuk menilai layak atau tidaknya suatu model terpenuhi, dan semua kriteria terpenuhi. Dengan demikian dapat dikatakan model dapat diterima yang berarti ada kesesuaian model dengan data. Hasi uji model ditunjukkan pada Tabel 2.Tabel 2 Indeks Kesesuaian Model

KriteriaNilai Cutt OffHasil PerhitunganKeterangan

Chi-squareDiharapkan kecil

(< X2 dengan df 79 adalah sebesar 88,514)100,74862Baik

Sig.> 0,050,257Baik

RMSEA 0,0080,045Marginal

GFI 0,900,914Baik

AGFI 0,900,889Marginal

CMIN/ DF 2 atau 31,615Baik

TLI 0,900,931Baik

CFI 0,900,943Baik

Sumber : data diolahBerdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa dari delapan kriteria yang digunakan untuk menilai layak atau tidaknya suatu model, hanya ada dua kriteria yang dinyatakan marginal, tetapi secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kesesuaian model baik dan dapat diterima yang berarti ada kesesuaian antara model dengan data.

Uji Kausalitas

Setelah dilakukan pengujian kesesuaian model penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menguji kausalitas hipotesis yang dikembangkan dalam model penelitian tersebut. Dari model yang sesuai, maka dapat diinterpretasikan masing-masing koefisien jalur. Pengujian koefisien jalur secara rinci disajikan dalam Gambar 3 dan Tabel 3, sebagai berikut ;

Gambar 3 Hasil Confirmatory Factor AnalysisZ = 1.X + .......................................................(3)

Y= 1.X + .Z + ......................................................(3)Keterangan :

X= sistem pengendalian intern

Z= pengelolaan keuangan daerahY= kinerja pemerintah daerah= measurement error = Alfa = BetaTabel 3 Hasil Pengujian Kausalitas

VariabelKoefisien JalurCRProbabilitasKeterangan

X(Z0,4213,3170,001Signifikan

X(Y0,3142,8800,008Signifikan

Z(Y0,3833,2620,004Signifikan

Sumber : data diolahBerdasarkan hasil pengujian koefisien jalur pada Tabel 3 ;Z = 0,421XY = 0,314X + 0,383Z1) Hipotesis 1 : Sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah di Maluku UtaraHasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah di Maluku Utara. Hal ini terlihat dari koefisien jalur positif sebesar 0,421 dengan CR sebesar 3,317 dan diperoleh signifikasi (p) 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang mengartikan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah di Maluku Utara. Hasil ini menerima hipotesis penelitian pertama penelitian yang berarti ada pengaruh sistem pengendalian intern terhadap pengelolaan keuangan daerah di Maluku Utara.2) Hipotesis 2 : Sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku UtaraHasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara. Hal ini terlihat dari koefisien jalur positif sebesar 0,314 dengan CR sebesar 2,880 dan diperoleh signifikasi (p) 0,008 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang mengartikan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara. Hasil ini menerima hipotesis penelitian kedua yang berarti ada pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara3) Hipotesis 3 : Pengelolaan keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku UtaraHasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara. Hal ini terlihat dari koefisien jalur positif sebesar 0,383 dengan CR sebesar 3,262 dan diperoleh signifikasi (p) 0,004 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang mengartikan bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah di Maluku Utara. Hasil ini menerima hipotesis penelitian ketiga yang berarti ada pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara.Hasil pengujian koefisien dari analisis confirmatory modelling strategy, menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah, dan kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara, sedangkan pengelolaan keuangan daerah juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis yang menyatakan, ada pengaruh sistem pengendalian intern terhadap pengelolaan keuangan daerah, dan kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara dan ada pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara adalah diterima.Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Pengelolaan Keuangan

Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah di Maluku Utara. Hal ini terlihat dari koefisien jalur positif sebesar 0,421 atau 42.1%. Penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern yang ada di Maluku Utara, membuktikan bahwa Pimpinan dan Kepala Bagian Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Maluku Utara dalam bekerja dirasa telah menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan etika baik kepada sesama maupun terhadap pimpinan dinas yang ada sehingga menjadikan koordinasi dalam pengelolaan keuangan yang ada dapat lebih efesien. Dalam hal penganggaran untuk kegiatan dinas dan aktivitas kerja yang ada di Maluku Utara, pimpinan dan kepala bagian keuangan SKPD yang ada harus berkomitmen terhadap kompetensi yang dimiliki dan tetap berusaha mencurahkan segala potensi untuk mengerjakan pekerjaannya dan hal tersebut menjadikan pegawai SKPD yang ada lebih cermat dan berhati-hati serta hemat dalam mengeluarkan anggaran keuangan yang sedang dibahas atau direncanakan untuk suatu aktivitas atau proyek yang ada. Sistem pengendalian intern yang telah diterapkan juga memiliki fungsi dalam memvalidasi setiap transaksi dalam pengelolaan keuangan daerah yang mana dalam transaksi yang ada akan disertakan dengan bukti-bukti yang valid dan sah dan hal ini sangat berguna untuk menciptakan sebuah transparansi dan tanggungjawab yang sesuai dengan pelaksanaan dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern. Pada saat dilakukannya pengeluaran anggaran untuk sebuah aktivitas kerja yang ada di Maluku Utara, pimpinan dan kepala bagian keuangan SKPD yang ada di Maluku Utara dalam proses kerjanya selalu mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh sistem pengelolaan yang telah diajukan sehingga hal ini akan membentuk perencanaan keuangan dan program pemerintah yang lebih efektif dan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang telah diberlakukan. Pimpinan dan kepala bagian keuangan SKPD yang ada juga telah berusaha melakukan pemisahan fungsi yang jelas antara fungsi operasi, administrasi dan pengelolaan keuangan dalam instansinya, dan kegiatan pemisahan fungsi yang ada akan memberikan keteraturan terhadap pengelolaan keuangan daerah di Maluku Utara dan penyajian laporan keuangan daerah yang lebih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Maluku Utara.

Pimpinan dan Kepala Bagian Keuangan SKPD yang ada di Provinsi Maluku Utara juga telah menerapkan sistem otorisasi laporan dan pengelolaan keuangan sesuai dengan UU yang berlaku sehingga kegiatan yang mereka lakukan dapat memberikan dampak yang baik terhadap pengelolaan dan penganggaran keuangan yang efesien didalam setiap post atau kedinasan yang ada di Maluku Utara selain itu juga memberikan dampak yang baik terhadap transparansi dan penanggungjawab anggaran yang ada dan didalam SKPD yang ada di Maluku Utara. Pegawai yang ada juga telah melakukan penyusunan pengelolaan keuangan daerah dan melakukan pencatatan dalam sistem akuntansi yang telah formatkan sesuai dengan ketentuan yang berlakuk sehingga hal yang dapat dan bisa disajikan serta diakses melalui egoverment sebagai transparansi dalam menjaga stabilitas publik di Maluku Utara. Pengelolaan keuangan daerah di Maluku Utara juga telah sesuai dengan panduan dan pedoman UU yang diberikan oleh pemerintah pusat. Pimpinan dan kepala bagian keuangan SKPD yang ada di Maluku Utara harus mengikuti aturan yang telah diberlakukan, dan hal yang telah sesuai dengan pengelolaan keuangan daerah yang sesuai dengan penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan perundang-undangan yang telah diatur secara tertib dan menjadikan perilaku yang lebih berhati-hati dalam penyusunannya pada seluruh pimpinan dan kepala bagian keuangan SKPD yang ada di Maluku Utara. Pimpinan dan kepala bagian keuangan SKPD yang ada di Maluku Utara juga diwajibkan untuk selalu memeriksa dan mengawasi pengelolaan keuangan daerah di masing-masing SKPDnya karena ini adalah sebuah sistem pengelolaan yang harus diterapkan dan hal ini memberikan keterangan bahwa anggaran yang ada telah dikeluarkan dan terarsipkan besarannya sehingga untuk penganggaran proyek atau belanja daerah yang akan dilakukan setelahnya dapat lebih efektif dan terencana untuk pengembangan dan program pemerintah yang ada di Maluku Utara. Pegawai SKPD yang ada di Maluku Utara juga telah merekonsiliasi catatan dengan bukti fisik pengelolaan keuangan daerah di masing-masing SKPD dan hal ini memberikan dampak yang baik terhadap transparasi dana yang telah dikeluarkan dan memberikan kronologis terhadap alur atau sistem penanggungjawab anggaran yang telah direncanakan dan dikeluarkan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan penelitian Lamusu (2013) Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner dan teknik analisis datanya menggunakan regresi sederhana. Variable dalam penelitian tersebut menggunakan variable sistem pengendalian intern dan pengelolaan keuangan daerah, dimana Sistem pengendalian intern memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengeloaan keuangan daerah secara efektif. Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Ristanti dkk (2014), dimana sistem pengendalian intern, pengelolaan keuangan daerah, dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerapan good governace.

Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Pemerintah

Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara. Hal ini terlihat dari koefisien jalur positif sebesar 0,314 atau 31,4%. Ini membuktikan bahwa Sistem Pengendalian Intern telah dilakukan oleh pimpinan dan kepala bagian keuangan SKPD di wilayah Maluku Utara. Selain itu pengendalian intern yang dilakasanakan di Maluku Utara menunjukkan bahwa setiap SKPD yang ada diwajibkan untuk memberikan dan menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan secara teratur dan keteraturan yang ada akan memberikan efektifitas terhadap kinerja keuangan daerah yang ada di Maluku Utara sebagai cerminan dari keberhasilan yang telah dilakukan oleh pegawai SKPD yang ada di Maluku Utara, selain itu sistem pengendalian yang baik juga akan memberikan dampak yang baik terhadap penganggaran yang direncanakan dan dilaksanakan sehingga program dan kegiatan kerja yang dilaksanakan di Maluku Utara dapat dilaksanakan secara lebih efektif dalam hal penganggaran yang telah dilakukan. Sistem pengendalian intern yang ada juga harus dilakukan secara baik, berhati-hati dan menekankan pada penghematan anggaran yang ada di Maluku Utara, dan kegiatan yang ada telah memberikan efesiensi pengelolaan keuangan yang akan memberikan kontribusi terhadap penghematan keuangan atau anggaran yang dilakukan untuk seuatu proses kerja atau program kerja tertentu yang ada di Maluku Utara, selain itu kehati-hatian yang ada juga memberikan efek yang baik dalam menjaga pribadi atau pegawai SKPD yang ada di Maluku Utara karena kehati-hatian yang ada akan mampu dipertanggungjawabkan atas apa yang telah dilakukan dan ditimbulkan dari adanya kebijakan atas sebuah program kerja atau penganggaran yang telah dilakukan di Maluku Utara.

Setiap transaksi dalam pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan di Maluku Utara telah dilakukan dengan menyertai bukti yang valid dan sah dalam pengadaannya, sehingga adanya transaksi yang dilakukan dengan menyertai bukti akan memberikan kemampuan kepada para pegawai SKPD yang ada di Maluku Utara dalam mempertangung jawabkan atas penetapan biaya yang memperhatikan kepentingan organisasi dan kebutuhan publik dan memberikan pencegahan terhadap dampak yang tidak dinginkan yang ditimbulkan dari tugas dan tanggungjawab yang telah dilaksanakan. Prosedur kerja yang ada di Maluku Utara juga telah dirasa mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh undang-undang yang telah ditetapkan oleh pusat, dan hal ini merupakan cerminan dari keberhasilan pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan oleh pegawai SKPD yang ada di Maluku Utara, selain itu akan memberikan prosedur pelaksanaan anggaran yang lebih baik serta memperjelas program dan kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah Maluku Utara. Pegawai SKPD yang ada juga telah dapat melakukan pemisahan fungsi yang jelas antara fungsi operasi, administrasi dan pengelolaan keuangan yang ada didalam bidang kerjanya, dan ini memberikan manfaat yang baik dalam pencapaian kinerja dari masing-masing unit kerja yang ada dan bertanggung jawab atas suatu kegiatan yang sedang dilaksanakan, dan akan memberikan informasi yang memadai dalam evaluasi kinerja yang sedang dilaksanakan dalam suatu waktu. Sistem otorisasi laporan dan pengelolaan keuangan juga telah sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Pemerintahan Maluku Utara, dan hal yang telah dilakukan akan memberikan efek terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik dan efisien dalam pelaksanaannya. Penyusunan pengelolaan keuangan daerah yang ada di Maluku Utara juga telah tercatat dalam sistem akuntansi pemerintahan yang berlaku dan hal ini akan dapat dipertanggungjawabkan atas penetapan biaya yang memperhatikan kepentingan organisasi dan kebutuhan publik atau masyarakat yang ada di Maluku Utara. Pengelolaan keuangan daerah yang ada di Maluku Utara juga telah sesuai dengan panduan dan pedoman yang berlaku dalam undang-undang yang telah diputuskan dan harus diikuti dalam pelaksanaannya, dan ketika panduan dan pedoman dalam undang-undang mengenai penganggaran dilaksanakan dengan baik maka program dan kegiatan yang dilaksanakan akan lebih memberikan hasil yang baik dan sesuai. SKPD di Maluku Utara juga telah dapat memeriksa dan mengawasi pengelolaan keuangan daerah dimasing-masing SKPDnya dan hal ini memberikan manfaat yang baik terhadap penyajian pengelolaan keuangan yang lebih baik dari masing-masing program yang sedang dilaksanakan, lebih jelas dan lebih terarah didalam pelaksanaannya. Pegawai SKPD yang ada di Maluku Utara juga telah merekonsiliasi catatan dengan bukti fisik pengelolaan keuangan yang ada di masing-masing SKPD dan hal ini memberikan efektifitas dalam dalam pelaksanaan tugas yang sedang dilakukan dan merupakan cerminan terhadap pelaksanaan tugas yang telah dilakukan oleh para pegawai SKPD di Maluku Utara.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tresnawati (2012) yang menyatakan bahwa pengendalian intern mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Hasil ini juga mendukung penelitian Widanarto (2012), dimana pengawasan intern dan pengawasan eksternal secara bersama-sama mempunyai pengaruh cukup kuat terhadap kinerja Pemerintah Kota Bandung

Pengaruh Pengelolaan Keuangan Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara. Hal ini terlihat dari koefisien jalur positif sebesar 0,383 atau 38.3%..Ini membuktikan bahwa pengelolaan keuangan yang telah dilakukan oleh perangkat kerja di wilayah Maluku Utara dengan mengikuti berbagai ketentuan yang ada didalam aturan kedinasan didalam menentukan kebijakan dan penggunaan anggaran yang ada di wilayah Maluku Utara menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan oleh perangkat atau satuan kerja di wilayah Maluku Utara, membuktikan bahwa pimpinan dan kepala bagian keuangan SKPD yang ada telah dapat menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan secara teratur sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh undang-undang yang berlaku di pemerintahan, dan hal ini memperjelas pencapaian kinerja dari masing- masing unit kerja yang bertanggung jawab atas suatu kegiatan yang telah diproyekkan dan dilaksanakan di Maluku Utara. Pimpinan dan kepala bagian keuangan SKPD di Maluku Utara juga dapat memberikan informasi yang memadai terkait pertanggungjawaban yang ada dan dilakukan di Maluku Utara. SKPD yang ada juga harus berhati-hati dan berhemat dalam mengeluarkan anggaran keuangan yang diproyekkan atau dilakukan di Maluku Utara, dan ketika hal tersebut dilakukan maka pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berjalan dengan baik, lebih efisien dalam penggunaan anggarannya dan tidak menyimpang dari penyalahgunaan anggaran didalam suatu kegiatan atau SKPD yang ada di Maluku Utara. Pegawai SKPD yang ada juga telah merencanakan program pemerintah secara efektif dalam pelaksanaan dan kegiatan yang membutuhkan penganggaran dalam pembiayaan proyek yang sedang dilaksanakan sehingga penganggaran yang ada akan dapat dianggarkan dan dilaksanakan dengan baik dan jelas, selain itu akan memberikan manfaat kepada pegawai SKPD yang telah diberikan sebuah tanggungjawab dalam pelaksanaan tugas, petugas SKPD yang ada akan lebih terjamin dari adanya sanksi yang telah ditetapkan dan sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku dalam pemerintahan serta memberikan transparansi atas biaya anggaran telah dikeluarkan untuk kepentingan organisasi dan kepentingan publik atau masyarakat yang ada di Maluku Utara.

Pimpinan dan kepala bagian keuangan SKPD yang ada juga telah dapat berkerja secara efisien dalam pengelolaan keuangan dalam setiap pos penganggaran di SKPD yang ada di Maluku Utara untuk kegiatan dinas yang sedang dilaksanakan dan hal yang ada telah menjadikan penilaian dan pencapaian kinerja dari masing-masing unit kerja yang bertanggung jawab atas suatu kegiatan yang sedang dilaksanakan dan akan memberikan informasi yang mampu menghasilkan dalam audit dan transparansi yang akan diberikan kepada publik ataupun pertanggungjawaban secara umum di Maluku Utara, serta hal ini juga akan menjadi cerminan dari keberhasilan pelaksanaan tugas yang telah dilakukan oleh pagawai dinas atau SKPD yang ada di Maluku Utara. Pagawai SKPD dan dinas terkait yang ada di Maluku Utara juga telah melakukan transparansi dalam mempertanggungkan pelaksanaan sistem pengendalian intern yang ada pada saat mengeluarkan anggaran didalam sebuah proyek yang sedang dilaksanakan di Maluku Utara, dalam penetapannya pegawai yang ada telah melakukan penganggaran sesuai dengan PP No 58 Tahun 2005 dalam pengelolaan keuangan daerah disetiap SKPDnya, dan ketetapan yang ada akan memberikan efesiensi terhadap pengelolaan keuangan dan kinerja keuangan daerah yang ada di Maluku Utara dan akan lebih memberikan pertanggungjawaban dan transparansi terhadap dampak yang ditimbulkan dari tugas yang sudah ditetapkan sesuai dengan anggaran yang telah disepakai dan dikeluarkan didalam sebuah proyek kerja yang ada di Maluku Utara.

Hasil penelitian sesuai dengan temuan penelitian Hidayat (2015) yang menyatakan bahwa system pengelolaan keuangan daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pemerintah daerah. KESIMPULANBerdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ;

a. Sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah di Maluku Utara. Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya sistem pengendalian intern yang sesuai dengan tujuan dalam memajukan pembangunan daerah maka akan meningkatkan pengelolaan keuangan daerah;

b. Sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara. Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya sistem pengendalian intern yang sesuai dengan penerapan aturan kerja yang ada maka akan meningkatkan kinerja pemerintah daerah;

c. Pengelolaan keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah di Maluku Utara. Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya pengelolaan keuangan daerah yang direncanakan, dilaporkan, diawasi dan dipertanggung jawabkan maka akan meningkatkan kinerja pemerintah daerah.SARANBerdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat disarankan ;

a. Pihak Pemerintah Maluku Utara dihimbau tetap dapat mengevaluasi dan meningkatkan sistem pengendalian internnya dalam melakukan pengalokasian dana anggaran yang sesuai, dengan cara melakukan pengawasan dan kontrol terhadap proyek yang sedang diajukan, meningkatkan pegawai atau staf ahli dalam bidang keuangan, dan memperbaiki prosedur sistem pengendalian intern secara keseluruhan;b. Pihak Pemerintah di Maluku Utara dihimbau tetap meningkatkan dan mengevaluasi pengelolaan keuangan daerah yang berhubungan dengan berbagai pengajuan berbagai anggaran dan alokasi dana untuk pelaksanaan proyek atau tender proyek dan kepentingan dari masyarakatnya.DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita. H.R. 2002. Pembangunan dan Tata Ruang. Yogyakarta: Graha Ilmu. Dwiyanto, Agus. 2006. Reformasi Birokrasi Publik. Yogyakarta: UGM Press.Ferdinand Agusty. 2002. Struktural Equation Model Dalam Penelitian Manajemen, Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.

Kepres Nno 74 Tahun 2001 Tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Lamusu, Lusiana. 2013. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada DPPKAD Kabupaten Gorontalo. Jurnal Akuntansi, Universitas negeri Gorontalo.

Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.

Mahsun, M., (2006), Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta: BPFE, Maluku Post, hari senin 12/07/2014.

Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 2 No. 1, Hal. 1-17.

Mardiasmo. (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta.Mohamad Dimyati 2011. Theoretical Testing On Service Quality And Product Innovation Of Small-Micro Credit Banks (A Case Study). Jurnal Of Economics, Business, & Accountancy Vol. 14,No.3 Desember 2011 : 225-238.

Mulyadi, 2002. Auditing . Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta.

Nawawi. 2000. Pengawasan Intern. Bandung: Alfabeta.

PP No. 24 tahun 2004 tentang Sistem Akuntasi Pemerintah.PP No. 52 tahun 2004 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.

PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.PP No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Dan Opertanggungjawaban Keuangan.

PP Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.Rai, Gusti Agung. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, dan Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat.Sarita, P.D. 2012. Pengaruh Pengendalian Internal dan gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta (Studi Kasus pada SPBU Anak cabang Perusahaan RB.Group). Jurnal Nasional 1(1): 1-22.

Syarifudin, Yan S.H. (2010) Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Untuk Mewujudkan Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Efektif, Efisien Dan Bebas Korupsi. Jurnal Univertas Tanjung Pura.Vol 3 No.5 (2013). ISSN 0216/2091.Shodiq, 2001 dengan judul penelitian pengaruh sistem kontrol terhadap kinerja keuangan: uji fit versus uji internal onsistency. Tesis Pascarsarjana Universitas Diponegoro.

Tresnawati, Rina, 2012. Pengaruh Efektifitas Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Forum Bisnis dan Keuangn I. ISBN 978-602-17225-0-3. Hal 139 151.

UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.UU No.15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggungjawab Keuangan Negara.

UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Widanarto, A 2012. Pengawasan Internal, Pengawasan Eksternal Dan Kinerja Pemerintah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandung. Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JIAN) Universitas Riau.

H1

H2

H3

Sistem

Pengendalian

Intern

(X)

Pengelolaan

Keuangan

Daerah

(Z)

Kinerja

Pemerintah

Daerah

(Y)

1