jurnal bimbingan dan konseling suluh · (ppg). ppg merupakan amanah undang-undang nomor 14 tahun...

15
Jurnal Bimbingan dan Konseli Juster Donal Sinaga Issn :2460-7274 E-Issn :26858045 UMP JURN http://jo Vo TINGKAT PESERTA PENDIDIK The Basic Counselin Counseling T Universita ARTIKEL INFO Diterima Dipublikasi September 2019 *e-mail : Orcid : T keteram peserta Pendidik keteram PPG Ang penelitia peserta berjumla adalah s tinggi, s (59,37%) pada tiga sangat ti sedang, d dari anal oleh par member lainnya m Kata kun The objec counselin Profession Institutio teachers / This typ populatio totaling descriptiv medium, counselor mastery category, category, with a v which is Keywords ing SULUH NAL BIMBINGAN DAN KONSELING journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/suluh olume 5 Nomor 1, September 2019 (54-68) T KETERAMPILAN DASAR KONSELING KAN PROFESI GURU BIMBINGAN DAN K ng Skills Level for Participants in the Gui Teacher Professional Development Progr Juster Donal Sinaga as Sanata Dharma, Yogyakarta, DI Yogyakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah (1) menemukan gambaran mpilan dasar konseling guru Bimbingan dan Konseling (B Pendidikan Profesi Guru (PPG) Angkatan I Tahun 2019 kan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Yogyakarta; (2) menga mpilan dasar konseling yang dikuasai oleh guru-guru BK/kons ngkatan I Tahun 2019 pada tiga LPTK di Yogyakarta. Jenis an kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi pen PPG Dalam Jabatan Angkatan I Tahun 2019 pada tiga LPTK ah 128 guru. Sampel penelitian berjumlah 32. Teknik analisis statistik deskriptif dengan teknik persentase kategorisasi, sedang, rendah, sangat rendah. Hasil penelitian menunj ) guru BK/konselor sekolah peserta PPG Dalam Jabatan An a LPTK di Yogyakarta memiliki pengusaan keterampilan das inggi, 12 (37,5% berada pada kategori tinggi, 1 (3,12%) b dan dan tidak ada yang berada pada kategori rendah, dan sa lisis per keterampilan, keterampilan dasar konseling yang p ra guru dengan kategori sangat tinggi adalah keteramp ri respon (responding), yaitu sebesar (59,37%), sedangkan mencapai 75%-87%. nci: Keterampilan Dasar Konseling, Guru BK/Konselor Seko ABSTRACT ctives of this study are (1) to find an empirical picture of the ma ng teachers Guidance and Counseling / school counselors par nal Education (PPG) of Year 2019 at three Education ons (LPTK) in Yogyakarta; (2) analyzing basic counseling s / school counselors participating in PPG batch I 2019 in three L pe of research is descriptive quantitative research with survey on was all PPG participants in the first batch of 2019 in three L 128 teachers. The research sample was 32. The data analysi ve statistics with the percentage categorization technique, whi , low, very low. The results showed as many as 19 (59.37%) rs participating in PPG in the First Batch of 2019 in three LPT of basic counseling skills in the very high category, 12 (37. , 1 (3.12%) were in the medium category, and and none were in , in terms of analysis per skill, the lowest basic counseling skills very high category were the basic skills of giving counseling r equal to (59.37%), while other skills reach 75% -87%. s: Basic Counseling Skill, Guidance and Counseling Teacher/Coun © Universitas Muham 54 KONSELING idance and ram n empirik pengusaan BK)/konselor sekolah 9 pada tiga Lembaga analisis keterampilan- selor sekolah peserta s penelitian ini adalah nelitian adalah seluruh K di Yogyakarta yang s data yang digunakan , yaitu sangat tinggi, jukkan sebanyak 19 ngkatan I Tahun 2019 sar konseling kategori berada pada kategori angat rendah. Ditinjau paling rendah dikuasai pilan dasar kenseling n keterampilan yang olah, PPG astery of basic skills in rticipating in Teacher Personnel Education skills mastered by BK LPTKs in Yogyakarta. y methods. The study LPTKs in Yogyakarta, sis technique used was ich is very high, high, BK teachers / school TKs in Yogyakarta had .5% were in the high n the low, and very low ls mastered by teachers response (responding), nselor, TPDP 3 . mmadiyah Palangkaraya CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Provided by Repository Universitas Sanata Dharma

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 54Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    UMP

    SULUHJURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING

    http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/suluhVolume 5 Nomor 1, September 2019 (54-68)

    TINGKAT KETERAMPILAN DASAR KONSELINGPESERTA PENDIDIKAN PROFESI GURU BIMBINGAN DAN KONSELINGThe Basic Counseling Skills Level for Participants in the Guidance and

    Counseling Teacher Professional Development ProgramJuster Donal Sinaga

    Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, DI Yogyakarta, Indonesia

    ARTIKEL INFO

    Diterima

    DipublikasiSeptember 2019

    *e-mail :

    Orcid :

    ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah (1) menemukan gambaran empirik pengusaan

    keterampilan dasar konseling guru Bimbingan dan Konseling (BK)/konselor sekolahpeserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) Angkatan I Tahun 2019 pada tiga LembagaPendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Yogyakarta; (2) menganalisis keterampilan-keterampilan dasar konseling yang dikuasai oleh guru-guru BK/konselor sekolah pesertaPPG Angkatan I Tahun 2019 pada tiga LPTK di Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalahpenelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruhpeserta PPG Dalam Jabatan Angkatan I Tahun 2019 pada tiga LPTK di Yogyakarta yangberjumlah 128 guru. Sampel penelitian berjumlah 32. Teknik analisis data yang digunakanadalah statistik deskriptif dengan teknik persentase kategorisasi, yaitu sangat tinggi,tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 19(59,37%) guru BK/konselor sekolah peserta PPG Dalam Jabatan Angkatan I Tahun 2019pada tiga LPTK di Yogyakarta memiliki pengusaan keterampilan dasar konseling kategorisangat tinggi, 12 (37,5% berada pada kategori tinggi, 1 (3,12%) berada pada kategorisedang, dan dan tidak ada yang berada pada kategori rendah, dan sangat rendah. Ditinjaudari analisis per keterampilan, keterampilan dasar konseling yang paling rendah dikuasaioleh para guru dengan kategori sangat tinggi adalah keterampilan dasar kenselingmemberi respon (responding), yaitu sebesar (59,37%), sedangkan keterampilan yanglainnya mencapai 75%-87%.

    Kata kunci: Keterampilan Dasar Konseling, Guru BK/Konselor Sekolah, PPG

    ABSTRACTThe objectives of this study are (1) to find an empirical picture of the mastery of basic skills incounseling teachers Guidance and Counseling / school counselors participating in TeacherProfessional Education (PPG) of Year 2019 at three Education Personnel EducationInstitutions (LPTK) in Yogyakarta; (2) analyzing basic counseling skills mastered by BKteachers / school counselors participating in PPG batch I 2019 in three LPTKs in Yogyakarta.This type of research is descriptive quantitative research with survey methods. The studypopulation was all PPG participants in the first batch of 2019 in three LPTKs in Yogyakarta,totaling 128 teachers. The research sample was 32. The data analysis technique used wasdescriptive statistics with the percentage categorization technique, which is very high, high,medium, low, very low. The results showed as many as 19 (59.37%) BK teachers / schoolcounselors participating in PPG in the First Batch of 2019 in three LPTKs in Yogyakarta hadmastery of basic counseling skills in the very high category, 12 (37.5% were in the highcategory, 1 (3.12%) were in the medium category, and and none were in the low, and very lowcategory, in terms of analysis per skill, the lowest basic counseling skills mastered by teacherswith a very high category were the basic skills of giving counseling response (responding),which is equal to (59.37%), while other skills reach 75% -87%.

    Keywords: Basic Counseling Skill, Guidance and Counseling Teacher/Counselor, TPDP3.

    © Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 54Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    UMP

    SULUHJURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING

    http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/suluhVolume 5 Nomor 1, September 2019 (54-68)

    TINGKAT KETERAMPILAN DASAR KONSELINGPESERTA PENDIDIKAN PROFESI GURU BIMBINGAN DAN KONSELINGThe Basic Counseling Skills Level for Participants in the Guidance and

    Counseling Teacher Professional Development ProgramJuster Donal Sinaga

    Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, DI Yogyakarta, Indonesia

    ARTIKEL INFO

    Diterima

    DipublikasiSeptember 2019

    *e-mail :

    Orcid :

    ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah (1) menemukan gambaran empirik pengusaan

    keterampilan dasar konseling guru Bimbingan dan Konseling (BK)/konselor sekolahpeserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) Angkatan I Tahun 2019 pada tiga LembagaPendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Yogyakarta; (2) menganalisis keterampilan-keterampilan dasar konseling yang dikuasai oleh guru-guru BK/konselor sekolah pesertaPPG Angkatan I Tahun 2019 pada tiga LPTK di Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalahpenelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruhpeserta PPG Dalam Jabatan Angkatan I Tahun 2019 pada tiga LPTK di Yogyakarta yangberjumlah 128 guru. Sampel penelitian berjumlah 32. Teknik analisis data yang digunakanadalah statistik deskriptif dengan teknik persentase kategorisasi, yaitu sangat tinggi,tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 19(59,37%) guru BK/konselor sekolah peserta PPG Dalam Jabatan Angkatan I Tahun 2019pada tiga LPTK di Yogyakarta memiliki pengusaan keterampilan dasar konseling kategorisangat tinggi, 12 (37,5% berada pada kategori tinggi, 1 (3,12%) berada pada kategorisedang, dan dan tidak ada yang berada pada kategori rendah, dan sangat rendah. Ditinjaudari analisis per keterampilan, keterampilan dasar konseling yang paling rendah dikuasaioleh para guru dengan kategori sangat tinggi adalah keterampilan dasar kenselingmemberi respon (responding), yaitu sebesar (59,37%), sedangkan keterampilan yanglainnya mencapai 75%-87%.

    Kata kunci: Keterampilan Dasar Konseling, Guru BK/Konselor Sekolah, PPG

    ABSTRACTThe objectives of this study are (1) to find an empirical picture of the mastery of basic skills incounseling teachers Guidance and Counseling / school counselors participating in TeacherProfessional Education (PPG) of Year 2019 at three Education Personnel EducationInstitutions (LPTK) in Yogyakarta; (2) analyzing basic counseling skills mastered by BKteachers / school counselors participating in PPG batch I 2019 in three LPTKs in Yogyakarta.This type of research is descriptive quantitative research with survey methods. The studypopulation was all PPG participants in the first batch of 2019 in three LPTKs in Yogyakarta,totaling 128 teachers. The research sample was 32. The data analysis technique used wasdescriptive statistics with the percentage categorization technique, which is very high, high,medium, low, very low. The results showed as many as 19 (59.37%) BK teachers / schoolcounselors participating in PPG in the First Batch of 2019 in three LPTKs in Yogyakarta hadmastery of basic counseling skills in the very high category, 12 (37.5% were in the highcategory, 1 (3.12%) were in the medium category, and and none were in the low, and very lowcategory, in terms of analysis per skill, the lowest basic counseling skills mastered by teacherswith a very high category were the basic skills of giving counseling response (responding),which is equal to (59.37%), while other skills reach 75% -87%.

    Keywords: Basic Counseling Skill, Guidance and Counseling Teacher/Counselor, TPDP3.

    © Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 54Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    UMP

    SULUHJURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING

    http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/suluhVolume 5 Nomor 1, September 2019 (54-68)

    TINGKAT KETERAMPILAN DASAR KONSELINGPESERTA PENDIDIKAN PROFESI GURU BIMBINGAN DAN KONSELINGThe Basic Counseling Skills Level for Participants in the Guidance and

    Counseling Teacher Professional Development ProgramJuster Donal Sinaga

    Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, DI Yogyakarta, Indonesia

    ARTIKEL INFO

    Diterima

    DipublikasiSeptember 2019

    *e-mail :

    Orcid :

    ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah (1) menemukan gambaran empirik pengusaan

    keterampilan dasar konseling guru Bimbingan dan Konseling (BK)/konselor sekolahpeserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) Angkatan I Tahun 2019 pada tiga LembagaPendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Yogyakarta; (2) menganalisis keterampilan-keterampilan dasar konseling yang dikuasai oleh guru-guru BK/konselor sekolah pesertaPPG Angkatan I Tahun 2019 pada tiga LPTK di Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalahpenelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruhpeserta PPG Dalam Jabatan Angkatan I Tahun 2019 pada tiga LPTK di Yogyakarta yangberjumlah 128 guru. Sampel penelitian berjumlah 32. Teknik analisis data yang digunakanadalah statistik deskriptif dengan teknik persentase kategorisasi, yaitu sangat tinggi,tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 19(59,37%) guru BK/konselor sekolah peserta PPG Dalam Jabatan Angkatan I Tahun 2019pada tiga LPTK di Yogyakarta memiliki pengusaan keterampilan dasar konseling kategorisangat tinggi, 12 (37,5% berada pada kategori tinggi, 1 (3,12%) berada pada kategorisedang, dan dan tidak ada yang berada pada kategori rendah, dan sangat rendah. Ditinjaudari analisis per keterampilan, keterampilan dasar konseling yang paling rendah dikuasaioleh para guru dengan kategori sangat tinggi adalah keterampilan dasar kenselingmemberi respon (responding), yaitu sebesar (59,37%), sedangkan keterampilan yanglainnya mencapai 75%-87%.

    Kata kunci: Keterampilan Dasar Konseling, Guru BK/Konselor Sekolah, PPG

    ABSTRACTThe objectives of this study are (1) to find an empirical picture of the mastery of basic skills incounseling teachers Guidance and Counseling / school counselors participating in TeacherProfessional Education (PPG) of Year 2019 at three Education Personnel EducationInstitutions (LPTK) in Yogyakarta; (2) analyzing basic counseling skills mastered by BKteachers / school counselors participating in PPG batch I 2019 in three LPTKs in Yogyakarta.This type of research is descriptive quantitative research with survey methods. The studypopulation was all PPG participants in the first batch of 2019 in three LPTKs in Yogyakarta,totaling 128 teachers. The research sample was 32. The data analysis technique used wasdescriptive statistics with the percentage categorization technique, which is very high, high,medium, low, very low. The results showed as many as 19 (59.37%) BK teachers / schoolcounselors participating in PPG in the First Batch of 2019 in three LPTKs in Yogyakarta hadmastery of basic counseling skills in the very high category, 12 (37.5% were in the highcategory, 1 (3.12%) were in the medium category, and and none were in the low, and very lowcategory, in terms of analysis per skill, the lowest basic counseling skills mastered by teacherswith a very high category were the basic skills of giving counseling response (responding),which is equal to (59.37%), while other skills reach 75% -87%.

    Keywords: Basic Counseling Skill, Guidance and Counseling Teacher/Counselor, TPDP3.

    © Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

    CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

    Provided by Repository Universitas Sanata Dharma

    https://core.ac.uk/display/237499477?utm_source=pdf&utm_medium=banner&utm_campaign=pdf-decoration-v1

  • Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 55Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    PENDAHULUANGuru Bimbingan dan Konseling

    (BK)/konselor sekolah adalah salah satukomponen tenaga pendidik di lembagapendidikan. Selain sebagai pendidikprofesional, guru BK juga menjalankan profesipenolong yang profesional yaitu sebagaikonselor. Mengingat peran guru BK/konselorsekolah sebagai pendidik juga sebagaipenolong profesional maka tugas guruBK/konselor sekolah di sekolah sesungguhnyasangat penting dan besar, yaitu untukmemastikan peserta didik berkembangoptimal menjadi pribadi sehat dan sukses.

    Kesadaran akan pentingnya peran guruBK/konselor sekolah di sekolah tampak daripermintaan sekolah merekrut guruBK/konselor sekolah terus meningkat.Walaupun belum ada data pasti melalui risetberskala nasional, pada tahun 2017 mediamassa online Dutanew melansir beritatentang jumlah guru BK/konselor sekolah diIndonesia. Jumlah guru BK/konselor sekolahdi jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)dan sederajat serta Sekolah Menengah Atas(SMA) dan sederajat ada sekitar 52.700 guru.Dari jumlah tersebut tidak semua berlatarbelakang pendidikan bimbingan dan konseling.Relatif ada banyak guru BK/konselor sekolahhasil pengalihan dari sebelumnya guru bidangstudi. Jumlah guru BK/konselor sekolahtersebut ternyata belum mencukupikebutuhan di lapangan. Berdasarkan jumlahsiswa Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA,SMK serta MA) serta siswa SekolahMenengah Tingkat Pertama (SMP dan MTs),Indonesia idealnya memiliki 130.000 orangGuru BK/konselor sekolah untuk tingkat SMPdan SMA (dutanew.net, 2017).

    Seorang guru BK/konselor sekolah,layaknya sebagai pendidik profesional harusmemiliki empat kompetensi utama, yaitukompetensi pedagogi, profesional,kepribadian, dan sosial. Salah satu layananyang diberikan guru BK/konselor sekolah

    kepada siswa adalah layanan konseling. Untukmelaksanakan layanan tersebut, sebagai tenagapendidik dan penolong profesional guruBK/konselor sekolah harus menguasaiketerampilan-keterampilan konseling.

    Keterampilan konseling menjadi salahsatu komponen dari kompetensi profesionalyang sulit dipahami dan dikuasai oleh guruBK/konselor sekolah. Beberapa poinpengetahuan dan keterampilan konseling yangkurang dipahami oleh guru BK/konselorsekolah adalah bersikap terbuka, membuatpertanyaan terbuka yang empati,mendiagnosa, membantu siswa mendapatkanpemecahan masalah, dan lain sebagainnya(Hastuti dan Sinaga, 2016).

    Fakta lain di lapangan ditemukan olehKusmaryani (2010) dalam penelitiannya.Temuan penelitian ini menyebutkan bahwaketerampilan konseling masih belum dapatdikuasai dengan sepenuhnya oleh para guru.Konseling dilakukan dengan menggunakanketerampilan konseling yang sangat minim,bahkan tidak menggunakannya sama sekali.Selain itu, beberapa keterampilan seringkaliditafsirkan berbeda-beda, sehingga dalamprakteknya tidak sesuai antara satu denganyang lain. Data penelitian menunjukkan bahwadalam pelaksanaaan konseling selama ini hanyasebagian guru BK/konselor sekolah (47%)yang menggunakan keterampilan konselingsecara optimal. Sebagian guru BK/konselorsekolah yang lainnya (53%) belum dapatmenggunakan keterampilan konseling secaraoptimal. Wardhani dkk (2019) dalampeneltiannya juga menemukan fakta yangsama, yaitu sebanyak 54, 5 % guruBK/konselor di kota Bandung memilikikompetensi pedagogi dan profesional padakategori diambang dan berkembang.Keterampilan konseling merupakan salah satudi dalam kompetensi profesional.

    Fakta yang kurang lebih sama jugaditemukan Lianawati (2017) dalam penelitiankualitatifnya pada guru BK/konselor sekolah.

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 55Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    PENDAHULUANGuru Bimbingan dan Konseling

    (BK)/konselor sekolah adalah salah satukomponen tenaga pendidik di lembagapendidikan. Selain sebagai pendidikprofesional, guru BK juga menjalankan profesipenolong yang profesional yaitu sebagaikonselor. Mengingat peran guru BK/konselorsekolah sebagai pendidik juga sebagaipenolong profesional maka tugas guruBK/konselor sekolah di sekolah sesungguhnyasangat penting dan besar, yaitu untukmemastikan peserta didik berkembangoptimal menjadi pribadi sehat dan sukses.

    Kesadaran akan pentingnya peran guruBK/konselor sekolah di sekolah tampak daripermintaan sekolah merekrut guruBK/konselor sekolah terus meningkat.Walaupun belum ada data pasti melalui risetberskala nasional, pada tahun 2017 mediamassa online Dutanew melansir beritatentang jumlah guru BK/konselor sekolah diIndonesia. Jumlah guru BK/konselor sekolahdi jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)dan sederajat serta Sekolah Menengah Atas(SMA) dan sederajat ada sekitar 52.700 guru.Dari jumlah tersebut tidak semua berlatarbelakang pendidikan bimbingan dan konseling.Relatif ada banyak guru BK/konselor sekolahhasil pengalihan dari sebelumnya guru bidangstudi. Jumlah guru BK/konselor sekolahtersebut ternyata belum mencukupikebutuhan di lapangan. Berdasarkan jumlahsiswa Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA,SMK serta MA) serta siswa SekolahMenengah Tingkat Pertama (SMP dan MTs),Indonesia idealnya memiliki 130.000 orangGuru BK/konselor sekolah untuk tingkat SMPdan SMA (dutanew.net, 2017).

    Seorang guru BK/konselor sekolah,layaknya sebagai pendidik profesional harusmemiliki empat kompetensi utama, yaitukompetensi pedagogi, profesional,kepribadian, dan sosial. Salah satu layananyang diberikan guru BK/konselor sekolah

    kepada siswa adalah layanan konseling. Untukmelaksanakan layanan tersebut, sebagai tenagapendidik dan penolong profesional guruBK/konselor sekolah harus menguasaiketerampilan-keterampilan konseling.

    Keterampilan konseling menjadi salahsatu komponen dari kompetensi profesionalyang sulit dipahami dan dikuasai oleh guruBK/konselor sekolah. Beberapa poinpengetahuan dan keterampilan konseling yangkurang dipahami oleh guru BK/konselorsekolah adalah bersikap terbuka, membuatpertanyaan terbuka yang empati,mendiagnosa, membantu siswa mendapatkanpemecahan masalah, dan lain sebagainnya(Hastuti dan Sinaga, 2016).

    Fakta lain di lapangan ditemukan olehKusmaryani (2010) dalam penelitiannya.Temuan penelitian ini menyebutkan bahwaketerampilan konseling masih belum dapatdikuasai dengan sepenuhnya oleh para guru.Konseling dilakukan dengan menggunakanketerampilan konseling yang sangat minim,bahkan tidak menggunakannya sama sekali.Selain itu, beberapa keterampilan seringkaliditafsirkan berbeda-beda, sehingga dalamprakteknya tidak sesuai antara satu denganyang lain. Data penelitian menunjukkan bahwadalam pelaksanaaan konseling selama ini hanyasebagian guru BK/konselor sekolah (47%)yang menggunakan keterampilan konselingsecara optimal. Sebagian guru BK/konselorsekolah yang lainnya (53%) belum dapatmenggunakan keterampilan konseling secaraoptimal. Wardhani dkk (2019) dalampeneltiannya juga menemukan fakta yangsama, yaitu sebanyak 54, 5 % guruBK/konselor di kota Bandung memilikikompetensi pedagogi dan profesional padakategori diambang dan berkembang.Keterampilan konseling merupakan salah satudi dalam kompetensi profesional.

    Fakta yang kurang lebih sama jugaditemukan Lianawati (2017) dalam penelitiankualitatifnya pada guru BK/konselor sekolah.

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 55Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    PENDAHULUANGuru Bimbingan dan Konseling

    (BK)/konselor sekolah adalah salah satukomponen tenaga pendidik di lembagapendidikan. Selain sebagai pendidikprofesional, guru BK juga menjalankan profesipenolong yang profesional yaitu sebagaikonselor. Mengingat peran guru BK/konselorsekolah sebagai pendidik juga sebagaipenolong profesional maka tugas guruBK/konselor sekolah di sekolah sesungguhnyasangat penting dan besar, yaitu untukmemastikan peserta didik berkembangoptimal menjadi pribadi sehat dan sukses.

    Kesadaran akan pentingnya peran guruBK/konselor sekolah di sekolah tampak daripermintaan sekolah merekrut guruBK/konselor sekolah terus meningkat.Walaupun belum ada data pasti melalui risetberskala nasional, pada tahun 2017 mediamassa online Dutanew melansir beritatentang jumlah guru BK/konselor sekolah diIndonesia. Jumlah guru BK/konselor sekolahdi jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)dan sederajat serta Sekolah Menengah Atas(SMA) dan sederajat ada sekitar 52.700 guru.Dari jumlah tersebut tidak semua berlatarbelakang pendidikan bimbingan dan konseling.Relatif ada banyak guru BK/konselor sekolahhasil pengalihan dari sebelumnya guru bidangstudi. Jumlah guru BK/konselor sekolahtersebut ternyata belum mencukupikebutuhan di lapangan. Berdasarkan jumlahsiswa Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA,SMK serta MA) serta siswa SekolahMenengah Tingkat Pertama (SMP dan MTs),Indonesia idealnya memiliki 130.000 orangGuru BK/konselor sekolah untuk tingkat SMPdan SMA (dutanew.net, 2017).

    Seorang guru BK/konselor sekolah,layaknya sebagai pendidik profesional harusmemiliki empat kompetensi utama, yaitukompetensi pedagogi, profesional,kepribadian, dan sosial. Salah satu layananyang diberikan guru BK/konselor sekolah

    kepada siswa adalah layanan konseling. Untukmelaksanakan layanan tersebut, sebagai tenagapendidik dan penolong profesional guruBK/konselor sekolah harus menguasaiketerampilan-keterampilan konseling.

    Keterampilan konseling menjadi salahsatu komponen dari kompetensi profesionalyang sulit dipahami dan dikuasai oleh guruBK/konselor sekolah. Beberapa poinpengetahuan dan keterampilan konseling yangkurang dipahami oleh guru BK/konselorsekolah adalah bersikap terbuka, membuatpertanyaan terbuka yang empati,mendiagnosa, membantu siswa mendapatkanpemecahan masalah, dan lain sebagainnya(Hastuti dan Sinaga, 2016).

    Fakta lain di lapangan ditemukan olehKusmaryani (2010) dalam penelitiannya.Temuan penelitian ini menyebutkan bahwaketerampilan konseling masih belum dapatdikuasai dengan sepenuhnya oleh para guru.Konseling dilakukan dengan menggunakanketerampilan konseling yang sangat minim,bahkan tidak menggunakannya sama sekali.Selain itu, beberapa keterampilan seringkaliditafsirkan berbeda-beda, sehingga dalamprakteknya tidak sesuai antara satu denganyang lain. Data penelitian menunjukkan bahwadalam pelaksanaaan konseling selama ini hanyasebagian guru BK/konselor sekolah (47%)yang menggunakan keterampilan konselingsecara optimal. Sebagian guru BK/konselorsekolah yang lainnya (53%) belum dapatmenggunakan keterampilan konseling secaraoptimal. Wardhani dkk (2019) dalampeneltiannya juga menemukan fakta yangsama, yaitu sebanyak 54, 5 % guruBK/konselor di kota Bandung memilikikompetensi pedagogi dan profesional padakategori diambang dan berkembang.Keterampilan konseling merupakan salah satudi dalam kompetensi profesional.

    Fakta yang kurang lebih sama jugaditemukan Lianawati (2017) dalam penelitiankualitatifnya pada guru BK/konselor sekolah.

  • Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 56Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    Dalam penelitian tersebut ditemukanbeberapa hasil observasi yaitu (1) tahapattending ini dilakukan dengan sangat singkattanpa melakukan runtutan kegiatan attendingdengan tepat sehingga proses konselinghampir seperti panggilan pada siswa yangbermasalah; (2) ketika mulai memasukikegiatan inti konseling, guru BK/konselorsekolah jarang sekali atau bahkan tidakmelakukan parafrase, tapi konselor lebihbanyak menggunakan keterampilan bertanyatentang permasalahan yang dialami konseli; (3)saat konseli menceritakan masalahnya, guruBK/konselor sekolah telah menggunakanketerampilan merefleksikan isi tapi kurangdalam merefleksikan perasaan; (4) guruBK/konselor sekolah kurang dapatmenggunakan strategi konseling dengan baik.Guru BK/konselor sekolah lebih banyakmenggunakan saran sebagai seorang guru agarkonseli dapat segera menyelesaikanmasalahnya; (5) pada tahap pengakhiran, guruBK/konselor sekolah hanya melakukan secarasederhana tanpa melakukan evaluasi,menyimpulkan dan melakukan tindak lanjutpada konseli.

    Gambaran yang kurang lebih sama jugaterjadi pada mahasiswa Program StudiBimbingan dan Konseling di beberapa LPTK diIndonesia. Penelitian Hidayah (2012)menemukan bahwa para mahasiswamenguasai degan baik teknik dan prosedurkonseling, namun ketika mereka dihadapkanpada konseling sesungguhnya, mereka masihmerasa was-was dan takut melakukankesalahan, ingin segera mengakhiri konseling,yang akhirnya berakibat pada kacaunya proseskonseling yang dilakukan.

    Penelitian Bustaman (2016) pada 205mahasiswa dan alumni Program StudiBimbingan dan Konseling di Aceh menemukanbahwa penguasaan konsep attending,questioning, observing dan responding masihbelum memuaskan. Masih banyak poin-poinkonsep yang hanya dipahami oleh sejumlah

    kecil peserta tes. Hal serupa juga ditemukanAnjar (2017) dalam penelitiaannya padamahasiswa Program Studi Bimbingan DanKonseling yaitu keterampilan dasar konselingmahasiswa Prodi BK pada semester VI diUniversitas Muhammadiyah Metro, masihtergolong sedang.

    Untuk meningkatkan kapasitas guruBK/konselor sekolah dalam penguasaankompetensinya sebagai guru dan penolongprofesional pemerintah melakukan berbagaiupaya melalui program-program pendidikandan pelatihan. Salah satu program pemerintahuntuk meningkatkan kompetensi para gurubimbingan dan konseling atau konselorsekolah adalah Pendidikan Profesi Guru(PPG). PPG merupakan amanah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Gurudan Dosen. Guru bimbingan dan konselingatau konselor sekolah sebagai salah satutenaga pendidik profesional wajib memilikikualifikasi akademik, kompetensi, sertifikatpendidik, sehat jasmani dan rohani, sertamemiliki kemampuan untuk mewujudkantujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru,sebagaimana dimaksud dalam undang-undangtersebut meliputi kompetensi pedagogik,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,dan kompetensi profesional yang diperolehmelalui pendidikan profesi. Berdasarkanundang-undang ini jelas bahwa untuk menjadiguru termasuk guru bimbingan dan konselingatau konselor sekolah, setiap orang harusmemiliki sertifikat pendidik. Sertifikat pendidikini bisa diperoleh melalui PPG, baik PPGDalam Jabatan (inservice training) atau PPGPrajabatan (preservice training). Program PPGadalah program pendidikan yangdiselenggarakan setelah program sarjana atausarjana terapan untuk mendapatkan sertifikatpendidik pada pendidikan anak usia dini jalurpendidikan formal, pendidikan dasar, dan/ataupendidikan menengah (PermenristekdiktiNomor 55, 2017).

    Guru BK/konselor sekolah peserta

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 56Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    Dalam penelitian tersebut ditemukanbeberapa hasil observasi yaitu (1) tahapattending ini dilakukan dengan sangat singkattanpa melakukan runtutan kegiatan attendingdengan tepat sehingga proses konselinghampir seperti panggilan pada siswa yangbermasalah; (2) ketika mulai memasukikegiatan inti konseling, guru BK/konselorsekolah jarang sekali atau bahkan tidakmelakukan parafrase, tapi konselor lebihbanyak menggunakan keterampilan bertanyatentang permasalahan yang dialami konseli; (3)saat konseli menceritakan masalahnya, guruBK/konselor sekolah telah menggunakanketerampilan merefleksikan isi tapi kurangdalam merefleksikan perasaan; (4) guruBK/konselor sekolah kurang dapatmenggunakan strategi konseling dengan baik.Guru BK/konselor sekolah lebih banyakmenggunakan saran sebagai seorang guru agarkonseli dapat segera menyelesaikanmasalahnya; (5) pada tahap pengakhiran, guruBK/konselor sekolah hanya melakukan secarasederhana tanpa melakukan evaluasi,menyimpulkan dan melakukan tindak lanjutpada konseli.

    Gambaran yang kurang lebih sama jugaterjadi pada mahasiswa Program StudiBimbingan dan Konseling di beberapa LPTK diIndonesia. Penelitian Hidayah (2012)menemukan bahwa para mahasiswamenguasai degan baik teknik dan prosedurkonseling, namun ketika mereka dihadapkanpada konseling sesungguhnya, mereka masihmerasa was-was dan takut melakukankesalahan, ingin segera mengakhiri konseling,yang akhirnya berakibat pada kacaunya proseskonseling yang dilakukan.

    Penelitian Bustaman (2016) pada 205mahasiswa dan alumni Program StudiBimbingan dan Konseling di Aceh menemukanbahwa penguasaan konsep attending,questioning, observing dan responding masihbelum memuaskan. Masih banyak poin-poinkonsep yang hanya dipahami oleh sejumlah

    kecil peserta tes. Hal serupa juga ditemukanAnjar (2017) dalam penelitiaannya padamahasiswa Program Studi Bimbingan DanKonseling yaitu keterampilan dasar konselingmahasiswa Prodi BK pada semester VI diUniversitas Muhammadiyah Metro, masihtergolong sedang.

    Untuk meningkatkan kapasitas guruBK/konselor sekolah dalam penguasaankompetensinya sebagai guru dan penolongprofesional pemerintah melakukan berbagaiupaya melalui program-program pendidikandan pelatihan. Salah satu program pemerintahuntuk meningkatkan kompetensi para gurubimbingan dan konseling atau konselorsekolah adalah Pendidikan Profesi Guru(PPG). PPG merupakan amanah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Gurudan Dosen. Guru bimbingan dan konselingatau konselor sekolah sebagai salah satutenaga pendidik profesional wajib memilikikualifikasi akademik, kompetensi, sertifikatpendidik, sehat jasmani dan rohani, sertamemiliki kemampuan untuk mewujudkantujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru,sebagaimana dimaksud dalam undang-undangtersebut meliputi kompetensi pedagogik,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,dan kompetensi profesional yang diperolehmelalui pendidikan profesi. Berdasarkanundang-undang ini jelas bahwa untuk menjadiguru termasuk guru bimbingan dan konselingatau konselor sekolah, setiap orang harusmemiliki sertifikat pendidik. Sertifikat pendidikini bisa diperoleh melalui PPG, baik PPGDalam Jabatan (inservice training) atau PPGPrajabatan (preservice training). Program PPGadalah program pendidikan yangdiselenggarakan setelah program sarjana atausarjana terapan untuk mendapatkan sertifikatpendidik pada pendidikan anak usia dini jalurpendidikan formal, pendidikan dasar, dan/ataupendidikan menengah (PermenristekdiktiNomor 55, 2017).

    Guru BK/konselor sekolah peserta

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 56Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    Dalam penelitian tersebut ditemukanbeberapa hasil observasi yaitu (1) tahapattending ini dilakukan dengan sangat singkattanpa melakukan runtutan kegiatan attendingdengan tepat sehingga proses konselinghampir seperti panggilan pada siswa yangbermasalah; (2) ketika mulai memasukikegiatan inti konseling, guru BK/konselorsekolah jarang sekali atau bahkan tidakmelakukan parafrase, tapi konselor lebihbanyak menggunakan keterampilan bertanyatentang permasalahan yang dialami konseli; (3)saat konseli menceritakan masalahnya, guruBK/konselor sekolah telah menggunakanketerampilan merefleksikan isi tapi kurangdalam merefleksikan perasaan; (4) guruBK/konselor sekolah kurang dapatmenggunakan strategi konseling dengan baik.Guru BK/konselor sekolah lebih banyakmenggunakan saran sebagai seorang guru agarkonseli dapat segera menyelesaikanmasalahnya; (5) pada tahap pengakhiran, guruBK/konselor sekolah hanya melakukan secarasederhana tanpa melakukan evaluasi,menyimpulkan dan melakukan tindak lanjutpada konseli.

    Gambaran yang kurang lebih sama jugaterjadi pada mahasiswa Program StudiBimbingan dan Konseling di beberapa LPTK diIndonesia. Penelitian Hidayah (2012)menemukan bahwa para mahasiswamenguasai degan baik teknik dan prosedurkonseling, namun ketika mereka dihadapkanpada konseling sesungguhnya, mereka masihmerasa was-was dan takut melakukankesalahan, ingin segera mengakhiri konseling,yang akhirnya berakibat pada kacaunya proseskonseling yang dilakukan.

    Penelitian Bustaman (2016) pada 205mahasiswa dan alumni Program StudiBimbingan dan Konseling di Aceh menemukanbahwa penguasaan konsep attending,questioning, observing dan responding masihbelum memuaskan. Masih banyak poin-poinkonsep yang hanya dipahami oleh sejumlah

    kecil peserta tes. Hal serupa juga ditemukanAnjar (2017) dalam penelitiaannya padamahasiswa Program Studi Bimbingan DanKonseling yaitu keterampilan dasar konselingmahasiswa Prodi BK pada semester VI diUniversitas Muhammadiyah Metro, masihtergolong sedang.

    Untuk meningkatkan kapasitas guruBK/konselor sekolah dalam penguasaankompetensinya sebagai guru dan penolongprofesional pemerintah melakukan berbagaiupaya melalui program-program pendidikandan pelatihan. Salah satu program pemerintahuntuk meningkatkan kompetensi para gurubimbingan dan konseling atau konselorsekolah adalah Pendidikan Profesi Guru(PPG). PPG merupakan amanah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Gurudan Dosen. Guru bimbingan dan konselingatau konselor sekolah sebagai salah satutenaga pendidik profesional wajib memilikikualifikasi akademik, kompetensi, sertifikatpendidik, sehat jasmani dan rohani, sertamemiliki kemampuan untuk mewujudkantujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru,sebagaimana dimaksud dalam undang-undangtersebut meliputi kompetensi pedagogik,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,dan kompetensi profesional yang diperolehmelalui pendidikan profesi. Berdasarkanundang-undang ini jelas bahwa untuk menjadiguru termasuk guru bimbingan dan konselingatau konselor sekolah, setiap orang harusmemiliki sertifikat pendidik. Sertifikat pendidikini bisa diperoleh melalui PPG, baik PPGDalam Jabatan (inservice training) atau PPGPrajabatan (preservice training). Program PPGadalah program pendidikan yangdiselenggarakan setelah program sarjana atausarjana terapan untuk mendapatkan sertifikatpendidik pada pendidikan anak usia dini jalurpendidikan formal, pendidikan dasar, dan/ataupendidikan menengah (PermenristekdiktiNomor 55, 2017).

    Guru BK/konselor sekolah peserta

  • Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 57Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    PPG disinyalir ada beberapa yang bukanberlatar belakang pendidikan sarjanapendidikan bidang bimbingan dan konselingsehingga kompetensi profesional mereka,secara khusus penguasaan pengetahuantentang konseling, dan keterampilan konselingberada pada kategori rendah. GuruBK/konselor yang belum menunjukkan jati dirisebagai konselor profesional, dan guruBK/konselor sekolah yang pendidikannyabukan berlatar belakang BK atau guru bidangstudi yang ditugaskan sebagai guru BK,menjadi dua hal yang menyebabkan layanankonseling di sekolah kurang dirasakanmanfaatnya oleh siswa (Fatchurahman, 2017).Walau demikian, belum ada data empiris hasilpenelitian tentang tingkat penguasaanketerampilan dasar konseling para guruBK/konselor sekolah peserta PPG. Tulisan iniakan mendeskripsikan secara empiris tingkatpenguasaan keterampilan dasar konseling guruBK/konselor sekolah peserta PPG. Di dalamtulisan ini juga akan diuraikan hasil analisisaspek-aspek keterampilan dasar konselingyang dikuasai oleh guru BK/konselor sekolah.

    Konseling adalah layanan bantuan yangdiberikan kepada individu yang membutuhkanbantuan oleh tenaga profesional.Keprofesionalan ditunjukkan denganpengetahuan khusus yang dimiliki seorangkonselor. Dengan pengetahuan khusustersebut seorang konselor menerapkan suatuteknik intelektual dalam suatu pertemuankhusus dengan orang lain yang bertujuan agarorang lain tersebut dapat lebih efektifmenghadapi dilema-dilema, pertentangan,yang merupakan ciri khas kondisi manusia(Mappiare, 2002).

    Banyak ahli telah mendefinisikankonseling. Dari definisi-definisi para ahlitersebut ada kesamaan-kesamaan menyangkutciri-ciri konseling, yaitu (1) konselingdilakukan oleh seorang konselor yangmempunyai kemampuan secara profesionaldalam menangani masalah-masalah yang

    berkaitan dengan keputusan-keputusanpribadi, sosial, karier dan belajar, sertamemahami proses-proses psikis maupundinamika perilaku pada diri konseli; (2)konseling melibatkan interaksi dan komunikasiantara dua orang yaitu konselor dan konselibaik secara langsung (bahasa verbal) maupunsecara tidak langsung (non verbal); (3)konseling bertujuan untuk membantu konseli;(4) Konseling merupakan proses yangdinamis; (5) konseling merupakan suatuproses belajar terutama bagi konseli untukmengembangkan perilaku baru dan membuatpilihan, keputusan sendiri (autonomous) kearah perubahan yang dikehendaki; dan (6) didalam konseling terdapat hubungan yangsaling menghargai dan menghormati sehinggatimbul saling kepercayaan, dengan kata lainkonselor menjamin kerahasiaan konseli(Mulawarman, 2017).

    Winkel dan Hastuti (2013)menempatkan dua aspek pokok dalamkonseling, yaitu proses dan pertemuan tatapmuka. Aspek proses menunjuk padaperubahan yang terjadi dalam diri konselisejak di datang ke sesi konseling sampai diaselesai sesi konseling. Aspek pertemuan tatapmuka menunjuk pada periode waktu konseliberhadapan muka dengan konselor sertaberwawancara dengan konselor mengenaimasalah yang dihadapinya. Nelson-Jones(2005) mengatakan ada empat hal yangterkandung di dalam definisi konseling, yaitu(1) konseling sebagai hubungan (relationship);(2) konseling sebagai repertoar intervensi(repertoire of interventions); (3) konselingsebagai proses psikologis (psychologicalprocess); dan (4) konseling terkait dengantujuan dan konseli (goal and clienteles).

    Sejalan dengan gagasan Winkel danHastuti (2013), serta Nelson-Jones (2005),Antony (2003) mengatakan: “counselling is aninterpersonal and collaborative process by whichone facilitates growth or change in another byadopting certain attitudes and employing certain

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 57Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    PPG disinyalir ada beberapa yang bukanberlatar belakang pendidikan sarjanapendidikan bidang bimbingan dan konselingsehingga kompetensi profesional mereka,secara khusus penguasaan pengetahuantentang konseling, dan keterampilan konselingberada pada kategori rendah. GuruBK/konselor yang belum menunjukkan jati dirisebagai konselor profesional, dan guruBK/konselor sekolah yang pendidikannyabukan berlatar belakang BK atau guru bidangstudi yang ditugaskan sebagai guru BK,menjadi dua hal yang menyebabkan layanankonseling di sekolah kurang dirasakanmanfaatnya oleh siswa (Fatchurahman, 2017).Walau demikian, belum ada data empiris hasilpenelitian tentang tingkat penguasaanketerampilan dasar konseling para guruBK/konselor sekolah peserta PPG. Tulisan iniakan mendeskripsikan secara empiris tingkatpenguasaan keterampilan dasar konseling guruBK/konselor sekolah peserta PPG. Di dalamtulisan ini juga akan diuraikan hasil analisisaspek-aspek keterampilan dasar konselingyang dikuasai oleh guru BK/konselor sekolah.

    Konseling adalah layanan bantuan yangdiberikan kepada individu yang membutuhkanbantuan oleh tenaga profesional.Keprofesionalan ditunjukkan denganpengetahuan khusus yang dimiliki seorangkonselor. Dengan pengetahuan khusustersebut seorang konselor menerapkan suatuteknik intelektual dalam suatu pertemuankhusus dengan orang lain yang bertujuan agarorang lain tersebut dapat lebih efektifmenghadapi dilema-dilema, pertentangan,yang merupakan ciri khas kondisi manusia(Mappiare, 2002).

    Banyak ahli telah mendefinisikankonseling. Dari definisi-definisi para ahlitersebut ada kesamaan-kesamaan menyangkutciri-ciri konseling, yaitu (1) konselingdilakukan oleh seorang konselor yangmempunyai kemampuan secara profesionaldalam menangani masalah-masalah yang

    berkaitan dengan keputusan-keputusanpribadi, sosial, karier dan belajar, sertamemahami proses-proses psikis maupundinamika perilaku pada diri konseli; (2)konseling melibatkan interaksi dan komunikasiantara dua orang yaitu konselor dan konselibaik secara langsung (bahasa verbal) maupunsecara tidak langsung (non verbal); (3)konseling bertujuan untuk membantu konseli;(4) Konseling merupakan proses yangdinamis; (5) konseling merupakan suatuproses belajar terutama bagi konseli untukmengembangkan perilaku baru dan membuatpilihan, keputusan sendiri (autonomous) kearah perubahan yang dikehendaki; dan (6) didalam konseling terdapat hubungan yangsaling menghargai dan menghormati sehinggatimbul saling kepercayaan, dengan kata lainkonselor menjamin kerahasiaan konseli(Mulawarman, 2017).

    Winkel dan Hastuti (2013)menempatkan dua aspek pokok dalamkonseling, yaitu proses dan pertemuan tatapmuka. Aspek proses menunjuk padaperubahan yang terjadi dalam diri konselisejak di datang ke sesi konseling sampai diaselesai sesi konseling. Aspek pertemuan tatapmuka menunjuk pada periode waktu konseliberhadapan muka dengan konselor sertaberwawancara dengan konselor mengenaimasalah yang dihadapinya. Nelson-Jones(2005) mengatakan ada empat hal yangterkandung di dalam definisi konseling, yaitu(1) konseling sebagai hubungan (relationship);(2) konseling sebagai repertoar intervensi(repertoire of interventions); (3) konselingsebagai proses psikologis (psychologicalprocess); dan (4) konseling terkait dengantujuan dan konseli (goal and clienteles).

    Sejalan dengan gagasan Winkel danHastuti (2013), serta Nelson-Jones (2005),Antony (2003) mengatakan: “counselling is aninterpersonal and collaborative process by whichone facilitates growth or change in another byadopting certain attitudes and employing certain

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 57Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    PPG disinyalir ada beberapa yang bukanberlatar belakang pendidikan sarjanapendidikan bidang bimbingan dan konselingsehingga kompetensi profesional mereka,secara khusus penguasaan pengetahuantentang konseling, dan keterampilan konselingberada pada kategori rendah. GuruBK/konselor yang belum menunjukkan jati dirisebagai konselor profesional, dan guruBK/konselor sekolah yang pendidikannyabukan berlatar belakang BK atau guru bidangstudi yang ditugaskan sebagai guru BK,menjadi dua hal yang menyebabkan layanankonseling di sekolah kurang dirasakanmanfaatnya oleh siswa (Fatchurahman, 2017).Walau demikian, belum ada data empiris hasilpenelitian tentang tingkat penguasaanketerampilan dasar konseling para guruBK/konselor sekolah peserta PPG. Tulisan iniakan mendeskripsikan secara empiris tingkatpenguasaan keterampilan dasar konseling guruBK/konselor sekolah peserta PPG. Di dalamtulisan ini juga akan diuraikan hasil analisisaspek-aspek keterampilan dasar konselingyang dikuasai oleh guru BK/konselor sekolah.

    Konseling adalah layanan bantuan yangdiberikan kepada individu yang membutuhkanbantuan oleh tenaga profesional.Keprofesionalan ditunjukkan denganpengetahuan khusus yang dimiliki seorangkonselor. Dengan pengetahuan khusustersebut seorang konselor menerapkan suatuteknik intelektual dalam suatu pertemuankhusus dengan orang lain yang bertujuan agarorang lain tersebut dapat lebih efektifmenghadapi dilema-dilema, pertentangan,yang merupakan ciri khas kondisi manusia(Mappiare, 2002).

    Banyak ahli telah mendefinisikankonseling. Dari definisi-definisi para ahlitersebut ada kesamaan-kesamaan menyangkutciri-ciri konseling, yaitu (1) konselingdilakukan oleh seorang konselor yangmempunyai kemampuan secara profesionaldalam menangani masalah-masalah yang

    berkaitan dengan keputusan-keputusanpribadi, sosial, karier dan belajar, sertamemahami proses-proses psikis maupundinamika perilaku pada diri konseli; (2)konseling melibatkan interaksi dan komunikasiantara dua orang yaitu konselor dan konselibaik secara langsung (bahasa verbal) maupunsecara tidak langsung (non verbal); (3)konseling bertujuan untuk membantu konseli;(4) Konseling merupakan proses yangdinamis; (5) konseling merupakan suatuproses belajar terutama bagi konseli untukmengembangkan perilaku baru dan membuatpilihan, keputusan sendiri (autonomous) kearah perubahan yang dikehendaki; dan (6) didalam konseling terdapat hubungan yangsaling menghargai dan menghormati sehinggatimbul saling kepercayaan, dengan kata lainkonselor menjamin kerahasiaan konseli(Mulawarman, 2017).

    Winkel dan Hastuti (2013)menempatkan dua aspek pokok dalamkonseling, yaitu proses dan pertemuan tatapmuka. Aspek proses menunjuk padaperubahan yang terjadi dalam diri konselisejak di datang ke sesi konseling sampai diaselesai sesi konseling. Aspek pertemuan tatapmuka menunjuk pada periode waktu konseliberhadapan muka dengan konselor sertaberwawancara dengan konselor mengenaimasalah yang dihadapinya. Nelson-Jones(2005) mengatakan ada empat hal yangterkandung di dalam definisi konseling, yaitu(1) konseling sebagai hubungan (relationship);(2) konseling sebagai repertoar intervensi(repertoire of interventions); (3) konselingsebagai proses psikologis (psychologicalprocess); dan (4) konseling terkait dengantujuan dan konseli (goal and clienteles).

    Sejalan dengan gagasan Winkel danHastuti (2013), serta Nelson-Jones (2005),Antony (2003) mengatakan: “counselling is aninterpersonal and collaborative process by whichone facilitates growth or change in another byadopting certain attitudes and employing certain

  • Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 58Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    skills appropriate to the context.”. Dari definisiyang diutarakan Antony terdapat kata-katakunci yang memiliki makna khusus. Katapertama adalah “interpersonal”. Kata inimenggambarkan bahwa konseling adalahhubungan antarpribadi. Hubungan dalamkonseling bernuansa menjunjung tinggihubungan manusia dan lebih khususkehangatan non-posesif yang lahir darikeaslian dan dipupuk oleh kepekaan terhadappikiran dan perasaan konseli. Kata keduaadalah “proses”. Kata “proses” menunjukkangerakan, dorongan maju, aliran, yang hadir didalam proses konseling. Kata ketiga adalah“kolaboratif”. Kata “kolaboratif” berartikonselor dan konselor bekerja bersama untukkeberhasilan konseling. Tanggung jawab adapada konselor dan konseli. Kata keempatadalah “memfasilitasi”. Kata ini menempatkanseluruh gambaran konseling dalam kontekskesetaraan, kemitraan kolaboratif yang diliputidengan rasa hormat yang luar biasa terhadaporang lain yang luar biasa. Kata kelima adalahpertumbuhan dan perubahan. Kata-kata“pertumbuhan” dan “perubahan” mengacupada tujuan konseling. Kata yang keenamadalah “sikap”. Kata “sikap” mengacu padaorientasi mental seseorang. Kata ketujuhadalah “keterampilan”. Kata “keterampilan”berarti keahlian, kemampuan atau fasilitasyang dipraktikkan dalam suatu tindakan ataumelakukan sesuatu. Kata yang terakhir adalah“konteks”. Kata ini menekankan bahwapenggunaan setiap keterampilan konselingharus sesuai dengan konteks isi, dan tahapankonseling.

    Ciri-ciri dan aspek-aspek tersebut diatas sejalan dengan konsep tenaga penolongprofesional menurut Cormier (2017), yangmengatakan bahwa penolong profesionalmembedakan diri mereka dari penolong yangbukan profesional tercermin dari gelar, peran,sekaligus tujuan profesi mereka. Selain itu diajuga menjelaskan bahwa penolong profesionalmelakukan praktek berbasis bukti dan riset

    tindakan. Guru BK/konselor sekolah sebagaipraktisi penolong profesional tentu terikatpada ciri-ciri tersebut di atas. Hartono danSoedarmadji (2013) menyatakan bahwaseorang konselor sebagai tenaga profesionalharus memiliki keterampilan (skill) yangmemadai dalam memberikan layanankonseling. Keterampilan yang harus dimilikiseorang konselor adalah memilikiketerampilan dalam melaksanakan sebuahproses konseling dari awal sampai akhir.

    Konseling sebagai salah satu layananprofesional oleh tenaga penolong profesionalmempunyai tujuan yang jelas, Tujuan umumlayanan konseling adalah terentasnya masalahyang dialami oleh konseli (Prayitno dan Amti,2004). Lebih lanjut Prayitno dan Amtimengemukakan tujuan khusus konseling kedalam 5 hal yakni fungsi pemahaman, fungsipengentasan, fungsipengembangan/pemeliharaan, fungsipencegahan dan fungsi advokasi. Kelima fungsikonseling tersebut secara langsung mengarahkepada dipenuhinya kualitas untukperikehidupan sehari-hari yang efektif(effective daily living). Tujuan konselingmenekankan pada orang yang dilayani(konseli) berhasil mengembangkan sikap sertatingkah laku yang memuaskan bagi dirinyasendiri dan bagi lingkungannya, serta berhasilmengatur kehidupannya sendiri secarabertanggungjawab (Winkel dan Hastuti,2013). Tujuan konseling juga dipahami untukmemfasilitasi konseli mengembangkanpotensinya, dan mampu mengatasi masalahsendiri, serta dapat menyesuaikan diri secarapositif (Willis, 2004). Sejalan dengan pendapatWillis, Nurihsan (2005) dan Tohirin (2008)mengatakan bahwa konseling adalah prosesbelajar yang bertujuan agar konseli dapatmengenal diri sendiri, lingkungannya,permasalahan yang dialami, kekuatan dankelemahan dirinya, dan menerima diri sendiriserta realistis dalam proses penyesuaiandengan lingkungannya sehingga konseli mampu

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 58Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    skills appropriate to the context.”. Dari definisiyang diutarakan Antony terdapat kata-katakunci yang memiliki makna khusus. Katapertama adalah “interpersonal”. Kata inimenggambarkan bahwa konseling adalahhubungan antarpribadi. Hubungan dalamkonseling bernuansa menjunjung tinggihubungan manusia dan lebih khususkehangatan non-posesif yang lahir darikeaslian dan dipupuk oleh kepekaan terhadappikiran dan perasaan konseli. Kata keduaadalah “proses”. Kata “proses” menunjukkangerakan, dorongan maju, aliran, yang hadir didalam proses konseling. Kata ketiga adalah“kolaboratif”. Kata “kolaboratif” berartikonselor dan konselor bekerja bersama untukkeberhasilan konseling. Tanggung jawab adapada konselor dan konseli. Kata keempatadalah “memfasilitasi”. Kata ini menempatkanseluruh gambaran konseling dalam kontekskesetaraan, kemitraan kolaboratif yang diliputidengan rasa hormat yang luar biasa terhadaporang lain yang luar biasa. Kata kelima adalahpertumbuhan dan perubahan. Kata-kata“pertumbuhan” dan “perubahan” mengacupada tujuan konseling. Kata yang keenamadalah “sikap”. Kata “sikap” mengacu padaorientasi mental seseorang. Kata ketujuhadalah “keterampilan”. Kata “keterampilan”berarti keahlian, kemampuan atau fasilitasyang dipraktikkan dalam suatu tindakan ataumelakukan sesuatu. Kata yang terakhir adalah“konteks”. Kata ini menekankan bahwapenggunaan setiap keterampilan konselingharus sesuai dengan konteks isi, dan tahapankonseling.

    Ciri-ciri dan aspek-aspek tersebut diatas sejalan dengan konsep tenaga penolongprofesional menurut Cormier (2017), yangmengatakan bahwa penolong profesionalmembedakan diri mereka dari penolong yangbukan profesional tercermin dari gelar, peran,sekaligus tujuan profesi mereka. Selain itu diajuga menjelaskan bahwa penolong profesionalmelakukan praktek berbasis bukti dan riset

    tindakan. Guru BK/konselor sekolah sebagaipraktisi penolong profesional tentu terikatpada ciri-ciri tersebut di atas. Hartono danSoedarmadji (2013) menyatakan bahwaseorang konselor sebagai tenaga profesionalharus memiliki keterampilan (skill) yangmemadai dalam memberikan layanankonseling. Keterampilan yang harus dimilikiseorang konselor adalah memilikiketerampilan dalam melaksanakan sebuahproses konseling dari awal sampai akhir.

    Konseling sebagai salah satu layananprofesional oleh tenaga penolong profesionalmempunyai tujuan yang jelas, Tujuan umumlayanan konseling adalah terentasnya masalahyang dialami oleh konseli (Prayitno dan Amti,2004). Lebih lanjut Prayitno dan Amtimengemukakan tujuan khusus konseling kedalam 5 hal yakni fungsi pemahaman, fungsipengentasan, fungsipengembangan/pemeliharaan, fungsipencegahan dan fungsi advokasi. Kelima fungsikonseling tersebut secara langsung mengarahkepada dipenuhinya kualitas untukperikehidupan sehari-hari yang efektif(effective daily living). Tujuan konselingmenekankan pada orang yang dilayani(konseli) berhasil mengembangkan sikap sertatingkah laku yang memuaskan bagi dirinyasendiri dan bagi lingkungannya, serta berhasilmengatur kehidupannya sendiri secarabertanggungjawab (Winkel dan Hastuti,2013). Tujuan konseling juga dipahami untukmemfasilitasi konseli mengembangkanpotensinya, dan mampu mengatasi masalahsendiri, serta dapat menyesuaikan diri secarapositif (Willis, 2004). Sejalan dengan pendapatWillis, Nurihsan (2005) dan Tohirin (2008)mengatakan bahwa konseling adalah prosesbelajar yang bertujuan agar konseli dapatmengenal diri sendiri, lingkungannya,permasalahan yang dialami, kekuatan dankelemahan dirinya, dan menerima diri sendiriserta realistis dalam proses penyesuaiandengan lingkungannya sehingga konseli mampu

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 58Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    skills appropriate to the context.”. Dari definisiyang diutarakan Antony terdapat kata-katakunci yang memiliki makna khusus. Katapertama adalah “interpersonal”. Kata inimenggambarkan bahwa konseling adalahhubungan antarpribadi. Hubungan dalamkonseling bernuansa menjunjung tinggihubungan manusia dan lebih khususkehangatan non-posesif yang lahir darikeaslian dan dipupuk oleh kepekaan terhadappikiran dan perasaan konseli. Kata keduaadalah “proses”. Kata “proses” menunjukkangerakan, dorongan maju, aliran, yang hadir didalam proses konseling. Kata ketiga adalah“kolaboratif”. Kata “kolaboratif” berartikonselor dan konselor bekerja bersama untukkeberhasilan konseling. Tanggung jawab adapada konselor dan konseli. Kata keempatadalah “memfasilitasi”. Kata ini menempatkanseluruh gambaran konseling dalam kontekskesetaraan, kemitraan kolaboratif yang diliputidengan rasa hormat yang luar biasa terhadaporang lain yang luar biasa. Kata kelima adalahpertumbuhan dan perubahan. Kata-kata“pertumbuhan” dan “perubahan” mengacupada tujuan konseling. Kata yang keenamadalah “sikap”. Kata “sikap” mengacu padaorientasi mental seseorang. Kata ketujuhadalah “keterampilan”. Kata “keterampilan”berarti keahlian, kemampuan atau fasilitasyang dipraktikkan dalam suatu tindakan ataumelakukan sesuatu. Kata yang terakhir adalah“konteks”. Kata ini menekankan bahwapenggunaan setiap keterampilan konselingharus sesuai dengan konteks isi, dan tahapankonseling.

    Ciri-ciri dan aspek-aspek tersebut diatas sejalan dengan konsep tenaga penolongprofesional menurut Cormier (2017), yangmengatakan bahwa penolong profesionalmembedakan diri mereka dari penolong yangbukan profesional tercermin dari gelar, peran,sekaligus tujuan profesi mereka. Selain itu diajuga menjelaskan bahwa penolong profesionalmelakukan praktek berbasis bukti dan riset

    tindakan. Guru BK/konselor sekolah sebagaipraktisi penolong profesional tentu terikatpada ciri-ciri tersebut di atas. Hartono danSoedarmadji (2013) menyatakan bahwaseorang konselor sebagai tenaga profesionalharus memiliki keterampilan (skill) yangmemadai dalam memberikan layanankonseling. Keterampilan yang harus dimilikiseorang konselor adalah memilikiketerampilan dalam melaksanakan sebuahproses konseling dari awal sampai akhir.

    Konseling sebagai salah satu layananprofesional oleh tenaga penolong profesionalmempunyai tujuan yang jelas, Tujuan umumlayanan konseling adalah terentasnya masalahyang dialami oleh konseli (Prayitno dan Amti,2004). Lebih lanjut Prayitno dan Amtimengemukakan tujuan khusus konseling kedalam 5 hal yakni fungsi pemahaman, fungsipengentasan, fungsipengembangan/pemeliharaan, fungsipencegahan dan fungsi advokasi. Kelima fungsikonseling tersebut secara langsung mengarahkepada dipenuhinya kualitas untukperikehidupan sehari-hari yang efektif(effective daily living). Tujuan konselingmenekankan pada orang yang dilayani(konseli) berhasil mengembangkan sikap sertatingkah laku yang memuaskan bagi dirinyasendiri dan bagi lingkungannya, serta berhasilmengatur kehidupannya sendiri secarabertanggungjawab (Winkel dan Hastuti,2013). Tujuan konseling juga dipahami untukmemfasilitasi konseli mengembangkanpotensinya, dan mampu mengatasi masalahsendiri, serta dapat menyesuaikan diri secarapositif (Willis, 2004). Sejalan dengan pendapatWillis, Nurihsan (2005) dan Tohirin (2008)mengatakan bahwa konseling adalah prosesbelajar yang bertujuan agar konseli dapatmengenal diri sendiri, lingkungannya,permasalahan yang dialami, kekuatan dankelemahan dirinya, dan menerima diri sendiriserta realistis dalam proses penyesuaiandengan lingkungannya sehingga konseli mampu

  • Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 59Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    mengatasi setiap masalahnya.Berdasarkan tujuan konseling yang telah

    dikemukakan, konseli diharapkan akanmenjadi individu yang mandiri dengan ciri-ciri:(1) mengenal diri dan lingkungan secara tepatdan objektif, (2) menerima diri sendiri danlingkungan secara positif dan dinamis, (3)mampu mengambil keputusan secara tepatdan bijaksana, (4) mengarahkan diri sesuaidengan keputusan yang diambil dan (5)mampu mengaktualisasikan diri secaraoptimal. Proses konseling merupakan relasiantara konselor dengan konseli yangbertujuan untuk mencapai tujuan konseli.Dengan kata lain tujuan konseling tidak lainadalah tujuan konseli itu sendiri. Jadi dapatdikatakan bahwa konseling peroranganbertujuan untuk nmengentaskan masalah yangdialami konseli. Berdasarkan paparan diatasdapat disimpulkan bahwa tujuan konselingindividu adalah pengentasan masalah konselidan mengarah kepada dipenuhinya kualitasuntuk kehidupan efektif sehari-hari konseli.

    Proses konseling berlangsung melaluiurutan fase atau tahap tertentu. Winkel danHastuti (2013) mengusulkan lima fase dalamkonseling, yaitu fase pembukaan. Pada fasepembukaan, konselor membangun hubunganantarpribadi dengan konseli yang baik, yangmemungkinkan pembicaraan terbuka danterarah dalam wawancara konseling. Fasekedua adalah fase penjelasan masalah. Padafase penjelasan masalah, konselimengemukakan hal yang ingin dibicarakandengan konselor sambal mengutarakansejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitandengan hal tersebut. Pada fase ini inisiatifberada pada di pihak konseli, sementara itukonselor menerima semua hal yangdiungkapkan konseli. Selain menerima semuahal yang diutarakan konseli apa adanya,konselor juga berusaha memantulkan pikirandan perasaan konseli dengan menggunakanberbagai teknik response konseling serpertirefleksi dan klarifikasi.

    Setelah penjelasan masalah, faseberikutnya adalah fase penggalian latarbelakang masalah. Pada fase ini, inisiatifbergeser ke pihak konselor. Masalah yangsudah dijelaskan secara singkat pada fasesebelumnya selanjutnya digali lebih dalam agarkonselor dan konseli mengetahui apa yangdibutuhkan dan mendapatkan gambaran yanglebih bulat dan utuh tentang keadaan dankebutuhan konseli. Fase berikutnya adalahfase penyelesaian masalah. Pada fase inikonselor dan konseli membahas bagaimanapersoalan dapat diatasi berdasarkan apa yangtelah digali pada fase analisis kasus. Untukmembantu konseli menemukan solusi atasmasalahnya, konselor menerapkan sistematikapenyelesaian masalah yang khas sesuai denganpendekatan konseling yang digunakan. Padafase inilah diharapkan terjadi perubahan padakonseli. Perubahana yang diharapkan adalahperubahan sikap dan pandangan serta rencanatindakan konkrit konseli. Sesi konselingkemudian diakhiri dengan fase penutup. Padafase ini konselor atau konseli menutup sesikonseling. Sesi konseling ditutup jika konselitelah merasa mantap dengan penyelesaianmasalah yang ditemukan bersama konselor.Fase penutup sebaiknya menggunakan bentukyang formal sehingga konselor dan konselimenyadari bahwa hubungan antarpiribaditelah selesai. Pada fase ini, inisiatif biasanyadiambil oleh konselor.

    Walaupun keterampilan-keterampilankonseling bukan yang utama, tetapi menjadisalah satu penentu keefektifan dankeberhasilan sesi konseling. Sebagai guruBK/konselor sekolah wajib menguasaiketerampilan dasar konseling. KeterampilanDasar Konseling (KDK) merupakanketerampilan konselor dalam menangkap ataumerespon pernyataan konseli dan meng-komunikasikannya kembali kepada konseli.Tujuan KDK adalah agar proses komunikasitersebut efektif dan efisien dan juga konselordapat menangkap atau merespon pernyataan

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 59Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    mengatasi setiap masalahnya.Berdasarkan tujuan konseling yang telah

    dikemukakan, konseli diharapkan akanmenjadi individu yang mandiri dengan ciri-ciri:(1) mengenal diri dan lingkungan secara tepatdan objektif, (2) menerima diri sendiri danlingkungan secara positif dan dinamis, (3)mampu mengambil keputusan secara tepatdan bijaksana, (4) mengarahkan diri sesuaidengan keputusan yang diambil dan (5)mampu mengaktualisasikan diri secaraoptimal. Proses konseling merupakan relasiantara konselor dengan konseli yangbertujuan untuk mencapai tujuan konseli.Dengan kata lain tujuan konseling tidak lainadalah tujuan konseli itu sendiri. Jadi dapatdikatakan bahwa konseling peroranganbertujuan untuk nmengentaskan masalah yangdialami konseli. Berdasarkan paparan diatasdapat disimpulkan bahwa tujuan konselingindividu adalah pengentasan masalah konselidan mengarah kepada dipenuhinya kualitasuntuk kehidupan efektif sehari-hari konseli.

    Proses konseling berlangsung melaluiurutan fase atau tahap tertentu. Winkel danHastuti (2013) mengusulkan lima fase dalamkonseling, yaitu fase pembukaan. Pada fasepembukaan, konselor membangun hubunganantarpribadi dengan konseli yang baik, yangmemungkinkan pembicaraan terbuka danterarah dalam wawancara konseling. Fasekedua adalah fase penjelasan masalah. Padafase penjelasan masalah, konselimengemukakan hal yang ingin dibicarakandengan konselor sambal mengutarakansejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitandengan hal tersebut. Pada fase ini inisiatifberada pada di pihak konseli, sementara itukonselor menerima semua hal yangdiungkapkan konseli. Selain menerima semuahal yang diutarakan konseli apa adanya,konselor juga berusaha memantulkan pikirandan perasaan konseli dengan menggunakanberbagai teknik response konseling serpertirefleksi dan klarifikasi.

    Setelah penjelasan masalah, faseberikutnya adalah fase penggalian latarbelakang masalah. Pada fase ini, inisiatifbergeser ke pihak konselor. Masalah yangsudah dijelaskan secara singkat pada fasesebelumnya selanjutnya digali lebih dalam agarkonselor dan konseli mengetahui apa yangdibutuhkan dan mendapatkan gambaran yanglebih bulat dan utuh tentang keadaan dankebutuhan konseli. Fase berikutnya adalahfase penyelesaian masalah. Pada fase inikonselor dan konseli membahas bagaimanapersoalan dapat diatasi berdasarkan apa yangtelah digali pada fase analisis kasus. Untukmembantu konseli menemukan solusi atasmasalahnya, konselor menerapkan sistematikapenyelesaian masalah yang khas sesuai denganpendekatan konseling yang digunakan. Padafase inilah diharapkan terjadi perubahan padakonseli. Perubahana yang diharapkan adalahperubahan sikap dan pandangan serta rencanatindakan konkrit konseli. Sesi konselingkemudian diakhiri dengan fase penutup. Padafase ini konselor atau konseli menutup sesikonseling. Sesi konseling ditutup jika konselitelah merasa mantap dengan penyelesaianmasalah yang ditemukan bersama konselor.Fase penutup sebaiknya menggunakan bentukyang formal sehingga konselor dan konselimenyadari bahwa hubungan antarpiribaditelah selesai. Pada fase ini, inisiatif biasanyadiambil oleh konselor.

    Walaupun keterampilan-keterampilankonseling bukan yang utama, tetapi menjadisalah satu penentu keefektifan dankeberhasilan sesi konseling. Sebagai guruBK/konselor sekolah wajib menguasaiketerampilan dasar konseling. KeterampilanDasar Konseling (KDK) merupakanketerampilan konselor dalam menangkap ataumerespon pernyataan konseli dan meng-komunikasikannya kembali kepada konseli.Tujuan KDK adalah agar proses komunikasitersebut efektif dan efisien dan juga konselordapat menangkap atau merespon pernyataan

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 59Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    mengatasi setiap masalahnya.Berdasarkan tujuan konseling yang telah

    dikemukakan, konseli diharapkan akanmenjadi individu yang mandiri dengan ciri-ciri:(1) mengenal diri dan lingkungan secara tepatdan objektif, (2) menerima diri sendiri danlingkungan secara positif dan dinamis, (3)mampu mengambil keputusan secara tepatdan bijaksana, (4) mengarahkan diri sesuaidengan keputusan yang diambil dan (5)mampu mengaktualisasikan diri secaraoptimal. Proses konseling merupakan relasiantara konselor dengan konseli yangbertujuan untuk mencapai tujuan konseli.Dengan kata lain tujuan konseling tidak lainadalah tujuan konseli itu sendiri. Jadi dapatdikatakan bahwa konseling peroranganbertujuan untuk nmengentaskan masalah yangdialami konseli. Berdasarkan paparan diatasdapat disimpulkan bahwa tujuan konselingindividu adalah pengentasan masalah konselidan mengarah kepada dipenuhinya kualitasuntuk kehidupan efektif sehari-hari konseli.

    Proses konseling berlangsung melaluiurutan fase atau tahap tertentu. Winkel danHastuti (2013) mengusulkan lima fase dalamkonseling, yaitu fase pembukaan. Pada fasepembukaan, konselor membangun hubunganantarpribadi dengan konseli yang baik, yangmemungkinkan pembicaraan terbuka danterarah dalam wawancara konseling. Fasekedua adalah fase penjelasan masalah. Padafase penjelasan masalah, konselimengemukakan hal yang ingin dibicarakandengan konselor sambal mengutarakansejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitandengan hal tersebut. Pada fase ini inisiatifberada pada di pihak konseli, sementara itukonselor menerima semua hal yangdiungkapkan konseli. Selain menerima semuahal yang diutarakan konseli apa adanya,konselor juga berusaha memantulkan pikirandan perasaan konseli dengan menggunakanberbagai teknik response konseling serpertirefleksi dan klarifikasi.

    Setelah penjelasan masalah, faseberikutnya adalah fase penggalian latarbelakang masalah. Pada fase ini, inisiatifbergeser ke pihak konselor. Masalah yangsudah dijelaskan secara singkat pada fasesebelumnya selanjutnya digali lebih dalam agarkonselor dan konseli mengetahui apa yangdibutuhkan dan mendapatkan gambaran yanglebih bulat dan utuh tentang keadaan dankebutuhan konseli. Fase berikutnya adalahfase penyelesaian masalah. Pada fase inikonselor dan konseli membahas bagaimanapersoalan dapat diatasi berdasarkan apa yangtelah digali pada fase analisis kasus. Untukmembantu konseli menemukan solusi atasmasalahnya, konselor menerapkan sistematikapenyelesaian masalah yang khas sesuai denganpendekatan konseling yang digunakan. Padafase inilah diharapkan terjadi perubahan padakonseli. Perubahana yang diharapkan adalahperubahan sikap dan pandangan serta rencanatindakan konkrit konseli. Sesi konselingkemudian diakhiri dengan fase penutup. Padafase ini konselor atau konseli menutup sesikonseling. Sesi konseling ditutup jika konselitelah merasa mantap dengan penyelesaianmasalah yang ditemukan bersama konselor.Fase penutup sebaiknya menggunakan bentukyang formal sehingga konselor dan konselimenyadari bahwa hubungan antarpiribaditelah selesai. Pada fase ini, inisiatif biasanyadiambil oleh konselor.

    Walaupun keterampilan-keterampilankonseling bukan yang utama, tetapi menjadisalah satu penentu keefektifan dankeberhasilan sesi konseling. Sebagai guruBK/konselor sekolah wajib menguasaiketerampilan dasar konseling. KeterampilanDasar Konseling (KDK) merupakanketerampilan konselor dalam menangkap ataumerespon pernyataan konseli dan meng-komunikasikannya kembali kepada konseli.Tujuan KDK adalah agar proses komunikasitersebut efektif dan efisien dan juga konselordapat menangkap atau merespon pernyataan

  • Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 60Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    konseli dan mengkomunikasikannya kembalikepada konseli tersebut (Supriyo danMulawarman, 2006). Apabila konselor tidakmampu menerapkan KDK dengan baik danbenar maka konseling tidak akan berjalanlancar dan tidak berhasil.

    Lebih lanjut Supriyo dan Mulawarman(2006) menjelaskan bahwa dalamberkomunikasi dengan konseli, konselorseharusnya menggunakan respon-respon yangfasilitatif bagi pencapaian tujuan konseling.Carkhuff (2011) merumuskan limaketerampilan dasar konseling, yaitu perhatian(attending), respon (responding), personalisasi(personalizing), dan inisiasi (initiating).

    Secara ringkas, masing-masingketerampilan dasar konseling tersebut dapatdijelaskan sebagai berikut. Pertama,perhatian (attending). Perhatian (attending)adalah keterampilan konselor memusatkanperhatian kepada konseli. Guru BK/konselorsekolah menerima konseli denganmemberikan perhatian penuh kepada konseli(Kusmaryani, Izzaty, & Triyanto, 2014).Keterampilan bertujuan agar konseli merasadihargai dan terbina suasana yang kondusifsehingga konseli bebas mengekspresikanmengungkapkan tentang apa saja yang adadalam pikiran, perasaan ataupun tingkahlakunya. Perilaku attending dapat jugadikatakan sebagai penampilan konselor yangmenampakkan komponen-komponen perilakunonverbal, bahasa lisan, dan kontak mata(Willis, 2004)

    Kedua, tanggapan (responding).Memberikan respon atau tanggapan(responding) merupakan keterampilanmenfasilitasi konseli mengeksplorasi dirinya.Carkhuff (2011) membagi keterampilan inimenjadi tiga sub, yaitu (1) keterampilanmerespon isi (responding to content); (2)keterampilan merespon perasaan (respondingto feelings); dan (3) keterampilan meresponmakna (responding to meaning). Fondasi dariketerampilan merespon konseli adalah

    mendengarkan. Mendengarkan merupakan intidari memahami konseli. Denganmendengarkan, konselor memahami konselidan keprihatinan mereka, dan meresponmereka dengan cara yang konstruktif (Egan,2014). Mendengarkan tidak hanya sekedarmenerima suara tetapi sebanyak mungkin,secara akurat memahami artinya, danmenunjukkan bahwa kita memahaminya(Nelson-Jones, 2005).

    Ketiga, personalisasi (personalizing).Personalisasi merupakan keterampilanmenfasilitasi konseli memahami dirinya(Carkhuff, 2011). Dalam praktik konseling,personalisasi menekankan prosesmenginternalisasi pengalaman-pengalamanyang membuat konseli menjadi manusiaseutuhnya. Dengan kata lain, konseli menjadimanusia saat konseli menginternalisasi semuapemahaman tentang dirinya sendiri. Konselimenjadi tahu dan paham tentang dirinya.Lebih lanjut, Carkhuff membagi keterampilanini menjadi tiga sub keterampilan, yaitu (1)personalisasi makan (personalizing meaning);(2) personalisasi masalah (personalizingproblems); dan (3) Personalisasi tujuan(personalizing goals).

    Keempat, inisiasi (initiating).Keterampilan inisiasi merupakan keterampilanmenfasilitasi konseli melakukan aksi untukmencapai tujuan yang konseli rumuskan dalamtahap personalisasi. Menurut Carkhuff (2011)ada empat sub keterampilan inisiasi, yaitu (1)menentukan tujuan (defining goals); (2)menggambarkan program aksi (delineatingaction programs); (3) membuat jadwal waktu(creating time schedules); (4) memantapkanpenguatan-penguatan (establishingreinforcement); (5) persiapan untukmenerapkan langkah-langkah aksi (preparing toimplement action steps); dan (6) merencanakanlangkah-langkah aksi (planning check-steps).

    Menjadi guru BK/konselor sekolahsebagaimana layaknya koselor yangprofesional harus menggunakan keterampilan-

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 60Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    konseli dan mengkomunikasikannya kembalikepada konseli tersebut (Supriyo danMulawarman, 2006). Apabila konselor tidakmampu menerapkan KDK dengan baik danbenar maka konseling tidak akan berjalanlancar dan tidak berhasil.

    Lebih lanjut Supriyo dan Mulawarman(2006) menjelaskan bahwa dalamberkomunikasi dengan konseli, konselorseharusnya menggunakan respon-respon yangfasilitatif bagi pencapaian tujuan konseling.Carkhuff (2011) merumuskan limaketerampilan dasar konseling, yaitu perhatian(attending), respon (responding), personalisasi(personalizing), dan inisiasi (initiating).

    Secara ringkas, masing-masingketerampilan dasar konseling tersebut dapatdijelaskan sebagai berikut. Pertama,perhatian (attending). Perhatian (attending)adalah keterampilan konselor memusatkanperhatian kepada konseli. Guru BK/konselorsekolah menerima konseli denganmemberikan perhatian penuh kepada konseli(Kusmaryani, Izzaty, & Triyanto, 2014).Keterampilan bertujuan agar konseli merasadihargai dan terbina suasana yang kondusifsehingga konseli bebas mengekspresikanmengungkapkan tentang apa saja yang adadalam pikiran, perasaan ataupun tingkahlakunya. Perilaku attending dapat jugadikatakan sebagai penampilan konselor yangmenampakkan komponen-komponen perilakunonverbal, bahasa lisan, dan kontak mata(Willis, 2004)

    Kedua, tanggapan (responding).Memberikan respon atau tanggapan(responding) merupakan keterampilanmenfasilitasi konseli mengeksplorasi dirinya.Carkhuff (2011) membagi keterampilan inimenjadi tiga sub, yaitu (1) keterampilanmerespon isi (responding to content); (2)keterampilan merespon perasaan (respondingto feelings); dan (3) keterampilan meresponmakna (responding to meaning). Fondasi dariketerampilan merespon konseli adalah

    mendengarkan. Mendengarkan merupakan intidari memahami konseli. Denganmendengarkan, konselor memahami konselidan keprihatinan mereka, dan meresponmereka dengan cara yang konstruktif (Egan,2014). Mendengarkan tidak hanya sekedarmenerima suara tetapi sebanyak mungkin,secara akurat memahami artinya, danmenunjukkan bahwa kita memahaminya(Nelson-Jones, 2005).

    Ketiga, personalisasi (personalizing).Personalisasi merupakan keterampilanmenfasilitasi konseli memahami dirinya(Carkhuff, 2011). Dalam praktik konseling,personalisasi menekankan prosesmenginternalisasi pengalaman-pengalamanyang membuat konseli menjadi manusiaseutuhnya. Dengan kata lain, konseli menjadimanusia saat konseli menginternalisasi semuapemahaman tentang dirinya sendiri. Konselimenjadi tahu dan paham tentang dirinya.Lebih lanjut, Carkhuff membagi keterampilanini menjadi tiga sub keterampilan, yaitu (1)personalisasi makan (personalizing meaning);(2) personalisasi masalah (personalizingproblems); dan (3) Personalisasi tujuan(personalizing goals).

    Keempat, inisiasi (initiating).Keterampilan inisiasi merupakan keterampilanmenfasilitasi konseli melakukan aksi untukmencapai tujuan yang konseli rumuskan dalamtahap personalisasi. Menurut Carkhuff (2011)ada empat sub keterampilan inisiasi, yaitu (1)menentukan tujuan (defining goals); (2)menggambarkan program aksi (delineatingaction programs); (3) membuat jadwal waktu(creating time schedules); (4) memantapkanpenguatan-penguatan (establishingreinforcement); (5) persiapan untukmenerapkan langkah-langkah aksi (preparing toimplement action steps); dan (6) merencanakanlangkah-langkah aksi (planning check-steps).

    Menjadi guru BK/konselor sekolahsebagaimana layaknya koselor yangprofesional harus menggunakan keterampilan-

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 60Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    konseli dan mengkomunikasikannya kembalikepada konseli tersebut (Supriyo danMulawarman, 2006). Apabila konselor tidakmampu menerapkan KDK dengan baik danbenar maka konseling tidak akan berjalanlancar dan tidak berhasil.

    Lebih lanjut Supriyo dan Mulawarman(2006) menjelaskan bahwa dalamberkomunikasi dengan konseli, konselorseharusnya menggunakan respon-respon yangfasilitatif bagi pencapaian tujuan konseling.Carkhuff (2011) merumuskan limaketerampilan dasar konseling, yaitu perhatian(attending), respon (responding), personalisasi(personalizing), dan inisiasi (initiating).

    Secara ringkas, masing-masingketerampilan dasar konseling tersebut dapatdijelaskan sebagai berikut. Pertama,perhatian (attending). Perhatian (attending)adalah keterampilan konselor memusatkanperhatian kepada konseli. Guru BK/konselorsekolah menerima konseli denganmemberikan perhatian penuh kepada konseli(Kusmaryani, Izzaty, & Triyanto, 2014).Keterampilan bertujuan agar konseli merasadihargai dan terbina suasana yang kondusifsehingga konseli bebas mengekspresikanmengungkapkan tentang apa saja yang adadalam pikiran, perasaan ataupun tingkahlakunya. Perilaku attending dapat jugadikatakan sebagai penampilan konselor yangmenampakkan komponen-komponen perilakunonverbal, bahasa lisan, dan kontak mata(Willis, 2004)

    Kedua, tanggapan (responding).Memberikan respon atau tanggapan(responding) merupakan keterampilanmenfasilitasi konseli mengeksplorasi dirinya.Carkhuff (2011) membagi keterampilan inimenjadi tiga sub, yaitu (1) keterampilanmerespon isi (responding to content); (2)keterampilan merespon perasaan (respondingto feelings); dan (3) keterampilan meresponmakna (responding to meaning). Fondasi dariketerampilan merespon konseli adalah

    mendengarkan. Mendengarkan merupakan intidari memahami konseli. Denganmendengarkan, konselor memahami konselidan keprihatinan mereka, dan meresponmereka dengan cara yang konstruktif (Egan,2014). Mendengarkan tidak hanya sekedarmenerima suara tetapi sebanyak mungkin,secara akurat memahami artinya, danmenunjukkan bahwa kita memahaminya(Nelson-Jones, 2005).

    Ketiga, personalisasi (personalizing).Personalisasi merupakan keterampilanmenfasilitasi konseli memahami dirinya(Carkhuff, 2011). Dalam praktik konseling,personalisasi menekankan prosesmenginternalisasi pengalaman-pengalamanyang membuat konseli menjadi manusiaseutuhnya. Dengan kata lain, konseli menjadimanusia saat konseli menginternalisasi semuapemahaman tentang dirinya sendiri. Konselimenjadi tahu dan paham tentang dirinya.Lebih lanjut, Carkhuff membagi keterampilanini menjadi tiga sub keterampilan, yaitu (1)personalisasi makan (personalizing meaning);(2) personalisasi masalah (personalizingproblems); dan (3) Personalisasi tujuan(personalizing goals).

    Keempat, inisiasi (initiating).Keterampilan inisiasi merupakan keterampilanmenfasilitasi konseli melakukan aksi untukmencapai tujuan yang konseli rumuskan dalamtahap personalisasi. Menurut Carkhuff (2011)ada empat sub keterampilan inisiasi, yaitu (1)menentukan tujuan (defining goals); (2)menggambarkan program aksi (delineatingaction programs); (3) membuat jadwal waktu(creating time schedules); (4) memantapkanpenguatan-penguatan (establishingreinforcement); (5) persiapan untukmenerapkan langkah-langkah aksi (preparing toimplement action steps); dan (6) merencanakanlangkah-langkah aksi (planning check-steps).

    Menjadi guru BK/konselor sekolahsebagaimana layaknya koselor yangprofesional harus menggunakan keterampilan-

  • Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 61Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    keterampilan menolong untuk membantukonseli menyelesaikan masalahnya danmencapai tujuan dalam hidupnya. Untukmenjadi konselor yang produktif menurutCarkhuff (2011) harus melakukan hal-halberikut: (1) memantabkan tujuan yangproduktif; (2) mengumpulkan data tugas-tugaskontekstual yang dibutuhkan untuk mencapaitujuan; (3) menspesifikasi tujuan keterampilanyang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas; (4) mengembangkan tahap-tahapketerampilan yang dibutuhkan untuk mencapaitujuan; dan (5) mendeliveri proses yangdibutuhkan untuk belajar tahap-tahapanketerampilan. Konsep tersebut digambarkanoleh Carkhuff sebagai berikut.

    Gambar 1: Proses Menjadi Konselor yang

    Produktif (Carhuff, 2011)

    Dari gambar tersebut di atas tampakbahwa untuk dapat menjadi konselor yangproduktif, seorang konselor harus dapatmembantu orang lain (konseli) mencapaitujuannnya. Untuk mencapai tujuan tersebutseorang konselor harus bekerja dengan oranglain dalam proses konseling. Untuk membantukonseli secara efektif dan produktif, seorangkonselor harus memahi konteks konseli,tujuan konseli dan isi dari proses konseling.Konteks, tujuan, dan isi dapat dipahamikonselor dengan baik jika dia menggunakanketerampilan-keterampilan dasar konseling.

    Seorang guru BK/konselor sekolahdinyatakan dapat memberikan layanankonseling kepada siswa jika sudahmenyelesaikan pendidikan sarjana pendidikanbidang bimbingan dan konseling. Bimbingandan konseling sebagai layanan profesionalpada satuan pendidikan dilakukan oleh tenagapendidik profesional yaitu Konselor atauGuru BK. Disebut konselor jika seseorangyang berkualifikasi akademik SarjanaPendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dankonseling, dan telah lulus Pendidikan ProfesiGuru Bimbingan dan Konseling/ Konselor.Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidangbimbingan dan konseling yang dihasilkanLembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan(LPTK) dapat ditugasi sebagai Guru Bimbingandan Konseling untuk menyelenggarakanlayanan bimbingan dan konseling pada satuanpendidikan (Permendikbud Nomor 111,2014). Dalam hal ini, profesi guru BK dankonselor dibedakan dengan tegas. Guru BKadalah pendidik yang berkualifikasi akademikminimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidangBimbingan dan Konseling dan memilikikompetensi di bidang Bimbingan danKonseling. Sementara itu, konselor dipahamisebagai pendidik profesional yangberkualifikasi akademik minimal SarjanaPendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan danKonseling dan telah lulus Pendidikan ProfesiGuru Bimbingan dan Konseling/Konselor.Dalam konteks Indonesia, guru BK yangbelum mendapat pendidikan profesi gurubimbingan dan konseling tetap dapatmenjalankan layanan bimbingan dan konselingkarena mereka telah memiliki kualifikasiakademik minimal.

    Guru Bimbingan dan Konseling yangbertugas pada satuan pendidikan tetapi belummemiliki kualifikasi akademik dan kompetensiyang ditentukan, secara bertahap ditingkatkankualifikasi akademik dan kompetensinyasehingga mencapai standar yang ditentukansebagaimana yang diatur dalam Permendiknas

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 61Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    keterampilan menolong untuk membantukonseli menyelesaikan masalahnya danmencapai tujuan dalam hidupnya. Untukmenjadi konselor yang produktif menurutCarkhuff (2011) harus melakukan hal-halberikut: (1) memantabkan tujuan yangproduktif; (2) mengumpulkan data tugas-tugaskontekstual yang dibutuhkan untuk mencapaitujuan; (3) menspesifikasi tujuan keterampilanyang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas; (4) mengembangkan tahap-tahapketerampilan yang dibutuhkan untuk mencapaitujuan; dan (5) mendeliveri proses yangdibutuhkan untuk belajar tahap-tahapanketerampilan. Konsep tersebut digambarkanoleh Carkhuff sebagai berikut.

    Gambar 1: Proses Menjadi Konselor yang

    Produktif (Carhuff, 2011)

    Dari gambar tersebut di atas tampakbahwa untuk dapat menjadi konselor yangproduktif, seorang konselor harus dapatmembantu orang lain (konseli) mencapaitujuannnya. Untuk mencapai tujuan tersebutseorang konselor harus bekerja dengan oranglain dalam proses konseling. Untuk membantukonseli secara efektif dan produktif, seorangkonselor harus memahi konteks konseli,tujuan konseli dan isi dari proses konseling.Konteks, tujuan, dan isi dapat dipahamikonselor dengan baik jika dia menggunakanketerampilan-keterampilan dasar konseling.

    Seorang guru BK/konselor sekolahdinyatakan dapat memberikan layanankonseling kepada siswa jika sudahmenyelesaikan pendidikan sarjana pendidikanbidang bimbingan dan konseling. Bimbingandan konseling sebagai layanan profesionalpada satuan pendidikan dilakukan oleh tenagapendidik profesional yaitu Konselor atauGuru BK. Disebut konselor jika seseorangyang berkualifikasi akademik SarjanaPendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dankonseling, dan telah lulus Pendidikan ProfesiGuru Bimbingan dan Konseling/ Konselor.Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidangbimbingan dan konseling yang dihasilkanLembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan(LPTK) dapat ditugasi sebagai Guru Bimbingandan Konseling untuk menyelenggarakanlayanan bimbingan dan konseling pada satuanpendidikan (Permendikbud Nomor 111,2014). Dalam hal ini, profesi guru BK dankonselor dibedakan dengan tegas. Guru BKadalah pendidik yang berkualifikasi akademikminimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidangBimbingan dan Konseling dan memilikikompetensi di bidang Bimbingan danKonseling. Sementara itu, konselor dipahamisebagai pendidik profesional yangberkualifikasi akademik minimal SarjanaPendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan danKonseling dan telah lulus Pendidikan ProfesiGuru Bimbingan dan Konseling/Konselor.Dalam konteks Indonesia, guru BK yangbelum mendapat pendidikan profesi gurubimbingan dan konseling tetap dapatmenjalankan layanan bimbingan dan konselingkarena mereka telah memiliki kualifikasiakademik minimal.

    Guru Bimbingan dan Konseling yangbertugas pada satuan pendidikan tetapi belummemiliki kualifikasi akademik dan kompetensiyang ditentukan, secara bertahap ditingkatkankualifikasi akademik dan kompetensinyasehingga mencapai standar yang ditentukansebagaimana yang diatur dalam Permendiknas

    Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 61Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    keterampilan menolong untuk membantukonseli menyelesaikan masalahnya danmencapai tujuan dalam hidupnya. Untukmenjadi konselor yang produktif menurutCarkhuff (2011) harus melakukan hal-halberikut: (1) memantabkan tujuan yangproduktif; (2) mengumpulkan data tugas-tugaskontekstual yang dibutuhkan untuk mencapaitujuan; (3) menspesifikasi tujuan keterampilanyang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas; (4) mengembangkan tahap-tahapketerampilan yang dibutuhkan untuk mencapaitujuan; dan (5) mendeliveri proses yangdibutuhkan untuk belajar tahap-tahapanketerampilan. Konsep tersebut digambarkanoleh Carkhuff sebagai berikut.

    Gambar 1: Proses Menjadi Konselor yang

    Produktif (Carhuff, 2011)

    Dari gambar tersebut di atas tampakbahwa untuk dapat menjadi konselor yangproduktif, seorang konselor harus dapatmembantu orang lain (konseli) mencapaitujuannnya. Untuk mencapai tujuan tersebutseorang konselor harus bekerja dengan oranglain dalam proses konseling. Untuk membantukonseli secara efektif dan produktif, seorangkonselor harus memahi konteks konseli,tujuan konseli dan isi dari proses konseling.Konteks, tujuan, dan isi dapat dipahamikonselor dengan baik jika dia menggunakanketerampilan-keterampilan dasar konseling.

    Seorang guru BK/konselor sekolahdinyatakan dapat memberikan layanankonseling kepada siswa jika sudahmenyelesaikan pendidikan sarjana pendidikanbidang bimbingan dan konseling. Bimbingandan konseling sebagai layanan profesionalpada satuan pendidikan dilakukan oleh tenagapendidik profesional yaitu Konselor atauGuru BK. Disebut konselor jika seseorangyang berkualifikasi akademik SarjanaPendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dankonseling, dan telah lulus Pendidikan ProfesiGuru Bimbingan dan Konseling/ Konselor.Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidangbimbingan dan konseling yang dihasilkanLembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan(LPTK) dapat ditugasi sebagai Guru Bimbingandan Konseling untuk menyelenggarakanlayanan bimbingan dan konseling pada satuanpendidikan (Permendikbud Nomor 111,2014). Dalam hal ini, profesi guru BK dankonselor dibedakan dengan tegas. Guru BKadalah pendidik yang berkualifikasi akademikminimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidangBimbingan dan Konseling dan memilikikompetensi di bidang Bimbingan danKonseling. Sementara itu, konselor dipahamisebagai pendidik profesional yangberkualifikasi akademik minimal SarjanaPendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan danKonseling dan telah lulus Pendidikan ProfesiGuru Bimbingan dan Konseling/Konselor.Dalam konteks Indonesia, guru BK yangbelum mendapat pendidikan profesi gurubimbingan dan konseling tetap dapatmenjalankan layanan bimbingan dan konselingkarena mereka telah memiliki kualifikasiakademik minimal.

    Guru Bimbingan dan Konseling yangbertugas pada satuan pendidikan tetapi belummemiliki kualifikasi akademik dan kompetensiyang ditentukan, secara bertahap ditingkatkankualifikasi akademik dan kompetensinyasehingga mencapai standar yang ditentukansebagaimana yang diatur dalam Permendiknas

  • Jurnal Bimbingan dan Konseling

    Juster Donal Sinaga 62Issn :2460-7274E-Issn :26858045

    Nomor 27 Tahun 2008 tentang StandarKualifikasi Akademik dan KompetensiKonselor yaitu Sarjana Pendidikan (S-1) dalambidang bimbingan dan konseling dan telahlulus Pendidikan Profesi Guru Bimbingan danKonseling/Konselor. Program PendidikanProfesi Guru Bimbingan danKonseling/Konselor (PPGBK/K) menghasilkantenaga pendidik profesional dalam bidangbimbingan dan konseling/ Konselor.Kurikulum pendidikan profesi guru bimbingandan konseling sama dengan kurikulumpendidikan profesi konselor, dengan demikianlulusan program PPGBK/K menghasilkanpendidik profesional dalam bidang bimbingandan konseling yang disebut konselor atau gurubimbingan dan konseling yang dianugerahigelar Gr.Kons.

    PPG merupakan amanah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Gurudan Dosen. Guru bimbingan dan konselingatau konselor sekolah sebagai salah satutenaga pendidik profesional wajib memilikikualifikasi akademik, kompetensi, sertifikatpendidik, sehat jasmani dan rohani, sertamemiliki kemampuan untuk mewujudkantujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru,sebagaimana dimaksud dalam undang-undangtersebut meliputi kompetensi pedagogik,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,dan kompetensi profesional yang diperolehmelalui pendidikan profesi. Berdasarkanundang-undang ini jelas bahwa untuk menjadiguru termasuk guru bimbingan dan konselingatau konselor sekolah, setiap orang harusmemiliki sertifikat pendidik. Sertifikat pendidikini bisa diperoleh melalui PPG, baik PPGDalam Jabatan (inservice training) atau PPGPrajabatan (preservice training). Program PPGadalah program pendidikan yangdiselenggarakan setelah program sarjana atausarjana terapan untuk mendapatkan sertifikatpendidik pada pendidikan anak usia dini jalurpendidikan formal, pendidikan dasar, dan/ataupendidikan menengah (Permenristekdikti

    Nomor 55, 2017).

    METODOLOGI PENELITIANJenis penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah penelitian kuantitatifdengan bentuk survey. Penelitian kuantitatifdigunakan untuk mendeskripsikan tingkatpengusaan keterampilan-keterampilan dasarkonseling para guru bimbingan dan konselingatau konselor sekolah peserta PendidikanProfesi Guru (PPG) Dalam Jabatan diYogyakarta. Populasi penelitian ini adalahguru-guru bimbingan dan konseling ataukonselor sekolah peserta PPG Gelombang Itahun 2019 pada tiga LPTK di Yogyakartaangberjumlah 128 guru. Jumlah subjek penelitianini adalah n=32 guru yang dipilih secara acak.Teknik sampling yang digunakan adalah tekniksimple random sampling denganmempertimbangk