jurnal analisis kadar glukosa
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
1/12
UJI DIAGNOSTIK PENGUKURANGLUKOSA VENA DAN KAPILER DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI UNTUK PENGKAJIAN MASALAH GIZIKARBOHIDRAT DALAM PROSES ASUHAN GIZI KLINIK
DIAGNOSTIC TEST OF VENA AND CAPILLARY GLUCOSE MEASUREMENTAND FAKTOR AFFECTING THE CARBOHIDRATE METABOLISM DISORDER
Nusrah Ningsih1 Satriono2, Suryani A. Armin, 3,1 RSUP.dr. Wahidin SudiroHusodo Makassar,
2, 3 Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar
ABSTRACT
The aim of the study was to discover the comparison between vena blood glucose and
capillary blood glucose and factors affecting the carbohydrate metabolism disorder.The number of samples was 134 people who came as outpatients at the hospital selected by
nonrandom sampling. The analysis used in the study was sensitivity and specificity with vena bloodad golden standard.
The results of the study indicate that the subject who have normal vena and capillary bloodglucose are 50%and 20,1% respectively. The correlation value of vena and capillary blood glucose is89,9% (p = 0,000). The result of the analysis indicate that the new device has sensitivity andspecificity 0,985 and 0,388 respectively at the glucose threshold level of blood glucose according togolden standard < 110 mg/dl. There are three significant correlation between vena blood glucose andcapillary blood glucose in which each increase of 1 capillary unit will cause an increase 1,063 venaunits. The cross point at the capillary device is104,5 with sensitivity 0,806 and specificity 1- 0,075.Several Factors affecting the carbohydrate metabolism are gender, age, other disease, family historywith the value of significance 0,079, 0,049,0,032, and 0,003. Whereas the contraceptive pills, diet
pattern, and nutritional status have no effect on the incidence of carbohydrate metabolism with thevalues of significance 0,105, 0,179,and 0,177 respectively.
Key Word : Glucose, Vena, Capillary, Sensitivity and specificityReference : 37 (1992-2008 )
PENDAHULUANGlukosa merupakan suatu monosakarida
aldoheksosa yang terdapat dalam tubuh manusiadan makhluk hidup lainnya. Ini merupakan produkakhir metabolisme karbohidrat yang dilepas kedalam darah dan menjadi sumber energi utamamakhluk hidup. Karena perannya sebagai energi
utama, glukosa kemudian ditranspor ke dalam seluntuk menghasilkan energi. Proses pembentukanenergi ini terjadi dalam mitokondria denganmembutuhkan oksigen sebagai bahan bakarnyauntuk menghasilkan ATP sebagai energi untuksetiap kegiatan sel. Glukosa darah inidipengaruhi oleh faktor status gizi, genetik, umurdan penyakit (Nuringtyas, 2000).
Sebelum ditemukan tes glukosa darahkapiler, pengukuran glukosa darah digunakandengan mengambil sampel dari vena, Hinggasaat ini pengukuran glukosa darah vena masihdianggap sebagai standar baku emas/ goldstandard untuk mengukur kadar glukosa darah.Namun sekarang orang lebih memilih
pengukuran glukosa darah yang sampelnyaberasal dari kapiler dengan alasan karenaberbagai macam kelebihan yang dimiliki testglukosa darah kapiler ini seperti alatnya praktis,murah dan mudah dibawa kemana-mana,cepat memberikan hasil, kenyamanan pasien,serta bisa digunakan sendiri oleh pasien untukmengontrol glukosa darahnya di rumah, Padapenelitian ini, kami membandingkan hasil
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
1
-
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
2/12
pengukuran kadar glukosa darah dengan caravena dan kapiler dan menganalisis faktor yangmempengaruhi untuk pengkajian masalah gizikarbohidrat.
Penelitian yang dilakukan oleh Bilen Habib(2007) untuk mengevaluasi penggunaan
glukometer dibandingkan dengan alat yangdigunakan di laboratorium dengan mengukurglukosa darah puasa pada pasien DiabetesMelitus tipe II didapatkan hasil tidak adaperbedaan antara kedua metode pengukurantersebut (p>0,05).
Penelitian yang dilakukan oleh Carstensen B(WHO,2008) yang membandingkan glukosadarah dan jenis specimen lain dengan mengambilsampel darah dari 74 subjek untuk dianalisismenggunakan plasma vena, serum dan darahkapiler didapatkan hasil pengukuran dasar yangmenggunakan darah kapiler mempunyai variasi
yang luas dibandingkan dengan metode lain.Pengkuran darah vena memberikan hasil 0,5mmol/L lebih rendah dibandingkan denganmetode yang lain.
Sebelum ditemukan tes glukosa darahkapiler, pengukuran glukosa darah digunakandengan mengambil sampel dari vena, Hinggasaat ini pengukuran glukosa darah vena masihdianggap sebagai standar baku emas/ goldstandard untuk mengukur kadar glukosa darah.Namun sekarang orang lebih memilihpengukuran glukosa darah yang sampelnyaberasal dari kapiler dengan alasan karenaberbagai macam kelebihan yang dimiliki testglukosa darah kapiler ini seperti alatnya praktis,murah dan mudah dibawa kemana-mana, cepatmemberikan hasil, kenyamanan pasien, sertabisa digunakan sendiri oleh pasien untukmengontrol glukosa darahnya di rumah, Padapenelitian ini, kami membandingkan hasilpengukuran kadar glukosa darah dengan caravena dan kapiler dan menganalisis faktor yangmempengaruhi untuk pengkajian masalah gizikarbohidrat.
METODE PENELITIANa. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi analisisdengan pendekatan cross sectional danretrospektifuntuk melihat korelasi glukosa darahvena dan pengukuran glukosa darah kapiler.Data-data variabel independen dan dependenakan di kumpulkan dalam waktu yangbersamaan.
Analisis faktor gen dan lingkungan yangmempengaruhi gangguan metabolismekarbohidrat pada seseorang.
b. Waktu dan Lokasi PenelitanPenelitian ini akan di laksanakan pada
bulan Juli 2008 di Rumah Sakit Dr. WahidinSudirohusodo Makassar
c. Populasi dan sampelPopulasi adalah semua pasien rawat jalan
yang ada di rumah sakit Dr. WahidinSudirohusodo. Sampel adalah pasien rawat
jalan yang memeriksakan gula darah dilaboratorium Rumah Sakit Dr. WahidinSudirohusodoMakassar.
d.Teknik dan Analisa DataData yang diperoleh diolah dan di analisis
dengan menggunakan program SPSS versi 11,5for Windows. Pada tahap ini dilakukan dengananalisis bivariat untuk mengetahui hubunganvariable dependen dan independen. Jenis ujistatistik yang di gunakan pada penelitian iniyaitu korelasi Spearman untuk melihathubungan linear antara pengukuran glukosadarah vena dan pengukuran glukosa darahkapiler, jika korelasi antara pengukuran glukosadarah vena dan pengukuran darah kapilermempunyai hubungan sangat erat, maka nilaikoefisien (r) mendekati nilai -1 atau +1 dan bilatidak ada hubungan akan mendekati nilai 0 (nol)Untuk menganalisa faktor-faktor yangmempengaruhi kadar glukosa darahmenggunakan uji Kai-Kuadrat
e. Kontrol KualitasKontrol kualitas merupakan upaya control
terhadap keseluruhan aspek operasionalpenelitian mulai tahap penentuan tenagalapangan sampai dengan tahap manajemendata. Langkah yang akan dilakukan untukmencapai hasil tersebut adalah pemeriksaanpengukuran glukosa baik melalui vena dankapiler. Sedangkan untuk control kualitaspengambilan glukosa darah kapiler, langkah
yang akan dilakukan untuk mencapai hasiltersebut adalah :a). Melakukan penimbangan berat badan
sebanyak 10 X pada orang yang samadengan 2 orang peneliti berbeda. Intraobserver Coefficient of Variation = 0,092 daninter observer Coeffisien of Variation = 0,090
b). Melakukan pengukuran tinggi badansebanyak 10 X pada orang sama dengan 2
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
2
-
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
3/12
orang peneliti berbeda. Intra observercoeffisient of varian = 0,21 dan inter observercoeffisien of variation = 0,19
c). Melakukan pengambilan darah sebanyak 10 Xpada orang yang sama dengan 2 penelitiberbeda. Intra observer coeffisient of
variation 7,09 dan inter observer coeffisientof variation = 6,79
f. Populasi dan sampelPopulasi adalah semua pasien rawat jalan
yang ada di rumah sakit Dr. WahidinSudirohusodo. Sampel adalah pasien rawat jalanyang memeriksakan gula darah di laboratoriumRumah Sakit Dr. Wahidin SudirohusodoMakassar.
a. Kriteria Inklusi
1. Semua penderita yang datang berobat
rawat jalan dan memeriksakan gula darahdi laboratorium Rumah Sakit Dr. WahidinSudirohusodo Makassar
2. Penderita yang datang berobat rawatjalan dan memerksakan gula darah dilaboratorium Rumah Sakit Dr. WahidinSudirohusodo Makassar dan yangbersedia diwawancarai.
b. Kriteria Eksklusi1. Menolak untuk diwawancarai2. Menolak untuk diambil darah vena dan
kapilerBesar Sampel
n1 = z 2 (0,75 x 0,25)/0,102 = 1,962 x 0,75 x
0,25/0,01 = 72n2 = z 2 (0,80 x 0,20)/0,10
2 = 1,962 x 0,80 x
0,20/0,01 = 62Dengan demikian diperlukan sejumlah (72 + 62) =134 pasienKeterangan :Sensitivitas uji diagnostik yang digunakan adalah 75%Spesifisitas uji diagnostik yang digunakan adalah 80%Penyimpangan 10%Interval kepercayaan yang dikehendaki adalah 95%(=0,05)Proses Pengumpulan Data1. Data primer
Data primer di peroleh dengan wawancara
menggunakan kuesioner dan data hasilpengukuran kadar glukosa darah vena dan kapilerdiperoleh melalui hasil pengukuran darah dilaboratorum.
2. Data Sekunder Data sekunder meliputi gambaran umum RumahSakit Dr. Wahidin Sudirohusodo dan laboratoriudiperoleh langsung dari institusi tempat penelitian.
TABEL 1Distribusi Responden menurut Karakteristik Variabel Penelitian
di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, 2008
Variabel Karakteristik n. %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
62
72
46.3
53.7Pendidikan Terakhir
Tidak Tamat SD/MITamat SD/MISMP/MTS/SederajatMA/SMU/SMK/SederajatDiploma/DIII/DIVUniversitas/S1/S2/S3
11312501543
0.79.79.037.311.232.1
Pekerjaan
PetaniBuruh HarianPegawai NegeriPegawai SwastaWiraswastaIbu Rumah TanggaLainnya
13
4515
3148
0.72.233.60.73.723.135.8
Risiko Usia
RisikoTidak Berisiko
1322
98.51.5
Jenis Kelamin
Laki-lakiPerempuan
6272
46.353.7
Penyakit lain yangdiderita
Peny. JantungPeny.GinjalHipertensiPeny.LainnyaTidak Ada
344
376
53
25.43.027.64.539.6
Pola Makan
BaikKurang
27107
20.179.9
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
3
-
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
4/12
Jumlah 134 100.0
Sumber : Data Primer, 2008
Korelasi Gula Darah Vena Puasa danglukosa Darah Kapiler Puasa
a. Karakteristik Gula Darah Vena Puasa danGula Darah Kapiler PuasaSalah satu ciri yang dapat dijadikan prediktorgangguan metabolisme karbohidrat adalahkadar glukosa darah baik glukosa darah
kapiler maupun glukosa darah vena. Hasilpenelitian ini diketahui bahwa glukosa darah
kapiler umumnya abnormal sebanyak 107orang (79.8%) dan menurut glukosa darahvena normal 67 orang (50%).
TABEL 2Distribusi Responden menurut Glukosa Darah Vena Puasa dan Glukosa Darah Kapiler Puasa
Jenis Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah n. %
Gula Darah Kapiler
NormalAbnormal
27107
20.179.9
Gula Darah Vena
NormalAbnormal
6767
50.050.0
Jumlah 134 100
Sumber: Data Primer, 2008
a. Uji Korelasi Gula Darah Vena Puasa dan Gula Darah Kapiler PuasaTABEL 3
Hasil Analisis Uji Korelasi Spearman Gula Darah Vena Puasa dengan Gula Darah Kapiler Puasa
Variabel Nilai Korelasi Signifikansi (p)
Gula Darah Kapiler 0.899 0.000
N 134
Sumber: Data Primer, 2008
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahuibahwa ada korelasi postif antara gula darahkapiler puasa dengan gula darah vena puasadengan nilai korelasi sebesar r = 0,899 atau89,9%. Hal ini juga berarti bahwa peluang hasilpengukuran yang tidak konsisten antarakeduanya sebesar 10,1%. Tidak konsistensi inisebesar 10,1% membuktikan bahwa untukmelakukan pengukuran secara akurat sebaiknya
memakai sampel darah pada lokasi yang secarateoritis lebih repsentatif yaitu pada darah vena.Jika sampel darah kapiler yang kemudian
dipilih maka dengan alat yang baik sekalipunpeluang kesalahan masih ditemukan sebesar10,1%.
b. Uji Sensitivitas dan Spesifisitas GulaDarah Vena dan Gula Darah Kapiler Puasaantara Metode (A) dan Metode (B)
Telah disebutkan diatas bahwa penentuanstandar emas untuk jenis sampel darah yangdiambil perlu memperhatikan konsep teoritisyang diakui secara ilmiah representative. Ujisensitivitas (se) dan spesifisitas (sp) perlu
dilakukan khususnya terhadap alat uji diagnosticbaru (B) terhadap sebuah alat uji standar emas(A).
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
4
-
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
5/12
TABEL 4
Hasil Analisis Sensitivitas dan Spesifisitas Gula Darah Vena Puasa denganGula Darah Kapiler Puasa
Uji Sensitivitasdan
Spesifisitas
Standar Emas
Ab
Normal
%
Normal
% Total
%
Hasil PengukuranBaru Abnormal 66 98,5 41 61,2 107 79,8
Normal 1 1,5 26 38,8 27 20,2
Total 67 100 67 100 134 100
Sumber: Data Primer, 2008
Berdasarkan distribusi hasil pengukurankedua gula darah diatas maka dapat dihitungsensitivitas metode (B) adalah 66/67 = 0.985sedangkan spesifisitasnya adalah 26/67 =0,388.Hal ini berarti bahwametode B mampu mendeteksi secara positifsebesar 98,5% sama hasilnya dengan metodepada standar emas. Sensitivitas metode Bcenderung untuk memiliki negative palsu yanglebih tinggi. Negatif palsu adalah kondisi dimanametode B menetapkan setiap individu dalamkelompok yang abnormal tetapi sebenarnya yang
bersangkungan normal menurut standar emas.Spesifisitas metode B adalah 38,8% terhadaphasil yang didapatkan pada standar emas. Artinyametode B memiliki nilai Positif Palsu yang rendah.Positif palsu adalah kondisi dimana menurutmetode B menyatakan yang bersangkutan normaltetapi menurut standar emas abnormalNilaipenduga positif metode B sebesar 66/107= 0.616sedangkan nilai penduga negative sebesar 26/27= 0,962. Berdasarkan hasil ini maka maka nilaipenduga positif metode B yang merupakanpeluang bahwa seseorang yang menurut metodeB dikategorikan normal benar benar akan
dikategorikan normal menurut standar emas.Peluang ini sebesar 61,6%. Hasil ini harusdibandingkan dengan nilai penduga negative darimetode B yang merupakan peluang bahwaseseorang menurut metode B abnormal benarbenar akan dikategorikan abnormal menurutstandar emas. Peluang ini sebesar 96,2%. Hasilpenduga positif metode B cukup baik dan jugapenduga negatifnya baik sehingga metode ini
akurat untuk digunakan dalam uji diagnostik.Kelebihan metode B terletak padakemampuannya yang baik untuk uji diagnosticpada individu yang secara factual abnormaldan ternyata memang di diagnosis abnormal.
3. Analisis BivariatHubungan antara Glukosa Darah Venadan Glukosa Darah Kapiler
Penelitian ini bertujuan untuk melihathubungan antara pengukuran glukosa darahvena dan glukosa darah kapiler . Pengambilan
sampelnya dilakukan pada keadaan glukosadarah puasa. Glukosa darah puasa adalahkeadaan kadar glukosa darah respondensetelah berpuasa selama 10 jam dankeadaan ini menggambarkan keadaanglukosa darah basal yang ada di dalam darahresponden. Berdasarkan hasil penelitian,kemudian diuji secara statistik denganmenggunakan spearman untuk melihatkorelasi hubungan glukosa darah vena danglukosa darah kapilernya didapatkan pvalue=0,00 yang berarti lebih kecil dari nilai = 0,05. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa
ada hubungan yang bermakna antaraglukosa darah vena dan glukosa darahkapiler. Hasil uji statistik juga diperoleh nilaikoefisien korelasinya atau r = 0,97, yangberarti korelasi antara glukosa darah vena danglukosa darah kapiler berada pada hubunganyang kuat. Menurut Colton, kekuatanhubungan dua variabel secara kualitatif dapatdi bagi 4 area yaitu:
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
5
-
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
6/12
r = 0,00- 0,25 tidak ada hubungan/hubunganlemah
r = 0,26 - 0,50 hubungan sedangr = 0,51 - 0,75 hubungan kuatr = 0,76-1,00 hubungan sangat kuat/sempurnaHasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi
linear memperlihatkan nilai koefisiendeterminasinya atau R2 = 0,95 yang artinyapersamaan regresi yang diperoleh dapatmenerangkan 95% variasi glukosa darah vena
atau persamaan garis yang diperoleh baikuntuk menjelaskan glukosa darah vena.Ujiregresi linear, diperoleh nilai konstantasebesar -5,816 dan b sebesar 1,064 sehinggapersamaan regresinya :Y = a + bX, dimana Y = Glukosa darah vena
dan X = Glukosa darah kapiler, sehinggapersamaan garisnya dapat dilihat pada tabelberikut:
TABEL 5Korelasi dan Regresi Glukosa Darah Vena
dan Glukosa DarahKapiler
Variabel r R2Persamaan
Garis
PValu
e
GlukosaDarahKapiler
0,
970,95
Vena =-5,81 +
1,06*Kapiler
0,00
Sumber : Data Primer 2008
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa adahubungan yang bermakna antara glukosa darah
vena dengan glukosa darah kapiler, dimanasetiap kenaikan 1 satuan kapiler akanmenyebabkan peningkatan 1,063 satuanvena.
4. Tititk potong (Cut off Point)Titik potong atau cut off point adalah nilai
batas antara normal dan abnormal, atau nilaibatas hasil uji positif dan hasil uji negatif pada
alat pemeriksaan gula darah kapiler yangdigunakan. Pada penelitian ini kitamenetapkan cut off point atau titik potongsebesar 104,5 karena pada posisi inisensitivitas dan spesitifitas bekerja denganbaik.
TABEL 7Faktor Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Variabel PenelitianGangguan Metabolisme Jumlah
PValue
Ya Tidak
n. % n. % n. %
Jenis Kelamin
Laki
Perempuan
10
20
16.1
28.7
52
52
83.9
72.2
62
72
100
100
0.079*
Usia
Berisiko
Tidak berisiko
28
2
21.2
100
104
0
78.8
0
132
2
100
100
0.049*
Penyakit Lain
Ada
Tidak Ada
13
17
16.3
31.5
67
37
83.8
68.5
80
54
100
100
0.032*
Riwayat Keluarga
Ada
Tidak Ada
6
24
10.3
31.6
52
52
89.7
68.4
58
76
100
100
0.003*
Pil KBn
Ada
Tidak Ada
9
21
33.3
19.6
18
86
66.7
80.4
27
107
100
100
0.105
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
6
-
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
7/12
Pola Makan (Food Frequensi)
Cukup
Kurang
10
20
33.3
66.7
50
54
48.1
51.9
60
74
100
100
0.153
Pola Makan (food Recall)
Baik
Kurang
19
11
19.8
28.9
77
27
80.2
71.2
96
38
100
100
0.179
Status Gizi
Obesitas
Lebih
Normal
Kurang
7
15
7
1
13.2
26.3
35
1
46
42
13
3
86.8
73.7
65
75
53
57
20
4
100
100
100
100
0.177
Total 30 22.7 104 77.6 134 100
Sumber : Data Primer, 2008A. Pembahasan1. Koralasi Pengukuran Gula Darah Vena
dengan Gula Darah KapilerHingga saat ini Ada dua jenis pengukuran
untuk mengetahui kadar glukosa darah yaitudengan mengukur sampel darah dari kapilerdan sampel darah dari vena. Secara historispada pengambilan sampel darah vena, nilaiglukosa darah mencakup keseluruhan darah,tetapi kebanyakan laboratorium sekarangmengukur level glukosa serum. Sel darahmerah (eritrosit) memiliki konsentrasi protein
(yaitu hemoglobin) yang lebih tinggi daripadaserum, serum memiliki kandungan air yanglebih tinggi dan akibatnya glukosanya lebihlarut dari pada darah yang lain. Meskipundemikian pada diabetesi dan toleransi glukosadidiagnosis dengan mengukur glukosa dalamdarah. sebagai darah plasma atau darahkapiler dan kriteria diagnostiknya seringmenyediakan perkiraan yang sama dari duametode ini (Colagiuri. S dkk, 2003). Hal inisesuai dengan hasil penelitian ini bahwa adakorelasi positif antara gula darah kapiler puasadengan gula darah vena puasa dengan nilaikorelasi sebesar r = 0,97 atau 97%. Korelasi
ini cukup kuat dengan nilai positif atauberjalan searah. Jika gula darah kapiler naikmaka gula darah vena juga naik, meskipunnilai nyata keduanya tidak selalu sama. Hasilpenelitian ini mengindikasikan bahwa adaperbedaan peluang hasil pengukuran yangtidak konsisten antara keduanya sebesar10,1%. Tidak konsistensi ini sebesar 10,1%membuktikan bahwa untuk melakukan
pengukuran secara akurat sebaiknyamemakai sampeldarah pada lokasi yang secara teoritis
lebih repsentatif yaitu pada darah vena.Jika sampel darah kapiler yang kemudiandipilih maka dengan alat yang baiksekalipun peluang kesalahan masihditemukan sebesar 10,1%. Demikian jugapenting dijelaskan bahwa pengambilansampel darah pada lokasi kapiler atauvena akan memberikan nilai rerata yangberbeda secara statistic. Hal ini berarti
bahwa lokasi pengambilan sampel darahsudah memberikan hasil yang berbeda,sehingga dianjurkan pengambilansampel darah dilakukan pada lokasi yangideal dan memang menggambarkkankondisi nyata pada individu.
Perhatian berikutnya setelahditetapkan lokasi pengambilan sampeldarah yang paling ideal adalah pemilihanmetode yang dianggap paling efisien danefektif. Penelitian ini juga membedakandua jenis metode pengukuran gula darahdengan darah vena sebagai standaremas. Hasil pengukuran kedua gula
darah diatas maka dapat dihitungsensitivitas metode (B) adalah 66/67 =0.985 sedangkan spesifisitasnya adalah26/67 =0,388. Hal ini berarti bahwametode B hanya mampu mendeteksisecara positif sebesar 98,5% samahasilnya dengan metode pada standaremas.
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
7
-
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
8/12
Sensitivitas metode B cenderung untukmemiliki negative palsu yang lebih tinggi.Negatif palsu adalah kondisi dimana metode Bmenetapkan setiap individu dalam kelompokyang abnormal tetapi sebenarnya yangbersangkungan normal menurut standar
emas.Spesifisitas metode B adalah 38,8%
terhadap hasil yang didapatkan pada standaremas. Artinya metode B memiliki nilai PositifPalsu yang rendah. Positif palsu adalahkondisi dimana menurut metode Bmenyatakan yang bersangkutan normal tetapimenurut standar emas abnormal
Nilai penduga positif metode B sebesar66/107=0,616 sedangkan nilai penduganegative sebesar 26/27 = 0,962. Berdasarkanhasil ini maka maka nilai penduga positifmetode B yang merupakan peluang bahwa
seseorang yang menurut metode Bdikategorikan normal benar benar akandikategorikan normal menurut standar emes.Peluang ini sebesar 61,6%. Hasil ini harusdibandingkan dengan nilai penduga negativedari metode B yang merupakan peluangbahwa seseorang menurut metode Babnormal benar benar akan dikategorikanabnormal menurut standar emas. Peluang inisebesar 96,2%. Hasil penduga positif metodeB cukup baik dan juga penduga negatifnyabaik sehingga metode ini akurat untukdigunakan dalam uji diagnostik. Kelebihanmetode B terletak pada kemampuannya yangbaik untuk uji diagnostic pada individu yangsecara factual abnormal dan ternyata memangdi diagnosis abnormal.
Hal ini dapat terjadi Karena gula darahkapiler selalu lebih rendah dari gula darahvena. Pasien yang mengalami gangguanmetabolisme karbohidrat akan memilikikenaikan gula darah di atas batas normalkhususnya pada darah vena.
2. Analisis BivariatBerdasarkan hasil analisis sensitivitas dan
spesifisitas, maka dalam penelitian iniditetapkan batas normal gula darah kapiler
sebesar < 90 mg/dl. Pada posisi ini nilaisensitivitas alat ini sebesar 0.794 sedangkan1- spesifisitas = 0,076 atau sensitivitasnya0.97 (97%). Hal ini memiliki kelemahan karenapada kenyataannya gula darah vena selalulebih tinggi daripada gula darah kapiler.Idealnya gula darah kapiler harus menetapkancut of point lebih tinggi dibandingkan cut ofpoint gula darah vena. Berdasarkan hasil
analisis COR cut of point paling idealuntuk gula darah kapiler adalah 104,5mg/dl. Pada posisi ini nilai sensitivitasnyaadalah 0.806 (80,6%) sedangkan nilai 1-spesifitas = 0.075 atau nilai positif palsusebesar 7.5%. Positif palsu adalah
kondisi yang didiagnosa normal pada ujidiagnostic ini, yang sebenarnya menurutstandar emas negative.
3. Perbedaan Nilai Gula Darah Venadengan Gula Darah Kapiler menurutRiwayat Riwayat penyakit Berdasarkan hasil penelitian inidiketahui bahwa rerata gula darah venapuasa pada orang yang memiliki iwayatpenyakit adalah 147.2974.04 mg/dlsedangkan pada orang yang tidakmemiliki riwayat penyakit adalah121.5347.69 mg/dl. Kedua hasil
pengukuran ini berbeda secara nyatadengan nilai p=0.016. Artinya peluangorang yang memiliki nilai gula darah venapuasa sama antara yang meiliki rwayatRiwayat penyakit dan yang tidak memilikiriwayat t penyakit sangat kecil atauberada pada wilayah penolakan hipotesisnull.
Hasil yang sama juga ditemukan jikadigunakan gula darah kapiler dimanarerata gula darah kapiler puasa padaorang yang memiliki Riwayat penyakitadalah 146.1268.13 mg/dl sedangkanpada orang yang tidak memiliki Riwayatpenyakit adalah 118.0842.71 mg/dl.Kedua hasil pengukuran ini berbedasecara nyata dengan nilai p=0.004.
Artinya peluang orang yang memiliki nilaigula darah kapiler puasa sama antarayang memiliki rwayat penyakit dan yangtidak memiliki riwayat penyakit sangatkecil (0.004) atau berada pada wilayahpenolakan hipotesis null.
Hasil ini membuktikan bahwa baikdarah vena puasa maupun kapiler puasakeduanya dapat digunakan untukmengetahui gangguan metabolisme
karbohidrat pada individu yang memilikiriwayat Riwayat penyakit maupun tidakmemiliki riwayat penyakit. Jika keduanyamampu mendeteksi gangguanmetabolisme karbihidrat makapertimbangan berikutnya adalah terkaitefisiensi biaya dan waktu untukmelakukan uji diagnostik. Hal ini jugatelah dijelaskan pada bagian awal bahwa
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
8
-
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
9/12
darah vena memang sebagai standar emasakan tetapi darah kapiler juga memilikikorelasi kuat dengan darah vena sehinggatetap dapat digunakan untuk kepentinganscreening. Penjelasan ini juga telahdikemukakan oleh tim dari The American
Diabetic Association (ADA), memberikansuatu statement bahwa penanganan moderndari pasien rumah sakit dengan diabetessering ditingkatkan oleh penentuan glukosadarah kapiler. Pada sisi alat ketersediaanyang cepat dan hasilnya bisa meningkatkanpenanganan pasien dan bisa memperpendekwaktu tinggal di rumah sakit, meskipunkemudian tidak perna lagi didokumentasikanpada penelitian klinis yang terkontrol(Lewandrowski dkk, 2002)
Tes glukosa darah kapiler, sebagai suatucara untuk pasien diabetes untuk memonitor
nilai glukosa mereka dan untuk terapilangsung. Dengan perkembangan teknologipemantauan glukosa kapiler secara luas dapatdiimplementasikan pada ruangan dokter danrumah sakit, tes glukosa darah kapilermenggunakan alat point of care telahdigunakan secara luas untuk skriningkesehatan masyarakat. Biaya yang murahdapat menfasilitasi strategi monitoring yangintensif dan membiarkan pasien untuk terlibatsecara aktif dalam penanganan penyakitnya.Pertimbangan ini penting dalam setiaptindakan pengobatan dan pengendalianglukosa darah secara partisipatif oleh pasien.
4. Faktor yang mempengaruhi GangguanMetabolisme Karbohidrat
Banyak faktor yang mempengaruhigangguan metabolisme karbohidrat. Hasilpenelitian ini menunjukkan beberapa faktoryang memperngaruhi gangguan metabolismekarbohidrat adalah jenis kelamin, usia,penyakit lain, dan riwayat keluarga dengannilai sugnifikansi masing masing 0.079, 0.049,0.032, dan 0.003. Sedangkan Pil KBn, polamakan dan status gizi tidak mempengaruhikejadi gangguan metabolisme karbohidratdengan nilai signifikansi masing masing 0.105,
0.179 dan 0.177.Usia mempengaruhi kejadian gangguan
metabolisme karbihidrat karena beberapaalasan yaitu pertambahan umur merupakansalah satu faktor terjadinya penurunantoleransi tubuh terhadap masukan glukosa.Glukosa salah satu bentuk paling sederhanadari bahan makanan yang mudah diabsorsioleh usus halus (small intestina). Penurunan
toleransi tubuh terhadap glukosamengakibatkan kadar glukosa darahmeningkat.
Pada orang yang telah berumur,fungsi organ tubuh menurun berakibataktifitas sel beta pankreas untuk
menghasilkan insulin berkurang selain itusensitivitas sel-sel jaringan juga menurunsehingga tidak menerima insulin.(Retnaningsih, 2002).
Hasil penelitian ini juga sejalandengan publikasi hasil studi PunagataDiabetes Heart Studi di Jepang. StudiPunagata memilih subjek berusia > 40tahun karena dianggap sebagai usiaberisiko untuk mengalami gangguanmetabolisme karbohidrat yang ditandaidengan tes glukosa terganggu. Meskipunstudi Punagata menekankan pada efek
glukosa terganggu, glukosa normal dandiabetes mellitus terhadap angkakematian, namun variabel usia sebagaidijadikan penduga kejadian diabetes dantoleransi glukosa terganggu (Adam JF,2006)
Jenis kelamin juga mempengaruhikejadian gangguan metabolismekarbohidrat. Testosteron yang rendahmungkin bisa berhubungan denganhiperinsulinemia dan perkembangandiabetes tipe 2 dimana terjadi suaturesitensi insulin (Joel, 1999) selain itutestosterone (E/T) berkorelasi positifdengan level insulin dan glukosa serumpada laki-laki yang tidak obese dan jugapada laki-laki yang obese dimanaobesitas pada laki-laki dihubungkandengan hiperPil KBnemia,hiperinsulinemia, hiperglisemia dan PJK(Philips, 1993). Perbedaan jenis kelaminkaitannya dengan glukosa, dibuktikanmelalui hubungan terbalik diabetes tipe 2dan hormone androgen pada laki-lakidan suatu korelasi yang positif antaradiabetes tipe 2 dan hormone androgenpada wanita.
Pada laki-laki dan wanita tua, laki-laki dengan toleransi glukosa terganggumemiliki total testosterone yang secarasignifikan lebih rendah. Wanita dengantoleransi glukosa terganggu ataudiabetes tipe 2 memiliki leveltestosterone, estradiol dan total yanglebih tinggi secara signifikan daripadamereka yang mempunyai toleransi
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
9
-
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
10/12
glukosa normal. Total testosterone danglukosa plasma puasa berhubungan bertolakbelakang pada laki-laki, di sisi laintestosterone dan estradiol berhubungan positifdengan glukosa plasma puasa pada wanita(Goodman, 2000)
Penyakit lain juga mempengaruhikejadian gangguan metabolisme karbohidratmisalnya pada penderita hipotiroidisme jugamenjadi kurang sensitif terhadap insulin.Kelainan metabolisme karbohidrat yangtampak pada hiperfungsi ataupun hipofungsitiroid diduga berhubugan erat denganperubahan yang terjadi pada target organ,kecepatan katabolisme atau kedua-duanya(William dkk, 2001)
Riwayat keluarga adalah salah satuvariabel yang berpengaruh kuat pada kejadiangangguan metabolisme karbohidrat. Hans
Tandar (2007) menjelaskan bahwa gagguanmetabolisme karbihidrat juga dapatdioengaruhi oleh faktor genetik atau memilikiriwayat keluarga yang menderita gangguanmetabolisme karbohidrat. Mekanismekejadian ini diawali oleh kerusakan sel betapankreas akibat pengaruh keturunan, Padabeberapa kasus faktor keturunankecenderungan faktor keturunanmenyebabkan degenerasi sel beta, naiknyakadar glukosa darah, peningkatanpenggunaan lemak sebagai sumber energidan untuk pembentukan kolesterol oleh hatidan berkurangnya protein tubuh (Guyton &Hall, 2008)
Pil KBn, pola makan dan status gizi tidakmempengaruhi gangguan metabolisme. PilKBn adalah salah satu jenis hormon yangmempengaruhi sekresi hormon insulin.Manfaat efek peragsangan hormon ini adalahbahwa pemanjangan sekresi dari hormon inidalam jumlah besar dapat mengakibatkan selsel beta pulau Langerhans menjadi kelelahandan karenanya akan meningkatkan risikountuk terkena diabetes. Meskipun demikiansecara fisiologis mejanisme ini memang masihdiragukan banyak ahli (Guyton & Hall, 2008).
Berdasarkan penjelasan diatas makakemungkinan tidak adanya efek Pil KBn padakejadian gangguan metabolisme memangmasih besar, karena hasil penelitian ini tidakmenunjukkan pengaruh kuat antara Pil KBdengan gangguan metabolisme karbohidrat.Hal lain yang dimungkinkan terjadi adalah efekstrogen ini sangat kecil dan dikalahkan oleh
faktor risiko lain seperti usia, riwayatkeluarga dll.
Pola makan dalam penelitian ini tidakmenunjukkan pengaruh nyata terhadapkejadian gangguan metabolisme glukosa.Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain bahwa pada kasus penelitianini semua sampel telah mengalamitoleransi glukosa terganggu yang jugaberarti bahwa pola makan sebelumnyalebih banyak menjadi pemicu dibandingpola makan saar ini. Disain pengukuransurvei konsumsi pangan yang digunakandengan metode recall 24 jam memilikiketerbatasn untuk mendeteksi polamakan secara ideal pada masa sebelummengalami gangguan metabolismeglukosa. Secara teoritis pola makanyang tidak seimbang dalam jangka lama
akan menyebabkan gangguanmetabolisme karbohidrat. Pada saatdilakukan pengaturan diet setelahdidiagnosa mengalami gangguanmetabolisme maka efek pola makan saatini tidak dapat berkorelasi dengangangguan metabolisme karbihidratkarena pola makan saat ini memilikiperan untuk mengontrol glukosa darahpada kisaran normal, Meskipun hal inisulit untuk dilakukan. Artinya gangguanmetabolisme glukosa tidak serta mertamenjadi normal disaat pola makan diatursebagaimana mestinya. Gangguantoleransi glukosa terganggu awalnyadipicu oleh tidak seimbangannya antaraasupan karbohidrat, protein dan lemakdalam jangka lama, dimana seseorangsecara terus menerus memiliki asupanyang berlebihan sehingga insulin menjadiresisten atau kelelahan. Kegagalaninsulin atau reseptor insulin tidak dapatdiperbaiki hanya dengan memperbaikipola makan, kecuali efeknya terhadapkontrol glukosa darah yang dapatdiakukan. Alasan inilah yangmenyebabkan sehingga diabetes mellitus
tidak dapat disembukan tetapi dapatdikendalikan secara baik melaluipengaturan pola makan.
Status gizi dalam penelitian ini tidakberpengaruh terhadap gangguanmetabolisme karbohidrat. Soekirman(2001) menjelaskan bahwa status giziadalah kondisi keseimbangan, antaraasupan gizi dengan penggunaannya oleh
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
10
-
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
11/12
tubuh. Mekanisme penggunaan zat gizi danefeknya bagi status gizi dapat dipandangsebagai mekanisme input proses dan out put.
Artinya bahwa bahan makanan sebagaikomponen input, dan proses metabolismesebagai proses serta komposisi tubuh dalam
berbagai dimensi sebagai status gizi. Jikademikian halnya maka status gizi padakejadian gangguan metabolisme karbohidratdapat dipandang sebagai outcome bukansebagai sebuah proses. Manifestasi gangguanmetabolisme yang akan membuatkeseimbangan baru dalam pemanfaatan zatgizi makro maupun mikro. Jika gangguanmetabolisme telah berlangsung lama makaefeknya pada status gizi sebagai sebuah titikkeseimbangan antara asupan danmetabolisme zat. gizi dalam tubuh akandengan mudah diketahui.
Penjelasan lain yang dapat digunakanuntuk menjelaskan alasan tidak ditemukannyapengaruh status gizi dengan gangguanmetabolisme adalah efek disain penelitian.Penelitian ini adalah penelitian cross sectionalstudy dimana variabel pengaruh (status gizi)dan terpengaruh (gangguan metabolismekarbohidrat) diteliti secara bersamaan ataupotong lintang. Salah satu kelemahan disainini adalah tidak efektif untuk mendeteksihubungan sebab akibat karena hubungansebab akibat faktanya tidak pernah terjadisecara paralel atau bersamaan. Disain yangcocok adalah penelitian kohor atau casecontrol. Gangguan metabolisme dan status
gizi secara ideal harus dipandangsebagai hubungan sebab akibat.
KESIMPULAN
1. Ada korelasi positif antara gula darah
vena puasa dengan gula darah kapilerpuasa.
2. Ada hubungan yang bermakna antaraglukosa darah vena dengan glukosadarah kapiler, dimana setiap kenaikan 1satuan kapiler akan menyebabkanpeningkatan 1,063 satuan vena
3. Ada perbedaan rerata gula darah venapuasa dengan gula darah kepiler puasamenurut riwayat penyakit keluarga.
4. Faktor yang mempengaruhi gangguanmetabolisme adalah, jenis kelamin, usia,riwayat keluarga, dan penyakit lain
sedangkan status gizi, Pil KBn, dan polamakan tidak memiliki pengaruh nyataterhadap kejadian gangguanmetabolisme karbohidrat.
SARANSkreening gula darah pada dasarnya
dapat dilakukan dengan pemeriksaan guladarah kapiler karena mempunyai korelasiyang kuat dengan gula darah vena.Sedangkan untuk menguji sensitivitas danspesifisitas yang lebih bagus pada alat inisebaiknya dilakukan penelitian lanjutan padapasien yang telah menderita DM
DAFTAR PUSTAKA
1. Arisman.
2004.Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku AjarIlmu Gizi. Penerbit Buku Kedokteran.EGC, Jakarta. Halaman 85.
2. Bilen Habib,
2007. Blood Glucose Monitoring Performanceof Roche Accu-Check Go GlucometerDevice at Moderately High Altitude- Original
Articies.http://rochewww.turkjem.orgsayilar7115-118pdf%20-.htm. Diakses 24 Juni 2008
3. 3.Boyd,R,Leig
h,B and Stuart, P. 2005. Capillary versusVenous Bedside
4. 4.Caya R,
2007. Perbandingan Hasil PengukuranGlukosa Darah Memakai cara Vena dan caraKapiler. Unhas Makassar. Tesis tidakpublikasikan.
5. 5.Carste
nsen B. 2008, Measurement of BloodGlucose: Comparison between differenttypes of specimens. WHOhttp//www.Measurement.htm. Diakses10 Juni 2008.
6. 6.Chand
ra, B.1995. Pengantar StatistikKesehatan. Penerbit Buku Kedokteran.EGC, Jakarta. Halaman 23.
7. 7.Colagi
uri, S; Sandbaek A, Carstensen B,Christensen J. Glumer C, Lauritzen T,Borch-Johnsen K 2003. Comparability ofVenous and Capillary GlucoseMeasurement In Blood.
8. 8.Depke
s RI, 2003. Pedoman Pelayanan GiziRumah Sakit. Direktorat Bina KesehatanMasyarakat Jakarta.
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
11
http://d/SOAP/alat%20ukur%25rochewww.turkjem.orgsayilar7115-118pdf%20-.htmhttp://d/SOAP/alat%20ukur%25rochewww.turkjem.orgsayilar7115-118pdf%20-.htmhttp://d/SOAP/alat%20ukur%25rochewww.turkjem.orgsayilar7115-118pdf%20-.htmhttp://d/SOAP/alat%20ukur%25rochewww.turkjem.orgsayilar7115-118pdf%20-.htmhttp://d/SOAP/alat%20ukur%25rochewww.turkjem.orgsayilar7115-118pdf%20-.htm -
7/27/2019 Jurnal analisis kadar glukosa
12/12
9. 10.Dorland,
W. 2002. Kamus Kedokteran DorlandEdisi 29.Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.
10. 11.Ganiswara
, S.G. 1995. Farmakologi Dan TerapiEdisi 4.Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.Hal 470-471.
11. 12.Goodman-
Gruen D, Barrett-Connor E. 2000. Sexifferences in the association of endogenoussex hormone levels and glucose tolerancestatus in older men and women. Pubmedonline Available athhtp://www.ncbi.nlm.nih.gov.
12. 13.Guyton
and hall, 1997. Buku Ajar FisiologiKedokteranEdisi 9. Penerbit Buku Kedokteran. EGC,Jakarta. Halaman 231-242.
13.14.Guytonand Hall, 2008. Buku Ajar FisiologiKedokteran
Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran. EGC,Jakarta.
14. 15.Hardjoeno,
dkk. 2004. SistemEndokrin Dan Metabolisme.Bagian Patologi Klinik. Fakultas KedokteranUniversitas Hasanuddin, Makassar. Hal 23-26.
15. 16.Hutagalun
g, H. 2004. Karbohidrat. Bagian Ilmu Gizi.
Fakultas Kedokteran UniversitasSumatera Utara.
16. Hartono,
A.2005. Terapi Gizi dan Diet RumahSakit. Buku Kedokteran, EGC. Halaman15-65.
17. 18..Irianto, D.P. 2005. Panduan GiziLengkap Keluarga dan Olahragawan.
Andi offset. Yogyakarta. Halaman 33.
18. 19.Joel
E. Michalek, Fatema Z. Akhtar andJohnathan L. Keil. 1999. Serum Dioxin,Insulin, Fasting Glucose and SexHormon-Binding Globulin in Veterans ofOperation Ranch Hand Available atwww.cgi.gov/reprint/84/1540/.pdf
Accessed at 23 Januari 2007.
19. 20.Lewa
ndrowski, et al. 2002. Capillary bloodglucose Testing at the Point of Care-Clinical Application and the Evolution ofDiagnostic Technologies.
20. 21..Lind
er, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi DanMetabolisme Dengan Pemakaian SecaraKlinis. Penerbit Universitas Indonesia. UI-PRESS. Jakarta. Hal 28-32.
Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolismSatriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2fakultas kedokteran unhas makassar3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar
12
http://www.cgi.gov/reprint/84/1540/.pdfhttp://www.cgi.gov/reprint/84/1540/.pdf