jurnal

19
1 Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo Alfina Verani Fakultas Ekonomi Universitas Jambi Abstrak Penelitian ini berjudul Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Performance Based Budgeting) pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan analisis value for money (ekonomi, efisiensi dan efektivitas) penganggaran pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo. Objek dalam penelitian ini adalah Laporan Anggaran dan Realisasi Satuan Kerja Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo. Analisis data dilakukan dengan melakukan penilaian kinerja pada alokasi anggaran pada beberapa sektor pelayanan publik Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo. Pengukuran value for money dilakukan untuk mengukur ratio ekonomi, efisiensi dan efektifitas kinerja pemerintah dalam pelaksanaan belanja modal dalam anggaran Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari rasio ekonomi, pelaksanaan anggaran pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo terlihat cukup ekonomis dengan adanya penghematan pada realisasi pelaksanaan anggaran pelaksanaan sebesar 4,93% dari total alokasi dana yang dianggarkan pada semua program kerja Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo. Dilihat dari rasio efisiensi, pada semua sektor alokasi anggaran dengan alokasi anggaran sebesar Rp.46.199.429.776,00 meningkatkan output sebesar 73,49%. Hal ini berarti dengan alokasi belanja Rp.628.654.058,59, akan meningkatkan output sebesar 1%, atau setiap 1% peningkatan pencapaian hasil kegiatan Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga membutuhkan input dana sebesar Rp.628.654.058,59. Pelaksanaan anggaran Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo terlihat cukup efektif yang ditunjukkan dengan peningkatan indikator outcome semua pelaksanaan kegiatan Dinas. Kata kunci : Anggaran Berbasis Kinerja, ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

Upload: arfitariani-karisma

Post on 17-Feb-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal

1

Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) pada

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo

Alfina Verani

Fakultas Ekonomi Universitas Jambi

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

Performance Based Budgeting) pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Tebo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi

penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan analisis value for money (ekonomi, efisiensi dan

efektivitas) penganggaran pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo. Objek dalam penelitian ini adalah Laporan Anggaran dan Realisasi

Satuan Kerja Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo.

Analisis data dilakukan dengan melakukan penilaian kinerja pada alokasi anggaran pada

beberapa sektor pelayanan publik Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo. Pengukuran value for money dilakukan untuk mengukur ratio ekonomi,

efisiensi dan efektifitas kinerja pemerintah dalam pelaksanaan belanja modal dalam

anggaran Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari rasio ekonomi, pelaksanaan anggaran pada

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo terlihat cukup

ekonomis dengan adanya penghematan pada realisasi pelaksanaan anggaran pelaksanaan

sebesar 4,93% dari total alokasi dana yang dianggarkan pada semua program kerja Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo. Dilihat dari rasio

efisiensi, pada semua sektor alokasi anggaran dengan alokasi anggaran sebesar

Rp.46.199.429.776,00 meningkatkan output sebesar 73,49%. Hal ini berarti dengan alokasi

belanja Rp.628.654.058,59, akan meningkatkan output sebesar 1%, atau setiap 1%

peningkatan pencapaian hasil kegiatan Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga membutuhkan input dana sebesar Rp.628.654.058,59. Pelaksanaan anggaran

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo terlihat cukup

efektif yang ditunjukkan dengan peningkatan indikator outcome semua pelaksanaan

kegiatan Dinas.

Kata kunci : Anggaran Berbasis Kinerja, ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

Page 2: Jurnal

2

Analysis of Performance-Based Budgeting Application Performance Based Budgeting)

at the Department of Education, Culture, Youth and Sports

of Tebo

Abstract

This study, entitled "Analysis of Performance-Based Budgeting Application

Performance Based Budgeting) at the Department of Education, Culture, Youth and Sports

of Tebo". This study aims to determine the implementation of the Performance Based

Budget and analysis of value for money (economy, efficiency and effectiveness) on

budgeting at the Department of Education, Culture, Youth and Sports of Tebo. Objects in

this study are the Budget Statement and Realization Unit Department of Education,

Culture, Youth and Sports Tebo. Data analysis was performed to assess the performance of

the budget allocation in some sectors of the public service of the Department of Education,

Culture, Youth and Sports Tebo. Measurement value for money ratio is performed to

measure the economy, efficiency and effectiveness of government performance in the

implementation of the capital expenditure budget of the Department of Education, Culture,

Youth and Sports of Tebo. The results showed that the economic terms of the ratio, the

implementation of the budget of the Department of Education, Culture, Youth and Sports

Tebo looks pretty economical with the realization of savings in the budget implementation

for 4.93 % of the total allocation of funds budgeted work program on all Department of

Education, Culture, Youth and Sports of Tebo. Judging from the ratio of efficiency, in all

sectors with a budget allocation of a budget allocation of Rp.46.199.429.776,00 increase

output by 73.49 %. This means that the allocation of expenditure Rp.628.654.058,59, will

increase output by 1 % , or every 1 % increase in the achievement of the results of the

Department of Education, Culture, Youth and Sport requires the input of funds for

Rp.628.654.058,59. Implementation of the budget of Education, Culture, Youth and Sports

of Tebo looks quite effective as indicated by an increase in all outcome indicators Office

implementation.

Keywords: Performance Based Budget, economy, efficiency and effectiveness

Pendahuluan

Kedudukan aspek keuangan

daerah sangat urgen bagi

penyelenggaraan pemerintah daerah. Oleh

karena itu, terdapat beberapa aturan dan

prinsip-prinsip penganggaran yang harus

ditaati, di antaranya : 1) pengelolaan

keuangan daerah harus berorientasi pada

kepentingan publik, 2) adanya kejelasan

misi dalam pengelolaan keuangan daerah,

3) desentralisasi dan pelibatan

stakeholders, 4) sesuai dengan prinsip

pengelolaan keuangan (value fore money,

transparansi, pengendalian dan

akuntabilitas), 5) bentuk dan struktur

APBD serta anggaran berbasis kinerja, 6)

pengembangan sistem informasi

keuangan dan transparansi laporan

keuangan (Prasetya, 2005).

Namun demikian dalam

prakteknya tetap saja terdapat celah yang

menjadi permasalahan dalam

mengimplementasikan manajemen

Page 3: Jurnal

3

keuangan daerah sesuai dengan kaidah-

kaidah di atas. Di antaranya adalah sistem

penganggaran tradisional yang bersifat

line-item dan incremental, di mana proses

penyusunan anggaran daerah semata-

mata hanya mendasarkan pada

ketersediaan dana untuk item-item yang

sudah ditentukan serta mendasarkan pada

besarnya realisasi anggaran tahun

sebelumnya, sehingga kurang responsif

terhadap kebutuhan riil masyarakat.

(Prasetya, 2005).

Anggaran Berbasis Kinerja

diartikan sebagai penyusunan anggaran

yang didasarkan pada target kinerja

tertentu. Anggaranlah yang disusun

sesuai dengan beban target kinerja.

Artinya, target kinerja bersifat tetap dan

menjadi dasar dari penyusunan anggaran.

Penggunaan Anggaran Berbasis Kinerja

(ABK), mata anggaran yang akan

dituangkan hanya akan ada jika memang

ada target dan sasaran yang jelas, terukur

dan efisien. Dengan kata lain, anggaran

disusun hanya atas dasar rencana yang

objektif dan dibiayai sesuai dengan

kebutuhan objektifnya. Proses

penyusunan Anggaran dengan Berbasis

Kinerja menggunakan arah dan kebijakan

umum strategi dan prioritas anggaran.

Proses dan pengalokasian anggaran

kinerja haruslah berorientasi kepada

kepentingan publik, disusun dengan

pendekatan kinerja, terdapat keterkaitan

yang erat antara pengambil kebijakan

(decision maker) di DPRD dengan

perencanaan operasional oleh pemerintah

daerah dan penganggaran oleh unit kerja

(Mardiasmo, 2002a).

Penerapan Anggaran Berbasis

Kinerja telah diatur dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri (Permendagri)

Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah

diubah dengan Permendagri nomor 59

Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 21

Tahun 2011. Berdasarkan Peraturan

Menteri Dalam Negeri tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah tersebut

disebutkan bahwa setiap Satuan Kerja

Perangkat Daerah harus menyusun

Rencana Kerja Anggaran dengan memuat

prestasi kerja yang hendak dicapai yang

terdiri dari indikator, tolok ukur dan

target kinerja. Dimaksud dengan

indikator kinerja Satuan Kerja Perangkat

Daerah yaitu dilihat dari masukan (input),

keluaran (output) dan hasil, sedangkan

tolok ukur kinerja merupakan ukuran

prestasi kerja yang akan dicapai dari

keadaan semula dengan

mempertimbangkan faktor kualitas,

kuantitas, efisiensi dan efektifitas

pelaksanaan dari setiap program dan

kegiatan. Sementara itu, target kinerja

yaitu merupakan hasil yang diharapkan

dari suatu program atau keluaran yang

diharapkan dari suatu kegiatan.

Dinas Pendidikan Kabupaten

Tebo telah berupaya dalam pengalokasian

anggaran menggunakan Anggaran

Berbasis Kinerja, mengingat sistem

penyusunan anggaran ini dianggap cukup

baik dan sesuai dengan peraturan yang

ada. Namun, dalam pelaksanaannya

sering dijumpai penyusunan anggaran

yang tidak sesuai dengan Prosedur dan

Aturan Penyusunan Anggaran Berbasis

Kinerja (ABK). Hal ini disebabkan

karena kurangnya pemahaman tentang

sistem anggaran tersebut. Dengan

demikian, penerapan Anggaran Berbasis

Page 4: Jurnal

4

Kinerja yang dilaksanakan di Dinas

Pendidikan Kabupaten Tebo harus

disesuaikan dengan Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah

berdasarkan Permendagri Nomor Nomor

13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah

diubah dengan Permendagri nomor 59

Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 21

Tahun 2011. Penetapan RKA SKPD

harus menetapkan indikator kinerja, tolok

ukur kinerja dan target kinerja sehingga

akan mencapai kehematan, efektivitas

dan efisiensi pada anggaran Dinas

Pendidikan Kabupaten Tebo.

Berdasarkan latar belakang

masalah di atas, maka dirumuskan

masalah sebagai berikut: “Bagaimana

implementasi penerapan Anggaran

Berbasis Kinerja pada Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo dan bagaimana analisis

value for money (ekonomi, efisiensi dan

efektivitas) penganggaran pada Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Tebo?”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah

penelitian, maka tujuan dalam penelitian

ini yaitu untuk mengetahui implementasi

penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo

dan untuk menganalisis penganggaran

pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo

berdasarkan analisis value for money

(ekonomi, efisiensi dan efektivitas).

Tinjauan Pustaka

Anggaran Berbasis Kinerja

Secara teori, prinsip anggaran

berbasis kinerja adalah anggaran yang

menghubungkan anggaran negara

(pengeluaran negara) dengan hasil yang

diinginkan (output dan outcome)

sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan

dapat dipertanggungjawabkan

pemanfaatannya. Performance based

budgeting dirancang untuk menciptakan

efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas

dalam pemanfaatan anggaran belanja

publik dengan output dan outcome yang

jelas sesuai dengan prioritas nasional

sehingga semua anggaran yang

dikeluarkan dapat dipertangungjawabkan

secara transparan kepada masyarakat

luas. (Sancoko et al, 2008: 5).

Selain itu menurut Sancoko et al

(2008: 5), penerapan penganggaran

berdasarkan kinerja juga akan

meningkatkan kualitas pelayanan publik,

dan memperkuat dampak dari

peningkatan pelayanan kepada publik.

Untuk mencapai semua tujuan tersebut,

kementerian negara/lembaga diberikan

keleluasaan yang lebih besar (let’s the

manager manage) untuk mengelola

program dan kegiatan didukung dengan

adanya tingkat kepastian yang lebih

tinggi atas pembiayaan untuk program

dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Ciri-ciri Anggaran Berbasis Kinerja

Menurut Bastian (2006: 53), ciri-

ciri pokok anggaran berbasis kinerja yaitu

:

Page 5: Jurnal

5

1. Secara umum sistem anggaran

kinerja mengandung tiga unsur

pokok, yaitu ;

(i) Pengeluaran pemerintah

diklasifikasikan menurut program

dan kegiatan;

(ii) Pengukuran hasil kerja

(Performance measurement )

(iii) Pelaporan program

(Program reporting)

2. Titik perhatian lebih ditekankan pada

pengukuran hasil kerja, bukan pada

pengawasan.

3. Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi

efisiensi dan memaksimalkan output.

4. Bertujuan untuk menghasilkan

informasi biaya dan hasil kerja yang

dapat digunakan untuk penyusunan

target evaluasi pelaksanaan kerja

Selanjutnya menurut Bastian

(2006 : 53) mengenai karakteristik

anggaran berbasis kinerja, APBD dengan

pendekatan kinerja harus memuat

beberapa hal yaitu:

1. Sasaran yang diharapkan menurut

fungsi belanja

2. Standar pelayanan yang diharapkan

dan perkiraan biaya satuan komponen

kegiatan yang bersangkutan.

3. Persentase dari jumlah pendapatan

APBD yang mendanai pengeluaran

administrasi umum, operasi dan

pemeliharaan serta belanja

modal/pembangunan.

Sedangkan keunggulan dan

kelemahan dari anggaran berbasis kinerja

digambarkan oleh Bastian (2006: 53)

adalah sebagai berikut:

1. Keunggulan

a. Memungkinkan pendelegasian

wewenang dalam pengambilan

keputusan.

b. Merangsang partisipasi dan

motivasi unit kerja melalui proses

pengusulan dan penilaian

anggaran yang bersifat faktual.

c. Membantu fungsi perencanaan

dan mempertajam pembuatan

keputusan.

d. Memungkinkan alokasi dana

secara optimal dengan didasarkan

efisiensi unit kerja

e. Menghindari pemborosan

anggaran.

2. Kelemahan

a. Tidak semua kegiatan dapat

distandarisasi.

b. Tidak semua hasil kerja dapat

diukur secara kuantitatif.

c. Tidak jelas mengenai siapa

pengambil keputusan dan siapa

yang menanggung beban atas

keputusan.

Pendekatan kinerja disusun untuk

mengatasi berbagai kelemahan yang

terdapat dalam anggaran tradisional,

khususnya kelemahan disebabkan oleh

tidak adanya tolak ukur yang dapat

digunakan untuk mengukur kinerja dalam

pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan

publik. Anggaran dengan pendekatan

kinerja sangat menekankan pada konsep

value for money dan pengawasan atas

kinerja output. Pendekatan ini juga

mengutamakan mekanisme penentuan

dan pembuatan prioritas tujuan serta

pendekatan yang sistematik dan rasional

dalam pengambilan keputusan. Untuk

mengimplementasikan hal-hal tersebut

Page 6: Jurnal

6

anggaran kinerja dilengkapi dengan

teknik penganggaran analitis.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pelaksanaan Anggaran Berbasis

Kinerja

Buku Pedoman Penyusunan

Anggaran Berbasis Kinerja yang

diterbitkan Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) tahun 2005

menyatakan: tuntutan pentingnya

pelaksanaan penyusunan anggaran

berbasis kinerja, ternyata membawa

konsekuensi yang harus disiapkan

beberapa faktor keberhasilan

implementasi penggunaan anggaran

berbasis kinerja, yaitu:

a. Kepemimpinan dan komitmen dari

seluruh komponen organisasi.

b. Fokus penyempurnaan administrasi

secara terus menerus.

c. Sumber daya yang cukup untuk

usaha penyempurnaan tersebut (uang,

waktu dan orang).

d. Penghargaan (reward) dan sanksi

(punishment) yang jelas.

e. Keinginan yang kuat untuk berhasil.

Menurut Wahono (2001),

“Kepemimpinan sebagai suatu proses dan

perilaku untuk mempengaruhi aktivitas

para anggota kelompok untuk mencapai

tujuan bersama yang dirancang untuk

memberikan manfaaat individu dan

organisasi”.

Menurut Nugroho (2006),

“Reward dan punishment merupakan dua

bentuk metode dalam memotivasi

seseorang untuk melakukan kebaikan dan

meningkatkan prestasinya”, dalam hal

implementasi anggaran berbasis kinerja

ini perlu dijaga konsistensi perencanaan

dengan penganggaran dan pemberian

reward dan punishment yang jelas bagi

satuan kerja perangkat daerah.

Audit Kinerja Sektor Publik

Pemerintah

Kinerja suatu organisasi dinilai

baik jika organisasi yang bersangkutan

mampu melaksanakan tugas-tugas dalam

rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan pada standar yang tinggi

dengan biaya yang rendah. Kinerja yang

baik bagi suatu organisasi dicapai ketika

administrasi dan penyediaan jasa oleh

organisasi yang bersangkutan dilakukan

pada tingkat yang ekonomis, efisien dan

efektif. Konsep ekonomi, efisiensi dan

efektivitas saling berhubungan satu sama

lain dan tidak dapat diartikan secara

terpisah. Konsep ekonomi memastikan

bahwa biaya input yang digunakan dalam

operasional organisasi dapat

diminimalkan. Konsep efisien

memastikan bahwa output yang maksimal

dapat dicapai dengan sumber daya yang

tersedia. Sedangkan konsep efektif berarti

bahwa jasa yang disediakan/dihasilkan

oleh organisasi dapat melayani kebutuhan

pengguna jasa dengan tepat.

Penekanan kegiatan audit pada

ekonomi, efisiensi dan efektivitas suatu

organisasi memberikan ciri khusus yang

membedakan audit kinerja dengan audit

jenis lainnya.

1. Audit Ekonomi dan Efisiensi

Konsep yang pertama dalam

pengelolaan organisasi sektor publik

adalah ekonomi, yang berarti

pemerolehan input dengan kualitas

dan kuantitas tertentu pada harga

yang terendah. Ekonomi merupakan

Page 7: Jurnal

7

perbandingan input dengan input

value yang dinyatakan dalam satuan

moneter. Ekonomi terkait dengan

sejauh mana organisasi sektor publik

dapat meminimalisir input resources

yang digunakan, yaitu dengan

menghindari pengeluaran yang boros

dan tidak produktif.

Konsep kedua dalam

pengelolaan organisasi sektor publik

adalah efisiensi, yang berarti

pencapaian output yang maksimum

dengan input tertentu atau

penggunaan input yang terendah

untuk mencapai output tertentu.

Efisiensi merupakan perbandingan

output/input yang dikaitkan dengan

standar kinerja atau target yang telah

ditetapkan.

Dapat disimpulkan bahwa

ekonomi mempunyai arti biaya

terendah, sedangkan efisiensi

mengacu pada rasio terbaik antara

output dengan biaya (input). Karena

output dan biaya diukur dalam unit

yang berbeda, maka efisiensi dapat

terwujud ketika dengan sumber daya

yang ada dapat dicapai output yang

maksimal atau output tertentu dapat

dicapai dengan sumber daya yang

sekecil-kecilnya.

Menurut The General

Accounting Office Standards (1994),

beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan dalam audit

ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan

mempertimbangkan apakah entitas

yang diaudit telah: (1) mengikuti

ketentuan pelaksanaan pengadaan

yang sehat; (2) melakukan pengadaan

sumber daya (jenis, mutu dan

jumlah) sesuai dengan kebutuhan

pada biaya terendah; (3) melindungi

dan memelihara semua sumber daya

yang ada secara memadai; (4)

menghindari duplikasi pekerjaan atau

kegiatan yang tanpa tujuan atau

kurang jelas tujuannya; (5)

menghindari adanya pengangguran

sumber daya atau jumlah pegawai

yang berlebihan; (6) menggunakan

prosedur kerja yang efisien; (7)

menggunakan sumber daya (staf,

peralatan dan fasilitas) yang

minimum dalam menghasilkan atau

menyerahkan barang/jasa dengan

kuantitas dan kualitas yang tepat; (8)

mematuhi persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan

dengan perolehan, pemeliharaan dan

penggunaan sumber daya Negara; (9)

melaporkan ukuran yang sah dan

dapat dipertanggungjawabkan

mengenai kehematan dan efisiensi

(Mardiasmo, 2002)

2. Audit Efektivitas

Konsep yang ketiga dalam

pengelolaan organisasi sektor publik

adalah efekivitas. Efektivitas berarti

tingkat pencapaian hasil program

dengan target yang ditetapkan.

Efektivitas merupakan perbandingan

antara outcome dengan output.

Outcome seringkali dikaitkan dengan

tujuan (objectives) atau target yang

hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan

bahwa efektivitas berkaitan dengan

pencapaian tujuan. Sedangkan

menurut Audit Commission (1986)

disebutkan bahwa efektivitas berarti

menyediakan jasa-jasa yang benar

sehingga memungkinkan pihak yang

Page 8: Jurnal

8

berwenang untuk

mengimplementasikan kebijakan dan

tujuannya (Mardiasmo, 2002b).

Efektivitas berkenaan dengan

dampak suatu output bagi pengguna

jasa. Untuk mengukur efektivitas

suatu kegiatan harus didasarkan pada

kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya. Jika hal ini belum

tersedia, auditor bekerja sama dengan

manajemen puncak dan badan

pembuat keputusan untuk

menghasilkan kriteria tersebut

dengan berpedoman pada tujuan

pelaksanaan suatu program.

Meskipun efektivitas suatu program

tidak dapat diukur secara langsung,

ada beberapa alternatif yang dapat

digunakan untuk mengevaluasi

pelaksanaan suatu program, yaitu

mengukur dampak/pengaruh,

evaluasi oleh konsumen dan evaluasi

yang menitikberatkan pada proses,

bukan pada hasil.

Metode Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah

Laporan Anggaran dan Realisasi Satuan

Kerja Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo.

Data dan informasi yang berhubungan

dengan penelitian ini, diperoleh dengan

cara :

1. Penelitian Lapangan (Field

Research), yaitu melakukan

peninjauan secara langsung pada

dinas instansi terkait untuk

memperoleh data sekunder. Observasi

yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan mencermati

Laporan Keuangan Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo, Struktur Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo dan data Badan

Pusat Statistik Daerah Kabupaten

Tebo Tahun 2011 dan Tahun 2012.

2. Penelitian kepustakaan (Library

Research) dilakukan dengan cara

mempelajari berbagai literatur serta

tulisan-tulisan berupa laporan-

laporan, artikel-artikel, yang

berhubungan dengan masalah yang

akan diteliti. (Akhmad, 2002).

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan survei. Metode

deskriptif merupakan penelitian terhadap

fenomena/populasi tertentu yang

diperoleh dari subyek berupa: individu,

organisasi atau perspektif yang lain yang

bertujuan untuk menjelaskan aspek-aspek

yang relevan dengan fenomena yang

diamati (Indriantoro, 1999).

Metode penelitian dengan

pendekatan survei adalah penelitian yang

diadakan untuk memperoleh fakta-fakta

yang ada dan mencari keterangan yang

faktual baik tentang Laporan Keuangan

Daerah, Struktur Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo.

Dalam penelitian ini, pendekatan

deskriptif yang digunakan dengan

membandingkan fenomena-fenomena

yang ada dengan standar yang telah

ditentukan.

Analisis data dilakukan dengan

melakukan penilaian kinerja pada alokasi

anggaran pada beberapa sektor pelayanan

Page 9: Jurnal

9

publik Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo.

Menurut Mardiasmo (2002b: 84),

penilaian kinerja dari suatu anggaran

kinerja didasarkan pada pelaksanaan

value for money dan efektifitas anggaran.

Pengukuran value for money dilakukan

untuk mengukur ratio ekonomi, efisiensi

dan efektifitas kinerja pemerintah dalam

pelaksanaan anggaran Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo.

1. Pengukuran ekonomi

Menurut Mardiasmo (2002b: 134),

pengukuran ekonomi

mempertimbangkan masukan yang

dipergunakan. Pengukuran ekonomi

dilihat dari penghematan anggaran

dalam pelaksanaan APBD. Dalam

penelitian ini dilakukan dengan

membandingkan antara alokasi

anggaran dengan realisasi

pelaksanaan anggaran.

2. Pengukuran Efisiensi

Efisiensi diukur dengan ratio antara

output dengan input. Semakin besar

output dibanding input, maka semakin

tinggi tingkat efisiensi. Rumus yang

digunakan untuk mengukur efisiensi

menurut Mardiasmo (2002b: 133)

yaitu sebagai berikut:

Efisiensi =Input

Output

Ratio efisiensi tidak dinyatakan dalam

bentuk absolut, tetapi dalam bentuk

relatif. Unit kerja A lebih relatif

dibanding unit kerja B, unit A lebih

efisien dibanding tahun lalu dan lain

sebagainya.

3. Pengukuran Efektivitas

Efektifitas adalah ukuran berhasil atau

tidaknya suatu organisasi mencapai

tujuannya. Apabila suatu organisasi

berhasil mencapai tujuan, maka

organisasi tersebut dikatakan telah

berjalan dengan efektif. Efektivitas

tidak menyatakan berapa besar biaya

yang telah dikeluarkan untuk

mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh

melebihi apa yang telah dianggarkan,

efektivitas hanya melihat apakah

suatu program atau kegiatan telah

mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. (Mardiasmo, 2002b: 134)

Hasil Penelitian

Pelaksanaan Anggaran pada Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Tebo

Pelaksanaan Anggaran Berbasis

Kinerja pada Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo disusun berdasarkan

rencana kinerja (performance plan) yang

menguraikan target yang hendak dicapai

selama tahun anggaran berjalan. Target

kinerja merepresentasikan nilai kuantitatif

yang harus dicapai selama setahun dari

semua indikator kinerja yang melekat

pada tingkat kegiatan maupun tingkat

sasaran. Target kinerja pada tingkat

sasaran strategis merupakan merupakan

benchmark dalam mengukur keberhasilan

organisasi di dalam upaya pencapaian visi

dan misi.

Berdasarkan sasaran strategis

yang ditetapkan kemudian pelaksanaan

anggaran disesuaikan dengan saran

strategis tersebut sesuai dengan indikator

output dan outcome yang ditetapkan pada

Page 10: Jurnal

10

Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Tebo. Dengan

demikian, Dinas Pendidikan Kebudayaan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo

telah melaksakan anggaran sesuai dengan

indikator Anggaran Berbasis Kinerja

dengan pelaksanaaan anggarannya

disesuaikan dengan sasaran kinerja yang

ingin dicapai sesuai dengan visi dan misi

Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Tebo.

Analisis Ekonomi pada Pelaksanaan

Anggaran Berbasis Kinerja Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Tebo Tahun 2012

Analisis Ekonomi merupakan

perbandingan input dengan input value

yang dinyatakan dalam satuan moneter.

Ekonomi terkait dengan sejauh mana

organisasi sektor publik dapat

meminimalisir input resources yang

digunakan, yaitu dengan menghindari

pengeluaran yang boros dan tidak

produktif. Dalam penelitian ini, input

dimaksud yaitu jumlah alokasi belanja

pada Anggaran Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Tahun Anggaran 2012, sedangkan input

value yaitu jumlah realisasi anggaran

yang telah dilaksanakan Berikut ini

ringkasan anggaran dan realisasi

anggaran Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga Tahun Anggaran

2011:

Tabel 1

Ringkasan Alokasi Anggaran dan

Realisasi Belanja

No Sasaran

Strategis

Alokasi Anggaran

(Rp)

Realisasi Anggaran

(Rp)

%

1 Meningkatnya kuantitas dan

kualitas

pelayanan serta terwujudnya

kenyamanan

dan kemudahan

dalam

memberikan

pelayanan publik

7.730446.236 7.401.684.283 95,75

2 Menciptakan

sarana dan

prasarana pendidikan

yang berkualitas

dan berdaya saing

33.367.907.400 31.888.630.826 95,57

3 Meningkatnya

mutu peserta didik, pendidik

dan tenaga

kependidikan

3.048.714.000 2.876.875.067 94,36

4 Terjaganya

kelestarian seni

budaya lokal serta tumbuh

dan

berkembangnya budaya daerah

985.134.000 686.150.000 69,65

5 Mewujudkan

generasi yang

mampu bersaing dan

berprestasi

dalam bidang olahraga dan

kepemudaan di

tingkat Provinsi bahkan tingkat

Nasional

3.426.855.000 3.312.889.600 96,67

Jumlah 48.595.456.636 46.199.429.776 95,07

Sumber : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Tebo

Tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat bahwa realisasi anggaran sebesar

95,07% dari alokasi yang dianggarkan.

Hal ini berarti terdapat penghematan

belanja modal sebesar 4,93% atau sebesar

Rp2.396.026.860,00. Realisasi anggaran

terbesar pada alokasi anggaran untuk

mewujudkan generasi yang mampu

Page 11: Jurnal

11

bersaing dan berprestasi dalam bidang

olahraga dan kepemudaan di tingkat

Provinsi bahkan tingkat Nasional dengan

persentase sebesar 96,67% dari alokasi

dana yang dianggarkan. Penghematan

terbesar terdapat pada alokasi anggaran

untuk terjaganya kelestarian seni budaya

lokal serta tumbuh dan berkembangnya

budaya daerah dengan realisasi anggaran

sebesar 69,65% dari alokasi dana yang

dianggarkan. Hal ini berarti bahwa pada

kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk

menjaga kelestarian seni budaya lokal

serta tumbuh berkembangnya budaya

daerah mendapat penghematan anggaran

sebesar 30,35% dari alokasi dana yang

dianggarkan.

Berdasarkan tabel di atas, maka

dapat dilihat dari rasio ekonomi dari input

dana yang dikeluarkan terdapat

penghematan penggunaan anggaran

sebesar 4,93% dari total alokasi dana

yang dianggarkan pada semua program

kerja Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo.

Nilai penghematan terbesar pada kegiatan

yang bertujuan untuk menjaga kelestarian

budaya daerah serta tumbuh kembangnya

budaya daerah. Sementara itu,

penghematan anggaran terkecil terdapat

pada kegiatan yang bertujuan untuk

mewujudkan generasi yang mampu

bersaing dan berprestasi dalam bidang

olahraga dan kepemudaan di tingkat

Provinsi bahkan tingkat Nasional.

Analisis Efisiensi Alokasi anggaran

pada Anggaran Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Tahun Anggaran 2012

Analisis efisiensi berarti

pencapaian output yang maksimum

dengan input tertentu atau penggunaan

input yang terendah untuk mencapai

output tertentu. Efisiensi merupakan

perbandingan output/input yang dikaitkan

dengan standar kinerja atau target yang

telah ditetapkan. Input dimaksud yaitu

jumlah alokasi Anggaran Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Tebo. Sementara itu,

output yaitu hasil kinerja pelaksanaan

kegiatan pada Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo. Indikator kinerja dibagi

menjadi 5 sasaran strategis yang

ditetapkan pada Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo. Hasil pelaksanaan

kegiatan digambarkan menggunakan

persentase pencapaian kinerja pada setiap

sasaran strategis yang ditetapkan.

Besarnya biaya per 1%

peningkatan output memperlihatkan

tingkat efisiensi alokasi anggaran yang

dikeluarkan. Tingkat efisiensi tertinggi

dapat dilihat dari kecilnya biaya yang

dibutuhkan untuk meningkatkan output.

Semakin besar biaya yang dikeluarkan

untuk meningkatkan output pada tingkat

tertentu, hal ini berarti bahwa kinerja

menjadi semakin tidak efisien.

Sebaliknya, semakin kecil biaya yang

dibutuhkan untuk meningkatkan output

pada tingkat tertentu, maka kinerja

semakin efisien.

Perbandingan input dan output

digambarkan dalam tabel berikut ini:

Page 12: Jurnal

12

Tabel 2

Perbandingan Input (Alokasi

Anggaran) dan Output (Hasil

Pencapaian Kegiatan)

N

o

Sasaran

Strategis Jumlah Input

Output

(%)

Biaya per 1 % peningkatan

output

1 Meningkatnya kuantitas dan

kualitas

pelayanan serta

terwujudnya

kenyamanan dan

kemudahan

dalam memberikan

pelayanan

publik

7.401.684.283 82,34 90.006.175,12

2 Menciptakan sarana dan

prasarana

pendidikan yang

berkualitas dan berdaya

saing

31.888.630.826 92,27 327.827.045,87

3 Meningkatnya

mutu peserta

didik,

pendidik dan

tenaga kependidikan

2.876.875.067 97,76 29.427.363,08

4 Terjaganya

kelestarian seni budaya

lokal serta

tumbuh dan berkembangn

ya budaya

daerah

686.150.000 68,67 9.992.475,73

5 Mewujudkan generasi yang

mampu

bersaing dan berprestasi

dalam bidang

olahraga dan kepemudaan

di tingkat Provinsi

bahkan

tingkat Nasional

3.312.889.600 95,00 34.872.522,11

Jumlah 46.199.429.776 73,49 628.654.058,59

Sumber : Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Tebo

Tahun 2012

Tabel di atas memperlihatkan

bahwa dengan jumlah alokasi anggaran

yang dikeluarkan akan meningkatkan

output hasil pencapaian kegiatan yang

dilakukan. Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat bahwa tingkat efisiensi yang

tertinggi terdapat pada kegiatan-kegiatan

yang bertujuan untuk menjaga kelestarian

budaya lokal serta tumbuh kembangnya

budaya daerah, dimana dengan input

sebesar Rp. 686.150.000,00

menghasilkan peningkatan pencapaian

hasil kegiatan sebesar 68,67%. Hal ini

berarti bahwa dengan alokasi anggaran

sebesar Rp.9.992.475,73 akan

meningkatkan output sebesar 1%. Namun

demikian dilihat dari output kinerja yang

dihasilkan, banyak terjadi pencapaian

kegiatan yang tidak terlaksana. Dilihat

dari tingkat efisiensi, pelaksanaan

kegiatan pada indikator tersebut memiliki

tingkat efisiensi tertinggi dibandingkan

dengan kegiatan pada sasaran strategis

lainnya, namun hal ini dikarenakan

alokasi yang dianggarkan pada sasaran

tersebut relatif kecil sehingga walaupun

output kinerjanya paling rendah, tetapi

menghasilkan tingkat efisiensi tertinggi.

Tingkat efisiensi terendah terdapat

pada alokasi anggaran untuk kegiatan

yang bertujuan untuk menciptakan sarana

dan prasarana pendidikan yang

berkualitas dan berdaya saing, dimana

dengan input sebesar Rp. 31.888.630.826

menghasilkan peningkatan output sebesar

92,27%. Hal ini berarti bahwa untuk

menciptakan sarana dan prasarana

pendidikan yang berkualitas dan berdaya

saing dengan ouput sebesar 1%

diperlukan alokasi anggaran sebesar

Rp.327.827.045.,87. Besarnya alokasi

anggaran dikarenakan banyaknya alokasi

dana yang diperuntukan bagi

pembanguan sarana dan prasarana

Page 13: Jurnal

13

pendidikan yang memerlukan input dana

yang sangat besar.

Secara umum dilihat dari rasio

efisiensi, pada semua sektor alokasi

anggaran dengan alokasi anggaran

sebesar Rp.46.199.429.776,00

meningkatkan output sebesar 73,49%.

Hal ini berarti dengan alokasi belanja

Rp.628.654.058,59, akan meningkatkan

output sebesar 1%, atau setiap 1%

peningkatan pencapaian hasil kegiatan

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda

dan Olahraga membutuhkan input dana

sebesar Rp.628.654.058,59.

Analisis Efektivitas Alokasi anggaran

pada Anggaran Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Tahun 2012

Efektivitas adalah ukuran behasil

atau tidaknya Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) mencapai tujuannya.

Apabila suatu SKPD berhasil mencapai

tujuannya, maka organisasi tersebut

dikatakan telah berjalan dengan efektif.

Efektivitas pelaksanaan anggarana Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga dihitung dengan melihat

outcome yang dihasilkan yaitu

dampaknya pada masyarakat. Pengukuran

outcome dilakukan dengan menentukan

indikator outcome dan melihat adanya

peningkatan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

Tersedia dan Terjangkaunya Layanan

PAUD Bermutu

Efektivitas kegiatan yang

berhubungan dengan pelayanan PAUD

bermutu berarti bahwa program kerja

pelayanan PAUD bermutu harus dapat

dinikmati oleh masyarakat. Hal ini berarti

semakin tingginya partisipasi masyarakat

untuk memasukkan anak pada usia dini

untuk mengikuti PAUD. Kondisi ini

ditandai dengan semakin meningkatnya

angka partisipasi anak usia dini mengikuti

PAUD. Hal lain yang menjadi prioritas

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda

dan Olahraga yang berhubungan dengan

pelayanan PAUD bermutu yaitu

penyediaan guru PAUD berkualitas. Guru

yang berkualitas dimaksud yaitu guru

yang memiliki kompetensi yang cukup

baik untuk mengajar pada PAUD.

Dengan demikian, program kerja Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Tebo yang

berhubungan tersediannya layanan PAUD

bermutu bisa tercapai dan mampu

melayani kebutuhan masyarakat dengan

baik. Keadaan ini ditandai dengan

peningkatan jumlah guru PAUD yang

berkualifikasi S1/D4 dan bersertifikat.

Gambaran mengenai kondisi

angka partisipasi kasar PAUD, persentase

guru PAUD berkualifikasi S1/D4 dan

persentase guru PAUD bersertifikat dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.

Perbandingan Outcome Tersedia dan

Terjangkaunya Layanan PAUD

Bermutu Kegiatan Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Tahun 2011 dan Tahun 2012

N

o Indikator

Tahun

2011

Tahun

2012

Meningkat/

Menurun

1 Angka Partisipasi Kasar (APK)

PAUD/TPQ/TK/

RA

33,46 36,94 Meningkat

2 Persentase guru

PAUD formal

Berkualitas S1/D4

10,55 12,00 Meningkat

3 Persentase guru

PAUD formal bersertifikat

5,00 5,88 Meningkat

Page 14: Jurnal

14

Berdasarkan tabel di atas terlihat

bahwa pelaksanaan kerja yang

berhubungan dengan tersedianya layanan

PAUD bermutu pada tahun 2012

meningkat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Dilihat dari indikator

outcome yang ditetntukan terlihat bahwa

angka partisipasi kasar

PAUD/TPQ/TK/RA pada tahun 2012

yaitu sebesar 36,94% meningkat

dibandingkan tahun 2011 yang bernilai

sebesar 33,46%. Hal ini berarti

menunjukkan peningkatan antusiasme

masyarakat untuk memasukkan anaknya

pada Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD). Selain itu, pada tabel di atas

juga menggambarkan peningkatan jumlah

guru PAUD berkualitas. Pada tahun 2011.

persentase guru berkualifikasi S1/D4

sebesar 10,55%, sedangkan pada tahun

2012 meningkat menjadi 12,00%.

Sementara itu, guru bersertifikat

meningkat dari tahun 2011 sebesar 5,00%

menjadi 5,88% pada tahun 2012.

Berdasarkan gambaran tersebut

menunjukkan bahwa pada program

kegiatan Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo

terlihat efektif sesuai dengan sasaran

yang ditetapkan. Dalam hal ini berarti

bahwa kegiatan pelayanan PAUD

bermutu mampu memuaskan masyarakat

sehingga terjadi peningkatan antusiasme

masyarakat dalam memasukkan anaknya

pada PAUD.

Terjaminnya Kepastian Memperoleh

Layanan Pendidikan Dasar Bermutu

dan Berkesetaraan

Indikator outcome yang

ditetapkan antara lain angka partisipasi

kasar (APK) SD/SDLB/MI/Paket A,

angka partisipasi murni (APM)

SD/SDLB/MI/Paket A, angka partisipasi

sekolah (APS) kelompok usia 7 – 12

tahun, persentase siswa SD/SDLB putus

sekolah, persentase siswa SD/SDLB yang

melanjutkan, APK

SMP/SMPLB/MTs/Paket B, APM

SMP/SMPLB/MTs/Paket B, APS

kelompok usia 13 – 15 tahun, persentase

siswa SMP/SMPLB putus sekolah, dan

persentase siswa SMP/SMPLB yang

melanjutkan.

Gambaran pencapaian outcome

pada tahun 2012 pada sasaran kegiatan

penyediaan kepastian memperoleh

layanan pendidikan dasar bermutu dan

berkesetaraan dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4

Perbandingan Outcome Terjaminnya

Kepastian Memperoleh Layanan

Pendidikan Dasar Bermutu dan

Berkesetaraan Kegiatan Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga Tahun 2011 dan Tahun 2012

N

o Indikator Outcome

Tahun

2011

Tahun

2012

Meningkat/

Menurun

1 APK

SD/SDLB/MI/Paket A

115,95 116,5 Meningkat

2 APM

SD/SDLB/MI/Paket A

97,00 97,4 Meningkat

3 APS Kelompok Usia 7

– 12 tahun

98,10 98,40 Meningkat

4 Persentase peserta didik SD/SDLB putus

sekolah

0,58 0,40 Meningkat

5 Persentase lulusan

SD/SDLB yang melanjutkan

97,11 98,60 Meningkat

6 APK

SMP/SMPLB/MTs/Paket B

96,2 98,4 Meningkat

APM

SMP/SMPLB/MTs/Pa

ket B

62,47 63,40 Meningkat

7 APS Kelompok Usia

13 – 15 tahun

81,10 82,75 Meningkat

8 Persentase peserta

didik SMP/SMPLB

putus sekolah

0,11 0,10 Menurun

9 Persentase lulusan

SMP/SMPLB yang melanjutkan

73,90 75 Meningkat

Page 15: Jurnal

15

Berdasarkan tabel di atas terlihat

bahwa pelaksanaan kegiatan pelayanan

pendidikan dasar bermutu dan

berkesetaraan pada tahun 2012 cukup

efektif. Hal ini ditandai dengan

meningkatnya berbagai indikator outcome

yang ditetapkan pada kegiatan tersebut.

APK SD pada tahun 2011 sebesar

115,95% yang kemudian meningkat

menjadi 116,5% pada tahun 2012. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya peningkatan

partisipasi masyarakat dalam layanan

pendidikan dasar dengan adanya

penyediaan pendidikan dasar yang

bermutu dan berkesetaraan. Selain itu,

dilihat dari angkat partisipasi murni juga

terlihat meningkat dari 97,00% pada

tahun 2011 menjadi 97,4% pada tahun

2012. Pada angka partisipasi sekolah

kelompok usia 7 – 12 tahun juga

memeperlihatkan peningkatan dari

98,00% menjadi 98,40%. Persentase

siswa yang putus sekolah mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya

sedangkan persentase siswa yang

melanjutkan pada jenjang selanjutnya

mengalami peningkatan. Gambaran

tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan

kegiatan pada sasaran ini efisien sesuai

dengan tujuan yang ditetapkan.

Tersedianya dan Terjangkaunya

Layanan Pendidikan Menengah

Bermutu, Relevan dan Berkesetaraan

Pendidikan menengah merupakan

lanjutan pendidikan dasar yang ditetapkan

dengan indikator APK

SMA/SMK/SMLB/MA/Paket C, APM

SMA/SMK/SMLB/MA/ Paket C, APS

Kelompok Usia 16 – 18 tahun, persentase

peserta didik SMA/SMALB putus

sekolah, dan persentase lulusan

SMA/SMALB yang melanjutkan.

Gambaran mengenai pencapaian kegiatan

penyediaan layanan pendidikan

menengah yang bermutu dan

berkesetaraan dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 5

Perbandingan Outcome Tersedianya

dan Terjangkaunya Layanan

Pendidikan Menengah Bermutu,

Relevan dan Berkesetaraan

Kegiatan Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Tahun 2011 dan Tahun 2012

N

o

Indikator

Outcome

Tahun

2011

Tahun

2012

Meningkat/

Menurun

1 APK SMA/SMK/

SMLB/MA

/Paket C

72,22 73,8 Meningkat

2 APM

SMA/SMK/

SMLB/MA/

Paket C

66,61 72,55 Meningkat

3 APS

Kelompok

Usia 16 – 18 tahun

49,25 52,26 Meningkat

4 Persentase

peserta didik SMA/

SMALB

putus sekolah

0,21 0,18 Menurun

Berdasarkan tabel di atas terlihat

bahwa pelaksanaan kegiatan yang

berhubungan dengan penyediaan layanan

pendidikan menengah yang bermutu dan

berkualitas cukup efektif dan memberikan

dampak yang baik bagi masyarakat. Hal

ini ditunjukkan dengan peningkatan APK

SMA, APM SMA, APS kemlopok usis 16

– 18 tahun dan persentase siswa yang

putus sekolah dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Pada tahun 2011, APK SMA

sebesar 72,22%, kemudian meningkat

pada tahun 2012 menjadi 73,8%. APM

SMA pada tahun 2011 sebesar 66,61%

Page 16: Jurnal

16

kemudian meningkat menjadi 72,55%

pada tahun 2012. Sementara itu APS

SMA kelompok usia 16 – 18 tahun

meningkat dari 49,25% pada tahun 2011

menjadi 52,26% pada tahun 26. Siswa

SMA yang putus sekolah pada tahun

2012 mengalami penurunan dibandingkan

dengan tahun 2011, yaitu dari 0,21%

menjadi 0,18%. Gambaran tersebut

menunjukkan efektivitas kegiatan Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga dalam menjalankan kegiatan

yang berhubungan dengan penyediaan

layanan pendidikan menengah bermutu

dan berkesetaraan.

Tersedia dan Terjangkaunya Layanan

Pendidikan Orang Dewasa

Berkelanjutan yang Berkesetaraan,

Bermutu dan Relevan dengan

Kebutuhan Masyarakat

Penyediaan pendidikan bagi

semua kalangan masyarakat juga

merupakan prioritas Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo dalam pelaksanaan

kegiatannya. Outcome yang digunakan

untuk melihat efektivitas pelaksanaan

kegiatan Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo

dalam penyediaan layanan pendidikan

orang dewasa yaitu angka melek huruf

dan lama bersekolah. Gambaran

mengenai indikator tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 6

Perbandingan Outcome Tersedia dan

Terjangkaunya Layanan Pendidikan

Orang Dewasa Berkelanjutan yang

Berkesetaraan, Bermutu dan Relevan

dengan Kebutuhan Masyarakat

Kegiatan Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan

OlahragaTahun 2011 dan Tahun 2012

No Indikator Outcome Tahun 2011

Tahun 2012

Meningkat/ Menurun

1 Angka Melek Huruf

(%) 95,2 95,76 Meningkat

2 Lama Bersekolah (tahun)

7,14 7,28 Meningkat

Berdasarkan tabel di atas terlihat

efektivitas pelaksanaan kegiatan

pelayanan pendidikan bagi orang dewasa

yang ditunjukkan oleh peningkatan angka

melek huruf dan lama bersekolah. Angka

melek huruf menggambarkan semakin

sedikitnya masyarakat yang tidak pernah

mengikuti jenjang pendidikan, sedangkan

lama bersekolah menggambarkan

semakin banyak anggata masyarakat yang

mengikuti jenjang pendidikan yang lebih

tinggi. Tahun 2011 angka melek huruf

sebesar 95,2%, kemudian meningkat

menjadi 95,76% pada tahun 2012. Rata-

rata lama sekolah meningkat dari 7,14

tahun pada tahun 2011 menjadi 7,28

tahun pada tahun 2012. Hal ini

menunjukkan keberhasilan pelaksanaan

program pendidikan bagi semua kalangan

masyarakat terutama orang dewasa

sehingga mampu mengurangi jumlah

anggota masyarakat yang buta huruf dan

juga semakin banyak masyarakat yang

mengikuti jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.

Page 17: Jurnal

17

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini,

maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Implementasi anggaran Dinas

Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Tebo

disesuaikan dengan sasaran strategis

sesuai dengan indikator output dan

outcome yang ditetapkan. Dengan

demikian, Dinas Pendidikan

Kebudayaan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo telah melaksakan

anggaran sesuai dengan indikator

Anggaran Berbasis Kinerja dengan

pelaksanaaan anggarannya

disesuaikan dengan sasaran kinerja

yang ingin dicapai sesuai dengan visi

dan misi Dinas Pendidikan

Kebudayaan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo

2. Berdasarkan analisis value for money

untuk melihat rasio ekonomi,

efisiensi dan efektivitas pelaksanaan

anggaran pada Dinas Pendidikan

Kebudayaan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo dapat disimpulkan

hal-hal sebagai berikut:

a. Pelaksanaan anggaran pada

Dinas Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo terlihat cukup

ekonomis dengan adanya

penghematan pada realisasi

pelaksanaan anggaran

pelaksanaan. Dilihat dari rasio

ekonomi, dari input dana yang

dikeluarkan terdapat

penghematan penggunaan

anggaran sebesar 4,93% dari

total alokasi dana yang

dianggarkan pada semua

program kerja Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Tebo. Nilai

penghematan terbesar pada

kegiatan yang bertujuan untuk

menjaga kelestarian budaya

daerah serta tumbuh

kembangnya budaya daerah.

Sementara itu, penghematan

anggaran terkecil terdapat pada

kegiatan yang bertujuan untuk

mewujudkan generasi yang

mampu bersaing dan berprestasi

dalam bidang olahraga dan

kepemudaan di tingkat Provinsi

bahkan tingkat Nasional.

b. Dilihat dari rasio efisiensi, pada

semua sektor alokasi anggaran

dengan alokasi anggaran sebesar

Rp.46.199.429.776,00

meningkatkan output sebesar

73,49%. Hal ini berarti dengan

alokasi belanja

Rp.628.654.058,59, akan

meningkatkan output sebesar

1%, atau setiap 1% peningkatan

pencapaian hasil kegiatan Dinas

Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga

membutuhkan input dana

sebesar Rp.628.654.058,59.

Tingkat efisiensi yang tertinggi

terdapat pada kegiatan-kegiatan

yang bertujuan untuk menjaga

kelestarian budaya lokal serta

tumbuh kembangnya budaya

daerah, dimana dengan input

sebesar Rp.686.150.000,00

menghasilkan peningkatan

pencapaian hasil kegiatan

Page 18: Jurnal

18

sebesar 68,67%. Hal ini berarti

bahwa dengan alokasi anggaran

sebesar Rp.9.992.475,73 akan

meningkatkan output sebesar

1%. Tingkat efisiensi terendah

terdapat pada alokasi anggaran

untuk kegiatan yang bertujuan

untuk menciptakan sarana dan

prasarana pendidikan yang

berkualitas dan berdaya saing,

dimana dengan input sebesar Rp.

31.888.630.826 menghasilkan

peningkatan output sebesar

92,27%. Hal ini berarti bahwa

untuk menciptakan sarana dan

prasarana pendidikan yang

berkualitas dan berdaya saing

dengan ouput sebesar 1%

diperlukan alokasi anggaran

sebesar Rp.327.827.045.,87.

c. Pelaksanaan anggaran Dinas

Pendidikan, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Tebo terlihat cukup

efektif yang ditunjukkan dengan

peningkatan indikator outcome

semua pelaksanaan kegiatan

Dinas. Peningkatan angka

partisipasi kasar, angka

partisipasi urini dan angka

partisipasi sekolah pada semua

jenjang menunjukkan angka

yang meningkat. Peningkatan

juga ditunjukkan pada persentase

siswa yang melanjutkan pada

jenjang pendidikan selanjutnya,

angka melek huruf dan rata-rata

lama sekolah. Efektivitas

pelaksanaan anggaran juga

ditunjukkan dengan ada

penurunan jumlah siswa yang

putus sekolah pada semua

jenjang pendidikan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini,

maka peneliti menyumbangkan saran bagi

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Tebo dan pihak-

pihak lain sebagai berikut:

1. Supaya meningkatkan penghematan

pelaksanaan anggaran, menerapkan

efisiensi pelaksanaan anggaran

sehingga biaya pelaksanaan kegiatan

mampu mencapai hasil yang optimal

dengan biaya input yang minimal.

2. Supaya dalam pelaksanaan Anggaran

Berbasis Kinerja pada Dinas

Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Tebo

supaya meningkatkan kinerjanya

dalam pelaksanaan kegiatan

pelayanan pendidikan sehingga

efektif memberikan dampak yang

baik bagi masyarakat.

Daftar Pustaka

Bastian, Indra. 2006. Sistem Perencanaan

dan Penganggaran Pemerintah

daerah di Indonesia. Penerbit

Salemba Empat: Jakarta

Depdagri. 2006. Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 59 Tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah.

Depdagri. 2007. Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 59 Tentang

Perubahan Atas Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Page 19: Jurnal

19

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.

2002. Penelitian Bisnis. Edisi

Pertama BPFE: Yogyakarta

Mardiasmo. 2002a. Otonomi dan

Manajemen keuangan daerah.

Penerbit Andi: Yogyakarta.

__________. 2002b. Akuntansi Sektor

publik. Penerbit Andi:

Yogyakarta.

Prasetya, Gede Edy. 2005. Penyusunan

dan Analisis Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah. Yogyakarta:

Andi

Sancoko, Bambang, et al. 2008. Kajian

Terhadap Penerapan

Penganggaran Berbasis Kinerja

Di Indonesia. Departemen

Keuangan Republik Indonesia:

Jakarta.