jurnal
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
1
Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) pada
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo
Alfina Verani
Fakultas Ekonomi Universitas Jambi
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
Performance Based Budgeting) pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Tebo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan analisis value for money (ekonomi, efisiensi dan
efektivitas) penganggaran pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo. Objek dalam penelitian ini adalah Laporan Anggaran dan Realisasi
Satuan Kerja Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo.
Analisis data dilakukan dengan melakukan penilaian kinerja pada alokasi anggaran pada
beberapa sektor pelayanan publik Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo. Pengukuran value for money dilakukan untuk mengukur ratio ekonomi,
efisiensi dan efektifitas kinerja pemerintah dalam pelaksanaan belanja modal dalam
anggaran Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari rasio ekonomi, pelaksanaan anggaran pada
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo terlihat cukup
ekonomis dengan adanya penghematan pada realisasi pelaksanaan anggaran pelaksanaan
sebesar 4,93% dari total alokasi dana yang dianggarkan pada semua program kerja Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo. Dilihat dari rasio
efisiensi, pada semua sektor alokasi anggaran dengan alokasi anggaran sebesar
Rp.46.199.429.776,00 meningkatkan output sebesar 73,49%. Hal ini berarti dengan alokasi
belanja Rp.628.654.058,59, akan meningkatkan output sebesar 1%, atau setiap 1%
peningkatan pencapaian hasil kegiatan Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga membutuhkan input dana sebesar Rp.628.654.058,59. Pelaksanaan anggaran
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo terlihat cukup
efektif yang ditunjukkan dengan peningkatan indikator outcome semua pelaksanaan
kegiatan Dinas.
Kata kunci : Anggaran Berbasis Kinerja, ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
2
Analysis of Performance-Based Budgeting Application Performance Based Budgeting)
at the Department of Education, Culture, Youth and Sports
of Tebo
Abstract
This study, entitled "Analysis of Performance-Based Budgeting Application
Performance Based Budgeting) at the Department of Education, Culture, Youth and Sports
of Tebo". This study aims to determine the implementation of the Performance Based
Budget and analysis of value for money (economy, efficiency and effectiveness) on
budgeting at the Department of Education, Culture, Youth and Sports of Tebo. Objects in
this study are the Budget Statement and Realization Unit Department of Education,
Culture, Youth and Sports Tebo. Data analysis was performed to assess the performance of
the budget allocation in some sectors of the public service of the Department of Education,
Culture, Youth and Sports Tebo. Measurement value for money ratio is performed to
measure the economy, efficiency and effectiveness of government performance in the
implementation of the capital expenditure budget of the Department of Education, Culture,
Youth and Sports of Tebo. The results showed that the economic terms of the ratio, the
implementation of the budget of the Department of Education, Culture, Youth and Sports
Tebo looks pretty economical with the realization of savings in the budget implementation
for 4.93 % of the total allocation of funds budgeted work program on all Department of
Education, Culture, Youth and Sports of Tebo. Judging from the ratio of efficiency, in all
sectors with a budget allocation of a budget allocation of Rp.46.199.429.776,00 increase
output by 73.49 %. This means that the allocation of expenditure Rp.628.654.058,59, will
increase output by 1 % , or every 1 % increase in the achievement of the results of the
Department of Education, Culture, Youth and Sport requires the input of funds for
Rp.628.654.058,59. Implementation of the budget of Education, Culture, Youth and Sports
of Tebo looks quite effective as indicated by an increase in all outcome indicators Office
implementation.
Keywords: Performance Based Budget, economy, efficiency and effectiveness
Pendahuluan
Kedudukan aspek keuangan
daerah sangat urgen bagi
penyelenggaraan pemerintah daerah. Oleh
karena itu, terdapat beberapa aturan dan
prinsip-prinsip penganggaran yang harus
ditaati, di antaranya : 1) pengelolaan
keuangan daerah harus berorientasi pada
kepentingan publik, 2) adanya kejelasan
misi dalam pengelolaan keuangan daerah,
3) desentralisasi dan pelibatan
stakeholders, 4) sesuai dengan prinsip
pengelolaan keuangan (value fore money,
transparansi, pengendalian dan
akuntabilitas), 5) bentuk dan struktur
APBD serta anggaran berbasis kinerja, 6)
pengembangan sistem informasi
keuangan dan transparansi laporan
keuangan (Prasetya, 2005).
Namun demikian dalam
prakteknya tetap saja terdapat celah yang
menjadi permasalahan dalam
mengimplementasikan manajemen
3
keuangan daerah sesuai dengan kaidah-
kaidah di atas. Di antaranya adalah sistem
penganggaran tradisional yang bersifat
line-item dan incremental, di mana proses
penyusunan anggaran daerah semata-
mata hanya mendasarkan pada
ketersediaan dana untuk item-item yang
sudah ditentukan serta mendasarkan pada
besarnya realisasi anggaran tahun
sebelumnya, sehingga kurang responsif
terhadap kebutuhan riil masyarakat.
(Prasetya, 2005).
Anggaran Berbasis Kinerja
diartikan sebagai penyusunan anggaran
yang didasarkan pada target kinerja
tertentu. Anggaranlah yang disusun
sesuai dengan beban target kinerja.
Artinya, target kinerja bersifat tetap dan
menjadi dasar dari penyusunan anggaran.
Penggunaan Anggaran Berbasis Kinerja
(ABK), mata anggaran yang akan
dituangkan hanya akan ada jika memang
ada target dan sasaran yang jelas, terukur
dan efisien. Dengan kata lain, anggaran
disusun hanya atas dasar rencana yang
objektif dan dibiayai sesuai dengan
kebutuhan objektifnya. Proses
penyusunan Anggaran dengan Berbasis
Kinerja menggunakan arah dan kebijakan
umum strategi dan prioritas anggaran.
Proses dan pengalokasian anggaran
kinerja haruslah berorientasi kepada
kepentingan publik, disusun dengan
pendekatan kinerja, terdapat keterkaitan
yang erat antara pengambil kebijakan
(decision maker) di DPRD dengan
perencanaan operasional oleh pemerintah
daerah dan penganggaran oleh unit kerja
(Mardiasmo, 2002a).
Penerapan Anggaran Berbasis
Kinerja telah diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah
diubah dengan Permendagri nomor 59
Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 21
Tahun 2011. Berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah tersebut
disebutkan bahwa setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah harus menyusun
Rencana Kerja Anggaran dengan memuat
prestasi kerja yang hendak dicapai yang
terdiri dari indikator, tolok ukur dan
target kinerja. Dimaksud dengan
indikator kinerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah yaitu dilihat dari masukan (input),
keluaran (output) dan hasil, sedangkan
tolok ukur kinerja merupakan ukuran
prestasi kerja yang akan dicapai dari
keadaan semula dengan
mempertimbangkan faktor kualitas,
kuantitas, efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan dari setiap program dan
kegiatan. Sementara itu, target kinerja
yaitu merupakan hasil yang diharapkan
dari suatu program atau keluaran yang
diharapkan dari suatu kegiatan.
Dinas Pendidikan Kabupaten
Tebo telah berupaya dalam pengalokasian
anggaran menggunakan Anggaran
Berbasis Kinerja, mengingat sistem
penyusunan anggaran ini dianggap cukup
baik dan sesuai dengan peraturan yang
ada. Namun, dalam pelaksanaannya
sering dijumpai penyusunan anggaran
yang tidak sesuai dengan Prosedur dan
Aturan Penyusunan Anggaran Berbasis
Kinerja (ABK). Hal ini disebabkan
karena kurangnya pemahaman tentang
sistem anggaran tersebut. Dengan
demikian, penerapan Anggaran Berbasis
4
Kinerja yang dilaksanakan di Dinas
Pendidikan Kabupaten Tebo harus
disesuaikan dengan Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri Nomor Nomor
13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah
diubah dengan Permendagri nomor 59
Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 21
Tahun 2011. Penetapan RKA SKPD
harus menetapkan indikator kinerja, tolok
ukur kinerja dan target kinerja sehingga
akan mencapai kehematan, efektivitas
dan efisiensi pada anggaran Dinas
Pendidikan Kabupaten Tebo.
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut: “Bagaimana
implementasi penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja pada Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo dan bagaimana analisis
value for money (ekonomi, efisiensi dan
efektivitas) penganggaran pada Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Tebo?”
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
penelitian, maka tujuan dalam penelitian
ini yaitu untuk mengetahui implementasi
penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo
dan untuk menganalisis penganggaran
pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo
berdasarkan analisis value for money
(ekonomi, efisiensi dan efektivitas).
Tinjauan Pustaka
Anggaran Berbasis Kinerja
Secara teori, prinsip anggaran
berbasis kinerja adalah anggaran yang
menghubungkan anggaran negara
(pengeluaran negara) dengan hasil yang
diinginkan (output dan outcome)
sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan
dapat dipertanggungjawabkan
pemanfaatannya. Performance based
budgeting dirancang untuk menciptakan
efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas
dalam pemanfaatan anggaran belanja
publik dengan output dan outcome yang
jelas sesuai dengan prioritas nasional
sehingga semua anggaran yang
dikeluarkan dapat dipertangungjawabkan
secara transparan kepada masyarakat
luas. (Sancoko et al, 2008: 5).
Selain itu menurut Sancoko et al
(2008: 5), penerapan penganggaran
berdasarkan kinerja juga akan
meningkatkan kualitas pelayanan publik,
dan memperkuat dampak dari
peningkatan pelayanan kepada publik.
Untuk mencapai semua tujuan tersebut,
kementerian negara/lembaga diberikan
keleluasaan yang lebih besar (let’s the
manager manage) untuk mengelola
program dan kegiatan didukung dengan
adanya tingkat kepastian yang lebih
tinggi atas pembiayaan untuk program
dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Ciri-ciri Anggaran Berbasis Kinerja
Menurut Bastian (2006: 53), ciri-
ciri pokok anggaran berbasis kinerja yaitu
:
5
1. Secara umum sistem anggaran
kinerja mengandung tiga unsur
pokok, yaitu ;
(i) Pengeluaran pemerintah
diklasifikasikan menurut program
dan kegiatan;
(ii) Pengukuran hasil kerja
(Performance measurement )
(iii) Pelaporan program
(Program reporting)
2. Titik perhatian lebih ditekankan pada
pengukuran hasil kerja, bukan pada
pengawasan.
3. Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi
efisiensi dan memaksimalkan output.
4. Bertujuan untuk menghasilkan
informasi biaya dan hasil kerja yang
dapat digunakan untuk penyusunan
target evaluasi pelaksanaan kerja
Selanjutnya menurut Bastian
(2006 : 53) mengenai karakteristik
anggaran berbasis kinerja, APBD dengan
pendekatan kinerja harus memuat
beberapa hal yaitu:
1. Sasaran yang diharapkan menurut
fungsi belanja
2. Standar pelayanan yang diharapkan
dan perkiraan biaya satuan komponen
kegiatan yang bersangkutan.
3. Persentase dari jumlah pendapatan
APBD yang mendanai pengeluaran
administrasi umum, operasi dan
pemeliharaan serta belanja
modal/pembangunan.
Sedangkan keunggulan dan
kelemahan dari anggaran berbasis kinerja
digambarkan oleh Bastian (2006: 53)
adalah sebagai berikut:
1. Keunggulan
a. Memungkinkan pendelegasian
wewenang dalam pengambilan
keputusan.
b. Merangsang partisipasi dan
motivasi unit kerja melalui proses
pengusulan dan penilaian
anggaran yang bersifat faktual.
c. Membantu fungsi perencanaan
dan mempertajam pembuatan
keputusan.
d. Memungkinkan alokasi dana
secara optimal dengan didasarkan
efisiensi unit kerja
e. Menghindari pemborosan
anggaran.
2. Kelemahan
a. Tidak semua kegiatan dapat
distandarisasi.
b. Tidak semua hasil kerja dapat
diukur secara kuantitatif.
c. Tidak jelas mengenai siapa
pengambil keputusan dan siapa
yang menanggung beban atas
keputusan.
Pendekatan kinerja disusun untuk
mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional,
khususnya kelemahan disebabkan oleh
tidak adanya tolak ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja dalam
pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan
publik. Anggaran dengan pendekatan
kinerja sangat menekankan pada konsep
value for money dan pengawasan atas
kinerja output. Pendekatan ini juga
mengutamakan mekanisme penentuan
dan pembuatan prioritas tujuan serta
pendekatan yang sistematik dan rasional
dalam pengambilan keputusan. Untuk
mengimplementasikan hal-hal tersebut
6
anggaran kinerja dilengkapi dengan
teknik penganggaran analitis.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pelaksanaan Anggaran Berbasis
Kinerja
Buku Pedoman Penyusunan
Anggaran Berbasis Kinerja yang
diterbitkan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) tahun 2005
menyatakan: tuntutan pentingnya
pelaksanaan penyusunan anggaran
berbasis kinerja, ternyata membawa
konsekuensi yang harus disiapkan
beberapa faktor keberhasilan
implementasi penggunaan anggaran
berbasis kinerja, yaitu:
a. Kepemimpinan dan komitmen dari
seluruh komponen organisasi.
b. Fokus penyempurnaan administrasi
secara terus menerus.
c. Sumber daya yang cukup untuk
usaha penyempurnaan tersebut (uang,
waktu dan orang).
d. Penghargaan (reward) dan sanksi
(punishment) yang jelas.
e. Keinginan yang kuat untuk berhasil.
Menurut Wahono (2001),
“Kepemimpinan sebagai suatu proses dan
perilaku untuk mempengaruhi aktivitas
para anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama yang dirancang untuk
memberikan manfaaat individu dan
organisasi”.
Menurut Nugroho (2006),
“Reward dan punishment merupakan dua
bentuk metode dalam memotivasi
seseorang untuk melakukan kebaikan dan
meningkatkan prestasinya”, dalam hal
implementasi anggaran berbasis kinerja
ini perlu dijaga konsistensi perencanaan
dengan penganggaran dan pemberian
reward dan punishment yang jelas bagi
satuan kerja perangkat daerah.
Audit Kinerja Sektor Publik
Pemerintah
Kinerja suatu organisasi dinilai
baik jika organisasi yang bersangkutan
mampu melaksanakan tugas-tugas dalam
rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada standar yang tinggi
dengan biaya yang rendah. Kinerja yang
baik bagi suatu organisasi dicapai ketika
administrasi dan penyediaan jasa oleh
organisasi yang bersangkutan dilakukan
pada tingkat yang ekonomis, efisien dan
efektif. Konsep ekonomi, efisiensi dan
efektivitas saling berhubungan satu sama
lain dan tidak dapat diartikan secara
terpisah. Konsep ekonomi memastikan
bahwa biaya input yang digunakan dalam
operasional organisasi dapat
diminimalkan. Konsep efisien
memastikan bahwa output yang maksimal
dapat dicapai dengan sumber daya yang
tersedia. Sedangkan konsep efektif berarti
bahwa jasa yang disediakan/dihasilkan
oleh organisasi dapat melayani kebutuhan
pengguna jasa dengan tepat.
Penekanan kegiatan audit pada
ekonomi, efisiensi dan efektivitas suatu
organisasi memberikan ciri khusus yang
membedakan audit kinerja dengan audit
jenis lainnya.
1. Audit Ekonomi dan Efisiensi
Konsep yang pertama dalam
pengelolaan organisasi sektor publik
adalah ekonomi, yang berarti
pemerolehan input dengan kualitas
dan kuantitas tertentu pada harga
yang terendah. Ekonomi merupakan
7
perbandingan input dengan input
value yang dinyatakan dalam satuan
moneter. Ekonomi terkait dengan
sejauh mana organisasi sektor publik
dapat meminimalisir input resources
yang digunakan, yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros
dan tidak produktif.
Konsep kedua dalam
pengelolaan organisasi sektor publik
adalah efisiensi, yang berarti
pencapaian output yang maksimum
dengan input tertentu atau
penggunaan input yang terendah
untuk mencapai output tertentu.
Efisiensi merupakan perbandingan
output/input yang dikaitkan dengan
standar kinerja atau target yang telah
ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa
ekonomi mempunyai arti biaya
terendah, sedangkan efisiensi
mengacu pada rasio terbaik antara
output dengan biaya (input). Karena
output dan biaya diukur dalam unit
yang berbeda, maka efisiensi dapat
terwujud ketika dengan sumber daya
yang ada dapat dicapai output yang
maksimal atau output tertentu dapat
dicapai dengan sumber daya yang
sekecil-kecilnya.
Menurut The General
Accounting Office Standards (1994),
beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam audit
ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan
mempertimbangkan apakah entitas
yang diaudit telah: (1) mengikuti
ketentuan pelaksanaan pengadaan
yang sehat; (2) melakukan pengadaan
sumber daya (jenis, mutu dan
jumlah) sesuai dengan kebutuhan
pada biaya terendah; (3) melindungi
dan memelihara semua sumber daya
yang ada secara memadai; (4)
menghindari duplikasi pekerjaan atau
kegiatan yang tanpa tujuan atau
kurang jelas tujuannya; (5)
menghindari adanya pengangguran
sumber daya atau jumlah pegawai
yang berlebihan; (6) menggunakan
prosedur kerja yang efisien; (7)
menggunakan sumber daya (staf,
peralatan dan fasilitas) yang
minimum dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang/jasa dengan
kuantitas dan kualitas yang tepat; (8)
mematuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan
dengan perolehan, pemeliharaan dan
penggunaan sumber daya Negara; (9)
melaporkan ukuran yang sah dan
dapat dipertanggungjawabkan
mengenai kehematan dan efisiensi
(Mardiasmo, 2002)
2. Audit Efektivitas
Konsep yang ketiga dalam
pengelolaan organisasi sektor publik
adalah efekivitas. Efektivitas berarti
tingkat pencapaian hasil program
dengan target yang ditetapkan.
Efektivitas merupakan perbandingan
antara outcome dengan output.
Outcome seringkali dikaitkan dengan
tujuan (objectives) atau target yang
hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan
bahwa efektivitas berkaitan dengan
pencapaian tujuan. Sedangkan
menurut Audit Commission (1986)
disebutkan bahwa efektivitas berarti
menyediakan jasa-jasa yang benar
sehingga memungkinkan pihak yang
8
berwenang untuk
mengimplementasikan kebijakan dan
tujuannya (Mardiasmo, 2002b).
Efektivitas berkenaan dengan
dampak suatu output bagi pengguna
jasa. Untuk mengukur efektivitas
suatu kegiatan harus didasarkan pada
kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika hal ini belum
tersedia, auditor bekerja sama dengan
manajemen puncak dan badan
pembuat keputusan untuk
menghasilkan kriteria tersebut
dengan berpedoman pada tujuan
pelaksanaan suatu program.
Meskipun efektivitas suatu program
tidak dapat diukur secara langsung,
ada beberapa alternatif yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi
pelaksanaan suatu program, yaitu
mengukur dampak/pengaruh,
evaluasi oleh konsumen dan evaluasi
yang menitikberatkan pada proses,
bukan pada hasil.
Metode Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah
Laporan Anggaran dan Realisasi Satuan
Kerja Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo.
Data dan informasi yang berhubungan
dengan penelitian ini, diperoleh dengan
cara :
1. Penelitian Lapangan (Field
Research), yaitu melakukan
peninjauan secara langsung pada
dinas instansi terkait untuk
memperoleh data sekunder. Observasi
yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mencermati
Laporan Keuangan Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo, Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo dan data Badan
Pusat Statistik Daerah Kabupaten
Tebo Tahun 2011 dan Tahun 2012.
2. Penelitian kepustakaan (Library
Research) dilakukan dengan cara
mempelajari berbagai literatur serta
tulisan-tulisan berupa laporan-
laporan, artikel-artikel, yang
berhubungan dengan masalah yang
akan diteliti. (Akhmad, 2002).
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan survei. Metode
deskriptif merupakan penelitian terhadap
fenomena/populasi tertentu yang
diperoleh dari subyek berupa: individu,
organisasi atau perspektif yang lain yang
bertujuan untuk menjelaskan aspek-aspek
yang relevan dengan fenomena yang
diamati (Indriantoro, 1999).
Metode penelitian dengan
pendekatan survei adalah penelitian yang
diadakan untuk memperoleh fakta-fakta
yang ada dan mencari keterangan yang
faktual baik tentang Laporan Keuangan
Daerah, Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo.
Dalam penelitian ini, pendekatan
deskriptif yang digunakan dengan
membandingkan fenomena-fenomena
yang ada dengan standar yang telah
ditentukan.
Analisis data dilakukan dengan
melakukan penilaian kinerja pada alokasi
anggaran pada beberapa sektor pelayanan
9
publik Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo.
Menurut Mardiasmo (2002b: 84),
penilaian kinerja dari suatu anggaran
kinerja didasarkan pada pelaksanaan
value for money dan efektifitas anggaran.
Pengukuran value for money dilakukan
untuk mengukur ratio ekonomi, efisiensi
dan efektifitas kinerja pemerintah dalam
pelaksanaan anggaran Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo.
1. Pengukuran ekonomi
Menurut Mardiasmo (2002b: 134),
pengukuran ekonomi
mempertimbangkan masukan yang
dipergunakan. Pengukuran ekonomi
dilihat dari penghematan anggaran
dalam pelaksanaan APBD. Dalam
penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan antara alokasi
anggaran dengan realisasi
pelaksanaan anggaran.
2. Pengukuran Efisiensi
Efisiensi diukur dengan ratio antara
output dengan input. Semakin besar
output dibanding input, maka semakin
tinggi tingkat efisiensi. Rumus yang
digunakan untuk mengukur efisiensi
menurut Mardiasmo (2002b: 133)
yaitu sebagai berikut:
Efisiensi =Input
Output
Ratio efisiensi tidak dinyatakan dalam
bentuk absolut, tetapi dalam bentuk
relatif. Unit kerja A lebih relatif
dibanding unit kerja B, unit A lebih
efisien dibanding tahun lalu dan lain
sebagainya.
3. Pengukuran Efektivitas
Efektifitas adalah ukuran berhasil atau
tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi
berhasil mencapai tujuan, maka
organisasi tersebut dikatakan telah
berjalan dengan efektif. Efektivitas
tidak menyatakan berapa besar biaya
yang telah dikeluarkan untuk
mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh
melebihi apa yang telah dianggarkan,
efektivitas hanya melihat apakah
suatu program atau kegiatan telah
mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. (Mardiasmo, 2002b: 134)
Hasil Penelitian
Pelaksanaan Anggaran pada Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Tebo
Pelaksanaan Anggaran Berbasis
Kinerja pada Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo disusun berdasarkan
rencana kinerja (performance plan) yang
menguraikan target yang hendak dicapai
selama tahun anggaran berjalan. Target
kinerja merepresentasikan nilai kuantitatif
yang harus dicapai selama setahun dari
semua indikator kinerja yang melekat
pada tingkat kegiatan maupun tingkat
sasaran. Target kinerja pada tingkat
sasaran strategis merupakan merupakan
benchmark dalam mengukur keberhasilan
organisasi di dalam upaya pencapaian visi
dan misi.
Berdasarkan sasaran strategis
yang ditetapkan kemudian pelaksanaan
anggaran disesuaikan dengan saran
strategis tersebut sesuai dengan indikator
output dan outcome yang ditetapkan pada
10
Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Tebo. Dengan
demikian, Dinas Pendidikan Kebudayaan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo
telah melaksakan anggaran sesuai dengan
indikator Anggaran Berbasis Kinerja
dengan pelaksanaaan anggarannya
disesuaikan dengan sasaran kinerja yang
ingin dicapai sesuai dengan visi dan misi
Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Tebo.
Analisis Ekonomi pada Pelaksanaan
Anggaran Berbasis Kinerja Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Tebo Tahun 2012
Analisis Ekonomi merupakan
perbandingan input dengan input value
yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat
meminimalisir input resources yang
digunakan, yaitu dengan menghindari
pengeluaran yang boros dan tidak
produktif. Dalam penelitian ini, input
dimaksud yaitu jumlah alokasi belanja
pada Anggaran Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Tahun Anggaran 2012, sedangkan input
value yaitu jumlah realisasi anggaran
yang telah dilaksanakan Berikut ini
ringkasan anggaran dan realisasi
anggaran Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga Tahun Anggaran
2011:
Tabel 1
Ringkasan Alokasi Anggaran dan
Realisasi Belanja
No Sasaran
Strategis
Alokasi Anggaran
(Rp)
Realisasi Anggaran
(Rp)
%
1 Meningkatnya kuantitas dan
kualitas
pelayanan serta terwujudnya
kenyamanan
dan kemudahan
dalam
memberikan
pelayanan publik
7.730446.236 7.401.684.283 95,75
2 Menciptakan
sarana dan
prasarana pendidikan
yang berkualitas
dan berdaya saing
33.367.907.400 31.888.630.826 95,57
3 Meningkatnya
mutu peserta didik, pendidik
dan tenaga
kependidikan
3.048.714.000 2.876.875.067 94,36
4 Terjaganya
kelestarian seni
budaya lokal serta tumbuh
dan
berkembangnya budaya daerah
985.134.000 686.150.000 69,65
5 Mewujudkan
generasi yang
mampu bersaing dan
berprestasi
dalam bidang olahraga dan
kepemudaan di
tingkat Provinsi bahkan tingkat
Nasional
3.426.855.000 3.312.889.600 96,67
Jumlah 48.595.456.636 46.199.429.776 95,07
Sumber : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Tebo
Tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat
dilihat bahwa realisasi anggaran sebesar
95,07% dari alokasi yang dianggarkan.
Hal ini berarti terdapat penghematan
belanja modal sebesar 4,93% atau sebesar
Rp2.396.026.860,00. Realisasi anggaran
terbesar pada alokasi anggaran untuk
mewujudkan generasi yang mampu
11
bersaing dan berprestasi dalam bidang
olahraga dan kepemudaan di tingkat
Provinsi bahkan tingkat Nasional dengan
persentase sebesar 96,67% dari alokasi
dana yang dianggarkan. Penghematan
terbesar terdapat pada alokasi anggaran
untuk terjaganya kelestarian seni budaya
lokal serta tumbuh dan berkembangnya
budaya daerah dengan realisasi anggaran
sebesar 69,65% dari alokasi dana yang
dianggarkan. Hal ini berarti bahwa pada
kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
menjaga kelestarian seni budaya lokal
serta tumbuh berkembangnya budaya
daerah mendapat penghematan anggaran
sebesar 30,35% dari alokasi dana yang
dianggarkan.
Berdasarkan tabel di atas, maka
dapat dilihat dari rasio ekonomi dari input
dana yang dikeluarkan terdapat
penghematan penggunaan anggaran
sebesar 4,93% dari total alokasi dana
yang dianggarkan pada semua program
kerja Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo.
Nilai penghematan terbesar pada kegiatan
yang bertujuan untuk menjaga kelestarian
budaya daerah serta tumbuh kembangnya
budaya daerah. Sementara itu,
penghematan anggaran terkecil terdapat
pada kegiatan yang bertujuan untuk
mewujudkan generasi yang mampu
bersaing dan berprestasi dalam bidang
olahraga dan kepemudaan di tingkat
Provinsi bahkan tingkat Nasional.
Analisis Efisiensi Alokasi anggaran
pada Anggaran Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Tahun Anggaran 2012
Analisis efisiensi berarti
pencapaian output yang maksimum
dengan input tertentu atau penggunaan
input yang terendah untuk mencapai
output tertentu. Efisiensi merupakan
perbandingan output/input yang dikaitkan
dengan standar kinerja atau target yang
telah ditetapkan. Input dimaksud yaitu
jumlah alokasi Anggaran Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Tebo. Sementara itu,
output yaitu hasil kinerja pelaksanaan
kegiatan pada Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo. Indikator kinerja dibagi
menjadi 5 sasaran strategis yang
ditetapkan pada Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo. Hasil pelaksanaan
kegiatan digambarkan menggunakan
persentase pencapaian kinerja pada setiap
sasaran strategis yang ditetapkan.
Besarnya biaya per 1%
peningkatan output memperlihatkan
tingkat efisiensi alokasi anggaran yang
dikeluarkan. Tingkat efisiensi tertinggi
dapat dilihat dari kecilnya biaya yang
dibutuhkan untuk meningkatkan output.
Semakin besar biaya yang dikeluarkan
untuk meningkatkan output pada tingkat
tertentu, hal ini berarti bahwa kinerja
menjadi semakin tidak efisien.
Sebaliknya, semakin kecil biaya yang
dibutuhkan untuk meningkatkan output
pada tingkat tertentu, maka kinerja
semakin efisien.
Perbandingan input dan output
digambarkan dalam tabel berikut ini:
12
Tabel 2
Perbandingan Input (Alokasi
Anggaran) dan Output (Hasil
Pencapaian Kegiatan)
N
o
Sasaran
Strategis Jumlah Input
Output
(%)
Biaya per 1 % peningkatan
output
1 Meningkatnya kuantitas dan
kualitas
pelayanan serta
terwujudnya
kenyamanan dan
kemudahan
dalam memberikan
pelayanan
publik
7.401.684.283 82,34 90.006.175,12
2 Menciptakan sarana dan
prasarana
pendidikan yang
berkualitas dan berdaya
saing
31.888.630.826 92,27 327.827.045,87
3 Meningkatnya
mutu peserta
didik,
pendidik dan
tenaga kependidikan
2.876.875.067 97,76 29.427.363,08
4 Terjaganya
kelestarian seni budaya
lokal serta
tumbuh dan berkembangn
ya budaya
daerah
686.150.000 68,67 9.992.475,73
5 Mewujudkan generasi yang
mampu
bersaing dan berprestasi
dalam bidang
olahraga dan kepemudaan
di tingkat Provinsi
bahkan
tingkat Nasional
3.312.889.600 95,00 34.872.522,11
Jumlah 46.199.429.776 73,49 628.654.058,59
Sumber : Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Tebo
Tahun 2012
Tabel di atas memperlihatkan
bahwa dengan jumlah alokasi anggaran
yang dikeluarkan akan meningkatkan
output hasil pencapaian kegiatan yang
dilakukan. Berdasarkan tabel di atas dapat
dilihat bahwa tingkat efisiensi yang
tertinggi terdapat pada kegiatan-kegiatan
yang bertujuan untuk menjaga kelestarian
budaya lokal serta tumbuh kembangnya
budaya daerah, dimana dengan input
sebesar Rp. 686.150.000,00
menghasilkan peningkatan pencapaian
hasil kegiatan sebesar 68,67%. Hal ini
berarti bahwa dengan alokasi anggaran
sebesar Rp.9.992.475,73 akan
meningkatkan output sebesar 1%. Namun
demikian dilihat dari output kinerja yang
dihasilkan, banyak terjadi pencapaian
kegiatan yang tidak terlaksana. Dilihat
dari tingkat efisiensi, pelaksanaan
kegiatan pada indikator tersebut memiliki
tingkat efisiensi tertinggi dibandingkan
dengan kegiatan pada sasaran strategis
lainnya, namun hal ini dikarenakan
alokasi yang dianggarkan pada sasaran
tersebut relatif kecil sehingga walaupun
output kinerjanya paling rendah, tetapi
menghasilkan tingkat efisiensi tertinggi.
Tingkat efisiensi terendah terdapat
pada alokasi anggaran untuk kegiatan
yang bertujuan untuk menciptakan sarana
dan prasarana pendidikan yang
berkualitas dan berdaya saing, dimana
dengan input sebesar Rp. 31.888.630.826
menghasilkan peningkatan output sebesar
92,27%. Hal ini berarti bahwa untuk
menciptakan sarana dan prasarana
pendidikan yang berkualitas dan berdaya
saing dengan ouput sebesar 1%
diperlukan alokasi anggaran sebesar
Rp.327.827.045.,87. Besarnya alokasi
anggaran dikarenakan banyaknya alokasi
dana yang diperuntukan bagi
pembanguan sarana dan prasarana
13
pendidikan yang memerlukan input dana
yang sangat besar.
Secara umum dilihat dari rasio
efisiensi, pada semua sektor alokasi
anggaran dengan alokasi anggaran
sebesar Rp.46.199.429.776,00
meningkatkan output sebesar 73,49%.
Hal ini berarti dengan alokasi belanja
Rp.628.654.058,59, akan meningkatkan
output sebesar 1%, atau setiap 1%
peningkatan pencapaian hasil kegiatan
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda
dan Olahraga membutuhkan input dana
sebesar Rp.628.654.058,59.
Analisis Efektivitas Alokasi anggaran
pada Anggaran Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Tahun 2012
Efektivitas adalah ukuran behasil
atau tidaknya Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) mencapai tujuannya.
Apabila suatu SKPD berhasil mencapai
tujuannya, maka organisasi tersebut
dikatakan telah berjalan dengan efektif.
Efektivitas pelaksanaan anggarana Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga dihitung dengan melihat
outcome yang dihasilkan yaitu
dampaknya pada masyarakat. Pengukuran
outcome dilakukan dengan menentukan
indikator outcome dan melihat adanya
peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Tersedia dan Terjangkaunya Layanan
PAUD Bermutu
Efektivitas kegiatan yang
berhubungan dengan pelayanan PAUD
bermutu berarti bahwa program kerja
pelayanan PAUD bermutu harus dapat
dinikmati oleh masyarakat. Hal ini berarti
semakin tingginya partisipasi masyarakat
untuk memasukkan anak pada usia dini
untuk mengikuti PAUD. Kondisi ini
ditandai dengan semakin meningkatnya
angka partisipasi anak usia dini mengikuti
PAUD. Hal lain yang menjadi prioritas
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda
dan Olahraga yang berhubungan dengan
pelayanan PAUD bermutu yaitu
penyediaan guru PAUD berkualitas. Guru
yang berkualitas dimaksud yaitu guru
yang memiliki kompetensi yang cukup
baik untuk mengajar pada PAUD.
Dengan demikian, program kerja Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Tebo yang
berhubungan tersediannya layanan PAUD
bermutu bisa tercapai dan mampu
melayani kebutuhan masyarakat dengan
baik. Keadaan ini ditandai dengan
peningkatan jumlah guru PAUD yang
berkualifikasi S1/D4 dan bersertifikat.
Gambaran mengenai kondisi
angka partisipasi kasar PAUD, persentase
guru PAUD berkualifikasi S1/D4 dan
persentase guru PAUD bersertifikat dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.
Perbandingan Outcome Tersedia dan
Terjangkaunya Layanan PAUD
Bermutu Kegiatan Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Tahun 2011 dan Tahun 2012
N
o Indikator
Tahun
2011
Tahun
2012
Meningkat/
Menurun
1 Angka Partisipasi Kasar (APK)
PAUD/TPQ/TK/
RA
33,46 36,94 Meningkat
2 Persentase guru
PAUD formal
Berkualitas S1/D4
10,55 12,00 Meningkat
3 Persentase guru
PAUD formal bersertifikat
5,00 5,88 Meningkat
14
Berdasarkan tabel di atas terlihat
bahwa pelaksanaan kerja yang
berhubungan dengan tersedianya layanan
PAUD bermutu pada tahun 2012
meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Dilihat dari indikator
outcome yang ditetntukan terlihat bahwa
angka partisipasi kasar
PAUD/TPQ/TK/RA pada tahun 2012
yaitu sebesar 36,94% meningkat
dibandingkan tahun 2011 yang bernilai
sebesar 33,46%. Hal ini berarti
menunjukkan peningkatan antusiasme
masyarakat untuk memasukkan anaknya
pada Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Selain itu, pada tabel di atas
juga menggambarkan peningkatan jumlah
guru PAUD berkualitas. Pada tahun 2011.
persentase guru berkualifikasi S1/D4
sebesar 10,55%, sedangkan pada tahun
2012 meningkat menjadi 12,00%.
Sementara itu, guru bersertifikat
meningkat dari tahun 2011 sebesar 5,00%
menjadi 5,88% pada tahun 2012.
Berdasarkan gambaran tersebut
menunjukkan bahwa pada program
kegiatan Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo
terlihat efektif sesuai dengan sasaran
yang ditetapkan. Dalam hal ini berarti
bahwa kegiatan pelayanan PAUD
bermutu mampu memuaskan masyarakat
sehingga terjadi peningkatan antusiasme
masyarakat dalam memasukkan anaknya
pada PAUD.
Terjaminnya Kepastian Memperoleh
Layanan Pendidikan Dasar Bermutu
dan Berkesetaraan
Indikator outcome yang
ditetapkan antara lain angka partisipasi
kasar (APK) SD/SDLB/MI/Paket A,
angka partisipasi murni (APM)
SD/SDLB/MI/Paket A, angka partisipasi
sekolah (APS) kelompok usia 7 – 12
tahun, persentase siswa SD/SDLB putus
sekolah, persentase siswa SD/SDLB yang
melanjutkan, APK
SMP/SMPLB/MTs/Paket B, APM
SMP/SMPLB/MTs/Paket B, APS
kelompok usia 13 – 15 tahun, persentase
siswa SMP/SMPLB putus sekolah, dan
persentase siswa SMP/SMPLB yang
melanjutkan.
Gambaran pencapaian outcome
pada tahun 2012 pada sasaran kegiatan
penyediaan kepastian memperoleh
layanan pendidikan dasar bermutu dan
berkesetaraan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4
Perbandingan Outcome Terjaminnya
Kepastian Memperoleh Layanan
Pendidikan Dasar Bermutu dan
Berkesetaraan Kegiatan Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga Tahun 2011 dan Tahun 2012
N
o Indikator Outcome
Tahun
2011
Tahun
2012
Meningkat/
Menurun
1 APK
SD/SDLB/MI/Paket A
115,95 116,5 Meningkat
2 APM
SD/SDLB/MI/Paket A
97,00 97,4 Meningkat
3 APS Kelompok Usia 7
– 12 tahun
98,10 98,40 Meningkat
4 Persentase peserta didik SD/SDLB putus
sekolah
0,58 0,40 Meningkat
5 Persentase lulusan
SD/SDLB yang melanjutkan
97,11 98,60 Meningkat
6 APK
SMP/SMPLB/MTs/Paket B
96,2 98,4 Meningkat
APM
SMP/SMPLB/MTs/Pa
ket B
62,47 63,40 Meningkat
7 APS Kelompok Usia
13 – 15 tahun
81,10 82,75 Meningkat
8 Persentase peserta
didik SMP/SMPLB
putus sekolah
0,11 0,10 Menurun
9 Persentase lulusan
SMP/SMPLB yang melanjutkan
73,90 75 Meningkat
15
Berdasarkan tabel di atas terlihat
bahwa pelaksanaan kegiatan pelayanan
pendidikan dasar bermutu dan
berkesetaraan pada tahun 2012 cukup
efektif. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya berbagai indikator outcome
yang ditetapkan pada kegiatan tersebut.
APK SD pada tahun 2011 sebesar
115,95% yang kemudian meningkat
menjadi 116,5% pada tahun 2012. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya peningkatan
partisipasi masyarakat dalam layanan
pendidikan dasar dengan adanya
penyediaan pendidikan dasar yang
bermutu dan berkesetaraan. Selain itu,
dilihat dari angkat partisipasi murni juga
terlihat meningkat dari 97,00% pada
tahun 2011 menjadi 97,4% pada tahun
2012. Pada angka partisipasi sekolah
kelompok usia 7 – 12 tahun juga
memeperlihatkan peningkatan dari
98,00% menjadi 98,40%. Persentase
siswa yang putus sekolah mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya
sedangkan persentase siswa yang
melanjutkan pada jenjang selanjutnya
mengalami peningkatan. Gambaran
tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan
kegiatan pada sasaran ini efisien sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan.
Tersedianya dan Terjangkaunya
Layanan Pendidikan Menengah
Bermutu, Relevan dan Berkesetaraan
Pendidikan menengah merupakan
lanjutan pendidikan dasar yang ditetapkan
dengan indikator APK
SMA/SMK/SMLB/MA/Paket C, APM
SMA/SMK/SMLB/MA/ Paket C, APS
Kelompok Usia 16 – 18 tahun, persentase
peserta didik SMA/SMALB putus
sekolah, dan persentase lulusan
SMA/SMALB yang melanjutkan.
Gambaran mengenai pencapaian kegiatan
penyediaan layanan pendidikan
menengah yang bermutu dan
berkesetaraan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5
Perbandingan Outcome Tersedianya
dan Terjangkaunya Layanan
Pendidikan Menengah Bermutu,
Relevan dan Berkesetaraan
Kegiatan Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Tahun 2011 dan Tahun 2012
N
o
Indikator
Outcome
Tahun
2011
Tahun
2012
Meningkat/
Menurun
1 APK SMA/SMK/
SMLB/MA
/Paket C
72,22 73,8 Meningkat
2 APM
SMA/SMK/
SMLB/MA/
Paket C
66,61 72,55 Meningkat
3 APS
Kelompok
Usia 16 – 18 tahun
49,25 52,26 Meningkat
4 Persentase
peserta didik SMA/
SMALB
putus sekolah
0,21 0,18 Menurun
Berdasarkan tabel di atas terlihat
bahwa pelaksanaan kegiatan yang
berhubungan dengan penyediaan layanan
pendidikan menengah yang bermutu dan
berkualitas cukup efektif dan memberikan
dampak yang baik bagi masyarakat. Hal
ini ditunjukkan dengan peningkatan APK
SMA, APM SMA, APS kemlopok usis 16
– 18 tahun dan persentase siswa yang
putus sekolah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2011, APK SMA
sebesar 72,22%, kemudian meningkat
pada tahun 2012 menjadi 73,8%. APM
SMA pada tahun 2011 sebesar 66,61%
16
kemudian meningkat menjadi 72,55%
pada tahun 2012. Sementara itu APS
SMA kelompok usia 16 – 18 tahun
meningkat dari 49,25% pada tahun 2011
menjadi 52,26% pada tahun 26. Siswa
SMA yang putus sekolah pada tahun
2012 mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun 2011, yaitu dari 0,21%
menjadi 0,18%. Gambaran tersebut
menunjukkan efektivitas kegiatan Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga dalam menjalankan kegiatan
yang berhubungan dengan penyediaan
layanan pendidikan menengah bermutu
dan berkesetaraan.
Tersedia dan Terjangkaunya Layanan
Pendidikan Orang Dewasa
Berkelanjutan yang Berkesetaraan,
Bermutu dan Relevan dengan
Kebutuhan Masyarakat
Penyediaan pendidikan bagi
semua kalangan masyarakat juga
merupakan prioritas Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo dalam pelaksanaan
kegiatannya. Outcome yang digunakan
untuk melihat efektivitas pelaksanaan
kegiatan Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo
dalam penyediaan layanan pendidikan
orang dewasa yaitu angka melek huruf
dan lama bersekolah. Gambaran
mengenai indikator tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Perbandingan Outcome Tersedia dan
Terjangkaunya Layanan Pendidikan
Orang Dewasa Berkelanjutan yang
Berkesetaraan, Bermutu dan Relevan
dengan Kebutuhan Masyarakat
Kegiatan Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan
OlahragaTahun 2011 dan Tahun 2012
No Indikator Outcome Tahun 2011
Tahun 2012
Meningkat/ Menurun
1 Angka Melek Huruf
(%) 95,2 95,76 Meningkat
2 Lama Bersekolah (tahun)
7,14 7,28 Meningkat
Berdasarkan tabel di atas terlihat
efektivitas pelaksanaan kegiatan
pelayanan pendidikan bagi orang dewasa
yang ditunjukkan oleh peningkatan angka
melek huruf dan lama bersekolah. Angka
melek huruf menggambarkan semakin
sedikitnya masyarakat yang tidak pernah
mengikuti jenjang pendidikan, sedangkan
lama bersekolah menggambarkan
semakin banyak anggata masyarakat yang
mengikuti jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Tahun 2011 angka melek huruf
sebesar 95,2%, kemudian meningkat
menjadi 95,76% pada tahun 2012. Rata-
rata lama sekolah meningkat dari 7,14
tahun pada tahun 2011 menjadi 7,28
tahun pada tahun 2012. Hal ini
menunjukkan keberhasilan pelaksanaan
program pendidikan bagi semua kalangan
masyarakat terutama orang dewasa
sehingga mampu mengurangi jumlah
anggota masyarakat yang buta huruf dan
juga semakin banyak masyarakat yang
mengikuti jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
17
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini,
maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Implementasi anggaran Dinas
Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Tebo
disesuaikan dengan sasaran strategis
sesuai dengan indikator output dan
outcome yang ditetapkan. Dengan
demikian, Dinas Pendidikan
Kebudayaan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo telah melaksakan
anggaran sesuai dengan indikator
Anggaran Berbasis Kinerja dengan
pelaksanaaan anggarannya
disesuaikan dengan sasaran kinerja
yang ingin dicapai sesuai dengan visi
dan misi Dinas Pendidikan
Kebudayaan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo
2. Berdasarkan analisis value for money
untuk melihat rasio ekonomi,
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
anggaran pada Dinas Pendidikan
Kebudayaan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan anggaran pada
Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo terlihat cukup
ekonomis dengan adanya
penghematan pada realisasi
pelaksanaan anggaran
pelaksanaan. Dilihat dari rasio
ekonomi, dari input dana yang
dikeluarkan terdapat
penghematan penggunaan
anggaran sebesar 4,93% dari
total alokasi dana yang
dianggarkan pada semua
program kerja Dinas Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Tebo. Nilai
penghematan terbesar pada
kegiatan yang bertujuan untuk
menjaga kelestarian budaya
daerah serta tumbuh
kembangnya budaya daerah.
Sementara itu, penghematan
anggaran terkecil terdapat pada
kegiatan yang bertujuan untuk
mewujudkan generasi yang
mampu bersaing dan berprestasi
dalam bidang olahraga dan
kepemudaan di tingkat Provinsi
bahkan tingkat Nasional.
b. Dilihat dari rasio efisiensi, pada
semua sektor alokasi anggaran
dengan alokasi anggaran sebesar
Rp.46.199.429.776,00
meningkatkan output sebesar
73,49%. Hal ini berarti dengan
alokasi belanja
Rp.628.654.058,59, akan
meningkatkan output sebesar
1%, atau setiap 1% peningkatan
pencapaian hasil kegiatan Dinas
Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga
membutuhkan input dana
sebesar Rp.628.654.058,59.
Tingkat efisiensi yang tertinggi
terdapat pada kegiatan-kegiatan
yang bertujuan untuk menjaga
kelestarian budaya lokal serta
tumbuh kembangnya budaya
daerah, dimana dengan input
sebesar Rp.686.150.000,00
menghasilkan peningkatan
pencapaian hasil kegiatan
18
sebesar 68,67%. Hal ini berarti
bahwa dengan alokasi anggaran
sebesar Rp.9.992.475,73 akan
meningkatkan output sebesar
1%. Tingkat efisiensi terendah
terdapat pada alokasi anggaran
untuk kegiatan yang bertujuan
untuk menciptakan sarana dan
prasarana pendidikan yang
berkualitas dan berdaya saing,
dimana dengan input sebesar Rp.
31.888.630.826 menghasilkan
peningkatan output sebesar
92,27%. Hal ini berarti bahwa
untuk menciptakan sarana dan
prasarana pendidikan yang
berkualitas dan berdaya saing
dengan ouput sebesar 1%
diperlukan alokasi anggaran
sebesar Rp.327.827.045.,87.
c. Pelaksanaan anggaran Dinas
Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Tebo terlihat cukup
efektif yang ditunjukkan dengan
peningkatan indikator outcome
semua pelaksanaan kegiatan
Dinas. Peningkatan angka
partisipasi kasar, angka
partisipasi urini dan angka
partisipasi sekolah pada semua
jenjang menunjukkan angka
yang meningkat. Peningkatan
juga ditunjukkan pada persentase
siswa yang melanjutkan pada
jenjang pendidikan selanjutnya,
angka melek huruf dan rata-rata
lama sekolah. Efektivitas
pelaksanaan anggaran juga
ditunjukkan dengan ada
penurunan jumlah siswa yang
putus sekolah pada semua
jenjang pendidikan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini,
maka peneliti menyumbangkan saran bagi
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Tebo dan pihak-
pihak lain sebagai berikut:
1. Supaya meningkatkan penghematan
pelaksanaan anggaran, menerapkan
efisiensi pelaksanaan anggaran
sehingga biaya pelaksanaan kegiatan
mampu mencapai hasil yang optimal
dengan biaya input yang minimal.
2. Supaya dalam pelaksanaan Anggaran
Berbasis Kinerja pada Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Tebo
supaya meningkatkan kinerjanya
dalam pelaksanaan kegiatan
pelayanan pendidikan sehingga
efektif memberikan dampak yang
baik bagi masyarakat.
Daftar Pustaka
Bastian, Indra. 2006. Sistem Perencanaan
dan Penganggaran Pemerintah
daerah di Indonesia. Penerbit
Salemba Empat: Jakarta
Depdagri. 2006. Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Depdagri. 2007. Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tentang
Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
19
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.
2002. Penelitian Bisnis. Edisi
Pertama BPFE: Yogyakarta
Mardiasmo. 2002a. Otonomi dan
Manajemen keuangan daerah.
Penerbit Andi: Yogyakarta.
__________. 2002b. Akuntansi Sektor
publik. Penerbit Andi:
Yogyakarta.
Prasetya, Gede Edy. 2005. Penyusunan
dan Analisis Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Yogyakarta:
Andi
Sancoko, Bambang, et al. 2008. Kajian
Terhadap Penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja
Di Indonesia. Departemen
Keuangan Republik Indonesia:
Jakarta.