jurnal
DESCRIPTION
laporan kimia organikTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Judul : ISOLASI TRIMIRISTIN DARI BIJI PALA
Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari isolasi trimiristin dari biji pala dengan cara refluks.
Pendahuluan
Minyak pala merupakan salah satu minyak atsiri yang banyak
diekspor Indonesia. Ekspor minyak pala Indonesia pada tahun 2011
tercatat sebesar 400 ton dengan nilai USD 24 juta Minyak pala banyak
digunakan dalam formula obat-obatan, parfum, minuman,detergen,
aromaterapi, dan lain-lain (Mulyadi, 2012).
Tanaman pala atau Myristica Fragan Houtt termasuk
familia myristicaceae, yang tumbuh di Indonesia, terutama di
Maluku. Pohon pala merupakan tanaman yang tingginya
sekitar 10 meter. Bauahnya yang masak berwarna kuning di
bagian tengahnya alur, garis tengah buah ini sekitar 5 cm
(Anonim, 2012).
Gambar 1. Buah Pala
Biji pala yang banyak diperlukan sebagai bahan obat barkadar minyak atsiri yang
tidak kurang dari 5% volume berat, sedangkan kadar minyak atsiri serbuk tidak kurang dari
4%. Uraian makroskopik bijinya adalah sebagai berikut:
a. Berbentuk bulat telur, panjangnya sekitar 2 cm sampai 3 cm, sedangkan lebarnya sekitar
1,5 cm sampai 2 cm.
b. Warna permukaan biji coklat muda, beralur dangkal, banyak bertitik-titik dan bergaris-
garis kecil yang juga berwarna coklat muda
(Anonim, 2012).
Minyak pala termasuk minyak atsiri dan banyak digunakan sebagai bahan baku
membuat/menambah cita rasa. Juga dalam bidang industri kosmetik, sabun dan obat-obatan.
Penilaian mutu minyak atsiri umumnya dilakukan dengan menentukan sifat-sifat kimia, sifat
khusus suatu minyak dan beberapa macam pengujian pemalsuan secara kualitatif. Sifat fisika
kimia minyak pala sangat bervariasi dan tergantung pada asal daerah, jenis, umur dan mutu
biji pala serta cara pengolahannya (Rusli, 1988).
Paraf Asisten
Biji pala yang tua, di samping mengandung minyak atsiri, terdapat komponen yang
bersifat tidak menguap yang disebut fixed oil atau disebut mentega pala (Ma’mun, 2013).
Fixed oil adalah bahan-bahan yang dapat larut dalam pelarut organik, tetapi tidak dapat
didestilasi. biji pala mengandung fixed oil sebesar 20–40% yang tersusun dari asam miristat,
trimiristin dan gliserida dari asam laurat, stearat dan palmitat (Leung, 1985).
Trimiristin merupakan suatu jenis lemak yang banyak digunakan dalam pembuatan
kosmetik kulit sebagai pemutih (whitening agent) dan harganya sangat tinggi. Lemak
trimiristin hanya dihasilkan dari minyak kelapa (coconut oil), minyak inti sawit (palm kernel
oil), dan minyak babassu (babassu oil). Persentase kandungan trimiristin dari minyak-minyak
tersebut jauh lebih rendah dibanding dalam fixed oil biji pala. Lemak dari biji pala banyak
juga digunakan dalam industri oleo chemical untuk substitusi lemak nabati, seperti lemak
kakao dan lemak pangan lainnya, dan juga dalam industri pelumas (lubricant). Trimiristin
juga dapat diolah menjadi senyawa turunannya, yaitu asam miristat dan miristil alkohol.
Bahan-bahan tersebut banyak digunakan dalam pembuatan sabun, detergen, dan bahan
kosmetik, shampoo, lipstick, lotion, dan lain-lain (Ma’mun, 2013).
Ekstraksi padat cair, yang sering disebut leaching, adalah proses pemisahan zat yang
dapat melarut (solut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (inert)
dengan menggunakan pelarut cair. Alat ekstraksi dengan unggun tetap yang paling sederhana
terdiri dari tangki terbuka dengan dasar berlubang-lubang. Ke dalam tangki tersebut diisikan
padatan, sebagai unggun tetap, sedang pelarut dialirkan secara gravitasi atau secara paksa
dengan menggunakan pompa. Contoh alat ekstraksi jenis ini adalah leaching tank. Padatan
dan pelarut diaduk bersama dan kemudian dipisahkan. Pemisahan dapat dilakukan di dalam
tangki yang sama maupun dalam satu unit yang terpisah, dengan cara dekantasi atau filtrasi
(Tim Departemen Teknik Kimia, 2014).
Gambar 2. Soxhlet
Prinsip Kerja
Isolasi trimiristin bij pala dengan metode refluks. Biji pala diekstrak untuk mendapatkan
crude yang kemudian dimurnikan dengan rekristalisasi.
Alat
Timbangan, mortar, labu alas bulat 100 mL, kondensor refluks, termometer, corong
penyaring, gelas ukur 10 mL, pipet mohr 10 mL, penangas air, ice-bath, oven, alat penentu
titik leleh.
Bahan
Diklorometana, kertas saring, aseton.
Prosedur Kerja
1. Timbang 5 g serbuk buah pala yang telah dihaluskan dalam labu 100 mL (labu 1) dan
tambahkan 50 mL diklorometana.
2. Hubungkan labu 1 dengan kondensor pendingin. Panaskan campuran dengan refluks
selama 30 menit pada suhu tidak lebih dari 60 °C.
3. Dinginkan beberapa menit, kemudian saring dalam keadaan hangat kedalam
erlenmeyer 100 mL. Bilas padatan pada kertas saring dengan 5 mL diklorometana.
4. Uapkan pelarut menggunakan penangas air, namun jangan sampai kering. Dinginkan
sampai pelarut yang tersisa sedikit.
5. Tambahkan 10 mL aseton sambil diaduk, lalu dinginkan dalam ice-bath.
6. Saring endapan dengan kertas saring yang telah ditimbang. Bilas endapan dengan 10
mL aseton. Keringkan diudara atau dengan oven suhu rendah, lalu timbang.
7. Hitung persentase rendemen dan tentukan titik lelehnya.
Waktu yang dubutuhkan
No. Kegiatan Waktu
1. Persiapan alat dan bahan 20 menit
2. Pemanasan reflux pada suhu 30 menit
3.Pendinginan, penyaringan, pembilasan
dengan 5 mL dikloro metana30 menit
4. Penguapan pelarut, lalu pendinginan 40 menit
5. Penambahan 10 mL aseton, pendinginan
dalam ice bath
30 menit
6.Penyaringan endapan, pembilasan dengan
10 mL aseton, dikeringkan. ditimbang40 menit
Total waktu yang dibutuhkan adalah 3 jam10 menit
Data dan Perhitungan
No. Perlakuan Keterangan
1. Pendinginan menggunakan Ice BathTerbentuk kristal berwarna
putih
2.
Massa kertas saring awal
Massa kertas saring + serbuk
0,50 gram
0,66 gram
Massa serbuk 0,16 gram
Perhitungan :
Kandungan trimiristin sekitar 20 %
Massa trimiristin dalam 5 gram sampel = 20
100x5 gram=1 gram
Rendemen = massa hasil praktikum
massateorix100 %
= 0,16 gram
1 gramx100 %=16 %
Hasil
No. Keterangan Gambar
1.Pemanasan campuran (sampel)
selama 30 menit.
2. Hasil pemanasan
3.
Penyaringan dalam kondisi
hangat-hangat setelah beberapa
menit didinginkan.
4. Hasil penyaringan (filtrat)
5. Penguapan pelarut
6.Hasil pemanasan setelah
penambahan aseton
7. Pendinginan dalam Ice Bath
8.Penyaringan endapan dengan
kertas saring
9.
Kristal yang didapatkan setelah
penyaringan lalu di oven dalam
suhu 40 ℃
10. Pengukuran titik leleh dengan
small lab kit
Pembahasan Hasil
Isolasi Trimiristin dari biji buah pala dengan menggunakan teknik ekstraksi padat cair.
Ekstraksi padat cair, yang sering disebut leaching, adalah proses pemisahan zat yang dapat
melarut (solut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan
menggunakan pelarut cair. Padatan yang digunakan berupa serbuk buah pala. Trimiristin
merupakan senyawa gliserida atau ester lemak yang terbentuk antara gliserol dan miserat.
Gliserida yang terkandung ini merupakan senyawa non polar sehingga dapat larut dalam
pelarut non polar. Pelarut yang digunakan adalah diklorometana yang bersifat non polar,
sehingga trimiristin akan terikat pada diklorometana.
Isolasi ini menggunakan reflux. Metode reflux memliki empat tahapan, yaitu proses
pemanasan, penguapan, kondensasi, dan pendinginan. Proses pemanasan ini terjadi pada saat
padatan yang berupa serbuk buah pala dipanaskan dalam labu didih. Proses penguapan terjadi
pada saat serbuk buah pala yang dilarutkan dalam diklorometana telah mencapai titik didih
dan berubah fase menjadi uap, dan uap tersebut menuju pada tabung kondensor dalam.
Kondensasi terjadi pada tabung kondensor yang merubah fase uap menjadi fase cairnya
kembali. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan suhu antara kondensor luar yang berisi
air dingin dan kondensor dalam yang berisikan air panas, sehingga terjadi penuruan suhu.
Proses pendinginan terjadi pada saat air mengalir dari bawah menuju kondensor luar sehingga
terjadi penurunan suhu dan zat cair turun kembali ke dalam labu didih.
Reflux ini dilakukan selama 30 menit dengan suhu sekitar 60 ℃. Suhu yang digunakan
tidak boleh lebih dari 60 ℃ karena titik didih pelarut yaitu diklorometana adalah 40 ℃
sedangkan titik leleh trimiristin adalah 56 ℃. Hasil reflux disaring panas-panas
menggunakan kertas saring. Tujuan penyaringan panas-panas ini agar larutan tidak
menggumpal kembali dan tidak tersaring pada kertas saring.
Filtrat kemudian diuapkan di atas penangas air. Pemanasan ini bertujuan untuk
menguapkan pelarut dan zat pengotor yang ada dalam larutan sehingga yang tersisa hanya
senyawa yang diinginkan yaitu trimiristin. Hal ini disebabkan titik didih trimiristin 326,2 ℃
sehingga trimiristin tidak ikut menguap. Hasil penguapan yang diduga mengandung
trimiristin didinginkan lalu ditambahkan aseton. Penambahan aseton bertujuan untuk
memisahkan zat pengotor dari zat murni dari biji pala. proses pemisahan ini disebut
rekristalisasi karena penambahan aseton menyebabkan endapan yang berwarna putih seperti
kristal. Aseton merupakan pelarut yang digunakan untuk rekristalisasi. Kriteria pelarut yang
digunakan adalah tidak bereaksi dengan zat padat yang terlarut, tidak larut dalam air, bersifat
inert, tidak mudah terbakar, dan titik didihnya tidak melebihi titik leleh zat yang dikristalisasi
dalam hal ini adalah trimiristin.
Aseton digunakan sebagai pelarut karena titik didih aseton lebih rendah dibandingkan
dengan titik leleh trimiristin. Titik didih aseton yaitu 56℃ sedangkan titik leleh trimiristin
yaitu sekitar 56-58 ℃. Hasil pemanasan yang ditambahkan dengan aseton kemudian
didinginkan dalam ice bath. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses rekristalisasi.
Perendalam dalam ice bath ini menghasilkan endapan putih. Larutan ini lalu disaring
menggunakan kertas saring dan didapatkan filtrat yang berwarna kuning dan residu yang
berupa bubuk berwarna putih. Penyaringan ini dibilas dengan menggunakan aseton untuk
meghilangkan pengotor yang masih menempel sehingga didapatkan trimiristin yang murni.
Bubuk yang didapatkan dari proses filtrasi ini dioven dalam 40 ℃. Hasil pengovenan ini
didapatkan massa trimiristin sebanyak 0,16 gram. Rendemen yang didapatkan adalah 16 %.
Hasil tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan sampel (bubuk buah pala) yang
digunakan pada ekstraksi. Jumlah yang sedikit ini disebabkan karena waktu pemanasan pada
saat reflux terlalu singkat. Hal tersebut mengakibatkan jumlah senyawa trimiristin yang
didapatkan sedikit. Normalnya proses pemanasan dengan reflux dibutuhkan waktu kurang
lebih 6 jam. Proses pemanasan selama 30 menit ini tentunya jauh dibandingkan dengan waktu
yang seharusnya dilakukan sehingga hasil yang didapatkan sedikit. Faktor lain yaitu pada saat
penyaringan pertama larutan yang mengandung trimiristin telah menggumpal, sehingga akan
tersangkut pada kertas saring. Akibatnya jumlah trimiristin yang dihasilkan semakin
berkurang. Hasil rendemen yang kecil ini mungkin juga disebabkan bentuk serbuk biji pala
yang digunakan masih kurang halus karena besar kecilnya ukuran partikel mempengaruhi
koefisien ekstraksi, semakin halus serbuk sampel maka semakin efisein karena semakin halus
serbuk maka semakin halus serbuk maka semakin banyak kontak dengan pelarut sehingga
semakin efisien ekstraknya dan hasilnya lebih optimal.
Penentuan titik leleh dilakukan dengan menggunakan alat yaitu small lab kit.
Termometer diletakkan pada alat, dan sampel yaitu trimiristin dimasukkan dalam pipa
kapiler. Titik leleh dapat diketahui dengan memperhatikan sampel yang terdapat pada pipa
kapiler yang akan meleleh ketika mencapai titik lelehnya. Titik leleh yang didapatkan pada
percobaan ini adalah 56 ℃. Hasil yang didapatkan ini sesuai dengan literatur yaitu 56 ℃.
Kesimpulan
1. Berat trimiristin 0,16 gram dan rendemennya 16 %.
2. Titik leleh trimiristin 56 ℃.
Referensi
Anonim. 2012. Isolasi Trimistin dan Asam Miristat dari Biji Pala. Banjarmasin : FKIP Kimia
Unlam Banjarmasin
Leung, A. 1985. Encyclopedia of Natural Ingredients. John Willey and Sons.
Ma’mun. 2013. Jurnal Karakteristik Minyak dan Isolasi Trimiristin Biji Pala Papua. Bogor :
IPB
Mulyadi, A. 2012. Pasar Minyak Atsiri. Pelatihan GMP Minyak Atsiri. Dewan Atsiri
Indonesia.
Rusli. 1988. Diversifikasi Ragam dan Peningkatan Mutu Minyak Atsiri edisi 1. Jakarta:
Depertemen Perindutrian dan Perdagangan.
Tim Departemen Teknik Kimia. 2014. Ekstraksi Padat Cair. Bandung : ITB
Tim Kimia Organik. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember : Kimia FMIPA
Universitas Jember
Saran
1. Pemanasan reflux sebaiknya dilakukan lebih lama agar hasil yang didapatkan lebih
banyak.
2. Penumbukan serbuk buah pala sebaiknya lebih halus agar didapatkan hasil yang
maskimal.
Nama Praktikan
Marena Thalita Rahma (121810301031)