jurnal

10
PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN NON BAKU DI LINGKUNGAN SEKITAR YUSNIA SATYAWATI HARDININGTYAS Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Penulisan kata yang benar merupakan suatu hal yang sangat penting, terutama dalam Bahasa Indonesia. Dengan adanya bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan mudah. Penggunaan bahasa sebenarnya memiliki peraturan-peraturan baku yang telah ditentukan sesuai EYD. Namun, masyarakat saat ini kurang memperhatikan keberadaan aturan-aturan tersebut. Sehingga muncullah berbagai macam kata non-baku yang sering digunakan oleh masyarakat dalam bahasa sehari-hari. Dan hal ini telah berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini tersebar karena penggunaan bahasa non-baku secara turun temurun dari satu orang ke orang lainnya yang disampaikan melalui interaksi dan komunikasi. Hal itu muncul karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap peraturan tersebut. Hingga kini masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa non-baku daripada bahasa baku karena mudah dipahaminya bahasa non-baku. Dengan adanya pemberitahuan dan penjelasan mengenai kata baku dan non- baku, masyarakat diharapkan dapat dengan menggunakan dan memahami kata-kata baku tersebut dalam bahasa sehari-hari. Kata kunci: kata, baku, non-baku, masyarakat, bahasa, ejaan I. PENDAHULUAN Kata merupakan suatu hal yang bermakna, terutama dalam pembelajaran bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Bahasa Indonesia memiliki aturan-aturan baku

Upload: yusnia-satyawati-hardiningtyas

Post on 19-Oct-2015

204 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas bahasa indonesia

TRANSCRIPT

  • PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN NON BAKU DI LINGKUNGAN

    SEKITAR

    YUSNIA SATYAWATI HARDININGTYAS

    Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Abstrak

    Penulisan kata yang benar merupakan suatu hal yang sangat penting, terutama dalam Bahasa Indonesia. Dengan adanya bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan mudah. Penggunaan bahasa sebenarnya memiliki peraturan-peraturan baku yang telah ditentukan sesuai EYD. Namun, masyarakat saat ini kurang memperhatikan keberadaan aturan-aturan tersebut. Sehingga muncullah berbagai macam kata non-baku yang sering digunakan oleh masyarakat dalam bahasa sehari-hari. Dan hal ini telah berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini tersebar karena penggunaan bahasa non-baku secara turun temurun dari satu orang ke orang lainnya yang disampaikan melalui interaksi dan komunikasi. Hal itu muncul karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap peraturan tersebut. Hingga kini masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa non-baku daripada bahasa baku karena mudah dipahaminya bahasa non-baku. Dengan adanya pemberitahuan dan penjelasan mengenai kata baku dan non-baku, masyarakat diharapkan dapat dengan menggunakan dan memahami kata-kata baku tersebut dalam bahasa sehari-hari. Kata kunci: kata, baku, non-baku, masyarakat, bahasa, ejaan

    I. PENDAHULUAN

    Kata merupakan suatu hal yang bermakna, terutama dalam

    pembelajaran bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat berinteraksi dan

    berkomunikasi satu sama lain. Bahasa Indonesia memiliki aturan-aturan baku

  • 2

    dalam penggunaannya sehingga muncullah kata-kata baku dalam penggunaan

    bahasa Indonesia, namun dalam prakteknya hingga sekarang masih sering terjadi

    penyimpangan penggunaan bahasa dari aturan baku yang telah ditentukan. Kata-

    kata yang ada dalam bahasa haruslah ditulis dengan benar dan tepat sesuai

    dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).

    Sekarang ini, banyak sekali orang-orang khususnya para remaja yang

    menyampaikan dan menuliskan kata-kata tertentu tidak tepat dan tidak sesuai

    dengan EYD atau bisa juga disebut kata non-baku. Hal itu banyak diterapkan

    pada kehidupan sehari-hari karena kata non-baku lebih mudah dipahami jika

    dibandingkan dengan pemakaian kata baku pada sebuah bahasa dan kurangnya

    pemahaman masyarakat terhadap ragam bahasa baku.

    Pemahiran ragam tinggi diperoleh lewat pendidikan.Kalau penutur dan

    penulis teladan bahasa,tidak perlu dicari pada elit kekuasaan saja, justru

    terhadap perilaku kebahasaan pejabat-pejabat dapat dicapai dan dikritik

    dikalangan masyarakat dan menaruh minat pada pengembangan dan

    pembinaan. Kenyataan initidak berarti bahwa yang bukan pejabat seperti

    golongan jurnalistik dan sastrawan lebih banyak dapat diteladani. Namun, secara

    potensial keduanya dapat merupakan saluran yang amat baik bagi pemercepatan

    pemantapan norma bahasa. (Moeliono, 1981: 91)

    Variasi atau ragam bahasa ada dua pandangan:

    Pertama variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya

    keragaman sosial penutur bahasa itu dan keanekaragaman fungsi bahasa itu.

    Jadi, variasi atau ragam bahasa itu terjadi sebagai akibat adanya keragaman

    sosial dan keragaman fungsi bahasa.

    Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi

    fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka

    ragam. (Chaer, 1995: 81)

  • 3

    Penggunaan kata non-baku dan kata baku juga dipengaruhi oleh faktor

    waktu dan kondisi. Oleh karena itu, penulis akan menyampaikan beberapa

    penulisan ejaan yang benar dan sesuai dengan EYD.

    II. PENULISAN BAHASA BAKU

    Melihat dari perkembangan zaman saat ini, banyak sekali masyarakat

    yang kurang memahami penulisan kata yang benar dan sesuai dengan EYD. Hal

    ini dikarenakan kurangnya media pembelajaran yang disampaikan kepada

    masyarakat. Kesalahan penulisan ini sering terjadi, baik pada tulisan catatan

    sehari-hari maupun pada penulisan surat yang bersifat formal. Padahal penulisan

    pada surat-surat resmi seharusnya sesuai dengan EYD atau menggunakan bahasa

    baku. Penerapan kata-kata non-baku dalam sebuah bahasa biasanya terdapat

    pada catatan-catatan pribadi atau diary yang ditulis oleh seseorang. Selain itu,

    kata-kata non-baku tersebut juga digunakan sebagai bahasa sehari-hari dalam

    berbicara dan bergaul. Hal itu dilakukan dengan alasan mudahnya pemahaman

    terhadap kata non-baku dibandingkan dengan kata baku pada bahasa sehari-

    hari. Pada umumnya, kata non-baku merupakan kata yang tidak menjadi standar

    dalam penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Kata non-baku

    sudah pasti tidak akan ditemukan dalam KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia)

    karena yang terdapat dalam KBBI hanyalah kata-kata baku yang sesuai dengan

    EYD yang telah ditentukan.

    Sedangkan untuk bahasa baku sifatnya lebih sulit untuk dipahami dan

    dimengerti dan lebih cenderung tidak komunikatif jika dibandingkan dengan

    bahasa non-baku. Penerapan bahasa baku ini biasanya terdapat dalam penulisan

    proposal dan makalah. Selain itu, seharusnya bahasa baku juga digunakan dalam

    seminar, pidato, kajian, dan hal-hal lainnya yang bersifat formal. Pada dasarnya,

    bahasa Indonesia baku merupakan variasi atau ragam bahasa yang dijadikan

    ragam bahasa resmi suatu kenegaraan atau pun kedaerahan serta usaha-usaha

    pembinaan dan pengembangan yang dilakukan secara terus menerus yang biasa

  • 4

    disebut dengan standardisasi bahasa. Seperti bahasan sebelumnya, pelafalan

    suatu bahasa bisa juga dipengaruhi oleh logat dari daerah masing-masing.

    Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut:

    1. Pelafalan sebagai bagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah

    pelafalan yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa

    daerah atau dialek.

    2. Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai

    bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan

    secara jelas dan tetap di dalam kata. (Qifli, Zul, 2012: 2)

    Tiga langkah yang harus ditempuh dalam usaha pembakuan bahasa.

    Kodifikasi, yaitu himpunan dari hasil pemilihan mana lebih

    baik antara satu bahasa dengan bahasa lainnya.

    Elaborasi, yaitu penyebarluasan hasil kodifikasi.

    Iplementasi yaitu proses terakhir dalam usaha pembakuan

    bahasa. (Fachruddin, 1987: 20-22)

    Berikut beberapa contoh tentang kata non-baku dan kata baku yang

    biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari:

    KATA NON-BAKU KATA BAKU

    Pebruari Februari

    Nopember November

    Nasehat Nasihat

    Antri Antre

    Pondasi Fondasi

  • 5

    Karir Karier

    Metoda Metode

    Resiko Risiko

    Obyek Objek

    Tandatangan tanda tangan

    Terimakasih terima kasih

    Apotik Apotek

    Subyek Subjek

    Walikota wali kota

    Ijasah Ijazah

    Exsterior Eksterior

    Standarisasi Standardisasi

    Fariasi Variasi

    Aktifitas Aktivitas

    Sistim System

    Telor Telur

    Beaya Biaya

    Pedato Pidato

    Berobah Berubah

    (ASM. Romli, 2009: 1)

    Kata telor biasanya sering digunakan oleh para penjual. Penjual sering

    kita lihat di pinggir-pinggir jalan sehingga tulisan tersebut sering kita lihat ketika

    kita melintasi jalan tersebut. Bagi orang awam yang tidak mengetahui tentang

    penulisan kata baku dan kata non-baku dalam bahasa Indonesia, orang tersebut

    akan menganggap kata tersebut sebagai kata baku yang biasa digunakan oleh

    warga di Indonesia. Penulisan kata wali kota sering digabung. Padahal

    penulisan itu terdapat dalam tulisan resmi atau formal. Dari penulisan ini, sangat

  • 6

    terlihat bahwa pengetahuan orang-orang Indonesia mengenai pemahaman

    terhadap pemakaian kata baku dalam suatu bahasa sangatlah kurang. (ASM.

    Romli, 2009: 2)

    Kata tanda tangan dan terima kasih pada surat resmi juga banyak

    yang penulisannya salah, yaitu penulisannya digabung, seperti tandatangan dan

    terimakasih. Orang-orang yang membacanya tidak begitu menggagas hal

    tersebut. Yang mereka gagas hanyalah isi dari surat tersebut. Namun, hal ini akan

    berbeda jika surat ini dibaca oleh seseorang yang memahami tentang penulisan

    kata baku dan non-baku. Orang tersebut akan akan mengoreksi kesalahan yang

    ada pada tulisan tersebut. (ASM. Romli, 2009: 2)

    Kata baku dan non-baku juga berhubungan dengan persoalan tata

    bahasa dan kaidah penulisan.

    Contoh :

    Penulisan antar kota antar provinsi pada angkutan umum adalah

    salah. Penulisan yang benar yaitu antarkota antarprovinsi.

    Penulisan maha dahsyat seharusnya digabung menjadi mahadahsyat.

    Penulisan maha besar seharusnya ditulis mahabesar

    Namun, untuk penulisan Yang Maha Esa harus dipisah karena frase

    tersebut merupakan satu kesatuan dengan kata Yang sebagai kata ganti Tuhan.

    (Ahira, Anne, 2012: 1)

    Dalam penulisan karya ilmiah, makalah, proposal, maupun esai,

    seharusnya diperhatikan dengan benar dan teliti mengenai penggunaan kata

    (kata baku atau kata non-baku) karena dalam hal ini penulisan menggunakan

    kata baku dan non-baku akan berdampak pada kualitas tulisan tersebut. Apabila

    dalam tulisan tersebut terdapat kata non-baku dan penulisan kata non-baku

    tersebut tidak dicetak miring, maka pembaca akan menganggapnya sebagai kata

    baku. Namun, apabila yang membaca merupakan orang yang kritis dan benar-

    benar memahami persoalan kaidah kebahasaan, maka pembaca tersebut akan

    merasa terganggu dan berupaya untuk membenarkan tulisan dalam teks yang ia

  • 7

    baca dengan kata-kata yang seharusnya menggunakan kata baku. Jika ini terjadi,

    maka tulisan yang kita tulis tersebut bisa dianggap remeh oleh pembaca karena

    tidak bisa menuliskan kata-kata baku yang benar sesuai dengan EYD. Jadi,

    sebaiknya apabila kita ingin membuat tulisan, kita harus mengetahui penulisan-

    penulisan kata baku.

    Seperti halnya penulisan kata aktivitas. Tidak sedikit orang yang

    menulis kata tersebut seperti aktifitas. Hal ini terjadi kemungkinan besar

    karena orang-orang memahami kata dasarnya, yaitu aktif bukan aktiv.

    Sehingga orang-orang menuliskannya berawal dari kata dasar aktif menjadi

    aktifitas. Tetapi penulisan yang benar ialah aktivitas. (Ahira, Anne, 2012: 1)

    Namun, apabila kata aktif bertemu dengan imbuhan seperti isasi atau

    itas, maka bentuk katanya akan menjadi aktivisasi dan aktivitas. Kata baku dan

    kata non-baku bukanlah persoalan yang mudah sebab bahasa selalu mengalami

    perkembangan jadi selalu ada perubahan dalam ilmu bahasa. Sehingga agar

    penulisan makalah atau karya tulis tersebut tetap benar seiring perkembangan

    zaman, maka kita harus selalu mengikuti perkembangan bahasa yang ada di

    dunia ini terutama perkembangan bahasa Indonesia saat ini.

    III. PERKEMBANGAN BAHASA BAKU DI INDONESIA

    Penggunaan bahasa Indonesia saat ini mengalami penurunan dan

    mendapatkan penilaian yang kurang memuaskan karena orang-orang Indonesia

    lebih menyukai bahasa dari negara asing.

    Orang-orang di Indonesia khususnya para remaja menggunakan bahasa

    Indonesia yang tidak baku untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang

    lain. Hal ini secara tidak langsung akan membuat sulit orang-orang tersebut

    ketika berada dalam situasi yang formal atau resmi. Dalam situasi yang resmi dan

    formal seperti di kantor, mereka dituntut untuk berbicara dengan bahsa yang

    baku, benar, dan sesuai dengan EYD yang telah ditentukan. Meskipun pemakaian

    kata-kata baku dalam penggunaan bahasa sulit untuk dipahami, tetapi

  • 8

    penggunaan bahasa baku di situasi formal atau resmi merupakan bagian dari

    nilai kesopanan yang ada.

    Masyarakat di Indonesia lebih sering menggunakan kata-kata non-baku

    dalam penggunaan bahasa sehari-hari, seperti kata-kata yang ada di dalam tabel

    sebelumnya. Kata-kata itu sering digunakan oleh masyarakat Indonesia karena

    mereka tidak mengetahui salah atau benarnya kata-kata tersebut. Sehingga

    masyarakat menggunakan bahasa tersebut karena kenyamanan pelafalan dan

    pemahaman. Pemahaman di sini maksudnya adalah pemahaman yang di dapat

    dari orang-orang sebelumnya.

    Seseorang yang menggunakan kata-kata non-baku dalam penggunaan

    bahasa secara tidak langsung telah menyebarkannya ke masyarakat luas melalui

    interaksi dan komunikasi antara warga sekitar. Hal ini sampai sekarang masih

    terjadi di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Akibat dari hal inilah,

    pemakaian bahasa baku dalam bahasa Indonesia pada zaman sekarang sangatlah

    banyak.

    Penggunaan bahasa baku sebaiknya mulai ditanamkan oleh anak-anak

    sejak usia dini sehingga anak-anak tersebut tidak akan kaget dan kewalahan saat

    diperkenalkan dengan penggunaan bahasa baku. Penggunaan bahasa baku

    dalam bahasa sehari-hari secara tidak langsung akan membantu dan

    mempermudah anak tersebut ketika anak tersebut telah beranjak remaja,

    dewasa, bahkan tua.

    Terutama ketika mereka akan melamar pekerjaan. Ketika melamar

    pekerjaan, mereka harus lolos dari penyeleksian. Penyeleksian tersebut

    dilakukan dengan beberapa tes. Salah satu tesnya yaitu tes wawancara. Biasanya

    tes wawancara ini dilakukan saat ujian terakhir. Jadi, pada tes wawancara ini

    merupakan penentuan diterima atau tidaknya mereka setelah melalui tes

    wawancara tersebut. Dalam tes wawancara ini diperlukan penguasaan dan

    pengolahan kosa kata yang baik dan benar serta bahasa baku yang sesuai dengan

    EYD yang telah ditentukan.

  • 9

    IV. KESIMPULAN

    Dari pembahasan sebelumnya mengenai penggunaan kata baku dan

    non-baku dalam bahasa sehari-hari, dapat diambil kesimpulan bahwa

    masyarakat di Indonesia lebih suka menggunakan bahasa non-baku dalam

    bahasa sehari-hari karena bahasa non-baku lebih mudah dipahami dan lebih

    komunikatif. Padahal keterpautan bahasa baku dengan materi yang ada pada

    media massa menunjukkan bahwa ragam bahasa baku lah yang paling tepat

    digunakan agar bahasa Indonesia mampu berkembang dan menjadi bahasa

    iptek, bahasa sosial, atau pun bahasa pergaulan yang modern.

    Ragam bahasa baku akan menuntun pembacanya ke arah cara berpikir

    yang bernalar, jernih, dan masuk akal. Seseorang yang mempunyai cara pikir dan

    daya nalar yang baik akan mempermudah orang tersebut dalam menyeleseikan

    sebuah masalah. Di samping itu, penggunaan ragam bahasa yang sesuai dengan

    kaidah yang telah ditentukan atau sesuai dengan EYD akan membantu dalam

    perkembangan bahasa Indonesia. Selain itu, penggunaan ejaan kata pada bahasa

    Indonesia juga sangat berpengaruh dalam perkembangan bahasa Indonesia di

    kancah internasional.

    Sangat terlihat bahwa penggunaan kata-kata baku dalam bahasa

    Indonesia sangatlah penting untuk kehidupan masyarakat di Indonesia karena

    masyarakat Indonesia masih kurang dalam pemahaman penggunaan kata baku

    dalam penggunaan bahasa baku. Untuk itu, pembelajaran bahasa Indonesia

    sangatlah penting untuk dipelajari demi kesuksesan yang akan diraih untuk masa

    depan.

    Jika pengetahuan yang didapat dari bahasa Indonesia

    V. DAFTAR PUSTAKA

    Yasyin, Sulchan. (1997).Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah Badudu, Yus. (1989). Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Utama

  • 10

    M.Moeliono, Anton. (1984). Santun Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

    Artikel non-personal. Penjelasan Kata Baku dan Tidak Baku. http://www.anneahira.com/kata-baku-dan-tidak-baku.htm Diakses 10 Desember 2012

    Asmromli. (2012). Daftar Kata Baku-Tidak Baku.Update!. http://romeltea.com/daftar-kata-baku-tidak-baku/. Diakses 10 Desember 2012

    Qifli, Zul. (2012). Makalah Kata Baku dan Tidak Baku. http://jamwekerprinciple.blogspot.com/2012/05/makalah-kata-baku-dan-tidak-baku.html. Diakses 11 Desember 2012