jurnal

Download jurnal

If you can't read please download the document

Upload: panji-pandu-sukma

Post on 18-Jun-2015

1.209 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan permintaan akan bahan makanan terus meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya peningkatan produksi bahan makanan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Peningkatan kuantitas dan kualitas bahan makanan mengandung pengertian

bahwa peningkatan tersebut bukan hanya meningkatkan tanaman penghasil karbohidrat, tetapi juga meningkatkan hasil tanaman yang mengandung gizi lainya sebagai pelengkap yang umumnya diperoleh dari tanaman sayur-sayuran. Cabai ( Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran buah semusim yang telah dikenal dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Komoditi ini umumnya digunakan sebagai rempah-rempah. Obat, penghias masakan dan pewarna. Menurut pracaya (2000) dalam setiap 100 g bahan yang dapat dimakan buah cabai mengandung 15 mg kalsium, 30 fosfor, 0,5 mg besi, 15.000 Iu vitamin A, 50 u vitamin B1, 40 u B2 dan 360 mg vitamin C. Areal pertanaman cabai diindonesia pada tahun 2004 meliputi luas 95.059,16 hektar yang tersebar disumatra utara, sumatra barat, sumatra selatan, jawa barat, jawa tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara timur, Nusa tenggara barat, sulawesi utara dan Sulawesi Selatan. Data ini ini belum termasuk pengusahaan cabai secara kecil-kecilan dibeberapa propinsi lainya. Produksi pada tahun 2004 dari seluruh pertanaman cabai di indonesia mencapai 214.445 ton.

Cabai merupakan komoditi ekpor yang bernilai tinggi. Pada tahun 2004 produksi cabai indonesia mengalami penurunan, tercatat luas areal pertanaman cabai hanya mencapai 21.896 hektar dengan hasil mencapai 160.368 ton atau ratarata hasil perhektar mencapai 7,324 ton/ha (badan pusat statistik 2000). Hasil tersebut masih rendah karena jika dibudidayakan dengan intensif tanaman cabai bisa mencapai 15 sampai 20 ton/ha (pracaya 2000). Penyebab rendahnya produksi cabai adalah serangan hama dan penyakit pada buah cabai, selain itu diduga akibat kondisi lingkungan yang kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai. Penanaman tanaman cabai pada umumnya dilakukan dilahan kering dengan kemiringan > 150, keadaan tersebut menyebabkan tingkat erosi yang tinggi dan pencucian unsur hara akibat curah hujan yang tinggi. Untuk mengurangi tingkat erosi dan pencucian hara pada lahan tanaman cabai dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman penutup tanah dan mulsa organik. Penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik dapat mengurangi tingkat erosi pada tanah dan dapat menekan kehilangan air karena evaporasi, menekan gulma, menekan fluktuasi suhu tanah, dan menaikan kelembaban tanah. Penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik yang dihamparkan pada permukaan tanah juga mempunyai pengaruh yang penting dalam perkembangan sistem perakaran tanaman yang baik sehingga tanaman dapat menyerap hara dan air untuk pertumbuhannya. Informasi mengenai pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap pertumbuhan hasil tanaman cabai masih belum jelas. Untuk mendapatkan informasi maka penulis terdorong untuk mempelajari sampai

3

seberapa besar pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. 1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Apakah penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. 2. Tanaman penutup tanah dan mulsa organik yang mana yang berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

1.4 Kerangka Pemikiran Masalah utama budidaya sayuaran di lahan kering pegunungan dengan kemiringan kurang dari 150 adalah pengikisan lapisan atas tanah dan pencucian hara sebagai akibat aliran air dipermukaan tanah. Masalah tersebut dapat menyebabkan kerusakan fisik, Kimia, dan biologi tanah. Budidaya sayuran yang diharapkan oleh petani umumnya belum memperlihatkan kaidah konservasi tanah, sehingga produksi yang diperoleh seringkali dibawah potensi yang ada dan produktivitas lahan semakin menurun. Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan dan memelihara produktivitas lahan adalah dengan menerapkan pola usaha tani konservasi yang

dapat meningkatakan produksi dan pendapatan petani, serta mampertahankan keberlanjutan produktivitas lahan. Penanaman tanaman penutup tanah dan penutupan permukaan tanah dengan sisa-sisa tanaman merupakan teknik konservasi secara vegetatif/kultur teknis yang mudah dilaksanakan. Adanya tanaman penutup tanah dan mulsa dapat menahan percikan air hujan dan aliran air.dipermukaan tanah sehingga erosi tanah dapat ditekan (Nelson et. Al., 1991, andwarudiansyah, et.al.,1993). Disamping itu dapat memelihara struktur tanah meningkatkan infiltrasi tanah, mengurangi pencucian unsur hara dan menekan pertumbuhan gulma (sarief, 1985), sehingga akan menambah kemampuan tanah dan mendukung tanaman yang ada diatasnya. Hingga kini penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik masih belum biasa dilakukan pada tanaman cabai, karena jenis tanaman penutup tanah dan mulsa organik yang cocok untuk tanaman cabai masih belum diketahui. Untuk tanaman penutup tanah harus dipilih jenis-jenis tanaman yang mudah diperbanyak (sebaiknya dari biji), mempunyai sistem perakaran yang tidak memberikan persaingan berat dengan tanaman pokok, dapat tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun, tahan pemangkasan dan mampu meningkatkan N bebas. Menurut andwarudiansyah, et.al.,(1993) penanaman tomat diantara barisan tanaman lorong atau tanaman penutup tanah Felmingia congesta meningkatkan hasil tomat hingga 20 % dan hasil pengkasan tanaman penutup tanah tersebut dikembalikan ketanah sebagai mulsa dapat berfungsi sebagai mulsa hidup pada penanaman kentang didaratan medium, karena kanopinya dapat menutup permukaan tanah dan tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kentang.

5

Tanaman kacang-kacangan, seperti kacang jogo dan kacang tanah sebagai tanaman penutup tanah. Penggunaan tanaman ubi jalar, kacang jogo dan kacang tanah sebagai tanaman penutup tanah mempunyai nilai tambah karena dapat dipanen hasilnya, namun pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil cabai belum diketahui. Untuk mulsa organik dapat digunakan sisa-sisa tanaman, jerami, sekam padi, serbuk gergaji, dan limbah organik lainya. Mulsa jerami padi telah diketahui dapat meningkatkan hasil kubis ( subhan dan Sumarna, 1994). Dan hasil tomat ( Sumarna dan Suwandi, 1990). Penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik yang berlainan jenisnya akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan produktifitas lahan dan tanaman karena daya saing setiap jenis tanaman penutup tanah dalam pengambilan cahaya, air dan unsur hara tidak sama, begitu pula sifat pelapukan setiap jenis mulsa organik tidak sama.

1.4 Hipotesis Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. 2. Salah satu Tanaman penutup tanah dan mulsa organik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman cabai Cabai (capsicum Annum L) merupakan komoditi hortikultura yang berasal dari Meksiko, sedangkan beberapa jenis cabai lain seperti cabai rawit atau kultivar lainya adalah berasal dari Amerika Selatan. Tanaman cabai mulai diperkenalkan kekawasan asia pada abad Ke-16 dan selanjutnya menyebar ke-indonesia (Suwandi 1997). Menurut Hendro sunaryo (1984), klasifikasi tanaman cabai adalah: Divisio Sub Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies : : : : : : : Spermathophyta Angiospermae Dicotyledonae Tubiflorae Solanaceae Capsicum Capsicum Annum L.

Tanaman cabai mempunyai sistem perakaran menyebar dengan akar utama yanag lurus. Pangkal batang berkayu, mempunyai banyak cabang, berdaun pipih, warna daun hijau dan berbentuk sederhana. Bunga dan buah tumbuh pada ketiak daun. Penyerbukan umumnya terjadi sendiri, penyerbukan silang jarang 6 terjadi. Warna bunga putih atau ungu mempunyai 5 benang sari dan 1 putik. Ukuran buah sedang, ovary berdaging, warna hijau tua waktu muda dan menjadi kuning atau merah saat buah masak, tergantung pada varietasnya. Dinding buah

7

terluar berdaging tipis, dinding sebelah dalam mendukung plasenta dan biji. Dinding buah ini dalam keadaaan mentah atau masak mempunyai kadar karotin yang tinggi, vitamin B dan vitamin C. Biji berbentuk pipih dan bundar, tahan terhadap suhu tinggi dalam perkecambahanya, yaitu antara 210 C sampai 240 C. Tanaman cabai tidak memerlukan struktur tanah yang khusus dan dapat tumbuh atau ditanam dimana saja, karena kemampuanya beradaptasi yang luas, baik didaratan rendan maupun daratan tinggi sampai ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut, yang penting tanah tersebut banyak mengandung bahan organik dengan keasaman tanah (pH 5,0-7,5) (Nur Tjahjadi,1990). Pada keasaman tanah yang sangat rendah, yaitu sekitar 4,0 tanaman cabai masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi produksinya agak sedikit berkurang, karena beberapa unsur hara sulit diserap. Tanaman cabai sangat memerlukan sinar matahari. Apabila kurang pada awal pertumbuhanya maka tanaman akan mengalami etiolase, jumlah cabang sedikit akibatnya buah cabai yang dihasilkan sedikit. Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai adalah 600-1.200 mm pertahun (Hendro Sunaryono, 1984). Tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan lebat terutama pada waktu berbunga. Didaerah yang iklimnya sangat basah (tipeA), tanaman mudah terserang penyakit daun seperti bercak hitam(Antraknosa). Pada musim hujan tanaman mudah mengalami tekanan (stess), sehingga bunganya sedikit.sedangkan banyak buah yang berguguran karena pukulan air hujan yang lebat. Oleh karena itu, tanaman cabai sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan sekitar bulan maret atau april. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai

berkisar antara 180 C-300 C. Suhu udara yang terlalu rendah atau atau terlalu tinggi akan menyebabkan turunya produksi cabai (Nur Tjahjadi 1990). Tanaman cabai dapat dipanen setelah berumur 3 sampai 4 bulan, dengan pemeliharaan yang baik umur tanaman dapat mencapai 1984). 2.2 Tanaman Penutup Tanah Tanaman penutup tanah bertujuan untuk menahan dan mencegah terjadinya erosi. Jenis tanaman penutup tanah dibedakan atas tiga golongan, yaitu : tanaman merayap, tanaman semak dan tanaman pohon. Tanaman merayap umumnya terdiri atas rumput dan jenis leguminosa sepeti puerria javanica, centrosema pubescens dan colopogonium mucunoides. Tanaman bentuk semak yang biasa dipakai seperti crotalaria usaramoensis, C.juncea, C. Anagyorydes, tephrosia candida dan T.vogeli. sedangkan golongan pohon yang biasa dipakai adalah petai cina (Leuncaena glauca). Tanaman penutup tanah bentuk pohon ini jarang digunakan, kecuali bagi tanaman yang memerlukan naungan. Tanaman penutup tanah sebaiknya dipilih jenis-jenis tanaman yang mudah diperbanyak (sebaiknya dengan biji), mempunyai sistem perakaran yang tidak memberikan persaingan berat dengan tanaman pokok, dapat tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun, tahan pemangkasan dan mampu mengikat N bebas. Oleh karena itu pada tanaman cabai tanaman penutup tanah yang digunakan adalah dari tanaman jenis leguminosa, seperti tanaman kacang tanah dan kacang jogo.penggunaan jenis tanaman ini selain dapat digunakan sebagai pelindung dapat bernilai ekonomis bagi petani. 6 sampai 7 bulan (hendro Sunaryonno,

9

2.3 Mulsa Organik Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh lingkungan luar yang dapat berpengaruh kurang baik bagi tanaman, seperti memperkecil suhu tanah, mengurangi run-off, erosi dan menurunkan kecepatan evaporasi serta menekan gulma. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Purwowidodo (1982) bahwa mulsa mempunyai sifatsifat yang baik yaitu : 1. mulsa menghalangi butiran hujan secara langsung menerpa tanah sehingga mengurangi erosi dan mempertahankan ketersediaan unsur hara dalam tanah. 2. mulsa mencegah sinar matahari masuk langsung kepermukaan tanah sehingga mengurangi daya tumbuh gulma. 3. mulsa mempertahankan suhu lapisan atas sehingga tetap konstan. 4. mulsa mengurangi tingkat penguapan dari permukaan tanah dan menjaga kebutuhan air sehingga kelembaban tanah stabil. Mulsa organik yang dapat digunakan adalah berasal dari sisa-sisa tanaman seperti jerami, sekam padi dan penggunaan mulsa organik rumput-rumputan. Menurut Suwarjo (1981) melindungi permukaan tanah dan

mampu

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Percobaan Percobaan dilakukan didaratan tinggi samarang, Kabupaten Garut, propinsi Jawa Barat. Waktu percobaan dilaksanakan dibulan oktober 2002 sampai dengan bulan april 2003. 3.2 Bahan dan Alat Percobaan Bahan- bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih tanaman cabai kultivar Hot Beauty, tanaman penutup tanah dan mulsa organik (jerami padi daun-daun/sisa tanaman), pupuk kandang domba, pupuk NPK (15-15-15), insektisida, Curacron 500 EC dan fungisida Dithane M-45 80 WP. Alat-alat yang digunakan meliputi meteran, timbangan, embrat, cangkul, seng, tali rapia, thermometer, ajir, bambu, hand sprayer dan alat-alat tulis. 3.3 Rancangan Percobaan 3.3.1 Rancangan Lingkungan Rancangan lingkungan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah Ranangan Petak terbagi (Strip Plot design) yang terdiri dari dua faktor yang diulang tiga kali. 3.3.2 Rancangan Perlakuan Faktor pertama adalah mulsa organik sebanyak tiga taraf, yaitu : M0 = tanpa mulsa

10

11

M1 = jerami M2 = daun-daun sisa tanaman Faktor kedua adalah tanaman penutup tanah (P) terdiri dari 4 taraf, yaitu : Po = tanpa tanaman penutup tanah P1 = kacang Ijo P2 = Kacang Tanah P3 = Ubi Jalar

3.3.3 Rancangan respon Pengamatan terdiri dari tinggi tanaman, luas daun, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman umur 90 HST, jumlah buah perpetak, dan tingkat erosi tanah. 3.3.4 Rancangan Analisis 1. Model Linier Model linier Rancangan Petak terbagi adalah sebagai berikut : Yijk = m + ri + kj + mk + (KM)jk + eijk Keterangan : Yijk : Hasil pengamatan ulangan ke-i dan perlakuan ke-j : Nilai rata-rata umum. rh: Pengaruh ulangan pada ke-h. ehi : Pengaruh faktor random dari galat yang berhubungan dengan perlakuan ke-I dalm ulangan ke-h Pj : Pengaruh faktor P taraf ke-j. (MP)ij : Pengaruh Interaksi antara faktor M taraf ke-i dan faktor P taraf ke-j. ehij : Pengaruh faktor random dari galat yang berhubungan dengan

faktor ke-ij dalam ulangan ke-h . Dari model linier diatas dapat disusun Daftar analisis ragam seperti tabel 1 Berikut : Sumber Ragam Ulangan Mulsa (M) Galat (a) Penutup (P) Galat b Tanah D B 2 2 4 3 6 6 1 2 JK (Xi..2/t) (X2/rt) (X.jh2/rp)-(X2/rt) (X.j.2/rm)-(X.2/rt)JKUI-JKM (X..h2/t-X2/rt) (xhi2 /m)-(X2 /rt)JKUI-JKP (X ij2 /r)-(X. 2 /rt)-JKMJKP Jktotal-JKU-JKMJKGa-JKP-JKGbJKMP (Xijh)-(X2/rt) KT Fh F.05 3,55 4,76 4,76 2,46

KTU KTUI/ KTGc I KT KTM/ KTGa M KTG a KTP KTP/ KTGb KTG b KT KTMP/ MP KTGb KTG c

Interaksi (NP) Galat c Total

3 5 Sumber : Toto Warsa dan Cucu S.A (1982)

Bila ada keragaman maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%. 3.4 Pelaksanaan Percobaan Petak percobaan berukuran 3 m x 3 m = 9 m2. setiap petak ditanami 4 barisan tanaman penutup tanah sesuai dengan perlakuan dengan jarak tanam 70cm x 30 cm, diantara dua barisan tanaman penutup tanah ditanam cabai varietas Hot Beauty dengan jarak tanam 70 x 30 cm (36 tanaman cabai perpetak). Setiap petak percobaan, pada ujung-ujung selokan atau saluran pembuangan air dibuat lubang atau lorak yang dilapisi plastik untuk mengendapkan tanah yang terbawa air dari

13

bidang olah. Selanjutnya sedimen tanah mengendap pada rolak-rolak tersebut ditimbang setiap 2 minggu sekali. Tanaman cabai ditanam bersamaan dengan waktu tanam tanaman penutup tanah. Pada tanaman cabai diberikan pupuk kandang sebesar 600 kg/ha diberikan 2 kali, pada waktu tanam dan umur 50 hari setelah tanam (HST), masing-masing setengah dosis. Pemberian mulsa organik dilakukan 2 HST. Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida Curacron (2 ml/1) dan fungisida Dithane ( 2g/L).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan I. Pertumbuhan Tanaman Cabai Hasil analisis ragam menunjukan bahwa tidak ada interaksi antara tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap tanaman cabai, yaitu tinggi tanaman, luas daun, bobot segar dan bobot kering. Hasil analisis disajikan pada table 2. Tabel 2.Perlakuan

Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa Organik terhadap pertumbuhan tanaman CabaiTinggi tanaman (cm) Luas daun (cm2) 285,45 a 259,96 a 261,60 a 234,02 bc 298,53 b 369,09 a 222,38 c Bobot Segar (g/tanaman) Bobot Kering (g/tanaman) 19,87 a 17,33 a 19,12 a 16,94 bc 18,61 b 23,00 a 16,55 c

Mulsa Organik Mo = tanpa mulsa M1 = jerami M2 = sisa tanaman Tanaman Penutup Tanah Po= tanpa penutup tanah P1 = kacang Jogo P2 = Kacang Tanah P3 = Ubi Jalar

67,70 a 68,83 a 69,35 a 68,49 a 70,44 a 67,55 a 66,63 c

132,75 a 74,58 c 85,25 b 90,88 c 101,67 b 117,11 a 80,44 d

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 %. Berdasarkan tabel 2 perlakuan mulsa organik menunjukan pengaruh yang

15

14 tidak nyata terhadap pengamatan tinggi tanaman, luas daun, bobot kering pertanaman, tetapi menunjukan pengaruh yang nyata terhadap bobot segar. Perlakuan tanaman penutup tanah menunjukan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman, tetapi berpengaruh nyata terhadap pengamatan luas daun, bobot segar dan bobot kering per tanaman. Perlakuan tanaman penutup tanaman dengan menggunakan kacang tanah (p1) menunjukan hasil yang tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya. 2. Hasil Tanaman Cabai Hasil analisis ragam menunjukan bahwa tidak ada interaksi antara tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap hasil tanaman cabai, yaitu jumlah buah dan bobot buah perpetak. Hasil analisis disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa Organik terhadap pertumbuhan tanaman CabaiPerlakuan Mulsa Organik Mo = tanpa mulsa M1 = jerami M2 = sisa tanaman Tanaman Penutup Tanah Po= tanpa penutup tanah P1 = kacang Jogo P2 = Kacang Tanah P3 = Ubi Jalar Jumlah buah perpetak (buah) 163,00 c 174,08 a 169,53 b 173,00 c 180,11 b 206,78 a 115,67 d Bobot buah perpetak (kg) 2,39 a 2,42 a 2,30 a 2,30 c 2,57 b 3,08 a 1,53 d

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 %. Berdasarkan table 2 perlakuan mulsa organik menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pengamatan jumlah buah perpetak, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap pengamatan bobot buah perpetak. Pada pengamatan jumlah buah

perpetak. Perlakuan mulsa jerami (m1) menghasilkan jumlah buah perpetak tinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Perlakuan tanaman penutup tanah menunjukan pengaruh yang nyata terhadap jumlah dan bobot buah perpetak. Perlakuan tanaman penutup tanaman dengan menggunakan kacang tanah (p1) menunjukan hasil yang tinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya. 3. Tingkat Erosi Hasil analisis ragam menunjukan bahwa tidak ada interaksi antara tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap tingkat erosi tanah. Hasil analisis disajikan pada tabel 4. Tabel 3. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa Organik terhadap Tingkat Erosi TanahPerlakuan Mulsa Organik Mo = tanpa mulsa M1 = jerami M2 = sisa tanaman Tanaman Penutup Tanah Po= tanpa penutup tanah P1 = kacang Jogo P2 = Kacang Tanah P3 = Ubi Jalar Erosi Tanah per petak (kg tanah) 0,56 a 0,37 b 0,36 b 0,58 a 0,45 b 0,35 c 0,34 c

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 %. Berdasarkan table 3 perlakuan mulsa organik menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tingkat erosi tanah, perlakuan tanpa mulsa (mo) menunjukan tingkat erosi tanah tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Perlakuan tanaman penutup tanah menunjukan pengaruh yang tidak nyata

17

terhadap tingkat erosi tanah. Perlakuan tanpa tanaman penutup tanaman (po) menunjukan tingkat erosi tanah tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya.

4.2 Pembahasan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman hasil cabai, serta tingkat erosi tanah. Pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap pertumbuhan dan gulma cabai serta tingkat erosi tanah disajikan dalam table 1, 2 dan 3. Pada Tabel 1 tampak bahwa pemberian mulsa organik pada tanman cabai tidak mempengaruhi tinggi tanaman, luas daun dan bobot kering tanaman, tetapi menurunkan bobot segar tanaman. Walaupun tanaman yang diberi mulsa organik mempunyai bobot segar tanaman yang lebih rendah, tetapi bobot kering tanamannya tidak jauh berbeda dengan tanaman yang tidak diberi mulsa (Tabel 1). Hal ini berarti pemberian mulsa organik hanya menurunkan kandungan air dalam tanaman tetapi tidak sampai menghambat proses fotosintesis tanaman, karena tidak ada perbedaan dalam bobot kering tanaman sebagai hasil fotosintesis antara tanaman yang diberi mulsa organik dan yang tidak diberi mulsa. Pemberian mulsa permukaan baik jerami ataupun sisa-sisa tanaman tidak meningkatkan hasil buah cabai per petak, tetapi hasil jumlah buah cabai per petak meningkat secara nyata (Tabel 2). Hal ini berarti mulsa organik menurunkan ukuran buah cabai. Hasil bobot buah akan meningkatkan bila ada peningkatan

fotosintat (hasil fotosinesis) untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Karena tidak ada peningkatan fotosintat yang tercermin dari tidak adanya perbedaaan bobot kering tanaman akibat pemakaian mulsa organik (Tabel 1) maka tidak terjadi peningkatan bobot hasil buah, penggunaan mulsa organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang akan mempermudah penyediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan dan perkembangan buah (creamer et al., 1996). Sedangkan menurut Vos (1994) mulsa organik jerami menurunkan suhu tanah, menyebabkan pertumbuhan tanaman dan waktu pembentukan buah lebih cepat, tetapi tidak ditemukan adanya pengaruh nyata terhadap hasil tanaman Cabai. Penanaman tanaman penutup tanah tidak terpengaruh oleh tinggi tanaman cabai, akan tetapi berpengaruh terhadap luas daun, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman (Tabel 1), serta jumlah dan bobot buah cabai perpetak (Tabel 2). Pada umumnya penggunaan tanaman kacang jogo dan kacang tanah sebagai tanaman penutup tanah dapat meningkatkan luas daun, bobot segar tanaman dan bobot kering cabai (Tabel 1). Hal ini menunjukan bahwa tanaman kacang jogo dan kacang tanah tidak memberikan persaingan berat dalam pengambilan cahaya, air dan unsur hara pada tanaman cabai. Bahkan tanaman kacang jogo dan kacang tanah tampaknya dapat memberikan lingkungan tumbuh yang lebih baik bagi tanaman cabai, karena tanaman kacang-kacangan dapat memfiksasi N secara biologis (Hoyt dan Hargone, 1986), sehingga dapat menambah ketersediaan N bagi tanaman cabai (stiver Young, 1998). Burket, et. Al(1997) juga melaporkan bahwa tanaman kacang-kacangan sebagai penutup tanah dapat mengurangi

19

pencucian nitrat antara 65-70% karena akar-akarnnya menahan nitrat (N) dan air disekitar lapisan tanah agar tidak hilang tercuci air tanah (Wyland,et. Al. 1996). Peningkatan pertumbuhan tanaman cabai dalam hal ini luas daun, bobot segar, dan bobot kering tanaman akibat penggunaan tanaman penutup tanah kacang jogo dan kacang tanah meningkatkan jumlah bobot buah perpetak (Tabel 2). Peningkatan hasil cabai dengan tanaman penutup tanah kacang jogo dan kacang tanah masing-masing sebesar 11,74 % dan 33,19 %. Sebaliknya penggunaan tanaman ubi jalar sebagai tanaman penutup tanah dapat menurunkan luas daun, bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman cabai (Tabel 1), yang pada akhirnya menurunkan jumlah dan bobot buah perpetak (Tabel 2). Hal ini berarti pertumbuhan tanaman ubi jalar yang bersama dengan waktu tanam cabai tidak tepat Asandhi (1998) mendapatkan bahwa pada tumpangsari kentang + ubi jalar, waktu tanam ubi jalar yang baik adalah 2 MST kentang. Hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa tanaman ubi jalar menggunakan cahaya, air dan unsur hara lebih banyak dari pada tanaman kacang jogo dan kacang tanah, hal ini terlihat dari bobot segar tanaman total dan kandungan N pada daun tanaman ubi jalar lebih tinggi dari pada tanaman kacang jogo dan kacang tanah. Penurunan bobot cabai akibat penggunaan ubi kalar sebagai tanaman penutup tanah cukup tinggi. Tabel 3 menunjukan bahwa tingkat erosi tanah dapat ditekan baik dengan pemberian mulsa organik atau dengan penanaman tanaman penutup tanah. Pemakain mulsa jerami dan media sisa-sisa tanaman sama efektifnya dalam

menahan erosi. Tingkat erosi tanah dengan pemberian mulsa organik tersebut dapat ditekan sebesar 34,82 %. Begitu pula penggunaan tanaman kacang jogo, kacang tanah dan ubi jalar sebagai tanaman penutup tanah dapat menekan tingkat erosi tanah berturut-turut sebesar 22,41, 39,65, dan 42,32 % (Tabel 3). Dari hasil tersebut tampak bahwa tanaman ubi jalar paling baik untuk menekan erosi tanah, akan tetapi tanaman tersebut tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah pada penanaman cabai karena dapat menurunkan pertumbuhan tanaman dan hasil cabai (Tabel 1 dan 2).

21

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasrkan hasil pembahasan dapat diajukan kesimpulan sebagai berikut : 1. Mulsa jerami dan mulsa sisa-sisa tanaman tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil bobot buah cabai, tetapi dapat meningkatkan jumlah buah cabai sebesar 6,8 dan 4,0 % berturut-turut dan menekan tingkat erosi tanah sebesar 34,82 %. 2. Tanaman kacang jogo dan kacang tanah sebagi tanaman penutup tanah dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai, juga dapat menurunkan tingkat erosi tanah. Sedangkan tanaman penutup tanah ubi jalar dapat menurunkan pertumbuhan dan hasil cabai, tetapi paling efektif untuk menekan tingkat erosi tanah. 3. Tanaman kacang tanah merupakan tanaman penutup tanah yang paling baik untuk penanaman cabai karena memberikan peningkatan hasil abai paling tinggi yaitu sebesar 33,91% dengan penurunan tingkat erosi tanah sebesar 39,65%.

5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka untuk mendapatkan pertumbuhan dan

21

hasil tanaman cabai yang baik disarankan pemberian mulsa jerami atau sisa-sisa dan tanaman penutup tanah

DAFTAR PUSTAKA

Andrawarudiansah, M.J., Sukarna dan Satsijati. 1993. Pengaruh Tanaman Lorong dan Mulsa Pangkasnya terhadap Produsi Tomat dan Bawang Merah dalam Lorong. J. Hort. 3(1): 7 -12. Asandhi, AA. 1993. Perfomance of Potato Intercropped With Corn, Sweet Potato Under Intercropping System. SAPPARD Report. Lembang

Horticultultural research Institute. Asandhi, A.A. 1998. Pengaruh Waktu Tanam Kentang dan Ubi Jalar dalam Tumpangsari Kentang = Ubi Jalar di Daratan Medium. J.Hort. 8(3):11701179. Badan Pusat Statistik. 2006. Statistika Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Burket, J.Z, D.D.Hempil and R.P Dick. 1997. Winter Cover Crop and Nitrogen Management in Sweet Cron and Brocoli Rotation. Hort.Sci.32(4):64-66 Creamer, N.g., M.A. Bennett, B.R.Stimer and J. Cardina. 1996. A Comparison of Four Processing Tomat Production System Differing in Cover Crop and Chemical Input. J.Amer.Soc. Hort. Sci. 12(3):557-568. Hendro Sunaryono. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayu-sayuran Penting di Indonesia. Sinar baru,Bandung.

22

23

Nur Tjahjadi. 1990. Bertanam Cabai, Kanisus, Yogyakarta. Pracaya. 2000. Bertanam Lombok. Kanisus Yogyakarta. Purwowidodo. 1982, Teknologi Mulsa. Dewa Rusci Press, Jakarta. Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Subhan dan A. Sumarna. 1994. Pengaruh Dosis Fosfat dan Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kubis. Bul. Penel. Hort. 27(4):80-90. Suwandi. 1997. Persebaran dan Potensi Wilayah pengembangan Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayur-sayuran, Lembang.