jurnal 17

12
1 PERBAIKAN CITRA MEDIS UNTUK MEMBANTU DIAGNOSIS PADA PENDERITA BATU EMPEDU BERBASIS GUI MATLAB Budiani Destyningtias Jurusan Teknik Elektro, email [email protected] Abstrak Deteksi Penyakit batu empedu ( koledokolitiasis ) menggunakan sinar x merupakan upaya memperkenalkan metode deteksi keberadaan batu didalam empedu secara terkomputerisasi yang lebih baru dibandingkan dengan metode telanjang selama ini. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa analisis citra digital dapat digunakan untuk menganalisa perbandingan antara noise dengan citra asli ( SNR ) dari suatu citra medis melalui tahapan-tahapan rekonstruksi citra serta perbandingan histogramnya. Kata-kata kunci : koledokolitiasis, SNR, Histrogram. Abstract Detection of gall stone disease (koledokolitiasis) using x-ray is an attempt to introduce the method of detection in the presence of gallstones in a new computer than with bare during this method. This study aims to prove that the digital image analysis can be used to analyze the comparison between the noise with the original images (SNR) of a medical image through the reconstruction phase image and histogram comparisons. Key words: koledokolitiasis, SNR, Histogram.

Upload: eldiana-lepa

Post on 12-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jnuiihj

TRANSCRIPT

  • 1

    PERBAIKAN CITRA MEDIS UNTUK MEMBANTU

    DIAGNOSIS PADA PENDERITA BATU EMPEDU

    BERBASIS GUI MATLAB Budiani Destyningtias

    Jurusan Teknik Elektro, email [email protected]

    Abstrak

    Deteksi Penyakit batu empedu ( koledokolitiasis ) menggunakan sinar x merupakan

    upaya memperkenalkan metode deteksi keberadaan batu didalam empedu secara

    terkomputerisasi yang lebih baru dibandingkan dengan metode telanjang selama ini.

    Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa analisis citra digital dapat

    digunakan untuk menganalisa perbandingan antara noise dengan citra asli ( SNR ) dari

    suatu citra medis melalui tahapan-tahapan rekonstruksi citra serta perbandingan

    histogramnya.

    Kata-kata kunci : koledokolitiasis, SNR, Histrogram.

    Abstract

    Detection of gall stone disease (koledokolitiasis) using x-ray is an attempt to

    introduce the method of detection in the presence of gallstones in a new computer than

    with bare during this method.

    This study aims to prove that the digital image analysis can be used to analyze the

    comparison between the noise with the original images (SNR) of a medical image through

    the reconstruction phase image and histogram comparisons.

    Key words: koledokolitiasis, SNR, Histogram.

  • 2

    1. Pendahuluan

    Perkembangan teknologi turut mempengaruhi perkembangan dari Medical

    Imaging, yang hingga saat ini kian memegang peranan penting pada aplikasi-aplikasi yang

    dibuat guna mendukung proses diagnosa, evaluasi obat-obatan, riset medis, pelatihan dan

    pengajaran dalam bidang medis.

    Deteksi keberadaan batu empedu menggunakan citra USG merupakan upaya

    untuk memperkenalkan metode deteksi keberadaan batu dalam empedu secara

    terkomputerisasi yang lebih baru dibandingkan dengan metode mata telanjang selama

    ini.

    Pemeriksaan dengan menggunakan hasil USG masih dijumpai bayangan batu

    sehingga bagi dokter masih dirasakan kesulitan dalam menentukan ukuran batu serta jenis

    batu yang dipastikannya. Penggunaan peningkatan kontras dan kecerahan serta pelewat

    tapis rendah dapat memperjelas keberadaan batu di dalam empedu.

    2. Landasan Teori

    2.1. Pengolahan Citra Digital

    Pengolahan citra merupakan suatu sistem dimana proses dilakukan dengan masukan

    berupa citra dan hasilnya juga berupa citra. Pada awalnya pengolahan citra ini dilakukan

    untuk memperbaiki kualitas citra, namun dengan berkembangnya dunia komputasi yang

    ditandai dengan meningkatnya kapasitas dan kecepatan proses komputer, serta munculnya

    ilmu-ilmu komputasi yang memungkinkan manusia dapat mengambil informasi dari suatu

    citra ( Basuki, 2005 ).

    Citra digital dapat didefinisikan sebagai fungsi dua variabel, f(x,y), dimana x dan y

    adalah koordinat spasial dan nilai f(x,y) adalah intensitas citra pada koordinat tersebut, hal

    tersebut diilustrasikan pada gambar 1.

  • 3

    Gambar 1. Citra Digital

    Sebuah citra diubah ke bentuk digital agar dapat disimpan dalam memori komputer

    atau media lain. Proses mengubah citra ke bentuk digital bisa dilakukan dengan beberapa

    perangkat, misalnya scanner, kamera digital, dan handycam. Ketika sebuah citra sudah

    diubah ke dalam bentuk digital (selanjutnya disebut citra digital), bermacam-macam proses

    pengolahan citra dapat diperlakukan terhadap citra tersebut.

    2.2. Noise Pada Citra

    Pada saat proses capture (pengambilan gambar), ada beberapa gangguan yang

    mungkin terjadi, seperti kamera tidak fokus atau munculnya bintik-bintik yang bisa jadi

    disebabkan oleh proses capture yang tidak sempurna. Setiap gangguan pada citra

    dinamakan dengan noise. Noise pada citra tidak hanya terjadi karena ketidak-sempurnaan

    dalam proses capture, tetapi bisa juga disebabkan oleh kotoran-kotoran yang terjadi pada

    citra. Berdasarkan bentuk dan karakteristiknya, noise pada citra dibedakan menjadi

    beberapa macam yaitu: Gaussian, Speckle, dan Salt & Pepper.

    Macam-macam noise ini dapat dilihat pada gambar3. berikut ini:

    Gambar 2. Macam-macam noise (a) gaussian (b) speckle (c) salt & pepper

  • 4

    Noise gaussian merupakan model noise yang mengikuti distribusi normal standard

    dengan rata-rata nol dan standard deviasi 1. Efek dari gaussian noise ini, pada gambar

    muncul titik-titik berwarna yang jumlahnya sama dengan prosentase noise. Noise speckle

    merupakan model noise yang memberikan warna hitam pada titik yang terkena noise.

    Sedangkan noise salt & pepper seperti halnya taburan garam, akan memberikan warna

    putih pada titik yang terkena noise.

    2.3. Membangkitkan Noise Uniform

    Noise Uniform seperti halnya noise gausssian dapat dibangkitkan dengan cara

    membangkitkan bilangan acak [0,1] dengan distribusi uniform. Kemudian untuk titik-titik

    yang terkena noise, nilai fungsi citra ditambahkan dengan nilai noise yang ada, atau

    dirumuskan dengan:

    y( i , j) = x(i,j) + p.a . ( 1 )

    dimana:

    a = nilai bilangan acak berdistribusi uniform dari noise

    p = prosentase noise

    y(i,j) = nilai citra terkena noise.

    x(i,j) = nilai citra sebelum terkena noise.

    Noise uniform ini merupakan noise sintesis yang sebenarnya dalam penerapannya

    jarang digunakan, tetapi secara pemrograman pembangkitan noise uniform ini merupakan

    jenis pembangkitan noise yang paling mudah.

    2.4. Membangkitkan Noise Gaussian

    Noise gaussian dapat dibangkitkan dengan cara membangkitkan bilangan acak [0,1]

    dengan distribusi gaussian. Kemudian untuk titik-titik yang terkena noise, nilai fungsi citra

    ditambahkan dengan nilai noise yang ada, atau dirumuskan dengan:

    y( i , j) = x(i,j) + p.a . ( 2)

    dimana:

    a = nilai bilangan acak berdistribusi gaussian

    p = prosentase noise

    y(i,j) = nilai citra terkena noise.

  • 5

    x(i,j) = nilai citra sebelum terkena noise.

    Untuk membangkitkan bilangan acak berdistribusi gaussian, diperlukan suatu

    metode yang digunakan untuk mengubah distribusi bilangan acak ke dalam fungsi f

    tertentu. Dalam buku ini digunakan metode rejection untuk memudahkan dalam alur

    pembuatan programnya. Metode rejection dikembangkan dengan cara membangkitkan dua

    bilangan acak (x,y) dan ditolak bila y > f(x).

    2.5. Membangkitkan Noise Salt & Pepper

    Noise salt & pepper dapat dibangkitkan dengan cara membangkitkan bilangan 255

    (warna putih) pada titik-titik yang secara probabilitas lebih kecil dari nilai probabilitas

    noise, dan dirumuskan dengan:

    F(x,y)=255 jika p(x,y) < ProbNoise .. ( 3 )

    Dimana:

    F(x,y) adalah nilai gray-scale pada titik (x,y)

    p(x,y) adalah probabilitas acak

    2.6. Reduksi Noise Menggunakan Filter Rata-Rata

    Ada berbagai macam teknik untuk mengurangi (reduksi) noise, salah satunya

    menggunakan filter rata-rata. Dalam pengertian noise sebagai suatu nilai yang berbeda

    dengan semua tetangganya maka dapat dikatakan noise merupakan nilai-nilai yang berada

    pada frekwensi tinggi, untuk mengurangi noise digunakan Low Pass Filter (LPF). Salah

    satu dari bentuk LPF adalah filter rata-rata.

    Filter rata-rata merupakan filter H dalam bentuk matrik yang berukuran m x n, dan

    nilainya adalah sama untuk setiap elemen, dan karena bersifat LPF maka jumlah seluruh

    elemen adalah satu ( Basuki, 2005 ).

  • 6

    ..........(4)

    Filter rata-rata berukuran 3x3 adalah:

    ..........(5)

    Kualitas citra sangat dipengaruhi oleh tingkat keberadaan noise (derau). Citra yang

    didapatkan secara optik, elektro optik, atau elektronik sangat dipengaruhi oleh

    penginderaan. Hal-hal yang memungkinkan terjadinya penurunan kualitas citra antara lain :

    sensor noise, kamera tidak fokus, guncangan. Untuk mengatasi noise, citra yang didapat

    biasanya diperhalus dengan tapis citra. Piksel-piksel yang berdekatan dimanipulasi

    sedemikian rupa sehingga citra menjadi lebih halus tanpa mengganggu bentuk sudut benda

    dalam citra.

    Beberapa tapis citra yang digunakan untuk menghilangkan noise antara lain:

    - Tapis Wiener untuk mengatasi derau aditif ( Gaussian )

    - Tapis Homomorfik untuk mengatasi derau multiplikatif (Speckle)

    - Tapis Median untuk mengatasi derau salt and pepper

    2.7. Empedu

    Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang

    disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Pada beberapa spesies,

    empedu disimpan di kantung empedu dan dilepaskan ke usus dua belas jari untuk

    pembantu proses pencernaan. Dimana empedu sendiri menghasilkan zat warna empedu

    (bilirubin an biliverdin) dan garam empedu yang berfungsi untuk mengemulsikan atau

    memecahkan lemak dan membunuh kuman-kuman dalam saluran pencernaan bagian atas.

  • 7

    2.7.1. Batu Empedu

    Kelainan utama yang dapat timbul pada kantung empedu adalah terbentuknya

    batu. Batu Empedu merupakan timbunan kristal di dalam kantung empedu atau di dalam

    saluran empedu. Batu empedu terbentuk dari endapan kolesterol, pigmen bilirubin dan

    garam kalsium yang mengeras, namun kebanyakan batu kantung empedu terbentuk dari

    kolesterol. Cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap

    berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa

    menjadi tidak larut dan membentuk endapan diluar empedu. Sebagian besar batu empedu

    terbentuk di dalam kantung empedu dan sebagian besar batu di dalam saluran empedu

    berasal dari kantung empedu. Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika

    empedu mengalami aliran balik karena adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan

    pengangkatan kantung empedu. Batu yang ditemukan di dalam kantung empedu disebut

    kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis.

    Gambar 3. Batu Empedu dalam kandung / kantung empedu

    Timbulnya batu empedu akan menjadi masalah bila masuk ke salah satu saluran

    yang menuju ke usus halus. Kadang-kadang batu dapat terbentuk dalam saluran empedu itu

    sendiri, misalnya karena bekas jahitan pada suatu operasi. Pada kandung empedu, batu

    dapat menyebabkan peradangan yang disebut kolestitis akut, hal ini karena adanya pecahan

    batu empedu di dalam saluran empedu yang menimbulkan rasa sakit. Batu-batu yang

    melalui kantong empedu dapat menyangkut di dalam hati dan saluran empedu, sehingga

    menghentikan aliran dari empedu ke dalam saluran pencernaan. Di samping itu, terdapat

    faktor lainnya yang memulai terjadinya proses pembentukan batu empedu. Unsur ini bisa

  • 8

    berupa protein yang terdapat pada cairan lendir yang dibentuk kandung empedu dalam

    jumlah kecil.

    Hal ini memungkinkan kolesterol, bilirubin, dan garam kalsium membentuk

    partikel seperti kristal padat. Bentuk dari batu empedu bermacam-macam, yaitu batu yang

    terbentuk dari kolesterol berwarna kuning dan mengkilat seperti minyak, batu yang terdiri

    dari pigmen bilirubin bisa berwarna hitam tetapi keras atau berwarna coklat tua tetapi

    rapuh. Ukurannya juga bermacam-macam dari yang kecil hingga sebesar batu kerikil,

    tetapi rata-rata berdiameter 1 - 2 cm.

    3. Metodelogi Penelitian

    Penelitian dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

    a. Pengumpulan data citra penderita batu empedu yang rusak pada hasil pencitraannya

    menggunakan USG.

    b. Pembuatan aplikasi atau software dengan Matlab 2008b.

    c. Dalam program aplikasi dilakukan proses peningkatan citra dengan proses

    penghapusan derau sampai dengan diperoleh citra yang siap olah.

    Gambar 4. Blok Diagram Proses di GUI Matlab

    Citra medis

    batu empedu

    dari hasil USG

    Citra hasil

    USG diubah

    dalam

    bentuk JPEG

    Pre image

    Processing

    Perbaikan

    Citra

    SNR

  • 9

    4. Hasil dan Pembahasan

    Sebelum citra didiagnosis , citra yang dihasilkan oleh USG diubah file extensionnya

    menjadi JPEG.

    Dalam menganalisa citra batu empedu dilakukan dengan menggunakan bantuan Matlab

    GUI. Tapis yang diberikan terhadap citra yang terdistorsi menggunakan perbandingan SNR

    tapis boost dengan HPF.

    Gambar 5. Tampilan menu di GUI Matlab

    Berdasarkan percobaan dengan GUI Matlab didapat hasil seperti dalam table 1.

    Citra High Boost Filter High Pass Filter

    Gain Orde SNR Cutoff SNR

    Gbr.1

    1 1 Inf 1 50,5523

    1 1 Inf 2 47,7461

    2 1 47,1239 3 47,572

    2 2 47,0939 4 47,4841

    3 1 47,0633 5 47,439

    3 2 47,0547 6 47,388

    3 3 47,0548 7 47,3582

    4 1 47,0542 8 47,3477

    4 2 47,0529 9 47,3078

    4 3 47,054 10 47,2944

    4 4 47,0546 15 47,2356

  • 10

    Untuk high boost filter apabila nilai gain dan orde semakin tinggi mengakibatkan nilai

    SNR mengalami penurunan dan citra yang dihasilkan mempunyai tingkat keabu-abuan

    semakin tinggi .

    Untuk high pass filter semakin tinggi nilai cut off nya nilai SNR mengalami penurunan dan

    menghasilkan intensitas citra yang rendah.

    Gbr. 6 Grafik Karakteristik Citra dengan High Pass Filter

    Gbr 7. Grafik Karakteristis Citra dengan High Boost Filter

  • 11

    5. Kesimpulan.

    1. Dengan menggunakan GUI Matlab dapat untuk meningkatkan kualitas suatu

    citra medis.

    2. Peningkatan penguatan filter boost dan peningkatan orde tapis boost

    menyebabkan citra tereduksi mengalami penurunan level dengan nilai 47,05

    3. Penurunan nilai cut off pada tapis HPF akan meningkatkan kualitas citra

    dengan nilai SNR 50,5

    6. Saran

    Penelitian ini dapat diaplikasikan untuk menganalisis ciri atau karakteristik suatu

    citra khususnya batu empedu, sehingga bisa lebih dimanfaatkan dalam bidang biomedik

    dan biometrik.

    7. Daftar Pustaka

    [1] Indah Soesanti, Bahan Kuliah Pengolahan Citra , Teknik Elektro Instrumentasi

    Medis 2008.

    [2] Anil K. Jain, Fundamental of Digital Image Processing, Prentice-Hall International,

    1989.

    [3] Image Processing Toolbox for Use with MATLAB, Users Guide Version 2, The Mathwork, 1993.

    [4] Robert J.Schalkoff, Digital Image Processing and Computer Vision, John Wiley &

    Sons, 1989.

    [5] Marvin Ch.Wijaya & Agus Prijono, Pengolahan Citra Digital Menggunakan Matlab,

    Penerbit Informatika, 2007.

    [6] Http://medicastore.com/penyakit/67/batu-empedu.html, diakses tagl 22 Mei 2011

    [7] WWW.Unhas.ac.id/tahir/bahan kuliah/Bio Medical/.../USG.doc diakses tgl 23 Mei

    2011

    [8] Young, Ian T, Gerbrands, Jan J, Yan Vlient, LucasJ, Fundamental of Image Processing, http://www.e-dsp.com/free-ebooks diakses 19 November 2006

  • 12