journal reading stase anak - ella

3
Pada penelitian ini ditemukan bahwa vaksin CYD-TDV memiliki efikasi sebesar 60.8% dalam mengatasi VCD simtomatis setelah pemberian 3 dosis vaksinasi sesuai jadwal pada anak usia 9 dan 16 tahun (primary outcome). Kami juga menemukan vaksin ini bersifat serotype-spesific dalam mengatasi 4 serotypes, termasuk serotype 2. Selanjutnya, didapatkan 80.3% efikasi dalam menurunkan angka rawat inap dan 95.5% dalam menurunkan infeksi dengue berat yang diamati setelah periode 25 bulan. Peneliti juga tidak menemukan masalah keamanan penggunaan atau bukti semakin memburuknya infeksi dengue dengan penggunaan vaksin setelah periode pengamatan 25 bulan. Efikasi yang lebih tinggi didapatkan pada anak dengan status seropositif pada baseline dibandingkan anak dengan status seronegatif (83.7% vs. 43.2%). Perbedaan pada efikasi yang didasarkan pada negara asal mungkin menjelaskan adanya perbedaan pada level baseline antibody dan sirkulasi serotype. Hasil efikasi yang dilaporkan cenderung konsisten dengan penelitian yang dilakukan di Asia. Pada dua penelitian lain, didapatkan efikasi yang lebih tinggi pada serotype 3 dan 4 dibandingkan seotype 1 dan 2. Di Asia, efikasi terhadap serotype 2 adalah 35% setelah injeksi vaksin ke-3, hal tersebut tidak memiliki perbedaan signifikan jika dibandingkan dengan plasebo, yang mana pada penelitian ini memiliki poin estimasi 42.3 dan termasuk signifikan. Pada dua penelitian sebelumnya, estimasi poin efikasi sama untuk tiap protokol dan analisis intention-to-treat (60.8% dan 64.7% pada penelitian kami dan 56.5% dan 54.8% pada penelitian di Asia). Perbedaan perkiraan estimasi antara anak dengan status seropositif dan seronegatif pada baseline juga diobservasi pada dua penelitian sebelumnya. Seperti yang dilaporkan sebelumnya, geometrik paska vaksinasi menjelaskan bahawa titer antibodi berbeda secara signifikan berdasarkan baseline serostatus, hal ini merupakan faktor yang mungkin berkontribusi dalam perbedaan efikasi. Efikasi pada subgroup anak dengan status seronegatif pada baseline adalah 43.2%, yang mana tidak

Upload: devi-chrestella

Post on 10-Sep-2015

34 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Journal reading stase anak. Dengue fever.

TRANSCRIPT

Pada penelitian ini ditemukan bahwa vaksin CYD-TDV memiliki efikasi sebesar 60.8% dalam mengatasi VCD simtomatis setelah pemberian 3 dosis vaksinasi sesuai jadwal pada anak usia 9 dan 16 tahun (primary outcome).Kami juga menemukan vaksin ini bersifat serotype-spesific dalam mengatasi 4 serotypes, termasuk serotype 2.Selanjutnya, didapatkan 80.3% efikasi dalam menurunkan angka rawat inap dan 95.5% dalam menurunkan infeksi dengue berat yang diamati setelah periode 25 bulan.Peneliti juga tidak menemukan masalah keamanan penggunaan atau bukti semakin memburuknya infeksi dengue dengan penggunaan vaksin setelah periode pengamatan 25 bulan.Efikasi yang lebih tinggi didapatkan pada anak dengan status seropositif pada baseline dibandingkan anak dengan status seronegatif (83.7% vs. 43.2%). Perbedaan pada efikasi yang didasarkan pada negara asal mungkin menjelaskan adanya perbedaan pada level baseline antibody dan sirkulasi serotype.Hasil efikasi yang dilaporkan cenderung konsisten dengan penelitian yang dilakukan di Asia. Pada dua penelitian lain, didapatkan efikasi yang lebih tinggi pada serotype 3 dan 4 dibandingkan seotype 1 dan 2.Di Asia, efikasi terhadap serotype 2 adalah 35% setelah injeksi vaksin ke-3, hal tersebut tidak memiliki perbedaan signifikan jika dibandingkan dengan plasebo, yang mana pada penelitian ini memiliki poin estimasi 42.3 dan termasuk signifikan.Pada dua penelitian sebelumnya, estimasi poin efikasi sama untuk tiap protokol dan analisis intention-to-treat (60.8% dan 64.7% pada penelitian kami dan 56.5% dan 54.8% pada penelitian di Asia).Perbedaan perkiraan estimasi antara anak dengan status seropositif dan seronegatif pada baseline juga diobservasi pada dua penelitian sebelumnya. Seperti yang dilaporkan sebelumnya, geometrik paska vaksinasi menjelaskan bahawa titer antibodi berbeda secara signifikan berdasarkan baseline serostatus, hal ini merupakan faktor yang mungkin berkontribusi dalam perbedaan efikasi. Efikasi pada subgroup anak dengan status seronegatif pada baseline adalah 43.2%, yang mana tidak signifikan jika dibandingkan dengan plasebo namun sama seperti hasil penelitian di Asia (35.5%). Selanjutnya, profil keamanan vaksin menunjukkan tidak adanya perbedaan klinis yang signifikan berdasarkan serostatus selama periode observasi, meskipun kemampuan untuk mendeteksi penyakit berat diantara anak dengan status seronegatif sangat terbatas. Konsistensi hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya sangatlah penting, karena dapat memberikan perbedaan epidemiologi antar daerah.Pana penelitian ini, estimasi efikasi antar suntikan menunjukkan bahwa beberapa perlindungan mungkin dihasilkan oleh suntikan pertama. Namun, suntikan kedua dan ketiga meningkatkan respon antibodi pada anak yang tidak memiliki pajanan dengue sebelumnya, yang mungkin juga meningkatkan kualitas respon antibodi (avidity) dan durasi perlindungan.Investigasi terencana untuk mengetahui mekanisme proteksi yang diberikan oleh vaksin CYD-TDV pada daerah endemik mungkin dapat meningkatkan pemahaman mengenai dosis perlindungan.Penelitian single center pada fase 2b di Thailand menunjukkan wawasan yang berguna dalam performa vaksin. Khususnya, penelitian tersebut memberikan bukti bahwa keberhasilan bervariasi berdasarkan serotype meskipun dengan kadar antibodi yang sama. Hal ini menggarisbawahi kebutuhan penelitian 3 fase lanjutan yang lebih besar dan multicenter untuk menguji vaksin dengue pada kondisi epidemiologi yang heterogen dan untuk mengkonfirmasi data efikasi yang bersifat serotype-specific.Penurunan angka rawat inap dan infeksi dengue berat yang disebabkan berbagai serotype diamati selama fase aktif ke 3 fase penelitian. Penemuan ini relevan dari sudut pandang kesehatan masyarakat, mengingat beban pencegahan demam berdarah yang berat terutama saat musim transmisi endemik dan wabah epidemik.Profil keamanan dan reactogenisitas selama 25 bulan dari surveilan aktif menunjukkan hasil konsisten dimana tidak didapatkan efek samping yang serius dari penggunaan vaksin.Imunogenisitas vaksin juga konsisten/sama dengan data sebelumnya, serotype-spesific geometric mean titer antibodi pada group vaksin tidak menunjukkan efikasi serotype-spesific yang dapat diamati. Meskipun temuan ini menghubungkan respon antibodi fungsional dengan efikasi, hal ini tidak menyimpulkan adanya korelasi dengan kemampuan proteksi vaksin.Satu keterbatasan dari penelitian ini adalah serostatus dengue didapatkan dari 10% subgroup anak, yang mana hanya 20% diantaranya seronegatif. Dengan demikian, estimasi efikasi dan kemanan penggunaan untuk anak dengan status seronegatif hanya didapatkan dari 2% populasi penelitian.Selanjutnya, subgroup ini terdaftar selama beberapa bulan pertama dari keseluruhan. Uji PRNT50 dikenal memiliki reaktivitas silang antar serotype, yang membuatnya sulit untuk menentukan apakah penyakit tersebut dengue serotipe spesifik seropositif atau episode infeksi berulang pada partisipan. Demikian pula, kita tidak dapat menentukan efikasi vaksin pada imunitas terhadap demam kuning yang sudah ada karena ada reaktivitas silang dengan dengue pada uji PRNT50 untuk demam kuning, yang mana telah dilakukan berdasarkan protokol (data tidak ditampilkan).Keterbatasan lainnya adalah profil keamanan hanya dideskripsikan berdasarkan periode observasi 25 bulan, meskipun follow-up keamanan tetap dilakukan selama 4 tahun setelahnya.Efikasi yang ditunjukkan baik pada penelitian ini maupun pada penelitian di Asia, mencerminkan fitur epidemiologi yang bersifat country-spesific, seperti sirkulasi virus, insidensi, dan paparan utama.Studi paska-lisensi dan sitem surveilans yang kuat akan diperlukan untuk mengevaluasi efikasi vaksin dan efek pada fitur klinis dan epidemiologi penyakit DBD. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini dan penelitian di Asia memberikan gambaran yang konsisten dari efikasi dan kemanan vaksin dengue ini setelah 25 bulan observasi pada surveilan aktif dari populasi yang berbeda (termasuk berbagai usia dan latar belakang etnis) di 10 negara dengan musim yang berbeda dan serotipe serta tingkat endemisitas yang berbeda pula.