jomblo juga manusia

3
Jomblo, Inspiring People. Jomblo, adalah kata lain untuk menyebut spesies manusia yang sedang belajar mengenali dirinya. Secara teknis bisa dikatakan begitu. Setelah putus dengan orang yang dicintai, ia akan bertanya kepada dirinya sendiri dengan metode 5 W-1 H (What, when, why, who, where- How), untuk menjawab secara ilmiah tentang kronologi tragedi, efek sakit hati serta hikmah yang bijaksana. Lalu dituangkanlah dalam sebuah tulisan, agar abadi dan menginspirasi banyak orang. Setelah itu ia mengabdikan diri menjadi ilmuan besar yang konsen meneliti struktur dan sistematika perasaan. Dengan harapan, mampu melahirkan banyak formula demi keberlangsungan dan kesejahteraan hidup masyarakat yang tertindas ( Jomblo society-red : Oxford Dictionary). :v Sebenarnya saya bukan akifis perasaan ya. Tapi melihat realitas Jomblo dengan dinamikanya yang demikian kompleks, telah membangunkan hati yang murni untuk ikut angkat bicara. Ya, bicara dari rasa ke rasa. Bukan dengan bahasa yang tegap dan gagah dengan segala romantisisme yang terkandung di dalamnya. Sebuah bahasa tanpa kata. Tidak hanya penggunaan istilah Jomblo yang unhistories, klasifikasi Jomblo ke berberapa jenis dan level pun tidak terlacak oleh sejarah. Coba hitung, ada berapa identitas Jomblo yang sudah menjamur. Jomblo independen, Jomblo setrong, Jomblo ngenes (Jones), Jomblo banyak alibi, Jomblo Internasional, Jomblo Akirat dan masih banyak lagi. Tanpa disadari, istilah Jomblo yang awalnya hanya sebatas spesies manusia, mendadak berubah menjadi Kingdom, sehingga membentuk rantai taksonomi Jomblo yang panjang. Jika para korban patah hati bersatu, mengabdikan diri menjadi peneliti sakit hati, bukan tidak mungkin, akan lahir cabang ilmu baru bernama Jomblologi. :D *Tepuk tangan buat mereka, para ilmuan perasaan. #Cemungudea.

Upload: hmi-komisariat-iqbal-walisongo

Post on 20-Feb-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jomblo Juga Manusia

Jomblo, Inspiring People.

Jomblo, adalah kata lain untuk menyebut spesies manusia yang sedang belajar mengenali dirinya.

Secara teknis bisa dikatakan begitu. Setelah putus dengan orang yang dicintai, ia akan bertanya

kepada dirinya sendiri dengan metode 5 W-1 H (What, when, why, who, where-How), untuk

menjawab secara ilmiah tentang kronologi tragedi, efek sakit hati serta hikmah yang bijaksana. Lalu

dituangkanlah dalam sebuah tulisan, agar abadi dan menginspirasi banyak orang. Setelah itu ia

mengabdikan diri menjadi ilmuan besar yang konsen meneliti struktur dan sistematika perasaan.

Dengan harapan, mampu melahirkan banyak formula demi keberlangsungan dan kesejahteraan

hidup masyarakat yang tertindas ( Jomblo society-red : Oxford Dictionary). :v

Sebenarnya saya bukan akifis perasaan ya. Tapi melihat realitas Jomblo dengan dinamikanya yang

demikian kompleks, telah membangunkan hati yang murni untuk ikut angkat bicara. Ya, bicara dari

rasa ke rasa. Bukan dengan bahasa yang tegap dan gagah dengan segala romantisisme yang

terkandung di dalamnya. Sebuah bahasa tanpa kata.

Tidak hanya penggunaan istilah Jomblo yang unhistories, klasifikasi Jomblo ke berberapa jenis dan

level pun tidak terlacak oleh sejarah. Coba hitung, ada berapa identitas Jomblo yang sudah

menjamur. Jomblo independen, Jomblo setrong, Jomblo ngenes (Jones), Jomblo banyak alibi, Jomblo

Internasional, Jomblo Akirat dan masih banyak lagi. Tanpa disadari, istilah Jomblo yang awalnya

hanya sebatas spesies manusia, mendadak berubah menjadi Kingdom, sehingga membentuk rantai

taksonomi Jomblo yang panjang. Jika para korban patah hati bersatu, mengabdikan diri menjadi

peneliti sakit hati, bukan tidak mungkin, akan lahir cabang ilmu baru bernama Jomblologi. :D *Tepuk

tangan buat mereka, para ilmuan perasaan. #Cemungudea.

Bahkan tanpa melakukan apapun, Jomblo telah menginspirasi banyak ilmuan untuk menggali lebih

dalam jati diri manusia. Rasa sakit dan bahagia yang pernah dienyam hatinya, menjadi bahan

perenungan dan identifikasi diri. Ada juga yang berkata, bahwa Jomblo adalah gerbang awal menjadi

seorang sufi (Jomblo-Sufistik). Jomblo-jomblo tersakiti, belajar bangkit (move on). Mereka belajar

melawan rasa sakit dan egoisme diri. Gelar jomblo mengantarkan pemiliknya berfikir hakikat

hubungan antar manusia. Tentang hakikat waktu dan yang paling penting adalah menciptakan

ketahanan diri. Mereka berdiskusi dengan dirinya sendiri bagaimana menjadi manusia yang setrong

anti badai. Kondisinya yang penah terpuruk menjelma sebagai kawah Candradimuka, memproses

mereka menjadi ahli jiwa yang bijaksana.

Pada prinsipnya, bahasa tidak mampu mewakili apa yang difikirkan dan dirasakan manusia.

Pengetahuan hanya bisa dipahami oleh pengetahuan, rasa hanya mampu dipahami oleh rasa. Hal

Page 2: Jomblo Juga Manusia

tersebut adalah dasar-dasar untuk memahami sesama. Karena memahami orang lain adalah saat

kita mampu memahami diri sendiri sebagai seorang manusia. Saat tidak ada seorang pun yang

memahamimu. Karena tidak seorang pun yang merasakan apa yang kamu rasakan. Dalam kondisi

itu, setiap manusia akan menuntut untuk dipahami. Namun semua orang harus menerima

kenyataan, bahwa tidak ada satupun suara yang layak untuk didengar kecuali suara nurani sendiri.

Terjebak dalam status Jomblo, adalah anugerah yang tidak diberikan kepada semua orang.

Bersyukurlah, karena dengan itu kita diberi kesempatan untuk mengenali diri kita sendiri lebih

dalam.

Bahwa Muhamad diutus bukan untuk mencerdaskan umat, melainkan untuk misi perbaikan etika,

seni interaksi sesama manusia. Sebagai Jomblo, ada etika-etika yang arus ditaati demi terwujudnya

masyarakat tanpa diskriminasi kasta. Begitu pula untuk yang bukan Jomblo. Etika Jomblo akan kita

bahas di pasal selanjutnya.

“Dan barang siapa mengenali kejombloannya, ia akan mengenali Tuhannya”.