jomblo juga manusia
TRANSCRIPT
Jomblo, Inspiring People.
Jomblo, adalah kata lain untuk menyebut spesies manusia yang sedang belajar mengenali dirinya.
Secara teknis bisa dikatakan begitu. Setelah putus dengan orang yang dicintai, ia akan bertanya
kepada dirinya sendiri dengan metode 5 W-1 H (What, when, why, who, where-How), untuk
menjawab secara ilmiah tentang kronologi tragedi, efek sakit hati serta hikmah yang bijaksana. Lalu
dituangkanlah dalam sebuah tulisan, agar abadi dan menginspirasi banyak orang. Setelah itu ia
mengabdikan diri menjadi ilmuan besar yang konsen meneliti struktur dan sistematika perasaan.
Dengan harapan, mampu melahirkan banyak formula demi keberlangsungan dan kesejahteraan
hidup masyarakat yang tertindas ( Jomblo society-red : Oxford Dictionary). :v
Sebenarnya saya bukan akifis perasaan ya. Tapi melihat realitas Jomblo dengan dinamikanya yang
demikian kompleks, telah membangunkan hati yang murni untuk ikut angkat bicara. Ya, bicara dari
rasa ke rasa. Bukan dengan bahasa yang tegap dan gagah dengan segala romantisisme yang
terkandung di dalamnya. Sebuah bahasa tanpa kata.
Tidak hanya penggunaan istilah Jomblo yang unhistories, klasifikasi Jomblo ke berberapa jenis dan
level pun tidak terlacak oleh sejarah. Coba hitung, ada berapa identitas Jomblo yang sudah
menjamur. Jomblo independen, Jomblo setrong, Jomblo ngenes (Jones), Jomblo banyak alibi, Jomblo
Internasional, Jomblo Akirat dan masih banyak lagi. Tanpa disadari, istilah Jomblo yang awalnya
hanya sebatas spesies manusia, mendadak berubah menjadi Kingdom, sehingga membentuk rantai
taksonomi Jomblo yang panjang. Jika para korban patah hati bersatu, mengabdikan diri menjadi
peneliti sakit hati, bukan tidak mungkin, akan lahir cabang ilmu baru bernama Jomblologi. :D *Tepuk
tangan buat mereka, para ilmuan perasaan. #Cemungudea.
Bahkan tanpa melakukan apapun, Jomblo telah menginspirasi banyak ilmuan untuk menggali lebih
dalam jati diri manusia. Rasa sakit dan bahagia yang pernah dienyam hatinya, menjadi bahan
perenungan dan identifikasi diri. Ada juga yang berkata, bahwa Jomblo adalah gerbang awal menjadi
seorang sufi (Jomblo-Sufistik). Jomblo-jomblo tersakiti, belajar bangkit (move on). Mereka belajar
melawan rasa sakit dan egoisme diri. Gelar jomblo mengantarkan pemiliknya berfikir hakikat
hubungan antar manusia. Tentang hakikat waktu dan yang paling penting adalah menciptakan
ketahanan diri. Mereka berdiskusi dengan dirinya sendiri bagaimana menjadi manusia yang setrong
anti badai. Kondisinya yang penah terpuruk menjelma sebagai kawah Candradimuka, memproses
mereka menjadi ahli jiwa yang bijaksana.
Pada prinsipnya, bahasa tidak mampu mewakili apa yang difikirkan dan dirasakan manusia.
Pengetahuan hanya bisa dipahami oleh pengetahuan, rasa hanya mampu dipahami oleh rasa. Hal
tersebut adalah dasar-dasar untuk memahami sesama. Karena memahami orang lain adalah saat
kita mampu memahami diri sendiri sebagai seorang manusia. Saat tidak ada seorang pun yang
memahamimu. Karena tidak seorang pun yang merasakan apa yang kamu rasakan. Dalam kondisi
itu, setiap manusia akan menuntut untuk dipahami. Namun semua orang harus menerima
kenyataan, bahwa tidak ada satupun suara yang layak untuk didengar kecuali suara nurani sendiri.
Terjebak dalam status Jomblo, adalah anugerah yang tidak diberikan kepada semua orang.
Bersyukurlah, karena dengan itu kita diberi kesempatan untuk mengenali diri kita sendiri lebih
dalam.
Bahwa Muhamad diutus bukan untuk mencerdaskan umat, melainkan untuk misi perbaikan etika,
seni interaksi sesama manusia. Sebagai Jomblo, ada etika-etika yang arus ditaati demi terwujudnya
masyarakat tanpa diskriminasi kasta. Begitu pula untuk yang bukan Jomblo. Etika Jomblo akan kita
bahas di pasal selanjutnya.
“Dan barang siapa mengenali kejombloannya, ia akan mengenali Tuhannya”.