jika ada seseorang yang berbohong demi kebaikan apakah salah atau benar
DESCRIPTION
Berbohong demi kebaikanTRANSCRIPT
Jika ada Seseorang yang Berbohong demi kebaikan apakah salah atau benar?
Menanggapi pertanyaan saudara yang diutarakan diatas kami menjawabnya sebagai berikut:
Bohong adalah lawan kata dari jujur (mengungkapkan kebenaran apa adanya tanpa ditutup-tutupi).
Bohong berarti sebuah ungkapan untuk melebih-lebihkan, menambah-nambah atau mengurang-
ngurangi sebuah peristiwa yang sebenarnya terjadi. Sejatinya, bohong merupakan sebuah
kemaksiatan. Artinya berbohong merupakan salah satu perbuatan yang dilarang agama (Islam) dan
bagi yang melakukannya akan berdosa dan bohong adalah perbuatan tercela. Namun ada saat-saat
tertentu atau dalam keadaan darurat, berbohong pun ternyata diperbolehkan. Ini seperti yang tertuang
dalam Hadist Rasulullah. Rasulullah bersabda bahwa ada tiga jenis bohong yang diperbolehkan,
malah menjadi wajib dalam situasi dan kondisi tertentu. Berikut ini tiga jenis Bohong Yang
Diperbolehkan Dalam Islam Berdasarkan Hadist Rasulullah
Dalam keadaan tertentu, bohong hukumnya boleh bahkan bisa jadi wajib
1. Berohong dalam Rangka mendamaikan Saudaranya atau untuk memperbaiki orang yang sedang
bermusuhan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Ummu
Kultsum radhiyallahu ‘anha, sesungguhnya ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah dikatakan pendusta orang yang mendamaikan manusia (yang
berseteru), melainkan apa yang dikata kan adalah kebaikan”.(Muttafaq ‘Alaih). Maksudnya adalah
berbohong untuk mendamaikan kedua kubu yang sedang berseteru. Sebagai contoh: Mungkin ada
diantara kita punya dua orang temen yang saling bermusuhan. Dan tanpa sengaja, dua orang tersebut
bercerita (curhat) kepada kita. Masing-masing dari mereka menjelek-jelekkan yang lain. Nah, dalam
hal ini kita boleh berbohong dengan mengatakan kalau yang mereka omongin itu tidak benar. Kita
bisa berbohong pada masing-masing dari mereka dengan menceritakan kebaikan-kebaikan mereka
pada masing-masing teman yang musuhan tadi. Hingga akhirnya, mereka berdua pun berdamai.
2. Berbohong Dalam Keadaan Perang/Mara Bahaya. Kemudian saat dalam peperangan seseorang
berhasil ketangkap sama musuh lalu diinterograsi " di mana markasmu" dia jawab " saya tidak tahu" .
Itu juga bohong. Tapi tujuannya baik yaitu menyelamatkan pasukannya yang jumlahnya banyak. Dia
tetap berbohong sekalipun disiksa hingga dibunuh, prinsipnya biar aku disiksa hingga mati yang
penting pasukanku selamat. Ya, kalau jujur maka dalam waktu tidak lama seluruh pasukan dengan
segala perlengkapan akan dibinasakan musuh.
Bohong dalam perang adalah strategi supaya dapat mempertahankan diri atau menang.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membonceng Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu di atas
kendaraan beliau, maka jika ada seseorang yang bertanya kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu
tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di tengah perjalanan, beliau mengatakan, “Ini adalah
seorang penunjuk jalanku”. Maka orang yang bertanya tersebut mengira bahwa jalan yang dimaksud
adalah makna haqiqi, padahal yang dimaksud oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah jalan
kebaikan (sabîlul khair)”. Semata-mata demi kemaslahatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dari ancaman musuh-musuh beliau.” (HR. al-Bukhari). Bohong untuk menyelamatkan nyawa
seseorang yang terancam. Contohya, misalkan ada seseorang (sebut saja namanya fulan) hendak
dibunuh oleh orang lain. Padahal kita tahu, orang tersebut tidak bersalah apa-apa. Si fulan meminta
perlindungan kepada kita agar dirinya diselamatkan. Dan kita pun akhirnya mau
menyembunyikannya. Setelah itu, datanglah orang yang bermaksud membunuh si fulan kepada kita.
Tujuannya bertanya kepada kita untuk mencari keberadaan si fulan. Maka pada saat ini, kita boleh
berbohong demi kebaikan agar nyawa si fulan terselamatkan.
3. Berbohong Dalam Rangka Menyenangkan Istri atau suami. Bohong yang dilakukan suami untuk
menyenangkan istrinya atau bohong yang dilakukan istri untuk menyenangkan suaminya. Yang
dimaksud adalah bohongnya suami untuk menampakkan rasa cinta dan kasih kepada istrinya, memuji-
muji kecantikan istri, gombal dan lainnya yang bertujuan demi lestarinya kerukunan dan
keharmonisan dalam rumah tangga. Sehingga sang istripun merasa senang dan tersipu malu dan
tenang saat bersama dengan suami. Akhirnya terjalin keluarga yang harmonis dan penuh canda tawa
antar suami-istri. Contohnya, Seorang suami yang dibelikan baju oleh istrinya, dalam hati kecilnya
tidak suka dengan baju itu, namun untuk menyenangkan istri dia jadi berbohong. Ketika ditanya " mas
ini aku belikan baju buat suamiku tersayang, dipake ya...." lantas baju itu dipakai. Bahkan sering kali
dipakai. Ditanya lagi sama istrinya " wah bajunya dipake terus ya mas..." dijawabnya " Terimakasih
ya mah, aku suka sekali sama baju ini" dengan penuh semangat.
Padahal kenyataan dalam hati kecil " uh baju apaan ini , aku gak selera biar aja aku pakai terus supaya
cepat rusak dan gak layak pakai lagi". Nah itu kan bohong tapi hasilnya baik, istri jadi bangga. Atau
ketika Istri Bertanya demikian kepada suaminya. "Mas, aku cantik tidak?", tanya seorang istri kepada
suaminya. "Cantik banget. Kamu adalah wanita tercantik." jawab suaminya. Istri pun tambah cinta
kepada suaminya.
4. Berbohong untuk mempertahankan keimanan (Qoulul Ikrah). Aqidah adalah pondasi keislaman
kita, salah satunya adalah dengan beriman kepada Allah SWT, dst. Selaku hamba yang takut akan
azab neraka, selayaknya kita senantiasa menjaga aqidah atau keimanan tersebut hingga kita meninggal
dalam keadaan husnul khatimah. Amin. Akan tetapi dalam situasi tertentu keimanan tidak terlepas
dari ujian yang sangat berat. Seseorang dalam keadaan terdesak yang bisa membahayakan dirinya,
dibolehkan baginya berbohong untuk berucap kufur dengan ketenangan hati (lisan berucap, hati tetap
beriman). Contoh : kisah yang menimpa Ammar Yassir yang terpaksa mengaku kembali menyembah
berhala saat dia disiksa dan selepas melihat ibunya Sumayyah dan bapaknya, mati ditikam Abu Jahal
karena mempertahankan akidah. Rasulullah SAW ketika ditanya mengenai kedudukan Ammar
selepas itu, menyatakan bahwa Ammar tetap terpelihara akidahnya karena dia dipaksa berbuat begitu
dan hal itu di luar keinginan hatinya.
Kesimpulan dari uraian diatas:
Jujur adalah sebuah ucapan/tindakan yang dilakukan tanpa merubah makna/kenyataan yg ada. Ciri-
ciri kejujuran adalah yg diungkapkan mrpkan sesuatu yg nyata adanya, biasanya dpt diterima akal
pikiran/logika. jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang. Kejujuran itu harus
pada situasi/waktu yg tepat dan disaat yg tepat. Contohnya kalau ada org yang brtanya kpda kita “saya
cakep/cantik tidak?” apa yg akn kita jawab? Jujur atau berbohong demi menjaga perasaan orang trsbt?
Contoh yg lain, dlm khdpan sehari-hri sering trjdi org tua bereaksi spontan saat melihat anaknya
terjatuh dan org tua trsbt brkta kpda ankanya” oh, tidak apa-apa! Anak pintar, tidak sakit kok. Jangan
nagis yah. Bahkan saya dan kalian pun sering melihat org tua brkta sprti itu ktka anak.a terjatuh
bahkan kita juga ikut terlibat sprti org tua trsbt. Menurut sya dalam hal ini secara tidak langsung org
tua trbt berbohong kepda anaknya hanya karena suatu kepentingan supaya anak tdi tidak menangis.
Selain itu saya juga sering melihat dan mengalami kejadian seperti: saat seseorang bertamu ke rumah
orang lain, ketika ditanya sama tuan rumah: “sudah makan belum? Walaupun saya yakin tawaran tuan
rumah serius, biasanya dengan cepat saya akan menjawab oh sudah. Saya baru saja makan,”. Padahal
sebenarnya saya belum makan. Saya berbohong karena tidak ingin merepotkan tuan rumah. Maka,
tidak selamanya jujur itu harus diucapkan secara terus terang, karena kejujuran yg murni itu hnya
dapat diterima oleh org yg lapang dada dan disaat yg tepat. Kita bisa menutupi kejujuran dgn sedikit
kebohongan bila diperlukan. Contohnya, kamu cakep/cantik, mungkin kmu bisa lebih cantik lgi kalau
mandi tiap hari. Namun, pada hakikatnya berbohong dan berdusta adalah perbuatan yang buruk,
tercela dan berdosa serta sangat dibenci oleh Allah SWT. Namun dalam situasi tertentu berbohong itu
dibolehkan dan bukan sebuah dosa jika seseorang kepepet atau dalam keadaan darurat melakukannya
dengan melihat niat dari pelakunya atau dari seseorang tersebut, bahkan malah menjadi wajib.
DALAM Islam, waktu itu adalah amal sholih. Beberapa contoh firman Allah berikut menunjukkan hal
tersebut:
Firman Allah dalam surat Al-Lail
“Demi malam apabila menutupi dan siang apabila terang benderang.” (Q.S. Al-Lail :1-2)
Kalau Allah swt. bersumpah dengan menyebut nama waktu itu berarti manusia diingatkan oleh Allah
swt. agar jangan sampai manusia menyia-nyiakan waktu, sebab bila waktu tidak digunakan dengan
sebaik-baiknya maka kerugian akan didapatnya, baik kerugian di dunia maupun akhirat. Orang yang
tidak memanfaatkan waktu-waktu luangnya, oleh al-Qur’an disebut sebagai orang yang merugi.
“Supaya jangan ada orang yang mengatakan, ‘amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam
(menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang
memperolok-olokkan (agama Allah).” (QS. Al-Zumar: 56). Penyesalan dalam ayat tersebut karena
lalai menunaikan kewajiban Allah dan memandang rendah agama Allah. Dua hal tersebut disebabkan
waktu yang tidak dimanfaatkan dengan baik atau waktu luang digunakan untuk hal yang tidak baik.
Lebih berbahaya lagi jika waktu disia-siakan untuk mengerjakan perbuatan yang dimurkai-Nya. Jadi,
dalam managemen waktu, ada dua pilihan; menyibukkan dengan kebenaran dan menyibukkan dengan
perkara yang dimurkai. Waktu kosong yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna, pada
akhirnya akan mengantarkan kepada kegiatan-kegiatan yang dimurkai.
Imam al-Syafi’i pernah mengatakan: “Jika Anda tidak menyibukkan diri anda dengan kebenaran,
maka ia (waktu) akan menyibukkan Anda dengan kebatilan.”
Bagaimana belajar memangemen waktu? Bagi awam dan pelajar pemula, para ulama’ memberi
petunjuk sederhana, yaitu mendisplinkan shalat tepat pada waktunya. Sesungguhnya amal ibadah
yang efektif dalam mendidik disiplin waktu itu shalat jama’ah tepat pada waktunya.
Allah berfirman:”Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu.
Sesungguhnya shalat itu adalah fardlu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Nisa’: 103).
Disiplin shalat lima waktu bisa menjadi media pembelajaran memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Jika kita mampu mengatur waktu ini dimulai dengan disiplin shalat, maka lambat laun ibadah-ibadah
lainya akan tertunaikan dengan disiplin. Inilah yang disebut Allah sebagai orang yang tidak merugi.
Allah SWT menyebutkan sifat-sifat orang yang beruntung, yaitu mereka yang mampu menjaga
waktunya dengan beriman dan beramal sholeh.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal sholih serta saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling
menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3).
Dalam ayat ini kita bisa menarik pelajaran penting mengenai waktu. Yaitu isilah waktu itu dengan
empat hal; menjaga iman, mengerjakan amal sholih, menasihati dalam kebenaran dan menasihati
dalam kesabaran. Dari situ kita bisa menyimpulkan bahwa waktu itu adalah amanah Allah yang
diembankan kepada manusia.